SUKARLAN BIRRO ALLO ( )

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SUKARLAN BIRRO ALLO ( )"

Transkripsi

1 SUKARLAN BIRRO ALLO ( )

2 Latar Belakang: 1. Permasalahan kependudukan dan masalah permukiman kumuh sebagai tempat tinggal masyarakat berpenghasilan rendah. 2. Tidak ada keberlanjutan dalam program perbaikan kampung. 3. Partisipasi masyarakat dalam program perbaikan kampung masih kurang, sehingga tidak ada rasa memiliki terhadap hasil program. 4. Program perbaikan kampung yang tidak melibatkan masyarakat secara penuh dalam pelaksanaan program. 5. Sebaiknya ada konsep yang tepat dalam pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat, agar masyarakat betul-betul dapat terlibat dalam pelaksanaan program dan pemeliharaannya.

3 Rumusan Masalah: Karena kurangnya peran serta masyarakat dalam program perbaikan kampung sehingga program berjalan tidak maksimal dan tidak ada keberlanjutan pelaksanaan program. Apa yang menyebabkan tingkat partisipasi masyarakat dalam program perbaikan kampung masih belum maksimal? Tujuan Penelitian: Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk menyusun konsep partisipasi yang efektif untuk optimalisasi program perbaikan kampung Sasaran Penelitian: 1. Mengevaluasi partisipasi masyarakat dalam program perbaikan kampung (KIP dan NUSSP). 2. Mengidentifikasi faktor penyebab partisipasi masyarakat yang tidak maksimal. 3. Menganalisis faktor-faktor yang dapat meningkatkan pertisipasi masyarakat dalam program perbaikan kampung. 4. Menyusun konsep partisipasi yang efektif untuk optimalisasi program perbaikan kampung.

4 Ruang Lingkup Penelitian: Wilayah. Kota Makassar yang merupakan lokasi pelaksanaan perbaikan kampung (KIP dan NUSSP). Aspek. Yang dimaksud disini adalah bentuk partisipasi masyarakat, tingkat partisipasi masyarakat, tujuan partisipasi masyarakat dan evaluasi partisipasi masyarakat dalam upaya perbaikan lingkungan melalui program KIP dan NUSSP. Substansi. Konsep/teori mengenai partisipasi masyarakat, konsep/teori pemberdayaan masyarakat, dan progam perbaikan kampung yang telah dilaksanakan. Manfaat Penelitian: Teoritis. Menambah khasana ilmu pengetahuan. Praktis. Panduan bagi Pemerintah Kota Makassar dalam pelaksanaan program perbaikan kampung.

5 Pengertian Partisipasi: Mikkelsen, kontribusi sukarela masyarakat dalam sebuah proses pembangunan. Driyamedia, adalah keterlibatan atau keikutsertaan seseorang dalam kegiatan lingkungannya (bermasyarakat) untuk kepentingan bersama, terutama melalui kegiatankegiatan lembaga di dalam masyarakat. Alisjahbana, pelibatan orang atau pihak-pihak dalam merumuskan, melaksanakan dan mengevaluasi suatu perencanaan yang akan mempengaruhi (membawa akibat bagi) orang atau pihak-pihak tersebut. Habitat-Citynet, proses untuk melibatkan masyarakat dalam mendefenisikan permasalahan dan usaha untuk mencari pemecahan masalah. Pelibatan orang atau pihak-pihak yang berkepentingan secara aktif dalam kegiatan kemasyarakatan sejak dari perumusan masalah, pengambilan keputusan, pelaksanaannya, sampai pada tahap pertanggung jawabannya untuk kepentingan bersama.

6 Bentuk Partisipasi: (Taliziduhu Ndraha) 1. Partisipasi dalam / melalui bentuk dengan pihak lain. 2. Partisipasi dalam memperhatikan / menyerap dan memberi tanggapan dalam informasi. 3. Partisipasi dalam perencanaan pembangunan termasuk pengambilan keputusan. 4. Partisipasi dalam pelaksanaan operasional pembangunan. 5. Partisipasi dalam menerima, memelihara dan mengembangkan hasil pembangunan. 6. Partisipasi dalam menilai pembangunan yaitu keterlibatan masyarakat dalam menilai sejauh mana pelaksanaan pembangunan sesuai dengan rencana dan sejauh mana hasilnya dapat memenuhi kebutuhan masyarakat.

7 Tujuan Partisipasi: (Herman Haeruman). 1. Memberi peluang tumbuh berkembangnya kekuatan inherent yang ada dalam masyarakat. 2. Melepaskan masyarakat, khususnya yang paling lemah dan paling tertinggal dari belenggu kemiskinan dan keterbelakangan. 3. Memperkuat posisi masyarakat khususnya yang lemah dan tertinggal tadi dalam struktur dan mekanisme pembangunan sehingga memperkuat bargaining position dengan pihak-pihak lain yang lebih kuat. Dalam program perbaikan kampung, masyarakat harus dilibatkan agar dapat berperan aktif dalam proses pembangunan. Selain itu, dengan keterlibatan masyarakat, akan timbul rasa memiliki terhadap hasil pelaksanaan program perbaikan kampung. Sehingga keberlanjutan program akan terus dirasakan, utamanya pada tahap pemeliharaannya.

8 Evaluasi Partisipasi: (Harry Hikmat) Pengawasan dan evaluasi yang melibatkan masyarakat. Evaluasi partisipatif ini juga sebagai indikator bahwa masyarakat telah memiliki kekuatan dalam mengontrol proses pembangunan (citizen power). Pentingnya Partisipasi Masyarakat: (Suhaeb, Wibisana, Skinner) 1. Menumbuhkan kemandirian masyarakat dalam proses pembangunan. 2. Menjamin pelaksanaan kegiatan pembangunan dapat terlaksana dengan baik. 3. Mengurangi biaya yang dikeluarkan dalam proses pembangunan. 4. Pembangunan yang diaksanakan dapat langsung dirasakan oleh masyarakat karena usulannya langsung dari masyarakat.

9 Partisipasi Permukiman. (Turner & Ficchter) Jika penghuni(masyarakat) bebas diberi kebebasan untuk mengambil keputusan dan bebas memberi kontribusinya pada desain, konstruksi atau manajemen rumahnya dan turut serta dalam proses dan produksi lingkungannya maka akan merangsang tumbuhnya timbal balik antara individu dan lingkungan sosialnya. Tetapi jika orang (masyarakat) tidak diberi kesempatan untuk mengontrolnya atau tidak diberi kesempatan untuk mengambil keputusan yang penting dalam proses perumahan, maka lingkungan perumahan tersebut tidak akan berkelanjutan. (Simond) Sebuah permukiman tidak hanya sebuah penataan yang terdiri dari pola jalan, perumahan, saluran air bersih dan infrastruktur lainnya. Tetapi juga bentukan dari aktivitas yang berkembang terus-menerus.

10 KIP. Konsep KIP dapat dikategorikan sebagai: konsep politis, konsep proyek pekerjaan umum, konsep perumahan, konsep dengan peran serta masyarakat, konsep pengembangan kota. Kegitan yang dilaksanakan dalam program KIP : perbaikan fisik lingkungan, pengembangan masyarakat/sumberdaya manusia, pengembangan usaha kecilmenengah, perbaikan rumah. NUSSP. Komponen program: 1. Meningkatnya daya kritis warga masyarakat terhadap permasalahan perumahan dan permukiman. 2. Terbangunnya BKM sebagai representasi warga setempat yang dapat melaksanakan peran dan fungsinya secara efektif. 3. Terwujudnya Neighborhood Upgrading Plans (NUPs) yang representative 4. Terbangunanya chanelling dan kerja sama dengan berbagai lembaga dan dinas pemerintah. 5. Terbangunnya kontrol sosial dan manajemen yang efektif dan berkelanjutan. 6. Terbangunnya kemampuan masyarakat baik secara individu maupun kolektif dalam memenuhi kebutuhan perumahan.

11 PERMASALAHAN Partisipasi Masyarakat Dalam Program Perbaikan Kampung Masih Rendah Tujuan Penelitian Kajian Pustaka Pengumpulan Data Jenis : Penelitian kualitatif deskriptif yaitu lukisan realitas yang kompleks di dalam masyarakat sehingga hubungan yang diinginkan dapat tercapai. Data Primer: Kuisioner. Masyarakat. Koordinator Program BKM. Tenaga Teknis. Wawancara. Tenaga Teknis Dinas PU Tokoh Masyarakat Analisa Data dan Pembahasan Evaluasi partisipasi masyarakat dalam program perbaikan kampung (Analisa Deskriptif Kuantitatif) Data Sekunder: Laporan Pelaksanaan KIP & NUSSP. Data BPS. Identifikasi faktor dpenyebab partisipasi tidak maksimal dan analisis faktor yang meningkatkan partisipasi masyarakat (Analisa Faktor) Menyusun konsep partisipasi yang efektif untuk optimalisasi program perbaikan kampung (Analisa Triangulasi) Metode penelitian : pengamatan langsung, wawancara, kuisioner dan pemanfaatan dokumen. Hasil akhir : analisa deskriptif yang berupa tulisan. Data yang diperoleh : Data primer. Data sekunder. Konsep Peningkatan Partisipasi Masyarakat Dalam Program Perbaikan Kampung

12 Teknik Analisa. Analisa Deskriptif Kuantitatif : Untuk menjelaskan dengan sistematis hasil evaluasi pastisipasi masyarakat dalam program perbaikan kampung. Bentuknya yaitu deskripsi dari bentuk statistik data. Analisa Faktor : Untuk mengidentifikasi faktor penyebab partisipasi masyarakat yang tidak maksimal, dan untuk mengenalisis faktor-faktor yang dapat meningkatkan partisipasi masyarakat dalam program perbaikan kampung. Data yang diolah adalah data dari hasil kuisioner. Faktor hasil analisa di deskripsikan lebih lanjut. Analisa Triangualasi : Analisa Triangulasi yang dilakukan untuk menyusun konsep peningkatan partisipasi masyarakat dalam program perbaikan kampung di Kota Makassar yang dilakukan dengan menarik suatu konklusi yang sesuai dari tiga substansi yang disatukan.

13 Evaluasi partisipasi masyarakat dalam program perbaikan kampung Evaluasi terhadap partisipasi masyarakat dalam program perbaikan kampung.merupakan acuan penilaian partisipasi masyarakat dilakukan berdasarkan: Tingkat pendidikan. Besarnya penghasilan. Jenis pekerjaan. Dari hasil penggolongan masyarakat berdasarkan kategori tersebut, selanjutnya dinilai bentuk partisipasi dan kedalaman partisipasinya.

14 Faktor penyebab partisipasi yang tidak maksimal 1. Faktor 1 terdiri dari variabel Kondisi Alam, Kesadaran Masyarakat, Kemampuan Berinteraksi, Keragaman Etnis, Pelibatan Masyarakat. Untuk selanjutnya diberi nama Faktor Sosial. 2. Faktor 2 terdiri dari variabel Tingkat Pendidikan, Kondisi Ekonomi, Pekerjaan. Untuk selanjutnya diberi nama Faktor Ekonomi. 3. Faktor 3 terdiri dari variabel Dominasi Kelompok Elit Lokal, Kelembagaan Masyarakat. Untuk selanjutnya diberi nama Faktor Kelembagaan. 4. Faktor 4 terdiri dari variabel Koordinasi/Informasi, Waktu Pelaksanaan. Untuk selanjutnya diberi nama Sosialisasi Program.

15 Faktor yang dapat meningkatkan partisipasi masyarakat 1.Faktor 1 terdiri dari variabel Sosialisasi/Informasi, Kultur/Budaya, Dampak Program. Untuk selanjutnya diberi nama Faktor Sosial Budaya dan Dampak Program. 2.Faktor 2 terdiri dari variabel Prosedur Kegiatan, Peran Fasilitator, Monitoring dan Evaluasi, Kebebasan Mengutarakan Pendapat. Untuk selanjutnya diberi nama Faktor Pelaksanaan Program. 3.Faktor 3 terdiri dari variabel Keyakinan/Agama, Kesehatan. Untuk selanjutnya diberi nama Faktor Agama dan Kesehatan. 4.Faktor 4 terdiri dari variabel Pelatihan, Pendidikan. Untuk selanjutnya diberi nama Faktor Pendidikan dan Pelatihan. 5.Faktor 5 terdiri dari variabel Kelembagaan Lokal. Untuk selanjutnya diberi nama Faktor Kelembagaan Lokal.

16 Konsep partisipasi yang efektif untuk optimalisasi program perbaikan kampung Kajian Pustaka Faktor yang meningkatkan partisipasi di Kota Makassar Contoh Kasus Kota Surabaya Analisa Triangulasi Konsep Partisipasi yang Efektif Dalam Program Perbaikan Kampung

17 Konsep partisipasi yang efektif untuk optimalisasi program perbaikan kampung. 1.Proses komunikasi dan penyampaian informasi kepada masyarakat mulai dari awal pelaksanaan sampai masa pemeliharaan, ini dimaksudkan agar tercipta keberlanjutan program perbaikan kampung. Penyampaian informasi sebaiknya melibatkan semua pihak terkait, utamanya BKM. 2.Peningkatan peran tokoh masyarakat. Peran tokoh masyarakat yang dimaksud adalah metode yang digunakan untuk memasukkan unsur budaya lokal (Budaya Siri ) agar masyarakat dapat lebih berpartisipasi. 3.Mutu dan dampak program serta hasil yang akan dicapai ditingkatkan, tidak hanya perbaikan lingkungan tetapi juga pada pembinaan sumberdaya manusia seperti pelatihan keterampilan menjahit. Fungsi dari pembinaan keterampilan ini untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. 4.Peningkatan jumlah kegiatan sejenis yang lebih melibatkan masyarakat secara penuh agar masyarakat lebih terlatih untuk ikut dalam proses pembangunan. Dengan semakin banyaknya program sejenis, maka masyarakat akan lebih terampil dalam pelaksanaan program sejenis. 5.Peranan fasilitator diupayakan seefektif mungkin, agar peran masyarakat dalam program perbaikan kampung menjadi lebih baik. 6.Pelaksanaan monitoring pelaksanaan program dan evaluasi yang rutin terhadap pelaksanaan program. Monitoring dilaksanakan secara periodik seperti pertemuan mingguan untuk membahas kemajuan pelaksanaan kegiatan.

18 Konsep partisipasi yang efektif untuk optimalisasi program perbaikan kampung 7.Pemberian kebebasan yang lebih kepada masyarakat dalam mengeksploitasi kemampuannya. Kemampuan yang dimaksud yaitu pada tahapan perencanaan dan sampai tahapan pemeliharaan. 8.Penyuluhan kepada masyarakat dilakukan melalui kegiatan keagamaan seperti pengajian, dan lain-lain. 9.Kualitas kesehatan masyarakat semakin ditingkatkan dengan cara kerja bakti membersihkan lingkungan serta penyuluhan dan pembinaan kesehatan rutin yang dapat dirangkaikan dengan kegiatan lain seperti monitoring mingguan. Dengan kualitas kesehatan yang baik, maka peran masyarakat akan lebih baik. 10.Pembinaan kualitas pendidikan dan kesadaran masyarakat melalui anggota masyarakat lain yang memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi. 11.Peningkatan keterampilan masyarakat melalui pelatihan, baik yang formal atau nonformal. 12.Lembaga lokal ditingkatkan kualitasnya dan jika perlu ada pembentukan lembaga yang baru dengan atau tanpa adanya program perbaikan kampung. Lembaga/kelompok lokal yang dibentuk berupa lembaga sosial kemasyarakatan, kelompok kesenian, kelompok pembinaan kepemudaan.

19 Kesimpulan: Optimalisasi program perbaikan kampung dilakukan dengan peningkatan partisipasi masyarakat. Untuk peningkatan partisipasi masyarakat dapat dilakukan dengan : 1. Peningkatan elemen program : peningkatan dampak program, perbaikan prosedur kegiatan, peningkatan kualitas monitoring dan evaluasi kegiatan, serta pemberian kebebasan bagi masyarakat dalam mengeksploitasi kemampuannya. 2. Peningkatan elemen sosial kemasyarakatan : peningkatan sosialisasi dan informasi, penggunaan unsur budaya lokal dan kearifan lokal, peningkatan kualitas pendidikan, peningktan kualitas kesehatan, pemberian pelatihan kepada masyarakat, dan penngkatan kualitas dan kuantitas kelembagaan lokal. Saran: 1. Perlu adanya kebijakan dari pemerintah pusat maupun daerah untuk mendukung pemberdayaan masyarakat sejak sosialisasi sampai dengan masa pemeliharaan hasil kegiatan. Ini dilakukan untuk menumbuhkan kemandirian masyarakat dalam proses pembangunan. Kebijakan yang diambil oleh pemerintah hendaknya ikut memperhatikan kondisi masyarakat setempat serta nilai sosial yang ada dalam masyarakat. 2. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk meneliti secara spesifik nilai-nilai sosial yang ada dalam masyarakat.

20

Konsep Optimalisasi Program Perbaikan Kampung Malalui Peningkatan Partisipasi Masyarakat Di Kota Makassar

Konsep Optimalisasi Program Perbaikan Kampung Malalui Peningkatan Partisipasi Masyarakat Di Kota Makassar Konsep Optimalisasi Program Perbaikan Kampung Malalui Peningkatan Partisipasi Masyarakat Di Kota Makassar Sukarlan Birro Allo 1) Prof. Ir. Johan Silas 2) Dr.Ir. Rimadewi Supriharjo, MIP 3) Abstrak Untuk

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Dari keseluruhan proses analisis dan pembahasan untuk merumuskan arahan penataan lingkungan permukiman kumuh di Wilayah Kecamatan Semampir melalui pendekatan

Lebih terperinci

Penataan Lingkungan Permukiman Kumuh Di Wilayah Kecamatan Semampir Kota Surabaya Melalui Pendekatan Partisipasi Masyarakat

Penataan Lingkungan Permukiman Kumuh Di Wilayah Kecamatan Semampir Kota Surabaya Melalui Pendekatan Partisipasi Masyarakat Penataan Lingkungan Permukiman Kumuh Di Wilayah Kecamatan Semampir Kota Surabaya Melalui Pendekatan Partisipasi Masyarakat PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

Lebih terperinci

SIDANG UJIAN TUGAS AKHIR

SIDANG UJIAN TUGAS AKHIR SIDANG UJIAN TUGAS AKHIR PENINGKATAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PERBAIKAN LINGKUNGAN FISIK PERMUKIMAN (STUDI KASUS : KECAMATAN RUNGKUT) Disusun Oleh: Jeffrey Arrahman Prilaksono 3608 100 077 Dosen Pembimbing:

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penerima program pembangunan karena hanya dengan adanya partisipasi dari

I. PENDAHULUAN. penerima program pembangunan karena hanya dengan adanya partisipasi dari I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Strategi pembangunan yang berorientasi pada pembangunan manusia dalam pelaksanaannya sangat mensyaratkan keterlibatan langsung dari masyarakat penerima program

Lebih terperinci

RANCANGAN PROGRAM RENCANA AKSI PENGEMBANGAN KBU PKBM MITRA MANDIRI

RANCANGAN PROGRAM RENCANA AKSI PENGEMBANGAN KBU PKBM MITRA MANDIRI RANCANGAN PROGRAM RENCANA AKSI PENGEMBANGAN KBU PKBM MITRA MANDIRI Dalam rangka mendapatkan strategi pengembangan KBU PKBM Mitra Mandiri dalam upaya pemberdayaan masyarakat, sebagaimana tujuan dari kajian

Lebih terperinci

Kriteria PELESTARIAN KAWASAN CAGAR BUDAYA BERBASIS PARTISIPASI MASYARAKAT DI KAMPUNG PENELEH KOTA SURABAYA

Kriteria PELESTARIAN KAWASAN CAGAR BUDAYA BERBASIS PARTISIPASI MASYARAKAT DI KAMPUNG PENELEH KOTA SURABAYA TUGAS AKHIR (PW 09-1328) Kriteria PELESTARIAN KAWASAN CAGAR BUDAYA BERBASIS PARTISIPASI MASYARAKAT DI KAMPUNG PENELEH KOTA SURABAYA Dosen pembimbing: Dr. Ir. RIMADEWI SUPRIHARJO, MIP OLEH: NINDYA ROSITA

Lebih terperinci

H., 2014 PROGRAM PENYED IAAN AIR MINUM D AN SANITASI BERBASIS MASYARAKAT ( PAMSIMAS ) D ALAM MENUMBUHKAN PERILAKU HID UP SEHAT

H., 2014 PROGRAM PENYED IAAN AIR MINUM D AN SANITASI BERBASIS MASYARAKAT ( PAMSIMAS ) D ALAM MENUMBUHKAN PERILAKU HID UP SEHAT BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tujuan pembangunan nasional secara umum adalah membangun bangsa yang maju, mandiri dan sejahtera. Hal ini sesuai dengan tujuan yang tercantum dalam alinea

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan paradigma pembangunan pada masa orde baru, dari sistem sentralistik ke sistem desentralistik bertujuan untuk memberikan pelimpahan wewenang kepada otonomi daerah

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan uraian pada bab 5 dapat disimpulkan bahwa latar belakang dilaksanakannya program pengelolaan lingkungan di Kampung Margorukun adalah untuk menghilangkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Badan Keswadayaan Masyarakat ( BKM) dan fungsi BKM Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) merupakan suatu institusi/ lembaga masyarakat yang berbentuk paguyuban, dengan

Lebih terperinci

BAB. 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB. 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB. 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Berdasarkan serangkaian tahapan penelitian ini dapat dirumuskan beberapa kesimpulan, antara lain : I. Faktor-faktor yang berpengaruh pada lingkungan sekitarnya

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini berisi rangkuman hasil temuan studi dan kesimpulan studi, rekomendasi studi, kelemahan studi, dan saran bagi studi lanjutan. Rangkuman hasil temuan studi dan kesimpulan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI KAJIAN

BAB III METODOLOGI KAJIAN BAB III METODOLOGI KAJIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Dalam menjalankan upaya penanggulangan kemiskinan di wilayah kerjanya, maka Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) membutuhkan suatu kerangka pelaksanaan program

Lebih terperinci

Permasalahan Perumahan dan Permukiman di Indonesia

Permasalahan Perumahan dan Permukiman di Indonesia Permasalahan Perumahan dan Permukiman di Indonesia A. Pertumbuhan Penduduk Laju pertambahan penduduk secara nasional tinggi (2,3% per tahun) dan penurunan jumlah jiwa per keluarga dari 4,9 jiwa/keluarga

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN DAN HASIL KEGIATAN

BAB III PELAKSANAAN DAN HASIL KEGIATAN BAB III PELAKSANAAN DAN HASIL KEGIATAN A. Lokasi Kegiatan Program pengabdian pada masyarakat yang dilakukan di Kelurahan Sukapada merupakan program berkelanjutan yang dimulai sejak bulan Mei 2007. Pada

Lebih terperinci

Pertanyaan dan jawaban tersebut adalah sebagai berikut : perkotaan yang dilaksanakan di Desa Dagang Kelambir?

Pertanyaan dan jawaban tersebut adalah sebagai berikut : perkotaan yang dilaksanakan di Desa Dagang Kelambir? Lampiran Wawancara Pertanyaan dan jawaban tersebut adalah sebagai berikut : 1. Apa ukuran kebijakan dalam program penanggulangan kemiskinan di Ukuran dan tujuan kebijakan yang dilakukan dalam program P2KP

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab V ini peneliti akan menyimpulkan hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti berdasarkan hasil dari semua instrumen penelitian, diantaranya meliputi hasil observasi,

Lebih terperinci

BAB IV PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA DAN POTENSI PARIWISATA DI DESA KAMPUNG BARU KECAMATAN KOTA AGUNG TIMUR KABUPATEN TANGGAMUS

BAB IV PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA DAN POTENSI PARIWISATA DI DESA KAMPUNG BARU KECAMATAN KOTA AGUNG TIMUR KABUPATEN TANGGAMUS BAB IV PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA DAN POTENSI PARIWISATA DI DESA KAMPUNG BARU KECAMATAN KOTA AGUNG TIMUR KABUPATEN TANGGAMUS A. Potensi Sumber Daya Pengembangan Wisata di Desa Kampung Baru Kecamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan pedesaan merupakan bagian integral dari pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan pedesaan merupakan bagian integral dari pembangunan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan pedesaan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional. Pembangunan pedesaan adalah bagian dari usaha peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Monitoring dan Evaluasi dalam Program Pemberdayaan

BAB I PENDAHULUAN. 1 Monitoring dan Evaluasi dalam Program Pemberdayaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka menjalankan sebuah program pemberadayaan masyarakat dibutuhkan perencanaan yang sistematis, perencanaan yang baik akan terlihat dari singkronisasi antara

Lebih terperinci

VIII. PENYUSUNAN PROGRAM PENGUATAN KELEMBAGAAN UAB TIRTA KENCANA

VIII. PENYUSUNAN PROGRAM PENGUATAN KELEMBAGAAN UAB TIRTA KENCANA 92 VIII. PENYUSUNAN PROGRAM PENGUATAN KELEMBAGAAN UAB TIRTA KENCANA 8.1. Identifikasi Potensi, Masalah dan Kebutuhan Masyarakat 8.1.1. Identifikasi Potensi Potensi masyarakat adalah segala sesuatu yang

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI GROBOGAN NOMOR 42 TAHUN 2010 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GROBOGAN,

PERATURAN BUPATI GROBOGAN NOMOR 42 TAHUN 2010 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GROBOGAN, PERATURAN BUPATI GROBOGAN NOMOR 42 TAHUN 2010 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GROBOGAN, Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan pasal 63 Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

Pembatasan Pengertian Perencanaan Partisipatif

Pembatasan Pengertian Perencanaan Partisipatif 1 Pembatasan Pengertian Perencanaan Partisipatif (a) Perencanaan Partisipatif disebut sebagai model perencanaan yang menerapkan konsep partisipasi, yaitu pola perencanaan yang melibatkan semua pihak (pelaku)

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 81 TAHUN 2006

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 81 TAHUN 2006 SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 81 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN BANTUAN / HIBAH LANGSUNG KEPADA MASYARAKAT UNTUK PELAKSANAAN NEIGHBORHOOD UPGRADING AND SHELTER SECTOR

Lebih terperinci

III. METODE KAJIAN 3.1. Tipe Kajian 3.2. Aras Kajian 3.3. Strategi Kajian

III. METODE KAJIAN 3.1. Tipe Kajian 3.2. Aras Kajian 3.3. Strategi Kajian 34 III. METODE KAJIAN 3.1. Tipe Kajian Kajian ini menggunakan tindak eksplanatif. Tindak eksplanatif adalah suatu kajian yang menggali informasi dengan mengamati interaksi dalam masyarakat. Interaksi yang

Lebih terperinci

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 27 TAHUN 2011

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 27 TAHUN 2011 BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 27 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN KEGIATAN PENDAMPINGAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN DAN PENDAMPINGAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN

Lebih terperinci

PERENCANAAN PARTISIPATIF

PERENCANAAN PARTISIPATIF PERENCANAAN PARTISIPATIF Pengertian Perencanaan Pengertian perencanaan memiliki banyak makna sesuai dengan pandangan masing-masing ahli dan belum terdapat batasan yang dapat diterima secara umum. Pengertian

Lebih terperinci

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG - 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi sebagai persyaratan memperoleh Gelar Sarjana pada FISIP UPN Veteran Jawa Timur. Oleh :

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi sebagai persyaratan memperoleh Gelar Sarjana pada FISIP UPN Veteran Jawa Timur. Oleh : PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT ( PNPM ) MANDIRI DI KELURAHAN PETEMON KECAMATAN SAWAHAN KOTA SURABAYA (studi mengenai Pengelola Lingkungan) SKRIPSI Diajukan untuk

Lebih terperinci

Penyediaan Air Minum Berbasis Masyarakat (PAM BM) 1. Pedoman umum

Penyediaan Air Minum Berbasis Masyarakat (PAM BM) 1. Pedoman umum Pd T-05-2005-C Penyediaan Air Minum Berbasis Masyarakat (P BM) 1. Pedoman umum 1 Ruang lingkup Pedoman ini meliputi ketentuan umum dalam penyelenggaraan, kelembagaan, pembiayaan, pembangunan prasarana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai pendahuluan yang merupakan bagian

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai pendahuluan yang merupakan bagian BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas mengenai pendahuluan yang merupakan bagian awal dari suatu penelitian. Bab pendahuluan ini terdiri dari latar belakang masalah yang menjelaskan timbulnya alasan-alasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhannya sesuai dengan kehidupan yang layak. Kemiskinan

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhannya sesuai dengan kehidupan yang layak. Kemiskinan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kemiskinan merupakan kondisi ketidakmampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhannya sesuai dengan kehidupan yang layak. Kemiskinan memiliki ciri yang berbeda

Lebih terperinci

PERMUKIMAN UNTUK PENGEMBANGAN KUALITAS HIDUP SECARA BERKELANJUTAN. BAHAN SIDANG KABINET 13 Desember 2001

PERMUKIMAN UNTUK PENGEMBANGAN KUALITAS HIDUP SECARA BERKELANJUTAN. BAHAN SIDANG KABINET 13 Desember 2001 PERMUKIMAN UNTUK PENGEMBANGAN KUALITAS HIDUP SECARA BERKELANJUTAN BAHAN SIDANG KABINET 13 Desember 2001 PERMUKIMAN DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN Agenda 21 yang dicanangkan di Rio de Janeiro tahun 1992

Lebih terperinci

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 156 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari hasil dan pembahasan yang telah dilakukan, dari penelitian ini didapati kesimpulan dan temuan-temuan sebagai berikut: 1. Karakteristik fisik permukiman kampung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibahas karena tidak hanya menyangkut kehidupan seseorang, tetapi akan

BAB I PENDAHULUAN. dibahas karena tidak hanya menyangkut kehidupan seseorang, tetapi akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu permasalahan sosial yang sangat kompleks di Indonesia adalah kemiskinan. Dari tahun ke tahun kemiskinan menjadi topik yang hangat untuk dibahas karena

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak pertengahan 1997 lalu, membawa dampak yang sangat besar terhadap hampir semua lapisan masyarakat. Angka kemiskinan dan pengangguran

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. sebelumnya, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. sebelumnya, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 207 BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dianalisis dan dibahas pada bab sebelumnya, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Bentuk/jenis kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh orang dewasa. Hal ini disebabkan oleh anak-anak yang dianggap masih

BAB I PENDAHULUAN. oleh orang dewasa. Hal ini disebabkan oleh anak-anak yang dianggap masih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak-anak pada dasarnya merupakan kaum lemah yang harus dilindungi oleh orang dewasa. Hal ini disebabkan oleh anak-anak yang dianggap masih membutuhkan bimbingan orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai salah satu negara berkembang, pertumbuhan kota di Indonesia terjadi secara pesat. Pertumbuhan kota yang pesat ini dapat disebabkan oleh tingginya pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kota dengan segala macam aktivitasnya menawarkan berbagai ragam

BAB I PENDAHULUAN. Kota dengan segala macam aktivitasnya menawarkan berbagai ragam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota dengan segala macam aktivitasnya menawarkan berbagai ragam potensi, peluang dan keuntungan dalam segala hal. Kota juga menyediakan lebih banyak ide dan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 129 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian mengenai Konsep Penataan Kawasan Permukiman Kumuh di kelurahan Kampung Makasar dan Soa-sio, kota Ternate,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul Penataan Lingkungan Permukiman : Berbasis : Komunitas :

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul Penataan Lingkungan Permukiman : Berbasis : Komunitas : BAB I PENDAHULUAN 1. 1.1. Pengertian Judul Judul laporan Dasar Program Perancangan Dan Perancangan Arsitektur (DP3A) yang diangkat adalah Penataan Lingkungan Permukiman Berbasis Komunitas di Desa Jomblang

Lebih terperinci

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Sanitasi di Indonesia telah ditetapkan dalam misi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJMPN) tahun 2005 2025 Pemerintah Indonesia. Berbagai langkah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN PENDEKATAN PENELITIAN TAHAPAN PENELITIAN METODE PENGUMPULAN DATA METODE ANALISA VARIABEL PENELITIAN METODE SAMPLING BAB III METODE PENELITIAN 10 PENDEKATAN PENELITIAN Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 09 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN KOMUNITAS ADAT TERPENCIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 09 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN KOMUNITAS ADAT TERPENCIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 09 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN KOMUNITAS ADAT TERPENCIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa untuk

Lebih terperinci

KONSEP REVITALISASI PERMUKIMAN DI KAWASAN TUA KASTEEL NIEUW VICTORIA KOTA AMBON. oleh

KONSEP REVITALISASI PERMUKIMAN DI KAWASAN TUA KASTEEL NIEUW VICTORIA KOTA AMBON. oleh KONSEP REVITALISASI PERMUKIMAN DI KAWASAN TUA KASTEEL NIEUW VICTORIA KOTA AMBON oleh DIANE ELIZABETH DE YONG 3208201830 Latar Belakang PENDAHULUAN Bangsa Portugis membangun benteng tahun 1588 dan diberi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lapisan masyarakat yang dalam kondisi tidak mampu untuk melepaskan diri dari

I. PENDAHULUAN. lapisan masyarakat yang dalam kondisi tidak mampu untuk melepaskan diri dari 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat yang dalam kondisi tidak mampu untuk melepaskan diri dari perangkap

Lebih terperinci

perbaikan pola hidup diagnosa treatment

perbaikan pola hidup diagnosa treatment Zero Slum perbaikan pola hidup diagnosa treatment FISIK ALAMI Lebih dari satu satuan perumahan yang: Bangunannya tidak teratur Kepadatan bangunan tinggi Rumah tidak layak huni Sarana tidak memenuhi syarat

Lebih terperinci

MAKALAH DASAR - DASAR PENYULUHAN ( PENYULUHAN BERAZASKAN PARTISIPATIF ) DOSEN PENGAMPU: Drs. AKIMI. MM

MAKALAH DASAR - DASAR PENYULUHAN ( PENYULUHAN BERAZASKAN PARTISIPATIF ) DOSEN PENGAMPU: Drs. AKIMI. MM MAKALAH DASAR - DASAR PENYULUHAN ( PENYULUHAN BERAZASKAN PARTISIPATIF ) DOSEN PENGAMPU: Drs. AKIMI. MM SEMESTER. I JUNAIDI PANGERAN SAPUTRA NIRM: 06.2.4.10.375 SEKOLAH TINGGI PENYULUHAN PERTANIAN MAGELANG

Lebih terperinci

Jurnal EMPOWERMENT Volume 1, Nomor 2 September 2012, ISSN No Sutaryat Trisnamansyah, 2 Tri Jeni Fitriani

Jurnal EMPOWERMENT Volume 1, Nomor 2 September 2012, ISSN No Sutaryat Trisnamansyah, 2 Tri Jeni Fitriani PERAN SERTA MASYARAKAT UNTUK MEWUJUDKAN MILLENIUM DEVELOPMENT GOALs 2015 BIDANG KESEHATAN ( TUJUAN KE 4 DAN KE 5 ) MELALUI PENDEKATAN KELAS IBU ( Studi Kasus di Desa Mekarsari Kecamatan Ciparay Kabupaten

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN WILAYAH PERMUKIMAN DENGAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT studi kasus : kawasan permukiman Kalianak Surabaya

PEMBANGUNAN WILAYAH PERMUKIMAN DENGAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT studi kasus : kawasan permukiman Kalianak Surabaya 1 PEMBANGUNAN WILAYAH PERMUKIMAN DENGAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT studi kasus : kawasan permukiman Kalianak Surabaya Ir. Wiwik Widyo W., MT. Jurusan Teknik Arsitektur, FTSP - ITATS Jl. Arief Rachman Hakim

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Desa Bogak merupakan wilayah pesisir yang terletak di Kecamatan Tanjung Tiram

BAB I PENDAHULUAN. Desa Bogak merupakan wilayah pesisir yang terletak di Kecamatan Tanjung Tiram BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Desa Bogak merupakan wilayah pesisir yang terletak di Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara Provinsi Sumatera Utara. Sebagai desa yang berada di wilayah pesisir,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun-2008-penduduk-miskin-turun-221-juta-.html (diakses 19 Oktober 2009)

BAB I PENDAHULUAN. tahun-2008-penduduk-miskin-turun-221-juta-.html (diakses 19 Oktober 2009) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan memiliki konsep yang beragam. Kemiskinan menurut Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Republik Indonesia (TKPKRI, 2008) didefinisikan sebagai suatu

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

VII. PERUMUSAN STRATEGI DAN PROGRAM PROMOSI KESEHATAN DI DESA JEBED SELATAN

VII. PERUMUSAN STRATEGI DAN PROGRAM PROMOSI KESEHATAN DI DESA JEBED SELATAN VII. PERUMUSAN STRATEGI DAN PROGRAM PROMOSI KESEHATAN DI DESA JEBED SELATAN Program Promosi Kesehatan adalah upaya meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat

Lebih terperinci

BUPATI TANAH BUMBU PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 12 TAHUN TENTANG SISTEM PENGELOLAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF DAERAH

BUPATI TANAH BUMBU PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 12 TAHUN TENTANG SISTEM PENGELOLAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF DAERAH BUPATI TANAH BUMBU PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM PENGELOLAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANAH BUMBU, Menimbang

Lebih terperinci

BAB VIII STRATEGI DAN PROGRAM PEMBERDAYAAN FAKIR MISKIN

BAB VIII STRATEGI DAN PROGRAM PEMBERDAYAAN FAKIR MISKIN 111 BAB VIII STRATEGI DAN PROGRAM PEMBERDAYAAN FAKIR MISKIN Sekalipun pelaksanaan P2FM-BLPS di Kabupaten Bogor mengalami berbagai kendala, namun program tersebut sangat mendukung kebijakan pemberdayaan

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I P E N D A H U L U A N BAB I P E N D A H U L U A N 1.1 Latar Belakang Pemerintah mempunyai program penanggulangan kemiskinan yang ditujukan untuk kesejahteraan masyarakat baik dari segi sosial maupun dalam hal ekonomi. Salah

Lebih terperinci

Semakin tinggi tingkat pendidikan petani akan semakin mudah bagi petani tersebut menyerap suatu inovasi atau teknologi, yang mana para anggotanya terd

Semakin tinggi tingkat pendidikan petani akan semakin mudah bagi petani tersebut menyerap suatu inovasi atau teknologi, yang mana para anggotanya terd BAB IPENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menjadikan sektor pertanian yang iiandal dalam menghadapi segala perubahan dan tantangan, perlu pembenahan berbagai aspek, salah satunya adalah faktor kualitas sumber

Lebih terperinci

BAB II PENDAYAGUNAAN ZAKAT PRODUKTIF DALAM PENGEMBANGAN EKONOMI MUSTAH{IQ. pemberdayaan melalui berbagai program yang berdampak positif (mas}lahat)

BAB II PENDAYAGUNAAN ZAKAT PRODUKTIF DALAM PENGEMBANGAN EKONOMI MUSTAH{IQ. pemberdayaan melalui berbagai program yang berdampak positif (mas}lahat) BAB II PENDAYAGUNAAN ZAKAT PRODUKTIF DALAM PENGEMBANGAN EKONOMI MUSTAH{IQ A. Pendayagunaan Zakat Produktif Pendayagunaan zakat adalah bentuk pemanfaatan dana zakat secara maksimum tanpa mengurangi nilai

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Banyuroto, Kecamatan Sawangan,

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Banyuroto, Kecamatan Sawangan, IV. METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Banyuroto, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang tempat program Prima Tani dilaksanakan. Lokasi penelitian ini

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN. (Lembaran Resmi Kabupaten Sleman) Nomor: 2 Tahun 2014 Seri E BUPATI SLEMAN PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN. (Lembaran Resmi Kabupaten Sleman) Nomor: 2 Tahun 2014 Seri E BUPATI SLEMAN PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN (Lembaran Resmi Kabupaten Sleman) Nomor: 2 Tahun 2014 Seri E BUPATI SLEMAN PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 45 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DASAR BERBASIS MASYARAKAT KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2014

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 45 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DASAR BERBASIS MASYARAKAT KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2014 PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 45 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DASAR BERBASIS MASYARAKAT KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG,

Lebih terperinci

BAB V INDIKASI PERMASALAHAN DAN OPSI PENGEMBANGAN SANITASI

BAB V INDIKASI PERMASALAHAN DAN OPSI PENGEMBANGAN SANITASI BAB V INDIKASI PERMASALAHAN DAN OPSI PENGEMBANGAN SANITASI 5.1 Area Beresiko Tinggi dan Permasalahan Utama Tabel 5.1 Area Beresiko Kabupaten Madiun Penilaian terhadap area beresiko untuk Kabupaten Madiun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daya alam maupun sumber daya manusia yang rendah. timbulnya perkumpulan dan perhimpunan sukarela (voluntary association).

BAB I PENDAHULUAN. daya alam maupun sumber daya manusia yang rendah. timbulnya perkumpulan dan perhimpunan sukarela (voluntary association). BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PLAN Internasional adalah salah satu lembaga swadaya masyarakat yang berpusat pada anak, tetapi salah satu dari misi Plan ini ada yang mencoba untuk turut juga memperhatikan

Lebih terperinci

Strategi Sanitasi Kabupaten ( Refisi 2012 )

Strategi Sanitasi Kabupaten ( Refisi 2012 ) 6.1 Gambaran Umum Struktur Monitoring dan Evaluasi Tujuan utama strategi Monev ini adalah menetapkan kerangka kerja untuk mengukur dan memperbaharui kondisi dasar sanitasi, juga memantau dampak, hasil

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. prasarana lingkungan di kawasan Kelurahan Tegalpanggung Kota Yogyakarta ini

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. prasarana lingkungan di kawasan Kelurahan Tegalpanggung Kota Yogyakarta ini BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan Kesimpulan dari evaluasi pelaksanaan program Penataan dan peremajaan prasarana lingkungan di kawasan Kelurahan Tegalpanggung Kota Yogyakarta ini antara lain:

Lebih terperinci

SIDANG TESIS MAHASISWA: ARIF WAHYU KRISTIANTO NRP DOSEN PEMBIMBING : Ir. SRI AMIRANTI SASTRO HUTOMO, MS

SIDANG TESIS MAHASISWA: ARIF WAHYU KRISTIANTO NRP DOSEN PEMBIMBING : Ir. SRI AMIRANTI SASTRO HUTOMO, MS SIDANG TESIS PENINGKATAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR JALAN (Studi Kasus Pelaksanaan Program Pembangunan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) di Desa Campurejo Kecamatan Panceng Kabupaten

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASAMAN BARAT NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM PENGELOLAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASAMAN BARAT NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM PENGELOLAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF DAERAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASAMAN BARAT NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM PENGELOLAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASAMAN BARAT, Menimban: a. bahwa pengelolaan

Lebih terperinci

ASESMEN MANDIRI. SKEMA SERTIFIKASI : Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat ( FPM ) FORM APL-02

ASESMEN MANDIRI. SKEMA SERTIFIKASI : Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat ( FPM ) FORM APL-02 No. Urut 05 ASESMEN MANDIRI SKEMA SERTIFIKASI : Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat ( FPM ) FORM APL-02 Lembaga Sertifikasi Profesi Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat 2013 Nomor Registrasi Pendaftaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Muhammad Retsa Husaeni, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Muhammad Retsa Husaeni, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan program yang semula dicanangkan oleh pemerintah dan telah mengalami perkembangan yang sangat pesat. Secara

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 1. Pola Asuh Orang Tua Anak Usia Dini Di Kampung Adat Benda Kerep

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 1. Pola Asuh Orang Tua Anak Usia Dini Di Kampung Adat Benda Kerep BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Ada terdapat banyak bentuk pola asuh orang tua dan dalam praktiknya orang tua tidak hanya memberlakukan satu jenis pola asuh secara konsisten sejak anak lahir

Lebih terperinci

GENDER, PEMBANGUNAN DAN KEPEMIMPINAN

GENDER, PEMBANGUNAN DAN KEPEMIMPINAN G E N D E R B R I E F S E R I E S NO. 1 GENDER, PEMBANGUNAN DAN KEPEMIMPINAN The Australia-Indonesia Partnership for Reconstruction and Development Local Governance and Community Infrastructure for Communities

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pihak, dan ditingkatkan melalui berbagai macam kegiatan, mulai dari

BAB I PENDAHULUAN. pihak, dan ditingkatkan melalui berbagai macam kegiatan, mulai dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan sektor pendidikan terus mendapat perhatian dari semua pihak, dan ditingkatkan melalui berbagai macam kegiatan, mulai dari dikeluarkannya Undang-undang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 1. TinjauanPustaka PNPM Mandiri PNPM Mandiri adalah program nasional penanggulangan kemiskinan terutama yang berbasis pemberdayaan

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN. Visi Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2013-

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN. Visi Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2013- BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. Visi 2017 adalah : Visi Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2013- ACEH TAMIANG SEJAHTERA DAN MADANI MELALUI PENINGKATAN PRASARANA DAN SARANA

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Efektivitas implementasi program pada ketiga kegiatan dalam program REKOMPAK dibagi menjadi efektivitas proses dan efektivitas output. Pada kegiatan penyusunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki persoalan kemiskinan dan pengangguran. Kemiskinan di

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki persoalan kemiskinan dan pengangguran. Kemiskinan di 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki persoalan kemiskinan dan pengangguran. Kemiskinan di Indonesia dapat dilihat dari tiga pendekatan yaitu kemiskinan alamiah, kemiskinan struktural,

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN VI.1 Kesimpulan Ruang terbuka hijau merupakan bagian dari elemen perkotaan. Ruang terbuka hijau memiliki fungsi ekologis, estetika, sosial budaya dan ekonomi. Namun pada pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan kurikulum

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan kurikulum 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan perubahan yang terjadi kian cepat seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan kurikulum pendidikan harus disusun dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian agar mampu menciptakan lapangan kerja dan menata kehidupan yang

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian agar mampu menciptakan lapangan kerja dan menata kehidupan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah meningkatkan kinerja perekonomian agar mampu menciptakan lapangan kerja dan menata kehidupan yang layak bagi seluruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Partisipasi merupakan proses pemberdayaan masyarakat, sehingga mampu menyelesaikan sendiri masalah yang mereka hadapi, melalui kemitraan, transparasi, kesetaraan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pelatihan dalam kaitannya dengan upaya pemberdayaan masyarakat merupakan kegiatan meningkatkan kemampuan masyarakat dalam menghadapi tuntutan pemenuhan kebutuhan dan perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesejahteraan petani merupakan arah dan tujuan pembangunan pertanian yang

BAB I PENDAHULUAN. Kesejahteraan petani merupakan arah dan tujuan pembangunan pertanian yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara agraris, dimana sebagian besar penduduknya bermata pencaharian di sektor pertanian. Paradigma baru Pembangunan Pertanian Nasional

Lebih terperinci

PENATAAN SARANA DAN PRASARANA LINGKUNGAN PERMUKIMAN BERDASARKAN PARTISIPASI MASYARAKAT DI TEPIAN SUNGAI KOTA PANGKALAN BUN ( )

PENATAAN SARANA DAN PRASARANA LINGKUNGAN PERMUKIMAN BERDASARKAN PARTISIPASI MASYARAKAT DI TEPIAN SUNGAI KOTA PANGKALAN BUN ( ) PENATAAN SARANA DAN PRASARANA LINGKUNGAN PERMUKIMAN BERDASARKAN PARTISIPASI MASYARAKAT DI TEPIAN SUNGAI KOTA PANGKALAN BUN ENY RUSMITA (3210201002) Pangkalan Bun adalah ibu kota Kabupaten Kotawaringin

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MAJENE

PEMERINTAH KABUPATEN MAJENE PEMERINTAH KABUPATEN MAJENE PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAJENE, Menimbang

Lebih terperinci

PENGKAJIAN FAKTOR PENDORONG KEBERHASILAN PENGELOLAAN SAMPAH PARTISIPATIF

PENGKAJIAN FAKTOR PENDORONG KEBERHASILAN PENGELOLAAN SAMPAH PARTISIPATIF PENGKAJIAN FAKTOR PENDORONG KEBERHASILAN PENGELOLAAN SAMPAH PARTISIPATIF TA 2014 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sesuai UU No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, tujuan utama pengelolaan sampah

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga menjadi suatu fokus perhatian bagi pemerintah Indonesia. Masalah kemiskinan ini

BAB I PENDAHULUAN. sehingga menjadi suatu fokus perhatian bagi pemerintah Indonesia. Masalah kemiskinan ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemiskinan dan pengangguran menjadi masalah yang penting saat ini di Indonesia, sehingga menjadi suatu fokus perhatian bagi pemerintah Indonesia. Masalah kemiskinan

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN ASSISTAN KOORDINATOR KOTA PELAKSANAAN PROYEK PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI PERKOTAAN P2KP II TAHAP 1 DAN 2

KERANGKA ACUAN ASSISTAN KOORDINATOR KOTA PELAKSANAAN PROYEK PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI PERKOTAAN P2KP II TAHAP 1 DAN 2 KERANGKA ACUAN ASSISTAN KOORDINATOR KOTA PELAKSANAAN PROYEK PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI PERKOTAAN P2KP II TAHAP 1 DAN 2 A. LATAR BELAKANG Pelaksanaan proyek P2KP II tahap 1, yang dimulai pada bulan Oktober

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 53 KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS Kerangka Pemikiran Kemiskinan Proses pembangunan yang dilakukan sejak awal kemerdekaan sampai dengan berakhirnya era Orde Baru, diakui atau tidak, telah banyak menghasilkan

Lebih terperinci

PERATURAN DESA BOJONGGENTENG KECAMATAN JAMPANGKULON KABUPATEN SUKABUMI NOMOR 8 TAHUN 2017

PERATURAN DESA BOJONGGENTENG KECAMATAN JAMPANGKULON KABUPATEN SUKABUMI NOMOR 8 TAHUN 2017 PERATURAN DESA BOJONGGENTENG KECAMATAN JAMPANGKULON KABUPATEN SUKABUMI NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DESA BOJONGGENTENG NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap kegiatan program pembangunan tersebut. dengan sebutan pembangunan partisipatif. Pembangunan partisipatif yaitu

BAB I PENDAHULUAN. setiap kegiatan program pembangunan tersebut. dengan sebutan pembangunan partisipatif. Pembangunan partisipatif yaitu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan sistem pemerintahan dari sentralisasi (terpusat) ke desentralisasi (otonomi daerah) mempengaruhi pelaksanaan pembangunan di negeri ini. Dimana dahulunya

Lebih terperinci

PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN Lampiran Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.16/Menhut-II/2011 Tanggal : 14 Maret 2011 PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pedoman

Lebih terperinci

54 PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PNPM MANDIRI

54 PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PNPM MANDIRI 54 PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PNPM MANDIRI Oleh: Dhio Adenansi, Moch. Zainuddin, & Binahayati Rusyidi Email: dhioadenansi@gmail.com; mochzainuddin@yahoo.com; titi.rusyidi06@yahoo.com

Lebih terperinci

Himpunan Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun

Himpunan Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 18 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 18 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA DAN RENCANA KERJA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah permukiman kumuh tidak hanya terjadi di Indonesia tetapi juga berlangsung hampir di seluruh negara berkembang di Asia dan Afrika. Hasil penelitian World Bank

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Sebagai kota metropolitan, menjadikan DKI Jakarta sebagai kota tujuan kaum urban untuk bermukim. Richard L Forstall (dalam Ismawan 2008) menempatkan Jakarta di urutan

Lebih terperinci

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan Kekuatan yang dimiliki oleh kelompok pengrajin tenun ikat tradisional di desa Hambapraing, sehingga dapat bertahan sampai sekarang adalah, kekompakan kelompok, suasana

Lebih terperinci