ANALISIS EFISIENSI INDUSTRI PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA OLEH RIAN ANDRYANI H

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS EFISIENSI INDUSTRI PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA OLEH RIAN ANDRYANI H"

Transkripsi

1 ANALISIS EFISIENSI INDUSTRI PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA OLEH RIAN ANDRYANI H DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

2 RINGKASAN RIAN ANDRYANI. H Analisis Efisiensi Industri Perbankan Syariah di Indonesia (dibimbing oleh TANTI NOVIANTI). Semakin banyaknya jumlah bank syariah menyebabkan semakin tingginya tingkat persaingan di antara bank syariah. Agar mampu bersaing dengan bank konvensional dan bank syariah lainnya, maka bank-bank syariah harus meningkatkan kinerjanya atau dengan kata lain menjalankan usahanya dengan efisien. Efisiensi dalam dunia perbankan adalah salah satu parameter kinerja yang cukup populer. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan perkembangan perbankan syariah dilihat dari total aset, pembiayaan yang diberikan dan Dana Pihak Ketiga (DPK) serta menganalisis efisiensi dan perubahan Total Factor Productivity (TFP) industri perbankan syariah di Indonesia selama periode tahun 2004 sampai Penelitian ini menggunakan metode non parametrik Data Envelopment Analysis (DEA) untuk menganalisis efisiensi bank-bank dalam industri perbankan syariah di Indonesia dengan menggunakan data tahunan. Analisis efisiensi dilakukan terhadap masing-masing bank dan kelompok bank. Kemudian untuk menganalisis perubahan Total Factor Productivity (TFP) industri perbankan syariah dilakukan dengan menghitung Malmquist TFP index dengan menggunakan panel data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sejak dikeluarkannya Undang- Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan dan Undang-Undang No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, industri perbankan syariah di Indonesia terus mengalami perkembangan dan pertumbuhan. Hal ini tidak hanya ditunjukkan oleh peningkatan jumlah bank syariah dan jaringan kantornya, tetapi juga ditunjukkan dengan terus meningkatnya total aset, pembiayaan yang diberikan serta DPK. Berdasarkan hasil DEA yang berdasarkan output (output orientated) dengan asumsi Variable Returns to Scale (VRS), rata-rata tingkat efisiensi teknis (technical efficiency) industri perbankan syariah di Indonesia mengalami penurunan dari 99,5 persen pada tahun 2004 menjadi 89,4 persen pada tahun 2005 dan 85,4 persen pada tahun 2006 tetapi kemudian mengalami peningkatan di tahun 2007, yaitu menjadi sebesar 89,8 persen. Selama periode penelitian tingkat efisiensi rata-rata perbankan syariah per tahun sebesar 91 persen. Oleh karena itu, disarankan Bank Indonesia dalam membuat kebijakan lebih fokus pada hal-hal yang berhubungan dengan tingkat efisiensi dan dapat meningkatkan efisiensi perbankan syariah agar visi dari kegiatan pengembangan perbankan syariah dapat dicapai. Perubahan Total Factor Productivity (TFP) industri perbankan syariah di Indonesia menunjukkan trend yang meningkat dari tahun 2004 hingga Hal ini terutama disebabkan perubahan atau kemajuan teknologi (pengembangan dan penetrasi pasar). Oleh karena itu, perbankan syariah harus lebih inovatif dalam menciptakan dan mengembangkan produk-produk khusus perbankan syariah.

3 ANALISIS EFISIENSI INDUSTRI PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA Oleh RIAN ANDRYANI H Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

4 INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN DEPARTEMEN ILMU EKONOMI Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh, Nama Mahasiswa : Rian Andryani Nomor Registrasi Pokok : H Program Studi : Ilmu Ekonomi Judul Skripsi : Analisis Efisiensi Industri Perbankan Syariah di Indonesia dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Menyetujui, Dosen Pembimbing, Ir. Tanti Novianti, M.Si NIP Mengetahui, Ketua Departemen Ilmu Ekonomi, Dr. Ir. Rina Oktaviani, MS NIP Tanggal Kelulusan :

5 PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN. Bogor, Agustus 2008 Rian Andryani H

6 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan pada tanggal 6 Agustus 1986 di Jakarta. Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara dari pasangan Agus Pandji Abdurachman dan Fenni. Jenjang pendidikan penulis dimulai dengan TK Budi Luhur pada tahun 1991, kemudian penulis melanjutkan pendidikannya di SD Budi Luhur. Lulus dari sekolah dasar pada tahun 1998 penulis melanjutkan ke SLTP Budi Luhur dan lulus pada tahun Pada tahun yang sama penulis diterima di SMUN 47 Jakarta dan lulus pada tahun Pada tahun 2004 penulis mendapatkan kesempatan untuk melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi. Penulis berhasil masuk ke Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima sebagai mahasiswa Program Studi Ilmu Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM). Selama masa kuliah penulis aktif mengikuti kegiatan kemahasiswaan dan beberapa organisasi kemahasiswaan, seperti Sharia Economics Student Club (SES-C) FEM dan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Bogor Komisariat FEM.

7 KATA PENGANTAR Alhamdulillah, puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT karena atas segala rahmat dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul Analisis Efisiensi Industri Perbankan Syariah di Indonesia. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Terimakasih penulis ucapkan kepada kedua orangtua penulis yang telah dengan setia memberikan do a, ridho, dukungan, pengertian dan pengorbanan serta cinta dan kasih sayang kepada penulis sampai saat ini. Kelulusan ini merupakan hadiah untuk ulang tahun Papa dan Mama. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada adik-adik penulis (Risda Damayanti, Alm. Muhammad Razif dan Resa Satrio Abdurachman) atas perhatian, motivasi, kasih sayang dan semua yang telah kita lalui dan bagi bersama, serta seluruh keluarga besar penulis atas do anya. Pada kesempatan ini izinkanlah penulis dengan tulus mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan, baik moril maupun materil, kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, khususnya kepada : 1. Ir. Tanti Novianti, M.Si, selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan dan saran demi terselesaikannya skripsi ini. 2. Alla Asmara, M.Si, selaku dosen penguji utama yang telah memberikan masukan untuk menyempurnakan skripsi ini. 3. Tony Irawan, M.App.Ec, selaku dosen penguji Komisi Pendidikan atas sarannya untuk perbaikan skripsi ini. 4. Ir. Idqan Fahmi, M.Ec, selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan dan saran demi terselesaikannya perkuliahan penulis. 5. Sahabat-sahabat penulis (Veby, Rika, Wenda, Dwi dan Sinta) yang telah berkontribusi dalam mewarnai kehidupan penulis.

8 6. Teman-teman di Wisma Gardenia (Sushi, Nanik, Lytha, Elga, Nisa, Uni- Uni dan Teh Lely) atas perhatian, dukungan dan semangat yang diberikan. 7. Teman-teman KKP serta keluarga di Desa Kedawung, Kecamatan Bojong, Kabupaten Tegal atas pengalaman yang tak terlupa. 8. Teman-teman seperjuangan IE 41 dan ILUNI 47 angkatan 2004 serta pihak-pihak lain yang telah sangat membantu, namun tidak bisa penulis sebutkan satu per satu. Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pihak yang membacanya serta dapat menambah khasanah pengetahuan kita. Bogor, Agustus 2008 Rian Andryani H

9 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... iii v vi I. PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian Ruang Lingkup Penelitian... 9 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Teori Efisiensi Total Factor Productivity (TFP) Perbankan Bank Bank Syariah Penelitian-Penelitian Terdahulu Kerangka Pemikiran III. METODE PENELITIAN Jenis dan Sumber Data Spesifikasi Input dan Output Definisi Operasional Metode Analisis Data Envelopment Analysis (DEA) Malmquist DEA IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia... 35

10 4.2 Efisiensi Industri Perbankan Syariah di Indonesia Perubahan TFP Industri Perbankan Syariah di Indonesia V. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 49

11 DAFTAR TABEL Teks Nomor Halaman 1 Perkembangan Jumlah Bank Syariah Perkembangan dan Pertumbuhan Perbankan Syariah Perkembangan dan Pertumbuhan Bank Umum Syariah Perkembangan dan Pertumbuhan Unit Usaha Syariah Rata-Rata Nilai Efisiensi DEA Nilai Efisiensi DEA Perbankan Syariah Komposisi Frontier Produksi Statistik Deskriptif Perubahan Produktivitas Lampiran Nomor Halaman 1 Perkembangan Jumlah Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah Perkembangan Jaringan Kantor Perbankan Syariah Data-Data yang Digunakan dalam Penelitian Statistik Deskriptif Bank-Bank Syariah di Indonesia Tahun Statistik Deskriptif Bank-Bank Syariah di Indonesia Tahun Statistik Deskriptif Bank-Bank Syariah di Indonesia Tahun Statistik Deskriptif Bank-Bank Syariah di Indonesia Tahun Nilai Efisiensi DEA Tahun Nilai Efisiensi DEA Tahun Nilai Efisiensi DEA Tahun Nilai Efisiensi DEA Tahun

12 DAFTAR GAMBAR Teks Nomor Halaman 1 Kinerja Perbankan Syariah di Indonesia Frontier Produksi dan Efisiensi Teknis Produktivitas, Efisiensi Teknis dan Skala Ekonomi Perubahan Teknis di Antara Dua Periode Waktu Bagan Kerangka Pemikiran... 27

13 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi menyebabkan meningkatnya ketergantungan antar negara. Hal ini berpotensi mendorong suatu negara menjadi lebih rentan terhadap guncangan atau krisis yang dialami oleh negara lainnya. Dengan kata lain, globalisasi akan meningkatkan resiko transaksi keuangan internasional. Selain itu, terjadinya krisis keuangan di Asia yang, dipercayai banyak ekonom, disebabkan oleh kegagalan perbankan menyebabkan efisiensi perbankan menjadi perhatian penting tidak hanya di Asia setelah krisis di tahun 1997, namun juga di belahan dunia lainnya. Krisis ekonomi dan moneter yang terjadi di Indonesia pada kurun waktu merupakan suatu pukulan yang sangat berat bagi sistem perekonomian Indonesia. Dalam periode tersebut, banyak lembaga-lembaga keuangan, termasuk perbankan, mengalami kesulitan keuangan. Tingginya tingkat suku bunga telah mengakibatkan tingginya biaya modal bagi sektor usaha yang pada akhirnya mengakibatkan merosotnya kemampuan usaha sektor produksi. Akibatnya kualitas aset perbankan turun secara drastis sementara sistem perbankan diwajibkan untuk terus memberikan imbalan kepada depositor sesuai dengan tingkat suku bunga pasar. Rendahnya kemampuan daya saing usaha pada sektor produksi telah pula menyebabkan berkurangnya peran sistem perbankan secara umum untuk menjalankan fungsinya sebagai intermediator kegiatan investasi (Bank Indonesia, 2002).

14 Selama periode krisis tersebut, bank syariah masih dapat menunjukkan kinerja yang relatif lebih baik dibandingkan dengan lembaga perbankan konvensional. Hal ini dapat dilihat dari relatif lebih rendahnya penyaluran pembiayaan yang bermasalah (non performing loans) pada bank syariah dalam periode pasca krisis ekonomi (Bank Indonesia, 2002), seperti yang dapat dilihat pada Gambar 1. Hal tersebut dapat dipahami mengingat tingkat pengembalian pada bank syariah tidak mengacu pada tingkat suku bunga dan pada akhirnya dapat menyediakan dana investasi dengan biaya modal yang relatif lebih rendah kepada masyarakat. Data menunjukkan bahwa bank syariah relatif lebih dapat menyalurkan dana kepada sektor produksi dengan Loan to Deposit Ratio (LDR) berkisar antara persen. Pengalaman historis tersebut telah memberikan harapan kepada masyarakat akan hadirnya sistem perbankan syariah sebagai alternatif sistem perbankan yang selain memenuhi harapan masyarakat dalam aspek syariah juga dapat memberikan manfaat yang luas dalam kegiatan perekonomian (Bank Indonesia, 2002). Sumber : Bank Indonesia (2002) Gambar 1 Kinerja Perbankan Syariah di Indonesia

15 Perkembangan industri keuangan syariah, baik bank umum maupun Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) dan lembaga keuangan syariah bukan bank, di Indonesia sebenarnya telah dimulai sebelum pemerintah secara formal menetapkan dasar-dasar hukum operasionalnya. Perkembangan perbankan syariah di Indonesia merupakan wujud dari permintaan masyarakat yang membutuhkan suatu sistem perbankan alternatif yang menyediakan jasa perbankan atau keuangan yang sehat sekaligus memenuhi prinsip-prinsip syariah. Dikeluarkannya Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan memberikan landasan operasi yang lebih jelas bagi bank syariah dan menandai dimulainya era sistem perbankan ganda (dual banking system) di Indonesia. Kemudian pada tahun 1999 dikeluarkan Undang- Undang No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia yang memberikan kewenangan kepada Bank Indonesia untuk dapat pula menjalankan tugasnya berdasarkan prinsip syariah. Setelah dikeluarkannya ketentuan perundang-undangan tersebut, sistem perbankan syariah sejak tahun 1998 sampai 2001 telah menunjukkan perkembangan yang cukup pesat, yaitu sekitar 74 persen pertumbuhan aset per tahun dari Rp 479 miliar pada tahun 1998 menjadi Rp miliar pada tahun Dana Pihak Ketiga (DPK) telah meningkat dari Rp 392 miliar menjadi Rp miliar. Sistem perbankan syariah telah pula mengalami pertumbuhan dalam hal kelembagaan. Jumlah bank syariah telah meningkat dari hanya satu Bank Umum Syariah (BUS) dan 78 BPRS pada tahun 1998 menjadi dua BUS, tiga Unit Usaha Syariah (UUS) dan 81 BPRS pada akhir tahun 2001 (Bank Indonesia, 2002). Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.

16 Tabel 1 Perkembangan Jumlah Bank Syariah Kelompok Bank Bank Umum Syariah Unit Usaha Syariah BPR Syariah Sumber : Bank Indonesia (2003 dan 2008) Bank syariah memiliki potensi besar untuk menjadi pilihan utama dan pertama bagi nasabah dalam pilihan transaksi mereka. Hal itu ditunjukkan dengan akselerasi perkembangan dan pertumbuhan perbankan syariah di Indonesia, seperti yang dapat dilihat pada Tabel 2. Dari tahun 2000 hingga tahun 2004, pertumbuhan bank syariah cukup tinggi, rata-rata lebih dari 50 persen setiap tahunnya. Bahkan pada tahun 2003 dan 2004, pertumbuhan bank syariah melebihi 90 persen dari tahun-tahun sebelumnya. Jumlah DPK yang terus meningkat dengan tingkat pertumbuhan yang tidak jauh berbeda dengan aset, mengindikasikan bahwa demand pasar terhadap perbankan syariah masih cukup besar. Perkembangan perbankan syariah pada tahun 2004 sejalan dengan kebijakan Bank Indonesia melalui peraturan yang dikeluarkan dengan didukung oleh kajian dan penelitian dari kalangan perbankan. Perlu disadari bahwa di tengah tekanan yang cukup berat terhadap stabilitas makroekonomi secara umum dan perbankan secara khusus, kondisi industri perbankan syariah tetap memperlihatkan peningkatan kinerja yang relatif baik. Selain itu, dalam Cetak Biru Pengembangan Perbankan Syariah Indonesia disebutkan visi dari kegiatan pengembangan perbankan syariah, yaitu Terwujudnya sistem perbankan syariah yang kompetitif, efisien dan memenuhi prinsip kehati-hatian serta mampu mendukung sektor riil secara nyata melalui kegiatan pembiayaan berbasis bagi hasil dan transaksi riil dalam kerangka

17 keadilan, tolong menolong dan menuju kebaikan guna mencapai kemaslahatan masyarakat. Oleh karena itu, penelitian mengenai efisiensi perbankan syariah di Indonesia menjadi penting untuk dilakukan. Tabel 2 Perkembangan dan Pertumbuhan Perbankan Syariah Keterangan Total Aset (dalam miliar rupiah) Share dengan total perbankan (dalam persen) 0,17 0,25 0,36 0,74 1,20 1,42 1,58 1,84 Pertumbuhan (dalam persen) 51,8 48,8 94,3 95,0 36,2 28,0 36,7 Pembiayaan yang Diberikan (dalam miliar rupiah) Share dengan total perbankan (dalam persen) 0,40 0,57 0,80 1,16 1,93 2,19 2,58 2,79 Pertumbuhan (dalam persen) 61,3 59,9 68,8 107,8 32,6 34,2 36,7 Dana Pihak Ketiga (dalam miliar rupiah) Share dengan total perbankan (dalam persen) 0,15 0,23 0,35 0,64 1,23 1,38 1,61 1,85 Pertumbuhan (dalam persen) 75,6 61,5 96,2 107,2 31,4 32,7 35,5 Sumber : Bank Indonesia (2007) dan Hasil Pengolahan Keterangan : Meliputi data BUS dan UUS (tidak termasuk BPRS)

18 Di sisi lain, perkembangan bank-bank syariah telah dianggap sebagai alternatif solusi untuk menuju perbankan yang sehat. Beberapa negara sudah mengubah sistem perbankannya dengan sistem perbankan syariah (Yaumidin, 2007). Perbedaan utama sistem perbankan syariah dengan sistem perbankan konvensional terletak pada prinsip bagi hasil (profit and loss sharing) dalam menjalankan fungsinya sebagai lembaga perantara (intermediaries). Hal ini juga yang secara umum menjadi motivasi bagi negara-negara tersebut dalam menerapkan sistem perbankan syariah. Meskipun Indonesia terlambat dalam memulai praktek keuangan syariah dibandingkan Malaysia, namun perlahan Indonesia menunjukkan kinerja yang jauh lebih baik. Dalam industri perbankan syariah, secara kuantitatif maupun kualitatif, Indonesia saat ini lebih baik. Jumlah bank umum yang menawarkan layanan syariah di Indonesia melebihi Malaysia, apalagi bila dihitung jumlah BPRS. Belum lagi bila jumlah Baitul Mal wa Tamwil (BMT) ikut diperhitungkan. Dari sisi kualitatif, persentase pembiayaan bermasalah perbankan syariah Indonesia jauh lebih baik dibandingkan Malaysia yang baru-baru ini menghadapi masalah serius dalam kualitas asetnya. Tingkat profitabilitas maupun efisiensi operasi perbankan syariah Indonesia juga jauh lebih baik. Satu-satunya variable yang masih lebih kecil dari Malaysia adalah total aset, baik nominalnya maupun persentase terhadap total aset perbankan nasional 1. Berdasarkan uraian tersebut, maka dalam penelitian ini akan dianalisis tingkat efisiensi serta perubahan Total Factor Productivity (TFP) industri perbankan syariah di Indonesia dengan menggunakan metode non parametrik Data Envelopment Analysis (DEA).

19 1.2 Perumusan Masalah Sejak berdirinya Bank Muamalat pada tahun 1992 berarti menjadi tonggak awal perkenalan umat Islam Indonesia dengan bank syariah. Sampai akhir tahun 2007 telah ada tiga Bank Umum Syariah (BUS), 26 Unit Usaha Syariah (UUS) dan 114 Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS). Belum lagi lembaga keuangan mikro syariah atau Baitul Mal wa Tamwil (BMT) yang tersebar hampir di setiap propinsi. Ini merupakan prestasi yang menggembirakan bagi perkembangan lembaga keuangan syariah di Indonesia. Akan tetapi pada tahun 2005 dirasakan ada perlambatan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, meskipun perbankan syariah tetap tumbuh sebesar 36,2 persen. Sampai akhir tahun 2005 juga tercatat bahwa pangsa pasar industri perbankan syariah Indonesia masih merupakan bagian yang sangat kecil dari total pangsa pasar industri perbankan nasional, yaitu hanya sebesar 1,42 persen. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 2. Semakin banyaknya jumlah bank syariah menyebabkan semakin tingginya tingkat persaingan di antara bank syariah. Dengan kata lain, agar mampu bersaing dengan bank konvensional dan bank syariah lainnya, maka bank syariah harus meningkatkan kinerjanya atau menjalankan usahanya dengan efisien. Selain itu, dalam Cetak Biru Pengembangan Perbankan Syariah Indonesia disebutkan, salah satu hal penting yang perlu mendapat perhatian dalam upaya mendorong pertumbuhan industri perbankan syariah yang masih berada dalam tahap awal pengembangan adalah efisiensi operasional perbankan syariah yang masih belum optimal.

20 Berdasarkan uraian tersebut, maka permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimana perkembangan perbankan syariah dilihat dari total aset, pembiayaan yang diberikan dan dana pihak ketiga? 2. Bagaimana efisiensi industri perbankan syariah di Indonesia? 3. Bagaimana perubahan Total Factor Productivity (TFP) industri perbankan syariah di Indonesia? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mendeskripsikan perkembangan perbankan syariah dilihat dari total aset, pembiayaan yang diberikan dan dana pihak ketiga. 2. Menganalisis efisiensi industri perbankan syariah di Indonesia. 3. Menganalisis perubahan Total Factor Productivity (TFP) industri perbankan syariah di Indonesia. 1.4 Kegunaan Penelitian Adapun manfaat hasil penelitian ini yang diharapkan adalah sebagai berikut : 1. Untuk perkembangan teori mengenai efisiensi industri, khususnya industri perbankan syariah. 2. Untuk perkembangan penerapan metode non parametrik Data Envelopment Analysis (DEA), penelitian ini dapat dijadikan salah satu

21 literatur dalam menganalisis efisiensi industri perbankan syariah terutama di Indonesia. 3. Sebagai sumber informasi mengenai tingkat efisiensi perbankan syariah nasional bagi lembaga atau pihak-pihak tertentu, seperti bank (manager bank), investor, bank-bank pesaing (kompetitor) dan analis pasar serta Bank Indonesia dan Pemerintah, untuk pertimbangan langkah ke depannya. 4. Sebagai sarana pembelajaran bagi penulis dan pembaca dalam memahami lebih mendalam mengenai efisiensi, khususnya efisiensi perbankan syariah, dan metode non parametrik DEA. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini menganalisis efisiensi industri perbankan syariah di Indonesia. Dalam penelitian ini hanya akan dikaji efisiensi dan perubahan Total Factor Productivity (TFP) perbankan syariah, meliputi Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS). Data-data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu data total pembiayaan, pendapatan operasional lainnya, aktiva produktif lainnya, beban personalia, aktiva tetap dan total Dana Pihak Ketiga (DPK) dibatasi dalam periode penelitian, yakni dari tahun 2004 hingga 2007.

22 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Teori Efisiensi Menurut Pass dan Lowes (1997), efisiensi merupakan hubungan antara faktor input (factor inputs) yang langka dengan output (outputs) barang dan jasa. Hubungan ini dapat diukur secara fisik (efisiensi teknik (technological efficiency)) atau secara biaya (efisiensi ekonomi (economic efficiency)). Konsep efisiensi dipergunakan sebagai kriteria dalam penilaian seberapa baik pasar mengalokasikan sumberdaya. Kinerja pasar merupakan efisiensi dari suatu pasar (market) dalam menggunakan sumberdaya yang langka untuk memenuhi permintaan konsumen akan barang dan jasa, yaitu seberapa baik suatu pasar telah memberikan kontribusi pada optimisasi kesejahteraan ekonomi. Elemen-elemen kunci dari kinerja pasar mencakup : (a) efisiensi produksi (productive efficiency) dan (b) efisiensi distribusi (distributive efficiency), yaitu kemampuan suatu pasar untuk memproduksi dan mendistribusikan produk-produknya dengan biaya yang paling rendah; (c) efisiensi alokasi (allocative efficiency), yaitu tingkat di mana harga pasar yang dibebankan pada para pembeli konsisten dengan biaya penawaran termasuk pengembalian suatu laba normal (normal profit) pada para pemasok;

23 (d) kemajuan teknologi (technological progressiveness), kemampuan para pemasok untuk selalu memperkenalkan teknik-teknik distribusi dan produksi baru yang hemat biaya dan memperkenalkan produk-produk superior; (e) kinerja produk (product performance), yaitu kualitas dan keanekaragaman produk yang ditawarkan oleh para pemasok. Dalam teori pasar (theory of markets), kinerja pasar ditentukan oleh interaksi dari struktur pasar (market structure) dan perilaku pasar (market conduct), sementara kinerja pasar itu sendiri memiliki pengaruh terhadap struktur dan perilaku pasar. Efisiensi pengalokasian (allocative efficiency) merupakan suatu aspek dari kinerja pasar (market performance) yang menunjukkan pengalokasian yang optimum dari sumberdaya yang langka untuk memproduksi barang dan jasa yang sesuai dengan permintaan konsumen. Hal ini dicapai ketika tingkat harga pasar dan keuntungan konsisten dengan biaya sumberdaya riil untuk menyediakan produk tersebut. Lebih khusus, kesejahteraan konsumen optimum apabila harga dari setiap produk sama dengan biaya terendah dari sumberdaya dalam menyediakan produk tersebut, ditambah keuntungan normal yang diterima oleh perusahaan. Efisiensi produksi (productive efficiency) merupakan sebuah aspek dari kinerja pasar (market performance) yang menunjukkan efisiensi suatu pasar dalam memproduksi produk-produk pada biaya yang serendah mungkin dalam jangka panjang dengan menggunakan teknologi yang ada. Efisiensi produksi

24 tercapai apabila output diproduksi dalam pabrik dengan skala optimal dan terdapat suatu keseimbangan antara penawaran dan permintaan pasar jangka panjang. Efisiensi distribusi (distribution efficiency) merupakan suatu aspek dari kinerja pasar (market performance) yang menunjukkan efisiensi (efficiency) suatu pasar dalam mendistribusikan output dari pemasok ke konsumen. Biaya distribusi termasuk pengangkutan, pergudangan, biaya penanganan, bersama-sama dengan margin keuntungan dari distributor. Sebagai tambahan, pemasok menimbulkan biaya penjualan atau selling cost (periklanan atau advertising dan biaya-biaya lain dari pembedaan produk atau product differentiation) dalam mengusahakan dan mempertahankan secara terus menerus permintaan akan produk mereka. Efisiensi distribusi yang optimal diperoleh apabila biaya distribusi fisik minimum dan biaya penjualan dipertahankan pada tingkat yang paling rendah untuk mempertahankan total permintaan pasar secara terus menerus. Menurut Hadad, et. al (2003), efisiensi merupakan salah satu parameter kinerja yang secara teoritis merupakan salah satu kinerja yang mendasari seluruh kinerja sebuah organisasi. Kemampuan menghasilkan output yang maksimal dengan input yang ada merupakan ukuran kinerja yang diharapkan. Pada saat pengukuran efisiensi dilakukan, bank dihadapkan pada kondisi bagaimana mendapatkan tingkat output yang optimal dengan tingkat input yang ada, atau mendapatkan tingkat input yang minimum dengan tingkat output tertentu. Efisiensi dalam dunia perbankan adalah salah satu parameter kinerja yang cukup populer, banyak digunakan karena merupakan jawaban atas kesulitankesulitan dalam menghitung ukuran-ukuran kinerja. Sering kali, perhitungan tingkat keuntungan menunjukkan kinerja yang baik, tidak masuk dalam kriteria

25 sehat atau berprestasi dari sisi peraturan. Sebagaimana diketahui, industri perbankan adalah industri yang paling banyak diatur oleh peraturan-peraturan yang sekaligus menjadi ukuran kinerja dunia perbankan. Capital Adequacy Ratio (CAR), Reserve Requirement, Legal Lending Limit dan kredibilitas para pengelola bank adalah contoh peraturan-peraturan yang sekaligus menjadi kriteria kinerja di dunia perbankan. Sedangkan dengan menggunakan metode parametrik, ada dua pendekatan untuk menghitung efisiensi, yaitu Stochastic Frontier Approach (SFA) dan Distribution Free Approach (DFA). Menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam Febryani dan Zulfadin (2003), kinerja perusahaan dapat diukur dengan menganalisa dan mengevaluasi laporan keuangan. Dalam konteks perbankan, kinerja merupakan cerminan dari kemampuan sebuah bank dalam mengelola dan mengalokasikan dananya (Febryani dan Zulfadin, 2003). Ramli dalam Mirnawati (2007) menyatakan bahwa efisiensi perbankan berperan bagi kehidupan makro dan mikro bangsa Indonesia. Peranan efisiensi perbankan dari sisi makro yaitu melalui kegiatan utamanya dalam pasar finansial berupa mobilisasi dana dan penyaluran kredit. Lembaga perbankan tidak hanya dapat meningkatkan produktivitas dana tetapi juga dapat mendorong perkembangan sektor-sektor ekonomi lainnya. Bahkan penyaluran kredit konsumsi mempunyai dampak positif bagi dunia usaha karena ikut membantu peningkatan permintaan terhadap berbagai jenis produk dan jasa. Peranan efisiensi perbankan ditinjau dari sisi mikro menggambarkan kemampuan bank yang bersangkutan dalam mengelola input untuk menghasilkan output. Bank-bank yang tidak efisien bisa tersingkir dari pasar karena tidak mampu bersaing dengan

26 kompetitornya, baik dari segi harga (pricing) maupun kualitas produk dan pelayanan (Mirnawati, 2007). Menurut Farrel dalam Coelli et. al (1998), efisiensi teknis mencerminkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan output yang maksimum dengan jumlah input tertentu. Menurut Hassan (2003), sebuah perusahaan dikatakan lebih efisien secara teknis daripada perusahaan lainnya jika perusahaan tersebut menghasilkan output yang relatif lebih banyak dengan menggunakan input dalam jumlah yang sama. Inefisiensi teknis disebabkan oleh manajemen dan dapat dikendalikan dengan manajemen. Sumber inefisiensi teknis dapat berupa inefisiensi teknis murni (terkait dengan input) atau skala inefisiensi (terkait dengan output). Menurut Farrel dalam Yudistira (2003), skala efisiensi adalah hubungan antara biaya produksi rata-rata per unit dan volume bank. Jadi, suatu bank dikatakan memiliki skala ekonomi saat peningkatan outputnya diikuti dengan biaya produksi per unit yang lebih rendah Total Factor Productivity (TFP) Coelli et. al (1998) mendefinisikan produktivitas suatu perusahaan sebagai rasio output yang dihasilkan terhadap input yang digunakan. Total Factor Productivity (TFP) adalah ukuran produktivitas yang melibatkan semua faktor produksi. Indeks TFP mengukur perubahan total output yang dihasilkan relatif terhadap perubahan atas seluruh input yang digunakan.

27 Untuk membedakan istilah produktivitas dan efisiensi dapat diilustrasikan dengan proses produksi sederhana dimana satu input (x) digunakan untuk memproduksi satu output (y). Hal ini dapat dilihat pada Gambar 2 dan 3. Garis 0F pada Gambar 2 merupakan frontier produksi yang menggambarkan hubungan antara input dan output. Frontier produksi menunjukkan tingkat output maksimum yang dapat dicapai pada tiap tingkat input, dengan tingkat teknologi tertentu dalam suatu industri. Perusahaan-perusahaan dalam industri tersebut dapat beroperasi pada frontier jika perusahaan efisien secara teknis atau di bawah frontier jika perusahaan tidak efisien secara teknis. Titik A menunjukkan titik yang inefisien, sedangkan titik B dan C menunjukkan titik yang efisien. Perusahaan yang beroperasi di titik A merupakan perusahaan yang inefisien karena secara teknis perusahaan tersebut dapat meningkatkan output ke tingkat output yang sama dengan titik B tanpa membutuhkan input yang lebih besar. y C B A F 0 x Sumber : Coelli et. al (1998) Gambar 2 Frontier Produksi dan Efisiensi Teknis

28 Pada Gambar 3, untuk mengukur produktivitas masing-masing titik data digunakan garis bantu yang berasal dari titik 0 ke masing-masing titik data, yaitu garis a, b dan c. Kemiringan (slope) garis tersebut adalah y/x dan merupakan ukuran produktivitas. Jika perusahaan yang beroperasi di titik A bergerak ke titik B yang efisien secara teknis, kemiringan garis tersebut akan menjadi lebih besar. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat produktivitas lebih tinggi di titik B. Jika perusahaan bergerak ke titik C, garis tersebut merupakan garis singgung terhadap frontier produksi dan menunjukkan produktivitas maksimum yang mungkin dicapai. Pergerakan ke titik C adalah contoh pemanfaatan skala ekonomi. Titik C merupakan titik skala optimal (secara teknis). Operasi perusahaan di titik lainnya pada frontier produksi (selain titik C) akan menghasilkan tingkat produktivitas yang lebih rendah. Kesimpulan dari uraian tersebut adalah perusahaan yang sudah efisien secara teknis masih mungkin memperbaiki produktivitasnya dengan memanfaatkan skala ekonomi. y skala C a B b F c A 0 x Sumber : Coelli et. al (1998) Gambar 3 Produktivitas, Efisiensi Teknis dan Skala Ekonomi

29 Uraian tersebut tidak memasukkan komponen waktu. Jika perbandingan produktivitas dilakukan antar waktu yang berbeda, sumber perubahan produktivitas lainnya yang mungkin adalah perubahan teknis. Perubahan teknis melibatkan kemajuan teknologi yang ditunjukkan dengan pergeseran frontier produksi ke atas. Hal ini ditunjukkan pada Gambar 4 berupa pergeseran frontier produksi (pada periode 0) 0F 0 menjadi frontier produksi (pada periode 1) 0F 1. Pada periode 1, seluruh perusahaan secara teknis dapat memproduksi lebih banyak output pada tiap tingkat input, relatif terhadap output yang mungkin diproduksi pada periode 0. Jadi peningkatan produktivitas suatu perusahaan dari tahun satu ke tahun selanjutnya tidak hanya berasal dari perbaikan efisiensi, tetapi mungkin juga karena perubahan teknis atau pemanfaatan skala ekonomi atau kombinasi dari ketiga faktor ini. y F 1 F 0 0 x Sumber : Coelli et. al (1998) Gambar 4 Perubahan Teknis di Antara Dua Periode Waktu

30 Menurut Hassan (2003), perubahan produktivitas industri perbankan syariah dapat disebabkan oleh perubahan teknologi atau perubahan efisiensi teknis. Perubahan teknologi dapat dilakukan dengan pembukaan dan penetrasi pasar lain, sedangkan perubahan efisiensi teknis dapat dilakukan dengan usaha bank-bank yang inefisien untuk menyusul bank-bank yang efisien Perbankan Berdasarkan Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 Pasal 1 ayat 1, perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya Bank Menurut Pass dan Lowes (1997), bank merupakan suatu lembaga simpan-pinjam yang mempunyai izin dari pemerintah (di Inggris oleh Bank Sentral), yang bertindak sebagai tempat penyimpanan uang oleh masyarakat, perusahaan dan lembaga-lembaga yang dapat diambil kembali setiap saat berdasarkan permintaan (current accounts) atau setelah jatuh tempo yang ditetapkan sebelumnya (deposit accounts). Bank memberikan bermacam-macam pelayanan kepada nasabahnya (transaksi uang, saran-saran mengenai investasi dan lain sebagainya) dan memberikan pinjaman yang berasal dari deposito atau dengan menggunakan dana sendiri untuk membeli surat-surat berharga dalam rangka mencari keuntungan. Ada beberapa bentuk bank, beberapa di antaranya bank komersil (commercial bank), bank perdagangan (merchant banks), bank

31 tabungan (saving banks) dan bank investasi (investment banks). Akhir-akhir ini banyak lembaga-lembaga keuangan (building societies) telah pula menciptakan fasilitas-fasilitas perbankan dalam jangkauan yang terbatas. Menurut Dendawijaya (2001), bank adalah suatu badan usaha yang tugas utamanya sebagai lembaga perantara keuangan (financial intermediaries), yang menyalurkan dana dari pihak yang berkelebihan dana (idle fund atau surplus fund) kepada pihak yang membutuhkan dana atau kekurangan dana (deficit unit) pada waktu yang ditentukan. Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 Pasal 1 ayat 2 menyebutkan bahwa yang disebut dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Sedangkan Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 Pasal 1 ayat 3 menyebutkan bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran Bank Syariah Menurut Dendawijaya (2004), bank syariah adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah dalam kegiatannya dapat memberikan atau tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Landasan hukum bank syariah adalah Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan. Bank syariah mencakup Bank Umum Syariah (BUS), Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) dan Unit Usaha Syariah (UUS) dari bank umum

32 konvensional (Bank Indonesia, 2002). Bank Umum Syariah (BUS) adalah bank umum berdasarkan prinsip syariah. Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) adalah Bank Perkreditan Rakyat (BPR) yang beroperasi berdasarkan prinsip syariah. Sedangkan Unit Usaha Syariah (UUS) adalah unit kerja di kantor pusat bank umum konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor cabang syariah dan atau unit syariah, atau unit kerja di kantor cabang bank asing konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor cabang pembantu syariah dan atau unit syariah (Bank Indonesia, 2007). Berdasarkan Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 Pasal 1 ayat 13, prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah, antara lain pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah), pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (musyarakah), prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan (murabahah), atau pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan (ijarah), atau dengan adanya pilihan memindahkan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtina). 2.2 Penelitian-Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian yang berhubungan dengan efisiensi atau kinerja bank telah banyak dilakukan di Indonesia, seperti penelitian Febryani dan Zulfadin (2003) yang membandingkan kinerja bank devisa dan bank non devisa dengan didasarkan pada Return on Equity (ROE), Return on Assets (ROA) dan Loan to

33 Deposit Ratio (LDR), yang menunjukkan bahwa pada tahun 2000 tidak terdapat perbedaan kinerja antara bank devisa dan non devisa jika dilihat dari ROE, ROA dan LDR. Sedangkan pada tahun 2001 tidak ada perbedaan signifikan antara kinerja bank devisa dan bank non devisa jika dilihat dari variabel ROE dan ROA, perbedaan kinerja terlihat nyata jika dilihat dari variabel LDR. Lestari dan Sugiharto (2007) juga menganalisis perbedaan kinerja bank devisa dan bank non devisa setelah krisis ekonomi dilihat dari ROA dan ROE, dimana hasil penelitian menunjukkan bahwa pada tahun perbedaan kinerja antara bank devisa dan bank non devisa setelah krisis ekonomi tidak signifikan. Linda (2007) menganalisis kinerja bank persero, Bank Umum Swasta Nasional (BUSN) devisa dan BUSN non devisa dalam kaitannya dengan indikator kesehatan bank (ROA dan ROE) dengan periode penelitian sejak Januari 2001 hingga Desember 2006, yang secara deskriptif menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kinerja masing-masing kelompok bank dari segi rentabilitas. Pada awal periode penelitian, kelompok bank yang memiliki ROA dari posisi terbesar hingga terkecil adalah BUSN non devisa, bank persero dan BUSN devisa. Namun, sejak pertengahan hingga akhir periode penelitian, kelompok bank yang memiliki ROA dari yang terbesar hingga terkecil adalah BUSN devisa, bank persero dan BUSN non devisa. Sementara jika dilihat berdasarkan ROE, maka pada awal periode penelitian kelompok bank yang memiliki ROE dari posisi terbesar hingga terkecil adalah bank persero, BUSN non devisa dan BUSN devisa. Namun, sejak pertengahan hingga akhir periode penelitian, kelompok bank yang memiliki ROE dari yang terbesar hingga terkecil adalah BUSN devisa, bank persero dan BUSN

34 non devisa. Adanya perubahan posisi menunjukkan adanya perubahan kinerja dalam memperoleh profit dari masing-masing kelompok bank. Secara garis besar, perkembangan kinerja terbaik dari segi rentabilitas ditunjukkan oleh BUSN devisa, bahkan sampai mengungguli bank persero yang merupakan kompetitor terdekatnya. Di sisi lain, BUSN non devisa cenderung mengalami penurunan kinerja yang ditengarai akibat terbatasnya modal dan kalah bersaing dalam merebut pangsa pasar. Holis (2006) juga menganalisis tingkat efisiensi bank-bank di Indonesia dan membandingkan tingkat efisiensi antara kelompok bank, namun penelitian ini melihat dari segi modal inti yang dimiliki dan menggunakan pendekatan Distribution Free Approach (DFA) dan Lang-Welzel, yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang nyata antara tingkat efisiensi dengan ukuran modal inti yang dimiliki oleh masing-masing bank. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa jumlah modal inti yang lebih besar tidak selamanya membuat kinerja sebuah bank menjadi lebih baik jika dibandingkan dengan bank-bank lain yang lebih kecil. Penelitian mengenai kinerja intermediasi perbankan syariah juga pernah dilakukan oleh Mardiansyah (2004) dan Mishriyah (2005) yang sama-sama menganalisis perkembangan kinerja intermediasi perbankan setelah adanya fatwa MUI pada Januari 2004, yang menyatakan bunga bank itu riba dan diharamkan, dengan metode peramalan. Hasil penelitian Mardiansyah (2004), yang menggunakan ramalan DPK dan pembiayaan perbankan syariah dengan data DPK dan pembiayaan perbankan syariah dari Desember 2000 hingga Januari 2004, menunjukkan bahwa terdapat penurunan kinerja intermediasi perbankan syariah.

35 Besar Financing to Deposit Ratio (FDR) pada akhir tahun 2004 diperkirakan menjadi 85,35 persen atau ada kecenderungan penurunan tingkat FDR dari tahun sebelumnya yang berkisar pada tingkat 96,57 persen. Penurunan ini disebabkan terjadinya ketimpangan antara DPK yang dihimpun dengan pembiayaan yang diberikan dimana pertumbuhan DPK yang dihimpun jauh lebih besar daripada pembiayaan yang diberikan, artinya perbankan syariah akan mengalami kelebihan likuiditas yang lebih besar lagi pada akhir tahun Relatif tingginya pertumbuhan DPK dibanding pertumbuhan pembiayaan kemungkinan besar disebabkan adanya fatwa MUI. Pengaruh dikeluarkannya fatwa MUI tersebut akan terasa selama tahun 2004 dimana nasabah yang terpengaruh akan melimpahkan dananya dari bank konvensional ke bank syariah. Ketimpangan tersebut ditambah dengan kesulitan perbankan syariah dalam menyalurkan pembiayaan yang lebih besar lagi ke sektor riil. Namun besaran FDR yang masih di atas 85 persen menunjukkan bahwa peran intermediasi perbankan syariah masih cukup baik. Hasil penelitian Mishriyah (2005), yang menggunakan metode peramalan dengan teknis dekomposisi dan menggunakan data DPK dan pembiayaan perbankan syariah bulanan dari Desember 2000 hingga Januari 2005, menunjukkan bahwa ada penurunan terhadap kinerja intermediasi perbankan syariah dilihat dari peramalan tingkat FDR akhir tahun 2005 lebih besar daripada FDR tahun 2006, yaitu 89,9 persen pada tahun 2005 menjadi hanya 75,9 persen pada tahun Penelitian mengenai analisis efisiensi dengan pendekatan Data Envelopment Analysis (DEA) pernah dilakukan oleh Purnomo (2006) pada usaha tani padi sawah di provinsi Jawa Tengah dengan metode DEA model CCR

36 (Charnes, Cooper and Rhodes). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa penelitian pada masa tanam musim kemarau tahun 2003 yang berukuran 58 pengamatan dengan asumsi skala pengembalian tetap atau Constant Returns to Scale (CRS), petani yang efisien secara teknis dalam penggunaan input hanya sebesar 32,76 persen dan pada masa tanam musim hujan tahun 2004 dengan 39 pengamatan, petani yang efisien secara teknis dalam penggunaan input hanya sebesar 28,21 persen dan sisanya tidak efisien. Penelitian Hadad et. al (2003) yang menganalisis efisiensi industri perbankan Indonesia dengan metode non parametrik DEA, menunjukkan bahwa kelompok bank swasta nasional non devisa merupakan yang paling efisien selama tiga tahun ( ) dalam kurun analisis delapan tahun ( ) dibandingkan bank-bank lainnya. Sufian (2006) yang menganalisis kinerja sektor perbankan syariah Malaysia selama periode dengan metode non parametrik DEA, menemukan bahwa selama periode penelitian skala inefisiensi (scale inefficiency) mendominasi inefisiensi teknis murni (pure technical inefficiency) dalam sektor perbankan syariah Malaysia dan bank-bank asing menunjukkan tingkat efisiensi teknis yang lebih tinggi daripada bank-bank domestik bandingannya. Sedangkan hasil penelitian Yudistira (2003) yang menganalisis efisiensi 18 bank syariah yang berada di 12 negara dengan metode non parametrik DEA menunjukkan bahwa secara keseluruhan bank syariah hanya mengalami sedikit inefisiensi selama krisis global tahun Penelitian yang berkaitan dengan analisis efisiensi dengan metode non parametrik DEA serta analisis perubahan Total Factor Productivity (TFP) telah dilakukan oleh Hassan (2003) pada bank-bank syariah di tiga negara, yaitu

37 Pakistan, Iran dan Sudan, dan hasilnya menunjukkan bahwa rata-rata industri perbankan syariah relatif kurang efisien dibandingkan dengan bank konvensional bandingannya. Selain itu, telah terjadi peningkatan produktivitas yang menurun dalam industri perbankan syariah di ketiga negara ini, kecuali pada tahun dan Perubahan produktivitas yang terjadi pun disebabkan terutama oleh perubahan teknologi, bukan perubahan efisiensi teknis. Penelitian mengenai analisis efisiensi dengan metode non parametrik DEA serta analisis perubahan Total Factor Productivity (TFP) juga dilakukan oleh Yaumidin (2007) yang membandingkan tingkat efisiensi bank-bank syariah di kawasan Timur Tengah dan Asia Tenggara. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa secara keseluruhan bank-bank syariah di Asia Tenggara sedikit lebih efisien dibandingkan bank-bank syariah di Timur Tengah dan adanya penurunan efisiensi teknis selama periode penelitian, yaitu sejak 2000 hingga Penelitian-penelitian mengenai efisiensi industri perbankan syariah dengan metode non parametrik DEA yang sudah dilakukan umumnya membandingkan efisiensi perbankan syariah antar kawasan atau antar negara. Sedangkan penelitian mengenai kinerja/efisiensi industri perbankan di Indonesia umumnya menggunakan rasio-rasio yang mencerminkan tingkat kesehatan dan kinerja bank serta menganalisis industri perbankan nasional atau bank-bank konvensional. Oleh karena itu, dalam penelitian ini, akan dianalisis efisiensi industri perbankan syariah di Indonesia dengan menggunakan metode non parametrik DEA.

38 2.3 Kerangka Pemikiran Berdirinya bank-bank syariah baru di Indonesia, yang terjadi hampir di setiap tahun sejak dikeluarkannya Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan dan Undang- Undang No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, menyebabkan semakin banyaknya jumlah bank syariah. Hal ini menyebabkan semakin tingginya tingkat persaingan di antara bank syariah. Oleh karena itu, agar mampu menghadapi tingkat persaingan yang semakin tinggi, bank-bank syariah harus meningkatkan kinerjanya atau tingkat efisiensinya. Selain itu, efisiensi operasional perbankan syariah yang masih belum optimal merupakan salah satu hal yang harus diperhatikan dalam mendorong pertumbuhan industri perbankan syariah. Dalam penelitian ini, untuk menganalisis efisiensi industri perbankan syariah di Indonesia, digunakan pendekatan intermediasi dimana tenaga kerja dan kapital bank digunakan untuk mengubah Dana Pihak Ketiga (DPK) menjadi pembiayaan dan aktiva produktif lainnya. Menurut Dar dan Presley dalam Yudistira (2003) dan Yaumidin (2007), pendekatan intermediasi dianggap paling sesuai dengan prinsip-prinsip sistem keuangan syariah. Analisis efisiensi industri perbankan syariah dapat dilihat dari penggunaan input dan output yang dihasilkan dimana input yang digunakan adalah tenaga kerja, kapital dan total DPK, sedangkan output yang dihasilkan adalah total pembiayaan, aktiva produktif lainnya dan pendapatan operasional lainnya. Variabel-variabel penyusun input dan output ini yang mempengaruhi efisiensi industri perbankan syariah.

39 Berdirinya Bank-Bank Syariah Jumlah Bank Syariah Persaingan Industri Perbankan Syariah Efisiensi Industri Perbankan Syariah Tenaga Kerja Input Output Aktiva Produktif Lainnya Kapital Bank Syariah Pendapatan Operasional Lainnya Dana Pihak Ketiga Pembiayaan Masyarakat atau Nasabah Keterangan: : aliran atau siklus dalam pendekatan intermediasi : variabel penyusun : hubungan mempengaruhi Gambar 5 Bagan Kerangka Pemikiran

40 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berupa gabungan dari data runtun waktu (time series) dan data kerat silang (cross section), meliputi 17 bank syariah dari tahun 2004 hingga Data tersebut dihimpun dari neraca dan laporan laba rugi masing-masing bank syariah di Indonesia (meliputi Bank Umum Syariah (BUS) maupun Unit Usaha Syariah (UUS)) dari Laporan Keuangan Publikasi Bank yang terdapat di Bank Indonesia. Adapun bank-bank syariah lainnya yang tidak diikutsertakan dalam penelitian ini disebabkan keterbatasan data yang tersedia. 3.2 Spesifikasi Input dan Output Dalam penelitian ini digunakan pendekatan intermediasi yang memandang sebuah institusi finansial sebagai intermediator, dimana tenaga kerja dan kapital bank syariah digunakan untuk mengubah Dana Pihak Ketiga (DPK) menjadi pembiayaan dan aktiva produktif lainnya. Dalam penelitian ini aktiva tetap sebagai proksi dari kapital, sedangkan beban personalia sebagai proksi dari tenaga kerja. Pendapatan operasional lainnya penting untuk dimasukkan ke dalam penelitian disebabkan kreativitas perbankan syariah dalam menghindari bunga. Total aktiva produktif tidak akan cukup mewakili keseluruhan output industri perbankan syariah. Total pembiayaan bank-bank syariah merupakan data yang terdiri dari kebanyakan transaksi syariah (Yaumidin, 2007).

41 Pemilihan variabel dalam studi mengenai efisiensi secara signifikan mempengaruhi hasilnya. Dengan metode non parametrik, peningkatan jumlah variabel dapat mengurangi jumlah inefisiensi teknis observasi (Coelli et. al, 1998). Variabel-variabel yang dianalisis dalam penelitian ini terdiri dari tiga variabel input dan tiga variabel output. Variabel output terdiri dari total pembiayaan, pendapatan operasional lainnya dan aktiva produktif lainnya. Sedangkan variabel input terdiri dari beban personalia, aktiva tetap dan total DPK. Ringkasan statistik dari variabel-variabel di atas dapat dilihat pada Tabel 4, 5, 6 dan 7 di Lampiran. 3.3 Definisi Operasional Beberapa definisi operasional yang terkait dengan penelitian adalah sebagai berikut : 1. Total efisiensi teknis (technical efficiency) didefinisikan dalam bentuk peningkatan proporsi yang sama dalam output bahwa perusahaan dapat mencapainya dengan mengkonsumsi kuantitas yang sama dari inputinputnya jika dioperasikan dengan asumsi bentuk batasan produksi yang Constant Returns to Scale (CRS) (Hadad et. al, 2003). 2. Pengukuran efisiensi teknis murni (pure technical efficiency) terjadi pada peningkatan output yang dapat dicapai jika perusahaan menggunakan teknologi yang bersifat Variable Returns to Scale (VRS) (Hadad et. al, 2003). Dengan kata lain, efisiensi teknis murni adalah efisiensi teknis tanpa pengaruh skala efisiensi.

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan intermediasi memandang bahwa sebuah lembaga keuangan

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan intermediasi memandang bahwa sebuah lembaga keuangan BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Pada penelitian ini menggunakan metode Data Envelopment Analysis (DEA). Ruang lingkup pada penelitian ini ialah menganalisis pengaruh efisiensi kinerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan bunga baik tabungan, deposito, pinjaman, dll.

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan bunga baik tabungan, deposito, pinjaman, dll. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan dan perkembangan ekonomi global sangat mempengaruhi pertumbuhan perekonomian di Indonesia. Salah satunya perubahan perubahan pada nilai suatu mata uang Rupiah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. prinsip bagi hasil dan risiko (profit and loss sharing). Sebagai bagian dari sistem

BAB 1 PENDAHULUAN. proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. prinsip bagi hasil dan risiko (profit and loss sharing). Sebagai bagian dari sistem BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia perbankan merupakan salah satu institusi yang sangat berperan dalam bidang perekonomian suatu Negara, khususnya di bidang pembiayaan perekonomian. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan perbankan syariah di Indonesia diawali dengan berdirinya Bank Muamalat Indonesia (BMI) pada tanggal 1 November 1991 yang kemudian diikuti dengan keluarnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi perekonomian baik secara mikro maupun secara makro. Di

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi perekonomian baik secara mikro maupun secara makro. Di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lembaga perbankan merupakan lembaga keuangan terpenting dan sangat mempengaruhi perekonomian baik secara mikro maupun secara makro. Di Indonesia, bank mempunyai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi tidak lepas dari peranan sektor perbankan sebagai lembaga pembiayaan bagi sektor riil. Pembiayaan yang diberikan sektor perbankan kepada sektor riil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perantara keuangan (financial intermediaries), yang menyalurkan dana dari pihak

BAB I PENDAHULUAN. perantara keuangan (financial intermediaries), yang menyalurkan dana dari pihak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank adalah suatu badan usaha yang tugas utamanya sebagai lembaga perantara keuangan (financial intermediaries), yang menyalurkan dana dari pihak yang berkelebihan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. nilai-nilai normatif dan rambu-rambu Ilahi (Antonio, 2001).

BAB 1 PENDAHULUAN. nilai-nilai normatif dan rambu-rambu Ilahi (Antonio, 2001). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sistem ekonomi syariah atau biasa disebut dengan Ekonomi Islam, semakin popular bukan hanya di negara-negara Islam tapi bahkan juga di negaranegara barat. Banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sektor keuangan, terutama industri perbankan, berperan sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sektor keuangan, terutama industri perbankan, berperan sangat penting BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor keuangan, terutama industri perbankan, berperan sangat penting bagi aktivitas perekonomian. Bank adalah lembaga keuangan terpenting dan sangat mempengaruhi perekonomian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga keuangan terpenting dan sangat. bank bagi perkembangan dunia usaha juga dinilai cukup signifikan, dimana bank

I. PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga keuangan terpenting dan sangat. bank bagi perkembangan dunia usaha juga dinilai cukup signifikan, dimana bank I. PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Bank merupakan lembaga keuangan terpenting dan sangat mempengaruhi perekonomian baik secara mikro maupun secara makro. Peran bank bagi perkembangan dunia usaha juga dinilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konsumtif sehingga pertumbuhan ekonomi dapat terwujud.

BAB I PENDAHULUAN. konsumtif sehingga pertumbuhan ekonomi dapat terwujud. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemajuan suatu negara dapat dilihat dari kinerja dan tingkat perekonomian yang dihasilkan, dimana salah satu faktor yang mendorong pertumbuhan ekonomi suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada pihak yang kekurangan dana pada waktu yang ditentukan (Dendawijaya,

BAB I PENDAHULUAN. kepada pihak yang kekurangan dana pada waktu yang ditentukan (Dendawijaya, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank adalah suatu badan usaha yang tugas utamanya sebagai lembaga keuangan (financial intermediaries), yang menyalurkan dana dari pihak yang kelebihan dana kepada pihak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut, perbankan menghimpun dana dari masyarakat yang memiliki kelebihan dana

BAB I PENDAHULUAN. tersebut, perbankan menghimpun dana dari masyarakat yang memiliki kelebihan dana BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbankan berperan dalam mempermudah proses pengalihan dana dari pihak yang kelebihan dana pada pihak yang membutuhkan dana, untuk melakukan proses tersebut, perbankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan negara Indonesia ini. Sistem keuangan negara Indonesia sendiri terdiri

BAB I PENDAHULUAN. dengan negara Indonesia ini. Sistem keuangan negara Indonesia sendiri terdiri BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Salah Satu faktor penting dalam pembangunan suatu negara adalah adanya dukungan sistem keuangan yang sehat dan stabil, demikian pula dengan negara Indonesia ini. Sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menurut UU No.10 tahun 1998 : Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai peranan penting dalam perekonomian suatu Negara, yaitu sebagai lembaga intermediasi antara pihak yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. serangkaian deregulasi yang diterbitkan oleh Bank Indonesia (BI) telah membawa

I. PENDAHULUAN. serangkaian deregulasi yang diterbitkan oleh Bank Indonesia (BI) telah membawa I. PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Perbankan nasional sebagai salah satu media lalu lintas keuangan global, memegang peranan penting bagi stabilitas sistem keuangan nasional. Melalui serangkaian deregulasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN (pakjun 1983) dan paket kebijakan oktober 1988 (pakto 1988). Deregulasi

BAB I PENDAHULUAN (pakjun 1983) dan paket kebijakan oktober 1988 (pakto 1988). Deregulasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia perbankan di Indonesia sangat pesat setelah terjadi deregulasi di bidang keuangan, moneter dan perbankan pada paket kebijakan Juni 1983 (pakjun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut diatur dengan rinci landasan hukum serta jenis jenis usaha yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. tersebut diatur dengan rinci landasan hukum serta jenis jenis usaha yang dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan perbankan syariah pada era reformasi ditandai dengan disetujuinya Undang undang Nomor 10 tahun 1998. Dalam undang-undang tersebut diatur dengan rinci landasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank adalah suatu badan usaha yang tugas utamanya sebagai lembaga perantara keuangan (financial intermediaries) yang menyalurkan dana dari pihak yang berkelebihan dana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuangan. Bank dalam pasal 1 ayat (2) UU No. 10 tahun 1998 tentang perubahan UU

BAB I PENDAHULUAN. keuangan. Bank dalam pasal 1 ayat (2) UU No. 10 tahun 1998 tentang perubahan UU BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bank merupakan suatu lembaga keuangan yang mempunyai peranan yang sangat penting didalam perekonomian suatu Negara sebagai perantara lembaga keuangan. Bank dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perbankan syariah pada dasamya merupakan suatu industri keuangan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Perbankan syariah pada dasamya merupakan suatu industri keuangan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbankan syariah pada dasamya merupakan suatu industri keuangan yang memiliki sejumlah perbedaan mendasar dalam kegiatan utamanya dibandingkan dengan perbankan konvensional.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perbankan nasional. Bank Islam telah berkembang pesat pada dekade terakhir

BAB I PENDAHULUAN. perbankan nasional. Bank Islam telah berkembang pesat pada dekade terakhir BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan perekonomian suatu negara terutama Indonesia diharapkan akan lebih maju dengan keberadaan perbankan syariah sebagai bagian dari sistem perbankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai peranan

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai peranan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai peranan penting di dalam perekonomian suatu Negara yaitu sebagai lembaga perantara keuangan. Sistem

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian perbankan secara umum menurut Undang-Undang No.10 Tahun 1998

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian perbankan secara umum menurut Undang-Undang No.10 Tahun 1998 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Perbankan Syariah Pengertian perbankan secara umum menurut Undang-Undang No.10 Tahun 1998 adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank yang mencakup kelembagaan,

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sistem keuangan merupakan salah satu hal yang krusial dalam masyarakat

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sistem keuangan merupakan salah satu hal yang krusial dalam masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sistem keuangan merupakan salah satu hal yang krusial dalam masyarakat modern. Sistem pembayaran dan intermediasi hanya dapat terlaksana bila ada sistem keuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada kegiatan ekonomi baik di negara maju maupun negara berkembang. Negara

BAB I PENDAHULUAN. pada kegiatan ekonomi baik di negara maju maupun negara berkembang. Negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Tahun 2009 merupakan tahun terjadinya krisis global mulai berdampak pada kegiatan ekonomi baik di negara maju maupun negara berkembang. Negara maju pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga kepercayaan yang berfungsi sebagai lembaga

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga kepercayaan yang berfungsi sebagai lembaga 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bank merupakan lembaga kepercayaan yang berfungsi sebagai lembaga intermediasi, membantu kelancaran sistem pembayaran dan yang tidak kalah pentingnya adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan kelembagaan perbankan syariah di Indonesia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan kelembagaan perbankan syariah di Indonesia mengalami BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan kelembagaan perbankan syariah di Indonesia mengalami peningkatan sejak dikeluarkannya UU No.10 Tahun 1998 yang mengatur dual banking system dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan nasional suatu bangsa mencakup di dalamnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan nasional suatu bangsa mencakup di dalamnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional suatu bangsa mencakup di dalamnya pembangunan ekonomi. Dalam pembangunan ekonomi diperlukan peran serta lembaga keuangan untuk menbiayai, karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lain yang ditopang oleh bank tersebut. Fungsi bank sebagai perantara (financial

BAB I PENDAHULUAN. lain yang ditopang oleh bank tersebut. Fungsi bank sebagai perantara (financial BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada umumnya, sektor riil memperoleh bantuan pembiayaan dari lembaga keuangan bank untuk menunjang proses bisnisnya. Dana tersebut akan membantu berlangsungnya proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peranan bank dalam kegiatan perekonomian sangat fundamental, setiap

BAB I PENDAHULUAN. Peranan bank dalam kegiatan perekonomian sangat fundamental, setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Peranan bank dalam kegiatan perekonomian sangat fundamental, setiap aktivitas ekonomi memerlukan jasa perbankan untuk memudahkan transaksi keuangan. Di

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I P E N D A H U L U A N BAB I P E N D A H U L U A N 1.1. Latar Belakang Penelitian Sistem ekonomi berbasiskan syariah dalam beberapa tahun belakangan ini semakin populer, bukan hanya di negara-negara Islam tetapi juga negara-negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami peningkatan yang cukup pesat dan memberikan pengaruh yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. mengalami peningkatan yang cukup pesat dan memberikan pengaruh yang cukup BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan industri perbankan syariah di Indonesia saat ini sudah mengalami peningkatan yang cukup pesat dan memberikan pengaruh yang cukup besar dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Krisis keuangan pada semester kedua tahun 2008 yang bermula dari

BAB I PENDAHULUAN. Krisis keuangan pada semester kedua tahun 2008 yang bermula dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Krisis keuangan pada semester kedua tahun 2008 yang bermula dari Amerika Serikat kemudian merambat ke negara-negara lainnya termasuk Indonesia dan kemudian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak mulai dikembangkannya sistem perbankan syariah di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. Sejak mulai dikembangkannya sistem perbankan syariah di Indonesia, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejak mulai dikembangkannya sistem perbankan syariah di Indonesia, dalam kurun waktu 17 tahun total aset industri perbankan syariah telah meningkat sebesar 27

Lebih terperinci

BAB I PENDAHALUAN. Sistem ekonomi berbasiskan syariah dalam beberapa tahun belakangan

BAB I PENDAHALUAN. Sistem ekonomi berbasiskan syariah dalam beberapa tahun belakangan BAB I PENDAHALUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sistem ekonomi berbasiskan syariah dalam beberapa tahun belakangan ini semakin popular, bukan hanya di Negara-negara islam tetapi juga di Negaranegara barat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mana didasarkan pada Undang-undang Nomor 7 tahun 1992 sebagai landasan

BAB I PENDAHULUAN. mana didasarkan pada Undang-undang Nomor 7 tahun 1992 sebagai landasan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank merupakan lembaga keuangan atau perusahaan yang bergerak di bidang keuangan. Bank syariah pertama berdiri di Indonesia sekitar tahun 1992 di mana didasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fungsinya sebagai lembaga intermediasi, penyelenggara transaksi

BAB I PENDAHULUAN. fungsinya sebagai lembaga intermediasi, penyelenggara transaksi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perbankan memiliki peranan yang sangat strategis dalam menunjang berjalannya roda perekonomian dan pembangunan nasional mengingat fungsinya sebagai lembaga

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bank Umum Syariah telah muncul sejak tahun 1992 yang dipelopori oleh Bank

I. PENDAHULUAN. Bank Umum Syariah telah muncul sejak tahun 1992 yang dipelopori oleh Bank I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank Umum Syariah telah muncul sejak tahun 1992 yang dipelopori oleh Bank Muamalat Indonesia (BMI). Keberadaan BMI muncul pasca pemberlakuan UU No. 7 Tahun 1992 tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Bank merupakan lembaga keuangan yang mempunyai peranan penting

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Bank merupakan lembaga keuangan yang mempunyai peranan penting BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bank merupakan lembaga keuangan yang mempunyai peranan penting dalam menunjang keberhasilan perekonomian. Hal ini sesuai dengan tujuan dari perbankan Indonesia

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH NERACA PERDAGANGAN DAN CAPITAL INFLOW TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA OLEH PRIMA ANDRIANI H

ANALISIS PENGARUH NERACA PERDAGANGAN DAN CAPITAL INFLOW TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA OLEH PRIMA ANDRIANI H ANALISIS PENGARUH NERACA PERDAGANGAN DAN CAPITAL INFLOW TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA OLEH PRIMA ANDRIANI H14104090 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Saat ini, globalisasi ekonomi merupakan hal yang harus dihadapi oleh suatu negara apabila negara tersebut ingin memiliki keunggulan bersaing. Globalisasi ekonomi sudah dimulai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Serikat kemudian merambat ke negara-negara lainnya termasuk Indonesia dan

BAB I PENDAHULUAN. Serikat kemudian merambat ke negara-negara lainnya termasuk Indonesia dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Krisis keuangan pada semester kedua tahun 2008 yang bermula dari Amerika Serikat kemudian merambat ke negara-negara lainnya termasuk Indonesia dan kemudian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pertumbuhan dan perkembangan ekonomi di Indonesia umumnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pertumbuhan dan perkembangan ekonomi di Indonesia umumnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pertumbuhan dan perkembangan ekonomi di Indonesia umumnya tidak dapat dipisahkan dari aktivitas pelaku ekonomi yang melakukan kegiatannya melalui jasa perbankan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pembiayaan perekonomian suatu Negara membutuhkan suatu institusi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pembiayaan perekonomian suatu Negara membutuhkan suatu institusi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pembiayaan perekonomian suatu Negara membutuhkan suatu institusi yang dapat berperan dalam mendukung kegiatan perekonomian salah satunya adalah Dunia perbankan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Prinsip syariah adalah prinsip hukum Islam dalam kegiatan perbankan

BAB I PENDAHULUAN. Prinsip syariah adalah prinsip hukum Islam dalam kegiatan perbankan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penelitian Seiring dengan perkembangan tingkat perekonomian yang terjadi di Indonesia, peningkatan pertumbuhan pada sektor ekonomi perbankan juga terjadi. Saat ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan lahirnya UU No 7 Tahun1992 tentang perbankan nasional Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dengan lahirnya UU No 7 Tahun1992 tentang perbankan nasional Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gagasan tenang perbankan syariah di Indonesia secara formal sebenarnya telah di wacanakan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang membahas tentang perbankan pada tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terutama untuk membiayai investasi perusahaan. 1 Di Indonesia terdapat dua jenis

BAB I PENDAHULUAN. terutama untuk membiayai investasi perusahaan. 1 Di Indonesia terdapat dua jenis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, peran lembaga keuangan sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan perekonomian Indonesia. Menurut SK Menkeu RI No. 792 Tahun 1990, lembaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank merupakan salah satu urat nadi perekonomian suatu negara. Bank di dalam perekonomian sebagai lembaga perantara keuangan, yang dimana perbankan merupakan salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhinya, baik kebutuhan primer, sekunder maupun tersier. Ada kalanya

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhinya, baik kebutuhan primer, sekunder maupun tersier. Ada kalanya BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat memiliki kebutuhan-kebutuhan yang harus dipenuhinya, baik kebutuhan primer, sekunder maupun tersier. Ada kalanya masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu badan usaha atau institusi yang kekayaannya terutama dalam bentuk

BAB I PENDAHULUAN. suatu badan usaha atau institusi yang kekayaannya terutama dalam bentuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lembaga keuangan syariah (syariah financial institution) merupakan suatu badan usaha atau institusi yang kekayaannya terutama dalam bentuk aset-aset keuangan (financial

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bentuk investasi kredit kepada masyarakat yang membutuhkan dana. Dengan

I. PENDAHULUAN. bentuk investasi kredit kepada masyarakat yang membutuhkan dana. Dengan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Fungsi pokok bank sebagai lembaga intermediasi sangat membantu dalam siklus aliran dana dalam perekonomian suatu negara. Sektor perbankan berperan sebagai penghimpun dana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai peranan penting di dalam

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai peranan penting di dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai peranan penting di dalam perekonomian suatu negara sebagai lembaga perantara keuangan. Bank adalah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang merupakan data tahunan dari tahun 2006 sampai 2011. Sumber data berasal dari Bank

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan metode pendekatan syariah Islam yang dapat menjadi alternatif bagi masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. dengan metode pendekatan syariah Islam yang dapat menjadi alternatif bagi masyarakat, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak sepuluh tahun terakhir di Indonesia telah diperkenalkan suatu sistem perbankan dengan metode pendekatan syariah Islam yang dapat menjadi alternatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan perekonomian mencakup semua sektor, baik sektor industri. (manufaktur), jasa, dan perbankan. Perkembangan perekonomian ini

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan perekonomian mencakup semua sektor, baik sektor industri. (manufaktur), jasa, dan perbankan. Perkembangan perekonomian ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perekonomian dunia sekarang ini mengalami kemajuan yang luar biasa. Kemajuan perekonomian mencakup semua sektor, baik sektor industri (manufaktur), jasa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuangan yang terjadi di Amerika Serikat. Pada waktu itu bank- bank sentral

BAB I PENDAHULUAN. keuangan yang terjadi di Amerika Serikat. Pada waktu itu bank- bank sentral BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Agustus 2007 dapat dikatakan sebagai awal resmi dimulainya krisis keuangan yang terjadi di Amerika Serikat. Pada waktu itu bank- bank sentral harus turun tangan untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan jenis data sekunder

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan jenis data sekunder 29 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan jenis data sekunder yang diambil dari beberapa sumber, yaitu data Statistik Perbankan Syariah (SPS)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. pertama kali yang berdiri di Indonesia yaitu Bank Muamalat dapat membuktikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. pertama kali yang berdiri di Indonesia yaitu Bank Muamalat dapat membuktikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tahun 1997, Indonesia mengalami krisis moneter yang mampu merubah perekonomian menjadi sangat terpuruk. Hal ini berakibat kepada perusahaanperusahaan yang ada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia perbankan di Indonesia mempunyai peranan yang sangat vital dalam industri perekonomian dan perkembangan ekonomi, bahkan bisa dikatakan sebagai salah satu fondasi

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH PROMOSI BANK TERHADAP PENGHIMPUNAN TABUNGAN DAN DEPOSITO (Studi Kasus Sepuluh Bank Terbaik Berdasarkan Aset Tahun 2005)

ANALISIS PENGARUH PROMOSI BANK TERHADAP PENGHIMPUNAN TABUNGAN DAN DEPOSITO (Studi Kasus Sepuluh Bank Terbaik Berdasarkan Aset Tahun 2005) ANALISIS PENGARUH PROMOSI BANK TERHADAP PENGHIMPUNAN TABUNGAN DAN DEPOSITO (Studi Kasus Sepuluh Bank Terbaik Berdasarkan Aset Tahun 2005) OLEH LAMBOK SIRINGORINGO H14102102 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ekonomi syariah dalam beberapa tahun belakangan ini mengalami. perkembangan yang signifikan terutama di bidang perbankan.

BAB I PENDAHULUAN. Ekonomi syariah dalam beberapa tahun belakangan ini mengalami. perkembangan yang signifikan terutama di bidang perbankan. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Ekonomi syariah dalam beberapa tahun belakangan ini mengalami perkembangan yang signifikan terutama di bidang perbankan. Perkembangan perbankan syariah di indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimulainya industri perbankan syariah di Indonesia. Namun hal ini dapat

BAB I PENDAHULUAN. dimulainya industri perbankan syariah di Indonesia. Namun hal ini dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berdirinya Bank Muamalat Indonesia pada tahun 1992 menandakan dimulainya industri perbankan syariah di Indonesia. Namun hal ini dapat dikatakan cukup terlambat mengingat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian mengenai pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non. membutuhkan kajian teori sebagai berikut:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian mengenai pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non. membutuhkan kajian teori sebagai berikut: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori Penelitian mengenai pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan( NPL), Likuiditas dan Efisiensi Operasional Terhadap Profitabilitas Perusahaan Perbankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Industri perbankan telah berperan penting dalam membantu pertumbuhan ekonomi Indonesia, sebagaimana tercantum dalam undang undang nomor 7 tahun 1992

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bank adalah suatu badan usaha yang tugas utamanya sebagai lembaga

BAB I PENDAHULUAN. Bank adalah suatu badan usaha yang tugas utamanya sebagai lembaga BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bank adalah suatu badan usaha yang tugas utamanya sebagai lembaga perantara keuangan (financial intermediaries), yang menyalurkan dana dari pihak yang berkelebihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keseimbangan antara idealisme usaha dan nilai-nilai rohani inilah yang

BAB I PENDAHULUAN. Keseimbangan antara idealisme usaha dan nilai-nilai rohani inilah yang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Bank Syariah Mandiri hadir sebagai bank yang mengkombinasikan idealisme usaha dengan nilai-nilai rohani yang melandasi operasinya. Keseimbangan antara idealisme usaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bank syariah adalah bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah

BAB I PENDAHULUAN. Bank syariah adalah bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah 1.1.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bank syariah adalah bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah Islam. Sedangkan bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip Syariah Islam adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sangat pesat setelah adanya liberalisasi keuangan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sangat pesat setelah adanya liberalisasi keuangan dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lembaga keuangan khususnya perbankan di Indonesia telah menjadi tulang punggung perekonomian negara sebagai salah satu pelaku utama. Perbankan di Indonesia mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan dampak yang luas terhadap sendi- sendi perekonomin dunia

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan dampak yang luas terhadap sendi- sendi perekonomin dunia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Krisis ekonomi dan moneter yang melanda Indonesia mengakibatkan menurunnya nilai tukar rupiah yang sangat tajam terhadap dolar Amerika Serikat. Dari tingginya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang masih mengalami gejolak-gejolak

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang masih mengalami gejolak-gejolak 1 Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai salah satu negara berkembang masih mengalami gejolak-gejolak perekonomian yang mempengaruhi seluruh aspek masyarakat. Salah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Sudah banyak sekali penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai efisiensi dari DMU,

BAB III METODOLOGI. Sudah banyak sekali penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai efisiensi dari DMU, BAB III METODOLOGI III. 1 Metode Pengukuran Efisiensi Perbankan Sudah banyak sekali penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai efisiensi dari DMU, hal ini terbukti dari jumlah penelitian yang berjumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan tersebut semakin membaik pada akhir 2015 seiring dengan. semakin baik (Laporan Tahunan Perbankan, 2015).

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan tersebut semakin membaik pada akhir 2015 seiring dengan. semakin baik (Laporan Tahunan Perbankan, 2015). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi domestik pada tahun 2015 mengalami perlambatan, yaitu sebesar 4,79% dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar 5,02% (Berita Resmi Statistik No.16/02/Th.XIX,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perbankan, karena perbankan memegang peranan penting dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. perbankan, karena perbankan memegang peranan penting dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kegiatan pembangunan perekonomian tidak dapat lepas dari sektor perbankan, karena perbankan memegang peranan penting dalam pertumbuhan stabilitas ekonomi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (riba), serta larangan untuk berinvestasi pada usaha usaha berkategori terlarang

BAB I PENDAHULUAN. (riba), serta larangan untuk berinvestasi pada usaha usaha berkategori terlarang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Awal kelahiran sistem perbankan syariah di latar belakangi oleh pembentukan sistem berdasarkan adanya larangan dalam agama Islam untuk meminjamkan atau memungut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ulama Indonesia yang didukung oleh para pengusaha muslim dan cendekiawan

BAB I PENDAHULUAN. Ulama Indonesia yang didukung oleh para pengusaha muslim dan cendekiawan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konsep Bank Syariah mulai diperkenalkan pertama kali di Indonesia dengan didirikannya PT. Bank Muamalat Indonesia, TBK (BMI) pada tahun 1991 dan beroperasi setahun kemudian.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan kurangnya inisiatif perbankan. Perkembangan bank yang makin pesat

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan kurangnya inisiatif perbankan. Perkembangan bank yang makin pesat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perbankan Indonesia telah menjadi industri yang hampir seluruh aspek kegiatannya diatur oleh pemerintah dan Bank Indonesia. Regulasi tersebut menyebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga perantara keuangan ( financial. intermediaries) yang menyalurkan dana dari pihak kelebihan dana ( surplus

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga perantara keuangan ( financial. intermediaries) yang menyalurkan dana dari pihak kelebihan dana ( surplus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bank merupakan lembaga perantara keuangan ( financial intermediaries) yang menyalurkan dana dari pihak kelebihan dana ( surplus unit) kepada pihak yang membutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditawarkan, khususnya dalam pembiayaan, senantiasa menggunakan underlying

BAB I PENDAHULUAN. ditawarkan, khususnya dalam pembiayaan, senantiasa menggunakan underlying BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah memberikan perhatian yang serius dan bersungguh sungguh dalam mendorong perkembangan perbankan syariah. Semangat ini dilandasi

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LIKUIDASI BANK TAHUN 1997 OLEH WIRDA NABILA HI

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LIKUIDASI BANK TAHUN 1997 OLEH WIRDA NABILA HI ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LIKUIDASI BANK TAHUN 1997 OLEH WIRDA NABILA HI4102091 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 RINGKASAN WIRDA NABILA.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan bank syariah di Indonesia menunjukan arah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan bank syariah di Indonesia menunjukan arah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan bank syariah di Indonesia menunjukan arah peningkatan, menurut data dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), kini sudah ada 12 Bank Umum Syariah (BUS),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan sendiri maupun lembaga. Dengan kata lain, pembiayaan adalah

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan sendiri maupun lembaga. Dengan kata lain, pembiayaan adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembiayaan atau financing, yaitu pendanaan yang diberikan oleh suatu pihak kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian 9 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kebijakan kebijakan pemerintah dalam bidang perbankan antara lain adalah paket deregulasi Tahun 1983, paket kebijakan 27 Oktober 1988, paket kebijakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberlanjutan entitas bisnis dan untuk mengukur kemampuan bersaing dalam

BAB I PENDAHULUAN. keberlanjutan entitas bisnis dan untuk mengukur kemampuan bersaing dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perbankan syariah di Indonesia semakin berkembang seiring dengan berkembangnya pertumbuhan penduduk yang berpenduduk mayoritas beragama islam. Perbankan syariah menjadi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. ekonomi sebagai financial intermediary atau perantara pihak yang kelebihan dana

BAB 1 PENDAHULUAN. ekonomi sebagai financial intermediary atau perantara pihak yang kelebihan dana BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan masyarakat modern sekarang ini, perbankan sebagai lembaga keuangan memiliki peran besar dalam menggerakkan roda perekonomian suatu negara, bank telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN hingga tahun 2012 terlihat cukup mengesankan. Di tengah krisis keuangan

BAB I PENDAHULUAN hingga tahun 2012 terlihat cukup mengesankan. Di tengah krisis keuangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kinerja perekonomian Indonesia dalam lima tahun terakhir, antara tahun 2008 hingga tahun 2012 terlihat cukup mengesankan. Di tengah krisis keuangan di Eropa dan Amerika,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sejak adanya Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah

BAB I PENDAHULUAN. sejak adanya Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Eksistensi perbankan syariah di Indonesia saat ini semakin meningkat sejak adanya Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah yang memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagi hasil. Balas jasa atas modal diperhitungkan berdasarkan keuntungan atau

BAB I PENDAHULUAN. bagi hasil. Balas jasa atas modal diperhitungkan berdasarkan keuntungan atau 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Bank yang berfungsi sebagai lembaga intermediasi menempati posisi yang sangat vital pada era perekonomian modern saat ini. Lalu lintas perdagangan dalam skala domestik,

Lebih terperinci

ANALISIS INPUT-OUTPUT PERANAN INDUSTRI MINYAK GORENG DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA OLEH: NURLAELA WIJAYANTI H

ANALISIS INPUT-OUTPUT PERANAN INDUSTRI MINYAK GORENG DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA OLEH: NURLAELA WIJAYANTI H ANALISIS INPUT-OUTPUT PERANAN INDUSTRI MINYAK GORENG DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA OLEH: NURLAELA WIJAYANTI H14101038 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai peranan

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai peranan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai peranan penting di dalam perekonomian suatu negara. Bank didefinisikan oleh Undangundang Nomor 10

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasal 1 Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 (Merkusiwati, 2007:100)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasal 1 Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 (Merkusiwati, 2007:100) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perbankan memiliki peranan yang sangat strategis dalam menunjang berjalannya roda perekonomian dan pembangunan nasional mengingat fungsinya sebagai lembaga

Lebih terperinci

DAFTAR GAMBAR Bank Umum Syariah Berdasarkan Jumlah Aset dan DPK per Juni 2012

DAFTAR GAMBAR Bank Umum Syariah Berdasarkan Jumlah Aset dan DPK per Juni 2012 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR ISTILAH 1 PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 8 Tujuan Penelitian 9 Novelty dan Manfaat Penelitian 9 Ruang Lingkup Penelitian 9

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. intermediasi antara pihak yang kelebihan dana (surplus unit) yang menyimpan

BAB I PENDAHULUAN. intermediasi antara pihak yang kelebihan dana (surplus unit) yang menyimpan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bank sebagai salah satu lembaga keuangan memegang peranan yang sangat penting dalam perekonomian suatu Negara, yaitu sebagai lembaga intermediasi antara pihak yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Keberadaan lembaga perantara keuangan (financial intermediary institution)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Keberadaan lembaga perantara keuangan (financial intermediary institution) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Bank Keberadaan lembaga perantara keuangan (financial intermediary institution) sangat penting dalam suatu sistem perekonomian modern. Lembaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sistem keuangan dunia. perkembangan perekonomian dunia

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sistem keuangan dunia. perkembangan perekonomian dunia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peran perbankan telah menjadi bagian yang tidak bisa dipisahkan dari perkembangan sistem keuangan dunia. perkembangan perekonomian dunia dipengaruhi oleh perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat dan stabil. Sistem keuangan negara Indonesia sendiri terdiri dari tiga

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat dan stabil. Sistem keuangan negara Indonesia sendiri terdiri dari tiga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan dan perkembangan ekonomi suatu negara pada umumnya tidak dapat dipisahkan dari pertumbuhan dan perkembangan dari para pelaku ekonomi yang menjalankan kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting dalam menunjang kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting dalam menunjang kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Industri perbankan memegang peranan penting dalam menunjang kegiatan perekonomian. Begitu penting perannya sehingga ada anggapan bahwa bank merupakan "nyawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dengan pihak yang memiliki kekurangan dana. Dimana kegiatan. kepada masyarakat dalam bentuk pemberian kredit.

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dengan pihak yang memiliki kekurangan dana. Dimana kegiatan. kepada masyarakat dalam bentuk pemberian kredit. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Lembaga keuangan merupakan lembaga yang paling berpengaruh terhadap kelangsungan perekonomian suatu negara dan bank adalah salah satunya. Bank berperan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan badan usaha yang kegiatan usahanya yaitu. menghimpun dana dari pihak yang kelebihan dana (surplus) dalam bentuk

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan badan usaha yang kegiatan usahanya yaitu. menghimpun dana dari pihak yang kelebihan dana (surplus) dalam bentuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bank merupakan badan usaha yang kegiatan usahanya yaitu menghimpun dana dari pihak yang kelebihan dana (surplus) dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kembali dana tersebut

Lebih terperinci