TRANSAKSI REKAYASA PAJAK PADA TRANSFER PRICING MENURUT HUKUM ISLAM Ria Achmadiyah

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TRANSAKSI REKAYASA PAJAK PADA TRANSFER PRICING MENURUT HUKUM ISLAM Ria Achmadiyah"

Transkripsi

1 698 Ria Achmadiyah TRANSAKSI REKAYASA PAJAK PADA TRANSFER PRICING MENURUT HUKUM ISLAM Ria Achmadiyah Abstrak: This article is the result of the research literature to answer how the mechanism of engineering transactions tax, how engineered transactions tax mechanism on transfer pricing, and how hukun Islamic perspective on engineering transaction tax on transfer pricing. Get an overview of research results that engineering transactions tax on transfer pricing is done by diverting profits of a company in a high tax cost countries to company branches located in low-tax countries cost (tax-haven) through transfer pricing. One of them with the sale or purchase at a price different from the market price, so the taxes paid into smaller ones. As a result of state income tax sector to be reduced. Transfer pricing transaction was actually done when intended for legitimate non-tax motive, namely to control the management, control of the market, and so on, because when viewed from the pillars and trading terms, transfer pricing transactions already comply. The research concludes that a transaction tax on the transfer pricing engineering in Islamic law considered acts perspetif z}a>lim although in substance transfer pricing transactions classified as a legitimate purchase. Further to the company in Indonesia, which has branches abroad or in tax-haven countries in order to run their business properly and honestly, including by paying taxes according to the amount of the obligations, because the tax is needed to fund the construction. Kata Kunci: transaction tax, transfer pricing, Islamic law Pendahuluan Manusia merupakan makhluk Alla>h SWT. yang paling mulia karena adanya akal yang dimilikinya. Dengan akalnya, manusia dapat menciptakan, mengembangkan, dan menemukan hal-hal baru di dalam kehidupan. Dengan akal pula, manusia dituntut oleh Alla>h SWT. untuk selalu bekerja dan berusaha demi kelangsungan hidupnya. Manusia sebagai makhluk individu dan sekaligus sebagai makhluk sosial yang menempati bumi, segala keperluan hidupnya telah disediakan oleh Alla>h SWT., berupa benda-benda dalam berbagai ragam. Manusia hidup memerlukan makan, minum, pakaian, dan tempat tinggal yang layak untuk

2 Ria Achmadiyah 699 memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia memanfaatkan hasil alam yang telah tersedia. 1 Dalam memanfaatkan dan mengolah hasil alam, manusia tidak dapat melakukannya sendirian, tetapi mutlak memerlukan bantuan dan kerjasama dari orang lain. Segala keperluan hidup manusia telah disediakan oleh Alla>h SWT. dalam bentuk kekayaan alam. Oleh karena itu, bumi dan seisinya diciptakan oleh Alla>h SWT. untuk melayani kepentingan-kepentingan hidup manusia, sebagaimana yang disebutkan dalam al-qur a>n surat al-baqa>rah ayat 29 :. Dialah (Alla>h SWT.) yang telah menciptakan segala yang ada di bumi untuk kamu.". 2 Tetapi, walaupun segala sesuatunya telah disediakan oleh Alla>h SWT., manusia diwajibkan untuk tetap berusaha dan bekerja agar jangan sampai menjadi manusia yang menggantungkan hidupnya kepada manusia lain. Alla>h SWT. juga menganjurkan kepada umat-nya agar selalu mencari karunia-nya, sebagaimana yang terdapat pada al-qur a>n surat al-jumu'ah ayat 10 sebagai berikut: "Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi dan carilah karunia Alla>h SWT. dan ingatlah Alla>h SWT. banyak-banyak supaya kamu beruntung" 3 Dari ayat di atas, dapat kita ambil suatu kesimpulan bahwa kita harus berusaha dan bekerjasama secara optimal dengan memanfaatkan segala sesuatu yang telah disediakan oleh Alla>h SWT. di muka bumi ini. Ada berbagai jenis pekerjaan atau usaha yang dilakukan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Mulai dari 1 M. Rusli Karim (ed), Berbagai Aspek Ekonomi Islam, (Yogyakarta: PT. Tiara Wacana, 1992), QS. al-baqa>rah (2) : QS. al-jumu ah (62) : 10.

3 700 Ria Achmadiyah bidang jasa, berwiraswasta, hingga bekerja di instansi pemerintahan. Islam memandang semua aktivitas manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya tidak hanya sebagai aktivitas duniawi saja, tetapi juga dinilai sebagai ibadah. Asalkan semua usaha itu dilaksanakan sesuai dengan rambu-rambu yang telah Alla>h SWT. tentukan. Intinya, apapun aktivitas yang kita jalankan di dunia ini jika tujuannya diniatkan untuk mencari ridha Alla>h SWT. dan dilakukan di jalan yang benar, maka kegiatan itu akan sangat bermanfaat dan dicatat sebagai amal shaleh. Salah satu jenis aktivitas ekonomi yang sering kita jumpai adalah berdagang atau berniaga. Berdagang merupakan aktivitas ekonomi yang sudah dilakukan hampir di semua negara. Bahkan, Rasu>lulla>h SAW. sebelum diangkat menjadi rasul pun telah menggeluti profesi ini. Rasu>lulla>h SAW. dalam berdagang mengutamakan kejujuran, sehingga ia menjadi pedagang yang disegani dan dipercaya oleh banyak orang. Hal inilah yang patut kita tiru di zaman sekarang ini. Kini, dengan pesatnya perkembangan teknologi dan informasi, para pengusaha dapat leluasa melaksanakan perdagangan lintas negara bahkan lintas benua sekalipun. Perdagangan internasional telah lazim dilakukan oleh negaranegara yang memiliki kemampuan untuk itu. Kegiatan eksporimpor pun telah sering dilakukan. Perusahaanpun banyak yang membuka cabangnya di negara lain. Rupanya, globalisasi ekonomi telah membawa dampak terhadap peningkatan transaksi internasional atau istilahnya cross border transaction. Salah satu masalah yang muncul berkaitan dengan transaksi internasional ini adalah masalah transfer pricing (harga transfer). Istilah harga transfer berkaitan erat dengan harga transaksi barang, jasa, atau harta tak berwujud antar perusahaan dalam suatu perusahaan multinasional. 4 Perusahaan multinasional adalah perusahaan yang beroperasi melewati lintas batas antarnegara, yang terikat hubungan istimewa, baik karena penyertaan modal saham, 4 Erly Suandy, Perencanaan Pajak, edisi 3, (Jakarta: Salemba Empat, 2006), 73.

4 Ria Achmadiyah 701 pengendalian manajemen atau penggunaan teknologi; dapat berupa anak perusahaan, cabang perusahaan, dan sebagainya. 5 Untuk mengoptimalkan keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan multinasional, mereka melakukan suatu cara yang disebut dengan transfer pricing tadi. Sebenarnya istilah transfer pricing (harga transfer) dapat dibedakan menjadi dua pengertian, yaitu pengertian netral dan pengertian negatif (pejorative). Pengertian netral mengasumsikan bahwa harga transfer adalah penentuan harga atau imbalan sehubungan dengan penyerahan barang, jasa atau pengalihan teknologi antar perusahaan yang mempunyai hubungan istimewa. 6 Contohnya, cabang perusahaan A di Indonesia menjual 1000 unit produk X ke cabang perusahaan B di Australia dengan harga Rp ,00 per unit. Sehingga harga penjualan totalnya menjadi x Rp = Rp ,00. Harga penjualan Rp ,00 tersebut disebut sebagai harga transfer. 7 Harga transfer pada contoh ini merupakan harga transfer dalam pengertian netral. Sedangkan pengertian pejorative memandang harga transfer sebagai harga yang diterapkan oleh perusahaan multinasional dengan maksud untuk mengalokasikan penghasilan dari suatu perusahaan ke perusahaan lainnya pada negara yang berbeda dalam perusahaan multinasional tersebut dengan tujuan untuk menurunkan laba kena pajak di negara yang mempunyai tarif pajak tinggi dan mengalihkan labanya ke negara lain yang tarif pajaknya rendah atau bahkan nol. 8 Cara yang dilakukan untuk mengalokasikan penghasilan perusahaan satu ke perusahaan lain yang masih dalam satu group perusahaan adalah dengan cara menjual harga di bawah harga pasar atau di bawah standar, dan atau bisa juga dengan menjual harga lebih tinggi dari harga pasar yang berlaku. Sehingga seolah-olah perusahaan itu mengalami kerugian dan 5 Ibid., Gunadi, Pajak Internasional, edisi revisi, (Jakarta: Lembaga Penerbit Fak. Ekonomi Universitas Indonesia, 2007), Mohammad Zain, Manajemen Perpajakan, (Jakarta: Salemba Empat, 2003), Erly Suandy, Perencanaan Pajak, 73.

5 702 Ria Achmadiyah akibatnya perusahaan tersebut membayar pajak penghasilan lebih kecil atau bahkan terbebas dari pajak yang menjadi kewajibannya. Bila perusahaan itu berdomisili atau mempunyai anak cabang di Indonesia, maka Indonesia akan mengalami kerugian akibat berkurangnya pendapatan negara dari pajak penghasilan perusahaan. Setelah mengetahui pengertian transfer pricing secara pejorative di atas, maka yang menarik untuk dicermati adalah proses memanipulasi harga, di mana suatu perusahaan menjual produk-produknya ke grup perusahaannya yang terikat dalam hubungan istimewa di negara lain di bawah dan di atas harga pasar. Oleh karena itu, maka peneliti melihat hal tersebut sebagai suatu yang menarik dan patut untuk diteliti lebih mendalam. Karena bagaimanapun juga, suatu perdagangan internasional memiliki aturan-aturan yang harus dipatuhi oleh para pelakunya. Di samping itu, Islam juga diyakini telah mengatur secara rinci tentang perdagangan atau jual beli beserta etika-etikanya, dan metode penetapan harga. Oleh karena itu, tulisan ini mencoba untuk menjawab pertanyaan bagaimana mekanisme transaksi rekayasa pajak, khususnya pada transfer pricing. Bagaimana pula perspektif hukum Islam atas transaksi rekayasa pajak pada transfer pricing. Penentuan Harga dalam Islam Pada konsep jual beli dalam Islam, terdapat dua istilah berbeda menyangkut harga suatu barang, yaitu al-thaman dan alsi r. Al-thaman adalah harga patokan suatu barang yang berlaku di antara pedagang. Sedangkan al-si r adalah harga yang berlaku secara aktual di pasar. Lebih jauh, ulama fiqh menyatakan bahwa fluktuasi harga suatu komoditi berkaitan erat dengan alsi r bukan al-thaman. 9 Para ulama fiqh membagi al-si r itu kepada dua macam, yaitu: pertama, harga yang berlaku secara alami, tanpa campur tangan dan ulah para pedagang. Pada harga ini, para pedagang 9 Nasrun Haroen, Fiqih Mu amalah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2000), 139.

6 Ria Achmadiyah 703 bebas menjual barangnya sesuai dengan harga yang wajar, dengan mempertimbangkan keuntungannya. Pemerintah tidak boleh campur tangan karena dapat membatasi hak para pedagang. Kedua, harga suatu komoditi yang ditetapkan pemerintah setelah pertimbangan modal dan keuntungan bagi pedagang dan keadaan ekonomi masyarakat. Penetapan harga dari pemerintah ini disebut dengan al-tas i>r al-jabari>. 10 Persoalan fluktuasi harga baik naik maupun turun merupakan sunnatulla>h dalam perekonomian menurut kenormalan price mechanism dalam batas kondisi persaingan pasar sempurna (perfect competition) berdasarkan hukum penawaran (supply) dan permintaan (demand). Karena Islam memberikan kebebasan pasar, dan menyerahkan kepada hukum naluri yang kiranya dapat melaksanakan fungsinya selaras dengan penawaran dan permintaan. 11 Menurut Ibnu Taimiyah sebagaimana yang dikutip oleh pakar ekonomi Islam, Adiwarman Aswar Karim, bahwa naik dan turunnya harga tidak selalu disebabkan oleh tindakan tidak adil dari sebagian orang yang terlibat transaksi. Bisa jadi penyebabnya adalah penawaran yang menurun akibat inefisiensi produksi, penurunan jumlah impor barang-barang yang diminta atau juga tekanan pasar. Karena itu, jika permintaan terhadap barang meningkat, sedangkan penawaran menurun, harga barang tersebut akan naik, begitu pula sebaliknya. Kelangkaan dan melimpahnya barang mungkin disebabkan oleh tindakan adil atau mungkin juga karena tindakan yang tidak adil. 12 Lebih lanjut dijelaskan bahwa perubahan dalam penawaran digambarkan sebagai peningkatan atau penurunan jumlah barang yang ditawarkan, sedangkan permintaan sangat ditentukan oleh selera dan pendapatan. Besar-kecilnya kenaikan harga bergantung pada besarnya perubahan penawaran dan atau 10 Ibid., 11 Yu>suf Qard}awi>, Halal wal Haram fil Islam, Terj. Tim Kuadran, (Surabaya: Jabal, 2007), Adiwarman Aswar Karim, Ekonomi Islam Suatu Kajian Kontemporer, (Jakarta, Gema Insani Pers, 2001), 160.

7 704 Ria Achmadiyah permintaan. Bila seluruh transaksi sudah sesuai aturan, kenaikan harga yang terjadi merupakan kehendak Alla>h SWT.. 13 Sehingga jelaslah bahwa harga ditentukan oleh kekuatan permintaan dan penawaran. Berkaitan dengan penetapan harga, terdapat suatu hadis\ yang diriwayatkan oleh Anas ibn Ma>lik, yang berbunyi: عن أنس بن مالك قال : قال الناس :يارسول اهلل غ ل الس ع ر ف س ع ر لنا.فقال رسول اهلل : إ ن اهلل ى و ال م س ع ر ا لق اب ض ا لب اس ط الر ز ق و إ ن أل ر ج و أ ن أ ل ق ى و ل ي س أ ح د م ن ك م ي ط ل ب ن ب ظ ل م ة ف د م و ال م ال. )رواه أبوداودو(. اهلل Dari Anas bin Ma>lik, ia berkata : sekelompok orang menghadap Rasu>lulla>h SAW., seraya mereka berkata: Ya Rasu>lulla>h SAW. harga-harga di pasar kian melonjak begitu tinggi, tolonglah tetapkan harga itu, Rasu>lulla>h SAW., menjawab: Sesungguhnya Alla>h-lah yang (berhak) menetapkan harga, dan menahannya, melapangkan dan memberi rezeki. Saya berharap akan bertemu dengan Alla>h SWT. dan janganlah seseorang di antara menuntut saya untuk berlaku z}a>lim dalam soal harta dan nyawa. (HR. Abu> Da>wu>d). 14 Rasu>lulla>h SAW. menegaskan dalam hadith tersebut, bahwa ikut campur dalam masalah pribadi orang lain tanpa suatu kepentingan yang mengharuskan, berarti perbuatan z}a>lim, dimana Beliau ingin bertemu Alla>h SWT. dalam keadaan bersih dari pengaruh-pengaruh yang z}a>lim itu. 15 Ulama fiqih menyatakan bahwa kenaikan harga yang terjadi di zaman Rasu>lulla>h SAW. tersebut bukanlah karena tindakan sewenang-wenang dari para pedagang, tetapi karena memang komoditas yang ada terbatas. Sesuai dengan hukum ekonomi apabila stok terbatas, maka wajar harga barang tersebut naik. Oleh sebab itu, dalam keadaan demikian Rasu>lulla>h SAW. tidak mau campur tangan membatasi harga komoditas di pasar tersebut, karena policy dan tindakan seperti ini dapat menz}a>limi 13 Ibid., 14 Imam al-hafid Abu Dawud, Sunan Abu Dawud, juz 2, (Beirut: Dar al-kutb al- Ilmiyyah, tt.), Yu>suf Qard}awi>, Halal Wal Haram fil Islam, 261.

8 Ria Achmadiyah 705 hak para pedagang. Padahal, Rasu>lulla>h SAW. tidak akan mau dan tak akan pernah berbuat z}a>lim kepada semua manusia, tidak kecuali kepada pedagang dan pembeli. Dengan demikian, menurut para ahli fiqih, apabila kenaikan harga itu bukan karena ulah para pedagang, maka pihak pemerintah tidak boleh ikut campur dalam masalah harga tersebut. Akan tetapi jika keadaan pasar itu tidak normal, misalnya ada penimbunan oleh sementara pedagang, maka waktu itu kepentingan umum harus didahulukan dari pada kepentingan perorangan. Dalam situasi demikian kita dibolehkan menetapkan harga demi memenuhi kepentingan masyarakat dan demi menjaga dari perbuatan kesewenang-wenangan, serta demi mengurangi keserakahan mereka. 16 Dengan demikian, apa yang dimaksud oleh hadith di atas, bukan berarti mutlak dilarang menetapkan harga, sekalipun dengan maksud demi menghilangkan bahaya dan menghalangi setiap perbuatan z}a>lim. 17 Menurut Ibn Qudamah, Ibn Taimiyah atau Ibn Qayi>m al- Jauziyyah, sebagaimana yang dikutip oleh Nasrun Haroen, bahwa bentuk penetapan harga itu terbagi menjadi dua macam, yaitu penetapan harga yang bersifat z{a>lim, dan penetapan harga yang bersifat adil. Penetapan harga yang bersifat z{a>lim adalah penetapan harga yang di lakukan pemerintah tidak sesuai dengan keadaan pasar dan tanpa mempertimbangkan kemaslahatan para pedagang. Menurut ketiga ulama tersebut, apabila harga suatu komoditas melonjak naik disebabkan oleh terbatasnya barang dan banyaknya permintaan, maka dalam hal ini pemerintah tidak boleh ikut campur dalam masalah harga itu. 18 Sedangkan penetapan harga yang dibolehkan, bahkan diwajibkan, adalah ketika terjadinya pelonjakan harga yang cukup tajam disebabkan oleh ulah para pedagang. Apabila para pedagang terbukti mempermainkan harga, sedangkan itu 16 Ibid., 17 Ibid., 18 Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah,

9 706 Ria Achmadiyah menyangkut kepentingan orang banyak, maka, menurut mereka, dalam kasus seperti ini penetapan harga itu menjadi wajib bagi pemerintah, karena mendahulukan kepentingan orang banyak dari pada kepentingan kelompok yang terbatas. Akan tetapi, sikap pemerintah dalam penetapan harga itu pun harus adil, yaitu dengan perhitungan modal, biaya transportasi, dan keuntungan para pedagang. 19 Menurut ulama fiqih, pematokan harga oleh pihak pemerintah harus memenuhi persyaratan shariah, yaitu: a) komoditas atau jasa itu sangat dibutuhkan masyarakat luas; b) terbukti bahwa para produsen, pedagang dan spekulan melakukan manipulasi, spekulasi, penimbunan ataupun rekayasa keji dalam menentukan harga komoditas dan tarif jasa mereka; c) pemerintah tersebut adalah pemerintah yang adil; d) pihak pemerintah harus melakukan studi kelayakan harga dan kajian pasar dengan berkonsultasi kepada para ahlinya; e) pematokan harga tersebut dengan mengacu kepada prinsip keadilan bagi semua pihak; dan f) pemerintah secara proaktif harus melakukan kontrol dan pengawasan yang kontinu terhadap kegiatan pasar, baik yang menyangkut stok barang, harga, maupun indikator lainnya sehingga tidak terjadi praktik penimbunan barang dan monopoli jasa. Sistem Perpajakan dalam Islam Pajak menurut definisi para ahli keuangan ialah kewajiban yang ditetapkan terhadap wajib pajak, yang harus disetorkan kepada negara dengan ketentuan, tanpa mendapat prestasi kembali dari negara dan hasilnya untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum di satu pihak dan untuk merealisir sebagian tujuan ekonomi, sosial, politik dan tujuantujuan lain yang ingin dicapai oleh negara. 20 Pada masa Rasu>lulla>h SAW., dan kekhalifahan Islam, pajak merupakan salah satu sumber pendapatan negara dari selain zakat, kekayaan yang diperoleh dari musuh tanpa perang 19 Ibid., M. Ali Hasan, Masail Fiqhiyah; Zakat dan Pajak, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2003), 64.

10 Ria Achmadiyah 707 (fay> ), harta wakaf, barang temuan (luqat}ah), dan dari kekayaan alam. Pajak dalam Islam terbagi atas 3 macam yaitu jizyah (pajak kepala), kharaj (pajak tanah), dan ushur (pajak atau bea cukai atas barang ekspor dan impor). Pertama, jizyah (pajak kepala). Jizyah adalah imbalan yang dipungut dari orang-orang kafir sebagai balasan atas kekafirannya atau sebagai imbalan atas jaminan keamanan yang diberikan orang-orang muslim padanya. 21 Pemungutan jizyah disyaratkan dalam surat al-taubah ayat 29: Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Alla>h SWT. dan tidak (pula) kepada hari kemudian dan mereka tidak mengharamkan apa yang telah diharamkan oleh Alla>h SWT. dan Rasul-Nya dan tidak beragama dengan agama yang benar (agama Alla>h SWT.), (yaitu orang-orang yang di berikan al-kitab kepada mereka, sampai mereka membayar jizyah) dengan patuh sedang mereka dalam keadaan tunduk. 22 Jizyah diwajibkan atas orang laki-laki, ba>ligh, dan berakal. Dan yang dikenakan jizyah adalah orang yang termasuk golongan Ahli kitab (Yahudi dan Nasrani). 23 Besarnya kadar jizyah yang dipungut diserahkan kepada kebijaksanaan pemerintah sesuai dengan kemaslahatan umum dan dipungut 1 tahun sekali. 24 Kedua, kharaj (pajak tanah). Menurut al-mawardi>, kharaj adalah uang yang dikenakan terhadap tanah dan termasuk hakhak di atasnya yang harus ditunaikan. 25 Tidak seperti jizyah yang 21 Abu> H{asan al-mawardi>, al-ah}ka<m al-sult}a>niyyah, (Beirut: Da>r al-fikr, tt.), QS. al-taubah (9) : A. Djazuli, Fiqih Siya>sah, edisi revisi, (Jakarta: Kencana, 2007), Ibid., Abu> H{asan al-mawardi>, al-ah}ka>m al-sult}a>niyyah, 146.

11 708 Ria Achmadiyah dasar hukumnya ditentukan oleh nas}, kharaj didasarkan pada ijtihad, karena kharaj ini tidak ditemui pada masa Rasu>lulla>h SAW., tetapi mulai digali pada masa pemerintahan Umar bin Khatab ra. 26 Menurut sebagian ulama, kharaj diambil dari orang kafir maupun dari orang muslim. Kadar kharaj, jumlah minimal dan maksimalnya ditetapkan oleh pemerintah dan dibayar sekali dalam setahun. 27 Ketiga, ushur (pajak perdagangan/bea cukai). Ushur menurut bahasa berarti sepersepuluh. Sedangkan menurut istilah, ushur berarti pajak yang dikenakan pada para pedagang asing yang melewati batas negara Islam dan pembayarannya dapat berupa uang dan barang. 28 Bea Cukai barang impor mulai dikenal atas keputusan khalifah Umar bin Khattab setelah bermusyawarah dengan sahabat-sahabatnya yang menjadi anggota Dewan Syura-nya. Keputusan Umar ini bertitik tolak dari datangnya surat dari Gubernur Bas}rah Abu> Musa al-asy ari> yang menyatakan bahwa saudagar-saudagar muslim yang membawa barang dagangannya ke negara-negara yang tidak termasuk wilayah Islam dipungut bea masuk oleh pemerintah setempat sebesar 10%. Dengan demikian, dasar dari bea impor ini adalah ijtihad. 29 Ushur pada mulanya dibebankan kepada pedagang nonmuslim yang memasuki wilayah perbatasan negara Islam. Namun beberapa lama kemudian, ushur mulai dibebankan secara umum atas pedagang yang berdagang di negara Islam. Hanya saja, tingkatan pajak bergantung pada status pedagang, apakah ia seorang muslim, dhimmi, atau orang asing. Untuk pedagang muslim sebesar 2,5%, pedagang dhimmi sebesar 5%, dan untuk pedagang asing sebesar 10 %. Ushur dibayar tiap kali para pedagang memasuki wilayah perbatasan negara Islam dan 26 Sjechul Hadi Permono, Islam dalam Lintasan Sejarah, (Surabaya: CV. Aulia, 2004), A. Djazuli, Fiqih Siyasah, h Sayed Afzal Peerzale (ed), Readings in Islamic Fiscal Policy, (New Delhi: Adam Publisher and Distributor, tt.), A. Djazuli, Fiqih Siyasah, 237.

12 Ria Achmadiyah 709 apabila barang dagangannya telah mencapai nilai 200 dirham. 30 Walaupun kadar ushur sudah ditetapkan tarifnya namun bea impor dan ekspor adalah termasuk aturan siya>sah shar iyah yang diserahkan kepada kebijaksanaan pemerintah demi kemaslahatan umat. 31 Pengertian Transfer Pricing dan Perkembangannya Ada beberapa pengertian tentang Transfer Pricing yang dikemukakan oleh para ahli. Gunadi menyebutkan, bahwa transfer pricing merupakan jumlah harga atas penyerahan barang atau imbalan atas penyerahan jasa yang telah di sepakati oleh kedua belah pihak dalam transaksi bisnis finansial maupun transaksi lainnya. 32 Sedangkan Darussalam dan Danny Septriadi menjelaskan, bahwa transfer pricing merupakan bagian dari suatu kegiatan usaha dan perpajakan yang bertujuan untuk memastikan apakah harga yang diterapkan dalam transaksi antara perusahaan yang mempunyai hubungan istimewa telah didasarkan atas prinsip harga pasar wajar (arm s length price principle). 33 Adapun Mohammad Zain berpendapat bahwa harga transfer merupakan harga yang diperhitungkan untuk mengendalikan manajemen atas transfer barang dan jasa antarpusat pertanggungjawaban laba atau biaya, termasuk determinasi harga untuk barang, imbalan atas jasa, tingkat bunga pinjaman, beban atas persewaan dan metode pembayaran serta pengiriman uang. 34 Dari ketiga definisi tentang transfer pricing di atas, dapat diambil persamaannya bahwa transfer pricing merupakan harga yang ditimbulkan atas penyerahan barang, jasa atau harta tak berwujud lainnya dari satu perusahaan ke perusahaan lain yang masih terikat dalam hubungan kepemilikan. 30 Sayed Afzal Peerzale (ed), Readings in Islamic Fiscal Policy, A. Djazuli, Fiqih Siya>sah, Gunadi, Pajak Internasional, Darussalam dan Danny Septriadi, Konsep dan Aplikasi Cross Border Transfer Pricing untuk Tujuan Perpajakan, (Jakarta: Danny Darussalam Tax Center, 2008), Mohammad Zain, Manajemen Perpajakan, (Jakarta: Salemba Empat, 2003), 294.

13 710 Ria Achmadiyah Transfer pricing dapat terjadi dalam satu grup perusahaan dan antar perusahaan yang terikat dalam hubungan istimewa. Dalam suatu grup perusahaan, transfer pricing sering disebut dengan istilah intracompany pricing, intercorporate pricing, interdivisional pricing, dan internal pricing. 35 Istilah tersebut menunjukkan bahwa pengaturan harga tersebut tidak sebatas kepada pengaturan harga antar-perusahaan dalam satu grup perusahaan saja, tetapi dapat pula terjadi pengaturan harga antara-divisi pada satu perusahaan. 36 Pengertian transfer pricing sebagai harga yang ditimbulkan akibat penyerahan barang, jasa dan harta tak berwujud, seperti yang telah disebutkan di atas merupakan pengertian yang netral. Akan tetapi, istilah transfer pricing sering dikonotasikan sebagai sesuatu yang tidak baik (abuse of transfer pricing), yaitu pengalihan atas penghasilan kena pajak (taxation income) dari suatu perusahaan multi-nasional ke negara-negara yang tarif pajaknya rendah dalam rangka untuk mengurangi total beban pajak dari grup perusahaan nasional tersebut. 37 Adapun pengertian transfer pricing manipulation sendiri diartikan sebagai suatu kegiatan untuk memperbesar biaya atau merendahkan tagihan yang bertujuan untuk memperkecil jumlah pajak yang terutang. Dengan demikian, manipulasi transfer pricing dapat dilakukan dengan cara memperbesar biaya atau memperkecil penjualan melalui mekanisme harga transfer dengan tujuan untuk mengurangi pembayaran pajak. Sehingga, manipulasi transfer pricing terjadi dengan cara menetapkan harga transfer menjadi terlalu besar atau terlalu kecil dengan maksud untuk memperkecil jumlah pajak yang terutang. 38 Karena dengan memperkecil jumlah pajak yang terutang, keuntungan yang diterima oleh perusahaan multi-nasional akan semakin besar. 35 Gunadi, Pajak Inernasional, Mohammad Zain, Manajemen Perpajakan, Hubert Haemakers, Introduction to Transfer Pricing, Darussalam dan Danny Sepriadi, Konsep dan Aplikasi Cross Border Transfer Pricing untuk Tujuan Perpajakan, Ibid.,

14 Ria Achmadiyah 711 Analisis Terhadap Mekanisme Transaksi Transfer Pricing Transaksi Transfer Pricing dapat terjadi pada perusahaan yang berskala nasional (domestik) dan pada perusahaan yang berskala multinasional, dimana perusahaan multinasional tersebut mempunyai beberapa anak cabang perusahaan di negara lain. 39 Baik pada transaksi transfer pricing domestik maupun multinasional, terjadi pemindahan atau pengalihan harta/benda berwujud, benda tak berwujud, penyerahan jasa, persewaan, sewa guna usaha, penelitian dan pengembangan, dan sebagainya. 40 Harga yang ditimbulkan dari perpindahan barang dan jasa dari satu perusahaan ke perusahaan lain yang masih dalam satu grup perusahaan tersebut dinamakan harga transfer (transfer pricing). Harga transfer tersebut dapat sama atau, karena berbagai pertimbangan, berbeda dengan harga pasar (harga antara perusahaan dengan perusahaan lain yang bukan grup perusahaannya). Motif transaksi transfer pricing di dorong oleh alasan pajak (tax motive dan motif bukan pajak (non-tax motive)). Motivasi non pajak atas transaksi transfer pricing dilaksanakan untuk evaluasi kinerja, motivasi manajemen, pengendalian harga, dan pengendalian harga, dan pengendalian pasar. 41 Sedangkan untuk motivasi pajak, transfer pricing bertujuan untuk mengurangi beban pajak, terutama pajak penghasilan yang harus dibayar, demi memperbesar keuntungan yang akan diperoleh. Dalam surat Edaran Direktorat Jenderal Pajak Republik Indonesia nomor SE-04/PJ.7/1993 disebutkan bahwa ada beberapa cara perusahaan multinasional melakukan rekayasa transfer pricing untuk mengalihkan beban pajak ke negara dengan tarif yang rendah (tax haven country). Pertama, harga penjualan (ekspor) yang lebih rendah dari harga pasar kepada perusahaan yang masih dalam satu grup di negara dengan tarif pajak rendah. Kedua, harga pembelian (impor) yang lebih tinggi dari harga 39 Mohammad Zain, Manajemen Perpajakan, Gunadi, Pajak Internasional, Mohammad Zain, Manajemen Perpajakan, 297.

15 712 Ria Achmadiyah pasar oleh perusahaan grupnya yang berada di negara dengan tarif pajak tinggi. Ketiga, alokasi biaya administrasi umum yang cenderung tinggi, seperti imbalan atas jasa teknik, dan imbalan atas jasa lainnya, sehingga keuntungan yang diperoleh kecil dan pajak yang dibayar juga kecil. Keempat, pembebanan bunga atas pemberian pinjaman oleh pemegang saham di luar negeri biasanya dengan mengenakan tarif bunga yang tinggi sehingga biaya bunga bagi perusahaan menjadi kecil, jadi dalam hal ini terjadi pergeseran keuntungan dari pembayaran bunga yang tinggi kepada perusahaan induk di luar negeri. Kelima, pembayaran komisi, lisensi, franchise dan royalti dilakukan dengan jumlah yang tak wajar sehingga akan memperbesar biaya perusahaan dan memperkecil keuntungan, tetapi pada hakekatnya terjadi pergeseran keuntungan dari anak perusahaan ke perusahaan induk di luar negeri. Keenam, pembelian harta perusahaan oleh pemegang saham atau pihak yang mempunyai hubungan istimewa yang lebih rendah dari harga pasar atau dibanding pembelian oleh perusahaan yang tidak termasuk ke dalam, hubungan istimewa. Yang ketujuh, penjualan kepada pihak luar negeri melalui pihak ketiga yang kurang atau tidak mempunyai substansi usaha (Letter Box Company/Re-invoicing Center). 42 Untuk keperluan bisnis, banyak perusahaan yang mendirikan cabang di negara tax haven country yang hanya berfungsi untuk menerima dan melakukan pembayaran, atau tidak melakukan aktivitas produksi apapun (invoice). 43 Atau dengan kata lain perusahaan tersebut substansinya tidak ada (letter box company) dan lebih bersifat sebagai kegiatan penerbitan faktur kembali saja. 44 Analisis untuk mekanisme transaksi transfer pricing adalah boleh saja jika suatu perusahaan melakukan transaksi transfer pricing dengan cara menjual barang atau harta perusahaan 42 Surat Edaran Dirjen Pajak No. SE-04/PJ.7/ diakses 29 Mei Gunadi, Pajak Internasional, 233.

16 Ria Achmadiyah 713 kepada perusahaan yang terikat dalam hubungan istimewa dengan harga yang lebih rendah jika dibandingkan dengan penjualan ke perusahaan yang tidak terikat pada hubungan istimewa. Karena salah satu tujuan diadakannya transaksi transfer pricing untuk mengevaluasi kinerja dan memotivasi kinerja manajemen perusahaan. Dalam hal ini, jalannya transaksi sudah sesuai aturan karena barang atau jasa dipindahkan ke perusahaan lain, hanya saja harga yang dikenakan berbeda dengan harga pasar. Akan tetapi, bila transaksi tersebut dilakukan untuk tujuan penghindaran pajak, maka hal ini termasuk tindakan kejahatan terhadap peraturan negara, yaitu terhadap UU Perpajakan. Karena suatu perusahaan termasuk salah satu Wajib Pajak yang ditentukan oleh UU dan mempunyai kewajiban membayar pajak penghasilan. Jalannya transaksi penghindaran pajak melalui transfer pricing dilakukan dengan memindahkan keuntungan global perusahaan ke negara bertaraf pajak rendah (tax-haven), sehingga pajak penghasilan yang dibayar juga kecil. Sedangkan di negara dengan pajak tinggi, perusahaan itu menjadi rugi akibat keuntungannya dialihkan ke negara tax haven tadi. Analisis Transaksi Transfer Pricing dalam Perspektif Hukum Islam Jual beli dalam fiqih Islam adalah suatu pertukaran harta dengan harta untuk saling menjadikan milik yang dilakukan dengan cara-cara tertentu yang dibolehkan. 45 Pada transaksi transfer pricing baik domestik maupun multinasional, terjadi pengalihan dan pemindahan atau pemindahan barang berwujud, barang tak berwujud (hak paten, hak cipta, dan sebagainya), jasa penelitian, pengembangan dan sebagainya kepada anak perusahaannya yang masih terikat dalam hubungan istimewa. 46 Dengan berpindahnya barang ini dikenakan suatu harga yang disebut dengan harga transfer 45 Ibnu Quda>mah, al-mughni>, juz 4, (Beirut: Da>r al- Fikr, 1985), Mohammad Zain, Manajemen Perpajakan, 297.

17 714 Ria Achmadiyah (transfer pricing), dan barang pun berpindah milik ke perusahaan yang lain. Dengan melihat jalannya transaksi transfer pricing secara umum, maka dapat disimpulkan bahwa transaksi transfer pricing dikategorikan ke dalam transaksi jual beli (al-bay ). Jual beli dikatakan sah apabila telah memenuhi rukun dan syaratnya. 47 Rukun jual beli menurut jumhur ulama adalah orang yang berakad, s}ighat, barang yang diperjualbelikan, dan harga barang. Pada transaksi transfer pricing ada beberapa rukun yang harus dipenuhi. Yang pertama adalah orang yang berakad. Dalam hal ini penjual dan pembeli adalah perusahaan induk atau perusahaan cabang. Yang kedua yaitu s}igat (lafal ija>b dan qabu>l). Penyerahan barang dan jasa pada transaksi transfer pricing dilakukan melalui pengiriman yang diwakili dengan dokumen atau faktur pengiriman dan faktur penerimaan barang / jasa sehingga ija>b qabu>l-nya tidak dengan berhadap-hadapan secara langsung, tetapi melalui dokumen pengiriman, ija>b qabu>l seperti ini dinyatakan sah, karena memang ija>b qabu>l secara berhadapan sulit untuk dilaksanakan. Rukun yang ketiga yaitu adanya barang yang diperjual belikan (ma qu>d alaih). Salah satu syarat ma qu>d alaih adalah suci, milik sendiri, tidak di-ta likkan, tidak dibatasi waktu, dapat diserahterimakan, dan mempunyai manfaat. 48 Pada transaksi transfer pricing barang yang diperjual belikan adalah barang berwujud, barang tidak berwujud, jasa, keuangan, pengembangan, pemeliharaan, pemasaran, dan sebagainya. 49 Jika kita lihat obyek transfer pricing, maka barangbarang tersebut sudah sah sebagai syarat dari ma qu>d alaihi jual beli yaitu suci, dapat diserahterimakan, tidak ditaklikkan, bermanfaat dan milik perusahaan sendiri. Mengenai wujud barang yang diperjualbelikan berupa jasa, pengembangan, dan barang tak berwujud lainnya, maka dalam Islam barang - barang 47 M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2003), Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, Gunadi, Pajak Internasional, 223.

18 Ria Achmadiyah 715 tersebut tergolong harta yang bernilai dan mempunyai manfaat. Dengan demikian, dari segi barang yang diperjualbelikan, transfer pricing termasuk kategori jual beli yang sah. Rukun yang keempat adalah harga barang. Harga dalam Islam terbagi menjadi dua yaitu al-thaman dan al-si r. Al-si r adalah harga yang berlaku di tengah-tengah masyarakat, sedangkan al-thaman adalah harga di antara sesama pedagang sebelum barang itu di jual kepada konsumen (harga modal awal barang). 50 Syarat-syarat al-si r adalah bahwa harga barang harus ditetapkan dan disepakati oleh kedua belah pihak, dapat diserahkan pada waktu akad, bila tidak dibayar secara tunai, maka waktu pembayarannya harus jelas. Pada transaksi transfer pricing, harga yang berlaku di antara kedua belah pihak adalah sudah sesuai kesepakatan, karena pihak yang bertransaksi itu masih terikat dalam hubungan kepemilikan atau hubungan istimewa. Harga barang atau jasa yang terjadi di antara perusahaan afiliasi tersebut, dapat lebih rendah atau lebih tinggi daripada harga pasar. Terkait dengan hal ini, maka boleh saja terjadi penjualan di bawah atau di atas harga pasar apabila di antara kedua belah pihak yang bertransaksi (penjual dan pembeli) dilandasi oleh prinsip suka sama suka (at-tara>din), karena inti dari jual beli adalah adanya kerelaan dari masing-masing pihak. Sebagaimana sabda Rasu>lulla>h SAW.: ق ال النيب صلى اهلل عليو وسلم :إ ن ا ال ب ي ع ع ن ت ر اض )رواه ابن ماجو) Rasu>lulla>h SAW. bersabda : Sesungguhnya jual beli harus didasarkan kepada saling merelakan 51 (HR. Ibn Ma>jah). Jika kita cermati rukun dan syarat jual beli, maka transaksi transfer pricing telah memenuhi rukun dan syarat jual beli, sehingga transaksi transfer pricing tergolong transaksi jual beli yang sah. 50 M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam, Al-H}afi>z Abi< Abbas Muhammad ibn Yazi>d, Sunan Ibn Ma>jah, juz 2, (Beirut: Da>r al- Kutb al-ilmiyyah, tt.) 737.

19 716 Ria Achmadiyah Analisis Terhadap Transaksi Rekayasa Pajak pada Transfer Pricing dalam Perspektif Hukum Islam Transaksi rekayasa pajak pada transfer pricing dilakukan dengan cara mengalihkan keuntungan ke perusahaan cabang yang berada di negara bertarif pajak rendah (tax-haven country). Cara mengalihkan keuntungan di antaranya dengan merekayasa harga penjulan dan atau harga pembelian menjadi lebih rendah atau lebih tinggi daripada harga pasar. Ulama telah mengemukakan bahwa al-si r terjadi karena adanya permintaan dan penawaran (demand dan supply). Dimana harga pasar terjadi secara alami tanpa campur tangan pemerintah dan ulah para pedagang, karena Islam memberikan kebebasan pasar, dan menyerahkan pada hukum naluri yang kiranya dapat melaksanakan fungsinya selaras dengan penawaran dan permintaan. 52 Pemerintah pun tidak diperkenankan menetapkan harga jika kondisi pasar berjalan sesuai aturan, karena masalah harga merupakan masalah yang invisible, dan hanya Alla>h-lah yang berwenang menetapkan harga. Hal ini sesuai dengan hadis dari Anas bin Ma>lik r.a: ال م س ع ر ا لق اب ض ا لب اس ط الر ا ز ق..)رواه ابو داود(... إ ن اهلل ى و.Sesungguhnya Alla>h SWT.-lah yang (berhak) menetapkan harga dan menahannya, melapangkan dan memberi rezeki. 53 (HR. Abu Da>wu>d). Pada transaksi rekayasa pajak pada transfer pricing, terjadi permainan harga antara perusahaan terafiliasi, di mana harga yang berlaku di antara mereka berbeda dengan harga pasar. Harga tersebut memang dirancang sedemikian rupa untuk tujuan mengalihkan keuntungannya ke cabang perusahaannya yang berada di tax-haven country, sehingga pajak yang dibayr menjadi kecil. Islam mengkategorikan perbuatan menetapkan harga tanpa melalui permintaan dan penawaran, sebagai tindakan yang z}a>lim, karena dengan mematok harga berarti telah mengambil hak orang lain, yaitu hak para pedagang. 52 Yu>suf Qard}awi>, Halal wal Hara>m fil Islam, Abu> Da>wu>d, Imam al-hafi>d, Sunan Abu> Da>wu>d, 479.

20 Ria Achmadiyah 717 Transaksi rekayasa pajak pada transfer pricing dalam menaik- turunkan harga baik pada harga penjualan (ekspor) dan harga pembelian (impor) tergolong perbuatan z}a>lim, karena telah merugikan pemerintah. Di mana pendapatan pemerintah menjadi berkurang karena pajak yang diterimanya kecil. Dampak yang ditimbulkan dari transaksi rekayasa pajak pada transfer pricing memang tidak merugikan sesama pelakunya (pihak penjual dan pembeli), karena harga tersebut memang sudah dibicarakan dan disepakati oleh mereka, tetapi membawa dampak yang merugikan bagi pemerintah, yaitu berkurangnya pendapatan negara dari sektor pajak. Pemerintah telah menetapkan kebijakan harga transfer (Advance Pricing Agreement) di antara pihak yang terikat hubungan istimewa dengan tujuan mengurangi rekayasa pajak melalui transfer pricing. Harga transfer yang dterapkan pemerintah merujuk pada harga wajar, yaitu harga yang terjadi di antara pihak-pihak independen. Tujuannya untuk mengurangi praktek nakal yang dilakukan oleh perusahaan yang tidak bersedia membayar pajak sesuai dengan kewajibannya. Tindakan pemerintah menetapkan harga transfer ini tidak termasuk penetapan harga yang z}a>lim, tetapi termasuk al-tas i>r aljabari> karena memang diperlukan dan sesuai dengan kondisi yang ada, demi menyelamatkan keuangan negara dari kerugian. Oleh sebab itu pemerintah menetapkan harga transfer di antara pihak- pihak yang terikat dalam hubungan istimewa untuk mengurangi terjadinya rekayasa pajak melalui transfer pricing. Kesimpulan Mekanisme transaksi rekayasa pajak dilakukan dengan penghindaran penbayaran pajak atau memperkecil jumlah pajak yang terutang. Sedangkan mekanisme transaksi rekayasa pajak pada transfer pricing dilaksanakan dengan cara mengalihkan keuntungan perusahaan ke perusahaan yang terikat hubungan istimewa, yang berada di negara tax-haven melalui penjualan atau pembelian barang atau jasa yang harganya berbeda dengan harga pasar.

21 718 Ria Achmadiyah Adapun transaksi rekayasa pajak pada transfer pricing dalam perspektif hukum Islam, termasuk perbuatan z}a>lim walaupun transaksi transfer pricing-nya termasuk transaksi jual beli yang sah. Daftar Pustaka Darussalam, dan Danny Septriadi. Konsep dan Aplikasi Cross Border Transfer Pricing untuk Tujuan Perpajakan. Jakarta: Danny Darussalam Tax Center, Dawud, Imam al-hafid Abu>. Sunan Abu> Dawu>d, juz 2. Beirut: Dar al-kutb al-ilmiyyah, tt. Djazuli, A. Fiqih Siya>sah, edisi revisi. Jakarta: Kencana, Haemakers, Hubert Introduction to Transfer Pricing, Darussalam dan Danny Sepriadi. Konsep dan Aplikasi Cross Border Transfer Pricing untuk Tujuan Perpajakan. Jakarta: Danny Darussalam Tax Center, Haroen, Nasrun. Fiqih Mu amalah. Jakarta: Gaya Media Pratama, Hasan, M. Ali. Masail Fiqhiyah; Zakat dan Pajak. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, Gunadi. Pajak Internasional, edisi revisi. Jakarta: Lembaga Penerbit Fak. Ekonomi Universitas Indonesia, Karim, M. Rusli (ed). Berbagai Aspek Ekonomi Islam. Yogyakarta: PT. Tiara Wacana, Karim, Adiwarman Aswar. Ekonomi Islam Suatu Kajian Kontemporer. Jakarta, Gema Insani Pers, Mawardi> (al), Abu> H{asan. al-ah}ka<m al-sult}a>niyyah. Beirut: Da>r al- Fikr, tt.

22 Ria Achmadiyah 719 Peerzale, Sayed Afzal (ed). Readings in Islamic Fiscal Policy. New Delhi: Adam Publisher and Distributor, tt. Permono, Sjechul Hadi. Islam dalam Lintasan Sejarah. Surabaya: CV. Aulia, Qard}awi>, Yu>suf. Halal wal Haram fil Islam. Terj. Tim Kuadran. Surabaya: Jabal, Quda>mah, Ibnu. al-mughni>, juz 4. Beirut: Da>r al- Fikr, Suandy, Erly. Perencanaan Pajak, edisi 3. Jakarta: Salemba Empat, Yazi>d, Al-H}afi>z Abi< Abbas Muhammad ibn. Sunan Ibn Ma>jah, juz 2. Beirut: Da>r al- Kutb al-ilmiyyah, tt. Zain, Mohammad. Manajemen Perpajakan. Jakarta: Salemba Empat, diakses 29 Mei 2009.

BAB IV ANALISIS TENTANG TRANSAKSI REKAYASA PAJAK PADA TRANSFER PRICING

BAB IV ANALISIS TENTANG TRANSAKSI REKAYASA PAJAK PADA TRANSFER PRICING BAB IV ANALISIS TENTANG TRANSAKSI REKAYASA PAJAK PADA TRANSFER PRICING A. Analisis Terhadap Mekanisme Transaksi Transfer Pricing Transaksi Transfer Pricing dapat terjadi pada perusahaan yang berskala nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dimilikinya. Dengan akalnya, manusia dapat menciptakan, mengembangkan,

BAB I PENDAHULUAN. yang dimilikinya. Dengan akalnya, manusia dapat menciptakan, mengembangkan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk Allah yang paling mulia karena adanya akal yang dimilikinya. Dengan akalnya, manusia dapat menciptakan, mengembangkan, dan menemukan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI BARANG SERVIS DI TOKO CAHAYA ELECTRO PASAR GEDONGAN WARU SIDOARJO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI BARANG SERVIS DI TOKO CAHAYA ELECTRO PASAR GEDONGAN WARU SIDOARJO BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI BARANG SERVIS DI TOKO CAHAYA ELECTRO PASAR GEDONGAN WARU SIDOARJO A. Analisis Praktik Jual Beli Barang Servis Di Toko Cahaya Electro Pasar Gedongan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI SAWAH BERJANGKA WAKTU DI DESA SUKOMALO KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI SAWAH BERJANGKA WAKTU DI DESA SUKOMALO KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI SAWAH BERJANGKA WAKTU DI DESA SUKOMALO KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN A. Analisis dari Aspek Akadnya Sebagaimana yang telah penulis jelaskan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI HANDPHONE (HP) SERVIS YANG TIDAK DIAMBIL OLEH PEMILIKNYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI HANDPHONE (HP) SERVIS YANG TIDAK DIAMBIL OLEH PEMILIKNYA BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI HANDPHONE (HP) SERVIS YANG TIDAK DIAMBIL OLEH PEMILIKNYA DI COUNTER KAAFI CELL DAN ANUGRAH CELL SIDOARJO A. Analisis Praktek Jual Beli Handphone Servis yang

Lebih terperinci

BAB IV. penyebab kenaikan harga jual bensin melebihi batas harga resmi dari. keterlambatan datangnya transportir yang membawa bensin ke pulau Bawean

BAB IV. penyebab kenaikan harga jual bensin melebihi batas harga resmi dari. keterlambatan datangnya transportir yang membawa bensin ke pulau Bawean BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KENAIKAN HARGA JUAL BENSIN MELEBIHI BATAS HARGA RESMI DARI PEMERINTAH DI DESA SAWAHMULYA KECAMATAN SANGKAPURA (PULAU BAWEAN) KABUPATEN GRESIK A. Analisis Terhadap Faktor

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENETAPAN HARGA PADA PASAR OLIGOPOLI

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENETAPAN HARGA PADA PASAR OLIGOPOLI BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENETAPAN HARGA PADA PASAR OLIGOPOLI A. Analisis terhadap Mekanisme Transaksi Penetapan Harga pada Pasar Oligopoli oleh Produsen Allah memberikan kesempurnaan kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berpedoman penuh pada Al-Qur an dan As-Sunnah. Hukum-hukum yang melandasi

BAB I PENDAHULUAN. berpedoman penuh pada Al-Qur an dan As-Sunnah. Hukum-hukum yang melandasi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ekonomi Islam atau Ekonomi berbasis Syariah adalah sebuah sistem ekonomi yang memiliki tujuan utama untuk kesejahteraan umat. Sistem ekonomi syariah berpedoman penuh

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PENGULANGAN PEKERJAAN BORONGAN PEMBUATAN TAS DI DESA KRIKILAN KECAMATAN DRIYOREJO KECAMATAN GRESIK

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PENGULANGAN PEKERJAAN BORONGAN PEMBUATAN TAS DI DESA KRIKILAN KECAMATAN DRIYOREJO KECAMATAN GRESIK BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PENGULANGAN PEKERJAAN BORONGAN PEMBUATAN TAS DI DESA KRIKILAN KECAMATAN DRIYOREJO KECAMATAN GRESIK Sebagaimana permasalahan yang telah diketahui dalam pembahasan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TERHADAP JUAL BELI IKAN BANDENG DENGAN PEMBERIAN JATUH TEMPO DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISIS TERHADAP JUAL BELI IKAN BANDENG DENGAN PEMBERIAN JATUH TEMPO DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM BAB IV ANALISIS TERHADAP JUAL BELI IKAN BANDENG DENGAN PEMBERIAN JATUH TEMPO DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM A. Analisis terhadap aplikasi jual beli ikan bandeng dengan pemberian jatuh tempo. Jual beli ikan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENUKARAN UANG DENGAN JUMLAH YANG TIDAK SAMA JIKA DIKAITKAN DENGAN PEMAHAMAN PARA PELAKU

BAB IV ANALISIS TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENUKARAN UANG DENGAN JUMLAH YANG TIDAK SAMA JIKA DIKAITKAN DENGAN PEMAHAMAN PARA PELAKU BAB IV ANALISIS TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENUKARAN UANG DENGAN JUMLAH YANG TIDAK SAMA JIKA DIKAITKAN DENGAN PEMAHAMAN PARA PELAKU A. Analisis Terhadap Praktik Penukaran Uang Dengan Jumlah Yang Tidak

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PENGEMBALIAN SISA PEMBAYARAN DI KOBER MIE SETAN SEMOLOWARU

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PENGEMBALIAN SISA PEMBAYARAN DI KOBER MIE SETAN SEMOLOWARU BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PENGEMBALIAN SISA PEMBAYARAN DI KOBER MIE SETAN SEMOLOWARU A. Analisis Terdahap Praktik Pengembalian Sisa Pembayaran Di Kober Mie Setan Semolowaru Dalam transaksi

Lebih terperinci

BAB IV. A. Tinjauan terhadap Sewa Jasa Penyiaran Televisi dengan TV Kabel di Desa Sedayulawas

BAB IV. A. Tinjauan terhadap Sewa Jasa Penyiaran Televisi dengan TV Kabel di Desa Sedayulawas BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UU NO 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP SEWA JASA PENYIARAN TELEVISI DENGAN TV KABEL DI DESA SEDAYULAWAS KECAMATAN BRONDONG KABUPATEN BRONDONG A. Tinjauan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN UU PERLINDUNGAN KONSUMEN NOMOR 8 TAHUN 1999 TERHADAP JUAL BELI BARANG REKONDISI

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN UU PERLINDUNGAN KONSUMEN NOMOR 8 TAHUN 1999 TERHADAP JUAL BELI BARANG REKONDISI BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN UU PERLINDUNGAN KONSUMEN NOMOR 8 TAHUN 1999 TERHADAP JUAL BELI BARANG REKONDISI A. Analisis Praktik Jual Beli Barang Rekondisi 1. Proses Jual Beli Praktik jual beli barang

Lebih terperinci

BAB IV\ ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP MEKANISME PENGUPAHAN PEMOLONG CABE DI DESA BENGKAK KECAMATAN WONGSOREJO KABUPATEN BANYUWANGI

BAB IV\ ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP MEKANISME PENGUPAHAN PEMOLONG CABE DI DESA BENGKAK KECAMATAN WONGSOREJO KABUPATEN BANYUWANGI 63 BAB IV\ ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP MEKANISME PENGUPAHAN PEMOLONG CABE DI DESA BENGKAK KECAMATAN WONGSOREJO KABUPATEN BANYUWANGI A. Analisis Mekanisme Pengupahan Pemolong Cabe Di Desa Bengkak Kecamatan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRADISI TUKAR-MENUKAR RAMBUT DENGAN KERUPUK DI DESA SENDANGREJO LAMONGAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRADISI TUKAR-MENUKAR RAMBUT DENGAN KERUPUK DI DESA SENDANGREJO LAMONGAN BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRADISI TUKAR-MENUKAR RAMBUT DENGAN KERUPUK DI DESA SENDANGREJO LAMONGAN A. Analisis Terhadap Praktik Tukar-Menukar Rambut di Desa Sendangrejo Lamongan Dari uraian

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBAYARAN KODE UNIK DALAM JUAL BELI ONLINE DI TOKOPEDIA. A. Analisis Status Hukum Kode Unik di Tokopedia

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBAYARAN KODE UNIK DALAM JUAL BELI ONLINE DI TOKOPEDIA. A. Analisis Status Hukum Kode Unik di Tokopedia BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBAYARAN KODE UNIK DALAM JUAL BELI ONLINE DI TOKOPEDIA A. Analisis Status Hukum Kode Unik di Tokopedia Dalam praktek kekinian akan banyak dijumpai muamalah yang terkait

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTIK BISNIS JUAL BELI DATABASE PIN KONVEKSI. A. Analisis Praktik Bisnis Jual Beli Database Pin Konveksi

BAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTIK BISNIS JUAL BELI DATABASE PIN KONVEKSI. A. Analisis Praktik Bisnis Jual Beli Database Pin Konveksi BAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTIK BISNIS JUAL BELI DATABASE PIN KONVEKSI A. Analisis Praktik Bisnis Jual Beli Database Pin Konveksi Bisnis database pin konveksi adalah sebuah bisnis dimana objek yang diperjualbelikan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HAK KHIYA>R PADA JUAL BELI PONSEL BERSEGEL DI COUNTER MASTER CELL DRIYOREJO GRESIK

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HAK KHIYA>R PADA JUAL BELI PONSEL BERSEGEL DI COUNTER MASTER CELL DRIYOREJO GRESIK BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HAK KHIYA>R PADA JUAL BELI PONSEL BERSEGEL DI COUNTER MASTER CELL DRIYOREJO GRESIK A. Analisis terhadap Mekanisme Hak Khiya>r pada Jual Beli Ponsel Bersegel Akad merupakan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN SEWA MENYEWA POHON UNTUK MAKANAN TERNAK

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN SEWA MENYEWA POHON UNTUK MAKANAN TERNAK BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN SEWA MENYEWA POHON UNTUK MAKANAN TERNAK Praktik sewa menyewa pohon yang terjadi di Desa Mayong merupakan suatu perjanjian yang sudah lama dilakukan dan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD JASA PENGETIKAN SKRIPSI DENGAN SISTEM PAKET DI RENTAL BIECOMP

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD JASA PENGETIKAN SKRIPSI DENGAN SISTEM PAKET DI RENTAL BIECOMP BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD JASA PENGETIKAN SKRIPSI DENGAN SISTEM PAKET DI RENTAL BIECOMP A. Deskripsi akad jasa pengetikan skripsi dengan sistem paket di Rental Biecomp Jemurwonosari Surabaya

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN Dari penjelasan yang termuat pada bab II (dua) tentang landasan teori dan dari bab III (tiga) yang memuat tentang hasil temuan lapangan, maka dalam bab IV (empat) ini dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumpai adalah urusan perdagangan. Muhammad sejak usia 12 tahun. Sebagai pemimpin besar umat Islam

BAB I PENDAHULUAN. jumpai adalah urusan perdagangan. Muhammad sejak usia 12 tahun. Sebagai pemimpin besar umat Islam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam merupakan hukum atau undang-undang (syariah) yang mengatur tata cara manusia dalam hubungan vertikal (hubungan manusia dengan Allah) dan hubungan yang

Lebih terperinci

Pada hakikatnya pembiayaan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) di Bank. pemenuhan kebutuhan akan rumah yang disediakan oleh Bank Muamalat

Pada hakikatnya pembiayaan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) di Bank. pemenuhan kebutuhan akan rumah yang disediakan oleh Bank Muamalat BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP IMPLEMENTASI AKAD MUSHA@RAKAH MUTANA@QIS}AH SEBAGAI SOLUSI AKAD PEMBIAYAAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH DI BANK MUAMALAT INDONESIA CABANG SURABAYA Pada hakikatnya pembiayaan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG HEWAN TERNAK SEBAGAI MODAL PENGELOLA SAWAH DI DESA RAGANG

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG HEWAN TERNAK SEBAGAI MODAL PENGELOLA SAWAH DI DESA RAGANG BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG HEWAN TERNAK SEBAGAI MODAL PENGELOLA SAWAH DI DESA RAGANG A. Analisis Praktik Utang Piutang Hewan Ternak Di Desa Ragang Dari data mengenai proses dan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TAMBAHAN HARGA DARI HARGA NORMAL YANG DIMINTA TUKANG BANGUNAN DALAM PRAKTEK JUAL BELI BAHAN BANGUNAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TAMBAHAN HARGA DARI HARGA NORMAL YANG DIMINTA TUKANG BANGUNAN DALAM PRAKTEK JUAL BELI BAHAN BANGUNAN BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TAMBAHAN HARGA DARI HARGA NORMAL YANG DIMINTA TUKANG BANGUNAN DALAM PRAKTEK JUAL BELI BAHAN BANGUNAN A. Hal-hal yang Berkaitan dengan Praktek Tambahan Harga dari Harga

Lebih terperinci

BAB I PEDAHULUAN. peluang terjadinya jual-beli dengan sistem kredit atau tidak tunai dalam

BAB I PEDAHULUAN. peluang terjadinya jual-beli dengan sistem kredit atau tidak tunai dalam 1 BAB I PEDAHULUAN A. Latar Belakang Islam telah mengatur mengenai jual-beli dalam Al-Quran dan hadis, dari zaman ke zaman jual-beli mengalami pertumbuhan yang sangat baik. Baik dari segi teori maupun

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI IKAN TANGKAPAN NELAYAN OLEH PEMILIK PERAHU DI DESA SEGORO TAMBAK KECAMATAN SEDATI KABUPATEN SIDOARJO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI IKAN TANGKAPAN NELAYAN OLEH PEMILIK PERAHU DI DESA SEGORO TAMBAK KECAMATAN SEDATI KABUPATEN SIDOARJO 50 BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI IKAN TANGKAPAN NELAYAN OLEH PEMILIK PERAHU DI DESA SEGORO TAMBAK KECAMATAN SEDATI KABUPATEN SIDOARJO Dalam menjalankan muamalah, manusia tidak terikat

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM BISNIS ISLAM TENTANG PERILAKU JUAL BELI MOTOR DI UD. RABBANI MOTOR SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM BISNIS ISLAM TENTANG PERILAKU JUAL BELI MOTOR DI UD. RABBANI MOTOR SURABAYA BAB IV ANALISIS HUKUM BISNIS ISLAM TENTANG PERILAKU JUAL BELI MOTOR DI UD. RABBANI MOTOR SURABAYA A. Analisis Terhadap Proses Jual Beli Motor Melalui Pihak Ke-Tiga Di UD. Rabbani Motor Surabaya Penulis

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI JUAL BELI ALAT TERAPI DI PASAR BABAT KECAMATAN BABAT KABUPATEN LAMONGAN.

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI JUAL BELI ALAT TERAPI DI PASAR BABAT KECAMATAN BABAT KABUPATEN LAMONGAN. BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI JUAL BELI ALAT TERAPI DI PASAR BABAT KECAMATAN BABAT KABUPATEN LAMONGAN. A. Praktik Transaksi Jual Beli alat terapi di pasar Babat Dalam analisis Penulis

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM SLAM TERHADAP TRANSAKSI SHARE SWAP DAN AKIBAT HUKUMNYA

BAB IV ANALISIS HUKUM SLAM TERHADAP TRANSAKSI SHARE SWAP DAN AKIBAT HUKUMNYA 50 BAB IV ANALISIS HUKUM SLAM TERHADAP TRANSAKSI SHARE SWAP DAN AKIBAT HUKUMNYA A. Analisis Terhadap Tata Cara Akad Dalam Transaksi Share swap Akad merupakan suatu perbuatan yang sengaja dibuat oleh dua

Lebih terperinci

BAB IV PRAKTIK UTANG-PIUTANG DI ACARA REMUH DI DESA KOMBANGAN KEC. GEGER BANGKALAN DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM

BAB IV PRAKTIK UTANG-PIUTANG DI ACARA REMUH DI DESA KOMBANGAN KEC. GEGER BANGKALAN DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM 50 BAB IV PRAKTIK UTANG-PIUTANG DI ACARA REMUH DI DESA KOMBANGAN KEC. GEGER BANGKALAN DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM A. Analisis Utang-Piutang di Acara Remuh Berdasarkan data mengenai proses dan mekanisme

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENERAPAN SISTEM LOSS / PROFIT SHARING PADA PRODUK SIMPANAN BERJANGKA DI KOPERASI SERBA USAHA SEJAHTERA BERSAMA

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENERAPAN SISTEM LOSS / PROFIT SHARING PADA PRODUK SIMPANAN BERJANGKA DI KOPERASI SERBA USAHA SEJAHTERA BERSAMA BAB IV ANALISIS TERHADAP PENERAPAN SISTEM LOSS / PROFIT SHARING PADA PRODUK SIMPANAN BERJANGKA DI KOPERASI SERBA USAHA SEJAHTERA BERSAMA A. Kedudukan Koperasi Dalam Perspektif Hukum Islam Dalam garis besarnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang lain. Setiap manusia akan membutuhkan orang lain, bertolong-tolongan,

BAB I PENDAHULUAN. orang lain. Setiap manusia akan membutuhkan orang lain, bertolong-tolongan, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tanpa adanya orang lain. Setiap manusia akan membutuhkan orang lain, bertolong-tolongan, tukar

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. A. Proses Akad yang Terjadi Dalam Praktik Penukaran Uang Baru Menjelang Hari Raya Idul Fitri

BAB IV ANALISIS DATA. A. Proses Akad yang Terjadi Dalam Praktik Penukaran Uang Baru Menjelang Hari Raya Idul Fitri BAB IV ANALISIS DATA A. Proses Akad yang Terjadi Dalam Praktik Penukaran Uang Baru Menjelang Hari Raya Idul Fitri Pertukaran merupakan bagian aktifitas terpenting dalam masyarakat dan merupakan alat komunikasi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS KONSEP HARGA LELANG PERSPEKTIF ISLAM. Dalam konsep ekonomi Islam harga ditentukan oleh keseimbangan permintaan dan

BAB IV ANALISIS KONSEP HARGA LELANG PERSPEKTIF ISLAM. Dalam konsep ekonomi Islam harga ditentukan oleh keseimbangan permintaan dan BAB IV ANALISIS KONSEP HARGA LELANG PERSPEKTIF ISLAM Dalam konsep ekonomi Islam harga ditentukan oleh keseimbangan permintaan dan penawaran. Keseimbangan ini tidak akan terjadi jika diantara penjual dan

Lebih terperinci

ZAKAT PENGHASILAN. FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor 3 Tahun 2003 Tentang ZAKAT PENGHASILAN

ZAKAT PENGHASILAN. FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor 3 Tahun 2003 Tentang ZAKAT PENGHASILAN 23 ZAKAT PENGHASILAN Majelis Ulama Indonesia, setelah FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor 3 Tahun 2003 Tentang ZAKAT PENGHASILAN MENIMBANG : a. bahwa kedudukan hukum zakat penghasilan, baik penghasilan

Lebih terperinci

BAB IV STOCK INDEX FUTURE TRADING DI CENTRAL CAPITAL FUTURES DALAM PERSPEKTIF MADZHAB SYAFI I

BAB IV STOCK INDEX FUTURE TRADING DI CENTRAL CAPITAL FUTURES DALAM PERSPEKTIF MADZHAB SYAFI I BAB IV STOCK INDEX FUTURE TRADING DI CENTRAL CAPITAL FUTURES DALAM PERSPEKTIF MADZHAB SYAFI I A. Analisis Terhadap Stock Index Future Trading di PT. Central Capital Futures Surabaya Dalam Era Globalisasi

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Mekanisme Penetapan Harga Jual Kerajinan Marmer pada UD. Tukul Jaya

BAB V PEMBAHASAN. A. Mekanisme Penetapan Harga Jual Kerajinan Marmer pada UD. Tukul Jaya BAB V PEMBAHASAN A. Mekanisme Penetapan Harga Jual Kerajinan Marmer pada UD. Tukul Jaya Tulungagung Dalam bab ini akan disajikan beberapa uraian pembahasan yang sesuai dengan hasil penelitian, sehingga

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT MELALUI LAYANAN M-ZAKAT DI PKPU (POS KEADILAN PEDULI UMAT) SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT MELALUI LAYANAN M-ZAKAT DI PKPU (POS KEADILAN PEDULI UMAT) SURABAYA BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT MELALUI LAYANAN M-ZAKAT DI PKPU (POS KEADILAN PEDULI UMAT) SURABAYA A. Analisis Dari Segi Penerimaan Zakat Zakat melalui sms (short message service)

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP OPERASIONALISASI DANA DEPOSITO DI BNI SYARI AH CAB. SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP OPERASIONALISASI DANA DEPOSITO DI BNI SYARI AH CAB. SURABAYA BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP OPERASIONALISASI DANA DEPOSITO DI BNI SYARI AH CAB. SURABAYA A. Tata Cara Pelaksanaan Akad Pelaksanaan akad deposito di BNI Syari ah dimulai pada waktu pembukaan rekening

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS SADD AH TERHADAP JUAL BELI KREDIT BAJU PADA PEDAGANG PERORANGAN DI DESA PATOMAN ROGOJAMPI BANYUWANGI

BAB IV ANALISIS SADD AH TERHADAP JUAL BELI KREDIT BAJU PADA PEDAGANG PERORANGAN DI DESA PATOMAN ROGOJAMPI BANYUWANGI BAB IV ANALISIS SADD AL-DHAR@I AH TERHADAP JUAL BELI KREDIT BAJU PADA PEDAGANG PERORANGAN DI DESA PATOMAN ROGOJAMPI BANYUWANGI A. Analisis Praktek Terhadap Jual Beli Kredit Baju Pada Pedagang Perorangan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN TARIF JUAL BELI AIR PDAM DI PONDOK BENOWO INDAH KECAMATAN PAKAL SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN TARIF JUAL BELI AIR PDAM DI PONDOK BENOWO INDAH KECAMATAN PAKAL SURABAYA BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN TARIF JUAL BELI AIR PDAM DI PONDOK BENOWO INDAH KECAMATAN PAKAL SURABAYA Bab ini merupakan puncak pembahasan dari penulis. Penulis akan menganalisis tentang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD PEMBIAYAAN MUDHARABAH DENGAN SISTEM KELOMPOK DI BMT KUBE SEJAHTERA KRIAN SIDOARJO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD PEMBIAYAAN MUDHARABAH DENGAN SISTEM KELOMPOK DI BMT KUBE SEJAHTERA KRIAN SIDOARJO BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD PEMBIAYAAN MUDHARABAH DENGAN SISTEM KELOMPOK DI BMT KUBE SEJAHTERA KRIAN SIDOARJO A. Analisis Terhadap Akad Pembiayaan Mudharabah Dengan Sistem Kelompok di BMT

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN UU NO 7 TAHUN 2004 TERHADAP JUAL BELI AIR IRIGASI DI DESA REJOSARI KECAMATAN DEKET KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN UU NO 7 TAHUN 2004 TERHADAP JUAL BELI AIR IRIGASI DI DESA REJOSARI KECAMATAN DEKET KABUPATEN LAMONGAN BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN UU NO 7 TAHUN 2004 TERHADAP JUAL BELI AIR IRIGASI DI DESA REJOSARI KECAMATAN DEKET KABUPATEN LAMONGAN A. Analisis Jual Beli Air Irigasi Di Desa Rejosari Kecamatan Deket

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS APLIKASI PEMBERIAN UPAH TANPA KONTRAK DI UD. SAMUDERA PRATAMA SURABAYA

BAB IV ANALISIS APLIKASI PEMBERIAN UPAH TANPA KONTRAK DI UD. SAMUDERA PRATAMA SURABAYA 51 BAB IV ANALISIS APLIKASI PEMBERIAN UPAH TANPA KONTRAK DI UD. SAMUDERA PRATAMA SURABAYA A. Aplikasi Pemberian Upah Tanpa Kontrak Di UD. Samudera Pratama Surabaya. Perjanjian (kontrak) adalah suatu peristiwa

Lebih terperinci

BAB III SIYASAH AL-IGHRAQ (DUMPING) lebih murah dibandingkan dengan harga penjualan domestiknya. Siyasah al-ighraq

BAB III SIYASAH AL-IGHRAQ (DUMPING) lebih murah dibandingkan dengan harga penjualan domestiknya. Siyasah al-ighraq 1 BAB III SIYASAH AL-IGHRAQ (DUMPING) A. Pengertian Siyasah Al-Ighraq (Dumping) a. Siyasah Al-Ighraq(dumping) adalah ekspor dari suatu komoditi dengan harga jauh di bawah pasaran, atau penjualan komoditi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN. A. Analisis Praktik Jual Beli Produk atau Barang Replika di Darmo Trade

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN. A. Analisis Praktik Jual Beli Produk atau Barang Replika di Darmo Trade BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN A. Analisis Praktik Jual Beli Produk atau Barang Replika di Darmo Trade Center Surabaya Jual beli merupakan salah satu kegiatan ekonomi yang memiliki prospek ke depan yang

Lebih terperinci

A. Analisis Praktek Jual Beli Mahar Benda Pusaka di Majelis Ta lim Al-Hidayah

A. Analisis Praktek Jual Beli Mahar Benda Pusaka di Majelis Ta lim Al-Hidayah 61 BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PANDANGAN TOKOH AGAMA TENTANG JUAL BELI MAHAR BENDA PUSAKA DI MAJELIS TA LIM AL-HIDAYAH DESA TANJUNGREJO KEC. BAYAN KAB. PURWOREJO A. Analisis Praktek Jual Beli

Lebih terperinci

Solution Rungkut Pesantren Surabaya Perspektif Hukum Islam

Solution Rungkut Pesantren Surabaya Perspektif Hukum Islam BAB IV ANALISIS PEMANFAATAN TANAH SEWA OLEH PEMILIKNYA PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM PERTANAHAN PADA BIMBINGAN BELAJAR SMART SOLUTION SURABAYA A. Analisis Pemanfaatan Tanah Sewa Oleh Pemiliknya di Bimbingan

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN WASIAT DENGAN KADAR LEBIH DARI 1/3 HARTA WARISAN KEPADA ANAK ANGKAT

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN WASIAT DENGAN KADAR LEBIH DARI 1/3 HARTA WARISAN KEPADA ANAK ANGKAT BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN WASIAT DENGAN KADAR LEBIH DARI 1/3 HARTA WARISAN KEPADA ANAK ANGKAT A. Analisis Terhadap Pemberian Wasiat Dengan Kadar Lebih Dari 1/3 Harta Warisan Kepada

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI BUNGA KAMBOJA KERING MILIK TANAH WAKAF DI DESA PORONG KECAMATAN PORONG KABUPATEN SIDOARJO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI BUNGA KAMBOJA KERING MILIK TANAH WAKAF DI DESA PORONG KECAMATAN PORONG KABUPATEN SIDOARJO BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI BUNGA KAMBOJA KERING MILIK TANAH WAKAF DI DESA PORONG KECAMATAN PORONG KABUPATEN SIDOARJO A. Analisis Hukum Islam Terhadap Jual Beli Bunga Kamboja Kering

Lebih terperinci

Mengadu Domba Sesama Muslim. E-Artikel dari UstadzAris.com

Mengadu Domba Sesama Muslim. E-Artikel dari UstadzAris.com Mengadu Domba Sesama Muslim Pengertian Namimah Secara etimologi, dalam bahasa Arab, namimah bermakna suara pelan atau gerakan. Secara istilah pada dasarnya namimah adalah menceritakan perkataan seseorang

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP GADAI KTP SEBAGAI JAMINAN HUTANG

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP GADAI KTP SEBAGAI JAMINAN HUTANG BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP GADAI KTP SEBAGAI JAMINAN HUTANG Gadai merupakan salah satu transaksi muamalah yang sering digunakan oleh masyarakat saat ini. Karena pada dasarnya transaksi gadai

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TRANSAKSI JUAL BELI BBM DENGAN NOTA PRINT BERBEDA SPBU PERTAMINA DI SURABAYA UTARA

BAB IV ANALISIS TRANSAKSI JUAL BELI BBM DENGAN NOTA PRINT BERBEDA SPBU PERTAMINA DI SURABAYA UTARA BAB IV ANALISIS TRANSAKSI JUAL BELI BBM DENGAN NOTA PRINT BERBEDA SPBU PERTAMINA DI SURABAYA UTARA A. Analisis Transaksi Jual Beli BBM Dengan Nota Print Berbeda di SPBU Pertamina Surabaya Utara Jual beli

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu materi yang tertuang dalam mata pelajaran fiqih adalah shalat. Shalat sebagai salah satu ibadah maghdah mempunyai kedudukan yang sangat penting. Salat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi maksud-maksudnya yang kian hari makin bertambah. 1 Jual beli. memindahkan milik dengan ganti yang dapat dibenarkan.

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi maksud-maksudnya yang kian hari makin bertambah. 1 Jual beli. memindahkan milik dengan ganti yang dapat dibenarkan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia semenjak dari mereka berada di muka bumi ini merasa perlu akan bantuan orang lain dan tidak sanggup berdiri sendiri untuk memenuhi maksud-maksudnya

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN AKAD QARD\\} AL-H\}ASAN BI AN-NAZ AR DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG WARU SIDOARJO

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN AKAD QARD\\} AL-H\}ASAN BI AN-NAZ AR DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG WARU SIDOARJO 65 BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN AKAD QARD\\} AL-H\}ASAN BI AN-NAZ AR DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG WARU SIDOARJO B. Analisis Terhadap Penerapan Akad Qard\\} Al-H\}asan Bi An-Naz ar di BMT

Lebih terperinci

ija>rah merupakan salah satu kegiatan muamalah dalam memenuhi

ija>rah merupakan salah satu kegiatan muamalah dalam memenuhi BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK LELANG UNDIAN DALAM PENYEWAAN TANAH KAS DESA DI DESA SUMBERAGUNG KECAMATAN NGRAHO KABUPATEN BOJONEGORO Dari bab sebelumnya, penulis telah memaparkan bagaimana

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTIK MERTELU LAHAN PERTANIAN CABAI MERAH DI DESA SARIMULYO KECAMATAN CLURING KABUPATEN BANYUWANGI

BAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTIK MERTELU LAHAN PERTANIAN CABAI MERAH DI DESA SARIMULYO KECAMATAN CLURING KABUPATEN BANYUWANGI BAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTIK MERTELU LAHAN PERTANIAN CABAI MERAH DI DESA SARIMULYO KECAMATAN CLURING KABUPATEN BANYUWANGI A. Praktik mertelu lahan pertanian cabai merah di Desa Sarimulyo Kecamatan

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM JUAL BELI IKAN DENGAN PERANTAR PIHAK KEDUA DI DESA DINOYO KECAMATAN DEKET KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM JUAL BELI IKAN DENGAN PERANTAR PIHAK KEDUA DI DESA DINOYO KECAMATAN DEKET KABUPATEN LAMONGAN 58 BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM JUAL BELI IKAN DENGAN PERANTAR PIHAK KEDUA DI DESA DINOYO KECAMATAN DEKET KABUPATEN LAMONGAN A. Analisis Terhadap Praktek Sistem Jual Beli Ikan Dengan Perantara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan sehari-hari, dan dalam hukum Islam jual beli ini sangat dianjurkan

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan sehari-hari, dan dalam hukum Islam jual beli ini sangat dianjurkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jual beli merupakan salah satu cara manusia dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, dan dalam hukum Islam jual beli ini sangat dianjurkan dan diperbolehkan. Sebagaimana

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK PENGUPAHAN DI DESA SUMBERREJO KECAMATAN WONOAYU KABUPATEN SIDOARJO. Kecamatan Wonoayu Kabupaten Sidoarjo

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK PENGUPAHAN DI DESA SUMBERREJO KECAMATAN WONOAYU KABUPATEN SIDOARJO. Kecamatan Wonoayu Kabupaten Sidoarjo BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK PENGUPAHAN DI DESA SUMBERREJO KECAMATAN WONOAYU KABUPATEN SIDOARJO A. Analisis Terhadap Mekanisme Penggarapan Sawah di Desa Sumberrejo Kecamatan Wonoayu Kabupaten

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP IMPLEMENTASI HUTANG PUPUK DENGAN GABAH DI DESA PUCUK KECAMATAN DAWARBLANDONG KABUPATEN MOJOKERTO

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP IMPLEMENTASI HUTANG PUPUK DENGAN GABAH DI DESA PUCUK KECAMATAN DAWARBLANDONG KABUPATEN MOJOKERTO BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP IMPLEMENTASI HUTANG PUPUK DENGAN GABAH DI DESA PUCUK KECAMATAN DAWARBLANDONG KABUPATEN MOJOKERTO A. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Implementasi Hutang Pupuk dengan Gabah

Lebih terperinci

BAB IV. A. Analisis Hukum Islam terhadap Pasal 18 Ayat 2 Undang-Undang. memberikan pelayanan terhadap konsumen yang merasa dirugikan, maka dalam

BAB IV. A. Analisis Hukum Islam terhadap Pasal 18 Ayat 2 Undang-Undang. memberikan pelayanan terhadap konsumen yang merasa dirugikan, maka dalam BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PASAL 18 AYAT 2 UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN KONSUMEN DAN OPERASIONALISASI AKAD PERJANJIAN FINANCIAL LEASING DAN REALISASINYA A. Analisis Hukum Islam terhadap Pasal 18

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. krisis moneter. Lebih dari itu, lembaga keuangan syariah ini diharapkan mampu membawa

BAB I PENDAHULUAN. krisis moneter. Lebih dari itu, lembaga keuangan syariah ini diharapkan mampu membawa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Munculnya bank syariah sebagai pemain baru dalam dunia perbankan di Indonesia mendapat sambutan yang baik dari masyarakat, terutama masyarakat muslim. Bank yang berbasis

Lebih terperinci

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor 4 Tahun 2003 Tentang PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK ISTITSMAR (INVESTASI)

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor 4 Tahun 2003 Tentang PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK ISTITSMAR (INVESTASI) 24 Penggunaan Dana Zakat Untuk Istitsmar (Inventasi) FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor 4 Tahun 2003 Tentang PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK ISTITSMAR (INVESTASI) Majelis Ulama Indonesia, setelah MENIMBANG

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENYELESAIAN PEMBIAYAAN MUD{A>RABAH PADA NASABAH YANG TELAH PAILIT DI PT. BNI SYARI AH CAPEM NGAGEL SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENYELESAIAN PEMBIAYAAN MUD{A>RABAH PADA NASABAH YANG TELAH PAILIT DI PT. BNI SYARI AH CAPEM NGAGEL SURABAYA 67 BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENYELESAIAN PEMBIAYAAN MUD{A>RABAH PADA NASABAH YANG TELAH PAILIT DI PT. BNI SYARI AH CAPEM NGAGEL SURABAYA A. Analisis penyelesaian Pembiayaan mudarabah pada nasabah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI CEGATAN DI DESA GUNUNGPATI KECAMATAN GUNUNGPATI KOTA SEMARANG

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI CEGATAN DI DESA GUNUNGPATI KECAMATAN GUNUNGPATI KOTA SEMARANG BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI CEGATAN DI DESA GUNUNGPATI KECAMATAN GUNUNGPATI KOTA SEMARANG A. Analisis Faktor Pendorong Jual Beli Cegatan di Desa Gunungpati Kecamatan Gunungpati

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENAHANAN SAWAH SEBAGAI JAMINAN PADA HUTANG PIUTANG DI DESA KEBALAN PELANG KECAMATAN BABAT KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENAHANAN SAWAH SEBAGAI JAMINAN PADA HUTANG PIUTANG DI DESA KEBALAN PELANG KECAMATAN BABAT KABUPATEN LAMONGAN BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENAHANAN SAWAH SEBAGAI JAMINAN PADA HUTANG PIUTANG DI DESA KEBALAN PELANG KECAMATAN BABAT KABUPATEN LAMONGAN A. Analisis Pelaksanaan Penahanan Sawah sebagai Jaminan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang menghasilkan nilai edukatif. Nilai edukatif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dan anak didik. interaksi yang bernilai

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP INVESTASI HIGH YIELD INVESTMENT PROGRAM (HYIP) DENGAN SISTEM ONLINE

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP INVESTASI HIGH YIELD INVESTMENT PROGRAM (HYIP) DENGAN SISTEM ONLINE BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP INVESTASI HIGH YIELD INVESTMENT PROGRAM (HYIP) DENGAN SISTEM ONLINE Investasi HYIP seperti yang telah penulis jelaskan diatas adalah program investasi dengan profit

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PERUBAHAN HARGA JUAL BELI SAPI SECARA SEPIHAK DI DESA TLOGOREJO KECAMATAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PERUBAHAN HARGA JUAL BELI SAPI SECARA SEPIHAK DI DESA TLOGOREJO KECAMATAN BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PERUBAHAN HARGA JUAL BELI SAPI SECARA SEPIHAK DI DESA TLOGOREJO KECAMATAN SUKODADI KABUPATEN LAMONGAN A. Analisis Perubahan Harga Jual Beli Sapi Secara Sepihak Di Desa

Lebih terperinci

BAB IV NASAB DAN PERWALIAN ANAK HASIL HUBUNGAN SEKSUAL SEDARAH (INCEST) DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV NASAB DAN PERWALIAN ANAK HASIL HUBUNGAN SEKSUAL SEDARAH (INCEST) DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM BAB IV NASAB DAN PERWALIAN ANAK HASIL HUBUNGAN SEKSUAL SEDARAH (INCEST) DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM A. Nasab Anak Hasil Hubungan Seksual Sedarah Dalam Perspektif Hukum Islam Pada bab dua telah banyak

Lebih terperinci

BAB IV. A. Analisis Hukum Islam terhadap Akad Kerjasama antara Pemilik Modal. dengan Pemilik Perahu di Desa Pengambengan

BAB IV. A. Analisis Hukum Islam terhadap Akad Kerjasama antara Pemilik Modal. dengan Pemilik Perahu di Desa Pengambengan BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD KERJASAMA DAN JUAL BELI ANTARA PEMBORONG DENGAN PEMILIK PERAHU DI DESA PENGAMBENGAN, KECAMATAN NEGARA, KABUPATEN JEMBRANA, BALI A. Analisis Hukum Islam terhadap

Lebih terperinci

ANALISIS FIQH SIYASAH TENTANG PERAN BADAN ANGGARAN DPRD KOTA SURABAYA DALAM MEREALISASIKAN FUNGSI BUDGETING

ANALISIS FIQH SIYASAH TENTANG PERAN BADAN ANGGARAN DPRD KOTA SURABAYA DALAM MEREALISASIKAN FUNGSI BUDGETING 53 BAB IV ANALISIS FIQH SIYASAH TENTANG PERAN BADAN ANGGARAN DPRD KOTA SURABAYA DALAM MEREALISASIKAN FUNGSI BUDGETING A. Analisis Terhadap Peran Badan Anggaran Menurut UU No. 27 / 2009 Tentang Susunan

Lebih terperinci

BAB IV REKSADANA EXCHANGE TRADED FUND DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV REKSADANA EXCHANGE TRADED FUND DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM BAB IV REKSADANA EXCHANGE TRADED FUND DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM A. Analisa Mekanisme Perdagangan Exchange Traded Fund di Bursa Efek Indonesia Pada dasarnya segala bentuk muamalah yang direkayasa oleh

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBULATAN TIMBANGAN PADA PT. TIKI JALUR NUGRAHA EKAKURIR DI JALAN KARIMUN JAWA SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBULATAN TIMBANGAN PADA PT. TIKI JALUR NUGRAHA EKAKURIR DI JALAN KARIMUN JAWA SURABAYA 57 BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBULATAN TIMBANGAN PADA PT. TIKI JALUR NUGRAHA EKAKURIR DI JALAN KARIMUN JAWA SURABAYA A. Analisis Hukum Islam Terhadap Akad Transaksi Pada PT. TIKI Jalur Nugraha

Lebih terperinci

BAB IV PERSAMAAN DAN PERBEDAAN ANTARA HUKUM ISLAM DAN UU NO 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP PEMBULATAN HARGA

BAB IV PERSAMAAN DAN PERBEDAAN ANTARA HUKUM ISLAM DAN UU NO 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP PEMBULATAN HARGA BAB IV PERSAMAAN DAN PERBEDAAN ANTARA HUKUM ISLAM DAN UU NO 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP PEMBULATAN HARGA A. Analisis Pembulatan Harga jual pada transaksi jual beli BBM (Bahan Bakar

Lebih terperinci

BAB IV PENERAPAN AKAD BAYʽ BITHAMAN AJIL DALAM PENINGKATAN KEUNTUNGAN USAHA DI KOPONTREN NURUL HUDA BANYUATES SAMPANG MADURA

BAB IV PENERAPAN AKAD BAYʽ BITHAMAN AJIL DALAM PENINGKATAN KEUNTUNGAN USAHA DI KOPONTREN NURUL HUDA BANYUATES SAMPANG MADURA 56 BAB IV PENERAPAN AKAD BAYʽ BITHAMAN AJIL DALAM PENINGKATAN KEUNTUNGAN USAHA DI KOPONTREN NURUL HUDA BANYUATES SAMPANG MADURA A. Analisis Penerapan Akad Bayʽ Bithaman Ajil dalam Peningkatan Keuntungan

Lebih terperinci

BAB III TRANSAKSI TRANSFER PRICING

BAB III TRANSAKSI TRANSFER PRICING BAB III TRANSAKSI TRANSFER PRICING A. Pengertian Transfer Pricing dan Perkembangannya Ada beberapa pengertian tentang Transfer Pricing yang di kemukakan oleh para ahli, diantaranya: 1. Gunadi Transfer

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia guna memperoleh kebahagian di dunia dan akhirat. Salah satu aspek

BAB I PENDAHULUAN. manusia guna memperoleh kebahagian di dunia dan akhirat. Salah satu aspek BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam sebagai the way of life merupakan ajaran yang memberikan petunjuk, arah dan aturan-aturan (syariat) pada semua aspek kehidupan manusia guna memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. piutang dapat terjadi di dunia. Demikian juga dalam hal motivasi, tidak sedikit. piutang karena keterpaksaan dan himpitan hidup.

BAB I PENDAHULUAN. piutang dapat terjadi di dunia. Demikian juga dalam hal motivasi, tidak sedikit. piutang karena keterpaksaan dan himpitan hidup. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam kehidupan sehari-hari, manusia tidak bisa lepas dari berbagai hal, seperti transaksi finansial, perdagangan, dan ekonomi. Bahkan aktivitas utang piutang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN

BAB IV ANALISIS LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN 61 BAB IV ANALISIS LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN Analisis dalam bab ini berupaya untuk menjawab permasalahan bagaimana bentuk penjaminan yang dilaksanakan oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) terhadap Tabungan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PROSEDUR DAN APLIKASI PERFORMANCE BOND DI BANK BUKOPIN SYARIAH CABANG SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PROSEDUR DAN APLIKASI PERFORMANCE BOND DI BANK BUKOPIN SYARIAH CABANG SURABAYA BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PROSEDUR DAN APLIKASI PERFORMANCE BOND DI BANK BUKOPIN SYARIAH CABANG SURABAYA A. Analisis Hukum Islam Terhadap Prosedur Performance Bond di Bank Bukopin Syariah Cabang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN HUKUM PERDATA TERHADAP SURABAYA. A. Analisis Berdasarkan Hukum Islam Terhadap Kontrak, Prosedur, Realisasi

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN HUKUM PERDATA TERHADAP SURABAYA. A. Analisis Berdasarkan Hukum Islam Terhadap Kontrak, Prosedur, Realisasi BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN HUKUM PERDATA TERHADAP KONTRAK CICILAN GADGET OLEH PEKERJA DI PERUSAHAAN GOJEK SURABAYA Berdasarkan penjelasan yang terdapat pada bab sebelumnya, maka analisis yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD PELAYANAN PAKET PERAWATAN JENAZAH ONLINE DI KELURAHAN SUMBER REJO KECAMATAN PAKAL KOTA SURABAYA

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD PELAYANAN PAKET PERAWATAN JENAZAH ONLINE DI KELURAHAN SUMBER REJO KECAMATAN PAKAL KOTA SURABAYA BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD PELAYANAN PAKET PERAWATAN JENAZAH ONLINE DI KELURAHAN SUMBER REJO KECAMATAN PAKAL KOTA SURABAYA A. Analisis Praktek Akad Pelayanan Paket Perawatan Jenazah Online

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTIK PEMANFAATAN BARANG TITIPAN. A. Analisis Praktik Pemanfaatan Barang Titipan di Kelurahan Kapasari

BAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTIK PEMANFAATAN BARANG TITIPAN. A. Analisis Praktik Pemanfaatan Barang Titipan di Kelurahan Kapasari BAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTIK PEMANFAATAN BARANG TITIPAN A. Analisis Praktik Pemanfaatan Barang Titipan di Kelurahan Kapasari Kecamatan Genteng Surabaya Wadi< ah adalah suatu akad antara dua orang (pihak)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ajaran yang sangat sempurna dan memuat berbagai aspek-aspek kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. ajaran yang sangat sempurna dan memuat berbagai aspek-aspek kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai agama pembawa rahmat bagi seluruh alam, Islam hadir dengan ajaran yang sangat sempurna dan memuat berbagai aspek-aspek kehidupan manusia. Islam tidak

Lebih terperinci

BAB II KERJASAMA USAHA MENURUT PRESPEKTIF FIQH MUAMALAH. Secara bahasa al-syirkah berarti al-ikhtilath (bercampur), yakni

BAB II KERJASAMA USAHA MENURUT PRESPEKTIF FIQH MUAMALAH. Secara bahasa al-syirkah berarti al-ikhtilath (bercampur), yakni 15 BAB II KERJASAMA USAHA MENURUT PRESPEKTIF FIQH MUAMALAH A. PENGERTIAN SYIRKAH Secara bahasa al-syirkah berarti al-ikhtilath (bercampur), yakni bercampurnya salah satu dari dua harta dengan yang lainnya,

Lebih terperinci

Hadits-hadits Shohih Tentang

Hadits-hadits Shohih Tentang Hadits-hadits Shohih Tentang KEUTAMAAN PERNIAGAAN DAN PENGUSAHA MUSLIM حفظو هللا Ustadz Muhammad Wasitho Abu Fawaz, Lc Publication : 1436 H_2015 M Hadits-hadits Shohih Tentang Keutamaan Perniagaan dan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP APLIKASI RIGHT ISSUE DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP APLIKASI RIGHT ISSUE DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) SURABAYA BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP APLIKASI RIGHT ISSUE DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) SURABAYA A. Analisis Aplikasi Right Issue di Bursa Efek Indonesia Surabaya Ada dua jenis perdagangan di Bursa Efek

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS KEWENANGAN HAKIM TATA USAHA NEGARA MENURUT UNDANG-UNDANG NO. 9 TAHUN 2004 DALAM PANDANGAN FIQH SIYASAH

BAB IV ANALISIS KEWENANGAN HAKIM TATA USAHA NEGARA MENURUT UNDANG-UNDANG NO. 9 TAHUN 2004 DALAM PANDANGAN FIQH SIYASAH BAB IV ANALISIS KEWENANGAN HAKIM TATA USAHA NEGARA MENURUT UNDANG-UNDANG NO. 9 TAHUN 2004 DALAM PANDANGAN FIQH SIYASAH Dalam menganalisa kewenangan Hakim Tata Usaha Negara dalam perspektif Fiqh Siyasah

Lebih terperinci

BAB IV. A. Mekanisme Penundaan Waktu Penyerahan Barang Dengan Akad Jual Beli. beli pesanan di beberapa toko di DTC Wonokromo Surabaya dikarenakan

BAB IV. A. Mekanisme Penundaan Waktu Penyerahan Barang Dengan Akad Jual Beli. beli pesanan di beberapa toko di DTC Wonokromo Surabaya dikarenakan 66 BAB IV MEKANISME PENUNDAAN WAKTU PENYERAHAN BARANG DAN TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO.8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP PENUNDAAN WAKTU PENYERAHAN BARANG DENGAN AKAD JUAL

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TENTANG APLIKASI PERJANJIAN SEWA SAFE DEPOSIT BOX DITINJAU DARI BNI SYARIAH HUKUM ISLAM DAN HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN

BAB IV ANALISIS TENTANG APLIKASI PERJANJIAN SEWA SAFE DEPOSIT BOX DITINJAU DARI BNI SYARIAH HUKUM ISLAM DAN HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN 74 BAB IV ANALISIS TENTANG APLIKASI PERJANJIAN SEWA SAFE DEPOSIT BOX DITINJAU DARI BNI SYARIAH HUKUM ISLAM DAN HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN A. Analisis Aplikasi Perjanjian Sewa Safe Deposit Box di PT. BNI

Lebih terperinci

BAB IV. A. Analisis terhadap Sistem Bagi Hasil Pengelolaan Ladang Pesanggem Antara

BAB IV. A. Analisis terhadap Sistem Bagi Hasil Pengelolaan Ladang Pesanggem Antara 63 BAB IV STUDI KOMPARASI TERHADAP SISTEM BAGI HASIL PENGELOLAAN LADANG PESANGGEM ANTARA DESA NGEPUNG KECAMATAN LENGKONG DAN DESA SUGIHWARAS KECAMATAN NGLUYU KABUPATEN NGANJUK MENURUT PERPEKSTIF HUKUM

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK JUAL BELI EMAS DI TOKO EMAS ARJUNA SEMARANG

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK JUAL BELI EMAS DI TOKO EMAS ARJUNA SEMARANG BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK JUAL BELI EMAS DI TOKO EMAS ARJUNA SEMARANG A. Analisis Praktek Jual Beli Emas di Toko Emas Arjuna Semarang Aktivitas jual beli bagi umat Islam sudah menjadi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM BISNIS ISLAM TERHADAP PENGAMBILAN KEUNTUNGAN PADA PENJUALAN ONDERDIL DI BENGKEL PAKIS SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM BISNIS ISLAM TERHADAP PENGAMBILAN KEUNTUNGAN PADA PENJUALAN ONDERDIL DI BENGKEL PAKIS SURABAYA BAB IV ANALISIS HUKUM BISNIS ISLAM TERHADAP PENGAMBILAN KEUNTUNGAN PADA PENJUALAN ONDERDIL DI BENGKEL PAKIS SURABAYA A. Analisis terhadap Praktek Pengambilan Keuntungan pada Penjualan Onderdil di Bengkel

Lebih terperinci