Problem Pengelolaan Gangguan Jiwa yang Lazim di Pelayanan Primer

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Problem Pengelolaan Gangguan Jiwa yang Lazim di Pelayanan Primer"

Transkripsi

1 ULASAN Problem Pengelolaan Gangguan Jiwa yang Lazim di Pelayanan Primer Feranindhya Agiananda Departemen Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/ RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta, Indonesia ABSTRAK Gangguan jiwa yang lazim (common mental disorder), termasuk di dalamnya anxietas dan depresi, merupakan masalah kesehatan yang sering ditemukan di masyarakat dan bersifat universal. Survai World Health Organization (WHO) di pelayanan kesehatan primer pada tahun 1996, mendapatkan sekitar 24% pasien menderita gangguan jiwa, yang terbanyak adalah gangguan anxietas dan gangguan depresi. Beberapa studi mengungkapkan bahwa apabila gangguan-gangguan tersebut tidak terdeteksi dan tertatalaksana dengan baik, dapat menyebabkan timbulnya hendaya bagi penderitanya, baik secara fisik, psikologis, maupun sosial-okupasional. Karenanya, petugas kesehatan di pelayanan primer yang merupakan lini terdepan harus memiliki kemampuan mendeteksi dan mampu mengelola gangguan jiwa yang lazim tersebut. Terdapat beberapa kendala yang menyebabkan sulitnya deteksi pasien dengan gangguan tersebut, baik dari pihak petugas kesehatan di pelayanan primer, pihak pasien, problem dalam hal konsultasi itu sendiri, dan sistem pelayanan kesehatan, yang juga memberikan pengaruh pada pengelolaan gangguan jiwa yang lazim secara komprehensif. Beberapa alternatif solusi yang mungkin dapat dilaksanakan adalah memberi pelatihan kepada petugas kesehatan di pelayanan primer, membuat instrumen diagnostik dan terapi yang singkat, sederhana dan mampu laksana, melakukan perubahan dalam sistem pendidikan kedokteran, melakukan edukasi terhadap masyarakat untuk mengurangi stigmatisasi, edukasi terhadap petugas kesehatan di pelayanan primer mengenai pentingnya deteksi dini dan pengelolaan gangguan jiwa yang lazim secara adekuat, dan mengembangkan riset untuk advokasi kebijakan pemerintah Kata kunci: Gangguan jiwa yang lazim, problem pengelolaan, alternatif solusi PENDAHULUAN Gangguan jiwa yang lazim (common mental disorder), termasuk di dalamnya anxietas dan depresi, merupakan masalah kesehatan yang sering ditemukan di masyarakat. Gangguan ini bersifat universal, dapat terjadi pada individu di semua daerah, semua negara dan semua kelompok sosial. Gangguan ini juga dapat mengenai laki-laki dan perempuan dari berbagai lapisan umur, dengan berbagai tingkatan sosial ekonomi, baik yang tinggal di perkotaan maupun di pedesaan. 1 Sebuah survei World Health Organization (WHO) di pelayanan kesehatan primer pada tahun 1996, mendapatkan sekitar 24% pasien menderita gangguan jiwa, yang terbanyak adalah gangguan anxietas dan gangguan depresi. 1,2,3 Beberapa studi mendapatkan bahwa apabila gangguan-gangguan tersebut tidak terdeteksi dan tertatalaksana dengan baik, dapat menyebabkan disabilitas penderitanya, baik secara fisik, psikologis, maupun sosial-okupasional. 1-7 Beberapa kepustakaan bahkan menyebutkan bahwa disabili-tas yang terjadi dapat lebih berat dibanding dengan pada penyakit fisik kronik lain, seperti hipertensi, diabetes mellitus, arthritis dan nyeri punggung. 2-4 Hal ini menimbulkan kerugian yang tidak sedikit, baik bagi penderita sendiri, keluarga dan lingkungannya. Dampak ekonomi yang terjadi juga tidak kecil, dan bisa berakibat terhadap sistem pelayanan kesehatan itu sendiri maupun juga terhadap komunitas. 1-7 Pelayanan primer, seperti puskesmas, praktek dokter umum dan dokter keluarga merupakan lini terdepan kesehatan yang akan menangani gangguan-gangguan tersebut pertama kali. Karenanya, petugas kesehatan di pelayanan primer haruslah memiliki kemampuan untuk mendeteksi dan mampu menatalaksana gangguan jiwa yang lazim tersebut. Hal tersebut bukanlah persoalan mudah; terdapat beberapa kendala yang menyulitkan deteksi pasien dengan 586 NOVEMBER - DESEMBER 2010 Layout CDK Edisi 181 November 2010 dr.indd /27/2010 2:45:53 PM

2 gangguan tersebut, baik dari pihak petugas kesehatan di pelayanan primer, dari pasien sendiri, juga dari sistem pelayanan kesehatan. 2,3,8,9 Tinjauan pustaka ini akan membahas problem pengelolaan gangguan jiwa yang lazim di pelayanan primer dan bagaimana menyiasatinya supaya deteksi dan pengelolaan gangguan tersebut di masyarakat dapat berjalan baik. 9% 24% 31% 0 Gejala Beberapa gejala Gangguan yang tidak nyata Diagnosis ICD-10 36% Grafik 1. Prevalensi gangguan psikiatri di pelayanan kesehatan primer BATASAN Gangguan jiwa yang lazim (common mental disorders) adalah gangguan depresi, gangguan anxietas, gangguan penyalahgunaan alkohol, gangguan tidur, kelelahan kronik, dan gangguan somatoform (WHO). 9 Gangguan-gangguan ini merupakan gangguan jiwa yang umum ditemui di pelayanan primer. Pada kesempatan kali ini hanya akan dibahas gangguan depesi dan gangguan anxietas, karena keduanya memiliki prevalensi terbanyak di antara gangguan jiwa yang lazim lainnya. EPIDEMIOLOGI Cukup banyak penderita gangguan jiwa yang lazim di pelayanan primer. Gejala psikologis yang signifikan Sehat secara psikologis Kemungkinan gangguan mental Grafik 2. Angka gangguan mental pada pasien yang datang ke pelayanan primer Tabel 1. Prevalensi gangguan psikiatri yang lazim di komunitas dan pelayanan primer Gangguan psikiatrik yang lazim WHO-PPGHC Pelayanan Primer Internasional (ICD-10) Komunitas AS (DSM-III-R) Komunitas Australia (1997) Gangguan depresif Depresi Mayor Distimia Gangguan anxietas Gangguan anxietas menyeluruh Gangguan panik/agorafobia Gangguan somatik Somatisasi Neurastenia Hipokondriasis Gangguan penggunaan alkohol Diagnosis psikologis apa pun Dua atau lebih gangguan mental Sebuah studi WHO-PPGHC, mendapatkan 24% pasien yang datang ke pelayanan primer menderita gangguan psikiatrik berdasarkan ICD-10, 9% memiliki gangguan yang tidak nyata, dan 31% menunjukkan beberapa gejala gangguan jiwa. 8 (Grafik 1) Penelitian lain oleh Goldberg (1996) dan Ustun & Sartorius (1995) juga menunjukkan hasil serupa: 1/3 pasien yang datang berobat ke pelayanan primer menderita gangguan jiwa, sementara 1/3 lainnya memiliki gejala gangguan jiwa tetapi tidak memenuhi kriteria diagnosis tertentu. 3 (Grafik 2) Sebuah studi WHO berskala besar di 15 situs di 14 negara mendapatkan data sekitar 24% responden menderita gangguan jiwa. 1,2 11,7% di antaranya gangguan depresi, 10,5% gangguan anxietas, dengan 4,6% menderita keduanya. Dari jumlah tersebut, ternyata hanya separuhnya yang dideteksi oleh dokter umum pelayanan primer. National Comorbidity Study di Amerika Serikat melaporkan 11,3% responden menderita gangguan depresi dan 17,2% menderita gangguan anxietas. 2 Penelitian Goldberg dan Lecrubier (1995) di pelayanan primer mendapatkan prevalensi gangguan depresi sebesar 20,7% dan gangguan anxietas sebesar 10,5%; di komunitas AS, Kessler dkk (1994) mendapatkan prevalensi gangguan depresi sebesar 4,6% dan gangguan anxietas sebesar 8,2%; dan di komunitas Australia, Andrews dkk (1999) mendapatkan prevalensi gangguan depresi sebesar 6,2% dan gangguan anxietas sebesar 5,5% 3 (Tabel 1) Di Indonesia belum ada data epidemiologi mengenai gangguan mental yang lazim ini. Penelitian Direktorat Kesehatan Jiwa Departemen Kesehatan RI pada tahun 1984 di Puskesmas Kecamatan Tambora Jakarta Barat mendapatkan 28,73% pasien yang berobat di Puskesmas tersebut menderita gangguan jiwa. 11,12 NOVEMBER - DESEMBER Layout CDK Edisi 181 November 2010 dr.indd /27/2010 2:45:53 PM

3 PROBLEM PENGELOLAAN GANGGUAN JIWA YANG LA- ZIM DI PELAYANAN PRIMER Cukup banyak kasus gangguan depresi dan anxietas di pelayanan primer yang tidak terdeteksi dan terkelola dengan baik. Banyaknya penderita gangguan jiwa di masyarakat merupakan fenomena gunung es; jumlah kasus yang terdeteksi di pelayanan primer tidak sesuai dengan kenyataannya. Sebagian memang tidak datang untuk berkonsultasi, tetapi mereka yang datang untuk berkonsultasi pun kadang bukan untuk keluhan psikiatriknya, melainkan untuk keluhan lainnya. 8 (Gambar 1) Filter 4: Keputusan untuk dirawat Filter 3: Keputusan untuk merujuk Filter 2: Diagnosis oleh Dokter umum Filter 1: Keputusan untuk berkonsultasi Diadaptasi dari Goldberg & Huxley, 1980 Karena mayoritas pasien akan datang ke pelayanan primer, maka menjadi tugas dokter umumlah untuk mendeteksi dan melakukan pengelolaan pasien gangguan jiwa yang lazim. Merekalah yang melakukan penyaringan, siapa yang merupakan pasien psikiatrik dan yang tidak. Setelah itu, mereka pulalah yang melakukan tatalaksana dan kemudian memutuskan apakah pasien tersebut memerlukan rujukan ke pelayanan spesialistik. 8 (Gambar 2) Hal ini akan sangat membantu dan meringankan beban psikiater, karena pasien yang datang benar-benar murni pasien psikiatrik yang membutuhkan pelayanan spesialistik. Beberapa kepustakaan menyebutkan sekitar 50% kasus gangguan jiwa yang lazim luput dari perhatian petugas kesehatan di pelayanan primer, dalam hal ini dokter umum. 2,13,14 Pengelolaan Pasien depresif dan/atau anxietas yang diperiksa oleh psikiater Gambar 1. Dasar dari fenomena gunung es pasien depresi dan/atau anxietas Pasien depresif dan/atau anxietas yang dijumpai pada praktik layanan primer Tidak pernah berkonsultasi Rawap inap Seluruh pasien psikiatrik Pasien pelayanan primer dengan gejala mencolok Pasien Pelayanan Primer Gambar 2. Alur pasien dengan gangguan anxietas dan/atau depresi menuju perawatan spesialistik gangguan tersebut tentunya tidak akan berjalan baik apabila kasusnya tidak dikenali. Untuk itu, dirasakan perlu untuk mengetahui kendala-kendala yang menjadi penyebab tidak terdeteksinya kasus gangguan jiwa yang lazim di pelayanan primer. 13,15 Alasan dibalik tidak dikenalinya kasuskasus tersebut kompleks. Penyebabnya bisa beraneka ragam, tetapi dapat dikelompokkan menjadi tiga hal, yaitu: 1. Pihak dokter Sebagian besar dokter hanya mendapatkan sedikit pelatihan psikiatrik formal. Pendidikan kedokteran umum hanya memberikan sedikit kurikulum pendidikan psikiatri, kurang dari 5% dari total pendididikan kedokteran. Selain itu, pada masa pendidikan tersebut, para mahasiswa lebih banyak berhadapan dengan pasien psikotik yang dirawat inap dibanding dengan pasien-pasien rawat jalan. Hal ini menyebabkan kurangnya kemampuan mendiagnosis gangguan-gangguan jiwa yang ada di masyarakat. 7 Para dokter di pusat pelayanan primer lebih terpaku pada gejala fisik yang ditampilkan oleh pasien saat berobat, yang seringkali memang merupakan keluhan utama penderita gangguan depresi dan anxietas, sehingga sering terjadi salah diagnosis dan tidak adekuatnya terapi. 2,3,8 Penyebab lain adalah adanya persepsi negatif mengenai gangguan jiwa; para dokter khawatir pasien akan merasa dirinya aneh dan akan dikucilkan oleh masyarakat sekitar apabila ia didiagnosis menderita gangguan jiwa. 2 Terdapat pula persepsi negatif dokter berupa keraguan diagnosis psikiatrik karena dianggap tidak nyata mengingat tidak terdapat bukti-bukti obyektif, seperti pemeriksaan laboratorium atau EKG, sehingga mereka cenderung untuk mensomatisasi gejala yang dialami pasien. 7 Persepsi negatif yang salah tentang terapi juga dapat mengacu pada pesimisme dalam mendiagnosis gangguan jiwa, karena dianggap bahwa pasien-pasien dengan gangguan 588 NOVEMBER - DESEMBER 2010 Layout CDK Edisi 181 November 2010 dr.indd /27/2010 2:45:53 PM

4 jiwa tidak dapat sembuh dan tidak responsif terhadap terapi. 2 Para praktisi kesehatan sering menyamakan depresi dan anxietas sebagai suatu respons alamiah dalam menghadapi situasi kehidupan tertentu dan bukan merupakan kondisi yang membutuhkan intervensi. Walaupun memang kondisi tersebut sering dapat dipahami, jangan dilupakan bahwa kondisi tersebut dapat menimbulkan hendaya bagi penderitanya dan bahwa kondisi tersebut dapat diobati, sehingga tidak boleh dilewatkan begitu saja. 2 Terakhir, adanya masalah personal dokter sendiri yang menghambat proses pengenalan penyakit: adanya perasaan tidak nyaman ketika harus menghadapi masalah yang berhubungan dengan emosi dan adanya masalah interpersonal dari diri dokter tersebut yang berhubungan dengan anxietas atau depresi Pihak pasien Beberapa studi menunjukkan bahwa pasien-pasien dengan gangguan depresi atau anxietas pada awalnya menunjukkan keluhan somatik dan hal tersebutlah yang membawa mereka untuk berobat. Kebanyakan mereka tidak menyadari dasar emosional gejala-gejala yang mereka alami. Mereka umumnya takut akan stigmatisasi atau takut akan menjadi gila dan karenanya cenderung menolak apabila dilabel menderita gangguan jiwa, terlebih lagi bila harus dirujuk ke psikiater. Pasien-pasien seperti ini seringkali menolak atau tidak kooperatif dengan terapi yang diberikan. 2,3,7,8 Banyak pasien yang juga tidak memahami konsekuensi negatif penyakitnya apabila tidak tuntas ditangani; hal ini ikut mempengaruhi kepatuhan berobat. Selain itu, akses ke pelayanan kesehatan juga terbatas, sehingga cukup banyak pasien yang akhirnya memilih untuk tidak berobat. 3,8 Gangguan depresi dan anxietas seringkali tidak terdiagnosis apabila disertai penyakit fisik atau gangguan psikiatrik lain (terutama demensia, skizofrenia, dan penyalahgunaan alkohol dan zat addiktif lainnya), apabila gejala-gejalanya tidak khas dan apabila terdapat perbedaan kultur antara pasien dengan dokter Proses konsultasi Lama konsultasi pada sebagian besar dokter umum berkisar antara 3-20 menit dengan rata-rata sekitar 6-7 menit. Para dokter di pelayanan primer menganggap bahwa evaluasi seseorang dengan masalah psikiatri membutuhkan waktu lama. Hal ini membuat dokter cenderung menggunakan pertanyaan tertutup dalam mewawancara pasien untuk mencegah agar pasien tersebut tidak bercerita panjang lebar dan menghabiskan waktu. 2,7 Langewitz dkk (2002) berusaha mengukur berapa lama pasien akan berbicara spontan pada awal konsultasi di sebuah klinik rawat jalan. Ternyata, apabila pasien dibiarkan berbicara bebas mengutarakan keluhan utama mereka, rata-rata (78%) waktu yang dihabiskan adalah 92 detik. Jadi sebenarnya, lama konsultasi yang biasa terjadi di pelayanan primer memungkinkan dokter untuk menangani pasien psikiatri tanpa perlu menghabiskan waktu panjang. 3 Mendengarkan dengan penuh perhatian merupakan kunci untuk menegakkan diagnosis dan memberi terapi. Pasien perlu diberi penjelasan mengenai penyakitnya dan pilihan terapi yang tersedia, efek apa yang diharapkan terjadi dan efek samping apa saja yang mungkin akan terjadi. Selain terapi medikamentosa, pasien dengan masalah psikiatrik juga membutuhkan konseling psikologis sederhana untuk membantu mengatasi masalah yang dihadapinya. 7,16 Penelitian-penelitian mengenai teknik wawancara menunjukkan bahwa angka pengenalan gangguan jiwa akan meningkat apabila dokter mengadopsi sikap empatik, membiarkan pasien yang memimpin wawancara, menanyakan masalah yang berorientasi psikologis sejak awal wawancara, berespons terhadap tanda-tanda nonverbal, mendengarkan dengan penuh perhatian, mentoleransi keheningan, mempertahankan kontak mata, menghindari pertanyaan tertutup mengenai gejala fisik dan menghindari menginterupsi pembicaraan pasien. 2,3 4. Sistem Pelayanan Kesehatan Sistem penggantian asuransi untuk gangguan mental seringkali tidak adekuat. Hal ini turut memberi kontribusi dalam keengganan dokter maupun pasien terhadap diagnosis gangguan jiwa. 3,8 Kurangnya perawat dan tenaga medis yang terlatih dalam hal pengelolaan gangguan jiwa juga merupakan kendala dalam memberikan pelayanan kepada pasien. Hal ini berhubungan dengan pengawasan (monitoring) dan re-evaluasi pasien-pasien dengan gangguan jiwa yang tidak adekuat. 3 Hal lain yang juga perlu menjadi perhatian adalah kurangnya koordinasi antara berbagai jenis pelayanan kesehatan, termasuk sistem rujukan. 3,8 Tidak dikenalinya gangguan jiwa yang lazim di pelayanan primer memiliki dampak terhadap pengelolaannya. Di pusat pelayanan primer, seperti puskesmas, terdapat suatu kegiatan pencatatan dan pelaporan mengenai setiap kasus yang datang. Apabila kasus gangguan jiwa yang lazim tersebut tidak terdeteksi baik, tentu catatan dan laporan yang dibuat tidak menggambarkan keadaan sebenarnya. Dampaknya adalah tidak cukup tersedia obat-obatan yang diperlukan untuk tatalaksana gangguan tersebut karena dianggap kasusnya sedikit atau jarang sehingga obat-obatan tersebut dialokasikan ke tempat lain yang lebih membutuhkan. Hal ini akan makin merugikan penderita gangguan jiwa yang lazim dan bisa menimbulkan hendaya yang lebih berat. 11 Dampak lain adalah timbulnya disabilitas pada pasien penderita gangguan NOVEMBER - DESEMBER Layout CDK Edisi 181 November 2010 dr.indd /27/2010 2:45:54 PM

5 Lain-lain 23.3 Problem berkaitan perilaku 9.5 Malaria 2.8 Problem Serebrovaskuler 3.2 Penyakit jantung 4.4 yang dikenal dengan nama Metoda Dua Menit. Metoda ini terdiri dari 3 tahap yang masing-masing memakan waktu selama 2 menit, yaitu: 11 Tahap 1: anamnesis dan pemeriksaan fisik diagnostik Tahap 2: penegakan diagnosis, terapi dan rencana tindakan Tahap 3: pemeriksaan psikiatrik (dilakukan pada kunjungan berikutnya) Problem Kes.Jiwa 8.1 Problem Maternal/Perinatal 9.5 jiwa yang lazim yang tidak terdeteksi dan tertatalaksana dengan baik. Disabilitas ini merupakan beban yang harus ditanggung oleh pasien, keluarga dan masyarakat. Beban ini dapat berupa biaya langsung, seperti biaya pengobatan, dapat pula tidak berupa biaya tak langsung, seperti kehilangan penghasilan, penurunan produktivitas, dan sebagainya. Problem kesehatan jiwa menimbulkan lebih dari 8% disability-adjusted life year lost. Dikatakan bahwa disabilitas yang timbul akibat gangguan jiwa dapat lebih berat dibanding akibat penyakit fisik kronik lainnya, seperti hipertensi, diabetes mellitus, arthritis dan nyeri punggung; bahkan disabilitas akibat depresi menempati urutan kedua setelah disabilitas akibat operasi jantung. 8 (Grafik 2) Alternatif Solusi Mengatasi Problem Pengelolaan Gangguan Jiwa yang Lazim di Pelayanan Primer Setelah mengidentifikasi kendala-kendala dalam mengenali dan mengelola gangguan jiwa yang lazim di pelayanan primer, banyak upaya yang dapat Kanker 5.8 Problem pernapasan 9 Angka mencerminkan persentase disability-adjusted life years lost The World Bank, 1993 Grafik 2. Distribusi global dari beban kesehatan dilakukan, di antaranya: Pelatihan dokter umum Pelatihan mengenai cara deteksi gangguan jiwa yang lazim di pelayanan primer yang mungkin dilakukan, misalnya menggunakan instrumen yang singkat dan sederhana tetapi sensitif. Dapat pula diberikan pelatihan teknik wawancara psikiatri dan psikoterapi. 16 Sebuah studi di Australia mengenai efek pelatihan kesehatan jiwa terhadap manajemen gangguan jiwa yang lazim menunjukkan terjadi peningkatan rasa percaya diri dokter umum dalam melakukan terapi dan meningkatkan angka diagnosis gangguan mental yang lazim di pelayanan primer. 17 Membuat instrumen diagnostik dan terapi yang singkat dan sederhana, yang dapat mempermudah dokter umum dalam menegakkan diagnosis psikiatrik. 18 Departemen Kesehatan RI sudah mengeluarkan sebuah panduan diagnostik Sangat disayangkan instrumen ini kurang sosialisasi dan diseminasi dalam bentuk pelatihan kepada para dokter umum dan petugas kesehatan lainnya di puskesmas sehingga banyak yang tidak menggunakannya. Perubahan kurikulum pendidikan psikiatri dalam pendidikan dokter umum. Salah satunya adalah dengan menambah waktu pendidikan psikiatri selama masa pendidikan dokter umum. Jika tidak mungkin, dapat dipertimbangkan untuk lebih memaparkan mahasiswa kedokteran dengan gangguan mental yang lazim. Bagian Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) sudah mulai mensosialisasikan diagnosis gangguan mental yang lazim kepada mahasiswa kedokteran tingkat IV. Mereka diberi modul yang diadaptasi dari modul WHO untuk dokter umum di pelayanan primer. Modul tersebut berisi panduan singkat menegakkan 6 gangguan mental yang lazim. 19 Selain itu, dalam pendidikan di bagian kedokteran komunitas, mahasiswa tingkat V dilibatkan di sebuah klinik dokter keluarga yang juga bekerja sama dengan bagian Psikiatri dalam memberikan pelayanan psikiatrik. Mereka diminta memaparkan kasus menggunakan evaluasi multi aksial. Hal-hal tersebut merupakan suatu terobosan yang baik dalam meningkatkan kualitas dokter umum agar lebih peka terhadap masalah psikiatri. Edukasi kepada masyarakat me- NOVEMBER - DESEMBER Layout CDK Edisi 181 November 2010 dr.indd /27/2010 2:45:54 PM

6 ngenai gangguan jiwa agar masyarakat memiliki gambaran dan pandangan yang benar mengenai gangguan jiwa sehingga dapat mengurangi stigma. 7 Edukasi petugas kesehatan pelayanan primer mengenai pentingnya deteksi dini dan pengelolaan yang tepat terhadap pasien dengan gangguan jiwa yang lazim. Melakukan riset, di antaranya survei epidemiologi untuk mendapatkan gambaran nyata mengenai hal ini di Indonesia sehingga dapat lebih diperhatikan dan ditangani secara komprehensif oleh pihak-pihak terkait (advokasi kebijakan pemerintah) ILUSTRASI KASUS Tn. B, 35 tahun, tamat SMA, pegawai swasta, menikah, mempunya 2 orang anak, Islam, datang ke Poliklinik Jiwa RS Persahabatan dengan keluhan utama dada sering berdebar-debar dan sesak napas. Keluhan ini dirasakan pasien sudah sejak ± 2 tahun yang lalu dan akhir-akhir ini makin sering terjadi. Keluhan tersebut muncul tiba-tiba tanpa ada pencetus yang jelas, berlangsung selama menit, kemudian reda dan menghilang dengan sendirinya. Pada awalnya, keluhan muncul 1 kali dalam 2-3 bulan, tetapi makin lama makin sering. Akhir-akhir ini keluhan dirasakan setiap 1-2 minggu sekali. Gejala yang dirasakan juga makin berat. Setiap kali serangan, dada pasien berdebar-debar, sesak napas, telapak tangan terasa dingin, gemetar, dan pasien merasa takut mati. Sejak 6 bulan terakhir ini pasien menjadi takut keluar rumah dan bepergian sendiri karena takut apabila terjadi serangan di jalan, tidak ada yang menolongnya. Setiap kali ke luar rumah, pasien harus selalu diantar isterinya atau supirnya. Pasien tidak lagi berani mengendarai mobil sendiri. Pasien menjadi sering tidak masuk kerja; saat ini pasien sudah mendapat surat peringatan dari kantornya mengenai masalah presensinya. Sebelum datang ke RS, pasien sudah beberapa kali ke dokter. Saat keluhan pertama kali muncul, pasien ke dokter praktek 24 jam di dekat rumah pasien. Didapatkan tekanan darah pasien 140/90 mmhg, lainnya dalam batas normal; pasien dinyatakan menderita hipertensi ringan. Pasien kemudian diberi obat penenang, diminta untuk diet rendah garam dan diberi vitamin. Sejak saat itu pasien menjadi ketakutan dirinya terkena penyakit jantung. Pasien berulang kali memeriksakan kondisinya ke dokter lain, mulai dari dokter umum yang lain, dokter spesialis penyakit dalam, sampai dengan dokter spesialis jantung. Pasien bahkan pernah dirawat di rumah sakit selama 4 hari. Pasien juga sudah diperiksa laboratorium darahnya, fungsi tiroid, foto rontgen dada, EKG, dan treadmill, dan hasilnya selalu dinyatakan normal. Pasien sudah diberi berbagai macam obat (pasien tidak ingat obat apa saja yang diminum), tetapi hasilnya kurang memuaskan. Karena kondisi pasien yang tidak kunjung membaik, dokter spesialis jantung tempat pasien terakhir berobat kemudian menyarankan pasien untuk berobat ke psikiater. Awalnya pasien enggan karena merasa dirinya tidak gila sehingga tidak perlu berobat ke psikiater. Pasien tetap menganggap bahwa dirinya menderita penyakit jantung dan gejala-gejala yang dialaminya adalah tanda-tanda penyakit jantung. Pasien takut meninggal karena penyakit tersebut seperti teman kantornya. Akan tetapi karena serangan makin sering dan makin mengganggu, akhirnya pasien mau berobat ke Poliklinik Psikiatri RS Persahabatan. Dari pemeriksaan status mental didapatkan seorang pria, sesuai usianya, berpakaian rapi, tampak cemas. Saat berjabat tangan dengan pemeriksa, tangan pasien terasa dingin dan berkeringat. Mood eutim, afek cemas, serasi. Pembicaraan spontan, lancar dan jelas. Tidak ditemukan adanya gangguan persepsi. Terdapat preokupasi mengenai kondisi pasien dan penyakit jantung yang mungkin dideritanya. RTA tidak terganggu. Pasien kemudian didiagnosis Gangguan Panik dengan Agorafobia dan mendapat terapi Alprazolam 2 x 0,5 mg serta terapi kognitif perilaku (CBT). Pada pertemuan berikutnya kondisi pasien sudah lebih membaik, serangan panik jarang muncul walaupun pasien belum berani ke luar rumah sendirian. Dua bulan kemudian, serangan panik hanya datang satu kali, pasien sudah dapat pergi ke luar rumah sendirian dan sudah dapat kembali bekerja seperti sediakala. PEMBAHASAN Dari ilustrasi kasus di atas, terlihat jelas bahwa gangguan jiwa pasien tidak terdeteksi dengan baik. Keluhan pasien tidak dianggap sebagai salah satu tanda adanya gangguan jiwa akan tetapi malah dianggap sebagai sebuah penyakit fisik (hipertensi ringan). Kondisi pasien yang dibiarkan berlarut-larut membuat disabilitas yang makin berat. Gejala yang makin berat karena tidak diterapi dengan adekuat menyebabkan pasien tidak dapat melakukan aktivitas rutinnya, menjadi sangat tergantung pada orang lain, dan terancam PHK. Hal ini jelas merugikan, baik bagi pasien sendiri, keluarganya dan juga perusahaan tempat pasien bekerja. Selain itu, tidak terdiagnosisnya gangguan jiwa mengakibatkan pasien harus menjalani berbagai pemeriksaan bahkan perawatan di rumah sakit yang mungkin sebenarnya tidak perlu, selain memerlukan biaya. Mendiagnosis kasus di atas juga tidak mudah karena memang gejala yang dialami pasien merupakan gejalagejala fisik yang juga bisa merupakan manifestasi penyakit fisik. Akan tetapi, dengan pemeriksaan teliti, diagnosis pasien tersebut dapat ditegakkan lebih awal sehingga dapat mengurangi disabilitas dan juga biaya. Karenanya, dirasakan sangat perlu agar petugas kesehatan di pelayanan primer mampu mendeteksi dan mengelola kasus gangguan jiwa yang lazim ada di tempat tugas mereka. 592 NOVEMBER - DESEMBER 2010 Layout CDK Edisi 181 November 2010 dr.indd /27/2010 2:45:55 PM

Diagnosis & Tatalaksana Gangguan Depresi & Anxietas di Layanan Kesehatan Primer Dr. Suryo Dharmono, SpKJ(K)

Diagnosis & Tatalaksana Gangguan Depresi & Anxietas di Layanan Kesehatan Primer Dr. Suryo Dharmono, SpKJ(K) Diagnosis & Tatalaksana Gangguan Depresi & Anxietas di Layanan Kesehatan Primer Dr. Suryo Dharmono, SpKJ(K) Yogyakarta, 11 Oct 2014 1 Prevalensi Ganguan Psikiatrik yang lazim di Komunitas dan Pelayanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Skizofrenia merupakan suatu penyakit yang mempengaruhi otak dan menyebabkan timbulnya gangguan pikiran, persepsi, emosi, gerakan dan perilaku yang aneh. Penyakit ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat ditemukan pada semua lapisan sosial, pendidikan, ekonomi dan ras di

BAB I PENDAHULUAN. dapat ditemukan pada semua lapisan sosial, pendidikan, ekonomi dan ras di BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Skizofrenia merupakan gangguan jiwa berat dengan tanda dan gejala yang beraneka ragam, baik dalam derajat maupun jenisnya dan seringkali ditandai suatu perjalanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Proses menua adalah proses alami yang dialami oleh mahluk hidup. Pada lanjut usia

BAB I PENDAHULUAN. Proses menua adalah proses alami yang dialami oleh mahluk hidup. Pada lanjut usia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses menua adalah proses alami yang dialami oleh mahluk hidup. Pada lanjut usia (lansia) disamping usia yang semakin bertambah tua terjadi pula penurunan kondisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. World Health Organitation (WHO) mendefinisikan kesehatan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. World Health Organitation (WHO) mendefinisikan kesehatan sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang World Health Organitation (WHO) mendefinisikan kesehatan sebagai keadaan sehat fisik, mental, dan sosial, bukan semata-mata keadaan tanpa penyakit atau kelemahan. Definisi

Lebih terperinci

JOURNAL READING GANGGUAN GEJALA SOMATIK. Diajukan Kepada : dr. Rihadini, Sp.KJ. Disusun oleh : Shinta Dewi Wulandari H2A012001

JOURNAL READING GANGGUAN GEJALA SOMATIK. Diajukan Kepada : dr. Rihadini, Sp.KJ. Disusun oleh : Shinta Dewi Wulandari H2A012001 JOURNAL READING GANGGUAN GEJALA SOMATIK Disusun untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik Stase Ilmu Kesehatan Jiwa Diajukan Kepada : dr. Rihadini, Sp.KJ Disusun oleh : Shinta Dewi Wulandari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terlupakan, padahal kasusnya cukup banyak ditemukan, hal ini terjadi karena

BAB I PENDAHULUAN. terlupakan, padahal kasusnya cukup banyak ditemukan, hal ini terjadi karena 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam ruang lingkup ilmu penyakit dalam, depresi masih sering terlupakan, padahal kasusnya cukup banyak ditemukan, hal ini terjadi karena seringkali pasien depresi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keadaan tanpa penyakit atau kelemahan (Riyadi & Purwanto, 2009). Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. keadaan tanpa penyakit atau kelemahan (Riyadi & Purwanto, 2009). Hal ini 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sehat fisik, mental dan sosial, bukan semata-mata keadaan tanpa penyakit atau kelemahan (Riyadi & Purwanto, 2009). Hal ini berarti seseorang

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedaruratan psikiatri adalah sub bagian dari psikiatri yang. mengalami gangguan alam pikiran, perasaan, atau perilaku yang

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedaruratan psikiatri adalah sub bagian dari psikiatri yang. mengalami gangguan alam pikiran, perasaan, atau perilaku yang BAB II. TINJAUAN PUSTAKA II.1. Kedaruratan Psikiatri Kedaruratan psikiatri adalah sub bagian dari psikiatri yang mengalami gangguan alam pikiran, perasaan, atau perilaku yang membutuhkan intervensi terapeutik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta ketidakpastian situasi sosial politik membuat gangguan jiwa menjadi

BAB I PENDAHULUAN. serta ketidakpastian situasi sosial politik membuat gangguan jiwa menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tingginya beban ekonomi, makin lebarnya kesenjangan sosial, serta ketidakpastian situasi sosial politik membuat gangguan jiwa menjadi suatu hal yang mengancam bagi setiap

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Nn. L DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI: HARGA DIRI RENDAH DI RUANG SRIKANDI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Nn. L DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI: HARGA DIRI RENDAH DI RUANG SRIKANDI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA ASUHAN KEPERAWATAN PADA Nn. L DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI: HARGA DIRI RENDAH DI RUANG SRIKANDI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mendapatkan Gelar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Di Indonesia sering terdengar kata Transisi Epidemiologi atau beban ganda penyakit. Transisi epidemiologi bermula dari suatu perubahan yang kompleks dalam pola kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meliputi keadaan fisik, mental, dan sosial, dan bukan saja keadaan yang bebas dari

BAB I PENDAHULUAN. meliputi keadaan fisik, mental, dan sosial, dan bukan saja keadaan yang bebas dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Undang-undang No.9 tahun 1960 kesehatan merupakan keadaan yang meliputi keadaan fisik, mental, dan sosial, dan bukan saja keadaan yang bebas dari sakit, cacat,

Lebih terperinci

Pendahuluan Masalah kesehatan jiwa sering terabaikan karena dianggap tidak menyebabkan kematian secara langsung. DALY (disability-adjusted adjusted li

Pendahuluan Masalah kesehatan jiwa sering terabaikan karena dianggap tidak menyebabkan kematian secara langsung. DALY (disability-adjusted adjusted li GANGGUAN ANXIETAS DAN DEPRESI SEBAGAI FAKTOR RISIKO PENYAKIT KARDIOVASKULER DAN PENATALAKSANAANNYA DI PELAYANAN PRIMER Carla R. Marchira Department of Psychiatry, Faculty of Medicine, Gadjah Mada University,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyimpangan dari fungsi psikologis seperti pembicaraan yang kacau, delusi,

BAB I PENDAHULUAN. penyimpangan dari fungsi psikologis seperti pembicaraan yang kacau, delusi, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Skizofrenia merupakan sekelompok reaksi psikotik yang mempengaruhi berbagai area fungsi individu, termasuk fungsi berfikir dan berkomunikasi, menerima dan menginterpretasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah sesuatu yang berharga bagi seluruh makhluk hidup di dunia karena tanpa kesehatan, manusia tidak akan dapat menjalani kegiatan hidupnya dengan optimal.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Filariasis merupakan penyakit zoonosis menular yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Filariasis merupakan penyakit zoonosis menular yang banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Filariasis merupakan penyakit zoonosis menular yang banyak ditemukan di daerah tropis seluruh dunia. Filariasis atau penyakit kaki gajah adalah suatu infeksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak menular yang lebih dikenal dengan sebutan transisi epidemiologi. 1

BAB I PENDAHULUAN. tidak menular yang lebih dikenal dengan sebutan transisi epidemiologi. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sedang mengalami beban ganda dalam menghadapi masalah penyakit, yang mana penyakit menular dan penyakit tidak menular keduanya menjadi masalah kesehatan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada jutaan orang di dunia (American Diabetes Association/ADA, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. pada jutaan orang di dunia (American Diabetes Association/ADA, 2004). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kronik adalah suatu kondisi dimana terjadi keterbatasan pada kemampuan fisik, psikologis atau kognitif dalam melakukan fungsi harian atau kondisi yang memerlukan

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG GANGGUAN JIWA DENGAN DUKUNGAN KELUARGA YANG MEMPUNYAI ANGGOTA KELUARGA SKIZOFRENIA DI RSJD SURAKARTA SKRIPSI

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG GANGGUAN JIWA DENGAN DUKUNGAN KELUARGA YANG MEMPUNYAI ANGGOTA KELUARGA SKIZOFRENIA DI RSJD SURAKARTA SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG GANGGUAN JIWA DENGAN DUKUNGAN KELUARGA YANG MEMPUNYAI ANGGOTA KELUARGA SKIZOFRENIA DI RSJD SURAKARTA SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Keperawatan

Lebih terperinci

GAMBARAN POLA ASUH KELUARGA PADA PASIEN SKIZOFRENIA PARANOID (STUDI RETROSPEKTIF) DI RSJD SURAKARTA

GAMBARAN POLA ASUH KELUARGA PADA PASIEN SKIZOFRENIA PARANOID (STUDI RETROSPEKTIF) DI RSJD SURAKARTA GAMBARAN POLA ASUH KELUARGA PADA PASIEN SKIZOFRENIA PARANOID (STUDI RETROSPEKTIF) DI RSJD SURAKARTA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Keperawatan Disusun

Lebih terperinci

DAFTAR KOMPETENSI KLINIK

DAFTAR KOMPETENSI KLINIK Panduan Belajar Ilmu Kedokteran Jiwa - 2009 DAFTAR KOMPETENSI KLINIK Target Kompetensi Minimal Masalah Psikiatrik Untuk Dokter Umum: 1. Mampu mendiagnosis dan melakukan penatalaksanaan kasus psikiatrik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. otak (Dipiro et.al, 2005). Epilepsi dapat dialami oleh setiap orang baik laki-laki

I. PENDAHULUAN. otak (Dipiro et.al, 2005). Epilepsi dapat dialami oleh setiap orang baik laki-laki I. PENDAHULUAN Epilepsi adalah terganggunya aktivitas listrik di otak yang disebabkan oleh beberapa etiologi diantaranya cedera otak, keracunan, stroke, infeksi, dan tumor otak (Dipiro et.al, 2005). Epilepsi

Lebih terperinci

A. Pemeriksaan penunjang. - Darah lengkap

A. Pemeriksaan penunjang. - Darah lengkap A. Pemeriksaan penunjang - Darah lengkap Darah lengkap dengan diferensiasi digunakan untuk mengetahui anemia sebagai penyebab depresi. Penatalaksanaan, terutama dengan antikonvulsan, dapat mensupresi sumsum

Lebih terperinci

EPIDEMIOLOGI MANIFESTASI KLINIS

EPIDEMIOLOGI MANIFESTASI KLINIS DEFINISI Gangguan Bipolar dikenal juga dengan gangguan manik depresi, yaitu gangguan pada fungsi otak yang menyebabkan perubahan yang tidak biasa pada suasana perasaan, dan proses berfikir. Disebut Bipolar

Lebih terperinci

LAPORAN PSIKIATRI GANGGUAN AFEKTIF BIPOLAR CAMPURAN

LAPORAN PSIKIATRI GANGGUAN AFEKTIF BIPOLAR CAMPURAN LAPORAN PSIKIATRI GANGGUAN AFEKTIF BIPOLAR CAMPURAN Disusun oleh : Ali Abdullah Sungkar S.Ked 0810221112 Dokter Pembimbing: Dr. Tribowo T. Ginting, Sp.KJ KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN JIWA FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab kematian urutan ke-3 di negara-negara maju setelah

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab kematian urutan ke-3 di negara-negara maju setelah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke masih menjadi salah satu masalah kesehatan yang utama dan merupakan penyebab kematian urutan ke-3 di negara-negara maju setelah penyakit kardiovaskuler dan kanker.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perilaku berkaitan dengan gangguan fungsi akibat gangguan biologik, sosial,

BAB 1 PENDAHULUAN. perilaku berkaitan dengan gangguan fungsi akibat gangguan biologik, sosial, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gangguan jiwa adalah penyakit dengan manifestasi psikologik atau perilaku berkaitan dengan gangguan fungsi akibat gangguan biologik, sosial, psikologik, genetika,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kanker adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel

BAB 1 PENDAHULUAN. Kanker adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kanker adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel jaringan tubuh yang tidak normal. Sel kanker tumbuh dengan cepat, sehingga sel kanker dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Chaplin,gangguan jiwa adalah ketidakmampuan menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Penyakit degeneratif merupakan penyakit kronik menahun yang banyak mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit degeneratif tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia, diantaranya adalah COPD (Chonic Obstructive Pulmonary Disease)

BAB I PENDAHULUAN. dunia, diantaranya adalah COPD (Chonic Obstructive Pulmonary Disease) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit sistem pernapasan merupakan penyebab 17,2% kematian di dunia, diantaranya adalah COPD (Chonic Obstructive Pulmonary Disease) 5,1%, infeksi pernapasan bawah

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. dapat dicegah dan diobati, ditandai oleh hambatan aliran udara yang tidak

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. dapat dicegah dan diobati, ditandai oleh hambatan aliran udara yang tidak BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit paru yang dapat dicegah dan diobati, ditandai oleh hambatan aliran udara yang tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab utama kematian secara

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab utama kematian secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab utama kematian secara global. Empat jenis utama penyakit tidak menular menurut World Health Organization (WHO) adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Istilah obsesi menunjuk pada suatu idea yang mendesak ke dalam pikiran.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Istilah obsesi menunjuk pada suatu idea yang mendesak ke dalam pikiran. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istilah obsesi menunjuk pada suatu idea yang mendesak ke dalam pikiran. Istilah kompulsi menunjuk pada dorongan atau impuls yang tidak dapat ditahan untuk melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh adanya penyempitan arteri koroner, penurunan aliran darah

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh adanya penyempitan arteri koroner, penurunan aliran darah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah penyakit jantung yang terjadi akibat ketidakseimbangan antara suplai dengan kebutuhan oksigen miokardium yang disebabkan

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. gejala klinik yang manifestasinya bisa berbeda beda pada masing

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. gejala klinik yang manifestasinya bisa berbeda beda pada masing BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gangguan Depresif Mayor Depresi merupakan suatu sindrom yang ditandai dengan sejumlah gejala klinik yang manifestasinya bisa berbeda beda pada masing masing individu. Diagnostic

Lebih terperinci

Study Tingkat Kecemasan Penderita Diabetes Mellitus Di Poli Rawat Jalan Puskesmas Ngawi Purba Kabupaten Ngawi

Study Tingkat Kecemasan Penderita Diabetes Mellitus Di Poli Rawat Jalan Puskesmas Ngawi Purba Kabupaten Ngawi Study Tingkat Kecemasan Penderita Diabetes Mellitus Di Poli Rawat Jalan Puskesmas Ngawi Purba Kabupaten Ngawi Oleh : Nurul Hidayah, S.Kep.Ns ABSTRAK Latar belakang : Diabetes mellitus adalah penyakit kronis

Lebih terperinci

1. Dokter Umum 2. Perawat KETERKAITAN : PERALATAN PERLENGKAPAN : 1. SOP anamnesa pasien. Petugas Medis/ paramedis di BP

1. Dokter Umum 2. Perawat KETERKAITAN : PERALATAN PERLENGKAPAN : 1. SOP anamnesa pasien. Petugas Medis/ paramedis di BP NOMOR SOP : TANGGAL : PEMBUATAN TANGGAL REVISI : REVISI YANG KE : TANGGAL EFEKTIF : Dinas Kesehatan Puskesmas Tanah Tinggi Kota Binjai PUSKESMAS TANAH TINGGI DISAHKAN OLEH : KEPALA PUSKESMAS TANAH TINGGI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang pesat menjadi stresor pada kehidupan manusia. Jika individu

BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang pesat menjadi stresor pada kehidupan manusia. Jika individu 1 BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dari masalah yang diteliti, rumusan masalah, tujuan umum dan tujuan khusus dari penelitian, serta manfaat penelitian ini. A. Latar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Kecemasan timbul akibat adanya respon terhadap kondisi stres atau konflik. Hal ini biasa terjadi dimana seseorang mengalami perubahan situasi dalam hidupnya dan dituntut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adanya dan mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain (Depkes RI,

BAB I PENDAHULUAN. adanya dan mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain (Depkes RI, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan UU Kesehatan No. 36 tahun 2009, kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat memenuhi segala kebutuhan dirinya dan kehidupan keluarga. yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan

BAB I PENDAHULUAN. dapat memenuhi segala kebutuhan dirinya dan kehidupan keluarga. yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan jiwa merupakan bagian yang sangat penting dalam kehidupan individu manusia, karena dengan sehat jiwa seseorang mampu berkembang secara fisik, mental dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. fisik, kesehatan mental haruslah mendapat perhatian yang sama. Bahkan gangguan

BAB 1 PENDAHULUAN. fisik, kesehatan mental haruslah mendapat perhatian yang sama. Bahkan gangguan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan adalah hal berharga bagi kehidupan manusia, oleh karenanya setiap orang hendaknya menjaga kesehatan dari berbagai macam penyakit. Tidak hanya kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perpecahan antara pemikiran, emosi dan perilaku. Stuart, (2013) mengatakan

BAB I PENDAHULUAN. perpecahan antara pemikiran, emosi dan perilaku. Stuart, (2013) mengatakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Skizofrenia merupakan gangguan kesehatan serius yang perlu mendapatkan perhatian dari keluarga. Townsend (2014), mengatakan skizofrenia yaitu terjadi perpecahan antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif. 1

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemajuan pembangunan nasional memberikan dampak perubahan pada sistem kesehatan Indonesia ke dalam era Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Layanan kesehatan tingkat

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN. Menurut Asosiasi Psikiatri Amerika dalam Diagnostic and Statistical Manual

BAB 1. PENDAHULUAN. Menurut Asosiasi Psikiatri Amerika dalam Diagnostic and Statistical Manual BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Asosiasi Psikiatri Amerika dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder, Fourth Edition, Text Revision (DSM-IV-TR) agitasi didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: Manajemen halusinasi, kemampuan mengontrol halusinasi, puskesmas gangguan jiwa

ABSTRAK. Kata Kunci: Manajemen halusinasi, kemampuan mengontrol halusinasi, puskesmas gangguan jiwa ABSTRAK Halusinasi adalah gangguan jiwa pada individu yang dapat ditandai dengan perubahan persepsi sensori, dengan merasakan sensasi yang tidak nyata berupa suara, penglihatan, perabaan, pengecapan dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pola penyakit sekarang ini telah mengalami perubahan dengan adanya transisi epidemiologi. Proses transisi epidemiologi adalah terjadinya perubahan pola penyakit dan

Lebih terperinci

BAB I 1.1 Latar Belakang

BAB I 1.1 Latar Belakang BAB I 1.1 Latar Belakang Gangguan jiwa yaitu suatu sindrom atau pola perilaku yang secara klinis bermakna yang berhubungan dengan distres atau penderitaan dan menimbulkan gangguan pada satu atau lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia, khususnya di

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia, khususnya di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia, khususnya di kota-kota besar tiap tahunnya menyebabkan kebutuhan akan transportasi juga semakin meningkat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Konteks Penelitian. perjalanan kronik dan berulang. Skizofrenia biasanya memiliki onset pada masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Konteks Penelitian. perjalanan kronik dan berulang. Skizofrenia biasanya memiliki onset pada masa digilib.uns.ac.id 14 BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Skizofrenia merupakan gangguan jiwa berat dengan tanda dan gejala yang beraneka ragam, baik dalam derajat maupun jenisnya dan seringkali ditandai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit jantung koroner (PJK) atau di kenal dengan Coronary Artery

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit jantung koroner (PJK) atau di kenal dengan Coronary Artery BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) atau di kenal dengan Coronary Artery Disease (CAD) merupakan suatu penyakit yang terjadi ketika arteri yang mensuplai darah untuk dinding

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku di mana. tidak mampu menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain,

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku di mana. tidak mampu menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gangguan jiwa merupakan suatu penyakit yang disebabkan karena adanya kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku di mana individu tidak mampu menyesuaikan

Lebih terperinci

2 Mengingat : Pasal 20, Pasal 21, Pasal 28H ayat (1), dan Pasal 34 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Dengan Persetuju

2 Mengingat : Pasal 20, Pasal 21, Pasal 28H ayat (1), dan Pasal 34 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Dengan Persetuju LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.185, 2014 KESEHATAN. Jiwa. Kesehatan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5571) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2014

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sisiokultural. Dalam konsep stress-adaptasi penyebab perilaku maladaptif

BAB 1 PENDAHULUAN. sisiokultural. Dalam konsep stress-adaptasi penyebab perilaku maladaptif BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gangguan jiwa merupakan penyakit dengan multi kausal, suatu penyakit dengan berbagai penyebab yang bervariasi. Kausa gangguan jiwa selama ini dikenali meliputi kausa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Wanita mulai dari usia remaja hingga dewasa normalnya akan mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. Wanita mulai dari usia remaja hingga dewasa normalnya akan mengalami BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wanita mulai dari usia remaja hingga dewasa normalnya akan mengalami periode menstruasi atau haid dalam perjalanan hidupnya, yaitu pengeluaran darah yang terjadi secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan penyakit yang menakutkan karena berpotensi menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan penyakit yang menakutkan karena berpotensi menyebabkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker merupakan penyakit yang menakutkan karena berpotensi menyebabkan kematian. Dewasa ini tehnologi telah berkembang pesat dalam mendiagnosis dan menangani penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu gangguan jiwa (Neurosa) dan sakit jiwa (Psikosa) (Yosep, hubungan interpersonal serta gangguan fungsi dan peran sosial.

BAB I PENDAHULUAN. yaitu gangguan jiwa (Neurosa) dan sakit jiwa (Psikosa) (Yosep, hubungan interpersonal serta gangguan fungsi dan peran sosial. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Gangguan jiwa adalah kumpulan dari keadaan-keadaan yang tidak normal, baik yang berhubungan dengan fisik, maupun dengan mental. Keabnormalan tersebut dibagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kasus gangguan jiwa berat mendapatkan perhatian besar di berbagai negara. Beberapa

BAB I PENDAHULUAN. Kasus gangguan jiwa berat mendapatkan perhatian besar di berbagai negara. Beberapa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kasus gangguan jiwa berat mendapatkan perhatian besar di berbagai negara. Beberapa peneliti melaporkan kasus gangguan jiwa terbesar adalah skizofrenia. Menurut capai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kronis merupakan penyebab utama kematian dan kecacatan di seluruh dunia. WHO (2005) melaporkan penyakit kronis telah mengambil nyawa lebih dari 35 juta orang

Lebih terperinci

BAB 1 PSIKIATRI KLINIK

BAB 1 PSIKIATRI KLINIK Panduan Belajar Ilmu Kedokteran Jiwa - 2009 BAB 1 PSIKIATRI KLINIK A. Pertanyaan untuk persiapan dokter muda 1. Seorang pasien sering mengeluh tidak bisa tidur, sehingga pada pagi hari mengantuk tetapi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian pustaka 2.1.1 Kehamilan 2.1.1.1 Definisi Kehamilan adalah suatu keadaan mengandung embrio atau fetus di dalam tubuh, setelah bertemunya sel telur

Lebih terperinci

Gangguan Mental Terkait Trauma. Pusat Kajian Bencana dan Tindak Kekerasan Departemen Psikiatri FKUI/RSCM

Gangguan Mental Terkait Trauma. Pusat Kajian Bencana dan Tindak Kekerasan Departemen Psikiatri FKUI/RSCM Gangguan Mental Terkait Trauma Pusat Kajian Bencana dan Tindak Kekerasan Departemen Psikiatri FKUI/RSCM Gangguan Mental setelah Trauma Trauma 2 minggu 1 bulan 2 bulan 6 bulan Reaksi stres akut Berkabung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,

BAB I PENDAHULUAN. Semakin pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Semakin pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, modernisasi dan globalisasi tidak dapat dihindari lagi oleh setiap negara di dunia. Begitu pula halnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan suatu kondisi medis yang ditandai dengan meningkatnya konstraksi pembuluh darah arteri sehingga terjadi resistensi aliran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gagal ginjal kronis (Chronic Renal Failure) adalah kerusakan ginjal progresif

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gagal ginjal kronis (Chronic Renal Failure) adalah kerusakan ginjal progresif BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gagal ginjal kronis (Chronic Renal Failure) adalah kerusakan ginjal progresif yang berakibat fatal bagi tubuh, sehingga tubuh tidak mampu untuk mempertahankan keseimbangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung merupakan salah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung merupakan salah satu diagnosis kardiovaskular yang paling cepat meningkat jumlahnya (Schilling, 2014). Di dunia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang masalah. Setiap anak pada umumnya senang bergaul dan bermain bersama dengan teman

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang masalah. Setiap anak pada umumnya senang bergaul dan bermain bersama dengan teman 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Setiap anak pada umumnya senang bergaul dan bermain bersama dengan teman sebayanya. Saat bersama dengan teman, seorang anak biasanya selalu penuh dengan

Lebih terperinci

A. Gangguan Bipolar Definisi Gangguan bipolar merupakan kategori diagnostik yang menggambarkan sebuah kelas dari gangguan mood, dimana seseorang

A. Gangguan Bipolar Definisi Gangguan bipolar merupakan kategori diagnostik yang menggambarkan sebuah kelas dari gangguan mood, dimana seseorang A. Gangguan Bipolar Definisi Gangguan bipolar merupakan kategori diagnostik yang menggambarkan sebuah kelas dari gangguan mood, dimana seseorang mengalami kondisi atau episode dari depresi dan/atau manik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial, hal ini dapat dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial, hal ini dapat dilihat dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 menyatakan kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial, hal ini dapat dilihat dari seseorang dengan kualitas hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kardiovaskuler (PKV) (Kemenkes RI, 2012). World Health Organization. yang berpenghasilan menengah ke bawah (WHO, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. Kardiovaskuler (PKV) (Kemenkes RI, 2012). World Health Organization. yang berpenghasilan menengah ke bawah (WHO, 2003). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transisi epidemiologi yang terjadi di dunia saat ini telah mengakibatkan berbagai perubahan pola penyakit, yaitu dari penyakit menular ke penyakit tidak menular. Peningkatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. lain. Manusia akan menjalani proses kehidupan yang memiliki 5 yakni

BAB 1 PENDAHULUAN. lain. Manusia akan menjalani proses kehidupan yang memiliki 5 yakni BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengertian manusia menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah makhluk yang berakal budi / mampu menguasai makhluk lain. Manusia akan menjalani proses kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit kronis menjadi masalah kesehatan yang sangat serius dan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit kronis menjadi masalah kesehatan yang sangat serius dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kronis menjadi masalah kesehatan yang sangat serius dan dapat menyebabkan kematian terbesar di seluruh dunia, salah satunya adalah diabetes melitus (DM). Diabetes

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditularkan dari orang ke orang. Mereka memiliki durasi panjang dan umumnya

BAB I PENDAHULUAN. ditularkan dari orang ke orang. Mereka memiliki durasi panjang dan umumnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM) merupakan salah satu masalah kesehatan yang menjadi perhatian nasional maupun global. Masalah PTM pada akhirnya tidak hanya menjadi masalah

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus merupakan salah satu penyakit degeneratif yang menjadi

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus merupakan salah satu penyakit degeneratif yang menjadi BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus merupakan salah satu penyakit degeneratif yang menjadi perhatian utama secara global dalam kesehatan. Setiap tahun terjadi peningkatan kasus dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Skizofrenia merupakan suatu penyakit otak persisten dan serius yang mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam memproses informasi, hubungan

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI DI RUANG ARIMBI RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. Oleh

PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI DI RUANG ARIMBI RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. Oleh PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI DI RUANG ARIMBI RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG Oleh Afandi 1), Y.Susilowati 2) 1) Alumni Akademi Keperawatan Krida Husada,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Manusia adalah mahluk sosial yang terus menerus membutuhkan orang lain disekitarnya. Salah satu kebutuhannya adalah kebutuhan sosial untuk melakukan interaksi sesama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tesis ini mengkaji tentang perilaku keluarga dalam penanganan penderita

BAB I PENDAHULUAN. Tesis ini mengkaji tentang perilaku keluarga dalam penanganan penderita BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Tesis ini mengkaji tentang perilaku keluarga dalam penanganan penderita gangguan jiwa (skizofrenia). Sampai saat ini penanganan penderita gangguan jiwa masih sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa menurut WHO (World Health Organization) adalah ketika

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa menurut WHO (World Health Organization) adalah ketika 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan jiwa menurut WHO (World Health Organization) adalah ketika seseorang tersebut merasa sehat dan bahagia, mampu menghadapi tantangan hidup serta dapat menerima

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari bahasa Yunani (yang berarti terengah-engah) dan pertama kali

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari bahasa Yunani (yang berarti terengah-engah) dan pertama kali BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Penyakit asma telah dikenal sejak dimulainya ilmu kesehatan. Kata asma berasal dari bahasa Yunani (yang berarti terengah-engah) dan pertama kali digunakan oleh Bapak

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Skizofrenia merupakan sindroma klinis yang berubah-ubah dan sangat

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Skizofrenia merupakan sindroma klinis yang berubah-ubah dan sangat BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Skizofrenia Skizofrenia merupakan sindroma klinis yang berubah-ubah dan sangat mengganggu. Psikopatologinya melibatkan kognisi, emosi, persepsi dan aspek lain dari perilaku.

Lebih terperinci

Hamilton Depression Rating Scale (HDRS)

Hamilton Depression Rating Scale (HDRS) Hamilton Depression Rating Scale (HDRS) Pilihlah salah satu pilihan yang sesuai dengan keadaan anda, beri tanda silang (X) pada kolom yang tersedia untuk setiap pertanyaan. 1. Keadaan perasaan sedih (sedih,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan dinamisnya kehidupan masyarakat. Masalah ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan dinamisnya kehidupan masyarakat. Masalah ini merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penderita gangguan jiwa di dunia diperkirakan akan semakin meningkat seiring dengan dinamisnya kehidupan masyarakat. Masalah ini merupakan masalah yang sangat serius.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit systemic lupus erythematosus (SLE) atau yang biasa dikenal dengan lupus merupakan penyakit kronis yang kurang populer di masyarakat Indonesia dibandingkan

Lebih terperinci

Gangguan Bipolar. Febrilla Dejaneira Adi Nugraha. Pembimbing : dr. Frilya Rachma Putri, Sp.KJ

Gangguan Bipolar. Febrilla Dejaneira Adi Nugraha. Pembimbing : dr. Frilya Rachma Putri, Sp.KJ Gangguan Bipolar Febrilla Dejaneira Adi Nugraha Pembimbing : dr. Frilya Rachma Putri, Sp.KJ Epidemiologi Gangguan Bipolar I Mulai dikenali masa remaja atau dewasa muda Ditandai oleh satu atau lebih episode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pembuluh darah yang pecah atau terhalang oleh gumpalan darah sehingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pembuluh darah yang pecah atau terhalang oleh gumpalan darah sehingga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan salah satu penyakit yang mematikan di dunia. World Health Organization (WHO) (2015) mendefinisikan stroke sebagai suatu penyakit yang disebabkan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Manusia adalah makhluk hidup yang lebih sempurna dibandingkan dengan makhluk yang lain. Konsep tentang manusia bermacam-macam. Ada yang menyatakan bahwa manusia adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker paru merupakan penyebab kematian terbanyak di dunia akibat kanker, baik pada pria maupun wanita di dunia. Di seluruh dunia, kematian akibat kanker paru sendiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Skizofrenia adalah suatu penyakit yang mempengaruhi otak dan menyebabkan timbulnya pikiran, persepsi, emosi, gerakan dan perilaku yang aneh dan terganggu. Penyakit ini

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sehat, serta mampu menangani tantangan hidup. Secara medis, kesehatan jiwa

BAB 1 PENDAHULUAN. sehat, serta mampu menangani tantangan hidup. Secara medis, kesehatan jiwa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan jiwa adalah bagian dari kesehatan secara menyeluruh, bukan sekedar terbebas dari gangguan jiwa, tetapi pemenuhan kebutuhan perasaan bahagia, sehat, serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Adapun peningkatan tajam terjadi pada kelompok penduduk lanjut

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Adapun peningkatan tajam terjadi pada kelompok penduduk lanjut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan jumlah penduduk terjadi secara global, tidak terkecuali di Indonesia. Adapun peningkatan tajam terjadi pada kelompok penduduk lanjut usia (lansia), yakni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan penurunan semua fungsi kejiwaan terutama minat dan motivasi

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan penurunan semua fungsi kejiwaan terutama minat dan motivasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit gangguan jiwa (mental disorder) merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama di negara-negara maju, tetapi masih kurang populer di kalangan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah diabetes melitus (DM). Diabetes melitus ditandai oleh adanya

BAB I PENDAHULUAN. adalah diabetes melitus (DM). Diabetes melitus ditandai oleh adanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu penyakit kronik yang cukup banyak dijumpai dewasa ini adalah diabetes melitus (DM). Diabetes melitus ditandai oleh adanya hiperglikemia kronik (kadar gula

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melangsungkan pernikahan dengan calon istrinya yang bernama Wida secara

BAB I PENDAHULUAN. melangsungkan pernikahan dengan calon istrinya yang bernama Wida secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tidak pernah terbayangkan sebelumnya, Dadang yang awalnya ingin melangsungkan pernikahan dengan calon istrinya yang bernama Wida secara serentak batal menikah, karena

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai negara berkembang, Indonesia mengalami pertumbuhan yang cukup pesat, terutama di beberapa daerah tertentu. Pertumbuhan ini juga diikuti dengan perubahan dalam

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dilakukan di Puskesmas Wonosari pada bulan September-Oktober 2016.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dilakukan di Puskesmas Wonosari pada bulan September-Oktober 2016. 47 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Lokasi Penelitian Penelitian tentang Hubungan Antara Faktor Demografi dengan Pada Penderita Hipertensi di Kabupaten Gunungkidul DIY telah dilakukan di Puskesmas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Stroke masih merupakan masalah kesehatan yang utama. Di dunia, stroke

BAB I PENDAHULUAN. Stroke masih merupakan masalah kesehatan yang utama. Di dunia, stroke BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke adalah sindrom yang terdiri dari tanda dan/atau gejala hilangnya fungsi sistem saraf pusat fokal (atau global) yang berkembang cepat (dalam detik atau menit).

Lebih terperinci