APLIKASI REKONSILIASI DATA TIPE BILINIER STEADY STATE UNTUK PEMODELAN ECONOMIZER BERBASIS JARINGAN SYARAF TIRUAN PADA PLANT BOILER UNIT 3 DI PT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "APLIKASI REKONSILIASI DATA TIPE BILINIER STEADY STATE UNTUK PEMODELAN ECONOMIZER BERBASIS JARINGAN SYARAF TIRUAN PADA PLANT BOILER UNIT 3 DI PT"

Transkripsi

1 APLIKASI REKONSILIASI DATA TIPE BILINIER STEADY STATE UNTUK PEMODELAN ECONOMIZER BERBASIS JARINGAN SYARAF TIRUAN PADA PLANT BOILER UNIT 3 DI PT. PJB UP GRESIK (Frenky Indra, Imam A.,M.Ilyas) Jurusan Teknik Fisika Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS Keputih Sukolilo-Surabaya 60 ABSTRAK Data hasil pengukuran yang akurat sangat penting untuk menentukan karakteristik plant. Untuk memperoleh keakuratan data ini maka dilakukanlah proses rekonsiliasi. Rekonsiliasi dan deteksi gross error adalah metode yang dikembangkan untuk meningkatkan akurasi dan konsistensi pengukuran. Pada penelitian ini plant yang diambil adalah boiler unit 3 di PT. PJB UP Gresik. Tipe rekonsiliasi yang digunakan adalah Bilinier Steady State sedangkan deteksi gross error digunakan metode global test. Rekonsiliasi ini dibagi dalam cluster yaitu untuk load 0 Mw dan 90 Mw. Untuk load 0 Mw dan 90 Mw diperoleh nilai error yang terbesar adalah pada t dan yang terkecil adalah f8. Dari deteksi gross error diketahui bahwa tidak ditemukan gross error pada boiler, karena nilai dari GED untuk load 0 Mw sebesar 6,3 dan 4, masih lebih kecil disbanding dengan Nilai tersebut masih dibawah nilai perbandingan distribusi chi-square m=8 dengan α = 5 %. Yaitu sebesar 5,507.Hasil rekonsiliasi adalah data yang telah dikurangi nilai adjustmennya (a). Hasil rekonsiliasi digunakan untuk pemodelan economizer, dengan input flow dan tempereratur dan output temperatur. Data Hasil pemodelan dengan rekonsiliasi akan dibandingkan dengan hasil pemodelan dengan data pengukuran. pemodelan JST untuk data pengukuran yaitu Y= 0,05446 X 0,700 X + 5,45. Sedangkan persamaan untuk data rekonsiliasi adalah Y = 0,07003 X 0,8888 X + 577,463. Apabila nilai set point dari input dimasukan dalam persamaan tersebut, maka output dari pemodelan dengan data rekonsiliasi lebih mendekati set point. Nilai RSME untuk pemodelan data adalah 0,008 dan untuk pemodelan rekonsiliasi 0,004. Terbukti bahwa pemodelan dengan data rekonsiliasi memiliki error yang lebih kecil dari data pengukuran. Kata kunci : rekonsiliasi,boiler,economizer, Jaringan Syaraf Tiruan. PENDAHULUAN Dalam memenuhi kebutuhan energi listriknya, PT. PJB UP Gresik memanfaatkan uap panas (steam) untuk memutar turbin pada generator pembangkit energi listrik. Kebutuhan uap ini dipenuhi oleh sistem pembangkit uap atau boiler. Boiler memanfaatkan energi panas untuk mengubah air menjadi uap. Sistem pembangkit uap ini memperoleh energi panas dari proses pembakaran yang terjadi di dalam boiler dengan melibatkan bahan bakar, udara, dan umpan air yang masuk ke boiler. Putaran turbin sangat ditentukan oleh pasokan uap dari boiler. Terdapat dua karakteristik dari steam yang harus dijaga sesuai dengan set point, yaitu tekanan dan temperatur steam. Apabila tekanan steam yang keluar dari boiler tidak sesuai dengan set point, maka jumlah listrik yang akan diproduksi tidak akan tercapai secara maksimum. Begitu juga pada temperatur steam, fluktuatif temperatur steam dapat menyebabkan kerusakan sudu-sudu turbin. Pada kondisi nyata di plant, data pengukuran yang dipakai adalah data pengukuran dari sensor yang di tampilkan pada komputer. Padahal data tersebut mengandung error. Error tersebut disebabkan oleh fluktuasi power suplay, transmisi jaringan dan noise konversi sinyal. Banyak permasalahan yang dihadapi oleh PJB akibat error tersebut. Beberapa contoh kasus yang dihadapi oleh PJB akibat adanya error tersebut antara lain pada tanggal 0 Pebruari 00 di unit 4 terjadi selisih antara DCS dan recorder pada flow residu boiler GU40 HH0AP 00, pada tanggal 4 Pebruari 00 di unit 3 terjadi selisih pengukuran pada sensor feedwater, Super Heater temperature (SHT) dan Re-Heater Temperatur (RHT) pada powerboard UMC nomor equipment GU30 CJA0 EA00, pada tanggal 5 Januari 00 terjadi ketidakcocokan data temperatur pada input gas dan ouput air (nilai temperatur air harus lebih tinggi dari input gas). Permasalahan dari penelitian ini adalah Bagaimana memperbaiki akurasi data pengukuran flow dan temperatur di boiler melalui rekonsiliasi data dan bagaimana mengimplementasikan data hasil rekonsiliasi pada pemodelan economizer dengan JST. Agar pembahasan pada Tugas Akhir ini nantinya tidak mengalami perluasan maka penyusun memberikan batasan masalah, diantaranya : Pengambilan data dilakukan pada saat boiler dalam keadaan Normal Operation pada plant boiler unit 3 PT. PJB UP Gresik Variabel yang terukur untuk teknik rekonsiliasi data adalah variable temperatur dan flow pada boiler. Tipe rekonsiliasi yang digunakan adalah bilinier steady state. Penetapan gross error dengan menggunakan metode Global test. Implementasi data rekonsiliasi berupa pemodelan plant hanya pada economizer dengan menggunakan jaringan syaraf tiruan. Tujuan dari tugas akhir ini adalah untuk memperbaiki akurasi dari nilai suatu pengukuran pada plant boiler. Sesuai data yang telah direkonsiliasi,dapat ditentukan nilai gross error dari plant tersebut dan dapat diperoleh pemodelan economizer yang lebih akurat. Boiler. TEORI PENUNJANG Boiler adalah sebuah vessel tertutup yang digunakan untuk merubah air menjadi uap bertekanan dengan cara melakukan penambahan panas. Vessel terbuka yang menghasilkan uap bertekanan atmosfer tidak disebut sebagai boiler. Pada furnace boiler, energi

2 kimia bahan bakar diubah menjadi energi panas. Panas ini dipindahkan ke air seefisien mungkin oleh boiler. Dengan demikian, fungsi utama boiler adalah untuk menghasilkan uap di atas tekanan atmosfer melalui penyerapan panas yang dihasilkan pada proses pembakaran. Uap ini digunakan untuk menggerakkan turbin uap yang ter-couple dengan generator sehingga dapat dihasilkan energi listrik. Pada water tube boiler, air umpan boiler mengalir melalui pipa-pipa masuk kedalam drum. Air yang tersirkulasi dipanaskan oleh gas pembakar membentuk steam pada daerah uap dalam drum. Boiler ini dipilih jika kebutuhan steam dan tekanan steam sangat tinggi seperti pada kasus boiler untuk pembangkit tenaga. Water tube boiler yang sangat modern dirancang dengan kapasitas steam antara kg/jam, dengan tekanan sangat tinggi. Banyak water tube boilers yang dikonstruksi secara paket jika digunakan bahan bakar minyak bakar dan gas. Untuk water tube yang menggunakan bahan bakar padat, tidak umum dirancang secara paket.. Data Rekonsiliasi Data rekonsilaiasi adalah model data berbasis teknik penyaringan yang mencoba untuk mengurangi ketidaksesuaian antara nilai variabel proses yang diukur dengan nilai dari model prosesnya. Jadi, dalam proses pengukuran kebanyakan mengalami inkonsistensi, untuk mengurangi kesalahan pengukuran dan lebih mengakuratkan nilai-nilai variabel yang diperoleh,digunakanlah teknik rekonsiliasi. Data rekonsiliasi (DR) dipengaruhi oleh adanya setiap faktor yang dapat meningkatkan inkonsistensi ini seperti kesalahan pada pemodelan, gross error dan penundaan dalam data sampel. Dalam kondisi ini kesalahan dalam optimasi dapat ditemui dari hasil penggunaan proses model dan dan pengukuran yang tidak kompetibel. Kesalahan pengukuran pada plant ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain fluktuasi power suplay, transmisi jaringan dan noise konversi sinyal. Salah satu teknik yang telah dikembangkan untuk mengatasi permaslahan di atas adalah dengan teknik rekonsiliasi data. Teknik rekonsilaiasi data merupakan teknik yang dikembangkan untuk meningkatkan keakurasian data pengukuran dengan cara mereduksi efek random error di data tersebut. Teknik rekonsiliasi datamenggunakan suatu konstrain model proses (seperti hukum kesetimbangan massa dan energi), sehingga estimasi suatu variabel proses yang tak terukur juga dapat terpenuhi dengan adanya konstrain model tersebut... Bilinier Steady State data rekonsiliasi Pengoperasian suatu plant pada kondisi steady state biasanya direpresentasikan dengan sistem non-linier steady state dari persamaan aljabar. Persamaan tersebut tidak lepas dari kesetimbangan massa dan energi dan tidak menutup kemungkinan termasuk didalamnya hubungan thermodinamika dan sifat fisik dari system tersebut. Model proses rekonsiliasi data non-linier steady state ditunjukan sebagai berikut: φ(x,u) = 0 φ: Rn x Rm Rq...() dengan variabel terukur : x = [x,x,x3,.,xn]t...() dengan variabel tidak terukur u = [u,u,u3,.,un]t...(3) variabel x terukur dengan beberapa pengukuran dinyatakan dengan : Y j = j..(4) Dimana l adalah jumlah dari proses pengukuran yang tercatat selama operasi steady state dalam waktu interval j. Jika l =, maka satu yang tercatat y j diambil melalui pertimbangan y j = Y j...(5) jika l >, maka y j dinyatakan dengan rata-rata dari setiap y i dengan tujuan untuk mendapat estimasi terbaik dari x i. Y j = j (6) Tujuan dari rekonsiliasi ini untuk mengestimasi nilai sebenarnya dari variabel x dan y. Hal ini dilakukan dengan cara meminimalisasi perbedaan variabel x. Masalah optimasi, yang berkaitan dengan data rekonsiliasi dinyatakan sebagai berikut : J = min x,u O(x,y,Q) (7) Tujuan fungsi adalah didefinisikan sebagai jumlah dari gross error kuadrat dibagi varian. O(x,y,Q)= ; I {,,3...n}...(8) Dapat ditulis dalam bentuk vektor sebagai berikut : O(x,y,Q) = (y-x)...(9).3 Error Pengukuran Seperti yang dijelaskan, setiap pengukuran variabel proses selalu ditemukannya error. Munculnya error ini salah satunya disebabkan oleh kesalahan alat ukur dari sensor, kesalahan kalibrasi, pengukuran, proses dan transmisi sinyal pengukuran pada monitor dan lain-lain..3. Random error Beberapa penyebab random error yaitu fluktuasi power supply, transmisi jaringan dan noise konversi sinyal, input analog filter, perubahan keadaan lingkungan dan lain-lain. Karena error inilah total error sulit untuk direduksi sehingga error ini akan selalu muncul pada setiap pengukuran. Hubungan antara nilai terukur, nilai sebenarnya dan random error pada pengukuran variabel I dinyatakan sebagai berikut..(0) Dimana : y : variabel terukur x : nilai sebenarnya : random error. Besarnya random error biasanya berosilasi disekitar nol. Sehingga :..() Variannya : () : standart deviasi pengukuran..(.3).4 Uji T Uji kestabilan ini perlu dilakukan untuk melihat kondisi steady dari suatu plant. Uji kestablian dengan proses statistika didasarkan pada nilai input dan output. Secara teori suatu plant di industry berjalan secara linier dan kondisi steady, tapi secara statistik hal tersebut perlu

3 diuji dengan parameter yang ada. Uji statistik yang sering dipakai adalah uji Z dan Uji T. Uji T independen (dengan sampel bebas) terdiri dari beberapa variabel suatu plant yang dihubungkan dan berbentuk numerik atau kategorik. Data yang akan diolah haruslah data berdistribusi normal dan terdiri dari dua kelompok yang independen. Dari dua kelompok data tersebut juga perlu dilihat ada tidaknya perbedaan varian (uji hogenitas varian). Uji T = H 0, ( µ ij = µ ij- ) = H (µ ij = µ ij- ) (4) H 0 merupakan hipotesis nul yang menyatakan sistem itu steady sedangkan H adalah hipotesis alternatif yang menyatakan sistem tersebut tidak steady tetapi masih mungkin sistem tersebut steady dengan menggunakan Uji T Independen dengan Varians Berbeda. [Wardhani Retno, Konsep uji Z dan uji T, Pemakaian pada sample bebas dan berpasangan Universitas Indonesia, 005] T = (.5) sd sd...(.6) [( )+( )] n n df = ( sd ) ( sd ) n n + n- n-.5 Deteksi Gross error dengan Global Test Gross error adalah error yang biasanya disebabkan oleh kesalahan suatu instrument, seperti kesalahan pemasangan sensor, kesalahan kalibrasi, korosi pada sensor, kesalahan kalibrasi, korosi pada sensor.nilai dari gross error akan memberikan hasil yang sama pada proses variabel bila pengukuran diulang beberapa kali. Dengan mengikuti prosedur pemasangan dan pemeliharaan yang baik, dapat dipastikan tidak akan muncul pada pengukuran untuk beberapa waktu. Persamaan untuk menyatakan gross error yaitu : y = x+ε+δ..(7) dimana δ adalah besarnya gross error.. Prinsip dasar dalam strategi deteksi gross error diturunkan dari deteksi adanya penyimpangan data dari sebuah pengukuran. Bila random error yang terdapat dalamsebuah pengukuran diasumsikan mengikuti distribusi normal yaitu rata-rata nol dan varian yang telah diketahui. Maka error terormalisasi yang didefinisikan sebagai perbedaan antara nilai pengukuran dan nilai rata-ratanya dibagi standar deviasinya akan mengikuti pola distribusi normal. Sebagian besar error ternormalisasi akan berada pada tingkat kepercayaan (-α) atau level signifikan (α). Sedangkan nilai error ternormalisi yang berada diluar daerah tersebut diidentifikasikan sebagai gross error. Pengujian terhadap keberadaan gross error dilakukan berdasarkan pengujian terhadap hipotesa. Di dalam kasus ini dikenal dengan Null Hypotesis yang menyatakan bahwa dari data pengukuran tidak terdapat gross error dan Alternativ Hipotesis yang menyatakan bahwa variabel proses yang terukur diduga terdapat gross error. Global test dengan menggunakan uji statistik dapat melaui persamaan berikut : γ = rtv- r...(8) Dengan menggunakan hipotesa nol (H0), uji statistik di atas akan mengikuti distribusi chi-square (χ ) dimana v adalah 3 derajat kebasan, dan v adalah rank matrik A. Bila kriteria test dipilih, dimana merupakan nilai krits distribusi χ dan α adalah level signifikan, gross error akan terdeteksi apabila hipotesi nol (HO) ditolak. Pilihan criteria uji ini untuk memastikan bahwa peluang error tipe I untuk uji ini kurang dari atau sama dengan α. [Narasimhan S, Jordache C.000. Data Reconciliation & Gross error Detection Gulf Publishing Company.Houston,Texas].6 Jaringan Syaraf Tiruan.6. Identifikasi Sistem Pada prinsipnya, sistem identifikasi non linier dapat dibedakan menjadi, yaitu: Series-parallel / NNARX (Neural Network Auto Regresive with exogenous inpu model dan Parallel / NNOE (Neural Network Output Error) model Tahapan dalam sistem identifikasi: Experiment, meliputi input sequence design. Eksperimen dilakukan untuk mendapatkan serangkaian data input-output yang menerangkan perilaku proses pada suatu range daerah operasi tertentu. Ide utama dari proses experiment adalah untuk memasukkan input yang bervariasi, u, dan mengamati akibatnya pada output,y. Pasangan data yang berhubungan dengan input dan output: {[ u(, y( ], T = N} Z N =,...,... (8) kemudian digunakan untuk mendapatkan sebuah model dari sistem. Select model structure, meliputi structur selection, noise modeling. Pemilihan struktur model menyangkut jumlah sinyal input-output (regressor) yang digunakan sebagai masukan bagi model dalam menghasilkan output prediksi. Struktur model adalah pasangan kandidat model. Estimate parameter, meliputi parameter estimation. Jika struktur model telah ditentukan, maka tahap berikutnya adalah melakukan estimasi terhadap parameter model agar mampu memberikan hasil yang baik berdasarkan kriteria tertentu. Kriteria tersebut dapat dirumuskan dengan berbagai cara, tetapi harus secara ideal menghubungkan penggunaan model yang diharapkan. Strategi yang paling umum adalah dengan mengambil yang menyediakan one-step a head prediction paling bagus dengan squared error terkecil antara output sistem dengan output prediksi. Dalam tahap ini, proses yang paling penting adalah penentuan bobot jaringan atau proses pelatihan. Pasangan pasangan model kandidat adalah: y ( = y( t θ ) + e( = g[ t, θ ] + e(...(9) Tujuan dari pelatihan adalah untuk mendapatkan sebuah pemetaan dari pasangan data ke pasangan kandidat model N Z...(0) θ

4 sehingga didapatkan model yang menyediakan prediksi mendekati output sistem yang sebenarnya. Metode yang paling sering digunakan untuk mengukur kemiripan antara model output dengan model sebenarnya adalah tipe kriteria mean square error.untuk melihat keberhasilan training, maka digunakan acuan parameter nilai RMSE (Root Mean Square Error). RMSE merupakan Akar rata - rata total kuadrat error yang terjadi antara output proses dan output target, makin kecil nilai RMSE maka makin besar tingkat keberhasilan training. Persamaan RMSE dapat dituliskan sebagai berikut : RMSE = N i= ( y yˆ ) i N i... () Selain menggunakan nilai RMSE dalam menyatakan kriteria model plant, juga dinyatakan dalam VAF (Variance Accounted For) dalam persen sebagaimana dinyatakan dalam persamaan 3. 4 Dengan ketentuan bahwa nilai VAF yang dihasilkan semakin besar semakin bagus (mendekati nilai 00). [ y( yˆ( ] var VAF = x00 %... () var [ y( ] [Norgaard, Magnus, Neural Networks for Modelling and Controling Dynamic System, 000] 3. METODOLODI PENELITIAN Gambar Diagram Alir Metodologi Penelitian 3. Uji Kestabilan Data dengan Uji T Deteksi stedy state yang digunakan adalah uji T. Pemilihan metode ini karena uji ini dapat digunakan tanpa melibatkan semua. Uji T digunakan dengan menggunakan cuplikan data dari sampel waktu yang berbeda. Sampel waktu dinotasikan y i dengan rentang waktu j sampai j-. Uji ini membandingkan nilai rataratann µ ij dan µ ij-. Apabila nilai dari rataan dari sampel waktu data yang berbeda tersebut memiliki nilai yang sama maka data tersebut dapat dikatakan steady. Apabila nilai dari rataan sampel tersebut memilikin nilai yang berbeda jauh maka di uji lagi dengan perumusan yang ada. Uji T = H 0, ( µ ij = µ ij- ) = H (µ ij = µ ij- ) H 0 merupakan hipotesis nul yang menyatakan sistem itu steady sedangkan H adalah hipotesis alternatif yang menyatakan sistem tersebut tidak steady tetapi masih mungkin sistem tersebut steady dengan menggunakan Uji T Independen dengan varians berbeda. 3. Pemodelan State Plant Gambar Model State plant Penerunan model state boiler unit 3 PLTU PT. PJB Gresik berdasarkan hukum kesetimbangan material dan massa seperti pada gambar 3.4. Sesuai gambar flow pada boiler terdiri dari 8 aliran yang melewati 5 node yaitu economizer, stream drum, Primare Superheater, Sekunder Superheater I, Sekunder Superheater II. Sesuai pembacaan HMI terdapat beberapa ystemr terukur dan tidak terukur yaitu flow, temperatur, tekanan dan level. Untuk data terukur berupa ystemr flow dan temperatur disajikan sesuai tabel. Tabel.Variabel terukuur Variabel Teukur Aliran Temperatur,,3,4,7,8 Flow,3,8 Sesuai dengan model state dapat disusun kesetimbangan massa dan system sebagai berikut : Kesetimbangan mass flow :. f f = 0. f f 3 = 0 3. f 3 f 4 f 5 = 0 4. f 4 f 6 = 0 5. f 5 f 7 = 0 6. f 6 + f 7 f 8 = 0 Matrik mass flow-nya : A=

5 Kesetimbangan enthalphi sebagai berikut :. f H f H = 0. f H f 3 H 3 = 0 3. f 3 H 3 f 4 H 4 f 5 H 5 = 0 4. f 4 H 4 + f 5 H 5 f 6 H 6 f 7 H 7 = 0 5. f 6 H 6 + f 7 H 7 f 8 H 8 = 0 Matrik enthalphi (B) : 3.3 Teknik Redundansi dan Rekonsiliasi Rekonsiliasi data membutuhkan model konstrain berupa kesetimbangan material seperti rumus ini Input Output Akumulasi Konsumsi + Pembangkitan=0 Data yang dipakai adalah data dari operasi yang steady state, sehingga akumulasi dapat diabaikan (akumulasi tidak boleh diabaikan apabila operasi yang dinamik). Pada plan di PJB tidak terdapat pembangkitan dan kekurangan material, serta nilai konsumsi diabaikan. Sehingga persamaan di atas menjadi : Input = Output...(3) Tabel klasifikasi variable terukur Kategori Flow Temperatur Terukur Terukur Tak terukur Terukur 3 Terukur/tak terukur Tak terukur Matrik A yang diperoleh dari flow akan diuraikan sesuai dengan kategori flow teukur dan tidak terukur. Matrik A adalah matrik untuk mass flow terukur yaitu aliran,3,8..matrik A adalah matrik untuk mass flow tak terukur yaitu aliran,4,5,6,7..matrik konstrain berdasarkan sistem kategori aliran dan matrik sistem dimana nilai B adalah kategori yaitu aliran flow dan temperatur terukur (,3,8).Matrik B adalah matrik dari aliran kategori yaitu aliran temperatur terukur dan flow tak terukur (,4,7) Matrik B 3 adalah matrik dari aliran kategori 3 yaitu aliran flow terukur atau tak terukur dan temperatur yang tak terukur (5,6).B 5 merupakan representasi matrik B dan A dengan jumlah baris sama dengan baris B dan jumlah kolom sama dengan kolom A. Apabila terdapat kolom yang kurang maka kolom tersebut berupa kolom zeros. Model konstrain prosesnya dapat dilihat seperti persamaan 3.4 Dimana :...(4) Bentuk linier kesetimbangan komponen massa dan sistem dapat ditulis sebagai berikut : B f ch + E V d + B 3 v=0.. (5) Dan persamaan normalisasinya adalah E f ch +E V d +E 3 +E 4 f M +E 5 f U = (6) dimana : f ch : sistem dari komponen atau flow sistem aliran pada kategori. d : sistem dari temperatur yang terukur untuk aliran pada kategori. v : komponen sistem dari flow sistem untuk aliran pada kategori 3, termasuk reaksi flow sistem yang tidak diketahui. f M : flowrates yang terukur f U : flowrates yang tak terukur V : mempresentasikan matrik diagonal untuk flowrates yang tidak terukur pada kategori. Pengelompokan kategori beberapa aliran : 5 B 5 merupakan representasi matrik B dan A dengan jumlah baris sama dengan baris B dan jumlah kolom sama dengan kolom A. Apabila terdapat kolom yang kurang maka kolom tersebut berupa kolom zeros. Sedangkan matrik O, O, O 3 dan O 4 ini merupakan matrik zeros, dengan ukuran dengan persamaan konstrain prosesnya. O = [zero (6,3)];.(7) O = [zero (6,3)];.(8) O 3 = [zero (6.)] (9) O 4 = [zero (5,3)]; (30) Untuk transformasi orthogonal Q-R terhadap B 33 adalah [Qb,Rb,Eb]=qr (B 33 ) (3) Matrik Q b merupakan representasi matrik R dari persamaan di atas yang bernilai zeros Q b =[Q b (:,r3 +:)];.(3) Matrik D adalah matrik baru yang terbentuk dari : D =Q b * B (33) Transformasi orthogonal Q-R terhadap D adalah : [Q d R d E d ] = q(d).. (34) Matrik Q d merupakan representasi matrik R dari persamaan di atas yang bernilai zeros

6 Q d = [Q d (:,r4 + : 9)] (35) Sehingga di dapat matrik redundant : Ga= * *..(36) Nilai matrik ystemry sebagai berikut : = Q b.. (37) Untuk nilai ystem rekonsiliasi dapat dicari dari persamaan berikut: Dimana : Min x,µ O( x,y,q)= s.i G a x=b Q - (y-x) (38) G a = * *B...(39) B = * *e.(40) Dan nilai e adalah : Permecahan dari masalah di atas adalah : = y-..(4) = y-q (G a Q ) - b (4) 3.4 Deteksi Gross error dengan Global test umum deteksi Gross error dengan global test dapat dirumuskan sebagai berikut: = r T V - r. (43) Dimana : V adalah matrik kovarian dari residual konstrain Ga V = Ga x ψ x Ga T. (44) R adalah matrik residual R = Ga x (45) Jika matri Ga sebagai matrik proyeksi dari matrik B yang mempunyai rank = m, γ akan mempunyai derajat kebebasan chi-square sebesar m. Prob { (m)} (46) 6 Pengujian gross error dengan cara global test adalah menyangkut uji statistk sebagai berikut : H 0,γ H,γ 3.5 Jaringan Syaraf Tiruan (m) (47) (m)...(48 Pemodelan plant economizer ini berdasarkan data dari hasil rekonsiliasi. Data- data tersebut diolah dengan metode Jaringan Syaraf Tiruan seperti di bawah ini : 3.5. Preprosesing Data Sebelum data tersebut digunakan maka dilakukan proses scalling. Data scalling diperlukan untuk mempercepat konvergensi pada saat data training dilakukan. Sebelum data scalling dilakukan data ditranformasikan lebih dahulu menjadi zero mean dan unity standart deviations. X X X = (49) σ Kemudian discalling menjadi X min( X) X =..(50) max( X ) min( X ) 3.7. Identifikasi Economizer Dari prosedur identifikasi menurut bagan diatas masing masing bagian akan dijabarkan menurut sebagai berikut Percobaan pada tugas akhir kali ini merupakan pengambilan data dari proses stream drum. Dari data data ini memiliki hubungan sebagai berikut : (5) Z N ={[ (, (,y (],t=,...n}... Dengan, N = Jumlah data/waktu (meni u = Data laju aliran feed water (ton/hr) u = Data temperatur ( 0 C) y = Data Temperatur ( 0 C) Struktur model yang digunakan pada tugas akhir kali ini adalah NNARX (Neural Network AutoRegresive with exogenoes Inpu. Struktur model NARX ini mempunyai /dapat menghasilkan prediktor dengan tanpa adanya feedback. Dengan persamaan output model sebagai berikut : Y ˆ = f ( uˆ, uˆ, yˆ, yˆ,) (5) Dimana : Y ˆ = [ yˆ ( t + ), yˆ ( t T )]..(53) + u ˆ u u ˆ u [ u(, u( t ),... u( t N )] [ u (, u ( t ),... u ( t N )] =...(54) =...(55) N ui dan N yi adalah history length untuk input dan output proses yang berperan sangat penting karena dalam idenifikasi proses data sebelumnya/data lampau (t-, t-,...) dan juga data waktu sekarang ( berpengaruh dalam penentuan model output proses. Data input-output yang digunakan dalam proses training adalah data flow air (ton/hr), data suhu air ( 0 C), data output perubahan temperatur ( C). Hasil yang didapat dalam proses ini

7 adalah output dari model proses hasil training dengan nilai RMSE (Root Mean Square Error) terkecil dan nilai VAF (Variance Accounted For) terbesar Validasi Setelah model proses didapatkan dari training Jaringan Syaraf Tiruan, yaitu nilai bobot W (bobot dari input layer ke hidden layer) dan W (bobot dari hidden layer ke output layer). Kedua bobot itu kemudian digunakan untuk proses validasi.data data yang digunakan untuk validasi merupakan data data yang berbeda untuk proses training Yaitu dengan melihat respon output model yang dibandingkan dengan output proses dengan parameter nilai RMSE terkecil dan VAF terbesar. Untuk melihat keberhasilan training, maka digunakan acuan parameter nilai RMSE (Root Mean Square Error). RMSE merupakan Akar rata - rata total kuadrat error yang terjadi antara output proses dan output target, makin kecil nilai RMSE maka makin besar tingkat keberhasilan training. Persamaan RMSE dapat dituliskan sebagai berikut : RMSE = N i= ( y yˆ ) i N i [ y( yˆ( ] (56) var VAF = x00%...(57) var[ y( ] 4. HASIL DAN ANALISA Setelah dilakukan perhitungan berdasarkan metodologi yang disusun di bab III maka selanjutnya adalah dilakukan analisa perhitungan data. Data yang diolah adalah data dari boiler Unit 3 PT. PJB UP Gresik yang diambil dari bulan januari sampai maret 00. Data tersebut terdiri dari kondisi yaitu kondisi load 0 Mw sebanyak 460 data dan kondisi load 90 Mw sebanyak 560. Sehingga proses rekonsiliasi yang dilakukan adalah dengan cara rank snesuai dengan dua kondisi tersebut. Untuk pemodelan Jaringan Syaraf Tiruan data tersebut dijadikan satu kembali tanpa mgubah posisi dan mengurangi jumlah data. 4. Uji Kestabilan Data Tabel 3 Hasil Uji T load 0 Mw Var Var t tdf t<tdf f 3,96 9,4-0,3,0 V f 54,39 74,4-0,78,0 V f3,73 98,6-0,67,0 V t 35,5 35, 0,004,0 V t 30,5 3,63 0,69,0 V t3 5,59 0,5 0,9,0 V t4 6,8 5,99 0,8,0 V t7 6, ,8,0 V t8 6,9 9,7,3,0 V Uji T ini menggunakan cuplikan data, dimana dalam satu hari terdapat 3 data, sehingga data yang akan diuji dalam sekali uji adalah 8 data. Syarat dari uji T sendiri adalah data yang diambil jumlahnya lebih 30 buah. Data cuplikan tersebut dibagi dalam windowing, pertama berupa 8 data yang mewakili 4 jam data pertama dan windowing kedua 8 data berikutnya dengan 4 data pertama adalah 4 data terakir dari windowing pertama dan seterusnya Redundansi dan Rekonsiliasi Pengolahan data rekonsiliasi ini sesuai pengelompokan rank sesuai load 0 dan 90 Mw dengan urutan langkah yang telah dijelaskan sesuai dengan bab III, dengan nilai variabel matrik yang telah dicantumkan juga.pengelompokan matrik sebelum diolah lebih lanjut yaitu terdiri dari 3 matrik pokok yaitu matri B, B dan B33. Dari matrik pokok tersebut maka dapat disusun matrik sesuai dengan persamman 3.4. Selanjutnya matrik-tersebut diolah sesuai urutan persamaan 3. sampai persamaan 3.7 yaitu menentukan matrik Ga atau matrik redundant. Masing-masing rank data menghasilkan nilai redundant yang sama karean nilai matrik redundant tidak tergantung pada data tetapi teragantung dari susunan plant. Sesuatu variabel dapat menghasilkan data direkonsiliasi dengan baik apabila nilai yang terukur tersebut redundant. Matrik redundant sebagai berikut Ga = Bila dalam matrik Ga diatas terdapat nilai 0 maka variabel yang terukur tersebut tidak redundant (nilai didapat hanya dari pengukuran saja, tidak bisa didapat dari suatu persamaan). Sebaliknya jika terdapat nilai lebih dari 0 maka variabel tersebut. Data terukur akan diolah menurut klasifikasi variabel. Pengolahan ini melibatkan nilai varians dari masing variabel untuk mengasilkan Fm dan Fch (matrik gabungan hasil pengolahan varians sesuai kalsifikasi variabel). Nilai adjustment ini akan berbeda untuk masing-masing rank data karena perhitungannya sudah melibatkan komposisi data. Matrik adjustment a untuk load 0 Mw dan a load 90 Mw. Matrik adjustmen tersebut adalah nilai rata dari error yang ada pada plant, error rata-rata pendekatan yang malsimal. Pembacaanya adalah untuk flow load 0 memiliki nilai error mendekati -0,599 dan flow load 90 mendekati -0,50. Misalkan untuk data f hasil pengukuran adalah 343, maka dengan nilai error adjustmen sebesar -0,50 maka data hasil rekonsiliasi sebasar (343- (-0,50)= 344,5. Begitu seterusnya perhitungan nilai error sampai temperatur 8.. Nilai error tersebut akan dibuat pengurang dari data pengukuran, hasilnya maka diperoleh data rekonsiliasi plant. Perbandingan nilai rekonsiliasi dengan data pengukuran secara lengkap dapat dilihat pada tampilan grafik berikut, mulai dari grafik dari hasil rekonsiliasi load 0 Mw.

8 persamaan untuk global test seperti pada persamaan 3. maka diperoleh nilai dari γ untuk load 0 Mw adalah 6,3 dan untuk load 90 adalah 4,. Untuk derajat kebebasan sama dengan rank B (m=8) dan α = 5 %.Nilai dar α diperoleh dari standar PT. PJB. Dari hasil ini kemudian dibandingkan dengan tabel chi-square dengan m=8 dan α=5%. Maka didapat nilai =5,507. Dengan demikian diperoleh perbandingan γ > untuk kedua load tersebut. Maka dapat diperoleh kesimpulan bahwa tidak terdapat peran gross error dalam plant in 4.4 Pemodelan Economizer dengan JST 4.4. Pemodelan dengan Data Terukur Variabel input dan output ini digambarkan pada gambar dibawah ini, dapat dilihat bahwa variabel input merupakan flow dan temperatur input economizer. Sedangkan untuk variabel output adalah output temperatur sesuai data yang diperoleh dari pengukuran. 0.8 input flow input flow flow 0.6 Gambar 3. Ploting perbandingan data pengukuran dengan rekonsiliasi untuk T4 dan T8 load 0 Mw temperatur input temperatur input temperatur Gambar 5. Data input pengukuran training Gambar 6 Struktur Jaringan Hasil training dan validasi dari data input dan output dengan nilai RSME 0,008 dan VAF sebesar 88,376 dan jumlah iterasi adalah 0 adalah sebagai berikut : Output temperatur Solid : proses output Dash : model output 375 Gambar 4. Ploting perbandingan data pengukuran dengan rekonsiliasi untuk T4,T8 load 90 Mw 4.3 Gross Error Setelah dilakukan perhitungan rekonsiliasi dan di dapat data yang akurat, selanjutnya dilakukan pendeteksian gross error. Gross Error adalah error yang disebabkan oleh keruskan instrumen atau miss kalibrasi.. Deteksi gross error dilakuakn dengan perhitungan global test terhadap data rank load 0 Mw dan load 90 Mw, kemudian hasilnya akan dibandingkan dengan tabel chi-square. Sesuai dengan 8 Temperatur Gambar 7. Hasil training data pengukuran

9 4.4. Pemodelan dengan Data Rekonsiliasi Secara garis besar cara dalam memodelkan data hasil rekonsiliasi sama dengan cara pemodelan data pengukuran. Hanya data yang dipakai berbeda, data yang dipakai sekarang adalah data hasil rekonsiliasi. Berikut ini disajikan input, output data, hasil training dan validasi dengan JST. temperatur flow input flow input temperatur input flow input temperatur Gambar 8 Data input rekonsiliasi training Nilai dari RSME sebesar 0,004 dan nilai VAF sebesar 89,87 dan jumlah iterasi adalah 0. Temperatur Output temperatur Solid : proses output Dash : model output Gambar 9. Hasil training data rekonsiliasi Perhitungan pemodelan economizer Perhitungan dari data pengukuran: Tabel 4 Bobot (W) data pengukuran L L y x x b Tabel 5 Bobot (W) data pengukuran Persamaan pemodelan: Y= Y + X + X + B L3 u u b Y = 0,7099 Y + 0,0674 X 0,4064 X + 0,398 0,90803Y =0,0674 X -0,4064 X + 0,398 Untuk masing-masing komponen Y, X dan X dibagi nilai maksimum dari data. (0,90803/387)Y =(0,0674/654) X (0,4064)/67 X +0,398 Sehingga : Y = 0,05446 X 0,700 X + 5,45 Perhitungan dari data Rekonsiliasi : Tabel 5 Bobot (W) data rekonsiliasi L L Y X X B Tabel 6 Bobot (W) data rekonsiliasi Persamaan pemodelan: L3 u u B Y= Y + X + X + B Y = 0,7463 Y + 0,0355 X 0,807 X + 0,4039 0,7536Y =0,0355 X -0,807 X + 0,4039 Unruk masing-masing komponen Y, X dan X dibagi nilai maksimum dari data. (0,7536/387,46)Y =(0,0674/654,59) X (0,4064/66,066) X + 0,398 Sehingga : Y = 0,07003 X 0,8888 X + 577,463. Dua persamaan di atas akan di cek pada variabel manual book plant. Tabel 7 Set poin plant 0 Mw 90 Mw Temp. Ecco In 40,8 60,4 Flow Ecco in 350,6 660,4 Temp Ecoo out 378,6 406,6 Tabel 4.9 menampilkan input dan output plant sesuai set poinya. Temperatur memiliki satuan Celcius dan flow dengan satuan Ton/hr. Untuk proses pengujian kita masukan nilai dari temperatur economizer input sebagai variabel X dan nilai flow economizer input sebagai variabel X. Pengujian data dilakukan pada persamaan dari data pengukuran dan persamaan dari data rekonsiliasi sehingga diperoleh nilai dari Y sebagai berikut : Tabel 8 Hasil perhitungan Y dengan variabel set poin set poin Y pengukuran Y rekonsiliasi temp out 0 Mw 357,99 370,5 378,6 90 Mw 368, , ,6 9

10 Dari tabel di atas terlihat bahwa perhitungan Y dengan menggunakan rekonsiliasi lebih mendekati set poin dari pada perhitungan Y menggunakan data pengukuran. 5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.. Kesimpulan. Dari penelitian tentang rekonsiliasi data, deteksi gross error dan pemodelan economizer dengan jaringan syaraf tiruan pada boiler unit 3 PT. PJB UP Gresik dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : Berdasarkan perhitungan redundansi yang dilakukan pada dua kondisi load 0 Mw dan Load 90 Mw, ternyata semua variable memiliki nilai error, baik temperatur maupun flow. Untuk load 0 Mw, nilai error terkecil terdapat pada f 8 sebesar 0,554 dan terbesar adalah pada T sebesar,0633. Sedangkan untuk load 90 Mw, nilai error yang terkecil adalah pada f 8 sebesar 0,436 dan terbesar adalah T sebesar,06. Dari nilai redundansi tersebut nilai error dari plant boiler rata-rata masih di bawah, sehingga dapat disimpulkan sensor masih dalam kondisi baik. Berdasarkan deteksi menggunakan global test, tidak ditemukan adanya peran gross error dalam proses di plant boiler ini. Hal ini dikarenakan nilai dari global test untuk load 0 Mw dan load 90 Mw sebesar 6,3 dan 4,. Nilai tersebut masih dibawah nilai perbandingan distribusi chi-square m=8 dengan α = 5 %. Yaitu sebesar 5,507 Dari hasil pemodelan economizer di dapat persamaan pemodelan JST untuk data pengukuran yaitu Y= 0,05446 X 0,700 X + 5,45. Sedangkan persamaan untuk data rekonsiliasi adalah Y = 0,07003 X 0,8888 X + 577,463. Dari persamaan tersebut apabila di cek dengan memasukan nilai X untuk flow sebesar 60,4 dan X untuk temperatur input sebesar 60, 4 maka diperoleh nilai Y pengukuran 368,8405 dan Y rekonsiliasi 384,665. Sedangkan nilai set poin output dari economizer adalah 406,. Sehingga nilai Y hasil rekonsiliasi lebih mendekati set poin dari pada Y pengukuran. Maka hasil rekonsiliasi tersebut sesuai harapan. 5. Saran Saran untuk penelitian ini untuk dapat dilanjutkan lebih dalam adalah : Apabila hasil dari hasil global test ditemukan peran gross error dalam plant maka sebaiknya dilanjutkan dengan uji gross error yang lain misalnya nodal test untuk mengetahui besar dan letak error tersebut. Karena metode global test hanya dapat mendeteksi tanpa tau nilai dan letak gross error tersebut. Karena penelitian ini hanya sampai pada pemodelan plant, maka sebaiknya dilanjutkan pada sistem kontrol pada plant sehingga dapat diketahui perbedaan sistem kontrol dengan menggunakan data pengukuran dan data hasil rekonsiliasi. Pemasangan sensor terutama flow pada boiler unit 3 PT. PJB UP Gresikdiperbanyak untuk tiap node untuk lebih menjaga keakuratan data pengukuran tiap instrumen. DAFTAR PUSTAKA [] Bagajewicz. Upgrade and Design SensoNetworks. [] B.W. Bequette Process Dynamics, Modelling, Analysis and Simulations, Prentice Hall International Series in the physical and chemical engineer science, 000 [3] Magnus Norgaard, Neural Network for Modelling and Control of Dynamic Systems, Verlag Springer, London, 000 [4] Narasimhan S, Jordache C.000. Data Reconciliation & Gross Error Detection Gulf Publishing Company.Houston,Texas [5] Romagnoli J, Sanchez M.998. Data Procesing and Reconciliation for Chemical Proses Operations. Academic Press.Florida [6] Wardhani Retno, Konsep uji Z dan uji T, Pemakaian pada sample bebas dan berpasangan Universitas Indonesia, 005 [7] Hand book Instrumen PT. PJB UP Gresik [8] Tugas AhkirPurwanto Jurusan Teknik Fisika FTI Tahun 009, Institut Teknologi Surabaya dengan judul Penerapan Teknik Rekonsiliasi Data dan Deteksi Gross Error pada plant package Boiler K4 di PT. Pupuk Kalimantan Timur Bontang [9] Jurnal Internasional. S. Puig, M.C.M van Loosdrecht, J. Colprim, S.C.F. Meijer.008. Data Evaluation of Full-Scale Waswater Treatment Plant by Mass Balance Jurnal University of Girona, Spanyol. [0] Jurnal Internasional. Ignacio Y, Carlos Mendes, Luis Puigjener. 006.Enhancing Dynamic Data Reconciliation Performance Throug Time Delay Identification.Universitat Politecnica de Catalunya. [] www. Energyeffesiencyasia.com BIODATA PENULIS Nama : Frenky Indra Oktavianto TTL : Tulungagung, 7 oktober 987 Alamat : Ds. Ngunggahan. Kec. Bandung Tulungagung Pendidikan : SDN Ngunggahan 0 ( ) SLTPN Tulungagung ( ) SMUN Boyolangu ( ) S- Teknik Fisika (006 sekarang) 0

Oleh : Rahman NRP : Jurusan Teknik Fisika Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

Oleh : Rahman NRP : Jurusan Teknik Fisika Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya Oleh : Rahman NRP : 2406 100 081 Pembimbing I: Imam Abadi ST, MT. NIP. 19761006 199903 1002 Pembimbing II: Ir. M.Ilyas H. S. NIP. 19490919 197903 1002 Jurusan Teknik Fisika Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN METODOLOGI

BAB III PERANCANGAN DAN METODOLOGI BAB III PERANCANGAN DAN METODOLOGI Setelah bab sebelumnya membahas tentang teori teori yang mendasari perancangan dalam Tugas Akhir ini, maka pada bab ini akan dijelaskan mengenai bentuk perancangan Jaringan

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN KUALITAS SISTEM KONTROL MAIN STEAM PADA BOILER MELALUI PENDEKATAN STATISTICAL CLUSTERING DI PLTU UNIT I PT. PJB UP.

STUDI KELAYAKAN KUALITAS SISTEM KONTROL MAIN STEAM PADA BOILER MELALUI PENDEKATAN STATISTICAL CLUSTERING DI PLTU UNIT I PT. PJB UP. JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 1 STUDI KELAYAKAN KUALITAS SISTEM KONTROL MAIN STEAM PADA BOILER MELALUI PENDEKATAN STATISTICAL USTERING DI PLTU UNIT I PT. PJB UP. GRESIK Iik Ordiani dan

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM PENGENDALIAN LEVEL DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PADA STEAM DRUM BOILER 1102 DI PT. PETROKIMIA GRESIK

PERANCANGAN SISTEM PENGENDALIAN LEVEL DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PADA STEAM DRUM BOILER 1102 DI PT. PETROKIMIA GRESIK PERANCANGAN SISTEM PENGENDALIAN LEVEL DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PADA STEAM DRUM BOILER 1102 DI PT. PETROKIMIA GRESIK (Sofidul Aris, Ya umar) Jurusan Teknik Fisika Fakultas Teknologi Industri Institut

Lebih terperinci

PERANCANGAN SOFTSENSOR STEAM QUALITY PADA STEAM GENERATOR DENGAN OPTIMASI NILAI SPESIFIK VOLUM DENGAN METODE JARINGAN SYARAF TIRUAN (JST)

PERANCANGAN SOFTSENSOR STEAM QUALITY PADA STEAM GENERATOR DENGAN OPTIMASI NILAI SPESIFIK VOLUM DENGAN METODE JARINGAN SYARAF TIRUAN (JST) PERANCANGAN SOFTSENSOR STEAM QUALITY PADA STEAM GENERATOR DENGAN OPTIMASI NILAI SPESIFIK VOLUM DENGAN METODE JARINGAN SYARAF TIRUAN () 1 Alif Tober Rachmawati, Fitri Adi Iskandarianto, ST.MT, DR.Gunawan

Lebih terperinci

PENGENDALIAN OPTIMAL PADA SISTEM STEAM DRUM BOILER MENGGUNAKAN METODE LINEAR QUADRATIC REGULATOR (LQR) Oleh : Ika Evi Anggraeni

PENGENDALIAN OPTIMAL PADA SISTEM STEAM DRUM BOILER MENGGUNAKAN METODE LINEAR QUADRATIC REGULATOR (LQR) Oleh : Ika Evi Anggraeni PENGENDALIAN OPTIMAL PADA SISTEM STEAM DRUM BOILER MENGGUNAKAN METODE LINEAR QUADRATIC REGULATOR (LQR) Oleh : Ika Evi Anggraeni 206 00 03 Dosen Pembimbing : Dr. Erna Apriliani, M.Si Hendra Cordova, ST,

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA DATA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA DATA 4.1 Training JST BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA DATA Dalam penelitian ini menggunakan metode penentuan bobot pada training jaringan syaraf tiruan yaitu Levenberg Marquad dengan struktur JST menggunakan MLP

Lebih terperinci

Perancangan Sistem Pemodelan Kontrol Level Air Steam Drum Berbasis Jaringan Syaraf Tiruan

Perancangan Sistem Pemodelan Kontrol Level Air Steam Drum Berbasis Jaringan Syaraf Tiruan Perancangan Sistem Pemodelan Kontrol Level Air Steam Drum Berbasis Jaringan Syaraf Tiruan Ardian Oktakaisar, Supari, Herwin Suprijono Jurusan Teknik elektro, Fakultas Teknik, Universitas Dian Nuswantoro

Lebih terperinci

Oleh : Alif Tober Rachmawati

Oleh : Alif Tober Rachmawati Perancangan softsensor steam quality pada steam generator dengan optimasi nilai spesifik volume dengan metode jaringan syaraf tiruan (JST) Oleh : Alif Tober Rachmawati 2410105022 Latar Belakang Steam generator

Lebih terperinci

DESAIN SISTEM KENDALI TEMPERATUR UAP SUPERHEATER DENGAN METODE FUZZY SLIDING MODE CONTROL

DESAIN SISTEM KENDALI TEMPERATUR UAP SUPERHEATER DENGAN METODE FUZZY SLIDING MODE CONTROL J. Math. and Its Appl. ISSN: 1829-605X Vol. 13, No. 1, Mei 2016, 37-48 DESAIN SISTEM KENDALI TEMPERATUR UAP SUPERHEATER DENGAN METODE FUZZY SLIDING MODE CONTROL Mardlijah 1, Mardiana Septiani 2,Titik Mudjiati

Lebih terperinci

Program Aplikasi Rekonsiliasi Data untuk Pendeteksian Gross Error pada Sistem Tangki Ganda yang Berinteraksi

Program Aplikasi Rekonsiliasi Data untuk Pendeteksian Gross Error pada Sistem Tangki Ganda yang Berinteraksi Program Aplikasi Rekonsiliasi Data untuk Pendeteksian Gross Error pada Sistem Tangki Ganda yang Berinteraksi Abstrak 1 Andreas Julianto Sutrisno, 2 Parsaulian Siregar dan 3 Estiyanti Ekawati 1 Program

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 1

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 1 JURNAL TEKNIK POMITS Vol., No., (23) -6 Pengendalian Rasio Bahan Bakar dan Udara Pada Boiler Menggunakan Metode Kontrol Optimal Linier Quadratic Regulator (LQR) Virtu Adila, Rusdhianto Effendie AK, Eka

Lebih terperinci

Desain Kendali pada Sistem Steam Drum Boiler dengan Memperhitungkan Control Valve

Desain Kendali pada Sistem Steam Drum Boiler dengan Memperhitungkan Control Valve Desain Kendali pada Sistem Steam Drum Boiler dengan Memperhitungkan Control Valve ROFIKA NUR AINI 1206 100 017 JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH

Lebih terperinci

PENGENDALI TEMPERATUR FLUIDA PADA HEAT EXCHANGER DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN PREDIKTIF

PENGENDALI TEMPERATUR FLUIDA PADA HEAT EXCHANGER DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN PREDIKTIF PENGENDALI TEMPERATUR FLUIDA PADA HEAT EXCHANGER DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN PREDIKTIF Rr.rahmawati Putri Ekasari, Rusdhianto Effendi AK., Eka Iskandar Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

PERBANDINGAN ANTARA MODEL NEURAL NETWORK DAN MODEL DUANE UNTUK EVALUASI KETEPATAN PREDIKSI WAKTU KERUSAKAN SUATU KOMPONEN

PERBANDINGAN ANTARA MODEL NEURAL NETWORK DAN MODEL DUANE UNTUK EVALUASI KETEPATAN PREDIKSI WAKTU KERUSAKAN SUATU KOMPONEN Feng PERBANDINGAN ANTARA MODEL NEURAL NETWORK DAN MODEL DUANE UNTUK... 211 PERBANDINGAN ANTARA MODEL NEURAL NETWORK DAN MODEL DUANE UNTUK EVALUASI KETEPATAN PREDIKSI WAKTU KERUSAKAN SUATU KOMPONEN Tan

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN KUALITAS SISTEM KONTROL MAIN STEAM PADA BOILER MELALUI PENDEKATAN STATISTICAL CLUSTERING DI PLTU UNIT I PT. PJB UP.

STUDI KELAYAKAN KUALITAS SISTEM KONTROL MAIN STEAM PADA BOILER MELALUI PENDEKATAN STATISTICAL CLUSTERING DI PLTU UNIT I PT. PJB UP. STUDI KELAYAKAN KUALITAS SISTEM KONTROL MAIN STEAM PADA BOILER MELALUI PENDEKATAN STATISTICAL CLUSTERING DI PLTU UNIT I PT. PJB UP. GRESIK Disusun oleh : Iik Ordiani 2411.105.025 Pembimbing : Imam Abadi,

Lebih terperinci

Analisa Pengaruh Variasi Pinch Point dan Approach Point terhadap Performa HRSG Tipe Dual Pressure

Analisa Pengaruh Variasi Pinch Point dan Approach Point terhadap Performa HRSG Tipe Dual Pressure JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-137 Analisa Pengaruh Variasi Pinch Point dan Approach Point terhadap Performa HRSG Tipe Dual Pressure Ryan Hidayat dan Bambang

Lebih terperinci

Implementasi Ensemble Kalman Filter (Enkf) Untuk Estimasi Ketinggian Air Dan Temperatur Uap Pada Steam Drum Boiler

Implementasi Ensemble Kalman Filter (Enkf) Untuk Estimasi Ketinggian Air Dan Temperatur Uap Pada Steam Drum Boiler Implementasi Ensemble Kalman Filter (Enkf) Untuk Estimasi Ketinggian Air Dan Temperatur Uap Pada Steam Drum Boiler Ahmad Nasrullah Jamaludin 1, Erna Apriliani 1, Hendra Cordova 2, Teguh Herlambang 3 1

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR BIDANG STUDI KONVERSI ENERGI

TUGAS AKHIR BIDANG STUDI KONVERSI ENERGI TUGAS AKHIR BIDANG STUDI KONVERSI ENERGI Dosen Pembimbing : Ir. Joko Sarsetiyanto, MT Program Studi Diploma III Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya Oleh

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Data Yang Digunakan Dalam melakukan penelitian ini, penulis membutuhkan data input dalam proses jaringan saraf tiruan backpropagation. Data tersebut akan digunakan sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian Penelitian ini menggunakan satu definisi variabel operasional yaitu ratarata temperatur bumi periode tahun 1880 sampai dengan tahun 2012. 3.2 Jenis dan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Kerangka Pemikiran Perusahaan dalam era globalisasi pada saat ini, banyak tumbuh dan berkembang, baik dalam bidang perdagangan, jasa maupun industri manufaktur. Perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi yang begitu pesat dewasa ini sangat mempengaruhi jumlah ketersediaan sumber-sumber energi yang tidak dapat diperbaharui yang ada di permukaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Besaran dan peningkatan rata-rata konsumsi bahan bakar dunia (IEA, 2014)

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Besaran dan peningkatan rata-rata konsumsi bahan bakar dunia (IEA, 2014) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era modern, teknologi mengalami perkembangan yang sangat pesat. Hal ini akan mempengaruhi pada jumlah konsumsi bahan bakar. Permintaan konsumsi bahan bakar ini akan

Lebih terperinci

SENSOR FAKTOR KOMPRESIBILITAS DAN MASSA GAS ALAM KELUARAN DEHYDRATION UNIT

SENSOR FAKTOR KOMPRESIBILITAS DAN MASSA GAS ALAM KELUARAN DEHYDRATION UNIT PERACAGA SOFT SESOR FAKTOR KOMPRESIBILITAS DA MASSA GAS ALAM KELUARA DEHYDRATIO UIT PEMATAG GAS PLAT DEGA METODE JARIGA SYARAF TIRUA DI PT. CHEVRO PACIFIC IDOESIA (Lia Ellyanti, Ir. Moch. Ilyas HS.) Jurusan

Lebih terperinci

PERAMALAN BEBAN LISTRIK JANGKA PENDEK DI BALI MENGGUNAKAN PENDEKATAN ADAPTIVE NEURO-FUZZY INFERENCE SYSTEM (ANFIS)

PERAMALAN BEBAN LISTRIK JANGKA PENDEK DI BALI MENGGUNAKAN PENDEKATAN ADAPTIVE NEURO-FUZZY INFERENCE SYSTEM (ANFIS) PERAMALAN BEBAN LISTRIK JANGKA PENDEK DI BALI MENGGUNAKAN PENDEKATAN ADAPTIVE NEURO-FUZZY INFERENCE SYSTEM (ANFIS) L K Widyapratiwi 1, I P A Mertasana 2, I G D Arjana 2 1 Mahasiswa Teknik Elektro, Fakultas

Lebih terperinci

Perbaikan Metode Prakiraan Cuaca Bandara Abdulrahman Saleh dengan Algoritma Neural Network Backpropagation

Perbaikan Metode Prakiraan Cuaca Bandara Abdulrahman Saleh dengan Algoritma Neural Network Backpropagation 65 Perbaikan Metode Prakiraan Cuaca Bandara Abdulrahman Saleh dengan Algoritma Neural Network Backpropagation Risty Jayanti Yuniar, Didik Rahadi S. dan Onny Setyawati Abstrak - Kecepatan angin dan curah

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM KENDALI BERJARINGAN MENGGUNAKAN METODE DECOUPLING DAN KONTROLER STATE FEEDBACK UNTUK SISTEM MIMO PADA BOILER PLANT SIMULATOR

PERANCANGAN SISTEM KENDALI BERJARINGAN MENGGUNAKAN METODE DECOUPLING DAN KONTROLER STATE FEEDBACK UNTUK SISTEM MIMO PADA BOILER PLANT SIMULATOR PERANCANGAN SISTEM KENDALI BERJARINGAN MENGGUNAKAN METODE DECOUPLING DAN KONTROLER STATE FEEDBACK UNTUK SISTEM MIMO PADA BOILER PLANT SIMULATOR Dian Samto Bagus Pramana, Rusdhianto Effendie A.K, Joko Susila

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum pengambilan data dimulai, turbin gas dioperasikan sampai dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum pengambilan data dimulai, turbin gas dioperasikan sampai dengan 19 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pengambilan Data Sebelum pengambilan data dimulai, turbin gas dioperasikan sampai dengan kondisi steady state. Penulis akan melakukan pengamatan satu dari enam unit pembangkit

Lebih terperinci

BAB VI PENGUJIAN SISTEM. Beberapa skenario pengujian akan dilakukan untuk memperlihatkan

BAB VI PENGUJIAN SISTEM. Beberapa skenario pengujian akan dilakukan untuk memperlihatkan BAB VI PENGUJIAN SISTEM 6.1 Tahap Persiapan Pengujian Beberapa skenario pengujian akan dilakukan untuk memperlihatkan performansi sistem kontrol yang dirancang. Namun perlu dipersiapkan terlebih dahulu

Lebih terperinci

Tabel 1. Parameter yang digunakan pada proses Heat Exchanger [1]

Tabel 1. Parameter yang digunakan pada proses Heat Exchanger [1] 1 feedback, terutama dalam kecepatan tanggapan menuju keadaan stabilnya. Hal ini disebabkan pengendalian dengan feedforward membutuhkan beban komputasi yang relatif lebih kecil dibanding pengendalian dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. fenomena serta hubungan-hubunganya. Tujuan penelitian kuantitatif adalah

BAB III METODE PENELITIAN. fenomena serta hubungan-hubunganya. Tujuan penelitian kuantitatif adalah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metodologi Penelitian Jenis penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif, definisi dari penelitian kuantitatif itu sendiri adalah penelitian ilmiah yang sistematis terhadap

Lebih terperinci

DESAIN JARINGAN SENSOR LAJU ALIRAN MASSA MENGGUNAKAN METODE GRAPHICAL THEORY

DESAIN JARINGAN SENSOR LAJU ALIRAN MASSA MENGGUNAKAN METODE GRAPHICAL THEORY UPGRADE DESAIN JARINGAN SENSOR LAJU ALIRAN MASSA MENGGUNAKAN MEODE GRAPHICAL HEORY DAN REE SEARCHING ALGORIHM PADA UNI SINESA AMONIA DI P. PEROKIMIA GRESIK (Fakhruddin Agung L., Imam Abadi S, M) Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses PLTU dibutuhkan fresh water yang di dapat dari proses

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses PLTU dibutuhkan fresh water yang di dapat dari proses BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap, untuk menghasilkan uap dibutuhkan air yang dipanaskan secara bertahap melalui beberapa heater sebelum masuk ke boiler untuk dipanaskan

Lebih terperinci

KONTROL CASCADE GENERALIZED PREDICTIVE UNTUK BOILER DRUM LEVEL BY ASTRIATONO ( )

KONTROL CASCADE GENERALIZED PREDICTIVE UNTUK BOILER DRUM LEVEL BY ASTRIATONO ( ) KONTROL CASCADE GENERALIZED PREDICTIVE UNTUK BOILER DRUM LEVEL BY ASTRIATONO (2210105028) PERMASALAHAN PERUBAHAN JUDUL Pergantian judul hanya mengubah metode kontrol yang digunakan dikarenakan plant boiler

Lebih terperinci

Pemodelan dan Pemetaan Potensi Energi Angin Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan (JST) di Bendungan Karangkates Kabupaten Malang

Pemodelan dan Pemetaan Potensi Energi Angin Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan (JST) di Bendungan Karangkates Kabupaten Malang Pemodelan dan Pemetaan Potensi Energi Angin Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan (JST) di Bendungan Karangkates Kabupaten Malang O L E H : A H M A D Z A K I Z A K A R I A ( 2 4 0 6 1 0 0 0 5 7 ) Pembimbing

Lebih terperinci

PENGENDALI TEMPERATUR FLUIDA PADA HEAT EXCHANGER DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA MODEL PREDICTIVE CONTROL (MPC)

PENGENDALI TEMPERATUR FLUIDA PADA HEAT EXCHANGER DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA MODEL PREDICTIVE CONTROL (MPC) PENGENDALI TEMPERATUR FLUIDA PADA HEAT EXCHANGER DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA MODEL PREDICTIVE CONTROL (MPC) Fathimah Ekasari M, Rusdhianto Effendi AK., Eka Iskandar Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

J.Oto.Ktrl.Inst (J.Auto.Ctrl.Inst) Vol 5 (2), 2013 ISSN :

J.Oto.Ktrl.Inst (J.Auto.Ctrl.Inst) Vol 5 (2), 2013 ISSN : Abstrak Pembuatan Operator Training Simulator Unit Smelter pada Pabrik Pemurnian Tembaga Menggunakan Fasilitas Pemrograman Function Block Distributed Control System Widya Prapti Pratiwi, Estiyanti Ekawati

Lebih terperinci

Perancangan Sistem Pengendalian Level Pada Steam drum dengan Menggunakan Kontroller PID di PT Indonesia Power Ubp Sub Unit Perak-Grati

Perancangan Sistem Pengendalian Level Pada Steam drum dengan Menggunakan Kontroller PID di PT Indonesia Power Ubp Sub Unit Perak-Grati JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) 1-6 1 Perancangan Sistem Pengendalian Level Pada Steam drum dengan Menggunakan Kontroller PID di PT Indonesia Power Ubp Sub Unit Perak-Grati Rian Apriansyah,

Lebih terperinci

PENGENDALIAN PROSES EVAPORASI PADA PABRIK UREA MENGGUNAKAN KENDALI JARINGAN SARAF TIRUAN

PENGENDALIAN PROSES EVAPORASI PADA PABRIK UREA MENGGUNAKAN KENDALI JARINGAN SARAF TIRUAN PENGENDALIAN PROSES EVAPORASI PADA PABRIK UREA MENGGUNAKAN KENDALI JARINGAN SARAF TIRUAN Nazrul Effendy 1), Masrul Solichin 2), Teuku Lukman Nur Hakim 3), Faisal Budiman 4) Jurusan Teknik Fisika, Fakultas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan manusia akan tenaga listrik terus meningkat. Tenaga listrik digunakan pada berbagai lini kehidupan seperti rumah tangga, perkantoran, industri baik home industry,

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) 1

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) 1 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 1 Model Based Controller Dengan Menggunakan Internal Model Control (IMC) Yang Ditunning Berdasarkan Perubahan Set Point dan

Lebih terperinci

Analisis Pengaruh Rasio Reheat Pressure dengan Main Steam Pressure terhadap Performa Pembangkit dengan Simulasi Cycle-Tempo

Analisis Pengaruh Rasio Reheat Pressure dengan Main Steam Pressure terhadap Performa Pembangkit dengan Simulasi Cycle-Tempo B117 Analisis Pengaruh Rasio Reheat Pressure dengan Main Steam Pressure terhadap Performa Pembangkit dengan Simulasi Cycle-Tempo Raditya Satrio Wibowo dan Prabowo Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

PREDIKSI CURAH HUJAN DI KOTA MEDAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK

PREDIKSI CURAH HUJAN DI KOTA MEDAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK PREDIKSI CURAH HUJAN DI KOTA MEDAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK Yudhi Andrian 1, Erlinda Ningsih 2 1 Dosen Teknik Informatika, STMIK Potensi Utama 2 Mahasiswa Sistem Informasi, STMIK

Lebih terperinci

PERANCANGAN SOFTSENSOR KADAR GAS BUANG PADA STACK HASIL KELUARAN HRSG (HEAT RECOVERY STEAM GENERATOR) DENGAN METODE JARINGAN SYARAF TIRUAN

PERANCANGAN SOFTSENSOR KADAR GAS BUANG PADA STACK HASIL KELUARAN HRSG (HEAT RECOVERY STEAM GENERATOR) DENGAN METODE JARINGAN SYARAF TIRUAN PERANCANGAN SOFTSENSOR KADAR GAS BUANG PADA STACK HASIL KELUARAN HRSG (HEAT RECOVERY STEAM GENERATOR) DENGAN METODE JARINGAN SYARAF TIRUAN Oleh : Hera Firdhausa Katili 2409100073 Dosen Pembimbing : Dr.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 36 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 PENDAHULUAN Materi penelitian dalam Tugas Akhir ini adalah analisis proses konversi energi pada PLTU Suralaya Unit 5 mulai dari energi pada batubara hingga menjadi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.6. Jaringan Syaraf Tiruan Jaringan syaraf tiruan atau neural network merupakan suatu sistem informasi yang mempunyai cara kerja dan karakteristik menyerupai jaringan syaraf pada

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. Bab ini menguraikan analisa penelitian terhadap metode Backpropagation yang

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. Bab ini menguraikan analisa penelitian terhadap metode Backpropagation yang BAB 3 PERANCANGAN SISTEM Bab ini menguraikan analisa penelitian terhadap metode Backpropagation yang diimplementasikan sebagai model estimasi harga saham. Analisis yang dilakukan adalah menguraikan penjelasan

Lebih terperinci

(Kodar Sudiono, Hendra Cordova)

(Kodar Sudiono, Hendra Cordova) PERANCANGAN SISTEM KONTROL DAN OPTIMASI RASIO UDARA DAN BAHAN BAKAR PADA BOILER DI PT. PETROKIMIA GRESIK BERBASIS JARINGAN SYARAF TIRUAN DAN ALGORITMA GENETIK (Kodar Sudiono, Hendra Cordova) Jurusan Teknik

Lebih terperinci

Aplikasi yang dibuat adalah aplikasi untuk menghitung. prediksi jumlah dalam hal ini diambil studi kasus data balita

Aplikasi yang dibuat adalah aplikasi untuk menghitung. prediksi jumlah dalam hal ini diambil studi kasus data balita BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1. Analisa dan Kebutuhan Sistem Analisa sistem merupakan penjabaran deskripsi dari sistem yang akan dibangun kali ini. Sistem berfungsi untuk membantu menganalisis

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. berefisiensi tinggi agar menghasilkan produk dengan kualitas baik dalam jumlah

BAB II LANDASAN TEORI. berefisiensi tinggi agar menghasilkan produk dengan kualitas baik dalam jumlah BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Umum Didalam dunia industri, dituntut suatu proses kerja yang aman dan berefisiensi tinggi agar menghasilkan produk dengan kualitas baik dalam jumlah banyak serta dengan waktu

Lebih terperinci

ANANALISIS EFISIENSI SISTEM PEMBAKARAN PADA BOILER DI PLTU UNIT III PT.PJB UP GRESIK DENGAN METODE STATISTICAL PROCESS CONTROL (SPC)

ANANALISIS EFISIENSI SISTEM PEMBAKARAN PADA BOILER DI PLTU UNIT III PT.PJB UP GRESIK DENGAN METODE STATISTICAL PROCESS CONTROL (SPC) ANANALISIS EFISIENSI SISTEM PEMBAKARAN PADA BOILER DI PLTU UNIT III PT.PJB UP GRESIK DENGAN METODE STATISTICAL PROCESS CONTROL (SPC) Oleh: INTAN ALIFIYAH ILMI NRP. 2406 00 063 Pembimbing: Ir. Ya umar,

Lebih terperinci

Perancangan Pengontrol Berbasis Jaringan Syaraf Tiruan untuk Pengendalian Laju Putaran Turbin pada PT.Indonesia Power UBP Saguling

Perancangan Pengontrol Berbasis Jaringan Syaraf Tiruan untuk Pengendalian Laju Putaran Turbin pada PT.Indonesia Power UBP Saguling Perancangan Pengontrol Berbasis Jaringan Syaraf Tiruan untuk Pengendalian Laju Putaran Turbin pada PT.Indonesia Power UBP Saguling Abstrak Reza Fairuz Zamani Teknik Fisika, Fakultas Teknologi Industri,

Lebih terperinci

Implementasi Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation dan Steepest Descent untuk Prediksi Data Time Series

Implementasi Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation dan Steepest Descent untuk Prediksi Data Time Series Implementasi Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation dan Steepest Descent untuk Prediksi Data Time Series Oleh: ABD. ROHIM (1206 100 058) Dosen Pembimbing: Prof. Dr. M. Isa Irawan, MT Jurusan Matematika

Lebih terperinci

ANALISIS PENGOPERASIAN SPEED DROOP GOVERNOR SEBAGAI PENGATURAN FREKUENSI PADA SISTEM KELISTRIKAN PLTU GRESIK

ANALISIS PENGOPERASIAN SPEED DROOP GOVERNOR SEBAGAI PENGATURAN FREKUENSI PADA SISTEM KELISTRIKAN PLTU GRESIK ANALISIS PENGOPERASIAN SPEED DROOP GOVERNOR SEBAGAI PENGATURAN FREKUENSI PADA SISTEM KELISTRIKAN PLTU GRESIK Oleh : Patriandari 2206 100 026 Dosen Pembimbing : Prof. Ir. Ontoseno Penangsang, M.Sc, PhD.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Arief Hario Prambudi, 2014

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Arief Hario Prambudi, 2014 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) adalah suatu pembangkit listrik dimana energi listrik dihasilkan oleh generator yang diputar oleh turbin uap yang memanfaatkan

Lebih terperinci

BAB 2 KONSEP DASAR PENGENAL OBJEK

BAB 2 KONSEP DASAR PENGENAL OBJEK BAB 2 KONSEP DASAR PENGENAL OBJEK 2.1 KONSEP DASAR Pada penelitian ini, penulis menggunakan beberapa teori yang dijadikan acuan untuk menyelesaikan penelitian. Berikut ini teori yang akan digunakan penulis

Lebih terperinci

BAB III METODE EGARCH, JARINGAN SYARAF TIRUAN DAN NEURO-EGARCH

BAB III METODE EGARCH, JARINGAN SYARAF TIRUAN DAN NEURO-EGARCH BAB III METODE EGARCH, JARINGAN SYARAF TIRUAN DAN NEURO-EGARCH 3.1 Variabel Penelitian Penelitian ini menggunakan satu definisi variabel operasional yaitu data saham Astra Internasional Tbk tanggal 2 Januari

Lebih terperinci

STUDI PADA PENGARUH FWH7 TERHADAP EFISIENSI DAN BIAYA KONSUMSI BAHAN BAKAR PLTU DENGAN PEMODELAN GATECYCLE

STUDI PADA PENGARUH FWH7 TERHADAP EFISIENSI DAN BIAYA KONSUMSI BAHAN BAKAR PLTU DENGAN PEMODELAN GATECYCLE SEMINAR TUGAS AKHIR STUDI PADA PENGARUH FWH7 TERHADAP EFISIENSI DAN BIAYA KONSUMSI BAHAN BAKAR PLTU DENGAN PEMODELAN GATECYCLE Disusun oleh : Sori Tua Nrp : 21.11.106.006 Dosen pembimbing : Ary Bacthiar

Lebih terperinci

STUDI ESTIMASI CURAH HUJAN, SUHU DAN KELEMBABAN UDARA DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION

STUDI ESTIMASI CURAH HUJAN, SUHU DAN KELEMBABAN UDARA DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION STUDI ESTIMASI CURAH HUJAN, SUHU DAN KELEMBABAN UDARA DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION Muh. Ishak Jumarang 1), Lyra Andromeda 2) dan Bintoro Siswo Nugroho 3) 1,3) Jurusan Fisika,

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN PENGENDALIAN ph PADA INLINE FLASH MIXING DENGAN METODE NEURO-REGULATOR CONTROLLER. Dosen Pembimbing : Hendra Cordova, ST, MT.

RANCANG BANGUN PENGENDALIAN ph PADA INLINE FLASH MIXING DENGAN METODE NEURO-REGULATOR CONTROLLER. Dosen Pembimbing : Hendra Cordova, ST, MT. RANCANG BANGUN PENGENDALIAN ph PADA INLINE FLASH MIXING DENGAN METODE NEURO-REGULATOR CONTROLLER Dosen Pembimbing : Hendra Cordova, ST, MT. Dalam dunia industri, penetralan ph merupakan hal penting. Sebagai

Lebih terperinci

VIII Sistem Kendali Proses 7.1

VIII Sistem Kendali Proses 7.1 VIII Sistem Kendali Proses 7.1 Pengantar ke Proses 1. Tentang apakah pengendalian proses itu? - Mengenai mengoperasikan sebuah proses sedemikian rupa hingga karakteristik proses yang penting dapat dijaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi listrik merupakan salah satu kebutuhan pokok yang sangat penting dalam kehidupan manusia saat ini, hampir semua aktifitas manusia berhubungan dengan energi listrik.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV ANALISIS DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV ANALISIS DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengamatan Data Dari data pengamatan yang dilakukan meliputi : 4.1.1 Data Primer Observasi dan wawancara dilakukan dilapangan dengan pejabat yang kompeten yang meliputi

Lebih terperinci

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO KONSENTRASI TEKNIK ELEKTRONIKA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS GUNADARMA

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO KONSENTRASI TEKNIK ELEKTRONIKA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS GUNADARMA ANALISA SISTEM KONTROL LEVEL DAN INSTRUMENTASI PADA HIGH PRESSURE HEATER PADA UNIT 1 4 DI PLTU UBP SURALAYA. Disusun Oleh : ANDREAS HAMONANGAN S (10411790) JURUSAN TEKNIK ELEKTRO KONSENTRASI TEKNIK ELEKTRONIKA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. PLTU adalah jenis pembangkit listrik tenaga termal yang banyak digunakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. PLTU adalah jenis pembangkit listrik tenaga termal yang banyak digunakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah PLTU adalah jenis pembangkit listrik tenaga termal yang banyak digunakan karena efisiensinya tinggi sehingga menghasilkan energi listrik yang ekonomis. PLTU

Lebih terperinci

Perancangan Sistem Kendali Cascade pada Deaerator Berbasis Adaptive Neuro Fuzzy Inference System (ANFIS)

Perancangan Sistem Kendali Cascade pada Deaerator Berbasis Adaptive Neuro Fuzzy Inference System (ANFIS) Perancangan Sistem Kendali Cascade pada Deaerator Berbasis Adaptive Neuro Fuzzy Inference System (ANFIS) Rayjansof Chairi 1, Fitria Hidayanti 1, Idris Kusuma 1,2 1 Program Studi Fisika Teknik, Fakultas

Lebih terperinci

BAB V KALIBRASI DAN PENGUJIAN SISTEM 72 BAB V KALIBRASI DAN PENGUJIAN SISTEM

BAB V KALIBRASI DAN PENGUJIAN SISTEM 72 BAB V KALIBRASI DAN PENGUJIAN SISTEM BAB V KALIBRASI DAN PENGUJIAN SISTEM 72 BAB V KALIBRASI DAN PENGUJIAN SISTEM 5.1 Kalibrasi Pengertian kalibrasi menurut ISO adalah seperangkat operasi dalam kondisi tertentu yang bertujuan untuk menentukan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Dalam pengerjaan perancangan dan pembuatan aplikasi pengenalan karakter alfanumerik JST algoritma Hopfield ini menggunakan software Borland Delphi 7.0. 3.1 Alur Proses Sistem

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 39 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus sampai Desember tahun 2010 di rumah tanaman (greenhouse) Balai Penelitian Agroklimatologi dan Hidrologi (Balitklimat),

Lebih terperinci

PREDIKSI KELULUSAN TEPAT WAKTU MAHASISWA MENGGUNAKAN NEURO-FUZZY CLASSIFICATION

PREDIKSI KELULUSAN TEPAT WAKTU MAHASISWA MENGGUNAKAN NEURO-FUZZY CLASSIFICATION PREDIKSI KELULUSAN TEPAT WAKTU MAHASISWA MENGGUNAKAN NEURO-FUZZY CLASSIFICATION (NEFCLASS) (STUDI KASUS: PROGRAM STUDI S1 TEKNIK INFORMATIKA, UNIVERSITAS TELKOM) Rita Rismala 1, Serli Fatriandini 2, Retno

Lebih terperinci

DESAIN PENGENDALIAN KETINGGIAN AIR DAN TEMPERATUR UAP PADA SISTEM STEAM DRUM BOILER DENGAN METODE SLIDING MODE CONTROL (SMC)

DESAIN PENGENDALIAN KETINGGIAN AIR DAN TEMPERATUR UAP PADA SISTEM STEAM DRUM BOILER DENGAN METODE SLIDING MODE CONTROL (SMC) DESAIN PENGENDALIAN KETINGGIAN AIR DAN TEMPERATUR UAP PADA SISTEM STEAM DRUM BOILER DENGAN METODE SLIDING MODE CONTROL (SMC) OLEH : Teguh Herlambang (1206 100 046) DOSEN PEMBIMBING: Dr. Erna Apriliani,

Lebih terperinci

ESTIMASI POSISI ROBOT MOBIL MENGGUNAKAN UNSCENTED KALMAN FILTER. Oleh: Miftahuddin ( )

ESTIMASI POSISI ROBOT MOBIL MENGGUNAKAN UNSCENTED KALMAN FILTER. Oleh: Miftahuddin ( ) ESTIMASI POSISI ROBOT MOBIL MENGGUNAKAN UNSCENTED KALMAN FILTER Oleh: Miftahuddin (1206 100 707) Dosen Pembimbing: Subchan, Ph.D Dr. Erna Apriliani, M.Si Abstrak Robot Mobil atau Mobile Robot adalah konstruksi

Lebih terperinci

Dynamic Optimal Power Flow dengan kurva biaya pembangkitan tidak mulus menggunakan Particle Swarm Optimization

Dynamic Optimal Power Flow dengan kurva biaya pembangkitan tidak mulus menggunakan Particle Swarm Optimization JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-24 Dynamic Optimal Power Flow dengan kurva biaya pembangkitan tidak mulus menggunakan Particle Swarm Optimization Afif Nur

Lebih terperinci

BAB III MODEL STATE-SPACE. dalam teori kontrol modern. Model state space dapat mengatasi keterbatasan dari

BAB III MODEL STATE-SPACE. dalam teori kontrol modern. Model state space dapat mengatasi keterbatasan dari BAB III MODEL STATE-SPACE 3.1 Representasi Model State-Space Representasi state space dari suatu sistem merupakan suatu konsep dasar dalam teori kontrol modern. Model state space dapat mengatasi keterbatasan

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. FRBFNN, Arsitektur FRBFNN, aplikasi FRBFNN untuk meramalkan kebutuhan

BAB III PEMBAHASAN. FRBFNN, Arsitektur FRBFNN, aplikasi FRBFNN untuk meramalkan kebutuhan BAB III PEMBAHASAN Pada bab ini berisi mengenai FRBFNN, prosedur pembentukan model FRBFNN, Arsitektur FRBFNN, aplikasi FRBFNN untuk meramalkan kebutuhan listrik di D.I Yogyakarta. A. Radial Basis Function

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN ALAT BANTU PENENTU POLA DISTRIBUSI INPUT DENGAN MEMANFAATKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DENGAN MENGGUNAKAN PERSENTIL SEBAGAI PENCIRI

RANCANG BANGUN ALAT BANTU PENENTU POLA DISTRIBUSI INPUT DENGAN MEMANFAATKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DENGAN MENGGUNAKAN PERSENTIL SEBAGAI PENCIRI RANCANG BANGUN ALAT BANTU PENENTU POLA DISTRIBUSI INPUT DENGAN MEMANFAATKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DENGAN MENGGUNAKAN PERSENTIL SEBAGAI PENCIRI Aris Tjahyanto Jurusan Sistem Informasi, Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Analisis ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) umumnya

II. TINJAUAN PUSTAKA. Analisis ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) umumnya II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Stasioner Analisis ARIMA Autoregressive Integrated Moving Average umumnya mengasumsikan bahwa proses umum dari time series adalah stasioner. Tujuan proses stasioner adalah rata-rata,

Lebih terperinci

PRINSIP KONSERVASI ENERGI PADA TEKNOLOGI KONVERSI ENERGI. Ir. Parlindungan Marpaung HIMPUNAN AHLI KONSERVASI ENERGI

PRINSIP KONSERVASI ENERGI PADA TEKNOLOGI KONVERSI ENERGI. Ir. Parlindungan Marpaung HIMPUNAN AHLI KONSERVASI ENERGI PRINSIP KONSERVASI ENERGI PADA TEKNOLOGI KONVERSI ENERGI Ir. Parlindungan Marpaung HIMPUNAN AHLI KONSERVASI ENERGI Kode Unit : JPI.KE01.001.01 STANDAR KOMPETENSI Judul Unit: Menerapkan prinsip-prinsip

Lebih terperinci

Bab IV. Pembahasan dan Hasil Penelitian

Bab IV. Pembahasan dan Hasil Penelitian Bab IV Pembahasan dan Hasil Penelitian IV.1 Statistika Deskriptif Pada bab ini akan dibahas mengenai statistik deskriptif dari variabel yang digunakan yaitu IHSG di BEI selama periode 1 April 2011 sampai

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR BIDANG STUDI KONVERSI ENERGI

TUGAS AKHIR BIDANG STUDI KONVERSI ENERGI DOSEN PEMBIMBING : DEDY ZULHIDAYAT NOOR, ST, MT, PHD TUGAS AKHIR BIDANG STUDI KONVERSI ENERGI ANALISIS PERFORMA HRSG 1.3 PT. INDONESIA POWER UBP PERAK-GRATI SEBELUM DAN SESUDAH CLEANING DENGAN VARIASI

Lebih terperinci

Estimasi Suhu Udara Bulanan Kota Pontianak Berdasarkan Metode Jaringan Syaraf Tiruan

Estimasi Suhu Udara Bulanan Kota Pontianak Berdasarkan Metode Jaringan Syaraf Tiruan Estimasi Suhu Udara Bulanan Kota Pontianak Berdasarkan Metode Jaringan Syaraf Tiruan Andi Ihwan 1), Yudha Arman 1) dan Iis Solehati 1) 1) Prodi Fisika FMIPA UNTAN Abstrak Fluktuasi suhu udara berdasarkan

Lebih terperinci

Analisa Unjuk Kerja Heat Recovery Steam Generator (HRSG) dengan Menggunakan Pendekatan Porous Media di PLTGU Jawa Timur

Analisa Unjuk Kerja Heat Recovery Steam Generator (HRSG) dengan Menggunakan Pendekatan Porous Media di PLTGU Jawa Timur Analisa Unjuk Kerja Heat Recovery Steam Generator (HRSG) dengan Menggunakan Pendekatan Porous Media di PLTGU Jawa Timur Nur Rima Samarotul Janah, Harsono Hadi dan Nur Laila Hamidah Departemen Teknik Fisika,

Lebih terperinci

Strategi Pengendalian

Strategi Pengendalian Strategi Pengendalian Strategi apa yang dapat kita gunakan dalam pengendalian proses? Feedback (berumpan-balik) Feedforward (berumpan-maju) 1 Feedback control untuk kecepatan 1. Mengukur kecepatan aktual

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA PROSES CO2 REMOVAL PADA KOLOM STRIPPER DI PABRIK AMONIAK UNIT 1 PT. PETROKIMIA GRESIK

ANALISIS KINERJA PROSES CO2 REMOVAL PADA KOLOM STRIPPER DI PABRIK AMONIAK UNIT 1 PT. PETROKIMIA GRESIK ANALISIS KINERJA PROSES CO2 REMOVAL PADA KOLOM STRIPPER DI PABRIK AMONIAK UNIT 1 PT. PETROKIMIA GRESIK OLEH : NANDA DIAN PRATAMA 2412105013 DOSEN PEMBIMBING : TOTOK RUKI BIYANTO, PHD IR. RONNY DWI NORIYATI,

Lebih terperinci

BAB III KALMAN FILTER DISKRIT. Kalman Filter adalah rangkaian teknik perhitungan matematika (algoritma)

BAB III KALMAN FILTER DISKRIT. Kalman Filter adalah rangkaian teknik perhitungan matematika (algoritma) BAB III KALMAN FILTER DISKRIT 3.1 Pendahuluan Kalman Filter adalah rangkaian teknik perhitungan matematika (algoritma) yang memberikan perhitungan efisien dalam mengestimasi state proses, yaitu dengan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. sebagai sarana penyedia tenaga, sehingga menjamin lancarnya proses Kilang yang

BAB V PEMBAHASAN. sebagai sarana penyedia tenaga, sehingga menjamin lancarnya proses Kilang yang BAB V PEMBAHASAN Utilities artinya penunjang, pelengkap atau penyedia, sehingga pengertian Utilities dalam industri pengolahan migas adalah mempunyai tugas dan fungsi sebagai sarana penyedia tenaga, sehingga

Lebih terperinci

QUALITY OF SERVICE PID PREDIKTIF PADA NETWORKED CONTROL SYSTEM DENGAN VARIABEL WAKTU TUNDA DAN KEGAGALAN PENGIRIMAN DATA MONDA PERDANA

QUALITY OF SERVICE PID PREDIKTIF PADA NETWORKED CONTROL SYSTEM DENGAN VARIABEL WAKTU TUNDA DAN KEGAGALAN PENGIRIMAN DATA MONDA PERDANA QUALITY OF SERVICE PID PREDIKTIF PADA NETWORKED CONTROL SYSTEM DENGAN VARIABEL WAKTU TUNDA DAN KEGAGALAN PENGIRIMAN DATA MONDA PERDANA 2211105052 Ujian Tugas Akhir Bidang Studi Teknik Sistem Pengaturan,

Lebih terperinci

Pengendali Temperatur Fluida Pada Heat Exchanger Dengan Menggunakan Algoritma Model Predictive Control (MPC)

Pengendali Temperatur Fluida Pada Heat Exchanger Dengan Menggunakan Algoritma Model Predictive Control (MPC) JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) A-134 Pengendali Temperatur Fluida Pada Heat Exchanger Dengan Menggunakan Algoritma Model Predictive Control (MPC) Fathimah

Lebih terperinci

ANALISIS KONSUMSI BAHAN BAKAR PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP ( PLTU ) UNIT 3 DAN 4 GRESIK

ANALISIS KONSUMSI BAHAN BAKAR PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP ( PLTU ) UNIT 3 DAN 4 GRESIK Wahana Teknik Vol 02, Nomor 02, Desember 2013 Jurnal Keilmuan dan Terapan teknik Hal 70-80 ANALISIS KONSUMSI BAHAN BAKAR PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP ( PLTU ) UNIT 3 DAN 4 GRESIK Wardjito, Sugiyanto

Lebih terperinci

Pengendalian Persediaan Bahan Kimia di UBOH PLTU Banten 1 Suralaya PT. Indonesia Power

Pengendalian Persediaan Bahan Kimia di UBOH PLTU Banten 1 Suralaya PT. Indonesia Power Pengendalian Persediaan Bahan Kimia di UBOH PLTU Banten 1 Suralaya PT. Indonesia Power Dyah L.Trenggonowati Teknik Industri Fakultas Teknik, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Cilegon, Indonesia Email:

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimen semu (quasi experiment). Menurut Suryabrata (2010 : 92) tujuan

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimen semu (quasi experiment). Menurut Suryabrata (2010 : 92) tujuan 41 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian eksperimen semu (quasi experiment). Menurut Suryabrata (2010 : 92) tujuan penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (BFO, mei 2010), mendorong kilang-kilang kelas dunia terus berusaha memperbaiki

BAB I PENDAHULUAN. (BFO, mei 2010), mendorong kilang-kilang kelas dunia terus berusaha memperbaiki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam bisnis kilang modern yang sangat dinamis dan kompetitif (BFO, mei 2010), mendorong kilang-kilang kelas dunia terus berusaha memperbaiki performance operasionalnya

Lebih terperinci

Pembuatan Operator Training Simulator Proses Sintesis Pabrik Urea Menggunakan Fasilitas Function Block Pada Distributed Control System

Pembuatan Operator Training Simulator Proses Sintesis Pabrik Urea Menggunakan Fasilitas Function Block Pada Distributed Control System Pembuatan Operator Training Simulator Proses Sintesis Pabrik Urea Menggunakan Fasilitas Function Block Pada Distributed Control System Abstrak Adjie Ridhonmas, Estiyanti Ekawati, dan Agus Samsi Program

Lebih terperinci

PRISMA FISIKA, Vol. III, No. 3 (2015), Hal ISSN :

PRISMA FISIKA, Vol. III, No. 3 (2015), Hal ISSN : PRISMA FISIKA, Vol. III, No. (05), Hal. 79-86 ISSN : 7-80 Pemodelan Kebutuhan Daya Listrik Di Pt. PLN (Persero) Area Pontianak dengan Menggunakan Metode Gauss-Newton Mei Sari Soleha ), Joko Sampurno *),

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

BAB IV HASIL DAN ANALISIS BAB IV HASIL DAN ANALISIS Gambar 4.1 Lokasi PT. Indonesia Power PLTP Kamojang Sumber: Google Map Pada gambar 4.1 merupakan lokasi PT Indonesia Power Unit Pembangkitan dan Jasa Pembangkitan Kamojang terletak

Lebih terperinci

PENGOPERASIAN OPTIMUM SISTEM TENAGA LISTRIK

PENGOPERASIAN OPTIMUM SISTEM TENAGA LISTRIK PENGOPERASIAN OPTIMUM SISTEM TENAGA LISTRIK Ontoseno Penangsang Text Book : Power Generation Operation and Control Allen J. Wood & Bruce F. Wollenberg Power System Analysis Hadi Saadat INTRODUCTION Acquaint

Lebih terperinci

PROPOSAL PENELITIAN. Oleh : Randi Nugraha Putra ( )

PROPOSAL PENELITIAN. Oleh : Randi Nugraha Putra ( ) JURUSAN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2011 PROPOSAL PENELITIAN Oleh : Randi Nugraha Putra (1309 106 005) 1 PENDAHULUAN 2 LANDASAN

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM. Pengujian dilakukan dengan menghubungkan Simulator Plant dengan

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM. Pengujian dilakukan dengan menghubungkan Simulator Plant dengan BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM Pengujian dilakukan dengan menghubungkan Simulator Plant dengan menggunakan PLC FX series, 3 buah memori switch on/of sebagai input, 7 buah pilot lamp sebagai output

Lebih terperinci

BAB III DASAR TEORI SISTEM PLTU

BAB III DASAR TEORI SISTEM PLTU BAB III DASAR TEORI SISTEM PLTU Sistem pembangkit listrik tenaga uap (Steam Power Plant) memakai siklus Rankine. PLTU Suralaya menggunakan siklus tertutup (closed cycle) dengan dasar siklus rankine dengan

Lebih terperinci