FISHER EFFECT HUBUNGAN ANTARA TINGKAT BUNGA DAN JUMLAH UANG BEREDAR DI INDONESIA (PENDEKATAN AUTOREGRESIVE MODEL DISTRIBUTED -LAG)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "FISHER EFFECT HUBUNGAN ANTARA TINGKAT BUNGA DAN JUMLAH UANG BEREDAR DI INDONESIA (PENDEKATAN AUTOREGRESIVE MODEL DISTRIBUTED -LAG)"

Transkripsi

1 Forum Ekonomi Vol. XV No. 2 Juli 2012 FISHER EFFECT HUBUNGAN ANTARA TINGKAT BUNGA DAN JUMLAH UANG BEREDAR DI INDONESIA (PENDEKATAN AUTOREGRESIVE MODEL DISTRIBUTED -LAG) Michael Fakulas Ekonomi Universias Mulawarman ABSTRACT Sudi empirik yang berjudul Fisher Effec Hubungan Anara Tingka Bunga Dan Jumlah Uang Beredar Di Indonesia ini diujukan unuk mengesimasi sekaligus mengeahui hubungan anara dua indikaor kebijakan moneer (ingka bunga dan jumlah uang beredar) melalui pendekaan auoregressive model disribued -lag 1 ahun dan 3 ahun dengan menggunakan ime series daa 35 ahun. Berdasarkan hasil analisis dikeahui bahwa hubungan anara ingka bunga dan jumlah uang beredar sanga era dan menunjukkan idak erjadi pelanggaran asumsi klasik (idak erjadi heeroskedasias, mulikolinierias dan ookorelasi sera memiliki koefisien-koefisien regresi sandar. Hasil analisis dan esimasi juga menguakan erjadinya Fisher Effec, yang eliha dari L-1 maupun L-3 Jumlah Uang beredar, sehingga menolak eori mekanisme ransmisi langsung Monearis dan menerima eori mekanisme ransmisi idak langsung Keynes. Kesimpulan umum dari hasil sudi ini adalah bahwa kebijakan moneer (ingka bunga dan jumlah uang beredar) dapa dikendalikan oleh ooria moneer baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang dalam rangka mencapai sasaran kebijakan moneer. Keywords : Fisher Effec; Auoregresive Model Disribued -Lag; Uang Beredar Dan Tingka Bunga I. Laar Belakang Dalam sudi ini model empirik yang menjelaskan hubungan anara variabel jumlah beredar dan ingka bunga dianalisis dengan model ooregersif dan disribued-lag karena dalam permodelan menggunakan daa berkala (ime series daa) melibakan waku (he curren variable) dan beda kala yang disebu lagged variable. Di anara variabel bebas ada sau variabel ak bebas beda kala (lagged dependen variable). Model ooregresif dan beda kala sanga sering dipergunakan dalam analisis ekonomerik karena bisa menunjukkan: (1) peranan beda kala (lag) dalam ekonomi, (2) alasan-alasan yang menimbulkan adanya beda kala, (3) secara eoriis dapa dibenarkan (heoreically jusified) unuk penggunaan model beda kala dalam ekonomerik (empirical economerics), hubungan yang erjadi anara model regresif dan beda kala, dan (4) persoalan saisik yang dapa imbul dalam perkiraan berbagai koefisien (J. Suprano, 1983: 143). Pokok permasalahan dalam sudi ini adalah erkai dengan mekanisme ransmisi kebijakan moneer monearis, khususnya fisher efek yang menyaakan

2 Michael besaran jumlah uang beredar melalui jalur langsung hanya berpengaruh erhadap inflasi. Jalur mekanisme langsung ini sifanya lebih sederhana. Meskipun demikian, sebenarnya mekanisme ransmisi ini sanga kompleks, sehingga suli unuk diramalkan. Oleh karena iu, upaya sabilisasi ekonomi dapa diimplemenasikan dengan mengeahui erlebih dahulu dari hasil esimasi kua idaknya hubungan anara perubahan jumlah uang beredar dan ingka bunga yang erjadi dalam perekonomian dengan efeknya erhadap perekonomian agrega. Uang beredar dalam peneliian ini melipui uang dalam ari sempi (M1) dan uang dalam ari luas (M2). Uang dalam ari sempi (M1) erdiri dari uang keras dan uang logam diambah simpanan dalam benuk rekening Koran (demand deposi). Uang dalam ari luas (M2), yaiu uang dalam ari sempi (M1) diambah uang kuasi (quasy money (Qm) yang erdiri dari deposio berjangka dan abungan sera rekening valua asing milik swasa domesik. Sedangkan ingka bunga dalam sudi ini adalah ingka bunga yang erjadi di Pasar Uang Anar Bank (PUAB). Pada umumnya kebijaksanaan yang implemenasikan unuk suau ujuan memerlukan waku (ime lag) dan pada saa kebijaksanaan akan diimplemenasikan pada suau masalah memerlukan waku (recogniion lag), dan seelah dipuuskan menggunakan suau ala kebijaksanaan yang dalam implemenasinya juga memerlukan waku (implemenaion lag) sera dampak seelah kebijaksanaan ersebu diimplemenasikan juga memerlukan waku (impac lag) (Iswardono, 1994). Dengan demikian model ooregresif dan disribued lag yang erpilih diharapkan dapa menjelaskan pokok permasalahan ersebu. Masalah lag ini sanga pening eruama dalam kaiannya dengan kebijakan sabilisasi. Lagmenunjukkan efisiensi kebijakan moneer. Karena adanya enggang waku (lag) inilah yang sering kebijakan moneer yang diujukan unuk sabilisasi kegiaan ekonomi malah berakhir dengan keidaksabilan (Nopirin, 2000: 57). Perekonomian Indonesia akhir-akhir ini menunjukkan kinerja yang cukup baik, berangsur-angsur keluar dari krisis ekonomi yang erjadi beberapa ahu yang lalu. Meskipun demikian, perekonomian Indonesia dewasa ini masih menghadapi berbagai masalah. Pengendalian jumlah uang beredar dan ingka bunga merupakan sau dari beberapa isu yang sanga pening dalam perekonomian makro Indonesia. Bank Indonesia sebagai Bank Senral dengan independensinya yang dieapkan berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 Tanggal 17 Mei Tahun 1999 Tenang Bak Indonesia penggani Undang-Undang No. 13 Tahun 1968 Tenang Bank Senral adalah lembaga yang berwenang mengambil langkah kebijakan moneer melalui pengendalian jumlah uang beredar, sau di anaranya melalui poliik diskono (discoun rae) dengan mengendalikan ingka suku bunga di Pasar uang Anar Bank (PUAB). Jumlah uang beredar di Indonesia mengalami perkembangan seiring dengan efekifnya implemenasi kebijakan moneer yang memungkinkan berkembangnya srukur uang, baik uang dalam ari sempi (M1) maupun uang dalam ari luas (M2). Penambahan dan pengurangan jumlah uang beredar memiliki keerkaian langsung dengan ingka kegiaan ekonomi suau negara. Penambahan jumlah uang beredar di masyaraka diduga akan berpengaruh langsung erhadap penurunan ingka bunga, dan penurunan ingka bunga akan mendorong invesasi disekor riil. Mengikui pendapa monearis, bahwa insrumen kebijakan moneer uang beredar berpengaruh erhadap ingka bunga dan inflasi (Warjiyo dan Solikin (2003, 27)

3 Forum Ekonomi Vol. XV No. 2 Juli 2012 Beriik olak dari model empirik yang dipilih, sudi ini diujukan unuk mengesimasi dan menjelaskan hubungan anara jumlah uang beredar dan ingka bunga di Indonesia dengan menggunakan ime series daa 35 ahun yang bersumber dari Saisik Ekonomi Keuangan Indonesia dan Badan Pusa Saisik. II. Tinjauan Pusaka Uang adalah konsep senral dalam The General Theory Keynes. Menuru Keynesian, penambahan jumlah uang beredar akan menurunkan ingka bunga. Keynes idak memandang bahwa jumlah uang merupakan fakor eksogen seperi halnya Monearis. Monearis menganggap bahwa perubahan jumlah uang beredar idak erpengaruh kegiaan ekonomi. Dengan kaa lain jumlah uang beredar merupakan fakor eksogen. Keynesian sebaliknya, menganggap bahwa jumlah uang beredar sanga dipengaruhi oleh kegiaan ekonomi (Nopirin, 2000: 91 dan 94). Dalam eori moneer, Keynesian lebih menekankan pada mekanisme idak langsung, yakni kebijakan moneer perama-ama mempengaruhi sisem moneer dengan merubah ingka bunga. Oleh karena iu, indikaor kebijakan moneer yang pening sau di anaranya ingka bunga. Menuru Monearis, kenaikan jumlah uang beredar dalam jangka panjang akan menaikkan ingka bunga (Nopirin, 2000: 94). Efek dan pengaruh penambahan dan jumlah uang beredar erhadap ingka bunga dapa digambarkan masing-masing sebagai beriku. Gambar 1 : Efek Penambahan Jumlah Uang Terhadap Tingka Bunga i LM 0 E 0 LM 1 i 0 i 1 E 2 i 2 E 1 YF IS Gambar 2 : Pengaruh Penambahan Jumlah Uang Terhadap Tingka Bunga Y i i 1 i 0 0 Waku

4 Michael Efekifias kebijakan moneer dapa dikeahui dengan mengeahui pada sejauh mana kebijakan moneer dapa mengubah kondisi pasar uang (yang diukur dengan perumbuhan jumlah uang beredar dan perubahan ingka bunga) (Sudirman, 2011: 84). Para ekonom klasik cenderung unuk mengarikan uang beredar sebagai currency karena uang ini yang benar-benar merupakan daya beli yang langsung bisa digunakan (dibelanjakan) dan oleh karena iu langsung mempengaruhi harga-harga barang (Boediono, 1996: 2). Dalam The Quaniy Theory of Money aliran klasik, Irving Fisher dengan The Transacion Equaion of Exchange-nya secara umum mengekspresikan persamaan kuanias uang sebagai sebagai beriku: MV = PT (Kurihara, 1970: 14). P = MV/T, sehingga P di sini dinoasikan sebagaiingka harga umum. M adalah kuanias dari uang, V adalah kecepaan peredaran dari uang, sedangkan T adalah volume dari perdagangan. MV sebenarnya adalah pengeluaran agrega, yang merupakan volume dari perdagangan dikali harga raa-raa (PT) aau penerimaan agrega. Persamaan ersebu diranfer dalam benuk P = MV/T diarikan sebagai variasi ingka harga umum secara langsung merupakan kuanias dari uang dikali dengan kecepaan peredarannya, dibagi dengan volume barang yang diperdagangkan. M dalam persamaan ransaksi dinyaakan sebagai jumlah oal dari uang yang erdiri dari currency dan demand deposis, ermasuk didalamnya uang berupa valuavalua asing yang ada di bank, ime deposis, dan cadangan dalam benuk sura-sura berharga lainnya. Lebih egas lagi bahwa M adalah jumlah uang beredar dalam perekonomian. Jumlah uang beredar biasanya dienukan oleh (a) uang ini, yang erdiri dari cadangan emas, uang yang dimiliki pemerinah, dan kredi bank senral, (b) proporsi anara demand deposis dan uang kas yang dipegang oleh masyaraka umum, dan (c) rasio anara cadangan dan demand deposis. Dalam eori ingka bunga, bunga mempunyai fungsi alokaif dalam perekonomian, khususnya dalam penggunaan uang. Masalah alokasi penggunaan fakor produksi unuk menghasilkan barang yang digunakan dikemudian hari, fungsi inilah yang anara lain dilakukan oleh ingka bunga, yakni alokasi fakor produksi unuk menghasilkan barang dan jasa yang dipakai sekarang dan dikemudian hari (Nopirin, 2000: 176). Dalam kepusakaan eori moneer, dikenal ingka bunga nominal dan ingka bunga riil. Tingka bunga nominal sering dilawankan dengan ingka bunga riil. Tingka bunga riil adalah ingka bunga nominal minus laju inflasi yang erjadi selama periode yang sama. Bagi debiur, ingka bunga riil merupakan imbalan riil bagi pengorbannya unuk menyerahkan penggunaan uangnya unuk jangka waku erenu. Mengenai ingka bunga riil, ada sau eori yang menjelaskannya. Teori ersebu adalah dari Irving Fisher yang juga penceus equaion of exchange erkai dengan konsep ime preference. Menuru Fisher, dalam jangka panjang ingka bunga riil idak dipengaruhi oleh laju inflasi (Boediono, 1980: 91). Berdasarkan srukur ingka bunga aau disebu erms srucure of ineres raes, ingka bunga dapa dibagi menjadi dua: (1) ingka bunga jangka pendek, (2) ingka bunga jangka panjang

5 Forum Ekonomi Vol. XV No. 2 Juli 2012 Ada iga eori pokok mengenai srukur ingka bunga menuru jangka waku, yaiu: (1) eori liquidiy preference yang berasal dari eori Keynes, (2) eori baru perbaikan dari eori Keynes, dan (3) eori klasik yang menekankan pada harapan masyaraka mengenai pola perkembangan ingka bunga, dan pasar kelompok (Boediono, 1980: 97). Dalam perekonomian makro, pengendalian jumlah uang beredar dan ingka bunga dapa dilakukan melalui kebijakan moneer dengan cara mempengaruhi pasar uang. Pada dasarnya ada banyak cara unuk mengaur jumlah uang beredar, sau di anaranya adalah pengauran ingka bunga. Tingka bunga menjadi isyara bagi Bank Senral bila ingin melakukan ekspansi uang aau mengeakan uang beredar. Dengan naiknya ingka bunga, jumlah uang beredar menurun. Sebaliknya, urunnya ingka bunga, jumlah uang beredar meningka (Djohanpuro, 2006: ). III. Spesifikasi Model Model yang dispesifikasi unuk mengesimasi hubungan anara variabel jumlah uang beredar dan variabel ingka bunga dalam peneliian ini, adalah model ooregresif beda kala (auoregresif model disribued -lag) erdiri dari hanya sau variabel ak bebas beda kala (lagged dependen variable) dimasukkan sebagai variabel bebas beda kala (lagged independen variable). Adapun model unuk mengesimasi hubungan anara variabel ersebu, dispesifikasi dalam benuk persamaan unggal sebagai beriku:. Y X Y 1 Model ersebu pada umumnya sering digunakan digunakan secara eksensif dalam analisis dinamis ekonomerik dalam benuk persamaan-persamaan sebagai beriku: 1. Auoregressive model: Y 0 X 1X 1 2X 2 2. Disribued- lag model: Y X Y 1 u (Gujarai dan Porer, 2009: 617) dimana: Y adalah Jumlah Uang Beredar ahun X adalah ingka bunga ahun Y -1 adalah Jumlah Uang Beredar beda kala 1 ahun u adalah kesalahan pengganggu adalah konsana β dan adalah koefisien regresi Berdasarkan model yang elah dispesifikasi ersebu, esimasi lebih lanju dilakukan dengan benuk persamaan beda kala 1 ahun dan 3 ahun. Efek lag yang dari jumlah uang beredar masa lalu dalam jangka pendek adalah β, dan dalam jangka panjang adalah 1/1-2. u u IV. Hasil Analisis Dan Esimasi Model Hasil analisis hubungan anara ingka bunga dan jumlah uang beredar di Indonesia berdasarkan persamaan unggal dinamis auoregressive model

6 Michael disribued -lag beda kala 1 ahun dan 3 ahun disajikan pada Tabel 1 dan Tabel 2 sebagai beriku: Tabel 1 : Koefisien Esimasi Hubungan Anara Tingka Bunga Dan Jumlah Uang Beredar Di Indonesia Dengan L-1 Nama Variabel Koefisien Esimasi Sandard Error raio (Konsana) Bunga L-1JUB -37,501 3,205 1,103 7,494 0,418 0,014-5,004 7,665 79,509 R = 0,998 R 2 = 0,995 Fhi = 3266,085 D-W =2,235 SEE = 20,8578 Tabel 1 memperlihakan koefisien regresi variabel bebas ingka bunga memiliki anda posiif dan jumlah uang beredar (L-1JUB) juga memiliki anda posiif, dan ini idak sesuai dengan eori. Meskipun demikian, dalam jangka pendek, ingka bunga dan jumlah uang beredar yang diesimasi dengan memasukkan jumlah uang beredar beda kala 1 ahun (L-1) dan ingka bunga berpengaruh signifikan erhadap jumlah uang beredar. Koefisien regresi ingka bunga sebesar 3,205 sebesar 1,103 mengindikasikan bahwa seiap kenaikan ingka bunga sebesar 3,205% direspon oleh kenaikan jumlah uang beredar hanya sebesar 3,205%. Temuan ini mengindikasikan erjadinya Fisher Effec arinya menolak mekanisme ransmisi moneer eori monearis dan menerima mekanisme ransmisi moneer eori Keynes. Monearis lebih menekankan pada mekanisme ransmisi langsung, yakni adanya hubungan langsung anara jumlah uang beredar dengan kegiaan ekonomi (bukan pada ingka bunga) dengan menganggap adanya kesabilan dalam perminaan uang. Keynes lebih menekankan pada mekanisme idak langsung, yakni kebijakan moneer dengan merubah jumlah uang beredar perama-ama mempengaruhi sisem moneer dengan merubah ingka bunga, dan barulah kemudian mempengaruhi pengeluaran oal. Dengan demikian sau dari beberapa indikaor kebijakan moneer erpening adalah ingka bunga. Persamaan unggal hubungan anara ingka bunga dan jumlah uang beredar dengan L-1JUB dapa disajikan dalam benuk persamaan sebagai beriku: JUB* = -37, ,205 Bung + 1,103 JUBL-1 (-5,004) (7,665) (79,509) (7,494) (0,418) (0,014)

7 Forum Ekonomi Vol. XV No. 2 Juli 2012 Tabel 2 : Koefisien Esimasi Hubungan Anara Tingka Bunga Dan Jumlah Uang Beredar Di Indonesia Dengan L-3 Nama Variabel Koefisien Esimasi Sandard Error raio (Konsana) Bunga L-3JUB -38,905 4,525 1,450 24,998 1,356 0,061-1,556 3,338 23,747 R = 0,976 R 2 = 0,952 Fhi = 290,385 D-W =0,884 SEE = 67,527 Tabel 2 juga memperlihakan koefisien regresi variabel bebas ingka bunga memiliki anda posiif dan jumlah uang beredar (L-3JUB) juga memiliki anda posiif, dan ini idak sesuai dengan eori. Meskipun demikian, dalam jangka panjang, ingka bunga dan jumlah uang beredar yang diesimasi dengan memasukkan jumlah uang beredar beda kala 3 ahun (L-3) dan ingka bunga berpengaruh signifikan erhadap jumlah uang beredar. Koefisien regresi ingka bunga sebesar 4,525 mengindikasikan bahwa seiap kenaikan ingka bunga sebesar 4,525% direspon oleh kenaikan jumlah uang beredar sebesar 4,525%. Temuan sudi ini juga mengindikasikan erjadinya Fisher Effec arinya menolak mekanisme ransmisi moneer eori monearis dan menerima mekanisme ransmisi moneer eori Keynes. Persamaan unggal hubungan anara ingka bunga dan jumlah uang beredar dengan L-3JUB dapa disajikan dalam benuk persamaan sebagai beriku: JUB = -38, ,525 Bung + 1,450 JUBL-3 (-1,556) (3,338) (23,747) (24,998) (1,356) (0,061) V. Kesimpulan Pendekaan persamaan unggal dinamis auoregressive model disribued - Lag dalam mengesimasi hubungan anara jumlah uang beredar dan ingka bunga menunjukkan idak erjadi pelanggaran asumsi klasik karena idak erjadi heeroskedasias, mulikolinierias dan ookorelasi sera memiliki koefisien-koefisien regresi yang sandar (sandardized coefficiens). Dari hasil spesifikasi model dan hasil esimasi, ernyaa persamaan ungggal dinamis auoregressive model disribued -lag dapa dipakai unuk menguji keeraan hubungan anara jumlah uang beredar dan ingka bunga dalam pasar uang di Indonesia, baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. Hasil analisis dan esimasi dari sudi ini menguakan erjadinya Fisher Effec hubungan anara jumlah uang beredar dan ingka bunga, baik yang erliha dari L-1 Jumlah Uang Beredar maupun L-3 Jumlah Uang Beredar. Dengan demikian, menolak eori mekanisme ransmisi moneer Monearis dan menerima eori mekanisme ransmisi moneer Keynes. Menuru Keynes, penambahan jumlah uang akan menurunkan ingka bunga. Dengan penjelasan sebagai beriku: pengaruh

8 Michael jumlah uang beredar yang diransfer melalui perubahan dana perbankan, yang kemudian akan mempengaruhi ingka bunga. Kesimpulan umum yang dapa diajukan dalam sudi ini adalah bahwa indikaor kebijakan moneer (ingka bunga dan jumlah yang beredar) dapa dikendalikan ke arah sasaran yang diinginkan. Oorias moneer dapa mengubah insrumen kebijakan moneer ersebu baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang dalam rangka mempengaruhi pencapaian sasaran pembangunan ekonomi. Dafar Pusaka Boediono Ekonomi Moneer. Ceakan VIII. BPFE, Yogyakara Ekonomi Moneer. Edisi III, Ceakan IV. BPFE, Yogyakara. Djohanpuro, Bramanyo Prinsip-Prinsip Ekonomi Makro. Ceakan I. PPM, Jakara. Gujarai, Damodar N. dan Dawn C. Porer Basic Economerics. Fifh Ediion, Inernaional Ediion. The Mc Graw-Hill Companies, Inc., New York. Iswardono. Kebijakan Moneer (Sraegi, Targe dan Independen). Jurnal Ekonomi. Tahun 1 Vol. 4-Okober 1994, 107 hal. FE-UII, Yogyakara. Kurihara, Kenneh K Moneary Theory and Public Policy. Unwin Universiy Book. George Allen & Unwin Ld., London W.C.I. Nopirin Ekonomi Moneer. Buku II, Edisi I, Ceakan X. BPFE, Yogyakara. Sudirman, I Wayan Kebijakan Fiskal dan Moneer: Teori dan Empirikal. Edisi I, Ceakan I. Prenada Media Group, Jakara. Suprano J Ekonomerik. Buku Dua. LPFE-UI, Jakara-Indonesia. Warjiyo, Perry dan Soliki Kebijakan Moneer Di Indonesia. Seri Kebanksenralan, Desember No. 6. Pusa Pendidikan dan Sudi Kebanksenralan (PPSK) Bank Indonesia, Jakara

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami 11 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Keahanan pangan (food securiy) di negara kia ampaknya cukup rapuh. Sejak awal ahun 1990-an, jumlah produksi pangan eruama beras, cenderung mengalami penurunan sehingga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah Dalam sisem perekonomian suau perusahaan, ingka perumbuhan ekonomi sanga mempengaruhi kemajuan perusahaan pada masa yang akan daang. Pendapaan dan invesasi merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Disparias pembangunan ekonomi anar daerah merupakan fenomena universal, disemua negara anpa memandang ukuran dan ingka pembangunannya. Disparias pembangunan merupakan

Lebih terperinci

SUPLEMEN 3 Resume Hasil Penelitian: Analisis Respon Suku Bunga dan Kredit Bank di Sumatera Selatan terhadap Kebijakan Moneter Bank Indonesia

SUPLEMEN 3 Resume Hasil Penelitian: Analisis Respon Suku Bunga dan Kredit Bank di Sumatera Selatan terhadap Kebijakan Moneter Bank Indonesia SUPLEMEN 3 Resume Hasil Peneliian: Analisis Respon Suku Bunga dan Kredi Bank di Sumaera Selaan erhadap Kebijakan Moneer Bank Indonesia Salah sau program kerja Bank Indonesia Palembang dalam ahun 2007 adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia telah menjadi semakin saling tergantung pada

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia telah menjadi semakin saling tergantung pada BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Masalah Perekonomian dunia elah menjadi semakin saling erganung pada dua dasawarsa erakhir. Perdagangan inernasional merupakan bagian uama dari perekonomian dunia dewasa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Dalam pelaksanaan pembangunan saa ini, ilmu saisik memegang peranan pening baik iu di dalam pekerjaan maupun pada kehidupan sehari-hari. Ilmu saisik sekarang elah melaju

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian Demografi Keadaan penduduk sanga era kaiannya dengan demografi. Kaa demografi berasal dari bahasa Yunani yang berari Demos adalah rakya aau penduduk,dan Grafein adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah persediaan merupakan masalah yang sanga pening dalam perusahaan. Persediaan mempunyai pengaruh besar erhadap kegiaan produksi. Masalah persediaan dapa diaasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju-laju

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan (forecasing) adalah suau kegiaan yang memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Meode peramalan merupakan cara unuk memperkirakan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilakukan di Dafarm, yaiu uni usaha peernakan Darul Fallah yang erleak di Kecamaan Ciampea, Kabupaen Bogor, Jawa Bara. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam perencanaan pembangunan, daa kependudukan memegang peran yang pening. Makin lengkap dan akura daa kependudukan yang esedia makin mudah dan epa rencana pembangunan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju perumbuhan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian dan Manfaa Peramalan Kegiaan unuk mempeirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang disebu peramalan (forecasing). Sedangkan ramalan adalah suau kondisi yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Air merupakan kebuuhan pokok bagi seiap makhluk hidup di dunia ini ermasuk manusia. Air juga merupakan komponen lingkungan hidup yang pening bagi kelangsungan hidup

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan BAB II LADASA TEORI 2.1 Pengerian peramalan (Forecasing) Peramalan (Forecasing) adalah suau kegiaan yang mengesimasi apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang dengan waku yang relaif lama (Assauri,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Poensi sumberdaya perikanan, salah saunya dapa dimanfaakan melalui usaha budidaya ikan mas. Budidaya ikan mas yang erus berkembang di masyaraka, kegiaan budidaya

Lebih terperinci

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II 3.1 Pendahuluan Daa dere waku adalah daa yang dikumpulkan dari waku ke waku unuk menggambarkan perkembangan suau kegiaan (perkembangan produksi, harga, hasil penjualan,

Lebih terperinci

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan BAB 2 URAIAN EORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan aau memprediksi apa yang erjadi pada waku yang akan daang, sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan pada kasus pengolahan ikan asap IACHI Peikan Cia Halus (PCH) yang erleak di Desa Raga Jaya Kecamaan Ciayam, Kabupaen Bogor,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Pada dasarnya peramalan adalah merupakan suau dugaan aau perkiraan enang erjadinya suau keadaan di masa depan. Akan eapi dengan menggunakan meodemeode erenu peramalan

Lebih terperinci

Peramalan Penjualan Sepeda Motor di Jawa Timur dengan Menggunakan Model Dinamis

Peramalan Penjualan Sepeda Motor di Jawa Timur dengan Menggunakan Model Dinamis JURNAL SAINS DAN NI POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Prin) D-224 Peramalan Penjualan Sepeda Moor di Jawa Timur dengan Menggunakan Model Dinamis Desy Musika dan Seiawan Jurusan Saisika,

Lebih terperinci

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional.

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional. JURNAL ILMIAH RANGGAGADING Volume 7 No. 1, April 7 : 3-9 ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Sudi kasus pada CV Cia Nasional. Oleh Emmy Supariyani* dan M. Adi Nugroho *Dosen

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode 20 BAB 2 LADASA TEORI 2.1. Pengerian Peramalan Meode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Saisika. Salah sau meode peramalan adalah dere waku. Meode ini disebu sebagai meode peramalan dere waku karena

Lebih terperinci

USULAN PENERAPAN METODE KOEFISIEN MANAJEMEN (BOWMAN S) SEBAGAI ALTERNATIF MODEL PERENCANAAN PRODUKSI PRINTER TIPE LX400 PADA PT X

USULAN PENERAPAN METODE KOEFISIEN MANAJEMEN (BOWMAN S) SEBAGAI ALTERNATIF MODEL PERENCANAAN PRODUKSI PRINTER TIPE LX400 PADA PT X USULAN ENERAAN METODE KOEISIEN MANAJEMEN (BOMAN S) SEBAGAI ALTERNATI MODEL ERENCANAAN RODUKSI RINTER TIE LX400 ADA T X Hendi Dwi Hardiman Jurusan Teknik Manajemen Indusri - Sekolah Tinggi Manajemen Indusri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiaan uamanya menerima simpanan giro, abungan dan deposio. Kemudian bank juga dikenal sebagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Sumber Daya Alam (SDA) yang ersedia merupakan salah sau pelengkap ala kebuuhan manusia, misalnya anah, air, energi lisrik, energi panas. Energi Lisrik merupakan Sumber

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Produksi Produksi padi merupakan suau hasil bercocok anam yang dilakukan dengan penanaman bibi padi dan perawaan sera pemupukan secara eraur sehingga menghasilkan suau produksi

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di PT Panafil Essenial Oil. Lokasi dipilih dengan perimbangan bahwa perusahaan ini berencana unuk melakukan usaha dibidang

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KONSEP FUNGSI CONVEX UNTUK MENENTUKAN SENSITIVITAS HARGA OBLIGASI

PENGGUNAAN KONSEP FUNGSI CONVEX UNTUK MENENTUKAN SENSITIVITAS HARGA OBLIGASI PENGGUNAAN ONSEP FUNGSI CONVEX UNU MENENUAN SENSIIVIAS HARGA OBLIGASI 1 Zelmi Widyanuara, 2 Ei urniai, Dra., M.Si., 3 Icih Sukarsih, S.Si., M.Si. Maemaika, Universias Islam Bandung, Jl. amansari No.1 Bandung

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 26 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penilaian perkembangan kinerja keuangan PT. Goodyear Indonesia Tbk dilakukan dengan maksud unuk mengeahui sejauh mana perkembangan usaha perusahan yang

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoriis 3.1.1 Daya Dukung Lingkungan Carrying capaciy aau daya dukung lingkungan mengandung pengerian kemampuan suau empa dalam menunjang kehidupan mahluk hidup secara

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun 43 BAB METODE PEMUUAN EKPONENA TRPE DAR WNTER Meode pemulusan eksponensial elah digunakan selama beberapa ahun sebagai suau meode yang sanga berguna pada begiu banyak siuasi peramalan Pada ahun 957 C C

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Suatu negara yang memutuskan untuk menempuh kebijakan hutang

BAB I PENDAHULUAN. Suatu negara yang memutuskan untuk menempuh kebijakan hutang BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Masalah Suau negara yang memuuskan unuk menempuh kebijakan huang luar negeri biasanya didasari oleh alasan-alasan yang dianggap rasional dan pening. Huang luar negeri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TIJAUA TEORITIS 2.1 Peramalan (Forecasing) 2.1.1 Pengerian Peramalan Peramalan dapa diarikan sebagai beriku: a. Perkiraan aau dugaan mengenai erjadinya suau kejadian aau perisiwa di waku yang akan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani.

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani. III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Usahaani belimbing karangsari adalah kegiaan menanam dan mengelola anaman belimbing karangsari unuk menghasilkan produksi, sebagai sumber

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk, dan Grafein adalah

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk, dan Grafein adalah 37 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian-pengerian Kependudukan sanga era kaiannya dengan demgrafi. Kaa demgrafi berasal dari bahasa Yunani yang berari Dems adalah rakya aau penduduk, dan Grafein adalah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk yang

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk yang III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengerian dan peunjuk yang digunakan unuk menggambarkan kejadian, keadaan, kelompok, aau

Lebih terperinci

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi Bab II Dasar Teori Kelayakan Invesasi 2.1 Prinsip Analisis Biaya dan Manfaa (os and Benefi Analysis) Invesasi adalah penanaman modal yang digunakan dalam proses produksi unuk keunungan suau perusahaan.

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN EMBAHASAN 4.1 Karakerisik dan Obyek eneliian Secara garis besar profil daa merupakan daa sekunder di peroleh dari pusa daa saisik bursa efek Indonesia yang elah di publikasi, daa di

Lebih terperinci

Model Dinamis: Autoregressive Dan Distribusi Lag (Studi Kasus : Pengaruh Kurs Dollar Amerika Terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB))

Model Dinamis: Autoregressive Dan Distribusi Lag (Studi Kasus : Pengaruh Kurs Dollar Amerika Terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)) Model Dinamis: Auoregressive Dan Disribusi Lag (Sudi Kasus : Pengaruh Kurs Dollar Amerika Terhadap Produk Domesik Regional Bruo (PDRB)) Dynamic Model : Auoregressive and Disribuion Lag (Case Sudy: Effecs

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian yang dilakukan mengenai analisis perencanaan pengadaan una berdasarkan ramalan ime series volume ekspor una loin beku di PT Tridaya Eramina

Lebih terperinci

KOINTEGRASI DAN ESTIMASI ECM PADA DATA TIME SERIES. Abstrak

KOINTEGRASI DAN ESTIMASI ECM PADA DATA TIME SERIES. Abstrak KOINTEGRASI DAN ESTIMASI ECM PADA DATA TIME SERIES Universias Muhammadiyah Purwokero malim.muhammad@gmail.com Absrak Pada persamaan regresi linier sederhana dimana variabel dependen dan variabel independen

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di Tempa Pelayanan Koperasi (TPK) Cibedug, Kecamaan Lembang, Kabupaen Bandung, Jawa Bara. Pemilihan lokasi dilakukan secara

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Peneliian Keinginan Kelompok Tani Duma Lori yang erdapa di Desa Konda Maloba dan masyaraka sekiar akan berdirinya penggilingan gabah di daerahnya, elah

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian mengenai kelayakan pengusahaan pupuk kompos dilaksanakan pada uni usaha Koperasi Kelompok Tani (KKT) Lisung Kiwari yang menjalin mira dengan Lembaga

Lebih terperinci

PEMODELAN PRODUKSI SEKTOR PERTANIAN

PEMODELAN PRODUKSI SEKTOR PERTANIAN Seminar Nasional Saisika IX Insiu Teknologi Sepuluh Nopember, 7 November 2009 PEMODELAN PRODUKSI SEKTOR PERTANIAN Brodjol Suijo Jurusan Saisika ITS Surabaya ABSTRAK Pada umumnya daa ekonomi bersifa ime

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang erjadi pada waku yang akan daang sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan pada waku yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi

Lebih terperinci

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA 1. PENDAHULUAN

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA 1. PENDAHULUAN PEMODELAN NILAI UKAR RUPIAH ERHADAP $US MENGGUNAKAN DERE WAKU HIDDEN MARKOV SAU WAKU SEBELUMNYA BERLIAN SEIAWAY, DIMAS HARI SANOSO, N. K. KUHA ARDANA Deparemen Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan

Lebih terperinci

B a b 1 I s y a r a t

B a b 1 I s y a r a t TKE 305 ISYARAT DAN SISTEM B a b I s y a r a Indah Susilawai, S.T., M.Eng. Program Sudi Teknik Elekro Fakulas Teknik dan Ilmu Kompuer Universias Mercu Buana Yogyakara 009 BAB I I S Y A R A T Tujuan Insruksional.

Lebih terperinci

PENGARUH PENGEMBANGAN KARYAWAN TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI KERJA KARYAWAN (Studi pada karyawan tetap PT PG Tulangan Sidoarjo)

PENGARUH PENGEMBANGAN KARYAWAN TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI KERJA KARYAWAN (Studi pada karyawan tetap PT PG Tulangan Sidoarjo) PENGARUH PENGEMBANGAN KARYAWAN TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI KERJA KARYAWAN (Sudi pada karyawan eap PT PG Tulangan Sidoarjo) Niken Dwi Okavia Heru Susilo Moehammad Soe`oed Hakam Fakulas Ilmu Adminisrasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Peran pasar obligasi dipandang oleh pemerinah sebagai sarana sraegis sumber pembiayaan alernaif selain pembiayaan perbankan dalam benuk pinjaman (loan). Kondisi anggaran

Lebih terperinci

PENELUSURAN EMPIRIS KETERKAITAN PASAR KEUANGAN DAN KOMPONEN PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA,

PENELUSURAN EMPIRIS KETERKAITAN PASAR KEUANGAN DAN KOMPONEN PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA, PENELUSURAN EMPIRIS KETERKAITAN PASAR KEUANGAN DAN KOMPONEN PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA, 2004-2008 Banoon Sasmiasiwi, Program MSi FEB UGM Malik Cahyadin, FE UNS Absraksi Perkembangan ekonomi akhir-akhir

Lebih terperinci

t I I I I I t I I t I I Benarkah Bantuan Luar Negeri Berdampak Negatif terhadap Pertumbuhan? Oleh : Bambang Prijambodo

t I I I I I t I I t I I Benarkah Bantuan Luar Negeri Berdampak Negatif terhadap Pertumbuhan? Oleh : Bambang Prijambodo l: l,' Benarkah Banuan Luar Negeri Berdampak Negaif erhadap Perumbuhan? Oleh : Bambang Prijambodo Hubungan anara huang luar negeri pemerinah dengan perumbuhan ekonomi dapa negaif aau posiif. Bagaimana

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa BAB 2 TINJAUAN TEORITI 2.1. Pengerian-pengerian Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. edangkan ramalan adalah suau siuasi aau kondisi yang diperkirakan

Lebih terperinci

KEMAMPUAN KEYNESIAN BALANCE OF PAYMENT THEORY DAN MONETARY APPROACH BALANCE OF PAYMENT MENDETEKSI KESEIMBANGAN NERACA PERDAGANGAN INDONESIA

KEMAMPUAN KEYNESIAN BALANCE OF PAYMENT THEORY DAN MONETARY APPROACH BALANCE OF PAYMENT MENDETEKSI KESEIMBANGAN NERACA PERDAGANGAN INDONESIA KEMAMPUAN KEYNESIAN BALANCE OF PAYMENT THEORY DAN MONETARY APPROACH BALANCE OF PAYMENT MENDETEKSI KESEIMBANGAN NERACA PERDAGANGAN INDONESIA Rusiadi Dosen Fakulas Ekonomi dan Bisnis Universias Pembangunan

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN III METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Tempa Peneliian Peneliian mengenai konribusi pengelolaan huan rakya erhadap pendapaan rumah angga dilaksanakan di Desa Babakanreuma, Kecamaan Sindangagung, Kabupaen Kuningan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang mempunyai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Propinsi Sumaera Uara merupakan salah sau propinsi yang mempunyai perkembangan yang pesa di bidang ransporasi, khususnya perkembangan kendaraan bermoor. Hal ini dapa

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya III. METODE PENELITIAN A. Meode Dasar Peneliian Meode yang digunakan dalam peneliian ini adalah meode kuaniaif, yang digunakan unuk mengeahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya usaha melipui biaya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN III.1 Model Peneliian Dalam menganalisa efekifias kebijakan pemerinah, maka model yang digunakan dalam skripsi ini adalah model yang diurunkan dari eori kekuaan monopoli,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan

III. METODE PENELITIAN. Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan 40 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Baasan Operasional Konsep dasar dan baasan operasional pada peneliian ini adalah sebagai beriku: Indusri pengolahan adalah suau kegiaan ekonomi yang melakukan

Lebih terperinci

Suatu Catatan Matematika Model Ekonomi Diamond

Suatu Catatan Matematika Model Ekonomi Diamond Vol. 5, No.2, 58-65, Januari 2009 Suau aaan Maemaika Model Ekonomi Diamond Jeffry Kusuma Absrak Model maemaika diberikan unuk menjelaskan fenomena dalam dunia ekonomi makro seperi modal/kapial, enaga kerja,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekaan Peneliian Jenis peneliian yang digunakan dalam peneliian ini adalah peneliian evaluasi dan pendekaannya menggunakan pendekaan kualiaif non inerakif (non

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Peneliian Jenis peneliian kuaniaif ini dengan pendekaan eksperimen, yaiu peneliian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi erhadap objek peneliian sera adanya konrol.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 14 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Peneliian ini ialah berujuan (1) unuk menerapkan model Arbirage Pricing Theory (APT) guna memprediksi bea (sensiivias reurn saham) dan risk premium fakor kurs, harga minyak,

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUSAHAAN MEBEL SINAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK.

PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUSAHAAN MEBEL SINAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK. PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL MOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUAHAAN MEBEL INAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK. ii Rukayah*), Achmad yaichu**) ABTRAK Peneliian ini berujuan unuk

Lebih terperinci

HUMAN CAPITAL. Minggu 16

HUMAN CAPITAL. Minggu 16 HUMAN CAPITAL Minggu 16 Pendahuluan Invesasi berujuan unuk meningkakan pendapaan di masa yang akan daang. Keika sebuah perusahaan melakukan invesasi barang-barang modal, perusahaan ini akan mengeluarkan

Lebih terperinci

*Corresponding Author:

*Corresponding Author: Prosiding Seminar Tugas Akhir FMIPA UNMUL 5 Periode Mare 6, Samarinda, Indonesia ISBN: 978-6-7658--3 Penerapan Model Neuro-Garch Pada Peramalan (Sudi Kasus: Reurn Indeks Harga Saham Gabungan) Applicaion

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 35 BAB LANDASAN TEORI Meode Dekomposisi biasanya mencoba memisahkan iga komponen erpisah dari pola dasar yang cenderung mencirikan dere daa ekonomi dan bisnis. Komponen ersebu adalah fakor rend (kecendrungan),

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian Quasi Eksperimental Design dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian Quasi Eksperimental Design dengan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Desain Peneliian Peneliian ini adalah peneliian Quasi Eksperimenal Design dengan kelas eksperimen dan kelas conrol dengan desain Prees -Poses Conrol Group Design

Lebih terperinci

UJI MULTIKOLINEARITAS DAN PERBAIKAN MULTIKOLINEARITAS

UJI MULTIKOLINEARITAS DAN PERBAIKAN MULTIKOLINEARITAS BAHAN AJAR EKONOMETRIKA AGUS TRI BASUKI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA UJI MULTIKOLINEARITAS DAN PERBAIKAN MULTIKOLINEARITAS 6.1. Uji Mulikolinearias Sebagaimana dikemukakan di aas, bahwa salah sau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan kemajuan kearah yang dicapai. Seperti yang terdapat pada

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan kemajuan kearah yang dicapai. Seperti yang terdapat pada BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH Pembangunan pada umumnya adalah perubahan secara erus menerus yang merupakan kemajuan kearah yang dicapai. Seperi yang erdapa pada rumusan GBHN, yaiu mewujudkan

Lebih terperinci

VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI ACTUAL SYSTEM USAGE (ASU) PADA PEMANFAATAN STUDENTSITE

VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI ACTUAL SYSTEM USAGE (ASU) PADA PEMANFAATAN STUDENTSITE VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI ACTUAL SYSTEM USAGE (ASU) PADA PEMANFAATAN STUDENTSITE Indra Nurhadi Program Sudi Manajemen Ekonomi, Fakulas Ekonomi, Universias Gunadarma Jl. Akses Kelapa Dua Cimanggis,

Lebih terperinci

Pemodelan Data Runtun Waktu : Kasus Data Tingkat Pengangguran di Amerika Serikat pada Tahun

Pemodelan Data Runtun Waktu : Kasus Data Tingkat Pengangguran di Amerika Serikat pada Tahun Pemodelan Daa Runun Waku : Kasus Daa Tingka Pengangguran di Amerika Serika pada Tahun 948 978. Adi Seiawan Program Sudi Maemaika, Fakulas Sains dan Maemaika Universias Krisen Saya Wacana, Jl. Diponegoro

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Defenisi Persediaan Persediaan adalah barang yang disimpan unuk pemakaian lebih lanju aau dijual. Persediaan dapa berupa bahan baku, barang seengah jadi aau barang jadi maupun

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A III METODE PEELITIA Salah sau komponen peneliian yang mempunyai ari pening dalam kaiannya dengan proses sudi secara komprehensif adalah komponen meode peneliian. Meode peneliian menjelaskan bagaimana

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Capial Expendiure (Belanja Modal) Capial Expendiure aau juga dikenal dengan nama belanja modal adalah pengeluaran yang dilakukan perusahaan unuk mendapakan aau memperbarui ase

Lebih terperinci

MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH)

MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH) Journal Indusrial Servicess Vol. No. Okober 0 MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH) Abdul Gopar ) Program Sudi Teknik Indusri Universias

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Model dan Daa yang akan digunakan Meodologi yang akan digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah sudi lieraur, pengolahan daa sekunder dengan menggunakan perangka

Lebih terperinci

post facto digunakan untuk melihat kondisi pengelolaan saat ini berdasarkan

post facto digunakan untuk melihat kondisi pengelolaan saat ini berdasarkan 3. METODE PENELITIAN 3.1. Pendekaan dan Meode Peneliian Jenis peneliian yang digunakan adalah jenis peneliian kualiaif dengan menggunakan daa kuaniaif. Daa kualiaif adalah mengeahui Gambaran pengelolaan

Lebih terperinci

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN GENIUS LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN GENIUS LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA ISSN 5-73X PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN GENIUS LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR ISIKA SISWA Henok Siagian dan Iran Susano Jurusan isika, MIPA Universias Negeri Medan Jl. Willem Iskandar, Psr V -Medan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengangguran atau tuna karya merupakan istilah untuk orang yang tidak mau bekerja

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengangguran atau tuna karya merupakan istilah untuk orang yang tidak mau bekerja BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Pengangguran Pengangguran aau una karya merupakan isilah unuk orang yang idak mau bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 23 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Lokasi Peneliian dilaksanakan di iga empa berbeda. Unuk mengeahui ingka parisipasi masyaraka penelii mengambil sampel di RT 03/RW 04 Kelurahan Susukan dan RT 05/RW

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN perpusakaan.uns.ac.id BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di Indonesia dengan periode ahun 984 sampai dengan ahun 0. Peneliian ini memfokuskan pada fakor-fakor

Lebih terperinci

Bab IV Pengembangan Model

Bab IV Pengembangan Model Bab IV engembangan Model IV. Sisem Obyek Kajian IV.. Komodias Obyek Kajian Komodias dalam peneliian ini adalah gula pasir yang siap konsumsi dan merupakan salah sau kebuuhan pokok masyaraka. Komodias ini

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 19 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waku dan Lokasi Peneliian Peneliian ini dilakukan pada bulan Juni hingga Juli 2011 yang berlokasi di areal kerja IUPHHK-HA PT. Mamberamo Alas Mandiri, Kabupaen Mamberamo

Lebih terperinci

BAB III. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai tahapan perhitungan untuk menilai

BAB III. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai tahapan perhitungan untuk menilai BAB III PENILAIAN HARGA WAJAR SAHAM PAA SEKTOR INUSTRI BATUBARA ENGAN MENGGUNAKAN TRINOMIAL IVIEN ISCOUNT MOEL 3.. Pendahuluan Pada bab ini akan dijelaskan mengenai ahapan perhiungan unuk menilai harga

Lebih terperinci

Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jember ABSTRAK

Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jember ABSTRAK PERBANDINGAN METODE DES (DOUBLE EXPONENTIAL SMOOTHING) DENGAN TES (TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING) PADA PERAMALAN PENJUALAN ROKOK (STUDI KASUS TOKO UTAMA LUMAJANG) 1 Fajar Riska Perdana (1110651142) 2 Daryano,

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI. Studi mengenai aspek teknis dan produksi ini sifatnya sangat strategis, sebab

BAB 2 DASAR TEORI. Studi mengenai aspek teknis dan produksi ini sifatnya sangat strategis, sebab 13 BAB 2 DASAR TEORI 2.1 Aspek Teknis Sudi mengenai aspek eknis dan produksi ini sifanya sanga sraegis, sebab berkaian dengan kapasias proyek, lokasi, aa leak ala produksi, kajian aas bahan dan sumbernya,

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Kepuusan Model rumusan masalah dan pengambilan kepuusan yang digunakan dalam menyelesaikan skripsi ini dimulai dari observasi lapangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Pemikiran Teoriis Pengerian proyek menuru Arifin yang dikuip dari Mariyanne (2006) adalah suau akivias di mana dikeluarkannya uang dengan harapan unuk mendapakan hasil

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI POLA DATA TIME SERIES

IDENTIFIKASI POLA DATA TIME SERIES IDENTIFIKASI POLA DATA TIME SERIES Daa merupakan bagian pening dalam peramalan. Beriku adalah empa krieria yang dapa digunakan sebagai acuan agar daa dapa digunakan dalam peramalan.. Daa harus dapa dipercaya

Lebih terperinci

Analisis Model dan Contoh Numerik

Analisis Model dan Contoh Numerik Bab V Analisis Model dan Conoh Numerik Bab V ini membahas analisis model dan conoh numerik. Sub bab V.1 menyajikan analisis model yang erdiri dari analisis model kerusakan produk dan model ongkos garansi.

Lebih terperinci

BAB II LA DASA TEORI

BAB II LA DASA TEORI 9 BAB II LA DASA TEORI.7 Daa Mining Yang dimaksud dengan Daa Mining adalah proses menghasilkan informasi yang valid, komprehensif, dan dapa diolah kembali dari daabase yang massive, dan menggunakannya

Lebih terperinci

Bab 5 Penaksiran Fungsi Permintaan. Ekonomi Manajerial Manajemen

Bab 5 Penaksiran Fungsi Permintaan. Ekonomi Manajerial Manajemen Bab 5 Penaksiran Fungsi Perminaan 1 Ekonomi Manajerial Manajemen Peranyaan Umum Tenang Perminaan Seberapa besar penerimaan perusahaan akan berubah seelah adanya peningkaan harga? Berapa banyak produk yang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang erjadi pada waku yang akan daang sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan pada waku yang

Lebih terperinci

PENGUJIAN HIPOTESIS. pernyataan atau dugaan mengenai satu atau lebih populasi.

PENGUJIAN HIPOTESIS. pernyataan atau dugaan mengenai satu atau lebih populasi. PENGUJIAN HIPOTESIS 1. PENDAHULUAN Hipoesis Saisik : pernyaaan aau dugaan mengenai sau aau lebih populasi. Pengujian hipoesis berhubungan dengan penerimaan aau penolakan suau hipoesis. Kebenaran (benar

Lebih terperinci

MODUL III ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI

MODUL III ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI 3.. Tujuan Ö Prakikan dapa memahami perhiungan alokasi biaya. Ö Prakikan dapa memahami analisis kelayakan invesasi dalam pendirian usaha. Ö Prakikan dapa menyusun proyeksi/proforma

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kabupaten Labuhan Batu merupakan pusat perkebunan kelapa sawit di Sumatera

BAB 1 PENDAHULUAN. Kabupaten Labuhan Batu merupakan pusat perkebunan kelapa sawit di Sumatera BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Kabupaen Labuhan Bau merupakan pusa perkebunan kelapa sawi di Sumaera Uara, baik yang dikelola oleh perusahaan negara / swasa maupun perkebunan rakya. Kabupaen Labuhan

Lebih terperinci