IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 ( Word to PDF Converter - Unregistered ) IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Objektif Lokasi Penelitian 1. Sejarah Berdirinya MIN Parungi Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) Parungi dibangun pada Tahun berdirinya madrasah tersebut berkat upaya masyarakat yang dipelopori oleh beberapa tokoh, di antaranya Abas Amuntu (almarhum) yang telah mewakafkan tanahnya sebagai tempat pembangunan sekolah pertama di dusun Motoduto (sekarang sudah menjadi Desa Motoduto) sebelum dipindahkan ke Dusun PU Desa Parungi pada Tahun 1993 dan karena beliau adalah salah satu tokoh pendidik maka jadilah Ia sebagai pengelola pertama Madrasah Ibtidaiyah Al-hikmah sebagai nama awal dari madrasah. Dalam rangka kelangsungan pengelolaan madrasah, maka oleh para tokoh pendiri madrasah tersebut diserahkan kepada Yayasan Al-Muhajirin dan gedung madrasah dipindahkan lokasinya ke dusun PU, hal ini dilakukan karena keberadaannya di dusun Motoduto saat itu sudah sangat memprihatinkan terutama dari segi siswa. Setelah madrasah ini dipindahkan lokasinya ke dusun PU, sedikit demi sedikit mulai menampakkan perkembangannya.

2 Pada Tahun 1993 dimasa kepemimpinan Kepala Madrasah Bapak Yusuf Puluhulawa (almarhum) perkembangan madrasah semakin nampak dan mendapat perhatian penuh dari pemerintah, sehingga pada tahun itu pula pihak Yayasan Al-Muhajirin menyerahkan madrasah kepada pemerintah untuk dikelola. Dengan penyerahan tersebut maka status madrasah yang sebelumnya swasta berubah menjadi Madrasah Ibtidaiyah Negeri sampai saat ini. Menurut Satram Karim bahwa Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) 5 Parungi adalah Madrasah Ibtidaiyah pertama yang berstatus negeri di Kabupaten Gorontalo. Berdasarkan status madrasah tersebut maka penyelenggaranya adalah pemerintah (Kementerian Agama). Sehingga, dilihat dari berbagai aspek keberadaan MIN Parungi sangat menonjol dibandingkan dengan Madrasah Ibtidaiyah lainnya terutama dari ketersediaan sarana prasarana. Berdasarkan lokasi keterjangkauan transportasi, komunikasi dan informasi maka keberadaan MIN Parungi termasuk dalam kategori Madrasah yang berada di wilayah pedesaan (sub urban). Letak MIN Parungi dari pusat kecamatan sekitar 1 km. dan berada di jalan PT. Rajawali yang merupakan jalan provinsi. Dari ibukota Kabupaten Gorontalo berjarak sekitar 50 km. Sedangkan dari ibukota Provinsi Gorontalo berjarak sekitar 70 km. Dari kondisi objektif ini, masih menurut Satram Karim bahwa kendatipun MIN Parungi dari aspek sarana dan prasarana relatif memadai, namun karena keterbatasan dalam aspek transportasi, komunikasi dan informasi sehingga input maupun output belum maksimal, terutama dari segi mutu dan kualitas dibandingkan dengan madrasah yang ada di wilayah perkotaan. Untuk itu dalam pengembangan Madrasah Ibtidaiyah yang berada di wilayah

3 pedesaan maka dibutuhkan upaya pengembangan Madrasah Ibtidaiyah ke arah yang lebih baik. Khusus bagi MIN Parungi ditempuh beberapa upaya dalam pengembangan madrasah. Pertama, pengembangan sarana dan prasarana pendidikan yang representatif, kualitatif dan kompetitif dalam menunjang proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Kedua, peningkatan kualitas dan kuantitas tenaga kependidikan, seperti guru, tenaga laboran dan tenaga administrasi. Ketiga, peningkatan pembiayaan pendidikan baik yang berasal dari pemerintah, maupun dari usaha produktif dan masyarakat. Keempat, diperlukan adanya kebijakan dan perhatian terhadap pengembangan MIN Parungi khususnya menyangkut pendidikan termasuk didalamnya peningkatan insentif atau kesejahteraan tenaga pendidikan. 2. Visi, Misi, Tujuan, Sasaran dan Program MIN Parungi Dalam rangka pengembangan madrasah yang baik dan memiliki manajemen yang kuat, maka landasannya mengacu pada rumusan visi, misi, tujuan, sasaran dan program. Dalam kerangka tersebut, maka MIN Parungi merumuskan visi, misi, tujuan, sasaran dan program sebagai berikut : a. Visi: Terwujudnya madrasah yang mampu menyiapkan dan mengembangkan sumber daya insani yang berkualitas dibidang iptek dan imtaq. b. Misi. Dalam rangka untuk mewujudkan visi tersebut di atas maka dijabarkan dalam misi madrasah sebagai berikut: (1) Menyelenggarakan pendidikan yang berorientasi pada mutu serta menerapkan budaya Islami di lingkungan madrasah. (2) Meningkatkan prestasi seni dan olahraga. (3) Mengembangkan prestasi siswa sesuai dengan bakat dan kemampuan siswa

4 c. Tujuan. Tujuan yang ingin dicapai oleh MIN Parungi dalam rangka acuan untuk mencapai visi dan misi di atas adalah: (1) Menyiapkan perangkat pengajaran yang sesuai dengan tuntutan. Meningkatkan kualitas pendidikan siswa. (2) Menyiapkan siswa yang terlatih di bidang olahraga dan seni. (3) Menyiapkan alat-alat olahraga dan seni yang memadai. (4) Menyiapkan tenaga pendidik yang sesuai dengan bidangnya. (5) Merekrut siswa yang berprestasi sesuai dengan bakat dan minatnya d. Sasaran. Untuk menjabarkan tujuan tersebut di atas ke arah yang lebih konkrit dan nyata, baik secara kualitatif maupun kuantitatif serta didukung oleh indikator kinerja yang kuantitatif yang dapat dicapai dalam kurun waktu satu tahun maka sasaran MIN Parungi adalah: 1) Tersusunnya perangkat program pengajaran yang lengkap 2) Terlaksananya hasil kegiatan siswa 3) Meningkatkan prestasi siswa di bidang olahraga dan seni 4) Meningkatkan sarana dan prasarana olahraga dan seni 5) Meningkatkan kualitas tenaga pendidik 6) Meningkatkan kualitas pendidikan siswa Sasaran tersebut terbagi atas dua indikator yaitu : a) Output, yaitu hasil spesifik yang diharapkan langsung dari pelaksanaan kegiatan program baik fisik maupun non-fisik. Untuk MIN Parungi outputnya adalah: Dana, anggaran, perangkat pengajaran, lulusan, siswa yang berprestasi, tenaga yang profesional b) Outcomes, yaitu informasi mengenai latar belakang diproduksinya output yang dapat menunjukkan fungsi langsung yang diharapkan dari hasil akhir setelah pelaksanaan program selesai. Outcomes bagi MIN Parungi adalah:

5 (1) Kualitas perangkat pengajaran meningkat (2) Prestasi olahraga dan seni meningkat (3) Sarana olahraga dan seni meningkat (4) Kualitas tenaga pendidik meningkat (5) Prestasi siswa meningkat 2. Program Madrasah Sebagai kumpulan kegiatan atau aktivitas adalah program yang dimaksudkan untuk memberikan kontribusi pada suatu tujuan strategis yang bersifat umum. Untuk itu MIN Parungi merumuskan tujuan pengelolaan administrasi MIN Parungi. Dalam rangka terselenggaranya proses belajar mengajar secara efektif dan efisien maka harus didukung oleh pengelolaan administrasi madrasah yang baik. Beberapa komponen administrasi yang dikelola madrasah meliputi administrasi kurikulum, kesiswaan, sarana dan prasarana serta administrasi keuangan. Adapun pengelolaan administrasi di MIN Parungi dalam rangka mendukung terselenggaranya proses pembelajaran belum maksimal dimana pengelolaan masih berkisar kurang lebih 85%. Data ini, menurut Satram Karim sesuai dengan hasil penelitian Madrasah Development Centre (MDC) Kantor Wilayah Departemen Agama Gorontalo Tahun 2004 bahwa Madrasah Ibtidaiyah yang cukup lengkap administrasinya berada di wilayah perkotaan. Sedangkan madrasah yang ada di wilayah pedesaan belum ada satu pun yang lengkap administrasinya. Khususnya untuk Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) Parungi, kekurangan dalam pengelolaan administrasi adalah belum menggunakan sistem informasi sekolah yang berbasis komputer. Hal itu disebabkan karena belum adanya jaringan telepon untuk wilayah Kecamatan Boliyohuto secara keseluruhan, sehingga tidak dapat mengakses internet

6 sebagai syarat untuk menggunakan sistem informasi yang berbasis komputer. Namun dari segi prasarana komputer MIN Parungi sudah memiliki 4 buah komputer dan 1 buah komputer laptop. Mengenai format yang digunakan oleh MIN Parungi adalah sesuai dengan format buku yang diberlakukan di Kementerian Agama. 3. Sumber Daya Madrasah a. Guru Guru adalah sosok yang berperan dalam menentukan baik tidaknya kualitas suatu lembaga pendidikan. Sehingga dalam konteks tersebut kualitas dan profesionalitas seorang guru sangat dituntut untuk mampu dalam mengelola pendidikan yang baik, dan mengembangkan potensi yang dimiliki oleh peserta didik. Guru merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru. Pekerjaan ini tidak bisa dilakukan oleh orang yang tidak memiliki keahlian untuk melakukan kegiatan atau pekerjaan sebagai guru. Orang yang pandai bicara dalam bidang tertentu, belum dapat disebut sebagai guru. Untuk menjadi guru diperlukan syarat khusus, apalagi sebagai guru yang profesional yang harus menguasai betul seluk-beluk pendidikan dan pengajaran dengan berbagai ilmu pengetahuan lainnya yang perlu dibina dan dikembangkan melalui masa pendidikan tertentu atau pendidikan prajabatan. Keadaan guru dan karyawan Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) Parungi Tahun Pelajaran seluruhnya berjumlah 14 orang. Dari jumlah tersebut, ada yang berstatus Guru Tidak Tetap (GTT) atau tenaga abdi. Untuk lebih jelasnya keadaan guru dan karyawan MIN Parungi dapat dilihat dalam tabel 1 dan 2 lampiran. Jika dilihat dari jumlah guru dan karyawan sebagaimana dalam tabel 1 dan 2 lampiran, maka dari segi kuantitas guru pada MIN Parungi sudah relatif memadai. Dari 14

7 orang tenaga guru dan karyawan, 8 orang yang berstatus Guru Tetap/PNS dengan perincian 1 orang Kepala Madrasah, 1 orang karyawan TU, dan 6 orang guru. Sedangkan guru yang berstatus tenaga abdi berjumlah 6 orang. Dari jumlah guru dan tenaga pegawai tersebut, jika dibandingkan dengan madrasah lainnya maka jumlah sudah lebih dari cukup. Sebab, pada madrasah lainnya khususnya swasta rata-rata sangat kekurangan guru, di mana hampir semua guru di madrasah swasta berstatus tenaga abdi. Kemudian dari tingkat pendidikan, khusus bagi tenaga guru/pegawai yang berstatus PNS sejumlah 8 orang, 1 orang guru (kep.madrasah) sarjana (S1) Tarbiyah, berpendidikan Diploma Guru (D2) 5 orang, PGA 1 orang, dan yang berpendidikan SLTA (Aliyah) 1 orang yaitu pegawai TU. Jadi, dari jumlah keseluruhan 8 orang guru/pegawai PNS sudah mempunyai tingkat pendidikan yang memadai, dan lainnya guru/pegawai PNS yang berpendidikan masih di bawah standar. Sedangkan tenaga guru tidak tetap atau abdi berjumlah 6 orang, 1 orang berpendidikan Diploma II (D2) guru, dan 5 orang guru abdi tingkat pendidikannya SLTA atau bukan pendidikan guru. Secara keseluruhan baik yang berstatus PNS maupun tenaga abdi yang berjumlah 14 orang dengan perincian Sarjana (S1) 1 orang, Diploma (D2) 6 orang, PGA 1 orang, SMA/Aliyah 6 orang. Jadi, tenaga guru pada MIN Parungi yang pendidikannya tidak layak untuk mengajar karena latar belakang pendidikannya bukan guru. Sedangkan dari keseluruhan guru, yang memiliki tingkat pendidikan sesuai dengan standar yang berlaku hanya 7 orang yaitu Sarjana (S1) serta D2, dan yang 7 orang guru yaitu PGA/SLTA belum memenuhi standar sebagai guru. Dari data tersebut di atas, jumlah tenaga guru/pegawai pada MIN Parungi relatif memadai. Namun, dalam rangka pengembangan dan peningkatan mutu dan kualitas pendidikan di MIN Parungi, maka saat ini sangat dibutuhkan tambahan tenaga

8 guru/pegawai terutama untuk tenaga BP/BK, tenaga laboratorium, guru bahasa Inggris, guru yang ahli dalam bidang seni, serta guru olahraga. Kebutuhan tersebut berdasarkan sistem yang diterapkan proses pembelajaran dimana pemberian tugas mengajar pada guru berdasarkan disiplin ilmu yang dibutuhkan oleh MIIN Parungi, jika disesuaikan dengan kebutuhan tersebut di atas adalah 6 orang. Disamping itu untuk menunjang kegiatan operasional madrasah sangat dibutuhkan. Tenaga TU pada MIN Parungi hanya 1 orang, sehingga dalam pengelolaan administrasi belum memadai. Kondisi seperti ini menuntut guru berperan ganda. Di samping sebagai tenaga pengajar juga sebagai tenaga adminstrasi. Untuk itu, MIN Parungi juga masih membutuhkan tenaga Tata Usaha minimal 1 orang. Untuk lebih jelasnya jumlah tenaga yang dibutuhkan dapat dilihat dalam tabel 3 lampiran. Untuk meningkatkan kualitas dan profesionalisme tenaga guru maka intensitas keikutsertaan mereka dalam pelatihan-pelatihan sangat esensial adanya. Di era perkembangan Iptek yang begitu cepat ini maka pelatihan bagi guru menjadi sangat urgen sebagai upaya menyesuaikan kemampuan dengan perkembangan yang ada. Adapun keikutsertaan guru MIN Parungi dalam pelatihan dapat dilihat dalam tabel 4 lampiran. Berdasarkan tabel 4 lampiran, bahwa seluruh guru khususnya yang berstatus PNS sudah pernah mengikuti pelatihan baik ditingkat nasional, regional, provinsi dan daerah. Namun, dari segi kuantitas pelatihan tersebut yang masih terlalu minim jika dibandingkan dengan pesatnya perkembangan di bidang pendidikan saat ini, yang menunttut guru untuk terus berinovasi dan kreatif dalam mengelola proses pembelajaran. b. Siswa Mengenai pengembangan siswa baru pada MIN Parungi untuk lima tahun terakhir ini belum menunjukkan peningkatan yang signifikan. Jika dibandingkan antara jumlah

9 pendaftar masih selalu kecil. Pada Tahun 2006/2007 dengan jumlah rombongan belajar kelas I sebanyak kelas 2 dan setiap kelas mempunyai daya tampung 30 siswa maka daya tampung yang tersedia adalah minimal sebanyak 60 siswa dan ternyata yang mendaftar hanya 28 orang yang terisi. Pada Tahun 2007/2008 dengan jumlah rombongan belajar daya tampung yang sama pada tahun sebelumnya, jumlah yang mendaftar juga hanya 28 orang siswa. Pada Tahun 2008/2009 terjadi penambahan sarana dan prasarana pendidikan di MIN Parungi termasuk ruang belajar sehingga untuk rombongan belajar yang disiapkan sebanyak 3 kelas dengan daya tampung 90 orang, jumlah yang mendaftar hanya 21 orang siswa lebih menurut dari tahun sebelumnya. Pada Tahun 2009/2010 jumlah persiapan rombongan belajar dan daya tampung sama dengan Tahun 2008/2009, yang mendaftar hanya 25 orang. Pada Tahun 2010/2011 jumlah rombongan belajar yang disiapkan tetap 3 kelas dengan daya tampung 90 orang, yang mendaftar hanya 28 orang. Hal ini menunjukan masih rendahnya minat masyarakat untuk menyekolakan anaknya di Madrasah Ibtidaiyah. Menurut Ismail Daud, hal ini disebabkan oleh kesan masyarakat, bahwa Madrasah Ibtidaiyah adalah pilihan terakhir. Gambaran siswa baru pada MIN Parungi disajikan pada tabel 6 sebagaimana terlampir. Tidak terpenuhinya daya tampung MIN Parungi disebabkan oleh beberapa faktor antara lain; (1) Minat masyarakat untuk menyekolahkan anaknya di Madrasah Ibtidaiyah masih rendah karena kualitas madrasah masih rendah dibandingkan dengan sekolah umum; (2) pemetaan Madrasah Ibtidaiyah yang belum tepat; (3) jumlah populasi penduduk dengan jumlah sekolah tidak seimbang, di mana letak MIN Parungi dengan dua SD terdekat masing-masing hanya sekitar 1 km, dan (4) opini masyarakat tentang madrasah yang menganggap madrasah hanya belajar agama masih mengakar kuat.

10 Secara kuantitatif jumlah siswa MIN Parungi selama lima tahun terakhir juga belum mengalami peningkatan yang signifikan, bahkan tidak terjadi peningkatan. Gambaran mengenai perkembangan siswa MIN Parungi dapat dilihat dalam tabel 7 terlampir. 4. Kondisi Sarana dan Prasarana Keadaan sarana dan prasarana MIN Parungi dapat dilihat dari beberapa aspek, yaitu; (1) status tanah,(2) jenis bangunan,(3) sarana, dan (4) prasarana lainnya yang dapat menunjang proses pendidikan di MIN parungi. Pertama, statuas tanah yang ada pada MIN Parungi adalah tanah wakaf dengan luas 4580 M dan sudah bersertifikat dengan Nomor: 80/HM/KWBPN/Wakaf/1993. Kedua, berdasarkan jenis bangunan bahwa MIN Parungi jenis bangunannya 100% sudah permanen. Ketiga, berdasarkan sarana adalah sebagaimana dalam tabel 8 terlampir. Ke empat, prasarana penunjang pendidikan maupun pembelajaran pada MIN Parungi sebagaimana dalam tabel 9 terlampir. B. Hasil Penelitian 1. Peranan Komite Madrasah dalam Peningkatan Mutu Pendidikan di MIN Parungi Dalam upayanya untuk meningkatkan mutu pendidikan khususnya di madrasah, maka Komite madrasah hendaknya dapat menunjukkan perannya sebagai institusi atau lembaga pendidikan Islam yang dapat menjembatani kepentingan MIN Parungi dengan masyarakat atau sebaliknya. Penulis mengemukakan hasil pengamatan tentang beberapa kegiatan yang teridentifikasi dalam melaksanakan peran komite MIN Parungi untuk meningkatkan mutu pendidikan di satuan pendidikan tersebut, berdasarkan empat peran yang diemban komite

11 madrasah sehingga dapat diketahui efektivitas pelaksanaannya yaitu sebagai berikut: 1. Peran Komite MIN Parungi sebagai pemberi pertimbangan. Salah satu peran Komite Madrasah adalah sebagai badan yang memberikan pertimbangan kepada pihak madrasah. Dalam pengamatan penulis, peran komite MIN Parungi sebagai pemberi pertimbangan ditunjukkan dalam hal penentuan dan pelaksanaan kebijakan pendidikan di lembaga pendidikan tersebut, seperti dalam memberikan masukan, pertimbangan dan rekomendasi kepada MIN Parungi ketika rapat yang melibatkan komite madrasah. Berdasarkan pengamatan penulis, tentang rapat yang dilaksanakan pada tanggal 23 Desember 2010, tentang rapat peningkatan mutu pendidikan yang dihadiri oleh kepala madarasah, pengurus komite madrasah, para guru, orang tua/wali siswa. Rapat tersebut di pimpin oleh kepala madrasah, komite madrasah melalui ketua komitenya memberikan pertimbangan dengan mengusulkan penambahan sarana belajar yang kurang. Pada kesempatan itu pula komite madrasah mengusulkan agar guru-guru perlu diikutsertakan dalam pelatihan guna meningkatkan profesionalisme-nya, baik guru PNS maupun guru non PNS. Rapat peningkatan mutu pendidikan tersebut menghasilkan beberapa kesepakatan para peserta rapat diantaranya; meminta para orang tua/wali siswa untuk dapat memberikan bantuan fasiltas pendidikan di madrasah, penambahan sarana belajar, mengikutsertakan para guru pada pelatihan baik guru PNS maupun non PNS, pemanfaatan dana bantuan operasional pendidikan (BOS) yang diberikan kepada siswa yang kurang mampu. Menekankan pada guru untuk selalu meningkatkan profesionalnya dengan selalu berinovasi dan bersinergi dengan perubahan dan perkembangan. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh kepala MIN Parungi bahwa dalam

12 penentuan dan pelaksanaan kebijakan pendidikan di MIN Parungi Komite madrasah dalam setiap kesempatan diundang untuk memberikan masukan, pertimbangan dan rekomendasi kepada pihak madrasah demi peningkatan mutu pendidikan di lembaga pendidikan tersebut. Agar supaya masukan yang diberikan oleh Komite madrasah tersebut sesuai dengan kebutuhan MIN Parungi, diperlukan informasi-informasi yang didasarkan pada kegiatan-kegiatan yang memberikan kemudahan dalam pelaksanaannya. Adapun dalam pelaksanaannya, penulis mengamati kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh komite MIN Parungi, antara lain mengadakan pendataan kondisi sosial ekonomi masyarakat dan sumber daya pendidikan di masyarakat sekitar MIN Parungi; menganalisis hasil pendataan sebagai bahan pemberian masukan, pertimbangan dan rekomendasi kepada MIN Parungi, serta menyampaikan masukan, pertimbangan atau rekomendasi secara tertulis kepada MIN Parungi. Selain itu, kegiatan yang dilakukan oleh komite MIN Parungi sebagaimana dikemukakan oleh ketua komite madrasah yaitu memberikan pertimbangan kepada madrasah dalam rangka pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP); memberikan pertimbangan kepada pihak madrasah untuk meningkatkan mutu pembelajaran; memberikan pertimbangan kepada madrasah untuk menyelenggarakan pembelajaran yang menyenangkan (PAKEM); memberikan masukan dan pertimbangan kepada madrasah dalam penyusunan visi, misi, tujuan, kebijakan, program dan kegiatan pendidikan di MIN Parungi dan memberikan masukan dan pertimbangan kepada madrasah dalam penyusunan RAPBS. Untuk lebih jelasnya penulis tampilkan dalam bentuk tabel hasil pengamatan terhadap peran komite MIN Parungi sebagai pemberi pertimbangan sebagaimana terlihat di

13 bawah ini: Tabel 1 Peran Komite MIN Parungi Sebagai Pemberi Pertimbangan No Bentuk Pertimbangan Komite Tindak Lanjut Memberikan pertimbangan dalam rangka pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Memberikan pertimbangan untuk mening-katkan mutu pembelajaran Memberikan pertimbangan menyeleng-garakan pembelajaran yang menyenangkan (PAKEM) Memberikan masukan dan pertimbangan dalam penyusunan visi, misi, tujuan, kebijakan, program dan kegiatan pendidikan Memberikan masukan dan pertimbangan kepada madrasah dalam penyusunan RAPBS Secara bersama disusun dan diberlakukannya KTSP Pelatihan guru dan pengadaan sarana belajar yang kurang Supervisi dan evaluasi program pembelajaran sesuai PAKEM ditingkatkan. Dirumuskan bersama visi, misi, tujuan, kebijakan dan program madrasah. Dihasilkan rumusan RAPBS sesuai dengan pertimbangan komite Sumber Data: Lembar Observasi Penelitian, 2010 Berdasarkan peran di atas, menunjukkan bahwa Komite MIN Parungi dalam memberikan pertimbangan tentunya telah memiliki peran mengidentifikasi sumber daya pendidikan di MIN Parungi. Selanjutnya komite madrasah memberikan masukan dan pertimbangan dalam menetapkan RAPBS, termasuk dalam penyelenggaraan rapat RAPBS. Sedangkan dalam pelaksanaan program yang menyangkut: kurikulum, proses pembelajaran, dan penilaian, Komite MIN Parungi berperan memberikan pertimbangan mengenai muatan lokal kepada pengambil kebijakan pendidikan di daerah, termasuk dalam pengembangan

14 dan strategi pembelajaran, serta evaluasi pendidikan di MIN Parungi. Hasil pengamatan di atas sejalan dengan fungsi dari komite madrasah sebagaimana dikemukakan oleh Kepala MIN Parungi bahwa salah satu fungsi komite madrasah dalam pengelolaan terhadap sumber daya pendidikan antara lain : SDM, sarana dan prasarana, dan alokasi anggaran, Komite MIN Parungi juga berfungsi antara lain memberi pertimbangan kepada pengambil kebijakan pendidikan di daerah seperti: dalam upaya pengelolaan mutu tenaga kependidikan, memberikan rotasi dan mutasi di daerah, memberikan pertimbangan tentang persayaratan fasilitas yang digunakan di MIN Parungi melalui penetapan indikator teknik sarana dan prasarana pendidikan, memberikan pertimbangan terhadap sumber-sumber anggaran pendidikan di daerah. Komite MIN Parungi dalam perannya sebagai badan penasehat, dalam kaitannya dengan pengelolaan sumber daya pendidikan antara lain berperan mengidentifikasi berbagai potensi sumber daya pendidikan yang ada dalam masyarakat, di mana fungsi ini akan dapat berguna dalam memberikan pertimbangan mengenai sumber daya pendidikan yang ada dalam masyarakat. 2. Peran komite MIN Parungi sebagai Pendukung. Peran komite MIN Parungi yang penulis amati dalam perannya sebagai pendukung baik yang berwujud finansial, pemikiran, maupun tenaga dalam penyelenggaraan pendidikan di MIN Parungi, terlihat dalam upayanya untuk mendorong tumbuhnya perhatian dan komitmen masyarakat terhadap penyelenggaraan pendidikan yang bermutu, dalam bentuk kegiatan-kegiatan yang dapat dilihat pada lembar pengamatan berikut ini: Tabel 2 Peran Komite MIN Parungi Memberikan Dorongan

15 No Indikator Peran Pendukung Dilaksanaka n Mengadakan pertemuan secara berkala dengan stakeholders. Mendorong peran serta masyarakat untuk mendukung penyelenggaraan pembelajaran yang bermutu. Memotivasi masyarakat untuk meningkatkan komitmennya bagi upaya peningkatan mutu pembelajaran Mendorong orang tua dan masyarakat untuk berpartisipasi dalam pendidikan. Tidak Dilaksanaka n Sumber Data: Lembar Observasi Penelitian, Berdasarkan paparan data di atas, jelaslah bahwa untuk melakukan peran pendukung, komite madrasah telah melakukan kegiatan di MIN Parungi seperti, mengadakan pertemuan secara berkala dengan stakeholders di lingkungan, mendorong peran serta masyarakat dan dunia usaha/industri untuk mendukung penyelenggaraan pembelajaran yang bermutu, memotivasi masyarakat kalangan menengah ke atas untuk meningkatkan komitmennya bagi upaya peningkatan mutu pembelajaran dan mendorong orang tua dan masyarakat untuk berpartisipasi dalam pendidikan. Dalam kaitannya dengan pemberian dorongan kepada masyarakat untuk berpartisipasi ini menurut wakil ketua komite MIN Parungi dilakukan dengan cara: mendorong peran serta masyarakat dan dunia usaha/industri dalam penyediaan sarana/prasarana serta biaya pendidikan untuk masyarakat tidak mampu; dan ikut memotivasi masyarakat untuk melaksanakan kebijakan pendidikan. Lebih lanjut, penulis melakukan pengamatan terhadap pelaksanaan kegiatan layanan pendidikan sebagai wujud dari peran komite MIN Parungi sebagai pendukung yang ditunjukkan pada tabel berikut ini:

16 Tabel 3 Bentuk Peran Pendukung Komite MIN Parungi No Indikator Peran Pendukung Pengelolaan daya sumber Pengelolaan sarana dan prasarana Pengelolaan anggaran Bentuk Peran Komite Memantau kondisi ketenagaan pendidikan, mobilisasi guru honor untuk menanggulangi kekurangan guru Memantau kondisi sarana dan prasarana, mobilisasi bantuan sarana dan prasarana, mengkoordinasi dukungan sarana dan prasarana Memantau kondisi anggaran pendidikan, memobilisasi dukungan terhadap anggaran pendidikan, mengkoordinasikan dukungan terhadap anggaran pendidikan, mengevaluasi pelaksanaan dukungan anggaran Sumber Data: Lembar Observasi Penelitian, 2011 ` Dari peran di atas, lebih lanjut dikemukakan oleh ketua komite MIN Parungi bahwa sebagai pendukung kegiatan layanan pendidikan termanifestasi dalam bentuk kegiatan pengelolaan sumber daya, pengelolaan sarana dan prasarana dan pengelolaan anggaran pendidikan di MIN Parungi. Menurut Kepala MIN Parungi, bahwa pelaksanaan kegiatan sebagaimana diuraikan di atas mengandung maksud Komite MIN Parungi berfungsi memantau kondisi tenaga kependidikan. Selain itu, menurutnya bahwa, hal ini dimaksudkan agar kekurangan tenaga kependidikan tidak dibiarkan terus terjadi apalagi status madrasah adalah madrasah swasta sehingga butuh dukungan maksimal dari masyarakat. Untuk itu, Komite MIN Parungi dalam pengamatan penulis telah melakukan

17 identifikasi terhadap tenaga ahli yang ada dalam masyarakat, yang dapat dimanfaatkan bagi kemajuan MIN Parungi. Sarana dan prasarana juga telah mendapat perhatian penting dari Komite MIN Parungi. Kendati demikian, pihak madrasah juga telah menjalankan fungsinya untuk memfasilitasi kebutuhan sarana dan prasarana pendidikan di MIN Parungi melalui sumber daya yang ada pada masyarakat, dengan berkoordinasi dengan Komite MIN Parungi. 3. Peran Komite madrasah sebagai Pengontrol Peran Komite MIN Parungi sebagai pengontrol dalam rangka transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan dan keluaran pendidikan di MIN Parungi. Dalam pengamatan penulis terhadap peran komite madrasah sebagai pengontrol ini tampak dari kegaitan seperti melakukan evaluasi dan pengawasan terhadap kebijakan, program, penyelenggaraan, dan keluaran pendidikan dari MIN Parungi. Dalam bentuk kegiatan-kegiatan yang dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 4 Bentuk Peran Komite MIN Parungi Sebagai Pengontrol No Indikator Peran Komite Sebagai Pengontrol Ya Tidak Meminta penjelasan MIN Parungi tentang hasil belajar siswa di lembaga pendidikan tersebut Mencari penyebab ketidakberhasilan belajar siswa, dan memperkuat berbagai hal yang menjadi keberhasilan belajar siswa di MIN Parungi Menyampaikan hasil kajian pelaksanaan program

18 4. MIN Parungi kepada stakeholder secara periodik, baik yang berupa keberhasilan maupun kegagalan dalam pencapaian tujuan dan sasaran program MIN Parungi Menyampaikan laporan pertanggungjawaban bantuan masyarakat baik berupa materi, maupun non materi kepada masyarakat dan pemerintah setempat Sumber Data: Lembar Observasi Penelitian, Jelaslah bahwa komite madrasah di lembaga pendidikan tersebut telah melaksanakan perannya sebagai pengontrol dengan meminta penjelasan tentang hasil belajar siswa, mencari penyebab ketidakberhasilan belajar siswa, dan memperkuat berbagai hal yang menjadi keberhasilan belajar siswa, menyampaikan hasil kajian pelaksanaan program kepada stakeholder secara periodik, baik yang berupa keberhasilan maupun kegagalan dalam pencapaian tujuan dan sasaran program, dan menyampaikan laporan pertanggungjawaban bantuan masyarakat baik berupa materi, maupun non materi kepada masyarakat dan pemerintah setempat. Peran Komite MIN Parungi sebagai lembaga pengontrol dalam penyelenggaraan pendidikan adalah melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan pendidikan sebagai masukan bagi para pengambil kebijakan dalam rangka penyempurnaan kebijakan dan program dalam rangka peningkatan angka keluaran pendidikan. 4. Peran komite madrasah sebagai mediator antara pemerintah dengan masyarakat Peran Komite MIN Parungi sebagai mediator antara pemerintah dengan masyarakat di MIN Parungi yang penulis amati dapat ditunjukkan pada tabel berikut ini Tabel 5 Bentuk Peran Komite MIN Parungi Sebagai Mediator No Peran Sebagai Mediator Bentuk Kegiatan

19 1. 2. Membina hubungan dan kerjasama yang harmonis dengan seluruh stakeholder pendidikan. Mengadakan penjajagan tentang kemungkinann untuk dapat mengadakan kerjasama dengan lembaga lain di luar MIN Parungi untuk memajukan mutu pembelajaran. Membina hubungan melalui Perayaan Hari Besar Keagamaan dan Lomba Olahraga, Kesenian dan Pendanaan M e n g i d e n t i f i k a s i kemungkinan kerjasama dengan sekolah terdekat, dan penerbit buku serta dunia usaha. Sumber Data: Lembar Observasi Penelitian, 2010 Berdasarkan uraian di atas, jelaslah bahwa komite MIN Parungi telah melakukan kerjasama dengan masyarakat baik perorangan, orgnisasi pemerintah dan kemasyarakatan, yaitu membina hubungan dan kerjasama yang harmonis dengan seluruh stakeholder pendidikan dan mengadakan penjagaan tentang kemungkinan untuk dapat mengadakan kerjasama dengan lembaga lain di luar MIN Parungi untuk memajukan mutu pembelajaran. Selain melakukan kerjasama di atas, komite MIN Parungi dalam menjalankan perannya sebagai mediator, menurut ketua komite, pihaknya telah menampung dan menganalisis aspirasi ide, tuntutan dan berbagai kebutuhan pendidikan yang diajukan oleh masyarakat dalam bentuk : menyebarkan kuesioner untuk memperoleh masukan, saran da ide kreatif dari stakeholder pendidikan di sekitar MIN Parungi dan menyampaikan laporan kepada masyarakat secara tertulis tentang hasil pengamatannya terhadap perkembangan pendidikan di daerah sekitar. Dari uraian di atas menunjukkan bahwa peran Komite MIN Parungi sebagai mediator dalam kaitannya dengan penyelenggaraan pendidikan adalah kerelaan masyarakat dalam memberikan bantuan untuk pendidikan dengan melakukan organisasi dengan berbagai pihak terkait dalam pendidikan.

20 Dari bentuk-bentuk peran serta tersebut, harus ditingkatkan secara aktif dalam penyelenggaraan pendidikan di MIN Parungi, karena hal ini akan mempengaruhi kemampuan pengelolaan pendidikan yang dimiliki MIN Parungi, dalam hal merencanakan dan mengambil keputusan, mengorganisasikan, memimpin, dan mengendalikan berbagai sumber, mulai dari modal insani sampai sumber-sumber lainnya seperti: keuangan, fasilitas dan sumber informasi serta memanfaatkan keberagaman guna mencapai sasaran organisasi pendidikan secara efisien dan efektif. Menurut Kepala MIN Parungi bahwa untuk dapat memberdayakan dan meningkatkan peran komite madrasah, MIN Parungi membina kerjasama dengan orang tua dan masyarakat, menciptakan suasana kondusif dan menyenangkan bagi peserta didik dan warga MIN Parungi. Jadi, komite madrasah menjembatani terselenggaranya kerjasama yang baik secara maksimal. Dalam keadaan seperti itu, maka komite MIN Parungi melaksanakan peran dan fungsinya sebagai penunjang dalam pelaksanaan proses pembelajaran yang sejalan dengan kondisi dan permasalahan lingkungan MIN Parungi. Sejalan dengan pendapat tersebut, ketua komite MIN Parungi menyatakan bahwa ia berupaya menempatkan fungsi komite sebagai wakil dari masyarakat untuk meminta pertanggungjawaban atas hasil-hasil pendidikan dalam mencapai prestasi belajar siswa, seperti menyampaikan masukan kepada Dinas Pendidikan jika hasil-hasil pendidikannya tidak memuaskan masyarakat sebagai klien pendidikan, menyampaikan ketidakpuasan para orang tua siswa akan rendahnya prestasi yang dicapai oleh madrasah. Komite MIN Parungi tidak perlu melaksanakan penilaian pendidikan, tetapi cukup dengan menggunakan data-data yang tersedia atau hasil-hasil penilaian yang sudah ada sebagai bahan untuk menyampaikan kepuasan atau ketidakpuasan masyarakat terhadap Dinas Pendidikan atau kepada masing-masing madrasah.

21 Berdasarkan uraian secara keseluruhan jelaslah bahwa peningkatan mutu pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara komite, pihak MIN Parungi, dan pemerintah. Oleh karenanya, segenap pihak yang terkait sedapat mungkin mengadakan koordinasi sehingga hasil yang dicapai lebih maksimal. Khusus Komite MIN Parungi seyogyanya lebih menunjukkan peran dan fungsinya sebagai lembaga pendidikan yang kredibel, sehingga secara komprehensip dapat meningkatkan mutu pendidikan. Hubungan MIN Parungi dan masyarakat harus terjalin secara sinergis untuk meningkatkan mutu layanan pendidikan. Dalam hal ini orang tua dan masyarakat merupakan pemangku kepentingan (stakeholder) harus dapat bekerja sama secara sinergis dengan madrasah melalui wadah komite madrasah. Untuk itu, menurut kepala MIN Parungi, dukungan dari komite MIN Parungi dalam penyelenggaraan pendidikan perlu diwujudkan dalam bentuk peran sertanya untuk membantu terselenggaranya peningkatan mutu pendidikan secara maksimal di lembaga pendidikan ini. Peran Komite MIN Parungi merupakan unsur yang paling mutlak diperlukan, dalam arti sepanjang peran komite madrasah dapat menjamin keberhasilan peningkatan mutu pendidikan, maka komite madrasah harus mampu mempengaruhi orang tua dan masyarakat. Mengingat peran orang tua dan masyarakat perlu digali, dipelihara, dan dikembangkan secara terus menerus, agar dapat memberikan dukungan yang maksimal dalam penyelenggaraan peningkatan mutu pendidikan di Madrasah. Berdasarkan uraian di atas jelaslah bahwa terdapat 4 bentuk peran komite MIN Parungi yang dimaksud dapat ditunjukkan melalui peran yang diembannya dalam meningkatkan mutu pendidikan yaitu sebagai berikut: (1) sebagai lembaga pemberi pertimbangan (2) sebagai lembaga pendukung layanan pendidikan (3) sebagai lembaga

22 pengontrol layanan pendidikan dan (4) sebagai lembaga mediator antar masyarakat dengan pemerintah. Ke empat peran tersebut tampaknya telah diwujudnyatakan oleh Komite MIN Parungi secara efektif sebagai bentuk kepedulian terhadap peningkatan mutu pendidikan. Dengan berjalannya kegiatan komite MIN Parungi sesuai dengan yang diharapkan, maka keefektifan penyelenggaraan pendidikan dapat terwujud dengan baik, yaitu kesesuaian antara tujuan pendidikan di Madrasah dengan hasil akhir yang diharapkan oleh masayarakat sebagai pengguna jasa MIN Parungi. 2. Kontribusi Komite Madrasah dalam Peningkatan Mutu Pendidikan di MIN Parungi Kontribusi komite madrasah adalah sokongan, bantuan atau sumbangan komite madrasah dalam penyelenggaraan pendidikan untuk bersinergi dalam meningkatkan mutu pendidikan. Adanya sinergi antara madrasah dengan komite madrasah menyebabkan lahirnya tanggung jawab bersama antara madrasah dan masyarakat sebagai mitra kerja dalam membangun pendidikan. Dari sini masyarakat akan dapat menyalurkan berbagai kontribusinya dalam memajukan pendidikan. Kontribusi komite dalam peningkatan mutu pendidikan di MIN Parungi yang penulis amati selama pelaksanaan penelitian ini tampaknya ditunjukkan baik yang berwujud finansial, pemikiran, maupun tenaga dalam penyelenggaraan pendidikan di MIN Parungi. Untuk lebih jelasnya penulis uraikan di bawah ini beberapa kontribusi komite dalam peningkatan mutu pendidikan di MIN Parungi sebagai berikut: 1. Kontribusi Komite dalam Menyediakan Sarana dan Prasarana Pendidikan Sanjaya membedakan sarana dan prasarana pendidikan. Sarana menurutnya adalah

23 segala sesuatu yang mendukung secara langsung terhadap kelancaran proses pembelajaran, misalnya media pembelajaran, alat-alat pelajaran, perlengkapan sekolah, dan lain sebagainya. Adapun prasarana adalah segala sesuatu yang secara tidak langsung dapat mendukung keberhasilan proses pembelajaran, misalnya, jalan menuju sekolah, penerangan sekolah, kamar kecil, dan lain sebagainya.. Dengan memberdayakan dan meningkatkan peran komite madrasah secara optimal, temasuk dalam menyediakan sarana dan prasarana pendidikan, maka sangat membantu dalam mengatasi keterbatasan alokasi dana pendidikan. Pengembangan sarana dan prasarana pendidikan secara lebih inovatif juga akan semakin memungkinkan, disebabkan lahirnya ide-ide cemerlang dan kreatif dari semua pihak terkait peningkatan mutu pendidikan yang bersangkutan. Dalam pengamatan penulis terhadap kontribusi komite madrasah di MIN Parungi ditunjukkan oleh adanya pelibatan masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan khususnya dalam penyediaan sarana dan prasarana pendidikan, upaya ini dimulai dari membangun pemahaman berbagai pihak terkait, terutama menyangkut di mana posisinya dan apa manfaatnya dari penyediaan sarana pendidikan tersebut. Pelibatan itu tampak dimulai pada kegiatan-kegiatan rapat komite madrasah maupun pada saat ceramah agama di masjid milik madrasah. Mengingat pelibatan masayarakat dalam pendidikan ini dirasa sangat diperlukan, dan tidak hanya dalam bentuk konsep dan wacana, tetapi lebih pada action di lapangan. Maka dalam pengamatan penulis komite MIN Parungi telah melakukan terobosan dengan meminta bantuan para donatur terkait dengan penyediaan sarana dan prasarana pendidikan seperti kerjasama dengan tokoh-tokoh masyarakat dan Pemerintah Daerah. Dalam kaitannya dengan kontribusi komite madrasah di MIN Parungi untuk

24 menyediakan sarana dan prasarana pendidikan dikemukakan oleh ketua komite madrasah bahwa, pada dasarnya posisi komite madrasah berada di tengah-tengah antara orang tua murid, murid, guru, masyarakat setempat, dan kalangan swasta di satu pihak dengan pihak madrasah sebagai insitusi, kepala madrasah, dinas pendidikan wilayahnya, dan pemerintah daerah di pihak lainnya. Peran komite madrasah diperlukan untuk menjembatani kepentingan keduanya terutama dalam penyediaan sarana dan prasarana pendidikan. Secara terpisah kepala MIN Parungi juga menyatakan hal yang sama bahwa komite madrasah telah banyak membantu pihak madrasah terutama dalam mendorong orang tua dan masyarakat berpartisipasi dalam pendidikan guna mendukung peningkatan mutu pendidikan. Kontribusi komite madrasah salah satunya adalah penyediaan sarana dan prasarana pendidikan. MIN Parungi berdasarkan hasil pengamatan ditemukan bahwa terdapat kontribusi komite madrasah dalam peningkatan mutu pendidikan yang sangat baik, yakni dalam menyediakan sarana dan prasarana pendidikan di lembaga pendidikan seperti pada tabel berikut: Tabel 6 Kontribusi Komite di MIN Parungi dalam Menyediakan Sarana dan Prasarana Pendidikan No Kontribusi Komite Madrasah Bentuk Partisipasi

25 1. Menyediakan Sarana Pendidikan Memberikan kapur tulis, mistar, buku-buku pelajaran, kamus, Alquran, buku iqro dan media belajar serta alat tulis menulis. 2. Menyediakan Pra Sarana Pendidikan Membebaskan tanah wakaf, membuat saluran air, membantu renovasi masjid dan asrama siswa, membantu pembuatan pagar, membantu penerangan sekolah, pengecetan dan kebersihan. Sumber Data: Lembar Observasi Penelitian, Berdasarkan paparan di atas jelaslah bahwa kontribusi komite MIN Parungi dalam peningkatan mutu pendidikan salah satunya adalah diwujudkan dalam penyediaan sarana pendidikan seperti memberikan kapur tulis, mistar, buku-buku pelajaran, kamus, Alquran, buku iqro dan media belajar serta alat tulis menulis. Sedangkan penyediaan prasarana pendidikan diwujudkan melalui pembebasan tanah wakaf, membuat saluran air, membantu renovasi masjid dan asrama siswa, membantu pembuatan pagar, membantu penerangan madrasah, pengecetan dan kebersihan. Sebagaimana diungkapkan oleh wakil kepala madrasah bidang hubungan masyarakat MIN Parungi bahwa hakikat hubungan antara lembaga pendidikan dengan masyarakat merupakan suatu sarana yang sangat penting dalam proses penyelenggaraan pendidikan. Ini merupakan salah satu strategi yang dilakukan oleh lembaga pendidikan ini untuk meningkatkan kontribusi komite madrasah dalam peningkatan mutu pendidikan, baik itu kontribusi perorangan, kelompok, maupun lembaga. Dalam kaitan inilah dibutuhkan pendekatan-pendekatan yang positif untuk mengarahkan dan meningkatkan kontribusi masyarakat dalam peningkatan mutu pendidikan melalui penyediaan sarana dan prasarana pendidikan. Berdasarkan penjelasan wakil kepala MIN Parungi di atas, tampak bahwa untuk

26 dapat meumbuhkan kontribusi masyarakat, lembaga pendidikan tersebut menggunakan pendekatan yang baik dengan menjalin hubungan yang harmonis dengan masyarakat dalam rangka mengembangkan pendidikan di lembaga pendidikan tersebut. Jadi, di antara pihak-pihak yang berkontribusi dalam peningkatan mutu pendidikan di MIN Parungi adalah, kontribusi perseorangan diwujudkan dengan bentuk yang beragam misalnya saja penyediaan buku, media belajar dan alat peraga pendidikan lainnya. Sebagaimana diungkapkan langsung oleh ketua komite madrasah di MIN Parungi bahwa kontribusi perseorangan yang diberikan kepada madrasah ini lebih banyak dalam bentuk pemberian dana yang sewaktu-waktu dibutuhkan. Namun pemberian kontribusi masyarakat sebenarnya telah terorganisir dengan adanya lembaga independen yaitu komite madrasah yang di dalamnya terdapat unsur-unsur masyarakat baik perseorangan, dunia usaha, orang tua, perwakilan alumni, perwakilan siswa. Bantuan sarana pendidikan berupa buku-buku perpustakaan, media dan alat peraga yang dibutuhkan di madrasah walaupun jumlahnya tidak terlalu banyak. Dari penjelasan tersebut bahwa kontribusi komite dalam bentuk perseorangan pada lembaga pendidikan ini diwujudkan ke dalam beberapa bentuk baik dana maupun berupa benda/barang yang mereka berikan secara sukarela. Sebagaimana dikemukakan oleh salah seorang anggota komite madrasah di MIN Parungi bahwa ia turut berperan aktif dalam penyelenggaraan pendidikan di MIN Parungi dengan memberikan bantuan secara langsung berupa buku untuk perpustakaan seperti kamus dan Alquran, membebaskan tanah madrasah, membuat pagar, penerangan dan kebersihan madrasah. Selanjutnya sekretaris komite madrasah di MIN Parungi menyatakan bahwa sebagai bagian dari pelaksanaan proses pendidikan, sarana dan prasarana juga perlu mendapat perhatian penting. Madrasah yang kurang memiliki sarana dan prasarana

27 memadai tentu akan mengalami kendala dalam pencapaian hasil belajar. Karena itu, komite madrasah berfungsi memfasilitasi kebutuhan sarana dan prasarana pendidikan di madrasah. Tahap selanjutnya, tentu komite madrasah akan memberdayakan bantuan sarana dan prasarana yang diperlukan di madrasah melalui sumber daya yang ada pada masyarakat, dengan berkoordinasi dengan komite madrasah. Dalam pengamatan penulis di MIN Parungi bahwa memberdayakan bantuan sarana dan prasarana telah dilakukan komite madrasah dengan koordinasi pada komite madrasah dan dipantau perkembangannya melalui evaluasi pelaksanaan dukungan atau bantuan tersebut. Mengingat dalam era otonomi pendidikan dewasa ini, meletakkan otonomis madrasahsebagai hal yang terpenting dari masyarakat sehingga masyarakat memiliki kepedulian dan rasa memiliki terhadap sekolah. Dengan adanya kontribusi komite madrasah diharapkan dapat mewadahi dan menyalurkan aspirasi dan prakarsa masyarakat dalam melahirkan kebijakan operasional dan program pendidikan serta dapat menciptakan suasana dan kondisi yang transparan, akuntabel dan demokratis dalam penyelenggaraan dan pelayanan pendidikan yang bermutu di MIN Parungi. Berdasarkan uraian-uraian di atas maka pada hakikatnya kontribusi komite madrasah di MIN Parungi dalam penyelenggaraan pendidikan di lembaga pendidikan tersebut salah satunya adalah ditunjukkan melalui penyediaan sarana dan prasarana pendidikan berupa dana maupun tanah, barang atau benda yang diberikan secara langsung atau perorangan maupun melalui komite madrasah. 2. Hadir dalam pertemuan Untuk menyelenggarakan pendidikan madrasah yang efektif, komite madrasah perlu memberikan kontribusinya dalam hal proses perencanaan, pengorganisasian,

28 kepemimpinan, dan pengendalian sumber daya madrasah untuk mncapai tujuan yang telah ditetapkan. Bila hal ini berjalan sesuai dengan yang diharapkan, maka keefektifan penyelenggaraan pendidikan akan terwujud, yaitu kesesuaian antara tujuan pendidikan di madrasah dengan hasil akhir yang telah direncanakan. Dalam pengamatan penulis terkait dengan kontribusi komite madrasah dalam peningkatan mutu pendidikan di MIN Parungi, selain menyediakan sarana dan prasarana pendidikan sebagaimana diurakan di atas, juga hadir dalam pertemuan untuk membicarakan kemajuan yang diperoleh siswa. Kontribusi ini ditunjukkan dengan kehadiran pengurus dan anggota komite madrasah di MIN Parungi dalam rapat dengan kepala madrasah dan guru pada akhir semester dan awal semester untuk membicarakan kemajuan dan kendala yang dihadapi para siswanya dalam pembelajaran. Dengan demikian, kontribusi aktif dari komite madrasah di MIN Parungi dalam peningkatan mutu pendidikan, dan berfungsi memberikan pertimbangan dalam rangka memberdayakan dan menjamin mutu pendidikan khususnya kemajuan yang diperoleh siswa dalam belajar perlu dibicarakan dengan orang tua siswa dalam hal ini adalah komite MIN Parungi. Dengan adanya kontribusi komite madrasah di MIN Parungi yakni hadir dalam setiap pertemuan dengan pihak madrasah tentu dapat mewadahi dan menyalurkan aspirasi dan prakarsa orang tua siswa dalam melahirkan kebijakan operasional dan program pendidikan serta dapat menciptakan suasana dan kondisi yang transparan, akuntabel dan demokratis dalam penyelenggaraan dan pelayanan pendidikan yang bermutu di madrasah tersebut untuk kemajuan siswanya. Dalam wawancara penulis dengan ketua komite madrasah di MIN Parungi menyatakan bahwa secara kuantitatif maupun kualitatif keberadaan komite madrasah

29 melalui kehadiran pengurus dan anggotanya dalam setiap pertemuan dengan pihak madrasah telah mendorong peningkatan mutu layanan pendidikan di satuan pendidikan. Salah satu faktor penyebabnya antara lain karena melalui pertemuan tersebut banyak diperoleh masukan, kritik dan solusi yang baik untuk kemajuan belajar siswa dari para orang tua. Senada dengan pernyataan di atas adalah dikemukakan oleh kepala MIN Parungi, bahwa pada umumnya baik orang tua maupun masyarakat sekitar memberi dukungan terhadap kemajuan belajar siswa. Kehadiran mereka setiap pertemuan untuk membahas kemajuan belajar siswa telah memberikan nilai tambah melalui saran-saran yang mereka berikan. Dari uraian jelaslah bahwa kerjasama antara orang tua dengan guru sangat penting, apalagi jika ada perkumpulan orangtua dengan guru, segala usaha yang telah diuraikan tadi dapat terlaksana dengan mudah dan dengan sebaik-baiknya. Kecuali itu madrasah dapat mengadakan pertemuan-pertemuan secara teratur dan kontinyu untuk membicarakan masalah-masalah mendidik anak yang masih banyak kesalahannya yang terdapat pada orangtua dan guru. Karena antara keduanya terdapat obyek dan tujuan yang sama, yakni mendidik anak-anak. Hasil yang telah diperoleh dari pertemuan dengan para orang tua siswa menurut ketua yayasan MIN Parungi yang dilaksanakan untuk peningaktan mutu pendidikan adalah pihak madrasah dan komite bersama-sama telah melaksanakan kerjasama dengan tenaga ahli yang ada dalam masyarakat untuk peningkatan mutu pendidikan. Jadi, aspek integrasi madrasah dengan orang tua tidak menjadi persoalan dalam pengelolaan pendidikan di MIN Parungi, karena orang tua dapat terlibat dalam peningkatan mutu pendidikan. Untuk itu, penulis tampilkan data tentang tenaga ahli yang ada dalam masyarakat

30 yang dilibatkan dalam kerjasama dengan MIN Parungi sebagai tindak lanjut dari keputusan orang tua, kepala sekolah dan para guru dalam pertemuan untuk peningkatan mutu pendidikan di lembaga pendidikan tersebut yaitu Tabel 7 Kontribusi Tenaga Ahli Untuk Peningkatan Mutu Pendidikan di MIN Parungi No Tenaga Ahli Yang Dilibatkan Tokoh Agama Instruktur Senam Dokter/Suster Polisi/Satpam Teknisi Bentuk Kegiatan Ceramah agama pada perayaan hari besar agama Senam kesegaran jasmani tiap hari jumat pagi Pemeriksaan kesehatan dan Pembinaan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) Pengamanan Ujian Akhir Nasional dan lomba-lomba di madrasah Memperbaiki komputer dan listrik yang mengalami kerusakan Sumber Data: Lembar Observasi Penelitian, 2011 Berdasarkan tampilan data yang ditunjukkan di atas, jelaslah bahwa kontribusi komite MIN Parungi dalam peningkatan mutu pendidikan salah satunya adalah melalui pertemuan orang tua siswa dan guru serta kepala MIN Parungi dalam membicarakan peningkatan mutu pendidikan telah melahirkan keputusan dan melaksanakan pendataan tenaga ahli yang ada di masyarakat yang telah dilibatkan untuk kemajuan belajar siswa

31 seperti tokoh agama, instruktur senam, dokter, polisi dan teknisi. 3. Implikasi dari Efektivitas Peranan Komite Madrasah dalam Peningkatan Mutu Pendidikan di MIN Parungi Pendidikan adalah upaya sadar untuk memfasilitasi perkembangan dan peningkatan potensi peserta didik. Inti dari pendidikan adalah kegiatan pembelajaran. Jadi, layanan pendidikan adalah berbagai sumber daya yang dibutuhkan untuk memberikan dukungan terjadinya kondisi proses pendidikan yang baik atau bermutu. Hal-hal yang berpengaruh terhadap penyelenggaraan pendidikan secara langsung adalah guru (kemampuan/kompetensi, komitmen, konsentrasi), bakat dan motivasi peserta didik. Sedangkan yang berpengaruh tidak langsung adalah sarana dan prasarana, dana, lingkungan, pemikiran dan hal-hal lainnya yang mendorong untuk terjadinya kondisi pembelajaran efektif dan bermutu. Untuk mewujudkan penyelenggaraan layanan pendidikan yang bermutu, khususnya di MIN Parungi dibutuhkan peran serta komite madrasah yang mampu mengakses dan mengoptimalisasi berbagai sumber daya untuk pemenuhan kebutuhan dan penyelesaian rencana program pendidikan serta mensinergikan berbagai upaya peningkatan kualitas penyelenggaraan pendidikan. Terdapat beberapa implikasi dari efektivitas peranan komite madrasah dalam peningaktan mutu pendidikan di MIN Parungi sebagaimana terlihat pada uraian berikut ini: 1. Peningkatan penggunaan keuangan yang efektif.

32 Dengan memberdayakan dan meningkatkan peran serta komite Sekolah secara optimal, maka salah satunya berimplikasi pada penggunaan keuangan, maka transparansi penggunaan alokasi dana pendidikan lebih dapat dipertanggung-jawabkan. Pengembangan pendidikan secara lebih inovatif juga akan semakin memungkinkan, disebabkan lahirnya ide-ide cemerlang dan kreatif dari semua pihak terkait penyelenggaraan pendidikan yang bersangkutan. Dalam pengamatan penulis tampaknya bahwa secara kualitatif keberadaan komite madrasah MIN Parungi memberikan implikasi terhadap penggunaan keuangan di satuan pendidikan. Salah satu faktor penyebabnya antara lain karena pemahaman pengurus tentang peran komite madrasah tentang pengawasan keuangan semakin baik sehingga kontrol dapat dilakukan terhadap penggunaan keuangan di lembaga pendidikan tersebut. Kuatnya pemahaman ini terlihat dari adanya upaya dari pihak komite MIN Parungi untuk melakukan pengawasan yang terkait dengan pengelolaan keuangan di madrasah tersebut. Berdasarkan kenyataan yang ditemui di MIN Parungi, yang penulis lakukan secara terpisah juga menunjukkan pada umumnya baik orang tua maupun masyarakat sekitar sangat memberi dukungan terhadap pengawasan program-program pendidikan secara umum dan pengawasan keuangan secara khusus yang diselenggarakan oleh MIN Parungi. Dari uraian di atas, jelaslah bahwa peran orang tua memberikan implikasi pada kualitas pengawasan keuangan yang terlaksana dengan baik. Jika ada perkumpulan orang tua dengan guru, segala upaya pengembangan sarana pendidikan dapat terlaksana dengan mudah dan dengan sebaik-baiknya. Kecuali itu, madrasah dapat mengadakan pertemuan-pertemuan secara teratur dan kontinyu, dan tampaknya dilakukan untuk membicarakan masalah-masalah penggunaan anggaran pendidikan khususnya terkait dengan peningkatan mutu pendidikan di MIN Parungi.

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Dalam bab ini membahas hasil penelitian Peran dan Fungsi Komite Sekolah Dalam Upaya Meningkatkan Mutu Pendidikan di Sekolah (Studi Kasus di SMK Negeri 1 Terbanggi Besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cukup mendasar, terutama setelah diberlakukannya Undang-Undang Republik

BAB I PENDAHULUAN. cukup mendasar, terutama setelah diberlakukannya Undang-Undang Republik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan nasional saat ini sedang mengalami berbagai perubahan yang cukup mendasar, terutama setelah diberlakukannya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PENGELOLAAN KOMITE SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN DI SD ISLAM AL AZHAR 29 SEMARANG

BAB IV ANALISIS PENGELOLAAN KOMITE SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN DI SD ISLAM AL AZHAR 29 SEMARANG 54 BAB IV ANALISIS PENGELOLAAN KOMITE SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN DI SD ISLAM AL AZHAR 29 SEMARANG A. Analisis Pengelolaan Komite Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan di SD Islam Al

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Banyak faktor yang menyebabkan rendahnya mutu pendidikan, salah satunya adalah

BAB I PENDAHULUAN. Banyak faktor yang menyebabkan rendahnya mutu pendidikan, salah satunya adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mutu pendidikan berkaitan erat dengan proses pendidikan. Tanpa proses pelayanan pendidikan yang bermutu tidak mungkin diperoleh produk layanan yang bermutu. Banyak

Lebih terperinci

KISI-KISI UJI KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH/MADRASAH

KISI-KISI UJI KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH/MADRASAH Manajerial Menyusun perencanaan untuk berbagai tingkatan perencanaan Memimpin dalam rangka pendayagunaan sumber daya secara optimal Menciptakan budaya dan iklim yang kondusif dan inovatif bagi pembelajaran

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Subyek Penelitian Subyek penelitian terdiri dari 25 orang yang diambil dari pengurus komite sekolah dari 3 SMP Negeri yang ada di Kecamatan Musuk, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang lebih terbuka, sehingga sangat dibutuhkan kehadiran setiap

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang lebih terbuka, sehingga sangat dibutuhkan kehadiran setiap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Kehidupan masa mendatang cenderung semakin kompleks dan penuh tantangan yang lebih terbuka, sehingga sangat dibutuhkan kehadiran setiap insan yang kompeten

Lebih terperinci

Kisi-Kisi Uji Kompetensi Kepala Sekolah, UKKS

Kisi-Kisi Uji Kompetensi Kepala Sekolah, UKKS Kisi-Kisi Uji Kompetensi Kepala Sekolah, UKKS Berikut Kisi-Kisi Uji Kompetensi Kepala Sekolah (UKKS) DIMENSI KOMPETENSI INDIKATOR Manajerial Menyusun perencanaan untuk berbagai tingkatan perencanaan Merumuskan

Lebih terperinci

KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH

KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH Kompetensi Kepribadian 1. Memiliki integritas kepribadian yang kuat sebagai pemimpin : Selalu konsisten dalam berfikir, bersikap, berucap, dan berbuat dalam setiap melaksanakan

Lebih terperinci

KISI-KISI UJI KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH/MADRASAH

KISI-KISI UJI KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH/MADRASAH Manajerial Menyusun perencanaan untuk berbagai tingkatan perencanaan Memimpin dalam rangka pendayagunaan sumber daya secara optimal Menciptakan budaya dan iklim yang kondusif dan inovatif bagi pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dunia pendidikan merupakan kehidupan yang penuh dengan tantangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dunia pendidikan merupakan kehidupan yang penuh dengan tantangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan merupakan kehidupan yang penuh dengan tantangan sekaligus membuka peluang-peluang baru bagi pembangunan ekonomi dan sumber daya manusia Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keinginan pemerintah dan kebutuhan masyarakat. Paradigma baru manajemen

BAB I PENDAHULUAN. keinginan pemerintah dan kebutuhan masyarakat. Paradigma baru manajemen BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses reformasi yang sedang bergulir, membawa perubahan yang sangat mendasar pada tatanan pemerintah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dikeluarkannya UU No 22 tahun

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN

BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN 106 BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN 5.1 Simpulan Setelah melalui serangkaian proses pengamatan empirik, kajian teoritik, penelitian lapangan, dan pembahasan peran komite sekolah dalam peningkatan mutu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengamanatkan bahwa pemerintah daerah, yang mengatur dan mengurus

BAB I PENDAHULUAN. mengamanatkan bahwa pemerintah daerah, yang mengatur dan mengurus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengamanatkan bahwa pemerintah daerah, yang mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sekolah,ketua komite sekolah, orang tua siswa maupun guru-guru, diperoleh gambaran

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sekolah,ketua komite sekolah, orang tua siswa maupun guru-guru, diperoleh gambaran BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Hasil Penelitian Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan informan baik kepala sekolah,ketua komite sekolah, orang tua siswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara pemerintah, sekolah,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara pemerintah, sekolah, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara pemerintah, sekolah, masyarakat, orang tua dan stake holder yang lain. Pemerintah telah memberikan otonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komponen untuk meningkatkan kualitas pendidikan adalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komponen untuk meningkatkan kualitas pendidikan adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu komponen untuk meningkatkan kualitas pendidikan adalah adanya partisipasi masyarakat di dalam penyelenggaraan pendidikan, mulai dari pendidikan dasar

Lebih terperinci

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat Naskah Soal Ujian Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) Petunjuk: Naskah soal terdiri atas 7 halaman. Anda tidak diperkenankan membuka buku / catatan dan membawa kalkulator (karena soal yang diberikan tidak

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENGELOLAAN PENDIDIKAN OLEH SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENGELOLAAN PENDIDIKAN OLEH SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENGELOLAAN PENDIDIKAN OLEH SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil uji hipotesis menunjukan bahwa faktor-faktor kinerja

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil uji hipotesis menunjukan bahwa faktor-faktor kinerja BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil uji hipotesis menunjukan bahwa faktor-faktor kinerja pengawas sekolah, kinerja kepemimpinan kepala sekolah, kinerja professional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lahirnya Undang-undang No. 22 tahun 1999 yang direvisi dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lahirnya Undang-undang No. 22 tahun 1999 yang direvisi dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lahirnya Undang-undang No. 22 tahun 1999 yang direvisi dengan Undang- undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, telah membawa nuansa pembaharuan

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG DEWAN PENDIDIKAN DAN KOMITE SEKOLAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG DEWAN PENDIDIKAN DAN KOMITE SEKOLAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG DEWAN PENDIDIKAN DAN KOMITE SEKOLAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, Menimbang : a. bahwa dalam upaya peningkatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini akan diuraikan tentang: Jenis Penelitian; Subjek Penelitian; Jenis Data dan Prosedur Pengumpulan Data; serta Teknik Analisis Data. 3.1 Jenis Penelitian Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), oleh karena itu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan faktor yang secara signifikan mampu meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), oleh karena itu pembangunan pendidikan memerlukan

Lebih terperinci

Pangkalan Data Penjaminan Mutu Pendidikan. Negara Kesatuan Republik Indonesia. Panduan EDS Kepala Sekolah PADAMU NEGERI

Pangkalan Data Penjaminan Mutu Pendidikan. Negara Kesatuan Republik Indonesia. Panduan EDS Kepala Sekolah PADAMU NEGERI Pangkalan Data Penjaminan Mutu Pendidikan Negara Kesatuan Republik Indonesia Panduan EDS Kepala Sekolah Dokumen ini diperuntukkan bagi PTK dan Siswa KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN BADAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pusat sumber belajar untuk siswa Sekolah Dasar (SD). SDN ini terletak sangat

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pusat sumber belajar untuk siswa Sekolah Dasar (SD). SDN ini terletak sangat BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Hasil Penelitian SDN Se Kecamatan Bokan Kepulauan merupakan salah satu lembaga atau pusat sumber belajar untuk siswa Sekolah Dasar (SD). SDN ini terletak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Madrasah Tsanawiyah adalah lembaga pendidikan yang sederajat dengan sekolah

BAB I PENDAHULUAN. Madrasah Tsanawiyah adalah lembaga pendidikan yang sederajat dengan sekolah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Madrasah Tsanawiyah adalah lembaga pendidikan yang sederajat dengan sekolah lanjutan menengah pertama yang memiliki ciri Islam yang dikelola dan dikembangkan di bawah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Responden Penelitian ini dilaksanakan di sekolah dasar (SD) yang tergabung dalam Gugus Diponegoro Kecamatan Dempet Kabupaten Demak. Di Gugus Maju terdapat 7

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Bantuan United Nations Children s Fund (UNICEF) Dalam Mensukseskan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Bantuan United Nations Children s Fund (UNICEF) Dalam Mensukseskan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Bantuan United Nations Children s Fund (UNICEF) Dalam Mensukseskan Program MBS di Jawa Barat Pendidikan merupakan hal penting bagi perkembangan dan kesejahteraan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

FORM EDS KEPALA SEKOLAH

FORM EDS KEPALA SEKOLAH FORM EDS KEPALA SEKOLAH NAMA : Nuptk : 1. KS.1.1 Jumlah penghargaan yang diraih sekolah pada tingkat kabupaten/kota pada satu tahun terakhir adalah... 2. KS.1.2 Jumlah penghargaan yang diraih sekolah pada

Lebih terperinci

II TINJAUAN TEORETIS

II TINJAUAN TEORETIS ( Word to PDF Converter - Unregistered ) http://www.word-to-pdf-converter.netbab II TINJAUAN TEORETIS A. Hakekat Komite Madrasah 1. Pengertian Komite Madrasah Komite Madrasah merupakan lembaga independent

Lebih terperinci

BAB V PENYAJIAN DAN PEMBAHASAN. secara berurutan sebagaimana telah disajikan dalam

BAB V PENYAJIAN DAN PEMBAHASAN. secara berurutan sebagaimana telah disajikan dalam BAB V PENYAJIAN DAN PEMBAHASAN Pada bagian ini, semua data penelitian yang telah dipresentasikan di Bab terdahulu akan dibahas secara berurutan sebagaimana telah disajikan dalam penyajian data. Peneliti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dibidang peningkatan mutu pendidikan sangat diperlukan tertutama

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dibidang peningkatan mutu pendidikan sangat diperlukan tertutama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Partisipasi masyarakat dalam pembangunan pada umumnya dimulai dari tahapan perencanaan, proses pelaksanaan sampai dengan evaluasi pelaksanaan, partisipasi masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang memberi keleluasaan kepada sekolah untuk mengatur dan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang memberi keleluasaan kepada sekolah untuk mengatur dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Pentingnya peningkatan kualitas pendidikan sebagai prasyarat mempercepat terwujudnya suatu masyarakat yang demokratis, pendidikan yang berkualitas tidak hanya

Lebih terperinci

SOAL EDS ONLINE UNTUK KS.

SOAL EDS ONLINE UNTUK KS. SOAL EDS ONLINE UNTUK KS. STANDAR KOMPETENSI LULUSAN KS.1.1 Jumlah penghargaan yang diraih sekolah pada tingkat kabupaten/kota pada satu tahun terakhir adalah... KS.1.2 Jumlah penghargaan yang diraih sekolah

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM SEKOLAH

BAB II GAMBARAN UMUM SEKOLAH BAB II GAMBARAN UMUM SEKOLAH 2.1 Sejarah Sekolah Sekolah Dasar Negeri (SDN) 060796 merupakan salah satu sekolah negeri yang beralamat di Jalan Medan Area Selatan, Kecamatan Medan Area, Kota Medan. Sekolah

Lebih terperinci

UNIT 3: KUNJUNGAN SEKOLAH

UNIT 3: KUNJUNGAN SEKOLAH UNIT 3: KUNJUNGAN SEKOLAH UNIT 3: KUNJUNGAN SEKOLAH Waktu: 330 menit A. PENGANTAR Penerapan MBS (Unit 1-3) di sekolah tidak sulit. Pengertian MBS tidak hanya dimiliki secara teoretis tetapi juga diperoleh

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 36 TAHUN : 2017 PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 34 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN SEKOLAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KULON

Lebih terperinci

PERAN SERTA MASYARAKAT/ STAKE HOLDERS DALAM IMPLEMENTASI PENDIDIKAN INKLUSIF

PERAN SERTA MASYARAKAT/ STAKE HOLDERS DALAM IMPLEMENTASI PENDIDIKAN INKLUSIF PERAN SERTA MASYARAKAT/ STAKE HOLDERS DALAM IMPLEMENTASI PENDIDIKAN INKLUSIF Oleh: Ahmad Nawawi JURUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA FIP UPI BANDUNG 2010 Latar Belakang l Lahirnya pendidikan inklusif sejalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah dan Penegasan Judul. berlangsung sepanjang sejarah dan berkembang sejalan dengan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah dan Penegasan Judul. berlangsung sepanjang sejarah dan berkembang sejalan dengan perkembangan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah dan Penegasan Judul Pendidikan merupakan pondasi utama dalam pengembangan peradaban. Sejak adanya manusia maka sejak saat itu pula pendidikan itu ada. 1 Pengembangan

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 36 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN KOMITE SEKOLAH WALIKOTA YOGYAKARTA

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 36 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN KOMITE SEKOLAH WALIKOTA YOGYAKARTA WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 36 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN KOMITE SEKOLAH WALIKOTA YOGYAKARTA Menimbang : a. bahwa berdasarkan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Peran serta masyarakat dalam pendidikan pada dasarnya bukan merupakan sesuatu

I. PENDAHULUAN. Peran serta masyarakat dalam pendidikan pada dasarnya bukan merupakan sesuatu I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belaksang Masalah Peran serta masyarakat dalam pendidikan pada dasarnya bukan merupakan sesuatu yang baru, sebab sebelumnya legitimasi legal formal peran serta masyarakat dalam

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. tersebut akan disajikan secara rinci sebagai berikut: 1. Peran Komite Sekolah Sebagai Badan Pertimbangan (Advisory Agency)

BAB VI PENUTUP. tersebut akan disajikan secara rinci sebagai berikut: 1. Peran Komite Sekolah Sebagai Badan Pertimbangan (Advisory Agency) BAB VI PENUTUP Bagian ini merupakan bagian terakhir dari bagian isi tesis. Pada bagian ini memuat tiga sub bab, yaitu: kesimpulan, implikasi, dan saran. Ketiga sub bab tersebut akan disajikan secara rinci

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang bernama komite sekolah (SK Mendiknas Nomor 044/U/2002). karena pembentukan komite sekolah di berbagai satuan pendidikan atau

BAB I PENDAHULUAN. yang bernama komite sekolah (SK Mendiknas Nomor 044/U/2002). karena pembentukan komite sekolah di berbagai satuan pendidikan atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Komite sekolah adalah nama badan yang berkedudukan pada satu satuan pendidikan, baik jalur sekolah maupun di luar sekolah atau beberapa satuan pendididkan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terdidik yang mampu menjawab tantangan-tantangan yang. masa mengisyaratkan bahwa secara keseluruhan mutu SDM Indonesia saat ini

BAB I PENDAHULUAN. terdidik yang mampu menjawab tantangan-tantangan yang. masa mengisyaratkan bahwa secara keseluruhan mutu SDM Indonesia saat ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keunggulan suatu bangsa tidak lagi bertumpu pada kekayaan alam, melainkan pada keunggulan sumber daya manusia (SDM), yaitu tenaga terdidik yang mampu menjawab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, serta efisiensi manajemen pendidikan dalam menghadapi tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, serta efisiensi manajemen pendidikan dalam menghadapi tuntutan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem pendidikan nasional Indonesia dimaksudkan untuk menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, meningkatkan mutu dan relevansi pendidikan, serta efisiensi manajemen

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Teoritis 1. Tinjauan Tentang Kualitas Pendidikan Setiap negara diseluruh dunia begitu menekankan pentingnya kualitas pendidikan. Salah satu langkah konkret untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Botubilotahu Kecamatan Marisa yang akan dijelaskan sebagai berikut :

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Botubilotahu Kecamatan Marisa yang akan dijelaskan sebagai berikut : 34 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan informan baik Kepala Sekolah, guru-guru, Ketua Komite Sekolah, dan orang tua murid,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Komite Sekolah SD Mangunsari 01 Salatiga Komite Sekolah dibentuk melalui musyawarah yang terdiri dari : perwakilan orang tua murid tiap

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Salah satu upaya untuk meningkatkan peluang berpartisipasi tersebut

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Salah satu upaya untuk meningkatkan peluang berpartisipasi tersebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan paradigma pemerintah dari sentralisasi ke desentralisasi telah membuka peluang masyarakat untuk meningkatkan peran sertanya dalam mengelola pendidikan.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. disampaikan kessimpulan-kessimpulan utama.

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. disampaikan kessimpulan-kessimpulan utama. BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN Berdasarkan temuan dan pembahasan hasil penelitian, maka berikut ini disampaikan kessimpulan-kessimpulan utama. A. Kesimpulan 1. Kondisi guru, kurikulum, kepemimpinan,

Lebih terperinci

WALIKOTA TASIKMALAYA

WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA Nomor : 14 Tahun 2008 Lampiran : - TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN NON FORMAL DI KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA,

Lebih terperinci

1. Terdapat hubungan yang signifikan dan berarti antara kepemimpinan kepala

1. Terdapat hubungan yang signifikan dan berarti antara kepemimpinan kepala 108 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil analisis data, temuan dan pembahasan penelitian maka dapat diambil beberapa simpulan sebagai berikut. 1. Terdapat hubungan yang signifikan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN. Setelah melalui serangkaian proses pengamatan empirik, kajian teoritik, penelitian

BAB V KESIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN. Setelah melalui serangkaian proses pengamatan empirik, kajian teoritik, penelitian BAB V KESIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan Setelah melalui serangkaian proses pengamatan empirik, kajian teoritik, penelitian lapangan dan pembahasan, maka kesimpulan penelitian sebagai berikut:

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN 6.1 Kesimpulan 1. Peran dan fungsi komite sekolah dalam peningkatan mutu sekolah merupakan faktor yang sangat penting dalam pelaksanaan penyelenggaraan pendidikan

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. A. Latar Belakang

Bab I Pendahuluan. A. Latar Belakang A. Latar Belakang Bab I Pendahuluan Salah satu permasalahan pendidikan di Indonesia adalah kualitas pendidikan. Kualitas pendidikan berhubungan dengan proses penyelenggaraan pendidikan, sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB II TELAAH PUSTAKA

BAB II TELAAH PUSTAKA BAB II TELAAH PUSTAKA 2.1 Manajemen Sekolah Manajemen pendidikan di tingkat sekolah merupakan suatu sistem yang setiap komponen didalamnya mempunyai kewenangan melaksanakan tugas pokok dan fungsinya untuk

Lebih terperinci

KEMENTERIAN AGAMA KELOMPOK KERJA PENGAWAS PAI (POKJAWAS PAI) KANTOR KABUPATEN CILACAP Alamat : Jalan DI. Panjaitan No.44 Telp. (0282) Cilacap

KEMENTERIAN AGAMA KELOMPOK KERJA PENGAWAS PAI (POKJAWAS PAI) KANTOR KABUPATEN CILACAP Alamat : Jalan DI. Panjaitan No.44 Telp. (0282) Cilacap KEMENTERIAN AGAMA KELOMPOK KERJA PENGAWAS PAI (POKJAWAS PAI) KANTOR KABUPATEN CILACAP Alamat : Jalan DI. Panjaitan No.44 Telp. (0282)531155 Cilacap PENILAIAN SEKOLAH /MADRASAH BERDASARKAN STANDAR NASIONAL

Lebih terperinci

AKUNTABILITAS PENDIDIKAN. As ari Djohar

AKUNTABILITAS PENDIDIKAN. As ari Djohar AKUNTABILITAS PENDIDIKAN As ari Djohar I. Akuntabilitas Pendidikan LPTK PGSMK a. Akuntabilitas pendidikan adalah suatu perwujudan kewajiban dari Lembaga Pendidikan untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kependidikan sebagai unsur yang mempunyai posisi sentral dan strategis

BAB I PENDAHULUAN. kependidikan sebagai unsur yang mempunyai posisi sentral dan strategis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi yang ditandai dengan persaingan yang ketat dalam semua aspek kehidupan, memberi pengaruh terhadap tuntutan akan kualitas sumber daya manusia,

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR TENTANG INOVASI DAERAH DI PROVINSI JAWA TENGAH

GUBERNUR JAWA TENGAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR TENTANG INOVASI DAERAH DI PROVINSI JAWA TENGAH Draft 4 GUBERNUR JAWA TENGAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR TENTANG INOVASI DAERAH DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH, Menimbang : a.

Lebih terperinci

Kompetensi Kepala Sekolah

Kompetensi Kepala Sekolah 1 of 8 3/22/2012 2:32 PM AKHMAD SUDRAJAT: TENTANG PENDIDIKAN Kompetensi Kepala Sekolah Posted on 29 Januari 2008 A. Kompetensi Kepribadian 1. Memiliki integritas kepribadian yang kuat sebagai pemimpin

Lebih terperinci

: Babakan Ciomas RT. 2/3 ds. Parakan Kec. Ciomas Kab. Bogor

: Babakan Ciomas RT. 2/3 ds. Parakan Kec. Ciomas Kab. Bogor Penyusun: Tim Pengembang Madrasah Nama Madrasah Alamat : MTs Al Inayah : Babakan Ciomas RT. 2/3 ds. Parakan Kec. Ciomas Kab. Bogor Program Prioritas MTs. Al Inayah STANDAR ISI 0 MENENTUKAN PROGRAM PRIORITAS

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 25 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI PURBALINGGA PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 25 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI PURBALINGGA PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 25 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 3 PURBALINGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dengan proses peningkatan kualitas sumber daya manusia itu sendiri.

I. PENDAHULUAN. dengan proses peningkatan kualitas sumber daya manusia itu sendiri. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam proses peningkatan kualitas sumber daya manusia dan merupakan suatu proses yang terintegrasi dengan proses

Lebih terperinci

STANDAR PENGELOLAAN PEMBELAJARAN

STANDAR PENGELOLAAN PEMBELAJARAN STD-SPM.Pol//7/2017 STD-SPM.Pol//7/2017 1. Visi dan Misi Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Surakarta Visi : Misi : Menjadi Institusi pendidikan tinggi kesehatan yang unggul, kompetitif dan bertaraf

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada era desentralisasi, pendidikan ini ditekankan pada kebijakan setiap sekolah untuk mengatur rumah tangganya sendiri. Hal ini dapat dikatakan sebagai implementasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Bangsa Indonesia dengan jumlah

I. PENDAHULUAN. baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Bangsa Indonesia dengan jumlah 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan bagian integral dalam pembangunan, karena pendidikan memegang peran penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Keberhasilan pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Suatu pengelolaan pendidikan yang terencana dan terorganisir dalam suatu sekolah

BAB I PENDAHULUAN. Suatu pengelolaan pendidikan yang terencana dan terorganisir dalam suatu sekolah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Suatu pengelolaan pendidikan yang terencana dan terorganisir dalam suatu sekolah adalah bagian dari kegiatan manajemen pendidikan yang sangat diperlukan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam peningkatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia dan merupakan suatu proses yang terintegrasi dengan peningkatan kualitas

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMBAWA, Menimbang : a. bahwa pendidikan harus mampu menjawab

Lebih terperinci

BAB II KANTOR KECAMATAN MEDAN DENAI. Sumatera Utara pada tanggal 2 September 1992 Kecamatan Medan Denai terbentuk

BAB II KANTOR KECAMATAN MEDAN DENAI. Sumatera Utara pada tanggal 2 September 1992 Kecamatan Medan Denai terbentuk BAB II KANTOR KECAMATAN MEDAN DENAI A. Sejarah Singkat Kantor Camat Medan Denai Berdasarkan PP. 35 tahun 1992 tanggal 13 Juli 1992 dan diresmikan Gubernur Sumatera Utara pada tanggal 2 September 1992 Kecamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan globalisasi yang semakin terbuka. Sejalan tantangan kehidupan global,

BAB I PENDAHULUAN. dan globalisasi yang semakin terbuka. Sejalan tantangan kehidupan global, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan menghadapi dua tuntutan yaitu tuntutan dari masyarakat dan tuntutan dunia usaha. Hal yang menjadi tuntutan yaitu tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di era persaingan global, Indonesia memerlukan sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. Di era persaingan global, Indonesia memerlukan sumber daya manusia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era persaingan global, Indonesia memerlukan sumber daya manusia (SDM) yang cerdas, sehat, jujur, berakhlak mulia, berkarakter, dan memiliki kepedulian sosial

Lebih terperinci

Latihan: UJI KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH 2012

Latihan: UJI KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH 2012 Latihan: UJI KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH 2012 I. Pilihlah jawaban yang benar dengan memberi tanda silang (X) huruf A, B, C, atau D pada lembar jawaban! 1. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian Hasil penelitian tentang peran komite sekolah di SMA PGRI 1 Temanggung ini dibagi menjadi lima bagian. Lima bagian tersebut antara lain gambaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa dan merupakan wahana dalam menerjemahkan pesan-pesan

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa dan merupakan wahana dalam menerjemahkan pesan-pesan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap kemajuan suatu bangsa dan merupakan wahana dalam menerjemahkan pesan-pesan konstitusi serta sarana

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2006 TENTANG STATUTA UNIVERSITAS AIRLANGGA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2006 TENTANG STATUTA UNIVERSITAS AIRLANGGA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2006 TENTANG STATUTA UNIVERSITAS AIRLANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Efektivitas proses..., Hani Khotijah Susilowati, FISIP UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Efektivitas proses..., Hani Khotijah Susilowati, FISIP UI, Universitas Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada awal abad XXI, dunia pendidikan di Indonesia menghadapi tiga tantangan besar. Tantangan pertama, sebagai akibat dari krisis ekonomi, dunia pendidikan dituntut

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 044/U/2002 TENTANG DEWAN PENDIDIKAN DAN KOMITE SEKOLAH MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL

KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 044/U/2002 TENTANG DEWAN PENDIDIKAN DAN KOMITE SEKOLAH MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 044/U/2002 TENTANG DEWAN PENDIDIKAN DAN KOMITE SEKOLAH MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL Menimbang : 1. bahwa dalam rangka mencapai tujuan pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan prasayarat mutlak untuk mencapai tujuan pembangunan. Salah satu wahana untuk meningkatkan kualitas SDM tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUHUAN. A. Latar Belakang Masalah. UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan

BAB I PENDAHULUHUAN. A. Latar Belakang Masalah. UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan BAB I PENDAHULUHUAN A. Latar Belakang Masalah UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. Berdasarkan rumusan masalah dan hasil penelitian tentang peran komite

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. Berdasarkan rumusan masalah dan hasil penelitian tentang peran komite 110 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan rumusan masalah dan hasil penelitian tentang peran komite sekolah dalam peningkatan mutu pendidikan di SMK Negeri 2 Metro dapat diambil

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan Yang menjadi simpulan dalam penelitian ini adalah: 1. Tugas kepala sekolah dalam manajemen berbasis adalah dalam pelaksanaan kegiatan sudah terlaksana sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM SEKOLAH

BAB II GAMBARAN UMUM SEKOLAH BAB II GAMBARAN UMUM SEKOLAH 2.1 Sejarah Sekolah Dasar ABC Sekolah Dasar ABC merupakan salah satu jenis sekolah dasar islam terpadu yang berdiri pada Bulan Juli tahun 2007 di Medan. Pada awalnya, sekolah

Lebih terperinci

Manajemen Mutu Pendidikan

Manajemen Mutu Pendidikan Manajemen Mutu Pendidikan Pengertian Mutu Kata Mutu berasal dari bahasa inggris, Quality yang berarti kualitas. Dengan hal ini, mutu berarti merupakan sebuah hal yang berhubungan dengan gairah dan harga

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. Pada Bab ini akan dibahas hal-hal yang berhubungan dengan penyusunan RKS

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. Pada Bab ini akan dibahas hal-hal yang berhubungan dengan penyusunan RKS 158 BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Pada Bab ini akan dibahas hal-hal yang berhubungan dengan penyusunan RKS dan RKT. Dalam penyusunan RKS dan RKT ternyata memiliki proses yang dapat diamati berdasarkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bagian ini akan membahas latar belakang, identifikasi masalah, pembatasan

I. PENDAHULUAN. Bagian ini akan membahas latar belakang, identifikasi masalah, pembatasan I. PENDAHULUAN Bagian ini akan membahas latar belakang, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan ruang lingkup penelitian. A. Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ada dalam masyarakat dan kebudayaan. Pendidikan secara bahasa

BAB I PENDAHULUAN. yang ada dalam masyarakat dan kebudayaan. Pendidikan secara bahasa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan usaha manusia untuk menumbuhkembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilainilai yang ada dalam masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek terpenting dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek terpenting dalam pembangunan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan salah satu aspek terpenting dalam pembangunan bangsa. Sejarah menunjukan bahwa kunci keberhasilan pembangunan Negaranegara maju adalah

Lebih terperinci

masalah penelitian yaitu gaya kepemimpinan kepala sekolah, sistem pelayanan administratif, sistem penyelenggaraan proses pendidikan (pembelajaran dan

masalah penelitian yaitu gaya kepemimpinan kepala sekolah, sistem pelayanan administratif, sistem penyelenggaraan proses pendidikan (pembelajaran dan BAB VI KESIMPULAN, REKOMENDASI DAN IMPLIKASI A. Kesimpulan Bab IV ini mempakan deskripsi temuan penelitian yang mencakup masalah penelitian yaitu gaya kepemimpinan kepala sekolah, sistem pelayanan administratif,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1. Profil SD Negeri 1 Tegorejo Penelitian Evaluasi Program Supervisi Akademik ini mengambil lokasi di SD Negeri 1 Tegorejo Kecamatan Pegandon Kabupaten Kendal yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang mengutamakan perluasan pengetahuan. Diharapkan pendidikan dapat

BAB I PENDAHULUAN. yang mengutamakan perluasan pengetahuan. Diharapkan pendidikan dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan penyempurnaan pendidikan di Indonesia terus diupayakan. Pendidikan pada umumnya merupakan pendidikan dasar dan menengah yang mengutamakan perluasan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Partisipasi Komite Sekolah sebagai Pemberi Pertimbangan di Desa Terpencil di SDN 12 Bongomeme Kecamatan Bongomeme Kabupaten Gorontalo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahwa pendidikan juga merupakan cara yang efektif sebagai proses nation and

BAB I PENDAHULUAN. bahwa pendidikan juga merupakan cara yang efektif sebagai proses nation and 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan telah diyakini sebagai salah satu aspek pembangunan bangsa yang sangat penting untuk mewujudkan warga Negara yang handal profesional dan berdaya

Lebih terperinci

BUPATI TAPIN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI TAPIN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG SALINAN BUPATI TAPIN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

RENCANA KERJA DAN ANGGARAN SEKOLAH (RKAS) SMP STANDAR NASIONAL 2010/2011

RENCANA KERJA DAN ANGGARAN SEKOLAH (RKAS) SMP STANDAR NASIONAL 2010/2011 FEMY RIYANTI, S.Pd RENCANA KERJA DAN ANGGARAN SEKOLAH () SMP STANDAR NASIONAL 2010/2011 NGAWI ALAMAT : JL. RAYA KENDUNG-POJOK KWADUNGAN NGAWI TELP. (0351) 771 9686 PEMERINTAH KABUPATEN NGAWI DINAS PENDIDIKAN

Lebih terperinci