HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PHBS DENGAN PELAKSANAAN PHBS DALAM KELUARGA DI KELURAHAN DWIKORA KECAMATAN MEDAN HELVETIA TAHUN 2014

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PHBS DENGAN PELAKSANAAN PHBS DALAM KELUARGA DI KELURAHAN DWIKORA KECAMATAN MEDAN HELVETIA TAHUN 2014"

Transkripsi

1

2

3

4 HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PHBS DENGAN PELAKSANAAN PHBS DALAM KELUARGA DI KELURAHAN DWIKORA KECAMATAN MEDAN HELVETIA TAHUN 2014 Oleh : Frida Liharris Saragih Abstrak Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah bentuk perwujudan paradigma sehat dalam budaya perorangan, keluarga dan masyarakat yang berorientasi sehat, bertujuan untuk meningkatkan, memelihara dan melindungi kesehatannya baik fisik, mental, spiritual, maupun sosial. Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan di Kelurahan Dwikora Kecamatan Medan Helvetia Lingkungan 1 ditemukan bahwa masyarakat setempat kurang memperhatikan perilaku hidup bersih dan sehat sehingga peneliti tertarik mengangkat permasalahan tersebut ke dalam suatu penelitian. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu tentang PHBS dengan pelaksanaan PHBS dalam keluarga di Kelurahan Dwikora Kecamatan Medan. Jenis penelitian ini menggunakan rancangan analitik dengan uji regresi. Populasi penelitian adalah ibu-ibu yang ada di Lingkungan 1, 2 dan 3 Kelurahan Dwikora Kecamatan Medan Helvetia berjumlah 138 orang dan sampel diperoleh 58 responden. Teknik analisa yang yang digunakan adalah analisa univariat dan analisa bivariat. Hasil penelitian diperoleh bahwa ada hubungan pengetahuan tentang mencuci tangan dengan air bersih dan sabun dengan pelaksanaan hidup bersih dan sehat dimana diperoleh p-value = 0,002; ada hubungan pengetahuan tentang memberantas jentik nyamuk dengan pelaksanaan hidup bersih dan sehat dimana diperoleh nilai p-value = 0,000; ada hubungan pengetahuan tentang makan buah dan sayur dengan pelaksanaan hidup bersih dan sehat dimana diperoleh nilai p = 0,000; ada hubungan pengetahuan tentang tidak merokok di dalam rumah dengan pelaksanaan hidup bersih dan sehat dimana diperoleh nilai p-value = 0,003. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan pengetahuan tentang mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, memberantas jentik nyamuk, makan sayur dan buah setiap hari dan tidak merokok di dalam rumah memiliki hubungan dengan pelaksanaan PHBS. Saran yang diberikan adalah agar dapat melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat, maka ibu-ibu dapat membaca buku-buku sehingga dapat menambah pengetahuan tentang perilaku hidup bersih dan sehat. Kata Kunci : Pengetahuan PHBS, Pelaksanaan PHBS PENDAHULUAN Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah bentuk perwujudan paradigma sehat dalam budaya perorangan, keluarga dan masyarakat yang berorientasi sehat, bertujuan untuk meningkatkan, memelihara dan melindungi kesehatannya baik fisik, mental, spiritual, maupun sosial. Selain itu juga program perilaku hidup bersih dan sehat bertujuan memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, kelompok, keluarga, dengan membuka jalur komunikasi, informasi, dan edukasi untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku sehingga masyarakat sadar, mau dan mampu mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat melalui pendekatan pimpinan (advocacy), bina suasana (social support) dan pemberdayaan masyarakat (empowerment). Dengan demikian masyarakat dapat mengenali dan mengatasi masalahnya sendiri terutama pada tatanannya masing-masing (Depkes RI, 2009). PHBS di rumah tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar tahu, mau dan mampu mempraktikkan hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat. Syarat rumah tangga sehat meliputi 10 (sepuluh) pembagian PHBS dalam rumah tangga yaitu : 1) Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan, 2) Memberi bayi ASI eksklusif, 3) Menimbang bayi dan balita, 4) Menggunakan air bersih, 5) Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, 6) Menggunakan jamban sehat, 7) Memberantas jentik nyamuk di rumah, 8) Makan buah dan sayur setiap hari, 9) Melakukan aktivitas fisik setiap hari, 10) Tidak merokok di dalam rumah (BAPPENAS, 2010). Perilaku hidup sehat merupakan cerminan pola hidup keluarga yang senantiasa memperhatikan dan menjaga kesehatan yang dilakukan atas kesadaran sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan dapat berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan.hal ini 146

5 tidak hanya memfokuskan pada sumber makanan sehat namun juga terkait dengan kebiasaan sehat dalam menjalani kehidupan serta tidak kalah penting adalah kepemilikan pola pikir positif.manusia yang memandang kehidupan dengan lebih optimis diyakini sangat mempengaruhi kondisi kejiwaan yang pada akhirnya membebaskan dari beban pikiran yang mungkin dialaminya sehingga mampu menghindarkan penyakit (Proverawati, 2012). Berdasarkan profil kesehatan provinsi tahun 2009, persentase rumah tangga yang ber- Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) secara nasional sebesar 48,41%. Provinsi yang memiliki persentase tertinggi adalah Jawa Tengah (88,57%), DI Yogyakarta (87,38%), Kalimantan Timur (79,73%), Provinsi dengan persentase PHBS yang rendah adalah : Sumatera Barat (17,97%), Banten (21,37%), Papua Barat (27,34%) (Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2009). Berdasarkan hal tersebut, Notoatmojo (2010) mengemukakan bahwa dalam rumah tangga, ibu mempunyai peranan yang sangat besar dalam memberi contoh, teladan, pendidikan.ibu juga lebih mendomisili dalam hal pengaturan menu makanan dan menjaga kebersihan rumah, termasuk dalam memberikan pendidikan kesehatan di keluarga, seperti menanamkan PHBS karena pendidikan kesehatan dapat berlangsung di keluarga. Untuk menanamkan PHBS di dalam keluarga, seorang ibu diharapkan memiliki pengetahuan yang baik tentang PHBS.Fitriani (2011) mengemukakan bahwa pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (over behavior). Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Berkaitan dengan pengetahuan, Iqbal, Chayatin,Rozikin & Supradi (2009) menyatakan bahwa tanpa pengetahuan, seseorang tidak mempunyai dasar untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan terhadap masalah yang dihadapi. Faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang adalah pendidikan, pekerjaan, umur, minat, pengalaman, kebudayaan dan informasi. Hasil penelitian yang telah dilakukan Desi Mahfudhah (2013) bahwa dari 64 responden terdapat 24 responden yang berpengetahuan baik ternyata 16 orang (25%) yang memiliki PHBS baik dan 8 orang (12,5%) PHBS kurang baik. Sedangkan dari 40 responden yang berpengetahuan kurang baik, ternyata 10 orang (15,7%) yang memiliki PHBS baik dan 30 orang (46,8%) PHBS kurang baik, dimana adanya hubungan antara pengetahuan ibu dengan perilaku hidup bersih dan sehat pada tatanan rumah tangga dengan nilai p-value yaitu 0,002 (p < 0,05). Dari survei pendahuluan yang dilakukan di Kelurahan Dwikora Kecamatan Medan Helvetia Lingkungan 1 terlihat bahwa masyarakat setempat kurang memperhatikan perilaku hidup bersih dan sehat dimana hal ini terlihat adanya parit yang bertumpukan sampah dan adanya sampah-sampah yang tidak ditutup dengan wadah sehingga terlihat lalat berterbangan disekitar rumah mereka. Untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan ibu tentang PHBS, peneliti melakukan wawancara terhadap lima ibu tentang Perilaku Hidup Sehat dan Bersih (PHBS) dan ternyata diketahui tiga ibu rumah tangga sama sekali tidak memahami tentang PHBS dan dua ibu kurang memahami PHBS. Hal ini terlihat masih dijumpai sampah yang bertumpukan dijalan yang seharusnya sampah tersebut ditimbun ditanah agar lalat-lalat tidak beterbangan yang dapat menimbulkan penyakit. Hal lainnya juga diketahui melalui wawancara yang dilakukan pada kelima ibu rumah tangga bahwa mereka jarang membersihkan tangan dengan air apalagi dengan sabun bila bersentuhan dengan benda-benda, mereka hanya mencuci tangan bila hendak makan saja dan itupun tidak dengan air yang mengalir dan tanpa memakai sabun, padahal menurut pendapat Proverawati (2012) bahwa mencuci tangan yang benar adalah dengan air bersih yang mengalir dan memakai sabun. Selanjutnya juga diketahui bahwa kelima ibu tersebut tidak pernah membersihkan parit yang ada di depan rumah yang setidak-tidaknya dapat mengurangi penyebaran jentik nyamuk terlebih jentik nyamuk aedes agypti. Kelima ibu beranggapan bahwa hal tersebut merupakan tugas dari Dinas Kesehatan setempat ataupun dari pihak pemerintah seperti kelurahan. Kemudian terkait dengan makan sayur dan buah setiap hari, diketahui bahwa kelima ibu mengatakan bahwa tidak perlu makan buah setiap hari karena seseorang dikatakan berperilaku hidup bersih dan sehat bukan karena makan buah setiap hari dimana perilaku kelima ibu tersebut tidak sesuai dengan pendapat Dinas Kesehatan RI (2010) yang menganjurkan untuk mengkonsumsi sayur dan buah karena banyak mengandung berbagai macam vitamin, serat dan mineral yang bermanfaat bagi tubuh. Selanjutnya terkait tidak merokok di dalam diketahui dari kelima ibu 147

6 tersebut tidak mempermasahkan seseorang untuk merokok di dalam rumah karena mereka beranggapan bahwa asap rokok tidak dapat mempengaruhi kesehatan mereka. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan sementara bahwa masih ada ibu-ibu yang kurang pengetahuannya tentang PHBS di Kelurahan Dwikora Kecamatan Medan Helvetia yang dapat mempengaruhi pelaksanaan PHBS sehingga peneliti tertarik untuk mengangkat permasalahan tersebut kedalam suatu penelitian. METODE PENELITIAN Jenis penelitian adalah rancangan analitik untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu tentang PHBS dengan pelaksanaan PHBS dalam keluarga dengan lokasi penelitian di Kelurahan Dwikora Kecamatan Medan pada bulan Februari sampai Juni Populasi penelitian adalah ibu-ibu yang ada di Lingkungan 1, 2 dan 3 Kelurahan Dwikora Kecamatan Medan Helvetia berjumlah 138 orang dengan sampel sebesar 58 responden. Untuk mengukur pengetahuan tentang masing-masing sub variabel meliputi mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, memberantas jentik nyamuk, makan buah dan sayur setiap hari dan tidak merokok di dalam rumah diberi 5 pertanyaan dengan alternatif jawaban benar diberi skor 1 dan jawaban salah diberi skor 0 sehingga skor 3-5 dikatakan baik dan skor terendah 0 dengan 2 dikatakan kurang. Dan katagori untuk pelaksanaan PHBS dalam keluarga skor tertinggi dikatakan baik dan skor terendah 0 sampai 10 dikatakan kurang. Teknik analisa data menggunakan analisa univariat dan bivariat. Bila p value < 0,05 maka hipotesa diterima berarti terdapat hubungan yang bermakna antara variabel yang diteliti. Dan bila p value 0,05 maka hipotesa di tolak berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara variabel yang diteliti. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Analisis Univariat Tabel 1. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Tentang Mencuci Tangan Dengan Air Bersih Dan Sabun Di Kelurahan Dwikora Kecamatan Medan Pengetahuan Tentang Mencuci Tangan Dengan Air Bersih Dan Sabun f % Baik Kurang Jumlah Dari Tabel 1 diketahui pengetahuan ibu tentang mencuci tangan dengan air bersih dan sabun mayoritas baik 64% Tabel 2 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Tentang Memberantas Jentik Nyamuk Di Kelurahan Dwikora Kecamatan Medan Helvetia Tahun 2014 Pengetahuan Tentang Memberantas Jentik f % Nyamuk Baik Kurang Jumlah Dari tabel 2 diketahui bahwa pengetahuan ibu tentang memberantas jentik nyamuk mayoritas baik sebanyak 74%. Tabel 3. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Tentang Makan Buah Dan Sayur Setiap Hari Di Kelurahan Dwikora Kecamatan Medan Pengetahuan Tentang Makan Buah Dan Sayur f % Baik Kurang Jumlah Dari tabel 3 diketahui bahwa pengetahuan ibu tentang makan buah dan sayur pada mayoritas baik sebanyak 62%. Tabel 4 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Tentang Tidak Merokok Di Rumah Di Kelurahan Dwikora Kecamatan Medan Helvetia Tahun 2014 Pengetahuan Tentang Tidak Merokok Di Rumah f % Baik Kurang Jumlah

7 Dari tabel 4 diketahui bahwa pengetahuan ibu tentang merokok di rumah mayoritas baik sebanyak 53%. Tabel 5. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Tentang PHBS Di Kelurahan Dwikora Kecamatan Medan Pengetahuan Ibu Tentang PHBS f % Baik Kurang Jumlah Dari tabel 5 diketahui bahwa pengetahuan ibu tentang PHBS mayoritas baik sebanyak 64%. Analisis Bivariat Tabel 6. Distribusi Frekuensi Pelaksanaan PHBS Dalam Keluarga di Kelurahan Dwikora Kecamatan Medan Pelaksanaan Hidup Bersih Dan Sehat f % Baik Kurang Jumlah Dari tabel 6 diketahui bahwa pelaksanaan PHBS dalam keluarga pada kategori baik dan pelaksanaan hidup bersih dan sehat pada kategori kurang diperoleh 50%. Tabel 7. Tabulasi Silang Pengetahuan Ibu Dengan Pelaksanaan PHBS Dalam Keluarga Di Kelurahan Helvetia Tengah Tahun 2014 Pengetahuan Ibu Pelaksanaan PHBS Jumlah Baik Kurang f % f % f % Mencuci Tangan Dengan Air Bersih Dan Sabun 1. Baik Kurang Memberantas Jentik Nyamuk 1. Baik Kurang Makan Buah Dan Sayur Setiap Hari 1. Baik Kurang Merokok Di Dalam Rumah 1. Baik Kurang Pengetahuan PHBS 1. Baik Kurang p-value 0,002 0,000 0,000 0,003 0,000 Pembahasan Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Mencuci Tangan Dengan Air Bersih Dan Sabun Dengan Pelaksanaan PHBS Dalam Keluarga Di Kelurahan Dwikora Kecamatan Medan Berdasarkan data yang diperoleh melalui analisa univariat diketahui bahwa mayoritas dengan cara menggosok tangan setidaknya selama detik. pengetahuan ibu tentang mencuci tangan dengan air bersih dan sabun diperoleh 64%. Dari 58 ibu yang menjadi sampel penelitian, pengetahuan yang paling dominan adalah tentang mencuci tangan dengan air bersih yang mengalir sebanyak 52 ibu, 47 ibu mengetahui tentang mencuci tangan dengan air dan sabun sebelum dan sesudah makan dan 39 ibu mengetahui tentang mencuci tangan Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Notoatmodjo (2010) yang mengemukakan bahwa pengetahuan merupakan 149

8 hasil tahu penginderaan manusia terhadap suatu objek tertentu serta memahami dan mengaplikasikan. Dari pendapat tersebut menunjukkan bahwa objek yang dimaksud adalah pengetahuan tentang mencuci tangan dengan air bersih dan sabun. Selanjutnya dari hasil uji statistik diperoleh p-value = 0,002 yang artinya ada hubungan pengetahuan ibu tentang mencuci tangan dengan air bersih dan sabun dengan pelaksanaan PHBS dalam keluarga. Hubungan pengetahuan tentang mencuci tangan dengan air bersih dan sabun dengan pelaksanaan PHBS dalam keluarga tersebut sesuai dengan pendapat Notoatmodjo (2010 dan pendapat WHO (2009) yang mengemukakan bahwa cuci tangan merupakan proses membuang kotoran dan debu secara mekanis dari kulit kedua belah tangan dengan memakai sabun dan air. Selanjutnya dari hasil distribusi frekuensi data diketahui bahwa pengetahuan responden mayoritas dengan kategori baik sebanyak 67%. Dari data yang diperoleh melalui kuesioner diketahui pengetahuan yang dimiliki responden tersebut adalah 52 ibu mengetahui tentang mencuci tangan dengan air bersih yang mengalir dan dalam pelaksanaannya juga terdapat 52 ibu yang mencuci tangan dengan air bersih yang mengalir. Kemudian diketahui 37 ibu mengetahui tentang membersihkan tangan di bagian pergelangan, tangan, punggung tangan, sela-sela tangan dan kuku dan di dalam pelaksanaannya diketahui 50 ibu yang membersihkan tangan di bagian pergelangan, tangan, punggung tangan, sela-sela tangan dan kuku. Selanjutnya diketahui 39 ibu mengetahui tentang mencuci tangan dengan air dan sabun sebelum dan sesudah makan dan dalam pelaksanaannya diketahui 46 ibu mengetahui tentang mencuci tangan dengan air dan sabun sebelum dan sesudah makan. Kemudian diketahui 37 ibu mengetahui tentang mencuci tangan dengan sabun setelah buang air besar dan di dalam pelaksanaannya diketahui 53 ibu yang mencuci tangan dengan sabun setelah buang air besar. Berdasarkan hasil yang diperoleh tersebut ternyata ditemukan perbedaan antara pengetahuan tentang PHBS dan pelaksanaan PHBS. Dari data yang diperoleh melalui kuesioner yang telah dijelaskan di atas sesuai dengan pendapat Proverawati (2012) yang mengemukakan tentang cara mencuci tangan yang benar diantaranya adalah cuci tangan dengan air bersih yang mengalir dan memakai sabun. Dari pendapat di atas dapat diketahui bahwa dengan mencuci tangan dengan air bersih yang mengalir dan memakai sabun dimaksudkan untuk membasmi kuman-kuman pada tangan setelah bersentuhan dengan benda-benda yang mengandung penyakit. Hal ini sesuai dengan pendapat Departemen Kesehatan RI (2009) yang mengemukakan bahwa penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan mencuci tangan dengan sabun adalah diare, infeksi saluran pernapasan, infeksi cacing dan penyakit lainnya. Berdasarkan hal tersebut dapat diketahui bahwa dengan mencuci tangan pada air mengalir dan bersih serta menggunakan sabun menunjukkan bahwa kita melaksanakan hidup bersih dan sehat.kemudian dari hasil deskrispi data diketahui bahwa terdapat 33% ibu yang memiliki pengetahuan tentang mencuci tangan pada air mengalir dan bersih. Dari data yang diperoleh melalui kuesioner diketahui bahwa pengetahuan yang kurang tersebut adalah 21 ibu yang tidak mengetahui membersihkan tangan di bagian pergelangan, tangan, punggung tangan, sela-sela tangan dan kuku, 19 ibu yang tidak mengetahui mencuci tangan dengan cara menggosok tangan setidaknya selama detik dan 21 ibu yang tidak mengetahui mencuci tangan dengan sabun setelah buang air besar. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Nanda Feonna (2013) dimana diperoleh ada hubungan menggunakan air bersih dengan perilaku hidup bersih dan sehat (p-value = 0,026) Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Memberantas Jentik Nyamuk Dengan Pelaksanaan PHBS Dalam Keluarga Di Kelurahan Dwikora Kecamatan Medan Berdasarkan data yang diperoleh melalui analisa univariat diketahui bahwa pengetahuan ibu yang kurang tentang memberantas jentik nyamuk diperoleh 26%. Kurangnya pengetahuan ibu tentang memberantas jentik nyamuk dapat disebabkan karena dipengaruhi oleh faktor lain sebagaimana yang dikemukakan Erfandi (2009) bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang tersebut diantaranya adalah pendidikan dimana pendidikan merupakan suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Selanjutnya dari hasil uji statistik diperoleh nilai p-value = 0,000 yang artinya ada hubungan pengetahuan ibu tentang memberantas jentik nyamuk dengan pelaksanaan PHBS dalam keluarga. Menurut Departemen Kesehatan RI (2010) bahwa pemeriksaan jentik berkala (PJB) adalah pemeriksaan tempat perkembang-biakan nyamuk yang ada di dalam rumah, seperti bak 150

9 mandi, WC, vas bunga, tatakan kulkas dan di luar rumah seperti talang air dan lain-lain yang dilakukan secara teratur setiap minggu. Selain itu juga lakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan cara 3 M (Menguras, Mengubur, Menutup). Kemudian berdasarkan hasil deskripsi data tabulasi silang diketahui mayoritas ibu dengan pengetahuan yang baik sebanyak 76%. Terhadap kuesioner pengetahuan tentang memberantas jentik nyamuk diketahui 52 ibu mengetahui tentang membersihkan parit di depan rumah untuk mengurangi jentik nyamuk, namun dalam pelaksanaannya ternyata hanya 30 ibu yang membersihkan parit di depan rumah. Kemudian diketahui 49 ibu mengetahui tentang memberantas jentik nyamuk dengan memberikan bubuk abate pada bak mandi dan di dalam pelaksanaannya ternyata hanya 32 ibu yang memberikan bubuk abate pada bak mandi. Selanjutnya diketahui 42 ibu mengetahui tentang memberantas jentik nyamuk dengan mengubur botol bekas dan di dalam pelaksanaannya diketahui ternyata hanya 38 ibu yang memberantas jentik nyamuk dengan mengubur botol bekas. Kemudian diketahui 42 ibu mengetahui tentang memberantas jentik nyamuk diantaranya adalah dengan menguras bak mandi dan di dalam pelaksanaanya diketahui hanya 35 ibu yang memberantas jentik nyamuk diantaranya dengan menguras bak mandi serta diketahui 44 ibu mengetahui tentang memberantas jentik nyamuk dengan mengubur kaleng-kaleng dan di dalam pelaksanaannya diketahui hanya 37 ibu yang memberantas jentik nyamuk dengan mengubur kaleng-kaleng. Dari hasil yang diperoleh tersebut ditemukan adanya ketidak sesuaian antara pengetahuan dengan pelaksanaan PHBS dalam keluarga. Selanjutnya dari hasil deskripsi data tabulasi silang diketahui bahwa terdapat 24% ibu dengan pengetahuan kurang tentang memberantas jentik nyamuk. Dari data yang diperoleh melalui kuesioner diketahui bahwa pengetahuan yang kurang tersebut adalah 6 ibu tidak mengetahui tentang membersihkan parit di depan rumah untuk mengurangi jentik nyamuk dan di dalam pelaksanaannya ternyata terdapat 1 ibu yang membersihkan parit di depan rumah. Selanjutnya diketahui 9 ibu tidak mengetahui tentang memberantas jentik nyamuk dengan memberikan bubuk abate pada bak mandi. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Nanda Feonna (2013) dimana diperoleh kurangnya memahami bahwa makan sayur yang cocok untuk dimakan adalah sayuran yang berwana hijau serta kurangnya memahami bahwa makan buah setiap hari dapat menyehatkan ada hubungan memberantas jentik di rumah sekali seminggu dengan perilaku hidup bersih dan sehat (p-value = 0,000). Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Makan Buah Dan Sayur Setiap Hari Dengan Pelaksanaan PHBS Dalam Keluarga Di Kelurahan Dwikora Kecamatan Medan Berdasarkan data yang diperoleh melalui analisa univariat diketahui bahwa pengetahuan ibu yang kurang tentang makan buah dan sayur setiap hari diperoleh 38%. Kurangnya pengetahuan ibu tentang makan buah dan sayur setiap hari disebabkan karena dipengaruhi oleh faktor lain sebagaimana yang dikemukakan Erfandi (2009) bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang tersebut diantaranya adalah pendidikan dimana pendidikan merupakan suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Selanjutnya dari uji statistik diperoleh nilai p-value = 0,000 yang ada hubungan pengetahuan ibu tentang makan buah dan sayur setiap hari dengan pelaksanaan PHBS dalam keluarga dimana diperoleh. Konsumsi sayur dan buah sangat dianjurkan karena banyak mengandung berbagai macam vitamin, serat dan mineral yang bermanfaat bagi tubuh (Dinkes, 2010). Proverawati (2012) mengemukakan bahwa sayur dan buah-buahan merupakan sumber makanan yang mengandung gizi lengkap dan sehat. Sayur berwarna hijau merupakan sumber kaya karoten (pro vitamin A).Semakin tua warna hijaunya, maka semakin banyak kandungan karotennya. Selanjutnya dari hasil deskripsi data diketahui bahwa 64% ibu memiliki pengetahuan yang baik tentang makan buah dan sayur setiap hari yang diantaranya adalah pengetahuan tentang makan sayuran setiap hari sangat diperlukan dan pengetahuan tenang makan buah yang mengandung vitamin C dapat menjaga ketahanan tubuh terhadap penyakit. Kemudian dari hasil deskripsi data diketahui bahwa terdapat 36% para ibu yang memiliki pengetahuan kurang tentang perilaku hidup bersih dan sehat yang diantaranya tubuh. Hal ini dapat diketahui dari data melalui kuesioner diperoleh 35 ibu yang tidak mengetahui semakin tua warna hijau sayur, maka semakin 151

10 banyak kandungan karoten serta makan buah setiap hari dapat menyehatkan tubuh. Selanjutnya dari hasil data tabulasi silang diketahui bahwa terdapat 64% ibu yang memiliki pengetahuan baik tentang makan buah dan sayur setiap hari. Hal ini dapat diketahui dari data yang diperoleh melalui kuesioner bahwa 58 ibu mengetahui tentang makan sayuran setiap hari sangat diperlukan, 49 ibu mengetahui tentang semakin tua warna hijau sayur, maka semakin banyak kandungan karoten, 42 ibu mengetahui tentang makan buah setiap hari dapat menyehatkan tubuh, 44 ibu mengetahui tentang makan buah yang mengandung vitamin C dapat menjaga ketahanan tubuh terhadap penyakit dan 40 ibu mengetahui tentang sayur yang cocok untuk dimakan adalah sayuran yang berwana hijau. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Nanda Feonna (2013) dimana diperoleh ada hubungan makan buah dan sayur setiap hari dengan perilaku hidup bersih dan sehat (p-value = 0,004). Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Tidak Merokok Didalam Rumah Dengan Pelaksanaan PHBS Dalam Keluarga Di Kelurahan Dwikora Kecamatan Medan Berdasarkan data yang diperoleh melalui analisa univariat diketahui bahwa 27% ibu kurang mengetahui tentang tidak merokok di dalam rumah. Kurangnya pengetahuan ibu tentang tidak merokok di dalam rumah disebabkan karena dipengaruhi oleh faktor lain sebagaimana yang dikemukakan Erfandi (2009) bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang tersebut diantaranya adalah pendidikan dimana pendidikan merupakan suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Selanjutnya dari uji statistik diperoleh nilai p-value = 0,003 yang artinya ada hubungan pengetahuan ibu tentang tidak merokok di dalam rumah dengan pelaksanaan PHBS dalam keluarga dimana. Depkes RI (2010) mengemukakan bahwa satu puntung rokok yang di isap, akan dikeluarkan lebih dari bahan kimia berbahaya, diantaranya adalah nikotin, tar dan karbon monoksida (CO). Jika ada anggota keluarga yang merokok (perokok aktif), terlebih di dalam rumah, maka asap yang dihasilkan dari rokok tersebut tidak hanya berbahaya bagi perokok itu sendiri, melainkan juga orang-orang disekitarnya (perokok pasif) yang tentu saja mempunyai efek buruk bagi kesehatan. Selanjutnya dari hasil deskripsi data tabulasi silang diketahui bahwa terdapat 53% responden pengetahuan tentang tidak merokok di dalam rumah. Hal ini dapat diketahui dari data yang diperoleh melalui kuesioner bahwa 43 ibu mengingatkan anggota keluarga untuk tidak merokok di dalam rumah, 32 ibu menggalang kesepakatan keluarga untuk menciptakan rumah tanpa asap rokok, 48 ibu memotivasi anggota keluarga untuk tidak merokok di rumah dan 38 ibu membuat iklan tidak merokok dirumah. Hal ini menunjukkan bahwa ibu mengetahui manfaat perilaku hidup bersih dan sehat yang diantaranya adalah rumah tangga yang sehat dapat meningkatkan produktivitas kerja anggota keluarga. Kemudian dari hasil deskripsi data tabulasi silang diketahui bahwa terdapat 47% ibu memiliki pengetahuan tentang tidak merokok di dalam rumah dengan kategori kurang.hal ini dapat diketahui dari hasil data yang diperoleh melalui kuesioner diperoleh 7 ibu yang tidak selalu mengingatkan tamu untuk tidak merokok di rumah. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Nanda Feonna (2013) dimana diperoleh ada hubungan tidak merokok di dalam rumah dengan perilaku hidup bersih dan sehat (p-value = 0,019). Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang PHBS Dengan Pelaksanaan PHBS Dalam Keluarga Di Kelurahan Dwikora Kecamatan Medan Berdasarkan data yang diperoleh dari analisa univariat diketahui 36% ibu kurang mengetahui tentang PHBS. Kurangnya pengetahuan ibu tentang tidak merokok di dalam rumah disebabkan karena dipengaruhi oleh faktor lain sebagaimana yang dikemukakan Erfandi (2009) bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang tersebut diantaranya adalah pendidikan dimana pendidikan merupakan suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Selanjutnya dari hasil uji statistik diperoleh p-value = 0,000 yang artinya ada hubungan pengetahuan ibu tentang PHBS dengan pelaksanaan PHBS dalam keluarga dimana. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2010). Namun demikian suatu tindakan seseorang dapat dipengaruhi oleh pengetahuan itu sendiri. Hal ini dapat diketahui sebagaimana yang dikemukakan Erfandi (2009) bahwa faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang adalah pendidikan, media 152

11 massa/informasi, pengalaman, umur dan lain-lain. Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) merupakan bentuk tindakan kesehatan yang dilakukan atas kesadaran agar seseorang atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan dapat berperan aktif dalam kegiatan kegiatan kesehatan. Selanjutnya dari hasil deskripsi data diketahui bahwa pengetahuan ibu tentang PHBS masing-masing dengan 50% pengetahuan baik dan kurang. Melihat hasil deskripsi data diketahui bahwa 39 ibu yang memiliki pengetahuan baik tentang mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, 44 ibu yang memiliki pengetahuan baik tentang memberantas jentik nyamuk, 37 ibu yang memiliki pengetahuan baik tentang makan buah dan sayur dan 31 ibu yang memiliki pengetahuan baik tentang tidak merokok di dalam rumah. Dari hasil tersebut dapat menunjukkan bahwa ibu-ibu di Kelurahan Helvetia Tengah sudah memiliki pengetahuan baik tentang PHBS, namun tidak sedikit pula ibu-ibu di Kelurahan Dwikora Kecamatan Medan Helvetia memiliki pengetahuan kurang tentang PHBS dan di dalam pelaksanaan PHBS juga ditemukan ibu-ibu sudah melakukan dengan baik walaupun masih adanya ibu-ibu tidak melaksanakan PHBS. Dari hasil penelitian dan uraian di atas dapat diketahui bahwa perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) merupakan langkah yang harus dilakukan untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal bagi setiap orang. Kondisi sehat tidak serta merta terjadi, tetapi harus senantiasa kita upayakan dari yang tidak sehat menjadi hidup yang sehat serta menciptakan lingkungan yang sehat. Upaya ini harus dimulai dari menanamkan pola pikir sehat yang menjadi tanggung jawab kita kepada masyarakat dan harus dimulai dan diusahakan oleh diri sendiri. Upaya ini adalah untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat setinggi-tingginya sebagai satu investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Nanda Feonna (2013) yang menyimpulkan bahwa ada hubungan pengetahuan ibu dengan penerapan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). KESIMPULAN DAN SARAN khususnya ibu-ibu di Kelurahan Dwikora Kecamatan Medan Helvetia dapat membaca buku-buku sehingga dapat menambah pengetahuan tentang perilaku hidup bersih dan sehat. 3. Peneliti Selanjutnya Kesimpulan 1. Ada hubungan pengetahuan ibu tentang mencuci tangan dengan air bersih dan sabun dengan pelaksanaan PHBS dalam keluarga. Hubungan yang terjadi disebabkan pengetahuan kurang tentang mencuci tangan dengan air bersih dan sabun pada ibu menyebabkan dalam pelaksanaannya kurang memiliki PHBS dalam keluarga. 2. Ada hubungan pengetahuan ibu tentang memberantas jentik nyamuk dengan pelaksanaan PHBS dalam keluarga. Hubungan yang terjadi disebabkan pengetahuan yang kurang tentang memberantas jentik nyamuk pada ibu menyebabkan dalam pelaksanaannya kurang memiliki PHBS dalam keluarga. 3. Ada hubungan pengetahuan ibu tentang makan buah dan sayur setiap hari dengan pelaksanaan PHBS dalam keluarga. Hubungan yang terjadi disebabkan pengetahuan yang kurang tentang makan buah dan sayur setiap hari pada ibu menyebabkan dalam pelaksanaannya kurang memiliki PHBS dalam keluarga. 4. Ada hubungan pengetahuan ibu tentang tidak merokok di dalam rumah dengan pelaksanaan PHBS dalam keluarga. Hubungan yang terjadi disebabkan pengetahuan yang kurang tentang tidak merokok di dalam rumah pada ibu menyebabkan dalam pelaksanaannya kurang memiliki PHBS dalam keluarga. 5. Ada hubungan pengetahuan ibu tentang PHBS dengan pelaksanaan PHBS dalam keluarga. Hubungan yang terjadi disebabkan pengetahuan yang kurang tentang PHBS pada ibu menyebabkan dalam pelaksanaannya kurang memiliki PHBS dalam keluarga. Saran 1. Institusi Pendidikan Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan bacaan atau referensi di institusi pendidikan khususnya bagi peneliti yang melakukan penelitian tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). 2. Bagi Masyarakat Agar dapat melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat, maka masyarakat Agar melakukan penelitian sejenis dengan menambah variabel lain yang berhubungan dengan pelaksanaan PHBS dalam keluarga serta memperluas wilayah penelitian sehingga diperoleh hasil yang lebih baik. 153

12 DAFTAR PUSTAKA Adisasmito, W, Sistem Kesehatan. Jakarta : Rajagrafindo Persada. Arikunto, Suharsimi Prosedur penelitian : Suatu Pendekatan Praktik. (Edisi Revisi). Jakarta : Rineka Cipta. BAPPENAS, 2010.Pedoman Pelaksanaan Pamsimas di Tingkat Masyarakat, Jakarta : CPMU PAMSIMAS. Depkes RI, Indikator PHBS Rumah Tangga. Jakarta, 2010.Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta. Dinkes RI, Rencana Strategis Kementerian KesehatanTahun Jakarta Desi Mahfudhah, Hubungan Pengetahuan Sikap Dan Pekerjaan Ibu Ibu Terhadap Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Pada Tatanan Rumah Tangga Di Desa Reukih Dayah Kecamatan Indrapuri Kabupaten Aceh Besar. Skripsi :STIKes U Budiyah Banda Aceh. Erfandi, 2009.Pengetahuan Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi. m. Feonna, Nanda, Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada Keluarga di Gampong Lamdingin Kecamatan Kuta Alam Banda Aceh Tahun 2013.Skripsi : Universitas Syiah Kuala Fakultas Kedokteran Program Studi Ilmu. Fitriani, S Promosi kesehatan.yogyakarta : Graha Ilmu. Iqbal, Chayatin, Rozikin dan Supradi Promosi Kesehatan : Sebuah Pengantar Promosi Belajar Mengajar Dalam Pendidikan. Jakarta : Graha Ilmu. Kemenkes RI, Profil Data Kesehatan Indonesia Tahun 2011.Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Kemenkes RI, Profil Data Kesehatan Indonesia Tahun 2009.Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Lilis Suryani, Hubungan Pengetahuan Dan sikap Ibu Rumah Tangga Terhadap Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat di Kelurahan Payo Selincah Tahun 2013.Skripsi : Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan. Universitas Jambi. Notoatmodjo, Soekidjo Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta., 2010.Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Proverawati, A Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).Yogyakarta : Nuha Medika. Putri Nurjanah, Tingkat Pengetahuan Ibu Rumah Tangga Tentang Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Di Dukuh Keden Wetan Kelurahan Keden Kecamatan Kalijambe Kabupaten Sragen Tahun Karya Tulis. Ramdaniyati, S Pengetahuan Dan Sikap Terhadap Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Pada Ibu Rumah Tangga RW 4 Kelurahan Manggarai Jakarta Selatan Tahun 2012.Jakarta : Universitas Indonesia. Fakultas Kesehatan masyarakat. Riwidikdo, H Statistik Kesehatan.Yogyakarta : Mitra Cendikia. Sudayasa, Putri Indikator PHBS Tatanan Rumah Tangga. Diakses 5 Maret Sugiyono Statistik Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta. Sukowirnasih, Tur Endah dan Widya Harry Cahyati Hubungan Sanitasi Rumah Dengan Angka Bebas Jentik Aedes aegypti di Wilayah Kerja Puskesmas Sekaran Kota Semarang. Kemas. Vol.6. No.1 Suradi, 2009.Manfaat ASI dan Kerugian Susu Formula.In : Manfaat ASI dan Menyusui. Jakarta : Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1-24 WHO, 2009.WHO guidelines on hand hygiene in health care first global patient safety challenge.switzerland : WHO Press; 154

secara sosial dan ekonomis (Notoatmodjo, 2007).

secara sosial dan ekonomis (Notoatmodjo, 2007). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sehat adalah kebutuhan dasar bagi kehidupan manusia. Kepentingan kesegaran jasmani dalam pemeliharaan kesehatan tidak diragukan lagi, semakin tinggi tingkat kesehatan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam kebijakan Indonesia sehat 2010 ( Dinkes Makassar, 2006 )

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam kebijakan Indonesia sehat 2010 ( Dinkes Makassar, 2006 ) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Sehat merupakan karunia Tuhan yang perlu disyukuri, karena kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus dihargai. Sehat, perilaku sehat dan pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

PERBEDAAN PEMBERIAN PENYULUHAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP PHBS PADA IBU RUMAH TANGGA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEKALONGAN SELATAN

PERBEDAAN PEMBERIAN PENYULUHAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP PHBS PADA IBU RUMAH TANGGA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEKALONGAN SELATAN 1 PERBEDAAN PEMBERIAN PENYULUHAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP PHBS PADA IBU RUMAH TANGGA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEKALONGAN SELATAN Sudaryanta 1, Swasti Artanti 2, Ni matul Ulya 3 Email

Lebih terperinci

Terapkan 10 Indikator PHBS Dalam Lingkungan Keluarga

Terapkan 10 Indikator PHBS Dalam Lingkungan Keluarga Terapkan 10 Indikator PHBS Dalam Lingkungan Keluarga Surabaya, ehealth. Apakah anda merasa bahwa diri anda dan keluarga anda merupakan keluarga sehat? Mungkin mayoritas langsung menganggukkan kepala jika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipelihara dan ditingkatkan. Hendrik L. Bloom dalam Notoadmojo (2007)

BAB I PENDAHULUAN. dipelihara dan ditingkatkan. Hendrik L. Bloom dalam Notoadmojo (2007) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan adalah hak dasar manusia yang merupakan karunia tuhan yang sangat tinggi nilainya. Kesehatan merupakan salah satu faktor penting dalam menentukan kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diare adalah sebagai perubahan konsistensi feses dan perubahan frekuensi

BAB I PENDAHULUAN. Diare adalah sebagai perubahan konsistensi feses dan perubahan frekuensi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diare adalah sebagai perubahan konsistensi feses dan perubahan frekuensi buang air besar. Diare dapat juga didefinisikan bila buang air besar tiga kali atau lebih dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan sekaligus investasi untuk keberhasilan pembangunan bangsa. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk mencapai Indonesia Sehat,

Lebih terperinci

PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL HUBUNGAN PENGETAHUAN KELUARGA DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT KELURAHAN MOODU KECAMATAN KOTA TIMUR KOTA GORONTALO

PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL HUBUNGAN PENGETAHUAN KELUARGA DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT KELURAHAN MOODU KECAMATAN KOTA TIMUR KOTA GORONTALO PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL HUBUNGAN PENGETAHUAN KELUARGA DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT KELURAHAN MOODU KECAMATAN KOTA TIMUR KOTA GORONTALO Oleh ROSTIN GALOMAT (NIM. 841 410 062, Jurusan Ilmu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. keberhasilan pembangunan bangsa. Untuk itu, pembangunan kesehatan di arahkan

BAB 1 PENDAHULUAN. keberhasilan pembangunan bangsa. Untuk itu, pembangunan kesehatan di arahkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan adalah hak asasi manusia dan sekaligus investasi untuk keberhasilan pembangunan bangsa. Untuk itu, pembangunan kesehatan di arahkan untuk mencapai Indonesia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Promosi Kesehatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Promosi Kesehatan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Promosi Kesehatan 2.1.1. Pengertian Promosi Kesehatan Promosi kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran diri oleh dan untuk masyarakat

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA SISWA SISWI KELAS VI SEKOLAH DASAR NEGERI 1 CILEULEUS TASIKMALAYA

PENATALAKSANAAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA SISWA SISWI KELAS VI SEKOLAH DASAR NEGERI 1 CILEULEUS TASIKMALAYA PENATALAKSANAAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA SISWA SISWI KELAS VI SEKOLAH DASAR NEGERI 1 CILEULEUS TASIKMALAYA INDA AINI NOOR FADILAH MA 0712072 INTISARI Perilaku hidup bersih dan sehat dapat dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimaksud dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. dimaksud dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan Hak Asasi Manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia, sebagaimana dimaksud dalam

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH SEHAT DI KELURAHAN SETIAJAYA KECAMATAN CIBEUREUM KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2013

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH SEHAT DI KELURAHAN SETIAJAYA KECAMATAN CIBEUREUM KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2013 HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH SEHAT DI KELURAHAN SETIAJAYA KECAMATAN CIBEUREUM KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2013 Anih Kurnia, S.Kep., Ners. Program Studi D-III Keperawatan STIKes

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan perhatian khusus dan perlu penanganan sejak dini. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan perhatian khusus dan perlu penanganan sejak dini. Hal ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Status gizi kurang merupakan salah satu masalah malnutrisi yang membutuhkan perhatian khusus dan perlu penanganan sejak dini. Hal ini karena kondisi kurang gizi dalam

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PHBS DI MTS MIFTAHUL ULUM KECAMATAN KEMLAGI KABUPATEN MOJOKERTO. Dwi Helynarti Syurandari*)

EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PHBS DI MTS MIFTAHUL ULUM KECAMATAN KEMLAGI KABUPATEN MOJOKERTO. Dwi Helynarti Syurandari*) EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PHBS DI MTS MIFTAHUL ULUM KECAMATAN KEMLAGI KABUPATEN MOJOKERTO Dwi Helynarti Syurandari*) Abstrak Perilaku Hidup bersih dan Sehat merupakan sekumpulan perilaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku sehat. Program PHBS telah dilaksanakan sejak tahun 1996 oleh

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku sehat. Program PHBS telah dilaksanakan sejak tahun 1996 oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan perilaku yang dilakukan seseorang untuk selalu memperhatikan kebersihan, kesehatan, dan berperilaku sehat. Program PHBS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Anak usia sekolah merupakan kelompok masyarakat yang mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Anak usia sekolah merupakan kelompok masyarakat yang mempunyai BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Anak usia sekolah merupakan kelompok masyarakat yang mempunyai resiko tinggi akan penyakit (Maryunani, 2013). Oleh karena itu, pada masa ini anak usia sekolah dasar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. produktivitas kerja guna meningkatkan kesejahteraan keluarga. Orang bijak

BAB 1 PENDAHULUAN. produktivitas kerja guna meningkatkan kesejahteraan keluarga. Orang bijak BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sehat adalah karunia Tuhan yang perlu disyukuri, karena sehat merupakan hak asasi manusia yang harus dihargai. Sehat juga investasi untuk meningkatkan produktivitas

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus di

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus di 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus di wujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia, sebagaimana di maksud

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PHBS DI RUMAH TANGGA DENGAN PERILAKU MEROKOK DALAM RUMAH KEPALA RUMAH TANGGA DI DUSUN KARANGNONGKO YOGYAKARTA

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PHBS DI RUMAH TANGGA DENGAN PERILAKU MEROKOK DALAM RUMAH KEPALA RUMAH TANGGA DI DUSUN KARANGNONGKO YOGYAKARTA HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PHBS DI RUMAH TANGGA DENGAN PERILAKU MEROKOK DALAM RUMAH KEPALA RUMAH TANGGA DI DUSUN KARANGNONGKO YOGYAKARTA Heni Trisnowati, Stefandri Suryatno Daduk Prodi Kesehatan

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DALAM PENCEGAHAN PNEUMONIA DENGAN KEKAMBUHAN PNEUMONIA PADA BALITA DI PUSKESMAS SEI JINGAH BANJARMASIN

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DALAM PENCEGAHAN PNEUMONIA DENGAN KEKAMBUHAN PNEUMONIA PADA BALITA DI PUSKESMAS SEI JINGAH BANJARMASIN HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DALAM PENCEGAHAN PNEUMONIA DENGAN KEKAMBUHAN PNEUMONIA PADA BALITA DI PUSKESMAS SEI JINGAH BANJARMASIN Mira Yunita 1, Adriana Palimbo 2, Rina Al-Kahfi 3 1 Mahasiswa, Prodi Ilmu

Lebih terperinci

HUBUNGAN MOTIVASI IBU BALITA DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) Ati ul Impartina Program Studi D III Kebidanan STIKES Muhammadiyah Lamongan

HUBUNGAN MOTIVASI IBU BALITA DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) Ati ul Impartina Program Studi D III Kebidanan STIKES Muhammadiyah Lamongan HUBUNGAN MOTIVASI IBU BALITA DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) Ati ul Impartina Program Studi D III Kebidanan STIKES Muhammadiyah Lamongan ABSTRAK Masalah penyakit akibat perilaku dan perubahan

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN MOTIVASI KELUARGA UNTUK MELAKUKAN PROGRAM PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DI DESA MANGUNHARJO JATIPURNO WONOGIRI

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN MOTIVASI KELUARGA UNTUK MELAKUKAN PROGRAM PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DI DESA MANGUNHARJO JATIPURNO WONOGIRI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN MOTIVASI KELUARGA UNTUK MELAKUKAN PROGRAM PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DI DESA MANGUNHARJO JATIPURNO WONOGIRI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perilaku adalah suatu tindakan atau perbuatan yang bisa kita amati bahkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Perilaku adalah suatu tindakan atau perbuatan yang bisa kita amati bahkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perilaku adalah suatu tindakan atau perbuatan yang bisa kita amati bahkan dapat dipelajari. Perilaku kesehatan merupakan suatu respon seseorang terhadap rangsangan

Lebih terperinci

PERILAKU HIDUP BERSIH DAN. SEHAT (PHBS) MASYARAKAT DESA SAMIR DALAM MENINGKATKAN KESEHATAN MASYARAKAT Oleh : Dra. NUNUN NURHAJATI, M.Si.

PERILAKU HIDUP BERSIH DAN. SEHAT (PHBS) MASYARAKAT DESA SAMIR DALAM MENINGKATKAN KESEHATAN MASYARAKAT Oleh : Dra. NUNUN NURHAJATI, M.Si. Nunun Nurhajati, Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Masyarakat Desa Samir Dalam Meningkatkan 1 PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) MASYARAKAT DESA SAMIR DALAM MENINGKATKAN KESEHATAN MASYARAKAT Oleh

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. sendiri. Karena masalah perubahan perilaku sangat terkait dengan promosi

BAB 1 : PENDAHULUAN. sendiri. Karena masalah perubahan perilaku sangat terkait dengan promosi BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kesehatan pada umumnya, disebabkan tiga faktor yang timbul secara bersamaan, yaitu (1) adanya bibit penyakit, (2) adanya lingkungan yang memungkinkan berkembangnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sehat merupakan hak setiap individu agar dapat melakukan segala

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sehat merupakan hak setiap individu agar dapat melakukan segala BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sehat merupakan hak setiap individu agar dapat melakukan segala aktivitas hidup sehari-hari. Untuk bisa hidup sehat, kita harus mempunyai Perilaku Hidup Bersih dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. internal maupun eksternal. Menurut WHO, setiap tahunnya sekitar 2,2 juta

BAB I PENDAHULUAN. internal maupun eksternal. Menurut WHO, setiap tahunnya sekitar 2,2 juta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan hasil interaksi berbagai faktor, baik faktor internal maupun eksternal. Menurut WHO, setiap tahunnya sekitar 2,2 juta orang di negara berkembang

Lebih terperinci

BAB I PEDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PEDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PEDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Promosi Kesehatan di institusi pendidikan (Health Promoting School) yang dicanangkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO, 2005) menggunakan model holistik

Lebih terperinci

Promotif, Vol.2 No.2 April 2013 Hal

Promotif, Vol.2 No.2 April 2013 Hal FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PELAKSANAAN INDIKATOR PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) PADA RUMAH TANGGA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KAYAMANYA KABUPATEN POSO 1) Fitriyah G. Mursad 1) Bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perumahan dan permukiman yang dikelola dengan baik merupakan sebuah indikator kesejahteraan dan target intervensi untuk meningkatkan kesehatan masyarakat (Thomson, 2001).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia, sebagaimana dimaksud dalam

Lebih terperinci

PENYULUHAN DAN PRAKTIK PHBS (PERILAKU HIDUP BERSIH SEHAT) DALAM MEWUJUDKAN MASYARAKAT DESA PEDULI SEHAT

PENYULUHAN DAN PRAKTIK PHBS (PERILAKU HIDUP BERSIH SEHAT) DALAM MEWUJUDKAN MASYARAKAT DESA PEDULI SEHAT Seri Pengabdian Masyarakat 2013 ISSN: 2089-3086 Jurnal Inovasi dan Kewirausahaan Volume 2 No. 1, Januari 2013 Halaman 45-50 PENYULUHAN DAN PRAKTIK PHBS (PERILAKU HIDUP BERSIH SEHAT) DALAM MEWUJUDKAN MASYARAKAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Atikah Sapta Maritsa, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Atikah Sapta Maritsa, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Derajat kesehatan merupakan salah satu unsur penting dalam upaya meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) bangsa Indonesia. Sementara itu, derajat kesehatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan menjaga tingkat kesehatan, aktifitas masyarakat tidak terganggu dan dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan menjaga tingkat kesehatan, aktifitas masyarakat tidak terganggu dan dapat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pentingnya menjaga kesehatan bagi masyarakat adalah hal mutlak. Karena dengan menjaga tingkat kesehatan, aktifitas masyarakat tidak terganggu dan dapat terus produktif.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang Mandiri, Maju, Adil dan Makmur, salah satu agenda riset nasional bidang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang Mandiri, Maju, Adil dan Makmur, salah satu agenda riset nasional bidang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejalan dengan visi pembagunan Indonesia tahun 2025 yaitu Indonesia yang Mandiri, Maju, Adil dan Makmur, salah satu agenda riset nasional bidang sosial kemanusiaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional yang mempunyai peranan besar dalam menentukan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional yang mempunyai peranan besar dalam menentukan 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembangunan kesehatan merupakan salah satu bagian intergral dari pembangunan nasional yang mempunyai peranan besar dalam menentukan keberhasilan pencapaian tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang setinggi-tingginya. Dengan kata lain bahwa setiap orang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang setinggi-tingginya. Dengan kata lain bahwa setiap orang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggitingginya

BAB 1 PENDAHULUAN. sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggitingginya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan di Indonesia merupakan bagian dari pembangunan nasional yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DARUL AMAN

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DARUL AMAN GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DARUL AMAN Siti Rabiah 1, Elmiyanti 2 1 Dosen Program Studi D III Kebidanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah World Health Organization (WHO) memperkirakan penduduk yang terkena DBD telah meningkat selama 50 tahun terakhir. Insiden DBD terjadi baik di daerah tropik

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN SIKAP KEPALA KELUARGA DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DI RT 3 RW 07 KELURAHAN PAKUNCEN WIROBRAJAN YOGYAKARTA

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN SIKAP KEPALA KELUARGA DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DI RT 3 RW 07 KELURAHAN PAKUNCEN WIROBRAJAN YOGYAKARTA HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN SIKAP KEPALA KELUARGA DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DI RT 3 RW 07 KELURAHAN PAKUNCEN WIROBRAJAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh: IMAM HIDAYATULLAH 201310201165

Lebih terperinci

Jln. Arjuna Utara Tol Tomang Kebun Jeruk, Jakarta

Jln. Arjuna Utara Tol Tomang Kebun Jeruk, Jakarta UPAYA KOMUNIKASI, INFORMASI, DAN EDUKASI (KIE) DALAM PENINGKATAN PENGETAHUAN MENGENAI PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) TATANAN RUMAH TANGGA PADA IBU NELAYAN DI MUARA ANGKE, JAKARTA Intan Silviana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 131/Menkes/SK/II/2004 dan salah satu Subsistem dari SKN adalah Subsistem

BAB I PENDAHULUAN. 131/Menkes/SK/II/2004 dan salah satu Subsistem dari SKN adalah Subsistem BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan Indonesia Sehat 2010 menetapkan tiga pilar utama yaitu lingkungan sehat, perilaku sehat dan pelayanan kesehatan bermutu adil dan merata. Untuk mendukung pencapaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan. keluarga dengan melaksanakan pembangunan yang berwawasan kesehatan,

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan. keluarga dengan melaksanakan pembangunan yang berwawasan kesehatan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga dengan melaksanakan pembangunan yang berwawasan kesehatan, memiliki tujuan untuk meningkatkan kesadaran,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2009, World Health Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai

BAB I PENDAHULUAN. 2009, World Health Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia yang jumlah penderita dan luas daerah penyebarannya

Lebih terperinci

Peningkatan Derajat Kesehatan..., Rizsanti, Diny, Putri, Gina, Farida

Peningkatan Derajat Kesehatan..., Rizsanti, Diny, Putri, Gina, Farida PENINGKATAN DERAJAT KESEHATAN MELALUI PROMOSI KESEHATAN POLA HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) DI DUSUN SAWAHAN DESA PENDOWOHARJO, KECAMATAN SEWON, KABUPATEN BANTUL Rizsanti Meirina Satar 1,Diny Lidya 1, Putri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setinggi-tingginya guna tercapainya negara yang kuat (Ratna, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. setinggi-tingginya guna tercapainya negara yang kuat (Ratna, 2011). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan di Indonesia merupakan bagian dari pembangunan nasional yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN atau Indonesia Sehat 2025 disebutkan bahwa perilaku

BAB I PENDAHULUAN atau Indonesia Sehat 2025 disebutkan bahwa perilaku BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rencana pembangunan jangka panjang bidang kesehatan RI tahun 2005 2025 atau Indonesia Sehat 2025 disebutkan bahwa perilaku masyarakat yang diharapkan dalam Indonesia

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Keperawatan STIKes Medika Cikarang

Jurnal Ilmiah Keperawatan STIKes Medika Cikarang FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA TATANAN RUMAH TANGGA MENGGUNAKAN JAMBAN SEHAT DI DUSUN II RW. 04 DESA SUKAKARYA KEC. SUKAKARYA KAB. BEKASI TAHUN 2016 Yuli Erlina

Lebih terperinci

HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG.

HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG. JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT, Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 922-933 Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dan di 436 kabupaten/kota dari 497 kabupaten/kota sebesar 88%. Angka kesakitan

BAB 1 PENDAHULUAN. dan di 436 kabupaten/kota dari 497 kabupaten/kota sebesar 88%. Angka kesakitan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di Indonesia, DBD telah menjadi masalah kesehatan masyarakat selama 45 tahun terakhir, sejak tahun 1968 sampai saat ini dan telah menyebar di 33 provinsi dan di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Laporan WHO tahun 2015 menyebutkan bahwa diare masih merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Laporan WHO tahun 2015 menyebutkan bahwa diare masih merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Balita merupakan kelompok umur yang rentan terhadap penyakit, terutama penyakit infeksi seperti diare. Diare adalah suatu kondisi buang air besar dengan konsistensi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Panti Asuhan Harapan Kita. merupakan Panti Asuhan yang menampung anak-anak terlantar dan yang sudah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Panti Asuhan Harapan Kita. merupakan Panti Asuhan yang menampung anak-anak terlantar dan yang sudah BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Panti Asuhan Harapan Kita. Panti Asuhan Harapan Kita bertempat di Desa Huntu Utara, Kabupaten Bone Bolango, yang didirikan pada tanggal 2 Agustus 2003. Panti

Lebih terperinci

Fajarina Lathu INTISARI

Fajarina Lathu INTISARI HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT DBD DI WILAYAH KELURAHAN DEMANGAN YOGYAKARTA Fajarina Lathu INTISARI Latar

Lebih terperinci

Vol. 12 Nomor 1 Januari 2017 Jurnal Medika Respati ISSN :

Vol. 12 Nomor 1 Januari 2017 Jurnal Medika Respati ISSN : PELAKSANAAN PERILAKU HIDUP BERSIH SEHAT PADA TATANAN RUMAH TANGGA DI RT07/RW03 DUSUN AMBARRUKMO, CATURTUNGGAL,DEPOK, SLEMAN, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Ignatius Gonggo Prihatmono 1, Irma Rahmayani 2 INTISARI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN juta kematian/tahun. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya angka

BAB I PENDAHULUAN juta kematian/tahun. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya angka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diare sampai saat ini merupakan penyebab kematian di dunia, terhitung 5-10 juta kematian/tahun. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya angka kesakitan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seluruh daerah geografis di dunia. Menurut data World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. seluruh daerah geografis di dunia. Menurut data World Health Organization BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diare merupakan penyakit yang berbasis lingkungan dan terjadi hampir di seluruh daerah geografis di dunia. Menurut data World Health Organization (WHO) pada tahun 2013,

Lebih terperinci

Promotif, Vol.5 No.1, Okt 2015 Hal 09-16

Promotif, Vol.5 No.1, Okt 2015 Hal 09-16 HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PELAKSANAAN PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK (PSN) DENGAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KELURAHAN TALISE KECAMATAN PALU TIMUR KOTA PALU 1) DaraSuci 2) NurAfni Bagian Epidemiologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (socially and economically productive life). Status kesehatan berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. (socially and economically productive life). Status kesehatan berkualitas BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang Program Indonesia Sehat tahun 2015 yang dicanangkan oleh pemerintah mendorong seluruh penduduk Indonesia untuk memiliki status kesehatan yang berkualitas secara sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indikator untuk menilai Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di

BAB I PENDAHULUAN. Indikator untuk menilai Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indikator untuk menilai Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di sekolah antara lain cuci tangan dengan air bersih dan sabun, jajan di kantin sekolah, Buang Air Besar

Lebih terperinci

SAP (SATUAN ACARA PENYULUHAN) : Siswa-siswa sekolah dasar negeri (SDN) 05 dan 08 Pela Mampang, Mampang Prapatan

SAP (SATUAN ACARA PENYULUHAN) : Siswa-siswa sekolah dasar negeri (SDN) 05 dan 08 Pela Mampang, Mampang Prapatan SAP (SATUAN ACARA PENYULUHAN) Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Sasaran Waktu : Perilaku Hidup Bersih dan Sehat : Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Sekolah : Siswa-siswa dasar negeri (SDN) 05 dan 08 Pela

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berwawasan Kesehatan, yang dilandasi paradigma sehat. Paradigma sehat adalah

BAB I PENDAHULUAN. Berwawasan Kesehatan, yang dilandasi paradigma sehat. Paradigma sehat adalah 1 BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Departemen Kesehatan telah mencanangkan Gerakan Pembangunan Berwawasan Kesehatan, yang dilandasi paradigma sehat. Paradigma sehat adalah cara pandang, pola

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bina Suasana (Social Support) dan Gerakan Masyarakat (Empowerment) sehingga. meningkatkan kesehatan masyarakat Depkes RI (2002).

BAB I PENDAHULUAN. Bina Suasana (Social Support) dan Gerakan Masyarakat (Empowerment) sehingga. meningkatkan kesehatan masyarakat Depkes RI (2002). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah upaya memberikan pengalaman belajar bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat, dengan membuka jalur komunikasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan yang serius terutama pada anak usia 1-5 tahun dan merupakan penyebab kematian anak di negara

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Keperawatan STIKes Medika Cikarang 2015 Vol. 5, No. 1

Jurnal Ilmiah Keperawatan STIKes Medika Cikarang 2015 Vol. 5, No. 1 FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA TATANAN RUMAH TANGGA MENGGUNAKAN JAMBAN SEHAT DI DUSUN II RW. 04 DESA SUKAKARYA KEC. SUKAKARYA KAB. BEKASI TAHUN 2015 Ns. Yuli

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sehat 2010 (Mubarak dan Chayatin, 2007).

BAB 1 PENDAHULUAN. sehat 2010 (Mubarak dan Chayatin, 2007). BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan utama dari pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia yang dilaksanakan secara berkelanjutan berdasarkan visi pembangunan nasional dan

Lebih terperinci

LEMBAR PRATES DAN POST-TEST PELATIHAN DENGAN METODE SIMULASI KEPADA TOKOH MASYARAKAT TENTANG PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT TATANAN RUMAH TANGGA

LEMBAR PRATES DAN POST-TEST PELATIHAN DENGAN METODE SIMULASI KEPADA TOKOH MASYARAKAT TENTANG PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT TATANAN RUMAH TANGGA LEMBAR PRATES DAN POST-TEST PELATIHAN DENGAN METODE SIMULASI KEPADA TOKOH MASYARAKAT TENTANG PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT TATANAN RUMAH TANGGA DATA PRIBADI Nama : Jenis Kelamian : L / P Umur : tahun

Lebih terperinci

SARANG NYAMUK DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DI DESA KLIWONAN MASARAN SRAGEN

SARANG NYAMUK DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DI DESA KLIWONAN MASARAN SRAGEN HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DI DESA KLIWONAN MASARAN SRAGEN SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan mencapai derajat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah hak asasi manusia dan sekaligus investasi keberhasilan pembangunan bangsa. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk mencapai Indonesia sehat, yaitu suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Anak usia sekolah di Indonesia ± 83 juta orang (www.datastatistik-indonesia.com)

BAB I PENDAHULUAN. 1 Anak usia sekolah di Indonesia ± 83 juta orang (www.datastatistik-indonesia.com) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anak usia sekolah merupakan tumpuan bagi masa depan bangsa. Mereka merupakan sasaran yang strategis untuk pelaksanaan program kesehatan, karena selain jumlahnya yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara. Terdapat empat jenis virus dengue, masing-masing dapat. DBD, baik ringan maupun fatal ( Depkes, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara. Terdapat empat jenis virus dengue, masing-masing dapat. DBD, baik ringan maupun fatal ( Depkes, 2013). BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Demam berdarah adalah penyakit akut yang disebabkan oleh virus dengue, yang ditularkan oleh nyamuk. Penyakit ini ditemukan di daerah tropis dan sub tropis, dan menjangkit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan suatu negara, karena merupakan generasi penerus bangsa

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan suatu negara, karena merupakan generasi penerus bangsa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak pada hakikatnya merupakan aset terpenting dalam tercapainya keberhasilan suatu negara, karena merupakan generasi penerus bangsa selanjutnya. Derajat kesehatan anak

Lebih terperinci

PERILAKU MASYARAKAT TENTANG RUMAH SEHAT DI DUSUN NGUMPAK DESA JABON KECAMATAN MOJOANYAR KABUPATEN MOJOKERTO

PERILAKU MASYARAKAT TENTANG RUMAH SEHAT DI DUSUN NGUMPAK DESA JABON KECAMATAN MOJOANYAR KABUPATEN MOJOKERTO PERILAKU MASYARAKAT TENTANG RUMAH SEHAT DI DUSUN NGUMPAK DESA JABON KECAMATAN MOJOANYAR KABUPATEN MOJOKERTO Dwi Helynarti Syurandhari 1, Ellen Yuni Yastuti 2 1) Dosen Program Studi S1 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Lebih terperinci

Risa Noverawati, Ridwan Setiawan, Asep Aep Indarna, S ABSTRACT ABSTRAK

Risa Noverawati, Ridwan Setiawan, Asep Aep Indarna, S ABSTRACT ABSTRAK GAMBARAN PELAKSANAAN SISWA TENTANG PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) TATANAN SEKOLAH DI SDN HEGARMANAH 1 DESA HEGARMANAH KECAMATAN JATINANGOR KABUPATEN SUMEDANG Risa Noverawati, Ridwan Setiawan, Asep

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Derajat Kesehatan dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain lingkungan,

BAB I PENDAHULUAN. Derajat Kesehatan dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain lingkungan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Derajat Kesehatan dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan keturunan. Faktor lingkungan dan perilaku sangat mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk meningkatkan derajat kesehatan dalam rangka memperbaiki kualitas

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk meningkatkan derajat kesehatan dalam rangka memperbaiki kualitas 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam GBHN 1993 disebutkan bahwa pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan dalam rangka memperbaiki kualitas hidupnya. Pada Repelita VI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Indonesia hingga saat ini penyakit diare masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. Hal ini dapat dilihat dengan makin meningkatnya angka kesakitan diare

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan hak asasi manusia yang harus dihargai danhak setiap individu agar

BAB I PENDAHULUAN. merupakan hak asasi manusia yang harus dihargai danhak setiap individu agar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sehat merupakan karunia Tuhan yang perlu disyukuri, karena sehat merupakan hak asasi manusia yang harus dihargai danhak setiap individu agar dapat melakukan segala

Lebih terperinci

GERAKAN MASYARAKAT HIDUP SEHAT KOTA BOGOR

GERAKAN MASYARAKAT HIDUP SEHAT KOTA BOGOR GERAKAN MASYARAKAT HIDUP SEHAT KOTA BOGOR Saat ini Kota Bogor merupakan salah satu kota di Indonesia yang turut menghadapi masalah kesehatan triple burden, yaitu masih adanya penyakit infeksi, meningkatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan kesehatan berupaya membangun perilaku hidup bersih dan sehat masyarakat diharapkan mampu melakukan upaya pencegahan secara lebih efisein dan efektif.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dara Sopyan, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Dara Sopyan, 2014 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah hak dasar manusia yang merupakan karunia Tuhan yang sangat tinggi nilainya. Karena dengan sehat kita dapat melakukan aktivitas setiap hari. Hidup

Lebih terperinci

Yulisetyaningrum ABSTRAK

Yulisetyaningrum ABSTRAK HUBUNGAN MOTIVASI PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) DENGAN KEBIASAAN BUANG AIR BESAR (BAB) SEMBARANGAN DI DUKUH KRAJAN DESA KARANGROWO KECAMATAN UNDAAN KABUPATEN KUDUS TAHUN 2014 Yulisetyaningrum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan snyamuk dari genus Aedes,

BAB I PENDAHULUAN. yang masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan snyamuk dari genus Aedes, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorhagic Fever (DHF) merupakan penyakit akut bersifat endemik yang di sebabkan oleh virus dengue yang masuk ke peredaran

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN, MOTIVASI, DAN PERAN PETUGAS TERHADAP KONDISI HYGIENE

HUBUNGAN PENGETAHUAN, MOTIVASI, DAN PERAN PETUGAS TERHADAP KONDISI HYGIENE HUBUNGAN PENGETAHUAN, MOTIVASI, DAN PERAN PETUGAS TERHADAP KONDISI HYGIENE SANITASI MAKANAN JAJANAN KAKI LIMA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS AUR DURI KOTA JAMBI TAHUN 2014 1* Erris, 2 Marinawati 1 Poltekes

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (PHBS) dapat dilaksanakan di masyarakat, rumah tangga, dan sekolah. PHBS

BAB 1 PENDAHULUAN. (PHBS) dapat dilaksanakan di masyarakat, rumah tangga, dan sekolah. PHBS BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah program pemerintah yang diluncurkan pada tahun 2006 yang bertujuan untuk mengubah perilaku masyarakat tidak sehat

Lebih terperinci

Suplemen. PHBS di Sekolah. Suplemen 2011

Suplemen. PHBS di Sekolah. Suplemen 2011 sisipan:layout 1 7/25/09 2:05 AM Page 1 Suplemen PHBS di Sekolah 1 Pengantar Kementerian Kesehatan memberikan perhatian lebih pada kesehatan anak. Bukan karena tahun ini Kemenkes menjadi penanggungjawab

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA TATANAN RUMAH TANGGA

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA TATANAN RUMAH TANGGA FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA TATANAN RUMAH TANGGA Rina Anggraeni ¹, Tri Hesti Oktaviani², Dona Yanuar Agus Santoso³ ¹,²,³ Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengertian sehat sesuai dengan UU No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengertian sehat sesuai dengan UU No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan BAB 1 PENDAHULUAN 1.2. Latar Belakang Pengertian sehat sesuai dengan UU No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, dan spiritual yang memungkinkan setiap orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Millenium Development Goals (MDGs) adalah delapan tujuan pembangunan sebagai respons atas permasalahan global yang akan dicapai pada 2015. Delapan tujuan tersebut antara

Lebih terperinci

Putria Carolina, Meilitha Carolina, Rizki Muji Lestari. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Kota Palangka Raya

Putria Carolina, Meilitha Carolina, Rizki Muji Lestari. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Kota Palangka Raya EnviroScienteae Vol. 12 No. 3, Nopember 2016 Halaman 330-337 p-issn 1978-8096 e-issn 2302-3708 HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SUMBER INFORMASI DENGAN PENERAPAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS)

Lebih terperinci

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 78 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DI KABUPATEN PATI

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 78 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DI KABUPATEN PATI SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 78 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DI KABUPATEN PATI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat atau biasa juga disebut sebagai PHBS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat atau biasa juga disebut sebagai PHBS BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perilaku Hidup Bersih dan Sehat atau biasa juga disebut sebagai PHBS adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk berperilaku hidup

BAB I PENDAHULUAN. menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk berperilaku hidup BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Salah satu misi pembangunan kesehatan di Indonesia adalah menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) seperti yang rutin

Lebih terperinci

V. IMPLEMENTASI STRATEGI PROMOSI KESEHATAN

V. IMPLEMENTASI STRATEGI PROMOSI KESEHATAN V. IMPLEMENTASI STRATEGI PROMOSI KESEHATAN 5.1 Sejarah Perkembangan Promosi Kesehatan Pada jaman awal kemerdekaan, upaya untuk mempromosikan produk atau jasa (jaman kemerdekaan istilahnya propaganda) di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kesehatan menjadi bagian yang penting untuk dimiliki oleh setiap orang agar dapat melakukan aktifitas. Kesehatan dapat mempengaruhi kinerja seseorang dalam

Lebih terperinci

BUPATI PROBOLINGGO PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR : 27 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT

BUPATI PROBOLINGGO PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR : 27 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT BUPATI PROBOLINGGO PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR : 27 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PROBOLINGGO, Menimbang : a. Bahwa

Lebih terperinci

KUESOINER KECAMATAN :... NAMA SEKOLAH : SD... ALAMAT SEKOLAH :... WILAYAH PUSKESMAS :... TGL. SURVEY :... PETUGAS :...

KUESOINER KECAMATAN :... NAMA SEKOLAH : SD... ALAMAT SEKOLAH :... WILAYAH PUSKESMAS :... TGL. SURVEY :... PETUGAS :... 235 Lampiran 1. KUESOINER EFEKTIFITAS MEDIA KARTU BERGAMBAR DAN LEAFLET PADA PROMOSI KESEHATAN TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DOKTER KECIL DALAM PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DI KELURAHAN HELVETIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada bayi dan balita. United Nations Children's Fund (UNICEF) dan

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada bayi dan balita. United Nations Children's Fund (UNICEF) dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diare hingga menjadi salah satu penyebab timbulnya kesakitan dan kematian yang terjadi hampir di seluruh dunia serta pada semua kelompok usia dapat diserang oleh diare,

Lebih terperinci