PENGARUH VARIASI DIAMETER PULLY ALTERNATOR KONVENSIONAL TERHADAP PENGISIAN PADA TOYOTA KIJANG 5K

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH VARIASI DIAMETER PULLY ALTERNATOR KONVENSIONAL TERHADAP PENGISIAN PADA TOYOTA KIJANG 5K"

Transkripsi

1 PENGARUH VARIASI DIAMETER PULLY ALTERNATOR KONVENSIONAL TERHADAP PENGISIAN PADA TOYOTA KIJANG 5K Muhadrin 1, Kadir 2,Muhammad Hasbi 3 1 Alumni Sarjana Teknik S-1 Mesin, Fakultas Teknik Universitas Halu Oleo 2,3 Dosen Pembimbing Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Halu Oleo jurnal.enthalpy.uho@gmail.com ABSTRACT The purpose of this study is to determine the effect of variations in the large diameter alternator pulley current and voltage generated at a predetermined speed and compare the rotation each alternator pulley diameter used are 63, 68, and 78 mm. The research method used in this research is by measuring the amperage and voltage output of the alternator in every rotation in 1000, 00, 1600, 1900, 2200, 2500, and 2800 rpm. Measurements were performed 3 times and be averaged. So this pulley diameter variation testing on diameter pulley 68 mm can be used for an alternative, but with that will not long last because the examiner did not measure the temperature of the heat contained in rotor coil and the stator coil. At low rpm, diameter pulley of 78 mm issued a voltage of.3 V and 12 A, at average rpm show alternator output 14.1 V and 14.5 V at high speed on a steady current of 10 A. Pulley diameter 68 mm, from the low rpm on the voltmeter reads voltage of.4 V, 10 A, average rpm being read 14.2 V and high rpm 14, 7 V. A 63 mm diameter pulley low rpm voltmeter output is.8 V, average rpm was 14.3 V and.1 V. Keywords : Conventional charging system, pulley, regulator ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh variasi diameter pully alternator terhadap besar arus dan tegangan yang dihasilkan pada kecepatan yang telah ditentukan dan mengetahui perbandingan putaran masing-masing diameter pully alternator yang digunakan yaitu 63, 68, dan 78 mm. Metode penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan mengukur ampere dan tegangan output dari alternator dalam setiap putaran 1000, 00, 1600, 1900, 2200, 2500, dan 2800 rpm. Pengukuran dilakukan sebanyak 3 kali dan diambil rata-ratanya. Maka dari pengujian variasi diameter pully ini pada diameter pully 68 mm bisa digunakan untuk alternatif, tapi dengan syarat bahwa tidak akan tahan lama dikarenakan penguji tidak mengukur suhu panas yang terdapat pada rotor coil dan stator coil. Diameter pully 78 mm pada putaran rendah mengeluarkan tegangan,3 V, dan 12 A, putaran sedang output alternator terbaca 14,1 V dan pada putaran tinggi 14,5 V pada arus stabil 10A. Diameter pully 68 mm, dari putaran rendah tegangan pada voltmeter,4 V, 10 A, putaran sedang terbaca 14,2 V dan putaran tinggi 14,7 V. Keluran ampere tetap stabil 10 A. Diameter pully 63 mm putaran rendah voltmeter terbaca,8 V, putaran sedang 14,3 V dan putaran tinggi,1 V, dengan amperemeter terbaca 10 A. Kata kunci : system pengisian konvensional, pully, regulator PENDAHULUAN Sistem tenaga listrik merupakan salah satu sumber listrik yang terdapat pada kendaraan. Setiap mesin mobil selalu membutuhkan tenaga listrik untuk menstart mobil, menyalakan lampu body dan wiper. Serta ketika berjalan dimalam hari untuk menghidupkan lampu. Oleh karena itu di dalam mobil dibutuhkan suatu komponen yang biasa mengisi battery sehingga dapat dipakai terus menerus tanpa takut kehabisan tenaga listrik. Dengan kata lain setiap kendaraan harus dilengkapi sistem pengisian yang terdiri dari alternator yang menghasilkan tenaga listrik sesuai putaran mesin yang dihubungkan oleh v-belt. Sistem pengisian yang terdapat pada mobil Toyota Kijang seri 5K adalah type kovensional 30

2 dengan menggunakan regulator mekanik. Berbeda dengan sistem pengisian pada kendaraan pengeluaran terbaru yang menggunakan IC, regulator mekanik membatasi tegangan yang masuk ke battery dengan memutus dan menghubungkan arus sehingga kurang efektif. Alternator yang baik adalah harus mengeluarkan arus dan menyuplai pada batery berkisar,8 14,8 volt, dengan tegangan batery 12 V. Di pasaran, spare part untuk pully alternator kadang ukurannya berbeda dengan spare part yang asli. Perbedaan diameter pully alternator ini mempengaruhi putaran yang dihasilkan sehingga mempengaruhi sistem pengisian pada kendaraan dengan type konvensional. Dari permasalahan ini, maka penulis tertarik untuk meneliti dan mengangkat judul Pengaruh Diameter Pully Alternator Terhadap Sistem Pengisian Pada Kijang 5K, dan diharapkan menjadi solusi permasalahan di lapangan. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh variasi diameter pully alternator terhadap besar arus dan tegangan yang dihasilkan pada kecepatan yang telah ditentukan dan mengetahui perbandingan putaran masingmasing diameter pully alternator yang digunakan yaitu 63, 68, dan 78 mm. gulungan yang banyak. Sehingga memungkinkan induksi listrik yang cukup besar. Arus yang dihasilkan oleh rotor dan stator masih berupa arus AC dan disearahkan oleh enam diode. Gambar 1. Sistem Pengisian Konvensional (PT. Toyota Astra Motor Fundamentals of Electricity Step 2) 3. Voltage Regulator Fungsi regulator adalah mengatur besar kecilnya arus listrik yang masuk ke dalam rotor coil, sehingga arus yang dihasilkan dari stator coil akan tetap konstan atau sama menurut harga yang telah ditentukan walaupun putaran mesin berubahubah. Selain daripada itu regulator juga berfungsi untuk mematikan lampu pengisian, lampu tanda pengisian akan secara otomatis mati apabila alternator sudah menghasilkan arus listrik. TEORI DASAR 1. Motor Bensin Motor bensin ( spark ignition) adalah suatu tipe mesin pembakaran dalam ( Internal Combustion Engine) yang dapat mengubah energi panas dari bahan bakar menjadi energi mekanik berupa daya poros pada putaran poros engkol. Energi panas diperoleh dari pembakaran bahan bakar dengan udara yang terjadi pada ruang bakar (combustion chamber) dengan bantuan bunga api yang berasal dari percikan busi untuk menghasilkan gas pembakaran. Berdasarkan siklus kerjanya motor bensin dibedakan menjadi dua jenis yaitu motor bensin dua langkah dan motor bensin empat langkah. 2. Sistem Pengisian Konvensional Pembangkit listrik pada alternator menggunakan prinsip induksi yaitu perpotongan atara penghantar dengan garis-garis gaya magnet. Besarnya arus induksi tergantung pada kekuatan medan magnet, jumlah konduktor pemotong mesin medan magnet dan kecepatan perpotongan. Kerja sebuah alternator adalah medan magnet berputar (rotor) sedangkan penghantar (stator) diam. Alternator kumparan penghantar statis dipasang pada rangkaian disebut stator, medan magnet disebut motor yang bergerak di tengah stator. Stator terdiri dari konduktor yang gulungan kawat dengan Gambar 2. Regulator Dua Titik (PT. Toyota Astra Motor Fundamentals of Electricity Step 2) 4. Prinsip Kerja Sistem Pengisian a. Kunci kontak On, mesin mati. Bila kunci kontak dihidupkan (ON), maka arus field coil dari battery akan mengalir ke rotor. Pada saat itu juga arus dari battery mengalir kelampu indicator dan lampu menyala. Secara keseluruhan mengalirnya arus listrik sebagai berikut. 31

3 Gambar 3. Cara Kerja Rangkaian Pengisian pada Posisi Mesin Mati (New Step 1, 1995 : 634) Arus yang ke field coil. Terminal (+) battery fusible link kunci kontak (IG switch) fuseterminal IG regulator point PL1 point PL0 terminal F regulator terminal F alternator brush slip ring rotor coil slip ring brush terminal E alternator massa body. Akibatnya rotor terangsangdan timbul kemagnetan yang arus selanjutnya disebut arus medan (field current). Arus ke lampu indicator Terminal (+) battery fusible link kunci kontak (IG switch) fuse lampu CHG terminal L regulator titik kontak Po titik P1 terminal E regulator massa body. Akibatnya lampu indikator (lampu CHG) akan menyala. b. Mesin Dari Kecepatan Rendah ke Cepatan Sedang Po magnet coil dari voltage regulator terminal E regulator massa body. Akibatnya pada coil voltage regulator timbul kemagnetan yang dapat mempengaruhi posisi dari titik kontak (point) PLo. Dalam hal ini PLo akan tertarik dari PL1 sehingga pada kecepatan sedang PLo akan mengambang (seperti pada gambar rangkaian). Arus yang ke field (field current) Terminal B alternator IG switch fuse terminal IG regulator pointpl1 point PL2 resistor R terminal F regulator terminal F alternator rotor coi l terminal E alternator massa body. Output current Terminal B alternator battery dan beban massa body. c. Mesin dari Kecepatan Sedang ke Kecepatan Tinggi Bila putaran mesin bertambah, voltage yang dihasilkan oleh kumparan stator menjadi naik, daya gaya tarik dari kemagnetan kumparan voltage regulator menjadi lebih kuat. Dengan gaya tarik yang lebih kuat, field current yang ke rotor akan mengalir terputusputus (intermittently), akan tetapi selama mesin berputar tinggi arus dapat megalir ke rotor coil. Dengan kata lain, gerakan titik kontak PLo dari voltage regulator kadangkadang membuat hubunagan dengan dengan titik kontak PL2. Bila gerakan titik kontak PLo pada regulator berhubungan dengan titik kontak PL2, field coil akan dibatasi. Bagaimanapun juga, point PLo dari voltage relay tidak akan terpisah dari point P2, sebab tegangan neutral terpelihara dalam sisa flux dari rotor. Aliran arusnya sebagai berikut : Gambar 4. Cara Kerja Rangkaian Pengisian Pada Posisi Kecepatan Sedang (New Step 1, 1995 : 634) Tegangan netral Terminal N alternator terminal N regulator magnet coil dari voltage relay terminal E regulator massa body.akibatnya pada magnet coil pada voltage relay akan terjadi kemagnetan dan dapat menarik titik kontak Po dari P1 dan selanjutnya Po akan bersatu dengan P2 dengan demikian lampu pengisian (charge) jadimati. Tegangan yang keluar (output voltage) Terminal B alternator terminal B regulator titik kontak P2 titik kontak Gambar 5. Cara Kerja Rangkaian Pengisian Pada Posisi Kecepatan Tinggi (New Step 1, 1995 : 634) Voltage Neutral ( tegangan netral) Terminal N alternator terminal N regulator magnet coil dari voltage relay terminal E regulator massa body. Output Voltage Terminal B alternator terminal B regulator point P2 point Po 32

4 magnet coil dari N regulator terminal E regulator. Tidak ada arus ke Field Current Terminal B alternator IG switch fuse terminal IG regulator resistor R terminal F regulator terminal F alternator rotor coil point Plo point PL2 ground (no F.C) terminsl E alternator massa (F current). Bila arus resistor R mengalir terminal F regulator rotorcoil massa, akibatnya arus yang ke rotor ada, tetapi jika PLo menempel PL2 maka arus mengalir ke massa sehingga arus yang ke rotor coil tidak ada. Output Current Terminal B alternator battery / load massa METODE PENELITIAN Peralatan yang digunakan pada penelitian ini adalah tachometer, avometer, vernier caliper, hydrometer, kamera, dan kunci ring. Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah mobil Toyota Kijang 5K dan 3 buah pully masing-masing dengan diameter 63 mm, 68 mm, dan 78 mm. Prosedur Penelitian Adapun prosedur dari penelitian ini yang akan dilakukan dengan pengujian tanpa beban adalah sebagai berikut: 1. Menyiapkan alat dan bahan. 2. Memeriksa alat dan bahan dalam keadaan baik dan siap digunakan. 3. Lepaskan kabel terminal B alternator dan hubungkan pada kabel negatif amperemeter. 4. Hubungkan kabel positif amperemeter pada terminal B regulator. 5. Hubungkan kabel positif voltmeter pada terminal B alternator. 6. Hubungkan kabel negatif voltmeter dengan massa. 7. Lakukan pengukuran dengan variasi 3 diameter pully dengan variasi putaran mesin 1000, 00, 1630, 1900, 2200, 2500, dan 2800 rpm. 8. Catat hasil penelitian. HASIL DAN PEMBAHASAN Data Rata-Rata Arus Dan Tegangan Penelitian Mesi n Tega ngan (V) Aru s (A) Teg ang an (V) Aru s (A) Teg ang an (V) Aru s (A) 1000,8 10,4 10, , ,1 10, , , , , , , , , , , Puli 63 mm Arus Gambar 6. Grafik dengan diameter pully 63 mm Puli 63 mm Arus Gambar 7. Grafik dengan diameter pully 68 mm Puli 78 mm Arus Gambar 8. Grafik dengan diameter pully 78 mm Tabel 1. Puta ran Data arus dan tegangan rata-rata pada penelitian Diameter Pully Alternator 63 mm 68 mm 78 mm 33

5 Puli 63 mm Puli 68 mm Puli 78 mm Gambar 9. Grafik gabungan pully diameter 63, 68, dan 78 mm Contoh Perhitungan Dan Perbandingan Putaran Pully Mesin Dan Pully Alternator Pully 1 = 63 mm; Pully mesin = 143 mm 1000 rpm => x x 63 = = 2269 Pully 2 = 68 mm; Pully mesin = 143 mm 1000 rpm => x x 68 = = 2102 Pully 3 = 78 mm; Pully mesin = 143 mm 1000 rpm => x x 78 = = 1833 Tabel 2. Perbandingan Putaran Pully Mesin dan Pully Alternator Putaran Putaran Pully Alternator (rpm) Mesin 63 mm 68 mm 78 mm Putaran Pully Alternator (rpm) Puli 63 mm Puli 68 mm Puli 78 mm Gambar 10. Grafik perbandingan putaran pully alternator Pembahasan Dengan data yang diperoleh dari hasil penelitian variasi diameter pully pada alternator pada Kijang 5K. Tegangan output alternator konvensional yang disebutkan pada buku pedoman reparasi sekitar,8 14,8 volt. Hal tersebut sebenarnya bisa diperbaiki dengan menyetel kekerasan pegas penahan moving point dari voltage regulator sehingga bisa mencapai tegangan standart. Alternator konvensianal dengan voltage regulator berbentuk moving point sangat rentan terhadap naik turunnya tegangan, sehingga voltage regulator telah mengatur tegangan yang dibangkitkan oleh alternator agar tetap konstan akan tetapi pada kenyataannya tegangan yang dihasilkan tidak tetap atau berubah - ubah. Kemagnetan yang timbul di voltage regulator terjadi karena adanya arus dari terminal B alternator yang mengalir pada kumparan voltage regulator yang akhirnya menarik moving point. Kemagnetan pada voltage regulator tidak terjadi begitu saja. Ketika arus dialirkan menuju kumparan voltage regulator, kemagnetan yang terjadi secara bertahap, dan saat arus berkurang kemagnetan pada voltage regulator berkurang secara bertahap pula. Apabila titik kontak pada voltage regulator berubah dari sisi kontak dari putaran tinggi kesisi kontak putaran rendah maka terjadilah penurunan tegangan. Ketika titik kontak hingga merubah hasil dalam penambahan atau pengurangan perlawanan dari kerja pada putaran tinggi tertinggal di dalam kumparan dan akibatnya output alternator menurun. Efek panas juga berpengaruh kinerja voltage regulator. Hal tersebut disebabkan kumparan voltage regulator terdiri dari kumparan magnet yang bila temperaturnya naik, tahanannya akan bertambah dan akan terjadi pengurangan gaya tarik. Panas yang timbul tersebut diakibatkan arusyang melewati kumparan. Karena permasalahan ini mengakibatkan tegangan yang keluar dari alternator menjadi lebih tinggi. Untuk mengantisipasi hal tersebut dalam voltage 34

6 regulator digunakan bimetal atau resistor atau bahkan kedua-duanya. Pengisian konvensional tidak terlalu tahan pada getaran dan temperature yang tinggi yang bisa mempengaruhi kinerja voltage regulator. Sistem pengisian juga memerlukan penyetelan karena moving point terbakar akibat arus yang mengalir. Sistem pengisian konvensional juga memiliki kelemahan saat putaran tinggi yaitu titik kontak yang seolah mengambang karena pengaturan tegangan, hal tersebut menimbulkan efek pada putaran tinggi sistem pengisian ini output alternatornya putus-putus pada putaran tinggi secara teratur. Keunggulan dari pengisisan konvensional bila terjadi kerusakan masih bisa diprebaiki, tidak terlalu tahan getaran dan temperatur tinggi bisa mempengaruhi kinerja voltage regulator, harga suku cadangnya tidak terlalu mahal. Pembacaan grafik pada gambar 8 dengan diameter pully 78 mm adalah pada saat awal mesin distarter pada amperemeter menunjukan 12 A dengan putaran rendah (1000 rpm) dan mengeluarkan tegangan,3 V. Tapi pada putaran keatas ampere meter terbaca 10 A dan tetap stabil sampai putaran yang ditentukan dalam penelitian yaitu 2800 rpm, pada putaran sedang (1900 rpm) output alternator terbaca 14,1 V dan pada putaran tinggi (2800 rpm) terbaca 14,5 V. Dilihat dari grafik, output pada alternator akan semakin naik apabila putaran mesin bertambah. Keluaran tegangannya pun masih dalam batas standartnya yaitu,8-14,8 V. Kejanggalan yang terjadi pada grafik diatas ampermeter naik sedangkan voltage turun padahal pada grafik diameter pully 68 dan 63 mm lainnya amperemeter tetap stabil dari putaran rendah sampai tinggi. Terjadinya hal tersebut banyak faktor yang mempengaruhi antara lain battery tidak bisa menyimpan arus dengan baik, karena berat jenis air accu tidak sesuai speknya yaitu 1,25-1,29. Hambatan kabel pada sambungan kabel yang terjadi pada output alternator terhadap kinerja dan performa mesin serta system analisa yang dilakukan. Uraian grafik dari gambar 7, variasi diameter pully 68 mm, dari putaran rendah (1000 rpm) tegangan yang terbaca pada voltmeter,4 V, putaran sedang (1900 rpm) terbaca 14,2 V dan putaran tertinggi (2800 rpm) 14,7 V. Keluran amperemeter dari putaran bawah sampai tinngi tetap stabil yaitu 10 A. Tegangannya pun akan naik sesuai dengan bertambahnya putaran mesin, maka dari itu dari percobaan atau eksperimen dapat menyimpulkan bahwa pada diameter pully 68 mm dapat dipakai apabila pully standartnya Kijang sudah sulit untuk dijumpai pada toko-toko. Uraian grafik dari gambar 6 dengan variasi diameter pully 63 mm, pada putaran rendah (1000 rpm) voltmeter terbaca,8 V, putaran sedang (1900 rpm) terbaca 14,3 V dan putaran tinggi (2800 rpm),1 V. Dan amperemeter pun terbaca 10 A dari putaran mesin 1000 rpm sampai 2800 rpm, hal itu menunjukan bahwa amperemeter tetap stabil hingga putaran mesin yang paling tinggi dalam pengambilan data. Dari hasil data tersebut telah dilakukan selama tiga kali percobaan dan diambil rata-ratanya. Dari variasi diameter pully 78mm, 68 mm, dan 63 mm. Dengan hasil data yang diperoleh maka pully yang dapat digunakan adalah dengan diameter pully 68 mm, karena terlihat pada grafik putaran 2800 rpm keluaran daripada output alternator hanya 14,7 V. Dibanding dengan diameter pully lainnya outputnya hamper mendekati speknya pada Toyota Kijang yang berkisar,8-14,8 V. Padahal jika keluaran dari output melebihi speknya kemungkinan akan dapat mengakibatkan over charge. Maka data pengujian variasi diameter pully ini signifikan pada diameter pully 68 mm, tapi dengan satu syarat bahwa tidak akan tahan lama dikarenakan penguji tidak mengukur suhu panas yang terdapat pada rotor coil dan stator coil. Karena panas pada alternator dapat membuat terbakarnya lilitan yang terdapat pada stator coil dan rotor coil. Dari grafik pada gambar 9 diatas dapat dilihat perbedaan variasi diameter pully dari pembacaan voltmeter dan amperemeter dengan putaran mesin yang berbeda. Dan jika dibandingkan dengan dengan grafik putaran mesin dan alternator, pully alternator dengan diameter terkecil memiliki putaran dan tegangan paling tinggi diantara pully alternator yang lain. Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa keluaran output bervariasi dengan putaran mesin rpm. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari hasil penelitian terhadap pengaruh variasi diameter pully alternator konvensional terhadap pengisian, dengan putaran mesin 1000, 00, 1600, 1900, 2200, dan 2800 rpm dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : Perbandingan dari hasil keluaran dari output alternator secara jelas terlihat dalam putaran mesin, ketika putaran mesin bertambah dengan kelipatan 300 rpm. Secara jelas perubahan output dari pully yang standartnya (78 mm) tetapi dengan diameter pully yang berbeda (68 mm dan 63 mm). Dengan hasil output pada alternator adalah sebagai berikut : diameter pully 78 mm putaran rendah,3 V. Putaran sedang 14,1 V dan putaran tinggi 14,5 V. Diameter pully 68 mm, putaran rendah pada voltmeter terbaca,4 V. Putaran sedang 14,2 V dan putaran tertinggi 14,7 V. Diameter pully 63 mm, putaran rendah voltmeter terbaca,8 V 35

7 putaran sedang terbaca 14,3 V dan putaran tinggi voltmeter terbaca,1 V. Perbedaan tegangan yang dihasilkan oleh alternator ini dipengaruhi oleh perbedaan jumlah putaran rotor yang diputar oleh pully alternator yang berbeda, dan semakin kecil pully yang digunakan maka semakin tinggi pula putaran dan arus yang dihasilkan. Saran Jika suatu saat mobil anda rusak pada pully alternatornya, dan ternyata pully untuk kendaraan anda tidak ada suku cadangnya anda bisa menggantinya dengan pully dengan diameter yang lebih kecil dari standartnya. Dan telah dilakukan uji coba diameter pully dari 63 mm dan 68 mm dengan cara membandingkan diameter pully standartnya 78 mm. Dari hasil penelitian yang memenuhi syarat adalah 68 mm dan ini hanya dapat digunakan dalam keadaan darurat karena peneliti tidak mengukur suhu pada alternator ketika variasi diameter pully alternator. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsini Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Yogyakarta : Rineka Cipta. Daryanto, 2002, Sistem Kelistrikan Mobil, Jakarta : Bumi Akasara. Poerwadarminta, W.J. S Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Tokheim, Roger L, Electronik Digital. Jakarta : Erlangga. SolihRohyana, Bagian Bagian Mesin. Jakarta : Erlangga. Sri Wurdiatmoko, Analisis Sistem Pengisian dan Trouble Shooting Pada Toyota Kijang 5K. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan : Semarang Yayat Supriatna Sumarsono, 1998, Listrik Otomotif 1, Bandung : Angkasa. Derato Automotive Diagnosis and Tune Up. United state of America : Gregg Division Mc Graw Hill 36

BAB I PENDAHULUAN. menstart mobil, menyalakan lampu body dan wiper. Serta ketika berjalan

BAB I PENDAHULUAN. menstart mobil, menyalakan lampu body dan wiper. Serta ketika berjalan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem tenaga listrik merupakan salah satu sumber listrik yang terdapat pada kendaraan. Setiap mesin mobil selalu memebutuhkan tenaga listrik untuk menstart mobil,

Lebih terperinci

BAB V SISTEM PENGISIAN (CHARGING SYSTEM)

BAB V SISTEM PENGISIAN (CHARGING SYSTEM) 44 BAB V SISTEM PENGISIAN (CHARGING SYSTEM) a. Uraian Fungsi baterai pada automobile adalah untuk mensuplai kebutuhan listrik pada komponen-kompenen listrik pada mobil tersebut seperti motor starte, lampu-lampu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. mobil seperti motor stater, lampu-lampu, wiper dan komponen lainnya yang

BAB II LANDASAN TEORI. mobil seperti motor stater, lampu-lampu, wiper dan komponen lainnya yang 7 BAB II LANDASAN TEORI A. LANDASAN TEORI 1. Pembebanan Suatu mobil dalam memenuhi kebutuhan tenaga listrik selalu dilengkapi dengan alat pembangkit listrik berupa generator yang berfungsi memberikan tenaga

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 4 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 PENDAHULUAN Sistem Pengisian Konvensional Pembangkit listrik pada alternator menggunakan prinsip induksi yaitu perpotongan antara penghantar dengan garis-garis gaya magnet.

Lebih terperinci

ALTENATOR. Gambar 1. Altenator

ALTENATOR. Gambar 1. Altenator ALTENATOR Gambar 1. Altenator 1. Fungsi Alatenator Altenator Berfungsi sebagai pengubah energi mekanis berupa putaran dari mesin menjadi tenaga listrik. Energi putar di hubungkan melalui V-belt/Vribbed

Lebih terperinci

ANALISA SISTEM PENGISIAN DAN TROUBLE SHOOTING PADA TOYOTA KIJANG 5K

ANALISA SISTEM PENGISIAN DAN TROUBLE SHOOTING PADA TOYOTA KIJANG 5K ANALISA SISTEM PENGISIAN DAN TROUBLE SHOOTING PADA TOYOTA KIJANG 5K Laporan Proyek Akhir Disusun dalam rangka menyelesaikan Studi Diploma III untuk memperoleh gelar Ahli Madya Teknik Mesin Oleh Muhamad

Lebih terperinci

PENINGKATAN KOMPETENSI PENGUKURAN SISTEM PENGISIAN DENGAN PENERAPAN ALAT PERAGA SISTEM PENGISIAN BERBASIS KERJA RANGKAIAN

PENINGKATAN KOMPETENSI PENGUKURAN SISTEM PENGISIAN DENGAN PENERAPAN ALAT PERAGA SISTEM PENGISIAN BERBASIS KERJA RANGKAIAN i PENINGKATAN KOMPETENSI PENGUKURAN SISTEM PENGISIAN DENGAN PENERAPAN ALAT PERAGA SISTEM PENGISIAN BERBASIS KERJA RANGKAIAN Skripsi Diajukan dalam rangka menyelesaikan Studi Strata 1 Untuk mencapai gelar

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR IDENTIFIKASI SISTEM PENGISIAN PADA MOBIL TOYOTA KIJANG INNOVA 1TR-FE. Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Program Diploma III

TUGAS AKHIR IDENTIFIKASI SISTEM PENGISIAN PADA MOBIL TOYOTA KIJANG INNOVA 1TR-FE. Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Program Diploma III TUGAS AKHIR IDENTIFIKASI SISTEM PENGISIAN PADA MOBIL TOYOTA KIJANG INNOVA 1TR-FE Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Program Diploma III untuk Menyandang Sebutan Ahli Madya Teknik Mesin Oleh

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Alternator Alternator atau yang lebih kita kenal sebagai "Dinamo Amper" merupakan suatu unit yang berfungsi sebagai power supply dan charging syste. Fungsi alternator adalah

Lebih terperinci

Cara Kerja Sistem Pengapian Magnet Pada Sepeda Motor

Cara Kerja Sistem Pengapian Magnet Pada Sepeda Motor NAMA : MUHAMMAD ABID ALBAR KELAS : IX E Cara Kerja Sistem Pengapian Magnet Pada Sepeda Motor Sistem pengapian pada sepeda motor berfungsi untuk mengatur proses terjadinya pembakaran campuran udara dan

Lebih terperinci

TROUBLE SHOOTING DAN PENGUJIAN SISTEM PENGISIAN PADA TOYOTA KIJANG INNOVA 1TR-FE

TROUBLE SHOOTING DAN PENGUJIAN SISTEM PENGISIAN PADA TOYOTA KIJANG INNOVA 1TR-FE TUGAS AKHIR TROUBLE SHOOTING DAN PENGUJIAN SISTEM PENGISIAN PADA TOYOTA KIJANG INNOVA 1TR-FE Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Program Diploma 3 Untuk Menyandang Sebutan Ahli Madya Disusun

Lebih terperinci

BAB III PEMBUATAN PERAGA KELISTRIKAN PADA MOBIL TOYOTA KIJANG 5 K. untuk menghasilkan mesin serta dipertahankan agar tetap hidup.

BAB III PEMBUATAN PERAGA KELISTRIKAN PADA MOBIL TOYOTA KIJANG 5 K. untuk menghasilkan mesin serta dipertahankan agar tetap hidup. BAB III PEMBUATAN PERAGA KELISTRIKAN PADA MOBIL TOYOTA KIJANG 5 K 3.1 Pengertian Kelistrikan mesin ialah sistem kelistrikan otomatisasi dipergunakan untuk menghasilkan mesin serta dipertahankan agar tetap

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN SIMULASI SAFETY STARTING SYSTEM PADA MOBIL L300 ABSTRAK

RANCANG BANGUN SIMULASI SAFETY STARTING SYSTEM PADA MOBIL L300 ABSTRAK RANCANG BANGUN SIMULASI SAFETY STARTING SYSTEM PADA MOBIL L300 Muhammad Hafidz Anshori 1 dan Misbachudin 1 1) Program Studi D3 Teknik Otomotif Politeknik Hasnur Banjarmasin ABSTRAK Tingkat pencurian mobil

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Data yang diperoleh dari eksperimen yaitu berupa tegangan out put

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Data yang diperoleh dari eksperimen yaitu berupa tegangan out put 36 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Data yang diperoleh dari eksperimen yaitu berupa tegangan out put alternator dan drop putaran mesin. Berikut ini adalah hasil penelitian dari

Lebih terperinci

SISTEM PENGISIAN DAIHATSU ESSPAS TAHUN 1991

SISTEM PENGISIAN DAIHATSU ESSPAS TAHUN 1991 SISTEM PENGISIAN DAIHATSU ESSPAS TAHUN 1991 1) Kurniawan Joko Nugroho 2) Ahmad Haryono Jurusan Teknik Mesin / OtomotifPoliteknik Pratama Mulia Surakarta ABSTRACT To analyze the charging system trouble

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN ALAT

BAB IV PENGUJIAN ALAT 25 BAB IV PENGUJIAN ALAT Pembuatan alat pengukur sudut derajat saat pengapian pada mobil bensin ini diharapkan nantinya bisa digunakan bagi para mekanik untuk mempermudah dalam pengecekan saat pengapian

Lebih terperinci

ENGINE STAND SISTEM PENGISIAN MESIN BENSIN EMPAT SILINDER

ENGINE STAND SISTEM PENGISIAN MESIN BENSIN EMPAT SILINDER Momentum, Vol 2, No 1, April 2006 : 26-35 ENGINE STAND SISTEM PENGISIAN MESIN BENSIN EMPAT SILINDER A. Walujodjati *) Abstrak Pada saat ini perkembangan dunia industri semakin maju pesat, bersamaan dengan

Lebih terperinci

TROUBLE SHOOTING PADA SISTEM PENGAPIAN CDI - AC SEPEDA MOTOR HONDA ASTREA GRAND TAHUN Abstrak

TROUBLE SHOOTING PADA SISTEM PENGAPIAN CDI - AC SEPEDA MOTOR HONDA ASTREA GRAND TAHUN Abstrak TROUBLE SHOOTING PADA SISTEM PENGAPIAN CDI - AC SEPEDA MOTOR HONDA ASTREA GRAND TAHUN 1997 Indra Joko Sumarjo 1, Agus Suprihadi 2, Muh. Nuryasin 3 DIII Teknik Mesin Politeknik Harapan Bersama Jln. Mataram

Lebih terperinci

ABSTRAKSI BAB I PENDAHULUAN. A. Judul : Pengaruh Alternator Dan Accumulator Paralel. Terhadap Energi Listrik Yang Dihasilkan Dari

ABSTRAKSI BAB I PENDAHULUAN. A. Judul : Pengaruh Alternator Dan Accumulator Paralel. Terhadap Energi Listrik Yang Dihasilkan Dari ABSTRAKSI A. Judul : Pengaruh Alternator Dan Accumulator Paralel Terhadap Energi Listrik Yang Dihasilkan Dari Putaran Mesin Motor Matic Untuk Penerangan Rumah. B. Abstraksi : Kebutuhan akan energi listrik

Lebih terperinci

PENGARUH DIAMETER KAWAT DAN JUMLAH LILITAN SPULL ALTERNATOR TERHADAP ARUS DAN TEGANGAN YANG DIHASILKAN SKRIPSI

PENGARUH DIAMETER KAWAT DAN JUMLAH LILITAN SPULL ALTERNATOR TERHADAP ARUS DAN TEGANGAN YANG DIHASILKAN SKRIPSI PENGARUH DIAMETER KAWAT DAN JUMLAH LILITAN SPULL ALTERNATOR TERHADAP ARUS DAN TEGANGAN YANG DIHASILKAN SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Jenjang Strata Satu (S1)

Lebih terperinci

Standby Power System (GENSET- Generating Set)

Standby Power System (GENSET- Generating Set) DTG1I1 Standby Power System (- Generating Set) By Dwi Andi Nurmantris 1. Rectifiers 2. Battery 3. Charge bus 4. Discharge bus 5. Primary Distribution systems 6. Secondary Distribution systems 7. Voltage

Lebih terperinci

PENGGUNAAN IGNITION BOOSTER

PENGGUNAAN IGNITION BOOSTER PENGGUNAAN IGNITION BOOSTER DAN VARIASI JENIS BUSI TERHADAP TORSI DAN DAYA MESIN PADA YAMAHA MIO SOUL TAHUN 2010 Ilham Fahrudin, Husin Bugis, dan Ngatou Rohman Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian Rekondisi dan modifikasi

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian Rekondisi dan modifikasi BAB II DASAR TEORI Pendekatan pemecahan masalah dapat digunakan untuk merekondisi sepeda motor Honda C86 tahun 1986. Salah satu hal yang menyangkut pendekatan pemecahan masalah adalah dasar teori. Dasar

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI BAHAN DAN JUMLAH LILITAN GROUNDSTRAP TERHADAP MEDAN MAGNET PADA KABEL BUSI SEPEDA MOTOR

PENGARUH VARIASI BAHAN DAN JUMLAH LILITAN GROUNDSTRAP TERHADAP MEDAN MAGNET PADA KABEL BUSI SEPEDA MOTOR PENGARUH VARIASI BAHAN DAN JUMLAH LILITAN GROUNDSTRAP TERHADAP MEDAN MAGNET PADA KABEL BUSI SEPEDA MOTOR Khabiburrahman 1, Supraptono 2, Dwi Widjanarko 3 123 Jurusan Teknik Otomotif, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

PENGARUH PEMASANGAN DUA CDI DAN VARIASI PUTARAN MESIN TERHADAP OUTPUT DAN KONSUMSI BAHAN BAKAR

PENGARUH PEMASANGAN DUA CDI DAN VARIASI PUTARAN MESIN TERHADAP OUTPUT DAN KONSUMSI BAHAN BAKAR PENGARUH PEMASANGAN DUA CDI DAN VARIASI PUTARAN MESIN TERHADAP OUTPUT DAN KONSUMSI BAHAN BAKAR Bibid Sarifudin, Agung Nugroho Program Studi Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sultan Fatah (UNISFAT)

Lebih terperinci

ABSTRAKSI A. Judul : Pengaruh Alternator Dan Accumulator Paralel Terhadap Energi Listrik Yang Dihasilkan Dari Putaran Mesin Motor Matic Untuk Penerang

ABSTRAKSI A. Judul : Pengaruh Alternator Dan Accumulator Paralel Terhadap Energi Listrik Yang Dihasilkan Dari Putaran Mesin Motor Matic Untuk Penerang Effect of Parallel Alternator And Accumulator Against Electrical Energy Produced From Round Machine Motor Matic For Information Oki Koswara Undergraduate Program, Faculty of Industrial Technology, 2010

Lebih terperinci

BAB 12 INSTRUMEN DAN SISTEM PERINGATAN

BAB 12 INSTRUMEN DAN SISTEM PERINGATAN BAB 12 INSTRUMEN DAN SISTEM PERINGATAN 12.1. Pendahuluan Bab ini berisi sistem kelistrikan bodi yang berhubungan dengan suatu pengukur bagi pengemudi yang sebagian atau keseluruhannya berada pada panel

Lebih terperinci

PERAWATAN DAN PERBAIKAN SISTEM PENGISIAN HONDA ACCORD TAHUN 1979

PERAWATAN DAN PERBAIKAN SISTEM PENGISIAN HONDA ACCORD TAHUN 1979 34 PERAWATAN DAN PERBAIKAN SISTEM PENGISIAN HONDA ACCORD TAHUN 1979 Asep Widiyanto 1 Zaenal Arifin 2 Program Studi Teknik Mesin Otomotif, Politeknik Muhammadiyah Pekalongan Jl. Raya Pahlawan No. Gejlig

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. 2.1 Konsep Dasar Sistem Pengisian Sepeda Motor

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. 2.1 Konsep Dasar Sistem Pengisian Sepeda Motor BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1 Konsep Dasar Sistem Pengisian Sepeda Motor Sistem pengisian adalah gabungan dari beberapa komponen pengisian seperti generator (alternator), regulator dan baterai

Lebih terperinci

Upaya Peningkatan Unjuk Kerja Mesin dengan Menggunakan Sistem Pengapian Elektronis pada Kendaraan Bermotor

Upaya Peningkatan Unjuk Kerja Mesin dengan Menggunakan Sistem Pengapian Elektronis pada Kendaraan Bermotor Jurnal Ilmiah Teknik Mesin CakraM Vol. 3 No. 1, April 2009 (87-92) Upaya Peningkatan Unjuk Kerja Mesin dengan Menggunakan Pengapian Elektronis pada Kendaraan Bermotor I Wayan Bandem Adnyana Jurusan Teknik

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI PEMANFAATAN SEPEDA STATIS SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF MENGGUNAKAN SEPUL SEPEDA MOTOR

NASKAH PUBLIKASI PEMANFAATAN SEPEDA STATIS SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF MENGGUNAKAN SEPUL SEPEDA MOTOR NASKAH PUBLIKASI PEMANFAATAN SEPEDA STATIS SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF MENGGUNAKAN SEPUL SEPEDA MOTOR TUGAS AKHIR Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Studi Strata 1 Jurusan Teknik

Lebih terperinci

PRINSIP KERJA MOTOR DAN PENGAPIAN

PRINSIP KERJA MOTOR DAN PENGAPIAN PRINSIP KERJA MOTOR DAN PENGAPIAN KOMPETENSI 1. Menjelaskan prinsip kerja motor 2 tak dan motor 4 tak. 2. Menjelaskan proses pembakaran pada motor bensin 3. Menjelaskan dampak saat pengapian yang tidak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Genset Genset (Generator set) adalah perangkat kombinasi antara pembangkit listrik (generator) dan mesin penggerak yang digabung dalam satu set unit untuk menghasilkan tenaga

Lebih terperinci

SYNCHRONOUS GENERATOR. Teknik Elektro Universitas Indonesia Depok 2010

SYNCHRONOUS GENERATOR. Teknik Elektro Universitas Indonesia Depok 2010 SYNCHRONOUS GENERATOR Teknik Elektro Universitas Indonesia Depok 2010 1 Kelompok 7: Ainur Rofiq (0706199022) Rudy Triandi (0706199874) Reza Perkasa Alamsyah (0806366296) Riza Tamridho (0806366320) 2 TUJUAN

Lebih terperinci

SISTEM PENGISIAN DAN TROUBLE SHOOTING PADA MESIN MITSUBISHI LANCER 4 G13

SISTEM PENGISIAN DAN TROUBLE SHOOTING PADA MESIN MITSUBISHI LANCER 4 G13 SISTEM PENGISIAN DAN TROUBLE SHOOTING PADA MESIN MITSUBISHI LANCER 4 G13 PROYEK AKHIR Diajukan Dalam Rangka Penyelesaian Studi Diploma III Untuk Mencapai Gelar Ahli Madya Disusun oleh : Nama : Eko Hadi

Lebih terperinci

Tabel 4.1. Komponen dan Simbol-Simbol dalam Kelistrikan. No Nama Simbol Keterangan Meter analog. 1 Baterai Sumber arus

Tabel 4.1. Komponen dan Simbol-Simbol dalam Kelistrikan. No Nama Simbol Keterangan Meter analog. 1 Baterai Sumber arus BAB 4 RANGKAIAN LISTRIK DAN PERBAIKANNYA 4.1. Pendahuluan Rangkaian listrik merupakan satu sistem yang terdiri dari beberapa komponen kelistrikan dan kabel-kabel penghantar yang menghubungkan satu komponen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 22 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Sistem Alternator Alternator adalah peralatan elektromekanis yang mengkonversikan energi mekanik menjadi energi listrik arus bolak-balik. Pada prinsipnya, generator listrik

Lebih terperinci

SISTIM PENGAPIAN. Jadi sistim pengapian berfungsi untuk campuran udara dan bensin di dalam ruang bakar pada.

SISTIM PENGAPIAN. Jadi sistim pengapian berfungsi untuk campuran udara dan bensin di dalam ruang bakar pada. SISTIM PENGAPIAN Pada motor bensin, campuran bahan bakar dan udara yang dikompresikan di dalam silinder harus untuk menghasilkan tenaga. Jadi sistim pengapian berfungsi untuk campuran udara dan bensin

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini, penggerak generator adalah dari kayuhan sepeda untuk menghasilkan listrik yang disimpan dalam akumulator 12 Volt 10Ah yang akan digunakan sebagai sumber

Lebih terperinci

MEMPERBAIKI GANGGUAN MOTOR STARTER ELEKTRIK SEPEDA MOTOR HONDA ASTREA GRAND 100 CC TAHUN 1997

MEMPERBAIKI GANGGUAN MOTOR STARTER ELEKTRIK SEPEDA MOTOR HONDA ASTREA GRAND 100 CC TAHUN 1997 MEMPERBAIKI GANGGUAN MOTOR STARTER ELEKTRIK SEPEDA MOTOR HONDA ASTREA GRAND 100 CC TAHUN 1997 Ari Meicipto 1, Agus Suprihadi 2, Muh. Nuryasin 3 DIII Teknik Mesin Politeknik Harapan Bersama Jln. Mataram

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II PENDAHULUAN BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Motor Bakar Bensin Motor bakar bensin adalah mesin untuk membangkitkan tenaga. Motor bakar bensin berfungsi untuk mengubah energi kimia yang diperoleh dari

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS MASALAH. ditemukan sistem pengisian tidak normal pada saat engine tidak dapat di start

BAB III ANALISIS MASALAH. ditemukan sistem pengisian tidak normal pada saat engine tidak dapat di start BAB III ANALISIS MASALAH A. Tinjauan masalah Umumnya, pengemudi akan menyadari bahwa pada sistem pengisian terjadi gangguan bila lampu tanda pengisian menyala. Sebagai tambahan, sering ditemukan sistem

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. Sebuah modifikasi dan aplikasi suatu sistem tentunya membutuhkan

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. Sebuah modifikasi dan aplikasi suatu sistem tentunya membutuhkan BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH A. Aspek Perancangan Dalam Modifikasi Sebuah modifikasi dan aplikasi suatu sistem tentunya membutuhkan perencanaan, pemasangan dan pengujian. Dalam hal tersebut timbul

Lebih terperinci

MODUL 10 DASAR KONVERSI ENERGI LISTRIK. Motor induksi

MODUL 10 DASAR KONVERSI ENERGI LISTRIK. Motor induksi MODUL 10 DASAR KONVERSI ENERGI LISTRIK Motor induksi Motor induksi merupakan motor yang paling umum digunakan pada berbagai peralatan industri. Popularitasnya karena rancangannya yang sederhana, murah

Lebih terperinci

SEPEDA STATIS SEBAGAI PEMBANGKIT ENERGI LISTRIK ALTERNATIF DENGAN PEMANFAATAN ALTERNATOR BEKAS

SEPEDA STATIS SEBAGAI PEMBANGKIT ENERGI LISTRIK ALTERNATIF DENGAN PEMANFAATAN ALTERNATOR BEKAS Jurnal Edukasi Elektro, Vol. 1, No. 2, November 2017 http://journal.uny.ac.id/index.php/jee/ ISSN 2548-8260 (Media Online) SEPEDA STATIS SEBAGAI PEMBANGKIT ENERGI LISTRIK ALTERNATIF DENGAN PEMANFAATAN

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH VARIASI CDI TERHADAP PERFORMA DAN KONSUMSI BAHAN BAKAR HONDA VARIO 110cc

ANALISIS PENGARUH VARIASI CDI TERHADAP PERFORMA DAN KONSUMSI BAHAN BAKAR HONDA VARIO 110cc Jurnal Teknik Mesin (JTM): Vol., No., Oktober ANALISIS PENGARUH VARIASI CDI TERHADAP PERFORMA DAN KONSUMSI BAHAN BAKAR HONDA VARIO cc Sachrul Ramdani Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Nurdianto dan Ansori, (2015), meneliti pengaruh variasi tingkat panas busi terhadap performa mesin dan emisi gas buang sepeda motor 4 tak.

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM MESIN LISTRIK MESIN DC MOTOR DC PENGUATAN TERPISAH

LAPORAN PRAKTIKUM MESIN LISTRIK MESIN DC MOTOR DC PENGUATAN TERPISAH LAPORAN PRAKTIKUM MESIN LISTRIK MESIN DC MOTOR DC PENGUATAN TERPISAH Kelompok : 1 Nama Praktikan : Ainun Nidhar Nama Anggota Kelompok : 1. Adi Putra Utama 8. Faisal Azhari 2. Adri Pribagusdri 9. Fajry

Lebih terperinci

ECS (Engine Control System) TROOT024 B3

ECS (Engine Control System) TROOT024 B3 ECS (Engine Control System) TROOT024 B3 Diagnosa Ignition Control Sistem Tujuan Umum : Peserta dapat mengidentifikasi fungsi, konstruksi, cara kerja sistem control ngine Peserta dapat mendiagnosa dan memperbaiki

Lebih terperinci

SISTEM PENGISIAN SIRKUIT SISTEM PENGISIAN

SISTEM PENGISIAN SIRKUIT SISTEM PENGISIAN SISTEM PENGISIAN SIRKUIT SISTEM PENGISIAN PEMERIKSAAN PADA KENDARAAN Periksa komponen-komponen system berikut: 1. Penyimpangan (defleksi) tali kipas: Defleksi tali kipas: 7 11 mm dengan gaya tekan 10 kg.

Lebih terperinci

BAB III METODE PELAKSANAAN. Yamaha Mio di Laboratorium, Program Vokasi Universitas Muhammadiyah

BAB III METODE PELAKSANAAN. Yamaha Mio di Laboratorium, Program Vokasi Universitas Muhammadiyah BAB III METODE PELAKSANAAN 1.1 Tempat Pelaksanaan Dalam pelaksanaan serta pengujian tugas akhir ini, penulis melakukan pengerjaan merangkai dan menguji sistem pengapian dan pengisian sepeda motor Yamaha

Lebih terperinci

PERANCANGAN MESIN LISTRIK PEMOTONG RUMPUT DENGAN ENERGI AKUMULATOR ABSTRAKSI

PERANCANGAN MESIN LISTRIK PEMOTONG RUMPUT DENGAN ENERGI AKUMULATOR ABSTRAKSI Jurnal Emitor Vol.14 No.2 ISSN 1411-8890 PERANCANGAN MESIN LISTRIK PEMOTONG RUMPUT DENGAN ENERGI AKUMULATOR Umar, Agus Tain, Jatmiko Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 3.1 Gambaran Umum Pada bab ini akan dibahas mengenai perencanaan perangkat keras elektronik dan pembuatan mekanik turbin. Sedangkan untuk pembuatan media putar untuk

Lebih terperinci

Pengaruh Penggunaan Busi Terhadap Prestasi Genset Motor Bensin

Pengaruh Penggunaan Busi Terhadap Prestasi Genset Motor Bensin Pengaruh Penggunaan Busi Terhadap Prestasi Genset Motor Bensin Ma ruf Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemakaian busi terhadap prestasi genset mesin bensin yang meliputi konsumsi

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 TEORI DASAR GENSET Genset adalah singkatan dari Generating Set. Secara garis besar Genset adalah sebuah alat /mesin yang di rangkai /di design /digabungkan menjadi satu kesatuan.yaitu

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Generator fluks radial yang telah dirancang kemudian dilanjutkan dengan pembuatan dan perakitan alat. Pada stator terdapat enam buah kumparan dengan lilitan sebanyak 650 lilitan.

Lebih terperinci

Universitas Medan Area

Universitas Medan Area BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan teori Generator listrik adalah suatu peralatan yang mengubah enersi mekanis menjadi enersi listrik. Konversi enersi berdasarkan prinsip pembangkitan tegangan induksi

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR TROUBLESHOOTING DAN PENGUJIAN SISTEM STARTER PADA TOYOTA KIJANG INNOVA ENGINE 1 TR-FE

TUGAS AKHIR TROUBLESHOOTING DAN PENGUJIAN SISTEM STARTER PADA TOYOTA KIJANG INNOVA ENGINE 1 TR-FE TUGAS AKHIR TROUBLESHOOTING DAN PENGUJIAN SISTEM STARTER PADA TOYOTA KIJANG INNOVA ENGINE 1 TR-FE Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Progam Diploma 3 untuk Menyandang Sebutan Ahli Madya Oleh

Lebih terperinci

Imam Mahir. Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Jakarta Jalan Rawamangun Muka, Jakarta

Imam Mahir. Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Jakarta Jalan Rawamangun Muka, Jakarta Pengaruh Sistem Pengapian Capasitive Discharge Ignition(CDI) dengan Sumber Arus yang Berbeda Terhadap Kandungan Karbon Monoksida (CO) Gas Buang Sepeda Motor 110 cc Imam Mahir Jurusan Teknik Mesin, Fakultas

Lebih terperinci

TUGAS PERTANYAAN SOAL

TUGAS PERTANYAAN SOAL Nama: Soni Kurniawan Kelas : LT-2B No : 19 TUGAS PERTANYAAN SOAL 1. Jangkar sebuah motor DC tegangan 230 volt dengan tahanan 0.312 ohm dan mengambil arus 48 A ketika dioperasikan pada beban normal. a.

Lebih terperinci

PENGUJIAN PERFORMANCE MOTOR LISTRIK AC 3 FASA DENGAN DAYA 3 HP MENGGUNAKAN PEMBEBANAN GENERATOR LISTRIK

PENGUJIAN PERFORMANCE MOTOR LISTRIK AC 3 FASA DENGAN DAYA 3 HP MENGGUNAKAN PEMBEBANAN GENERATOR LISTRIK PENGUJIAN PERFORMANCE MOTOR LISTRIK AC 3 FASA DENGAN DAYA 3 HP MENGGUNAKAN PEMBEBANAN GENERATOR LISTRIK Zainal Abidin, Tabah Priangkoso *, Darmanto Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Wahid

Lebih terperinci

MESIN LISTRIK. 2. JENIS MOTOR LISTRIK Motor berdasarkan bermacam-macam tinjauan dapat dibedakan atas beberapa jenis.

MESIN LISTRIK. 2. JENIS MOTOR LISTRIK Motor berdasarkan bermacam-macam tinjauan dapat dibedakan atas beberapa jenis. MESIN LISTRIK 1. PENDAHULUAN Motor listrik merupakan sebuah mesin yang berfungsi untuk merubah energi listrik menjadi energi mekanik atau tenaga gerak, di mana tenaga gerak itu berupa putaran dari pada

Lebih terperinci

PERBEDAAN DAYA PADA MESIN PENGAPIAN STANDAR DAN PENGAPIAN MENGGUNAKAN BOOSTER

PERBEDAAN DAYA PADA MESIN PENGAPIAN STANDAR DAN PENGAPIAN MENGGUNAKAN BOOSTER PERBEDAAN DAYA PADA MESIN PENGAPIAN STANDAR DAN PENGAPIAN MENGGUNAKAN BOOSTER Oleh : Rolando Sihombing, ST Dosen Universitas Simalungun, P. Siantar ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan

Lebih terperinci

GENERATOR DC HASBULLAH, MT, Mobile :

GENERATOR DC HASBULLAH, MT, Mobile : GENERATOR DC HASBULLAH, MT, 2009 ELECTRICAL ENGINEERING DEPT. ELECTRICAL POWER SYSTEM Email : hasbullahmsee@yahoo.com has_basri@telkom.net Mobile : 081383893175 Definisi Generator DC Sebuah perangkat mesin

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR IDENTIFIKASI SISTEM STATER TOYOTA KIJANG INOVA 1TR-FE. Disusun Dalam Rangka Penyelesaian Studi Diploma Tiga

TUGAS AKHIR IDENTIFIKASI SISTEM STATER TOYOTA KIJANG INOVA 1TR-FE. Disusun Dalam Rangka Penyelesaian Studi Diploma Tiga TUGAS AKHIR IDENTIFIKASI SISTEM STATER TOYOTA KIJANG INOVA 1TR-FE Disusun Dalam Rangka Penyelesaian Studi Diploma Tiga Untuk mencapai Gelar Ahli Madya Disusun oleh : Nama : Agus Wakit Hasim NIM : 5211312001

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Troubleshooting Sistem Pengapian Dan Pengisian Sepeda Motor. 1. Cara Kerja Sistem Pengapian Sepeda Motor Yamaha Mio

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Troubleshooting Sistem Pengapian Dan Pengisian Sepeda Motor. 1. Cara Kerja Sistem Pengapian Sepeda Motor Yamaha Mio BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Troubleshooting Sistem Pengapian Dan Pengisian Sepeda Motor Yamaha Mio 4.1.1 Sistem Pengapian Yamaha Mio ( DC ) 1. Cara Kerja Sistem Pengapian Sepeda Motor Yamaha Mio Pada

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. stand dari pengapian ac dan pengisian dc yang akan di buat. Dalam metode

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. stand dari pengapian ac dan pengisian dc yang akan di buat. Dalam metode BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Proses Perancangan Proses perancangan adalah proses pembuatan sketsa atau gambar awal bentuk stand dari pengapian ac dan pengisian dc yang akan di buat. Dalam metode perancangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Bahan Penelitian Pada penelitian ini, terdapat beberapa bahan yang digunakan dalam proses penelitian diantaranya adalah : 3.1.1. Sepeda Motor Sepeda motor yang digunakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sebagai Sumber angin telah dimanfaatkan oleh manusaia sejak dahulu, yaitu untuk transportasi, misalnya perahu layar, untuk industri dan pertanian, misalnya kincir angin untuk

Lebih terperinci

PEGARUH SISTEM PEMBAKARAN TERHADAP JENIS DAN KONSENTRASI GAS BUANG PADA SEPEDA MOTOR

PEGARUH SISTEM PEMBAKARAN TERHADAP JENIS DAN KONSENTRASI GAS BUANG PADA SEPEDA MOTOR PEGARUH SISTEM PEMBAKARAN TERHADAP JENIS DAN KONSENTRASI GAS BUANG PADA SEPEDA MOTOR 150cc DENGAN SISTEM PENGAPIAN CDI (Capasitor Discharge Ignition) DC (Direct Current) Pratiwi Setiawati 1, Sri Suryani

Lebih terperinci

3/4/2010. Kelompok 2

3/4/2010. Kelompok 2 TEKNIK TENAGA LISTRIK KELOMPOK II Andinar (0906602401) Arwidya (0906602471) Christina (0906602499) Citra Marshal (0906602490) Kelompok 2 Christina M. Andinar H. Islamy Citra Marshal Arwidya Tantri A. 1

Lebih terperinci

TOPIK 5 PENGUKURAN BESARAN LISTRIK

TOPIK 5 PENGUKURAN BESARAN LISTRIK TOPIK 5 PENGUKURAN BESARAN LISTRIK Pengukuran sering dilakukan dalam melakukan analisis rangkaian. Pengukuran dilakukan untuk mendapatkan nilai besaran listrik, seperti : nilai arus yang melalui suatu

Lebih terperinci

BAB IV SISTEM PENGAPIAN (IGNITION SYSTEM)

BAB IV SISTEM PENGAPIAN (IGNITION SYSTEM) 30 BAB IV SISTEM PENGAPIAN (IGNITION SYSTEM) 1. Dasar Pada motor bakar yang menggunakan bahan bakar bensin, yang masuk keruang bahan bakar adalah gas campuran udara dan bensin, sedangkan untuk pembakarannya

Lebih terperinci

APLIKASI ELEKTROMAGNET

APLIKASI ELEKTROMAGNET JOB SHEET 14 LISTRIK DAN ELEKTRONIKA DASAR APLIKASI ELEKTROMAGNET OLEH: MOCH. SOLIKIN, M.Kes (m.sol@uny.ac.id) IBNU SISWANTO, M.Pd. (ibnusiswanto@uny.ac.id) PENDIDIKAN TEKNIK OTOMOTIF FAKULTAS TEKNIK No.

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Motor Bakar 2.2 Prinsip Kerja Mesin Bensin

BAB II DASAR TEORI 2.1 Motor Bakar 2.2 Prinsip Kerja Mesin Bensin 4 BAB II DASAR TEORI 2.1 Motor Bakar Motor bakar merupakan salah satu alat (mesin) yang mengubah tenaga panas menjadi tenaga mekanik, motor bakar umumnya terdapat dalam beberapa macam antara lain : mesin

Lebih terperinci

KINERJA GENSET TYPE EC 1500a MENGGUNAKAN BAHAN PREMIUM DAN LPG PENGARUHNYA TERHADAP TEGANGAN YANG DIHASILKAN

KINERJA GENSET TYPE EC 1500a MENGGUNAKAN BAHAN PREMIUM DAN LPG PENGARUHNYA TERHADAP TEGANGAN YANG DIHASILKAN KINERJA GENSET TYPE EC 1500a MENGGUNAKAN BAHAN PREMIUM DAN LPG PENGARUHNYA TERHADAP TEGANGAN YANG DIHASILKAN BAKAR Warsono Rohmat Subodro (UNU Surakarta, rohmadsubodro@yahoo.com) ABSTRAK Tujuan penelitian

Lebih terperinci

Perlengkapan Pengendali Mesin Listrik

Perlengkapan Pengendali Mesin Listrik Perlengkapan Pengendali Mesin Listrik 1. Saklar Elektro Mekanik (KONTAKTOR MAGNET) Motor-motor listrik yang mempunyai daya besar harus dapat dioperasikan dengan momen kontak yang cepat agar tidak menimbulkan

Lebih terperinci

Oong Hanwar (1) (1) Staf Pengajar Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri Padang

Oong Hanwar (1) (1) Staf Pengajar Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri Padang KAJIAN EKSPERIMENTAL SISTEM PENGAPIAN KONVENSIONAL DITINJAU DARI ASPEK PERAWATAN PREDIKTIF TERHADAP KONSUMSI BAHAN BAKAR PADA ENGINE TOYOTA KIJANG TYPE 5K. Oong Hanwar (1) (1) Staf Pengajar Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Pengujian Proses pengambilan data yang dilakukan pada penelitian ini terdiri dari 3 bagian yang dapat ditunjukkan pada gambar-gambar di bawah ini: A. Diagram

Lebih terperinci

TROUBLESHOOTING SISTEM PENGAPIAN KONVENSIONAL MOTOR BAKAR GASOLINE EMPAT SILINDER 4 TAK

TROUBLESHOOTING SISTEM PENGAPIAN KONVENSIONAL MOTOR BAKAR GASOLINE EMPAT SILINDER 4 TAK B.7 TROUBLESHOOTING SISTEM PENGAPIAN KONVENSIONAL MOTOR BAKAR GASOLINE EMPAT SILINDER 4 TAK Edy Susilo Widodo 1 dan Eko Surjadi 2 1 Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri Universitas Surakarta, Jl.

Lebih terperinci

PEMANFAATAN TENAGA PUTARAN KIPAS AIR CONDISIONER ( AC ) UNTUK MENDAPATKAN ENERGI LISTRIK.

PEMANFAATAN TENAGA PUTARAN KIPAS AIR CONDISIONER ( AC ) UNTUK MENDAPATKAN ENERGI LISTRIK. PEMANFAATAN TENAGA PUTARAN KIPAS AIR CONDISIONER ( AC ) UNTUK MENDAPATKAN ENERGI LISTRIK. Iwan Iwan@staff.gunadarma.ac.id Mahesi09istiwan@yahoo.com Abstrak Kemajuan teknologi yang semakin pesat sampai

Lebih terperinci

BAB I DASAR-DASAR KELISTRIKAN

BAB I DASAR-DASAR KELISTRIKAN BAB I DASAR-DASAR KELISTRIKAN 1. Pengertian Listrik adalah salah satu bentuk energi yang tidak dapat dilihat dengan kasat mata, tetapi dapat dirasakan akibat dan manfaatnya. Listrik berasal dari kata electric

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Pengujian Proses pengambilan data yang dilakukan pada penelitian ini terdiri dari 3 bagian yang dapat ditunjukkan pada gambar-gambar di bawah ini: A. Diagram

Lebih terperinci

Gambar 7.1. Sistem starter pada kendaraan

Gambar 7.1. Sistem starter pada kendaraan BAB 7 SISTEM STARTER (STARTING SYSTEM) 7.1. Pendahuluan Saat mesin dalam keadaan mati, tidak ada tenaga yang dihasilkannya. Karena itu mesin tidak dapat memutarkan dirinya sediri pada saat akan dihidupkan.

Lebih terperinci

SISTEM STATER ELEKTRIK

SISTEM STATER ELEKTRIK SISTEM STATER ELEKTRIK Fungsi dan Jenis Sistem Stater System stater berfungsi sebagai penggerak mula agar mesin bias bekerja. Ada beberapa jenis stater, diantarannya : a. Stater mekanik Adalah stater yang

Lebih terperinci

Gambar 3.1. Diagram alir percikan bunga api pada busi

Gambar 3.1. Diagram alir percikan bunga api pada busi BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Diagram Alir Pengujian Proses pengambilan data yang dilakukan pada penelitian ini meliputi 3 bagian yang dapat ditunjukkan pada gambar-gambar di bawah ini : 1.1.1. Diagram

Lebih terperinci

I. Maksud dan tujuan praktikum pengereman motor induksi

I. Maksud dan tujuan praktikum pengereman motor induksi I. Maksud dan tujuan praktikum pengereman motor induksi Mengetahui macam-macam pengereman pada motor induksi. Menetahui karakteristik pengereman pada motor induksi. II. Alat dan bahan yang digunakan Autotrafo

Lebih terperinci

Oleh: Nuryanto K BAB I PENDAHULUAN

Oleh: Nuryanto K BAB I PENDAHULUAN Pengaruh penggantian koil pengapian sepeda motor dengan koil mobil dan variasi putaran mesin terhadap konsumsi bahan bakar pada sepeda motor Honda Supra x tahun 2002 Oleh: Nuryanto K. 2599038 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Aliran Pengujian Proses pengambilan data yang diperlukan dalam penelitian ini terdiri dari 3 bagian yang dapat ditunjukan pada gambar gambar dibawah ini : A. Diagram

Lebih terperinci

DASAR DASAR KELISTRIKAN DAIHATSU TRAINING CENTER

DASAR DASAR KELISTRIKAN DAIHATSU TRAINING CENTER DASAR DASAR KELISTRIKAN Dasar dasar kelistrikan Komposisi benda Substance Suatu benda bila kita bagi, kita akan mendapatkan suatu partikel yang disebut Molekul, Molekul bila kita bagi lagi kita kan mendapatkan

Lebih terperinci

DAMPAK KERENGGANGAN CELAH ELEKTRODE BUSI TERHADAP KINERJA MOTOR BENSIN 4 TAK

DAMPAK KERENGGANGAN CELAH ELEKTRODE BUSI TERHADAP KINERJA MOTOR BENSIN 4 TAK DAMPAK KERENGGANGAN CELAH ELEKTRODE BUSI TERHADAP KINERJA MOTOR BENSIN 4 TAK Syahril Machmud 1, Yokie Gendro Irawan 2 1 Dosen Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Janabadra Yogyakarta Alumni

Lebih terperinci

M O T O R D C. Motor arus searah (motor dc) telah ada selama lebih dari seabad. Keberadaan motor dc telah membawa perubahan besar sejak dikenalkan

M O T O R D C. Motor arus searah (motor dc) telah ada selama lebih dari seabad. Keberadaan motor dc telah membawa perubahan besar sejak dikenalkan M O T O R D C Motor arus searah (motor dc) telah ada selama lebih dari seabad. Keberadaan motor dc telah membawa perubahan besar sejak dikenalkan motor induksi, atau terkadang disebut Ac Shunt Motor. Motor

Lebih terperinci

MODUL 3 TEKNIK TENAGA LISTRIK PRODUKSI ENERGI LISTRIK (1)

MODUL 3 TEKNIK TENAGA LISTRIK PRODUKSI ENERGI LISTRIK (1) MODUL 3 TEKNIK TENAGA LISTRIK PRODUKSI ENERGI LISTRIK (1) 1. 1. SISTEM TENAGA LISTRIK 1.1. Elemen Sistem Tenaga Salah satu cara yang paling ekonomis, mudah dan aman untuk mengirimkan energi adalah melalui

Lebih terperinci

MOTOR DC. Karakteristik Motor DC

MOTOR DC. Karakteristik Motor DC MOTOR DC Karakteristik Motor DC Karakteristik yang dimiliki suatu motor DC dapat digambarkan melalui kurva daya dan kurva torsi/kecepatannya, dari kurva tersebut dapat dianalisa batasanbatasan kerja dari

Lebih terperinci

S I L A B U S. KODE : TE 302 JUMLAH SKS : 2 SEMESTER : 3 PROGRAM STUDI / PROGRAM : Teknik Elektro / D-3 PRA SYARAT : : Chris Timotius, Ir.

S I L A B U S. KODE : TE 302 JUMLAH SKS : 2 SEMESTER : 3 PROGRAM STUDI / PROGRAM : Teknik Elektro / D-3 PRA SYARAT : : Chris Timotius, Ir. S I L A B U S. Identifikasi Kuliah MATA KULIAH : Kelistrikan Otomotif KODE : TE 302 JUMLAH SKS : 2 SEMESTER : 3 PROGRAM STUDI / PROGRAM : Teknik Elektro / D-3 PRA SYARAT : Dosen : Chris Timotius, Ir.,MM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi dibidang otomotif dari waktu kewaktu terus mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi dibidang otomotif dari waktu kewaktu terus mengalami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi dibidang otomotif dari waktu kewaktu terus mengalami perkembangan melalui perbaikan kualitas komponen-komponen yang dipergunakan, salah satunya adalah teknologi

Lebih terperinci

3.2 Tempat Penelitian 1. Mototech Yogyakarta 2. Laboratorium Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

3.2 Tempat Penelitian 1. Mototech Yogyakarta 2. Laboratorium Universitas Muhammadiyah Yogyakarta BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode penelitian adalah suatu cara mengadakan penelitian agar pelaksanaan dan hasil penelitian dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Penelitian ini

Lebih terperinci

PRINSIP KERJA MOTOR. Motor Listrik

PRINSIP KERJA MOTOR. Motor Listrik Nama : Gede Teguh Pradnyana Yoga NIM : 1504405031 No Absen/ Kelas : 15 / B MK : Teknik Tenaga Listrik PRINSIP KERJA MOTOR A. Pengertian Motor Listrik Motor listrik merupakan sebuah perangkat elektromagnetis

Lebih terperinci

OPTIMASI DAYA MESIN DAN KONSUMSI BAHAN BAKAR MESIN TOYOTA SERI 5K MELALUI PENGGUNAAN PENGAPIAN BOOSTER

OPTIMASI DAYA MESIN DAN KONSUMSI BAHAN BAKAR MESIN TOYOTA SERI 5K MELALUI PENGGUNAAN PENGAPIAN BOOSTER ISSN: 1410-2331 OPTIMASI DAYA MESIN DAN KONSUMSI BAHAN BAKAR MESIN TOYOTA SERI 5K MELALUI PENGGUNAAN PENGAPIAN BOOSTER Mardani Ali Sera Program Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Mercu Buana Jl.

Lebih terperinci

PERANCANGAN POWER BANK DENGAN MENGGUNAKAN DINAMO SEPEDA SEDERHANA

PERANCANGAN POWER BANK DENGAN MENGGUNAKAN DINAMO SEPEDA SEDERHANA DOI: doi.org/10.21009/03.snf2017.02.ere.07 PERANCANGAN POWER BANK DENGAN MENGGUNAKAN DINAMO SEPEDA SEDERHANA Alfi Ridwanto 1,a), Wisnu Broto 2,b) Prodi Elektro Fakultas Teknik Universitas Pancasila, Srengseng

Lebih terperinci