Pola Mikroba Pasien yang Dirawat di Intensive Care Unit RSUP Sanglah Denpasar serta Kepekaannya Terhadap Antibiotik pada Agustus Oktober 2013 ABSTRAK
|
|
- Sonny Pranoto
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Pola Mikroba Pasien yang Dirawat di Intensive Care Unit RSUP Sanglah Denpasar serta Kepekaannya Terhadap Antibiotik pada Agustus Oktober 2013 Rachmy Hamdiyati 1, Komang Januartha Putra Pinatih 2, Ni Nengah Dwi Fatmawati 3 1 Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 2 Bagian/SMF Mikrobiologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/ RSUP Sanglah ABSTRAK Latar belakang : Rumah sakit adalah tempat orang yang sedang sakit untuk mencari perawatan, namun juga menjadi sarang bagi berbagai macam bakteri penyebab utama infeksi. Infeksi terutama terjadi di ruang rawat intensif atau Intensive Care Unit (ICU), karena ICU terkontaminasi oleh bakteri dan mikroba lain, dan pasien di ICU seringdalam keadaan imunocompromise, tindakan dan monitoring secara invasive, dan kontak staf rumah sakit dan pasien menyebabkan munculnya infeksi nosokomial. Tingginya penggunaan antibiotik juga menyebabkan resistensi, yang akan menyulitkan terapi dan mempermudah penyebaran infeksi. Pola mikroba dan kepekaannya berbeda di setiap rumah sakit. Oleh karena itu diperlukan pengetahuan mengenai pola mikroba dan kepekaannya pada ICU RSUP Sanglah. Metode : Penelitian ini menggunakan metode cross-sectional. Sampel penelitian menggunakan spesimen klinis yang diterima Laboratorium Bagian/SMF Mikrobiologi RSUP Sanglah yang kemudian diidentifikasi. Uji kepekaan dilakukan terhadap 50 sampel yang memenuhi kriteria inklusi. Hasil dan kesimpulan : Mikroorganisme yang banyak ditemui adalah Pseudomonas aeruginosa (18%), Acinetobacter baumanii (18%), Staphylococcus koagulase negatif (12%), Candida spp. (10%), dan Staphylococcus aureus (8%). Kemudian diketahui bakteri gram positif memiliki resistensi terhadap tetracycline dan erythromycin. Bakteri gram negatif memiliki resistensi terhadap cefotaxime, amikacin, cefuroxime, cephalothin dan chloramphenicol. Saran : Penelitian seperti ini dapat dilaksanakan secara berkelanjutan dengan sampel dan metode yang lebih baik. Kata kunci : ICU, pola kepekaan, pola mikroba, pola kuman, antibiotik 1
2 Bab I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seperti yang selama ini kita ketahui, rumah sakit adalah tempat orang yang sedang sakit untuk mencari perawatan. Namun rumah sakit selain tempat untuk mencari perawatan, juga menjadi sarang bagi berbagai macam bakteri penyebab utama infeksi. Infeksi terutama terjadi di ruang rawat intensif atau Intensive Care Unit (ICU). Ini terjadi karena ICU terkontaminasi oleh bakteri dan mikroba lain, sementara pasien di ICU seringkali dalam keadaan imunocompromise, tindakan dan monitoring secara invasive, dan seringnya kontak antara staf rumah sakit dan pasien menyebabkan munculnya infeksi nosokomial. Tingginya penggunaan antibiotik juga menyebabkan resistensi, yang akan menyulitkan terapi dan mempermudah penyebaran infeksi 1,2 10% pasien rawat inap di seluruh dunia mengalami infeksi baru selama dirawat, kurang lebih sekitar 1,4 juta infeksi per tahun. 1 Kejadian infeksi di ICU dilaporkan paling tinggi di antara semua infeksi yang didapatkan di rumah sakit di Amerika Serikat dan Eropa. 3 Di Amerika Serikat sendiri, dilaporkan sekitar pasien meninggal setiap tahun karena infeksi nosokomial. Sebuah penelitian di 11 rumah sakit di Jakarta melaporkan bahwa 9,8% pasien rawat inap mengalami infeksi baru selama dirawat di tahun Sebuah penelitian yang dilakukan tahun di ICU RS Fatmawati Jakarta menunjukkan bahwa bakteri gram negatif terbanyak yang menyebabkan infeksi di ICU rumah sakit tersebut adalah Pseudomonas sp, Klebsiella sp, Escherichia coli. Sedangkan yang termasuk gram positif adalah Streptococcus β haemoliticus, Staphylococcus epidermidis dan Staphylococcus aureus. Bakteri-bakteri tersebut resisten terhadap ampicillin, amoxicillin, penicillin G, tetracycline dan chloramphenicol. 4 Sementara pada sebuah penelitian di ICU RS Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar pada tahun 2009, ditemukan bahwa Klebsiella pneumonia adalah bakteri terbanyak (28,3%), dan yang lebih jarang ditemukan adalah Pseudomonas aeroginosa dan Alkaligenes faecalis masing-masing sebanyak (3,3%). 1 2
3 Tersedianya pola mikroba dan pola resistensi akan sangat membantu untuk dijadikan pedoman pencegahan dan pengobatan infeksi nosokomial. Oleh karena itu tulisan ini akan mengangkat bagaimana pola mikroba dan pola resistensi kuman pasien ICU RSUP Sanglah Denpasar 1.2 Rumusan Masalah Dengan memperhatikan latar belakang di atas, maka permasalahan yang dikaji dalam tulisan ini adalah : 1. Bagaimanakah pola mikroba yang ditemukan pada pasien yang dirawat di ICU RSUP Sanglah Denpasar. 2. Bagaimanakah pola resistensi mikroba yang ditemukan pada pasien yang dirawat di ICU RSUP Sanglah Denpasar terhadap antibiotik 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai melalui tulisan ini adalah : 1. Mengetahui pola mikroba yang ditemukan pada pasien yang dirawat di ICU RSUP Sanglah Denpasar. 2. Mengetahui pola resistensi mikroba yang ditemukan pada pasien yang dirawat di ICU RSUP Sanglah Denpasar terhadap antibiotik 1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dari tulisan ini adalah : 1. Meningkatkan pengetahuan mengenai pola mikroba dan pola resistensi pada ICU RSUP Sanglah Denpasar, sehingga dapat memberikan kontribusi untuk panduan pencegahan dan pengobatan infeksi di rumah sakit tersebut. 3
4 Bab II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi ICU Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1778/MENKES/SK/XII/2010 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan ICU di Rumah sakit, ICU (Intensive Care Unit) adalah suatu bagian dari rumah sakit yang mandiri dengan staf yang khusus dan perlengkapan yang khusus yang di tujukan untuk observasi, perawatan dan terapi pasien-pasien yang menderita penyakit akut, cedera atau penyulit-penyulit yang mengancam nyawa atau potensial mengancam nyawa dengan prognosis dubia. ICU menyediakan perawatan yang menunjang fungsi-fungsi vital pasien-pasien tersebut Mikroba yang Sering Ditemukan di ICU Pseudomonas aeruginosa P. aeruginosa adalah bakteri gram negatif, berbentuk batang dengan panjang µm dan lebar µm serta metabolismenya aerob. Bakteri yang termasuk ke famili Pseudomonadaceae ini banyak ditemukan di tanah, air dan permukaan tanaman. Merupakan pathogen oportunistik, sehingga sering menimbulkan infeksi pada pasien imunocompromise. Menurut CDC, P. aeruginosa merupakan salah satu pathogen utama dalam infeksi nosokomial. Di Amerika Serikat, terjadi 4 infeksi P. aeruginosa dalam setiap 1000 pasien rawat inap. Sedangkan CFR nya sekitar 50%. Manifestasi klinis infeksi P. aeruginosa biasanya dalam bentuk infeksi saluran kemih, dermatitis, infeksi saluran nafas, bakteremia, infeksi tulang dan sendi, infeksi saluran cerna dan berbagai infeksi lain Klebsiella spp. Adalah bakteri gram negatif, nonmotil, berbentuk batang dengan panjang µm dan lebar µm serta memiliki kapsul. Anggota famili Enterobacteriaceae ini melakukan metabolisme secara anaerob fakultatif dan merupakan flora normal pada mulut, kulit dan saluran cerna manusia. Klebsiella spp. merupakan salah satu pathogen 4
5 utama pneumonia nosokomial, septicemia, infeksi saluran kemih, dan infeksi lain. Infeksi ini sering terjadi pada pasien imunocompromise. 7, Eschericia coli Merupakan anggota famili Enterobacteriaceae dan termasuk bakteri gram negatif. Berbentuk batang dengan panjang 2 µm dan berdiameter µm. Metabolismenya anaerob fakultatif. Merupakan flora normal pada usus besar manusia dan hewan berdarah panas. 7, Streptococcus β haemolitikus Bakteri ini adalah bakteri gram positif, berbentuk bulat dan membentuk susunan rantai panjang jika dilihat di bawah mikroskop. Diameternya sekitar µm. Merupakan bakteri anaerob fakultatif. Bakteri ini dapat menimbulkan bakteremia dan infeksi lain. 7, Staphylococcus epidermidis Merupakan bakteri anggota famili Staphylococcaceae, termasuk Staphylococcus koagulase negatif dan merupakan bakteri gram negatif. Berbentuk bulat dalam klaster berbentuk seperti anggur, berdiameter sekitar µm, merupakan bakteri anaerob fakultatif, walaupun tumbuh paling baik di lingkungan aerob. S. epidermidis adalah flora normal yg ditemui pada kulit manusia, namun bakteri ini dapat menyebabkan infeksi pada pemasangan katup jantung, infeksi saluran kemih, infeksi luka bedah, infeksi dari pemasangan alat alat monitor invasif, dan lain-lain. Resistensi obat obatan terhadap S. epidermidis sering terjadi. Vancomycin masih sensitif terhadap S. epidermidis, tetapi adanya resistensi terhadap isolat pernah dilaporkan. 7, Staphylococcus aureus S. aureus dapat ditemukan pada kulit manusia, ditemukan juga pada permukaan mukosa anterior nares dan mukosa vagina. Dalam keadaan- keadaan tertentu, S. aureus dapat menyebabkan infeksi kulit yang ringan, sampai dengan community 5
6 acquired Staphylococcus bronchopneumonia. Toxin yang diproduksi oleh S. aureus merupakan penyebab pada Staphylococcal scalded skin syndrome dan toxic shock syndrome. Penicillin merupakan drug of choice untuk pengobatan infeksi S. aureus. Resisitensi penicillin disebabkan adanya elemen elemen genetik plasmidborne yang mengkode produksi β lactamase. Sekarang ini, lebih dari 80% isolat S. aureus resisten terhadap penisilin oleh karena adanya enzim β lactamase hydrolitic atau penicillinase Alkaligenes faecalis A. faecalis merupakan bakteri gram negatif, aerobik obligat, dan berbentuk batang. Bakteri saprofit ini mudah ditemukan di air, tanah dan produk susu. Endotoksin dari A. faecalis dapat menyebabkan infeksi saluran nafas, bacteremia, meningitis, dan infeksi lain Enterobacter aerogenes Merupakan anggota famili Enterobactericeae dan termasuk bakteri gram negatif dengan bentuk batang dan metabolisme anaerob fakultatif. Merupakan flora normal dalam saluran pencernaan dan dapat juga ditemuan di air, tanah dan produk susu. Bakteri ini merupakan patogen oportunis, sehingga sering menyerang pasien immunocompromise dan pasien yang menggunakan ventilasi mekanis. Manifestasi infeksi E. aerogenes biasanya berupa infeksi saluran nafas dan saluran kemih Candida spp. Candida spp. terkenal sebagai fungi yang paling sering menimbulkan infeksi. Jenis fungi ini dapat ditemukan di berbagai lingkungan. Walaupun banyak dari mereka sebenarnya adalah organism komensal, mereka dapat menjadi pathogen oportunis ketika host nya mengalami defisiensi sistem imun. C. albicans merupakan penyebab infeksi candida paling sering, walaupun kini Candida non-c.albicans mulai banyak terjadi (seperti C.glabrata dan C.krusei). Candida spp. dapat menimbulkan oral candidiasis, namun juga sering ditemukan di dalam sampel darah. 7 6
7 Acinetobacter sp. Merupakan bakteri berbentuk coccobacillary dengan diameter µm dan panjang µm, gram negatif, nonmotile, anggota famili Moraxellaceae. Merupakan bakteri aerobic. Biasa ditemukan di tanah,air dan makanan, dan dapat bertahan hidup di permukaan lembab maupun kering. Seringkali menjadi penyebab infeksi nosokomial, seperti pneumonia nosokomial, infeksi saluran kemih, meningitis, dan bakteremia. 7,8 7
8 Bab. III METODOLOGI 3.1 Desain Laporan ini menggunakan desain cross-sectional deskriptif untuk mengetahui pola mikroba dan pola resistensinya dengan menggunakan data hasil kultur dan uji sensitifitas mikroba dari ruang ICU yang masuk ke Bagian/SMF Mikrobiologi Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Sanglah Denpasar pada bulan September dan Oktober Tempat dan Waktu Pengumpulan data dilakukan pada tanggal November 2013, dengan tempat di Bagian/SMF Mikrobiologi Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Sanglah Denpasar Data Data yang digunakan dalam tulisan ini adalah hasil isolasi dan uji kepekaan bakteri yg diisolasi dari spesimen darah, sputum, urine, pus dan spesimen lainnya yang diambil dari pasien ICU RSUP Sanglah, dan diperiksa di Bagian/SMF Mikrobiologi RSUP Denpasar. Identifikasi mikroorganisme dilakukan berdasarkan metode standar. Uji kepekaan dilakukan dengan metode disk diffusion dan hasil diinterpretasikan berdasarkan guideline Clinical and Laboratory Standards Institute (CLSI) 9. Jumlah data hasil isolasi yang didapatkan berjumlah 92 buah kemudian disimpan dan diolah dengan menggunakan aplikasi Microsoft Excel Populasi dan Sampel Populasi target dari laporan ini adalah jumlah isolat yang diambil dari pasien ICU dan kepekannya terhadap antibiotik dari pasien ICU. Populasi terjangkau laporan ini adalah jumlah isolat yang diambil dari pasien ICU RSUP Sanglah dan kepekannya terhadap antibiotik. Dan sampel laporan ini adalah jumlah isolat yang diambil dari pasien ICU RSUP Sanglah pada bulan September dan Oktober 2013 dan kepekannya terhadap antibiotik. 8
9 3.5 Variabel dan Definisi Operasional Variabel Variabel dari tulisan ini adalah : 1. Isolat mikroba dari pasien ICU 2. Uji kepekaan Definisi Operasional 1. Isolat mikroba dari pasien ICU adalah isolat yang diambil dari material berupa darah, urine, sputum, pus, dan material lain milik pasien yang sedang dirawat di ruang ICU dan diidentifikasi dengan metode standar mikrobiologi. 2. Uji kepekaan adalah uji kepekaan isolat mikroba terhadap berbagai macam antibiotik, yang hasilnya diinterpretasikan berdasarkan CLSI Kriteria Inklusi dan Eksklusi Kriteria Inklusi 1. Isolat berasal dari pasien ICU RSUP Sanglah pada bulan Agustus dan September Kriteria Eksklusi 1. Sampel akan dieksklusi apabila data sampel kurang lengkap. 9
10 Pseudomonas aeruginosa Acinetobacter baumanii Staphylococcus koagulase Candida spp. Staphylococcus aureus Eschericia coli Klebsiella pneumoniae Streptococcus sp. Grup D Enterobacter gergoviae Enterobacter aerogenes Corynebacterium spp. Citrobacter diversus Proteus mirabilis Kocuria spp. Serratia marcescens Citrobacter freudii Bab IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Selama bulan September dan Oktober 2013, dari 92 sampel yang didapatkan, 42 (45,65%) kasus menunjukkan kultur negatif dan 50 (54,34%) menunjukkan hasil kultur positif. Spesimen yang menunjukkan hasil positif diambil dari sputum (44%), darah (28%), urine (12%), pus dan lainlain (18%). Mikroorganisme yang banyak ditemui adalah Pseudomonas aeruginosa (18%) dan Acinetobacter baumanii (18%), diikuti oleh Staphylococcus koagulase negatif (12%), Candida spp. (10%), dan Staphylococcus aureus (8%). Rincian lebih lengkap dapat dilihat di grafik di bawah % 16.00% 14.00% 12.00% 10.00% 8.00% 6.00% 4.00% 2.00% 0.00% Acinetobacter Bakteri Gram baumanii Negatif Staphylococcus Bakteri Gram koagulase Positif negatif Gambar 1. Isolat Mikroba Pasien ICU 10
11 Berikut ini juga ditampilkan pola resistensi antibiotik dari beberapa bakteri predominan dari isolat yang diambil dari ICU RSUP Sanglah. Antibiotik P. aeruginosa A. baumanii S. koagulase negatif E. coli K. pneumoniae Streptococcus grup D (n=8) (n=8) (n=6) (n=3) (n=3) (n=3) ampicillin/sulbactam 100% 100% (-) 0% 33% (-) Chloramphenicol 88% 100% (-) 33% 33% 0% Ciprofloxacin 63% 100% 83% 67% 33% (-) Gentamycin 75% 100% 83% 0% 0% (-) Tetracycline 100% (-) 67% 67% 33% 67% Ceftazidime 50% 100% (-) 33% 33% (-) Trimethoprim 75% (-) (-) 67% 33% (-) amoxicillin/clavulanic acid 100% 100% (-) 0% 0% 33% Cefotaxime 100% 100% 83% 33% 33% 33% Amikacin 100% 100% 33% 33% 100% (-) Cefuroxime 100% 100% (-) 33% 33% 67% Cephalothin 100% 100% 33% 33% 33% 67% Aztreonam 50% 100% (-) 33% 33% (-) cefoperazone/sulbactam 38% 100% (-) 0% 0% (-) piperacillin-tazobactam 50% 100% (-) 0% 0% (-) Meropenem 25% 100% (-) 33% 0% (-) Levofloxacin 88% 100% (-) 33% 0% (-) Cefepime 28% 100% (-) 0% 33% 67% Erythromycin (-) (-) 67% (-) (-) 67% Linezolid (-) (-) 0% (-) (-) 0% Vancomycin (-) (-) 0% (-) (-) 0% Keterangan : (-) tidak diuji atau data tidak lengkap Tabel 1. Pola resistensi beberapa bakteri predominan dari isolat ICU Untuk mengetahui lebih jelas distribusi mikroba, material tempat isolasi dan pola resistensi, dapat dilihat pada Lampiran 1. 11
12 4.2 Pembahasan Dari hasil di atas, diketahui bahwa Pseudomonas aeruginosa, Acinetobacter baumanii, dan Staphylococcus koagulase negatif merupakan isolat dominan yang ditemukan pada pasien ICU RSUP Sanglah. Candida spp. sebagai jamur yang seringkali menginfeksi manusia juga menjadi salah satu isolat dominan. Pola yang hampir sama juga dialami oleh rumah sakit lain di Indonesia, di mana bakteri-bakteri di atas juga masuk ke dalam urutan teratas isolat predominan, walaupun dengan urutan frekuensi yang berbeda-beda. Dari sampel yang di ambil dari pasien ICU, sputum, darah, dan urin merupakan material dominan yang dapat ditemukan mikroba di dalamnya. Hal ini disebabkan oleh transmisi infeksi yang sering terjadi di ICU antara lain adalah alat bantu pernapasan, kateter, alat terapi parenteral seperti cairan infus, serta tindakan-tindakan invasif lainnya. Dari data hasil uji kepekaan antibiotik secara umum didapatkan bahwa bakteri gram positif memiliki resistensi terhadap tetracycline dan erythromycin. Bakteri gram negatif memiliki resistensi terhadap cefotaxime, amikacin, cefuroxime, cephalothin dan chloramphenicol. Isolat Acinetobacter baumanii memiliki resistensi tinggi terhadap semua antibiotik yang diuji. Sementara isolate Pseudomonas aeruginosa memiliki resistensi tinggi terhadap ampiciliin/sulbactam, tetracycline, amoxicillin/clavulanic acid, cefotaxime, amikacin, cefuroxime, dan cephalothin, serta sensitif terhadap meropenem, cefepime dan cefoperazone/sulbactam. Antibiotik tersebut dapat menjadi pilihan untuk mengobati infeksi Pseudomonas aeruginosa. Isolat Staphylococcus koagulase negative memiliki resistensi tinggi terhadap ciprofloxacin, gentamycin, dan cefotaxime, namun sensitive terhadap linezolid dan vancomycin. Isolat E. coli memiliki resistensi terhadap ciprofloxacin, tetracycline dan trimethoprim, namun sensitif terhadap antibiotik lain. Isolat Klebsiella pneumonia memiliki resistensi tinggi terhadap amikacin, dan masih cenderung sensitif dengan antibiotik lain. Streptococcus grup D memiliki resistensi terhadap tetracycline, cefuroxime, cephalothin, cefepime dan erythromycin, serta sensitive terhadap chloramphenicol, linezolid, dan vancomycin. 12
13 Dari data di atas juga dapat diketahui bahwa vancomycin dan linezolid merupakan antibiotik yang sensitif untuk melawan infeksi bakteri gram positif. Untuk mengobati infeksi bakteri gram negatif, cefoperazone/sulbactam, piperacillin/tazobactam, meropenem, dan cefepime dapat menjadi pilihan. 13
14 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan tulisan ini dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Mikroorganisme yang banyak ditemui pada pasien yang dirawat di ICU RSUP Sanglah Denpasar adalah Pseudomonas aeruginosa (18%), Acinetobacter baumanii (18%), Staphylococcus koagulase negatif (12%), Candida spp. (10%), dan Staphylococcus aureus (8%). 2. Pada isolat bakteri yang ditemui pada pasien yang dirawat di ICU RSUP Sanglah Denpasar, didapatkan bahwa bahwa vancomycin dan linezolid merupakan antibiotik yang sensitif untuk melawan infeksi bakteri gram positif. Untuk mengobati infeksi bakteri gram negatif, cefoperazone/sulbactam, piperacillin/tazobactam, meropenem, dan cefepime dapat menjadi pilihan Saran 1. Dilaksanakan penelitian dengan jumlah sampel lebih besar dan rentang waktu yang lebih lama agar dapat mewakili populasi sesungguhnya. 2. Dilakukan penelitian yang lebih terperinci dan lebih baik lagi mengenai pemantauan penggunaan antibiotik dan pemantauan resistensi bakteri sehingga dapat mencegah berkembangnya resistensi bakteri-bakteri tersebut. 14
15 DAFTAR PUSTAKA 1. Noer SN. Pola Bakteri Dan Resistensinya Terhadap Antibiotik Yang Ditemukan Pada Air Dan Udara Ruang Instalasi Rawat Khusus Rsup Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar. Majalah Farmasi dan Farmakologi 2012;16(2): Adisasmito AW, Hadinegoro SRS. Infeksi Bakteri Gram Negatif di ICU Anak: epidemiologi, manajemen antibiotik dan pencegahan. Sari Pediatri 2004; 6(1): Tennati I, Harding H, Nelson M, Roye-Green K. Microbial Isolates from Patients in an Intensive Care Unit, and Associated Risk Factors. West Indian Med J 2005; 54 (4): Radji M, Fauziah S, Aribinuko N. Antibiotic sensitivity pattern of bacterial pathogens in the intensive care unit of Fatmawati Hospital, Indonesia.Asian Pacific Journal of Tropical Biomedicine (2011) Kenneth T. Todar's Online Textbook of Bacteriology [online] [cited 2013 Nov 20]. Available from URL: 6. Indonesian Society of Intensive Care Unit. [cited 2013 Nov 20]. Available from : 7. Dennis L, Anthony S. Harrison s Infectious Disease. United States: McGraw-Hill; Martinko JM, Madigan MT. Brock Biology of Microorganisms (ed.11 th ed.) Englewood Cliffs, N.J: Prentice Hall; Franklin R, Matthew A, Jeff A, et al. Performance Standards for Antimicrobial Susceptibility Testing; Twenty-Second Informational Supplement. CLSI Guideline
16 Lampiran 1 No ID Isolat Material Asal Antibiotik ampicillin/ chloramphenicol ciprofloxacin sulbactam scn blood (-) I R scn blood (-) R S scn blood (-) R R scn blood (-) (-) R 5 o scn sputum (-) R R scn c. pleura (lain) (-) R R pae blood R (-) (-) pae blood R (-) (-) pae sputum R (-) (-) pae sputum R (-) (-) pae sputum R (-) (-) pae sputum R (-) (-) pae ujung cvc (lain) R (-) (-) pae sputum R (-) (-) eco urine S (-) (-) eco urine S (-) (-) eco blood S (-) (-) c. freundii blood S (-) (-) aba sputum R (-) (-) 20 o aba sputum R (-) (-) aba sputum R (-) (-) aba sputum R (-) (-) aba sputum R (-) (-) aba sputum R R R aba kateter (lain) R (-) (-) aba blood R (-) (-) egg blood R (-) (-) egg kateter (lain) R (-) (-) kpn urine R (-) (-) kpn sputum S S I kpn sputum S S I urine (-) (-) (-) 16
17 c.albicans c.albicans u kateter (lain) (-) (-) (-) strep (d) urine (-) S (-) strep (d) sputum (-) S (-) strep (d) kateter (lain) (-) S (-) corinebacterium sp. blood S R R e. aerogenes blood R S S e. aerogenes pus I R R c. diversus urine S R I pmi sputum R R R kocuria sputum S R R mrsa kerokan (lain) (-) (-) (-) mrsa sputum (-) (-) (-) mrsa kerokan (lain) (-) (-) (-) SAU blood (-) S S sma sputum R I R No ID Isolat Material Asal Antibiotik gentamycin tetracycline ceftazidime scn blood R R (-) scn blood S S (-) scn blood R S (-) scn blood R R (-) 5 o scn sputum R R (-) scn c. pleura (lain) R R (-) pae blood (-) (-) R pae blood (-) (-) R pae sputum (-) (-) R pae sputum (-) (-) S pae sputum (-) (-) S pae sputum (-) (-) R pae ujung cvc (lain) (-) (-) S pae sputum (-) (-) S 17
18 eco urine (-) (-) S eco urine (-) (-) R eco blood (-) (-) S c. freundii blood (-) (-) S aba sputum (-) (-) R 20 o aba sputum (-) (-) R aba sputum (-) (-) R aba sputum (-) (-) R aba sputum (-) (-) R aba sputum R R R aba kateter (lain) (-) (-) R aba blood (-) (-) R egg blood (-) (-) R egg kateter (lain) (-) (-) R kpn urine (-) (-) R kpn sputum S S S kpn sputum S S S c.albicans urine (-) (-) (-) c.albicans u kateter (lain) (-) (-) (-) strep (d) urine (-) R (-) strep (d) sputum (-) S (-) strep (d) kateter (lain) (-) R (-) corinebacterium sp. blood S S R e. aerogenes blood S I S e. aerogenes pus S R R c. diversus urine S S S pmi sputum R R R kocuria sputum R R R mrsa kerokan (lain) (-) (-) (-) mrsa sputum (-) (-) (-) mrsa kerokan (lain) (-) (-) (-) SAU blood R R (-) sma sputum S R S 18
19 No ID Isolat Material Asal Antibiotik trimethoprim amoxicillin/ cefotaxime clavulanic acid scn blood (-) (-) R scn blood R (-) S scn blood S (-) R scn blood R (-) R 5 o scn sputum S (-) R scn c. pleura (lain) R (-) R pae blood (-) (-) (-) pae blood (-) (-) (-) pae sputum (-) (-) (-) pae sputum (-) (-) (-) pae sputum (-) (-) (-) pae sputum (-) (-) (-) pae ujung cvc (lain) (-) (-) (-) pae sputum (-) (-) (-) eco urine (-) (-) (-) eco urine (-) (-) (-) eco blood (-) (-) (-) c. freundii blood (-) (-) (-) aba sputum (-) (-) (-) 20 o aba sputum (-) (-) (-) aba sputum (-) (-) (-) aba sputum (-) (-) (-) aba sputum (-) (-) (-) aba sputum I R R aba kateter (lain) (-) (-) (-) aba blood (-) (-) (-) egg blood (-) (-) (-) egg kateter (lain) (-) (-) (-) kpn urine (-) (-) (-) kpn sputum S S S kpn sputum S S S c.albicans urine (-) (-) (-) 19
20 c.albicans u kateter (lain) (-) (-) (-) strep (d) urine (-) S S strep (d) sputum S S I strep (d) kateter (lain) R R R corinebacterium sp. blood R I R e. aerogenes blood R R S e. aerogenes pus R S I c. diversus urine S S I pmi sputum I R R kocuria sputum R S R mrsa kerokan (lain) (-) (-) (-) mrsa sputum (-) (-) (-) mrsa kerokan (lain) (-) (-) (-) SAU blood S (-) R sma sputum R R R No ID Isolat Material Asal Antibiotik amikacin cefuroxime cephalothin scn blood (-) (-) S scn blood S (-) S scn blood R (-) R scn blood I (-) I 5 o scn sputum R (-) R scn c. pleura (lain) S (-) S pae blood (-) (-) (-) pae blood (-) (-) (-) pae sputum (-) (-) (-) pae sputum (-) (-) (-) pae sputum (-) (-) (-) pae sputum (-) (-) (-) pae ujung cvc (lain) (-) (-) (-) pae sputum (-) (-) (-) eco urine (-) (-) (-) eco urine (-) (-) (-) 20
21 eco blood (-) (-) (-) c. freundii blood (-) (-) (-) aba sputum (-) (-) (-) 20 o aba sputum (-) (-) (-) aba sputum (-) (-) (-) aba sputum (-) (-) (-) aba sputum (-) (-) (-) aba sputum R R R aba kateter (lain) (-) (-) (-) aba blood (-) (-) (-) egg blood (-) (-) (-) egg kateter (lain) (-) (-) (-) kpn urine (-) (-) (-) kpn sputum R S S kpn sputum R S S c.albicans urine (-) (-) (-) c.albicans u kateter (lain) (-) (-) (-) strep (d) urine (-) R R strep (d) sputum S S S strep (d) kateter (lain) R R R corinebacterium sp. blood I R R e. aerogenes blood R S R e. aerogenes pus R S I c. diversus urine R S S pmi sputum R R R kocuria sputum I R R mrsa kerokan (lain) (-) (-) (-) mrsa sputum (-) (-) (-) mrsa kerokan (lain) (-) (-) (-) SAU blood S (-) S sma sputum S 0 R 21
22 No ID Isolat Material Asal Antibiotik aztreonam fosfomycin cefoperazone/ sulbactam scn blood (-) (-) (-) scn blood (-) (-) (-) scn blood (-) (-) (-) scn blood (-) (-) (-) 5 o scn sputum (-) (-) (-) scn c. pleura (lain) (-) (-) (-) pae blood R (-) R pae blood R (-) S pae sputum R (-) S pae sputum S (-) S pae sputum I (-) I pae sputum R (-) R pae ujung cvc (lain) S (-) S pae sputum I (-) R eco urine S S S eco urine R S I eco blood S (-) S c. freundii blood S (-) S aba sputum R (-) R 20 o aba sputum R (-) R aba sputum R (-) R aba sputum (-) (-) R aba sputum R (-) R aba sputum R (-) R aba kateter (lain) R (-) R aba blood R (-) R egg blood R (-) R egg kateter (lain) R R I kpn urine R S I kpn sputum S S S kpn sputum S (-) S c.albicans urine (-) (-) (-) sputum (-) (-) (-) 22
23 c.albicans c.albicans u kateter (lain) (-) (-) (-) strep (d) urine (-) (-) (-) strep (d) sputum (-) (-) (-) strep (d) kateter (lain) (-) (-) (-) corinebacterium sp. blood R (-) R e. aerogenes blood S (-) S e. aerogenes pus R (-) S c. diversus urine S I S pmi sputum R (-) R kocuria sputum R (-) R mrsa kerokan (lain) (-) (-) (-) mrsa sputum (-) (-) (-) mrsa kerokan (lain) (-) (-) (-) SAU blood (-) (-) (-) sma sputum R R (-) No ID Isolat Material Asal Antibiotik piperacillin/ tigecycline imipenem tazobactam scn blood (-) (-) I scn blood (-) (-) S scn blood (-) (-) R scn blood (-) (-) S 5 o scn sputum (-) S R scn c. pleura (lain) (-) (-) S pae blood R (-) (-) pae blood S (-) (-) pae sputum R (-) (-) pae sputum S (-) (-) pae sputum S (-) (-) pae sputum R (-) (-) pae ujung cvc (lain) S (-) (-) pae sputum R (-) (-) eco urine S (-) (-) eco urine S (-) (-) eco blood S (-) (-) 23
24 c. freundii blood I (-) (-) aba sputum R (-) (-) 20 o aba sputum R R (-) aba sputum R R (-) aba sputum R R (-) aba sputum R R (-) aba sputum R (-) R aba kateter (lain) R (-) (-) aba blood R (-) (-) egg blood R I (-) egg kateter (lain) I (-) (-) kpn urine I (-) (-) kpn sputum S S S kpn sputum I (-) S c.albicans urine (-) (-) (-) c.albicans u kateter (lain) (-) (-) (-) strep (d) urine (-) (-) S strep (d) sputum (-) (-) S strep (d) kateter (lain) (-) (-) R corinebacterium sp. blood R S S e. aerogenes blood I (-) S e. aerogenes pus S (-) S c. diversus urine S (-) S pmi sputum R (-) R kocuria sputum R (-) S mrsa kerokan (lain) (-) (-) (-) mrsa sputum (-) (-) (-) mrsa kerokan (lain) (-) (-) (-) SAU blood (-) (-) S sma sputum (-) I R 24
25 No ID Isolat Material Asal Antibiotik ertapenem meropenem levofloxacin scn blood (-) (-) S scn blood (-) S S scn blood (-) R R scn blood (-) I R 5 o scn sputum (-) S R scn c. pleura (lain) (-) R R pae blood (-) (-) (-) pae blood R (-) (-) pae sputum (-) (-) (-) pae sputum (-) (-) (-) pae sputum (-) (-) (-) pae sputum (-) (-) (-) pae ujung cvc (lain) (-) (-) (-) pae sputum (-) (-) (-) eco urine (-) (-) (-) eco urine (-) (-) (-) eco blood (-) (-) (-) c. freundii blood (-) (-) (-) aba sputum (-) (-) (-) 20 o aba sputum (-) (-) (-) aba sputum (-) (-) (-) aba sputum (-) (-) (-) aba sputum (-) (-) (-) aba sputum (-) R R aba kateter (lain) (-) (-) (-) aba blood (-) (-) (-) egg blood (-) (-) (-) egg kateter (lain) (-) (-) (-) kpn urine (-) (-) (-) kpn sputum S (-) (-) kpn sputum (-) S S c.albicans urine (-) (-) (-) sputum (-) (-) (-) 25
26 c.albicans c.albicans u kateter (lain) (-) (-) (-) strep (d) urine (-) R R strep (d) sputum (-) I S strep (d) kateter (lain) (-) R R corinebacterium sp. blood (-) S (-) e. aerogenes blood (-) S S e. aerogenes pus (-) S R c. diversus urine (-) S S pmi sputum (-) R R kocuria sputum (-) R R mrsa kerokan (lain) (-) (-) (-) mrsa sputum (-) (-) (-) mrsa kerokan (lain) (-) (-) (-) SAU blood (-) S S sma sputum (-) S (-) No ID Isolat Material Asal Antibiotik cefepime erythromycin clindamycin scn blood (-) R (-) scn blood (-) S S scn blood (-) R R scn blood (-) R R 5 o scn sputum (-) S S scn c. pleura (lain) (-) R S pae blood (-) (-) (-) pae blood (-) (-) (-) pae sputum (-) (-) (-) pae sputum (-) (-) (-) pae sputum (-) (-) (-) pae sputum (-) (-) (-) pae ujung cvc (lain) (-) (-) (-) pae sputum (-) (-) (-) eco urine (-) (-) (-) eco urine (-) (-) (-) eco blood (-) (-) (-) 26
27 c. freundii blood (-) (-) (-) aba sputum (-) (-) (-) 20 o aba sputum (-) (-) (-) aba sputum (-) (-) (-) aba sputum (-) (-) (-) aba sputum (-) (-) (-) aba sputum R (-) (-) aba kateter (lain) (-) (-) (-) aba blood (-) (-) (-) egg blood (-) (-) (-) egg kateter (lain) (-) (-) (-) kpn urine (-) (-) (-) kpn sputum (-) (-) (-) kpn sputum S (-) (-) c.albicans urine (-) (-) (-) c.albicans u kateter (lain) (-) (-) (-) strep (d) urine R R R strep (d) sputum S S S strep (d) kateter (lain) R R R corinebacterium sp. blood S (-) (-) e. aerogenes blood S (-) (-) e. aerogenes pus S (-) (-) c. diversus urine S (-) (-) pmi sputum R (-) (-) kocuria sputum R (-) (-) mrsa kerokan (lain) (-) (-) (-) mrsa sputum (-) (-) (-) mrsa kerokan (lain) (-) (-) (-) SAU blood (-) (-) S sma sputum I R R 27
28 No ID Isolat Material Asal Antibiotik linezolid vancomycin cefoxitin scn blood S S S scn blood S S S scn blood S S R scn blood S S R 5 o scn sputum S S R scn c. pleura (lain) S S I pae blood (-) (-) (-) pae blood (-) (-) (-) pae sputum (-) (-) (-) pae sputum (-) (-) (-) pae sputum (-) (-) (-) pae sputum (-) (-) (-) pae ujung cvc (lain) (-) (-) (-) pae sputum (-) (-) (-) eco urine (-) (-) (-) eco urine (-) (-) (-) eco blood (-) (-) (-) c. freundii blood (-) (-) (-) aba sputum (-) (-) (-) 20 o aba sputum (-) (-) (-) aba sputum (-) (-) (-) aba sputum (-) (-) (-) aba sputum (-) (-) (-) aba sputum (-) (-) (-) aba kateter (lain) (-) (-) (-) aba blood (-) (-) (-) egg blood (-) (-) (-) egg kateter (lain) (-) (-) (-) kpn urine (-) (-) (-) kpn sputum (-) (-) (-) kpn sputum (-) (-) (-) c.albicans urine (-) (-) (-) sputum (-) (-) (-) 28
29 c.albicans c.albicans u kateter (lain) (-) (-) (-) strep (d) urine S S (-) strep (d) sputum S S (-) strep (d) kateter (lain) S S (-) corinebacterium sp. blood (-) (-) (-) e. aerogenes blood (-) (-) (-) e. aerogenes pus (-) (-) (-) c. diversus urine (-) (-) (-) pmi sputum (-) (-) (-) kocuria sputum (-) (-) (-) mrsa kerokan (lain) (-) (-) (-) mrsa sputum (-) (-) (-) mrsa kerokan (lain) (-) (-) (-) SAU blood S S S sma sputum (-) (-) (-) 29
Kata kunci : ICU, pola kepekaan, pola mikroba, pola kuman, antibiotik
POLA MIKROBA PASIEN YANG DIRAWAT DI INTENSIVE CARE UNIT (ICU) SERTA KEPEKAANNYA TERHADAP ANTIBIOTIK DI RSUP SANGLAH DENPASAR BALI AGUSTUS - OKTOBER 2013 Rachmy Hamdiyati 1, Komang Januartha Putra Pinatih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menggambarkan kolonisasi kuman penyebab infeksi dalam urin dan. ureter, kandung kemih dan uretra merupakan organ-organ yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Infeksi saluran kemih (ISK) adalah istilah umum untuk menggambarkan kolonisasi kuman penyebab infeksi dalam urin dan pada struktur traktus urinarius. (1) Saluran
Lebih terperinciBAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Dari kurun waktu tahun 2001-2005 terdapat 2456 isolat bakteri yang dilakukan uji kepekaan terhadap amoksisilin. Bakteri-bakteri gram negatif yang menimbulkan infeksi
Lebih terperinciPENDAHULUAN. kejadian VAP di Indonesia, namun berdasarkan kepustakaan luar negeri
BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ventilator associated pneumonia (VAP) adalah bentuk infeksi nosokomial yang paling sering ditemui di unit perawatan intensif (UPI), khususnya pada
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pneumonia, mendapatkan terapi antibiotik, dan dirawat inap). Data yang. memenuhi kriteria inklusi adalah 32 rekam medik.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini mengevaluasi tentang penggunaan antibiotik pada pasien pneumonia di RSU PKU Muhammadiyah Bantul. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan terdapat 79 rekam
Lebih terperinciPola Kuman Terbanyak Sebagai Agen Penyebab Infeksi di Intensive Care Unit pada Beberapa Rumah Sakit di Indonesia
TINJAUAN PUSTAKA Pola Kuman Terbanyak Sebagai Agen Penyebab Infeksi di Intensive Care Unit pada Beberapa Rumah Sakit di Indonesia Abstrak Departemen Anestesi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. satunya bakteri. Untuk menanggulangi penyakit infeksi ini maka digunakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit infeksi merupakan salah satu penyakit yang menyerang manusia yang disebabkan oleh berbagai macam mikroba patogen, salah satunya bakteri. Untuk menanggulangi
Lebih terperinciPOLA KUMAN PASIEN YANG DIRAWAT DI RUANG RAWAT INTENSIF. RSUP Dr. KARIADI SEMARANG ARTIKEL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH
POLA KUMAN PASIEN YANG DIRAWAT DI RUANG RAWAT INTENSIF RSUP Dr. KARIADI SEMARANG ARTIKEL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat dalam menempuh Program Pendidikan
Lebih terperinciABSTRAK ANTIBIOGRAM INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT DI LABORATORIUM MIKROBIOLOGI KLINIK RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI -DESEMBER 2008
ABSTRAK ANTIBIOGRAM INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT DI LABORATORIUM MIKROBIOLOGI KLINIK RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI -DESEMBER 2008 Nita Kristiani, 2010; Pembimbing I : Penny Setyawati.
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. Pseudomonas aeruginosa (P. aeruginosa) merupakan bakteri penyebab tersering infeksi
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pseudomonas aeruginosa (P. aeruginosa) merupakan bakteri penyebab tersering infeksi di lingkungan Rumah Sakit. P. aeruginosa merupakan bakteri Gram negatif
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Antibiotik adalah zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba, terutama fungi, yang dapat menghambat atau dapat membasmi mikroba jenis lain (Setiabudy, 2009). Penemuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Salah satu penyebab kematian tertinggi di dunia. adalah infeksi. Sekitar lima puluh tiga juta kematian
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Salah satu penyebab kematian tertinggi di dunia adalah infeksi. Sekitar lima puluh tiga juta kematian di seluruh dunia pada tahun 2002, sepertiganya disebabkan oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ISK merupakan keadaan tumbuh dan berkembang biaknya kuman dalam saluran kemih meliputi infeksi di parenkim ginjal sampai infeksi di kandung kemih dengan jumlah bakteriuria
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah. kesehatan yang terus berkembang di dunia. Peningkatan
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah kesehatan yang terus berkembang di dunia. Peningkatan penyakit infeksi ini dapat memberikan pengaruh terhadap penggunaan
Lebih terperinciIDENTIFIKASI BAKTERI UDARA PADA INSTALASI RADIOLOGI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNDATA PALU. Rosa Dwi Wahyuni
IDENTIFIKASI BAKTERI UDARA PADA INSTALASI RADIOLOGI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNDATA PALU Rosa Dwi Wahyuni Departemen ilmu patologi klinik, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Tadulako. Email:
Lebih terperinciFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
IDENTIFIKASI DAN POLA KEPEKAAN BAKTERI YANG DIISOLASI DARI URIN PASIEN SUSPEK INFEKSI SALURAN KEMIH DI RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN Oleh : ESTERIDA SIMANJUNTAK 110100141 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penyebab utama penyakit infeksi (Noer, 2012). dokter, paramedis yaitu perawat, bidan dan petugas lainnya (Noer, 2012).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit merupakan tempat dimana orang yang sakit dirawat dan ditempatkan dalam jarak yang sangat dekat. Di tempat ini pasien mendapatkan terapi dan perawatan untuk
Lebih terperinci4. HASIL. Tabel 4.1. Jumlah isolat dari Bangsal Bedah RSUPNCM tahun No Kode Organisme Jumlah Isolat eco Escherichia coli
4. HASIL Data yang terkumpul dari berbagai spesimen yang dikirim dari Bangsal Bedah RSUPNCM ke Laboratorium Klinik Mikrobiologi FKUI berjumlah 90 isolat dari 89 pasien dari tahun 00-006. Pada tahun 00-004
Lebih terperinciPOLA RESISTENSI Staphylococcus
POLA RESISTENSI KOAGULASE NEGATIF TERHADAP ANTIBIOTIK YANG DIISOLASI DARI KULTUR DARAH NEONATUS TERSANGKA SEPSIS DI INSTALASI PERAWATAN NEONATUS RSUD ARIFIN ACHMAD PROVINSI RIAU PERIODE 01 JANUARI-31 DESEMBER
Lebih terperinciPOLA KEPEKAAN KUMAN TERHADAP ANTIBIOTIKA DI RUANG RAWAT INAP ANAK RUMAH SAKIT KANKER DHARMAIS JAKARTA TAHUN 2014
POLA KEPEKAAN KUMAN TERHADAP ANTIBIOTIKA DI RUANG RAWAT INAP ANAK RUMAH SAKIT KANKER DHARMAIS JAKARTA TAHUN 2014 Mega Mirawati*, Estu Lestari*, Demak L Tobing** *Poltekkes Kemenkes Jakarta III **Rumah
Lebih terperinciPROFIL BAKTERI, RESISTENSI ANTIBIOTIK DAN ANALISA GAS DARAH PADA PENDERITA PENYAKIT PARU DI RUANG RAWAT INTENSIF RUMAH SAKIT Dr. MOEWARDI SURAKARTA
PROFIL BAKTERI, RESISTENSI ANTIBIOTIK DAN ANALISA GAS DARAH PADA PENDERITA PENYAKIT PARU DI RUANG RAWAT INTENSIF RUMAH SAKIT Dr. MOEWARDI SURAKARTA Eddy Surjanto, Reviono, Harsini, Agung Dewantara Departemen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Infeksi merupakan peristiwa masuknya mikroorganisme ke suatu bagian di dalam tubuh yang secara normal dalam keadaan steril (Daniela, 2010). Infeksi dapat disebabkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh masuk dan berkembang biaknya
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh masuk dan berkembang biaknya mikroorganisme yaitu bakteri, virus, jamur, prion dan protozoa ke dalam tubuh sehingga
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Mikroorganisme penyebab penyakit infeksi disebut juga patogen
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh masuk dan berkembang biaknya mikroorganisme yaitu bakteri, virus, jamur, prion dan protozoa ke dalam tubuh sehingga
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Kateter uretra merupakan alat yang digunakan untuk. keperawatan dengan cara memasukkan kateter ke dalam kandung kemih melalui
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kateter uretra merupakan alat yang digunakan untuk tindakan keperawatan dengan cara memasukkan kateter ke dalam kandung kemih melalui uretra yang bertujuan untuk membantu
Lebih terperinciPOLA KUMAN DAN SENSITIVITAS ANTIBIOTIKA PADA ANAK DENGAN LEUKEMIA LIMFOBLASTIK AKUT YANG MENGALAMI DEMAM NEUTROPENIA
POLA KUMAN DAN SENSITIVITAS ANTIBIOTIKA PADA ANAK DENGAN LEUKEMIA LIMFOBLASTIK AKUT YANG MENGALAMI DEMAM NEUTROPENIA Utami, A.A.I.A.Y.T 1., Niruri, R 1., Ariawati, K 2 1 Jurusan Farmasi-Fakultas Matematika
Lebih terperinciDAFTAR RIWAYAT HIDUP : MUNGUNTHANII KRISHNAMOORTHY. Tempat / Tanggal lahir : SELANGOR/ 15 DISEMBER 1992
44 Lampiran 1 DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama : MUNGUNTHANII KRISHNAMOORTHY Tempat / Tanggal lahir : SELANGOR/ 15 DISEMBER 1992 Agama Alamat Kecamatan : Hindu : Jln Kangkung No. 36, Kelurahan Petisah Hulu, Medan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. pelayanan kesehatan umum seperti rumah sakit dan panti jompo. Multidrugs
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Resistensi antibiotik memiliki pengaruh besar terhadap kesehatan manusia, setidaknya 2 juta orang terinfeksi oleh bakteri yang resisten terhadap antibiotik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. paru. Bila fungsi paru untuk melakukan pembebasan CO 2 atau pengambilan O 2 dari atmosfir
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Ventilator adalah suatu sistem alat bantu hidup yang dirancang untuk menggantikan atau menunjang fungsi pernapasan yang normal. Ventilator dapat juga berfungsi untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ruang rawat intensif atau Intensive Care Unit (ICU) adalah unit perawatan di rumah sakit yang dilengkapi peralatan khusus dan perawat yang terampil merawat pasien sakit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Angka morbiditas dan mortalitas pneumonia di seluruh dunia sangat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka morbiditas dan mortalitas pneumonia di seluruh dunia sangat tinggi. Pneumonia merupakan penyakit radang akut paru yang disebabkan oleh mikroorganisme yang mengakibatkan
Lebih terperinciBAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Subjek Penelitian Dari data pasien infeksi saluran kemih (ISK) yang diperiksa di Laboratorium Mikrobiologi Klinik FKUI pada jangka waktu Januari 2001 hingga Desember 2005
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. Staphylococcus aureus, merupakan masalah yang serius, apalagi didukung kemampuan
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Munculnya strain bakteri yang resisten terhadap banyak antibiotik termasuk bakteri Staphylococcus aureus, merupakan masalah yang serius, apalagi didukung kemampuan
Lebih terperinciPola Kuman dan Uji Kepekaan Antibiotik pada Pasien Unit Perawatan Intensif Anak di Rumah Sakit Umum Daerah Koja Jakarta
Pola Kuman dan Uji Kepekaan Antibiotik pada Pasien Unit Perawatan Intensif Anak di Rumah Sakit Umum Daerah Koja Jakarta Riza Mansyoer, Ivan R. Widjaja Unit Perawatan Intensif Anak RSUD Koja Jakarta Latar
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Infeksi nosokomial merupakan infeksi yang didapat selama pasien dirawat di
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi nosokomial merupakan infeksi yang didapat selama pasien dirawat di rumah sakit 3 x 24 jam. Secara umum, pasien yang masuk rumah sakit dan menunjukkan tanda infeksi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. terjadi di Indonesia, termasuk dalam daftar jenis 10 penyakit. Departemen Kesehatan pada tahun 2005, penyakit sistem nafas
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyakit infeksi saluran nafas atas akut yang sering terjadi di Indonesia, termasuk dalam daftar jenis 10 penyakit terbanyak di rumah sakit. Menurut laporan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Penyakit infeksi masih merupakan penyebab utama. morbiditas dan mortalitas di dunia.
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penyakit infeksi masih merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di dunia. Di samping itu penyakit infeksi juga bertanggung jawab pada penurunan kualitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penyakit (kuratif) dan pencegahan penyakit (preventif) kepada masyarakat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit adalah bagian integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi menyediakan pelayanan paripurna (komprehensif), penyembuhan penyakit (kuratif)
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. neonatus dan 50% terjadi pada minggu pertama kehidupan (Sianturi, 2011). Menurut data dari
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang World Health Organization (WHO) memperkirakan secara global setiap tahun terdapat 5 juta bayi meninggal pada usia empat minggu pertama kehidupannya, dengan 98% kematian
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Enterobacteriaceae merupakan kelompok bakteri Gram negatif berbentuk
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Enterobacteriaceae merupakan kelompok bakteri Gram negatif berbentuk batang. Habitat alami bakteri ini berada pada sistem usus manusia dan binatang. Enterobacteriaceae
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Infeksi nosokomial atau Hospital-Acquired Infection. (HAI) memiliki kontribusi yang besar terhadap tingkat
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Infeksi nosokomial atau Hospital-Acquired Infection (HAI) memiliki kontribusi yang besar terhadap tingkat mortalitas di dunia. Infeksi nosokomial menempati urutan keempat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Di negara-negara berkembang, penyakit infeksi masih menempati urutan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di negara-negara berkembang, penyakit infeksi masih menempati urutan pertama dari penyebab sakit di masyarakat (Nelwan, 2002). Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan infeksi
Lebih terperinciABSTRAK PREVALENSI GEN OXA-24 PADA BAKTERI ACINETOBACTER BAUMANII RESISTEN ANTIBIOTIK GOLONGAN CARBAPENEM DI RSUP SANGLAH DENPASAR
ABSTRAK PREVALENSI GEN OXA-24 PADA BAKTERI ACINETOBACTER BAUMANII RESISTEN ANTIBIOTIK GOLONGAN CARBAPENEM DI RSUP SANGLAH DENPASAR Sulitnya penanggulangan infeksi pneumonia nosokomial oleh Acinetobacter
Lebih terperinciBAB 1. Infeksi terkait dengan perawatan kesehatan melalui pemasangan alat-alat medis
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infeksi terkait dengan perawatan kesehatan melalui pemasangan alat-alat medis yang invasif di Instalasi Perawatan Intensif merupakan salah satu faktor penting yang
Lebih terperinciLampiran 1 TABEL ZONA SENSITIVITAS ANTIBIOTIK
89 Lampiran 1 TABEL ZONA SENSITIVITAS ANTIBIOTIK 1. Enterobactericeae( Klebsiella sp., E.coli, Proteus sp., ) Agen Antimcroba Penicilins Ampicilin 13 14-16 17 Amoxycilin 14 15-16 17 B lactamam/ Blactamase
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bahan partikulat debu dan tetesan cairan, yang semuanya mengandung. rumah sakit yang bisa menyebabkan terjadinya infeksi nosokomial
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Flora mikroba di udara bersifat sementara dan beragam. Udara bukanlah suatu medium tempat mikroorganisme tumbuh, tetapi merupakan pembawa bahan partikulat debu dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ventilator Associated Pneumonia (VAP) merupakan suatu peradangan pada paru (Pneumonia)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ventilator Associated Pneumonia (VAP) merupakan suatu peradangan pada paru (Pneumonia) yang disebabkan oleh pemakaian ventilator dalam jangka waktu yang lama pada pasien
Lebih terperinciBAB VIII INFEKSI NOSOKOMIAL
BAB VIII INFEKSI NOSOKOMIAL PENDAHULUAN Setelah mahasiswa mengikuti kuliah bab VIII yang diberikan pada pertemuan keempat belas, diharapkan mahasiswa mampu menjelaskan kaitan materi sebelumnya dengan pengendalian
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Penyakit infeksi merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di dunia.
I. PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Penyakit infeksi merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di dunia. Sekitar 53 juta kematian di seluruh dunia pada tahun 2002, sepertiganya disebabkan oleh
Lebih terperinciPasien kritis adalah pasien dengan kondisi
Artikel Asli Pola Kuman dan Uji Kepekaan Antibiotik pada Pasien Unit Perawatan Intensif Anak RSMH Palembang Afriyan Wahyudhi, Silvia Triratna Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas
Lebih terperinci(Juniatiningsih, 2008). Sedangkan di RSUP Sanglah Denpasar periode Januari - Desember 2010 angka kejadian sepsis neonatorum 5% dengan angka kematian
(Juniatiningsih, 2008). Sedangkan di RSUP Sanglah Denpasar periode Januari - Desember 2010 angka kejadian sepsis neonatorum 5% dengan angka kematian 30,4% (Wilar, 2010). Pola kuman penyebab sepsis berbeda-beda
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Sepsis adalah terjadinya SIRS ( Systemic Inflamatory Respon Syndrome)
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sepsis adalah terjadinya SIRS ( Systemic Inflamatory Respon Syndrome) yang disertai dengan adanya infeksi pada organ tertentu berdasarkan hasil biakan positif di tempat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. penurunan sistem imun (Vahdani, et al., 2012). Infeksi nosokomial dapat terjadi
I. PENDAHULUAN Pseudomonas aeruginosa merupakan bakteri patogen oportunistik penting yang menyebabkan infeksi nosokomial terutama pada pasien yang mengalami penurunan sistem imun (Vahdani, et al., 2012).
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di indonesia kasus-kasus penyakit yang disebabkan oleh infeksi sering diderita oleh masyarakat kita, salah satu infeksi yang diketahui adalah infeksi organ urogenitalia.
Lebih terperinciPseudomonas aeruginosa adalah kuman patogen oportunistik yang dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pseudomonas aeruginosa adalah kuman patogen oportunistik yang dapat menyebabkan keadaan yang invasif pada pasien dengan penyakit kritis maupun pasien yang memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sinus yang disebabkan berbagai macam alergen. Rinitis alergi juga merupakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rinitis alergi merupakan inflamasi kronis mukosa saluran hidung dan sinus yang disebabkan berbagai macam alergen. Rinitis alergi juga merupakan masalah kesehatan global
Lebih terperinciPOLA KEPEKAAN BAKTERI PENYEBAB VENTILATOR-ASSOCIATED PNEUMONIA (VAP) DI ICU RSUP H. ADAM MALIK PERIODE JULI-DESEMBER Oleh :
POLA KEPEKAAN BAKTERI PENYEBAB VENTILATOR-ASSOCIATED PNEUMONIA (VAP) DI ICU RSUP H. ADAM MALIK PERIODE JULI-DESEMBER 2014 Oleh : DASTA SENORITA GINTING 120100251 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam morbiditas dan mortalitas pada anak diseluruh dunia. Data World
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Pneumonia merupakan penyakit infeksi paru paru yang berperan dalam morbiditas dan mortalitas pada anak diseluruh dunia. Data World Health Organization (WHO) tahun
Lebih terperinciJl. Prof. Dr. Sumantri Brojonegoro No.1 Bandar Lampung 2) UPTD Balai Laboratorium Kesehatan Provinsi Lampung
3 November 15 POLA RESISTENSI Pseudomonas sp. DARI SAMPEL PUS TERHADAP ANTIBIOTIK DI UPTD BALAI LABORATORIUM KESEHATAN PROVINSI LAMPUNG PERIODE AGUSTUS 14-AGUSTUS 15 Sabrina Prihantika 1), Hendri Busman
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI
BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Infeksi Nosokomial Infeksi adalah proses masuknya mikroorganisme ke dalam jaringan tubuh, kemudian terjadi kolonisasi dan menimbulkan penyakit (Entjang, 2003). Infeksi Nosokomial
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi adalah adanya suatu organisme pada jaringan atau cairan tubuh yang disertai suatu gejala klinis baik lokal maupun sistemik. Infeksi yang muncul selama seseorang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. atas yang terjadi pada populasi, dengan rata-rata 9.3% pada wanita di atas 65
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di negara-negara berkembang penyakit infeksi masih menempati urutan pertama dari penyebab sakit di masyarakat (Nelwan, 2002). Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan infeksi
Lebih terperinciPOLA KUMAN DAN SENSITIVITAS ANTIMIKROBA PADA INFEKSI SALURAN KEMIH. SYAFADA, FENTY Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
JURNAL FARMASI SAINS DAN KOMUNITAS, Mei 2013, hlm. 9-13 Vol. 10 No. 1 ISSN : 1693-5683 POLA KUMAN DAN SENSITIVITAS ANTIMIKROBA PADA INFEKSI SALURAN KEMIH SYAFADA, FENTY Fakultas Farmasi, Universitas Sanata
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu isu yang menjadi perhatian dunia dengan adanya globalisasi teknologi dan informasi adalah keselamatan pasien dan pengetahuan masyarakat tentang pelayanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Bakteri dari genus Staphylococcus adalah bakteri. gram positif kokus yang secara mikroskopis dapat diamati
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Bakteri dari genus Staphylococcus adalah bakteri gram positif kokus yang secara mikroskopis dapat diamati sebagai organisme individu, berpasangan, dan ireguler serta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Infeksi pada saluran napas merupakan penyakit yang umum terjadi pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infeksi pada saluran napas merupakan penyakit yang umum terjadi pada masyarakat. Infeksi saluran napas berdasarkan wilayah infeksinya terbagi menjadi infeksi saluran
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kematian di dunia. Salah satu jenis penyakit infeksi adalah infeksi
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit infeksi merupakan penyebab tingginya angka kesakitan dan kematian di dunia. Salah satu jenis penyakit infeksi adalah infeksi nosokomial. Infeksi ini menyebabkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bakteremia adalah keberadaan bakteri pada darah yang dapat mengakibatkan sepsis (Tiflah, 2006). Sepsis merupakan infeksi yang berpotensi mengancam jiwa yang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. yang resisten terhadap minimal 3 kelas antibiotik. 1 Dari penelitian yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Organisme Multidrug-Resistant (MDR) didefinisikan sebagai organisme yang resisten terhadap minimal 3 kelas antibiotik. 1 Dari penelitian yang dilakukan di Paris, didapatkan
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN
18 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan studi potong lintang (Cross Sectional). Pengambilan data secara retrospektif terhadap data sekunder berupa catatan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI. kecil dan hanya dapat dilihat di bawah mikroskop atau mikroskop elektron.
BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Mikroorganisme Patogen Oportunis Mikroorganisme atau mikroba adalah makhluk hidup yang sangat kecil dan hanya dapat dilihat di bawah mikroskop atau mikroskop elektron. Mikroorganisme
Lebih terperinciPOLA RESISTENSI BAKTERI TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PENDERITA PNEUMONIA DI RSUP Dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN PERIODE AGUSTUS 2013 AGUSTUS 2015 SKRIPSI
POLA RESISTENSI BAKTERI TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PENDERITA PNEUMONIA DI RSUP Dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN PERIODE AGUSTUS 2013 AGUSTUS 2015 SKRIPSI Oleh: RATNANINGTYAS SULISTYANINGRUM K100120154 FAKULTAS
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus (MRSA) adalah bakteri. Staphylococcus aureus yang mengalami kekebalan terhadap antibiotik
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus (MRSA) adalah bakteri Staphylococcus aureus yang mengalami kekebalan terhadap antibiotik jenis metisilin. MRSA mengalami resistensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesakitan dan kematian di dunia.salah satu jenis infeksi adalah infeksi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit infeksi masih merupakan penyebab utama tingginya angka kesakitan dan kematian di dunia.salah satu jenis infeksi adalah infeksi nosokomial. Infeksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan salah satu jenis infeksi yang paling sering
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan salah satu jenis infeksi yang paling sering ditemukan dalam praktek klinik (Hvidberg et al., 2000). Infeksi saluran kemih (ISK)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut perkiraan World Health Oraganization (WHO) ada sekitar 5 juta
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut perkiraan World Health Oraganization (WHO) ada sekitar 5 juta kematian neonatus setiap tahun, 98% terjadi di negara berkembang. Penyebab paling umum kematian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Infeksi masih merupakan salah satu penyebab utama kematian dan kesakitan di rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya di Indonesia. Infeksi merupakan
Lebih terperinciUropathogen and Antibiotics Resistant Pattern of Bacteria Isolated from Urine of Uranary Tract Infection Patients in RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
Uropathogen and Antibiotics Resistant Pattern of Bacteria Isolated from Urine of Uranary Tract Infection Patients in RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Noorhamdani Lab/SMF Mikrobiologi Klinik Fakultas Kedokteran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bakteremia didefinisikan sebagai keberadaan kuman dalam darah yang dapat berkembang menjadi sepsis. Bakteremia seringkali menandakan penyakit yang mengancam
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. bermakna (Lutter, 2005). Infeksi saluran kemih merupakan salah satu penyakit
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan istilah umum untuk berbagai keadaan tumbuh dan berkembangnya bakteri dalam saluran kemih dengan jumlah yang bermakna (Lutter,
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Penelitian. Enterobacteriaceae merupakan patogen yang dapat menyebabkan infeksi
BAB I. PENDAHULUAN A.Latar Belakang Penelitian Enterobacteriaceae merupakan patogen yang dapat menyebabkan infeksi serius mulai dari sistitis hingga pyelonephritis, septikemia, pneumonia, peritonitis,
Lebih terperinciTren Perubahan Pola Kuman dan Sensitivitas Antimikroba dari Isolat Darah di Unit Perawatan Intensif, RSUP dr. Sardjito, Yogyakarta
Tren Perubahan Pola Kuman dan Sensitivitas Antimikroba dari Isolat Darah di Unit Perawatan Intensif, RSUP dr. Sardjito, Yogyakarta 2008-2012 Makalah Bebas PERTEMUAN ILMIAH TAHUNAN XIII Diajukan oleh: YUNIKA
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. yang paling utama untuk mempertahankan kehidupan (Volk dan Wheeler, 1990).
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Udara sebagai salah satu komponen lingkungan merupakan kebutuhan yang paling utama untuk mempertahankan kehidupan (Volk dan Wheeler, 1990). Udara dapat dikelompokkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan non-bergerak bulat kecil berbentuk atau non-motil cocci. Hal ini
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Staphylococcus aureus adalah jenis bakteri. Ini Gram positif noda dan non-bergerak bulat kecil berbentuk atau non-motil cocci. Hal ini ditemukan dalam anggur seperti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW. diare. Infeksi enteric yang disebabkan oleh bakteri E.coli dapat terjadi pada usus
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Escherihia coli merupakan mikrobiota normal dalam saluran intestinal. Sebagian besar dari E.coli merupakan bakteri komensal yang tidak berbahaya, tetapi beberapa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit infeksi adalah salah satu penyebab meningkatnya angka morbiditas dan mortalitas secara signifikan, khususnya pada individu yang mudah terserang penyakit, dengan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan pokok hidup manusia yang
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan pokok hidup manusia yang bersifat asasi. Bagi setiap negara, masalah kesehatan merupakan pencerminan nyata kondisi dan kekuatan
Lebih terperinciABSTRAK POLA KUMAN PENYEBAB INFEKSI SALURAN KEMIH DAN POLA SENSITIVITASNYA DI RUMAH SAKIT IMMANUEL PERIODE JULI 2005-JUNI 2006
ABSTRAK POLA KUMAN PENYEBAB INFEKSI SALURAN KEMIH DAN POLA SENSITIVITASNYA DI RUMAH SAKIT IMMANUEL PERIODE JULI 2005-JUNI 2006 Dessy, 2007 Pembimbing Utama I : Dani Brataatmadja, dr., Sp.PK. Pembimbing
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. jamur, dan parasit (Kemenkes RI, 2012; PDPI, 2014). Sedangkan infeksi yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pneumonia merupakan penyakit infeksi saluran napas bawah akut pada parenkim paru. Pneumonia disebabkan oleh mikroorganisme seperti bakteri, virus, jamur, dan parasit
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Dalam beberapa tahun terakhir, angka kejadian penyakit infeksi
21 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN Dalam beberapa tahun terakhir, angka kejadian penyakit infeksi semakin meningkat, termasuk angka kejadian infeksi nosokomial. 1 Infeksi nosokomial merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kematian di negara-negara berkembang termasuk Indonesia, sebagai akibatnya
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit infeksi masih menempati urutan teratas penyebab kesakitan dan kematian di negara-negara berkembang termasuk Indonesia, sebagai akibatnya terjadi penderitaan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI. sehat, baik itu pasien, pengunjung, maupun tenaga medis. Hal tersebut
BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Infeksi Nosokomial Rumah sakit adalah tempat berkumpulnya orang sakit dan orang sehat, baik itu pasien, pengunjung, maupun tenaga medis. Hal tersebut menyebabkan rumah sakit berpeluang
Lebih terperinciBAB 4 METODE PENELITIAN. Pulmonologi serta Ilmu Mikrobiologi Klinik.
BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini meliputi bidang Ilmu Penyakit Dalam divisi Pulmonologi serta Ilmu Mikrobiologi Klinik. 4.2. Tempat dan waktu penelitian
Lebih terperinciABSTRAK PERBANDINGAN POLA RESISTENSI KUMAN PADA PENDERITA PNEUMONIA DI RUANGAN ICU DAN NON ICU RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG TAHUN 2012
ABSTRAK PERBANDINGAN POLA RESISTENSI KUMAN PADA PENDERITA PNEUMONIA DI RUANGAN ICU DAN NON ICU RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG TAHUN 2012 Maria F. Delong, 2013, Pembimbing I : DR. J. Teguh Widjaja, dr., SpP.,
Lebih terperincisex ratio antara laki-laki dan wanita penderita sirosis hati yaitu 1,9:1 (Ditjen, 2005). Sirosis hati merupakan masalah kesehatan yang masih sulit
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Spontaneous Bacterial Peritonitis (SBP) tidak hanya disebabkan oleh asites pada sirosis hati melainkan juga disebabkan oleh gastroenteritis dan pendarahan pada saluran
Lebih terperinci: NATALIA RASTA MALEM
SKRINING ENTEROBACTERIACEAE PENGHASIL EXTENDED SPECTRUM BETA-LACTAMASE DENGAN METODE UJI DOUBLE DISK SYNERGY PADA SAMPEL URIN PASIEN SUSPEK INFEKSI SALURAN KEMIH DI RSUP.H. ADAM MALIK MEDAN Oleh : NATALIA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Enterobacter sp. merupakan bakteri gram negatif. berbentuk batang. Enterobacter sp.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Enterobacter sp. merupakan bakteri gram negatif berbentuk batang. Enterobacter sp. ini sering menyebabkan infeksi saluran kemih, berhubungan erat dengan trauma dan
Lebih terperinciPola Resistensi Bakteri Penyebab Sepsis Neonatorum di Instalasi Perawatan Neonatus RSUD Arifin Achmad Riau
Pola Resistensi Bakteri Penyebab Sepsis Neonatorum di Instalasi Perawatan Neonatus RSUD Arifin Achmad Riau Nazardi Oyong, Dewi Anggraini, Karina Rumah Sakit Umum Daerah Arifin Achmad, Pekanbaru Latar belakang.
Lebih terperinciBAB III KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFENISI OPERASIONAL. Isolat Pseudomonas aeruginosa
BAB III KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFENISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian diatas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah : Isolat Pseudomonas aeruginosa
Lebih terperinciArtikel Penelitian. Abstrak. Abstract PENDAHULUAN. Jaka Kurniawan 1, Erly 2, Rima Semiarty 3
562 Artikel Penelitian Pola Kepekaan Bakteri Penyebab Pneumonia terhadap Antibiotika di Laboratorium Mikrobiologi RSUP Dr. M. Djamil Padang Periode Januari sampai Desember 2011 Jaka Kurniawan 1, Erly 2,
Lebih terperinci