LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN EVAPORATOR TIPE BATCH UNTUK MEMEKATKAN LARUTAN ZAT WARNA UMPAN SPRAY DRYER

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN EVAPORATOR TIPE BATCH UNTUK MEMEKATKAN LARUTAN ZAT WARNA UMPAN SPRAY DRYER"

Transkripsi

1 LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN EVAPORATOR TIPE BATCH UNTUK MEMEKATKAN LARUTAN ZAT WARNA UMPAN SPRAY DRYER Disusun Oleh: ARIF LUKMAN I MOCHAMAD SIDIQ I PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010 i

2 KATA PENGANTAR Segala puji syukur kehadirat Alloh SWT. Yang telah melimpahkan rahmat dan anugerahnya sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan tugas akhir ini. Laporan ini merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan Program Studi Diploma Tiga Teknik Kimia Universitas Sebelas Maret Surakarta. iii Laporan Tugas Akhir ini disusun berdasarkan data-data yang diambil sebagai hasil percobaan. Penyusun menyampaikan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah menbantu sehingga dapat menyelesaikan laporan ini : 1. Ibu Dwi Ardiana Setyawardani, S.T.,M.T., selaku Ketua Program Diploma III Teknik Kimia UNS 2. Ibu Enny Kriswiyanti A.,ST.,MT., selaku dosen pembimbing laporan tugas akhir. 3. Bapak dan ibu yang telah memberikan dorongan kepada kami. 4. Semua pihak yang telah membantu atas tersusunnya laporan tugas akhir ini. Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini terdapat kekurangan dan keterbatasan. Oleh karena itu, penyusun mengharapkan adanya kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk kesempurnaan laporan ini. Akhir kata penyusun mengharap agar laporan ini dapat bermanfaat bagi rekan-rekan dan pembaca yang memerlukan. Surakarta, Mei 2010 Penyusun iv

3 DAFTAR ISI Halaman judul... i Lembar Pengesahan... ii Lembar Konsultasi... iii Kata Pengantar... iv Daftar isi... v Daftar Gambar... vii Daftar simbol... viii Intisari... ix BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1 B. Perumusan Masalah... 1 C. Tujuan... 1 D. Manfaat... 2 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka... 3 B. Kerangka Pemikiran.21 BAB III METODOLOGI A. Alat dan Bahan B. Gambar rangkaian Alat C. Lokasi D. Cara Kerja BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Desain Alat B. Data Percobaan C. Hasil Perhitungan D. Pembahasan v

4 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. kesimpulan B. Saran Daftar Pustaka... x Lampiran vi

5 DAFTAR GAMBAR Gambar II.1 Kurva Aliran cocurent... 5 Gambar II.2 Kurva Aliran counter curent... 5 Gambar II.3 Batch Pan Evaporator... 7 Gambar II.4 Evaporator Tabung Horizon tal... 8 Gambar II.5 Evaporator Falling Film... 9 Gambar II.6 Evaporator Rising Film Gambar II.7 Evaporator Sirkulasi Paksa Gambar II.8 Evaporator Film Aduk Gambar II.9 Fire Tube Boiler Gambar II.10 Water Tube Boiler Gambar III.1 Rangkaian Alat Evaporator Secara Batch Gambar IV.1 Rangkaian Alat Evaporator Secara Batch Gambar IV.2 Tangki Evaporator Gambar IV.3 Tangki Boiler vii

6 DAFTAR SIMBOL Qk = laju perpindahan panas konduksi (Btu/h) = Gradien suhu ( F/ft) k = Koefisien perpindahan panas konduksi (Btu/h. ft 2. F) Q c = Laju perpindahan panas konveksi (Btu/h) A = Luas permukaan (ft 2 ) T = Perbedaan suhu permukaan dengan fluida F h c Q r ε δ W 1 W 2 = Koefisien perpindahan panas konveksi (Btu/h.ft 2. F) = Laju perpindahan panas radiasi (W) =Emisivitas benda, 0< ε 1 =Tetapan boltzman 5,67 x 10-8 (W/m 2.K 4 ) =Laju aliran massa fluida panas, kg/jam =Laju aliran massa fluida dingin, kg/jam Cp 1 =Kalor spesifik fluida panas, kal/kg C Cp 2 =Kalor spesifik fluida dingin, kal/kg C T 1,T 2 =Suhu fluida panas saat masuk dan keluar, C t 1,t 2 =Suhu fluida dingin saat masuk dan keluar, C Q =Laju perpindahan panas, kal/jam U =Koefisien perpindahan panas overall, kal/m 2.jam. C T LMTD =Logaritmic mean temperature difference, C viii

7 ABSTRACT ARIF LUKMAN, MOCHAMAD SIDIQ, 2010, FINAL REPORT MAKING OF EVAPORATOR BATCH TYPE TO CONCENTRATING DYE SOLUTION SPRAY DRYER FEED DIPLOMA III STUDY PROGRAM CHEMICAL ENGINEERING, FACULTY OF ENGINEERING, SEBELAS MARET UNIVERSITY OF SURAKARTA. Making of dye powder with Spray Dryer need 60% concentration feed. While the result from boiling was obtained 30% dye concentration, so it requires a concentrated tool from first concentration 30% to 60% for spray dryer feed. The aim of this final report to make a concentrated tool (evaporator) that used to concentrate of dye feed spray dryer from concentration 30% to 60%. Evaporator which manufactured is evaporator batch type with hot air heaters. Evaporator consists of the tank and copper coil. Evaporator tank is made of stainless steel plate which has a diameter of 16 cm, 60 cm high and has a total volume of L. From the test tool results on the first design of evaporator using a hot air as the heater with blower assistance can not afford to heat the evaporator, so also with the aid of a compressor. Therefore used boiler as a steam producer for heater evaporator. Boiler has a length of 80 cm, width 50 cm and equipped with copper coils for continued heating. Boiler is be able to heating evaporator continuously with temperatures 93 C and produce teak leaf dye extract as much as 4 L with a concentration of 60% from 8 L of the extract of 30% during 6 hours. The operation of evaporator uses a batch system produce heat efficiency of 4,17%. xi

8 INTISARI ARIF LUKMAN, MOCHAMAD SIDIQ, 2010, LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN EVAPORATOR TIPE BATCH UNTUK MEMEKATKAN LARUTAN ZAT WARNA UMPAN SPRAY DRYER PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK KIMIA, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA. Pembuatan zat warna serbuk dengan spray dryer memerlukan umpan dengan konsentrasi 60%. Sedangkan dari hasil perebusan diperoleh konsentrasi zat warna 30%. Sehingga diperlukan sebuah alat pemekat dari konsentrasi awal 30% menjadi 60% untuk umpan spray dryer. Tujuan dari Tugas Akhir ini adalah untuk membuat sebuah alat pemekat (evaporator) yang berfungsi sebagai pemekat umpan zat warna spray dryer dari konsentrasi 30% menjadi 60%. Evaporator yang dibuat adalah evaporator tipe batch dengan pemanas udara panas. Evaporator terdiri dari dari tangki dan koil tembaga.tangki evaporator terbuat dari plat stainless steel yang memiliki diameter 16 cm, tinggi 60 cm dan memiliki volume total 9,8502 L. Dari hasil uji alat pada awal perancangan evaporator menggunakan udara panas sebagai pemanasnya dengan bantuan blower tidak mampu untuk memanaskan evaporator. Begitu juga dengan bantuan kompresor. Oleh karena itu digunakan boiler sebagai penghasil steam untuk pemanas evaporator. Boiler memiliki panjang 80 cm, lebar 50 cm dan dilengkapi koil tembaga untuk pemanasan lanjut. Boiler mampu memanaskan evaporator secara kontinyu dengan suhu 93 C dan menghasilkan ekstrak zat warna daun jati sebanyak 4 L dengan konsentrasi 60% dari 8 L ekstrak 30% selama 6 jam. Pengoperasian evaporator ini menggunakan sistem batch menghasilkan efisiensi 4,17%

9 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembuatan zat warna serbuk dengan spray dryer memerlukan umpan larutan zat warna dengan konsentrasi 60%. Dari hasil perebusan biasa hanya diperoleh konsentrasi zat warna sebesar 30%. Untuk itu diperlukan sebuah alat pemekat atau evaporator untuk memekatkan larutan zat warna umpan dari konsentrasi mula-mula sebesar 30% menjadi 60% padatan. Evaporator berfungsi sebagai alat pendukung spray dryer. Larutan pekat hasil evaporator akan digunakan sebagai umpan spray dryer untuk dikeringkan menjadi zat warna serbuk. B. PERUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimana perancangan dan pembuatan alat pemekat zat warna (evaporator) tipe batch? 2. Bagaimana unjuk kerja evaporator yang diperoleh? C. TUJUAN Tujuan tugas akhir ini adalah:

10 2 1. Merancang dan membuat alat pemekat zat warna (evaporator) tipe batch. 2. Mengetahui unjuk kerja evaporator yang diperoleh. D. MANFAAT 1. Bagi mahasiswa a. Dapat mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh selama kuliah dalam kehidupan sehari hari. b. Meningkatkan kreativitas dalam pengembangan teknologi. 2. Bagi masyarakat Diharapkan alat ini dapat bermanfaat bagi masyarakat sebagai alat pengental alternatif.

11 3 BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN PUSTAKA Tujuan evaporasi adalah untuk memekatkan larutan yang terdiri dari zat terlarut yang tak mudah menguap dan pelarut yang mudah menguap. Dalam kebanyakan proses evaporasi, pelarutnya adalah air. Evaporasi dilakukan dengan menguapkan sebagian dari pelarut sehingga didapatkan larutan zat cair pekat yang konsentrasinya lebih tinggi. Evaporasi tidak sama dengan pengeringan, dalam evaporasi sisa penguapan adalah zat cair yang sangat kental dan bukan zat padat. Evaporasi berbeda pula dengan distilasi, karena uapnya biasanya komponen tunggal. Walaupun uap itu merupakan campuran, tidak ada usaha untuk memisahkannya menjadi fraksi-fraksi. Evaporasi berbeda dengan kristalisasi, karena evaporasi digunakan untuk memekatkan larutan dan bukan untuk pembuatan zat padat atau kristal (Mc Cabe, 1985). sebagai berikut: Perpindahan panas dapat berlangsung berdasarkan tiga macam dasar a. Perpindahan panas secara konduksi adalah proses dimana panas mengalir dari daerah yang bersuhu lebih tinggi ke daerah yang bersuhu lebih rendah dalam suatu medium atau perantara yang diam. Laju perpindahan panas secara konduksi dihitung dengan persamaan: Qk= -k.a.... (1)

12 4 b. Konveksi adalah proses dimana panas mengalir dibawa zat alir (fluida) dari satu permukaan yang suhunya tinggi ke tempat yang suhunya lebih rendah dengan medium atau perantara yang bergerak. Laju perpindahan panas secara konveksi dihitung dengan persamaan: Q c = h c.a.(t hot -T cold )... (2) c. Radiasi adalah proses dimana perpindahan panas dari sumber panas menuju suatu benda secara pancaran melalui gelombang elektromagnetik tertentu tanpa memerlukan media penghantar. Laju perpindahan panas secara konveksi dihitung dengan persamaan: Q r =Ɛ.δ.A.(T hot 4 -T cold 4 )... (3) Neraca panas pada alat penukar adalah panas yang dilepaskan oleh fluida panas sama dengan panas yang diterima oleh fluida dingin dibawah : Q panas =Q dingin... (4) W 1.Cp 1.(T 1 -T 2 ) panas = W 2.Cp 2.(t 1 -t 2 ) dingin... (5) Faktor yang mempengaruhi perpindahan panas dapat dilihat dari rumus Q=A.U. T LMTD... (6)

13 5 Gambar II. 1 Kurva Aliran Cocurrent T LMTD untuk aliran cocurrent T LMTD = (T h1 -T c1 )-(T h2 -T c2 ) ln (T h1 -T c1 ) (T h2 -T c2 ) Gambar II. 2 Kurva Aliran Countercurrent T LMTD untuk aliran countercurrent T LMTD = (T h1 -T c2 )-(T h2 -T c1 ) ln (T h1 -T c2 ) (T h2 -T c1 )... (7) (Kern, 1983). Jenis-jenis evaporator dengan pemasukan uap yang banyak digunakan adalah:

14 1. Batch Pan Evaporator Evaporasi, batch pan (figure 1) adalah salah satu metode tertua dalam pemekatan. Hal ini telah ketinggalan jaman dengan teknologi sekarang ini, namun masih digunakan dalam beberapa aplikasi yang terbatas, seperti pemekatan nira dalam pembuatan gula merah dan dalam pengolahan beberapa produk farmasi. Sampai awal 1960-an, batch pan juga digunakan secara luas dalam pmekatan sirup jagung. Dengan batch 6 pan evaporator, waktu tinggal produk biasanya adalah berjam-jam. Oleh karena itu, yang penting adalah untuk mendidihkan pada temperatur rendah dan tekanan vakum ketika produk sensitif terhadap panas atau thermodegradable. Pemanasan batch pan biasanya menggunakan jaket pemanas atau menggunakan koil pemanas atau juga dipanaskan secara langsung dengan api dibawah pan. Luas perpindahan panas biasanya sangat kecil karena berbentuk bejana, dan koefisien perpindahan panas cenderung rendah karena konveksi natural. Luas permukaan rendah dengan koefisien perpindahan panas yang rendah umumnya membatasi kapasitas penguapan dari sistem tersebut. Perpindahan panas dapat ditingkatkan dengan pengadukan di dalam bejana. Dalam banyak kasus, perbedaan suhu yang besar tidak dapat digunakan karena kekhawatiran akan timbulnya fouling pada permukaan perpindahan panas. Kapasitas penguapan relatif rendah, karena itu, penggunaannya terbatas.

15 Gambar II. 3 Batch Pan Evaporator 7 ( 2. Evaporator tabung horizontal Larutan yang akan dievaporasikan berada di luar tabung horizontal dan uap mengalir di dalam tabung horizontal. Tabung horizontal diliputi dan dikelilingi oleh sirkulasi yang alami dari cairan yang mendidih sehingga meminimumkan pengadukan cairan. Sebagai hasilnya maka pada evaporator jenis ini dijumpai koefisien perpindahan panas keseluruhan yang lebih rendah berbanding pada evaporator jenis lain. Hal ini bermanfaat khususnya untuk mengevaporasikan larutan yang viskos. Koefisien keseluruhan yang berada antara Btu/jam.ft 2. F ( W/m 2 K) akan didapatkan, yang tergantung pada perbedaan suhu keseluruhan, suhu didih, dan sifat larutan yang dievaporasikan. Evaporator tabung horizontal biasanya digunakan untuk kapasitas yang kecil dan untuk mengevaporasikan larutan yang encer dan larutan ini tidak berbusa dan tidak meninggalkan deposit padatan pada tabung evaporator.

16 Gambar II. 3 Evaporator Tabung Horizontal 8 3. Evaporator vertikal tabung panjang: a. Evaporator falling film Evaporator yang digunakan untuk memekatkan bahanbahan yang sangat peka terhadap panas, seperti air jeruk, dan yang mengharuskan waktu kontak yang singkat sekali dengan permukaan panas. Pada evaporator falling film, zat cair masuk dari atas, lalu mengalir ke bawah di dalam tabung panas itu dalam bentuk film, kemudian keluar dari bawah. Tabung-tabungnya biasanya agak besar, berdiameter 2 hingga 10 inci. Uap yang keluar dari zat cair itu biasanya terbawa turun bersama zat cair, dan keluar dari bagian bawah unit itu. Evaporator ini bentuknya menyerupai sebuah penukar panas jenis tabung, yang panjang, vertikal dan dilengkapi dengan separator zat cair uap di bawah, dan distributor/penyebar zat cair di atas.

17 Evaporator falling film mempunyai waktu tinggal yang sangat singkat, sehingga dapat menangani produk-produk yang 9 peka yang tidak dapat ditangani dengan cara lain. Alat ini juga sesuai sekali untuk memekatkan zat cair viskos. A: Umpan 1: Kepala B: Vapor 2: Calandria C: Konsentrat 3: Calandria,bagian bawah D: Pemanasan Uap 4: Mixing Channel E: Condensate 5: Vapor separator Gambar II. 4 Evaporator Falling Film b. Evaporator rising film Rising evaporator merupakan proses evaporasi dimana umpan dipaksa masuk dari bagian bawah evaporator dan mengalir ke atas serta produk hasil evaporasi akan keluar pada bagian atas evaporator tersebut.

18 10 A: Umpan B: Vapor C: Konsentrat D: Uap panas masuk E: Condensate Gambar II. 5 Evaporator Rising Film Pada proses ini umpan (A) masuk dari bagian bawah evaporator, umpan tersebut dipaksa naik keatas dengan menggunakan kompresor kemudian cairan umpan akan berkontak dengan panas dari steam masuk (D) pada dinding tube-nya dengan aliran umpan berlawanan arah dengan aliran steam dan proses penguapan air akan terjadi.

19 11 Pada saat yang bersamaan, produksi uap hasil penguapan air akan meningkat dan umpan akan membentuk lapisan film pada dinding tube. Umpan ini akan bergerak ke atas berlawanan dengan gaya gravitasi karena pengaruh dorongan kompresor dari bawah evaporator tersebut. Produk hasil pemekatan akan keluar melalui pipa (C) dan uap hasil penguapan evaporator akan keluar melalui pipa keluar (B). Kondensat dari steam akan keluar melalui saluran (E). Proses ini sangat berguna untuk cairan yang memiliki viskositas tinggi. c. Evaporator sirkulasi paksa Pada evaporator sirkulasi paksa, cairan yang akan dievaporasikan dipompakan melewati penukar panas (heat exchanger) dimana media pemanas mengelilingi pipa-pipa yang membawa cairan yang akan dievaporasikan. Gabungan penurunan tekanan dan head hidrostatik di dalam alat ini adalah cukup besar untuk mencegah larutan mendidih di dalam pipa penukar panas, sehingga uap yang dihasilkan akan tersembur keluar, pada saat cairan memasuki ruang kosong di dalam tabung. Karena kecepatan semburan ada1ah tinggi, di dalam ruang kosong diletakkan sekat yang berguna untuk memisahkan uap dari larutan yang masih ada. Desain sekat yang tepat diperlukan untuk mencegah penggabungan gelembung-gelembung kecil cairan dan juga untuk mencegah perubahan arah dari aliran cairan. Pada evaporator sirkulasi paksa, koefisien perpindahan panas akan bergantung kepada kecepatan sirkulasi, titik didih, dan sifat-sifat sistem. Pada tingkat sirkulasi yang rendah, pendidihan akan terjadi disepanjang pipa-pipa pemanas. Pendidihan ini akan meningkatkan kejatuhan larutan dan menjadikan koefisien pendidihan menjadi dua ka1i lebih besar berbanding dengan tanpa pendidihan. Fraksi dari cairan yang menguap ketika melewati pipa

20 12 akan menjadi kecil, sehingga kecepatan sirkulasi keseluruhan yang melalui pipa adalah beberapa kali lebih besar dari kecepatan umpan. Pada evaporator sirkulasi paksa, koefisien perpindahan panas akan bergantung kepada kecepatan sirkulasi, titik didih, dan sifat-sifat sistem. Pada tingkat sirkulasi yang rendah, pendidihan akan terjadi disepanjang pipa-pipa pemanas. Pendidihan ini akan meningkatkan kejatuhan larutan dan menjadikan koefisien pendidihan menjadi dua ka1i lebih besar berbanding dengan tanpa pendidihan. Fraksi dari cairan yang menguap ketika melewati pipa akan menjadi kecil, sehingga kecepatan sirkulasi keseluruhan yang melalui pipa adalah beberapa kali lebih besar dari kecepatan umpan. Gambar II. 6 Evaporator Sirkulasi Paksa

21 13 4. Evaporator film aduk Evaporator ini digunakan untuk menangani bahan yang viskos, peka, dan korosif. Pada evaporator ini, perpindahan panas menyeluruh dari uap kepada zat cair yang mendidih di dalam evaporator, terletak pada sisisisi zat cair. Oleh karena itu, setiap cara yang dapat mengurangi tahanan itu akan memberikan perbaikan yang berarti terhadap koefisien perpindahan panas menyeluruh. Dalam evaporator tabung panjang, lebihlebih yang menggunakan sirkulasi paksa, kecepatan zat cair di dalam tabung itu tinggi. Zat cair itu sangat turbulen, dan laju perpindahan kalornya besar. Evaporator itu merupakan modifikasi daripada evaporator film jatuh yang mempunyai tabung tunggal bermantel, di mana di dalam tabung itu terdapat sebuah pengaduk. Umpan masuk dari puncak bagian bermantel dan disebarkan menjadi film tipis yang sangat turbulen dengan bantuan daun-daun vertika1 agitator (pengaduk) itu. Konsentrat keluar dari bawah bagian bermantel, uap naik dari zone penguapan masuk ke dalam bagian tak bermantel yang diametemya agak lebih besar dari tabung evaporasi. Gambar II. 7. Evaporator Film aduk (Mc Cabe, 1985)

22 14 BOILER Boiler adalah bejana tertutup dimana panas pembakaran dialirkan ke air sampai terbentuk air panas atau steam. Air panas atau steam pada tekanan tertentu kemudian digunakan untuk mengalirkan panas ke suatu proses. Air adalah media yang berguna dan murah untuk mengalirkan panas ke suatu proses. Jika air dididihkan sampai menjadi steam, volumnya akan meningkat sekitar kali, menghasilkan tenaga yang menyerupai bubuk mesiu yang mudah meledak, sehingga boiler merupakan peralatan yang harus dikelola dan dijaga dengan sangat baik. Sistem boiler terdiri dari: sistem air umpan, sistem steam dan sistem bahan bakar. Sistem air umpan menyediakan air untuk boiler secara otomatis sesuai dengan kebutuhan steam. Berbagai kran disediakan untuk keperluan perawatan dan perbaikan. Sistem steam mengumpulkan dan mengontrol produksi steam dalam boiler. Steam dialirkan melalui sistem pemipaan ke titik pengguna. Pada keseluruhan sistem, tekanan steam diatur menggunakan kran dan dipantau dengan alat pemantau tekanan. Sistem bahan bakar adalah semua peralatan yang digunakan untuk menyediakan bahan bakar untuk menghasilkan panas yang dibutuhkan. Peralatan yang diperlukan pada sistem bahan bakar tergantung pada jenis bahan bakar yang digunakan pada sistem. Air yang disuplai ke boiler untuk diubah menjadi steam disebut air umpan. Dua sumber air umpan adalah: (1) Kondensat atau steam yang mengembun yang kembali dari proses dan (2) Air makeup (air baku yang sudah diolah) yang harus diumpankan dari luar ruang boiler dan plant proses. Untuk mendapatkan efisiensi boiler yang lebih tinggi, digunakan economizer untuk memanaskan awal air umpan menggunakan limbah panas pada gas buang. 1. Tipe-tipe boiler Boiler terdiri dari bermacam-macam tipe yaitu :

23 15 1. Fire Tube Boiler Pada fire tube boiler, gas panas melewati pipa pipa dan air umpan boiler ada didalam shell untuk dirubah menjadi steam. Fire tube boiler biasanya digunakan untuk kapasitas steam yang relatif kecil dengan tekanan steam rendah sampai sedang. Sebagai pedoman, fire tube boiler kompetitif untuk kecepatan steam sampai kg/jam dengan tekanan sampai 18 kg/cm 2. Fire tube boiler dapat menggunakan bahan bakar minyak bakar, gas atau bahan bakar padat dalam operasinya. Untuk alasan ekonomis, sebagian besar fire tube boiler dikonstruksi sebagai paket boiler (dirakit oleh pabrik) untuk semua bahan bakar. Gambar 1. Fire Tube Boiler 2. Water Tube Boiler Pada water tube boiler, air umpan boiler mengalir melalui pipa pipa masuk ke dalam drum. Air yang tersikulasi dipanaskan oleh gas pembakar membentuk steam pada daerah uap dalam drum. Boiler ini dipilih jika kebutuhan steam dan tekanan steam sangat tinggi seperti pada kasus boiler untuk pembangkit tenaga. Water tube boiler yang sangat modern dirancang dengan kapasitas steam antara kg/jam, dengan tekanan sangat tinggi. Banyak water tube boiler yang dikonstruksi secara paket jika digunakan bahan bakar minyak bakar dan gas. Untuk water tube boiler yang menggunakan bahan bakar padat, tidak umum dirancang secara paket. Karakteristik water tube boiler sebagai berikut :

24 16 Forced, induced dan balanced draft membantu untuk meningkatkan efisiensi pembakaran Kurang toleran terhadap kualitas air yang dihasilkan dari plant pengolahan air Memungkinkan untuk tingkat efisiensi panas yang lebih tinggi Gambar 2. Water Tube Boiler Blowdown Boiler Jika air dididihkan dan dihasilkan steam, padatan terlarut yang terdapat dalam air akan tinggal di boiler. Jika banyak padatan terdapat dalam air umpan, padatan tersebut akan terpekatkan dan akhirnya akan mencapai suatu tingkat dimana kelarutannya dalam air akan terlampaui dan akan mengendap dari larutan. Diatas tingkat konsenrasi tertentu, padatan tersebut mendorong terbentuknya busa dan menyebabkan terbawanya air ke steam. Endapan juga mengakibatkan terbentuknya kerak di bagian dalam boiler, mengakibatan pemanasan setempat menjadi berlebih dan akhirnya menyebabkan kegagalan pada pipa boiler. Oleh karena itu penting untuk mengendalikan tingkat konsentrasi padatan dalam suspensi dan yang terlarut dalam air yang dididihkan. Hal ini dicapai oleh proses yang disebut blowing down, dimana sejumlah tertentu volume air dikeluarkan dan secara otomatis diganti dengan air umpan. Dengan demikian akan tercapai tingkat optimum total padatan terlarut (TDS) dalam air boiler dan

25 17 membuang padatan yang sudah rata keluar dari larutan dan yang cenderung tinggal pada permukaan boiler. Blowdown penting untuk melindungi permukaan penukar panas pada boiler. Walau demikian, blowdown dapat menjadi sumber kehilangan panas yang cukup berarti, jika dilakukan secara tidak benar. Pengendalian blowdown boiler yang baik dapat secara signifikan menurunkan biaya perlakuan dan operasional yang meliputi: Biaya perlakuan awal lebih rendah Konsumsi air make-up lebih sedikit Waktu penghentian untuk perawatan menjadi berkurang Umur pakai boiler meningkat Pemakaian bahan kimia untuk pengolahan air umpan menjadi lebih rendah Pengolahan Air Umpan Boiler Memproduksi steam yang berkualitas tergantung pada pengolahan air yang benar untuk mengendalikan kemurnian steam, endapan dan korosi. Sebuah boiler merupakan bagian dari sistem boiler, yang menerima semua bahan pencemar dari sistem didepannya. Kinerja boiler, efisiensi, dan umur layanan merupakan hasil langsung dari pemilihan dan pengendalian air umpan yang digunakan dalam boiler. Jika air umpan masuk ke boiler, kenaikan suhu dan tekanan menyebabkan komponen air memiliki sifat yang berbeda. Hampir semua komponen dalam air umpan dalam keadaan terlarut. Walau demikian, dibawah kondisi panas dan tekanan hampir seluruh komponen terlarut keluar dari larutan sebagai padatan partikulat, kadang-kadang dalam bentuk kristal dan pada waktu yang lain sebagai bentuk amorph. Jika kelarutan komponen spesifik dalam air terlewati, maka akan terjadi pembentukan kerak dan endapan. Air boiler harus cukup bebas dari pembentukan endapan padat supaya terjadi perpindahan panas yang cepat dan efisien dan harus tidak korosif terhadap logam boiler.

26 18 a) Pengendalian endapan Endapan dalam boiler dapat diakibatkan dari kesadahan air umpan dan hasil korosi dari sistem kondensat dan air umpan. Kesadahan air umpan dapat terjadi karena kurangnya sistem pelunakan. Endapan dan korosi menyebabkan kehilangan efisiensi yang dapat menyebabkan kegagalan dalam pipa boiler dan ketidakmampuan memproduksi steam. Endapan bertindak sebagai isolator dan memperlambat perpindahan panas. Sejumlah besar endapan diseluruh boiler dapat mengurangi perpindahan panas yang secara signifikan dapat menurunkan efisiensi boiler. Berbagai jenis endapan akan mempengaruhi efisiensi boiler secara berbeda-beda, sehingga sangat penting untuk menganalisis karakteristik endapan. Efek pengisolasian terhadap endapan menyebabkan naiknya suhu logam boiler dan mungkin dapat menyebabkan kegagalan pipa karena pemanasan berlebih. b) Kotoran yang mengakibatkan pengendapan Bahan kimia yang paling penting dalam air yang mempengaruhi pembentukan endapan dalam boiler adalah garam kalsium dan magnesium yang dikenal dengan garam sadah. Kalsium dan magnesium bikarbonat larut dalam air membentuk larutan basa/alkali dan garam-garam tersebut dikenal dengan kesadahan alkali. Garam-garam tersebut terurai dengan pemanasan, melepaskan karbon dioksida dan membentuk lumpur lunak, yang kemudian mengendap. Hal ini disebut dengan kesadahan sementara (kesadahan yang dapat dibuang dengan pendidihan). Kalsium dan magnesium sulfat, klorida dan nitrat, jika dilarutkan dalam air secara kimiawi akan menjadi netral dan dikenal dengan kesadahan nonalkali. Bahan tersebut disebut bahan kimia sadah permanen dan membentuk kerak yang keras pada permukaan boiler yang sulit dihilangkan. Bahan kimia sadah non-alkali terlepas dari larutannya karena penurunan daya larut dengan meningkatnya suhu, dengan pemekatan

27 19 karena penguapan yang berlangsung dalam boiler, atau dengan perubahan bahan kimia menjadi senyawa yang kurang larut. c) Silika Keberadaan silika dalam air boiler dapat meningkatkan pembentukan kerak silika yang keras. Silika dapat juga berinteraksi dengan garam kalsium dan magnesium, membentuk silikat kalsium dan magnesium dengan daya konduktivitas panas yang rendah. Silika dapat meningkatkan endapan pada sirip turbin, setelah terbawa dalam bentuk tetesan air dalam steam, atau dalam bentuk yang mudah menguap dalam steam pada tekanan tinggi. d) Pengolahan air internal Pengolahan internal adalah penambahan bahan kimia ke boiler untuk mencegah pembentukan kerak. Senyawa pembentuk kerak diubah menjadi lumpur yang mengalir bebas, yang dapat dibuang dengan blowdown. Metode ini terbatas pada boiler dimana air umpan mengandung garam sadah yang rendah, dengan tekanan rendah, kandungan TDS tinggi dalam boiler dapat ditoleransi, dan jika jumlah airnya kecil. Jika kondisi tersebut tidak terpenuhi maka laju blowdown yang tinggi diperlukan untuk membuang lumpur. Hal tersebut menjadi tidak ekonomis sehubungan dengan kehilangan air dan panas. Jenis sumber air yang berbeda memerlukan bahan kimia yang berbeda pula. Senyawa seperti sodium karbonat, sodium aluminat, sodium fosfat, sodium sulfit dan komponen sayuran atau senyawa inorganik seluruhnya dapat digunakan untuk maksud ini. Untuk setiap kondisi air diperlukan bahan kimia tertentu. Harus dikonsultasikan dengan seorang spesialis dalam menentukan bahan kimia yang paling cocok untuk digunakan pada setiap kasus. Pengolahan air hanya dengan pengolahan internal tidak direkomendasikan. e) Pengolahan Air Eksternal Pengolahan eksternal digunakan untuk membuang padatan tersuspensi, padatan telarut (terutama ion kalsium dan magnesium yang merupakan

28 20 penyebab utama pembentukan kerak) dan gas-gas terlarut (oksigen dan karbon dioksida). Proses perlakuan eksternal yang ada adalah: Pertukaran ion Deaerasi (mekanis dan kimia) Osmosis balik (reverse osmosis) Penghilangan mineral/demineralisasi Sebelum digunakan cara diatas, perlu untuk membuang padatan dan warna dari bahan baku air, sebab bahan tersebut dapat mengotori resin yang digunakan pada bagian pengolahan berikutnya. Metode pengolahan awal adalah sedimentasi sederhana dalam tangki pengendapan atau pengendapan dalam clarifiers dengan bantuan koagulan dan flokulan. Penyaring pasir bertekanan, dengan aerasi untuk menghilangkan karbon dioksida dan besi, dapat digunakan untuk menghilangkan garam-garam logam dari air sumur. Tahap pertama pengolahan adalah menghilangkan garam sadah dan garam non-sadah. Penghilangan hanya garam sadah disebut pelunakan, sedangkan penghilangan total garam dari larutan disebut penghilangan mineral atau demineralisasi. f) Rekomendasi untuk boiler dan kualitas air umpan Kotoran yang ditemukan dalam boiler tergantung pada kualitas air umpan yang tidak diolah, proses pengolahan yang digunakan dan prosedur pengoperasian boiler. Sebagai aturan umum, semakin tinggi tekanan operasi boiler akan semakin besar sensitifitas terhadap kotoran. (

29 21 B. KERANGKA PEMIKIRAN Berdasarkan dari pemanfaatan pemanas udara dengan bantuan blower yang digunakan juga sebagai pemanas udara pada rangkaian alat spray dryer, didapatkan kerangka pemikiran untuk pembuatan evaporator. Berikut adalah urutan kerangka pemikiran: Proses Pembuatan Alat Evaporator Studi literatur/pustaka tentang evaporator Menentukan jenis evaporator yang digunakan Menentukan kapasitas dan ukuran alat Membuat alat pemekat evaporator tipe batch Merancang rangkaian alat Menguji kerja alat pemekat Menganalisa produk

30 22 BAB III METODOLOGI A. Alat dan Bahan A. Alat yang digunakan sebagai berikut : v Evaporator Alat utama a. Kunci pas b. Kunci inggris c. Gergaji besi d. Alat potong plat e. Tang f. Grinder g. Alat patri h. Palu Alat pembantu a. Mur dan baut b. Karet sumbat c. Termometer (0-150 C) 2buah d. Termometer (0-200 C) e. Stop kran (1/2 inc) f. Selotip v Boiler Alat utama a. Kunci pas b. Kunci inggris c. Gergaji besi d. Tang e. Grinder f. Alat las listrik g. Alat potong plat

31 23 h. Palu Alat pembantu a. Mur dan baut b. Manometer c. Stop kran (1/2 inc) d. Safety valve e. Kompor bross f. LPG 3kg g. Regulator high pressure h. Selang kompor gas i. Klem selang j. Plastic steel k. Selotip B. Bahan yang digunakan sebagai berikut : 1. Evaporator v Bahan utama a. Plat stainless steel b. Koil tembaga (3/8 in) c. Pipa besi d. Besi siku 2. Boiler v Bahan utama a. Tabung minyak 20 L b. Koil tembaga (1/2 in) c. plat seng d. besi siku

32 24 B. Gambar Rangkaian Alat Keterangan gambar : 1. Tangki boiler 2. Valve output steam 3. Manometer 4. Water input 5. Safety valve 6. Lubang kompor 7. Thermometer steam input evaporator 8. Umpan masuk 9. Tangki evaporator 10. Thermometer steam output 11. Steam output (kondensat) 12. Produk out Gambar III.1 Rangkaian alat Evaporator secara Batch 25 C. Lokasi

33 Karena keterbatasan tenaga dan peralatan yang dimiliki oleh mahasiswa, maka pembuatan evaporator type batch dikerjakan oleh pihak bengkel mesin Widodo, yang beralamat di Pajang, Laweyan. Tempat yang digunakan untuk pelaksanaan kegiatan dan penelitian (pengujian alat) dilakukan di Laboratorium Limbah Operasi Teknik Kimia Universitas Sebelas Maret. D. Cara Kerja 1. Cara Pembuatan Alat Evaporator a. Menentukan persen konsentrasi dan massa input dan output evaporator yang diinginkan. b. Menghitung panas pada evaporator yang meliputi panas laten dan panas yang diserap air yang diuapkan. c. Menentukan T LMTD yang kemudian digunakan untuk menghitung luas perpindahan panas pada evaporator. d. Menentukan dimensi evaporator berdasarkan luas perpindahan panas. e. Menentukan ketebalan dinding evaporator dari dimensi evaporator. 2. Cara Pembuatan Umpan Evaporator a. Menimbang daun jati muda sebanyak 850 gram kemudian memasukkan ke dalam 8,5 L air b. Merebus dalam panci hingga konsentrasi nya 30% dengan cara memanaskan ekstrak daun jati selama 45 menit c. Memisahkan padatan dengan ekstrak zat warna dengan cara menyaringnya hingga diperoleh ekstrak sebanyak 8 L Cara Pengoperasian unjuk kerja alat evaporator

34 a. Merangkai alat dan menyiapkan ekstrak zat warna 30% sebanyak 8 L b. Menutup kran keluaran produk dan memasang termometer pada evaporator c. Memasukkan ekstrak daun jati kedalam evaporator d. Menghubungkan evaporator dengan boiler e. Mengisi boiler dengan air kran kira-kira 70% dari kapasitasnya f. Menyalakan kompor untuk memanasi boiler g. Menjalankan proses evaporasi secara batch kurang lebih selama 6 jam hingga volume ekstrak menjadi 4 L dengan cara melihat indikator ketinggian cairan pada evaporator. h. Mematikan kompor dan membuka kran keluaran produk untuk mengeluarkan ekstrak zat warna dan menampungnya. 3. Menentukan Efisiensi Alat a. Menghitung panas yang diserap untuk menguapkan air pada bahan. Q = m x Cp.dt b. Menghitung panas yang dilepaskan steam Q = m x λ c. Menghitung efisiensi Alat Efisiensi alat = Panas yang diserap BAB IV x 100% Panas yang dilepaskan

35 27 HASIL DAN PEMBAHASAN A. Desain Alat 1. Rangkaian Alat Overall Keterangan gambar : 1. Tangki boiler 9. Tangki evaporator 2. Valve output steam 10. Thermometer steam output 3. Manometer 11. Steam output (kondensat) 4. Water input 12. Produk out 5. Safety valve 6. Lubang kompor 7. Thermometer steam input evaporator 8. Umpan masuk Gambar IV.1 Rangkaian alat Evaporator secara Batch Tangki Evaporator

36 Tinggi Diameter Tinggi dudukan Tebal tangki Panjang koil Diameter koil = 60 cm = 16 cm = 30 cm = 0,3 mm = 3 m = 3/8 in Gambar IV.2 Tangki Evaporator Tangki Boiler

37 Panjang tangki Lebar tangki Panjang dudukan Tinggi dudukan Panjang koil Diameter koil = 58 cm = 27 cm = 80 cm = 50 cm = 3 m = ½ in Gambar IV.3 Tangki Boiler 30 ii. Data Percobaan

38 1. Pengoperasian evaporator dengan udara panas: a. Udara panas dengan blower : Umpan Volume umpan yang dipekatkan = 8 L Suhu udara panas Masuk = 150 C Keluar = 30 C Suhu larutan zat warna Masuk = 32 C Keluar = 40 C Produk zat warna = 8 L b. Udara panas dengan kompresor : Umpan Volume umpan yang dipekatkan = 8 L Suhu udara panas Masuk = 150 C Keluar = 60 C Suhu larutan zat warna Masuk = 32 C Keluar = 55 C Produk zat warna = 8 L 2. Pengoperasian evaporator dengan boiler : a. Umpan Volume umpan yang dipekatkan = 8 L b. Suhu steam Masuk = 150 C Keluar = 105 C c. Tekanan boiler = 2 bar d. Suhu larutan zat warna Masuk = 30 C Keluar = 93 C 31

39 e. Waktu persiapan + pemanasan boiler = 2 jam f. Waktu pemekatan = 6 jam iii. Hasil Perhitungan Pengoperasian evaporator dengan boiler : 1. Spesifikasi umpan evaporator : a. Volume umpan = 8 L b. % padatan awal = 31,45 % c. Densitas = 1,03324 gr/ml 2. Kondisi operasi evaporator : a. Suhu steam masuk = 150 C b. Suhu Ekstrak = 93 C c. Suhu steam keluar = 105 C 3. Spesifikasi produk evaporator : a. Volume Produk = 4 L b. % padatan produk = 59,16 % c. Densitas = 1,09872 gr/ml 32 D. Pembahasan

40 Dalam pembuatan evaporator tipe batch ini diperoleh dengan berbagai tahap yakni dari studi literatur hingga menentukan dimensi evaporator tipe batch. Dari studi literatur diperoleh jenis evaporator yang akan dibuat yakni evaporator tipe batch, karena evaporator memiliki kapasitas yang kecil, sehingga evaporator tipe batch yang cocok dengan criteria tersebut. Awal perancangan evaporator dengan menggunakan udara panas yang juga dipakai untuk pemanas di spray dryer. Mula-mula menentukan basis output dan input dari evaporator begitu juga dengan konsentrasinya. Setelah itu menentukan panas yang dibutuhkan untuk menguapkan air yang nantinya akan digunakan untuk menentukan luas perpindahan panas. Setelah mengetahui luas perpindahan panasnya, maka dapat menentukan dimensi dari evaporator. Pada percobaan dengan pemanas yang sesuai dengan rancangan awal yakni dengan udara panas menggunakan blower sebagai pendorong udara panas. Didapatkan hasil udara panas masuk ke evaporator dengan suhu 150 C, keluar pada suhu 30 C. Udara panas hanya mampu memanaskan larutan zat warna dari 32 C menjadi 40 C. Artinya proses pemekatan tidak mungkin terjadi. Dilihat dari profil suhu untuk blower diperoleh hasil perhitungan T LMTD untuk aliran udara panas baik secara countercurrent maupun cocurrent, tidak dapat dihitung karena diperoleh garis persilangan pada kedua profil. Dengan itu maka digunakan kompresor sebagai pengganti blower. Hasil dari penggantian tersebut tidak mendapatkan hasil yang memuaskan, dengan kompresor hanya mampu memanaskan cairan hingga suhu 60 C dengan suhu udara panas masuk 150 C dan keluar sebesar 55 C. Rangkaian tersebut juga tidak dapat untuk menghasilkan produk yang sesuai spesifikasi. Langkah akhir dalam mengatasi masalah tersebut adalah pemanas diganti dari semula menggunakan udara panas menjadi steam. diperoleh hasil produk sebanyak 4 L dengan kadar padatan zat warna sebesar 59,16% dari umpan sebanyak 8 L dengan kadar padatan 31,45 %. Proses pemekatan berlangsung selama 6 jam yang sebelumnya dilakukan proses persiapan dan

41 33 produksi steam hingga siap digunakan yakni selama 2 jam. Sehingga lama proses produksi keseluruhan adalah selama 8 jam. Kondisi operasi pada proses pemekatan berlangsung yakni suhu steam masuk sebesar 150 C dan keluar pada suhu 105 C. Steam dijaga tekanannya pada tekanan 2-3 bargauge. Pengaturan tekanan dalam boiler dengan mengatur besarnya bukaan valve. Semula saat pemanasan awal yakni dari suhu larutan 30 C hingga suhu 70 C, steam keluar evaporator berwujud kondensat. Setelah suhu larutan lebih dari 70 C hanya sebagian kecil steam yang terkondensasi. Suhu larutan saat proses pemekatan hanya dapat mencapai suhu maksimal 93 C. Menggunakan boiler sebagai penghasil steam lebih tinggi hasil pemanasannya daripada menggunakan udara panas yang di dorong oleh blower maupun kompresor. Hal ini dikarenakan panas yang digunakan adalah panas laten bukan panas sensible. Dengan penambahan boiler sebagai pengganti pemanas evaporator, sebenarnya dengan penggantian media pemanas yang semula menggunakan udara panas menjadi steam, harus dilakukan pula penggantian pada fisik evaporator, seperti volume tangki, diameter koil dan juga panjang koil. Semuanya harus disesuaikan dengan perubahan tersebut, karena keterbatasan waktu, maka dimensi evaporator tidak dirubah dan hanya menambahkan boiler sebagai penyedia steam. Kendala yang muncul saat menggunakan boiler adalah banyaknya panas yang hilang ke lingkungan karena tidak adanya isolasi untuk menyelimuti evaporator sehingga pemanasan di dalam evaporator kurang optimal. Luas perpindahan panas yang kurang sehingga larutan ekstrak zat warna tidak dapat mendidih pada suhu didihnya yang menyebabkan proses pemekatannya berlangsung lama. Disamping itu tidak adanya pemanfaatan steam yang keluar dari evaporator yang seharusnya bisa digunakan untuk 34 recycle evaporator. Dan apabila digunakan untuk recycle maka pemanasan di evaporator bisa lebih optimal dan mempersingkat waktu proses. BAB V

42 KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Dimensi evaporator meliputi : a. Tinggi = 60 cm b. Diameter = 16 cm c. Panjang koil = 2,96 cm 2. Pengoperasian evaporator dengan udara panas baik menggunakan blower ataupun kompresor tidak menghasilkan produk. 3. Kondisi operasi dengan pemanas boiler a. Suhu steam masuk = 150 C b. Suhu kondensat = 105 C c. Suhu cairan = 95 C d. Volume umpan = 8 L e. % padatan umpan = 31,45 % f. Volume Produk = 4 L g. % padatan produk = 59,16 % h. Panas yang diserap = 0, btu/detik i. Panas yang dilepaskan = -9,11133 btu/detik j. Efisiensi evaporator = 4,17 % B. Saran 1. Perlunya perancangan ulang evaporator tipe batch karena berubahnya pemanas yang semula menggunakan udara panas menjadi steam, sehingga kerja evaporator lebih optimal. 2. Pada alat evaporator sebaiknya diselimuti dengan isolasi, agar panas tidak hilang ke lingkungan. 3. Air umpan boiler sebaiknya diolah terlebih dahulu agar terbebas dari kesadahan,sehingga boiler terbebas dari kerak DAFTAR PUSTAKA

43 Anonim, 2008, Macam-macam Evaporator, 26 Juni 2010, Kern, D. Q., 1988, Process Heat Transfer, Mc. Graw Hill, Singapore. McCabe, W. L., Smith, J. C., and Harriot, P., 1990, Operasi Teknik Kimia, Jilid 2, Edisi 4, Erlangga, Jakarta. Brownell, L. E., and Young, E. H., 1959, Process Equipment Design Vessel, Butlewort, New York. Walas, S. M., 1988, Chemical Process Equipment, John Wiley and sons Inc., New York. ix

Dapat juga digunakan sebuah metode yang lebih sederhana: Persentase kehilangan panas yang disebabkan oleh gas kering cerobong

Dapat juga digunakan sebuah metode yang lebih sederhana: Persentase kehilangan panas yang disebabkan oleh gas kering cerobong MODUL 4 Dapat juga digunakan sebuah metode yang lebih sederhana: Persentase kehilangan panas yang disebabkan oleh gas kering cerobong Tahap 5: Menghitung efisiensi boiler dan rasio penguapan boiler 1 Efisiensi

Lebih terperinci

I. Pendahuluan. A. Latar Belakang. B. Rumusan Masalah. C. Tujuan

I. Pendahuluan. A. Latar Belakang. B. Rumusan Masalah. C. Tujuan I. Pendahuluan A. Latar Belakang Dalam dunia industri terdapat bermacam-macam alat ataupun proses kimiawi yang terjadi. Dan begitu pula pada hasil produk yang keluar yang berada di sela-sela kebutuhan

Lebih terperinci

PENGOLAHAN AIR SUNGAI UNTUK BOILER

PENGOLAHAN AIR SUNGAI UNTUK BOILER PENGOLAHAN AIR SUNGAI UNTUK BOILER Oleh Denni Alfiansyah 1031210146-3A JURUSAN TEKNIK MESIN POLITEKNIK NEGERI MALANG MALANG 2012 PENGOLAHAN AIR SUNGAI UNTUK BOILER Air yang digunakan pada proses pengolahan

Lebih terperinci

Gambar 1 Open Kettle or Pan

Gambar 1 Open Kettle or Pan JENIS-JENIS EVAPORATOR 1. Open kettle or pan Prinsip kerja: Bentuk evaporator yang paling sederhana adalah bejana/ketel terbuka dimana larutan didihkan. Sebagai pemanas biasanya steam yang mengembun dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses evaporasi telah dikenal sejak dahulu, yaitu untuk membuat garam dengan cara menguapkan air dengan bantuan energi matahari dan angin. Evaporasi adalah salah satu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Dasar Steam merupakan bagian penting dan tidak terpisahkan dari teknologi modern. Tanpa steam, maka industri makanan kita, tekstil, bahan kimia, bahan kedokteran,daya, pemanasan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. panas. Karena panas yang diperlukan untuk membuat uap air ini didapat dari hasil

BAB II LANDASAN TEORI. panas. Karena panas yang diperlukan untuk membuat uap air ini didapat dari hasil BAB II LANDASAN TEORI II.1 Teori Dasar Ketel Uap Ketel uap adalah pesawat atau bejana yang disusun untuk mengubah air menjadi uap dengan jalan pemanasan, dimana energi kimia diubah menjadi energi panas.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1.1 Boiler. Pada bab ini dijelaskan mengenai gambaran tentang boiler secara umum serta fungsi komponen - komponen utama dan fungsi komponen - komponen pendukung bahan boiler.boiler

Lebih terperinci

PENGOPERASIAN BOILER SEBAGAI PENYEDIA ENERGI PENGUAPAN PADA PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF CAIR DALAM EVAPORATOR TAHUN 2012

PENGOPERASIAN BOILER SEBAGAI PENYEDIA ENERGI PENGUAPAN PADA PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF CAIR DALAM EVAPORATOR TAHUN 2012 Hasil Penelitian dan Kegiatan PTLR Tahun 202 ISSN 0852-2979 PENGOPERASIAN BOILER SEBAGAI PENYEDIA ENERGI PENGUAPAN PADA PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF CAIR DALAM EVAPORATOR TAHUN 202 Heri Witono, Ahmad Nurjana

Lebih terperinci

II. LATAR BELAKANG PENGOLAHAN AIR

II. LATAR BELAKANG PENGOLAHAN AIR II. LATAR BELAKANG PENGOLAHAN AIR Air baku yang digunakan umumnya mengandung bermacam-macam senyawa pengotor seperti padatan tersuspensi, padatan terlarut, dan gas-gas. Penggunaan air tersebut secara langsung

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR BAB II DASAR TEORI

LAPORAN TUGAS AKHIR BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI 2.1 Dispenser Air Minum Hot and Cool Dispenser air minum adalah suatu alat yang dibuat sebagai alat pengkondisi temperatur air minum baik air panas maupun air dingin. Temperatur air

Lebih terperinci

IV. PENDEKATAN RANCANGAN

IV. PENDEKATAN RANCANGAN IV. PENDEKATAN RANCANGAN A. Kriteria Perancangan Pada prinsipnya suatu proses perancangan terdiri dari beberapa tahap atau proses sehingga menghasilkan suatu desain atau prototipe produk yang sesuai dengan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan Penelitian. Prosedur Penelitian

METODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan Penelitian. Prosedur Penelitian METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan dari bulan Januari hingga November 2011, yang bertempat di Laboratorium Sumber Daya Air, Departemen Teknik Sipil dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perpindahan Panas Perpindahan kalor (heat transfer) ialah ilmu untuk meramalkan perpindahan energi yang terjadi karena adanya perbedaan suhu di antara benda atau material.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengeringan Pengeringan adalah proses mengurangi kadar air dari suatu bahan [1]. Dasar dari proses pengeringan adalah terjadinya penguapan air ke udara karena perbedaan kandungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perpindahan Panas Perpindahan panas adalah perpindahan energi karena adanya perbedaan temperatur. Perpindahan kalor meliputu proses pelepasan maupun penyerapan kalor, untuk

Lebih terperinci

Nama : Nur Arifin NPM : Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri Pembimbing : DR. C. Prapti Mahandari, ST.

Nama : Nur Arifin NPM : Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri Pembimbing : DR. C. Prapti Mahandari, ST. KESEIMBANGAN ENERGI KALOR PADA ALAT PENYULINGAN DAUN CENGKEH MENGGUNAKAN METODE AIR DAN UAP KAPASITAS 1 Kg Nama : Nur Arifin NPM : 25411289 Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri Pembimbing

Lebih terperinci

PENCEGAHAN KERAK DAN KOROSI PADA AIR ISIAN KETEL UAP. Rusnoto. Abstrak

PENCEGAHAN KERAK DAN KOROSI PADA AIR ISIAN KETEL UAP. Rusnoto. Abstrak PENCEGAHAN KERAK DAN KOROSI PADA AIR ISIAN KETEL UAP Rusnoto Abstrak Ketel uap adalah suatu pesawat yang fungsinya mengubah air menjadi uap dengan proses pemanasan melalui pembakaran bahan bakar di dalam

Lebih terperinci

BAB II STUDI LITERATUR

BAB II STUDI LITERATUR BAB II STUDI LITERATUR 2.1 Kebutuhan Air Tawar Siklus PLTU membutuhkan air tawar sebagai bahan baku. Hal ini dikarenakan peralatan PLTU sangat rentan terhadap karat. Akan tetapi, semakin besar kapasitas

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir. Gambar 2.1 Schematic Dispenser Air Minum pada Umumnya

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir. Gambar 2.1 Schematic Dispenser Air Minum pada Umumnya BAB II DASAR TEORI 2.1 Hot and Cool Water Dispenser Hot and cool water dispenser merupakan sebuah alat yang digunakan untuk mengkondisikan temperatur air minum baik dingin maupun panas. Sumber airnya berasal

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR MODIFIKASI KONDENSOR SISTEM DISTILASI ETANOL DENGAN MENAMBAHKAN SISTEM SIRKULASI AIR PENDINGIN

LAPORAN TUGAS AKHIR MODIFIKASI KONDENSOR SISTEM DISTILASI ETANOL DENGAN MENAMBAHKAN SISTEM SIRKULASI AIR PENDINGIN LAPORAN TUGAS AKHIR MODIFIKASI KONDENSOR SISTEM DISTILASI ETANOL DENGAN MENAMBAHKAN SISTEM SIRKULASI AIR PENDINGIN Disusun oleh: BENNY ADAM DEKA HERMI AGUSTINA DONSIUS GINANJAR ADY GUNAWAN I8311007 I8311009

Lebih terperinci

LAPORAN KERJA PRAKTEK 1 JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

LAPORAN KERJA PRAKTEK 1 JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Alat penukar kalor (Heat Exchanger) merupakan suatu peralatan yang digunakan untuk menukarkan energi dalam bentuk panas antara fluida yang berbeda temperatur yang

Lebih terperinci

Gambar 3.1. Plastik LDPE ukuran 5x5 cm

Gambar 3.1. Plastik LDPE ukuran 5x5 cm BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.1.1 Waktu Penelitian Penelitian pirolisis dilakukan pada bulan Juli 2017. 3.1.2 Tempat Penelitian Pengujian pirolisis, viskositas, densitas,

Lebih terperinci

Gbr. 2.1 Pusat Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU)

Gbr. 2.1 Pusat Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian HRSG HRSG (Heat Recovery Steam Generator) adalah ketel uap atau boiler yang memanfaatkan energi panas sisa gas buang satu unit turbin gas untuk memanaskan air dan

Lebih terperinci

ANALISA BAHAN BAKAR KETEL UAP PIPA AIR KAPASITAS 20 TON UAP/JAM PADA PTPN II PKS PAGAR MERBAU

ANALISA BAHAN BAKAR KETEL UAP PIPA AIR KAPASITAS 20 TON UAP/JAM PADA PTPN II PKS PAGAR MERBAU ANALISA BAHAN BAKAR KETEL UAP PIPA AIR KAPASITAS 20 TON UAP/JAM PADA PTPN II PKS PAGAR MERBAU LAPORAN TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma

Lebih terperinci

E V A P O R A S I PENGUAPAN

E V A P O R A S I PENGUAPAN E V A P O R A S I PENGUAPAN Faktor yang mempengaruhi laju evaporasi Laju dimana panas dapat dipindahkan ke cairan Jumlah panas yang dibutuhkan untuk menguapkan setiap satuan massa air Suhu maksimum yang

Lebih terperinci

RINGKASAN BAKING AND ROASTING

RINGKASAN BAKING AND ROASTING RINGKASAN BAKING AND ROASTING Bab I. Pendahuluan Baking dan Roasting pada pokoknya merupakan unit operasi yang sama: keduanya menggunakan udara yang dipanaskan untuk mengubah eating quality dari bahan

Lebih terperinci

BAB III SPESIFIKASI ALAT PROSES

BAB III SPESIFIKASI ALAT PROSES digilib.uns.ac.id BAB III SPESIFIKASI ALAT PROSES 3.1. Spesifikasi Alat Utama 3.1.1 Mixer (NH 4 ) 2 SO 4 Kode : (M-01) : Tempat mencampurkan Ammonium Sulfate dengan air : Silinder vertical dengan head

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Pasteurisasi 2.2 Sistem Pasteurisasi HTST dan Pemanfaatan Panas Kondensor

BAB II DASAR TEORI 2.1 Pasteurisasi 2.2 Sistem Pasteurisasi HTST dan Pemanfaatan Panas Kondensor BAB II DASAR TEORI 2.1 Pasteurisasi Pasteurisasi ialah proses pemanasan bahan makanan, biasanya berbentuk cairan dengan temperatur dan waktu tertentu dan kemudian langsung didinginkan secepatnya. Proses

Lebih terperinci

Laporan Tugas Akhir Pembuatan Alat Pirolisis Limbah Plastik LDPE untuk Menghasilkan Bahan Bakar Cair dengan Kapasitas 3 Kg/Batch BAB III METODOLOGI

Laporan Tugas Akhir Pembuatan Alat Pirolisis Limbah Plastik LDPE untuk Menghasilkan Bahan Bakar Cair dengan Kapasitas 3 Kg/Batch BAB III METODOLOGI digilib.uns.ac.id 8 BAB III METODOLOGI A. ALAT DAN BAHAN 1. Alat yang digunakan : a. Las listrik f. Palu b. Bor besi g. Obeng c. Kunci pas/ring h. Rol pipa d. Tang i. Gergaji besi e. Kunci L j. Alat pemotong

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perpindahan Panas Perpindahan kalor adalah ilmu yang mempelajari berpindahnya suatu energi (berupa kalor) dari suatu sistem ke sistem lain karena adanya perbedaan temperatur.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangkit Listrik Tenaga Air Panglima Besar Soedirman. mempunyai tiga unit turbin air tipe Francis poros vertikal, yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangkit Listrik Tenaga Air Panglima Besar Soedirman. mempunyai tiga unit turbin air tipe Francis poros vertikal, yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangkit Listrik Tenaga Air Panglima Besar Soedirman mempunyai tiga unit turbin air tipe Francis poros vertikal, yang digunakan sebagai penggerak mula dari generator

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Bahan Pirolisis Bahan yang di gunakan dalam pirolisis ini adalah kantong plastik es bening yang masuk dalam kategori LDPE (Low Density Polyethylene). Polietilena (PE)

Lebih terperinci

MODIFIKASI MESIN PEMBANGKIT UAP UNTUK SUMBER ENERGI PENGUKUSAN DAN PENGERINGAN PRODUK PANGAN

MODIFIKASI MESIN PEMBANGKIT UAP UNTUK SUMBER ENERGI PENGUKUSAN DAN PENGERINGAN PRODUK PANGAN MODIFIKASI MESIN PEMBANGKIT UAP UNTUK SUMBER ENERGI PENGUKUSAN DAN PENGERINGAN PRODUK PANGAN Ekoyanto Pudjiono, Gunowo Djojowasito, Ismail Jurusan Keteknikan Pertanian FTP, Universitas Brawijaya Jl. Veteran

Lebih terperinci

PABRIK SUSU TABLET EFFERVESCENT DARI SUSU KAMBING ETAWA DENGAN METODE GRANULASI BASAH

PABRIK SUSU TABLET EFFERVESCENT DARI SUSU KAMBING ETAWA DENGAN METODE GRANULASI BASAH PABRIK SUSU TABLET EFFERVESCENT DARI SUSU KAMBING ETAWA DENGAN METODE GRANULASI BASAH Disampaikan pada 23 Juni di ruang sidang D3 Teknik Kimia Amalia Putri Taranita (2311 030 007) Delita Kunhermanti (2311

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. ke tempat yang lain dikarenakan adanya perbedaan suhu di tempat-tempat

BAB II DASAR TEORI. ke tempat yang lain dikarenakan adanya perbedaan suhu di tempat-tempat BAB II DASAR TEORI 2.. Perpindahan Panas Perpindahan panas adalah proses berpindahnya energi dari suatu tempat ke tempat yang lain dikarenakan adanya perbedaan suhu di tempat-tempat tersebut. Perpindahan

Lebih terperinci

BAB II MESIN PENDINGIN. temperaturnya lebih tinggi. Didalan sistem pendinginan dalam menjaga temperatur

BAB II MESIN PENDINGIN. temperaturnya lebih tinggi. Didalan sistem pendinginan dalam menjaga temperatur BAB II MESIN PENDINGIN 2.1. Pengertian Mesin Pendingin Mesin Pendingin adalah suatu peralatan yang digunakan untuk mendinginkan air, atau peralatan yang berfungsi untuk memindahkan panas dari suatu tempat

Lebih terperinci

WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Tujuan Pengujian

WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Tujuan Pengujian 1.1 Tujuan Pengujian WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH BAB I PENDAHULUAN a) Mempelajari formulasi dasar dari heat exchanger sederhana. b) Perhitungan keseimbangan panas pada heat exchanger. c) Pengukuran

Lebih terperinci

ALAT PENGERING BERKABUT UNTUK MENGHASILKAN ZAT WARNA ALAMI DARI KULIT KAYU MAHONI, JAMBAL, DAN TINGI GUNA MENGGANTIKAN SEBAGIAN WARNA SINTETIK BATIK

ALAT PENGERING BERKABUT UNTUK MENGHASILKAN ZAT WARNA ALAMI DARI KULIT KAYU MAHONI, JAMBAL, DAN TINGI GUNA MENGGANTIKAN SEBAGIAN WARNA SINTETIK BATIK SEMINAR NASIONAL KIMIA DAN PENDIDIKAN KIMIA V Kontribusi Kimia dan Pendidikan Kimia dalam Pembangunan Bangsa yang Berkarakter Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan PMIPA FKIP UNS Surakarta, 6 April 2013

Lebih terperinci

Penurunan Bikarbonat Dalam Air Umpan Boiler Dengan Degasifier

Penurunan Bikarbonat Dalam Air Umpan Boiler Dengan Degasifier Penurunan Bikarbonat Dalam Air Umpan Boiler Dengan Degasifier Ir Bambang Soeswanto MT Teknik Kimia - Politeknik Negeri Bandung Jl Gegerkalong Hilir Ciwaruga, Bandung 40012 Telp/fax : (022) 2016 403 Email

Lebih terperinci

SIMULASI PROSES EVAPORASI NIRA DALAM FALLING FILM EVAPORATOR DENGAN ADANYA ALIRAN UDARA

SIMULASI PROSES EVAPORASI NIRA DALAM FALLING FILM EVAPORATOR DENGAN ADANYA ALIRAN UDARA SIMUASI PROSES EVAPORASI NIRA DAAM FAING FIM EVAPORATOR DENGAN ADANYA AIRAN UDARA Oleh : Ratih Triwulandari 2308 100 509 Riswanti Zawawi 2308 100 538 Pembimbing : Prof. Dr. Ir. Kusno Budhikarjono, MT Dr.

Lebih terperinci

PERENCANAAN KETEL UAP PIPA AIR SEBAGAI PENGGERAK TURBIN DENGAN KAPASITAS UAP HASIL. 40 TON/JAM, TEKANAN KERJA 17 ATM DAN SUHU UAP 350 o C

PERENCANAAN KETEL UAP PIPA AIR SEBAGAI PENGGERAK TURBIN DENGAN KAPASITAS UAP HASIL. 40 TON/JAM, TEKANAN KERJA 17 ATM DAN SUHU UAP 350 o C NASKAH PUBLIKASI PERENCANAAN KETEL UAP PIPA AIR SEBAGAI PENGGERAK TURBIN DENGAN KAPASITAS UAP HASIL 40 TON/JAM, TEKANAN KERJA 17 ATM DAN SUHU UAP 350 o C Makalah Seminar Tugas Akhir ini disusun sebagai

Lebih terperinci

TUGAS I MENGHITUNG KAPASITAS BOILER

TUGAS I MENGHITUNG KAPASITAS BOILER TUGAS I MENGHITUNG KAPASITAS BOILER Oleh : Mohammad Choirul Anam 4213 105 021 Jurusan Teknik Sistem Perkapalan Fakultas Teknologi Kelautan Institut Teknologi Sepuluh Nopember 2014 BOILER 1. Dasar Teori

Lebih terperinci

/ Teknik Kimia TUGAS 1. MENJAWAB SOAL 19.6 DAN 19.8

/ Teknik Kimia TUGAS 1. MENJAWAB SOAL 19.6 DAN 19.8 Faris Razanah Zharfan 06005225 / Teknik Kimia TUGAS. MENJAWAB SOAL 9.6 DAN 9.8 9.6 Air at 27 o C (80.6 o F) and 60 percent relative humidity is circulated past.5 cm-od tubes through which water is flowing

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pirolisator merupakan sarana pengolah limbah plastik menjadi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pirolisator merupakan sarana pengolah limbah plastik menjadi BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Perencanaan Alat Alat pirolisator merupakan sarana pengolah limbah plastik menjadi bahan bakar minyak sebagai pengganti minyak bumi. Pada dasarnya sebelum melakukan penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Dasar Dasar Perpindahan Kalor Perpindahan kalor terjadi karena adanya perbedaan suhu, kalor akan mengalir dari tempat yang suhunya tinggi ke tempat suhu rendah. Perpindahan

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISA KONDISI MESIN

BAB 4 ANALISA KONDISI MESIN BAB 4 ANALISA KONDISI MESIN 4.1. KONDENSOR Penggunaan kondensor tipe shell and coil condenser sangat efektif untuk meminimalisir kebocoran karena kondensor model ini mudah untuk dimanufaktur dan terbuat

Lebih terperinci

1. Bagian Utama Boiler

1. Bagian Utama Boiler 1. Bagian Utama Boiler Boiler atau ketel uap terdiri dari berbagai komponen yang membentuk satu kesatuan sehingga dapat menjalankan operasinya, diantaranya: 1. Furnace Komponen ini merupakan tempat pembakaran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perpindahan Panas Panas atau kalor merupakan salah satu bentuk energi. Panas dapat berpindah dari suatu zat ke zat lain. Panas dapat berpndah melalui tiga cara yaitu : 2.1.1

Lebih terperinci

PERALATAN INDUSTRI KIMIA (CRYSTALLIZATION, HEAT TREATMENT, SEPARATION & FILTER)

PERALATAN INDUSTRI KIMIA (CRYSTALLIZATION, HEAT TREATMENT, SEPARATION & FILTER) PERALATAN INDUSTRI KIMIA (CRYSTALLIZATION, HEAT TREATMENT, SEPARATION & FILTER) Penyusun: Lely Riawati, ST., MT. Agustina Eunike, ST., MT., MBA PERALATAN INDUSTRI KIMIA YANG DIBAHAS : I Material Handling

Lebih terperinci

3 KARAKTERISTIK LOKASI DAN PERALATAN YANG DIGUNAKAN UNTUK PENELITIAN

3 KARAKTERISTIK LOKASI DAN PERALATAN YANG DIGUNAKAN UNTUK PENELITIAN 44 3 KARAKTERISTIK LOKASI DAN PERALATAN YANG DIGUNAKAN UNTUK PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Industri susu adalah perusahaan penanaman modal dalam negeri (PMDN) yang mempunyai usaha di bidang industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. PLTU 3 Jawa Timur Tanjung Awar-Awar Tuban menggunakan heat. exchanger tipe Plate Heat Exchanger (PHE).

BAB I PENDAHULUAN. PLTU 3 Jawa Timur Tanjung Awar-Awar Tuban menggunakan heat. exchanger tipe Plate Heat Exchanger (PHE). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Heat Exchanger adalah alat penukar kalor yang berfungsi untuk mengubah temperatur dan fasa suatu jenis fluida. Proses tersebut terjadi dengan memanfaatkan proses perpindahan

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR ALAT DISTILASI BERTINGKAT SKALA LABORATORIUM

LAPORAN TUGAS AKHIR ALAT DISTILASI BERTINGKAT SKALA LABORATORIUM LAPORAN TUGAS AKHIR ALAT DISTILASI BERTINGKAT SKALA LABORATORIUM Disusun oleh: ARIF WIBOWO BIAN YOVIETA WIJAYA I8311004 I8311008 PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. menguji kadar air nilam dengan metode Bindwell-Sterling

III. METODOLOGI. menguji kadar air nilam dengan metode Bindwell-Sterling III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1) Nilam kering yang berasal dari Kabupaten Kuningan. Nilam segar yang terdiri dari bagian daun dan batang tanaman

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan Latar Belakang

Bab I Pendahuluan Latar Belakang Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Pada dasarnya Boiler adalah suatu wadah yang berfungsi sebagai pemanas air, panas pembakaran dialirkan ke air sampai terbentuk air panas atau steam. Steam pada tekanan

Lebih terperinci

ANALISIS PERUBAHAN TEKANAN VAKUM KONDENSOR TERHADAP KINERJA KONDENSOR DI PLTU TANJUNG JATI B UNIT 1

ANALISIS PERUBAHAN TEKANAN VAKUM KONDENSOR TERHADAP KINERJA KONDENSOR DI PLTU TANJUNG JATI B UNIT 1 EKSERGI Jurnal Teknik Energi Vol No. 2 Mei 214; 65-71 ANALISIS PERUBAHAN TEKANAN VAKUM KONDENSOR TERHADAP KINERJA KONDENSOR DI PLTU TANJUNG JATI B UNIT 1 Anggun Sukarno 1) Bono 2), Budhi Prasetyo 2) 1)

Lebih terperinci

SIMULASI PROSES EVAPORASI BLACK LIQUOR DALAM FALLING FILM EVAPORATOR DENGAN ADANYA ALIRAN UDARA

SIMULASI PROSES EVAPORASI BLACK LIQUOR DALAM FALLING FILM EVAPORATOR DENGAN ADANYA ALIRAN UDARA Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2011 SIMULASI PROSES EVAPORASI BLACK LIQUOR DALAM FALLIN FILM EVAPORATOR DENAN ADANYA ALIRAN UDARA Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

BAB IV BAHAN AIR UNTUK CAMPURAN BETON

BAB IV BAHAN AIR UNTUK CAMPURAN BETON BAB IV BAHAN AIR UNTUK CAMPURAN BETON Air merupakan salah satu bahan pokok dalam proses pembuatan beton, peranan air sebagai bahan untuk membuat beton dapat menentukan mutu campuran beton. 4.1 Persyaratan

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR EVAPORATOR TABUNG HORIZONTAL TERMODIFIKASI DENGAN PROSES BATCH

LAPORAN TUGAS AKHIR EVAPORATOR TABUNG HORIZONTAL TERMODIFIKASI DENGAN PROSES BATCH digilib.uns.ac.id LAPORAN TUGAS AKHIR EVAPORATOR TABUNG HORIZONTAL TERMODIFIKASI DENGAN PROSES BATCH Disusun Oleh: SHELLY ARYANI S. R. TRIJAYATI WACHID ARFANI SAKTIARNO WAHYU AJI TRIPUTRO I8309038 I8309040

Lebih terperinci

besarnya energi panas yang dapat dimanfaatkan atau dihasilkan oleh sistem tungku tersebut. Disamping itu rancangan tungku juga akan dapat menentukan

besarnya energi panas yang dapat dimanfaatkan atau dihasilkan oleh sistem tungku tersebut. Disamping itu rancangan tungku juga akan dapat menentukan TINJAUAN PUSTAKA A. Pengeringan Tipe Efek Rumah Kaca (ERK) Pengeringan merupakan salah satu proses pasca panen yang umum dilakukan pada berbagai produk pertanian yang ditujukan untuk menurunkan kadar air

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Umum Mesin pendingin atau kondensor adalah suatu alat yang digunakan untuk memindahkan panas dari dalam ruangan ke luar ruangan. Adapun sistem mesin pendingin yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. uap dengan kapasitas dan tekanan tertentu dan terjadi pembakaran di

BAB I PENDAHULUAN. uap dengan kapasitas dan tekanan tertentu dan terjadi pembakaran di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Umum Ketel Uap Ketel uap adalah pesawat energi yang mengubah air menjadi uap dengan kapasitas dan tekanan tertentu dan terjadi pembakaran di dapur ketel uap. Komponen-komponen

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN Tahapan-tahapan pengerjaan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Tahap Persiapan Penelitian Pada tahapan ini akan dilakukan studi literatur dan pendalaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB I PENDAHULUAN I.1. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penggunaan energi surya dalam berbagai bidang telah lama dikembangkan di dunia. Berbagai teknologi terkait pemanfaatan energi surya mulai diterapkan pada berbagai

Lebih terperinci

EVAPORASI 9/26/2012. Suatu penghantaran panas pada cairan mendidih yang banyak terjadi dalam industri pengolahan adalah evaporasi.

EVAPORASI 9/26/2012. Suatu penghantaran panas pada cairan mendidih yang banyak terjadi dalam industri pengolahan adalah evaporasi. EVAPORAI uatu penghantaran panas pada cairan mendidih yang banyak terjadi dalam industri pengolahan adalah evaporasi. Uap dari larutan yang mendidih dihilangkan dan larutan yang tinggal mempunyai konsentrasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perpindahan kalor (heat transfer) ialah ilmu untuk meramalkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perpindahan kalor (heat transfer) ialah ilmu untuk meramalkan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perpindahan Panas/Kalor Perpindahan kalor (heat transfer) ialah ilmu untuk meramalkan perpindahan energi yang terjadi karena adanya perbedaan suhu di antara benda atau material.

Lebih terperinci

/ Teknik Kimia TUGAS 1. MENJAWAB SOAL 19.6 DAN 19.8

/ Teknik Kimia TUGAS 1. MENJAWAB SOAL 19.6 DAN 19.8 Faris Razanah Zharfan 1106005225 / Teknik Kimia TUGAS 1. MENJAWAB SOAL 19.6 DAN 19.8 19.6 Air at 27 o C (80.6 o F) and 60 percent relative humidity is circulated past 1.5 cm-od tubes through which water

Lebih terperinci

Panas berpindah dari objek yang bersuhu lebih tinggi ke objek lain yang bersuhu lebih rendah Driving force perbedaan suhu Laju perpindahan = Driving

Panas berpindah dari objek yang bersuhu lebih tinggi ke objek lain yang bersuhu lebih rendah Driving force perbedaan suhu Laju perpindahan = Driving PERPINDAHAN PANAS Panas berpindah dari objek yang bersuhu lebih tinggi ke objek lain yang bersuhu lebih rendah Driving force perbedaan suhu Laju perpindahan = Driving force/resistensi Proses bisa steady

Lebih terperinci

VI. UNIT PENDUKUNG PROSES DAN LABORATORIUM

VI. UNIT PENDUKUNG PROSES DAN LABORATORIUM 75 VI. UNIT PENDUKUNG PROSES DAN LABORATORIUM A. Unit Utilitas Seperti halnya dengan pabrik-pabrik kimia lainnya, pada pabrik pembuatan Sodium Styrene Sulfonate dari 2-bromo ethyl benzene dan sulfur triokside

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN 4.1. Hot Water Heater Pemanasan bahan bakar dibagi menjadi dua cara, pemanasan yang di ambil dari Sistem pendinginan mesin yaitu radiator, panasnya di ambil dari saluran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dunia industri dewasa ini mengalami perkembangan pesat. akhirnya akan mengakibatkan bertambahnya persaingan khususnya

BAB I PENDAHULUAN. Dunia industri dewasa ini mengalami perkembangan pesat. akhirnya akan mengakibatkan bertambahnya persaingan khususnya BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Dunia industri dewasa ini mengalami perkembangan pesat. Perkembangan itu ditandai dengan berkembangnya ilmu dan teknologi yang akhirnya akan mengakibatkan

Lebih terperinci

2. STIRRED TANK REAKTOR (REAKSI TANGKI BERPENGADUK) Cara mengoperasikan : 1. Masukkan bahan yang akan diproses kedalam reactor. 2.

2. STIRRED TANK REAKTOR (REAKSI TANGKI BERPENGADUK) Cara mengoperasikan : 1. Masukkan bahan yang akan diproses kedalam reactor. 2. PILOT PLANT 1. LEACHING Cara Mengoperasikan : 1. Memasukkan padatan yang akan di ekstrak ke dalam kantung, dan tempatkan dalam basket yang terletak di bagian atas. 2. Tutup kembali basket ( kencangkan

Lebih terperinci

Tekad Sitepu, Sahala Hadi Putra Silaban Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara

Tekad Sitepu, Sahala Hadi Putra Silaban Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara PERANCANGAN HEAT RECOVERY STEAM GENERATOR (HRSG) YANG MEMANFAATKAN GAS BUANG TURBIN GAS DI PLTG PT. PLN (PERSERO) PEMBANGKITAN DAN PENYALURAN SUMATERA BAGIAN UTARA SEKTOR BELAWAN Tekad Sitepu, Sahala Hadi

Lebih terperinci

BAB III METOLOGI PENELITIAN

BAB III METOLOGI PENELITIAN BAB III METOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Metode yang digunakan adalah untuk mendekatkan permasalahan yang diteliti sehingga menjelaskan dan membahas permasalahan secara tepat. Skripsi ini menggunakan

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Diagram alir penelitian 16

Gambar 3.1 Diagram alir penelitian 16 BAB III. METODE PENELITIAN A. Desain penelitian Pelaksanaan penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahapan sebagai berikut : a. Tahap desain proses dan teknologi b. Tahap perancangan teknologi ( pirolisator

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perpindahan Panas Perpindahan panas adalah Ilmu termodinamika yang membahas tentang transisi kuantitatif dan penyusunan ulang energi panas dalam suatu tubuh materi. perpindahan

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan Latar Belakang

Bab I Pendahuluan Latar Belakang Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Sistem pemanas dengan prinsip perpindahan panas konveksi, konduksi dan radiasi adalah teknologi yang umum kita jumpai dalam kehidupan seharihari, baik alat pemanas

Lebih terperinci

Satuan Operasi dan Proses TIP FTP UB

Satuan Operasi dan Proses TIP FTP UB Satuan Operasi dan Proses TIP FTP UB Pasteurisasi susu, jus, dan lain sebagainya. Pendinginan buah dan sayuran Pembekuan daging Sterilisasi pada makanan kaleng Evaporasi Destilasi Pengeringan Dan lain

Lebih terperinci

Teknologi Desalinasi Menggunakan Multi Stage Flash Distillation (MSF)

Teknologi Desalinasi Menggunakan Multi Stage Flash Distillation (MSF) Teknologi Desalinasi Menggunakan Multi Stage Flash Distillation (MSF) IFFATUL IZZA SIFTIANIDA (37895) Program Studi Teknik Nuklir FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS GADJAH MADA ABSTRAK Teknologi Desalinasi Menggunakan

Lebih terperinci

BAB III DASAR TEORI SISTEM PLTU

BAB III DASAR TEORI SISTEM PLTU BAB III DASAR TEORI SISTEM PLTU Sistem pembangkit listrik tenaga uap (Steam Power Plant) memakai siklus Rankine. PLTU Suralaya menggunakan siklus tertutup (closed cycle) dengan dasar siklus rankine dengan

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PROSES PEMEKATAN LARUTAN UNH PADA SEKSI 600 PILOT CONVERSION PLANT

OPTIMALISASI PROSES PEMEKATAN LARUTAN UNH PADA SEKSI 600 PILOT CONVERSION PLANT ISSN 1979-2409 Optimalisasi Proses Pemekatan Larutan UNH Pada Seksi 600 Pilot Conversion Plant (Iwan Setiawan, Noor Yudhi) OPTIMALISASI PROSES PEMEKATAN LARUTAN UNH PADA SEKSI 600 PILOT CONVERSION PLANT

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN PROSES

BAB III PERANCANGAN PROSES BAB III PERANCANGAN PROSES 3.1. Uraian Proses Larutan benzene sebanyak 1.257,019 kg/jam pada kondisi 30 o C, 1 atm dari tangki penyimpan (T-01) dipompakan untuk dicampur dengan arus recycle dari menara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produksi garam dapur, gula, sodium sulphat, urea, dan lain-lain. pada batas kristalisasi dan batas kelarutan teoritis.

BAB I PENDAHULUAN. produksi garam dapur, gula, sodium sulphat, urea, dan lain-lain. pada batas kristalisasi dan batas kelarutan teoritis. BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Dalam teknik kimia kristalisasi dilakukan dalam alat pengkristal. Kristalisasi adalah suatu unit operasi teknik kimia dimana senyawa kimia dilarutkan dalam suatu pelarut

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di sebelah halaman sebelah timur Laboratorium Bahan Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN PROSES

BAB III PERANCANGAN PROSES BAB III PERANCANGAN PROSES 3.1. Uraian Proses Proses pembuatan natrium nitrat dengan menggunakan bahan baku natrium klorida dan asam nitrat telah peroleh dari dengan cara studi pustaka dan melalui pertimbangan

Lebih terperinci

1/14/2014 NERACA MASSA DALAM PENGOLAHAN PANGAN

1/14/2014 NERACA MASSA DALAM PENGOLAHAN PANGAN NERACA MASSA DALAM PENGOLAHAN PANGAN Tujuan Instruksional Khusus : Mahasiswa dapat menjelaskan prinsip dasar hukum kekekalan massa Mahasiswa dapat melakukan analisa aliran bahan yang masuk dan keluar selama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Absorpsi dan stripper adalah alat yang digunakan untuk memisahkan satu komponen atau lebih dari campurannya menggunakan prinsip perbedaan kelarutan. Solut adalah komponen

Lebih terperinci

PERENCANAAN KETEL UAP TEKANAN 6 ATM DENGAN BAHAN BAKAR KAYU UNTUK INDUSTRI SEDERHANA RUSNOTO

PERENCANAAN KETEL UAP TEKANAN 6 ATM DENGAN BAHAN BAKAR KAYU UNTUK INDUSTRI SEDERHANA RUSNOTO PERENCANAAN KETEL UAP TEKANAN 6 ATM DENGAN BAHAN BAKAR KAYU UNTUK INDUSTRI SEDERHANA RUSNOTO ABSTRAK Ketel uap/boiler adalah suatu pesawat yang mengubah air menjadi uap dengan jalan pemanasan dan uap tersebut

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penentuan parameter. perancangan. Perancangan fungsional dan struktural. Pembuatan Alat. pengujian. Pengujian unjuk kerja alat

METODE PENELITIAN. Penentuan parameter. perancangan. Perancangan fungsional dan struktural. Pembuatan Alat. pengujian. Pengujian unjuk kerja alat III. METODE PENELITIAN A. TAHAPAN PENELITIAN Pada penelitian kali ini akan dilakukan perancangan dengan sistem tetap (batch). Kemudian akan dialukan perancangan fungsional dan struktural sebelum dibuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendirikan beberapa pembangkit listrik, terutama pembangkit listrik dengan

BAB I PENDAHULUAN. mendirikan beberapa pembangkit listrik, terutama pembangkit listrik dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan kebutuhan energi listrik pada zaman globalisasi ini, Indonesia melaksanakan program percepatan pembangkitan listrik sebesar 10.000 MW dengan mendirikan

Lebih terperinci

PERHITUNGAN EFISIENSI BOILER

PERHITUNGAN EFISIENSI BOILER 1 of 10 12/22/2013 8:36 AM PERHITUNGAN EFISIENSI BOILER PERHITUNGAN EFISIENSI BOILER Efisiensi adalah suatu tingkatan kemampuan kerja dari suatu alat. Sedangkan efisiensi pada boiler adalah prestasi kerja

Lebih terperinci

KIMIA TERAPAN (APPLIED CHEMISTRY) (PENDAHULUAN DAN PENGENALAN) Purwanti Widhy H, M.Pd Putri Anjarsari, S.Si.,M.Pd

KIMIA TERAPAN (APPLIED CHEMISTRY) (PENDAHULUAN DAN PENGENALAN) Purwanti Widhy H, M.Pd Putri Anjarsari, S.Si.,M.Pd KIMIA TERAPAN (APPLIED CHEMISTRY) (PENDAHULUAN DAN PENGENALAN) Purwanti Widhy H, M.Pd Putri Anjarsari, S.Si.,M.Pd KIMIA TERAPAN Penggunaan ilmu kimia dalam kehidupan sehari-hari sangat luas CAKUPAN PEMBELAJARAN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Perancangan 4.1.1 Gambar Rakitan (Assembly) Dari perancangan yang dilakukan dengan menggunakan software Autodesk Inventor 2016, didapat sebuah prototipe alat praktikum

Lebih terperinci

BAB III PERBAIKAN ALAT

BAB III PERBAIKAN ALAT L e = Kapasitas kalor spesifik laten[j/kg] m = Massa zat [kg] [3] 2.7.3 Kalor Sensibel Tingkat panas atau intensitas panas dapat diukur ketika panas tersebut merubah temperatur dari suatu subtansi. Perubahan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A. SAMPAH

II. TINJAUAN PUSTAKA A. SAMPAH II. TINJAUAN PUSTAKA A. SAMPAH Sampah adalah sisa-sisa atau residu yang dihasilkan dari suatu kegiatan atau aktivitas. kegiatan yang menghasilkan sampah adalah bisnis, rumah tangga pertanian dan pertambangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Thermosiphon Reboiler adalah reboiler, dimana terjadi sirkulasi fluida

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Thermosiphon Reboiler adalah reboiler, dimana terjadi sirkulasi fluida BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Thermosiphon Reboiler Thermosiphon Reboiler adalah reboiler, dimana terjadi sirkulasi fluida yang akan didihkan dan diuapkan dengan proses sirkulasi almiah (Natural Circulation),

Lebih terperinci

BAB III TEORI DASAR KONDENSOR

BAB III TEORI DASAR KONDENSOR BAB III TEORI DASAR KONDENSOR 3.1. Kondensor PT. Krakatau Daya Listrik merupakan salah satu anak perusahaan dari PT. Krakatau Steel yang berfungsi sebagai penyuplai aliran listrik bagi PT. Krakatau Steel

Lebih terperinci

Pedoman Efisiensi Energi untuk Industri di Asia - www.energyefficiencyasia.org

Pedoman Efisiensi Energi untuk Industri di Asia - www.energyefficiencyasia.org DAFTAR PERIKSA OPSI NO. 8 : BOILER & PEMANAS FLUIDA TERMIS Tugas dan pemeriksaan berkala pada bagian luar boiler Seluruh pintu akses dan bidang kerja harus dirawat kedap udara dengan menggunakan paking

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perak Nitrat Perak nitrat merupakan senyawa anorganik tidak berwarna, tidak berbau, kristal transparan dengan rumus kimia AgNO 3 dan mudah larut dalam alkohol, aseton dan air.

Lebih terperinci

PROSES PRODUKSI ASAM SULFAT

PROSES PRODUKSI ASAM SULFAT PRODU KSI A SAM SU LFAT BAB III PROSES PROSES PRODUKSI ASAM SULFAT 3.1 Flow Chart Proses Produksi Untuk mempermudah pembahasan dan urutan dalam menguraikan proses produksi, penulis merangkum dalam bentuk

Lebih terperinci