RESILIENSI ORANG TUA YANG MEMILIKI ANAK INDIGO. Cindy Carissa Puteri 1 dan Hartosujono 2 Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "RESILIENSI ORANG TUA YANG MEMILIKI ANAK INDIGO. Cindy Carissa Puteri 1 dan Hartosujono 2 Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta"

Transkripsi

1 RESILIENSI ORANG TUA YANG MEMILIKI ANAK INDIGO Cindy Carissa Puteri 1 dan Hartosujono 2 Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta Abstract Indigo child phenomenons has been very popular nowdays. Parents must being able to teach and taking care of indigo child. Being indigo child s parents isn t easy because indigo child has metafisic ability that hard enough to prove in science and mostly, indigo child won t be threatened like a little child. This make most people think that indigo childs are weird and labelled them as a kid that having a menthal problem. A good resilience ability is needed for indigo child s parents to growing their indigo child. Purpose of this research is to know about how and howfar resilience of indigo child s parents. Subject that is udes in this research are four mothers that have an indigo child. This research use qualitative method such as interview and observation. Data analyze technic that used are data reduction, data serving triangulation, giving conclusion and verification. Based on the research, the result is all of four subjects have a good recilience ability. It can be seen throught the ability of subject in controlling the emotional, implus, optimism, analyzing the problem properly, emphaty, self efication, and also achievement. The supporting factors also infivence the ability of resilience four subjects namely: individual, family, and community. Key words: Indigo, Resilience, Self Efication 1 Penulis pertama adalah alumnus program studi S1 Psikologi Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa ( cindycarissacindy@gmail.com). 2 Penulis kedua dosen tetap di Fakultas Psikologi Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa (jn_sepsi@yahoo.co.id). Jurnal Spirits Vo. 2 No. 1. November 2011 ISSN:

2 PENDAHULUAN Beberapa tahun belakangan ini berita tentang anak indigo cukup banyak diulas di media, walaupun belum ada yang meneliti berapa sebetulnya jumlah anak indigo di Indonesia. Hanya dipastikan, persentase jumlahnya masih sangat sedikit, kira-kira : 1. Kecilnya angka anak indigo yang diketahui, disebabkan sikap orang tua yang belum memiliki kesadaran memeriksakan anak ke psikolog. Sebenarnya anak indigo sama layaknya kebanyakan anak lain, hanya saja yang membedakan adalah kemampuan lebih yang tidak dimiliki oleh anak pada umumnya. Anak indigo memiliki jiwa tua artinya usia fisik masuk kategori kanak-kanak, namun pola pikir mereka seperti orang dewasa. Anak indigo tidak jarang dianggap lebih dewasa bagi lingkungannya, seperti dalam keluarga maupun teman-temannya. Kondisi ini menjadi kendala untuk bergaul dengan teman-teman yang sebaya usia, karena dianggap tidak satu pemikiran. Beberapa orang akan mencap anak indigo dengan indikasi gangguan ADD (Attention Deficit Disorder). Bentuk perilaku tersebut dapat menyebabkan kesulitan bagi anak indigo dalam melewati masa kanak-kanak. Secara tidak langsung terjadi pengucilan sepihak, apalagi anak indigo tidak memiliki kemampuan beradaptasi yang baik dengan lingkungannya. Orang tua melihat anak mereka yang indigo dengan pandangan aneh dan mengucilkan dalam berinteraksi, yang menjadikan mereka sedih bahkan malu. Tekanan dari lingkungan yang menganggap anak mereka adalah anak yang aneh dan terkesan seperti orang yang memiliki gangguan kejiwaan. Orang tua dari anak indigo memiliki tantangan tersendiri serta cara khusus untuk memelihara dan mendidik anak indigo yang unik, sementara pada saat yang sama juga membantu anak indigo untuk bisa diterima dalam lingkungan masyarakat sama seperti anak-anak lain pada umumnya. Hal ini tidaklah mudah dikarenakan kemampuan yang dimiliki oleh anak indigo bukan merupakan hal yang biasa di mata orang-orang yang tidak mengerti dengan fenomena anak indigo. Bagi para orang tua yang memiliki anak indigo berada dalam situasi yang sulit, karena lingkungan masyarakat sering kali menganggap anak indigo sebagai Jurnal Spirits Vo. 2 No. 1. November 2011 ISSN:

3 anak yang aneh bahkan di duga menderita skizofrenia, karena anak indigo sering menunjukkan perilaku yang tidak dapat di terima secara rasional. Anak indigo cenderung sering tidak sependapat dan introvert atau menutup diri dengan orang tua mereka. Para orang tua terkadang mengalami kesulitan dalam memahami anak indigo. Hal-hal semacam ini akhirnya menjadi kendala bagi orang tua dalam mengasuh dan berinteraksi dengan anak berkemampuan khusus ini, hingga akhirnya terjadi pertengkaran dan perselisihan antara orang tua dan anak indigo. Keadaan-keadaan seperti ini cukup menguji ketahanan fisik dan psikis para orang tua yang memiliki anak indigo. Resiliensi kemudian menjadi faktor yang berperan penting untuk dapat bertahan dan mengatasi masalah dan mempertahankan kesehatan fisik dan psikis dalam menghadapi kondisi yang sulit ini. Orang tua yang bisa menerima dengan baik keadaan dirinya yang memilliki anak indigo pasti akan mampu memberi pengertian pada anak indigo tentang potensi anak indigo yang lain. Orang tua harus mampu berbuat sesuatu untuk mengembangkan diri si anak secara keseluruhan meliputi tingkah laku yang diharapkan dan membuat anak indigo merasa diakui keberadaannya oleh orang tua anak indigo. Orang tua khususnya ibu menjadi individu yang dinilai lebih memiliki kelekatan dengan anak dibanding ayah. Ibu lebih sering bersama anak sehingga lebih tahu dan mengerti tentang tumbuh kembang anak. Ibu juga seorang perempuan, yang pada kenyataannya sering dianggap sebagai makhluk lemah dan sensitif. Seorang ibu ketika di lingkungan masyarakat lebih sering berbaur dengan masyarakat sehingga lebih sering berkomunikasi dengan lingkungan sekitar. Hal tersebut menjadi faktor penting bagi peneliti untuk mengadakan penelitian tentang resiliensi orang tua yang memiliki anak indigo dengan subjek penelitian ibu yang memiliki anak indigo. Dilatarbelakangi kondisi seperti diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang resiliensi orang tua yang memiliki anak indigo. Subjek dalam penelitian ini adalah orang tua khususnya ibu yang memiliki anak indigo dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Jurnal Spirits Vo. 2 No. 1. November 2011 ISSN:

4 Resiliensi Istilah resiliensi diformulasikan pertama kali oleh Block dengan nama ego resilience, yang diartikan sebagai kemampuan umum yang melibatkan kemampuan penyesuaian diri yang tinggi dan luwes saat dihadapkan pada tekanan internal maupun eksternal (Vesdiawati, 2008). Resiliensi akan mempengaruhi penampilan seseorang di sekolah, di tempat kerja, kesehatan fisik maupun mental, dan kualitas hubungannya dengan orang lain (Reivich, 2002). Individu yang memiliki resiliensi mampu untuk secara cepat kembali kepada kondisi sebelum trauma, terlihat kebal dari berbagai peristiwa- peristiwa kehidupan yang negatif, serta mampu beradaptasi terhadap stres yang ekstrim dan kesengsaraan (Holaday, 1997). Stewart & Mcwhriter (2007) dalam penelitiannya mengemukakan bahwa resiliensi adalah suatu fenomena hidup yang menyangga tantangan lingkungan yang melebihi kapasitas seseorang secara umum. Sedangkan Grotberg (1999) mengemukakan bahwa resiliensi sebagai kapasitas manusia untuk menghadapi dan mengatasi tekanan hidup. Berns (2004) mengungkapkan bahwa resiliensi ini berhubungan dengan mudahnya kemampuan atau penyesuaian individu pada kemalangan atau perubahan. Jadi defenisi yang dikemukakan oleh Grotberg dan Berns menunjukkan adanya keterlibatan kemampuan positif yang ada dalam diri manusia untuk mengatasi tekanan yang terjadi. Berdasarkan uraian di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan resiliensi adalah kemampuan individu untuk menghadapi, mengatasi, meminimalisasi dan bangkit kembali dari berbagai permasalahan hidup dan peristiwa yang tidak menyenangkan serta tetap mempertahankan kesehatan, sehingga mampu mengendalikan kehidupannya dengan lebih baik dan dapat beradaptasi serta berperilaku secara positif. Reivich & Shatte (2002) memaparkan tujuh aspek dalam resiliensi yaitu: a) pengaturan emosi yaitu kemampuan individu untuk mengatur emosi sehingga tetap tenang meskipun berada dalam situasi di bawah tekanan, b) kontrol terhadap impuls adalah kemampuan individu untuk mengendalikan impuls atau dorongandorongan dalam dirinya, kemampuan mengontrol impuls akan membawa kepada Jurnal Spirits Vo. 2 No. 1. November 2011 ISSN:

5 kemampuan berpikir yang jernih dan akurat, c) optimisme berarti individu memiliki kepercayaan bahwa segala sesuatu akan menjadi lebih baik. Individu mempunyai harapan dan kontrol atas kehidupannya, d) kemampuan menganalasis masalah adalah bagaimana seorang individu dapat mengidentifikasikan secara akurat sebab-sebab dari permasalahan yang menimpanya, e) empati yaitu kemampuan individu untuk bisa membaca dan merasakan bagaimana perasaan dan emosi orang lain, f) efikasi diri adalah kepercayaan individu bahwa individu mampu untuk mengatasi segala permasalahan disertai keyakinan akan kekuatan yang dimiliki un tuk mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut, dan terakhir, g) pencapaian yaitu kemampuan individu untuk meningkatkan aspek-aspek yang positif dalam kehidupannya yang mencakup pula keberanian seseorang untuk mengatasi segala ketakutan-ketakutan yang mengancam dalam kehidupannya. Kemampuan resiliensi seorang individu juga dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor tersebut adalah faktor internal atau faktor yang berasal dari dalam individu tersebut dan faktor eksternal yaitu faktor dari luar individu. Menurut Everall, dkk., (2006) memaparkan tiga faktor yang mempengaruhi resiliensi yaitu: (1) Faktor individual yaitu faktor dari dalam individu itu sendiri misalnya kemampuan kognitif, regulasi emosi, konsep diri dan harga diri. Sedangkan faktor berikutnya adalah (2) Faktor keluarga yaitu dukungan yang berasal dari keluarga terdekat. (3) Faktor komunitas yang meliputi lingkungan masyarakat disekitar subjek. Indigo Istilah anak indigo atau indigo children merupakan istilah baru yang ditemukan oleh konselor terkemuka di Amerika Serikat, Nancy Ann Tappe. Pertama kali dipublikasikan oleh Jan Tober dan Lee Carrol dalam buku mereka The Indigo Children: The New Kids Have Arrived. Indigo sebenarnya secara etimologi berarti warna nila, biru gelap. Anak indigo adalah anak yang memiliki lapangan aura berwarna nila atau biru gelap. Vita (2010) juga mengemukakan penelitian dari seorang peneliti asal Inggris yang menyebutkan bahwa anak indigo adalah anak-anak yang umumnya tidak Jurnal Spirits Vo. 2 No. 1. November 2011 ISSN:

6 mudah diatur oleh kekuasaan, tidak mudah berkompromi, emosional dan beberapa diantaranya memiliki tubuh yang rentan, sangat berbakat atau berkemampuan akademis baik, dan mempunyai kemampuan metafisis. Mereka juga bisa melihat permasalahan lebih mendalam, intuisi anak indigo juga kuat. Definisi anak indigo menurut Lee Carrol & Jan Tober (1999) adalah semua anak-anak baru yang memasuki bumi yang menampakkan suatu sifat psikologis yang serba baru dan berbeda dari yang lain, serta memiliki perilaku-perilaku yang sangat berbeda dari sebagian besar anak-anak seusianya. Anak indigo memiliki keunikan yang hampir sama, sehingga orang-orang yang berinteraksi dengan mereka perlu mengubah sikap dan menyesuaikan pola pendidikan anak indigo. Ciri-ciri anak indigo menurut Lee carroll & Jan tobber (1999) yaitu: (a) Anak indigo memasuki dunia dengan perasaan keningratan (dan sering kali bertindak seperti itu). (b) Anak indigo memiliki perasaan pantas untuk berada di sini, dan terkejut jika orang lain tidak berpandangan seperti itu. (c) Harga diri bukanlah persoalan besar. Anak indigo sering memberitahu orang tuanya tentang jati diri anak indigo yang sebenarnya. (d) Anak indigo memiliki kesulitan dengan otoritas absolut (otoritas tanpa penjelasan atau pilihan. (e) Anak indigo benarbenar tidak akan melakukan hal-hal tertentu yang tidak pasti, sebagai contoh; menunggu di antrean sangat sulit bagi anak indigo. (f) Anak indigo merasa frustasi dengan sistem yang berorientasi pada ritual dan tidak memerlukan pemikiran kreatif. (g) Anak indigo sering memiliki cara-cara yang lebih baik dalam melakukan segala sesuatu, baik di dalam rumah maupun di sekolah, yang membuat mereka tampak seperti perusak sistem, tidak patuh pada sistem apapun. (h) Anak indigo tampak antisosial kecuali jika mereka bersama dengan indigo lainnya. Jika tidak ada orang lain yang memiliki kesadaran yang sama disekitarnya, anak indigo sering berpaling kedalam diri, merasa seperti tidak ada orang lain yang memahami anak indigo. Sekolah sering kali menjadi luar biasa sulit bagi anak indigo secara sosial. (i) Anak indigo tidak akan bereaksi terhadap disiplin dan rasa bersalah, dan terakhir (j) anak indigo tidak malu memberitahu tentang apa yang mereka butuhkan. Jurnal Spirits Vo. 2 No. 1. November 2011 ISSN:

7 Selain ciri-ciri anak indigo yang dikemukakan di atas, adapula tipe-tipe anak indigo yang dikemukakan oleh Nancy Tape (dalam Carroll & Tobber, 1999) yaitu (1) humanis, anak indigo tipe ini akan bekerja dengan orang banyak. Anak indigo tipe ini mempunyai kelebihan untuk menyembuhkan berbagai penyakit. Biasanya anak indigo ini menggunakan kemampuannya untuk menolong orang lain. (2) Konseptual yaitu anak indigo tipe ini lebih senang bekerja sendiri dengan proyekproyek yang ia ciptakan sendiri. Anak indigo ini sangat menonjol dalam merancang suatu program. (3) artis atau seniman adalah anak indigo tipe ini menyukai pekerjaan di bidang seni. Perilaku yang menonjol adalah sensitif, dan kreatif. Anak indigo ini mampu menunjukkan minat sekaligus dalam 5 atau 6 bidang seni, namun beranjak remaja minat anak indigo ini terfokus hanya pada satu bidang saja yang dikuasai secara baik. (4) Interdimensional adalah tipe anak indigo tipe ini yang memiliki ketajaman indera keenam di masa yang akan datang menjadi seorang filsuf, pemuka agama. Dalam usia 1 atau 2 tahun, orangtua merasa tidak perlu mengajarkan apapun kepada anak indigo ini karena anak indigo ini sudah mengetahuinya. Bagaimana tanggapan dan sikap orang tua yang memiliki anak dengan kelebihan indigo. Bagaimana para orang tua menyikapi permasalahanpermasalahan yang timbul karena memiliki anak indigo. METODE Subjek Penelitian. Subjek yang digunakan adalah 4 orang ibu berumur sekitar tahun yang memiliki anak indigo. Ibu dipilih karena ibu memiliki faktor kelekatan yang lebih dengan anak indigo dibanding ayah, ibu juga lebih terlibat dalam proses pertumbuhan anak indigo. Instrumen Penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang menggunakan teknik wawancara semi-structured. Pedoman wawancara yang digunakan dibuat dari mengembangkan aspek-aspek resiliensi menurut Reivich & Shatte (2002). Pedoman wawancaraberisi open-ended question yaitu pertanyaan yang bersifat terbuka tetapi tetap terarah pada tujuan penelitian (Poerwandari, 1998). Jurnal Spirits Vo. 2 No. 1. November 2011 ISSN:

8 Prosedur Penelitian. Pelaksanaan penelitian semua dilakukan di rumah para subjek. Penelitian dilakukan sesuai dengan waktu yang telah di sepakati oleh subjek dan peneliti. Tempat penelitian ditentukan oleh subjek agar subjek lebih leluasa bercerita dengan nyaman. Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti memulai wawancara awal mulai dari tanggal 4 Maret-6 Maret Sedangkan penelitian dimulai tanggal 27 Juni-19 September HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Resiliensi pada Orang Tua yang Memiliki Anak Indigo Dari hasil penelitian didapat bahwa keempat subjek orang tua memiliki kemampuan resiliensi yang sangat baik. Bagi para orang tua yang memiliki anak indigo, bukanlah suatu masalah, bukan merupakan suatu hal yang buruk. Memiliki anak indigo adalah sebuah hadiah dan anugerah dari Tuhan yang subjek syukuri. Dalam penelitian ini juga penulis mengkaitkan dengan tujuh aspek resiliensi yang diungkap melalui wawancara dengan masing-masing subjek. Keempat subjek orang tua memiliki kontrol emosi yang baik, yang membuat subjek dapat menghadapi anak indigo yang termasuk anak yang emosional. Keempat subjek orang tua juga mampu mengontrol impuls atau dorongandorongan yang muncul baik yang negatif maupun positif dari dalam atau dari luar diri subjek terkait membersarkan anak indigo. Keempat subjek orang tua mampu bersikap optimis dalam menghadapi segala permasalahan yang timbul dalam membesarkan anak indigo. Kemampuan menganalisis masalah yang dimiliki oleh keempat subjek cukup baik sehingga membuat keempat subjek orang tua merasa tidak memiliki masalah yang cukup rumit dalam membesarkan anak indigo. Dalam membesarkan anak indigo, keempat subjek orang tua masih mampu memiliki empati dengan orang lain yang dibuktikan dengan hubungan baik yang tetap terjalin antara subjek, keluarga maupun lingkungan.keempat subjek orang tua juga memiliki pencapaian yang baik dalam kehidupan. Keempat subjek orang tua mampu meningkatkan aspekaspek positif dalam diri subjek. Keempat subjek orang tua masih mampu untuk melakukan kegiatan lain selain membesarkan anak indigo. Jurnal Spirits Vo. 2 No. 1. November 2011 ISSN:

9 Tabel 1. Deskripsi Subjek Sekunder (Anak Indigo) No Nama Usia Jenis Kelamin Pendidikan Pekerjaan Keterangan 1. DN 12 tahun Laki-laki SMP Siswa Anak dari subjek RN 2. LN 13 tahun Laki-laki SMP Siswa Anak dari subjek DS 3. IK 38 tahun Laki-laki S1 Pegawai Anak dari Negeri subjek NR 4. KS 19 tahun Perempuan S1 Mahasiswi Anak dari subjek FR Faktor Pendukung yang Mempengaruhi Resiliensi pada Orang Tua yang memiliki anak indigo Setelah mengungkap aspek-aspek resiliensi, dari hasil penelitian juga terungkap bahwa kemampuan resiliensi yang baik dari keempat orang tua subjek penelitian dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor-faktor yang mendukung subjek untuk menjadi resilien adalah faktor individual yang meliputi kemampuan masing-masing subjek dalam mengontrol emosi, kontrol terhadap impuls, optimisme, kemampuan menganilisis masalah, empati dan efikasi diri. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kemampuan resilien keempat subjek menjadi sangat baik karena keempat subjek menganggap memiliki anak indigo bukan sebagai permasalahan besar dan keburukan, melainkan suatu anugerah yang harus disyukuri karena diberikan anak dengan kelebihan khusus yang tidak semua orang dapat memilikinya. Hal itu berarti faktor individual atau faktor kemauan dalam diri masing-masing subjek memiliki peranan yang sangat besar dalam meningkatkan kemampuan resiliensi dari keempat subjek penelitian. Faktor yang kedua adalah faktor keluarga yang juga mempunyai andil yang cukup besar dalam menumbuhkan kemampuan resiliensi yang baik bagi masingmasing subjek. Keluarga menjadi salah satu sumber kekuatan bagi masing-masing subjek. Dukungan serta motivasi dari keluarga merupakan salah satu faktor yang paling mempengaruhi. Hal ini terungkap dari kesimpulan kutipan wawancara dengan keempat subjek yang mengatakan bahwa keluarga dan orang terdekat merupakan orang yang paling berperan penting dalam pembentukan kemampuan resiliensi dari keempat subjek. Keluarga dan orang terdekat merupakan tempat Jurnal Spirits Vo. 2 No. 1. November 2011 ISSN:

10 dimana keempat subjek bisa mencurahkan perasaan dan memberikan solusi atas masalah-masalah yang dihadapi keempat subjek dalam membesarkan anak indigo. Bertolak belakang dengan 2 faktor di atas, faktor ketiga yaitu faktor komunitas tidak terlalu berpengaruh dalam peningkatan kemampuan resiliensi subjek. Keempat subjek menyatakan tidak pernah menceritakan tentang permasalahan maupun pembicaraan tentang anak indigo dalam lingkungan masyarakat. Hanya subjek 4 yang sering bertukar pendapat dengan orang tuaorang tua yang juga memiliki anak indigo. Sedangkan ketiga subjek yang lain mengaku jarang berkomunikasi dengan lingkungan sekitar terkait dengan pembahasan anak indigo. Tetapi pada dasarnya keempat subjek memiliki hubungan dan komunikasi yang baik dengan lingkungan sekitar dan tidak menutup diri dalam bergaul dengan orang-orang di lingkungan sekitar subjek. Keempat subjek hanya pernah berkonsultasi dengan para ahli metafisis ataupun psikolog guna mendapatkan nasehat ataupun tips-tips dalam membesarkan anak indigo. Penulis dapat menemukan fakta-fakta baru dalam penelitian ini, yaitu ternyata bagi para orang tua, memiliki anak indigo bukan merupakan suatu masalah besar dalam kehidupan orang tua. Hal ini dikarenakan anak indigo bukanlah anak dengan keterbelakangan mental ataupun anak yang memiliki perbedaan fisik dengan anak normal. Anak indigo tidak memiliki kekurangan dalam hal fisik maupun mental yang mengakibatkan orang tua malu karena memiliki anak indigo. Memiliki anak indigo merupakan suatu anugerah yang harus disyukuri karena anak indigo memiliki kelebihan dalam hal metafisis maupun kelebihan-kelebihan lain. Fakta lain yang peneliti temukan dalam penelitian ini adalah dalam menghadapi anak indigo orang tua tidak boleh menggunakan emosi yang berlebihan. Menghadapi anak indigo harus penuh dengan kelembutan karena anak indigo yang ditemukan peneliti termasuk anak yang sensitif dan memiliki emosional yang tinggi. Sehingga dibutuhkan kesabaran dan ketenangan dalam menghadapi anak indigo. Jurnal Spirits Vo. 2 No. 1. November 2011 ISSN:

11 Dalam penelitian ini juga ditemukan bahwa tidak semua anak indigo memiliki IQ superior, dalam hal ini salah satu anak indigo dari subjek memiliki IQ yang normal. Tetapi memang semua anak indigo yang peneliti temukan memiliki umur mental yang lebih tua dari pada umur normal anak. Peneliti juga mampu membuktikan bahwa teori yang menyatakan bahwa indigo dewasa memiliki pekerjaan khusus selain pekerjaan utama indigo dewasa. Peneliti mengungkapkan bahwa salah satu anak dari subjek peneliti yang merupakan indigo dewasa memang benar memiliki pekerjaan khusus di luar pekerjaan utama indigo dewasa tersebut. Indigo dewasa tersebut mampu menyembuhkan orangorang. Fakta-fakta tersebut peneliti temukan dari hasil wawancara, observasi maupun data-data penguat anak indigo dari masing-masing subjek. Fakta lain yang ditemukan peneliti adalah mengenai strata sosial dan latar belakang ekonomi masing-masing subjek yang mempengaruhi kemampuan resiliensi masing-masing subjek. Ketiga subjek adalah ibu bekerja, dan subjek 3 (NR) adalah ibu rumah tangga. Keempat subjek memiliki strata sosial menengah ke atas dan tinggal dalam lingkungan perumahan komplek yang jarak antara satu rumah dengan rumah lainnya berjauhan. Kesibukan keempat subjek membuat keempat subjek jarang berkumpul dengan orang-orang di lingkungan sekitar sehingga membuat keempat subjek tidak terlalu mendengar perkataan-perkataan negatif dari orang-orang sekitar mengenai kemampuan indigo yang dimiliki anakanak subjek. Sehingga semakin jarang keempat subjek berkumpul dengan lingkungan sekitar, semakin jarang subjek mendengar perkataan-perkataan negatif dari lingkungan sekitar subjek. Hal ini dapat meningkatkan kemampuan resiliensi pada masing-masing subjek. Dalam penelitian ini tak luput dari beberapa kekurangan dan kelebihan. Peneliti menemukan kekurangan dalam hal pemilihan subjek penelitian. Subjek penelitian kurang beragam dalam hal latar belakang pendidikan, keluarga, dan ekonomi sehingga hasil penelitian menunjukan hampir sama antar satu subjek dengan subjek lainnya. Latar belakang keempat subjek hampir sama dari segi pendidikan dan latar belakang ekonomi. Hal ini membuat jawaban masing-masing subjek hampir sama satu sama lain. Jurnal Spirits Vo. 2 No. 1. November 2011 ISSN:

12 Sedangkan kelebihan yang ditemukan peneliti adalah anak indigo yang memiliki latar belakang berbeda antara satu dengan yang lain. Keberagaman karakteristik anak indigo yang digunakan peneliti membuat perbandingan dalam segi kemampuan, umur, sifat dan pencapaian anak indigo. Peneliti menggunakan satu indigo dewasa guna mengungkapkan teori yang mengatakan bahwa indigo dewasa memilki pekerjaan khusus yang sesuai dengan kemampuan indigonya selain pekerjaan utama yang dikerjakan indigo dewasa. Dari hasil penelitian terbukti bahwa indigo dewasa yang diteliti subjek memiliki pekerjaan khusus yaitu dapat mengobati orang yang diperkuat oleh sertifikat-sertifikat yang dimiliki indigo dewasa tersebut. KESIMPULAN Secara umum, keempat subjek memiliki kemampuan resiliensi yang sangat baik, mampu mengatur emosi yang ada ketika menghadapi anak indigo maupun permasalahan yang ada terkait dengan membesarkan anak indigo, memiliki cara tersendiri dalam mengekspresikan dan mengontrol emosi yang timbul di dalam diri subjek, dan keempat subjek juga mampu mengendalikan berbagai impulsimpuls yang bersifat negatif yang muncul baik dari dalam diri subjek maupun dari luar yang muncul selama subjek membesarkan anak indigo. Keempat subjek juga memiliki optimisme yang tinggi dalam menghadapi permasalahan dalam membesarkan anak indigo. Kemampuan menganalisis masalah masing-masing subjek juga sangat baik walaupun punya cara tersindiri. Masing-masing subjek juga masih mampu memiliki empati dengan orang-orang di sekitar subjek. Efikasi diri dan pencapaian masalah yang dimiliki keempat subjek sangat baik. Kemampuan resiliensi keempat subjek juga di dukung oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi faktor-faktor dari dalam individu subjek sendiri dan faktor eksternal meliputi keluarga dan lingkungan komunitas. Untuk subjek dianjurkan agar subjek dapat lebih meningkatkan nilai-nilai positif yang dimiliki dalam diri subjek, membentengi diri dengan agama lebih baik lagi, lebih bisa bersikap bijaksana dalam membesarkan anak indigo, dan Jurnal Spirits Vo. 2 No. 1. November 2011 ISSN:

13 memberikan hal-hal yang bermanfaat untuk perkembangan anak indigo agar anak indigo mampu menggunakan dan mengarahkan kemampuan indigo yang dimiliki anak dengan baik dan dapat bermanfaat bagi masyarakat. Subjek juga harus tetap meyakini bahwa setiap cobaan yang diberikan oleh Tuhan pasti selalu ada jalan keluarnya dan tidak akan pernah melebihi batas kemampuan setiap umat-nya. Untuk peneliti selanjutnya yang akan mengadakan penelitian dengan topik yang sama dianjurkan untuk mengungkap lebih dalam aspek-aspek lain yang mendukung terbentuknya resiliensi seperti sejauh mana pengaruh pengaturan emosi atau regulasi emosi yang pada penelitian ini belum terlalu dapat mengungkapkan aspek pengaturan emosi dalam membantu subjek penelitian untuk lebih resilien. Peneliti juga menyarankan agar menggunakan subjek dengan latarbelakang pendidikan, gender, usia, tingkat ekonomi, latarbelakang keluarga yang berbeda antar subjek sehingga diperoleh hasil yang lebih komprehensif mengenai resiliensi. DAFTAR PUSTAKA Berns, R.M Child, Family, School, Community: Socialization and Support. Six Edition. Canada: Thomson Carrol, L. & Jan T The Indigo Children. Jakarta : PT. Bhuana Ilmu Populer An Indigo Celebretion. Jakarta : PT. Bhuana Ilmu Populer. Everall, R Creating a Future: A Study of Resilience in Suicidal Female Adolescent.84. pp Grotberg, E.H Tapping Your Inner Srenght: How To Find The Resilience To Deal With Anything. Oakland: New Harbinger publication Holaday, M Resilience and Severe Burns. Journal of Counseling and Development.75. pp Permana, V. S.P Pola Komunikasi Orang Tua dengan Anak Indigo.Skripsi (Tidak Diterbitkan).Surabaya: Fakultas Ilmu Sosial dan Politik UniversitasPembangunan Nasional Veteran Jawa Timur. Jurnal Spirits Vo. 2 No. 1. November 2011 ISSN:

14 Poerwandari, E. K Pendekatan Kualitatif Dalam Penelitian Psikologi. Jakarta : LPSP3. Fakultas Psikologi UI. Reivich,K. & Shatte, A The Resilience Factor : 7 Essential Skill For Overcoming Life s Inevitable Obstacles. New York: Broadway Books Stewart, D & Mcwhriter, J Thinking positive: the importante resilience and listening to children and young people. Health Education Vol.107 No.6, pp Vesdiawati, D.A Hubungan Resiliensi dengan Stres Pada Anggota POLRI. Skripsi. (Tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya UII. Jurnal Spirits Vo. 2 No. 1. November 2011 ISSN:

Jurnal SPIRITS, Vol.5, No.1, November ISSN:

Jurnal SPIRITS, Vol.5, No.1, November ISSN: RESILIENSI PADA PENYANDANG TUNA DAKSA NON BAWAAN Imelda Pratiwi Hartosujono ABSTRACT Physical changes are caused by accident are very shaken soul, especially when they get a negative judgment from others.

Lebih terperinci

RESILIENSI PADA PENYINTAS PASCA ERUPSI MERAPI. Naskah Publikasi. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana-S1

RESILIENSI PADA PENYINTAS PASCA ERUPSI MERAPI. Naskah Publikasi. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana-S1 RESILIENSI PADA PENYINTAS PASCA ERUPSI MERAPI Naskah Publikasi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana-S1 Diajukan oleh: ARYA GUMILANG PUTRA PRATHAMA F.100090190 FAKULTAS PSIKOLOGI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang pada umumnya dimulai dari usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada waktu dan tempat yang kadang sulit untuk diprediksikan. situasi

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada waktu dan tempat yang kadang sulit untuk diprediksikan. situasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya setiap individu pasti mengalami kesulitan karena individu tidak akan terlepas dari berbagai kesulitan dalam kehidupannya. Kesulitan dapat terjadi pada

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Arasiana, Fenty. (2008). Resiliensi Pada TKW yang Mengalami Kekerasan Fisik dan Seksual. Retrivied From

DAFTAR PUSTAKA. Arasiana, Fenty. (2008). Resiliensi Pada TKW yang Mengalami Kekerasan Fisik dan Seksual. Retrivied From DAFTAR PUSTAKA Aprilia, Nur Fitri, (2015). Resiliensi Pada Istri yang Mengalami Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT). Retrivied from Arasiana, Fenty. (2008). Resiliensi Pada TKW yang Mengalami Kekerasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. paling penting dalam pembangunan nasional, yaitu sebagai upaya meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. paling penting dalam pembangunan nasional, yaitu sebagai upaya meningkatkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Pendidikan merupakan kebutuhan primer dalam kehidupan manusia, aspek paling penting dalam pembangunan nasional, yaitu sebagai upaya meningkatkan kualitas

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS ANAK-ANAK INDIGO

BAB III ANALISIS ANAK-ANAK INDIGO BAB III ANALISIS ANAK-ANAK INDIGO Dalam bukunya The Color Code, Hartman mengelompokkan berbagai aspek kepribadian dan perilaku ke dalam empat kategori warna yaitu merah, biru, putih dan kuning. Hartman

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tekanan internal maupun eksternal (Vesdiawati dalam Cindy Carissa,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tekanan internal maupun eksternal (Vesdiawati dalam Cindy Carissa, BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Resiliensi 1. Pengertian Resiliensi Istilah resiliensi diformulasikan pertama kali oleh Block dengan nama ego resilience, yang diartikan sebagai kemampuan umum yang melibatkan

Lebih terperinci

Sukirno, S. Kep 1 Giat Wantoro, S. Kep 2 Nofrans Eka Saputra, S. Psi, MA 3 ABSTRACT

Sukirno, S. Kep 1 Giat Wantoro, S. Kep 2 Nofrans Eka Saputra, S. Psi, MA 3 ABSTRACT Resiliensi Resilience of Sukirno, S. Kep 1 Giat Wantoro, S. Kep 2 Nofrans Eka Saputra, S. Psi, MA 3 1 Departement of Nursing/Baiturrahim School of Health Science 2 Departement of Nursing/Baiturrahim School

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat disebut dengan Anak laur biasa yaitu anak yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat disebut dengan Anak laur biasa yaitu anak yang memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Anak merupakan wujud dari keturunan yang sangat diharapkan oleh orang tua dan sebagai penerus generasi bangsa dan agama. Setiap orang tua menginginkan anaknya lahir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, dan kegunaan penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, dan kegunaan penelitian. BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan kegunaan penelitian. A. Latar Belakang Masalah Fenomena indigo, atau yang lebih dikenal

Lebih terperinci

2016 PROSES PEMBENTUKAN RESILIENSI PADA IBU YANG MEMILIKI ANAK PENYANDANG DOWN SYNDROME

2016 PROSES PEMBENTUKAN RESILIENSI PADA IBU YANG MEMILIKI ANAK PENYANDANG DOWN SYNDROME BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Setiap orang tua pasti berharap memiliki anak yang dapat bertumbuh kembang normal sebagaimana anak-anak lainnya, baik dari segi fisik, kognitif, maupun emosional.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Individu yang hidup pada era modern sekarang ini semakin. membutuhkan kemampuan resiliensi untuk menghadapi kondisi-kondisi

BAB I PENDAHULUAN. Individu yang hidup pada era modern sekarang ini semakin. membutuhkan kemampuan resiliensi untuk menghadapi kondisi-kondisi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Individu yang hidup pada era modern sekarang ini semakin membutuhkan kemampuan resiliensi untuk menghadapi kondisi-kondisi kehidupan abad 21 yang penuh dengan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Resiliensi. bahasa resiliensi merupakan istilah bahasa inggris

BAB II LANDASAN TEORI. A. Resiliensi. bahasa resiliensi merupakan istilah bahasa inggris BAB II LANDASAN TEORI A. Resiliensi 1. Pengertian Resiliensi Resiliensi (daya lentur) merupakan sebuah istilah yang relatif baru dalam khasanah psikologi, terutama psikologi perkembangan (Desmita, 2010).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia yang dianggap sebagai fase kemunduran. Hal ini dikarenakan pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia yang dianggap sebagai fase kemunduran. Hal ini dikarenakan pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lanjut usia adalah salah satu periode dalam rentang kehidupan manusia yang dianggap sebagai fase kemunduran. Hal ini dikarenakan pada fase ini seorang individu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Lingkungan keluarga seringkali disebut sebagai lingkungan pendidikan informal

I. PENDAHULUAN. Lingkungan keluarga seringkali disebut sebagai lingkungan pendidikan informal I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan koloni terkecil di dalam masyarakat dan dari keluargalah akan tercipta pribadi-pribadi tertentu yang akan membaur dalam satu masyarakat. Lingkungan

Lebih terperinci

RESILIENSI PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI YANG TERLAMBAT MENYELESAIKAN SKRIPSI DI UNIVERSITAS X

RESILIENSI PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI YANG TERLAMBAT MENYELESAIKAN SKRIPSI DI UNIVERSITAS X RESILIENSI PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI YANG TERLAMBAT MENYELESAIKAN SKRIPSI DI UNIVERSITAS X Nama NPM : 13511208 Dosen Pembimbing : Hanum Inestya Putri : Dr. Hendro Prabowo, S.Psi. BAB I : PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya, pengertian kejahatan dan kekerasan memiliki banyak definisi

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya, pengertian kejahatan dan kekerasan memiliki banyak definisi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari, tidak jarang kita jumpai beberapa kasus pembunuhan. Seolah tidak asing lagi dengan peristiwa kejahatan itu, media meliput berita pembunuhan

Lebih terperinci

RESILIENSI PADA PENDERITA KANKER SERVIKS STADIUM LANJUT NASKAH PUBLIKASI

RESILIENSI PADA PENDERITA KANKER SERVIKS STADIUM LANJUT NASKAH PUBLIKASI RESILIENSI PADA PENDERITA KANKER SERVIKS STADIUM LANJUT NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Psikologi Diajukan Oleh: RAYI DWI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merawat dan memelihara anak-anak yatim atau yatim piatu. Pengertian yatim

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merawat dan memelihara anak-anak yatim atau yatim piatu. Pengertian yatim BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Panti Asuhan merupakan lembaga yang bergerak di bidang sosial untuk membantu anak-anak yang sudah tidak memiliki orang tua. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Gambaran konsep diri..., Indri Apsari, FPsi UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Gambaran konsep diri..., Indri Apsari, FPsi UI, 2009 BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai latar belakang pemilihan masalah, rumusan permasalahan, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. 1.1. Latar Belakang Fenomena

Lebih terperinci

Pengaruh Dukungan Sosial terhadap Resiliensi pada Ibu yang Memiliki Anak Autis Penulisan Ilmiah

Pengaruh Dukungan Sosial terhadap Resiliensi pada Ibu yang Memiliki Anak Autis Penulisan Ilmiah Pengaruh Dukungan Sosial terhadap Resiliensi pada Ibu yang Memiliki Anak Autis Penulisan Ilmiah Nama : Gemi Arthati NPM : 13513674 Pembimbing : Mimi Wahyuni. Jurusan Psikologi 2016 Latar Belakang Masalah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Perilaku Inovatif 1. Pengertian Perilaku Inovatif Perilaku inovatif didefinisikan sebagai tindakan individu yang mengarah pada pemunculan, pengenalan dan penerapan dari sesuatu

Lebih terperinci

Studi Komparatif Mengenai Resiliensi Remaja Korban Sodomi di Desa X dan di Desa Y Kabupaten Bandung

Studi Komparatif Mengenai Resiliensi Remaja Korban Sodomi di Desa X dan di Desa Y Kabupaten Bandung Prosiding Psikologi ISSN: 2460-6448 Studi Komparatif Mengenai Resiliensi Remaja Korban Sodomi di Desa X dan di Desa Y Kabupaten Bandung 1 Intan Pratitasari, 2 Muhammad Ilmi Hatta 1,2 Fakultas Psikologi,

Lebih terperinci

Konseling Individu Dengan Teknik Trait & Factor untuk Mengatasi Dampak. Overprotektif terhadap Kemandirian Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Nogosari

Konseling Individu Dengan Teknik Trait & Factor untuk Mengatasi Dampak. Overprotektif terhadap Kemandirian Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Nogosari Konseling Individu Dengan Teknik Trait & Factor untuk Mengatasi Dampak Overprotektif terhadap Kemandirian Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Nogosari Boyolali Tahun Pelajaran 2015/2016 Oleh: Umi Fauziyah Saputri

Lebih terperinci

REGULASI EMOSI DAN RESILIENSI PADA MAHASISWA TAHUN PERTAMA. Abstract. Keywords: college student, emotion regulation, resilienc.

REGULASI EMOSI DAN RESILIENSI PADA MAHASISWA TAHUN PERTAMA. Abstract. Keywords: college student, emotion regulation, resilienc. REGULASI EMOSI DAN RESILIENSI PADA MAHASISWA TAHUN PERTAMA Erlina Listyanti Widuri Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan Jalan Kapas No. 9 Yogyakarta erlina_psiuad@yahoo.co.id. Abstract This study

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan unit sosial terkecil di dalam lingkungan masyarakat. Bagi anak, keluarga merupakan tempat pertama mereka untuk berinteraksi. Keluarga yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Destalya Anggrainy M.P, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Destalya Anggrainy M.P, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kepribadian seorang anak merupakan gabungan dari fungsi secara nyata maupun fungsi potensial pola organisme yang ditentukan oleh faktor keturunan dan penguatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Kekerasan dalam Rumah Tangga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Kekerasan dalam Rumah Tangga BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Kekerasan dalam Rumah Tangga Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) dapat diartikan sebagai tindakan kekerasan yang dilakukan oleh seorang pengasuh, orang tua, atau pasangan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Perjalanan hidup manusia mengalami beberapa tahap pertumbuhan.

BAB 1 PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Perjalanan hidup manusia mengalami beberapa tahap pertumbuhan. 1 BAB 1 PENGANTAR A. Latar Belakang Masalah Perjalanan hidup manusia mengalami beberapa tahap pertumbuhan. Dimulai dari masa bayi, anak-anak, remaja, dewasa dan masa tua. Pada setiap masa pertumbuhan manusia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Panti asuhan merupakan lembaga yang bergerak dibidang sosial untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Panti asuhan merupakan lembaga yang bergerak dibidang sosial untuk BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Panti asuhan merupakan lembaga yang bergerak dibidang sosial untuk membantu anak-anak yang tidak memiliki orang tua. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak-anak indigo adalah anak yang memiliki kemampuan lebih dibandingkan anak-anak lainnya serta memiliki indra keenam. Secara khusus anak-anak ini memiliki

Lebih terperinci

Resiliensi Seorang Wanita Dalam Menghentikan Perilaku Merokok dan Minum Alkohol HELEN YOHANA SIRAIT

Resiliensi Seorang Wanita Dalam Menghentikan Perilaku Merokok dan Minum Alkohol HELEN YOHANA SIRAIT Resiliensi Seorang Wanita Dalam Menghentikan Perilaku Merokok dan Minum Alkohol HELEN YOHANA SIRAIT 13512371 Latar belakang 1. Perilaku Merokok & Minum Alkohol : Lebih banyak terjadi pada kaum laki - laki

Lebih terperinci

RESILIENSI NARAPIDANA DEWASA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLAS IIA SRAGEN NASKAH PUBLIKASI. Disusun Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan

RESILIENSI NARAPIDANA DEWASA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLAS IIA SRAGEN NASKAH PUBLIKASI. Disusun Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan RESILIENSI NARAPIDANA DEWASA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLAS IIA SRAGEN NASKAH PUBLIKASI Disusun Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Psikologi Diajukan oleh: REFI RISTIANA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. itu secara fisik maupun secara psikologis, itu biasanya tidak hanya berasal

BAB I PENDAHULUAN. itu secara fisik maupun secara psikologis, itu biasanya tidak hanya berasal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini beragam sekali masalah yang dihadapi manusia, baik itu secara fisik maupun secara psikologis, itu biasanya tidak hanya berasal dari dalam dirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti) Kementerian Pendidikan Nasional pada tahun 2010 meluncurkan program bantuan biaya pendidikan Bidikmisi

Lebih terperinci

GAMBARAN KETANGGUHAN DIRI (RESILIENSI) PADA MAHASISWA TAHUN PERTAMA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU

GAMBARAN KETANGGUHAN DIRI (RESILIENSI) PADA MAHASISWA TAHUN PERTAMA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU GAMBARAN KETANGGUHAN DIRI (RESILIENSI) PADA MAHASISWA TAHUN PERTAMA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU Sherty Amelia Enikarmila Asni Daviq Chairilsyah shertyamelia@yahoo.co.id ABSTRACT : Resilience is

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Resiliensi 1. Definisi Resiliensi Menurut Smet (1994, dalam Desmita, 2009) istilah resiliensi pertama kali dikenalkan oleh Redl pada tahun 1969 dan digunakan untuk menggambarkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Resiliensi. Sedangkan Hildayani (2005) menyatakan resiliensi atau ketangguhan adalah suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Resiliensi. Sedangkan Hildayani (2005) menyatakan resiliensi atau ketangguhan adalah suatu 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Resiliensi 1. Pengertian Resiliensi Reivich dan Shatte (2000) menyatakan bahwa resiliensi adalah kemampuan untuk bertahan, beradaptasi terhadap sesuatu yang menekan, mampu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. remaja yang masuk ke Komnas Remaja tahun itu, sebanyak kasus atau

BAB 1 PENDAHULUAN. remaja yang masuk ke Komnas Remaja tahun itu, sebanyak kasus atau 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini Indonesia diramaikan dengan kasus kekerasan seksual terhadap remaja. Ibarat fenomena bola es yang semakin lama semakin membesar. Kasus kekerasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, pintar, dan dapat berkembang seperti anak pada umumnya. Namun, tidak

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, pintar, dan dapat berkembang seperti anak pada umumnya. Namun, tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak merupakan bagian dari keluarga, dimana sebagian besar kelahiran disambut bahagia oleh anggota keluarganya, setiap orang tua mengharapkan anak yang sehat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ada beberapa penelitian yang telah dilakukan mengenai resiliency pada

BAB I PENDAHULUAN. Ada beberapa penelitian yang telah dilakukan mengenai resiliency pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ada beberapa penelitian yang telah dilakukan mengenai resiliency pada remaja. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Ann I. Alriksson-Schmidt, MA, MSPH, Jan

Lebih terperinci

PROSES SOSIALISASI LINGKUNGAN TEMAN SEBAYA PADA ANAK INDIGO USIA 6 TAHUN

PROSES SOSIALISASI LINGKUNGAN TEMAN SEBAYA PADA ANAK INDIGO USIA 6 TAHUN PROSES SOSIALISASI LINGKUNGAN TEMAN SEBAYA PADA ANAK INDIGO USIA 6 TAHUN Agnes Merry Okita Nurul Khotimah PG PAUD, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Surabaya Jalan Teratai No. 4 Surabaya 60136.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 15 PENDAHULUAN Latar Belakang Sumberdaya manusia (SDM) yang berkualitas merupakan modal dasar untuk mewujudkan manusia seutuhnya dan masyarakat seluruhnya. Hal ini berarti bahwa kualitas sumberdaya manusia

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Gambaran resiliensi dan kemampuan...dian Rahmawati, FPsi UI, Universitas Indonesia

1. PENDAHULUAN. Gambaran resiliensi dan kemampuan...dian Rahmawati, FPsi UI, Universitas Indonesia 1 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki atribut fisik dan/atau kemampuan belajar yang berbeda dari anak normal, sehingga membutuhkan program individual dalam

Lebih terperinci

Penerapan Teknik Dispute Cognitive dalam REBT untuk Meningkatkan Resiliensi pada Mahasiswa

Penerapan Teknik Dispute Cognitive dalam REBT untuk Meningkatkan Resiliensi pada Mahasiswa Penerapan Teknik Dispute Cognitive dalam REBT untuk Meningkatkan Resiliensi pada Mahasiswa 73 PENERAPAN TEKNIK DISPUTE COGNITIVE DALAM REBT UNTUK MENINGKATKAN RESILIENSI PADA MAHASISWA (Single Subject

Lebih terperinci

PENINGKATAN INTERAKSI SOSIAL SISWA DENGAN TEMAN SEBAYA MELALUI LAYANAN KONSELING KELOMPOK

PENINGKATAN INTERAKSI SOSIAL SISWA DENGAN TEMAN SEBAYA MELALUI LAYANAN KONSELING KELOMPOK PENINGKATAN INTERAKSI SOSIAL SISWA DENGAN TEMAN SEBAYA MELALUI LAYANAN KONSELING KELOMPOK Nelly Oktaviyani (nellyokta31@yahoo.com) 1 Yusmansyah 2 Ranni Rahmayanthi Z 3 ABSTRACT The purpose of this study

Lebih terperinci

PERAN SERTA ORANG TUA DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS SISWA

PERAN SERTA ORANG TUA DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS SISWA Faktor Jurnal Ilmiah Kependidikan Vol. 4 No. 2 Juli 2017, hal 119-124 PERAN SERTA ORANG TUA DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS SISWA Ira Miranti 1, Nina Dwiastuty 2, Nurjanah 3 Program Studi

Lebih terperinci

RESILIENSI PADA PENYANDANG TUNA DAKSA PASCA KECELAKAAN

RESILIENSI PADA PENYANDANG TUNA DAKSA PASCA KECELAKAAN RESILIENSI PADA PENYANDANG TUNA DAKSA PASCA KECELAKAAN Rahayu Rezki Anggraeni Dosen Pembimbing Ibu Ni Made Taganing, Spsi., MPsi. Program Studi Psikologi, Fakultas Psikologi, Universitas Gunadarma, 2008

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. laku serta keadaan hidup pada umumnya (Daradjat, 1989). Pendapat tersebut

BAB I PENDAHULUAN. laku serta keadaan hidup pada umumnya (Daradjat, 1989). Pendapat tersebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia adalah masyarakat religius yang berpegang pada nilai-nilai yang ada dalam ajaran agamanya dalam sikap atau tingkah laku serta keadaan hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu masa perubahan, usia bermasalah, saat dimana individu mencari identitas

BAB I PENDAHULUAN. suatu masa perubahan, usia bermasalah, saat dimana individu mencari identitas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja diakui sebagai masa yang penting dalam rentang kehidupan, suatu masa perubahan, usia bermasalah, saat dimana individu mencari identitas dan ambang dewasa.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Kompetensi Interpersonal 1. Pengertian Kompetensi Interpersonal Menurut Mulyati Kemampuan membina hubungan interpersonal disebut kompetensi interpersonal (dalam Anastasia, 2004).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan pria dan wanita. Menurut data statistik yang didapat dari BKKBN,

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan pria dan wanita. Menurut data statistik yang didapat dari BKKBN, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap orang pasti menginginkan memiliki keluarga yang bahagia. Menurut Sigmund Freud, pada dasarnya keluarga itu terbentuk karena adanya perkawinan pria dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dianggap sebagai masa topan badai dan stres, karena remaja telah memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dianggap sebagai masa topan badai dan stres, karena remaja telah memiliki 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa transisi ke masa dewasa. Masa ini dianggap sebagai masa topan badai dan stres, karena remaja telah memiliki keinginan bebas untuk menentukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang dihasilkan dari kata-kata tertulis atau lisan dan perilaku orang-orang

BAB III METODE PENELITIAN. yang dihasilkan dari kata-kata tertulis atau lisan dan perilaku orang-orang BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Bogdan dan Taylor (dalam Prastowo) mendiskripsikan penelitian kualitatif sebagai sebuah metode

Lebih terperinci

RESILIENSI ORANG TUA DALAM MEMBESARKAN ANAK RETARDASI MENTAL. Sekar Ayu Wijayani 1 dan Hafsah Budi A 2 Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta

RESILIENSI ORANG TUA DALAM MEMBESARKAN ANAK RETARDASI MENTAL. Sekar Ayu Wijayani 1 dan Hafsah Budi A 2 Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta RESILIENSI ORANG TUA DALAM MEMBESARKAN ANAK RETARDASI MENTAL Sekar Ayu Wijayani 1 dan Hafsah Budi A 2 Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta Abstract The purpose of this research is to know how

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. para pekerja seks mendapatkan cap buruk (stigma) sebagai orang yang kotor,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. para pekerja seks mendapatkan cap buruk (stigma) sebagai orang yang kotor, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia dan negara-negara lain istilah prostitusi dianggap mengandung pengertian yang negatif. Di Indonesia, para pelakunya diberi sebutan Wanita Tuna Susila. Ini

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dari uraian yang telah disampaikan dari Bab I sampai Bab IV, maka dapat

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dari uraian yang telah disampaikan dari Bab I sampai Bab IV, maka dapat BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Dari uraian yang telah disampaikan dari Bab I sampai Bab IV, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Begitu banyak anak-anak di Nanggroe Aceh Darussalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menerima bahwa anaknya didiagnosa mengalami autisme.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menerima bahwa anaknya didiagnosa mengalami autisme. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah anugerah yang diberikan oleh Allah SWT kepada setiap keluarga yang amat mendambakannya. Berbagai harapan hadir ketika anak mulai ada di dalam perut Ibu.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Psychological Well Being. menerima dirinya apa adanya, membentuk hubungan yang hangat dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Psychological Well Being. menerima dirinya apa adanya, membentuk hubungan yang hangat dengan 14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Psychological Well Being 1. Pengertian Psychological Well Being Psychological well-being adalah tingkat kemampuan individu dalam menerima dirinya apa adanya, membentuk hubungan

Lebih terperinci

GAMBARAN KEMANDIRIAN EMOSIONAL REMAJA USIA TAHUN BERDASARKAN POLA ASUH AUTHORITATIVE NUR AFNI ANWAR LANGGERSARI ELSARI NOVIANTI S.PSI. M.

GAMBARAN KEMANDIRIAN EMOSIONAL REMAJA USIA TAHUN BERDASARKAN POLA ASUH AUTHORITATIVE NUR AFNI ANWAR LANGGERSARI ELSARI NOVIANTI S.PSI. M. GAMBARAN KEMANDIRIAN EMOSIONAL REMAJA USIA 12-15 TAHUN BERDASARKAN POLA ASUH AUTHORITATIVE NUR AFNI ANWAR LANGGERSARI ELSARI NOVIANTI S.PSI. M.PSI 1 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN ABSTRAK Kemandirian

Lebih terperinci

Diajukan Oleh : Agung Setiawan Nugroho A PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Diajukan Oleh : Agung Setiawan Nugroho A PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN ANALISIS KESULITAN MAHASISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER MATA KULIAH PENGANGGARAN PERUSAHAAN PADA MAHASISWA PENDIDIKAN AKUNTANSI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah ini merupakan masalah sensitif yang menyangkut masalah-masalah

BAB I PENDAHULUAN. masalah ini merupakan masalah sensitif yang menyangkut masalah-masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tindak kejahatan atau perilaku kriminal selalu menjadi bahan yang menarik serta tidak habis-habisnya untuk dibahas dan diperbincangkan, masalah ini merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. identitas dan eksistensi diri mulai dilalui. Proses ini membutuhkan kontrol yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. identitas dan eksistensi diri mulai dilalui. Proses ini membutuhkan kontrol yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Remaja adalah generasi penerus bangsa, oleh karena itu para remaja harus memiliki bekal yang baik dalam masa perkembangannya. Proses pencarian identitas

Lebih terperinci

Abstraksi. Kata Kunci : Komunikasi, Pendampingan, KDRT

Abstraksi. Kata Kunci : Komunikasi, Pendampingan, KDRT JUDUL : Memahami Pengalaman Komunikasi Konselor dan Perempuan Korban KDRT Pada Proses Pendampingan di PPT Seruni Kota Semarang NAMA : Sefti Diona Sari NIM : 14030110151026 Abstraksi Penelitian ini dilatarbelakangi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan seseorang memasuki masa dewasa. Masa ini merupakan, masa transisi dari masa anak-anak menuju dewasa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 40 tahun dimana terjadi perubahan fisik dan psikologis pada diri individu, selain itu

BAB I PENDAHULUAN. 40 tahun dimana terjadi perubahan fisik dan psikologis pada diri individu, selain itu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Dewasa awal adalah individu yang berada pada rentang usia antara 20 hingga 40 tahun dimana terjadi perubahan fisik dan psikologis pada diri individu, selain

Lebih terperinci

UPAYA GURU BK DALAM MENGATASI PESERTA DIDIK YANG UNDER ACHIEVER ARTIKEL. Gusri Defriani NPM :

UPAYA GURU BK DALAM MENGATASI PESERTA DIDIK YANG UNDER ACHIEVER ARTIKEL. Gusri Defriani NPM : UPAYA GURU BK DALAM MENGATASI PESERTA DIDIK YANG UNDER ACHIEVER ARTIKEL Gusri Defriani NPM : 10060220 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI SUMATERA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap keluarga memiliki cara tersendiri untuk menghadapi berbagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap keluarga memiliki cara tersendiri untuk menghadapi berbagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap keluarga memiliki cara tersendiri untuk menghadapi berbagai situasi selama rentang kehidupannya, begitu pula pada keluarga yang memiliki anak dengan hidrosefalus.

Lebih terperinci

PERAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM MENGATASI KESULITAN BELAJAR PESERTA DIDIK BERKEBUTUHAN KHUSUS PADA PENDIDIKAN INKLUSI DI SMK NEGERI 4 PADANG

PERAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM MENGATASI KESULITAN BELAJAR PESERTA DIDIK BERKEBUTUHAN KHUSUS PADA PENDIDIKAN INKLUSI DI SMK NEGERI 4 PADANG PERAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM MENGATASI KESULITAN BELAJAR PESERTA DIDIK BERKEBUTUHAN KHUSUS PADA PENDIDIKAN INKLUSI DI SMK NEGERI 4 PADANG Oleh: Endrawati * Fitria Kasih** Rahma Wira Nita**

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk berpikir, kemampuan afektif merupakan respon syaraf simpatetik atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk berpikir, kemampuan afektif merupakan respon syaraf simpatetik atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia mempunyai tiga kemampuan yaitu kemampuan kognitif, afektif, dan perilaku. Kemampuan kognitif merupakan respon perseptual atau kemampuan untuk berpikir,

Lebih terperinci

DINAMIKA FAKTOR-FAKTOR RESILIENSI PADA REMAJA YANG PERNAH MENGALAMI KERUSUHAN DI AMBON TAHUN 1999

DINAMIKA FAKTOR-FAKTOR RESILIENSI PADA REMAJA YANG PERNAH MENGALAMI KERUSUHAN DI AMBON TAHUN 1999 DINAMIKA FAKTOR-FAKTOR RESILIENSI PADA REMAJA YANG PERNAH MENGALAMI KERUSUHAN DI AMBON TAHUN 1999 Affidina Chantal Yunus Denny Putra Fakultas Psikologi Universitas Kristen Krida Wacana Jakarta denny.putra@ukrida.ac.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan harapan. Masalah tersebut dapat berupa hambatan dari luar individu maupun

BAB I PENDAHULUAN. dengan harapan. Masalah tersebut dapat berupa hambatan dari luar individu maupun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Individu memiliki berbagai macam masalah didalam hidupnya, masalah dalam diri individu hadir bila apa yang telah manusia usahakan jauh atau tidak sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penurunan kondisi fisik, mereka juga harus menghadapi masalah psikologis.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penurunan kondisi fisik, mereka juga harus menghadapi masalah psikologis. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lanjut usia merupakan suatu proses berkelanjutan dalam kehidupan yang ditandai dengan berbagai perubahan ke arah penurunan. Problematika yang harus dihadapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diberikan dibutuhkan sikap menerima apapun baik kelebihan maupun kekurangan

BAB I PENDAHULUAN. diberikan dibutuhkan sikap menerima apapun baik kelebihan maupun kekurangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penerimaan diri dibutuhkan oleh setiap individu untuk mencapai keharmonisan hidup, karena pada dasarnya tidak ada manusia yang diciptakan oleh Allah SWT tanpa kekurangan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesadaran dunia pendidikan di Indonesia untuk memberikan layanan

BAB I PENDAHULUAN. Kesadaran dunia pendidikan di Indonesia untuk memberikan layanan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kesadaran dunia pendidikan di Indonesia untuk memberikan layanan belajar terhadap siswa-siswa berinteligensi tinggi semakin meningkat, hal ini ditandai dengan munculnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan ideologi, dimana orangtua berperan banyak dalam

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan ideologi, dimana orangtua berperan banyak dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia dilahirkan dalam kondisi yang tidak berdaya, ia akan tergantung pada orangtua dan orang-orang yang berada di lingkungannya hingga waktu tertentu.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gempa bumi kedua terbesar yang pernah tercatat dalam sejarah telah

BAB I PENDAHULUAN. Gempa bumi kedua terbesar yang pernah tercatat dalam sejarah telah BAB I PENDAHULUAN I.A. Latar Belakang Masalah Gempa bumi kedua terbesar yang pernah tercatat dalam sejarah telah mengguncang dasar laut yang berjarak sekitar 150 km dari pantai Sumatera pada tanggal 26

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki berbagai keinginan yang diharapkan dapat diwujudkan bersama-sama,

BAB I PENDAHULUAN. memiliki berbagai keinginan yang diharapkan dapat diwujudkan bersama-sama, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Impian setiap pasangan adalah membina rumah tangga yang sakinah, mawaddah, warahmah. Dalam menjalani rumah tangga setiap pasangan pasti memiliki berbagai keinginan yang

Lebih terperinci

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL TEMAN SEBAYA (PEER GROUP) DENGAN MINAT MAHASISWA MENGIKUTI PROGRAM PROFESI NERS DI STIKES AISYIYAH SURAKARTA

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL TEMAN SEBAYA (PEER GROUP) DENGAN MINAT MAHASISWA MENGIKUTI PROGRAM PROFESI NERS DI STIKES AISYIYAH SURAKARTA HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL TEMAN SEBAYA (PEER GROUP) DENGAN MINAT MAHASISWA MENGIKUTI PROGRAM PROFESI NERS DI STIKES AISYIYAH SURAKARTA Tri Susilowati, Irma Mustika Sari Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa kini banyak pola hidup yang kurang sehat di masyarakat sehingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa kini banyak pola hidup yang kurang sehat di masyarakat sehingga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa kini banyak pola hidup yang kurang sehat di masyarakat sehingga menimbulkan beberapa macam penyakit dari mulai penyakit dengan kategori ringan sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimana individu mengalami perubahan dari masa kanak-kanak menuju. dewasa. Dimana pada masa ini banyak terjadi berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN. dimana individu mengalami perubahan dari masa kanak-kanak menuju. dewasa. Dimana pada masa ini banyak terjadi berbagai macam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam perjalanan hidup manusia pasti akan mengalami suatu masa yang disebut dengan masa remaja. Masa remaja merupakan suatu masa dimana individu mengalami perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kebutuhan untuk berinteraksi timbal-balik dengan orang-orang yang ada di sekitarnya. Memulai suatu hubungan atau

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. semua orang, hal ini disebabkan oleh tingginya angka kematian yang disebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. semua orang, hal ini disebabkan oleh tingginya angka kematian yang disebabkan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit kanker adalah penyakit yang sangat berbahaya bahkan dapat mengakibatkan kematian. Sampai saat ini kanker masih menjadi momok bagi semua orang, hal ini

Lebih terperinci

Oleh : Novita Sari. Fitria Kasih Rahma wira Nita. Mahasiswa Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat

Oleh : Novita Sari. Fitria Kasih Rahma wira Nita. Mahasiswa Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat TEKNIK-TEKNIK YANG DIGUNAKAN OLEH GURU PEMBIMBING DALAM MEMBANTU MENGATASI MASALAH PRIBADI PESERTA DIDIK BROKEN HOME MELALUI KONSELING PERORANGAN DI SMA NEGERI 11 PADANG Oleh : Novita Sari Fitria Kasih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam

BAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan bagi beberapa individu dapat menjadi hal yang istimewa dan penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam kehidupan yang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN 1. Dampak skizofrenia bagi keluarga sangatlah besar, ini menyebabkan seluruh keluarga ikut merasakan penderitaan tersebut. Jika keluarga tidak siap dengan hal ini,

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang Masalah

1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Angka perceraian di Indonesia mengalami peningkatan setiap tahunnya. Menurut data 20 tahun lalu yang dinyatakan oleh Wakil Menteri Agama Prof.Dr. Nazaruddin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. secara fisik maupun psikologis. Menurut BKKBN (2011 ), keluarga adalah unit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. secara fisik maupun psikologis. Menurut BKKBN (2011 ), keluarga adalah unit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga adalah tempat di mana anak berkembang dan bertumbuh, baik secara fisik maupun psikologis. Menurut BKKBN (2011 ), keluarga adalah unit terkecil dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam Friz Oktaliza, 2015). Menurut WHO (World Health Organization), remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun, menurut

BAB I PENDAHULUAN. dalam Friz Oktaliza, 2015). Menurut WHO (World Health Organization), remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun, menurut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan periode transisi dari anak-anak menuju dewasa, dimana terjadi kematangan fungsi fisik, kognitif, sosial, dan emosional yang cepat pada laki-laki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada para orang tua yang telah memasuki jenjang pernikahan. Anak juga

BAB I PENDAHULUAN. kepada para orang tua yang telah memasuki jenjang pernikahan. Anak juga 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak merupakan anugerah terindah yang diberikan Allah kepada para orang tua yang telah memasuki jenjang pernikahan. Anak juga bisa menjadi sebuah impian setiap orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemudian dalam perkembangannya, sel-sel tersebut dapat. kelenjar getah bening (King, 2006). Saat ini, kanker merupakan

BAB I PENDAHULUAN. kemudian dalam perkembangannya, sel-sel tersebut dapat. kelenjar getah bening (King, 2006). Saat ini, kanker merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kanker merupakan kumpulan dari berbagai penyakit dengan ciri utama pertumbuhan sel yang tidak terkontrol, yang kemudian dalam perkembangannya, sel-sel tersebut

Lebih terperinci

Oleh: Cici Fitri Rahayu* Mahasiswa Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat ABSTRACT

Oleh: Cici Fitri Rahayu* Mahasiswa Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat ABSTRACT PERAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM MEMBANTU PENCAPAIAN TUGAS PERKEMBANGAN SOSIAL PESERTA DIDIK BERKEBUTUHAN KHUSUS PADA PENDIDIKAN INKLUSI (Studi di SMK Negeri 4 Padang) Oleh: Cici Fitri Rahayu*

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomis. Oleh karena itu, pemeliharaan kesehatan merupakan suatu upaya. pemeriksaan, pengobatan atau perawatan di rumah sakit.

BAB I PENDAHULUAN. ekonomis. Oleh karena itu, pemeliharaan kesehatan merupakan suatu upaya. pemeriksaan, pengobatan atau perawatan di rumah sakit. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan sesuatu hal yang sangat penting bagi setiap individu. Kesehatan merupakan keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari masa anak menuju masa dewasa, dan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari masa anak menuju masa dewasa, dan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa transisi dari masa anak menuju masa dewasa, dan dalam masa transisi itu remaja menjajaki alternatif dan mencoba berbagai pilihan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang sangat luar biasa, karena anak akan menjadi generasi penerus dalam keluarga.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang sangat luar biasa, karena anak akan menjadi generasi penerus dalam keluarga. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Memiliki anak yang sehat dan memiliki tumbuh kembang yang baik merupakan dambaan bagi setiap pasangan suami istri yang telah menikah. Anak merupakan berkah yang sangat

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN RESILIENSI PADA REMAJA DI PANTI ASUHAN KELUARGA YATIM MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN RESILIENSI PADA REMAJA DI PANTI ASUHAN KELUARGA YATIM MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN RESILIENSI PADA REMAJA DI PANTI ASUHAN KELUARGA YATIM MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah masyarakat. Manusia senantiasa berhubungan dengan manusia lain untuk memenuhi berbagai

Lebih terperinci

Kesehatan Mental. Strategi Meningkatkan Kesejahteraan Psikologis. Aulia Kirana, M.Psi, Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi

Kesehatan Mental. Strategi Meningkatkan Kesejahteraan Psikologis. Aulia Kirana, M.Psi, Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi Modul ke: Kesehatan Mental Strategi Meningkatkan Kesejahteraan Psikologis Fakultas Psikologi Aulia Kirana, M.Psi, Psikolog. Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Konsep Kebahagiaan atau Kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak tahun 2004, bencana demi bencana menimpa bangsa Indonesia. Mulai

BAB I PENDAHULUAN. Sejak tahun 2004, bencana demi bencana menimpa bangsa Indonesia. Mulai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sejak tahun 2004, bencana demi bencana menimpa bangsa Indonesia. Mulai dari gempa bumi berkekuatan 8.9 SR diikuti tsunami pada tanggal 26 Desember 2004 silam

Lebih terperinci