MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 104/PUU-XI/2013

Transkripsi

1

2 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 104/PUU-XI/2013 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Tata Cara Perpajakan [Pasal 1 angka 26] terhadap Undang-Undang Dasar 1945 PEMOHON 1. Perkasa Kentjana Putra ACARA Pemeriksaan Pendahuluan (I) Senin, 6 Januari 2014, Pukul WIB Ruang Sidang Gedung Mahkamah Konstitusi RI, Jl. Medan Merdeka Barat No. 6, Jakarta Pusat SUSUNAN PERSIDANGAN 1) Anwar Usman (Ketua) 2) Muhammad Alim (Anggota) 3) Patrialis Akbar (Anggota) Dewi Nurul Savitri Panitera Pengganti

3 Pihak yang Hadir: A. Pemohon: 1. Perkasa Kentjana Putra B. Kuasa Hukum Pemohon: 1. Adi Wirajaya

4 SIDANG DIBUKA PUKUL WIB 1. KETUA: ANWAR USMAN Sidang Perkara Nomor 104/PUU-XI/2013, dibuka dan dinyatakan terbuka untuk umum. Assalamualaikum wr. wb. Saudara Pemohon, sekarang sidang pendahuluan pertama ya. Untuk itu dipersilakan kepada Saudara untuk memperkenalkan diri, silakan. 2. PEMOHON: PERKASA KENTJANA PUTRA Perkasa Kentjana Putra nama saya Perkasa Kentjana Putra. Domisili Denpasar, wiraswasta, umur 62 tahun, sebagai Pemohon, terima kasih. 3. KETUA: ANWAR USMAN KETUK PALU 3X ya? Baik, permohonan Saudara telah dibaca. Ini ada Kuasa Hukum 4. KUASA HUKUM PEMOHON: ADI WIRAJAYA Ya, Pak. Wakil, Pak. 5. KETUA: ANWAR USMAN Ha? 6. KUASA HUKUM PEMOHON: ADI WIRAJAYA Wakilnya, kuasa. 7. KETUA: ANWAR USMAN Oh, wakil ya. 8. KUASA HUKUM PEMOHON: ADI WIRAJAYA Ya.

5 9. KETUA: ANWAR USMAN Silakan perkenalkan diri. 10. KUASA HUKUM PEMOHON: ADI WIRAJAYA Ya, saya perkenalkan diri. Nama saya Adi Wirajaya, S.H., tempat tanggal lahir 24 September 1969 di Tanjung Karang, Bandar Lampung, agama Islam, kewarganegaraan Indonesia, alamat Jalan Gunung Sahyang gang Nusantara IV, Nomor 6, Desa Kerobokan, Kabupaten Badung, Denpasar, Bali. Selesai, Pak. Pekerjaan Kepolisian RI, Pak. 11. KETUA: ANWAR USMAN Lho, jadi bagaimana statusnya wakil dari siapa tadi? 12. KUASA HUKUM PEMOHON: ADI WIRAJAYA Wakil kuasa dari Pemohon Pak Perkasa Kentjana Putra. 13. KETUA: ANWAR USMAN Bukan dari kepolisian ya? 14. KUASA HUKUM PEMOHON: ADI WIRAJAYA Ya, Pak. 15. KETUA: ANWAR USMAN Lho, bagaimana bisa menjadi wakil kuasa dari Pemohon bagaimana ceritanya coba? 16. KUASA HUKUM PEMOHON: ADI WIRAJAYA Ini izin, Pak. 17. KETUA: ANWAR USMAN Ya. 18. KUASA HUKUM PEMOHON: ADI WIRAJAYA Izin dari dinas untuk mewakili Perkasa Kentjana Putra selaku Pemohon, Pak.

6 19. KETUA: ANWAR USMAN Ada izin dari kesatuan, dari kepolisian? 20. KUASA HUKUM PEMOHON: ADI WIRAJAYA Ada, Pak. Di polresta, Pak. Dari pimpinan, Pak. 21. KETUA: ANWAR USMAN Ada bukan, di dalam berkas ini ada? 22. KUASA HUKUM PEMOHON: ADI WIRAJAYA Tidak ada, Pak. Langsung kuasa secara khusus yang dibuat antara Pemohon dengan saya, Pak. 23. KETUA: ANWAR USMAN Mana surat kuasanya? 24. KUASA HUKUM PEMOHON: ADI WIRAJAYA Sudah diserahkan, Pak. Di dinas rangkap tadi. 25. KETUA: ANWAR USMAN Jadi gini. Izinnya nanti izin dari atasan supaya dilampirkan ya? 26. KUASA HUKUM PEMOHON: ADI WIRAJAYA Ya, Pak. 27. KETUA: ANWAR USMAN Jadi untuk sementara ini prinsipalnya Pemohon dengan bersangkutan ya. 28. KUASA HUKUM PEMOHON: ADI WIRAJAYA Siap.

7 29. KETUA: ANWAR USMAN Dipersilakan untuk membacakan ya, atau menyampaikan pokokpokok dari permohonan prinsipal. Pemohon aslinya saja yang menyampaikan, silakan. 30. PEMOHON: PERKASA KENTJANA PUTRA Kepada Yang Terhormat Ketua Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia di Jalan Medan Merdeka, perihal permohonan pengujian materi Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Pasal 1 angka 26 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 85) tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor Dengan segala kerendahan hati, perkenankan kami yang bertanda tangan di bawah ini Perkasa Kentjana Putra ( ) 31. KETUA: ANWAR USMAN Langsung saja, lewat saja itu ya. 32. PEMOHON: PERKASA KENTJANA PUTRA Lewat ya. 33. KETUA: ANWAR USMAN Ya, jadi ini saja. Pokok-pokok permohonannya apa, lewat saja itu mengenai kewenangan pertama, ya kemudian ( ) 34. PEMOHON: PERKASA KENTJANA PUTRA Kewenangan pertama, kewenangan Mahkamah. Bahwa Pasal 24 ayat (2) Undang-Undang ( ) 35. KETUA: ANWAR USMAN Lewat saja, dilewat saja. 36. PEMOHON: PERKASA KENTJANA PUTRA Dilewat saja.

8 37. KETUA: ANWAR USMAN He em, langsung ke pokok permohonan. Ya alasan permohonan itu, jadi kami sudah baca semuanya. 38. PEMOHON: PERKASA KENTJANA PUTRA Bahwa dengan berlakunya norma yang terdapat dalam Pasal 1 ayat 26 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 85) tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4740 berkaitan dengan laporan pengaduan Pemohon ke kepolisian resort kota Denpasar, Nomor STPL/898/IX/2012/Bali/Restra.Denpasar. Dan laporan Pemohon ke Direktorat Jenderal Pajak telah diabaikan jika mengacu pada angka 26 menegaskan bukti permulaan adalah keadaan perbuatan dan bukti berupa keterangan tulisan atau benda yang dapat memberikan petunjuk adanya dugaan kuat bahwa sedang atau telah terjadi sesuatu tindak pidana di bidang perpajakan yang dilakukan oleh siapa saja yang dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara, khususnya frasa yang berkaitan dengan frasa bukti permulaan tersebut ialah menjadi norma diskrimatif bagi Pemohon yang telah menimbulkan kerugian atau potensi berpotensi menimbulkan kerugian bagi Pemohon dan kerugian tersebut berhubungan dengan norma yang diujikan, serta beralasan, bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Tahun 1945, dan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat. Bahwa untuk mengaju Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, khususnya Pasal 38 huruf b dan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, yang sebagaimana khususnya bagian ke- 17 mengenai setoran bea perolehan hak atas tanah dan bangunan yang dilakukan oleh Terlapor atas nama I Putu Ansuke (pemenang lelang) sangat jelas terdapat pelanggaran dengan mengisi kolom b, yaitu Nomor Objek Pajak Nomor PBB ( ) 39. KETUA: ANWAR USMAN Enggak, di lewat saja langsung yang dituju! 40. PEMOHON: PERKASA KENTJANA PUTRA Ke halaman ke nomor 7.

9 41. KETUA: ANWAR USMAN Ya. 42. PEMOHON: PERKASA KENTJANA PUTRA Bahwa dengan pembatasan atas pasal a quo yang sementara diujikan telah memberi pengucilan, pembatasan, atau tidak memberi uang bagi masyarakat lainnya yang merasa dirugikan. Dan Pemohon untuk dapat melaporkan apabila dirinya mengalami kejadian seperti itu. Bahwa Pemohon adalah pemenang sita persamaan atas aset Almarhum Kusyadi yang telah berhutang kepada Pemohon, sehingga kewajibannya pembayarnya oleh Ketua Pengadilan Negeri Denpasar mengabulkan dengan dikeluarkannya Surat Penetapan Nomor 260/Perdata.G/2008/Pengadilan Negeri PN1.Denpasar pada tanggal 17 September 2008 dan pemblokiran sertifikat di BPN Kota Denpasar. Namun, pada saat Pemohon melakukan sita jaminan terhadap tanah dimaksud, ternyata Pihak Bank CIMB Niaga yang memegang sertifikat hak milik dimaksud karena pada tahun 2005 dijadikan jaminan pinjaman di Bank CIMB Niaga tidak pernah dibayar oleh Kusyadi, maka terhadap tiga bidang tanah dimaksud dilakukan lelang pada tanggal 3 Juni 2009 dengan pemenang Lelang I Putu Ansuke. Diketahui bahwa tanah tersebut dilelang tanpa pengetahuan dan koordinasi dengan Pemohon sebagai pemenang sita persamaan. Pemohon menggugat KPKN Kota Denpasar, I Putu Ansuke (BPN Kota Denpasar), namun gugatan Pemohon di Pengadilan Negeri Denpasar maupun di pengadilan tinggi ditolak. Dan setelah dicek, diketahui telah terjadi penggelapan hak atas barang yang tidak bergerak sesuai dengan laporan pengaduan Nomor STPN/898/9/2012/Bali/RestraDenpasar. Namun karena adanya perbedaan penafsiran norma yang terdapat pada Pasal 1 angka 26, khususnya frasa bukti permulaan, Pemohon dipersilakan oleh Polresta Denpasar untuk melaporkan kejadian ini kepada pihak yang berhak, yaitu ke Kantor Pelayanan Pajak atau Penyidik Direktorat Jenderal Pajak Denpasar, namun diabaikan juga oleh Penyidik di Direktorat Jenderal Pajak dengan alasan bukti permulaan. Pokok permohonan. Bahwa hal-hal yang telah dikemukakan dalam kewenangan Mahkamah Konstitusi dan kedudukan hukum Pemohon sebagaimana diuraikan di atas adalah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pokok permohonan ini. Bahwa hukum hadir untuk para pencari keadilan dengan paradigma tersebut, maka apabila para pencari keadilan menghadapi suatu persoalan hukum, maka bukan para pencari keadilan yang disalahkan, melainkan para pencari hukum harus berbuat sesuai dan berbuat sesuatu terhadap hukum yang ada, termasuk meninjau asas,

10 atau norma, doktrin substansi, serta prosedur yang berlaku. Termasuk dalam hal ini norma yang mengatur tentang bukti permulaan harus memenuhi Pasal 1 angka 26 Undang-Undang Nomor 28 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, khususnya frasa bukti permulaan adalah keadaan perbuatan, dan/atau bukti berupa keterangan tulisan, atau benda yang dapat memberikan petunjuk adanya dugaan kuat bahwa sedang atau telah terjadi suatu tindak pidana di bidang perpajakan yang dilakukan oleh siapa saja yang dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara. Bahwa hukum hadir di tengah-tengah masyarakat dijalankan tidak sekedar menurut kata-kata hitam putih dari peraturan ( according to the letter), melainkan menurut semangat dan makna oleh dalam ( to the very meaning) dari undang-undang atau hukum. Hukum tidak hanya dijalankan dengan berdasarkan intelektual melainkan dengan kecerdasan spiritual. Menjalankan hukum harus dengan determinasi, empati, dedikasi, komitmen terhadap penderitaan bangsa untuk berani mencari jalan lain guna kebenaran, keadilan, dan kepastian hukum para pencari keadilan. Bahwa tindak pidana perpajakan yang selama ini terjadi secara meluas yang tidak hanya merugikan kerugian negara tetapi juga telah merupakan pelanggaran terhadap hak-hak sosial dan ekonomi masyarakat secara luas, sehingga tindak pidana perpajakan digolongkan sebagai kejahatan yang memberantasnya harus dilakukan secara luar biasa yang memerlukan peran serta dari seluruh lapisan masyarakat termasuk generasi muda bangsa maupun lembaga-lembaga penegak hukum seperti polisi, jaksa, petugas direktur jenderal pajak, KPK dan hakim untuk terhadap pencegahan dan pemberantasan tindak pidana perpajakan. Bahwa norma yang terkandung di dalam Pasal 1 angka 26 khususnya frasa bukti permulaan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan merupakan norma yang diskriminatif karena bertentangan dengan hak-hak konstitusional Pemohon sehingga harus dinyatakan inkonstitusional. Bahwa menurut Prof. Dr. Jimly Asshidiqie, S.H. adanya perindungan konstitusional terhadap hak asasi manusia dan jaminan hukum bagi tuntutan penegakkannya melalui proses yang adil, perlindungan terhadap hak asasi manusia tersebut di masyarakat secara luas dalam rangka mempromosikan penghormatan dan perlindungan terhadap hak-hak manusia sebagai ciri yang penting suatu negara hukum yang demokratis. Bahwa pengajuan permohonan ditujukan pada norma yang terdapat pada Pasal 1 angka 26 khususnya frasa bukti permulaan dan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan karena bertentangan dengan Pasal 27 ayat (1),

11 Pasal 28D ayat (1), Pasal 28 ayat (2) Undang -Undang Dasar Republik Indonesia Tahun Bahwa Pasal 1 angka (26) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan berbunyi sebagai berikut, Bukti permulaan adalah keadaan, perbuatan dan/atau bukti berupa keterangan tulisan atau benda yang dapat memberikan petunjuk adanya dugaan kuat bahwa sedang atau telah terjadi suatu tindak pidana di bidang perpajakan yang dilakukan oleh siapa saja yang dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara. Bahwa norma yang terdapat dalam Pasal 1 angka 26 dan khususnya bukti permulaan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan bertentangan dengan huruf dengan Pasal 1 ayat (3) Undang -Undang Dasar 1945 yang telah secara tegas mengatakan bahwa wujud dari adanya kepastian hukum dalam suatu negara adalah ketegasan tentang berlakunya suatu aturan hukum (lex certa). Adanya prinsip lex certa mengharuskan suatu aturan hukum berlaku mengikat secara tegas karena tidak ada keraguraguan dalam pemberlakuannya. Bahwa menurut Prof. Dr. Sri Sumantri, negara hukum Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 paling tidak harus memenuhi unsur sebagai berikut. 1. Pemerintah dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya harus berdasar atas hukum dan peraturan perundang-undangan. 2. Adanya jaminan terhadap hak-hak asasi manusia (warga negara). 3. Adanya pembagian kekuasaan dalam negara. 4. Adanya pengawasan dari badan-badan pemerintah negara. Bahwa Prof. Dr. Jimly Asshidiqie, S.H. menyatakan terdapat 12 prinsip pokok negara hukum yang menyanggah berdiri tegaknya suatu negara hukum (the rule of law-rechtsstaat) dalam arti yang sebenarnya yaitu supremasi hukum (supremacy of law) bersamaan dengan hukum, equility before the law. Pembatasan kekuasaan organ-organ eksekutif independen, peradilan bebas dan tidak memihak peradilan tata usaha negara, peradilan tata negara ( constitutional court), perlindungan hak asasi manusia bersifat demokratis, demokratis Rechtsstaat sarana mewujudkan tujuan bernegara (suara tidak terdengar jelas) transparansi dan kontrol sosial. Bahwa norma yang terdapat dalam Pasal 1 angka 26 khususnya frasa bukti permulaan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan bertentangan dengan Pasal 28D ayat (1) Undang -Undang Dasar 1945 yang menganut prinsip kepastian hukum sehingga kepastian hukum yang berkedilan melarang terjadinya diskriminasi untuk melakukan pelayanan terhadap masyarakat Indonesia di bidang hukum. Norma yang terdapat dalam Pasal 1 angka 26 khususnya frasa bukti permulaan dengan sangat jelas melakukan

12 pembatasan atas diri Pemohon sehingga berpotensi merugikan hak-hak konstitusional Pemohon yang dilindungi oleh konstitusi. Bahwa yang terdapat dalam Pasal 1 angka 926 khususnya frasa bukti permulaan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan bertentangan dengan Pasal 28.1 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945 yang menganut prinsip bebas dari perlakuan diskriminatif dari asas persamaan di muka hukum (equality before the law). Bahwa Pasal 1 angka 26 frasa bukti permulaan ini telah menimbulkan kerugian Pemohon sebagai pencari keadilan sehingga laporan pengaduan Pemohon Nomor STPL 898/IX/2012/Bali/Resta.Denpasar maupun pada penyidik direktur jenderal pajak/ppns setempat tidak jelas kelanjutannya sehingga harus pula dinyatakan inkonstitusional dan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat dengan segala akibatnya. Bahwa dengan adanya pembatasan tersebut, telah menutup kesempatan bagi Pemohon untuk melaporkan tindak pidana perpajakan dan sebagai pencari keadilan, tidak ditetapkannya suatu aturan hukum yang melindungi pelapor atau korban, sehingga laporan Pemohon di penyidik atau dewan pajak/ppns tempat pun diabaikan, padahal Pemohon telah mempunyai bukti-bukti yang cukup. Enam belas. Bahwa Pelapor juga telah berkoordinasi kepada Direktorat Jenderal Pajak setempat, menceritakan kronologis kejadian tindak pidana tersebut. Namun, laporan tersebut tidak diterima oleh petugas Kantor Pajak Denpasar, dengan alasan harus mempunyai bukti permulaan yang cukup. Pemohon telah menunjukkan bukti-bukti tindak pidana yang diajukan Terlapor, namun tetap dibilang belum mencukupi. Bukti permulaan yang cukup ini bukti permulaan yang cukup ini membuat Pemohon menjadi bingung dan bermaksud untuk menguji material muatan dari Pasal 1 angka 26 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, sehingga Pemohon mendapat kepastian hukum dan menyatakan frasa bukti permulaan tersebut tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat karena merugikan hak konstitusinya dengan Pemohon. Dirugikan, sehingga keadilan tidak diterapkan untuk orang yang mencari keadilan. dan frasa bukti permulaan yang cukup ini menimbulkan conflict of interest antara penyidik dan pelapor, sehingga kebanyakan tidak menguntungkan korban pencari keadilan, sehingga korban Pelapor sia-sia melaporkan permasalahannya akibat adanya benturan pada norma yang terdapat pada Pasal 4 angka 26, khususnya frasa bukti permulaan sebenarnya tanggung jawab pencari bukti-bukti ini adalah tanggung jawab dari penegak hukum atau penyidik, bukan tanggung jawab dari korban/pelapor. Tujuh belas. Bahwa proses hukum Pemohon mandek pula mulai tahun 2012, tidak tahu kejelasan di Kepolisian Resor Kota Denpasar

13 maupun Direktorat Jenderal Pajak/PPNS setempat, maka Pemohon maka mohon Majelis Hakim Konstitusi mengabulkan permohonan provisi Pemohon. Petitum, satu, menerima dan mengabulkan permohonan Pemohon. Dua, menyatakan Pasal 1 angka 26 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 85, tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4740, khususnya frasa bukti permulaan) bertentangan dengan Pasal 27 ayat (1), Pasal 28D ayat (1), Pasal 28I ayat (2) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun Menyatakan Pasal 1 angka 26 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 85, tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4740, khususnya frasa bukti permulaan) tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat dengan segala akibat hukumnya. Menyatakan Pasal 1 angka 26 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 85, tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4749) bertentangan dengan Pasal 27 ayat (1), Pasal 28D ayat (1), Pasal 28I a yat (2) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun Menyatakan Pasal 1 angka 26 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 85, tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4740) tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat dengan segala akibatnya. Atau apabila Majelis Hakim Mahkamah berpendapat lain, mohon putusan yang seadil-adilnya. Hormat kami. 43. KETUA: ANWAR USMAN Para Pemohon, sesuai dengan ketentuan hukum acara, prosedur beracara di Mahkamah Konstitusi, setelah Pemohon menguraikan pokokpokok permohonannya, sekarang giliran Majelis Hakim Panel untuk menyampaikan beberapa hal yang terkait dengan permohonan Saudara. Untuk diketahui bahwa yang terkait dengan permohonan pengujian undang-undang, tentunya di Mahkamah Konstitusi ini yang diperiksa, yang diadili itu adalah mengenai normanya ya, sedangkan yang diuji oleh Pemohon ini adalah Pasal 1 angka 26 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan yang bunyinya adalah sebagai Saudara sampaikan tadi. Tapi baiklah, nanti Majelis Panel akan menyampaikan beberapa hal. Pertama, dari saya bahwa uraian Saudara dalam permohonan

14 Saudara yang halamannya tidak dicantumkan di sini, ini perhatian juga ini. Halaman permohonannya enggak ada, ini. Uraian dalam kedudukan hukum dengan pokok permohonan, uraian dalam pokok permohonan atau yang menjadi alasan itu, supaya di apa supaya ditempatkan sesuai tempatnya masing-masing. Jadi, kedudukan hukum Pemohon itu lebih banyak menguraikan alasan-alasan permohonan. Sementara di pokok permohonan, Saudara menguraikan hal-hal yang bersifat teori atau ajaran dari atau pendapat dari beberapa pakar atau paling tidak Saudara bisa bisa melihat nanti contoh permohonan yang sudah ada di Mahkamah Konstitusi. Kemudian, kalau dilihat juga bahwa apa yang Saudara sampaikan dalam permohonan ini secara keseluruhan, ya dapat disimpulkan kalau ini mengenai kasus konkret jadi Saudara alami di pengadilan, ya bahkan Saudara tadi sudah menyampaikan mengenai perjuangan Saudara ya di pengadilan dinyatakan menang, ya. Kemudian Saudara melaporkan ada tindak pidana kemudian tidak diteruskan dengan alasan bukti permulaan tidak cukup. Ya itu sebenarnya menyangkut kasus konkret, kemudian petitum juga, itu bertentangan antara petitum yang satu dengan yang lain. Misalnya di petitum 5 ya, Saudara minta bahwa Pasal 1 angka 26 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007, ya dinyatakan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat dengan segala akibat hukumnya, nah sementara Saudara mempermasalahkan mengenai frasa bukti permulaan, jadi ada kontradiksi antara apa yang Saudara uraikan, kemudian dihubungkan dengan petitum ya permintaan, amar dalam petitum Saudara ini menyatakan pasal ini tidak mempunyai kekuatan hukum, tetapi yang dipermasalahkan mengenai bukti permulaan yang cukup, ya coba nanti dielaborasi lebih lanjut ya, kemudian teknis penulisannya juga ya supaya diperhatikan, tadi juga Saudara baca Pasal 28 I ayat (2) itu enggak ada Pasal 28 I, itu Pasal 28I ya. Tadi benar secara tulisan, tapi Saudara baca salah. Kemudian hal-hal lain nanti akan disampaikan oleh kepada Yang Mulia, silakan Pak. 44. HAKIM ANGGOTA: MUHAMMAD ALIM Terima kasih, Pak Ketua. Saudara Pemohon, ini kewajiban kami memberitahu kepada Saudara dan Saudara menerima atau tidak menerima itu hak Saudara. Jadi dalam suatu permohonan itu, pertama kali itu adalah identitas Pemohon, di sini meskipun Saudara tadi sudah membaca Jalan Nakula Nomor 17 DPS itu Denpasar ya, jangan DPS, jangan disingkat. Kita ndak tahu DPS itu di mana, Denpasarlah, jadi itu dikasih benar itu. Kedua, menulis pasal yang diikuti dengan nomornya itu umpamanya Pasal 10 itu huruf P-nya besar ya, tidak boleh huruf P-nya kecil. Jadi Pasal 10, lalu kalau angka oke sudah benar, kalau ayat itu di dalam kurung. Di halaman 1 permohonan Saudara itu kewenangan

15 Mahkamah, tidak usah yang nomor 1 itu tidak usah dimasukkan. Yang nomor 2 yang langsung dimasukkan, tetapi ini juga kurang, jadi Pasal 24C ayat (1) Undang-Undang Dasar Tahun 1945, oke betul Pasal 10 itu P-nya besar. Pasal 10 ayat (1) huruf a Undang -Undang tentang Mahkamah Konstitusi, ini sudah diubah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2011 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 24 tentang Mahkamah Konstitusi, lembaran negaranya itu tentu Tahun 2011 nomor berapa itu nanti Saudara lihat, bisa dilihat di sini. Jadi, yang nomor 2 saja itu di halaman 2. Ini permohonan Anda juga tidak diberi halaman ini, jadi kita bingung juga ini. Jadi yang halaman 1 tidak usah, Kewenangan Mahkamah Pasal 24. Itu tidak usah, yang yang penting itu Pasal 24 ayat (1) Undang - Undang Dasar Tahun 1945 itu yang paling penting, jadi Pasal 24C ayat (1) itu, itu yang paling penting karena itulah kewenangan bahwa Mahkamah Konstitusi itu berwenang mengadili undang-undang terhadap pengujian undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar, ini kan Saudara menguji undang-undang, nah itu, itu yang pertama. Kedua, lalu sesudah identitas itu kewenangan Mahkamah, oke, baru kedudukan hukum Saudara atau legal standing Saudara Pemohon itu, itu kan mungkin di sini dia kedudukannya sebagai perorangan warga negara Indonesia yang membayar pajak dan lain-lain. Nah itu, nah lalu berikutnya jadi satu identitas Pemohon, kedua kewenangan mahkamah, ketiga legal standing Pemohon, keempat itu posita atau dalil-dalil apa sebabnya Saudara merasa dirugikan? Mengapa Saudara merasa dirugikan dengan ketentuan itu? Lalu yang kelima itu adalah petitum. Banyak sekali yang kurang di sini, mungkin alangkah baiknya Saudara bisa mengambil contoh di sini putusan... apa... permohonanpermohonan yang telah ada sebelumnya. Nah, kemudian dalam petitum ini saya lihat permohonan Saudara apa yang Saudara minta di sini itu... nomor 1 itu menerima dan mengabulkan permohonan Pemohon. Tidak usah menerima, mengabulkan saja. Kalau dikabulkan itu sudah sekaligus diterima, jadi mengabulkan permohonan Pemohon. Menyatakan... saya katakan tadi pasal itu huruf p-nya besar. Pasal 1 angka 26 undang-undang nomor... nomornya juga itu huruf besarkan nanti. Tentang Ketentuan Umum Tata Cara Perpajakan. Ini tentang itu huruf kecil, tapi ketentuan umum dan tata cara perpajakan itu harus huruf besar semua itu permulaannya karena itu judulnya itu undang-undang. Itu bertentangan dengan... tidak usah disebutkan pasalnya, bilang saja bertentangan dengan Undang-Undang Dasar 1945, tidak usah disebut Pasal 27, Pasal 28D karena sudah diuraikan di muka. Jadi... jadi yang kedua itu bertentangan dengan Undang-Undang Dasar 1945, cukup begitu. Nah, yang ketiga pasalnya p-nya besar, Pasal 1 angka 26 undang... undang-undangnya juga huruf besar itu, undang-undang nomor... nomornya juga, 26 Tahun 2007 tentang ketentuan... namanya ini

16 tentangnya ini tidak besar, tapi ketentuan umum tentang tata cara perpajakan itu, itu harus dengan huruf besar. Khususnya frasa bukti permulaan. Nah, di ataskan khususnya frasa bukti permulaan, jadi itu menjadi tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat dan segala akibatnya. Yang angka 4 dan angka 5 itu pengulangan dari angka 2 dan angka 3, jadi tidak perlu. Petitum keempat dan kelima itu tidak perlu karena itu pengulangan daripada... saya sudah katakan tadi tidak usah disebutkan pasalnya lagi kalau dalam petitum, tapi katakan saja bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Nah, berikutnya itu menyatakan Pasal 1 angka itu khususnya frasa ini, tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat. Jadi empat dengan lima itu hapus. Kemudian yang ke... yang menjadi nomor 4 itu justru begini, memerintahkan pemuatan putusan permohonan ini dalam berita negara republik Indonesia sebagaimana mestinya. Itu kan supaya berlaku juga untuk orang lain, itu diperintahkan dimuat dalam berita negara republik Indonesia sebagaimana mestinya. Itu justru yang minta. Lalu yang di bawah alternatif apabila Majelis Hakim berpendapat, itu begitu. Nah, sekedar saya mau tanya kepada Saudara, apa lagi yang Saudara mau harapkan kalau sudah dibuat di frasa itu dinyatakan tidak ada. Ini di sini Pasal Pasal 1 angka 26 yang Saudara uji kan bunyinya begini, Bukti permulaan adalah. Kalau itu tidak ber... mempunyai... kalau itu dianggap bertentangan ( suara tidak terdengar jelas) jadi... menjadi nanti kalimat 26 itu adalah keadaan. Apa yang adalah? Coba, coba Saudara pikirkan, ini kan bukti permulaan yang frasa itu yang Saudara bilang out. Nah, sekarang angka 26 itu menjadi adalah keadaan, apa yang adalah, keadaan bagaimana, apa yang dimaksud itu? Ini kan jadi bingung orang. Adalah keadaan, perbuatan, dan bukti berupa keterangan tulisan ini. Kita tidak tahu apa, apa lagi yang dimaksud dengan adalah keadaan, adalah perbuatan. Ini kalau ada ini bukti permulaan adalah keadaan. Nah, itu... itu ada... yang Saudara maksud di situ jadi apa jadinya kalau ini dihilangkan karena itu kan yang Saudara minta dinyatakan bertentangan. Nah, kasih dulu sementara, Pak Ketua, ya. 45. KETUA: ANWAR USMAN Silakan, Yang Mulia Pak Patrialis. 46. HAKIM ANGGOTA: PATRIALIS AKBAR Saya mau menambahkan saja Pemohon, ya. Memang ke MK itu agak lain, mengajukan permohonannya itu kita harus jelas-jelas, ya.

17 Saya ingin menambahkan nanti Bapak tolong cari Putusan MK ya, Nomor 56 Tahun 2008, ya. Kemudian Putusan Nomor 10. Ada tiga nih, Putusan Nomor 10, 17, 23 Tahun 2010, ya. Nah, di situ Mahkamah Konstitusi sudah mengatakan bahwa mengenai ketentuan umum di dalam undang-undang itu enggak bisa diuji, ya, ketentuan umum itu enggak bisa diuji. Karena di situkan tidak ada berisi norma, tidak ada berisi perintah, itu kan hanya menjelaskan, ya. Jadi, coba dilihat lagi putusan itu. Jadi yang kita uji itu adalah konstitusionalitas norma, itu. Ya, Pak ya. Jadi, bukan persoalan kasus konkret juga bukan kasus konkret. Jadi, kalau ada undang-undang, pasal undang-undang yang pasalnya itu merugikan diri kita, itu boleh. Wah, ini bertentangan dengan Undang-Undang Dasar, ini melanggar HAM, diskriminatif, kalau pasal ini diterapkan, maka saya dirugikan, ya kan? Nah, Bapak kan tadi bilang ada apa namanya sudah melapor ke polres. Ini polisinya boleh mendampingi di sini. Ha? Ya, justru itu. Harusnya polisinya saja yang jalan, ditindak lanjut saja, harus. Ya, ya, ya, tapi enggak apa-apa lah untuk belajar sekalian pak polisinya, ya. Ya, itu dilihat kemudian, ya tadi sudah banyak disampaikan ya oleh Pak Alim dan Pak Anwar Hakim Yang Mulia ya. Kemudian, di sini juga di dalam tulisan ini mengenai kewenangan MK ini di sini bapak bilang ya, bapak mengutip pasal Undang-Undang Dasar itu coba dilihat lagi. Di sini disebutkan kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah bawahan. Harusnya kan oleh sebuah Mahkamah Agung, yang di dalamnya ya ada peradilan umum, ada lingkunganlingkungan itu ya, jadi bukan bawahan. Memang peradilan umum di bawah Mahkamah Agung, tapi enggak ada kaitannya dengan Mahkamah Konstitusi. Ini gosok-gosok kepala ini pak Pemohon. Ya sudah, saya kira itu saja dari saya, tadi sudah banyak Pak. Terima kasih, Pak. 47. KETUA: ANWAR USMAN Terima kasih, Yang Mulia. Jadi begitu Pemohon, ya sudah jelas ya. Jadi, tadi terakhir dari Yang Mulia Pak Patrialis yang terkait dengan masalah yang diuji ya. Ini kan ketentuan umum ini Pasal 1 angka 26, itu sudah jelas tadi. Jadi, entah nanti tinggal melihat putusan yang disampaikan tadi ada dua, apa boleh itu atau tidak? Ha, kalaupun misalnya menurut pemahaman Pemohon bahwa apa yang Saudara mohonkan itu tidak sama dengan putusan yang disampaikan tadi, ya, Saudara harus menguraikan bahwa pasal ini ya berhubungan oleh Pemohon. Walaupun ini sekali lagi ini sebenarnya tidak mengandung norma, tetapi mengandung batasan definisi ya, bukti pemulaan tadi. Yang kalau itu dihapus, menjadi titik-titik menjadi langsung adalah, kan begitu. Jadi kan enggak ada itu kalau misalnya poin 1 angka 26 menjadi eh, Pasal 1 angka 26 menjadi adalah dan seterusnya. Ya,

18 itu kan tidak tidak apa tidak bisa dipahami. adalah, adalah yang dimaksud itu apa? Kan mesti ada didepannya lebih awal. Jadi itu untuk bahan pertimbangan Pemohon kalau memang Saudara menganggap bahwa permohonan ini masih harus diteruskan, tetapi kalau misalnya menurut Pemohon setelah mendengar penjelasan dari Majelis Panel bahwa ternyata memang ini menyangkut kasus konkret yang tidak terkait dengan pasal yang diuji, lebih-lebih lagi bahwa pasal yang diuji ternyata tidak mengandung norma sebagaimana pasalpasal yang ada di dalam undang-undang tersebut ya, pasal-pasal itu. Ini memang ketentuan umum ya mengenai batasan definisi makna dari bukti pemulaan. Nah, kalaulah katakanlah misalnya permohonan ini diteruskan, kemudian katakanlah di apa ya adalah Saudara mampu harus mampu menguraikan bahwa pasal ini berpotensi. Paling tidak ya, paling tidak berpotensi merugikan Pemohon kalau tidak dinyatakan bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Tahun 1945, itu harus diuraikan. Dan kalau ini misalnya dinyatakan bertentangan dengan, dengan Undang-Undang Dasar, maka kerugian yang dialami oleh Pemohon, atau berpotensi dialami oleh Pemohon akan berakhir ketika pasal ini dinyatakan bertentangan dengan Undang-Undang Dasar, begitu ya. Jadi cukup banyak masukan dari Majelis Panel. Sebelum sidang ini ditutup, apa ada hal-hal yang ingin disampaikan? Ke ini Prinsipalnya saja. He eh, silakan. Jadi, mungkin setelah mendengar masukan dari Majelis Panel ya Saudara olah nanti ya, Saudara diberi waktu dalam waktu 14 hari untuk paling lambat itu 14 hari untuk memperbaiki permohonan atau mungkin ada pemikiran lain setelah mencerna, setelah menyimak apa yang disampaikan oleh Majelis Panel Saudara akhirnya ya menarik kembali permohonannya. Ya mungkin mencari apa pasalpasal lain karena ini yang diajukan ini adalah pasal yang terkait dengan ketentuan umum, tadi sudah dijelaskan oleh Yang Mulia Pak Patrialis bahwa ternyata ada dua putusan paling tidak tadi, putusan MK bahwa ketentuan hukum tidak bisa diuji. Ya, itu ya, silakan! 48. PEMOHON: PERKASA KENTJANA PUTRA Saya terima kasih atas waktu yang diberikan pada ketua Majelis. Ini yang saya masalah untuk di kepolisian memang saya normanya itu saya dibuat bukti permulaan tidak mencukupi, jadi pidananya itu tidak diteruskan, tapi dibuat semacam mengambang, tidak ada keputusan. Karena kalau menurut saya itu ada pelanggaranpelanggaran, tapi justru itu tapi yang di kami akan uji materinya itu untuk di kepolisian frasa norma permulaan, begitu lho, Pak Ketua Majelis. Bukti permulaan yang cukup. Terima kasih.

19 49. KETUA: ANWAR USMAN Mengerti-mengerti, jadi begini, ya memang kalau uji materi itu kan tidak ada kewenangan lembaga lain termasuk Polri ya, termasuk di pengadilan pun uji materi, kecuali ya di Mahkamah Agung itu ada tetapi uji meteri yang terkait dengan peraturan di bawah undang-undang, kan begitu. Apa hanya ada satu jalan, artinya hanya jalan itu yang bisa ditempuh di situ? Kan masih ada jalan lain sebenarnya, ya saya tidak perlu menyampaikan lebih lanjut karena forumnya beda dengan di kasus konkret, begitu ya. Okelah, baik, ya terserah Pemohon ya, nanti kalau memang ini masih perlu diteruskan ya silakan disampaikan lagi setelah Saudara memperbaiki permohonan ya sesuai dengan arahan atau apa namanya masukan dari Majelis Panel tadi, begitu. Tapi sekali lagi paling lambat dalam waktu 14 hari permohonan yang diperbaiki itu harus sudah masuk di Kepaniteraan Mahkamah ya. 50. PEMOHON: PERKASA KENTJANA PUTRA Kami perbaiki, lanjutkan, Ketua Majelis. 51. KETUA: ANWAR USMAN Ya, lanjutkan kalau apakah dilanjutkan atau di ya mungkin ditarik kembali atau bagaimana ya terserah, itu hak dan wewenangnya Pemohon ya. Jadi kalau tidak ada lagi, maka sidang saya nyatakan selesai dan selanjutnya sidang ditutup. KETUK PALU 3X SIDANG DITUTUP PUKUL WIB Jakarta, 6 Januari 2014 Kepala Sub Bagian Risalah, t.t.d Rudy Heryanto NIP Risalah persidangan ini adalah bentuk tertulis dari rekaman suara pada persidangan di Mahkamah Konstitusi, sehingga memungkinkan adanya kesalahan penulisan dari rekaman suara aslinya.