PERUBAHAN IKLIM DAN PEMBANGUNAN KOTA YANG BERKELANJUTAN Oot Hotimah *)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERUBAHAN IKLIM DAN PEMBANGUNAN KOTA YANG BERKELANJUTAN Oot Hotimah *)"

Transkripsi

1 PERUBAHAN IKLIM DAN PEMBANGUNAN KOTA YANG BERKELANJUTAN Oot Hotimah *) ABSTRAK Urbanisasi merupakan salah satu isu kependudukan yang penting dan mendesak untuk segera ditangani secara menyeluruh. urbanisasi menyebabkan beberapa masalah, seperti kemiskinan akibat tidak tersedianya lapangan pekerjaan, ketidaksiapan infrastruktur, perumahan dan layanan publik yang baik. Pendahuluan U rbanisasi merupakan salah satu isu kependudukan yang penting dan mendesak untuk segera ditangani secara menyeluruh. Sebagian besar negara di era industrialisasi dapat mencapai pertumbuhan ekonomi berarti dengan adanya urbanisasi. Namun urbanisasi menyebabkan beberapa masalah, seperti kemiskinan akibat tidak tersedianya lapangan pekerjaan, ketidaksiapan infrastruktur, perumahan dan layanan publik yang baik. Perubahan Iklim merupakan tantangan yang paling serius yang dihadapi dunia di abad 21. Sejumlah bukti baru memperlihatkan bahwa masalah pemanasan yang terjadi 50 tahun terakhir disebabkan oleh tindakan manusia. Pemanasan global di masa depan lebih besar dari yang diduga sebelumnya. Kota besar yang menjadi kawasan urban telah bekembang menjadi area tempat bergelut/berjuang melawan perubahan cuaca (climate change). Kotakota besar di dunia adalah 70% penyebab emisi gas. Apalagi kehidupan kota besar tersebut hanya menempati 2% dari planet bumi. Maka, fenomena tersebut merupakan benturan antara perubahan iklim dengan urbanisasi, jika tidak ada upaya yang nyata di masa depan. Kawasan urban sangat konsumtif terhadap energi, transportasi, mesin pemanas dan pendingin rumah tangga dan aktifitas ekonomi lainnya. Setiap tahun penduduk yang tinggal di kota akan bertambah 67 juta jiwa dan 91% diantaranya terjadi di wilayah berkembang seperti negara-negara di benua Asia dan Afrika. Pembahasan Urbanisasi adalah perpindahan penduduk dari desa ke kota. Persebaran penduduk yang tidak merata antara desa dengan kota akan menimbulkan berbagai permasalahan kehidupan sosial kemasyarakatan. Jumlah peningkatan *) Dosen Geografi, FIS UNJ, sedang menempuh studi lanjut di Program Doktoral Pascasarjana Universitas Indonesia, Program Studi Ilmu Lingkungan REGION Volume V No. 1 Maret

2 penduduk kota yang signifikan tanpa didukung dan diimbangi dengan jumlah lapangan pekerjaan, fasilitas umum, aparat penegak hukum, perumahan, penyediaan pangan, dan lain sebagainya tentu adalah suatu masalah yang harus segera dicarikan jalan keluarnya. Urbanisasi memiliki beberapa karakteristik, yaitu: Pertama, Pertumbuhan penduduk yang pesat, terjadi di luar batas administratif kota, yaitu di daerah perdesaan sekitarnya yang berkarakteristik urban Kedua, kawasan perkotaan akibat urbanisasi ini, memperoleh benefit (keuntungan) dari adanya aglomerasi dan economies of scale Ketiga, ukuran kepadatan dan keragaman kota mengakibatkan pola hidup yang berbeda dari pola di desa, kawasan perdesaan bahkan di kotakota kecil Keempat, timbul dan meningkatnya golongan menengah diperkotaan (urban middle class), berpengaruh pula pada pola kehidupan keluarga dan pola permukimannya, pola penggunaan ruang-ruang publik seperti jalan, ruang terbuka, taman dan sebagainya. Perkotaan menjadi tujuan utama urbanisasi, fenomena ini tentu saja menambah padatnya area perkotaan. Hal ini mendorong terjadinya persaingan yang tinggi di kota sebagai suatu bentuk seleksi alam. Mereka yang memiliki keterampilan rendah akan tergusur. Akibatnya, hanya mereka yang memiliki kemampuan atau keterampilan yang memadai yang bisa bertahan di kota besar. Fakta menunjukkan bahwa sebagian besar pelaku urbanisasi khususnya di Indonesia hampir tidak memiliki keterampilan yang memadai untuk bekerja di kota. Pada akhirnya, banyak pelaku urbanisasi yang tergusur dari kerasnya persaingan di kota besar. Mereka pada umumnya justru menimbulkan masalah baru di kota seperti pengangguran, meningkatnya kriminalitas, munculnya pemukiman kumuh, pengemis, pemulung, dan anak jalanan. Fenomena tersebut mengakibatkan kesenjangan sosial yang semakin tinggi di perkotaan. Di sisi lain, dengan iklim persaingan yang tinggi, sebuah kota akan semakin terakselerasi pembangunan ekonominya yang pada akhirnya menyebabkan ketimpangan ekonomi yang tajam antara desa dan kota. Terjadilah sebuah fenomena di mana gemerlapnya kota menyilaukan daerah, yang ikut mendorong masyarakat daerah melakukan urbanisasi ke kota besar. Asia dan Afrika, dua benua yang pertumbuhan wilayahnya sangat cepat merupakan benua yang memiliki populasi paling besar. Selain itu negara-negara miskin yang pendapatan perkapita kurang dari US $1 berada pada benua ini. REGION Volume V No. 1 Maret

3 Wilayah urban di benua ini berkembang dengan sangat cepat. Namun dampaknya adalah pengelolaan limbah yang buruk, kekurangan sumber air, kekurangan wilayah pemukiman, besarnya intensitas cuaca buruk, dan kenaikan muka air. Afrika masih wilayah dunia yang paling miskin dan terbelakang. Sebagian besar menderita kekurangan gizi, penyediaan air yang tidak memadai dan sanitasi, kemiskinan, kejahatan dan kekerasan. Sebanyak 76% dari populasi urban, dengan lebih dari penduduk, menjadi korban kejahatan tertinggi di dunia. Banyak kota-kota Afrika berkembang tanpa direncanakan dan menyebabkan tidak terkendalinya pertumbuhan pemukiman informal, perumahan yang tidak memadai dan pelayanan dasar, dan meningkatkan kemiskinan perkotaan. Meskipun pertumbuhan ekonomi yang mengesankan, 40% dari pendudukk Afrika hidup dengan pendapatan kurang dari US $ 1 per hari, dan jumlah mereka terus bertambah. Tantangan utama yang dihadapi kota-kota Afrika adalah penyediaan lapangan kerja, perumahan dan infrastruktur, ditambah dengan dampak ekonomi politik yang lemah dan lingkungan global yang berubah. Perubahan iklim telah menghasilkan pola cuaca yang tidak menentu, erosi garis pantai, penyebaran hama dan penyakit yang ditularkan melalui air. Diperkirakan para petani Afrika kehilangan US $ 28 per hektar per tahun untuk setiap kenaikan 1 C pada suhu global. Dampak penting lain perubahan iklim pada negara-negara Afrika adalah penggurunan. Kondisi gurun yang disebabkan oleh hilangnya vegetasi penutup secara bertahap dan berkepanjangan atas lahan yang luas di sebuah negara atau di dua atau lebih negara. Kehilangan tutupan vegetasi menyebabkan pengurangan kelembaban tanah yang membatasi keanekaragaman hayati dan produktivitas lingkungan. Kurangnya pemanfaatan lahan, terutama di subsistem pertanian dan ekonomi di sebagian besar negara-negara Afrika telah mempercepat hilangnya vegetasi alam dan memperburuk masalah perubahan iklim. Dengan pertambahan waktu, penggurunan telah mengubah lahan yang luas menjadi kondisi kering dan semi-kering. Dalam hal ini, kapasitas tanah tutupan vegetasi asli untuk menumbuhkan benih sungguh lemah karena total hampir tidak ada hujan. Asia telah memiliki pertumbuhan penduduk, perkotaan dan ekonomi yang cepat dalam beberapa dekade terakhir. Selain sangat berbeda dalam kondisi demografis dan komposisi ekonomi, Asia dan Afrika memiliki beberapa kesamaan. Asia, seperti Afrika, terdiri dari beberapa daerah sub, yang bervariasi negaranya dalam hal ukuran REGION Volume V No. 1 Maret

4 populasinya, sejarah, budaya, geografi, pembangunan dan lingkungan hidup. Asia ini juga berisi beberapa negara pascakonflik (misalnya: Kamboja dan Timor Leste) dan beberapa negara termiskin di dunia seperti Myanmar dan Laos). Kesamaan lainnya pada tren urbanisasi, pada negara-negara berpenghasilan rendah, memiliki populasi yang lebih tinggi tingkat pertumbuhan tahunan perkotaan, misalnya, Timor Leste (6%), Kamboja (5%) dan Indonesia (4%). Cina, salah satu negara terbesar di Asia, dan bahkan di dunia, diperkirakan memiliki dua kali lipat jumlah penduduk perkotaan atau sekitar 40% selama dan mencapai lebih dari 70% pada tahun Pertumbuhan ekonomi di Asia sebagian besar terkonsentrasi di perkotaan. Kotakota menjadi lebih besar dan jumlah kota besar bertambah. Pada tahun 2015, sepuluh dari 22 kota di dunia akan berada di Asia. Yang tidak merata pola urbanisasi yang paling jelas dalam situasi di mana pertumbuhan perkotaan terkonsentrasi sekitar kota-kota besar sebuah negara, kadang-kadang termasuk daerah sekitarnya saja. Sering disebut sebagai kota primata (ada yang tumbuh menjadi kota-kota besar), kota-kota ini menyediakan jumlah yang tidak proporsional akan penyediaan jasa nasional, mengakibatkan konsentrasi investasi dan sumber daya hanya di beberapa kota besar saja. Menurut Richard T. T. Forman dalam buku Urban Regions : Ecology and Planning Beyond the City (2008) gejala alam tersebut dapat dikelompokkan dalam dua topik ekologis yang penting diperkenalkan dalam konteks perkotaan yaitu : (1) Bumi dan tanah Bumi menyediakan berbagai fungsi penting di daerah perkotaan, termasuk penyediaan air akuifer, sistem drainase, dan struktur permukaan tanah. Tanah merupakan bagian atas bumi diubah oleh organisme, merupakan campuran partikel yang dinamis yang kaya mineral, air, udara, akar, bahan organic, jamur, bakteri, dan hewan tanah kecil. Profil tanah dan jenis tanah mencerminkan jenis batuan yang mendasarinya, lalu berpengaruh pada iklim dan iklim mikro. Perencana dan desainer menggunakan peta tanah untuk menunjukkan kapasitas penyerapan air dari masing-masing jenis tanah, untuk meminimalkan banjir. (2) Iklim mikro dan polusi udara Iklim mikro merupakan kondisi cuaca di ruang kecil, berbeda di utara dan selatan, bukit dan lereng, dekat atau jauh dari pantai atau badan air lainnya, dan pada sisi bangunan REGION Volume V No. 1 Maret

5 yang berbeda. Angin, sudut matahari, dan sumber uap air adalah penyebab utama terjadinya iklim mikro. Urbanisasi memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi. Ekonomi Asia termasuk generasi pertama industri baru, yakni: Republik Korea, Hong Kong dan Singapura, dan generasi kedua industri baru, yakni ASEAN-4 negara: Malaysia, Thailand, Indonesia, dan Filipina; ekonomi transisi adalah Cina dan Vietnam, dan belum munculnya daerah ekonomi di wilayah Mekong, misalnya: Laos, adalah yang termiskin di dunia. Urbanisasi dan pertumbuhan kota yang cepat akan disertai oleh perubahan gaya hidup dan pola permukiman dan karena itu akan meningkatkan permintaan energi, infrastruktur transportasi. Hal ini pada gilirannya akan berdampak pada iklim karena ada peningkatan emisi gas rumah kaca, pembuangan limbah dan perubahan penggunaan lahan yang tidak berkelanjutan. Banyak hipotesa yang menelaah lebih lanjut tentang hal ini adalah meskipun kota bisa menjadi mesin pertumbuhan dan solusi untuk perubahan iklim, tapi juga sangat terpengaruh dan bisa rentan terhadap perubahan iklim. Masalah yang disebabkan oleh iklim seperti: banjir, kekeringan, kenaikan tingkat permukaan laut, dapat mempengaruhi kesehatan penduduk kota, mengurangi produksi pangan, mengancam kota-kota pesisir, membuat tekanan air dan menghancurkan infrastruktur wilayah perkotaan. Pola pembangunan perkotaan di Afrika, khususnya di Afrika Sub-Sahara sangat berhubungan erat dengan perubahan iklim. Pilihan-pilihan kebijakan tersedia untuk pembuat kebijakan dalam hal strategi adaptasi dan mitigasi. Hal yang menarik bahwa meskipun Afrika memberikan kontribusi yang besar untuk perubahan iklim global, ia adalah yang paling dipengaruhi oleh dampak perubahan iklim akibat kapasitas yang rendah benua ini untuk menangani masalah ini, dan tingginya tingkat kemiskinan di Afrika. Dengan 11% dari populasi dunia, Afrika menyumbang hanya 3% dari total emisi global, sementara negara-negara kaya dengan 15% dari populasi global menyumbang 45% dari emisi CO 2. Karakteristik umum yang utama dari pembangunan perkotaan di Afrika, yaitu: tingginya tingkat kemiskinan dan menjamurnya permukiman kumuh dan permukiman informal. Perubahan iklim lebih lanjut akan semakin buruk dan merusak kemajuan untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk perkotaan di Afrika. Perubahan iklim akan berdampak negatif pada pertanian dan ketahanan pangan, ketersediaan air bersih dan meningkatkan tekanan air di Afrika. Hal ini juga akan REGION Volume V No. 1 Maret

6 meningkatkan frekuensi kekeringan dan banjir serta menyebabkan malapetaka di permukiman perkotaan di Afrika. Perubahan iklim juga akan berpengaruh secara signifikan pada kesehatan manusia di Afrika. Karena Afrika berkontribusi terhadap variasi iklim marjinal, pembuat kebijakan di Afrika harus fokus pada kebijakan adaptasi dan mitigasi. Dalam hal ini, baik pemerintah daerah dan nasional harus mendesain strategi yang efektif dan waspada dalam pendekatan kebijakan mereka untuk mengendalikan dampak iklim di kota-kota daerah mereka dan dampak bagi nasional secara keseluruhan. Perubahan iklim global sebenarnya solusinya ada pada tingkat lokal dan pada tingkat kota. Perubahan iklim muncul dalam banyak bentuk seperti kenaikan suhu, banjir, dan kenaikan muka laut. Hal tersebut menimbulkan bencana bagi kehidupan kota, misalnya pada kesehatan penduduk, kerusakan infrastruktur dan bentuk kehidupan. Maka tugas pemerintah adalah melindungi penduduk dari bahaya tersebut. Pemerintah mmemiliki peran yang penting dalam pembuatan keputusan dalam usaha perlindungan penduduk terhadap bencana perubahan iklim. Solusi untuk masalah perubahan iklim harus datang dari kota itu sendiri karena mereka memiliki sistem mitigasi dan kapasitas serta kemampuan adaptasi yang kompleks. Oleh karena itu, perencana perkotaan dan pembuat kebijakan harus berpikir lokal dan jangka panjang serta terpadu yang menggabungkan strategi mitigasi dan adaptasi. Clive Doucet dalam buku Urban Meltdown (2007) mengemukakan bahwa permasalahan global memiliki solusi di tingkat lokal. Permasalahan perubahan iklim global memiliki penanganan di tingkat kota. Perubahan diperlukan untuk menciptakan lingkungan yang aman, tindakan kolektif tentang kota, politik dan reformasi peradilan yang aman juga.untuk menghentikan perubahan iklim dari pengisian bahan bakar, maka harus diputus rantai politik yang mengikat. Para perencana kota seharusnya mengenali peran penting aspek lingkungan yang dimiliki suatu kota. Urbanisasi yang meningkat akan meningkatkan konsumsi energi dan kebutuhan transportasi, maka akan berpengaruh pada perubahan iklim. Maka pemerintah sebagai pembuat keputusan seharusnya mengintegrasikan kebijakan pada adaptasi dan mitigasi dalam perencanaan urbanisasi. Pemerintah seharusnya bertindak secara lokal namun berpikir secara global dan berpikir mengenai rencana jangka panjang. Karena kota merupakan sistem yang kompleks, maka kebijakan harus dirancang sesuai dengan keunikan tiap kota. Perencanaan urbanisasi hendaknya bertujuan untuk meningkatkan kualitas REGION Volume V No. 1 Maret

7 hidup penduduk kota yang memiliki tanggung jawab terhadap lingkungan. Pembangunan di Singapura, salah satu bentuknya dapat dilihat dari upaya Dewan Pembangunan dan Perumahan Housing and Development Board (HDB) dalam menciptakan perumahan rakyat yang berkelanjutan di Singapura. Sejak kemerdekaan, Singapura memiliki kemajuan yang signifikan dalam pembangunan ekonomi dan perkotaan. Singapura telah mengimplementasikan proses pembangunan perkotaan dan telah berhasil menciptakan ketertiban dan penggunaan jalan yang lebih efektif dan efesien untuk menghindari kemacetan perkotaan. Singapura sering dijadikan model keberhasilan dari yang sebelumnya tertinggal, ekonomi terbelakang dan kota liar yang dipugar menjadi modern, bersih dan hijau, kota dengan infrastruktur yang efisien dan efektif dalam kebijakan manajemen lingkungan perkotaan. Lebih dari 80% populasinya tinggal di flat perumahan rakyat yang dibangun oleh HDB dan merupakan milik sendiri. HDB didirikan pada tahun 1960 untuk menyediakan perumahan murah untuk Singapura. Singapura mungkin satusatunya negara di Asia di mana pemerintah telah berhasil menyediakan perumahan yang terjangkau untuk keluarga berpenghasilan rendah juga menghindari pemukiman dan perumahan sosial kelas rendah yang menjadi ciri khas perumahan umum di negara lainnya. Maka tidak heran jika Singapura dianugerahi Pelayanan Publik Award pada 2008 oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Program Kepemilikan Rumah. Kelangkaan tanah di Singapura, disiasati melalui HDB dengan membangun Highrise dan perumahan dengan kepadatan tinggi. Selain memenuhi kebutuhan perumahan penduduk, desain perkotaan dan perumahan di Singapura memberikan pertimbangan lingkungan dan pemanfaatan energi air dan pengelolaan limbah yang efektif. Lebih khusus, sebagai bagian dari strategi keseluruhan untuk mencapai keberlanjutan lingkungan, HDB telah mengambil inisiatif sebagai berikut: Mempromosikan efisiensi energi Mengurangi efek heat island dari sebuah perkotaan Mempromosikan pembangunan berkelanjutan Afrika Selatan merupakan negara dengan pendapatan menengah yang mengembangkan perekonomian, infrastruktur, telekomunikasi dan pasokan jaringan energi secara baik. Dilema pemerintah yang dihadapkan pada hal memenuhi tujuan ekonomi energi-intensif dari negara, yang didasarkan pada batubara, sebuah produk yang memiliki tingkat emisi tinggi. Negara ini memiliki salah satu bursa saham terbaik di dunia. Di bidang ekonomi, Afrika Selatan menyumbang 40% dari semua hasil REGION Volume V No. 1 Maret

8 industri dan 25% dari PDB benua Afrika. Namun, ia adalah negara yang memiliki salah satu perbedaan pendapatan tertinggi di dunia. Afrika Selatan juga merupakan penghasil emisi gas rumah kaca terbesar di Afrika. Afrika emitor CO2 terbesar di dunia karena ketergantungan pada batubara. Variabilitas iklim sudah mempengaruhi perumahan dan permukiman, khususnya permukiman informal dan rumah murah dimana mayoritas hidup miskin. Chikulo berpendapat bahwa 19% dari tempat tinggal di Selatan Afrika dianggap sebagai permukiman informal dan ilegal - sekitar 3,6 juta orang tinggal dalam pemukiman informal dan tidak memiliki akses terhadap sanitasi, infrastruktur dan listrik yang layak. Sebagian besar menggunakan batu bara, minyak tanah, kayu atau minyak cair untuk memasak dan menghangatkan rumah. Akibatnya, mereka terkena polusi udara dalam ruangan yang berdampak pada kesehatan mereka. Di pemukiman ini, orang tidak memiliki akses untuk membersihkan sistem air dan sanitasi yang layak. Akibatnya, bila ada hujan, mereka terkena banjir dan penyakit menular. Di Vietnam, dampak perubahan iklim terhadap pembangunan sosialekonomi dan perumahan berhubungan dengan pengaturan kelembagaan dan strategi bahwa negara ini harus menangani secara cepat dampak negatif perubahan iklim. Vietnam memulainya dengan kebijakan reformasi ekonomi Doi Moi tahun 1986 dan memperkenalkan kebijakan ekonomi berorientasi pasar dengan meninggalkan pusat yang direncanakan ekonomi. Kebijakan reformasi mendorong pertumbuhan ekonomi dan peningkatan per kapita PDB dari US $ 200 sampai US $ 400 pada 1990-an, menjadi US $ 835 pada tahun Angka kemiskinan juga menurun dari 58% pada tahun 1993 menjadi 12,4% pada tahun Walaupun Vietnam telah membuat kemajuan luar biasa dalam pembangunan sosial-ekonomi dalam dua dekade terakhir, negara ini rawan terhadap bencana seperti topan, badai tropis dan tanah longsor. Karena sebagian dari sabuk pembangunan industri dan perkotaan terletak di sepanjang daerah pesisir pantai, mereka rentan terhadap bencana iklim seperti topan, badai tropis, gelombang laut dan intrusi garam. Menurut Hoang, dalam 100 tahun ke depan, permukaan laut akan meningkat antara 30 cm hingga 1 m, dan dengan demikian meningkatkan frekuensi dan intensitas banjir dan mengancam dataran rendah pesisir. Kenaikan 1m di permukaan laut akan berdampak buruk bagi enam juta penduduk, atau 7,3% dari populasi. Vietnam, karena variabilitas iklim baru-baru ini, telah mengalami perubahan dalam intensitas dan frekuensi badai dan curah hujan. Antara tahun 1990 hingga tahun 2000, banjir menewaskan sekitar orang, REGION Volume V No. 1 Maret

9 sementara sekitar 804 orang kehilangan nyawa mereka karena badai dan banjir pantai. Lain halnya Malaysia, sebagai akibat dari perubahan iklim, Malaysia mengalami bencana alam seperti banjir, kekeringan, badai / gelombang, kebakaran hutan, badai angin dan tanah longsor. Sebagai contoh, antara tahun 1965 sampai 2007, sekitar 49 kasus bencana alam telah dilaporkan, dan mengakibatkan kematian sekitar orang selain mempengaruhi 1,24 juta orang lainnya. Menurut Clive Doucet dalam buku Urban Meltdown (2007), Kota perlu otoritas politik, legislatif dan keuangan yang sebanding dengan tanggung jawab. Kotakota perlu membuat rencana lingkungan yang mampu mendefinisikan kembali bagaimana kita hidup secara harmonis dengan alam. Tanpa reformasi politik dan lingkungan,maka zaman kegelapan adalah yang akan dihadapi. Krisis perkotaan akan terjadi bila terlalu banyak orang berada di tempat-tempat yang terlalu kecil tanpa sumber daya publik dan institusional yang diperlukan untuk bertahan hidup. Kekurangan sumber daya akan berdampak pada pola pertumbuhan dan pola konsumsi. Kesimpulan Ada hubungan antara urbanisasi dengan perubahan iklim di benua Asia dan Afrika. Urbanisasi berpengaruh pada pemukiman dan kehidupan perkotaan. Ada beberapa tantangan utama yang dihadapi kota-kota di Asia dan Afrika. Perlunya komitmen politik dan perbaikan sistem manajemen tata pemerintahan, pengetahuan, advokasi dan kesadaran, peningkatan kolaborasi dan kemitraan tingkat internasional, nasional, maupun lokal yang sangat dibutuhkan dalam menyusun strategi dan perumusan suatu kebijakan lingkungan. Semua aspek dampak perubahan iklim dalam perkotaan dari sisi ekologi, ekonomi, dan kehidupan sosial haruslah dipahami hingga kita dapat menarik benang merah antara gejala alam dengan kehidupan masyarakat sosial dan implikasinya pada kehidupan ekonomi. Masalah perubahan iklim harus dilihat dalam sudut pandang yang luas. Pemerintah perlu memiliki perencanaan terpadu dan kerangka manajemen sumber daya yang mempromosikan integrasi holistik dan sistematis pengelolaan sumber daya melalui integrasi rencana sektoral ke tingkat daerah, lokal/federal dan rencana nasional. Jenis rencana bertujuan untuk menjamin lingkungan yang layak, asri dan ramah, sistem transportasi publik yang baik, dan perambahan pembangunan perkotaan ke daerah-daerah yang jauh sekalipun, yang ditunjuk sebagai daerah produksi pertanian atau pangan daerah. REGION Volume V No. 1 Maret

10 Daftar Pustaka Doucet, Clive Urban Meltdown: Cities, Climate Change and Politics-as-Usual.. New Society Publisher. Forman, R.T.T Urban Regions : Ecology and Planning Beyond the City. Springer Netherlands Sugandhy, Aca Instrumentasi Dan Standarisasi Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Penerbit Trisakti. Yuen, Belinda Climate Change and Sustainable Urban Development in Africa and Asia. Springer Netherlands REGION Volume V No. 1 Maret

Kebijakan Perkotaan Terkait Perubahan Iklim Oleh: Ir. Hayu Parasati, MPS, Direktur Perkotaan dan Perdesaan

Kebijakan Perkotaan Terkait Perubahan Iklim Oleh: Ir. Hayu Parasati, MPS, Direktur Perkotaan dan Perdesaan Kebijakan Perkotaan Terkait Perubahan Iklim Oleh: Ir. Hayu Parasati, MPS, Direktur Perkotaan dan Perdesaan Kementerian PPN/Bappenas Dalam kasus perubahan iklim, kota menjadi penyebab, sekaligus penanggung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (UN, 2001). Pertumbuhan populasi dunia yang hampir menyentuh empat kali lipat

BAB I PENDAHULUAN. (UN, 2001). Pertumbuhan populasi dunia yang hampir menyentuh empat kali lipat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang UNDP (2014) dalam laporan tahunannya Human Development Reports menyebutkan bahwa populasi penduduk dunia saat ini sebesar 7,612 milyar penduduk sedangkan pada tahun

Lebih terperinci

STUDI PREFERENSI MIGRASI MASYARAKAT KOTA SEMARANG SEBAGAI AKIBAT PERUBAHAN IKLIM GLOBAL JANGKA MENENGAH TUGAS AKHIR

STUDI PREFERENSI MIGRASI MASYARAKAT KOTA SEMARANG SEBAGAI AKIBAT PERUBAHAN IKLIM GLOBAL JANGKA MENENGAH TUGAS AKHIR STUDI PREFERENSI MIGRASI MASYARAKAT KOTA SEMARANG SEBAGAI AKIBAT PERUBAHAN IKLIM GLOBAL JANGKA MENENGAH TUGAS AKHIR Oleh: NUR HIDAYAH L2D 005 387 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 5. DINAMIKA ATMOSFERLATIHAN SOAL 5.5. La Nina. El Nino. Pancaroba. Badai tropis.

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 5. DINAMIKA ATMOSFERLATIHAN SOAL 5.5. La Nina. El Nino. Pancaroba. Badai tropis. SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 5. DINAMIKA ATMOSFERLATIHAN SOAL 5.5 1. Perubahan iklim global yang terjadi akibat naiknya suhu permukaan air laut di Samudra Pasifik, khususnya sekitar daerah ekuator

Lebih terperinci

PEMANASAN GLOBAL. 1. Pengertian Pemanasan Global

PEMANASAN GLOBAL. 1. Pengertian Pemanasan Global PEMANASAN GLOBAL Secara umum pemanasan global didefinisikan dengan meningkatkan suhu permukaan bumi oleh gas rumah kaca akibat aktivitas manusia. Meski suhu lokal berubah-ubah secara alami, dalam kurun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Iklim merupakan faktor yang sangat penting dalam kehidupan di bumi. Dimana Iklim secara langsung dapat mempengaruhi mahluk hidup baik manusia, tumbuhan dan hewan di dalamnya

Lebih terperinci

Dampak Pemanasan Global Terhadap Perubahan Iklim di Indonesia Oleh : Ahkam Zubair

Dampak Pemanasan Global Terhadap Perubahan Iklim di Indonesia Oleh : Ahkam Zubair Dampak Pemanasan Global Terhadap Perubahan Iklim di Indonesia Oleh : Ahkam Zubair Iklim merupakan rata-rata dalam kurun waktu tertentu (standar internasional selama 30 tahun) dari kondisi udara (suhu,

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS ISU STRATEGIS

BAB III ANALISIS ISU STRATEGIS BAB III ANALISIS ISU STRATEGIS 3.1 Identifikasi Faktor Lingkungan Berdasarkan Kondisi Saat Ini sebagaimana tercantum dalam BAB II maka dapat diidentifikasi faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap

Lebih terperinci

Menuju Pembangunan Permukiman yang Berkelanjutan

Menuju Pembangunan Permukiman yang Berkelanjutan Menuju Pembangunan Permukiman yang Berkelanjutan Urbanisasi dan Pentingnya Kota Tingginya laju urbanisasi menyebabkan semakin padatnya perkotaan di Indonesia dan dunia. 2010 2050 >50% penduduk dunia tinggal

Lebih terperinci

Pasal 3 Pedoman Identifikasi Faktor Risiko Kesehatan Akibat Perubahan Iklim sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak

Pasal 3 Pedoman Identifikasi Faktor Risiko Kesehatan Akibat Perubahan Iklim sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 3. Undang

Lebih terperinci

Perubahan Iklim? Aktivitas terkait pemanfaatan sumber daya energi dari bahan bakar fosil. Pelepasan emisi gas rumah kaca ke udara

Perubahan Iklim? Aktivitas terkait pemanfaatan sumber daya energi dari bahan bakar fosil. Pelepasan emisi gas rumah kaca ke udara Amalia, S.T., M.T. Perubahan Iklim? Aktivitas terkait pemanfaatan sumber daya energi dari bahan bakar fosil Pelepasan emisi gas rumah kaca ke udara Perubahan komposisi atmosfer secara global Kegiatan

Lebih terperinci

5.2 Pengendalian Penggunaan Lahan dan Pengelolaan Lingkungan Langkah-langkah Pengendalian Penggunaan Lahan untuk Perlindungan Lingkungan

5.2 Pengendalian Penggunaan Lahan dan Pengelolaan Lingkungan Langkah-langkah Pengendalian Penggunaan Lahan untuk Perlindungan Lingkungan Bab 5 5.2 Pengendalian Penggunaan Lahan dan Pengelolaan Lingkungan 5.2.1 Langkah-langkah Pengendalian Penggunaan Lahan untuk Perlindungan Lingkungan Perhatian harus diberikan kepada kendala pengembangan,

Lebih terperinci

Iklim Perubahan iklim

Iklim Perubahan iklim Perubahan Iklim Pengertian Iklim adalah proses alami yang sangat rumit dan mencakup interaksi antara udara, air, dan permukaan daratan Perubahan iklim adalah perubahan pola cuaca normal di seluruh dunia

Lebih terperinci

KETERKAITAN KEMAMPUAN MASYARAKAT DAN BENTUK MITIGASI BANJIR DI KAWASAN PEMUKIMAN KUMUH

KETERKAITAN KEMAMPUAN MASYARAKAT DAN BENTUK MITIGASI BANJIR DI KAWASAN PEMUKIMAN KUMUH KETERKAITAN KEMAMPUAN MASYARAKAT DAN BENTUK MITIGASI BANJIR DI KAWASAN PEMUKIMAN KUMUH (Studi Kasus: Kelurahan Tanjungmas, Kec. Semarang Utara Kota Semarang) TUGAS AKHIR Oleh: INDRI NOVITANINGTYAS L2D

Lebih terperinci

lingkungan untuk kepentingan generasi sekarang dan mendatang.

lingkungan untuk kepentingan generasi sekarang dan mendatang. Penebangan hutan yang liar mengurangi fungsi hutan sebagai penahan air. Akibatnya, daya dukung hutan menjadi berkurang. Selain itu, penggundulan hutan dapat menyebabkan terjadi banjir dan erosi. Akibat

Lebih terperinci

PERUBAHAN IKLIM GLOBAL DAN PROSES TERJADINYA EROSI E-learning Konservasi Tanah dan Air Kelas Sore tatap muka ke 5 24 Oktober 2013

PERUBAHAN IKLIM GLOBAL DAN PROSES TERJADINYA EROSI E-learning Konservasi Tanah dan Air Kelas Sore tatap muka ke 5 24 Oktober 2013 PERUBAHAN IKLIM GLOBAL DAN PROSES TERJADINYA EROSI E-learning Konservasi Tanah dan Air Kelas Sore tatap muka ke 5 24 Oktober 2013 Apakah Erosi Tanah? Erosi tanah adalah proses geologis dimana partikel

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN (PPRG) DALAM PERUBAHAN IKLIM

KEBIJAKAN PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN (PPRG) DALAM PERUBAHAN IKLIM KEBIJAKAN PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN (PPRG) DALAM PERUBAHAN IKLIM Disampaikan Oleh: Drg. Ida Suselo Wulan, MM Deputi Bidang PUG Bidang Politik, Sosial dan Hukum Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN LEBIH BAIK, IKLIM LEBIH BAIK

PERTUMBUHAN LEBIH BAIK, IKLIM LEBIH BAIK PERTUMBUHAN LEBIH BAIK, IKLIM LEBIH BAIK The New Climate Economy Report RINGKASAN EKSEKUTIF Komisi Global untuk Ekonomi dan Iklim didirikan untuk menguji kemungkinan tercapainya pertumbuhan ekonomi yang

Lebih terperinci

PENDEKATAN TEORITIS. Tinjauan Pustaka

PENDEKATAN TEORITIS. Tinjauan Pustaka PENDEKATAN TEORITIS Tinjauan Pustaka Perubahan Iklim Perubahan iklim dapat dikatakan sebagai sebuah perubahan pada sebuah keadaan iklim yang diidentifikasi menggunakan uji statistik dari rata-rata perubahan

Lebih terperinci

BAB II KEBIJAKAN DAN STRATEGI

BAB II KEBIJAKAN DAN STRATEGI BAB II KEBIJAKAN DAN STRATEGI Jawa Barat Bagian Utara memiliki banyak potensi baik dari aspek spasial maupun non-spasialnya. Beberapa potensi wilayah Jawa Barat bagian utara yang berhasil diidentifikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendahuluan 1. Orientasi Pra Rekonstruksi Kawasan Hutan di Pulau Bintan dan Kabupaten Lingga

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendahuluan 1. Orientasi Pra Rekonstruksi Kawasan Hutan di Pulau Bintan dan Kabupaten Lingga BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan sebagai sebuah ekosistem mempunyai berbagai fungsi penting dan strategis bagi kehidupan manusia. Beberapa fungsi utama dalam ekosistem sumber daya hutan adalah

Lebih terperinci

PENGERTIAN GREEN CITY

PENGERTIAN GREEN CITY PENGERTIAN GREEN CITY Green City (Kota hijau) adalah konsep pembangunan kota berkelanjutan dan ramah lingkungan yang dicapai dengan strategi pembangunan seimbang antara pertumbuhan ekonomi, kehidupan sosial

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam kerangka pembangunan nasional, pembangunan daerah merupakan bagian yang terintegrasi. Pembangunan daerah sangat menentukan keberhasilan pembangunan nasional secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun badan hukum. Usaha pemerintah ini tidak terlepas dari tujuan negara

BAB I PENDAHULUAN. maupun badan hukum. Usaha pemerintah ini tidak terlepas dari tujuan negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Masalah Rumah merupakan kebutuhan dasar manusia dan mempunyai peran yang sangat strategis dalam membentuk watak serta kepribadian bangsa. Dalam rangka pemenuhan kebutuhan perumahan

Lebih terperinci

memberikan kepada peradaban manusia hidup berdampingan dengan

memberikan kepada peradaban manusia hidup berdampingan dengan INDONESIA VISI 2050 Latar belakang Anggota Dewan Bisnis Indonesia untuk Pembangunan Berkelanjutan (IBCSD) dan Indonesia Kamar Dagang dan Industri (KADIN Indonesia) mengorganisir Indonesia Visi 2050 proyek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 P. Nasoetion, Pemanasan Global dan Upaya-Upaya Sedehana Dalam Mengantisipasinya.

BAB I PENDAHULUAN. 1 P. Nasoetion, Pemanasan Global dan Upaya-Upaya Sedehana Dalam Mengantisipasinya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan iklim atau Climate change adalah gejala naiknya suhu permukaan bumi akibat naiknya intensitas efek rumah kaca yang kemudian menyebabkan terjadinya pemanasan

Lebih terperinci

DAMPAK PERUBAHAN IKLIM DI INDONESIA

DAMPAK PERUBAHAN IKLIM DI INDONESIA 30 DAMPAK PERUBAHAN IKLIM DI INDONESIA Ada dua kecenderungan umum yang diprediksikan akibat dari Perubahan Iklim, yakni (1) meningkatnya suhu yang menyebabkan tekanan panas lebih banyak dan naiknya permukaan

Lebih terperinci

Penataan Kota dan Permukiman

Penataan Kota dan Permukiman Penataan Kota dan Permukiman untuk Mengurangi Resiko Bencana Pembelajaran dari Transformasi Pasca Bencana Oleh: Wiwik D Pratiwi dan M Donny Koerniawan Staf Pengajar Sekolah Arsitektur, Perencanaan, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pulau Jawa merupakan salah satu pulau yang menjadi pusat pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pulau Jawa merupakan salah satu pulau yang menjadi pusat pertumbuhan ekonomi di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pulau Jawa merupakan salah satu pulau yang menjadi pusat pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Hampir seluruh kegiatan ekonomi berpusat di Pulau Jawa. Sebagai pusat pertumbuhan

Lebih terperinci

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

BAPPEDA KAB. LAMONGAN BAB IV ANALISIS ISU - ISU STRATEGIS Pembangunan daerah agar dapat berhasil sesuai dengan tujuannya harus tanggap terhadap kondisi yang terjadi di masyarakat. Kondisi tersebut menyangkut beberapa masalah

Lebih terperinci

Perubahan iklim dunia: apa dan bagaimana?

Perubahan iklim dunia: apa dan bagaimana? Perubahan iklim dunia: apa dan bagaimana? Oleh : Imam Hambali Pusat Kajian Kemitraan & Pelayanan Jasa Transportasi Kementerian Perhubungan Pada awal Februari 2007 yang lalu Intergovernmental Panel on Climate

Lebih terperinci

PERUBAHAN IKLIM DAN STRATEGI ADAPTASI NELAYAN

PERUBAHAN IKLIM DAN STRATEGI ADAPTASI NELAYAN PERUBAHAN IKLIM DAN STRATEGI ADAPTASI NELAYAN OLEH : Arif Satria Fakultas Ekologi Manusia IPB Disampaikan padalokakarya MENGARUSUTAMAKAN ADAPTASI TERHADAP PERUBAHAN IKLIM DALAM AGENDA PEMBANGUNAN, 23 OKTOBER

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak sekali dampak yang ditimbulkan oleh pemanasan global ini.

BAB I PENDAHULUAN. banyak sekali dampak yang ditimbulkan oleh pemanasan global ini. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Bumi merupakan satu-satunya tempat tinggal bagi makhluk hidup. Pelestarian lingkungan dilapisan bumi sangat mempengaruhi kelangsungan hidup semua makhluk hidup. Suhu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Isu pemanasan global sudah sering dibicarakan pada media berita dan masyarakat sendiri sudah tidak asing lagi dengan kata pemanasan global. Namun isu pemanasan

Lebih terperinci

2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah

2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah 2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah Permasalahan pembangunan daerah merupakan gap expectation antara kinerja pembangunan yang dicapai saat inidengan yang direncanakan serta antara apa yang ingin dicapai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. global. Peningkatan suhu ini oleh IPCC (Intergovernmental Panel on Climate

I. PENDAHULUAN. global. Peningkatan suhu ini oleh IPCC (Intergovernmental Panel on Climate I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan iklim merupakan isu global yang menjadi sorotan dunia saat ini. Perubahan iklim ditandai dengan meningkatnya suhu rata-rata bumi secara global. Peningkatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1 Dalam rangka mengatasi masalah tersebut, Pemerintah melalui Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.

I. PENDAHULUAN. 1 Dalam rangka mengatasi masalah tersebut, Pemerintah melalui Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan penduduk merupakan fenomena yang menjadi potensi sekaligus permasalahan dalam pembangunan berkelanjutan. Hal tersebut terkait dengan kebutuhan ruang untuk

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I PENGESAHAN. Agreement. Perubahan Iklim. PBB. Kerangka Kerja. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 204) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

RENCANA AKSI NASIONAL PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA (RAN-GRK)

RENCANA AKSI NASIONAL PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA (RAN-GRK) RENCANA AKSI NASIONAL PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA (RAN-GRK) Shinta Damerys Sirait Kepala Bidang Pengkajian Energi Pusat Pengkajian Industri Hijau dan Lingkungan Hidup Kementerian Perindustrian Disampaikan

Lebih terperinci

PEMANASAN GLOBAL Dampak terhadap Kehidupan Manusia dan Usaha Penanggulangannya

PEMANASAN GLOBAL Dampak terhadap Kehidupan Manusia dan Usaha Penanggulangannya PEMANASAN GLOBAL Dampak terhadap Kehidupan Manusia dan Usaha Penanggulangannya Oleh : Prof. Dr., Ir. Moch. Sodiq Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2013 Hak Cipta 2013 pada penulis, Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Lebih terperinci

Krisis Pangan, Energi, dan Pemanasan Global

Krisis Pangan, Energi, dan Pemanasan Global Krisis Pangan, Energi, dan Pemanasan Global Benyamin Lakitan Kementerian Negara Riset dan Teknologi Rakorda MUI Lampung & Jawa Jakarta, 22 Juli 2008 Isu Global [dan Nasional] Krisis Pangan Krisis Energi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Macklin (2009), pembangunan ekonomi tidak dapat lepas dari pertumbuhan ekonomi (economic growth). Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan penduduk kota kota di Indonesia baik sebagai akibat pertumbuhan penduduk maupun akibat urbanisasi telah memberikan indikasi adanya masalah perkotaan yang

Lebih terperinci

1) Sumber Daya Air, 2) Pertanian dan Ketahanan Pangan, 3) Kesehatan Manusia, 4) Ekosistem daratan,

1) Sumber Daya Air, 2) Pertanian dan Ketahanan Pangan, 3) Kesehatan Manusia, 4) Ekosistem daratan, SUMBER DAYA AIR Perubahan iklim akibat pemanasan global bukan lagi dalam tataran wacana, namun secara nyata telah menjadi tantangan paling serius yang dihadapi dunia di abad 21. Pada dasarnya perubahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. rumah kaca yang memicu terjadinya pemanasan global. Pemanasan global yang

I. PENDAHULUAN. rumah kaca yang memicu terjadinya pemanasan global. Pemanasan global yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia diramaikan oleh isu perubahan iklim bumi akibat meningkatnya gas rumah kaca yang memicu terjadinya pemanasan global. Pemanasan global yang memicu terjadinya perubahan

Lebih terperinci

Isu-isu Kontemporer Politik Cina (III)

Isu-isu Kontemporer Politik Cina (III) Isu-isu Kontemporer Politik Cina (III) 1. LINGKUNGAN HIDUP Salah satu isu yang menjadi masalah domestik kontemporer di Cina adalah lingkungan hidup. Ini terkait dengan adanya proses industrialisasi yang

Lebih terperinci

Pembangunan Daerah Berbasis Pengelolaan SDA. Nindyantoro

Pembangunan Daerah Berbasis Pengelolaan SDA. Nindyantoro Pembangunan Daerah Berbasis Pengelolaan SDA Nindyantoro Permasalahan sumberdaya di daerah Jawa Barat Rawan Longsor BANDUNG, 24-01-2008 2008 : (PR).- Dalam tahun 2005 terjadi 47 kali musibah tanah longsor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebakaran hutan dan lahan di Indonesia terjadi setiap tahun dan cenderung meningkat dalam kurun waktu 20 tahun terakhir. Peningkatan kebakaran hutan dan lahan terjadi

Lebih terperinci

RINGKASAN UNTUK MEDIA

RINGKASAN UNTUK MEDIA LIVING PLANET REPORT 2012 RINGKASAN UNTUK MEDIA Living Planet Report 2012 adalah laporan berbasis analisis Ilmiah tentang kesehatan planet Bumi serta dampaknya terhadap aktivitas manusia. Latar Belakang

Lebih terperinci

SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015

SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015 1.8. Kebijakan Pembangunan Daerah Berkelanjutan Provinsi DKI Jakarta Pembangunan di DKI Jakarta adalah bagian yang tidak terpisahkan dari pembangunan nasional secara keseluruhan dan pembangunan pada hakekatnya

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. keempat di dunia setelah Amerika Serikat (AS), Kanada dan Rusia dengan total

BAB I PENGANTAR. keempat di dunia setelah Amerika Serikat (AS), Kanada dan Rusia dengan total BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki garis pantai terpanjang keempat di dunia setelah Amerika Serikat (AS), Kanada dan Rusia dengan total panjang keseluruhan 95.181

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dan pembangunan yang pesat di Kota Surabaya menyebabkan perubahan

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dan pembangunan yang pesat di Kota Surabaya menyebabkan perubahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Surabaya merupakan kota yang memiliki pertumbuhan ekonomi yang pesat dan menyumbang pendapatan Negara yang sangat besar. Surabaya juga merupakan kota terbesar kedua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia jugalah yang melakukan kerusakan di muka bumi ini dengan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. manusia jugalah yang melakukan kerusakan di muka bumi ini dengan berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lingkungan yang bersih adalah dambaan setiap insan. Namun kenyataannya, manusia jugalah yang melakukan kerusakan di muka bumi ini dengan berbagai macam kegiatan yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam film yang berjudul Inconvience Truth digambarkan dengan jelas

I. PENDAHULUAN. Dalam film yang berjudul Inconvience Truth digambarkan dengan jelas I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam film yang berjudul Inconvience Truth digambarkan dengan jelas dan logik oleh Al Gore, seorang peneliti lingkungan dan mantan Wakil Presiden Amerika Serikat, perubahan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Lahan gambut merupakan salah satu tipe ekosistem yang memiliki kemampuan menyimpan lebih dari 30 persen karbon terestrial, memainkan peran penting dalam siklus hidrologi serta

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS A. Permasalahan Pembangunan Dari kondisi umum daerah sebagaimana diuraikan pada Bab II, dapat diidentifikasi permasalahan daerah sebagai berikut : 1. Masih tingginya angka

Lebih terperinci

BAB 8 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 8 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 8 KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini akan menguraikan kesimpulan dan saran sebagai hasil pengolahan data penelitian dan pembahasan terhadap hasil analisis yang telah disajikan dalam beberapa bab sebelumnya.

Lebih terperinci

SAMBUTAN KETUA DPR-RI. Pada Jamuan Makan Siang dengan Peserta International Youth Forum on Climate Change (IYFCC) Jakarta, 28 Februari 2011

SAMBUTAN KETUA DPR-RI. Pada Jamuan Makan Siang dengan Peserta International Youth Forum on Climate Change (IYFCC) Jakarta, 28 Februari 2011 KETUA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN KETUA DPR-RI Pada Jamuan Makan Siang dengan Peserta International Youth Forum on Climate Change (IYFCC) Jakarta, 28 Februari 2011 Assalamu alaikum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB I PENDAHULUAN. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Judul dan Pengertian Judul 1. Judul Jakarta Integrated Urban Farm 2. Pengertian Judul Jakarta merupakan ibu kota Indonesia, daerah ini dinamakan Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta. Kota

Lebih terperinci

Sustainable Development Lingkungan Hidup dan Pembangunan. SEPNB Hubungan Internasional Universitas Komputer Indonesia 2015

Sustainable Development Lingkungan Hidup dan Pembangunan. SEPNB Hubungan Internasional Universitas Komputer Indonesia 2015 Sustainable Development Lingkungan Hidup dan Pembangunan SEPNB Hubungan Internasional Universitas Komputer Indonesia 2015 Kerusakan lingkungan hidup hampir selalu membawa dampak paling parah bagi orang-orang

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan hasil kajian Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) tahun 2001 mengenai perubahan iklim, yaitu perubahan nilai dari unsur-unsur iklim dunia sejak tahun

Lebih terperinci

Geografi LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN II. K e l a s. xxxxxxxxxx Kurikulum 2006/2013

Geografi LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN II. K e l a s. xxxxxxxxxx Kurikulum 2006/2013 xxxxxxxxxx Kurikulum 2006/2013 Geografi K e l a s XI LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN II Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1.

Lebih terperinci

TIN206 - Pengetahuan Lingkungan Materi #10 Genap 2016/2017. TIN206 - Pengetahuan Lingkungan

TIN206 - Pengetahuan Lingkungan Materi #10 Genap 2016/2017. TIN206 - Pengetahuan Lingkungan Materi #10 Pengertian 2 Global warming atau pemanasan global adalah proses peningkatan suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan bumi. Suhu rata-rata global permukaan bumi telah 0,74 ± 0,18 C (1,33 ±

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan terjadinya kerusakan dan kehancuran lingkungan yang pada akhirnya

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan terjadinya kerusakan dan kehancuran lingkungan yang pada akhirnya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan wilayah yang rawan terhadap berbagai jenis bencana, termasuk bencana alam. Bencana alam merupakan fenomena alam yang dapat mengakibatkan terjadinya

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Indonesia adalah negara agraris dimana mayoritas penduduknya mempunyai mata pencaharian sebagai petani. Berbagai hasil pertanian diunggulkan sebagai penguat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. manusia dalam penggunaan energi bahan bakar fosil serta kegiatan alih guna

I. PENDAHULUAN. manusia dalam penggunaan energi bahan bakar fosil serta kegiatan alih guna I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan iklim adalah fenomena global yang disebabkan oleh kegiatan manusia dalam penggunaan energi bahan bakar fosil serta kegiatan alih guna lahan dan kehutanan. Kegiatan

Lebih terperinci

Penjelasan Teknis Penyusunan Naskah Konsep Bandar Lampung 2012

Penjelasan Teknis Penyusunan Naskah Konsep Bandar Lampung 2012 Penjelasan Teknis Penyusunan Naskah Konsep Bandar Lampung 2012 Supriyanto (MercyCorps), Erwin Nugraha (MercyCorps) Kamis, 9 Agustus 2012 di ruang rapat BAPPEDA Kota Bandar Lampung 1 1. Pendahuluan: skema

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (terutama dari sistem pencernaan hewan-hewan ternak), Nitrogen Oksida (NO) dari

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (terutama dari sistem pencernaan hewan-hewan ternak), Nitrogen Oksida (NO) dari I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemanasan global merupakan salah satu isu di dunia saat ini. Masalah pemanasan global ini bahkan telah menjadi agenda utama Perserikatan Bangsabangsa (PBB). Kontributor

Lebih terperinci

No pemeliharaan dan pemanfaatan keanekaragaman hayati sebagai modal dasar pembangunan. Penerapan prinsip Keuangan Berkelanjutan sebagai per

No pemeliharaan dan pemanfaatan keanekaragaman hayati sebagai modal dasar pembangunan. Penerapan prinsip Keuangan Berkelanjutan sebagai per TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I No.6149 KEUANGAN OJK. Efek. Utang. Berwawasan Lingkungan. Penerbitan dan Persyaratan. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 281) PENJELASAN ATAS

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. mestinya sudah mengarah pada pertanian yang mempertahankan keseimbangan

II. TINJAUAN PUSTAKA. mestinya sudah mengarah pada pertanian yang mempertahankan keseimbangan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pertanian Organik Saat ini untuk pemenuhan kebutuhan pangan dari sektor pertanian mestinya sudah mengarah pada pertanian yang mempertahankan keseimbangan lingkungan.

Lebih terperinci

MAKALAH PEMANASAN GLOBAL

MAKALAH PEMANASAN GLOBAL MAKALAH PEMANASAN GLOBAL Disusun Oleh : 1. MUSLIMIN 2. NURLAILA 3. NURSIA 4. SITTI NAIMAN AYU MULIANA AKSA 5. WAODE FAJRIANI BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Latar belakang disusunnya makalah ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bencana banjir dan longsor (Fadli, 2009). Indonesia yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bencana banjir dan longsor (Fadli, 2009). Indonesia yang berada di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bencana longsor merupakan salah satu bencana alam yang sering terjadi di Indonesia. Potensi longsor di Indonesia sejak tahun 1998 hingga pertengahan 2008, tercatat

Lebih terperinci

BAB 13. KELUARGA DAN PERUBAHAN IKLIM. Oleh: Herien Puspitawati Tin Herawati

BAB 13. KELUARGA DAN PERUBAHAN IKLIM. Oleh: Herien Puspitawati Tin Herawati BAB 13. KELUARGA DAN PERUBAHAN IKLIM Oleh: Herien Puspitawati Tin Herawati DAMPAK AKTIVITAS MANUSIA Mekamisme yang terjadi pada sistem alam sangat luar biasa rumitnya. Ekosistem mempunyai keseimbangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilakukannya penelitian ini terkait dengan permasalahan-permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. dilakukannya penelitian ini terkait dengan permasalahan-permasalahan BAB I PENDAHULUAN Pada bab pendahuluan akan dipaparkan mengenai latar belakang dilakukannya penelitian ini terkait dengan permasalahan-permasalahan infrastruktur permukiman kumuh di Kecamatan Denpasar

Lebih terperinci

MITIGASI BENCANA ALAM I. Tujuan Pembelajaran

MITIGASI BENCANA ALAM I. Tujuan Pembelajaran K-13 Kelas X Geografi MITIGASI BENCANA ALAM I Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Memahami pengertian mitigasi. 2. Memahami adaptasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam dekade terakhir kebakaran hutan sudah menjadi masalah global.

I. PENDAHULUAN. Dalam dekade terakhir kebakaran hutan sudah menjadi masalah global. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam dekade terakhir kebakaran hutan sudah menjadi masalah global. Hal itu terjadi karena dampak dari kebakaran hutan tersebut bukan hanya dirasakan ole11 Indonesia saja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap pembangunan menimbulkan suatu dampak baik itu dampak terhadap ekonomi, kehidupan sosial, maupun lingkungan sekitar. DKI Jakarta sebagai kota dengan letak yang

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM NEGARA ASEAN 5+3

IV. GAMBARAN UMUM NEGARA ASEAN 5+3 IV. GAMBARAN UMUM NEGARA ASEAN 5+3 4.1 Gambaran Umum Kesenjangan Tabungan dan Investasi Domestik Negara ASEAN 5+3 Hubungan antara tabungan dan investasi domestik merupakan indikator penting serta memiliki

Lebih terperinci

Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan

Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan Anton J. Supit Dewan Jagung Nasional Pendahuluan Kemajuan teknologi dalam budidaya jagung semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari beberapa pulau utama dan ribuan pulau kecil disekelilingnya. Dengan 17.508 pulau, Indonesia menjadi negara

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 2. Penelitian GeografiLatihan Soal 2.1. Lanskap fisik. Kependudukan

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 2. Penelitian GeografiLatihan Soal 2.1. Lanskap fisik. Kependudukan 1. Geografi manusia mempelajari tentang... SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 2. Penelitian GeografiLatihan Soal 2.1 Dinamika budaya Lanskap fisik Lanskap lingkungan Kependudukan Lanskap lingkungan

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan 1. 1 Latar Belakang

BAB I Pendahuluan 1. 1 Latar Belakang BAB I Pendahuluan 1. 1 Latar Belakang Sasaran pertumbuhan PDB Nasional berdasar RPJPN 2005-2025 adalah mencapai pendapatan per kapita pada tahun 2025 setara dengan negara-negara berpendapatan menengah,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan lingkungan saat ini semakin meningkat. Salah satu masalah lingkungan global yang dihadapi banyak negara adalah terjadinya pulau bahang kota (urban heat island)

Lebih terperinci

Sambutan Endah Murniningtyas Penyusunan Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Balikpapan, Februari 2012

Sambutan Endah Murniningtyas Penyusunan Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Balikpapan, Februari 2012 Sambutan Endah Murniningtyas Deputi Bidang Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) Penyusunan

Lebih terperinci

4. Apakah pemanasan Global akan menyebabkan peningkatan terjadinya banjir, kekeringan, pertumbuhan hama secara cepat dan peristiwa alam atau cuaca yan

4. Apakah pemanasan Global akan menyebabkan peningkatan terjadinya banjir, kekeringan, pertumbuhan hama secara cepat dan peristiwa alam atau cuaca yan Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang Semenjak manusia pada jaman purbakala sampai dengan jaman sekarang, manusia telah mengalami perkembangan dalam setiap periode waktu yang dilewatinya yang telah kita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Geografi merupakan ilmu yang mempelajari gejala-gejala alamiah

BAB I PENDAHULUAN. Geografi merupakan ilmu yang mempelajari gejala-gejala alamiah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Geografi merupakan ilmu yang mempelajari gejala-gejala alamiah yang terdapat di permukaan bumi, meliputi gejala-gejala yang terdapat pada lapisan air, tanah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan iklim merupakan salah satu isu yang paling hangat dibicarakan secara global belakangan ini. Meningkatnya gas rumah kaca di atmosfer adalah pertanda iklim

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Terdapat beberapa penelitian dan kajian mengenai banjir pasang. Beberapa

TINJAUAN PUSTAKA. Terdapat beberapa penelitian dan kajian mengenai banjir pasang. Beberapa II. TINJAUAN PUSTAKA Terdapat beberapa penelitian dan kajian mengenai banjir pasang. Beberapa penelitian dan kajian berkaitan dengan banjir pasang antara lain dilakukan oleh Arbriyakto dan Kardyanto (2002),

Lebih terperinci

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/ TENTANG PENERBITAN DAN PERSYARATAN EFEK BERSIFAT UTANG BERWAWASAN LINGKUNGAN (GREEN BOND)

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/ TENTANG PENERBITAN DAN PERSYARATAN EFEK BERSIFAT UTANG BERWAWASAN LINGKUNGAN (GREEN BOND) OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/ TENTANG PENERBITAN DAN PERSYARATAN EFEK BERSIFAT UTANG BERWAWASAN LINGKUNGAN (GREEN BOND) DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

Cuaca Ekstrim ( Extreme Weather ) Badai Tornado di Amerika Serikat Oleh : Bhian Rangga JR NIM K P. Geografi FKIP UNS

Cuaca Ekstrim ( Extreme Weather ) Badai Tornado di Amerika Serikat Oleh : Bhian Rangga JR NIM K P. Geografi FKIP UNS Cuaca Ekstrim ( Extreme Weather ) Badai Tornado di Amerika Serikat Oleh : Bhian Rangga JR NIM K 5410012 P. Geografi FKIP UNS A. PENDAHULUAN Pada tahun 2000 sampai saat ini, sejumlah bencana di suatu daerah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. dan hutan tropis yang menghilang dengan kecepatan yang dramatis. Pada tahun

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. dan hutan tropis yang menghilang dengan kecepatan yang dramatis. Pada tahun I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan teknologi dan peningkatan kebutuhan hidup manusia, tidak dapat dipungkiri bahwa tekanan terhadap perubahan lingkungan juga akan meningkat

Lebih terperinci

Global Warming. Kelompok 10

Global Warming. Kelompok 10 Global Warming Kelompok 10 Apa itu Global Warming Global warming adalah fenomena peningkatan temperatur global dari tahun ke tahun karena terjadinya efek rumah kaca (green house effect) yang disebabkan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan. Secara geografis, wilayah Indonesia memiliki luas wilayah seluruhnya mencapai 5.193.252 km 2 terdiri atas luas daratan sekitar 1.910.931,32

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sektor perekonomian dan bisnis menjadi daya tarik masyarakat dari berbagai

I. PENDAHULUAN. sektor perekonomian dan bisnis menjadi daya tarik masyarakat dari berbagai I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jakarta merupakan ibu kota yang menjadi pusat lokasi pelaksanaan fungsi administrasi pemerintahan dan perekonomian Republik Indonesia. Hal ini memicu pesatnya pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya peran energi dalam kebutuhan sehari-hari mulai dari zaman dahulu

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya peran energi dalam kebutuhan sehari-hari mulai dari zaman dahulu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Topik tentang energi saat ini menjadi perhatian besar bagi seluruh dunia. Pentingnya peran energi dalam kebutuhan sehari-hari mulai dari zaman dahulu hingga sekarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kekayaan sumberdaya alam wilayah kepesisiran dan pulau-pulau kecil di Indonesia sangat beragam. Kekayaan sumberdaya alam tersebut meliputi ekosistem hutan mangrove,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang di dunia masih mengandalkan sektor pertanian dalam

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang di dunia masih mengandalkan sektor pertanian dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sektor pertanian memegang peranan yang sangat penting bagi sebagian besar negara dengan kategori sedang berkembang. Hal ini dikarenakan sebagian besar negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Pertanian (SIPP) yaitu: terwujudnya sistem pertanianbioindustri

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Pertanian (SIPP) yaitu: terwujudnya sistem pertanianbioindustri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi yang besar di sektor pertanian. Untuk memanfaatkan potensi besar yang dimiliki Indonesia, pemerintah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS Analisis isu-isu strategis merupakan bagian penting dan sangat menentukan dalam proses penyusunan rencana pembangunan daerah untuk melengkapi tahapan-tahapan yang telah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap sumberdaya alam memiliki fungsi penting terhadap lingkungan. Sumberdaya alam berupa vegetasi pada suatu ekosistem hutan mangrove dapat berfungsi dalam menstabilkan

Lebih terperinci