Bab III Proses Produksi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Bab III Proses Produksi"

Transkripsi

1 Bab III Proses Produksi 3.1 Perancangan Komponen Utama Sebelum dilakukan proses produksi, dilakukan proses perancangan. Proses perancangan ini meliputi perancangan dua komponen utama sistem pemanas air surya, yaitu tangki air panas dan kolektor. Perancangan kedua komponen ini dibatasi pada hal-hal berikut: Volume tangki air panas, disesuaikan dengan kebutuhan pemakai. Luas area yang tersedia dilokasi pemasangan. Ukuran luas total pemanas air surya harus disesuaikan. Temperatur air panas yang ingin dicapai. Untuk batasan volume air tangki ditentukan dari permintaan konsumen yaitu sebesar 300 liter. Untuk penentuan dimensi sistem pemanas air, dibutuhkan peninjauan rumah konsumen. Pemanas air akan ditempatkan dirumah konsumen, jalan Cikutra nomor 157. Agar sistem dapat bekerja dengan baik maka lokasi pemasangan sistem pemanas air surya harus memenuhi beberapa syarat sebagai berikut: Kolektor harus langsung menghadap matahari, tidak terhalangi oleh misalnya gedung dan pohon-pohon yang tinggi. Dikarenakan letak kota Bandung yang berada di selatan garis khatulistiwa, kolektor harus diletakkan menghadap utara dengan kemiringan ± 15. Pada posisi ini energi matahari akan lebih banyak didapatkan sepanjang hari dibanding posisi lainnya. Dengan menimbang syarat-syarat diatas maka dipilih lokasi pemasangan sistem pemanas air surya yaitu diatap lantai tertinggi yang menghadap utara, seperti yang diperlihatkan oleh lingkaran biru pada gambar 3.1. Setelah diukur, agar tidak menjorok keluar dari atap, panjang maksimal alat pemanas air (tangki dan kolektor) adalah 2,7 m. 20

2 Gambar 3.1 Denah penempatan pemanas air pada rumah Sementara batasan temperatur air panas yang harus tersedia ditentukan berkisar antara C dengan alasan: Tidak membahayakan Dapat disimpan sebagai air mandi Dalam kasus ini akan dipilih 55 C. Batasan-batasan inilah yang harus dipenuhi dalam proses perancangan agar sistem dapat terpasang dan berfungsi dengan baik. Sehingga batasan dalam perancangan sistem pemanas air surya: Volume tangki air panas 300 liter Panjang sistem maksimal 2,7 m dengan lebar yang cukup fleksibel. Temperatur air panas 55 C Kolektor Luas kolektor sebagai bidang penyerap radiasi matahari akan sangat menentukan seberapa banyak volume air yang dipanaskan dan temperatur air panas yang dicapai. Jumlah kalor yang harus disediakan kolektor untuk mencapai temperatur air panas sebesar 55 C adalah: 21

3 Qload = ρvcp ( Thot Tw ) kg J o = lt (55-24) C o lt kg C = J Kalor yang diserap oleh kolektor perlu memperhitungkan rugi-rugi panas ke lingkungan. ( τα ( )) Q = A F I F U T T u c R R L fi a dengan: Qu = kalor yang berguna untuk menaikkan temperatur air Ac = luas kolektor FR = faktor kehilangan panas kolektor τ = transmivitas kaca penutup α = absorptivitas kolektor I = rata-rata intensitas radiasi matahari Tfi = temperatur air masuk T = temperatur lingkungan a Untuk perancangan, nilai F R τα dan FU R L dianggap konstan yaitu 0,68 dan 4,9 2o W/m C [Duffie,1980]. Sehingga luas kolektor yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan air panas adalah: Qu Ac = FRτα I FRUL( Tfi Ta) J = J W o 0, s - 4,9 (35 25) C s 2 2 ms mc 2 2,78 m dimana T adalah temperatur air rata-rata yang masuk kolektor dalam 1 hari fi 2 Jadi luas kolektor yang harus disediakan adalah sebesar 2,78 m untuk kapasitas tangki sebesar 300 liter. Untuk meyakinkan didapatnya besar energi panas yang berguna dipilih 2 buah kolektor dengan ukuran (1800x780) mm sehingga didapat luas kolektor 2,8 m 2. Agar kolektor dapat masuk kedalam rumah kolektor, dipilih ukuran rumah kolektor (1870x820) mm. 22

4 3.1.2 Tangki Air Panas Penentuan dimensi tangki mengikuti persamaan volume silinder: V tabung 2 π dl = = 300 Liter 4 Dipilih diameter tangki 570 mm dengan panjang selubung, l = 1200 mm. Karena panjang rumah kolektor telah ditentukan sebesar 1870 cm maka diameter rumah Tangki maksimal, = 830 mm. Agar memenuhi unsur estetika, panjang selubung rumah tangki diinginkan mendekati lebar dari kolektor. Dipilih ukuran rumah tangki dengan panjang 1600 mm dengan diameter 780 mm. Gambar 3.2 Diagram alir perancangan pemanas air tenaga surya 23

5 3.2 Pemilihan Material Tangki Air Panas Komponen ini berfungsi sebagai thermal storage air panas dari kolektor. Karena berfungsi untuk menyimpan air yang akan digunakan untuk mandi, maka dikehendaki air tetap tidak berwarna dan berbau. Oleh karena itu, material komponen ini tahan korosi dan temperatur yang relatif tinggi (50-60 C). Dipilih stainless steel untuk dinding tangki dan juga pipa yang tersambung dengan tangki. Karena berfungsi sebagai thermal storage, maka tangki perlu diberi isolasi yang berupa glasswool lalu dilapisi lagi dengan kain terpal sebagai pembungkus. Glasswool sebagai bahan isolator memiliki konduktivitas sebesar 0,034 W/mK Kolektor Secara umum kolektor berfungsi sebagai penyerap energi radiasi matahari yang kemudian diubah menjadi energi termal pada pipa-pipa kolektor. Kolektor ini terdiri dari beberapa komponen yaitu: a) Penutup transparan Berfungsi untuk meneruskan sinar matahari yang jatuh kepadanya, mengurangi kerugian konveksi dan radiasi ke udara sekitar serta melindungi kolektor terhadap debu dan hujan. Mempunyai sifat tembus cahaya, transmisibilitas tinggi, arbsorpsivitas serta refleksivitas yang rendah terhadap radiasi gelombang pendek namun tinggi dalam memantulkan radiasi gelombang panjang serta tahan temperatur tinggi. Dipilih kaca sebagai material karena mempunyai sifat transmisibilitas sebesar 0,8. b) Sirip kolektor Berfungsi memperbesar bidang penyerap radiasi matahari pada kolektor. Sifat yang harus dimiliki adalah konduktivitas tinggi dan absorptivitas yang tinggi, serta tahan temperatur tinggi. Dipilih pelat tembaga karena memiliki harga konduktivitas sebesar 401 W/mK, dan emisivitas sebesar 0,03. 24

6 c) Pipa kolektor Berfungsi untuk media perantara perpindahan panas ke air Sifat dan material yang dipilih sama dengan sirip kolektor diatas. d) Rumah kolektor Berfungsi sebagai dudukan dari semua komponen diatas serta mencegah masuknya air dan debu. Harus memiliki sifat ringan dan tahan korosi. Dipilih alumunium sebagai material dari rumah kolektor karena memenuhi sifat diatas. e) Isolasi Berfungsi mengurangi kerugian panas ke lingkungan melalui bagian bawah dan samping kolektor. Memiliki sifat konduktivitas yang rendah. Material yang dipilih adalah ijuk Pipa Penghubung Kolektor dan Tangki Air Panas Sebagai penghubung kolektor dan tangki maka pipa ini harus memiliki sifat tahan korosi, konduktivitas rendah, tahan tekanan dan temperatur tinggi serta mudah dalam instalasinya. Dipilih pipa rifeng 1620 yang memiliki konduktivitas 0,45 W/mK, tahan temperatur sampai 90 C dan tekanan 5 Mpa. Pipa rifeng ini terbuat dari polyethylene pada bagian dalam dan luar serta alumunium pada lapisan tengahnya. Pipa rifeng mudah dalam pembengkokan dan penyambungan. 25

7 3.3 Proses Produksi Kolektor Proses pembuatan kolektor akan dibagi lagi menjadi 2 bagian yaitu absorber dan rumah kolektor. Berikut adalah proses pembuatan keduanya: Absorber Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan absorber adalah : Pipa kuningan, diameter dalam 20 mm, panjang 3,3 m, 1 buah Pipa tembaga (Cu), diameter 5/8 inchi, panjang 6 m, 5 buah Pelat tembaga (Cu), ukuran (120x36) cm, tebal 0,8 mm, 6 buah Double napple ¾ inchi, 4 buah Socket pipa rifeng ¾ inchi, 1 buah Kawat las kuningan, 4 buah. Kawat las perak, 70 buah Meni SEIV Thinner SEIV Cat hitam dof Proses pembuatan absorber adalah sebagai berikut: 1. Pipa kuningan 20 mm dipotong menggunakan gergaji dengan panjang 82 cm sebanyak 4 buah. 2. Pipa tembaga 5/8 inchi dipotong-potong menggunakan tube cutter dengan ukuran panjang 178 cm sebanyak 15 buah. 3. Dari sisa hasil pemotongan, pipa tembaga disambung dengan proses brazing dengan filler kawat perak sehingga didapat 1 pipa tembaga 5/8 inchi dengan panjang 178 cm. Gambar 3.3 Pipa kuningan dan tembaga setelah dipotong sesuai ukuran 26

8 Gambar 3.4 Penyambungan pipa tembaga dengan menggunakan proses brazing 4. Keempat pipa kuningan dilubangi dengan menggunakan mata bor ukuran 16 mm sehingga terjadi sesuaian pas dengan pipa tembaga 5/8 inchi. Setiap pipa kuningan dilubangi sebanyak 8 buah dengan jarak antar titik tengah tiap lubang 10 cm dan jarak dari ujung pipa ke titik tengah lubang 6 cm. Gambar 3.5 Pipa kuningan dilubangi dengan mata bor 16 mm 5. Kedua ujung setiap pipa tembaga dibuat profil melengkung dengan menggunakan gerinda agar sesuai dengan pipa kuningan pada waktu penyambungan dan ujung pipa tidak mengganggu aliran air dalam kolektor. Gambar 3.6 Ujung pipa tembaga digerinda 6. Delapan buah pipa tembaga kemudian disambungkan dengan dua buah pipa kuningan dengan proses brazing menggunakan kawat las kuningan. Dalam melakukan proses ini didalam pipa kuningan diselipkan pipa solid agar permukaan pipa tembaga dapat sejajar dan tidak terlalu menjorok kedalam. 27

9 Gambar 3.7 Proses brazing untuk penyambungan pipa 7. Pelat tembaga (Cu) yang berfungsi sebagai sirip diantara pelat tembaga dibuat dengan dimensi 9 cm x 60 cm. Pada kedua ujung pelat yang berukuran 9 cm tersebut kemudian ditekuk kira-kira 45 dengan lebar tiap tekukan adalah 2 mm. Panjang 60 cm dipilih karena keterbatasan mesin tekuk yang ada di bengkel lab. surya yang hanya mampu menampung panjang material sampai 60 cm. 8. Pelat Cu disambungkan dengan pipa tembaga dengan proses brazing dengan menggunakan kawat perak sebagai filler pada bagian yang telah ditekuk sehingga memudahkan dalam proses penyambungan antara pelat dan pipa. Diberi jarak antara pipa kunungan dan sirip ± 1 cm agar apabila terdapat kebocoran pada sambungan pipa kuningan dan pipa tembaga dapat diatasi tanpa merusak sirip. Proses Brazing Gambar 3.8 Proses brazing untuk penyambungan sirp dan pipa 28

10 9. Setelah penyambungan pipa-pipa dan sirip selesai, dilakukan pengecekan kelurusan pipa-pipa. Hal ini dilakukan karena proses brazing yang bertemperatur tinggi dapat menyebabkan bengkoknya pipa-pipa tembaga. Catatan: Pada pembuatan absorber pertama diketahui bahwa proses brazing antara pipa tembaga dan pelat tembaga menyebabkan tegangan thermal yang cukup besar sehingga menyebabkan tarik-menarik antara pipa dan pelat. Hal ini menyebabkan bengkoknya pipa tembaga yang akan menimbulkan kesulitan pada saat penyambungan 2 kolektor. Hal ini diatasi dengan menggunting sirip pelat tembaga di tengah-tengah antara dua pipa tembaga, sehingga mempermudah pelurusan pipa tembaga. Untuk menghindari terjadinya hal ini, pada saat proses brazing absorber yang kedua, kedua pipa kuningan disambung dengan batangan baja tetap dengan cara brazing. Selain itu, kekurangan dari metoda ini adalah borosnya kawat las perak sebagai filler. 10. Karena akan dibuat dua buah kolektor yang akan disambung, dibutuhkan kelurusan ujung pipa-pipa tembaga agar pipa-pipa tembaga tetap satu sumbu sehingga mempermudah penyambungan. Dilakukan pemotongan ujung pipa agar kedua ujung pipa berada dalam satu garis lurus. 11. Disetiap ujung pipa tembaga dilakukan proses brazing untuk menyambung napple ulir luar dengan diameter ulir ¾ inchi sebanyak 7 buah. Napple ini diperoleh dengan menggergaji double-napple di tengah menjadi 2 bagian. Selain itu untuk kolektor sebelah kiri, 1 buah socket pipa rifeng ¾ untuk ujung pipa tembaga sebelah kiri atas atas untuk saluran air panas dari kolektor ke tangki. Penggunaan napple bertujuan mempermudah dalam penyambungan pipa-pipa. 12. Setelah proses penyambungan tiap komponen selesai kemudian dilakukan uji kebocoran kolektor. Salah satu ujung pipa disambungkan dengan pompa dan ujung lainnya ditutup menggunakan dop ledeng. Air bertekanan yang dihasilkan pompa akan keluar melalui bagian yang bocor Kebocoran biasanya terjadi pada bagian sambungan antara pipa kuningan dan pipa tembaga. 29

11 13. Sebelum dicat, absorber terlebih dahulu dibersihkan dengan menggunakan sikat kawat yang dipasang pada gerinda tangan. Proses ini dilakukan untuk membersihkan absorber dari oksida hasil sampingan proses brazing sehingga cat menempel dengan baik pada absorber. 14. Langkah terakhir dilakukan pengecatan kolektor. Kolektor dicat dengan warna hitam dof (tidak mengkilap) agar kolektor dapat menyerap panas matahari secara maksimal. Sebelum dicat warna hitam, terlebih dahulu seluruh pemukaan kolektor diberi lapisan meni agar cat tidak mudah terkelupas. Gambar 3.9 Absorber Rumah Kolektor Bahan rumah kolektor adalah pelat alumunium (Al). Pelat alumunium dipilih agar mengurangi berat total bagian kolektor, sehingga mempermudah daalm pengangkatan dan pemasangan nantinya. Bahan-bahan yang digunakan dalam membuat rumah kolektor adalah: Pelat alumunium (Al), ukuran (120 x 240) cm, tebal 1,2 mm, 2 buah Pelat alumunium (Al), ukuran (30 x 200) cm, tebal 0,8 mm, 1 buah Paku rivet ukuran 3,2 mm Meni SEIV Thinner SEIV Cat silver 30

12 Dalam pembuatan rumah kolektor digunakan paku rivet untuk menyambung tiap bagiannya, berikut adalah cara pembuatannya: 1. Lembaran pelat Al. dipotong dan ditekuk sesuai ukuran dan pola untuk membentuk bagian alas rumah kolektor dan bagian samping kolektor. Proses ini dilakukan di bengkel pelat Fata. 2. Juga dibuat bagian penguat agar rumah kolektor lebih kaku dan tidak mudah terpuntir. Bagian penguat terdiri dari dua jenis, panjang dan pendek dengan jumlah masing-masing 4 dan 6 buah. Gambar 3.10 Bagian alas, samping dan penguat rumah kolektor 3. Untuk penyambungan, ujung-ujung bagian samping ditekuk dan dipotong dengan bentuk segitiga. Bagian alas rumah kolektor juga dipotong dengan bentuk segitiga. Gambar 3.11 Bagian samping kolektor ditekuk dan dipotong 31

13 4. Sebelum dilakukan penyambungan, bagian samping terlebih dahulu dilubangi dengan menggunakan mata bor ukuran 30 mm. Letak lubang harus sesuai dengan pipa-pipa tembaga. Gambar 3.12 Bagian samping kolektor dilubangi 5. Alas rumah kolektor disambung dengan dengan bagian samping dan bagian penguat dengan menggunakan paku rivet 3,2 mm. 6. Setelah proses penyambungan, dilakukan perluasan lubang pada bagian samping kolektor dengan menggunakan kikir bulat. Hal ini dimaksudkan lubang dapat dimasuki oleh pegangan kunci pada napple yang berukuran ± 34 mm. 7. Pengecatan rumah kolektor. Gambar 3.13 Rumah Kolektor 32

14 3.3.2 Tangki air panas Tangki dan Pemipaan Material tangki beserta pemipaannya diilih stainless steel karena sifatnya yang tahan karat. Bahan-bahan yang digunakan adalah: Pelat stainless steel 304, ukuran (120 x 240) cm, tebal 1,5 mm, 1 buah Pipa stainless steel, diameter ¾ inchi, 1 buah Pipa stainless steel, diameter ½ inchi, 1 buah Glasswool Alumunium foil Terpal Plastik Lem Fox Tali Rafia Berikut akan diuraikan mengenai proses manfaktur tangki: 1. Untuk membuat tangki dengan kapasitas 300 liter dan sesuai dengan area yang tersedia, maka diperlukan pelat SS berukuran sekitar (178 x 120) cm. Pelat SS dipotong dengan ukuran tersebut kemudian di-roll berulang-ulang sehingga membentuk silinder berdiameter 57 cm. Kemudian kedua ujungnya dilakukan proses pengelasan agar bentuknya tidak berubah lagi. 2. Dari sisa pelat dengan ukuran (62 x 120) cm dibuat kedua sisi tangki berbentuk lingkaran dengan diameter 58 cm dengan menggunakan gunting pelat. Setelah itu dilakukan proses shear forming agar berbetuk seperti cekungan. Setelah terbentuk cekungan, dilakukan proses drilling membuat lubang untuk pipa. Gambar 3.14 Tangki 33

15 3. Proses selanjutnya adalah membuat pipa-pipa yaitu pipa air panas, pipa air dingin, pipa untuk pemakaian dan pipa pengeluaran udara. Material pipa-pipa ini juga stainless steel dengan ukuran ½ untuk pipa pengeluaran udara, dan ¾ untuk pipa lainnya. Semua pipa dipotong terlebih dahulu dengan panjang 30, 45, 65 dan 100 cm masing-masing untuk pipa input air panas, pipa pamakaian, pipa air dingin dan pipa pengeluaran udara. Lalu masing-masing pipa dibuat ulir luar pada salah satu sisinya dengan proses bubut. Ulir ini berguna untuk penyambungan pipa baik dengan pipa dari kolektor maupun dengan katup. Khusus untuk pipa air dingin dibuat lubang-lubang kecil yang cukup banyak berukuran sekitar 2mm agar proses pengisian air dingin pada tangki dapat terjadi merata. Lubang-lubang ini hanya dibuat di bagian bawah pipa agar air dingin tidak mengarah keatas dan langsung bercampur dengan air yang lebih panas. 4. Agar kedudukan pipa-pipa didalam tangki tidak mudah berubah maka harus dibuat dudukan. Pelat SS yang sudah dipotong kemudian ditekuk 90 lalu didrill sesuai ukuran pipa. Pipa pengeluaran udara Pipa pemakaian Dudukan Pipa air panas Pipa air dingin Gambar 3.15 Pipa-pipa pada tangki 5. Proses berikutnya adalah pengelasan untuk menyambung semua bagian yang telah dibuat diatas. Urutan proses pengelasan adalah dudukan dengan pipa, dudukan dengan tangki, dan yang terakhir pengelasan kedua sisi tangki. 34

16 Gambar 3.16 Tangki setelah pengelasan 6. Selanjutnya tangki air yang sudah terbentuk diberi isolasi berupa glasswool setebal 3 cm, alumunium foil dan plastik terpal secara berturut-turut dari dalam kearah luar yang masing-masing direkatkan dengan lem. Sebelumnya, untuk lebih memadatkan glasswool yang menyelimuti seluruh badan tangki diberi simpul-simpul sikatan tali rafia Rumah Tangki Bahan-bahan yang digunakan adalah sebagai berikut: Baja siku (3x3) cm Pelat alumunium ukuran (100x200) cm, tebal 1 mm, 3 buah Pelat baja tebal 2.5 cm Besi cor diameter 10 cm Baut 6 mm Paku rivet 3,2 mm Meni SEIV Thinner SEIV Cat silver Proses pembuatan rumah tangki adalah sebagai berikut: 1. Pembuatan alas rumah tangki ini menggunakan baja siku (3x3) cm yang dipotong dengan panjang 120 cm (2 buah) dan 59 cm (5 buah). Kemudian saling disambungkan dengan proses pengelasan. 35

17 2. Sementara untuk lingkaran rumahnya dibuat dengan menggunakan jigsaw, menggunakan pola yang digambar terlebih dahulu pada pelat baja, kemudian dipotong sesuai dengan pola. Lalu dilas dengan menggunakan pelat baja yang telah dirol sehingga membentuk lingkaran tangki. 3. Untuk dudukan tangki, 2 baja siku yang ditengah dilas dengan baja siku lagi sehingga bidang mendatar dari baja siku menghadap keatas. dudukan Gambar 3.17 Rangka rumah tangki 4. Pegangan juga dibuat agar memudahkan saat memindahkan tangki. Pegangan ini dibuat dari baja cor dengan diameter 1 cm. Ujung-ujungnya dibuat dari pelat baja sesuai dengan pola. 5. Agar rumah tangki ini tahan karat maka harus diberi lapisan meni. Sebelumnya semua permukaan dibersihkan dengan ampelas sampai bersih dari karat dan minyak pengotor lainnya. 6. Agar tangki tidak mudah bergeser maka tangki dan dudukan dikencangkan dengan pelat baja yang dibengkokkan sesuai ukuran tangki dan dibaut pada baja siku. 7. Untuk membuat selubung rumah tangki digunakan pelat alumunium 1 mm. Selubung atas dibuat dengan cara me-roll pelat yang sudah dipotong sesuai dengan keliling lingkaran sampai didapat bentuk yang sama dengan rumahnya. Selubung alas dibuat dengan memotong pelat dengan ukuran (120x59) cm. Begitu juga dengan selubung kanan dan kiri. Perlu dibuat 36

18 lubang untuk pipa dari tangki. Selubung atas dan alas disatukan dengan dengan menggunakan paku rivet 3,2 mm. Selubung kanan dan kiri disatukan dengan rumah tangki memakai baut ukuran 6 mm, sehingga lebih mudah untuk dibuka jika diperlukan. 8. Setelah tangki dan rumahnya selesai dibuat lalu tangki dimasukkan ke dalam rumah tangki dengan posisi diputar ± 15 clockwise. Pemutaran ini dimaksudkan agar saat pemasangan pemanas air diatas rumah, posisi pipa pengeluaran udara tepat berada di bagian paling atas sehingga semua udara yang terjebak di dalam tangki dapat dikeluarkan. Udara yang terjebak didalam tangki dapat menyebabkan timbulnya karat. 9. Setelah dipasang selubung lingkaran tangki, dipasang selubung kanan dan kiri. Setelah itu pegangan tangki dipasang pada ujung-ujung tangki dengan menggunakan baut 6 mm. 10. Pengecatan tangki. Warna disesuaikan dengan permintaan, dipilih warna yang menyatu dengan alam. Gambar 3.18 Bentuk akhir rumah tangki air panas (tampak luar) 37

19 3.3.3 Penyambungan Kolektor dengan Tangki Air Panas Setelah kolektor dan tangki air panas telah selesai dibuat maka tahap berikutnya adalah merakit semua komponen yang telah dibuat dan menyambungkan kolektor dan tangki sehingga didapat panjang pipa penyambung yang sesuai dan mempermudah proses instalasi di atap rumah. Bahan-bahan yang dipakai pada saat proses penyambungan: Kaca ukuran (99x82) cm, tebal 5 mm, 4 buah Karet lis Alumunium siku (3x3) cm Pipa rifeng 1620 Sock draft rifeng ¾ inchi Sambungan T ¾ inchi Seal Tape Sambungan union Berikut adalah proses penyambungan kolektor dan tangki: 1. Pemasangan ijuk di rumah kolektor 2. Absorber dimasukkan kedalam rumah kolektor. 3. Pemasangan karet lis pada ujung atas rumah kolektor untuk penumpu kaca. Karena untuk satu kolektor diperlukan 2 buah kaca, maka karet lis unuk setengah bagian atas ditumpuk 2 agar seluruh permukaan kaca bagian atas menumpu pada karet lis. 4. Pemasangan kaca. Agar kaca bagian atas tidak meluncur kebawah maka ditahan dengan pegangan yang terbuat dari pelat alumunium berbentuk huruf S. Pegangan ini dikaitkan dengan kaca bagian bawah. 5. Pemasangan penahan bagian atas kolektor. Terbuat dari alumunium siku berukuran (3x3) cm di sekeliling atas rumah kolektor. Alumunium siku ini disambung dengan rumah kolektor dengan menggunakan mur. 6. Semua ujung pipa-pipa baik yang ada di tangki maupun kolektor diberi seal tape secukupnya. 7. Pasangkan sambungan union pada ujung pipa-pipa kolektor untuk menyambungkan kedua kolektor. Sebelumnya dibuat semacam ring untuk sambungan union dari karet ban bekas agar dapat mencegah kebocoran. 38

20 8. Pada pipa kolektor sebelah kanan bagian bawah dipasang dengan sambungan T ¾ inchi. 9. Pipa rifeng dibentuk dan dipotong sesuai dengan kebutuhan. Setelah itu pipapipa rifeng disambungkan dengan menggunakan sock draft rifeng ¾ inchi. Satu pipa rifeng untuk air panas dari kolektor ke tangki dan satu pipa rifeng disambungkan dengan sambungan T menuju input air dingin tangki. Gambar 3.19 Sistem pemanas air surya 3.4 Instalasi Setelah proses produksi, dilaksanakan proses pemasangan atau instalasi dari sistem pemanas. Rangka dari bagian atap tempat pemasangan pemanas air surya telah terlebih daulu diperkuat untuk menahan beban pemanas air surya. Berikut ini akan dijelaskan prosedur instalasi dari sistem. 1. Yang pertama kali dipasang adalah tangki. Tangki dinaikkan ke atas dengan genting sebagai tumpuan. Catatan: Pada saat penaikan tangki, ada genting yang pecah. Hal ini disebabkan genting yang pecah posisinya lebih tinggi dari genting lainnya sehingga terjadi konsentrasi tegangan. Hal ini dapat dihindari dengan meluruskan genting dengan menggunakan level. 39

21 2. Pemasangan tangki di genting. Untuk menahan bobot dari tangki, kawat baja dililitkan ke pegangan tangki dan ujung lainya dililitkan pada konstruksi baja penahan atap. Untuk lebih jelasnya, terlihat pada gambar berikut ini: Gambar 3.20 Kawat penyangga tangki 3. Selanjutnya adalah pemasangan kolektor. Sebelum menaikkan kolektor keatas genting, kedua kolektor disambung dulu menggunakan sambungan union, baru kedua kolektor dinaikkan sekaligus. Untuk menahan bobot kolektor digunakan kawat baja yang dililitkan antara pegangan tangki dan ujung pipa induk atas kolektor, seperti terlihat pada gambar Gambar 3.21 Kawat penyangga kolektor 4. Pemasangan pipa air panas output kolektor dan pipa air dingin dari tangki ke kolektor. 5. Pemasangan katup searah pada sambungan T, lalu disambungkan dengan pipa pvc ¾ ke pompa input 6. Pemasangan pipa rifeng 1620 dari pipa pemakaian tangki ke pipa instalasi menuju kamar mandi. Skema instalasi pipa diperlihatkan oleh gambar

22 Gambar 3.22 Skema instalasi Sistem pemanas air surya Gambar 3.23 Sistem pemanas air surya yang telah terinstalasi 41

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan Maret 2013 di

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan Maret 2013 di 22 III. METODELOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan 20 22 Maret 2013 di Laboratorium dan Perbengkelan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN (BAHAN DAN METODE) keperluan. Prinsip kerja kolektor pemanas udara yaitu : pelat absorber menyerap

BAB III METODE PENELITIAN (BAHAN DAN METODE) keperluan. Prinsip kerja kolektor pemanas udara yaitu : pelat absorber menyerap BAB III METODE PENELITIAN (BAHAN DAN METODE) Pemanfaatan energi surya memakai teknologi kolektor adalah usaha yang paling banyak dilakukan. Kolektor berfungsi sebagai pengkonversi energi surya untuk menaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khatulistiwa, maka wilayah Indonesia akan selalu disinari matahari selama jam

BAB I PENDAHULUAN. khatulistiwa, maka wilayah Indonesia akan selalu disinari matahari selama jam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki berbagai jenis sumber daya energi dalam jumlah yang cukup melimpah. Letak Indonesia yang berada pada daerah khatulistiwa, maka

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PEMBUATAN DAN PERAKITAN ALAT Pembuatan alat dilakukan berdasarkan rancangan yang telah dilakukan. Gambar rancangan alat secara keseluruhan dapat dilihat pada Gambar 5.1. 1 3

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian hampir seluruhnya dilakukan di laboratorium Gedung Fisika Material

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian hampir seluruhnya dilakukan di laboratorium Gedung Fisika Material BAB III METODE PENELITIAN Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah rancang bangun alat. Penelitian hampir seluruhnya dilakukan di laboratorium Gedung Fisika Material Pusat Teknologi Nuklir Bahan

Lebih terperinci

3. BAHAN DAN METODE Kegiatan penelitian ini terdiri dari tiga proses, yaitu perancangan,

3. BAHAN DAN METODE Kegiatan penelitian ini terdiri dari tiga proses, yaitu perancangan, 3. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Desember 2010. Kegiatan penelitian ini terdiri dari tiga proses, yaitu perancangan, pembuatan,

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini berlangsung dalam 2 (dua) tahap pelaksanaan. Tahap pertama

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini berlangsung dalam 2 (dua) tahap pelaksanaan. Tahap pertama 38 III. METODELOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini berlangsung dalam 2 (dua) tahap pelaksanaan. Tahap pertama adalah pembuatan alat yang dilaksanakan di Laboratorium Mekanisasi

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN SISTEM PERPIPAAN UNTUK PENYIRAMAN TANAMAN BUNGA KEBUN VERTIKAL

BAB IV PEMBUATAN SISTEM PERPIPAAN UNTUK PENYIRAMAN TANAMAN BUNGA KEBUN VERTIKAL BAB IV PEMBUATAN SISTEM PERPIPAAN UNTUK PENYIRAMAN TANAMAN BUNGA KEBUN VERTIKAL Bab ini berisikan tentang proses pembuatan sistem perpipaan untuk penyiraman bunga kebun vertikal berdasarkan hasil perancangan

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Pada bab ini dibahas mengenai pemaparan analisis dan interpretasi hasil dari output yang didapatkan penelitian. Analisis penelitian ini dijabarkan dan diuraikan pada

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1 Alat Dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan untuk pembuatan bagian rangka, pengaduk adonan bakso dan pengunci pengaduk adonan bakso adalah : 4.1.1 Alat Alat yang

Lebih terperinci

BAB III METOLOGI PENELITIAN

BAB III METOLOGI PENELITIAN BAB III METOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Metode yang digunakan adalah untuk mendekatkan permasalahan yang diteliti sehingga menjelaskan dan membahas permasalahan secara tepat. Skripsi ini menggunakan

Lebih terperinci

IV. PENDEKATAN DESAIN

IV. PENDEKATAN DESAIN IV. PENDEKATAN DESAIN A. Kriteria Desain Alat pengupas kulit ari kacang tanah ini dirancang untuk memudahkan pengupasan kulit ari kacang tanah. Seperti yang telah diketahui sebelumnya bahwa proses pengupasan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1. Alat dan Bahan A. Alat 1. Las listrik 2. Mesin bubut 3. Gerinda potong 4. Gerinda tangan 5. Pemotong plat 6. Bor tangan 7. Bor duduk 8. Alat ukur (Jangka sorong, mistar)

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, mulai pada bulan

BAHAN DAN METODE. Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, mulai pada bulan BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini direncanakan akan dilakukan di Laboratorium Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, mulai pada bulan September- Oktober

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Pembuatan Prototipe 5.1.1. Modifikasi Rangka Utama Untuk mempermudah dan mempercepat waktu pembuatan, rangka pada prototipe-1 tetap digunakan dengan beberapa modifikasi. Rangka

Lebih terperinci

Laporan Tugas Akhir BAB I PENDAHULUAN

Laporan Tugas Akhir BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Belakangan ini terus dilakukan beberapa usaha penghematan energi fosil dengan pengembangan energi alternatif yang ramah lingkungan. Salah satunya yaitu dengan pemanfaatan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) Dalam proses pembuatan mesin pengupas kulit kentang perlu memperhatikan masalah kesehatan dan keselamatan kerja (K3). Adapun maksud

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1 Alat Dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan untuk pembuatan bagian rangka, pengaduk adonan bakso dan pengunci pengaduk adonan bakso adalah : 4.1.1 Alat Alat yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PROYEK AKHIR. Motor dengan alamat jalan raya Candimas Natar. Waktu terselesainya pembuatan mesin

BAB III METODE PROYEK AKHIR. Motor dengan alamat jalan raya Candimas Natar. Waktu terselesainya pembuatan mesin BAB III METODE PROYEK AKHIR A. Waktu dan Tempat Tempat pembuatan dan perakitan mesin pemotong kerupuk ini di lakukan di Bengkel Kurnia Motor dengan alamat jalan raya Candimas Natar. Waktu terselesainya

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Bengkel Pertanian Jurusan Teknik Pertanian

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Bengkel Pertanian Jurusan Teknik Pertanian 21 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Bengkel Pertanian Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada bulan Desember 2012

Lebih terperinci

III. METODE PEMBUATAN. Tempat pembuatan mesin pengaduk adonan kerupuk ini di bengkel las dan bubut

III. METODE PEMBUATAN. Tempat pembuatan mesin pengaduk adonan kerupuk ini di bengkel las dan bubut 16 III. METODE PEMBUATAN A. Waktu dan Tempat Tempat pembuatan mesin pengaduk adonan kerupuk ini di bengkel las dan bubut Amanah, jalan raya candimas Natar, Lampung Selatan. Pembuatan mesin pengaduk adonan

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1 Proses Pengerjaan Proses pengerjaan adalah suatu tahap untuk membuat komponen-komponen pada mesin pengayak pasir. Komponen komponen yang akan dibuat adalah komponen

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 32 BB III METODOLOGI PENELITIN Metode yang digunakan dalam pengujian ini adalah pengujian eksperimental terhadap lat Distilasi Surya dengan menvariasi penyerapnya dengan plastik hitam dan aluminium foil.

Lebih terperinci

Ditinjau dari macam pekerjan yang dilakukan, dapat disebut antara lain: 1. Memotong

Ditinjau dari macam pekerjan yang dilakukan, dapat disebut antara lain: 1. Memotong Pengertian bengkel Ialah tempat (bangunan atau ruangan) untuk perawatan / pemeliharaan, perbaikan, modifikasi alt dan mesin, tempat pembuatan bagian mesin dan perakitan alsin. Pentingnya bengkel pada suatu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam melaksanakan pengujian ini penulis menggunakan metode pengujian dan prosedur pengujian. Sehingga langkah-langkah serta tujuan dari pengujian yang dilakukan dapat sesuai

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN MESIN

BAB IV PROSES PEMBUATAN MESIN BAB IV PROSES PEMBUATAN MESIN 4.1 Proses Produksi Produksi adalah suatu proses memperbanyak jumlah produk melalui tahapantahapan dari bahan baku untuk diubah dengan cara diproses melalui prosedur kerja

Lebih terperinci

Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun.

Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun. SELAMAT ATAS PILIHAN ANDA MENGGUNAKAN PEMANAS AIR (WATER HEATER) DOMO Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun. Bacalah buku petunjuk pengoperasian

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1. Proses Pembuatan Proses pembuatan adalah tahap-tahap yang dilakukan untuk mencapai suatu hasil. Dalam proses pembuatan ini dijelaskan bagaimana proses bahan-bahanyang

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. harus mempunyai sebuah perencanaan yang matang. Perencanaan tersebut

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. harus mempunyai sebuah perencanaan yang matang. Perencanaan tersebut BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH Proses pembuatan rangka pada mesin pemipih dan pemotong adonan mie harus mempunyai sebuah perencanaan yang matang. Perencanaan tersebut meliputi gambar kerja, bahan,

Lebih terperinci

BAB III PROSES MANUFAKTUR. yang dilakukan dalam proses manufaktur mesin pembuat tepung ini adalah : Mulai. Pengumpulan data.

BAB III PROSES MANUFAKTUR. yang dilakukan dalam proses manufaktur mesin pembuat tepung ini adalah : Mulai. Pengumpulan data. BAB III PROSES MANUFAKTUR 3.1. Metode Proses Manufaktur Proses yang dilakukan untuk pembuatan mesin pembuat tepung ini berkaitan dengan proses manufaktur dari mesin tersebut. Proses manufaktur merupakan

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN BAB IV PROSES PEMBUATAN 4.1. Proses Pengerjaan Proses pengerjaan adalah suatu tahap untuk membuat komponen-komponen pada mesin pengayak pasir. Komponen-komponen yang akan dibuat adalah komponen yang tidak

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM ATAP LOUVRE OTOMATIS

BAB III PERANCANGAN SISTEM ATAP LOUVRE OTOMATIS BAB III PERANCANGAN SISTEM ATAP LOUVRE OTOMATIS 3.1 Perencanaan Alat Bab ini akan menjelaskan tentang pembuatan model sistem buka-tutup atap louvre otomatis, yaitu mengenai konstruksi atau rangka utama

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMBUATAN

BAB III METODE PEMBUATAN BAB III METODE PEMBUATAN 3.1. Metode Pembuatan Metodologi yang digunakan dalam pembuatan paratrike ini, yaitu : a. Studi Literatur Sebagai landasan dalam pembuatan paratrike diperlukan teori yang mendukung

Lebih terperinci

Tugas akhir BAB III METODE PENELETIAN. alat destilasi tersebut banyak atau sedikit, maka diujilah dengan penyerap

Tugas akhir BAB III METODE PENELETIAN. alat destilasi tersebut banyak atau sedikit, maka diujilah dengan penyerap BAB III METODE PENELETIAN Metode yang digunakan dalam pengujian ini dalah pengujian eksperimental terhadap alat destilasi surya dengan memvariasikan plat penyerap dengan bahan dasar plastik yang bertujuan

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PELAKSANAAN 3.1 DIAGRAM ALIR PERANCANGAN ALAT PENGEPRES GERAM SAMPAH MESIN PERKAKAS

BAB III METODELOGI PELAKSANAAN 3.1 DIAGRAM ALIR PERANCANGAN ALAT PENGEPRES GERAM SAMPAH MESIN PERKAKAS 28 BAB III METODELOGI PELAKSANAAN 3.1 DIAGRAM ALIR PERANCANGAN ALAT PENGEPRES GERAM SAMPAH MESIN PERKAKAS Langkah-langkah penyelesaian alat mulai dari perancangan hingga pembuatan dapat dilihat pada Diagram

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jenis Energi Unit Total Exist

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang   Jenis Energi Unit Total Exist 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi merupakan kebutuhan pokok bagi kegiatan sehari-hari, misalnya dalam bidang industri, dan rumah tangga. Saat ini di Indonesia pada umumnya masih menggunakan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN digilib.uns.ac.id BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1 Skema Alur Kerja Pembuatan - Skema proses pembuatan alat pneumatik transfer station adalah alur kerja proses pembuatan alat pneumatik transfer station

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN digilib.uns.ac.id 38 BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1 Proses PembuatanTabung Peniris Luar dan tutup Tabung luar peniris dan tutup peniris (Gambar 4.1) terbuat dari plat stainless steel berlubang dengan

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PRODUKSI DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PRODUKSI DAN PENGUJIAN BAB IV PROSES PRODUKSI DAN PENGUJIAN 4.1 Proses Pembuatan Proses pengerjaan adalah tahapan-tahapan yang dilakukan untuk membuat komponen-komponen pada mesin pemotong umbi. Pengerjaan yang dominan dalam

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1. Proses Pembuatan Proses pembuatan adalah tahap-tahap yang dilakukan untuk mencapai suatu hasil. Dalam proses pembuatan ini dijelaskan bagaimana proses bahan-bahanyang

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alir Proses Perancangan Proses perancangan mesin peniris minyak pada kacang seperti terlihat pada gambar 3.1 berikut ini: Mulai Studi Literatur Gambar Sketsa

Lebih terperinci

Gambar 5.1. Proses perancangan

Gambar 5.1. Proses perancangan 5. PERANCANGAN SAMBUNGAN BAMBU 5.1. Pendahuluan Hasil penelitian tentang sifat fisik dan mekanik bambu yang telah dilakukan, menunjukkan bahwa bambu, khususnya bambu tali, cukup baik untuk digunakan sebagai

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PRODUKSI

BAB IV PROSES PRODUKSI BAB IV PROSES PRODUKSI 4.1 Proses Pengerjaan Proses pengerjaan adalah suatu tahap untuk membuat komponen-komponen pada mesin pemotong kerupuk rambak kulit. Pengerjaan paling dominan dalam pembuatan komponen

Lebih terperinci

S o l a r W a t e r H e a t e r. Bacalah buku panduan ini dengan seksama sebelum menggunakan / memakai produk Solar Water Heater.

S o l a r W a t e r H e a t e r. Bacalah buku panduan ini dengan seksama sebelum menggunakan / memakai produk Solar Water Heater. BUKU PANDUAN SOLAR WATER HEATER Pemanas Air Dengan Tenaga Matahari S o l a r W a t e r H e a t e r Bacalah buku panduan ini dengan seksama sebelum menggunakan / memakai produk Solar Water Heater. Pengenalan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1. Alat dan Bahan A. Alat 1. Las listrik 2. Mesin bubut 3. Gerinda potong 4. Gerinda tangan 5. Pemotong plat 6. Bor tangan 7. Bor duduk 8. Alat ukur (Jangka sorong, mistar)

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1. Proses Pembuatan Proses pembuatan adalah tahap-tahap yang dilakukan untuk mencapai suatu hasil. Dalam proses pembuatan ini dijelaskan bagaimana proses bahanbahan yang

Lebih terperinci

MEMBUAT MACAM- MACAM SAMBUNGAN PIPA

MEMBUAT MACAM- MACAM SAMBUNGAN PIPA MEMBUAT MACAM- MACAM SAMBUNGAN PIPA 1 ¾ ¾ ½ ¾ ½ ¾ 45 0 KATA PENGANTAR Modul dengan judul Membuat Macam-macam Sambungan Pipa merupakan salah satu modul untuk membentuk kompetensi agar mahasiswa dapat melakukan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Mesin perajang singkong dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp mempunyai

BAB II DASAR TEORI. Mesin perajang singkong dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp mempunyai BAB II DASAR TEORI 2.1. Prinsip Kerja Mesin Perajang Singkong. Mesin perajang singkong dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp mempunyai beberapa komponen, diantaranya adalah piringan, pisau pengiris, poros,

Lebih terperinci

BAB III DESAIN DAN MANUFAKTUR

BAB III DESAIN DAN MANUFAKTUR BAB III DESAIN DAN MANUFAKTUR 3.1 KONSEP DESAIN Pada desain alat ini, digunakan temperatur cool box tanpa beban, sekitar 2-5 0 C sebagai acuan. Desain ini juga merupakan perbaikan dari desain sebelumnya.berdasarkan

Lebih terperinci

c = b - 2x = ,75 = 7,5 mm A = luas penampang v-belt A = b c t = 82 mm 2 = 0, m 2

c = b - 2x = ,75 = 7,5 mm A = luas penampang v-belt A = b c t = 82 mm 2 = 0, m 2 c = b - 2x = 13 2. 2,75 = 7,5 mm A = luas penampang v-belt A = b c t = mm mm = 82 mm 2 = 0,000082 m 2 g) Massa sabuk per meter. Massa belt per meter dihitung dengan rumus. M = area panjang density = 0,000082

Lebih terperinci

Perancangan ulang alat penekuk pipa untuk mendukung proses produksi pada industri las. Sulistiawan I BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Perancangan ulang alat penekuk pipa untuk mendukung proses produksi pada industri las. Sulistiawan I BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Perancangan ulang alat penekuk pipa untuk mendukung proses produksi pada industri las Sulistiawan I 1303010 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Pada bab ini akan diuraikan proses pengumpulan dan pengolahan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. i ii iii iv v vi

DAFTAR ISI. i ii iii iv v vi DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN HALAMAN PERSEMBAHAN INTISARI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN i ii iii iv v vi viii x xii

Lebih terperinci

PERALATAN KERJA PEMIPAAN

PERALATAN KERJA PEMIPAAN M O D U L PERALATAN KERJA PEMIPAAN Oleh: Drs. Ricky Gunawan, MT. Ega T. Berman, S.Pd., M.Eng. BIDANG KEAHLIAN TEKNIK REFRIGERASI DAN TATA UDARA JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK MESIN FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini akan dibahas mengenai tempat serta waktu dilakukannya pembuatan, alat dan bahan yang digunakan dalam pembuatan alat uji, diagram alir pembuatan alat uji serta langkah-langkah

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1. Proses Pembuatan Proses pembuatan adalah tahap-tahap yang dilakukan untuk mencapai suatu hasil. Dalam proses pembuatan ini dijelaskan bagaimana proses bahanbahan yang

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. gambar kerja sebagai acuan pembuatan produk berupa benda kerja. Gambar

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. gambar kerja sebagai acuan pembuatan produk berupa benda kerja. Gambar 7 BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH A. Identifikasi Gambar Kerja Dalam pembuatan suatu produk pastilah tidak terlepas dari pendekatan gambar kerja sebagai acuan pembuatan produk berupa benda kerja. Gambar

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Maret 2013

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Maret 2013 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Maret 2013 di Laboratorium Daya dan Alat Mesin Pertanian, Jurusan Teknik Pertanian,

Lebih terperinci

METODE UNTUK MENGGANTUNG ATAU MENUMPU PIPA PADA INSTALASI PERPIPAAN. Murni * ) Abstrak

METODE UNTUK MENGGANTUNG ATAU MENUMPU PIPA PADA INSTALASI PERPIPAAN. Murni * ) Abstrak METODE UNTUK MENGGANTUNG ATAU MENUMPU PIPA PADA INSTALASI PERPIPAAN Murni * ) Abstrak Instalasi perpipaan supaya terjamin dan aman dari kerusakan baik karena pemuaian maupun berat instalasi pipa sendiri

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PEMBUATAN DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan proses pembuatan rangka pada incinerator terlebih

BAB IV HASIL PEMBUATAN DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan proses pembuatan rangka pada incinerator terlebih BAB IV HASIL PEMBUATAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Visualisasi Proses Pembuatan Sebelum melakukan proses pembuatan rangka pada incinerator terlebih dahulu harus mengetahui masalah Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN DAN PABRIKASI PROTOTIPE PENGUPAS KULIT SINGKONG BERPENGGERAK MOTOR LISTRIK

BAB III METODE PERANCANGAN DAN PABRIKASI PROTOTIPE PENGUPAS KULIT SINGKONG BERPENGGERAK MOTOR LISTRIK BAB III METODE PERANCANGAN DAN PABRIKASI PROTOTIPE PENGUPAS KULIT SINGKONG BERPENGGERAK MOTOR LISTRIK 3.1 Perancangan dan pabrikasi Perancangan dilakukan untuk menentukan desain prototype singkong. Perancangan

Lebih terperinci

MEMBUAT MACAM- MACAM SAMBUNGAN PIPA

MEMBUAT MACAM- MACAM SAMBUNGAN PIPA MEMBUAT MACAM- MACAM SAMBUNGAN PIPA BAG- TKB.001.A-76 45 JAM 1 ¾ ¾ ½ ¾ ½ ¾ 45 0 Penyusun : TIM FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN DIREKTORAT JENDERAL

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN 30 BAB IV PROSES PEMBUATAN 4.1 Proses Pembuatan Proses pengerjaan adalah tahapan-tahapan yang dilakukan untuk membuat komponen-komponen pada mesin pembuat stik dan keripik. Pengerjaan yang dominan dalam

Lebih terperinci

Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun.

Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun. SELAMAT ATAS PILIHAN ANDA MENGGUNAKAN PEMANAS AIR (WATER HEATER) DOMO Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun. Bacalah buku petunjuk pengoperasian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Bahan Penelitian Penelitian ini menggunakan air sebagai HTF dan paraffin wax sebagai PCM. Sifat fisik paraffin wax RT52 disajikan pada tabel 3.1. Tabel 3.1 Sifat fisik paraffin

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Deskripsi Alat Pengering Yang Digunakan Deskripsi alat pengering yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Deskripsi Alat Pengering Yang Digunakan Deskripsi alat pengering yang digunakan dalam penelitian ini adalah : BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Alat Pengering Yang Digunakan Deskripsi alat pengering yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Desain Termal 1. Temperatur udara masuk kolektor (T in ). T

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Desember 2011 di bengkel Mekanisasi Pertanian Jurusan Teknik Pertanian

III. METODE PENELITIAN. Desember 2011 di bengkel Mekanisasi Pertanian Jurusan Teknik Pertanian III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2011 sampai dengan bulan Desember 2011 di bengkel Mekanisasi Pertanian Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PRODUKSI

BAB IV PROSES PRODUKSI 28 BAB IV PROSES PRODUKSI 4.1 Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan untuk pembuatan bagian utama Dinamometer Arus Eddy adalah : 4.1.1 Alat Alat yang digunakan meliputi : 1. Mesin Bubut 2. Mesin

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2014 sampai dengan bulan Juli 2014

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2014 sampai dengan bulan Juli 2014 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2014 sampai dengan bulan Juli 2014 di Laboratorium Daya, Alat, dan Mesin Pertanian Jurusan Teknik Pertanian Fakultas

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1. Proses Pembuatan proses pembuatan adalah proses untuk mencapai suatu hasil. Proses pembuatan sand filter rotary machine dikerjakan dalam beberapa tahap, mulai

Lebih terperinci

BAB XIV INSTALASI PIPA PVC

BAB XIV INSTALASI PIPA PVC BAB XIV INSTALASI PIPA PVC Pipa PVC sudah banyak digunakan di dunia dan di Indonesia pada khususnya. Mulai untuk pipa air bersih, air kotor, kotoran, dan air hujan. Pipa PVC standar pipa pasar atau pipa

Lebih terperinci

4.1. Menghitung Kapasitas Silinder

4.1. Menghitung Kapasitas Silinder BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Menghitung Kapasitas Silinder Pada perencangan alat uji kekentalan plastik ini sampel akan dilebur didalam silinder. Untuk itu dibutuhkan perhitungan untuk mencari

Lebih terperinci

MACAM MACAM SAMBUNGAN

MACAM MACAM SAMBUNGAN BAB 2 MACAM MACAM SAMBUNGAN Kompetensi Dasar Indikator : Memahami Dasar dasar Mesin : Menerangkan komponen/elemen mesin sesuai konsep keilmuan yang terkait Materi : 1. Sambungan tetap 2. Sambungan tidak

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN ALAT PENGUMPUL PANAS ENERGI MATAHARI DENGAN SISTEM TERMOSIFON [DESIGN OF SOLAR THERMAL COLLECTOR TOOL WITH THERMOSIFON SYSTEM]

RANCANG BANGUN ALAT PENGUMPUL PANAS ENERGI MATAHARI DENGAN SISTEM TERMOSIFON [DESIGN OF SOLAR THERMAL COLLECTOR TOOL WITH THERMOSIFON SYSTEM] Jurnal Teknik Pertanian Lampung Vol. 2, No. 2: 95-14 RANCANG BANGUN ALAT PENGUMPUL PANAS ENERGI MATAHARI DENGAN SISTEM TERMOSIFON [DESIGN OF SOLAR THERMAL COLLECTOR TOOL WITH THERMOSIFON SYSTEM] Oleh :

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Area terhadap hasil rancang bangun alat Uji Konduktivitas Thermal Material.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Area terhadap hasil rancang bangun alat Uji Konduktivitas Thermal Material. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu 3.1.1. TEMPAT Pengujian dilakukan di laboratorium Prestasi Mesin Universitas Medan Area terhadap hasil rancang bangun alat Uji Konduktivitas Thermal Material.

Lebih terperinci

DA V Series BUKU PETUNJUK PENGGUNAAN PEMANAS AIR (WATER HEATER) DAN KARTU GARANSI DAFTAR ISI

DA V Series BUKU PETUNJUK PENGGUNAAN PEMANAS AIR (WATER HEATER) DAN KARTU GARANSI DAFTAR ISI NOMOR : P.20.INDO3.00201.0212 DA V Series BUKU PETUNJUK PENGGUNAAN PEMANAS AIR (WATER HEATER) DAN KARTU GARANSI DAFTAR ISI HAL. Kata Pengantar Bagian 1 Bagian 2 Bagian 3 Bagian 4 Bagian 5 Bagian 6 Bagian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN. penggerak belakang gokart adalah bengkel Teknik Mesin program Vokasi

BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN. penggerak belakang gokart adalah bengkel Teknik Mesin program Vokasi BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN 3.1. Tempat Pelaksanaan Tempat yang akan di gunakan untuk perakitan dan pembuatan sistem penggerak belakang gokart adalah bengkel Teknik Mesin program Vokasi Universitas

Lebih terperinci

A. HASIL PELAKSANAAN KEGIATAN

A. HASIL PELAKSANAAN KEGIATAN A. HASIL PELAKSANAAN KEGIATAN 1. Pemberitahuan Pelaksanaan IbM kepada Mitra Pelaksanaan kegiatan ipteks IbM Kelompok Tani Kopi Pemanfaatan Energi Surya dan Limbah Biomassa untuk Pengeringan dimulai setelah

Lebih terperinci

STRUKTUR BAJA Fabrikasi komponen struktur baja. a. Komponen sambungan struktur baja; 1) Baja profil. 2) Baja pelat atau baja pilah

STRUKTUR BAJA Fabrikasi komponen struktur baja. a. Komponen sambungan struktur baja; 1) Baja profil. 2) Baja pelat atau baja pilah STRUKTUR BAJA 4.4.1 Fabrikasi komponen struktur baja a. Komponen sambungan struktur baja; 1) Baja profil 2) Baja pelat atau baja pilah b. Melaksanakan fabrikasi komponen struktur baja 1) Penandaan atau

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1 Alat dan Bahan A. Alat dan bahan 1. Mesin las listrik 2. Mesin bubut 3. Gerinda potong 4. Gerinda tangan 5. Pemotong plat 6. Bor tangan 7. Alat ukur (jangka sorong, mistar)

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1. Proses Pembuatan Proses pembuatan adalah proses untuk mencapai suatu hasil. Proses pembuatan sand filter rotary machine dikerjakan dalam beberapa tahap, mulai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian adalah metode yang digunakan untuk mendekatkan permasalahan yang diteliti sehingga dapat menjelaskan dan membahas permasalahan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Temperatur udara masuk kolektor (T in ). T in = 30 O C. 2. Temperatur udara keluar kolektor (T out ). T out = 70 O C.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Temperatur udara masuk kolektor (T in ). T in = 30 O C. 2. Temperatur udara keluar kolektor (T out ). T out = 70 O C. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Spesifikasi Alat Pengering Surya Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan pada perancangan dan pembuatan alat pengering surya (solar dryer) adalah : Desain Termal 1.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ENGINE STAND. hasilnya optimal dan efisien dari segi waktu, biaya dan tenaga. Dalam metode

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ENGINE STAND. hasilnya optimal dan efisien dari segi waktu, biaya dan tenaga. Dalam metode BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ENGINE STAND 4.1. Proses Perancangan Dalam suatu pembuatan alat diperlukan perencanaan yang matang agar hasilnya optimal dan efisien dari segi waktu, biaya dan tenaga. Dalam

Lebih terperinci

BAB III. Metode Rancang Bangun

BAB III. Metode Rancang Bangun BAB III Metode Rancang Bangun 3.1 Diagram Alir Metode Rancang Bangun MULAI PENGUMPULAN DATA : DESAIN PEMILIHAN BAHAN PERHITUNGAN RANCANG BANGUN PROSES PERMESINAN (FABRIKASI) PERAKITAN PENGUJIAN ALAT HASIL

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Alur Penelitian Tahapan pelaksanaan penelitian ini dapat ditunjukkan pada diagram alur penelitian yang ada pada gambar 3-1. Mulai Identifikasi Masalah Penentuan Kriteria Desain

Lebih terperinci

Frekuensi yang digunakan berkisar antara 10 hingga 500 khz, dan elektrode dikontakkan dengan benda kerja sehingga dihasilkan sambungan la

Frekuensi yang digunakan berkisar antara 10 hingga 500 khz, dan elektrode dikontakkan dengan benda kerja sehingga dihasilkan sambungan la Pengelasan upset, hampir sama dengan pengelasan nyala, hanya saja permukaan kontak disatukan dengan tekanan yang lebih tinggi sehingga diantara kedua permukaan kontak tersebut tidak terdapat celah. Dalam

Lebih terperinci

III. METODE PROYEK AKHIR. dari tanggal 06 Juni sampai tanggal 12 Juni 2013, dengan demikian terhitung. waktu pengerjaan berlangsung selama 1 minggu.

III. METODE PROYEK AKHIR. dari tanggal 06 Juni sampai tanggal 12 Juni 2013, dengan demikian terhitung. waktu pengerjaan berlangsung selama 1 minggu. 24 III. METODE PROYEK AKHIR 3.1. Waktu dan Tempat Proses pembuatan Proyek Akhir ini dilakukan di Bengkel Bubut Jl. Lintas Timur Way Jepara Lampung Timur. Waktu pengerjaan alat pemotong kentang spiral ini

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Self Dryer dengan kolektor terpisah. (sumber : L szl Imre, 2006).

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Self Dryer dengan kolektor terpisah. (sumber : L szl Imre, 2006). 3 BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengering Surya Pengering surya memanfaatkan energi matahari sebagai energi utama dalam proses pengeringan dengan bantuan kolektor surya. Ada tiga klasifikasi utama pengering surya

Lebih terperinci

POMPA TALI 1. PENDAHULUAN 2. URAIAN SINGKAT 3. BAHAN 4. PERALATAN

POMPA TALI 1. PENDAHULUAN 2. URAIAN SINGKAT 3. BAHAN 4. PERALATAN POMPA TALI 1. PENDAHULUAN Di daerah pedesaan sebagian besar cara pengambilan air terdiri dari sumur masih menggunakan timba. Hal ini kurang menguntungkan bila dihitung dari segi waktu dan tenaga yang dipakai

Lebih terperinci

Studi Eksperimental Efektivitas Penambahan Annular Fins pada Kolektor Surya Pemanas Air dengan Satu dan Dua Kaca Penutup

Studi Eksperimental Efektivitas Penambahan Annular Fins pada Kolektor Surya Pemanas Air dengan Satu dan Dua Kaca Penutup JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-204 Studi Eksperimental Efektivitas Penambahan Annular Fins pada Kolektor Surya Pemanas Air dengan Satu dan Dua Kaca Penutup

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN PEMANAS AIR MENGGUNAKAN KOLEKTOR SURYA

RANCANG BANGUN PEMANAS AIR MENGGUNAKAN KOLEKTOR SURYA JURNAL BINA TEKNIK Volume 7, Nomor 1, April 2017:16-22, ISSN : 0000-0000 RANCANG BANGUN PEMANAS AIR MENGGUNAKAN KOLEKTOR SURYA Dona Bella G. Situmeang¹, Janter P. Simajuntak ¹Alumni Program Studi Diploma

Lebih terperinci

12. LAS DAN PAKU KELING

12. LAS DAN PAKU KELING 12. LAS DAN PAKU KELING 12.1 LAS (WELDING) Las atau welding adalah menyambung metal dengan cara memanaskan baja hingga mencapai suhu lumer (meleleh) dengan ataupun tanpa bahan pengisi, yang kemudian setelah

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMBUATAN

BAB III METODE PEMBUATAN BAB III METODE PEMBUATAN 3.1. KONSEP PEMBUATAN ALAT Membuat suatu produk atau alat memerlukan peralatan dan pemesinan yang dapat dipergunakan dengan tepat dan ekonomis. Pemilihan mesin atau proses yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PEMBUATAN PATUNG KAYU

BAB III METODOLOGI PEMBUATAN PATUNG KAYU BAB III METODOLOGI PEMBUATAN PATUNG KAYU A. Bagan Proses Penciptaan Ide Studi Literatur Eksplorasi - Observasi - Dokumentasi - Pemilihan Media - Teknik Improvisasi Perancangan Bentuk Proses Pembentukan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2012 sampai dengan Maret

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2012 sampai dengan Maret 20 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2012 sampai dengan Maret 2013. Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap, yaitu tahap pembuatan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Bahan Pirolisis Bahan yang di gunakan dalam pirolisis ini adalah kantong plastik es bening yang masuk dalam kategori LDPE (Low Density Polyethylene). Polietilena (PE)

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PENGERJAAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PENGERJAAN DAN PENGUJIAN BAB IV PROSES PENGERJAAN DAN PENGUJIAN Pada bab ini akan dibahas mengenai pembuatan dan pengujian alat yang selanjutnya akan di analisa, hal ini dimaksudkan untuk memperoleh data yang dibutuhkan dan untuk

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Proses Pembuatan 4.1.1. K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) Dalam proses pembuatan mesin pengupas kulit kentang perlu memperhatikan masalah kesehatan dan keselamatan kerja

Lebih terperinci

Gambar 2. Profil suhu dan radiasi pada percobaan 1

Gambar 2. Profil suhu dan radiasi pada percobaan 1 HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh Penggunaan Kolektor Terhadap Suhu Ruang Pengering Energi surya untuk proses pengeringan didasarkan atas curahan iradisai yang diterima rumah kaca dari matahari. Iradiasi

Lebih terperinci

Rancang Bangun Kolekor Surya Tipe Parabolic Trough untuk Menguapkan Air Laut berbahan Stainless dan Tembaga dengan Luas Tangkapan Cahaya 1 M 2

Rancang Bangun Kolekor Surya Tipe Parabolic Trough untuk Menguapkan Air Laut berbahan Stainless dan Tembaga dengan Luas Tangkapan Cahaya 1 M 2 Rancang Bangun Kolekor Surya Tipe Parabolic Trough untuk Menguapkan Air Laut berbahan Stainless dan Tembaga dengan Luas Tangkapan Cahaya 1 M 2 Kusaeri 1, Tachli Supriyad 1, Setya Permana Sutisna 1, 1 Program

Lebih terperinci