PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435 H/2014 M

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435 H/2014 M"

Transkripsi

1 HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN MOTIVASI DENGAN PERILAKU PETUGAS KESEHATAN DALAM PENATALAKSANAAN MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT (MTBS) DIARE DI PUSKESMAS KOTA CILEGON SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) OLEH: NOVITASARI NIM: PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435 H/2014 M

2

3 FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES SCHOOL OF NURSING SYARIF HIDAYATULLAH STATE ISLAMIC UNIVERSITY OF JAKARTA Undergraduate Thesis, July 2014 Novitasari, NIM: The Relationship between Knowledge and Motivation with Behavioral Health Workers in the Management of Integrated Management of Childhood Illness (IMCI) Diarrhoea in Public Health Centers at Cilegon City xix + 86 pages + 18 tables + 3 bagans + 7 attachments ABSTRACT The World Health Organization (WHO) data estimated 1.7 bilion cases of diarrhea occur globally each year. In indonesia diarrhea is endemic disease that found throughout the year and highest peak is in the rainy season and the dry transition. The incidence of diarrhea in Cilegon summary report based on the data from Dinas Kesehatan Cilegon city in 2013 showed the number of people on as many as female children and male children. In a effort to reduce pediatric morbidity and mortality, WHO and other technical partners developed the Integrated Management of Childhood Illness (IMCI). IMCI is strategy to reduce mortality and morbidity for infant (7 days to 2 months) and children (2 months to 5 years). This study aimed to determine the relationship between knowledge and motivation with health care s behavior on the management of IMCI diarrhoea in public health centers at Cilegon city. The study design was cross-sectional. The population was health workers and included 265 respondents and sample was 51 respondents in the 8 public health centers in Cilegon city, and taken by purposive sampling technique. The data was collected by questionnaires and analyzed using the chi-square test. The result showed that the management of IMCI diarrhoea was no relationship between knowledge with behavioral health workers (p= 0.968) and was relationship between motivation with behavioral health workers (p= 0.038). The result is expected to be consideration of the extent to which the performance of health worker who have been carrying out the IMCI training and can bridge the gab of knowledge, motivation, and behavior of health workers with management of IMCI diarrhoea. Keywords: Knowledge, Motivation, Behavioral Health Worker, IMCI of Diarrhoe FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN iii

4 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Skripsi, Juli 2014 Novitasari, NIM: Hubungan Pengetahuan dan Motivasi dengan Perilaku Petugas Kesehatan dalam Penatalaksanaan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) Diare di Puskesmas kota Cilegon xix + 86 halaman + 18 tabel + 3 bagan + 7 lampiran ABSTRAK World Health Organization (WHO) menyebutkan ada sekitar 1,7 miliar kasus penyakit diare terjadi dunia setiap tahunnya. Di Indonesia diare merupakan penyakit endemis yang terdapat sepanjang tahun dan puncak tertinggi terdapat pada peralihan musim penghujan dan kemarau. Angka kejadian diare di kota Cilegon berdasarkan data rekapitulasi laporan diare dinas kesehatan kota Cilegon, Banten tahun 2013 menunjukkan angka penderita pada balita perempuan yaitu sebanyak jiwa dan pada balita laki-laki yaitu sebanyak jiwa. Upaya yang dilakukan WHO dan praktisi kesehatan untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas anak yaitu dengan mengembangkan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS). MTBS merupakan manajemen bayi dan balita sakit untuk 2 kelompok usia, yaitu: kelompok usia 7 hari sampai 2 bulan dan kelompok usia 2 bulan sampai 5 tahun. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan motivasi dengan perilaku petugas kesehatan dalam penatalaksanaan MTBS diare di puskesmas kota Cilegon. Desain penelitian adalah cross sectional. Populasi adalah petugas kesehatan sebanyak 265 responden dan sampel 51 responden dengan teknik purposive sampling yang berada di 8 puskesmas se-kota Cilegon. cara pengumpulan data dengan membagikan kuesioner dan dianalisis dengan menggunakan uji chi-square. Hasil uji statistik dalam penatalaksanaan MTBS diare menunjukkan tidak ada hubungan pengetahuan dengan perilaku petugas kesehatan (p= 0.968) dan ada hubungan motivasi dengan perilaku petugas kesehatan (p= 0.038). Hasil ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan sejauh mana kinerja petugas kesehatan yang sudah melaksanakan pelatihan dan dapat menjembatani kesenjangan antara pengetahuan dan perilaku petugas kesehatan dalam penatalaksanaan MTBS diare. Kata Kunci: Pengetahuan, Motivasi, Perilaku Petugas Kesehatan, MTBS Diare iv

5

6

7

8 DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama : NOVITASARI Tempat, tanggal Lahir : Serang, 17 November 1991 Jenis Kelamin Agama Status Alamat : Perempuan : Islam : Belum Menikah : Jalan Tekukur No. 48 Kompleks D-Flat KS Cilegon, Banten HP : Fakultas/Prodi : ukhtinovitasari@yahoo.co.id : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan/ Program Studi Ilmu Keperawatan RIWAYAT PENDIDIKAN 1. TK Al-Islah Cilegon Sekolah Dasar Negeri V Cilegon SMP Negeri 1 Cilegon SMA Negeri 1 Cilegon Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Sekarang RIWAYAT ORGANISASI 1. Staf Ahli Pengembangan Ekonomi Komisariat dakwah FKIK Staf Ahli Kemahasiswaan BEMJ PSIK Bendahara BEM PSIK viii

9 LEMBAR PERSEMBAHAN Siapa yang tak mau merasakan sulitnya belajar, ia kan merasakan perihnya kebodohan (Imam Syafi ) Pada lembar persembahan ini, izinkan penulis mengucapkan terima kasih kepada orangorang yang telah memberi dukungan dan motivasi kepada penulis: Secara khusus penulis mengucapkan terima kasih kepada Allah SWT. karena telah mengirimkan malaikat-malaikat tanpa sayap yang selalu memberi dukungan di segala bidang, yang rela meletakkan impian dan mimpi mereka dalam pundak penulis. Terima kasih Ayah, Mama, Uni Elza, Nurhasanah, dan Ahmad Bukhari. Hal ini yang menjadikan motivasi penulis untuk segera menyelesaikan studi dan mewujudkan impian dan mimpi mereka. Guru-guru dan dosen yang senantiasa sabar dalam memberikan ilmunya kepada penulis. Dan semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung yang tidak dapat disebutkan satu per satu. ix

10 KATA PENGANTAR Assalamu alaikum wr.wb Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT. karena atas karunia dan nikmat yang telah dilimpahkan kepada kita semua. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada nabi Muhammad saw. Penulisan skripsi yang merupakan syarat untuk mendapatkan gelar sarjana keperawatan (S.Kep) dengan judul Hubungan Pengetahuan dan Motivasi dengan Perilaku Petugas Kesehatan dalam Penatalaksanaan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) Diare di Puskesmas Kota Cilegon. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis mendapatkan banyak pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak. Berkat bimbingan dari berbagai pihak, akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan, walaupun masih banyak kekurangannya. Karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Prof. DR. (HC). dr. M. K. Tadjuddin, Sp. And, selaku dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan. 2. dr. H. M. Djauhari Widjajakusumah, AIF., PFK, selaku wakil dekan bidang akademik Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan. 3. Bapak Waras Budi Utomo, S.Kep, Ns., MKM, selaku Kepala Program Studi Ilmu Keperawatan dan Dosen Pembimbing Akademik yang tidak bosan-bosannya memberikan pengarahan dan bimbingannya kepada penulis. 4. Ibu Eni Nuraini, S.Kep, Ns., M.Sc, selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Keperawatan. x

11 5. Ayahanda Drs. Ira Hurairah dan Ibunda Suharti tercinta yang banyak memberikan dorongan dan bantuan baik secara moral, finansial, maupun spiritual dalam penyelesaian studi ini. 6. Uni Elza Yunita, S.P., Nurhasanah, dan Ahmad Bukhari tersayang yang banyak memberikan motivasi dalam penyelesaian studi ini. 7. Ibu Maftuhah, S.Kp., M.Kep., PhD dan Ibu Mira Suminar, S.Kep., M.Kes, selaku Dosen Pembimbing yang dengan sabar dan menyediakan waktu luangnya untuk berdiskusi, memberikan pengarahan, dan memotivasi penulis sejak awal penulisan masalah penelitian sampai tersusunnya skripsi ini. 8. Kepada Dosen Penguji, Bu Ns. Kustati B. L, M.Kep., Sp.Kep.An dan Bu Uswatun Khasanah, Ns., MNS penulis mengucapkan terima kasih atas saran-saran perbaikan yang diberikan. 9. Dosen-dosen dan staf Program Studi Ilmu Keperawatan yang dengan sabar dan semangat memberikan ilmu kepada penulis. 10. Kepada Kepala Dinas Kesehatan kota Cilegon dan Kepala Dinas Kesehatan kota Tangerang Selatan beserta serta staff yang telah membantu penulis untuk kelancaran proses penelitian. 11. Kepada Petugas Kesehatan di Puskesmas Ciputat, Puskesmas Ciputat Timur, dan Puskesmas di kota Cilegon yang telah membantu dan bersedia meluangkan waktu untuk kelancaran proses penyusunan skripsi. xi

12 12. Teman-teman kepengurusan BEMJ PSIK , BEM PSIK , KOMDA FKIK atas ukhuwah dan amanah yang telah diberikan selama berjuang di FKIK. 13. Teman-teman seperjuangan Lily Camelia, Fitriyani Rahayu, Septiana, dan kak Eka yang saling memotivasi untuk tetap semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. 14. Rekan-rekan seperjuangan PSIK 2010 atas kerja sama, berbagi pemikiran, pengertian, dan memberikan warna di setiap langkah yang sangat berarti ini. Penulis berusaha untuk dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaikbaiknya. Namun demikian penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan. Oleh karena itu demi kesempurnaan, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran agar skripsi ini menjadi lebih baik dan berdaya guna di masa yang akan datang. Wassalamu alaikum wr.wb Ciputat, Juli 2014 Novitasari xii

13 DAFTAR ISI Halaman Judul Pernyataan Keasliaan Karya Abstract Abstrak Pernyataan Persetujuan Lembar Pengesahan Daftar Riwayat Hidup Lembar Persembahan Kata Pengantar Daftar isi Daftar Singkatan Daftar Tabel Daftar Bagan Daftar Lampiran Halaman i ii iii iv v vi viii ix x xiii xv xvi xvii xviii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perumusan Masalah Pertanyaan Penelitian Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Teori Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) Diare 21 xiii

14 2.1.3 Pengetahuan Motivasi Perilaku Penelitian yang Relevan Kerangka Teori 45 BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, DAN HIPOTESIS 3.1 Kerangka Konsep Definisi Operasional Hipotesis Penelitian 49 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel Instrumen Penelitian Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Langkah-langkah Pengumpulan Data Etika Penelitian Pengolahan Data Analisis Data Penyajian Data 62 BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Puskesmas di kota Cilegon Hasil Preeliminary Analysis Hasil Analisa Univariat Hasil Analisa Bivariat 69 BAB VI PEMBAHASAN 6.1 Analisa Univariat 72 xiv

15 6.2 Analisa Bivariat Keterbatasan Penelitian 83 BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Saran 85 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xv

16 DAFTAR SINGKATAN MDGs : Millennium Development Goals UNICEF : United Nations Children s Fund WHO : World Health Organization MTBS : Manajemen Terpadu Balita Sakit Depkes RI : Departemen Kesehatan Republik Indonesia Riskesdas : Riset Kesehatan Dasar KLB : Kejadian Luar Biasa Kemenkes RI : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia SKRT : Survei Kesehatan Rumah Tangga UIN : Universitas Islam Negeri IMCI : Integrated Management of Childhood Illness ASI : Air Susu Ibu NaCl : Natrium Clorida IV : Intra Vena NGT : Nasogastric Tube OGT : Oral Gastric Tube SDM : Sumber Daya Manusia Perda : Peraturan Daerah UPTD : Unit Pelaksana Teknis Dinas SPK : Sekolah Perawat Kesehatan D-III/IV : Diploma III/IV S1/2 : Strata I/II xvi

17 DAFTAR TABEL Halaman Tabel Pemberian antibiotik pada diare persisten 16 Tabel Pemberian antibiotik pada disentri 17 Tabel Dosis Pemberian Parasetamol 17 Tabel Pemberian oralit selama periode 3 jam 19 Tabel Pemberian cairan intravena 19 Tabel Definisi Operasional 47 Tabel Populasi Dokter, Perawat, dan Bidan 51 Tabel Hasil Uji Validitas 55 Tabel Hasil Uji Normalitas Data 65 Tabel Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Petugas Kesehatan 66 Tabel Distribusi Frekuensi Usia Petugas Kesehatan 66 Tabel Distribusi Frekuensi Pendidikan Petugas Kesehatan 67 Tabel Distribusi Frekuensi Lama Kerja Petugas Kesehatan 67 Tabel Distribusi Frekuensi Pengetahuan Petugas Kesehatan 68 Tabel Distribusi Frekuensi Motivasi Petugas Kesehatan 68 Tabel Distribusi Frekuensi Perilaku Petugas Kesehatan 69 Tabel Hasil analisis Chi-Square Pengetahuan dengan Perilaku 70 Tabel Hasil Analisis Chi-Square Motivasi dengan Perilaku 70 xvii

18 DAFTAR BAGAN Halaman Bagan Skema Perilaku menurut Notoatmodjo (2010) 40 Bagan 2.3 Kerangka Teori 45 Bagan Kerangka Konsep Penelitian 46 xviii

19 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Dokumentasi Perizinan Lampiran 2. Informed Consent Lampiran 3. Kuesioner Penelitian Lampiran 4. Hasil Olahan SPSS Uji Validitas dan Reliabilitas Lampiran 5. Hasil Olahan SPSS Uji Normalitas Lampiran 6. Hasil Olahan SPSS Univariat Lampiran 7. Hasil Olahan SPSS Bivariat xix

20 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Angka kematian bayi dan anak di dunia masih tinggi. Di negara berkembang hampir 10 juta kematian terjadi setiap tahun pada anak dibawah usia 5 tahun (UNICEF, 2008). Laporan United Nations Children s Fund (UNICEF) (2013) mengatakan di Indonesia jumlah kematian balita setiap tahun turun dari estimasi 12,6 juta pada tahun 1990 menjadi sekitar 6,6 juta pada tahun 2012, namun angka ini masih cukup tinggi. Angka kematian bayi adalah 34 per 1000 kelahiran hidup, sementara angka kematian balita adalah 44 per 1000 kelahiran hidup. Diharapkan pada tahun 2015 angka kematian bayi turun menjadi 23 per 1000 kelahiran hidup dan angka kematian balita turun menjadi 32 per 1000 kelahiran hidup. Pencapaian pada 2015 merupakan target komitmen global tujuan Millennium Development Goals (MDGs) (Kemenkes RI, 2010). Menurut Liu et al. (2012) di dunia penyakit pneumonia, diare, dan malaria merupakan penyebab tersering kematian pada anak. Upaya yang dilakukan World Health Organization (WHO) dan praktisi kesehatan untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas anak yaitu dengan mengembangkan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) (Gove et al dalam Rowe et al. 2011). Pada tahun 1990an, WHO dan UNICEF memulai pelaksanaan MTBS untuk meningkatkan kualitas perawatan di fasilitas kesehatan dengan lima penyakit yang sering mengakibatkan sekitar 70% dari angka kematian anak yaitu pneumonia, diare, malaria, campak, dan kurang gizi (Wilson et al. 2012). 1

21 2 MTBS menurut Depkes RI (2005) merupakan pedoman terpadu yang menjelaskan secara rinci penanganan penyakit yang banyak terjadi pada bayi dan balita. Penanganan yang dilakukan meliputi upaya kuratif terhadap penyakit pneumonia, diare, campak, malaria, infeksi telinga, malnutrisi, dan upaya promotif serta preventif yang meliputi imunisasi, pemberian vitamin A, dan konseling pemberian makan yang bertujuan untuk menurunkan angka kematian bayi dan anak, dan menekan morbiditas untuk penyakit tersebut. MTBS adalah standar pelayanan dan tatalaksana balita sakit secara terpadu di fasilitas kesehatan tingkat dasar. Tiga komponen dari MTBS ditujukan untuk meningkatkan keterampilan petugas kesehatan dalam tatalaksana kasus balita sakit (selain dokter, petugas kesehatan non-dokter dapat pula memeriksa dan menangani pasien apabila sudah dilatih), memperkuat sistem kesehatan, dan meningkatkan kemampuan perawatan di rumah oleh keluarga dan masyarakat (Kesehatan Anak, 2011). Lebih dari 100 negara telah mengadopsi komponen dari MTBS yang digunakan sebagai pedoman bagi petugas kesehatan dalam menangani penyakit tersebut dengan menilai dan mengobati anak yang sakit, pencegahan, dan konseling keluarga (Nguyen et al. 2013). Menurut Lesley Bamford dari National Department of Health (2008, dalam Moelyo, 2013) mengatakan bahwa Comprehensive approach to the care of the ill child, which attempts to ensure appropriate and combined treatment of the five major diseases, dimana MTBS di hampir seluruh negara berkembang merupakan pelayanan kesehatan balita sakit secara komprehensif karena dapat mengkombinasikan pemeriksaan lima penyakit yang sering diderita.

22 3 Perkembangan MTBS di Indonesia dimulai pada tahun 1996, yaitu dengan dibuatnya satu set modul dan pedoman MTBS WHO/UNICEF dan pada tahun 2005 MTBS telah dilaksanakan di Indonesia. Hingga tahun 2009, penerapan MTBS telah mencakup 33 provinsi (Wijaya, 2010). Menurut data laporan rutin yang dihimpun dari Dinas Kesehatan Anak (2010), jumlah puskesmas yang melaksanakan MTBS hingga akhir tahun 2009 sebesar 51,55%. Puskesmas dikatakan sudah menerapkan MTBS bila memenuhi kriteria sudah melaksanakan MTBS sebesar 60% dari jumlah kunjungan balita sakit di puskesmas tersebut. Salah satu strategi penatalaksanaan MTBS adanya penanganan diare. Diare adalah suatu penyakit yang terjadi ketika terjadi perubahan konsistensi feses selain dari frekuensi buang air besar, seseorang dikatakan menderita diare bila feses lebih berair dari biasanya, atau buang air besar tiga atau lebih, atau buang air besar yang berair tapi tidak berdarah dalam waktu 24 jam (Depkes RI, 2010). Menurut Magdarina et al. (2005) diare merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi mikroorganisme meliputi bakteri, virus, parasit, protozoa, dan penularannya secara fekal-oral. Tanda dan gejala khas pada diare adalah diare cair yang mendadak, nyeri perut, mual, muntah, dan sedikit atau tidak adanya demam (Nelson, 2000). Diare dapat mengakibatkan gangguan metabolisme tubuh yaitu dehidrasi dan akibat fatalnya yaitu kematian (Wijaya, 2012). Menurut data WHO (2013) di dunia ada sekitar 1,7 miliar kasus penyakit diare terjadi setiap tahunnya. Diare merupakan penyebab kedua kematian pada anak di bawah 5 tahun di negara dengan penghasilan ekonomi yang rendah, sekitar 1,3 juta anak meninggal setiap tahunnya, terutama di Negara Afrika dan Asia Selatan (Wilson et al. 2012). Gerald et al. (2009) menyatakan bahwa diare

23 4 dapat mengenai semua kelompok umur dan berbagai golongan sosial, baik di negara maju maupun berkembang dan erat hubungannya dengan kemiskinan serta lingkungan yang tidak higienis. Di Indonesia diare merupakan penyakit endemis yang terdapat sepanjang tahun dan puncak tertinggi terdapat pada peralihan musim penghujan dan kemarau (Magdarina et al. 2005). Menurut laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar Badan Litbangkes (2007) penyebab terbanyak kematian bayi (29 hari-11 bulan) dan anak balita (12 bulan-59 bulan) yaitu akibat terserang diare dengan proporsi diare pada bayi sebesar 31,4% dan anak balita sebesar 25,2%. Gambaran berdasarkan survei dan penelitian Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 provinsi Banten masih dalam prevalensi diare klinis cukup tinggi yaitu 10%. Berdasarkan laporan Surveilans Terpadu Penyakit bersumber data Kejadian Luar Biasa (KLB) tahun provinsi Banten secara keseluruhan sering mengalami KLB diare (Kemenkes RI, 2011). Kasus diare yang terjadi di provinsi Banten berdasarkan data profil kesehatan kabupaten/kota tahun pada tahun 2011 mencapai kasus sedangkan pada tahun 2010 mencapai kasus, angka ini masih tergolong tinggi. Angka kejadian diare di kota Cilegon berdasarkan data rekapitulasi laporan diare Dinas Kesehatan kota Cilegon tahun 2013 menunjukkan pada balita perempuan yaitu sebanyak jiwa dan pada balita laki-laki yaitu sebanyak jiwa. Undang-Undang Kesehatan nomor 23 tahun 1992 menekankan pentingnya upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan. Salah satu upaya yang dilakukan Dinas Kesehatan kota Cilegon untuk menurunkan angka kejadian diare di kota Cilegon dengan menerapkan program MTBS yang dilaksanakan puskesmas di

24 5 kota Cilegon. Data dari Subdit Pengendaliaan Diare dan Infeksi Pencernaan Kemenkes RI tahun didapat bahwa persentase petugas kesehatan yang memiliki pengetahuan yang benar mengenai tata laksana diare masih dibawah 50%. Berdasarkan penelitian Hastuti (2010) tentang pengaruh pengetahuan, sikap, dan motivasi terhadap penatalaksanaan manajemen terpadu balita sakit (MTBS) pada petugas kesehatan di Puskesmas kabupaten Boyolali membuktikan adanya pengaruh antara pengetahuan, sikap, dan motivasi petugas kesehatan terhadap penerapan standar MTBS di Puskesmas kabupaten Boyolali. Akan tetapi, dalam pelaksanaanya di kabupaten Bayolali menunjukkan hasil yang masih kurang baik dalam pelaksanaan program MTBS sehingga perlu ditingkatkan dalam segi pengetahuan, sikap, dan motivasi petugas kesehatan. Dari hasil studi pendahuluan melalui observasi didapat bahwa 8 puskesmas yang ada di kota Cilegon hampir seluruhnya sudah memiliki ruang MTBS, dan hasil wawancara diketahui bahwa penerapan dengan standar MTBS sudah baik, akan tetapi terkadang masih dilakukan tanpa menggunakan formulir MTBS, dikarenakan formulir yang habis dan proses pelayanan MTBS yang cukup lama. Pada anak dengan kasus diare, pelaksanaan standar operasional prosedur yang masih belum sesuai seperti jarang dilakukan pemberian minum. Petugas kesehatan mengungkapkan motivasi petugas kesehatan dalam penatalaksanaan MTBS diare tergantung pada individu masing-masing dalam memberikan pelayanan, perlu adanya penyegaran dengan petugas kesehatan yang sudah pernah ikut pelatihan, belum adanya reward terhadap keberhasilan atau punishment terhadap pelanggaran pada petugas kesehatan.

25 6 Berdasarkan penelitian Faridah (2009) tentang analisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap motivasi kerja petugas pelaksana manajemen terpadu balita sakit (MTBS) di Puskesmas kota Surabaya, membuktikan bahwa persepsi kondisi kerja dan kebijaksanaan pelaksanaan program MTBS secara bersama-sama mempengaruhi motivasi kerja petugas pelaksana MTBS di Puskesmas kota Surabaya. Namun, dalam pelaksanaan program MTBS di Puskesmas kota Surabaya masih kurang baik. Program MTBS bukan merupakan program unggulan puskesmas, akan tetapi tetap terus berjalan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan yang lebih baik. Sehingga berdasarkan uraian tersebut peneliti ingin melakukan penelitian mengenai Hubungan Pengetahuan dan Motivasi dengan Perilaku Petugas Kesehatan dalam Penatalaksanaan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) Diare di Puskesmas kota Cilegon Rumusan Masalah Di kota Cilegon angka kejadian diare pada tahun 2013 pada balita perempuan yaitu sebanyak jiwa dan pada balita laki-laki yaitu sebanyak jiwa. Pelaksanaan MTBS sudah diterapkan di 8 puskesmas kota Cilegon dengan diadakannya pelatihan, sebanyak 51 petugas kesehatan sudah mendapatkan pelatihan MTBS. Dari latar belakang diketahui bahwa terdapat keterbatasan penyediaan formulir MTBS, pelaksanaan standar operasional prosedur yang masih belum sesuai, penatalaksanaan MTBS yang memerlukan waktu lama, dan belum terlaksananya supervisi terhadap evaluasi pelaksanaan MTBS untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan.

26 7 Hasil studi pendahuluan diketahui belum adanya penelitian terkait pengetahuan dan motivasi dengan perilaku petugas kesehatan dalam penatalaksanaan MTBS diare. Dalam sarana kesehatan, pencapaian kinerja petugas kesehatan dalam pelaksanaan MTBS diare tidak lepas dari peran pengetahuan dan motivasi petugas kesehatan sebagai pelaksana MTBS diare. Berdasarkan penjelasan dari latar belakang, peneliti menyimpulkan bahwa pengetahuan dan motivasi sangat penting untuk menentukan indikator hasil perilaku yang diamati sebagai upaya penanganan diare pada balita. Di sisi lain, beberapa penelitian menunjukkan ada hubungan pengetahuan dan motivasi petugas kesehatan baik tehadap kinerja kerja maupun penatalaksanaan MTBS. Dari uraian tersebut maka perlu dilakukan penelitian terkait hubungan pengetahuan dan motivasi dengan perilaku petugas kesehatan dalam penatalaksanaan MTBS diare di puskesmas kota Cilegon Pertanyaan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah penelitian yang telah dipaparkan, maka dapat diambil beberapa pernyataan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana gambaran karakteristik petugas kesehatan di puskesmas kota Cilegon? 2. Bagaimana gambaran pengetahuan petugas kesehatan dalam penatalaksanaan MTBS diare di puskesmas kota Cilegon? 3. Bagaimana gambaran motivasi petugas kesehatan dalam penatalaksanaan MTBS diare di puskesmas kota Cilegon?

27 8 4. Bagaimana perilaku petugas kesehatan dalam penatalaksanaan MTBS diare di puskesmas kota Cilegon? 5. Apakah ada hubungan pengetahuan dengan perilaku petugas kesehatan dalam penatalaksanaan MTBS diare di puskesmas kota Cilegon? 6. Apakah ada hubungan motivasi dengan perilaku petugas kesehatan dalam penatalaksanaan MTBS diare di puskesmas kota Cilegon? 1.4. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan pengetahuan dan motivasi dengan perilaku petugas kesehatan dalam penatalaksanaan MTBS diare di puskesmas kota Cilegon. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui gambaran karakteristik petugas kesehatan di puskesmas kota Cilegon b. Mengetahui gambaran pengetahuan petugas kesehatan dalam penatalaksanaan MTBS diare di puskesmas kota Cilegon. c. Mengetahui gambaran motivasi petugas kesehatan dalam penatalaksanaan MTBS diare di puskesmas kota Cilegon. d. Mengetahui gambaran perilaku petugas kesehatan dalam penatalaksanaan MTBS diare di puskesmas kota Cilegon. e. Mengetahui hubungan pengetahuan dengan perilaku petugas kesehatan dalam penatalaksanaan MTBS diare di puskesmas kota Cilegon.

28 9 f. Mengetahui hubungan motivasi dengan perilaku petugas kesehatan dalam penatalaksanaan MTBS diare di puskesmas kota Cilegon? 1.5. Manfaat Penelitian 1. Bagi Institusi Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan bacaan untuk pembuatan karya ilmiah dengan mengedepankan aspek evidence based practice/hasil penelitian kesehatan terkini khususnya dalam bidang ilmu keperawatan dan menjadi dokumentasi akademik yang berguna dan dijadikan acuhan untuk penelitian selanjutnya. 2. Bagi Puskesmas di Kota Cilegon Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan pengembangan dan pembangunan program kesehatan, serta peningkatan mutu pelayanan kesehatan yang ada di masyarakat dalam upaya menurunkan angka morbiditas dan mortalitas anak dengan penyakit diare. 3. Bagi Peneliti dan Praktisi Kesehatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan peneliti dan praktisi kesehatan dalam penatalaksanaan MTBS, khususnya pada penanganan diare Ruang Lingkup Penelitian Penelitian dilakukan oleh mahasiswi Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah yang bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan motivasi dengan perilaku petugas

29 10 kesehatan dalam penatalaksanaan MTBS diare di puskesmas kota Cilegon. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif menggunakan pendekatan observasional analitik dengan desain penelitian cross sectional. Pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian berupa kuesioner. Populasi penelitian ini adalah petugas kesehatan di puskesmas kota Cilegon yang menangani MTBS. Teknik yang digunakan pada penelitian ini adalah purposive sampling dan waktu penelitian dilakukan pada Juni 2014.

30 BAB II TINJAUAN TEORI 2.1. Deskripsi Teori Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) atau Integrated Management of Childhood Illness (IMCI) adalah suatu pendekatan yang terintegrasi dalam tata laksana balita sakit dengan fokus kepada kesehatan anak usia 0-59 bulan (balita) secara menyeluruh (Wijaya, 2006). MTBS merupakan manajemen bayi dan balita sakit untuk 2 kelompok usia, yaitu: kelompok usia 7 hari sampai 2 bulan dan kelompok usia 2 bulan sampai 5 tahun (Depkes RI, 2010). Menurut Nguyen et al. (2013) MTBS merupakan strategi penting bagi program kesehatan anak dan diakui secara internasional, lebih dari 100 negara telah menerapkan MTBS. MTBS membantu negara dalam meningkatkan kontribusi terhadap pencapaian Millenium Development Goals 4. MTBS mengintegrasikan perbaikan sistem kesehatan, manajemen kasus, praktik kesehatan oleh keluarga dan masyarakat, serta hak anak (Soenarto, 2009). Manajemen Terpadu adalah suatu pola manajemen kasus yang berisi prosedur kerja agar dapat memperbaiki input, proses, dan output (Hastuti, 2010). Berdasarkan penelitian Husni, dkk (2012) mengatakan bahwa gambaran pelaksanaan MTBS komponen input, proses, dan output yang sesuai dengan standar masih kurang. Dimulai pada tahun 1990an, World Health Organization (WHO) dan United Nations Children s Fund (UNICEF) memulai pelaksanaan MTBS untuk meningkatkan kualitas perawatan di fasilitas kesehatan dengan lima 11

31 12 penyakit yang sering mengakibatkan sekitar 70% dari angka kematian anak yaitu pneumonia, diare, malaria, campak, dan kurang gizi (Wilson et al. 2012). Dalam buku Pedoman MTBS WHO tahun 2005, proses manajemen kasus pada MTBS meliputi unsur-unsur sebagai berikut: 1. Mengkaji anak dengan memeriksa tanda-tanda bahaya umum. 2. Mengklasifikasi penyakit anak dengan menggunakan sistem triase/kode warna. 3. Setelah mengelompokkan semua kondisi, mengidentifikasikan pengobatan khusus untuk anak. 4. Menginformasikan petunjuk pemberian obat, tindak lanjut, dan tanda-tanda yang menunjukkan anak harus segera kembali berobat. 5. Menilai makan, termasuk pemberian ASI, dan nasihat untuk memecahkan masalah jika terdapat masalah makan. 6. Jika anak dibawa kembali ke fasilitas kesehatan, memberikan perawatan tindak lanjut jika diperlukan. Salah satu srategi penatalaksanaan MTBS adanya penanganan diare. Di Indonesia diare merupakan penyakit endemis yang terdapat sepanjang tahun dan puncak tertinggi terdapat pada peralihan musim penghujan dan kemarau (Magdarina dkk. 2005). 1. Penatalaksanaan MTBS Diare Penilaian tanda dan gejala pada anak dengan diare yang dinilai adalah ada atau tidaknya tanda bahaya umum. Keluhan dan tanda adanya diare, seperti letargis atau tidak sadar, mata cekung, tidak bisa minum atau malas makan, turgor jelek, gelisah, rewel, haus atau banyak minum, adanya darah dalam tinja (feses bercampur dengan darah).

32 13 2. Klasifikasi dan Tingkat Kegawatan Diare Penentuan klasifikasi dan tingkat kegawatan diare dibagi menjadi tiga kelompok berikut: a. Klasifikasi Dehidrasi 1) Dehidrasi berat Apabila ada tanda dan gejala seperti letargis atau tidak sadar, mata cekung, serta turgor buruk sekali. 2) Dehidrasi ringan atau sedang Apabila ditandai dengan tanda gelisah, rewel, mata cekung, haus, dan turgor buruk. 3) Diare tanpa dehidrasi Apabila tidak cukup tanda adanya dehidrasi. b. Klasifikasi Diare Persisten Diare persisten memiliki tanda-tanda antara lain diare sudah lebih dari 14 hari dengan dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu diare persisten berat apabila ditemukan adanya tanda dehidrasi dan diare persisten apabila tidak ditemukan adanya tanda dehidrasi. c. Klasifikasi Disentri Klasifikasi disentri ini termasuk klasifikasi diare secara umum, tetapi pada diare jenis ini disertai dengan darah dalam tinja atau diarenya bercampur dengan darah (Depkes, 1999 dalam Hidayat, 2008). 3. Penentuan dan Tindakan Pengobatan Pada tahap ini, kegiatan yang dilakukan adalah menentukan tindakan dan pengobatan setelah diklasifikasikan berdasarkan kelompok gejala yang ada

33 14 (Hidayat, 2008). Penentuan tindakan dan pengobatan menurut Depkes (1999, dalam Hidayat, 2008) sebagai berikut: a. Klasifikasi Dehidrasi Tindakan dapat dikelompokkan berdasarkan derajat dehidrasi. 1) Apabila klasifikasinya dehidrasi berat, maka tindakannya adalah sebagai berikut: a) Berikan cairan intravena secepatnya. Apabila anak dapat minum, berikan oralit melalui mulut sambil mempersiapkan sambil infus. Berikan 100 ml/kg ringer laktat atau dengan ketentuan sebagaimana tersaji. Pada bayi (di bawah usia 12 bulan) pemberian pertama sebanyak 30 ml/kg selama 1 jam (ulangi apabila denyut nadi lemah dan tidak teraba), kemudian pemberian berikutnya sebanyak 70 ml/kg selama 5 jam. Pada anak (1-5 tahun) pemberian pertama 30 ml/kg selama 30 menit (ulangi apabila denyut nadi lemah dan tidak teraba), kemudian pemberian berikutnya 70 ml/kg selama 2,5 jam. b) Lakukan pemantauan setiap 1-2 jam tentang status dehidrasi, apabila belum membaik berikan tetesan intravena dengan cepat. c) Berikan oralit (kurang lebih 5 ml/kg/jam) segera setelah anak mau minum. d) Lakukan pemantauan kembali sesudah 6 jam pada bayi atau pada anak sesudah 3 jam serta tentukan kembali status dehidrasi. Selanjutnya ditentukan status dehidrasi dan lakukan tindakan sesuai dengan derajat dehidrasi.

34 15 e) Anjurkan untuk tetap memberikan ASI Tindakan di atas dilakukan bila cairan tersedia, tetapi apabila dalam waktu 30 menit cairan tersebut tidak ditemukan, maka lakukan rujukan segera dengan pengobatan intravena dan jika anak bisa minum, berikan oralit sedikit demi sedikit dalam perjalanan rujukan. 2) Tindakan pengobatan untuk klasifikasi dehidrasi ringan atau sedang adalah sebagai berikut: a) Lakukan pemberian oralit dalam 3 jam pertama dengan ketentuan untuk usia kurang dari 4 bulan dengan berat badan kurang dari 6 kg, maka pemberian antara ml, usia 4-12 bulan dengan berat badan 6-<10 kg, pemberiannya adalah ml, untuk usia bulan dengan berat badan 10-<12 kg pemberiannya adalah ml, dan untuk usia 2-5 tahun dengan berat badan kg pemberiannya adalah ml, atau juga dapat dihitung dengan cara berat badan dikali 75, pada anak kurang dari 6 bulan dan tidak menyusu maka diberikan tambahan air matang ml. b). Lakukan pemantauan setelah 3 jam pemberian terhadap tingkat dehidrasi, rujuk untuk tindakan sesuai dengan tingkat dehidrasi. 3) Tindakan pengobatan dengan klasifikasi tanpa dehidrasi dapat dilakukan sebagai berikut: a) Berikan cairan tambahan sebanyak anak mau dan lakukan pemberian oralit apabila anak tidak memperoleh ASI eksklusif. b) Lanjutkan pemberian makan.

35 16 b. Diare Persisten Tindakan ditentukan oleh derajat dehidrasi, jika ditemukan adanya kolera. Maka pengobatan yang dapat dianjurkan adalah pilihan pertama antibiotik kotrimoksazol dan pilihan kedua adalah tetrasiklin. Usia atau berat badan Kotrimoksazol (trimetoprim + sulfametoksazol) beri 2 kali sehari selama 3 hari tablet dewasa 80 mg trimetoprim mg sulfametoksazol tablet anak 20 mg trimetropim mg sulfametoksazol sirup/per 5 ml 40 mg trimetoprim mg sulfametoksazol Tetrasiklin Beri 4 kali sehari untuk 3 hari kapsul 250 mg 2-4 bulan (4-<6 kg) 4-12 bulan (6-<10 kg) ¼ 1 2,5 ml jangan diberikan ½ 2 5 ml ½ 1-5 tahun (10-<19 kg) 1 3 7,5 ml 1 Tabel Pemberian antibiotik pada diare persisten c. Disentri Tindakan pada disentri dapat dilakukan dengan pemberian antibiotik yang sesuai, misalnya pilihan pertama adalah kotrimoksazol dan pilihan kedua adalah asam nalidiksat. Pemberian dosis berdasarkan usia atau berat badan anak.

36 17 usia atau berat badan kotrimoksazol (trimetoprim + sulfametoksazol) beri 2 kali sehari selama 5 hari tablet dewasa 80 mg trimetoprim mg sulfametoksazol tablet anak 20 mg trimetoprim mg sulfametoksazol sirup/per 5 ml 40 mg trimetoprim mg sulfametoksazol Asam Nalidiksat beri 4 kali sehari selama 5 hari tablet 500 mg 2-4 bulan (4-<6kg) ¼ 1 2,5 ml 1/ bulan (6-<10 kg) ½ 2 5 ml ¼ 1-5 tahun (10-<19 kg) 1 3 7,5 ml ½ Tabel Pemberian antibiotik pada disentri Usia atau berat badan Tablet (500 mg) Tablet 100 mg Sirup 120 mg/5 ml 2-6 bulan (4-<7 kg) 1/8 ½ 2,5 (½ sendok teh) 6 bulan-3 tahun (7-<14 kg) ¼ 1 5 ml (1 sendok teh) 3-5 tahun (14<19 kg) ½ 2 7,5 ml (1 ½ sendok teh) Tabel Dosis Pemberian Parasetamol 4. Pemberian cairan tambahan untuk diare dan melanjutkan pemberian makan Menurut buku Bagan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) tahun 2010 dijelaskan sebagai berikut: a. Rencana Terapi A: Penanganan Diare di Rumah Jelaskan pada Ibu tentang 4 aturan perawatan di Rumah, sebagai berikut: 1. Beri Cairan Tambahan a) Jelaskan kepada Ibu: 1) Beri ASI lebih sering dan lebih lama pada setiap kali pemberian.

37 18 2) Jika anak memperoleh ASI eksklusif, berikan cairan oralit atau air matang sebagai tambahan. 3) Jika anak tidak memperoleh ASI eksklusif, berikan 1 atau lebih cairan berikut: oralit, cairan makanan (kuah sayur, air tajin) atau air matang. 4) Anak harus diberi larutan oralit di rumah jika anak telah diobati dengan Rencana Terapi B atau C dalam kunjungan dan anak tidak dapat kembali ke klinik jika diarenya bertambah parah. b) Ajari Ibu cara mencampur dan memberikan oralit, beri Ibu 6 bungkus oralit (200 ml) untuk digunakan di rumah. c) Tunjukkan kepada Ibu berapa banyak oralit/cairan lain yang harus diberikan setiap anak diare. 1) Sampai umur 1 tahun: 50 sampai 100 ml setiap kali diare. 2) Umur 1 sampai 5 tahun: 100 sampai 200 ml setiap kali diare. 3) Katakan kepada ibu agar meminumkan sedikit-sedikit tapi sering dari mangkuk/cangkir/gelas. Jika anak muntah, tunggu 10 menit, kemudian lanjutkan lagi dengan lebih lambat. Dan lanjutkan pemberian cairan tambahan sampai diare berhenti. 2. Beri Tablet Zinc Selama 10 Hari. 3. Lanjutkan Pemberian Makan. 4. Kapan Harus Kembali.

38 19 b. Rencana Terapi B: Penanganan Dehidrasi Ringan/Sedang dengan Oralit. Berikan oralit di klinik sesuai yang dianjurkan selama periode 3 jam. Umur 4 bulan 4-12 bulan 1-2 tahun 2-5 tahun Berat <6 kg 6-10 kg kg kg Jumlah Tabel Pemberian oralit selama periode 3 jam 1) Tentukan jumlah oralit untuk 3 jam pertama. 2) Tunjukkan cara memberikan larutan oralit. 3) Berikan tablet zinc selama 10 hari. 4) Setelah 3 jam ulangi penilaian dan klasifikasi kembali derajat dehidrasinya, pilih rencana terapi yang sesuai untuk melanjutkan pengobatan, dan mulailah memberi makan anak. 5) Jika Ibu memaksa pulang sebelum pengobatan selesai c. Rencana Terapi C: Penanganan Dehidrasi Berat dengan Cepat 1) Dapatkah segera memberi cairan intravena, jika ya beri cairan intravena secepatnya. Jika anak bisa minum, beri oralit melalui mulut sementara infus dipersiapkan. Beri 100 ml/kg cairan Ringer Laktat (atau jika tidak tersedia, gunakan cairan NaCl) yang dibagi sebagai berikut: Tabel Pemberian cairan intravena UMUR Pemberian pertama 30 ml/kg selama: Pemberian berikut 70 ml/kg selama: Bayi (dibawah umur 12 1 jam* 5 jam bulan) Anak (12 bulan sampai 5 tahun) 30 menit* 2 ½ jam 2) Periksa kembali anak setiap menit. Jika nadi belum teraba, beri tetesan lebih cepat.

39 20 3) Beri oralit (kira-kira 5 ml/kg/jam) segera setelah anak mau minum, biasanya sesudah 3-4 jam (bayi) atau 1-2 jam (anak) dan beri juga tablet Zinc. 4) Periksa kembali bayi sesudah 6 jam atau anak sesudah 3 jam. Klasifikasikan dehidrasi dan pilih rencana terapi yang sesuai untuk melanjutkan pengobatan. Jika tidak, dapatkah fasilitas pemberian cairan intravena terdekat (dalam 30 menit). 5) Jika ya, rujuk segera untuk pengobatan intravena. Jika anak bisa minum, bekali Ibu larutan oralit dan tunjukkan cara meminumkan pada anaknya sedikit demi sedikit selama dalam perjalanan. Jika tidak, dapatkah Saudara terlatih menggunakan pipa orogastrik untuk rehidrasi atau cek apakah anak masih bisa minum. 6) Jika ya, Mulailah melakukan rehidrasi dengan oralit melalui pipa nasogastrik atau mulut: beri 20 ml/kg/jam selama 6 jam (total 120 ml/kg). 7) Periksa kembali anak setiap 1-2 jam: - Jika anak muntah terus atau perut makin kembung, beri cairan lebih lambat. - Jika setelah 3 jam keadaan hidrasi tidak membaik, rujuk anak untuk pengobatan intravena. 8) Sesudah 6 jam, periksa kembali anak. Klasifikasikan dehidrasi, kemudian tentukan rencana terapi yang sesuai (A, B, atau C) untuk melanjutkan pengobatan. Jika tidak, rujuk segera untuk pengobatan IV/NGT/OGT.

40 21 Catatan: Jika mungkin, amati anak sekurang-kurangnya 6 jam setelah rehidrasi untuk meyakinkan bahwa ibu dapat mempertahankan hidrasi dengan pemberian larutan oralit per oral. Perlu diketahui bahwa 1 ml= 20 tetes/menitinfus makro= 60 tetes/menit-infus mikro Diare Diare adalah penyakit yang terjadi karena terjadi perubahan konsistensi feses selain dari frekuensi buang air besar dimana feses berair dari biasanya, atau bila buang air besar tiga kali atau lebih, atau buang air yang berair tapi tidak berdarah dalam waktu 24 jam (Kemenkes RI, 2011). Hal ini biasanya berkaitan dengan dorongan, rasa tidak nyaman pada area perianal, inkontinensia, atau kombinasi dari faktor ini. Tiga faktor yang menentukan keparahannya yaitu: sekresi intestinal, perubahan penyerapan mukosa, dan peningkatan motilitas (Baughman, 2000). Menurut WHO (2008) penyebab utama penyakit diare adalah infeksi bakteri atau virus. Rotavirus merupakan etiologi paling penting yang menyebabkan diare pada anak dan balita. Infeksi Rotavirus biasanya terjadi pada anak-anak berusia 6 bulan-2 tahun (Suharyono, 2008). Jalur masuk utama infeksi tersebut melalui feses manusia atau binatang, makanan, air, dan kontak dengan manusia. Kondisi lingkungan yang menjadi habitat atau pejamu untuk patogen tersebut atau peningkatan kemungkinan kontak dengan penyebab patogen tersebut menjadi risiko utama penyakit ini. Sanitasi dan kebersihan rumah tangga yang buruk, kurangnya air minum yang aman, dan pajanan pada sampah padat (misalnya melalui pengambilan atau akumulasi

41 22 sampah di lingkungan) yang berakibat diare (WHO, 2008). Dalam penelitian Wilson et al. (2012) mengatakan bahwa caregiver sering gagal dalam mengenali tanda-tanda diare pada anak. Epidemik penyakit diare juga dapat terjadi sebagai akibat dari kejadian polusi atau bencana alam besar, seperti banjir. Musim kemarau juga dapat menyebabkan wabah penyakit diare karena bertambahnya patogen di saluran air dan kebutuhan akan penyimpanan air rumah tangga. Terdapat juga penyebab lain yang sering terjadi dari status kesehatan buruk pada anak-anak, yaitu kemiskinan, pengucilan di bidang sosial, dan kebijakan serta pengendalian lingkungan yang buruk (WHO, 2008) Pengetahuan Pengetahuan pada dasarnya terdiri dari sejumlah fakta dan teori yang memungkinkan seseorang untuk dapat memecahkan masalah yang dihadapinya. Pengetahuan tersebut diperoleh baik dari pengalaman langsung maupun pengalaman orang lain (Notoatmodjo, 2010). Menurut Horwood et al. (2009) pengetahuan dan keterampilan selama pelatihan sangat penting sebagai penentu kinerja (perilaku), akan tetapi kinerja dipengaruhi oleh faktor-faktor yang lain seperti persepsi dan motivasi, sikap klien dan masyarakat, dan lingkungan yang menunjang. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui, segala sesuatu berkenaan dengan hal tertentu (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2010). Pengetahuan adalah hasil tahu dari manusia, yang sekedar menjawab pertanyaan what, misalnya apa air, apa manusia, apa alam, dan sebagainya (Notoatmodjo,

42 ). Menurut Sunaryo (2004) pengetahuan adalah hasil dari tahu yang terjadi melalui proses sensoris khususnya mata dan telinga terhadap objek tertentu. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku terbuka (overt behavior). Perilaku yang didasari pengetahuan umumnya bersifat langgeng dan perilaku manusia dibagi ke dalam tiga domain, yaitu: 1. Cognitive domain, diukur dari knowledge (pengetahuan) 2. Affective domain, diukur dari attitude (sikap) 3. Psychomotor domain, diukur dari psychomotor/practice (keterampilan) Pengetahuan atau kognitif merupakan domain sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2007). Tingkatan pengetahuan di dalam domain kognitif menurut Taksonomi Bloom (1987) dalam Sunaryo (2004) mencakup 6 tingkatan, yaitu: a. Tahu (Know) Merupakan tingkat pengetahuan paling rendah. Tahu artinya dapat mengingat atau mengingat kembali suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Ukuran bahwa seseorang itu tahu adalah mampu menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, dan menyatakan. b. Memahami (Comprehension) Merupakan kemampuan untuk menjelaskan dan menginterpretasikan dengan benar tentang objek yang diketahui. Seseorang yang telah paham tentang sesuatu harus dapat menjelaskan, memberikan contoh, dan menyimpulkan.

43 24 c. Penerapan (Application) Merupakan kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi nyata atau dapat menggunakan hukumhukum, rumus, metode dalam situasi nyata. d. Analisis (Analysis) Analisis adalah kemampuan untuk menguraikan objek ke dalam bagian-bagian lebih kecil, tetapi masih di dalam suatu struktur objek tersebut dan masih terkait satu sama lain. Ukuran kemampuan adalah dapat menggambarkan, membuat bagan, membedakan, memisahkan, membuat bagan proses adopsi perilaku, dan dapat membedakan pengertian psikologi dengan fisiologi. e. Sintesis (Synthesis) Merupakan suatu kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Ukuran kemampuan adalah dapat menyusun, meringkas, merencanakan, dan menyesuaikan sesuai teori atau rumusan yang telah ada. f. Evaluasi (Evaluation) Evaluasi merupakan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu objek. Evaluasi dapat menggunakan kriteria yang telah ada atau disusun sendiri.

44 25 Menurut Notoatmodjo (2010) cara untuk memperoleh pengetahuan ada 2 yaitu: 1. Cara tradisional atau non ilmiah Cara tradisional atau non ilmiah adalah cara memperoleh pengetahuan tanpa melakukan penelitian ilmiah, cara penemuan pengetahuan pada periode ini antara lain meliputi: a. Cara Coba Salah (Trial and Error) Cara ini telah dipakai orang sebelum adanya kebudayaan, bahkan mungkin sebelum adanya peradaban. Pada waktu itu seseorang apabila menghadapi persoalan atau masalah, upaya pemecahannya dilakukan dengan coba-coba saja (trial and error). Metode ini telah digunakan orang dalam waktu yang cukup lama untuk memecahkan berbagai masalah dan sampai sekarang pun metode ini masih sering digunakan, terutama oleh mereka yang belum atau tidak mengetahui suatu cara tertentu yang tepat dalam memecahkan masalah yang dihadapi. b. Cara kebetulan Penemuan kebenaran secara kebetulan terjadi karena tidak disengaja oleh orang yang bersangkutan. c. Cara kekuasaan atau otoritas Para pemegang otoritas, baik pemimpin pemerintahan, tokoh agama, maupun ahli ilmu pengetahuan pada prinsipnya mempunyai mekanisme yang sama di dalam penemuan pengetahuan. Dengan prinsip inilah orang lain menerima pendapat yang dikemukakan oleh

45 26 orang yang mempunyai otoritas, tanpa terlebih dulu menguji atau membuktikan kebenarannya, baik berdasarkan fakta empiris ataupun berdasarkan penalaran diri. d. Berdasarkan pengalaman pribadi Pengalaman pribadi dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa yang lalu. e. Cara akal sehat (Common sense) Akal sehat atau Common sense kadang-kadang dapat menemukan teori atau kebenaran. f. Kebenaran melalui wahyu Ajaran atau dogma agama adalah suatu kebenaran yang diwahyukan dari Tuhan melalui para Nabi. Kebenaran ini harus diterima dan diyakini oleh pengikut-pengikut agama yang bersangkutan, terlepas dari apakah kebenaran tersebut rasional atau tidak. Sebab kebenaran ini diterima oleh para Nabi adalah wahyu dan bukan karena hasil usaha penalaran atau penyelidikan manusia. g. Kebenaran secara Intuitif Kebenaran secara intuitif diperoleh manusia secara cepat sekali melalui proses di luar kesadaran dan tanpa melalui proses penalaran atau berfikir. Kebenaran yang diperoleh melalui intuitif sukar dipercaya karena kebenaran ini tidak menggunakan cara-cara yang

46 27 rasional dan yang sistematis. Kebenaran ini diperoleh seseorang hanya berdasarkan intuisi atau suara hati atau bisikan hati saja. h. Melalui jalan pikiran Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia, cara berpikir manusia pun ikut berkembang. Dari sini manusia telah mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuannya. Dengan kata lain, dalam memperoleh kebenaran pengetahuan manusia telah menggunakan jalan pikirannya, baik melalui induksi maupun deduksi. i. Induksi Induksi adalah proses penarikan kesimpulan yang dimulai dari pernyataan-pernyataan khusus ke pernyataan yang bersifat umum. Hal ini berarti dalam berpikir induksi pembuatan kesimpulan tersebut berdasarkan pengalaman-pengalaman empiris yang ditangkap oleh indra. Kemudian disimpulkan ke dalam suatu konsep yang memungkinkan seseorang untuk memahami suatu gejala. j. Deduksi Deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari pernyataan-pernyataan umum ke khusus. 2. Cara modern atau ilmiah Cara modern atau ilmiah yakni melalui proses penelitian yang lebih sistematis, logis, dan ilmiah. Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau disebut metodologi penelitian (research methodology).

47 Motivasi Kemampuan melaksanakan tugas adalah unsur utama dalam menilai kinerja seseorang. Namun, tugas tidak akan dapat diselesaikan dengan baik tanpa didukung oleh suatu kemauan dan motivasi (Nursalam, 2011). Penelitian Alhassan et al. (2013) mengatakan bahwa motivasi berpengaruh terhadap kualitas pelayanan petugas kesehatan di fasilitas kesehatan. Motivasi adalah karakteristik psikologis manusia yang memberi kontribusi pada tingkat komitmen seseorang (Nursalam, 2011). Hal ini termasuk faktor-faktor yang menyebabkan, menyalurkan, dan mempertahankan tingkah laku manusia dalam arah tekad tertentu (Stoner dan Freeman, 1995 dalam Nursalam, 2011). Motivasi menurut Ngalim Purwanto (2000) adalah segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Menurut Sunaryo (2004) motivasi adalah dorongan penggerak untuk mencapai tujuan tertentu, baik disadari ataupun tidak disadari. Motivasi dapat timbul dari dalam diri individu atau datang dari lingkungan. Motivasi yang terbaik adalah motivasi yang datang dari dalam diri sendiri (intrinsik) bukan pengaruh lingkungan (ekstrinsik). Maslow (1943, dalam Bastable, 2002) seorang ahli teori mengembangkan suatu teori tentang motivasi manusia yang diintegrasi secara utuh pada individu dan dalam bentuk hierarki tujuan, dia menyatakan bahwa tidak semua perilaku dimotivasi dan bahwa teori perilaku tidak sama dengan teori motivasi. Ada hubungan antara motivasi dan pembelajaran, antara motivasi dan perilaku, antara motivasi, pembelajaran, dan perilaku (Bastable, 2002). Menurut Maslow (1943) setiap manusia memiliki hierarki kebutuhan dari yang paling rendah sampai yang

RENCANA TERAPI A PENANGANAN DIARE DI RUMAH (DIARE TANPA DEHIDRASI)

RENCANA TERAPI A PENANGANAN DIARE DI RUMAH (DIARE TANPA DEHIDRASI) RENCANA TERAPI A PENANGANAN DIARE DI RUMAH (DIARE TANPA DEHIDRASI) JELASKAN KEPADA IBU TENTANG 4 ATURAN PERAWATAN DI RUMAH: BERI CAIRAN TAMBAHAN a. Jelaskan kepada ibu: - Pada bayi muda, pemberian ASI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan beban global. terutama di negara berkembang seperti Indonesia adalah diare.

BAB 1 PENDAHULUAN. saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan beban global. terutama di negara berkembang seperti Indonesia adalah diare. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak umur bawah lima tahun (balita) merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan penyakit, terutama penyakit infeksi (Notoatmodjo, 2011). Gangguan kesehatan

Lebih terperinci

PENANGANAN DIARE. B. Tujuan Mencegah dan mengobati dehidrasi, memperpendek lamanya sakit dan mencegah diare menjadi berat

PENANGANAN DIARE. B. Tujuan Mencegah dan mengobati dehidrasi, memperpendek lamanya sakit dan mencegah diare menjadi berat Yusi Meilia, S.ST, M.Kes Halaman : 1 / 5 NIP A. Pengertian Buang air besar yang frekuensi, lebih sering dari biasnya pada umumnya 3 kali atau lebih per hari dengan konsistensi cair berlangsung < 7 hari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyakit diare 1. Definisi Diare merupakan buang air besar dengan konsistensi cair atau lembek dan dapat berupa air saja dengan frekuensi buang air besar lebih dari normalnya

Lebih terperinci

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 3 MENENTUKAN TINDAKAN DAN MEMBERI PENGOBATAN

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 3 MENENTUKAN TINDAKAN DAN MEMBERI PENGOBATAN MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 3 MENENTUKAN TINDAKAN DAN MEMBERI PENGOBATAN Oleh : Dr. Azwar Djauhari MSc Disampaikan pada : Kuliah Blok 21 Kedokteran Keluarga Tahun Ajaran 2011 / 2012 Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. atau diobati dengan akses yang mudah dan intervensi yang terjangkau. Kasus utama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. atau diobati dengan akses yang mudah dan intervensi yang terjangkau. Kasus utama 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada tahun 2011 sebanyak 6,9 juta anak meninggal dunia sebelum mencapai usia 5 tahun. Setengah dari kematian tersebut disebabkan oleh kondisi yang dapat dicegah atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. diprioritaskan dalam perencanaan dan pembangunan bangsa (Hidayat, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. diprioritaskan dalam perencanaan dan pembangunan bangsa (Hidayat, 2008). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam bidang kesehatan. Derajat kesehatan anak mencerminkan derajat kesehatan suatu bangsa, sebab anak sebagai

Lebih terperinci

SOP PENCATATAN & PELAPORAN P2 DIARE

SOP PENCATATAN & PELAPORAN P2 DIARE PENCATATAN & PELAPORAN P2 DIARE 79 /A/P2M/203 Salah satu elemen yang sangat penting untuk mendapat gambaran dan informasi program pengendalian penyakit diare Tujuan. Mendapatkan informasi hasil pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), diare adalah

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), diare adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), diare adalah penyebab nomor satu kematian balita di seluruh dunia. Sementara United Nations for Children and Funds

Lebih terperinci

PENANGANAN DIARE No Dokumen : No. Revisi : Tanggal Terbit : Halaman :

PENANGANAN DIARE No Dokumen : No. Revisi : Tanggal Terbit : Halaman : UPTD PUSKESMAS PAUH SOP PENANGANAN DIARE No Dokumen : No. Revisi : Tanggal Terbit : Halaman : dr. Hj. Nurlia, MM NIP.197306162006042011 1. Pengertian Buang air besar yg frekwensinya, lebih sering dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pneumonia merupakan salah satu masalah kesehatan dan penyebab terbesar kematian anak di seluruh dunia.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pneumonia merupakan salah satu masalah kesehatan dan penyebab terbesar kematian anak di seluruh dunia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pneumonia merupakan salah satu masalah kesehatan dan penyebab terbesar kematian anak di seluruh dunia. Sebanyak 1,4 juta anak atau sekitar 18% anak < 5 tahun setiap

Lebih terperinci

SOP PENCATATAN & PELAPORAN P2 DIARE

SOP PENCATATAN & PELAPORAN P2 DIARE No. Dokumen SOP PENCATATAN & PELAPORAN P2 DIARE No. Revisi : Halaman 79 /A/P2M/2013 Tanggal Ditetapkan : Disusun oleh : 1 Ditetapkan KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN MAGETAN Pengertian Tujuan Kebijakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak merupakan individu yang berada dalam suatu rentang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak merupakan individu yang berada dalam suatu rentang 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak merupakan individu yang berada dalam suatu rentang perubahan perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Masa anak merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa balita merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan terhadap penyakit. Salah satu penyebab terbesar kematian pada anak usia balita di dunia adalah pneumonia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja

BAB I PENDAHULUAN. hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diare merupakan keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak, konsistensi tinja encer, dapat berwarna hijau atau dapat

Lebih terperinci

SUMMARY. Jihan S. Nur NIM :

SUMMARY. Jihan S. Nur NIM : SUMMARY HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN PENATALAKSANAAN DIARE PADA BALITA DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS TILOTE KECAMATAN TILANGOKABUPATEN GORONTALO Jihan S. Nur NIM : 841 409 024 Program Studi Ilmu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. anak di negara sedang berkembang. Menurut WHO (2009) diare adalah suatu keadaan

BAB 1 PENDAHULUAN. anak di negara sedang berkembang. Menurut WHO (2009) diare adalah suatu keadaan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diare merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada anak di negara sedang berkembang. Menurut WHO (2009) diare adalah suatu keadaan buang air besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diare merupakan penyebab kematian nomer dua di dunia. Pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diare merupakan penyebab kematian nomer dua di dunia. Pada tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diare merupakan penyebab kematian nomer dua di dunia. Pada tahun 1990, terdapat 12 juta kematian anak yang diakibatkan oleh diare. Kejadian diare tersebut mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan anak merupakan suatu hal yang penting karena. mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak.

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan anak merupakan suatu hal yang penting karena. mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan anak merupakan suatu hal yang penting karena mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Bayi dan anak biasanya rentan terhadap penyakit infeksi salah

Lebih terperinci

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 2 PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 2 PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 2 PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN PENDAHULUAN Seorang ibu akan membawa anaknya ke fasilitas kesehatan jika ada suatu masalah atau

Lebih terperinci

HUBUNGAN FAKTOR PREDISPOSING (Tingkat Pengetahuan, Pendidikan, Sikap, Pekerjaan) KADER DENGAN KEAKTIFAN KADER PADA KEGIATAN POSYANDU DI DESA RAKIT

HUBUNGAN FAKTOR PREDISPOSING (Tingkat Pengetahuan, Pendidikan, Sikap, Pekerjaan) KADER DENGAN KEAKTIFAN KADER PADA KEGIATAN POSYANDU DI DESA RAKIT HUBUNGAN FAKTOR PREDISPOSING (Tingkat Pengetahuan, Pendidikan, Sikap, Pekerjaan) KADER DENGAN KEAKTIFAN KADER PADA KEGIATAN POSYANDU DI DESA RAKIT SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 6,9 juta jiwa, tercatat kematian balita dalam sehari, 800 kematian balita

BAB I PENDAHULUAN. 6,9 juta jiwa, tercatat kematian balita dalam sehari, 800 kematian balita BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Angka kematian balita di seluruh negara pada tahun 2011 mencapai 6,9 juta jiwa, tercatat 1.900 kematian balita dalam sehari, 800 kematian balita setiap jam dan 80% kematian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare adalah salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian pada

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare adalah salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit diare adalah salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian pada anak seluruh dunia, yang menyebabkan 1 miliyar kejadian sakit dan 3-5 juta kematian setiap

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN PRAKTIK PENANGANAN BALITA DIARE DI RUMAH PADA WILAYAH PUSKESMAS KALIMANAH PURBALINGGA

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN PRAKTIK PENANGANAN BALITA DIARE DI RUMAH PADA WILAYAH PUSKESMAS KALIMANAH PURBALINGGA HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN PRAKTIK PENANGANAN BALITA DIARE DI RUMAH PADA WILAYAH PUSKESMAS KALIMANAH PURBALINGGA SKRIPSI Diajukan guna mendapatkan gelar Sarjana Keperawatan Oleh : SUPRIYATNO

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Diare adalah peningkatan frekuensi dan penurunan konsistensi debit tinja dibandingkan dengan pola usus normal individu, merupakan gejala dari suatu penyakit sistemik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu program pemberantasan penyakit menular, salah satunya adalah program

BAB I PENDAHULUAN. yaitu program pemberantasan penyakit menular, salah satunya adalah program 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan hak bagi setiap warga Negara Indonesia, termasuk anak-anak. Setiap orang tua mengharapkan anaknya tumbuh dan berkembang secara sehat dan

Lebih terperinci

Grafik 1.1 Frekuensi Incidence Rate (IR) berdasarkan survei morbiditas per1000 penduduk

Grafik 1.1 Frekuensi Incidence Rate (IR) berdasarkan survei morbiditas per1000 penduduk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit diare sampai saat ini masih merupakan penyebab kematian utama di dunia, terhitung 5-10 juta kematian/tahun. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN IBU TERHADAP PENGGUNAAN ZINC DALAM TERAPI DIARE PADA ANAK BALITA DI APOTEK PLATUK JAYA SURABAYA

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN IBU TERHADAP PENGGUNAAN ZINC DALAM TERAPI DIARE PADA ANAK BALITA DI APOTEK PLATUK JAYA SURABAYA HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN IBU TERHADAP PENGGUNAAN ZINC DALAM TERAPI DIARE PADA ANAK BALITA DI APOTEK PLATUK JAYA SURABAYA Alifia Putri Febriyanti 1, Miranti Nugrahini 2 1 Jurusan Farmasi, Fakultas Kedokteran

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERAN BIDAN DAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS COLOMADU 1

HUBUNGAN PERAN BIDAN DAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS COLOMADU 1 HUBUNGAN PERAN BIDAN DAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS COLOMADU 1 Skripsi ini Disusun guna Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Melakukan penelitian Bidang Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih dalam sehari. Dengan kata lain, diare adalah buang air besar

BAB I PENDAHULUAN. lebih dalam sehari. Dengan kata lain, diare adalah buang air besar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diare adalah sindrom penyakit yang ditandai dengan perubahan bentuk dan konsistensi tinja melambat sampai mencair, serta bertambahnya frekuensi buang air besar dari

Lebih terperinci

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 1

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 1 MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 1 PENGANTAR Oleh : Dr. Azwar Djauhari MSc Disampaikan pada : Kuliah Blok 21 Kedokteran Keluarga Tahun Ajaran 2011 / 2012 Program Studi Pendidikan Dokter UNIVERSITAS

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DAN INSOMNIA DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA MAHASISWA KEPERAWATAN

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DAN INSOMNIA DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA MAHASISWA KEPERAWATAN HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DAN INSOMNIA DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA MAHASISWA KEPERAWATAN SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mencapai Derajat Sarjana Oleh : MUKHAMMAD HASAN TSU BANULLAH

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diare merupakan salah satu penyebab kematian utama pada anak balita

Bab I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diare merupakan salah satu penyebab kematian utama pada anak balita Bab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diare merupakan salah satu penyebab kematian utama pada anak balita (WHO, 2013 & 2016). Sebanyak 760 ribu balita meninggal karena diare di tiap tahunnya (WHO, 2013).

Lebih terperinci

Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)

Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) 1 LATAR BELAKANG Setiap tahun, lebih dari 10 juta anak di dunia meninggal sebelum Latar mencapai Belakang usia 5 tahun Lebih dari setengahnya akibat dari 5 Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Diare a. Pengertian diare Penyakit diare merupakan penyakit yang sering terjadi pada anak dibawah lima tahun (balita) dengan disertai muntah dan buang air besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Morbiditas dan mortalitas merupakan suatu indikator yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Morbiditas dan mortalitas merupakan suatu indikator yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Morbiditas dan mortalitas merupakan suatu indikator yang menggambarkan tingkat derajat kesehatan masyarakat dalam suatu wilayah. Pada penentuan derajat kesehatan terdapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) tahun 2013 diare. merupakan penyebab mortalitas kedua pada anak usia

BAB 1 PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) tahun 2013 diare. merupakan penyebab mortalitas kedua pada anak usia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sampai saat ini diare masih menjadi masalah kesehatan di dunia sebagai penyebab mortalitas dan morbiditas. Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2013

Lebih terperinci

LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU PADA INFORMASI MP-ASI DI BUKU KIA DENGAN PEMBERIAN MP-ASI BALITA USIA 6-24 BULAN DI KELURAHAN BANDARHARJO SEMARANG UTARA LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH Diajukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi di negara berkembang dari pada negara maju. Di antara banyak bentuk

BAB I PENDAHULUAN. terjadi di negara berkembang dari pada negara maju. Di antara banyak bentuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diare merupakan suatu masalah yang mendunia. Seperti sebagian besar penyakit anak-anak lainnya, penyakit diare tersebut jauh lebih banyak dan sering terjadi di negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Diare sampai saat ini masih menjadi masalah utama di masyarakat yang sulit untuk ditanggulangi. Dari tahun ke tahun diare tetap menjadi salah satu penyakit

Lebih terperinci

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 6

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 6 MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 6 TINDAK LANJUT Oleh : Dr. Azwar Djauhari MSc Disampaikan pada : Kuliah Blok 21 Kedokteran Keluarga Tahun Ajaran 2011 / 2012 Program Studi Pendidikan Dokter UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Kata Kunci : Tingkat Pengetahuan, Orang Tua, Balita, Zinc

Kata Kunci : Tingkat Pengetahuan, Orang Tua, Balita, Zinc ABSTRAK TINGKAT PENGETAHUAN ORANG TUA TERHADAP PENGGUNAAN TABLET ZINC PADA BALITA PENDERITA DIARE DI PUSKESMAS S.PARMAN BANJARMASIN Chairunnisa 1 ; Noor Aisyah 2 ; Soraya 3 Diare merupakan salah satu masalah

Lebih terperinci

PATH ANALYSIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI (6-12 BULAN) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KARANGANYAR KABUPATEN PURBALINGGA

PATH ANALYSIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI (6-12 BULAN) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KARANGANYAR KABUPATEN PURBALINGGA PATH ANALYSIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI (6-12 BULAN) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KARANGANYAR KABUPATEN PURBALINGGA TESIS Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN GIZI KURANG PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PURWOKERTO SELATAN KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2012

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN GIZI KURANG PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PURWOKERTO SELATAN KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2012 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN GIZI KURANG PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PURWOKERTO SELATAN KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2012 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mencapai

Lebih terperinci

LUTFI NANDA PURNAMASARI

LUTFI NANDA PURNAMASARI PENGETAHUAN DAN KEMAMPUAN KADER POSYANDU DAN IBU BALITA DALAM DETEKSI TUMBUH KEMBANG BALITA DI DESA GONDOWANGI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SAWANGAN II MAGELANG Karya Tulis Ilmiah Disusun Guna Memenuhi Syarat

Lebih terperinci

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi SebagaiSyarat Mencapai Derajat Skripsi. Disusun oleh : SAMPURNO TRI UTOMO

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi SebagaiSyarat Mencapai Derajat Skripsi. Disusun oleh : SAMPURNO TRI UTOMO HUBUNGAN JENIS KELAMIN, TINGKAT PENGETAHUAN, DUKUNGAN KELUARGA, SIKAP LANSIA, JARAK RUMAH DAN PEKERJAAN DENGAN KUNJUNGAN LANSIA KE POSYANDU LANSIA DI DESA LEDUG KECAMATAN KEMBARAN KABUPATEN BANYUMAS SKRIPSI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diare pada anak masih merupakan masalah kesehatan dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diare pada anak masih merupakan masalah kesehatan dengan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diare pada anak masih merupakan masalah kesehatan dengan angka kematian yang masih tinggi terutama pada anak umur 1 sampai 4 tahun, yang memerlukan penatalaksanaan yang

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KUALITAS ASUHAN IBU NIFAS DAN KEPUASAN PASIEN DI RSUD SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KUALITAS ASUHAN IBU NIFAS DAN KEPUASAN PASIEN DI RSUD SURAKARTA HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KUALITAS ASUHAN IBU NIFAS DAN KEPUASAN PASIEN DI RSUD SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan NURAINI FAUZIAH R1115072

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG HYGIENE MAKANAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI DI WILAYAH KERJA POSYANDU MELATI KELURAHAN TLOGOMAS MALANG ABSTRAK

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG HYGIENE MAKANAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI DI WILAYAH KERJA POSYANDU MELATI KELURAHAN TLOGOMAS MALANG ABSTRAK HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG HYGIENE MAKANAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI DI WILAYAH KERJA POSYANDU MELATI KELURAHAN TLOGOMAS MALANG Evi Susanti 1), Tanto Hariyanto 2), Ragil Catur Adi 3) 1) Mahasiswa

Lebih terperinci

PENDATAAN DAN PELAPORAN P2 DIARE

PENDATAAN DAN PELAPORAN P2 DIARE PENDATAAN DAN PELAPORAN P2 DIARE No. Dokumen: SOP No. Revisi : Tanggal Terbit : Halaman : 1/1 UPT PUSKESMAS DLINGO II dr. Sigit Hendro Sulistyo NIP. 198111262009031006 1. Pengertian Salah satu elemen yang

Lebih terperinci

PHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare. Bad Hygienic and Healthy Behavior Increasing Occurrence of Diarrhea

PHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare. Bad Hygienic and Healthy Behavior Increasing Occurrence of Diarrhea PHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare Merry Tyas Anggraini 1, Dian Aviyanti 1, Djarum Mareta Saputri 1 1 Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang. ABSTRAK Latar Belakang : Perilaku hidup

Lebih terperinci

PERAN PETUGAS KESEHATAN DAN PENGAWAS MENELAN OBAT (PMO) DALAM PENGOBATAN TB PARU DENGAN STRATEGI DOTS PADA PUSKESMAS DI KOTA LANGSA

PERAN PETUGAS KESEHATAN DAN PENGAWAS MENELAN OBAT (PMO) DALAM PENGOBATAN TB PARU DENGAN STRATEGI DOTS PADA PUSKESMAS DI KOTA LANGSA PERAN PETUGAS KESEHATAN DAN PENGAWAS MENELAN OBAT (PMO) DALAM PENGOBATAN TB PARU DENGAN STRATEGI DOTS PADA PUSKESMAS DI KOTA LANGSA SKRIPSI Oleh: DEDDI SAPUTRA 141121043 FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. Mencapai derajat Sarjana Kedokteran. Diajukan Oleh : JONATHAN EKO A J FAKULTAS KEDOKTERAN

SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. Mencapai derajat Sarjana Kedokteran. Diajukan Oleh : JONATHAN EKO A J FAKULTAS KEDOKTERAN HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL IBU TERHADAP KEJADIAN DIARE PADA ANAK BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PUCANGSAWIT KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG FAKTOR RISIKO KEHAMILAN DENGAN KETERATURAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE PADA IBU HAMIL PRIMIGRAVIDA

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG FAKTOR RISIKO KEHAMILAN DENGAN KETERATURAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE PADA IBU HAMIL PRIMIGRAVIDA HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG FAKTOR RISIKO KEHAMILAN DENGAN KETERATURAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE PADA IBU HAMIL PRIMIGRAVIDA KARYA TULIS ILMIAH Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem Kesehatan Nasional (SKN) adalah pengelolaan kesehatan bangsa

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem Kesehatan Nasional (SKN) adalah pengelolaan kesehatan bangsa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sistem Kesehatan Nasional (SKN) adalah pengelolaan kesehatan bangsa Indonesia yang diselenggarakan oleh semua komponen bangsa Indonesia secara terpadu dan saling mendukung

Lebih terperinci

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PERILAKU ASERTIF MAHASISWA KEPERAWATAN S1 UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO ANGKATAN 2014

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PERILAKU ASERTIF MAHASISWA KEPERAWATAN S1 UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO ANGKATAN 2014 HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PERILAKU ASERTIF MAHASISWA KEPERAWATAN S1 UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO ANGKATAN 2014 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Syarat Mencapai Derajat Sarjana

Lebih terperinci

HUBUNGAN SIKAP DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PRESTASI MAHASISWA SEMESTER IV DI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO TAHUN 2016

HUBUNGAN SIKAP DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PRESTASI MAHASISWA SEMESTER IV DI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO TAHUN 2016 HUBUNGAN SIKAP DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PRESTASI MAHASISWA SEMESTER IV DI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO TAHUN 2016 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Syarat Mencapai

Lebih terperinci

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA BAYI. Nurlia Savitri

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA BAYI. Nurlia Savitri FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA BAYI (Studi di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Kawalu Kota Tasikmalaya Tahun 2014 ) Nurlia Savitri e-mail : savitri.nurlia@gmail.com Program Studi

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) TERHADAP ANGKA KEJADIAN DIARE AKUT PADA SANTRI PONDOK TREMAS KABUPATEN PACITAN

HUBUNGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) TERHADAP ANGKA KEJADIAN DIARE AKUT PADA SANTRI PONDOK TREMAS KABUPATEN PACITAN HUBUNGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) TERHADAP ANGKA KEJADIAN DIARE AKUT PADA SANTRI PONDOK TREMAS KABUPATEN PACITAN Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat yang optimal sangat ditentukan oleh tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat yang optimal sangat ditentukan oleh tingkat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Derajat kesehatan masyarakat yang optimal sangat ditentukan oleh tingkat kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat yang hidup dalam lingkungan dan berperilaku sehat

Lebih terperinci

POLA TATALAKSANA DIARE CAIR AKUT DI RSUD WONOSOBO Ika Purnamasari, Ari Setyawati ABSTRAK

POLA TATALAKSANA DIARE CAIR AKUT DI RSUD WONOSOBO Ika Purnamasari, Ari Setyawati ABSTRAK POLA TATALAKSANA DIARE CAIR AKUT DI RSUD WONOSOBO Ika Purnamasari, Ari Setyawati ABSTRAK Latar Belakang : Penyakit diare merupakan penyebab kematian pertama pada usia balita. Penatalaksanaan yang sesuai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. infeksi virus selain oleh bakteri, parasit, toksin dan obat- obatan. Penyakit

BAB I PENDAHULUAN. infeksi virus selain oleh bakteri, parasit, toksin dan obat- obatan. Penyakit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diare merupakan penyebab kematian ke-5 di dunia dengan jumlah 5-10 juta anak per tahun, penyebab utama diare pada anak usia dini adalah infeksi virus selain oleh bakteri,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan. Saku Petugas Kesehatan Lintas Diare Depkes RI 2011).

I. PENDAHULUAN. Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan. Saku Petugas Kesehatan Lintas Diare Depkes RI 2011). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih sering (biasanya tiga

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di Indonesia diare merupakan penyebab kematian utama pada bayi dan anak.

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di Indonesia diare merupakan penyebab kematian utama pada bayi dan anak. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Di Indonesia diare merupakan penyebab kematian utama pada bayi dan anak. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar tahun 2007, didapatkan bahwa penyebab kematian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disertai perubahan bentuk dan konsistensi tinja (Manalu, Marsaulina,

BAB I PENDAHULUAN. disertai perubahan bentuk dan konsistensi tinja (Manalu, Marsaulina, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut World Health Organization (WHO) (2009) diare adalah suatu keadaan buang air besar (BAB) dengan konsistensi lembek hingga cair dengan frekuensi lebih dari tiga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terutama pada bagian perawatan anak (WHO, 2008). kematian balita di atas 40 per 1000 kelahiran hidup adalah 15%-20%

BAB 1 PENDAHULUAN. terutama pada bagian perawatan anak (WHO, 2008). kematian balita di atas 40 per 1000 kelahiran hidup adalah 15%-20% BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas penyakit menular di dunia. Hampir empat juta orang meninggal setiap tahun.

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU PENCEGAHAN DENGAN KEJADIAN KANKER PAYUDARA DI RSUD Dr. MOEWARDI

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU PENCEGAHAN DENGAN KEJADIAN KANKER PAYUDARA DI RSUD Dr. MOEWARDI HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU PENCEGAHAN DENGAN KEJADIAN KANKER PAYUDARA DI RSUD Dr. MOEWARDI Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. 10 juta kematian terjadi setiap tahunnya pada anak-anak yang berumur di bawah lima

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. 10 juta kematian terjadi setiap tahunnya pada anak-anak yang berumur di bawah lima 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di negara berkembang angka kematian bayi dan anak masih tinggi, hampir 10 juta kematian terjadi setiap tahunnya pada anak-anak yang berumur di bawah lima tahun. Kebanyakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang semula hanya berfokus kepada pengelolaan obat (drug oriented)

BAB I PENDAHULUAN. yang semula hanya berfokus kepada pengelolaan obat (drug oriented) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelayanan kefarmasian merupakan salah satu kunci pokok suksesnya sistem kesehatan. Pelayanan kefarmasian telah mengalami perubahan yang semula hanya berfokus kepada

Lebih terperinci

Buku Saku Petugas Kesehatan

Buku Saku Petugas Kesehatan Buku Saku Petugas Kesehatan Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan 2011 Publikasi ini dibuat oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia dengan dukungan

Lebih terperinci

HUBUNGAN SIKAP DAN PERSEPSI GAMBAR DAMPAK KESEHATAN TERHADAP PERILAKU MEROKOK DI SMA NEGERI 1 BANTARBOLANG

HUBUNGAN SIKAP DAN PERSEPSI GAMBAR DAMPAK KESEHATAN TERHADAP PERILAKU MEROKOK DI SMA NEGERI 1 BANTARBOLANG HUBUNGAN SIKAP DAN PERSEPSI GAMBAR DAMPAK KESEHATAN TERHADAP PERILAKU MEROKOK DI SMA NEGERI 1 BANTARBOLANG SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mencapai Derajat Sarjana Oleh : DALU BANGUN FRIDEWA

Lebih terperinci

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI USIA 0 6 BULAN Di Desa Karangan Kecamatan Badegan Kabupaten Ponorogo

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI USIA 0 6 BULAN Di Desa Karangan Kecamatan Badegan Kabupaten Ponorogo FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI USIA 0 6 BULAN Di Desa Karangan Kecamatan Badegan Kabupaten Ponorogo KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Kepada Program Studi DIII Kebidanan Fakultas

Lebih terperinci

PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA.

PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA. 20 Jurnal Keperawatan Volume 2, Nomor 1, Juli 2016 Hal 20-25 PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA Nandang Sutrisna 1, Nuniek Tri Wahyuni 2 1 Kepala Pustu Tajur Cigasong

Lebih terperinci

HUBUNGAN BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI UNIT PERAWATAN INTENSIF RSUD Dr. PIRNGADI KOTA MEDAN TAHUN 2014

HUBUNGAN BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI UNIT PERAWATAN INTENSIF RSUD Dr. PIRNGADI KOTA MEDAN TAHUN 2014 SKRIPSI HUBUNGAN BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI UNIT PERAWATAN INTENSIF RSUD Dr. PIRNGADI KOTA MEDAN TAHUN 2014 Oleh YUPIN MEFIL SABRIKA DAELY 10 02 157 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN PROGRAM PEMBERANTASAN PENYAKIT DIARE

KERANGKA ACUAN PROGRAM PEMBERANTASAN PENYAKIT DIARE KERANGKA ACUAN PROGRAM PEMBERANTASAN PENYAKIT DIARE I. PENDAHULUAN Hingga saat ini penyakit Diare maerupakan masalah kesehatan masyarakat Indonesia, hal dapat dilihat dengan meningkatnya angka kesakitan

Lebih terperinci

The Incidence Of Malaria Disease In Society At Health Center Work Area Kema Sub-District, Minahasa Utara Regency 2013

The Incidence Of Malaria Disease In Society At Health Center Work Area Kema Sub-District, Minahasa Utara Regency 2013 Artikel Article : Hubungan Antara Pengetahuan Sikap Dan Tindakan Pencegahan Dengan Kejadian Malaria Pada Masyarakat Di Wilayah Kerja Puskesmas Kema Kabupaten Minahasa Utara Tahun 2013 : The Relation Between

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DIARE PADA BALITA DI WILAYAH DINOYO RW III SKRIPSI. OLEH: Wirda Ayu Lestari NRP:

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DIARE PADA BALITA DI WILAYAH DINOYO RW III SKRIPSI. OLEH: Wirda Ayu Lestari NRP: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DIARE PADA BALITA DI WILAYAH DINOYO RW III SKRIPSI OLEH: Wirda Ayu Lestari NRP: 9103010014 FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA 2014 FAKTOR-FAKTOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau lendir(suraatmaja, 2007). Penyakit diare menjadi penyebab kematian

BAB I PENDAHULUAN. atau lendir(suraatmaja, 2007). Penyakit diare menjadi penyebab kematian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diare adalah gangguan buang air besar/bab ditandai dengan BAB lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja cair, dapat disertai dengan darah dan atau lendir(suraatmaja,

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan. I.1. Latar Belakang. Salah satu dari tujuan Millenium Development. Goal(MDGs) adalah menurunkan angka kematian balita

BAB I Pendahuluan. I.1. Latar Belakang. Salah satu dari tujuan Millenium Development. Goal(MDGs) adalah menurunkan angka kematian balita BAB I Pendahuluan I.1. Latar Belakang Salah satu dari tujuan Millenium Development Goal(MDGs) adalah menurunkan angka kematian balita sebesar dua-pertiga, antara tahun 1990 dan 2015. Pada kasus kematian

Lebih terperinci

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Kedokteran. Diajukan Oleh: Kiky Putri Anjany J

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Kedokteran. Diajukan Oleh: Kiky Putri Anjany J 1 HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN MENGENAI ANTIBIOTIK DAN PENGGUNAANANTIBIOTIK TANPA RESEP DOKTER PADA PELAJAR KELAS X, XI, XII DI SMK NEGERI 2 SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA ASI EKSKLUSIF, KEBIASAAN CUCI TANGAN, PENGGUNAAN AIR BERSIH, DAN JAMBAN SEHAT DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA (Di Wilayah Kerja Puskesmas Sekardangan Kabupaten Sidoarjo) Oleh:

Lebih terperinci

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS PAHANDUT PALANGKA RAYA

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS PAHANDUT PALANGKA RAYA PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS PAHANDUT PALANGKA RAYA Suryagustina*, Rimba Aprianti**, Isna Winarti*** Sekolah

Lebih terperinci

HUBUNGAN POLA ASUH IBU DENGAN TINGKAT PERKEMBANGAN PERSONAL SOSIAL PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH DI TK PDHI BANGUNTAPAN BANTUL YOGYAKARTA

HUBUNGAN POLA ASUH IBU DENGAN TINGKAT PERKEMBANGAN PERSONAL SOSIAL PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH DI TK PDHI BANGUNTAPAN BANTUL YOGYAKARTA HUBUNGAN POLA ASUH IBU DENGAN TINGKAT PERKEMBANGAN PERSONAL SOSIAL PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH DI TK PDHI BANGUNTAPAN BANTUL YOGYAKARTA Karya Tulis Ilmiah Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada bayi dan balita. United Nations Children's Fund (UNICEF) dan

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada bayi dan balita. United Nations Children's Fund (UNICEF) dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diare hingga menjadi salah satu penyebab timbulnya kesakitan dan kematian yang terjadi hampir di seluruh dunia serta pada semua kelompok usia dapat diserang oleh diare,

Lebih terperinci

HUBUNGAN PEMBERIAN AIR SUSU IBU (ASI) EKSKLUSIF DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI UMUR 0-6 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GADANG HANYAR

HUBUNGAN PEMBERIAN AIR SUSU IBU (ASI) EKSKLUSIF DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI UMUR 0-6 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GADANG HANYAR HUBUNGAN PEMBERIAN AIR SUSU IBU (ASI) EKSKLUSIF DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI UMUR 0-6 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GADANG HANYAR Istiqamah 1, Sitti Khadijah 2, Nurul Maulida 2 1 Prodi DIV Bidan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat, BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat, penyakit ini sering menyerang anak balita, namun juga dapat ditemukan pada orang dewasa,

Lebih terperinci

Pelayanan Kesehatan bagi Anak. Bab 5 Diare. Catatan untuk instruktur

Pelayanan Kesehatan bagi Anak. Bab 5 Diare. Catatan untuk instruktur Pelayanan Kesehatan bagi Anak Bab 5 Diare Catatan untuk instruktur Fabian adalah anak usia 2 tahun yang dibawa ke rumah sakit kabupaten dari desa terpencil dengan diare dan tanda dehidrasi berat. Selama

Lebih terperinci

HUBUNGAN PELAYANAN DAN KINERJA KADER TERHADAP MOTIVASI KUNJUNGAN IBU BALITA KE POSYANDU DESA KARANGMANGU KECAMATAN BATURADEN

HUBUNGAN PELAYANAN DAN KINERJA KADER TERHADAP MOTIVASI KUNJUNGAN IBU BALITA KE POSYANDU DESA KARANGMANGU KECAMATAN BATURADEN HUBUNGAN PELAYANAN DAN KINERJA KADER TERHADAP MOTIVASI KUNJUNGAN IBU BALITA KE POSYANDU DESA KARANGMANGU KECAMATAN BATURADEN SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mencapai Derajat Sarjana Oleh

Lebih terperinci

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 5 TINDAK LANJUT

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 5 TINDAK LANJUT MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 5 TINDAK LANJUT PENDAHULUAN Ibu telah diberitahu kapan harus kembali untuk kunjungan ulang sesuai dengan klasifikasi (misalnya dalam waktu 2 hari atau 5 hari). Sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat. Bayi baru lahir dan anak-anak merupakan kelompok yang rentan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat. Bayi baru lahir dan anak-anak merupakan kelompok yang rentan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak merupakan generasi penerus bangsa. Perhatian terhadap pertumbuhan dan perkembangan kesehatan anak harus menjadi perhatian utama seluruh masyarakat. Bayi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pencapaian tumbuh kembang bayi tidak optimal. utama kematian bayi dan balita adalah diare dan pneumonia dan lebih dari 50%

BAB 1 PENDAHULUAN. pencapaian tumbuh kembang bayi tidak optimal. utama kematian bayi dan balita adalah diare dan pneumonia dan lebih dari 50% BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampai saat ini penyakit diare masih menjadi masalah kesehatan dunia terutama di Negara berkembang. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya angka kesakitan

Lebih terperinci

HUBUNGAN KOMUNIKASI PERAWAT DENGAN TINGKAT STRES PASIEN POST OPERASI LAPARATOMI DI RSD dr. SUBANDI JEMBER

HUBUNGAN KOMUNIKASI PERAWAT DENGAN TINGKAT STRES PASIEN POST OPERASI LAPARATOMI DI RSD dr. SUBANDI JEMBER HUBUNGAN KOMUNIKASI PERAWAT DENGAN TINGKAT STRES PASIEN POST OPERASI LAPARATOMI DI RSD dr. SUBANDI JEMBER SKRIPSI oleh Agus Tri Wahyudi NIM 062310101027 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS JEMBER

Lebih terperinci

SKRIPSI HUBUNGAN TIPE POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PERILAKU MENCOBA MEROKOK PADA REMAJA PUTRA DI SMA NEGERI 1 SELEMADEG

SKRIPSI HUBUNGAN TIPE POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PERILAKU MENCOBA MEROKOK PADA REMAJA PUTRA DI SMA NEGERI 1 SELEMADEG SKRIPSI HUBUNGAN TIPE POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PERILAKU MENCOBA MEROKOK PADA REMAJA PUTRA DI SMA NEGERI 1 SELEMADEG OLEH: NI MADE SETIA DEWI NIM. 1102105048 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN

Lebih terperinci

PENGARUH KOMPETENSI BIDAN DI DESA DALAM MANAJEMEN KASUS GIZI BURUK ANAK BALITA TERHADAP PEMULIHAN KASUS DI KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2008 ARTIKEL

PENGARUH KOMPETENSI BIDAN DI DESA DALAM MANAJEMEN KASUS GIZI BURUK ANAK BALITA TERHADAP PEMULIHAN KASUS DI KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2008 ARTIKEL PENGARUH KOMPETENSI BIDAN DI DESA DALAM MANAJEMEN KASUS GIZI BURUK ANAK BALITA TERHADAP PEMULIHAN KASUS DI KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2008 ARTIKEL Untuk memenuhi persyaratan mencapai derajat Sarjana S-2

Lebih terperinci

HUBUNGAN OLAHRAGA DENGAN KEJADIAN DIABETES MELITUS TIPE II DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PURWOSARI SURAKARTA

HUBUNGAN OLAHRAGA DENGAN KEJADIAN DIABETES MELITUS TIPE II DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PURWOSARI SURAKARTA HUBUNGAN OLAHRAGA DENGAN KEJADIAN DIABETES MELITUS TIPE II DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PURWOSARI SURAKARTA Skripsi ini Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat

Lebih terperinci

RUK PROGRAM DIARE TAHUN 2018

RUK PROGRAM DIARE TAHUN 2018 RUK PROGRAM DIARE TAHUN 2018 OLEH : PEMEGANG PROGRAM DIARE PUSKESMAS RAMPAL CELAKET KOTA MALANG JANUARI 2017 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Diare sampai saat ini masih menjadi masalah utama di masyarakat

Lebih terperinci

ASUHAN KEBIDANAN PADA BALITA N UMUR 19 BULAN DENGAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT DAN DIARE CAIR AKUT DI RSUD SUKOHARJO

ASUHAN KEBIDANAN PADA BALITA N UMUR 19 BULAN DENGAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT DAN DIARE CAIR AKUT DI RSUD SUKOHARJO ASUHAN KEBIDANAN PADA BALITA N UMUR 19 BULAN DENGAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT DAN DIARE CAIR AKUT DI RSUD SUKOHARJO KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Ujian Akhir Program

Lebih terperinci

SKRIPSI EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN MELALUI MEDIA POWER POINT

SKRIPSI EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN MELALUI MEDIA POWER POINT SKRIPSI EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN MELALUI MEDIA POWER POINT TERHADAP PENGETAHUAN IBU TENTANG PENATALAKSANAAN DIARE DI RUANG PERAWATAN ANAK RSUD BULELENG OLEH NYOMAN BUDIYANI NIM. 1302115001 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seluruh daerah geografis di dunia. Menurut data World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. seluruh daerah geografis di dunia. Menurut data World Health Organization BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diare merupakan penyakit yang berbasis lingkungan dan terjadi hampir di seluruh daerah geografis di dunia. Menurut data World Health Organization (WHO) pada tahun 2013,

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU, POLA PEMBERIAN MAKAN, DAN PENDAPATAN KELUARGA TERHADAP STATUS GIZI BALITA DI DESA PAJERUKAN KECAMATAN KALIBAGOR

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU, POLA PEMBERIAN MAKAN, DAN PENDAPATAN KELUARGA TERHADAP STATUS GIZI BALITA DI DESA PAJERUKAN KECAMATAN KALIBAGOR HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU, POLA PEMBERIAN MAKAN, DAN PENDAPATAN KELUARGA TERHADAP STATUS GIZI BALITA DI DESA PAJERUKAN KECAMATAN KALIBAGOR SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mencapai Derajat

Lebih terperinci