BAB 2 LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB LANDASAN TEORI.1 Kerangka Teori.1.1 Konsep Dasar Rekayasa Piranti Lunak Pengertian Rekayasa Piranti Lunak Pengertian rekayasa piranti lunak pertama kali diperkenalkan oleh Fritz Bauer pada suatu konferensi. Beliau mengatakan rekayasa piranti lunak adalah penetapan dan penggunaan prinsip-prinsip rekayasa dalam usaha mendapatkan piranti lunak yang ekonomis, yaitu piranti lunak yang terpercaya dan bekerja efisien pada mesin atau komputer (Pressman, 199, p19) Paradigma Rekayasa Piranti Lunak Terdapat lima paradigma (model proses) dalam merekayasa suatu piranti lunak, yaitu The Classic Life Cycle atau sering juga disebut Waterfall Model, Prototyping Model, Fourth Generation Techniqeus (4GT), Spiral Model, dan Combine Model. Pada penulisan skripsi ini, penulis mempergunakan Waterfall Model. Menurut Pressman (199, p0-1), ada enam tahap dalam Waterfall Model, seperti gambar.1 berikut adalah penjabarannya : 8

2 9 Gambar.1 Waterfall Model a. Rekayasa sistem (System Engineering) Karena perangkat lunak merupakan bagian dari sebuah sistem yang lebih besar, maka aktivitas ini dimulai dengan penetapan kebutuhan dari semua elemen sistem. Gambaran sistem ini penting jika perangkat lunak harus berinteraksi dengan elemen-elemen lain, seperti hardware, manusia dan database. b. Analisis kebutuhan perangkat lunak (Software Requirement Analysis) Analisis yang dilakukan pada tahap ini adalah untuk mengetahui kebutuhan piranti lunak, sumber informasi piranti lunak, fungsi-fungsi yang dibutuhkan, kemampuan piranti lunak dan antarmuka piranti lunak tersebut. c. Perancangan (Design) Perancangan piranti lunak dititikberatkan pada empat atribut program, yaitu struktur data, arsitektur piranti lunak, rincian prosedur dan karakter

3 10 antarmuka. Proses perancangan menerjemahkan kebutuhan ke dalam sebuah representasi perangkat lunak yang dapat dinilai kualitasnya sebelum dilakukan pengkodean. d. Pengkodean (Coding) Aktivitas yang dilakukan adalah memindahkan hasil perancangan menjadi suatu bentuk yang dapat dimengerti oleh mesin, yaitu dengan membuat program. e. Pengujian (Testing) Tahap pengujian perlu dilakukan agar output yang dihasilkan oleh program sesuai dengan yang diharapkan. Pengujian dilakukan secara menyeluruh hingga semua perintah dan fungsi telah diuji. f. Pemeliharaan (Maintenance) Karena kebutuhan pemakai selalu akan meningkat, maka piranti lunak yang telah selesai dibuat perlu dipelihara agar dapat mengantisipasi kebutuhan pemakai terhadap fungsi-fungsi baru yang dapat timbul karena munculnya sistem operasi baru dan perangkat keras baru..1. Interaksi Manusia dan Komputer Saat ini orang sangat menyenangi suatu sistem atau program yang interaktif, karena itu penggunaan komputer telah berkembang pesat sebagai suatu program yang interaktif yang membuat orang tertarik untuk menggunakannya. Program yang interaktif ini perlu dirancang dengan baik sehingga pengguna dapat merasa senang dan juga dapat ikut berinteraksi dengan baik dalam menggunakannya.

4 Program Interaktif Suatu program yang interaktif dan baik harus bersifat user frendly. Shneiderman (1998, p15) menjelaskan lima kriteria yang harus dipenuhi oleh suatu program yang user friendly yaitu : 1. Waktu belajar yang tidak lama.. Kecepatan penyajian informasi yang tepat. 3. Tingkat kesalahan pemakaian rendah. 4. Penghafalan sesudah melampaui jangka waktu. 5. Kepuasan pribadi. Suatu program yang interaktif dapat dengan mudah dibuat dan dirancang dengan suatu perangkat bantu pengembang sistem antarmuka, seperti Visual Basic, Borland Delphi dan sebagainya. Keuntungan penggunaan perangkat bantu untuk mengembangkan antarmuka menurut Santosa (1997, p7) yaitu : 1. Antarmuka yang dihasilkan menjadi lebih baik.. Program antar mukanya menjadi mudah ditulis dan lebih ekonomis untuk dipelihara..1.. Pedoman untuk Merancang User Interface Terdapat beberapa pedoman yang dianjurkan dalam merancang suatu program guna mendapatkan suatu program yang user friendly Delapan Aturan Emas Menurut Shneiderman (1998, p74-75) untuk merancang sistem interaksi manusia dan komputer yang baik, harus memperhatikan delapan aturan utama dibawah ini, yaitu :

5 1 1. Strive for concistency (Bertahan untuk konsisten).. Enable Frequent user to use shortcuts (Memperbolehkan pengguna sering memakai shortcut). 3. Offer informative feed back (Memberikan umpan balik yang informatif). 4. Design dialogs to yield closure (Pengorganisasian yang baik sehingga pengguna mengetahui kapan awal dan akhir dari suatu aksi). 5. Offer simple error handling (Penanganan kesalahan yang sederhana). 6. Permit easy reversal of actions (Mengizinkan pembalikan aksi (undo) dengan mudah). 7. Support Internal Locus of control (Pemakai menguasai sistem atau inisiator, bukan responden). 8. Reduce short term memory load (Mengurangi baban ingatan jangka pendek, dimana manusia hanya dapat mengingat 7 + satuan informasi sehingga perancangannya harus sederhana) Pedoman Merancang Tampilan Data Beberapa pedoman yang disarankan untuk digunakan dalam merancang tampilan data yang baik menurut Smith dan Mosier yang dikutip oleh Shneiderman (1998, p80) yaitu : 1. Konsistensi tampilan data, istilah, singkatan, format dan sebagainya harus standar.

6 13. Beban ingatan yang sesedikit mungkin bagi pengguna. Pengguna tidak perlu mengingat informasi dari layar yang satu ke layar yang lain. 3. Kompatibilitas tampilan data dengan pemasukan data. Format tampilan informasi perlu berhubungan erat dengan tampilan pemasukan data. 4. Fleksibilitas kendali pengguna terhadap data. Pemakai harus dapat memperoleh informasi dari tampilan dalam bentuk yang paling memudahkan Teori Waktu Respons Waktu respons dalam sistem komputer menurut Sneiderman (1998, p35) adalah jumlah detik dari saat pemakai memulai aktifitas (misalnya dengan menekan tombol enter atau tombol mouse) sampai komputer menampilkan hasilnya di display atau printer. Beberapa pedoman yang disarankan mengenai kecepatan waktu respons pada suatu program menurut Sneiderman (1998, p367), yaitu : 1. Pemakai lebih menyukai waktu respons yang lebih pendek.. Waktu respons yang lebih panjang (lebih dari 15 detik) mengganggu. 3. Waktu respons yang lebih pendek menyebabkan waktu pengguna berfikir lebih pendek. 4. Langkah yang lebih cepat dapat meningkatkan produktivitas, tetapi juga dapat meningkatkan tingkat kesalahan. 5. Waktu respons harus sesuai dengan tugasnya :

7 14 a. Untuk mengetik, menggerakkan kursor, memilih dengan mouse : milidetik. b. Tugas sederhana yang sering : < 1 detik. c. Tugas biasa : 4 detik. d. Tugas kompleks : 8 1 detik. 6. Pemakai harus diberi tahu mengenai penundaan yang panjang..1.3 Teori State Transition Diagram (STD) State Transition diagram merupakan sebuah modelling tool yang digunakan untuk mendeskripsikan sistem yang memiliki ketergantungan terhadap waktu. STD merupakan suatu kumpulan keadaan atau atribut yang mencirikan suatu keadaan pada waktu tertentu. Komponen-komponen utama STD adalah : 1. State, disimbolkan dengan State merepresentasikan reaksi yang ditampilkan ketika suatu tindakan dilakukan. Ada dua jenis state yaitu : state awal dan state akhir. State akhir dapat berupa beberapa state, sedangkan state awal tidak boleh lebih dari satu.. Arrow, disimbolkan dengan Arrow sering disebut juga dengan transisi state yang diberi label dengan ekspresi aturan, label tersebut menunjukkan kejadian yang menyebabkan transisi terjadi.

8 15 3. Condition dan Action, disimbolkan dengan Condition Action State 1 State Untuk melengkapi STD diperlukan hal lagi yaitu condition dan action. Condition adalah suatu event pada lingkungan eksternal yang dapat dideteksi oleh sistem, sedangkan Action adalah yang dilakukan oleh sistem bila terjadi perubahan state atau merupakan reaksi terhadap kondisi. Aksi akan menghasilkan keluaran atau tampilan..1.4 Perancangan Percobaan Definisi Perancangan Percobaan Definisi perancangan percobaan menurut Nazir (1988, p67) adalah semua proses yang diperlukan dalam merencanakan dan melaksanakan percobaan. Perancangan percobaan bukan hanya memberikan proses perencanaan saja, tetapi juga mencakup langkah-langkah yang berurutan yang menyeluruh dan komplit yang dibuat lebih dahulu Manfaat Perancangan Percobaan Menurut Nazir (1988, p68), manfaat dari perancangan percobaan adalah untuk memperoleh suatu keterangan yang maksimum mengenai cara membuat percobaan dan bagaimana proses perencanaan serta pelaksanaan percobaan akan dilakukan.

9 Percobaan Faktorial dengan Rancangan Dasar Rancangan Acak Kelompok (RAK) Pengertian percobaan faktorial menurut Steel dan Torrie (1981, p404) adalah percobaan yang perlakuannya terdiri atas semua kemungkinan kombinasi taraf dari beberapa faktor. Menurut Runyon (1985, p199), percobaan faktorial adalah percobaan yang terdapat dua atau lebih taraf dalam setiap kondisi perlakuan. Sedangkan menurut Gomez K.A dan Gomez A (1995, p9), percobaan faktorial adalah suatu percobaan di mana perlakuan di dalamnya terdiri dari semua kemungkinan kombinasi taraf terpilih untuk dua faktor atau lebih. Lebih lanjut, istilah faktorial menggambarkan suatu cara khusus di mana perlakuan dibentuk dan tidak menunjukkan penggunaan rancangan percobaan yang digunakan (Gomez K.A dan Gomez A., 1995, p93) Menurut Gaspersz (1991, p181), pengertian percobaan faktorial adalah suatu percobaan mengenai sekumpulan perlakuan yang terdiri atas semua kombinasi yang mungkin dari taraf beberapa faktor. Lebih lanjut menurut Gaspersz (1991, p180) pada percobaan faktorial ini, kita hanya mengamati pengaruh faktor tunggal terhadap respon tertentu dan dalam percobaan ini kita tetap menggunakan salah satu rancangan dasar yaitu RAK, RAL, atau lainnya. Lebih lanjut Gaspersz (1991,p6) mengatakan, Percobaan faktorial dengan rancangan dasar RAK tidak lain adalah menggunakan RAK sebagai rancangan percobaannya, sedangkan faktor yang dicobakan lebih dari satu faktor. Menurut Montgomery (001,p175), Percobaan faktorial memiliki beberapa keuntungan, percobaan ini lebih efisien dibandingkan dengan percobaan faktor

10 17 tunggal, percobaan faktorial ini juga penting untuk mencegah kesimpulan yang salah ketika terjadi interaksi. Setiap rancangan acak kelompok untuk percobaan faktor tunggal dapat digunakan untuk percobaan faktorial. Prosedur untuk pengacakan dan penataan setiap rancangan dapat langsung digunakan dengan cara mengabaikan komposisi faktor dari percobaan faktorial dan pertimbangkan semua perlakuan seolah-olah mereka tidak berhubungan. Untuk sidik ragam perhitungan yang dibicarakan dalam setiap rancangan juga langsung dapat digunakan. Akan tetapi, diperlukan langkahlangkah perhitungan tambahan untuk memilah jumlah kuadrat perlakuan sesuai dengan pengaruh utama untuk setiap faktor individu dan interaksinya (Gomez K.A dan Gomez A,1995,p94). Berikut adalah langkah-langkah analisis ragam suatu percobaan dua faktor dalam RAK : 1. Model umum dari analisis ragam percobaan dua faktor dalam RAK, adalah : Y dimana : ijk = u + Kk + Ai + Bj + ( AB) ij+ ijk; i = 1,,...,a j = 1,,...,b k = 1,,...,r Y ijk = nilai pengamatan (respons) dari kelompok ke-k, yang memperoleh taraf ke-i dari faktor A, dan taraf ke-j dari faktor B u K k A i = nilai rata-rata yang sesungguhnya = pengaruh aditif dari kelompok ke-k = pengaruh aditif dari taraf ke-i faktor A

11 18 B j = pengaruh aditif dari taraf ke-j faktor B (AB) ij = pengaruh interaksi dari taraf ke-i faktor A dan taraf ke-j faktor B ijk = pengaruh galat percobaan pada kelompok ke-k yang memperoleh taraf ke-i faktor A dan taraf ke-j faktor B.. Asumsi Asumsi yang dibutuhkan dalam analisis ragam ini adalah (1) Galat percobaan menyebar normal; () Galat percobaan memiliki ragam yang homogen; (3) Galat percobaan saling bebas; dan (4) pengaruh perlakuan dan lingkungan aditif. 3. Hipotesis Hipotesis yang diuji dalam penelitian adalah : a. H 0 : (AB) ij = 0, yang berarti tidak ada pengaruh interaksi antara faktor A dan B terhadap respon yang diamati. H 1 : minimal ada satu (AB) ij 0, artinya ada pengaruh interaksi antara faktor A dan B terhadap respon yang diamati. b. H 0 : A i = 0, yang berarti tidak ada pengaruh faktor A terhadap respon yang diamati. H 1 : minimal ada satu A i 0, artinya ada pengaruh faktor A terhadap respon yang diamati.

12 19 c. H 0 : B j = 0, yang berarti tidak ada pengaruh faktor B terhadap respon yang diamati. H 1 : minimal ada satu B i 0, artinya ada pengaruh faktor B terhadap respon yang diamati. 4. Prosedur analisis ragam Prosedur analisis ragam untuk percobaan faktorial yang terdiri dari faktor (A dan B) dengan menggunakan rancangan dasar RAK dapat dijabarkan melalui tahap-tahap berikut : Tahap 1. Menghitung faktor koreksi (FK), jumlah kuadrat total (JKT), jumlah kuadrat kelompok (JKK), jumlah kuadrat perlakuan (JKP), dan jumlah kuadrat galat (JKG). Jika r, a, dan b masing-masing melambangkan banyaknya kelompok, banyaknya taraf faktor A, dan banyaknya taraf faktor B, maka : Y.. (total umum) FK = =...(1) rab banyak pengamatan JKT = Y i, j, k ijk FK... () JKT = jumlah kuadrat nilai pengamatan faktor koreksi JKK Y.. k k = FK = ab ( total kelompok) ab FK...(3)

13 0 Yij. i, j JKP = FK = r ( total perlakuan) r FK... (4) JKG = JKT JKK JKP.... (5) Tahap. Menghitung derajat bebas (db) masing-masing melalui : db kelompok = r 1...(6) db perlakuan = ab 1...(7) db galat = (r 1)(ab 1)...(8) db total = rab 1...(9) Tahap 3. Menghitung ketiga komponen faktorial dari jumlah kuadrat perlakuan sebagai berikut : ( ) a i i JK (A) = FK = rb ( ) b j j JK (B) = FK = ra ( total taraf faktor A) rb ( total taraf faktor B) ra - FK...(10) - FK...(11) JK (A x B) = JKP JK (A) JK (B)...(1) Tahap 4. Menghitung derajat bebas (db) untuk pengaruh utama dan interaksi faktor A dan faktor B, sebagai berikut : db faktor A = a 1...(13) db faktor B = b 1...(14) db interaksi A x B = (a 1)(b 1)...(15)

14 1 Tahap 5. Menghitung kuadrat tengah (KT) masing-masing melalui pembagian antara JK dan derajat bebasnya, yaitu : KT (A) = KT (B) = JK( A) a 1 JK( B) b 1...(16)...(17) KT (A x B) = JK( AxB) ( a 1)( b 1)...(18) KT Galat = JK galat ( r 1)( ab 1)...(19) Tahap 6. Menghitung nilai F untuk masing-masing dari ketiga komponen faktorial, sebagai berikut : KT ( A) F (A) = KTGalat...(0) KT ( B) F (B) = KTGalat...(1) KT ( AxB) F (A x B) = KTGalat...() Tahap 7. Bandingkan setiap nilai F hitung dengan nilai F tabel, dengan f 1 = db KT pembilang dan f = db KT penyebut, pada taraf nyata yang tertera. 1. Apabila F hitung < F tabel (α = 0. 05) maka F hitung tidak nyata (tn).. Apabila F tabel (α = 0. 05) < F hitung < F tabel (α = 0. 01) maka F hitung nyata (*). 3. Apabila F hitung < F tabel (α = 0. 01) maka F hitung sangat nyata (**).

15 Tahap 8. Kesimpulan 1. Tolak H 0 jika F hitung nyata atau sangat nyata, yang berarti tidak ada pengaruh perlakuan faktor yang diuji terhadap respon yang diamati.. Terima H 1 jika F hitung tidak nyata, yang berarti ada pengaruh perlakuan faktor yang diuji terhadap respon yang diamati. Tahap 9. Menghitung koefisien keragaman (kk) sebagai berikut : kk = KTGalat x (3) rataan umum Tahap 10. Masukkan semua nilai yang diperoleh dari tahap 1 sampai tahap 8 ke dalam tabel.1 berikut : Tabel.1 Analisis ragam percobaan faktorial dengan rancangan dasar RAK Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F F Tabel Keragaman Bebas Kuadrat Tengah Hitung 5 % 1 % Kelompok r 1 JKK KTK Perlakuan ab 1 JKP KTP A a 1 JK (A) KT(A) F (A) B b 1 JK (B) KT(B) F (B) A x B (a-1)(b-1) JK (AxB) KT(AxB) F (AxB) Galat (r-1)(ab-1) JKG KTG Total rab 1 JKT Uji Beda Rata-rata Grup Perlakuan (Uji Kontras) Pada uji beda rata-rata grup perlakuan atau uji kontras ini, yang akan dibahas adalah (1) bagaimana membedakan pengaruh grup-grup perlakuan dan pengaruh

16 3 perlakuan-perlakuan dalam suatu grup perlakuan tertentu menurut metode pembanding ortogonal, dan () tentang bagaimana membedakan kecenderungan pengaruh-pengaruh perlakuan dalam percobaan faktor faktorial menurut metode polinomial ortogonal Metode Pembanding Ortogonal Metode pembanding ortogonal ini sebaiknya hanya digunakan terhadap perlakuan-perlakuan yang dapat dikontraskan atau perlakuanperlakuan yang masing-masing kelompoknya mempunyai ciri yang kontras. Ciri kontras ini umumnya hanya dijumpai pada faktor kualitas. Dalam metode pembanding ortogonal, prosedur analisis statistik dilakukan dalam tahap, yaitu : Tahap 1, Analisis Jumlah Kuadrat (JK) utama seperti halnya dalam uji Anova menurut rancangan percobaan yang digunakan. Tahap, Analisis JK perlakuan rincian, yang merupakan lanjutan dari JK perlakuan pada JK utama (tahap 1) sesuai dengan rencana pengujian sebelum percobaan. Berikut adalah penjelasan prosedur statistik dalam tahap : Kontras berderajat bebas (db) tunggal merupakan fungsi linier (L) dari jumlah-jumlah perlakuan : L = c i T i t i= 1...(4) = c 1 T 1 + c T c i T i

17 4 Menurut Gomez dan Gomez (1995, p3), JK kontras linier JK(L) ber-db tunggal dihitung sebagai berikut : JK(L) = L r( C )...(5) Dua kontras db tunggal dikatakan ortogonal apabila jumlah hasil kali dari koefisiennya sama dengan nol, yaitu dua kontras dengan masing-masing mempunyai db tunggal : L 1 = c 11 T 1 + c 1 T c 1t T t L = c 1 T 1 + c T c t T t Dikatakan ortogonal apabila memenuhi ketentuan berikut ini : t i= 1 c1 ici = c 11 c 1 + c 1 c c 1t c t = 0...(6) Suatu grup dari p kontras db tunggal, dimana p> dikatakan ortogonal bersama (mutually orthogonal) apabila setiap pasang dan semua pasangan dari kontras dalam grup adalah ortogonal. Bagi suatu percobaan dengan t perlakuan, jumlah maksimum kontras ortogonal bersama dengan db tunggal yang dapat disusun adalah (t 1) atau sebesar db JK Perlakuan. Setiap grup perlakuan dari (t 1) kontras ortogonal bersama dengan db tunggal, jumlah dari JK-nya sama dengan JK perlakuan, yaitu : JK(L 1 ) + JK(L ) + JK(L 3 ) JK(L t-1 ) = JK Perlakuan...(7) Menurut kontras berderajat bebas tunggal ini pengujian dapat dilakuakn terhadap semua tipe perbandingan grup yang direncanakan sebelum percobaan.

18 5 Menurut Hanafiah (001, p71), pengujian metode pembanding ortogonal ini dilakukan dalam dua tahap, yaitu : 1. Uji beda antar grup. Pada tahap ini perlakuan-perlakuan dikelompokkan menjadi beberapa grup perlakuan.. Uji beda dalam grup. Pada tahap ini, uji nyata hanya dilakukan terhadap perlakuanperlakuan yang terdapat dalam suatu grup perlakuan tertentu Metode Polinomial Ortogonal Dalam perlakuan kuantitatif, seperti kepadatan tanaman atau kadar pemupukkan yang digunakan, terdapat kontinuitas dari satu taraf perlakuan ke perlakuan lainnya dan banyaknya kemungkinan taraf perlakuan yang dapat dicobakan dalam satu pengujian adalah tidak terbatas (Gomesz K.A. dan Gomesz A.A, 1995,p31). Meskipun taraf perlakuan yang dapat diujikan dalam suatu pengujian jumlahnya terbatas, tetapi minat peneliti biasanya mencakup keseluruhan wilayah perlakuan. Akibatnya jenis pembandingan rataan yang terarah kepada perlakuan tertentu yang diujikan tidaklah tepat. Pendekatan yang lebih tepat adalah mempelajari hubungan fungsi antara respons dan perlakuan yang mencakup seluruh wilayah taraf perlakuan yang diujikan. Meskipun pembandingan arah dapat dibuat untuk setiap hubungan fungsi yang diminta, yang paling sederhana dan umum digunakan adalah

19 6 berdasar polinomial. Suatu derajat polinomial ke-n menjelaskan hubungan antara peubah tidak bebas Y dan peubah bebas X disajikan sebagai : Y = α + β... + n 1 X + β X + β n X...(4) sedangkan α adalah intersep dan β i (i = 1,...,n) adalah koefisien regresi sebagian yang berhubungan dengan derajat polinomial ke-i. Cara pembandingan arah berdasarkan polinomial, biasanya lebih dikenal sebagai metode polinomial ortogonal, yakni mencari derajat polinomial terendah yang dapat disajikan secara memadai antara peubah tidak bebas Y (biasanya ditunjukkan dengan respon tanaman atau respon bukan tanaman). Gomesz dan Gomesz (1995,p3) menjabarkan caranya perhitungannya sebagai berikut : 1. Penyusunan suatu gugus kontras ortogonal bersama derajat bebas tunggal dengan kontras pertama menunjukkan derajat polinomial pertama (linier), kontras kedua menunjukkan derajat polinomial kedua (kuadratik) dan seterusnya. Banyaknya polinomial yang dapat dipelajari akan tergantung kepada banyaknya pengamatan berpasangan (n) atau umumnya banyaknya perlakuan yang diujikan (t). Kenyataannya, derajat polinomial tertinggi yang dapat dipelajari sama dengan (n 1) atau (t 1).. Penghitungan JK dan pengujian beda nyata untuk setiap kontras.

20 7 3. Pemilihan derajat polinomial tertentu yang paling baik dalam menguraikan hubungan antara perlakuan dan responnya. Berikut ini digambarkan metode polinomial ortogonal untuk dua kasus, yang satu mempunyai perlakuan-perlakuan dengan selang yang sama, dan yang kedua mempunyai perlakuan dengan selang yang tidak sama Perlakuan dengan Selang Sama Langkah-langkah yang terdapat dalam penggunaan metode polinomial ortogonal untuk membandingkan arah di antara rataan perlakuan dengan selang yang sama adalah : Langkah 1. Dari tabel pada lampiran, diperoleh gugus dari (t-1) kontras derajat bebas tunggal yang menunjukkan polinomial ortogonal, di mana t adalah jumlah perlakuan yang diujikan. Langkah. Menghitung JK untuk setiap kontras derajat bebas tunggal atau setiap polinomial ortogonal yang diperoleh dari langkah 1, dengan rumus sebagai berikut : L ( c ) JK ( L) =... (7) r Langkah 3. Menghitung nilai F untuk setiap derajat polinomial dengan membagi setiap JK yang dihitung dalam langkah dengan kuadrat tengah galat dari analisis ragam.

21 8 JK i Fi =... (8) KTGalat dimana i adalah derajat polinomial Langkah 4. Membandingkan tiap nilai F hitung dengan nilai F tabel dengan f 1 = 1 dan f = derajat bebas galat pada taraf nyatanya yang disarankan. Langkah 5. Gabungkan JK dari seluruh polinomial yang paling sedikit dua derajat lebih tinggi daripada polinomial tertinggi yang berbeda nyata. Nilai JK gabungan ini biasanya disebut sebagai JK sisa. Derajat bebas sisa sama dengan banyaknya JK yang digabungkan KT sisa = JK sisa db sisa... (9) F = KT sisa KT galat... (30) Nilai F hitung dapat dibandingkan dengan nilai F tabel dengan f 1 = derajat bebas sisa dan f = derajat bebas galat pada taraf nyata yang disarankan. Jika F hitung > F tabel maka tolak Ho dan Jika F hitung < F tabel maka terima Ho. Langkah 6. Masukkan nilai yang diperoleh dari langkah sampai 5 ke dalam tabel analisis ragam.

22 Perlakuan dengan Selang Tidak Sama Dalam metode polinomial ortogonal, perbedaan antara kasus dengan selang yang sama dan selang yang tidak sama hanyalah dalam memperoleh gugus kontras ortogonal bersama derajat bebas tunggal yang tepat. Untuk setiap kasus, koefisien kontras harus diperoleh dari selang perlakuan yang tidak sama, bukan langsung dari tabel koefisien kontras baku. Akan tetapi, sekali koefisien kontras didapatkan, cara perhitungannya sama untuk kedua kasus. Untuk selanjutnya pembahasan akan ditujukan untuk memperoleh koefisien polinomial ortogonal untuk kasus yang selangnya tidak sama. Gomesz dan Gomesz (1995,p36-40) memberikan langkahlangkah untuk mendapatkan tiga gugus koefisien polinomial ortogonal, yaitu sebagai berikut : Langkah 1. Sandikanlah perlakuan dengan menggunakan bilangan cacah yang terkecil. Langkah. Hitung ketiga gugus koefisien polinomial ortogonal, untuk derajat polinomial pertama (linier), kedua (kuadratik), sebagai berikut : L = a +...(31) i X i Q = b + cx + X...(3) i i i

23 30 untuk L i,q i (i= 1,...,t) adalah koefisien dari perlakuan berturut-turut untuk linier dan kuadratik. t adalah banyaknya perlakuan dan a, b dan c adalah parameter yang diperlukan untuk menduga keenam persamaan berikut : t L = ta + i X i i= 1 i= 1 t = 0...(33) t i= 1 Q i = tb + c t i= 1 X i + t i= 1 X i = 0...(34) Dua persamaan diatas diperoleh dari ketentuan kontras derajat bebas tunggal yang jumlah koefisiennya harus sama dengan nol. Penyelesaian yang umum bagi kedua parameter tersebut adalah: X a =...(35) t 3 ( X )( X ) ( X ) t( X ) ( X ) b =...(36) 3 ( X )( X ) t( X ) t( X ) ( X ) c =...(37) Nilai parameter a, b dan c yang dihitung, kemudian digunakan dalam persamaan langkah untuk menghitung L i, Q i untuk setiap taraf.. Kerangka Berfikir Pengolahan data percobaan membutuhkan suatu alat bantu program yang dapat mengolah data-data percobaan dengan tepat dan memberikan kemudahan dalam proses

24 31 input data dan proses menghasilkan output. Masalah kelemahan program MSTAT pada tahap menginput data dan pada tahap menghasilkan output dapat diatasi dengan merancang suatu program baru yang merupakan pengembangan dari program MSTAT. Program aplikasi yang penulis beri nama RANCOB ini, dapat mengolah datadata percobaan faktorial faktor dengan uji lanjut menggunakan metode pembanding ortogonal. Program aplikasi ini juga dapat mengatasi kelemahan program MSTAT, serta dilengkapi dengan fasilitas program seperti tampilan dan laporan yang disesuaikan dengan kebutuhan balai.

PERANCANGAN PROGRAM APLIKASI PENGOLAHAN DATA PERCOBAAN MENGGUNAKAN METODE PEMBANDING ORTOGONAL SKRIPSI. Oleh LUWI DARMAWAN

PERANCANGAN PROGRAM APLIKASI PENGOLAHAN DATA PERCOBAAN MENGGUNAKAN METODE PEMBANDING ORTOGONAL SKRIPSI. Oleh LUWI DARMAWAN PERANCANGAN PROGRAM APLIKASI PENGOLAHAN DATA PERCOBAAN MENGGUNAKAN METODE PEMBANDING ORTOGONAL SKRIPSI Oleh LUWI DARMAWAN 0300478582 UNIVERSITAS BINA NUSANTARA JAKARTA 2004 PERANCANGAN PROGRAM APLIKASI

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 5 BAB LANDASAN TEORI.1 Kerangka Teori Statistika.1.1 Perancangan Percobaan Percobaan merupakan suatu bentuk penelitian dimana ingin diketahui respon suatu objek sebagai akibat dari berbagai keadaan yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Dasar Rekayasa Piranti Lunak a. Pengertian Rekayasa Piranti Lunak Pengertian rekayasa piranti lunak pertama kali diperkenalkan oleh Fritz Baver pada suatu konferensi.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Optimalisasi Optimalisasi adalah sarana untuk mengekspresikan, dalam model matematika, hasil dari penyelesaian suatu masalah dengan cara terbaik (Sergio et. al., 2008, p403). Hal

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 5 BAB LANDASAN TEORI. Deskripsi Teori Statistik.. Perancangan Percobaan Definisi perancangan percobaan menurut Nazir (988, p67) adalah semua proses yang diperlukan dalam merencanakan dan melaksanakan suatu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 8 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kerangka Teori 2.1.1 Rekayasa Piranti Lunak Menurut Prahasta (2005, p223), rekayasa piranti lunak adalah sekumpulan aktifitas aktifitas kerja yang berkaitan erat dengan perancangan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kerangka Teori 2.1.1 Pengertian kualitas Kualitas merupakan hal utama yang mempengaruhi pertimbangan konsumen dalam membeli suatu barang atau jasa. Baik buruknya suatu kualitas

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. simulasi penyelesaian rubix cube ini adalah sebagai berikut. 1. Processor: Intel (R) Pentium (R) 4 CPU 1.

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. simulasi penyelesaian rubix cube ini adalah sebagai berikut. 1. Processor: Intel (R) Pentium (R) 4 CPU 1. BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Implementasi Program Spesifikasi sistem komputer yang digunakan untuk menjalankan program simulasi penyelesaian rubix cube ini adalah sebagai berikut. 4.1.1 Spesifikasi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Multimedia Multimedia adalah kombinasi dari text, gambar, suara, animasi, dan video yang disalurkan lewat komputer atau alat elektronik lain atau lewat sarana-sarana manipulasi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Dasar Perancangan Perangkat Lunak Menurut Pressman (2001, p6), perangkat lunak adalah (1) instruksi (program komputer) yang ketika dieksekusi akan memberikan fungsi dan performa

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Model Cutting Stock Problem 2.1.1 Integer Knapsack Cutting-stock problem merupakan salah satu satu contoh persoalan dalam Integer Knapsack. Dalam persoalan integer knapsack,

Lebih terperinci

STK511 Analisis Statistika. Pertemuan 7 ANOVA (1)

STK511 Analisis Statistika. Pertemuan 7 ANOVA (1) STK511 Analisis Statistika Pertemuan 7 ANOVA (1) Metode Pengumpulan Data Metode Percobaan Memiliki keleluasaan untuk melakukan pengawasaan terhadap sumber-sumber keragaman data Dapat menciptakan jenis

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Produksi Produksi adalah setiap usaha atau kegiatan untuk menambah kegunaan suatu barang atau menciptakan barang yang baru baik langsung maupun tidak langsung, yang dapat memenuhi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Fuzzy Relation Dalam dunia ini, banyak hal bersifat tidak pasti dimana derajat kepastian (degree of preciseness) hal-hal tersebut secara intuisi berbeda-beda. Di sini, fuzzy set

Lebih terperinci

Pengacakan dan Tata Letak

Pengacakan dan Tata Letak Pengacakan dan Tata Letak 26 Pengacakan dan Tata Letak Pengacakan bisa dengan menggunakan Daftar Angka Acak, Undian, atau dengan perangkat komputer (bisa dilihat kembali pada pembahasan RAL/RAK/RBSL satu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Arus globalisasi dan teknologi saat ini berkembang demikian cepat di seluruh

BAB 1 PENDAHULUAN. Arus globalisasi dan teknologi saat ini berkembang demikian cepat di seluruh BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Arus globalisasi dan teknologi saat ini berkembang demikian cepat di seluruh dunia. Teknologi-teknologi baru di berbagai bidang banyak bermunculan dan dengan cepat

Lebih terperinci

Percobaan Rancangan Petak Terbagi dalam RAKL

Percobaan Rancangan Petak Terbagi dalam RAKL Percobaan Rancangan Petak Terbagi dalam RAKL Kuliah 12 Perancangan Percobaan (STK 222) rahmaanisa@apps.ipb.ac.id Review Kapan rancangan split-plot digunakan? Apakah perbedaan split-plot dibandingkan dengan

Lebih terperinci

STK511 Analisis Statistika. Pertemuan 9 ANOVA (3)

STK511 Analisis Statistika. Pertemuan 9 ANOVA (3) STK511 Analisis Statistika Pertemuan 9 ANOVA (3) 9. ANOVA (3) Diagnosis Asumsi dalam Uji Hipotesis 1. bersifat bebas terhadap sesamanya. Nilai harapan dari nol, E 0 3. Ragam homogen, Var 4. Pola sebaran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Penerapan Model Human Computer Interaction (HCI) dalam Analisis Sistem

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Penerapan Model Human Computer Interaction (HCI) dalam Analisis Sistem BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 1.1 Tinjauan Pustaka Prihati, Mustafid, Suhartono (2011) membuat sebuah jurnal yang berjudul Penerapan Model Human Computer Interaction (HCI) dalam Analisis Sistem

Lebih terperinci

BAB II Konsep dasar Rekayasa Piranti Lunak Pengertian Rekayasa Piranti Lunak

BAB II Konsep dasar Rekayasa Piranti Lunak Pengertian Rekayasa Piranti Lunak BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kerangka Teori 2.1.1 Konsep dasar Rekayasa Piranti Lunak 2.1.1.1 Pengertian Rekayasa Piranti Lunak Pertama kali diperkenalkan oleh Fritz Bauer, dimana menerapkan beberapa syarat

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya 7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian (BB-BIOGEN) 2.1.1 Sejarah Sejak didirikan, BB-BIOGEN telah berulang kali mengalami perubahan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Spesifikasi Rancangan Pada sub bab spesifikasi rancangan ini akan dibahas mengenai spesifikasi perangkat lunak dan spesifikasi perangkat keras. 4.1.1 Spesifikasi Perangkat

Lebih terperinci

Acak Kelompok Lengkap (Randomized Block Design) Arum H. Primandari, M.Sc.

Acak Kelompok Lengkap (Randomized Block Design) Arum H. Primandari, M.Sc. Percobaan Satu Faktor: Rancangan Acak Kelompok Lengkap (Randomized Block Design) Arum H. Primandari, M.Sc. Latar belakang Rancangan Acak kelompok adalah suatu rancangan acak yang dilakukan dengan mengelompokkan

Lebih terperinci

Percobaan Satu Faktor: Rancangan Acak Lengkap (RAL) Oleh: Arum Handini Primandari, M.Sc.

Percobaan Satu Faktor: Rancangan Acak Lengkap (RAL) Oleh: Arum Handini Primandari, M.Sc. Percobaan Satu Faktor: Rancangan Acak Lengkap (RAL) Oleh: Arum Handini Primandari, M.Sc. Rancangan Acak Lengkap (RAL) RAL merupakan rancangan paling sederhana di antara rancangan-rancangan percobaan baku.

Lebih terperinci

PERCOBAAN SATU FAKTOR: RANCANGAN ACAK LENGKAP (RAL) Arum Handini Primandari, M.Sc.

PERCOBAAN SATU FAKTOR: RANCANGAN ACAK LENGKAP (RAL) Arum Handini Primandari, M.Sc. PERCOBAAN SATU FAKTOR: RANCANGAN ACAK LENGKAP (RAL) Arum Handini Primandari, M.Sc. PENGUJIAN HIPOTESIS Langkah-langkah pengujian hipotesis: 1) Merumuskan hipotesis 2) Memilih taraf nyata α 3) Menentukan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN APLIKASI DAN PERCOBAAN METODA RESPONS PERMUKAAN

BAB III PERANCANGAN APLIKASI DAN PERCOBAAN METODA RESPONS PERMUKAAN 30 BAB III PERANCANGAN APLIKASI DAN PERCOBAAN METODA RESPONS PERMUKAAN 3.1 Perancangan Aplikasi 3.1.1 Gambaran Umum Perancangan Model program aplikasi yang dirancang akan digambarkan dengan menggunakan

Lebih terperinci

Rancangan Petak Terpisah dalam RAL

Rancangan Petak Terpisah dalam RAL Rancangan Petak Terpisah dalam RAL KULIAH 11 PERANCANGAN PERCOBAAN (STK222) rahmaanisa@apps.ipb.ac.id Latar Belakang Sejarah : Rancangan ini awalnya berkembang pada bidang pertanian (Montgomery, 1997;

Lebih terperinci

BAB II. Landasan Teori

BAB II. Landasan Teori BAB II Landasan Teori. Model Matematika Menurut Wirodikromo (998, p77) model matematika adalah suatu rumusan matematika (dapat berbentuk persamaan, pertidaksamaan / fungsi) yang diperoleh dari hasil penafsiran

Lebih terperinci

Perancangan Percobaan

Perancangan Percobaan Perancangan Percobaan Rancangan lingkungan: Rancangan Acak Lengkap (RAL), (RAK) dan Rancangan Bujur Sangkar Latin (RBSL), Lattice. Ade Setiawan 009 RAL Ade Setiawan 009 Latar Belakang RAK 3 Perlakuan Sama

Lebih terperinci

PERCOBAAN MENGGUNAKAN SPLIT PLOT DENGAN RANCANGAN DASAR RAK RANCANGAN PERCOBAAN

PERCOBAAN MENGGUNAKAN SPLIT PLOT DENGAN RANCANGAN DASAR RAK RANCANGAN PERCOBAAN PERCOBAAN MENGGUNAKAN SPLIT PLOT DENGAN RANCANGAN DASAR RAK RANCANGAN PERCOBAAN Kelompok 11 : Devita Arum S. 12110101015 Saiful Fadillah 12110101027 Wafiyatul Khusna 12110101047 Firstyan Puguh N.C. 12110101051

Lebih terperinci

Percobaan Dua Faktor: Percobaan Faktorial. Arum Handini Primandari, M.Sc.

Percobaan Dua Faktor: Percobaan Faktorial. Arum Handini Primandari, M.Sc. Percobaan Dua Faktor: Percobaan Faktorial Arum Handini Primandari, M.Sc. Pendahuluan Dalam berbagai bidang penerapan perancangan percobaan diketahui bahwa respon dari individu merupakan akibat dari berbagai

Lebih terperinci

Contoh RAK Faktorial

Contoh RAK Faktorial 68 (1) Olah Tanah Pupuk Kelompok (K) Grand Total (A) Organik (B) 1 2 3 AB 1 0 154 151 165 470 10 166 166 160 492 20 177 178 176 531 30 193 189 200 582 2 0 143 147 139 429 10 149 156 171 476 20 160 164

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 51 BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Spesifikasi Rancangan 4.1.1 Spesifikasi Perangkat Lunak Spesifikasi perangkat Lunak yang digunakan pada saat perancangan program aplikasi ialah : Sistem Operasi Microsoft

Lebih terperinci

Rancangan Petak-petak Terbagi (RPPT)

Rancangan Petak-petak Terbagi (RPPT) Rancangan Petak-petak Terbagi (RPPT) Ade Setiawan 009 Rancangan Petak-Petak Terbagi (RPPT/Split-split Plot) merupakan perluasan dari Rancangan Petak Terbagi (RPT). Pada RPT kita hanya melakukan percobaan

Lebih terperinci

BAB 3 RANCANGAN PROGRAM APLIKASI

BAB 3 RANCANGAN PROGRAM APLIKASI 36 BAB 3 RANCANGAN PROGRAM APLIKASI 3.1 Struktur Menu Pertama-tama, pada program ini, terdapat 2 buah tombol utama, yaitu tombol Kuantitatif, dan tombol Kualitatif. Berikut, digambarkan struktur masingmasing

Lebih terperinci

PERENCANAAN (planning) suatu percobaan untuk memperoleh INFORMASI YANG RELEVAN dengan TUJUAN dari penelitian

PERENCANAAN (planning) suatu percobaan untuk memperoleh INFORMASI YANG RELEVAN dengan TUJUAN dari penelitian 1 2 PERENCANAAN (planning) suatu percobaan untuk memperoleh INFORMASI YANG RELEVAN dengan TUJUAN dari penelitian MENGAPA PERLU DIRANCANG? Untuk mendapatkan penduga yang tidak berbias Untuk meningkatkan

Lebih terperinci

Perancangan Percobaan

Perancangan Percobaan Perancangan Percobaan Ade Setiawan 009 Faktorial Faktor Pengertian dasar Faktor Taraf Perlakuan (Treatment) Respons Layout Percobaan & Pengacakan Penyusunan Data Analisis Ragam Perbandingan Rataan Ade

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. (housing)mengandung arti sebagai komoditi dan sebagai proses. Sebagai

BAB 2 LANDASAN TEORI. (housing)mengandung arti sebagai komoditi dan sebagai proses. Sebagai BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Rumah Susun 2.1.1 Pengertian Rumah Rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana binaan keluarga. (Turner,1972,51) menyatakan bahwa rumah (housing)mengandung

Lebih terperinci

Perancangan Percobaan

Perancangan Percobaan Perancangan Percobaan Pengertian dasar Faktor Taraf Perlakuan (Treatment) Respons Layout Percobaan & Pengacakan Penyusunan Data Analisis Ragam Perbandingan Rataan Pengertian dasar 3 Faktor: Variabel Bebas

Lebih terperinci

Bab II. Rancangan Acak Lengkap (RAL) Completed randomized design (CRD)

Bab II. Rancangan Acak Lengkap (RAL) Completed randomized design (CRD) Bab II. Rancangan Acak Lengkap (RAL) Completed randomized design (CRD) Rancangan yang paling sederhana Paling murah Pelaksanaan percobaan paling mudah Keabsahan kesimpulan paling rendah Untuk bahan atau

Lebih terperinci

Bujur Sangkar Latin (Latin Square Design) Arum H. Primandari, M.Sc.

Bujur Sangkar Latin (Latin Square Design) Arum H. Primandari, M.Sc. Percobaan Satu Faktor: Rancangan Bujur Sangkar Latin (Latin Square Design) Arum H. Primandari, M.Sc. Rancangan Bujur Sangkar Latin (RBSL) Pada kondisi-kondisi tertentu, keheterogenan unit percobaan tidak

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Program Studi Ganda Teknik Informatika Statistik Skripsi Sarjana Program Ganda Semester ganjil 2003/2004 PERANCANGAN PROGRAM APLIKASI PENGOLAHAN DATA PERCOBAAN MENGGUNAKAN METODE

Lebih terperinci

ANALISIS PERANCANGAN PERCOBAAN 2 MATERI 3: KONSEP NILAI HARAPAN KUADRAT TENGAH

ANALISIS PERANCANGAN PERCOBAAN 2 MATERI 3: KONSEP NILAI HARAPAN KUADRAT TENGAH ANALISIS PERANCANGAN PERCOBAAN MATERI 3: KONSEP NILAI HARAPAN KUADRAT TENGAH Pengantar Salah satu komponen penting dalam perancangan percobaan adalah analisis ragam (anova) Komponen utama dalam menyusun

Lebih terperinci

Perancangan Percobaan

Perancangan Percobaan Perancangan Percobaan Ade Setiawan 009 Review RAL: Satuan percobaan homogen Keragaman Respons disebabkan pengaruh perlakuan RAK: Satuan percobaan heterogen Keragaman Respons disebabkan pengaruh Perlakuan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. diperoleh dari sawah dengan spesies Pomacea canaliculata Lamarck. Keong mas

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. diperoleh dari sawah dengan spesies Pomacea canaliculata Lamarck. Keong mas III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek dan Bahan Penelitian 3.1.1 Keong Mas Keong mas yang digunakan dalam penelitian adalah keong mas yang diperoleh dari sawah dengan spesies Pomacea canaliculata Lamarck.

Lebih terperinci

Bab V. Rancangan Bujur Sangkar Latin

Bab V. Rancangan Bujur Sangkar Latin Bab V. Rancangan Bujur Sangkar Latin Rancangan yang mengelompokkan perlakuan perlakuannya dlm cara yaitu berdasarkan baris dan kolom. Jumlah ulangan harus sama dengan jumlah perlakuan Merupakan keterbatasan

Lebih terperinci

Rancangan Petak Berjalur

Rancangan Petak Berjalur Rancangan Petak Berjalur Ade Setiawan 009 Nama lain untuk Rancangan Split-Blok adalah Strip-Plot atau Rancangan Petak-Berjalur (RPB. Rancangan ini sesuai untuk percobaan dua faktor dimana ketepatan pengaruh

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 5 BAB 2 LANDASAN TEORI Struktur Aljabar Struktur aljabar adalah ilmu yang mempelajari suatu sistem aljabar dengan satu atau lebih operasi biner yang diberlakukan pada sistem aljabar tersebut. Struktur

Lebih terperinci

APLIKASI PENCITRAAN KARAKTER HANZI MANDARIN MELALUI KAMERA SMARTPHONE BERBASIS ANDROID

APLIKASI PENCITRAAN KARAKTER HANZI MANDARIN MELALUI KAMERA SMARTPHONE BERBASIS ANDROID APLIKASI PENCITRAAN KARAKTER HANZI MANDARIN MELALUI KAMERA SMARTPHONE BERBASIS ANDROID Gideon Hutomo Binus University, Jakarta, DKI Jakarta, Indonesia Poedi Udi Maurif Binus University, Jakarta, DKI Jakarta,

Lebih terperinci

ANALISIS KOVARIANSI DALAM RANCANGAN BUJURSANGKAR YOUDEN DENGAN DATA HILANG

ANALISIS KOVARIANSI DALAM RANCANGAN BUJURSANGKAR YOUDEN DENGAN DATA HILANG Vol. 11, No. 2, 93-104, Januari 2015 ANALISIS KOVARIANSI DALAM RANCANGAN BUJURSANGKAR YOUDEN DENGAN DATA HILANG ENDY NUR CAHYANTO*, NASRAH SIRAJANG*, M. SALEH AF* dy Nur Cahyanto, ABSTRAK Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data 4.1.1 Pelaksanaan Eksperimen Pelaksanaan eksperimen adalah proses pembuatan paving block yang dilakukan langsung di CV. Riau Jaya Paving. Paving

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Multimedia 2.1.1 Pengertian Multimedia Menurut Vaughan(2011,p1), Multimedia adalah kombinasi teks, gambar, suara, animasi dan video yang disampaikan kepada user melalui komputer.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS 12 BAB II LANDASAN TEORITIS 2.1. Network Flow Models 2.1.1 Pengertian Network Menurut Taylor (1999, p408), Network atau jaringan merupakan suatu bentuk penyusunan dari jalur-jalur yang terhubung pada titik-titik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesat, banyak dari perusahaan dan instansi pemerintahan yang berlomba lomba

BAB I PENDAHULUAN. pesat, banyak dari perusahaan dan instansi pemerintahan yang berlomba lomba BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan berkembangnya dunia teknologi komputer yang sangat pesat, banyak dari perusahaan dan instansi pemerintahan yang berlomba lomba merancang sebuah

Lebih terperinci

RANCANGAN KELOMPOK TAK LENGKAP SEIMBANG (Incomplete Block Design)

RANCANGAN KELOMPOK TAK LENGKAP SEIMBANG (Incomplete Block Design) RANCANGAN KELOMPOK TAK LENGKAP SEIMBANG (Incomplete Block Design) Pendahuluan Rancangan percobaan seperti RBSL, RAKL, dan juga RAL sering mengalami kendala pada perlakuan dengan jumlah yang besar, karena

Lebih terperinci

ANALISIS POLINOMIAL ORTOGONAL BERDERAJAT TIGA PADA RANCANGAN ACAK LENGKAP

ANALISIS POLINOMIAL ORTOGONAL BERDERAJAT TIGA PADA RANCANGAN ACAK LENGKAP ANALISIS POLINOMIAL ORTOGONAL BERDERAJAT TIGA PADA RANCANGAN ACAK LENGKAP Muhammad Nursalam B 1, Anisa 2, Nasrah Sirajang 3 Program studi Statistika, Jurusan Matematika, FMIPA, Universitas Hasanuddin Muhammad.nursalam.b@gmail.com

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alur Penelitian Untuk pembangunan sistem, penelitian menggunakan model SDLC (Software Development Life Cycle). Model SDLC yang dipakai dalam penelitian adalah model Waterfal

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori-teori Dasar/Umum Multimedia 2.1.1 Pengertian Multimedia Menurut Fred T. Hofstetter (2001, Multimedia Literacy, chapter 1 halaman 2), multimedia adalah suatu penggunaan komputer

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Saat pembangunan maju pesat, perkembangan teknologi sudah sampai ke

BAB 1 PENDAHULUAN. Saat pembangunan maju pesat, perkembangan teknologi sudah sampai ke BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat pembangunan maju pesat, perkembangan teknologi sudah sampai ke pelosok tanah air, pola berpikir manusia pun semakin berkembang mengikuti zaman. Sekarang ini, komputer

Lebih terperinci

Basic Design of Experiment. Dimas Yuwono W., ST., MT.

Basic Design of Experiment. Dimas Yuwono W., ST., MT. Basic Design of Experiment Dimas Yuwono W., ST., MT. RANCANGAN PERCOBAAN Desain eksperimen (rancangan percobaan) bertujuan untuk menentukan rencana pelaksanaan eksperimen yang tepat agar dapat memperoleh

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Sumber Data

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Sumber Data 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian pengaruh periode hari bulan terhadap hasil tangkapan dan tingkat pendapatan nelayan bagan tancap dilakukan selama delapan bulan dari bulan Mei 2009 hingga Desember

Lebih terperinci

PERCOBAAN FAKTORIAL: RANCANGAN ACAK LENGKAP. Arum Handini Primandari

PERCOBAAN FAKTORIAL: RANCANGAN ACAK LENGKAP. Arum Handini Primandari PERCOBAAN FAKTORIAL: RANCANGAN ACAK LENGKAP Arum Handini Primandari PENDAHULUAN Dalam berbagai bidang penerapan perancangan percobaan diketahui bahwa respon dari individu merupakan akibat dari berbagai

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Menurut Dahlan Siamat ( Manajemen Lembaga Keuangan,1995, p343), Dana

BAB 2 LANDASAN TEORI. Menurut Dahlan Siamat ( Manajemen Lembaga Keuangan,1995, p343), Dana 5 BAB 2 LANDASAN TEOR 2.1 Dana Pensiun Pemberi Kerja Menurut Dahlan Siamat ( Manajemen Lembaga Keuangan,1995, p343), Dana pensiun yang dibentuk oleh orang atau badan yang memperkerjakan karyawan, selaku

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERANGKAT LUNAK

PENGEMBANGAN PERANGKAT LUNAK PENGEMBANGAN PERANGKAT LUNAK pengembangan perangkat lunak (PL) dapat dianggap sebagai lingkaran pemecahan masalah. Untuk menyelesaikan masalah besar, dipecah menjadi kecil terus-menerus sampai paling kecil,

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. 2. Memori RAM 512 MB 3. VGA card 256 MB 4. CD-ROM Drive 5. Speaker 6. Keyboard 7. Mouse

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. 2. Memori RAM 512 MB 3. VGA card 256 MB 4. CD-ROM Drive 5. Speaker 6. Keyboard 7. Mouse BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Implementasi Aplikasi Pada tahap ini, aplikasi yang sebelumnya telah direncanakan dan kemudian dibuat akan segera dipublikasikan. Namun sebelum dipublikasikan, ada beberapa

Lebih terperinci

PENDEKATAN REGRESI POLINOMIAL ORTHOGONAL PADA RANCANGAN DUA FAKTOR (DENGAN APLIKASI SAS DAN MINITAB) Tatik Widiharih Jurusan Matematika FMIPA UNDIP

PENDEKATAN REGRESI POLINOMIAL ORTHOGONAL PADA RANCANGAN DUA FAKTOR (DENGAN APLIKASI SAS DAN MINITAB) Tatik Widiharih Jurusan Matematika FMIPA UNDIP PENDEKATAN REGRESI POLINOMIAL ORTHOGONAL PADA RANCANGAN DUA FAKTOR (DENGAN APLIKASI SAS DAN MINITAB) Tatik Widiharih Jurusan Matematika FMIPA UNDIP Abstrak Pendekatan regresi polinomial orthogonal dapat

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Kerja Mesin AAS

Lampiran 1. Prosedur Kerja Mesin AAS 49 Lampiran 1. Prosedur Kerja Mesin AAS Prinsip Kerja berdasarkan penguapan larutan sampel. kemudian logam berat yang terkandung di dalamnya diubah menjadi atom bebas. Atom tersebut mengabsorbsi radiasi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Rancangan petak teralur (strip plot design) merupakan susunan petak-petak (plotplot)

TINJAUAN PUSTAKA. Rancangan petak teralur (strip plot design) merupakan susunan petak-petak (plotplot) II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rancangan Petak Teralur Rancangan petak teralur (strip plot design) merupakan susunan petak-petak (plotplot) sebagai satuan percobaan yang terdiri dari plot baris untuk perlakuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pegawai rumah sakit merupakan pihak yang berinteraksi dengan banyak

BAB I PENDAHULUAN. Pegawai rumah sakit merupakan pihak yang berinteraksi dengan banyak BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pegawai rumah sakit merupakan pihak yang berinteraksi dengan banyak kalangan, bukan hanya interaksi dalam internal rumah sakit, melainkan juga dengan masyarakat

Lebih terperinci

IV. RANCANGAN ACAK KELOMPOK LENGKAP

IV. RANCANGAN ACAK KELOMPOK LENGKAP IV. RANCANGAN ACAK KELOMPOK LENGKAP RAKL : paling luas digunakan cocok untuk percobaan lapangan Jumlah perlakuan tidak begitu besar, fleksibel dan sederhana Areal penurunan produktivitasnya dpt diduga

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODOLOGI PENELITIAN. Bab ini membahas mengenai : (1) Bahan yang Digunakan, (2) Alat yang

III BAHAN DAN METODOLOGI PENELITIAN. Bab ini membahas mengenai : (1) Bahan yang Digunakan, (2) Alat yang III BAHAN DAN METODOLOGI PENELITIAN Bab ini membahas mengenai : (1) Bahan yang Digunakan, (2) Alat yang Digunakan, (3) Metode Penelitian, (4) Deskripsi Percobaan. 3.1 Bahan yang Digunakan Bahan yang digunakan

Lebih terperinci

OPTIMASI PRODUKSI DENGAN METODE RESPONSE SURFACE (Studi Kasus pada Industri Percetakan Koran)

OPTIMASI PRODUKSI DENGAN METODE RESPONSE SURFACE (Studi Kasus pada Industri Percetakan Koran) Buletin Ilmiah Math. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume 05, No. 2 (2016), hal 113 118. OPTIMASI PRODUKSI DENGAN METODE RESPONSE SURFACE (Studi Kasus pada Industri Percetakan Koran) Eka Dian Rahmawati,

Lebih terperinci

PERCOBAAN RAK FAKTORIAL DENGAN MENGGUNAKAN R-STUDIO

PERCOBAAN RAK FAKTORIAL DENGAN MENGGUNAKAN R-STUDIO PERCOBAAN RAK FAKTORIAL DENGAN MENGGUNAKAN R-STUDIO RANCANGAN PERCOBAAN Anggota Kelompok : Wahyu Nikmatus Sholihah 121810101010 Vivie Aisyafi Fatimah 121810101050 Reyka Bella Desvandai 121810101080 Ratna

Lebih terperinci

PENGENDALIAN VARIABEL PENGGANGGU / CONFOUNDING DENGAN ANALISIS KOVARIANS Oleh : Atik Mawarni

PENGENDALIAN VARIABEL PENGGANGGU / CONFOUNDING DENGAN ANALISIS KOVARIANS Oleh : Atik Mawarni PENGENDALIAN VARIABEL PENGGANGGU / CONFOUNDING DENGAN ANALISIS KOVARIANS Oleh : Atik Mawarni Pendahuluan Dalam seluruh langkah penelitian, seorang peneliti perlu menjaga sebaik-baiknya agar hubungan yang

Lebih terperinci

Rancangan Kelompok Tak Lengkap Seimbang (RKTLS) atau Balanced Incompleted Block Design (BIBD) Arum H. Primandari

Rancangan Kelompok Tak Lengkap Seimbang (RKTLS) atau Balanced Incompleted Block Design (BIBD) Arum H. Primandari Rancangan Kelompok Tak Lengkap Seimbang (RKTLS) atau Balanced Incompleted Block Design (BIBD) Arum H. Primandari Pendahuluan Rancangan percobaan seperti RBSL, RAKL, dan juga RAL sering mengalami kendala

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tahapan Penelitian Agar penelitian yang dilakukan lebih terarah dan sistematis, maka perlu dibuat tahapan-tahapan dari penelitian itu sendiri. Adapun tahapan dalam penelitian

Lebih terperinci

PERANCANGAN PERCOBAAN

PERANCANGAN PERCOBAAN PERANCANGAN PERCOBAAN OLEH : WIJAYA FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON 2009 SPLIT PLOT Tepat digunakan pada percobaan faktorial jika pengaruh salah satu faktor sudah bisa diprediksi

Lebih terperinci

PERANCANGAN PERCOBAAN

PERANCANGAN PERCOBAAN PERANCANGAN PERCOBAAN OLEH : WIJAYA FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON 2011 SPLIT PLOT Tepat digunakan pada percobaan faktorial jika pengaruh salah satu faktor sudah bisa diprediksi

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 1.1 Perpustakaan Berikut ini merupakan pengertian perpustakaan menurut ahli perpustakaan dan sumber lain, diantaranya : (BSNI, 2009) Perpustakaan merupakan kumpulan bahan tercetak

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. menjelaskan beberapa prinsip umum sistem antara lain: menghadapi keadaan-keadaan yang berbeda.

BAB 2 LANDASAN TEORI. menjelaskan beberapa prinsip umum sistem antara lain: menghadapi keadaan-keadaan yang berbeda. BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Menurut Hariyanto (2004, p59), sistem adalah kumpulan objek atau elemen yang saling beinteraksi untuk mencapai satu tujuan tertentu. Ia menjelaskan beberapa prinsip umum

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Model Matematika Model matematika adalah suatu rumusan matematika (dapat berbentuk persamaan, pertidaksamaan, atau fungsi) yang diperoleh dari hasil penafsiran seseorang ketika

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Ada tiga komponen dalam sistim antrian yaitu : 1. Kedatangan, populasi yang akan dilayani (calling population)

BAB II LANDASAN TEORI. Ada tiga komponen dalam sistim antrian yaitu : 1. Kedatangan, populasi yang akan dilayani (calling population) BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Karakteristik Sistem Antrian Ada tiga komponen dalam sistim antrian yaitu : 1. Kedatangan, populasi yang akan dilayani (calling population) 2. Antrian 3. pelayanan Masing-masing

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. fakta mentah mengenai orang, tempat, kejadian, dan hal-hal yang penting dalam

BAB 2 LANDASAN TEORI. fakta mentah mengenai orang, tempat, kejadian, dan hal-hal yang penting dalam BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum 2.1.1 Database 2.1.1.1 Pengertian Data Menurut Whitten, Bentley, dan Dittman (2004, p23), pengertian dari data adalah fakta mentah mengenai orang, tempat, kejadian,

Lebih terperinci

Pertemuan 5 PEDOMAN, PRINSIP DAN TEORI SISTEM INTERAKSI

Pertemuan 5 PEDOMAN, PRINSIP DAN TEORI SISTEM INTERAKSI Pertemuan 5 PEDOMAN, PRINSIP DAN TEORI SISTEM INTERAKSI Materi Pembahasan 1. Pedoman 2. Prinsip 3. Teori 4. Model Antarmuka Obyek dan Aksi 1. Pedoman Menggunakan bermacam bahasa Penggunaan yang baik Kritik

Lebih terperinci

Parameter Satuan Alat Sumber Fisika : Suhu

Parameter Satuan Alat Sumber Fisika : Suhu LAMPIRAN 59 60 Lampiran 1. Metode Pengukuran Kualitas Air Parameter Satuan Alat Sumber Fisika : Suhu o C Termometer/Pemuaian SNI 06-6989.23-2005 Kimia: Amonia mg/l Ammonia test kit SNI 06-6989.30-2005

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Data 2.1.1. Pengertian Data Data dalam bahasa sehari-hari mempunyai arti yang sama dengan informasi, namun dalam ilmu pasti ada perbedaan yang cukup signifikan antara data dan

Lebih terperinci

Analisis Ragam & Rancangan Acak Lengkap Statistik (MAM 4137)

Analisis Ragam & Rancangan Acak Lengkap Statistik (MAM 4137) 10th Meeting Analisis Ragam & Rancangan Acak Lengkap Statistik (MAM 4137) by Ledhyane I.H Tujuan Instruksional Khusus Mahasiswa akan dapat menggunakan rangkaian prosedur percobaan dengan menggunakan analisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komputer merupakan sarana pengolahan data dalam membantu manusia untuk dapat menghasilkan informasi yang dibutuhkan dengan lebih cepat, tepat dan akurat. Aplikasi

Lebih terperinci

KONSEP NILAI HARAPAN KUADRAT TENGAH

KONSEP NILAI HARAPAN KUADRAT TENGAH ROZA AZIZAH PRIMATIKA, M.Si KONSEP NILAI HARAPAN KUADRAT TENGAH Pengantar Salah satu komponen penting dalam perancangan percobaan adalah analisis ragam (anova) Komponen utama dalam menyusun analisis ragam

Lebih terperinci

PERANCANGAN PERCOBAAN

PERANCANGAN PERCOBAAN PERANCANGAN PERCOBAAN OLEH : WIJAYA FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON 2011 PERCOBAAN FAKTORIAL PERCOBAAN UNTUK MENGETAHUI PENGARUH BEBERAPA FAKTOR TERHADAP VARIABEL RESPON TUJUAN

Lebih terperinci

Tij FK = = = = p.r 3 x 6 18 JK(G) = JK(T) JK(P) = ,50 = ,50

Tij FK = = = = p.r 3 x 6 18 JK(G) = JK(T) JK(P) = ,50 = ,50 52 Berdasarkan data bobot hidup pada Tabel 2 diperoleh perhitungan analisis ragam sebagai berikut : Tij 2 25.175 633.780.625 FK = = = = 35.210.035 p.r 3 x 6 18 JK(T) = Ʃ (Yij 2 ) FK = (1.425 2 + 1.400

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Fungsi-fungsi Aplikasi 4.1.1 Splashscreen Splashscreen merupakan Activity yang pertama kali muncul saat aplikasi dibuka. Gambar 4.1 merupakan tampilan spalshscreen pada

Lebih terperinci

Guidelines & Principles. Desain Antarmuka Pengguna MI1392 Pekan ke-4

Guidelines & Principles. Desain Antarmuka Pengguna MI1392 Pekan ke-4 Guidelines & Principles Desain Antarmuka Pengguna MI1392 Pekan ke-4 Kompetensi Kajian-1 Komp. Dasar Komp. Menengah Komp. Mahir Kajian 1: Pengantar Teori Guideline dan Principle Mampu menyebutkan 4 guideline

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hal yang sangat penting karena data yang sudah dikumpulkan dari percobaan tidak untuk

BAB I PENDAHULUAN. hal yang sangat penting karena data yang sudah dikumpulkan dari percobaan tidak untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengolahan data dalam statistik khususnya dalam rancangan percobaan adalah hal yang sangat penting karena data yang sudah dikumpulkan dari percobaan tidak untuk

Lebih terperinci

KERAGAMAN DALAM BLOK PADA RANCANGAN ACAK KELOMPOK TIDAK LENGKAP SEIMBANG DENGAN INTERGRADIEN

KERAGAMAN DALAM BLOK PADA RANCANGAN ACAK KELOMPOK TIDAK LENGKAP SEIMBANG DENGAN INTERGRADIEN KERAGAMAN DALAM BLOK PADA RANCANGAN ACAK KELOMPOK TIDAK LENGKAP SEIMBANG DENGAN INTERGRADIEN NOVIANTI, V. 1, ANISA 2, DAN SIRAJANG, N. 3 Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,

Lebih terperinci

Uji Beda Nyata Terkecil (BNT)

Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) Oke, kali ini saya akan menjelaskan bagaimana cara menggunakan uji Beda Nyata Terkecil atau sering disebut uji BNT. Seperti pada uji BNJ, Uji BNT sebenarnya juga sangat simpel.

Lebih terperinci

III. PERCOBAAN FAKTORIAL

III. PERCOBAAN FAKTORIAL III. PERCOBAAN FAKTORIAL A. Pendahuluan Mengapa peneliti memilih melakukan percobaan factorial? atau bagaimana kalau beberapa factor penelitian ingin diterapkan sekaligus dalam percobaan? Untuk menjawab

Lebih terperinci

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek penelitian ini menggunakan catatan reproduksi sapi FH impor

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek penelitian ini menggunakan catatan reproduksi sapi FH impor III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 2.1. Objek dan Peralatan Penelitian 2.1.1. Objek Penelitian Objek penelitian ini menggunakan catatan reproduksi sapi FH impor periode pertama tahun 2009. Sapi yang diamati

Lebih terperinci

BAB 4. Implementasi dan Evaluasi

BAB 4. Implementasi dan Evaluasi BAB 4 Implementasi dan Evaluasi 4.1 Implementasi Sistem Perangkat ajar algoritma minimax berupa simulasi futsal ini dirancang untuk para mahasiswa jurusan teknik informatika dalam membantu pengajaran mata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu sistematika penulisan yang merupakan indeks laporan tugas akhir, dimana. tiap sub bab berisi penjelasan ringkasan perbab.

BAB I PENDAHULUAN. yaitu sistematika penulisan yang merupakan indeks laporan tugas akhir, dimana. tiap sub bab berisi penjelasan ringkasan perbab. BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini diterangkan latar belakang masalah, tujuan tugas akhir, rumusan masalah, batasan masalah, metodologi penelitian, metodologi pengumpulan data, metodologi pengembangan perangkat

Lebih terperinci