UNIVERSITAS MERCU BUANA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "UNIVERSITAS MERCU BUANA"

Transkripsi

1 TUGAS AKHIR PERANCANGAN SISTEM KOPLING HIDROLIK SEBAGAI PENGGANTI SISTEM KOPLING SENTRIFUGAL UNTUK HONDA ASTREA STAR Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat dalam Meraih Gelar Sarjana Strata Satu (S-1) Disusun Oleh : Trend Endianto Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri UNIVERSITAS MERCU BUANA Jakarta 2007

2 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS MERCU BUANA LEMBAR PENGESAHAN Nama : Trend Endianto Nim : Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri Judul : Perancangan Sistem Kopling Hidrolik Sebagai Pengganti Sistem Kopling Sentrifugal Untuk Honda Astrea Star Telah diperiksa dan disahkan oleh : Koordinator Tugas Akhir (Nanang Ruhyat, ST., MT) Pembimbing I Pembimbing II (Prof. Ir. Djoko W, Karmiadji, MSME, Ph.D) (R. Ariosuko Dh., Ir.)

3 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS MERCU BUANA LEMBAR PERNYATAAN Saya yang bertanda-tangan di bawah ini : Nama : Trend Endianto Nim : Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri Judul : Perancangan Sistem Kopling Hidrolik Sebagai Pengganti Sistem Kopling Sentrifugal Untuk Honda Astrea Star Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Tugas Akhir ini adalah hasil pemikiran serta karya sendiri bukan salinan atau duplikat dari karya orang lain, kecuali dari kutipan-kutipan referensi yang telah disebutkan sumbernya. Jakarta, Agustus 2007 (Trend Endianto)

4 ABSTRAK Dalam tugas akhir ini dilakukan perhitungan-perhitungan sebagai suatu solusi permasalahan perancangan sistem kopling hidrolik. Perhitungan dilakukan dengan menentukan besar gaya tekan F yang diperlukan pada master silinder dan kaliper. Di dalam perhitungan ini juga dilakukan analisis untuk menentukan besar gaya F yang terjadi pada pegas yang diasumsikan bahwa besar gaya (output) pada kaliper sama dengan besar gaya yang diterima oleh keempat pegas yang terdapat pada rangkaian kopling, maka terlebih dahulu menghitung besar gaya yang terjadi pada pegas tersebut. Berdasarkan hasil perhitungan yang sudah dilakukan, besar gaya keempat pegas tersebut adalah Fp max = 1216 N. Maka besar gaya (output) pada kaliper adalah sama dengan besar gaya yang terjadi pada pegas, yaitu F k = 1216 N. Dari hasil perhitungan tersebut di atas, besar gaya yang diperlukan master silinder adalah sebesar F ms = 165 N. Besarnya tekanan yang terjadi pada master silinder dan kaliper adalah p ms = p k = 1,34 N/mm 2.

5 KATA PENGANTAR Puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-nya, sehingga pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan baik. Dimana Tugas Akhir ini penulis sajikan dalam bentuk buku yang sederhana. Adapun judul penulisan Tugas Akhir yang penulis ambil adalah : PERANCANGAN SISTEM KOPLING HIDROLIK SEBAGAI PENGGANTI SISTEM KOPLING SENTRIFUGAL UNTUK HONDA ASTREA STAR Tujuan penulisan Tugas Akhir ini dibuat sebagai salah satu syarat kelulusan Program Strata Satu (S1) Universitas Mercu Buana. Sebagai bahan penulisan diambil berdasarkan hasil penelitian (experiment), observasi dan beberapa sumber literatur yang mendukung penulisan ini. Penulis menyadari bahwa tanpa bimbingan dan dorongan dari semua pihak, penulisan Tugas Akhir ini tidak akan berjalan lancar. Oleh karena itu, pada kesempatan ini izinkanlah penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada : 1. Bapak Prof. Ir. Djoko W. Karmiadji, MSME, Ph.D, selaku dosen pembimbing I Tugas Akhir. 2. Bapak R. Ariosuko Dh., Ir., selaku dosen pembimbing II Tugas Akhir. 3. Bapak Nanang Ruhyat, ST., MT, selaku koordinator Tugas Akhir. 4. Seluruh Dosen Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri Universitas Mercu Buana yang telah membimbing dan memberikan ilmu pengetahuannya kepada penulis dalam belajar. 5. Kedua orang tua serta keluarga besar penulis yang telah banyak membantu baik dalam bentuk dorongan moril maupun materil.

6 6. Siti Sarah yang tak kenal lelah memberikan semangat kepada penulis untuk segera menyelesaikan Tugas Akhir ini. 7. Bengkel Bubut AMANAH yang membantu dalam merancang alat terutama pada proses pengelasan. 8. Teman-teman mahasiswa teknik mesin angkatan 01 yang secara langsung maupun tidak langsung turut membantu dalam penyusunan Tugas Akhir. 9. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah membantu dalam penulisan Tugas Akhir ini. Penulis menyadari bahwa penulisan Tugas Akhir ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis mohon kritik serta saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan penulisan dimasa yang akan datang. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih, semoga Tugas Akhir ini dapat berguna bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya. Jakarta, Agustus 2007 (Trend Endianto)

7 DAFTAR ISI Hal. LEMBAR JUDUL LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERNYATAAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI NOTASI DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN i ii iii iv v vii xi xiv xvi BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Penulisan Ruang Lingkup Pembahasan Metode Penulisan Sistematika Penulisan BAB II TEORI DASAR KOPLING HIDROLIK Pengertian Kopling Prinsip Dasar Kerja Kopling Jenis-Jenis Kopling

8 Pegas Kopling Hidrolik Komponen Sistem Hidrolik Kekentalan Fluida (Viskositas) Pokok Pertimbangan dalam Merancang Kopling Hidrolik Tekanan Hukum PASCAL Volume Fluida Kecepatan Luncur Piston Kapasitas Aliran Faktor Keamanan Bahan (Safety Factor, Sf) Tebal Dinding Silinder Kekuatan Dinding Silinder Piston Pemeriksaan Kekuatan Selang (Pipa) Kecepatan Aliran dalam Selang (Pipa) Aliran Fluida dan Bilangan Reynold Faktor Gesekan Kerugian Ketinggian Kerugian Tekanan Tangki Fluida (Reservoir) Diagram Alir (Flowchart) Menentukan Gaya Tekan F dan Tekanan p Diagram Alir (Flowchart) Perhitungan Master Silinder dan Kaliper

9 Diagram Alir (Flowchart) Perhitungan Piston Master Silinder, Piston Kaliper, dan Selang (Pipa) Hidrolik BAB III PERHITUNGAN Data Perancangan (Spesifikasi Teknik) Perhitungan Menentukan Besar Gaya pada Master Silinder Menentukan Tekanan Fluida pada Master Silinder Menentukan Tekanan Fluida pada Kaliper Menentukan Volume Fluida pada Master Silinder Menentukan Volume Fluida pada Kaliper Menentukan Kecepatan Luncur Piston Menentukan Kapasitas Aliran Menentukan Tebal Dinding Silinder Pemeriksaan Kekuatan Dinding Silinder Menentukan Piston Menentukan Ukuran Selang (Pipa) Hidrolik dan Bentuk Aliran Pemeriksaan Kekuatan Selang (Pipa) Hidrolik Kecepatan Aliran dalam Selang (Pipa) Hidrolik Bilangan Reynold Faktor Gesekan Kerugian Ketinggian Kerugian Tekanan

10 Menentukan Tangki Fluida (Reservoir) Rekapitulasi Perhitungan BAB IV PROSES MODIFIKASI SERTA ANALISIS UNJUK KERJA (PERFORMANCE) KOPLING Proses Modifikasi (Pembuatan) Tahap Pengelasan Tahap Perakitan Analisis Unjuk Kerja (Performance) BAB V PENUTUP Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

11 NOTASI Simbol Keterangan Satuan A k Luas permukaan piston kaliper mm 2 A ms Luas permukaan piston master silinder mm 2 A r Luas permukaan tangki (reservoir) mm 2 A s Luas permukaan-dalam selang mm 2 D k Diameter-luar kaliper mm d k Diameter-dalam kaliper mm d kp Diameter kawat pegas mm D ms Diameter-luar master silinder mm d ms Diameter-dalam master silinder mm D p Diameter pegas mm Dp k Diameter piston kaliper mm Dp ms Diameter piston master silinder mm d r Diameter-dalam tangki (reservoir) mm D s Diameter selang (pipa) mm d s Diameter-dalam selang (pipa) mm f Faktor gesekan F ms Gaya pada master silinder N Fp Gaya pegas N Fp max = F k Gaya pegas maksimum = Gaya kaliper N g Percepatan gravitasi = 9,81 m/s 2 m/s 2 L 0 Panjang pegas awal/bebas mm

12 L f Panjang pegas awal terpasang mm L k Panjang/Langkah piston kaliper mm L ms Panjang/Langkah piston master silinder mm l p Langkah piston mm Lp k Panjang piston kaliper mm Lp ms Panjang piston master silinder mm L r Panjang/tinggi tangki (reservoir) mm L s Panjang selang (pipa) mm p k Tekanan fluida pada kaliper N/mm 2 p ms Tekanan fluida pada master silinder N/mm 2 Q k Kapasitas aliran kaliper m 3 /s Q ms Kapasitas aliran master silinder m 3 /s Q s Kapasitas aliran selang m 3 /s Re Bilangan Reynold Sf Faktor keamanan bahan S k Tebal dinding kaliper mm S ms Tebal dinding master silinder mm Sp ms Tebal piston master silinder mm Sp ms Tebal piston master silinder mm S s Tebal selang (pipa) mm t Waktu (= detik) s V k Volume fluida pada kaliper mm 3 V ms Volume fluida pada master silinder mm 3 v p Kecepatan luncur piston m/s V r Volume tangki (reservoir) mm 3

13 v s Kecepatan aliran selang m/s h Kerugian ketinggian mm p Kerugian tekanan N/mm 2 ν Viskositas kinematik fluida m 2 /s ρ Massa jenis fluida kg/m 3 σ i Tegangan izin bahan N/mm 2 σ k Tegangan kerja dinding-dalam kaliper N/mm 2 σ ms Tegangan kerja dinding-dalam master silinder N/mm 2 σ Pk Tegangan kerja piston kaliper N/mm 2 σ Pms Tegangan kerja piston master silinder N/mm 2 σ s Tegangan kerja selang N/mm 2

14 DAFTAR GAMBAR Hal. Gambar 2.1. Prinsip Dasar Kerja Kopling Gambar 2.2. Prinsip Dasar Kerja Hidrolik Gambar 2.3. Fluida Hidrolik, JUMBO Brake Fluid DOT Gambar 2.4. Penerapan Hukum Hidrostatika Gambar 2.5. Aliran Laminar dan Aliran Turbulen Gambar 2.6. Diagram Alir Menentukan Gaya Tekan F dan Tekanan p... Gambar 2.7. Diagram Alir Perhitungan Master Silinder dan Kaliper Gambar 2.8. Diagram Alir Perhitungan Piston Master Silinder, Piston Kaliper, dan Selang (Pipa) Hidrolik Gambar 3.1. Sistem Kopling Hidrolik Gambar 3.2. Piston Master Silinder Gambar 3.3. Penampang Master Silinder Gambar 3.4. Piston Kaliper Gambar 3.5. Penampang Kaliper Gambar 3.6. Penampang Selang (Pipa) Hidrolik Gambar 3.7. Pegas Kopling Gambar 3.8. Besar Gaya Pada Kaliper Gambar 3.9. Besar Gaya pada Master Silinder Gambar Langkah Piston Master Silinder Gambar Langkah Piston Kaliper Gambar Selang Hidrolik Tipe SAE J

15 Gambar Penampang Tangki (Reservoir) Gambar 4.1. Komponen Pendukung Sistem Kopling Hidrolik Gambar 4.2. Dua Komponen yang Akan Disatukan (di-las) Gambar 4.3. Letak Baut Pengatur (Setelan) Kopling Gambar 4.4. Dua Komponen yang Sudah Disatukan Gambar 4.5. Kopling Sentrifugal yang Sudah Dinon-aktifkan Gambar 4.6. Sistem Kopling Hidrolik yang Sudah Dirakit (Disusun).... Gambar 4.7. Dinding-Dalam Kaliper yang Dikhawatirkan Mengecil Gambar 4.8. Kopling Semi-Otomatis, Kopling Manual Tipe Mekanis, dan Sistem Kopling Hirolik

16 DAFTAR LAMPIRAN Gambar A1. Tabel Bahan (Material) Master Silinder, Kaliper, Piston Master Silinder dan Piston Kaliper Gambar A2. Tabel Bahan (Material) Selang Hidrolik (Brake/Hydraulic Hose) Gambar A3. Tabel Spesifikasi Minyak (Fluida) Hidrolik Gambar A4. Penampang Pegas Sekrup dan atau Pegas Tekan Gambar A5. Diagram Tegangan Izin Bahan Pegas, σ i Gambar B1. Sistem Kopling Hidrolik Gambar B2. Selang (Pipa) Hidrolik Tipe SAE J1401 Gambar B3. Master Silinder dan Piston Master Silinder Gambar B4. Kaliper dan Piston Kaliper (Stut Kopling) Gambar B5. Rumah Kopling (Housing) dan Kaliper yang Belum Disatukan Gambar B6. Rumah Kopling (Housing) dan Kaliper yang Telah Disatukan Gambar B7. Stut (Penekan/Pembebas) Kopling Standar Gambar B8. Penampang Rumah Stut Kopling Hasil Modifikasi

17 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mengingat semakin meningkatnya kebutuhan hidup manusia dalam hal ini kebutuhan alat-alat transportasi yang sangat dibutuhkan dalam menunjang kebutuhan hidupnya sehari-hari. Perkembangan dunia industri khususnya otomotif semakin berkembang pesat. Tuntutan akan konsumen dari alat transportasi khususnya sepeda motor mendorong para ahli otomotif untuk menciptakan sebuah kendaraan bermotor dengan kwalitas yang mampu memenuhi berbagai kebutuhan hidup. Para ahli berusaha melakukan inovasi dan penelitian yang menghasilkan suatu produk bermutu tinggi dan bermanfaat bagi semua orang. Dengan adanya penemuan semacam itu maka diharapkan dapat meningkatkan taraf hidup manusia. Pada saat ini kendaraan bermotor merupakan alat transportasi yang sangat efisien, dinamis dan efektif untuk dibawa kemana-mana. Untuk itu dunia industri otomotif selalu mengalami perubahan ke tingkat yang lebih tinggi dan canggih untuk sebuah inovasi, seperti salah satunya adalah sistem kerja atau mekanisme kerja dari kopling hidrolik. Mesin dan transmisi bekerja bersama-sama dengan bantuan kopling. Kopling bertugas untuk menghubungkan serta memutuskan hubungan mesin dan transmisi manual. Kopling melakukannya melalui gesekan, yang menekan pelat kopling pada roda gaya mesin. Ketika handle (tuas) kopling ditarik, maka stut (pembebas) kopling membebaskan pelat dan kampas kopling dari tenaga penjepit pada rumah kopling (roda gaya). Hal tersebut memutuskan hubungan transmisi dari mesin. Kemudian

18 tuas persneling diinjak atau ditekan untuk memilih persneling berikutnya dan melepaskan tuas kopling untuk menghubungkan kembali transmisi dengan mesin. Dari beberapa jenis motor yang sudah diproduksi khususnya pada sepeda motor jenis sport sudah menggunakan kopling manual, tetapi masih digerakkan secara mekanis (dengan perantara tali kopling). Berbeda dengan motor sport jenis MOGE atau lebih dikenal dengan motor gede yang memiliki kapasitas silinder di atas 250 cc. Kopling manual pada motor tersebut sudah menggunakan kopling hidrolik. Pada Tugas Akhir ini, penulis akan merancang sebuah kopling hidrolik pada sepeda motor Honda Astrea Star yang belum menggunakan kopling manual, baik kopling manual yang digerakkan secara mekanis maupun kopling yang digerakan dengan sistem hidrolik Tujuan Penulisan Tujuan dari penulisan Tugas Akhir ini adalah merancang sebuah sistem kopling hidrolik sebagai pengganti sistem kopling sentrifugal (semi-otomatis) untuk motor Honda Astrea Star. Pada perancangan sistem kopling hidrolik ini, penulis ingin mengetahui hasil-hasil perhitungan secara menyeluruh, serta mengenal dan memahami sistem kopling hidrolik, yaitu bagaimana cara kerja, karakteristik, serta tahapan dalam merancang sebuah kopling hidrolik agar didapatkan hasil yang baik dari suatu sistem kerja kopling hidrolik tersebut. Karena masih ada beberapa kekurangan yang dimiliki kopling manual yang digerakkan secara mekanis, maka dengan adanya sistem kopling hidrolik diharapkan kekurangan tersebut dapat ditutupi atau bahkan dapat dihilangkan.

19 1.3. Ruang Lingkup Pembahasan Dalam penyusunan Tugas Akhir ini, penulis akan membahas tentang perancangan, pemilihan bahan, proses pembuatan (tahap pengerjaan) dan perakitan, perhitungan, serta analisis unjuk kerja (performance) secara keseluruhan berdasarkan referensi dan data lapangan. Akan tetapi, dalam penyusunan ini penulis lebih menekankan pada perhitungan untuk mengetahui besar gaya yang terjadi pada sistem hidrolik Metode Penulisan Metode penulisan dalam perancangan kopling hidrolik ini dilakukan dengan menggunakan dua metode, yaitu: a. Metode Observasi, dilakukan dengan cara terjun langsung (praktek) ke lapangan untuk mendapatkan data data yang dibutuhkan untuk perancangan kopling hidrolik ini. b. Metode Tinjauan Pustaka, dilakukan dengan cara membaca buku-buku referensi mengenai kopling hidrolik dan sistem kerjanya, serta teori teori yang di dapat dalam perkuliahan yang berhubungan dengan permasalahan yang akan dibahas dalam Tugas Akhir ini Sistematika Penulisan Untuk mempermudah penyusunan Tugas Akhir ini, penulis membuat sistematika penulisan sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi tentang latar belakang penulisan, tujuan penulisan, ruang lingkup pembahasan, metode penulisan, dan sistematika penulisan.

20 BAB II TEORI DASAR Bab ini berisi tentang teori teori dasar kopling hidrolik yang mendasari perancangan sistem kopling hidrolik pada motor Honda Astrea Star. BAB III PERHITUNGAN Bab ini berisi tentang asumsi asumsi awal yang digunakan dalam perancangan sistem kopling hidrolik yang menyangkut di dalamnya pengumpulan data-data dan perhitungan berdasarkan teori dan hasil hasil yang di dapat (rekapitulasi perhitungan). BAB IV PROSES MODIFIKASI SERTA ANALISIS UNJUK KERJA (PERFORMANCE) KOPLING Bab ini berisi tentang tahapan tahapan dalam modifikasi (pembuatan) sistem kopling hidrolik, dari tahap pemilihan komponen (spare parts yang akan digunakan dalam perancangan sistem kopling hidrolik), pengelasan, hingga tahap perakitan. Pada bab ini juga berisi tentang analisis unjuk kerja (performance), kelebihan dan kekurangan, serta perbandingan-perbandingan dari hasil perancangan yang telah dilakukan. BAB V PENUTUP Bab ini berisi tentang rangkuman (kesimpulan) dari seluruh proses perancangan yang telah dilakukan dan saran saran yang bermanfaat agar hasil perancangan sesuai dengan apa yang penulis harapkan. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

21 BAB II TEORI DASAR KOPLING HIDROLIK 2.1. Pengertian Sistem adalah suatu totalitas atau sesuatu yang bersifat menyeluruh atau merupakan suatu kumpulan komponen-komponen dimana antara satu komponen dengan komponen yang lain terjadi interaksi, artinya antar-komponen memiliki hubungan timbal balik Kopling Salah satu hal yang paling penting dalam bidang permesinan adalah penggunaan daya dalam menggunakan alat mesin tertentu. Sistem ini dalam penggunaanya disebut sistem transmisi daya yang merupakan gabungan dari beberapa elemen mesin yang bekerja dalam mekanisme tertentu. Transmisi adalah pemindahan gaya putar atau dari mekanisme tertentu menuju mekanisme yang lain. Cara pemindahannya yaitu dengan menggunakan roda gigi yang diteruskan ke rantai sabuk atau poros tertentu. Proses memutuskan dan menghubungkan putaran mesin ke transmisi adalah dengan menggunakan kopling. Kopling adalah satu bagian yang mutlak diperlukan pada kendaraan bermotor baik motor bensin maupun motor diesel dan jenis lainnya, dimana penggerak utamanya diperoleh dari hasil pembakaran di dalam silinder mesin. Bila dari suatu mesin yang sedang berputar, putarannya langsung dipindahkan ke roda-roda penggerak pada waktu kendaraan sedang berhenti, kendaraan akan

22 melompat apabila tenaga terlalu besar dan mesin akan mati apabila tenaga terlalu kecil juga kendaraan tidak dapat bergerak dengan keadaan lembut untuk pertama kali. Untuk memungkinkan mesin kendaraan dapat hidup dengan lembut pada saat memindahkan tenaga ke roda-roda penggerak maka kopling sangat diperlukan, disamping itu dengan adanya kopling memindahkan perkaitan rodaroda gigi pada transmisi dapat dilakukan dengan mudah tanpa menimbulkan bunyi atau kerusakan Prinsip Dasar Kerja Kopling Seperti terlihat pada gambar 2.1., sebuah bor tangan (drill) menggerakan sebuah piringan, hal ini sama saja dengan mesin yang menggerakan flywheel. Sebuah piringan yang lain didekatkan pada piringan yang pertama. Pada saat piringan itu berhubungan maka terjadilah gesekan antara kedua piringan yang pertama dengan yang kedua, karena terjadi slip putaran piringan yang kedua lebih lambat dibandingkan yang pertama. Apabila penekanan piringan kedua terhadap piringan pertama semakin besar maka kedua piringan akan berputar menjadi satu kesatuan menyebabkan putaran yang sama pada kedua piringan. Hal tersebut sama dengan pemindahan daya dari mesin atau transmisi melalui kopling. Gambar 2.1. Prinsip Dasar Kerja Kopling [3]

23 Jenis-Jenis Kopling Dalam dunia permesinan, kopling dibedakan menjadi 2, antara lain : 1. Kopling Tetap Suatu elemen mesin yang berfungsi sebagai penerus putaran dan daya dari poros penggerak ke poros yang digerakkan secara pasti (tanpa terjadi slip), dimana sumbu kedua poros tersebut terletak pada satu garis lurus atau dapat sedikit berbeda sumbunya. Macam-macam kopling tetap : a. Kopling Kaku : kopling bus, kopling flens kaku, kopling flens tempa. b. Kopling Luwes (Fleksibel) : kopling flens luwes, kopling karet ban, kopling karet bintang, kopling gigi, kopling rantai. c. Kopling Universal : kopling universal Hook, kopling universal kecepatan tetap. 2. Kopling Tak Tetap Suatu elemen mesin yang menghubungkan poros yang digerakkan dan poros penggerak, dengan putaran yang sama dalam meneruskan daya, serta dapat melepaskan hubungan kedua poros tersebut baik dalam keadaan diam maupun berputar. Macam-macam kopling tak tetap : a. kopling cakar b. kopling plat c. kopling kerucut d. kopling friwil e. kopling fluida

24 Sedangkan kopling yang berdasarkan mekanisme penggerak, ada dua tipe kopling yang dibedakan dari cara kerjanya : 1. Tipe Kopling Mekanis (menggunakan kabel) Tipe kopling mekanis, perpindahan tuas kopling diteruskan ke body kopling secara langsung oleh (dengan perantara) kabel. 2. Tipe Kopling Hidrolik Pergerakan tuas (handle) kopling dirubah oleh master silinder menjadi tekanan hidraulis kemudian diteruskan ke stut (pembebas) kopling melalui silinder pembebas (release cylinder) Pegas Kopling Pegas pada umumnya berfungsi untuk memberikan gaya, melunakkan tumbukan dengan memanfaatkan sifat elastis bahannya, menyerap dan menyimpan energi dalam waktu singkat dan mengeluarkannya lagi dalam jangka waktu yang lebih panjang, serta dapat mengurangi getaran. Pada perancangan kopling hidrolik ini, pegas yang digunakan adalah pegas tekan, atau berdasarkan dari bentuknya disebut pegas ulir. Untuk pegas ini menggunakan bahan baja yang paling umum dipakai untuk pegas, yaitu baja pegas kelas C menurut DIN Pegas ini memiliki panjang awal/bebas L 0 = 25,5 mm, panjang pegas awal terpasang L f = 19 mm, diameter pegas D p = 20 mm, diameter kawat pegas d kp = 2,5 mm, harga modulus geser G = N/mm 2, tegangan izin σ i = 990 N/mm 2 (diperkirakan menurut diagram). Untuk menentukan besar gaya F agar pegas dapat tertekan, dapat dihitung dengan menggunakan persamaan [2] :

25 Fp 3 σ i. π. d k = (2.1) 8. D p Dimana : Fp σ d k D p = Gaya untuk menekan pegas = tegangan izin bahan pegas = diameter kawat pegas = diameter pegas 2.3. Hidrolik Hidrolika membahas hukum keseimbangan dan gerakan fluida serta aplikasinya, sasaran pokok dari hidrolika adalah aliran fluida yang dikelilingi oleh selubung, seperti misalnya aliran di dalam saluran-terbuka & tertutup. Sebagai contoh : aliran pada sungai, terusan, cerobong dan juga pipa saluran; nozzle dan komponen-komponen mesin hidrolik. Pengertian dasar dari suatu sistem hidrolik adalah suatu sistem pemindahan tenaga dengan menggunakan fluida sebagai media kerjanya. Dalam tugas akhir ini penulis akan membahas suatu sistem pemindahan energi yang dilakukan secara hidrolik, yaitu pemindahan dan pengaturan gaya dan gerakan fluida. Seperti ilustrasi dibawah ini, pada prinsipnya suatu sistem hidrolik bisa menghasilkan kerja dari sebuak gerak mekanik menjadi gerak hidrolik yang kemudian diubah lagi menjadi tenaga mekanik. Zat cair (fluida) disini bertindak sebagai pengalih energi, sebagai contoh : pompa-pompa hidrolik, kopling hidrolik, dan sebagainya.

26 Fluida di dorong oleh pompa Master Silinder Actuator/Peng arah (Kaliper) Obyek yang di dorong Gambar 2.2. Prinsip Dasar Kerja Hidrolik Dengan memanfaatkan media minyak (oil), suatu sistem hidrolik dapat menggerakkan benda yang besar ataupun berat hanya dengan menggunakan tenaga yang kecil. Energi dalam bentuk cairan yang ditekan dari master silinder, dialirkan melalui pipa (dalam perancangan ini menggunakan selang) ke pengarah menuju obyek. Pengarah atau actuator (dalam perancangan ini menggunakan kaliper) memindahkan energi hidrolik menjadi energi mekanik Komponen Sistem Hidrolik Pada perancangan kopling hidrolik ini, ada beberapa komponen-komponen penunjang yang sangat penting atau berpengaruh terhadap kinerja dari sistem kopling hidrolik tersebut, diantaranya : 1. Master Silinder Di dalam master silinder masih ada beberapa komponen yang menjadi satu kesatuan, seperti : a. Piston pompa, berfungsi sebagai pemompa atau pendorong minyak hidrolik (fluida) yang diteruskan untuk mendorong piston pada kaliper. b. Pegas pembalik, berfungsi sebagai pembalik piston pompa (kembali ke tempat semula).

27 c. Perapat (sil), pada master silinder, ada dua buah sil yang memiliki dua fungsi, yaitu sebagai katup dan sebagai pencegah kebocoran minyak hidrolik (fluida). 2. Reservoir (tangki fluida), berfungsi sebagai wadah atau tempat penyimpanan minyak hidrolik. 3. Pipa (selang) Dalam perancangan ini, pipa yang digunakan untuk mengalirkan minyak (fluida) dari master silinder menuju kaliper, yaitu berupa selang (pipa lentur) yang terbuat dari bahan sintetis yaitu selang hidrolik Tipe SAE J1401 dipilih dari jenis Nitrile Rubber (NBR, Acrylonitrile-Butadiene Rubber) yang memiliki tegangan izin bahan sebesar, σ i = 6,89 N/mm Kaliper Di dalam kaliper, ada beberapa komponen yang menjadi satu kesatuan, seperti : a. Piston, berfungsi sebagai pendorong obyek. Dari piston master silinder melalui fluida menekan piston pada kaliper dan mendorong obyek (kopling) yang ada di depannya. b. Perapat (sil), berfungsi untuk mencegah bocornya minyak (fluida) dan mencegah kotoran, debu, maupun air yang masuk. 5. Fluida Fluida (minyak hidrolik) yang digunakan pada sistem kopling hidrolik ini adalah minyak hidrolik JUMBO Brake Fluid DOT3, memiliki viskositas kinematik, ν = 0,00115 m 2 /s, dan memiliki massa jenis, ρ = 1030 kg/m 3 = 103 N/m 3. Fluida yang digunakan akan mendapat tekanan, kecepatan, dan

28 temperatur yang bervariasi dalam batas-batas tertentu terhadap media tekan dan media pemindah tekanan. Gambar 2.3. Fluida Hidrolik, JUMBO Brake Fluid DOT Kekentalan Fluida (Viskositas) Untuk fluida yang tidak kental, saat mengalir antara dinding dan fluida hampir tidak ada gesekan, demikian juga antara bagian fluida itu sendiri. Alirannya homogen dan laju fluida dalam penampang adalah sama. Untuk fluida yang kental, saat mengalir terjadi gesekan antara bagian fluida itu sendiri yaitu antara bagian fluida yang mengalir dengan bagian fluida yang menempel pada dinding pipa (selang). Oleh karena itu, kekentalan fluida berkaitan erat dengan gesekan di dalam fluida itu sendiri. Kekentalan suatu fluida dinyatakan dengan besaran yang disebut koefisien viskositas, atau disebut viskositas. Ada dua macam kekentalan, yaitu : kekentalan absolute (kekentalan dinamis), dan kekentalan relative (kekentalan kinematik). Kekentalan absolute (dinamis) η tergantung pada karakteristik fisik zat cair. Sedangkan kekentalan kinematik tergantung pada suhu cairan (Helmholz, 1860). Kekentalan kinematik diturunkan dari kekentalan absolute dan massa jenis. Contoh : air pada suhu 10, memiliki kekentalan kinematik ν = 1, m 2 /s.

29 Viskositas fluida dipengaruhi oleh kelajuan gerak dan suhu. Makin besar kelajuannya, makin besar viskositasnya. Untuk fluida cair, makin tinggi suhunya semakin kecil viskositasnya. Akibat adanya kekentalan, maka setiap benda yang bergerak dalam fluida mengalami gesekan Pokok Pertimbangan dalam Merancang Kopling Hidrolik Dalam perancangan kopling hidrolik ini, penulis akan membahas perhitungan untuk fluida pada sistem kopling hidrolik. Perhitungan fluida yang dimaksud adalah untuk mencari besar gaya tekan F pada silinder pendorong (master silinder) hingga sampai ke kaliper untuk dapat menekan pegas kopling. Dan berapa gaya tekan maksimum yang dapat diterima oleh keempat pegas yang terdapat pada rangkaian kopling setelah menerima gaya tekan dari kaliper. Fluida atau zat alir adalah zat yang dapat mengalir. Dengan demikian zat cair dan gas termasuk fluida. Fluida dibedakan menjadi fluida tak bergerak dan fluida bergerak. Pada perancangan kopling hidrolik ini, akan dibahas tentang tekanan fluida yang tidak bergerak. Fluida yang digunakan dalam sistem kopling hidrolik ini harus memenuhi hukum-hukum dasar fluida, serta teori-teori yang mendasari dan mendukung untuk perhitungan-perhitungan dalam merancang sebuah sistem kopling hidrolik Tekanan Sebelum membahas tentang fluida, akan ditinjau lebih dahulu tentang besaran tekanan. Dalam ilmu fisika, pengertian tekanan dan gaya memiliki arti yang sangat berbeda. Seperti telah dipelajari bahwa : Tekanan adalah gaya yang bekerja pada bidang tiap satuan luas. Dengan demikian, tampak jelas perbedaan

30 antara tekanan dan gaya. Besarnya tekanan p (N/mm 2 ) akan ditentukan oleh faktor gaya F (N) dan luas bidang A (mm 2 ) yang menopang gaya tersebut. Atau secara matematis dapat ditulis [5] : Keterangan : p : tekanan, N/mm 2 F : gaya, N A : luas penampang, mm 2 F p = (2.2) A Apabila zat cair berada dalam suatu bejana, pada dinding dan dasar bejana mendapat tekanan dari zat cair tersebut. Bahkan dapat dikatakan bahwa pada semua titik di dalam zat cair tersebut mendapat tekanan dari zat cair tersebut. Tekanan dari zat cair itu disebut tekanan hidrostatis. Seperti pada gambar 2.4. di bawah ini, fluida dimasukkan ke dalam bejana dan diberikan tekanan. Tekanan tersebut akan diteruskan oleh fluida kesegala-arah dengan sama rata. Gambar 2.4. Penerapan Hukum Hidrostatika Semua titik yang terletak pada bidang horizontal di dalam zat cair yang tenang mempunyai tekanan hidrostatis yang sama. Pernyataan tersebut dinamakan hukum utama hidrostatis.

31 Hukum PASCAL Pada tahun 1650, diperkenalkan hukum distribusi tekanan dalam zat cair yang dikenal dengan hukum Pascal. Apabila fluida dalam ruang tertutup diberi tekanan, maka tekanan tersebut akan diteruskan ke semua arah secara merata dan sama besar Pernyataan tersebut yang disebut hukum Pascal. Seperti yang terlihat pada gambar 2.4., apabila piston pada tabung 1 diberi gaya F 1, pada tabung 1 akan timbul tekanan p = 1 F1, tekanan ini akan diteruskan ke segala arah dan sama A 1 besar, diantaranya menuju tabung 2. Dengan demikian, pada piston 2 timbul gaya sebesar F 2 = p 2. A 2. Oleh karena dengan [5] : p = 1 F1, maka besarnya F 2 dapat dinyatakan A 1 F F = (2.3) 1 2.A2 A1 Persamaan tersebut dapat juga ditulis [5] : F 1 F = 2 atau 1 A1 A1 A2 F2 A2 F = (2.4) Dimana : F 1, F 2 : gaya pada piston 1 dan 2, N A 1, A 2 : luas penampang piston 1 dan 2, mm 2 Oleh karena A 2 lebih besar dari A 1, maka didapatkan keuntungan yaitu hanya dengan gaya yang kecil dapat menghasilkan gaya dorong yang lebih besar (lihat gambar 2.4.).

32 Volume Fluida Volume atau isi fluida yang menempati suatu ruang tertentu merupakan hasil kali dari luas permukaan bidang dengan tinggi atau panjang bidang (benda), Atau secara matematis dapat ditulis [7] : V = A. L (2.5) Dimana : V = volume fluida, mm 3 A = luas penampang, mm 2 L = tinggi atau panjang bidang, mm Kecepatan Luncur Piston Besarnya kecepatan luncur piston v (m/s) ditentukan oleh faktor langkah piston l (mm) dan waktu t (s), Atau secara matematis dapat ditulis [7] : l v = p p t (2.6) Dimana : v p = kecepatan luncur piston, mm/s l p = langkah piston, mm t = waktu yang dibutuhkan, s Kapasitas Aliran Pada aliran stasioner, debit aliran yang terjadi adalah sama dengan luas penampang dikalikan dengan kecepatan aliran. Persamaan ini disebut Persamaan Kontinuitas. Secara matematis dapat ditulis [5] : Q = A. v (2.7) Dimana : Q = debit, m 3 /s

33 Faktor Keamanan Bahan (Safety Factor, Sf) Dalam menentukan faktor keamanan harus ditimbang dua hal, yang pertama adalah pelampauan kekuatan (bahaya fatal dan interupsi kerja yang rumit atau mudah mengatasi kerusakan) dan hal kedua adalah pengaruh faktor Sf terhadap kelayakan dan nilai pakai komponen tersebut. Jika faktor S tersebut lebih besar dari 1,5 (Sf > 1,5), maka bahan dari suatu komponen tersebut aman dan layak dalam hal pemakaian. Sebaliknya, jika faktor Sf lebih kecil dari 1,5 (Sf < 1,5), maka bahan dari suatu komponen tersebut tidak aman dan tidak layak dalam hal pemakaian. Besarnya nilai Sf dapat ditentukan melalui persamaan berikut [2] : Dimana : Sf = nilai faktor keamanan σ i = tegangan izin bahan, N/mm 2 σ = tegangan kerja bahan, N/mm 2 σ Sf = i (2.8) σ Tebal Dinding Silinder Dalam perancangan ini, ketebalan dinding master silinder dan kaliper sudah diketahui dengan cara mengukur langsung, yaitu untuk master silinder S ms = 4,5 mm, sedangkan kaliper S k = 4 mm. Bahan (material) yang digunakan pada master silinder dan kaliper adalah Casting Alloy AA357 (Aluminium) yang memiliki tegangan izin, σ i = 269 MPa = 269 N/mm Kekuatan Dinding Silinder Tegangan kerja dinding-dalam silinder ditentukan oleh faktor tekanan p (N/mm 2 ), diameter D (mm) dan tebal dinding S (mm). Tegangan kerja yang

34 terjadi pada dinding-dalam silinder akibat tekanan aliran fluida dapat dihitung melalui persamaan berikut [1] : p. D σ = (2.9) 4. S Dimana : σ = tegangan kerja dinding-dalam master silinder, N/mm 2 p = tekanan dalam silinder, N/mm 2 D = diameter luar silinder, mm S = tebal dinding silinder, mm Piston Dalam perancangan sistem kopling hidrolik ini, untuk bahan piston master silinder dipilih dari jenis cor kelabu (grey cast iron) SAE J431 G2500 yang memiliki tegangan izin bahan, σ i = 173 N/mm 2, sedangkan bahan piston untuk kaliper dipilih dari jenis baja krom molibdenum (chromium-molybdenum) JIS SCM2 yang memiliki tegangan izin bahan, σ i = 670 N/mm 2. Untuk pemeriksaan kekuatan bahan piston, dapat dihitung melalui persamaan 2.9. Begitu juga untuk menentukan faktor keamanan bahan piston dapat dihitung melalui persamaan Pemeriksaan Kekuatan Selang (Pipa) Dalam perancangan ini, diameter selang (pipa) dan tebal selang (pipa) sudah diketahui dengan cara mengukur langsung selang tersebut. Selang tersebut memiliki diameter-dalam sebesar, d s = 2,5 mm, dan tebal selang, S s = 3,75 mm.

35 Untuk pemeriksaan kekuatan bahan selang (pipa), dapat dihitung melalui persamaan 2.9. Begitu juga untuk menentukan faktor keamanan bahan selang (pipa) dapat dihitung melalui persamaan Kecepatan Aliran dalam Selang (Pipa) Kecepatan aliran dalam selang ditentukan oleh debit aliran selang Q s (m 3 /s) dan luas permukaan-dalam selang A s (m 2 ). Untuk menentukan kecepatan aliran dalam selang (pipa), dapat dihitung melalui persamaan 2.7 : Q = A. v Untuk mencari kapasitas aliran selang digunakan persamaan [4] : 1 2 Q s =. π. d s.re. ν (2.10) 4 A s 2 π. d s = (2.11) 4 Maka untuk menentukan kecepatan aliran dapat ditulis persamaan berikut : Q s v s = (2.12) As Dimana : v s = kecepatan aliran selang, m/s d s = diameter-dalam selang (pipa), m Re = bilangan Reynold, 2320 ν = viskositas kinematik fluida, m 2 /s A s = luas penampang selang, m 2 Q s = kapasitas aliran selang, m 3 /s

36 Aliran Fluida dan Bilangan Reynold Kondisi aliran dibedakan menjadi dua, yaitu aliran laminer dan aliran turbulen. Aliran laminer ditandai dengan garis-garis aliran yang tidak saling memotong, sedangkan aliran turbulen garis alirannya saling memotong. Semua zat cair memiliki kekentalan yang merupakan faktor gaya gesek dalam yang bekerja antar elemen zat cair. Jika elemen ini mengikuti secara paralel garis aliran tanpa gerakan transversal, maka gerakan tersebut masih dipengaruhi kuat oleh kekentalannya, maka aliran ini disebut aliran laminer. Jika kecepatan bertambah, maka akan terjadi aliran melintang (impuls) yang menyebabkan benturan atau gesekan antar-elemen air, sehingga terjadi percampuran antarlapisan air satu dengan yang lain. Aliran semacam ini disebut aliran turbulen. Gambar 2.5. Aliran Laminar (a.) dan Aliran Turbulen (b.) Perilaku yang berbeda dari dua macam aliran tersebut digambarkan seperti yang tampak pada gambar di atas. Perubahan dari aliran laminar ke turbulen pada aliran dalam pipa tercepat pada angka Reynold, Re = Untuk dapat menentukan suatu aliran laminar maupun turbulen, dapat dihitung melalui persamaan berikut [1] :

37 . < 2320 laminar Re = v d s s (2.13) ν > 2320 turbulen Dimana : Re = bilangan Reynold v s = kecepatan aliran dalam selang (pipa), m/s d s = diameter-dalam selang (pipa), mm ν = viskositas kinematik fluida, m 2 /s Faktor Gesekan Kerugian tekanan pada aliran fluida akan menentukan tekanan kerja yang diizinkan serta efisiensi dari sistem hidrolik. Kerugian-kerugian tersebut diakibatkan oleh adanya gesekan fluida di dalam selang. Besarnya gesekan pada selang didapat dari persamaan [1] : 64 f = (2.14) Re Dimana : f = faktor gesekan Re = bilangan Reynold Kerugian Ketinggian Kerugian ketinggian pada sistem kopling hidrolik ini berbanding lurus dengan faktor gesekan f, panjang selang L s, kecepatan aliran v s, dan berbanding terbalik dengan diameter-dalam selang d s. Besarnya kerugian ketinggian pada perancangan sistem kopling hidrolik ini dapat ditentukan melalui persamaan berikut [1] : Dimana : h = kerugian ketinggian, m d s = diameter-dalam selang (pipa), m 2 Ls. vs h = f (2.15) d.2 s

38 f v s L s = faktor gesekan = kecepatan aliran selang, m/s = panjang selang, m Kerugian Tekanan Kerugian tekanan pada sistem kopling hidrolik ini berbanding lurus dengan massa jenis fluida ρ, percepatan gravitasi g, dan kerugian ketinggian h. Besarnya kerugian tekanan pada perancangan sistem kopling hidrolik ini dapat ditentukan melalui persamaan berikut [1] : p = ρ. g. h (2.16) Dimana : h = kerugian ketinggian, m ρ = massa jenis fluida, N/m 3 g = percepatan gravitasi, 9,81 m/s 2 p = kerugian tekanan, N/mm Tangki Fluida (Reservoir) Besar volume tangki fluida (reservoir) berbanding lurus dengan luas permukaan tangki A r dan panjang atau tinggi tangki. Besarnya volume tangki (reservoir) yang dibutuhkan pada sistem kopling hidrolik ini dapat dihitung melalui persamaan berikut [7] : π 2 V r = ( Dr ). Lr (2.17) 4 Dimana : V r = volume tangki (reservoir), mm 3 D r = diameter tangki (reservoir), mm L r = panjang/tinggi tangki (reservoir), mm

39 Diagram Alir (Flowchart) Menentukan Gaya Tekan F dan Tekanan p Untuk menentukan besar gaya tekan F ms pada master silinder, terlebih dahulu menentukan besar gaya pada kaliper F k. Sedangkan gaya (output) pada kaliper adalah sama dengan gaya yang diperlukan pada keempat pegas pada rangkaian kopling (F k = Fp max ). Untuk menentukan gaya-gaya tersebut ditentukan oleh faktor diameter D (mm), tegangan izin bahan pegas σ i (N/mm 2 ), luas penampang piston A (mm). Jika besar gaya master silinder lebih kecil dari gaya kaliper (F ms < F k ), maka perhitungan untuk menentukan besar gaya pada sistem hidrolik sudah benar dan sesuai dengan hukum Pascal. Sebaliknya, jika besar gaya master silinder lebih besar dari gaya kaliper (F ms < F k ), maka perlu dilakukan perhitungan ulang dengan melihat data-data teknik yang telah disebutkan di atas. Besar tekanan p yang terjadi dalam sistem hidrolik ditentukan oleh faktor gaya F (N), dan luas penampang piston A (mm). Hasil dari perhitungan tekanan p dalam sistem hidrolik adalah p ms = p k. Berikut ini adalah gambar diagram alir (flowchart) untuk menentukan besar gaya tekan F dan tekanan p yang ditunjukkan pada gambar Diagram Alir (Flowchart) Perhitungan Master Silinder dan Kaliper Tegangan kerja dinding-dalam master silinder σ ms dan kaliper σ k ditentukan oleh faktor tekanan p (N/mm 2 ), diameter D (mm), dan tebal dinding S (mm). Sedangkan untuk menentukan faktor keamanan bahan master silinder Sf ms dan kaliper Sf k ditentukan oleh tegangan kerja bahan dan tegangan izin σ i dari masing-masing bahan tersebut. Jika faktor Sf tersebut lebih besar dari 1,5 (Sf > 1,5), maka bahan dari suatu komponen tersebut aman dan layak dalam hal

40 pemakaian. Sebaliknya, jika faktor Sf lebih kecil dari 1,5 (Sf < 1,5), maka bahan dari suatu komponen tersebut tidak aman dan tidak layak dalam hal pemakaian. Berikut ini adalah gambar diagram alir (flowchart) untuk perhitungan master silinder dan kaliper yang ditunjukkan pada gambar Diagram Alir (Flowchart) Perhitungan Piston Master Silinder, Piston Kaliper, dan Selang (Pipa) Hidrolik Tegangan kerja piston master silinder σ Pms, piston kaliper σ Pk, dan selang σ s ditentukan oleh faktor tekanan p (N/mm 2 ), diameter D (mm), dan tebal dinding S (mm). Sedangkan untuk menentukan faktor keamanan bahan piston master silinder Sfp ms, piston kaliper Sfp k, dan selang Sfs ditentukan oleh tegangan kerja bahan dan tegangan izin σ i dari masing-masing bahan tersebut. Jika faktor Sf tersebut lebih besar dari 1,5 (Sf > 1,5), maka bahan dari suatu komponen tersebut aman dan layak dalam hal pemakaian. Sebaliknya, jika faktor Sf lebih kecil dari 1,5 (Sf < 1,5), maka bahan dari suatu komponen tersebut tidak aman dan tidak layak dalam hal pemakaian. Berikut ini adalah gambar diagram alir (flowchart) untuk perhitungan piston dan selang (pipa) hidrolik yang ditunjukkan pada gambar 2.8.

41 Gambar 2.6. Diagram Alir Menentukan Gaya Tekan F dan Tekanan p

42 Gambar 2.7. Diagram Alir Perhitungan Master Silinder dan Kaliper

43 START Tekanan, p Diameter piston master silinder, Dp ms Tebal piston master silinder, Sp ms Diameter piston kaliper, Dp k Tebal piston kaliper, Sp k Diameter selang, D s Tebal selang, S s Tegangan izin bahan, σ i Tegangan kerja piston master silinder, σ Pms Tegangan kerja piston kaliper, σ Pk Tegangan kerja selang, σ s Faktor keamanan bahan piston master silinder, Sfp ms Faktor keamanan bahan piston kaliper, Sfp k Faktor keamanan bahan selang, Sfs Tidak Sfp ms, Sfp k, dan Sfs > 1,5 Ya Piston master silinder, piston kaliper, dan selang memenuhi syarat STOP Gambar 2.8. Diagram Alir Perhitungan Piston Master Silinder, Piston Kaliper, dan Selang (Pipa) Hidrolik

44 BAB III PERHITUNGAN 3.1. Data Perancangan (Spesifikasi Teknik) Sebelum masuk ke tahap perhitungan dalam perancangan sistem kopling hidrolik ini ada beberapa spesifikasi teknik yang diketahui, sebagai berikut : Gambar 3.1. Sistem Kopling Hidrolik 1. Master Silinder Pada master silinder ada beberapa komponen yang terdapat di dalamnya, salah satunya adalah piston master silinder. Berikut ini adalah spesifikasi data dari master silinder :

45 Gambar 3.2. Piston Master Silinder 1. Diameter piston master silinder, Dp ms = 12,5 mm 2. Panjang piston master silinder, Lp ms = 49 mm 3. Diameter-dalam master silinder, d ms = 13 mm 4. Panjang sisi-dalam master silinder, L ms = 54 mm 24 mm 19 mm 18 mm 8 mm 13 mm 22 mm 54 mm 62 mm Gambar 3.3. Penampang Master Silinder 2. Kaliper Pada kaliper ada beberapa komponen yang terdapat di dalamnya, salah satunya adalah piston kaliper. Berikut ini adalah spesifikasi data dari kaliper : Gambar 3.4. Piston Kaliper

46 1. Diameter piston kaliper, Dp k = 34 mm 2. Panjang piston kaliper, Lp k = 42,5 mm 3. Diameter-dalam kaliper, d k = 34,5 mm 4. Panjang sisi-dalam kaliper, L k = 28 mm 4,75 mm 34,5 mm 44 mm 28 mm 32,75 mm Gambar 3.5. Penampang Kaliper 3. Selang (Pipa) Hidrolik Komponen ketiga dari sistem kopling hidrolik ini adalah selang (pipa) hidrolik. Berikut ini adalah spesifikasi data dari selang (pipa) hidrolik : Gambar 3.6. Penampang Selang (Pipa) Hidrolik 1. Panjang selang (pipa), L s = 900 mm 2. Diameter selang (pipa), D s = 10 mm 3. Diameter-dalam selang (pipa), d s = 2,5 mm

47 3.2. Perhitungan Sebelum menentukan besar gaya F yang diperlukan pada sistem hidrolik, yaitu master silinder kaliper pegas kopling, maka terlebih dahulu menentukan besar gaya Fp max yang dibutuhkan untuk menekan keempat pegas yang terdapat pada rangkaian kopling. Pada perancangan ini diketahui beberapa spesifikasi teknik pegas : 1. Panjang pegas awal/bebas, L 0 = 25,5 mm 2. Panjang pegas awal terpasang, L f = 19 mm 3. Diameter pegas, D p = 20 mm 4. Diameter kawat pegas, d kp = 2,5 mm 5. Bahan (material) pegas = kelas C menurut DIN [2] 6. Tegangan izin pegas, σ i = 990 N/mm 2 (diperkirakan menurut diagram pada lampiran) [2] Gambar 3.7. Pegas Kopling Berdasarkan data-data di atas, maka dapat ditentukan gaya pegas Fp melalui persamaan 2.1, yaitu : σ i. π. d Fp = 8. D p 3 k

48 990. π Fp = ( 2,5) Fp = 303,57 N 304 N Gambar 3.8. Besar Gaya Pada Kaliper Karena di dalam rangkaian kopling terdapat 4 (empat) pegas, maka gaya yang diperlukan untuk menekan keempat pegas adalah : Fp max = Fp. 4 dimana : Fp max = gaya pegas maksimum = = 1216 N Menentukan Besar Gaya pada Master Silinder Jika besar gaya tekan yang dibutuhkan untuk dapat menekan keempat pegas pada rangkaian kopling (sama dengan gaya kaliper) Fp max = F k sudah diketahui, maka besar gaya tekan pada master silinder F ms adalah : Diketahui : Dp ms Dp k = 12,5 mm = 34 mm Fp max = F k = 1216 N

49 Gambar 3.9. Besar Gaya pada Master Silinder Berdasarkan hukum Pascal melalui persamaan 2.4, yaitu : F 1 = F 2 A1 A 2 F 1 = F ms F 2 = F k = Fp max A 1 = A ms A 2 = A k Dimana : F ms = gaya pada master silinder F k = gaya (output) pada kaliper A ms = luas permukaan piston master silinder A k = luas permukaan piston kaliper A ms π. D = 4 2 A k π. D = 4 2 π. = ( 12,5) 4 2 π. = ( 34) 4 2 = 122,65 mm 2 = 907,46 mm mm mm 2 Maka besar gaya yang terjadi pada master silinder : F ms = F k A A ms k F = F ms k A A ms k 123 = 1216 = 164,9 N 165 N 907

50 Menentukan Tekanan Fluida pada Master Silinder Untuk menentukan besar tekanan fluida p ms yang terjadi pada master silinder menggunakan persamaan 2.2, besarnya tekanan p (N/mm 2 ) ditentukan oleh faktor gaya F (N) dan luas bidang A (mm 2 ), yaitu : Diketahui : F ms = 165 N A ms = 123 mm 2 Maka tekanan yang terjadi pada master silinder adalah : p p ms ms F = A ms ms 165 = 123 = 1,34 N/mm Menentukan Tekanan Fluida pada Kaliper Untuk menentukan besar tekanan fluida p k yang terjadi pada kaliper menggunakan persamaan 2.2 (sama dengan persamaan di atas), yaitu : Diketahui : F k = Fp max = 1216 N A k = 907 mm 2 Maka tekanan yang terjadi pada kaliper adalah : p p k k F = A k k 1216 = 907 = 1,34 N/mm 2 Dapat diambil satu kesimpulan bahwa tekanan yang terjadi di dalam master silinder dan kaliper adalah sama, yaitu sebesar p = 1,34 N/mm 2.

51 Menentukan Volume Fluida pada Master Silinder Volume fluida merupakan hasil kali dari luas permukaan bidang dengan tinggi atau panjang bidang (benda), untuk menentukan volume fluida V ms yang terdapat pada master silinder menggunakan persamaan 2.5, yaitu : Diketahui : L ms = 32 mm dimana : L ms = langkah piston master silinder A ms = 123 mm 2 Gambar Langkah Piston Master Silinder Maka volume pada master silinder adalah : V ms = A ms. L ms = = 3936 mm Menentukan Volume Fluida pada Kaliper Untuk menentukan volume fluida V k yang terdapat pada kaliper menggunakan persamaan yang sama seperti menentukan volume fluida pada master silinder, yaitu : Diketahui : L k = 15 mm dimana : L k = panjang sisi-dalam kaliper A k = 907 mm 2

52 Gambar Langkah Piston Kaliper Maka volume pada kaliper : V k = A k. L k = = mm Menentukan Kecepatan Luncur Piston Besarnya kecepatan luncur piston v p (m/s) ditentukan oleh faktor langkah piston l (mm) dan waktu t (s), bila waktu yang dibutuhkan adalah sekitar 2 detik, maka kecepatan luncur piston dapat ditentukan melalui persamaan 2.6, yaitu : Diketahui : l p t = 6,5 mm = 2 detik Maka kecepatan luncur piston pada sistem kopling hidrolik tersebut adalah : l v = p p t dimana : v p = kecepatan luncur piston, m/s 6,5 = l p = langkah piston, mm 2 = 3,25 mm/s t = waktu yang dibutuhkan, s = 0,00325 m/s = 0,003 m/s

53 Catatan : l p = langkah piston yang terdorong ketika tuas (handle) kopling ditarik (ditekan) Menentukan Kapasitas Aliran Pada aliran stasioner, debit aliran yang terjadi adalah sama dengan luas penampang dikalikan dengan kecepatan aliran. Maka kapasitas aliran pada master silinder dan kaliper dapat ditentukan melalui persamaan 2.7, yaitu : Diketahui : v p = 3,25 mm/s A ms = 123 mm 2 A k = 907 mm 2 Q ms = v p. A ms = 3, = 399,75 mm 3 /s = 0, m 3 /s = 0,0004 m 3 /s Q k = v p. A k = 3, = 2947,75 mm 3 /s = 0, m 3 /s = 0,003 m 3 /s Dimana : Q ms Q k = kapasitas aliran master silinder = kapasitas aliran kaliper Menentukan Tebal Dinding Silinder Dalam perancangan ini, ketebalan dinding master silinder dan kaliper sudah diketahui dengan cara mengukur langsung, yaitu untuk master silinder S ms = 4,5 mm (lihat gambar 3.3.), sedangkan kaliper S k = 4,75 mm (lihat gambar 3.4.). Bahan (material) yang digunakan pada master silinder dan kaliper adalah

BAB II PRINSIP-PRINSIP DASAR HIDRAULIK

BAB II PRINSIP-PRINSIP DASAR HIDRAULIK BAB II PRINSIP-PRINSIP DASAR HIDRAULIK Dalam ilmu hidraulik berlaku hukum-hukum dalam hidrostatik dan hidrodinamik, termasuk untuk sistem hidraulik. Dimana untuk kendaraan forklift ini hidraulik berperan

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PERENCANAAN SYSTEM HYDROLIK PADA MOVABLE BRIDGE DERMAGA KAPASITAS 100 TON

TUGAS AKHIR PERENCANAAN SYSTEM HYDROLIK PADA MOVABLE BRIDGE DERMAGA KAPASITAS 100 TON TUGAS AKHIR PERENCANAAN SYSTEM HYDROLIK PADA MOVABLE BRIDGE DERMAGA KAPASITAS 100 TON Diajukan Guna Memenuhi Syarat Kelulusan Mata Kuliah Tugas Akhir Pada Program Sarjana Strata Satu (S1) Disusun Oleh

Lebih terperinci

KOPLING. Kopling ditinjau dari cara kerjanya dapat dibedakan atas dua jenis: 1. Kopling Tetap 2. Kopling Tak Tetap

KOPLING. Kopling ditinjau dari cara kerjanya dapat dibedakan atas dua jenis: 1. Kopling Tetap 2. Kopling Tak Tetap KOPLING Defenisi Kopling dan Jenis-jenisnya Kopling adalah suatu elemen mesin yang berfungsi untuk mentransmisikan daya dari poros penggerak (driving shaft) ke poros yang digerakkan (driven shaft), dimana

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PERANCANGAN, PEMBUATAN DAN PENGUJIAN ALAT PEMBUKA BALL BEARING DENGAN HYDRAULIC JACK 4 TON

TUGAS AKHIR PERANCANGAN, PEMBUATAN DAN PENGUJIAN ALAT PEMBUKA BALL BEARING DENGAN HYDRAULIC JACK 4 TON TUGAS AKHIR PERANCANGAN, PEMBUATAN DAN PENGUJIAN ALAT PEMBUKA BALL BEARING DENGAN HYDRAULIC JACK 4 TON Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Meraih Gelar Sarjana Strata Satu (S-1) Pada Jurusan Teknik

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PERENCANAAN SISTEM HIDRAULIK PADA BACKHOE LOADER TYPE 428E

TUGAS AKHIR PERENCANAAN SISTEM HIDRAULIK PADA BACKHOE LOADER TYPE 428E TUGAS AKHIR PERENCANAAN SISTEM HIDRAULIK PADA BACKHOE LOADER TYPE 428E Disusun oleh Nama : Wiwi Widodo Nim : 41305010007 PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR SISTEM HIDROLIK PADA FORKLIFT FD 30. Universitas Mercubuana

TUGAS AKHIR SISTEM HIDROLIK PADA FORKLIFT FD 30. Universitas Mercubuana TUGAS AKHIR SISTEM HIDROLIK PADA FORKLIFT FD 30 Di susun Untuk Memenuhi Syarat Tugas Akhir Sarjana S-1 Di Jurusan teknik mesin Fakultas Teknologi Industri Universitas Mercubuana Disusun Oleh : Nama : Ali

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN SISTEM HIDRAULIK

BAB IV PERHITUNGAN SISTEM HIDRAULIK BAB IV PERHITUNGAN SISTEM HIDRAULIK 4.1 Perhitungan Beban Operasi System Gaya yang dibutuhkan untuk mengangkat movable bridge kapasitas 100 ton yang akan diangkat oleh dua buah silinder hidraulik kanan

Lebih terperinci

REKONDISI SISTEM KOPLING PADA MITSUBISHI L300

REKONDISI SISTEM KOPLING PADA MITSUBISHI L300 REKONDISI SISTEM KOPLING PADA MITSUBISHI L300 Disusun oleh : DHENI KRISTANTO I8611015 PROGRAM STUDI DIII TEKNIK MESIN JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2015 REKONDISI

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAAN 4.1 PENGERTIAN DAN FUNGSI KOPLING Kopling adalah satu bagian yang mutlak diperlukan pada truk dan jenis lainnya dimana penggerak utamanya diperoleh dari hasil pembakaran di dalam silinder

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pompa Sentrifugal Pompa sentrifugal adalah suatu alat atau mesin yang digunakan untuk memindahkan cairan dari suatu tempat ke tempat yang lain melalui suatu media perpipaan

Lebih terperinci

PENERAPAN KONSEP FLUIDA PADA MESIN PERKAKAS

PENERAPAN KONSEP FLUIDA PADA MESIN PERKAKAS PENERAPAN KONSEP FLUIDA PADA MESIN PERKAKAS 1. Dongkrak Hidrolik Dongkrak hidrolik merupakan salah satu aplikasi sederhana dari Hukum Pascal. Berikut ini prinsip kerja dongkrak hidrolik. Saat pengisap

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pompa Pompa adalah peralatan mekanis yang digunakan untuk menaikkan cairan dari dataran rendah ke dataran tinggi atau untuk mengalirkan cairan dari daerah bertekanan

Lebih terperinci

ANALISIS KERJA MOBIL TENAGA UDARA MSG 01 DENGAN SISTEM DUA TABUNG

ANALISIS KERJA MOBIL TENAGA UDARA MSG 01 DENGAN SISTEM DUA TABUNG UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI ANALISIS KERJA MOBIL TENAGA UDARA MSG 01 DENGAN SISTEM DUA TABUNG Disusun Oleh : Nama : Tohim Purnanto Npm : 27411140 Jurusan : Teknik Mesin Pembimbing

Lebih terperinci

KOPLING. Gb. 1 komponen utama kopling

KOPLING. Gb. 1 komponen utama kopling KOPLING Kopling adalah suatu mekanisme yang dirancang mampu menghubungkan dan melepas/memutuskan perpindahan tenaga dari suatu benda yang berputar kebenda lainnya. Pada bidang otomotif,kopling digunakan

Lebih terperinci

CORRECTIVE MAINTENANCE BANTALAN LUNCUR LORI PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN KAPASITAS ANGKUT 2,5 TON TBS MENGGUNAKAN ANALISA KEGAGALAN

CORRECTIVE MAINTENANCE BANTALAN LUNCUR LORI PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN KAPASITAS ANGKUT 2,5 TON TBS MENGGUNAKAN ANALISA KEGAGALAN CORRECTIVE MAINTENANCE BANTALAN LUNCUR LORI PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN KAPASITAS ANGKUT 2,5 TON TBS MENGGUNAKAN ANALISA KEGAGALAN SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

ANALISA PENGARUH JUMLAH BILAH PENGADUK JENIS FLAT BLADE PITCH PADDLE TERHADAP KAPASITAS PENGADUKAN DAN BESARNYA DAYA MOTOR

ANALISA PENGARUH JUMLAH BILAH PENGADUK JENIS FLAT BLADE PITCH PADDLE TERHADAP KAPASITAS PENGADUKAN DAN BESARNYA DAYA MOTOR ANALISA PENGARUH JUMLAH BILAH PENGADUK JENIS FLAT BLADE PITCH PADDLE TERHADAP KAPASITAS PENGADUKAN DAN BESARNYA DAYA MOTOR PADA SUATU BEJANA BERPENGADUK Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menempuh

Lebih terperinci

PENGUJIAN PENGARUH VARIASI HEAD SUPPLY DAN PANJANG LANGKAH KATUP LIMBAH TERHADAP UNJUK KERJA POMPA HIDRAM

PENGUJIAN PENGARUH VARIASI HEAD SUPPLY DAN PANJANG LANGKAH KATUP LIMBAH TERHADAP UNJUK KERJA POMPA HIDRAM PENGUJIAN PENGARUH VARIASI HEAD SUPPLY DAN PANJANG LANGKAH KATUP LIMBAH TERHADAP UNJUK KERJA POMPA HIDRAM SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik FRANCISCUS

Lebih terperinci

MAKALAH TEKNIK PERAWATAN I PERAWATAN DAN PERBAIKAN DONGKRAK HIDROLIK

MAKALAH TEKNIK PERAWATAN I PERAWATAN DAN PERBAIKAN DONGKRAK HIDROLIK MAKALAH TEKNIK PERAWATAN I PERAWATAN DAN PERBAIKAN DONGKRAK HIDROLIK DISUSUN OLEH: AZANO DESFIANTO 4201417017 DODDY SETIAWAN 4201417018 JURUSAN TEKNIK MESIN POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK 2016 KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

SISTEM REM PADA SEPEDA MOTOR LISTRIK GENERASI II

SISTEM REM PADA SEPEDA MOTOR LISTRIK GENERASI II SISTEM REM PADA SEPEDA MOTOR LISTRIK GENERASI II PROYEK AKHIR Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya Disusun oleh : YUNIAS AGIL ASKARI NIM. I 8111041 PROGRAM STUDI DIPLOMA

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR GESEK PADA PIPA AKRILIK DENGAN ASPEK RASIO PENAMPANG 1 (PERSEGI) DENGAN PENDEKATAN METODE EKSPERIMENTAL DAN EMPIRIS TUGAS AKHIR

ANALISIS FAKTOR GESEK PADA PIPA AKRILIK DENGAN ASPEK RASIO PENAMPANG 1 (PERSEGI) DENGAN PENDEKATAN METODE EKSPERIMENTAL DAN EMPIRIS TUGAS AKHIR ANALISIS FAKTOR GESEK PADA PIPA AKRILIK DENGAN ASPEK RASIO PENAMPANG 1 (PERSEGI) DENGAN PENDEKATAN METODE EKSPERIMENTAL DAN EMPIRIS TUGAS AKHIR Oleh : DEKY PUTRA 04 04 22 013 3 DEPARTEMEN TEKNIK MESIN

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PERANCANGAN MESIN PENGANGKUT PRODUK BERTENAGA LISTRIK (ELECTRIC LOW LOADER) PT. BAKRIE BUILDING INDUSTRIES

TUGAS AKHIR PERANCANGAN MESIN PENGANGKUT PRODUK BERTENAGA LISTRIK (ELECTRIC LOW LOADER) PT. BAKRIE BUILDING INDUSTRIES TUGAS AKHIR PERANCANGAN MESIN PENGANGKUT PRODUK BERTENAGA LISTRIK (ELECTRIC LOW LOADER) PT. BAKRIE BUILDING INDUSTRIES Diajukan untuk memenuhi salah satu Persyaratan dalam menyelesaikan Program Strata

Lebih terperinci

UNJUK KERJA MOBIL MSG 01 DENGAN SISTEM TENAGA UDARA

UNJUK KERJA MOBIL MSG 01 DENGAN SISTEM TENAGA UDARA UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNJUK KERJA MOBIL MSG 01 DENGAN SISTEM TENAGA UDARA Disusun Oleh : Nama : Muhammad Rizki Npm : 24411960 Jurusan : Teknik Mesin Pembimbing : 1. Dr. Rr.

Lebih terperinci

PERENCANAAN OVERHEAD TRAVELLING CRANE YANG DIPAKAI PADA PABRIK PELEBURAN BAJA DENGAN KAPASITAS ANGKAT CAIRAN 10 TON

PERENCANAAN OVERHEAD TRAVELLING CRANE YANG DIPAKAI PADA PABRIK PELEBURAN BAJA DENGAN KAPASITAS ANGKAT CAIRAN 10 TON UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS TEKNIK DEPARTEMEN TEKNIK MESIN MEDAN TUGAS SARJANA MESIN PEMINDAH BAHAN PERENCANAAN OVERHEAD TRAVELLING CRANE YANG DIPAKAI PADA PABRIK PELEBURAN BAJA DENGAN KAPASITAS

Lebih terperinci

BAB III KONSEP RANCANGAN A. Konsep Perancangan Modifikasi Modifikasi sistem rem tromol belakang GL PRO 1995 menjadi rem cakram dengan teknologi Combi Brake berfungsi untuk memberikan keamanan pengendara

Lebih terperinci

TRANSMISI RANTAI ROL 12/15/2011

TRANSMISI RANTAI ROL 12/15/2011 TRANSMISI RANTAI ROL Penggunaan: transmisi sabuk > jarak poros > transmisi roda gigi Rantai mengait pada gigi sproket dan meneruskan daya tanpa slip perbandingan putaran tetap Mampu meneruskan daya besar

Lebih terperinci

1. Kopling Cakar : meneruskan momen dengan kontak positif (tidak slip). Ada dua bentuk kopling cakar : Kopling cakar persegi Kopling cakar spiral

1. Kopling Cakar : meneruskan momen dengan kontak positif (tidak slip). Ada dua bentuk kopling cakar : Kopling cakar persegi Kopling cakar spiral Kopling tak tetap adalah suatu elemen mesin yang menghubungkan poros penggerak ke poros yang digerakkan degan putaran yang sama dalam meneruskan daya, serta dapat melepaskan hubungan kedua poros tersebut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PENGERTIAN SISTEM HIDROLIK Sistem hidrolik adalah sistem penerusan daya dengan menggunakan fluida cair. minyak mineral adalah jenis fluida yang sering dipakai. prinsip dasar

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan 2.2 Motor 2.3 Reducer

BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan 2.2 Motor 2.3 Reducer BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan Konsep perencanaan komponen yang diperhitungkan sebagai berikut: a. Motor b. Reducer c. Daya d. Puli e. Sabuk V 2.2 Motor Motor adalah komponen dalam sebuah kontruksi

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR RANCANG BANGUN ALAT PERAGA MOTOR BENSIN DUA LANGKAH SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN LABORATORIUM Diajukan Guna Memenuhi Syarat Kelulusan Mata Kuliah Tugas Akhir Pada Program Sarjana Strata Satu

Lebih terperinci

Minggu 1 Tekanan Hidrolika (Hydraulic Pressure)

Minggu 1 Tekanan Hidrolika (Hydraulic Pressure) Minggu 1 Tekanan Hidrolika (Hydraulic Pressure) Disiapkan oleh: Bimastyaji Surya Ramadan ST MT Team Teaching: Ir. Chandra Hassan Dip.HE, M.Sc Pengantar Fluida Hidrolika Hidraulika merupakan satu topik

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR TRANSMISI RANTAI PADA RODA GIGI MAJU-MUNDUR KENDARAAN MOBIL MINI UNTUK DAERAH PERUMAHAN

TUGAS AKHIR TRANSMISI RANTAI PADA RODA GIGI MAJU-MUNDUR KENDARAAN MOBIL MINI UNTUK DAERAH PERUMAHAN TUGAS AKHIR TRANSMISI RANTAI PADA RODA GIGI MAJU-MUNDUR KENDARAAN MOBIL MINI UNTUK DAERAH PERUMAHAN Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat-syarat dalam menyelesaikan Pendidikan Strata Satu

Lebih terperinci

TRANSMISI RANTAI ROL

TRANSMISI RANTAI ROL TRANSMISI RANTAI ROL Penggunaan: transmisi sabuk > jarak poros > transmisi roda gigi Rantai mengait pada gigi sproket dan meneruskan daya tanpa slip perbandingan putaran tetap Keuntungan: Mampu meneruskan

Lebih terperinci

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010 PERANCANGAN SISTEM DISTRIBUSI ALIRAN AIR BERSIH PADA PERUMAHAN TELANAI INDAH KOTA JAMBI SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik HITLER MARULI SIDABUTAR NIM.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Prinsip Dasar Hidrolik Hidrolika adalah ilmu yang menyangkut berbagai gerak dan keadaan keseimbangan zat cair. Pada penggunaan secara tekni szat cair dalam industri, hidrolika

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. c) Untuk mencari torsi dapat dirumuskan sebagai berikut:

BAB II DASAR TEORI. c) Untuk mencari torsi dapat dirumuskan sebagai berikut: BAB II DASAR TEORI 2.1 Daya Penggerak Secara umum daya diartikan sebagai suatu kemampuan yang dibutuhkan untuk melakukan sebuah kerja, yang dinyatakan dalam satuan Watt ataupun HP. Penentuan besar daya

Lebih terperinci

3.2. Hal-hal Penting Dalam Perencanaan Kopling Tetap

3.2. Hal-hal Penting Dalam Perencanaan Kopling Tetap BAB III KOPLING TETAP Kopling tetap adalah suatu elemen mesin yang berfungsi sebagai penerus putaran dan daya dari poros penggerak ke poros yang digerakkan secara pasti (tanpa terjadi slip), di mana sumbu

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR Analisa Tiga Jenis Kanvas Pada Motor Matic 110 cc

TUGAS AKHIR Analisa Tiga Jenis Kanvas Pada Motor Matic 110 cc TUGAS AKHIR Analisa Tiga Jenis Kanvas Pada Motor Matic 110 cc Disusun Oleh : Nama : Imam Fahroji Nim : 41309010061 Program Studi : Teknik Mesin PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MERCU

Lebih terperinci

PERENCANAAN POMPA SENTRIFUGAL DENGAN KAPASITAS 42 LITER/ DETIK, HEAD 40M DAN PUTARAN 1450 PRM DENGAN PENGGERAK DIESEL

PERENCANAAN POMPA SENTRIFUGAL DENGAN KAPASITAS 42 LITER/ DETIK, HEAD 40M DAN PUTARAN 1450 PRM DENGAN PENGGERAK DIESEL TUGAS AKHIR PERENCANAAN POMPA SENTRIFUGAL DENGAN KAPASITAS 42 LITER/ DETIK, HEAD 40M DAN PUTARAN 1450 PRM DENGAN PENGGERAK DIESEL Tugas akhir ini Disusun Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata satu Jurusan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN 4.1 Perhitungan Pengurangan Tekanan pada Katup. Pada bab ini akan dilakukan analisa kebocoran pada power steering system meliputi perhitungan kerugian tekanan yang dialami

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PENGUJIAN DAN PERHITUNGAN BLOWER

BAB IV ANALISA PENGUJIAN DAN PERHITUNGAN BLOWER BAB IV ANALISA PENGUJIAN DAN PERHITUNGAN BLOWER 4.1 Perhitungan Blower Untuk mengetahui jenis blower yang digunakan dapat dihitung pada penjelasan dibawah ini : Parameter yang diketahui : Q = Kapasitas

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. menaikkan cairan dari dataran rendah ke dataran tinggi atau untuk

BAB 2 LANDASAN TEORI. menaikkan cairan dari dataran rendah ke dataran tinggi atau untuk BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Dasar Pompa adalah mesin atau peralatan mekanis yang digunakan untuk menaikkan cairan dari dataran rendah ke dataran tinggi atau untuk mengalirkan cairan dari daerah bertekanan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Mesin Pan Granulator Mesin Pan Granulator adalah alat yang digunakan untuk membantu petani membuat pupuk berbentuk butiran butiran. Pupuk organik curah yang akan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Mesin perajang singkong dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp mempunyai

BAB II DASAR TEORI. Mesin perajang singkong dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp mempunyai BAB II DASAR TEORI 2.1. Prinsip Kerja Mesin Perajang Singkong. Mesin perajang singkong dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp mempunyai beberapa komponen, diantaranya adalah piringan, pisau pengiris, poros,

Lebih terperinci

Menguak Prinsip Kerja Dongkrak Hidrolik

Menguak Prinsip Kerja Dongkrak Hidrolik Menguak Prinsip Kerja Dongkrak Hidrolik Pernahkah kalian memperhatikan orang yang mengganti ban mobil yang bocor dengan ban yang baru? Orang tersebut cukup menggunakan dongkrak hidrolik untuk mengangkat

Lebih terperinci

Elektro Hidrolik Aplikasi sitem hidraulik sangat luas diberbagai bidang indutri saat ini. Kemampuannya untuk menghasilkan gaya yang besar, keakuratan

Elektro Hidrolik Aplikasi sitem hidraulik sangat luas diberbagai bidang indutri saat ini. Kemampuannya untuk menghasilkan gaya yang besar, keakuratan Elektro Hidrolik Aplikasi sitem hidraulik sangat luas diberbagai bidang indutri saat ini. Kemampuannya untuk menghasilkan gaya yang besar, keakuratan dalam pengontrolan dan kemudahan dalam pengoperasian

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Flowchart Perencanaan Pembuatan Mesin Pemotong Umbi Proses Perancangan mesin pemotong umbi seperti yang terlihat pada gambar 3.1 berikut ini: Mulai mm Studi Literatur

Lebih terperinci

TEORI SAMBUNGAN SUSUT

TEORI SAMBUNGAN SUSUT TEORI SAMBUNGAN SUSUT 5.1. Pengertian Sambungan Susut Sambungan susut merupakan sambungan dengan sistem suaian paksa (Interference fits, Shrink fits, Press fits) banyak digunakan di Industri dalam perancangan

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. Analisa Aliran Turbulen Terhadap Aliran Fluida Cair Pada Control Valve AGVB ANSI 150 Dan ANSI 300

TUGAS AKHIR. Analisa Aliran Turbulen Terhadap Aliran Fluida Cair Pada Control Valve AGVB ANSI 150 Dan ANSI 300 TUGAS AKHIR Analisa Aliran Turbulen Terhadap Aliran Fluida Cair Pada Control Valve AGVB ANSI 150 Dan ANSI 300 Diajukan guna melengkapi sebagian syarat Dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1) Disusun

Lebih terperinci

PERANCANGAN KOMPRESOR TORAK UNTUK SISTEM PNEUMATIK PADA GUN BURNER

PERANCANGAN KOMPRESOR TORAK UNTUK SISTEM PNEUMATIK PADA GUN BURNER TUGAS SARJANA MESIN FLUIDA PERANCANGAN KOMPRESOR TORAK UNTUK SISTEM PNEUMATIK PADA GUN BURNER OLEH NAMA : ERWIN JUNAISIR NIM : 020401047 DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Lebih terperinci

FIsika KTSP & K-13 FLUIDA STATIS. K e l a s. A. Fluida

FIsika KTSP & K-13 FLUIDA STATIS. K e l a s. A. Fluida KTSP & K-13 FIsika K e l a s XI FLUID STTIS Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami definisi fluida statis.. Memahami sifat-sifat fluida

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PERANCANGAN ALAT PENCETAK TABLET DENGAN APLIKASI PNEUMATIK DAN KONTROL PLC

TUGAS AKHIR PERANCANGAN ALAT PENCETAK TABLET DENGAN APLIKASI PNEUMATIK DAN KONTROL PLC TUGAS AKHIR PERANCANGAN ALAT PENCETAK TABLET DENGAN APLIKASI PNEUMATIK DAN KONTROL PLC Diajukan guna melengkapi sebagian syarat dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1) Disusun Oleh : Nama : Mahmud

Lebih terperinci

SKRIPSI PERANCANGAN MESIN PENGISIAN BULK SEDIAAN LIQUID CREAM DENGAN SISTEM PNEUMATIK MENGGUNAKAN KONTROL PLC AUTONIC TYPE LP

SKRIPSI PERANCANGAN MESIN PENGISIAN BULK SEDIAAN LIQUID CREAM DENGAN SISTEM PNEUMATIK MENGGUNAKAN KONTROL PLC AUTONIC TYPE LP SKRIPSI PERANCANGAN MESIN PENGISIAN BULK SEDIAAN LIQUID CREAM DENGAN SISTEM PNEUMATIK MENGGUNAKAN KONTROL PLC AUTONIC TYPE LP DISUSUN OLEH: ADE NURYAMAN 41309120034 PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN FAKULTAS

Lebih terperinci

SKRIPSI. Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik STEVANUS SITUMORANG NIM

SKRIPSI. Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik STEVANUS SITUMORANG NIM PERANCANGAN TROLLEY DAN SPREADER GANTRY CRANE KAPASITAS ANGKAT 40 TON TINGGI ANGKAT 41 METER YANG DIPAKAI DI PELABUHAN INDONESIA I CABANG BELAWAN INTERNATIONAL CONTAINER TERMINAL (BICT) SKRIPSI Skripsi

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Transmisi Motor

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Transmisi Motor BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Transmisi Pada perancangan suatu kontruksi hendaknya mempunyai suatu konsep perencanaan. Untuk itu konsep perencanaan ini akan membahas dasar-dasar teori

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Identifikasi Sistem Kopling dan Transmisi Manual Pada Kijang Innova

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Identifikasi Sistem Kopling dan Transmisi Manual Pada Kijang Innova BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Berikut ini adalah beberapa refrensi yang berkaitan dengan judul penelitian yaitu sebagai berikut: 1. Tugas akhir yang ditulis oleh Muhammad

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA BERKURANG PADA MOTOR BAKAR DIESEL DENGAN SUSUNAN SILINDER TIPE SEGARIS (IN-LINE)

ANALISIS DAYA BERKURANG PADA MOTOR BAKAR DIESEL DENGAN SUSUNAN SILINDER TIPE SEGARIS (IN-LINE) ANALISIS DAYA BERKURANG PADA MOTOR BAKAR DIESEL DENGAN SUSUNAN SILINDER TIPE SEGARIS (IN-LINE) SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik FAISAL RIZA.SURBAKTI

Lebih terperinci

FISIKA STATIKA FLUIDA SMK PERGURUAN CIKINI

FISIKA STATIKA FLUIDA SMK PERGURUAN CIKINI FISIKA STATIKA FLUIDA SMK PERGURUAN CIKINI MASSA JENIS Massa jenis atau kerapatan suatu zat didefinisikan sebagai perbandingan massa dengan olum zat tersebut m V ρ = massa jenis zat (kg/m 3 ) m = massa

Lebih terperinci

HUKUM STOKES. sekon (Pa.s). Fluida memiliki sifat-sifat sebagai berikut.

HUKUM STOKES. sekon (Pa.s). Fluida memiliki sifat-sifat sebagai berikut. HUKUM STOKES I. Pendahuluan Viskositas dan Hukum Stokes - Viskositas (kekentalan) fluida menyatakan besarnya gesekan yang dialami oleh suatu fluida saat mengalir. Makin besar viskositas suatu fluida, makin

Lebih terperinci

BAB III PERALATAN DAN PROSEDUR PENGUJIAN

BAB III PERALATAN DAN PROSEDUR PENGUJIAN BAB III PERALATAN DAN PROSEDUR PENGUJIAN 3.1 PERANCANGAN ALAT PENGUJIAN Desain yang digunakan pada penelitian ini berupa alat sederhana. Alat yang di desain untuk mensirkulasikan fluida dari tanki penampungan

Lebih terperinci

SOAL TRY OUT FISIKA 2

SOAL TRY OUT FISIKA 2 SOAL TRY OUT FISIKA 2 1. Dua benda bermassa m 1 dan m 2 berjarak r satu sama lain. Bila jarak r diubah-ubah maka grafik yang menyatakan hubungan gaya interaksi kedua benda adalah A. B. C. D. E. 2. Sebuah

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN LAPORAN TUGAS AKHIR. 3.1 Rangkaian Rem. Desain alat yang digunakan pada rangkaian rem merupakan desain alat

BAB III PERANCANGAN LAPORAN TUGAS AKHIR. 3.1 Rangkaian Rem. Desain alat yang digunakan pada rangkaian rem merupakan desain alat BAB III PERANCANGAN 3.1 Rangkaian Rem Desain alat yang digunakan pada rangkaian rem merupakan desain alat yang cukup sederhana. Rangkaian rem ini dibuat untuk mengetahui analisis tekanan hidrolik pada

Lebih terperinci

Gambar 3-15 Selang output Gambar 3-16 Skema penelitian dengan sudut pipa masuk Gambar 3-17 Skema penelitian dengan sudut pipa masuk

Gambar 3-15 Selang output Gambar 3-16 Skema penelitian dengan sudut pipa masuk Gambar 3-17 Skema penelitian dengan sudut pipa masuk DAFTAR ISI Halaman Judul... i Lembar Pengesahan Dosen Pembimbing... ii Lembar Pengesahan Dosen Penguji... iii Halaman Persembahan... iv Halaman Motto... v Kata Pengantar... vi Abstrak... ix Abstract...

Lebih terperinci

PERANCANGAN OVERHEAD TRAVELLING CRANE YANG DIPAKAI DI WORKSHOP PEMBUATAN PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN KAPASITAS ANGKAT 10 TON

PERANCANGAN OVERHEAD TRAVELLING CRANE YANG DIPAKAI DI WORKSHOP PEMBUATAN PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN KAPASITAS ANGKAT 10 TON TUGAS SARJANA MESIN PEMINDAH BAHAN PERANCANGAN OVERHEAD TRAVELLING CRANE YANG DIPAKAI DI WORKSHOP PEMBUATAN PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN KAPASITAS ANGKAT 10 TON OLEH : RAMCES SITORUS NIM : 070421006 FAKULTAS

Lebih terperinci

Gambar1. Dongkrak Hidrolik

Gambar1. Dongkrak Hidrolik Dongkrak Hidrolik Dongkrak hidrolik merupakan salah satu aplikasi sederhana dari Hukum Pascal. Berikut ini prinsip kerja dongkrak hidrolik. Saat pengisap kecil diberi gaya tekan, gaya tersebut akan diteruskan

Lebih terperinci

BAB 7 ULIR DAN PEGAS A. ULIR Hal umum tentang ulir Bentuk ulir dapat terjadi bila sebuah lembaran berbentuk segitiga digulung pada sebuah silinder,

BAB 7 ULIR DAN PEGAS A. ULIR Hal umum tentang ulir Bentuk ulir dapat terjadi bila sebuah lembaran berbentuk segitiga digulung pada sebuah silinder, BAB 7 ULIR DAN PEGAS A. ULIR Hal umum tentang ulir Bentuk ulir dapat terjadi bila sebuah lembaran berbentuk segitiga digulung pada sebuah silinder, ulir pengikat pada umumnya mempunyai profil penampang

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI Sistem Transmisi

BAB II DASAR TEORI Sistem Transmisi BAB II DASAR TEORI Dasar teori yang digunakan untuk pembuatan mesin pemotong kerupuk rambak kulit adalah sistem transmisi. Berikut ini adalah pengertian-pengertian dari suatu sistem transmisi dan penjelasannya.

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alir Proses Perancangan Proses perancangan mesin peniris minyak pada kacang seperti terlihat pada gambar 3.1 berikut ini: Mulai Studi Literatur Gambar Sketsa

Lebih terperinci

KAJIAN ULANG PERENCANAAN PIPA PESAT PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA AIR (PLTA) WONOGIRI

KAJIAN ULANG PERENCANAAN PIPA PESAT PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA AIR (PLTA) WONOGIRI LAPORAN TUGAS AKHIR KAJIAN ULANG PERENCANAAN PIPA PESAT PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA AIR (PLTA) WONOGIRI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Teknik Sipil Disusun oleh : RUSWANTO

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang bertekanan lebih rendah dari tekanan atmosfir. Dalam hal ini disebut pompa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang bertekanan lebih rendah dari tekanan atmosfir. Dalam hal ini disebut pompa BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Kompresor Kompresor adalah mesin untuk memampatkan udara atau gas. Kompresor udara biasanya mengisap udara dari atsmosfir. Namun ada pula yang mengisap udara atau

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. Analisa Kekuatan Sambungan Pipa Yang Menggunakan Expansion Joint Pada Sambungan Tegak Lurus

TUGAS AKHIR. Analisa Kekuatan Sambungan Pipa Yang Menggunakan Expansion Joint Pada Sambungan Tegak Lurus TUGAS AKHIR Analisa Kekuatan Sambungan Pipa Yang Menggunakan Expansion Joint Pada Sambungan Tegak Lurus Diajukan guna melengkapi sebagian syarat dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1) Disusun Oleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Pengertian Dongkrak Dongkrak merupakan salah satu pesawat pengangkat yang digunakan untuk mengangkat beban ke posisi yang dikehendaki dengan gaya yang kecil. 2.1.1 Dongkrak

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN

BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN 3.1 Diagram Alir Proses Perancangan Proses perancangan konstruksi mesin pengupas serabut kelapa ini terlihat pada Gambar 3.1. Mulai Survei alat yang sudah ada dipasaran

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1) Disusun Oleh :

TUGAS AKHIR. Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1) Disusun Oleh : TUGAS AKHIR Perancangan Multi Spindel Drill 4 Collet Dengan PCD 90mm - 150mm Untuk Pembuatan Lubang Berdiameter Maksimum 10 mm Dengan Metode VDI 2221 Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Dalam mencapai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Cara Kerja Alat Cara kerja Mesin pemisah minyak dengan sistem gaya putar yang di control oleh waktu, mula-mula makanan yang sudah digoreng di masukan ke dalam lubang bagian

Lebih terperinci

HANDOUT. Hukum Pokok Hidrostatis & Hukum Pascal. Mata Pelajaran : Fisika Kelas / Semester : X / 2. Jumlah Pertemuan : 1 Pertemuan

HANDOUT. Hukum Pokok Hidrostatis & Hukum Pascal. Mata Pelajaran : Fisika Kelas / Semester : X / 2. Jumlah Pertemuan : 1 Pertemuan HANDOUT Hukum Pokok Hidrostatis & Hukum Pascal Sekolah : SMA Mata Pelajaran : Fisika Kelas / Semester : X / 2 Materi Pokok : Fluida Statis Jumlah Pertemuan : 1 Pertemuan Alokasi Waktu : 3 x 45 Menit A.

Lebih terperinci

Masalah aliran fluida dalam PIPA : Sistem Terbuka (Open channel) Sistem Tertutup Sistem Seri Sistem Parlel

Masalah aliran fluida dalam PIPA : Sistem Terbuka (Open channel) Sistem Tertutup Sistem Seri Sistem Parlel Konsep Aliran Fluida Masalah aliran fluida dalam PIPA : Sistem Terbuka (Open channel) Sistem Tertutup Sistem Seri Sistem Parlel Hal-hal yang diperhatikan : Sifat Fisis Fluida : Tekanan, Temperatur, Masa

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN DAN PENGUJIAN TURBIN PELTON MINI BERTEKANAN 7 BAR DENGAN DIAMETER RODA TURBIN 68 MM DAN JUMLAH SUDU 12

RANCANG BANGUN DAN PENGUJIAN TURBIN PELTON MINI BERTEKANAN 7 BAR DENGAN DIAMETER RODA TURBIN 68 MM DAN JUMLAH SUDU 12 RANCANG BANGUN DAN PENGUJIAN TURBIN PELTON MINI BERTEKANAN 7 BAR DENGAN DIAMETER RODA TURBIN 68 MM DAN JUMLAH SUDU 12 SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik DONALD SUPRI

Lebih terperinci

Bab 4 Perancangan Perangkat Gerak Otomatis

Bab 4 Perancangan Perangkat Gerak Otomatis Bab 4 Perancangan Perangkat Gerak Otomatis 4. 1 Perancangan Mekanisme Sistem Penggerak Arah Deklinasi Komponen penggerak yang dipilih yaitu ball, karena dapat mengkonversi gerakan putaran (rotasi) yang

Lebih terperinci

K13 Antiremed Kelas 10 Fisika

K13 Antiremed Kelas 10 Fisika K3 Antiremed Kelas 0 Fisika Persiapan UTS Semester Genap Halaman 0. Sebuah pegas disusun paralel dengan masingmasing konstanta sebesar k = 300 N/m dan k 2 = 600 N/m. Jika pada pegas tersebut diberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.2 TUJUAN RUMUSAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.2 TUJUAN RUMUSAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Makalah ini di susun sebagai persyaratan untuk menyelesaikan mata kuliah Sistem Pemindah Tenaga. di mana Dosen yang mengajar mata kuliah ini menuntun siswanya agar

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR A III PERENCANAAN DAN GAMAR 3.1 Diagram Alir Proses Perancangan Diagram alir adalah suatu gambaran utama yang dipergunakan untuk dasar dalam bertindak. Seperti halnya pada perancangan diperlukan suatu

Lebih terperinci

ANALISIS KOPLING SEPEDA MOTOR DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM HIDROLIK Paridawati 1)

ANALISIS KOPLING SEPEDA MOTOR DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM HIDROLIK Paridawati 1) ANALISIS KOPLING SEPEDA MOTOR DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM HIDROLIK Paridawati 1) 1) Dosen Program Studi Teknik Mesin - Universitas Islam 45, Bekasi Abstrak Kopling merupakan sebuah komponen yang terdapat

Lebih terperinci

ANALISA PERENCANAAN POMPA HYDRANT PEMADAM KEBAKARAN PADA BANGUNAN GEDUNG BERTINGKAT DELAPAN BELAS

ANALISA PERENCANAAN POMPA HYDRANT PEMADAM KEBAKARAN PADA BANGUNAN GEDUNG BERTINGKAT DELAPAN BELAS Tugas Akhir ANALISA PERENCANAAN POMPA HYDRANT PEMADAM KEBAKARAN PADA BANGUNAN GEDUNG BERTINGKAT DELAPAN BELAS Tugas Akhir ini Disusun Sebagai Salah Satu Persyaratan Meraih Gelar Sarjana Program Studi S1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Tujuan C. Rumusan Masalah BAB II PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Tujuan C. Rumusan Masalah BAB II PEMBAHASAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem Hidrolik sebetulnya sudah banyak dikenal di masyarakat dan tidak sedikit kita menemukan alat tersebut. Sistem Hidrolik mempunyai fungsi yang sangat berperan penting

Lebih terperinci

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2012

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2012 PERENCANAAN KONVAYOR SABUK UNTUK MEMINDAHKAN KAYU GERGAJIAN DARI PROSES PENGERGAJIAN SAMPAI KEPENGEMASAN PADA PABRIK PENGOLAHAN KAYU BALOK DENGAN KAPASITAS 30 TON/JAM SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. TINJAUAN PUSTAKA Potato peeler atau alat pengupas kulit kentang adalah alat bantu yang digunakan untuk mengupas kulit kentang, alat pengupas kulit kentang yang

Lebih terperinci

LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK ( LKPD )

LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK ( LKPD ) LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK ( LKPD ) Mata Pelajaran Materi Pokok : FISIKA : Fluida Statik NAMA KELOMPOK : ANGGOTA : 1.. 3. 4. 5. Kompetensi Dasar Menganalisis hukum-hukum yang berhubungan dengan fluida

Lebih terperinci

STRUKTURISASI MATERI. Fluida statis ALFIAH INDRIASTUTI

STRUKTURISASI MATERI. Fluida statis ALFIAH INDRIASTUTI STRUKTURISASI MATERI Fluida statis ALFIAH INDRIASTUTI STRUKTURISASI MATERI Fluida Statis Tekanan hidrostatik Zat Cair Gas Fluida Fluida statis Hukum Pascal Hukum Archimedes Tegangan Permukaan A. Tekanan

Lebih terperinci

PERANCANGAN TURBIN UAP PENGGERAK GENERATOR LISTRIK DENGAN DAYA 80 MW PADA INSTALASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GAS UAP

PERANCANGAN TURBIN UAP PENGGERAK GENERATOR LISTRIK DENGAN DAYA 80 MW PADA INSTALASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GAS UAP PERANCANGAN TURBIN UAP PENGGERAK GENERATOR LISTRIK DENGAN DAYA 80 MW PADA INSTALASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GAS UAP SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Lebih terperinci

Rumus bilangan Reynolds umumnya diberikan sebagai berikut:

Rumus bilangan Reynolds umumnya diberikan sebagai berikut: Dalam mekanika fluida, bilangan Reynolds adalah rasio antara gaya inersia (vsρ) terhadap gaya viskos (μ/l) yang mengkuantifikasikan hubungan kedua gaya tersebut dengan suatu kondisi aliran tertentu. Bilangan

Lebih terperinci

Kopling tetap adalah suatu elemen mesin yang berfungsi sebagai penerus putaran dan daya dari poros penggerak ke poros yang digerakkan secara pasti

Kopling tetap adalah suatu elemen mesin yang berfungsi sebagai penerus putaran dan daya dari poros penggerak ke poros yang digerakkan secara pasti Kopling tetap adalah suatu elemen mesin yang berfungsi sebagai penerus putaran dan daya dari poros penggerak ke poros yang digerakkan secara pasti (tanpa terjadi slip), dimana sumbu kedua poros tersebut

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Fluida Aliran fluida atau zat cair (termasuk uap air dan gas) dibedakan dari benda padat karena kemampuannya untuk mengalir. Fluida lebih mudah mengalir karena ikatan molekul

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK KIMIA IV DINAMIKA PROSES PADA SISTEM PENGOSONGAN TANGKI. Disusun Oleh : Zeffa Aprilasani NIM :

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK KIMIA IV DINAMIKA PROSES PADA SISTEM PENGOSONGAN TANGKI. Disusun Oleh : Zeffa Aprilasani NIM : LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK KIMIA IV DINAMIKA PROSES PADA SISTEM PENGOSONGAN TANGKI Disusun Oleh : Zeffa Aprilasani NIM : 2008430039 Fakultas Teknik Kimia Universitas Muhammadiyah Jakarta 2011 PENGOSONGAN

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN TURBIN TESLA SEBAGAI TURBIN AIR DAN ANALISA PERBANDINGAN VARIASI JUMLAH DISK DAN JARAK ANTAR DISK

RANCANG BANGUN TURBIN TESLA SEBAGAI TURBIN AIR DAN ANALISA PERBANDINGAN VARIASI JUMLAH DISK DAN JARAK ANTAR DISK RANCANG BANGUN TURBIN TESLA SEBAGAI TURBIN AIR DAN ANALISA PERBANDINGAN VARIASI JUMLAH DISK DAN JARAK ANTAR DISK SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik OLEH : DADI RIZALDI

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR PERANCANGAN MESIN ROUGH MAKER DIAMETER INTERNAL PIPA POLYPROPYLENE Ø 600

LAPORAN TUGAS AKHIR PERANCANGAN MESIN ROUGH MAKER DIAMETER INTERNAL PIPA POLYPROPYLENE Ø 600 LAPORAN TUGAS AKHIR PERANCANGAN MESIN ROUGH MAKER DIAMETER INTERNAL PIPA POLYPROPYLENE Ø 600 Diajukan Guna Memenuhi Syarat Kelulusan Mata Kuliah Tugas Akhir Pada Program Sarjana Strata Satu (S1) Disusun

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA 4.1 Identifikasi Kendaraan Gambar 4.1 Yamaha RX Z Spesifikasi Yamaha RX Z Mesin : - Tipe : 2 Langkah, satu silinder - Jenis karburator : karburator jenis piston - Sistem Pelumasan

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN KINCIR ANGIN TIPE HORIZONTAL AXIS WIND TURBINE (HAWT) UNTUK DAERAH PANTAI SELATAN JAWA

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN KINCIR ANGIN TIPE HORIZONTAL AXIS WIND TURBINE (HAWT) UNTUK DAERAH PANTAI SELATAN JAWA PERANCANGAN DAN PEMBUATAN KINCIR ANGIN TIPE HORIZONTAL AXIS WIND TURBINE (HAWT) UNTUK DAERAH PANTAI SELATAN JAWA TUGAS AKHIR Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Strata-1 Fakultas Teknik

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM DISTRIBUSI AIR BERSIH DINGIN DARI TANGKI ATAS MENUJU HOTEL PADA THE ARYA DUTA HOTEL MEDAN

PERANCANGAN SISTEM DISTRIBUSI AIR BERSIH DINGIN DARI TANGKI ATAS MENUJU HOTEL PADA THE ARYA DUTA HOTEL MEDAN PERANCANGAN SISTEM DISTRIBUSI AIR BERSIH DINGIN DARI TANGKI ATAS MENUJU HOTEL PADA THE ARYA DUTA HOTEL MEDAN SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik HATOP

Lebih terperinci

ANALISA PERPINDAHAN KALOR PADA KONDENSOR PT. KRAKATAU DAYA LISTRIK

ANALISA PERPINDAHAN KALOR PADA KONDENSOR PT. KRAKATAU DAYA LISTRIK ANALISA PERPINDAHAN KALOR PADA KONDENSOR PT. KRAKATAU DAYA LISTRIK Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan menyelesaikan Program Strata Satu (S1) pada program Studi Teknik Mesin Oleh N a m a : CHOLID

Lebih terperinci

SKRIPSI. Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi. Syarat memperoleh Gelar Sarjana Teknik OLEH : ERICK EXAPERIUS SIHITE NIM :

SKRIPSI. Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi. Syarat memperoleh Gelar Sarjana Teknik OLEH : ERICK EXAPERIUS SIHITE NIM : PERENCANAAN POMPA SENTRIFUGAL UNTUK MEMOMPAKAN CAIRAN LATEKS DARI TANGKI MOBIL KE TANGKI PENAMPUNGAN DENGAN KAPASITAS 56 TON/HARI PADA PT. INDUSTRI KARET NUSANTARA SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi

Lebih terperinci