PEMILIHAN CT UNTUK PENINGKATAN KINERJA PROTEKSI DAN PENGUKURAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PEMILIHAN CT UNTUK PENINGKATAN KINERJA PROTEKSI DAN PENGUKURAN"

Transkripsi

1 Pemilihan CT untuk peningkatan WORKSHOP ME 008 PEMLHA CT UTUK PEGKATA KERJA PROTEKS DA PEGUKURA oleh Wahyudi Sarimun. *) ABSTRAK kwhmeter adalah suatu alat pengukur energi listrik yang mengukur secara langsung hasil kali tegangan, arus, factor kerja dan kali waktu yang tertentu (U..Cosφt) yang bekerja padanya selama jangka waktu tertentu. Karena pengukuran energi yang dominan adalah pemakaian arus dan tegangannya, dimana arus dan tegangan yang diukur melebihi arus dan tegangan nominal yang terdapat di kwhmeter untuk itu dibutuhkan suatu peralatan instrument transformers yang dapat menurunkan arus dan tegangan. Yaitu Trafo arus (current transformers) dan trafo tegangan (potensial transformers). Sebagai pengaman pada jaringan distribusi secara umum dipergunakan Over Current Relay (OCR) dan Ground Fault Relay (GFR) dimana arus yang dibutuhkan adalah arus kecil 1 A atau 5 A, untuk ini dibutuhkan juga (sama seperti pada kwhmeter) current transformers sebagai peralatan instrument transformer untuk memperkecil arus besar ke arus kecil yang masuk ke alat proteksi. Tulisan ini membahas tentang pemilihan trafo arus dan trafo tegangan yang baik untuk pengukuran dan proteksi, supaya kerugian dan kejenuhan dari CT atau PT dapat dihindari. KATA KUC: Meter Transaksi Tenaga Listrik, trafo arus dan trafo tegangan *) = Pegawai pada PT PL (Persero) Pusat Pendidikan & Pelatihan. PEDAHULUA KWhmeter adalah peralatan ukur untuk transaksi jual beli energi listrik, dari pemasok tenaga listrik ke pemakai tenaga listrik. Yang pemasangannya dapat di Pusat listrik, di Gardu induk atau di tempat pelanggan. Bila pemasangan Meter Transaksi Tenaga Listrik di Pusat listrik khususnya di jawa-bali dan sumatera sebagai transaksi jual beli antara pembangkitan dan PL P3B dan kalau di Luar jawa-bali atau Sumatera dapat melihat pemakaian bahan bakar dan energi yang dikeluarkan. Bila penempatan Meter Transaksi Tenaga Listrik di Gardu nduk sebagai transaksi jual beli listrik antara PL P3B dan PL Distribusi atau Wilayah, kalau penempatan di Pelanggan sebagai alat ukur pemakaian energi listrik antara PL Distribusi /Wilayah dan pelanggan. Tetapi KWhmeter yang dipergunakan mempunyai batasan arus dan tegangan, bila penyambungannya ke sistem dengan tegangan volt dengan arus besar, Meter Transaksi Tenaga Listrik tidak dapat merekam arus yang terpakai, untuk itu dibutuhkan trafo arus dan trafo tegangan sebagai penurun arus dan tegangan. Kita tahu bersama, bahwa pemakaian trafo arus dan tegangan terdapat kerugian yang disebabkan pemilihan peralatan instrument transformers yang tidak sesuai dengan arus atau tegangan yang masuk, sehingga terdapat kerugian yang tidak diinginkan, yang berakibat pada pengukuran arus disisi primer dengan sisi sekunder tidak sesuai dengan yang diinginkan.. STRUMET TRASFORMERS nstrument transformers adalah trafo yang mana dipergunakan bersama dengan peralatan lain seperti: relai proteksi, alat ukur atau rangkaian kontrol. yang termasuk trafo instrumen adalah current transformers dan potensial transformers. Kegunaan trafo instrumen al: a. Mengisolasi rangkaian meter dari sisi primer yang dipasok dengan tegangan tinggi dan arus besar. b. Menyediakan kemungkinan standar arus atau tegangan yang dipergunakan untuk pengukuran atau proteksi. Current transformers Perbandingan antara belitan primer dan sekunder pada trafo arus dapat dijelaskan menurut persamaan: 1 = (1) 1 Persamaan diatas adalah untuk trafo arus ideal dimana tegangan sekunder = nol dan arus magnetizing diabaikan. 1

2 Pemilihan CT untuk peningkatan WORKSHOP ME 008 Potensial transformers Perbandingan antara belitan primer dan belitan sekunder tanpa beban adalah E 1 1 = () E Persamaan diatas adalah untuk trafo tegangan (potensial transformers) ideal tanpa beban, arus beban = nol dan arus magnetizing diabaikan.. TRAFO ARUS Trafo arus/current transformer (CT) adalah suatu peralatan listrik yang dapat memperkecil arus besar menjadi arus kecil, yang dipergunakan dalam rangkaian arus bolak-balik. Fungsi CT adalah untuk memperoleh arus yang sebanding dengan arus yang hendak diukur (sisi sekunder 5 A atau 1 A) dan untuk memisahkan sirkuit dari sistem yang arus nya hendak diukur (yang selanjutnya di sebut sirkuit primer) terhadap sirkuit dimana instrumen tersambung (yang selanjutnya disebut sirkuit sekunder). Berbeda dari transformator tenaga yang arusnya tergantung beban disisi sekunder, tetapi pada trafo arus seperti halnya Ampere meter yang disisipkan ke dalam sirkuit primer, arusnya tidak tergantung beban disisi sekunder, melainkan semata-mata tergantung pada arus disisi primernya..1. RAGKAA TRAFO ARUS Trafo arus/current Transformers terdiri dari belitan primer, belitan sekunder dan inti maknetik. Jika arus primer yang masuk ke CT ke teminal P 1 /K dan arus yang mengalir ke sekunder dinamakan terminal S 1 /k, seperti terlihat pada gambar 1 (lihat arah arus sekunder S yang masuk ke ampere meter). Selanjutnya terdapat terminal kedua pada CT disisi primer yaitu P /L adalah terminal yang arusnya diperoleh dari P 1 /k yang dialirkan ke beban dan S /l sisi sekunder adalah terminal yang arusnya diperoleh dari S 1 /k. P S1/k P1/K S A P/L S/l Gambar 1: Rangkaian equivalent CT (1) Dalam hal ini, polaritas sisi sekunder harus disesuaikan dengan datangnya arus di terminal sisi primer (tidak boleh terbalik). Secara normal yang sesuai standar EC terminal S /l harus ditanahkan sebagai pengamanan sekunder CT terhadap tegangan tinggi akibat kopling kapasitif, sehingga sudut antara arus primer dan sekunder = nol, kalau S 1 /k yang ditanahkan maka sudut arus antara primer dan sekunder menjadi = Pada gambar 1 terlihat arus yang masuk ke sekunder ( S ) diperoleh dari arus primer ( P ), yang diasumsikan arus dari primer tidak ada error (kesalahan) seperti terlihat pada persamaan (1) diatas. Dalam kenyataannya arus primer yang masuk kesekunder sebagian akan masuk ke inti maknetik yang terdapat pada sekunder tersebut, seperti terlihat pada gambar dibawah ini: S S = P x P e (3) S e Exciting impedance Burden (Z) Gambar : Rangkaian equivalent arus sisi sekunder e ( S / P ) P Gambar 3: Vektor dari arus CT ε ε e / S x 100% (P/S)x(S/P)x100% Pada gambar terlihat arus dari sisi primer tidak semua masuk kesisi sekunder, sebagian arus akan masuk ke rangkaian inti, sehingga terjadi pergeseran sudut se-perti terlihat pada gambar 3. Hal ini dikatakan sebagai kesalahan reproduksi dari CT. Kesalahan reproduksi akan terlihat dalam amplitudo dan fase, kesalahan dalam amplitudo dikatakan sebagai kesalahan arus atau kesalahan ratio, kalau kesalahan fase dikatakan sebagai pergeseran fase. Pada gambar 4, memperlihatkan arus sekunder S dipilih sebagai acuan dalam 100 %, sebagai poros sumbu yang dapat dibagi dalam persen. Sejak sudut sangat kecil, maka kesalahan arus ε dan kesalahan fase langsung dapat dibaca dalam persen pada axies tersebut (ε = 1% = 1 centiradians = 34,4 minute). Sesuai penjelasan diatas, bahwa Kesalahan arus positif, jika arus sekunder melebihi arus pengenalnya dan kesalahan fase positif jika arus sekunder leading S x 100% Gambar 4: Vektor memperlihatkan arus sekunder sebagai refrensi diambil 100% +

3 Pemilihan CT untuk peningkatan WORKSHOP ME 008 (mendahului) dari arus primer. Sebagai Konsekwensi axis ε akan turun dan axis akan kekanan... DEFS Kesalahan transformasi (transformasi error). Adalah perbandingan antara arus primer dan arus sekunder K n = P S Kesalahan arus (current error) (4) K n x S P ε(%) = x100% (5) P Dimana: K n = Perbandingan transformasi ε = Kesalahan arus (%) S = Arus sekunder sebenarnya (Amp) P = Arus primer sebenarnya (Amp). Karena adanya perbedaan antara arus yang masuk di sisi primer dengan arus yang terbaca disisi sekunder, dapat menimbulkan perbedaan ratio transformasi arus yang sebenarnya dengan kenyataannya. Bila CT dipergunakan untuk pengukuran energi (kwh meter), kesalahan arus ini sangat berpengaruh terhadap pengukuran energi. Security factor (Fs) Faktor sekuriti (security factor) adalah Ratio dari sekuriti arus primer pengenal ( PS ) dan arus primer pengenal ( P ) F PS S = (6) P Sekuriti dari meter yang dihubungkan ke CT, adalah kebalikan dari F S nya. Sesuai standar security factor (F S ) = F S 5. Rated Short - Time Thermal Current ( th,t ) Adalah nilai rms dari arus primer, dimana CT tidak rusak dalam waktu satu detik, bila waktu arus thermalhubung singkat pengenal dipakai dalam tiga detik dipergunakan dalam satu detik. short time thermal current dapat diperhitungkan dengan persamaan: th th,t = (7) t Dimana: th = MVA SC Ex MVA sc = MVA short circuit E ph-ph = tegangan fase-fase (kv) 3 Rated dynamic current (dyn) Adalah nilai puncak dari arus primer CT, tanpa ada kerusakan secara electric dan mechanic yang dihasilkan dari tenaga electromagnetic: dyn =,5 x th (8) - Composite error ( c). Adalah pada kondisi dibawah steady state, nilai rms mempunyai perbedaan antara nilai sesaat dari arus primer dan nilai sesaat dari arus sekunder sebenarnya yang dikalikan dengan ratio CT pengenal, composite error diekspresikan dalam persen dari nilai rms arus primer yang dapat ditulis dalam bentuk matematis, sebagai berikut: c = 100 P 1 T (K i s i p ) dt T 0 (9) Dimana : K = transformation ratio pengenal P = ilai rms dari arus primer i P = ilai sesaat (the instantaneous value) dari arus primer i S = ilai sesaat (the instantaneous value) dari arus sekunder T = Waktu dalam satu periode (one cycle) dalam detik..3. KELAS AKURAS (ACCURACY CLASS) Adalah arus pada trafo arus yang dibatasi oleh kesalahan arus dan kesalahan fase. Dimana accuracy class yang sesuai dengan pemakaian, dijelaskan sebagai berikut: Standar accuracy class, yang dipergunakan untuk pengukuran seperti terlihat pada tabel dibawah ini. - Untuk klas 0,1 0, 0,5 dan 1, pada frekwensi pengenal kesalahan arus dan pergeseran fase tidak melebihi dari nilai yang di tentukan seperti terlihat pada tabel 1, bila burden sekunder antara 5% s/d 100% dari burden pengenal. - Untuk klas 0,S dan 0,5S, dipergunakan untuk aplikasi khusus untuk Kwh meter yang mana pengukuran yang tepat pada arus antara 50 ma s/d 6 A. kesalahan arus dan pergeseran fase, tidak melebihi dari nilai yang ditentukan seperti terlihat pada tabel, bila burden sekunder antara 5% s/d 100% dari burden pengenal. Pemakaian kelas ini diutamakan pada ratio 5/5, 50/5 dan 100/5. dengan arus pengenal 5A. - Untuk klas 3 dan kelas 5, kesalahan arus dan pergeseran fase tidak melebihi dari nilai yang ditentukan seperti terlihat pada tabel 3, bila burden sekunder antara 50% s/d 100% dari burden pengenal. 3

4 Pemilihan CT untuk peningkatan WORKSHOP ME 008 Catatan: Supaya kesalahan arus pengukuran tidak menyimpang jauh dari arus yang diukur, perlu pemilihan CT yang tepat untuk kelas ketelitian dan burden sekunder yang tidak melebihi dari burden pengenalnya. Tabel 1 : Batas kesalahan arus dan kesalahan sudut untuk klas 0,1 1,0 sesuai EC Kelas +/- % pergeseran fase ketelit +/- % kesalahan ratio arus pada % dari arus pengenal, ian pada % dari arus pengenal menit (centiradians) ,1* 0,4 0, 0,1 0, ,** 0,75 0,35 0, 0, ,5*> 1,5 0,75 0,5 0, ,0** 3,0 1,5 1,0 1, Tabel : Batas kesalahan untuk CT keperluan khusus sesuai EC Kelas Keteli tian +/- % kesalahan ratio arus pada % dari arus pengenal +/- % pergeseran fase pada % dari arus pengenal, menit (centiradians)) ,S** 0,75 0,35 0, 0, 0, ,5S** 1,5 0,75 0,5 0,5 0, Tabel 3: Batas kesalahan untuk klas 3 dan 5 sesuai EC Kelas ketelitian +/- % kesalahan ratio arus pada % dari arus pengenal Pemakaian instruments instruments Dimana: * = untuk laboratorium **= untuk Precision revenue metering *>= untuk standard metering Standard accuracy class yang dipergunakan untuk proteksi adalah 5P, 10P. tanda P adalah tanda Proteksi, dan angka 5 atau 10 adalah nilai kesalahan arus dalam %, seperti terlihat pada tabel 4. CT yang ada untuk proteksi: 5P10, 5P0, 10P10, 10P0. dan yang dibutuhkan untuk proteksi pada CT adalah tingkat isolasi yang tinggi, dan tidak cepat jenuh saat arus besar masuk ke sisi primer CT, karena output arus di sekunder diperlukan agar Relai proteksi bekerja dengan pasti. Tabel 4: Batas kesalahan accuracy class proteksi. Kelas Keteli tian Kesalahan arus pada arus primer (%) +/- % pergeseran sudut fase dari arus pengenal Composied error Rated accuracy limit primery current minutes centiradians 5P ±1 ±60 ±1,8 5 10P ± Misal : 0 VA, 5P/0. 0 VA adalah keluaran daya CT dalam VA 5P adalah accuracy class (klas ketelitian) 0 adalah composite error. Bila pengaman (relai) invers definite minimum time (DMT) dengan stabilitas gangguan fase dan ketelitian waktu yang akurat tidak diperlukan dapat mempergunakan klas 10P. Tetapi kalau ketelitian, stabilitas gangguan fase dan ketelitian waktu yang akurat diperlukan, dapat mempergunakan klas 5P..4 BURDE Beban yang dihubungkan ke sekunder dikatakan sebagai burden, dimana trafo arus dengan batasannya dapat menampung beban pada sisi sekunder. Beban ini dinyatakan dalam ohm impedansi atau VA. Misal burden impedansi 0,5 ohm dapat di ekspresikan juga pada 1,5 VA dengan arus 5 A. Sebagai pengaman pada CT, khususnya di klas proteksi perlu membatasi arus yang besar yang masuk ke CT, sesuai standar EC untuk membatasi arus bolakbaik yang simetris adalah 5P atau 10P. Pada karakteristik utama dari CT untuk proteksi adalah akurasi rendah (kesalahan lebih besar diijinkan bila dibandingkan untuk pengukuran) dan kejenuhan tegangan (saturation voltage), tinggi. Pada kejenuhan tegangan dikatakan sebagai Accuracy Limit Factor (ALF). Dimana kenaikan arus dari arus primer pengenal, dapat dipenuhi accuracy/ketelitian pengenal pada burden pengenal yang dihubungkannya., ini dikatakan sebagai nilai minimum. Dapat juga dikatakan perbandingan antara kejenuhan tegangan dan tegangan pada arus pengenal dan burden sisi sekunder. Pertambahan nilai kejenuhan dapat diperkirakan dengan persamaan dibawah ini (1). S n + R CT * sn n = n * (10) ALF S + R CT * sn Dimana : S n = Burden pengenal (VA) S = Burden sesungguhnya (VA) sn = Arus pengenal sekunder (A) R CT = Tahanan dalam CT pada 75 0 C (ohm) n ALF = accuracy limit factor. Untuk melindungi peralatan ukur dari arus besar, yang ditimbulkan karena adanya gangguan hubung singkat disisi primer, batasan arus sekunder adalah F s x arus pengenalnya, dimana pengamanan peralatan metering tinggi bila F S rendah. dengan spesifikasi faktor yang ada F S 5 atau F S 10, ini adalah sebagai nilai maksimum dan hanya valid (sah) pada burden pengenalnya. ilai pertambahan kejenuhan diexpresikan sebagai nilai n, sebagai berikut: S n + R CT * sn n = F * (11) S S + R CT * sn Untuk memenuhi klas ketelitian tinggi (misal: CL0,S), arus pemaknitan dalam inti harus dapat meneruskan suatu nilai yang rendah, sebagai konsekwensi rendahnya kerapatan garis gaya (flux density) dalam inti. yang pada umumnya bahan inti maknetik untuk ini dibuat dari campuran nickel dan besi. 4

5 Pemilihan CT untuk peningkatan WORKSHOP ME 008 Adapun burden current transformers sesuai EC adalah,5 VA, 5 VA, 7,5VA, 10VA, 15VA, 0 VA dan 30VA. Catatan: klas akurasi baik, bila burden antara 5% s/d 100% dari burden pengenal. Metering yang dipergunakan saat ini banyak memakai digital dengan daya (VA) rendah, hal ini dapat memperkecil total burden yang rendah sampai 5 % dari burden pengenalnya seperti terlihat pada grafik 1 dibawah, dimana perbandingan CT antara CL0,S dan CL0,5 dengan perbedaan burden dari kedua class CT tersebut. CL0,S kesalahan arusnya lebih kecil dari CL0, Perbandingan karakteristik CT Class CL0.5 dan Class 0,S Maret 008 CL 0.5 CL 0.S Tetapi kenyataannya tidak mungkin, karena terdapat tegangan jatuh dalam tahanan belitan, hal ini berpengaruh pada perbandingan tegangan antara primer dan sekunder. US Dimana: U = tegangan jatuh. S = xu P U (1) P Kesalahan dalam reproduksi PT akan nampak pada amplitude dan fase, kesalahan pada amplitude dikatakan sebagai kesalahan tegangan atau kesalahan ratio dan kesalahan pada fase dikatakan sebagai pergeseran fase. ε U 0.9 kesalahan ( % ) , 0,5 0,5+ 0,+ 0, - 0,5- U S ( S / P )U P ε U/U S x 100% + U S x 100% (UP/US)x(S/P)x100% nominal Grafik 1: Grafik kesalahan dan batasan untuk CT CL0, dan CL0,5 () V. TRAFO TEGAGA Trafo tegangan/voltage transformers /potensial transformers adalah suatu peralatan listrik yang dapat memperkecil tegangan tinggi menjadi tegangan rendah, yang dipergunakan dalam rangkaian arus bolak-balik. Fungsi trafo tegangan adalah untuk memperoleh tegangan yang sebanding dengan tegangan yang hendak dipergunakan dan untuk memisahkan sirkuit dari sistem dengan tegangan tinggi (yang selanjutnya di sebut sirkuit primer) terhadap sirkuit dimana alat ukur (instrumen) tersambung (yang selanjutnya disebut sirkuit sekunder). Beda dengan transformator tenaga yang dibutuhkan adalah tegangan dan daya keluarannya tetapi pada trafo tegangan yang dibutuhkan adalah tingkat ketelitiannya dan penurunan tegangannya yang disesuaikan dengan alat ukur. V.1. KESALAHA PERALATA Jika jatuh tegangan pada trafo tegangan tidak diperhitungkan, dalam hal ini tidak ada kesalahan pada tegangan primer, maka dapat dijelaskan perbandingan antara tegangan primer dan sekunder seperti terlihat pada persamaan (1) diatas dan gambar 5 dibawah ini. 1 E 1 E Burden Gambar 5: Rangkaian PT tanpa kesalahan Gambar 6: Vektor tegangan Sama seperti penjelasan pada trafo arus bahwa vektor tegangan seperti terlihat pada gambar 6 terdapat pergeseran sudut sebesar dan gambar 7 menjelaskan dari gambar 6 yang dipresentasikan dalam bentuk garis dengan tegangan sekunder sebagai refrensi vektor diambil dimensi 100%, lebih dari itu pada sistem koordinat sebagai ujung dari refrensi vektor dikatakan dalam persen. Bila sangat kecil sudutnya kesalahan tegangan ε dan kesalahan fase langsung terbaca dalam persen pada axies tersebut (ε = 1% = 1 centiradians = 34,4 minute). Kesalahan tegangan positif bila tegangan sekunder melebihi tegangan pengenalnya dan kesalahan fase positif bila tegangan sekunder leading dari primernya, arah positif nantinya akan turun dalam axis ε dan axis akan kekanan. Kesalahan tegangan 100.(K n V s V p ) R.E(%) = (13) V p Dimana: R.E = ratio error (%) K n = ratio nominal V s = tegangan sekunder V p = Tegangan primer Gambar 7: Vektor memperlihatkan tegangan sekunder sebagai refrensi diambil 100% 5

6 Pemilihan CT untuk peningkatan WORKSHOP ME 008 V.. TEGAGA PRMER DA SEKUDER PEGEAL Tegangan primer dari PT adalah tegangan pengenal yang diperoleh dari sistem dan tegangan sekunder pengenal diperoleh dari tegangan primer. Potensial transformer yang dipasang diluar (outdoor) secara normal dihubungkan antara fase dan tanah, untuk sistem tiga fase, dimana nilai standar tegangan primer pengenal adalah 1/ 3 kali dari nilai tegangan pengenal sistem. Dan tegangan sekunder pengenal yang dipergunakan dinegara-negara eropa, adalah: 100/ 3 atau 110/ 3 volt Pemilihan dari potensial transformer untuk peralatan instrument 80-10% dari tegangan pengenal dan untuk proteksi antara 0,05 s/d 1,5 atau 1,9 dari tegangan pengenal sebagai faktor tegangan. Sesuai standar EC, faktor tegangan PT,sebagai berikut: - 1,9 kali tegangan pengenal untuk PT tidak diketanahkan. - 1,5 kali tegangan pengenal untuk PT diketanahkan solid. Lamanya kenaikan tegangan ini adalah sebesar 30 detik. V.3.ACCURACY CLASS DA RATED BURDE PT Rated burden PT secara normal dapat dijelaskan sebagai berikut: - Bila burden digunakan untuk komponen metering dan proteksi, kelas akurasi untuk metering dipilih harus lebih baik daripada untuk proteksi. - Burden dari PT adalah penjumlahan dari total burden dari semua beban yang disambung ke PT. Kesalahan arus dan pergeseran fase tidak melebih dari nilai yang ditentukan seperti tabel 5 atau tabel 6, bila burden sekunder antara 5% s/d 100% dari burden pengenal. Tabel 5: Acuracy classes sesuai EC Class burden% range voltage% Ratio % Limits of errors Phase Displacement min Applicati on 0, ,1 5 laboratory Precision 0, < 10 VA and , % revenue Pf=1 metering 0, ,5 0 Standard revenue metering ndustrial 1, ,0 40 grade meters 3, nstrumen ,0 - ts 3P Vf 3,0 10 Protection 6P Vf 6,0 40 Protection Vf = faktor tegangan Peralatan metering 30 VA, klas akurasi 0, dan proteksi = 70 VA, klas akurasi 3P, maka pemilihan PT sebesar 100 VA dengan klas akurasi 0,. Bila beban proteksi yang sifatnya emergency saja, maka burden untuk PT yang dipergunakan untuk metering dan relaying. dapat mempergunakan burden 70 VA. Klas untuk metering sesuai EC baik bila tegangan pengenal % dan burden 5-100% dari burden pengenal. Kelas untuk proteksi baik dari 5% s/d V f kali tegangan pengenal bila burden 5% s/d 100% dari burden pengenal. Sesuai standar daya keluaran trafo tegangan pengenal dengan pf 0,8 lagging, adalah 10; 15; 5; 30; 50; 75; 100; 150, 00; 300; 400; 500 VA. Tabel 6: Acuracy classes sesuai EEE C57.13 Range Power Class Burden % Voltage % error at metered load PF 0,6-1,0 Appplication 0, ,3 Revenue metering 0, ,6 Standad metering 1, , Relaying Standard burdens VA PF M 35 0,0 W 1,5 0,10 X 5 0,70 Y 75 0,85 Z 00 0,85 ZZ 400 0,85 Kalau alat ukur yang dipergunakan memakai digital dengan daya (VA) rendah hal ini dapat memperkecil total burden yang rendah sampai 5 % dari burden pengenalnya seperti terlihat pada grafik, dan grafik 3 dimana perbandingan PT antara CL0, dan CL0,5. kesalahan ratio (%) +0,5 +0, 0-0, CL0,5-0, CL0, 80% rated voltage 10% rated voltage 100% Rated burden Grafik : Grafik kesalahan ratio CL0, dan CL0,5( 1) Pergeseran +0 fase(%) +10-0, CL0, CL0, 80% rated voltage 10% rated voltage 100% Rated burden Grafik 3: Grafik pergeseran fase CL0, dan CL0,5 (1) 6

7 Pemilihan CT untuk peningkatan WORKSHOP ME 008 V. BAGAMAA KTA MEMLH CT DA PT Perlu kita ketahui, bahwa alat ukur seperti kwhmeter kvarhmeter, ampere meter dls, mempergunakan arus kecil dan tegangan rendah, tetapi arus dan tegangan yang masuk dari sistem besar dimana tegangan pada sistem distribusi mempergunakan tegangan volt dengan arus besar. Untuk itu dibutuhkan trafo arus dan trafo tegangan yang tepat pemilihannya, sebagai berikut: 1. MEMLH TRAFO ARUS: - Pemilihan tegangan tinggi peralatan, Tegangan peralatan listrik diberikan dalam V atau kv misal: 1 kv, 0 kv, 4 kv, 15 kv - Pemilihan ratio transformator pengenal (selection of rated transformer ratio) Pemilihan arus primer Diperhitungkan dengan persamaan, sebagai berikut: S = 3 x U x Dimana: S = daya dari pelanggan (kva) U = tegangan fase fase (kv) = arus masing-masing fase (Amp) Daya pelanggan 630 kva tarif TM/TM/TM tegangan 0 kv, pemilihan ratio CT adalah = 630 kva = 18 A 3x0 V Maka dipilih ratio CT pada sisi primer sebesar 0 A, bila CT dipergunakan untuk pengukuran dan proteksi dipilih ratio 0/5-5. Daya pelanggan TR 197 kva tarif TR/TR/TR tegangan 380 volt, pemilihan ratio CT, adalah = 197 kva = 99 A 3x380 V Maka dipilih ratio CT pada sisi primer sebesar 300 A atau 300/5. Untuk memperoleh ratio CT dan klas proteksi yang tepat pada CT yang terpasang pada outgoing feeder, yang pasokannya diperoleh dari gardu nduk atau PLTD, diambil dari Kuat Hantar Arus (KHA) kawat. Bila dipasang pada incoming feeder di gardu nduk atau di Pusat Listrik, perlu dihitung kapasitas transformator tenaga. Pemilihan arus sekunder, Arus sekunder dalam ampere 1 A dan 5 A, secara umum arus sekunder pengenal dipilih 5A, tetapi bila lokasi peralatan instrumen jauh dari trafo arus dipilih 1 A., kalau beban sekunder diambil dalam impedansi (ohm) diperhitungkan dalam VA, sebagai berikut: P(VA) = S (A) x Z (ohm). Bila S = 5 A, P(VA) = 5 x Z. Bila S = 1 A, P(VA) = 1 x Z. - Pemilihan burden Beban yang akan dihubungkan ke sekunder trafo arus menentukan daya aktif dan reaktif di terminal sekunder yang berhubungan dengan burden trafo arus, nilai VA dari tiap beban yang akan disambung dapat dilihat pada tabel 7 dibawah ini dan sebagai tambahan burden trafo arus (VA) adalah pemakaian kabel yang menghubungkan trafo arus ke alat ukur. Tabel 7: ilai VA dari tiap alat ukur dan proteksi Ammeter dengan jarum besi Wattmeter Cosϕ meter 0,70 1,5 VA 0,0 5,00 VA,00-6,00 VA kwhmeter : mekanik 0,40 3,5 VA : elektronik 0,40 1,5 VA KVArmeter : mekanik Over Current Relay Ground Fault Relay 0,40 3,5 VA : elektronik 0,40 1,5 VA Tabel 8: ilai tahanan dari kabel Φ (mm ) R (Ω/km) 4 x 1,5 14,47 4 x,5 8,71 4 x 4 5,45 4 x 6 3,6 4 x 10,16 4 x 16 1,36 4 x 5 0,863 0,0 8,00 VA 0,0 8,00 VA Total kapasitas beban (VA) yang disambung ke CT tidak boleh melebihi dari burden yang dipilih. Beban yang akan disambung ke CT yang terpasang di Gardu nduk sebagai berikut: Perhitungan daya: Alat ukur mekanik elektronik Ampere meter 1 VA 1 VA kwh meter 3 VA 1 VA KW meter 3 VA 1 VA kvarh meter 3 VA 1 VA Kabel X 4 mm = 0 m 1,36 VA 1,36 VA Total daya = 11,36 VA 5,36 VA Kalau mempergunakan alat ukur jenis mekanik Burden dipilih 15 VA, kalau jenis elektronik dipilih 7,5 VA. 7

8 Pemilihan CT untuk peningkatan WORKSHOP ME 008 Beban terpasang di pelanggan > 00 kva Alat ukur mekanik elektronik kwh meter 3,5 VA 1,5 VA kvarh meter 3,5 VA 1,5 VA Kabel X 4 mm = 10 m 0,68 VA 0,68 VA Total daya = 7,68 VA 3,68 VA Kalau mempergunakan alat ukur jenis mekanik Burden dipilih 10 VA, jenis elektronik dipilih 5,0 VA.atau 7,5 VA Bagaimana kita menghitung kejenuhan CT untuk klas proteksi dengan mempergunakan faktor kejenuhan inti dan tegangan knee (V K ), dimana akurasi CT masih bisa dicapai? Ratio CT 300/5, 5P10, R CT = 0,07 ohm, burden 10VA. Burden kenyataan 7,5 VA, untuk perhitungan diambil persamaan (10) diatas, sebagai berikut: * 0,07 n = 10 = 1,7 7,5 + 5 * 0,07 Artinya: Dengan klas proteksi 5P10 dan burden CT 7,5 VA, CT tersebut akan jenuh pada arus 1,7 x arus pengenalnya = 1,7 x 5 = 63,5 A disisi sekunder, bagaimana kalau dilihat dari sisi primer ( CT ). ( CT ) = 63,5 x 300/5 = 3810 A. Bila kapasitas transformator tenaga misal: di gardu induk = 60 MVA dan X T = 1,6%., tegangan 0 kv maka arus maksimum yang keluar dari sumber adalah E f = * nt = * A = ,4 A X T 1,6% 3 * 0 Dari perhitungan diatas bahwa f > CT, maka CT tersebut akan jenuh. Bila kita ingin mengetahui kejenuhan CT dengan mempergunakan tegangan knee (V K ), dapat dijelaskan sebagai berikut: V K = volt, R CT = 0,07 ohm, klas 10 VA 5P10 ratio CT = 300/5. pemakaian (burden) = 7,5 VA R relai + R kawat = 7,5 VA/(5A) = 0,3 ohm. f = V K R total = = 59,45 A (0,07 + 0,3) Didasarkan pada V K yang diujikan, CT akan jenuh pada arus 59,45 A sisi sekunder atau 59,45 x 300/5 = 3567,57 A sisi primer. Jadi permasalahan ini bisa dilihat kalau CT terpasang pada outgoing feeder atau pada pelanggan TM terpasang dekat dari sumber, harus dihitung terlebih dahulu besarnya arus gangguan dan kejenuhan CT. - Pemilihan Accuracy class Untuk alat ukur kwhmeter dan kvarhmeter: dianjurkan mempergunakan CL0,S Klas proteksi: karena dibutuhkan ketelitian waktu yang akurat dianjurkan mempergunakan klas 5P... Bila CT terpasang di outgoing feeder, pemilihan klas proteksi dianjurkan mempergunakan klas 5P0 dengan ratio disesuaikan dengan arus gangguan tersebut dan kapasitas penghantar (KHA).. - Pemilihan arus thermal pengenal ( th ) Arus thermal pengenal diberikan 100, 00, 300 dst x arus pengenal CT dalam ka, yang diambil dari arus gangguan hubung singkat di sistem, bila diperhitungkan arus gangguan hubung singkat 10 ka, maka arus thermal pengenal = 10 ka ( th = 10 ka), arus primer pengenal dimisalkan 100 A, maka dapat ditentukan arus thermal pengenal: A th = = 100xn 100A - Pemilihan arus dynamic pengenal ( dyn ) Arus dynamic pengenal diambil dari arus thermal pengenal, sebagai berikut: dyn =,5 x th Dimisalkan th = 10 ka, maka dyn =,5 x 10 ka = 5 ka. - Pemilihan CT bila belitan primer atau belitan sekunder mempunyai beberapa core Misal: /5-5A ; 5P0.; 0 VA at lower ratio. Hal ini berarti bahwa belitan primer mempunyai belitan untuk arus 300 A dan 600 A dan pada belitan sekunder ada dua belitan untuk pengukuran dan untuk proteksi. ilai 0 VA at lower ratio menunjukan pada ratio 300/5-5 nilai burden 0 VA, tetapi kalau ratio 600/5-5 nilai burden harus x 0 VA = 40 VA. Konstruksi CT seperti terlihat pada gambar 8 dibawah ini. Resin Belitan sekunder Untuk pengukuran Teriminal primer Teriminal sekunder Pola (mould) Belitan primer Belitan sekunder Untuk Proteksi Gambar 8: konstruksi CT dengan belitan primer dan belitan sekunder 8

9 Pemilihan CT untuk peningkatan WORKSHOP ME 008. MEMLH TRAFO TEGAGA Sesuai tarip dasar listrik bahwa pelanggan yang mempunyai daya > 01 kva s/d 30,5 MVA mempergunakan tegangan volt, karena pada meter transaksi jual beli tenaga listrik mempergunakan tegangan rendah, dibutuhkan trafo tegangan sebagai berikut: - Tegangan : 0.000/ 3 / 100/ 3, sisi sekunder disesuaikan dengan tegangan alat ukur. - Burden : dihitung beban yang akan disambung ke PT (VA) sama seperti pada CT. 1. Pemasangan di pelanggan TM Alat ukur mekanik elektronik kwh meter 3,5 VA 1,5 VA kvarh meter 3,5 VA 1,5 VA Kabel X 4 mm = 10 m 0,68 VA 0,68 VA Total daya = 7,68 VA 3,68 VA Kalau mempergunakan alat ukur jenis mekanik Burden dipilih 10 VA, kalau jenis elektronik dipilih 5,0 VA. Atau 7,5 VA.. Pemasangan PT di G atau PLTD Biasanya pemasangan PT untuk outgoing di Gardu nduk atau di PLTD dipergunakan untuk beberapa alat ukur yang terpasang di Cubicle outgoing, diambil 10 cubicle dengan alat ukur: Volt meter, kwhmeter, kvarhmeter, Wattmeter, cosϕmeter, penjelasannya sebagai berikut: BUSBAR PT PT PEGAWATA SEKUDER PT PEYULAG P1 P P3 P4 P5 P6 METER COMG P7 P8 P9 P10 METER satu atau -3 buah cubicle dengan beberapa alat ukur yang terpasang. Disamping itu tegangan kwhmeter (pemakaian pengukuran jenis mekanik) di penyulang 1 (dengan asumsi tahanan kontak 0,6 ohm) sebesar 100/ 3 = 57,74 volt - V = 57,74-0,5 = 57,51 volt. Tegangan di penyulang 4 menjadi 56,83 volt dan di penyulang 10 menjadi 55,48 volt. Padahal kwhmeter dengan klas ketelitian yang tinggi (klas 0, atau klas 0,3), total jatuh tegangan dari trafo tegangan yang masuk ke kwhmeter harus 0,05 % s/d 0,1 % x tegangan pengenal sekunder PT (1). Dengan penjelasan diatas terdapat kerugian pengukuran pada penyulang 4 s/d penyulang 10 yang melebihi standar jatuh tegangan yang masuk ke kwh meter.. - Class accuracy: diambil dari tabel 5 atau tabel 6 sesuaikan pemakaian standar nya dan diambil yang mempunyai kesalahan rendah. V. KESMPULA. 1. Pemilihan Trafo arus dan trafo tegangan yang dipergunakan untuk meter traksaksi tenaga listrik perlu dihitung terlebih dahulu beban yang akan disambung dan tegangan yang dipergunakan.. Sesuaikan burden beban yang tersambung pada CT dan PT. Yang tidak boleh melebihi 100% burden pengenal CT atau PT. 3. Kerugian pengukuran adalah akibat dari pemilihan instrument transformers yang tidak sesuai. 4. Bila CT di pasang pada outgoing feeder, untuk menjaga kejenuhannya perlu dihitung besarnya arus gangguan hubung singkat 3 fase. 5. Bila CT yang terpasang pada incoming feeder, diambil dari n transformator tenaganya. 6. ameplate CT dan PT harus terbuat dari plat aluminium (bukan dari kertas) Alat ukur mekanik elektronik 10 Voltmeter 15 VA 15 VA 10 Wattmeter 35 VA 15 VA 10 kwh meter 35 VA 15 VA 10 kvarh meter 35 VA 15 VA 10 Cosϕ meter 60 VA 60 VA Kabel X 4 mm = 8 m 0,6 VA 0,6 VA Daya PT 1,063 VA 0,588 VA Total daya = 17,39 VA 137,39 VA Dari contoh no diatas, kalau mempergunakan alat ukur jenis mekanik burden dipilih 5 VA, kalau jenis elektronik dipilih 150 VA. Dengan contoh ini dapat dilihat besarnya burden yang dipergunakan untuk alat ukur. Bila pemilihan burdennya tidak sesuai dengan alat ukur yang akan dipasang, berpengaruh terhadap pengukurannya, dengan ini sebaiknya pemasangan PT di outgoing feeder untuk DAFTAR PUSTAKA: [1] ABB; application guide- instrument transformers [] Sadtem France; Presentasi current transformers [3] Wahyudi Sarimun.; pemilihan CT & PT untuk transaksi tenaga listrk; seminar AMR 07 April 008 [4] Pribadi kadarisman dan Wahyudi Sarimun.; trafo tenaga besar terhadap kinerja proteksi dan tegangan pelayanan, seminar 08 juni

PEMILIHAN CT DAN PT UNTUK METER TRANSAKSI TENAGA LISTRIK

PEMILIHAN CT DAN PT UNTUK METER TRANSAKSI TENAGA LISTRIK Pemilihan CT dan PT SEMAR 07 APRL 008 PEMLHA CT DA PT UTUK METER TRASAKS TEAGA LSTRK oleh Wahyudi Sarimun. *) ABSTRAK Meter transaksi tenaga listrik adalah Sebagai alat ukur pemakaian energi listrik dari

Lebih terperinci

PENGARUH INSTRUMENT PENGUKURAN PADA METER TRANSAKSI TENAGA LISTRIK

PENGARUH INSTRUMENT PENGUKURAN PADA METER TRANSAKSI TENAGA LISTRIK Pengaruh instrument pengukuran pada meter transaksi tenaga listrik Mei 009 PEGARUH STRUMET PEGUKURA PADA METER TRASAKS TEAGA LSTRK oleh Wahyudi Sarimun. *) ABSTRAK kwhmeter adalah suatu alat pengukur energi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Distribusi Tenaga Listrik Sistem tenaga listrik adalah kumpulan atau gabungan dari komponenkomponen atau alat-alat listrik seperti generator, transformator, saluran transmisi,

Lebih terperinci

ANALISIS PENYEBAB KEGAGALAN KERJA SISTEM PROTEKSI PADA GARDU AB

ANALISIS PENYEBAB KEGAGALAN KERJA SISTEM PROTEKSI PADA GARDU AB ANALISIS PENYEBAB KEGAGALAN KERJA SISTEM PROTEKSI PADA GARDU AB 252 Oleh Vigor Zius Muarayadi (41413110039) Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Mercu Buana Sistem proteksi jaringan tenaga

Lebih terperinci

D. Relay Arus Lebih Berarah E. Koordinasi Proteksi Distribusi Tenaga Listrik BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN B. SARAN...

D. Relay Arus Lebih Berarah E. Koordinasi Proteksi Distribusi Tenaga Listrik BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN B. SARAN... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii HALAMAN PERNYATAAN... v MOTTO... vi HALAMAN PERSEMBAHAN... vii KATA PENGANTAR... viii DAFTAR ISI... x DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR TABEL... xiv INTISARI...

Lebih terperinci

BAB III DEFINISI DAN PRINSIP KERJA TRAFO ARUS (CT)

BAB III DEFINISI DAN PRINSIP KERJA TRAFO ARUS (CT) BAB III DEFINISI DAN PRINSIP KERJA TRAFO ARUS (CT) 3.1 Definisi Trafo Arus 3.1.1 Definisi dan Fungsi Trafo Arus (Current Transformator) yaitu peralatan yang digunakan untuk melakukan pengukuran besaran

Lebih terperinci

III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 3.1. Umum Berdasarkan standard operasi PT. PLN (Persero), setiap pelanggan energi listrik dengan daya kontrak di atas 197 kva dilayani melalui jaringan tegangan menengah

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI 15 BAB III LANDASAN TEORI Tenaga listrik dibangkitkan dalam Pusat-pusat Listrik seperti PLTA, PLTU, PLTG, PLTP dan PLTD kemudian disalurkan melalui saluran transmisi yang sebelumnya terlebih dahulu dinaikkan

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR ANALISA DAN SOLUSI KEGAGALAN SISTEM PROTEKSI ARUS LEBIH PADA GARDU DISTRIBUSI JTU5 FEEDER ARSITEK

TUGAS AKHIR ANALISA DAN SOLUSI KEGAGALAN SISTEM PROTEKSI ARUS LEBIH PADA GARDU DISTRIBUSI JTU5 FEEDER ARSITEK TUGAS AKHIR ANALISA DAN SOLUSI KEGAGALAN SISTEM PROTEKSI ARUS LEBIH PADA GARDU DISTRIBUSI JTU5 FEEDER ARSITEK Diajukan guna melengkapi sebagian syarat dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1) Disusun

Lebih terperinci

ANALISA SETTING RELAI PENGAMAN AKIBAT REKONFIGURASI PADA PENYULANG BLAHBATUH

ANALISA SETTING RELAI PENGAMAN AKIBAT REKONFIGURASI PADA PENYULANG BLAHBATUH ANALISA SETTING RELAI PENGAMAN AKIBAT REKONFIGURASI PADA PENYULANG BLAHBATUH I K.Windu Iswara 1, G. Dyana Arjana 2, W. Arta Wijaya 3 1,2,3 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Udayana, Denpasar

Lebih terperinci

1.3. Current Transformer (CT)

1.3. Current Transformer (CT) 1.3. Current Transformer (CT) Untuk pemasangan alat-alat ukur dan alat -alat proteksi / pengaman pada instalasi tegangan tinggi, menengah dan rendah diperlukan trafo pengukuran. Fungsi CT : Memperkecil

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Distribusi 1 Bagian dari sistem tenaga listrik yang paling dekat dengan pelanggan adalah sistem distribusi. Sistem distribusi adalah bagian sistem tenaga listrik yang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Studi Kasus Gambar 4.1 Ilustrasi studi kasus Pada tahun 2014 telah terjadi gangguan di sisi pelanggan gardu JTU5 yang menyebabkan proteksi feeder Arsitek GI Maximangando

Lebih terperinci

47 JURNAL MATRIX, VOL. 7, NO. 2, JULI 1971

47 JURNAL MATRIX, VOL. 7, NO. 2, JULI 1971 47 JURNAL MATRIX, VOL. 7, NO. 2, JULI 1971 ANALISIS PENGARUH REKONFIGURASI GROUNDING KABEL POWER 20 kv TERHADAP ERROR RATIO CURRENT TRANSFORMERS PELANGGAN TEGANGAN MENENGAH DI HOTEL GOLDEN TULIP SEMINYAK

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIA DAN PEMBAHASAN. 4.1 Koordinasi Proteksi Pada Gardu Induk Wonosobo. Gardu induk Wonosobo mempunyai pengaman berupa OCR (Over Current

BAB IV ANALISIA DAN PEMBAHASAN. 4.1 Koordinasi Proteksi Pada Gardu Induk Wonosobo. Gardu induk Wonosobo mempunyai pengaman berupa OCR (Over Current BAB IV ANALISIA DAN PEMBAHASAN 4.1 Koordinasi Proteksi Pada Gardu Induk Wonosobo Gardu induk Wonosobo mempunyai pengaman berupa OCR (Over Current Relay) dan Recloser yang dipasang pada gardu induk atau

Lebih terperinci

UNIT 1 TRAFO INSTRUMEN PRE-TEST UNIT

UNIT 1 TRAFO INSTRUMEN PRE-TEST UNIT UNIT 1 TRAFO INSTRUMEN PRE-TEST UNIT 1 Jawaban pre-test dikumpulkan paling lambat 15 menit sebelum praktikum UNIT I Tugas ini wajib dikerjakan karena menjadi syarat untuk mengikuti praktikum UNIT I 1.

Lebih terperinci

STUDI PERENCANAAN PENGGUNAAN PROTEKSI POWER BUS DI PT. LINDE INDONESIA GRESIK

STUDI PERENCANAAN PENGGUNAAN PROTEKSI POWER BUS DI PT. LINDE INDONESIA GRESIK STUDI PERENCANAAN PENGGUNAAN PROTEKSI POWER BUS DI PT. LINDE INDONESIA GRESIK Nama : Sandi Agusta Jiwantoro NRP : 2210105021 Pembimbing : 1. Dr. Ir. Margo Pujiantara, MT. 2. Dr. Dedet Candra Riawan, ST.

Lebih terperinci

CURRENT TRANSFORMER DAN POTENSIAL TRANSFORMER

CURRENT TRANSFORMER DAN POTENSIAL TRANSFORMER CURRENT TRANSFORMER DAN POTENSIAL TRANSFORMER Apa yang dilakukan oleh Trafo Pengukuran? - Mengukur Arus dan Tegangan di Transmisi Tegangan Tinggi dan Switchgears dalam keadaan normal maupun gangguan -

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI Sistem Tenaga Listrik Tegangan Menengah. adalah jaringan distribusi primer yang dipasok dari Gardu Induk

LANDASAN TEORI Sistem Tenaga Listrik Tegangan Menengah. adalah jaringan distribusi primer yang dipasok dari Gardu Induk II LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Tenaga Listrik Tegangan Menengah Sistem Distribusi Tenaga Listrik adalah kelistrikan tenaga listrik mulai dari Gardu Induk / pusat listrik yang memasok ke beban menggunakan

Lebih terperinci

BAB 2 GANGGUAN HUBUNG SINGKAT DAN PROTEKSI SISTEM TENAGA LISTRIK

BAB 2 GANGGUAN HUBUNG SINGKAT DAN PROTEKSI SISTEM TENAGA LISTRIK BAB 2 GANGGUAN HUBUNG SINGKAT DAN PROTEKSI SISTEM TENAGA LISTRIK 2.1 PENGERTIAN GANGGUAN DAN KLASIFIKASI GANGGUAN Gangguan adalah suatu ketidaknormalan (interferes) dalam sistem tenaga listrik yang mengakibatkan

Lebih terperinci

2.2.6 Daerah Proteksi (Protective Zone) Bagian-bagian Sistem Pengaman Rele a. Jenis-jenis Rele b.

2.2.6 Daerah Proteksi (Protective Zone) Bagian-bagian Sistem Pengaman Rele a. Jenis-jenis Rele b. DAFTAR ISI JUDUL SAMPUL DALAM... ii LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS... iii LEMBAR PERSYARATAN GELAR... iv LEMBAR PENGESAHAN... v UCAPAN TERIMA KASIH... vi ABSTRAK... viii ABSTRACT... ix DAFTAR ISI... x

Lebih terperinci

BAB III KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN

BAB III KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN 39 BAB III KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN 3.1 Sistem Distribusi Awalnya tenaga listrik dihasilkan di pusat-pusat pembangkit seperti PLTA, PLTU, PLTG, PLTGU, PLTP, dan PLTP dan yang lainnya, dengan tegangan yang

Lebih terperinci

PRINSIP KERJA ALAT UKUR

PRINSIP KERJA ALAT UKUR PRINSIP KERJA ALAT UKUR PRINSIP KERJA kwh dan kvarh meter : sistem induksi kw / kva max meter Volt meter Amper meter : sistem elektrodinamis : sistem elektro magnit, kumparan putar, besi putar : sistem

Lebih terperinci

Analisa Relai Arus Lebih Dan Relai Gangguan Tanah Pada Penyulang LM5 Di Gardu Induk Lamhotma

Analisa Relai Arus Lebih Dan Relai Gangguan Tanah Pada Penyulang LM5 Di Gardu Induk Lamhotma Yusmartato,Yusniati, Analisa Arus... ISSN : 2502 3624 Analisa Arus Lebih Dan Gangguan Tanah Pada Penyulang LM5 Di Gardu Induk Lamhotma Yusmartato,Yusniati Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Gardu Induk Godean berada di jalan Godean Yogyakarta, ditinjau dari

BAB IV PEMBAHASAN. Gardu Induk Godean berada di jalan Godean Yogyakarta, ditinjau dari BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Gardu Induk Godean Gardu Induk Godean berada di jalan Godean Yogyakarta, ditinjau dari peralatannya, Gardu Induk ini merupakan gardu induk pasangan luar, gardu induk godean memiliki

Lebih terperinci

BAB III GANGGUAN SIMPATETIK TRIP PADA GARDU INDUK PUNCAK ARDI MULIA. Simpatetik Trip adalah sebuah kejadian yang sering terjadi pada sebuah gardu

BAB III GANGGUAN SIMPATETIK TRIP PADA GARDU INDUK PUNCAK ARDI MULIA. Simpatetik Trip adalah sebuah kejadian yang sering terjadi pada sebuah gardu BAB III GANGGUAN SIMPATETIK TRIP PADA GARDU INDUK PUNCAK ARDI MULIA 3.1. Pengertian Simpatetik Trip adalah sebuah kejadian yang sering terjadi pada sebuah gardu induk, dimana pemutus tenaga dari penyulang-penyulang

Lebih terperinci

Studi Perencanaan Penggunaan Proteksi Power Bus di Sistem Kelistrikan Industri Gas

Studi Perencanaan Penggunaan Proteksi Power Bus di Sistem Kelistrikan Industri Gas JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1 Studi Perencanaan Penggunaan Proteksi Power Bus di Sistem Kelistrikan Industri Gas Sandi Agusta Jiwantoro, Margo Pujiantara, dan Dedet Candra Riawan Teknik

Lebih terperinci

Menurunkan Nilai Error Dan Phase Displacement Trafo Arus Berdasarkan Standard IEC

Menurunkan Nilai Error Dan Phase Displacement Trafo Arus Berdasarkan Standard IEC TUGAS AKHIR Menurunkan Nilai Error Dan Phase Displacement Trafo Arus Berdasarkan Standard IEC 60044-1 Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1) Disusun Oleh

Lebih terperinci

BAB III GANGGUAN PADA JARINGAN LISTRIK TEGANGAN MENENGAH

BAB III GANGGUAN PADA JARINGAN LISTRIK TEGANGAN MENENGAH BAB III GANGGUAN PADA JARINGAN LISTRIK TEGANGAN MENENGAH 3.1 KOMPONEN KOMPONEN SIMETRIS Tiga fasor tak seimbang dari sistem fasa tiga dapat diuraikan menjadi tiga sistem fasor yang seimbang. Himpunan seimbang

Lebih terperinci

atau pengaman pada pelanggan.

atau pengaman pada pelanggan. 16 b. Jaringan Distribusi Sekunder Jaringan distribusi sekunder terletak pada sisi sekunder trafo distribusi, yaitu antara titik sekunder dengan titik cabang menuju beban (Lihat Gambar 2.1). Sistem distribusi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI ANALISA HUBUNG SINGKAT DAN MOTOR STARTING

BAB II LANDASAN TEORI ANALISA HUBUNG SINGKAT DAN MOTOR STARTING BAB II LANDASAN TEORI ANALISA HUBUNG SINGKAT DAN MOTOR STARTING 2.1 Jenis Gangguan Hubung Singkat Ada beberapa jenis gangguan hubung singkat dalam sistem tenaga listrik antara lain hubung singkat 3 phasa,

Lebih terperinci

Analisa Perancangan Gardu Induk Sistem Outdoor 150 kv di Tallasa, Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan

Analisa Perancangan Gardu Induk Sistem Outdoor 150 kv di Tallasa, Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan JURNAL DIMENSI TEKNIK ELEKTRO Vol. 1, No. 1, (2013) 37-42 37 Analisa Perancangan Gardu Induk Sistem Outdoor 150 kv di Tallasa, Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan Samuel Marco Gunawan, Julius Santosa Jurusan

Lebih terperinci

ABSTRAK Kata Kunci :

ABSTRAK Kata Kunci : ABSTRAK Transformator 3 pada GI Pesanggaran mendapat penambahan 4 blok pembangkit dengan daya maksimum sebesar 60 MW daya dari keempat blok pembangkit tersebut digunakan untuk mensuplai beban penyulang

Lebih terperinci

Kata kunci hubung singkat, recloser, rele arus lebih

Kata kunci hubung singkat, recloser, rele arus lebih ANALSS KOORDNAS RELE ARUS LEBH DAN PENUTUP BALK OTOMATS (RECLOSER) PADA PENYULANG JUNREJO kv GARDU NDUK SENGKALNG AKBAT GANGGUAN ARUS HUBUNG SNGKAT Mega Firdausi N¹, Hery Purnomo, r., M.T.², Teguh Utomo,

Lebih terperinci

dalam sistem sendirinya dan gangguan dari luar. Penyebab gangguan dari dalam

dalam sistem sendirinya dan gangguan dari luar. Penyebab gangguan dari dalam 6 Penyebab gangguan pada sistem distribusi dapat berasal dari gangguan dalam sistem sendirinya dan gangguan dari luar. Penyebab gangguan dari dalam antara lain: 1 Tegangan lebih dan arus tak normal 2.

Lebih terperinci

Gambar 2.1 Skema Sistem Tenaga Listrik (3)

Gambar 2.1 Skema Sistem Tenaga Listrik (3) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Umum Secara umum suatu sistem tenaga listrik terdiri dari tiga bagian utama, yaitu, pusat pembangkitan listrik, saluran transmisi dan sistem distribusi. Perlu dikemukakan

Lebih terperinci

12 Gambar 3.1 Sistem Penyaluran Tenaga Listrik gardu induk distribusi, kemudian dengan sistem tegangan tersebut penyaluran tenaga listrik dilakukan ol

12 Gambar 3.1 Sistem Penyaluran Tenaga Listrik gardu induk distribusi, kemudian dengan sistem tegangan tersebut penyaluran tenaga listrik dilakukan ol BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Pengertian Sistem Distribusi Tenaga Listrik Sistem Distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik. Sistem distribusi ini berguna untuk menyalurkan tenaga listrik dari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Pada bab ini penulis membahas secara umum metode penelitian, yaitu penelitaian yang dilaksanakan melalui tahap-tahap yang bertujuan mencari dan membuat pemecahan

Lebih terperinci

INSTRUMENT TRANSFORMERS. 4.1 Pendahuluan

INSTRUMENT TRANSFORMERS. 4.1 Pendahuluan MINGGU IV Instrument Transformers Introduction Current transformers Measuring and protective current transformers Selecting core material Connection of a CT INSTRUMENT TRANSFORMERS 4.1 Pendahuluan Instrumen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. c. Memperkecil bahaya bagi manusia yang ditimbulkan oleh listrik.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. c. Memperkecil bahaya bagi manusia yang ditimbulkan oleh listrik. 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Proteksi Sistem proteksi merupakan sistem pengaman yang terpasang pada sistem distribusi tenaga listrik, trafo tenaga transmisi tenaga listrik dan generator listrik.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar-Dasar Sistem Proteksi 1 Sistem proteksi adalah pengaman listrik pada sistem tenaga listrik yang terpasang pada : sistem distribusi tenaga listrik, trafo tenaga, transmisi

Lebih terperinci

BAB II GARDU INDUK 2.1 PENGERTIAN DAN FUNGSI DARI GARDU INDUK. Gambar 2.1 Gardu Induk

BAB II GARDU INDUK 2.1 PENGERTIAN DAN FUNGSI DARI GARDU INDUK. Gambar 2.1 Gardu Induk BAB II GARDU INDUK 2.1 PENGERTIAN DAN FUNGSI DARI GARDU INDUK Gardu Induk merupakan suatu instalasi listrik yang terdiri atas beberapa perlengkapan dan peralatan listrik dan menjadi penghubung listrik

Lebih terperinci

BAB III KEBUTUHAN GENSET

BAB III KEBUTUHAN GENSET BAB III KEBUTUHAN GENSET 3.1 SUMBER DAYA LISTRIK Untuk mensuplai seluruh kebutuhan daya listrik pada bangunan ini maka direncanakan sumber daya listrik dari : A. Perusahaan Umum Listrik Negara (PLN) B.

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR GANGGUAN OVERLOAD PADA GARDU DISTRBUSI ASRAMA KIWAL

LAPORAN AKHIR GANGGUAN OVERLOAD PADA GARDU DISTRBUSI ASRAMA KIWAL LAPORAN AKHIR GANGGUAN OVERLOAD PADA GARDU DISTRBUSI ASRAMA KIWAL Oleh : SEMUEL MASRI PONGKORUNG NIM : 13021003 Dosen Pembimbing Reiner Ruben Philipus Soenpiet, SST NIP. 1961019 199103 2 001 KEMENTERIAN

Lebih terperinci

ANALISIS ARUS GANGGUAN HUBUNG SINGKAT PADA PENYULANG 20 KV DENGAN OVER CURRENT RELAY (OCR) DAN GROUND FAULT RELAY (GFR)

ANALISIS ARUS GANGGUAN HUBUNG SINGKAT PADA PENYULANG 20 KV DENGAN OVER CURRENT RELAY (OCR) DAN GROUND FAULT RELAY (GFR) JURNAL LOGIC. VOL. 16. NO.1. MARET 2016 46 ANALISIS ARUS GANGGUAN HUBUNG SINGKAT PADA PENYULANG 20 KV DENGAN OVER CURRENT RELAY (OCR) DAN GROUND FAULT RELAY (GFR) I Gusti Putu Arka, Nyoman Mudiana, dan

Lebih terperinci

TRANSFORMATOR ARUS DAN PEMELIHARAAN TRANSFORMATOR ARUS PADA PT. PLN (PERSERO) P3B REGION JAWA TENGAH & DIY UPT SEMARANG GIS 150kV SIMPANG LIMA

TRANSFORMATOR ARUS DAN PEMELIHARAAN TRANSFORMATOR ARUS PADA PT. PLN (PERSERO) P3B REGION JAWA TENGAH & DIY UPT SEMARANG GIS 150kV SIMPANG LIMA TRANSFORMATOR ARUS DAN PEMELIHARAAN TRANSFORMATOR ARUS PADA PT. PLN (PERSERO) P3B REGION JAWA TENGAH & DIY UPT SEMARANG GIS 150kV SIMPANG LIMA Lutfi Lastiko Wibowo. 1, Ir.Agung Warsito, DHET. 2 1 Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. P 1 P 2. Gambar 4.1 Rangkaian Pengujian Rasio Trafo Arus S 2 S 1. Alat Uji Arus 220 V

BAB IV PEMBAHASAN.  P 1 P 2. Gambar 4.1 Rangkaian Pengujian Rasio Trafo Arus S 2 S 1. Alat Uji Arus 220 V BAB IV PEMBAHASAN Sebelum melakukan pemasangan CT TR terdapat langkah langkah yang wajib apakah CT yang kita pasang baik di gunakan atau tidak berikut tahapan sebelum melakukan pemasanga CT TR 4.1 Pengujian

Lebih terperinci

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO Jalan MT Haryono 167 Telp& Fax. 0341 554166 Malang 65145 KODE PJ-01 PENGESAHAN PUBLIKASI HASIL PENELITIAN

Lebih terperinci

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN. panasbumi Unit 4 PT Pertamina Geothermal Energi area Kamojang yang. Berikut dibawah ini data yang telah dikumpulkan :

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN. panasbumi Unit 4 PT Pertamina Geothermal Energi area Kamojang yang. Berikut dibawah ini data yang telah dikumpulkan : BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 Data yang Diperoleh Dalam penelitian ini menggunakan data di Pembangkit listrik tenaga panasbumi Unit 4 PT Pertamina Geothermal Energi area Kamojang yang telah dikumpulkan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Sistem proteksi adalah sistem yang memisahkan bagian sistem yang. b. Melepaskan bagian sistem yang terganggu (fault clearing)

BAB II DASAR TEORI. Sistem proteksi adalah sistem yang memisahkan bagian sistem yang. b. Melepaskan bagian sistem yang terganggu (fault clearing) BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Proteksi Panel Tegangan Menegah Sistem proteksi adalah sistem yang memisahkan bagian sistem yang terganggu sehingga bagian sistem lain dapat terus beroperasi dengan cara sebagai

Lebih terperinci

PEMAKAIAN DAN PEMELIHARAAN TRANSFORMATOR ARUS (CURRENT TRANSFORMER / CT)

PEMAKAIAN DAN PEMELIHARAAN TRANSFORMATOR ARUS (CURRENT TRANSFORMER / CT) PEMAKAIAN DAN PEMELIHARAAN TRANSFORMATOR ARUS (CURRENT TRANSFORMER / CT) Oleh : Agus Sugiharto Abstrak Seiring dengan berkembangnya dunia industri di Indonesia serta bertambah padatnya aktivitas masyarakat,

Lebih terperinci

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK 2.1 Umum BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK Kehidupan moderen salah satu cirinya adalah pemakaian energi listrik yang besar. Besarnya pemakaian energi listrik itu disebabkan karena banyak dan beraneka

Lebih terperinci

Analisis Setting Relay Proteksi Pengaman Arus Lebih Pada Generator (Studi Kasus di PLTU 2X300 MW Cilacap)

Analisis Setting Relay Proteksi Pengaman Arus Lebih Pada Generator (Studi Kasus di PLTU 2X300 MW Cilacap) Analisis Setting Relay Proteksi Pengaman Arus Lebih Pada Generator (Studi Kasus di PLTU 2X300 MW Cilacap) Fitrizawati 1, Siswanto Nurhadiyono 2, Nur Efendi 3 1,2,3 Program Studi Teknik Elektro Sekolah

Lebih terperinci

BAB II TRANSFORMATOR DAYA DAN PENGUBAH SADAPAN BERBEBAN. Tenaga listrik dibangkitkan dipusat pusat listrik (power station) seperti

BAB II TRANSFORMATOR DAYA DAN PENGUBAH SADAPAN BERBEBAN. Tenaga listrik dibangkitkan dipusat pusat listrik (power station) seperti 6 BAB II TRANSFORMATOR DAYA DAN PENGUBAH SADAPAN BERBEBAN 2.1 Sistem Tenaga Listrik Tenaga listrik dibangkitkan dipusat pusat listrik (power station) seperti PLTA, PLTU, PLTD, PLTP dan PLTGU kemudian disalurkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada sistem penyaluran tenaga listrik, kita menginginkan agar pemadaman tidak

BAB I PENDAHULUAN. Pada sistem penyaluran tenaga listrik, kita menginginkan agar pemadaman tidak BAB I PENDAHULUAN 1-1. Latar Belakang Masalah Pada sistem penyaluran tenaga listrik, kita menginginkan agar pemadaman tidak sering terjadi, karena hal ini akan mengganggu suatu proses produksi yang terjadi

Lebih terperinci

FEEDER PROTECTION. Penyaji : Ir. Yanuar Hakim, MSc.

FEEDER PROTECTION. Penyaji : Ir. Yanuar Hakim, MSc. FEEDER PROTECTION Penyaji : Ir. Yanuar Hakim, MSc. DIAGRAM SATU GARIS PEMBANGKIT TRAFO UNIT TRANSMISI SISTEM GENERATOR BUS HV TRAFO P.S BUS TM GARDU INDUK PERLU DIKOORDINASIKAN RELAI PENGAMAN OC + GF ANTARA

Lebih terperinci

Kajian Tentang Efektivitas Penggunaan Alat Penghemat Listrik

Kajian Tentang Efektivitas Penggunaan Alat Penghemat Listrik Kajian Tentang Efektivitas Penggunaan Alat Penghemat Listrik Rita Prasetyowati Jurusan Pendidikan Fisika-FMIPA UNY ABSTRAK Masyarakat luas mengenal alat penghemat listrik sebagai alat yang dapat menghemat

Lebih terperinci

Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya Tujuan Melakukan analisis terhadap sistem pengaman tenaga listrik di PT.PLN (PERSERO) Melakukan evaluasi

Lebih terperinci

BAB IV. PERHITUNGAN GANGGUAN SIMPATETIK PADA PENYULANG 20 kv GARDU INDUK DUKUH ATAS

BAB IV. PERHITUNGAN GANGGUAN SIMPATETIK PADA PENYULANG 20 kv GARDU INDUK DUKUH ATAS BAB IV PERHITUNGAN GANGGUAN SIMPATETIK PADA PENYULANG 20 kv GARDU INDUK DUKUH ATAS 4.1. GARDU INDUK DUKUH ATAS GI Dukuh Atas merupakan gardu induk yang memiliki 2 buah trafo tenaga dengan daya masing-masing

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN INSTALASI SISTEM TENAGA LISTRIK

BAB III PERENCANAAN INSTALASI SISTEM TENAGA LISTRIK BAB III PERENCANAAN INSTALASI SISTEM TENAGA LISTRIK 3.1 Tahapan Perencanaan Instalasi Sistem Tenaga Listrik Tahapan dalam perencanaan instalasi sistem tenaga listrik pada sebuah bangunan kantor dibagi

Lebih terperinci

BAB IV 4.1. UMUM. a. Unit 1 = 100 MW, mulai beroperasi pada tanggal 20 januari 1979.

BAB IV 4.1. UMUM. a. Unit 1 = 100 MW, mulai beroperasi pada tanggal 20 januari 1979. BAB IV PERHITUGA ARUS GAGGUA HUBUG SIGKAT FASA TUGGAL KE TAAH TERHADAP GEERATOR YAG TITIK ETRALYA DI BUMIKA DEGA TAHAA TIGGI PADA PLTU MUARA KARAG 4.1. UMUM Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Muara Karang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tahapan Penelitian Dalam penyusunan penelitian ini digunakan metodologi yang ditunjukan pada gambar 3.1. Gambar 3. 1 Diagram alir penelitian 38 39 3.2 Studi Literatur

Lebih terperinci

SIMULASI OVER CURRENT RELAY (OCR) MENGGUNAKAN KARATERISTIK STANDAR INVERSE SEBAGAI PROTEKSI TRAFO DAYA 30 MVA ABSTRAK

SIMULASI OVER CURRENT RELAY (OCR) MENGGUNAKAN KARATERISTIK STANDAR INVERSE SEBAGAI PROTEKSI TRAFO DAYA 30 MVA ABSTRAK Simulasi Over Current Relay (OCR) Menggunakan Karateristik Standar Invers. Selamat Meliala SIMULASI OVER CURRENT RELAY (OCR) MENGGUNAKAN KARATERISTIK STANDAR INVERSE SEBAGAI PROTEKSI TRAFO DAYA 30 MVA

Lebih terperinci

ANALISIS KOORDINASI RELE PENGAMAN FEEDER WBO04 SISTEM KELISTRIKAN PT. PLN (PERSERO) RAYON WONOSOBO

ANALISIS KOORDINASI RELE PENGAMAN FEEDER WBO04 SISTEM KELISTRIKAN PT. PLN (PERSERO) RAYON WONOSOBO ANALISIS KOORDINASI RELE PENGAMAN FEEDER WBO4 SISTEM KELISTRIKAN PT. PLN (PERSERO) RAYON WONOSOBO Boy Marojahan F. Tambunan *), Karnoto, and Agung Nugroho Departemen Teknik Elektro, Universitas Diponegoro

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gardu Induk Gardu Induk (GI) adalah salah satu komponen yang penting dalam menunjang kebutuhan listrik konsumen maupun sebagai pengatur pelayanan tenaga listrik yang didapatkan

Lebih terperinci

Setting Relai Gangguan Tanah (Gfr) Outgoing Gh Tanjung Pati Feeder Taram Pt. Pln (Persero) Rayon Lima Puluh Kota

Setting Relai Gangguan Tanah (Gfr) Outgoing Gh Tanjung Pati Feeder Taram Pt. Pln (Persero) Rayon Lima Puluh Kota JURNAL TEKNIK ELEKTRO ITP, Vol. 6, No. 2, JULI 2017 180 Setting Relai Gangguan Tanah (Gfr) Outgoing Gh Tanjung Pati Feeder Taram Pt. Pln (Persero) Rayon Lima Puluh Kota NASRUL, ST., M. KOM ABSTRAK Daerah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISA A. Pengujian Trafo Arus Proteksi dan Metering Lulus Uji (Passed) Trafo Arus Proteksi 300A/5A 5P-15 (Passed)...

BAB IV HASIL DAN ANALISA A. Pengujian Trafo Arus Proteksi dan Metering Lulus Uji (Passed) Trafo Arus Proteksi 300A/5A 5P-15 (Passed)... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii SURAT PERNYATAAN...iii MOTTO... iv HALAMAN PERSEMBAHAN... iv PRAKATA... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR GAMBAR... xvi DAFTAR TABEL... xx INTISARI... xxii

Lebih terperinci

MENGENAL ALAT UKUR. Amper meter adalah alat untuk mengukur besarnya arus listrik yang mengalir dalam penghantar ( kawat )

MENGENAL ALAT UKUR. Amper meter adalah alat untuk mengukur besarnya arus listrik yang mengalir dalam penghantar ( kawat ) MENGENAL ALAT UKUR AMPER METER Amper meter adalah alat untuk mengukur besarnya arus listrik yang mengalir dalam penghantar ( kawat ) Arus = I satuannya Amper ( A ) Cara menggunakannya yaitu dengan disambung

Lebih terperinci

Pertemuan ke : 4 Bab. III

Pertemuan ke : 4 Bab. III Pertemuan ke : 4 Bab. III Pokok bahasan : Peralatan input relay Setelah mengikuti kuliah ini mahasiswa mengetahui macam-macam trafo tegangan, dan trafo arus terutama yang digunakan pada relay proteksi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Umum Untuk menjaga agar faktor daya sebisa mungkin mendekati 100 %, umumnya perusahaan menempatkan kapasitor shunt pada tempat yang bervariasi seperti pada rel rel baik tingkat

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN LAMPIRAN

BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN LAMPIRAN DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL DALAM... i PRASYARAT GELAR... ii LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS... iii LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING... iv UCAPAN TERIMAKASIH... v ABSTRAK... vii ABSTRACT... viii DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Transmisi, dan Distribusi. Tenaga listrik disalurkan ke masyarakat melalui jaringan

BAB I PENDAHULUAN. Transmisi, dan Distribusi. Tenaga listrik disalurkan ke masyarakat melalui jaringan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tenaga Listrik disalurkan ke konsumen melalui Sistem Tenaga Listrik. Sistem Tenaga Listrik terdiri dari beberapa subsistem, yaitu Pembangkitan, Transmisi, dan Distribusi.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Laptop/PC yang di dalamnya terinstal software aplikasi ETAP 12.6 (Electric

BAB III METODE PENELITIAN. Laptop/PC yang di dalamnya terinstal software aplikasi ETAP 12.6 (Electric BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat Penelitian Alat yang digunakan untuk melakukan penelitian ini adalah berupa Laptop/PC yang di dalamnya terinstal software aplikasi ETAP 12.6 (Electric

Lebih terperinci

PROSEDUR PENGUJIAN TAHANAN ISOLASI TRAFO

PROSEDUR PENGUJIAN TAHANAN ISOLASI TRAFO PROSEDUR PENGUJIAN TAHANAN ISOLASI TRAFO 1. Tujuan Percobaan : Untuk mengetahui kondisi isolasi trafo 3 fasa Untuk mengetahui apakah ada bagian yang hubung singkat atau tidak 2. Alat dan Bahan : Trafo

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metodologi yang digunakan dalam penelitian Skripsi ini antara lain adalah : 1. Studi literatur, yaitu cara menelaah, menggali, serta mengkaji teoremateorema

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Gardu Distribusi Gardu distribusi adalah suatu bangunan gardu listrik yang terdiri dari instalasi PHB-TM (Perlengkapan Hubung Bagi Tegangan Menengah), TD (Transformator Distribusi),

Lebih terperinci

Studi Koordinasi Proteksi Sistem Kelistrikan di Project Pakistan Deep Water Container Port

Studi Koordinasi Proteksi Sistem Kelistrikan di Project Pakistan Deep Water Container Port PROCEEDING TUGAS AKHIR, (2014) 1-6 1 Studi Koordinasi Proteksi Sistem Kelistrikan di Project Pakistan Deep Water Container Port Adam Anas Makruf, Margo Pujiantara 1), Feby Agung Pamuji 2) Jurusan Teknik

Lebih terperinci

STUDI PERKIRAAN SUSUT TEKNIS DAN ALTERNATIF PERBAIKAN PADA PENYULANG KAYOMAN GARDU INDUK SUKOREJO

STUDI PERKIRAAN SUSUT TEKNIS DAN ALTERNATIF PERBAIKAN PADA PENYULANG KAYOMAN GARDU INDUK SUKOREJO STUDI PERKIRAAN SUSUT TEKNIS DAN ALTERNATIF PERBAIKAN PADA PENYULANG KAYOMAN GARDU INDUK SUKOREJO Primanda Arief Yuntyansyah 1, Ir. Unggul Wibawa, M.Sc., Ir. Teguh Utomo, MT. 3 1 Mahasiswa Teknik Elektro,

Lebih terperinci

EVALUASI SETTING RELAY PROTEKSI DAN DROP VOLTAGE PADA GARDU INDUK SRONDOL SEMARANG MENGGUNAKAN ETAP 7.5

EVALUASI SETTING RELAY PROTEKSI DAN DROP VOLTAGE PADA GARDU INDUK SRONDOL SEMARANG MENGGUNAKAN ETAP 7.5 EVALUASI SETTING RELAY PROTEKSI DAN DROP VOLTAGE PADA GARDU INDUK SRONDOL SEMARANG MENGGUNAKAN ETAP 7.5 Mahfudh Sanusi *), Juningtyastuti, and Karnoto Jurusan Teknik Elektro, Universitas Diponegoro Semarang

Lebih terperinci

KAJIAN PROTEKSI MOTOR 200 KW,6000 V, 50 HZ DENGAN SEPAM SERI M41

KAJIAN PROTEKSI MOTOR 200 KW,6000 V, 50 HZ DENGAN SEPAM SERI M41 Jurnal ELTEK, Vol 12 Nomor 01, April 2014 ISSN 1693-4024 KAJIAN PROTEKSI MOTOR 200 KW,6000 V, 50 HZ DENGAN SEPAM 1000+ SERI M41 Heri Sungkowo 1 Abstrak SEPAM (System Electronic Protection Automation Measurement)1000+

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. induk agar keandalan sistem daya terpenuhi untuk pengoperasian alat-alat.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. induk agar keandalan sistem daya terpenuhi untuk pengoperasian alat-alat. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Distribusi daya Beban yang mendapat suplai daya dari PLN dengan tegangan 20 kv, 50 Hz yang diturunkan melalui tranformator dengan kapasitas 250 kva, 50 Hz yang didistribusikan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1 Flow Chart Pengujian Deskripsi sistem rancang rangkaian untuk pengujian transformator ini digambarkan dalam flowchart sebagai berikut : Mulai Peralatan Uji Merakit Peralatan

Lebih terperinci

BAB III PENGAMANAN TRANSFORMATOR TENAGA

BAB III PENGAMANAN TRANSFORMATOR TENAGA 41 BAB III PENGAMANAN TRANSFORMATOR TENAGA 3.1 Pengamanan Terhadap Transformator Tenaga Sistem pengaman tenaga listrik merupakan sistem pengaman pada peralatan - peralatan yang terpasang pada sistem tenaga

Lebih terperinci

BAB III PERHITUNGAN ARUS GANGGUAN HUBUNG SINGKAT

BAB III PERHITUNGAN ARUS GANGGUAN HUBUNG SINGKAT BAB III PERHITUNGAN ARUS GANGGUAN HUBUNG SINGKAT 3.1. JENIS GANGGUAN HUBUNG SINGKAT Gangguan hubung singkat yang mungkin terjadi di dalam Jaringan (Sistem Kelistrikan) ada 3, yaitu: a. Gangguan Hubung

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. a. Pusat pusat pembangkit tenaga listrik, merupakan tempat dimana. ke gardu induk yang lain dengan jarak yang jauh.

BAB II DASAR TEORI. a. Pusat pusat pembangkit tenaga listrik, merupakan tempat dimana. ke gardu induk yang lain dengan jarak yang jauh. BAB II DASAR TEORI 2.1. Sistem Jaringan Distribusi Pada dasarnya dalam sistem tenaga listrik, dikenal 3 (tiga) bagian utama seperti pada gambar 2.1 yaitu : a. Pusat pusat pembangkit tenaga listrik, merupakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Komponen Pengukuran Tidak Langsung pada Tegangan Rendah 2.1.1 kwh Meter kwh meter merupakan alat pengukur energi listrik yang mengukur secara langsung hasil kali tegangan, arus

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2.1 Tiga Bagian Utama Sistem Tenaga Listrik untuk Menuju Konsumen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2.1 Tiga Bagian Utama Sistem Tenaga Listrik untuk Menuju Konsumen BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Distribusi Pada dasarnya, definisi dari sebuah sistem tenaga listrik mencakup tiga bagian penting, yaitu pembangkitan, transmisi, dan distribusi, seperti dapat terlihat

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. melalui gandengan magnet dan prinsip induksi elektromagnetik [1].

BAB II DASAR TEORI. melalui gandengan magnet dan prinsip induksi elektromagnetik [1]. BAB II DASAR TEORI 2.1 Umum Transformator merupakan suatu alat listrik statis yang dapat memindahkan dan mengubah energi listrik dari satu rangkaian listrik ke rangkaian listrik lainnya melalui gandengan

Lebih terperinci

Analisa Pengaruh Pemasangan Directional Ground Relay (DGR) sebagai Pengaman Gangguan Fasa Tanah Penyulang 20 kv

Analisa Pengaruh Pemasangan Directional Ground Relay (DGR) sebagai Pengaman Gangguan Fasa Tanah Penyulang 20 kv JURNAL LOGIC. VOL.15. NO.1 MARET 2015 6 Analisa Pengaruh Pemasangan Directional Ground Relay (DGR) sebagai Pengaman Gangguan Fasa Tanah Penyulang 20 kv I Gusti Putu Arka, I Gde Nyoman Sangka, I Made Purbhawa

Lebih terperinci

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA BAB I PENDAHULUAN

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam operasi pelayanan penyediaan energi listrik khususnya di GI Bungaran, sistem tenaga listrik dapat mengalami berbagai macam gangguan, misal gangguan dari hubung

Lebih terperinci

STUDI PENENTUAN KAPASITAS PEMUTUS TENAGA SISI 20 KV PADA GARDU INDUK SEKAYU

STUDI PENENTUAN KAPASITAS PEMUTUS TENAGA SISI 20 KV PADA GARDU INDUK SEKAYU Mikrotiga, Vol 2, No.1 Januari 2015 ISSN : 2355-0457 16 STUDI PENENTUAN KAPASITAS PEMUTUS TENAGA SISI 20 KV PADA GARDU INDUK SEKAYU Hendra 1*, Edy Lazuardi 1, M. Suparlan 1 1 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terhadap kondisi abnormal pada operasi sistem. Fungsi pengaman tenaga listrik antara lain:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terhadap kondisi abnormal pada operasi sistem. Fungsi pengaman tenaga listrik antara lain: 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Pengaman 2.1.1 Pengertian Pengaman Sistem pengaman tenaga listrik merupakan sistem pengaman pada peralatan yang terpasang pada sistem tenaga listrik seperti generator,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik Energi listrik disalurkan melalui penyulang-penyulang yang berupa saluran udara atau saluran kabel tanah. Pada penyulang distribusi ini terdapat

Lebih terperinci

BAB III SISTEM KELISTRIKAN DAN PROTEKSI

BAB III SISTEM KELISTRIKAN DAN PROTEKSI BAB III SISTEM KELISTRIKAN DAN PROTEKSI 3.1 Generator dan Transformator Unit Generator Suatu alat listrik yang merubah energi gerak berupa putaran dari turbin yang dipasang seporos dengan generator, kemudian

Lebih terperinci

TRAFO TEGANGAN MAGNETIK

TRAFO TEGANGAN MAGNETIK TRAFO TEGANGAN Pada Gambar 6.1 diperlihatkan contoh suatu trafo tegangan. Trafo tegangan adalah trafo satu fasa step-down yang mentransformasi tegangan sistem ke suatu tegangan rendah yang besarannya sesuai

Lebih terperinci

BAB III. Transformator

BAB III. Transformator BAB III Transformator Transformator merupakan suatu alat listrik yang mengubah tegangan arus bolak-balik dari satu tingkat ke tingkat yang lain melalui suatu gandengan magnet dan berdasarkan prinsipprinsip

Lebih terperinci

TEORI LISTRIK TERAPAN

TEORI LISTRIK TERAPAN TEORI LISTRIK TERAPAN 1. RUGI TEGANGAN 1.1. PENDAHULUAN Kerugian tegangan atau susut tegangan dalam saluran tenaga listrik adalah berbanding lurus dengan panjang saluran dan beban, berbanding terbalik

Lebih terperinci

BAB IV SISTEM PROTEKSI GENERATOR DENGAN RELAY ARUS LEBIH (OCR)

BAB IV SISTEM PROTEKSI GENERATOR DENGAN RELAY ARUS LEBIH (OCR) 27 BAB IV SISTEM PROTEKSI GENERATOR DENGAN RELAY ARUS LEBIH (OCR) 4.1 Umum Sistem proteksi merupakan salah satu komponen penting dalam system tenaga listrik secara keseluruhan yang tujuannya untuk menjaga

Lebih terperinci

EVALUASI SETTING RELAY ARUS LEBIH DAN SETTING RELAY GANGGUAN TANAH PADA GARDU INDUK 150KV BAWEN

EVALUASI SETTING RELAY ARUS LEBIH DAN SETTING RELAY GANGGUAN TANAH PADA GARDU INDUK 150KV BAWEN EVALUASI SETTING RELAY ARUS LEBIH DAN SETTING RELAY GANGGUAN TANAH PADA GARDU INDUK 150KV BAWEN Adhitya Indrajaya Putra *), Karnoto, and Bambang Winardi Departemen Teknik Elektro, Universitas Diponegoro

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Tenaga Listrik Struktur tenaga listrik atau sistem tenaga listrik sangat besar dan kompleks karena terdiri atas komponen peralatan atau mesin listrik seperti generator,

Lebih terperinci