AKADEMI SEPAK BOLA BARCELONA DENGAN PEMANFAATAN CAHAYA ALAMI DI ALAM SUTERA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "AKADEMI SEPAK BOLA BARCELONA DENGAN PEMANFAATAN CAHAYA ALAMI DI ALAM SUTERA"

Transkripsi

1 AKADEMI SEPAK BOLA BARCELONA DENGAN PEMANFAATAN CAHAYA ALAMI DI ALAM SUTERA Adri Hermawan, Noegroho, ST., MLP, Albertus Galih Prawata, ST., M.Arch Nama instansi, Jl. Daha O1 No. 10, Cimanggu Permai, Bogor, (0251) , ABSTRAK ABSTRAK Akademi sepak bola sedang marak berdatangan ke bumi pertiwi ini, dimulai dari Akademi Sepak Bola Arsenal di Jakarta Selatan, Real Madrid di Bali, hingga Barcelona di Sentul. Tentunya ini menjadi tantangan tersendiri bagi para arsitek dalam mendesain bangunan akademi sepak bola yang sesuai dengan standarisasi akademi sepak bola secara internasional. Tentunya tidak menghilangkan ciri khas dari Akademi Sepak Bola Barcelona ini sendiri, atau kurikulum dari akademi sepak bola di mana negaranya berasal. Isu global warming sedang menyebar di seluruh penjuru dunia, dengan peningkatan suhu bumi yang cukup signifikan setiap tahunnya membuat kami para arsitek ikut turut serta dalam menjaga dan juga merawat bumi yang kami cintai ini. Tenaga matahari yang dapat dimanfaatkan secara maksimal sebagai pencahayaan ruang dalam dari akademi sepak bola ini. Akan tetapi cahaya yang masuk ke dalam bangunan tidak begitu saja secara langsung dimasukkan ke dalam bangunan, tapi melalui pengurangan tenaga cahaya matahari dengan menggunakan sun shading. Bagaimanakah desain dan juga ukuran dari sun shading ini yang dapat memenuhi kriteria iklim tropis ini? Seberapa efektif cahaya matahari dapat mengurangi penggunaan energi listrik. Kata kunci : Akademi Sepak Bola, Barcelona, Sun Shading ABSTRACT Emerging football academy came to this country, starting from the Arsenal Football Academy in South Jakarta, Bali Real Madrid, to Barcelona in Sentul. Surely this is a challenge for the architects in designing buildings that football academy in accordance with the standardization of international football academy. Certainly does not eliminate the hallmark of Barcelona Football Academy itself, or the curriculum of the college football where the originating country. Global warming issue is being spread all over the world, with an increase in global temperatures significantly every year makes us the

2 architects take part in maintaining and caring for the earth we love it. Solar energy that can be fully utilized as the illumination of the space in this football academy. But the light that enters the building does not just directly put into the building, but by reducing solar light energy by using sun shading. How does the design and also the size of the sun shading that can meet the criteria of this tropical climate? How effective sunlight can reduce electrical energy usage. Keywords: Football Academy, Barcelona, Sun Shading PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Hal yang melatar belakangi proyek ini adalah, sudah beberapa klub bertaraf internasional menanamkan modal mereka sejak dini di negara ini, mulai dari Liverpool, Arsenal, hingga Real Madrid yang telah membuat akademi sepak bola di Indonesia, maka sangat mungkin klub Barcelona mengikuti langkah yang sebelumnya telah diambil oleh klub-klub sekelasnya. Foto 1.1. Akademi Sepak Bola Barcelona ( Sumber :Soccer Camps International )

3 Melihat bakat-bakat pesepak bola muda yang sekarang sedang naik daun di Indonesia, para klub internasional seakan-akan berlomba-lomba untuk menanamkan modal mereka sedini mungkin di sini, sehingga mereka mendapatkan pemain muda yang berbakat tapi tidak semahal mereka mengambil pemain dari negara-negara Eropa. Pemilihan lahan yang tepat akan sangat berpengaruh pada proses pelatihan nantinya, dilihat dari segi iklim, dan letaknya yang berdekatan dengan fasilitas-fasilitas pendukung. Lahan yang akan saya tuju adalah daerah Alam Sutera, yang merupakan kawasan nyaman untuk tinggal dengan iklim tropis yang dapat mendukung proses dari pelatihan itu sendiri. Akses yang dekat dengan Jalan Tol Merak membuat lokasi ini sangat strategis, terutama pada saat adanya pertandingan di akademi sepak bola ini, para supporter dapat dengan mudah mengunjungi lokasi, terutama bagi para supporter dari Jakarta. Gambar 1.1. Fasilitas yang terdapat di Alam Sutera I.2 Maksud dan Tujuan Topik sustainable design yang saya pilih merupakan topik yang sudah sering sekali diangkat di dunia Arsitektur sendiri. Terkait dengan isu Global Warming yang sekarang

4 sedang marak diperbincangkan di dunia Arsitektur. Melalui sustainable design inilah, kita dapat ikut serta dalam meredam suhu bumi ini sehingga Global Warming tidak semakin memburuk keadaannya. Melalui pencahayaan alami dan pemanfaatan energi secara maksimal, dari alam dan juga efisiensi pemanfaatan energi buatan manusia kita dapat ikut andil dalam meredam suhu bumi ini. Tak hanya dari pemanfaatan energi saja, tapi dari desain bangunan yang dapat mengefisiensikan kerja dari para pengguna bangunan itu sendiri. Melihat klub Barcelona sendiri sudah merupakan klub internasional yang tenar, maka bangunan ini akan menjadi sorotan dunia, dan dapat dijadikan contoh oleh bangunanbangunan lain di dunia ini. Dengan standar internasional dan juga fasilitas pendukung yang menunjang kinerja dan juga hemat energi dapat menjadi nilai lebih bagi bangunan ini, tak hanya sebagai akademi sepak bola biasa, tapi juga bangunan arsitektur dengan nilai seni tinggi dan juga ramah lingkungan bagi bangunan sekitarnya. I.3 Lingkup Pembahasan Penerapan sistem pencahayaan alami di bangunan akademi sepak bola ini akan menjadi pusat pembahasan dalam desain yang nantinya akan saya desain. Dengan memanfaatkan cahaya alami, kita dapat menghemat energi listrik, terutama pada waktu siang hari, dengan begitu, tidak perlu menggunakan listrik sebagai penerangan. Tentunya pada ruangan-ruangan yang digunakan pada waktu siang hari, seperti contohnya ruang kelas dan selasar. Ruangan yang menjadi konsentrasi utama saya adalah ruang huniannya itu sendiri, yang digunakan oleh para peserta yang sedang menjalani pelatihan sepak bola di akademi sepak bola ini. Menciptakan ruang hunian yang hemat energi dan juga nyaman adalah tujuan utama dari proyek ini. Pencahayaan alami ini tentunya dapat dicapai melalui beberapa cara, yaitu dengan memanfaatkan sinar matahari yang masuk ke dalam ruangan. Tentunya tidak sepenuhnya

5 semua cahaya matahari dimasukkan ke dalam ruangan, karena akan menjadi terlalu terang dan dapat menaikkan suhu ruangan. Ada beberapa cara untuk mengatasi penerangan dalam ruangan dengan memanfaatkan cahaya matahari, yaitu dengan menggunakan sun shading, sehingga cahaya yang masuk dalam ruangan sudah melalui pantulan dan juga tidak menaikkan suhu ruangan secara signifikan. Output dari desain saya sendiri nantinya akan lebih mengutamakan pada desain sun shading dan juga massa bangunan yang memanfaatkan cahaya matahari secara maksimal. Massa bangunan yang didesain berpengaruh cukup banyak pada pemanfaatan cahaya matahari, karena apabila menghadap barat tentunya cahaya yang masuk akan terlalu banyak dan juga panas, sehingga perlunya mendesain arah massa bangunan dan bentuk dari massa itu sendiri. Desain saya tentunya akan menjadi pemecahan dari permasalahan pencahayaan alami, melalui desain sun shading dan juga massa bangunan yang dibentuk sedemikian rupa sehingga maksimal secara pemanfaatan cahaya matahari. I.4 Skematika Pembahasan Bab I Pendahuluan Pemilihan judul dan juga proyek yang akan dikerjakan nantinya, latar belakang, maksud dan tujuan, lingkup pembahasan, skematikan pembahasan, kerangka berpikir dari akademi sepak bola Barcelona. Bab II Tinjauan dan Landasan Teori Bagian yang memuat teori teori yang berisi tentang tinjauan umum, kemudian tinjauan khusus topik, dan kelengkapan data dan relevansi pustaka pendukung tentang pencahayaan alami pada ruang-ruang di akademi sepak bola. Bab III Permasalahan

6 Penulis mengidentifikasi permasalahan arsitektural yang berhubungan dengan pencahayaan alami yang dapat dimanfaatkan untuk penerangan pada bangunan berdasarkan hasil dari tinjauan referensi dan landasan teori yang diperoleh penulis. Bab IV Analisis Bab ini berisi analisis tentang penerapan ketajaman dan ketepatan teori arsitektural yang dipadukan dengan topik di dalam pendekatan perencanaan. Mulai dari analisis kondisi lingkungan, analisis kegiatan dan sistem ruang, dan analisis sistem bangunan akademi sepak bola. Bab V Konsep Perancangan Terdiri dari dasar perencanaan dan perancangan, konsep perancangan yang terdiri dari lokasi, tapak, ruang, estetika bangunan, struktur, dan utilitas bangunan. Daftar Pustaka Sebagai daftar referensi yang digunakan sebagai acuan teori teori yang mendukung penelitian ini.

7 I.5 Kerangka Berpikir Latar Belakang Topik Sustainable Design Tema Pemanfaatan Cahaya Alami Teori Pencahayaan Lokasi Akademi Sepak Bola Desain Akademi Sepak Bola Barcelona Berdasarkan Pencahayaan Alami Permasalahan Analisis Skematik Design Perancangan Akademi Sepak Bola

8 METODE PENELITIAN Menggunakan metode penelitian menganalisa dari data yang telah ada, lalu menggunakan percobaan menggunakan perangkat lunak Autodesk Ecotect lalu digabung dengan rumusan sebagai pendukung perhitungan. HASIL DAN BAHASAN Pencahayaan alami adalah topik yang saya ambil dan akan saya terapkan pada akademi sepak bola ini, melalui pencahayaan alami, bangunan ini dapat menjadi bangunan yang hemat energi, dan juga memanfaatkan cahaya matahari secara maksimal. Tentunya cahaya matahari yang masuk ke dalam bangunan tidak secara langsung dimasukkan ke dalam bangunan, karena cahaya yang masuk akan berlebihan, yaitu lux, sedangkan cahaya yang dibutuhkan di dalam ruangan sekitar 1000 lux. Maka dari itu perlu adanya filter untuk cahaya matahari sehingga cahaya matahari yang masuk tidak berlebihan. Sun shading adalah penahan sinar matahari yang akan saya gunakan untuk akademi sepak bola ini, terutama pada bagian asrama. Melalui data-data yang saya dapat mengenai matahari yang menyinari tapak yang terletak di Alam Sutera, Tangerang, saya dapat mendesain sun shading yang sesuai dengan tapak dan bangunan akademi sepak bola ini. Gambar Data-data mathari di Tangerang

9 Dari data yang didapat di atas, dapat dilihat bahwa suhu di daerah tersebut sepanjang tahun adalah di antara 26 o C sampai dengan 27 o C. Pelatihan yang dilakukan di akademi ini dimulai dari bulan September sampai dengan bulan Maret, di mana suhu di antara bulan-bulan ini adalah 26,03 o C sampai dengan 26,49 o C. Dapat dilihat dari suhu-suhu ini, suhu yang berada di tapak akademi sepak bola ini tidak terlalu panas. Data-data tentang matahari di Tangerang, dapat dilihat pula lamanya matahari menyinari daerah Tangerang selama 6 bulan ke depan, mulai dari bulan maret. Tabel 4.8. Tabel 4. Analisa matahari 6 bulan ke depan Dari data yang didapat di atas, dapat dilihat bahwa matahari terbit rata-rata antara jam 6 pagi, dan terbenam pukul 17.50, dengan lama peredaran matahari selama kurang lebih 11jam 50 menit. Dengan waktu peredaran matahari yang cukup panjang dapat dimanfaatkan sebaik mungkin sebagai pencahayaan dan juga pembangkit energi listrik berupa solar panel sebagai penambah daya listrik bagi akademi sepak bola. Analisis Sun Shading Melalui gambar sun path yang didapat, dapat dilihat untuk daerah Tangerang memiliki sudut kemiringan matahari maksimal sebsesar 70 o, yaitu pada bulan Desember. Melalui sudut kemiringan tersebut dapat dibuat sun shading menghadap utara dan selatan dengan panjang tertentu

10 mengikuti sinar matahari datang, terutama unit hunian, atau kamar tidur dari peserta akademi sepak bola ini. Gambar Sudut kemiringan matahari terbesar Dari hasil analisis menggunakan sun path, saya membuat beberapa alternatif besaran dari sun shading itu sendiri. Dengan mengetahui sudut matahari sebesar 70 o, saya dapat mengetahui seberapa panjang sun shading yang harus dibuat, bergantung pada besaran bukaan yang dibuat. Analisis Sun Shading Utara dan Selatan Analisis yang pertama adalah mengangkat bagian utara dan selatan dari bangunan terlebih dahulu untuk mendesain sun shading. Berikut ini adalah beberapa alternatifnya :

11 Alternatif pertama menggunakan asumsi tinggi bukaan jendela setinggi 2m, maka panjang dari sun shading yang diperlukan agar dapat secara maksimal menghalangi sinar matahari secara langsung adalah 115cm. Gambar Besaran sun shading pada Alternatif 1 Alternatif kedua adalah dengan menggunakan bukaan jendela setinggi 120cm, maka panjang dari sun shading yang diperlukan adalah hingga 69cm. Gambar Besaran sun shading pada Alternatif 2

12 Alternatif ketiga adalah dengan bukaan yang memiliki tinggi 2m, tapi menggunakan variasi sun shading yang berbeda, yaitu dengan menggunakan lekukan di ujung sun shading, tapi dengan desain yang seperti ini akan mengganggu jarak pandang dari pengguna kamar tidur. Gambar Besaran sun shading pada Alternatif 3 Hasil dari ketiga alternatif yang saya buat, dapat dibuat perbandingan menggunakan tabel, agar terlihat perbedaan antar sun shading yang satu dengan yang lainnya : Sun Shading Panjang Sun Shading Kekurangan Alternatif 1 115cm - Alternatif 2 69cm Bukaan terlalu kecil Alternatif 3 85cm Sudut pandang berkurang Tabel 4.9. Perbandingan 3 alternatif sun shading

13 Dapat diambil kesimpulan bahwa alternatif yang terbaik adalah alternatif pertama, dikarenakan panjang dari sun shading yang sudah memenuhi standar untuk menghalangi sinar matahari agar tidak langsung masuk ke dalam ruangan. Seperti yang sudah saya survey di Binus Square menggunakan sun shading dengan panjang 70cm. Analisis Sun Shading Timur Analisis yang selanjutnya adalah analisis sun shading untuk bagian timur, di mana pada bagian timur terdapat jam-jam tertentu yang memiliki intensitas sinar matahari yang cukup tinggi, yaitu pada pukul hingga pukul siang. Saya membuat diagram jam matahari yang terbit dari timur pada pukul hingga di barat. Melalui diagram ini dapat dilihat sudut matahari pada jam-jam tertentu, dan dapat ditentukan pula sudut matahari yang terbentuk, melalui sudut matahari yang terbentuk akan dapat dibuat desain sun shading yang tepat. Gambar Diagram matahari menurut jam Dari gambar di atas dapat dilihat sudut yang dibentuk oleh matahari pada pukul adalah 75 o, dengan begitu dapat dibuat sun shading dengan acuan sudut sebsesar 75 o.

14 Dengan membuat alternatif desain sun shading menggunakan acuan sudut sebsar 75 o dan tinggi bukaan atau jendela adalah 200cm, maka panjang dari sun shading yang terbentuk adalah sepanjang 99cm. Gambar Alternatif sun shading yang menghadap timur Sun shading dengan panjang 99cm ini dapat diterapkan pada bangunan sudut barat dan timur, karena analisis ini menurut arah mata angin barat dan timur. Alternatif kedua dari sun shading yang menghadap ke timur adalah dengan menggunakan bukaan setinggi 100cm, dan berjarak 100cm dari lantai, sehingga cahaya yang masuk dari jendela ini dapat digunakan untuk penerangan meja belajar. Panjang dari sun shading sendiri yaitu sepanjang 58cm, dihasilkan dari sudut yang dibentuk oleh matahari, yaitu sebesar 75 o.

15 alternatif, yaitu : Gambar Alternatif 2 sun shading yang menghadap timur Dari kedua alternatif ini terdapat kekurangan dari masing-masing Sun Shading Panjang Sun Shading Kekurangan Alternatif 1 99cm Bukaan terlalu tinggi Alternatif 2 58cm - Tabel Perbandingan 3 alternatif sun shading arah timur Alternatif 1 sangatlah tidak cocok, dikarenakan tinggi jendela yang terlalu besar dan juga penggunaan material untuk membuat sun shading menjadi banyak, karena sun shading pada alternatif 1 sangat panjang. Alternatif 2 adalah solusi yang cocok, karena tinggi dan juga panjang dari sun shading yang sesuai dengan kebutuhan. Analisis Sun Shading Barat Untuk analisis sun shading yang menghadap barat sendiri memiliki sudut matahari yang cukup besar, dikarenakan panas matahari yang

16 menghadap barat mulai dari pukul sampai dengan pukul 16.00, maka dari itu saya menggunakan jenis sun shading yang berbeda, yaitu dengan memantulkan cahaya yang masuk ke dalam bangunan melalui sun shading itu sendiri. Gambar Sun shading bagian barat Dengan tinggi bukaan 200cm, dapat diaplikasikan sun shading dengan bentuk sirip, atau pada sisi samping dengan lebar 50cm yang diterapkan berulang kali sepanjang jendela, dengan jarak antar sirip 50cm. Gambar Alternatif sun shading bagian barat Analisis Sirip Sun Shading Panjang sirip dari sun shading, atau sisi samping sun shading memiliki rumus tersendiri yang berbeda dengan sun shading sebelumnya, yaitu :

17 H = D x tan ( solar altitude ) Cos ( solar azimuth window azimuth ) Gambar Rumus sirip sun shading Dari rumus di atas, dapat diketahui bahwa : H = 200cm Solar altitude = 70 o Solar azimuth = 60 o Window azimuth = 90 o 200cm = D x tan 70 o Cos ( 90 o - 60 o ) 200cm = D x 1,221 0, cm = D x 1,221 0,154 30,8 = D 1,221 D = 24,57cm => 25cm

18 Gambar Sun shading atas dan sirip samping Contoh di atas adalah contoh hasil dari analisis matahari yang menghasilkan sun shading sirip atas dan juga sirip samping, dengan menggunakan alternatif 1 menghadap arah mata angin selatan atau utara yaitu dengan sun shading atas sepanjang 115cm, tinggi 200cm, dan sirip samping 25cm. Penerapan pada sirip samping yang menghadap timur sebenarnya sama saja, yaitu sepanjang 25cm, dikarenakan solar altitude dan solar azimuth yang sama, menghasilkan perhitungan yang sama, sehingga tidak ada perbedaan panjang sirip samping antara yang menghadap utara selatan dengan sudut timur. adalah : Alternatif bentuk-bentuk dari sun shading yang dapat diterapkan

19 Gambar Alternatif bentuk sun shading Sun Shading Estetika Fungsi Alternatif Alternatif Alternatif Tabel Perbandingan 3 alternatif sun shading final Keterangan : 1 : kurang 2 : cukup 3 : baik 4 : sangat baik Dari tabel di atas dapat dilihat dari ketiga alternatif sun shading yang ada, yang terbaik adalah alternatif 3, karena pada alternatif ketiga tidak adanya pengurangan panjang dari sirip sun shading ataupun atap sun shading itu sendiri, sedangkan pada alternatif 1, memiliki bentuk yang terlalu kaku, sehingga kurang cocok digunakan. Menurut Libria Widiastuti ( 2004 ) kuat cahaya matahari rata-rata pada Indonesia adalah di kisaran lux. Dengan mengetahui kuat

20 cahaya matahari ini saya dapat menghitung besaran cahaya yang masuk ke dalam ruangan hunian melalui bukaan sebesar 1m x 1m dengan sun shading sepanjang 58cm, sirip 25cm dan menghadap timur. Dengan menggunakan software Autodesk Ecotect, saya dapat menghitung besaran dari cahaya matahari yang masuk ke dalam ruangan. Gambar Analisa menggunakan Autodesk Ecotect Bulan/Jam Maret 127 lux 147 lux 127 lux 127 lux 127 lux Juni 107 lux 127 lux 107 lux 107 lux 107 lux September 127 lux 147 lux 127 lux 127 lux 127 lux Desember 107 lux 127 lux 107 lux 107 lux 107 lux Tabel Tingkat cahaya sepanjang tahun Dari hasil analisis di atas dapat dilihat bahwa rata-rata pencahayaan yang diukur 80cm dari lantai dan tepat di depan jendela adalah 107 lux sampai dengan 147 lux, sedangkan standarisasi penerangan pada ruang tidur adalah lux. (Sumber : SNI, 2001)

21 Dengan rata-rata penerangan dalam ruangan 127 lux, maka penerangan ruang tidur akademi sepak bola ini sudah memenuhi standar yang ditentukan. SIMPULAN DAN SARAN Dari penelitian yang telah dilakukan dapat dilihat bahwa pemanfaatan cahaya matahari masih dapat diterapkan pada unit asrama akademi sepak bola Barcelona ini. Dengan menggunakan pencahayaan alami, dapat memenuhi kebutuhan penerangan bagi pengguna ruang asramanya. Perkembangan arsitektur semakin maju dan semakin memungkinkan kita menggunakan semua teknologinya dan semakin menghabiskan sumber daya alam yang ada, dan bahkan merusaknya, dengan memanfaatkan sumber daya alam yang ada dan semakin mengurangi perusakan alam, maka kita dapat menciptakan bumi yang saling berkesinambungan dan juga sustainable. REFERENSI Bell,P.A., Greene., T.C., Fisher., J. D., & Baum., A. (1996). Environmental Psychology. Fourth Edition. Fort Worth : Harcourt Brace College Publisher. Broadbent. (1990). Design in Architecture : Architecture and Human Sciences Chichester : Jhon Wiley and Sons. Charles, JK (2008). Sustainable Construction green building design and delivery.canada:john Wiley & Sons. Ching, Francis, D.K. (2000), Arsitektur Bentuk, Ruang dan Tatanan, edisi 2, Jakarta : Erlangga Daniel, EW. (2007). Sustainable Design ecology, architecture, and planning.canada:john Wiley & Sons. Davis, Gray. (2002). Photovoltaic Solar Electric System. Kansas Eugel, Heino. (2009). Structure Systems 4th Edition. Canada Fireza, Doni. (2008). Penggunaan Potensi Sumberdaya yang Terbaharukan dalam Merancang Lingkungan Perkotaan. ( :40). Fisher, J.D, dkk. (1984). Enviromental Psychology. New York : CBS College Publishing

22 Juwana, J.S. (2005). Panduan Sistem Bangunan Tinggi. Jakarta : Erlangga Neufert, Ernst (2002). DATA ARSITEK JILID 2. (Jilid 1) Jakarta : Erlangga No Name (2012). Asian Soccer Academy. ( :25). No Name (2012). FC Barcelona Camp ( :50). No Name (2012). Gaisma Sun Analysis. ( :20). No Name (2012). Onyx Solar. ( :23). No Name (2012). Prakiraan Cuaca Propinsi Banten. ( :30). One, Page. (2005). Architecture on Sports Facilities. Singapore : Page One RIWAYAT PENULIS Adri Hermawan lahir di kota Bogor pada 5 Februari Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang Arsitektur pada tahun Saat ini bekerja sebagai Arsitek dan Fotografer di AWproject. Penulis aktif di (organisasi profesi) sebagai (jabatan).

KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN AKADEMI SEPAK BOLA BARCELONA DENGAN PEMANFAATAN CAHAYA ALAMI DI ALAM SUTERA KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TUGAS AKHIR Semester Genap Tahun 2011/2012 Disusun Oleh : Nama : Adri Hermawan NIM : 1200973905

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Pada saat ini keterbatasan lahan menjadi salah satu permasalahan di Jakarta

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Pada saat ini keterbatasan lahan menjadi salah satu permasalahan di Jakarta BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pada saat ini keterbatasan lahan menjadi salah satu permasalahan di Jakarta mengingat jumlah penduduk Jakarta yang terus bertambah, sehingga saat ini di Jakarta banyak

Lebih terperinci

PENERAPAN KONSEP PENGHAWAAN ALAMI PADA WISMA ATLET SENAYAN

PENERAPAN KONSEP PENGHAWAAN ALAMI PADA WISMA ATLET SENAYAN PENERAPAN KONSEP PENGHAWAAN ALAMI PADA WISMA ATLET SENAYAN Stefani Gillian Tania A. Universitas Bina Nusantara, Jakarta, Indonesia Abstrak Wisma atlet sekarang ini sudah tidak digunakan lagi karena kondisi

Lebih terperinci

STUDI SISTEM PENCAHAYAAN DAN PENGHAWAAN ALAMI PADA TIPOLOGI UNDERGROUND BUILDING

STUDI SISTEM PENCAHAYAAN DAN PENGHAWAAN ALAMI PADA TIPOLOGI UNDERGROUND BUILDING STUDI SISTEM PENCAHAYAAN DAN PENGHAWAAN ALAMI PADA TIPOLOGI UNDERGROUND BUILDING Emil Salim 1 dan Johanes Van Rate 2 1 Mahasiswa PS S1 Arsitektur Unsrat 2 Staf Pengajar Jurusan Arsitektur Unsrat ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. I.1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul. Jakarta merupakan salah satu kota besar yang memiliki perkembangan cukup

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. I.1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul. Jakarta merupakan salah satu kota besar yang memiliki perkembangan cukup BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang I.1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul Jakarta merupakan salah satu kota besar yang memiliki perkembangan cukup pesat dewasa ini. Wilayah di daerah Jakarta, khususnya

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS IV.1 Analisis Aspek Manusia IV.1.1 Analisis Pelaku, Kegiatan, Lokasi, dan Kebutuhan Pelaku Kegiatan Lokasi Kebutuhan

BAB IV ANALISIS IV.1 Analisis Aspek Manusia IV.1.1 Analisis Pelaku, Kegiatan, Lokasi, dan Kebutuhan Pelaku Kegiatan Lokasi Kebutuhan BAB IV ANALISIS IV.1 Analisis Aspek Manusia IV.1.1 Analisis Pelaku, Kegiatan, Lokasi, dan Kebutuhan Kegiatan para peserta dari akademi sepak bola ini sebenarnya tidak terlalu berbeda dengan kegiatan yang

Lebih terperinci

aktivitas manusia. 4 Karbon dioksida dari pembakaran bahan bakar fosil dan penggundulan lahan yang menjadi penyebab utama Bumi menjadi hangat, baik pa

aktivitas manusia. 4 Karbon dioksida dari pembakaran bahan bakar fosil dan penggundulan lahan yang menjadi penyebab utama Bumi menjadi hangat, baik pa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Isu pemanasan global semakin marak di dunia. Berbagai aspek sering dikaitkan dengan isu pemanasan global, mulai dari hal sederhana seperti penggunaan kertas dan tisu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Jakarta adalah kota yang setiap harinya sarat akan penduduk, baik yang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Jakarta adalah kota yang setiap harinya sarat akan penduduk, baik yang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Jakarta adalah kota yang setiap harinya sarat akan penduduk, baik yang bertempat tinggal dan bekerja di dalam kota maupun yang berasal dari daerah pinggiran seperti,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Gedung atau bangunan mempunyai pengaruh yang begitu besar terhadap kehidupan manusia di dunia. Bangunan tersebut dapat memfasilitasi suatu komunitas, kesehatan, mendukung

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah populasi manusia di Jakarta,

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah populasi manusia di Jakarta, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah populasi manusia di Jakarta, ketersediaan tempat tinggal menjadi perhatian utama bagi semua pihak bagi pemerintah maupun

Lebih terperinci

BAB III INTERPRETASI DAN ELABORASI TEMA. Tema yang digunakan pada perencanaan Hotel Forest ini adalah Green

BAB III INTERPRETASI DAN ELABORASI TEMA. Tema yang digunakan pada perencanaan Hotel Forest ini adalah Green BAB III INTERPRETASI DAN ELABORASI TEMA 3.1 Tinjauan Pustaka Tema Tema yang digunakan pada perencanaan Hotel Forest ini adalah Green Architecture atau yang lebih dikenal dengan Arsitektur Hijau. Pada bagian

Lebih terperinci

Pengaruh Konfigurasi Atap pada Rumah Tinggal Minimalis Terhadap Kenyamanan Termal Ruang

Pengaruh Konfigurasi Atap pada Rumah Tinggal Minimalis Terhadap Kenyamanan Termal Ruang Pengaruh Konfigurasi Atap pada Rumah Tinggal Minimalis Terhadap Kenyamanan Termal Ruang Yogi Misbach A 1, Agung Murti Nugroho 2, M Satya Adhitama 2 1 Mahasiswa Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Jakarta, seperti yang telah kita ketahui, merupakan kota dengan populasi

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Jakarta, seperti yang telah kita ketahui, merupakan kota dengan populasi BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Jakarta, seperti yang telah kita ketahui, merupakan kota dengan populasi penduduk terpadat di Indonesia dan merupakan salah satu kota dengan penduduk terpadat di dunia.

Lebih terperinci

BAB I: PENDAHULUAN Latar Belakang Proyek.

BAB I: PENDAHULUAN Latar Belakang Proyek. BAB I: PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proyek Universitas Mercu Buana merupaan salah satu universitas swasta di Jakarta yang saat ini banyak diminati oleh murid-murid yang baru lulus SMA/SMK maupun oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan utama yang mutlak dari setiap individu-individu di bumi ini.

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan utama yang mutlak dari setiap individu-individu di bumi ini. BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Proyek Hunian atau tempat tinggal merupakan kebutuhan utama dan paling mendasar bagi manusia. Hunian dibutuhkan sebagai tempat dimana kita akan merasa nyaman dan aman

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Jakarta sebagai kota metropolitan bertumbuh sangat pesat terutama dari segi

BAB 1 PENDAHULUAN. Jakarta sebagai kota metropolitan bertumbuh sangat pesat terutama dari segi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jakarta sebagai kota metropolitan bertumbuh sangat pesat terutama dari segi peningkatan jumlah penduduk. Menurut data sensus BPS, meskipun jumlah penduduk Jakarta 8,38

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN TEMA ARSITEKTUR HIJAU

BAB III TINJAUAN TEMA ARSITEKTUR HIJAU BAB III TINJAUAN TEMA ARSITEKTUR HIJAU 3.1. Tinjauan Tema a. Latar Belakang Tema Seiring dengan berkembangnya kampus Universitas Mercu Buana dengan berbagai macam wacana yang telah direncanakan melihat

Lebih terperinci

Pengembangan RS Harum

Pengembangan RS Harum BAB III TINJAUAN KHUSUS 3.1. ARSITEKTUR HIJAU (GREEN ARCHITECTURE) Arsitektur hijau merupakan langkah untuk mempertahankan eksistensinya di muka bumi dengan cara meminimalkan perusakan alam dan lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemukiman kumuh di kota yang padat penduduk atau dikenal dengan istilah urban

BAB I PENDAHULUAN. pemukiman kumuh di kota yang padat penduduk atau dikenal dengan istilah urban BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kota Jakarta sebagai ibu kota negara yang terus berkembang mengalami permasalahan dalam hal penyediaan hunian yang layak bagi warga masyarakatnya. Menurut data kependudukan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Foto I.1.1. Wisma Atlet Fajar - Senayan. Sumber : Dokumentasi pribadi

BAB I PENDAHULUAN. Foto I.1.1. Wisma Atlet Fajar - Senayan. Sumber : Dokumentasi pribadi BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Wisma atlet merupakan salah satu tempat hunian bagi atlet yang berfungsi untuk tempat tinggal sementara. Selain itu keberadaan wisma atlet sangat diperlukan untuk

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V.2.1 Konsep Pencapaian Menuju Tapak

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V.2.1 Konsep Pencapaian Menuju Tapak BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan Pemikiran yang melandasi proyek hotel bisnis di Kuningan, Jakarta Selatan ini adalah kebutuhan akomodasi di kawasan bisnis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dunia pendidikan arsitektur di Indonesia masih belum dapat disejajarkan dengan nama besar universitas di luar yang memiliki embel-embel world class university seperti

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN ARSITEKTUR II

PERKEMBANGAN ARSITEKTUR II PERKEMBANGAN ARSITEKTUR II Green Architecture (Materi pertemuan 7) DOSEN PENGAMPU: ARDIANSYAH, S.T, M.T PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI PRINSIP-PRINSIP GREEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Perkembangan Urban di Indonesia mengalami perkembangan yang cukup pesat, terutama terjadi pada kota-kota besar dan yang utama adalah Jakarta yang juga merupakan ibukota

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Konsep perancangan Rumah Susun Sederhana Sewa ini adalah hasil analisis pada bab sebelumnya yang kemudian disimpulkan. Konsep ini merupakan konsep turunan dari

Lebih terperinci

Kata!kunci:!pendidikan!pariwisata,!cahaya!alami,!penghawaan!alami,!panel!surya!

Kata!kunci:!pendidikan!pariwisata,!cahaya!alami,!penghawaan!alami,!panel!surya! KonsepArsitekturEkologiPadaPendidikan PariwisataRedIslanddiBanyuwangi AgusMujahidAnshori 1,ChairilBudiartoAmiuza 2,WasiskaIyati 2 1MahasiswaJurusanArsitektur,FakultasTeknik,UniversitasBrawijaya 2DosenJurusanArsitektur,FakultasTeknik,UniversitasBrawijaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Kawasan Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta Sumber:

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Kawasan Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta Sumber: BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Olahraga dapat menjadi batu loncatan sebagai pemersatu bangsa, daerah dan negara lainnya, baik di dalam skala nasional maupun internasional. Dalam setiap skala, negara-negara

Lebih terperinci

Pengembangan RS Harum

Pengembangan RS Harum BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1. KONSEP DASAR PENINGKATAN DENGAN GREEN ARCHITECTURE Dari penjabaran prinsi prinsip green architecture beserta langkahlangkah mendesain green building menurut: Brenda dan Robert

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pengembangan energi ini di beberapa negara sudah dilakukan sejak lama.

I. PENDAHULUAN. Pengembangan energi ini di beberapa negara sudah dilakukan sejak lama. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring perkembangan zaman, ketergantungan manusia terhadap energi sangat tinggi. Sementara itu, ketersediaan sumber energi tak terbaharui (bahan bakar fosil) semakin menipis

Lebih terperinci

BAB IV : KONSEP. Adapun prinsip-prinsip pendekatan arsitektur hijau adalah sebagai berikut:

BAB IV : KONSEP. Adapun prinsip-prinsip pendekatan arsitektur hijau adalah sebagai berikut: BAB IV : KONSEP 4.1. Konsep Dasar Konsep rancangan dasar pada perancangan Rumah Sakit Pendidikan Karawaci di Tangerang ini adalah arsitektur hijau. Arsitektur hijau ialah sebuah konsep arsitektur yang

Lebih terperinci

APARTEMEN HEMAT ENERGI DAN MENCIPTAKAN INTERAKSI SOSIAL DI YOGYAKARTA DAFTAR ISI.

APARTEMEN HEMAT ENERGI DAN MENCIPTAKAN INTERAKSI SOSIAL DI YOGYAKARTA DAFTAR ISI. DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL.. LEMBAR PENGESAHAN... CATATAN DOSEN PEMBIMBING... HALAMAN PERNYATAAN PRAKATA. DAFTAR ISI. DAFTAR GAMBAR. DAFTAR TABEL.. ABSTRAK. i ii iii iv v vii x xiii xv BAB I PENDAHULUAN..

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Directorat Data Center UBiNus)

BAB I PENDAHULUAN. Directorat Data Center UBiNus) BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Universitas Bina Nusantara adalah salah satu universitas di Jakarta yang banyak diminati oleh orang banyak. Mahasiswa Universitas Bina Nusantara yang berasal dari dalam

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1. Konsep Makro Indonesia merupakan Negara yang kaya keberagaman tradisi dan budaya. Salah satu daerah di Indonesia yang masih kental dengan budaya, kerajinan dan kesenian adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sebanyak 8,2 juta hektar untuk mengatasi kekurangan pangan dan luas lahan

BAB 1 PENDAHULUAN. sebanyak 8,2 juta hektar untuk mengatasi kekurangan pangan dan luas lahan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Topik dan Tema Berdasarkan statistik yang ada, Indonesia kekurangan lahan pertanian sebanyak 8,2 juta hektar untuk mengatasi kekurangan pangan dan luas

Lebih terperinci

SOLAR ENVELOPE Lingkungan Penerangan Ernaning Setiyowati

SOLAR ENVELOPE Lingkungan Penerangan Ernaning Setiyowati Kompleks bangunan ini adalah kompleks perumahan modern yang menawarkan konsep desain minimalis. Antar unit bangunannya tidak memiliki jarak sama sekali. Open space yang ada hanyalah pada halaman depan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. menyelesaikan permasalahan penelitian. Dalam penelitian ini jenis data yang. penyinaran cahaya matahari yang didapatkan.

BAB 3 METODE PENELITIAN. menyelesaikan permasalahan penelitian. Dalam penelitian ini jenis data yang. penyinaran cahaya matahari yang didapatkan. BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Tahapan Metode Penelitian Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuanitatif yang akan menggunakan dua jenis data, yaitu data primer

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Persoalan tempat tinggal masih menjadi masalah pelik bagi penduduk di

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Persoalan tempat tinggal masih menjadi masalah pelik bagi penduduk di BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Persoalan tempat tinggal masih menjadi masalah pelik bagi penduduk di Indonesia terutama di kota-kota besar. Rendahnya persentase peningkatan lahan pemukiman dibandingkan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Perancangan Gedung pusat kebugaran ini direncanakan untuk menjadi suatu sarana yang mewadahi kegiatan olahraga, kebugaran, dan relaksasi. Dimana kebutuhan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Kebutuhan akan pendidikan merupakan bagian yang tidak dapat dipungkiri

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Kebutuhan akan pendidikan merupakan bagian yang tidak dapat dipungkiri BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kebutuhan akan pendidikan merupakan bagian yang tidak dapat dipungkiri ikut serta dalam munculnya berbagai permasalahan kebutuhan akan hunian, terutama pada tingkat

Lebih terperinci

BAB V. Konsep. bangunan. memaksimalkan potensi angin yang dapat mengembangkan energi

BAB V. Konsep. bangunan. memaksimalkan potensi angin yang dapat mengembangkan energi BAB V Konsep 5.1 Konsep Perancangan Konsep dasar yang digunakan dalam perancangan sekolah kejuruan desain grafis adalah Optimalisai hemat energi terhadap bangunan dan tapak, yang merupakan pengembangan

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang Penelitian. menjadi bagian yang tak terpisahkan dari arsitektur. Ketergantungan bangunan

1.1 Latar Belakang Penelitian. menjadi bagian yang tak terpisahkan dari arsitektur. Ketergantungan bangunan BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, energi menjadi bagian yang tak terpisahkan dari arsitektur. Ketergantungan bangunan terhadap

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode Penelitian kali ini dengan cara survey. Survey dilakukan untuk mendapat data mengenai: Keadaan tapak. Data lingkungan keadaan sekitar tapak. Banyaknya

Lebih terperinci

RUMAH SUSUN SEWA ANGGOTA TNI KOPASSUS DI KAWASAN CIJANTUNG JAKARTA TIMUR KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

RUMAH SUSUN SEWA ANGGOTA TNI KOPASSUS DI KAWASAN CIJANTUNG JAKARTA TIMUR KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEWA ANGGOTA TNI KOPASSUS DI KAWASAN CIJANTUNG JAKARTA TIMUR KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TUGAS AKHIR Semester Ganjil Tahun 2010/2011 Disusun Oleh : Nama : Fajrin Uthama Malik NIM : 0800763183

Lebih terperinci

APARTEMEN MENENGAH DI KAWASAN CENGKARENG DENGAN PENDEKATAN DESAIN PENCAHAYAAN ALAMI PADA BUKAAN JENDELA

APARTEMEN MENENGAH DI KAWASAN CENGKARENG DENGAN PENDEKATAN DESAIN PENCAHAYAAN ALAMI PADA BUKAAN JENDELA APARTEMEN MENENGAH DI KAWASAN CENGKARENG DENGAN PENDEKATAN DESAIN PENCAHAYAAN ALAMI PADA BUKAAN JENDELA Augusta Chistopher, Sigit Wijaksono, Susilo Kusdiwanggo Universitas Bina Nusantara, Jakarta Chrizzt_13@yahoo.com

Lebih terperinci

STUDI TERHADAP KONSERVASI ENERGI PADA GEDUNG SEWAKA DHARMA KOTA DENPASAR YANG MENERAPKAN KONSEP GREEN BUILDING

STUDI TERHADAP KONSERVASI ENERGI PADA GEDUNG SEWAKA DHARMA KOTA DENPASAR YANG MENERAPKAN KONSEP GREEN BUILDING STUDI TERHADAP KONSERVASI ENERGI PADA GEDUNG SEWAKA DHARMA KOTA DENPASAR YANG MENERAPKAN KONSEP GREEN BUILDING I Wayan Swi Putra 1, I Nyoman Satya Kumara 2, I Gede Dyana Arjana 3 1.3 Jurusan Teknik Elektro,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendasar yang harus diwujudkan untuk melangsungkan hidupnya.

BAB I PENDAHULUAN. mendasar yang harus diwujudkan untuk melangsungkan hidupnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada dasarnya, manusia membutuhkan makan, minum, suatu ruang di mana dia dapat merasakan kenyamanan, keamanan dan perlindungan dari segala aspek yang ada di sekitarnya

Lebih terperinci

RUMAH SUSUN HEMAT ENERGI DI LEBAK BULUS JAKARTA DENGAN PENERAPAN PENCAHAYAAN ALAMI

RUMAH SUSUN HEMAT ENERGI DI LEBAK BULUS JAKARTA DENGAN PENERAPAN PENCAHAYAAN ALAMI RUMAH SUSUN HEMAT ENERGI DI LEBAK BULUS JAKARTA DENGAN PENERAPAN PENCAHAYAAN ALAMI Muhammad, Nina Nurdiani, Widya Katarina Universitas Bina Nusantara, Jl. K.H. Syahdan No. 9, Kemanggisan, Jakarta Barat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1. Jumlah Penduduk DKI Jakarta Sumber : diakses tanggal 2 Oktober 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1. Jumlah Penduduk DKI Jakarta Sumber :  diakses tanggal 2 Oktober 2015 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jakarta merupakan salah satu kota di Indonesia yang pertumbuhan kotanya cenderung pesat. Sebagai ibu kota negara, Jakarta menjadi pusat dari berbagai kegiatan dibidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG. Latar Belakang Proyek. Pertambahan dan kepadatan penduduk dari tahun ke tahun terus meningkat,

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG. Latar Belakang Proyek. Pertambahan dan kepadatan penduduk dari tahun ke tahun terus meningkat, BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG Latar Belakang Proyek Pertambahan dan kepadatan penduduk dari tahun ke tahun terus meningkat, hal ini dibuktikan pada tahun 2004 kepadatan penduduk di Jakarta mencapai

Lebih terperinci

APARTEMEN DENGAN MENERAPKAN SIRIP PENANGKAL SINAR MATAHARI KINETIS DI DEPOK

APARTEMEN DENGAN MENERAPKAN SIRIP PENANGKAL SINAR MATAHARI KINETIS DI DEPOK APARTEMEN DENGAN MENERAPKAN SIRIP PENANGKAL SINAR MATAHARI KINETIS DI DEPOK Fahmy Desrizal Mahdy, Riva Tomasowa, Wiyantara Wizaka Unversitas Bina Nusantara, Jln K.H Syahdan no 9, Kemanggisan, Jakarta Barat

Lebih terperinci

BAB 6 HASIL PERANCANGAN

BAB 6 HASIL PERANCANGAN BAB 6 HASIL PERANCANGAN Perancangan Hotel Resort Kota Batu yang mengintegrasikan konsep arsitektur tropis yang mempunyai karakter beradaptasi terhadap keadaan kondisi iklim dan cuaca di daerah Kota Batu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULAN I.1. LATAR BELAKANG. Latar Belakang Proyek. Jakarta adalah Ibukota dari Indonesia merupakan kota yang padat akan

BAB 1 PENDAHULAN I.1. LATAR BELAKANG. Latar Belakang Proyek. Jakarta adalah Ibukota dari Indonesia merupakan kota yang padat akan BAB 1 PENDAHULAN I.1. LATAR BELAKANG Latar Belakang Proyek Jakarta adalah Ibukota dari Indonesia merupakan kota yang padat akan penduduk. Seiring dengan perkembangan waktu, semakin banyak orang yang datang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan permukiman yang dihadapi kota besar semakin kompleks khususnya di Jakarta.Dengan masalah tingginya tingkat kelahiran dan migrasi penduduk membuat semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pembangunan kepariwisataan nasional dewasa ini merupakan usaha terpadu yang diharapkan pemerintah dapat meningkatkan devisa negara setelah sector migas, disamping memperkenalkan

Lebih terperinci

Arsitektur Hijau BAB III TINJAUAN KHUSUS PROYEK. mengurangi kenyamanan dari club house itu sendiri.

Arsitektur Hijau BAB III TINJAUAN KHUSUS PROYEK. mengurangi kenyamanan dari club house itu sendiri. BAB III TINJAUAN KHUSUS PROYEK III.1 TINJAUAN TEMA III.1.1 Latar Belakang Tema Sebuah Club house pada dasarnya berfungsi sebagai tempat berolah raga dan rekreasi bagi penghuni perumahan serta masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. generasi yang akan datang serta merupakan pengejawantahan diri.

BAB I PENDAHULUAN. generasi yang akan datang serta merupakan pengejawantahan diri. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Persoalan tempat tinggal masih menjadi masalah pelik bagi penduduk di kota besar seperti Jakarta. Menurut data kependudukan, pada tahun 1930 penduduk Jakarta yang

Lebih terperinci

Lingkungan Sebagai Ide Dasar Pemikiran & Perancangan pada Gedung Olahraga dan Pusat Pembinaan PB. Suryanaga di Surabaya

Lingkungan Sebagai Ide Dasar Pemikiran & Perancangan pada Gedung Olahraga dan Pusat Pembinaan PB. Suryanaga di Surabaya JURNAL edimensi ARISTEKTUR, No. 1 (2012) 1-6 1 Lingkungan Sebagai Ide Dasar Pemikiran & Perancangan pada Gedung Olahraga dan Pusat Pembinaan PB. Suryanaga di Surabaya Penulis Agnes Tanso dan Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta, ibukota negara Indonesia, merupakan kota yang terus

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta, ibukota negara Indonesia, merupakan kota yang terus BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jakarta, ibukota negara Indonesia, merupakan kota yang terus berkembang di berbagai aspek, baik itu dari aspek sosial, budaya, ekonomi maupun teknologi. Banyak sekali

Lebih terperinci

OPTIMASI SHADING DEVICES RUMAH TINGGAL (STUDI KASUS : PERUMAHAN LOH AGUNG VI JATEN KARANGANYAR)

OPTIMASI SHADING DEVICES RUMAH TINGGAL (STUDI KASUS : PERUMAHAN LOH AGUNG VI JATEN KARANGANYAR) 158 OPTIMASI SHADING DEVICES RUMAH TINGGAL (STUDI KASUS : PERUMAHAN LOH AGUNG VI JATEN KARANGANYAR) Maya Puspitasari, Nur Rahmawati Syamsiyah Program Studi Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

KAJIAN ARSITEKTUR HEMAT ENERGI SECARA PASIF PADA PERUMAHAN DI MALANG

KAJIAN ARSITEKTUR HEMAT ENERGI SECARA PASIF PADA PERUMAHAN DI MALANG KAJIAN ARSITEKTUR HEMAT ENERGI SECARA PASIF PADA PERUMAHAN DI MALANG Ertin Lestari Adhi Widyarthara Gaguk Sukowiyono Program Studi Arsitektur Institut Teknologi Nasional Malang ABSTRAKSI Malang sebagai

Lebih terperinci

EFISIENSI KONSUMSI ENERGI PADA HOTEL DI JAKARTA BARAT

EFISIENSI KONSUMSI ENERGI PADA HOTEL DI JAKARTA BARAT EFISIENSI KONSUMSI ENERGI PADA HOTEL DI JAKARTA BARAT Charleshan, Renhata Katili, Yosica Mariana Jurusan Arsitektur Universitas Bina Nusantara, Kampus Syahdan Jl. K.H. Syahdan No.9, Kemanggisan, Jakarta

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Perkembangan Sensus Penduduk dan Tabel 2. Data Proyeksi Perkembangan Sensus Penduduk

BAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Perkembangan Sensus Penduduk dan Tabel 2. Data Proyeksi Perkembangan Sensus Penduduk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proyek Jakarta merupakan kota metropolitan dengan pertumbuhan penduduk yang pesat tiap tahunnya. Menurut data sensus BPS pada tahun 2010, meskipun jumlah penduduk Jakarta

Lebih terperinci

BAB III ELABORASI TEMA

BAB III ELABORASI TEMA BAB III ELABORASI TEMA 3.1 Pengertian Tema yang dipilih pada proyek adalah Efisiensi Energi karena tipologi dalam sumber dari daftar pustaka sebelumnya buku Metric Planing and Design Data (David Atler,

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN

BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN 73 BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Sebagai salah satu Art space yang memiliki pengaruh terhadap dunia seni di Indonesia, Selasar Sunaryo Art space ingin memberikan pelayanan terbaik terhadap para pelaku seni

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL i DAFTAR ISI vii DAFTAR GAMBAR xiii DAFTAR TABEL xvii BAB I PENDAHULUAN 1 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Pentingnya Pengadaan Kantor Sewa di Yogyakarta 1 A. Pertumbuhan Ekonomi dan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Berbicara tentang tempat tinggal, kota Jakarta menyediakan lahan yang

PENDAHULUAN. Berbicara tentang tempat tinggal, kota Jakarta menyediakan lahan yang PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Berbicara tentang tempat tinggal, kota Jakarta menyediakan lahan yang diperuntukan sebagai lahan untuk tempat tinggal yaitu seluas 45964,88 Ha, dengan keterbatasan lahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kondisi Wisma Atlet di Senayan saat ini dapat dikatakan cukup memrihatinkan. Wisma yang awalnya bernama Wisma Fajar ini didirikan tahun 1974 oleh perusahaan Singapura

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1.Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang berjudul Pengaruh Desain Bukaan Ruang Terhadap Konsentrasi Belajar Mahasiswa, maka dapat ditarik kesimpulan, bahwa : 1. Intensitas

Lebih terperinci

Rekayasa Desain Fasad Untuk Penurunan Suhu Ruang pada Bangunan Rumah Susun Bambe Kabupaten Gresik

Rekayasa Desain Fasad Untuk Penurunan Suhu Ruang pada Bangunan Rumah Susun Bambe Kabupaten Gresik Rekayasa Desain Fasad Untuk Penurunan Suhu Ruang pada Bangunan Rumah Susun Bambe Kabupaten Gresik Firda Lailia dan Jono Wardoyo Mahasiswa Program Studi Sarjana Arsitektur,Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengembangan perkotaan dalam sektor pusat bisnis dan hunian makin pesat,

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengembangan perkotaan dalam sektor pusat bisnis dan hunian makin pesat, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengembangan perkotaan dalam sektor pusat bisnis dan hunian makin pesat, semua developer berlomba-lomba untuk mengembangkan kawasan tertentu menjadi kawasan superblok

Lebih terperinci

Kajian Pencahayaan Alami pada Bangunan Villa Isola Bandung

Kajian Pencahayaan Alami pada Bangunan Villa Isola Bandung Jurnal Reka Karsa Teknik Arsitektur Itenas No. 1 Vol. 2 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional April 2014 Kajian Pencahayaan Alami pada Bangunan Villa Isola Bandung Erwin Yuniar, Setiohadi Dwicahyo,

Lebih terperinci

Pasar Seni Parangtritis Dengan Pendekatan Fungsi Ruang dan Hemat Energi untuk Mencapai Kenyamanan Termal Melalui Pendinginan Pasif

Pasar Seni Parangtritis Dengan Pendekatan Fungsi Ruang dan Hemat Energi untuk Mencapai Kenyamanan Termal Melalui Pendinginan Pasif DAFTAR ISI Judul i Halaman Pengesahan ii Catatan Dosen Pembimbing iii Pernyataan Keaslian iv Prakata v Daftar Isi vii Daftar Gambar x Daftar Tabel xi Abstrak xvi BAB I PENDAHULUAN 11 Judul 1 12 Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. belajar. Peran strategis Kabupaten Banyuwangi dikarenakan letak Banyuwangi

BAB I PENDAHULUAN. belajar. Peran strategis Kabupaten Banyuwangi dikarenakan letak Banyuwangi BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang 1.1 Alasan Pemilihan Judul Banyuwangi merupakan kota yang memiliki potensi alam, wisata dan pendidikan yang baik, seperti pantai, gunung, dan juga tempat rekreasi dan

Lebih terperinci

of natural lighting as the main lighting source, homever it still needs the help of artificial lighting. Keywords: Natural lighting opening, sun shadi

of natural lighting as the main lighting source, homever it still needs the help of artificial lighting. Keywords: Natural lighting opening, sun shadi REKAYASA TATA CAHAYA ALAMI PADA RUANG BACA GEDUNG PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA DI JAKARTA Rachel Felicia 1, Jusuf Thojib 2, Wasiska Iyati 2 1 Mahasiswa Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Salah satu reaksi dari krisis lingkungan adalah munculnya konsep Desain Hijau atau green design yang mengarah pada desain berkelanjutan dan konsep energi. Dalam penelitian ini mengkajiupaya terapan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.I. Dasar Perencanaan dan Perancangan Konsep dasar perancangan Akademi Spak Bola ini adalah menciptakan dan mewujudkan suatu bangunan yang merupakan wadah bagi

Lebih terperinci

BAB IV: KONSEP Konsep Dasar. Tema

BAB IV: KONSEP Konsep Dasar.  Tema BAB IV: KONSEP 4.1. Konsep Dasar Tema Tema adalah suatu pendekatan atau sudut pandang untuk menyelesaikan permasalahan, yang kita harus mengetahui betul judul dari latar belakang yang kita kemukakan harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proyek

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proyek BAB I PNDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proyek Seni adalah bagian yang sangat penting dari sebuah kebudayaan yang mana memiliki suatu peran terhadap kondisi mental dan spiritual manusia. Salah satu bentuknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang I.1.1 Latar Belakang proyek

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang I.1.1 Latar Belakang proyek BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang I.1.1 Latar Belakang proyek Di ibukota Jakarta, penduduknya lebih banyak adalah para pendatang dari luar daerah Jakarta untuk mencari pekerjaan. Mereka berasal dari

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Daftar Isi Daftar Gambar Daftar Grafik Daftar Tabel

DAFTAR ISI. Daftar Isi Daftar Gambar Daftar Grafik Daftar Tabel DAFTAR ISI Daftar Isi Daftar Gambar Daftar Grafik Daftar Tabel i iii vi vii Bab I Pendahuluan 1 I.1. Latar Belakang Persoalan Perancangan 1 I.2. Pernyataan Persoalan Perancangan dan Batasannya 2 I.3. Metoda

Lebih terperinci

Rumah susun merupakan tempat tinggal vertikal yang diperuntukkan bagi masyarakat kelas menengah ke bawah. Dengan keadaan penghuni yang seperti

Rumah susun merupakan tempat tinggal vertikal yang diperuntukkan bagi masyarakat kelas menengah ke bawah. Dengan keadaan penghuni yang seperti 1. PENDAHULUAN Rumah susun merupakan tempat tinggal vertikal yang diperuntukkan bagi masyarakat kelas menengah ke bawah. Dengan keadaan penghuni yang seperti itu, maka kehidupan sosialnya pun berbeda dengan

Lebih terperinci

ASRAMA MAHASISWA UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

ASRAMA MAHASISWA UNIVERSITAS BINA NUSANTARA ASRAMA MAHASISWA UNIVERSITAS BINA NUSANTARA KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TUGAS AKHIR Periode Februari 2008 Juli 2008 Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Menempuh Ujian Tugas Akhir Jurusan Arsitektur

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. dalam mengembangkan ide sebuah rancangan. Langkah-langkah ini meliputi

BAB III METODE PERANCANGAN. dalam mengembangkan ide sebuah rancangan. Langkah-langkah ini meliputi BAB III METODE PERANCANGAN 3.1 Metode Umum Dalam melakukan perancangan membutuhkan metode untuk mempermudah dalam mengembangkan ide sebuah rancangan. Langkah-langkah ini meliputi survey obyek komparasi,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN DESAIN PREMIS Seiring berkembangnya kawasan wisata Baturaden mengharuskan kawasan tersebut harus juga meningkatkan kualitas dalam sektor penginapan. Masih minimnya penginapan berbintang seperti hotel resort

Lebih terperinci

2016 BANDUNG SPORTS CLUB

2016 BANDUNG SPORTS CLUB 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perancangan Bandung sebagai salah satu kota besar di Indonesia, pada perkembangannya tergolong cukup pesat. Hal ini ditandai dengan semakin meningkatnya populasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Proyek

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Proyek BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Proyek Perkembangan kota Jakarta sebagai ibukota negara berlangsung dengan cepat. Dengan banyaknya pembangunan disana-sini semakin mengukuhkan Jakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Latar Belakang Proyek. Dewasa ini tingkat pertumbuhan penduduk di Indonesia terutamanya

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Latar Belakang Proyek. Dewasa ini tingkat pertumbuhan penduduk di Indonesia terutamanya BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang I.I.1 Latar Belakang Proyek Dewasa ini tingkat pertumbuhan penduduk di Indonesia terutamanya pada daerah Kota Jakarta meningkat pesat, Seiiring dengan itu permintaan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. ini merupakan proses yang sangat panjang dan melibatkan banyak pihak.

KATA PENGANTAR. ini merupakan proses yang sangat panjang dan melibatkan banyak pihak. KATA PENGANTAR Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan berkat dan rahmat-nya sehingga saya dapat menyusun dan menyelesaikan Karya Tulis Tugas Akhir ini dengan baik dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Proyek. Universitas Bina Nusantara merupakan salah satu universitas swasta yang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Proyek. Universitas Bina Nusantara merupakan salah satu universitas swasta yang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Proyek Universitas Bina Nusantara merupakan salah satu universitas swasta yang diminati oleh murid-murid SMU yang baru lulus dan hendak melanjutkan pendidikan ke jenjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Konsep bangunan hijau merupakan sebuah isu penting dalam desain arsitektur. Menurut Konsil Bangunan Hijau Indonesia, bangunan hijau adalah bangunan yang dalam tahap

Lebih terperinci

JURUSAN ARSITEKTUR- FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BINA NUSANTARA JAKARTA

JURUSAN ARSITEKTUR- FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BINA NUSANTARA JAKARTA JURUSAN ARSITEKTUR- FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BINA NUSANTARA JAKARTA Nama Mahasiswa Judul Jumlah Halaman : Pindhy Secaningrum Santoso : Asrama Mahasiswa Binus University di Jakarta Barat : Permulaan

Lebih terperinci

SAINS ARSITEKTUR II BANGUNAN ARSITEKTUR YANG RAMAH LINGKUNGAN MENURUT KONSEP ARSITEKTUR TROPIS. Di susun oleh : FERIA ETIKA.A.

SAINS ARSITEKTUR II BANGUNAN ARSITEKTUR YANG RAMAH LINGKUNGAN MENURUT KONSEP ARSITEKTUR TROPIS. Di susun oleh : FERIA ETIKA.A. SAINS ARSITEKTUR II BANGUNAN ARSITEKTUR YANG RAMAH LINGKUNGAN MENURUT KONSEP ARSITEKTUR TROPIS Di susun oleh : FERIA ETIKA.A. (0951010024) Dosen Pembimbing : HERU SUBIYANTORO ST. MT. UPN VETERAN JAWA TIMUR

Lebih terperinci

Pengoptimalan Pencahayaan Alami pada Pondok Pesantren Putri Darul Huda, Mayak, Ponorogo

Pengoptimalan Pencahayaan Alami pada Pondok Pesantren Putri Darul Huda, Mayak, Ponorogo Pengoptimalan Pencahayaan Alami pada Pondok Pesantren Putri Darul Huda, Mayak, Ponorogo Andy Rosmita 1 dan Andika Citraningrum 2 1 Mahasiswa Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Brawijaya 2 Dosen

Lebih terperinci

OPTIMASI KINERJA PENCAHAYAAN ALAMI UNTUK EFISIENSI ENERGI PADA RUMAH SUSUN DENGAN KONFIGURASI TOWER DI DENPASAR

OPTIMASI KINERJA PENCAHAYAAN ALAMI UNTUK EFISIENSI ENERGI PADA RUMAH SUSUN DENGAN KONFIGURASI TOWER DI DENPASAR OPTIMASI KINERJA PENCAHAYAAN ALAMI UNTUK EFISIENSI ENERGI PADA RUMAH SUSUN DENGAN KONFIGURASI TOWER DI DENPASAR Studi Kasus : Rumah Susun Dinas Kepolisian Daerah Bali LATAR BELAKANG Krisis energi Isu Global

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Lokasi Solo baru adalah daerah bagian selatan dan sebelah utara kota Surakarta jawa tengah untuk daerah ini bertepatan dengan kabupaten Sukoharjo daerah ini dulunya

Lebih terperinci

SEKOLAH NEGERI TERPADU (SD-SLTP)

SEKOLAH NEGERI TERPADU (SD-SLTP) TUGAS AKHIR SEKOLAH NEGERI TERPADU (SD-SLTP) Tema : ARSITEKTUR HIJAU Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Arsitektur Disusun Oleh : Nama : Yadi Sutandi Nim

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN ARSITEKTUR BINUS UNIVERSITY

BAB V KESIMPULAN ARSITEKTUR BINUS UNIVERSITY 81 BAB V KESIMPULAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan V.1.1 Keterkaitan Konsep dengan Tema dan Topik Konsep dasar pada perancangan ini yaitu penggunaan isu tentang Sustainable architecture atau Environmental

Lebih terperinci

Konfigurasi Massa Bangunan Rusun Dengan Pencahayaan Alami dan Sirkulasi Udara Pada Rusun Cingised Bandung

Konfigurasi Massa Bangunan Rusun Dengan Pencahayaan Alami dan Sirkulasi Udara Pada Rusun Cingised Bandung Jurnal Reka Karsa Jurusan Teknik Arsitektur Itenas No.1 Vol. 4 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional [Februari 2015] Konfigurasi Massa Bangunan Rusun Dengan Pencahayaan Alami dan Sirkulasi Udara Pada

Lebih terperinci

HOTEL KAPSUL DI TANAH ABANG JAKARTA DENGAN PEMANFAATAN CAHAYA ALAMI

HOTEL KAPSUL DI TANAH ABANG JAKARTA DENGAN PEMANFAATAN CAHAYA ALAMI HOTEL KAPSUL DI TANAH ABANG JAKARTA DENGAN PEMANFAATAN CAHAYA ALAMI Harris Christanto, Albertus Galih Prawata, ST., M.Arch, Yanita Mila Ardiani, ST., MT Jurusan Arsitektur Binus University, Jalan KH Syahdan

Lebih terperinci

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta BAB IV PENUTUP

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta BAB IV PENUTUP 42 BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Perancangan desain interior pada suatu bangunan menjadi hal yang esensial untuk dapat melihat siapakah klien dan apa fungsi sesungguhnya dari suatu ruang atau satu kesatuan

Lebih terperinci