BAB II KERANGKA TEORI DAN HIPOTESIS
|
|
- Ida Sutedja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 9 BAB II KERANGKA TEORI DAN HIPOTESIS 2.1 Posyandu Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan dan memberikan kemudahan dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar sehingga mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi yang merupakan tujuan utama dari posyandu. Tujuan khusus posyandu yaitu meningkatkan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan upaya kesehatan mendasar (primary health care), meningkatkan peran lintas sektor, dan meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan mendasar. (Kemenkes, 2011) Syarat berdirinya posyandu di suatu daerah meliputi jumlah penduduk, RW paling sedikit terdapat 100 orang balita, terdiri dari 120 Kepala Keluarga (KK), disesuaikan dengan kemampuan petugas dan jarak antara rumah dan jumlah KK dalam suatu tempat (Kemenkes, 2011). Sasarannya yaitu seluruh masyarakat terutama bayi, anak balita, ibu melahirkan, ibu nifas dan ibu menyusui, serta Pasangan Usia Subur (PUS). Kegiatan yang dilakukan di Posyandu terdiri dari kegiatan utama dan kegiatan pengembangan. Waktu pelaksanaan posyandu, dilaksanakan 1 (satu) bulan kegiatan, dengan waktu buka posyandu minimal satu
2 10 hari/bulan, sesuai dengan kesepakatan bersama wilayah tersebut. Kegiatan rutin posyandu diselenggarakan dan dimotori oleh kader dengan bimbingan teknis dari puskesmas. Jumlah minimal kader untuk setiap posyandu adalah 5 (lima) orang. Jumlah ini mengacu pada sistem 5 meja (Kemenkes, 2006). Kegiatan yang dilaksanakan pada setiap langkah secara sederhana diuraikan sebagai berikut: Tabel 2.1. Mekanisme Kegiatan Posyandu Langkah Kegiatan Pelaksana Pertama Pendaftaran Kader Kedua Penimbangan bayi, anak balita dan ibu hamil Kader Ketiga Pengisian KMS Kader Keempat Penyuluhan per orangan berdasarkan KMS Kader Kelima Pelayanan kesehatan (pemberian pelayanan imunisasi KB, pengobatan gizi, KIA) Kader atau kader bersama petugas kesehatan dan sektor terkait Sumber : Depkes RI, 2006 Indikator yang digunakan dalam pengukuran pelaksanaan posyandu ini antara lain frekuensi kunjungan (penimbangan) setiap bulan, namun tidak semua posyandu dapat berfungsi setiap bulan sehingga frekuensinya kurang dari 12 kali setahun. Menurut Zulkifli (2003) posyandu dikatakan aktif, apabila frekuensi penimbangan di atas 8 kali setahun.
3 11 Perkembangan posyandu tidak sama, dengan demikian pembinaan yang dilakukan untuk setiap posyandu juga berbeda (Kemenkes,2011). Untuk mengetahui tingkat perkembangan posyandu, telah dikembangkan metode dan alat telaahan perkembangan posyandu yang dikenal dengan nama Telaah Kemandirian Posyandu yang bertujuan mengetahui tingkat perkembangan posyandu secara umum, dibedakan atas 4 tingkat sebagai berikut : Tabel 2.2 Tingkat Perkembangan Posyandu Tingkat Perkembangan Kriteria Posyandu Pratama Posyandu yang masih belum mantap kegiatannya Kegiatan belum rutin setiap bulan kader aktifnya terbatas kurang dari 5 orang Posyandu Madya Sudah dapat melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali pertahun jumlah kader tugas 5 orang atau lebih cakupan program utamanya masih rendah yaitu kurang dari 50% Posyandu Purnama Posyandu yang frekuensinya lebih dari 8x setahun jumlah kader tugas 5 orang atau lebih cakupan 5 program utamanya lebih dari 50% sudah ada program tambahan bahkan mungkin sudah ada dana sehat yang masih sederhana Posyandu Mandiri Sudah dapat melaksanakan kegiatan secara teratur jumlah kader rata-rata 5 orang atau lebih cakupan 5 program utama sudah bagus, ada program tambahan dan dana sehat telah menjangkau lebih dari 50% KK. Sumber : Kemenkes, 2011
4 12 Kurang berfungsinya posyandu berdampak pada rendahnya kinerja disebabkan oleh rendahnya kemampuan kader dan pembinaan dari unsur pemerintah kelurahan dan dinas/instansi/lembaga terkait berdampak pada rendahnya minat masyarakat memanfaatkan posyandu. Upaya revitalisasi posyandu telah dilaksanakan sejak krisis ekonomi timbul agar posyandu dapat melaksanakan fungsi dasarnya, namun kinerja posyandu secara umum masih belum menunjukkan hasil yang optimal. Sehingga, upaya revitalisasi posyandu perlu terus ditingkatkan agar mampu memenuhi kebutuhan pelayanan terhadap kelompok sasaran yang rentan (Kemendagri RI, 2001) 2.2 Pertumbuhan dan Perkembangan Balita Menurut Rusmil (2006), pertumbuhan yaitu bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan interseluler, bertambahnya ukuran fisik dan struktur yang dapat diukur, sedangkan perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks seperti kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara, sosialisasi serta kemandirian. Masa balita merupakan periode penting tumbuh kembang anak, yang memengaruhi dan menentukan perkembangan selanjutnya. Masa lima tahun pertama setelah anak lahir (bayi dan balita) yang merupakan masa yang akan menentukan pembentukan fisik, psikis, maupun intelegensinya (Sulistijani,2001). Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 155/Menkes/Per/I/2010 Tentang Penggunaan Kartu Menuju Sehat (KMS) Balita,
5 13 perubahan berat badan merupakan indikator yang sangat sensitif memantau pertumbuhan anak. Melakukan penimbangan setiap bulannya diharapkan gangguan pertumbuhan setiap anak dapat diketahui. Pemantauan pertumbuhan adalah serangkaian kegiatan yang terdiri dari : 1) Penilaian pertumbuhan anak secara teratur melalui penimbangan berat badan setiap bulan, pengisian KMS, menentukan status pertumbuhan berdasarkan hasil penimbangan berat badan 2) Menindaklanjuti setiap kasus gangguan pertumbuhan. 2.3 Partisipasi ibu balita Partisipasi masyarakat menurut Isbandi (2007) adalah keikutsertaan masyarakat dalam proses pengidentifikasian masalah dan potensi yang ada di masyarakat, memilih dan mengambil keputusan mengenai solusi alternatif untuk menangani yang pada umumnya dipandang sebagai suatu bentuk perilaku, salah satu bentuk perilaku kesehatan adalah partisipasi ibu balita dalam program Posyandu, adalah dengan membawa anak mereka untuk ditimbang berat badannya ke Posyandu secara teratur setiap bulan mulai umur 1 bulan hingga 5 tahun di posyandu. Penimbangan balita dikatakan baik apabila minimal empat kali anak balita ditimbang ke Posyandu secara berturut-turut selama enam bulan. (Depkes RI, 2006) Bentuk partisipasi dapat dikelompokkan menjadi 2 jenis, yaitu bentuk partisipasi yang diberikan dalam bentuk nyata (memiliki wujud) dan juga bentuk
6 14 partisipasi yang diberikan dalam bentuk tidak nyata (abstrak). Kontribusi partisipasi antara lain melalui manpower (tenaga), money (uang), material (seperti beras, gula, dan sebagainya), mind (idea atau gagasan) (Notoatmodjo, 2007). Kemenkes (2011) menyebutkan bahwa dalam kegiatan posyandu, tingkat partisipasi masyarakat disuatu wilayah diukur dengan melihat perbandingan antara jumlah anak balita di daerah kerja posyandu (S) dengan jumlah balita yang ditimbang pada setiap kegiatan posyandu yang ditentukan (D). Angka D/S menggambarkan kecakupan anak balita yang ditimbang, ini merupakan indikator tingkat partisipasi masyarakat untuk menimbangkan anak balitanya. Hasil cakupan penimbangan merupakan salah satu alat untuk memantau gizi balita yang dapat dimonitor dari berat badan hasil penimbangan yang tercatat di dalam KMS.Kelengkapan sarana yang memadai merupakan salah satu penunjang dalam membantu kegiatan posyandu baik dari kader sendiri maupun pengguna posyandu. Beberapa tahap yang dilakukan untuk mengajak dan menumbuhkan partisipasi masyarakat (Notoatmodjo,2007), yaitu : a. Partisipasi dengan paksaan, artinya memaksa masyarakat untuk berkontribusi dalam suatu program, baik melalui perunadang-undangan, peraturan-peraturan maupun dengan perintah lisan. Pada umumnya cara ini akan lebih cepat hasilnya dan mudah namun dasarnya bukan kesadaran tetapi ketakutan sehingga masyarakat tidak akan mempunyai rasa memiliki terhadap program.
7 15 b. Partisipasi dengan persuasi dan edukasi, artinya suatu partisipasi yang didasari pada kesadaran, sulit diterapkan dan membutuhkan waktu yang lama, namun tercapai hasilnya akan mempunyai rasa memiliki dan rasa memelihara. Partisipasi ini dimulai dengan penerangan, pendidikan, dan sebagainya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dengan cara menimbulkan motivasi. Oleh sebab itu, pendidikan kesehatan sangat diperlukan dalam rangka merangsang tumbuhnya motivasi Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi ibu balita Faktor yang memengaruhi tindakan masyarakat dalam memanfaatkan posyandu, diantaranya faktor predisposisi (pengetahuan, sikap, kepercayaan, sosial ekonomi, keyakinan, nilai-nilai, dan sebagainya), faktor pendukung (lingkungan fisik, tersedia atau tidak fasilitas atau sarana kesehatan), dan faktor penguat (sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain) (Notoatmodjo, 2010). Green dan Marshall (2005), mengatakan faktor penguat dapat bersifat positif atau negatif, tergantung dari sikap dan perilaku orang di lingkungan tersebut. Sebagai contoh, dalam program posyandu dimana yang menjadi penguat adalah lurah/kepala desa, petugas kesehatan/puskesmas, ketua PKK, ibu bayi/balita, ibu hamil/menyusui, yang dapat saling mempengaruhi. Salah satu dampak dari kurang aktifnya sarana pelayanan kesehatan seperti posyandu yaitu dapat mengakibatkan terjadinya kasus balita gizi buruk.
8 Wilayah Posyandu Menurut teori Ronald M. Andersen (1995) dalam jurnalnya Revisting the Behavioral Model and Access to Medical Care:Does It Matter?, determinan perilaku pemanfaatan pelayanan kesehatan dalam pola penggunaan pelayanan kesehatan berbeda antara satu daerah dengan daerah lainnya. Selain itu, berdasarkan Jurnal Nutrition Education (2011), faktor lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi seseorang dalam berperilaku. Wilayah tempat tinggal merupakan bagian dalam jaringan sosial yang melibatkan keluarga, teman sebaya, dan lain sebagainya. Hubungan sosial ini sangat berpengaruh terhadap perilaku, sehingga dalam mempromosikan lingkungan yang mendukung mampu mengatasi masalah sosial (Contento, 2011) Bila dilihat dari Hasil Sensus Penduduk Tahun 2010 Provinsi DKI Jakarta, wilayah Jakarta Pusat menduduki urutan pertama dari segi kepadatan penduduk yakni ,94 Jiwa/Km 2.Pola permukiman di Perkampungan Budaya Betawi, Setu Babakan menggunakan pola permukiman mengelompok dengan bentuk melingkar mengikuti Setu/Danau Babakan dan dengan sifat pola persebaran kelompok permukiman menyebar. Filosofi dari pola permukiman Perkampungan Budaya Betawi, Setu Babakan tidak terlihat disebabkan padatnya penduduk di permukiman ini. Penyebab padatnya penduduk dikarenakan faktor masyarakat di dalam hal membangun sebuah bangunan, masyarakat lebih
9 17 mementingkan nilai fungsi yang didasari oleh budaya dan kebutuhan primer tanpa melihat faktor lingkungan dan keindahan. (Moechtar, dkk, 2012) Umur Ibu Balita Istilah usia diartikan dengan lama waktu hidup terhitung sejak dilahirkan (Hoetomo, 2005). Ibu yang relatif muda cenderung kurang memiliki pengetahuan dan pengalaman dalam mengasuh anak sehinnga umumnya mereka mengasuh dan merawat anak didasarkan pada pengalaman orang tuanya terdahulu. Sebaliknya pada ibu yang lebih berumur cenderung akan menerima dengan senang hati tugasnya dan sebagai ibu yang lebih berumur cenderung akan menerima dengan senang hati tugasnya sebagai ibu sehingga akan mempengaruhi pula terhadap kualitas dan kuantitas pengasuhan anak (Hurlock, 1999). Umur akan berpengaruh terhadap perilaku seseorang seiring dengan perkembangan fisik dan mental orang tersebut sehingga perilakunya akan semakin matang dengan bertambahnya umur yang didukung dengan bertambanhnya pengalaman (Kurnia, 2011). Berdasarkan hasil kesimpulan Kartini dan Asdhany (2012), mengemukakan bahwa sebanyak 66,7% ibu balita berusia tahun berpartisipasi aktif dalam kegiatan posyandu Pendapatan Keluarga Tingkat ekonomi sebuah keluarga ditentukan dengan besar pendapatan dan pengeluaran yang dilakukan oleh sebuah keluarga. Keluarga yang tidak kesulitan dalam memenuhi kebutuhan dikatakan tingkat ekonomi tinggi
10 18 sedangkan keluarga yang masih kesulitan dalam memenuhi kebutuhannya dikatakan tingkat ekonomi masih kurang (Zuhri,2010). Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2012, persentase penduduk miskin di Jakarta semakin banyak sebesar 4,29%, hasil ini meningkat dibandingkan dengan hasil pendataan sebelumnya (3,61%). Menurut pendapat dari seorang ahli bahwa yang dimaksud dengan penghasilan adalah gaji, hasil pertanian, pekerjaan dari anggota keluarga. Pendapatan merupakan sumber pemasukan baik yang berupa uang, barangbarang, jasa dan kepuasan yang dapat dipakai oleh keluarga untuk memenuhi kebutuhan dan keinginannya (Zuhri,2010). Mengacu pada ukuran kemiskinan yang digunakan Badan Pusat Statistik, yaitu konsep pemenuhan kebutuhan dasar, maka angka yang digunakan saat ini adalah sebesar Rp ,00/orang/bulan untuk wilayah perkotaan (McKinsey,2012). Kartini dan Asdhany ( 2012), menyatakan bahwa terdapat sebanyak 80,6% keluarga balita dengan pendapatan di atas Rp ,00 yang aktif dalam berpartisipasi di Posyandu, penelitian ini dilakukan di Posyandu Kelurahan Cangkiran Kota Semarang. Beberapa penelitian empiris yang menyatakan bahwa kesehatan berbanding terbalik dengan kemiskinan, dimana ada kemiskinan maka masalah kesehatan akan semakin nyata terjadi. Kecenderungan yang terjadi di masyarakat miskin adalah kurang memperhatikan kesehatan mereka, yang berdampak pada rendahnya tingkat pemahaman akan pentingnya
11 19 kesehatan, penyebab lainnya yaaitu ketidakmampuan mendapatkan pelayanan kesehatan karena biaya yang tidak terjangkau. Pusat Pelayanan Kesehatan seperti Puskesmas maupun Posyandu merupakan lembaga yang dikonsepkan menjadi ujung tombak kesehatan masyarakat diharapkan dapat meningkatkan perannya untuk menyentuh lapisan masyarakat terbawah. (Razif, dkk, 2012) Pendidikan Ibu Balita Pendidikan adalah segala sesuatu hal guna membina kepribadian serta mengembangkan kemampuan manusia baik secara jasmani dan rohani yang berlangsung seumur hidup, dalam rangka pembangunan persatuan Indonesia dan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila (BPS,2013).Pendidikan dibagi menjadi 3 macam, yaitu pendidikan formal, pendidikan informal, dan pendidikan non formal. Pendidikan formal pada umumnya disebut dengan sekolah. Jenjang pendidikan formal terbagi atas: 1) Di bawah Sekolah Dasar : kategori ini adalah mereka yang belum menyelesaikan pendidikan SD atau tidak sekolah. 2) Sekolah Dasar : mereka yang telah menyelesaikan jenjang SD namun belum menyelesaikan SMP. 3) Sekolah Menengah Umum/sederajat : mereka yang telah menyelesaikan SMP/SLTP namun belum menyelesaikan SMA/sederajat
12 20 4) Sekolah Menengah Atas/sederajat : mereka yang telah menyelesaikan SMA/sederajat namun belum menyelesaikan sekolah pada tingkat pendidikan yang lebih tinggi. 5) Diploma 1/2/3 : mereka yang telah menyelesaikan Diploma namun belum menyelesaikan sekolah pada tingkat pendidikan yang lebih tinggi. 6) Sarjana : mereka yang telah menyelesaikan Sarjana. Pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor yang penting dalam tumbuh kembang anak, karena dengan pendidikan yang baik, orang tua dapat menerima segala informasi dari luar dengan baik (Soetjiningsih (1995). Notoatmojo mengemukakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin mudah seseorang untuk menerima informasi sehingga pengetahuannya semakin baik. Kurnia (2011) meyatakan bahwa orang tua yang berpendidikan rendah akan sulit beradaptasi dengan situasi dan kondisi dari kegiatan yang dilaksanakan sehingga dapat mempengaruhi dalam kegiatan pelaksanaan Posyandu. Sejalan pula dengan teori bahwa ibu dengan pendidikan yang rendah masih sering ditemui, hal tersebut menyebabkan penyimpangan terhadap keadaan tumbuh kembang dan status gizi anak terutama pada anak usia balita (Sudiyanto dan Sekartini, 2005) Status Bekerja Ibu Balita Menurut Khalimah (2007) dalam Kurnia (2011), kerja merupakan sesuatu yang dibutuhkan oleh manusia. Seseorang bekerja karena ada sesuatu
13 21 yang hendak dicapainya dan harapan bahwa aktivitas kerja yang dilakukannya akan membawanya kepada sesuatu keadaan yang lebih memuaskan dalam upaya pemenuhan kebutuhan. Pekerjaan memilki hubungan dengan pendidikan dan pendapatan serta berperan penting dalam kehidupan sosial ekonomi da berkaitan dengan faktor lain seperti kesehatan. Hal tersebut sesuai menurut Khomsan (2007) bahwa pekerjaan termasuk ke dalam salah satu sumber pendapatan dalam keluarga dengan adanya pekerjaan tetap dalam suatu keluarga, maka keluarga tersebut relatif terjamin pendapatannya setiap bulan. Seseorang yang mempunyai pekerjaan dengan waktu yang cukup padat akan mempengaruhi ketidakhadiran dalam pelaksanaan Posyandu. Orang tua yang bekerja akan tidak mempunyai waktu luang, sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi aktivitas pekerjaan orang tua semakin sulit datang ke Posyandu Jarak Tempuh dari Rumah ke Posyandu Jarak tempuh adalah ukuran jauh dekatnya dari rumah atau tempat tinggal seseorang ke Posyandu dimana adanya kegiatan pelayanan kesehatan bagi masyarakat di wilayahnya. Menurut Departemen Pendidikan Nasional (2002) dalam Kurnia (2011), jarak adalah ruang sela (panjang atau jauh) antara dua benda atau tempat yaitu jarak antara rumah denga tempat Posyandu. Posyandu yang terjangkau semua pengguna dengan jalan kaki dapat mendukung posyandu berjalan dengan baik sehingga mewujudkan pelayanan gizi menjadi efektif (Sumarno, 2006). Menurut Effendy (1997) dalam Kurnia (2011),
14 22 letak Posyandu sebaiknya berada di tempat yang mudah didatangi oleh masyarakat, ditentukan lokal sendiri, atau dapat dilaksanakan di rumah penduduk, balai rakyat, pos rukum tetangga (RT) atau rukun warga (RW) atau pos lainnya. Hal ini agar jarak Posyandu mudah dijangkau sehingga memudahkan masyarakata untuk menimbang anaknya sebagaimana diungkapkan Kartini dan Asdhany (2012),mengemukakan bahwa semakin dekat jarak tempuh rumah dengan tempat penyelenggaraan posyandu, maka akan semakin banyak masyarakat yang memandaatkan posyandu Kehadiran Petugas Kesehatan Pada setiap posyandu yang berjalan lancar dan teratur selalu ada tokoh motor penggerak posyandu secara langsung maupun tidak langsung. Dukungan puskesmas dan bidan desa merupakan motivasi yang penting bagi kader dan masyarakat. Pelayanan kesehatan berupa pengobatan sederhana, ada pemberian makanan tambahan yang teratur dan menarik, insentif kader dan dukungan dari tokoh masyarakat (Sumarno, 2006). 2.4 Studi Penelitian terkait Hasil penelitian Kartini dan Asdhany (2012), mengemukakan bahwa semakin tinggi tingkat partisipasi ibu dalam kegiatan posyandu maka semakin baik pula status gizi balita berdasarkan BB/U. Angka partisipasi yang aktif ke Posyandu di beberapa wilayah juga merupakan indikator yang menunjukkan belum mencapai target yang diharapkan. Hasil penelitian Yuryanti pada tahun
15 dalam Kurnia (2011) yang dilakukan di Batam dengan judul Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Kunjungan Ibu Balita ke Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Sei Pancur Kota Batam menunjukkan angka partisipasi aktif masyarakat sebesar 47%. Hasil berbeda dikemukakan penelitian Sambas (2002) dalam Kurnia (2011) di Kelurahan Bojongherang Kabupaten Cianjur yaitu didapatkan 57,7% ibu balita yang berpartisipasi aktif ke Posyandu. Penelitian Soeryoto (2001) di Kecamatan Jurai Kabupaten Pesisir Selatan mendapatkan proporsi ke Posyandu dengan cakupan lebih rendah yaitu 48,1% daripada di Kelurahan Sukasari Kota Tangerang. Faktor-faktor yang berhubungan dengan partisipasi ibu ke posyandu berdasarkan beberapa hasil penelitian antara lain menurut Raharjo (2000), dalam penelitiannya yang berjudul Hubungan Antara Karakteristik Ibu dan Keaktifan Menimbangkan Anak di Posyandu Desa Jendi Kecematan Selogiri Kabupaten Wonogiri, faktor yang berhubungan dengan keaktifan ibu dalam menimbangkan anaknya di posyandu adalah pendidikan ibu, pengetahuan ibu, status pekerjaan dan jumlah tanggungan keluarga. Menurut Yudianingsih (2005), dalam penelitiannya yang berjudul Beberapa Faktor yang Berhubungan dengan Kehadiran Ibu Menimbangkan Anaknya di Posyandu Desa Nambangan Kecamatan Selogiri Kabupaten Wonogiri mengatakan variabel tingkat pendidikan, pekerjaan, keterlibatan dalam organisasi masyarakat, pengetahuan ibu, jumlah penyuluhan perorangan
16 24 dimeja 4, jumlah anak, dan umur anak yang berhubungan dengan kehadiran ibu menimbangkan anaknya di posyandu. Hasil penelitian Yamin (2003) menunjukkan adanya hubungan bermakna antara umur ibu dengan pemanfaatan pelayanan Posyandu Baita, yang menunjukkan bahwa ibu balita yang berusia > 30 tahun memiliki tingkat pemanfaatan posyandu baik dibandingkan dengan kelompok usia ibu 30 tahun sejalan dengan penelitian Anderson dan Andersen (1972) dalam Kurnia (2011) mengenai penggunaan atau pemanfaatan pelayanan kesehatan menunjukkan bahwa pelayanan kesehatan lebih banyak dimanfaatkan oleh orang yang berusia sangat muda (anak-anak) dan berusia tua. Hasil penelitian Lestari (2009) menyatakan hal yang sama bahwa terdapat hubungan bermakna untuk umur ibu balita (p= 0,016), untuk pendidikan ibu balita (p= 0,032), pekerjaan ibu balita (p= 0,0001), untuk sikap ibu balita (p= 0,0001), dan untuk hubungan antara pengetahuan ibu balita dengan kunjungan balita dalam kegiatan posyandu (p= 0,013). Hasil penelitian Mulyati (2010) menunjukkan bahwa terhadap hubungan bermakna antara sikap, perilaku dan pendidikan responden terhadap kepatuhan kunjungan ibu balita sedangkan untuk variabel umur tidak terdapat hubungan yang bermakna dengan rata-rata responden berusia di bawah 28 tahun dengan angka partisipasi rata-rata 56,1%. Kunjungan Ibu ke Posyandu pada hasil
17 25 penelitian Jannah (2010) tidak dipengaruhi oleh usia ibu balita, namun dipengaruhi oleh faktor pendidikan dan pengetahuan. Analisis Semba (2007) di Ethiopia mendapatkan adanya perbedaan nyata cakupan kapsul vitamin A dengan pendidikan ibu dan ayah. Grover (2008) di Kamboja dan Semba (2010) di Bangladesh hanya mengemukakan bahwa pendidikan ibu berperan dalam cakupan kapsul vitamin A di posyandu. Sejalan dengan hasil penelitian Semba dan Grover, hasil penelitian Fitriani (2010) disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang tidak bermakna antara pendidikan ibu dengan kunjungan aktif ke posyandu di wilayah kerja poskesdes Segayam Kecamatan Pemulutan Selatan. Hal tersebut sejalan juga dengan hasil penelitian Handayani pada tahun 2010 yaitu bahwa faktor pendidikan tidak memiliki hubungan partisipasi ibu balita di posyandu. Dalam penelitian Anderson and Andersen (1972) dan Aday and Eichhorn (1972) bahwa seseorang yang mendapat pendidikan formal biasanya lebih banyak mengunjungi ahli kesehatan (Greenly, 1980) dalam Kurnia (2008). Hasil penelitian serupa dilakukan di Nova Scovia Amerika menunjukkan bahwa penduduk berpendidikan lebih rendah lebih banyak mengunjungi pelayanan kesehatan sebanyak 49% daripada yang berpendidikan lebih tinggi (OR 1,49;1,24-1,79) (Mahmud, 2009). Penelitian Sambas (2002) yang menyatakan bahwa ibu balita yang tidak bekerja berpeluang baik untuk berkunjung ke Posyandu dibandingkan dengan ibu yang bekerja. Hal tersebut sejalan dengan hasil penelitian kualitatif di
18 26 Kota Denpasar yang dilakukan Widiastuti (2006), ditemukan bahwa ibu yang bekerja menyebabkan tidak membawa anaknya ke Posyandu untuk di timbang. Sebuah penelitian oleh Tuti Pradianto tantang faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakhadiran Ibu Balita dan Penggunaan Posyandu di Kecamatan Bogor Barat (1989) membuktikan bahwa ada faktor pekerjaan (status pekerjaan) ibu berhubungan signifikan dengan penggunaan Posyandu (Sudarti, 2008). Penelitian yang dilakukan di Nova Scotia Amerika menunjukkan bahwa pada kelompok sosio-ekonomi tinggi lebih banyak mengunjungi pelayanan dokter daripada sosioekonomi yang lebih rendah. Penduduk dengan pendapatan yang lebih rendah beresiko sebanyak 43% dengan nilai OR 1,43; 1,12-1,84 daripada sosio-ekonomi yan lebih tinggi. Dari beberapa hasil penelitian, bahwa faktor jarak ternyata memberikan kontribusi terhadap seseorang dalam melakukan suatu tindakan, seperti yang dikemukakan dalam hasil penelitian Sambas (2002) bahwa responden yang jarak tempuhnya dekat dari rumah ke Posyandu (<10 menit) berpeluang baik untuk berkunjung ke Posyandu dibandingkan yang jarak tempuhnya jauh ( 10 menit). Sebanyak 50% ibu balita berpartisipasi tidak aktif di posyandu beralasan menjangkau Posyandu dengan jarak sedang (50-100meter). Menurut hasil penelitian Kartini, dan Ashdhany (2012) bahwa semakin dekat jarak tempuh posyandu maka akan semakin banyak ibu balita yang hadir dalam pelaksanaan posyandu.
19 27 Menurut hasil penelitian Widiastuti (2006), pelayanan dari petugas kesehatan menjadi salah satu daya tarik bagi ibu balita untuk membawa anaknya berkunjung ke posyandu. Posyandu yang tidak dihadiri petugas kesehatan menyebabkan ibu enggan membawa anaknya berkunjung ke posyandu. Faktorfaktor yang mendorong masyarakat dalam berpartisipasi dalam kegiatan posyandu(lestari, 2006) adalah selain hal tersebut sudah menjadi tradisi yang rutinitas, kesehatan balita mereka menjadi perhatian utama. Namun sebagai penghambat pelaksanaan program tersebut adalah masih rendahnya tingkat mayoritas masyarakat, di samping itu juga para tenaga ahli kesehatan tidak memberikan pelayanan yang lebih responsif terhadap masyarakat. Hal ini juga salah satunya diakibatkan oleh masih rendahnya wawasan dan pendidikan para tenaga ahli. Faktor lain yang mendukung partispasi masyarakat antara lain, keaktifan kader, jumlah anak, persepsi ibu balita terhadap kader, kelengkapan posyandu. Seperti yang diutarakan oleh Widiastuti (2006) bahwa posyandu yang mempunyai kader yang berumur lebih muda, berpengetahuan tinggi, mempunyai persepsi yang baik terhadap tokoh masyarakat, petugas kesehatan dan sarana serta mempunyai motivasi yang tinggi mempengaruhi tingkat pemanfaatan penimbangan balita di posyandu (D/S). Eddy (2000) menyatakan bahwa kemampuan ataupun keterampilan kader mempunyai hubungan paling kuat dengan cakupan penimbangan balita. Penelitian Sambas (2002) juga ditemukan terdapat hubungan yang bermakna antara pembinaan dari kader dengan kunjungan ibu-ibu anak balita ke Posyandu. Penelitian lainnya dilakukan oleh Tuti Pradianto
20 28 (1989) tentang Faktor-faktor Yang mempengaruhi Ketidakhadiran Ibu Balita dalam Penggunaan Posyandu di Kecamatan Bogor Barat, membuktikan bahwa persepsi ibu tentang perilaku kader merupakan faktor yang memudahkan ibu dalam menimbangkan anaknya ke Posyandu. Grover (2008), Cakupan vitamin A anak pertama atau kedua di daerah kumuh New Delhi lebih tinggi secara nyata dibanding anak nomor tiga atau lebih. Berdasarkan hasil penelitian Handayani (2011) menunjukkan pengetahuan, dan sikap ibu balita mempengaruhi partisipasi ibu membawa balita ke posyandu terhadap partisipasi aktif ibu balita di posyandu namun pendidikan tidak mempengaruhi partisipasi ibu balita dalam berpartisipasi aktif di posyandu.
21 Kerangka Berpikir Pendekatan teori yang dipakai dalam mengamati partisipasi ibu untuk menimbangkan anaknya yang berusia 1-59 bulan ke posyandu adalah teori Lowren Green (1980). Teori ini menggambarkan bahwa perubahan perilaku kesehatan individu maupun sebuah masyarakat dapat dipengaruhi oleh 2 faktor utama yaitu perilaku itu sendiri dan faktor diluar perilaku tersebut. Faktor perilaku ditentukan oleh 3 faktor yaitu ; faktor predisposisi, faktor pendukung (enabling factor), serta faktor pendorong (reinforcing factor). Peneliti ingin mengetahui perbedaan rata-rata partisipasi ibu balita berdasarkan letak wilayah posyandu. Seperti yang telah diuraikan diatas bahwa salah faktor yang dapat mempengaruhi perilaku ibu untuk menimbangkan anaknya ke posyandu, yaitu wilayah letak posyandu yang merupakan faktor lingkungan.
22 30 Bagan 2.1 Kerangka Teori Faktor Predisposisi - Umur - Pendidikan - Pekerjaan - Pengetahuan - Ras/Suku - Status ekonomi Faktor Pendukung - Jarak tempuh posyandu - Persepsi individu tentang pelayanan kesehatan - Sumber Daya Masyarakat - kelengkapan posyandu Rata-rata Partisipasi (D/S) Pelayanan Posyandu Faktor Pendorong - dukungan petugas kesehatan - kader - tokoh masyarakat. Sumber : Modifikasi Teori Andersen (1995), Teori Lawrence Green (1980) dalam Notoatmodjo (2005), dan Sudarti (2008)
23 Kerangka Konsep Berdasarkan modifikasi teori Ronald M. Andersen (1995) dan teori Lawrence Green (1980) dalam Notoatmodjo (2005), dan Sudarti (2008) terdapat 3 faktor yang yang berpengaruh terhadap perilaku pemanfaatan pelayanan kesehatan yaitu faktor predisposisi, faktor pendukung, dan faktor kebutuhan. Faktor predisposisi yaitu setiap individu mempunyai ciri yang berbeda untuk menggunakan pelayanan kesehatan seperti umur, tingkat pendidikan. Faktor pendukung yaitu fasilitas kesehatan seperti jarak tempuh dari rumah ke Posyandu yang termasuk pendapatan keluarga, dan motivasi individu antara lain kehadiran petugas kesehatan yang termasuk dalam sumber daya masyarakat. Berdasarkan kerangka teori diatas dengan segala keterbatasannya, maka peneliti merumuskan kerangka konsep penelitian yang akan menjadi acuan dalam melakukan penelitian seperti di bawah ini. Uraian tersebut dapat digambarkan seperti gambar di bawah ini :
24 32 Bagan 2.2 Kerangka Konsep Variabel Independen Variabel Dependen Faktor-Faktor yang mempengaruhi : - pendidikan ibu - statusbekerja ibu balita - pendapatan keluarga - Jarak tempuh posyandu - dukungan petugas kesehatan Partisipasi ibu balita menimbang berat badan anak di Posyandu Letak wilayah : - Wilayah A - Wilayah B
25 Hipotesis Penelitian Ada perbedaan rata-rata partisipasi ibu balita berdasarkan letak wilayah posyandu di Puskesmas Kelurahan Duri Kepa tahun Ada perbedaan rata-rata partisipasi ibu balita berdasarkan usia ibu balita di Puskesmas Kelurahan Duri Kepa tahun Ada perbedaan rata-rata partisipasi ibu balita berdasarkan pendidikan ibu balita di Puskesmas Kelurahan Duri Kepa tahun Ada perbedaan rata-rata partisipasi ibu balita berdasarkan status bekerja ibu status bekerja ibu balita di Puskesmas Kelurahan Duri Kepa tahun Ada perbedaan rata-rata partisipasi ibu balita berdasarkan pendapatan keluarga di Puskesmas Kelurahan Duri Kepa tahun Ada perbedaan rata-rata partisipasi ibu balita berdasarkan jarak posyandu di Puskesmas Kelurahan Duri Kepa tahun Ada perbedaan rata-rata partisipasi ibu balita berdasarkan kehadiran petugas kesehatan di Puskesmas Kelurahan Duri Kepa tahun 2013.
BAB IV. Desa kayumerah adalah sebuah desa yang terdiri dari 6 Dusun. 3 Dusun
4.1 Hasil Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa kayumerah adalah sebuah desa yang terdiri dari 6 Dusun. 3 Dusun berada di Dataran rendah dan 3 dusun
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kesehatan Bersumber daya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari,
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Posyandu Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber daya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Posyandu 1. Pengertian Posyandu Posyandu adalah suatu bentuk keterpaduan dari dua atau lebih kegiatan yang dilaksanakan oleh masyarakat. Kegiatan kegiatan yang dipadukan khususnya
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. kegiatan kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat, yang. pelayanan kesehatan dasar. Kegiatan kegiatan yang ada dalam
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Posyandu 1. Pengertian Pos Pelayanan Terpadu atau yang sering disebut dengan Posyandu adalah suatu forum komunikasi, alih teknologi dan pelayanan kesehatan masyarakat yang dilakukan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Posyandu 2.1.1 Pengertian Posyandu merupakan salah satu bentuk upaya kesehatan bersumber Daya Manusia (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk danbersama masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan hal yang sangat penting dan bisa dijadikan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang sangat penting dan bisa dijadikan sebagai salah satu parameter yang dapat menentukan kualitas sumber daya manusia sebuah Negara, karena
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu)
5 TINJAUAN PUSTAKA Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) Posyandu merupakan salah satu bentuk kegiatan dari Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD), dimana masyarakat antara lain melalui kader-kader yang terlatih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (Ocbrianto, 2012). Tiga pilar yang mempengaruhi kualitas hidup sumber daya
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kesehatan merupakan salah satu parameter dalam menentukan kualitas sumber daya manusia dan tingkat pencapaian kesejahteraan individu suatu negara (Ocbrianto, 2012).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (United Nations Developments Program), Indonesia menempati urutan ke 111
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu indikator penentu keberhasilan tingginya tingkat kesehatan masyarakat adalah angka kematian bayi dan balita. Berdasarkan peringkat Human Development Index
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Posyandu atau Pos Pelayanan Terpadu adalah Forum Komunikasi Alih. rangka pencapaian NKKBS ( Mubarak & Chayalin, 2009).
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) Posyandu atau Pos Pelayanan Terpadu adalah Forum Komunikasi Alih Teknologi dan Pelayanan Kesehatan Masyarakat oleh dan untuk masyarakat yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memprihatinkan karena mengancam kualitas sumber daya manusia yang akan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan bangsa ditentukan oleh ketersediaan Sumber Daya Manusia (SDM) berkualitas. Bukti empiris menunjukkan, hal ini sangat ditentukan oleh status
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Indeks Pembangunan Manusia (IPM), sedangkan ukuran kesejahteraan masyarakat. sasaran yang membutuhkan layanan (Depkes RI, 2006).
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hak azasi manusia dan sekaligus sebagai investasi, Sumber daya manusia yang sehat dan berkualitas merupakan modal utama atau investasi dalam pembangunan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teknologi dan Pelayanan Kesehatan Masyarakat oleh dan untuk masyarakat yang
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Posyandu 2.1.1 Defenisi Posyandu Posyandu atau Pos Pelayanan Terpadu adalah Forum Komunikasi Alih Teknologi dan Pelayanan Kesehatan Masyarakat oleh dan untuk masyarakat yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur
BAB I A. Latar Belakang PENDAHULUAN Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Pembukaan Undang-Undang Dasar
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran 1. Pengertian Peran (role) diartikan sebagai aspek yang dinamis dari suatu kedudukan. Dimana apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya bayi dan balita. Tujuan Posyandu adalah menunjang penurunan Angka
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Posyandu merupakan garda depan kesehatan balita dimana pelayanan yang diberikan posyandu sangat dibutuhkan untuk memberikan kemudahan dan keuntungan bagi kesehatan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat di Indonesia masih rendah disebabkan banyak
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Derajat kesehatan masyarakat di Indonesia masih rendah disebabkan banyak faktor. Salah satu penyebabnya adalah belum dimanfaatkannya sarana pelayanan kesehatan secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. akhirnya dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Hal. masyarakat dan swasta (Depkes RI, 2005).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut UUD 1945, pasal H ayat 1 dan UU No. 36 Tahun 2009, Kesehatan merupakan hak asasi dan sekaligus sebagai intervensi, sehingga perlu diupayakan dan ditingkatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjadi 4,9 persen tahun Tidak terjadi penurunan pada prevalensi. gizi kurang, yaitu tetap 13,0 persen. 2
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keadaaan gizi yang baik merupakan prasyarat terciptanya sumber daya manusia masa depan yang berkualitas. Anak yang mengalami masalah gizi pada usia dini akan mengalami
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. POSYANDU (Pos Pelayanan Terpadu) 1. Pengertian Posyandu Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu) adalah pusat kegiatan masyarakat dimana masyarakat dapat memperoleh pelayanan Keluarga
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Istilah motivasi berasal dari bahasa Latin, yakni movere yang. Menurut Sadirman (2007), motivasi adalah perubahan energi diri
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Motivasi 2.1.1. Definisi Motivasi Istilah motivasi berasal dari bahasa Latin, yakni movere yang berarti menggerakkan (Winardi, 2007). Menurut Sadirman (2007), motivasi adalah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. POSYANDU (Pos Pelayanan Terpadu) 1. Pengertian Posyandu Posyandu adalah suatu forum komunikasi, alih teknologi dan pelayanan kesehatan masyarakat yang mempunyai nilai strategis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tersebut anak mengalami pertumbuhan yang pesat. Balita termasuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kekurangan gizi umumnya terjadi pada Balita karena pada umur tersebut anak mengalami pertumbuhan yang pesat. Balita termasuk kelompok yang rentan gizi di suatu kelompok
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang diselenggarakan oleh masyarakat dengan dukungan teknis dan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Pos Pelayanan Terpadu (POSYANDU) Posyandu atau Pos Pelayanan Terpadu adalah pelayanan kesehatan yang diselenggarakan oleh masyarakat dengan dukungan teknis
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. sebaliknya persentase penimbangan di polindes dan posyandu lebih banyak di
73 BAB V PEMBAHASAN 5.1 Letak Wilayah Jika menurut tipe daerah persentase penimbangan balita di rumah sakit dan Puskesmas lebih banyak di lakukan perkotaan dari pada di pedesaan. Namun sebaliknya persentase
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk terciptanya kesadaran, kemauan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan kesehatan diarahkan untuk terciptanya kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk, agar dapat mewujudkan derajat kesehatan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Partisipasi kader adalah keikutsertaan kader dalam suatu kegiatan kelompok
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Partisipasi Kader Partisipasi kader adalah keikutsertaan kader dalam suatu kegiatan kelompok (Widiastuti A, 2007). Kader kesehatan adalah promotor kesehatan desa (Promkes) yaitu
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PARTISIPASI IBU BALITA KE POSYANDU DI DESA NGAMPEL KECAMATAN KAPAS KABUPATEN BOJONEGORO TAHUN 2016
FAKTORFAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PARTISIPASI IBU BALITA KE POSYANDU DI DESA NGAMPEL KECAMATAN KAPAS KABUPATEN BOJONEGORO TAHUN 2016 Sun Aidah, S.ST STIKES Insan Cendekia Husada Bojonegoro ABSTRAK Salah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perlu dilakukan karena kesehatan bukan tanggung jawab pemerintah saja, namun
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hak azazi manusia (UUD 1945, pasal 28 ayat 1 dan UU No.36 tahun 2009) dan sekaligus sebagai investasi, sehingga perlu diupayakan, diperjuangkan
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KEHADIRAN IBU MENIMBANG ANAK BALITA DI POSYANDU WILAYAH KERJA PUSKESMAS ALALAK TENGAH DAN PUSKESMAS S
FAKTORFAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KEHADIRAN IBU MENIMBANG ANAK BALITA DI POSYANDU WILAYAH KERJA PUSKESMAS ALALAK TENGAH DAN PUSKESMAS S. PARMAN KOTA BANJARMASIN Aprianti, Yasir Farhat, Rijanti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pos pelayanan terpadu (Posyandu) merupakan bentuk partisipasi. masyarakat yang membawa arti yang sangat besar bagi kesehatan dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pos pelayanan terpadu (Posyandu) merupakan bentuk partisipasi masyarakat yang membawa arti yang sangat besar bagi kesehatan dan kesejahteraan masyarakat secara operasional.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas merupakan faktor utama dalam rangka pelaksanaan pembangunan nasional. Untuk mencapai SDM yang berkualitas, gizi merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penduduknya yang tinggi. Bahkan Indonesia menduduki peringkat ke-empat
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkat kepadatan penduduknya yang tinggi. Bahkan Indonesia menduduki peringkat ke-empat dalam hal kepadatan penduduk,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Balita Menurut Marimbi (2010) balita adalah anak di bawah usia 5 tahun. Masa ini merupakan periode kehidupan yang ditandai dengan perkembangan motorik, kognitif dan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Posyandu 1. Pengertian Posyandu Pos pelayanan terpadu atau yang lebih dikenal dengan sebutan posyandu, yaitu salah satu bentuk upaya pelayanan kesehatan yang dilaksanakan oleh,
Lebih terperinciBETTY YULIANA WAHYU WIJAYANTI J.
HUBUNGAN KEAKTIFAN KADER POSYANDU DENGAN PENGETAHUAN TENTANG PROGRAM POSYANDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PUHPELEM KECAMATAN PUHPELEM KABUPATEN WONOGIRI Skripsi ini Disusun untuk memenuhi Salah Satu Syarat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang sangat diperlukan di masa mendatang (Depkes RI, 2007).
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah gizi masih merupakan masalah kesehatan masyarakat utama di Indonesia. Kekurangan gizi belum dapat diselesaikan, prevalensi masalah gizi lebih dan obesitas
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan ketertiban dunia yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembukaan UUD 1945, mencantumkan tujuan nasional bangsa Indonesia yakni melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Diare adalah penyakit yang ditandai dengan perubahan bentuk dan konsistensi tinja melembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi berak- lebih dari biasanya (tiga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Posyandu diselenggarakan untuk kepentingan masyarakat sehingga
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Posyandu diselenggarakan untuk kepentingan masyarakat sehingga pembentukan, penyelenggaraan dan pemanfaatannya memerlukan peran serta aktif masyarakat dalam bentuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Posyandu adalah suatu bentuk keterpaduan pelayanan kesehatan yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Posyandu adalah suatu bentuk keterpaduan pelayanan kesehatan yang dilaksanakan di suatu wilayah kerja Puskesmas, dimana pelaksanaannya dilakukan di tiap kelurahan/rw.
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
34 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Posyandu wilayah binaan Puskesmas Kelurahan Duri Kepa Jakarta Barat. Puskesmas ini terletak di Jalan Angsana Raya
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Posyandu Posyandu merupakan salah satu bentuk upaya kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam
Lebih terperinciDisampaikan pada : REFRESHING KADER POSYANDU Kabupaten Nias Utara Tahun 2012
Disampaikan pada : REFRESHING KADER POSYANDU Kabupaten Nias Utara Tahun 2012 I. PENDAHULUAN A. PENGERTIAN 1. Posyandu adlh salah satu bentuk UKBM yg dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan terdepan. Posyandu dilaksanakan oleh masyarakat itu sendiri dan merupakan
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Posyandu merupakan wadah/tempat masyarakat mendapatkan pelayanan kesehatan terdepan. Posyandu dilaksanakan oleh masyarakat itu sendiri dan merupakan bentuk Upaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (pos pelayanan terpadu) di wilayah kerja Puskesmas Tampaksiring I sesuai data
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rendahnya tingkat partisipasi anak balita (bawah lima tahun) ke posyandu (pos pelayanan terpadu) di wilayah kerja Puskesmas Tampaksiring I sesuai data laporan tahunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terjadi pertumbuhan dan perkembangan secara keseluruhan. Guna. mendukung pertumbuhan dan perkembangan balita, orang tua perlu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seribu hari pertama kehidupan bayi merupakan periode emas karena terjadi pertumbuhan dan perkembangan secara keseluruhan. Guna mendukung pertumbuhan dan perkembangan
Lebih terperinciPENGABDIAN MASYARAKAT UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PENGELOLAAN POSYANDU BALITA MELALUI PERBAIKAN SISTEM ADMINISTRASI
PENGABDIAN MASYARAKAT UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PENGELOLAAN POSYANDU BALITA MELALUI PERBAIKAN SISTEM ADMINISTRASI Sri Mukhodim Faridah Hanum Universitas Muhammadiyah Sidoarjo srimukhodimfaridahhanum@umsida.ac.id
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Depkes RI (2001), Partisipasi masyarakat atau sering disebut peran serta
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Partisipasi Ibu ke Posyandu Menurut Depkes RI (2001), Partisipasi masyarakat atau sering disebut peran serta masyarakat, diartikan sebagai adanya motivasi dan keterlibatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sistem Kesehatan Nasional merupakan suatu tatanan yang mencerminkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem Kesehatan Nasional merupakan suatu tatanan yang mencerminkan upaya Bangsa Indonesia untuk meningkatkan kemampuannya mencapai derajad kesehatan yang optimal sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah penyelenggaraan upaya kesehatan untuk mencapai kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat
Lebih terperinciOleh : Teti Herawati* *Pegawai Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka ABSTRAK
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN PELAYANAN POSYANDU OLEH IBU BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUMBERJAYA KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2014 Oleh : Teti Herawati* *Pegawai Dinas Kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dilakukan di tiap kelurahan/rw. Kegiatannya berupa KIA, KB, P2M
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Posyandu adalah suatu bentuk keterpaduan pelayanan kesehatan yang dilaksanakan di suatu wilayah kerja Puskesmas, dimana pelaksanaannya dilakukan di tiap kelurahan/rw.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. gizi anak balitanya. Salah satu tujuan posyandu adalah memantau peningkatan status
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pos pelayanan terpadu (Posyandu) merupakan salah satu bentuk upaya kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan
Lebih terperinciMENINGKATKAN KESEHATAN IBU DAN ANAK MELALUI GERAKAN POSYANDU
MENINGKATKAN KESEHATAN IBU DAN ANAK MELALUI GERAKAN POSYANDU Posyandu merupakan salah satu bentuk upaya kesehatan bersumber daya masyarakat yang menjadi milik masyarakat dan menyatu dalam kehidupan dan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi (Kemenkes, 2011).
BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Posyandu merupakan salah satu bentuk upaya kesehatan masyarakat bersumber daya masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarkan dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (SDKI) tahun 2012 adalah 40 kematian per 1000 kelahiran hidup. Di Provinsi
1 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Angka kematian balita hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 adalah 40 kematian per 1000 kelahiran hidup. Di Provinsi Gorontalo jumlah balita
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN. Kluet Selatan Kabupaten Aceh Selatan dengan jumlah responden 40 0rang dimana
BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penulis akan menguraikan hasil penelitian yang telah dilakukan di Posyandu Kluet Selatan Kabupaten Aceh Selatan dengan jumlah responden 40 0rang
Lebih terperinciPENGUATAN KADER POSYANDU DALAM UPAYA DETEKSI DINI KESEHATAN IBU, BAYI DAN BALITA DI WILAYAH KECAMATAN TELANAIPURA KOTA JAMBI TAHUN 2013
PENGUATAN KADER POSYANDU DALAM UPAYA DETEKSI DINI KESEHATAN IBU, BAYI DAN BALITA DI WILAYAH KECAMATAN TELANAIPURA KOTA JAMBI TAHUN 2013 Dwi Noerjoedianto, Andy Amir, Nurhusna, Herwansyah Staf Pengajar
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan melalui panca indra yaitu indra
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Menurut Profil Kesehatan Indonesia tahun 2012 mengatakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Menurut Profil Kesehatan Indonesia tahun 2012 mengatakan bahwa Salah satu indikator yang ditetapkan pada Rencana Strategis Kementerian Kesehatan terkait dengan upaya
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempengaruhi kesehatan individu, kelompok, atau masyarakat (Notoatmodjo, 2003).
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Kesehatan Perilaku merupakan faktor terbesar kedua setelah faktor lingkunagan yang mempengaruhi kesehatan individu, kelompok, atau masyarakat (Notoatmodjo, 2003). Oleh
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Frekuensi Kunjungan Posyandu 1. Pengertian Posyandu Posyandu merupakan suatu forum komunikasi, alih teknologi dan pelayanan kesehatan masyarakat oleh dan untuk masyarakat yang
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. Untuk mempercepat terwujudnya masyarakat sehat, yang merupakan bagian
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Posyandu Untuk mempercepat terwujudnya masyarakat sehat, yang merupakan bagian dari kesejahteraan umum seperti yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945, Departemen Kesehatan pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pelayanan kesehatan masyarakat pada prinsipnya mengutamakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pelayanan kesehatan masyarakat pada prinsipnya mengutamakan pelayanan kesehatan promotif dan preventif. Pelayanan promotif adalah upaya meningkatkan kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yaitu ukuran fisik. penduduk (Depkes, 2004). Guna menyukseskan hal tersebut maka
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu indikator gizi yang menentukan keberhasilan peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yaitu ukuran fisik penduduk (Depkes, 2004). Guna menyukseskan hal
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. LANDASAN TEORI 1. PUSKESMAS a. Pengertian Puskesmas adalah sebagai pusat pembangunan kesehatan yang berfungsi mengembangkan dan membina kesehatan masyarakat serta menyelenggarakan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi ( P4K ) Pada tahun 2007 Menteri Kesehatan RI mencanangkan P4K dengan stiker yang merupakan upaya terobosan dalam percepatan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Selama beberapa periode belakangan ini, pembangunan sosial di Indonesia
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Selama beberapa periode belakangan ini, pembangunan sosial di Indonesia tertinggal dari pembangunan ekonominya. Padahal pembangunan sosial sangat penting, karena pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) tahun menitikberatkan
digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Arah kebijakan pembangunan kesehatan yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) tahun 2010-2014 menitikberatkan pada pendekatan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan Nasional Bangsa Indonesia sesuai Pembukaan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam mencapai tujuan Nasional Bangsa Indonesia sesuai Pembukaan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, yaitu melindungi segenap Bangsa Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. besar terhadap kesejahteraan manusia. Setiap kegiatan dan upaya untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan dan gizi merupakan kebutuhan dasar manusia sejak janin dalam kandungan, bayi, balita, remaja dewasa sampai usia lanjut, memerlukan kesehatan dan gizi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa golden period, potensi-potensi yang dimiliki seseorang akan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Siklus hidup manusia terdiri dari beberapa fase kehidupan, salah satunya adalah masa di bawah usia lima tahun (balita) yang merupakan masa keemasan atau golden period
Lebih terperinciBAB 1 GAMBARAN PROGRAM PUSKESMAS KALIPARE TAHUN 2015
BAB 1 GAMBARAN PROGRAM PUSKESMAS KALIPARE TAHUN 2015 1. Pelayanan kesehatan bayi muda - Transport sweeping imunisasi bayi 2. Pelayanan kesehatan balita - Posyandu - Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hal yang paling penting dalam setiap kehidupan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang paling penting dalam setiap kehidupan manusia. Di era globalisasi ini banyak kita temukan penyakit-penyakit yang bukan hal biasa lagi.
Lebih terperinciPENDAHULUAN ISSN : Jul Tumbol 1, Telly Mamuaya 2, Fredrika N Losu 3. 1,2,3 Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Manado.
Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Frekuensi Kunjungan Ibu Yang Memiliki Anak Balita Ke Posyandu Kelurahan Lewet Kecamatan Amurang Timur Kabupaten Minahasa Selatan Jul Tumbol 1, Telly Mamuaya 2, Fredrika
Lebih terperinciHUBUNGAN PENDIDIKAN IBU, UMUR DAN STATUS GIZI BAYI/ BALITA DENGAN KEPATUHAN IBU BERKUNJUNG KE POSYANDU
HUBUNGAN PENDIDIKAN IBU, UMUR DAN STATUS GIZI BAYI/ BALITA DENGAN KEPATUHAN IBU BERKUNJUNG KE POSYANDU MURWATI & TITIK LESTARI Poltekes Depkes Surakarta Abstrak Posyandu merupakan jenis upaya kesehatan
Lebih terperinciTINGKAT PENGETAHUAN IBU BALITA TENTANG POSYANDU DENGAN TINGKAT PARTISIPASI IBU BALITA BERKUNJUNG DI POSYANDU
TINGKAT PENGETAHUAN IBU BALITA TENTANG POSYANDU DENGAN TINGKAT PARTISIPASI IBU BALITA BERKUNJUNG DI POSYANDU Pandeirot *, Safitri Rossita* *AKPER William Booth Surabaya, Jln. Cimanuk No. 20, Telp. (031)
Lebih terperinciPosyandu adalah pusat kegiatan masyarakat dalam upaya pelayanan kesehatan dan keluarga berencana.
POSYANDU Pengertian Suatu forum komunikasi, alih teknologi dan pelayanan kesehatan masyarakat oleh dan untuk masyarakat yang mempunyai nilai strategis dalam mengembangkan sumber daya manusia sejak dini.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sangat besar, karena menyangkut pemenuhan kebutuhan yang sangat vital bagi kesehatan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberadan posyandu ditengah tengah masyarakat mempunyai peranan yang sangat besar, karena menyangkut pemenuhan kebutuhan yang sangat vital bagi kesehatan ibu dan anak.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. rawan terhadap masalah gizi. Anak balita mengalami pertumbuhan dan. perkembangan yang pesat sehingga membutuhkan suplai makanan dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak balita merupakan salah satu golongan penduduk yang rawan terhadap masalah gizi. Anak balita mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang pesat sehingga membutuhkan
Lebih terperinciKUESIONER UNTUK KADER
KUESIONER UNTUK KADER Petunjuk Pengisian. 1. Jawablah pertanyaan yang ada pada kuesioner ini secara lengkap dan dengan sejujurnya. 2. Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang menurut pendapat anda benar.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses yang terjadi pada makhluk hidup. Pertumbuhan berarti bertambah besar dalam ukuran fisik, akibat
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) 2.1.1 Definisi Buku KIA Buku KIA adalah buku yang berisi catatan kesehatan ibu mulai dari hamil, bersalin, nifas, dan catatan kesehatan anak
Lebih terperinciBAB PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen Bangsa Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Angka kematian ibu dan bayi di Indonesia masih tinggi. Hasil Survey
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka kematian ibu dan bayi di Indonesia masih tinggi. Hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) Tahun 2007 menyebutkan bahwa Angka Kematian Ibu (AKI) tahun
Lebih terperinciUniversitas Sumatera Utara
Lampiran 1 FORMULIR PERSETUJUAN (INFORMED CONSENT) Judul :Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Nisam Kabupaten Aceh Utara Nama peneliti : Noerma Syahputri Nim
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Posyandu 1. Pengertian Posyandu Posyandu adalah suatu forum komunikasi, alih teknologi dan pelayanan kesehatan masyarakat oleh dan untuk masyarakat yang mempunyai nilai srategis
Lebih terperinciWujud pemberdayaan masyarakat UKBM (Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat) Promotif, Preventif Mulai dicanangkan 1986
POSYANDU Wujud pemberdayaan masyarakat UKBM (Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat) Promotif, Preventif Mulai dicanangkan 1986 PENGERTIAN salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat
Lebih terperinciB. Hasil Penelitian dan Pembahasan 1. Univariat a. Umur responden Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan umur responden
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Sendangmulyo merupakan salah satu kelurahan di kecamatan Tembalang, Semarang. Secara Geografis,, wilayah kelurahan Sendangmulyo sangat luas yaitu mencapai 4.61
Lebih terperinciISSN: VOLUME XV, No. 1, 2009 LEMBAR BERITA
ISSN: 0854-2996 VOLUME XV, No. 1, 2009 LEMBAR BERITA Keberadaan Posyandu sangat strategis dalam pencapaian sasaran kesehatan dan gizi. Demikian disampaikan Ibu Negara, Hj. Ani Bambang Yudhoyono dalam pembukaan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian a. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa Padengo tempat penelitian ini dilakukan merupakan salah satu desa yang ada di kecamatan Popayato Barat.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. umur harapan hidup (life expectancy). Pembangunan kesehatan di Indonesia sudah
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu hasil pembangunan kesehatan di Indonesia adalah meningkatnya umur harapan hidup (life expectancy). Pembangunan kesehatan di Indonesia sudah cukup berhasil,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesehatan termasuk dalam hal gizi. Hal ini terbukti dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komitmen pemerintah untuk mensejahterakan rakyat nyata dalam peningkatan kesehatan termasuk dalam hal gizi. Hal ini terbukti dari penetapan perbaikan status gizi yang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Posyandu merupakan salah satu bentuk UKBM yang dikelola dan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Posyandu 2.1.1. Pengertian Posyandu Posyandu merupakan salah satu bentuk UKBM yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat. Posyandu dibutuhkan
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA. Adisasmito, W. (2007). Sistem Kesehatan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
DAFTAR PUSTAKA Adisasmito, W. (2007). Sistem Kesehatan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. Andersen, Ronald M. (1995). Revisting the Behavioral Model and Access to Medical care: Does It Matter?. Journal
Lebih terperinciLampiran 1 PEDOMAN WAWANCARA UNTUK KADER
Lampiran 1 PEDOMAN WAWANCARA UNTUK KADER A. Identitas Responden 1. Nomor Responden : 2. Nama Responden : 3. Kelurahan : 4. RW : 5. RT : 6. Kecamatan : Cibeunying 7. Kota : Bandung 8. Jenis Kelamin : L
Lebih terperinciFaktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kurangnya Kunjungan Anak Balita Di Posyandu
Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kurangnya Kunjungan Anak Balita Di Posyandu Vera Novita Pinasang 1, Maria Rantung 2, Femmy Keintjem 1. RSUD Amurang 2,3, Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Manado
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Anak usia bawah lima tahun (balita) adalah anak yang berusia 0 59 bulan.
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak usia bawah lima tahun (balita) adalah anak yang berusia 0 59 bulan. Pada masa ini pertumbuhan tubuh dan otak sangat pesat dalam pencapaian keoptimalan fungsinya,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kelangsungan hidup manusia, demikian juga halnya dengan kesehatan gigi dan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan faktor yang sangat penting untuk diperhatikan dalam kelangsungan hidup manusia, demikian juga halnya dengan kesehatan gigi dan mulut. Apabila kesehatan
Lebih terperinci