PENERAPAN HUNGARIAN INVENTORY CONTROL MODEL UNTUK MANAJEMEN PERSEDIAAN BANTUAN BENCANA GEMPA YANG BERPOTENSI TSUNAMI DI KOTA PADANG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENERAPAN HUNGARIAN INVENTORY CONTROL MODEL UNTUK MANAJEMEN PERSEDIAAN BANTUAN BENCANA GEMPA YANG BERPOTENSI TSUNAMI DI KOTA PADANG"

Transkripsi

1 PENERAPAN HUNGARIAN INVENTORY CONTROL MODEL UNTUK MANAJEMEN PERSEDIAAN BANTUAN BENCANA GEMPA YANG BERPOTENSI TSUNAMI DI KOTA PADANG Haiva Wahyu Jurusan Teknik Industri, Fakutas Teknik, Universitas Andaas, Padang Sumatera Barat Abstract Padang is a region in Indonesia that has in danger of earthquake disaster. It is caused by geographic side. Padang is confined by Lautan Hindia, it is possibe for happening tectonic earthquake by empeng Hindia-Austraia and Eurasia which ocated 200 km from seaside of Padang. Now, Padang has a storage pace for aids in BPBD, but it is not efficienty and effectivey functioned because it does not have enough inventory of aids. If there is a disaster, so aids distribution ony happened after getting aids from others. It wi make peope and government busy and panic. Panning and management inventory of aids are important for Padang to do. This research wi expain the panning and management inventory by using Hungarian Inventory Contro Mode. It is used for determining how many aids can be saved with minimum cost in BPBD. Based on the cacuation, the first decision variabes, the warehouse capacitiy for each item, 124 packets of famiy kit, 166 units of tend, 451 packets of baby kit, 577 packets of drinking water, 105 packets of banket, and 172 packets of hygiene kit. And the second optima decision variabes, number of each item, 124 packets of famiy kit, 113 units of tend, 451 packets of baby kit, 577 packets of drinking water, 105 packets of banket, and 172 packets of hygiene kit. with optima cost is Rp ,00. Keywords: disaster, Hungarian Inventory Contro Mode, inventory. 1. LATAR BELAKANG Indonesia terkena sebagai daerah yang memiiki tingkat aktivitas gempa bumi yang tinggi. Ha tersebut diakibatkan oeh etak geografis Indonesia yang merupakan daerah pertemuan tiga empeng tektonik utama dunia yakni Samudera India Austraia di sebeah seatan, Samudera Pasifik di sebeah Timur dan Eurasia, dimana sebagian besar wiayah Indonesia berada di daamnya (Harjadi, 2010). Sejak tahun 1991 sampai dengan 2009 tercatat teah terjadi 30 kai gempa besar dan 14 kai tsunami meanda Indonesia. Pada 12 Desember 1991 Tsunami Fores teah menean korban 2000 jiwa ebih, diikuti Tsunami Jawa Timur 1994, Tsunami Biak 1996, Tsunami Suawesi tahun 1998, Tsunami Mauku Utara 2000 dan Tsunami Raksasa Aceh Desember 2004 yang mengakibatkan jiwa meningga, orang dinyatakan hiang, serta 2005, Jawa Barat 2006, Bengkuu 2007, dan Gempa Padang Berdasarkan data tersebut maka disimpukan bahwa rata-rata hampir 1 tahun sekai tsunami menghantam pantai kepuauan Indonesia (Harjadi, 2010). ribuan rumah dan bangunan rusak, Nias Sebagai negara yang rawan bencana, pemerintah Indonesia peru untuk mempersiapkan diri daam meakukan penangguangan bencana. Ha ini dipertegas oeh Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 Pasa 5 tentang penangguangan bencana. Daam undang-undang ini disebutkan bahwa penyeenggaraan penangguangan bencana merupakan tanggung jawab pemerintah dan pemerintah daerah. Penangguangan bencana dapat diakukan dengan mengikuti tahap-tahap yang ada daam manajemen bencana. Menurut Triutomo, dkk (2011), manajemen bencana terdiri atas 4 tahap yaitu tahap perencanaan strategis, tahap persiapan, tahap prabencana, dan tahap pascabencana. Sedangkan tahap terpenting (Haiva Wahyu) 1

2 daam manajemen bencana menurut Atay, dkk (2006) daam peneitiannya adaah perencanaan strategis. Baik buruknya perencanaan strategis akan sangat mempengaruhi tahap-tahap manajemen seanjutnya. Seain itu, perencanaan merupakan saah satu kegiatan daam Pra bencana yang ditujukan untuk mengurangi resiko bencana (PNPM Mandiri). Buruknya penangguangan bencana dapat diakibatkan oeh tidak adanya perencanaan dari negara terutama dari pemerintah daerah. Ha ini dapat diihat dari pengaaman Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) daam meakukan penangguangan bencana gempa. Kesibukan dan kepanikan yang uar biasa terihat di Bantu 27 Mei Pada hari-hari pertama pasca gempa, masingmasing warga disibukkan dengan pembenahan kondisi di ingkungannya, seperti membuat tenda dari bahan seadanya untuk tempat berindung para pengungsi, sambi terus meakukan koordinasi dan komunikasi antar anggota dan pihak pemerintah/desa. Bantuan beum ada, semua mengandakan bahan makanan yang tersisa (yang sebenarnya sudah tertimbun reruntuhan), termasuk memanfaatkan tanaman-tanaman pangan yang masih tumbuh di sekitar rumah (PNPM Mandiri). Dengan keadaan demikian, tidak menutup kemungkinan bertambahnya korban bencana dikarenakan tidak adanya persediaan bantuan yang tersedia. Berbicara mengenai pemenuhan kebutuhan dasar korban bencana, maka sangat diperukan adanya manajemen persediaan bantuan. Ha ini dikarenakan korban bencana pada umumnya tidak memiiki sumber daya keuangan yang cukup untuk meninggakan daerah bencana dan mencari makanan, obat, pakaian, dan kebutuhan dasar ainnya. Menurut Ozbey dan Ozguven (2007) daam peneitiannya menyebutkan bahwa manajemen persediaan bantuan adaah upaya untuk menyediakan kebutuhan dasar korban bencana secara efisien. Tujuannya adaah untuk meminimasi kekurangan bantuan dan menyeamatkan jiwa korban. Bertoak dari pengertian dan tujuan persediaan tersebut, maka manajemen persediaan bantuan menjadi ha penting guna memenuhi kebutuhan dasar korban bencana. Adapun kebutuhan dasar korban yang harus dipenuhi menurut Pasa 35 tahun 2007 adaah kebutuhan air bersih dan sanitasi, pangan, sandang, ayanan kesehatan, psikososia dan papan. Bukan hanya daam Undang-undang, Atay, dkk (2006) daam peneitiannya juga menyatakan bahwa manusia sebagai makhuk hidup tidak memiiki kapasitas untuk bertahan hidup tanpa makanan, air, obat dan sheter daam beberapa hari. Perencanaan dan manajemen persediaan bantuan menjadi ha penting untuk diakukan bagi kota Padang. Padang berbatasan dengan Lautan Hindia berpotensi terancam bahaya Tsunami yang dipicu oeh adanya gempa tektonik pada zona subduksi empeng Hindia-Austraia dan Eurasia yang berjarak sekitar 200 km dari tepi pantai barat kota ini (Yunarto, dkk 2009). Ha ini menyebabkan Padang menjadi saah satu daerah di Indonesia yang rawan terkena gempa yang berpotensi tsunami. Meskipun ancaman terjadinya gempa yang berpotensi tsunami di Padang begitu besar, namun sampai saat ini pemerintah kota Padang beum meakukan perencanaan secara jeas untuk mengestimasi berapa jumah bantuan yang dibutuhkan. Menurut Suhendar (2011), daam menentukan jumah bantuan yang dibutuhkan, pemerintah kota Padang meakukannya berdasarkan perkiraan karena tidak adanya data yang vaid mengenai jumah korban dan jumah bantuan yang dibutuhkan, sehingga tidak sesuai dengan kebutuhan. Saat ini, kota Padang teah memiiki warehouse untuk menyimpan sejumah bantuan, namun beum difungsikan secara efisien dan efektif karena beum diisi dengan persediaan bantuan. Sehingga jika terjadi bencana, maka pemberian bantuan hanya akan diakukan seteah mendapatkan bantuan dari uar. Ha ini akan dapat mengakibatkan kesibukan dan kepanikan yang uar biasa bagi pemerintah dan warga kota Padang jika terjadi bencana tersebut. Dengan adanya perencanaan dan manajemen persediaan diharapkan dapat menyeamatkan nyawa manusia karena nyawa manusia yang teah terseamatkan dari bencana akan sangat berharga. Segaa ancaman nyata terhadap keseamatan orang-orang yang seamat (contohnya keaparan) harus dapat diminimasi. Ha ini sesuai dengan Undang-Undang Repubik Indonesia Nomor 24 tahun 2007 tentang Penangguangan Bencana Pasa 26 ayat 2 (Haiva Wahyu) 2

3 yang menyatakan bahwa setiap orang yang menjadi korban bencana berhak mendapatkan bantuan pemenuhan kebutuhan dasar. Sehingga penting bagi kota Padang untuk meakukan perencanaan persediaan bantuan kemanusiaan. 2. FORMULASI MASALAH, TUJUAN DAN BATASAN 2.1. Perumusan Masaah Berdasarkan atar beakang tersebut, maka perumusan masaah pada peneitian ini adaah bagaimana sebaiknya pemerintah kota Padang menentukan komoditi dan jumah bantuan yang harus dipersiapkan daam menghadapi bencana gempa yang berpotensi Tsunami Tujuan Tujuan dari peneitian ini yaitu: 1. Mengidentifikasi komoditi kebutuhan kota Padang daam ha manajemen persediaan bantuan kebutuhan dasar 2. Menentukan jumah kebutuhan yang harus disimpan 2.3. Batasan 1. Peneitian hanya diakukan untuk penanganan bencana gempa yang berpotensi Tsunami pada kota Padang 2. Warehouse yang digunakan sebagai tempat penyimpanan persediaan adaah warehouse di Kantor Badan Penangguangan Bencana Daerah. 3. LANDASAN TEORITIS 3.1 Pengertian Bencana dan Jenis-jenis Bencana Sebeum membahas jauh mengenai bencana, penting untuk diketahui pengertiannya. Berikut ini beberapa pengertian bencana : 1. Menurut UU No.24/2007, bencana adaah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik oeh faktor aam dan/ 2. Bencana menurut Internationa Strategy for Disaster Reduction (ISDR) adaah suatu gangguan serius terhadap keberfungsian suatu masyarakat, sehingga menyebabkan kerugian yang meuas pada kehidupan manusia dari segi materi, ekonomi atau ingkungan dan meampau kemampuan masyarakat yang bersangkutan untuk mengatasi dengan menggunakan sumber daya mereka sendiri.(pnpm Mandiri) Adapun jenis bencana menurut Undang- Undang Nomor 24 Pasa 1 Tahun 2007 adaah sebagai berikut : 1. Bencana aam Bencana yang diakibatkan oeh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oeh antara ain: gempa bumi, tsunami, gunung meetus, banjir, kekeringan, angin topan/puting beiung, dan tanah ongsor. Gempa bumi terjadi karena pergesekan antar empeng tektonik yang berada di bawah permukaan bumi. Dampak dari pergesekan itu menimbukan energi uar biasa dan menimbukan goncangan di permukaan dan seringkai menimbukan kerusakan hebat pada sarana seperti rumah/bangunan, jaan, jembatan, tiang istrik. Berdasarkan sumber penyebabnya, ada 3 jenis gempa bumi (Paripurno tahun): Gempa bumi tektonik adaah gempa bumi yang disebabkan oeh peepasan energi akibat pergerakan empeng bumi atau patahan. Gempa jenis ini paing banyak menimbukan kerusakan dan banyak korban. Gempa tektonik pada umumnya berkekuatan ebih dari 5 skaa Richter Gempa bumi vukanik adaah gempa bumi yang disebabkan oeh peepasan energi akibat aktivitas gunung berapi yaitu pergerakan magma yang menekan/mendorong apisan batuan sehingga pergeseran bebatuan di daamnya menimbukan terjadinya gempa bumi. Kekuatan gempa vukanik hanya berkekuatan kurang dari 4 skaa Richter. a. Gempabumi induksi adaah gempa bumi atau faktor non aam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbunya korban jiwa manusia, kerusakan ingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikoogis. yang disebabkan oeh peepasan energi akibat sumber ain seperti runtuhan tanah. Gempa ini disebut juga gempa terban. Kekuatannya sangat keci, bahkan tidak terasa sehingga hanya dapat dideteksi seismograf. (Haiva Wahyu) 3

4 Gempa bumi sering diikuti dengan gempa susuan daam beberapa jam atau hari seteah gempa pertama yang dapat menyebabkan penghancuran pada bangunan yang teah retak/goyah akibat gempa sebeumnya. 2. Bencana non aam Bencana yang diakibatkan oeh peristiwa atau rangkaian peristiwa non aam yang antara ain berupa gaga tekhnoogi, gaga modernisasi, epidemik, dan wabah penyakit. 3. Bencana sosia Bencana yang diakibatkan oeh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang diakibatkan oeh manusia yang meiputi konfik sosia antar keompok atau antar komunitas masyarakat, dan teror. Setiap bentuk bencana akan memerukan penangguangan secepat mungkin. Penangguangan bencana akan berbeda untuk masing-masing jenis bencana. 3.2 Penangguangan Bencana Tahapan/bidang kerja penangguangan bencana daam manajemen bencana dikena sebagaimana digambarkan sebagai berikut. Gambar 1 Tahapan Penangguangan Bencana Aam (Triutomo dkk, 2011) Menurut Triutomo, dkk (2011), tiap kuadran tidak diakukan secara berurutan pada kenyataannya, contohnya saja tanggap darurat. Tanggap darurat dapat diakukan pada saat sebeum terjadi bencana atau dikena dengan istiah siaga darurat, ketika diprediksi bencana akan segera terjadi. Meskipun saat kejadian bencana beum tiba, namun pada tahap siaga darurat dapat diaksanakan kegiatan tanggap darurat (evakuasi penduduk, pemenuhan kebutuhan dasar berupa penampungan sementara, pemberian bantuan pangan dan non-pangan, ayanan kesehatan dan ainain). Peru dipahami bahwa meskipun teah diakukan berbagai kegiatan pada tahapan siaga darurat, terdapat 2 (dua) kemungkinan situasi yaitu bencana benarbenar terjadi atau bencana tidak terjadi. Namun menurut Pasa 33 UU 24/2007 disebutkan terdapat 3 tahapan, yaitu prabencana, saat tanggap darurat, dan pascabencana. Kuadran Pencegahan dan Mitigasi serta Kesiapsiagan adaah sama dengan Pra- Bencana. Menurut PNPM Mandiri, penangguangan bencana adaah serangkaian upaya komprehensif daam pra-bencana, saat bencana dan pasca bencana. Tahap pra bencana besifat preventif yang ditujukan untuk mengurangi resiko bencana. Kegiatan yang termasuk daam tahap ini meiputi pencegahan, mitigasi atau penjinakan, dan kesiapsiagaan meiputi peringatan dini dan perencanaan. Saat bencana diharapkan adanya peringatan atau tanda bahaya, pengkajian darurat, rencana operasi dan tanggap darurat. Sedangkan pada tahap pasca bencana, upaya yang diakukan terdiri atas rehabiitasi dan rekonstruksi. Berbicara mengenai penangguangan bencana seau terkait dengan sistem ogistik. Menurut Oktarina (2008) daam peneitiannya, definisi ogisitik adaah aktivitas yang berkaitan dengan pengadaan (procurement), penyimpanan (storage) dan penghantaran (deivery) barang sesuai dengan jenis, jumah, waktu, dan tempat yang dikehendaki atau diperukan konsumen dari titik asa (point of origin) ke titik tujuan (point of destination). Bia definisi tersebut dikaitkan dengan ingkup aktivitas penangguangan bencana, maka entitas dan aktivitas manajemen ogistik penangguangan bencana di Indonesia adaah seperti tampak pada Gambar 2.2. Namun, peneitian ini hanya terbatas pada stage suppy. (Haiva Wahyu) 4

5 Organisasi Pemerintah Organisasi NonPemerintah Perusahaan Masyrakat Individua Internasiona Suppy Transhipment Demand Perkiraan Kebutuhan Storage/Tempat Penampungan Pemenuhan Kebutuhan Korban dan Lokasi bencana Gambar 2 Sistem Logistik Penangguangan Bencana (Oktarina, 2008) Apapun bentuk bencana yang terjadi, khususnya bencana aam pasti membutuhkan bantuan yang terstandar. Standar minima bantuan pun teah ditetapkan pemerintah daam peraturan Kepaa Badan Nasiona Penangguangan Bencana nomor 7 tahun Bantuan Pangan Bantuan pangan diberikan daam bentuk bahan makanan, atau masakan yang disediakan oeh dapur umum. Bantuan pangan bagi keompok rentan diberikan daam bentuk khusus. Standar Minima Bantuan : a. Bahan makanan berupa beras 400 gram per orang per hari atau bahan makanan pokok ainnya dan bahan auk pauk. b. Makanan yang disediakan dapur umum berupa makanan siap saji sebanyak 2 kai makan daam sehari. c. Besarnya bantuan makanan (poin a dan b) setara dengan kio kaori (kca). 2. Bantuan Papan Bantuanpenampungan/hunian sementara diberikan daam bentuk tenda-tenda, barak, atau gedung fasiitas umum/sosia, seperti tempat ibadah, gedung oah raga, baai desa, dan sebagainya, yang memungkinkan untuk digunakan sebagai tempat tingga sementara. Standar Minima Bantuan : a. Berukuran 3 (tiga) meter persegi per orang. b. Memiiki persyaratan keamanan dan kesehatan. c. Memiiki aksesibititas terhadap fasiitas umum. d. Menjamin privasi antar jenis keamin dan berbagai keompok usia. 3. Bantuan Sandang Standar minima bantuan sandang adaah: a. Memiiki satu perangkat engkap pakaian dengan ukuran yang tepat sesuai jenis keamin masing-masing, serta peraatan tidur yang memadai sesuai standar kesehatan dan martabat manusia. b. Perempuan dan anak-anak setidaknya memiiki dua perangkat engkap pakaian dengan ukuran yang tepat sesuai budaya, ikim, dan musim. c. Perempuan dan anak-anak gadis setidaknya memiiki dua perangkat engkap pakaian daam dengan ukuran yang tepat sesuai budaya, ikim, dan musim. d. Bayi dan anak-anak dibawah usia 2 tahun harus memiiki seimut dengan ukuran 100 X 70 cm. e. Setiap orang yang terkena bencana harus memiiki aas tidur yang memadai, dan terjaga kesehatannya. f Setiap keompok rentan : bayi, anak usia dibawah ima tahun, anak-anak, ibu hami atau menyusui, penyandang cacat, orang sakit, dan orang anjut usia, memiiki pakaian sesuai kebutuhan masing-masing Manajemen Persediaan Bencana Bencana terjadi di seuruh penjuru dunia dan mengakibatkan berbagai penderitaan. Amerika terkena dengan bencana badai Katrina. Sedangkan Indonesia rentan dianda gempa bumi yang menyita korban jiwa dan banyak kerusakan. Poin penting dari semua ini adaah bagaimana menyadari bahaya dari setiap bencana. Oeh karena itu, diharapkan adanya perhatian yang cukup besar bagi orang-orang yang terseamatkan dari bencana. Saah satunya adaah memperhatikan bagaimana korban yang teah seamat mendapatkan makanan yang cukup untuk bertahan hidup. Dengan demikian mode manajemen persediaan yang reaistis diperukan. Kita mengasumsikan bahwa korban berkumpu pada sheter hanya sebeum dan seteah terjadinya bencana demi keseamatan mereka. Pada peneitiannya, Ozbey dan Ozguven (2007) menyatakan bahwa banyak orang yang tidak memiiki keuangan yang cukup untuk meninggakan area bencana guna mendapatkan makanan, obat-obatan, pakaian atau kebutuhan dasar ainnya. Sehingga kebutuhan dari para korban sebaiknya disediakan secara efisien seama periode bencana. (Haiva Wahyu) 5

6 Untuk mendapatkan mode perkiraan yang sesuai dengan kasus tersebut, penting dipeajari mengenai proses pengiriman dan konsumsi. Poin yang paing penting adaah bagaimana supaya proses pengiriman terjadi tanpa adanya kekurangan. Keadaan ini menuntut untuk seau adanya persediaan yang cukup ketika pengiriman dan konsumsi terjadi secara serentak. Untuk itu, kedua proses ini dideskripsikan sebagai proses stokastik. Program stokastik merupakan too yang tepat untuk perencanaan karena memiiki kemampuan untuk mengatasi ketidaktentuan dengan skenario probabiistik seperti pada bencana dan akibatnya. Terdapat 3 persoaan yang peru dipertimbangkan dengan baik saat terjadinya bencana dan sesaat seteah terjadinya bencana (Ozbay and Ozguven, 2007): 1. Persiapkan gudang/pusat penyimpanan untuk persediaan stok yang dibutuhkan, penerimaan, dan pendistribusian. 2. Persiapkan sistem manajemen persediaan terotomasi untuk mengatur dan mendistribusikan bantuan sampai ke tangan korban. 3. Impementasikan proses rotasi stok untuk mencegah kadaruarsanya bantuan yang disimpan di gudang. Namun peneitian ini hanya difokuskan pada permasaahan pertama daam ha persediaan stok bantuan. Mode persediaan yang sesuai digunakan untuk pada peneitian ini adaah Hungarian Inventory Contro Mode. 3.4 Hungarian Inventory Contro Mode Hungarian Inventory Contro Mode merupakan mode pengendaian persediaan yang dikenakan oeh Prekopa pada tahun Mode ini efektif untuk digunakan pada kasus bencana (Ozbay and Ozguven, 2007). Mode ini bertujuan untuk menentukan tingkat safety stock minima persediaan dengan tidak mengizinkan adanya kekurangan dan dengan biaya yang minimum. Kaaupun ada, hanya sebuah probabiitas ε (ε merupakan niai yang sangat keci). Pada peneitian ini, kita akan menformuasikan permasaahan pengendaian persediaan untuk bencana gempa yang berkekuatan tsunami sebagai Hungarian Inventory Contro Mode. Mode inventory ini digambarkan sebagai mode program stokastik. Adapun parameter Hungarian Inventory Contro Mode pada peneitian adaah: T : interva waktu ε : probabiitas terjadinya kekurangan n : jumah pengiriman pada interva T (frekuensi pengiriman) r : jumah jenis item (bantuan) a : kebutuhan ruangan untuk setiap jenis item f : cost of adjustment g : cost of storage q + : penati (biaya) jika keebihan q - : penati (biaya) jika kekurangan S : eve persediaan awa δ : Jumah minimum stok yang disediakan pada saat pengiriman D : jumah tota stok/permintaan yang disediakan m : safety stock awa pada interva T s : jumah konsumsi pada interva T (frekuensi konsumsi) γ : jumah minima yang dikonsumsi pada saat pengiriman C : jumah tota item yang dikonsumsi M : kapasitas warehouse x : sampe from uniformy distributed popuation pada interva [0, D-n δ] L : ukuran sampe dari x j : integer positif yang dipiih random sampai mencapai L X : parameter proses pengiriman y : sampe from uniformy distributed popuation pada interva [0, C-n γ] N : ukuran sampe dari y k : integer positif yang dipiih random sampai mencapai N Y : Parameter proses konsumsi W : variabe random dari distribusi probabiitas gabungan µ : mean dari perkiraan distribusi ζ : standar deviasi dari perkiraan distribusi p : probabiitas setiap permintaan m u : variabe keputusan, jumah safety stock yang ditambahkan untuk memenuhi konstrain probabiistik M : variabe keputusan, kapasitas penyimpanan untuk setiap item, =1,2,..r e : variabe diskrit W Mode ini digunakan untuk mencari jumah safety stock dengan probabiitas 1- ε, sehingga pengiriman dan konsumsi berjaan dengan ancar tanpa adanya kekurangan pada biaya yang minimum. Jika diasumsikan (Haiva Wahyu) 6

7 niai probabiitas terjadinya kekurangan, ε adaah 0.2 maka, kemungkinan tidak terjadinya kekurangan adaah 80% pada saat itu. Berikut ini adaah asumsi dasar dari Hungarian Inventory Contro Mode: 1. Pengiriman terjadi seama interva waktu yang teah ditentukan 2. Pengiriman bersifat diskrit, fix, dan dibentuk oeh n, yang didapatkan dari data sebeumnya. 3. Proses pengiriman dan konsumsi bersifat independen 4. Pada setiap waktu pengiriman n, jumah minima δ dikirimkan. Jika jumah tota yang dikirimkan adaah D, maka juga terdapat jumah random yang ditentukan dengan memiih ukuran sampe n-1, dari popuasi interva [0, D- n δ]. 5. Proses konsumsi serupa dengan proses pengiriman, dengan parameter C sebagai jumah tota konsumsi, γ sebagai jumah minima konsumsi, dan s sebagai frekuensi konsumsi. Pada mode ini, angkah pertama yang diakukan adaah membagi waktu tota menjadi n periode. Seama periode tersebut, sejumah D dikirimkan ke sheter dan sejumah C dikonsumsi oeh korban. Data D dan C diasumsikan constant dari data histori (berdasarkan pengaaman kota Padang daam menangani gempa 30 September 2009). Kemudian mode ini mendeskripsikan bagaimana pengiriman dan konsumsi diformuasikan pada interva waktu tertentu. Diasumsikan bahwa pengiriman dan konsumsi memiiki frekuensi yang sama (n sama). Untuk setiap waktu interva, sejumah minima bantuan dikirimkan, yaitu δ 0. Dan ukuran sampe dari L (L n) didapatkan dari uniformy distributed popuation pada interva [0, D-n δ] dan dinyatakan daam x 1 * x 2 * x n *. Kemudian n-1 merupakan integer positif dan dinyatakan sebagai j 1 < j 2 < < j n-1 L. Sehingga kuantitas dari bantuan yang dikirimkan diasumsikan sebagai : δ + x * j1, δ + x * j2- x * j1,, δ + x * jn-1- x * jn-2, δ + ( D-nδ )- x * jn-1 (2.1) Mode konsumsi tidak berbeda dengan mode pengiriman. Dan ukuran sampe dari N didapatkan dari uniformy distributed popuation pada interva [0, C-n γ] dan * dinyatakan daam y 1 y * * 2 y n. Kemudian n-1 merupakan integer positif dan dinyatakan sebagai k 1 < k 2 < < k n-1 N. Sehingga kuantitas dari bantuan yang dikonsumsi diasumsikan sebagai : γ + y * k1, γ + y * k2- y * k1,, γ + y * kn-1- y * kn-2, γ + ( C-n γ )- y * kn-1 (2.2) Proses pengiriman dan konsumsi merupakan proses independen, sehingga: X 1 = x * j1, X 2 = x * j2- x * j1, X n-1 = x * jn-1- x * jn-2, X n = ( D-nδ )- x * jn-1 (2.3) Y 1 = y * k1, Y 2 = y * k2- y * k1, Y n-1 = y * kn-1- y * kn-2, Y n = ( C-n γ )- y * kn-1 (2.4) Asumsikan bahwa pengiriman dan konsumsi proses yang independen dan akan ada superscript (I) untuk setiap item. Contohnya P(S) didefinisikan sebagai probabiitas bahwa semua pertidaksamaan sebeumnya terpenuhi dan didekati oeh distribusi probabiitas gabungan dari variabe-variabe acak yang diberikan sebagai berikut: W i () = i γ () + Y 1 () + + Y n () iδ () X 1 () - -X n () untuk = 1,..,r ; i = 1,,n (2.6) Distribusi gabungan dari variabe random ini diperkirakan sebagai distribusi norma mutivariat. Niai ekspektasi dan variansi dari variabe random W () i, = 1,..,r ; i = 1,,n dapat dihitung sebagai berikut (Perkopa, 2006) : (2.7) (2.8) sehingga fungsi tujuan permasaahan ini menjadi : min 1 r r n n m ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) g ( ) M p f ( ) mu qi mu ( qi qi ) (1 ( )) ( ) 1 T 1 i 1 i 1 0 i dengan konstrain : P(W () i m () +m () u ) 1-ε m () +m () u M () m () u 0 untuk=1,..r r 1 a M ( ) ( ) M (2.13) e i dz (2.9) (2.10) (2.11) (2.12) Pada mode ini terdapat dua tahap variabe keputusan. Tahap pertama kita memutuskan niai M (), =1,..,r yaitu kapasitas gudang untuk setiap jenis item. Dan g () (y), =1,..,r merupakan fungsi biaya dari kapasitas gudang. Variabe keputusan tahap kedua adaah m () u 0, u ε U, = 1,..r adaah niai penyesuaian(adjustment) dari safety stock (Haiva Wahyu) 7

8 untuk membuat konstrain probabiistik yang feasibe. Jika pada kt+t, eve safety stock adaah m u () 0, u ε U, = 1,..r maka untuk eve stok yang baru adaah m () + m u () 0, u ε U, = 1,..r. dengan demikian ada biaya penyesuaian yang terjadi, fungsi biaya penyesuaian dari proses konsumsi item didefinisikan sebagai f ()( y), = 1,..r. sedangkan fungsi biaya ainnya adaah biaya keebihan(surpus) dan biaya kekurangan(shortage). Biaya ini merupakan akibat dari keebihan atau kekurangan persediaan di gudang. Biaya kekurangan jauh ebih besar dibandingkan biaya keebihan. Karena pada prinsipnya, nyawa seseorang sangat berharga, sehingga bantuan harus dapat mencukupi kebutuhan dasar korban bencana. 4. METODOLOGI PENELITIAN Berikut adaah fowchart dari metodoogi peneitian yang diakukan. Studi Pendahuuan Kota Padang beum memiiki perencanaan daam ha penyediaan bantuan untuk bencana dan teah memiiki warehouse namun tidak dimanfaatkan secara maksimum. Muai Perumusan Masaah Bagaimana sebaiknya pemerintah kota Padang meakukan perencanaan persediaan bantuan kemanusiaan daam menghadapi bencana gempa yang berkekuatan tsunami. Tujuan Studi Literatur Pentingnya diakukan perencanaan persediaan bantuan kemanusiaan guna menyeamatkan nyawa korban 1. Mengidentifikasi komoditi kebutuhan kota Padang daam ha manajemen persediaan bantuan kebutuhan dasar 2. Menentukan jumah kebutuhan yang harus disimpan 5. PENYELESAIAN DAN ANALISIS Daam menghitung jumah persediaan bantuan yang dibutuhkan kota Padang daam menangguangi bencana gempa yang berkekuatan tsunami, dibutuhkan data kebutuhan awa bantuan untuk tenda yang ditampikan pada Tabe 5.1 dan rekapituasi semua bantuan pada Tabe 5.2 dengan contoh perhitungan seperti di bawah ini. 1. Jumah kebutuhan bantuan tenda keurahan Purus : = jumah penduduk/kapasitas 1 tenda = 473/5 = 94.6 tenda = 95 tenda 2. Tota Jumah bantuan tenda: = sum (Jumah kebutuhan bantuan tenda daerah zona merah) = 1696 tenda Data ini diperoeh berdasarkan jumah penduduk di masing-masing keurahan yang berada di zona merah. Untuk hasi perhitungan jumah kebutuhan untuk semua komoditi dapat diihat pada Lampiran B. Perhitungan kebutuhan awa ini nantinya akan digunakan sebagai data permintaan (C) untuk setiap komoditi. Tabe 5.1 Jumah Bantuan Tenda No Zona Merah Jumah penduduk(orang) Kapasitas (Orang) Jumah Bantuan (Unit) 1 Keurahan Famboyan Baru Keurahan Kampung Jao Keurahan Oo Keurahan Padang Pasir Keurahan Purus Keurahan Rimbo Kauang Keurahan Ujung Gurun Keurahan Loong Beanti Keurahan Uak Karang Utara Keurahan Air Tawar Barat Keurahan Parupuak Tabing Keurahan Padang Sarai Keurahan Lubuk Buaya Keurahan Pasir Nan Tigo Keurahan Batang Kabung Jumah Jumah bantuan yang akan disimpan Pemiihan Metode Menggunakan metode pengendaian persediaan, Hungarian Inventory Contro Mode A Gambar 3. Fowchart Metode Peneitian Tabe 5.2 Rekapituasi Jumah Permintaan No Komoditi Jumah Permintaan 1 Famiy Kit Tenda Baby Kit Air minera (kardus) Seimut Hygine Kit 1696 Perhitungan kebutuhan awa bantuan didasarkan pada jumah penduduk yang (Haiva Wahyu) 8

9 berada di zona merah. Namun jumah penduduk yang digunakan adaah jumah penduduk yang berusia rentan, yaitu antara usia 65 tahun ke atas. Ha ini dikarenakan bantuan ebih diprioritaskan kepada orang anjut usia. Namun berbeda hanya dengan baby kit, kebutuhan baby kit didasarkan pada jumah bayi berusia 0-4 tahun. Peuang seseorang menjadi korban bencana gempa memang tidak dapat diperhitungkan. Dan semua korban bencana pasti membutuhkan bantuan, namun ha ini juga dibatasi oeh kemampuan pemerintah untuk mempersiapkan persediaan bantuan. Persediaan bantuan ini diharapkan dapat menoong para korban sebeum datangnya bantuan dari pihak ain. Keterbatasan persediaan bantuan iniah yang menyebabkan peneiti memiih usia anjut untuk menjadi prioritas utama daam ha pemberian bantuan. 5.2 Niai Pengiriman dan Konsumsi Niai pengiriman merupakan niai yang menggambarkan jumah bantuan yang dikirimkan dan dihitung dengan menggunakan persamaan 2.3. X 1 = x * j1, X 2 = x * j2- x * j1, X n-1 = x * jn-1- x * jn-2, X n = ( D-nδ )- x * jn-1 Keterangan : X n = niai pengiriman pada tahap periode ke-n, daam ha ini n = 1 (karena frekuensi pengiriman = 1), sehingga terdapat X 1 x * jn = sampe jumah kekurangan pengiriman yang didapatkan dengan membangkitkan biangan random menggunakan distribusi uniform dengan interva ( 0, D-nδ ). Indeks jn merupakan integer positif, dimana jn L (L = ukuran sampe dari X, dengan ketentuan L, dan ditetapkan L=1). Sehingga didapatkan x * j1 untuk masing-masing komoditi bantuan. Berdasarkan persamaan 2.3 didapatkan niai pengiriman untuk masing-masing komoditi. Sebagai contohnya, untuk komoditi famiy kit : X 1 = x * j1 = Niai konsumsi tidak begitu berbeda dengan parameter pengiriman, jika pengiriman didasarkan pada niai tota pengiriman, maka niai konsumsi didasarkan pada niai tota konsumsi dan didasarkan pada persamaan 2.4 Y 1 = y * k1, Y 2 = y * k2- y * k1, Y n-1 = y * kn-1- y * kn-2, Y n = ( C-n γ )- y * kn-1 Keterangan : Y n = parameter konsumsi pada tahap periode n, daam ha ini n = 1 (karena frekuensi pengiriman = 1), sehingga terdapat Y 1 y * kn = sampe jumah kekurangan konsumsi yang didapatkan dengan membangkitkan biangan random menggunakan distribusi uniform dengan interva ( 0, C-n γ ). Indeks k n merupakan integer positif, dimana k n L (L = ukuran sampe dari X, dengan ketentuan L, dan ditetapkan L=1). Berdasarkan persamaan 2.4 didapatkan niai konsumsi untuk masing-masing komoditi. Niai D dan C dapat diihat pada Tabe 5.3 dan hasi X n dan Y n untuk semua komoditi tersedia pada Tabe 5.4. Sebagai contohnya, untuk komoditi famiy kit : Y 1 = y * k1 = Tabe 5.3 Niai D dan C No Jenis Bantuan D C 1 Famiy Kit (Kardus) Tenda (unit) Baby Kit (Kardus) Air minera (kardus) Seimut (unit) Hygine Kit (Kardus) Keterangan : Niai D merupakan data pengiriman yang didapatkan dari data pembagian bantuan pada tangga 30 September 2009 au. Sedangkan niai C merupakan permintaan yang didapat berdasarkan jumah penduduk berusia rentan. Tabe 5.4 Niai X n dan Y n Jenis Bantuan X* j1 y* k1 X 1 Y 1 Famiy Kit Tenda Baby Kit Air minera (kardus) Seimut Hygine Kit (Haiva Wahyu) 9

10 Lau diakukan perhitungan niai W yaitu niai yang menyatakan seisih antara niai konsumsi dan pengiriman. Niai W ini nantinya merupakan batasan daam penentuan jumah bantuan yang akan disimpan dan teah dijeaskan pada persamaan 2.6. W i () = i γ () + Y 1 () + + Y n () iδ () X 1 () - -X n () untuk = 1,..,r ; i = 1,,n Dengan menggunakan persamaan 2.6 didapatkan niai variabe random atau () W i untuk masing-masing komoditi yang dapat diihat pada Tabe 5.5. Sedangkan untuk perhitungannya dapat diihat pada Lampiran C. Sebagai contohnya, untuk komoditi famiy kit untuk i = 1: (1) W 1 = 1γ (1) () + Y 1 1δ () () X 1 W 1 (1) = 1 * * = Tabe 5.5 Niai W 1 Jenis Bantuan δ γ X1 Y1 W1 Famiy Kit (Kardus) Tenda (unit) Baby Kit (Kardus) Air minera (kardus) Seimut (unit) Hygine Kit (Kardus) Niai Ekspekstasi (µ) dan Variansi (σ 2 ) Niai ekspektasi dan variansi dari W () i, = 1,..,r dan i = 1,,n dapat dihitung dengan menggunakan persamaan 2.7 dan 2.8 (Perkopa, 2006) : ( i i ) 2 i ( C i n ki ji ( C n )( ) ( D n )( ) N 1 L 1 2 ki ji 2 1 ) ( ) ( ) ( D n ) ( ) ( ) N 1 N 2 L 1 L 2 Dengan menggunakan persamaan 2.7 didapatkan niai ekspektasi atau rataan untuk variabe random W dan dapat diihat pada Tabe 5.6. Sedangkan untuk mengetahui variansi dari W didapatkan meaui persamaan 2.8 dan hasinya pada Tabe 5.7. Perhitungan untuk semua komoditi dapat diihat pada Lampiran C. Tabe 5.6 Niai Ekspektasi (µ i ) Jenis Bantuan D C δ γ C-nγ D-nδ k 1/(N+1) j 1/(L+1) µ 1 Famiy Kit (Kardus) Tenda (unit) Baby Kit (Kardus) Air minera (kardus) Seimut (unit) Hygine Kit (Kardus) Contoh perhitungan untuk komoditi famiy kit: µ 1 = (932.8 * 0.5) (852.5 * 0.5) = Tabe 5.7 Variansi (σ i Deviasi (σ i ) ) dan Standar Jenis Bantuan (C-nγ) 2 (k 1 /(N+1)) 2 1/(N+2) (D-nδ) 2 (j 1 /(L+1)) 2 1/(L+2) 2 σ 1 σ 1 Famiy Kit (Kardus) Tenda (unit) Baby Kit (Kardus) Air minera (kardus) Seimut (unit) Hygine Kit (Kardus) Contoh perhitungan untuk komoditi famiy kit: σ 1 2 = (932.8) 2 * 0.25 * (852.5) 2 * 0.25 * 0.33 = * 0.25 * * 0.25 * 0.33 = σ 1 = Jumah pengiriman merupakan jumah bantuan yang dibutuhkan oeh para korban pada saat bencana terjadi. Sedangkan konsumsi didapatkan dari data masa au, jumah bantuan yang dibagikan pada saat bencana gempa 30 September 2009 au. Namun, dikarenakan bencana gempa merupakan suatu kejadian dinamis probabiistik, tidak ada yang mengetahui kapan terjadinya dan seberapa besar bencana tersebut, sehingga dibutuhkan parameter pengiriman dan konsumsi. Niai pengiriman dan konsumsi ini didapatkan dari biangan random yang memiiki interva dari (0, D-nδ) untuk pengiriman dan (0,C-n γ) untuk konsumsi. Interva ini berada antara 0 sampai dengan seisih antara tota permintaan/pengiriman dengan jumah minimum permintaan/pengiriman pada setiap tahapnya. (Haiva Wahyu) 10

11 13.5 m 4.5 m Niai pengiriman dan konsumsi ini berbeda-beda dikarenakan merupakan biangan random dari hasi distribusi yang dipiih. Parameter pengiriman dan konsumsi ini ditentukan untuk setiap komoditi yang akan diberikan. Parameter pengiriman dan konsumsi mengandung niai variabe random, sehingga memungkinkan terjadinya perbedaan niai masing-masing parameter dikarenakan variabe random yang didapatkan dapat berbeda-beda. operator nantinya. 4.5 m 4.5 m Gudang 2 Seteah didapatkan niai pengiriman dan konsumsi au dianjutkan dengan perhitungan niai W yang merupakan variabe random dari distribusi probabiitas gabungan (pengiriman dan konsumsi) untuk setiap komoditi bantuan. Variabe W ini dipengaruhi juga oeh jumah minimum permintaan dan pengiriman pada setiap tahapnya. Variabe W dapat diihat persebaran niainya dari niai ekspektasi dan variansi yang teah didapatkan. Gudang Fungsi Tujuan Gambar 5.1 Gudang BPBD yang Akan Digunakan Hasi akhir yang ingin dicapai adaah jumah bantuan yang akan disimpan di gudang BPBD. Seperti yang teah dijeaskan pada persamaan 2.9, terdapat dua variabe keputusan yang akan ditentukan. Yang pertama adaah M (), banyaknya tota item yang dapat disimpan pada gudang, dan yang kedua adaah m () u, jumah bantuan/stok tambahan yang akan disimpan Perhitungan Voume Ruangan Gudang yang Akan Digunakan Perhitungan ini nantinya digunakan untuk pembatas pada fungsi tujuan. Ruangan gudang terdiri atas dua bagian seperti yang tertera pada Gambar 5.1. Sehingga tota voume gudang yang akan digunakan dapat diihat pada Tabe 5.8. Tinggi yang digunakan pada perhitungan ini bukanah tinggi gudang namun merupakan tinggi maksimum tumpukan, yaitu 200 cm. Niai ini didasarkan pada data antropometri orang dewasa, yaitu jangkauan tangan ke atas yang rata-rata niainya adaah 200cm. Tinggi tumpukan ini diharapkan memudahkan proses pengambian bantuan jika dibutuhkan dan dapat menghindari cedera pada Contoh perhitungan : 1. Gudang 1 Voume gudang 1 yang akan digunakan = (panjang x ebar x tinggi) = (1350 * 450 * 200)cm = cm 3 2. Gudang 2 Voume gudang 2 = (panjang x ebar x tinggi) = (450 * 450 * 200)cm = cm 3 3. Tota = Gudang 1 + Gudang 2 = cm cm 3 = cm 3 Tabe 5.8 Perhitungan Voume Gudang Nama Gudang Panjang Voume Lebar (cm) Tinggi (cm) (cm) Gudang (cm 3 ) Gudang Gudang Perhitungan Fungsi Tujuan Tota Voume Gudang (cm 3 ) Perhitungan untuk mendapatkan hasi dari fungsi tujuan diakukan dengan menggunakan software Lingo 8.0. Tabe 5.9 memperihatkan hasi yang teah didapatkan, berupa jumah bantuan tambahan yang akan disimpan untuk setiap komoditi. (Haiva Wahyu) 11

12 Tabe 5.9 () dan m u Niai Variabe Keputusan M () Jenis Bantuan M m u Aktua m u Famiy Kit (kardus) Tenda(unit) Baby Kit (kardus) Air minera (kardus) Seimut (karung) Hygine Kit (kardus) Sehingga diketahui kapasitas gudang untuk masing-masing komoditi, M () adaah seperti yang tertera pada Tabe 5.9. Gudang BPBD(Badan Penangguangan Bencana Daerah) kota Padang dapat menyimpan 124 kardus famiy kit, 166 unit tenda, 451 kardus baby kit, 577 kardus air minera, 105 karung seimut, 172 kardus hygiene kit. Sedangkan untuk jumah bantuan () tambahan yang diperukan, m u adaah 124 kardus famiy kit, 113 unit tenda, 451 kardus baby kit, 577 kardus air minera, 105 karung seimut, 172 kardus hygiene kit. Jumah tenda tidak sesuai dengan kapasitas gudang untuk tenda dikarenakan di gudang teah ada 53 unit tenda yang tersimpan. Dan biaya yang dibutuhkan untuk penyimpanan semua komoditi tersebut adaah sebesar Rp ,00. Biaya ini hanya merupakan biaya dari penggunaan gudang, atau dengan kata ain biaya tersebut beum termasuk biaya pengadaan bantuan yang dibutuhkan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa pemerintah kota Padang harus menyediakan biaya ebih dari Rp ,00 untuk meakukan persediaan bantuan bencana. Biaya ini tergoong rendah jika dibandingkan dengan nyawa yang dapat terseamatkan dengan bantuan tersebut. bantuan adaah dapat menampung bantuan untuk 2500 kepaa keuarga atau setara dengan bantuan untuk orang. Berdasarkan Tabe 5.10, gudang BPBD yang dijadikan sebagai penyimpanan bantuan hanya dapat menampung kurang dari 50% standar minima dan sangat kurang mencukupi bantuan yang dibutuhkan oeh para korban bancana. Tabe 5.10 Perbandingan Niai m u dan C Jenis Bantuan Aktua m u C Famiy Kit (kardus) Tenda(unit) Baby Kit (kardus) Air minera (kardus) Seimut (karung) Hygine Kit (kardus) Ha ini sangat disayangkan untuk kota Padang yang rentan akan bencana memiiki gudang penyimpanan bantuan yang tidak mencukupi standar minimum. Padaha hasi yang didapatkan tersebut merupakan hasi kapasitas maksimum gudang BPBD. Dikatakan maksimum, karena pada perhitungannya tidak mempertimbangkan ha-ha ainnya yang penting, seperti keonggaran untuk setiap komoditi yang disimpan. Sehingga komoditi yang disimpan hanya ditumpuk seperti barang-barang di gudang toko. Gambar 5.2 akan memperihatkan bagaimana penumpukan bantuan pada gudang BPBD tanpa mempertimbangkan keonggaran. Penyusunan seperti ini akan menyuitkan proses pengambian bantuan jika dibutuhkan. Ditambah agi jika barang yang dibutuhkan teretak pada posisi paing beakang penyimpanan. Hasi perhitungan yang didapatkan bersifat optimum goba. Waaupun demikian, jika diihat dari kapasitas gudang dan jumah kebutuhan penduduk kota Padang yang berada pada zona merah, kapasitas gudang beum mencukupi standar minimum dari gudang penyimpanan bantuan. Berdasarkan hasi wawancara dengan Dini Fitriyatie, Kepaa Gudang PMI Regiona Sumatera, standar minima untuk suatu gudang penyimpanan Gambar 5.2 Penyusunan Bantuan pada Gudang BPBD Sekarang (Haiva Wahyu) 12

13 Menurut Hadiguna(2009), terdapat niai MMA atau Minimum Manuvering Aowance yang digunakan untuk menentukan jarak gang sehingga mampu memberikan keeuasaan yang cukup bagi materia handing. Materia handing yang dimaksud tidak terbatas pada aat, tetapi termasuk juga materia handing dengan sistem manua. Niai MMA berbeda untuk setiap materia handing yang berbeda. Daam pertimbangan tersebut Tabe 5.9 menyajikan niai Minimum Manuvering Aowance untuk masing-masing penyimpanan. Berdasarkan Tabe 5.11, niai MMA yang dapat digunakan untuk penyusunan bantuan pada gudang BPBD adaah niai MMA untuk manua yaitu sebesar 1.5 m. Tabe 5.11 Niai MMA atau Minimum Manuvering Aowance Jenis Aat Materia Handing MMA (ft) MMA (m) Tractor m Patform truck m Forkift m Narrow-aise truck m Handift (jack) m Fourwhee hand truck m Twoshee hand truck m Manua m (sumber : Hadiguna,2009) yang diakukan pada peneitian ini menggunakan data jumah penduduk tahun Ha ini sangat berpengaruh terhadap jumah permintaan bantuan. Diihat dari jumah penduduk yang terus meningkat dari tahun ke tahun dengan persentase pertumbuhan penduduk 2-3%, kapasitas gudang BPBD tidak mencukupi kebutuhan, sehingga dibutuhkan pertambahan uas gudang. Kapasitas maksimum gudang BPBD untuk setiap jenis komoditi bantuan tanpa memperhitungkan segaa biaya dapat diihat pada Tabe Perhitungan kapasitas maksimum diakukan dengan membagi gudang sama besar untuk media penyimpanan setiap komoditi tanpa ada pertimbangan khusus. Kapasitas gudang BPBD yang sangat minima ini harus menjadi perhatian bagi pemerintah kota Padang. Tabe 5.12 Kapasitas Maksimum Gudang BPBD Jenis Bantuan Tota Voume Voume Lokasi Gudang (cm 3 ) Penyimpanan (cm 3 ) Famiy Kit (kardus) Tenda(unit) Baby Kit (kardus) Air minera (kardus) Seimut (karung) Hygine Kit (kardus) Anaisis Sensitivitas Jumah bantuan Jumah bantuan aktua Dengan mempertimbangkan MMA, maka akan didapat penyusunan bantuan di gudang seperti pada Gambar 5.3. penyusunan yang seperti ini dapat memudahkan pengambian bantuan jika dibutuhkan. Gambar 5.3 Penyusunan Bantuan pada Gudang BPBD dengan Memperhatikan MMA Seain pertimbangan di atas, perhitungan Diakukan beberapa anaisis sensitivitas untuk meihat pengaruh perubahan satu parameter terhadap fungsi tujuan permasaahan, daam ha ini adaah biaya. Anaisis sensitivitas diakukan dengan beberapa cara, yaitu dengan menambah jumah penduduk, mengubah niai random untuk x*j1 dan y*k1 dan mengubah niai probabiitas setiap komoditi atau bantuan. 1. Dengan menambah jumah penduduk Pada perhitungan awa mengasumsikan bahwa yang penting mendapatkan bantuan adaah keompok usia rentan dan anak-anak. Namun, pada anaisis sensitivitas ini diakukan penambahan jumah penduduk dengan mengasumsikan bahwa semua keompok umur mendapatkan bantuan, sehingga terjadi perubahan jumah kebutuhan awa bantuan yang dapat diihat pada Lampiran F. Pertambahan jumah penduduk ini memiiki dampak yang sangat besar terhadap fungsi tujuan. (Haiva Wahyu) 13

14 Berdasarkan hasi pengoahan Lingo, didapatkan hasi yang infisibe. Ha ini terjadi dikarenakan kapasitas gudang yang menjadi batasan pada mode inventory ini. Dapat dikatakan bahwa kapasitas gudang BPBD yang ada saat ini tidak cukup untuk menyimpan bantuan bagi warga kota Padang, sehingga penting bagi BPBD untuk memperuas gudang. Dengan adanya kecukupan kapasitas gudang, diharapkan dapat menyeamatkan nyawa korban bencana ebih banyak. 2. Dengan mengubah niai random untuk x*j1 dan y*k1 Niai random x*j1 dan y*k1 masingmasing secara tidak angsung merupakan parameter pengiriman dan konsumsi. Dengan meakukan perubahan pada parameter ini, maka semua parameter yang bersangkutan dengan biangan random ini pun berubah, seperti niai W, µ, dan σ. Perubahan yang terjadi dapat diihat pada Lampiran E. Seain itu, perubahan niai random tersebut mengakibatkan perubahan yang signifikan terhadap fungsi tujuan. Dengan berubahnya niai random x*j1 dan y*k1, maka biaya yang akan dikeuarkan pun menurun. Penurunan biaya begitu tinggi, dari Rp ,00 menjadi Rp ,00 seperti yang tercantum pada Tabe Tabe 5.13 Perubahan Seteah Anaisis Sensitivitas 1 Keadaan Awa Seteah Anaisis Sensitivita Keadaan Awa Seteah Anaisis Sensitivitas Jenis Bantuan x*j1 y*k1 x*j1 y*k1 Variabe Keputusan Biaya Variabe Keputusan Biaya Famiy Kit (kardus) Tenda(unit) Baby Kit (kardus) Rp ,00 Rp ,00 Air minera (kardus) Seimut (karung) Hygine Kit (kardus) Dengan mengubah niai probabiitas setiap komoditi Pada perhitungan, niai probabiitas untuk setiap komoditi diasumsikan sama yaitu Namun daam anaisis sensitivitas ini, probabiitas setiap komoditi diganti menjadi Tabe 5.14 menanmpikan perbedaan yang terjadi dengan penggantian niai probabiitas. Tabe 5.14 Perubahan Seteah Anaisis Sensitivitas 2 Jenis Bantuan p Biaya Keadaan Awa Seteah Anaisis Sensitivitas Keadaan Awa Seteah Anaisis Sensitivitas Famiy Kit (kardus) Tenda(unit) Baby Kit (kardus) Air minera (kardus) Rp ,00 Rp ,00 Seimut (karung) Hygine Kit (kardus) Dengan diakukannya perubahan niai probabiitas untuk setiap komoditi, maka menunjukkan perubahan pada biaya yang dikeuarkan. Perubahan yang diakukan dengan meningkatkan sebagian besar niai probabiitas setiap komoditi, maka biaya pun bertambah besar. Sehingga dapat dikatakan parameter probabiitas bersifat inear terhadap biaya yang dikeuarkan. Probabiitas komoditi maksudnya adaah berapa peuang pentingnya setiap komoditi untuk disimpan demi keseamatan para korban bencana. Perhitungan pada persediaan bantuan berbeda dengan persediaan pada perusahaan manufaktur. Persediaan bantuan dipengaruhi oeh niai probabiitas. Berbeda hanya dengan persediaan pada perusahaan manufaktur yang niainya waaupun tidak diketahui, namun dapat diramakan berdasarkan data penjuaan masa au. Niai probabiitas pada persediaan bantuan ini tidak dapat ditentukan secara pasti, dikarenakan bencana gempa yang akan terjadi tidak dapat diprediksi berapa kekuatannya. Semakin besar gempa yang terjadi maka akan menean korban yang ebih banyak dan membutuhkan bantuan yang ebih banyak. 6. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpuan Berdasarkan anaisis yang diakukan terhadap hasi pengoahan data, maka dapat disimpukan beberapa ha sebagai berikut : 1. Komoditi bantuan yang dibutuhkan kota Padang daam ha manajemen persediaan bantuan adaah air minera, hygiene kit, baby kit, famiy kit, seimut, dan tenda. Ha ini (Haiva Wahyu) 14

15 dikarenakan komoditi tersebut sangat dibutuhkan daam penanganan bencana dan komoditi ini dapat disimpan daam jangka waktu yang ama (barang tahan ama). 2. Berdasarkan hasi perhitungan dengan asumsi yang teah dijeaskan, didapatkan jumah optima penyimpanan bantuan adaah 124 kardus famiy kit, 166 unit tenda, 451 kardus baby kit, 577 kardus air minera, 105 karung seimut, 172 kardus hygiene kit. Sedangkan untuk jumah bantuan tambahan yang diperukan, () m u adaah 124 kardus famiy kit, 113 unit tenda, 451 kardus baby kit, 577 kardus air minera, 105 karung seimut, 172 kardus hygiene kit dengan biaya sebesar Rp , Saran Berikut ini adaah beberapa saran yang dapat penuis untuk peneitian seanjutnya: 1. Peneitian seanjutnya dapat menentukan jumah bantuan yang akan disimpan untuk bencana ainnya baik bencana aam seperti banjir ataupun bencana nonaam seperti kebakaran. 2. Warehouse yang diteiti dan digunakan bukan hanya warehouse yang ada pada BPBD. Ha ini dikarenakan kapasitas gudang BPBD sangat terbatas untuk jumah penduduk kota Padang yang banyak. Sebaiknya peneitian seanjutnya dapat menentukan uas gudang yang ayak untuk penyimpanan bantuan bencana, sehingga mengantisipasi kekurangan bantuan. UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih diberikan kepada: 1. Orang tua penuis yang teah memberikan dukungan dan doa kepada penuis. 2. Reinny Patrisina, MT seaku dosen pembimbing penuis, yang teah banyak memberikan arahan dan masukan daam penyeesaian tuisan ini. 3. Rekan-rekan angkatan 2007 di Jurusan Teknik Industri, Fakutas Teknik Universitas Andaas yang teah memberikan bantuan baik mori dan materi. 4. Dan seuruh pihak yang tidak dapat penuis sebutkan satu persatu, yang teah membantu penuis daam penyeesaian aporan ini. DAFTAR PUSTAKA [1] Atay, Nezih., Sameer Prasad, Jayafe S Strategic Panning for Internationa Disaster Reief Logistics: Impications for Research and Practice. University of Wisconsin. [2] Direktorat Penataan Ruang Wiayah I. Rencana Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Evakuasi daam Rangka Mitigasi Bencana Tsunami di Kota Padang. Diakses pada 26 Maret 2011, dari ib/exe/fetch.php/kajian_mitigasi_bencana_di_k ota_padang.pdf [3] Hadiguna,RA dan Setiawan, Heri Tata Letak Pabrik.. Yogyakarta: Andi Yogyakarta. [4] Harjadi, Prih dan Fauzi InaTEWS- Indonesia Tsunami Eary Warning System Konsep dan Impementasi. Jakarta : BMKG. [5] Oktarina, Rienna Pemetaan Sistem Informasi Manajemen Logistik Daam Penangguangan Bencana di Indonesia. Diakses pada 10 Juni 2011, dari wnoad/838/768 [6] Ozbey, Kaan dan E E Ozguven A Stochastic Humanitarian Inventory Contro Mode for Disaster Panning. Paper Submitted for Presentation and Pubication at the Transportation Research Board s 86th Annua Meeting, Washington, D.C. [7] Paripurno, E T. Modu Manajemen Bencana- Seputar Beberapa Bencana Di Indonesia. Diakses pada 14 Juni 2011, dari an/ _ pdf [8] PNPM Mandiri. Modu Khusus Fasiitator Pengeoaan Penanganan Bencana. Diakses pada 3 Juni 2011, dari han08/c/1/a/modu-pengeoaan-penanganan- Bencana.pdf (Haiva Wahyu) 15

Gambar 3.1 Lokasi Museum Konperensi Asia Afrika Sumber :

Gambar 3.1 Lokasi Museum Konperensi Asia Afrika Sumber : BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Objek Peneitian Lokasi peneitian ini diaksanakan di Museum Konperensi Asia Afrika berokasi di Gedung Merdeka, jaan Asia Afrika No. 65 Bandung, Keurahan Braga,

Lebih terperinci

PENENTUAN CADANGAN PREMI MENGGUNAKAN METODE FACKLER PADA ASURANSI JIWA DWI GUNA

PENENTUAN CADANGAN PREMI MENGGUNAKAN METODE FACKLER PADA ASURANSI JIWA DWI GUNA Buetin Imiah Mat. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Voume 02, No. 2 (203), ha 5 20. PENENTUAN CAANGAN PREMI MENGGUNAKAN METOE FACKLER PAA ASURANSI JIWA WI GUNA Indri Mashitah, Neva Satyahadewi, Muhasah Novitasari

Lebih terperinci

PERHITUNGAN CADANGAN PADA ASURANSI JIWA BERJANGKA MENGGUNAKAN METODE FACKLER DENGAN PRINSIP PROSPEKTIF

PERHITUNGAN CADANGAN PADA ASURANSI JIWA BERJANGKA MENGGUNAKAN METODE FACKLER DENGAN PRINSIP PROSPEKTIF PERHITUNGAN ADANGAN PADA ASURANSI JIWA BERJANGKA MENGGUNAKAN METODE FAKLER DENGAN PRINSIP PROSPEKTIF Riaman, Kankan Parmikanti 2, Iin Irianingsih 3, Sudradjat Supian 4 Departemen Matematika, Fakutas MIPA,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 71 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pembuatan Basis Data Langkah pertama daam membangun apikasi adaah meakukan instaasi apikasi server yaitu menggunakan SQLite manager yang di insta pada browser Mozia Firefox.

Lebih terperinci

Model Optimasi Penjadwalan Proses Slitting Material Roll dengan Multi Objective Programming

Model Optimasi Penjadwalan Proses Slitting Material Roll dengan Multi Objective Programming Mode Optimasi Penjadwaan Proses Sitting Materia Ro dengan Muti Objective Programming Dina Nataia Prayogo Jurusan Teknik Industri, Universitas Surabaya Jaan Raya Kairungkut, Surabaya, 60293 Te: (031) 2981392,

Lebih terperinci

PEMODELAN TARIKAN PERJALANAN PADA RUMAH SAKIT DI KOTA PADANG

PEMODELAN TARIKAN PERJALANAN PADA RUMAH SAKIT DI KOTA PADANG No. Vo. Thn. XIV Apri 00 ISSN: 84-84 PEMODELAN TARIKAN PERJALANAN PADA RUMAH SAKIT DI KOTA PADANG Hendra Gunawan ),Titi Kurniati ),Dedi Arnadi ) )Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipi Universitas Andaas )Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 42 BAB III METODE PENELITIAN 3. Teknik Peneitian Peneitian dengan metode perbandingan eksperimenta berisikan kegiatan yang direncanakan dan diaksanakan oeh peneiti, maka dapat diperoeh bukti-bukti yang

Lebih terperinci

PENGATURAN FUNGSI PENYERAPAN DARI MODEL DIFUSI KADAR AIR PENYIMPANAN PADI DENGAN METODE BEDA HINGGA SKEMA IMPLISIT

PENGATURAN FUNGSI PENYERAPAN DARI MODEL DIFUSI KADAR AIR PENYIMPANAN PADI DENGAN METODE BEDA HINGGA SKEMA IMPLISIT JIMT Vo. 12 No. 1 Juni 2015 (Ha. 92 103) Jurna Imiah Matematika dan Terapan ISSN : 2450 766X PENGATURAN FUNGSI PENYERAPAN DARI MODEL DIFUSI KADAR AIR PENYIMPANAN PADI DENGAN METODE BEDA HINGGA SKEMA IMPLISIT

Lebih terperinci

ANALISIS DANA TABARRU ASURANSI JIWA SYARIAH MENGGUNAKAN PERHITUNGAN COST OF INSURANCE

ANALISIS DANA TABARRU ASURANSI JIWA SYARIAH MENGGUNAKAN PERHITUNGAN COST OF INSURANCE Buetin Imiah Math. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Voume 05, No. (206), ha 53-60. ANALISIS DANA TABARRU ASURANSI JIWA SYARIAH MENGGUNAKAN PERHITUNGAN COST OF INSURANCE Amanah Fitria, Neva Satyahadewi,

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. bumi dan dapat menimbulkan tsunami. Ring of fire ini yang menjelaskan adanya

BAB 1 : PENDAHULUAN. bumi dan dapat menimbulkan tsunami. Ring of fire ini yang menjelaskan adanya BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang tergolong rawan terhadap kejadian bencana alam, hal tersebut berhubungan dengan letak geografis Indonesia yang terletak di antara

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODEL SISTEM DINAMIK TERHADAP KETERSEDIAN AIR BERSIH DI KABUPATEN KUTAI TIMUR PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

PENGEMBANGAN MODEL SISTEM DINAMIK TERHADAP KETERSEDIAN AIR BERSIH DI KABUPATEN KUTAI TIMUR PROVINSI KALIMANTAN TIMUR JIEM Vo.1 No. 2, Oktober 216 E-ISSN: 2541-39, ISSN Paper: 253-143 PENGEMBANGAN MODEL SISTEM DINAMIK TERHADAP KETERSEDIAN AIR BERSIH DI KABUPATEN KUTAI TIMUR PROVINSI KALIMANTAN TIMUR Dimas Primadian N,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SIDOARJO

PEMERINTAH KABUPATEN SIDOARJO PEMERINTAH KABUPATEN SIDOARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 8 TAHUN 26 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN DENGAN RAHMATTUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIDOARJO,

Lebih terperinci

OPTIMALISASI JUMLAH BUS TRAYEK MANGKANG- PENGGARON DENGAN PENDEKATAN COMPROMISE PROGRAMMING

OPTIMALISASI JUMLAH BUS TRAYEK MANGKANG- PENGGARON DENGAN PENDEKATAN COMPROMISE PROGRAMMING OPTIMALISASI JUMLAH BUS TRAYEK MANGKANG- PENGGARON DENGAN PENDEKATAN COMPROMISE PROGRAMMING Diana Puspita Sari, Arfan Backtiar, Heny Puspasri Industria Engineering Department, Diponegoro University Emai

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 37 BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Peneitian Peneitian ini menggunakan pendekatan manajemen pemasaran khususnya mengenai pengaruh service exceence terhadap kepuasan konsumen. Adapun yang

Lebih terperinci

BERITA ACARA PEMBERIAN PENJELASAN PEKERJAAN Nomor : 38 /ULP-POKJA KONSTRUKSI.II/2011

BERITA ACARA PEMBERIAN PENJELASAN PEKERJAAN Nomor : 38 /ULP-POKJA KONSTRUKSI.II/2011 PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT UNIT LAYANAN PENGADAAN Jaan Sutan Syahrir Nomor 02 No. Tep. (0532) 23759 Pangkaan Bun 74112 BERITA ACARA PEMBERIAN PENJELASAN PEKERJAAN Nomor : 38 /ULP-POKJA KONSTRUKSI.II/2011

Lebih terperinci

R DAFTAR ISI. Kata Pengantar...i. Daftar Isi... ii. A. Banjir, Penyebab dan Dampaknya B. Masalah Kesehatan C. Upaya Sebelum Banjir...

R DAFTAR ISI. Kata Pengantar...i. Daftar Isi... ii. A. Banjir, Penyebab dan Dampaknya B. Masalah Kesehatan C. Upaya Sebelum Banjir... P uji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan YME, karena dengan perkenannya booket Penangguangan Masaah Kesehatan akibat Bencana Banjir bagi pengeoa tingkat Kabupaten/Kota ini dapat seesai pada waktunya.

Lebih terperinci

PREMI DANA PENSIUN DENGAN METODE ENTRY AGE NORMAL PADA STATUS GABUNGAN BERDASARKAN DISTRIBUSI EKSPONENSIAL

PREMI DANA PENSIUN DENGAN METODE ENTRY AGE NORMAL PADA STATUS GABUNGAN BERDASARKAN DISTRIBUSI EKSPONENSIAL PREMI DANA PENSIUN DENGAN METODE ENTRY AGE NORMAL PADA STATUS GABUNGAN BERDASARKAN DISTRIBUSI EKSPONENSIAL Adhe Afriani 1*, Hasriati 2, Musraini 2 1 Mahasiswa Program S1 Matematika 2 Dosen Jurusan Matematika

Lebih terperinci

Manajemen Kinerja Pokok Bahasan:

Manajemen Kinerja Pokok Bahasan: Manajemen Kinerja Pokok Bahasan: Manajemen Kinerja: Peatihan dan Penghargaan Sub Pokok Bahasan Pengertian Peatihan Proses pembeajaran dan pengembangan individu Jenis-jenis peatihan karyawan Manfaat peatihan

Lebih terperinci

TABEL MORTALITAS. Ratna Novitasari, S.Si., M.Si. Jurusan Matematika Universitas Diponegoro

TABEL MORTALITAS. Ratna Novitasari, S.Si., M.Si. Jurusan Matematika Universitas Diponegoro TABEL MORTALITAS Ratna Novitasari, S.Si., M.Si. Jurusan Matematika Universitas Diponegoro TUJUAN Mahasiswa diharapkan mampu: 1. Memahami tabe mortaitas 2. Menjeaskan hubungan antara ajur-ajur tabe mortaitas

Lebih terperinci

Analisis beban pendingin cold storage PT. Sari Tuna Makmur Aertembaga Bitung, Sulawesi Utara

Analisis beban pendingin cold storage PT. Sari Tuna Makmur Aertembaga Bitung, Sulawesi Utara Jurna Imu dan Teknoogi Perikanan Tangkap 2(2): 9-93, Desember 2015 ISSN 2337-4306 Anaisis beban pendingin cod storage PT. Sari Tuna Makmur Aertembaga Bitung, Suawesi Utara Cooing oad anaysis of cod storage

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. Samudera Pasifik yang bergerak kearah barat-barat laut dengan kecepatan sekitar 10

BAB 1 : PENDAHULUAN. Samudera Pasifik yang bergerak kearah barat-barat laut dengan kecepatan sekitar 10 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia terletak diantara tiga lempeng utama dunia, yaitu Lempeng Samudera Pasifik yang bergerak kearah barat-barat laut dengan kecepatan sekitar 10 cm per tahun,

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gempa bumi sebagai suatu kekuatan alam terbukti telah menimbulkan bencana yang sangat besar dan merugikan. Gempa bumi pada skala kekuatan yang sangat kuat dapat menyebabkan

Lebih terperinci

Prosiding Matematika ISSN:

Prosiding Matematika ISSN: Prosiding Matematika ISS: 2460-6464 Mode Matematika Cadangan Premi Asuransi Kesehatan Perawatan Rumah Sakit Menggunakan Metode Prospektif Mathematica Modes of Cacuation of The Heath Insurance Premium Backup

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. utamanya adalah menentukan struktur yang mendasari keterkaitan (korelasi)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. utamanya adalah menentukan struktur yang mendasari keterkaitan (korelasi) BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Anaisis aktor Menurut Hair, et a. (995) anaisis faktor adaah sebuah nama umum yang diberikan kepada sebuah keas dari metode statistika mutivariat yang tujuan utamanya adaah menentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. strategis secara geografis dimana letaknya berada diantara Australia dan benua Asia

BAB I PENDAHULUAN. strategis secara geografis dimana letaknya berada diantara Australia dan benua Asia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Telah lama diakui bahwa Negara Indonesia memiliki posisi yang sangat strategis secara geografis dimana letaknya berada diantara Australia dan benua Asia serta diantara

Lebih terperinci

Jl. A. Yani Km 36, Banjarbaru, Kalimantan Selatan, 70714, Indonesia

Jl. A. Yani Km 36, Banjarbaru, Kalimantan Selatan, 70714, Indonesia SEBARAN POTENSI AIR TANAH DI KECAMATAN CEMPAKA MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK TAHANAN JENIS KONFIGURASI SCHLUMBERG DISTRIBUTION OF GROUND WATER POTENTIALS IN CEMPAKA SUBDISTRICT USING GEOLISTRIC METHOD

Lebih terperinci

FOURIER Oktober 2014, Vol. 3, No. 2,

FOURIER Oktober 2014, Vol. 3, No. 2, FOURIER Oktober 2014, Vo. 3, No. 2, 98 116 PENYELESAIAN MATCHING GRAF DENGAN MENGGUNAKAN METODE HUNGARIAN DAN PENERAPANNYA PADA PENEMPATAN KARYAWAN DI SUATU PERUSAHAAN Auia Rahman 1, Muchammad Abrori 2,

Lebih terperinci

PENERAPAN MANAJEMEN KINERJA DI PERUSAHAAN MANAJEMEN KINERJA PERTEMUAN KETIGA

PENERAPAN MANAJEMEN KINERJA DI PERUSAHAAN MANAJEMEN KINERJA PERTEMUAN KETIGA PENERAPAN MANAJEMEN KINERJA DI PERUSAHAAN MANAJEMEN KINERJA PERTEMUAN KETIGA PENERAPAN MANAJEMEN KINERJA Daam pertemuan pekan ini pokok bahasan kita adaah penerapan manajemen kinerja di perusahaan, dampaknya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dengan keadaan geografis dan kondisi sosialnya berpotensi rawan

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dengan keadaan geografis dan kondisi sosialnya berpotensi rawan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia dengan keadaan geografis dan kondisi sosialnya berpotensi rawan bencana, baik yang disebabkan kejadian alam seperi gempa bumi, tsunami, tanah longsor, letusan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mengenai bencana alam, bencana non alam, dan bencana sosial.

BAB 1 PENDAHULUAN. mengenai bencana alam, bencana non alam, dan bencana sosial. BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh faktor non-alam maupun

Lebih terperinci

(b) Tekuk Gambar 7.1. Pembebanan Normal Negatif

(b) Tekuk Gambar 7.1. Pembebanan Normal Negatif BB VII T E K U K N 7.1. Terjadinya Tekukan Tekukan terjadi apabia batang tekan memiiki panjang tertentu yang yang jauh ebih besar dibandingkan dengan penampang intangnya. Perhatikan Gambar 7.1 di bawah,

Lebih terperinci

MANAJEMEN KINERJA. Pokok Bahasan: Proses Manajemen Kinerja

MANAJEMEN KINERJA. Pokok Bahasan: Proses Manajemen Kinerja MANAJEMEN KINERJA Pokok Bahasan: Proses Manajemen Kinerja Manajemen kinerja sebagai proses manajemen Preses manajemen kinerja menurut Wibowo (2007:19) mencakup suatu proses peaksanaan kinerja dan bagaimana

Lebih terperinci

T E K U K A N. Gambar 7.1. Pembebanan Normal Negatif

T E K U K A N. Gambar 7.1. Pembebanan Normal Negatif 1/5/016 T E K U K N 7.1. Terjadinya Tekukan Tekukan terjadi apabia batang tekan memiiki panjang tertentu yang yang jauh ebih besar dibandingkan dengan penampang intangnya. Perhatikan Gambar 7.1 di bawah,

Lebih terperinci

Manajemen Operasional KEPUTUSAN PERENCANAAN STRATEGI

Manajemen Operasional KEPUTUSAN PERENCANAAN STRATEGI Manajemen Operasiona KEPUTUSAN PERENCANAAN STRATEGI Putri Irene Kanny Putri_irene@staff.gunadarma.ac.id Sub Pokok bahasan pertemuan ke-2 Formuasi strategi Prioritas bersaing Peran operasi daam strategi

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. mencapai 50 derajat celcius yang menewaskan orang akibat dehidrasi. (3) Badai

BAB 1 : PENDAHULUAN. mencapai 50 derajat celcius yang menewaskan orang akibat dehidrasi. (3) Badai BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bencana merupakan rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik faktor alam dan/ atau faktor non alam

Lebih terperinci

Frekuensi Alami Rangka Batang Semi-Kaku dengan Efek Gaya Aksial Ruly Irawan 1,a*

Frekuensi Alami Rangka Batang Semi-Kaku dengan Efek Gaya Aksial Ruly Irawan 1,a* Frekuensi Aami Rangka Batang Semi-Kaku dengan Efek Gaya Aksia Ruy Irawan 1,a* 1 Program Studi Teknik Sipi,Fakutas Teknik, Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa a nawari007@yahoo.com Abstrak Artike ini menyajikan

Lebih terperinci

MENINGKATKAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DI TINGKAT PERUSAHAAN

MENINGKATKAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DI TINGKAT PERUSAHAAN MENINGKATKAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DI TINGKAT PERUSAHAAN BUKU PEGANGAN BAGI PELATIH 1 Hak Cipta Kantor Perburuhan Internasiona 2002 Pertama terbit tahun 2002 Pubikasi Kantor Perburuhan Internasiona diindungi

Lebih terperinci

Analisis Pengaruh Semen Konduktif Sebagai Media Pembumian Elektroda Batang

Analisis Pengaruh Semen Konduktif Sebagai Media Pembumian Elektroda Batang Anaisis Pengaruh Semen Konduktif Sebagai Media Pembumian Eektroda Batang I M Yuistya Negara, Daniar Fahmi, D.A. Asfani, Bimo Prajanuarto, Arief M. Jurusan Teknik Eektro Institut Teknoogi Sepuuh Nopember

Lebih terperinci

Jurnal Akademis dan Gagasan matematika Edisi Ke Dua Tahun 2015 Halaman 1 hingga 8

Jurnal Akademis dan Gagasan matematika Edisi Ke Dua Tahun 2015 Halaman 1 hingga 8 Jurna Akademis dan Gagasan tetika Edisi Ke Dua Tahun 2015 Haan 1 hingga 8 PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DENGAN MEDIA POWERPOINT DAN BAGAN DITINJAU DARI KEMAMPUAN MEMORI

Lebih terperinci

Water Hammer Press Untuk Pengurangan Kadar Air Komoditas Onggok

Water Hammer Press Untuk Pengurangan Kadar Air Komoditas Onggok Water Hammer Press Untuk Pengurangan Kadar Air Komoditas Onggok A. Yudi Eka Risano 1, Indra Mamad Gandidi 2 1,2 Teknik Mesin Konversi Energi, Fakutas Teknik Universitas Lampung J. Prof. Soemantri Brojonegoro

Lebih terperinci

RANCANGAN ANIMASI INTERAKTIF PENGENALAN ALAT-ALAT TRANSPORTASI UNTUK SISWA TAMAN KANAK-KANAK ISLAM AL AZZAM CILEDUK TANGERANG

RANCANGAN ANIMASI INTERAKTIF PENGENALAN ALAT-ALAT TRANSPORTASI UNTUK SISWA TAMAN KANAK-KANAK ISLAM AL AZZAM CILEDUK TANGERANG SNIPTEK 2016 ISBN: 978-602-72850-3-3 RANCANGAN ANIMASI INTERAKTIF PENGENALAN ALAT-ALAT TRANSPORTASI UNTUK SISWA TAMAN KANAK-KANAK ISLAM AL AZZAM CILEDUK TANGERANG Indah Puspitorini AMIK BSI Bekasi J. Raya

Lebih terperinci

PENANGGULANGAN BENCANA (PB) Disusun : IdaYustinA

PENANGGULANGAN BENCANA (PB) Disusun : IdaYustinA PENANGGULANGAN BENCANA (PB) Disusun : IdaYustinA 1 BEncANA O Dasar Hukum : Undang-Undang RI No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana 2 Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam

Lebih terperinci

Manajemen Kinerja, Manajemen, 2 sks. Umpan Balik

Manajemen Kinerja, Manajemen, 2 sks. Umpan Balik Manajemen Kinerja, Manajemen, 2 sks Umpan Baik POKOK BAHASAN Umpan Baik Pengertian dan penerapan Umpan Baik 360 derajat Kriteria dan keberhasian Umpan Baik 360 derajat Keebihan dan keemahan Umpan Baik

Lebih terperinci

BAB IV Persamaan Matematika IV.1 Model Perkiraan Limpasan Permukaan

BAB IV Persamaan Matematika IV.1 Model Perkiraan Limpasan Permukaan 68 BAB IV Persamaan Matematika IV.1 Mode Perkiraan Limpasan Permukaan Sudjono (1995) menguraikan konsep runoff yang teah diubah secara idea pada segmen keci, berdasar pada prinsip keseimbangan air. Mode

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara kepulauan yang secara geografis terletak di daerah

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara kepulauan yang secara geografis terletak di daerah 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan yang secara geografis terletak di daerah khatulistiwa, di antara Benua Asia dan Australia, serta diantara Samudera Pasifik dan Hindia.

Lebih terperinci

ANALISIS FOURIER. Kusnanto Mukti W./ M Jurusan Fisika Fakultas MIPA Universitas Sebelas Maret. Abstrak

ANALISIS FOURIER. Kusnanto Mukti W./ M Jurusan Fisika Fakultas MIPA Universitas Sebelas Maret. Abstrak ANALISIS FOURIER Kusnanto Mukti W./ M0209031 Jurusan Fisika Fakutas MIPA Universitas Sebeas Maret Abstrak Anaisis fourier adaah cara matematis untuk menentukan frekuensi dan ampitudo harmonik. Percobaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Australia dan Lempeng Pasifik (gambar 1.1). Pertemuan dan pergerakan 3

BAB I PENDAHULUAN. Australia dan Lempeng Pasifik (gambar 1.1). Pertemuan dan pergerakan 3 BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini dipaparkan : (a) latar belakang, (b) perumusan masalah, (c) tujuan penelitian, (d) manfaat penelitian, (e) ruang lingkup penelitian dan (f) sistematika penulisan. 1.1. Latar

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. Berdasarkan data dunia yang dihimpun oleh WHO, pada 10 dekade terakhir ini,

BAB 1 : PENDAHULUAN. Berdasarkan data dunia yang dihimpun oleh WHO, pada 10 dekade terakhir ini, BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bencana dan keadaan gawat darurat telah mempengaruhi aspek kehidupan masyarakat secara signifikan, terutama yang berhubungan dengan kesehatan. Berdasarkan data dunia

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2080, 2014 BNPB. Logistik. Penanggulangan Bencana. Standarisasi.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2080, 2014 BNPB. Logistik. Penanggulangan Bencana. Standarisasi. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2080, 2014 BNPB. Logistik. Penanggulangan Bencana. Standarisasi. PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG STANDARISASI LOGISTIK

Lebih terperinci

BAB I LATAR BELAKANG. negara yang paling rawan bencana alam di dunia (United Nations International Stategy

BAB I LATAR BELAKANG. negara yang paling rawan bencana alam di dunia (United Nations International Stategy BAB I LATAR BELAKANG 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia yang berada di salah satu belahan Asia ini ternyata merupakan negara yang paling rawan bencana alam di dunia (United Nations International Stategy

Lebih terperinci

BUPATI ACEH TIMUR PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI ACEH TIMUR PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI ACEH TIMUR PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI PEMANGKU JABATAN STRUKTURAL DAN NONSTRUKTURAL PADA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN

Lebih terperinci

PEMETAAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN LOGISTIK DALAM PENANGGULANGAN BENCANA DI INDONESIA

PEMETAAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN LOGISTIK DALAM PENANGGULANGAN BENCANA DI INDONESIA PEMETAAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN LOGISTIK DALAM PENANGGULANGAN BENCANA DI INDONESIA Rienna Oktarina Jurusan Teknik Industri, Universitas Widyatama Jl. Cikutra No. 204 A Bandung 40125 Indonesia. e-mail:

Lebih terperinci

HUBUNGAN DISIPLIN KERJA DENGAN KINERJA KARYAWAN PADA PT RAMAYANA LESTARI SENTOSA,Tbk. CABANG BOGOR

HUBUNGAN DISIPLIN KERJA DENGAN KINERJA KARYAWAN PADA PT RAMAYANA LESTARI SENTOSA,Tbk. CABANG BOGOR HUBUNGAN DISIPLIN KERJA DENGAN KINERJA KARYAWAN PADA PT RAMAYANA LESTARI SENTOSA,Tbk. CABANG BOGOR Nama : Saepudin ABSTRAK Saah satu masaah yang sering dihadapi perusahaan yaitu disipin kerja seperti banyak

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN RINCIAN TUGAS BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN

PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN RINCIAN TUGAS BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN 1 PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN RINCIAN TUGAS BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, SALINAN NOMOR 19/2014 PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, Menimbang

Lebih terperinci

Jawaban Tugas 02 Program Pendidikan Fisika. [Setiya Utari]

Jawaban Tugas 02 Program Pendidikan Fisika. [Setiya Utari] Jawaban Tugas 0 Program Pendidikan Fisika [Setiya Utari] Program Pendidikan Fisika Tujuan Mata peajaran Fisik Membentuk sikap positif terhadap fisika Keteraturan aam semesta, Kebesaran TYME. Memupuk sikap

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA GUBERNUR DAERAH STMEWA YOGYAKARTA PDATO GUBERNUR DAERAH STMEWA YOGYAKARTA PENGHANTARAN NOTA KEUANGAN PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 207 PADA RAPAT PARPURNA DEWAN PERWAKLAN

Lebih terperinci

ANIMASI INTERAKTIF PEMBELAJARAN PENANGGULANGAN BANJIR UNTUK SISWA SD

ANIMASI INTERAKTIF PEMBELAJARAN PENANGGULANGAN BANJIR UNTUK SISWA SD Konferensi Nasiona Imu osia & Teknoogi (KNiT) Maret 016, pp. 56~6 ANIMAI INTERAKTIF PEMBELAJARAN PENANGGULANGAN BANJIR UNTUK IWA D 56 Desy Yekti A 1, Nani Purwati 1 AMIK BI Yogyakarta e-mai: mbesesek@gmai.com,

Lebih terperinci

Kata kunci: Fuzzy Adaptif, Air Fuel Ratio, duty cycle, sensor lambda.

Kata kunci: Fuzzy Adaptif, Air Fuel Ratio, duty cycle, sensor lambda. KONTROL AIR FUEL RATIO PADA SPARK IGNITION ENGINE SISTEM EFI SEKUENSIAL MENGGUNAKAN KONTROL FUZZY ADAPTIF DAPAT MENEKAN BEAYA OPERASIONAL KENDARAAN Abdu Hamid, Ari Santoso Jurusan Teknik Eektro-FTI ITS

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. alam seperti gempa bumi adalah bencana yang terjadi secara tiba-tiba, sedangkan

BAB 1 : PENDAHULUAN. alam seperti gempa bumi adalah bencana yang terjadi secara tiba-tiba, sedangkan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bencana alam dapat terjadi secara tiba-tiba dalam kehidupan ini. Bencana alam seperti gempa bumi adalah bencana yang terjadi secara tiba-tiba, sedangkan gunung api,

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL 1 2015 No.22,2015 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Bantul. Perubahan, Peraturan Daerah Kabupaten Bantul, Penanggulangan, bencana. BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 53 TAHUN 2010 PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 53 TAHUN 2010 PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG BERITA DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 53 TAHUN 2010 PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN BANDUNG DENGAN

Lebih terperinci

PENGARUH MOTIVASI BERKUNJUNG TERHADAP KEPUTUSAN BERKUNJUNG (Survei Pada Pengunjung Batu Night Spectacular)

PENGARUH MOTIVASI BERKUNJUNG TERHADAP KEPUTUSAN BERKUNJUNG (Survei Pada Pengunjung Batu Night Spectacular) PENGARUH MOTIVASI BERKUNJUNG TERHADAP KEPUTUSAN BERKUNJUNG (Survei Pada Pengunjung Batu Night Spectacular) Zainab Aminatul Ummah Sunarti Edriana Pangestuti Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya

Lebih terperinci

sistem InformasI GgeoGgrafIs Widiastuti

sistem InformasI GgeoGgrafIs Widiastuti sistem InformasI GgeoGgrafIs Widiastuti Universitas Gunadarma 2015 Pertemuan Ketiga Komponen Sistem Informasi Geografis Data dan Informasi.. Data menjadi Informasi Data Pemrosesan, Pengoahan, Konversi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. empat lempeng raksasa, yaitu lempeng Eurasia, lempeng Hindia-Australia,

BAB I PENDAHULUAN. empat lempeng raksasa, yaitu lempeng Eurasia, lempeng Hindia-Australia, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak pada pertemuan empat lempeng raksasa, yaitu lempeng Eurasia, lempeng Hindia-Australia, lempeng Pasifik dan lempeng

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. yang negative atau mengancam (Towsent alih bahasa,daulima,1998). tidak dapat membuat hubungan tersebut (Carpenito,1995).

BAB II TINJAUAN TEORI. yang negative atau mengancam (Towsent alih bahasa,daulima,1998). tidak dapat membuat hubungan tersebut (Carpenito,1995). 1 6 BAB II TINJAUAN TEORI A Pengertian Isoasi sosia merupakan kondisi kesendirian yang diaami oeh individu dan diterima sebagai ketentuan orang ain sebagai suatu keadaan yang negative atau mengancam (Towsent

Lebih terperinci

Bab III Metode Akuisisi dan Pengolahan Data

Bab III Metode Akuisisi dan Pengolahan Data Bab III Metode Akuiii dan Pengoahan ata III.1 Pembuatan Mode Fii Bagian paing penting dari peneitian ini iaah pemodean fii auran fuida yang digunakan. Mode auran ini digunakan ebagai medium airan fuida

Lebih terperinci

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG BANTUAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG BANTUAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA 1 BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG BANTUAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLITAR, Menimbang : a. bahwa Pemerintah Daerah

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1554, 2014 BNPB. Bantuan Logistik. Peralatan. Penanggulangan Bencana. Distribusi. Pedoman.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1554, 2014 BNPB. Bantuan Logistik. Peralatan. Penanggulangan Bencana. Distribusi. Pedoman. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1554, 2014 BNPB. Bantuan Logistik. Peralatan. Penanggulangan Bencana. Distribusi. Pedoman. PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA NOMOR 18 TAHUN 2010

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. faktor alam dan/atau faktor non-alam maupun faktor manusia, sehingga

BAB 1 : PENDAHULUAN. faktor alam dan/atau faktor non-alam maupun faktor manusia, sehingga BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bencana merupakan peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan oleh faktor alam dan/atau

Lebih terperinci

Kajian Peningkatan Akurasi Matriks Asal-Tujuan yang Dihasilkan dari Data Arus Lalulintas pada Kondisi Keseimbangan

Kajian Peningkatan Akurasi Matriks Asal-Tujuan yang Dihasilkan dari Data Arus Lalulintas pada Kondisi Keseimbangan PROC. ITB Sains & Tek. Vo. 39 A, No. 1&2, 2007, 23-39 23 Kajian Peningkatan Akurasi Matriks Asa-Tujuan yang Dihasikan dari Data Arus Lauintas pada Kondisi Keseimbangan Ofyar Z. Tamin 1 & Rusmadi Suyuti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wilayah Indonesia dipengaruhi oleh aktifitas lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia, dan lempeng Pasifik. Lempeng tektonik mengalami dislokasi atau pemindahan/pergeseran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mitigasi bencana merupakan serangkaian upaya untuk mengurangi resiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan

Lebih terperinci

NUMERICAL APPROACH OF BOUNDED STATE AND CRITICAL PHENOMENON OF YUKAWA POTENTIAL AT TWO NUCLEON INTERACTION USING FINITE DIFFERENCE METHOD

NUMERICAL APPROACH OF BOUNDED STATE AND CRITICAL PHENOMENON OF YUKAWA POTENTIAL AT TWO NUCLEON INTERACTION USING FINITE DIFFERENCE METHOD Pendekatan Numerik Keadaan Terikat. (Arif Gunawan) 179 PENDEKATAN NUMERIK KEADAAN TERIKAT DAN FENOMENA KRITIS POTENSIAL YUKAWA PADA INTERAKSI DUA NUKLEON MENGGUNAKAN METODE BEDA HINGGA (FINITE DIFFERENCE

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK

PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK, Menimbang

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 32 SERI E

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 32 SERI E BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 32 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 893 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA PADA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA

Lebih terperinci

Abstrak. Kata-kata kunci: pemodelan transportasi, matriks asal-tujuan, metode estimasi, distribusi perjalanan, pemilihan rute

Abstrak. Kata-kata kunci: pemodelan transportasi, matriks asal-tujuan, metode estimasi, distribusi perjalanan, pemilihan rute PEGARUH JEIS MEODE ESIMASI DALAM ESIMASI MARIKS ASAL UJUA (MA) MEGGUAKA DAA ARUS LALULIAS PADA KODISI PEMILIHA RUE KESEIMBAGA (EQUILIBRIUM ASSIGME) Rusmadi Suyuti Mahasiswa Program S3 Pascasarjana eknik

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SINGKAWANG

PEMERINTAH KOTA SINGKAWANG PEMERINTAH KOTA SINGKAWANG PERATURAN DAERAH KOTA SINGKAWANG NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA SINGKAWANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SINGKAWANG,

Lebih terperinci

JURNAL EVALUASIPROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAANMASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN DALAM PEMBANGUNAN KELURAHAN PAUDEAN KECAMATAN LEMBEH SELATAN KOTA BITUNG

JURNAL EVALUASIPROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAANMASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN DALAM PEMBANGUNAN KELURAHAN PAUDEAN KECAMATAN LEMBEH SELATAN KOTA BITUNG JURNAL EVALUASIPROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAANMASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN DALAM PEMBANGUNAN KELURAHAN PAUDEAN KECAMATAN LEMBEH SELATAN KOTA BITUNG YOHANIS MALIOGHA 110314064 Dosen Pembimbing : 1. Dr. Ir.

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 11 TAHUN 2009

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 11 TAHUN 2009 RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

Nomor : 361/UN.3.1.4/PPd/ Maret 2015 Lampiran : 1 (satu) eksemplar : Penyebaran Informasi Beasiswa S2 STAR

Nomor : 361/UN.3.1.4/PPd/ Maret 2015 Lampiran : 1 (satu) eksemplar : Penyebaran Informasi Beasiswa S2 STAR UNIVERSITAS AIRLANGGA Kampus B Jaan Airangga 4 Surabaya 60286 Tep. 01-50642, 506584 Fax. 01-5026288 Website: http://www.fe.unair.ac.id E-mai: fe@unair.ac.id, info@fe.unair.ac.id Nomor : 61/UN..1.4/PPd/2015

Lebih terperinci

Sebuah catatan proses Participatory Rural Appraisal (PRA) di Dusun Cisarua, Desa Cipeuteuy, Sukabumi, Jawa Barat Juni 2003

Sebuah catatan proses Participatory Rural Appraisal (PRA) di Dusun Cisarua, Desa Cipeuteuy, Sukabumi, Jawa Barat Juni 2003 Sebuah catatan proses Participatory Rura Appraisa (PRA) di Dusun Cisarua, Desa Cipeuteuy, Sukabumi, Jawa Barat 14 23 Juni 2003 diterbitkan oeh: Yayasan Pedui Konservasi Aam Indonesia, 2005 Pengantar Cataan

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA MEDAN NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA MEDAN

PERATURAN WALIKOTA MEDAN NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA MEDAN PERATURAN WALIKOTA MEDAN NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA MEDAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MEDAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidrologis dan demografis, merupakan wilayah yang tergolong rawan bencana,

BAB I PENDAHULUAN. hidrologis dan demografis, merupakan wilayah yang tergolong rawan bencana, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan dan dilihat secara geografis, geologis, hidrologis dan demografis, merupakan wilayah yang tergolong rawan bencana, bahkan termasuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bencana alam adalah suatu peristiwa alam yang mengakibatkan dampak besar bagi populasi manusia. Peristiwa alam dapat berupa banjir, letusan gunung berapi, gempa bumi,

Lebih terperinci

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2011

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2011 BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNSI PELAKSANA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN BLITAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLITAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumatera Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang terletak di sepanjang pesisir barat pulau Sumatera bagian tengah. Provinsi ini memiliki dataran seluas

Lebih terperinci

Perancangan Job-Person Matching di Bagian Sediaan Non-Betalaktam Departemen Instalasi Produksi Lafiad

Perancangan Job-Person Matching di Bagian Sediaan Non-Betalaktam Departemen Instalasi Produksi Lafiad Jurna Teematika, vo. 9 no. 2, Institut Teknoogi Harapan Bangsa, Bandung ISSN: 1858-2516 Perancangan Job-Person Matching di Bagian Sediaan Non-Betaaktam Departemen Instaasi Produksi Lafiad Devi Puspitarini

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA INSTANSI. [Type the document subtitle] LKjIP TAHUN DINAS PERTANIAN KABUPATEN JOMBANG

LAPORAN KINERJA INSTANSI. [Type the document subtitle] LKjIP TAHUN DINAS PERTANIAN KABUPATEN JOMBANG LAPORAN KINERJA INSTANSI [Type the document subtite] LKjIP TAHUN 2016 DINAS PERTANIAN KABUPATEN JOMBANG DINAS PERTANIAN KABUPATEN JOMBANG 201 6 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Aah

Lebih terperinci

MANAJEMEN BENCANA PENGERTIAN - PENGERTIAN. Definisi Bencana (disaster) DEPARTEMEN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

MANAJEMEN BENCANA PENGERTIAN - PENGERTIAN. Definisi Bencana (disaster) DEPARTEMEN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PENGERTIAN - PENGERTIAN ( DIREKTUR MANAJEMEN PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN BENCANA ) DIREKTORAT JENDERAL PEMERINTAHAN UMUM Definisi Bencana (disaster) Suatu peristiwa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Nomor 4 Tahun 2008, Indonesia adalah negara yang memiliki potensi bencana sangat tinggi dan bervariasi

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 SERI D.4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 SERI D.4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 SERI D.4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DAN

Lebih terperinci

PENENTUAN MOMEN INERSIA BENDA TEGAR DENGAN METODE BANDUL FISIS. Stepanus Sahala S. Prodi Pend. Fisika, Jurusan PMIPA FKIP Untan.

PENENTUAN MOMEN INERSIA BENDA TEGAR DENGAN METODE BANDUL FISIS. Stepanus Sahala S. Prodi Pend. Fisika, Jurusan PMIPA FKIP Untan. 36 PENENTUAN MOMEN INERSIA BENDA TEGAR DENGAN METODE BANDUL FISIS Stepanus Sahaa S. Prodi Pend. Fisika, Jurusan PMIPA FKIP Untan Abstract The aim of this research is the define rigid inert moment with

Lebih terperinci

SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN FISIKA 2018

SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN FISIKA 2018 ISSN : 2527 5917, Vo.3 Impementasi Pendidikan Karakter dan IPTEK untuk Generasi Mienia Indonesia daam Menuju SDGs 2030 KAJIAN DINAMIKA FLUIDA PADA ALIRAN AIR TERJUN TUJUH BIDADARI KABUPATEN JEMBER BERBASIS

Lebih terperinci

JEMBATAN WHEATSTONE. , r KEGIATAN BELAJAR 2 A. LANDASAN TEORI

JEMBATAN WHEATSTONE. , r KEGIATAN BELAJAR 2 A. LANDASAN TEORI KEITN BELJ 2. LNSN TEOI JEMBTN WHETSTONE aam kegiatan beajar anda teah mempeajari pengukuran hgambatan dengan menggunakan ohmmeter dan menggunakan ampermeter dan votmeter dengan metoda amper-vot-meter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan Indonesia menjadi negara yang rawan bencana. maupun buatan manusia bahkan terorisme pernah dialami Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan Indonesia menjadi negara yang rawan bencana. maupun buatan manusia bahkan terorisme pernah dialami Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kondisi geografis Indonesia yang berada di atas sabuk vulkanis yang memanjang dari Sumatra hingga Maluku disertai pengaruh global warming menyebabkan Indonesia

Lebih terperinci

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 56 TAHUN 2014 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA KEDIRI

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 56 TAHUN 2014 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA KEDIRI SALINAN WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 56 TAHUN 2014 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA KEDIRI WALIKOTA KEDIRI, Menimbang : a. bahwa dengan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK, BUPATI TRENGGALEK SALINAN PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 64 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN MANAJEMEN LOGISTIK, PERALATAN DAN KEMUDAHAN AKSES PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

Powered by TCPDF (www.tcpdf.org)

Powered by TCPDF (www.tcpdf.org) Powered by TCPDF (www.tcpdf.org) 2 4. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA BATU PERATURAN DAERAH KOTA BATU NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BATU

PEMERINTAH KOTA BATU PERATURAN DAERAH KOTA BATU NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BATU PEMERINTAH KOTA BATU PERATURAN DAERAH KOTA BATU NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BATU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BATU, Menimbang

Lebih terperinci