KINERJA PERKEMBANGAN GAPOKTAN PUAP DAN PEMBERDAYAAN LEMBAGA KEUANGAN MIKRO AGRIBISNIS DI KALIMANTAN SELATAN
|
|
- Siska Irawan
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013 KINERJA PERKEMBANGAN GAPOKTAN PUAP DAN PEMBERDAYAAN LEMBAGA KEUANGAN MIKRO AGRIBISNIS DI KALIMANTAN SELATAN Sholih Nugroho Hadi, Harun Kurniawan dan Achmad Rafieq Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Selatan ABSTRAK Penelitian dilaksanakan pada lima Kabupaten di Provinsi Kalimantan Selatan yaitu Kabupaten Barito Kuala, Hulu Sungai Selatan, Kotabaru, Tabalong dan Tanah Laut. Tujuan utamanya adalah untuk melihat kinerja Gapoktan PUAP dan Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKM- A) di Kalimantan Selatan. Pengambilan sampel dengan menggunakan metode purposive yaitu dipilih gapoktan penerima BLM-PUAP tahun 2008, 2009, dan 2010 di lokasi penelitian. Data dikumpulkan dengan menggunakan metode survey yaitu wawancara dan melihat catatan yang dimiliki gapotan dan LKM-A. Data yang dikumpulkan meliputi jumlah gapoktan penerima BLM- PUAP, perkembangan LKM-A gapoktan dan perkembangan dana BLM-PUAP yang kemudian dianalisa secara diskriptif. Hasil dari analisis diskriptif diketahui bahwa jumlah penerima BLM- PUAP di lokasi penelitian sebanyak 419 gapoktan dengan kelompok tani dan petani anggota sebanyak petani. Tingkat penumbuhan LKM-A baru mencapai 43,0% sedangkan sisanya masih berupa unit simpan pinjam (USP). Sebanyak 1,7% LKM-A telah memiliki kantor sendiri dan 86% sudah mempunyai pengelola terpisah dari pengurus gapoktan. Semua LKM-A belum berbadan hukum dan hanya 1 LKM-A saja yang sudah memiliki kemitraan dengan lembaga keuangan lainnya. Dana BLM-PUAP yang diterima di lima kabupaten sebesar Rp dan telah disalurkan senilai Rp (92% dari RUB) dengan tingkat pengembalian Rp (49% dari RUB). Kata kunci: Gapoktan PUAP, LKM-A PENDAHULUAN Penduduk miskin Kalimantan Selatan Tahun 2007 sebanyak jiwa atau sebesar 7,01 % (BPS Provinsi Kalimantan Selatan 2013). Jumlah ini berkurang menjadi 6,48% di tahun 2008 dan 5,12% ditahun 2009, akan tetapi pada tahun 2011 jumlah penduduk miskin di Kalimantan Selatan mengalami peningkatan yaitu menjadi 5,35% (BPS Provinsi Kalimantan Selatan 2013). Kenaikan jumlah penduduk miskin ini diantaranya disebabkan oleh kenaikan harga barang-barang komoditi yang berhubungan dengan penghitungan kemiskinan. Pada periode ini Indeks Harga Komoditi (IHK) di Kalimantan Selatan naik sebesar 7,95% dan berada di atas angka IHK nasional, yaitu sebesar 6,64% sementara pada tahun 2012 terjadi penurunan jumlah penduduk miskin menjadi 5,06% atau sejumlah jiwa. Sebagian besar masyarakat miskin di Kalimantan Selatan berada di perdesaan dan proporsi terbesar dari masyarakat miskin ini menggantungkan mata pencaharian 575
2 Sholih Nugroho Hadi et al.: Kinerja Perkembangan Gapoktan.. hidupnya pada sektor pertanian. Kementerian Pertanian telah berupaya membantu pemerintah daerah dalam pengentasannya. Permasalahan mendasar yang dihadapi oleh petani miskin di perdesaan adalah kurangnya akses terhadap sumber permodalan, pasar dan teknologi serta lemahnya organisasi petani (Kementerian Pertanian 2013). Untuk mengatasi hal tersebut Kementerian Pertanian telah mengembangkan usaha agribisnis dan memperkuat kelembagaan pertanian di perdesaan. Upaya mempertajam dalam pemecahan permasalahan ini Kementerian Pertanian mengembangkan program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) yang terintegrasi dengan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM-M). Berdasarkan Buku Pedoman PUAP (2013), PUAP merupakan bentuk fasilitasi bantuan modal usaha bagi petani anggota, baik petani pemilik, petani penggarap, buruh tani maupun rumah tangga tani yang dikoordinasikan oleh Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan). Salah satu indikator keberhasilan PUAP adalah berkembangnya usaha agribisnis dan usaha ekonomi rumah tangga tani di lokasi desa PUAP. Dari aspek fasilitasi pembiayaan, program PUAP diharapkan mampu memberikan kemudahan akses petani mendapatkan pelayanan pinjaman modal. Hal ini dikarenakan petani dengan skala usaha mikro sulit untuk mendapatkan pembiayaan dari perbankan maupun lembaga keuangan lainnya (Kementerian Pertanian 2011). Dana PUAP yang diterima gapoktan berfungsi sebagai stimulus agar gapoktan meningkatkan swadaya anggota untuk mengembangkan modal yang ada dan digulirkan sebagai dana simpan pinjam untuk membiayai usaha produktif anggota. Program PUAP telah dilaksanakan oleh Kementerian Pertanian sejak tahun 2008 termasuk di Provinsi Kalimantan Selatan. Sejak tahun 2008 sampai dengan tahun 2012 Provinsi Kalimantan Selatan telah mendapatkan alokasi BLM-PUAP sebanyak gapoktan yang tersebar di 13 kabupaten/ kota. Sebaran gapoktan penerima BLM PUAP Provinsi Kalimantan Selatan dapat dilihat pada Tabel
3 Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013 Tabel 1. Sebaran alokasi penerima BLM PUAP Provinsi Kalimantan Selatan No Kabupaten/Kota Jumlah Gapoktan Total 1 Balangan Banjar Barito Kuala Hulu Sungai Selatan Hulu Sungai Tengah Hulu Sungai Utara Kota Banjarbaru Kota Banjarmasin Kotabaru Tabalong Tanah Bumbu Tanah Laut Tapin Jumlah Sumber : Sekretariat Tim Pembina PUAP Provinsi Kalimantan Selatan Dalam pengelolaan dana BLM-PUAP, gapoktan diharapkan membentuk unit usaha otonom yang menjalankan kegiatan simpan pinjam atau lebih dikenal dengan lembaga keuangan mikro agribisnis (LKM-A). Menurut Kementerian Pertanian (2010), LKM-A Gapoktan adalah lembaga keuangan mikro yang ditumbuhkan dari gapoktan pelaksana PUAP yang fungsi utamanya adalah mendorong kegiatan menabung dan fasilitasi pembiayaan/permodalan usaha kelompok tani/petani anggotanya. Tujuan pembentukan LKM-A adalah membantu memfasilitasi kebutuhan modal usaha tani bagi petani (Hendayana et al. 2009). Berdasarkan fakta di atas, ada beberapa pertanyaan yang harus dijawab terkait pelaksanaan gapoktan PUAP, diantaranya berapa jumlah kelompok tani dan petani anggota yang memanfaatkan dana BLM-PUAP? Bagaimana kondisi LKM-A di Kalimantan Selatan saat ini? Bagaimana perkembangan dana BLM-PUAP terkait kegiatan pembiayaan usaha produktif. Tujuan penelitian adalah untuk melihat kinerja gapoktan PUAP dan Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis di Kalimantan Selatan. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2012 di lima lokasi penerima BLM-PUAP di Provinsi Kalimantan Selatan yaitu Kabupaten Barito Kuala, Hulu Sungai Selatan, Kotabaru, Tabalong dan Tanah Laut. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling yaitu penarikan sampel secara sengaja dengan tujuan 577
4 Sholih Nugroho Hadi et al.: Kinerja Perkembangan Gapoktan.. menyajikan atau menggambarkan beberapa sifat populasi (Soekardono 2009). Gapoktan yang dijadikan sampel adalah gapoktan penerima BLM-PUAP tahun 2008, 2009 dan 2010 dengan asumsi gapoktan yang sudah berjalan 3 tahun sudah bisa dilihat kinerjanya. Pengumpulan data dengan menggunakan metode survey yaitu dengan melakukan pengamatan atau penyelidikan yang kritis untuk mendapatkan keterangan terhadap persoalan didaerah tertentu (Teken 1965). Selain itu dilakukan wawancara dengan responden dan melihat catatan yang dimiliki oleh responden. Sebagai responden adalah pengurus gapoktan dan pengelola LKM-A. Informasi yang dikumpulkan meliputi jumlah kelompok tani dan jumlah anggota gapoktan yang telah memanfaatkan dana BLM-PUAP, kondisi LKM-A gapoktan dan perkembangan dana BLM-PUAP yaitu besaran penyaluran dan pengembalian. Data yang dikumpulkan ditabulasi dan dianalisis secara diskriptif. HASIL DAN PEMBAHASAN Selama kurun waktu tiga tahun mulai tahun 2008, 2009 dan 2010 jumlah gapoktan penerima BLM-PUAP di Kabupaten Barito Kuala, Hulu Sungai Selatan, Kotabaru, Tabalong dan Tanah Laut adalah sejumlah 419 gapoktan. Dari jumlah tersebut penerima BLM-PUAP terbanyak adalah Kabupaten Barito Kuala yaitu sebanyak 99 gapoktan atau sebesar 23,6% sedangkan yang terendah adalah Kabupaten Tabalong yaitu sejumlah 68 gapoktan atau 16,2%. Begitu pula jumlah kelompok tani penerima BLM-PUAP yang tertinggi adalah Kabupaten Barito Kuala yaitu sebanyaak 744 kelompok atau sebesar 28,7% dan yang terendah adalah Kabupaten Tabalong yaitu sebesar 293 kelompok atau 11,3%. Dilihat dari jumlah petani yang memanfaatkaan dana BLM-PUAP Kabupaten Barito Kuala juga menduduki peringkat tertinggi yakni sebesar petani atau 34,8% sedangkan jumlah terendah adalah Kabupaten Kotabaru yaitu sebesar petani atau sebesar 8,7%. Keragaan jumlah gapoktan, kelompok tani dan petani yang memanfaatkan dana BLM-PUAP dapat dilihat pada Tabel
5 Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013 Tabel 2. Jumlah Gapoktan, Poktan dan Petani anggota yang memanfaatkan dana BLM-PUAP Kabupaten Jumlah Gapoktan Jumlah Poktan Jumlah Petani Barito Kuala HSS Kotabaru Tabalong Tanah laut Jumlah Sumber : Data primer terolah, 2012 Program PUAP telah dilaksanakan sejak tahun 2008, oleh karena itu Kementerian Pertanian telah menyusun exit strategi yang menekankan bahwa pada tahun ketiga gapoktan penerima BLM-PUAP harus bisa menumbuhkan LKM-A. Berdasarkan hasil survey di lima kabupaten, tercatat sebanyak 180 dari 419 gapoktan atau sebesar 43,0% yang sudah berhasil menumbuhkan LKM-A. Sisanya sebanyak 239 gapoktan atau sebesar 57,0% masih berbentuk unit simpan pinjam (USP). Penumbuhan LKM-A terbanyak yaitu di Kabupaten Hulu Sungai Selatan dan Kabupaten Tabalong masing-masing sebanyak 84 dan 68 LKM-A. Semua gapoktan penerima BLM-PUAP di Kabupaten Hulu Sungai Selatan dan Tabalong sudah menumbuhkan LKM-A. Hal ini disebabkan karena ada kebijakan Tim Teknis Kabupaten yang mensyaratkan pencairan dana BLM-PUAP gapoktan harus memiliki LKM-A terlebih dahulu. Penumbuhan LKM-A di tiga kabupaten lainnya lebih berdasarkan kepada inisiatif gapoktan masing-masing. Tim teknis kabupaten dan pendamping sebatas memberikan arahan dan motivasi. Dari sejumlah 267 gapoktan yang tersebar di Kabupaten Barito Kuala, Kotabaru dan Tanah Laut hanya sejumlah 28 gapoktan atau 10,5% yang berhasil menumbuhkan LKM-A. Berdasarkan wawancara dengan pengurus gapoktan yang menjadi penghambat penumbuhan LKM-A antara lain : a) Sebagian pengurus gapoktan kawatir apabila dana BLM-PUAP dikelola LKM-A akan terjadi penyimpangan; b) Sebagian pengurus gapoktan merasa belum siap dengan pembentukan LKM-A; c) Gapoktan belum banyak yang mengetahui tentang konsep LKM-A dan cara menjalankannya; d) Pemangku kepentingan dan pendamping masih belum sepenuh hati mendorong penumbuhan LKM-A karena belum ada petunjuk, arah dan dasar hukum yang jelas. Penumbuhan LKM-A di Kabupaten Barito Kuala, Hulu Sungai Selatan, Tabalong, Kotabaru dan Tanah Laut tersaji di Gambar
6 Sholih Nugroho Hadi et al.: Kinerja Perkembangan Gapoktan.. Gambar 1. Keadaan kelembagaan simpan pinjam pada gapoktan PUAP penerima BLM tahun 2008, 2009, dan 2010 Sumber : Data primer terolah, 2012 Kondisi LKM-A di Kabupaten Barito Kuala, Hulu Sungai Selatan, Kotabaru, Tabalong dan Tanah Laut disajikan dalam tabel 3. Sebanyak 3 atau sebesar 1,7% LKM-A yang sudah memiliki kantor terpisah dari gapoktan dan sisanya sebesar 98,3% masih menyatu dengan gapoktan. Dilihat dari aspek kepengurusan, sejumlah 155 atau 86% LKM-A memiliki pengelola tersendiri, sementara sisanya sebanyak 14% pengelola LKM-A masih merangkap sebagai pengurus gapoktan. Hasil survey juga menunjukkan bahwa semua gapoktan di lokasi penelitian belum ada yang berbadan hukum dan hanya 1 LKM-A saja yang telah menjalin kemitraan (linkage program) dengan lembaga keuangan lainnya. Tabel 3. Keragaan LKM-A pada lima kabupaten di Kalimantan Selatan Kabupaten Kondisi kantor Kepengurusan Badan Hukum Mitra Kerja Jumlah Ter- Menyatpisakaliki memiliki liki memiliki Ter- Merang- Memi- belum Memi- belum LKM-A pisah Barito Kuala Hulu Sungai Selatan Kotabaru Tabalong Tanah Laut Jumlah Sumber : Data primer terolah, 2012 Keadaan USP di Kabupaten Barito Kuala, Hulu Sungai Selatan, Kotabaru, Tabalong dan Tanah Laut disajikan pada tabel 4. Semua USP masih berkantor di sekretariat gapoktan. Sebanyak 42 atau 16,7% pengelola USP terpisah dari pengurus gapoktan dan sebanyak 207 atau 83,3% pengurus gapoktan merangkap sebagai 580
7 Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013 pengelola USP. Semua USP belum memiliki badan hukum dan hanya 3 atau 1,2% USP yang sudah menjalin kemitraan dengan lembaga lain (linkage program). Tabel 4. Keadaan Unit Simpan Pinjam (USP) pada lima kabupaten di Kalimantan Selatan Kabupaten Kondisi kantor Kepengurusan Badan Hukum Mitra Kerja Jumlah Terpisanyatpisakaliki memiliki liki memiliki Me- Ter- Merang- Memi- Belum Memi- Belum USP Barito Kuala Hulu Sungai Selatan Kotabaru Tabalong Tanah Laut Jumlah Sumber : Data primer terolah, 2012 Sejak tahun 2008 sampai dengan tahun 2010, Kabupaten Barito Kuala, Hulu Sungai Selatan, Kotabaru, Tabalong dan Tanah Laut telah mendapatkan dana BLM- PUAP sebesar Rp Kemudian sampai dengan bulan Oktober 2012 telah disalurkan kepada anggota sebesar Rp (98% dari RUB) dengan pengembalian sebesar Rp (49% dari RUB). Keragaan besaran rencana usaha bersama (RUB), nilai penyaluran dan pengembalian dapat dilihat pada Gambar 2. Penyaluran tertinggi adalah di Kabupaten Kotabaru yaitu sebesar Rp dan sudah melebihi nilai rencana usaha bersama (RUB) yaitu Rp Sedangkan di empat kabupaten nilai penyaluran masih dibawan nilai RUB. Hal ini dikarenakan masih ada gapoktan yang belum menyalurkan sebagian dananya. Pengembalian dana BLM-PUAP tertinggi di Kabupaten Tanah Laut dengan nilai Rp sedangkan terendah di Kabupaten Tabalong dengan nilai Rp Rendahnya pengembalian disebabkan karena gagal panen. Gambar 2. Keragaan nilai RUB, penyaluran dan pengembalian dana BLM-PUAP per OkTober 2012 Sumber : Data primer terolah,
8 Sholih Nugroho Hadi et al.: Kinerja Perkembangan Gapoktan.. KESIMPULAN DAN SARAN Sebagian besar petani di Kabupaten Barito Kuala, Hulu Sungai Selatan, Kotabaru,Tabalong dan Tanah Laut telah memanfaatkan dana BLM-PUAP untuk membiayai usaha produktifnya. Dalam hal penumbuhan LKM-A di lima kabupaten tersebut telah mencapai 43,0% dan sisanya masih berupa unit simpan pinjam (USP). Keragaan LKM-A adalah sebanyak 1,7% telah memiliki kantor sendiri, 86% telah memiliki pengelola diluar pengurus gapoktan, dan belum ada LKM-A yang berbadan hukum. Dilihat dari aspek pembiayaan, penyaluran dana BLM-PUAP masih dibawah nilai RUB dengan tingkat pengembalian sebesar 49%. Melihat kinerja perkembangan gapoktan di atas perlu upaya-upaya untuk mendorong tumbuh kembangnya LKM-A melalui berbagai pendekatan, diantaranya peningkatan kompetensi SDM lewat pelatihan dan pendampingan sangat dibutuhkan yang dibarengi dengan pendekatan kebijakan para pemangku kepentingan tentu dengan harapan LKM-A akan berkembang lebih baik. DAFTAR PUSTAKA BPS Kalimantan Selatan Kemiskinan (Online), (http;// diakses 19 Maret 2013 Hendayana, R., Syahrul B., Nandang S.,Erizal J Petunjuk Pelaksanaan Pembentukan dan Pengembangan Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKM- A). Bogor Kementerian Pertanian Modul Pengembangan LKM-A. Jakarta Kementerian Pertanian Petunjuk Teknis Monitoring dan Evaluasi Program PUAP Jakarta Peraturan Menteri Pertanian Nomor 08/Permentan/ OT.140/1/2013 tentang Pedoman Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan. Jakarta Soekardono.2009.Ekonomi Agribisnis Peternakan Teori dan Aplikasinya. Akademika Pressindo. Jakarta Teken, I.B Penelitian di Bidang Ilmu Ekonomi Pertanian dan Beberapa Metode Pengambilan Contoh. Fakultas Pertanian IPB. 582
Kinerja Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKM-A) Di Kabupaten Hulu Sungai Tengah Provinsi Kalimantan Selatan
Kinerja Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKM-A) Di Kabupaten Hulu Sungai Tengah Provinsi Kalimantan Selatan Sholih Nugroho Hadi, Achmad Rafieq, Harun Kurniawan BPTP Kalimantan Selatan Jl.Panglima Batur
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan di Indonesia merupakan masalah pokok nasional yang penanggulangannya tidak dapat ditunda dan harus menjadi pioritas utama dalam pelaksanaan pembangunan masyarakat.
Lebih terperinciI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor dengan penyerapan tenaga kerja paling banyak di Indonesia dibandingkan dengan sektor lainnya. Badan Pusat Statistik (2009) melaporkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan bagian yang tidak dapat dilepaskan dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sektor pertanian merupakan bagian yang tidak dapat dilepaskan dari konteks pembangunan dan upaya pengentasan kemiskinan di Indonesia. Selama ini sektor pertanian
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Bengkulu, Oktober 2010 Penanggung jawab Kegiatan, Dr. Wahyu Wibawa, MP.
1 2 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah atas rahmat dan karunia-nya, sehingga Buku Petunjuk Teknis Pelaksanaan Kegiatan Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaaa (PUAP) tahun 2010 ini dapat tersusun
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. peningkatan penduduk dari tahun 2007 sampai Adapun pada tahun 2009
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2008), Provinsi Jawa Barat mengalami peningkatan penduduk dari tahun 2007 sampai 2009. Adapun pada tahun 2009 jumlah penduduk Jawa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang di dunia yang masih banyak menghadapi permasalahan diberbagai bidang seperti ekonomi, sosial, hukum, politik dan bidang-bidang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. lapangan kerja, pengentasan masyarakat dari kemiskinan. Dalam upaya
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pertanian yang berkelanjutan merupakan suatu kegiatan yang mutlak dilakukan dalam upaya pemenuhan kebutuhan pangan, memperluas lapangan kerja, pengentasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan termasuk didalamnya berbagai upaya penanggulangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan termasuk didalamnya berbagai upaya penanggulangan kemiskinan, sesungguhnya adalah suatu proses perubahan sosial ekonomi masyarakat menuju ke arah yang
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN AGUSTUS 2013
No.65/11/63/Th XVII/6 November 2013 KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN AGUSTUS 2013 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) di Kalimantan Selatan keadaan Agustus 2013 sebesar 69,08 persen. Mengalami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. nasional berbasis pertanian dan pedesaan secara langsung maupun tidak langsung
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan kemiskinan di pedesaan merupakan salah satu masalah pokok pedesaan yang harus segera diselesaikan dan menjadi prioritas utama dalam pelaksanaan pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penduduk miskin di Indonesia berjumlah 28,55 juta jiwa dan 17,92 juta jiwa diantaranya bermukim di perdesaan. Sebagian besar penduduk desa memiliki mata pencarian
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN AGUSTUS 2014
No.66 /11/ 63 / Th XVIII / 05 November 2014 KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN AGUSTUS 2014 Pada bulan Agustus 2014, jumlah angkatan kerja mencapai 1,94 juta orang atau terjadi penambahan sebesar
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka Tahun 2002 pemerintah melalui Departemen Pertanian RI mengeluarkan kebijakan baru dalam upaya
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN AGUSTUS 2012
No. 63/11/63/Th XVI /05 November 2012 KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN AGUSTUS 2012 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) di Kalimantan Selatan keadaan Agustus 2012 sebesar 71,93 persen.
Lebih terperinciLAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 16/Permentan/OT.140/2/2008 TANGGAL : 11 Pebruari 2008 BAB I PENDAHULUAN. 1.1.
LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 16/Permentan/OT.140/2/2008 TANGGAL : 11 Pebruari 2008 BAB I 1.1. Latar Belakang PENDAHULUAN Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2007 jumlah
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 01/Permentan/OT.140/1/2014 TENTANG
PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 01/Permentan/OT.140/1/2014 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN TAHUN ANGGARAN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) Peran kelembagaan dalam membangun dan mengembangkan
Lebih terperinciPEDOMAN UMUM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN (PUAP) BAB I PENDAHULUAN
5 2012, No.149 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN TENTANG PEDOMAN UMUM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN (PUAP) NOMOR : 04/Permentan/OT.140/2/2012 TANGGAL : 1 Pebruari 2012 PEDOMAN UMUM PENGEMBANGAN
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 06/Permentan/OT.140/2/2015 TENTANG
PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 06/Permentan/OT.140/2/2015 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN TAHUN ANGGARAN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sektor pertanian dan agribisnis di pedesaan merupakan sumber pertumbuhan perekonomian nasional. Agribisnis pedesaan berkembang melalui partisipasi aktif petani
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka PUAP adalah sebuah program peningkatan kesejahteraan masyarakat, merupakan bagian dari pelaksanaan program
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian berperan penting dalam perekonomian Indonesia dan dalam pembangunan nasional. Pembangunan dan perubahan struktur ekonomi tidak bisa dipisahkan dari
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. bermata pencaharian sebagai petani yang bertempat tinggal di pedesaan. Sektor
A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani yang bertempat tinggal di pedesaan. Sektor pertanian memiliki peran
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN AGUSTUS 2011
No.061/11/63/Th. XV, 7 November 2011 KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN AGUSTUS 2011 Jumlah angkatan kerja di Kalimantan Selatan keadaan Agustus 2011 mencapai 1,92 juta orang, mengalami peningkatan
Lebih terperinciKEMENTERIAN PERTANIAN PEDOMAN UMUM. Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan
KEMENTERIAN PERTANIAN PEDOMAN UMUM Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan 2011 PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : TENTANG PEDOMAN UMUM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN (PUAP) DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 11/Permentan/OT.140/3/2011 TENTANG
PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 11/Permentan/OT.140/3/2011 TENTANG PERUBAHAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 09/PERMENTAN/OT.140/2/2011 TENTANG PEDOMAN UMUM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. misalkan susu dari hewan ternak, sutera dari ulat sutera, dan madu dari
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pertanian sebagai sumber kehidupan yang strategis. Istilah kehidupan diartikan sebagai keinginan untuk bertahan disertai usaha untuk memperolehnya. Ketika kehidupan
Lebih terperinciBADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KALIMANTAN SELATAN Seuntai Kata Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik (BPS) setiap 10 (sepuluh) tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai pendamping dan pembimbing pelaku utama dan pelaku usaha. Penyuluh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Percepatan pembangunan pertanian memerlukan peran penyuluh pertanian sebagai pendamping dan pembimbing pelaku utama dan pelaku usaha. Penyuluh mempunyai peran penting
Lebih terperinciKEBIJAKAN TEKNIS PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN
KEBIJAKAN TEKNIS PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN Disampaikan Pada Rakornas Gubernur Dan Bupati/Walikota DEPARTEMEN PERTANIAN Jakarta, 31 Januari 2008 1 LATAR BELAKANG Pengembangan Usaha
Lebih terperinciMONITORING DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN (PUAP) SKRIPSI. Oleh : MARTIANA LAIA PKP
MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN (PUAP) (Studi Kasus: Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang) SKRIPSI Oleh : MARTIANA LAIA 070309004 PKP PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01/Permentan/OT.140/1/2014 TENTANG
PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01/Permentan/OT.140/1/2014 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN TAHUN ANGGARAN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA,LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA,LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan ( PUAP ) Berdasarkan surat Keputusan Menteri Pertanian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya pemerintah Indonesia dalam pengembangan pertanian yang berbasis agribisnis dimasa yang akan datang merupakan salah satu langkah yang harus dilakukan untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat ditunda dan harus menjadi prioritas utama dalam meningkatkan. 29,41%, tahun 2013 tercatat 29,13%, dan 2014 tercatat 28,23%.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan merupakan masalah pokok nasional yang penanggulangannya tidak dapat ditunda dan harus menjadi prioritas utama dalam meningkatkan kesejahteraan nasional.
Lebih terperinci(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) 1. Tanah laut , , , ,
LUAS PANEN, HASIL PER HEKTAR DAN PRODUKSI PADI SAWAH PER KABUPATEN AREA HARVESTED, YIELD RATE AND PRODUCTION OF WET LAND PADDY BY DISTRICT District Panen Ha Produksi Panen Ha Panen Ha Panen Ha 1. Tanah
Lebih terperinciLAPORAN UMUM TAHUNAN PENERAPAN DAN PENCAPAIAN SPM PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
LAPORAN UMUM TAHUNAN PENERAPAN DAN PENCAPAIAN SPM PROVINSI KALIMANTAN SELATAN BIRO ORGANISASI SEKRETARIAT DAERAH KALIMANTAN SELATAN BANJARBARU 2013 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Monitoring Monitoring (pemantauan), yang berasal dari kata Latin memperingatkan, dipandang sebagai teknik manajemen
Lebih terperinciHASIL PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA AKREDITASI SEKOLAH/MADRASAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2016
HASIL PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA AKREDITASI SEKOLAH/MADRASAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 06 BAN SM ACEH HASIL ANALISIS DATA AKREDITASI TAHUN 06 HASIL PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA AKREDITASI SEKOLAH/MADRASAH
Lebih terperinciPENGEMBANGAN USAHA AGRIBINIS PEDESAAN (PUAP) DI PROVINSI BENGKULU
KODE: 26/1801.019/012/RDHP/2013 PENGEMBANGAN USAHA AGRIBINIS PEDESAAN (PUAP) DI PROVINSI BENGKULU PENELITI UTAMA Dr. Wahyu Wibawa, MP. BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU 2013 LEMBAR PENGESAHAN
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA,LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN
TINJAUAN PUSTAKA,LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) Seiring dengan perkembangan dan perubahan kepemimpinan di pemerintahan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan tingginya tingkat kemiskinanberhubungan erat dengan permasalahan pertanian di Indonesia. Menurut Nasution (2008), beberapa masalah pertanian yangdimaksud
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan pertanian berkelanjutan merupakan suatu program yang mutlak dilakukan dalam upaya pemenuhan kebutuhan pangan, memperluas lapangan kerja dan pengentasan masyarakat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang mempunyai peran penting dalam pembangunan nasional, karena sektor ini menyerap sumber daya manusia yang paling besar dan merupakan
Lebih terperinciTipologi Wilayah Hasil Pendataan Potensi Desa (Podes) 2014
Nomor : 015/02/63/Th. XIX, 16 Februari 2015 Tipologi Wilayah Hasil Pendataan Potensi Desa (Podes) 2014 Pendataan Potensi Desa (Podes) dilaksanakan tiga kali dalam sepuluh tahun. Berdasarkan hasil Podes
Lebih terperinciABSTRACT. Hendra Saputra 1) dan Jamhari Hadipurwanta 2) ABSTRAK
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PETANI TERHADAP KEBERHASILAN PROGRAM BLM PUAP DI GAPOKTAN TRI LESTARI, KAMPUNG TRI TUNGGAL JAYA, KECAMATAN BANJAR AGUNG, KABUPATEN TULANG BAWANG Hendra Saputra 1) dan Jamhari
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI Tinjauan Pustaka Gabungan Kelompok Tani (Gapokan) PERMENTAN Nomor 16/Permentan/OT.140/2/2008 tentang Pedoman Umum Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) menetapkan
Lebih terperinciKalimantan Selatan. Pasar Terapung Muara Kuin
418 Penghitungan Indeks Indonesia 2012-2014 Kalimantan Selatan Pasar Terapung Muara Kuin Pasar Terapung Muara [Sungai] Kuin atau Pasar Terapung Sungai Barito adalah pasar terapung tradisional yang berada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan pembangunan nasional adalah mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila. Pembangunan merupakan salah satu cara untuk mencapai keadaan tersebut,
Lebih terperinciPRAKTIKUM MK. KOPERASI DAN KELEMBAGAAN AGRIBISNIS Jati diri Koperasi-Prinsip dan Nilai Koperasi
PRAKTIKUM MK. KOPERASI DAN KELEMBAGAAN AGRIBISNIS Jati diri Koperasi-Prinsip dan Nilai Koperasi Oleh : Ade Permana (H34096001), Desy Kartikasari (H34096017), Devi Melianda P (H34096020), Mulyadi(H34096068)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang di dunia yang masih
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara berkembang di dunia yang masih menghadapi sejumlah permasalahan, baik di bidang ekonomi, sosial, hukum, politik, maupun
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 04/Permentan/OT.140/2/2012 TENTANG PEDOMAN UMUM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN (PUAP)
PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 04/Permentan/OT.140/2/2012 TENTANG PEDOMAN UMUM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN (PUAP) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinci2013, No BAB I PENDAHULUAN
2013, No.149 6 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 08/Permentan/OT.140/1/2013 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN PEDOMAN PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN
Lebih terperinciPEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG PENAMBAHAN PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH DAERAH KEPADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM TAHUN ANGGARAN
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Laju 2008 % 2009 % 2010* % (%) Pertanian, Peternakan,
I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kemiskinan merupakan permasalahan yang banyak dihadapi oleh setiap negara di dunia. Sektor pertanian salah satu sektor lapangan usaha yang selalu diindentikan dengan kemiskinan
Lebih terperinciIV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu 4.2 Data dan Instrumentasi
IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Pemilihan lokasi penelitian dilakukan dengan sengaja (purposive) dengan alasan bahwa lokasi tersebut adalah salah satu lokasi pengembangan pertanian porduktif
Lebih terperinciNomor 16 Tahun. (PBB) mengenai. yang telah dilatih. Sensus Penduduk. yang diperoleh dari. dari. setinggi tingginya
Sekapur Sirih Sebagai pengemban amanat Undang Undang Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) mengenai Sensus Penduduk dan Perumahan Tahun 2010 (Population and Housing Census Round 2010), BPS menyelenggarakan
Lebih terperinciKAJIAN PERAN LEMBAGA KEUANGAN MIKRO AGRIBISNIS DALAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS DI PERDESAAN KABUPATEN WONOSOBO ABSTRAK
KAJIAN PERAN LEMBAGA KEUANGAN MIKRO AGRIBISNIS DALAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS DI PERDESAAN KABUPATEN WONOSOBO Herwinarni E.M. dan Wahyudi Hariyanto Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat berkembang dibandingkan dengan sektor industri. Permodalan menjadi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai negara agraris, sektor pertanian di Indonesia justru paling tidak dapat berkembang dibandingkan dengan sektor industri. Permodalan menjadi masalah utama lambatnya
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka Tahun 2002 pemerintah melalui Departemen Pertanian RI mengeluarkan kebijakan baru dalam upaya untuk
Lebih terperinciEFEKTIFITAS PELAKSANAAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PEDESAAN (PUAP)
WAHANA INOVASI VOLUME 5 No.2 JULI-DES 2016 ISSN : 2089-8592 EFEKTIFITAS PELAKSANAAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PEDESAAN (PUAP) Khairunnisyah Nasution Dosen Fakultas Pertanian UISU, Medan ABSTRAK
Lebih terperinciRENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PEMBIAYAAN PERTANIAN TA. 2014
RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PEMBIAYAAN PERTANIAN TA. 2014 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii BAB
Lebih terperinciTim Pendampingan PUAP BPTP Jatim
Workshop Penumbuhan LKM-A pada Gapoktan PUAP di Jawa Timur 29-30 Agustus 2012 Di Hotel Pelangi Malang Oleh: Tim Pendampingan PUAP BPTP Jatim Pendahuluan Menurut definisinya, workshop atau lokakarya bisa
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bentuk program bantuan penguatan modal yang diperuntukkan bagi petani
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bentuk Bantuan Modal Pertanian Bentuk program bantuan penguatan modal yang diperuntukkan bagi petani pertama kali diperkenalkan pada tahun 1964 dengan nama Bimbingan Massal
Lebih terperinci(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) 1. Tanah laut 9, ,770 25, ,735 6, ,355 42,
LUAS PANEN, HASIL PER HEKTAR DAN PRODUKSI PADI SAWAH PER KABUPATEN AREA HARVESTED, YIELD RATE AND PRODUCTION OF WET LAND PADDY BY DISTRICT District Panen Ha Produksi Panen Ha Panen Ha Panen Ha 1. Tanah
Lebih terperinciKeadaan Ketenagakerjaan Kalimantan Selatan Agustus 2017
Keadaan Ketenagakerjaan Kalimantan Selatan 2017 No. 064/11/63/Th. XIX, 06 November 2017 Keadaan Ketenagakerjaan Kalimantan Selatan 2017 Kalimantan Selatan mengalami TPT sebesar 4,77 persen. Jumlah angkatan
Lebih terperinciPEDOMAN UMUM. Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) nis Perdesaan (PUAP)
PEDOMAN UMUM Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) Pengembangan Usaha Agribisn nis Perdesaan (PUAP) KEMENTERIAN PERTANIAN 2010 DAFTAR ISI Peraturan Menteri Pertanian........ Daftar Isi... Daftar
Lebih terperinciPEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH DAERAH KEPADA KOPERASI DAN USAHA KECIL MENENGAH DI PROVINSI KALIMANTAN
Lebih terperinciII TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Bentuk Bantuan Modal pada Pertanian
II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Bentuk Bantuan Modal pada Pertanian Bentuk program bantuan penguatan modal yang diperuntukkan bagi petani pertama kali pada tahun 1964 dengan nama Bimbingan Masal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKM-A) merupakan satu dari. sekian banyak lembaga keuangan yang terbentuk dari program-program
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKM-A) merupakan satu dari sekian banyak lembaga keuangan yang terbentuk dari program-program pemberdayaan masyarakat dalam rangka
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Pengelolaan Dana Simpan Pinjam LKM GAPOKTAN Ngudi Raharjo II dalam Memberdayakan Msyarakat.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pengelolaan Dana Simpan Pinjam LKM GAPOKTAN Ngudi Raharjo II dalam Memberdayakan Msyarakat. Dalam rangka mensejahterakan hidup masyarakat di Desa Pagerwojo yang
Lebih terperinciPerkembangan Kelembagaan Petani Melalui Pemanfaatan Dana PUAP (Hasil Studi Lapang Di Kecamatan Pangururan, Kabupaten Samosir, Sumatera Utara) Oleh:
Perkembangan Kelembagaan Petani Melalui Pemanfaatan Dana PUAP (Hasil Studi Lapang Di Kecamatan Pangururan, Kabupaten Samosir, Sumatera Utara) Oleh: Irwanto, SST (Widyaiswara Balai Pelatihan Pertanian Jambi)
Lebih terperinciEVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN (PUAP) DI KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR. Siti Abir Wulandari
EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN (PUAP) DI KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR Siti Abir Wulandari Fakultas Pertanian Universitas Batanghari Jambi Email : abir_wulandari@yahoo.com
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang sangat penting dalam pembangunan nasional karena sektor ini menyerap sumber daya manusia yang paling besar dan merupakan sumber
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. (NSB) termasuk Indonesia sering berorientasi kepada peningkatan pertumbuhan
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program ekonomi yang dijalankan negara-negara Sedang Berkembang (NSB) termasuk Indonesia sering berorientasi kepada peningkatan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB)
Lebih terperinciKEYNOTE SPEECH. Pada Seminar Nasional MENUJU PENDIRIAN BANK PERTANIAN (IPB International Convention Center, Bogor, 11 Mei 2009)
KEYNOTE SPEECH Pada Seminar Nasional MENUJU PENDIRIAN BANK PERTANIAN (IPB International Convention Center, Bogor, 11 Mei 2009) Assalaamu alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh. Gubernur Bank Indonesia Rektor
Lebih terperinciII TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Program Pembiayaan Pertanian
II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Program Pembiayaan Pertanian Dalam upaya pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sektor pertanian telah dilaksanakan banyak program pembiayaan pertanian.
Lebih terperinciPERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN MEI 2012
No. 32 /06/63/Th.XV, 1 Juni 2012 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN MEI 2012 A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI NILAI TUKAR PETANI ( NTP) BULAN MEI 2012 SEBESAR 108,29 ATAU
Lebih terperinciAlamat : Jln.Brigjen H. Hasan Basri No.40, Banjarmasin - Kalimantan Selatan 70124, Telp. : Fax. :
BALAI BESAR POM DI BANJARMASIN Email : bbpom_banjarmasin@yahoo.com; bpom_banjarmasin@pom.go.id; Alamat : Jln.Brigjen H. Hasan Basri No.4, Banjarmasin - Kalimantan Selatan 7124, Telp. : 511-334286 Fax.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, Indonesia merupakan bagian dari negara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman, Indonesia merupakan bagian dari negara berkembang yang memiliki kekayaan sumber daya alam yang melimpah dan terus mengupayakan pembangunan,
Lebih terperinciPERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI KALIMANTAN SELATAN BULAN JUNI 2011
No. 33/07/63/Th.IV, 1 Juli 2011 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI KALIMANTAN SELATAN BULAN JUNI 2011 Nilai Tukar Petani (NTP) Kalimantan Selatan Bulan Juni 2011 TURUN 0,38 persen. Nilai Tukar Petani (NTP)
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM-MP)
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM-MP) adalah program nasional yang menjadi kerangka dasar dan acuan pelaksanaan program-program pengentasan
Lebih terperinciBERITA RESMI STATISTIK
Hasil Pendaftaran (Listing) Usaha/Perusahaan Sensus Ekonomi 2016 No. 31/04/Th. XX, 24 Mei 2017 BERITA RESMI STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KALIMANTAN SELATAN Hasil Pendaftaran (Listing) Usaha/Perusahaan
Lebih terperinciPETUNJUK PELAKSANAAN PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN EKONOMI PETANI
PETUNJUK PELAKSANAAN PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN EKONOMI PETANI PUSAT PENYULUHAN PERTANIAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SUMBERDAYA MANUSIA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2012 i ii KATA PENGANTAR Pengembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian adalah sebuah proses perubahan sosial yang terencana di bidang pertanian. Pembangunan pertanian tidak hanya ditujukan untuk meningkatkan status
Lebih terperinciNASKAH REKOMENDASI KEBIJAKAN 1 PENGUATAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA MINA PERDESAAN PERIKANAN TANGKAP (PUMP-PT)
NASKAH REKOMENDASI KEBIJAKAN 1 PENGUATAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA MINA PERDESAAN PERIKANAN TANGKAP (PUMP-PT) RINGKASAN Program Pengembangan Usaha Mina Pedesaan Perikanan Tangkap (PUMP PT) merupakan bagian
Lebih terperinciBAB III METODE KAJIAN
21 BAB III METODE KAJIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Kegiatan ini dilakukan di Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung. Hal ini disebabkan selain provinsi tersebut adalah target sasaran wilayah program Pengembangan
Lebih terperinciPENGEMBANGAN PUAP UNTUK MENGATASI PERMASALAHAN MODAL KERJA PETANI DI PROVINSI SULAWESI TENGAH
PENGEMBANGAN PUAP UNTUK MENGATASI PERMASALAHAN MODAL KERJA PETANI DI PROVINSI SULAWESI TENGAH Yennita Sihombing 1) dan Novilia Santri 2) 1) Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Jl.
Lebih terperinciINDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016
No. 28/05/63/Th.XXI/5 Mei 2017 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 IPM Kalimantan Selatan Tahun 2016 Pembangunan manusia di Kalimantan Selatan pada tahun 2016 terus mengalami kemajuan yang ditandai
Lebih terperinciGubernur Jawa Barat. PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 84 Tahun 2009 TENTANG PENGUATAN LEMBAGA DISTRIBUSI PANGAN MASYARAKAT TAHUN 2009
Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 84 Tahun 2009 TENTANG PENGUATAN LEMBAGA DISTRIBUSI PANGAN MASYARAKAT TAHUN 2009 GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pengendalian
Lebih terperinciLAPORAN AKHIR BIDANG KEGIATAN : PKM-PENELITIAN
i LAPORAN AKHIR STUDI PERBANDINGAN TINGKAT EFEKTIFITAS PENGALOKASIAN DANA PUAP TERHADAP GAPOKTAN (STUDI KASUS : Desa Cikarawang dan Desa Petir, Kabupaten Bogor) BIDANG KEGIATAN : PKM-PENELITIAN Diusulkan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Letak dan Keadaan Geografis Kelurahan Tumbihe Kecamatan Kabila Kabupaten Bone Bolango terdiri dari Tiga (3) Lingkungan yaitu
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP
KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. dipecahkan terutama melalui mekanisme efek rembesan ke bawah (trickle down
BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Pada mulanya pembangunan selalu diidentikkan dengan upaya peningkatan pendapatan per kapita atau populer disebut sebagai strategi pertumbuhan ekonomi (Kuncoro, 2010:
Lebih terperinciProyeksi Penduduk Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Selatan. UNITED NATIONS POPULATION FUND JAKARTA 2015
Proyeksi Penduduk Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Selatan 2010-2020 BADAN PUSAT STATISTIK UNITED NATIONS POPULATION FUND JAKARTA 2015 BADAN PUSAT STATISTIK Proyeksi Penduduk Kabupaten/Kota Provinsi
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 18 TAHUN 2007 TENTANG
PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 18 TAHUN 2007 TENTANG PENAMBAHAN PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN KEPADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM INTAN BANJAR KABUPATEN BANJAR
Lebih terperinciJumlah rumah tangga usaha pertanian di Kalimantan Selatan Tahun 2013 sebanyak rumah tangga
Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kalimantan Selatan Tahun 2013 sebanyak 432.359 rumah tangga Jumlah perusahaan pertanian berbadan hukum di Kalimantan Selatan Tahun 2013 sebanyak 131 Perusahaan Jumlah
Lebih terperinciLAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2011 PENENTUAN DESA CALON LOKASI PUAP 2011 DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN
LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2011 PENENTUAN DESA CALON LOKASI PUAP 2011 DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN Oleh : Sahat M. Pasaribu Julia F. Sinuraya Erizal Jamal Bambang Prasetyo
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. menanggulangi kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja diperdesaan,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jumlah penduduk miskin di Indonesia tercatat 13,33% dan sekitar 63,37% dari jumlah tersebut berada di perdesaan dengan mata pencaharian utama di sektor pertanian (Badan
Lebih terperinci