HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG
|
|
- Ridwan Agusalim
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 49 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Kandungan Klorofil Pada Ekstrak Sebelum Pengeringan dan Bubuk Klorofil Terenkapsulasi Setelah Pengeringan Perhitungan kandungan klorofil pada ekstrak sebelum pengeringan dan bubuk klorofil terenkapsulasi setelah pengeringan dilakukan untuk mengetahui pengaruh jenis sayuran dan lama pengeringan terhadap kandungan klorofil. Hasil pengujian statistik menunjukkan tidak terjadi interaksi antara jenis sayuran dengan lama pengeringan terhadap kandungan klorofil. Pengujian terhadap pengaruh efek mandiri dari masingmasing taraf dapat dilihat di Lampiran 5. HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANGUNDANG Pengaruh Jenis Sayuran Terhadap Kandungan Klorofil (mg/l) Pada Ekstrak Sebelum Pengeringan dan Bubuk Klorofil Terenkapsulasi Setelah Pengeringan Data kandungan klorofil berupa total klorofil, klorofil a, dan klorofil b pada bubuk terenkapsulasi diperoleh dari hasil ratarata pengeringan 3, 6, dan 9 menit. Hasil analisis statistik secara uji mandiri pengaruh jenis sayuran terhadap kandungan klorofil disajikan pada Tabel 7. Tabel 7. Pengaruh Jenis Sayuran Terhadap Kandungan Klorofil (mg/l) Ekstrak dan Bubuk Klorofil Terenkapsulasi Ekstrak Bubuk Terenkapsulasi Perlakuan Jenis Sayuran Total Klorofil Klorofil a Klorofil b Total Klorofil Klorofil a Klorofil b a1 = daun singkong a2 = daun bayam a3 = daun pepaya 33,55 b 14,71 b 18,87 b 42,87 a 17,7 a 22,23 a 1,14 b 6,96 b 3,2 b 23,47 a 14,65 a 8,85 a 35,28 b 14,6 b 21,26 b 3,21 c 1,51 c 1,71 b Keterangan : Ratarata perlakuan yang ditandai dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5% FTIP1628/49
2 5 Hasil uji pada Tabel 7 menunjukkan bahwa jenis sayuran memberikan perbedaan pengaruh yang nyata terhadap kandungan klorofil yang dihasilkan. Daun bayam dalam bentuk ekstrak dan bubuk klorofil terenkapsulasi tetap memiliki kandungan total klorofil, klorofil a, dan klorofil b yang lebih tinggi dari sayuran daun singkong dan daun pepaya. Hal ini karena kandungan klorofil dalam tiap jenis sayuran berbeda meliputi total klorofil, klorofil a, dan klorofil b. Menurut Socaciu (28), sayuran yang mengandung klorofil b lebih tinggi, akan lebih tahan terhadap degradasi karena klorofil b lebih tahan panas dibandingkan klorofil a. Kandungan klorofil b yang lebih tinggi menjadikan jumlah klorofil bayam relatif terjaga sehingga penurunan kandungan klorofilnya tidak terlalu besar. HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANGUNDANG Kandungan klorofil daun singkong dan daun pepaya tidak stabil. Ekstrak klorofil daun singkong memiliki kandungan total klorofil yang paling rendah dibandingkan daun bayam dan daun pepaya, sedangkan bubuk klorofil daun singkong menempati urutan kedua setelah daun bayam. Kandungan bubuk klorofil daun pepaya yang dihasilkan sangat rendah dibandingkan daun bayam dan daun singkong. Degradasi klorofil dalam buah dan sayuran berhubungan dengan perubahan struktur yang menghasilkan asam dan berbagai enzim degradatif. Klorofil berubah warna dari warna hijau cerah ke warna hijau zaitun yang disebabkan oleh perubahan klorofil menjadi feofitin (Eskin, 199). Variasi dalam degradasi klorofil sebagian besar dapat disebabkan oleh lipid (Gross, 1991). Berdasarkan tabel komposisi bahan pangan Persagi (29), kandungan lipid daun singkong 1,1 gram, daun bayam,4 gram, dan daun pepaya 2, gram dalam 1 gram bahan. Lipid dari bahan dapat dipecah ikatannya oleh pelarut etanol (Vargas FTIP1628/5
3 51 dan Lopez, 23), sehingga lipid ikut larut terbawa dalam ekstrak klorofil. Jumlah lipid dalam sayuran dapat mempengaruhi degradasi klorofil karena lipid mengandung enzim lipoksigenase. Jumlah lipid dalam bayam paling sedikit dibandingkan daun singkong dan daun pepaya, sehingga enzim lipoksigenase yang dikandungnya juga lebih sedikit sehingga bayam dapat lebih tahan terhadap degradasi. Pemudaran klorofil merupakan proses oksidasi oleh enzim lipoksigenase, peroksidase, dan oksidase. Enzim lipoksigenase berperan penting dalam pudarnya karoten dan klorofil (Grosch et al., 1976; Ramadoss et al., 1978 dalam Eskin, 199). Enzim lipoksigenase menghancurkan ikatan asam lemak secara selektif yang menyebabkan berkurangnya klorofil (Kockritz et al., 1985 dalam Eskin 199). HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANGUNDANG Jumlah klorofil terbanyak ditemukan di bagian daun (Gross, 1991). Klorofil berikatan nonkovalen dengan protein atau peptida dalam membran tilakoid yang terdapat pada daun melalui ikatan koordinasi antara Mg pada pusat klorofil dan histidin pada residu asam amino. Membran tilakoid terdiri dari lipid dan protein yang tergabung dalam kompleks lipoprotein yang berikatan dengan tetrapirol siklik yang merupakan struktur klorofil untuk membantu menstabilkan warna klorofil (Socaciu, 28). Menurut Poedjiadi (25), pada umumnya protein dapat larut dalam air, larutan asam, alkali, dan garamgaram netral. Asam amino polar larut dalam air dan asam amino non polar larut dalam pelarut organik. Protein dapat terdenaturasi oleh pelarut organik, ph rendah, suhu tinggi, dan ion logam berat. Oleh karena itu, proses maserasi dengan pelarut organik cukup untuk mendenaturasi ikatan protein dengan klorofil. FTIP1628/51
4 52 Berdasarkan tabel komposisi bahan pangan Persagi (29), kandungan protein daun singkong 6,2 gram, daun bayam,9 gram, dan daun pepaya 8, gram dalam 1 gram bahan. Kandungan protein yang tinggi dapat mengikat klorofil dengan baik sehingga klorofil lebih stabil. Kandungan protein yang rendah menyebabkan klorofil pada sayuran tidak terikat dengan baik sehingga mudah diekstrak. Menurut Bacon dan Holden (197) dalam Eskin (199), klorofil a dan b dapat diekstrak dari daun setelah mengalami difusi pelarut organik dikarenakan hancurnya protein atau membran yang mengandung klorofil tersebut. Produk klorofilid dipindahkan ke sisi lain enzim yang mengandung proteinasosiasi lipid. Lalu klorofil dapat bergerak keluar dari lipid ke dalam medium cairan HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANGUNDANG asalkan rantai panjang gugus fitol yang menyebabkan pigmen tidak larut telah dihilangkan (Eskin, 199). Lipid dan klorofil bersifat non polar maka untuk memecah ikatannya digunakan pelarut etanol, karena etanol merupakan pelarut organik yang bersifat non polar (Vargas dan Lopez, 23). Ekstrak klorofil yang diekstrak dengan pelarut etanol dapat dilihat pada Gambar 9. FTIP1628/52
5 53 Daun Singkong Bayam Daun Pepaya HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANGUNDANG Gambar 9. Warna Ekstrak Klorofil Setelah Maserasi dan Residu Penyaringan (Dokumentasi Pribadi, 211) Pada Gambar 9, terlihat bahwa setelah dilakukan ekstraksi secara maserasi selama 12 jam, warna hijau klorofil daun bayam lebih tua dalam kertas saring dibandingkan daun singkong dan daun pepaya yang cenderung kekuningan. Klorofil masih tersisa dalam residu daun singkong dan daun pepaya, sedangkan dalam residu daun bayam sudah tidak tersisa warna hijau klorofil. Hal ini dapat dikarenakan kandungan protein yang mengikat klorofil pada bayam hanya sedikit sehingga sebagian besar klorofil telah terekstrak selama maserasi. Klorofil yang dihasilkan dari daun bayam paling baik digunakan sebagai sumber klorofil karena kandungan klorofilnya tinggi. FTIP1628/53
6 Pengaruh Lama Pengeringan Terhadap Kandungan Klorofil (mg/l) Pada Ekstrak Sebelum Pengeringan dan Bubuk Klorofil Terenkapsulasi Setelah Pengeringan Data kandungan total klorofil, klorofil a, dan klorofil b pada masingmasing lama pengeringan diperoleh dari hasil ratarata daun singkong, daun bayam, dan daun pepaya. Hasil analisis statistik secara uji mandiri pengaruh lama pengeringan terhadap kandungan klorofil disajikan pada Tabel 8. HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANGUNDANG Tabel 8. Pengaruh Lama Pengeringan Terhadap Kandungan Klorofil (mg/l) Ekstrak dan Bubuk Klorofil Terenkapsulasi Bubuk Terenkapsulasi Kandungan Ekstrak 3 menit 6 menit 9 menit Total Klorofil 37,23 a 12,91 a 12,4 a 11,52 a Klorofil a 15,49 a 7,86 a 7,73 a 7,53 a Klorofil b 21,79 a 5,6 a 4,69 a 4,1 a Keterangan : Ratarata perlakuan yang ditandai dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5% Perlakuan lama pengeringan klorofil dalam oven vakum selama 3 menit, 6 menit, dan 9 menit tidak memberikan perbedaan pengaruh yang nyata terhadap kandungan klorofil yang dihasilkan. Menurut Hall (1979), sirkulasi udara yang terjadi selama proses pemanasan dengan oven vakum lebih baik bagi produk karena menggunakan pompa vakum sehingga pengeringan merata selain itu waktu pengeringan lebih cepat sehingga dapat mempertahankan kestabilan material dalam sampel. Selain itu, suhu yang digunakan merupakan suhu minimal dari oven vakum. Oven vakum menggunakan suhu tidak kurang dari 4 C. Suhu yang digunakan dalam penelitian ini untuk mempertahankan klorofil yang sensitif panas adalah 4±5 C. FTIP1628/54
7 Warna Bubuk Klorofil Terenkapsulasi Nilai ºHUE Bubuk Klorofil Terenkapsulasi Warna bubuk klorofil terenkapsulasi disajikan dalam nilai HUE, dimana nilai HUE ini menunjukkan daerah kisaran warna kromatisitas dari bubuk klorofil terenkapsulasi. Nilai HUE dan daerah kisaran warna bubuk klorofil terenkapsulasi berkisar antara 9,57 136,1 yang merupakan daerah kisaran warna yellow dan yellow green. Nilai HUE dan daerah kisaran warna kromatisitas bubuk klorofil terenkapsulasi lebih lengkapnya dapat dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANGUNDANG Nilai ºHUE dan Daerah Kisaran Warna Kromatisitas Bubuk Klorofil Terenkapsulasi Perlakuan ºHUE Daerah Kisaran Warna Kromatisitas Daun singkong a1b1 12,24 Yellow a1b2 12,46 Yellow a1b3 119,73 Yellow Daun bayam a2b1 135,11 Yellow green a2b2 136,1 Yellow green a2b3 135,5 Yellow green Daun pepaya a3b1 92,41 Yellow a3b2 93,25 Yellow a3b3 9,57 Yellow Ket: a1b1 a1b2 a1b3 a2b1 a2b2 a2b3 a3b1 a3b2 a3b3 = bubuk klorofil daun singkong; lama pengeringan 3 menit = bubuk klorofil daun singkong; lama pengeringan 6 menit = bubuk klorofil daun singkong; lama pengeringan 9 menit = bubuk klorofil bayam; lama pengeringan 3 menit = bubuk klorofil bayam; lama pengeringan 6 menit = bubuk klorofil bayam; lama pengeringan 9 menit = bubuk klorofil daun pepaya; lama pengeringan 3 menit = bubuk klorofil daun pepaya; lama pengeringan 6 menit = bubuk klorofil daun pepaya; lama pengeringan 9 menit FTIP1628/55
8 56 HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANGUNDANG Ket: a1b1 a1b2 a1b3 a2b1 a2b2 a2b3 a3b1 a3b2 a3b3 a1b1 a1b2 a1b3 a2b1 a2b2 a2b3 a3b1 a3b2 a3b3 = bubuk klorofil daun singkong; lama pengeringan 3 menit = bubuk klorofil daun singkong; lama pengeringan 6 menit = bubuk klorofil daun singkong; lama pengeringan 9 menit = bubuk klorofil bayam; lama pengeringan 3 menit = bubuk klorofil bayam; lama pengeringan 6 menit = bubuk klorofil bayam; lama pengeringan 9 menit = bubuk klorofil daun pepaya; lama pengeringan 3 menit = bubuk klorofil daun pepaya; lama pengeringan 6 menit = bubuk klorofil daun pepaya; lama pengeringan 9 menit Gambar 1. Foto Bubuk Klorofil Terenkapsulasi (Dokumentasi Pribadi, 212) Pada Tabel 9 terlihat bahwa bubuk klorofil dari daun singkong dan daun pepaya memiliki daerah kisaran warna kromatisitas yellow karena nilai HUE berada diantara 9º126º (Hutching, 1999), sedangkan nilai HUE bubuk klorofil daun bayam berada di antara 126º162º termasuk ke dalam daerah kisaran warna kromatisitas yellow green, yang mendekati warna klorofil seharusnya. FTIP1628/56
9 57 Hal ini dikarenakan kandungan klorofil b dari klorofil daun bayam lebih tinggi sehingga lebih tahan dari degradasi panas yang dapat menyebabkan lepasnya ion Mg sehingga menghasilkan feofitin yang berwarna kekuningan. Daun singkong dan daun pepaya berwarna yellow karena kandungan klorofil b daun pepaya dan daun singkong yang rendah sehingga feofitin lebih banyak. Bubuk klorofil terenkapsulasi yang dihasilkan dapat dilihat pada Gambar 1. Perubahan warna klorofil dari masingmasing perlakuan tidak berbeda jauh. Pengeringan dalam oven vakum dilakukan pada suhu yang rendah sehingga baik untuk mempertahankan kestabilan klorofil. Suhu dapat menjadi faktor utama yang berpengaruh terhadap kestabilan klorofil, suhu yang diberikan selama pengeringan HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANGUNDANG sama yaitu 4±5ºC. Menurut Vargas dan Lopez (23), degradasi klorofil terjadi pada pengeringan suhu 5ºC, sedangkan pada suhu dibawah 5ºC seperti 4ºC klorofil menunjukkan stabilitas warna yang baik Intensitas Warna Hijau (a*) Bubuk Klorofil Terenkapsulasi Hasil analisis statistik (Lampiran 7) menunjukkan bahwa tidak adanya interaksi antara jenis sayuran dan lama pengeringan oven vakum terhadap nilai a* bubuk klorofil terenkapsulasi. Pengaruh efek mandiri jenis sayuran dan lama pengeringan terhadap nilai a* bubuk klorofil terenkapsulasi terlihat pada Tabel 1. Warna klorofil sebelum dilakukan enkapsulasi berbeda dengan klorofil terenkapsulasi yang dihasilkan. Warna klorofil terenkapsulasi cenderung lebih muda dibandingkan ekstrak karena adanya percampuran dengan dekstrin. Lamanya pengeringan tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap nilai a* yang dihasilkan karena suhu di dalam oven vakum cenderung konstan yaitu 4±5ºC FTIP1628/57
10 58 sehingga tidak mempengaruhi nilai a* yang dihasilkan. Menurut van Loey (1998) dikutip Vargas dan Lopez (23), pada suhu di bawah 5ºC klorofil menunjukkan stabilitas yang tinggi. Tabel 1. Pengaruh Jenis Sayuran dan Lama Pengeringan Terhadap Intensitas Warna Hijau ( a*) Bubuk Klorofil Terenkapsulasi Perlakuan Ratarata Jenis Sayuran (A) a1 = daun singkong 2,91 b a2 = daun bayam 4,34 a a3 = daun pepaya,55 b Lama Pengeringan Oven Vakum (B) b1 = 3 menit 2,57 a b2 = 6 menit 2,55 a b3 = 9 menit 1,58 a HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANGUNDANG Keterangan : Ratarata perlakuan yang ditandai dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5% Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa nilai ratarata nilai a* yang dihasilkan dari semua jenis sayuran berbeda nyata. Klorofil yang dihasilkan dari daun bayam memiliki nilai a* tertinggi yaitu sekitar 4,34, berarti warna hijau klorofil bubuk yang berasal dari bayam lebih baik karena warnanya lebih hijau dibandingkan daun singkong sedangkan daun pepaya cenderung berwarna merah karena kandungan klorofilnya lebih rendah. Nilai a* yang dihasilkan dari bubuk klorofil terenkapsulasi dengan pengeringan oven vakum ini berbeda dari penelitian sebelumnya yang menggunakan pengering semprot. Penelitian Wulandari (211) dengan metode yang sama menghasilkan nilai a* yaitu 16,62 dan penelitian Nurliasari (21) dengan menggunakan dekstrin 1% dengan pengering semprot menghasilkan bubuk dengan FTIP1628/58
11 59 nilai a* 19,97. Warna hijau (a*) yang dihasilkan dari pengering oven vakum lebih rendah dibandingkan dengan pengering semprot. Berdasarkan penelitian Yearlin (212) untuk bubuk antosianin terenkapsulasi, bubuk pigmen yang dihasilkan dari pengering semprot memiliki nilai a* paling tinggi, namun bila diamati secara visual bubuk ini berwarna merah muda sedangkan bubuk yang dihasilkan dari pengering oven hampa udara berwarna merah. Hal ini disebabkan karena bubuk pigmen yang dihasilkan dari pengering semprot lebih halus dan seragam dibandingkan dengan yang dihasilkan dari pengering oven hampa udara sehingga intensitas warna dari partikel yang lebih halus akan lebih tinggi. Menurut Little dan MacKinney (1956) dalam MacDougall (22), pengecilan HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANGUNDANG ukuran kopi yang sangat halus menghasilkan nilai kecerahan yang maksimum. Perhitungan reflektansi meningkat seiring dengan penurunan ukuran partikel. Bubuk pigmen klorofil yang dihasilkan dari pengeringan oven vakum menghasilkan ukuran yang sedikit kasar sehingga intensitas warna hijau klorofilnya lebih rendah dibandingkan bubuk klorofil yang dihasilkan pengering semprot Rendemen Rendemen dihitung dari perbandingan bubuk klorofil terenkapsulasi yang dihasilkan dengan bahan yang digunakan. Hasil analisis ragam (Lampiran 8) menunjukkan bahwa tidak ada interaksi antara jenis sayuran dan lama pengeringan terhadap rendemen bubuk klorofil terenkapsulasi yang dihasilkan. Hasil uji statistik pengaruh jenis sayuran dan lama pengeringan terhadap rendemen bubuk klorofil terenkapsulasi yang dihasilkan dapat dilihat pada Tabel 11. FTIP1628/59
12 6 Tabel 11. Pengaruh Jenis Sayuran dan Lama Pengeringan Terhadap Rendemen Bubuk Klorofil Terenkapsulasi Perlakuan Ratarata (%) Jenis Sayuran (A) a1 = daun singkong,42 a a2 = daun bayam,29 a a3 = daun pepaya,58 a Lama Pengeringan Oven Vakum (B) b1 = 3 menit,33 a b2 = 6 menit,48 a b3 = 9 menit,49 a Keterangan : Ratarata perlakuan yang ditandai dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5% Tabel 11 menunjukkan bahwa jenis sayuran dan lama pengeringan untuk semua perlakuan tidak memberikan perbedaan pengaruh yang nyata terhadap HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANGUNDANG rendemen bubuk klorofil terenkapsulasi yang dihasilkan karena bahan yang ditambahkan untuk semua perlakuan sama. Persentase rendemen bubuk klorofil dipengaruhi oleh proses pembuatan, jumlah bahan penyalut, dan jumlah akuades yang ditambahkan sebelum pengeringan. Jumlah padatan dan jumlah akuades yang ditambahkan pada setiap perlakuan sama, selain itu konsentrasi dekstrin yang digunakan sebagai bahan penyalut sama yaitu 5% Penentuan Perlakuan Terbaik Hasil uji statistik (Tabel 12) menunjukkan bahwa lama pengeringan 3 menit, 6 menit, dan 9 menit memberikan perbedaan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap kandungan total klorofil, kandungan klorofil a, kandungan klorofil b, nilai a*, dan rendemen. FTIP1628/6
13 61 Taraf yang berbeda dari daun singkong, daun bayam, dan daun pepaya pada perlakuan jenis sayuran memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata untuk rendemen. Sedangkan pada nilai kandungan total klorofil, klorofil a, dan klorofil b, daun bayam memperoleh nilai yang tertinggi dibandingkan kedua jenis sayuran lainnya. HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANGUNDANG FTIP1628/61
14 62 Tabel 12. Matriks Perlakuan Terbaik Bubuk Klorofil Terenkapsulasi Interaksi Karakteristik a1b1 a1b2 a1b3 a2b1 a2b2 a2b3 a3b1 a3b2 Mandiri a3b3 a1 a2 a3 b1 b2 b3 Kandungan Klorofil Bubuk Klorofil Terenkapsulasi Total Klorofil BPKT 1,14 b 23,47 a 3,21 c 12,91 a 12,4 a 11,52 a Klorofil a BPKT 6,96 b 14,65 a 1,51 c 7,86 a 7,73 a 7,53 a Klorofil b BPKT 3,2 b 5,6 a 4,69 a 4,1 a 2,91 b 4,34 a,55 b 2,57 a 2,55 a 1,58 a Rendemen BPKT (%),42 a,29 a,58 a,33 a Jumlah ,85 a 1,71 b Warna bubuk klorofil Warna (a*) BPKT Rendemen pengeringan Keterangan :,48 a,49 a 1 1 HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANGUNDA [1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memp [2] Tidak diperkenankan mengutip sebagian atau seluruh karya in [3] Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akademik, pene Huruf yang sama menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata pada taraf 5% menurut Uji Duncan. BPKT = Bubuk Pigmen Klorofil Terenkapsulasi a1 = daun singkong, a2 = daun bayam, a3 = daun pepaya b1 = 3 menit, b2 = 6 menit, b3 = 9 menit FTIP1628/62
HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG
39 IV. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Tempat Percobaan Percobaan pendahuluan dilakukan pada bulan Mei sampai September 2011, sedangkan percobaan utama dilakukan pada bulan Desember 2011 sampai
Lebih terperinciHAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG
18 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Daun Singkong Daun singkong merupakan daun dari tanaman singkong (Manihot utilissima) yang berbentuk menjari dan berwarna hijau. Daun singkong umumnya berbelah agak dalam seperti
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat
I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,
Lebih terperinci4. PEMBAHASAN 4.1. Warna Larutan Fikosianin Warna Larutan secara Visual
4. PEMBAHASAN Pada penelitian ini, dilakukan ekstraksi fikosianin dari spirulina yang digunakan sebagai pewarna alami pada minuman. Fikosianin ini memberikan warna biru alami, sehingga tidak memberikan
Lebih terperinciIV HASIL DAN PEMBAHASAN
IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. KARAKTERISASI AWAL BAHAN Karakterisistik bahan baku daun gambir kering yang dilakukan meliputi pengujian terhadap proksimat bahan dan kadar katekin dalam daun gambir kering.
Lebih terperinciPewarna Alami untuk Pangan MERAH BIT
MERAH BIT Bit atau Beta vulgaris merupakan tumbuhan yang banyak dijumpai di Eropa dan sebagian Asia serta Amerika Serikat. Daun tanaman bit banyak dimanfaatkan sebagai sayur. Namun tanaman ini dibudidayakan
Lebih terperinciGambar 6. Kerangka penelitian
III. BAHAN DAN METODOLOGI A. Bahan dan Alat Bahan baku yang digunakan adalah kayu secang (Caesalpinia sappan L) yang dibeli dari toko obat tradisional pasar Bogor sebagai sumber pigmen brazilein dan sinapic
Lebih terperinciHAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG
V. HASIL DAN PEMBAHASAN.1 Analisis Kimia.1.1 Kadar Air Hasil analisis regresi dan korelasi (Lampiran 3) menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang sangat erat antara jumlah dekstrin yang ditambahkan pada
Lebih terperinciMETODELOGI PENELITIAN
III. METODELOGI PENELITIAN A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan Bahan baku yang digunakan adalah kelopak kering bunga rosela (Hibiscus sabdariffa L.) yang berasal dari petani di Dramaga dan kayu secang (Caesalpinia
Lebih terperinciHIJAU KLOROFIL. Klorofil
Pewarna Alami untuk Pangan HIJAU KLOROFIL Klorofil Klorofil adalah pigmen berwarna hijau yang terdapat dalam kloroplas bersama-sama dengan karoten dan xantofil pada semua makhluk hidup yang mampu melakukan
Lebih terperinciPEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Fisik Daya Larut
4. PEMBAHASAN Pembuatan minuman serbuk daun katuk dan jambu biji merah merupakan sebuah penelitian pengembangan produk yang bertujuan untuk memanfaatkan nilai fungsional pada bahan alami dengan lebih mudah
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kandungan Protein Kasar. Tabel 4. Rataan Kandungan Protein Kasar pada tiap Perlakuan
29 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kandungan Protein Kasar Rataan kandungan protein kasar asal daun singkong pada suhu pelarutan yang berbeda disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Rataan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. dicatat volume pemakaian larutan baku feroamonium sulfat. Pembuatan reagen dan perhitungan dapat dilihat pada lampiran 17.
Tegangan Permukaan (dyne/cm) Tegangan permukaan (dyne/cm) 6 dihilangkan airnya dengan Na 2 SO 4 anhidrat lalu disaring. Ekstrak yang diperoleh kemudian dipekatkan dengan radas uap putar hingga kering.
Lebih terperinciLampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu
LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu 1. Bentuk Granula Suspensi pati, untuk pengamatan dibawah mikroskop polarisasi cahaya, disiapkan dengan mencampur butir pati dengan air destilasi, kemudian
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Ekstraksi Bahan Tumbuhan Sumber Insektisida Nabati Hasil ekstraksi menggunakan metode maserasi yang terbanyak diperoleh dari biji S. mahagoni, diikuti daun T. vogelii, biji A.
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (Pandanus amaryllifolius Roxb.) 500 gram yang diperoleh dari padukuhan
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Preparasi Sampel Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) 500 gram yang diperoleh dari padukuhan
Lebih terperinciEkstraksi Pewarna Alami Daun Suji, Kajian Pengaruh Blanching dan Jenis Bahan Pengekstrak. Abstrak
J. Tek. Pert. Vol 4 (1) : 13 - Ekstraksi Pewarna Alami Daun Suji, Kajian Pengaruh dan Jenis Bahan Pengekstrak. Widya Dwi Rukmi Putri*, Elok Zubaidah*, N. Sholahudin** staf pengajar Jur.Teknologi Hasil
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indikator asam basa sangat diperlukan dalam proses pembelajaran IPA di sekolah menengah, terutama untuk menunjang penguasaan konsep pada materi-materi tertentu. Salah
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2)
I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka
I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesa, dan (7) Waktu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indikator asam basa adalah zat yang warnanya bergantung pada ph larutan atau zat yang dapat menunjukkan sifat asam, basa, dan netral pada suatu larutan (Salirawati,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. industri pangan karena mempunyai banyak kelebihan, diantaranya adalah proses
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini, zat pewarna sintetik lebih banyak beredar dan dipakai oleh industri pangan karena mempunyai banyak kelebihan, diantaranya adalah proses produksinya lebih
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Lama Perendaman Daging Ayam Kampung Dalam Larutan Ekstrak Nanas Terhadap ph
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Lama Perendaman Daging Ayam Kampung Dalam Larutan Ekstrak Nanas Terhadap ph Hasil penelitian pengaruh perendaman daging ayam kampung dalam larutan ekstrak nanas dengan
Lebih terperinci4. PEMBAHASAN 4.1. Penelitian Pendahuluan Penentuan Konsentrasi Mikroenkapsulan
4. PEMBAHASAN Pada penelitian ini, dilakukan pembuatan minuman serbuk instan campuran sari buah jambu biji merah dan wortel dengan menggunakan alat pengering semprot/ spary dryer. Komponen-komponen nutrisi
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian, Jurusan
29 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu Dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian, Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Universitas Lampung, Laboratorium Jasa
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah,
1 I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Tujuan dan Maksud Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. 1.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Total Bakteri Daging Sapi
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Total Bakteri Daging Sapi Hasil penelitian pengaruh berbagai konsentrasi sari kulit buah naga merah sebagai perendam daging sapi terhadap total bakteri
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. PENELITIAN PENDAHULUAN 4.1.1. Analisis Kandungan Senyawa Kimia Pada tahap ini dilakukan analisis proksimat terhadap kandungan kimia yang terdapat dalam temulawak kering yang
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Alat yang digunakan yaitu pengering kabinet, corong saring, beaker glass,
III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pangan Universitas Muhammadiyah Malang. Kegiatan penelitian dimulai pada bulan Februari
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses Pengkondisian Grits Jagung Proses pengkondisian grits jagung dilakukan dengan penambahan air dan dengan penambahan Ca(OH) 2. Jenis jagung yang digunakan sebagai bahan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENGARUH SUHU DAN WAKTU PENGGORENGAN VAKUM TERHADAP MUTU KERIPIK DURIAN Pada tahap ini, digunakan 4 (empat) tingkat suhu dan 4 (empat) tingkat waktu dalam proses penggorengan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Data penetapan kadar larutan baku formaldehid dapat dilihat pada
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PERCOBAAN 1. Penetapan kadar larutan baku formaldehid Data penetapan kadar larutan baku formaldehid dapat dilihat pada tabel 2. Hasil yang diperoleh dari penetapan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan yang digunakan Kerupuk Udang. Pengujian ini adalah bertujuan untuk mengetahui kadar air dan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Mulberry atau murbei atau bebesaran (latin: Morus Alba L.) adalah tanaman
I. PENDAHULUAN Bab ini akan menjelaskan tentang : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesa
Lebih terperinciFan 1 Fan 2 Fan 3 Fan 4 1A 57A 111A 155A 1B 57B 111B 155B 1C 57C 111C 155C 1D 57D 111D 155D
LAMPIRAN 47 48 Lampiran 1 Prosedur analisis karakteristik fisik 1. Rendemen (AOAC 1995 yang dimodifikasi) Rendemen adalah persentase bahan baku utama yang menjadi produk akhir atau perbandingan produk
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Morfologi dan Rendemen Tubuh Cangkang Kijing Lokal (Pilsbryoconcha sp.)
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Morfologi dan Rendemen Tubuh Cangkang Kijing Lokal (Pilsbryoconcha sp.) Cangkang kijing lokal yang diperoleh dari danau Teratai yang terdapat di Kec. Mananggu Kab. Boalemo
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN
III. METODOLOGI PENELITIAN A. BAHAN DAN ALAT Bahan-bahan dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah biji karet, dan bahan pembantu berupa metanol, HCl dan NaOH teknis. Selain bahan-bahan di atas,
Lebih terperinciKadar air % a b x 100% Keterangan : a = bobot awal contoh (gram) b = bobot akhir contoh (gram) w1 w2 w. Kadar abu
40 Lampiran 1. Prosedur analisis proksimat 1. Kadar air (AOAC 1995, 950.46) Cawan kosong yang bersih dikeringkan dalam oven selama 2 jam dengan suhu 105 o C dan didinginkan dalam desikator, kemudian ditimbang.
Lebih terperinciLampiran 1. Prosedur Analisis Rendemen Cookies Ubi Jalar Ungu. 1. Penentuan Nilai Rendemen (Muchtadi dan Sugiyono, 1992) :
Lampiran 1. Prosedur Analisis Rendemen Cookies Ubi Jalar Ungu 1. Penentuan Nilai Rendemen (Muchtadi dan Sugiyono, 1992) : Rendemen merupakan persentase perbandingan antara berat produk yang diperoleh dengan
Lebih terperinciPengumpulan data dilakukan melalui tahap pengamatan dan pengukuran. dengan variabel yang diamati yaitu tinggi, jumlah daun dan berat kering gulma
21 3.4 Teknik Pengumpulan Data 3.4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan melalui tahap pengamatan dan pengukuran dengan variabel yang diamati yaitu tinggi, jumlah daun dan berat kering gulma Paspalum
Lebih terperinciLampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C
LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI 01-2891-1992) Sebanyak 1-2 g contoh ditimbang pada sebuah wadah timbang yang sudah diketahui bobotnya. Kemudian dikeringkan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Waktu penelitian dilaksanakan selama tiga bulan yaitu mulai dari bulan Maret hingga Mei 2011, bertempat di Laboratorium Pilot Plant PAU dan Laboratorium Teknik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam pembelajaran IPA disekolah menengah, khususnya materi asam basa, indikator ph atau indikator asam basa diperlukan pada praktikum untuk mengetahui ph suatu
Lebih terperinciANALISIS. Analisis Zat Gizi Teti Estiasih
ANALISIS KARBOHIDRAT Analisis Zat Gizi Teti Estiasih 1 Definisi Ada beberapa definisi Merupakan polihidroksialdehid atau polihidroksiketon Senyawa yang mengandung C, H, dan O dengan rumus empiris (CH2O)n,
Lebih terperinci4. HASIL DAN PEMBAHASAN
22 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Komposisi Proksimat Komposisi rumput laut Padina australis yang diuji meliputi kadar air, kadar abu, kadar lemak, kadar protein, dan kadar abu tidak larut asam dilakukan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2)
I. PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian
Lebih terperinciANALISIS PROTEIN. Free Powerpoint Templates. Analisis Zat Gizi Teti Estiasih Page 1
ANALISIS PROTEIN Page 1 PENDAHULUAN Merupakan polimer yang tersusun atas asam amino Ikatan antar asam amino adalah ikatan peptida Protein tersusun atas atom C, H, O, N, dan pada protein tertentu mengandung
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. sehingga memberikan kesegaran bagi konsumen. Warna yang beraneka macam
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Es lilin merupakan suatu produk minuman yang banyak disukai anak-anak hingga dewasa. Hal ini dikarenakan es lilin memiliki rasa yang manis dan dingin sehingga memberikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Tanaman kelapa (Cocos nucifera L) sering disebut tanaman kehidupan karena bermanfaat bagi kehidupan manusia diseluruh dunia. Hampir semua bagian tanaman
Lebih terperinciBab III Bahan dan Metode
Bab III Bahan dan Metode A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2012 di daerah budidaya rumput laut pada dua lokasi perairan Teluk Kupang yaitu di perairan Tablolong
Lebih terperinciCompany LOGO ZAT WARNA /PIGMEN
Company LOGO ZAT WARNA /PIGMEN Banyak sekali faktor yang menentukan kualitas produk akhir. Kualitas bahan pangan juga ditentukan oleh faktor sensoris (warna, kenampakan, citarasa, dan tekstur) dan yang
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Perubahan Ion Leakage Ion merupakan muatan larutan baik berupa atom maupun molekul dan dengan reaksi transfer elektron sesuai dengan bilangan oksidasinya menghasilkan ion.
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. diketahui kandungan airnya. Penetapan kadar air dapat dilakukan beberapa cara.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Kandungan air dalam suatu bahan perlu diketahui untuk menentukan zatzat gizi yang terkandung dalam bahan pangan tersebut. Kadar air dalam pangan dapat diketahui melakukan
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Pelaksanaan Penelitian
BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai bulan Agustus 2008 sampai dengan Maret 2009. Tempat penelitian di Kebun IPB Tajur I dan analisis laboratorium dilakukan di Laboratorium
Lebih terperinci4 HASIL DAN PEMBAHASAN
14 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Pembuatan glukosamin hidroklorida (GlcN HCl) pada penelitian ini dilakukan melalui proses hidrolisis pada autoklaf bertekanan 1 atm. Berbeda dengan proses hidrolisis glukosamin
Lebih terperinciPewarna Alami untuk Pangan KUNING KUNYIT
KUNING KUNYIT Kunyit atau Curcuma domestica banyak ditanam di daerah Asia Selatan, Cina Selatan, Taiwan, Filipina, dan Indonesia. Tanaman ini digolongkan ke dalam keluarga Zingiberaceae. Di berbagai daearah,
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. KETAHANAN TARIK DAN KETAHANAN SOBEK KERTAS SENI Hasil penelitian tentang kertas yang terbuat dari bulu ayam dan kulit jagung diperoleh data hasil pengujian ketahanan
Lebih terperinciBAB III MATERI DAN METODE. Laboratorium Nutrisi dan Pakan Ternak Fakultas Peternakan dan Pertanian,
11 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kimia dan Gizi Pangan, Laboratorium Nutrisi dan Pakan Ternak Fakultas Peternakan dan Pertanian, Laboratorium Terpadu Universitas Diponegoro,
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dilakukan determinasi tanaman.
49 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Determinasi Tanaman Bahan baku utama dalam pembuatan VC pada penelitian ini adalah buah kelapa tua dan buah nanas muda. Untuk mengetahui bahan baku
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagian besar masyarakat Jatisrono berwirausaha sebagai pedagang ayam, para pedagang tersebut menjualnya dalam bentuk daging mentah dan ada pula yang matang.
Lebih terperinci3. PEMBAHASAN 3.1.Karakteristik Fisik Mi Jagung Bayam
3. PEMBAHASAN 3.1.Karakteristik Fisik Mi Jagung Bayam Pada pengujian fisik mi bayam yang dilakukan meliputi tensile strength dan warna. Salah satu kriteria yang utama pada mi adalah tekstur. Tekstur mi
Lebih terperinciTEKNOLOGI PENGOLAHAN TEH HITAM
TEKNOLOGI PENGOLAHAN TEH HITAM Oleh: Dimas Rahadian AM, S.TP. M.Sc Email: rahadiandimas@yahoo.com JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA PUCUK DAUN TEH Kadar Air 74-77% Bahan
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN
III. METODOLOGI PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN Penelitian dilakukan di Desa Sido Makmur, Kec. Sipora Utara, Kab. Kep.Mentawai untuk proses penggorengan keripik ikan lemuru. Dan dilanjutkan dengan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Minyak Goreng 1. Pengertian Minyak Goreng Minyak goreng adalah minyak yang berasal dari lemak tumbuhan atau hewan yang dimurnikan dan berbentuk cair dalam suhu kamar dan biasanya
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dantempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di UKM Mekar Sari di Dusun Boleleu No. 18 Desa Sidomakmur Kecamatan Sipora Utara Kabupaten Kepulauan Mentawai. Sementara
Lebih terperinci4. PEMBAHASAN 4.1. Penampakan Fisik Bumbu Penyedap Blok Spirulina 4.2. Sifat Higroskopis Bumbu Penyedap Blok Spirulina
4. PEMBAHASAN 4.1. Penampakan Fisik Bumbu Penyedap Blok Spirulina Bumbu penyedap blok Spirulina yang dibuat menggunakan bahan dasar Spirulina platensis memiliki karakteristik dari Spirulina itu sendiri,
Lebih terperinciIII METODE PENELITIAN. akuades, reagen Folin Ciocalteu, larutan Na 2 CO 3 jenuh, akuades, dan etanol.
III METODE PENELITIAN A. Alat dan Bahan Alat yang digunakan untuk pembuatan gambir bubuk adalah Hammer Mill, Erlenmeyer, gelas ukur, corong, kain saring, Shaker Waterbath, dan Spray Dryer. Alat yang digunakan
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN MBAHASAN A. SUSUT BOBOT Perubahan susut bobot seledri diukur dengan menimbang bobot seledri setiap hari. Berdasarkan hasil pengukuran selama penyimpanan, ternyata susut bobot seledri mengalami
Lebih terperinciHAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG
III. KERANGKA PIKIRAN DAN HIPOTESIS 3.1. Kerangka Pikiran Salah satu permasalahan yang menyebabkan rendemen gula rendah di pabrik-pabrik gula di Indonesia adalah masalah downtime pabrik yang disebabkan
Lebih terperinci3. Metodologi Penelitian
3. Metodologi Penelitian 3.1 Alat dan bahan 3.1.1 Alat Peralatan gelas yang digunakan dalam penelitian ini adalah gelas kimia, gelas ukur, labu Erlenmeyer, cawan petri, corong dan labu Buchner, corong
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Cabai Merah (Capsicum annuum L.) Karakteristik awal cabai merah (Capsicum annuum L.) diketahui dengan melakukan analisis proksimat, yaitu kadar air, kadar vitamin
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN
V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian ini adalah diameter batang setinggi dada ( DBH), tinggi total, tinggi bebas cabang (TBC), dan diameter tajuk.
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Pengaruh Penambahan Kotoran Sapi Perah Terhadap Nilai ph
HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Penambahan Kotoran Sapi Perah Terhadap Nilai ph Salah satu karakteristik limbah cair tapioka diantaranya adalah memiliki nilai ph yang kecil atau rendah. ph limbah tapioka
Lebih terperinci1989).Sampel sebanyak 2 g dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer 500ml. balik. Didihkan selama 30 menit dan kadang kala digoyang- goyangkan.
Penentuan kadar serat kasar Kadar serat kasar dianalisa dengan menggunakan metode Sudarmadji dkk, 1989).Sampel sebanyak 2 g dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer 500ml kemudian ditambahkan 200 ml H 2 SO4
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Ekstraksi terhadap 3 jenis sampel daun pidada menghasilkan ekstrak
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Ekstraksi Senyawa Aktif Ekstraksi terhadap 3 jenis sampel daun pidada menghasilkan ekstrak metanol, etil asetat, dan heksana dengan bobot yang berbeda. Hasil
Lebih terperincipembentukan vanilin. Sedangkan produksi glukosa tertinggi dihasilkan dengan penambahan pektinase komersial. Hal ini kemungkinan besar disebabkan
63 pembentukan vanilin. Sedangkan produksi glukosa tertinggi dihasilkan dengan penambahan pektinase komersial. Hal ini kemungkinan besar disebabkan pektinase komersial merupakan enzim kasar selulase dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indikator asam basa adalah suatu bahan yang dapat mengidentifikasi sifat asam dan basa suatu larutan. Apabila suatu bahan indikator diujikan terhadap larutan
Lebih terperinci1.Penentuan Kadar Air. Cara Pemanasan (Sudarmadji,1984). sebanyak 1-2 g dalam botol timbang yang telah diketahui beratnya.
57 Lampiran I. Prosedur Analisis Kimia 1.Penentuan Kadar Air. Cara Pemanasan (Sudarmadji,1984). Timbang contoh yang telah berupa serbuk atau bahan yang telah dihaluskan sebanyak 1-2 g dalam botol timbang
Lebih terperinciLampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI )
41 Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI 06-6989.22-2004) 1. Pipet 100 ml contoh uji masukkan ke dalam Erlenmeyer 300 ml dan tambahkan 3 butir batu didih. 2. Tambahkan KMnO
Lebih terperinciBROWNIES TEPUNG UBI JALAR PUTIH
Lampiran 1 BROWNIES TEPUNG UBI JALAR PUTIH Bahan Tepung ubi jalar Putih Coklat collata Margarin Gula pasir Telur Coklat bubuk Kacang kenari Jumlah 250 gr 350 gr 380 gr 250 gr 8 butir 55 gr 50 gr Cara Membuat:
Lebih terperinci4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Isolasi enzim fibrinolitik Cacing tanah P. excavatus merupakan jenis cacing tanah yang agresif dan tahan akan kondisi pemeliharaan yang ekstrim. Pemeliharaan P. excavatus dilakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indikator ph sangat penting keberadaannya karena digunakan untuk menguji dan mengetahui hasil yang berupa derajat keasaman ataupun kebasaan suatu zat. Hingga
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Jelly drink rosela-sirsak dibuat dari beberapa bahan, yaitu ekstrak rosela, ekstrak sirsak, gula pasir, karagenan, dan air. Tekstur yang diinginkan pada jelly drink adalah mantap
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSTRASI
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSTRASI EKTRAKSI Ekstraksi tanaman obat merupakan suatu proses pemisahan bahan obat dari campurannya dengan menggunakan pelarut. Ekstrak adalah sediaan yang diperoleh dengan
Lebih terperinciBAHAN DAN METODA PENELITIAN
BAHAN DAN METODA PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2016 hingga Januari 2017 di Laboratorium Teknologi Pangan Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan Fakultas
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN
17 METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknik Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian (TPPHP) Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fateta-IPB.
Lebih terperinciPRAKTIKUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN. ENDRIKA WIDYASTUTI, S.Pt, M.Sc, MP
PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN ENDRIKA WIDYASTUTI, S.Pt, M.Sc, MP FOOD SCIENCE AND TECHNOLOGY AGRICULTURAL TECHNOLOGY BRAWIJAYA UNIVERSITY 2011 THE OUTLINE PENDAHULUAN PENGGARAMAN REFERENCES 2 METODE
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pati bahan edible coating berpengaruh terhadap kualitas stroberi (Fragaria x
57 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Jenis Pati Bahan Edible Coating terhadap Kualitas Stroberi (Fragaria x ananassa) Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa jenis pati bahan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
47 HASIL DAN PEMBAHASAN KARAKTERISASI KIMIA BUAH VANILI SEGAR DAN KERING Bahan segar yang digunakan dalam ekstraksi, pada umumnya dikeringkan terlebih dahulu karena reduksi ukuran sampel dalam bentuk kering
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4. Hasil analisis sifat fisik susu kambing segar. 9,70±0,10 8,37 10,45 3) Minimal 8,0
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENELITIAN PENDAHULUAN 1. Karakterisasi sifat fisik, kimia, dan mikrobiologi susu kambing segar Penelitian pendahuluan dilakukan untuk mengetahui sifat fisik, kimia, dan mikrobiologi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Asam dan basa sudah dikenal sejak lama dan disebut dengan istilah ph (pangkat Hidrogen). Larutan asam mempunyai rasa asam dan bersifat korosif (merusak logam, marmer,
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN 3.1 BAHAN DAN ALAT Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah kacang kedelai, kacang tanah, oat, dan wortel yang diperoleh dari daerah Bogor. Bahan kimia yang digunakan
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. protein berkisar antara 20% sampai 30%. Kacang-kacangan selain sumber protein
I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,
Lebih terperinciLampiran 1. Prosedur Analisa Sampel
Lampiran 1. Prosedur Analisa Sampel 1. Pengukuran Kadar Air (AOAC, 1984) Cawan aluminium dikeringkan di dalam oven pada suhu 105 C selama 15 menit, kemudian didinginkan di dalam desikator lalu ditimbang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. anorganik dan limbah organik. Limbah anorganik adalah limbah yang berasal
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Limbah merupakan hasil sampingan dari aktivitas manusia yang sudah terpakai, baik dalam skala rumah tangga, industri, pertambangan dan lainlain. Limbah berdasarkan
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan
III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan Laboratoriun Analisis Hasil Pertanian Jurusan Teknologi Hasil Pertanian
Lebih terperinciHAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG
IV. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Tempat Percobaan Percobaan pendahuluan dilaksanakan pada bulan November 2011-Februari 2012. Penelitian utama akan dilaksanakan pada bulan Mei 2012. Penelitian
Lebih terperinciLAMPIRAN A DATA PENELITIAN DAN HASIL PERHITUNGAN
LAMPIRAN A DATA PENELITIAN DAN HASIL PERHITUNGAN A.1 DATA PENELITIAN PENDAHULUAN Tabel A.1 Data Panjang Gelombang Antosianin Perlakuan Panjang Gelombang Dipotong kecil-kecil 512 Diblender 514,5 Tabel A.2
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Botani FMIPA Universitas
26 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Botani FMIPA Universitas Lampung dari bulan Februari-Juni 2015. B. Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN
III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. BAHAN DAN ALAT Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah beras varietas Cisadane dan daun mindi, serta bahan-bahan kimia seperti air suling/aquades, n-heksana
Lebih terperinci