IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARTOKOH DALAM FILM MARMUT MERAH JAMBU KARYA RADITYA DIKA SKRIPSI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARTOKOH DALAM FILM MARMUT MERAH JAMBU KARYA RADITYA DIKA SKRIPSI"

Transkripsi

1 IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARTOKOH DALAM FILM MARMUT MERAH JAMBU KARYA RADITYA DIKA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Oleh: Adven Desi Niatri PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2016

2 IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARTOKOH DALAM FILM MARMUT MERAH JAMBU KARYA RADITYA DIKA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Oleh: Adven Desi Niatri PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2016 i

3

4 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

5 MOTO Ketika kamu nyaris menyerah atas segala usaha dan perjuangan yang sudah kamu lakukan, pertimbangkan bagaimana usaha dan perjuangan orang tuamu untuk mengantarkanmu sampai di posisi saat ini. Kamu belum apa-apa dibandingkan mereka, lagipula Tuhan tidak pernah mati rasa sehingga mengabaikan setiap usaha umat-nya (Adven Desi Niatri) iv

6 HALAMAN PERSEMBAHAN Skripsi ini penulis persembahkan bagi: 1. Tuhan Yesus Kristus yang selalu menyertai, memberi kekuatan, perlindungan, dan segala sesuatu yang penulis butuhkan dalam kondisi apapun. 2. Kedua orang tua tersayang, Bapak Antonius Untung dan Ibu Yuliana Sutiem yang selalu memberi dukungan, kasih sayang, semangat, doa, dan perhatian dalam berbagai bentuk. Orang tua yang telah susah payah bertani untuk membiayai kuliah dan biaya hidup saya. 3. Kedua kakak saya, Daniel Eko M. dan Eni Dwi Susanti yang mengajarkan saya kedewasaan. 4. Adik keponakan saya Bima Erlangga Pratama dan Rafael Elko Seraf yang memotivasi saya untuk selalu semangat kuliah agar dapat membiayai sekolah mereka di masa mendatang. v

7

8

9 ABSTRAK Niatri, Adven Desi Implikatur Percakapan Antartokoh dalam Film Marmut Merah Jambu Karya Raditya Dika. Yogyakarta: PBSI, JPBS, FKIP, Sanata Dharma. Penelitian ini bertujuan menjawab dua persoalan, yaitu 1) Jenis-jenis implikatur percakapan apa saja yang terdapat pada percakapan antartokoh dalam film Marmut Merah Jambu karya Raditya Dika? dan 2) Fungsi implikatur percakapan apa saja yang terdapat pada percakapan antartokoh dalam film Marmut Merah Jambu karya Raditya Dika?. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa percakapan antartokoh dalam film Marmut Merah Jambu karya Raditya Dika. Jenis penelitian yang peneliti saat ini lakukan adalah penelitian deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan peneliti dengan teknik simak dan catat. Peneliti menggunakan teori implikatur sebagai acuan utama melakukan analisis penelitian. Hasil penelitian yang dilakukan peneliti adalah pertama, peneliti menemukan tiga jenis implikatur percakapan antartokoh dalam film Marmut Merah Jambu karya Raditya Dika. Implikatur percakapan tersebut, yaitu implikatur percakapan khusus (IPK), implikatur percakapan umum (IPU), dan implikatur percakapan berskala (IPB). Ketiga jenis implikatur percakapan tersebut masing-masing dibagi menjadi beberapa jenis sesuai ciri penanda dan wujud percakapannya. Kedua, fungsi implikatur percakapan antartokoh dalam film Marmut Merah Jambu karya Raditya Dika secara umum adalah menunjukkan realita kehidupan remaja (SMA) kepada penonton. Fungsi implikatur percakapan secara lebih spesifik, yaitu pertama membangun pencitraan setiap tokoh (pemeran) dan menciptakan kelucuan sebagai pendukung adegan. Kedua, penyalur pesan dari penulis sekaligus sutradara Raditya Dika kepada penonton berupa nasihat-nasihat dan peringatan baik terkait kehidupan sehari-hari (khususnya remaja). Ketiga, implikatur percakapan berfungsi memperhalus tuturan untuk menarik simpati dan/atau meredam amarah mitra tutur. viii

10 ABSTRACT Niatri, Adven Desi Implicature of Conversation Interfigure in Raditya Dika s Marmut Merah Jambu Movie. Yogyakarta: PBSI. JPBS. FKIP, Sanata Dharma. The research has purpose to answer two questions, they are 1) What are the types of implicature of conversation interfigure in Raditya Dika s Marmut Merah Jambu movie? 2) What are the functions of implicature of conversation interfigure in Raditya Dika s Marmut Merah Jambu movie? The data of the research was taken from conversation interfigure in Raditya Dika s Marmut Merah Jambu. The types of the research was description-qualitative research since the data were collected by using note and listen technique. The researcher used implicature theory as the main reference to analyze the research. The results of the research conducted by the researcher are: First, the researcher found three types of implicature of conversation interfigure Raditya Dika s Marmut Merah Jambu movie. They are specific implicature of conversation, general implicature of conversation, and scaled implicature of conversation. Each of these types was divided into several types based on the meaning of the utterances and specific characteristic of the implicature of conversation. The third kind of implicature conversation are each divided into several types according markers caracteristic and shape the conversation. Second, generally the function found in implicature of conversation interfigure in Raditya Dika s Marmut Merah Jambu movie shows the real life occured adolescents in senior high school (SMA). Specifically, the function found in conversation of implicature: First, the implicature of conversation created characters image (actor) and humor to support the scene. Second, the implicature of conversation used to convey the messages which are advice and appeal for the daily life, in particular the adolescents life. The third function of conversational implicature refine the spceech to draw sympathy and/or quell anger hearer. ix

11 KATA PENGANTAR Puji dan syukur saya panjatkan untuk Tuhan Yesus Kristus karena berkat kasih dan karunia-nya saya dapat menyelesaikan skripsi saya yang berjudul Implikatur Percakapan Antartokoh dalam Film Marmut Merah Jambu Karya Raditya Dika. Skripsi ini saya ajukan kepada Universitas Sanata Dharma, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Jurusan Pendidikan dan Seni, Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan. Sebagai tulisan ilmiah, penulis tidak dapat menyusun dan menyelesaikan tulisan ini tanpa bantuan dari banyak pihak. Maka penulis sangat mengucapkan terima kasih kepada: 1. Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma. 2. Dr. Yuliana Setiyaningsih, M.Pd. selaku Ketua Prodi PBSI yang membantu kelancaran penyelesaian skripsi saya. 3. Prof. Dr. Pranowo, M.Pd. selaku dosen pembimbing yang membantu dan mengarahkan saya dalam menyusun dan menyelesaikan karya ilmiah/skripsi saya ini. 4. Dr. Y. Karmin, M.Pd. yang berperan sebagai penyidik yang mengevaluasi serta melakukan pengecekan terhadap kredibilitas kajian objek dalam skripsi saya. 5. Robertus Marsidiq selaku staf sekretariat Program Studi PBSI yang turut membantu kelancaran penyelesaian penyusunan skripsi saya. 6. Kedua orang tua tersayang, Bapak Antonius Untung dan Ibu Yuliana Sutiem yang selalu memberi saya dukungan, kasih sayang, semangat, doa, dan perhatian dalam berbagai bentuk. Orang tua yang telah susah payah bertani untuk membiayai kuliah dan biaya hidup saya. 7. Kedua kakak saya, Daniel Eko M. dan Eni Dwi Susanti yang mengajarkan saya kedewasaan. x

12

13 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii LEMBAR PENGESAHAN... iii MOTO... iv HALAMAN PERSEMBAHAN... v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... vi PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS... vii ABSTRAK... viii ABSTRACT... ix KATA PENGANTAR... x DAFTAR ISI... xii BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Rumusan Masalah... 5 C. Tujuan Penelitian... 6 D. Manfaat Penelitian... 6 E. Batasan Istilah... 7 F. Sistematika Penyajian... 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulu yang Relevan B. Kajian Teori Pragmatik Implikatur Fungsi Implikatur Konteks Film Tokoh xii

14 C. Kerangka Berpikir BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian B. Sumber Data dan Penelitian C. Teknik Pengumpulan Data D. Instrumen Penelitian E. Teknik Analisis Data F. Triangulasi BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Sinopsis Film Marmut Merah Jambu Karya Raditya Dika B. Deskripsi Data C. Hasil Analisis Data Jenis-jenis Implikatur Percakapan Implikatur Percakapan Khusus (IPK) Implikatur Percakapan Umum (IPU) Implikatur Percakapan Berskala (IPB) Fungsi Implikatur Percakapan Fungsi Implikatur Percakapan Khusus (IPK) Fungsi Implikatur Percakapan Umum (IPU) Fungsi Implikatur Percakapan Berskala (IPB) D. Pembahasan Jenis-jenis Implikatur Percakapan Fungsi Implikatur Percakapan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA xiii

15 LAMPIRAN A. Tabel Analisis Implikatur Percakapan Antartokoh dalam Film Marmut Merah Jambu Karya Raditya Dika B. Tabel Jenis Implikatur Percakapan Antartokoh dalam Film Marmut Merah Jambu Karya Raditya Dika C. Tabel Transkip Percakapan Antartokoh dalam Film Marmut Merah Jambu Karya Raditya Dika BIODATA PENULIS xiv

16 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Manusia selalu membutuhkan manusia lainnya untuk saling bertahan hidup. Terjalin hubungan simbiosis mutualisme antarmanusia, artinya hubungan tersebut saling menguntungkan satu sama lain. Salah satu hubungan antarmanusia yang paling nyata dan tidak dapat dipungkiri keberadaanya adalah hubungan sosial. Hubungan sosial yang terjalin antarmanusia ditandai dalam bentuk interaksi satu sama lain. Interaksi antarmanusia dapat terjalin dengan baik karena adanya komunikasi yang saling dimengerti antara mereka. Salah satu alat yang digunakan dalam berkomunkasi adalah bahasa. Menurut Chaer (2011 : 1) bahasa sebagai suatu sistem berupa lambang bunyi, bersifat arbitrer, digunakan oleh suatu masyarakat tutur untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mendefinisikan diri. Oleh karena itu, bahasa tidak dapat dilepaskan dari kehidupan manusia. Pergantian zaman tidak pula mengubah fungsi bahasa sebagai alat komunikasi antara manusia dengan manusia lainnya. Mengingat pentingnya bahasa sebagai alat komunikasi, maka pembelajaran yang berkaitan dengan bahasa tidak pernah mencapai titik akhir. Bahasa sendiri dapat dipelajari dengan berbagai hal dan cara. Salah satu 1

17 2 cabang ilmu yang mempelajari tentang bahasa untuk berkomunikasi adalah pragmatik (Nadar, 2009: 2). Pragmatik termasuk ke dalam cabang ilmu linguistik yang masih baru. Kendati demikian, banyak hal-hal menarik berhubungan dengan bahasa yang dapat dipelajari melalui kajian pragmatik ini. Penggunaan bahasa sebagai alat komunikasi dapat dipelajari secara formal maupun informal. Secara formal penggunaan bahasa dapat dipelajari melalui dunia pendidikan. Secara informal salah satu cara yang dapat digunakan untuk mempelajari penggunaan bahasa adalah dengan memanfaatkan media audio visual. Melalui media audio visual penggunaan bahasa secara verbal maupun non verbal dapat dilihat secara langsung. Film termasuk salah satu media audio visual yang dapat digunakan untuk pembelajaran penggunaan bahasa. Film adalah lakon (cerita) gambar hidup (KBBI, 2008: 392). Gambar hidup tersebut merupakan salah satu bentuk hiburan yang di dalamnya menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi. Terdapat ragam tuturan langsung maupun tidak langsung dari para tokohnya. Tuturan tersebut disajikan dalam suatu adegan yang disertai gerakan-gerakan setiap lakonnya. Penggunaan film sebagai salah satu media audio-visual yang dianggap tepat untuk pembelajaran penggunaan bahasa didasari beberapa fakta. Fakta bahwa manusia merupakan makhluk sosial yang cenderung lebih mudah meniru dan terpengaruh akan hal yang dapat terdengar dan terlihat (audio visual). Fakta lain menunjukkan bahwa bahasa yang digunakan dalam suatu

18 3 tanyangan film dapat menyumbangkan/menciptakan bahasa baru. Bahasabahasa baru ini kemudian ditiru dan diteruskan antarmanusia sebagai bentuk tuturan dalam berkomunikasi. Namun, bahasa baru tersebut kebanyakan tidak sesuai dengan aturan kebahasaan yang benar. Misalkan penggunaan kata alay, kepo, dan kamseupai yang maknanya tidak terdapat dalam KBBI. Penggunaan kata-kata tersebut sudah lazim digunakan dalam komunikasi sehari-hari. Penutur dan mitra tutur yang terlibat dalam komunikasi acap kali menganggap kata alay mengandung makna melebih-lebihkan atau berlebihan, kepo mengandung makna terlalu ingin tahu sedangkan kamseupai mengandung makna umpatan terhadap orang yang dianggap kampungan. Pemaparan di atas menunjukkan bahwa film sedikit banyaknya membawa pengaruh terhadap penggunaan bahasa dalam berkomunikasi. Bahasa merupakan cermin kepribadian seseorang. Bahkan, bahasa merupakan cermin kepribadian bangsa. Artinya, melalui bahasa (yang digunakan) seseorang atau suatu bangsa dapat diketahui kepribadiannya. Kita akan sulit mengukur apakah sesorang memiliki kepribadian baik atau buruk jika mereka tidak mengungkapkan pikiran atau bahasanya melalui tindak bahasa (baik verbal maupun nonverbal) (Pranowo, 2009: 3). Hal tersebut menjadi salah satu pemicu ketertarikan peneliti untuk menjadikan film sebagai objek penelitiannya. Suatu film disajikan oleh seorang sutradara tentu di dalamnya terkandung sebuah pesan. Pesan tersebut tidak lantas ditunjukan secara gamblang kepada penonton, melainkan disajikan dalam bentuk makna tersirat melalui setiap

19 4 percakapan antartokoh di dalamnya. Makna tersirat tersebut bertujuan memberikan pesan-pesan positif atau amanat yang baik bagi setiap penontonnya. Faktanya, tidak semua orang dapat menangkap makna-makna tersirat yang dimaksudkan oleh orang lain. Demikian halnya di dalam berkomunikasi, terdapat makna-makna tersirat berupa ujaran yang tidak sesuai dengan makna kata yang diucapkan si penutur kepada mitra tutur. Hal inilah yang terkadang menimbulkan kesalahpahaman dalam berkomunikasi antarmanusia. Apa yang dimaksudkan si penutur berbeda dengan apa yang ditangkap oleh mitra tuturnya. Bentuk percakapan antartokoh yang mengandung makna tersirat berarti makna percakapan itu berada di luar struktur bahasanya. Pada kondisi seperti itulah peran ilmu pragmatik yaitu implikatur percakapan dipakai untuk membuka makna tersirat. Grice melalui Nababan (1987: 28) menegaskan bahwa konsep implikatur dipakai untuk menerangkan perbedaan yang sering terdapat antara apa yang diucapkan dengan apa yang diimplikasi. Selain itu, pendapat lain datang dari Levinson (Nadar, 2009: 61) yang menyebut implikatur sebagai salah satu gagasan atau pemikiran terpenting dalam pragmatik (one of the single most important ideas in pragmatics). Berdasarkan pemamaparan tersebut, tidak salah jika analisis implikatur dapat digunakan untuk mengetahui makna-makna tersirat yang terkandung dalam suatu film. Peneliti memutuskan memilih film Marmut Merah Jambu Karya Raditya Dika sebagai objek penelitiannya. Film ini merupakan salah satu film dengan genre komedi yang dirasa ringan untuk ditonton khalayak pada umumnya.

20 5 Film ini menyajikan kisah berdasarkan realitas sosial yang sering dialami anak muda. Kendati demikian, film ini tidak menyajikan ekspose seksual seperti kebanyakan film anak muda saat ini. Terdapat percakapan-percakapan antartokohnya yang mengandung makna tersirat sehingga mampu mengundang gelak tawa penontonya. Penonton dapat terhibur dan tertawa bukan karena adegan fulgar atau adanya ekspose seksual melainkan sungguh karena penggunaan bahasa dalam percakapan antartokohnya. Selain itu, Film Marmut Merah Jambu karya Raditya Dika diperankan sendiri oleh Raditya Dika (sebagai pemeran utama) yang sekaligus merupakan sutradara dan penulis naskah film ini. Hal ini tentu menambah kematangan penyampaian maksud/makna tersirat yang hendak disampaikan Raditya Dika kepada penonton melalui filmnya. Oleh karena itu, peneliti menjadikan film ini sebagai objek penelitiannya dengan menggunakan kajian pragmatik khususnya terkait implikatur percakapan. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan di atas, rumusan masalah penelitiannya adalah sebagai berikut: 1. Jenis-jenis implikatur percakapan apa saja yang terdapat pada percakapan antartokoh dalam film Marmut Merah Jambu karya Raditya Dika? 2. Fungsi implikatur percakapan apa saja yang terdapat pada percakapan antartokoh dalam film Marmut Merah Jambu karya Raditya Dika?

21 6 C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan latar belakang dan rumusan masalah di atas, tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mendeskripsikan jenis-jenis implikatur percakapan antartokoh dalam film Marmut Merah Jambu karya Raditya Dika. 2. Mendeskripsikan fungsi implikatur percakapan antartokoh dalam film Marmut Merah Jambu karya Raditya Dika. D. Manfaat Penelitian Penelitian mengenai analisis implikatur (makna tersirat) pada percakapan antartokoh dalam film Marmut Merah Jambu karya Raditya Dika ini diharapkan dapat memberikan banyak manfaat, antara lain: 1. Menambah koleksi penelitian yang berkaitan dengan kajian pragmatik, khususnya tentang implikatur percakapan antartokoh dalam suatu film. 2. Memberikan sumbangan pengetahuan mengenai pragmatik dan implikatur melalui teori-teori yang digunakan. 3. Memberikan sumbangan pengetahuan tentang jenis implikatur percakapan dan fungsinya. 4. Menjadi referensi dan pertimbangan bagi peneliti selanjutnya agar hasil penelitiannya lebih sempurna dan berkembang. 5. Menambah wawasan pembaca untuk lebih mudah menangkap makna atau pesan tersirat yang hendak disampaikan dalam suatu film.

22 7 E. Batasan Istilah 1. Pragmatik Pragmatik merupakan cabang ilmu linguistik yang mempelajari bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi dalam situasi tertentu (Nadar, 2009: 2). 2. Implikatur Implikatur berarti sesuatu yang diimplikasikan. Menurut Mey (dalam Nadar, 2009: 60) implikatur implicature berasal dari kata kerja to imply sedangkan kata bendanya adalah implication. Kata kerja ini berasal dari bahasa Latin plicare yang berarti to fold melipat, sehingga untuk mengerti apa yang dilipat atau yang disimpan tersebut haruslah dilakukan dengan cara membukanya. Dalam rangka memahami apa yang dimaksudkan oleh seorang penutur, lawan tutur harus selalu melakukan interpretasi pada tuturan-tuturannya. 3. Fungsi Implikatur Implikatur memberikan penjelasan eksplisit tentang cara bagaimana dapat mengimplikasikan lebih banyak dari apa yang dituturkan provides some explicit account of how it is possible to mean more than what is actually said (Nadar, 2009: 61). 4. Konteks Istilah konteks didefinisikan oleh Mey (dalam Nadar, 2009: 3-4) sebagai the surroundings, in the widest sense, that enable the participants in the communication process to interact, and that make the linguistic

23 8 expressions of the their interaction intelligible ( situasi lingkungan dalam arti luas yang memungkinkan peserta pertuturan untuk dapat berinteraksi, dan yang membuat ujaran mereka dapat dipahami ). 5. Film Film adalah lakon (cerita) gambar hidup (KBBI, 2008: 392). Film merupakan gambar hidup yang sering juga disebut movie. Film secara kolektif sering disebut sinema. Gambar hidup adalah bentuk seni, bentuk popular dari hiburan, dan juga bisnis. Film adalah teks yang memuat serangkaian citra fotografi yang mengakibatkan adanya ilusi gerak dan tindakan dalam kehidupan nyata (Danesi, 2010: 134). 6. Tokoh Tokoh adalah pelaku dalam cerita (Nurgiyanto, 2005: 165). F. Sistematika Penyajian Penulisan penelitian ini terdiri dari lima bagian utama, yaitu: Bab I Pendahuluan, Bab II Landasan Teori, Bab III Metodologi Penelitian, Bab IV Pembahasan, dan Bab V Penutup. Bab I Pendahuluan Bab pendahuluan terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan istilah, dan sistematika penyajian. Bab II Landasan Teori Landasan teori terdiri dari penelitian-penelitia yang relevan dan kajian teori. Bab ini akan memuat teori-teori yang digunakan dalam penelitian.

24 9 Bab III Metodologi Penelitian Metodologi penelitian terdiri dari jenis penelitian, sumber data dan data penelitian, instrumen penelitian, teknik pengumpulkan data, teknik analisis data dan triangulasi. Bab IV Pembahasan Pembahasan berisi hasil penelitian yang dibahas dengan analisis. Bab V Penutup terdiri dari kesimpulan dan saran. Kesimpulan diperoleh dari hasil pembahasan terhadap analisis data. Kesimpulan inilah yang akan menjadi hasil penelitian ini, sedangkan saran diperlukan untuk para peneliti lain yang ingin meneliti dengan topik yang masih erat kaitannya dengan implikatur.

25 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulu yang Relevan Peneliti menemukan tiga penelitian lain yang relevan dengan penelitian yang dilakukan saat ini. Pertama adalah penelitian yang dilakukan oleh Mikael Jati Kurniawan (2013) dari Universitas Sanata Dharma dengan judul Implikatur Dalam Iklan Operator Selular Berbahasa Indonesia Pada Media Televisi. Kedua adalah penelitian yang dilakukan oleh Maria Evi Marianti (2015) dari Universitas Sanata Dharma dengan judul Implikatur Percakapan Orang Tua Dengan Anak Pada Peristiwa Makan Malam Bersama Dalam Keluarga Pendidik Di Yogyakarta. Ketiga adalah penelitian yang dilakukan oleh Hery Susanto Andreas (2010) dari Universitas Sanata Dharma dengan judul Implikatur Percakapan Antartokoh Dalam Novel Projo & Brojo Karya Arswendo Atmowiloto. Penelitian pertama yang dilakukan oleh Mikael Jati Kurniawan (2013) termasuk penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian tersebut dilakukan dengan mengumpulkan data yang dihasilkan dari penyimakan pada media televisi. Hasil dari penelitian tersebut adalah 1) terdapat tiga jenis implikatur yang terdapat dalam iklan operator selular berbahasa Indonesia pada media televisi, yaitu implikatur percakapan umum, implikatur percakapan khusus, dan implikatur percakapan berskala; 2) fungsi implikatur percakapan yang terdapat 10

26 11 dalam iklan operator selular berbahasa Indonesia pada media televisi adalah untuk mengajak dan menyuruh para pemirsa televisi supaya membeli dan mengkonsumsi produk operator selular. Fungsi implikatur dalam penelitian ini terdapat pada bentuk kalimat yang memiliki nilai deklaratif, nilai interogatif, dan nilai imperatif. Penelitian kedua yang dilakukan oleh Maria Evi Marianti (2015) merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Data dalam penelitian ini diperoleh dari dialog percakapan antara orang tua kepada anak pada peristiwa makan malam bersama dalam keluarga pendidik di Yogyakarta. Hasil penelitian yang diperoleh, yaitu 1) terdapat tiga jenis implikatur dalam percakapan antara orang tua kepada anak pada peristiwa makan malam bersama dalam keluarga pendidik di Yogyakarta, yaitu implikatur percakapan umum, implikatur percakapan khusus, dan implikatur percakapan berskala; 2) fungsi implikatur yang diperoleh yaitu representatif, misalnya pemberian pernyataan, saran, pelaporan, pengeluhan, dan sebagainya; direktif, misalnya menyuruh, meminta, menasihati; dan ekspresif, misalnya meminta maaf, berterima kasih, member ucapan selamat, memuji, dan mengkritik. Penelitian ketiga yang dilakukan oleh Hery Susanto Andreas (2010) merupakan penelitian kepustakaan dengan metode kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan teknik baca-catat. Hasil penelitian yang diperoleh, yaitu 1) ditemukan tiga jenis implikatur percakapan yaitu implikatur percakapan umum, implikatur percakapan khusus, dan implikatur percakapan berskala, ketiganya mengandung nilai komunikatif deklaratif,

27 12 interogatif, dan imperatif; 2) fungsi implikatur yang terdapat dalam novel Projo & Brojo secara umum untuk menghaluskan proposisi sebagai penyampai pesan tak langsung dari pengarang kepada pembaca melalui dialog antartokoh. Selain itu, fungsi implikatur juga sebagai pembangun cerita. Ketiga penelitian di atas termasuk ke dalam ranah pragmatik, yakni implikatur. Sudut pandang implikatur yang digunakan dalam penelitianpenelitian tersebut beraneka ragam. Terdapat persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang peneliti lakukan sekarang. Persamaan terletak pada penggunaan pendekatan pragmatik khususnya teori implikatur dalam mengkaji objek penelitian. Sedangkan perbedaannya terletak pada objek yang diteliti. Peneliti mengambil fokus penelitian pada implikatur percakapan antartokoh dalam film Marmut Merah Jambu Karya Raditya Dika yang belum pernah diteliti sebelumnya. B. Kajian Teori 1. Pragmatik Ilmu bahasa pragmatik sebagai salah satu cabang linguistik, sesungguhnya baru mulai mencuat dan kemudian berkembang hingga benar-benar menjadi berkumandang dalam percaturan linguistik Amerika Serikat sejak tahun 1970 an. Pada tahun 1970 an, para linguistik yang bercorak pemikiran transformasi-generatif seperti misalnya Ross dan Lakoff, menyatakan bahwa kajian ikhwal sintaksis sama sekali tidak dapat dipisahkan dari konteks situasi pertuturannya. Penelanjangan atau

28 13 pemisahan terhadap konteks situasi pertuturan di dalam proses analisis sintaksis khususnya, dan di dalam keseluruhan korpus linguistik pada umumnya, tidak akan mampu membuahkan hasil yang betul-betul baik dan berkualifikasi signifikan sebagai hasil temuan riset linguistik. Maka sejak saat itu, lahirlah sosok baru di dalam linguistik yang kemudian disebut dengan ilmu bahasa pragmatik (pragmatics), khususnya untuk linguistik yang berkembang di belahan bumi Amerika Tengah (Rahardi, 2003: 3-5). Verhaar (dalam Rahardi, 2003: 9-10) mengatakan bahwa pragmatik sebagai cabang dari linguistik yang mempelajari dan mendalami apa saja yang termasuk di dalam struktur bahasa sebagai alat komunikasi dan interaksi antara si penutur dengan sang mitra tutur, serta sebagai pengacuan tanda-tanda bahasa yang sifatnya ekstralinguistik atau luar bahasa. David R. dan Dowty (dalam Rahardi, 2003: 13), secara sangat singkat menjelaskan bahwa sesungguhnya ilmu bahasa pragmatik adalah telaah terhadap pertuturan langsung maupun tidak langsung, presuposisi, implikatur, entailment, dan percakapan atau kegiatan konversasional antara penutur dan mitra tutur. Yule (2006: 4) menyatakan bahwa pragmatik adalah studi tentang bagaimana agar lebih banyak yang disampaikan daripada yang dituturkan. Sedangkan, Nandar dalam bukunya Pragmatik & Penelitian Pragmatik menyatakan bahwa pragmatik merupakan cabang ilmu linguistik yang

29 14 mempelajari bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi dalam situasi tertentu (Nadar, 2009: 2). Sejumlah definisi juga diajukan oleh Levinson (dalam Nadar, 2009: 53-54) mengenai pragmatik, yaitu Pragmatics is the study of deixis (at least in part), implicature, presupposition, speech act and aspects of discourse structure ( pragmatik adalah kajian mengenai deiksis (setidak-tidaknya sebagian dari deiksis), implikatur, presuposisi, tidak tutur dan aspek-aspek struktur wacana ). Ragam pemahaman dan pengertian mengenai pragmatik muncul dari banyak ahli bahasa. Berdasarkan pengertian-pengertian seperti yang sudah dipaparkan di atas, maka peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa pragmatik merupakan cabang ilmu linguistik yang secara fokus mempelajari dan mengkaji suatu tuturan antara si penutur dengan mitra tutur untuk berkomunikasi yang dipengaruhi oleh konteks percakapannya sehingga tidak menimbulkan kesalahpahaman. 2. Implikatur Setelah memahami berbagai uraian mengenai pengertian pragmatik, selanjutnya kita akan memasuki pembahasan terkait dengan implikatur. Sebagaimana diketahui bahwa implikatur merupakan salah satu bagian dari kajian pragmatik selain deiksis, presuposisi, praanggapan, tidak tutur dan aspek-aspek struktur wacana. Peneliti dalam penelitannya kali ini berfokus pada penelitian menggunakan analisis implikatur untuk mengetahui makna tersirat percakapan antartokoh dalam film Marmut

30 15 Merah Jambu karya Raditya Dika. Agar pembahasan tidak menyimpang dan melebar ke hal-hal lain, maka peneliti berfokus pada implikatur khususnya implikatur percakapan. Implikatur berarti sesuatu yang diimplikasikan. Menurut Mey (dalam Nadar, 2009: 60) implikatur implicature berasal dari kata kerja to imply sedangkan kata bendanya adalah implication. Kata kerja ini berasal dari bahasa Latin plicare yang berarti to fold melipat, sehingga untuk mengerti apa yang dilipat atau yang disimpan tersebut haruslah dilakukan dengan cara membukanya. Dalam rangka memahami apa yang dimaksudkan oleh seorang penutur, lawan tutur harus selalu melakukan interpretasi pada tuturan-tuturannya. Dijelaskan oleh Yule (2006) dalam bukunya Pragmatik bahwa bicara mengenai implikatur, ternyata implikatur sangat erat kaitannya dengan prinsip kerja sama. Bentuk kerja sama yang dimaksudkan dalam hal ini ialah kerja sama yang sederhana di mana orang-orang yang sedang berbicara umumnya tidak diasumsikan untuk berusaha membingungkan, mempermainkan, atau menyembunyikan informasi yang relevan satu sama lain. Dalam banyak peristiwa, jenis kerja sama ini hanya merupakan titik awal untuk menjelaskan apa yang dikatakan. Pada saat makan siang bersama, seorang wanita bertanya kepada wanita lain sejauh mana ia menyukai hamburger yang sedang ia makan, dan menerima jawaban dalam (1); (1) A hamburger is a hamburger. (hamburger ya hamburger)

31 16 Dari perspektif logika murni, jawaban dalam (1) tampak tidak memiliki nilai komunikatif karena menyatakan sesuatu yang sangat jelas. Jika ungkapan-ungkapan itu digunakan dalam percakapan, dengan jelas penutur bermaksud untuk menyampaikan informasi yang lebih banyak dari pada yang dikatakan. Jika seorang pendengar mendengar ungkapan dalam (1), pertama-tama dia harus berasumsi bahwa penutur sedang melaksanakan kerja sama dan bermaksud untuk menyampaikan informasi. Informasi itu tentunya (memiliki makna) lebih banyak dari pada sekedar kata-kata itu. Makna ini merupakan makna tambahan yang disampaikan, yang disebut dengan implikatur. Istilah implikatur berantonim dengan eksplikatur. Menurut Grice (dalam Abdul Rani, dkk, 2006: 177) implikatur adalah makna tidak langsung atau makna tersirat yang ditimbulkan oleh apa yang terkatakan (eksplikatur). Menggunakan implikatur dalam percakapan berarti menyatakan sesuatu secara tidak langsung. Grice (dalam Abdul Rani, dkk., 2006: 171) juga menjelaskan bahwa implikatur terdiri dari dua macam, yaitu implikatur konvensional (convensional implicature) dan implikatur percakapan (conversation implicature). a. Implikasi Konvensional Menurut Grice (dalam Abdul Rani, dkk., 2006: 171) implikatur konvensional yaitu implikatur yang ditentukan oleh arti konvensional kata-kata yang dipakai. Lain lagi menurut Yule (2006: 78), ia

32 17 menyatakan bahwa implikatur konvensional kebalikan dari implikatur percakapan yaitu implikatur konvensional tidak harus terjadi dalam percakapan, dan tidak tergantung pada konteks khusus untuk menginterpretasikannya. Seperti halnya presupposisi leksikal, implikatur konvensional diasosiasikan dengan kata-kata itu digunakan. Kata penghubung tetapi dalam bahasa Inggris adalah salah satu dari kata-kata ini. Perhatikan contoh berikut. 1) Cicik menyarankan baju warna merah muda, tetapi saya memilih warna hitam. Implikatur konvensional tetapi seperti pada contoh di atas menunjukkan bahwa situasi pada waktu itu diharapkan berbeda, atau mungkin sebaliknya di waktu yang akan datang. Implikatur konvensional tidak sangat tergantung pada konteks khusus untuk menginterpretasikan makna tuturan. b. Implikasi Percakapan Rahardi (2003: 85) menyatakan bahwa di dalam sebuah pertuturan yang sesungguhnya, si penutur dan sang mitra tutur dapat secara lancar berkomunikasi karena mereka berdua memiliki semacam kesamaan latar belakang pengetahuan tentang sesuatu yang dipertuturkan itu. Juga, diantara penutur dan sang mitra tutur terdapat semacam kontrak percakapan yang tidak tertulis, bahwa apa yang sedang dipertuturkan itu sudah saling dimengerti dan saling dipahami. Grice (975) dalam artikelnya yang berjudul Logic and Conversation menyatakan bahwa sebuah tuturan dapat mengimplikasikan proposisi yang bukan bagian

33 18 dari tuturan tersebut. Proposisi yang diimplikasikan semacam itu disebut implikatur percakapan. Perhatikan contoh berikut. 1) Bapak datang, jangan menangis! Contoh di atas tidak semata-mata dimaksudkan untuk memberitahukan bahwa sang ayah sudah datang dari bepergian. Penutur bermaksud memperingatkan mitra tutur, bahwa sang ayah yang biasanya bersikap keras dan berperilaku kejam itu akan melakukan sesuatu terhadapnya apabila ia masih saja menangis ketika dia datang nantinya. Dengan perkataan lain, tuturan itu mengimplikasikan bahwa sang ayah adalah orang yang keras dan kejam, dan sering marah-marah serta emosi besar kepada anaknya yang menangis. Di dalam implikatur, hubungan antara tuturan yang sesungguhnya dengan maksud tertentu yang tidak dituturkan bersifat tidak mutlak (unnecessary consequence). Jadi, dalam sosok implikatur, hubungan proposisi dengan tuturan-tuturan yang mengimplikasikannya itu tidak bersifat mutlak harus ada. Dengan tidak adanya hubungan maknawi yang secara nyata dan bersifat mutlak antara sebuah tuturan dengan sesuatu yang diimplikasikannya itu, maka sangat dimungkinkan bahwa sebuah tuturan akan memiliki implikatur makna yang bermacam-macam dan bisa tidak terbatas jumlahnya. Maka peran konteks sangat penting untuk membatasi implikatur makna pada suatu tuturan. Grice (dalam Abdul Rani, dkk., 2006: 171) menyatakan bahwa implikatur percakapan mengutip prinsip kerja sama atau kesepakatan

34 19 bersama, yakni kesepakatan bahwa hal yang dibicarakan oleh partisipan harus saling berkait. Yule (2006: 78) menyatakan bahwa implikatur percakapan didasarkan pada prinsip kerja sama atau maksim-maksim. Menurut Grice (dalam Cummings, 2007: 14) kerja sama merupakan prinsip yang mengatur rasionalitas pada umumnya dan rasionalitas pada khususnya. Berikut ini merupakan maksimmaksim Grice yang dijabarkan dalam buku Pragmatik (Yule, 2006: 63-64): 1) Maksim kuantitas a) Buatlah informasi yang informatif seperti yang diminta (dengan maksud pergantian percakapan yang sedang berlangsung). b) Jangan membuat percakapan lebih informatif dari yang diminta. 2) Maksim kualitas: cobalah untuk membuat sesuatu informasi yang benar. a) Jangan mengatakan sesuatu yang Anda yakini salah. b) Jangan mengatakan sesuatu jika Anda tidak memiliki bukti yang memadai. 3) Maksim hubungan: relevanlah 4) Maksim tindakan: cerdiklah a) Hindarkan ungkapan yang tidak jelas. b) Hindarkan ketaksaan.

35 20 c) Buatlah singkat (hindarkan panjang-lebar yang tidak perlu). d) Buatlah secara urut/teratur. Yule (2006: 70-74) juga menyebutkan bahwa implikatur percakapan ada tiga jenis, yaitu implikatur percakapan khusus, implikatur percakapan umum, dan implikatur percakapan berskala. Penjabaran dari masing-masing implikatur tersebut adalah sebagai berikut. 1) Implikatur percakapan khusus Menurut Yule (2006: 74) implikatur percakapan khusus adalah percakapan yang terjadi dalam konteks yang sangat khusus di mana pendengar mengasumsikan informasi secara lokal. Oleh karena itu, implikatur percakapan khusus membutuhkan konteks dan latar belakang pengetahuan khusus untuk membuat kesimpulan yang diperlukan. Kontribusi konteks terhadap upaya untuk menghasilkan implikatur adalah sama dalam setiap kasus-konteks memungkinkan penutur untuk mengomunikasikan niat mereka untuk melanggar maksim kualitas dan dalam melakukannya, dia mengomunikasikan makna yang bersifat ironis, metaforis, dan sebagainya. Grice menyebut implikatur-implikatur semacam ini-yakni implikaturimplikatur yang tergantung pada konteks tertentu-dengan istilah implikatur percakapan khusus (Cummings, 2007: 19). Perhatikan contoh berikut.

36 21 1) Mahasiswa A: Eh, berapa hutangku kemarin? Mahasiswa B : Halah udah pakai aja dulu, sering-sering BC ya! Pada contoh di atas mengimplikasikan bahwa Mahasiswa A tidak perlu membayar hutangnya pada saat percakapan itu terjadi atau pada saat itu juga kepada Mahasiswa B. Mahasiswa B memberikan kesempatan kepada Mahasiswa A untuk membayar hutangnya lain waktu lantaran Mahasiswa A telah melakukan BC (Broadcast) yang menguntungkan bagi Mahasiswa B. percakapan tersebut juga mengimplikasikan bahwa terjalin keakraban antara Mahasiswa A dan Mahasiswa B, serta adanya harapan yang disampaikan Mahasiswa B terhadap Mahasiswa A untuk seringsering melakukan BC yang berarti bahwa sebelumnya Mahasiswa A telah melakukan BC. BC (Broadcast) adalah fitur dalam BBM (Blackberry Messenger) yang dapat mengirim berita ke seluruh kontak di BBM yang kita miliki, hal ini menunjukkan bahwa kata BC yang terdapat dalam percakapan antara Mahasiswa A dengan Mahasiswa B secara tidak langsung merupakan konteks dan latar belakang khusus yang hanya diketahui oleh kedua penutur tersebut. Singkatnya, implikatur percakapan khusus merupakan maksud yang diturunkan dari percakapan dengan merujuk atau mengetahui konteks percakapan, hubungan antarpembicara serta kesamaan pengetahuan. Melalui pengetahuan khusus itulah maksud atau implikatur dalam suatu tuturan dapat diinterpretasikan.

37 22 2) Implikatur percakapan umum Implikatur percakapan umum berbeda dengan implikatur percakapan khusus. Implikatur umum tidak memerlukan konteks untuk menginterpretasikan makna implikasinya. Yule (2006: 74) mengungkapkan bahwa implikatur umum merupakan implikatur yang tidak memperhitungkan makna tambahan. Dengan kata lain, orang yang berperan pada proses tuturan mengasumsikan makna percakapan hanya dengan mengamati struktur kata yang dipakai. Cummings (2007: 19) juga menyatakan hal yang sama, ia menyatakan bahwa implikatur percakapan umum tidak memerlukan konteks untuk menghasilkan implikatur. perhatikan contoh berikut. 1) Biil is meeting a woman this evening. (Biil akan menemui seorang wanita malam ini) Implikatur yang dihasilkan oleh ujaran di atas menunjukkan bahwa wanita yang akan ditemui oleh Biil bukanlah pacarnya, isterinya, saudara perempuannya, ibunya, dan sebagainya. Implikatur ini bukanlah akibat dari sebuah konteks tertentu, tetapi berasal dari penggunaan kata sandang tak tentu a (seorang). Menurut Gazdar (Cummings, 2007: 20), referen kata benda yang dimodifikasi oleh kata sandang tak tentu a tidak berkaitan erat dengan siapa saja yang telah diidentifikasi secara kontekstual. Namun demikian, kendati implikatur ini dihasilkan oleh kata sandang tak tentu, ia

38 23 sama sekali bukan bagian dari makna konvensial dari kata sandang itu. Melalui pemaparan-pemaparan seperti di atas, saya mengambil kesimpulan bahwa implikatur percakapan umum dapat menginterpretasikan makna implikasinya melalui struktur kalimat yang diujarkan penutur sekalipun tidak dipengaruhi oleh konteks percakapan. Implikatur percakapan umum terkadang menimbulkan ketaksaan karena dianggap hampir sama dengan implikatur konvensional, namun keduanya adalah hal yang berbeda. Implikatur percakapan umum tidak tergantung pada konteks untuk menginterpretasikan makna tuturan, implikatur konvensional tidak sangat tergantung pada konteks. Implikatur percakapan umum hanya terdapat dalam suatu percakapan, implikatur konvensional tidak harus terjadi pada percakapan. 3) Implikatur percakapan berskala Yule (2006: 71-74) menyatakan bahwa informasi tertentu selalu disampaikan dengan memilih sebuah kata yang menyatakan suatu nilai dari suatu skala nilai. Ini secara khusus tampak jelas dalam istilah-istilah untuk mengungkapkan kuantitas, seperti: Semua, sebagian besar, banyak, beberapa, sedikit Selalu, sering, kadang-kadang

39 24 Istilah-istilah seperti di atas didaftar dari skala nilai tertinggi ke nilai terendah. Ketika sedang bertutur, seorang penutur memilih kata dari skala itu yang paling informative dan benar (kualitas dan kuantitas). Dasar implikatur berskala ialah bahwa semua bentuk negatif dari skala yang lebih tinggi dilibatkan apabila bentuk apapun dalam skala itu dinyatakan. Berbeda dengan implikatur percakapan khusus dan implikatur percakapan umum, implikatur percakapan berskala tidak selalu melanggar maksim. Perhatikan contoh berikut. 1) Saya memakan beberapa buah yang ada di meja itu. Penutur telah menciptakan implikatur berskala dengan menggunakan pilihan kata beberapa. Pilihan kata beberapa artinya bahwa tidak semua buah-buahan yang ada di meja itu di makan oleh penutur. Beberapa mengandung implikasi berskala lebih rendah dari pada semua. 3. Fungsi Implikatur Levinson (melalui Abdul Rani dkk, 2006: 173) menyebutkan bahwa implikatur memiliki beberapa kegunaan. Ia menyebutkan kegunaan tersebut dalam istilah faedah. Ia menjabarkan empat faedah/fungsi konsep implikatur dalam tuturan sebagai berikut.

40 25 a. Implikatur dapat memberikan penjelasan makna atau fakta-fakta kebahasaan yang tidak terjangkau oleh teori-teori linguistik. b. Implikatur dapat memberikan penjelasan yang tegas tentang perbedaan lahiriah dari yang dimaksud si pemakai bahasa. c. Implikatur dapat memberikan pemerian semantik yang sederhana tentang hubungan klausa yang dihubungkan dengan kata penghubung yang sama. d. Implikatur dapat memberikan berbagai fakta yang secara lahiriah kelihatan tidak berkaitan, malah berlawanan (seperti metafora). Rani (2006: 178) juga menjelaskan bahwa masyarakat bahasa sering menggunakan implikatur percakapan untuk tujuan-tujuan tertentu, misalnya untuk memperhalus proposisi yang diujarkan dan dalam rangka menyelamatkan muka (saving face). Menurut Rahardi (2005: 74) berdasarkan nilai komunikatifnya kalimat dalam bahasa Indonesia dapat dibedakan menjadi lima macam, yaitu kalimat berita (deklaratif), kalimat perintah (imperatif), kalimat tanya (interogatif), kalimat seruan (eksklamatif), dan kalimat penegas (empatik). Kalimat deklaratif dalam bahasa Indonesia adalah kalimat yang mengandung maksud memberitakan sesuatu kepada mitra tutur. Kalimat interogatif adalah kalimat yang mengandung maksud menanyakan sesuatu kepada mitra tutur. Kalimat imperatif adalah kalimat yang mengandung maksud memerintah atau meminta agar mitra tutur melakukan sesuatu sebagaimana diinginkan oleh penutur. Kalimat eksklamatif adalah kalimat

41 26 yang mengandung maksud untuk menyatakan rasa kagum. Kalimat empatik adalah kalimat yang mengandung maksud memberikan penekanan khusus. Meskipun implikatur berbeda dengan kalimat, namun peneliti menganggap bahwa fungsi implikatur dapat dilihat dengan melihat nilai komunikatifnya. Nilai komunikatif implikatur yang terkandung dalam suatu percakapan atau maksud tambahan dapat dibentuk menjadi suatu kalimat yang mudah dipahami sehingga dapat diketahui apa fungsi implikaturnya. 4. Konteks Istilah konteks didefinisikan oleh Mey (via Nadar, 2009: 3-4) sebagai the surroundings, in the widest sense, that enable the participants in the communication process to interact, and that make the linguistic expressions of the their interaction intelligible ( situasi lingkungan dalam arti luas yang memungkinkan peserta pertuturan untuk dapat berinteraksi, dan yang membuat ujaran mereka dapat dipahami ). Konteks adalah satu unsur penting yang harus diperhatikan dalam pragmatik. Menurut Cutting (Samarlam, 2014: 3) ada tiga jenis konteks, yaitu (1) konteks situasional adalah konteks yang memperhatikan tentang apa yang diketahui penutur tentang sekelilingnya atau kondisi di mana tuturan terjadi. (2) Konteks pengetahuan, dibagi menjadi dua yaitu konteks pengetahuan umum budaya dan pengetahuan antar-personal. Konteks pengetahuan umum budaya adalah pengetahuan umum sekitar kehidupan

42 27 manusia. Konteks pengetahuan antar-personal adalah pengalaman personal dalam interaksi verbal sebelum bertindak tutur. (3) Konteks ko-teks adalah isi seputar teks terdiri atas gramatikal dan kohensi leksikal. Pentingnya konteks dalam pragmatik ditekankan oleh Wijana (dalam Nadar, 2009: 3) yang menyebutkan bahwa pragmatik mengkaji makna yang terikat konteks, dan oleh Searle, Kiefer dan Bierwich (1980: ix) yang menegaskan bahwa pragmatics is concerned with the way in which the interpretation of syntactically defined exspressions of depends on the particular conditions of their use in context ( pragmatik berkaitan dengan interpretasi suatu ungkapan yang dibuat mengikuti aturan sintaksis tertentu dan cara menginterpretasi ungkapan tersebut tergantung pada kondisikondisi khusus penggunaan ungkapan tersebut dalam konteks ). Konteks situasi merujuk pada pada aneka macam kemungkinan latar belakang pengetahuan (background knowledge) yang muncul dan dimiliki bersama-sama baik oleh si penutur maupun oleh mitra tutur, serta aspekaspek non-kebahasaan lainnya yang menyertai, mewadahi, serta melatarbelakangi hadirnya sebuah pertuturan tertentu. Maka dengan mendasarkan gagasan Leech tersebut, Wijana (1996) dengan tegas menyatakan bahwa konteks yang semacam itu dapat juga disebut konteks situasi pertuturan (speech situational context). Konteks situasi pertuturan menurut Geoffrey N. Leech sebagaimana dikutip oleh Wijana (1996) seperti yang dikatakan di depan, dapat mencakup aspek-aspek kebahasaan seperti berikut:

43 28 a. Penutur dan lawan tutur b. Konteks tuturan c. Tujuan tuturan d. Tuturan sebagai bentuk tindakan atau aktivitas e. Tuturan sebagai produk tindak verbal (dalam Rahardi, 2003: 18-19). Secara khusus dan singkat, konteks tuturan dapat dijelaskan secara singkat sebagai berikut. Konteks tuturan dapat pula diartikan sebagai semua latar belakang pengetahuan (background knowledge) yang diasumsikan sama-sama dimiliki dan dipahami bersama oleh penutur dan mitra tutur, serta yang mendukung interpretasi mitra tutur atas apa yang dimaksudkan oleh si penutur itu di dalam keseluruhan proses bertutur. Maka berkenaan dengan hal itu, Geoffrey N. Leech (1993) telah menyatakan pandangannya sebagai berikut. I shall considercontext to be any background knowledge assumed to be shared by S and H and which contributes to H s interpretation of what S mean by a given utterance. Pengetahuan dan pemahaman yang benar mengenai konteks tuturan, yang dentitas atau jati dirinya adalah semua latar belakang pengetahuan yang sama-sama dimiliki oleh para pelibar pertuturan, jelas-jelas akan dapat membantu para pelibat pertuturan itu untuk menafsirkan kandungan pesan atau maksud yang hendak disampaikan di dalam setiap pertuturan (Rahardi, 2003: 20).

44 29 5. Film Film adalah lakon (cerita) gambar hidup (KBBI, 2008: 392). Film merupakan gambar hidup yang sering juga disebut movie. Film secara kolektif sering disebut sinema. Gambar hidup adalah bentuk seni, bentuk populer dari hiburan, dan juga bisnis. Film adalah teks yang memuat serangkaian citra fotografi yang mengakibatkan adanya ilusi gerak dan tindakan dalam kehidupan nyata (Danesi, 2010: 134). Peneliti menganggap bahwa film merupakan salah satu bagian dari media audio visual yang baik digunakan untuk pembelajaran bahasa. Film menyajikan percakapan-percakapan antartokohnya yang menggunakan ragam bahasa. Oleh karena itu, peneliti menjadikan percakapan antartokoh dalam film Marmut Merah Jambu karya Raditya Dika sebagai salah satu bahan penelitiannya. Melalui film ini kita dapat mengetahui pesan, makna, dan maksud yang hendak disampaikan kepada penonton melalui percakapan antartokoh di dalamnya. Hal tersebut menjadikan film memiliki fungsi yang hampir sama dengan media massa. Seperti dijelaskan oleh Nurudin (2013: 9) bahwa media massa adalah alat-alat dalam komunikasi yang bisa menyebarkan pesan secara serempak, cepat kepada audience yang luas dan heterogen. Kelebihan media massa adalah dapat mengatasi hambatan ruang dan waktu. Bahkan media massa mampu menyebarkan pesan hampir seketika pada waktu yang tak terbatas. Media massa mempunyai fungsi yang bermanfaat bagi masyarakat. Secara umum, Sudarman (2008: 7-8) menyatakan bahwa fungsi dari media

45 30 massa, yaitu menginformasikan, mendidik, menghibur, mempengaruhi; media massa dapat mempengaruhi, memberikan respon sosial; dengan adanya media massa dapat menanggapi tentang fenomena dan siuasi sosial atau keadaan sosial yang terjadi, penghubung; media massa dapat menghubungkan unsur-unsur yang ada dalam masyarakat yang tidak bisa dilakukan secara perseorangan baik secara langsung maupun tak langsung. 6. Tokoh Menurut Nurgiyantoro (2005: 165) tokoh adalah pelaku dalam cerita. Tokoh sendiri tidak dapat dilepaskan dari penokohan. Penokohan adalah karakter yang diperankan oleh tokoh. Jadi, tokoh merujuk pada orangnya, sedangkan penokohan merujuk pada wataknya. Sejalan dengan pendapat Nurgiyantoro, Sudjiman (Budianta, dkk., 2008: 86) menyatakan bahwa tokoh adalah individu rekaan yang megalami peristiwa atau berlakuan dalam berbagai peristiwa dalam cerita.

46 31 C. Kerangka Berpikir PRAGMATIK IMPLIKATUR IMPLIKATUR PERCAKAPAN FILM 1. Jenis-jenis implikatur percakapan apa saja yang 2. Fungsi implikatur percakapan apa saja yang terdapat pada percakapan terdapat pada percakapan antartokoh dalam film Marmut antartokoh dalam film Merah Jambu karya Raditya Dika? Marmut Merah Jambu karya KESIMPULAN SIMAK+CATAT JENIS-JENIS IMPLIKATUR FUNGSI IMPLIKATUR INVENTARISASI IDENTIFIKASI KLASIFIKASI TAPSIR

47 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang peneliti saat ini lakukan adalah penelitian deskriptif kualitatif. Pendekatan deskriptif dapat diartikan sebagai penelitian yang berusaha memberikan gambaran secara sistematis dan cermat mengenai fakta-fakta aktual dan sifat-sifat populasi tertentu (Zuriah, 2005: 14). Artinya dalam penelitian ini peneliti mengamati dan melakukan analisis terhadap percakapan antartokoh dalam film Marmut Merah Jambu karya Raditya Dika melalui pendekatan terhadap percakapan yang terdapat di dalamnya. Kemudian, peneliti mendeskripsikan jenis serta fungsi implikatur yang terkandung di dalam setiap percakapan tersebut. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya, perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain, secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan beberapa metode alamiah (Moleong, 2006: 6). 32

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam kelangsungan hidupnya manusia selalu membutuhkan orang lain untuk hidup bersama. Untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi bersifat arbitrer yang dipergunakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi bersifat arbitrer yang dipergunakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat utama dalam komunikasi dan memiliki daya ekspresi dan informatif yang besar. Bahasa sangat dibutuhkan oleh manusia karena dengan bahasa manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berbahasa merupakan aktivitas sosial bagi manusia. Seperti aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. Berbahasa merupakan aktivitas sosial bagi manusia. Seperti aktivitas 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbahasa merupakan aktivitas sosial bagi manusia. Seperti aktivitas sosial lainnya berbahasa baru terwujud apabila manusia terlibat di dalamnya (Alan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosialnya. Manusia berkomunikasi menggunakan bahasa. Bahasa merupakan

BAB I PENDAHULUAN. sosialnya. Manusia berkomunikasi menggunakan bahasa. Bahasa merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri. Manusia membutuhkan bantuan orang lain untuk melangsungkan kehidupannya. Bahasa sangat penting untuk melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting. Peranan tersebut, berfungsi untuk menyampaikan beragam informasi

BAB I PENDAHULUAN. penting. Peranan tersebut, berfungsi untuk menyampaikan beragam informasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Surat kabar sebagai salah satu media massa cetak memiliki peran yang penting. Peranan tersebut, berfungsi untuk menyampaikan beragam informasi kepada masyarakat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan digunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan digunakan dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur bahasa secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan digunakan dalam komunikasi (Wijana,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengekspresikan tulisanya baik lisan maupun tulisan dengan memanfaatkan

BAB I PENDAHULUAN. mengekspresikan tulisanya baik lisan maupun tulisan dengan memanfaatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tuturan manusia dapat diekspresikan melalui media masa baik lisan maupun tulisan. Dalam media lisan, pihak yang melakukan tindak tutur adalah penutur (pembicara)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebencian. Benci (a) ialah sangat tidak suka dan kebencian (n) ialah sifat-sifat benci

BAB I PENDAHULUAN. kebencian. Benci (a) ialah sangat tidak suka dan kebencian (n) ialah sifat-sifat benci BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam berinteraksi dengan yang lain, manusia memiliki emosi yang dapat diekspresikan melalui banyak hal. Salah satu contoh emosi tersebut ialah perasaan kebencian.

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. (Alwi, dkk. 203:588). Sesuai dengan topik dalam tulisan ini digunakan beberapa

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. (Alwi, dkk. 203:588). Sesuai dengan topik dalam tulisan ini digunakan beberapa BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses atau apapun yang ada di luar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam bukunya Speech Act: An Essay in The Philosophy of Language dijelaskan

BAB I PENDAHULUAN. dalam bukunya Speech Act: An Essay in The Philosophy of Language dijelaskan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan media pembentuk kebahasaan yang menjadi kunci pokok bagi kehidupan manusia di dunia ini, karena melalui bahasa baik verbal maupun non verbal manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan kunci utama dalam berkomunikasi. Tanpa bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan kunci utama dalam berkomunikasi. Tanpa bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan kunci utama dalam berkomunikasi. Tanpa bahasa manusia akan sulit berinteraksi dan berkomunikasi dengan sesamanya. Selain itu bahasa juga menjadi

Lebih terperinci

Jurnal Kata (Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya) Juli 2015 IMPLIKATUR PERCAKAPAN DALAM TRANSAKSI JUAL BELI DI PASAR BAMBU KUNING BANDAR LAMPUNG.

Jurnal Kata (Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya) Juli 2015 IMPLIKATUR PERCAKAPAN DALAM TRANSAKSI JUAL BELI DI PASAR BAMBU KUNING BANDAR LAMPUNG. IMPLIKATUR PERCAKAPAN DALAM TRANSAKSI JUAL BELI DI PASAR BAMBU KUNING BANDAR LAMPUNG Oleh Lismayana Nurlaksana Eko Rusminto Siti Samhati Fakultas Pendidikan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung e-mail:

Lebih terperinci

IMPLIKATUR PERCAKAPAN DALAM PEMBELAJARAN OLAHRAGA PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 2 BANDAR LAMPUNG

IMPLIKATUR PERCAKAPAN DALAM PEMBELAJARAN OLAHRAGA PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 2 BANDAR LAMPUNG IMPLIKATUR PERCAKAPAN DALAM PEMBELAJARAN OLAHRAGA PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 2 BANDAR LAMPUNG Oleh Atik Kartika Nurlaksana Eko Rusminto Mulyanto Widodo Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Istilah dan teori tentang tindak tutur mula-mula diperkenalkan oleh J. L.

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Istilah dan teori tentang tindak tutur mula-mula diperkenalkan oleh J. L. BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret (KBBI, 2007: 588). 2.1.1 Tindak Tutur Istilah dan teori tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi antara penutur dan mitra tutur di

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi antara penutur dan mitra tutur di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi antara penutur dan mitra tutur di dalam kehidupan sehari-hari yang memiliki maksud dan tujuan tertentu. Dalam berkomunikasi

Lebih terperinci

KESANTUNAN BERTUTUR DIALOG TOKOH DALAM FILM SANG PENCERAH KARYA HANUNG BRAMANTYO. Oleh

KESANTUNAN BERTUTUR DIALOG TOKOH DALAM FILM SANG PENCERAH KARYA HANUNG BRAMANTYO. Oleh KESANTUNAN BERTUTUR DIALOG TOKOH DALAM FILM SANG PENCERAH KARYA HANUNG BRAMANTYO Oleh Yorista Indah Astari Nurlaksana Eko Rusminto Munaris Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan e-mail: yoristaindahastari@ymail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting. Peranan tersebut, antara lain: untuk menyampaikan beragam informasi

BAB I PENDAHULUAN. penting. Peranan tersebut, antara lain: untuk menyampaikan beragam informasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Surat kabar sebagai salah satu media massa cetak memiliki peran yang penting. Peranan tersebut, antara lain: untuk menyampaikan beragam informasi kepada masyarakat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk berinteraksi antar sesama. Kridalaksana (dalam Chaer, 2003: 32)

BAB I PENDAHULUAN. untuk berinteraksi antar sesama. Kridalaksana (dalam Chaer, 2003: 32) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan hal penting yang perlu dipelajari karena bahasa mempunyai fungsi dan peranan yang besar dalam kehidupan manusia. Pada umumnya seluruh kegiatan

Lebih terperinci

ERIZA MUTAQIN A

ERIZA MUTAQIN A IMPLIKATUR PERCAKAPAN PADA BAHASA IKLAN PRODUK (STUDI KASUS DI RADIO GSM FM) SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. interaksi dan kerjasama dalam kehidupan sehari-hari. Dengan berinteraksi,

BAB I PENDAHULUAN. interaksi dan kerjasama dalam kehidupan sehari-hari. Dengan berinteraksi, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada hakekatnya manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan interaksi dan kerjasama dalam kehidupan sehari-hari. Dengan berinteraksi, manusia dapat memenuhi

Lebih terperinci

MAKSIM PELANGGARAN KUANTITAS DALAM BAHASA INDONESIA. Oleh: Tatang Suparman

MAKSIM PELANGGARAN KUANTITAS DALAM BAHASA INDONESIA. Oleh: Tatang Suparman MAKSIM PELANGGARAN KUANTITAS DALAM BAHASA INDONESIA Oleh: Tatang Suparman FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG 2008 LEMBAR PENGESAHAN Judul Penelitian : MAKSIM PELANGGARAN KUANTITAS DALAM BAHASA

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan Yang Relevan Sofa,S.IP(2008) yang menulis tentang, Penggunaan Pendekatan Pragmatik dalam Upaya Meningkatkan Keterampilan Berbicara bagi Siswa SMPN 3 Tarakan Kalimantan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia. Sebagai makhluk. konvensi (kesepakatan) dari masyarakat pemakai bahasa tersebut.

I. PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia. Sebagai makhluk. konvensi (kesepakatan) dari masyarakat pemakai bahasa tersebut. 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia. Sebagai makhluk sosial, dorongan untuk berkomunikasi muncul dari keinginan manusia untuk dapat berinteraksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial mutlak memiliki kemampuan untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial mutlak memiliki kemampuan untuk dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial mutlak memiliki kemampuan untuk dapat berkomunikasi antara sesama manusia lainnya. Salah satu media yang digunakan dalam berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh manusia untuk berkomunikasi dengan manusia yang lain. Kebutuhan akan bahasa sudah jauh sebelum manusia mengenal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Implikatur sudah menjadi bagian dari tuturan dalam percakapan sehari

BAB I PENDAHULUAN. Implikatur sudah menjadi bagian dari tuturan dalam percakapan sehari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Implikatur sudah menjadi bagian dari tuturan dalam percakapan sehari hari. Implikatur merupakan makna implisit atau tersirat. Implisit memiliki arti termasuk atau terkandung

Lebih terperinci

Realisasi Tuturan dalam Wacana Pembuka Proses Belajar- Mengajar di Kalangan Guru Bahasa Indonesia yang Berlatar Belakang Budaya Jawa

Realisasi Tuturan dalam Wacana Pembuka Proses Belajar- Mengajar di Kalangan Guru Bahasa Indonesia yang Berlatar Belakang Budaya Jawa REALISASI TUTURAN DALAM WACANA PEMBUKA PROSES BELAJARMENGAJAR DI KALANGAN GURU BAHASA INDONESIA YANG BERLATAR BELAKANG BUDAYA JAWA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam memaknai wacana atau suatu gagasan kita tidak hanya terpaku pada tuturan yang disampaikan, namun juga konteks yang mengikuti dan bagaimana pengaruhnya. Terkadang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia satu dengan lainnya. Manusia pasti menggunakan bahasa untuk

BAB I PENDAHULUAN. manusia satu dengan lainnya. Manusia pasti menggunakan bahasa untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bahasa adalah sebuah sarana yang digunakan manusia untuk berkomunikasi. Sesuai dengan fungsinya, bahasa memiliki peran sebagai penyampai pesan antara manusia

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI. ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi

BAB II KERANGKA TEORI. ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi BAB II KERANGKA TEORI Kerangka teori ini berisi tentang teori yang akan digunakan dalam penelitian ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi tindak tutur;

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat sehari-hari. Masyarakat menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat sehari-hari. Masyarakat menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan salah satu alat paling penting dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Masyarakat menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi untuk berinteraksi

Lebih terperinci

FUNGSI TINDAK TUTUR ILOKUSI EKSPRESIF PADA TUTURAN TOKOH DALAM NOVEL SURGA YANG TAK DIRINDUKAN 2 KARYA ASMA NADIA

FUNGSI TINDAK TUTUR ILOKUSI EKSPRESIF PADA TUTURAN TOKOH DALAM NOVEL SURGA YANG TAK DIRINDUKAN 2 KARYA ASMA NADIA i FUNGSI TINDAK TUTUR ILOKUSI EKSPRESIF PADA TUTURAN TOKOH DALAM NOVEL SURGA YANG TAK DIRINDUKAN 2 KARYA ASMA NADIA SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1)

Lebih terperinci

BENTUK KALIMAT IMPERATIF OLEH GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI MTS MUHAMMADIYAH 4 TAWANGHARJO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI

BENTUK KALIMAT IMPERATIF OLEH GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI MTS MUHAMMADIYAH 4 TAWANGHARJO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI BENTUK KALIMAT IMPERATIF OLEH GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI MTS MUHAMMADIYAH 4 TAWANGHARJO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi untuk menyampaikan gagasan, konsep, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi untuk menyampaikan gagasan, konsep, dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi untuk menyampaikan gagasan, konsep, dan pikiran manusia. Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif bagi manusia. Tanpa bahasa, sulit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dilakukan secara lisan maupun tertulis. Melalui bahasa, manusia berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dilakukan secara lisan maupun tertulis. Melalui bahasa, manusia berinteraksi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi utama bagi manusia. Manusia menggunakan bahasa sebagai media untuk mengungkapkan pikirannya, baik yang dilakukan secara lisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Frinawaty Lestarina Barus, 2014 Realisasi kesantunan berbahasa politisi dalam indonesia lawyers club

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Frinawaty Lestarina Barus, 2014 Realisasi kesantunan berbahasa politisi dalam indonesia lawyers club 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam berbahasa diperlukan kesantunan, karena tujuan berkomunkasi bukan hanya bertukar pesan melainkan menjalin hubungan sosial. Chaer (2010:15) mengatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain. Mereka saling berinteraksi dengan orang di sekitarnya maupun

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain. Mereka saling berinteraksi dengan orang di sekitarnya maupun BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini akan diuraikan tentang Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan, Manfaat, Definisi Operasional 1.1 Latar Belakang Manusia dalam kehidupannya sebagai makhluk sosial selalu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyampaian informasi baik secara lisan maupun tertulis.

BAB I PENDAHULUAN. penyampaian informasi baik secara lisan maupun tertulis. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa dalam kegiatan berkomunikasi berfungsi sebagai alat penyampai pesan atau makna. Bahasa dibedakan menjadi dua, yaitu bahasa lisan dan bahasa tulis. Kedua bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bersosialisasi mereka membentuk sebuah komunikasi yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. bersosialisasi mereka membentuk sebuah komunikasi yang bertujuan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia sebagai makhluk sosial tidak bisa lepas dari pengaruh manusia lain. Di dalam dirinya terdapat dorongan untuk berinteraksi satu sama lain. Mereka membutuhkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bahasa memiliki fungsi yang terpenting yaitu sebagai alat komunikasi untuk

I. PENDAHULUAN. Bahasa memiliki fungsi yang terpenting yaitu sebagai alat komunikasi untuk 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa memiliki fungsi yang terpenting yaitu sebagai alat komunikasi untuk berinteraksi dan mencapai kerja sama antarmanusia. Terjadinya komunikasi dalam kehidupan sehari-hari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu dengan yang lainnya, yang kemudian disebut dengan komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-

Lebih terperinci

ANALISIS KALIMAT INTEROGATIF PEMBAWA ACARA HITAM PUTIH DI TRANS 7 EDISI PERTENGAHAN APRIL- MEI 2014

ANALISIS KALIMAT INTEROGATIF PEMBAWA ACARA HITAM PUTIH DI TRANS 7 EDISI PERTENGAHAN APRIL- MEI 2014 ANALISIS KALIMAT INTEROGATIF PEMBAWA ACARA HITAM PUTIH DI TRANS 7 EDISI PERTENGAHAN APRIL- MEI 2014 ARTIKELE-JOURNAL Diajukanuntukmememenuhisebagianpersyaratanmemeperolehgelar SarjanaPendidikan (S. Pd.)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi. Menurut Chaer (2007) tuturan dapat diekspresikan melalui dua

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi. Menurut Chaer (2007) tuturan dapat diekspresikan melalui dua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kegiatan berkomunikasi antar manusia terbagi menjadi dua bentuk komunikasi. Menurut Chaer (2007) tuturan dapat diekspresikan melalui dua bentuk yaitu lisan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi atau berinteraksi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi atau berinteraksi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Interaksi sosial memainkan peran dalam masyarakat individu atau kelompok. Interaksi diperlukan untuk berkomunikasi satu sama lain. Selain itu, masyarakat membutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan, mulai dari sarana untuk menyampaikan informasi, memberi perintah, meminta

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan, mulai dari sarana untuk menyampaikan informasi, memberi perintah, meminta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan sarana terpenting dalam segala jenis komunikasi yang terjadi di dalam kehidupan, mulai dari sarana untuk menyampaikan informasi, memberi perintah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendalam adalah pragmatik. Pragmatik merupakan ilmu yang mempelajari

BAB I PENDAHULUAN. mendalam adalah pragmatik. Pragmatik merupakan ilmu yang mempelajari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cabang linguistik yang mempelajari tentang penuturan bahasa secara mendalam adalah pragmatik. Pragmatik merupakan ilmu yang mempelajari tentang bagaimana suatu ujaran

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Tindak tutur adalah bagian dari pragmatik yang digagasi oleh Austin

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Tindak tutur adalah bagian dari pragmatik yang digagasi oleh Austin BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep 2.1.1 Tindak Tutur Tindak tutur adalah bagian dari pragmatik yang digagasi oleh Austin (1962) dengan mengemukakan pendapat bahwa pada dasarnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Cara pengungkapan maksud dan tujuan berbeda-beda dalam peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. Cara pengungkapan maksud dan tujuan berbeda-beda dalam peristiwa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cara pengungkapan maksud dan tujuan berbeda-beda dalam peristiwa berbahasa. Sebagian orang menggunakan bahasa lisan atau tulisan dengan menggunakan kata-kata yang jelas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia pertelevisian ditandai dengan banyaknya jenis acara yang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia pertelevisian ditandai dengan banyaknya jenis acara yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia pertelevisian merupakan dunia yang sangat cepat berkembang. Perkembangan dunia pertelevisian ditandai dengan banyaknya jenis acara yang ditayangkan selama dua

Lebih terperinci

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA PADA PERCAKAPAN SISWA KELAS IX SMP NEGERI 3 GEYER

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA PADA PERCAKAPAN SISWA KELAS IX SMP NEGERI 3 GEYER REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA PADA PERCAKAPAN SISWA KELAS IX SMP NEGERI 3 GEYER NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S- I Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia,

Lebih terperinci

PELANGGARAN PRINSIP KERJA SAMA DALAM TALK SHOW EMPAT MATA DI TRANS 7

PELANGGARAN PRINSIP KERJA SAMA DALAM TALK SHOW EMPAT MATA DI TRANS 7 PELANGGARAN PRINSIP KERJA SAMA DALAM TALK SHOW EMPAT MATA DI TRANS 7 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah Diajukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. interaksi antarpesona dan memelihara hubungan sosial. Tujuan percakapan bukan

BAB I PENDAHULUAN. interaksi antarpesona dan memelihara hubungan sosial. Tujuan percakapan bukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan berbicara menduduki posisi penting dalam kehidupan manusia. Sebagai makhluk sosial, manusia melakukan percakapan untuk membentuk interaksi antarpesona

Lebih terperinci

Septianingrum Kartika Nugraha Universitas Sebelas Maret Surakarta

Septianingrum Kartika Nugraha Universitas Sebelas Maret Surakarta KAJIAN TERJEMAHAN KALIMAT YANG MEREPRESENTASIKAN TUTURAN PELANGGARAN MAKSIM PADA SUBTITLE FILM THE QUEEN (KAJIAN TERJEMAHAN DENGAN PENDEKATAN PRAGMATIK) Septianingrum Kartika Nugraha Universitas Sebelas

Lebih terperinci

PRINSIP KERJA SAMA DAN PRESUPOSISI PADA PAPAN NAMA TOKO DAN PAPAN NAMA PENJUAL JASA DI KABUPATEN KEDIRI (TINJAUAN PRAGMATIK) SKRIPSI

PRINSIP KERJA SAMA DAN PRESUPOSISI PADA PAPAN NAMA TOKO DAN PAPAN NAMA PENJUAL JASA DI KABUPATEN KEDIRI (TINJAUAN PRAGMATIK) SKRIPSI PRINSIP KERJA SAMA DAN PRESUPOSISI PADA PAPAN NAMA TOKO DAN PAPAN NAMA PENJUAL JASA DI KABUPATEN KEDIRI (TINJAUAN PRAGMATIK) SKRIPSI Diajukan untuk Penulisan Skripsi Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang arbitrer yang dipergunakan oleh masyarakat untuk

1. PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang arbitrer yang dipergunakan oleh masyarakat untuk 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah sistem lambang arbitrer yang dipergunakan oleh masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi dan mengidentifikasi diri (Kridalaksana, 2001:21). Manusia

Lebih terperinci

ANALISIS PESAN BAHASA KELUHAN WARGA DESA PILANG KECAMATAN RANDUBLATUNG KABUPATEN BLORA SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan

ANALISIS PESAN BAHASA KELUHAN WARGA DESA PILANG KECAMATAN RANDUBLATUNG KABUPATEN BLORA SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan ANALISIS PESAN BAHASA KELUHAN WARGA DESA PILANG KECAMATAN RANDUBLATUNG KABUPATEN BLORA SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAB 2 TINDAK TUTUR DAN SLOGAN IKLAN. Pandangan Austin (Cummings, 2007:8) tentang bahasa telah menimbulkan

BAB 2 TINDAK TUTUR DAN SLOGAN IKLAN. Pandangan Austin (Cummings, 2007:8) tentang bahasa telah menimbulkan BAB 2 TINDAK TUTUR DAN SLOGAN IKLAN 2.1. Pengertian Tindak Tutur Pandangan Austin (Cummings, 2007:8) tentang bahasa telah menimbulkan pengaruh yang besar di bidang filsafat dan lingustik. Gagasannya yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Chaer, 2010: 22). Sehingga dalam bertutur tentu menggunakan bahasa dalam

BAB I PENDAHULUAN. (Chaer, 2010: 22). Sehingga dalam bertutur tentu menggunakan bahasa dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bertutur merupakan suatu kegiatan sosial. Bertutur merupakan realisasi dari berbahasa. Karena bahasa bersifat abstrak, sedangkan bertutur bersifat konkret (Chaer, 2010:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ade Nur Eva, 2014 Wujud prinsip kerja sama wacana humor Pada buku watir (kajian pragmatik)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ade Nur Eva, 2014 Wujud prinsip kerja sama wacana humor Pada buku watir (kajian pragmatik) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia membutuhkan bahasa untuk berkomunikasi serta menyapaikan gagasan dan respon terhadap apa yang ia alami agar dapat bersosialisasi. Bloomfield (Sumarsono

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (6) definisi operasional. Masing-masing dipaparkan sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN. (6) definisi operasional. Masing-masing dipaparkan sebagai berikut. BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini dipaparkan subbab-subbab yaitu, (1) latar belakang, (2) fokus masalah, (3) rumusan masalah, (4) tujuan penelitian, (5) manfaat penelitian dan (6) definisi operasional. Masing-masing

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Manusia umumnya mempunyai bidang keahlian untuk menunjang kelangsungan

I. PENDAHULUAN. Manusia umumnya mempunyai bidang keahlian untuk menunjang kelangsungan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia umumnya mempunyai bidang keahlian untuk menunjang kelangsungan hidupnya. Keahlian itu sangat ditekankan pada arah dan tujuan pembentukan emosional. Seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kalimat. Objek dalam sebuah kalimat adalah tuturan. Suatu tuturan dapat dilihat

BAB I PENDAHULUAN. kalimat. Objek dalam sebuah kalimat adalah tuturan. Suatu tuturan dapat dilihat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Levinson (dalam Manaf 2009:6) Bahasa dapat dikaji, berdasarkan pragmatik, pragmatik adalah cabang linguistik yang membahas pemakaian bentuk bahasa untuk fungsi komunikasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pokok di dalam pragmatik. Tindak tutur merupakan dasar bagi analisis topik-topik

BAB I PENDAHULUAN. pokok di dalam pragmatik. Tindak tutur merupakan dasar bagi analisis topik-topik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tindak tutur atau tindak ujar (speech act) merupakan sesuatu yang bersifat pokok di dalam pragmatik. Tindak tutur merupakan dasar bagi analisis topik-topik pragmatik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring berjalannya waktu, dunia perfilman telah mengalami perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring berjalannya waktu, dunia perfilman telah mengalami perkembangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring berjalannya waktu, dunia perfilman telah mengalami perkembangan yang pesat saat ini. Film juga telah memberikan manfaat bagi kehidupan masyarakat. Selain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Manusia menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan sesama.

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Manusia menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan sesama. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan wujud yang tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan manusia. Manusia menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan sesama. Setiap komunikasi dengan melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diinginkan dari mitra tutur. Hal ini yang menjadikan bahasa amat berguna dalam

BAB I PENDAHULUAN. diinginkan dari mitra tutur. Hal ini yang menjadikan bahasa amat berguna dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan sarana dalam menjalankan segala jenis aktivitas, antara lain sebagai sarana untuk menyampaikan informasi, meminta informasi, memberi perintah, membuat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa berperan penting bagi kehidupan manusia sebagai alat komunikasi, untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa berperan penting bagi kehidupan manusia sebagai alat komunikasi, untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa berperan penting bagi kehidupan manusia sebagai alat komunikasi, untuk menjalankan segala aktivitas. Bahasa juga sebagai salah satu aspek tindak tutur yang terkait

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dilahirkan di dalam dunia sosial yang harus bergaul dengan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dilahirkan di dalam dunia sosial yang harus bergaul dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia dilahirkan di dalam dunia sosial yang harus bergaul dengan manusia lain di sekitarnya. Sejak awal hidupnya dia sudah bergaul dengan lingkungan sosial

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Keterampilan bahasa yang dimiliki manusia merupakan suatu anugerah

BAB 1 PENDAHULUAN. Keterampilan bahasa yang dimiliki manusia merupakan suatu anugerah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keterampilan bahasa yang dimiliki manusia merupakan suatu anugerah yang tidak terhingga. Tidak ada kegiatan yang tidak menggunakan bahasa. Oleh sebab itu, bahasa berperan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. langsung antar penutur dan mitratutur. Penutur dan mitra tutur berintraksi

BAB I PENDAHULUAN. langsung antar penutur dan mitratutur. Penutur dan mitra tutur berintraksi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia kreatif menciptakan media baru sebagai sarana untuk mempermudah proses berkomunikasi. Media yang tercipta misalnya bentuk media cetak dan elektronik. Dua media

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 104 BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Pada bab terakhir ini akan disimpulkan hasil dari penelitian. Temuan dan pembahasan penelitian yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, merupakan dasar dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi dan penghubung antar masyarakat sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi dan penghubung antar masyarakat sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi dan penghubung antar masyarakat sebagai manusia yang berpikir, berperasaan, dan berkinerja. Pikiran, perasaan, dan keinginan baru terwujud

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan hasil penelitian sebagai

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan hasil penelitian sebagai BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan hasil penelitian sebagai berikut. 1. Jenis tindak tutur dalam iklan kampanye

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Prinsip kerja..., Ratih Suryani, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Prinsip kerja..., Ratih Suryani, FIB UI, Universitas Indonesia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa digunakan oleh manusia di segala bidang kehidupannya untuk komunikasi. Fungsi bahasa yang mendasar adalah untuk komunikasi. Fungsi bahasa tersebut bergantung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sosial kita selalu berkomunikasi dengan menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sosial kita selalu berkomunikasi dengan menggunakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sosial kita selalu berkomunikasi dengan menggunakan bahasa lisan maupun tulisan. Komunikasi melalui bahasa memungkinkan setiap orang untuk dapat menyesuaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Prosa dalam pengertian kesusastraan disebut fiksi (fiction), teks naratif

BAB I PENDAHULUAN. Prosa dalam pengertian kesusastraan disebut fiksi (fiction), teks naratif BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Prosa dalam pengertian kesusastraan disebut fiksi (fiction), teks naratif atau wacana naratif. Istilah fiksi dalam pengertian ini berarti cerita rekaan atau cerita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri (Kridalaksana dalam Chaer, 2003:

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri (Kridalaksana dalam Chaer, 2003: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan hal penting yang perlu dipelajari karena bahasa mempunyai fungsi dan peranan yang besar dalam kehidupan manusia. Pada umumnya seluruh kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Naskah Drama merupakan genre sastra yang disejajarkan dengan puisi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Naskah Drama merupakan genre sastra yang disejajarkan dengan puisi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Naskah Drama merupakan genre sastra yang disejajarkan dengan puisi dan prosa. Naskah drama terdapat perbincangan antar pemeran. Melalui perbincangan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan adanya sarana agar komunikasi tersebut dapat berjalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan adanya sarana agar komunikasi tersebut dapat berjalan dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap individu di dalam kehidupan pasti tidak akan terlepas untuk melakukan komunikasi dengan individu lainnya. Dalam berkomunikasi diperlukan adanya sarana

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. komunikasi, melalui bahasa manusia dapat saling berhubungan (berkomunikasi)

I. PENDAHULUAN. komunikasi, melalui bahasa manusia dapat saling berhubungan (berkomunikasi) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa tidak dapat dilepaskan dalam kehidupan manusia, bahkan bahasa selalu digunakan oleh manusia dalam segala kegiatan. Bahasa merupakan salah satu alat komunikasi,

Lebih terperinci

ANALISIS TINDAK TUTUR TIDAK LANGSUNG TIDAK LITERAL ANTARA PEMBELI DENGAN PENJUAL BUAH DI MOJOSONGO, SURAKARTA

ANALISIS TINDAK TUTUR TIDAK LANGSUNG TIDAK LITERAL ANTARA PEMBELI DENGAN PENJUAL BUAH DI MOJOSONGO, SURAKARTA ANALISIS TINDAK TUTUR TIDAK LANGSUNG TIDAK LITERAL ANTARA PEMBELI DENGAN PENJUAL BUAH DI MOJOSONGO, SURAKARTA Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa,

Lebih terperinci

ILOKUSI DALAM WACANA KAOS OBLONG JOGER: SEBUAH ANALISIS PRAGMATIK. Agus Surya Adhitama Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra Universitas Udayana

ILOKUSI DALAM WACANA KAOS OBLONG JOGER: SEBUAH ANALISIS PRAGMATIK. Agus Surya Adhitama Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra Universitas Udayana 1 ILOKUSI DALAM WACANA KAOS OBLONG JOGER: SEBUAH ANALISIS PRAGMATIK Agus Surya Adhitama Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra Universitas Udayana Abstract There are many ways to create a communication

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Fungsi bahasa secara umum adalah komunikasi (Nababan, 1993: 38).

BAB 1 PENDAHULUAN. Fungsi bahasa secara umum adalah komunikasi (Nababan, 1993: 38). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Fungsi bahasa secara umum adalah komunikasi (Nababan, 1993: 38). Komunikasi merupakan suatu hal penting dalam membangun relasi antarindividu. Dengan adanya

Lebih terperinci

KESANTUNAN BERBAHASA POLITISI DALAM ACARA TALK SHOW

KESANTUNAN BERBAHASA POLITISI DALAM ACARA TALK SHOW KESANTUNAN BERBAHASA POLITISI DALAM ACARA TALK SHOW Syamsul Arif Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan ABSTRAK Kesantunan berbahasa merupakan hal yang penting dalam kegiatan berkomunikasi.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah arsip sosial yang menangkap jiwa zaman (zeitgeist) saat itu.

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah arsip sosial yang menangkap jiwa zaman (zeitgeist) saat itu. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia sebagai makhluk berbahasa tidak lepas dari tindak tutur, baik sebagai penutur maupun lawan tutur. Tidak hanya dalam kehidupan nyata, dalam film pun demikian.

Lebih terperinci

IMPLIKATUR PERCAKAPAN DAN DAYA PRAGMATIK PADA IKLAN PRODUK KOSMETIK DI TELEVISI SKRIPSI

IMPLIKATUR PERCAKAPAN DAN DAYA PRAGMATIK PADA IKLAN PRODUK KOSMETIK DI TELEVISI SKRIPSI IMPLIKATUR PERCAKAPAN DAN DAYA PRAGMATIK PADA IKLAN PRODUK KOSMETIK DI TELEVISI SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendapat dari seorang penutur kepada mitra tutur. mengemukakan pendapat, yang perlu diperhatikan bukan hanya kebahasaan

BAB I PENDAHULUAN. pendapat dari seorang penutur kepada mitra tutur. mengemukakan pendapat, yang perlu diperhatikan bukan hanya kebahasaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia memperlakukan bahasa sebagai alat komunikasi. Keinginan dan kemauan seseorang dapat dimengerti dan diketahui oleh orang lain melalui bahasa dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena bahasa merupakan sistem suara, kata-kata serta pola yang digunakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. karena bahasa merupakan sistem suara, kata-kata serta pola yang digunakan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan salah satu aspek yang penting dalam kehidupan manusia karena bahasa merupakan sistem suara, kata-kata serta pola yang digunakan oleh manusia untuk

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. mengandung implikatur dalam kegiatan belajar mengajar Bahasa Indonesia di

III. METODE PENELITIAN. mengandung implikatur dalam kegiatan belajar mengajar Bahasa Indonesia di 39 III. METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk percakapan yang mengandung implikatur dalam kegiatan belajar mengajar Bahasa Indonesia di kelas. Dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan bersama (Suwito dalam Aslinda dkk, 2010: 06). Bahasa sebagai

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan bersama (Suwito dalam Aslinda dkk, 2010: 06). Bahasa sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakikatnya manusia merupakan suatu makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial manusia membutuhkan bahasa baik lisan maupun tulisan guna bergaul dengan manusia lain,

Lebih terperinci

KESANTUNAN IMPERATIF DALAM PIDATO M. ANIS MATTA: ANALISIS PRAGMATIK SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1

KESANTUNAN IMPERATIF DALAM PIDATO M. ANIS MATTA: ANALISIS PRAGMATIK SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 KESANTUNAN IMPERATIF DALAM PIDATO M. ANIS MATTA: ANALISIS PRAGMATIK SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah HERU SUTRISNO

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar BelakangPenelitian. Manusia dalam kesehariannya selalu menggunakan bahasa. Dengan bahasa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar BelakangPenelitian. Manusia dalam kesehariannya selalu menggunakan bahasa. Dengan bahasa, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar BelakangPenelitian Manusia dalam kesehariannya selalu menggunakan bahasa. Dengan bahasa, manusia dapat saling menyapa dengan manusia lain serta mengungkapkan perasaan dan gagasannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan ragam bahasa lisan adalah bahasa yang dihasilkan alat ucap (organ of

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan ragam bahasa lisan adalah bahasa yang dihasilkan alat ucap (organ of 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan lambang bunyi yang dipergunakan oleh para anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri (Kridalaksana,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran penting bagi kehidupan manusia karena bahasa adalah milik

I. PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran penting bagi kehidupan manusia karena bahasa adalah milik 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peran penting bagi kehidupan manusia karena bahasa adalah milik manusia. Bahasa merupakan salah satu ciri pembeda utama umat manusia dengan makhluk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia membutuhkan interaksi dengan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia membutuhkan interaksi dengan manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai mahluk sosial, manusia membutuhkan interaksi dengan manusia lain. Proses interaksi tersebut terjadi karena adanya komunikasi antar anggota masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. situasi tutur. Hal ini sejalan dengan pendapat Yule (2006: 82) yang. menyatakan bahwa tindak tutur adalah tindakan-tindakan yang

BAB I PENDAHULUAN. situasi tutur. Hal ini sejalan dengan pendapat Yule (2006: 82) yang. menyatakan bahwa tindak tutur adalah tindakan-tindakan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tindak tutur merupakan suatu bentuk tindakan dalam konteks situasi tutur. Hal ini sejalan dengan pendapat Yule (2006: 82) yang menyatakan bahwa tindak tutur adalah tindakan-tindakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari sangat penting untuk proses interaksi sosial. Penggunaan bahasa

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari sangat penting untuk proses interaksi sosial. Penggunaan bahasa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peran bahasa sebagai salah satu alat komunikasi bagi manusia dalam kehidupan sehari-hari sangat penting untuk proses interaksi sosial. Penggunaan bahasa dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sebagai sarana yang vital dan utama dalam hidup ini karena tanpa

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sebagai sarana yang vital dan utama dalam hidup ini karena tanpa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa sebagai sarana yang vital dan utama dalam hidup ini karena tanpa bahasa sulit bagi kita untuk mengerti atau memahami arti dan maksud dari perkataan orang lain.

Lebih terperinci