BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. dengan pemerintah adalah seperti hubungan principal dan agent. Masyarakat

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. dengan pemerintah adalah seperti hubungan principal dan agent. Masyarakat"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Teori Keagenan (Agency Theory) Berdasarkan teori keagenan, (Jensen dan Meckling, 1976) dalam Sekaredi (2011) mendefinisikan hubungan keagenan sebagai sebuah kontrak dimana satu atau lebih pihak (principal) melibatkan pihak lain (agent) untuk melakukan beberapa layanan atas nama principal. Principalyang dimaksud adalah pemegang saham (investor) sedangkan yang dimaksud dengan agen adalah manajemen perusahaan. Dari sudut pandang teori keagenan diatas, hubungan antara masyarakat dengan pemerintah adalah seperti hubungan principal dan agent. Masyarakat adalah principal dan pemerintah adalah agent.principal memberikan wewenang pengaturan kepada agent, dan memberikan sumberdaya kepada agent (dalam bentuk pajak dan lain-lain). Sedangkan konflik keagenan dalam korporasi biasanya terjadi karena pemilik perusahaan (principal) tidak dapat berperan aktif dalam manajemen perusahaan atau terjadi karena kemungkinan agent tidak selalu berbuat sesuai keinginan principal, yang menimbulkan biaya agensi (agency cost). Good Corporate Governance yang merupakan konsep yang didasarkan pada teori keagenan, diharapkan bisa berfungsi sebagai alat untuk memberikan keyakinan kepada para investor bahwa mereka akan menerima return atas dana 9

2 10 yang telah diinvestasikan. Dengan kata lain Good Corporate Governance diharapkan dapat berfungsi untuk menekan atau menurunkan biaya keagenan (agency cost) dengan adanya pengawasan terhadap perilaku oportunis manajer dan dapat mengarah pada peningkatan pengungkapan perusahaan. 2. Teori Stakeholders Teori ini beranggapan bahwa perusahaan tidak hanya bertanggung jawabpada pemegang saham, tapi juga kepada stakeholder lainnya (Belakoui 2003). Perusahaan menilai bahwa stakeholder adalah sebagai pihak yang memiliki pengaruh signifikan baik untuk aspek pendanaan, maupun sumber daya. Perusahaan harus dapat mengelola hubungan yang baik dengan stakeholder, salah satunya dengan meningkatkan akuntabilitas dan pertanggungjawaban. Bentuk pertanggungjawaban tersebut dapat berupa pemberian informasi mengenai aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan dan dapat mempengaruhi keberadaan mereka (Deegan, 2000 dalam Rafinda dkk 2013). Pengungkapan GCG dianggap sebagai penghubung antara perusahaan dengan stackholders.pengungkapan informasi oleh perusahaan dijadikan alat manajemen untuk mengelola kebutuhan informasi yang dibutuhkan oleh berbagai kelompok (stackholders). Oleh karena itu, manajemen mengungkapkan informasi GCG dalam rangka mengelola stackholdersagar perusahaan mendapat dukungan dari mereka. Konsep stackholders theory, dapat dikatakan sebagai dasar pemikiran tentang Good Corporate Governance (Tata Kelola Perusahaan yang baik). Hal ini sesuai dengan model stackholders yang diperkenalkan oleh Freeman (1983) dan

3 11 Anyta (2011), yaitu model perencanaan dan kebijakan bisnis, dimana pengungkapan informasi Good Corporate Governanceyang bersifat sukarela dipandang sebagai salah satu cara manajemen untuk meningkatkan kepercayaan stackholdersterhadap perusahaan dan diharapkan dapat memaksimalkan nilai perusahaan. 3. Enterprise Resource Planning (ERP) 1.1 Pengertian Enterprise Resource Planning (ERP) ERP (Enterprise Resource Planning) adalah sebuah sistem berbasiskan komputer yang didesain untuk memproses transaksi-transaksi perusahaan dan memfasilitasi perencanaan yang terintegerasi dan real time, produksi, dan respon konsumen (O Leary, 2000). Menurut Hau dan Kuzic (2010) ERP (Enterprise Resource Planning) adalah multi-modul, solusi aplikasi pengemasan bisnis yang memungkinkan organisasi untuk mengintegrasikan proses bisnis dan kinerja perusahaan, pendistribusian data umum, pengelolaan sumberdaya serta menyediakan akses informasi secara aktual. Sistem ERP (Enterprise Resource Planning) ini telah menunjukkan penawaran berupa perbaikan yang signifikan dalam efisiensi, produktivitas, profitabilitas, kualitas layanan, kepuasan pelangganan, keputusan meminimalisir biaya serta pembuat keputusan yang efektif. ERP didefinisikan sebagai sejauh mana perusahaan bisa beradaptasi, mengkonfigurasi dan mengintegrasikan informasi aliran dan bisnis proses yang diperlukan untuk mendukung Departemen dan fungsi yang berbeda dalam

4 12 organisasi melalui penggunaan komunikasi teknologi yang mengumpulkan dan menghimpun data secara real time (Hong dan Kim, 2002; Loh dan Koh, 2004; Klein, 2007) dalam hwang (2011) Menurut Hau dan Kuzic (2010) keuntungan utama penerapan ERP (Enterprise Resource Planning) adalah sistem ini mengintegrasi divisi fungsional dan arus informasi kedalamsistem tunggal baik divisi pemasaran, keuangan, HRD dan produksi. Sistem ERP (Enterprise Resource Planning)jugamemungkinkan hubungan semua proses bisnis dalam perusahaan mulai dari awal proses perencanaan hingga tahap akhir setelah penjualan layanan kepada pelanggan. Keefektifan menggunakan ERP mengintegrasikan informasi yang digunakan dalam berbagai bidang seperi akutansi, manufaktur, distribusi, dan HRD menjadi sebuah sistem komputasi yang berkualitas. Sehingga dipastikan bahwa data yang sama dapat disimpan dan diunduh oleh karyawan dan manajer dalam setiap tahap proses bisnis yang ada. Selain itu, ERP memfasilitasi proses otomatisasi yang dapat berkontribusi dalam meningkatkan efisiensi usaha, peningkatan mutu dan pengurangan biaya administrasi. 1.2 Implementasi ERP (Enterprise Resource Planning) Berikut diuraikan implementasi ERP (Enterprise Resource Planning) 1. Proses Persiapan Pelaksana ERP biasanya memerlukan perubahan proses bisnis yang ada (Turban, 2008). Rendahnya pemahaman tentang proses perubahan yang diperlukan sebelum implementasi awal adalah alasan utama kegagalan proyek (Brown and Vessey, 2003). Oleh karena itu penting bahwa organisasi secara

5 13 menyeluruh menganalisis proses bisnis sebelum pelaksanaan. Analisis ini dapat mengidentifikasi peluang untuk modernisasi proses. Hal ini juga memungkinkan penilaian terhadap penyelarasan proses saat ini dengan yang disediakan oleh sistem ERP. Penelitian menunjukkan bahwa resiko ketidaksesuaian proses bisnis yang mengalami penurunan besar : 1. Menghubungkan proses saat ini dengan strategi informasi. 2. Menganalisis tiap proses. 3. Memahami solusi otomatis yang ada. Implementasi ERP lebih sulit (dan politis) dalam organisasi yang terdesentralisasi, karena mereka sering memiliki proses yang berbeda, aturan bisnis, semantik data, hirarki otorisasi dan pusat-pusat keputusan. Hal ini mungkin mengharuskan migrasi beberapa unit bisnis sebelum orang lain, menunda implementasi untuk bekerja melalui perubahan yang diperlukan untuk setiap unit, dan mengurangi integrasi atau menyesuaikan sistem untuk memenuhi kebutuhan spesifik. Kelemahan potensial mengadopsi standar proses dapat menyebabkan hilangnya keunggulan kompetitif. Sementara hal ini terjadi, kerugian di satu daerah diimbangi oleh keuntungan di daerah lain, meningkatkan keunggulan kompetitif secara keseluruhan. 2. Konfigurasi Konfigurasi sistem ERP sebagian besar adalah masalah menyeimbangkan cara yang diinginkan oleh pelanggan sistem untuk bekerja dengan cara itu dirancang untuk bekerja. Sistem ERP biasanya membangun parameter berubah dengan banyak memodifikasi sistem operasi.

6 14 Sebagai contoh, suatu organisasi dapat memilih jenis akuntansi persediaan FIFO (First In First Out) atau LIFO (Last In First Out) untuk mempekerjakan apakah akan mengakui pendapatan unit geografis, lini produk, atau saluran distribusi dan apakah akan membayar biaya pengiriman ketika seorang pelanggan kembali melakukan pembelian (Davenport, 1998). 3. Kustomisasi Sistem ERP secara teoritis berdasarkan praktek-praktek terbaik industri dan dimaksudkan untuk digunakan sebagaimana adanya.vendor ERP melakukan pilihan konfigurasi menawarkan pelanggan yang memungkinkan organisasi untuk menggabungkan aturan bisnis mereka sendiri tetapi sering ada kesenjangan fungsi tersisa bahkan setelah konfigurasi selesai.pelanggan ERP memiliki beberapa pilihan untuk mendamaikan kesenjangan fungsi masing-masing mereka sendiri pro/kontra. Solusi teknis termasuk menulis ulang bagian dari fungsi, menulis modul bolt-on/add-on homegrown dalam sistem ERP, atau antarmuka dengan sistem luar.ketiga opsi ini terdiri dari berbagai tingkat kustomisasi sistem, yang pertama paling invasive dan mahal untuk mempertahankan (Fryling, 2010). Atau, ada pilihan non teknis seperti perubahan praktek bisnis dan/atau kebijakan organisasi untuk lebih cocok dengan yang disampaikan fungsionalitas ERP. 4. Ekstensi Sistem ERP dapat diperpanjang dengan perangkat lunak pihak ketiga, ERP vendor biasanya menyediakan akses ke data dan fungsionalitas melalui interface dipublikasikan. Ekstensi menawarkan fitur seperti :

7 15 1. Pengarsipan, pelaporan, dan publikasi ulang. 2. Menangkap data transaksional. 3. Akses data khusus, seperti data pemasaransindikasi dan analisis tren terkait. 4. Canggih perencanaan dan penjadwalan (APS). 5. Migrasi Data Migrasi data adalah proses memindahkan/menyalin dan restrukturisasi data dari sistem yang ada ke sistem ERP. Migrasi sangat penting bagi keberhasilan pelaksanaan dan membutuhkan perencanaan yang signifikan. Sayangnya, karena migrasi adalah salah satu kegiatan terakhir sebelum tahap produksi, sering mendapat perhatian cukup. Langkah- langkah berikut adalah struktur perancanaan migrasi : 1. Mengidentifikasi data yang akanbermigrasi. 2. Tentukan waktu migrasi. 3. Hasilkan template data. 4. Bekukan toolset. 5. Memutuskan migrasi terkait setup. 6. Tentukan data pengarsipan kebijakan dan prosedur. 4. Good Corporate Governance (GCG) 4.1 Pengertian Good Corporate Governance Good Corporate Governance atau tata kelola perusahaan yang baik akan membantu terciptanya hubungan kondusif dan dapat dipertanggungjawabkan diantara elemen dalam perusahaan (dewankomisaris, dewan direksi, dan para

8 16 pemegang saham) dalam rangkameningkatkan kinerja perusahaan. Dalam teori keagenan dijelaskan bahwa good corporate governance merupakan suatu tata kelola perusahaan yang menjelaskan hubungan antara berbagai partisipan dalam perusahaan yang menentukan arah dan kinerja perusahaan. Adrian Sutedi (2011: 1) menyatakan bahwa Corporate Governanceadalah suatu proses dan struktur yang digunakan oleh organperusahaan (pemegang saham/pemilik modal, komisaris/dewanpengawas dan direksi) untuk meningkatkan keberhasilan usaha danakuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang sahamdalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya, berlandaskan peraturan perundang-undangan dannilai-nilai etika. Sedangkan menurut Mal An Abdullah (2010: 13) menyatakan bahwa GCG merujuk pada sistem dan metode dalam mengarahkan,menata dan mengendalikan perusahaan yang meliputi ketentuan-ketentuanhukum dan kelaziman-kelaziman yang mempengaruhiinefisiensi akibat moral hazard dan adverse selection. Dalam bukunya, Muh. Arief Effendi (2009: 1) menyatakan bahwa secara singkat GCG dapat diartikan sebagai seperangkat sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan untuk menciptakan nilai tambah (valueadded) bagi para pemangku kepentingan, karena GCG dapat mendorong terbentuknya pola kerja manajemen yang bersih, transparan dan profesional. Definisi Corporate Governance berdasarkan Forum for Corporate Governance in Indonesia (FGCI) dalam Mal An Abdullah (2010: 13) sebagai seperangkat peraturan yang menetapkan hubungan pemegang kepentingan

9 17 internal dan eksternal lainnya sehubungan dengan hak-hak dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan. Dikalangan pebisnis, secara umum GCG diartikan sebagai tata kelola perusahaan atau sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan yang menciptakan nilai tambah (value added) untuk semua stakeholders. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan dua hal yang ditetapkan,yaitu: 1. Pentingnya hak pemegang saham untuk memperoleh informasi dengan benar dan tepat pada waktunya. 2. Kewajiban perusahaan untuk melakukan pengungkapan (disclosure) secara akurat, tepat waktu, transparan terhadap semua informasi kinerja perusahaan, kepemilikan dan stakeholder. 4.2 Prinsip-prinsip Good Corporate Governance Setiap perusahaan harus memastikan bahwa asas GCG diterapkan pada setiap aspek bisnis dan di semua jajaran perusahaan.asas GCG yaitu transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, independensi serta kewajaran dan kesetaraan diperlukan untuk mencapai kesinambungan usaha (sustainability) perusahaan dengan memperhatikan pemangku kepentingan (stakeholders). Berikut uraian prinsip prinsip utama dari Good Corporate Governance menurut Komite Naional Kebijakan Governance (KKNG) adalah sebagai berikut: 1. Transparansi (Transparancy) Prinsip DasarUntuk menjaga obyektivitas dalam menjalankan bisnis, perusahaan harus menyediakan informasi yang material dan relevan dengan cara

10 18 yang mudah diakses dan dipahamioleh pemangku kepentingan. Perusahaan harus mengambil inisiatif untuk mengungkapkan tidak hanya masalah yang disyaratkan oleh peraturan perundang-undangan, tetapijuga hal yang penting untuk pengambilan keputusan oleh pemegang saham, kreditur dan pemangku kepentingan lainnya. Adapun Pedoman Pokok Pelaksanaan dari Transparansi ini adalah sebagai berikut: 1. Perusahaan harus menyediakan informasi secara tepat waktu, memadai, jelas,akurat dan dapat diperbandingkan serta mudah diakses oleh pemangkukepentingan sesuai dengan haknya. 2. Informasi yang harus diungkapkan meliputi, tetapi tidak terbatas pada, visi, misi, sasaran usaha dan strategi perusahaan, kondisi keuangan, susunan dan kompensasi pengurus, pemegang saham pengendali, kepemilikan saham oleh anggota Direksi dan anggota Dewan Komisaris beserta anggota keluarganya dalam perusahaan dan perusahaan lainnya, sistem manajemen risiko, sistem pengawasan dan pengendalian internal, sistem dan pelaksanaan GCG serta tingkat kepatuhannya, dan kejadian penting yang dapat mempengaruhi kondisi perusahaan. 3. Prinsip keterbukaan yang dianut oleh perusahaan tidak mengurangi kewajiban untuk memenuhi ketentuan kerahasiaan perusahaan sesuai dengan peraturan perundang-undangan, rahasia jabatan, dan hak-hak pribadi. 4. Kebijakan perusahaan harus tertulis dan secara proporsional dikomunikasikan kepada pemangku kepentingan.

11 19 2. Akuntabilitas (Accountability) Prinsip dasar perusahaan harus dapat mempertanggung jawabkan kinerjanya secara transparan dan wajar. Untuk itu perusahaan harus dikelola secara benar, terukur dan sesuai dengan kepentingan perusahaan dengan tetap memperhitungkan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lain. Akuntabilitas merupakan prasyarat yang diperlukan untuk mencapai kinerja yang berkesinambungan. Pedoman Pokok Pelaksanaan dari Akuntabilitas adalah sebagai berikut: 1. Perusahaan harus menetapkan rincian tugas dan tanggung jawab masingmasing organ perusahaan dan semua karyawan secara jelas dan selaras dengan visi, misi, nilai-nilai perusahaan (corporate values) dan strategi perusahaan. 2. Perusahaan harus meyakini bahwa semua organ perusahaan dan semua karyawan mempunyai kemampuan sesuai dengan tugas, tanggung jawab, dan perannya dalam pelaksanaan GCG. 3. Perusahaan harus memastikan adanya sistem pengendalian internal yang efektif dalam pengelolaan perusahaan. 4. Perusahaan harus memiliki ukuran kinerja untuk semua jajaran perusahaan yang konsisten dengan sasaran usaha perusahaan, serta memiliki sistem penghargaan dan sanksi (reward and punishment system) 5. Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, setiap organ perusahaan dan semua karyawan harus berpegang pada etika bisnis dan pedoman perilaku (code of conduct) yang telah disepakati.

12 20 3. Responsibilitas ( Responsibility) Prinsip dasar perusahaan harus mematuhi peraturan perundang-undangan serta melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan sehingga dapat terpelihara kesinambungan usaha dalam jangka panjang dan mendapat pengakuan sebagai good corporate citizen. Pedoman Pokok Pelaksanaan sebagai berikut: 1. Organ perusahaan harus berpegang pada prinsip kehati-hatian dan memastikan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, anggaran dasar dan peraturan perusahaan(by-laws) 2. Perusahaan harus melaksanakan tanggung jawab sosial dengan antara lain peduli terhadap masyarakat dan kelestarian lingkungan terutama di sekitar perusahaandengan membuat perencanaan dan pelaksanaan yang memadai. 4. Independensi (Independency) Prinsip dasar untuk melancarkan pelaksanaan asas GCG, perusahaan harus dikelola secaraindependen sehingga masing-masing organ perusahaan tidak saling mendominasi dantidak dapat diintervensi oleh pihak lain. Pedoman Pokok Pelaksanaan adalah sebagai berikut: 1. Masing-masing organ perusahaan harus menghindari terjadinya dominasi oleh pihak manapun, tidak terpengaruh oleh kepentingan tertentu, bebas dari benturan kepentingan (conflict of interest) dan dari segala pengaruh atau tekanan, sehinggapengambilan keputusan dapat dilakukan secara obyektif.

13 21 2. Masing-masing organ perusahaan harus melaksanakan fungsi dan tugasnya sesuai dengan anggaran dasar dan peraturan perundang-undangan, tidak saling mendominasi dan atau melempar tanggung jawab antara satu denganyang lain. 5. Kewajaran dan Kesetaraan (Fairness) Prinsip dasar dalam melaksanakan kegiatannya, perusahaan harus senantiasa memperhatikankepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya berdasarkan asas kewajaran dan kesetaraan. Pedoman Pokok Pelaksanaan adalah sebagai berikut: 1. Perusahaan harus memberikan kesempatan kepada pemangku kepentingan untuk memberikan masukan dan menyampaikan pendapat bagi kepentingan perusahaan serta membuka akses terhadap informasi sesuai dengan prinsiptransparansi dalam lingkup kedudukan masing-masing. 2. Perusahaan harus memberikan perlakuan yang setara dan wajar kepada pemangku kepentingan sesuai dengan manfaat dan kontribusi yang diberikan kepada perusahaan. 3. Perusahaan harus memberikan kesempatan yang sama dalam penerimaan karyawan, berkarir dan melaksanakan tugasnya secara profesional tanpa membedakan suku, agama, ras, golongan, gender, dan kondisi fisik

14 22 5. Green Intellectual Capital (GIC) 5.1 Pengertian Intellectual Capital Intellectual Capital adalah total saham dari semua aset tidak berwujud, pengetahuan dan kemampuan perusahaan yang dapat menciptakan nilai atau kompetitif keuntungan, untuk mencapai tujuannya sangat baik (Masoulas, 1998) dalam Chen (2008). Selain itu, modal intelektual di definisikan sebagai total saham semua aset tidak berwujud dan kemampuan perusahaan yang dapat menciptakan nilai atau keunggulan kompetitif (Edvinsson dan Malone, 1997; Stewart, 1994). Stewart (1994) dalam chen (2008) mendefinisikan intellectual modal sebagai saham total dari pengetahuan, informasi, teknologi, pengetahuan yang dimiliki, pengalaman, organisasi belajar dan kompetensi, sistem komunikasi dalam tim, hubungan dengan pelanggan, dan merek yang mampu menciptakan nilai. Intellectual capital adalah sebagai akumulasi aset tidak berwujud, pengetahuan, kapabilitas, hubugan, dll di tingkat karyawan sebagai tingkat organisasi dalam perusahaan, yang pada umumnya dibagi menjadi tiga jenis yaitu human capital, struktural capital, dan custormer capital (Bontis, 1999; Johnson, 1999) dalam chen (2008). 2.2 Pengertian Green Intellectual Capital (GIC) Merujuk kepada penelitian sebelumnya tentang modal intelektual, penelitian ini merujuk pada membangun green intellectual capital (GIC) yang sesuai dengan perkembangannya yang ketat terhadap peraturan lingkungan

15 23 internasional dan kesadaran lingkungan konsumen di dunia, sebagai total saham dari semua jenis dari aset tidak berwujud, pengetahuan, kemampuan dan hubungan tentang perlindungan atau inovasi terhadap lingkungan dalam tingkat individu dan tingkat organisasi di dalam perusahaan (Dzinkowski, 2000; Edvinsson dan Malone, 1997; Roos dan Roos, 1997; Stewart, 1994) dalam chen (2008). 2.3 Komponen Green Intellectual Capital(GIC) Menurut penelitian tentang pengklasifikasian Intellectual capital, klasifikasi green intellectual capital ini terbagi menjadi tiga jenis yaitu green human capital, green structural capital, dan green relationship capital (Bontis, 1999; Johnson, 1999) dalam chen (2008). Deskripsi dari tiga elemen tersebut yaitu: 1. Green Human Capital Penelitian sebelumnya berpendapat bahwa sumber daya manusia adalah yang hal yang tertanam dalam karyawan bukan yang tertanam dalam organisasi, dan dapat dikembangkan melalui pelatihan dan pendidikan (Miller dan Wurzburg, 1995) dalam chen(2008). Di sisi lain, manusia memiliki dua faktor penentu yaitu kemampuan dalam bekerja dan komitmen mereka (Elias dan Scarbrough, 2004; Ulrich, 1998) dalam chan(2008). Penelitian ini di definisikan dari sumber daya manusia dari Stewart (1994), Edvinsson dan Malone (1997), Roos dan Roos (1997), Johnson (1999) dan Dzinkowski (2000) dalam chen (2008), dan Green Human Capital di definisikan sebagai penjumlahan atas pengetahuan karyawan, keterampilan karyawan, kemampuan, pengalaman, sikap, kebijaksanaan,

16 24 kreativitas, dan komitmen, dll tentang perlindungan lingkungan atau inovasi hijau dan yang tertanam dalam karyawan itu sendiri bukan tertanam di dalam organisasi. Pengukuran Green Human Capital yang digunakan adalah menggunakan penelitian Chen (2008) yang terdiri dari 5 item berikut yaitu: 1. Apakah karyawan terlibat dan berkontribusi langsung terhadap perlindungan di lingkungan mereka bekerja. 2. Apakah karyawan memiliki kompetensi cukup dalam perlindungan lingkungan. 3. Apakah karyawan dapat memberikan pelayanan atau berkontribusi dalam menghasilkan produk dengan kualitas yang tinggi terkait dan ramah lingkungan 4. Apakah tingkat kerja sama dalam tim kerja mendorong organisasi mendukung adanya perlindungan lingkungan ditunjukan pada level tinggi dalam organisasi tempat mereka bekerja; 5. Apakah para pimpinan sangat mendukung karyawannya dalam melakukan pekerjaannya dan melibatkan perlindungan di lingkungannya. 2. Green Structural Capital Tidak seperti human capital dimana modal seluruhnya dimiliki oleh organisasi dan tidak dibawa pergi oleh karyawan (Bontis, 1999; Johnson, 1999) dalam chen (2008). Hal yang dibutuhkan untuk menghasilkan kompetensi dengan bantuan teknologi, proses, manual, bekerja bersih, dan untuk memastikan bahwa kompetensi akan tetap berjalan di dalam perusahaan ketika karyawan berhenti

17 25 atau pensiun (Stewart, 1994). Pengertian daris tructural capitalmenurut Stewart (1994), Edvinsson dan Malone (1997), Johnson (1999), dan Dzinkowski (2000) dalam Chen (2008) Green structural capital didefinisikan sebagai kemampuan saham organisasi, komitmen organisasi, pengelolaan pengetahuan sistem manajemen, sistem penghargaan, sistem teknologi informasi, database, mekanisme manajerial, proses operasi, filsafat manajerial, gambar perusahaan, paten, Salin hak, dan merek dagang,dll tentang perlindungan lingkungan atau inovasi dalam perusahaan. Pengukuran Green Structural Capital dalam Chen (2008) terdiri dari tujuh item berikut ini: 1. Apakah organisasi memiliki sistem manajemen yang memadai dalam perlindungan lingkungan 2. Apakah komite/tim/bagian di dalam organisasi memajukan hal-hal terkait dalam perlindungan lingkungan 3. Apakah organisasi membuat aturan mengenai perlindungan lingkungan 4. Apakah organisasi membuat investasi yang cukup untuk fasilitas dalam perlindungan lingkungan 5. Apakah organisasi memiliki rasio yang tinggi untuk karyawan memahami pengelolaan lingkungan terhadap total karyawan 6. Apakah proses operasi keseluruhan terhadap perlindungan perlindungan lingkungan dalam organisasi berjalan lancar 7. Apakah sistem pengelolaan pengetahuan dalam perusahaan berjalan baik untuk akumulasi dan pembagian pengetahuan tentang manajemen lingkungan

18 26 3) Green Relational Capital Relational Capital adalah hubungan saham yang berlandaskan dengan saling bekerjasama atau berkomunikasi dengan perusahaan lain, lembaga, Pusat Penelitian dan pelanggan, yang diukur melalui intensitas kerjasama antara masyarakat setempat (Capello, 2002) dalam Chen (2008). Di sisi lain, Relational Capital didefinisikan sebagai mencari rating kuat dalam hal tingkat pemahaman, kepercayaan, hubungan, dan kolaborasi antara mitra kerja, pemasok, serta penyalur (Capello dan Faggian, 2005) dalam Chen (2008). Penelitian ini di definisikan dari relasional modal dari Johnson (1999), Bontis (1999), Capello (2002), dan Capello Faggian (2005) dalam Chen (2008) dan Green Relational Capital didefinisikan sebagai saham interaktif perusahaan terhadap hubungan dengan pelanggan, pemasok, anggota jaringan, dan mitra tentang perusahaan pengelolaan lingkungan dan inovasi hijau, yang memungkinkan untuk menciptakan keuntungan dan memperoleh keunggulan kompetitif. Pengukuran Green Relational Capital dalam Chen (2008) terdiri dari lima item berikut: 1. Apakah perusahaan merancang produk dan jasa untuk memenuhi keinginan konsumennya yang peduli terhadap lingkungan 2. Apakah konsumen puas terhadap lingkungan yang dilakukan oleh perusahaan 3. Apakah hubungan kerjasama terhadap perlindungan lingkungan dari perusahaan dengan supplier stabil 4. Apakah hubungan kerjasama terhadap perlindungan lingkungan dari perusahaan klien atau konsumen utama stabil

19 27 5. Apakah perusahaan memiliki hubungan kerjasama yang baik dan stabil terhadap aktivitas perlindungan lingkungan dengan partner strategisnya 6. Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan implementasi ERP, Good Corporate Governance dan Intellectual Capital telah banyak dilakukan oleh banyak peneliti diluar negeri maupun di Indonesia. Hasil-hasil penelitian tersebut dapat dijadikan sebagai referensi untuk penelitian ini. Chen (2008) menguji pengaruh dari Green Intellectual Capital terhadap keuntungan persaingan di perusahaan elektronik di Taiwan. Variable yang diuji Green Human Capital, Green Structural Capital, Green Relational Capital dan keuntungan persaingan di perusahaan. Objek penelitian yang digunakan adalah informasi perusahaan elektronik di Taiwan tahun 2008 dengan sampel yang diteliti secara acak dengan jumlah responden sebanyak 126 responden yaitu Manajer Manufaktur, Manajer Pemasaran, Manajer HRD. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Green Human Capital, Green Structural Capital, Green Relational Capital berpengaruh positive terhadap keuntungan persaingan di perusahaan. Penelitian tentang ERP dilakukan oleh Hwang (2011) dengan tujuan untuk menilai dampak ERP terhadap Pemasok Kinerja dengan sampel yang diteliti secara acak dengan jumlah responden sebanyak 120 responden dari perusahaan manufaktur di Korea yang terdaftar di KOSPI dan pasar saham KOSDAK. Variable yang di uji adalah faktor lingkungan eksternal perusahaan, Faktor lingkungan internal Perusahaan, ERP, kemampuan mitra kerja dalam berinovasi,

20 28 dan kemampuan mitra kerja dalam memasok. Hasil penelitian menyebutkan bahwa ERP berpengaruh terhadap Pemasok Kinerja Tabel 2.1 Penelitian Sebelumnya No Peneliti Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian 1 Chan (2008) The Positive Effect of Green Intellectual Capital on Competitive Advantages of Firms Green Intellectual Capital dan Competitive Advantages of Firms Green Human Capital, Green Structural Capital, Green Relational Capital berpengaruh positive terhadap keuntungan persaingan di perusahaan 2 Fachriza Amri Endang Siti Astuti Riyadi Analisis Implementasi Sistem ERP (Studi Pada PT. Jepe Press Media Utama Surabaya) Implementasi Sistem ERP ERP berpengaruh terhadap Pemasok Kinerja 3 Hwang (2011) Dampak ERP terhadap Pemasok Kinerja 4 Reny Dyah Retno M. Denies Priantinah M.Si., Ak. Pengaruh Good Corporate Governance dan Pengungkapan Corporate Social Responsibility Faktor Lingkungan Eksternal Perusahaan, Faktor Lingkungan Internal Perusahaan, ERP, Kemampuan Mitra Kerja dalam Berinovasi, dan Kemampuan Mitra Kerja Dalam Memasok. Good Corporate Governance, Pengungkapan Corporate Social Responsibility, Nilai Perusahaan Implementasi ERP berpengaruh Positive terhadap Pemasok Kinerja Good Corporate Governance dan Pengungkapan Corporate Social Responsibility Berpengaruh Positive

21 29 5 Zeplin Jiwa Husada Tarigan Sumber : Jurnal Terhadap Nilai Perusahaan (Studi Empiris Pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia ) Pengaruh Implementasi ERP Terhadap Product Differentiation dan Cost Leadership Dalam Meningkatkan Kinerja (Studi Kasus Manufaktur Jawa Timur) Implementasi ERP, Differentiation Strategy, Low Cost Leadership, Kinerja Perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan Secara keseluruhan sistem ERP (Enterprise Resource Planning) sudah dapat mengintegrasikan dan memudahkan proses bisnis yang berjalan (Studi Pada PT. Jepe Press Media Utama Surabaya) B. Kerangka Pemikiran Perkembangan berbagai perusahaan yang dikendalikan oleh informasi dan pengetahuan, membawa sebuah peningkatan perhatian pada modal intelektual atau intellectual capital (IC). Penelitian ini menguji apakah faktor-faktor seperti Implementasi ERP, Corporate Governance dapat mempengaruhi Green Intellectual Capital suatu perusahaan dimana intellectual capital terbagi menjadi tiga bagian yaitu Green Human Capital, Green Struktur Capital, dan Green Relationship Capital. Berdasarkan pengembangan penelitian maka didapat kerangka model hubungan antar variabel penelitian yang akan diuji seperti dalam gambar b.1 di bawah ini yang menunjukkan Implementasi ERP, Good Corporate Governance sebagai variabel independen dan Green Intellectual Capital sebagai variabel dependen.

22 30 Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Implementasi ERP,GCG terhadap GIC ERP Implementation (X1) H1 Green Intellectual Capital (Y) Prinsip-Prinsip GCG(X2) H2 C. Hipotesis 1. Implementasi ERP dan Green Intellectual Capital (GIC) ERP (Enterprise Resource Planning) adalah sebuah sistem berbasiskan komputer yang didesain untuk memproses transaksi-transaksi perusahaan dan memfasilitasi perencanaan yang terintegerasi dan real time, produksi, dan respon konsumen (O Leary, 2000). Perkembangan berbagai perusahaan yang dikendalikan oleh informasi dan pengetahuan, membawa sebuah peningkatan perhatian pada modal intelektual atau intellectual capital (IC). Berdasarkan argumen tersebut, hipotesis yang dikembangkan oleh penulis adalah: Ha1 : Implementasi ERP Berpengaruh Positif Terhadap Green Intellectual Capital

23 31 2. Penerapan dan Good Corporate Governance (GCG) dan Green Intellectual Capital (GIC) Persaingan yang ketat menuntut perusahaan untuk selalumelakukan perubahan/inovasi. Perubahan /inovasi tersebut menuntut pula perubahan startegi, misalnya dengan cara mengubah bisnis yang berbasis tenaga kerja menjadi bisnis yang berdasarkan ilmu pengetahuan dengan menggunakan tata kelola perusahaan atau Good Corporate Governance (GCG) terlebih khusus dengan prinsip prinsipnya yaitu Transparancy, Accountability, Responsibility, Independency dan fairness (TARIF) menjadi suatu issue yang mengemukan untuk diperbincangkan, dan merupakan sebagai alat atau pelaksanaan tata kelola perusahaan yang baik. Kemakmuran suatu perusahaan akan bergantung pada suatu penciptaan transformasi dan kapitalisasi dari pengetahuan itu sendiri. Modal intelektual (intellectual capital) telah mendapat perhatian lebih oleh para akademisi, perusahaan maupun para investor. Modal intelektual dapat dipandang sebagai pengetahuan. Kekayaan intelektual dan pengalaman dapat digunakan untuk menciptakan kekayaan perusahaan. Berdasarkan argumen tersebut, hipotesis yang dikembangkan oleh penulis adalah: Ha2 : Implementasi Good Corporate Governance Berpengaruh Positif Terhadap Green Intellectual Capital

BAB I PENDAHULUAN. yang didukung dengan perangkat Information Communication Technology (ICT)

BAB I PENDAHULUAN. yang didukung dengan perangkat Information Communication Technology (ICT) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi yang semakin pesat serta persaingan bisnis yang semakin meningkat menyebabkan banyak perusahaan terutama Perseroan Terbatas (PT) dituntut

Lebih terperinci

Analisis Pengungkapan Good Corporate Governance (GCG) pada Perusahaan Indeks Pefindo25 (SME Index) Tahun

Analisis Pengungkapan Good Corporate Governance (GCG) pada Perusahaan Indeks Pefindo25 (SME Index) Tahun Analisis Pengungkapan Good Corporate Governance (GCG) pada Perusahaan Indeks Pefindo25 (SME Index) Tahun 2011-2013 Diana Alfrita (dianaalfrita1204@gmail.com) Mahasiswa Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Prinsip-prinsip GCG 1. Transparansi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Prinsip-prinsip GCG 1. Transparansi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PT PJB Services meyakini bahwa penerapan GCG secara konsisten dan berkesinambungan akan meningkatkan nilai perusahaan secara berkelanjutan. Oleh karena itu PT PJB

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (2009 : 67) mencoba memberikan definisi dari kinerja, antara lain sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (2009 : 67) mencoba memberikan definisi dari kinerja, antara lain sebagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kinerja Mangkunegara di dalam bukunya Manajemen Sumber Daya Manusia (2009 : 67) mencoba memberikan definisi dari kinerja, antara lain sebagai berikut Kinerja adalah hasil kerja

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Teori keagenan adalah teori yang timbul dari adanya suatu hubungan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Teori keagenan adalah teori yang timbul dari adanya suatu hubungan BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) Teori keagenan adalah teori yang timbul dari adanya suatu hubungan kontrak dimana satu atau lebih

Lebih terperinci

PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK (GOOD CORPORATE GOVERNANCE/GCG)

PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK (GOOD CORPORATE GOVERNANCE/GCG) PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK (GOOD CORPORATE GOVERNANCE/GCG) PENDAHULUAN A. Latar Belakang : 1. Perusahaan asuransi bergerak dalam bidang usaha yang menjanjikan perlindungan kepada pihak tertanggung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Satuan Pengawasan Intern Satuan pengawasan intern pada hakekatnya sebagai perpanjangan rentang kendali dari tugas manajemen

Lebih terperinci

BAB IV PEMAHAMAN KARYAWAN TERHADAP SITEM MANAJEMEN SYARIAH DI KJKS BMT WALISONGO SEMARANG

BAB IV PEMAHAMAN KARYAWAN TERHADAP SITEM MANAJEMEN SYARIAH DI KJKS BMT WALISONGO SEMARANG BAB IV PEMAHAMAN KARYAWAN TERHADAP SITEM MANAJEMEN SYARIAH DI KJKS BMT WALISONGO SEMARANG A. Pemahaman karyawan terhadap system manajemen syari ah KJKS BMT Walisongo Semarang adalah sebuah Lembaga Keuangan

Lebih terperinci

09Pasca. Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis

09Pasca. Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis Modul ke: Fakultas 09Pasca Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis Pembuatan Template Powerpoint untuk digunakan sebagai template standar modul-modul yang digunakan dalam perkuliahan Cecep Winata

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Good Corporate Governance. Corporate Governance, antara lain oleh Forum for Corporate

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Good Corporate Governance. Corporate Governance, antara lain oleh Forum for Corporate 12 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Good Corporate Governance Beberapa institusi Indonesia mengajukan definisi Corporate Governance, antara lain oleh Forum for Corporate Governance in IndonesialFCGl

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Community (AEC) atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Masyarakat Ekonomi ASEAN merupakan sebuah komunitas negaranegara

BAB I PENDAHULUAN. Community (AEC) atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Masyarakat Ekonomi ASEAN merupakan sebuah komunitas negaranegara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada awal Tahun 2016 telah berlaku ASEAN Economic Community (AEC) atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Masyarakat Ekonomi ASEAN merupakan sebuah komunitas negaranegara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian terdahulu tentang analisis penerapan Good Corporate Governance pada perusahaan telah dilakukan dan menunjukkan bahwa sebagian besar perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Good Corporate Governance. kreditor, pemerintah, karyawan, dan pihak pihak yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Good Corporate Governance. kreditor, pemerintah, karyawan, dan pihak pihak yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Good Corporate Governance 2.1.1.1 Pengertian Good Corporate Governance Istilah corporate governance pertama sekali diperkenalkan oleh Cadbury Comitee

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Teori agensi menjelaskan tentang pemisahan kepentingan atau

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Teori agensi menjelaskan tentang pemisahan kepentingan atau BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Agensi Teori agensi menjelaskan tentang pemisahan kepentingan atau pemisahan pengelolaan perusahaan. Pemilik ( principle)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Financial distress yang terjadi pada perusahaan property and real estate UKDW

BAB I PENDAHULUAN. Financial distress yang terjadi pada perusahaan property and real estate UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Financial distress yang terjadi pada perusahaan property and real estate terbesar di Indonesia yaitu PT Bakrieland Development, Tbk menjadi isu yang sedang hangat

Lebih terperinci

KEWRAUSAHAAN, ETIKA PROFESI dan HUKUM BISNIS

KEWRAUSAHAAN, ETIKA PROFESI dan HUKUM BISNIS KEWRAUSAHAAN, ETIKA PROFESI dan HUKUM BISNIS Modul ke: Fakultas Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Magisster Akuntasi www.mercubuana.ac.id The System and Structure of GCG Dosen Pengampu : Mochammad

Lebih terperinci

PEDOMAN PERILAKU Code of Conduct KEBIJAKAN

PEDOMAN PERILAKU Code of Conduct KEBIJAKAN P T Darma Henwa Tbk PEDOMAN PERILAKU Code of Conduct KEBIJAKAN TATA KELOLA PERUSAHAAN PT Darma Henwa Tbk DAFTAR ISI Kata Pengantar 3 BAB I PENGANTAR. 4 1. Mengenal Good Corporate Governance (GCG) 4 2.

Lebih terperinci

PT HD CAPITAL TBK ( PERSEROAN ) KODE ETIK ( CODE OF CONDUCT )

PT HD CAPITAL TBK ( PERSEROAN ) KODE ETIK ( CODE OF CONDUCT ) 1 dari 9 1. LATAR BELAKANG Perseroan menyadari pentingnya penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance) atau GCG sebagai salah satu acuan bagi Perseroan untuk meningkatkan nilai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori Adapun Teori yang dapat mendukung berkaitan dengan masalah yang sedang diteliti: 1. Teori Keagenan(Agency Theory) Teori Keagenan (Agency Theory) merupakan teori

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Keagenan (Agency Theory) Penelitian ini menggunakan teori keagenan, dimana teori ini sering kali digunakan sebagai landasan dalam penelitian mengenai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) Teori keagenan menggambarkan perusahaan sebagai suatu titik temu antara pemilik perusahaan (principal) dengan manajemen

Lebih terperinci

KEBIJAKAN MANAJEMEN Bidang: Kepatuhan (Compliance) Perihal : Pedoman Pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG) No.

KEBIJAKAN MANAJEMEN Bidang: Kepatuhan (Compliance) Perihal : Pedoman Pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG) No. KEBIJAKAN MANAJEMEN Bidang: Kepatuhan (Compliance) Perihal : Pedoman Pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG) No. COM/001/01/1215 Tanggal Efektif 1 Desember 2015 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Review Peneliti Terdahulu NAMA No (Tahun) 1 Oktafia (2017) 2 Faozan (2013) JUDUL BUKU/JURNAL Implementasi Good Corporate Gavernance Pada Pondok Pesantren Sebagai Upaya Peningkatan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. memahami hubungan tata kelola dalam suatu organisasi atau perusahaan. Pada

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. memahami hubungan tata kelola dalam suatu organisasi atau perusahaan. Pada BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Agensi (Agency Theory) Agency Theory merupakan suatu perspektif yang sering digunakan dalam memahami hubungan tata kelola dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. antara manajer (agent) dengan investor (principal). Terjadinya konflik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. antara manajer (agent) dengan investor (principal). Terjadinya konflik BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Teori Keagenan Dalam rangka memahami good corporate governance maka digunakanlah dasar perspektif hubungan keagenan. Jensen dan Meckling (1976) menyatakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS. Persepsi Good dalam good corporate governance adalah tingkat pencapaian

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS. Persepsi Good dalam good corporate governance adalah tingkat pencapaian 6 BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS 1.1. Pengertian Good Corporate Governance Persepsi Good dalam good corporate governance adalah tingkat pencapaian terhadap suatu hasil upaya yang memenuhi persyaratan,

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Chang & Chen (2012). The determinants of green intellectual capital

DAFTAR PUSTAKA. Chang & Chen (2012). The determinants of green intellectual capital DAFTAR PUSTAKA Amri, Fachriza, Astuti, EndangSiti& Riyadi. (01). ANALISIS IMPLEMENTASI SISTEM ERP (Enterprise Resource Planning)Studi Pada PT. Jepe Press Media Utama Surabaya. Jurnal Administrasi Bisnis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah meningkatkan nilai perusahaan secara berkelanjutan (sustainable) dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah meningkatkan nilai perusahaan secara berkelanjutan (sustainable) dengan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan adalah suatu entitas yang di dalamnya terdapat sekelompok orang yang bekerja sama untuk mencapai tujuan. Tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai

Lebih terperinci

PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK PT SURYA CITRA MEDIA Tbk

PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK PT SURYA CITRA MEDIA Tbk PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK PT SURYA CITRA MEDIA Tbk Perseroan meyakini bahwa pembentukan dan penerapan Pedoman Tata Kelola Perusahan Yang Baik ( Pedoman GCG ) secara konsisten dan berkesinambungan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Istilah good corporate governance pertama kali diperkenalkan oleh

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Istilah good corporate governance pertama kali diperkenalkan oleh BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Good Corporate Governance Istilah good corporate governance pertama kali diperkenalkan oleh Cadbury Committee Inggris pada tahun 1992 yang menggunakan istilah tersebut dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. efektivitas pencapaian tujuan perusahaan. Seiring dengan berkembangnya. mendorong kesinambungan dan kelangsungan hidup perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. efektivitas pencapaian tujuan perusahaan. Seiring dengan berkembangnya. mendorong kesinambungan dan kelangsungan hidup perusahaan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Dunia usaha yang semakin berkembang dengan pesatnya pada setiap perusahaan baik yang bergerak dibidang jasa, perdagangan, maupun manufaktur selalu berhadapan dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. Teori agensi berkaitan dengan hubungan antara manajemen perusahaan (agent)

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. Teori agensi berkaitan dengan hubungan antara manajemen perusahaan (agent) BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1.1 Agency Theory Teori agensi berkaitan dengan hubungan antara manajemen perusahaan (agent) dengan investor.menurut Darmawati dkk (2005), inti dari hubungan keagenan adalah

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Atas bantuan Bapak/Ibu saya ucapkan terima kasih.

LAMPIRAN. Atas bantuan Bapak/Ibu saya ucapkan terima kasih. LAMPIRAN Kepada Yth, Bapak/Ibu Ditempat Dengan hormat, Sehubungan dengan penyelesaiaan skripsi program strata satu (S1) fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi pada (USU), saya bermaksud untuk melakukan penelitian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan selalu memiliki nilai jual yang berbeda, yang biasa disebut dengan nilai perusahaan. Nilai perusahaan akan tercermin dalam harga pasar saham

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan merupakan tujuan yang dicapai untuk menarik stakeholders untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan merupakan tujuan yang dicapai untuk menarik stakeholders untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada Era Globalisasi ini, persaingan negara- negara maju dan berkembang tak terkecuali pada bidang bisnis manufakturnya semakin ketat seiring dengan perkembangan perekonomian

Lebih terperinci

Pedoman Tata Kelola Perusahaan PT Nusa Raya Cipta Tbk PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN

Pedoman Tata Kelola Perusahaan PT Nusa Raya Cipta Tbk PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN TRANSPARANSI AKUNTABILITAS RESPONSIBILITAS INDEPENDENSI KEWAJARAN & KESETATARAAN Pedoman Tata Kelola Perusahaan PT Nusa Raya Cipta Tbk PT Nusa Raya Cipta Tbk (yang selanjutnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. diterapkannya good corporate governance di Indonesia merupakan salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. diterapkannya good corporate governance di Indonesia merupakan salah satu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak adanya gerakan reformasi tahun 1998, muncul banyak tekanan dari publik yang menghendaki agar Pemerintah maupun swasta dapat menghapuskan praktek-praktek

Lebih terperinci

GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG) DALAM PERSPEKTIF AGENCY THEORY

GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG) DALAM PERSPEKTIF AGENCY THEORY GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG) DALAM PERSPEKTIF AGENCY THEORY Mailani Hamdani Fakultas Ekonomi Universitas Terbuka Pondok Cabe mailani@ecampus.ut.ac.id Abstrak Dalam mempertahankan bisnis perusahaan yang

Lebih terperinci

Kebijakan Corporate Governance. PT. Persero Batam. Tim GCG PT. Persero Batam Hal : 1 of 9

Kebijakan Corporate Governance. PT. Persero Batam. Tim GCG PT. Persero Batam Hal : 1 of 9 Tim GCG Hal : 1 of 9 DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN 3 1.1 Definisi Good Corporate Governance 3 1.2 Prinsip Good Corporate Governance 3 1.3 Pengertian dan Definisi 4 1.4 Sasaran dan Tujuan Penerapan GCG 5

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. pemisahan pengelolaan perusahaan. Pemilik (principal) melimpahkan

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. pemisahan pengelolaan perusahaan. Pemilik (principal) melimpahkan BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Keagenan Teori keagenan menjelaskan tentang pemisahan kepentingan atau pemisahan pengelolaan perusahaan. Pemilik (principal)

Lebih terperinci

PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK

PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK (GOOD CORPORATE GOVERNANCE CODE) PT PEMBANGUNAN JAYA ANCOL TBK EDISI 2015 Daftar Isi DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN 4 A. Latar Belakang 4 B. Tujuan 4 C. Acuan Panduan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laba merupakan sekumpulan angka yang berisi informasi, dimana laba juga merupakan bagian penting dari

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laba merupakan sekumpulan angka yang berisi informasi, dimana laba juga merupakan bagian penting dari BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laba merupakan sekumpulan angka yang berisi informasi, dimana laba juga merupakan bagian penting dari isi laporan keuangan perusahaan. Laba merupakan salah

Lebih terperinci

12Pasca. Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis

12Pasca. Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis Modul ke: Fakultas 12Pasca Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis Pembuatan Template Powerpoint untuk digunakan sebagai template standar modul-modul yang digunakan dalam perkuliahan Cecep Winata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Tata kelola perusahaan (Good Corporate Governance/GCG) merupakan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Tata kelola perusahaan (Good Corporate Governance/GCG) merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menghadapi tren global dan ketatnya persaingan bisnis sekarang ini, para pimpinan dan manajer dituntut untuk lebih lagi memperhatikan aspek dimensi sosial, ekonomi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance)

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penerapan tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance) sangat penting artinya, karena tujuan dalam mendirikan sebuah perusahaan selain untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kepada para pemangku kepentingan (stakeholders) seperti orang atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kepada para pemangku kepentingan (stakeholders) seperti orang atau BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Corporate Social Responsibility CSR merupakan salah satu dari beberapa tanggungjawab perusahaan kepada para pemangku kepentingan (stakeholders) seperti orang atau

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan melalui

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan melalui BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan melalui peningkatan kemakmuran pemilik atau para pemegang saham. Untuk mencapai tujuan perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kapasitas perusahaan menghasilkan arus kas dari sumber daya yang ada pada

BAB I PENDAHULUAN. kapasitas perusahaan menghasilkan arus kas dari sumber daya yang ada pada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Informasi yang berhubungan dengan kinerja perusahaan adalah kebutuhan yang sangat diperlukan oleh investor di pasar modal untuk pengambilan keputusan apakah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam dunia bisnis dan usaha saat ini, corporate governance atau yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam dunia bisnis dan usaha saat ini, corporate governance atau yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dunia bisnis dan usaha saat ini, corporate governance atau yang dikenal sebagai tata kelola perusahaan, merupakan suatu hal yang mendapatkan perhatian cukup besar,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari suatu perusahaan adalah mensejahterahkan kepentingan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari suatu perusahaan adalah mensejahterahkan kepentingan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan dari suatu perusahaan adalah mensejahterahkan kepentingan pemegang saham. Dengan prinsip ini beberapa perusahaan mengabaikan pihak-pihak lain yang berkepentingan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. melakukan perluasan usaha agar dapat terus bertahan dan bersaing. Tujuan

BAB 1 PENDAHULUAN. melakukan perluasan usaha agar dapat terus bertahan dan bersaing. Tujuan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Persaingan bisnis dalam industri manufaktur semakin ketat seiring dengan perkembangan perekonomian yang mengakibatkan adanya tuntutan bagi perusahaan untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan pemiliknya atau pemegang saham, serta

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan pemiliknya atau pemegang saham, serta BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan pendirian suatu perusahaan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan pemiliknya atau pemegang saham, serta memaksimalkan kekayaan pemegang saham

Lebih terperinci

KASUS WASTE MANAGEMENT, INC (WMI)

KASUS WASTE MANAGEMENT, INC (WMI) Nama : Yogi Kelas : Akuntansi E (semester 6) Matakuliah : Akuntansi Topik Khusus Dosen : Yogi Ginanjar,SE KASUS WASTE MANAGEMENT, INC (WMI) Pada 1991, Waste Management menjadi bisnis pembersih sampah terbesar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegagalan penerapan Good Corporate Governance (Daniri, 2005). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. kegagalan penerapan Good Corporate Governance (Daniri, 2005). Menurut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konsep Corporate Govenance muncul sebagai reaksi terhadap berbagai kegagalan korporasi akibat dari buruknya tata kelola perusahaan. Krisis ekonomi di kawasan Asia dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Stewardship Theory Teori stewardship adalah teori yang menggambarkan situasi dimana para manajer tidaklah termotivasi oleh tujuan individu

Lebih terperinci

KEPUTUSAN DIREKSI PT. ABM INVESTAMA TBK TENTANG Good Corporate Governance Charter No.002/ABM-BOC-CIR/I/2013

KEPUTUSAN DIREKSI PT. ABM INVESTAMA TBK TENTANG Good Corporate Governance Charter No.002/ABM-BOC-CIR/I/2013 KEPUTUSAN DIREKSI PT. ABM INVESTAMA TBK TENTANG Good Corporate Governance Charter No.002/ABM-BOC-CIR/I/2013 Merujuk pada prinsip tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance), tujuan, visi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan publik atau perusahaan terbuka adalah perusahaan yang sebagian atau

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan publik atau perusahaan terbuka adalah perusahaan yang sebagian atau BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perusahaan publik atau perusahaan terbuka adalah perusahaan yang sebagian atau seluruh sahamnya dimiliki oleh masyarakat. Proses penjualan saham ke masyarakat dilakukan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Mekanisme Corporate Governance Mekanisme corporate governance memiliki kemampuan dalam kaitannya menghasilkan suatu laporan keuangan yang memiliki kandungan informasi laba (Boediono,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 9 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Agency Problem Pengelolaan perusahaan yang semakin memisahkan kepemilikan dengan manajemen memberikan potensi terjadinya masalah agensi atau agency problem. Menurut agency theory,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perusahaan adalah sebuah unit kegiatan produksi yang mengolah sumber

BAB 1 PENDAHULUAN. Perusahaan adalah sebuah unit kegiatan produksi yang mengolah sumber BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan adalah sebuah unit kegiatan produksi yang mengolah sumber daya ekonomi untuk menyediakan barang dan jasa bagi masyarakat dengan tujuan memperoleh keuntungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban yang harus dilaksanakan oleh suatu perusahaan dimana merupakan

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban yang harus dilaksanakan oleh suatu perusahaan dimana merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Corporate social responsibility (CSR) merupakan salah satu kewajiban yang harus dilaksanakan oleh suatu perusahaan dimana merupakan wujud tanggungjawab dan sikap

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada dasarnya yang hakiki, good corporate governance atau GCG

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada dasarnya yang hakiki, good corporate governance atau GCG BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dasarnya yang hakiki, good corporate governance atau GCG merupakan suatu sistem yang perangkat yang mengatur hubungan di antara semua pihak yang terlibat

Lebih terperinci

PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) PT PERTAMINA INTERNASIONAL EKSPLORASI & PRODUKSI

PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) PT PERTAMINA INTERNASIONAL EKSPLORASI & PRODUKSI PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) PT PERTAMINA INTERNASIONAL EKSPLORASI & PRODUKSI DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 3 1.1 Latar Belakang... 3 1.2 Landasan Hukum... 3 1.3 Maksud dan Tujuan...

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengelolaan perusahaan dilakukan oleh dua pihak berbeda, dalam hal ini pihak principal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengelolaan perusahaan dilakukan oleh dua pihak berbeda, dalam hal ini pihak principal BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Agency Theory Agency theory menjelaskan permasalahan yang mungkin timbul ketika kepemilikan dan pengelolaan perusahaan dilakukan oleh dua pihak berbeda, dalam hal ini pihak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (principal) dan manajemen (agent). Kondisi ini menimbulkan potensi terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. (principal) dan manajemen (agent). Kondisi ini menimbulkan potensi terjadinya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Teori keagenan yang dikemukakan oleh Jensen dan Meckling (1976) mengindikasikan bahwa terdapat perbedaan kepentingan antara pemilik perusahaan (principal)

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG) PADA BUMD KABUPATEN SUMENEP (STUDI PADA PT. BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH (BPRS) BHAKTI SUMEKAR SUMENEP)

IMPLEMENTASI GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG) PADA BUMD KABUPATEN SUMENEP (STUDI PADA PT. BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH (BPRS) BHAKTI SUMEKAR SUMENEP) IMPLEMENTASI GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG) PADA BUMD KABUPATEN SUMENEP (STUDI PADA PT. BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH (BPRS) BHAKTI SUMEKAR SUMENEP) Astri Furqani dan Isnani Yuli Andini (As3oke_dech@yahoo.com)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di era globalisasi saat ini, tuntutan untuk mengelola suatu entitas adalah dengan akuntabilitas dan transparansi sangat diperlukan. Akuntabilitas dan transparansi

Lebih terperinci

pemerintah melalui peraturan daerah. Contoh kerugian jangka panjang adalah menurunnya tingkat kepercayaan perusahaan di mata masyarakat, menurunnya

pemerintah melalui peraturan daerah. Contoh kerugian jangka panjang adalah menurunnya tingkat kepercayaan perusahaan di mata masyarakat, menurunnya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era pertumbuhan perusahaan yang semakin tinggi membuat kesadaran akan penerapan tanggung jawab sosial menjadi penting seiring dengan semakin maraknya kepedulian

Lebih terperinci

PEDOMAN UMUM GOOD CORPORATE GOVERNANCE PENDAHULUAN

PEDOMAN UMUM GOOD CORPORATE GOVERNANCE PENDAHULUAN PEDOMAN UMUM GOOD CORPORATE GOVERNANCE PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada tahun 1999, Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance (KNKCG) yang dibentuk berdasarkan Keputusan Menko Ekuin Nomor: KEP/31/M.EKUIN/08/1999

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperhatikan oleh calon investor sebelum melakukan investasi adalah memastikan

BAB I PENDAHULUAN. diperhatikan oleh calon investor sebelum melakukan investasi adalah memastikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Investasi merupakan suatu kegiatan menempatkan sejumlah dana selama periode tertentu dengan harapan dapat memperoleh penghasilan dan atau peningkatan nilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Good Corporate Governance (GCG) adalah salah satu pilar dari sistem

BAB I PENDAHULUAN. Good Corporate Governance (GCG) adalah salah satu pilar dari sistem BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Good Corporate Governance (GCG) adalah salah satu pilar dari sistem ekonomi pasar. GCG berkaitan erat dengan kepercayaan baik terhadap perusahaan yang melaksanakannya

Lebih terperinci

KEBIJAKAN TATA KELOLA PERUSAHAAN

KEBIJAKAN TATA KELOLA PERUSAHAAN KEBIJAKAN TATA KELOLA PERUSAHAAN Pesan dari Pimpinan Indorama Ventures Public Company Limited ("Perusahaan") percaya bahwa tata kelola perusahaan adalah kunci untuk menciptakan kredibilitas bagi Perusahaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuangan dan hal ini sangat penting, baik bagi investor maupun bagi

BAB I PENDAHULUAN. keuangan dan hal ini sangat penting, baik bagi investor maupun bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kinerja keuangan merupakan ukuran keberhasilan atas pelaksanaan fungsifungsi keuangan dan hal ini sangat penting, baik bagi investor maupun bagi perusahaan yang bersangkutan.

Lebih terperinci

PEDOMAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE PELAKSANA SEKRETARIAT TETAP BAPERTARUM-PNS

PEDOMAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE PELAKSANA SEKRETARIAT TETAP BAPERTARUM-PNS PEDOMAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE PELAKSANA SEKRETARIAT TETAP BAPERTARUM-PNS PELAKSANA SEKRETARIAT TETAP BAPERTARUM-PNS JAKARTA 2017 PEDOMAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE PELAKSANA SEKRETARIAT TETAP BAPERTARUM-PNS

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 73 /POJK.05/2016 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 73 /POJK.05/2016 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 73 /POJK.05/2016 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Era perdagangan bebas telah dimulai. Berlakunya ACFTA (Asean

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Era perdagangan bebas telah dimulai. Berlakunya ACFTA (Asean BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Era perdagangan bebas telah dimulai. Berlakunya ACFTA (Asean China Free Trade Area) pada 1 Januari 2010 lalu kemudian berlaku AFTA (Asean Free Trade Area)

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. SK BERSAMA DEWAN KOMISARIS DAN DIREKSI PT BARATA INDONESIA(Persero)

DAFTAR ISI. SK BERSAMA DEWAN KOMISARIS DAN DIREKSI PT BARATA INDONESIA(Persero) DAFTAR ISI DAFTAR ISI SK BERSAMA DEWAN KOMISARIS DAN DIREKSI PT BARATA INDONESIA(Persero) i ii I. PENDAHULUAN 1 II. PEMEGANG SAHAM 3 II.1 HAK PEMEGANG SAHAM 3 II.2 RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM (RUPS) 3 II.3

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia telah berkembang dengan pesat dan persaingan bisnis

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia telah berkembang dengan pesat dan persaingan bisnis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perekonomian dunia telah berkembang dengan pesat dan persaingan bisnis yang ketat pada abad ini mengharuskan perusahaan-perusahaan untuk mengubah cara mereka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. obligasi. Investasi dalam bentuk saham sebenarnya memiliki risiko yang tinggi

BAB I PENDAHULUAN. obligasi. Investasi dalam bentuk saham sebenarnya memiliki risiko yang tinggi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saham merupakan salah satu alternatif investasi di pasar modal yang paling banyak digunakan oleh para investor karena keuntungan yang diperoleh lebih besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Untuk melihat kinerja suatu perusahaan, para stakeholder akan menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. Untuk melihat kinerja suatu perusahaan, para stakeholder akan menjadikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dengan perkembangan zaman yang kaya akan teknologi informasi memacu perusahaan-perusahaan untuk dapat menyajikan informasi secara lebih baik lagi. Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan penting bagi pengukuran dan penilaian kinerja sebuah

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan penting bagi pengukuran dan penilaian kinerja sebuah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan proses akhir dalam proses akuntansi yang mempunyai peranan penting bagi pengukuran dan penilaian kinerja sebuah perusahaan. Pernyataan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI Luas Pengungkapan dalam Laporan Tahunan. informasi keuangan dan bukan keuangan yang membantu stakeholders dalam

BAB II LANDASAN TEORI Luas Pengungkapan dalam Laporan Tahunan. informasi keuangan dan bukan keuangan yang membantu stakeholders dalam BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Luas Pengungkapan dalam Laporan Tahunan Informasi yang diungkap di dalam laporan tahunan berisi pengungkapan informasi keuangan dan bukan keuangan yang membantu stakeholders

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Grand Teori a. Teori Keagenan Paper mengenai penerapan teori keagenan pada manajemen keuangan diajukan oleh Michel C. Jensen dan William H. Meckling. Hubungan

Lebih terperinci

PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK (GOOD CORPORATE GOVERNANCE) Pedoman

PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK (GOOD CORPORATE GOVERNANCE) Pedoman Pedoman 1 DAFTAR ISI PEDOMAN TATA LELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK Halaman BAB I PENDAHULUAN 3 1. Riwayat Perusahaan 3 2. Bidang usaha Perusahaan 4 3. Visi 4 4. Misi 4 5. Moto 4 6. Rujukan 4 BAB II PENGERTIAN

Lebih terperinci

Tanggung jawab perusahaan tidak hanya diberikan kepada pemegang saham, namun juga kepada Stakeholders

Tanggung jawab perusahaan tidak hanya diberikan kepada pemegang saham, namun juga kepada Stakeholders 1. Jawaban Forum Makanisme dan pelaksanaan Good Corporate Governance akan sangat bermanfaat dalam mengatur dan mengendalikan perusahaan sehingga menciptakan nilai tambah (value added) untuk semua Stakeholders,

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP. Berdasarkan hasil analisis mengenai Penerapan Good Corporate Governance

BAB 5 PENUTUP. Berdasarkan hasil analisis mengenai Penerapan Good Corporate Governance BAB 5 PENUTUP Simpulan Berdasarkan hasil analisis mengenai Penerapan Good Corporate Governance pada PT Perkebunan Nusantara XII (Persero), maka dapat disimpulkan, sebagai berikut : 1. Penerapan Good Corporate

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. karena perusahaan lebih terstruktur dan adanya pengawasan serta monitoring

BAB 1 PENDAHULUAN. karena perusahaan lebih terstruktur dan adanya pengawasan serta monitoring BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada Era Globalisasi saat ini, negara-negara berkembang dituntut untuk menerapkan sistem yang baru dan lebih baik dalam pengelolaan bisnis yang berdasarkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. dengan pemilik perusahaan. Teori ini berkata bahwa terdapat pemisahan antara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. dengan pemilik perusahaan. Teori ini berkata bahwa terdapat pemisahan antara BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Agensi Teori agensi dapat digunakan untuk memahami hubungan antara pihak manajemen dengan pemilik perusahaan. Teori ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya tujuan utama didirikannya suatu perusahaan adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya tujuan utama didirikannya suatu perusahaan adalah untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada umumnya tujuan utama didirikannya suatu perusahaan adalah untuk memperoleh keuntungan dan untuk meningkatkan kemakmuran pemilik atau para pemegang saham.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Istilah corporate governance pertama kali diperkenalkan oleh Cadbury

BAB I PENDAHULUAN. Istilah corporate governance pertama kali diperkenalkan oleh Cadbury 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Istilah corporate governance pertama kali diperkenalkan oleh Cadbury Committee, di Inggris tahun 1992 yang menggunakan istilah tersebut dalam laporannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Tujuan utama sebuah perusahaan adalah untuk mendapatkan laba yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Tujuan utama sebuah perusahaan adalah untuk mendapatkan laba yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan utama sebuah perusahaan adalah untuk mendapatkan laba yang sebesar-besarnya dan meningkatkan kemakmuran bagi para pemegang saham. Suatu perusahaan dikatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beli masyarakat terhadap suatu produk. aktivitasnya terhadap lingkungan sosialnya.

BAB I PENDAHULUAN. beli masyarakat terhadap suatu produk. aktivitasnya terhadap lingkungan sosialnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa dampak yang positif terhadap kemajuan perekonomian disuatu negara. Kemajuan ini ditandai dengan meningkatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sebuah perusahaan didirikan memiliki beberapa tujuan diantaranya adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sebuah perusahaan didirikan memiliki beberapa tujuan diantaranya adalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sebuah perusahaan didirikan memiliki beberapa tujuan diantaranya adalah untuk meningkatkan kesejahteraan dan memaksimalkan kekayaan pemiliknya atau pemegang

Lebih terperinci

Bab 2 KEBIJAKAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK. Strategic Governance Policy. Kebijakan Tata Kelola Perusahaan Yang Baik

Bab 2 KEBIJAKAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK. Strategic Governance Policy. Kebijakan Tata Kelola Perusahaan Yang Baik Bab 2 KEBIJAKAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK Kebijakan Strategik Tata Kelola Perusahaan Perum LKBN ANTARA Hal. 7 Bagian Kedua KEBIJAKAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK II.1. Kebijakan GCG ANTARA ANTARA

Lebih terperinci

- 2 - PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Angka 1 sampai dengan angka 13 Cukup jelas.

- 2 - PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Angka 1 sampai dengan angka 13 Cukup jelas. PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 11/ 33 /PBI/2009 TENTANG PELAKSANAAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE BAGI BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH UMUM Seiring dengan perkembangan industri perbankan

Lebih terperinci

BOARD MANUAL PT PERTAMINA GEOTHERMAL ENERGY

BOARD MANUAL PT PERTAMINA GEOTHERMAL ENERGY BOARD MANUAL PT PERTAMINA GEOTHERMAL ENERGY DAFTAR ISI Hal BAB I. PENDAHULUAN... 1 1. Latar Belakang... 1 2. Maksud dan Tujuan... 1 3. Referensi... 2 4. Daftar Istilah... 3 BAB II. DEWAN KOMISARIS... 5

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. agency theory (teori keagenan) sebagai kontrak kerja antara principal dan agent,

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. agency theory (teori keagenan) sebagai kontrak kerja antara principal dan agent, BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) Jensen dan Meckling (dalam Masri dan Martani, 2012)mendeskripsikan agency theory (teori keagenan)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan penting dalam pendirian perusahaan adalah untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan penting dalam pendirian perusahaan adalah untuk meningkatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan penting dalam pendirian perusahaan adalah untuk meningkatkan nilai perusahaan dengan meningkatkan kemakmuran pemilik atau para pemegang sahamnya. Namun terkadang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu tujuan pendirian suatu perusahaan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan dan memaksimalkan kekayaan pemilik perusahaan dengan cara meningkatkan kinerja

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembahasan yang dilakukan oleh peneliti merujuk penelitian-penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembahasan yang dilakukan oleh peneliti merujuk penelitian-penelitian BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terduhulu Pembahasan yang dilakukan oleh peneliti merujuk penelitian-penelitian sebelumnya. Berikut ini akan diuraikan beberapa penelitian terdahulu yang selanjutnya

Lebih terperinci