Tinjauan Pasar Kerja Indonesia

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Tinjauan Pasar Kerja Indonesia"

Transkripsi

1 Agustus 2016 International Labour Organization Tabel 1: Indikator Perekonomian dan Tenaga Kerja PDB sesungguhnya (% perubahan tahun per tahun) Investasi (% PDB) Ekspor barang dan jasa (% PDB) Harga konsumen (%perubahan tahun per tahun) Perempuan Laki-laki Total Angkatan kerja (juta) 49,543 78, ,672 Pekerjaan (ribu) Angka partisipasi angkatan kerja (%) Angka pengangguran (%) Dewasa, usia Orang Muda, usia Pendapatan bulanan (Rp. Ribu) 1,878 2,348 2,181 Tingkat pekerjaan informal (%) Catatan: Semua indikator pasar kerja dibuat berdasarkan estimasi Februari 2016 untuk populasi usia 15 tahun ke atas kecuali angka pekerjaan informal (2010/11). Sumber: Economist Intelligence Unit (EIU) Country Data [Diperoleh pada 22 Juli 2016]; Badan Pusat Statistik (BPS), Survei Ketenagakerjaan Nasional (Sakernas), Februari 2016 (BPS, Jakarta) Tinjauan 1 Indonesia saat ini sedang berupaya menghadapi penurunan harga komoditas di tingkat global dan menyikapi perlambatan ekonomi yang dihadapi para mitra dagang utamanya. Faktor-faktor ini sangat memengaruhi prediksi pertumbuhan mengurangi kemungkinan mencapai pertumbuhan sebesar 7 persen per tahun pada 2018 dengan berbagai konsekuensi buruk terhadap pasar kerja. Banyak di antaranya, seperti pengangguran dan kualitas kerja, yang memperberat tantangan yang sudah ada termasuk pengangguran muda dan informalitas. Karenanya, diperlukan perubahan kebijakan untuk memperkuat upaya mencapai kesetaraan gender dalam pasar kerja dan mengurangi ketimpangan pendapatan, terutama terkait dengan adopsinya Agenda Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Agenda). 1 Informasi ini disusun oleh RIchard Home, Sameer Khatiwada (Kantor Regional ILO untuk Asia dan Pasifik), dan Owais Parray (Kantor ILO di Jakarta). Informasi data diberikan oleh Rosamario Dasso Arana (Kantor Regional ILO untuk Asia dan Pasifik).

2 Pengurangan dalam ekspor komoditas menyebabkan perlambatan pertumbuhan ekonomi, namun prediksi pertumbuhan ekonomi terlihat lebih positif berkontribusi sebesar 11 persen dan 13 persen terhadap ekspor Indonesia akan menurunkan pendapatan ekspor Indonesia. Setelah melalui pertumbuhan ekonomi yang lumayan kuat, di mana perekonomian Indonesia tumbuh sebesar 6 persen antara tahun 2011 dan 2013, pertumbuhan melamban hingga 5 persen pada 2014 dan 4,8 persen pada Pada kwartal pertama tahun 2016, perekonomian meningkat pada 4,9 persen dibandingkan pada kwartal yang sama di tahun sebelumnya. Melambatnya ekspor dan pertumbuhan investasi akibat menurunnya harga komoditas memainkan peran penting dalam perlambatan ekonomi. 3 Kinerja perekonomian yang menurun di antara mitra-mitra perdagangan regional, seperti China dan Jepang yang Saat harga komoditas sudah mencapai titik terendahnya 2016, PDB tahun ini diharapkan bertumbuh sebesar 5,1 persen dan pada 2017 sebesar 5.3 persen mengingat investasi publik terhadap infrastruktur dan konsumsi publik meningkat (Gambar 1). 4 Namun, pertumbuhan ekonomi dalam dua tahun ke depan diperkirakan sedikit lebih rendah dibandingkan target 7 persen pemerintah, yang diharapkan dapat tercapai pada Pertumbuhan ekonomi yang melamban akan berdampak pada pasar kerja dan kondisi sosial, mengingat Indonesia saat ini sedang menghadapi pengangguran kaum muda, informalitas dan kesenjangan gender. Gambar 1: Tingkat pertumbuhan PDB berdasarkan komponen utama, (%) Tingkat pertumbuhan PDB dan kontribusi (%) 8,0 7,0 6,0 5,0 4,0 3,0 2,0 1,0 0,0 Konsumsi pribadi Konsumsi pemerintah Investasi tetap bruto Neraca eksternal Saham -1,0-2, Catatan: Data 2016 dan 2017 merupakan perkiraan Sumber: EIU Country Data [Diperoleh pada 22 Juli 2016] 2 EIU Country Data [Diperoleh pada 22 Juli 2016]. 3 Produk-produk ekspor terbesar Indonesia termasuk batu bara, minyak sawit, minyak dan gas bumi, minyak mentah dan karet. 4 Country Report: Indonesia, Economist Intelligence Unit (EIU), Juni

3 Prediksi jangka panjang akan membutuhkan diversifikasi dari komoditas, terutama pada sektor manufaktur Gambar 2: Jumlah pengangguran dan tingkat pengangguran di Indonesia, ,00 12,00 Pada jangka menengah dan panjang, Indonesia perlu mencari mesin pendorong pertumbuhan untuk mendukung penciptaan lapangan kerja dan produktivitas. Untuk itu, kebijakan harus terfokus pada sektor manufaktur dan jasa kelas tinggi untuk memastikan pertumbuhan di masa depan menjadi lebih inklusif dan ramah terhadap tenaga kerja. Ini terbukti pada sektor manufaktur yang harus kembali pada tingkatan pertumbuhan sama sebelum krisis finansial pada Menurut studi terkini 5 proporsi ekspor global Indonesia pada sektor manufaktur tetap stagnan pada angka 0,6 persen. Karenanya, kendati jumlah tenaga kerja pada sektor perdagangan dan jasa mengalami pertumbuhan selama beberapa tahun terakhir, ini hanya terjadi pada rantai pemasok tahap akhir, yang mengakibatkan pekerjaan yang ada tidak terlalu produktif. Lebih dari 7 juta orang tetap menganggur meski terjadi penurunan tingkat pengangguran Pada Februari 2016, lebih dari 7 juta orang di Indonesia menganggur, menurun dari dari 8,3 juta pada 2010 dan 10,1 juta pada 2007 (Gambar 2). Angkatan kerja pada Februari 2016 tetap berada di angka 127,1 juta jiwa, namun jumlah ini menurun dari 128,3 juta pada tahun sebelumnya. Akibatnya, tingkat partisipasi angkatan kerja menurun dari 69,5 persen pada Februari 2015 menjadi 68 persen pada Februari Tingkat partisipasi pekerja perempuan berada pada 52,1 persen yang tetap rendah dibandingkan pekerja laki-laki pada 83,4 persen. Sementara itu, tingkat pengangguran pada Februari 2016 tercatat 5,5 persen, turun dari 5,8 persen pada tahun sebelumnya. Tingkat pengangguran mengalami penurunan dari 6,3 persen pada 2012 dan 7,4 persen pada Ini diakibatkan oleh penurunan angkatan kerja pada periode yang sama. 5 Bank Dunia. Indonesia Economic Quarterly, Resilience through reforms, Juni 2016 Jumlah pengangguran dalam juta 10,00 10,00 8,00 8,00 6,00 6,00 4,00 4,00 2,00 2, Total pengangguran Tingkat pengangguran Sumber: Sakernas (terbitan Februari), Tingkat heterogenitas penyerapan tenaga kerja yang besar berdasarkan provinsi Disparitas yang luas terlihat pada angka pengangguran provinsi. Pada Februari 2016, angka pengangguran di Riau diperkirakan sebesar 9 persen tertinggi dari seluruh provinsi. Hal serupa juga terlihat di Aceh, Kalimantan Timur dan Jawa Barat yang mencapai di atas 8 persen. Peningkatan yang terjadi di provinsi-provinsi ini diduga terkait dengan menurunnya ekspor komoditas, sementara di Jawa Barat diperkirakan akibat stagnannya pertumbuhan manufaktur. Namun penting untuk dicatat bahwa pengangguran di provinsi-provinsi ini secara historis memang lebih tinggi dari angka rata-rata nasional. Provinsi dengan angka pengangguran terendah meliputi Bali, Papua dan Yogyakarta, di mana pada Februari 2016 berada di bawah 3 persen. Bali merupakan daerah tujuan wisata utama di Indonesia dan terus menarik jutaan wisatawan luar dan dalam negeri setiap tahunnya. Alhasil, perekonomian Bali cenderung lebih kuat menghadapi kerentanan pengangguran dan mampu mempertahankan tingkat pengangguran yang rendah di bawah 3 persen. Daerah-daerah lain dengan tingkat pengangguran rendah termasuk Sulawesi Tengah, Maluku Utara dan Nusa Tenggara Timur. Tidak seperti Bali, rendahnya tingkat pengangguran pada provinsi-provinsi ini menggambarkan kemiskinan dan tingginya tingkat pekerjaan pada Tingkat pengangguran (%) 3

4 perekonomian informal yang cenderung menutupi kondisi sesungguhnya yang umum terjadi pada provinsi-provinsi yang belum berkembang di Indonesia. Bahkan pada Februari 2016, diperkirakan 58,2 persen lebih tinggi dari rata-rata negara Asia Timur dan Tenggara. Pada 2015, misalnya, negara-negara dengan pekerjaan rentan seperti China, Malaysia dan Filipina masing-masing sebesar 45,5 persen, 22,1 persen dan 37,4 persen. Tingginya angka pengangguran kaum muda tetap menjadi tantangan terbesar, bersama dengan informalitas Pada Februari 2016, tingkat pengangguran kaum muda di Indonesia tetap berkisar pada 17,8 persen, turun dari 20,6 persen pada tahun sebelumnya. Namun pengangguran kaum muda di Indonesia masih terbilang tinggi jika dibandingkan dengan negaranegara lain di kawasan ini. Sebagai contoh adalah China dengan tingkat pengangguran kaum muda pada 2015 berkisar 12,1 persen. Menurut perkiraan regional ILO, pada 2015, rata-rata angka pengangguran muda di Asia Timur adalah sebesar 11,7 persen, sementara Asia Tenggara sebesar 13,1 persen. Selanjutnya, rasio pengangguran muda dan dewasa 5,8 kali lebih tinggi dibandingkan tingkat pengangguran dewasa dinilai lebih tinggi dibandingkan rata-rata nasional. Rasio pengangguran muda-dewasa di Asia Timur adalah 3,2, sementara Asia Tenggara 5,1. 6 Salah satu tantangan pasar kerja yang dihadapi oleh Indonesia saat ini adalah tingginya informalitas. Berdasarkan estimasi global terkini, pekerjaan informal sebagai persentase dari pekerjaan di sektor non-pertanian diperkirakan mencapai 72,5 persen di Indonesia. 7 Angka ini lebih tinggi dibandingkan China dan Thailand (Gambar 3). Tingkat informalitas Indonesia dapat disejajarkan dengan India dan Pakistan negara-negara dengan tingkat informalitas tertinggi secara global. Mengingat prevalansi informalitas, pekerjaan yang rentan (jumlah pekerja keluarga yang tidak dibayar) dari jumlah pekerja keseluruhan juga terbilang tinggi di Indonesia. 8 Gambar 3: Pekerjaan informal sebagai bagian dari pekerjaan sektor non-pertanian di Asia, ,6 78,4 72,5 70,1 India Pakistan Indonesia Filipina Vietnam Sri Lanka Thailand Cina Catatan: Data mengenai informalitas tidak tersedia di seluruh negara di Asia dan Pasifik. Sumber: Data Statistik ketenagakerjaan terkini pada sektor informal Statistik ILO Statistics, Juni ,2 62,1 42,3 Kesenjangan gender dalam pasar kerja hanyalah gambaran kecil dari ketidakadilan gender yang lebih besar 32,6 Di Indonesia, kaum perempuan cenderung mendapatkan upah yang lebih buruk dibandingkan laki-laki di pasar kerja. Dari semua indikator pasar kerja, perempuan tertinggal. Dengan diadopsinya Agenda Pembangunan Berkelanjutan, ini menjadikan tujuan mencapai keadilan gender pada 2030 salah satu dari 17 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) sebagai sebuah tugas besar. Sebagai contoh, menurut data Februari 2015, partisipasi pasar kerja di kalangan perempuan di Indonesia hanya sebesar 50,9 persen lebih rendah dibandingkan sejumlah mitra-mitra regional (Gambar 3). Bahkan kesenjangan tingkat partisipasi kerja antara laki-laki dan perempuan mencapai 33 persen, lebih rendah dibandingkan Fiji namun lebih tinggi dibandingkan sejumlah negara di kawasan ini. 6 ILO Trends Econometric Models, November Sumber: Statistical Update on Employment in the Informal Economy, Departemen Statistik ILO, Juni ILO Trends Econometric Models, November 2015 Begitu pula dengan kesenjangan upah yang diterima. Menurut data angkatan kerja Februari 2016, rata-rata perempuan mendapatkan penghasilan sebesar 78 persen 4

5 Gambar 4: Kesenjangan gender dalam tingkat partisipasi angkatan kerja Perempuan dalam TPAK (%) Kesenjangan gender dalam TPAK (%) 90 40,0 Tingkat partisipasi angkatan kerja (%) 80 75,5 73,8 75,1 77,7 35,0 69, ,9 63,6 30, ,5 25,0 50,9 50,5 49, , ,0 15, ,0 20 5,0 10 0,0 0-5,0 Perbedaan antara tingkat partisipasi laki-laki dan perempuan Fiji Indonesia Malaysia Filipina Thailand Cina Mongolia Kamboja Vietnam Myanmar Papua New Guinea Laos Source: ILO - Trends Econometric Models, November dibandingkan rekan kerja laki-laki (Rp. 2,3 juta untuk lakilaki dibandingkan Rp. 1,8 juta untuk perempuan). 9 Ketimpangan pendapatan terus meningkat, diperburuk dengan kesenjangan keterampilan pada angkatan kerja Dalam beberapa tahun terakhir, ketimpangan pendapatan di Indonesia meningkat dengan cepat dibandingkan negaranegara tetangga di Asia Timur dan Asia Tenggara. Misalnya, pada tahun 2000 koefisien Gini salah satu koefisien yang digunakan untuk menilai ketimpangan pendapatan berada pada posisi 0,30 (salah satu yang terendah di kawasan ini), yang mengalami peningkatan menjadi 0,41 pada Selanjutnya, konsumsi per orang bagi 10 persen orangorang terkaya di Indonesia bertumbuh hingga 6 persen per tahun antara tahun 2003 hingga 2010, sementara hanya bertumbuh kurang dari 2 persen bagi 40 persen golongan masyarakat termiskin. 9 BPS, Sakernas, February 2016 (BPS, Jakarta) 10 World Bank, Indonesia s Rising Divide (World Bank, Jakarta) Salah satu penentu ketimpangan di Indonesia, seperti yang terlihat dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM), adalah ketidaksetaraan akses terhadap pekerjaan yang berkualitas baik. Tujuan pemerintah untuk mengurangi ketimpangan Koefisien Gini sebesar 0,36 pada 2019 dan mencapai SDG 10 akan sangat sulit kecuali intervensi publik dilakukan secara bersama-sama untuk menangani masalah ketimpangan ini. Selain memperkuat program perlindungan sosialnya, Indonesia juga perlu mendorong peluang pelatihan keterampilan bagi angkatan kerjanya untuk meningkatkan produktivitas. Memang bukti terkini menunjukkan bahwa kurang dari 9 persen orang (1,1 juta) dalam angkatan kerja memiliki gelar universitas. Di antara mereka yang memiliki latar belakang pendidikan universitas hanya 2,7 juta (kurang dari seperempat) berasal dari daerah pedesaan. Selanjutnya, lebih dari 16 persen (20,6 juta) tidak lulus sekolah dasar (SD) atau bahkan tidak pernah bersekolah sama sekali dan sebagian besar (67 persen) berasal dari daerah pedesaan. Transformasi struktural ekonomi untuk menuju sektor yang lebih produktif memerlukan upaya menjawab kesenjangan keterampilan dan meningkatkan peluang pendidikan dan pelatihan. 5

6 Prediksi dan Peluang Kebijakan Kendati Indonesia mengantisipasi perlambatan ekonomi dalam jangka menengah, perekonomian Indonesia masih menjadi salah satu pertumbuhan ekonomi yang terbesar dan tercepat di dunia. Namun demikian, upaya-upaya selanjutnya diperlukan untuk mengembangkan dasar transformasi struktural yang kuat yang sejalan dengan pekerjaan layak dan kualitas pekerjaan. Melangkah ke depan, kebijakan industri yang menciptakan lebih banyak lagi pekerjaan produktif harus menjadi perhatian utama. Lebih lanjut, untuk menanggulangi kesenjangan keterampilan secara efektif, pendidikan dan Pelatihan harus menjadi prioritas. Selain itu, mengantisipasi keterampilan yang dibutuhkan dalam menghadapi perkembangan teknologi akan menjadi kunci dalam mendorong pertumbuhan produktivitas (lihat Kotak 1). Menghadapi beratnya tantangan pasar kerja Indonesia, termasuk meluasnya informalitas, kesenjangan gender dan ketenagakerjaan muda, dibutuhkan serangkaian kebijakan mengenai pekerjaan layak. Untuk memastikan keterpaduan di antara kebijakan ekonomi dan sosial, dialog konstruktif yang melibatkan pemerintah, pengusaha, pekerja dan pemangku kepentingan sangat diperlukan. Agenda Pembangunan Berkelanjutan yang baru saja diadopsi, meski terbilang besar dalam skala dan aspirasi, memberikan kesempatan unik untuk membangun visi pembangunan bersama di Indonesia. Hal ini tidak hanya membantu penyusunan kebijakan yang mengarah pada sosio-ekonomi yang berkelanjutan, tapi juga memberikan kesempatan dan kerangka baru pada keterpaduan dan koordinasi kebijakan yang sejalan dengan pendekatan berbasis bukti dalam pembuatan kebijakan. Kotak1: Pengembangan keterampilan diperlukan untuk menanggulangi kehilangan pekerjaan akibat otomatisasi Lebih dari 60 persen pekerja yang menerima gaji pada industri padat karya di Indonesia menghadapi risiko tinggi otomatisasi, menurut laporan terbaru ILO. 1 Indonesia sangat rentan terkena dampak teknologi akibat tingginya sektor manufaktur padat karya dan jasa misalnya mereka yang mudah tergantikan otomatisasi. Sementara para manufaktur lebih memilih pekerja yang lebih terampil untuk mendukung dan mengelola teknologi, para pekerja dengan keterampilan rendah cenderung untuk digantikan dengan otomatisasi. Laporan ini, yang dibuat berdasarkan survei yang dilakukan di seluruh negara ASEAN (1,224 survey di Indonesia) melihat sejumlah industri yang berkontribusi pada pertumbuhan dan ketenagakerjaan, seperti: otomotif dan onderdil; listrik dan elektronik; tekstil, pakaian dan alas kaki; alihdaya proses bisnis; dan eceran. Jumlah pekerja penerima upah yang berisiko di industri tersebut mencapai setinggi 85 persen pada eceran dan 64 persen pada sektor tekstil, pakaian jadi dan alas kaki serta lebih dari 60 persen di sektor otomotif dan elektronik. Untuk mengantisipasi perubahan ini, angkatan kerja harus dilengkapi dengan keterampilan yang sesuai dan sesuai dengan kebutuhan seperti analis data dan teknologi informasi (Gambar B1). Karenanya penting bagi pengusaha, pemerintah, pekerja dan pemangku kepentingan untuk terlibat dan merespons perubahan-perubahan yang terjadi di tempat kerja. Hubungan yang membangun antara pemerintah, mitra sosial dan lembaga pelatihan pendidikan serta pelatihan menjadi penting untuk mengantisipasi permintaan keterampilan dan program pelatihan di masa mendatang. Gambar B.1: Perubahan persyaratan keterampilan dalam angkatan kerja ASEAN seiring peningkatan penggunaan teknologi Syarat keterampilan # Narasumber yang dikutip (43) Analis data 24 Teknologi informasi Kecakapan hidup Pemasaran digital/media sosial Pengetahuan produk Catatan: Jawaban dari pertanyaan: Dapatkah Anda menyebutkan bidang-bidang fungsional di mana perubahan kerja dapat mengubah tempat kerja? Sumber: ILO retail survey, 2016; ILO (2016) op. cit 1. Sumber: ILO, ASEAN in Transformation: How technology is changing jobs and enterprises (ILO, Bangkok) 6 Kantor ILO Jakarta untuk Indonesia dan Timor-Leste Menara Thamrin Lantai 22 Jl. M.H. Thamrin Kav. 3 - Jakarta Telp ; Faks jakarta@ilo.org; Website:

Menghindari jebakan penghasilan menengah di Indonesia melalui pasar tenaga kerja yang lebih inklusif dan integrasi ASEAN yang lebih dalam

Menghindari jebakan penghasilan menengah di Indonesia melalui pasar tenaga kerja yang lebih inklusif dan integrasi ASEAN yang lebih dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015: Mengelola integrasi untuk pekerjaan yang lebih baik dan kesejahteraan bersama International Labour Organization Menghindari jebakan penghasilan menengah di Indonesia melalui

Lebih terperinci

Gambaran beragam untuk sektor garmen Indonesia

Gambaran beragam untuk sektor garmen Indonesia Buletin Sektor Garmen dan Alas Kaki Indonesia Edisi I September 2017 Gambaran beragam untuk sektor garmen Indonesia Oleh Richard Horne dan Marina Cruz de Andrade Kantor Regional untuk Asia dan Pasifik

Lebih terperinci

Indonesia: Tren Sosial dan Ketenagakerjaan (terbaru) November Tren tahun 2015 memperlihatkan penurunan tingkat pertumbuhan ekonomi...

Indonesia: Tren Sosial dan Ketenagakerjaan (terbaru) November Tren tahun 2015 memperlihatkan penurunan tingkat pertumbuhan ekonomi... ASIA-PACIFIC DECENT WORK DECADE 2006 Indonesia: Tren Sosial dan Ketenagakerjaan (terbaru) November International Labour Organization Tren tahun memperlihatkan penurunan tingkat pertumbuhan ekonomi... saing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi diartikan juga sebagai peningkatan output masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi diartikan juga sebagai peningkatan output masyarakat yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi merupakan bagian penting dari pembangunan suatu negara bahkan bisa dikatakan sebagai salah satu indikator dalam menentukan keberhasilan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berbagai teori pembangunan ekonomi, mulai dari teori ekonomi klasik (Adam Smith, Robert Malthus dan David Ricardo) sampai dengan teori ekonomi modern (W.W. Rostow dan

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) METODE BARU

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) METODE BARU INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) METODE BARU Tujuan utama pembangunan adalah menciptakan lingkungan yang memungkinkan rakyat untuk menikmati umur panjang, sehat, dan menjalankan kehidupan yang produktif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fenomensa globalisasi dalam bidang ekonomi mendorong perkembangan ekonomi yang semakin dinamis antar negara. Dengan adanya globalisasi, terjadi perubahan sistem ekonomi

Lebih terperinci

International Labour Organization. Laporan Ketenagakerjaan Indonesia Memanfaatkan Teknologi untuk Pertumbuhan dan Penciptaan Lapangan Kerja

International Labour Organization. Laporan Ketenagakerjaan Indonesia Memanfaatkan Teknologi untuk Pertumbuhan dan Penciptaan Lapangan Kerja International Labour Organization Laporan Ketenagakerjaan Indonesia 2017 Memanfaatkan Teknologi untuk Pertumbuhan dan Penciptaan Lapangan Kerja Laporan Ketenagakerjaan Indonesia 2017 Memanfaatkan Teknologi

Lebih terperinci

CAPAIAN PERTUMBUHAN EKONOMI BERKUALITAS DI INDONESIA. Abstrak

CAPAIAN PERTUMBUHAN EKONOMI BERKUALITAS DI INDONESIA. Abstrak CAPAIAN PERTUMBUHAN EKONOMI BERKUALITAS DI INDONESIA Abstrak yang berkualitas adalah pertumbuhan yang menciptakan pemerataan pendapatan,pengentasan kemiskinan dan membuka kesempatan kerja yang luas. Di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang wajib dimiliki dalam mewujudkan persaingan pasar bebas baik dalam kegiatan maupun

Lebih terperinci

PENDUDUK LANJUT USIA

PENDUDUK LANJUT USIA PENDUDUK LANJUT USIA Salah satu indikator keberhasilan pembangunan adalah semakin meningkatnya usia harapan hidup penduduk. Dengan semakin meningkatnya usia harapan hidup penduduk, menyebabkan jumlah penduduk

Lebih terperinci

Fokus Negara IMF. Fokus Negara IMF. Ekonomi Asia yang Dinamis Terus Memimpin Pertumbuhan Global

Fokus Negara IMF. Fokus Negara IMF. Ekonomi Asia yang Dinamis Terus Memimpin Pertumbuhan Global Fokus Negara IMF Orang-orang berjalan kaki dan mengendarai sepeda selama hari bebas kendaraan bermotor, diadakan hari Minggu pagi di kawasan bisnis Jakarta di Indonesia. Populasi kaum muda negara berkembang

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA 4.1. Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua Provinsi Papua terletak antara 2 25-9 Lintang Selatan dan 130-141 Bujur Timur. Provinsi Papua yang memiliki luas

Lebih terperinci

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA UTARA SEPTEMBER 2016 MENURUN

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA UTARA SEPTEMBER 2016 MENURUN BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 13/02/12/Th. XX, 06 Februari 2017 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA UTARA SEPTEMBER 2016 MENURUN GINI RATIO PADA SEPTEMBER 2016 SEBESAR 0,312 Pada ember

Lebih terperinci

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK PROVINSI BENGKULU MARET 2016 MULAI MENURUN

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK PROVINSI BENGKULU MARET 2016 MULAI MENURUN No.54/09/17/I, 1 September 2016 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK PROVINSI BENGKULU MARET 2016 MULAI MENURUN GINI RATIO PADA MARET 2016 SEBESAR 0,357 Daerah Perkotaan 0,385 dan Perdesaan 0,302 Pada

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Keadaan Ketenagakerjaan Indonesia Agustus 2017 No. 103/11/Th. XX, 06 November 2017 BERITA RESMI STATISTIK Keadaan Ketenagakerjaan Indonesia Agustus 2017 A. KEADAAN KETENAGAKERJAAN Agustus 2017: Tingkat

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM NEGARA ASEAN 5+3

IV. GAMBARAN UMUM NEGARA ASEAN 5+3 IV. GAMBARAN UMUM NEGARA ASEAN 5+3 4.1 Gambaran Umum Kesenjangan Tabungan dan Investasi Domestik Negara ASEAN 5+3 Hubungan antara tabungan dan investasi domestik merupakan indikator penting serta memiliki

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TIMUR, AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TIMUR, AGUSTUS 2015 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 78//35/Th. XIII, 5 November 05 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TIMUR, AGUSTUS 05 AGUSTUS 05: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA JAWA TIMUR SEBESAR 4,47 PERSEN Jumlah angkatan kerja di

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE

BAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE BAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE 4.1. Kerjasama Ekonomi ASEAN Plus Three Kerjasama ASEAN dengan negara-negara besar di Asia Timur atau lebih dikenal dengan istilah Plus Three

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan merupakan salah satu masalah dalam proses pembangunan ekonomi. Permasalahan kemiskinan dialami oleh setiap negara, baik negara maju maupun negara berkembang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada September 2000 sebanyak 189 negara anggota PBB termasuk

BAB I PENDAHULUAN. Pada September 2000 sebanyak 189 negara anggota PBB termasuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada September 2000 sebanyak 189 negara anggota PBB termasuk Indonesia, sepakat untuk mengadopsi deklarasi Millenium Development Goals (MDG) atau Tujuan Pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur Provinsi Kalimantan Timur terletak pada 113 0 44-119 0 00 BT dan 4 0 24 LU-2 0 25 LS. Kalimantan Timur merupakan

Lebih terperinci

SITUASI KETENAGAKERJAAN INDONESIA *) FEBRUARI 2005

SITUASI KETENAGAKERJAAN INDONESIA *) FEBRUARI 2005 No. 37 / VIII / 1 Juli SITUASI KETENAGAKERJAAN INDONESIA *) FEBRUARI Jumlah angkatan kerja Februari mencapai 105,8 juta orang, bertambah 1,8 juta orang dibanding Agustus sebesar 104,0 juta orang. Jumlah

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT

V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT 5.1 Produk Kelapa Sawit 5.1.1 Minyak Kelapa Sawit Minyak kelapa sawit sekarang ini sudah menjadi komoditas pertanian unggulan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. ekonomi di setiap negara. Tujuan peningkatan penyerapan tenaga kerja sering

BAB 1 PENDAHULUAN. ekonomi di setiap negara. Tujuan peningkatan penyerapan tenaga kerja sering BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Tenaga kerja merupakan faktor yang sangat krusial bagi pembangunan ekonomi di setiap negara. Tujuan peningkatan penyerapan tenaga kerja sering menjadi prioritas dalam

Lebih terperinci

KESEMPATAN KERJA PERDAGANGAN. Rahma Iryanti Direktur Tenaga Kerja dan Pengembangan Kesempatan Kerja. Jakarta, 5 Juli 2013

KESEMPATAN KERJA PERDAGANGAN. Rahma Iryanti Direktur Tenaga Kerja dan Pengembangan Kesempatan Kerja. Jakarta, 5 Juli 2013 KESEMPATAN KERJA MENGHADAPI LIBERALISASI PERDAGANGAN Rahma Iryanti Direktur Tenaga Kerja dan Pengembangan Kesempatan Kerja Jakarta, 5 Juli 2013 1 MATERI PEMAPARAN Sekilas mengenai Liberalisasi Perdagangan

Lebih terperinci

Menilai Pekerjaan Layak di Indonesia

Menilai Pekerjaan Layak di Indonesia Menilai Pekerjaan Layak di Indonesia Sekilas tentang Profil Nasional untuk Pekerjaan Layak Apa itu Pekerjaan Layak? Agenda Pekerjaan Layak, yang dikembangkan Organisasi (ILO) semakin luas diakui sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini hampir semua negara-negara di dunia menganut sistem pasar bebas

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini hampir semua negara-negara di dunia menganut sistem pasar bebas BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Saat ini hampir semua negara-negara di dunia menganut sistem pasar bebas sehingga terkait satu sama lain. Aliran dana bebas keluar masuk dari satu negara ke negara

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 Januari 2013 Kinerja Ekonomi Daerah Cukup Kuat, Inflasi Daerah Terkendali Ditengah perlambatan perekonomian global, pertumbuhan ekonomi berbagai daerah di Indonesia

Lebih terperinci

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Bappenas. Bahan Konferensi Pers Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Bappenas. Bahan Konferensi Pers Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Bappenas Bahan Konferensi Pers Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Jakarta, 18 Februari 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI 2 Rencana Pembangunan

Lebih terperinci

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK INDONESIA MARET 2017 MENURUN

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK INDONESIA MARET 2017 MENURUN No.39/07/15/Th.XI, 17 Juli 2017 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK INDONESIA MARET 2017 MENURUN GINI RATIO PADA MARET 2017 SEBESAR 0,335 Pada Maret 2017, tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI TENAGA KERJA KONSTRUKSI. Tenaga kerja konstruksi merupakan bagian dari sektor konstruksi yang mempunyai

BAB IV KONDISI TENAGA KERJA KONSTRUKSI. Tenaga kerja konstruksi merupakan bagian dari sektor konstruksi yang mempunyai BAB IV KONDISI TENAGA KERJA KONSTRUKSI 4.1 Umum Tenaga kerja konstruksi merupakan bagian dari sektor konstruksi yang mempunyai peran yang signifikan dalam pembangunan ekonomi nasional. Dalam Analisis Kebutuhan

Lebih terperinci

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN KONSUMSI MARET 2017

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN KONSUMSI MARET 2017 No. 41/07/36/Th.XI, 17 Juli 2017 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN KONSUMSI MARET 2017 GINI RATIO PROVINSI BANTEN MARET 2017 MENURUN Pada 2017, tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk Banten yang diukur

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI SOSIAL EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BAB IV KONDISI SOSIAL EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR BAB IV KONDISI SOSIAL EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Per Kapita dan Struktur Ekonomi Tingkat pertumbuhan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Timur dalam lima tahun terakhir

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 5.1 KESIMPULAN A. Hasil tipologi berdasarkan tingkat penggangguran dan openness dalam penelitian ini menemukan: 1. Posisi negara Indonesia dan Filipina rata-rata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan oleh program pembangunan nasional ( Propenas ) yakni di

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan oleh program pembangunan nasional ( Propenas ) yakni di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu proses prioritas pembangunan nasional sebagaimana dimanfaatkan oleh program pembangunan nasional ( Propenas ) 2005-2009 yakni di bidang sumber daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Asosiasi negara- negara Asia Tenggara (ASEAN) didirikan pada tanggal 8

BAB I PENDAHULUAN. Asosiasi negara- negara Asia Tenggara (ASEAN) didirikan pada tanggal 8 BAB I PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Asosiasi negara- negara Asia Tenggara (ASEAN) didirikan pada tanggal 8 Agustus 1967 di Bangkok, Thailand dengan ditandatanganinya deklarasi Bangkok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator penting untuk menganalisis pembangunan ekonomi yang terjadi disuatu Negara yang diukur dari perbedaan PDB tahun

Lebih terperinci

1. BAB I PENDAHULUAN

1. BAB I PENDAHULUAN 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai emerging country, perekonomian Indonesia diperkirakan akan terus tumbuh tinggi. Dalam laporannya, McKinsey memperkirakan Indonesia menjadi kekuatan ekonomi

Lebih terperinci

ASUMSI PERTUMBUHAN EKONOMI APBN Tabel 1. Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2011 dan 2012

ASUMSI PERTUMBUHAN EKONOMI APBN Tabel 1. Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2011 dan 2012 ASUMSI PERTUMBUHAN EKONOMI APBN 2012 I. Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tabel 1. Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2011 dan 2012 Lembaga 2011 2012 World Bank 6,4 6,7 IMF 6,2 6,5 Asian Development

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. populasi dan pendapatan per kapita negara-negara anggota ASEAN. Dimana, Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. populasi dan pendapatan per kapita negara-negara anggota ASEAN. Dimana, Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Tabel 1.1 menunjukkan data statistik mengenai total pendapatan (PDB), jumlah populasi dan pendapatan per kapita negara-negara anggota ASEAN. Dimana, Indonesia memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu, pembangunan merupakan syarat mutlak bagi suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu, pembangunan merupakan syarat mutlak bagi suatu negara. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembangunan merupakan suatu alat yang digunakan untuk mencapai tujuan negara, dimana pembangunan mengarah pada proses untuk melakukan perubahan kearah yang lebih baik.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketimpangan dapat diatasi dengan industri. Suatu negara dengan industri yang

BAB I PENDAHULUAN. ketimpangan dapat diatasi dengan industri. Suatu negara dengan industri yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri memegang peranan penting dalam pembangunan ekonomi. Di era globalisasi ini, industri menjadi penopang dan tolak ukur kesejahteraan suatu negara. Berbagai

Lebih terperinci

Tren Ketenagakerjaan dan Sosial di Indonesia 2011

Tren Ketenagakerjaan dan Sosial di Indonesia 2011 Organisasi Perburuhan Internasional Tren Ketenagakerjaan dan Sosial di Indonesia 2011 Mempromosikan pertumbuhan lapangan kerja di tingkat provinsi Kantor ILO di Indonesia Tren Ketenagakerjaan dan Sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendekatan pembangunan manusia telah menjadi tolak ukur pembangunan. pembangunan, yaitu United Nations Development Programme (UNDP)

BAB I PENDAHULUAN. Pendekatan pembangunan manusia telah menjadi tolak ukur pembangunan. pembangunan, yaitu United Nations Development Programme (UNDP) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sumber Daya Manusia (SDM) adalah kekayaan suatu negara yang dijadikan sebagai modal dasar pembangunan. Pembangunan bertujuan untuk menciptakan lingkungan

Lebih terperinci

Laporan Upah Global 2016/17. Ketimpangan upah di tempat kerja

Laporan Upah Global 2016/17. Ketimpangan upah di tempat kerja Ringkasan Eksekutif Ketimpangan upah di tempat kerja 1 2 Ringkasan Eksekutif Ringkasan Eksekutif 3 Bagian I. Tren utama dalam upah Konteks Dalam beberapa tahun terakhir semakin diakui perlunya memantau

Lebih terperinci

SUSTAINABLE DEVELOPMENT THROUGH GREEN ECONOMY AND GREEN JOBS

SUSTAINABLE DEVELOPMENT THROUGH GREEN ECONOMY AND GREEN JOBS SUSTAINABLE DEVELOPMENT THROUGH GREEN ECONOMY AND GREEN JOBS BY : SHINTA WIDJAJA KAMDANI JAKARTA, FEBRUARY 24 TH 2015 APAKAH ITU EKONOMI HIJAU? Ekonomi Hijau : - Peningkatan kualitas hidup & kesetaraan

Lebih terperinci

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SULAWESI TENGGARA MARET 2017 MENURUN TERHADAP MARET 2016

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SULAWESI TENGGARA MARET 2017 MENURUN TERHADAP MARET 2016 BADAN PUSAT STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK No.39/07/Th.XX, 17 Juli 2017 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SULAWESI TENGGARA MARET 2017 MENURUN TERHADAP MARET 2016 GINI RATIO PADA MARET 2017 SEBESAR

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. 4.1 Gambaran Umum Perekonomian di Negara-negara ASEAN+3

IV. GAMBARAN UMUM. 4.1 Gambaran Umum Perekonomian di Negara-negara ASEAN+3 IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Gambaran Umum Perekonomian di Negara-negara ASEAN+3 4.1.1 Produk Domestik Bruto (PDB) Selama kurun waktu tahun 2001-2010, PDB negara-negara ASEAN+3 terus menunjukkan tren yang meningkat

Lebih terperinci

Prospek Perekonomian Indonesia dan Regulasi Perpajakan Aviliani 10 Maret 2016

Prospek Perekonomian Indonesia dan Regulasi Perpajakan Aviliani 10 Maret 2016 Prospek Perekonomian Indonesia dan Regulasi Perpajakan 2016 Aviliani 10 Maret 2016 SISTEM PEREKONOMIAN Aliran Barang dan Jasa Gross Domestic Bruto Ekonomi Global Kondisi Global Perekonomian Global masih

Lebih terperinci

Mengurangi Kemiskinan Melalui Keterbukaan dan Kerjasama Penyediaan Data

Mengurangi Kemiskinan Melalui Keterbukaan dan Kerjasama Penyediaan Data Mengurangi Kemiskinan Melalui Keterbukaan dan Kerjasama Penyediaan Data Disampaikan oleh: DeputiMenteri PPN/Kepala Bappenas Bidang Kependudukan dan Ketenagakerjaan pada Peluncuran Peta Kemiskinan dan Penghidupan

Lebih terperinci

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) 3.1. Asumsi Dasar yang Digunakan Dalam APBN Kebijakan-kebijakan yang mendasari APBN 2017 ditujukan

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TIMUR, AGUSTUS 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TIMUR, AGUSTUS 2016 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 74/11/35/Th. XIV, 7 November 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TIMUR, AGUSTUS 2016 AGUSTUS 2016 : TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA JAWA TIMUR SEBESAR 4,21 PERSEN Jumlah angkatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun Globalisasi

I. PENDAHULUAN. Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun Globalisasi I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun 1980. Globalisasi selain memberikan dampak positif, juga memberikan dampak yang mengkhawatirkan bagi negara yang

Lebih terperinci

2.2 EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN RKPD SAMPAI DENGAN TAHUN 2013 DAN REALISASI RPJMD

2.2 EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN RKPD SAMPAI DENGAN TAHUN 2013 DAN REALISASI RPJMD 143 2.2 EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN RKPD SAMPAI DENGAN TAHUN 2013 DAN REALISASI RPJMD 2.2.1 Evaluasi Indikator Kinerja Utama Pembangunan Daerah Kinerja pembangunan Jawa Timur tahun 2013 diukur

Lebih terperinci

INTERVENSI PROGRAM UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS UKM

INTERVENSI PROGRAM UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS UKM INTERVENSI PROGRAM UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS UKM Mendorong Pertumbuhan Ekonomi dan Daya Saing Rahma Iryanti Deputi Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Deputi Kepala Bappenas Jakarta, 15 Juni

Lebih terperinci

IV. DINAMIKA DISPARITAS WILAYAH DAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

IV. DINAMIKA DISPARITAS WILAYAH DAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR IV. DINAMIKA DISPARITAS WILAYAH DAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR 4.1. Dinamika Disparitas Wilayah Pembangunan wilayah merupakan sub sistem dari pembangunan koridor ekonomi dan provinsi dan merupakan bagian

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI AGUSTUS 2014

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI AGUSTUS 2014 PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI AGUSTUS 2014 A. Perkembangan perekonomian dan perdagangan Thailand 1. Selama periode Januari-Agustus 2014, neraca perdagangan Thailand dengan

Lebih terperinci

PEREKONOMIAN INDONESIA TAHUN 2007: PROSPEK DAN KEBIJAKAN

PEREKONOMIAN INDONESIA TAHUN 2007: PROSPEK DAN KEBIJAKAN PEREKONOMIAN INDONESIA TAHUN 2007: PROSPEK DAN KEBIJAKAN KANTOR MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (BAPPENAS) DIREKTORAT PERENCANAAN MAKRO FEBRUARI

Lebih terperinci

Membedah Kinerja Setahun Pemerintahan Jokowi

Membedah Kinerja Setahun Pemerintahan Jokowi SEMINAR EKONOMI INDONESIA MENUJU KRISIS? Membedah Kinerja Setahun Pemerintahan Jokowi ENNY SRI HARTATI Auditorium Kampus Kwik Kian Gie School of Business 21 Oktober 2015 INSTITUTE FOR DEVELOPMENT OF ECONOMICS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2008 dan 2009 merupakan tahun-tahun yang penuh tantangan bagi

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2008 dan 2009 merupakan tahun-tahun yang penuh tantangan bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tahun 2008 dan 2009 merupakan tahun-tahun yang penuh tantangan bagi ekonomi dunia. Pada kedua tahun tersebut pertumbuhan ekonomi dunia akan menurun dari 4,9%

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3 IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3 4.1 Perkembangan Harga Minyak Dunia Pada awal tahun 1998 dan pertengahan tahun 1999 produksi OPEC turun sekitar tiga

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan indikator berjalannya roda perekonomian suatu negara. Ketika ekonomi tumbuh, maka ada peningkatan produksi barang dan jasa yang memerlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. termaktub dalam alenia ke-4 pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yaitu: (1)

BAB I PENDAHULUAN. termaktub dalam alenia ke-4 pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yaitu: (1) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan nasional Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sebagaimana termaktub dalam alenia ke-4 pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yaitu: (1) melindungi segenap bangsa

Lebih terperinci

PERGERAKAN HARGA CPO DAN MINYAK GORENG

PERGERAKAN HARGA CPO DAN MINYAK GORENG 67 VI. PERGERAKAN HARGA CPO DAN MINYAK GORENG Harga komoditas pertanian pada umumnya sangat mudah berubah karena perubahan penawaran dan permintaan dari waktu ke waktu. Demikian pula yang terjadi pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang berkelanjutan merupakan tujuan dari suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang berkelanjutan merupakan tujuan dari suatu negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Modal manusia berperan penting dalam pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi yang berkelanjutan merupakan tujuan dari suatu negara maka modal manusia merupakan faktor

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif: Mengatasi tantangan saat ini dan ke depan

Ringkasan Eksekutif: Mengatasi tantangan saat ini dan ke depan Ringkasan Eksekutif: Mengatasi tantangan saat ini dan ke depan Prospek pertumbuhan global masih tetap lemah dan pasar keuangan tetap bergejolak Akan tetapi, kinerja pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga

Lebih terperinci

BAB III AKSES TERHADAP PASAR TENAGA KERJA

BAB III AKSES TERHADAP PASAR TENAGA KERJA BAB III AKSES TERHADAP PASAR TENAGA KERJA Rp statistik gender tematik - Potret ketimpangan gender dalam ekonomi 21 BAB III AKSES TERHADAP PASAR TENAGA KERJA Ketidaksetaraan gender merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang melimpah. Sumber daya alam nantinya dapat digunakan sebagai pendukung

BAB I PENDAHULUAN. yang melimpah. Sumber daya alam nantinya dapat digunakan sebagai pendukung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara yang mempunyai sumber daya alam yang melimpah. Sumber daya alam nantinya dapat digunakan sebagai pendukung kegiatan industri serta

Lebih terperinci

Kinerja Ekspor Nonmigas November 2010 Memperkuat Optimisme Pencapaian Target Ekspor 2010

Kinerja Ekspor Nonmigas November 2010 Memperkuat Optimisme Pencapaian Target Ekspor 2010 SIARAN PERS Pusat HUMAS Kementerian Perdagangan Gd. I Lt. 2, Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta 111 Telp: 21-386371/Fax: 21-358711 www.kemendag.go.id Kinerja Ekspor Nonmigas November 21 Memperkuat Optimisme

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan perhatian khusus pada kualitas sumber daya manusia.

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan perhatian khusus pada kualitas sumber daya manusia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan suatu wilayah tidak terlepas dari sumber daya manusia yang ada di dalamnya. Oleh karena itu, untuk membangun suatu wilayah diperlukan perhatian khusus pada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003)

I. PENDAHULUAN. secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003) I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara dapat diukur dan digambarkan secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003) menyatakan bahwa pertumbuhan

Lebih terperinci

Perantara. program. kesadaran upah memproduksi. Survei terhadap. di Indonesia, rumahan. dan. perusahaan, perantara yang. diketahui tentang.

Perantara. program. kesadaran upah memproduksi. Survei terhadap. di Indonesia, rumahan. dan. perusahaan, perantara yang. diketahui tentang. Indonesia: Pekerja Rumahan dan Perantara Temuan Survei Pekerja rumahan dan perantara Sangat sedikit informasi tentang hubungan antara pekerja rumahan, perantara dan perusahaan di dalam rantai nilai. Dalam

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI LAMPUNG AGUSTUS 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI LAMPUNG AGUSTUS 2016 BPS PROVINSI LAMPUNG No. 06/11/18/Th.IX, 7 November 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI LAMPUNG AGUSTUS 2016 AGUSTUS 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,62 PERSEN Penduduk yang bekerja pada

Lebih terperinci

MENINGKATKAN PERAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN 1

MENINGKATKAN PERAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN 1 MENINGKATKAN PERAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN 1 A. KONDISI KEMISKINAN 1. Asia telah mencapai kemajuan pesat dalam pengurangan kemiskinan dan kelaparan pada dua dekade yang lalu, namun

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012 [Type text] LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012 BUKU I: Prioritas Pembangunan, serta Kerangka Ekonomi Makro dan Pembiayaan Pembangunan

Lebih terperinci

BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA 81 BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA Negara-negara yang tergabung dalam ASEAN bersama dengan Cina, Jepang dan Rep. Korea telah sepakat akan membentuk suatu

Lebih terperinci

TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2008 SEBESAR 6,04 PERSEN

TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2008 SEBESAR 6,04 PERSEN BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2008 SEBESAR 6,04 PERSEN No. 17/05/34/Th. X, 15 Mei 2008 Hasil Survei Angkatan Kerja Nasional

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perubahan-perubahan mendasar dalam struktur sosial, tingkah laku sosial, dan

I. PENDAHULUAN. perubahan-perubahan mendasar dalam struktur sosial, tingkah laku sosial, dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan adalah suatu proses multidimensional yang melibatkan berbagai perubahan-perubahan mendasar dalam struktur sosial, tingkah laku sosial, dan institusi sosial,

Lebih terperinci

Bismillahirrohmannirrohiim Assalamu alaikum Wr.Wb. Selamat pagi dan salam sejahtera bagi kita semua,

Bismillahirrohmannirrohiim Assalamu alaikum Wr.Wb. Selamat pagi dan salam sejahtera bagi kita semua, Sambutan Pembukaan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Pada Sustainable Development Goals (SDGs) Conference Indonesia s Agenda for SDGs toward Decent Work for All Hotel Borobudur Jakarta, 17 Februari

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Perdagangan internasional merupakan salah satu pendorong peningkatan perekonomian suatu negara. Perdagangan internasional, melalui kegiatan ekspor impor memberikan keuntungan

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI D.I. YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2017 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 2,84 PERSEN

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI D.I. YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2017 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 2,84 PERSEN q BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No.29/05/34/Th.XIX, 5 Mei 2017 KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI D.I. YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2017 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 2,84 PERSEN Pada Februari 2017, Penduduk

Lebih terperinci

INDIKATOR PASAR TENAGA KERJA INDONESIA AGUSTUS 2016 ISSN: 2088-5679 Nomor Publikasi: 04120.1604 Katalog: 2302004 Ukuran Buku: 18,2 cm x 25,7 cm Jumlah Halaman: xxiv + 146 halaman Naskah: Subdirektorat

Lebih terperinci

TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA PADA AGUSTUS 2009 SEBESAR 6,00 PERSEN

TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA PADA AGUSTUS 2009 SEBESAR 6,00 PERSEN BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 04/01/34/Th.XI, 05 Januari 2009 No. 47/12/34/Th.XI, 01 Desember 2009 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA PADA AGUSTUS 2009 SEBESAR 6,00 PERSEN (Di

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi VS Pemerataan Kesejahteraan Buruh dan Rakyat. Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia 2015

Pertumbuhan Ekonomi VS Pemerataan Kesejahteraan Buruh dan Rakyat. Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia 2015 Pertumbuhan Ekonomi VS Pemerataan Kesejahteraan Buruh dan Rakyat Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia 2015 PENDAHULUAN : Mengapa Indonesia Negara kaya, Pertumbuhan Ekonomi Meningkat, Namun Kesejahterannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sejarah ekonomi dan selalu menarik untuk dibicarakan. Pengangguran adalah

BAB I PENDAHULUAN. sejarah ekonomi dan selalu menarik untuk dibicarakan. Pengangguran adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengangguran merupakan suatu topik yang tidak pernah hilang dalam sejarah ekonomi dan selalu menarik untuk dibicarakan. Pengangguran adalah istilah bagi orang yang

Lebih terperinci

Ketua Komisi VI DPR RI. Anggota Komisi VI DPR RI

Ketua Komisi VI DPR RI. Anggota Komisi VI DPR RI PEMBERDAYAAAN KOPERASI & UMKM DALAM RANGKA PENINGKATAN PEREKONOMIAN MASYARAKAT 1) Ir. H. Airlangga Hartarto, MMT., MBA Ketua Komisi VI DPR RI 2) A. Muhajir, SH., MH Anggota Komisi VI DPR RI Disampaikan

Lebih terperinci

Lapangan Kerja bagi Kaum Muda

Lapangan Kerja bagi Kaum Muda Organisasi Perburuhan Internasional Lapangan Kerja bagi Kaum Muda SEBUAH TUJUAN NASIONAL SEKILAS tentang Lapangan Kerja Bagi Kaum Muda di Indonesia: Sekitar 57 persen dari angkatan kerja muda Indonesia

Lebih terperinci

V. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI INDONESIA. dari waktu ke waktu. Dengan kata lain pertumbuhan ekonomi merupakan proses

V. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI INDONESIA. dari waktu ke waktu. Dengan kata lain pertumbuhan ekonomi merupakan proses 115 V. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI INDONESIA 5.1. Pertumbuhan Ekonomi Petumbuhan ekonomi pada dasarnya merupakan proses perubahan PDB dari waktu ke waktu. Dengan kata lain pertumbuhan ekonomi merupakan proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. ekonomi terbesar di dunia pada tahun Tujuan pemerintah tersebut

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. ekonomi terbesar di dunia pada tahun Tujuan pemerintah tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu tujuan Pemerintah Indonesia yang tertuang dalam Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) 2011-2025, adalah menjadikan Indonesia

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT AGUSTUS 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT AGUSTUS 2016 No. 06/11/53/Th. XIX, 7 November 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT AGUSTUS 2016 AGUSTUS 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA NTT SEBESAR 3,25 % Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) NTT Agustus 2016 mencapai

Lebih terperinci

TINGKAT PENGANGGURAN TERTINGGI DI KOTA YOGYAKARTA, NAMUN JUMLAH PENGANGGUR TERBANYAK

TINGKAT PENGANGGURAN TERTINGGI DI KOTA YOGYAKARTA, NAMUN JUMLAH PENGANGGUR TERBANYAK BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 03/01/34/Th.X, 02 Januari 2008 SAKERNAS AGUSTUS 2007 MENGHASILKAN ANGKA PENGANGGURAN PERBANDINGAN ANTAR KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI DIY : TINGKAT PENGANGGURAN TERTINGGI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara fundamental, bahwa gerak perdagangan semakin terbuka, dinamis, dan cepat yang menyebabkan

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN I. Ekonomi Dunia Pertumbuhan ekonomi nasional tidak terlepas dari perkembangan ekonomi dunia. Sejak tahun 2004, ekonomi dunia tumbuh tinggi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Proses pembangunan memerlukan Gross National Product (GNP) yang tinggi

I. PENDAHULUAN. Proses pembangunan memerlukan Gross National Product (GNP) yang tinggi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses pembangunan memerlukan Gross National Product (GNP) yang tinggi dan pertumbuhan ekonomi yang cepat. Di banyak negara syarat utama bagi terciptanya penurunan kemiskinan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Peraturan Presiden No 32 Tahun 2011 tentang MP3EI (Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia) merupakan sebuah langkah besar permerintah dalam mencapai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Industri pariwisata dalam beberapa kurun waktu terakhir telah mendapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Industri pariwisata dalam beberapa kurun waktu terakhir telah mendapat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Industri pariwisata dalam beberapa kurun waktu terakhir telah mendapat perhatian lebih dari seluruh dunia sebagai sumber perekonomian dan devisa negara. Industri pariwisata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor keuangan memegang peranan yang sangat signifikan dalam memacu pertumbuhan ekonomi suatu negara. Sektor keuangan menjadi lokomotif pertumbuhan sektor riil melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian yang secara terus menerus tumbuh akan menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian yang secara terus menerus tumbuh akan menimbulkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perekonomian yang secara terus menerus tumbuh akan menimbulkan stabilnya kondisi harga dan terbukanya kesempatan peningkatan pembangunan yang luas, baik berupa

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata saat ini telah menjadi salah satu motor penggerak ekonomi dunia terutama dalam penerimaan devisa negara melalui konsumsi yang dilakukan turis asing terhadap

Lebih terperinci