Pengaruh twisted multiple winglet terhadap unjuk kerja aerodinamika airfoil naca 0012 tiga dimensi Oleh :

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Pengaruh twisted multiple winglet terhadap unjuk kerja aerodinamika airfoil naca 0012 tiga dimensi Oleh :"

Transkripsi

1 Pengaruh twisted multiple winglet terhadap unjuk kerja aerodinamika airfoil naca 001 tiga dimensi Oleh : Muh Irvan Nugroho Alifianto I BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pada tahun 1970-an para ahli biologi mulai mengamati karakteristik burung yang terbang melayang seperti elang, hawks, condor, osprey. Masing-masing burung tersebut mempunyai sayap dengan gaya lift yang besar dikarenakan model sayap dengan bulu-bulu panjang yang mencuat keluar pada ujungnya membentuk sebuah formasi celah paralel pada jarak tertentu (multiple winglets). Para ahli biologi menemukan bahwa bagian sayap tersebut berfungsi untuk mengurangi drag pada saat terbang melayang. Sayap pesawat terbang dengan penambahan winglet sudah diteliti sejak 5 tahun yang lalu. Richard Whitcomb dari pusat penelitian NASA Langley telah mempatenkan pertama kali penggunaan winglet pada pesawat komersil pada tahun 1970-an. Dia menggunakan bilah yang dipasang secara vertikal pada ujung sayap pesawat kc-135a dan tes terbang pada tahun 1979 dan Dari penelitian tersebut memperlihatkan bahwa penambahan winglet dapat menaikkan lift kurang lebih 7% pada saat terbang melayang. Kontrak NASA pada tahun 1980 meneliti tentang winglet dan cara lain untuk mengurangi drag (winglet, feather, sails, dll). Dari penelitian tersebut ditemukan bahwa penambahan pada ujung sayap tersebut dapat meningkatkan efesiensi lift-drag dari %. Industri pertama kali menerapkan konsep penambahan wingtip pada pesawat terbang layang. Colling (1995) memberikan tinjauan sempurna dari penggunaan winglet untuk pesawat terbang layang yang dilakukan di Universitas A & M Texas pada low-speed windtunnel dengan menggunakan model skala penuh yang berjarak 5,6 kaki dari dinding windtunnel dengan panjang sayap keseluruhan 15 meter.

2 Marchman, Manor dan Faery (1978) menemukan bahwa penambahan winglet simetris pada sayap adalah cara terbaik yang dapat digunakan pada pesawat umumnya, tetapi kurang efektif pada sayap tapered. Pada tes juga menunjukkan bahwa penambahan winglet menyebabkan pengurangan turbulensi ulakan sayap. Di Eropa, penambahan pada ujung airfoil telah dikembangkan yang disebut sebagai winggrid. Winggrid adalah sebuah kesatuan dari penambahan sayap kecil lebih dari satu yang di tambahkan pada ujung sayap. Sayap kecil ini dipasang pada bermacam-macam sudut sehingga vortek 1 pada ujung tidak menyatu sehingga tidak menyebabkan vortek yang kuat. Vortek yang lebih kecil menghilangkan energi vortek, jadi distribusi lift telah berubah dan induced drag dari sayap berkurang. Konsep ini diterapkan pada pesawat glidder dengan hasil yang menggembirakan. Konsep ini berhenti karena tidak dapat mengubah karakteristik pada saat terbang untuk menyakinkan terjadi pengurangan drag. Pada akhirnya penelitian berhenti sehingga belum ditemukan bentuk dan performa yang optimum. Penelitian ini dilakukan dengan konsep dasar multiple winglets, bentuk twisted multiple winglets diteliti untuk menunjukkan kemajuan performa sayap dari sayap tanpa multiple winglet. Prinsip dasar penelitian ini adalah dengan memberikan aliran udara pada kecepatan tertentu disekitar twisted multiple winglets pada sebuah terowongan angin kecepatan rendah dan sayap dibuat dengan model untuk mencari panduan seleksi dari bentuk twisted multiple winglets. 1.. PERUMUSAN MASALAH Berdasarkan apa yang telah disebutkan di atas dapat dirumuskan, yang dianalisa pada penelitian ini adalah pengaruh penambahan twisted multiple winglets yang dipasang secara dihedral pada pada sudut tertentu, terhadap unjuk kerja aerodinamika pada airfoil NACA 001 meliputi gaya angkat (lift) dan gaya hambat udara (drag) BATASAN MASALAH Sebagai acuan arah penelitian, diberikan batasan masalah sebagai berikut : a. Alat uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah terowongan angin kecepatan rendah (Low Speed Wind Tunnel).

3 3 b. Airfoil yang dipakai adalah sayap model NACA 001. c. Dimensi dari Airfoil NACA 001 sebagai berikut: Panjang total = 6,3 cm. Lebar total = 8,3 cm. d. Bilah winglet berbentuk persegi panjang terbuat dari Acrilic dengan dimensi sebagai berikut: Panjang = 6,8 cm Lebar = 1,7 cm e. Lima bilah winglet dipasang secara dihedral dari leading edge sampai trailing edge. f. Variasi sudut dihedral atau anhidral 1) 10 0,5 0,0 0,-5 0,-10 0 ) 0 0,10 0,0 0,-10 0,-0 0 3) 30 0,15 0,0 0,-15 0, ) 40 0,0 0,0 0,-0 0, ) 50 0,5 0,0 0,-5 0, ) 60 0,30 0,0 0,-30 0, ) -10 0,-5 0,0 0,5 0,10 0 8) -0 0,-10 0,0 0,10 0,0 0 9) -30 0,-15 0,0 0,15 0, ) -40 0,-0 0,0 0,0 0, ) -50 0,-5 0,0 0,5 0,50 0 1) -60 0,-30 0,0 0,30 0,60 0 g. Variasi sudut serang yang digunakan adalah 0 0, 0, 4 0, 6 0, 8 0, 10 0, 1 0, 14 0, 16 0, 18 0, 0 0. h. Kecepatan udara yang digunakan sebesar 5, 10, 15 m/s TUJUAN PENELITIAN Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui performa sayap dengan penambahan twisted multiple winglets yang dipasang secara dihedral dari leading edge sampai trailing edge pada ujung sayap tipe NACA MANFAAT PENELITIAN Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan dalam bidang mekanika fluida khususnya aerodinamika. Manfaat praktisnya adalah

4 4 hasil eksperimental ini diharapkan dapat menjadi dasar pertimbangan dalam pembuatan pesawat terbang SISTEMATIKA PENULISAN Sistematika dari penulisan laporan penelitian ini adalah : BAB I : latar belakang masalah, perumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan. BAB II : dasar teori. Bab ini berisi tentang prinsip-prinsip dasar aerodinamika dan rumus perhitungan unjuk kerja sayap. BAB III : metodologi penelitian. Bab ini berisi tentang alat-alat yang digunakan dan mekanisme pengambilan data percobaan. BAB IV : data dan analisis. Bab ini berisi tentang contoh perhitungan dan pembahasan grafik C L -alfa, C D -alfa, C L /C D -alfa. BAB V : kesimpulan dan saran.

5 5 BAB II DASAR TEORI.1 Tinjauan Pustaka Smith, M. J. dan Komerath, 001, melakukan analisis kinerja sayap dengan penambahan multiple winglets untuk mengurangi induced drag tanpa menambah panjang span pesawat. Model dipasang pada NACA 001, semi-span wing dengan chord 0.3 meter dan span 1,19 meter. Pengujian dilakukan di Institut Teknologi Georgia, pada terowongan angin yang mempunyai seksi uji,13 meter x,74 meter. Pengujian dilakukan pada chord reynold number dari sampai Wind tunnel telah dilengkapi dengan alat pengukur lift dan drag, dan visualisai aliran dengan menggunakan laser untuk memberikan informasi aliran wingtip vortek. Lima bilah winglet dibuat dari plat aluminium dimana pada bagian leading edge dibuat membulat. Masing-masing bilah mempunyai span 1 inci, dan chord 1,5 inci (Gambar.1.). Lima bilah winglet dipasang secara dihedral pada sudut kemiringan tertentu diukur nol relatif dengan sayap, adapun variasi multiple winglets yang diteliti sesuai dengan tabel.1. Tabel.1. Merupakan kombinasi multiple winglets yang telah diuji dan Variasi 0 0a 1 Configuration Baseline 4 ft. span wing Baseline 5 ft. span wing 0 0, 0 0, 0 0, 0 0, , 10 0, 0 0, -10 0, -0 0 dibahas.

6 , 0 0, 0 0, -0 0, , 0 0, 0 0, 0 0, , 3 0, 0 0, -3 0, , +5 0, 0 0, -5 0, , +7 0, 0 0, -7 0, , +13 0, 0 0, -13 0, , +15 0, 0 0, -15 0, Gambar.1. Sayap dengan penambahan multiple winglets Winglet dihedral menunjukkan hasil terbaik ketika winglet dipasang dengan jarak antar bilah 10 derajat, menurun dari 0 0 dihedral untuk leading edge sampai 0 0 anhedral untuk trailing edge winglet. Gambar.. memperlihatkan visualisasi aliran multiple winglets yang dipasang +0,+10,0,-10,-0 derajat. Konfigurasi ini menghasilkan peningkatan kemiringan kurva lift, antara 15% sampai % bila dibandingkan dengan sayap asli, pada chord reynold number dan sudut serang 6 derajat.

7 7 a) Grafik koefisien lift (C L ) - sudut serang sayap b) Grafik koefisien Drag (C D ) - sudut serang sayap c) Grafik C L / C D - sudut serang sayap Gambar.. Grafik untuk sayap NACA001 pada chord Reynold Number

8 8 Pada saat sayap diteliti pada chord Reynold Number , efek winglet pada lift dan drag dapat dilihat pada gambar.. Tes dilakukan pada tiga variasi: tanpa winglet (variasi 0), winglet dipasang pada sudut nol derajat (variasi 1), winglet susunan 0 0, 10 0, 0 0, -10 0, -0 0 (variasi 3). Ketika kurva lift meningkat dengan penambahan winglet (gambar.a), drag juga meningkat (gambar.b), sehingga L/D efektif karena penambahan winglet lebih rendah bila dibandingkan dengan L/D untuk sayap asli. Pada konfigurasi 0 0, 10 0, 0 0, -10 0, -0 0 lima vortek dapat dilihat dengan jelas pada seluruh bidang downstream. Gambar.3. Visualisi aliran vortek wingtip sayap dengan penambahan multiple winglets yang dipasang pada +0,+10,0,-10,-0 derajat, menunjukkan L/D terbaik pada R e Vortek sepanjang span dari winglet hilang dan bergabung menjadi menjadi vortek yang lebih dari satu. Kekuatan vortek-vortek ini jauh lebih kecil bila dibandingkan dengan wingtip vortek sayap asli. Multiple vortek memperkenalkan bahwa penurunan dari keseluruhan downwash pada sayap ketika vortek berada lebih jauh dari permukaan sayap utama, dan kekuatan tiap-tiap vortek berkurang. Kabar baik dari multiple winglets adalah multiple vortek kelihatan tetap berdiri sendiri dan tidak terlihat bergabung menjadi satu vortek yang besar, tidak seperti yang terlihat pada sayap asli.

9 9 La Roche, 1996 melakukan pengembangan bentuk wingtip baru untuk mengurangi induced drag. Bentuk ini perupakan pegembangan dari sayap dengan penambahan multiple winglets. Percobaan dilakukan pada low speed wind tunnel pada seksi uji 0,8 meter x 0.5 meter pada chord reynold number (R e ) < dengan vortex-generators berada di depan leading edge (gambar ). Sayap dengan penambahan winggrid dibandingkan dengan sayap elliptical dengan panjang span yang sama. Sayap yang digunakan adalah semi span wing panjang 45 mm, dengan panjang bilah winggrid 15 mm, dan rasio L/L = 0,9. Pengembangan bentuk wingtip untuk mengurangi induced drag berdasar pada teori Spreiter dan Sacks berdasar dua parameter yaitu: vortex spacing (b ) dan vortec core radius (rk) dari gulungan vortek sebagai fungsi dari induced drag (persamaan.1). Pengurangan induced drag selalu mengembangkan parameter penting yaitu: 1. Memperbesar spacing b dari vortek yang meningalkan sayap.. Memperbesar core radius rk dari vortek. Gambar.4. Setup pengukuran pada wind tunnel

10 10 Gambar.5. Induced drag pada sayap tiga dimensi Persaman Spreiter dan Sacks (persamaan.1.) digunakan sebagai jalan penunjuk dua parameter untuk mendefinisikan relatif induced drag. (.1) Berdasar kontribusi wingtip untuk meningkatkan vortex spacing (b ) dan atau vortex core radius (rk), La Roche membagi klasifikasi baru wingtip menjadi empat kelas: a. Contour: b. Endplate: c. Open fanlike d. Closed multiple Gambar.6. Hasil test perhitungan induced drag

11 11 Hasil dari pengukuran menunjukkan penurunan induced drag (X ell ) berkisar sampai 50% bila dibandingkan dengan sayap elliptic dengan panjang span yang sama.. Prinsip Bernoulli Pada abad 18, ahli matematika dari Swiss Daniel Bernoulli menemukan bahwa tekanan pada fluida menurun pada titik dimana kecepatan fluida meningkat. Ini berarti bahwa aliran berkecepatan tinggi menyebabkan tekanan rendah dan kecepatan rendah menyebabkan tekanan tinggi. Pada saat molekul udara mengalir seperti molekul fluida prinsip ini di gunakan pada udara. Pada sebuah kasus airfoil molekul yang menabrak leading edge, mulai bergerak keatas kecepatannya akan menjadi bertambah pada saat udara melewati lengkungan panjang diatas permukaan airfoil, hal ini akan menyebabkan tekanan rendah karena jarak antar molekulnya lebih jauh. Molekul yang menabrak leading edge mulai bergerak turun dan bergerak lebih lambat pada saat melewati jarak yang lebih pendek ini berarti jarak antar molekulnya lebih padat. Kedua molekul dipermukaan atas dan permukaan bawah akan bertemu pada waktu yang sama pada trailing edge. Gambar.7. Prinsip Bernoulli

12 1.3 Boundary Layer Boundary layer adalah daerah tipis dari aliran yang berdekatan dengan permukaan, dimana aliran menjadi lambat karena gesekan antara permukaan benda padat dengan fluida (Anderson, J.D., 1985) Gambar.8. Boundary layer.4 Reynold Number Penelitian Reynold sebenarnya dilakukan dengan visualisasi aliran cairan yang dilewatkan pada terowongan pipa, dimana terdapat lapisan tipis yang disebut sebagai dye. Dia menemukan bahwa, dye kadang-kadang mengalir melalui pipa sebagai aliran kontinu (laminar), tapi kadang-kadang menjadi rusak atau terjadi ulakan (turbulen). Reynold mengamati bahwa berat jenis, kekentalan, kecepatan fluida, dan diameter pipa berperan penting dalam menentukan aliran tersebut laminar atau turbulent. Reynold menggabungkan pengaruh dari semuan faktor tersebut menjadi satu parameter non dimensional atau disebut sebagai Reynold number (R e ). R e = ρ. ν. c µ (.) Untuk masalah aliran yang lebih luas, R didefinisikan sebagai ρ.ν. l / µ, dimana l adalah panjang di benda. Pada kasus aliran yang melelui airfoil, terdapat konsep perhitungan, yaitu: 1. Overal Reynold number ρ. ν. c R e = (.3) µ

13 13 Dimana, c adalah panjang keseluruhan dari airfoil, diukur dari leading edge sampai trailing edge (chord).. Local Reynold number pada titik sejauh x dibelakang leading edge, dirumuskan : ρ. ν. x R e(x) = (.4) µ Hubungan antara reynold number dan boundary layer dapat menjelaskan mengapa aliran yang melewati airfoil dimulai dengan boundary layer laminar tetapi selanjutnya menjadi turbulent downstream. R x relatif kecil dekat dengan ujung yang mengindikasikan aliran laminar. Pada aliran downstream, x meningkat dan menjadikan R x menjadi besar dan aliran menjadi turbulent. Nilai R x pada saat terjadi pergantian aliran laminar menjadi turbulent disebut sebagai transition Reynold number (R T )..5 Airfoil Airfoil merupakan suatu bentuk yang dibuat untuk menghasilkan gaya lift yang lebih besar dari gaya drag pada saat ditempatkan pada sudut tertentu pada suatu aliran udara. Airfoil mempunyai bentuk ujung yang lancip untuk menjamin aliran udara sedapat mungkin streamline (Clancy L.J, 1975). Airfoil mempunyai bagian seperti leading edge, trailing edge, chord dan chamber. Leading edge berbentuk tumpul untuk memastikan aliran lancar, trailing edge lancip agar wake terjaga tipis dan dijaga agar terjadi separasi sekecil mungkin. Chord line adalah garis yang menghubungkan antara pusat leading edge dengan trailing edge. Camber line adalah garis yang membelah airfoil menjadi dua buah permukaan. Maximum Camber adalah jarak maksimum dari chamber line dengan chord line, dijelaskan dengan perbandingan dari besarnya chord. Camber dianggap positif apabila maksimum camber line terletak diatas chord line. Untuk tipe airfoil lowspeed mempunyai positif camber antara -3 %, untuk supersonic biasanya simetris. Maximum thickness adalah jarak maksimum antara permukaan atas dan permukaan bawah airfoil yang juga diukur tegak lurus terhadap chord line. Sudut serang adalah

14 14 letak airfoil yang ditentukan berdasarkan besarnya sudut antara chord line dengan vektor kecepatan aliran free stream (Clancy L.J, 1975). NACA (National Advisory Committee for Aeronautics) mengidentifikasi bentuk airfoil dengan sistem angka. Penamaan airfoil NACA telah dikembangkan sejak tahun 1930-an, dimulai dengan penamaan dengan menggunakan 4 digit angka - Digit pertama: maksimum camber dalam 1/100 dari panjang chord (C) - Digit kedua: lokasi dari maksimum camber sepanjang chord dalam 1/10 dari panjang chord. - digit terakhir: tebal maksimum dalam 1/100 dari panjang chord. Contoh : Airfoil NACA 41 - Maksimum camber = 0,00 C atau - % Camber - Lokasi = 0,4 C - 40% Chord - Tebal Maksimum = 0,1 C - 1% Tebal Maksimum Airfoil simetri adalah bentuk dari airfoil sama antara diatas dan dibawah chord line, tidak mempunyai camber. Contoh : NACA 001 (airfoil simetri dengan tebal maksimum 1%). Karakteristik airfoil tiga dimensi jika dibandingkan dengan airfoil dua dimensi ialah pada airfoil tiga dimensi terdapat komponen kecepatan yang searah dengan penampang disebut dengan aliran melintang (cross flow) sedangkan pada airfoil dua dimensi tidak terdapat aliran melintang (cross flow). Gambar.9. Bagian-bagian airfoil

15 15 Gambar.10. Airfoil D pada sudut serang α.6 Downwash dan induced drag Sayap dengan panjang tertentu merupakan benda tiga dimensi, dan konsekuensinya aliran yang mengalir melalui sayap dengan panjang terbatas adalah aliran tiga dimensi dan merupakan komponen arah aliran pada keseluruhan span. Syarat agar terjadi lift pada sayap adalah tekanan tinggi pada permukaan bawah dan tekanan rendah pada permukaan atas. Pada saat terjadi gradien tekanan aliran dekat dengan wingtip cenderung mengalir memutar disekitar wingtip, disebabkan gaya dari daerah bertekanan tinggi dibawah wingtip bergerak menuju daerah bertekanan rendah diatas. Komponen arah aliran udara pada permukaan atas dari sayap umumnya mengalir dari ujung (tip) menuju wingroot, menyebabkan streamline seluruh permukaan atas belok menuju wingroot. Komponen arah aliran udara pada permukaan bawah dari sayap umumnya mengalir dari wingroot menuju ujung (tip) sayap, menyebabkan streamline yang mengalir pada permukaan bawah belok menuju ujung (tip). Aliran yang keluar disekeliling wingtip menyebabkan efek aerodinamika pada sayap. Aliran ini membentuk pergerakan memutar menyebabkab downstream di trailing sayap, sehingga trailing vortek terjadi disetiap wingtip. Wingtip vortex downstream sayap menyebabkan komponen kecepatan udara yang menurun dilingkungan sayap itu sendiri. Dua vortek cenderung menjadi gaya hambat dikedua ujung dan menyebabkan terjadinya komponen kecepatan kecil yang mengarah kebawah pada sayap. Komponen kebawah tersebut disebut sebagai downwash (w). downwash bergabung dengan kecepatan freestream (V ) menghasilkan local relatif wind disetiap bagian airfoil ( gambar.11). α merupakan sudut serang geometric sayap. Local relatif wind bergerak miring dengan sudut α i atau disebut sebagai sudut serang induced. Timbulnya downwash dan kecenderungan terjadinya local relatif wind yang mengarah kebawah mempunyai efek penting pada airfoil, yaitu:

16 16 1. Sudut serang aktual pada bagian airfoil tertentu adalah sudut antara chord line dengan local relatif wind. Sudut ini disebut sebagai sudut serang efektif ( α ) dan besarnya lebih kecil dari sudut serang α. eff α eff = α - α i. Arah lift lokal ditarik tegak lurus dengan local relatif wind dan miring dengan sudut α i dengan garis vertikal (gambar.11). Sehingga terdapat komponen drag yang disebabkan karena downwash dari arah lift local yang searah dengan V (gambar.11) Dengan adanya downwash pada sayap dengan panjang tertentu mengurangi sudut serang pada tiap bagian efektif. Downwash menghasilkan komponen dari drag yang disebut sebagai induced drag (D i ). Gambar.11. Efek downwash pada aliran lokal yang mengalir melalui bagian airfoil dari sayap dengan panjang tertentu..7 Wingtip vortek Dekat dengan ujung sayap udara bergerak dari daerah tekanan tinggi menuju daerah bertekanan rendah, menghasilkan putaran vortek pada wingtip (gambar.1). Wingtip vortek menghasilkan aliran downwash yang sangat kuat pada wingtip dan semakin berkurang menuju wing root. Induced drag merupakan gaya yang disebabkan karena down stream dan pengaruh dari wingtip vortek pada sayap tiga dimensi. Induced drag disebut juga drag karena gaya lift karena hanya hanya terjadi pada saat sayap menghasilkan gaya lift (Glenn Research Center).

17 17 Gambar.1. Wingtip vortek pada Sayap tiga dimensi Gambar.13. Efek Wingtip Vortek Gambar.14. Wingtip vortek sayap dengan winggrid.8 Stall Kurva lift bergerak lurus hingga pada jarak tertentu. Pada saat mulai timbul efek separasi kemiringan kurva mulai berkurang. Akhirnya, kurva lift mencapai titik maksimum dan mulai menurun. Sudut pada saat terjadi penurunan lift disebut sebagai sudut stall (Clancy,L.J.,1975).

18 18 Gambar.15. Aliran udara pada sudut serang besar yang melalui airfoil Gambar.16. Macam-macam tipe sayap dan typical stall yang terjadi.9 Gaya angkat (lift) Gaya angkat (lift) adalah resultan gaya aerodinamik yang tegak lurus arah gerakan udara, yang mengakibatkan suatu benda terangkat karena terjadinya perbedaan tekanan bagian atas dan bawah dari benda (Clancy,L.J.,1975). Besarnya gaya angkat untuk mengangkat benda dengan bidang angkat A p umumnya didefinisikan sebagai: F dimana: L CLρ V A = F L = gaya angkat C L = koefisien gaya angkat ρ = massa jenis udara p (.5) V = kecepatan udara bebas A p = proyeksi luasan maksimum dari benda atau bidang angkat Dari persamaan (.) maka persamaan koefisien gaya angkat adalah :

19 19 C L FL = 1 A ρ V p dimana: A p : Proyeksi luasan maksimum dari benda atau bidang angkat. (.6).10 Gaya hambat (drag) Gaya hambat adalah komponen gaya fluida pada benda yang searah dengan arah aliran fluida atau berlawanan gerakan benda (Clancy,L.J.,1975). Besarnya gaya hambat dapat dihitung dengan persamaan : F dimana: D CDρ V AP = (.7) F D = gaya hambat C D = koefisien gaya hambat ρ = massa jenis udara V = kecepatan udara bebas A p = proyeksi luasan maksimum dari benda atau bidang hambat Dari persamaan (.4) maka persamaan koefisien gaya hambat adalah: C F D D = (.8) 1 ρ V Ap Untuk menghasilkan lift, tekanan udara diatas sayap harus lebih kecil daripada tekanan di bawah sayap. Aliran udara dari tekanan tinggi bergerak menuju daerah yang bertekanan rendah, tekanan tinggi di bawah sayap menghasilkan gelombang tekanan yang menyebabkan udara dibawah sayap mulai bergerak ke depan menuju daerah yang bertekanan rendah. Pada saat yang bersamaan tekanan rendah diatas sayap menyebabkan udara di leading edge dan diatas sayap mulai bergerak meninggalkan sayap. Aliran udara yang meninggalkan sayap menuju besaran sudut tertentu yang bergerak miring kebawah terhadap aliran free stream yang meninggalkan sayap atau disebut dengan downwash (Professional Pilot).

20 0 Gaya hambat karena perbedaan tekanan antara bagian depan dengan bagian belakang pesawat pada saat terbang disebut sebagai pressure drag. Tidak semua drag disebabkan karena perbedaan tekanan pada saat terbang, beberapa disebabkan karena kekasaran permukaan yang menyebabkan melekatnya udara sepanjang permukaan atau disebut sebagai viscous drag. Total parasite drag merupakan penjumlahan pressure drag dengan viscous drag. Parasite drag merupakan penambahan jumlah drag yang disebabkan oleh komponen-komponen pesawat seperti badan pesawat, mesin pesawat, tail unit, dll..11 Klasifikasi Wingtip Penambahan wingtip pada sayap untuk menaikkan vortex-spacing (jarak separasi putaran vortex) b dan atau vortex-core-radius (jari-jari inti vortex) rk. Klasifikasi dari Wingtip dapat digolongkan ke dalam empat jenis antara lain: a. Contour: Metode yang digunakan untuk menurunkan induced drag dengan merubah bentuk ujung sayap flat, dengan Wingtip yang melengkung kebelakang menaikkan vortex-spacing b. Contoh: Sayap Dornier 8. Gambar.17. Contour wingtip konfigurasi planar swept-back b. Endplate: Penambahan endplate dari bermacam desain pada ujung sayap, mendistribusikan pusaran lebih pada ujung sayap, sehingga menaikkan vortexspacing (b ). Contoh : beberapa jenis pesawat angkut. Penambahan propeller

21 1 memiliki pengaruh yang sama seperti endplate, propeller bentuk sementara yang merupakan salah satu dari kelas endplate (Airbus-study). Gambar.18. Endplate wingtip konfigurasi propeller. Gambar.19. Endplates. c. Open fanlike Bentuk seperti ini telah diusulkan pada tahun 1993 untuk di teliti berdasar pada prinsip kerja dari sayap burung darat yang terbang melayang dengan sayap yang mencuat keluar dari beberapa bilah sayap yang membuka pada ujungnya dan pada tujuan yang berbeda. Beberapa berhasil dan wingtip sederhana (contoh: tipe Whitcomb) dapat meningkatkan vortex-spacing (jarak separasi putaran vortex) b dan atau vortex-core-radius (jari-jari inti vortex) rk. Gambar.0. Open fanlike konfigurasi fanlike expanded multiple. d. Closed multiple Jenis konfigurasi baru yang merupakan suatu cara untuk menurunkan induced drag melebihi kemampuan jenis wingtip a-c dengan garis batas yang lebih lebar, dimana memiliki tujuan sama untuk menurunkan induced drag yaitu: - Menaikkan vortex-spacing, dengan cara menggeser pusaran menuju ujung sayap (Wingtip). - Menaikkan vortex-core-radius (jari-jari inti vortex) rk, dengan cara mendistribusikan gaya angkat pada masing-masing bilah (winglet).

22 Gambar.1. Konfigurasi winggrid. Gambar.. Konfigurasi spiroid. LaRoche,U (1996) menyatakan bahwa Winggrid ialah teknologi penurun gaya hambat berdasarkan pada ujung sayap (Wingtip) dengan penambahan bilah sayap kecil yang berjumlah lebih dari satu (Multiple winglets) yang disusun secara paralel (winggrid) dengan bermacam-macam bentuk. Aliran vortek pada ujung sayap dapat mengurangi efektifitas gaya angkat sayap, seperti yang terlihat digambar.1. Vortek yang terjadi mengurangi luasan efektif sayap untuk menghasilkan gaya angkat. Penambahan winggrid membuat aliran vortek bergerak ke ujung sehingga mengurangi besarnya gaya vortek yang terjadi. Gambar.3. Skema aliran vortek pada sayap normal dibanding dengan sayap yang menggunakan winggrid pada ujung sayap.

23 3 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Alat Penelitian Peralatan yang digunakan dalam pengambilan data penelitian adalah sebagai berikut: 1. Low speed wind tunnel Gambar 3.1. Low speed wind tunnel. Balancer

24 4 Gambar 3.. Balancer 3. Hygrometer 4. Barometer Gambar 3.3. Hygrometer 3 Gambar 3.4. Barometer 5. Termometer digital

25 5 6. Timbangan Digital Gambar 3.5. Termometer digital Gambar 3.6. Timbangan Digital beban maksimum 00 gram 3.. Spesimen Gambar 3.7. Timbangan Digital Spesimen yang digunakan untuk pengambilan data adalah sebagai berikut: 1. Airfoil NACA 001 Dimensi dari airfoil NACA 001 sebagai berikut: Panjang total = 6,3 cm. Lebar total = 8,3 cm.. Lima bilah winglet berbentuk persegi panjang terbuat dari acrilic dengan panjang = 6,8 cm dan Lebar = 1,7 cm, dipasang secara dihedral dari leading edge sampai trailing edge (.twisted multiple winglets).

26 6 Gambar 3.8. Airfoil NACA 001 dengan penambahan twisted multiple winglets Gambar 3.9. Twisted multiple winglets 3.3. Pengujian 1. Lima bilah yang dibuat dari akrilik dipasang secara dihedral dari leading edge sampai trailing edge pada sebuah plat akrilik yang mempunyai

27 7 penampang seperti airfoil, plat akrilik tersebut dipasangkan pada ujung airfoil NACA 001 dengan dua buah baut mm sebagai penguat.. Kalibrasi pengukuran kecepatan udara menggunakan Anemometer dengan mengambil rata-rata kecepatan yang diukur dari tiga titik/garis pada seksi uji dimana aliran di dalam seksi uji diasumsikan seragam. 3. Pemasangan mekanisme timbangan (balancer) dan sayap untuk pengukuran gaya angkat dan gaya hambat menggunakan timbangan digital. 4. Pengukuran temperatur ruangan, tekanan udara, kelembaban udara dilakukan pada saat awal dan akhir percobaan. 5. Pengukuran gaya angkat dan gaya hambat dengan berbagai variasi penambahan bilah yang disusun secara dihedral. 6. Pengambilan data dilakukan untuk mengetahui gaya lift dan gaya hambat yang bisa dilihat di timbangan digital dengan variasi sudut serang sayap ,,4,6,8,10,1,14,16,18,0 serta variasi kecepatan udara 5 m/s, 10 m/s, 15 m/s, untuk setiap variasi twisted multiple winglets. 7. Data diambil sebanyak tiga kali untuk setiap pengambilan data (langkah 6) untuk diambil sebagai rata-rata, dimana setiap kali pengambilan data (langkah 7), diambil data pada timbangan digital kemudian dirata-rata. 8. Pengambilan data pertama untuk sayap model NACA 001 asli sesuai dengan langkah 6 dan langkah Selanjutnya twisted multiple winglets di pasang pada ujung sayap model NACA 001 sesuai dengan langkah 6 dan langkah 7. Pengambilan data sayap model NACA 001 dengan penambahan bilah dihedral dilakukan untuk setiap variasi twisted multiple winglets sebagai berikut :

28 8 1) 10 0,5 0,0 0,-5 0,-10 0 ) 0 0,10 0,0 0,-10 0,-0 0 3) 30 0,15 0,0 0,-15 0, ) 40 0,0 0,0 0,-0 0, ) 50 0,5 0,0 0,-5 0, ) 60 0,30 0,0 0,-30 0, ) -10 0,-5 0,0 0,5 0,10 0 8) -0 0,-10 0,0 0,10 0,0 0 9) -30 0,-15 0,0 0,15 0, ) -40 0,-0 0,0 0,0 0, ) -50 0,-5 0,0 0,5 0,50 0 1) -60 0,-30 0,0 0,30 0,60 0 mulai Pembuatan Spesimen uji Kalibrasi Kecepatan udara wind tunnel Setting dengan balancer dengan sayap tanpa multiple winglet

29 9 1 Analisa Kesimpulan Selesai

30 30 Gambar Diagram alir penelitian. ANALISIS DATA BAB IV Macam-macam kombinasi twisted multiple winglets diteliti pada low speed wind tunnel untuk menentukan kombinasi yang terbaik terhadap lift/drag rasio. Lima bilah winglet dipasang secara dihedral pada sudut kemiringan tertentu diukur dari nol relatif dengan sayap, bilah dipasang dari leading edge sampai trailling edge pada airfoil NACA 001. Setiap kombinasi winglet dihedral diuji pada kecepatan udara 5 m/s, 10 m/s, dan 15 m/s dan setiap variasi kecepatan menggunakan variasi sudut serang sayap 0,,4,6,8,10,1,14, ANALISIS Contoh perhitungan

31 31 Berikut merupakan contoh perhitungan dari data hasil pengamatan pada sayap model NACA 001 penambahan twisted multiple winglets konfigurasi +0,+10,0,- 10,-0 derajat, pada kecepatan udara 15 m/s dan sudut serang sayap Pengamatan suhu, tekanan dan kelembaban dilakukan sebelum dan sesudah pengujian. Tabel 4.1. merupakan data hasil pengamatan pada sayap dengan model NACA 001 penambahan twisted multiple winglets konfigurasi +0,+10,0,-10,-0 derajat.. Tabel 4.1. Data hasil pengamatan suhu, tekanan dan kelembaban udara. Kondisi Ruang Sebelum Sesudah Rerata Konversi Suhu [C] 9.5 C 9.7 C 9.6 C 30,600 K P [mbar] 1015 mbar 1015 mbar mbar kpa Humidity [%] 73 % 73 % 73 % 0,73 a. Chord Reynold Number R e = ρ. v. c µ dimana: ρ 30,6 K = 1,158 Kg/m 3 (tabel A4 Incopera) V = 15 m/detik C = 8,3 x 10 - meter µ 30,6 K = 185,87 x 10-7 N s/m (tabel A4 Incopera) 1) R e untuk kecepatan udara 5 m/detik R e = 1,158 Kg/m3 x 5 m/s x 8,3 x ,87 x 10 N s/m R e = ) R e untuk kecepatan udara 10 m/detik R e = 1,158 Kg/m3 x 10 m/s x ,87 x 10 R e = N s/m - 8,3 x 10 3) R e untuk kecepatan udara 15 m/detik - meter meter R e = 1,158 Kg/m3 x 15 m/s x 8,3 x ,87 x 10 N s/m - meter

32 3 R e = b. Menghitung Tekanan Parsial pada Temperatur Tertentu (Pr) ( T 9,6 0 C) P = Kelembaban Udara (%) Tekanan Udara = (4.3) r Tekanan Udara pada suhu Cengel, Thermodynamics sebagai berikut: ( ) 9,6 0 C dicari dengan interpolasi Tabel A.4. ( 9,6-5) ( 4,460-3,1690) + (( 30-5) 3,1690) ( 30-5) P t 9,1 = ( 4,6 1,0770) + ( 5 3,1690) Pt ( 9,1) = 5 Pt ( 9,1) = 4,15984 kpa 4, ,8450 = = 5 Sehingga Pr = 73% 4,15984 kpa = ,15984 kpa Pr = 3, kpa 0,799 5 c. Menghitung Densitas Udara Dalam penerapan untuk aliran Sub Sonic Rendah, udara dianggap sebagai gas sempurna sehingga: ρ = T P P R R (Tabel A.1. Cengel, Thermodynamics) 1 ρ = Χ 3 0,870 kpa.m / kg.k 30,6 K P - Pr Pr 3 ρ = + (Cengel,Thermodyna 0,870 kpa.m mics) / kg.k 101,5 R T kpa R - r T kpa 1-3 0,460 kpa.m / kg.k 1 1 R 3 ρ = ρ = P - Pr 1- kg / m R T R 3 86,846 kpa.m / kg r 101,5 kpa kpa 1-0,61 1 ρ = 3 86,846 kpa.m / kg Dimana : kpa ρ = 3 3 ρ = 86,846 Massa jenis kpa.m(kg // kg m ) 3 ρ T= 1, = Suhu ruang kg / saat m pengujian (Kelvin) P P r R R r 1 R T Dimana : ρ = r r P - P r 1- R R Massa jenis (Kg / m = Tekanan uap jenuh (kpa) = Konstanta air = 0,460 kpa.m = Tekanan udara saat pengujian (kpa) = Tekanan uap jenuh (kpa) = Konstanta udara = 0,870 kpa.m (Tabel A.1. Cengel, Thermodynamics) = Konstanta air = 0,460 kpa.m r = Suhu ruang saat pengujian (Kelvin) = Tekanan udara saat pengujian (kpa) = Konstanta udara = 0,870 kpa.m (Tabel A.1. Cengel, Thermodynamics) 3 / kg.k / kg.k (Tabel A.1. Cengel, Thermodynamics) ) / kg.k 3 / kg.k ( ( ( )) ( kpa - 1, kpa ) (4.4) (.9) (.10)

33 33 3 Jadi nilai densitas udara (massa jenis udara) sebesar 1, kg/ m. Tabel 4.. Data hasil perhitungan Pg t[5](kpa) 3,1690 Pr (kpa)= 3, Pg t[30](kpa) 4,460 Pt(9.1)(kPa) = 4,15984 R(kPa.m3/kgK) 0,870 ρ(kg/m3) = 1, Rr(kPa.m3/kgK) 0,460 d. Perhitungan gaya lift dan drag Gaya Angkat dan Gaya Hambat diperoleh dari pengukuran menggunakan mekanisme Timbangan (Balancer) dengan Timbangan Digital sebanyak dua buah. Mekanisme Timbangan (Balancer) ditunjukkan dalam gambar berikut ini: Gambar 4.1. Mekanisme Timbangan (Balancer) untuk pengukuran Lift dan Drag. Dari gambar di atas dapat diketahui persamaan pengukuran gaya angkat dan gaya hambat, yaitu :

34 34 L b F L = a (4.5) Dimana: F L = Gaya angkat (Kg m / s atau Newton) L = Besar gaya angkat (Gram) a = Setengah bentang sayap ditambah jarak ujung sayap dengan lengan momen lift untuk sayap tanpa Winggrid (meter). B = Panjang lengan momen lift (meter) D d F D = c Dimana: F D = Gaya angkat (Kg m / s (4.6) atau Newton) D = Besar gaya hambat (Gram) c = Setengah bentang sayap ditambah jarak ujung sayap dengan lengan momen drag untuk sayap tanpa Winggrid (meter). Sedangkan dengan bilah Winggrid ditambah setengah dari panjang span Winggrid dan tebal endplate. d = Panjang lengan momen drag (meter) Sesuai dengan data hasil pengamatan dari timbangan digital 56,6833 gram sedangkan Drag sebesar 64,9 gram maka nilai gaya angkat (F L ) dan gaya hambat (F D ) sebagai berikut: F F F F L L L L L b = a = ( gram/1000 ) Kg 9,81 m/s ) ( 5 cm/100 ) ( 0,5 6,3 cm + 6 cm )/100 ) m Kg m/s 0,5 m = m = Kg m/s 3.9 N m

35 35 F F F F D D D D = = = = D d c ( 64.9 gram/1000 ) Kg 9,81 m/s ) ( cm/100 ) ( 0,5 6,3 cm + 6 cm )/100 ) m Kg m/s 0, m m Kg m/s 0.73 N m e. Menghitung Koefisien Lift dan Drag Persamaan koefisien Lift adalah: C dimana: F L = gaya angkat (N) C L = koefisien gaya angkat L FL = 1 A ρ V p (4.7) ρ = massa jenis udara (Kg/m 3 ) V = kecepatan udara bebas (m/s) A p = proyeksi luasan maksimum dari benda atau bidang angkat (m ) Persamaan koefisien gaya hambat adalah: dimana: F = gaya hambat (N) D C D = koefisien gaya hambat ρ = massa jenis udara (Kg/m 3 ) C D F D = (4.8) 1 ρ V Ap V = kecepatan udara bebas (m/s) A p = proyeksi luasan maksimum dari benda atau bidang hambat (m ) Menghitung Koefisien Lift

36 36 FL CL = 1 ρ V Ap 3,8789 Kg m/s CL = 1 3 1, kg / m ( 15 m/s) ( ( 6,3 8,3) /10000) m 3,8789 Kg m/s C L = 1 3 1, kg / m 5 m / s 0,0189 m 0,9848 C = 1, L Menghitung Koefisien Drag C C C D D C D D FD = 1 ρ V A = p 1 3 1, kg / m 0,73141 Kg m/s ( 15 m/s) ( 6,3 8,3) /10000) 0,73141 Kg m/s = 1 3 1, kg / m 5 m / s 0,0189 m = 0,61739 m 0,9848 COS10 COS f. Menghitung Unjuk Kerja Aerodinamika Unjuk Kerja Aerodinamika merupakan perbandingan Koefisien Lift dengan Koefisien Drag. Unjuk Kerja Aerodinamika Pembahasan C = C a. Sayap Tanpa Penambahan Winggrid L D 1, = = 4,4944 0,6179 Pengukuran gaya lift pada sayap tipe NACA 001 diteliti pada low speed wind tunnel dengan tiga variasi kecepatan udara yaitu 5 m/detik, 10 m/detik, 15 m/detik. Setiap variasi kecepatan udara dilakukan perubahan sudut serang ,,4,6,8,10,1,14,16,18,0 dengan arah aliran udara. Dari grafik di bawah terlihat bahwa koefisien gaya angkat meningkat dengan penambahan kecepatan udara. CL - Alfa Sayap 1,3 1, 1,1 1 0,9 0,8 CL 0,7 0,6 5 m/s 10 m/s 15 m/s 0,5 0,4 0,3 0, 0, Alfa Sayap

37 37 Gambar 4.. Grafik Alfa-C L sayap tanpa multiple winglets. Pada Gambar 4.. dapat dilihat bahwa koefisien gaya angkat maksimal terjadi pada sudut serang 1 0 pada kecepatan udara 15 m/s sebesar 0, Pada sudut serang yang lebih besar terjadi penurunan gaya angkat atau disebut dengan stall. Cd - Alfa Sayap 0,8 0,7 0,6 0,5 Cd 0,4 5 m/s 10 m/s 15 m/s 0,3 0, 0, Alfa sayap Gambar 4.3. Grafik Alfa-C D sayap tanpa multiple winglets Dari Gambar 4.3. terlihat bahwa koefisien gaya hambat meningkat dengan penambahan kecepatan udara. Koefisien gaya hambat pada sudut serang sayap 0 0 sebesar 0, dengan kecepatan 15 m/s. Koefisien gaya hambat mengalami peningkatan sejalan dengan peningkatan kecepatan aliran udara dan sudut serang. Pada saat kecepatan meningkat, titik transisi cenderung bergerak menuju leading edge. Begitu juga pada saat sudut serang naik, titik transisi cenderung bergerak maju (William Rice). Rusaknya aliran streamline di permukaan airfoil menyebabkan peningkatan pressure drag yang besar. CL/Cd - Alfa Sayap 10 9,5 9 8,5 8 7,5 7 6,5 6 CL/Cd 5,5 5 4,5 4 3,5 3,5 1,5 1 0, Alfa Sayap 5 m/s 10 m/s 15 m/s

38 38 Gambar 4.4. Grafik unjuk kerja airfoil (koefisien gaya angkat/koefisien gaya hambat) sayap tanpa penambahan Winggrid. Grafik unjuk kerja airfoil ditunjukkan pada Gambar 4.4. Dari grafik di atas terlihat bahwa unjuk kerja airfoil meningkat dengan penambahan kecepatan udara. Unjuk kerja airfoil maksimal pada sudut serang sayap 6 0 sebesar 9,94161 dengan kecepatan 10 m/s. Sedangkan unjuk kerja airfoil minimal pada sudut serang sayap 8 0 sebesar 5, dengan kecepatan 5 m/s. Rasio C L /C D meningkat dengan cepat pada awalnya, karena C L meningkat dengan cepat dan C D bergerak meningkat sedikit atau bisa dibilang konstan. C D mulai meningkat lebih dan lebih cepat, ketika pada saat mendekati titik stall C L meningkat lebih lambat. Sehingga pada saat terjadi stall, C L /C D berada pada nilai maksimum (Clancy,L.J.,1975). Kurva lift tidak dimulai dari titik nol disebabkan sulitnya pengesetan sudut serang sayap nol derajat pada balancer, sehingga pada sudut serang sayap nol derajat sudah terjadi gaya angkat. Hal ini berdampak pada besarnya nilai C L /C D pada sudut serang sayap nol. Sehingga kurva C L /C D tidak dimulai dari titik nol. b. Sayap Dengan Penambahan twisted multiple winglets 1) Dihedral di leading edge -Anhedral di trailling edge Gambar 4.5 merupakan grafik hasil perhitungan C L dari enam variasi twisted multiple winglets dengan posisi bilah dihedral di leading edge, Alfa - CL Dihedral di LE Pada Kecepatan Udara 15 m/s 1,3 1, 1,1 CL 1 0,9 0,8 0,7 0,6 0,5 0,4 Sayap Asli Sudut antar bilah 5 Sudut Antar Bilah 10 Sudut Antar Bilah 15 Sudut Antar Bilah 0 Sudut Antar Bilah 5 Sudut Antar Bilah 30

39 39 dibandingkan dengan C L sayap tanpa multiple winglets pada kecepatan udara yang sama yaitu 15 m/s. Gambar 4.5. Grafik Alfa-C L, perbandingan antara sayap dengan penambahan twisted multiple winglets dengan posisi bilah dihedral di leading edge, dengan sayap tanpa multiple winglets. Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa terjadi kenaikan koefisien lift yang signifikan bila dibandingkan dengan sayap tanpa multiple winglets. Kenaikan koefisien lift meningkat dari 34,7% sampai 38,4%. Koefisien lift maksimum terjadi pada saat twisted multiple winglets dipasang dengan jarak antar bilah 10 derajat, menurun dari 0 0 dihedral untuk leading edge sampai 0 0 anhedral untuk trailing edge. Twisted multiple winglets 0 0,10 0,0 0,-10 0,-0 0 menunjukkan kenaikan koefisien lift maksimum sebesar 1, pada kecepatan udara 15 m/s dan sudut serang Kurva lift tidak berawal dari titik nol dikarenakan sulitnya pengesetan sayap pada sudut serang nol, sehingga pada sudut serang sayap nol derajat sudah terjadi gaya angkat. Gambar 4.6 merupakan grafik hasil perhitungan C D dari enam variasi twisted multiple winglets dengan posisi bilah dihedral di leading edge, Alfa - CD Dihedral di LE Pada Kecepatan 15 m/s 0,8 0,7 CD 0,6 0,5 0,4 0,3 0, Sayap Asli Sudut Antar bilah 5 Sudut Antar Bilah 10 Sudut Antar Bilah 15 Sudut Antar Bilah 0 Sudut Antar Bilah 5 Sudut Antar Bilah 30

40 40 dibandingkan dengan C D sayap tanpa multiple winglets pada kecepatan udara yang sama yaitu 15 m/s. Gambar 4.6. Grafik Alfa-C D, perbandingan antara sayap dengan penambahan twisted multiple winglets dengan posisi bilah dihedral di leading edge, dengan sayap tanpa multiple winglets. Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa penambahan twisted multiple winglets dengan posisi bilah dihedral di leading edge juga mengindikasikan adanya peningkatan koefisien drag yang sangat cepat. Kenaikan koefisien drag minimal terjadi pada penambahan twisted multiple winglets bentuk 60 0,30 0,0 0,- 30 0, Kenaikan koefisien drag mencapai 5,69% dihitung pada sudut serang 0 0 bila dibandingkan dengan sayap tanpa multiple winglets. Gambar 4.7. merupakan grafik hasil perhitungan C L /C D dari enam variasi twisted multiple winglets dengan posisi bilah dihedral di leading edge, dibandingkan dengan C L /C D sayap tanpa multiple winglets pada kecepatan udara yang sama yaitu 15 m/s. Alfa - CL/CD dihedral di LE Pada Kecepatan 15 m/s 10 9 CL/CD Sayap Asli Sudut Antar Bilah 5 Sudut Antar Bilah 10 Sudut Antar Bilah 15 Sudut Antar Bilah 0 Sudut Antar Bilah 5 Sudut Atar Bilah 30 1

41 41 Gambar 4.7. Grafik Alfa-C L /C D, perbandingan antara sayap dengan penambahan twisted multiple winglets dengan posisi bilah dihedral di leading edge, dengan sayap tanpa multiple winglets. Unjuk kerja sayap maksimal terjadi pada penambahan twisted multiple winglets bentuk 0 0,10 0,0 0,-10 0,-0 0 dari enam variasi twisted multiple winglets dengan posisi bilah dihedral di leading edge. Hasil ini sesuai dengan percobaan sebelumnya yang telah dilakukan oleh M. J. Smith dan N. Komerath, 001. Mereka memperlihatkan bahwa winglet dihedral menunjukkan hasil terbaik ketika winglet dipasang dengan jarak antar bilah 10 derajat, menurun dari 0 0 dihedral untuk leading edge sampai 0 0 anhedral untuk trailing edge winglet. Konfigurasi ini menghasilkan peningkatan kurva lift sebesar % bila dibandingkan dengan sayap tanpa multiple winglets, pada angka reynold dan sudut serang 6 derajat. Ketika kurva lift meningkat dengan penambahan winglet, drag juga meningkat, sehingga L/D efektif karena penambahan winglet kadang-kadang sedikit lebih rendah bila dibandingkan dengan L/D untuk sayap tanpa multiple winglets.

42 4 ) Anhedral di leading edge Dihedral di trailling edge Gambar 4.8 merupakan grafik hasil perhitungan C L dari enam variasi twisted multiple winglets dengan posisi bilah anhedral di leading edge, dibandingkan dengan C L sayap tanpa multiple winglets pada kecepatan udara yang sama yaitu 15 m/s. Alfa - CL Unhedral di LE pada Kecepatan Udara 15 m/s 1,3 1, 1,1 1 CL 0,9 0,8 0,7 0,6 0,5 0,4 Sayap Asli Jarak Antar Bilah 5 Jarak Antar Bilah 10 Jarak Antar Bilah 15 Jarak Antar Bilah 0 Jarak Antar Bilah 5 Jarak Antar Bilah 30 0,3 0, 0, Alfa Gambar 4.8. Grafik Alfa-C L, perbandingan antara sayap dengan penambahan twisted multiple winglets dengan posisi bilah anhedral di leading edge, dengan sayap tanpa multiple winglets. Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa koefisien lift meningkat dari,85% sampai 33,48% bila dibandingkan dengan sayap tanpa multiple winglets. Susunan twisted multiple winglets terbaik terjadi ketika winglet dipasang 5 0 antar bilah, naik dari anhedral 10 0 di leading edge sampai dihedral 10 0 di trailing edge. Penambahan winglet -10 0,-5 0,0 0,5 0,10 0 derajat menunjukkan kenaikan koefisien lift maksimun sebesar 1,08917 pada sudut serang 1 0. Dari grafik diatas terjadi kenaikan koefisien lift yang sangat signifikan bila dibandingkan dengan sayap tanpa multiple winglets sebesar 33,48 %.

43 43 Gambar 4.9 merupakan grafik hasil perhitungan C D dari enam variasi twisted multiple winglets dengan posisi bilah anhedral di leading edge, dibandingkan dengan C D sayap tanpa multiple winglets pada kecepatan udara yang sama yaitu 15 m/s. Alfa - CD Unhedral di LE pada Kecepatan Udara 15 m/s 1,3 1, 1,1 CD 1 0,9 0,8 0,7 0,6 0,5 0,4 0,3 Sayap Asli Jarak Antar Bilah 5 Jarak Antar Bilah 10 Jarak Antar Bilah 15 jarak Antar Bilah 0 Jarak Antar Bilah 5 Jarak Antar Bilah 30 0, 0, Alfa Gambar 4.9. Grafik Alfa-C D, perbandingan antara sayap dengan penambahan twisted multiple winglets dengan posisi bilah anhedral di leading edge, dengan sayap tanpa multiple winglets. Penambahan twisted multiple winglets dengan posisi bilah anhedral di leading edge juga mengindikasikan adanya peningkatan koefisien drag. Kenaikan minimal terjadi pada susunan winglet -60 0,-30 0,0 0,30 0,60 0. Kenaikan koefisien drag mencapai 18,71% dihitung pada sudut serang 0 0 sebesar bila dibandingkan dengan sayap tanpa multiple winglets. Enam variasi anhedral di leading edge menunjukkan kenaikan drag yang lebih rendah bila dibandingkan dengan enam variasi dihedral di leading edge karena belitan winglet membuat aliran atas dengan cepat keluar dari wingtip (Spilman,1973, 1979, 1983).

44 44 Gambar merupakan grafik hasil perhitungan C L /C D dari enam variasi twisted multiple winglets dengan posisi bilah anhedral di leading edge, dibandingkan dengan C L /C D sayap tanpa multiple winglets pada kecepatan udara yang sama yaitu 15 m/s. Alfa - CL/CD Unhedral di LE pada Kecepatan Udara 15 m/s CL/CD Sayap Asli Jarak Antar Bilah 5 Jarak Antar Bilah 10 Jarak Antar Bilah 15 Jarak Antar Bilah 0 m/s Jarak Antar Bilah 5 m/s Jarak Antar Bilah 30 m/s Alfa Gambar Grafik Alfa-C L /C D, perbandingan antara sayap dengan penambahan twisted multiple winglets dengan posisi bilah anhedral di leading edge, dengan sayap tanpa multiple winglets. Unjuk kerja sayap maksimal terjadi pada penambahan twisted multiple winglets -50 0,-5 0,0 0,5 0,50 0 dari enam variasi twisted multiple winglets dengan posisi bilah anhedral di leading edge. Hasil ini sesuai dengan penelitian di Ohio State University dimana twisted multiple winglets yang disusun pada sudut dihedral yang besar menghasilkan induced drag yang lebih kecil. Penambahan twisted multiple winglets dengan posisi bilah anhedral di leading edge pada sayap mempunyai pengaruh besar terhadap drag dan mempunyai pengaruh kecil terhadap perubahan koefisien lift.

45 45 c. Perbandingan sayap tanpa multiple winglets dengan anhedral di leading edge dan dihedral di leading edge. Alfa-CL pada kecepatan udara 15 m/s 1,3 1, 1,1 1 0,9 CL/CD 0,8 0,7 0,6 0,5 0,4 0,3 0, 0,1 Sayap Asli variasi -50,-5,0,5,50 variasi 0,10,0,-10, Alfa Gambar Grafik Alfa-C L, perbandingan antara kurva C L maksimal anhedral di leading edge dan dihedral di leading edge, dengan sayap tanpa multiple winglets. Dari gambar dapat diketahui bahwa penambahan twisted multiple winglets dapat menaikan koefisien lift sebesar dari 5,57% sampai 38,4%. Variasi twisted multiple winglets 0 0,10 0,0 0,-10 0,-0 0 menunjukkan kenaikan kurva lift paling tinggi. Kurva lift bergerak lurus hingga pada jarak tertentu. Pada saat mulai timbul efek separasi kemiringan kurva mulai berkurang. Akhirnya, kurva lift mencapai titik maksimum dan mulai menurun. Sudut pada saat terjadi penurunan lift disebut sebagai sudut stall (Clancy,L.J.,1975). Gambar menunjukkan bahwa stall pada sayap tanpa multiple winglets terjadi pada sudut serang sayap 1 0 dan stall penambahan twisted multiple winglets pada sayap tanpa multiple winglets terjadi pada sudut serang sayap Untuk airfoil simetris, pada sudut serang nol tidak terjadi gaya angkat

46 46 (Clancy,L.J.,1975). Dari gambar diatas belum menunjukkan bahwa pada sudut serang nol tidak terjadi gaya lift. Hal ini disebabkan sulitnya pengesetan sudut serang sayap nol derajat pada balancer, sehingga pada sudut serang nol derajat sudah terjadi gaya angkat. Alfa-CD pada kecepatan udara 15 m/s 0,8 0,7 0,6 0,5 Sayap Asli CL/CD 0,4 0,3 variasi -50,-5,0,5,50 variasi 0,10,0,-10,-0 0, 0, Alfa Gambar 4.1. Grafik Alfa-C D, perbandingan antara kurva C D maksimal anhedral di leading edge dan dihedral di leading edge, dengan sayap tanpa multiple winglets. Dari gambar 4.1. dapat diketahui bahwa dengan penambahan twisted multiple winglets juga terjadi kenaikan koefisien drag sebesar dari 5,79% sampai 40,3%. Koefisien gaya hambat mengalami peningkatan sejalan dengan peningkatan kecepatan aliran udara dan sudut serang. Pada saat kecepatan meningkat, titik transisi cenderung bergerak menuju leading edge. Begitu juga pada saat sudut serang naik, titik transisi cenderung bergerak maju (William Rice). Pada saat mendekati stall titik separasi bergerak kedepan menyebabkan wake tebal. Form drag naik dengan cepat dan pada saat stall, form drag lebih besar dari pada gesekan permukaan (Clancy,L.J.,1975). Rusaknya aliran

47 47 streamline di permukaan airfoil menyebabkan peningkatan pressure drag yang besar. Twisted multiple winglets -50 0,-5 0,0 0,5 0,50 0 menunjukkan peningkatan drag yang lebih kecil bila dibandingkan dengan twisted multiple winglets 0 0,10 0,0 0,-10 0,-0 0. Hal ini dikarenakan penambahan twisted multiple winglets dengan posisi bilah anhedral di leading edge menghasilkan aliran atas pada bilah dengan cepat keluar dari wingtip secara natural (Spilman,1973, 1979, 1983). Alfa-CL/CD pada kecepatan udara 15 m/s Sayap Asli. CL/CD 5 4 variasi -50,-5,0,5,50 variasi 0,10,0,-10, Alfa Gambar Grafik Alfa- C L /C D, perbandingan antara kurva C L /C D maksimal anhedral di leading edge dan dihedral di leading edge, dengan sayap tanpa multiple winglets. Unjuk kerja sayap maksimal terjadi pada penambahan twisted multiple winglets bentuk 0 0,10 0,0 0,-10 0,-0 0 dari 1 variasi twisted multiple winglets. Hasil ini sesuai dengan percobaan sebelumnya yang telah dilakukan oleh M. J. Smith dan N. Komerath, 001. Mereka memperlihatkan bahwa winglet dihedral menunjukkan hasil terbaik ketika winglet dipasang dengan jarak antar bilah 10 derajat, menurun dari 0 0 dihedral untuk leading edge sampai 0 0 anhedral untuk trailing edge. Ketika kurva lift meningkat dengan penambahan

48 48 winglet, drag juga meningkat, sehingga L/D efektif karena penambahan winglet kadang-kadang sedikit lebih rendah bila dibandingkan dengan L/D untuk sayap tanpa multiple winglets. BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Penambahan twisted multiple winglets 0 0,10 0,0 0,-10 0,-0 0 menunjukkan kenaikan koefien lift maksimun sebesar 1, pada saat diuji pada kecepatan udara 15 m/s dan sudut serang 10 0 terhadap vektor kecepatan aliran stream, kenaikan koefisien lift yang sangat signifikan bila dibandingkan dengan sayap asli sebesar 38,4 %.

92 Mekanika, Vol 6 Nomor 2, Januari 2008

92 Mekanika, Vol 6 Nomor 2, Januari 2008 PENGARUH TWISTED MULTIPLE WINGLET TERHADAP GAYA LIFT AEROFOIL NACA 0012 PADA ANGKA REYNOLDS RENDAH Syamsul Hadi 1 Abstrak: This effort examined the potential of twisted multiple winglets without increasing

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN WINGGRID TERHADAP KARAKTERISTIK DISTRIBUSI TEKANAN PADA AIRFOIL NACA 0012

PENGARUH PENAMBAHAN WINGGRID TERHADAP KARAKTERISTIK DISTRIBUSI TEKANAN PADA AIRFOIL NACA 0012 15 ENGARUH ENAMBAHAN WINGGRID TERHADA KARAKTERISTIK DISTRIBUSI TEKANAN ADA AIRFOIL NACA 0012 Syamsul Hadi 1, Danardono 1 1 Staf engajar - Jurusan Teknik Mesin - Fakultas Teknik UNS Keywords : Winggrid

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Turbin Angin Bila terdapat suatu mesin dengan sudu berputar yang dapat mengonversikan energi kinetik angin menjadi energi mekanik maka disebut juga turbin angin. Jika energi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA.1. Kompresor Aksial Kompresor aksial merupakan salah satu tipe kompresor yang tergolong dalam rotodynamic compressor, dimana proses kompresi di dalamnya dihasilkan dari efek dinamik

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN GAYA ANGKAT PADA MODEL AIRFOIL DENGAN MENGGUNAKAN VORTEX GENERATOR

UPAYA PENINGKATAN GAYA ANGKAT PADA MODEL AIRFOIL DENGAN MENGGUNAKAN VORTEX GENERATOR JURNAL TEKNIK VOL. 5 NO. 2 /OKTOBER 2015 UPAYA PENINGKATAN GAYA ANGKAT PADA MODEL AIRFOIL DENGAN MENGGUNAKAN VORTEX GENERATOR Staf Pengajar Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Janabadra Jl.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 4 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Energi Angin Adanya perbedaan suhu antara wilayah yang satu dengan wilayah yang lain dipermukaan bumi ini menyebabkan timbulnya angin. Wilayah yang mempunyai suhu tinggi (daerah

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI . (2.1)

BAB II DASAR TEORI . (2.1) 5 BAB II DASAR TEORI 2.1 Prinsip Bernoulli Prinsip Bernoulli adalah sebuah istilah di dalam mekanika fluida menyatakan bahwa pada suatu aliran fluida, peningkatan pada kecepatan fluida akan menimbulkan

Lebih terperinci

STUDI AERODINAMIKA PROFIL BOEING COMMERCIAL ENERGY EFFICIENT DENGAN KOMPUTASI BERBASIS FINITE ELEMENT

STUDI AERODINAMIKA PROFIL BOEING COMMERCIAL ENERGY EFFICIENT DENGAN KOMPUTASI BERBASIS FINITE ELEMENT TUGAS AKHIR STUDI AERODINAMIKA PROFIL BOEING COMMERCIAL ENERGY EFFICIENT DENGAN KOMPUTASI BERBASIS FINITE ELEMENT Disusun: EDIEARTA MOERDOWO NIM : D200 050 012 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

M. MIRSAL LUBIS Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik

M. MIRSAL LUBIS Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik ANALISIS AERODINAMIKA AIRFOIL NACA 2412 PADA SAYAP PESAWAT MODEL TIPE GLIDER DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE BERBASIS COMPUTIONAL FLUID DINAMIC UNTUK MEMPEROLEH GAYA ANGKAT MAKSIMUM M. MIRSAL LUBIS Departemen

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH)

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH), adalah suatu pembangkit listrik skala kecil yang menggunakan tenaga air

Lebih terperinci

Bab IV Analisis dan Pengujian

Bab IV Analisis dan Pengujian Bab IV Analisis dan Pengujian 4.1 Analisis Simulasi Aliran pada Profil Airfoil Simulasi aliran pada profil airfoil dimaskudkan untuk mencari nilai rasio lift/drag terhadap sudut pitch. Simulasi ini tidak

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI Aliran tak-termampatkan

BAB II DASAR TEORI Aliran tak-termampatkan 4 BAB II DASAR TEORI 2.1 Prinsip Bernoulli Prinsip Bernoulli adalah sebuah istilah di dalam mekanika fluida yang menyatakan bahwa pada suatu aliran fluida, peningkatan pada kecepatan fluida akan menimbulkan

Lebih terperinci

Analisis Desain Layar 3D Menggunakan Pengujian Pada Wind Tunnel

Analisis Desain Layar 3D Menggunakan Pengujian Pada Wind Tunnel JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, (Sept, 2012) ISSN: 2301-9271 G-372 Analisis Desain Layar 3D Menggunakan Pengujian Pada Wind Tunnel Danang Priambada, Aries Sulisetyono Jurusan Teknik Perkapalan, Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

ANALISA AERODINAMIKA AIRFOIL NACA 0021 DENGAN ANSYS FLUENT ABSTRAK

ANALISA AERODINAMIKA AIRFOIL NACA 0021 DENGAN ANSYS FLUENT ABSTRAK ANALISA AERODINAMIKA AIRFOIL NACA 0021 DENGAN ANSYS FLUENT M. Fajri Hidayat Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta Email : fajri17845@gmail.com ABSTRAK Analisa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Potensi Energi Air Potensi energi air pada umumnya berbeda dengaan pemanfaatan energi lainnya. Energi air merupakan salah satu bentuk energi yang mampu diperbaharui karena sumber

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2. Blade Falon Dasar dari usulan penelitian ini adalah konsep turbin angin yang berdaya tinggi buatan Amerika yang diberi nama Blade Falon. Blade Falon merupakan desain sudu turbin

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH STUDI WINGLET NACA 2409 MENGGUNAKAN COMPUTATIONAL FLUID DYNAMIC (CFD)

NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH STUDI WINGLET NACA 2409 MENGGUNAKAN COMPUTATIONAL FLUID DYNAMIC (CFD) NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH STUDI WINGLET NACA 2409 MENGGUNAKAN COMPUTATIONAL FLUID DYNAMIC (CFD) ] Disusun Sebagai Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Teknik Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

PENGARUH SUDUT DIHEDRAL TERHADAP GAYA LIFT EKOR PESAWAT TERBANG TIPE V PADA ANGKA REYNOLDS RENDAH

PENGARUH SUDUT DIHEDRAL TERHADAP GAYA LIFT EKOR PESAWAT TERBANG TIPE V PADA ANGKA REYNOLDS RENDAH PENGARUH SUDUT DIHEDRAL TERHADAP GAYA LIFT EKOR PESAWAT TERBANG TIPE V PADA ANGKA REYNOLDS RENDAH Syamsul Hadi * E mail : syamevi@mesin.uns.ac.id Abstract : Ekor pesawat terbang tipe V adalah hasil penggabungan

Lebih terperinci

ANALISA AERODINAMIKA AIRFOIL NACA 0012 DENGAN ANSYS FLUENT

ANALISA AERODINAMIKA AIRFOIL NACA 0012 DENGAN ANSYS FLUENT ANALISA AERODINAMIKA AIRFOIL NACA 0012 DENGAN ANSYS FLUENT M. Fajri Hidayat Program Studi Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta Email : fajri17845@gmail.com ABSTRACT Performance

Lebih terperinci

Peningkatan Koefisien Gaya Angkat Aerofoil Kennedy-Marsden dengan Zap Flap

Peningkatan Koefisien Gaya Angkat Aerofoil Kennedy-Marsden dengan Zap Flap Jurnal Konversi Energi dan Manufaktur UNJ, Edisi terbit I Oktober 213 Terbit 71 halaman Peningkatan Koefisien Gaya Angkat Aerofoil Kennedy-Marsden dengan Zap Flap Catur Setyawan K 1., Djoko Sardjadi 2

Lebih terperinci

PENGARUH LOKASI KETEBALAN MAKSIMUM AIRFOIL SIMETRIS TERHADAP KOEFISIEN ANGKAT AERODINAMISNYA

PENGARUH LOKASI KETEBALAN MAKSIMUM AIRFOIL SIMETRIS TERHADAP KOEFISIEN ANGKAT AERODINAMISNYA PENGARUH LOKASI KETEBALAN MAKSIMUM AIRFOIL SIMETRIS TERHADAP KOEFISIEN ANGKAT AERODINAMISNYA Teddy Nurcahyadi*, Sudarja** Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta *H/P:085643086810,

Lebih terperinci

FakultasTeknologi Industri Institut Teknologi Nepuluh Nopember. Oleh M. A ad Mushoddaq NRP : Dosen Pembimbing Dr. Ir.

FakultasTeknologi Industri Institut Teknologi Nepuluh Nopember. Oleh M. A ad Mushoddaq NRP : Dosen Pembimbing Dr. Ir. STUDI NUMERIK PENGARUH KELENGKUNGAN SEGMEN KONTUR BAGIAN DEPAN TERHADAP KARAKTERISTIK ALIRAN FLUIDA MELINTASI AIRFOIL TIDAK SIMETRIS ( DENGAN ANGLE OF ATTACK = 0, 4, 8, dan 12 ) Dosen Pembimbing Dr. Ir.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II. Teori Gelombang II.. Karateristik Gelombang Parameter penting untuk menjelaskan gelombang air adalah panjang gelombang, tinggi gelombang, dan kedalaman air dimana gelombang tersebut

Lebih terperinci

Simulasi Numerik Karakteristik Aliran Fluida Melewati Silinder Teriris Satu Sisi (Tipe D) dengan Variasi Sudut Iris dan Sudut Serang

Simulasi Numerik Karakteristik Aliran Fluida Melewati Silinder Teriris Satu Sisi (Tipe D) dengan Variasi Sudut Iris dan Sudut Serang Simulasi Numerik Karakteristik Aliran Fluida Melewati Silinder Teriris Satu Sisi (Tipe D) dengan Variasi Sudut Iris dan Sudut Serang Astu Pudjanarsa Laborotorium Mekanika Fluida Jurusan Teknik Mesin FTI-ITS

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. fluida. Sifat-sifat fluida diasumsikan pada keadaan steady, ada gesekan aliran dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. fluida. Sifat-sifat fluida diasumsikan pada keadaan steady, ada gesekan aliran dan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Dasar Mekanika Fluida Disini diuraikan tentang sifat-sifat fluida yang mempengaruhi dinamika dari fluida. Sifat-sifat fluida diasumsikan pada keadaan steady, ada gesekan aliran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Gaya-Gaya pada pesawat terbang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Gaya-Gaya pada pesawat terbang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gaya-Gaya pada pesawat terbang Gaya-gaya utama yang berlaku pada pesawat terbang pada saat terbang dalam keadaan lurus dan datar (straight and level flight). Serta dalam keadaan

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN HASIL EKSPERIMEN

BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN HASIL EKSPERIMEN BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN HASIL EKSPERIMEN 4.1 Data Penelitian Pada metode ini, udara digunakan sebagai fluida kerja, dengan spesifikasi sebagai berikut: Asumsi aliran steady dan incompressible. Temperatur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pikiran terlintas mengenai ilmu mekanika fluida, dimana disitu terdapat

BAB I PENDAHULUAN. pikiran terlintas mengenai ilmu mekanika fluida, dimana disitu terdapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bila berbicara mengenai masalah aerodinamika, maka dalam pikiran terlintas mengenai ilmu mekanika fluida, dimana disitu terdapat pembahasan mengenai dinamika fluida.

Lebih terperinci

ANALISA AERODINAMIKA FLAP DAN SLAT PADA AIRFOIL NACA 2410 TERHADAP KOEFISIEN LIFT DAN KOEFISIEN DRAG DENGAN METODE COMPUTATIONAL FLUID DYNAMIC

ANALISA AERODINAMIKA FLAP DAN SLAT PADA AIRFOIL NACA 2410 TERHADAP KOEFISIEN LIFT DAN KOEFISIEN DRAG DENGAN METODE COMPUTATIONAL FLUID DYNAMIC NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH ANALISA AERODINAMIKA FLAP DAN SLAT PADA AIRFOIL NACA 410 TERHADAP KOEFISIEN LIFT DAN KOEFISIEN DRAG DENGAN METODE COMPUTATIONAL FLUID DYNAMIC Abstraksi Tugas Akhir ini disusun

Lebih terperinci

Studi Numerik Karakteristik Aliran Fluida Melintasi Airfoil NASA LS-0417 yang Dimodifikasi dengan Vortex Generator

Studi Numerik Karakteristik Aliran Fluida Melintasi Airfoil NASA LS-0417 yang Dimodifikasi dengan Vortex Generator JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (2012) ISSN: 2301-9271 1 Studi Numerik Karakteristik Aliran Fluida Melintasi Airfoil NASA LS-0417 yang Dimodifikasi dengan Vortex Generator Nafiatun Nisa dan Sutardi

Lebih terperinci

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA DATA

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA DATA BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA DATA.1 PERHITUNGAN DATA Dari percobaan yang telah dilakukan, didapatkan data mentah berupa temperatur kerja fluida pada saat pengujian, perbedaan head tekanan, dan waktu

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi Fluida

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi Fluida BAB II DASAR TEORI 2.1 Definisi Fluida Fluida dapat didefinisikan sebagai zat yang berubah bentuk secara kontinu bila terkena tegangan geser. Fluida mempunyai molekul yang terpisah jauh, gaya antarmolekul

Lebih terperinci

SIMULASI DAN PERHITUNGAN SPIN ROKET FOLDED FIN BERDIAMETER 200 mm

SIMULASI DAN PERHITUNGAN SPIN ROKET FOLDED FIN BERDIAMETER 200 mm Simulasi dan Perhitungan Spin Roket... (Ahmad Jamaludin Fitroh et al.) SIMULASI DAN PERHITUNGAN SPIN ROKET FOLDED FIN BERDIAMETER 00 mm Ahmad Jamaludin Fitroh *), Saeri **) *) Peneliti Aerodinamika, LAPAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagian yang kecil sampai bagian yang besar sebelum semua. bagian tersebut dirangkai menjadi sebuah pesawat.

BAB I PENDAHULUAN. bagian yang kecil sampai bagian yang besar sebelum semua. bagian tersebut dirangkai menjadi sebuah pesawat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam sebuah manufaktur pesawat terbang, desain dan analisis awal sangatlah dibutuhkan sebelum pesawat terbang difabrikasi menjadi bentuk nyata sebuah pesawat yang

Lebih terperinci

ANALISIS AERODINAMIKA

ANALISIS AERODINAMIKA ANALISIS AERODINAMIKA PADA SAYAP PESAWAT TERBANG DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE BERBASIS COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS (CFD) MUHAMAD MULYADI Fakultas Teknologi Industri, Jurusan Teknik Mesin. Abstraksi Karakteristik

Lebih terperinci

PERUBAHAN DISTRIBUSI TEKANAN AEROFOIL AKIBAT PENGARUH VARIASI SUDUT SERANG

PERUBAHAN DISTRIBUSI TEKANAN AEROFOIL AKIBAT PENGARUH VARIASI SUDUT SERANG PERUBAHAN DISTRIBUSI TEKANAN AEROFOIL AKIBAT PENGARUH VARIASI SUDUT SERANG Syamsul Hadi 1 Abstract : This study aims to measurements pressure distributions caused to angle of attack variations. NACA 0012

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI STUDI CFD ALIRAN UDARA DISEKELILING WING NACA0015 YANG DILENGKAPI SPLIT FLAP

NASKAH PUBLIKASI STUDI CFD ALIRAN UDARA DISEKELILING WING NACA0015 YANG DILENGKAPI SPLIT FLAP NASKAH PUBLIKASI STUDI CFD ALIRAN UDARA DISEKELILING WING NACA0015 YANG DILENGKAPI SPLIT FLAP Naskah publikasi ini disusun sebagai syarat untuk mengikuti Ujian Tugas Akhir pada Jurusan Teknik Mesin Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya semua fenomena aerodinamis yang terjadi pada. kendaraan mobil disebabkan adanya gerakan relative dari udara

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya semua fenomena aerodinamis yang terjadi pada. kendaraan mobil disebabkan adanya gerakan relative dari udara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya semua fenomena aerodinamis yang terjadi pada kendaraan mobil disebabkan adanya gerakan relative dari udara disepanjang bentuk body mobil. Streamline adalah

Lebih terperinci

DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Konsumsi tenaga listrik Indonesia... 1 Gambar 2.1 Klasifikasi aliran fluida... 6 Gambar 2.2 Daerah aliran inviscid dan aliran viscous... 7 Gambar 2.3 Roda air kuno... 10 Gambar

Lebih terperinci

Aplikasi Hukum Newton

Aplikasi Hukum Newton Aplikasi Hukum Newton Aplikasi Hukum Newton Bidang miring Gaya Gesek (Friction) Implementasi hukum Newton pada gaya angkat pesawat terbang Contoh kasus - Bidang Miring Sebuah benda yang berada di sebuah

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. m (2.1) V. Keterangan : ρ = massa jenis, kg/m 3 m = massa, kg V = volume, m 3

BAB II DASAR TEORI. m (2.1) V. Keterangan : ρ = massa jenis, kg/m 3 m = massa, kg V = volume, m 3 BAB II DASAR TEORI 2.1 Definisi Fluida Fluida dapat didefinisikan sebagai zat yang berubah bentuk secara kontinu bila terkena tegangan geser. Fluida mempunyai molekul yang terpisah jauh, gaya antar molekul

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi fluida

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi fluida BAB II DASAR TEORI 2.1 Definisi fluida Fluida dapat didefinisikan sebagai zat yang berubah bentuk secara kontinu bila terkena tegangan geser. Fluida mempunyai molekul yang terpisah jauh, gaya antar molekul

Lebih terperinci

Studi Eksperimental tentang Karakteristik Turbin Angin Sumbu Vertikal Jenis Darrieus-Savonius

Studi Eksperimental tentang Karakteristik Turbin Angin Sumbu Vertikal Jenis Darrieus-Savonius Studi Eksperimental tentang Karakteristik Turbin Angin Sumbu Vertikal Jenis Darrieus-Savonius Bambang Arip Dwiyantoro*, Vivien Suphandani dan Rahman Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri, Institut

Lebih terperinci

Wiwik Sulistyono, Naif Fuhaid, Ahmad Farid (2013), PROTON, Vol. 5 No. 1/Hal

Wiwik Sulistyono, Naif Fuhaid, Ahmad Farid (2013), PROTON, Vol. 5 No. 1/Hal PENGARUH PEMASANGAN TAIL DAN FRONT BOAT TERHADAP UNJUK KERJA AERODINAMIK PADA KENDARAAN SEDAN Wiwik Sulistyono 1), Naif Fuhaid 2), Ahmad Farid 3) ABSTRAK Dalam era modern sekarang ini perkembangan industri

Lebih terperinci

Bab IV Probe Lima Lubang

Bab IV Probe Lima Lubang Bab IV Probe Lima Lubang Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai seluk-beluk probe lima lubang (five-hole probe) baik yang beredar di pasaran maupun yang digunakan pada eksperimen ini. Pembahasan meliputi

Lebih terperinci

Skripsi. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Strata 1 (S1) Disusun Oleh: SLAMET SUTRISNO JURUSAN TEKNIK PENERBANGAN

Skripsi. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Strata 1 (S1) Disusun Oleh: SLAMET SUTRISNO JURUSAN TEKNIK PENERBANGAN ANALISA PENGARUH TAPER RASIO TERHADAP EFISIENSI AERODINAMIKA DAN EFEKTIFITAS TWIST ANGLE PADA DESAIN SAYAP SEKELAS CESSNA 162 MENGGUNAKAN SOFTWARE FLUENT Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Turbin Angin Turbin angin adalah suatu sistem konversi energi angin untuk menghasilkan energi listrik dengan proses mengubah energi kinetik angin menjadi putaran mekanis rotor

Lebih terperinci

STUDI KOMPUTASIONAL NACA 2412 PADA VARIASI SUDUT PENGGUNAAN SINGLE SLOTTED FLAP DAN FIXED SLOT DENGAN SOFTWARE FLUENT

STUDI KOMPUTASIONAL NACA 2412 PADA VARIASI SUDUT PENGGUNAAN SINGLE SLOTTED FLAP DAN FIXED SLOT DENGAN SOFTWARE FLUENT STUDI KOMPUTASIONAL NACA 2412 PADA VARIASI SUDUT PENGGUNAAN SINGLE SLOTTED FLAP DAN FIXED SLOT DENGAN SOFTWARE FLUENT 6.2.16 Skripsi Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Strata 1 (S1) Disusun

Lebih terperinci

UNIVERSITAS DIPONEGORO PENGARUH BILANGAN REYNOLD TERHADAP KECEPATAN SUDUT TURBIN GORLOV HYDROFOIL NACA SUDUT KEMIRINGAN 45 TUGAS AKHIR

UNIVERSITAS DIPONEGORO PENGARUH BILANGAN REYNOLD TERHADAP KECEPATAN SUDUT TURBIN GORLOV HYDROFOIL NACA SUDUT KEMIRINGAN 45 TUGAS AKHIR UNIVERSITAS DIPONEGORO PENGARUH BILANGAN REYNOLD TERHADAP KECEPATAN SUDUT TURBIN GORLOV HYDROFOIL NACA 0012-34 SUDUT KEMIRINGAN 45 TUGAS AKHIR ZEVO PRIORY SIBERO L2E 006 096 FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK

Lebih terperinci

TAKARIR. Computational Fluid Dynamic : Komputasi Aliran Fluida Dinamik. : Kerapatan udara : Padat atau pejal. : Memiliki jumlah sel tak terhingga

TAKARIR. Computational Fluid Dynamic : Komputasi Aliran Fluida Dinamik. : Kerapatan udara : Padat atau pejal. : Memiliki jumlah sel tak terhingga TAKARIR Computational Fluid Dynamic : Komputasi Aliran Fluida Dinamik Software : Perangkat lunak Drag Force : Gaya hambat Lift Force : Gaya angkat Angel Attack : Sudut serang Wind Tunnel : Terowongan angin

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR GESEK PADA PIPA AKRILIK DENGAN ASPEK RASIO PENAMPANG 1 (PERSEGI) DENGAN PENDEKATAN METODE EKSPERIMENTAL DAN EMPIRIS TUGAS AKHIR

ANALISIS FAKTOR GESEK PADA PIPA AKRILIK DENGAN ASPEK RASIO PENAMPANG 1 (PERSEGI) DENGAN PENDEKATAN METODE EKSPERIMENTAL DAN EMPIRIS TUGAS AKHIR ANALISIS FAKTOR GESEK PADA PIPA AKRILIK DENGAN ASPEK RASIO PENAMPANG 1 (PERSEGI) DENGAN PENDEKATAN METODE EKSPERIMENTAL DAN EMPIRIS TUGAS AKHIR Oleh : DEKY PUTRA 04 04 22 013 3 DEPARTEMEN TEKNIK MESIN

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI 2.1 Energi Angin

BAB 2 DASAR TEORI 2.1 Energi Angin BAB DASAR TEORI.1 Energi Angin Energi merupakan suatu kekuatan yang dimiliki oleh suatu zat sehingga zat tersebut mempunyai pengaruh pada keadaan sekitarnya. Menurut mediumnya dikenal banyak jenis energi.

Lebih terperinci

Grup airfoil yang sejajar satu sama lain dan cukup dekat sehingga aliran sekitar masing-masing airfoil dipengaruhi oleh airfoil didekatnya.

Grup airfoil yang sejajar satu sama lain dan cukup dekat sehingga aliran sekitar masing-masing airfoil dipengaruhi oleh airfoil didekatnya. BAB II TINJAUAN PUSTAKA.. Kompresor Aksial Kompresor aksial merupakan salah satu tipe kompresor yang tergolong dalam rotodynamic compressor, dimana proses kompresi di dalamnya dihasilkan dari efek dinamik

Lebih terperinci

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA DATA

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA DATA BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA DATA 4.1 DATA Selama penelitian berlangsung, penulis mengumpulkan data-data yang mendukung penelitian serta pengolahan data selanjutnya. Beberapa data yang telah terkumpul

Lebih terperinci

HUKUM STOKES. sekon (Pa.s). Fluida memiliki sifat-sifat sebagai berikut.

HUKUM STOKES. sekon (Pa.s). Fluida memiliki sifat-sifat sebagai berikut. HUKUM STOKES I. Pendahuluan Viskositas dan Hukum Stokes - Viskositas (kekentalan) fluida menyatakan besarnya gesekan yang dialami oleh suatu fluida saat mengalir. Makin besar viskositas suatu fluida, makin

Lebih terperinci

PENELITIAN DAN RANCANGAN OPTIMAL TURBIN PENGGERAK TEROWONGAN ANGIN SUBSONIK SIRKUIT TERBUKA LAPAN

PENELITIAN DAN RANCANGAN OPTIMAL TURBIN PENGGERAK TEROWONGAN ANGIN SUBSONIK SIRKUIT TERBUKA LAPAN PENELITIAN DAN RANCANGAN OPTIMAL TURBIN PENGGERAK TEROWONGAN ANGIN SUBSONIK SIRKUIT TERBUKA LAPAN Sulistyo Atmadi Pencliti Pusat Teknologi Dirgantara Terapan. LAPAN i ABSTRACT In an effort to improve flow

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam perkembanggan dalam kedirgantaraan banyak. kasus yang menyebabkan pesawat terbang tidak efisien

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam perkembanggan dalam kedirgantaraan banyak. kasus yang menyebabkan pesawat terbang tidak efisien BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perkembanggan dalam kedirgantaraan banyak kasus yang menyebabkan pesawat terbang tidak efisien dalam hal konsumsi bahan bakar antara lain kasus terjadinya vortex

Lebih terperinci

BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS. benda. Panas akan mengalir dari benda yang bertemperatur tinggi ke benda yang

BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS. benda. Panas akan mengalir dari benda yang bertemperatur tinggi ke benda yang BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS 2.1 Konsep Dasar Perpindahan Panas Perpindahan panas dapat terjadi karena adanya beda temperatur antara dua bagian benda. Panas akan mengalir dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya konsumsi bahan bakar khususnya bahan bakar fosil sangat mempengaruhi peningkatan harga jual bahan bakar tersebut. Sehingga pemerintah berupaya mencari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menggunakan media udara. Pengertian pesawat terbang juga dapat diartikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menggunakan media udara. Pengertian pesawat terbang juga dapat diartikan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pesawat Terbang Pesawat terbang adalah sebuah alat yang dibuat dan dalam penggunaannya menggunakan media udara. Pengertian pesawat terbang juga dapat diartikan sebagai benda-benda

Lebih terperinci

SIMULASI NUMERIK PENGARUH MULTI-ELEMENT AIRFOIL TERHADAP LIFT DAN DRAG FORCE PADA SPOILER BELAKANG MOBIL FORMULA SAE DENGAN VARIASI ANGLE OF ATTACK

SIMULASI NUMERIK PENGARUH MULTI-ELEMENT AIRFOIL TERHADAP LIFT DAN DRAG FORCE PADA SPOILER BELAKANG MOBIL FORMULA SAE DENGAN VARIASI ANGLE OF ATTACK SIMULASI NUMERIK PENGARUH MULTI-ELEMENT AIRFOIL TERHADAP LIFT DAN DRAG FORCE PADA SPOILER BELAKANG MOBIL FORMULA SAE DENGAN VARIASI ANGLE OF ATTACK ARIF AULIA RAHHMAN 2109.100.124 DOSEN PEMBIMBING NUR

Lebih terperinci

PERMASALAHAN DAN SOLUSI KONSTRUKSI BALIHO DI BANJARMASIN

PERMASALAHAN DAN SOLUSI KONSTRUKSI BALIHO DI BANJARMASIN Permasalahan dan Solusi Konstruksi Baliho di Banjarmasin (Joni Irawan) PERMASALAHAN DAN SOLUSI KONSTRUKSI BALIHO DI BANJARMASIN Joni Irawan (1) (1) Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENGUKURAN

BAB III METODOLOGI PENGUKURAN BAB III METODOLOGI PENGUKURAN Kincir angin merupakan salah satu mesin konversi energi yang dapat merubah energi kinetic dari gerakan angin menjadi energi listrik. Energi ini dibangkitkan oleh generator

Lebih terperinci

PENELITIAN MEKANISME STALL AKIBAT PERKEMBANGAN GELEMBUNG SEPARASI PADA SAYAP NACA 0017 SECARA EKSPERIMEN Dl TEROWONGAN ANGIN SUBSONIK

PENELITIAN MEKANISME STALL AKIBAT PERKEMBANGAN GELEMBUNG SEPARASI PADA SAYAP NACA 0017 SECARA EKSPERIMEN Dl TEROWONGAN ANGIN SUBSONIK = PENELITIAN MEKANISME STALL AKIBAT PERKEMBANGAN GELEMBUNG SEPARASI PADA SAYAP NACA 0017 SECARA EKSPERIMEN Dl TEROWONGAN ANGIN SUBSONIK Agus Aribowo Penditi Unit Uji Aerodinamika, LAPAN ABSTRACT This paper

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. terbuka, dengan penjelasannya sebagai berikut: Test section dirancang dengan ukuran penampang 400 mm x 400 mm, dengan

III. METODOLOGI PENELITIAN. terbuka, dengan penjelasannya sebagai berikut: Test section dirancang dengan ukuran penampang 400 mm x 400 mm, dengan III METODOLOGI PENELITIAN A Peralatan dan Bahan Penelitian 1 Alat Untuk melakukan penelitian ini maka dirancang sebuah terowongan angin sistem terbuka, dengan penjelasannya sebagai berikut: a Test section

Lebih terperinci

Studi Eksperimen Pengaruh Silinder Pengganggu Di Depan Returning Blade Turbin Angin Savonius Terhadap Performa Turbin

Studi Eksperimen Pengaruh Silinder Pengganggu Di Depan Returning Blade Turbin Angin Savonius Terhadap Performa Turbin JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5 No. 2 (2016) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-599 Studi Eksperimen Pengaruh Silinder Pengganggu Di Depan Returning Blade Turbin Angin Savonius Terhadap Performa Turbin Studi

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) B-110

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) B-110 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-110 Studi Karakteristik Aliran Tiga Dimensi Dan Perpindahan Panas Pada Cascade Airfoil Dengan Pengaruh Clearance Yusuf Wibisono,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA.1 Energi Angin Energi merupakan suatu kekuatan yang dimiliki oleh suatu zat sehingga zat tersebut mempunyai pengaruh pada keadaan sekitarnya. Menurut mediumnya dikenal banyak jenis

Lebih terperinci

Desain Turbin Angin Sumbu Horizontal

Desain Turbin Angin Sumbu Horizontal Desain Turbin Angin Sumbu Horizontal A. Pendahuluan Angin merupakan sumberdaya alam yang tidak akan habis.berbeda dengan sumber daya alam yang berasal dari fosil seperti gas dan minyak. Indonesia merupakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Angin Angin adalah gerakan udara yang terjadi di atas permukaan bumi. Angin terjadi karena adanya perbedaan tekanan udara, ketinggian dan temperatur. Semakin besar

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Airfoil Sebuah airfoil atau aerofoil, dalam Bahasa Inggris merupakan sebuah bentuk profil melintang dari sebuah sayap, blade, atau turbin. Bentuk ini memanfaatkan fluida yang

Lebih terperinci

PENGARUH JUMLAH BLADE

PENGARUH JUMLAH BLADE PENGARUH JUMLAH BLADE TERHADAP KONTRIBUSI TEKANAN STATIS DAN KECEPATAN UDARA PADA TEROWONGAN ANGIN (WINDTUNNEL) TUNNEL Windtunnel atau terowongan angin adalah alat riset dikembangkan untuk membantu dalam

Lebih terperinci

STUDI EKSPERIMENTAL TURBIN ANGIN SAVONIUS SUDU U DENGAN PENAMBAHAN SUDU NACA 0012

STUDI EKSPERIMENTAL TURBIN ANGIN SAVONIUS SUDU U DENGAN PENAMBAHAN SUDU NACA 0012 STUDI EKSPERIMENTAL TURBIN ANGIN SAVONIUS SUDU U DENGAN PENAMBAHAN SUDU NACA 0012 (1) Muhammad Irfansyah, (2) Mujiburrahman, (3) Meky Royandi (1)(2)(3) Prodi Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempelajari karakteristik aliran udara. Wind tunnel digunakan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempelajari karakteristik aliran udara. Wind tunnel digunakan untuk 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Wind Tunnel Wind tunnel adalah alat yang digunakan dalam penelitian aerodinamika untuk mempelajari karakteristik aliran udara. Wind tunnel digunakan untuk mensimulasikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Gaya-Gaya pada pesawat terbang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Gaya-Gaya pada pesawat terbang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gaya-Gaya pada pesawat terbang Gaya-gaya utama yang berlaku pada pesawat terbang pada saat terbang dalam keadaan lurus dan datar. Serta dalam keadaan kecepatan tetap ialah:

Lebih terperinci

BAB FLUIDA A. 150 N.

BAB FLUIDA A. 150 N. 1 BAB FLUIDA I. SOAL PILIHAN GANDA Jika tidak diketahui dalam soal, gunakan g = 10 m/s 2, tekanan atmosfer p 0 = 1,0 x 105 Pa, dan massa jenis air = 1.000 kg/m 3. dinyatakan dalam meter). Jika tekanan

Lebih terperinci

tudi kasus pengaruh perbandingan rusuk b/a = 12/12, 5/12, 4/12, 3/12, 2/12, 1/12, 0/12 dengan Re = 3 x 10 4.

tudi kasus pengaruh perbandingan rusuk b/a = 12/12, 5/12, 4/12, 3/12, 2/12, 1/12, 0/12 dengan Re = 3 x 10 4. TUGAS AKHIR (KONVERSI ENERGI) TM 091486 STUDI EKSPERIMENTAL DAN NUMERIK KARAKTERISTIK ALIRAN FLUIDA MELINTASI PRISMA TERPANCUNG Dengan PANJANG CHORD (L/A) = 4 tudi kasus pengaruh perbandingan rusuk b/a

Lebih terperinci

SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik EKAWIRA K NAPITUPULU NIM

SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik EKAWIRA K NAPITUPULU NIM UJI PERFORMANSI TURBIN ANGIN TIPE DARRIEUS-H DENGAN PROFIL SUDU NACA 0012 DAN ANALISA PERBANDINGAN EFISIENSI MENGGUNAKAN VARIASI JUMLAH SUDU DAN SUDUT PITCH SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi

Lebih terperinci

ANALISA KARAKTERISTIK AIRFOIL NACA 4412 DENGAN METODE WIND TUNNEL. Oleh : Tris Sugiarto ABSTRACT

ANALISA KARAKTERISTIK AIRFOIL NACA 4412 DENGAN METODE WIND TUNNEL. Oleh : Tris Sugiarto ABSTRACT ANALISA KARAKTERISTIK AIRFOIL NACA 4412 DENGAN METODE WIND TUNNEL Oleh : Tris Sugiarto ABSTRACT The aerodynamics characteristics of a body are the most important in the subject of aerodynamics application

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Pengujian Turbin Cross Flow Tanpa Sudu Pengarah Pengujian turbin angin tanpa sudu pengarah dijadikan sebagai dasar untuk membandingkan efisiensi

Lebih terperinci

IV. PENDEKATAN DESAIN

IV. PENDEKATAN DESAIN IV. PENDEKATAN DESAIN A. Kriteria Desain Alat pengupas kulit ari kacang tanah ini dirancang untuk memudahkan pengupasan kulit ari kacang tanah. Seperti yang telah diketahui sebelumnya bahwa proses pengupasan

Lebih terperinci

ANALISA EFEKTIVITAS SUDUT DEFLEKSI AILERON PADA PESAWAT UDARA NIR AWAK (PUNA) ALAP-ALAP

ANALISA EFEKTIVITAS SUDUT DEFLEKSI AILERON PADA PESAWAT UDARA NIR AWAK (PUNA) ALAP-ALAP ANALISA EFEKTIVITAS SUDUT DEFLEKSI AILERON PADA PESAWAT UDARA NIR AWAK (PUNA) ALAP-ALAP Gunawan Wijiatmoko 1) 1) TRIE, BBTA3, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Kawasan PUSPIPTEK Gedung 240, Tangerang

Lebih terperinci

FLUIDA. Staf Pengajar Fisika Departemen Fisika FMIPA Universitas Indonesia

FLUIDA. Staf Pengajar Fisika Departemen Fisika FMIPA Universitas Indonesia FLUIDA Staf Pengajar Fisika Departemen Fisika FMIPA Universitas Indonesia FLUIDA Fluida merupakan sesuatu yang dapat mengalir sehingga sering disebut sebagai zat alir. Fasa zat cair dan gas termasuk ke

Lebih terperinci

IRVAN DARMAWAN X

IRVAN DARMAWAN X OPTIMASI DESAIN PEMBAGI ALIRAN UDARA DAN ANALISIS ALIRAN UDARA MELALUI PEMBAGI ALIRAN UDARA SERTA INTEGRASI KEDALAM SISTEM INTEGRATED CIRCULAR HOVERCRAFT PROTO X-1 SKRIPSI Oleh IRVAN DARMAWAN 04 04 02

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Gelombang laut merupakan fenomena menarik dan merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Gelombang laut merupakan fenomena menarik dan merupakan salah satu BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Gelombang laut merupakan fenomena menarik dan merupakan salah satu komponen yang perlu diperhatikan dalam mendesain suatu bangunan laut. Gelombang laut memiliki sifat

Lebih terperinci

Analisa Sudut Serang Hidrofoil Terhadap Gaya Angkat Kapal Trimaran Hidrofoil Menggunakan Metode Computational Fluid Dynamics (Cfd)

Analisa Sudut Serang Hidrofoil Terhadap Gaya Angkat Kapal Trimaran Hidrofoil Menggunakan Metode Computational Fluid Dynamics (Cfd) JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) G-402 Analisa Sudut Serang Hidrofoil Terhadap Gaya Angkat Kapal Trimaran Hidrofoil Menggunakan Metode Computational Fluid Dynamics

Lebih terperinci

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2012

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2012 ANALISIS AERODINAMIKA AIRFOIL NACA 2412 PADA SAYAP PESAWAT MODEL TIPE GLIDER DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE BERBASIS COMPUTIONAL FLUID DINAMIC UNTUK MEMPEROLEH GAYA ANGKAT MAKSIMUM SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan

Lebih terperinci

Studi Eksperimen dan Numerik Pengaruh Penambahan Vortex Generator pada Airfoil NASA LS-0417

Studi Eksperimen dan Numerik Pengaruh Penambahan Vortex Generator pada Airfoil NASA LS-0417 JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-102 Studi Eksperimen dan Numerik Pengaruh Penambahan Vortex Generator pada Airfoil NASA LS-0417 Ulul Azmi dan Herman Sasongko

Lebih terperinci

Aliran Turbulen (Turbulent Flow)

Aliran Turbulen (Turbulent Flow) Aliran Turbulen (Turbulent Flow) A. Laminer dan Turbulen Laminer adalah aliran fluida yang ditunjukkan dengan gerak partikelpartikel fluidanya sejajar dan garis-garis arusnya halus. Dalam aliran laminer,

Lebih terperinci

Masalah aliran fluida dalam PIPA : Sistem Terbuka (Open channel) Sistem Tertutup Sistem Seri Sistem Parlel

Masalah aliran fluida dalam PIPA : Sistem Terbuka (Open channel) Sistem Tertutup Sistem Seri Sistem Parlel Konsep Aliran Fluida Masalah aliran fluida dalam PIPA : Sistem Terbuka (Open channel) Sistem Tertutup Sistem Seri Sistem Parlel Hal-hal yang diperhatikan : Sifat Fisis Fluida : Tekanan, Temperatur, Masa

Lebih terperinci

Bagaimana Sebuah Pesawat Bisa Terbang? - Fisika

Bagaimana Sebuah Pesawat Bisa Terbang? - Fisika PESAWAT TERBANG Dengan mempelajari bagaimana pesawat bisa terbang Anda akan mendapatkan kontrol yang lebih baik atas UAV Anda. Bagaimana Sebuah Pesawat Bisa Terbang? - Fisika Empat gaya aerodinamik yang

Lebih terperinci

KAJIAN PENENTUAN INCIDENCE ANGLE EKOR PESAWAT PADA Y-SHAPED TAIL AIRCRAFT

KAJIAN PENENTUAN INCIDENCE ANGLE EKOR PESAWAT PADA Y-SHAPED TAIL AIRCRAFT Seminar Nasional Inovasi Dan Aplikasi Teknologi Di Industri 2018 ISSN 2085-4218 KAJIAN PENENTUAN INCIDENCE ANGLE EKOR PESAWAT PADA Y-SHAPED TAIL AIRCRAFT Gunawan Wijiatmoko 1) Meedy Kooshartoyo 2) 1,2

Lebih terperinci

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013 UJI PERFORMANSI TURBIN ANGIN TIPE DARRIEUS-H DENGAN PROFIL SUDU NACA 4415 DAN ANALISA PERBANDINGAN EFISIENSI MENGGUNAKAN VARIASI JUMLAH SUDU DAN SUDUT PITCH SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi

Lebih terperinci

Jl. Pajajaran No.219, Arjuna, Cicendo, Bandung, Jawa Barat 40174

Jl. Pajajaran No.219, Arjuna, Cicendo, Bandung, Jawa Barat 40174 Analisis CFD Karakteristik Aerodinamika... (Awalu Romadhon dan Dana Herdiana) ANALISIS CFD KARAKTERISTIK AERODINAMIKA PADA SAYAP PESAWAT LSU-05 DENGAN PENAMBAHAN VORTEX GENERATOR (ANALYSIS OF CFD AERODYNAMIC

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan Penelitian. Prosedur Penelitian

METODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan Penelitian. Prosedur Penelitian METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan dari bulan Januari hingga November 2011, yang bertempat di Laboratorium Sumber Daya Air, Departemen Teknik Sipil dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Dasar Dasar Perpindahan Kalor Perpindahan kalor terjadi karena adanya perbedaan suhu, kalor akan mengalir dari tempat yang suhunya tinggi ke tempat suhu rendah. Perpindahan

Lebih terperinci

ANALISIS TEKANAN STATIK ALIRAN DI PERMUKAAN PITOT STATIK TEROWONGAN ANGIN TRANSONIK LAPAN

ANALISIS TEKANAN STATIK ALIRAN DI PERMUKAAN PITOT STATIK TEROWONGAN ANGIN TRANSONIK LAPAN ANALISIS TEKANAN STATIK ALIRAN DI PERMUKAAN PITOT STATIK TEROWONGAN ANGIN TRANSONIK LAPAN Agus Arlbowo, Dana Herdiana, Ahmad Jamaludln Fltroh *)penelitl Unit Uji Aerodinamlka, LAPAN Peneliti Pusat Teknologi

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR STUDI WINGLET NACA 2409 MENGGUNAKAN COMPUTATIONAL FLUID DYNAMIC (CFD)

TUGAS AKHIR STUDI WINGLET NACA 2409 MENGGUNAKAN COMPUTATIONAL FLUID DYNAMIC (CFD) TUGAS AKHIR STUDI WINGLET NACA 2409 MENGGUNAKAN COMPUTATIONAL FLUID DYNAMIC (CFD) Disusun Sebagai Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Teknik Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

STUDI AERODINAMIKA PROFIL NACA DENGAN MENGGUNAKAN SOLIDWORK

STUDI AERODINAMIKA PROFIL NACA DENGAN MENGGUNAKAN SOLIDWORK TUGAS AKHIR STUDI AERODINAMIKA PROFIL NACA 63-212 DENGAN MENGGUNAKAN SOLIDWORK Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat- syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Jurusan Mesin Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

Mekanika Fluida II. Karakteristik Saluran dan Hukum Dasar Hidrolika

Mekanika Fluida II. Karakteristik Saluran dan Hukum Dasar Hidrolika Mekanika Fluida II Karakteristik Saluran dan Hukum Dasar Hidrolika 1 Geometri Saluran 1.Kedalaman (y) - depth 2.Ketinggian di atas datum (z) - stage 3.Luas penampang A (area cross section area) 4.Keliling

Lebih terperinci