Jurusan Teknik Fisika Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh November Kampus ITS Keputih Sukolilo Surabaya 60111

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Jurusan Teknik Fisika Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh November Kampus ITS Keputih Sukolilo Surabaya 60111"

Transkripsi

1 STUDI PERFORMANSI SISTEM PENGENDALIAN TEMPERATURE, RELIABILITY DAN SAFETY PADA HEAT EXCHANGER DI PT. PETROWIDADA GRESIK Oleh (Novan Yudha A, Ir.Ronny Dw Noryat, M.Kes, Imam Abad, ST.MT) Jurusan Teknk Fska Fakultas Teknolog Industr Insttut Teknolog Seuluh November Kamus ITS Keuth Sukollo Surabaya ABSTRAK Heat Exchanger HT-310 meruakan lant yang berfungs untuk menakkan temeratur Ortho- Xylene. Agar roses bsa berjalan dengan aman, sstem engendalan harus daat bekerja dengan bak dan sstem roteks harus memlk tngkat keamanan yang mencuku. Pada roses erndahan anas tersebut dharakan temeratur dar Ortho-Xylene sesua dengan yang dharakan yakn sebesar 140 o C dmana temeratur awal Ortho-Xylene sebesar 40 o C. Maka dar tu, derlukan suatu engendalan yang handal agar daat menjaga temeratur dar Ortho-Xylene dengan memanulas laju alran dar steam. Maka dalam tugas akhr n, dlakukan suatu smulas yang terntegras antara roses, sstem engendalan dan sstem roteks dar model yang telah ddaatkan. Dar hasl smulas ddaatkan bahwa untuk sstem engendalan temeratur memlk M 31,01%, ts 1165 detk dan Ess 0,1%. Ketga arameter tersebut mewakl erformans dar sstem kontrol temeratur. Perhtungan PFD total dar sstem ada saat T=8760 jam atau 1 tahun yakn 0,81373 sedangkan ada saat T=8371 jam yakn 6,3349, sstem yang saat n terseda d heat exchanger HT-310 dkategorkan sebaga sstem yang memunya SIL 1. Kata Kunc: Heat exchanger, Ortho-Xylene, temerature, Probablty Falure of Demand (PFD), Safety Integrty Level (SIL). I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perstwa erndahan anas banyak djuma dalam ndustr-ndustr kma, msalnya, ada roses endngnan atau emanasan uman yang akan masuk ke reaktor, vulkansas karet, embuangan anas dar suatu embangkt tenaga, dan lan-lan. Seert ada PT.Petrowdada Gresk yang meruakan erusahaan yang memroduks Phthalc Anhydrde yang dgunakan sebaga bahan baku bag ndustr lastk, cat, dan lem d Indonesa. Salah satu tahaan ada roses engolahannya adalah roses ertukaran anas yang terjad ada heat exchanger HT-310 dmana temeratur dar Ortho Xylene harus djaga sektar 140 o C dengan memanulas laju fluda emanas yakn berua steam. Pada saat n alat enukar anas yang daka adalah heat exchanger jens shell and tube. Tugas Akhr n mengacu ada Tugas Akhr sebelumnya yang dlakukan oleh Galh Candrawat yakn hanya melakukan suatu engendalan terhada suatu Unt Thermal Ventlaton dan menganalsa tngkat safety namun tdak melakukan analsa terhada keandalan dar masng-masng komonen ada Unt Thermal Ventlaton. Sementara tu ada Tugas Akhr sebelumnya yang dlakukan Andhka Bagus yatu hanya melakukan analsa sebuah lant d PT.Petrokma Gresk dar seg kehandalan dan tngkat keamanannya saja, namun tdak melakukan analsa tentang sstem engendalan ada lant tersebut. Berdasarkan ada enjelasan datas, untuk tulah ada Tugas Akhr n akan dlakukan sstem engendalan terhada suatu roses dan analsa dalam seg kehandalan dalam ta komonen dalam roses ertukaran anas serta tngkat keamanannya. Sehngga dharakan dar analsa sstem engendalan, kehandalan, dan tngkat keamanan akan berguna bag erusahaan dalam menngkatkan roses roduks d PT. Petrowdada Gresk. 1. Tujuan Adaun tujuan dar Tugas Akhr n adalah untuk melakukan stud erformans melalu smulas yang terntegras antara roses, sstem engendalan dan sstem roteks ada Heat Exchanger HT-310.

2 II. TEORI PENUNJANG.1 Heat Exchanger Pengertan enukar anas atau dalam ndustr kma ouler dengan stlah bahasa Inggrsnya, heat exchanger (HE), adalah suatu alat yang memungknkan erndahan anas dan bsa berfungs sebaga emanas mauun sebaga endngn. Basanya, medum emanas daka ua lewat anas (suer heated steam) dan ar basa sebaga ar endngn (coolng water). Penukar anas drancang sebsa mungkn agar erndahan anas antar fluda daat berlangsung secara efsen. Pertukaran anas terjad karena adanya kontak, bak antara fluda terdaat dndng yang memsahkannya mauun keduanya bercamur langsung begtu saja. Penukar anas sangat luas daka dalam ndustr seert klang mnyak, abrk kma mauun etrokma, ndustr gas alam, refrgeras, embangkt lstrk. Heat Exchanger yang daka adalah te Shell and Tube Heat Exchanger. Dmana terdr atas suatu bundel a yang dhubungkan secara arallel dan dtematkan dalam sebuah a mantel (cangkang). Fluda yang satu mengalr d dalam bundel a, sedangkan fluda yang lan mengalr d luar a ada arah yang sama, berlawanan, atau berslangan. Kedua ujung a tersebut dlas ada enunjang a yang menemel ada mantel. Penurunan model matemats: Kesetmbangan Massa : = d( Ah) F F (.1) dh A F F (.) = Keraatan caran F = Laju alr caran masuk F = Laju alr caran keluar Kesetmbangan Energ : Q d[ Ahc ( T T ref = + )] Fc ( T T ref ) Fc ( T T (.3) ref ) Dmana: c = Kalor sesfk (kkal/kg) T = Suhu caran masuk ( o C) T = Suhu caran keluar ( o C) T = Suhu caran yang dngnkan ( o C) ref Q = Energ anas steam (kkal/jam) Penyederhanaan ersamaan (.3) dengan asums T = 0 dan = konstan ref d( ht ) Q A FT FT c (.4) Substtus ersamaan (.) ke ersamaan (.4) menjad : d( ht) dt dh dt A Ah AT Ah T ( F F) (.5) dt Q Ah T( F F) FT FT c Atau dt Ah Q F ( T T ) (.6) c Persamaan (.6) jka dsederhanakan lag menjad : dt Q Ah FT FT c Atau Ah F dt Q T T (.7) F c Persamaan Lalacenya adalah : Q( s) T( s) ( S 1) T (.8) ( s) F c dengan Ah V F F Sehngga fungs transfernya adalah : T ( s) 1 1 T ( s) Q( s) (.9) ( S 1) ( S 1) F c. Pengendal PID..1 Pengendal Proorsonal (P) Kontroler roorsonal memlk arameter, ta roorsonal (roortonal band) dan konstanta roorsonal. Daerah kerja kontroler efektf dcermnkan oleh ta roorsonal, sedangkan konstanta roorsonal menunjukkan nla faktor enguatan terhada snyal kesalahan, K [1]. Hubungan antara ta roorsonal (PB)

3 dengan konstanta roorsonal (K ) dtunjukkan secara resentas oleh ersamaan : 1 PB x100% (.10) K Dengan : PB = Proortonal Band K = Gan Proses.. Pengendal Integral (I) Kontroler ntegral memlk karakterstk seert halnya sebuah ntegral. Keluaran kontroler sangat dengaruh oleh erubahan yang sebandng dengan nla snyal kesalahan. Keluaran kontroler n meruakan jumlahan yang terus menerus dar erubahan masukannya. Kalau snyal kesalahan tdak mengalam erubahan, keluaran akan menjaga keadaan seert sebelum terjadnya erubahan masukan. Transfer functon dar unt kontrol ntegral adalah sebaga berkut : 1 U Kc e. (.11) T dmana, I T I = ntegral tme e = error (nut dar unt control) K c = gan dar controller..3 Pengendal Dferensal (D) Keluaran kontroler dferensal memlk sfat seert halnya suatu oeras dervatf. Perubahan yang mendadak ada masukan kontroler, akan mengakbatkan erubahan yang sangat besar dan ceat. Transfer functon dar kontrol dervatve adalah sebaga berkut: de U Kc. TD (.1) dmana, K C = gan e = error T D = dervatve tme.3 Relablty Dalam art luas keandalan atau relablty dhubungkan dengan sstem yang daat dandalkan, berjalan dengan bak dan dengan tdak adanya sstem yang mengalam kerusakan. Keandalan atau relablty ddefnskan sebaga robabltas dar suatu sstem untuk daat melaksanakan oeras atau fungsnya dengan bak selama selang waktu tertentu. Fungs Keandalan terhada waktu daat dnyatakan dalam ersamaan berkut: R(t)= t 1 F ( t) f ( t) (.13).4 Laju Kegagalan Laju kegagalan () adalah banyaknya kegagalan er satuan waktu. Laju kegagalan daat dnyatakan sebaga erbandngan antara banyaknya kegagalan yang terjad selama selang waktu tertentu dengan total waktu oeras komonen atau sstem. Laju kegagalan daat dnyatakan sebaga berkut: = T f (.14) f ( t) (t) = (.15) R( t) dmana : f = banyaknya kegagalan selama jangka waktu oeras T = total waktu oeras.5 Safety Integrty Level (SIL) SIL adalah nla ukur dar erformans Safety Instrumented System (SIS) yang hanya dhubungkan dengan devce yang mengkonfguras SIS. Tnjauan dar Safety Integrty Level (SIL) berhubungan dengan standarad ANSI/ISA dan IEC Tabel.1 Range nla PFD yang mereresentaskan tngkatan SIL SIL 1 menunjukkan level keamanan rendah (Hgh rsk) atau kemungknan terjadnya falure semakn besar. sedangkan SIL 4 menunjukkan level keamanan tngg (Low rsk) atau kemungknan terjadnya falure semakn kecl. III. Metodolog Peneltan Pada bab n akan djabarkan mengena taha-taha yang dlakukan dalam engerjaan Tugas Akhr n mula dar emodelan roses ada Heat Exchanger HT-310, nstrumen endukung, controller dan sstem roteks hngga smulas dar model yang telah ddaatkan tersebut dengan menggunakan software matlab-smulnk untuk kemudan dlakukan analsa.

4 Pemodelan Sensor Sensor temeratur yang dgunakan berua Thermocoule meruakan robe atau sensor yang dgunakan untuk mengukur suhu. Sehngga fungs transfer dar temerature transmtter adalah sebaga berkut T(s) 0,14545 ma/ = I(s),53 s + 1 Gambar 3.1 Bagan metodolog eneltan Perancangan Smulas Perancangan smulas n ddasarkan ada model matemats yang djabarkan dalam rogram smulnk Matlab. Pemodelan Proses Heat Exchanger HT- 310 Berdasarkan hukum kesetmbangan energ dan hukum kesetmbangan massa yang dgunakan ada heat exchanger, deroleh fungs transfer seert yang deroleh ada ersamaan.9 adalah sebaga berkut: T ( s) 1 1 T ( s) Q( s) ( S 1) ( S 1) F c Gambar 3. Model Smulnk Heat Exchanger Dmana: T = temeratur awal O-Xylene = 30 o C F = flow nut O-Xylene = 0,009 m 3 /s ρ = massa jens O-Xylene = 866,1 kg/ m 3 C = kalor sesfk O-Xylene = 0.6 kkal/kg. o C h = enthaly steam = 15,4047 kkal/kg Gambar 3.3 Pemodelan Smulnk temeratur transmtter Pemodelan Control Valve TV-116 n meruakan temerature control valve yang dalr oleh steam. Control valve n berfungs mengatur banyak sedktnya suly steam yang masuk ke dalam heat exchanger dengan alran maksmal 1,111 kg/s. Sehngga ddaatkan fungs alh dar control valve adalah sebaga berkut: M(s) I(s) = K τ s + 1 = 0, ,43 s + 1 Gambar 3.4 Pemodelan Smulnk control valve Pemodelan Logc Solver Temeratur Sstem roteks temeratur n memanfaatkan bacaan dar sensor thermocoule. Temeratur O-Xylene dalam HT-310 dkatakan normal jka besaran yang terukur dalam range 10 o C > dan <145 0 C. Sedangkan temeratur yang terbaca 10 o C maka sstem akan otomats menyalakan alarm low member tanda ada oerator bahwa terjad temerature low. Namun jka temeratur yang tebaca C, maka sstem akan otomats menyalakan alarm hgh member tanda ada oerator bahwa terjad temerature hgh.

5 sstem agar stabl sesua dengan set ont jka sewaktu-waktu terjad gangguan dalam sstem. Gambar 3.5 Pemodelan Stateflow Proteks Temeratur IV. ANALISA SISTEM PENGENDALIAN TEMPERATUR PADA HEAT EXCHANGER 4.1 Pengujan Oen Loo Pengujan oen loo n dtujukan untuk mengetahu knerja dar blok roses yang telah dbuat. Pada smulas oen loo n kta menggunakan masukkan sgnal uj ste sebesar 140 o C dmana dkonverskan menjad 0 ma, dalam artan control valve membuka enuh sehngga terjad alran steam maksmal. 4. Pengujan sstem engendalan arameter PID abrk Untuk mendaatkan knerja sstem control yang memlk erformans yang handal dan kualtas engendalan yang otmal, maka arameter dalam controller juga harus memlk nla yang otmal. Tunng PID dlakukan untuk mendaatkan arameter PID Controller yang terbak yatu K, T, dan Td. Gambar 4.3 Model Tunng Controller PID d Pabrk Gambar 4.1 Pemodelan Oen Loo HT-310 Dan dar hasl smulas oen loo yang telah drancang maka ddaatlah grafk reson sstem engendalan temeratur secara oen loo seert gambar d bawah n : Gambar 4. Reson Oen Loo HT-310 Dar grafk datas namak bahwa dengan laju alran maksmal steam sebesar 1,111 kg/s dengan tana kontroller sstem sudah mamu mencaa temeratur sebesar 140 o C meskun demkan nantnya derlukan suatu sstem control yang daat menjaga Gambar 4.4 Reson Sstem Parameter Tunng Pabrk Dalam grafk reson dketahu bahwa untuk mencaa setont ada temeratur 140 o C, deroleh tme settlng 1165 s dengan memlk nla maxmum overshoot (M) sebesar 31,01 % dan memlk error steady state sebesar 0,1%. 4.3 Pengujan Dengan Trackng Set Pont Pada bagan n akan dlakukan engujan, dengan cara menakkan dan menurunkan setont dalam hal n yatu temeratur sebesar harga yang sudah dtentukan. Tujuan dar dlakukannya engujan n adalah untuk mengetahu reson control ketka set ont dnakkan/dturunkan aakah controller mash mamu mengejar setont sesua dengan yang dngnkan. Resonnya daat dlhat ada gambar berkut :

6 sejak gangguan dberkan terlhat ada gambar 4.6 d atas. Gambar 4.5 Reson Uj Sstem Dengan Trackng Set Pont Untuk kontrol temeratur, ada saat setont ertama saya member nla 80 o C terlhat bahwa sstem kontrol PID mash handal dalam mengejar setont dengan tme settlng 1158 s, maxmum overshoot (M) sebesar 30,15% dan memlk nla error steady state 0,45%. Pada detk ke 1600, setont saya nakkan 30 o C sehngga menjad 110 o C terlhat bahwa sstem kontrol PID mash handal dalam mengejar setont dengan tme settlng 786 s, memlk nla error steady state sebesar 0,091%, dan memlk nla maxmum overshoot (M) yakn sektar 8,8%. Dan ada detk ke 300, setont saya turunkan 60 o C sehngga menjad 50 o C terlhat bahwa sstem kontrol PID juga mash handal dalam mengejar setont dengan tme settlng 1033 s dan memlk nla error steady state 0, Pengujan Load/Beban Pengujan load/beban n dlakukan dengan memberkan gangguan secara nternal, yatu dengan memberkan erubahan laju alran steam dengan menakkan / menurunkannya. Gambar 4.6 Reson Uj Sstem Dengan Penambahan Laju Alran Steam Pada reson grafk datas, engujan dlakukan dengan enambahan sebesar 5% dar laju alran maksmal steam yakn sebesar 0,75 kg/s ada detk ke Sstem kembal ke keadaan steady state setelah 46 detk Gambar 4.7 Reson Uj Sstem Dengan Pengurangan Laju Alran Steam Pada reson grafk datas, engujan dlakukan dengan engurangan sebesar 5% dar laju alran maksmal steam yakn sebesar 0,75 kg/s ada detk ke Sstem kembal ke keadaan steady state setelah 400 detk sejak gangguan dberkan terlhat ada gambar 4.7 d atas. 4.5 Dstrbus data Instrumen Pada subbab n akan djelaskan hasl olah software untuk mengetahu dstrbus data kegagalan ta nstrumen ada heat exchanger HT-310. TE-116 Tabel 4.1 Data Tme To Falure TE-116 Tag Name Falure /01/004 14/0/ TE-116 1/0/ /08/001 3/10/ /01/ /09/ MTTF 1380 Dar data Tme To Falure (TTF) ada tabel 4.1 tersebut, ddaatkan dstrbus eksonental dengan 1 arameter yakn λ =0, Hal n dbuktkan dengan menghtung nla dar MTTF dengan menggunakan ersamaan seert berkut: MTTF = γ + 1 λ 1 = 0, = 130, Plan Start TTF (hours) 116

7 TV-116 Tabel 4. Data Tme To Falure TV-116 Tag Name Falure Plan Start TTF (hours) TV /01/ /01/ /0/ /10/007 1/08/ /09/ /01/ /09/ MTTF 1138,85 Dar data TTF ada tabel 4. tersebut, ddaatkan dstrbus welbull dengan arameter yakn β = 0, dan η =10718,3595. Hal n dbuktkan dengan menghtung nla dar MTTF dengan menggunakan ersamaan seert berkut: MTTF = γ + ηг β 1 =10718, , =10718,3595(,0704) =10718,3595.1,03164 =11057, TIC-116 Tabel 4.3 Data Tme To Falure TIC-116 Tag Name Falure Plan Start TTF (hours) TIC- 116 /01/ /0/ /10/007 1/08/ /01/ /09/ MTTF Dar data TTF ada tabel 4.3 tersebut, ddaatkan dstrbus eksonental dengan 1 arameter yakn λ=0, Hal n dbuktkan dengan menghtung nla dar MTTF dengan menggunakan ersamaan seert berkut: MTTF = γ + 1 λ 1 = 0, = 177, Hasl Perhtungan Relablty Instrumen Heat Exchanger HT-310 n telah beroeras sejak 1 Agustus 001 sedangkan waktu engamblan data ada tanggal 9 Maret 011, maka aabla dhtung masa oerasnya sama dengan waktu engamblan data dlakukan adalah sektar 3488 har oeras atau jam oeras. Nla tersebut kemudan dgunakan sebaga nut ada fungs relablty R(t) untuk seta nstrumen HT- 310 sehngga ddaatkan nla relablty nstrumen ada saat sekarang. TE-116 Gambar 4.8 Grafk relablty fungs waktu untuk TE-116. Dengan memasukkan nla t kedalam fungs relablty R(t), namak ada grafk d atas komonen sensor thermocoule TE-116 memlk nla keandalan awal sebesar 1, dmana serng berjalannya waktu dan enggunaannya nla keandalan tersebut akan terus menurun namak ada saat t=83.71 nla keandalan komonen nstrumen TE-116 mendekat nla 0,018. TV-116 Gambar 4.9 Grafk relablty fungs waktu untuk TV-116 Dengan memasukkan nla t kedalam fungs relablty R(t), namak ada grafk d atas komonen sensor thermocoule TV-116 memlk nla keandalan awal sebesar 1, dmana serng berjalannya waktu dan enggunaannya nla keandalan tersebut akan terus menurun namak ada saat t=83.71 nla

8 keandalan komonen nstrumen TV-116 sebesar 0,0673. TIC-116 Gambar 4.10 Grafk relablty fungs waktu untuk TIC-116 Dengan memasukkan nla t kedalam fungs relablty R(t), namak ada grafk d atas komonen sensor thermocoule TIC-116 memlk nla keandalan awal sebesar 0,87797, dmana serng berjalannya waktu dan enggunaannya nla keandalan tersebut akan terus menurun namak ada saat t=8371 nla keandalan komonen nstrumen TIC-116 mendekat Pengujan Sstem Proteks Logc Solver (State Flow) Setelah roses engendalan berjalan sesua dengan konds lant yang dngnkan, maka erlu drancang sebuah sstem roteks yang bekerja saat terjad konds yang tdak dngnkan. Dalam katannya dengan konds yang tdak dngnkan d HT-310 adalah konds hgh temerature and low temerature. Tabel 4.4 Reson Sstem Proteks untuk HT-310 No. Temerature Konds 1 10 o C 4 ma (alarm low) 10 o C > Tem. 10 ma (normal) <145 0 C C 0 ma (alarm hgh) Gambar 4.11 Gambar reson sstem roteks dalam roses Berdasarkan ada gambar 4.11 terlhat bahwa ada saat roses engendalan alarm low bernla 4 ma ada detk ke-0 sama dengan detk ke-148, alarm hgh bernla 0 ma ada detk ke- 187 sama detk ke-543 sedangkan sstem berjalan normal ada detk ke-149 sama detk ke-186 dan ada detk ke-544 keatas. Hal n menunjukkan bahwa sstem roteks sudah bekerja dengan bak dalam menjaga konds suatu engendalan roses. 4.8 Penentuan Nla Safety Integrty Level (SIL) Nla Safety Integrty Level (SIL) yang akan dhtung ada sub-bab n adalah nla SIL dar sstem roteks yang ada ada heat exchanger HT-310, melut komonen utama transmtter, logc solver dan fnal element untuk menyokong sstem keamanan berdasarkan falure rate /laju kegagalan (λ) masng-masng komonen dan enentuan Probablty Falure on Demand (PFD). Msalnya untuk erhtungan Probablty Falure on Demand (PFD) untuk komonen sensor thermocoule TE-116, control valve TV-116 dan Temerature Indcator Controller (TIC) ada saat waktu oeras (T) selama 8760 jam atau 1 tahun. λ(t). T PFD = = 0, = 0,34108 λ(t). T PFD = = 0, = 0,1907 λ(t). T PFD = = 0, = 0,5358 PFD = PFD + PFD + PFD = 0, , ,5358 = 0,81373 Berkut n hasl erhtungan Probablty Falure on Demand (PFD), Falure Rate (λ) selama 8371 jam (mula HT-310 beroeras tanggal 1 Agustus 001 sama terkahr engamblan data tanggal 10 Maret 011): λ(t). T PFD = = 0, = 3,5941 λ(t). T PFD = = 0, = 0,65167 λ(t). T PFD = = 0, =,431 PFD = PFD + PFD + PFD = 3, , ,431 = 6,3349 Perhtungan PFD total dar sstem ada saat T=8760 jam atau 1 tahun adalah 0,81373 sedangkan ada saat T=8371 jam adalah 6,3349 sehngga menurut standard IEC

9 61508, sstem yang saat n terseda d heat exchanger HT-310 dkategorkan sebaga sstem yang memunya SIL Pengujan Pengaruh Fungs Relablty Dalam hal n akan dcar hubungan fungs relablty dar seta komonen nstrumen terhada reson sstem kontrol. Dmana fungs relablty berbeda-beda dalam hal ersamaannya tergantung ada laju kegagalan ta komonen nstrumen.. Reson enanaman fungs relablty terhada sstem engendalan daat dlhat ada grafk d bawah n : Gambar 4.1 Reson sstem engendalan dengan konds SIL 1. Gambar 4.13 Reson sstem engendalan dengan konds SIL. Pada gambar 4.1 namak terlhat jelas bahwa sstem engendalan sult untuk mencaa set ont. Hal n dkarenakan dengan serng bertambahnya waktu maka tngkat keandalan dalam seta komonen akan semakn menurun. Dan dengan menngkatnya nla falure rate (λ) yang semakn besar, menyebabkan ula keandalan yang semakn menurun dar masng-masng nstrumen. Sedangkan ada gambar 4.13 terlhat reson sstem engendalan dengan memaralel komonen ada transmtter dan control valve, namak sstem lebh bak dalam menjaga roses agar selalu daat mencaa set ont. Dengan rogram mantenance yang berkala juga akan menngkatkan nla relablty dan mengurang laju kegagalan serta akan menngkatkan nla dar SIL tu sendr. V. PENUTUP 5.1. Kesmulan Dar serangkaan metodolog, engujan, analsa serta embahasan yang telah dlakukan ddaatlah beberaa kesmulan dantaranya : Berdasarkan smulas hasl rl lan ddaatkan : K =. T = 66 s Td = 30 s ts 1165 s, M 31,01 %, Ess 0,1 %. Berdasarkan data kegagalan ta komonen deroleh jens dstrbus kegagalannya untuk TE-116 termasuk dstrbus eksonental dengan 1 arameter, TV-116 termasuk dstrbus welbull dengan arameter, dan TIC- 116 termasuk dstrbus ekonental dengan arameter. Perhtungan PFD total dar sstem ada saat T=8760 jam atau 1 tahun yakn 0,81373 sedangkan ada saat T=8371 jam yakn 6,3349, sstem yang saat n terseda d heat exchanger HT-310 dkategorkan sebaga sstem yang memunya SIL 1. Fungs relablty yang semakn menurun menyebabkan sstem control tdak mamu mengejar set ont yang telah dberkan. Dengan meredundant komonen nstrumen akan menngkatkan nla relablty dan menyebabkan sstem control mamu mengejar set ont serng berjalannya waktu. 5.. Saran Saran yang daat dberkan setelah kerja raktek dlaksanakan adalah untuk memerkecl nla falure rate erlu dlakukan reventve mantenance secara berkala sedangkan untuk menngkatkan kehandalan terdaat cara yakn reventve mantenance dan meredundant ada komonen-komonen HT-310. DAFTAR PUSTAKA [1]. Gunterus, Frans Falsafah Dasar Sstem Pengendalan Proses. Jakarta : PT Elex Meda Komutndo. []. Ogata, Katsuhko Teknk Kontrol Automatk. Jakarta; Erlangga. [3]. Stehanooulos, George. 1984, Chemcal Process Control An

10 Introducton To Theory And Practce, Prentce Hall Internatonal, London. [4]. htt://che.ft-untrta.ac.d/downloadcenter/category/1-oeras-teknkkma?download=7%3aenukar-anas [5]. Shaw, John A. 001 Process Control Solutons [6]. Ebelng,Charles E An Introducton to Relablty and Mantanablty Engneerng, The McGraw-Hll Comanes, Sngaore. [7]. Candrawat, Galh.009, Stud Performans Sstem Pengendalan Dan Safety Pada Unt Thermal Ventlaton Thema Dry Tunnel TH 009 PT. Ecco Tannery Indonesa. Tugas Akhr, jurusan Teknk Fska ITS. [8]. Bagus, Andhka P.010, Study Relablty, Safety and Qualty Pada Instrumen Waste Heat Boler d Petrokma. Tugas Akhr, jurusan Teknk Fska ITS.

STUDI PERFORMANSI SISTEM PENGENDALIAN TEMPERATUR, RELIABILITY DAN SAFETY PADA HEAT EXCHANGER PT. PETROWIDADA GRESIK

STUDI PERFORMANSI SISTEM PENGENDALIAN TEMPERATUR, RELIABILITY DAN SAFETY PADA HEAT EXCHANGER PT. PETROWIDADA GRESIK STUDI PERFORMANSI SISTEM PENGENDALIAN TEMPERATUR, RELIABILITY DAN SAFETY PADA HEAT EXCHANGER PT. PETROWIDADA GRESIK NOVAN YUDHA ARMANDA 2409 105 032 DOSEN PEMBIMBING: IR. RONNY DWI NORIYATI M.KES IMAM

Lebih terperinci

VII AKSI DASAR PENGENDALIAN

VII AKSI DASAR PENGENDALIAN 110 VII ASI DASAR PENGENDALIAN Deskrs : Bab n memberkan gambaran tentang aks dasar engendalan dengan menggunakan engendal roorsonal, ntegral dan dervatf serta kombnasnya ada berbaga sstem kendal Objektf

Lebih terperinci

Perbaikan Unjuk Kerja Sistem Orde Satu PERBAIKAN UNJUK KERJA SISTEM ORDE SATU DENGAN ALAT KENDALI INTEGRAL MENGGUNAKAN JARINGAN SIMULATOR MATLAB

Perbaikan Unjuk Kerja Sistem Orde Satu PERBAIKAN UNJUK KERJA SISTEM ORDE SATU DENGAN ALAT KENDALI INTEGRAL MENGGUNAKAN JARINGAN SIMULATOR MATLAB Perbakan Unjuk Kerja Sstem Orde Satu PERBAIKAN UNJUK KERJA SISTEM ORDE SATU DENGAN ALAT KENDALI INTEGRAL MENGGUNAKAN JARINGAN SIMULATOR MATLAB Endryansyah Penddkan Teknk Elektro, Jurusan Teknk Elektro,

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1 Analsa Pemlhan Model Tme Seres Forecastng Pemlhan model forecastng terbak dlakukan secara statstk, dmana alat statstk yang dgunakan adalah MAD, MAPE dan TS. Perbandngan

Lebih terperinci

PENGENALAN SISTEM PENGENDALIAN LANJUT

PENGENALAN SISTEM PENGENDALIAN LANJUT 06 06 PENENALAN SISTEM PENENDALIAN LANJUT Tujuan: Mhs mengenal dan mamu menjelaskan sstem engendalan uman-balk lanjut dan engendalan uman-maju secara umum. Mater: 1. Alkas Pengendalan Uman Balk ada Proses

Lebih terperinci

Sistem kontrol pemanas ruangan Tanpa carrier fluids

Sistem kontrol pemanas ruangan Tanpa carrier fluids Sstem kontrol emanas ruangan Tana carrer fluds Oleh : Hen Hndayant NIM. M00034 SRIPSI dtuls dan dajukan untuk memenuh sebagan ersyaratan memeroleh gelar Sarjana Sans Matematka FAULTAS MATEMATIA DAN ILMU

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Analsa Regres Dalam kehdupan sehar-har, serng kta jumpa hubungan antara satu varabel terhadap satu atau lebh varabel yang lan. Sebaga contoh, besarnya pendapatan seseorang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum dapat dkatakan bahwa mengambl atau membuat keputusan berart memlh satu dantara sekan banyak alternatf. erumusan berbaga alternatf sesua dengan yang sedang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan kestablan ekonom, adalah dua syarat pentng bag kemakmuran dan kesejahteraan suatu bangsa. Dengan pertumbuhan yang cukup, negara dapat melanjutkan pembangunan

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS 28 BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS 4.1 Kerangka Pemkran dan Hpotess Dalam proses peneltan n, akan duj beberapa varabel software yang telah dsebutkan pada bab sebelumnya. Sesua dengan tahapan-tahapan

Lebih terperinci

Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2004 Yogyakarta, 19 Juni 2004

Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2004 Yogyakarta, 19 Juni 2004 Semnar Nasonal Aplkas Teknolog Informas 004 Yogyakarta, 19 Jun 004 Aplkas Pemrograman Komputer Dalam Bdang Teknk Kma Arf Hdayat Program Stud Teknk Kma Fakultas Teknolog Industr, Unverstas Islam Indonesa

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 2 LNDSN TEORI 2. Teor engamblan Keputusan Menurut Supranto 99 keputusan adalah hasl pemecahan masalah yang dhadapnya dengan tegas. Suatu keputusan merupakan jawaban yang past terhadap suatu pertanyaan.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Fuzzy Set Pada tahun 1965, Zadeh memodfkas teor hmpunan dmana setap anggotanya memlk derajat keanggotaan yang bernla kontnu antara 0 sampa 1. Hmpunan n dsebut dengan hmpunaan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN MODEL

BAB IV PEMBAHASAN MODEL BAB IV PEMBAHASAN MODEL Pada bab IV n akan dlakukan pembuatan model dengan melakukan analss perhtungan untuk permasalahan proses pengadaan model persedaan mult tem dengan baya produks cekung dan jont setup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Matematka sebaga bahasa smbol yang bersfat unversal memegang peranan pentng dalam perkembangan suatu teknolog. Matematka sangat erat hubungannya dengan kehdupan nyata.

Lebih terperinci

ANALISA KINERJA COOLING TOWER INDUCED DRAFT TIPE LBC-W 300 TERHADAP PENGARUH PANAS RADIASI MATAHARI

ANALISA KINERJA COOLING TOWER INDUCED DRAFT TIPE LBC-W 300 TERHADAP PENGARUH PANAS RADIASI MATAHARI TUGAS AKHIR ANALISA KINERJA COOLING TOWER INDUCED DRAFT TIPE LBC-W 300 TERHADAP PENGARUH PANAS RADIASI MATAHARI Oleh: Nmas Puspto Pratw Dosen Pembmbng : Dr.Gunawan Nugroho, S.T,M.T Nur Lala Hamdah, ST.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusa dlahrkan ke duna dengan ms menjalankan kehdupannya sesua dengan kodrat Illah yakn tumbuh dan berkembang. Untuk tumbuh dan berkembang, berart setap nsan harus

Lebih terperinci

Pengaturan Proses Tekanan pada Sistem Pengaturan Berjaringan Menggunakan Kontroler Fuzzy Neural Network

Pengaturan Proses Tekanan pada Sistem Pengaturan Berjaringan Menggunakan Kontroler Fuzzy Neural Network TUGAS AKHIR TE - 091399 Pengaturan Proses Tekanan pada Sstem Pengaturan Berjarngan Menggunakan Kontroler Fuzzy Neural Network Rende Ramadhan NRP 2208100131 Dosen Pembmbng : Ir. Al Faton, M.T. Imam Arfn,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Hpotess Peneltan Berkatan dengan manusa masalah d atas maka penuls menyusun hpotess sebaga acuan dalam penulsan hpotess penuls yatu Terdapat hubungan postf antara penddkan

Lebih terperinci

BAB II TEORI ALIRAN DAYA

BAB II TEORI ALIRAN DAYA BAB II TEORI ALIRAN DAYA 2.1 UMUM Perhtungan alran daya merupakan suatu alat bantu yang sangat pentng untuk mengetahu konds operas sstem. Perhtungan alran daya pada tegangan, arus dan faktor daya d berbaga

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam pembuatan tugas akhr n, penulsan mendapat referens dar pustaka serta lteratur lan yang berhubungan dengan pokok masalah yang penuls ajukan. Langkah-langkah yang akan

Lebih terperinci

Penerapan Metode Runge-Kutta Orde 4 dalam Analisis Rangkaian RLC

Penerapan Metode Runge-Kutta Orde 4 dalam Analisis Rangkaian RLC Penerapan Metode Runge-Kutta Orde 4 dalam Analss Rangkaan RLC Rka Favora Gusa JurusanTeknk Elektro,Fakultas Teknk,Unverstas Bangka Beltung rka_favora@yahoo.com ABSTRACT The exstence of nductor and capactor

Lebih terperinci

BAB V PENGEMBANGAN MODEL FUZZY PROGRAM LINIER

BAB V PENGEMBANGAN MODEL FUZZY PROGRAM LINIER BAB V PENGEMBANGAN MODEL FUZZY PROGRAM LINIER 5.1 Pembelajaran Dengan Fuzzy Program Lner. Salah satu model program lnear klask, adalah : Maksmumkan : T f ( x) = c x Dengan batasan : Ax b x 0 n m mxn Dengan

Lebih terperinci

PENGUKURAN DAYA. Dua rangkaian yg dpt digunakan utk mengukur daya

PENGUKURAN DAYA. Dua rangkaian yg dpt digunakan utk mengukur daya Pengukuran Besaran strk (TC08) Pertemuan 4 PENGUKUN DY Pengukuran Daya dalam angkaan DC Daya lstrk P yg ddsaskan d beban jka dcatu daya DC sebesar E adl hasl erkalan antara tegangan d beban dan arus yg

Lebih terperinci

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN III.1 Hpotess Berdasarkan kerangka pemkran sebelumnya, maka dapat drumuskan hpotess sebaga berkut : H1 : ada beda sgnfkan antara sebelum dan setelah penerbtan

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 11 Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbankan adalah ndustr yang syarat dengan rsko. Mula dar pengumpulan dana sebaga sumber labltas, hngga penyaluran dana pada aktva produktf. Berbaga kegatan jasa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penjadwalan Baker (1974) mendefnskan penjadwalan sebaga proses pengalokasan sumber-sumber dalam jangka waktu tertentu untuk melakukan sejumlah pekerjaan. Menurut Morton dan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (1822 1911). Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN PENGARUH PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN PENGARUH PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK BAB IV PEMBAASAN ASIL PENELITIAN PENGARU PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK TERADAP ASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPS MATERI POKOK KERAGAMAN SUKU BANGSA DAN BUDAYA DI INDONESIA A. Deskrps Data asl Peneltan.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Peneltan n merupakan peneltan yang bertujuan untuk mendeskrpskan langkah-langkah pengembangan perangkat pembelajaran matematka berbass teor varas berupa Rencana

Lebih terperinci

WEIBULL TWO PARAMETER

WEIBULL TWO PARAMETER WEIBULL TWO PARAMETER Dalam teor probabltas dan statstk, dstrbus webull merupakan dstrbus probabltas yang berkelanjutan atau kontnyu. Dgambarkan secara detal oleh Walodd Webull pada tahun 1951 meskpun

Lebih terperinci

SEARAH (DC) Rangkaian Arus Searah (DC) 7

SEARAH (DC) Rangkaian Arus Searah (DC) 7 ANGKAAN AUS SEAAH (DC). Arus Searah (DC) Pada rangkaan DC hanya melbatkan arus dan tegangan searah, yatu arus dan tegangan yang tdak berubah terhadap waktu. Elemen pada rangkaan DC melput: ) batera ) hambatan

Lebih terperinci

Didownload dari ririez.blog.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN

Didownload dari ririez.blog.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Sebuah jarngan terdr dar sekelompok node yang dhubungkan oleh busur atau cabang. Suatu jens arus tertentu berkatan dengan setap busur. Notas standart untuk menggambarkan sebuah jarngan

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA 4. PENGUJIAN PENGUKURAN KECEPATAN PUTAR BERBASIS REAL TIME LINUX Dalam membuktkan kelayakan dan kehandalan pengukuran kecepatan putar berbass RTLnux n, dlakukan pengujan dalam

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Satelah melakukan peneltan, penelt melakukan stud lapangan untuk memperoleh data nla post test dar hasl tes setelah dkena perlakuan.

Lebih terperinci

PHOTODETECTOR NOISE. Ref : Keiser. Fakultas Teknik Elektro 1

PHOTODETECTOR NOISE. Ref : Keiser. Fakultas Teknik Elektro 1 PHOTODETECTOR NOISE Ref : Keser Fakultas Teknk Elektro 1 Nose Detektor Foto S Daya snyal dr arus foto --- = ------------------------------------------------------------------ N Daya nose detektor foto

Lebih terperinci

2.1 Sistem Makroskopik dan Sistem Mikroskopik Fisika statistik berangkat dari pengamatan sebuah sistem mikroskopik, yakni sistem yang sangat kecil

2.1 Sistem Makroskopik dan Sistem Mikroskopik Fisika statistik berangkat dari pengamatan sebuah sistem mikroskopik, yakni sistem yang sangat kecil .1 Sstem Makroskopk dan Sstem Mkroskopk Fska statstk berangkat dar pengamatan sebuah sstem mkroskopk, yakn sstem yang sangat kecl (ukurannya sangat kecl ukuran Angstrom, tdak dapat dukur secara langsung)

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dgunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (18 1911).Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang selanjutnya

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB LANDASAN TEORI.1 Analsa Regres Analsa regres dnterpretaskan sebaga suatu analsa yang berkatan dengan stud ketergantungan (hubungan kausal) dar suatu varabel tak bebas (dependent varable) atu dsebut

Lebih terperinci

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351)

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) Suplemen Respons Pertemuan ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) 7 Departemen Statstka FMIPA IPB Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Referens Waktu Korelas Perngkat (Rank Correlaton) Bag. 1 Koefsen Korelas Perngkat

Lebih terperinci

RANGKAIAN SERI. 1. Pendahuluan

RANGKAIAN SERI. 1. Pendahuluan . Pendahuluan ANGKAIAN SEI Dua elemen dkatakan terhubung ser jka : a. Kedua elemen hanya mempunya satu termnal bersama. b. Ttk bersama antara elemen tdak terhubung ke elemen yang lan. Pada Gambar resstor

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Hasl Peneltan Pada peneltan yang telah dlakukan penelt selama 3 mnggu, maka hasl belajar matematka pada mater pokok pecahan d kelas V MI I anatussbyan Mangkang Kulon

Lebih terperinci

DesainKontrolFuzzy BerbasisPerformansiH dengan Batasan Input-Output untuk Sistem Pendulum-Kereta

DesainKontrolFuzzy BerbasisPerformansiH dengan Batasan Input-Output untuk Sistem Pendulum-Kereta ugasakhr E 91399 DesanKontrolFuzzy BerbassPerformansH dengan Batasan Input-Output untuk Sstem Pendulum-Kereta to Febraranto (8116) Dosen Pembmbng: Prof. Dr. Ir. Achmad Jazde, M.Eng. Jurusan eknk Elektro

Lebih terperinci

METODE KORELASI BARU PADA PENYETELAN PENGENDALI PID DENGAN PENDEKATAN MODEL EMPIRIK FOPDT

METODE KORELASI BARU PADA PENYETELAN PENGENDALI PID DENGAN PENDEKATAN MODEL EMPIRIK FOPDT ISSN 4-989 METODE KORELASI BARU PADA PENYETELAN PENGENDALI PID DENGAN PENDEKATAN MODEL EMPIRIK FOPDT Abdul Wahd dan Rudy Gunawan 2 Laboratorum Sstem Proses Kma Departemen Teknk Gas dan Petrokma Progam

Lebih terperinci

Contoh 5.1 Tentukan besar arus i pada rangkaian berikut menggunakan teorema superposisi.

Contoh 5.1 Tentukan besar arus i pada rangkaian berikut menggunakan teorema superposisi. BAB V TEOEMA-TEOEMA AGKAIA 5. Teorema Superposs Teorema superposs bagus dgunakan untuk menyelesakan permasalahan-permasalahan rangkaan yang mempunya lebh dar satu sumber tegangan atau sumber arus. Konsepnya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Sebelum dlakukan peneltan, langkah pertama yang harus dlakukan oleh penelt adalah menentukan terlebh dahulu metode apa yang akan dgunakan dalam peneltan. Desan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I ENDHULUN. Latar elakang Mengambl keputusan secara aktf memberkan suatu tngkat pengendalan atas kehdupan spengambl keputusan. lhan-plhan yang dambl sebenarnya membantu dalam penentuan masa depan. Namun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketahanan pangan adalah ketersedaan pangan dan kemampuan seseorang untuk mengaksesnya. Sebuah rumah tangga dkatakan memlk ketahanan pangan jka penghunnya tdak berada

Lebih terperinci

PHOTODETECTOR NOISE. Ref : Keiser

PHOTODETECTOR NOISE. Ref : Keiser PHOTODETECTOR NOISE Ref : Keser 1 Nose Detektor Foto S Daya snyal dr arus foto --- ------------------------------------------------------------------ N Daya nose detektor foto + daya nose enguat Sumber

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen yang telah dlaksanakan d SMA Neger 3 Bandar Lampung. Peneltan n dlaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2012/2013.

Lebih terperinci

SOLUTION INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM STUDI FISIKA

SOLUTION INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM STUDI FISIKA ISTITUT TEKOLOGI BADUG FAKULTAS MATEMATIKA DA ILMU PEGETAHUA ALAM PROGRAM STUDI FISIKA FI-500 Mekanka Statstk SEMESTER/ Sem. - 06/07 PR#4 : Dstrbus bose Ensten dan nteraks kuat Kumpulkan d Selasa 9 Aprl

Lebih terperinci

Fisika Dasar I (FI-321)

Fisika Dasar I (FI-321) Fska Dasar I (FI-31) Topk har n (mnggu 5) Usaha dan Energ Usaha dan Energ Energ Knetk Teorema Usaha Energ Knetk Energ Potensal Gravtas Usaha dan Energ Potensal Gravtas Gaya Konservatf dan Non-Konservatf

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf. Peneltan deskrptf merupakan peneltan yang dlakukan untuk menggambarkan sebuah fenomena atau suatu

Lebih terperinci

Fisika Dasar I (FI-321) Usaha dan Energi

Fisika Dasar I (FI-321) Usaha dan Energi Fska Dasar I (FI-31) Topk har n (mnggu 5) Usaha dan Energ Usaha Menyatakan hubungan antara gaya dan energ Energ menyatakan kemampuan melakukan usaha Usaha,,, yang dlakukan oleh gaya konstan pada sebuah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak d Jl. Gn. Tanggamus Raya Way Halm, kota Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah

Lebih terperinci

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL:

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: 1.1. Latar Belakang Masalah SDM kn makn berperan besar bag kesuksesan suatu organsas. Banyak organsas menyadar bahwa unsur manusa dalam suatu organsas dapat memberkan keunggulan

Lebih terperinci

MENGANALISA GANGGUAN PADA 331 WEIGHT FEEDER 2 UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI DI PT. SEMEN GRESIK (PERSERO).Tbk PABRIK TUBAN ABSTRAK

MENGANALISA GANGGUAN PADA 331 WEIGHT FEEDER 2 UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI DI PT. SEMEN GRESIK (PERSERO).Tbk PABRIK TUBAN ABSTRAK Nelson ulstono Teknk Mesn Unverstas Islam Malang 015 MENGANALIA GANGGUAN PADA 331 WEIGHT FEEDER UNTUK MENINGKATKAN PRODUKI DI PT. EMEN GREIK (PERERO).Tbk PABRIK TUBAN Nelson ulstono, Teknk Mesn, Fakultas

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ABSTRAK STEVANY HANALYNA DETHAN Fakultas Ekonom Unv. Mahasaraswat Mataram e-mal : stevany.hanalyna.dethan@gmal.com

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. persamaan penduga dibentuk untuk menerangkan pola hubungan variabel-variabel

BAB 2 LANDASAN TEORI. persamaan penduga dibentuk untuk menerangkan pola hubungan variabel-variabel BAB LANDASAN TEORI. Analss Regres Regres merupakan suatu alat ukur yang dgunakan untuk mengukur ada atau tdaknya hubungan antar varabel. Dalam analss regres, suatu persamaan regres atau persamaan penduga

Lebih terperinci

Kecocokan Distribusi Normal Menggunakan Plot Persentil-Persentil yang Distandarisasi

Kecocokan Distribusi Normal Menggunakan Plot Persentil-Persentil yang Distandarisasi Statstka, Vol. 9 No., 4 47 Me 009 Kecocokan Dstrbus Normal Menggunakan Plot Persentl-Persentl yang Dstandarsas Lsnur Wachdah Program Stud Statstka Fakultas MIPA Unsba e-mal : Lsnur_w@yahoo.co.d ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen 3 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desan Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode ekspermen karena sesua dengan tujuan peneltan yatu melhat hubungan antara varabelvarabel

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. bulan November 2011 dan direncanakan selesai pada bulan Mei 2012.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. bulan November 2011 dan direncanakan selesai pada bulan Mei 2012. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1.1. Tempat dan waktu Peneltan Peneltan dlakukan pada Perusahaan Daerah Ar Mnum Kabupaten Gorontalo yang beralamat d jalan Gunung Bolyohuto No. 390 Kelurahan Bolhuangga Kecamatan

Lebih terperinci

Perancangan Sistem Pemanas Bearing Menggunakan Kontrol Pi Berbasis Mikrokontroler Atmega 8535

Perancangan Sistem Pemanas Bearing Menggunakan Kontrol Pi Berbasis Mikrokontroler Atmega 8535 Perancangan Sstem Pemanas Bearng Menggunakan Kontrol P Berbass Mkrokontroler Atmega 8535 Sumard Iwan Setawan Sgt Purwanto Abstract: Bearng s an mortant comonent of motor and generator, bearng s used as

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 2 Tahun Pelajaran

METODE PENELITIAN. dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 2 Tahun Pelajaran III. METODE PENELITIAN A. Settng Peneltan Peneltan n menggunakan data kuanttatf dengan jens Peneltan Tndakan Kelas (PTK). Peneltan n dlaksanakan d SMAN 1 Bandar Lampung yang beralamat d jalan Jend. Sudrman

Lebih terperinci

VLE dari Korelasi nilai K

VLE dari Korelasi nilai K VLE dar orelas nla Penggunaan utama hubungan kesetmbangan fasa, yatu dalam perancangan proses pemsahan yang bergantung pada kecenderungan zat-zat kma yang dberkan untuk mendstrbuskan dr, terutama dalam

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Data terdr dar dua data utama, yatu data denyut jantung pada saat kalbras dan denyut jantung pada saat bekerja. Semuanya akan dbahas pada sub bab-sub bab berkut. A. Denyut Jantung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1 Tnjauan Pustaka Dar peneltan yang dlakukan Her Sulstyo (2010) telah dbuat suatu sstem perangkat lunak untuk mendukung dalam pengamblan keputusan menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Untuk menjawab permasalahan yatu tentang peranan pelathan yang dapat menngkatkan knerja karyawan, dgunakan metode analss eksplanatf kuanttatf. Pengertan

Lebih terperinci

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI Pendahuluan o Ukuran dspers atau ukuran varas, yang menggambarkan derajat bagamana berpencarnya data kuanttatf, dntaranya: rentang, rentang antar kuartl, smpangan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN DINDING GESER SEBAGAI ELEMEN PENAHAN GEMPA PADA BANGUNAN BERTINGKAT 10 LANTAI

PENGGUNAAN DINDING GESER SEBAGAI ELEMEN PENAHAN GEMPA PADA BANGUNAN BERTINGKAT 10 LANTAI PENGGUNAAN DINDING GESER SEBAGAI ELEMEN PENAHAN GEMPA PADA BANGUNAN BERTINGKAT 10 LANTAI Reky Stenly Wndah Dosen Jurusan Teknk Spl Fakultas Teknk Unverstas Sam Ratulang Manado ABSTRAK Pada bangunan tngg,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Energ sangat berperan pentng bag masyarakat dalam menjalan kehdupan seharhar dan sangat berperan dalam proses pembangunan. Oleh sebab tu penngkatan serta pembangunan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Peneltan n menggunakan peneltan ekspermen; subyek peneltannya dbedakan menjad kelas ekspermen dan kelas kontrol. Kelas ekspermen dber

Lebih terperinci

PERANCANGAN PARAMETER DENGAN PENDEKATAN TAGUCHI UNTUK DATA DISKRIT

PERANCANGAN PARAMETER DENGAN PENDEKATAN TAGUCHI UNTUK DATA DISKRIT BIAStatstcs (05) Vol. 9, No., hal. -7 PERANCANGAN PARAMETER DENGAN PENDEKATAN TAGUCHI UNTUK DATA DISKRIT Faula Arna Jurusan Teknk Industr, Unverstas Sultan Ageng Trtayasa Banten Emal : faulaarna@yahoo.com

Lebih terperinci

Nama : Crishadi Juliantoro NPM :

Nama : Crishadi Juliantoro NPM : ANALISIS INVESTASI PADA PERUSAHAAN YANG MASUK DALAM PERHITUNGAN INDEX LQ-45 MENGGUNAKAN PORTOFOLIO DENGAN METODE SINGLE INDEX MODEL. Nama : Crshad Julantoro NPM : 110630 Latar Belakang Pemlhan saham yang

Lebih terperinci

Evaluasi Tingkat Validitas Metode Penggabungan Respon (Indeks Penampilan Tanaman, IPT)

Evaluasi Tingkat Validitas Metode Penggabungan Respon (Indeks Penampilan Tanaman, IPT) Evaluas Tngkat Valdtas Metode Penggabungan Reson (Indeks Penamlan Tanaman, IPT) 1 Gust N Adh Wbawa I Made Sumertajaya 3 Ahmad Ansor Mattjk 1 Mahasswa S3 Pascasarjana Statstka IPB,3 Staf Pengajar Deartemen

Lebih terperinci

Oleh : Harifa Hanan Yoga Aji Nugraha Gempur Safar Rika Saputri Arya Andika Dumanauw

Oleh : Harifa Hanan Yoga Aji Nugraha Gempur Safar Rika Saputri Arya Andika Dumanauw Oleh : Harfa Hanan Yoga A Nugraha Gemur Safar ka Sautr Arya Andka Dumanau Dosen : Dr.rer.nat. Ded osad, S.S., M.Sc. Program Stud Statstka Fakultas Matematka dan Ilmu Pengetahuan Alam Unverstas Gadah Mada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan 7 BAB III METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel 1. Populas Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas XI SMA Yadka Bandar Lampung semester genap tahun pelajaran 014/ 015 yang berjumlah empat

Lebih terperinci

DISTRIBUSI HASIL PENGUKURAN DAN NILAI RATA-RATA

DISTRIBUSI HASIL PENGUKURAN DAN NILAI RATA-RATA DISTRIBUSI HASIL PENGUKURAN DAN NILAI RATA-RATA Dstrbus Bnomal Msalkan dalam melakukan percobaan Bernoull (Bernoull trals) berulang-ulang sebanyak n kal, dengan kebolehjadan sukses p pada tap percobaan,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi 3 III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SD Al-Azhar Wayhalm Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas V yang terdr dar 5 kelas yatu V A, V B, V

Lebih terperinci

MODEL MATEMATIKA SISTEM THERMAL

MODEL MATEMATIKA SISTEM THERMAL MODEL MATEMATIA SISTEM THERMAL PENGANTAR Sstem thermal merupakan sstem yang melbatkan pemndahan panas dar bahan yang satu ke bahan yang lan. Sstem thermal dapat danalsa dalam bentuk tahanan dan kapastans,

Lebih terperinci

berasal dari pembawa muatan hasil generasi termal, sehingga secara kuat

berasal dari pembawa muatan hasil generasi termal, sehingga secara kuat 10 KARAKTRISTIK TRANSISTOR 10.1 Dasar Pengoperasan JT Pada bab sebelumnya telah dbahas dasar pengoperasan JT, utamannya untuk kasus saat sambungan kolektor-bass berpanjar mundur dan sambungan emtor-bass

Lebih terperinci

P n e j n a j d a u d a u l a a l n a n O pt p im i a m l a l P e P m e b m a b n a g n k g i k t Oleh Z r u iman

P n e j n a j d a u d a u l a a l n a n O pt p im i a m l a l P e P m e b m a b n a g n k g i k t Oleh Z r u iman OTIMISASI enjadualan Optmal embangkt Oleh : Zurman Anthony, ST. MT Optmas pengrman daya lstrk Dmaksudkan untuk memperkecl jumlah keseluruhan baya operas dengan memperhtungkan rug-rug daya nyata pada saluran

Lebih terperinci

Perancangan Pengendali PI. Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Perancangan Pengendali PI. Institut Teknologi Sepuluh Nopember Perancangan Pengendal PI Inttut Teknolog Seuluh Noember Mater ontoh Soal Lathan ngkaan Mater ontoh Soal Perancangan Pengendal P Perancangan Pengendal PI Perancangan Pengendal PD Perancangan Pengendal PID

Lebih terperinci

Pengukuran Laju Temperatur Pemanas Listrik Berbasis Lm-35 Dan Sistem Akuisisi Data Adc-0804

Pengukuran Laju Temperatur Pemanas Listrik Berbasis Lm-35 Dan Sistem Akuisisi Data Adc-0804 Pengukuran Laju Temperatur Pemanas Lstrk Berbass Lm-35 Dan Sstem Akuss Data Adc-0804 Ummu Kalsum Unverstas Sulawes Barat e-mal: Ummu.kalsum@unsulbar.ac.d Abstrak Peneltan n merupakan pengukuran laju temperatur

Lebih terperinci

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN ANALISIS BENTUK HUBUNGAN Analss Regres dan Korelas Analss regres dgunakan untuk mempelajar dan mengukur hubungan statstk yang terjad antara dua varbel atau lebh varabel. Varabel tersebut adalah varabel

Lebih terperinci

Perhitungan Critical Clearing Time dengan Menggunakan Metode Time Domain Simulation

Perhitungan Critical Clearing Time dengan Menggunakan Metode Time Domain Simulation PROSEDING SEINAR TUGAS AKHIR TEKNIK ELEKTRO FTI-ITS, JUNI 2012 1 Perhtungan Crtcal Clearng Tme dengan enggunakan etode Tme Doman Smulaton Surya Atmaja, Dr. Eng. Ardyono Pryad, ST,.Eng, Ir.Teguh Yuwono

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. SMK Negeri I Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada

BAB III METODE PENELITIAN. SMK Negeri I Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada 3 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat Dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Peneltan yang dlakukan oleh penelt berlokas d Kelas Ak 6, SMK Neger I Gorontalo. Penetapan lokas tersebut berdasarkan pada

Lebih terperinci

Korelasi Tortuositas dengan Porositas Absolut dalam Pemodelan Aliran Fluida Menggunakan Lattice Gas Automata Model FHP III

Korelasi Tortuositas dengan Porositas Absolut dalam Pemodelan Aliran Fluida Menggunakan Lattice Gas Automata Model FHP III Korelas Tortuostas dengan Porostas Absolut dalam Pemodelan Alran Fluda Menggunakan Lattce Gas Automata Model FHP III Yoga Satra Putra 1 1) Jurusan Fska FMIPA Unverstas Tanjungpura, Pontanak, emal : yoga_penelt@yahoo.co.d

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Jens Peneltan Jens peneltan yang dpaka adalah peneltan kuanttatf, dengan menggunakan metode analss deskrptf dengan analss statstka nferensal artnya penuls dapat

Lebih terperinci

BAB VB PERSEPTRON & CONTOH

BAB VB PERSEPTRON & CONTOH BAB VB PERSEPTRON & CONTOH Model JST perseptron dtemukan oleh Rosenblatt (1962) dan Mnsky Papert (1969). Model n merupakan model yang memlk aplkas dan pelathan yang lebh bak pada era tersebut. 5B.1 Arstektur

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Pada peneltan n, penuls memlh lokas d SMA Neger 1 Bolyohuto khususnya pada sswa kelas X, karena penuls menganggap bahwa lokas

Lebih terperinci

Kata kunci : daya, bahan bakar, optimasi, ekonomis. pembangkitan yang maksimal dengan biaya pengoperasian unit pembangkit yang minimal.

Kata kunci : daya, bahan bakar, optimasi, ekonomis. pembangkitan yang maksimal dengan biaya pengoperasian unit pembangkit yang minimal. Makalah Semnar Tugas Akhr MENGOPTIMALKAN PEMBAGIAN BEBAN PADA UNIT PEMBANGKIT PLTGU TAMBAK LOROK DENGAN METODE LAGRANGE MULTIPLIER Oleh : Marno Sswanto, LF 303 514 Abstrak Pertumbuhan ndustr pada suatu

Lebih terperinci

BAB V TEOREMA RANGKAIAN

BAB V TEOREMA RANGKAIAN 9 angkaan strk TEOEM NGKIN Pada bab n akan dbahas penyelesaan persoalan yang muncul pada angkaan strk dengan menggunakan suatu teorema tertentu. Dengan pengertan bahwa suatu persoalan angkaan strk bukan

Lebih terperinci

Referensi: 1) Smith Van Ness Introduction to Chemical Engineering Thermodynamic, 6th ed. 2) Sandler Chemical, Biochemical adn

Referensi: 1) Smith Van Ness Introduction to Chemical Engineering Thermodynamic, 6th ed. 2) Sandler Chemical, Biochemical adn Referens: 1) Smth Van Ness. 2001. Introducton to Chemcal Engneerng Thermodynamc, 6th ed. 2) Sandler. 2006. Chemcal, Bochemcal adn Engneerng Thermodynamcs, 4th ed. 3) Prausntz. 1999. Molecular Thermodynamcs

Lebih terperinci

FUNGSI ALIH SISTEM ORDE 1 Oleh: Ahmad Riyad Firdaus Politeknik Batam

FUNGSI ALIH SISTEM ORDE 1 Oleh: Ahmad Riyad Firdaus Politeknik Batam FUNGSI ALIH SISTEM ORDE Oleh: Ahmad Ryad Frdaus Plteknk Batam I. Tujuan. Memaham cara melakukan smulas sstem fss (sstem mekank dan elektrk) untuk rde 2. Memaham karakterstk sstem fss terhadap perubahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB PEDAHULUA. Latar Belakang Rsko ddentfkaskan dengan ketdakpastan. Dalam mengambl keputusan nvestas para nvestor mengharapkan hasl yang maksmal dengan rsko tertentu atau hasl tertentu dengan rsko yang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Neger 3 Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n yatu seluruh sswa kelas VIII SMP Neger 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 0/03 yang

Lebih terperinci

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Negosas Negosas dapat dkategorkan dengan banyak cara, yatu berdasarkan sesuatu yang dnegosaskan, karakter dar orang yang melakukan negosas, protokol negosas, karakterstk dar nformas,

Lebih terperinci

Hukum Termodinamika ik ke-2. Hukum Termodinamika ke-1. Prinsip Carnot & Mesin Carnot. FI-1101: Termodinamika, Hal 1

Hukum Termodinamika ik ke-2. Hukum Termodinamika ke-1. Prinsip Carnot & Mesin Carnot. FI-1101: Termodinamika, Hal 1 ERMODINAMIKA Hukum ermodnamka ke-0 Hukum ermodnamka ke-1 Hukum ermodnamka k ke-2 Mesn Kalor Prnsp Carnot & Mesn Carnot FI-1101: ermodnamka, Hal 1 Kesetmbangan ermal & Hukum ermodnamka ke-0 Jka dua buah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODE PENELITIAN Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf analts dengan jens pendekatan stud kasus yatu dengan melhat fenomena permasalahan yang ada

Lebih terperinci