BAB 1 PENDAHULUAN. pernikahan di usia dini dengan berbagai penyebab yang berbeda-beda. Pernikahan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 1 PENDAHULUAN. pernikahan di usia dini dengan berbagai penyebab yang berbeda-beda. Pernikahan"

Transkripsi

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era globalisasi saat ini, tidak sedikit remaja yang telah melakukan pernikahan di usia dini dengan berbagai penyebab yang berbeda-beda. Pernikahan dini (early marriage) merupakan fenomena yang sudah banyak terjadi di berbagai tempat di belahan dunia, seperti di kawasan Asia Selatan, Asia Tenggara, Afrika, dan Amerika Latin. Menurut laporan Direktur Eksekutif United Nations Fund for Population Activities (UNFPA) sebagai organisasi PBB urusan populasi, memperkirakan bahwa pada tahun 2020 terjadi peningkatan perkawinan usia dini dan setiap tahunnya mencapai 14,2 juta. Kemudian pada tahun 2030 diperkirakan per tahunnya mencapai 15,1 juta. Pada tahun 2010, satu dari tiga wanita, atau 67 juta perempuan yang berusia tahun menikah sebelum mereka berulang tahun ke-18. Paling banyak pernikahan dini berlangsung di negara-negara berkembang termasuk China. Kira-kira setengah dari pernikahan itu terjadi di Asia dan 20 persen lagi di sub-sahara Afrika. Praktek ini juga terjadi di Amerika Latin dan Karibia, serta Eropa Timur. Menurut data tahun 2010, untuk Asia Selatan, Bangladesh memiliki prevalensi tertinggi pernikahan dini yaitu 66%. Di negara Afrika barat Niger, 75% dari anak perempuan berusia 20 hingga 24 tahun menikah sebelum genap berusia 18 tahun (Babatunde, 2012).

2 Menurut Survei Kesehatan Afghanistan (2010), 1 dari 50 perempuan Afghanistan kemungkinan besar meninggal karena penyebab terkait kehamilan. Risiko kematian terkait kehamilan lima kali lebih tinggi di daerah pedesaan ketimbang di kota dan metropolitan. Angka kematian ibu terus meningkat di Afghanistan karena masih maraknya pernikahan dini yang mengakibatkan banyak masalah kesehatan bagi perempuan. Selain meningkatkan angka kematian ibu, pernikahan dini juga menyebabkan beragam masalah reproduksi. Di antara masalah kesehatan yang umum muncul akibat pernikahan dini dan melahirkan di usia muda adalah fistula obstetric, yang dicirikan oleh adanya bagian abnormal antara saluran lahir dan organ internal seperti rektum. Fistula menyebabkan sejumlah masalah medis seperti tak mampu menahan berkemih, infeksi kandung kemih, mandul, dan gagal ginjal (Hafiza, 2010). Untuk menekan angka pernikahan dini, berbagai kebijakan perundangundangan telah dikeluarkan di berbagai negara. Pemberlakuan perundang-undangan perkawinan No.1 tahun 1974 di Indonesia yang menyatakan bahwa perkawinan tidak dapat dilaksanakan di bawah umur 21 tahun, ternyata belum mampu memberikan perubahan yang berarti dalam masyarakat. Berdasarkan laporan pencapaian Millennium Development Goal s (MDG s) Indonesia 2010 yang diterbitkan oleh Bappenas (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional) terdapat 28,10% remaja yang menikah di bawah usia 18 tahun. Data dari berbagai kabupaten / kota di Indonesia menunjukkan bahwa pernikahan dini juga terjadi hampir di setiap daerah. Pernikahan dini banyak

3 ditemukan di Kabupaten Serdang Bedagai (Sumatera Utara), Kota Bogor (Jawa Barat), dan Kabupaten Pasuruan (Jawa Timur). Beberapa daerah memiliki angka yang cukup tinggi seperti di Jawa Timur (39,43%), Kalimantan (35,48%), Jambi (30.63%), Jawa Barat (36%) dan Jawa Tengah (27,84%) (Kemenkes RI, 2013). Berdasarkan Survei Data Kependudukan Indonesia (SDKI) 2012, di beberapa daerah didapatkan bahwa sepertiga dari jumlah pernikahan yang didata dilakukan oleh pasangan usia di bawah usia 16 tahun. Jumlah kasus pernikahan dini di Indonesia mencapai 50 juta penduduk dengan rata-rata usia perkawinan 19 tahun. Di propinsi Jawa Timur, Kalimantan Selatan, Jambi, dan Jawa Barat, angka kejadian pernikahan dini berturut-turut 30,6%, 35,5%, 36% dan 39,4%. Bahkan di sejumlah pedesaan, pernikahan seringkali dilakukan segera setelah anak perempuan mendapat haid pertama (Kemenkes RI, 2013). Dampak pernikahan dini di Indonesia, bahwa sekitar 10% dari populasi remaja putri melahirkan anak pertama di usia tahun. Di Jawa Tengah melahirkan anak di usia tahun dengan persentase sebesar 37,13% dan menikah pada umur tahun, sebesar 39% menikah pada usia tahun ditemukan juga perempuan yang menikah pada di bawah 16 tahun yaitu sebesar 13,75%. Fenomena pernikahan usia muda juga terjadi di Kabupaten Grobogan, sebanyak 18,63% perempuan yang menikah di bawah usia 16 tahun dan 44,75% perempuan menikah di usia tahun (BKKBN, 2009 ; BPS Jawa Tengah, 2009) Persoalan Angka Kematian Ibu (AKI) masih cukup tinggi di Lombok Tengah yang berada pada angka 228 kematian pada setiap 100,000 kelahiran Propinsi Nusa

4 Tenggara Barat adalah salah satu penyumbang tertinggi AKI di Indonesia. Pada tahun 2011 terdapat kelahiran di Kabupaten Lombok Tengah dan diperkirakan 10% kelahiran tersebut oleh remaja perempuan dari usia antara 14 hingga 19 tahun. Berdasarkan Laporan Dinas Kesehatan Kabupaten Grobogan, Angka Kematian Ibu pada tahun 2011 sebesar 114,04 per 1000 KH. Angka ini mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan kondisi tahun 2010, yaitu sebesar 80,02 per KH. (SDKI 2007; Data Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Tengah, 2012; Dinas Kesehatan Grobogan, 2011). Data dari Kantor Kementerian Agama Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta (2010) disebutkan bahwa pernikahan dini pada tahun 2006 berjumlah 19 kasus, pada tahun 2007 berjumlah 41 kasus, pada tahun 2008 berjumlah 69 kasus, pada tahun 2009 berjumlah 84 kasus, pada tahun 2010 berjumlah 98 kasus. Di Purwokerto, Jawa Tengah berdasarkan catatan Pengadilan Agama, antara Januari hingga Juni 2010, terdapat 44 pasangan di bawah umur menikah. Pasangan pernikahan dini rata-rata baru berusia tahun untuk wanita dan tahun untuk laki-laki (Krisman, 2011). Supriatiningsih (2010) menyatakan bahwa 20% sampai 50% kehamilan dan persalinan di bawah usia 20 tahun adalah kehamilan dini dan tidak diinginkan. Kenyataan ini diperburuk lagi dengan temuan BKKBN pada tahun 2010 bahwa diperkirakan sebesar sampai aborsi ilegal di Indonesia per tahun. Lanjutnya, pernikahan dini juga dapat mengancam hak-hak azasi seorang anak, termasuk hak-hak mereka atas pendidikan, kesehatan yang layak serta kebebasan

5 berekspresi. Dalam banyak kasus, sekali mereka menikah, seorang anak di bawah umur dapat kehilangan status mereka sebagai seorang anak dan perlindungan terkait yang berlaku secara nasional. Penelitian yang dilakukan oleh Hanggara (2011) dan Fitra (2011) tentang pernikahan dini di Kecamatan Gejugjati dan Kecamatan Lekok, Kabupaten Pasuruan bahwa di Kecamatan ini sebanyak 35% pasangan menikah di bawah umur. Sementara itu di Kecamatan Mandalagiri Kecamatan Leuwisari Kabupaten Tasikmalaya, ditemukan 8 pasangan yang menikah di bawah umur 18 tahun. Penelitian yang dilakukan oleh Rafidah dkk (2009) di Kabupaten Purworejo Jawa Tengah menyebutkan bahwa sebenarnya para responden memahami pada usia berapa seharusnya menikah, yaitu di atas 21 tahun. Bahkan tokoh agama menganjurkan menikah harus di atas 25 tahun. Namun setelah dilakukan kajian tersebut, ternyata tingkat pendidikan yang rendah, baik orang tua maupun anak, serta perekonomian yang lemah menjadi sebab banyaknya pernikahan dini. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Nanggroe Aceh Darussalam (2011) persentase pernikahan dini usia <18 tahun di Nanggroe Aceh Darussalam sebesar 8,75% dari keseluruhan pernikahan yang ada, sedangkan dari keseluruhan pernikahan yang terjadi di Lhokseumawe, ada sebesar 7,25% terjadi pada usia <18 tahun. Berdasarkan data BPS tersebut tingkat pendidikan masyarakat di Nanggroe Aceh Darussalam dari keseluruhan penduduk 27,33% hanya menamatkan sekolah dasar sementara dari keseluruhan penduduk di kota Lhokseumawe yang menamatkan SMA yaitu 34,66%.

6 Dari beberapa penelitian menyebutkan bahwa beberapa faktor penyebab pernikahan dini adalah faktor ekonomi, yaitu supaya ekonomi keluarga terbantu setelah anak perempuannya diserahkan kepada suaminya, faktor orang tua karena takut adanya penilaian perawan tua terhadap anaknya. Selain itu, dalam hukum positif Indonesia pernikahan pada remaja di bawah usia 20 tahun adalah ilegal (tidak syah) sehingga mereka memilih menikah di bawah tangan (nikah sirri) (Aditya dkk, 2010). Menurut penelitian Khoirul (2008), bahwa pernikahan di bawah umur menjadi pemicu terjadinya pernikahan sirri. Hal itu terjadi karena terdapat dualisme hukum di tengah masyarakat, yaitu antara hukum Islam dengan hukum positif yang penuh pertimbangan prosedural dan administratif. Pernikahan di bawah umur dengan pernikahan sirri menurut Rahmita (2010) mempunyai keterkaitan yang cukup erat. Para pelaku pernikahan sirri dengan remaja usia di bawah 20 tahun sebagian besar tidak memikirkan dampak yang akan terjadi pada remaja putri karena belum siap fisik dan psikologisnya. Kesiapan seorang perempuan untuk hamil dan melahirkan atau mempunyai anak ditentukan dengan kesiapan fisik (pertumbuhan tubuh). Seorang perempuan dikatakan siap secara fisik jika telah menyelesaikan pertumbuhan tubuhnya (ketika tubuhnya berhenti tumbuh), yaitu sekitar usia 20 tahun. Sehingga usia 20 tahun bisa dijadikan pedoman kesiapan fisik. Selain kesiapan fisik, perempuan juga harus memiliki kesiapan psikologis (mental dan jiwa). Dalam pernikahan kehadiran seorang anak sangat diharapkan. Kehamilan adalah buah dari pernikahan. Kehamilan usia dini yang terjadi sebelum pertumbuhan fisik selesai, memuat resiko yang tidak kalah

7 berat. Pasalnya hamil dalam usia yang masih sangat muda emosional ibu belum sepenuhnya stabil dan ibu mudah tegang. Sementara kecacatan kelahiran bisa muncul akibat ketegangan saat dalam kandungan, adanya rasa penolakan secara emosional ketika si ibu mengandung bayinya. Dampak kehamilan di usia muda adalah keguguran, persalinan prematur, berat badan lahir rendah, cacat bawaan pada bayi, mudah terjadi infeksi, anemia dalam kehamilan dan keracunan kehamilan. Dampak lain yang timbul pada anak usia dini, organ reproduksinya sudah terbentuk namun belum dapat digunakan dengan maksimal, sehingga dapat menimbulkan gangguan kesehatan, salah satunya kanker rahim (Lubis dalam BKKBN, 2010). Berbagai macam dampak negatif juga muncul akibat pernikahan dini tersebut seperti menurunnya kualitas sumber daya manusia, kekerasan terhadap anak, kemiskinan meningkat, eksploitasi dan seks komersial anak, dan sebagainya. Maraknya perdagangan anak (trafficking) di antaranya dipicu oleh terjadinya pernikahan di bawah umur. Praktek pernikahan dini yang umum terjadi di suatu wilayah juga dapat menyebabkan angka kematian ibu dan bayi cukup tinggi yang disebabkan oleh tradisi lama yang masih dianut oleh sebagian masyarakat (Petti dkk, 2011).. Tradisi lama yang sudah turun temurun yang menganggap perkawinan pada usia dini sebagai suatu hal yang wajar. Dalam masyarakat Indonesia, bila anak gadisnya tidak segera memperoleh jodoh, orang tua merasa malu karena anak gadisnya belum menikah. Budaya eksploitatif terhadap anak, yang membuat anak tidak berdaya menghadapi kehendak orang dewasa, baik orang tuanya yang

8 menginginkan perkawinan itu, maupun orang yang mengawini. Ada yang mengeksploitasi anak atas nama ekonomi atau materi, ada yang karena gengsi atau harga diri bisa mengawinkan anaknya dengan orang yang dianggap terpandang tanpa memperdulikan apakah calon suami anaknya sudah beristri atau belum, apakah anak perempuannya sudah siap secara fisik, mental dan sosial ataukah belum (Hadi, 2010) Dilihat dari data di atas bahwa ternyata pernikahan dini sudah terjadi dimanamana dengan berbagai penyebab. Hal serupa juga banyak terjadi di Kota Lhokseumawe, terutama di Desa Pusong Kecamatan Banda Sakti. Penduduk di desa tersebut sebagian besar terdiri dari nelayan tetapi berada di daerah perkotaan Lhokseumawe. Hasil observasi yang peneliti lakukan bahwa banyak ditemui remaja putri usia di bawah 20 tahun sudah menimang bayi atau mengendong anak dengan kondisi yang memprihatinkan. Ibunya dalam kondisi seperti orang yang kurang terurus, sedangkan bayi atau anaknya memiliki perawakan yang kurus (kecil), nampak lesu, terlambat tumbuh kembangnya. Beberapa ibu muda tersebut bahkan ada yang sudah memiliki anak 2 atau tiga orang, dengan kondisi yang hampir sama yaitu kurang gizi. Data yang diperoleh dari bidan bahwa dalam 2 bulan terakhir menolong persalinan remaja usia di bawah 20 tahun sebanyak 5 orang, dan yang mengalami komplikasi sebanyak 4 orang. Komplikasi persalinan yang dialami seperti anemia, letak lintang, distosia bahu (panggul sempit). Jika dilihat dari sosial ekonomi masyarakat desa tersebut, dengan pekerjaan sebagian besar penduduk adalah nelayan maka sosial ekonomi masyarakat di desa tersebut memprihatinkan karena pekerjaan nelayan mendapatkan hasil yang tidak

9 dapat dipastikan. Kebiasaan masyarakat di desa tersebut, jika suami pergi melaut maka untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari sebagian warga mengutang di warung (kedai), sedangkan jika suami sudah pulang melaut baru hutang-hutang tersebut dibayar. Sering terjadi hutang mereka bertumpuk-tumpuk pada pemilik warung (kedai) karena ketika pulang melaut hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan diharapkan. Hal tersebut tidak lepas dari budaya yang berkembang di masyarakat bahwa wanita tidak boleh sampai terlambat menikah, oleh karena itu banyak anak anak usia remaja pun sudah dinikahkan. Bahkan di Lhokseumawe ada budaya perjodohan sejak anak perempuan belum lulus SD atau masih SMP. Sampai pada saat ini, budaya semata mata sebagai alasan utama keluarga menikahkan anak perempuannya saat masih belia. Jumlah anak menikah dini (di bawah 17 tahun) terus meningkat. Pada tahun 2011 jumlah remaja yang menikah di usia dini sebanyak 23 orang, tahun 2012 meningkat menjadi 28 orang. Dari pengamatan peneliti pada sebagian kasus pernikahan dini, remaja putri menikah dipaksa orang tua pernikahan karena ingin memperbaiki ekonomi dan keluar dari kemiskinan, hamil di luar nikah, dan sebagian lagi karena status sosial. Berdasarkan pemantauan peneliti bahwa pernikahan dini di kampung nelayan tersebut masih banyak didasari oleh kebiasaan masyarakat setempat. Wanita yang mempunyai pekerjaan tertentu sebelum menikah cenderung tidak berkeinginan untuk hidup berumah tangga dengan laki-laki yang dijodohkan oleh orang tua. Tidak sedikit orang tua meminta anaknya untuk berhenti bekerja saja dan menikah. Nilai budaya

10 lama yang sudah lama tertanam menganggap bahwa menstruasi merupakan telah dewasanya seorang anak gadis masih dipercaya orang tua di kampung tersebut. Remaja wanita yang menikah dini banyak yang berasal dari keluarga besar (jumlah anak lebih dari 3 orang), khususnya di daerah nelayan tersebut dengan keadaan ekonomi yang serba terbatas dan adanya sikap yang apatis, pasrah pada nasib dan keadaan. Keadaan ini menyebabkan banyak remaja putri yang putus sekolah dan akhirnya dinikahkan oleh orang tua pada usia dini. Praktek pernikahan dini banyak dipengaruhi oleh budaya lokal. Para orang tua di pedesaan ingin mempercepat pernikahan dengan berbagai alasan ekonomi, sosial anggapan tidak penting pendidikan bagi anak perempuan dan stigma negatif terhadap status perawan tua. Di perkotaan, orang tua mempercepat pernikahan dengan beberapa alasan diantaranya anaknya yang hamil di luar nikah (untuk menghilangkan rasa malu) atau yang menikahi anaknya adalah orang kaya. Hal ini dianggap sebagai sebuah solusi yang kemungkinan di kemudian hari akan menyesatkan anak-anak. Ibarat anak sudah melakukan suatu kesalahan yang besar, bukan memperbaiki kesalahan tersebut, tetapi orang tua justru membawa anak pada suatu kondisi yang rentan terhadap masalah baru. Karena di kemudian hari perkawinan usia dini tersebut sangat besar peluang akan mengalami banyak konflik. Berdasarkan uraian di atas, peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian berkaitan dengan pernikahan dini pada remaja dengan memilih judul: Pernikahan Dini Pada Remaja Aceh di Kota Lhokseumawe Tahun 2014.

11 1.2 Permasalahan Dari data dan uraian di atas, pernikahan dini banyak terjadi dimana-mana termasuk di Kota Lhokseumawe, dengan berbagai dampak negatif yang dialami oleh remaja putri baik dampak pada kehidupan sosial, maupun dampak pada kesehatan reproduksinya. Berdasarkan hal tersebut, maka permasalahan penelitian ini adalah bagaimana pernikahan dini pada remaja Aceh di Kota Lhokseumawe tahun Tujuan Penelitian Untuk menganalisis mengapa dan apa penyebab terjadinya pernikahan dini pada remaja Aceh di Kota Lhokseumawe Tahun Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat secara praktis dan teoritis. 1. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi masukan kepada pihak terkait untuk membuat suatu kebijakan dalam menurunkan pernikahan dini serta meningkatkan pemahaman masyarakat untuk menunda menikah usia muda dan kehamilan pada usia <20 tahun karena dapat mengakibatkan gangguan pada kesehatan reproduksi. 2. Manfaat Teoritis Diharapkan mampu memberikan informasi tentang kesehatan reproduksi pada pernikahan dini yang dapat mempengaruhi terhadap terjadinya resiko kematian terkait kehamilan dan proses persalinan yang tidak aman.

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia. Sebuah pernikahan akan membuat individu memperoleh keseimbangan

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia. Sebuah pernikahan akan membuat individu memperoleh keseimbangan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pernikahan merupakan salah satu tahap yang penting dalam siklus kehidupan manusia. Sebuah pernikahan akan membuat individu memperoleh keseimbangan hidup baik secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jawab dalam kehidupan berumah tangga bagi suami istri (Astuty, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. jawab dalam kehidupan berumah tangga bagi suami istri (Astuty, 2011). 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Dalam proses perkembangannya, manusia untuk meneruskan jenisnya membutuhkan pasangan hidup yang dapat memberikan keturunan sesuai dengan apa yang diinginkannya. Pernikahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. insan lawan jenis yang masih remaja dalam satu ikatan (Luthfiyah,

BAB I PENDAHULUAN. insan lawan jenis yang masih remaja dalam satu ikatan (Luthfiyah, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pernikahan dini merupakan institusi agung untuk mengikat dua insan lawan jenis yang masih remaja dalam satu ikatan (Luthfiyah, 2008:56). Pola pikir zaman primitif dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (usia tahun) berjumlah sekitar 43 juta jiwa atau 19,61 persen dari jumlah

BAB 1 PENDAHULUAN. (usia tahun) berjumlah sekitar 43 juta jiwa atau 19,61 persen dari jumlah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang WHO (2005) menyatakan sekitar seperlima penduduk dunia adalah remaja berusia 10-19 tahun, dan 900 juta berada di negara berkembang. Berdasarkan data Departemen Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (tetapi tidak dengan anak laki-laki) yang masih muda. Usia muda menurut

BAB I PENDAHULUAN. (tetapi tidak dengan anak laki-laki) yang masih muda. Usia muda menurut 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pembangunan kualitas SDM sangat berkaitan erat dengan peningkatan kualitas hidup perempuan karena perempuanlah yang hamil, melahirkan dan menyusui anak sejak bayi sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. muda). Diantaranya adalah keguguran,persalinan premature, BBLR, kelainan

BAB I PENDAHULUAN. muda). Diantaranya adalah keguguran,persalinan premature, BBLR, kelainan I.I Latar belakang BAB I PENDAHULUAN Pernikahan dini adalah pernikahan pada remaja dibawah usia 20 tahun yang seharusnya belum siap untuk melaksanakan pernikahan. Masa remaja juga merupakan masa yang rentan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipertemukan secara formal di hadapan penghulu/kepala agama tertentu, para saksi

BAB I PENDAHULUAN. dipertemukan secara formal di hadapan penghulu/kepala agama tertentu, para saksi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkawinan adalah suatu peristiwa dimana sepasang calon suami istri dipertemukan secara formal di hadapan penghulu/kepala agama tertentu, para saksi dan sejumlah hadirin

Lebih terperinci

mengenai seksualitas membuat para remaja mencari tahu sendiri dari teman atau

mengenai seksualitas membuat para remaja mencari tahu sendiri dari teman atau BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik, emosi dan psikis. Masa remaja, yakni antara usia 10-19 tahun adalah suatu periode masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), mengingat jumlah penduduk usia remaja

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), mengingat jumlah penduduk usia remaja BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja merupakan salah satu sasaran program Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), mengingat jumlah penduduk usia remaja di Indonesia sekitar 27,6%,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah remaja, dan 85% diantaranya hidup di negara berkembang. Negara-negara

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah remaja, dan 85% diantaranya hidup di negara berkembang. Negara-negara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Satu diantara tujuh manusia penduduk dunia yang berjumlah 6,75 miliar ini adalah remaja, dan 85% diantaranya hidup di negara berkembang. Negara-negara yang tidak mampu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012, perempuan usia 15-19

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012, perempuan usia 15-19 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan penduduk yang relatif tinggi merupakan beban dalam pembangunan nasional. Faktor utama yang mempengaruhi laju pertumbuhan penduduk adalah tingkat kelahiran.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Nigeria (79%), Kongo (74%), Afganistan (54%), dan Bangladesh (51%) (WHO,

BAB I PENDAHULUAN. di Nigeria (79%), Kongo (74%), Afganistan (54%), dan Bangladesh (51%) (WHO, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pernikahan dini adalah pernikahan pada remaja di bawah usia 20 tahun yang seharusnya belum siap untuk melaksanakan pernikahan. Masa remaja juga merupakan masa yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dan tahun untuk pria (BKKBN, 2011). Penyebab terjadinya

BAB 1 PENDAHULUAN. dan tahun untuk pria (BKKBN, 2011). Penyebab terjadinya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan dini merupakan pernikahan yang dilakukan pada usia yang terlalu muda. Usia muda artinya, usia yang belum matang secara medis dan psikologinya. Usia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menikah dini merupakan fenomena yang sering kita jumpai di masyarakat Indonesia. Fenomena ini perlu mendapatkan perhatian karena dapat menimbulkan masalah yang kompleks.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik secara biologis, psikologis maupun secara sosial. Batasan usia

BAB I PENDAHULUAN. baik secara biologis, psikologis maupun secara sosial. Batasan usia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pernikahan merupakan peristiwa penting dalam kehidupan. Dengan pernikahan, seseorang akan memperoleh keseimbangan hidup baik secara biologis, psikologis maupun secara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih besar menempatkan ibu pada risiko kematian (akibat kehamilan dan persalinan)

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih besar menempatkan ibu pada risiko kematian (akibat kehamilan dan persalinan) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kontrasepsi modern memainkan peranan penting untuk menurunkan kehamilan yang tidak diinginkan yang merupakan salah satu penyebab terjadinya kematian ibu. Kehamilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. biologis, psikologis maupun secara sosial. Seseorang dengan melangsungkan

BAB I PENDAHULUAN. biologis, psikologis maupun secara sosial. Seseorang dengan melangsungkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pernikahan bagi manusia merupakan hal yang penting karena dengan pernikahan seseorang akan memperoleh keseimbangan hidup baik secara biologis, psikologis maupun secara

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG DAMPAK PERNIKAHAN DINI TERHADAP KESEHATAN REPRODUKSI DI SMA NEGERI 1 PEUSANGAN KABUPATEN BIREUEN TAHUN 2017

GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG DAMPAK PERNIKAHAN DINI TERHADAP KESEHATAN REPRODUKSI DI SMA NEGERI 1 PEUSANGAN KABUPATEN BIREUEN TAHUN 2017 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG DAMPAK PERNIKAHAN DINI TERHADAP KESEHATAN REPRODUKSI DI SMA NEGERI 1 PEUSANGAN KABUPATEN BIREUEN TAHUN 2017 Irma Fitria 1*) Herrywati Tambunan (2) 1,2 Dosen Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. and Development (ICPD) di Kairo (1994), adalah tentang seksual dan

BAB I PENDAHULUAN. and Development (ICPD) di Kairo (1994), adalah tentang seksual dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu isu terpenting tentang kesehatan reproduksi yang dibacakan dalam konferensi kependudukan sedunia Internasional Conference Population and Development (ICPD)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan pada remaja adalah masalah serius dan sedang berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan pada remaja adalah masalah serius dan sedang berkembang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehamilan pada remaja adalah masalah serius dan sedang berkembang diseluruh dunia dan juga di negara berkembang seperti Indonesia. Kehamilan pada remaja disebabkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya pubertas, yaitu seseorang yang dulunya masih anak-anak menjadi mampu

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya pubertas, yaitu seseorang yang dulunya masih anak-anak menjadi mampu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masa remaja adalah periode perubahan fisik yang sangat monumental dimana terjadinya pubertas, yaitu seseorang yang dulunya masih anak-anak menjadi mampu secara seksual

Lebih terperinci

Policy Brief Determinan Kehamilan Remaja di Indonesia (Analisis SDKI 2012) Oleh: Nanda Wahyudhi

Policy Brief Determinan Kehamilan Remaja di Indonesia (Analisis SDKI 2012) Oleh: Nanda Wahyudhi Policy Brief Determinan Kehamilan Remaja di Indonesia (Analisis SDKI 2012) Oleh: Nanda Wahyudhi Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa. Dalam masa perkembangan dan penyesuaian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. laju pertumbuhan penduduk diperlukan adanya program Keluarga Berencana dan

BAB 1 PENDAHULUAN. laju pertumbuhan penduduk diperlukan adanya program Keluarga Berencana dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan kependudukan pada dasarnya terkait dengan kualitas, kuantitas dan mobilitas penduduk (BKKBN, 2011). Dilihat dari sisi kuantitas penduduk Indonesia berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ketuhanan Yang Maha Esa. Oleh karena itu bagi siapa yang hendak

BAB I PENDAHULUAN. Ketuhanan Yang Maha Esa. Oleh karena itu bagi siapa yang hendak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Undang-Undang No.1 Tahun 1974 pasal 1 perkawinan adalah ikatan lahir dan batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satunya ditentukan oleh komunikasi interpersonal suami istri tersebut. Melalui

BAB I PENDAHULUAN. satunya ditentukan oleh komunikasi interpersonal suami istri tersebut. Melalui BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keharmonisan hubungan suami istri dalam kehidupan perkawinan salah satunya ditentukan oleh komunikasi interpersonal suami istri tersebut. Melalui komunikasi interpersonal,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pernikahan dini banyak terjadi pada kelompok masyarakat miskin yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pernikahan dini banyak terjadi pada kelompok masyarakat miskin yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pernikahan dini banyak terjadi pada kelompok masyarakat miskin yang ditandai dengan pendapatan yang rendah, kurangnya pendidikan, kurangnya kesehatan, dan kurangnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai individu yang berada pada rentang usia tahun (Kemenkes RI, 2014).

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai individu yang berada pada rentang usia tahun (Kemenkes RI, 2014). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang World Health Organization (WHO) mendefenisikan remaja sebagai masa dimana individu berkembang pada saat pertama kali menunjukkan tanda-tanda seksual sampai mencapai

Lebih terperinci

BAB III PERNIKAHAN ANAK DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BAB III PERNIKAHAN ANAK DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL BAB III PERNIKAHAN ANAK DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL Pernikahan anak menjadi salah satu persoalan sosial di Kabupaten Gunungkidul. Meskipun praktik pernikahan anak di Kabupaten Gunungkidul kian menurun di

Lebih terperinci

FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PENDIDIKAN REMAJA DAN EKONOMI KELUARGA DENGAN SIKAP REMAJA UNTUK MEMUTUSKAN MENIKAH DI USIA MUDA DI DESA PRAPAG KIDUL - LOSARI - BREBES S K R I P S I Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERNIKAHAN USIA MUDA DI DESA SARIBUDOLOK KECAMATAN SILIMAKUTA TAHUN 2016

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERNIKAHAN USIA MUDA DI DESA SARIBUDOLOK KECAMATAN SILIMAKUTA TAHUN 2016 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERNIKAHAN USIA MUDA DI DESA SARIBUDOLOK KECAMATAN SILIMAKUTA TAHUN 2016 Wiwik Dwi Arianti Jurusan Keperawatan Poltekkes Medan Abstrak Pernikahan usia muda merupakan pernikahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Millennium Development Goals (MDGs) sebagai road map atau arah

BAB 1 PENDAHULUAN. Millennium Development Goals (MDGs) sebagai road map atau arah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Millennium Development Goals (MDGs) sebagai road map atau arah pembangunan kesehatan di Indonesia mempunyai delapan tujuan, dimana dua diantaranya adalah untuk menurunkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Program keluarga berencana merupakan salah satu program pembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Program keluarga berencana merupakan salah satu program pembangunan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program keluarga berencana merupakan salah satu program pembangunan nasional yang sangat penting dalam rangka mewujudkan keluarga Indonesia yang sejahtera. Peran program

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kasus pernikahan usia dini banyak terjadi di berbagai penjuru dunia. Hal

BAB 1 PENDAHULUAN. Kasus pernikahan usia dini banyak terjadi di berbagai penjuru dunia. Hal BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kasus pernikahan usia dini banyak terjadi di berbagai penjuru dunia. Hal tersebut menjadi perhatian khusus internasional mengingat risiko yang timbul akibat pernikahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Remaja 2.1.1 Definisi Remaja Masa remaja adalah periode transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa, yang melibatkan perubahan biologis, kognitif, dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. derajat kesehatan negara tersebut buruk. Hal ini disebabkan ibu hamil dan bersalin

BAB 1 PENDAHULUAN. derajat kesehatan negara tersebut buruk. Hal ini disebabkan ibu hamil dan bersalin BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu indikator derajat kesehatan masyarakat adalah Angka Kematian Ibu (AKI). Makin tinggi angka kematian ibu disuatu negara maka dapat dipastikan bahwa derajat

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. remaja tertinggi berada pada kawasan Asia Pasifik dengan 432 juta (12-17 tahun)

BAB 1 : PENDAHULUAN. remaja tertinggi berada pada kawasan Asia Pasifik dengan 432 juta (12-17 tahun) BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan masa pancaroba yang pesat, baik secara fisik, psikis, dan sosial. Modernisasi dan globalisasi zaman, menyebabkan remaja rentan terhadap pengaruh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. besar. Berdasarkan data UNICEF, WHO, UNFPA dan Bank Dunia tren angka

BAB 1 PENDAHULUAN. besar. Berdasarkan data UNICEF, WHO, UNFPA dan Bank Dunia tren angka BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah kematian dan kesakitan ibu di Indonesia masih merupakan masalah besar. Berdasarkan data UNICEF, WHO, UNFPA dan Bank Dunia tren angka kematian ibu dari tahun

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. khususnya bila menghadapi ketidakpastian dan ancaman dari luar dirinya.

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. khususnya bila menghadapi ketidakpastian dan ancaman dari luar dirinya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dalam kehidupannya senantiasa membutuhkan kehadiran orang lain untuk memenuhi kebutuhannya baik secara fisik maupun psikis. Kehadiran orang lain ini akan mampu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (Santrock,2003). Hall menyebut masa ini sebagai periode Storm and Stress atau

BAB 1 PENDAHULUAN. (Santrock,2003). Hall menyebut masa ini sebagai periode Storm and Stress atau 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masa remaja ditandai oleh perubahan yang besar diantaranya kebutuhan untuk beradaptasi dengan perubahan fisik dan psikologis, pencarian identitas dan membentuk hubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Indonesia termasuk negara dengan presentase pernikahan usia muda

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Indonesia termasuk negara dengan presentase pernikahan usia muda 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia termasuk negara dengan presentase pernikahan usia muda tertinggi di dunia (ranking 37), dan tertinggi kedua di ASEAN setelah kamboja, pada tahun 2010 terdapat

Lebih terperinci

Alhiwar Jurnal Ilmu dan Teknik Dakwah Vol. 04 No. 07 Januari-Juni

Alhiwar Jurnal Ilmu dan Teknik Dakwah Vol. 04 No. 07 Januari-Juni Pernikahan Dini Ditinjau Dari Sudut Pandang Sosial Dan Pendidikan Oleh: Abstrak Pernikahan merupakan suatu kegiatan yang yang merubah suatu hal yang haram menjadi halal dengan syarat sah sebuah pernikahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 18 tahun. Di Indonesia BPS (2008) mencatat bahwa sekitar 34,5% anak perempuan

BAB I PENDAHULUAN. 18 tahun. Di Indonesia BPS (2008) mencatat bahwa sekitar 34,5% anak perempuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pernikahan anak merupakan praktik yang tersebar luas didunia. UNICEF (2010) mencatat bahwa sekitar 60% anak perempuan di dunia menikah di bawah usia 18 tahun. Di Indonesia

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERNIKAHAN USIA DINI DI KABUPATEN BANJAR TAHUN 2014

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERNIKAHAN USIA DINI DI KABUPATEN BANJAR TAHUN 2014 ARTI KEL PENELI 39 38 37 36 35 TI AN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERNIKAHAN USIA DINI DI KABUPATEN BANJAR TAHUN 2014 Rafidah 1), Tut Barkinah 2), Erni Yuliastuti 3) 1,2,3) Poltekkes Kemenkes Banjarmasin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja adalah masa dimana anak sudah meninggalkan masa kanakkanaknya menuju dunia orang dewasa. Literatur mengenai remaja biasanya merujuk pada kurun usia 10-19

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk hidup yang lebih sempurna dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk hidup yang lebih sempurna dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk hidup yang lebih sempurna dari makhluk hidup lainnya. Mereka memiliki akal budi untuk berpikir dengan baik dan memiliki kata hati.

Lebih terperinci

BAB 2. KAJIAN PUSTAKA

BAB 2. KAJIAN PUSTAKA BAB 2. KAJIAN PUSTAKA A. Konsep Perkawinan Dini Definisi umur anak dalam Undang-undang (UU) Pemilu No.10 tahun 2008 (pasal 19, ayat1) hingga berusia 17 tahun. Di Indonesia, menurut UU No 1/1974 tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari 33 menjadi 29 aborsi per wanita berusia tahun. Di Asia

BAB I PENDAHULUAN. dari 33 menjadi 29 aborsi per wanita berusia tahun. Di Asia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Tingkat aborsi tahunan di Asia berkurang antara tahun 1995 dan 2003 dari 33 menjadi 29 aborsi per 1.000 wanita berusia 15 44 tahun. Di Asia Timur, tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun dan untuk laki-laki adalah 19 tahun. Namun data susenas 2006

BAB I PENDAHULUAN. tahun dan untuk laki-laki adalah 19 tahun. Namun data susenas 2006 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fenomena pernikahan muda pada dasarnya merupakan bagian dari budaya masyarakat tertentu. Minimnya akses mendapatkan fasilitas kesehatan, tingkat pendidikan yang rendah,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama

BAB 1 PENDAHULUAN. orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, yaitu usia dimana anak tidak lagi merasa dibawah tingkat orang-orang yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perilaku seksual merupakan segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perilaku seksual merupakan segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perilaku seksual merupakan segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis maupun sesama jenis. Perilaku seksual dapat diwujudkan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah suatu kondisi medis dimana kadar hemoglobin kurang dari

BAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah suatu kondisi medis dimana kadar hemoglobin kurang dari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Remaja merupakan tahap dimana seseorang mengalami sebuah masa transisi menuju dewasa. Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak berakhir, ditandai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa,

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa, 10 BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa, terutama kapasitas reproduksi yaitu perubahan alat kelamin dari tahap anak ke dewasa. Masa remaja yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pertumbuhan penduduk relatif tinggi, ini merupakan beban dalam pembangunan nasional. Tingginya angka kelahiran erat kaitannya dengan usia pertama kali menikah. Salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar dan berkualitas serta dikelola dengan baik, akan menjadi aset yang besar dan

BAB I PENDAHULUAN. besar dan berkualitas serta dikelola dengan baik, akan menjadi aset yang besar dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan sangat berkaitan erat dengan kualitas masyarakat. Penduduk yang besar dan berkualitas serta dikelola dengan baik, akan menjadi aset yang besar dan berharga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia dalam proses perkembangannya untuk meneruskan jenisnya membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia dalam proses perkembangannya untuk meneruskan jenisnya membutuhkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dalam proses perkembangannya untuk meneruskan jenisnya membutuhkan pasangan hidup yang dapat memberikan keturunan sesuai dengan apa yang diinginkannya. Perkawinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi merupakan salah satu topik penting di bidang

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi merupakan salah satu topik penting di bidang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kesehatan reproduksi merupakan salah satu topik penting di bidang kesehatan yang mendapat perhatian dari berbagai pihak, baik di dalam maupun luar negeri. Meluasnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah stunting masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Stunting pada balita bisa berakibat rendahnya produktivitas dan kualitas sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Program Keluarga Berencana (KB) yang dimulai tahun 1970 telah

BAB I PENDAHULUAN. Program Keluarga Berencana (KB) yang dimulai tahun 1970 telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program Keluarga Berencana (KB) yang dimulai tahun 1970 telah meningkatkan angka prevalensi kontrasepsi (CPR) di Indonesia dari 26 persen tahun 1976 menjadi 62 persen

Lebih terperinci

Konferensi Internasional Kependudukan dan Pembangunan di Kairo Mesir tahun 1994 menekankan bahwa kondisi kesehatan tidak sekedar terbebas dari

Konferensi Internasional Kependudukan dan Pembangunan di Kairo Mesir tahun 1994 menekankan bahwa kondisi kesehatan tidak sekedar terbebas dari Konferensi Internasional Kependudukan dan Pembangunan di Kairo Mesir tahun 1994 menekankan bahwa kondisi kesehatan tidak sekedar terbebas dari penyakit atau kelemahan fisik, tetapi meliputi aspek mental

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 1 Tahun 1974 Pasal 7 Ayat 1 tentang Perkawinan menuliskan

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 1 Tahun 1974 Pasal 7 Ayat 1 tentang Perkawinan menuliskan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pernikahan dini masih banyak terdapat di Indonesia, meskipun menurut Undang- Undang Nomor 1 Tahun 1974 Pasal 7 Ayat 1 tentang Perkawinan menuliskan Perkawinan hanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendatang, akan tetapi teknologi informasi serta ilmu pengetahuan dan tekhnologi (Iptek) yang

BAB I PENDAHULUAN. mendatang, akan tetapi teknologi informasi serta ilmu pengetahuan dan tekhnologi (Iptek) yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Remaja merupakan investasi masa depan bangsa karena mereka merupakan generasi penerus yang produktif dan sangat berharga bagi kelangsungan pembangunan di masa mendatang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perempuan di Indonesia. Diperkirakan persen perempuan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. perempuan di Indonesia. Diperkirakan persen perempuan di Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Menikah di usia muda masih menjadi fenomena yang banyak dilakukan perempuan di Indonesia. Diperkirakan 20-30 persen perempuan di Indonesia menikah di bawah usia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan adalah kondisi umum dari seseorang dalam semua aspek baik

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan adalah kondisi umum dari seseorang dalam semua aspek baik BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan adalah kondisi umum dari seseorang dalam semua aspek baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masih tergolong tinggi, meskipun terjadi penurunan signifikan di beberapa

BAB I PENDAHULUAN. masih tergolong tinggi, meskipun terjadi penurunan signifikan di beberapa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persentase perempuan menikah sebelum usia 18 tahun di dunia masih tergolong tinggi, meskipun terjadi penurunan signifikan di beberapa negara. Negara dengan persentase

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduk besar. Jumlah penduduk yang besar ini telah membawa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. penduduk besar. Jumlah penduduk yang besar ini telah membawa Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai jumlah penduduk besar. Jumlah penduduk yang besar ini telah membawa Indonesia menduduki posisi ke-4 sebagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh Konstitusi Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO 1948), Undang-Undang Dasar

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh Konstitusi Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO 1948), Undang-Undang Dasar BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan adalah Hak Fundamental setiap warga. Hal ini telah ditetapkan oleh Konstitusi Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO 1948), Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28H

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), jumlah penduduk Indonesia akan

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), jumlah penduduk Indonesia akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara berkembang seperti Indonesia memiliki laju pertumbuhan penduduk yang bertambah dengan pesat. Pertumbuhan penduduk Indonesia dari tahun ketahun semakin bertambah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Berdasarkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Berdasarkan 22 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program Kesehatan Ibu dan Anak merupakan salah satu prioritas Kementerian Kesehatan dan keberhasilan program KIA menjadi salah satu indikator utama dalam Rencana

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi menurut World Health Organization (WHO) merupakan suatu

BAB 1 : PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi menurut World Health Organization (WHO) merupakan suatu BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan reproduksi menurut World Health Organization (WHO) merupakan suatu keadaan fisik, mental, dan sosial yang utuh, bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan

Lebih terperinci

Sgmendung2gmail.com

Sgmendung2gmail.com Sgmendung2gmail.com sgmendung@yahoo.co.id PUSDIKLAT KEPENDUDUKAN DAN KB BKKBN 2011 Menjelaskan Konsep Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP) Menjelaskan masalah-masalah dalam memenuhi hak-hak reproduksi pada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia setelah Republik Rakyat China, India, Amerika Serikat dan kemudian

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia setelah Republik Rakyat China, India, Amerika Serikat dan kemudian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia memiliki potensi penduduk yang termasuk empat atau lima besar di dunia setelah Republik Rakyat China, India, Amerika Serikat dan kemudian Indonesia. Sejak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ketuhanan Yang Maha Esa. Dariyo, 2002 (dalam Godam,

BAB I PENDAHULUAN. Ketuhanan Yang Maha Esa. Dariyo, 2002 (dalam Godam, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Untuk melangsungkan hidupnya setiap manusia tidak terlepas dari kehidupan social. Salah satu bentuk hidup bersosialisasi dengan orang lain adalah sebuah pernikahan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Setiap keluarga umumnya mendambakan anak, karena anak adalah harapan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Setiap keluarga umumnya mendambakan anak, karena anak adalah harapan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap keluarga umumnya mendambakan anak, karena anak adalah harapan atau cita-cita dari sebuah perkawinan. Berapa jumlah yang diinginkan, tergantung dari keluarga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan kematian (Peraturan Menteri Kesehatan RI, 2013). Lima ratus juta

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan kematian (Peraturan Menteri Kesehatan RI, 2013). Lima ratus juta BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria merupakan penyakit infeksi yang mengancam jiwa dan banyak menyebabkan kematian (Peraturan Menteri Kesehatan RI, 2013). Lima ratus juta penduduk di dunia terinfeksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk ke empat terbesar di dunia setelah China, India, dan Amerika Serikat. Masalah kependudukan yang dihadapi Indonesia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berbeda-beda yang tentu saja sangat berpengaruh terhadap Angka Kematian Bayi

BAB 1 PENDAHULUAN. berbeda-beda yang tentu saja sangat berpengaruh terhadap Angka Kematian Bayi 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap negara di dunia memiliki konsep pemeriksaan kehamilan yang berbeda-beda yang tentu saja sangat berpengaruh terhadap Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk hidup mempunyai kebutuhan demi

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk hidup mempunyai kebutuhan demi BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Manusia sebagai makhluk hidup mempunyai kebutuhan demi melangsungkan eksistensinya sebagai makhluk. Kebutuhan tersebut meliputi kebutuhan psikologis dimana

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sudah enam puluh sembilan tahun Indonesia merdeka, telah banyak tindakantindakan

I. PENDAHULUAN. Sudah enam puluh sembilan tahun Indonesia merdeka, telah banyak tindakantindakan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sudah enam puluh sembilan tahun Indonesia merdeka, telah banyak tindakantindakan yang dilakukan oleh pemerintah dalam usaha menyejahterakan rakyat Indonesia.

Lebih terperinci

menikah di usia muda di Indonesia dengan usia tahun pada tahun 2010 lebih dari wanita muda berusia tahun di Indonesia sudah

menikah di usia muda di Indonesia dengan usia tahun pada tahun 2010 lebih dari wanita muda berusia tahun di Indonesia sudah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada saat ini bangsa Indonesia masih menghadapi berbagai masalah dalam melaksanakan pembangunan. Salah satu masalah yang dihadapi adalah masalah kependudukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sengaja maupun tidak sengaja (Pudiastuti, 2011). Berbagai bentuk. penyimpangan perilaku seksual remaja cenderung mengalami

BAB I PENDAHULUAN. sengaja maupun tidak sengaja (Pudiastuti, 2011). Berbagai bentuk. penyimpangan perilaku seksual remaja cenderung mengalami 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehamilan remaja adalah kehamilan yang terjadi pada wanita remaja usia 14-19 tahun yang merupakan akibat perilaku seksual baik sengaja maupun tidak sengaja (Pudiastuti,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. banyak persoalan, terutama di negara berkembang. Salah satunya adalah Negara

BAB 1 PENDAHULUAN. banyak persoalan, terutama di negara berkembang. Salah satunya adalah Negara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemenuhan hak-hak reproduksi wanita di dunia pada masa sekarang ini masih banyak persoalan, terutama di negara berkembang. Salah satunya adalah Negara Indonesia, di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Remaja sejatinya adalah harapan semua bangsa, negara-negara yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Remaja sejatinya adalah harapan semua bangsa, negara-negara yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja sejatinya adalah harapan semua bangsa, negara-negara yang memiliki remaja yang kuat serta memiliki kecerdasan spiritual,intelektual serta emosional yang kuat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sama yaitu mempunyai rasa keingintahuan yang besar, menyukai pertualangan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. sama yaitu mempunyai rasa keingintahuan yang besar, menyukai pertualangan dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan periode terjadinya pertumbuhan dan perkembangan pesat baik fisik, psikologis maupun intelektual. Pola karakteristik pesatnya tumbuh kembang ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pernikahan merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pernikahan merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Hal ini 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Hal ini sering terjadi di belahan bumi manapun dan terjadi kapanpun. Pernikahan itu sendiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 Menunjukkan AKI yang sangat signifikan

BAB I PENDAHULUAN. dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 Menunjukkan AKI yang sangat signifikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang AKI (Angka Kematian Ibu) merupakan salah satu indikator yang peka terhadap kualitas dan aksesibilitas fasilitas pelayanan kesehatan. Berdasarkan Survei Demografi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan, menurunnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pernikahan/ perkawinan adalah ( ikatan lahir batin antara seorang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pernikahan/ perkawinan adalah ( ikatan lahir batin antara seorang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pernikahan/ perkawinan adalah ( ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga yang

Lebih terperinci

BABI PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan jaman, fenomena pernikahan dini kian lama

BABI PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan jaman, fenomena pernikahan dini kian lama BABI PENDAHULUAN BABI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan jaman, fenomena pernikahan dini kian lama kian berkurang, namun demikian bukan berarti fenomena pemikahan dini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari penyediaan fasilitas pendidikan, kesehatan, lapangan kerja, dan

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari penyediaan fasilitas pendidikan, kesehatan, lapangan kerja, dan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia berada di urutan ke empat dengan penduduk terbesar di dunia setelah Amerika, China, dan India. Jumlah penduduk Indonesia dari hasil Sensus 2010 mencapai angka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya. (Depkes, 2010)

BAB I PENDAHULUAN. dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya. (Depkes, 2010) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Remaja adalah harapan bangsa, sehingga tak berlebihan jika dikatakan bahwa masa depan bangsa yang akan datang akan ditentukan pada keadaan remaja saat ini. Remaja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Program Keluarga Berencana (KB) menurut Undang-Undang Nomor 10

BAB I PENDAHULUAN. Program Keluarga Berencana (KB) menurut Undang-Undang Nomor 10 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Program Keluarga Berencana (KB) menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1992 merupakan salah satu program pembangunan nasional yang sangat penting dalam rangka mewujudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sama. Angka tersebut yang akan menjadi indikator penilaian derajat

BAB I PENDAHULUAN. sama. Angka tersebut yang akan menjadi indikator penilaian derajat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia tergolong masih tinggi dibandingkan negara berkembang lainnya. Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan jumlah penduduk yang meninggal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Millenium Development Goals (MDGs) merupakan suatu deklarasi hasil kesepakatan kepala-kepala negara dan perwakilan dari 191 negara Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia diterjemahkan sebagai Tujuan Pembangunan Milenium yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia diterjemahkan sebagai Tujuan Pembangunan Milenium yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Millenium Development Goals atau disingkat MDG s dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai Tujuan Pembangunan Milenium yang merupakan paradigma pembangunan global

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Pernikahan merupakan suatu hal yang dinantikan dalam kehidupan manusia karena melalui sebuah pernikahan dapat terbentuk satu keluarga yang akan dapat melanjutkan

Lebih terperinci

Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN, 2010), Indonesia termasuk negara dengan persentase pernikahan usia

Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN, 2010), Indonesia termasuk negara dengan persentase pernikahan usia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pernikahan usia muda adalah pernikahan di bawah usia yang seharusnya belum siap untuk melaksanakan sebuah pernikahan, namun memutuskan untuk terikat dalam sebuah ikatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang . BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kata pacaran sudah sangat biasa ditelinga masyarakat luas saat ini. Bahkan dari dulu pun pacaran sudah bisa dikatakan sebagai budaya mulai remaja sampai orang dewasa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kehamilan, persalinan, dan menyusukan anak merupakan proses alamiah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kehamilan, persalinan, dan menyusukan anak merupakan proses alamiah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehamilan, persalinan, dan menyusukan anak merupakan proses alamiah bagi kehidupan seorang ibu dalam usia produktif. Bila terjadi gangguan dalam proses ini, baik itu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional dan dapat mengurangi hasil-hasil pembangunan yang dapat dinikmati

I. PENDAHULUAN. nasional dan dapat mengurangi hasil-hasil pembangunan yang dapat dinikmati 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan penduduk relatif tinggi merupakan beban dalam pembangunan nasional dan dapat mengurangi hasil-hasil pembangunan yang dapat dinikmati oleh rakyat.

Lebih terperinci