BAB VIII PERENCANAAN PROGRAM PENCEGAHAN
|
|
- Glenna Siska Indradjaja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB VIII PERENCANAAN PROGRAM PENCEGAHAN Dalam buku Planning of Oral Health Services, WHO (1980), memberikan gambaran langkah-langkah yang harus dilakukan dalam membuat perencanaan kesehatan gigi secara umum. Langkah-langkah pereneanaan tersebut oleh WHO (1987) dapat sebagai acuan dalam membuat perencanaan program pencegahan, yaitu: A. Identifikasi masalah B. Menetapkan tujuan C. Memilih tindakan (altematifmetode) pencegahan D. Perencanaan pelaksanaan program E. Evaluasi program pencegahan A. IDENTIFIKASI MASALAH Sebelum suatu program pencegahan dapat didesain untuk suatu penyakit mulut atau kondisi tertentu, maka masalah harus diketahui dan dimengerti dengan jelas. Untuk itu, maka sejumlah data harus dikumpulkan, antara lain mengenai variabel demografi dan dinamika populasi, kondisi lingkungan, sumber tenaga dan sumber daya yang tersedia, serta status kesehatan gigi. Untuk perencanaan program pencegahan tingkat nasional, selain data demografi, maka perlu mengumpulkan data penting lainnya, antara lain data income percapita penduduk, prevalensi penyakit lain di masyarakat, angka kesakitan dan kematian, jumlah kecenderungan dalam standar kehidupan, dll. Data-data tersebut tidak hanya penting untuk menentukan masalah dan efeknya di masyarakat, namun juga perlu dalam menyusun perencanaan sumber tenaga yang dibutuhkan untuk program pencegahan. B. MENETAPKAN TUJUAN Setelah mendapatkan data yang diperlukan seperti tersebut di atas, data lalu dianalisis (sering disebut dengan analisis situasi), sehingga akan dapat diidentifikasi masalah-masalah yang ada. Tujuan program harus diseleksi secara hati-hati, setelah mempertimbangkan hasil analisis situasi. Tujuan program pencegahan harus realis dan berdasarkan sumber yang tersedia serta selaras dengan tujuan lain dan sektor pelayanan kesehatan.
2 Dalam mengembangkan program dan memilih tindakan pencegahan pada semua tahapan pencegahan, beberapa pertanyaan di bawah ini perlu dijawab: 1. Masalah-masalah kesehatan mulut mana yang perlu dicegah? 2. Masalah kesehatan mulut mana yang dapat dicegah secara efektif? 3. Kelompok mana yang menjadi sasaran untuk perencanaan program pencegahan? 4. Seberapa cepat tujuan dapat dicapai? 5. Sumber apa (dana, daya, tenaga) yang tersedia atau dapat dibuat untuk program? Tujuan harus didefinisikan dalam bentuk yang dapat terukur. Contoh untuk tujuan umum jangka panjang, misalnya yang berhubungan dengan: 1. Meningkatnya rata-rata jumlah gigi yang ada dimulut untuk umur tertentu. 2. Menurunnya persentase populasi yang tak bergigi pada umur tertentu Tujuan yang spesifik harus dibuat untuk pencegahan penyakit karies gigi, periodontal, dan penyakit mulut lainnya. Pencapaian tujuan pencegahan harus dipertimbangkan untuk dapat mencapai tingkat penyakit yang rendah dan mempertahankannya tetap rendah seperti yang ditetapkan dalam tujuan. C. MEMILIH TINDAKAN (ALTERNAHF METODE) PENCEGAHAN Pemilihan metode tindakan pencegahan yang spesifik tergantung pada identifikasi masalah kesehatan mulut, penetapan tujuan yang akan dicapai, dan analisis keuntungan dan kerugian alternatif metode pencegahan yang akan dipilih. Dalam proses perencanan program pencegahan ini, sebaiknya melibatkan para pekerja kesehatan dan anggota masyarakat yang mewakili komunitas yang mempunyai masalah kesehatan mulut. Pada tingkat nasional, pertama-tama yang harus dipertimbangkan adalah data yang relevan dan penetapan tujuan kesehatan mulut secara nasional. Kedua, strategi pencegahan secara luas harus sudah diidentifikasi dan supaya selalu konsisten dengan tujuan yang akan dicapai. Ketiga, semua tenaga kesehatan dan perencana kesehatan harus diberi informasi tentang tujuan dan strategi serta harus mengerti bagaimana tujuan dan strategi tersebut berasal. Semua tujuan dan strategi pada tingkat nasional harus konsisten dengan perkembangan inisiatif pencegahan kesehatan mulut tingkat lokal. Pada tingkat nasional, semua kebijakan sedapat mungkin dapat meningkatkan inisiatif tingkat lokal, terutama mengenai alokasi sumber dana dan materi.
3 Pada tingkat lokal, tenaga kesehatan harus bekerja thiam lingkungan masyarakat tingkat lokal untuk membantu mereka mengidentifikasi masalah kesehatan tertentu mereka. Masyarakat dapat ikut berpartisipasi dalam menetapkan tujuan yang realistis untuk program pencegahan dan dapat ikut mengidentifikasi metode yang tepat untuk mencapai tujuan, dengan mengingat sumber yang tersedi Harus selalu diingat, bahwa tujuan kesehatan mulut tingkat lokal dan program pencegahan yang dipilih, sedapat mungkin harus selalu konsisten dengan tujuan nasional dan strategi yang telah ditetapkan. Di bawah ini adalah faktor-faktor yang biasanya mungkin mempengaruhi cara dalam memilih tindakan program pencegahan: 1. Prevalensi penyakit mulut dan status kesehatan mulut 2. Tipe sumber tenaga yang akan terlibat dalam program pencegahan 3. Dana (yang tersedia dan alokasi anggaran yang diharapkan) 4. Sistem pemeliharaan kesehatan mulut 5. Kebutuhan yang dirasakan untuk menurunkan penyakit dan kondisinya 6. Kesehataan umum masyarakat termasuk status nutrisi 7. Diet, terutama konsumsi gula Tindakan pencegahan yang paling direkomendasikan oleh WHO dapat dikelompokkan dalam ruang lingkup seperti di bawah ini: 1. kontrol diet 2. instruksi kebersihan mulut 3. pemakaian fluor secara sistemik 4. aplikasi fluor secara topikal atau permukaan, sealants, dan varnih 5. pencegahan sekunder Pendidikan kesehatan dan promosi kesehatan, harus didampingi pengenalan tindakan peneegahan dalam semua ruang lingkup seperti tersebut di atas. Pada waktu memilih tindakan pencegahan, harus memeprtimbangan biaya dan sumber tenaga yang tersedia. D. MELAKSANAKAN PROGRAM PENCEGAHAN Melaksanakan program pencegahan merupakan langkah yang penting dalam perencanaan program pencegahan. Langkah ini termasuk: perencanaan pendahuluan, pengorganisasian dan administrasi, memilih kelompok sasaran, estimasi kebutuhan sumber tenaga dan biaya.
4 1. Perencanaan pendahuluan Perencanaan pendahuluan ini didasarkan pada hasil analisis situasi masalah kesehatan mulut dan data yang berhubungan, serta sumber yang tersedia. Mungkin terjadi, pada tahapan ini terlihat sumber dana dan tenaga titik cukup untuk pelaksanaan perencanaan pendahuluan. Apabila hal ini terjadi maka: a. pertimbangkan kembali strategi dan buat keputusan baru yang kompatibel (selaras) dengan sumber yang tersedia dari perkembangan sumber tenaga. b. disain perencanaan secara mendetil 2. Organisasi dan Administrasi Perencanaan dan pelaksanaan program pencegahan merupakan tanggung jawab administrator kesehatan (kepala bidang pergigian tingkat nasional, propinsi dst.), biasanya seorang dokter gigi yang telah berpengalaman dalam bidang administrasi. Setiap prosedur perencanaan, sebaiknya juga selaras dengan kebijakan pemerintah, menteri kesehatan atau menteri lain yang relevan, misalnya menteri pendidikan, dan juga penguasa lokal. Penyelenggara pelayanan kesehatan lokal, ahli perencanaan, ahli ekonomi, ahli statistik sebaiknya diajak bekerjasama dalam menyusun perencanaan. Seorang administrator harus mencantumkan dalam cheklistnya sejumlah kegiatannya, antara lain: 1. persetujuan program untuk pencegahan penyakit mulut oleh penguasa lokal 2. ketersedian dana 3. penjadwalan pelatihan pada stafbila diperlukan 4. mengidentifikasi aktivitas masyarakat 5. perkembangan jadwal program 6. penyelenggaraan prosedur pencegahan 7. monitoring dan evaluasi program 3. Kelompok sasaran Kelompok sasaran supaya dipertimbangkan yaitu mereka yang mempunyai risiko tinggi untuk perkembangan penyakit gigi dan mulut, misalnya kelompok dengan indeks umur 5-6, 12, 18, 35-44, dan lebih 65 tahun. Di negara berkembang, kemungkinan kelompok umur 15 tahun dapat
5 menggantikan kelompok umur 18 tahun, karena remaja meninggalkan sekolah lebih awal daripada di negara maju. Pada kasus tertentu, kelompok umur lebih muda yaitu 3 tahun dapat sebagai sasaran. Apabila program pencegahan tidak mungkin mencakup semua kelompok anak-anak, maka upaya harus dikonsentrasikan pada anak usia 6-7 tahun, karena usia tersebut molar tetap pertama baru tumbuh dan akan membutuhkan perlindungan. Untuk negara yang luas seperti Indonesia, dan terdapat perbedaan prevalensi karies atau penyakit mulut lainnya yang nyata antar daerah, maka keloinpok sasaran adalah mereka yang yang mempunyai prevalensi paling tinggi atau yang mempunyai risiko paling tinggi. 4. Kebutuhan sumber tenaga Pelaksanaan program pencegahan di masyarakat dapat dilakukan oleh orang yang sama yang terlibat dalam penyelenggaraan pelayanan kehatan gigi, misalnya dokter gigi, perawat gigi. Tenaga non-kesehatan gigi, misalnya guru, perawat umum sebaiknya juga dilibatkan. Macam dan jumlah tenaga yang terlibat untuk melaksanakan progam pencegahan, tergantung pada struktur dan skala prioritasnya. 5. Esitimasi biaya Biaya yang dibutuhkan tergantung pada macam dan skala prioritas program pencegahan. Termasuk didalam pembiayaan adalah gaji staf, peralatan dan material, transpor dan biaya peijalanan. Diantara tindakantindakan pencegahan, prosedur yang paling mahal adalah pada tindakan pencegahan oleh tenaga profesional. Di bawah ini adalah informasi yang akan diperlukan oleh seorang perencana untuk menghitung semua biaya program perencanaan: 1. Jumlah orang yang akan mendapat program pencegahan 2. Prosedur cara pencegahan 3. Harga material yang terpilih untuk pencegahan 4. Gaji personil 5. Transpor 6. Biaya lain-lain
6 E. EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN 1. Gambaran Umum Proses evaluasi harus sudah direncanakan pada waktu membuat perencanaan, jelas, dan tujuan yang dapat diukur, dan harus melibatkan masyarakat yang dikenai program. Evaluasi dapat dilakukan pada tahapan apa saja selama program berjalan, dengan membandingkan tujuan yang dapat di ukur (objektif) dengan hasil sesungguhnya yang telah dicapai. Semua tujuan (objektif) metode-metode pencegahan yang dipergunakan dalam program pencegahan harus dievaluasi. Evaluasi ini tidak hanya mengukur seberapa besar penurunan penyakit thpat dicapai, tetapi juga mengevaluasi apakah macam metode yang dipakai untuk mencapai tujuan telah secara sukses melibatkan dan memotivasi masyarakat yang dikenai program pencegahan. Untuk proses evaluasi dan re-evaluasi, perlu memakai kriteria dan indeks yang sama yang dipakai pada waktu melakukan survei untuk awal perencanaan program. Untuk membandingkan tujuan program dengan pencapaian yang sesungguhnya, harus dilakukan survei epidemiologi. Penting untuk diperhatikan: 1. Memeriksa kelompok umur yang sama pada awal survei dengan pada waktu evaluasi 2. Bila mungkin, memakai kelompok kontrol, untuk dibadingkan dengan kelompok yang dikenai program 3. Memakai tim yang sama 4. Memakai indeks yang sama 5. Mengulang aktivitas evaluasi tidak lebih dalam interval 5 tahun 2. Edukasi Kesehatan Mulut Karena aktivitas edukasi kesehatan mulut makin mengembang, kompleks dan komprehensif, yang melibatkan berbagai sektor dan perkumpulan/ organisasi, maka edukasi kesehatan mulut ini akan lebih sulit untuk dimonitor dan dievaluasi. Namun, bagaimanapunjuga, harus dibuat komponen edukasi yang spesifik dan memadai untuk primary health care, sehingga sumber dan aktivitas-aktivitas edukasi dapat dimonitor dan dampaknya dapat dievaluasi. Hal ini akan memuaskan pengambil keputusan sehingga alokasi dapat diberikan dan kebijakan yang baru akan sukses.
7 Untuk evaluasi tersebut, maka indikator kualitatif dan kuantitatif sama pentingnya. Dalam hal ini maka evaluasi harus termasuk 3 kriteria di bawah ini: 1. Materi (validitas dan kelayakan). Apakah materi edukasi konsisten dengan bukti ilmiah yang ada dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat? 2. Proses (dapat diterima oleh penyelenggara dan kelompok sasaran). Apakah masyarakat menggunakan tindakan pencegahan yang tersedia bagi mereka? 3. Hasil (perubahan perilaku dan perubahan Iainnya). Hasil suatu edukasi kesehatan mulut yang terbaik adalah adanya perbaikan tingkat kesehatan mulut, dan yang buruk adalah tidak menjadi makin buruknya kesehatan mulut kelompok sasaran (stabil, tetap). Tingkat kesehatan mulut dapat ditentukan oleh indeks dental misalnya untuk karies, gusi dan lain-lainnya. Namun perubahan kesehatan mulut hash pengukuran dengan indeks dental tadi, tidak hanya mencerminkan keberhasilan edukasi kesehatan mulut saja, tetapi juga tindakan pencegahan yang langsung meningkatkan kesehatan mulut masyarakat, maka hasil ini bukan merupakan hal/sesuatu hasil spesifik seperti yang diharapkan. Maka, contoh-contoh di bawah ini dapat merupakan evaluasi yang spesifik untuk edukasi kesehatan mulut. a. Konseling diet a. 1. Membandingkan pola konsumsi makanan (mis. gula) di masyarakat sebelum dan sesudah dilaksanakan program a.2. Menetapkan adanya perubahan positifdalam komposisi dan kualitas makanan a.3. Mengukur penurunan penyakit mulut a.4. Membandingkan biaya/ pemakaian yang terkait dengan peningkatkan penyediaan bahan makanan dengan keuntungan ekonomi dan penurunan tingkatan penyakit b. Instruksi kebersihan mulut Kemajuan didalam praktek kebersihan mulut yang layak di suatu masyarakat dievaluasi dalam waktu singkat dengan memakai indikator yang sederhana. Indikator yang dapat digunakan untuk mengukur hasil dan dampak kegitan praktek mulut adalah indeks plak dan debris, yang
8 dipergunakan sebelum dan sesudah kegiatan praktek kebersihan mulut. Indikator tambahan lainnya yang dapat dipergunakan 1 seperti di bawah ini: 1. Data statistik yang menunjukkan berapa banyak edukasi (ceramah), booklets dan materi edukasi lainnya yang tersedia untuk masyarakat 2. Data yang menunjukkan berapa banyak orang, kelompok orang yang terlibat dalam program kebersihan mulut dalam tingkatan yang berbeda 3. Jumlah sikat gigi, pasta gigi dsb. yang dipergunakan tiap orang dalam suatu komunitas 4. Kecenderungan dalam kesehatan mulut atau penyakit mulut dalam hubungannya untuk peningkatan kebersihan mulut 3. Karies Gigi Evaluasi spesifik untuk mengetahui efektivitas program pencegahan untuk karies gigi dapat dengan mengukur nilai DMF untuk tiap kelompok umur, atau menghitung prosentase populasi yang bebas karies. Selanjutnya, evaluasi efektivitas intervensi pencegahan dapat dibuat dengan: 3.1. mengukur kadar fluor didalam suplai air minum 3.2. memonitor konsentrasi fluor dalam air seni bagi orang yang memakai fluor secara sistemik 3.3. menilai retensi sealants Tipe evaluasi tersebut dapat dilakukan setiap saat, namun dianjurkan untuk mengevaluasi dampak program terhadap suatu penyakit sebaiknya dilakukan setiap 5 tahun sekali dimulai sejak program dilaksanakan. 4. Penyakit Periodontal Efek program pencegahan untuk penyakit periodontal dapat dihitung dengan menggunakan jumlah rerata sekstan yang terkena penyakit, dengan memakai indeks CPITN. Evaluasi pendahuluan untuk anak sekolah atau suatu kelompok berdasarkan pada program kebersihan mulut, dapat dilakukan 4-6 minggu setelah praktek kebersihan mulut dengan menggunakanjumlah rerata sekstan yang terdapat plak per orang. Penurunan prosentase gigi yang hilang dan perubahan penyakit periodontal dapat dipergunakan sebagai evaluasi secara umum. Hasil yang tepat akan didapatkan hanya setelah evaluasi jangka lama dan berkelanjutan. Efektivitas edukasi kesehatan mulut dan instruksi kebersihan mulut dapat
9 dievaluasi dengan menggunakan evaluasi jangka pendek dan jangka menengah. 5. Penyakit Mulut Lain Untuk mengevaluasi hasil pendahuluan atau akhir, harus dilakukan survei epidemiologi 2-3 kali dengan tujuan mendapatkan prevalensi suatu kebiasaan buruk (yang merusak), dan tingkatan hubungan penyakit mulut atau trauma. Untuk hal ini, formulir penilaian dan kuesioner sederhana dapat dipergunakan, atau informasi yang relevan sering dapat diperoleh dan biro statistik. Sebagai contoh, misalnya untuk kebiasaan merokok, data tersebut di bawah ini kiranya sudah cukup untuk proses evaluasi: a. prosentase perokok dalam populasi b. prosentase pasien dengan penyakit mukosa oral atau penyakit yang berhubungan dengan kebiasaan buruk c. prosentase orang dengan gigi ataujaringan gigi yang mendapatkan akibat kebiasaan buruk Evaluasi hasil dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan prosentase orang yang mempunyai kebiasaan buruk, pada awal program dilaksanakan. Namun hasil yang paling baik adalah setelah program berjalan 5-10 tahun, dengan melakukan penilaian terhadap kelompok yang representatif. Lebih spesifik lagi, misalnya metode penilaian efektivitas program untuk menghilangkan kebiasaan buruk dengan menginvestigasi efek intervensi pada prevalensi kanker mulut atau penyakit mulut lainnya. Dalam jangka panjang, setiap terdapat penurunan klinis yang signifikan dalam prevalensi penyakit tadi, dapat sebagai bukti adanya kesuksesan program. 6. Jadwal Evaluasi Evaluasi secara periodik sangat penting. Dianjurkan bahwa indeks plak dipergunakan untuk evaluasi jangka pendek (maksimum sampai dengan 2 tahun), DMFT/DMFS dan indeks CPITN untuk evaluasi jangka panjang (lebih dan 2 tahun). Evaluasi pendahuluan harus termasuk penilaian mengenai penenmaan publik terdapat program pencegahan juga tingkat partisipasi masyarakat yang terlibat dalam program. Evaluasi tengah program mungkin akan didapatkan adanya hambatan yang tak terduga misalnya masalah keuangan dan sumber daya manusia.
10 Dalam tahapan ini maka bila didapatkan adanya masalah atau hambatan, maka program dapat dimodifikasi atau dapat menetapkan tujuan baru. Evaluasi akhir program pencegahan mungkin hanya setelah jangka waktu 5-10 tahun atau lebih. Program harus selalu dimonitor, untuk segera dilakukan koreksi bila terdapat hambatan atau penyimpangan. Agar supaya dapat melakukan perubahan yang dibutuhkan terhadap program yang berjalan, beberapa komponen program memerlukan evaluasi setiap tahunnya. Evaluasi akhir harus termasuk cost-effectiveness analysis. Cost/effectiveness ratio dapat didefinisikan sebagai biaya pelaksanaan program dibagi dengan penghematan yang didapatkan untuk biaya perawatan. 7. Revisi Program Pada program yang sukses, seperti yang ditentukan oleh indikator penyakit yang spesifik, bukti partisipasi masyarakat, biaya, ketersediaan dana, sumber daya dan sumber dana yang diidentifikasi dalam proses evaluasi, masih mungkin diperlukan revisi atau dilakukan modifikasi projek. Proses perencanaan ulang akan melibatkan elemen yang sama dengan tahap perencanaan yang asli, perbedaannya hanyalah perencana sekarang sudah mendapat data yang lebih akurat untuk dipergunakan dalam proses perencanaan dan dalam mendifinisikan tujuan.
BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit tertinggi ke enam yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit tertinggi ke enam yang dikeluhkan masyarakat Indonesia menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT, 2001) dan menempati peringkat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Hasil studi morbiditas Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2003
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hasil studi morbiditas Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2003 menunjukkan bahwa dari 10 (sepuluh) kelompok penyakit terbanyak yang dikeluhkan masyarakat,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada umumnya berkaitan dengan kebersihan gigi dan mulut. Faktor penyebab dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit yang tersebar luas di masyarakat Indonesia. Penyakit gigi dan mulut yang banyak diderita masyarakat di Indonesia pada umumnya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Karies gigi adalah proses perusakan jaringan keras gigi yang dimulai dari
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karies gigi adalah proses perusakan jaringan keras gigi yang dimulai dari enamel terus ke dentin. Proses tersebut terjadi karena sejumlah faktor (multiple factors)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penampilan fisik berperan dalam menimbulkan kepercayaan diri
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penampilan fisik berperan dalam menimbulkan kepercayaan diri seseorang. Kepercayaan diri seseorang dapat timbul salah satunya bila memiliki senyum dengan susunan gigi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit tertinggi ke-6 yang dikeluhkan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit tertinggi ke-6 yang dikeluhkan masyarakat Indonesia menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT, 2001) dan menempati
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Jumlah perokok di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Jumlah perokok di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya. Berdasarkan data dari Riset Kesehatan Dasar 2013, perokok aktif mulai dari usia 15 tahun ke
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terhadap kesehatan dan mempunyai faktor risiko terjadinya beberapa jenis
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Merokok merupakan kebiasaan yang memiliki daya merusak cukup besar terhadap kesehatan dan mempunyai faktor risiko terjadinya beberapa jenis penyakit, baik lokal seperti
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis (Depkes,
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis (Depkes, 2006). Kondisi tubuh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penanganan secara komprehensif, karena masalah gigi berdimensi luas serta mempunyai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan gigi dan mulut merupakan suatu masalah kesehatan yang memerlukan penanganan secara komprehensif, karena masalah gigi berdimensi luas serta mempunyai dampak
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. yang optimal meliputi kesehatan fisik, mental dan sosial. Terdapat pendekatanpendekatan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan bertujuan meningkatkan kesadaran dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang, untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal meliputi kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kehamilan adalah masa yang unik dalam hidup seorang wanita, yaitu keadaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kehamilan adalah masa yang unik dalam hidup seorang wanita, yaitu keadaan mengandung embrio atau fetus di dalam tubuh setelah penyentuhan sel telur dengan
Lebih terperinciManajemen Kesehatan. Ada beberapa langkah perencanaan aktivitas kesehatan, yaitu: 1. Melihat situasi
Manajemen Kesehatan Manajamen Pelayanan Kesehatan Pelayanan kesehatan (Heath care) adalah sebuah kumpulan langkah-langkah, barang dan layanan yang dirancang untuk mempromosikan kesehatan, termasuk intervensi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perawatan yang diminati banyak orang untuk merapikan susunan gigi. Tujuan dari
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penampilan fisik dengan susunan gigi rapi merupakan aspek penting untuk menumbuhkan kepercayaan diri seseorang. Perawatan ortodonti adalah salah satu perawatan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pengobatan (The World Oral Health Report 2003). Profil Kesehatan Gigi Indonesia
20 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pemasalahan gigi dan mulut merupakan salah satu pemasalahan kesehatan yang mengkhawatirkan di Indonesia. Menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga 2001, penyakit gigi dan mulut merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 25,9%, tetapi hanya 8,1% yang mendapatkan perawatan. 2
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan tubuh secara keseluruhan karena dapat mempengaruhi kualitas kehidupan, termasuk fungsi bicara, pengunyahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Mulut merupakan pintu gerbang utama di dalam sistem pencernaan. Makanan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mulut merupakan pintu gerbang utama di dalam sistem pencernaan. Makanan dan minuman diproses di dalam mulut dengan bantuan gigi, lidah, dan saliva. Fungsi mulut bukan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. salah satu faktor penting dalam perkembangan normal anak. 1 Penyakit gigi dan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan bagian yang sangat penting dalam kelangsungan hidup manusia, demikian juga dengan kesehatan gigi dan mulut. Kesehatan gigi dan mulut merupakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masalah dengan kesehatan gigi dan mulutnya. Masyarakat provinsi Daerah
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit yang sering diderita oleh masyarakat Indonesia. Hasil Riset Kesehatan Dasar yang dilakukan pada tahun 2013 menunjukkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Banyak ahli mengatakan bahwa kesehatan rongga mulut merupakan bagian
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banyak ahli mengatakan bahwa kesehatan rongga mulut merupakan bagian integral dari kesehatan umum. Walaupun demikian, banyak juga orang yang tidak tahu bahwa rongga
Lebih terperinciBAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS 3.1 Kerangka Konsep DIABETES MELITUS TIPE 2 KEBUTUHAN PERAWATAN PERIODONTAL Indeks CPITN Kadar Gula Darah Oral Higiene Lama menderita diabetes melitus tipe 2 3.2 Hipotesis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. American Public Health Association mendefinisikan anak cacat sebagai
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang American Public Health Association mendefinisikan anak cacat sebagai anak yang terbatas untuk bermain, bekerja atau melakukan hal-hal yang anakanak lain seusianya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia masih merupakan hal yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia masih merupakan hal yang perlu mendapat perhatian serius dari tenaga kesehatan, baik dokter dan perawat gigi, hal ini
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (RisKesDas) tahun 2013
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah kesehatan gigi dan mulut saat ini masih menjadi keluhan masyarakat Indonesia. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (RisKesDas) tahun 2013 prevalensi nasional
Lebih terperinciKESEHATAN GIGI MASYARAKAT: Pelbagai Survei FKG UGM. Bagian Ilmu Kesehatan Gigi Masyarakat, FKG-UGM
KESEHATAN GIGI MASYARAKAT: Pelbagai Survei FKG UGM Bagian Ilmu Kesehatan Gigi Masyarakat, FKG-UGM ASUMSI DASAR ANAK Karies gigi merupakan penyakit kronik yang paling sering pada anak Sekitar 42% anak usia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Terapi ortodontik belakangan ini menjadi populer. 1 Kebutuhan akan perawatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terapi ortodontik belakangan ini menjadi populer. 1 Kebutuhan akan perawatan ortodontik akhir- akhir ini semakin meningkat karena semakin banyak pasien yang sadar akan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Asia. Berdasarkan data sensus penduduk tahun 2010, penduduk Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara dengan jumlah penduduk terbanyak di Asia. Berdasarkan data sensus penduduk tahun 2010, penduduk Indonesia berjumlah 237,6 juta jiwa.
Lebih terperinciBAB 7 MANAJEMEN KOMUNIKASI DAN EDUKASI (MKE)
BAB 7 MANAJEMEN KOMUNIKASI DAN EDUKASI (MKE) GAMBARAN UMUM Memberikan asuhan pasien merupakan upaya yang kompleks dan sangat bergantung pada komunikasi dari informasi. Komunikasi tersebut adalah kepada
Lebih terperinciRata-rata nilai plak indeks (%)
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Hasil penelitian tentang gambaran kesehatan jaringan periodontal (plak indeks) pasien pra-pengguna gigi tiruan cekat menurut jenis kelamin di RSGM UMY pada
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pada kesehatan umum dan kualitas hidup (WHO, 2012). Kesehatan gigi dan mulut
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan mulut merupakan hal yang sangat penting dan berpengaruh pada kesehatan umum dan kualitas hidup (WHO, 2012). Kesehatan gigi dan mulut sering kali menjadi prioritas
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 3,4
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Radiografi dental merupakan salah satu bagian terpenting dari diagnosis oral moderen. Dalam menentukan diagnosis yang tepat, setiap dokter harus mengetahui nilai dan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat, apalagi di kalangan anak-anak dan remaja. Hal ini disebabkan karena
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemakaian piranti ortodonti cekat saat ini semakin banyak digunakan di masyarakat, apalagi di kalangan anak-anak dan remaja. Hal ini disebabkan karena masyarakat mulai
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian observasional yang dilakukan terhadap
34 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian observasional yang dilakukan terhadap sejumlah subyek menurut keadaan sebenarnya, tanpa ada intervensi dari peneliti.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Evaluasi 2.1.1 Definisi Evaluasi Secara umum, istilah evaluasi dipakai untuk keseluruhan proses pemeriksaan atau pengukuran dan penilaian akhir dari nilai. Mengevaluasi secara
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. (SKRT, 2004), prevalensi karies di Indonesia mencapai 90,05%. 1 Riset Kesehatan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karies gigi di Indonesia merupakan masalah kesehatan gigi dan mulut yang masih perlu mendapat perhatian. Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT, 2004), prevalensi
Lebih terperinciBAB VI PEMBAHASAN. dasar. Upaya-upaya yang dilakukan meliputi upaya promotif yaitu dengan. memberikan penyuluhan untuk meningkatkan pengetahuan
60 BAB VI PEMBAHASAN Program pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut merupakan salah satu upaya untuk mengatasi masalah kesehatan gigi dan mulut siswa sekolah dasar. Upaya-upaya yang dilakukan meliputi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebiasaan merokok sudah meluas pada hampir semua kelompok masyarakat di dunia. Semakin banyaknya orang yang mengonsumsi rokok telah menjadi masalah yang cukup serius.
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karies Gigi Karies adalah kerusakan yang terbatas pada jaringan gigi mulai dari email gigi hingga menjalar ke dentin. 1 Proses karies ditandai dengan terjadinya demineralisasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sudah dimulai sejak 1000 tahun sebelum masehi yaitu dengan perawatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gigi yang tidak beraturan, irregular, dan protrusi merupakan masalah bagi beberapa individu sejak zaman dahulu dan usaha untuk memperbaiki kelainan ini sudah dimulai
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia masih merupakan hal yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia masih merupakan hal yang perlu mendapat perhatian serius 1. Hal ini dapat dilihat dari tingginya prevalensi penyakit gigi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Antidepresan adalah terapi obat-obatan yang diberikan pada penderita gangguan depresif. Gangguan depresif adalah salah satu gangguan kesehatan jiwa yang paling sering
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
68 PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua masalah ganda (double burden). Disamping masalah penyakit menular dan kurang gizi, terjadi pula peningkatan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. menunjukkan prevalensi nasional untuk masalah gigi dan mulut di Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Susunan gigi yang tidak teratur dan keadaan oklusi yang tidak sesuai dengan keadaan normaltentunya merupakan suatu bentuk masalah kesehatan gigi dan mulut. 1,2,3 Data
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjaga kesehatan gigi dan mulut dengan cara selalu menjaga kebersihan gigi dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan gigi merupakan bagian integral dari kesehatan secara keseluruhan yang dapat mempengaruhi kualitas hidup. 1 Gigi dan mulut dikatakan sehat apabila memiliki
Lebih terperinciSTATUS ORAL HIGIENE DAN KEBUTUHAN PERAWATAN PERIODONTAL PADA ANAK AUTIS DAN NORMAL USIA 6-18 TAHUN DI SLB, YAYASAN TERAPI DAN SEKOLAH UMUM KOTA MEDAN
STATUS ORAL HIGIENE DAN KEBUTUHAN PERAWATAN PERIODONTAL PADA ANAK AUTIS DAN NORMAL USIA 6-18 TAHUN DI SLB, YAYASAN TERAPI DAN SEKOLAH UMUM KOTA MEDAN SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi
Lebih terperinciBAB 5 HASIL PENELITIAN
BAB 5 HASIL PENELITIAN 5.1. Hasil Penelitian Penelitian ini berlangsung di Pesantren Al-Hamidiyah, Depok pada tanggal 4, 5, dan 7 November 2008. Jumlah subyek penelitian yang digunakan adalah 30 orang
Lebih terperinciLAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN MASYARAKAT
LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN MASYARAKAT PEMERIKSAAN DAN PERAWATAN KESEHATAN GIGI MULUT PADA ANAK KELAS 3 SD MUHAMMADIYAH MUNGGANG WETAN, SIDOHARJO, SAMIGALUH, KULON PROGO Oleh : Drg Dwi Suhartiningtyas,
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Puskesmas Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja. 3,13 Wilayah
Lebih terperinciKOPI DARAT Kongkow Pendidikan: Diskusi Ahli dan Tukar Pendapat 13 Mei 2015
KOPI DARAT Kongkow Pendidikan: Diskusi Ahli dan Tukar Pendapat 13 Mei 2015 Topik #1 Manajemen Guru Rencana Strategis (RENSTRA) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2015-2019 secara eksplisit menyebutkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gigi merupakan bagian dari alat pengunyahan pada system pencernaan dalam
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Gigi merupakan bagian dari alat pengunyahan pada system pencernaan dalam tubuh manusia, sehingga secara tidak langsung berperan dalam status kesehatan perorangan.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia. Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun prevalensi masalah kesehatan gigi dan mulut penduduk
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kesehatan gigi dan mulut semakin menjadi masalah yang cukup serius di masyarakat Indonesia. Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013 menunjukkan bahwa
Lebih terperinciPROJECT MANAGEMENT BODY OF KNOWLEDGE (PMBOK) PMBOK dikembangkan oleh Project Management. Institute (PMI) sebuah organisasi di Amerika yang
PROJECT MANAGEMENT BODY OF KNOWLEDGE (PMBOK) PMBOK dikembangkan oleh Project Management Institute (PMI) sebuah organisasi di Amerika yang mengkhususkan diri pada pengembangan manajemen proyek. PMBOK merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memiliki peranan yang besar dalam kehidupan sehari-hari. Menurut kajian,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Anak usia sekolah yang mengalami gangguan pendengaran sulit menerima pelajaran, produktivitas menurun dan biaya hidup tinggi. Hal ini disebabkan, telinga memiliki
Lebih terperinci1. Mitos: Menyikat gigi beberapa kali sehari merugikan enamel.
1. Mitos: Menyikat gigi beberapa kali sehari merugikan enamel. Fakta: Mungkin saja sebagian mitos ini benar. Biasanya, itu sudah cukup untuk menyikat gigi dua kali sehari, tapi jika Anda memiliki kesempatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan gigi dan mulut saat ini masih menjadi keluhan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kesehatan gigi dan mulut saat ini masih menjadi keluhan masyarakat Indonesia. Menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) pada tahun 2001, penyakit gigi dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk gigi tiruan cekat (fixed) atau gigi tiruan lepasan (removable). Salah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam pemenuhan kesehatan pada umumnya dan kesehatan gigi-mulut khususnya terutama untuk mempertahankan fungsi kunyah pada panderita edentulous diperlukan gigi tiruan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan sosialnya (Monica, 2007). Perawatan ortodontik merupakan salah
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Estetika merupakan salah satu tujuan dalam perawatan ortodontik dimana seseorang dapat memperbaiki estetika wajah yang berharga dalam kehidupan sosialnya (Monica,
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut.
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian 4.2.1 Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Akuntansi dan Sistem Pelaporan Terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Penelitian tentang Pengaruh Kejelasan Sasaran Anggaran, Pengendalian Akuntansi dan Sistem Pelaporan Terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Daerah (Studi pada DPPKAD
Lebih terperinciLEMBAR PENJELASAN KEPADA ORANG TUA/WALI OBJEK PENELITIAN. Kepada Yth, Orang Tua/Wali Ananda :..
55 Lampiran 1 LEMBAR PENJELASAN KEPADA ORANG TUA/WALI OBJEK PENELITIAN Kepada Yth, Orang Tua/Wali Ananda :.. Alamat : Bersama ini saya yang bernama, Nama : Ravinraj Ilangovan NIM : 110600209 Mahasiswa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Karies gigi dan radang gusi (gingivitis) merupakan penyakit gigi dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Karies gigi dan radang gusi (gingivitis) merupakan penyakit gigi dan jaringan pendukungnya yang banyak dijumpai pada anak Sekolah Dasar di Indonesia. Keadaan ini cenderung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mellitus (Perkeni, 2011). Secara umum hampir 80% prevalensi. diabetes mellitus adalah diabetes mellitus tipe 2.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Epidemi penyakit tidak menular muncul menjadi penyebab kematian terbesar di Indonesia saat ini. Berdasarkan studi epidemiologi terbaru, Indonesia telah memasuki
Lebih terperinciperlunya dilakukan : Usaha-Usaha Pencegahan Penyakit Gingiva dan Periodontal baik di klinik/tempat praktek maupun di masyarakat.
Penyakit periodontal dibiarkan tanpa dirawat cenderung berlanjut sehingga merusak struktur periodontal pendukung. Sebagai konsekuensinya tenaga kesehatan gigi dituntut u dapat mengatasi masalah periodontal
Lebih terperinciHASIL ANALISIS DATA. Kelompok Usia Responden. Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent tahun 33 64,7 64,7 64,7
Lampiran HASIL ANALISIS DATA Frequency Table Kelompok Usia Responden Frequency Cumulative 6-12 tahun 33 64,7 64,7 64,7 13-18 tahun 18 35,3 35,3 100,0 Total 51 100,0 100,0 Jenis Kelamin Responden Frequency
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesehatan umum seseorang banyak dipengaruhi oleh kesehatan gigi.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan umum seseorang banyak dipengaruhi oleh kesehatan gigi. Kesehatan gigi sangat penting karena berpengaruh pada fungsi pengunyahan, fungsi bicara, kualitas hidup,
Lebih terperinciLampiran 1. Skema Alur Pikir
Lampiran 1 Skema Alur Pikir 1. Kebiasaan merokok merupakan salah satu masalah kesehatan dunia. World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa terdapat lebih dari 1 milyar orang penduduk dunia adalah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kesehatan gigi dan mulut di Indonesia memerlukan perhatian yang serius dari berbagai pihak. Hal ini dibuktikan dari adanya peningkatan rerata persentase penduduk
Lebih terperinciSURVEI. Survei terdiri dari berbagai jenis, yaitu: 1. Deskriptif
SURVEI Survei merupakan pengumpulan data atau informasi secara sistematis dari suatu sampel yang di ambil dari populasi tertentu. Tujuan dari survei kesehatan gigi ialah sebagai berikut: menentukan status
Lebih terperinciSURVEILANS EPIDEMIOLOGI
SURVEILANS EPIDEMIOLOGI Agus Samsudrajat S, SKM STIKes KAPUAS RAYA SINTANG Beberapa Pengertian (1) Kegiatan pengumpulan,pengolahan, analisis, interpretasi dan informasi data kesehatan secara sistematik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jenis. Kehamilan merupakan keadaan fisiologis wanita yang diikuti dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kehamilan merupakan sebuah peristiwa alamiah yang dialami setiap wanita yang telah berumah tangga atau telah melakukan hubungan seksual dengan lawan jenis. Kehamilan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini, gambaran penyakit di dunia telah beralih dari penyakit infeksi ke penyakit non infeksi, dengan penyakit kronik seperti penyakit jantung dan stroke sebagai
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN. Selatan dengan luas wilayah kerja seluas 14,87 Km 2, terdiri dari 3 wilayah
46 BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Puskesmas I Denpasar Selatan berada di wilayah Kecamatan Denpasar Selatan dengan luas wilayah kerja seluas 14,87 Km 2, terdiri dari 3 wilayah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kardiovaskular dan kanker merupakan salah satu penyakit yang diakibatkan oleh kebiasaan merokok dan dapat berujung pada kematian. Sebanyak satu miliar perokok
Lebih terperinci"KAJIAN KEBUTUHAN MASYARAKAT AKAN PELAYANAN KESEHATAN GIGI SEBAGAI DASAR PERTIMBANGAN REVISI STANDAR PENDIDIKAN-STANDAR KOMPETENSI DOKTER GIGI"
"KAJIAN KEBUTUHAN MASYARAKAT AKAN PELAYANAN KESEHATAN GIGI SEBAGAI DASAR PERTIMBANGAN REVISI STANDAR PENDIDIKAN-STANDAR KOMPETENSI DOKTER GIGI" Dibutuhkan STANDAR KOMPETENSI lulusan profesi dan STANDAR
Lebih terperinci1. MANAJEMEN DAN KEPEMIMPINAN PENGADILAN
1. MANAJEMEN DAN KEPEMIMPINAN PENGADILAN 1.1 Pengadilan telah mengumumkan visi, misi (tujuan), dan detil bagaimana memenuhi nilai dasar (seperti : aksesibilitas, aktualitas, dan keadilan). 1.2 Pimpinan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pelayanan kesehatan khusus yang komprehensif yaitu pelayanan kesehatan Gigi dan Mulut disetiap
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Radiografi dental biasa digunakan untuk membantu menemukan masalah pada rongga mulut pasien. Radiografi melibatkan penggunaan energi sinar untuk menembus gigi dan merekam
Lebih terperinciBUKU AJAR ILMU KEDOKTERAN GIGI PENCEGAHAN DAN EDUKASI KESEHATAN GIGI. drg. Niken Widyanti S, MDSc
BUKU AJAR ILMU KEDOKTERAN GIGI PENCEGAHAN DAN EDUKASI KESEHATAN GIGI drg. Niken Widyanti S, MDSc Staf Pengajar pada Bagian Ihnu Kedokteran Gigi Pencegahan dan Ilmu Kesehatan Gigi Masyarakat (IKGP&IKGM)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam beberapa tahun terakhir, dunia telah mengalami peningkatan populasi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam beberapa tahun terakhir, dunia telah mengalami peningkatan populasi lansia (lanjut usia) dengan jumlah yang signifikan. Jumlah orang yang lebih tua
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG. Secara global, penyakit terkait dengan gaya hidup. dikenal sebagai penyakit tidak menular (PTM).
1 BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Secara global, penyakit terkait dengan gaya hidup dikenal sebagai penyakit tidak menular (PTM). Kelompok penyakit ini merupakan kelompok penyakit yang terdiri atas:
Lebih terperinciBAB 2 DESKRIPSI SIKAT GIGI ELEKTRIK. Secara umum sikat gigi elektrik telah dikenal lebih efektif dalam
BAB 2 DESKRIPSI SIKAT GIGI ELEKTRIK Secara umum sikat gigi elektrik telah dikenal lebih efektif dalam menyingkirkan plak dan meningkatkan kesehatan gingiva dibandingkan dengan sikat gigi manual. Sikat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menular (noncommunicable diseases). Terjadinya transisi epidemiologi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dewasa ini sedang dihadapkan pada terjadinya transisi epidemiologi, transisi demografi dan transisi teknologi, yang mengakibatkan terjadinya perubahan pola
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Madu adalah pemanis tertua yang pertama kali dikenal dan digunakan oleh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Madu adalah pemanis tertua yang pertama kali dikenal dan digunakan oleh manusia jauh sebelum mengenal gula. Madu baik dikonsumsi saat perut kosong (Suranto, Adji :
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seperti kesehatan, kenyamanan, dan rasa percaya diri. Namun, perawatan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perawatan ortodontik dapat meningkatkan mastikasi, bicara dan penampilan, seperti kesehatan, kenyamanan, dan rasa percaya diri. Namun, perawatan ortodontik memiliki
Lebih terperinciB.IV TEKNIK PENGUKURAN KINERJA DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN AGAMA
B.IV TEKNIK PENGUKURAN KINERJA DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN AGAMA DEPARTEMEN AGAMA RI SEKRETARIAT JENDERAL BIRO ORGANISASI DAN TATALAKSANA TAHUN 2006 KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Allah SWT Tuhan Yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Karies gigi adalah penyakit jaringan gigi yang ditandai dengan kerusakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gigi merupakan bagian dari alat pengunyahan pada sistem pencernaan dalam tubuh manusia. Masalah utama kesehatan gigi dan mulut anak adalah karies gigi. 1 Karies gigi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Atlet menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah olahragawan, terutama yang mengikuti perlombaan atau pertandingan dalam beradu ketangkasan, kecepatan, keterampilan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai masalah karies dan gingivitis dengan skor DMF-T sebesar
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Permasalahan gigi dan mulut masih banyak dialami oleh penduduk Indonesia. Menurut Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013, 25,9% penduduk Indonesia mempunyai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang berkaitan dengan bagian tubuh yang lain. Dampak sosial
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan rongga mulut merupakan salah satu cermin keadaan kesehatan yang berkaitan dengan bagian tubuh yang lain. Dampak sosial yang merugikan sebagai akibat buruknya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ortodontik berdasarkan kebutuhan fungsional dan estetik. Penggunaan alat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan meningkatnya gaya hidup dan perubahan pandangan mengenai konsep estetika, masyarakat dewasa ini memilih perawatan ortodontik berdasarkan kebutuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam terjadinya berbagai penyakit gigi. Kebersihan gigi dan mulut di Indonesia
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kebersihan gigi merupakan faktor lokal yang berpengaruh secara dominan dalam terjadinya berbagai penyakit gigi. Kebersihan gigi dan mulut di Indonesia masih tergolong
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (D = decayed (gigi yang karies), M = missing (gigi yang hilang), F = failed (gigi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan yang paling sering ditemui dalam kesehatan gigi dan mulut yaitu karies gigi dan penyakit periodontal. Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2000,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mikroba pada gigi dan permukaan gingiva yang berdekatan. 1,2
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah utama kesehatan gigi dan mulut yang paling umum adalah karies dan penyakit periodontal. 1 Plak sangat berperan dalam terjadinya kedua penyakit ini. 2 Kontrol
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia. Keberadaan penyakit-penyakit ini seringkali diabaikan oleh masyarakat
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit gigi dan mulut merupakan masalah kesehatan yang cukup banyak diderita oleh masyarakat Indonesia. Keberadaan penyakit-penyakit ini seringkali diabaikan oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. program Oral Health 2010 yang telah disepakati oleh WHO (World Health
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan gigi dan mulut masih menjadi isu global yang perlu diperhatikan. Pentingnya kesehatan gigi dapat dilihat dari terselenggaranya program Oral Health 2010 yang
Lebih terperinciBAB 5 HASIL PENELITIAN. Tabel 1 : Data ph plak dan ph saliva sebelum dan sesudah berkumur Chlorhexidine Mean ± SD
BAB 5 HASIL PENELITIAN 5.1 Hasil Penelitian Pengumpulan data klinis dilakukan mulai tanggal 10 November 2008 sampai dengan tanggal 27 November 2008 di klinik orthodonti FKG UI dan di lingkungan FK UI.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Keberhasilan pembangunan kesehatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan bagian terpenting dalam mencapai tujuan pembangunan nasional. Tujuan pembangunan kesehatan adalah untuk meningkatkan kesadaran, kemauan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. adalah anak yang mengalami gangguan fisik atau biasa disebut tuna daksa.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu jenis ketunaan pada anak yang perlu mendapat perhatian serius adalah anak yang mengalami gangguan fisik atau biasa disebut tuna daksa. Kondisi anak yang megalami
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Saliva merupakan cairan rongga mulut yang kompleks yang terdiri atas
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saliva merupakan cairan rongga mulut yang kompleks yang terdiri atas campuran sekresi dari kelenjar saliva mayor dan minor yang ada pada mukosa mulut. 1 Saliva terdiri
Lebih terperinci