ASUPAN ZAT GIZI DAN KADAR HEMOGLOBIN PADA ANGGOTA INDONESIA VEGETARIAN SOCIETY (IVS) CABANG PADANG
|
|
- Widyawati Chandra
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 ASUPAN ZAT GIZI DAN KADAR HEMOGLOBIN PADA ANGGOTA INDONESIA VEGETARIAN SOCIETY (IVS) CABANG PADANG Irma Eva Yani, Defriani Dwiyanti, Sudihati Hamid (Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang) ABSTRACT This study aims to find out the nutrient consumption and hemoglobin concentration on members of Indonesia Vegetarian Society (IVS) Padang. The study used a crosssectional study on members of Indonesia Vegetarian Society (IVS) Padang Branch from July to October 2009 the number of subject research were 30 people drawn from the entire population. The consumption data was obtained through interviews using a semi quantitative FFQ and Hb levels checked with cyanmethemoglobin method. The data is processed and analyzed by univariate, bivariate, and multivariate analyzes. The results showed the majority of vegetarians aged 18 years, male gender 18 people, private worker 18 people, 27 people and the Buddhist religion long been a vegetarian approximately ten years 23 people. The average hemoglobin concentration of 13.4 g%, 61.9 grams protein consumption, mg iron, and vitamin C mg. There is a relationship between the consumption of protein with haemoglobin levels. Keywords: Nutrients, Hb, Vegetarian ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk melihat konsumsi zat gizi dan kadar Hb pada anggota Indonesia Vegetarian Society (IVS) Cabang Padang.Penelitian ini adalah penelitian cross sectional study pada anggota Indonesia Vegetarian Society (IVS) Cabang Padang pada bulan Juli sampai Oktober 2009 dengan jumlah sujek penelitian 30 orang yang diambil dari seluruh populasi. Data konsumsi diperoleh melalui wawancara menggunakan Semi kuantitatif FFQ dan kadar Hb diperiksa dengan metode cyanmethemoglobin. Data diolah dan dianalisis secara univariat, bivariat, dan multivariat. Hasil penelitian ini menunjukkan sebagian besar vegetarian berusia 18 tahun, jenis kelamin laki-laki 18 orang, pekerjaan wiraswasata 18 orang, beragama budha 27 orang dan lama menjadi vegetarian kurang sepuluh tahun 23 orang. Ratarata kadar Hb 13,4 g%, konsumsi protein 61,9 gram, besi 15,26 mg, dan vitamin C 172,4 mg. Ada hubungan antara konsumsi protein dengan kadar Hb, Vegetarian agar lebih meningkatkan asupan zat besi dengan menyeimbangkan antara asupan zat besi non heme dengan heme dan memeriksakan kadar Hb darah secara rutin minimal satu kali dalam enam bulan. Kata Kunci : Zat gizi, Kadar Hb, Vegetarian PENDAHULUAN Saat ini ramai dibahas tentang gaya hidup vegetarian, suatu pola yang dapat menolong banyak orang untuk hidup lebih sehat 1. Banyak alasan yang mengiring orang untuk sampai pada 103
2 Irma Eva Yani; Asupan Gizi dan Kadar Hemoglobin,,,,,,,,hal keputusan menjadi vegetarian. Ada yang karena alasan kesehatan, terbiasa sejak kecil tidak makan daging, keyakinan tertentu, atau bagian dari gaya hidup. Menurut Pangestuti, penganut vegetarian juga lebih rentan mengalami anemia. Hal ini disebabkan karena penganut vegetarian pada umumnya hanya mengkonsumsi protein nabati. Pada protein nabati nilai biologinya lebih rendah dibandingkan dengan protein hewani 2. Anemia adalah suatu keadaan dengan kadar hemoglobin yang lebih rendah dari nilai normal. Anemia bisa juga berarti suatu kondisi ketika terdapat defisiensi ukuran/jumlah eritrosit atau kandungan hemoglobin. Faktor utama yang menjadi penyebab terjadinya anemia gizi besi adalah kurangnya konsumsi zat besi yang berasal dari makanan/rendahnya absorpsi zat besi yang ada dalam makanan 3. Pola makan yang kurang beragam, seperti menu yang hanya terdiri dari nasi dan kacang-kacangan saja turut menunjang kurangnya asupan zat besi bagi tubuh. Daya serap zat besi yang berasal dari pangan nabati jauh lebih rendah dibandingkan daya serap besi dari pangan hewani. Absorpsi besi dari pangan nabati hanya 1 6 %, sementara pangan hewani 7 22% 4 Penelitian Madeleine J Ball and Melinda A Bartlett tentang asupan gizi dan status zat besi pada wanita vegetarian di Australia, menemukan hubungan yang signifikan antara konsumsi zat besi dengan kadar serum ferritin. Pada penelitian ini diperoleh kadar serum ferritin yaitu 12µg/L. Penelitian di Selandia Baru menemukan bahwa dari 31 orang perempuan dan 14 laki-laki yang vegetarian, 38 % diantaranya mempunyai kadar serum ferritin yaitu < 12µg/L 5. Penelitian Susianto, pada balita vegetarian lakto ovo dan non vegetarian di DKI Jakarta tahun 2008 diperoleh prevalensi status gizi normal pada balita vegetarian lakto ovo yaitu 56% dan pada balita non vegetarian yaitu 57,5% 6. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui asupan zat gizi dan hubungannya dengan kadar Hb pada Vegetarian di Indonesia Vegetarian Society (IVS) Cabang Padang. METODE PENELITIAN Desain penelitian ini adalah cross sectional study yang dilakukan pada anggota Indonesia Vegetarian Society (IVS) Cabang Padang dari bulan Juli sampai Oktober 2009, yang merupakan golongan ovo-lacto vegetarian (tidak mengkonsumsi 104
3 Jurnal Sehat Mandiri Volume 10 Nomor 1 Tahun 2015 protein hewani kecuali telur dan susu), ovo vegetarian (hanya telur saja) dan lacto vegetarian (hanya susu saja), tidak menderita malaria dan tidak dalam keadaan pendarahan dan berumur tahun. Sampel diambil dengan tekhnik total sampling dengan jumlah 30 orang. Data tentang asupan zat gizi, seperti asupan protein, besi dan vitamin C diperoleh melalui wawancara menggunakan formulir food frekuensi semi kuantitatif. Data kadar Hb responden diperoleh dengan memeriksa kadar Hb dengan menggunakan metode Cyanomethemoglobin. Data konsumsi makanan yang diperoleh diolah dengan menggunakan nutrisurvey dan dianalisa secara univariat untuk melihat distribusi frekuensi, rata-rata asupan zat-zat gizi dan kadar Hb. Analisis bivariat untuk melihat hubungan asupan protein, vitamin C dan besi dengan kadar Hb menggunakan corellation test dan multivariat dilakukan untuk melihat pengaruh antara asupan protein, zat besi dan vitamin C dengan kadar Hb menggunakan Linier Regression Multiple Test. HASIL PENELITIAN Karakteristik Sampel Tabel 1: Karakteristik Vegetarian berdasarkan umur, jenis kelamin, pekerjaan, agama dan lama menjadi vegetarian KARAKTERISTIK f % Umur - < 20 tahun tahu - 40 tahun Jenis Kelamin - laki-laki - Perempuan Pekerjaan - Rumah Tangga - Wiraswasta - Mahasiswa - Guru - Mekanik Agama - Katolik - Budha - Hindu Lama menjadi vegetarian - < 10 tahun - 10 tahun , , ,3 6,7 3,3 30 6, ,7 4,3 Total Tabel 1 terlihat sebagian besar orang, pekerjaan wiraswasata 60%, vegetarian berusia 18 tahun dengan usia termuda 19 tahun dan tertua usia 75 tahun, berjenis kelamin laki-laki 60% beragama budha 90% dan lama menjadi vegetarian kurang sepuluh tahun 76,7%. 105
4 Irma Eva Yani; Asupan Gizi dan Kadar Hemoglobin,,,,,,,,hal Tabel 2: Rata-rata Kadar Hb, Asupan Protein, Besi, dan Vitamin C Vegetarian Variabel Rata-rata Min Max SD N Kadar Hb (g%) 13,4 10,4 15,2 1,18 30 Asupan Protein (g) 61, ,2 22,66 30 Asupan Besi (mg) 15, ,9 7,95 30 Asupan Vitamin C (mg) 172,4 51,6 356,7 85,35 30 Tabel 2 terlihat rata-rata kadar Hb vegetarian 13,4 g% dengan Hb normal 20 orang ( 66,7%) dan anemia 10 orang (33,3%). Rata-rata asupan protein vegetarian 61,9 gram dan jika dibandingkan dengan angka kecukupan gizi (AKG 2004) 24 orang (80%) cukup dan 6 orang (20%) kurang. Sebagian besar protein yang dikonsumsi berasal dari nabati (kacang-kacangan dan hasil olahannya seperti tempe, tahu, kecap dan susu kedele. Rata-rata konsumsi besi vegetarian 15,26 mg dan jika dibandingkan dengan AKG maka didapatkan 18 orang cukup (60%) dan 12 orang kurang (40%). Sumber zat besi yang biasa dikonsumsi oleh vegetarian berbentuk zat besi non heme yang berasal dari makanan nabati seperti tempe, tahu, kacangkacangan, biji-bijian, sayur-sayuran dan buah-buahan, kecuali vegetarian ovo dan lakto yang ada mengkonsumsi telur dan susu sebagai sumber zat besi heme. Rata-rata asupan vitamin C vegetarian 172,4 mg dan jika asupan vitamin C ini dibandingkan dengan Angka Kecukupan Gizi maka didapatkan 27 orang (90%) cukup ( 80% AKG), dan 3 orang (10%) kurang (< 80% AKG). Tabel 3: Hubungan Asupan Protein dengan Kadar Hb Vegetarian Variabel Sig (P)* R N Asupan Protein dengan kadar Hb 0,026-0, Tabel 3 terlihat nilai p=0,026 (p<0,05), maka dapat disimpulkan ada hubungan antara asupan protein dengan kadar Hb, sedangkan kekuatan hubungan sebesar 35,7 % terbalik, ini berarti asupan protein berhubungan negatif dengan kadar Hb. Hal ini kemungkinan dapat disebabkan karena pada vegetarian lebih banyak mengkonsumsi protein yang bersumber dari protein nabati. 106
5 Jurnal Sehat Mandiri Volume 10 Nomor 1 Tahun 2015 Tabel 4 Hubungan Asupan Zat Besi dengan Kadar Hb Vegetarian Variabel Sig (P)* R N Asupan besi dengan kadar Hb 0,052-0, Tabel 4 terlihat nilai p=0,052 (p>0,05), maka dapat disimpulkan tidak ada hubungan antara asupan zat besi dengan kadar Hb, sedangkan kekuatan hubungan sebesar 30,3 % ini berarti asupan besi berhubungan negatif dengan kadar Hb. Hal ini kemungkinan dapat disebabkan karena vegetarian mengkonsumsi sumber zat besi dari non heme. terbalik, Tabel 5: Hubungan Asupan Vitamin C dengan Kadar Hb Variabel Sig (P)* R N Asupan Vitamin C dengan kadar Hb 0,272-0, Tabel 5 terlihat nilai p=0,272 (p>0,05), sedangkan kekuatan hubungan artinya tidak ada hubungan antara sebesar 11,6 % terbalik, ini berarti asupan vitamin C dengan kadar Hb. asupan vitamin C berhubungan negatif dengan kadar Hb. Tabel 6: Pengaruh Asupan Protein, Besi dan vitamin C dengan Kadar Hb Variabel Β t Sig (P)* Constant 15,174 16,320 0,000 Asupan protein -0,046-1,353 0,188 Asupan besi 0,083 0,849 0,404 AsupanVitamin C -0,001-0,429 0,672 Berdasarkan tabel 6 diketahui bahwa dengan asupan protein dan vitamin C yang negatif dan diimbangi dengan asupan zat besi yang lebih tinggi dapat meningkatkan kadar Hb vegetarian. PEMBAHASAN Hemoglobin adalah protein yang mengandung zat besi dan afinitas (dayatampung) terhadap O 2 untuk membentuk oxihemoglobin di melaksanakan fungsi pengangkutan dalam sel darah merah. Dengan oksigen dari paru-paru ke seluruh jaringan tubuh. Hemoglobin memiliki melalui fungsi ini maka oksigen dibawa dari paru-paru ke jaringan. Kadar Hb 107
6 Irma Eva Yani; Asupan Gizi dan Kadar Hemoglobin,,,,,,,,hal dikatakan normal pada perempuan dewasa 12 mg% dan lelaki 14 mg% 7. Anemia gizi besi adalah keadaan dimana kandungan besi tubuh total turun dibawah tingkat normal 8. Tubuh manusia membutuhkan zat besi untuk sintesis protein yang membawa oksigen yaitu hemoglobin. Hampir semua zat besi berbentuk hemoglobin yang beredar dalam sel darah merah. Zat besi banyak terkandung dalam daging merah, telur, sayuran dan sereal, tetapi kandungan dalam susu, buah dan produk nabati lainnya sangat rendah. Ada dua tipe zat besi dalam makanan yaitu zat besi nonheme yang terdapat pada makanan nabati serta jaringan tubuh hewan dan zat besi heme yang berasal dari hemoglobin serta mioglobin pada produk hewani. Zat besi heme yang berasal dari daging merah, unggas dan ikan diserap dua hingga tiga kali lebih baik dari zat besi nonheme yang berasal dari produk nabati dan susu 10. Pada penelitian ini rata-rata asupan besi vegetarian 15,26 mg dengan asupan besi minimum 5 mg dan maximum 36,9 mg. Jika dilihat hubungan kadar zat besi dengan kadar Hb menunjukkan tidak ada hubungan antara asupan besi dengan kadar Hb dengan kekuatan hubungan sebesar 30,3 % terbalik, ini berarti asupan besi berhubungan negatif dengan kadar Hb. Jika asupan besi meningkat akan mempengaruhi kadar Hbnya, dimana kadar Hbnya akan menurun. Adanya hubungan yang negatif ini mungkin disebabkan karena sampel yang vegetarian lebih banyak mengkonsumsi sumber zat besi nonheme yaitu berasal dari bahan makanan nabati seperti tempe, tahu, kacang-kacangan, biji-bijian, sayursayuran dan buah-buahan. Dimana kandungan zat besi pada bahan makanan tersebut rendah, memiliki daya serap yang rendah dan bersifat inhibitor. Absorpsi besi dari pangan nabati hanya 1-6%, sementara pangan hewani 7-22% 11. Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan atau menghambat absorpsi besi yang berasal dari nonheme. Absorpsi nonheme sangat dipengaruhi oleh adanya inhibitor absorpsi besi dan fasilitator kelarutan zat besi pada usus halus bagian proksimal. Fasilitator absorpsi zat besi adalah asam askorbat (vitamin C). Vitamin C dapat meningkatkan absorpsi zat besi non heme secara signifikan 12. Pada penelitian ini terlihat ratarata asupan vitamin C vegetarian 172,4 mg dengan asupan vitamin C minimum 51,6 mg dan maximum 356,7 mg. Jika asupan Vitamin C ini dibandingkan dengan Angka Kecukupan Gizi maka 108
7 Jurnal Sehat Mandiri Volume 10 Nomor 1 Tahun 2015 didapatkan 27 orang (90%) cukup ( 80% AKG) dan 3 orang (10%) kurang (< 80% AKG). Pada penelitian ini tidak ada hubungan antara asupan vitamin C dengan kadar Hb dengan kekuatan hubungan sebesar 11,6% terbalik, ini berarti asupan vitamin C berhubungan negatif dengan kadar Hb. Jika asupan vitamin C meningkat akan mempengaruhi kadar Hbnya, dimana kadar Hbnya akan menurun. Tidak adanya hubungan antara supan vitamin C dengan peningkatan kadar Hb dapat disebabkan karena adanya faktor penghambat penyerapan besi tersebut sehingga tidak memberi hubungan yang signifikan terhadap peningkatan kadar Hb. Zat-zat penghambat absorpsi zat besi meliputi kalsium, posfat, bekatul, asam fitat dan polifenol. Asam fitat yang banyak terdapat dalam sereal dan kacangkacangan merupakan faktor utama yang bertanggung jawab atas buruknya ketersediaan hayati zat besi dalam jenis makanan ini. Efek penghambat pada bekatul disebabkan karena keberadaan asam fitat yang terdapat pada bahan makanan yang dikonsumsi. Perendaman, fermentasi dan perkecambahan biji-bijian yang menjadi produk pangan akan memperbaiki absorpsi dengan mengaktifkan enzim fitase untuk menguraikan asam fitat. Polifenol (asam fenolat, flavonoid, dan produk polimerisasinya) terdapat dalam teh, kopi, kakao, dan anggur merah. Tanin yang terdapat dalam teh hitam merupakan jenis penghambat paling poten dari semua inhibitor lainnya. Kalsium yang dikonsumsi dalam produk susu atau keju dapat menghambat absorpsi besi. Namun demikian, komponen lainnya terutama fasilitator absorpsi besi dan khususnya santapan yang kompleks dapat mengimbangi efek penghambat pada polifenol dan kalsium. Selain vitamin C proses penyerapan zat besi non heme juga membutuhkan protein yang berasal dari susu dan daging. Adanya laktoferin (glikoprotein susu) akan mengikat zat besi sehingga memudahkan penggunaan zat besi secara optimal. Pada penelitian ini rata-rata kadar Hemoglobin (Hb) vegetarian adalah 13,4 g% dengan kadar Hb minimum 10,4 g% dan maksimum 15,2 g%. Jika dibandingkan dengan kadar Hb normalnya maka didapatkan 20 orang (66,7%) vegetarian dengan kadar Hb normal dan 10 orang (33,7%) dibawah normal. Hasil ini sama dengan penelitian 13, tentang hubungan asupan zat gizi dengan kadar Hb pada vegetarian di Vihara Bodhicitta Maitreya Yogyakarta, menemukan bahwa sebagian besar kadar Hb pada vegetarian normal. 109
8 Irma Eva Yani; Asupan Gizi dan Kadar Hemoglobin,,,,,,,,hal Lebih dari separuh vegetarian ini (66,7%) kadar Hbnya normal. Hal ini dapat disebabkan karena vegetarian mengkonsumsi protein nonheme yang sudah mengalami proses fermentasi (tahu, tempe), asupan vitamin C yang cukup (rata-rata 172,4 gram) dan ada beberapa vegetarian yang masih tolerir terhadap susu dan telur. Telur dan susu yang berasal dari hewani sedikit banyaknya dapat membantu peningkatan kadar Hb. KESIMPULAN DAN SARAN Rata-rata kadar hemoglobin vegetarian normal, protein, vitamin C cukup, sedangkan asupan zat besi vegetarian masih kurang. Ada hubungan asupan protein dengan kadar Hb vegetarian dan tidak ada hubungan asupan zat besi, vitamin C dengan kadar Hb. DAFTAR PUSTAKA KVMI.Seminar Vegetarian Pola Hidup Sehat Alami Back To Nature. Padang: KVMI Cabang Padang,2006. Frans. Menyisiati Kelemahan Pola Makan Vegetarian. (http: //vegetarian. Web. Id//, akses tanggal 9/11/08). Wirakusumah, Emma S. Perencanaan Menu Anemia Gizi Besi. Jakarta: Trubus Agriwidya,1998 Khomsan, Ali. Solusi Makanan Sehat. Jakarta: P.T. Raja Grafindo Persada,2003 Wirakusumah, Emma S Perencanaan Menu Anemia Gizi Besi. Jakarta: Trubus Agriwidya Gbney,J. Michael, etc, Gizi Kesehatan Masyarakat, Jakarta, EGC, 2008 Khomsan, Ali. Solusi Makanan Sehat. Jakarta: P.T. Raja Grafindo Persada,2006 Gbney,J. Michael, etc, Gizi Kesehatan Masyarakat, Jakarta, EGC, 2008 Helmyati. Hubungan konsumsi Zat Giz dengan Kadar Hb pada Vegetarian di Vihara Bodhicitta Maitreya Yogyakarta. Dari dowanload tanggal 12 Agustus 2009 Wirakusumah, Emma S. Perencanaan Menu Anemia Gizi Besi. Jakarta: Trubus Agriwidya,1998 Wirakusumah, Emma S Perencanaan Menu Anemia Gizi Besi. Jakarta: Trubus Agriwidya 110
BAB 1 PENDAHULUAN. negara berkembang, termasuk. Riskesdas, prevalensi anemia di Indonesia pada tahun 2007 adalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anemia merupakan masalah gizi yang sering terjadi di dunia dengan populasi lebih dari 30%. 1 Anemia lebih sering terjadi di negara berkembang, termasuk Indonesia.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. populasi penduduk telah terjadi di seluruh dunia. Proporsi penduduk lanjut
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan proporsi penduduk usia tua (di atas 60 tahun) dari total populasi penduduk telah terjadi di seluruh dunia. Proporsi penduduk lanjut usia (lansia) dari total
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. kelompok yang paling rawan dalam berbagai aspek, salah satunya terhadap
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehamilan adalah suatu proses pembuahan dalam rangka melanjutkan keturunan sehingga menghasilkan janin yang tumbuh di dalam rahim seorang wanita (1). Di mana dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh ketersediaan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas yang memiliki fisik tanggung, mental yang kuat
Lebih terperinciBab I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Bab I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pola makan vegetarian telah menjadi pola makan yang mulai banyak menjadi pilihan masyarakat saat ini. Vegetarian adalah orang yang hidup dari mengkonsumsi produk yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kasus anemia merupakan salah satu masalah gizi yang masih sering
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kasus anemia merupakan salah satu masalah gizi yang masih sering terjadi pada semua kelompok umur di Indonesia, terutama terjadinya anemia defisiensi besi. Masalah anemia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tulang ditentukan oleh tingkat kepadatannya. Penurunan massa tulang akan terus
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tulang yang sehat adalah tulang yang kuat dan tidak mudah patah. Kekuatan tulang ditentukan oleh tingkat kepadatannya. Penurunan massa tulang akan terus terjadi seiring
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. makanan pada masa itu menjadi penyebab utama munculnya masalah gizi remaja
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Upaya peningkatan status gizi untuk membangun sumber daya manusia yang berkualitas pada hakekatnya harus dimulai sedini mungkin, yakni sejak manusia itu masih berada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Prevalensi anemia di Indonesia cukup tinggi pada periode tahun 2012 mencapai 50-63% yang terjadi pada ibu hamil, survei yang dilakukan di Fakultas Kedokteran Indonesia,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak. perilaku, kesehatan serta kepribadian remaja dalam masyarakat.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak berakhir, ditandai oleh pertumbuhan fisik yang cepat. Pertumbuhan yang cepat pada tubuh remaja membawa
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN DAN ZAT BESI DENGAN KADAR HEMOGLOBIN PADA WANITA VEGETARIAN USIA TAHUN DI VIHARA SEMESTA MAITREYA KOTA SEMARANG
HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN DAN ZAT BESI DENGAN KADAR HEMOGLOBIN PADA WANITA VEGETARIAN USIA 20-45 TAHUN DI VIHARA SEMESTA MAITREYA KOTA SEMARANG ARTIKEL SKRIPSI OLEH : AGTRIN MEGA WULAN 060112a001
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data
26 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah crosectional study. Penelitian dilakukan menggunakan data sekunder dari Program Perbaikan Anemia Gizi Besi di Sekolah
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Anemia merupakan masalah gizi yang banyak terdapat di seluruh dunia
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anemia merupakan masalah gizi yang banyak terdapat di seluruh dunia yang tidak hanya terjadi di negara berkembang tetapi juga di negara maju. Penderita anemia diperkirakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sampai usia lanjut (Depkes RI, 2001). mineral. Menurut Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI 1998
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan terganggu, menurunnya
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut W.J.S Poerwodarminto, pemahaman berasal dari kata "Paham
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemahaman Menurut W.J.S Poerwodarminto, pemahaman berasal dari kata "Paham yang artinya mengerti benar tentang sesuatu hal. Pemahaman merupakan tipe belajar yang lebih tinggi
Lebih terperinciFakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado
HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN DENGAN KADAR HEMOGLOBIN PADA ANAK UMUR 1-3 TAHUN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RANOMUUT KOTA MANADO Mohamad I. Djihu *, Nita Momongan *, Nova H. Kapantow * * Fakultas Kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang relatif sangat bebas, termasuk untuk memilih jenis-jenis makanan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja merupakan suatu golongan dari suatu kelompok usia yang relatif sangat bebas, termasuk untuk memilih jenis-jenis makanan yang akan dikonsumsinya. Taraf kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. usia subur. Perdarahan menstruasi adalah pemicu paling umum. kekurangan zat besi yang dialami wanita.meski keluarnya darah saat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah gizi di Indonesia masih banyak ditemukan, baik masalah akibat kekurangan zat gizi maupun akibat kelebihan zat gizi. Masalah gizi akibat kekurangan zat gizi diantaranya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan fisiknya dan perkembangan kecerdasannya juga terhambat.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan keadaan masa eritrosit dan masa hemoglobin yang beredar tidak memenuhi fungsinya untuk menyediakan oksigen bagi jaringan tubuh (Handayani, 2008). Anemia
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. disamping tiga masalah gizi lainya yaitu kurang energi protein (KEP), masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anemia merupakan satu dari empat masalah gizi yang ada di indonesia disamping tiga masalah gizi lainya yaitu kurang energi protein (KEP), masalah gangguan akibat kurangnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesehatan, makanan yang dikonsumsi merupakan makanan yang sehat, dengan vegetarian. Makanan vegetarian saat ini mulai digemari oleh
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masyarakat saat ini memiliki perhatian yang lebih terhadap makanan yang mereka konsumsi. Pemilihan makanan tidak hanya mengutamakan kepuasan selera, tetapi juga mengutamakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. trimester III sebesar 24,6% (Manuba, 2004). Maka dari hal itu diperlukan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anemia adalah suatu keadaan dimana komponen dalam darah, yakni hemoglobin (Hb) dalam darah atau jumlahnya kurang dari kadar normal. Di Indonesia prevalensi anemia pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional.konsep pembangunan nasional harus berwawasan kesehatan, yaitu pembangunan yang telah memperhitungkan
Lebih terperinciABSTRAK GAMBARAN KECUKUPAN KONSUMSI MAKANAN PADA SISWI SMP NEGERI 19 KOTA MAKASSAR TAHUN 2009
ABSTRAK GAMBARAN KECUKUPAN KONSUMSI MAKANAN PADA SISWI SMP NEGERI 19 KOTA MAKASSAR TAHUN 2009 SRI SYATRIANI * & ASTRINA ARYANI** (*Dosen STIK Makassar & ** Alumni STIK Makassar) Masa remaja merupakan masa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan prevalensi tertinggi dialami negara berkembang termasuk Indonesia.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah gizi mikro yang cukup serius dengan prevalensi tertinggi dialami negara berkembang termasuk Indonesia. Sebagian besar anemia di Indonesia
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anemia Gizi Besi Anemia gizi besi adalah suatu keadaan dimana terjadi penurunan cadangan besi dalam hati, sehingga jumlah hemoglobin darah menurun dibawah normal. Sebelum terjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. defisiensi besi, etiologi anemia defisiensi besi pada kehamilan yaitu hemodilusi. 1
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut World Heatlh Organization 40% kematian ibu di Negara berkembang berkaitan dengan anemia pada kehamilan dan kebanyakan disebabkan oleh defisiensi besi dan perdarahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tinggi, menurut World Health Organization (WHO) (2013), prevalensi anemia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah kesehatan di seluruh dunia terutama negara berkembang yang diperkirakan 30% penduduk dunia menderita anemia. Anemia banyak terjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengalami kekurangan zat-zat gizi esensial tertentu yang akhirnya akan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan oleh ketersediaan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik yang tangguh, mental yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. gangguan absorpsi. Zat gizi tersebut adalah besi, protein, vitamin B 6 yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan dampak masalah gizi pada remaja putri. Anemia gizi disebabkan oleh kekurangan zat gizi yang berperan dalam pembentukan hemoglobin, dapat karena kekurangan
Lebih terperinciKontribusi Pangan : Lauk Hewani Lauk Nabati Sayuran TINJAUAN PUSTAKA
Kontribusi Pangan : Lauk Hewani Kontribusi Tingkat Kontribusi Tingkat Protein Konsumsi Zat Pemilihan Konsumsi Protein Besi Besar Lauk Zat Lauk Daya Protein Hewani Pengetahuan Keluarga Lauk Sayuran Besi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sering ditemukan dan merupakan masalah gizi utama di Indonesia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu penyakit gangguan gizi yang masih sering ditemukan dan merupakan masalah gizi utama di Indonesia (Rasmaliah,2004). Anemia dapat didefinisikan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kabupaten Sukoharjo yang beralamatkan di jalan Jenderal Sudirman
39 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum SMK N 1 Sukoharjo 1. Keadaan Demografis SMK Negeri 1 Sukoharjo terletak di Kecamatan Bendosari Kabupaten Sukoharjo yang beralamatkan di jalan Jenderal Sudirman
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Anemia 1. Definisi Anemia gizi adalah keadaan kadar hemoglobin dalam darah yang lebih rendah dari normal akibat kekurangan satu macam atau lebih zat-zat gizi yang diperlukan
Lebih terperinciJurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN
PENELITIAN PENGARUH PEMBERIAN TABLET Fe DAN BUAH KURMA PADA MAHASISWI DI JURUSAN KEBIDANAN TANJUNGKARANG Nora Isa Tri Novadela*, Riyanti Imron* *Dosen Jurusan Kebidanan Poltekkes Tanjungkarang E_mail :
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ditemukan. Terdapat sebanyak 3-5 gram besi dalam tubuh manusia dewasa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam tubuh, zat besi merupakan mineral mikro yang paling banyak ditemukan. Terdapat sebanyak 3-5 gram besi dalam tubuh manusia dewasa (Almatsier, 2009). Besi dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbagai negara, dan masih menjadi masalah kesehatan utama di. dibandingkan dengan laki-laki muda karena wanita sering mengalami
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan masalah kesehatan yang banyak dijumpai di berbagai negara, dan masih menjadi masalah kesehatan utama di Indonesia. Wanita muda memiliki risiko yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Anemia merupakan masalah yang sering terjadi di Indonesia. Anemia
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan masalah yang sering terjadi di Indonesia. Anemia bisa terjadi pada segala usia. Indonesia prevalensi anemia masih tinggi, insiden anemia 40,5% pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anemia pada remaja putri merupakan salah satu dampak masalah kekurangan gizi remaja putri. Anemia gizi disebabkan oleh kekurangan zat gizi yang berperan dalam
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sarapan Pagi Sarapan pagi adalah makanan atau minuman yang memberikan energi dan zat gizi lain yang dikonsumsi pada waktu pagi hari. Makan pagi ini penting karena makanan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tergantung orang tua. Pengalaman-pengalaman baru di sekolah. dimasa yang akan datang (Budianto, 2009).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak SD (sekolah dasar) yaitu anak yang berada pada usia 6-12 tahun, memiliki fisik yang lebih kuat dibandingkan dengan balita, mempunyai sifat individual dalam banyak
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Kelompok Umur Hemoglobin (g/dl) 5-11 tahun tahun
4 TINJAUAN PUSTAKA Anemia Anemia merupakan kondisi kurang darah yang terjadi bila kadar hemoglobin darah kurang dari normal (Depkes 2008). Nilai tersebut berbedabeda untuk kelompok umur dan jenis kelamin
Lebih terperinciPENGARUH PEMBERIAN ZAT BESI HEM DAN NON HEM PADA DIET HARIAN TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN REMAJA PUTRI YANG MENGALAMI ANEMIA
PENGARUH PEMBERIAN ZAT BESI HEM DAN NON HEM PADA DIET HARIAN TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN REMAJA PUTRI YANG MENGALAMI ANEMIA Yeni Tutu Rohimah, Dwi Susi Haryati Kementerian Kesehatan Politeknik Kesehatan
Lebih terperinciCorrelation between Iron Intake and Hemoglobin Concentration of Vegetarian Adolescent Community in Pekanbaru
Correlation between Iron Intake and Hemoglobin Concentration of Vegetarian Adolescent Community in Pekanbaru Suyanto, Imelda Pardede, Dina Rizki Amalia, Laode Burhanuddin, Miftah Azrin, Fitri Suryani Bagian
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data
21 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian proyek intevensi cookies muli gizi IPB, data yang diambil adalah data baseline penelitian. Penelitian ini merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. spermatozoa dan ovum kemudian dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum kemudian dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Pertumbuhan dan perkembangan
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG ANEMIA DAN KEBIASAAN MAKAN TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN PADA REMAJA PUTRI DI ASRAMA SMA MTA SURAKARTA
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG ANEMIA DAN KEBIASAAN MAKAN TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN PADA REMAJA PUTRI DI ASRAMA SMA MTA SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : YULINAR IKHMAWATI J310 080 018 PROGRAM
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG ANEMIA DAN KEBIASAAN MAKAN TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN PADA REMAJA PUTRI DI ASRAMA SMA MTA SURAKARTA
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG ANEMIA DAN KEBIASAAN MAKAN TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN PADA REMAJA PUTRI DI ASRAMA SMA MTA SURAKARTA Yulinar Ikhmawati 1, Dwi Sarbini 1, Susy Dyah P 2 1 Prodi Gizi Fakultas
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan pertumbuhan fisik yang tidak optimal dan penurunan perkembangan. berakibat tingginya angka kesakitan dan kematian.
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Gizi adalah satu faktor yang menentukan kualitas sumber daya manusia. Kebutuhan gizi yang tidak tercukupi, baik zat gizi makro dan zat gizi mikro dapat menyebabkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan masalah gizi yang paling tinggi kejadiannya di dunia sekitar 500 juta
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anemia secara klinis didefinisikan sebagai tidak cukupnya massa sel darah merah (hemoglobin) yang beredar di dalam tubuh. Anemia defisiensi zat besi merupakan masalah
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. kurang vitamin A, Gangguan Akibat kurang Iodium (GAKI) dan kurang besi
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anemia karena defisiensi besi merupakan kelainan gizi yang paling sering ditemukan di dunia dan menjadi masalah kesehatan masyarakat. Saat ini diperkirakan kurang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya. manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan, menurunkan
Lebih terperinciKehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan.
Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan. Peningkatan energi dan zat gizi tersebut dibutuhkan untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ibu hamil merupakan penentu generasi mendatang, selama periode kehamilan ibu hamil membutuhkan asupan gizi yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ibu hamil merupakan penentu generasi mendatang, selama periode kehamilan ibu hamil membutuhkan asupan gizi yang cukup untuk memenuhi tumbuh kembang janinnya. Saat ini
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Periode remaja adalah periode transisi dari anak - anak menuju dewasa, pada
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Periode remaja adalah periode transisi dari anak - anak menuju dewasa, pada masa ini terjadi proses kehidupan menuju kematangan fisik dan perkembangan emosional antara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masa dewasa. Masa ini sering disebut dengan masa pubertas, istilah. pubertas digunakan untuk menyatakan perubahan biologis.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa. Masa ini sering disebut dengan masa pubertas, istilah pubertas digunakan untuk menyatakan perubahan
Lebih terperinciPERBEDAAN KADAR HEMOGLOBIN SISWI SMA PEDESAAN DAN PERKOTAAN DI KABUPATEN KLATEN
PERBEDAAN KADAR HEMOGLOBIN SISWI SMA PEDESAAN DAN PERKOTAAN DI KABUPATEN KLATEN ( Studi Kasus di SMAN 3 Klaten dan SMAN 1 Bayat) SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat sarjana S-1
Lebih terperinciHUBUNGAN TINGKAT ASUPAN PROTEIN, BESI DAN VITAMIN C DENGAN KADAR HEMOGLOBIN SISWI KELAS XI SMU NEGERI I NGAWI
HUBUNGAN TINGKAT ASUPAN PROTEIN, BESI DAN VITAMIN C DENGAN KADAR HEMOGLOBIN SISWI KELAS XI SMU NEGERI I NGAWI Skripsi ini ini Disusun untuk memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Gizi Disusun
Lebih terperinciHubungan Konsumsi Protein Hewani dan Zat Besi dengan Kadar Hemoglobin pada Balita Usia Bulan
Hubungan Konsumsi Protein Hewani dan Zat Besi dengan Kadar Hemoglobin pada Balita Usia 13 36 Bulan Dewi Andarina* dan Sri Sumarmi** * RSU Dr. Soetomo Surabaya ** Bagian Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mencapai Indonesia Sehat dilakukan. pembangunan di bidang kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam rangka mencapai Indonesia Sehat 2010-2015 dilakukan pembangunan di bidang kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan bangsa. Pemerintah memiliki
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA ASUPAN ZAT BESI DAN PROTEIN DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI SMP NEGERI 10 MANADO
HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ZAT BESI DAN PROTEIN DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI SMP NEGERI 10 MANADO Sharon G. A. Soedijanto 1), Nova H. Kapantow 1), Anita Basuki 1) 1) Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Menyusui merupakan aspek yang sangat penting untuk kelangsungan hidup bayi guna mencapai tumbuh kembang bayi atau anak yang optimal. Sejak lahir bayi hanya diberikan ASI hingga
Lebih terperinciHUBUNGAN ASUPAN MIKRONUTRIEN DENGAN JENIS ANEMIA PADA IBU HAMIL
HUBUNGAN ASUPAN MIKRONUTRIEN DENGAN JENIS ANEMIA PADA IBU HAMIL Nuraenny Ratna Bauw 1, Aryu Candra K. 2 1 Mahasiswa Program Studi S-1 Ilmu Kedokteran Umum, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro 2
Lebih terperinciHubungan Pengeluaran Rumah Tangga, Asupan Protein, Dan Asupan Zat Besi Dengan Kadar Hemoglobin Pada Pekerja Tambang Pasir Tradisional
Widyaji dan Mahmudiono. Amerta Nutr (2017) 220-226 220 RESEARCH STUDY Open Access Hubungan Pengeluaran Rumah Tangga, Asupan Protein, Dan Asupan Zat Besi Dengan Kadar Hemoglobin Pada Pekerja Tambang Pasir
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. penelitian yang dilakukan oleh WHO (2013). Di Indonesia sendiri, didapatkan bahwa anemia pada balita cukup tinggi yaitu 28%.
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia kini menjadi masalah kesehatan serius yang terjadi di hampir seluruh Negara di dunia, baik di Negara yang tergolong berkembang maupun yang tergolong ke dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu indikator keberhasilan layanan kesehatan di suatu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan salah satu indikator keberhasilan layanan kesehatan di suatu Negara. Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. SDKI tahun 2007 yaitu 228 kematian per kelahiran hidup. (1)
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator derajat kesehatan masyarakat. Berdasarkan data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012,
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes RI) tahun 2010 menyebutkan
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator dalam menentukan derajat kesehatan masyarakat. Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes RI) tahun 2010 menyebutkan
Lebih terperinciKonsumsi Pangan Sumber Fe ANEMIA. Perilaku Minum Alkohol
15 KERANGKA PEMIKIRAN Anemia merupakan kondisi kurang darah yang terjadi bila kadar hemoglobin darah kurang dari normal (Depkes 2008). Anemia hampir dialami oleh semua tingkatan umur dan salah satunya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kekurangan zat besi merupakan salah satu masalah gizi utama dan jika terjadi pada anak-anak akan menjadi persoalan serius bangsa. Kekurangan zat besi mempunyai pengaruh
Lebih terperinciMAKALAH GIZI ZAT BESI
MAKALAH GIZI ZAT BESI Di Buat Oleh: Nama : Prima Hendri Cahyono Kelas/ NIM : PJKR A/ 08601241031 Dosen Pembimbing : Erwin Setyo K, M,Kes FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA PENDAHULUAN
Lebih terperinciHasil dan Pembahasan Tabel 1. Distribusi Karakteristik Sampel
Pendahuluan Masa remaja merupakan periode dimana terjadinya pertumbuhan dan perkembangan, dimana pertumbuhan terjadi lebih cepat dibandingkan dengan periode kehidupan lainnya kecuali periode tahun pertama
Lebih terperinciHUBUNGAN ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI DAN VITAMIN C DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI DI MAN 2 MODEL PALU
HUBUNGAN ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI DAN VITAMIN C DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI DI MAN 2 MODEL PALU Abd.Farid Lewa Jurusan Gizi, Poltekkes Kemenkes Email:chyfa2008@yahoo.co.id Abstrak Anemia merupakan
Lebih terperinciABSTRAK SHERLY RACHMAWATI HERIYAWAN
SHERLY RACHMAWATI HERIYAWAN ABSTRAK HUBUNGAN KETAHANAN PANGAN (FOOD SECURITY) DENGAN TINGKAT KECUKUPAN ENERGI DAN PROTEIN BALITA GIZI KURANG DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUKARAME KABUPATEN TASIKMALAYA TAHUN
Lebih terperinciPERBEDAAN KADAR HB DALAM PEMBERIAN TABLET FE + VITAMIN C PADA REMAJA PUTRI DI KOTA BUKITTINGGI. Hasrah Murni (Poltekkes Kemenkes Padang )
PERBEDAAN KADAR HB DALAM PEMBERIAN TABLET FE + VITAMIN C PADA REMAJA PUTRI DI KOTA BUKITTINGGI Hasrah Murni (Poltekkes Kemenkes Padang ) ABSTRACT The objective of the study was to look at the differences
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam bentuk. variabel tertentu ( Istiany, 2013).
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Status Gizi a. Definisi Status Gizi Staus gizi merupakan ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terutama di negara berkembang. Data Riset Kesehatan Dasar (R iskesdas)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anemia merupakan masalah kesehatan yang paling sering dijumpai di seluruh dunia, di samping sebagai masalah kesehatan utama masyarakat, terutama di negara berkembang.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. repository.unimus.ac.id
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anemia merupakan masalah kesehatan masyarakat terbesar di dunia terutama bagi kelompok Ibu hamil. Penyebab paling umum dari anemia pada kehamilan adalah kekurangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (Suharno, 1993). Berdasarkan hasil penelitian WHO tahun 2008, diketahui bahwa
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah kesehatan di dunia yang berakibat buruk bagi penderita terutama golongan rawan gizi yaitu anak balita, anak sekolah, remaja, ibu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia khususnya anemia defisiensi besi, yang cukup menonjol pada anak-anak sekolah khususnya remaja (Bakta, 2006).
Lebih terperinciHUBUNGAN ASUPAN ZAT BESI DENGAN KADAR HEMOGLOBIN DAN KADAR FERRITIN PADA ANAK USIA 6 SAMPAI 24 BULAN DI PUSKESMAS KRATONAN SURAKARTA
HUBUNGAN ASUPAN ZAT BESI DENGAN KADAR HEMOGLOBIN DAN KADAR FERRITIN PADA ANAK USIA 6 SAMPAI 24 BULAN DI PUSKESMAS KRATONAN SURAKARTA Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah
Lebih terperinciJurnal Gizi Klinik Indonesia. Asupan gizi dan status gizi vegetarian pada komunitas vegetarian di Yogyakarta
Jurnal Gizi Klinik Indonesia Volume 11 No. 04 April 2015 Halaman 143-149 Asupan gizi dan status gizi vegetarian pada komunitas vegetarian di Yogyakarta Nutrient intake and nutritional status vegetarians
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMBERIAN ASUPAN PRODUK PANGAN ASAL HEWAN PADA BAYI
SEMDI UNAYA-2017, 240-245 November 2017 http://ocs.abulyatama.ac.id/ HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMBERIAN ASUPAN PRODUK PANGAN ASAL HEWAN PADA BAYI Dian Fera 1, Sugito 2, T. Reza Ferasyi 3,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. generasi penerus bangsa. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak usia sekolah adalah investasi bangsa, karena mereka adalah generasi penerus bangsa. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia harus dilakukan sejak dini, secara
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
27 HASIL DAN PEMBAHASAN Status Anemia Kadar hemoglobin contoh yang terendah 9.20 g/dl dan yang tertinggi 14.0 g/dl dengan rata-rata kadar Hb 11.56 g/dl. Pada Tabel 6 berikut dapat diketahui sebaran contoh
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
22 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Analisis Kimia Berdasarkan hasil penelitian hubungan antara kadar Zn, Se, dan Co pada rambut siswa SD dengan pendapatan orang tua yang dilakukan pada SDN I Way Halim Lampung
Lebih terperinciAsupan Zat Besi, Protein dan Vitamin C Sebagai Faktor Resiko Terjadinya Anemia pada Siswi di MTS Al- Amin Martapura Kabupaten Banjar Tahun 2013
Asupan Zat Besi, Protein dan Vitamin C Sebagai Faktor Resiko Terjadinya Anemia pada Siswi di MTS Al- Amin Martapura Kabupaten Banjar Tahun 2013 Intake of Iron, Protein and Vitamin C as a Risk Factor of
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA BIOAVAILABILITAS INTAKE ZAT BESI DENGAN STATUS ANEMIA REMAJA DI YOGYAKARTA DAN PADANG SAIDA BATTY
HUBUNGAN ANTARA BIOAVAILABILITAS INTAKE ZAT BESI DENGAN STATUS ANEMIA REMAJA DI YOGYAKARTA DAN PADANG SAIDA BATTY DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Anemia merupakan suatu keadaan dimana kadar Hemoglobin (Hb) ambang menurut umur dan jenis kelamin (WHO, 2001).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan suatu keadaan dimana kadar Hemoglobin (Hb) seseorang dalam darah lebih rendah dari normal sesuai dengan nilai batas ambang menurut umur dan jenis kelamin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia masih menjadi masalah kesehatan masyarakat global yang dialami baik negara maju maupun negara berkembang. Ibu hamil merupakan salah satu kelompok yang paling
Lebih terperinciHUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DAN POLA KONSUMSI DENGAN KEJADIAN ANEMIA GIZI PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS KASSI-KASSI
Media Gizi Pangan, Vol. X, Edisi, Juli Desember 00 HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DAN POLA KONSUMSI DENGAN KEJADIAN ANEMIA GIZI PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS KASSI-KASSI A.Esse Puji ), Sri Satriani ), Nadimin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dewasa. Remaja adalah tahapan umur yang datang setelah masa anak anak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja merupakan tahap seseorang mengalami masa transisi menuju dewasa. Remaja adalah tahapan umur yang datang setelah masa anak anak berakhir. Hal ini ditandai dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anemia adalah berkurangnya jumlah kadar Hb (sel darah merah) hingga dibawah nilai normal, kuantitas hemoglobin dan volume packed red blood cells ( hematokrit)
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI, DAN VITAMIN C DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH DI KELURAHAN SEMANGGI DAN SANGKRAH SURAKARTA
HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI, DAN VITAMIN C DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH DI KELURAHAN SEMANGGI DAN SANGKRAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh VIKA YUNIATI J 300 101
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ketidak cukupan asupan makanan, misalnya karena mual dan muntah atau kurang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu kondisi berbahaya yang sering dialami ibu hamil adalah anemia. Ketidak cukupan asupan makanan, misalnya karena mual dan muntah atau kurang asupan zat besi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anemia merupakan masalah kesehatan yang paling sering dijumpai di klinik di seluruh dunia, di samping sebagai masalah kesehatan utama masyarakat, terutama di negara
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan juga didapatkan dari tradisi (Prasetyo, 2007).
16 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Pengetahuan 1. Pengertian Pengetahuan Pengetahuan adalah segala sesuatu yang ada dikepala kita. Kita dapat mengetahui sesuatu berdasarkan pengalaman yang kita miliki.
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. jam yang dilakukan sebanyak 2 kali yaitu pada hari latihan dan hari tidak
BAB V PEMBAHASAN A. Asupan Karbohidrat Berdasarkan hasil wawancara dengan menggunakan food recall 1 x 24 jam yang dilakukan sebanyak 2 kali yaitu pada hari latihan dan hari tidak latihan diketahui bahwa
Lebih terperinciHUBUNGAN MAKANAN SUMBER HEME DAN NON HEME TERHADAP KADAR HB REMAJA PUTRI SMA 10 MAKASSAR TAHUN 2014
HUBUNGAN MAKANAN SUMBER HEME DAN NON HEME TERHADAP KADAR HB REMAJA PUTRI SMA 1 MAKASSAR TAHUN 14 The relation of food source of heme and non heme against the levels of Hb adollescent of senior high school
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang dibutuhkan setiap hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan atau kelebihan dalam
Lebih terperinci