BAB II KAJIAN PUSTAKAf. A. Kajian Pustaka

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKAf. A. Kajian Pustaka"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKAf A. Kajian Pustaka 1. Permainan Bola Basket a. Pengertian Permainan Bola Basket Bola basket adalah olahraga berkelompok yang dimainkan oleh dua regu baik putra maupun putri yang masing-masing regu terdiri atas lima orang pemain yang berkompetisi secara sportif dengan tujuan untuk mencari angka/poin sebanyak-banyaknya dengan cara memasukkan bola ke keranjang lawan dan mencegah lawan untuk mendapatkan poin. Kemenangan suatu regu ditentukan oleh banyaknya bola yang dimasukkan kedalam keranjang (poin). Menurut Margono (2010: 7) prinsip yang mendasar dalam permainan bola basket ialah bahwa Permainan ini merupakan suatu permainan yang dilakukan tanpa unsur kekerasan atau tidak begitu kasar, dengan tidak ada unsur menendang, menjegal dan menarik, serta tidak begitu susah dipelajari. Permainan bola basket dimulai dengan bola loncat atau jump ball dari tengah lapangan, dimana kedua tim saling berhadapan untuk memperebutkan bola yang dilambungkan oleh wasit. Lama permainan dalam bola basket adalah selama 2 X 20 menit bersih dan dengan waktu istirahat antara babak pertama dan kedua selama 10 menit. Bola dinyatakan mati apabila terjadi kesalahan, pelanggaran, dan bola keluar dari lapangan permainan. Tiga angka diberikan untuk setiap bola masuk yang dicetak dari luar garis tiga angka, dua angka diberikan oleh setiap bola masuk yang dicetak dari dalam garis tiga angka, dan satu angka diberikan untuk setiap tembakan bebas. Jika seorang pemain dilanggar pada saat melakukan tembakan, diberi dua tembakan bebas (atau tiga angka jika saat itu sedang melakukan tembakan tiga angka). Jika seorang pemain berhenti mendrible dan kemudian mendrible lagi (double dribble), atau telah berhenti mendrible dan berjalan lebih dari satu langkah sebelum mengumpan atau menembak (traveling), melakukan 7

2 8 pelanggaran, dan bola diberikan kepada tim lawan. Penyerang memiliki batas waktu tertentu untuk membawa bola setelah melewati garis tengah lapangan. Para pemain yang melakukan serangan tidak boleh berada di Daerah terlarang lebih dari tiga detik dalam sekali waktu (pelanggaran tiga detik). Cara memegang bola basket adalah sikap tangan membentuk mangkok besar. Bola berada diantara kedua telapak tangan, telapak tangan melekat disamping bola agak kebelakang, jari-jari terentang melekat pada bola. Ibu jari terletak dekat dengan badan dibagian belakang bola yang menghadap kearah tengah depan. Kedua kaki membentuk kuda-kuda dengan salah satu kaki berada didepan. Badan sedikit condong kedepan dan lutut rileks. b. Fasilitas dan Perlengkapan Permainan Bola Basket Pada dasarnya setiap cabang olahraga memiliki fasilitas, alat-alat dan perlengkapan tertentu. Oleh karena itu, kiranya perlu disajikan macam-macam alat perlengkapan yang telah diatur dalam peraturan permainan bola basket yang dikeluarkan oleh Persatuan Bola Basket Seluruh Indonesia (PERBASI) (2012). Uraian berikut berisi mengenai hal-hal diatas. 1) Lapangan Lapangan permainan harus rata, memiliki permukaan yang bebas dari segala sesuatu yang menghalangi dengan ukuran panjang garis lapangan 28 meter, lebar lapangan 15 meter. Garis tengah lingkaran ditengah lapangan 3,6 meter, tinggi ring basket 2,75 meter dengan diameter ring basket 0,45 meter dan ukuran papan pantul panjang x lebar : 1,80 meter x 1,20 meter. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa untuk memainkan permainan bola basket tidak memerlukan lapangan yang sangat luas seperti layaknya lapangan sepak bola, kasti maupun rugby namun hanya membutuhkan lahan yang relatif kecil. Lapangan basket dapat dibuat didalam ruangan maupun luar ruangan. Ring basket dan papan pantul bisa dibuat permanen dan semi permanen supaya bisa dipindahkan.

3 9 Gambar 1. Lapangan dan Ring Bola Basket (Sumber: Ahmadi, 2007: 9) 2) Bola Bola yang digunakan dalam permainan bola basket harus betul-betul bundar yang terbuat dari bola karet/sintetis untuk lapangan dalam ruangan atau bola kulit untuk lapangan luar ruangan. Ukuran keliling bola yang digunakan dalam permainan olahraga bola basket adalah 75 cm sampai dengan 78 cm dengan berat bola sebesar 600 sampai 650 gram. Apabila bola

4 tersebut dijatuhkan dari ketinggian 1,80 meter pada lantai papan maka bola tersebut harus kembali pada ketinggian antara 1,20 sampai 1,40 meter. 10 Gambar 2. Bola Basket (Sumber: 3) Pakaian dan Sepatu Seragam dipakai dalam permainan basket resmi. Beberapa seragam mencantumkan nomor dan nama terakhir dibelakang kaos tersebut untuk membantu mengidentifikasi pemain. Pemain bola basket harus mengenakan kostum yang saling berbeda, sesuai dengan ciri khas masing-masing tim. Kostum yang dipakai tidak boleh sama, baik itu desain dan warnanya. Pemain diperbolehkan memakai aksesoris seperti pelindung lutut, lengan dan kepala yang terbuat dari bahan kain atau karet. Sedangkan sepatu merupakan unsur penting dalam permainan bola basket. Sepatu basket dirancang untuk memiliki traksi yang kuat dengan lantai lapangan, juga lebih memperpanjang tinggi pada pergelangan kakinya. Hal ini untuk memberikan dukungan tambahan pada pergelangan kaki pemain untuk mengurangi resiko cidera pergelangan kaki.

5 11 Gambar 3. Pakaian dan Sepatu Bola Basket (Sumber: dan c. Macam-macam Teknik Dasar Bermain Bola Basket Kita semua tahu, bahwa inti dari permainan bola basket yaitu memasukkan bola kekeranjang lawan dan mempertahankan dari serangan lawan. Namun hal tersebut tidaklah mudah, terlebih permainan bola basket merupakan olahraga yang dimainkan secara tim. Untuk itu diperlukan pemahaman mulai dari teknik dasar bola basket yang baik menuju ke taktik permainan. Adapun teknik dasar tersebut antara lain sebagai berikut : 1) Mengoper Bola (Passing) Umpan yang tepat adalah salah satu kunci keberhasilan serangan sebuah tim dan sebuah unsur penentu tembakan-tembakan yang berpeluang besar mencetak angka. Ketepatan umpan yang hebat tidak boleh diremehkan. Ini bisa memotivasi rekan-rekan tim, menghibur penonton, dan menghasilkan permainan yang tidak individualis. Seorang pengumpan yang terampil mampu melihat seluruh lapangan, mengantisipasi perkembangan dalam pertandingan yang penuh serangan, dan memberikan bola kepada rekan tim pada saat yang tepat. Berkaitan dengan mengoper dalam bola basket Ahmadi (2007 :13) menyatakan bahwa:

6 Operan dapat dilakukan dengan cepat dan keras yang penting operan dapat diterima oleh teman yang menerimanya. Operan juga dapat dilakukan secara lunak, jenis operan tersebut bergantung pada situasi keseluruhan, yaitu kedudukan teman, situasi teman, waktu, dan taktik yang digunakan. Adapun mengoper bola sesuai situasi dalam permainan bola basket dapat dilakukan dengan teknik-teknik sebagai berikut: a) Mengoper Bola Setinggi Dada (Chest Pass) Oliver (2007: 36) mengemukakan bahwa Mengoper bola dengan kedua tangan merupakan operan yang paling sering digunakan dalam pertandingan bola basket. Operan ini berguna untuk jarak pendek kisaran 5 sampai 7 meter. 12 Gambar 4. Mengoper Bola di Depan Dada (Sumber: Ahmadi, 2007: 14) b) Mengoper Bola dari Atas Kepala (Overhead Pass) Lemparan ini biasanya dilakukan oleh pemain-pemain yang berbadan tinggi sehingga melampui daya raih lawan. Lemparan ini juga bisa digunakan untuk operan cepat. Gambar 5. Mengoper Bola dari Atas Kepala (Sumber: Ahmadi, 2007: 15)

7 13 c) Mengoper Bola Pantulan (Bounce Pass) Operan pantulan menggunakan teknik mengumpan seperti umpan dada. Operan ini sangat baik dilakukan untuk menerobos lawan yang tinggi. Bola dipantulkan disamping kiri atau kanan lawan dan teman sudah siap menerimanya di belakang lawan. Lemparan ini harus dilakukan dengan cepat agar tidak tertahan/terserobot lawan. Lemparan pantulan juga dapat dilakukan dengan jalan menipu lawan ke samping kanan, padahal bola dilemparkan kesebelah kiri atau sebaliknya. Jika perlu, melangkah maju kesasaran dengan salah satu kaki ketika mengumpankan bola untuk menambah kekuatan lemparan umpan tersebut. Gambar 6. Mengoper Bola Pantulan (Sumber: Ahmadi, 2007: 16) 2) Menerima Bola (Catching) Menangkap umpan dengan baik sama pentingnya dengan memberi umpan yang baik. Penangkap bola harus selalu tanggap dimana bola berada dan harus siap menerima umpan setiap saat. Seorang penangkap bola harus menyiapkan tangannya sebagai sasaran pengumpan, untuk memastikan kemana umpan tersebut harus diarahkan. Seorang penangkap bola juga harus memutuskan apakah menggunakan satu atau dua tangan untuk menangkap bola.

8 14 Gambar 7. Menerima Bola Basket (Sumber: Ahmadi, 2007: 16) 3) Menggiring Bola (Dribble) Mendribbel adalah salah satu dasar bola basket yang pertama diperkenalkan kepada para pemula, karena keterampilan ini sangat penting bagi setiap pemain yang terlibat dalam pertandingan bola basket. Setiap peserta olahraga bola basket bisa menjadi pendribel yang terampil karena keterampilan mendribel bisa dilatih kapan pun dan dimana pun. Seorang pendribble yang berbakat jika bisa mendribble bola dengan tangan kanan maupun kiri, dengan berbagai kecepatan, dan keberbagai arah tanpa sama sekali harus melihat bola. Gambar 8. Menggiring Bola Basket (Sumber: Ahmadi, 2007: 17)

9 4) Menembak (Shooting) Usaha memasukkan bola kekeranjang diistilahkan dengan menembak, dapat dilakukan dengan satu tangan atau dua tangan. Menembak (shooting) adalah skill dasar bola basket yang paling dikenal dan paling digemari karena setiap pemain pasti mempunyai naluri mencetak skor. Dua prinsip dasar dalam bermain bola basket adalah menciptakan peluang shooting untuk mencetak skor saat offense dan mencegah lawan melakukan hal yang sama saat defense. Agar usaha memasukkan bola lebih efektif dalam pelaksanaannya Kosasih (2008: 47) menyatakan bahwa: Ada kaitan istilah dengan teknik shooting dalam bola basket yang dikenal dengan sebutan BEEF. a) B (Balance): gerakan selalu dimulai dari lantai, saat menangkap bola tekuklah lutut dan mata kaki serta atur agar tubuh dalam posisi seimbang. b) E (Eyes): agar shooting menjadi akurat pemain harus dengan segera mengambil fokus pada target (pemain dengan cepat mampu mengkoordinasikan letak ring). c) E (Elbow): pertahankan posisi siku agar pergerakan lengan tetap vertikal. d) F (Follow trough): kunci siku lalu lepaskan gerakan lengan jari-jari dan pergelangan tangan mengikuti kearah ring. Langkah terakhir shooting yang baik adalah pergerakan tangan dengan mengikuti kearah ring (Follow through). Siku tetap dikunci dan gunakan tenaga dorongan terakhir dari pergelangan tangan. 15 Gambar 9. Fase Persiapan dan Follow Through (Sumber: Kosasih, 2008: 49)

10 16 5) Pivot atau Olah Kaki Yang dimaksud pivot dalam permainan bola basket adalah menggerakkan salah satu kaki yang lainnya tetap ditempat sebagai poros. Tujuan berputar adalah mengadakan gerak tipu atau menghindari lawan yang berusaha merebut bola. Gambar 10. Pivot atau Olah Kaki (Sumber: Ahmadi, 2007: 22) d. Kompetensi dan Keterampilan Bermain Bola Basket Kompetensi merupakan perilaku rasional untuk mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan. Kompetensi mengacu pada kemampuan melaksanakan sesuatu yang diperoleh melalui pendidikan, kompetensi menunjuk pada performa, dan perbuatan rasional untuk memenuhi spesifikasi tertentu dalam melaksanakan tugas-tugas kependidikan. Dikatakan rasional karena mempunyai arah atau tujuan, sedangkan performa merupakan perilaku nyata dalam arti tidak hanya diamati saja. Tetapi meliputi sesuatu yang lebih jauh dari itu, bahkan menembus sesuatu yang tidak kasat mata. Kompetensi menurut Sarwono (2014: 40) adalah Seperangkat sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang harus dinilai, dihayati dan dikuasai oleh peserta didik atau siswa setelah mempelajari suatu muatan pembelajaran, menamatkan suatu program, atau menyelesaikan suatu pendidikan tertentu.

11 17 Kata keterampilan berasal dari kata terampil yang berarti cakap dalam menyelesaikan tugas, mampu dan cekatan. Sedangkan kata keterampilan itu sendiri merupakan kemampuan dasar untuk melakukan pekerjaan secara mudah dan tepat. Keterampilan dalam pendidikan merupakan proses intruksi untuk mencapai tujuan melalui perencanaan dan evaluasi hasil belajar. Latihan keterampilan diberikan untuk menyiapkan siswa dalam menghadapi suatu tugas atau pekerjaan tertentu yang sifatnya lebih khusus. Keterampilan bermain bola basket wajib dimiliki oleh pemain bola basket. Apabila pemain bola basket memiliki keterampilan bermain maka permainannya dapat ditonton dengan baik dan menarik. Keterampilan bermain bola basket adalah kemampuan seseorang dalam melakukan kegiatan yang melibatkan gerak anggota tubuh secara sengaja untuk mencapai tujuan tertentu atau suatu prestasi dengan menggunakan waktu dan energi seefisien mungkin untuk dapat memenangkan permainan. Keterampilan bermain bola basket yang dimaksud adalah penerapan teknik dasar dan penguasaan siasat/taktik untuk dapat menguasai bola dalam pertandingan. Penguasaan keterampilan taktik bermain bagi seorang pemain bola basket adalah penting. Karena sangat berkaitan dengan tujuan permainan bola basket yaitu memasukkan bola ke ring basket lawan dan mempertahankan ring basket sendiri dari serangan lawan. Penguasaan keterampilan juga bisa menguasai jalannya pertandingan dan juga bisa mengatur kapan waktu untuk menyerang dan bertahan. 2. Belajar dan Pembelajaran Bola Basket dalam Penjasorkes a. Pengertian Belajar dan Pembelajaran Bola Basket Belajar pada hakekatnya adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri di dalam interaksi dengan lingkungannya. Belajar bola basket merupakan proses yang diarahkan melalui pengalaman gerak dengan tujuan untuk memahami karakteristik dan meningkatkan kemampuan bermain bola basket.

12 18 Proses pembelajaran adalah salah satu kegiatan yang dilakukan dalam dunia pendidikan. Berkaitan dengan belajar, Sagala (2010: 12) menyatakan bahwa Belajar adalah kegiatan individu memperoleh pengetahuan, perilaku dan keterampilan dengan cara mengolah bahan ajar. Hal utama dalam proses pembelajaran bola basket yaitu dengan mempelajari teknik dan taktis didalam permainan. Pembelajaran adalah segala upaya yang dilakukan oleh guru (pendidik) agar terjadi proses belajar pada diri siswa yang mencakup aspek pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan keterampilan (psikomotor). Pembelajaran bola basket merupakan upaya sistematis untuk memfasilitasi dan meningkatkan proses belajar sehingga tercapai tujuan pendidikan yang telah direncanakan. Di dalam dunia pendidikan khususnya disekolah menengah, permainan bola basket dapat dimanfaatkan sebagai sarana pendidikan jasmani. Selain karena karakter permainannya yang dapat membuat para siswa mengembangkan kemampuan fisik dan psikomotor, permainan bola basket juga sangat efektif untuk dijadikan sebagai wahana dalam pendidikan tentang kedisiplinan, tanggung jawab dan sportifitas. Pembelajaran permainan bola basket menuntut kesadaran dan kerelaan serta kemampuan para murid agar dapat menempa pengalaman gerak sebanyak mungkin untuk mencapai tujuan pendidikan. Disamping itu murid harus senang, sesuai dengan tingkat emosi, sosial dan kemampuan fisiknya. Oleh karena itu guru harus mengupayakan semaksimal mungkin penataan lingkungan belajar dan perencanaan materi agar terjadi proses pembelajaran bola basket yang menyenangkan dan mendidik. Guru harus senantiasa menciptakan suasana pembelajaran permainan bola basket yang dapat menggiring siswa agar mengerti makna atau nilai-nilai yang terkandung dalam permainan bola basket tersebut. Dengan demikian proses pembelajaran bola basket dapat meningkatkan kemampuan siswa sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. b. Prinsip prinsip Belajar dan Pembelajaran Bola Basket Prinsip belajar adalah landasan berpikir, landasan berpijak dan sumber motivasi agar proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik antara

13 pendidik dengan peserta didik. Prinsip ini dijadikan sebagai dasar dalam upaya pembelajaran, baik bagi siswa maupun bagi guru dalam upaya mencapai hasil yang diinginkan. Menurut Sutikno (2013: 7) ada 8 (delapan) prinsip pembelajaran yang perlu diketahui, sebagai berikut: 1) Belajar perlu memiliki pengalaman dasar. Pada dasarnya, seseorang akan mudah belajar sesuatu jika sebelumnya memiliki pengalaman yang akan mempermudahnya dalam memperoleh pengalaman baru. Salah satu contoh: Ahmad akan bisa dengan mudah mengerjakan pelajaran penjumlahan dan pengurangan, jika sebelumnya Ahmad sudah mengenal angka-angka, dari 0, 1, 2, 3, 4, dan seterusnya. 2) Belajar harus bertujuan yang jelas dan terarah. Adanya tujuan-tujuan akan dapat membantu dalam menuntun guna tercapainya tujuan. Tujuan ialah sasaran khusus yang hendak dicapai oleh seseorang. 3) Belajar memerlukan situasi yang problematis. Situasi yang problematis ini akan membantu membangkitkan motivasi belajar. Siswa akan termotivasi untuk memecahkan problem tersebut. Semakin sukar problem problem yang dihadapi, semakin keras usaha berpikir untuk memecahkannya. 4) Belajar harus memiliki tekad dan kemauan yang keras dan tidak mudah putus asa. Banyak orang yang gagal dalam belajar karena tidak memiliki tekad dan kemauan yang kuat untuk belajar. Bagi mereka, belajar hanya sekedar datang, duduk, dengar dan diam. Tidak menutup kemungkinan, orang tersebut setelah belajar tidak memiliki pengetahuan apapun dari hasil belajarnya. Putus asa juga akan mempengaruhi keberhasilan dalam belajar. Mudah putus asa menyebabkan gairah belajar menjadi berkurang karena menganggap sesuatu yang dipelajarinya tersebut tidak sesuai atau benarbenar tidak sanggup dipelajari sehingga muncul pernyataan untuk apa saya belajar?. Menurut David (dalam M. Sobry Sutikno, 2012), guru besar di Amerika yang mendalami perjalanan orang-orang yang sukses di dunia, mereka yang sukses adalah orang-orang yang tidak pernah berhenti mencoba. 5) Belajar memerlukan bimbingan, arahan, serta dorongan. Ini akan mempermudah dalam hal penerimaan serta pemahaman akan suatu materi. Seseorang yang mengalami kelemahan dalam belajar akan banyak mendatangkan hasil yang membangun jika diberi bimbingan, arahan, serta dorongan yang baik. 6) Belajar memerlukan latihan. Efek positif dari memperbanyak latihan adalah dapat membantu menguasai segala sesuatu yang di pelajari, mengurangi kelupaan, dan memperkuat daya ingat. 7) Belajar memerlukan metode yang tepat. Metode belajar yang tepat memungkinkan siswa belajar lebih efektif dan efisien. Metode yang dipakai dalam belajar dapat disesuaikan dengan materi pelajaran yang kita pelajari dan juga sesuai dengan siswa ( orang yang belajar), yaitu metode yang membuat dia cepat paham. 19

14 8) Belajar membutuhkan waktu dan tempat yang tepat. Karena faktor dan tempat ini merupakan faktor yang sangat mempengaruhi keberhasilan siswa dalam belajar, dengan demikian faktor ini perlu mendapat perhatian lebih serius. Winston Churchill menyebutkan bahwa waktu tidak dapat berpihak pada siapapun; tetapi waktu dapat menjadi sahabat bagi mereka yang memegangnya dan memerlukannya dengan baik. Prinsip-prinsip tersebut termasuk dalam pembelajaran permainan bola basket. Prisnsip-prinsip tersebut bermanfaat untuk memberikan arah tentang apa saja yang sebaiknya dilakukan oleh guru agar siswa dapat berperan aktif di dalam proses pembelajaran khususnya pembelajaran penjas dalam permainan bola basket. c. Tujuan Belajar dan Pembelajaran Bola Basket Tujuan pembelajaran merupakan arah yang hendak dituju dari rangkaian aktifitas yang dilakukan dalam proses pembelajaran. Agar proses pembelajaran dapat terkonsepsikan dengan baik, maka seorang guru dituntut untuk mampu menyusun dan merumuskan tujuan pembelajaran secara jelas dan tegas. Dengan harapan dapat memberikan pemahaman kepada para guru agar dapat merumuskan tujuan pembelajaran secara tegas dan jelas dari mata pelajaran yang menjadi tanggung jawabnya. Penyusunan tujuan pembelajaran merupakan tahapan penting dalam rangkaian pengembangan desain pembelajaran. Dari tahap inilah ditentukan apa dan bagaimana harus melakukan tahap lainnya. Apa yang dirumuskan dalam tujuan pembelajaran menjadi acuan untuk menentukan jenis materi pembelajaran, strategi pembelajaran, metode pembelajaran, dan media pembelajaran yang akan digunakan dalam proses pembelajaran. Tanpa tujuan yang jelas, pembelajaran akan menjadi kegiatan tanpa arah, tanpa fokus, dan menjadi tidak efektif. Kegiatan menyusun rencana pembelajaran merupakan salah satu tugas penting guru dalam memproses pembelajaran siswa. Dalam perspektif kebijakan pendidikan nasional yang dituangkan dalam Permendikbud RI No. 103 Tahun 2014 tentang pembelajaran pada pendidikan dasar dan menengah disebutkan bahwa salah satu komponen dalam penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yaitu Adanya tujuan pembelajaran yang di 20

15 dalamnya menggambarkan proses dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar. Mengajar merupakan kegiatan yang dilakukan seseorang yang memiliki pengetahuan dan keterampilan yang lebih dari pada yang diajar, untuk memberikan suatu pengertian, kecakapan, ketangkasan, atau keterampilan yang telah diatur sesuai dengan lingkungan dan menghubungkannya dengan subyek yang sedang belajar. Kegiatan mengajar permainan bola basket juga memiliki tujuan tertentu, dimana guru dituntut untuk memberikan suatu pengertian, ketangkasan dan pengalaman gerak dalam pembelajaran tersebut. Diharapkan siswa dapat memiliki keterampilan bermain bola basket yang baik dengan tidak melupakan aspek kognitif dan afektifnya. Setiap guru memiliki indikator pencapaian kompetensi dalam keterampilan bola basketnya sendiri. Sebagaimana yang telah dirumuskan oleh Kusaeri (2014: 41) bahwa, Indikator pencapaian kompetensi keterampilan merupakan ukuran, karakteristik, ciri-ciri, pembuatan atau proses yang memiliki kontribusi demi ketercapaian suatu kompetensi dasar tertentu yang menjadi acuan penilaian mata pelajaran. Untuk itu seorang guru harus memiliki kemampuan dalam menyampaikan tugas ajar, agar tujuan pengajaran dalam materi bola basket dapat tercapai. Hal yang terpenting dan harus diperhatikan dalam mengajar bola basket yaitu, guru harus mampu menetapkan strategi pembelajaran yang tepat dan mampu membelajarkan siswa menjadi aktif melaksanakan tugas dari guru. Menurut Margono (2010: 22) ada beberapa strategi yang dapat dipergunakan dalam permainan bola basket, sebagai berikut: 1) Strategi rangkaian latihan Strategi rangkaian latihan adalah bentuk kegiatan metodis yang dijalani untuk sampai kepada permainan yang sebenarnya. Rangkaian latihan untuk mengembangkan keterampilan gerakan dasar yang telah dipelajari menuju permainan yang sebenarnya, sehingga setelah mempelajari sudah dapat bermain bola basket secara sederhan. 2) Strategi rangkaian permainan Strategi rangkaian permainan adalah bentuk metode pembelajaran yang diurutkan dari bentuk permainan yang sederhana keurutan permainan yang lebih sulit menuju permainan yang sebenarnya". 21

16 22 3. Komponen Pembelajaran Komponen merupakan bagian dari suatu sistem yang memiliki peran dalam keseluruhan berlangsungnya suatu proses pembelajaran. Pembelajaran dapat dipandang sebagai sebuah sistem yang bekerja dengan komponenkomponen yang saling berhubungan satu sama lain dan sama-sama memiliki satu tujuan yang bila dicapai akan menghasilkan sebuah dampak baik pada pihak pengajar maupun peserta didik sebagai pihak yang sama-sama menjalankan dan berada di dalam sistem tersebut. Ada beberapa komponen pembelajaran, dijelaskan seperti berikut ini: a. Tujuan pembelajaran Tujuan pembelajaran merupakan suatu target yang ingin dicapai dalam pelaksanaan suatu kegiatan pembelajaran. Pada dasarnya adalah kemampuankemampuan yang diharapkan dimiliki siswa setelah memperoleh pengalaman belajar. Dengan kata lain tujuan pembelajaran merupakan suatu cita-cita yang ingin dicapai dari pelaksanaan pembelajaran. Menurut Sudjana & Suwaria (1991), Kemampuan-kemampuan tersebut mencakup aspek pengetahuan (kognitif), sikap (afektif) dan keterampilan (psikomotor) (Sutikno, 2013: 34). b. Kurikulum Kurikulum adalah seperangkat mata pelajaran dan program pendidikan yang diberikan oleh suatu lembaga penyelenggara pendidikan yang berisi rancangan pelajaran yang akan diberikan kepada peserta pelajaran dalam satu periode jenjang pendidikan. Kurikulum sebagai rancangan pendidikan mempunyai kedudukan yang sangat strategis dalam seluruh aspek kegiatan pendidikan. Mengingat pentingnya peranan kurikulum didalam pendidikan dan dalam perkembangan kehidupan manusia, maka dalam penyusunan kurikulum tidak bisa dilakukan tanpa menggunakan landasan yang kokoh dan kuat. c. Guru Guru merupakan komponen pembelajaran yang berperan sebagai pelaksana dan penggerak kegiatan pembelajaran. Agar kegiatan pembelajaran berlangsung dan berhasil dengan sukses, maka guru harus merancang

17 pembelajaran secara baik, dengan mempertimbangkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, karakteristik siswa, guru merumuskan tujuan, menetapkan materi, memilih metode dan media dan evaluasi pembelajaran yang tepat dalam rancangan pembelajarannya. Guru memiliki peranan penting dalam proses pembelajaran. Dimyati dan Mudjiono (2009: 37) memaparkan peranan guru adalah sebagai berikut: d. Siswa 1) Membuat desain pembelajaran secara tertulis, lengkap, dan menyeluruh. 2) Meningkatkan diri untuk menjadi seorang guru yang berkepribadian utuh. 3) Bertindak sebagai guru yang mendidik. 4) Meningkatkan profesionalitas keguruan. 5) Melakukan pembelajaran sesuai dengan berbagai model pembelajaran yang disesuaikan dengan kondisi siswa, bahan ajar, atau kondisi sekolah setempat. Penyesuaian tersebut dilakukan untuk peningkatan mutu belajar. Siswa merupakan komponen pembelajaran yang terpenting, karena siswa sebagai pelaku belajar dalam proses pembelajaran. Aspek penting dari siswa yang perlu diperhatikan adalah karakteristiknya. Siswa adalah individu unik dan memiliki sifat individu yang berbeda antara siswa satu dengan yang lainnya. Dalam satu kelas tidak ada siswa yang memiliki karakteristik yang sama persis, baik kecerdasan, emosi, kebiasaan belajar, kecepatan belajar, dan sebagainya. Hal ini menghendaki pembelajaran yang lebih berorientasi pada siswa (student centered), yaitu pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan berdasarkan karakteristik siswa secara individual. e. Metode Menurut Sutikno (2013: 36) mengatakan bahwa Metode merupakan suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan pembelajaran, metode diperlukan oleh guru dengan penggunaan yang bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. 23

18 f. Materi Peran guru adalah sebagai sumber belajar, sehingga penguasaan materi menjadi tuntutan mutlak bagi guru. Adapun dalam setting pembelajaran berbasis kompetensi, tugas dan tanggung jawab guru bukan sebagai sumber belajar, karena itu materi pembelajaran seharusnya diambil dari berbagai sumber. Menurut Sutikno (2013: 38) menyatakan bahwa: g. Media Sumber belajar dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sumber belajar yang direncanakan dan sumber belajar karena dimanfaatkan. Sumber belajar yang direncanakan adalah semua sumber yang secara khusus telah dikembangkan sebagai komponen sistem pembelajaran, untuk memberikan fasilitas belajar yang terarah dan bersifat formal. Sedangkan sumber belajar karena dimanfaatkan adalah sumber-sumber yang tidak secara khusus didesain untuk keperluan pembelajaran, namun dapat ditemukan, diaplikasikan, dan digunakan untuk keperluan belajar. Secara umum media merupakan kata jamak dari medium yang berarti perantara atau pengantar, Media dalam pembelajaran merupakan segala sesuatu (alat dan bahan) yang dapat digunakan dalam rangka untuk mencapai tujuan pengajaran. Melalui media pengajaran yang tepat, diharapkan guru dapat memberikan pengalaman belajar yang banyak dengan cara yang sedikit. Media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologi terhadap siswa. Dwyer (1967) berpendapat bahwa belajar yang sempurna hanya dapat tercapai jika menggunakan bahan-bahan audio-visual yang mendekati realitas (Sutikno, 2013: 37). h. Evaluasi Menurut istilah, evaluasi berarti kegiatan yang terencana untuk mengetahui suatu obyek dengan menggunakan instrumen dan hasilnya dibandingkan dengan tolak ukur tertentu guna untuk memperoleh kesimpulan. Berkaitan dengan evaluasi, Nana Sudjana (2011: 20) membagi tiga sasaran pokok penilaian, yakni Program pendidikan, proses belajar-mengajar, dan hasil-hasil belajar. Evaluasi tidak hanya berfungsi untuk melihat keberhasilan 24

19 25 siswa dalam proses pembelajaran, tetapi juga berfungsi sebagai umpan balik bagi guru atas kinerjanya dalam mengelola pembelajaran. Apakah tujuan yang telah dirumuskan dapat dicapai atau tidak, apakah materi yang telah diberikan dapat dikuasai atau tidak, dan apakah penggunaan metode dan alat pembelajaran tepat atau tidak. 4. Pendekatan Pembelajaran a. Pengertian Pendekatan Pembelajaran Istilah pendekatan berasal dari bahasa Inggris (approach) yang salah satu artinya adalah Pendekatan. Dalam pengajaran, approach diartikan sebagai a way of beginning something Cara memulai sesuatu. Karena itu, pengertian pendekatan dapat diartikan cara memulai pembelajaran. Dan lebih luas lagi, pendekatan berarti seperangkat asumsi mengenai cara belajar-mengajar. Pendekatan merupakan titik awal dalam memandang sesuatu, suatu filsafat, atau keyakinan, yang kadang kala sulit membuktikannya. Pendekatan ini bersifat aksiomatis. Aksiomatis artinya bahwa kebenaran teori yang digunakan tidak dipersoalkan lagi. Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, didalamnya mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoritis tertentu. Menurut Pribadi (2009: 58) bahwa Pendekatan pembelajaran diartikan sebagai desain sistem pembelajaran yaitu sebagai keseluruhan proses yang dilakukan untuk menganalisis kebutuhan dan tujuan pembelajaran serta pengembangan sistem penyampaian materi pelajaran untuk mencapai tujuan tertentu. Pendekatan pembelajaran merupakan jalan yang harus ditempuh oleh guru dan siswa dalam mencapai tujuan instruksional untuk suatu satuan instruksional tertentu. Dalam pembelajaran sendiri mengenal pendekatan pembelajaran dalam dua jenis yaitu pendekatan yang berpusat pada siswa dan pendekatan yang berpusat pada pengajar. Dari kedua jenis pendekatan ini tentunya memiliki

20 26 keunggulan dan kelemahan masing-masing. Yang perlu dilihat adalah mana yang cocok untuk diterapkan pada proses pembelajaran. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Rahayu (2013: 102) yang mengemukakan bahwa Efektifitas pembelajaran pendidikan jasmani sangat ditentukan oleh pendekatan pembelajaran yang dipilih guru atas atas dasar pengetahuan guru terhadap sifat keterampilan atau tugas gerak yang akan dipelajari siswa. Berdasarkan pendapat yang telah dikemukakan dapat disimpulkan bahwa pendekatan pembelajaran berarti titik tolak atau sudut pandang terhadap proses pembelajaran serta merupakan gambaran pola umum tindakan guru dan peserta didik didalam perwujudan kegiatan pembelajaran, yang berusaha meningkatkan kemampuan-kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa dalam pengolahan pesan sehingga tercapai sasaran belajar. b. Pendekatan Pembelajaran Olahraga Permainan Menurut Tomoliyus (2001: 3) menyatakan bahwa Dalam pendidikan jasmani dikenal dua pendekatan dalam pembelajaran, yaitu pendekatan teknik (pengajaran tertutup) dan pendekatan keterampilan taktik (pengajaran terbuka). Pendekatan teknik juga disebut pendekatan tradisional lebih cenderung menekankan pada penguasaan cabang olahraga atau penguasaan teknik. Pendekatan teknik didasarkan pada pemahaman bahwa siswa akan dapat melakukan permainan jika mereka sudah menguasai teknik dasarnya. Oleh karena itu, dalam pendekatan ini, guru akan memulai pembelajaran permainan dengan memberikan teknik dasarnya. Pendekatan taktik juga disebut pendekatan induktif lebih mengutamakan proses dengan menggambarkan hasil pelaksanaan tugas (prestasi cabang olahraga). Pendekatan Teaching Game for Understanding (TGfU) atau Game Sense, dalam pembelajarannya berusaha mengajarkan keterampilan teknik suatu cabang olahraga dan sekaligus permainan, tujuan utama dalam pengajaran cabang olahraga permainan adalah untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep bermain, bermain melalui penerapan teknik yang sesuai dengan masalah atau situasi dalam permainan. Dengan menggunakan pendekatan ini, siswa semakin memahami kaitan antara teknik dan taktik

21 dalam suatu permainan. Dibawah ini disajikan mengenai tabel perbandingan antara pendekatan teknik dan taktik. Tabel 1. Perbandingan Pembelajaran Pendekatan Teknik dan Pendekatan TGfU Teknik (Behaviorst) Tgfu (Construtivist) Mengapa ini Diajarkan (Filosofi dan Pandangan Sejarah) Kebudayaan Pabrik/Model hasil Pendewasaan/Pendidikan yang progresif Sistem Kepercayaan Dualisme Mengintegrasikan akal, tubuh dan jiwa Keadaan/suasana Tertutup, berhubungan dengan pelatihan dan olahraga Mengintegrasikan sekolah dan masyarakat profesional Latihan Efesiensi/dipengaruhi sistem Pendidikan gerak kemiliteran Pengalaman Kekhususan/olahraga Integrasi dan bersifat inklusif Apa yang diajarkan (Kurikulum) Tujuan Kemahiran pengetahuan Konstruksi dari arti Sasaran Menjelaskan apa yang kita tahu Menemukan apa yang kita tidak tahu dan menerapkan apa yang kita ketahui Hasil keluaran Penampilan Pemikiran dan pengambilan keputusan Kerangka permainan Aktivitas musiman Pembagian tingkat Bagaimana ini Diajarkan (Pedagogi) Pembelajaran Berpusat pada guru Berpusat pada siswa, perkembangan dn progresif Strategi Bagian-keseluruhan Keseluruhan-bagiankeseluruhan Isi Berbasis teknik Berbasis konsep Konteks/ keadaan Interaksi guru ke murid Interaksi multidimensi Peran guru Transmisi informasi Fasilitator dan membantu memecahkan masalah Peran siswa Pembelajaran pasif Pembelajaran aktif Evaluasi Penguasaan Mempratekkan dari pemahaman dan sumbangan dari proses (Sumber: Griffin & Butler, 2005 : 37) 27

22 5. Pembelajaran Teaching Game for Understanding (TGfU) a. Pengertian Teaching Game for Understanding (TGfU) Teaching Game for Understanding (TGfU) merupakan suatu pendekatan pembelajaran pendidikan jasmani untuk memperkenalkan bagaimana anak mengerti olahraga melalui bentuk konsep dasar bermain. Teaching Game for Understanding (TGfU) lebih dikenal di Indonesia dengan sebutan pendekatan taktis namun berbeda dibelahan negara lain. Hal senada diungkapkan oleh seorang pakar pendidikan yang menyatakan, TGfU memiliki nama varian yang berbeda seperti istilah A Tactical Games Approach yang terkenal di Amerika dan Game Sense Approach untuk Australia sedangkan di Singapura memilki istilah yang mirip yaitu Games Center Approach (Saryono & Rithaudin: 2011: 147). Asal mula tercetusnya pendekatan Teaching Game for Understanding (TGfU) dijelaskan sebagai berikut: Teaching Game For Understanding (TGfU) adalah suatu pendekatan yang awalnya dikembangkan di Universitas Loughborough, inggris untuk merancang anak bermain. Pada tahun 1982, Bunker dan Thrope mengembangkan gagasan Teaching Game for Understanding (TGfU) karena melihat anak-anak banyak meninggalkan pelajaran pendidikan jasmani dikarenakan oleh kurangnya keberhasilan dalam penampilan gerak, kurangnya pengetahuan tentang bermain, hanya memperhatikan teknik semata, hanya guru yang membuat keputusan pada permainan, dan kurangnya pengetahuan dari para penonton dan penyelenggara pertandingan untuk mengerti apa yang dilakukan dalam permainan (Saryono & Nopembri 2009: 6). Teaching Game for Understanding (TGfU) sangat efektif dalam pembelajaran yang berpusat pada siswa dan permainan. Pendekatan pembelajaran ini menuntut siswa untuk mengerti tentang taktik dan strategi bermain olahraga terlebih dahulu sebelum belajar tentang teknik yang digunakan. Hal ini sesuai dengan beberapa pendapat para ahli seperti Griffin, Mitchell, & Oslin (1997), Thrope, Bunker & Almond (1986) yang menyebutkan bahwa Teaching Game for Understanding (TGfU) merupakan pendekatan pembelajaran yang berfokus pada kemampuan taktik untuk meningkatkan penggunaan keterampilan teknik, bukan keterampilan teknik untuk meningkatkan kemampuan taktik (Saryono & Nopembri 2009: 7). 28

23 29 Terdapat banyak pendekatan pembelajaran, kelebihan dan kekurangan pasti dimiliki setiap pendekatan atau model pembelajaran, tidak ada model pembelajaran yang paling baik dari pada model yang lainnya. Berikut adalah kelebihan dari pendekatan pembelajaran Teaching Game for Understanding (TGfU) yaitu: 1) Meningkatkan penampilan bermain siswa. 2) Kreatifitas siswa berkembang. 3) Pembelajaran progresif sehingga tidak monoton. 4) Menciptakan suasana permainan yang sesungguhnya. 5) Siswa akan menjadi seorang pemain yang berfikir, sehingga siswa mampu untuk terlibat secara tenang, yakin, dan antusias dalam berbagai permainan. Sedangkan kekurangan dari pendekatan pembelajaran Teaching Game for Understanding (TGfU) adalah perbedaan kemampuan pemahaman tiap-tiap siswa. Masalah-masalah taktis yang diberikan harus dipahami sebelum proses pembelajaran berlangsung. Ada siswa yang bisa memahami masalah taktis dan konsep bermain yang diberikan dengan cepat ada juga yang sebaliknya. Guru harus pandai dalam menyampaikan masalah taktis atau konsep bermain pada tiap-tiap siswa. b. Konsep Pendekatan Pembelajaran TGfU Konsep pendekatan pembelajaran Teaching Game for Understanding (TGfU) lebih menekankan pada keaktifan siswa. Siswa mampu mengembangkan tidak hanya sebagian besar psikomotornya tetapi juga ranah afektif dan kognitif berkembang dengan baik. Proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh siswa dalam Teaching Game for Understanding (TGfU) melalui beberapa proses yang dapat dilihat pada gambar sebagai berikut:

24 30 Game Game Appreciation Performance Tactical Awareness Learner Making Appropriate Decisions What to do?---how to do? Skill execution Gambar 11. Model Pembelajaran TGfU (Sumber: Griffin & Butler, 2005: 3) Dari gambar diatas dapat dijelaskan langkah-langkah model pembelajaran pendekatan Teaching Game for Understanding (TGfU) berdasarkan Griffin & Butler (2005: 2) adalah sebagai berikut: 1) Game (Permainan) Permainan diperkenalkan, permainan sebaiknya dimodifikasi agar sesuai dengan bentuk permainan yang lebih maju dan memenuhi level perkembangan siswa. 2) Game Appreciation (Apresiasi permainan) Siswa diharapkan mengerti tentang peraturan-peraturan (kondisi-kondisi seperti batasan-batasan, penskoran, dan lain-lain) permainan yang dimainkan. 3) Tactical Awareness (Kesadaran taktik) Siswa harus menyadari taktik-taktik permainan (menciptakan atau mempertahankan) untuk membantu mereka bermain dengan prinsip-prinsip permainan, kemudian meningkatkan pertimbangan taktik mereka. 4) Decision Making (Pengambilan keputusan) Siswa harus fokus pada proses pengambilan keputusan dalam permainan. Siswa dituntut untuk melakukan apa yang harus dilakukan (pertimbangan taktis) dan bagaimana melakukannya (seleksi respon dan eksekusi

25 31 keterampilan yang tepat) untuk membantu mereka membuat keputusan permainan yang tepat. 5) Skill Execution (Eksekusi keterampilan) Pada langkah ini, fokusnya adalah pada bagaimana caranya mengeksekusi tindakan tersebut, berbeda dengan penampilan dimana fokusnya dibatasi pada keterampilan dan gerakan yang lebih spesifik. 6) Performance (penampilan) Terakhir, penampilan didasarkan pada kriteria tertentu tergantung pada tujuan permainan, pelajaran, atau unit. Pada akhirnya, kriteria penampilan yang spesifik ini memunculkan pemain-pemain permainan yang kompeten dan mahir. Aspek kunci dari model ini terletak pada desain permainan yang terstruktur dengan baik (terkondisikan) dimana siswa perlu membuat keputusan untuk mendapatkan pemahaman mereka tentang permainan (meningkatkan kesadaran taktik). Dari penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa dalam penerapan pendekatan Teaching Game for Understanding (TGfU) berdasarkan keterampilan bermain bola basket, siswa dapat menampilkan bentuk permainan, siswa dapat memberikan kesadaran taktik sesuai dengan permainan yang sedang berlangsung, siswa dapat mengambil keputusan. Apa yang harus dilakukan dan bagaimana melakukannya, siswa dapat menunjukkan keterampilannya selama permainan dan dapat menampilkan kemampuannya. c. Klasifikasi Permainan Pendekatan Pembelajaran TGfU Menurut Webb, Pearson dan Forrest (2006: 5). menerangkan bahwa Teaching Game for Understanding (TGfU) memiliki ciri khas dalam pengelolaan permainannya, yang membedakan dalam 4 kelompok bentuk permainan, yaitu: 1) Invasion Games (Permainan serangan) Ini adalah permainan tim dimana tujuannya adalah untuk menyerang wilayah lawan dengan tujuan untuk mencetak poin sebanyak-banyaknya dalam batas waktu tertentu, sambil berusaha untuk menjaga nilai musuh

26 terbatas. Permainan yang dilakukan oleh tim dengan memasukkan bola atau yang sejenis kedalam gawang atau keranjang. 2) Net/Wall Games (Permainan net) Ini adalah permainan yang dilakukan dengan memisahkan area permainan dengan dibatasi net dengan tinggi yang sudah ditentukan. 3) Fielding/Striking (Permainan pukul-tangkap-lari) Yaitu permainan yang dilakukan oleh tim dengan cara memukul bola, kemudian pemukul berlari mencari daerah yang aman yang telah ditentukan. 4) Target Games (Permainan target) Yaitu permainan dimana pemain akan mendapatkan skor apabila bola atau proyektil sejenis dilempar atau dipukul dengan terarah mengenai sasaran yang telah ditentukan dan semakin sedikit pukulan yang menuju sasaran semakin baik. Setiap bentuk permainan memiliki ciri khas dan karakteristik sendiri yang tentunya memberikan rasa kesenangan yang berbeda pada para pemainnya. Tabel 2. Klasifikasi Olahraga Permainan Target Striking/ fielding Net/wall Teritorial Panahan Baseball Net: Bola basket Billiard Cricket Badminton Football Bowling Danish Pickleball Handball (tim) longball Croquet Kickball Tenis meja Hoki: lapangan, lantai es Curling Rounders Tenis Lacrosse Pool Softball Bola voli Netball Snooker Wall: Rugby Bola tangan (court) Sepak bola Paddleball Speedball Racquetball Ultimate fresbee Squash Polo air ( Sumber: Griffin & Butler, 2005: 44) Empat kelompok besar permainan ini yang memberikan dampak besar dalam memperbaiki kepahaman tentang taktik pada olahraga yang sangat sering muncul di media massa maupun media elektronik. Berdasarkan itulah 32

27 33 empat kelompok permainan itu memiliki prinsip dan tujuan yang berbeda. Tabel 2 menggambarkan sistem klasifikasi permainan yang lebih menekan unsur taktik bermain daripada keterampilan teknik. Jika pengalaman siswa telah berkembang dengan baik maka pengalihan kecakapan bermain dari satu permainan ke permainan lainnya, dalam suatu kategori permainan yang sama, akan lebih mudah dan efektif hasilnya. d. Pengembangan Pendekatan TGfU Pendekatan Teaching Game for Understanding (TGfU) pertama kali dipresentasikan oleh Bunker dan Thorpe pada tahun 1982 dalam Bulletin of Physical Education. Pendekatan Teaching Game for Understanding (TGfU) terus mengalami perkembangan dan pemahaman berupa permainan, apresiasi permainan, kesadaran taktik, penentuan keputusan, eksekusi keterampilan, dan penampilan. Gambar berikut menerangkan hubungan pemahaman model kurikulum dengan prinsip-prinsip pedagogi. Model Kurikulum Prinsip Pedagogi Siswa-(ranah kognitif,perilaku, dan afektif) Permainan Apresiasi permainan Kesadaran taktik Penentuan keputusan Eksekusi keterampilan Sampilng Modification-representation Modification-exaggeration Modification-representation Modification-exaggeration Prinsip-prinsip bermain Apa yang/ bagaiamana dilakukan Modification-representation Modification-exaggeration Modification-representation Penampilan Umpan balik dari guru Meningkatkan Kompleksitas Taktik Gambar 12. Pengembangan Model TGfU (Setiawan & Nopembri, 2004: 9)

28 34 Kemudian pada tahun 2002 kirk dan Macphail mengajukan pemikiran ulang yang berbeda untuk merevisi TGfU, yakni dengan berangkat dari konsep situated learning. Menurut Kirk dan Macphail (2002) pembelajaran itu disituasikan dengan pengertian bahwa perlu untuk menggali hubungan antara berbagai dimensi fisik, sosial, dan budaya dari konteks belajar (Setiawan & Nopembri, 2004: 10). Pembelajaran adalah proses aktif dari keterlibatan dengan bentuk-bentuk yang secara sosial diorganisir, melalui proses perseptual dan pengambilan keputusan dan eksekusi respon gerakan yang tepat. Keterlibatan aktif siswa dengan mata pelajarannya dilekati dan diliputi oleh konteks fisik, sosio-kultural dan institusional. Konteks ini termasuk lingkungan fisik dari ruang kelas, gimnasium lapangan, interaksi antar anggota kelas, bentuk-bentuk institusional sekolah dan aspek-aspek budaya seperti media massa olahraga. Dari perspektif situated learning, Kirk dan Macphail (2002) merevisi beberapa poin diantaranya ialah bentuk permainan/ hubungan siswa, apresiasi permainan, kesadaran taktis, munculnya pemahaman, persepsi isyarat, pengambilan keputusan, eksekusi gerakan, seleksi teknik, perkembangan keterampilan, dan penampilan yang disituasikan (Setiawan & Nopembri, 2004: 11). 1. Bentuk Permainan Pemunculan Pemahaman 2. Konsep Permainan Para Siswa 6. Penampilan yang disituasikan Pengembangan Keterampilan 3. Berpikir Secara Strategis Sinyal Persepsi 4. Pengambilan Keputusan Apa yang Bagaimana Dilakukan? melakukan? Gambar 13. Model TGfU Revisi oleh Kirk MacPhail ( Sumber: Griffin & Butler, 2005: 220) 5. Eksekusi Gerak Pemilihan Teknik

29 35 6. Pembelajaran Bola Basket Menggunakan TGfU Guru bertindak sebagai fasilitator yang artinya guru harus bisa memfasilitasi siswa dalam proses pembelajaran yang dijalankan. Agar materi pelajaran yang disampaikan guru kepada siswa dapat tersampaikan dengan baik perlu diperhatikan berbagai faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran. Seperti yang diketahui proses pembelajaran yang berlangsung di sekolah-sekolah masih terkesan belum efektif. Hal tersebut dikarenakan model pembelajaran yang digunakan guru masih tradisional dan membuat siswa cepat merasa bosan dan kurang aktif mengikuti proses pembelajaran sehingga membuat siswa tidak paham dengan materi pelajaran yang diberikan oleh guru. Maka dari itu perlu digunakan model pembelajaran yang dapat mengatasi permasalahan siswa dan sesuai dengan karakteristik siswa sehingga materi yang akan disampaikan guru kepada siswa dapat dipahami siswa dengan baik. Tugas utama seorang guru adalah merencanakan pembelajaran yang akan diberikan kepada siswa yang sesuai dengan materi pelajaran dan konsep pembelajaran. Dalam melaksanakan pendekatan pembelajaran Teaching Game for Understanding (TGfU) yang harus diperhatikan para guru pendidikan jasmani adalah menyusun terlebih dahulu kerangka kerja untuk mengidentifikasi dan memilah-milah masalah taktik yang relevan untuk satu cabang olahraga. Pendekatan Teaching Game for Understanding (TGfU) merupakan pendekatan pembelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan pemahaman siswa tentang konsep bermain melalui penerapan teknik yang sesuai dengan masalah atau situasi dalam permainan. Konsep bermain bola basket adalah menghasilkan skor (nilai) dengan memasukkan bola ke keranjang dan mencegah tim lain melakukan hal serupa. Setelah mengetahui konsep bermain bola basket kemudian mengidentifikasi masalah-masalah taktik dan beberapa keterampilan teknik untuk bermain bola basket. Kemudian guru menentukan kompleksitas taktik permainan bola basket sesuai dengan tahap perkembangan siswa. Tingkat kerumitan taktik dalam permaian bola basket dibagi menjadi empat tingkatan dan dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

30 36 Tabel 3. Tingkat Kerumitan TGfU Permainan Bola Basket Masalah Taktis Tingkat 1 Tingkat 2 Tingkat 3 Tingkat 4 Skor penyerangan 1) Mempertahankan penguasaan bola 2) Serangan Basket 3) Menciptakan daerah serangan 4) Memanfaatkan daerah serangan 1) Triple thread 2) Shooting dribbling 3) Dribling reposition 1) Support 2) Give and go 3) See on the ball 4) Outlet pass 1) Post play 2) Skin pass Mencegah skor 1) Mempertahankan daerah serangan 2) Mempertahankan daerah sasaran serangan (basket) 3) Memenangkan perebutan bola (Sumber : Tomoliyus, 2001: 13) 1) Defend on post player 1) Defensive plays againts zone 2) Fast break 3) Transition from defend to offence 1) Offensive and defensive free throws 2) Zone defence 3) Zone defence on and off ball Tabel 5. memperlihatkan alternatif tingkat kerumitan taktik (empat tingkatan) dalam permainan bola basket. Berkaitan dengan kerumitan taktik permainan bola basket, Tomoliyus (2001: 14) Mengklasifikasikan sesuai dengan status perkembangan siswa setingkat SD dan SMP adalah tingkat kerumitan I dan II, sedangkan tingkat kerumitan III dan IV sesuai untuk siswa setingkat SMA dan SMK. Berdasarkan tabel di atas pembelajaran yang akan diberikan pada siswa SMA adalah tingkat kerumitan III dan IV. Dalam proses pembelajaran melalui pendekatan Teaching Game for Understanding (TGfU) menggunakan bentuk permainan khususnya pembelajaran bola basket. Proses pembelajaran permainan bola basket menggunakan bentuk permainan yang dimodifikasi dalam bentuk mini, seperti ukuran lapangan yang lebih kecil, jumlah pemain dan peraturan permainan yang diabaikan atau dimodifikasi sesuai dengan konteks pembelajaran dan siswa sebagai pusat perhatian sehingga peraturan permainan yang sudah baku diabaikan. Sama halnya yang telah diungkapkan oleh Tomoliyus (2001: 17) yang mengungkapkan bahwa Prosesnya melalui modifikasi permainan bola basket dalam bentuk mini (modifikasi fasilitas, alat, jumlah peserta dan peraturan) dengan maksud meningkatkan maksimal partisipasi peserta didik, untuk

31 37 mengungkapkan masalah taktik. Dengan demikian tugas guru dalam merancang pembelajaran menggunakan pendekatan Teaching Game for Understanding (TGfU) dalam bentuk permainan, hendaknya memodifikasi permainan bola basket ke dalam bentuk mini, seperti ukuran lapangan diperkecil, tinggi ring basket diperpendek, jumlah peserta tidak harus 5 lawan 5 dan peraturan permainan yang sudah baku diabaikan karena dalam kontek pembelajaran siswa yang menjadi pusat perhatian utama. Berikut ini bentuk permainan dalam pembelajaran bermain bola basket yang sudah dimodifikasi dengan menggunakan pendekatan TGfU: 1. Permainan 1 Permainan Passing Berurutan level 3 Permainan ini dimainkan oleh 2 tim. Masing-masing kelompok terdiri dari 4 pemain. Permain ini hanya menggunakan setengah lapangan. Konsep permainan, bola harus dipassing berurutan sesuai nomor urut pemain. Siswa yang membawa bola berusaha mempertahankan bola agar tidak bisa direbut oleh lawan, bisa dengan driblling, bisa dengan melakukan passing kepada teman dan harus berurutan, misalnya, orang pertama melakukan dribbling, kemudian melakukan passing dan harus kearah orang kedua, orang ke dua kearah orang ketiga, orang ketiga kembali kearah orang pertama, begitu seterusnya. Apabila salah satu regu berhasil mempertahankan kepemilikan bola dengan cara membuat 6 kali passing tanpa bisa direbut lawan, maka regu tersebut memperoleh 1 angka Gambar: Permainan Passing Berurutan (Sumber: Acpher conference

Materi Permainan Bola Basket Lengkap

Materi Permainan Bola Basket Lengkap ateri Permainan Bola Basket (Penjasorkes) Lengkap ~Permainan bola basket awalnya di ciptakan oleh Dr. James Naismith, Beliau adalah seorang guru olahraga yang berasal dari kanada yang mengajar di salah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. cukup digemari dan diminati serta seringkali dipertandingkan antar kelas maupun

BAB 1 PENDAHULUAN. cukup digemari dan diminati serta seringkali dipertandingkan antar kelas maupun BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permainan bolabasket selalu dipertandingkan baik antar mahasiswa, pelajar, atau club-club yang ada di Indonesia. Di kalangan pelajar permainan bolabasket cukup digemari

Lebih terperinci

I. KAJIAN PUSTAKA. manusia dan menghasilkan pola-pola prilaku individu yang bersangkutan.

I. KAJIAN PUSTAKA. manusia dan menghasilkan pola-pola prilaku individu yang bersangkutan. I. KAJIAN PUSTAKA A. Pendidikan Jasmani Pendidikan Jasmani merupakan bagian dari pendidikan (secara umum) yang berlangsung melalui aktifitas yang melibatkan mekanisme gerak tubuh manusia dan menghasilkan

Lebih terperinci

KRITIK TERHADAP PENDEKATAN TRADISIONAL

KRITIK TERHADAP PENDEKATAN TRADISIONAL KRITIK TERHADAP PENDEKATAN TRADISIONAL Siswa di drill sampai KO Berasumsi bahwa keterampilan akan ditransfer ke suatu permainan Membosankan, pengulangan, peraturan ketat Mengalami kegagalan keterampilan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. banyak digemari oleh masyarakat Indonesia. Permainan bola basket memiliki

I. PENDAHULUAN. banyak digemari oleh masyarakat Indonesia. Permainan bola basket memiliki I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bola basket adalah salah satu cabang olahraga yang termasuk populer dan banyak digemari oleh masyarakat Indonesia. Permainan bola basket memiliki karakteristik tersendiri,

Lebih terperinci

Teknik Dasar Permainan Bola Basket Beserta Gambarnya

Teknik Dasar Permainan Bola Basket Beserta Gambarnya Teknik Dasar Permainan Bola Basket Beserta Gambarnya A. PASSING DAN CATCHING Passing atau operan adalah memberikan bola ke kawan dalam permainan bola basket. Cara memegang bola basket adalah sikap tangan

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) 1 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah Mata Pelajaran Kelas/Semester Materi Pokok Alokasi Waktu : SMA Negeri 1 Godean : Penjasorkes : XII/Satu : Permainan Bola Basket : 6 JP (6 X 45 menit) A.

Lebih terperinci

GAGASAN DAN KONSEP DASAR TEACHING GAMES FOR UNDERSTANDING (TGFU) Oleh: Saryono dan Soni Nopembri Universitas Negeri Yogyakarta

GAGASAN DAN KONSEP DASAR TEACHING GAMES FOR UNDERSTANDING (TGFU) Oleh: Saryono dan Soni Nopembri Universitas Negeri Yogyakarta GAGASAN DAN KONSEP DASAR TEACHING GAMES FOR UNDERSTANDING (TGFU) Oleh: Saryono dan Soni Nopembri Universitas Negeri Yogyakarta ABSTRAK Tulisan berawal dari munculnya pendekatan TGfU sebagai salah satu

Lebih terperinci

Pelajaran 1 MENGANALISIS, MERANCANG, DAN MENGEVALUASI TAKTIK DAN STRATEGI PERMAINAN BOLA BESAR

Pelajaran 1 MENGANALISIS, MERANCANG, DAN MENGEVALUASI TAKTIK DAN STRATEGI PERMAINAN BOLA BESAR Pelajaran 1 MENGANALISIS, MERANCANG, DAN MENGEVALUASI TAKTIK DAN STRATEGI PERMAINAN BOLA BESAR A. Menganalisis, Merancang, dan Mengevaluasi Taktik dan Strategi dalam Permainan Sepakbola Strategi adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mudzakkir Faozi, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Mudzakkir Faozi, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan jasmani merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pendidikan lainnya. Pendidikan jasmani di sekolah dapat diupayakan peranannya untuk mengembangkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Bola basket merupakan cabang olahraga beregu dimana bola basket dimainkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Bola basket merupakan cabang olahraga beregu dimana bola basket dimainkan 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Bola Basket Bola basket merupakan cabang olahraga beregu dimana bola basket dimainkan oleh dua regu yang terdiri atas lima pemain untuk masing-masing regu dengan tujuan untuk

Lebih terperinci

BAHAN AJAR. 1. Judul : PERMAINAN BOLA BASKET. 2. Penyusun : Drs, Syahrizal. 3. Tujuan :

BAHAN AJAR. 1. Judul : PERMAINAN BOLA BASKET. 2. Penyusun : Drs, Syahrizal. 3. Tujuan : BAHAN AJAR 1. Judul : PERMAINAN BOLA BASKET 2. Penyusun : Drs, Syahrizal 3. Tujuan : Agar siswa dapat Menggunakan berbagai formasi, bentuk dan strategi dalam permainan bola basket Agar siswa dapat Menerapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan olahraga perlu terus dilakukan untuk itu pembentukan sikap dan

BAB I PENDAHULUAN. dan olahraga perlu terus dilakukan untuk itu pembentukan sikap dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelaksanaan pendidikan jasmani dan olahraga merupakan sebuah investasi jangka panjang dalam upaya pembinaan mutu sumber daya manusia. Karena itu, upaya pembinaan bagi

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PENDEKATAN TAKTIK DALAM PEMBELAJARAN INVASION GAMES DI SEKOLAH DASAR. Oleh: Yudanto

IMPLEMENTASI PENDEKATAN TAKTIK DALAM PEMBELAJARAN INVASION GAMES DI SEKOLAH DASAR. Oleh: Yudanto IMPLEMENTASI PENDEKATAN TAKTIK DALAM PEMBELAJARAN INVASION GAMES DI SEKOLAH DASAR Oleh: Yudanto Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta ABSTRAK Permainan merupakan salah satu materi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. SMU/SMA juga sampai tingkat Perguruan Tinggi. Serta turnamen bola basket

BAB I PENDAHULUAN. SMU/SMA juga sampai tingkat Perguruan Tinggi. Serta turnamen bola basket BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permainan bola basket semakin digemari kalangan pelajar di Indonesia terbukti banyak di adakan turnamen atar pelajar baik itu tingkat SLTP, SMU/SMA juga sampai

Lebih terperinci

BAB 1 PERMAINAN BOLA BESAR

BAB 1 PERMAINAN BOLA BESAR BAB 1 PERMAINAN BOLA BESAR A. Peraturan Dasar Permainan Bola Basket Setiap permainan tentunya memiliki peraturan tersendiri. Sekarang, Anda akan mendalami berbagai peraturan dan strategi yang lebih terperinci.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari sistem pendidikan, mata pelajaran ini

TINJAUAN PUSTAKA. Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari sistem pendidikan, mata pelajaran ini II. TINJAUAN PUSTAKA A. Hakikat Pendidikan Jasmani Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari sistem pendidikan, mata pelajaran ini berorientasi pada pelaksanaan misi pendidikan melalui aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melainkan hanya menggunakan talk and chalk (berbicara dan kapur tulis), sementara

BAB I PENDAHULUAN. melainkan hanya menggunakan talk and chalk (berbicara dan kapur tulis), sementara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suatu realita yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari bahwasannya di dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) pada bidang studi Pendidikan Jasmani, masih banyak

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. regu yang saling berhadapan dengan masing-masing regu terdiri dari sebelas

II. TINJAUAN PUSTAKA. regu yang saling berhadapan dengan masing-masing regu terdiri dari sebelas II. TINJAUAN PUSTAKA A. Hakikat Sepakbola 1. Pengertian Sepakbola Pada hakikatnya permainan sepakbola merupakan permainan beregu yang menggunakan bola sepak. Sepakbola dimainkan dilapangan rumput oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Olahraga bola basket merupakan olahraga yang paling populer di dunia. Olahraga ini juga sudah berkembang pesat di Indonesia. Terbukti sudah banyak klub-klub

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia adalah dengan cara perbaikan proses belajar mengajar. Kebijakan pemerintah meningkatkan mutu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mencapai prestasi dan hasil belajar dalam lingkup ekstrakulikuler yang optimal

BAB 1 PENDAHULUAN. mencapai prestasi dan hasil belajar dalam lingkup ekstrakulikuler yang optimal BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Olahraga hoki masuk ke Indonesia dilakukan oleh orang-orang Inggris dan Belanda. Peminatnya memang masih terbatas di kalangan mahasiswa, orangorang Inggris, Belanda

Lebih terperinci

SILABUS MATA KULIAH. B. Tujuan Mata Kuliah

SILABUS MATA KULIAH. B. Tujuan Mata Kuliah A. Identitas Mata Kuliah 1. Nama Mata Kuliah : Bolabasket 2. Kode Mata Kuliah : JK 205 3. Bobot : 2 (dua) SKS 4. Jenjang Program : S1 5. Semester : III 6. Status Mata Kuliah : MKKP 7. jumlah Pertemuan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN PENDEKATAN TAKNIS DAN PENDEKATAN TEKNIS TERHADAP HASIL BELAJAR PERMAINAN BOLA BASKET

PERBANDINGAN PENDEKATAN TAKNIS DAN PENDEKATAN TEKNIS TERHADAP HASIL BELAJAR PERMAINAN BOLA BASKET 1 A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Pendidikan jasmani merupakan salah satu pendidikan yang berfungsi untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Pendidikan jasmani penting dilakukan karena

Lebih terperinci

Sepak Bola. 1. Lapangan dan Peralatan Sepak Bola

Sepak Bola. 1. Lapangan dan Peralatan Sepak Bola Sepak Bola Sepak bola termasuk salah satu permainan bola besar. Sepak bola merupakan olahraga yang paling akbar di dunia. Setiap kejuaraan sepak bola akan mengundang banyak penonton. Jumlah penonton sepak

Lebih terperinci

BAB I PERMAINAN BOLA BESAR. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan 1

BAB I PERMAINAN BOLA BESAR. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan 1 BAB I PERMAINAN BOLA BESAR Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan 1 PERMAINAN BOLA BESAR Permainan bola besar melalui permainan sepak bola Permainan bola besar melalui permainan bola voli Permainan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. latihan ini dilakukan secara berulang-ulang dan tuntutan yang semakin dipersulit

BAB II KAJIAN PUSTAKA. latihan ini dilakukan secara berulang-ulang dan tuntutan yang semakin dipersulit BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Hakikat Latihan Variasi a. Latihan Latihan merupakan realisasi atau pelaksanaan dari materi atau bentuk-bentuk latihan yang telah direncanakan sebelumnya, realisasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan jasmani dan kesehatan yang diajarkan di sekolah memiliki peranan penting yaitu memberikan kesempatan peserta didik untuk terlibat langsung dalam berbagai

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN PENDEKATAN TAKTIK: TEORI DAN KONSEP F I T R I A D W I A N D R I Y A N I, M. O R.

PEMBELAJARAN PENDEKATAN TAKTIK: TEORI DAN KONSEP F I T R I A D W I A N D R I Y A N I, M. O R. PEMBELAJARAN PENDEKATAN TAKTIK: TEORI DAN KONSEP F I T R I A D W I A N D R I Y A N I, M. O R. OUTLINE 1. Konsep Pembelajaran Pendekatan Taktik: Teaching Games for Understanding (TGfU) 2. Klasifikasi Permainan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada saat ini ilmu pengetahuan dan teknologi semakin berkembang. dengan menggunakan tenaga manusia kini sudah banyak diganti dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada saat ini ilmu pengetahuan dan teknologi semakin berkembang. dengan menggunakan tenaga manusia kini sudah banyak diganti dengan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada saat ini ilmu pengetahuan dan teknologi semakin berkembang demikian pesat dan canggih, sehingga segala sesuatu yang semula dikerjakan dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. dan kemantapan mental setiap pemainya. Ahmadi (2007: 33)

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. dan kemantapan mental setiap pemainya. Ahmadi (2007: 33) BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS 2.1 KajianTeori 2.1.1 Hakikat Permainan Bola Basket Permainan bola basket adalah permainan yang banyak menuntut kesiapan dan kemantapan mental setiap pemainya. Ahmadi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. pembelajaran akan berlangsung baik hingga mencapai hasil yang baik pula.

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. pembelajaran akan berlangsung baik hingga mencapai hasil yang baik pula. BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Metode Jigsaw Secara umum metode merupakan suatu cara untuk melangsungkan proses belajar mengajar sehingga tujuan dapat dicapai. Metode

Lebih terperinci

PENGAJARAN PERMAINAN INVASI

PENGAJARAN PERMAINAN INVASI Department of Physical Education PENGAJARAN PERMAINAN INVASI TIM PENGAMPU FIK UNY e-mail : fathan_nurcahyo@uny.ac.id Department of Physical Education Diskripsi Matakuliah: Matakuliah ini dirancang untuk

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. ini, belajar adalah merupakan salah satu proses suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau hasil

TINJAUAN PUSTAKA. ini, belajar adalah merupakan salah satu proses suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau hasil II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Mengajar Hampir para ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang belajar. Belajar adalah modifikasi atau memperteguhkan kelakuan melalui pengalaman.

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PENDEKATAN TAKTIK DALAM PEMBELAJARAN INVASION GAMES DI SEKOLAH DASAR

IMPLEMENTASI PENDEKATAN TAKTIK DALAM PEMBELAJARAN INVASION GAMES DI SEKOLAH DASAR TGfU Sebuah Inovasi Pembelajaran Permainan Jurnal Pendidikan Jasmani Indonesia Volume 5, Nomor 2, November 2008 Diterbitkan Oleh: Jurusan Pendidikan Olahraga Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri

Lebih terperinci

PERBANDINGAN HASIL TEMBAKAN ANTARA DRIBBLE JUMP SHOOT DENGAN PASSING JUMP SHOOT DALAM PERMAINAN BOLA BASKET

PERBANDINGAN HASIL TEMBAKAN ANTARA DRIBBLE JUMP SHOOT DENGAN PASSING JUMP SHOOT DALAM PERMAINAN BOLA BASKET 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dewasa ini permainan bola basket sangat berkembang dengan baik di indonesia, olahraga bola basket merupakan olahraga yang menggunakan bola besar di dalam

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. hidupnya. Sedangkan menurut Suparno (2001 : 2) mengungkapkan Belajar. sebagai akibat dari upaya-upaya yang dilakukannya.

TINJAUAN PUSTAKA. hidupnya. Sedangkan menurut Suparno (2001 : 2) mengungkapkan Belajar. sebagai akibat dari upaya-upaya yang dilakukannya. 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Ahmadi (2004 : 128) mengemukakan : Menurut pengertian secara psikologi, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan di dalam tingkah laku sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permainan bola basket merupakan jenis olahraga populer yang diminati masyarakat luar ataupun dalam negeri. Di Indonesia permainan ini diminati oleh kalangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan jasmani telah menjadi bagian dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan maksud untuk mengubah perilaku peserta didik. Dalam hal ini sebagaimana dikemukakan

Lebih terperinci

GAGASAN DAN KONSEP DASAR TEACHING GAMES FOR UNDERSTANDING ( TGfU)

GAGASAN DAN KONSEP DASAR TEACHING GAMES FOR UNDERSTANDING ( TGfU) Diterbitkan Oleh: School Physical Education and the Reproduction of Masculinity Jurusan Pendidikan Olahraga Jurnal Pendidikan Jasmani Indonesia Fakultas Ilmu Keolahragaan Volume 6, Nomor 1, April 2009

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Apriandi Mauliate Mangaratua Sinaga,2014. Konstruksi Tes Ball Handling Dalam Cabang Olahraga Bola Basket

BAB I PENDAHULUAN. Apriandi Mauliate Mangaratua Sinaga,2014. Konstruksi Tes Ball Handling Dalam Cabang Olahraga Bola Basket BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permainan bola basket dikenal sebagai olahraga yang dinamis dan aktraktif, karena menuntut suatu kombinasi kemampuan fisik dan keterampilan teknik yang berkualitas.

Lebih terperinci

B. Tujuan. Makalah ini bertujuan : Dapat mengetahui tentang Futsal

B. Tujuan. Makalah ini bertujuan : Dapat mengetahui tentang Futsal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah Futsal diciptakan di Montevideo, Uruguay pada tahun 1930, oleh Juan Carlos Ceriani. Keunikan futsal mendapat perhatian di seluruh Amerika Selatan, terutamanya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. dunia dan menjadi permainan di era modern. Setiap regu untuk dapat

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. dunia dan menjadi permainan di era modern. Setiap regu untuk dapat 1 BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1. Hakikat Permainan Bola Basket Menurut Roji ( 2004 : 20 ) bahwa permainan bola basket adalah permainan yang cepat, dinamis, menarik

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Satuan Pendidikan Mata Pelajaran Kelas/ semester Materi Pokok Fokus Pembelajaran Alokasi Waktu : SMP N 3 PAJANGAN : Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan : VIII / 1

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bertanggung jawab serta sehat jasmani dan rohani. Oleh karena itu sekolah

I. PENDAHULUAN. bertanggung jawab serta sehat jasmani dan rohani. Oleh karena itu sekolah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekolah merupakan salah satu wadah yang berfungsi untuk mengembangkan dan meningkatkan pribadi anak yang beriman, cerdas, disiplin, terampil, bertanggung jawab serta sehat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bola basket adalah salah satu olahraga permainan yang tumbuh dan berkembang di Indonesia. Permainan bola basket Indonesia pada saat ini semakin banyak penggemarnya,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. Permainan sepakbola merupakan permainan yang paling populer dewasa ini di seluruh

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. Permainan sepakbola merupakan permainan yang paling populer dewasa ini di seluruh BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Permainan Sepak Bola Permainan sepakbola merupakan permainan yang paling populer dewasa ini di seluruh dunia. Sepakbola adalah suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hingga dewasa manusia terus di didik agar mendapat kondisi terbaik yang berguna

BAB I PENDAHULUAN. hingga dewasa manusia terus di didik agar mendapat kondisi terbaik yang berguna 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu upaya yang dilakukan dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Secara disadari atau tidak sejak lahir hingga dewasa manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Satryandi Ahmad Fauzi, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Satryandi Ahmad Fauzi, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang dibangun untuk meningkatkan kehidupan masyarakat disegala bidang. Siswa merupakan bagian dari masyarakat sekolah yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan diartikan sebagai proses pembelajaran bagi individu untuk mencapai pengetahuan dan pemahaman yang lebih tinggi mengenai obyek-obyek tertentu dan

Lebih terperinci

KEMAMPUAN DASAR BERMAIN SEPAKBOLA SISWA KELAS VIII SMP N 2 PANDAK. Oleh Fitri Hermawan N dan Soni Nopembri Universitas Negeri Yogyakarta

KEMAMPUAN DASAR BERMAIN SEPAKBOLA SISWA KELAS VIII SMP N 2 PANDAK. Oleh Fitri Hermawan N dan Soni Nopembri Universitas Negeri Yogyakarta KEMAMPUAN DASAR BERMAIN SEPAKBOLA SISWA KELAS VIII SMP N 2 PANDAK Oleh Fitri Hermawan N dan Soni Nopembri Universitas Negeri Yogyakarta Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa tersebut. Hal itulah yang merupakan asumsi secara umum terhadap

BAB I PENDAHULUAN. bangsa tersebut. Hal itulah yang merupakan asumsi secara umum terhadap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semakin baik pendidikan suatu bangsa, maka semakin baik pula kualitas bangsa tersebut. Hal itulah yang merupakan asumsi secara umum terhadap program pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Pengertian penjasorkes telah didefinisikan secara bervariasi oleh beberapa

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Pengertian penjasorkes telah didefinisikan secara bervariasi oleh beberapa BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Penjasorkes Pengertian penjasorkes telah didefinisikan secara bervariasi oleh beberapa pakar. Para pakar penjasorkes cenderung

Lebih terperinci

BAB 1. KISI-KISI PENJASKES Smtr 1 Kls XI SMK INFORMATIKA PUGER 1

BAB 1. KISI-KISI PENJASKES Smtr 1 Kls XI SMK INFORMATIKA PUGER 1 BAB 1 PERMAINAN BOLA BESAR A. Permainan Sepak Bola 1. Bermain Sepak Bola Menggunakan Berbagai Variasi Tujuan permainan sepak bola adalah memasukkan bola sebanyak-banyaknya ke gawang lawan. Menendang merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bola basket merupakan salah satu permainan bola besar yang terdapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bola basket merupakan salah satu permainan bola besar yang terdapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bola basket merupakan salah satu permainan bola besar yang terdapat dalam mata pelajaran pendidikan jasmani. Permainan ini sangat popular dikalangan muda maupun tua,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan jasmani adalah suatu proses pembelajaran melalui aktifitas jasmani yang dilaksanakan untuk meningkatkan kesegaran jasmani, keterampilan motorik, pengetahuan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. pemberi bola kepada si pemukul. Namun pada permaianan kippers si pemukul

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. pemberi bola kepada si pemukul. Namun pada permaianan kippers si pemukul BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoritis. 2.1.1 Hakikat Permainan Kippers Pada dasarnya permaianan kippers sama dengan permainan kasti, baik dari segi teknik melempar, menangkap,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dianggap belum memenuhi tujuan utama pembelajaran. Tujuan utama pembelajaran dalam pendidikan jasmani tidak hanya untuk

BAB I PENDAHULUAN. dianggap belum memenuhi tujuan utama pembelajaran. Tujuan utama pembelajaran dalam pendidikan jasmani tidak hanya untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Melihat perkembangan pembelajaran pendidikan jasmani dan kesehatan dalam menumbuhkembangkan dan meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah, maka pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik jasmani maupun rohani (Trisnowati tamat, 2007:1.5). Pendidikan jasmani

BAB I PENDAHULUAN. baik jasmani maupun rohani (Trisnowati tamat, 2007:1.5). Pendidikan jasmani BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidkan merupakan usaha orang dewasa secara sengaja untuk mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak didik menuju kedewasaan baik jasmani maupun rohani

Lebih terperinci

MODEL PERMAINAN UNTUK ANAK USIA 12 TAHUN ( 15 Model Permainan)

MODEL PERMAINAN UNTUK ANAK USIA 12 TAHUN ( 15 Model Permainan) MODEL PERMAINAN UNTUK ANAK USIA 12 TAHUN ( 15 Model Permainan) A. Permainan Target (usia 12) 1. Permainan melempar bola ke sasaran Permainan ini sangat digemari oleh anak-anak karena pola permainannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari pendidikan, karena pendidikan memiliki peran penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. dari pendidikan, karena pendidikan memiliki peran penting bagi kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam melaksanakan fungsi-fungsi kehidupan tidak akan lepas dari pendidikan, karena pendidikan memiliki peran penting bagi kehidupan manusia dalam meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Cabang olahraga permainan yang diajarkan dalam pendidikan jasmani dan olahraga yang ada dilembaga pendidikan sekolah pada dasarnya membutuhkan perhatian khusus

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS 1.1 Kajian Teori 1.1.1 Hakikat Permainan Bola Basket Olahraga bola basket dianggap sebagai olahraga yang unik karena diciptakan secara tidak sengaja oleh seorang pastor.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoretis 2.1.1 Hakikat Permainan Sepakbola Permainan sepak bola adalah permainan beregu yang dimainkan masingmasing oleh sebelas orang pemain termasuk

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Batudaa pada permainan bola

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Batudaa pada permainan bola BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Deskripsi Proses Pelaksanaan Tindakan Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Batudaa pada permainan bola basket khususnya materi chest

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sandy Windiana, 2014 Pengaruh Model Pendekatan Taktis Terhadap Hasil Belajar Permainan Kasti

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sandy Windiana, 2014 Pengaruh Model Pendekatan Taktis Terhadap Hasil Belajar Permainan Kasti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu proses pembinaan manusia yang berlangsung seumur hidup. Namun selama ini telah terjadi kecenderungan dalam memberikan makna mutu pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang diajarkan di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 1 Soreang. Meskipun

BAB I PENDAHULUAN. yang diajarkan di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 1 Soreang. Meskipun 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lay up shoot merupakan salah satu teknik dalam permainan bolabasket yang diajarkan di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 1 Soreang. Meskipun tidak spesifik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan dunia olahraga saat ini lebih maju dibandingkan masa sebelumnya. Hal ini dapat dilihat dari dinamika kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang diimplementasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Aji Rasa Kurniawan, 2014 HUBUNGAN ANTARA KOORDINASI MATA-KAKI DENGAN HASIL SHOOTING 8 METER CABANG OLAHRAGA FUTSAL

BAB I PENDAHULUAN. Aji Rasa Kurniawan, 2014 HUBUNGAN ANTARA KOORDINASI MATA-KAKI DENGAN HASIL SHOOTING 8 METER CABANG OLAHRAGA FUTSAL BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Salah satu olahraga yang sangat bermasyarakat saat ini adalah futsal. Olahraga futsal merupakan modifikasi olahraga sepakbola yang dimainkan di dalam ruangan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan jasmani merupakan suatu proses pembelajaran melalui aktifitas jasmani yang dilaksanakan untuk meningkatkan kesegaran jasmani, keterampilan motorik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. investasi jangka panjang dalam upaya pembinaan mutu sumber daya manusia.

BAB I PENDAHULUAN. investasi jangka panjang dalam upaya pembinaan mutu sumber daya manusia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas kehidupan bangsa ditentukan oleh faktor pendidikan. Pendididikan memegang peranan penting untuk menciptakan kehidupan yang cerdas, damai, terbuka dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sistem pendidikan nasional, (Depdiknas, 2003: 30). Karanggambas sesuai silabus adalah: atletik, senam, renang, kesehatan dan

BAB I PENDAHULUAN. sistem pendidikan nasional, (Depdiknas, 2003: 30). Karanggambas sesuai silabus adalah: atletik, senam, renang, kesehatan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan olahraga sering kali terkalahkan oleh pendidikan akademis lainya, padahal aspek kesehatan jasmani merupakan aspek penting guna mendukung pendidikan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Pendidikan Jasmani mengandung dua pengertian yaitu pendidikan untuk

TINJAUAN PUSTAKA. Pendidikan Jasmani mengandung dua pengertian yaitu pendidikan untuk II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan Jasmani Pendidikan Jasmani mengandung dua pengertian yaitu pendidikan untuk jasmani dan pendidikan melalui aktivitas jasmani. Pendidikan untuk jasmani mengandung pengertian

Lebih terperinci

Journal of Physical Education, Sport, Health and Recreations

Journal of Physical Education, Sport, Health and Recreations Journal of Physical Education, Sport, Health and Recreation 2 (5) (2013) Journal of Physical Education, Sport, Health and Recreations http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/peshr MODEL PENGEMBANGAN PERMAINAN

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. bukanlah hanya sekedar versi yang lebih kecil dari orang dewasa. Anak

I. TINJAUAN PUSTAKA. bukanlah hanya sekedar versi yang lebih kecil dari orang dewasa. Anak I. TINJAUAN PUSTAKA A. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Anak dipandang sebagai salah satu sumber untuk menentukan apa yang akan dijadikan bahan pelajaran. Thompson (1993:38) menjelaskan bahwa anak bukanlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat disetiap kegiatan-kegiatan olahraga. Secara umum pembinaan olahraga di Indonesia diarahkan untuk

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat disetiap kegiatan-kegiatan olahraga. Secara umum pembinaan olahraga di Indonesia diarahkan untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga sekarang ini telah menjadi kebutuhan setiap individu, karena melakukan kegiatan olahraga yang baik dan benar serta berkesinambungan dapat meningkatkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. gabungan dari jalan, lari dan lompat serta unsur kekuatan, kecepatan,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. gabungan dari jalan, lari dan lompat serta unsur kekuatan, kecepatan, BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Hakikat Permainan Bolabasket Bolabasket merupakan permainan yang gerakannya kompleks yaitu gabungan dari jalan, lari dan lompat serta unsur kekuatan, kecepatan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam undang-undang sistem pendidikan nasional No.20 Tahun 2003, disebutkan bahwa pendidikan adalah :

BAB I PENDAHULUAN. Dalam undang-undang sistem pendidikan nasional No.20 Tahun 2003, disebutkan bahwa pendidikan adalah : 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam melaksanakan kehidupan manusia tidak akan lepas dari pendidikan, karena pendidikan berfungsi untuk meningkatkan kualitas manusia baik individu maupun kelompok,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 37 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sepakbola adalah olahraga yang sangat digemari oleh sebagian besar masyarakat dunia tidak kalah tentunya di Indonesia. Cabang olahraga yang cara memainkannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan melalui pembinaan di usia dini baik dari kemampuan teknik taktik dan

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan melalui pembinaan di usia dini baik dari kemampuan teknik taktik dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga merupakan aktifitas fisik yang mana tujuan olahraga adalah mencapai prestasi setinggi tingginya dengan semaksimal mungkin bagi mereka baik yang dia

Lebih terperinci

2015 HUBUNGAN ANTARA POWER TUNGKAI, KOORDINASI MATA DAN TANGAN DENGAN KETEPATAN JUMP SHOOT DALAM PERMAINAN BOLA BASKET

2015 HUBUNGAN ANTARA POWER TUNGKAI, KOORDINASI MATA DAN TANGAN DENGAN KETEPATAN JUMP SHOOT DALAM PERMAINAN BOLA BASKET BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permainan bola basket merupakan salah satu olahraga yang paling populer di dunia. Penggemarnya yang berasal dari segala usia merasa bahwa permainan bola basket

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hampir para ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hampir para ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Mengajar Hampir para ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang belajar. Belajar adalah modifikasi atau memperteguhkan kelakuan melalui pengalaman.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Olahraga sudah menjadi suatu kebutuhan yang penting bagi manusia, ada berbagai macam tujuan manusia melakukan kegiatan olahraga,yaitu: 1) Rekreasi, yaitu mereka yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sepakbola adalah suatu permainan beregu yang dimainkan masing-masing regunya terdiri dari sebelas orang pemain termasuk seorang penjaga gawang. Sepakbola adalah permainan

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Satuan Pendidikan : SMK Muda Patria Kalasan Mata Pelajaran : Penjasorkes Kelas / Program : XI Materi Pokok : Permainan Bola Besar (Bola Basket) Tema Topik : Teknik dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia olahraga saat ini lebih maju dibandingkan masa

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia olahraga saat ini lebih maju dibandingkan masa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia olahraga saat ini lebih maju dibandingkan masa sebelumnya. Hal ini dapat dilihat dari dinamika kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

Lebih terperinci

Bola basket a. Latihan menembak jarak jauh PRAKTIK DI LAPANGAN Pola penyerangan dalam permainan bola basket dapat dilakukan dengan cara : 1) Set

Bola basket a. Latihan menembak jarak jauh PRAKTIK DI LAPANGAN Pola penyerangan dalam permainan bola basket dapat dilakukan dengan cara : 1) Set Bola basket a. Latihan menembak jarak jauh PRAKTIK DI LAPANGAN Pola penyerangan dalam permainan bola basket dapat dilakukan dengan cara : 1) Set offence Serangan yang direncanakan dan dibangun dari bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini olahraga menjadi suatu kebutuhan bagi masyarakat, jika

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini olahraga menjadi suatu kebutuhan bagi masyarakat, jika BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini olahraga menjadi suatu kebutuhan bagi masyarakat, jika diamati kegiatan-kegiatan olahraga yang ada di lingkungan masyarakat sekarang ini, telah cukup

Lebih terperinci

SISTEM PENYERANGAN UNTUK MENGHADAPI PERTAHANAN MAN TO MAN Oleh: Budi Aryanto

SISTEM PENYERANGAN UNTUK MENGHADAPI PERTAHANAN MAN TO MAN Oleh: Budi Aryanto SISTEM PENYERANGAN UNTUK MENGHADAPI PERTAHANAN MAN TO MAN Oleh: Budi Aryanto MEMILIH SISTEM PENYERANGAN Memilih sistem penyerangan dalam permainan bolabasket merupakan faktor utama dalam menyusun suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Proyek

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Proyek BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Proyek Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan kota pelajar. Selain mendapatkan pengetahuan akademik, disamping itu para pelajar juga dapat menyalurkan minat dan bakat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS. Permainan bola basket merupakan permainan beregu yang terdiri dari 2 tim

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS. Permainan bola basket merupakan permainan beregu yang terdiri dari 2 tim BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Permainan Bola Basket Permainan bola basket merupakan permainan beregu yang terdiri dari 2 tim dimana kedua tim saling

Lebih terperinci

MODUL 2 : MODIFIKASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI PENDAHULUAN

MODUL 2 : MODIFIKASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI PENDAHULUAN 25 MODUL 2 : PENDAHULUAN MODIFIKASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI Drs. Yoyo Bahagia, M. Pd Penyelenggaraan program pendidikan jasmani (Penjas) hendaknya mencerminkan karakteristik program pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS PENELITIAN. oleh seorang pastor. Pada tahun 1891, Dr. James Naismith, seorang pastor asal

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS PENELITIAN. oleh seorang pastor. Pada tahun 1891, Dr. James Naismith, seorang pastor asal BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Hakikat Permainan Bola Basket Basket dianggap sebagai olahraga unik karena diciptakan secara tidak sengaja oleh seorang pastor.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. tingkah laku lebih buruk. Menurut Jerome Bruner dalam Trianto (2010:

BAB II KAJIAN TEORI. tingkah laku lebih buruk. Menurut Jerome Bruner dalam Trianto (2010: BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Teori 1. Hakikat Pembelajaran Belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dan berperan penting dalam pembentukan pribadi dan perilaku individu. Menurut N. Purwanto

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sendy Mohamad Anugrah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sendy Mohamad Anugrah, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Olahraga hoki sudah cukup lama di kenal oleh sebagian masyarakat dunia. Olahraga hoki sudah dipertandingkan pada Olimpiade 1908, di London. Di Negaranegara Asia baru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan memasukkan bola kedalam keranjang lawan (Wissel 1994:2). Bola basket

BAB I PENDAHULUAN. dengan memasukkan bola kedalam keranjang lawan (Wissel 1994:2). Bola basket BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permainan bola basket dewasa ini sangat digemari kalangan pelajar di Indonesia terbukti banyak di adakan turnamen antar pelajar baik itu tingkat SLTP, SMU/SMA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan secara

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan secara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, persepsi yang sempit dan keliru terhadap pendidikan jasmani akan mengakibatkan nilai-nilai

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN. Satuan Pendidikan : SMP Negeri 1 Mungkid : Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN. Satuan Pendidikan : SMP Negeri 1 Mungkid : Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Satuan Pendidikan : SMP Negeri Mungkid Mata Pelajaran : Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan Pokok Bahasan : Passing bawah bola volli Kelas/Semester : VII / Alokasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Melihat perkembangan pembelajaran pendidikan jasmani dan kesehatan dalam mengembangkan dan meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah, maka pembelajaran pendidikan

Lebih terperinci