ASUPAN ENERGI, ASAM LEMAK TAK JENUH GANDA, KOLESTEROL DAN IMT DENGAN KADAR KOLESTEROL DARAH PADA PASIEN JANTUNG KORONER RAWAT JALAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ASUPAN ENERGI, ASAM LEMAK TAK JENUH GANDA, KOLESTEROL DAN IMT DENGAN KADAR KOLESTEROL DARAH PADA PASIEN JANTUNG KORONER RAWAT JALAN"

Transkripsi

1 ASUPAN ENERGI, ASAM LEMAK TAK JENUH GANDA, KOLESTEROL DAN IMT DENGAN KADAR KOLESTEROL DARAH PADA PASIEN JANTUNG KORONER RAWAT JALAN Latifah Zahroh I), Bertalina 1) 1) Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Tanjungkarang Abstract : Energy, poly unsaturated fatty acid, and cholesterol intake and also body mass index (BMI) with blood cholesterol in outpatients with coronary heart desease. Coronary heart disease occurs as the peak in adverse health lifestyle including unhealthy eating patterns. Consumption of foods that high in calories and high in fat can cause negative health effects, such as obesity and high blood cholesterol levels. This study is an analytic study with cross sectional approach, to identify the correlation between energy intake, polyunsaturated fatty acids, cholesterol and BMI in outpatients with coronary heart desease in RSUD Dr. Hi. Abdul Moeloek, Lampung province. Variables examined included energy intake, polyunsaturated fatty acids, cholesterol, BMI and blood cholesterol levels in outpatients with coronary heart disease who were in a Poly Heart RSUD Dr. Hi. Abdul Moeloek, Lampung Province. The sample of this study 46 patients with accidental sampling technique. Based on statistical test showed that the distribution of the age is of years old at most (37%), male sex (54.3%), civil servants (47.8%), the most latest education is an undergraduate (60.9%), energy intake is less well respondents (93.5%), intake of polyunsaturated fatty acids is less well (82.6%), unfavorable cholesterol intake (73.9%), most of respondent is not obese (87%), and having normal total blood cholesterol levels by 58.7%. From the bivariate results showed no significant correlation between cholesterol intake and blood cholesterol levels (p value = 0.035) and no significant relationship between energy intake, polyunsaturated fatty acids, and BMI with high blood cholesterol levels. It is recommended to increase the role cooperation between doctors, nurses and nutritionists to provide knowledge about coronary heart disease, especially about nutrition intake. Keywords : Energy intake, polyunsaturated fatty acids, cholesterol, BMI, Cholesterol Levels Abstrak : Asupan energy, asupan lemak tak jenuh ganda, kolesterol dan IMT dengan kadar kolesterol darah pada pasien Jantung kolesterol darah pada pasien Jantung Koroner Rawat jalan. Penyakit jantung koroner timbul sebagai puncak gaya hidup yang merugikan kesehatan termasuk pola makan yang tidak sehat. Konsumsi makanan tinggi kalori dan lemak yang dapat menimbulkan efek negatif kesehatan, seperti obesitas dan tingginya kadar kolesterol darah. Penelitian ini merupakan jenis penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional yaitu melihat hubungan antara asupan energi, asam lemak tak jenuh ganda, kolesterol dan IMT dengan kadar kolesterol darah pasien Penyakit Jantung Koroner rawat jalan. Variabel yang diteliti meliputi asupan energi, asam lemak tak jenuh ganda, kolesterol, IMT dan kadar kolesterol darah pada pasien Penyakit Jantung Koroner rawat jalan yang berada di ruang Poli Jantung RSUD Dr. Hi. Abdul Moeloek Provinsi Lampung. Sampel penelitian 46 orang pasien dengan teknik accidental sampling. Berdasarkan uji statistik menunjukkan, distribusi usia paling banyak berusia tahun (37%), sebagian besar lakilaki (54,3%), bekerja PNS (47,8%), pendidikan terakhir paling banyak sarjana (60,9%), asupan energi responden kurang baik (93,5%), asupan asam lemak tak jenuh ganda kurang baik (82,6%), asupan kolesterol kurang baik (73,9%), sebagian besar berimt tidak obesitas (87%), dan kadar kolesterol darah total normal sebesar 58,7%. Terdapat hubungan bermakna antara asupan kolesterol dengan kadar kolesterol darah (p value=0,035) dan tidak ada hubungan bermakna antara asupan energi, asam lemak tak jenuh ganda, dan IMT dengan kadar kolesterol darah tinggi.sebaiknya perlu adanya peningkatan peran dan kerjasama antara dokter, perawat dan ahli gizi untuk memberikan pengetahuan mengenai penyakit jantung koroner terutama mengenai asupan gizi. Kata kunci: Asupan energi, asam lemak tak jenuh ganda, kolesterol, IMT, Kadar Kolesterol Data WHO (World Health Organization) menunjukkan dari 57 juta kematian yang terjadi di dunia pada tahun 2008, sebanyak 36 juta (63%) disebabkan penyakit tidak menular, yaitu penyakit jantung koroner, diabetes, kanker dan pernafasan kronik. Kematian akibat penyakit 113

2 114 Jurnal Kesehatan, Volume V, Nomor 2,Oktober 2014, hlm tidak menular diperkirakan akan terus meningkat di seluruh dunia, peningkatan terbesar akan terjadi di negara-negara menengah dan miskin. Tahun 2030 diprediksi akan ada 52 juta jiwa kematian per tahun karena penyakit tidak menular, naik 9 juta jiwa dari 38 juta jiwa pada saat ini (WHO, 2010). Penyakit jantung koroner timbul sebagai puncak dari gaya hidup yang merugikan kesehatan. Pola makan yang tidak sehat juga disinyalir sebagai faktor resiko penyakit jantung koroner. Makanan cepat saji atau fast food merupakan faktor resiko penyakit jantung koroner bila sering dikonsumsi. Penelitian Indrawan (2012) presentase asupan energi kurang pada pasien penyakit jantung koroner rawat jalan di Rumah Sakit Abdul Moeloek 96,8% dan presentase asupan lemak kurang 62,5%. Obesitas menjadi salah satu penyebab penyakit jantung koroner. Obesitas berkaitan langsung dengan kadar kolesterol dan lipid yang berdampak pada tekanan darah. Kejadian obesitas diukur dengan IMT atau Indeks Massa Tubuh, dikatakan obesitas apabila IMT lebih dari sama dengan 27 kg/m 2. Berdasarkan data Riskesdas 2010 prevalensi obesitas nasional berdasarkan IMT-U 11,7 % cenderung lebih dominan pada perempuan dengan prevalensi 15,5%. Prevalensi Provinsi Lampung dibawah angka nasional yaitu 8,8% (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2011). Kadar kolesterol darah adalah kandungan kolesterol yang terdapat dalam darah merupakan susunan dari banyak zat diantaranya trigliserida, LDL kolesterol dan HDL kolesterol, normal mg/dl dan tinggi >200mg/dl. Kadar kolesterol darah merupakan indikator yang paling baik untuk menentukan seseorang menderita penyakit jantung. Prevalensi penyakit jantung koroner lebih tinggi pada masyarakat tidak bersekolah dan tidak bekerja. Berdasarkan penyakit jantung koroner terdiagnosis dokter prevalensi lebih tinggi di perkotaan, namun berdasarkan terdiagnosis dokter dan gejala lebih tinggi di perdesaan dan pada kuintil indeks kepemilikan terbawah. Prevalensi penyakit jantung koroner berdasarkan pernah didiagnosis dokter di Provinsi Lampung sebesar 0,2% dan berdasarkan diagnosis dokter atau gejala 0,4% (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2013). Menurut data dari RSUD Dr. Hi. Abdul Moeloek tahun 2012, jumlah pasien menderita penyakit jantung koroner dan menjalani rawat jalan di poli jantung sebesar 1609 pasien dan pada tahun 2013, jumlah pasien jantung koroner rawat jalan berjumlah 4065 pasien. Berdasarkan latar belakang di atas peneliti ingin melihat hubungan antara asupan energi, asam lemak tak jenuh ganda, kolesterol dan IMT dengan kadar kolesterol darah pasien penyakit jantung koroner rawat jalan di RSUD Dr. Hi. Abdul Moeloek Provinsi Lampung. METODE Penelitian ini merupakan penelitian analitik karena menjelaskan tentang hubungan antara variabel asupan energi, asam lemak tak jenuk ganda, kolesterol, IMT dengan kadar kolesterol darah pasien penyakit jantung koroner dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini, jumlah ratarata pasien penyakit jantung koroner rawat jalan di poli jantung RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung tiap bulannya. Data yang diperoleh tahun 2013 jumlah pasien penyakit jantung koronerdari bulan Januari sampai Desember adalah 4065pasien.Dari data tersebut didapat jumlah rata-rata pasien penyakit jantung koroner tiap bulannya adalah 338 pasien, yang menjadi populasi dalam penelitian ini.sampel dari populasi ini adalah pasien rawat jalan yang menderita penyakit jantung koroner di RSUD.Dr. Hi. Abdul Moeloek Provinsi Lampung tahun 2014 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Analisis Univariat a. Gambaran Umum Pasien 1) Umur Distribusi umur responden dibedakan berdasarkan resiko terjadinya penyakit jantung koroner yang dimulai pada umur 35 tahun.

3 Zahroh, Asupan Energi, Asam Lemak Tak Jenuh Ganda, Kolesterol, dan IMT 115 Tabel 1. Umur Pasien Penyakit Jantung Koroner Rawat Jalan No Umur tahun 1 2, tahun 13 28, tahun tahun 14 30,4 5. > 75 tahun 1 2,2 Berdasarkan tabel 1, diketahui umur pasien Penyakit Jantung Koroner paling banyak tahun yaitu 17 orang (37%) dan paling sedikit umur tahun dan lebih dari 75 tahun yaitu 1 orang (2,2%). 2) Jenis Kelamin Tabel 2.Pasien Penyakit Jantung Koroner Rawat Jalan Berdasarkan Jenis Kelamin No Jenis Kelamin 1. Laki-laki 25 54,3 2. Perempuan 21 45,7 Berdasarkan tabel 2, jenis kelamin pasien Penyakit Jantung Koroner, laki-laki 25 orang (54,3%) dan perempuan 21 orang (45,7%). 3) Pekerjaan Tabel 3. Pasien Penyakit Jantung Koroner Rawat Jalan Berdasarkan Pekerjaan. No Pekerjaan 1. Ibu Rumah Tangga 7 15,2 2. Pensiunan PNS 12 26,2 3. Buruh 2 4,3 4. Wiraswasta 1 2,2 5. Pegawai Swasta 2 4,3 6. PNS 22 47,8 Berdasarkan tabel 3, pasien Penyakit Jantung Koroner paling banyak bekerja sebagai PNS = 22 orang (47,8%) dan yang paling sedikit wiraswasta berjumlah 1 orang (2,2%). 4) Pendidikan Tabel 4. Pasien Jantung Koroner Rawat Jalan Berdasarkan Pendidikan No Pendidikan 1. SMP 5 10,8 2. SMA 4 8,7 3. D III 9 19,6 4. S ,9 Berdasarkan tabel 4, diketahui pendidikan terakhir pasien Penyakit Jantung Koroner paling banyak adalah S1 = 28 orang (60,9%), paling sedikit SMA = 4 orang (8,7%). b. Gambaran Asupan Energi Pasien Asupan energi merupakan total konsumsi energi dari makanan dan minuman yang dikonsumsi selama dua puluh empat jam. Tabel 5. Asupan Energi Pasien Penyakit Jantung Koroner Rawat Jalan No Asupan Energi 1. Kurang baik 43 93,5 2. Baik 3 6,5 Berdasarkan tabel 5, diketahui asupan energi pasien Penyakit Jantung Koroner, asupan energi kurang baik = 43 orang (93,5%) dan asupan energi baik = 3 orang (6,5%). c. Gambaran Asupan Asam Lemak Tak Jenuh Ganda Pasien Asupan asam lemak tak jenuh ganda merupakan jumlah asupan makanan dan minuman yang dikonsumsi pasien dalam berat bersih yang mengandung asam lemak tak jenuh ganda selama dua puluh empat jam. Tabel 6. Asupan Asam Lemak Tak Jenuh GandaPasien Penyakit Jantung Koroner Rawat Jalan No Asupan Asam Lemak Tak Jenuh Ganda 1. Kurang baik 38 82,6 2. Baik 8 17,4

4 116 Jurnal Kesehatan, Volume V, Nomor 2,Oktober 2014, hlm Berdasarkan tabel 6, diketahui asupan asam lemak tak jenuh ganda pasien Penyakit Jantung Koroner,asupan kurang baik berjumlah 38 orang (82,6%) dan paling sedikit asupan baik berjumlah 8 orang (17,4%). d. Gambaran Asupan Kolesterol Pasien Asupan kolesterol merupakan jumlah asupan makanan dan minuman yang dikonsumsi pasien dalam berat bersih yang mengandung Distribusi pasien berdasarkan jumlah asupan energi, dapat dilihat pada tabel 7 di bawah ini: Tabel 7. Distribusi Asupan Kolesterol Pasien Penyakit Jantung Koroner Rawat Jalan No Asupan Kolesterol 1. Kurang Baik 34 73,9 2. Baik 12 26,1 Berdasarkan tabel 7, diketahui asupan kolesterol pasien Penyakit Jantung Koroner yang kurang baik = 34 orang (73,9%) dan asupan baik = 12 orang (26,1%). e. Gambaran IMT Pasien IMT (Indeks Massa Tubuh) merupakan keadaan gizi seseorang yang dihitung dari perbandingan antara berat badan dalam kilogram dan tinggi badan dalam meter dikuadratkan. Tabel 8. Distribusi IMT Pasien Penyakit Jantung Koroner Rawat Jalan No IMT 1. Obesitas Tidak Obesitas Berdasar tabel 8, diketahui IMT pasien Penyakit Jantung Koroner, IMT obesitas = 6 orang (13%) dan tidak obesitas 40 orang (87%). f. Gambaran Kadar Kolesterol Responden Kadar kolesterol darah merupakan kadar kolesterol darah responden yang diukur saat kunjungan. Tabel 9. Distribusi Kadar Kolesterol Pasien Jantung Koroner Rawat Jalan No Kadar Kolesterol 1. Tinggi 16 34,8 2. Normal 30 65,2 Berdasarkan tabel 9, diketahui kadar kolesterol darah pasien Penyakit Jantung Koroner yaitu tinggi = 16 orang (34,8%) dan normal berjumlah 30 orang (65,2%). Analisis Bivariat a. Hubungan Asupan Energi dengan Kadar Kolesterol Tabel 10. Asupan Energi dengan Kadar Kolesterol Asupan Energi Kurang baik Kadar Kolesterol Tinggi Normal Total p- value 15(34,9%) 28(65,1%) 43(100%) 1,00 Baik 1(33,3%) 2(66,7%) 3(100%) 16(34,8%) 30(65,2%) 46(100%) Berdasarkan tabel 10, diketahui pasien dengan asupan energi kurang baik mengalami kadar kolesterol darah tinggi = 34,9% dan pasien dengan asupan energi baik mengalami kadar kolesterol darah tinggi = 33,3%. Hasil uji statistik diperoleh nilai p=1,00 dengan demikian Ho gagal ditolak, disimpulkan tidak ada hubungan bermakna antara asupan energi dengan kadar kolesterol darah pasein Jantung Koroner rawat jalan di poli penyakit jantung RSUD Dr. Hi. Abdul Moeloek Th 2014 b. Hubungan Asupan Asam Lemak Tak Jenuh Ganda dengan Kadar Kolesterol

5 Zahroh, Asupan Energi, Asam Lemak Tak Jenuh Ganda, Kolesterol, dan IMT 117 Tabel 11. Asupan asam lemak tak jenuh ganda dengan kadar kolesterol darah Asupan ALTJG Kurang baik Kadar Kolesterol Tinggi Normal Total p- value 13(34,2%) 25(65,8%) 38(100%) 1,00 Baik 3(37,5%) 5(62,5%) 8(100%) 16(34,8%) 30(65,2%) 46(100%) Berdasarkan tabel 11, diketahui pasien dengan asupan asam lemak tak jenuh ganda kurang baik mengalami kadar kolesterol darah tinggi sebanyak 34,5% dan pasien dengan asupan asam lemak tak jenuh ganda baik mengalami kadar kolesterol darah tinggi sebanyak 37,5%. Hasil uji statistik diperoleh nilai p=1,00 berarti Ho gagal ditolak, disimpulkan tidak ada hubungan barmakna antara asupan asam lemak tak jenuh ganda dengan kadar kolesterol darah pasein Penyakit Jantung Koroner rawat jalan di poli penyakit jantung RSUD Dr. Hi. Abdul Moeloek Tahun c. Hubungan Asupan Kolesterol dengan Kadar Kolesterol Tabel 12. Asupan Kolesterol dengan Kadar Kolesterol Asupan koleste rol Kurang baik Kadar Kolesterol Tinggi Normal Total p- value 15(44,1%) 19(55,9%) 34(100%) 0,04 Baik 1(8.3%) 11(91,7%) 12(100%) 16(34,8%) 30(65,2%) 46(100%) Berdasarkan tabel 12, diketahui pasien dengan asupan kolesterol kurang baik mengalami kadar kolesterol darah tinggi sebanyak 44,1% dan pasien dengan asupan asam lemak tak jenuh ganda baik mengalami kadar kolesterol darah tinggi sebanyak 8,3%. Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,04 berarti Ho ditolak, disimpulkan ada hubungan barmakna antara asupan kolesterol dengan kadar kolesterol darah pasein Penyakit Jantung Koroner rawat jalan di poli penyakit jantung RSUD Dr. Hi. Abdul Moeloek Tahun c. Hubungan IMT dengan Kadar Kolesterol Tabel 13. Hubungan IMT dengan Kadar Kolesterol Asupan ALTJG Kurang baik Kadar Kolesterol Tinggi Normal Total p- value 2(33,3%) 4(66,7%) 6(100%) 1,00 Baik 14(35%) 26(65%) 40(100%) 16(34,8%) 30(65,2%) 46(100%) Berdasarkan tabel 13, diketahui pasien yang IMT obesitas mengalami kadar kolesterol darah tinggi sebanyak 33,3% dan pasien yang IMT tidak obesitas mengalami kadar kolesterol darah tinggi sebanyak 35%. Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 1,00 berarti Ho gagal ditolak, disimpulkan tidak ada hubungan signifikan antara IMT dengan kadar kolesterol darah pasein Penyakit Jantung Koroner rawat jalan di poli penyakit jantung RSUD Dr. Hi. Abdul Moeloek Tahun Pembahasan 1. Gambaran Umum Responden a. Umur Sebagian besar pasien penyakit jantung koroner yang menjadi sampel penelitian berusia lebih 40 tahun. Presentase tertinggi pasien penyakit jantung koroner berdasarkan umur pada kelomok umur tahun 37%). Usia di atas 40 tahun memiliki risiko terkena penyakit jantung koroner. Usia merupakan faktor risiko penyakit jantung koroner yang tidak dapat diubah dan meningkat seiring dengan pertambahan usia. Kadar kolesterol darah mulai meningkat dengan bertambahnya usia (Anwar, 2004).Hal ini sesuai dengan penelitian Yanti (2009) bahwa 64,1% penderita penyakit jantung koroner kelompok umur > 55 tahun dan penelitian Nelwan (2011) bahwa 87% penderita penyakit jantung koroner berumur > 59 tahun.

6 118 Jurnal Kesehatan, Volume V, Nomor 2,Oktober 2014, hlm b. Jenis Kelamin Berdasarkan hasil penelitian terhadap pasien penyakit jantung koroner, jenis kelamin laki-laki merupakan responden yang paling banyak yaitu presentase 54,3%. Laki-laki memiliki risiko lebih besar terkena penyakit jantung koroner dan kejadiannya lebih awal dari pada perempuan. Hal ini disebabkan oleh perlindungan dari hormon estrogen terhadap timbulnya penyakit koroner yang tidak dimiliki laki-laki (Anwar, 2004). Oleh karena itu, risiko penyakit jantung koroner pada perempuan lebih rendah daripada laki-laki, tetapi yang telah menopouse memiliki risiko yang sama besarnya dengan laki-laki. Namun, pada perempuan risiko penyakit jantung koroner akan meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Hal ini sesuai dengan penelitian Yanti (2009) bahwa penderita penyakit jantung koroner laki-laki 55,9% dan penelitian Nelwan (2011) bahwa penderita penyakit jantung koroner berjenis kelamin laki-laki 73%. c. Pekerjaan Sebagian besar pasien penyakit jantung koroner yang menjadi responden penelitian bekerja sebagai PNS (47,8%). Hal ini dikarenakan di RSUD Dr. Hi. Abdul Moeloek menggunakan sistem BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) sebagai sumber biaya sehingga penderita yang bekerja sebagai PNS banyak yang datang berobat, meskipun sistem berubah namun bagi PNS, pendaftaran BPJS mudah karena sebelumnya sudah terdaftar sebagai peserta Askes. PNS identik dengan pekerjaan kantoran yang kebanyakan jarang melakukan kegiatan olahraga, sehingga terjadi penumpukan lemak di dalam darah. Hal ini sesuai penelitian Yanti (2009) bahwa penderita penyakit jantung koroner terbesar pada jenis pekerjaan PNS (29,6%) dan penelitian Pohan (2007) terbesar 30,6%. d. Pendidikan Sebagian besar pendidikan responden adalah S1(60,9%). Hal ini menunjukkan bahwa dengan pendidikan tinggi pun, masih banyak ditemui penderita penyakit jantung koroner yang dapat disebabkan karena kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai penyakit jantung koroner (Sari, 2009). Tingkat pendidikan bukan satu-satunya faktor yang menentukan kemampuan seseorang dalam menyusun dan menyiapkan hidangan namun faktor pendidikan dapat mempengaruhi kemampuan menyerap pengetahuan gizi yang diperoleh. Hal ini sesuai dengan penelitian Yanti (2009) bahwa sebanyak 22,6% pasien penyakit jantung koroner menamatkan pendidikan perguruan tinggi. 2. Hubungan Asupan Energi dengan Kadar Kolesterol Pasien Jantung Koroner Asupan makanan yang berlebih terutama kalori tinggi akan mengakibatkan peningkatan kolesterol dalam darah. Keadaan ini akan mempercepat terjadinya aterosklerosis. Asupan energi yang tidak mencukupi dapat menghambat proses metabolisme. Kelebihan asupan energi berpengaruh terhadap kadar kolesterol darah mempercepat terjadinya aterosklerosis sehingga kadar kolesterol darah meningkat. Oleh karena itu, asupan energi hendaknya sesuai dengan kebutuhan sehingga metabolisme tubuh tidak terganggu. Dari hasil uji statistik, dinyatakan bahwa tidak adanya hubungan yang signifikan antara asupan energi dengan kadar kolesterol darah pasien penyakit jantung koroner. Hal ini mungkin dikarenakan pasien telah mengurangi jumlah makan sementara tidak mengetahui mengenai pengaturan makan yang sesuai dengan penyakit jantung koroner. Sehingga perlu penambahan informasi berupa poster dan leaflet di ruang tunggu untuk menambah informasi mengenai penyakit jantung terutama pengaturan makan sehingga asupan zat gizi terpenuhi. Selain itu juga, pasien perlu dirujuk ke poli konsultasi gizi agar lebih memahami mengenai pengaturan makan dan kebutuhan zat gizi selama sehari. 3. Hubungan Asam Lemak Tak Jenuh Ganda dengan Kadar Kolesterol Pasien Jantung Koroner Diketahui dari 38 orang asupan kurang baik mengalami kolesterol darah tinggi sebesar 34,2% dan dari 8 orang asupan baik mengalami

7 Zahroh, Asupan Energi, Asam Lemak Tak Jenuh Ganda, Kolesterol, dan IMT 119 kadar kolesterol darah tinggi sebanyak 37,5%. Rata-rata asupan asam lemak tak jenuh ganda sebesar 10,42 mg. Asupan asam lemak tak jenuh ganda responden tidak mencukupi kebutuhan. Bahan makanan yang mengandung asam lemak tak jenuh ganda paling banyak dikonsumsi adalah kacang tanah dan tahu. Asupan yang kurang terus menerus akan menjadi masalah, terkait dengan manfaat asam lemak tak jenuh ganda yang mampu menurunkan kadar kolesterol darah. Menurut Namun, saat penelitian dijumpai 37,5% pasien dengan asupan asam lemak tak jenuh ganda baik mengalami kadar kolesterol darah tinggi. Hal ini dikarenakan asupan kolesterol pasien dalam sehari 200 mg, sehingga menyebabkan kadar kolesterol darah meningkat. Dari hasil uji statistik, dinyatakan bahwa tidak adanya hubungan yang signifikan antara asupan asam lemak tak jenuh ganda dengan kadar kolesterol darah pasien penyakit jantung koroner. Dikarenakan data asupan recall 24 jam hanya dilakukan satu hari juga dapat mempengaruhi hasil uji dan kurang mewakili asupan asam lemak tak jenuh ganda responden. Kurangnya asupan asam lemak tak jenuh ganda kemungkian dikarenakan kurang pengetahuan pasien mengenai bahan makanan yang sebaiknya dikonsumsi. Sehingga pasien perlu dirujuk ke poli konsultasi gizi untuk mendapatkan pemahaman mengenai pengaturan makan sehingga asupan asam lemak tak jenuh ganda sesuai kebutuhan, dengan asupan yang sesuai dapat menurunkan kadar kolesterol. 4. Hubungan Asupan Kolesterol dengan Kadar Kolesterol Pasien Penyakit Jantung Koroner Rata-rata asupan kolesterol responden yaitu 290,48 mg. Berdasarkan hasil recall pasien, diketahui bahwa bahan makanan yang mengandung kolesterol paling banyak dikonsumsi adalah daging ayam, telur, ikan dan tepung susu. Asupan kolesterol rata-rata responden tidak memenuhi anjuran WHO untuk konsumsi koesterol pada penderita penyakit jantung yaitu kurang dari 200 mg/hari. Dari hasil uji statistik, dinyatakan bahwa adanya hubungan yang signifikan antara asupan kolesterol dengan kadar kolesterol darah pasien penyakit jantung koroner. Semakin banyak mengonsumsi kolesterol maka kadar kolesterol darah akan semakin meningkat. Semakin banyak konsumsi makanan berlemak maka akan semakin besar peluangnya untuk menaikkan kadar kolesterol. Tingginya kolesterol dalam makanan mungkin karena kurang pengetahuan pasien mengenai diet yang sesuai dengan penyakit jantung koroner yaitu mengurangi asupan kolesterol dan karena banyaknya pasien yang tidak melakukan konsultasi gizi sehingga perlu dirujuk ke poli gizi untuk memberikan pemahaman mengenai pengaturan makan sehingga asupan kolesterol pasien dapat terkontrol dan kadar kolesterol menjadi normal. 5. Hubungan IMT dengan Kadar Kolesterol Pasien Penyakit Jantung Koroner Diketahui bahwa 28,2% responden mempunyai IMT obesitas ( 27 kg/m 2 ) dan terjadi kadar kolesterol darah tinggi sebesar 33,3%. Rata-rata IMT responden 23,86 kg/m 2. Risiko terjadinya penyakit jantung koroner pada kelompok overweight lebih besar dibandingkan kelompok ideal. Dari hasil uji statistik, diketahui bahwa tidak ada hubungan antara IMT dengan kadar kolesterol darah. Hal ini sesuai dengan penelitian Harahap (2011) menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara IMT dengan kadar kolesterol darah. Pasien mungkin mengurangi jumlah makan namun tidak mengetahui pengaturan makanan yang sesuai dengan penyakit jantung selain itu juga kemungkinan karena nafsu makan pasien yang kurang karena faktor usia dan menurunnya indra pengecap sehingga berat badan pasien turun. Sebaiknya IMT yang dihitung saat pasien belum terkena penyakit jantung koroner, hal ini dapat menggambarkan IMT deengan kejadian penyakit jantung koroner dan kadar kolesterol darah yang tinggi. SIMPULAN 1. Pasien penyakit jantung koroner rata-rata berusia tahun (37%); jenis kelamin

8 120 Jurnal Kesehatan, Volume V, Nomor 2,Oktober 2014, hlm laki-laki (54,3%); bekerja sebagai PNS (47,8%) dan pendidikan S1 (60,9%). 2. Pasien penyakit jantung koroner yang asupan baik yaitu energi (6,5%); asam lemak tak jenuh ganda (17,4%) dan kolesterol (26,1%). 3. IMT pasien penyakit jantung koroner tidak obesitas 87% dan rata-rata IMT responden 23,86 kg/m Responden memiliki kadar kolesterol darah tinggi 34,8% lebih sedikit dari DAFTAR PUSTAKA Almaitser, Sunita Penuntun Diet. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Anwar, Bahari Faktor Resiko Penyakit Jantung Koroner. Medan: Universitas Sumatraa Utara Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Jakarta : Kementerian Kesehatan RI Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Jakarta : Kementerian Kesehatan RI. Harahap, Taya Rizki Arini Hubungan antara Kadar Kolesterol Total dan Kadar Trigliserida dengan Indeks Massa Tubuh pada Pasien di Instalasi Patologik Klinik RSUP H. Adam Malik Medan Tahun Medan [Karya Tulis Ilmiah] Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. responden yang memiliki kadar kolesterol darah normal (65,2%). 5. Variabel penelitian, yang memiliki hubungan signifikan dengan kadar kolesterol darah adalah asupan kolesterol pasien 6. Variabel asupan energi, asam lemak tak jenuh ganda dan IMT dinyatakan tidak memiliki hubungan signifikan dengan kadar kolesterol darah pasien penyakit jantung koroner rawat jalan. Indrawan, Doni Gambaran Pola Makan Pasien Penyakit Jantung Koroner Rawat Jalan di Poli Penyakit Jantung Rumah Sakit Umum Dr. Hi. Abdul Moeloek Provinsi Lampung Tahun 2012.Lampung [Karya Tulis Ilmiah] Jurusan Gizi Poltekkes TanjungKarang Sari, Yunni Karakteristik Penderita Penyakit Jantung Koroner Rawat Inap di RSUD Dr. R. M. Djoelham Binaji Tahun Medan: [Skrpsi] Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. WHO The World Health Report 2009.Reducing risk, promoting healthy life. 19 Desember 2013 Yanti, Sri Damai Karakteristik Penderita Penyakit Jantung Koroner Rawat Inap di RSUD Dr. Pirngadi Medan. Medan: [Skripsi] Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatra Utara.

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN PENELITIAN HUBUNGAN POLA KONSUMSI ENERGI, LEMAK JENUH DAN SERAT DENGAN KADAR TRIGLISERIDA PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER Usdeka Muliani* *Dosen Jurusan Gizi Indonesia saat ini menghadapi masalah

Lebih terperinci

Hubungan Asupan Lemak dan Asupan Kolesterol dengan Kadar Kolesterol Total pada Penderita Jantung Koroner Rawat Jalan di RSUD Tugurejo Semarang

Hubungan Asupan Lemak dan Asupan Kolesterol dengan Kadar Kolesterol Total pada Penderita Jantung Koroner Rawat Jalan di RSUD Tugurejo Semarang 13 Hubungan Asupan Lemak dan Asupan Kolesterol dengan Kadar Kolesterol Total pada Penderita Jantung Koroner Rawat Jalan di RSUD Tugurejo Semarang Filandita Nur Septianggi 1, Tatik Mulyati, Hapsari Sulistya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan suatu keadaan akibat terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi koroner. Penyempitan atau penyumbatan

Lebih terperinci

Kata Kunci: Umur, Jenis Kelamin, IMT, Kadar Asam Urat

Kata Kunci: Umur, Jenis Kelamin, IMT, Kadar Asam Urat HUBUNGAN ANTARA UMUR, JENIS KELAMIN DAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN KADAR ASAM URAT DARAHPADA MASYARAKAT YANG DATANG BERKUNJUNG DI PUSKESMAS PANIKI BAWAH KOTA MANADO Jilly Priskila Lioso*, Ricky C. Sondakh*,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduk usia lanjut di Indonesia mengalami peningkatan yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. penduduk usia lanjut di Indonesia mengalami peningkatan yang cukup BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Struktur penduduk dunia saat ini menuju proses penuaan yang ditandai dengan meningkatnya jumlah dan proporsi penduduk usia lanjut. Proporsi penduduk usia lanjut di Indonesia

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. merupakan salah satu faktor resiko mayor penyakit jantung koroner (PJK). (1) Saat ini PJK

BAB 1 : PENDAHULUAN. merupakan salah satu faktor resiko mayor penyakit jantung koroner (PJK). (1) Saat ini PJK BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan kadar kolesterol darah yang dikenal dengan istilah hiperkolesterolemia merupakan salah satu faktor resiko mayor penyakit jantung koroner (PJK). (1) Saat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit arteri koroner (CAD = coronary arteridesease) masih merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit arteri koroner (CAD = coronary arteridesease) masih merupakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Penyakit jantung koroner (CHD = coronary heart desease) atau penyakit arteri koroner (CAD = coronary arteridesease) masih merupakan ancaman kesehatan. Penyakit

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ASUPAN SERAT PENDERITA DM DI POLI PENYAKIT DALAM RSUD Dr. Hi. ABDUL MOELOEK PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2014

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ASUPAN SERAT PENDERITA DM DI POLI PENYAKIT DALAM RSUD Dr. Hi. ABDUL MOELOEK PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2014 ISSN CETAK. 2443-115X ISSN ELEKTRONIK. 2477-1821 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ASUPAN SERAT PENDERITA DM DI POLI PENYAKIT DALAM RSUD Dr. Hi. ABDUL MOELOEK PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2014 Usdeka Muliani

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap tahun lebih dari 36 juta orang meninggal karena penyakit tidak menular (PTM) (63% dari seluruh kematian) di dunia. Lebih dari 9 juta kematian yang disebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebanyak 90% penderita diabetes di seluruh dunia merupakan penderita

BAB I PENDAHULUAN. Sebanyak 90% penderita diabetes di seluruh dunia merupakan penderita BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prevalensi penyakit diabetes secara global diderita oleh sekitar 9% orang dewasa berusia 18 tahun ke atas pada tahun 2014. Diabetes menjadi penyebab besarnya jumlah

Lebih terperinci

THE RELATION OF OBESITY WITH LDL AND HDL LEVEL AT PRECLINIC STUDENT OF MEDICAL FACULTY LAMPUNG UNIVERSITY 2013

THE RELATION OF OBESITY WITH LDL AND HDL LEVEL AT PRECLINIC STUDENT OF MEDICAL FACULTY LAMPUNG UNIVERSITY 2013 THE RELATION OF OBESITY WITH LDL AND HDL LEVEL AT PRECLINIC STUDENT OF MEDICAL FACULTY LAMPUNG UNIVERSITY 2013 Ercho, NC, Berawi K, Susantiningsih T Medical Faculty of Lampung University Abstract Obesity

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang jantung. Organ tersebut memiliki fungsi memompa darah ke seluruh tubuh. Kelainan pada organ tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Overweight dan obesitas merupakan masalah kesehatan masyarakat yang perlu mendapatkan perhatian yang serius karena merupakan peringkat kelima penyebab kematian

Lebih terperinci

2 Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di ba

2 Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di ba 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan gaya hidup masyarakat menjadi pola hidup tidak sehat telah mendorong terjadinya berbagai penyakit yang mempengaruhi metabolisme tubuh. Penyakit akibat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. metabolisme energi yang dikendalikan oleh beberapa faktor biologik. adiposa sehingga dapat mengganggu kesehatan (Sugondo, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. metabolisme energi yang dikendalikan oleh beberapa faktor biologik. adiposa sehingga dapat mengganggu kesehatan (Sugondo, 2009). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obesitas merupakan suatu kelainan kompleks pengaturan nafsu makan dan metabolisme energi yang dikendalikan oleh beberapa faktor biologik spesifik. Secara fisiologis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya berbagai perubahan dalam kehidupan. Salah satu hal yang

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya berbagai perubahan dalam kehidupan. Salah satu hal yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Globalisasi yang terjadi beberapa tahun terakhir mengakibatkan terjadinya berbagai perubahan dalam kehidupan. Salah satu hal yang mengalami perubahan yang menonjol

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG Penyakit tidak menular terus berkembang dengan semakin meningkatnya jumlah penderitanya, dan semakin mengancam kehidupan manusia, salah satu penyakit tidak menular

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak menular yang lebih dikenal dengan sebutan transisi epidemiologi. 1

BAB I PENDAHULUAN. tidak menular yang lebih dikenal dengan sebutan transisi epidemiologi. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sedang mengalami beban ganda dalam menghadapi masalah penyakit, yang mana penyakit menular dan penyakit tidak menular keduanya menjadi masalah kesehatan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Di Indonesia sering terdengar kata Transisi Epidemiologi atau beban ganda penyakit. Transisi epidemiologi bermula dari suatu perubahan yang kompleks dalam pola kesehatan

Lebih terperinci

Kata kunci: Hipertensi, Aktivitas Fisik, Indeks Massa Tubuh, Konsumsi Minuman Beralkohol

Kata kunci: Hipertensi, Aktivitas Fisik, Indeks Massa Tubuh, Konsumsi Minuman Beralkohol HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK, INDEKS MASSA TUBUH DAN KONSUMSI MINUMAN BERALKOHOL DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI RUMAH SAKIT TK.III R. W. MONGISIDI MANADO Pretisya A. N. Koloay*, Afnal Asrifuddin*, Budi T. Ratag*

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi

Lebih terperinci

GAMBARAN KADAR GLUKOSA DARAH SEWAKTU PADA PETUGAS AVIATION SECURITY BANDARA JUWATA TARAKAN DENGAN INDEKS MASSA TUBUH kg/m 2

GAMBARAN KADAR GLUKOSA DARAH SEWAKTU PADA PETUGAS AVIATION SECURITY BANDARA JUWATA TARAKAN DENGAN INDEKS MASSA TUBUH kg/m 2 GAMBARAN KADAR GLUKOSA DARAH SEWAKTU PADA PETUGAS AVIATION SECURITY BANDARA JUWATA TARAKAN DENGAN INDEKS MASSA TUBUH 17-27 kg/m 2 Agung Setiyawan MahasiswaPeminatanEpidemiologidanPenyakitTropik FakultasKesehatanMasyarakatUniversitasDiponegoro

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka kematian, membaiknya status gizi, dan Usia Harapan Hidup. (1) Penyakit degeneratif adalah salah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah kesehatan merupakan masalah yang ada di setiap negara, baik di

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah kesehatan merupakan masalah yang ada di setiap negara, baik di BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kesehatan merupakan masalah yang ada di setiap negara, baik di negara miskin, negara berkembang, maupun negara maju. Negara miskin cenderung dengan masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mencapai 400 per kematian (WHO, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mencapai 400 per kematian (WHO, 2013). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kardiovaskular merupakan penyakit gangguan pada jantung dan pembuluh darah, termasuk penyakit jantung koroner, stroke, gagal jantung kongestif, penyakit vaskular

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat semakin meningkat. Salah satu efek samping

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat semakin meningkat. Salah satu efek samping BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dewasa ini, keberhasilan pembangunan ekonomi di Indonesia telah membuat kesejahteraan masyarakat semakin meningkat. Salah satu efek samping berhasilnya pembangunan

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP

BAB III KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP BAB III KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP 3.1 Kerangka Teori Faktor risiko dan etiologi: - Faktor lingkungan - Faktor neurogenik - Faktor hormonal - Faktor genetik Overweight dan obesitas Body Mass Index

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Hipertensi atau yang lebih dikenal penyakit darah tinggi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah seseorang adalah >140 mm Hg (tekanan sistolik) dan/ atau

Lebih terperinci

PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER

PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER ABSTRAK PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2010 Shiela Stefani, 2011 Pembimbing 1 Pembimbing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mellitus tingkat kejadiannya terus meningkat di banyak negara di dunia (Lopez et

BAB I PENDAHULUAN. mellitus tingkat kejadiannya terus meningkat di banyak negara di dunia (Lopez et BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit tidak menular yang berkaitan dengan gizi seperti diabetes mellitus tingkat kejadiannya terus meningkat di banyak negara di dunia (Lopez et al., 2006 dalam Sacks,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia, lebih dari 1 milyar orang dewasa adalah overweight dan lebih dari 300

BAB I PENDAHULUAN. dunia, lebih dari 1 milyar orang dewasa adalah overweight dan lebih dari 300 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa obesitas merupakan salah satu dari 10 kondisi yang berisiko di seluruh dunia dan salah satu dari 5 kondisi yang berisiko

Lebih terperinci

dan rendah serat yang menyebabkan pola makan yang tidak seimbang.

dan rendah serat yang menyebabkan pola makan yang tidak seimbang. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejalan dengan strategi pembangunan kesehatan untuk mewujudkan bangsa yang sehat, di tahun 2011 dicanangkan peningkatan derajat kesehatan sebagai salah satu fokus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Obesitas merupakan salah satu faktor utama penyebab pencapaian

BAB I PENDAHULUAN. Obesitas merupakan salah satu faktor utama penyebab pencapaian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obesitas merupakan salah satu faktor utama penyebab pencapaian kesehatan umum pada populasi dunia, jauh dari target yang diharapkan di tahun 2020 (Balaban, 2011). Sekitar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang sangat serius saat ini adalah hipertensi yang disebut sebagai the silent killer.

BAB 1 PENDAHULUAN. yang sangat serius saat ini adalah hipertensi yang disebut sebagai the silent killer. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hipertensi masih tetap menjadi masalah hingga saat ini karena beberapa hal seperti meningkatnya prevalensi hipertensi, masih banyaknya pasien hipertensi yang belum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemasan merupakan hal yang penting dan diperlukan oleh konsumen, terutama bagi konsumen dengan kondisi medis tertentu yang

BAB I PENDAHULUAN. kemasan merupakan hal yang penting dan diperlukan oleh konsumen, terutama bagi konsumen dengan kondisi medis tertentu yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pengetahuan diet dan perilaku membaca informasi nilai gizi makanan kemasan merupakan hal yang penting dan diperlukan oleh konsumen, terutama bagi konsumen dengan kondisi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perempuan. Artinya bahwa laki-laki mempunyai risiko PJK 2-3x lebih besar

BAB 1 PENDAHULUAN. perempuan. Artinya bahwa laki-laki mempunyai risiko PJK 2-3x lebih besar BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) menjadi peringkat pertama penyebab kematian di beberapa Negara (Agustini, 2014). Di Amerika Serikat gejala PJK sebelum umur 60 tahun

Lebih terperinci

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN KADAR TRIGLISERIDA PADA DEWASA MUDA OBESITAS DI STIKES INDONESIA PADANG

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN KADAR TRIGLISERIDA PADA DEWASA MUDA OBESITAS DI STIKES INDONESIA PADANG HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN KADAR TRIGLISERIDA PADA DEWASA MUDA OBESITAS DI STIKES INDONESIA PADANG Skripsi Diajukan ke Fakultas Kedokteran Universitas Andalas sebagai Pemenuhan Salah Satu Syarat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian berasal dari PTM dengan perbandingan satu dari dua orang. dewasa mempunyai satu jenis PTM, sedangkan di Indonesia PTM

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian berasal dari PTM dengan perbandingan satu dari dua orang. dewasa mempunyai satu jenis PTM, sedangkan di Indonesia PTM BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara global Penyakit Tidak Menular (PTM) membunuh 38 juta orang setiap tahun. (1) Negara Amerika menyatakan 7 dari 10 kematian berasal dari PTM dengan perbandingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Obesitas merupakan salah satu masalah kesehatan yang banyak terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Obesitas merupakan salah satu masalah kesehatan yang banyak terjadi di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obesitas merupakan salah satu masalah kesehatan yang banyak terjadi di zaman modern ini. Obesitas merupakan suatu kelainan atau penyakit dimana terjadi penimbunan lemak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hipertensi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang umum di negara berkembang. Hipertensi yang tidak segera ditangani berdampak pada munculnya penyakit degeneratif,

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) adalah gangguan fungsi jantung dimana otot

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) adalah gangguan fungsi jantung dimana otot BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) adalah gangguan fungsi jantung dimana otot jantung kekurangan suplai darah yang disebabkan oleh adanya penyempitan pembuluh darah koroner.

Lebih terperinci

HEMAKANEN NAIR A/L VASU FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014

HEMAKANEN NAIR A/L VASU FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014 Hubungan Obesitas Sentral Sebagai Salah Satu Faktor Resiko Penyakit Jantung Koroner Pada Usia 40-60 Tahun Di RSUP H.Adam Malik, Medan. Oleh: HEMAKANEN NAIR A/L VASU 110100413 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

ASUPAN ZAT-ZAT GIZI DAN KADAR GULA DARAH PENDERITA DM-TIPE2 DI POLIKLINIK PENYAKIT DALAM RSUD Dr. H. ABDUL MOELOEK PROVINSI LAMPUNG

ASUPAN ZAT-ZAT GIZI DAN KADAR GULA DARAH PENDERITA DM-TIPE2 DI POLIKLINIK PENYAKIT DALAM RSUD Dr. H. ABDUL MOELOEK PROVINSI LAMPUNG ASUPAN ZAT-ZAT GIZI DAN KADAR GULA DARAH PENDERITA DM-TIPE2 DI POLIKLINIK PENYAKIT DALAM RSUD Dr. H. ABDUL MOELOEK PROVINSI LAMPUNG Usdeka Muliani 1) 1) Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Tanjungkarang e-mail

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini masalah kegemukan ( overweight) merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini masalah kegemukan ( overweight) merupakan salah satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini masalah kegemukan ( overweight) merupakan salah satu masalah global yang melanda masyarakat dunia baik di negara maju maupun di negara berkembang seperti

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. mengancam hidup seperti penyakit kardiovaskuler.

BAB 1 : PENDAHULUAN. mengancam hidup seperti penyakit kardiovaskuler. BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK)merupakan penyakit jantung yang terutama disebabkan oleh penyempitanarteri koronaria akibat proses aterosklerosis atau spasme atau keduanya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. lanjut usia terus meningkat dari tahun ke tahun(rahayu, 2014). Menurut

BAB I PENDAHULUAN UKDW. lanjut usia terus meningkat dari tahun ke tahun(rahayu, 2014). Menurut 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu indikator keberhasilan pembangunan adalah semakin meningkatnyausia harapan hidup penduduk akibatnya jumlah penduduk lanjut usia terus meningkat dari tahun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Dewasa ini perilaku pengendalian PJK belum dapat dilakukan secara

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Dewasa ini perilaku pengendalian PJK belum dapat dilakukan secara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyakit jantung koroner (PJK) telah menjadi penyebab kematian utama di Indonesia. Dewasa ini perilaku pengendalian PJK belum dapat dilakukan secara optimal.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. bagian tenggara. RSUD Dr. Moewardi memiliki beberapa program

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. bagian tenggara. RSUD Dr. Moewardi memiliki beberapa program BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Rumah Sakit RSUD Dr. Moewardi merupakan rumah sakit kelas A. RSUD Dr. Moewardi ditetapkan sebagai rumah sakit rujukan wilayah Eks Karesidenan Surakarta dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Overweight dan obesitas adalah dua istilah yang berbeda. Overweight

BAB I PENDAHULUAN. Overweight dan obesitas adalah dua istilah yang berbeda. Overweight 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Overweight dan obesitas adalah dua istilah yang berbeda. Overweight adalah kondisi berat badan seseorang melebihi berat badan normal pada umumnya. Sementara obesitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan data International Diabetes Federation (IDF) pada

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan data International Diabetes Federation (IDF) pada BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Diabetes melitus kini telah menjadi ancaman dalam kesehatan dunia. Jumlah penderita diabetes melitus tidak semakin menurun setiap tahunnya, namun justru mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari masyarakat agraris menjadi masyarakat industri. Indonesia saat ini juga

BAB I PENDAHULUAN. dari masyarakat agraris menjadi masyarakat industri. Indonesia saat ini juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang berkembang saat ini dari masyarakat agraris menjadi masyarakat industri. Indonesia saat ini juga menghadapi dampak perubahan

Lebih terperinci

HUBUNGAN POLA ASUPAN MAKANAN PUASA RAMADHAN DENGAN KADAR KOLESTEROL PADA KARYAWAN DENGAN OBESITAS DI PT. TIGA SERANGKAI SKRIPSI

HUBUNGAN POLA ASUPAN MAKANAN PUASA RAMADHAN DENGAN KADAR KOLESTEROL PADA KARYAWAN DENGAN OBESITAS DI PT. TIGA SERANGKAI SKRIPSI HUBUNGAN POLA ASUPAN MAKANAN PUASA RAMADHAN DENGAN KADAR KOLESTEROL PADA KARYAWAN DENGAN OBESITAS DI PT. TIGA SERANGKAI SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran SEPTIANA CHARISMAWATI

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab

BAB 1 : PENDAHULUAN. pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan zaman dan kemajuan teknologi mengakibatkan terjadinya pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab timbulnya penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu periode dimana seseorang telah beranjak jauh dari periode terdahulu yang

BAB I PENDAHULUAN. suatu periode dimana seseorang telah beranjak jauh dari periode terdahulu yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia tua adalah periode penutup dalam rentang hidup seseorang, yaitu suatu periode dimana seseorang telah beranjak jauh dari periode terdahulu yang lebih menyenangkan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner adalah penyakit jantung yang terutama disebabkan karena penyempitan arteri koroner. Peningkatan kadar kolesterol dalam darah menjadi faktor

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun terus meningkat, data terakhir dari World Health Organization (WHO)

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun terus meningkat, data terakhir dari World Health Organization (WHO) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM) dimasukkan sebagai salah satu target SDGs (Sustainable Development Goals) yaitu mengurangi sepertiga angka kematian dini dari Penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Penyakit degeneratif merupakan penyakit kronik menahun yang banyak mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit degeneratif tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. utama kematian di negara dengan pendapatan rendah dan menengah

BAB I PENDAHULUAN. utama kematian di negara dengan pendapatan rendah dan menengah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit jantung koroner termasuk ke dalam kelompok penyakit kardiovaskuler, dimana penyakit kardiovaskuler merupakan penyebab utama kematian di negara dengan pendapatan

Lebih terperinci

Milik MPKT B dan hanya untuk dipergunakan di lingkungan akademik Universitas Indonesia

Milik MPKT B dan hanya untuk dipergunakan di lingkungan akademik Universitas Indonesia umumnya digunakan untuk menggambarkan makanan yang dianggap bermanfaat bagi kesehatan, melebihi diet sehat normal yang diperlukan bagi nutrisi manusia. Makanan Sehat "Makanan Kesehatan" dihubungkan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan

BAB I PENDAHULUAN. metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau tekanan darah tinggi (Dalimartha, 2008). makanan siap saji dan mempunyai kebiasaan makan berlebihan kurang olahraga

BAB I PENDAHULUAN. atau tekanan darah tinggi (Dalimartha, 2008). makanan siap saji dan mempunyai kebiasaan makan berlebihan kurang olahraga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kondisi alam dan masyarakat saat ini yang sangat kompleks membuat banyak bermunculan berbagai masalah-masalah kesehatan yang cukup dominan khususnya di negara negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menurun sedikit pada kelompok umur 75 tahun (Riskesdas, 2013). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. menurun sedikit pada kelompok umur 75 tahun (Riskesdas, 2013). Menurut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prevalensi penyakit jantung koroner (PJK) berdasarkan yang pernah didiagnosis dokter di Indonesia sebesar 0,5 persen, dan berdasarkan diagnosis dokter atau gejala

Lebih terperinci

HUBUNGAN ASUPAN ASAM LEMAK JENUH DAN TAK JENUH DENGAN KADAR KOLESTEROL HDL PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RSUD DR. MOEWARDI NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ASUPAN ASAM LEMAK JENUH DAN TAK JENUH DENGAN KADAR KOLESTEROL HDL PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RSUD DR. MOEWARDI NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ASUPAN ASAM LEMAK JENUH DAN TAK JENUH DENGAN KADAR KOLESTEROL HDL PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RSUD DR. MOEWARDI NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : RISKA NOVIANTI SOBARI J 310 100 090

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik kronik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) telah menetapkan bahwa tujuan pembangunan nasional mengarah kepada peningkatan kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jantung beristirahat. Dua faktor yang sama-sama menentukan kekuatan denyut nadi

BAB I PENDAHULUAN. jantung beristirahat. Dua faktor yang sama-sama menentukan kekuatan denyut nadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tekanan darah merupakan ukuran tekanan yang digunakan oleh aliran darah melalui arteri berdasarkan dua hal yaitu ketika jantung berkontraksi dan ketika jantung beristirahat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyempitan pembuluh darah, penyumbatan atau kelainan pembuluh

BAB I PENDAHULUAN. penyempitan pembuluh darah, penyumbatan atau kelainan pembuluh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah suatu akibat terjadinya penyempitan pembuluh darah, penyumbatan atau kelainan pembuluh koroner. Penyumbatan atau penyempitan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ada sekitar 1 milyar penduduk di seluruh dunia menderita hipertensi,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ada sekitar 1 milyar penduduk di seluruh dunia menderita hipertensi, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ada sekitar 1 milyar penduduk di seluruh dunia menderita hipertensi, dimana dua pertiganya terdapat di negara berkembang. Hipertensi menyebabkan 8 juta penduduk di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang terus mengalami perubahan, terutama di bidang

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang terus mengalami perubahan, terutama di bidang BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dewasa ini, seiring dengan perkembangan zaman, Indonesia sebagai negara berkembang terus mengalami perubahan, terutama di bidang teknologi dan industri. Seiring dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit jantung dan pembuluh darah. Berdasarkan laporan WHO tahun 2005, dari 58 juta kematian di dunia,

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah Menurut WHO (2011) secara global hampir mencapai satu milyar orang memiliki tekanan darah tinggi (hipertensi) dan dua pertiga ada di negara berkembang. Hipertensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai akibat dari kecenderungan pasar global, telah memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai akibat dari kecenderungan pasar global, telah memberikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan ekonomi yang dialami oleh negara-negara berkembang seperti Indonesia sebagai akibat dari kecenderungan pasar global, telah memberikan berbagai dampak pada

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PENDERITA RAWAT JALAN RUMAH SAKIT DOKTER PIRNGADI MEDAN

ANALISIS FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PENDERITA RAWAT JALAN RUMAH SAKIT DOKTER PIRNGADI MEDAN HASSIILL PPEENEELLIITTIIAN ANALISIS FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PENDERITA RAWAT JALAN RUMAH SAKIT DOKTER PIRNGADI MEDAN Fazidah A. Siregar, Achsan Harahap, dan Rasmaliah Departemen Epidemiologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu studi telah menunjukkan bahwa obesitas merupakan faktor

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu studi telah menunjukkan bahwa obesitas merupakan faktor BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obesitas merupakan masalah kesehatan global dan telah muncul sebagai suatu studi telah menunjukkan bahwa obesitas merupakan faktor risiko untuk kanker, hipertensi, hiperkolesterolemia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN orang dari 1 juta penduduk menderita PJK. 2 Hal ini diperkuat oleh hasil

BAB I PENDAHULUAN orang dari 1 juta penduduk menderita PJK. 2 Hal ini diperkuat oleh hasil BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini berbagai laporan kesehatan mengindikasikan bahwa prevalensi penyakit tidak menular lebih banyak dari pada penyakit menular. Dinyatakan oleh World

Lebih terperinci

Kadar Kolesterol Tinggi Dan Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Kadar Kolesterol Darah

Kadar Kolesterol Tinggi Dan Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Kadar Kolesterol Darah Kajian Kadar Kolesterol Tinggi Dan Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Kadar Kolesterol Darah Maratu Soleha Pusat Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan, Badan Litbangkes Kemenkes RI e-mail: maratu@litbang.depkes.go.id

Lebih terperinci

GAMBARAN ASUAPAN ASAM LEMAK TRANS DAN LEMAK TOTAL DENGAN KEJADIAN SINDROM METABOLIK DI RS DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR

GAMBARAN ASUAPAN ASAM LEMAK TRANS DAN LEMAK TOTAL DENGAN KEJADIAN SINDROM METABOLIK DI RS DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR GAMBARAN ASUAPAN ASAM LEMAK TRANS DAN LEMAK TOTAL DENGAN KEJADIAN SINDROM METABOLIK DI RS DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR Hendrayati 1), Abdullah Tamrin 1) 1) Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Makassar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan global, penyebab utama dari kecacatan, dan

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan global, penyebab utama dari kecacatan, dan BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Stroke adalah salah satu sindrom neurologi yang merupakan masalah kesehatan global, penyebab utama dari kecacatan, dan penyebab utama angka mortalitas di seluruh dunia.

Lebih terperinci

PERBEDAAN PROFIL LIPID DAN RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE II OBESITAS DAN NON-OBESITAS DI RSUD

PERBEDAAN PROFIL LIPID DAN RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE II OBESITAS DAN NON-OBESITAS DI RSUD PERBEDAAN PROFIL LIPID DAN RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE II OBESITAS DAN NON-OBESITAS DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Lebih terperinci

GAMBARAN ASUPAN GIZI PADA PENDERITA SINDROM METABOLIK DI RW 04 KELURAHAN SIDOMULYO BARAT KECAMATAN TAMPAN KOTA PEKANBARU

GAMBARAN ASUPAN GIZI PADA PENDERITA SINDROM METABOLIK DI RW 04 KELURAHAN SIDOMULYO BARAT KECAMATAN TAMPAN KOTA PEKANBARU GAMBARAN ASUPAN GIZI PADA PENDERITA SINDROM METABOLIK DI RW 04 KELURAHAN SIDOMULYO BARAT KECAMATAN TAMPAN KOTA PEKANBARU Yurika Marthalia Utami 1, Dani Rosdiana 2, Yanti Ernalia 3 ABSTRAK Terjadinya pergeseran

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA POLA MAKAN DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK MURID USIA 9-12 TAHUN DI SEKOLAH DASAR ADVENT 2 DI KECAMATAN MEDAN SELAYANG

HUBUNGAN ANTARA POLA MAKAN DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK MURID USIA 9-12 TAHUN DI SEKOLAH DASAR ADVENT 2 DI KECAMATAN MEDAN SELAYANG HUBUNGAN ANTARA POLA MAKAN DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK MURID USIA 9-12 TAHUN DI SEKOLAH DASAR ADVENT 2 DI KECAMATAN MEDAN SELAYANG Oleh : TAN WEE YEN 110100464 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes Mellitus (DM) di dunia. Angka ini diprediksikan akan bertambah menjadi 333 juta orang pada tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang mendadak dapat mengakibatkan kematian, kecacatan fisik dan mental

BAB I PENDAHULUAN. yang mendadak dapat mengakibatkan kematian, kecacatan fisik dan mental BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan masalah kesehatan yang utama bagi masyarakat modern saat ini. Dewasa ini, stroke semakin menjadi masalah serius yang dihadapi hampir diseluruh dunia.

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KONSUMSI KARBOHIDRAT DAN KOLESTEROL TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH PADA PENDERITA DIABETES

HUBUNGAN ANTARA KONSUMSI KARBOHIDRAT DAN KOLESTEROL TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH PADA PENDERITA DIABETES HUBUNGAN ANTARA KONSUMSI KARBOHIDRAT DAN KOLESTEROL TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE II RAWAT JALAN DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : DYAH

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. n =

METODE PENELITIAN. n = 24 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study karena pengumpulan variabel independen dan dependen dilakukan pada satu waktu yang tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan darah dan oksigen sesuai kebutuhan. 1 PJK masih menjadi

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan darah dan oksigen sesuai kebutuhan. 1 PJK masih menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) adalah penyakit yang terjadi karena arteri yang memasok darah ke otot jantung mengeras dan menyempit, spasme, ataupun kombinasi keduanya

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Gagal ginjal kronik (Chronic Kidney Disease) merupakan salah satu penyakit

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Gagal ginjal kronik (Chronic Kidney Disease) merupakan salah satu penyakit BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gagal ginjal kronik (Chronic Kidney Disease) merupakan salah satu penyakit tidak menular (non-communicable disease) yang perlu mendapatkan perhatian karena telah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah salah satu penyakit. degenerative, akibat fungsi dan struktur jaringan ataupun organ

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah salah satu penyakit. degenerative, akibat fungsi dan struktur jaringan ataupun organ BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) adalah salah satu penyakit degenerative, akibat fungsi dan struktur jaringan ataupun organ tubuh secara bertahap menurun dari waktu ke waktu karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makan, faktor lingkungan kerja, olah raga dan stress. Faktor-faktor tersebut

BAB I PENDAHULUAN. makan, faktor lingkungan kerja, olah raga dan stress. Faktor-faktor tersebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada umumnya masalah kesehatan dipengaruhi oleh pola hidup, pola makan, faktor lingkungan kerja, olah raga dan stress. Faktor-faktor tersebut dapat menyebabkan meningkatnya

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Bidang Ilmu Kedokteran khususnya Ilmu Penyakit Dalam. Semarang Jawa Tengah. Data diambil dari hasil rekam medik dan waktu

BAB IV METODE PENELITIAN. Bidang Ilmu Kedokteran khususnya Ilmu Penyakit Dalam. Semarang Jawa Tengah. Data diambil dari hasil rekam medik dan waktu BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Bidang Ilmu Kedokteran khususnya Ilmu Penyakit Dalam. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr. Kariadi

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KADAR KOLESTEROL TOTAL DAN KADAR TRIGLISERIDA DENGAN INDEKS MASSA TUBUH PADA PASIEN DI INSTALASI PATOLOGI KLINIK RSUP H

HUBUNGAN ANTARA KADAR KOLESTEROL TOTAL DAN KADAR TRIGLISERIDA DENGAN INDEKS MASSA TUBUH PADA PASIEN DI INSTALASI PATOLOGI KLINIK RSUP H HUBUNGAN ANTARA KADAR KOLESTEROL TOTAL DAN KADAR TRIGLISERIDA DENGAN INDEKS MASSA TUBUH PADA PASIEN DI INSTALASI PATOLOGI KLINIK RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2011 Oleh: TAYA RIZKI ARINI HARAHAP 080100096

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DAN POLA KONSUMSI DENGAN KEJADIAN ANEMIA GIZI PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS KASSI-KASSI

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DAN POLA KONSUMSI DENGAN KEJADIAN ANEMIA GIZI PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS KASSI-KASSI Media Gizi Pangan, Vol. X, Edisi, Juli Desember 00 HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DAN POLA KONSUMSI DENGAN KEJADIAN ANEMIA GIZI PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS KASSI-KASSI A.Esse Puji ), Sri Satriani ), Nadimin

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Stroke merupakan penyebab kematian dan kecacatan yang utama di banyak negara termasuk Indonesia. Pola penyebab kematian di rumah sakit yang utama dari Informasi Rumah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Obesitas merupakan masalah yang banyak dijumpai baik di negara maju maupun di negara berkembang. Obesitas merupakan suatu masalah serius pada masa remaja seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satu tanda gangguan metabolisme lipid (dislipidemia). Konsekuensi

BAB I PENDAHULUAN. salah satu tanda gangguan metabolisme lipid (dislipidemia). Konsekuensi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan kadar kolesterol serum (hiperkolesterolemia) merupakan salah satu tanda gangguan metabolisme lipid (dislipidemia). Konsekuensi utama hiperkolesterolemia

Lebih terperinci

HUBUNGAN POLA MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH

HUBUNGAN POLA MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH HUBUNGAN POLA MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun Sedangkan

BAB 1 : PENDAHULUAN. dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun Sedangkan 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kronik didefinisikan sebagai kondisi medis atau masalah kesehatan yang berkaitan dengan gejala-gejala atau kecacatan yang membutuhkan penatalaksanaan jangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan keserasian antara perkembangan fisik dan perkembangan mental. Tingkat. lampau, bahkan jauh sebelum masa itu (Budiyanto, 2002).

BAB I PENDAHULUAN. dan keserasian antara perkembangan fisik dan perkembangan mental. Tingkat. lampau, bahkan jauh sebelum masa itu (Budiyanto, 2002). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Gizi merupakan salah satu faktor penting yang menentukan tingkat kesehatan dan keserasian antara perkembangan fisik dan perkembangan mental. Tingkat keadaan gizi normal

Lebih terperinci

Siska Marina Damanik 1, Evawany Y. Aritonang 2, Ernawati Nasution 2.

Siska Marina Damanik 1, Evawany Y. Aritonang 2, Ernawati Nasution 2. HUBUNGAN POLA KONSUMSI PANGAN DENGAN TINGKAT KOLESTEROL DARAH TOTAL PADA PEGAWAI NEGERI SIPIL DI KANWIL DIREKTORAT JENDRAL PERBENDAHARAAN PROVINSI SUMATERA UTARA KOTA MEDAN TAHUN 2013 Siska Marina Damanik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. angka kematian penyakit tidak menular (PTM). Hal ini sesuai dengan data World

BAB I PENDAHULUAN. angka kematian penyakit tidak menular (PTM). Hal ini sesuai dengan data World BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kardiovaskular merupakan penyakit dengan proporsi tertinggi angka kematian penyakit tidak menular (PTM). Hal ini sesuai dengan data World Health Organization

Lebih terperinci