BAB I PENDAHULUAN. yang terkenal adalah peristiwa yang terjadi di Amerika Serikat, yaitu kasus Smith
|
|
- Yohanes Dharmawijaya
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kasus skandal korporasi yang melibatkan antara pimpinan perusahaan dengan pemegang saham telah banyak terjadi di berbagai negara, diantaranya yang terkenal adalah peristiwa yang terjadi di Amerika Serikat, yaitu kasus Smith v. Van Gorkum tahun 1985 di Pengadilan Tinggi Negara Bagian Delaware. Dalam kasus di atas Pengadilan Tinggi Delaware telah mengabulkan tuntutan pemegang saham Trans Union Corporation (Trans Union) terhadap Dewan Direktur Trans Union (DDTU) cq Ketua Dewan Direktur Jerome van Gorkum yang telah menyetujui penjualan Trans Union yang dianggap tanpa melalui kajian mendalam. Pengadilan menetapkan bahwa DDTU telah melanggar kewajiban yang melekat dengan tugasnya sebagai Dewan Direktur (fiduciary duties). Pengadilan berpendapat bahwa DDTU telah menyetujui suatu transaksi korporasi yang tidak dihasilkan dari pertimbangan bisnis dengan informasi yang cukup, karena itu merger kemudian dibatalkan dan harus mulai kembali proses dari awal. Dalam memutuskan bahwa DDTU tidak menerapkan prinsip kehati-hatian dalam mengambil keputusan, Pengadilan memberikan bobot yang signifikan terhadap kenyataan bahwa DDTU tidak menyajikan pendapat kewajaran dari ahli penilaian (valuation expert) tentang harga yang telah diterima untuk transaksi tersebut. Pengadilan menyatakan bahwa DDTU sebenarnya dapat menghindari tanggung jawab pribadi (personal liability) apabila memperoleh pendapat atau nasehat dari ahli independen tentang nilai perusahaan. Dalam kasus ini bukan 1
2 harganya yang dipermasalahkan oleh Pengadilan, tetapi karena tidak ada bukti yang bersifat independen yang menyatakan bahwa harga transaksi adalah wajar. Dari kasus ini dapat diambil kesimpulan bahwa untuk menghindari kritik atas keputusan menyetujui rencana transaksi korporasi yang dapat berujung pada pembatalan transaksi tersebut, pimpinan perusahaan dan penilai independen harus menjamin bahwa perusahaan menjalani proses kajian yang dapat dipercaya atas rencana transaksi korporasi yang dilakukan. Untuk melindungi pimpinan perusahaan dari kemungkinan tuntutan dikemudian hari, maka ada baiknya untuk dipertimbangkan adanya kajian dari pihak independen seperti halnya pendapat kewajaran. Kasus lainnya adalah kasus M dan F Worlwide (MFW) yang terjadi di Amerika Serikat. Ronald Parelman adalah jutawan pemegang saham mayoritas MFW, produsen terbesar di AS dalam locorice and other flavouring contracts, dan Panavision, produsen film dan peralatan editing film canggih terkenal di AS. Bulan April (2001), MFW membeli kepemilikan mayoritas Parelman sebesar 83 persen pada Panavision dengan harga US$128 juta, atau US$17,5 per lembar saham, yang menunjukkan premium sebesar 400 persen atau 4 kali harga pasar yang berlaku saat itu atau sekitar 13 kali EBITDA. Houlihan Lokey, penasihat keuangan terbanyak dalam memberikan pendapat kewajaran untuk transaksi kelas menengah, melakukan valuasi dan keluar dengan nilai dalam kisaran $9.1 sampai $20.5 per lembar saham. Saat transaksi, kondisi keuangan Panavision dalam keadaan bleeding. Tahun 2000, EBIT sebesar US$30.8 juta, dengan kewajiban pembayaran bunga sebesar US$48.6 juta, dengan hutang berbunga sebesar kurang lebih US$500 juta. 2
3 Sementara kondisi keuangan MFW dalam kondisi yang sehat dan menguntungkan. Para pemegang saham minoritas MFW memprotes akuisisi ini karena terlalu mahal dan menyatakan hanya satu orang yang diuntungkan dengan akuisisi ini yakni Ronald Parelman. Selanjutnya para pemegang saham minoritas MFW melakukan tuntutan (class action lawsuit) melawan Dewan Direktur (DD) cq Ronald Parelman ke Pengadilan Negara Bagian Delaware. Di depan Pengadilan para pemegang saham minoritas MFW berargumen bahwa: (1) transaksi tidak wajar bagi MFW dan pemegang sahamnya; (2) menimbulkan penghamburan sumber daya perusahaan dan mismanagement; serta (3) menunjukkan pelanggaran atas kewajiban fidusia baik duty of care. duty of loyalty maupun duty to act in a good faith, meskipun DD membentuk komite independen untuk menganalisa transaksi dan menggunakan penasihat keuangan untuk memberikan pendapat kewajaran. Pemegang saham minoritas meyakinkan Pengadilan, bahwa DD dan penasihat keuangan menetapkan nilai lebih tinggi untuk perusahaan target (target acquisition), dan penasihat keuangan kurang atau bahkan tidak melakukan uji tuntas atas proyeksi yang disajikan oleh manajemen. Setelah transaksi diputuskan, harga saham MFW turun sebesar 50 persen, mencerminkan ketidakpercayaan pemegang saham atas transaksi ini. Keputusan Pengadilan Class action MFW diselesaikan di depan Pengadilan, di mana Parelman setuju untuk tidak meneruskan atau membatalkan akuisisi tersebut. Pengadilan mengkritik keras Dewan Direktur MFW dan penasihat keuangan Houlihan Lokey atas kesimpulan yang dicapai dan opini yang diterbitkan dan disampaikan kepada MFW. Dalam kasus ini memberikan 3
4 kesimpulan bahwa keputusan untuk melakukan transaksi korporasi, apalagi yang bersifat strategis, tidak dapat diputuskan begitu mudah hanya karena memiliki kewenangan sebagai pemegang saham mayoritas (super voting right), tetapi harus benar-benar berdasarkan pertimbangan bisnis rasional karena bisa berdampak merugikan pada pemegang saham minoritas. Hal ini penilai independen harus lebih jeli dalam melakukan uji tuntas dan lebih teliti dalam analisis untuk sampai pada kesimpulan serta memberikan pendapat tentang kewajaran transaksi tersebut sehingga tidak menimbulkan kerugian bagi pemegang saham minoritas. Sementara itu, di Indonesia kasus yang terkenal adalah kasus PT. Bumi Resources Tbk. (BUMI) tahun 2008 mengakuisisi 3 perusahaan tambang yang dianggap oleh banyak kalangan transaksinya dianggap bermasalah. Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) menegaskan agar terhadap transaksi akuisisi tersebut dilakukan penilaian ulang dan diberikan pendapat kewajaran. Kasus ini memperlihatkan bagaimana Otoritas Pasar Modal di Indonesia melakukan enforcement dengan memerintahkan agar transaksi yang dilakukan oleh PT. Bumi Resources Tbk (BUMI) harus disertai dengan pendapat kewajaran untuk mendapat persetujuan resmi dari Bapepam-LK. (kontan.co.id). PT. Bumi Resources Tbk, (BUMI) melakukan transaksi korporasi dengan mengakuisisi 3 perusahaan tambang yaitu PT. Dharma Henwa Tbk, (DEWA), PT. Fajar Bumi Sakti (FBS) dan Pendopo Coal Limited (PCL). Ketika transaksi dilaporkan, Otoritas Pasar Modal menganggap bahwa harga yang ditetapkan dalam transaksi terlalu mahal dan kondisi pasar modal saat itu juga sedang bearish karena dampak dari krisis keuangan di AS. Berdasarkan kondisi itu, Bapepam-LK menginginkan adanya penilaian ulang oleh pihak independen 4
5 penilai usaha yang ditunjuk oleh Bapepam-LK. Kemudian pimpinan Bursa Efek Indonesia memerintahkan kepada asosiasi penilai MAPPI cq, Dewan Penilai untuk melakukan kaji ulang penilaian (valuation review) atas hasil penilaian yang dilakukan oleh penilai yang ditunjuk oleh BUMI dan sekaligus dilakukan penyusunan pendapat kewajaran bukan hanya penilaian ulang. Hal ini untuk mengetahui apakah transaksi yang dilakukan dari sudut pandang keuangan, wajar bagi pemegang saham. Dari hasil proses penyusunan pendapat kewajaran yang dilakukan oleh Tim Independen yang ditunjuk oleh Dewan Penilai MAPPI, diperoleh Nilai Pasar Wajar atas DEWA, PCL dan FBS, yang ternyata berbeda dari Nilai Pasar Wajar yang dihasilkan oleh penilai yang ditunjuk oleh BUMI. Selanjutnya berdasarkan hasil analisis kewajaran atas transaksi, Tim Independen menyatakan bahwa transaksi DEWA dan PCL adalah wajar bagi kepentingan pemegang saham. Untuk FBS, harga pembelian dianggap lebih tinggi dibandingkan dengan Nilai Pasar Wajar-nya, sehingga transaksi FBS dianggap tidak wajar bagi pemegang saham BUMI. Otoritas Pasar Modal menerima kajian yang dilakukan oleh Dewan Penilai MAPPI dan pendapat kewajaran yang disusun Tim Penilai Independen yang ditunjuk Dewan Penilai MAPPI, dan meminta BUMI untuk melakukan penyesuaian sesuai dengan hasil penilaian ini. BUMI kemudian menyesuaikan transaksi akuisisi FBS dengan hasil penilaian ini, sehingga pemegang saham BUMI terhindar dari kerugian yang ditimbulkan dari transaksi akuisisi ini. Dari kasus ini sangat dirasakan pentingnya pendapat kewajaran dari pihak independen 5
6 untuk melindungi pemegang saham minoritas dari kemungkinan kerugian yang ditimbulkan dari transaksi korporasi (Ruky, 2010: 82). Menilik pada kasus tersebut di atas, tanggung jawab pimpinan perusahaan sangat berat sehingga harus bersedia menghadapi tuntutan atau gugatan dari pemegang saham, jika dirasakan ada sesuatu yang tidak sesuai dengan yang diharapkan pemegang saham. Tidak menutup kemungkinan banyak orang yang tidak mau untuk menerima amanat dari pemegang saham dalam menjalankan suatu perusahaan sebagai pimpinan perusahaan, mengingat besarnya tanggung jawab dan risiko yang dipikulnya. Namun besarnya tanggung jawab dan risiko yang dipikul oleh pimpinan perusahaan tidak serta merta menjadi sesuatu yang harus ditakuti oleh pimpinan perusahaan, selama pimpinan perusahaan telah menjalankan kewajibannya sesuai dengan tata kelola pengurusan perusahaan yang baik. Di Indonesia tanggung jawab dan risiko yang dipikul oleh pimpinan perusahaan telah di atur dalam Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 tahun 2007 pasal 97 ayat 5 butir (b), yang menyatakan bahwa anggota direksi tidak dapat dipertanggungjawabkan atas kerugian sebagaimana dimaksud pada pasal 97 ayat 3 yang berbunyi Setiap anggota Direksi bertanggung jawab penuh secara pribadi atas kerugian Perseroan apabila yang bersangkutan bersalah atau lalai menjalankan tugasnya sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud ayat (2), apabila dapat membuktikan: 1. kerugian tersebut bukan karena kesalahan atau kelalaiannya; 2. telah melakukan pengurusan dengan itikad baik dan kehati-hatian untuk kepentingan dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan; 6
7 3. tidak mempunyai benturan kepentingan baik langsung maupun tidak langsung atas tindakan pengurusan yang mengakibatkan kerugian; 4. telah mengambil tindakan untuk mencegah timbul dan berlanjutnya kerugian tersebut. Bagi perseroan yang terdaftar di pasar modal kewajiban pimpinan perusahaan untuk melaksanakan kewajiban fidusia lebih dipertegas. Ketentuan duty of disclosure, prinsip keterbukaan informasi, dan transaksi benturan kepentingan ditegaskan dalam UUPM dan berbagai Peraturan Ketua Bapepam, sedangkan tentang transaksi material dan benturan kepentingan diatur dalam Peraturan Ketua Bapepam. Peraturan mengenai kewajiban pimpinan perusahaan yang menyangkut fakta atau transaksi benturan kepentingan diatur dalam pasal 82 dan Peraturan Bapepam No. IX.E.1, sementara tentang fakta dan transaksi material dalam pasal 86 dan Peraturan Bapepam IX.E.2. Peraturan IX.E.1 dan IX.E.2 menegaskan tentang perlunya pernyataan pihak independen atas kelayakan harga dan kewajaran transaksi benturan kepentingan dan material. Sebagaimana telah diuraikan di atas, pemimpin perusahaan mempunyai kewajiban dan tanggung jawab fidusia. Oleh karena itu, undang-undang dan peraturan-peraturan di atas melindungi pemimpin perusahaan dari kewajiban pribadi atas kerugian dari suatu transaksi yang diputuskan pemimpin perusahaan, sepanjang keputusan itu dilakukan atas dasar informasi yang lengkap, itikad baik, dan tidak ada benturan kepentingan. Ditinjau dari sudut pandang prosedur (dalam proses pengambilan keputusan), pendapat kewajaran merupakan bukti bahwa pemimpin perusahaan telah mencari nasehat profesional menyangkut aspek keuangan dari rencana 7
8 transaksi korporasi. Dari sudut pandang legal pendapat kewajaran memberikan bukti bahwa pemimpin perusahaan telah mengumpulkan berbagai informasi yang terkait dengan transaksi dan telah melakukan evaluasi berdasarkan pertimbangan bisnis yang rasional (Ruky, 2010: 34). Dari pemaparan di atas jelas bahwa pendapat kewajaran yang diberikan pihak independen, membantu pemimpin perusahaan untuk menunjukkan bahwa telah menggunakan reasonable business judgment atau telah melaksanakan exercised due care dalam proses mengambil keputusan atau persetujuan atas transaksi korporasi yang dilaksanakan. Sehubungan dengan kewajiban pimpinan perusahaan untuk mendapatkan pendapat dari pihak independen atas kelayakan harga dan kewajaran transaksi afiliasi dan benturan kepentingan sebagaimana diatur dalam Peraturan Bapepam IX.E.1., maka penulis bermaksud untuk melakukan penelitian mengenai kewajaran transaksi korporasi terhadap transaksi korporasi yang dilakukan oleh PT. Kokoh Inti Arebama Tbk, atau KOIN terkait akuisisi gudang (warehouse) milik PT. Keramika Indonesia Assosiasi Tbk, atau KIAS. KOIN dan KIAS merupakan perusahaan-perusahaan yang memiliki hubungan kepemilikan sehingga transaksi yang terjadi di antara KOIN dan KIAS merupakan transaksi afiliasi sebagaimana diatur dalam Peraturan Bapepam IX.E.1. Atas transaksi yang dilakukan oleh KOIN dan KIAS diperlukan adanya analisis pendapat kewajaran dari pihak independen untuk menghindari terjadinya kerugian yang diakibatkan oleh transaksi tersebut terhadap pemegang saham minoritas KOIN. 8
9 1.2 Keaslian Penelitian Penelitian empiris mengenai kewajaran atas transaksi korporasi di luar negeri telah banyak dilakukan, tetapi di dalam negeri selama ini penulis belum banyak menemukan. Penelitian yang masih terkait dengan kewajiban pimpinan perusahaan dalam menjalankan perusahaan dengan prinsip tata kelola perusahaan yang baik dan benar good corporate governance dan Business Judgment Rule yang mencakup di dalamnya adalah prinsip keterbukaan informasi dan kewajaran transaksi telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya diantaranya adalah sebagai berikut. Kusmono (2008), melakukan penelitian mengenai tanggung jawab Direksi perseroan milik Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Dari hasil penelitian menyimpulkan bahwa tanggung jawab Direksi perseroan BUMN apabila perusahaannya mengalami kerugian yang diakibatkan oleh keputusan bisnis yang diambil maka Direksi dapat melakukan pembelaan hukum melalui doktrin Business Judgment Rule yang dengan tegas diakomodasi dalam pasal 97 ayat (5) Undang-Undang Perseroan Terbatas (UUPT) No. 40 tahun Selama Direksi telah menjalankan perusahaan dengan melaksanakan Good Corporate Governance (GCG), beritikad baik (good faith), penuh kehati-hatian (duty of care), dan penuh tanggung jawab (duty of loyalty). Harahap (2008), dalam penelitian menyimpulkan bahwa ketentuan tanggung jawab direksi yang ada pada UUPT No.40 tahun 2007 menyatakan bahwa dalam hal terjadinya kepailitan perusahaan, Direksi pada prinsipnya tidak bertanggung jawab selama Direksi telah menjalankan perusahaan dengan melaksanakan asas 9
10 fiduciary duty. Direksi hanya diminta pertanggungjawabannya apabila terjadi karena kesalahan atau kelalaian dalam pengelolaan perseroan. Duff dan Phelps (2009), melakukan penelitian dengan melakukan survei terhadap 50 dewan Direksi di Amerika Serikat dan Eropa selama kuartal ke empat tahun 2008 mengenai pendapat kewajaran. Hasil survei menunjukkan bahwa motivasi perusahaan dalam menyediakan pendapat kewajaran dari pihak independen dalam transaksi merger dan akuisisi adalah sebanyak 64 persen responden di Amerika Serikat pendapat kewajaran dibuat untuk melindungi dewan Direksi dari tuntutan hukum pemegang saham jika terjadi kasus yang merugikan perusahaan, sementara di Eropa sebanyak 48 persen yang berpendapat sama seperti di atas. Sebanyak 72 persen responden di Amerika berpendapat bahwa pendapat kewajaran dibuat untuk memenuhi kewajiban fidusia pimpinan perusahaan, sementara di Eropa sebesar 33 persen responden yang berpendapat untuk memenuhi kewajiban fidusia pimpinan perusahaan. Cain dan Denis (2010), melakukan penelitian mengenai penggunaan pendapat kewajaran pada perusahaan di Amerika Serikat yang melakukan merger dan akuisisi pada tahun 1998 sampai dengan Hasil penelitian menyimpulkan bahwa penggunaan pendapat kewajaran pada aksi merger dan akuisisi perusahaan dapat memberikan informasi tambahan (incremental information) pada pasar yang sebelumnya tidak terpublikasikan, serta memberikan informasi yang berguna kepada dewan direksi dan investor. Dengan adanya pendapat kewajaran yang diumumkan ke pasar pada aksi merger dan akuisisi memberikan informasi yang berguna bagi pasar dan akan menentukan reaksi pada harga saham perusahaan bersangkutan. 10
11 Wahyudin, (2013), telah melakukan penelitian pendapat kewajaran transaksi korporasi 2 perusahaan yang terafiliasi antara PT. Bank ICB Bumipputera Tbk, dan PT. The Nomad Office Indonesia. PT. Bank ICB Bumiputera Tbk, berencana untuk melakukan perpanjangan sewa gedung perkantoran milik PT. The Nomad Office Indonesia. Hasil dari penelitian ini menyimpulkan bahwa harga transaksi sewa gedung perkantoran merupakan wajar dan transaksi ini akan memberikan dampak positif bagi pemegang saham minoritas PT. ICB Bumiputera Tbk, dalam jangka panjang. 1.3 Rumusan Masalah Transaksi akuisisi KOIN terhadap gudang milik KIAS merupakan transaksi afiliasi karena kedua perusahaan tersebut memiliki hubungan kepemilikan yang sama. Sesuai Peraturan Bapepam (Otoritas Jasa Keuangan) IX.E.1., maka terhadap transaksi tersebut diperlukan Pendapat Kewajaran Fairness Opinion dari pihak independen untuk mengetahui apakah transaksi tersebut wajar dan memberikan manfaat bagi pemegang saham minoritas KOIN. Sampai saat ini KOIN belum melakukan Fairness Opinion. 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh Pendapat Kewajaran Fairness Opinion terhadap transaksi korporasi yang dilakukan oleh KOIN dan KIAS ditinjau dari segi ekonomi dan keuangan. Penelitian ini akan memberikan kesimpulan pendapat wajar atau tidak wajar terhadap transaksi yang dilakukan oleh KOIN dan KIAS ditinjau dari segi ekonomi dan keuangan serta dampak 11
12 positif atau negatif yang ditimbulkan akibat transaksi tersebut terhadap pemegang saham minoritas KOIN. 1.5 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat sebagai berikut. 1. Sebagai bahan acuan bagi KOIN dan pemegang saham minoritas KOIN dalam menentukan apakah transaksi korporasi tersebut wajar bagi KOIN dan pemegang saham minoritas KOIN. 2. Sebagai alternatif bahan pertimbangan bagi KOIN dan pemegang saham minoritas KOIN dalam menentukan transaksi korporasi yang serupa di masa mendatang. 1.6 Sistematika Penulisan Penelitian ini disusun menjadi lima bab. Bab I: Pendahuluan, berisi uraian mengenai latar belakang, keaslian penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II: Tinjauan Pustaka dan Landasan Teori, berisi uraian tentang tinjauan pustaka, landasan teori. Bab III: Metoda Penelitian, berisi uraian tentang data dan sumber data, alat analisis. Bab IV: Analisis, berisi Analisis data, hasil analisis dan pembahasan. Bab V: Simpulan dan Saran serta keterbatasan penelitian. 12
BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. mengambil keputusan bisnis walaupun berisiko. Keputusan yang diambil dapat saja
BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Pimpinan perseroan dalam melakukan kewajiban pengurusan perseroan harus mengambil keputusan bisnis walaupun berisiko. Keputusan yang diambil dapat saja menimbulkan kerugian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (selanjutnya disebut Perseroan ) adalah badan hukum yang merupakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas (UUPT) mengatur tentang Perseroan Terbatas. Berdasarkan UUPT, Perseroan Terbatas (selanjutnya disebut Perseroan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perseroan Terbatas, yang selanjutnya disebut Perseroan, adalah badan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perseroan Terbatas, yang selanjutnya disebut Perseroan, adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Universitas Indonesia
120 BAB V PENUTUP 1. Kesimpulan Dari seluruh penjelasan dan uraian yang diberikan pada bab-bab sebelumnya, secara umum dapat disimpulkan bahwa kepemilikan kekayaan negara yang dipisahkan pada Badan Usaha
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Umum dan perdagangan Efek, Perusahaan Publik yang berkaitan dengan Efek
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berdasarkan UU Pasar Modal Nomor 8 tahun 1995 Pasal 1 butir 13, Pasar Modal didefinisikan sebagai Kegiatan yang bersangkutan dengan Penawaran Umum dan perdagangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penerapan business judgment..., Kanya Candrika K, FH UI, , TLN No. 4756, Pasal 1 angka 1.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Perseroan Terbatas ( PT ) adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal
Lebih terperinciPEDOMAN DIREKSI DAN KOMISARIS PERSEROAN
PEDOMAN DIREKSI DAN KOMISARIS PERSEROAN Dalam rangka menerapkan asas asas Tata Kelola Perseroan yang Baik ( Good Corporate Governance ), yakni: transparansi ( transparency ), akuntabilitas ( accountability
Lebih terperinciPT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Dewan Komisaris
PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Dewan Komisaris 1 BAB I PENDAHULUAN Pasal 1 Definisi 1. Rapat Umum Pemegang Saham ( RUPS ) berarti Organ Perusahaan yang memiliki wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi
Lebih terperinciPT FIRST MEDIA Tbk Piagam Dewan Komisaris
PT FIRST MEDIA Tbk Piagam Dewan Komisaris BAB I: PENDAHULUAN Pasal 1 D e f i n i s i 1. Rapat Umum Pemegang Saham ( RUPS ) berarti Organ Perusahaan yang memiliki wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi
Lebih terperinciPT Atlas Resources Tbk. Piagam Dewan Komisaris
PT Atlas Resources Tbk Piagam Dewan Komisaris Piagam Dewan Komisaris adalah panduan Tata Tertib pelaksanaan kerja Dewan Komisaris secara efektif, efisien dan transparan. Piagam ini mengacu kepada Anggaran
Lebih terperinciPEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DIREKSI
PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DIREKSI DAFTAR ISI PASAL 1 Tujuan... 2 PASAL 2 Definisi... 2 PASAL 3 Keanggotaan Direksi... 2 PASAL 4 Persyaratan... 3 PASAL 5 Masa Jabatan... 4 PASAL 6 Pemberhentian Sementara...
Lebih terperinciBAB II PENGATURAN DIREKSI MENURUT KETENTUAN UNDANG-UNDANG PERSEROAN TERBATAS. perseroan yang paling tinggi, serta yang berhak dan berwenang untuk
BAB II PENGATURAN DIREKSI MENURUT KETENTUAN UNDANG-UNDANG PERSEROAN TERBATAS A. Kedudukan Direksi Sebagai Pengurus dalam PT Pengaturan mengenai direksi diatur dalam Bab VII dari Pasal 92 sampai dengan
Lebih terperinciRANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR.../POJK.../20...
-1- OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR.../POJK..../20... TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN NOMOR IX.I.6 TENTANG DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS EMITEN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang membatasi tanggung jawab pemilik modal yaitu sebesar jumlah saham
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perseroan Terbatas merupakan wadah untuk melakukan kegiatan usaha yang membatasi tanggung jawab pemilik modal yaitu sebesar jumlah saham yang dimiliki, sehingga bentuk
Lebih terperinciPIAGAM DIREKSI PT SINAR MAS AGRO RESOURCES AND TECHNOLOGY Tbk.
PIAGAM DIREKSI PT SINAR MAS AGRO RESOURCES AND TECHNOLOGY Tbk. 2015 1 BAB I DASAR PEMBENTUKAN 1.1. PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk, selanjutnya disebut PT SMART Tbk atau Perseroan, sebagai
Lebih terperinciPT INDAH KIAT PULP & PAPER Tbk Berkedudukan di Jakarta Pusat
PT INDAH KIAT PULP & PAPER Tbk Berkedudukan di Jakarta Pusat Bidang Usaha: Industri Kertas Budaya, Pulp dan Kertas Industri KANTOR PUSAT Sinar Mas Land Plaza Tower II Lantai 7 Jl. M.H. Thamrin No. 51 Jakarta
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. 1. BUMN sebagai salah satu badan hukum publik yang bergerak di sektor
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. BUMN sebagai salah satu badan hukum publik yang bergerak di sektor privat merupakan entitas mandiri yang berhak melakukan pengelolaan aset kekayaannya sendiri sebagai entitas
Lebih terperinciAudit Committee Charter- SSI. PT SURYA SEMESTA INTERNUSA Tbk. PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER)
PT SURYA SEMESTA INTERNUSA Tbk. PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) Daftar Isi Halaman I. Pendahuluan Latar belakang..... 1 II. Komite Audit - Arti dan tujuan Komite Audit...... 1 - Komposisi,
Lebih terperinciPERUBAHAN DAN/ATAU TAMBAHAN KETERBUKAAN INFORMASI KEPADA PEMEGANG SAHAM
PERUBAHAN DAN/ATAU TAMBAHAN KETERBUKAAN INFORMASI KEPADA PEMEGANG SAHAM DALAM RANGKA MEMENUHI PERATURAN BAPEPAM DAN LEMBAGA KEUANGAN (BAPEPAM-LK) NO. IX.E.2 TENTANG TRANSAKSI MATERIAL DAN PERUBAHAN KEGIATAN
Lebih terperinciPEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DIREKSI
PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DIREKSI 1. LATAR BELAKANG Direksi PT. Sat Nusapersada Tbk ( Perseroan ) diangkat oleh Pemegang Saham untuk menjalankan segala tindakan yang berkaitan dengan pengurusan Perseroan
Lebih terperinciPEDOMAN & TATA TERTIB KERJA KOMITE KEBIJAKAN TATA KELOLA PERUSAHAAN
2016 PEDOMAN & TATA TERTIB KERJA KOMITE KEBIJAKAN TATA KELOLA PERUSAHAAN ( PIAGAM KOMITE KEBIJAKAN TATA KELOLA PERUSAHAAN ) PT. ASURANSI JIWA BRINGIN JIWA SEJAHTERA PT. ASURANSI JIWA BRINGIN JIWA SEJAHTERA
Lebih terperinciPT Pelayaran Tempuran Emas Tbk
Pedoman Direksi (Piagam Direksi) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Ketentuan Umum Direksi adalah organ Perseroan yang berwenang dan bertanggung jawab penuh atas pengelolaan pengurusan Perseroan, sesuai dengan visi,
Lebih terperinciPiagam Dewan Komisaris. PT Link Net Tbk ( Perseroan )
Piagam Dewan Komisaris PT Link Net Tbk ( Perseroan ) BAB I PENDAHULUAN Pasal 1 D e f i n i s i 1. Rapat Umum Pemegang Saham ( RUPS ) berarti organ Perseroan yang memiliki wewenang yang tidak diberikan
Lebih terperinciPT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Direksi
PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Direksi BAB I PENDAHULUAN Pasal 1 Definisi 1. Rapat Umum Pemegang Saham ( RUPS ) berarti Organ Perusahaan yang memiliki wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi maupun
Lebih terperinciPT FIRST MEDIA Tbk Piagam Direksi
PT FIRST MEDIA Tbk Piagam Direksi BAB I: PENDAHULUAN Pasal 1 D e f i n i s i 1. Rapat Umum Pemegang Saham ( RUPS ) berarti Organ Perusahaan yang memiliki wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi maupun
Lebih terperinciPedoman Direksi. PT Astra International Tbk
PT Astra International Tbk Desember 2015 PEDOMAN DIREKSI 1. Pengantar Sebagai perseroan terbatas yang didirikan berdasarkan hukum Indonesia, PT Astra International Tbk ( Perseroan atau Astra ) memiliki
Lebih terperinciPedoman Kerja Dewan Komisaris dan Direksi PT Nusa Raya Cipta Tbk PEDOMAN KERJA DEWAN KOMISARIS DAN DIREKSI
PEDOMAN KERJA DEWAN KOMISARIS DAN DIREKSI 0 PEDOMAN KERJA DEWAN KOMISARIS DAN DIREKSI Dewan Komisaris dan Direksi sebagai organ utama Perseroan dalam melaksanakan tugasnya memiliki peran yang sangat penting,
Lebih terperinciPENJELASAN MATA ACARA RAPAT SEHUBUNGAN DENGAN RAPAT UMUM LUAR BIASA PT TRADA MARITIME Tbk
PENJELASAN MATA ACARA RAPAT SEHUBUNGAN DENGAN RAPAT UMUM LUAR BIASA PT TRADA MARITIME Tbk Sehubungan dengan rencana pelaksanaan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa ( Rapat ) PT Trada Maritime Tbk ( Perseroan
Lebih terperinciKOMITE AUDIT ( PIAGAM KOMITE AUDIT )
2016 PEDOMAN & TATA TERTIB KERJA KOMITE AUDIT ( PIAGAM KOMITE AUDIT ) PT. ASURANSI JIWA BRINGIN JIWA SEJAHTERA PT. ASURANSI JIWA BRINGIN JIWA SEJAHTERA GEDUNG GRAHA IRAMA LT. 2, 5, 7, 8, 11 & 15 JL HR.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setelah negara Indonesia dan negara negara di Asia Timur lainnya
BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Setelah negara Indonesia dan negara negara di Asia Timur lainnya mengalami krisis ekonomi yang dimulai pada pertengahan tahun 1997 dan
Lebih terperinciTANGGUNG JAWAB DIREKSI TERHADAP KERUGIAN PT BERDASARKAN DOKTRIN BUSINESS JUDGEMENT RULE
TANGGUNG JAWAB DIREKSI TERHADAP KERUGIAN PT BERDASARKAN DOKTRIN BUSINESS JUDGEMENT RULE Oleh : I Made Sanditya Edi Kurniawan Made Gde Subha Karma Resen Bagian Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Udayana
Lebih terperinciPIAGAM DEWAN KOMISARIS PT SINAR MAS AGRO RESOURCES AND TECHNOLOGY Tbk.
PIAGAM DEWAN KOMISARIS PT SINAR MAS AGRO RESOURCES AND TECHNOLOGY Tbk. 2015 1 BAB I DASAR PEMBENTUKAN 1.1. PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk, selanjutnya disebut PT SMART Tbk atau Perseroan,
Lebih terperinciPT LIPPO CIKARANG Tbk. Piagam Dewan Komisaris
PT LIPPO CIKARANG Tbk Piagam Dewan Komisaris BAB I PENDAHULUAN Pasal 1 Definisi 1. Rapat Umum Pemegang Saham ( RUPS ) berarti organ dari Perseroan yang memiliki wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi
Lebih terperinciPEDOMAN DAN KODE ETIK DEWAN KOMISARIS A. LANDASAN HUKUM
PEDOMAN DAN KODE ETIK DEWAN KOMISARIS A. LANDASAN HUKUM Penyusunan Pedoman Dan Kode Etik merupakan amanat Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 33/POJK.04/2014 Tentang Direksi Dan Dewan Komisaris Emiten
Lebih terperinciPiagam Direksi. PT Link Net Tbk ( Perseroan )
Piagam Direksi PT Link Net Tbk ( Perseroan ) BAB I PENDAHULUAN Pasal 1 Definisi 1. Rapat Umum Pemegang Saham ( RUPS ) berarti organ Perseroan yang memiliki wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi
Lebih terperinciOTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PENGAMBILALIHAN PERUSAHAAN TERBUKA
OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/ TENTANG PENGAMBILALIHAN PERUSAHAAN TERBUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dunia. Kontribusi batubara terhadap kebutuhan total energi dunia berkisar 23%.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Batubara merupakan sumber energi yang penting dan banyak digunakan di dunia. Kontribusi batubara terhadap kebutuhan total energi dunia berkisar 23%. Penggunaan batubara
Lebih terperinciPEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DEWAN KOMISARIS
PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DEWAN KOMISARIS 1. LATAR BELAKANG Dewan Komisaris PT. Sat Nusapersada Tbk ( Perseroan ) diangkat oleh Pemegang Saham untuk melakukan pengawasan serta memberikan nasihat kepada
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. Umum dan perdagangan efek, Perseroan Publik yang berkaitan dengan Efek yang
1 BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Pasar Modal merupakan kegiatan yang bersangkutan dengan Penawaran Umum dan perdagangan efek, Perseroan Publik yang berkaitan dengan Efek yang diterbitkannya, serta lembaga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. efektif dan efisien agar bisa bersaing dengan perusahaan lain di dalam negeri
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam perkembangan ekonomi era globalisasi saat ini, indonesia mengalami perkembangan ekonomi dengan cepat dan kondisi perekonomian nasional yang semakin membaik
Lebih terperinciPEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DEWAN KOMISARIS PT Matahari Department Store Tbk ( Perseroan )
PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DEWAN KOMISARIS PT Matahari Department Store Tbk ( Perseroan ) Daftar Isi 1. Landasan Hukum 2. Fungsi Dewan Komisaris 3. Tugas, Tanggung Jawab dan Wewenang 4. Pelaporan dan
Lebih terperinciPEDOMAN KERJA DEWAN KOMISARIS
PEDOMAN KERJA DEWAN KOMISARIS DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN 1 A. Latar Belakang 1 B. Visi dan Misi 2 BAB II PEMBENTUKAN, ORGANISASI, DAN MASA JABATAN 3 A. Dasar Hukum 3 B. Tujuan dan Kedudukan dalam Organisasi
Lebih terperinciPEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DEWAN KOMISARIS PT. BPR KANAYA
PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DEWAN KOMISARIS PT. BPR KANAYA PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DEWAN KOMISARIS I. LATAR BELAKANG Dewan Komisaris diangkat oleh Pemegang Saham untuk melakukan pengawasan serta
Lebih terperinciPT ARGHA KARYA PRIMA INDUSTRY Tbk PIAGAM KOMITE AUDIT. (Audit Committee Charter)
PT ARGHA KARYA PRIMA INDUSTRY Tbk PIAGAM KOMITE AUDIT 28 November 2013 PT ARGHA KARYA PRIMA INDUSTRY Tbk PIAGAM KOMITE AUDIT DAFTAR ISI A. PENDAHULUAN... 1 A.1. Latar Belakang Penyusunan... 1 A.2. Tujuan
Lebih terperinciDireksi mempunyai tugas dan wewenang ganda yaitu melakukan pengurusan dan menjalankan perwakilan perseroan Direksi yang mengurus dan mewakili
RH DIREKSI Direksi diatur secara khusus dalam Bagian Pertama Bab VII Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 yaitu mulai pasal 92 sampai dengan pasal 107 Sesuai dengan ketentuan Pasal 1 angka 4 UUPT Direksi
Lebih terperinciBAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN
BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN III.1 Objek Penelitian Objek penelitian ini dilakukan terhadap regulasi atau peraturan atas penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance pada perusahaanperusahaan
Lebih terperinciKewajiban pelaporan, baik secara berkala maupun insidentil Kewajiban melakukan keterbukaan informasi dalam rangka aksi korporasi
KETERBUKAAN INFORMASI DI PASAR MODAL OLEH: DJUSTINI SEPTIANA BAPEPAM-LK Jakarta 14 Juli 2011 1 Aspek Keterbukaan Informasi Kewajiban pelaporan, baik secara berkala maupun insidentil Kewajiban melakukan
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 55 /POJK.03/2016 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA BAGI BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 55 /POJK.03/2016 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA BAGI BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER
Lebih terperinciPIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) PT BANK MASPION INDONESIA Tbk
PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) PT BANK MASPION INDONESIA Tbk PENDAHULUAN Komite Audit merupakan komite yang membantu tugas Dewan Komisaris dalam melaksanakan fungsi pengawasan terutama dalam:
Lebih terperinciPIAGAM KOMITE AUDIT. CS L3 Rincian Administratif dari Kebijakan. Piagam Komite Audit CS L3
PIAGAM KOMITE AUDIT Rincian Administratif dari Kebijakan Pemilik Kebijakan Penyimpan Kebijakan Fungsi Corporate Secretary - Fungsi Corporate Secretary - Enterprise Policy & Portfolio Management Division
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 33/POJK.04/2014 TENTANG DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS EMITEN ATAU PERUSAHAAN PUBLIK
PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 33/POJK.04/2014 TENTANG DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS EMITEN ATAU PERUSAHAAN PUBLIK I. UMUM Emiten atau Perusahaan Publik sebagai badan hukum memiliki
Lebih terperinciTATA TERTIB DIREKSI 2016
TATA TERTIB DIREKSI 2016 DAFTAR ISI I. LATAR BELAKANG 1 II. TUJUAN 1 III. LANDASAN HUKUM 1 IV. KOMPOSISI, KRITERIA DAN MASA JABATAN 1&2 V. WAKTU KERJA 2 VI. NILAI-NILAI DAN ETIKA KERJA 2, 3 & 4 VII. TUGAS,
Lebih terperinciPEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DEWAN KOMISARIS PT MULTIFILING MITRA INDONESIA Tbk ( Perseroan )
PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DEWAN KOMISARIS PT MULTIFILING MITRA INDONESIA Tbk ( Perseroan ) 1. Landasan Hukum a. Undang-Undang No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas; b. Peraturan Otoritas Jasa
Lebih terperinciPEDOMAN DAN KODE ETIK DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS PT NUSANTARA PELABUHAN HANDAL Tbk.
PEDOMAN DAN KODE ETIK DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS PT NUSANTARA PELABUHAN HANDAL Tbk. Untuk memenuhi ketentuan peraturan perundang undangan yang berlaku, Direksi dan Dewan Komisaris PT Nusantara Pelabuhan
Lebih terperinciPT. MALINDO FEEDMILL, Tbk. No. Dokumen = 067/CS/XI/13 PIAGAM KOMITE AUDIT. Halaman = 1 dari 10. PIAGAM Komite Audit. PT Malindo Feedmill Tbk.
Halaman = 1 dari 10 PIAGAM Komite Audit PT Malindo Feedmill Tbk. Jakarta Halaman = 2 dari 10 DAFTAR ISI Halaman I. Tujuan 3 II. Tugas dan Tanggung Jawab Komite Audit 3 III. Hak dan Kewenangan Komite Audit
Lebih terperinciBAB II PEMBUBARAN DAN TANGGUNGJAWAB LIKUDIATOR
BAB II PEMBUBARAN DAN TANGGUNGJAWAB LIKUDIATOR 2.1. Pembubaran dan Likuidasi Dalam Pasal 1 UU PT tidak dijelaskan mengenai definisi dari pembubaran tetapi apabila ditarik dari rumusan Pasal 142 ayat (2)
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. pertama dan tertua di Indonesia. Goodyear Indonesia menjadi salah satu
BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 4.1. Sejarah Singkat Perusahaan Goodyear didirikan sejak tahun 1935 sebagai anak perusahaan The Goodyear Tire & Rubber Company, Goodyear Indonesia menjadi perusahaan ban
Lebih terperinciPEDOMAN KERJA DEWAN KOMISARIS
PEDOMAN KERJA DEWAN KOMISARIS TUJUAN : Sebagai pedoman kerja bagi Dewan Komisaris dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sesuai Perundang-undangan yang berlaku. Pedoman Kerja Dewan Komisaris ini
Lebih terperinciPEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DIREKSI
PEDOMAN DAN Rincian Administratif dari Kebijakan Pemilik Kebijakan - Fungsi Corporate Secretary Penyimpan Kebijakan - Fungsi Corporate Secretary - Enterprise Policy & Portfolio Management Division Versi
Lebih terperincidan menciptakan pasar yang teratur, wajar dan efisien. 60 BAB III TRANSAKSI AFILIASI DI PASAR MODAL
semua adalah untuk memberikan perlindungan kepada pemodal, kepastian hukum, dan menciptakan pasar yang teratur, wajar dan efisien. 60 BAB III TRANSAKSI AFILIASI DI PASAR MODAL A. Pengertian Transaksi Afiliasi
Lebih terperinciPIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER)
PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) PT TOBA BARA SEJAHTRA Tbk 2013 Daftar Isi Hal Daftar Isi 1 Bab I Pendahuluan 2 Bab II Pembentukan dan Organisasi 4 Bab III Tugas, Tanggung Jawab dan Prosedur
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 73 /POJK.05/2016 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN
OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 73 /POJK.05/2016 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciEKSISTENSI DAN TANGGUNG JAWAB DIREKSI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS. Oleh : Raffles, S.H., M.H.
EKSISTENSI DAN TANGGUNG JAWAB DIREKSI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS Oleh : Raffles, S.H., M.H. 1 Abstrak Direksi adalah organ perseroaan yang bertanggung jawab penuh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Krisis ekonomi yang terjadi di berbagai pelosok dunia termasuk di Amerika Serikat dan khususnya di Indonesia, dipercaya merupakan akibat dari tidak diterapkannya
Lebih terperinciPEDOMAN KERJA DIREKSI
PEDOMAN KERJA DIREKSI TUJUAN : Sebagai pedoman kerja bagi Direksi dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sesuai Perundang-undangan yang berlaku. Pedoman Kerja Dewan Direksi ini mengikat bagi setiap
Lebih terperinciPEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DIREKSI
PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DIREKSI I. LATAR BELAKANG Dalam pelaksanaan Good Corporate Governance, berpedoman kepada Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 4/Pojk.03/2015 Tentang Penerapan Tata Kelola
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 33 /POJK.04/2014 TENTANG DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS EMITEN ATAU PERUSAHAAN PUBLIK
OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 33 /POJK.04/2014 TENTANG DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS EMITEN ATAU PERUSAHAAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciPEDOMAN KERJA DEWAN KOMISARIS DAN DIREKSI
PEDOMAN KERJA DEWAN KOMISARIS DAN DIREKSI Pedoman Kerja Dewan Komisaris dan Direksi (Board Manual) adalah panduan bagi Dewan Komisaris dan Direksi yang menjelaskan tahapan aktivitas secara terstruktur,
Lebih terperinciPedoman Kerja. Dewan Komisaris. & Direksi. PT Prodia Widyahusada Tbk. Revisi: 00
Pedoman Kerja Dewan Komisaris & Direksi PT Prodia Widyahusada Tbk Revisi: 00 November 2017 1 DAFTAR ISI Halaman BAB I Pendahuluan A. Latar belakang dan Tujuan Penyusunan Board Manual 3 B. Ruang Lingkup
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kegagalan penerapan Good Corporate Governance (Daniri, 2005). Menurut
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konsep Corporate Govenance muncul sebagai reaksi terhadap berbagai kegagalan korporasi akibat dari buruknya tata kelola perusahaan. Krisis ekonomi di kawasan Asia dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menunjukan apa yang telah dilakukan manajemen atau pertanggungjawaban
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap perusahaan memiliki kewajiban untuk menyusun dan menyampaikan laporan tahunan. Laporan tahunan yang salah satunya terdiri dari laporan keuangan memiliki tujuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Fungsi pajak secara umum terdiri atas dua fungsi, yaitu fungsi budgetair
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fungsi pajak secara umum terdiri atas dua fungsi, yaitu fungsi budgetair dan fungsi regulerend. Fungsi budgetair berarti bahwa pajak merupakan sumber pendapatan yang
Lebih terperinciPENGGABUNGAN USAHA PERUSAHAAN PUBLIK
PENGGABUNGAN USAHA PERUSAHAAN PUBLIK Oleh: R. MUHAMMAD TAUFIQ KURNIADIHARDJA Dosen Fakultas Hukum Universitas Indonusa Esa Unggul ABSTRAK Penggabungan usaha (merger) adalah perbuatan hukum yang dilakukan
Lebih terperinciPT AKBAR INDO MAKMUR STIMEC TBK. PIAGAM DIREKSI
PT AKBAR INDO MAKMUR STIMEC TBK. PIAGAM DIREKSI Piagam Direksi 1 I. Dasar Pembentukan 1. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 33/POJK.04/2014 tentang Direksi dan Dewan Komisaris Emiten atau Perusahaan
Lebih terperinciKETERBUKAAN INFORMASI KEPADA PEMEGANG SAHAM TERKAIT DENGAN TRANSAKSI AFILIASI DAN TRANSAKSI MATERIAL PT MODERNLAND REALTY Tbk
KETERBUKAAN INFORMASI KEPADA PEMEGANG SAHAM TERKAIT DENGAN TRANSAKSI AFILIASI DAN TRANSAKSI MATERIAL PT MODERNLAND REALTY Tbk INFORMASI SEBAGAIMANA TERCANTUM DALAM KETERBUKAAN INFORMASI INI PENTING DAN
Lebih terperinciPEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DIREKSI PT Matahari Department Store Tbk ( Perseroan )
PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DIREKSI PT Matahari Department Store Tbk ( Perseroan ) Daftar Isi 1. Landasan Hukum 2. Fungsi Direksi 3. Tugas, Tanggung Jawab dan Wewenang 4. Pelaporan dan Pertanggungjawaban
Lebih terperinciKEJAHATAN KORPORASI (CORPORATE CRIME) OLEH: Dr. Gunawan Widjaja,SH.,MH.,MM
KEJAHATAN KORPORASI (CORPORATE CRIME) OLEH: Dr. Gunawan Widjaja,SH.,MH.,MM 1. Pengertian Kejahatan yang dilakukan oleh Korporasi Yang bertanggung jawab adalah Korporasi Korporasi = badan hukum => Perseroan
Lebih terperinciPIAGAM KOMITE AUDIT 2015
PIAGAM KOMITE AUDIT 2015 DAFTAR ISI Halaman BAGIAN PERTAMA... 1 PENDAHULUAN... 1 1. LATAR BELAKANG... 1 2. VISI DAN MISI... 1 3. MAKSUD DAN TUJUAN... 1 BAGIAN KEDUA... 3 PEMBENTUKAN DAN KEANGGOTAAN KOMITE
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan pencatatan transaksi, pengikhtisaran dan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan pencatatan transaksi, pengikhtisaran dan pelaporan yang dapat memberikan informasi bagi pemakainya. Informasi yang diberikan akan
Lebih terperinciPIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) PT SINAR MAS AGRO RESOURCES & TECHNOLOGY Tbk.
PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) PT SINAR MAS AGRO RESOURCES & TECHNOLOGY Tbk. 1 BAB I DASAR DAN TUJUAN PEMBENTUKAN 1.1. Dasar Pembentukan 1.1.1 PT Sinar Mas Agro Resources & Technology Tbk,
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 51 /POJK.04/2015 TENTANG PERILAKU PERUSAHAAN PEMERINGKAT EFEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 51 /POJK.04/2015 TENTANG PERILAKU PERUSAHAAN PEMERINGKAT EFEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memastikan bahwa proses pengelolaan manajemen berjalan dengan efisien.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan terbaru membuktikan bahwa manajemen tidak cukup hanya memastikan bahwa proses pengelolaan manajemen berjalan dengan efisien. Diperlukan instrumen
Lebih terperinciPEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DEWAN KOMISARIS
PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DEWAN KOMISARIS DAFTAR ISI PASAL 1 Tujuan... 2 PASAL 2 Definisi... 2 PASAL 3 Keanggotaan Dewan Komisaris... 2 PASAL 4 Persyaratan... 3 PASAL 5 Masa Jabatan... 4 PASAL 6 Waktu
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. pajak, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut: dengan adanya beberapa teori yaitu Doctrine of strict liability atau
BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Berdasarkan uraian pembahasan diatas mengenai permasalahan pertanggungjawaban korporasi, juga pertanggungjawaban direksi sebagai representasi korporasi dan kendala-kendala yang
Lebih terperinciPEDOMAN KERJA DIREKSI PT TOWER BERSAMA INFRASTRUCTURE Tbk. ( Pedoman Kerja Direksi )
PEDOMAN KERJA DIREKSI PT TOWER BERSAMA INFRASTRUCTURE Tbk. ( Pedoman Kerja Direksi ) I. TUJUAN Pedoman Kerja Direksi ini dibuat sebagai petunjuk dan aturan yang antara lain mengatur ketentuan terkait landasan
Lebih terperinciPIAGAM KOMITE AUDIT DAN RISIKO USAHA (BUSINESS RISK AND AUDIT COMMITTEES CHARTER) PT WIJAYA KARYA BETON Tbk. BAGIAN I
PIAGAM KOMITE AUDIT DAN RISIKO USAHA (BUSINESS RISK AND AUDIT COMMITTEES CHARTER) PT WIJAYA KARYA BETON Tbk. BAGIAN I 1.1. Pengertian Komite Audit dan Risiko Usaha adalah komite yang dibentuk oleh dan
Lebih terperinciPedoman Dewan Komisaris. PT Astra International Tbk
PT Astra International Tbk Desember 2015 PEDOMAN DEWAN KOMISARIS 1. Pengantar Sebagai perseroan terbatas yang didirikan berdasarkan hukum Indonesia, PT Astra International Tbk ( Perseroan atau Astra )
Lebih terperinciPEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DIREKSI PT MULTIFILING MITRA INDONESIA Tbk ( Perseroan )
PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DIREKSI PT MULTIFILING MITRA INDONESIA Tbk ( Perseroan ) 1. Landasan Hukum a. Undang-Undang No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas; b. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan
Lebih terperinciPIAGAM KOMITE AUDIT. CS L3 Rincian Administratif dari Kebijakan. Piagam Komite Audit CS L3. RAHASIA Hal 1/11
PIAGAM KOMITE AUDIT Rincian Administratif dari Kebijakan Nama Kebijakan Piagam Komite Audit Pemilik Kebijakan Fungsi Corporate Secretary Penyimpan Kebijakan - Fungsi Corporate Secretary - Enterprise Policy
Lebih terperinciINSIDER TRADING DAN PELANGGARAN ATAS PRINSIP KETERBUKAAN DALAM PASAR MODAL
INSIDER TRADING DAN PELANGGARAN ATAS PRINSIP KETERBUKAAN DALAM PASAR MODAL Mohamad Heykal Accounting and Finance Department, Faculty of Economic and Communication, BINUS University Jln. K. H. Syahdan No.
Lebih terperinciKOMITE REMUNERASI DAN NOMINASI ( PIAGAM KOMITE REMUNERASI DAN NOMINASI )
2016 PEDOMAN & TATA TERTIB KERJA KOMITE REMUNERASI DAN NOMINASI ( PIAGAM KOMITE REMUNERASI DAN NOMINASI ) PT. ASURANSI JIWA BRINGIN JIWA SEJAHTERA PT. ASURANSI JIWA BRINGIN JIWA SEJAHTERA GEDUNG GRAHA
Lebih terperinciPEDOMAN PELAKSANAAN KERJA PIAGAM KOMITE AUDIT TELKOM GROUP
PEDOMAN PELAKSANAAN KERJA PIAGAM KOMITE AUDIT TELKOM GROUP (Keputusan Dewan Komisaris No. 07/KEP/DK/2013 tanggal 22 Juli 2013) I. LATAR BELAKANG DAN TUJUAN 1. LATAR BELAKANG Perusahaan Perseroan (Persero)
Lebih terperinciPedoman Direksi PT Austindo Nusantara Jaya Tbk.
Pedoman Direksi PT Austindo Nusantara Jaya Tbk. Pengantar Pedoman Direksi PT Austindo Nusantara Jaya Tbk. ( Perseroan ) ini disusun untuk mengatur pedoman dan tata tertib kerja Direksi Perseroan. Dasar
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori Adapun Teori yang dapat mendukung berkaitan dengan masalah yang sedang diteliti: 1. Teori Keagenan(Agency Theory) Teori Keagenan (Agency Theory) merupakan teori
Lebih terperinciPEDOMAN KERJA DEWAN KOMISARIS PT TOWER BERSAMA INFRASTRUCTURE Tbk. ( Pedoman Kerja Dewan Komisaris )
PEDOMAN KERJA DEWAN KOMISARIS PT TOWER BERSAMA INFRASTRUCTURE Tbk. ( Pedoman Kerja Dewan Komisaris ) I. TUJUAN Pedoman Kerja Dewan Komisaris ini dibuat sebagai petunjuk dan aturan yang antara lain mengatur
Lebih terperinciCHARTER DEWAN DIREKSI
CHARTER DEWAN DIREKSI Pedoman tentang tugas pokok dan fungsi kerja D I R E K S I PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk. 1 DAFTAR ISI Daftar Isi 1 Bab I Pendahuluan 2 A. Latar Belakang 2 B. Maksud
Lebih terperinciPIAGAM KOMITE AUDIT (Audit Committee Charter)
PIAGAM KOMITE AUDIT (Audit Committee Charter) PT MIDI UTAMA INDONESIA Tbk TANGERANG 1 PIAGAM KOMITE AUDIT (Audit Committee Charter) I. PENDAHULUAN Komite Audit PT Midi Utama Indonesia Tbk ( Perseroan )
Lebih terperinciBANK BUKOPIN. Dewan Komisaris serta sebagai upaya untuk mendorong terselenggaranya pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG)
BANK BUKOPIN SURAT KEPUTUSAN Nomor: 009 Tahun 2017 Tentang PIAGAM KOMTTE AUDIT (AUD T COMMITTEE CHARTERI PT BANK BUKOPIN TBK KOMISARIS PT.BANK BUKOPIN TBK Menimbang: Mengingat: a. bahwa PT Bank Bukopin
Lebih terperinciPEDOMAN KERJA DAN KODE ETIK DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS
PEDOMAN KERJA DAN KODE ETIK DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS I. Pengantar Pedoman ini membahas mengenai hal-hal yang berhubungan dengan Direksi dan Dewan Komisaris di Perseroan, seperti : tugas, wewenang, pertanggungjawaban,
Lebih terperinciCHARTER DEWAN KOMISARIS
CHARTER DEWAN KOMISARIS Pedoman tentang tugas pokok dan fungsi kerja DEWAN KOMISARIS PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk. 1 DAFTAR ISI Daftar Isi 2 Bab I Bab II Pendahuluan A. Latar Belakang
Lebih terperinci