2 Tinjauan Pustaka. membran. Gambar Proses pemisahan pada membran [3]

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "2 Tinjauan Pustaka. membran. Gambar Proses pemisahan pada membran [3]"

Transkripsi

1 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Membran Definisi Membran Membran merupakan batas di antara dua fasa fluida yang secara selektif dapat melewatkan spesi-spesi tertentu. Hal ini berarti bahwa membran dapat melewatkan suatu spesi jauh lebih mudah jika dibandingkan dengan spesi yang lain. Secara makroskopis, membran didefinisikan sebagai suatu lapisan penghalang tipis yang memisahkan dua buah fasa. Fasa umpan (feed) Fasa permeat (permeate) membran Gambar Proses pemisahan pada membran [3] Agar terjadi perpindahan dari fasa larutan umpan ke fasa larutan permeat diperlukan adanya suatu gaya dorong. Gaya dorong perpindahan dapat berupa perbedaan konsentrasi ( C), perbedaan tekanan ( P), perbedaan temperatur ( T), dan perbedaan medan listrik ( E) [3] Kegunaan Membran Teknologi membran banyak digunakan dalam berbagai bidang. Hal ini dimungkinkan karena penggunaan membran memiliki beberapa kelebihan antara lain: Proses pemisahan berlangsung sangat spesifik, karena sifat membran bervariasi bergantung pada jenisnya dan penggunaannya (tailor-made membranes).

2 Proses pemisahan dapat berlangsung secara kontinu. Konsumsi energi rendah. Proses pemisahan dapat digabung dengan proses pemisahan yang lain (hybrid processing). Dalam proses pemisahan tidak diperlukan zat tambahan sehingga komponen yang akan dipisahkan tidak rusak. Merupakan teknologi yang bersih karena tidak menimbulkan limbah baru. Baik konsentrat maupun permeat dapat digunakan kembali, karena struktur kimia zat yang dipisahkan tidak mengalami perubahan. Beberapa penerapan teknologi membran adalah untuk menyaring bakteri, pemekatan makromolekul, sebagai ginjal buatan (hemodialisa), desalinasi air laut, pemisahan gas, dan dehidrasi pelarut organik. Walaupun teknologi membran memiliki banyak kelebihan, namun masih memiliki beberapa kekurangan antara lain: Adanya fenomena polarisasi konsentrasi atau fouling pada membran. Umur pakai membran yang terbatas. Diperlukan adanya optimasi, terutama jika selektivitas dan permeabilitas membran rendah. Faktor peningkatan kapasitas (scale up) yang tidak linear Klasifikasi Membran Berdasarkan strukturnya, membran sintetis dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu membran simetris dan membran asimetris. 1. Membran simetris Membran simetris terdiri dari beberapa jenis, yaitu: a. Membran berpori mikro Membran berpori mikro memiliki struktur dan fungsi yang sama dengan penyaring konvensional. Membran berpori mikro ini bersifat kaku dengan pori-pori yang saling berhubungan. Perbedaan ukuran pori inilah yang membedakan antara membran berpori mikro dengan penyaring konvensional. Membran berpori mikro memiliki diameter sebesar 0,01-10 µm. Semua partikel yang memiliki ukuran lebih besar akan direjeksi oleh membran, sedangkan partikel dengan ukuran yang lebih kecil akan melewati pori membran. Pemisahan 5

3 zat terlarut menggunakan membran merupakan fungsi ukuran molekul dan distribusi ukuran pori. Pada umumnya, hanya molekul campuran yang secara bermakna memiliki perbedaan ukuran yang dapat dipisahkan dengan membran berpori mikro. Membran jenis ini digunakan pada proses ultrafiltrasi dan mikrofiltrasi [4]. b. Membran rapat Membran rapat terdiri dari lapisan tidak berpori atau rapat sehingga permeat hanya dapat dilewatkan dengan menggunakan gaya dorong berupa perbedaan tekanan, perbedaan konsentrasi, dan perbedaan beda potensial. Efisiensi pemisahan suatu campuran dengan ukuran partikel yang berbeda menggunakan membran ini ditentukan oleh difusivitas dan kelarutan terhadap bahan membrannya. Oleh karena itu, membran rapat dapat memisahkan permeat dengan ukuran yang mirip jika terdapat perbedaan kelarutan di dalam bahan membrannya yang bermakna. Membran rapat digunakan untuk pemisahan gas, pervaporasi, dan osmosis balik [4]. c. Membran bermuatan Membran bermuatan dapat berupa membran berpori mikro ataupun membran rapat. Namun membran bermutan biasanya berupa membran berpori mikro, dengan struktur jaringan bermuatan positif atau negatif. Membran bermuatan positif dapat memisahkan anion, membran ini disebut dengan membran pertukaran anion (anion-exchange membrane). Membran bermuatan negatif digunakan untuk memisahkan kation, membran ini disebut dengan membran penukaran kation (cation-exchange membrane). Pemisahan menggunakan membran bermuatan dipengaruhi oleh muatan dan konsentrasi ion di dalam larutan. Membran bermuatan digunakan dalam proses elektrodialisis [4]. Gambar Klasifikasi membran simetris [4] 6

4 2. Membran asimetris Membran asimetris merupakan membran dengan struktur dan ukuran pori yang beragam. Membran asimetris terdiri dari dua lapisan dengan ukuran pori yang berbeda antara lapisan bawah dengan lapisan atas. Lapisan atas (top layer) merupakan lapisan tipis yang rapat. Lapisan tipis ini memiliki pori sebesar 0,1-0,5 µm. Lapisan bawah merupakan lapisan pendukung dengan ukuran pori yang lebih besar dari pori lapisan atas, yaitu µm. Pada membran komposit, lapisan pendukung dapat terbuat dari polimer yang berbeda. Membran asimetris banyak digunakan karena membran jenis ini memiliki kecepatan alir dan selektivitas yang tinggi [4]. Gambar Klasifikasi Membran Asimetris [4] Pembuatan Membran Semua jenis material sintetis dapat digunakan untuk membuat membran. Material tersebut dapat merupakan bahan anorganik seperti keramik, gelas/kaca, logam ataupun bahan organik termasuk semua jenis polimer. Pembuatan membran sintetis bergantung pada dua faktor utama yaitu jenis material dasar yang akan dipakai untuk membuat membran dan struktur membran yang diinginkan. Terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan untuk membuat membran sintetis. Teknik pembuatan membran yang paling banyak digunakan adalah sintering, streching, track-etching, inversi fasa, dan proses sol-gel. a. Sintering Sintering merupakan teknik yang sederhana untuk membuat membran organik dan anorganik yang berpori. Bahan dasar membrannya adalah serbuk yang mempunyai ukuran partikel tertentu. Teknik ini sangat dipengaruhi oleh tekanan yang diberikan terhadap partikel dan sintering pada peningkatan temperatur. Temperatur pada proses sintering sangat bergantung pada jenis material yang digunakan. Pada saat partikel diberi tekanan dan di-sinter pada temperatur tertentu, antarmuka partikel yang berdekatan akan menghilang dan terbentuklah pori-pori baru. 7

5 Jenis material yang dapat digunakan untuk membuat membran dengan teknik ini adalah serbuk polimer (polietilen, politetrafluoroetilen, dan polipropilen), logam (stainless steel), keramik (aluminium oksida dan zirkonia). Ukuran pori membran yang dihasilkan dengan teknik ini ditentukan oleh ukuran partikel dan distribusi ukuran partikel serbuk. b. Streching Pembuatan membran dengan metode ini akan menghasilkan membran yang berpori dengan ukuran pori sekitar 0,1-3 µm. Ukuran pori membran yang dibuat dengan teknik streching lebih besar dibandingkan ukuran pori membran yang dibuat dengan teknik sintering. Bahan dasar untuk membuat membran dengan teknik ini adalah polimer yang bersifat semikristalin. Dalam proses pembuatan membran dengan teknik streching, film polimer yang semikristalin ditarik terhadap arah yang sejajar dengan arah ekstruksi sehingga bagian polimer yang semikristalin terorientasi sejajar dengan arah ekstruksi. c. Track-etching Ukuran pori membran yang dibuat dengan teknik ini sebesar 0,02-10 µm. Pori membran yang dibuat dengan teknik track-etching berbentuk silinder dengan ukuran yang sama. Pembuatan membran dengan teknik track-etching diawali dengan penembakan film polimer oleh radiasi partikel berenergi tinggi dengan arah tegak lurus sehingga membentuk suatu lintasan dalam matriks polimer. Film yang telah ditembak kemudian dicelupkan ke dalam bak yang berisi larutan basa atau asam. d. Template leaching Pembuatan membran dengan teknik ini akan menghasilkan membran yang berpori. Bahan dasar penyusun membrannya terdiri dari tiga buah komponen yang berbeda. Pembuatan pori membran dilakukan dengan melepaskan salah satu komponennya biasanya dengan cara peleburan. e. Inversi fasa Inversi fasa merupakan suatu proses transformasi polimer secara terkendali dari fasa cair menjadi fasa padat. Teknik ini dikenal dengan metode Loeb-Sourirajan. Pembuatan membran dengan teknik inversi fasa menghasilkan pori membran dengan ukuran yang 8

6 beragam. Hal ini terjadi karena pengubahan larutan polimer dari fasa cair menjadi fasa padat dilakukan secara terkendali. Membran yang diperoleh dengan teknik ini digolongkan ke dalam membran asimetris. Terdapat beberapa jenis teknik inversi fasa, yatiu penguapan pelarut, pengendapan dari fasa gas, penguapan terkendali, pengendapan termal, dan pengendapan melalui pencelupan. Teknik inversi fasa yang paling banyak digunakan adalah pengendapan melalui pencelupan. Prinsip pembuatan membran dengan teknik pengendapan dengan penguapan pelarut adalah pencampuran polimer dengan pelarut menghasilkan larutan polimer. Larutan polimer tersebut ditempatkan pada keadaan atmosfer inert agar terjadi penguapan pelarut, sehingga dihasilkan membran yang homogen dan rapat. Pembuatan membran dengan teknik pengendapan dari fasa gas dilakukan dengan cara menempatkan larutan cetak dalam atmosfer uap yang terdiri dari non pelarut dan pelarut dalam kondisi jenuh atau tidak ada penguapan pelarut. Pengendapan terjadi karena difusi non pelarut ke dalam larutan cetak. Membran yang dihasilkan dengan teknik ini merupakan membran homogen yang berpori. Pembuatan membran dengan teknik pengendapan melalui penguapan terkendali dilakukan dengan cara mencampurkan polimer dengan pelarut dan non pelarutnya untuk membentuk larutan polimer. Pelarut memiliki titik didih yang lebih rendah dibandingkan non pelarut, sehingga pelarut akan menguap terlebih dahulu. Teknik ini akan menghasilkan membran yang berlapis (skinned membrane) dengan ukuran pori bagian atas berbeda dengan ukuran pori di bagian bawah. Pada proses pengendapan termal, membran dibuat dari pencetakan lelehan polimer. Pada proses pengendapan termal, pemisahan fasa terjadi karena adanya pelarut latent dan terjadi penurunan temperatur. Pelarut latent adalah pelarut yang memiliki titik didih tinggi. Pelarut ini dapat melarutkan polimer pada temperatur tinggi, tetapi tidak dapat melarutkan polimer pada temperatur rendah. Pembuatan membran dengan pengendapan termal jarang digunakan, karena teknik ini hanya dapat dipakai untuk polimer yang tahan terhadap temperatur tinggi. Contoh membran yang dubuat melalui teknik ini adalah membran polipropilen (PP). Pengendapan melalui pencelupan merupakan pembuatan membran dengan teknik inevrsi fasa yang paling banyak dipakai. Pembuatan membran dengan pengendapan melalui 9

7 pencelupan terdiri dari empat tahapan, yaitu pembuatan larutan cetak yang homogen (larutan dope), pencetakan larutan dope, penguapan sebagian pelarut, dan pengendapan polimer di dalam non pelarut. Pengendapan melalui pencelupan terdiri dari tiga buah komponen, yaitu polimer, pelarut, dan non pelarut/koagulasi. Dalam proses ini, akan terjadi difusi antara pelarut dengan non pelarut. Membran yang dihasilkan melalui proses pengendapan melalui pencelupan ditunjukkan oleh Gambar Lapiasan aktif yang rapat Lapisan penyangga yang berpori Gambar Pembuatan membran dengan pengendapan melalui pencelupan Proses pengendapan melalui pencelupan ada dua jenis, yaitu proses koagulasi secara cepat/spontan (instantaneous liquid-liquid demixing) dan koagulasi secara lambat/tertunda (delayed on set of liquid-liquid demixing). Koagulasi secara cepat/spontan menghasilkan membran dengan lapisan atas yang berpori. Hal ini terjadi karena membran langsung terbentuk setelah proses pencelupan di dalam bak berisi non pelarut. Proses koagulasi jenis ini digunakan untuk mikrofiltrasi dan ultrafiltrasi. Proses koagulasi secara lambat menghasilkan membran dengan pori lapisan atas yang lebih rapat daripada proses koagulasi secara cepat. Koagulasi secara lambat digunakan untuk membuat membran osmosis balik, pervaporasi, dan pemisahan gas Membran Bioreaktor Kegunaan utama membran adalah untuk pemekatan, pemurnian, dan pemisahan. Seringkali ditemukan bahwa membran dikombinasikan dengan reaksi kimia atau reaksi biokimia sehingga dikenal istilah sebagai membran reaktor atau membran bioreaktor. Membran bioreaktor memiliki dua fungsi utama, yaitu sebagai biokatalis dan media pemisahan. Membran bioreaktor diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu (i). biokatalis ditempatkan di dalam larutan dan produk yang dihasilkan dipisahkan oleh membran dalam bagian yang terpisah. Dalam hal ini, membran hanya berfungsi sebagai media pemisahan saja dan (ii). membran bertindak sebagai pendukung untuk reaksi biokatalisis. Dalam hal ini, biokatalis diamobilisasi ke dalam matriks membran sekaligus sebagai media pemisahan produk hasil reaksinya. 10

8 Gambar Jenis membran bioreaktor Membran bioreaktor memiliki beberapa keunggulan jika dibandingkan dengan reaktor konvensional. Keunggulannya antara lain: produk secara selektif dipermasikan melalui membran, %perolehan hasil reaksi lebih tinggi karena inhibisi produk akhir tidak terjadi, dan proses berlangsung secara kontinu sehingga lebih efisien. Walaupun membran bioreaktor memiliki banyak kelebihan, ternyata membran bioreaktor masih memiliki beberapa kekurangan antara lain: dapat terjadi deaktivasi biokatalis pada saat diamobilisasi ke dalam matriks membran dan terjadinya fouling biokatalis dalam matriks membran bioreaktor. 2.2 Amobilisasi Enzim Dalam suatu membran bioreaktor, enzim diamobilisasi ke dalam matriks membran. Amobilisasi enzim didefinisikan sebagai pengikatan suatu enzim secara fisik atau penempatan enzim pada daerah tertentu di dalam suatu media pendukung berupa padatan. Substrat akan dilewatkan pada media tersebut dan diubah menjadi suatu produk Metode Amobilisasi Enzim Metode amobilisasi enzim ada tiga jenis, yaitu carrier-binding, pengikatsilangan (cross linking), dan penjebakan. 11

9 1. Carrier-binding Metode carrier-binding merupakan metode tertua dalam amobilisasi enzim. Dengan metode ini, enzim akan dikat ke dalam suatu pembawa yang bersifat tidak dapat larut di dalam air. Pada metode ini, jumlah enzim yang terikat pada pembawa dan aktivitas enzim setelah diamobilisasi bergantung pada sifat pembawanya. Pemilihan jenis pembawa akan bergantung pada karakteristik enzim seperti: ukuran partikel, luas permukaan, perbandingan gugus hidrofob dengan hidrofil, dan komposisi kimia enzim [5]. Gambar Amobilisasi enzim dengan teknik carrier-binding [6] Pada umumnya, perbandingan gugus hidrofil dan konsentrasi dari enzim terikat yang tinggi akan menghasilkan aktivitas enzim teramobilisasi yang lebih tinggi. Beberapa jenis pembawa yang digunakan adalah turunan polisakarida seperti, selulosa, dekstran, agarosa, dan gel poliakrilamid. Metode carrier-binding dibagi menjadi tiga jenis, yaitu adsorpsi fisik, pengikatan secara ionik, dan pengikatan secara kovalen. a. Adsorpsi fisik Metode amobilisasi enzim dengan teknik adsorpsi fisik didasarkan pada fenomena adsorpsi enzim pada permukaan pembawa yang tidak dapat larut di dalam air. Kelebihan amobilisasi enzim dengan cara ini adalah enzim tidak mengalami perubahan konformasi dan metode ini sederhana dan murah. Kekurangan amobilisasi enzim dengan teknik ini adalah enzim dapat mengalami desorpsi sebagai akibat perubahan temperatur dan ph. Lepasnya enzim yang telah terikat pada pembawa dapat terjadi karena lemahnya kekuatan ikatan antara enzim dengan pembawa [5]. 12

10 b. Pengikatan secara ionik Prinsip amobilisasi enzim dengan teknik ini adalah enzim akan terikat secara ionik pada pembawa yang mengandung residu penukar ion. Polisakarida dan polimer sintetis memiliki pusat penukar ion yang dapat digunakan sebagai pembawa. Pengikatan ionik antara enzim dengan pembawa mudah dilakukan jika dibandingkan dengan pengikatan enzim secara kovalen. Amobilisasi enzim dengan pengikatan ionik dapat mengakibatkan terjadinya sedikit perubahan konformasi dan sisi aktif enzim [5]. c. Pengikatan secara kovalen Metode amobilisasi enzim dengan teknik ini didasarkan pada pengikatan enzim pada pembawa melalui ikatan kovalen. Gugus fungsi yang sering terlibat dalam proses amobilisasi enzim dengan teknik ini adalah gugus amino, gugus hidroksil, gugus karboksil, dan gugus fenolik. Kondisi yang harus dicapai untuk proses amobilisasi enzim dengan teknik ini lebih rumit jika dibandingkan dengan teknik pengikatan secara ionik dan adsorpsi fisik. Amobilisasi enzim dengan pengikatan secara kovalen dapat menyebabkan perubahan pada konformasi enzim sehingga dapat terjadi penurunan aktivitas enzim yang cukup besar [5]. 2. Pengikatsilangan (cross linking) Amobilisasi enzim dengan teknik ini didasarkan pada pengikatsilangan antara enzim dengan pembawa. Pengikatsilangan enzim ini biasanya dilakukan oleh pereaksi bifungsi atau multifungsil. Dengan teknik ini, enzim akan terikat cukup kuat pada pembawa, sehingga kemungkinan untuk terjadi desorpsi enzim sangat kecil. Walaupun demikian, teknik ini dapat menyebabkan terjadi perubahan sisi aktif enzim secara bermakna dan aktivitas enzim setelah diamobilisasi menjadi sangat rendah [5]. Gambar Amobilisasi enzim secara cross-linking [6] Pereaksi yang paling banyak digunakan untuk pengikatsilangan enzim dengan pembawa adalah glutaraldehid. 13

11 3. Penjebakan Enzim Amobilisasi enzim dengan teknik penjebakan didasarkan pada penempatan enzim di dalam kisi-kisi matriks polimer atau membran. Teknik ini berbeda dengan teknik amobilisasi dengan pengikatan secara kovalen maupun secara pengikatan silang, karena enzim tidak terikat pada kisi-kisi membran atau polimer. Terdapat dua jenis penjebakan enzim, yaitu penjebakan ke dalam kisi dan penjebakan ke dalam kapsul berukuran mikro [5]. Penjebakan ke dalam kisi biasanya menggunakan polimer baik polimer alami ataupun polimer sintetis. Beberapa polimer sintetis yang sering digunakan adalah poliakrilamid dan polivinilalkohol, sedangkan polimer alami yang sering digunakan adalah pati. Penjebakan ke dalam kapsul berukuran mikro melibatkan pemasukan enzim ke dalam membran polimer yang sifatnya semipermeabel. Gambar Amobilisasi enzim dengan teknik penjebakan [6] 2.3 Enzim α-amilase Enzim merupakan unit fungsional dalam metabolisme sel. Enzim mengkatalisis ratusan reaksi bertahap, menguraikan molekul nutrien, reaksi yang menyimpan dan mengubah energi kimiawi, dan yang membuat makromolekul sel dari prekursor sederhana. Enzim merupakan suatu protein dengan aktivitas katalitik yang bergantung pada struktur enzim sebagai protein secara keseluruhan. Enzim memiliki berat molekul yang berkisar kira-kira sampai dengan 1 juta. Oleh karena itu, enzim berukuran besar jika dibandingkan dengan substrat atau gugus fungsi targetnya [7]. α-amilase memiliki nama lain 1,4-α-glukan glukanohidrolase. Enzim α-amilase merupakan endoamilase yang mengkatalisis hidrolisis internal ikatan α-1,4-glikosidik di dalam polisakarida menghasilkan campuran hasil reaksi berupa oligosakarida [8]. Kerja enzim α- Amilase bervariasi bergantung pada sumber mikroba, panjang rantai substrat, temperatur, ph, dan penambahan zat penstabil. Keistimewaan enzim α-amilase adalah kemampuan untuk 14

12 mempertahankan konformasi α pada ujung rantai pereduksi produk oligosakarida yang dihasilkan. Kerja enzim α-amilase pada molekul amilosa berbeda dengan molekul amilopektin. Kerja α- amilase pada amilosa (oligosakarida linier) terdiri dari dua tahapan : Tahap pertama adalah proses degradasi amilosa menjadi maltosa dan maltotriosa secara acak. Proses degradasi berlangsung secara acak. Tahap kedua adalah pembentukan glukosa dan maltosa sebagai hasil akhir. Proses ini berlangsung secara lambat dan tidak acak. Kerja enzim α-amilase terhadap amilopektin (oligosakarida bercabang) akan menghasilkan produk degradasi berupa glukosa, maltosa, dan berbagai jenis limit dekstrin (oligosakarida yang terdiri dari empat atau lebih residu gula yang semuanya mengandung ikatan ß-1,6- glikosidik). 2.4 Pati Pati merupakan homopolimer glukosa dengan ikatan α-glikosidik. Pati atau amilum adalah karbohidrat kompleks yang tidak larut dalam air, berwujud bubuk putih, tawar dan tidak berbau. Pati merupakan bahan utama yang dihasilkan oleh tumbuhan untuk menyimpan kelebihan glukosa (sebagai produk fotosintesis) dalam jangka panjang. Hewan dan manusia menjadikan pati sebagai sumber energi yang penting [9]. Pati terdiri dari beberapa jenis dengan sifat yang berbeda satu dengan yang lain. Perbedaan sifat ini bergantung pada panjang rantai atom karbonnya dan bentuk cabang rantai molekulnya (bercabang atau rantai lurus). Pati terdiri dari dua fraksi yang dapat dipisahkan dengan menggunakan air panas. Fraksi terlarut disebut dengan amilosa, sedangkan fraksi yang tidak larut disebut amilopektin. Amilosa mempunyai struktur rantai yang lurus dengan ikatan α-(1,4)-d-glukosa dan amilopektin mempunyai cabang dengan ikatan α-(1,4)-dglukosa sebanyak 4-5% dari berat total. Pati terdapat dalam jumlah tinggi pada golongan umbi-umbian seperti, kentang dan pada biji-bjian seperti jagung [9]. Amilosa adalah molekul linear rantai unit-unit glukosa dengan ikatan α-1,4-glikosidik yang panjang dan tidak beragam. Rantainya memiliki molekul yang beragam. Amilosa dapat terdispersi di dalam air panas [9]. 15

13 Gambar Struktur amilosa [10] Amilopektin merupakan molekul bercabang banyak yang terdiri dari rantai α-1,6 yang tersusun seperti percabangan pohon. Amilopektin memiliki berat molekul yang tinggi [9]. Gambar Struktur amilopektin [11] Pati dapat membentuk kompleks dengan iodin. Senyawa kompleks yang terbentuk berwarna biru. Sifat ini digunakan untuk menganalisis adanya pati. Hal ini disebabkan oleh struktur pati yang berbentuk spiral sehingga akan mengikat molekul iodin dan terbentuklah warna biru. Jika pati dipanaskan, spiralnya akan merenggang, molekul-molekul iodinnya akan terlepas dan warna biru pun akan hilang [9]. Hidrolisis lengkap pati akan menghasilkan tiga produk, yaitu dekstrin, maltosa, dan glukosa. Hidrolisis lengkap pati lebih baik dilakukan oleh enzim dibandingkan dengan asam karena reaksinya berjalan lebih cepat, kontaminasi terhadap produk yang dihasilkan lebih sedikit, dan mampu untuk memproduksi bahan dengan nilai ekivalen dekstrosa yang tinggi. 2.5 Poli(Metil Metakrilat) atau PMMA Poli(metil metakrilat) atau PMMA merupakan salah satu jenis polimer dengan titik transisi gelas sebesar 120 o C. PMMA memiliki nama komersial Perspex atau Flexiglass. PMMA memiliki sifat transparansi yang lebih baik dibandingkan dengan gelas, sifat mekanik yang baik, kaku, dan keras, serta tahan terhadap cuaca. Struktur PMMA ditunjukkan oleh Gambar

14 Gambar Struktur PMMA [12] PMMA dapat larut di dalam etanol, isopropanol, metil etil keton, dan asam format. PMMA disintesis dari monomer metil metakrilat (MMA). Mekanisme polimerisasi metil metakrilat (MMA) terjadi secara radikal [13]. Reaksi polimerisasi PMMA ditunjukkan oleh Gambar Gambar Reaksi polimerisasi metil metakrilat [14] PMMA digunakan sebagai pengganti kaca, bahan jendela, bahan lensa kaca mata, bahan lampu, dan lain-lain [13]. 2.6 SEM (Scanning Electron Microscope) SEM (Scanning electron microscope) merupakan jenis mikroskop elektron yang dapat menggambarkan bagian permukaan dan penampang melintang dari suatu sampel. Elektron yang ditembakkan ke sampel akan berinteraksi dengan atom sehingga sampel tersebut menghasilkan sinyal-sinyal yang membawa informasi mengenai bagian permukaan sampel atau topografi sampel. Berkas sinar dari elektron dihasilkan pada bagian atas dari mikroskop oleh suatu electron gun. Berkas sinar elektron ini hanya dapat dihasilkan pada keadaan vakum. Berkas sinar ini akan bergerak melalui medan elektromagnetik dan lensa yang mengarahkan berkas sinar ke sampel. Karena analisis menggunakan SEM diperlukan kondisi yang vakum, maka sampel harus dipreparasi terlebih dahulu. Semua air yang terkandung di dalam sampel harus 17

15 dihilangkan. Hal ini dikarenakan air dapat menguap di dalam vakum. Untuk semua jenis logam tidak diperlukan preparasi terlebih dahulu, sedangkan untuk sampel non-logam haruslah dilapisi oleh lapisan tipis yang bersifat konduktif. Alat untuk melapisi sampel yang tidak bersifat konduktif disebut sputter coater. Sputter coater menggunakan medan listrik dan gas argon. Sampel akan ditempatkan pada suatu chamber yang telah divakumkan. Skema alat Scanning Microscope Electron (SEM) ditunjukkan oleh Gambar Gambar Skema alat SEM [15] 18

2 Tinjauan Pustaka. 2.1 Polimer. 2.2 Membran

2 Tinjauan Pustaka. 2.1 Polimer. 2.2 Membran 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Polimer Polimer (poly = banyak, meros = bagian) merupakan molekul besar yang terbentuk dari susunan unit ulang kimia yang terikat melalui ikatan kovalen. Unit ulang pada polimer,

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan Dalam penelitian tugas akhir ini dibuat membran bioreaktor ekstrak kasar enzim α-amilase untuk penguraian pati menjadi oligosakarida sekaligus sebagai media pemisahan hasil penguraian

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan Bab ini terdiri dari 6 bagian, yaitu optimasi pembuatan membran PMMA, uji kinerja membran terhadap air, uji kedapat-ulangan pembuatan membran menggunakan uji Q Dixon, pengujian aktivitas

Lebih terperinci

2 Tinjauan Pustaka. 2.1 Membran Pengertian membran Klasifikasi membran

2 Tinjauan Pustaka. 2.1 Membran Pengertian membran Klasifikasi membran 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Membran 2.1.1 Pengertian membran Secara umum, membran didefinisikan sebagai suatu lapisan tipis selektif dan semipermeabel yang berada diantara dua fasa, yaitu fasa umpan dan fasa

Lebih terperinci

3 Metodologi Percobaan

3 Metodologi Percobaan 3 Metodologi Percobaan 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian tugas akhir ini dilakukan di Laboratorium Penelitian Kimia Analitik, Program Studi Kimia, FMIPA Institut Teknologi Bandung. Waktu penelitian

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Pembuatan Membran 4.1.1 Membran PMMA-Ditizon Membran PMMA-ditizon dibuat dengan teknik inversi fasa. PMMA dilarutkan dalam kloroform sampai membentuk gel. Ditizon dilarutkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dalam kelompok senyawa polisakarida. Kitosan adalah kitin yang terdeasetilasi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dalam kelompok senyawa polisakarida. Kitosan adalah kitin yang terdeasetilasi 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kitosan Kitosan merupakan kitin yang dihilangkan gugus asetilnya dan termasuk ke dalam kelompok senyawa polisakarida. Kitosan adalah kitin yang terdeasetilasi sebanyak mungkin,

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Serbuk Awal Membran Keramik Material utama dalam penelitian ini adalah serbuk zirkonium silikat (ZrSiO 4 ) yang sudah ditapis dengan ayakan 400 mesh sehingga diharapkan

Lebih terperinci

METODA AKTIVASI ZEOLIT ALAM DAN APLIKASINYA SEBAGAI MEDIA AMOBILISASI ENZIM α-amilase. Skripsi Sarjana Kimia. Oleh WENI ASTUTI

METODA AKTIVASI ZEOLIT ALAM DAN APLIKASINYA SEBAGAI MEDIA AMOBILISASI ENZIM α-amilase. Skripsi Sarjana Kimia. Oleh WENI ASTUTI METODA AKTIVASI ZEOLIT ALAM DAN APLIKASINYA SEBAGAI MEDIA AMOBILISASI ENZIM α-amilase Skripsi Sarjana Kimia Oleh WENI ASTUTI 07132011 JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1 Analisis difraksi sinar X serbuk ZrSiO 4 ZrSiO 4 merupakan bahan baku utama pembuatan membran keramik ZrSiO 4. Untuk mengetahui kemurnian serbuk ZrSiO 4, dilakukan analisis

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Unjuk Kerja Pervaporasi Unjuk kerja pemisahan dengan pervaporasi dapat dilihat dari nilai fluks dan selektivitas pemisahan. Membran yang digunakan adalah membran selulosa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi membran telah banyak digunakan pada berbagai proses pemisahan dan sangat spesifik terhadap molekul-molekul dengan ukuran tertentu. Selektifitas membran ini

Lebih terperinci

Pembuatan Membran Bioreaktor Ekstrak Kasar Enzim α-amilase untuk Penguraian Pati

Pembuatan Membran Bioreaktor Ekstrak Kasar Enzim α-amilase untuk Penguraian Pati Pembuatan Membran Bioreaktor Ekstrak Kasar Enzim α-amilase untuk Penguraian Pati SKRIPSI Ratih Paramita 105 04 067 PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PRODUKSI ENZIM MIKROBIAL

TEKNOLOGI PRODUKSI ENZIM MIKROBIAL TEKNOLOGI PRODUKSI ENZIM MIKROBIAL Ani Suryani FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR PENDAHULUAN Sumber Enzim Tanaman dan Hewan Mikroba Enzim dari Tanaman Enzim dari Hewan Enzim dari Mikroba

Lebih terperinci

KARBOHIDRAT DALAM BAHAN MAKANAN

KARBOHIDRAT DALAM BAHAN MAKANAN KARBOHIDRAT KARBOHIDRAT DALAM BAHAN MAKANAN Karbohidrat banyak terdapat dalam bahan nabati, baik berupa gula sederhana, heksosa, pentosa, maupun karbohidrat dengan berat molekul yang tinggi seperti pati,

Lebih terperinci

4 Hasil dan pembahasan

4 Hasil dan pembahasan 4 Hasil dan pembahasan 4.1 Karakterisasi Awal Serbuk Bentonit Dalam penelitian ini, karakterisasi awal dilakukan terhadap serbuk bentonit. Karakterisasi dilakukan dengan teknik difraksi sinar-x. Difraktogram

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Plastik adalah bahan yang banyak sekali di gunakan dalam kehidupan manusia, plastik dapat di gunakan sebagai alat bantu yang relative kuat, ringan, dan mempunyai

Lebih terperinci

PEMISAHAN DENGAN MEMBRAN

PEMISAHAN DENGAN MEMBRAN PEMISAHAN DENGAN MEMBRAN Oleh: Susila K Kompetensi Dasar: Mahasiswa dapat memahami proses pemisahan dengan membran dan dapat mengaplikasikan metode pemisahan ini pada pemisahan analit suatu sampel Proses

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di laboratorium Kelompok Keilmuan (KK) Kimia Analitik, Program Studi Kimia FMIPA Institut Teknologi Bandung. Penelitian dimulai dari

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan mempunyai fungsi penting sebagai katalisator reaksi biokimia

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan mempunyai fungsi penting sebagai katalisator reaksi biokimia II. TINJAUAN PUSTAKA A. Enzim Enzim adalah golongan protein yang paling banyak terdapat dalam sel hidup, dan mempunyai fungsi penting sebagai katalisator reaksi biokimia (Wirahadikusumah, 1977) yang terjadi

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. I. Definisi

PEMBAHASAN. I. Definisi PEMBAHASAN I. Definisi Gel menurut Farmakope Indonesia Edisi IV (1995), merupakan sistem semi padat, terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar,

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Padatan TiO 2 Amorf Proses sintesis padatan TiO 2 amorf ini dimulai dengan melarutkan titanium isopropoksida (TTIP) ke dalam pelarut etanol. Pelarut etanol yang digunakan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar belakang. digunakan pada industri antara lain sebagai polimer pada industri plastik cetakan

PENDAHULUAN. Latar belakang. digunakan pada industri antara lain sebagai polimer pada industri plastik cetakan PENDAHULUAN Latar belakang Selulosa asetat merupakan salah satu jenis polimer yang penting dan banyak digunakan pada industri antara lain sebagai polimer pada industri plastik cetakan (moulding), film

Lebih terperinci

JAWABAN 1. REVERSE OSMOSIS (RO)

JAWABAN 1. REVERSE OSMOSIS (RO) PERTANYAAN 1. Suatu industri bermaksud memanfaatkan efluen pengolahan air limbah yang telah memenuhi baku mutu sebagai air baku untuk kebutuhan domestik (karyawan), proses produksi dan boiler. Industri

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Kopolimer Akrilonitril-Glisidil metakrilat (PAN-GMA) Pembuatan kopolimer PAN-GMA oleh peneliti sebelumnya (Godjevargova, 1999) telah dilakukan melalui polimerisasi radikal

Lebih terperinci

PEMISAHAN ZAT WARNA SECARA KROMATORAFI. A. Tujuan Memisahkan zat-zat warna yang terdapat pada suatu tumbuhan.

PEMISAHAN ZAT WARNA SECARA KROMATORAFI. A. Tujuan Memisahkan zat-zat warna yang terdapat pada suatu tumbuhan. PEMISAHAN ZAT WARNA SECARA KROMATORAFI A. Tujuan Memisahkan zat-zat warna yang terdapat pada suatu tumbuhan. B. Pelaksanaan Kegiatan Praktikum Hari : Senin, 13 April 2009 Waktu : 10.20 12.00 Tempat : Laboratorium

Lebih terperinci

Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam

Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam klorida 0,1 N. Prosedur uji disolusi dalam asam dilakukan dengan cara

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penelitian Kimia Analitik, Program Studi Kimia FMIPA ITB sejak September 2007 sampai Juni 2008. III.1 Alat dan Bahan Peralatan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA HIDROLISIS AMILUM (PATI)

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA HIDROLISIS AMILUM (PATI) LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA HIDROLISIS AMILUM (PATI) Di Susun Oleh : Nama praktikan : Ainutajriani Nim : 14 3145 453 048 Kelas Kelompok : 1B : IV Dosen Pembimbing : Sulfiani, S.Si PROGRAM STUDI DIII ANALIS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. serius, ini karena penggunaan logam berat yang semakin meningkat seiring

I. PENDAHULUAN. serius, ini karena penggunaan logam berat yang semakin meningkat seiring I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pencemaran lingkungan karena logam berat merupakan masalah yang sangat serius, ini karena penggunaan logam berat yang semakin meningkat seiring dengan perkembangan di bidang

Lebih terperinci

KISI UJI KOMPETENSI 2013 MATA PELAJARAN KIMIA

KISI UJI KOMPETENSI 2013 MATA PELAJARAN KIMIA KISI UJI KOMPETENSI 2013 MATA PELAJARAN KIMIA Kompetensi Menguasai karakteristik peserta Mengidentifikasi kesulitan belajar didik dari aspek fisik, moral, peserta didik dalam mata pelajaran spiritual,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kitosan merupakan kitin yang dihilangkan gugus asetilnya dan termasuk

BAB I PENDAHULUAN. Kitosan merupakan kitin yang dihilangkan gugus asetilnya dan termasuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kitosan merupakan kitin yang dihilangkan gugus asetilnya dan termasuk kelompok senyawa polisakarida, dimana gugus asetilnya telah hilang sehingga menyisakan gugus amina

Lebih terperinci

Ekstraksi dan Pengujian Aktivitas Enzim Amilase (Hidrolisis Pati secara Enzimatis)

Ekstraksi dan Pengujian Aktivitas Enzim Amilase (Hidrolisis Pati secara Enzimatis) Ekstraksi dan Pengujian Aktivitas Enzim Amilase (Hidrolisis Pati secara Enzimatis) Disarikan dari: Buku Petunjuk Praktikum Biokimia dan Enzimologi Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perkembangan industri tekstil dan industri lainnya di Indonesia menghasilkan

I. PENDAHULUAN. Perkembangan industri tekstil dan industri lainnya di Indonesia menghasilkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan industri tekstil dan industri lainnya di Indonesia menghasilkan banyak limbah organik golongan senyawa azo, yang akan menimbulkan dampak negatif bagi kehidupan

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Pembuatan Nata-de-coco Pada pembuatan nata-de-coco, digunakan air kelapa yang sebelumnya telah disaring dengan kain kasa untuk membersihkan air kelapa dari sisa-sisa kotoran

Lebih terperinci

Beberapa keuntungan dari kromatografi planar ini :

Beberapa keuntungan dari kromatografi planar ini : Kompetensi Dasar: Mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan metode pemisahan dengan KLT dan dapat mengaplikasikannya untuk analisis suatu sampel Gambaran Umum KLT Kromatografi lapis tipis (KLT) dikembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelapa sawit merupakan salah satu tanaman penghasil minyak nabati yang memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Produksi minyak kelapa sawit Indonesia saat ini mencapai

Lebih terperinci

Struktur atom, dan Tabel periodik unsur,

Struktur atom, dan Tabel periodik unsur, KISI-KISI PENULISAN USBN Jenis Sekolah : SMA/MA Mata Pelajaran : KIMIA Kurikulum : 2006 Alokasi Waktu : 120 menit Jumlah : Pilihan Ganda : 35 Essay : 5 1 2 3 1.1. Memahami struktur atom berdasarkan teori

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DATA & PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DATA & PEMBAHASAN BAB IV ANALISA DATA & PEMBAHASAN Variasi kecepatan stiring 800 rpm, variasi temperatur sintering 700, 800, 900 C Variasi temperatur 700 C = struktur kristal tetragonal, fase nya anatase, no PDF 01-086-1156,

Lebih terperinci

BIOKIMIA Kuliah 2 KARBOHIDRAT

BIOKIMIA Kuliah 2 KARBOHIDRAT BIOKIMIA Kuliah 2 KARBOHIDRAT 1 2 . 3 . 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 Biokimia Kuliah 2 POLISAKARIDA 17 POLISAKARIDA Sebagian besar karbohidrat dalam bentuk polisakarida. Suatu polisakarida berbeda

Lebih terperinci

KISI-KISI PENULISAN SOAL USBN

KISI-KISI PENULISAN SOAL USBN KISI-KISI PENULISAN USBN Jenis Sekolah : SMA/MA Mata Pelajaran : KIMIA Kurikulum : 2013 Alokasi Waktu : 120 menit Jumlah : Pilihan Ganda : 35 Essay : 5 1 2 3 4 3.4 Menganalisis hubungan konfigurasi elektron

Lebih terperinci

cincin ungu pada batas larutan fruktosa cincin ungu tua pada batas larutan glukosa cincin ungu tua pada batas larutan

cincin ungu pada batas larutan fruktosa cincin ungu tua pada batas larutan glukosa cincin ungu tua pada batas larutan HASIL DAN DATA PENGAMATAN 1. Uji molish warna cincin ungu pada batas larutan pati cincin ungu pada batas larutan arabinosa cincin ungu pada batas larutan fruktosa cincin ungu tua pada batas larutan glukosa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Fabrikasi Membran PES Fabrikasi membran menggunakan bahan baku polimer PES dengan berat molekul 5200. Membran PES dibuat dengan metode inversi fasa basah yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan nanoteknologi terus dilakukan oleh para peneliti dari dunia akademik maupun dari dunia industri. Para peneliti seolah berlomba untuk mewujudkan karya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Teknologi membran telah banyak digunakan dalam berbagai proses pemisahan dan pemekatan karena berbagai keunggulan yang dimilikinya, antara lain pemisahannya

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Aktivasi Zeolit Sebelum digunakan, zeolit sebaiknya diaktivasi terlebih dahulu untuk meningkatkan kinerjanya. Dalam penelitian ini, zeolit diaktivasi melalui perendaman dengan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian Kimia Analitik Program studi Kimia FMIPA ITB sejak bulan September 2007 hingga Juni 2008. III.1 Alat dan Bahan Peralatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perindustrian minyak, pekerjaan teknisi, dan proses pelepasan cat (Alemany et al,

BAB I PENDAHULUAN. perindustrian minyak, pekerjaan teknisi, dan proses pelepasan cat (Alemany et al, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fenol merupakan senyawa organik yang dapat mengganggu kesehatan manusia dan lingkungan hidup. Fenol merupakan salah satu senyawa organik yang bersifat karsinogenik,

Lebih terperinci

3 Percobaan. 3.1 Bahan Penelitian. 3.2 Peralatan

3 Percobaan. 3.1 Bahan Penelitian. 3.2 Peralatan 3 Percobaan 3.1 Bahan Penelitian Bahan-bahan yang digunakan untuk percobaan adalah polimer PMMA, poli (metil metakrilat), ditizon, dan oksina. Pelarut yang digunakan adalah kloroform. Untuk larutan bufer

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci : Amilase, Zea mays L., Amonium sulfat, Fraksinasi, DNS.

ABSTRAK. Kata Kunci : Amilase, Zea mays L., Amonium sulfat, Fraksinasi, DNS. i ABSTRAK Telah dilakukan penelitian mengenaipenentuan aktivitas enzim amilase dari kecambah biji jagung lokal Seraya (Zea maysl.). Tujuan dari penelitian ini adalahuntuk mengetahui waktu optimum dari

Lebih terperinci

KIMIA. Sesi. Polimer A. PENGELOMPOKAN POLIMER. a. Berdasarkan Asalnya

KIMIA. Sesi. Polimer A. PENGELOMPOKAN POLIMER. a. Berdasarkan Asalnya KIMIA KELAS XII IPA - KURIKULUM GABUNGAN 19 Sesi NGAN Polimer Polimer adalah suatu senyawa raksasa yang tersusun dari molekul kecil yang dirangkai berulang yang disebut monomer. Polimer merupakan kelompok

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 52 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Penambahan PEG Terhadap Ketebalan Membran Fabrikasi membran menggunakan PES dengan berat molekul 5900, dengan PEG sebagai zat aditif dan menggunakan DMAc sebagai

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Karakterisasi Awal Serbuk ZrSiO 4 dan ZrO 2 Serbuk ZrSiO 4 dan ZrO 2 sebagai bahan utama membran merupakan hasil pengolahan mineral pasir zirkon. Kedua serbuk tersebut

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Isolat Actinomycetes Amilolitik Terpilih 1. Isolat Actinomycetes Terpilih Peremajaan isolat actinomycetes dilakukan dengan tujuan sebagai pemeliharaan isolat actinomycetes agar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Limbah perkebunan kelapa sawit adalah limbah yang berasal dari sisa tanaman yang tertinggal pada saat pembukaan areal perkebunan, peremajaan dan panen kelapa sawit.

Lebih terperinci

KARBOHIDRAT PROTEIN LEMAK KIMIA KESEHATAN KELAS XII SEMESTER 5

KARBOHIDRAT PROTEIN LEMAK KIMIA KESEHATAN KELAS XII SEMESTER 5 KARBOHIDRAT PROTEIN LEMAK n KIMIA KESEHATAN KELAS XII SEMESTER 5 SK dan KD Standar Kompetensi Menjelaskan sistem klasifikasi dan kegunaan makromolekul (karbohidrat, lipid, protein) Kompetensi Dasar Menjelaskan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode eksperimen.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode eksperimen. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode eksperimen. 3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 Alat yang Digunakan Alat yang akan digunakan dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (C), serta unsur-unsur lain, seperti : Mn, Si, Ni, Cr, V dan lain sebagainya yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (C), serta unsur-unsur lain, seperti : Mn, Si, Ni, Cr, V dan lain sebagainya yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Baja Baja merupakan paduan yang terdiri dari unsur utama besi (Fe) dan karbon (C), serta unsur-unsur lain, seperti : Mn, Si, Ni, Cr, V dan lain sebagainya yang tersusun dalam

Lebih terperinci

BATERAI BATERAI ION LITHIUM

BATERAI BATERAI ION LITHIUM BATERAI BATERAI ION LITHIUM SEPARATOR Membran polimer Lapisan mikropori PVDF/poli(dimetilsiloksan) (PDMS) KARAKTERISASI SIFAT SEPARATOR KOMPOSIT PVDF/POLI(DIMETILSILOKSAN) DENGAN METODE BLENDING DEVI EKA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya untuk bisa terus bertahan hidup tentu saja sangat tergantung pada ada atau

BAB I PENDAHULUAN. lainnya untuk bisa terus bertahan hidup tentu saja sangat tergantung pada ada atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan salah satu materi penting yang ada di bumi dan terdapat dalam fasa cair, uap air maupun es. Kebutuhan manusia dan makhluk hidup lainnya untuk bisa terus

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 15 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Etanol merupakan salah satu sumber energi alternatif yang dapat dijadikan sebagai energi alternatif dari bahan bakar nabati (BBN). Etanol mempunyai beberapa kelebihan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dewasa ini modifikasi sifat polimer telah banyak dikembangkan dalam

I. PENDAHULUAN. Dewasa ini modifikasi sifat polimer telah banyak dikembangkan dalam I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini modifikasi sifat polimer telah banyak dikembangkan dalam berbagai industri maupun lembaga penelitian. Hal ini merupakan salah satu upaya untuk mencari alternatif

Lebih terperinci

2 Tinjauan Pustaka. 2.1 Teknik Voltametri dan Modifikasi Elektroda

2 Tinjauan Pustaka. 2.1 Teknik Voltametri dan Modifikasi Elektroda 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Teknik Voltametri dan Modifikasi Elektroda Teknik elektrometri telah dikenal luas sebagai salah satu jenis teknik analisis. Jenis teknik elektrometri yang sering digunakan untuk

Lebih terperinci

Air adalah wahana kehidupan

Air adalah wahana kehidupan Air Air adalah wahana kehidupan Air merupakan senyawa yang paling berlimpah di dalam sistem hidup dan mencakup 70% atau lebih dari bobot semua bentuk kehidupan Reaksi biokimia menggunakan media air karena

Lebih terperinci

Kecepatan Reaksi Hidrolisis Amilum Oleh Enzim Amilase

Kecepatan Reaksi Hidrolisis Amilum Oleh Enzim Amilase Kecepatan Reaksi Hidrolisis Amilum Oleh Enzim Amilase TUJUAN PRAKTIKUM Adapun tujuan praktikum kali ini antara lain sebagai berikut: 1. Menetapkan konstanta Michaelis-Menten 2. mempelajari pengaruh penanbahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Membran Proses membran adalah proses pemisahan pada tingkat molekuler atau partikel yang sangat kecil. Proses pemisahan dengan membran dimungkinkan karena membran mempunyai

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KITOSAN UNTUK MENINGKATKAN PERMEABILITAS (FLUKS) DAN PERMSELEKTIVITAS (KOEFISIEN REJEKSI) MEMBRAN SELULOSA ASETAT

PENGGUNAAN KITOSAN UNTUK MENINGKATKAN PERMEABILITAS (FLUKS) DAN PERMSELEKTIVITAS (KOEFISIEN REJEKSI) MEMBRAN SELULOSA ASETAT PENGGUNAAN KITOSAN UNTUK MENINGKATKAN PERMEABILITAS (FLUKS) DAN PERMSELEKTIVITAS (KOEFISIEN REJEKSI) MEMBRAN SELULOSA ASETAT Maria Erna 1, T Ariful Amri, Resti Yevira 2 1) Program Studi Pendidikan Kimia,

Lebih terperinci

4. Hasil dan Pembahasan

4. Hasil dan Pembahasan 4. Hasil dan Pembahasan 4.1. Sintesis Polistiren Sintesis polistiren yang diinginkan pada penelitian ini adalah polistiren yang memiliki derajat polimerisasi (DPn) sebesar 500. Derajat polimerisasi ini

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Pembuatan Pulp dari Serat Daun Nanas

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Pembuatan Pulp dari Serat Daun Nanas BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pembuatan Pulp dari Serat Daun Nanas Pembuatan pulp dari serat daun nanas diawali dengan proses maserasi dalam akuades selama ±7 hari. Proses ini bertujuan untuk melunakkan

Lebih terperinci

C w : konsentrasi uap air dalam kesetimbangan, v f dan f w menyatakan laju penguapan dengan dan tanpa film di permukaan

C w : konsentrasi uap air dalam kesetimbangan, v f dan f w menyatakan laju penguapan dengan dan tanpa film di permukaan Adanya film monomolekuler menyebabkan laju penguapan substrat berkurang, sedangkan kesetimbangan tekanan uap tidak dipengaruhi Laju penguapan dinyatakan sebagai v = m/t A (g.det -1.cm -2 ) Tahanan jenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Penelitian Kualitas air semakin hari semakin menurun akibat aktivitas manusia yang banyak menimbulkan polusi di perairan. Penurunan kualitas air

Lebih terperinci

KULIAH TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN GULA, GARAM DAN ASAM. Disiapkan oleh: Siti Aminah

KULIAH TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN GULA, GARAM DAN ASAM. Disiapkan oleh: Siti Aminah KULIAH TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN GULA, GARAM DAN ASAM Disiapkan oleh: Siti Aminah PERAN GULA DALAM PENGAWETAN Bakteri, ragi dan kapang disusun oleh membrane yang menyebabkan air dapat masuk atau keluar

Lebih terperinci

Efektivitas Membran Hibrid Nilon6,6-Kaolin Pada Penyaringan Zat Warna Batik Procion

Efektivitas Membran Hibrid Nilon6,6-Kaolin Pada Penyaringan Zat Warna Batik Procion Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013 Efektivitas Membran Hibrid Nilon6,6-Kaolin Pada Penyaringan Zat Warna Batik Procion G. Yosephani, A. Linggawati, Muhdarina, P. Helzayanti, H. Sophia,

Lebih terperinci

PENGARUH KATALISIS TERHADAP TETAPAN LAJU

PENGARUH KATALISIS TERHADAP TETAPAN LAJU PENGARUH KATALISIS TERHADAP TETAPAN LAJU Laju reaksi sering dipengaruhi oleh adanya katalis Contoh : Hidrolisis sukrosa dalam air Suhu kamar lama (bisa beberapa bulan) Namun jika hidrolisis dilakukan dalam

Lebih terperinci

BIOKIMIA Kuliah 1 KARBOHIDRAT

BIOKIMIA Kuliah 1 KARBOHIDRAT BIOKIMIA Kuliah 1 KARBOHIDRAT 1 Karbohidrat Karbohidrat adalah biomolekul yang paling banyak terdapat di alam. Setiap tahunnya diperkirakan kira-kira 100 milyar ton CO2 dan H2O diubah kedalam molekul selulosa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 21 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Polimer Emulsi 2.1.1 Definisi Polimer Emulsi Polimer emulsi adalah polimerisasi adisi terinisiasi radikal bebas dimana suatu monomer atau campuran monomer dipolimerisasikan

Lebih terperinci

KARBOHIDRAT PROTEIN LEMAK

KARBOHIDRAT PROTEIN LEMAK KARBOHIDRAT PROTEIN LEMAK Kimia SMK KELAS XII SEMESTER 2 SMKN 7 BANDUNG SK DAN KD Standar Kompetensi Menjelaskan sistem klasifikasi dan kegunaan makromolekul (karbohidrat, lipid, protein) Kompetensi Dasar

Lebih terperinci

KARBOHIDRAT II (KARAKTERISTIK ZAT PATI)

KARBOHIDRAT II (KARAKTERISTIK ZAT PATI) Jurnal BIOKIMIA Praktikum ke-2, 2011 KARBOHIDRAT II (KARAKTERISTIK ZAT PATI) Riska Pridamaulia, Hafiz Alim, Eka Martya Widyowati, dan Maharani Intan Kartika Program Studi Pendidikan Kimia, Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Membran adalah sebuah penghalang selektif antara dua fasa. Membran

BAB I PENDAHULUAN. Membran adalah sebuah penghalang selektif antara dua fasa. Membran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Membran adalah sebuah penghalang selektif antara dua fasa. Membran memiliki ketebalan yang berbeda-beda, ada yang tebal dan ada juga yang tipis. Ditinjau dari bahannya

Lebih terperinci

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan Bab IV asil Penelitian dan Pembahasan IV.1 Isolasi Kitin dari Limbah Udang Sampel limbah udang kering diproses dalam beberapa tahap yaitu penghilangan protein, penghilangan mineral, dan deasetilasi untuk

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk mendapatkan jawaban dari permasalahan penelitian ini maka dipilih

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk mendapatkan jawaban dari permasalahan penelitian ini maka dipilih 20 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Untuk mendapatkan jawaban dari permasalahan penelitian ini maka dipilih metode eksperimen. 3.2 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium

Lebih terperinci

Bab II Tinjauan Pustaka

Bab II Tinjauan Pustaka Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Membran Membran sering digunakan dalam proses industri yang membutuhkan suatu teknik pemisahan. Membran merupakan suatu lapisan tipis permeabel atau semipermeabel, yang terbuat

Lebih terperinci

KISI UJI KOMPETENSI 2014 MATA PELAJARAN KIMIA

KISI UJI KOMPETENSI 2014 MATA PELAJARAN KIMIA KISI UJI KOMPETENSI 2014 MATA PELAJARAN KIMIA Inti Menguasai karakteristik pe didik dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial, kultural, emosional, dan intelektual. Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip

Lebih terperinci

Rangkaian reaksi biokimia dalam sel hidup. Seluruh proses perubahan reaksi kimia beserta perubahan energi yg menyertai perubahan reaksi kimia tsb.

Rangkaian reaksi biokimia dalam sel hidup. Seluruh proses perubahan reaksi kimia beserta perubahan energi yg menyertai perubahan reaksi kimia tsb. Rangkaian reaksi biokimia dalam sel hidup. Seluruh proses perubahan reaksi kimia beserta perubahan energi yg menyertai perubahan reaksi kimia tsb. Anabolisme = (biosintesis) Proses pembentukan senyawa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Sejak ditemukan oleh ilmuwan berkebangsaan Jerman Christian Friedrich

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Sejak ditemukan oleh ilmuwan berkebangsaan Jerman Christian Friedrich BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Sel Bahan Bakar (Fuel Cell) Sejak ditemukan oleh ilmuwan berkebangsaan Jerman Christian Friedrich Schönbein pada tahun 1838, sel bahan bakar telah berkembang dan menjadi salah

Lebih terperinci

BAB I PEDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pipa merupakan salah satu kebutuhan yang di gunakan untuk

BAB I PEDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pipa merupakan salah satu kebutuhan yang di gunakan untuk BAB I PEDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pipa merupakan salah satu kebutuhan yang di gunakan untuk mendistribusikan aliran fluida dari suatu tempat ketempat yang lain. Berbagi jenis pipa saat ini sudah beredar

Lebih terperinci

2. Tinjauan Pustaka Sel Bahan Bakar (Fuel Cell)

2. Tinjauan Pustaka Sel Bahan Bakar (Fuel Cell) 2. Tinjauan Pustaka 2.1 2.1 Sel Bahan Bakar (Fuel Cell) Sel bahan bakar merupakan salah satu solusi untuk masalah krisis energi. Sampai saat ini, pemakaian sel bahan bakar dalam aktivitas sehari-hari masih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Urea merupakan molekul dari amonia yang dibentuk pada proses deaminasi asam amino dalam hati (Khairi, 2005). Urea juga dikenal dalam istilah carbamide. Pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah, tujuan dari penelitian dan manfaat yang diharapkan. I.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah, tujuan dari penelitian dan manfaat yang diharapkan. I. BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah, tujuan dari penelitian dan manfaat yang diharapkan. I.1 Latar Belakang Pasir besi merupakan salah satu sumber besi yang dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Etanol merupakan salah satu bahan kimia penting karena memiliki manfaat sangat luas antara lain sebagai pelarut, bahan bakar cair, bahan desinfektan, bahan baku industri,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda eksperimen.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda eksperimen. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda eksperimen. Penelitian dilakukan dengan beberapa tahapan yang digambarkan dalam diagram alir

Lebih terperinci

2 Tinjauan Pustaka. 2.1 Teknologi Membran

2 Tinjauan Pustaka. 2.1 Teknologi Membran 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Teknologi Membran Membran telah mendapat tempat yang penting di dalam teknologi kimia dan aplikasinya telah digunakan secara luas. Sifat utama membran yang menjadi kunci pemanfaatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I. PENDAHULUAN. (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. I. PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Industri mempunyai pengaruh besar terhadap lingkungan, karena dalam prosesnya akan dihasilkan produk utama dan juga produk samping berupa limbah produksi, baik limbah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gaplek (Manihot esculenta Crantz) Gaplek (Manihot Esculenta Crantz) merupakan tanaman perdu. Gaplek berasal dari benua Amerika, tepatnya dari Brasil. Penyebarannya hampir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karbon mesopori merupakan material berpori yang menarik perhatian peneliti karena keteraturan geometrinya dan memiliki potensi yang besar untuk berbagai aplikasi,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Jurusan Pendidikan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Jurusan Pendidikan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Deskripsi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI yang beralamat di Jl. Dr. Setiabudi No.229 Bandung. Untuk keperluan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Jurusan Pendidikan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Jurusan Pendidikan 22 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Deskripsi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI yang beralamat di Jl. Dr. Setiabudi No.229 Bandung. Untuk

Lebih terperinci

4 Hasil dan pembahasan

4 Hasil dan pembahasan 4 Hasil dan pembahasan 4.1 Sintesis dan Pemurnian Polistiren Pada percobaan ini, polistiren dihasilkan dari polimerisasi adisi melalui reaksi radikal dengan inisiator benzoil peroksida (BPO). Sintesis

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan α-amilase adalah enzim menghidrolisis ikatan α-1,4-glikosidik pada pati. α-amilase disekresikan oleh mikroorganisme, tanaman, dan organisme tingkat tinggi. α-amilase memiliki peranan

Lebih terperinci