AGRIPLUS, Volume 22 Nomor : 02 Mei 2012, ISSN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "AGRIPLUS, Volume 22 Nomor : 02 Mei 2012, ISSN"

Transkripsi

1 196 EVALUASI KONDISI VEGETASI HUTAN PADA LAHAN TAMBANG NIKEL (Studi Kasus PT. Starget Pasific Resources Kabupaten Konawe Utara Provinsi Sulawesi Tenggara) Oleh: Zulkarnain 1) ABSTRACT This study aimed to evaluate the condition of the forest vegetation in the IUP PT. Starget Pacific Resources as a result of mining activities. This study lasted for one year from January to December 2011, in the Region IUP PT. Starget Pacific Resources Molore Village, District Langgikima, North Konawe. This study used survey methods, sampling location determination using purposive sampling and sample plot line shape puzzle. The research variables in this study are Number of species, density, frequency, dominance, importance value index and species diversity. The data were analyzed using quantitative descriptive analysis. The results showed that the mining activity carried out during the period in 2011 has resulted in decreasing the number of significant species are 26 types of vegetation. The largest decrease occurred primarily at the level of trees and poles that indicate the amount of pressure on both levels of vegetation. In the aspect of vegetation density, activity in the study area has led to a significant reduction in quantitative found mainly at the level of trees, poles and seedlings, while at stake though not significantly increased. While the diversity of vegetation in a qualitative level remained at the same grade criteria (fixed), but the quantitative continued to decline, which could potentially degrade the stability of the ecosystem as a whole. From these results it is advisable to undertake revegetation or replanting as soon as possible in open areas that have completed mining and manufacturing activities arboretum for the purpose of preservation of the vegetation types that exist in the location of the study, as a solution to prevent the loss of species due to mining activities. Keywords: evaluation, nickel mine, forest vegetation PENDAHULUAN Pertambangan merupakan salah satu sektor yang menghasilkan devisa besar bagi negara. Namun selain devisa, industri pertambangan (terutama dengan metode pertambangan terbuka) telah menghasilkan dampak ikutan berupa kerusakan lingkungan yang sangat parah terutama pada vegetasi hutan yang merupakan dominasi lapisan penutup dari permukaan bentang lahan yang ditambang. Proses land clearing pada saat operasi pertambangan dimulai, menghasilkan dampak lingkungan yang sangat signifikan yaitu hilangnya vegetasi alami. Hal ini akan memberi akses kerusakan kondisi ekologis yang lebih luas. Misalnya rusaknya kondisi hidrologi akibat hilangnya vegetasi yang merupakan salah satu kunci dalam siklus hidrologi. Selain itu juga akan membuat tanah rentan terhadap erosi, ditambah lagi mobilitas operasi alat berat mengakibatkan terjadinya pemadatan tanah. Kondisi tanah yang sangat padat menyebabkan buruknya sistem tata air (water infiltration and percolation) dan peredaran udara (aerasi) tanah. Dampak lain yang juga sangat krusial adalah berkurangnya bahkan hilangnya habitat satwa dan keanekaragaman hayati (biodiversity) yang merupakan kekayaan alam yang tidak ternilai harganya. Salah satu perusahaan tambang di Provinsi Sulawesi Tenggara yang cukup aktif melakukan kegiatan pertambangan sejak tahun 2007 adalah PT. Starget Pasific Resources. Ini jugalah yang menjadi alasan memilih perusahaan tersebut menjadi lokasi dalam penelitian ini. Perusahaan tersebut 1 )Staf Pengajar Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Haluoleo, Kendari 196

2 197 beroperasi di wilayah Kabupaten Konawe Utara yang memperoleh Izin Eksplorasi melalui SK Bupati Kowe Utara, No : 223 dan 225 tahun 2007 tanggal serta Izin Eksploitasi melalui SK Bupati Konawe Utara, No : 418 & 421 th Hingga saat ini perusahaan tersebut telah melakukan kegiatan penambangan dengan metode penambangan terbuka dan telah melakukan penjualan hasil tambangnya. Dengan metode penambangan terbuka yang umum di gunakan pada pertambang nikel, maka hampir dapat dipastikan kegiatan pertambangan yang dilakukan oleh PT. Starget Pasific resources berpotensi besar mengakibatkan rusaknya vegetasi hutan pada wilayah konsesinya yang dapat menyebabkan kerusakan ekologi yang lebih luas seperti yang telah dikemukakan di atas. Penelitian ini dilakukan dalam kurun waktu 1 tahun yang di bagi dalam 4 periode pengamatan yang dilakukan setiap 3 bulan. Dengan demikian penelitian ini di harapkan mampu memberikan gambaran tentang perubahan kondisi vegetasi hutan pada wilayah Ijin Usaha Pertambangan (IUP) PT. Starget dalam kurun waktu 1 tahun, sehingga dapat menjadi bahan pertimbangan bagi pihakpihak terkait untuk melakukan upaya-upaya antisipatif terhadap kerusakan lingkungan dan menghindarkan bencana ekologi yang lebih luas. METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada wilayah IUP PT. Starget Pasific Resources (KW 07 STP 013) di Desa Molore dan Desa Lameruru Kecamatan Langgikima Kabupaten Konawe Utara., dengan luas Hektar. Penelitian ini berlangsung selama satu tahun mulai bulan Januari hingga Desember 2011, untuk melihat perubahan kondisi vegetasi akibat aktifitas tambang selama kurun waktu 1 tahun di wilayah tersebut. Bahan dan Alat Bahan-bahan dan alat yang digunakan dalam dalam penelitian ini terdiri dari : Tali rafia, Alat tulis menulis, Meteran, Tallysheet, Kompas, Pita meter, Buku petunjuk identifikasi pohon, Peralatan pembuatan herbarium, GPS (Global Positioning System) dan Peta RBI lembar lokasi penelitian 1 : Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode Survey, yaitu menyelidiki kondisi ekosistem hutan berdasarkan apek vegetasi yang dilakukan secara berkala pada periode tertentu dalam kurun waktu 1 tahun untuk mendapatkan gambaran tentang perubahan kondisi vegetasi yang diakibatkan oleh kegiatan pertambangan dalam kurun waktu 1 tahun. Pengambilan sampel menggunakan metode garis berpetak/tansek (transect line). Populasi dalam penelitian ini adalah semua jenis vegetasi pada semua tingkatan vegetasi, yang terdapat di wilayah IUP PT. Starget. Adapun sampel dalam penelitian ini adalah jenis vegetasi yang diukur meliputi semua tingkatan vegetasi yang terdapat dalam plot atau petak pengamatan. Tingkatan vegetasi yang dimaksud dikelompokkan sebagai berikut : Tingkat pohon (trees) yaitu individu yang mempunyai diameter batang lebih dari 20 cm, Tingkat tiang (poles) yaitu individu yang mempunyai diameter batang lebih dari 10 cm tetapi lebih kecil dan atau sama dengan 20 cm, Tingkat sapihan (saplings) yaitu individu yang mempunyai diameter batang lebih dari 1 cm tetapi lebih kecil dan atau sama dengan 10 cm, Tingkat semai (sedling) yaitu individu yang mempunyai diameter batang lebih kecil dari atau sama dengan 1 cm atau sejak perkecambahan sampai tinggi 1,5 meter (Hardjosuwarno,1994) Data dalam penelitian ini bersumber dari data primer yaitu hasil inventarisasi jenis vegetasi pada setiap petak ukur yang diamati. Sedangkan data sekunder meliputi peta Rupa Bumi (1:50.000) Bakosurtanal 1992 dan data-data sekunder lainnya dari pihak perusahaan. AGRIPLUS, Volume 22 Nomor : 03 September 2012, ISSN

3 198 Penentuan transek dan titik awal pembuatan garis transek ditentukan secara purposive berdasarkan keterwakilan vegetasi yaitu dari lahan bertopografi datar memanjang dan memotong bukit ke arah bukit. Titik koorodinat setiap transek adalah (1) , , ( 2) , , (3) , , (4) , , (5) , , (6) , ,. 10m (7) , Pada setiap transek dibuat sebanyak 3 buah petak ukur berukuran 20 m x 20 m, dengan jarak setiap petak ukur adalah 50m. Selanjutnya petak ukur dibagi dalam 4 bagian yaitu ukuran 20 m x 20 m (D) untuk vegetasi tingkat pohon, 10m x 10m untuk pengamatan vegetasi tingkat tiang, 5m x 5m untuk pengamatan vegetasi tingkat pancang dan 1m x 1m untuk semai. 5m 2m A 20m 50m D C B 50m Gambar 1. Desain jalur pengamatan vegetasi Keterangan gambar : A ; Plot pengamatan untuk tingkatan pohon (berukuran 20 x 20 meter) B ; Plot pengamatan untuk tingkatan tiang (berukuran 10 x 10 meter) C ; Plot pengamatan untuk tingkatan pancang (berukuran 5 x 5 meter) D ; Plot pengamatan untuk tingkatan semai (berukuran 2 x 2 meter) Cara pengukuran. Pengumpulan data vegetasi dilakukan dengan mencatat jumlah spesies, jumlah individu pada setiap spesies, dan mengukur lingkar batang setinggi dada untuk menentukan diameternya yang berfungsi untuk menentukan Luas Bidang Basal (LBD) pada setiap individu. LBD dihitung dengan rumus: ¼ Π d 2, dan d = diameter batang (d = keliling / Π). Nama tumbuhan terlebih dahulu dicatat dalam bahasa daerah setempat, kemudian disesuaikan dengan daftar nama pohon dalam bahasa daerah dan bahasa Latin Selebes dan Jajahannya Reeds verschenen boomnamenlijsten / Lists of tree names already issued (Direktur Balai Penyelidikan Hutan Bogor, 1942). Pada tumbuhan yang tidak tercantum dalam buku tersebut penamaannya digunakan bahasa daerah. Variabel Pengamatan. Variabel yang diukur dalam penelitian ini meliputi : Jumlah jenis, data jumlah jenis diperoleh dengan melakukan pencacahan terhadap anggota populasi yang ditemukan pada plot pengamatan kemudian ditabulasi. Kerapatan dan kerapatan relatif dihitung dengan persamaan sebagai berikut : K = Jumlah individu Luas seluruh petak contoh Jml petak cnth ditemukannya suatu spesies F = Jumlah seluruh petak contoh Kerapatan spesies ke-i KR-i = x 100% Kerapatan seluruh spesies Frekuensi dan frekuensi relatif dihitung dengan persamaan sebagai berikut : Frekuensi spesies ke-i FR-i = x 100% Frekuensi seluruh spesies

4 199 Dominansi dan Dominansi Relatif dihitung dengan persamaan sebagai berikut : C = Luas basal area Luas seluruh petak contoh Indeks Nilai Penting ; dihitung dengan persamaan sebagai berikut : INP-i = KR-i + FR-i + CR-i Keanekaragaman spesies, dihitung dengan persamaan Indeks Keanekaragaman Shanon Wiener, sebagai berikut : H = - { (ni/n) ln (ni/n)} Dimana ; H = Indeks Shanon-Whiener n 1 = Nilai penting dari tiap spesies N = Total nilai penting Penutupan spesies ke-i CR-i = x 100% Penutupan seluruh spesies Jika ; H > 3 ; tingkat keanekaragaman melimpah tinggi H 1-3 ; tingkat keanekaragaman melimpah sedang H < 1 ; tingkat keanekaragaman sedikit atau rendah (Melati, 2007) Analisis Data Data kuantitatif yang diperoleh di lapangan ditabulasi dan diolah untuk menghitung besaran dari veriabel komposisi vegetasi yakni jumlah jenis, kerapatan, kerapatan relatif, frekuensi, frekuensi relatif, dominansi, dominansi relatif dan indeks nilai penting serta variabel tingkat keanekaragaman vegetasi. Selanjutnya di analisis dengan Analisis deskriptif kuantitatif yang memaparkan dan mendeskripsikan data penelitian kemudian disajikan dalam bentuk tabel dan diagram. Adapun data-data kualitatif yang diperoleh dari hasil pengamatan di lapangan dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Wilayah PT. Stargate Pasific Resources telah memiliki izin eksplorasi melalui Surat Keputusan Bupati Kabupaten Konawe Utara, Provinsi Sulawesi Tenggara Nomor 223 Tahun 2007 tanggal 29 September 2007 seluas Hektar (KW 07 STP 012) di Desa Tobimeita Kecamatan Langgikima Kabupaten Konawe Utara dan Nomor 225 Tahun 2007 tanggal 29 September 2007 seluas Hektar (KW 07 STP 013) di Desa Molore dan Desa Lameruru Kecamatan Langgikima Kabupaten Konawe Utara. Tabel 1. Titik Koordinat Kuasa Pertambangan Eksplorasi Nikel PT. Stargate Pasific Resources, KW 07 STP 012 dan Nomor KW 07 STP 013 tahun 2007, Kecamatan Langgikima Kabupaten Konawe Utara, Provinsi Sulawesi Tenggara No KW 07 STP 012 KW 07 STP 013 x Y X y AGRIPLUS, Volume 22 Nomor : 03 September 2012, ISSN

5 200 No KW 07 STP 012 KW 07 STP 013 x Y X y Sumber : Data sekunder, Eenviro Corp, Kawasan Hutan Berdasarkan hasil interpretasi peta, maka cakupan wilayah IUP Nikel PT. Starget meliputi Desa Molore dan Desa Lameruru Kecamatan Langgikima Kabupaten Konawe Utara. Dengan total luas ± 2000 Ha.. Berdasarkan peta kawasan hutan dan dihubungkan dengan patok dan titik koordinat Izin Pertambangan, wilayah IUP Nikel PT. Starget ini seluas ha yang berada dalam kawasan APL, ha masuk ke dalam Hutan Produksi dan ha Berada di dalam kawasan Hutan Lindung (Analisi SIG, 2011). Geomorfologi Bentang alam daerah eksplorasi secara umum dapat dibagi menjadi 3 satuan geomorfologi, yaitu perbukitan landai, terjal dan pedataran. Perbukitan terjal menempati sebagian daerah dicirikan oleh lereng yang terjal dan berpuncak tajam dengan ketinggian meter dpl dengan titik tertinggi 544 meter dengan tutupan hutan (Enviro cor., 2010). Perbukitan landai terdapat di bagian tengah hingga utara molore, dicirikan oleh puncak-puncak landai dengan lebar, memiliki ketinggian meter dpl dengan kemiringan Sebagian besar merupakan hutan yang tidak begitu lebat. Daerah pedataran pada bagian barat dan selatan Molore dengan ketinggian meter dpl, dengan kemiringan Setempatsetempat terdapat bukit sisa dari hasil denudasi. Daerah ini ditempati oleh laterit hasil erosi Dan sebagian berupa endapan rawa-rawa. (Enviro Corp., 2010) Tipe Iklim Seperti daerah-daerah lain di Indonesia, di kabupaten Konawe Utara dikenal dua musim yaitu musim kemarau dan musim hujan. Berdasarkan klasifikasi Schimedt dan Ferguson, lokasi tambang termasuk daerah basah dimana rata-rata curah hujan > 100mm/bulan., dengan nilaiq = %. Menurut klasifikasi oldeman, daerah ini termasuk tipe iklim E1 tau termasuk lembab (curah hujan = mm/bulan). Menurut data yang diperoleh dari pangkalan udara Wolter Monginsidi Kendari, selama tahun 2007 suhu udara maksimum 32 0 C dan minimum 21 0 C atau rata-rata 27 0 C. Tekanan udara milibar dengan kelembaban udara 78.0%. Kecepatan angin pada umumnya berjalan normal yaitu di sekitar 3.75 m/sec (Enviro Corp., 2010). Keadaan Vegetasi Penyusun Hutan Variabel Jumlah Jenis vegetasi Jumlah jenis merupakan salah satu indikator yang dapat digunakan untuk menilai kualitas lingkungan hutan. Banyak atau sedikitnya jumlah jenis yang ditemukan akan memberikan gambaran tingkat kompleksitas interaksi yang terjadi dalam ekosistem hutan. Rekapitulasi hasil pemantauan kondisi vegetasi hingga akhir tahun 2011 berdasarkan hasil analisis vegetasi yang telah dilakukan pada parameter Jumlah total jenis, disajikan pada Tabel 2.

6 201 Tabel 2. Rekapitulasi Jumlah total Jenis Vegetasi Hutan yang ditemukan di lokasi studi. Waktu Jumlah Total Kualitas Pengamatan Jenis Lingkungan *) Kriteria Maret Sangat Baik Juni Sangat Baik September Sangat Baik Desember Baik *) Kepmen KLH No.2 tahun 1988 tentang standar baku kualitas lingkungan Sumber : Data Primer setelah diolah, Berdasarkan hasil rekapitulasi yang disajikan pada Tabel 2 maka diperoleh gambaran bahwa untuk jumlah total jenis, secara kuantitatif dan kualitatif terus mengalami penurunan pada setiap periode pengamatan. Penurunan jumlah spesies pada periode I II disebabkan telah terbukanya 1 stasiun pengamatan yaitu stasiun 3. Dari total 7 stasiun pengamatan yang diinventarisasi pada bulan Maret, pada pengamatan bulan Juni 1 stasiun pengamatan yang sebelumnya bervegetasi telah mengalami pembukaan untuk tujuan perluasan stock pile, perubahan tersebut menyebabkan terjadinya penurunan jumlah spesies sebanyak 2 jenis. Pada periode Juni - September juga terjadi penurunan bahkan jumlah kehilangan spesiesnya lebih besar dari periode sebelumnya yakni 6 speses dari sebelumnya 42 spesies menjadi 36 spesies. Hal ini jelas terlihat oleh adanya gangguan vegetasi di sekitar stasiun 7 untuk tujuan pembuatan jalan, hal ini juga didukung oleh penyebab lain yaitu adanya kegiatan penebangan di lokasi studi yang dilakukan oleh oknum tertentu, hal ini diperkuat dengan ditemukannya bekas kayu gergajian dan tunggak-tunggak pohon di lokasi studi. Pada saat pengamatan Desember 2011, aktifitas pembuatan jalan dan pembukaan lahan pada stasiun 4 yang diduga untuk keperluan tempat penimbunan top soil, telah mengakibatkan hilangnya vegetasi. Kondisi ini menyebabkan penurunan jumlah jenis yang sangat signifikan pada lokasi studi, yakni sebanyak 8 spesies. Selanjutnya, secara grafis gambaran jumlah spesies setiap peride pengamatan disajikan di bawah ini : Gambar 1. JUMLAH TOTAL JENIS Maret Juni Sept Des Maret Juni Sept Des Grafik Jumlah Total Jenis Vegetasi yang ditemukan di Lokasi Studi Berdasarkan uraian di atas maka dapat dikatakan untuk variabel jumlah total spesies yang ditemukan dilokasi penelitian selama periode tahun 2011 baik secara kualitatif maupun kuantitatif telah mengalami penurunan oleh adanya aktifitas pertambangan di wilayah studi. Hal ini sangat perlu mendapat perhatian serius, karena berkurangnya jenis vegetasi yang ada merupakan salah satu indikator kuat bahwa lingkungan sudah mulai mengalami kerusakan yang berakibat pada ketidaksatbilan ekosistem hutan pada lokasi tersebut. Selanjutnya rekapitulasi Jumlah Jenis yang ditemukan berdasarkan tingkat pertumbuhan vegetasi di sajikan pada Tabel 3. AGRIPLUS, Volume 22 Nomor : 03 September 2012, ISSN

7 202 Tabel 3. Waktu Pengamatan Rekapitulasi Jumlah Jenis Vegetasi Hutan Pada Tiap Fase Pertumbuhan Yang Ditemukan Di Lokasi Studi. JUMLAH JENIS TIAP TINGKAT VEGETASI TAHUN 2011 Jml jenis Pohon Tiang Pancang Semai Jml jenis Jml jenis Jml jenis Maret Buruk 25 4 Baik 30 4 Baik 14 3 Sedang Juni Buruk 20 3 Sedang 29 4 Baik 13 3 Sedang September Buruk 13 3 Sedang 29 4 Baik 14 3 Sedang Desember Sangat Buruk 10 2 Buruk 24 4 Baik 12 3 Sedang Sumber : Data Primer setelah diolah, JUMLAH JENIS TIAP FASE PERTUMBUHAN Pohon Tiang Pancang Semai Maret Juni Sept Des Gambar 2. Grafik Jumlah Jenis pada Tiap Fase Pertumbuhan Untuk variabel pengamatan Jumlah jenis yang ditemukan pada tiap tingkatan vegetasi, memeprlihatkan pola penurunan yang sangat signifikan terutama ditemukan pada tingkatan pohon dan tiang, sedangkan pada tingkat pancang dan semai dapat dikatakan tidak terjadi perubahan yang signifikan. Kondisi ini sangat relefan dengan adanya fenomena bukaan lahan dan penebangan, yang target utamanya adalah vegetasi pada tingkatan pohon dan tiang. Selain itu secara ekologi fase pertumbuhan vegetasi untuk mencapai tingkatan semai dan pancang butuh waktu yang lebih singkat dibandingkakan waktu yang dibutuhkan untuk mencapai tingkat tiang dan pohon. Sehingga terlihat bahwa jumlah jenis pada kedua tingkatan ini relatif tidak terjadi perubahan yang signifikan pada setiap periode pengamatan. Dari uraian di atas maka dapat dikemukakan bahwa untuk variabel jumlah spesies pada setiap tingkat vegetasi yang ditemukan dilokasi pengamatan selama periode tahun 2011 pada vegetasi tingkat pohon dan tiang telah mengalami penurunan jumlah jenis oleh adanya aktifitas di wilayah studi, sedangkan untuk tingkat pancang dan semai relatif tidak terjadi perubahan atau relatif stabil. Variabel Kerapatan vegetasi Nilai kerapatan dapat memberikan informasi mengenai banyaknya jumlah individu setiap jenis, dan juga memberikan informasi penciri komunitas hutan. Bertambah dan berkurangnya jumlah individu dapat memberikan gambaran besarnya tekanan aktifitas di lokasi studi terhadap vegetasi yang ada. Oleh karena itu tingkat kerapatan dapat digunakan sebagai salah satu indikator dalam menilai kualitas lingkungan. Berikut disajikan data tingkat kerapatan di lokasi studi.

8 203 Tabel 4. Kualitas Lingkungan Vegetasi Hutan Berdasarkan Tingkat Kerapatan Fase Pertumbuhan Tahun K (ind/ha) KERAPATAN TIAP TINGKAT VEGETASI PADA LOKASI STUDI Pohon Tiang Pancang Semai K (ind/ha) K (ind/ha) K (ind/ha) Maret Sedang Cukup Baik Baik Juni Kurang Cukup Baik Baik September 2011 Desember Kurang Sedang Baik Baik Kurang Kurang Baik Baik Sumber : Data Primer setelah diolah, Untuk kerapatan vegetasi, penurunan jumlah individu per hektarnya ditunjukkan oleh vegetasi tingkat pohon dan tiang pada setiap periode pengamatan. Pada tingkat pancang terlihat adanya peningkatan yang cukup signifikan terutama pada pengamatan 3 di bulan September, hal ini karena perbedaan tingkat semai dan pancang lebih pada aspek tinggi ketimbang aspek diameter sehingga waktu yang dibutuhkan tingkat semai untuk menjadi pancang relatif lebih singkat. Pertumbuhan ini berimplikasi pada naiknya jumlah individu tingkat pancang yang dulunya berada di tingkatan semai, sehingga meningkatkan jumlah individu tingkat pancang per hektarnya, yang berimplikasi pada peningkatan kerapatan vegetasi tingkat pancang terutama pada periode ke 3 pengamatan. Fenomena seperti diatas sangat sulit ditemukan pada tingkat pohon dan tiang dikarenakan rentang besaran diameter yang di butuhkan dari tingkat pancang menjadi tingkat tiang ataupun dari tingkat tiang menjadi pohon cukup besar. Apalagi umumnya vegetasi hutan rata-rata memiliki riap pertumbuhan yang relatif kecil, yang umumnya nyata terlihat pada periode 1 tahunan. Pada tingkat semai secara kualitatif dapat dikatakan relatif tidak terjadi perubahan pada veriabel kerapatan pada setiap periode pengamatan. Namun jika dianalisis lebih jauh, pada aspek kuantitatif sesungguhnya juga terjadi penurunan yang cukup besar disebabkan oleh aktifitas land clearing, dan pembukaan lahan untuk kegiatan pertambangan lainnya. Hal ini mengindikasikan perlunya perhatian yang serius karena tingkat semai sangat berperan dalam proses regenerasi Pohon Tiang Pancang TINGKAT KERAPATAN VEGETASI TAHUN 2011 Maret Juni Sept Des Semai Maret Juni Sept Des Gambar 3. Grafik tingkat Kerapatan Vegetasi (Indv/ha) pada Tiap Tingkat Pertumbuhan Vegetasi AGRIPLUS, Volume 22 Nomor : 03 September 2012, ISSN

9 204 Berdasarkan uraian yang dikemukakan di atas, maka untuk variabel tingkat kerapatan pada setiap tingkat vegetasi telah terjadi penurunan kualitas lingkungan khususnya untuk vegetasi pada tingkat pohon dan tiang oleh adanya aktifitas di wilayah studi. Sedangkan untuk tingkatan vegetasi lainnya secara kualitatif dapat dikatakan tidak terjadi penurunan ataupun peningkatan kualiatas lingkungan (tetap). Namun meskipun demikian, secara kuantitatif seluruh tingkatan vegetasi kecuali tingkat pancang menunjukkan penurunan kerpatanan yang cukup signifikan. Sehingga dapat dikatakan secara umum pada aspek kerapatan setiap tingkat vegetasi hingga pemantauan Desember 2011 telah mengalami Penurunan Kualitas Lingkungan. Variabel Keanekaragaman vegetasi Keanekaragaman merupakan karakteristik tingkatan komunitas berdasarkan organisasi biologisnya, dan dapat digunakan untuk menyatakan struktur komunitas. Menurut Soegianto (1994) dalam Indriyanto (2006) bahwa keanekaragaman dapat digunakan untuk mengukur kemampuan suatu komunitas pada suatu habitat dalam menyeimbangkan komponennya dari berbagai gangguan yang timbul. Stabilitas komunitas adalah kemampuan komunitas untuk menjaga dirinya tetap stabil meskipun ada gangguan terhadap komponen-komponennya. Semakin tinggi indeks keanekaragaman suatu ekosistem berarti semakin stabil ekosistem tersebut begitu pula sebaliknya. Tabel 5. Kondisi Vegetasi Hutan berdasarkan berdasarkan Indeks keanekaragaman Shannon-Wiener. KEANEKARAGAMAN TIAP TINGKAT VEGETASI PADA LOKASI STUDI Fase Pertumbuhan Pohon Tiang Pancang Semai Tahun H' H' H' H' 2011 (I) Baik Baik Baik Baik 2011 (II) Sedang Baik Baik Baik 2011 (III) Sedang Baik Baik Baik 2012 (I) Sedang Baik Baik Baik Sumber : Data Primer setelah diolah, Maret Juni Sept Des 0 Pohon Tiang Pancang Semai KEANEKARAGAMAN Gambar 4. Grafik ingkat keanekaragaman vegetasi Pada Lokasi Studi

10 205 Keanekaragaman vegetasi pada semua tingkatan umumnya tergolong kategori melimpah sedang yang menggambarkan kemampuan pulih (daya lenting) ekosistem tergolong sedang pula. Berdasarkan data kuantitatif di atas, keanekarangan pada semua tingkat pertumbuhan vegetasi mengalami penurunan. Penurunan yang terbesar terlihat pada tingkatan pohon, hal ini disebabkan besarnya tekanan terhadap tingkatan tersebut, yang ditandai oleh menurunnya jumlah jenis dan jumlah individu per hektarnya. Nilai Indeks keanekaragaman tingkat pohon juga menunjukkan bahwa tingkat pohon disusun oleh jumlah spesies (jenis) yang relatif paling sedikit diantara tingkatan yang lain, meskipun masih masuk dalam klasifikasi yang sama dengan tingkatan yang lain yakni melimpah sedang. Pada tingkatan vegetasi yang lain indeks vegetasi menunjukkan angka diatas 2. Dari gambar grafik di atas menunjukkan bahwa diantara semua tingkatan, tingkat vegetasi pancang merupakan tingkatan yang paling stabil. Kondisi ini mengindikasikan adanya aktifitas pertambangan di lokasi studi telah menyebabkan gangguan terhadap semua vegetasi yang ada yang berimplikasi pada penurunan tingkat keanekaragaman, yang pada akhirnya akan menurunkan kestabilan ekosistem secara keseluruhan, karena kondisi ini terjadi pada semua tingkat vegetasi. Hal ini perlu mendapat perhatian dan penanganan yang serius. Karena jika ini terus berlanjut tentu akan menyebabkan kerusakan ekosistem hutan yang lebih serius. Selain itu kerusakan tersebut akan berpengaruh pula terhadap habitat atau home range bagi fauna daratan (satwa liar) serta siklus hidroologis terutama cadangan iar tanah ada. KESIMPULAN Kesimpulan penelitian ini adalah : (1) Aktifitas pertambangan yang dilakukan di lokasi studi selama kurun waktu tahun 2011 telah mengakibatkan penurunan jumlah Spesies yang cukup signifikan yaitu 26 jenis vegetasi. Penurunan terbesar terutama terjadi pada tingkat pohon dan tiang yang mengindikasikan besarnya tekanan terhadap kedua tingkat vegetasi tersebut. (2) Pada variabel kerapatan vegetasi, aktifitas di wilayah studi telah menyebabkan penurunan kuantitatif yang sangat signifikan terutama ditemukan pada tingkat pohon, tiang dan semai, sedangkan pada tingkat pancang terjadi peningkatan meskipun tidak signifikan. (3) Tingkat keanekaragaman vegetasi secara kualitatif masih berada pada kelas yang sama (tetap), namun secara kuantitatif nilai Indeks keanekaragaman mengalami penurunan, yang mengindikasikan aktifitas pertambangan di lokasi studi telah menyebabkan gangguan terhadap semua vegetasi yang ada yang berimplikasi pada penurunan tingkat keanekaragaman, yang pada akhirnya akan menurunkan kestabilan ekosistem secara keseluruhan. Melakukan reboisasi atau penanaman kembali sesegera mungkin pada daerah terbuka yang telah selesai kegiatan penambangannya dan pembuatan arboretum untuk tujuan pengawetan terhadap jenisjenis vegetasi yang ada dilokasi studi, dapat dijadikan salah satu solusi untuk mencegah hilangnya spesies tertentu akbiat kegiatan pertambangan. Selain bermanfaat dari aspek konservasi, pada tahapan yang lebih jauh juga akan memberikan manfaat edukasi dan ekowisata. DAFTAR PUSTAKA Departemen Kehutanan RI, Undang- Undang Republik Indonesia No 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan. Jakarta Enviro Corp. Environmental Research, Kerangka Acuan (KA ANDAL) Penambangan Bijih Nikel PT. Starget Pasific Resources. Kendari. Fandeli, C Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Prinsip Dasar dan Pemaparannya dalam Pembangunan. Edisi Ke dua. Liberti offset. Yogyakarta AGRIPLUS, Volume 22 Nomor : 03 September 2012, ISSN

11 206 Ferianita Fachrul M., Metode Sampling Bioekologi. Bumi Aksara, Jakarta. Forum Tata Ruang Wilayah Sulawesi Tenggara, Kertas Posisi (Positioning Paper). Kendari. Hardjosuwamo, S Ekologi Tumbuhan Jilid I. Fakultas Biologi. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta. Herianto, NM Suksesi hutan bekas Tebangan di Kelompok Hutan Sungai Lekawai_Sungai Jengonoi, Kabupaten Sintang Kalimantan Barat Jurnal Penelitian Kehutanan dan Konservasi Alam.. Vol 1 No.2. ISSn : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam. Bogor indonesia Indriyanto, Ekologi Hutan. Bumi Aksara, Jakarta. Otto Soemarwoto, Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Soegianto A., Ekologi Kuantitatif, Metode Analisis Populasi dan Komunitas. Usaha Nasional, Surabaya. Smith, RL Element of Ecology. Harper and Row Publisher, New York.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Bukit Gunung Sulah Kelurahan Gunung Sulah

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Bukit Gunung Sulah Kelurahan Gunung Sulah III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Bukit Gunung Sulah Kelurahan Gunung Sulah Kecamatan Sukarame Kota Bandar Lampung (Gambar 2) pada bulan Juli sampai dengan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian tentang karakteristik habitat Macaca nigra dilakukan di CA Tangkoko yang terletak di Kecamatan Bitung Utara, Kotamadya Bitung, Sulawesi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di blok Hutan Pendidikan Konservasi Terpadu Tahura

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di blok Hutan Pendidikan Konservasi Terpadu Tahura 12 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di blok Hutan Pendidikan Konservasi Terpadu Tahura Wan Abdul Rachman yang memiliki luasan 1.143 ha. Secara geografis terletak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di dua tempat yaitu pengambilan data di lapangan dilakukan di sempadan muara Kali Lamong dan Pulau Galang, serta pengolahan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan juni sampai dengan Juli 2013 di zona pemanfaatan terbatas,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan juni sampai dengan Juli 2013 di zona pemanfaatan terbatas, 16 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan juni sampai dengan Juli 2013 di zona pemanfaatan terbatas, Resort Way Kanan, Satuan Pengelolaan Taman Nasional 1 Way Kanan,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus 2014.

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus 2014. METODE PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus 2014. Penelitian ini dilakukan di kawasan Cagar Alam Dolok Sibual-buali (Studi Kasus: Desa Bulu

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Tempat BAB IV METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung yang terfokus di Desa Tompobulu dan kawasan hutan sekitarnya. Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Taman Nasional Baluran, Jawa Timur dan dilakasanakan pada 28 September

BAB III METODE PENELITIAN. Taman Nasional Baluran, Jawa Timur dan dilakasanakan pada 28 September BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksploratif, dengan objek penelitian tumbuhan mangrove di Pantai Bama hingga Dermaga Lama, Taman Nasional Baluran, Jawa

Lebih terperinci

B III METODE PENELITIAN. ada di di Taman Hutan Raya (Tahura) Ngurah Rai Denpasar Bali di Taman Hutan Raya (Tahura) Ngurah Rai Denpasar Bali.

B III METODE PENELITIAN. ada di di Taman Hutan Raya (Tahura) Ngurah Rai Denpasar Bali di Taman Hutan Raya (Tahura) Ngurah Rai Denpasar Bali. B III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif. Penelitian ini menggunakan metode eksplorasi, yaitu melakukan pengamatan langsung pada mangrove yang ada

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei - Juli Lokasi penelitian adalah di kawasan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei - Juli Lokasi penelitian adalah di kawasan III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan pada Mei - Juli 2014. Lokasi penelitian adalah di kawasan hutan mangrove pada lahan seluas 97 ha, di Pantai Sari Ringgung

Lebih terperinci

Gambar 2 Peta lokasi penelitian.

Gambar 2 Peta lokasi penelitian. 0 IV. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Bidang Pengelolaan Wilayah III Bengkulu dan Sumatera Selatan, SPTN V Lubuk Linggau, Sumatera Selatan, Taman Nasional Kerinci

Lebih terperinci

METODOLOGI. Lokasi dan Waktu

METODOLOGI. Lokasi dan Waktu METODOLOGI Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Kabupaten Kepulauan Meranti Provinsi Riau, pada 3 tipe penggunaan lahan gambut yaitu; Hutan Alam, Kebun Rakyat dan Areal HTI Sagu, yang secara geografis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2017 s/d bulan Februari 2017

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2017 s/d bulan Februari 2017 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2017 s/d bulan Februari 2017 yang berada di Resort Bandealit Taman Nasional Meru Betiri. Gambar 3.1. Peta Kerja

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari hingga April 2014 di Kawasan

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari hingga April 2014 di Kawasan 23 III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari hingga April 2014 di Kawasan Hutan Lindung Batutegi Blok Kali Jernih (Gambar 3), bekerjasama dan di bawah

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di dalam areal Hak Pengusahaan Hutan (HPH) PT. Sari Bumi Kusuma, Unit S. Seruyan, Kalimantan Tengah. Areal hutan yang dipilih untuk penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan bersifat deskriptif kuantitatif. Pengamatan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan bersifat deskriptif kuantitatif. Pengamatan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan bersifat deskriptif kuantitatif. Pengamatan ini mengunakan metode petak. Metode petak merupakan metode yang paling umum

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian 15 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di dua kawasan pesisir di Nanggroe Aceh Darussalam, yaitu kawasan yang dipengaruhi oleh Samudera Hindia atau Kawasan Pantai Barat (Aceh Barat,

Lebih terperinci

KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR (Nepenthes SPP) DALAM KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG SEMAHUNG DESA SAHAM KECAMATAN SENGAH TEMILA KABUPATEN LANDAK

KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR (Nepenthes SPP) DALAM KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG SEMAHUNG DESA SAHAM KECAMATAN SENGAH TEMILA KABUPATEN LANDAK KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR (Nepenthes SPP) DALAM KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG SEMAHUNG DESA SAHAM KECAMATAN SENGAH TEMILA KABUPATEN LANDAK (Diversity Of Pitcher Plants ( Nepenthes Spp ) Forest

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan metode transek belt yaitu dengan menarik garis lurus memanjang

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan metode transek belt yaitu dengan menarik garis lurus memanjang BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif. Penelitian ini dengan menggunakan metode transek belt yaitu dengan menarik garis lurus memanjang kearah

Lebih terperinci

KEANEKARAGAMAN JENIS MERANTI (SHORE SPP) PADA KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG AMBAWANG KABUPATEN KUBU RAYA PROPINSI KALIMANTAN BARAT

KEANEKARAGAMAN JENIS MERANTI (SHORE SPP) PADA KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG AMBAWANG KABUPATEN KUBU RAYA PROPINSI KALIMANTAN BARAT KEANEKARAGAMAN JENIS MERANTI (SHORE SPP) PADA KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG AMBAWANG KABUPATEN KUBU RAYA PROPINSI KALIMANTAN BARAT Diversity of Species Meranti (Shore spp) In Protected Forest Area Ambawang

Lebih terperinci

STRUKTUR KOMUNITAS MANGROVE DI DESA MARTAJASAH KABUPATEN BANGKALAN

STRUKTUR KOMUNITAS MANGROVE DI DESA MARTAJASAH KABUPATEN BANGKALAN STRUKTUR KOMUNITAS MANGROVE DI DESA MARTAJASAH KABUPATEN BANGKALAN Supriadi, Agus Romadhon, Akhmad Farid Program Studi Ilmu Kelautan Universitas Trunojoyo Madura e-mail: akhmadfarid@trunojoyo.ac.id ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Januari 2017 selama kurun waktu satu

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Januari 2017 selama kurun waktu satu BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian ini dilaksanakan pada Januari 2017 selama kurun waktu satu bulan di blok Krecek, Resort Bandialit, SPTN wilayah II, Balai Besar Taman

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian 19 METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada remnant forest (hutan sisa) Kawasan Konservasi Hutan Duri PT. Caltex Pacifik Indonesia dengan luas 255 hektar di dalam kawasan

Lebih terperinci

STUDI KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR

STUDI KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR STUDI KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR (Nepenthes spp) DI KAWASAN KONSERVASI RUMAH PELANGI DUSUN GUNUNG BENUAH KECAMATAN SUNGAI AMBAWANG KABUPATEN KUBU RAYA Diversity Study of Kantong Semar Plants (Nepenthes

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2017 hingga bulan Februari

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2017 hingga bulan Februari 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian BAB III METODELOGI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2017 hingga bulan Februari 2017 yang berada di Resort Bandealit, SPTN Wilayah II, Taman Nasional

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Januari sampai Febuari 2015 di kanan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Januari sampai Febuari 2015 di kanan 14 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Januari sampai Febuari 2015 di kanan kiri Jalan Sanggi-Bengkunat km 30 - km 32, Pesisir Barat, Taman Nasional

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian tentang analisis habitat monyet ekor panjang dilakukan di hutan Desa

METODE PENELITIAN. Penelitian tentang analisis habitat monyet ekor panjang dilakukan di hutan Desa 19 III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian tentang analisis habitat monyet ekor panjang dilakukan di hutan Desa Cugung, KPHL Gunung Rajabasa, Kecamatan Rajabasa, Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Stasiun Penangkaran Semi Alami Pulau Tinjil, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten. Penelitian ini dilakukan pada bulan

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENELITIAN

BAB III. METODE PENELITIAN BAB III. METODE PENELITIAN A. Tempat Penelitian Lokasi Penelitian ini dilaksanakan di Taman Nasional Gunung Merbabu (TNGMb) Jawa Tengah, difokuskan di lereng sebelah selatan Gunung Merbabu, yaitu di sekitar

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2015 bertempat di kawasan sistem

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2015 bertempat di kawasan sistem III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2015 bertempat di kawasan sistem agroforestry Register 39 Datar Setuju KPHL Batutegi Kabupaten Tanggamus. 3.2 Objek

Lebih terperinci

II. METODOLOGI. A. Metode survei

II. METODOLOGI. A. Metode survei II. METODOLOGI A. Metode survei Pelaksanaan kegiatan inventarisasi hutan di KPHP Maria Donggomassa wilayah Donggomasa menggunakan sistem plot, dengan tahapan pelaksaan sebagai berikut : 1. Stratifikasi

Lebih terperinci

ANALISIS KERAPATAN TEGAKAN DI KAWASAN TAMAN NASIONAL BALURAN BERBASIS QUANTUM-GIS

ANALISIS KERAPATAN TEGAKAN DI KAWASAN TAMAN NASIONAL BALURAN BERBASIS QUANTUM-GIS 1 TEKNOLOGI PERTANIAN ANALISIS KERAPATAN TEGAKAN DI KAWASAN TAMAN NASIONAL BALURAN BERBASIS QUANTUM-GIS ANALYSIS OF STAND DENSITY IN BALURAN NATIONAL PARK BASED ON QUANTUM-GIS Maulana Husin 1), Hamid Ahmad,

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian 4.2 Bahan dan Alat 4.3 Metode Pengambilan Data Analisis Vegetasi

BAB IV METODOLOGI 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian 4.2 Bahan dan Alat 4.3 Metode Pengambilan Data Analisis Vegetasi BAB IV METODOLOGI 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian Kegiatan penelitian ini dilaksanakan mulai bulan April sampai bulan Juni tahun 2009, pada areal hutan produksi perusahaan pemegang Izin Usaha Pemanfaatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif. Pada penelitian deskriptif berusaha mendeskripsikan dan menginterpretasikan suatu obyek sesuai

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Pembatasan Masalah Penelitian Keanekaragaman Jenis Burung di Berbagai Tipe Daerah Tepi (Edges) Taman Hutan Raya Sultan Syarif Hasyim Propinsi Riau selama 6 bulan adalah untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 11 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ekologi perilaku ayam hutan hijau (Gallus varius) dilaksanakan di hutan musim Tanjung Gelap dan savana Semenanjung Prapat Agung kawasan Taman

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di tiga padang golf yaitu Cibodas Golf Park dengan koordinat 6 0 44 18.34 LS dan 107 0 00 13.49 BT pada ketinggian 1339 m di

Lebih terperinci

KOMPOSISI TEGAKAN SEBELUM DAN SESUDAH PEMANENAN KAYU DI HUTAN ALAM

KOMPOSISI TEGAKAN SEBELUM DAN SESUDAH PEMANENAN KAYU DI HUTAN ALAM KOMPOSISI TEGAKAN SEBELUM DAN SESUDAH PEMANENAN KAYU DI HUTAN ALAM Muhdi Staf Pengajar Program Studi Teknologi Hasil Hutan Departemen Kehutanan USU Medan Abstract A research was done at natural tropical

Lebih terperinci

Keanekaragaman Jenis dan Pola Distribusi Nepenthes spp di Gunung Semahung Kecamatan Sengah Temila Kabupaten Landak

Keanekaragaman Jenis dan Pola Distribusi Nepenthes spp di Gunung Semahung Kecamatan Sengah Temila Kabupaten Landak Vol. 2 (1): 1 6 Keanekaragaman Jenis dan Pola Distribusi Nepenthes spp di Gunung Semahung Kecamatan Sengah Temila Kabupaten Landak Gustap Baloari 1, Riza Linda 1, Mukarlina 1 1 Program Studi Biologi, Fakultas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 9 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan yaitu dimulai bulan Juni hingga Agustus 2011. Lokasi penelitian bertempat di Kawasan Hutan Batang Toru Bagian

Lebih terperinci

Proses Pemulihan Vegetasi METODE. Waktu dan Tempat Penelitian

Proses Pemulihan Vegetasi METODE. Waktu dan Tempat Penelitian 4 praktek perambahan masyarakat lokal melalui aktivitas pertanian atau perladangan berpindah dan mampu menyerap tenaga kerja yang lebih banyak. Hal ini sesuai dengan karakteristik usaha kehutanan yang

Lebih terperinci

KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR (Nepenthes spp) KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG AMBAWANG DESA KAMPUNG BARU KECAMATAN KUBU KABUPATEN KUBU RAYA

KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR (Nepenthes spp) KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG AMBAWANG DESA KAMPUNG BARU KECAMATAN KUBU KABUPATEN KUBU RAYA KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR (Nepenthes spp) KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG AMBAWANG DESA KAMPUNG BARU KECAMATAN KUBU KABUPATEN KUBU RAYA The Diversity Of Kantong Semar (Nepenthes spp) Protected Forest

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian Pengambilan data lapangan dilaksanakan selama 2 bulan, yaitu bulan Agustus 2015 sampai dengan September 2015. Lokasi penelitian berada di Dusun Duren

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kecamatan Anggrek, Kabupaten Gorontalo Utara, Provinsi Gorontalo. Peta lokasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kecamatan Anggrek, Kabupaten Gorontalo Utara, Provinsi Gorontalo. Peta lokasi 18 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian dilaksanakan di kawasan pesisir Pulau Dudepo, Kecamatan Anggrek, Kabupaten Gorontalo Utara, Provinsi Gorontalo. Peta

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Taman Nasional Kerinci Seblat, tepatnya di Resort Batang Suliti, Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah IV, Provinsi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. analisa Indeks Keanekaragaman (H ) Shannon Wienner, Indeks Dominansi (D)

BAB III METODE PENELITIAN. analisa Indeks Keanekaragaman (H ) Shannon Wienner, Indeks Dominansi (D) BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif. Pengambilan data sampel yaitu dengan pengamatan secara langsung. Perameter yang diukur dalam penelitian adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alam dan jasa lingkungan yang kaya dan beragam. Kawasan pesisir merupakan

BAB I PENDAHULUAN. alam dan jasa lingkungan yang kaya dan beragam. Kawasan pesisir merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wilayah pesisir merupakan kawasan yang memiliki potensi sumber daya alam dan jasa lingkungan yang kaya dan beragam. Kawasan pesisir merupakan salah satu sistem ekologi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif yang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif yang BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif yang mendiskripsikan tentang keanekaragaman dan pola distribusi jenis tumbuhan paku terestrial.

Lebih terperinci

KEANEKARAGAMAN JENIS VEGETASI PADA KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG AMBAWANG KABUPATEN KUBU RAYA PROVINSI KALIMANTAN BARAT

KEANEKARAGAMAN JENIS VEGETASI PADA KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG AMBAWANG KABUPATEN KUBU RAYA PROVINSI KALIMANTAN BARAT KEANEKARAGAMAN JENIS VEGETASI PADA KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG AMBAWANG KABUPATEN KUBU RAYA PROVINSI KALIMANTAN BARAT Diversity of Type Vegetation at The Mount Ambawang Forest Protected Areas, District

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 15 s.d 20 September 2011 di Taman hutan raya R. Soerjo yang terletak di Kota Batu, Provinsi Jawa Timur

Lebih terperinci

Analisis Vegetasi Hutan Alam

Analisis Vegetasi Hutan Alam Analisis Vegetasi Hutan Alam Siti Latifah Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara PENDAHULUAN Analisis vegetasi hutan merupakan studi untuk mengetahui komposisi dan struktur hutan.

Lebih terperinci

PANDUAN PENGELOLAAN RIPARIAN

PANDUAN PENGELOLAAN RIPARIAN PANDUAN PENGELOLAAN RIPARIAN TFT 2018 Document Prepared by: The Forest Trust Jl. Dr.Wahidin No 42 Semarang, Jawa Tengah Indonesia Ph +62 24 8509798 1 PENGANTAR DEFINISI Sungai adalah alur atau wadah air

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN BB III BHN DN METODE PENELITIN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2013. Tempat penelitian di Desa Brondong, Kecamatan Pasekan, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat dan analisis

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Timur. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2016.

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Timur. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2016. BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Hutan Bambu tepatnya di Kawasan Ekowisata Boon Pring Desa Sanankerto Kecamatan Turen Kabupaten Malang, Provinsi Jawa

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN. Waktu dan Lokasi

3 METODE PENELITIAN. Waktu dan Lokasi 12 Gymnospermae lebih efisien pada intensitas cahaya tinggi (Kramer & Kozlowski 1979). Sudomo (2007) menyatakan bahwa intensitas cahaya yang berlebihan akan menyebabkan laju transpirasi tinggi, sedangkan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan tanggal 22 April sampai 9 Mei 2007 di hutan rawa habitat tembesu Danau Sumbu dan Danau Bekuan kawasan Taman Nasional Danau

Lebih terperinci

INVENTARISASI TEGAKAN TINGGAL WILAYAH HPH PT. INDEXIM UTAMA DI KABUPATEN BARITO UTARA KALIMANTAN TENGAH

INVENTARISASI TEGAKAN TINGGAL WILAYAH HPH PT. INDEXIM UTAMA DI KABUPATEN BARITO UTARA KALIMANTAN TENGAH INVENTARISASI TEGAKAN TINGGAL WILAYAH HPH PT. INDEXIM UTAMA DI KABUPATEN BARITO UTARA KALIMANTAN TENGAH Oleh/by MUHAMMAD HELMI Program Studi Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan Universitas Lambung Mangkurat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juni Pengambilan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juni Pengambilan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif yang mendiskripsikan tentang keanekaragaman dan pola distribusi jenis tumbuhan paku terestrial.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 12 BAB III METODOLOGI PENELIT TIAN 31 Waktu dan Tempat Penelitian inii dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2010 yang berlokasi di TAHURA Inten Dewata dimana terdapat dua lokasi yaitu Gunung Kunci dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 12 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Cagar Alam Kamojang, Kabupaten Garut dan Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat. Kegiatan pengambilan data di

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR PETA... xiii INTISARI...

Lebih terperinci

ANALISIS VEGETASI PADA KAWASAN HUTAN DESA DI DESA NANGA YEN KECAMATAN HULU GURUNG KABUPATEN KAPUAS HULU

ANALISIS VEGETASI PADA KAWASAN HUTAN DESA DI DESA NANGA YEN KECAMATAN HULU GURUNG KABUPATEN KAPUAS HULU ANALISIS VEGETASI PADA KAWASAN HUTAN DESA DI DESA NANGA YEN KECAMATAN HULU GURUNG KABUPATEN KAPUAS HULU (The Analisis Of Vegetation In Village Forest Area In Nanga Yen Village, Hulu Gurung District, Kapus

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bersifat deskriptif eksploratif dengan metode

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bersifat deskriptif eksploratif dengan metode BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif eksploratif dengan metode ObservasiPartisipatif Plot Sampling dan Transect-walkSystematicSampling yang dikombinasikan dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Metode

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Metode BAB III METODE PENELITIAN A. JENIS PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Metode deskriptif adalah suatu penelitian untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Tentang Struktur Vegetasi Struktur vegetasi merupakan komponen penyusun vegetasi itu sendiri. Struktur vegetasi disusun oleh tumbuh-tumbuhan baik berupa pohon, pancang,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di hutan hujan tropika yang berlokasi di areal IUPHHK PT. Suka Jaya Makmur, Kalimantan Barat. Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januarisampai dengan Februari

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januarisampai dengan Februari BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januarisampai dengan Februari 2013 di dua lokasi bagian Pantai selatan Kabupaten Sampang Madura yaitu Pantai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Taman Hutan Raya Sultan Syarif Hasim wilayah bagian Kelurahan Muara Fajar Kecamatan Minas Kabupaten Siak pada bulan

Lebih terperinci

II. METODE PENELITIAN

II. METODE PENELITIAN II. METODE PENELITIAN Struktur vegetasi tumbuhan bawah diukur menggunakan teknik garis berpetak. Garis berpetak tersebut ditempatkan pada setiap umur tegakan jati. Struktur vegetasi yang diukur didasarkan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan selama dua bulan pengamatan dari bulan Juli hingga Agustus 2009 di Pondok Ambung, Taman Nasional Tanjung Puting, Kalimantan

Lebih terperinci

PENILAIAN NILAI KONSERVASI TINGGI RINGKASAN EKSEKUTIF

PENILAIAN NILAI KONSERVASI TINGGI RINGKASAN EKSEKUTIF PENILAIAN NILAI KONSERVASI TINGGI RINGKASAN EKSEKUTIF PT Inhutani II adalah BUMN Holding Kehutahan di luar Jawa, dengan aktivitas bisnis utama meliputi pengusahaan hutan alam, pengusahaan hutan tanaman,

Lebih terperinci

KEANEKARAGAMAN JENIS BAMBU DI HUTAN KOTA KELURAHAN BUNUT KABUPATEN SANGGAU Bamboo Species Diversity In The Forest City Bunut Sanggau District

KEANEKARAGAMAN JENIS BAMBU DI HUTAN KOTA KELURAHAN BUNUT KABUPATEN SANGGAU Bamboo Species Diversity In The Forest City Bunut Sanggau District KEANEKARAGAMAN JENIS BAMBU DI HUTAN KOTA KELURAHAN BUNUT KABUPATEN SANGGAU Bamboo Species Diversity In The Forest City Bunut Sanggau District Ridwansyah, Harnani Husni, Reine Suci Wulandari Fakultas Kehutanan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Gambar 3 Lokasi penelitian ( ) Alat dan Bahan

BAHAN DAN METODE. Gambar 3 Lokasi penelitian ( ) Alat dan Bahan 10 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli - Agustus 2010 di Hutan Tanaman Pelawan Desa Trubus, Hutan Kawasan Lindung Kalung Desa Namang, dan Hutan Dusun Air

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian tentang Perkembangan Tegakan Pada Hutan Alam Produksi Dalam Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Indonesia Intensif (TPTII) dilaksanakan di areal

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di blok koleksi tumbuhan Taman Hutan Raya Wan Abdul

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di blok koleksi tumbuhan Taman Hutan Raya Wan Abdul III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di blok koleksi tumbuhan Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman. Pada bulan September 2013 sampai dengan Oktober 2013. B. Alat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Desa Pesawaran Indah ini merupakan salah satu desa yang semua penduduknya

III. METODE PENELITIAN. Desa Pesawaran Indah ini merupakan salah satu desa yang semua penduduknya 19 III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Pesawaran Indah, Kecamatan Padang Cermin, Kabupaten Pesawaran. Lokasi ini dipilih secara sengaja dikarenakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 8 III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Lokasi pelaksanaan penelitian adalah di Taman Nasional Lore Lindu, Resort Mataue dan Resort Lindu, Provinsi Sulawesi Tengah. Penelitian ini dilaksanakan pada

Lebih terperinci

INVENTARISASI DAN ANALISIS HABITAT TUMBUHAN LANGKA SALO

INVENTARISASI DAN ANALISIS HABITAT TUMBUHAN LANGKA SALO 1 INVENTARISASI DAN ANALISIS HABITAT TUMBUHAN LANGKA SALO (Johannes teijsmania altifrons) DI DUSUN METAH, RESORT LAHAI, TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH PROVINSI RIAU- JAMBI Yusi Indriani, Cory Wulan, Panji

Lebih terperinci

III. METODE PENELTTIAN Tempat dan Waktu. Penelitian dilaksanakan di Cagar Biosfer Giam Siak Kecil-Bukit Batu,

III. METODE PENELTTIAN Tempat dan Waktu. Penelitian dilaksanakan di Cagar Biosfer Giam Siak Kecil-Bukit Batu, III. METODE PENELTTIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Cagar Biosfer Giam Siak Kecil-Bukit Batu, kawasan ini terletak di dua Kabupaten yaitu Bengkalis dan Siak serta satu Kotamadya yaitu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif digunakan untuk menggambarkan kondisi pohon pelindung di jalan

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif digunakan untuk menggambarkan kondisi pohon pelindung di jalan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Metode deskriptif digunakan untuk menggambarkan kondisi pohon pelindung di jalan arteri primer

Lebih terperinci

KEANEKARAGAMAN JENIS BAMBU (Bambusodae) DALAM KAWASAN HUTAN AIR TERJUN RIAM ODONG DUSUN ENGKOLAI KECAMATAN JANGKANG KABUPATEN SANGGAU

KEANEKARAGAMAN JENIS BAMBU (Bambusodae) DALAM KAWASAN HUTAN AIR TERJUN RIAM ODONG DUSUN ENGKOLAI KECAMATAN JANGKANG KABUPATEN SANGGAU KEANEKARAGAMAN JENIS BAMBU (Bambusodae) DALAM KAWASAN HUTAN AIR TERJUN RIAM ODONG DUSUN ENGKOLAI KECAMATAN JANGKANG KABUPATEN SANGGAU (The Diversity of Bamboo (Bambusodae) In Riam Odong Waterfall Forest

Lebih terperinci

4 METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

4 METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian 4 METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di hutan Desa Aur Kuning, Kecamatan Kampar Kiri Hulu, Provinsi Riau. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari hingga Mei 2012.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan di blok pemanfaatan kawasan hutan pendidikan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan di blok pemanfaatan kawasan hutan pendidikan III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan di blok pemanfaatan kawasan hutan pendidikan USU Tahura Desa Tongkoh Kecamatan Dolat Rayat Kabupaten Karo Provinsi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Gambar 1 Lokasi Taman Nasional Ujung Kulon.

BAB III METODOLOGI. Gambar 1 Lokasi Taman Nasional Ujung Kulon. BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juli 2009 hingga Agustus 2009. Lokasi penelitian terletak di daerah Semenanjung Ujung Kulon yaitu Cigenter, Cimayang, Citerjun,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Buana Sakti dan sekitarnya pada bulan November -- Desember 2011. B. Objek dan Alat Penelitian Objek pengamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hutan mangrove adalah kelompok jenis tumbuhan yang tumbuh di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hutan mangrove adalah kelompok jenis tumbuhan yang tumbuh di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan mangrove adalah kelompok jenis tumbuhan yang tumbuh di sepanjang garis pantai tropis sampai sub-tropis yang memiliki fungsi istimewa di suatu lingkungan yang mengandung

Lebih terperinci

III. Bahan dan Metode

III. Bahan dan Metode III. Bahan dan Metode A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksaanakan pada bulan Mei - Juni 2013. Pengambilan data vegetasi mangrove dilakukan pada saat keadaan air laut surut, jam 10.00-12.30

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN. Mangrove merupakan ekosistem peralihan, antara ekosistem darat dengan

BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN. Mangrove merupakan ekosistem peralihan, antara ekosistem darat dengan 29 BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN 3.1. Kerangka Berpikir Mangrove merupakan ekosistem peralihan, antara ekosistem darat dengan ekosistem laut. Mangrove diketahui mempunyai fungsi ganda

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Gorontalo Utara, yang meliputi 4 stasiun penelitian yaitu:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Gorontalo Utara, yang meliputi 4 stasiun penelitian yaitu: BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini dilaksanakan pada bulan September sampai dengan Oktober 2012. Penelitian ini dilakukan di Pulau Dudepo, Kecamatan Anggrek,

Lebih terperinci

KEBERADAAN RAMIN (GONYSTYLUS BANCANUS (MIQ.) KURZ) DI KAWASAN HUTAN LINDUNG AMBAWANG KECIL KECAMATAN TELUK PAKEDAI KABUPATEN KUBU RAYA

KEBERADAAN RAMIN (GONYSTYLUS BANCANUS (MIQ.) KURZ) DI KAWASAN HUTAN LINDUNG AMBAWANG KECIL KECAMATAN TELUK PAKEDAI KABUPATEN KUBU RAYA KEBERADAAN RAMIN (GONYSTYLUS BANCANUS (MIQ.) KURZ) DI KAWASAN HUTAN LINDUNG AMBAWANG KECIL KECAMATAN TELUK PAKEDAI KABUPATEN KUBU RAYA Ramin Existence (Gonystylus bancanus (Miq.) Kurz) In The Area Of Protected

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2004 sampai dengan September 2005 di empat lokasi Taman Nasional (TN) Gunung Halimun-Salak, meliputi tiga lokasi

Lebih terperinci

Struktur Dan Komposisi Vegetasi Mangrove Di Pulau Mantehage

Struktur Dan Komposisi Vegetasi Mangrove Di Pulau Mantehage Struktur Dan Komposisi Vegetasi Mangrove Di Pulau Mantehage Elok Swasono Putro (1), J. S. Tasirin (1), M. T. Lasut (1), M. A. Langi (1) 1 Program Studi Ilmu Kehutanan, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Penengahan, Kecamatan Pesisir Tengah, Kabupaten Lampung Barat, Provinsi Lampung (Gambar 2). Penelitian dilaksanakan pada

Lebih terperinci

Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 3. No. 1, Maret 2012: ISSN :

Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 3. No. 1, Maret 2012: ISSN : Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 3. No. 1, Maret 2012: 99-107 ISSN : 2088-3137 STRUKTUR DAN KOMPOSISI VEGETASI MANGROVE DI PESISIR KECAMATAN SUNGAI RAYA KEPULAUAN KABUPATEN BENGKAYANG KALIMANTAN BARAT

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Lokasi Dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Bagan Serdang Kecamatan Pantai

METODE PENELITIAN. Lokasi Dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Bagan Serdang Kecamatan Pantai METODE PENELITIAN Lokasi Dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Bagan Serdang Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara pada bulan Mei sampai dengan bulan Juni 2010.

Lebih terperinci

KEANEKARAGAMAN JENIS TUMBUHAN TINGKAT POHON PADA HUTAN ADAT GUNUNG BERUGAK DESA MEKAR RAYA KECAMATAN SIMPANG DUA KABUPATEN KETAPANG

KEANEKARAGAMAN JENIS TUMBUHAN TINGKAT POHON PADA HUTAN ADAT GUNUNG BERUGAK DESA MEKAR RAYA KECAMATAN SIMPANG DUA KABUPATEN KETAPANG KEANEKARAGAMAN JENIS TUMBUHAN TINGKAT POHON PADA HUTAN ADAT GUNUNG BERUGAK DESA MEKAR RAYA KECAMATAN SIMPANG DUA KABUPATEN KETAPANG (Diversity Of Tree Species In Gunung Berugak Customary Forest Of Mekar

Lebih terperinci

Manfaat METODE. Lokasi dan Waktu Penelitian

Manfaat METODE. Lokasi dan Waktu Penelitian 2 Manfaat Penelitian ini diharapkan menjadi sumber data dan informasi untuk menentukan langkah-langkah perencanaan dan pengelolaan kawasan dalam hal pemanfaatan bagi masyarakat sekitar. METODE Lokasi dan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN 21 IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan secara langsung di Hutan Pendidikan Gunung Walat. Penelitian dilaksanakan selama 3 bulan yaitu pada bulan Maret sampai dengan bulan

Lebih terperinci

ANALISIS VEGETASI EKOSISTEM HUTAN MANGROVE KPH BANYUMAS BARAT

ANALISIS VEGETASI EKOSISTEM HUTAN MANGROVE KPH BANYUMAS BARAT ANALISIS VEGETASI EKOSISTEM HUTAN MANGROVE KPH BANYUMAS BARAT Ana Dairiana, Nur illiyyina S, Syampadzi Nurroh, dan R Rodlyan Ghufrona Fakultas Kehutanan - Institut Pertanian Bogor ABSTRAK Analisis vegetasi

Lebih terperinci

HABITAT POHON PUTAT (Barringtonia acutangula) PADA KAWASAN BERHUTAN SUNGAI JEMELAK KABUPATEN SINTANG

HABITAT POHON PUTAT (Barringtonia acutangula) PADA KAWASAN BERHUTAN SUNGAI JEMELAK KABUPATEN SINTANG HABITAT POHON PUTAT (Barringtonia acutangula) PADA KAWASAN BERHUTAN SUNGAI JEMELAK KABUPATEN SINTANG Muhammad Syukur Fakultas Pertanian Universitas Kapuas Sintang Email : msyukur1973@yahoo.co.id ABSTRAKS:

Lebih terperinci