PETUNJUK PENGAMATAN OPT PERKEBUNAN
|
|
- Suharto Sudjarwadi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PETUNJUK PENGAMATAN OPT PERKEBUNAN PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Dalam budidaya tanaman perkebunan, perlindungan tanaman merupakan kegiatan yang penting, karena menjadi jaminan (assurance) bagi terkendalinya hamapenyakit tanaman atau Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT).UU No. 12 tahun 1992 tentang Budidaya Tanaman dan PP No. 5 /1995 mengamanatkan bahwa pengendalian OPT dilaksanakan dengan Pengendalian Hama Terpadau (PHT) dan dalam pelaksanaanya menjadi tanggung jawab petani/masyarakat dan pemerintah. PHT merupakan suatu cara pengelolaan OPT yang memperhatikan faktor teknis, ekonomis, ekologis dan sosiologis. Pengelolaan OPT diarahkan pada cara yang ramah lingkungan dan aman terhadap manusia. Penanganan dengan cara seperti ini menjadi semakin penting di era globalisasi karena sebagian besar produk perkebunan merupakan komoditi ekspor yang dituntut harus memenuhi persyaratan seperti mutu batas residu pestisida (BMR), kontiunitas pasokan agar mampu bersaing di tingkat pasar. Paradigma baru dalam penerapan PHT adalah memberdayakan petani sehingga mampu mengelola bisnis kebunnya sebagai suatu agribisnis yang berbasis PHT. Dalam konsep ini petani diharapkan menjadi mampu dan mandiri serta dapat mengambil keputusan pengelolaan agroekosistem di areal pertanamannya secara optimal dan berkesinambungan berdasarkan prinsip-prinsip PHT. Dalam implementasi PHT tersebut, pengamatan merupakan kegiatan yang sangat penting. Dengan pengamatan akan dapat diketahui sejak dini situasi OPT dan kondisi faktor pengendali perkembangannya, sehingga ledakan (ekplosi) hama-penyakit dapat dicegah. Oleh karena itu pengamatan perlu dilakukan oleh petani secara periodik dikebunnya masing-masing. Pengendalian OPT dilakukan berdasarkan hasil Analisis Agro Ekosistem (AAES) dengan tujuan lebih mengutamakan pada berfungsinya faktor pengendali alami seperti predator, parasitoid, dan patogen hama daripada menggunakan pestisida kimia. Namun
2 apabila dengan cara tersebut populasi dan serangan hama terus meningkat melampaui tingkat toleran ekonomis, petani dapat mempertimbangkan melakukan tindakan pengendalian dengan menggunakan pestisida kimia. Pengamatan adalah salah satu tahapan dalam kegiatan perlindungan tanaman perkebunan yang meliputi pengumpulan informasi tentang populasi dan atau tingkat serangan OPT perkebunan serta keadaan pertanaman dan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan OPT tersebut. Idealnya pengamatan dilakukan sendiri oleh petani pemilik kebun secara berkelompok di bawah bimbingan petugas perlindungan perkebunan. Pengamatan OPT oleh petugas pengamat hama bersama-sama dengan kelompok tani harus dilaksanakan secara profesional, teratur dan berkesinambungan terutama terhadap OPT penting pada komoditi utama di wilayah kerjanya dalam upaya meminimalkan kehilangan produksi akibat OPT. BATASAN DAN TUGAS PENGAMAT HAMA 1.Definisi/batasan Petugas Pengamat Hama Petugas pengamat hama adalah petugas yang mempunyai keahlian dan kemampuan dalam melakukan pengamatan OPT dan ekosistemnya (pada komoditi perkebunan) serta membimbing petani dalam melaksanakan pengamatan OPT. Petugas pengamat hama merupakan Unit Pembinaan Perlindungan Perkebunan (UPPT) yang berkedudukan di kabupaten atau Kecamatan. Petugas ini harus selalu berkoordinasi dengan Dinas Perkebunan dan dapat merupakan Petugas Dinas Kabupaten yang menangani Perlindungan Perkebunan. 2.Tugas Pengamat Hama a. Melakukan bimbingan tentang teknik pengamatan dan cara pengendalian OPT kepada Kelompok tani dan regu proteksi (petani). b. Melakukan pengamatan dan kompilasi OPT penting pada komoditi utama di wilayah kerjanya serta menginformasikan hasil pengamatannya kepada petani (pemilik kebun) untuk dapat mengambil keputusan pengendalian.
3 c. Melakukan kompilasi dan analisis data pengamatan yang diperoleh dari regu proteksi petani secara sederhana untuk membentu petani dalam pengambilan keputusan. d. Membantu Petani dalam pelaksanaan pemantauan dan evaluasi hasil pengendalian OPT yang telah dilaksanakan. e. Dalam rangka membangun system peringatan dini (early warning system), petugas pengamatan menyampaikan laporan situasi OPT ke Dinas Kabupaten dengan tembusan ke Unit Pelaksana Teknis Daerah/Laboratorium Lapangan (UPTD/LL) secara berkala minimum setiap bulan. Apabila terindikasi peningkatan populasi OPT yang mengarah akan terjadinya eksplosi, maka petugas pengamat UPPT harus menginformasikan kepada petani untuk segera melakukan tindakan pengendalian dan melaporkan kepada Dinas Kabupaten agar secepatnya memfasilitasi petani dalam melakukan pengendalian secara massal dan serentak di areal yang terserang. f. Membuat peta sebaran OPT penting pada komoditi utama di wilayah kerjanya. g. Membuat koleksi OPT penting dan musuh alaminya secara sederhana. h. Bekerjasama dengan aparat penyuluh di lapangan (PPL, pemandu Lapang, SL- PHT dll) dalam memberikan bimbingan dan penyuluhan kepada petani khususnya di bidang perlindungan perkebunan. PELAKSANAAN PENGAMATAN 1. Wilayah pengamatan a. Unit terkecil dari wilayah pengamatan adalah luasan kebun milik petani. b. Luas satuan wilayah PHT adalah luas wilayah kelompok yang terdiri dari sejumlah kebun milik petani yang tergabung dalam satu hamparan kebun yang kompak pada satu daerah agro ekosistem. Luas bervariasi tergantung dari luas pemilikan dan jumlah anggota kelompok tani. c. Wilayah pengamatan bagi petugas pengamat adalah wilayah kerja/binaan UPPT yang telah ditentukan.
4 2. Waktu Pengamatan Seorang petugas pengamat OPT dalam 1 (satu) minggu atau 5 (lima) hari kerja melakukan kegiatan sebagai berikut: a. Tiga (3) hari melakukan pengamatan OPT dan pembinaan petani. Pada saat pengamatan, petani pemilik kebun dilibatkan agar mereka memperoleh pengetahuan dan mengetahui kondisi kebunnya sehingga dapat segera melakukan tindakan pengendalian pada pohon yang menunjukkan peningkatan serangan penyakit atau serangan hama. b. Dua (2) hari berikutnya membuat laporan dan kegiatan lainnya. c. Pengamatan dilakukan secara rutin dengan interval satu minggu atau satu bulan sekali tergantung pada siklus hidup OPT dan sesuai dengan fase rentan tanaman atau saat mulai munculnya serangan. Untuk keakuratan data, sebaliknya lokasi pengambilan contoh (lokasi pengamatan) selalu berpindah setiap bulan. d. Pengamatan untuk tujuan pemantauan dan evaluasi pengendalian dilakukan 1 minggu sampai dengan 2 bulan setelah pelaksanaan pengendalian OPT tergantung pada jenis OPT sasaran. e. Hasil pengamatan dan pemantauan dievaluasi setiap akhir tahun untuk mengetahui perkembangan situasi OPT dan kesesuaian teknik pengamatan yang dilaksanakan. 3.Pengamatan Ekosistem Pengamatan ekosistem kebun dilakukan oleh petani yang sudah terlatih, dilaksanakan secara rutin setiap minggu atau setiap bulan, di lokasi pengamatan yang mewakili dengan menggunakan metode pengamatan sesuai petunjuk agar menghasilkan data ekosistem secara kuantitatif dan kualitatif yang akurat. 4. Obyek Pengamatan Obyek obyek yang harus diamati dan dicatat pada setiap hari pengamatan meliputi gejala serangan OPT, penyebab serangan, persentase tanaman terserang, intensitas serangga, populasi OPT per unit contoh, jumlah populasi serangga
5 berguna/musuh alami per unit contoh, populasi serangan netral atau oraginsime lain yang ditemukan, data cuaca seperti suhu, kelembapan, curah hujan, kondisi awan dan sebagainya. 5.Pengambilan Contoh Dalam proses pengamatan apabila tidak dapat dilakukan pada seluruh kebun, maka dilakukan pengambilan contoh berupa sebagian tanaman atau kelompok tanaman yang dinilai mewakili keadaan areal yang diamati. Untuk setiap kebun petani diambil lima unit contoh tetap yang dipilih secara acak. 6. Sasaran Pengamatan/Unit Contoh Unit contoh yaitu unit yang diamati secara konsisten pada setiap kali pengamatan. Dilakukan agar dapat diperoleh data yang dikehendaki secara teliti. Unit contoh dapat berupa tanaman, rumpun tanaman atau bagian tanaman seperti batang, pelepah,helai daun, bunga, buah dan sebagainya, yaitu: a. Untuk tanaman semusim unit contohnya sebaiknya baris tanaman atau jumlah tanaman (seperti 1,2 atau sejumlah tanaman tertentu). b. Untuk tanaman tahunan unit contohnya adalah satu pohon atau bagian dari pohon seperti pelepah, daun, pucuk tanaman dan lain-lain. Keberadaan OPT sasaran dapat diketahui melalui pengamatan populasi dan atau gejala serangannya. Teknik ini terutama diarahkan pada hama dan OPT yang dapat dilihat tanpa bantuan mikroskop. Gejala serangan dan faktor yang mempengaruhi perkembangannya, misalnya suhu, kelembapan dan curah hujan. Teknik ini terutama diarahkan pada penyakit dan OPT yang hanya dapat dilihat dengan bantuan mikroskop. 7. Intensitas Serangan Intensitas serangan yaitu ukuran yang menunjukkan derajat kerusakan tanaman akibat serangan OPT tertentu. Penentuan intensitas serangan OPT didasarkan pada: a. Kepadatan populasi OPT
6 b. Derajad kerusakan tanaman yang ditentukan dengan scoring (berat-ringannya kerusakan). Secara umum tingkat serangan digolongkan menjadi: a. Berat: nyata diatas ambang rasa/kendali b. Ringan: nyata di bawah ambang rasa/kendali Ambang rasa atau kendali yaitu batas tertinggi kepadatan populasi OPT atau derajat kerusakan tanaman yang berdasarkan pengalaman petani secara ekonomi dan sosial dirasakan masih dapat ditolelir. Di bawah kepadatan populasi tersebut kerusakan tanaman dirasakan tidak nyata mengurangi hasil dan pendapatan petani. Bila hasil pengamatan yang dilakukan oleh petani menunjukkan bahwa batas atau ambang rasa tersebut terlampaui, petani harus segera melakukan pengendalian untuk mencegah kerusakan atau kerugian yang lebih luas. Besar nilai ambang rasa suatu jenis OPT ini dapat berbeda antara petani dan antar kelompok tani, karena sangat dipengaruhi tempat dan waktu serta pengalaman petani. 8.Interval Pengamatan Interval Pengamatan adalah tenggang atau jarak waktu antara suatu pengamatan sampai waktu pengamatan berikutnya, yaitu untuk: a. Tanaman semusim, interval pengamatan minimal 1 kali seminggu. b. Tanaman tahunan, interval pengamatan minimal 1 kali sebulan. Pengamatan dapat juga dilakukan sebelum sampai pada siklus pengamatan berikutnya misalnya setiap petani ke kebun sekaligus melakukan pengamatan dan pencatatan hasil pengamatan.
7 9. Langkah Pengamatan a. Menyiapkan bahan pengenalan OPT sasaran meliputi: gejala serangan dan kelemahan dari OPT sasaran. b. Menyiapkan bahan Pengenalan Tanaman meliputi: periode kritis tanaman terhadap serangan OPT sasaran. Hal ini berkaitan dengan penentuan waktu yang tepat untuk pengamatan dan pengendalian OPT sasaran. c. Menyiapkan informasi tentang inang alternatif OPT sasaran. d. Melakukan inventarisasi luas areal tanaman pada Kabupaten pengamatan dan dirinci per kecamatan. e. Menentukan Kecamatan dan Desa pengambilan sampel. Dari setiap kabupaten dipilih 3 (tiga) kecamatan dan dari masing-masing kecamatan dipilih 5 (lima) desa sampel yang akan diamati. f. Urutan prioritas pemilihan kecamatan dan desa adalah: Luas areal pertanaman, Prioritas pertama diberikan kepada Kecamatan dan Desa dengan areal pertanaman terluas (komoditi utama). Merupakan kantong serangan atau menurut sejarah pernah terserang OPT sasaran. 10. Menentukan lokasi pengambilan sample Dari masing-masing desa selanjutnya ditentukan 5 (lima) lokasi seluas ± 2,5H yang kompak secara diagonal lokasi tersebut dapat juga berupa hamparan areal yang saling terpisah dalam hal ini luasannya dapat kurang dari 2,5 H tetapi harus lebih dari 1,0 Ha. 11. Merencanakan data yang akan dikumpulkan di lapangan Data yang akan dikumpulkan di lapangan berupa luas areal serangan, populasi atau intensitas serangan OPT sasaran, kondisi iklim (kelembaban, curah hujan). Sejauh mungkin dilengkapi dengan data tentang keberadaan musuh alami dan tindakan pengendalian yang telah dilaksanakan.untuk perhitungan pendugaan kerugian hasil dilengkapi dengan data produksi dan produktivitas serta harga produk pada saat pengumpulan data.
8 a.pengambilan Contoh Pengamatan pada keseluruhan populasi tanaman tidak mungkin dilakukan. Oleh karena itu cukup dilakukan pengambilan sampel atau contoh tanaman yang diperkirakan dapat mewakili kondisi populasi yang ada. b.rute Pengamatan Petugas pengamat melakukan pengamatan pada contoh yang diamati dengan arah pengamatan yang mencakup seluruh petak pengamatan yang ditentukan sebelum pengamatan. Pemilihan rute ini sangat tergantung pada kenyamanan petugas pengamat. Ada beberapa pilihan rute yang dapat digunakan seperti pola diagonal, pola zig-zag dan pola lajur sebagai berikut: Diagonal Zig zag Lajur Tanaman c.kompilasi data Data pengamatan yang diperoleh kemudian dikompilasikan setiap bulan dan digunakan untuk dasar pengambilan keputusan perlu atau tidaknya tindakan pengendalian OPT. Data pengamatan tersebut dibandingkan dengan data hasil pengamatan bulan-bulan sebelumnya untuk melihat trend atau kecenderungan serangan OPT sasaran analisa juga dilakukan terhadap luasan pengendalian, apakah ada manfaat pengendalian yang telah dilakukan. 12.Budidaya Tanaman Sehat Budidaya tanaman sehat sebagai prinsip pertama PHT perlu diterapkan dan selalu ditingkatkan kualitasnya dengan tujuan: a. Memperkuat ketahanan tanaman terhadap OPT. b. Meningkatkan berfungsinya musuh alami.
9 c. Mempertahankan kestabilan agroekosistem. d. Meningkatkan ketahanan tanaman terhadap faktor-faktor cekaman lingkungan kuantitas dan kualitas produksi. Sebagai bagian dari kegiatan pengelolan kebun untuk peningkatan produktifitas kegiatan ini dapat menekan dan mempertahankan populasi hama tetap berada di bawah ambang rasa, sehingga tidak diperlukan tindakan pengendalian secara khusus. Kegiatan budidaya tanaman sehat dilakukan dengan mengatur lingkungan kebun sehingga menguntungkan pertumbuhan tanaman dan berfungsinya faktor pengendali alami, tetapi tidak menguntungkan atau menekan perkembangan OPT. beberapa tindakan yang dapat dilakukan misalnya sanitasi, konservasi tanaman, pemeliharaan tanaman/memperbaiki kondisi tanaman (pemupukan berimbang, pemangkasan) dan sebagainya. 13.Pelestarian dan Pemanfaatan Musuh alami Setiap petani harus berusaha untuk melestarikan dan memanfaatkan musuh alami karena berbagai jenis musuh alami dapat mengendalikan OPT secara berkelanjutan. Kegiatan melestarikan dan memanfaatkan musuh alami dapat dilakukan dengan melakukan konservasi (pelestarian), introduksi (pemasukan), augmentasi (penguatan), inundasi ( perbanyakan massal) musuh alami. Tujuan kegiatan konservasi atau pelestarian musuh alami adalah menjaga keberadaan populasi dan peran musuh alami yang sudah ada di ekosistem setempat. Untuk itu semua kegiatan pengelolaan kebun yang berdampak negatif bagi musuh alami setempat seperti penggunaan pestisida kimia sintetik perlu dikurangi/dihindarkan. Teknik budidaya tanaman sehat yang dapat meningkatkan populasi dan fungsi musuh alami merupakan bentuk kegiatan konservasi musuh alami yang efektif. Kegiatan introduksi musuh alami bertujuan untuk memasukkan musuh alami seperti predator, parasitoid dan patogen yang baru dari luar ekosistem petani setempat. Tujuan augmentasi dan inundasi musuh alami adalah memperbanyak dan menyebarkan musuh alami ke lapangan. Musuh alami yang diperbanyak baik yang
10 berasal dari dalam maupun luar ekosistem. Peningkatan populasi musuh alami tidak dilakukan secara alami saja tetapi juga dengan bantuan kegiatan manusia, tujuannya meningkatkan kemampuann ekosistem dalam mengendalikan OPT. 14.Penggunaan Pestisida Nabati Pestisida nabati yang berasal dari bahan tumbuh-tumbuhan yang ada di dalam dan di sekitar kebun petani dapat dibuat sendiri oleh petani dan digunakan secara periodik untuk menekan atau mempertahankan populasi OPT pada tingkat di bawah ambang rasa/kendali. Pestisida nabati umumnya lebih cepat terdegradasi di alam sehingga aman terhadap lingkungan. 15.Teknik Eradikasi tanaman Eradikasi tanaman merupakan kegiatan pemusnahan tanaman yang terserang OPT karena kerusakan sedemikian beratnya sehingga dinilai tidak ekonomis lagi apabila dilakukan tindakan pengendalian kuratif. Dikhawatirkan juga bahwa tanaman terserang berat tersebut dapat menjadi sumber penular bagi tanaman lainnya yang belum terserang. 16. Penggunaan pestisida kimia Teknik ini hanya dilakukan jika perkembangan populasi OPT sulit dikendalikan dengan teknik-teknik lainnya atau berkembang sangat cepat sehingga jauh melampaui ambang rasa/kendali. Bila petani memutuskan menggunakan pestisida kimia maka jenis pestisida yang dipilih diusahan jenis formulasi pestisida terdaftar dengan spectrum sempit, tidak persisten (residu singkat) yang ramah terhadap lingkungan seperti tidak membahayakan musuh alami, serangga penyerbuk bunga dan sebagainya.
11 Referensi Prosedur KInerja dan Standar Pengamatan dan Pengendalian OPT perkebunan. Direktorat Perlindungan Perkebunan, Pedoman Operasional Petugas Pengamat Hama Perkebunan. Direktorat Perlindungan Ditjen Perkebunan Untung Kasumbogo, Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Oleh: Bayu Aji Nugroho, SP POPT Muda
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI
Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No. 3586 (Penjelasan Atas Lembaran Negara Tahun 1995 Nomor 12) UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciPENGELOLAAN ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN SECARA TERPADU
PENGELOLAAN ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN SECARA TERPADU Oleh : Awaluddin (Widyaiswara) I. LATAR BELAKANG A. Pendahuluan Program peningkatan produksi dan produktivitas tanaman masih banyak kendala yang
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1995 TENTANG PERLINDUNGAN TANAMAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1995 TENTANG PERLINDUNGAN TANAMAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa tingkat produksi budidaya tanaman yang mantap sangat menentukan
Lebih terperinciPeraturan Pemerintah No. 6 Tahun 1995 Tentang : Perlindungan Tanaman
Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 1995 Tentang : Perlindungan Tanaman Oleh : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 6 TAHUN 1995 (6/1995) Tanggal : 28 PEBRUARI 1995 (JAKARTA) Sumber : LN 1995/12; TLN NO. 3586
Lebih terperinciRENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT)
RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2014 BALAI BESAR PERBENIHAN DAN PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN (BBPPTP) SURABAYA Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian KATA PENGANTAR Rencana Kinerja Tahun
Lebih terperinciCARA CARA PENGENDALIAN OPT DAN APLIKASI PHESTISIDA YANG AMAN BAGI KESEHATAN 1) SUHARNO 2) 1) Judul karya ilmiah di Website 2)
CARA CARA PENGENDALIAN OPT DAN APLIKASI PHESTISIDA YANG AMAN BAGI KESEHATAN 1) SUHARNO 2) 1) Judul karya ilmiah di Website 2) Lektor Kepala/Pembina TK.I. Dosen STPP Yogyakarta. I. PENDAHULUAN Penurunan
Lebih terperinciPengelolaan Agroekosistem dalam Pengendalian OPT. Status Pengendalian
Pengelolaan Agroekosistem dalam Pengendalian OPT Dr. Akhmad Rizali Materi: http://rizali.staff.ub.ac.id Status Pengendalian Pengendalian yang berlaku di lapangan masih bersifat konvensional Tujuan : memusnahkan
Lebih terperinciKERANGKA ACUAN KEGIATAN (TERM OF REFERENCE) SEKOLAH LAPANG PENGENDALIAN HAMA TERPADU (SL-PHT) TAHUN 2013
KERANGKA ACUAN KEGIATAN (TERM OF REFERENCE) SEKOLAH LAPANG PENGENDALIAN HAMA TERPADU (SL-PHT) TAHUN 2013 Kementerian negara/lembaga : Pertanian Unit Eselon I : Direktorat Jenderal Perkebunan Program :
Lebih terperinciPETUNJUK TEKNIS PETANI PENGAMAT TAHUN 2018
PETUNJUK TEKNIS PETANI PENGAMAT TAHUN 2018 DIREKTORAT PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2018 KATA PENGANTAR Serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT)
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pertanian organik adalah sistem manajemen produksi terpadu yang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1. Sawah organik dan non-organik Pertanian organik adalah sistem manajemen produksi terpadu yang menghindari penggunaan pupuk buatan, pestisida kimia dan hasil rekayasa
Lebih terperinciRENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2016
RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2016 Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP) Surabaya Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Lebih terperinciPENGELOLAAN HAMA SECARA HAYATI Oleh : Awaluddin (Widyaiswara)
PENGELOLAAN HAMA SECARA HAYATI Oleh : Awaluddin (Widyaiswara) A. Pendahuluan Konsepsi Integrated Pest Control atau Pengendalian Hama Terpadu (PHT) mulai diperkenalkan pada tahun 1959 yang bertujuan agar
Lebih terperinciPermasalahan OPT di Agroekosistem
Permasalahan OPT di Agroekosistem Dr. Akhmad Rizali Materi: http://rizali.staff.ub.ac.id Konsekuensi Penyederhaan Lingkungan Proses penyederhanaan lingkungan menjadi monokultur pertanian memberi dampak
Lebih terperinciKEBIJAKAN PERLINDUNGAN HORTIKULTURA
KEBIJAKAN PERLINDUNGAN HORTIKULTURA 1. Tanggung jawab masyarakat dan pemerintah 2. Penerapan perlindungan tanaman sesuai dengan sistem PHT 3. PHT menjiwai Good Agriculture Practices (GAP) 4. Penanggulangan
Lebih terperinciWALIKOTA KENDARI PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI NOMOR 5 TAHUN 2015 T E N T A N G
WALIKOTA KENDARI PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI NOMOR 5 TAHUN 2015 T E N T A N G PENGEMBANGAN, PELESTARIAN DAN PERLINDUNGAN TANAMAN SAGU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA
Lebih terperinciIlmu Tanah dan Tanaman
Ilmu Tanah dan Tanaman Pertanian yang berkelanjutan Pertanian Berkelanjutan Pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture) adalah pemanfaatan sumber daya yang dapat diperbaharui (renewable resources)
Lebih terperinciTEKNIK PENGELOLAAN HAMA OLEH SUHARA JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOI FPMIPA UPI
TEKNIK PENGELOLAAN HAMA OLEH SUHARA JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOI FPMIPA UPI Teknik/cara pengendalian yang dapat digunakan dalam pengelolaan banyak ragamnya. Ada beberapa cara yang dipadukan dalam suatu koordinasi
Lebih terperinciPENGELOLAAN HAMA TERPADU (PHT)
OVERVIEW : PENGELOLAAN HAMA TERPADU (PHT) Oleh Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan Fak. Pertanian Univ. Brawijaya Apakah PHT itu itu?? Hakekat PHT PHT merupakan suatu cara pendekatan atau cara berpikir
Lebih terperinciAGROEKOSISTEM PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA
AGROEKOSISTEM PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA EKOSISTEM Ekosistem adalah suatu sistem yang terbentuk oleh interaksi dinamik antara komponen-komponen abiotik dan biotik Abiotik Biotik Ekosistem
Lebih terperinciPETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN GERAKAN PENGENDALIAN OPT KEDELAI
PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN GERAKAN PENGENDALIAN OPT KEDELAI KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN DIREKTORAT PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN 2018 PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN GERAKAN PENGENDALIAN
Lebih terperinciBALAI PROTEKSI TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA ACEH
PERAN UPTD PROTEKSI DALAM MENDUKUNG KEGIATAN UPSUS TP DAN PENINGKATAN KUALITAS DATA SUB SEKTOR TANAMAN PANGAN TAHUN 2015 *) BALAI PROTEKSI TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA ACEH *) Disampaikan pada : Pertemuan
Lebih terperinciPETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU PADA TANAMAN KEDELAI TAHUN 2018
PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU PADA TANAMAN KEDELAI TAHUN 2018 Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2018 i KATA
Lebih terperinciKELEBIHAN DAN KEKURANGAN BEBERAPA TEKNIK PENGENDALIAN HAMA TERPADU
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN BEBERAPA TEKNIK PENGENDALIAN HAMA TERPADU TUGAS Oleh RINI SULISTIANI 087001021 SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N 2 0 0 8 1. Pendahuluan Pengendalian hama
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Provinsi Gorontalo memiliki wilayah seluas ha. Sekitar
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Provinsi Gorontalo memiliki wilayah seluas 1.221.544 ha. Sekitar 463.649,09 ha adalah areal potensial untuk pertanian, tetapi baru seluas 293.079 ha yang dimanfaatkan.
Lebih terperinci1 Menerapkan pola tanam yang teratur dan waktu tanam yang serempak (tidak lebih dari 2 minggu)
Hama dan penyakit merupakan cekaman biotis yang dapat mengurangi hasil dan bahkan dapat menyebabkan gagal panen. Oleh karena itu untuk mendapatkan hasil panen yang optimum dalam budidaya padi, perlu dilakukan
Lebih terperinciAmbang Ekonomi. Dr. Akhmad Rizali. Strategi pengendalian hama: keuntungan dan resiko Resiko aplikasi pestisida
Ambang Ekonomi Dr. Akhmad Rizali Materi: http://rizali.staff.ub.ac.id Latar belakang Strategi pengendalian hama: keuntungan dan resiko Resiko aplikasi pestisida >90% tidak memenuhi target hama pencemaran
Lebih terperincib) Kepik Mirid (Cyrtorhinus lividipennis ) c) Kumbang Stacfilinea (Paederus fuscipes)/tomcat d) Kumbang Carabid (Ophionea nigrofasciata)
Wereng batang cokelat (Nilaparvata lugens) merupakan salah satu hama penting pada pertanaman padi karena mampu menimbulkan kerusakan baik secara langsung maupun tidak langsung. WBC memang hama laten yang
Lebih terperinciJENIS DAN PADAT POPULASI HAMA PADA TANAMAN PERANGKAP Collard DI SAYURAN KUBIS
JENIS DAN PADAT POPULASI HAMA PADA TANAMAN PERANGKAP Collard DI SAYURAN KUBIS Eva L. Baideng Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan, Universitas Sam Ratulangi Email : eva.baideng@yahoo.co.id;eva.baideng@unsrat.ac.id
Lebih terperinci*) Dibiayai Dana DIPA Universitas Andalas Tahun Anggaran 2009 **) Staf Pengajar Fakultas Pertanian Univ.Andalas Padang
PENERAPAN PENGGUNAAN INSEKTISIDA BIORASIONAL UNTUK MENGENDALIKAN HAMA KUTU KEBUL, Bemisia tabaci PENYEBAB PENYAKIT VIRUS KUNING KERITING CABAI DI NAGARI BATU TAGAK, KECAMATAN LUBUK BASUNG, KABUPATEN AGAM,
Lebih terperinciPENINGKATAN HASIL USAHATANI SAYURAN MELALUI PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT)
PENINGKATAN HASIL USAHATANI SAYURAN MELALUI PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) Oleh Euis Dasipah Dosen Kopertis Wilayah IV Dpk Universitas Winaya Mukti Bandung Abstract Disadvantage because an attack of plant
Lebih terperinciStrategi Pengelolaan untuk Mengurangi Serangan Phythopthora capsici pada Tanaman Lada
Strategi Pengelolaan untuk Mengurangi Serangan Phythopthora capsici pada Tanaman Lada Lada merupakan salah satu komoditas ekspor tradisional andalan yang diperoleh dari buah lada black pepper. Meskipun
Lebih terperinciPENGENDALIAN OPT PADI RAMAH LINGKUNGAN. Rahmawasiah dan Eka Sudartik Universitas Cokroaminoto Palopo ABSTRAK
PENGENDALIAN OPT PADI RAMAH LINGKUNGAN Rahmawasiah dan Eka Sudartik Universitas Cokroaminoto Palopo ABSTRAK Program ini dapat membantu petani dalam pengendalian OPT pada tanaman padi tanpa menggunakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber matapencaharian dari mayoritas penduduknya, sehingga sebagian besar penduduknya menggantungkan
Lebih terperinciRENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2015
RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2015 Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP) Surabaya Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian 2014 KATA PENGANTAR Puji dan syukur
Lebih terperinciPENDAHULUAN. senilai US$ 588,329,553.00, walaupun ada catatan impor juga senilai US$ masyarakat (Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, 2010).
PENDAHULUAN Latar Belakang Kopi (Coffea sp.) merupakan salah satu komoditas ekspor penting dari Indonesia. Data menunjukkan, Indonesia mengekspor kopi ke berbagai negara senilai US$ 588,329,553.00, walaupun
Lebih terperinci1.2 Tujuan Untuk mengetahui etika dalam pengendalian OPT atau hama dan penyakit pada tanaman.
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gangguan hama dan penyakit pada tanaman merupakan salah satu kendala yang cukup rumit dalam pertanian. Keberadaan penyakit dapat menghambat pertumbuhan dan pembentukan
Lebih terperinciDUKUNGAN PERLINDUNGAN PERKEBUNAN
DUKUNGAN PERLINDUNGAN PERKEBUNAN PEDOMAN TEKNIS KOORDINASI KEGIATAN PERLINDUNGAN PERKEBUNAN TAHUN 2014 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN DESEMBER 2013 KATA PENGANTAR Pedoman Teknis Koordinasi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN Latar Belakang. Tanaman perkebunan merupakan komoditas yang mempunyai nilai
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanaman perkebunan merupakan komoditas yang mempunyai nilai ekonomis yang sangat tinggi. Apabila dikelola secara baik dapat dimanfaatkan sebagai pemasok devisa negara.
Lebih terperinciAPLIKASI MODEL PERAMALAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN TANAMAN PADI
APLIKASI MODEL PERAMALAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN TANAMAN PADI Oleh: Edi Suwardiwijaya Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Jl. Raya Kaliasin. Tromol
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi daerah dan nasional. Pertanian yang berkelanjutan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani yang bertempat tinggal di pedesaan. Sektor pertanian
Lebih terperinciPENGENDAUAN TERPADU HAMA TANAMAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas Unn.) Dr. Ir. Dadang, MSc. Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, IPS
Workshop Hama dan Penyakit Tanaman Jarak (Jatropha curcas linn.): PENGENDAUAN TERPADU HAMA TANAMAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas Unn.) Dr. Ir. Dadang, MSc. Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Perubahan strategik dalam tatanan pemerintahan Indonesia diawali. dengan pemberlakuan Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan strategik dalam tatanan pemerintahan Indonesia diawali dengan pemberlakuan Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah. Dalam bidang pertanian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Al-Qur an adalah kitab suci umat Islam yang membahas segala macam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Al-Qur an adalah kitab suci umat Islam yang membahas segala macam masalah yang ada di dunia dan isinya, serta terdapat berbagai petunjuk ilmu pengetahuan modern di
Lebih terperinciAGROEKOSISTEM PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA
AGROEKOSISTEM PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA EKOSISTEM Ekosistem adalah suatu sistem yang terbentuk oleh interaksi dinamik antara komponen-komponen abiotik dan biotik Abiotik Biotik Ekosistem
Lebih terperinciPETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN GERAKAN PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN (OPT) SEREALIA
PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN GERAKAN PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN (OPT) SEREALIA DIREKTORAT PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TAHUN 2018 Petunjuk Teknis Gerakan
Lebih terperinciAntisipasi Gangguan Bencana Alam dan Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan
Antisipasi Gangguan Bencana Alam dan Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan Organisme Pengangganggu an (OPT) utama yang menyerang padi ada 9 jenis, yaitu : Tikus, Penggerek Batang, Wereng Batang Coklat,
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.14/MEN/2007 TENTANG
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.14/MEN/2007 TENTANG KEADAAN KRITIS YANG MEMBAHAYAKAN ATAU DAPAT MEMBAHAYAKAN SEDIAAN IKAN, SPESIES IKAN ATAU LAHAN PEMBUDIDAYAAN MENTERI
Lebih terperinciPRINSIP AGRONOMIK BUDIDAYA UNTUK PRODUKSI BENIH. 15/04/2013
PRINSIP AGRONOMIK BUDIDAYA UNTUK PRODUKSI BENIH 1 BUDIDAYA UNTUK PRODUKSI BENIH Budidaya untuk produksi benih sedikit berbeda dengan budidaya untuk produksi non benih, yakni pada prinsip genetisnya, dimana
Lebih terperinciLAPORAN AKHIR PENELITIAN MANFAAT TEKNOLOGI PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PERKEBUNAN RAKYAT PADA TANAMAN KOPI, TEH DAN LADA
LAPORAN AKHIR PENELITIAN MANFAAT TEKNOLOGI PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PERKEBUNAN RAKYAT PADA TANAMAN KOPI, TEH DAN LADA Oleh: Budiman Hutabarat Adang Agustian Hendiarto Ade Supriatna Bambang Winarso
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. hama berdasarkan ekologi yang menitikberatkan pada faktor-faktor mortalitas
TINJAUAN PUSTAKA Pengendalian Hama Terpadu Flint dan Robert (1981) mendefenisikan PHT adalah strategi pengendalian hama berdasarkan ekologi yang menitikberatkan pada faktor-faktor mortalitas alami seperti
Lebih terperinciPeran Varietas Tahan dalam PHT. Stabilitas Agroekosistem
Peran Varietas Tahan dalam PHT Dr. Akhmad Rizali Stabilitas Agroekosistem Berbeda dengan ekosistem alami, kebanyakan sistem produksi tanaman secara ekologis tidak stabil, tidak berkelanjutan, dan bergantung
Lebih terperinciPEDOMAN TEKNIS PENGUATAN KELEMBAGAAN PERLINDUNGAN PERKEBUNAN
PEDOMAN TEKNIS PENGUATAN KELEMBAGAAN PERLINDUNGAN PERKEBUNAN DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNAN DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN Januari, 2009 KATA PENGANTAR Pedoman Teknis Kegiatan Penguatan Kelembagaan
Lebih terperinciPOKOK BAHASAN KERUSAKAN AKIBAT HAMA
POKOK BAHASAN KERUSAKAN AKIBAT HAMA Teknik Pengambilan Sampel dan Pengamatan Hama Dalam Pengelolaan Hama Terpadu (PHT) Untuk melakukan pengendalian (kimiawi) hrs dilakukan berdasarkan monitoring / pemantauan.
Lebih terperinciTEKNIK PENGAMATAN POPULASI ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN DAN MUSUH ALAMI SERTA ANALISIS KERUSAKAN
TEKNIK PENGAMATAN POPULASI ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN DAN MUSUH ALAMI SERTA ANALISIS KERUSAKAN TEKNIK PENGAMATAN POPULASI ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN DAN MUSUH ALAMI SERTA ANALISIS KERUSAKAN Yos. F.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang memegang peranan penting dalam
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang memegang peranan penting dalam kesejahteraan dan pembangunan nasional. Selain sebagai penyumbang devisa negara, sektor ini juga
Lebih terperinciWaspada Serangan Hama Tanaman Padi Di Musim Hujan Oleh : Bambang Nuryanto/Suharna (BB Padi-Balitbangtan)
Waspada Serangan Hama Tanaman Padi Di Musim Hujan Oleh : Bambang Nuryanto/Suharna (BB Padi-Balitbangtan) Memasuki musim hujan tahun ini, para petani mulai sibuk mempersiapkan lahan untuk segera mengolah
Lebih terperinciLAPORAN HASIL PERCOBAAN
LAPORAN HASIL PERCOBAAN PENGUJIAN LAPANGAN EFIKASI FUNGISIDA RIZOLEX 50 WP (metil tolklofos 50%) (385/PPI/8/2008) TERHADAP PENYAKIT BUSUK DAUN Phytophthora infestans PADA TANAMAN KENTANG Pelaksana : H.
Lebih terperinciPenggerek Pucuk Tebu dan Teknik Pengendaliannya
Penggerek Pucuk Tebu dan Teknik Pengendaliannya Produksi gula nasional Indonesia mengalami kemerosotan sangat tajam dalam tiga dasawarsa terakhir. Kemerosotan ini menjadikan Indonesia yang pernah menjadi
Lebih terperinciRENCANA KINERJA TAHUNAN TAHUN 2014
RENCANA KINERJA TAHUNAN TAHUN 2014 KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN BALAI BESAR PERBENIHAN DAN PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN AMBON KATA PENGANTAR Rencana Kinerja Tahunan (RKT) tahun 2014
Lebih terperinciBibit Sehat... Kebun Kopi Selamat
PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO Jalan Raya Dringu Nomor 81 Telp. (0335) 420517 PROBOLINGGO 67271 Bibit Sehat... Kebun Kopi Selamat Oleh : Ika Ratmawati, SP POPT Perkebunan Pendahuluan Kabupaten Probolinggo
Lebih terperinciMENGENAL LEBIH DEKAT PENYAKIT LAYU BEKTERI Ralstonia solanacearum PADA TEMBAKAU
PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO DINAS PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN JL. RAYA DRINGU 81 TELPON 0335-420517 PROBOLINGGO 67271 MENGENAL LEBIH DEKAT PENYAKIT LAYU BEKTERI Ralstonia solanacearum PADA TEMBAKAU Oleh
Lebih terperinciANALISIS TINGKAT PARTISIPASI PETANI DALAM KEGIATAN SEKOLAH LAPANGAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (SL-PHT) PADA USAHATANI MANGGIS
ANALISIS TINGKAT PARTISIPASI PETANI DALAM KEGIATAN SEKOLAH LAPANGAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (SL-PHT) PADA USAHATANI MANGGIS (Studi Kasus pada Kelompok Tani Kencana Mekar di Desa Puspajaya Kecamatan Puspahiang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. produksi pertanian baik secara kuantitas maupun kualitas. Pada tahun 1984
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pertanian merupakan bagian integral dari pembangunan nasional yang memiliki tujuan meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani pada khususnya dan masyarakat
Lebih terperinciBAB VII SINTESIS Strategi Pengendalian Hayati Kepik Pengisap Buah Lada
BAB VII SINTESIS Strategi Pengendalian Hayati Kepik Pengisap Buah Lada Ada empat pendekatan dalam kegiatan pengendalian hayati yaitu introduksi, augmentasi, manipulasi lingkungan dan konservasi (Parella
Lebih terperinciRENCANA KINERJA TAHUNAN TAHUN 2015
Dok L.11/19/03/2014 RENCANA KINERJA TAHUNAN TAHUN 2015 KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN BALAI BESAR PERBENIHAN DAN PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN AMBON Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Tahun
Lebih terperinciCultural Control. Dr. Akhmad Rizali. Pengendalian OPT melalui Teknik Budidaya. Mengubah paradigma pengendalian OPT:
Cultural Control Dr. Akhmad Rizali Pengendalian OPT melalui Teknik Budidaya Mengubah paradigma pengendalian OPT: Dari: mengendalikan setelah terjadi serangan OPT, Menjadi: merencanakan agroekosistem sehingga
Lebih terperinciRintisan Metode Pengamatan Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) di Kabupaten Dairi Propinsi Sumatera Utara.
Rintisan Metode Pengamatan Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) di Kabupaten Dairi Propinsi Sumatera Utara. OLEH: Syahnen, Yenni Asmar dan Ida Roma Tio Uli Siahaan Laboratorium Lapangan
Lebih terperinciBAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN
BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN 3.1 Telaahan Terhadap Kebijakan Nasional Berdasarkan Renstra Kementerian Pertanian Tahun 2010 2014 (Edisi Revisi Tahun 2011), Kementerian Pertanian mencanangkan
Lebih terperinciMengapa menggunakan sistem PHT? Pengendalian Hama Terpadu (PHT) Mengapa menggunakan sistem PHT? Mengapa menggunakan sistem PHT?
Pengelolaan Hama dan Penyakit Terpadu (PHPT) Disusun oleh Fuad Nurdiansyah, S.P., M.PlaHBio Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Jambi 2011 I. BEBERAPA PENGERTIAN DAN BATASAN A.
Lebih terperinci5. Antisipasi Gangguan Bencana Alam dan Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan
5. Antisipasi Gangguan Bencana Alam dan Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan Organisme Pengangganggu Tanaman (OPT) utama yang menyerang padi ada 9 jenis, yaitu : Tikus, Penggerek Batang, Wereng Batang
Lebih terperinciRENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2015
RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2015 BALAI BESAR PERBENIHAN DAN PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN (BBPPTP) MEDAN KATA PENGANTAR Perencanaan kinerja merupakan proses penetapan target kinerja berikut kegiatan-kegiatan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Padi merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia dan dunia. Produksi padi terus dituntut meningkat untuk memenuhi konsumsi masyarakat. Tuntutan
Lebih terperinciLAPORAN AKHIR KEGIATAN SOSIALISASI DESA PHT DAN PELAKSANAAN SL PHT TAHUN. 2009/2010
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN AKHIR KEGIATAN SOSIALISASI DESA PHT DAN PELAKSANAAN SL PHT TAHUN. 2009/2010 BPP KECAMATAN CIJATI KABUPATEN CIANJUR Diserahkan kepada : DINAS PERTANIAN KABUPATEN CIANJUR Cijati,
Lebih terperinciDINAS PERKEBUNAN. Tugas Pokok dan Fungsi. Sekretaris. Sekretaris mempunyai tugas :
DINAS PERKEBUNAN Tugas Pokok dan Fungsi Sekretaris Sekretaris mempunyai tugas : a. Menyusun rencana dan program kerja kesekretariatan; b. Mengkoordinasikan program kerja masing-masing Sub Bagian; c. Mengkoordinasikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perlu untuk ditingkatkan. Peningkatan produksi padi dipengaruhi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Padi merupakan tanaman serealia penting dan digunakan sebagai makanan pokok oleh bangsa Indonesia. Itulah sebabnya produksi padi sangat perlu untuk ditingkatkan. Peningkatan
Lebih terperinciMengenal Hama Wereng Batang Coklat Nilaparvata lugens Stal. Oleh : Budi Budiman
Mengenal Hama Wereng Batang Coklat Nilaparvata lugens Stal Oleh : Budi Budiman Nak, kemungkinan hasil panen padi kita tahun ini berkurang!, sebagian besar padi di desa kita terserang hama wereng. Itulah
Lebih terperinciSERANGAN RHYNCOPHORUS FERRUGENIUS DI WILAYAH JAWA TIMUR
SERANGAN RHYNCOPHORUS FERRUGENIUS DI Gambar 1 Pohon Kelapa Sumber : Yuliyanto, 2013 WILAYAH JAWA TIMUR Yudi Yuliyanto, SP. dan Dina Ernawati, SP. Kelapa yang dalam bahasa latin dikenal dengan nama Cocos
Lebih terperinciPOPT Dan Pengendalian Hama Terpadu
POPT Dan Pengendalian Hama Terpadu Oleh : Amaliah Najamuddin, SP A. Pendahuluan Paradigma pembangunan manusia kini menjadi salah satu tema sentral dalam wacana perdebatan pemikiran mengenai isu-isu pembangunan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Nanas (Ananas comosus [L.] Merr.) merupakan komoditas andalan yang sangat
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang dan Masalah Nanas (Ananas comosus [L.] Merr.) merupakan komoditas andalan yang sangat berpotensi dalam perdagangan buah tropik yang menempati urutan kedua terbesar setelah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. nasional yang memiliki tujuan meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pertanian merupakan bagian integral dari pembangunan nasional yang memiliki tujuan meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani pada khususnya dan masyarakat
Lebih terperinciBUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 62 TAHUN 2014 TENTANG
BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 62 TAHUN 2014 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KABUPATEN TULUNGAGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciKONSEP DAN STRATEGI PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PESTISIDA NABATI PENDAHULUAN
KONSEP DAN STRATEGI PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KONSEP DAN STRATEGI PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN Haryono KEPALA BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN PENDAHULUAN Tuntutan masyarakat
Lebih terperinciSERANGAN BAKTERI PEMBULUH KAYU CENGKEH (BPKC) DI JAWA TIMUR TRIWULAN I TAHUN 2014
SERANGAN BAKTERI PEMBULUH KAYU CENGKEH (BPKC) DI JAWA TIMUR TRIWULAN I TAHUN 2014 Latar Belakang Tanaman cengkeh (Syzigium aromaticum) merupakan salah satu tanaman perkebunan yang banyak tumbuh di Indonesia,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan perkebunan harus mampu meningkatkan pemanfaatan potensi sumberdaya alam untuk sebesar-besarnya kemakmuran masyarakat secara berkeadilan dan berkelanjutan,
Lebih terperinciPEMBAHASAN Jenis dan Waktu Pemangkasan
47 PEMBAHASAN Pemangkasan merupakan salah satu teknik budidaya yang penting dilakukan dalam pemeliharaan tanaman kakao dengan cara membuang tunastunas liar seperti cabang-cabang yang tidak produktif, cabang
Lebih terperinciPRINSIP DAN KRITERIA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT BERKELANJUTAN INDONESIA (INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL/ISPO) UNTUK USAHA KEBUN SWADAYA
LAMPIRAN VI PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : TANGGAL : PRINSIP DAN KRITERIA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT BERKELANJUTAN INDONESIA (INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL/ISPO) UNTUK USAHA KEBUN
Lebih terperinciPENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN (OPT) PADA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA
PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN (OPT) PADA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA PENGENDALIAN OPT CABAI Pengendalian organisme pengganggu tumbuhan (OPT) atau hama dan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang Mengingat GUBERNUR JAWA BARAT, : a. bahwa perkebunan mempunyai
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan tanaman sumber protein yang
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan tanaman sumber protein yang mempunyai peran dan sumbangan besar bagi penduduk dunia. Di Indonesia, tanaman kedelai
Lebih terperinciLAKIP. (Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Ambon Tahun 2013
Dok L. 01 28/01/2014 LAKIP (Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Ambon Tahun 2013 KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 08/Permentan/OT.140/2/2008 TENTANG
PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 08/Permentan/OT.140/2/2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI BESAR PERBENIHAN DAN PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI
Lebih terperinciSi Pengerat Musuh Petani Tebu..
Si Pengerat Musuh Petani Tebu.. Embriani BBPPTP Surabaya Gambar. Tanaman Tebu Yang Terserang Tikus Hama/pest diartikan sebagai jasad pengganggu bisa berupa jasad renik, tumbuhan, dan hewan. Hama Tanaman
Lebih terperinciPERAN DAUN CENGKEH TERHADAP PENGENDALIAN LAYU FUSARIUM PADA TANAMAN TOMAT
ISSN 1411939 PERAN DAUN CENGKEH TERHADAP PENGENDALIAN LAYU FUSARIUM PADA TANAMAN TOMAT Trias Novita Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Jambi Kampus Pinang Masak, Mendalo Darat, Jambi
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. 1. Jumlah spesies dalam satu komunitas yang sering disebut dengan. banyak spesies tersebut (Anonimus, 2008).
TINJAUAN PUSTAKA Indeks keanekaragaman/ Indeks Diversitas Insdeks keanekaragaman dapat dipegunakan dalam menyatakan hubungan kelimpahan spesies dalam suatu komunitas. Keanekaragaman jenis terdiri dari
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 11/Permentan/OT.140/2/2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN PONTIANAK
PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 11/Permentan/OT.140/2/2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN PONTIANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 10/Permentan/OT.140/2/2008 TENTANG
PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 10/Permentan/OT.140/2/2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI BESAR PERBENIHAN DAN PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN AMBON DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN,
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 46 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA
BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 46 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MADIUN, Menimbang
Lebih terperinciBUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 46 TAHUN 2008 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PERTANIAN KABUPATEN SITUBONDO
BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 46 TAHUN 2008 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PERTANIAN KABUPATEN SITUBONDO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SITUBONDO, Menimbang : bahwa
Lebih terperinciPengendalian Penyakit pada Tanaman Jagung Oleh : Ratnawati
Pengendalian Penyakit pada Tanaman Jagung Oleh : Ratnawati Tanaman jagung disamping sebagai bahan baku industri pakan dan pangan pada daerah tertentu di Indonesia dapat juga sebagai makanan pokok. Karena
Lebih terperinci