DRAFT Kebijakan Tata Kelola GCF Untuk Dipertimbangkan Anggota GCF 10 Agustus 2011

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DRAFT Kebijakan Tata Kelola GCF Untuk Dipertimbangkan Anggota GCF 10 Agustus 2011"

Transkripsi

1 DRAFT Kebijakan Tata Kelola GCF Untuk Dipertimbangkan Anggota GCF 10 Agustus 2011 I. Pengantar Rencana Aksi Bersama GCF tahun menetapkan tujuan-tujuan GCF, dan berisi tiga halaman yang dititikberatkan pada Komposisi, Tata Kelola, dan Tanggung Jawab GCF. 1 Pada Pertemuan GCF ke-4 di Santarém, Pará, bulan September 2010, GCF menyediakan satu hari penuh untuk diskusi mendalam mengenai hal-hal ini serta isu-isu lainnya, untuk menilai masukan dan kepedulian para anggota terhadap tujuan, struktur, peran, tanggung jawab, dan prosedur tata kelola GCF. 2 Prosedur yang digunakan untuk sesi Santarém dan semua masukan yang diterima dari para anggota pada hari itu tersedia dalam Lampiran 1 dokumen ini, yang menjadi dasar bagi Usulan Kebijakan Tata Kelola GCF ini. Di Santarém, para anggota menetapkan bahwa Sekretariat GCF, lewat koordinasi dengan sebuah kelompok ad-hoc beranggotakan tujuh perwakilan GCF sukarela, 3 akan mengembangkan suatu draft Kebijakan Tata Kelola untuk melengkapi ketentuan-ketentuan Rencana Aksi Bersama mengenai Komposisi, Tata Kelola, dan Tanggung Jawab. Para anggota GCF mengidentifikasi isu-isu prioritas berikut untuk dipertimbangkan dalam Kebijakan Tata Kelola (diurutkan berdasarkan kepentingannya bagi para anggota): 1. Tata kelola umum 2. Kebijakan pengambilan keputusan 3. Kebijakan keanggotaan 4. Prosedur badan teknis/penasihat 5. Prosedur pertemuan Kebijakan pelibatan stakeholder dan strategi penggalangan dana juga diidentifikasi sebagai hal yang penting, tetapi Tugas 4 telah menyelesaikan sebuah Kebijakan Pelibatan Stakeholder secara terpisah, 4 dan sebuah strategi penggalangan dana difokuskan di tahun 2011 pada pengembangan Dana GCF sebagai bagian dari tanggung jawab Tugas 2 (Peluang Pendanaan). Sekretariat menyerahkan usulan dokumen ini untuk ditinjau oleh anggota kelompok ad-hoc selain yang sudah disebutkan di atas, oleh Koordinator Negara di Brazil dan Indonesia untuk didiskusikan antar negara bagian dan propinsi, dan oleh anggota GCF di AS, Meksiko, dan Nigeria secara langsung. Silakan kirimkan semua suntingan, saran, dan komentar lainnya ke julie.teel@colorado.edu sampai hari Jumat, 26 Agustus Revisi Dokumen Tata Kelola akan siap untuk disetujui oleh GCF pada Pertemuan Tahunan di Kalimantan Tengah, Indonesia. Semua petunjuk dari Rencana Aksi Bersama akan disebutkan secara khusus jika relevan. Jika tidak disebutkan secara khusus, teks di bawah mewakili rekomendasi dan persyaratan yang baru. 1 Rencana Aksi Bersama GCF (Agustus 2009), halaman 8-10, tersedia di pdf. 2 Proses ini difasilitasi oleh Luis Meneses (mantan konsultan GCF) dan Paul DeLong (mantan perwakilan GCF dari negara bagian Wisconsin). 3 Juliane Mello (Amazonas) (berhalangan utk membantu pasca-santarem); Natalie Unterstell (Amazonas) (tidak lagi bekerja untuk pemerintah negara bagian); Yakob Ishademy (Aceh); Ilarius Wibisono (Aceh); Arikpo Arikpo (Cross River); Monica de Los Rios (Acre); dan Paul DeLong (Wisconsin) (Gubernur baru Wisconsin telah mengundurkan diri dari GCF). 4 Dokumen Panduan Pelibatan Stakeholder GCF, versi 1 (Oktober 2011), dapat dilihat di (versi final sedang dalam proses penerjemahan) DRAFT Kebijakan Tata Kelola GCF 1

2 II. Tata Kelola Umum A. Struktur Tata Kelola B. Peran dan Tanggung Jawab Badan dan Peserta Tata Kelola GCF 1. Gubernur Para Gubernur GCF diwajibkan menunjuk dua perwakilan untuk GCF (Rencana Aksi Bersama halaman 8). Mereka juga diharapkan untuk menyediakan masukan tingkat tinggi bagi proses GCF, memastikan delegasi GCF memperoleh waktu dan sumber daya yang diperlukan untuk berpartisipasi dalam proses GCF, dan memfasilitasi kelancaran peralihan ke kepemimpinan yang baru jika berkenaan. 2. Majelis GCF Majelis GCF mengacu pada badan para perwakilan negara bagian dan propinsi anggota GCF, yang mengambil keputusan penting atas mengenai persoalan-persoalan kunci untuk GCF (Rencana Aksi Bersama halaman 9). Majelis GCF terdiri dari 2 perwakilan yang dipilih oleh Gubernur dari masing-masing negara bagian dan propinsi anggota (Rencana Aksi Bersama halaman 8). 5 Para Gubernur dapat menunjuk individu dari NGO dan lembaga lain untuk bertindak sebagai perwakilan dari negara bagian dan propinsi bersangkutan (Rencana Aksi Bersama halaman 8). Tiap negara bagian/propinsi anggota GCF dapat menunjuk pengamat tambahan, peserta dari pemerintah yang tidak memiliki hak suara dalam kegiatan GCF dari negara bagian/propinsi mereka (Rencana Aksi Bersama halaman 8). 5 Para negara bagian dan propinsi pendiri adalah Acre, Amapá, Amazonas, Mato Grosso, Pará, Aceh, Papua, California, Illinois, dan Wisconsin (yang mundur pada tahun 2011). Anggota GCF 2011 lainnya adalah Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, Negara Bagian Cross River, Chiapas dan Campeche. DRAFT Kebijakan Tata Kelola GCF 2

3 Mulai tahun 2011, Majelis GCF bertemu setahun sekali dan (secara lebih informal) pada Konferensi Para Pihak UNFCCC. Majelis GCF bertanggung jawab untuk mengambil keputusan penting yang berhubungan dengan kegiatan GCF, termasuk menyetujui dokumen kebijakan kunci GCF, penerimaan anggota baru, dan perubahan mendasar dalam peran atau komposisi GCF. Majelis GCF juga mengawasi kerja Sekretariat, Koordinator, dan Badan Penasihat Teknis GCF. Majelis GCF dipimpin oleh negara bagian atau propinsi Ketua yang menjabat selama satu tahun kalender (Rencana Aksi Bersama halaman 8) (lihat Ketua di bawah). Negara bagian/propinsi pengamat beserta perwakilan pemerintah dan stakeholder lainnya diizinkan untuk menghadiri pertemuan-pertemuan GCF dan memberikan masukan kepada GCF dan Badan Penasihat Teknis, dengan pengecualian untuk sesi tertutup yang hanya terbatas untuk para anggota GCF (lihat Pengamat di bawah). 3. Anggota & Perwakilan GCF (lihat juga Kebijakan tentang Anggota Baru di bawah) Anggota GCF adalah para negara bagian dan propinsi yang (1) merupakan anggota kelompok pendiri (penanda tangan Nota Kesepahaman 2008 dan Acre, lihat supra fn 5); atau (2) dicalonkan oleh salah satu anggota pendiri GCF dan disetujui keanggotaan formalnya berdasarkan konsensus (lihat Pengambilan Keputusan di bawah) oleh Majelis GCF (Rencana Aksi Bersama halaman 8-9). Anggota diharapkan untuk: 6 1. Mengambil keputusan penting tentang rekomendasi untuk melaksanakan ketentuan-ketentuan Nota Kesepahaman di sektor kehutanan (Rencana Aksi Bersama halaman 10). 2. Bekerja dengan anggota lain untuk mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan GCF dengan pemerintah nasional masing-masing (Rencana Aksi Bersama halaman 10). 3. Merespon komunikasi dan hasil kerja GCF. 4. Menghadiri dan berpartisipasi aktif dalam pertemuan-pertemuan GCF dan Badan Penasihat Teknis GCF. 5. Berhubungan dengan stakeholder di propinsi/negara bagian masing-masing. 6. Mencalonkan stakeholder Membentuk dan membubarkan badan-badan Teknis/Penasihat. 8. Mencalonkan perwakilan teknis untuk berpartisipasi dalam badan-badan Teknis/Penasihat. 9. Membantu Sekretariat dalam mengidentifikasi dukungan konsultan dan ahli yang diperlukan. 10. Memastikan kelancaran peralihan antar administrasi dan selama pergantian staff. 11. Mensosialisasikan informasi tentang kegiatan-kegiatan GCF. 12. Mengidentifikasi dukungan kelembagaan dan pendanaan untuk kegiatan GCF mereka. 13. Secara rutin menginformasikan perkembangan REDD+ terkini di negara bagian/propinsi masingmasing kepada para anggota, Koordinator dan Sekretariat GCF, termasuk lewat Database Pengetahuan REDD+ GCF. 4. Ketua 8 Majelis GCF dipimpin oleh seorang Ketua. Jabatan Ketua GCF digilir setiap tahun dan harus dipegang oleh negara bagian atau propinsi dan negara yang berbeda setiap tahunnya (Rencana Aksi Bersama halaman 8). Ketua diseleksi dan dipilih oleh Majelis dan mengawali tugasnya pada tanggal 1 tahun berikutnya. Ketua diharapkan untuk: 6 Catatan: Kebanyakan/sebagian besar dari harapan-harapan ini merupakan masukan dari Brasil. Perlu dipertimbangkan apakah hendak dilakukan penyederhanaan, penambahan yang lain, dll. 7 Catatan: ini adalah rekomendasi dari Brasil, diperlukan klarifiksi mengenai apa yang mereka maksudkan. 8 Catatan: pihak Indonesia menginginkan ketua bersama, satu dari negara bagian/propinsi dari negara berkembang, satu dari negara bagian/propinsi peminta. Tapi dengan hanya ada 2 sisi permintaan, CA dan IL, hal ini tidak terlalu memungkinkan. DRAFT Kebijakan Tata Kelola GCF 3

4 1. Membantu mengatur dan menentukan agenda untuk pertemuan Majelis GCF. 2. Berkoordinasi dengan Sekretariat untuk memimpin Pertemuan Majelis GCF. 3. Menyusun rencana kerja tahunan dengan Sekretariat dan anggota. 4. Mengidentifikasi dan memastikan pendanaan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan GCF. 5. Berkoordinasi dengan negara bagian dan propinsi anggota GCF melalui pertemuan rutin (telepon dan sebaliknya). 6. Membantu dalam isu-isu dan perekrutan anggota baru (terutama dari sisi permintaan). 7. Membantu dalam penjangkauan dan koordinasi stakeholder/antar pemerintah. 8. Melakukan proses pengambilan keputusan dan konsultasi dengan anggota ketika ada kebutuhan untuk tindakan-tindakan serupa di luar Pertemuan Majelis GCF. 5. Sekretariat Sekretariat GCF terdiri dari beberapa staf profesional bayaran yang saat ini berbasis di Universitas Colorado. Sekretariat GCF memiliki kewenangan untuk mengkoordinasikan kerja GCF, menjaga kelancaran upayaupaya GCF, dan memastikan kelangsungan upaya-upaya GCF. Sekretariat bertanggung jawab untuk: 1. Berkomunikasi dengan Ketua dan anggota Majelis GCF dengan menggunakan metode yang menjaga kejelasan dan keterbukaan jalur komunikasi. 2. Melaksanakan keputusan dan perencanaan strategis yang disetujui oleh negara bagian/propinsi anggota. 3. Memastikan bahwa hasil kerja terselesaikan dan tenggat waktu dipenuhi oleh kelompok kerja dan konsultan GCF. 4. Bekerja dengan para anggota untuk menghasilkan dan meninjau dokumen latar belakang untuk pertemuan GCF dan laporan GCF lainnya. 5. Berhubungan dengan para anggota, donor, NGO, serta stakeholder dan mitra lainnya atas nama GCF. 6. Membantu dalam penjangkauan dan koordinasi dengan komunitas kebijakan REDD yang lebih luas. 7. Terus memberikan informasi kepada GCF mengenai isu-isu relevan dalam perdebatan kebijakan REDD yang lebih luas yang dapat mempengaruhi proses GCF. 8. Mengawasi proses GCF, administasi hibah, dan pengelolaan proyek, termasuk mengkoordinasikan semua laporan teknis dan keuangan kepada para donor, mengkoordinasikan dan membantu memfasilitasi pertemuan dan kegiatan antara negara bagian, konsultan, dan stakeholder, dan menyewa konsultan Badan Teknis/Penasihat. 6. Badan-Badan Teknis/Penasihat & Konsultan (lihat juga Prosedur tentang nbadan Teknis/Penasihat di bawah) Badan-Badan Teknis/Penasihat GCF menyusun rekomendasi sehubungan dengan infrastruktur regulasi dan kelembagaan yang diperlukan untuk menghasilkan offset yang memenuhi tingkat kepatuhan dari kegiatan REDD dan kegiatan karbon hutan internasional lainnya. GCF saat ini memiliki 7 Badan Teknis/Penasihat: 3 Kelompok Kerja yang dibentuk pada tahun 2009, dan 4 Kelompok Tugas yang dibentuk pada bulan Mei 2010 khusus untuk memandu kegiatan dari Aceh hingga Saat ini Kelompok Kerja sedang tidak aktif karena GCF berfokus pada pelaksanaan mandat Kelompok Tugas. Sekretariat GCF dan Kelompok Kerja/Kelompok Tugas dapat menyelenggarakan lokakarya teknis untuk menghasilkan kerja teknis spesifik isu, yang hasilnya akan dilaporkan kepada Majleis GCF. Konsultan GCF adalah individu atau organisasi yang disewa oleh Sekretariat GCF dalam menanggapi kebutuhan Majelis GCF atau Badan Penasihat Teknis untuk menyusun hasil kerja khusus sebagai pertimbangan GCF. 9 9 Sampai saat ini, GCF menyewa John Nickerson (CAR 2009), Terra Global Capital (Kelompok Kerja 2, Tugas 1, 2010), John O. Niles/Kelompok Hutan Tropis, (Tugas 1, 2, ), Luis Meneses (Tugas 3 Brazil, 2010), Emerald Planet/Jim Davie & Toby Garrit (Tugas 3 Indonesia, ), dan Keyvan Izadi (Tugas 3, asisten Pertemuan Tahunan, Musim Panas/Gugur 2011) untuk hasil kerja tertentu. DRAFT Kebijakan Tata Kelola GCF 4

5 7. Koordinator GCF Pada tahun 2010, GCF membentuk posisi Koordinator GCF untuk 5 negara bagian anggota GCF di Brasil dan 5 propinsi anggota GCF di Indonesia. Negara bagian/propinsi tersebut terlibat dalam proses seleksi dan pembaruan untuk posisi Koordinator. Koordinator GCF diharapkan untuk: 1. Berkomunikasi secara rutin dengan para negara bagian/propinsi anggota GCF untuk memberikan masukan bagi Ketua, Sekretariat, dan Koordinator Negara untuk Indonesia. 2. Memfasilitasi peluang pertukaran informasi dan dukungan teknis bagi para negara bagian/propinsi anggota GCF. 3. Berperan sebagai penghubung bagi para negara bagian/propinsi untuk bekerja sama di antara mereka dan dengan pemerintah federal dalam upaya untuk mengembangkan pendekatan umum terhadap REDD. 4. Membantu dalam upaya mengembangkan kerja sama yang lebih dalam dengan mitra saat ini dan mendatang. 5. Membantu dalam penyelenggaraan dan partisipasi negara bagian/propinsi dalam pertemuanpertemuan GCF. 6. Berpartisipasi dalam Badan-Badan Teknis/Penasihat. 7. Memfasilitasi peluang pertukaran informasi dan dukungan teknis bagi para negara bagian/propinsi anggota GCF. 8. Berperan sebagai penghubung bagi para negara bagian/propinsi untuk bekerja sama di antara mereka dalam upaya untuk mengembangkan pendekatan umum untuk REDD. 9. Membantu dalam penyelenggaraan partisipasi negara bagian/propinsi dalam pertemuan-pertemuan GCF. 10. Membantu dalam penerjemahan dokumen dan komunikasi GCF. 11. Meneruskan catatan pertemuan dan dokumen lain yang terkait yang telah disetujui oleh negara bagian dan propinsi di Indonesia atau Brasil kepada Sekretariat. Sekretariat GCF menjalankan peran ini secara informal untuk California, Illinois, Campeche, Chiapas, dan Negara Bagian Cross River. 8. Pengamat (lihat juga Prosedur tentang Pengamat & Anggota Baru di bawah) Pengamat adalah negara bagian dan propinsi yang diundang GCF untuk menghadiri pertemuan Majelis GCF dan juga berpartisipasi dalam kegiatan terbuka GCF. Mereka dicalonkan untuk peran ini oleh salah satu dari 15 anggota GCF saat ini, yang harus meminta dan mendapatkan persetujuan pengamat bersangkutan berdasarkan konsensus dari para anggota GCF (lihat Prosedur di bawah). Meskipun tidak ada aturan resmi mengenai keikutsertaan, pengamat diharapkan berpartisipasi dalam semua sesi pertemuan Majelis GCF, kecuali untuk sesi bisnis GCF yang tertutup. Umumnya, GCF tidak mendukung pendanaan bagi pengamat untuk menghadiri pertemuan Majelis GCF. Namun, dalam beberapa tahun ke depan, GCF akan memiliki jumlah dana yang cukup untuk membiayai keikutsertaan pengamat dalam Pertemuan Tahunan. 9. Stakeholder Stakeholder GCF adalah organisasi non-pemerintah (perwakilan dari entitas non-negara bagian/propinsi, termasuk organisasi nirlaba, akademisi, sektor swasta, dan organisasi antarpemerintah) dan individu yang telah menyatakan minatnya untuk terlibat dalam kegiatan-kegiatan GCF. Keikutsertaan mereka ini mungkin lewat salah satuberikut (1) salah satu anggota GCF mengundang mereka untuk berpartisipasi dalam sebuah Badan Penasihat Teknis GCF; (2) stakeholder bersangkutan menyatakan minat untuk tetap diinformasikan DRAFT Kebijakan Tata Kelola GCF 5

6 mengenai kegiatan GCF; dan/atau (3) stakeholder bersangkutan menyatakan minat untuk menghadiri sesi terbuka dari lokakarya atau pertemuan GCF (sampai saat ini, pertemuan GCF selalu terbuka untuk setiap individu yang berminat, hanya dibatasi oleh tempat dan sumber daya yang ada). Informasi lebih lanjut mengenai keterlibatan stakeholder tersedia dalam Dokumen Petunjuk GCF tentang Pelibatan Stakeholder Mitra/Donor Mitra/donor GCF meliputi lembaga yang menyediakan dukungan bagi GCF, terutama penyandang dana proyek sampai saat ini, yaitu the Gordon and Betty Moore Foundation (2009, 2010, 2011), ClimateWorks Foundation (2010, 2011), dan the David and Lucile Packard Foundation (2009). III. Prosedur tentang pengambilan keputusan Setiap negara bagian dan propinsi anggota memiliki satu (1) anggota dengan hak suara dan keputusan diambil berdasarkan konsensus jika memungkinkan (Rencana Aksi Bersama halaman 8). 2. Jika tidak tercapai konsensus, suara terbanyaklah yang diikuti, dengan memperhatikan perbedaan pendapat atau pandangan alternatif (Rencana Aksi Bersama halaman 8). IV. Prosedur tentang pengamat & anggota baru A. Pengamat 1. Pengamat adalah negara bagian dan propinsi yang diundang GCF untuk menghadiri sebuah pertemuan Majelis GCF dan juga berpartisipasi dalam kegiatan terbuka GCF (lihat di atas). 2. Mereka dicalonkan untuk peran ini oleh salah satu dari 15 anggota GCF saat ini, yang harus meminta dan mendapatkan persetujuan pengamat bersangkutan berdasarkan konsensus dari para anggota GCF (lihat di atas). 3. Pencalonan pengamat harus disertai dengan surat pernyataan minat (Letter of Interest) dari pejabat tinggi di negara bagian/propinsi pengamat yang diusulkan, yang menjelaskan minatnya dalam GCF dan REDD dan berisi siapa perwakilan yang ditunjuk untuk berhubungan dengan GCF. 4. Pengamat boleh berpartipasi dalam semua sesi pertemuan Majelis GCF, kecuali sesi-sesi tertutup yang hanya ditujukan untuk para negara bagian dan propinsi anggota. 5. Negara bagian pengamat dapat menyatakan minatnya untuk menjadi anggota penuh kepada anggota pendiri GCF, yang kemudian akan memulai proses anggota baru seperti yang dijelaskan di bawah. Pengamat juga dapat memilih untuk tetap sebagai pengamat. 6. Pengamat juga dapat memasukkan perwakilan dari lembaga pemerintah internasional, federal, dan lokal yang hanya tertarik untuk mengamati Majelis GCF dan terus diinformasikan tentang kegiatan-kegiatan GCF, tetapi mereka tidak memenuhi syarat untuk menjadi anggota penuh. 7. Umumnya, tidak ada pendanaan untuk mendukung kehadiran pengamat pada pertemuan-pertemuan GCF. B. Anggota Baru Catatan: tidak jelas bagaimana jika ada rincian tambahan yang hendak dicantumkan oleh para anggota. Akan sangat membantu untuk mendapatkan masukan apakah ini sudah memadai. DRAFT Kebijakan Tata Kelola GCF 6

7 1. Salah satu anggota pendiri GCF (California, Illinois, Acre, Amapa, Amazonas, Para, Mato Grosso, Aceh, dan Papua) harus menyerahkan surat pencalonan resmi untuk negara bagian/propinsi anggota baru yang diusulkan (Rencana Aksi Bersama halaman 9) yang menjelaskan mengapa negara bagian/propinsi tersebut layak diterima ke dalam GCF. 2. Pencalonan anggota baru harus disertai sepucuk surat dari Gubernur calon negara bagian/propinsi yang bersangkutan, yang menunjukkan siapa yang akan menjadi perwakilan GCF negara bagian/propinsi tersebut, menjelaskan minat negara bagian/propinsi tersebut untuk menjadi anggota, dan menyediakan informasi latar belakang mengenai hutan, penyebab dan laju deforestasi, pengalaman dengan REDD+, undang-undang, kebijakan, proyek dan program terkait REDD+ di negara bagian/propinsi tersebut (baik yang sedang berjalan maupun baru direncanakan), serta informasi terkait lainnya Pemungutan suara untuk anggota baru harus dilangsungkan pada pertemuan Majelis GCF, kecuali dalam situasi khusus. 4. Anggota baru harus disetujui lewat konsensus (Rencana Aksi Bersama halaman 9). 5. Anggota baru akan memiliki hak-hak yang sama dengan anggota pendiri (Rencana Aksi Bersama halaman 8). 6. Anggota baru diwajibkan untuk mengadopsi semua dokumen kunci GCF (Rencana Aksi Bersama halaman 9). 7. Anggota baru diharapkan untuk terlibat sebagaimana diuraikan dalam Bagian 3 (Anggota & Perwakilan GCF) di atas. V. Prosedur tentang badan teknis/penasihat Majelis GCF membentuk Badan-Badan Teknis/Penasihat lewat konsensus. 2. Badan-Badan Teknis/Penasihat GCF menyusun rekomendasi sehubungan dengan infrastruktur regulasi dan kelembagaan yang diperlukan untuk menghasilkan offset yang memenuhi tingkat kepatuhan dari kegiatan REDD dan kegiatan karbon hutan internasional lainnya. 3. Badan-Badan Teknis/Penasihat, dengan berkoordinasi dengan Sekretariat, dapat merekrut anggota GCF, stakeholder, dan konsultan swasta untuk berpartisipasi dan menghasilkan produk kerja Badan-Badan Teknis/Penasihat. 4. Kelompok Kerja/Kelompok Tugas GCF melapor kepada Majelis GCF dan diawasi oleh Pimpinan (Lead) (baik yang ditunjuk oleh Majelis GCF maupun oleh anggota Kelompok Kerja/Kelompok Tugas) dan Sekretariat Pimpinan bertanggung jawab untuk merumuskan tujuan Badan, menyusun tenggat waktu untuk hasil kerjanya, mendedikasikan waktu untuk penyelesaian hasil kerja (termasuk bersama Sekretariat mengawasi setiap konsultan yang disewa oleh Kelompok Kerja/Kelompok Tugas untuk tujuan ini serta ikut serta bersama para anggota Kelompok 12 Catatan: telah ada diskusi sebelumnya mengenai apakah diperlukan kriteria keanggotaan tambahan (perekrutan, penghapusan/pengunduran diri anggota) hal ini masih menjadi pertanyaan terbuka. 13 Catatan: Kita memerlukan panduan lebih lanjut mengenai apa yang ingin dilihat oleh negara bagian/propinsi di sini. Kita dapat menambahkan persyaratan (seperti yang diusulkan oleh salah satu anggota di Santarem) di mana anggota GCF diwajibkan untuk berpartisipasi secara aktif pada setidaknya satu Badan Teknis/Penasihat. Namun, pada kenyataannya, amat sulit mendapatkan masukan dan partisipasi para negara bagian dan propinsi dari tahun ke tahun. Pada praktiknya, kebanyakan belum memiliki waktu untuk terlibat. 14 Catatan: saat ini, keempat Kelompok Tugas diawasi dan dipimpin oleh Sekretariat. Sangat sulit untuk membuat perwakilan negara bagian/propinsi berpartisipasi dalam kelompok-kelompok ini secara nyata dan rutin dari tahun ke tahun. Biasanya, meskipun ada pimpinan negara bagian/propinsi yang ditunjuk, yang memiliki waktu untuk melakukan kerja yang dibutuhkan adalah Sekretariat, Koordinator, dan konsultan. Akibatnya, pendekatan saat ini adalah menyusun tujuan keempat Kelompok Kerja dan mengirimkan berita dan hasil kerja ke Koordinator Negara dan semua anggota GCF untuk ditinjau jika sudah siap untuk mendapatkan masukan. Kita perlu mendiskusikan pendekatan apa yang diinginkan dan praktis di sini. DRAFT Kebijakan Tata Kelola GCF 7

8 untuk memberikan masukan), dan mendorong partisipasi dan masukan dari stakeholder ke dalam produk kerjanya. 6. Sekretariat dan Kelompok Kerja/Kelompok Tugas GCF dapat menyelenggarakan lokakarya teknis untuk menghasilkan kerja teknis spesifik isu, yang hasilnya akan dilaporkan kepada Majelis GCF. VI. Prosedur tentang pertemuan Ada satu Pertemuan Tahunan GCF setiap tahunnya 16 dan satu pertemuan yang tidak begitu formal pada Konferensi Para Pihak UNFCCC (lihat di atas). 2. Agenda untuk pertemuan-pertemuan ini disusun oleh Ketua, Sekretariat, dan Koordinator, dengan masukan dari para anggota dan konsultan GCF. 3. Ketua melangsungkan Pertemuan Tahunan dengan bantuan dari Sekretariat dan Koordinator. 4. Partisipasi bersifat terbuka bagi stakeholder jika memungkinkan, tetapi beberapa pertemuan atau sesi memiliki kapasitas yang terbatas dan/atau bersifat tertutup karena menyangkut penyelesaian masalah internal GCF. 5. Lokakarya dan pertemuan tambahan berlangsung di daerah GCF, tergantung pada prioritas dan dana yang tersedia untuk tahun yang bersangkutan. 15 Catatan: apa lagi yang menurut para negara bagian lebih diperlukan? Pertemuan-pertemuan kita telah berlangsung dengan cukup baik. Silakan dapatkan panduan lebih lanjut mengenai apa yang ingin dilihat negara bagian/propinsi kami tidak ingin menambah terlalu banyak rincian di sini yang membatasi kemampuan GCF untuk membuat berbagai macam agenda berdasarkan kebutuhan dan prioritas tahun tersebut. 16 Catatan: lokasi Pertemuan Tahunan bergilir, tidak pernah ada satu lokasi yang digunakan dua kali berturut-turut, tetapi tidak ada peraturan GCF yang mengatur mengenai hal ini. Mungkin merupakan ide yang baik untuk membiarkan hal ini tetap fleksibel karena bahkan mungkin masuk akal juga untuk mengadakan Pertemuan Tahunan di luar negara bagian dan propinsi anggota demi kemudahan perjalanan, karena bertepatan dengan peristiwa penting atau kesempatan lainnya, dll. DRAFT Kebijakan Tata Kelola GCF 8

AGENDA PERTEMUAN SATUAN TUGAS IKLIM DAN KEHUTANAN GUBERNUR. September 13 17, 2010 Hotel Barrudada Tropical Santarém, Brasil

AGENDA PERTEMUAN SATUAN TUGAS IKLIM DAN KEHUTANAN GUBERNUR. September 13 17, 2010 Hotel Barrudada Tropical Santarém, Brasil AGENDA PERTEMUAN SATUAN TUGAS IKLIM DAN KEHUTANAN GUBERNUR September 13 17, 2010 Hotel Barrudada Tropical Santarém, Brasil Minggu, September 12, 2010 o Kedatangan Ketua GCF, Pimpinan dan Anggota Satgas

Lebih terperinci

Draft Dokumen Panduan: Kebijakan Keterlibatan Stakeholder Untuk Satgas Iklim dan Kehutanan [Governors Climate and Forest (GCF) Task Force]

Draft Dokumen Panduan: Kebijakan Keterlibatan Stakeholder Untuk Satgas Iklim dan Kehutanan [Governors Climate and Forest (GCF) Task Force] Draft Dokumen Panduan: Kebijakan Keterlibatan Stakeholder Untuk Satgas Iklim dan Kehutanan [Governors Climate and Forest (GCF) Task Force] Kelompok Ad-Hoc Keterlibatan GCF-Stakeholder 18 Agustus 2010 Satgas

Lebih terperinci

Dokumen Latar Belakang untuk Keterlibatan Stakeholder dalam Satgas Iklim dan Kehutanan Gubernur.

Dokumen Latar Belakang untuk Keterlibatan Stakeholder dalam Satgas Iklim dan Kehutanan Gubernur. Dokumen Latar Belakang untuk Keterlibatan Stakeholder dalam Satgas Iklim dan Kehutanan Gubernur. The Governors Climate and Forests Task Force (GCF) adalah upaya multi-jurisdiksi yang unik antara 14 negara

Lebih terperinci

Deklarasi Rio Branco. Membangun Kemitraan dan Mendapatkan Dukungan untuk Hutan, Iklim dan Mata Pencaharian

Deklarasi Rio Branco. Membangun Kemitraan dan Mendapatkan Dukungan untuk Hutan, Iklim dan Mata Pencaharian Satuan Tugas Hutan dan Iklim Gubernur (GCF) Deklarasi Rio Branco Membangun Kemitraan dan Mendapatkan Dukungan untuk Hutan, Iklim dan Mata Pencaharian Rio Branco, Brasil 11 Agustus 2014 Kami, anggota Satuan

Lebih terperinci

Pendanaan Iklim dan Kehutanan Gubernur

Pendanaan Iklim dan Kehutanan Gubernur Pendanaan Iklim dan Kehutanan Gubernur REDD+ telah menjadi hal yang menonjol dalam beberapa tahun terakhir sebagai salah satu dari sedikit hal menyangkut konsensus dalam kebijakan politik internasional.

Lebih terperinci

Climate and Land Use Alliance (CLUA) Evaluasi independen atas hibah kepada. Satuan Tugas Hutan dan Iklim Gubernur (GCF) Michael P. Wells & Associates

Climate and Land Use Alliance (CLUA) Evaluasi independen atas hibah kepada. Satuan Tugas Hutan dan Iklim Gubernur (GCF) Michael P. Wells & Associates Climate and Land Use Alliance (CLUA) Evaluasi independen atas hibah kepada Satuan Tugas Hutan dan Iklim Gubernur (GCF) Michael P. Wells & Associates 10 Maret 2014 DRAF Pendekatan Evaluasi ini akan dilakukan

Lebih terperinci

STATUTA INSTITUT INTERNASIONAL UNTUK DEMOKRASI DAN PERBANTUAN PEMILIHAN UMUM*

STATUTA INSTITUT INTERNASIONAL UNTUK DEMOKRASI DAN PERBANTUAN PEMILIHAN UMUM* STATUTA INSTITUT INTERNASIONAL UNTUK DEMOKRASI DAN PERBANTUAN PEMILIHAN UMUM* Institut Internasional untuk Demokrasi dan Perbantuan Pemilihan Umum didirikan sebagai organisasi internasional antar pemerintah

Lebih terperinci

STATUTA ASOSISI MAHKAMAH KONSTITUSI DAN INSTITUSI SEJENIS SE-ASIA

STATUTA ASOSISI MAHKAMAH KONSTITUSI DAN INSTITUSI SEJENIS SE-ASIA STATUTA ASOSISI MAHKAMAH KONSTITUSI DAN INSTITUSI SEJENIS SE-ASIA Pembukaan Presiden atau Kepala mahkamah konstitusi dan institusi sejenis yang melaksanakan kewenangan konstitusional di Asia: MENGINGAT

Lebih terperinci

Kegiatan GCF 2010 didukung oleh ClimateWorks dan Yayasan Gordon and Betty Moore

Kegiatan GCF 2010 didukung oleh ClimateWorks dan Yayasan Gordon and Betty Moore GUGUS TUGAS IKLIM DAN HUTAN TINGKAT PROVINSI 18-20 Mei 2010 Banda Aceh, Indonesia AGENDA Satu hari penuh Senin 17 Mei 2010 Kedatangan Peserta di Banda Aceh Kedatangan para peserta GCF Jamuan Selamat Datang

Lebih terperinci

Ikhtisar GCF. Portugis, itu. (lihat. Denmark. bergerak. pada pertemuan

Ikhtisar GCF. Portugis, itu. (lihat. Denmark. bergerak. pada pertemuan GUGUS TUGAS IKLIM DAN HUTAN GUBERNURR (GCF) RISALAH RAPAT ACEH Ikhtisar Pada 18 20 Mei 2010, 12 dari 14 negara bagian dan provinsi anggota Gugus Tugas Iklim dan Hutan Gubernur (GCF) (Acre, Amapá, Mato

Lebih terperinci

DRAFT DISKUSI Saat ini Draft ini tidak mencerminkan posisi resmi mana pun dari GCF, anggotanya atau individu atau institusi mana pun

DRAFT DISKUSI Saat ini Draft ini tidak mencerminkan posisi resmi mana pun dari GCF, anggotanya atau individu atau institusi mana pun Saat ini Draft ini tidak mencerminkan posisi resmi mana pun dari GCF, anggotanya atau individu atau institusi mana pun Satgas Iklim dan Kehutanan Gubernur (GCF) LAPORAN SATGAS 1: Rekomendasi Rancangan

Lebih terperinci

ANGGARAN RUMAH TANGGA ASOSIASI ANTROPOLOGI INDONESIA

ANGGARAN RUMAH TANGGA ASOSIASI ANTROPOLOGI INDONESIA ANGGARAN RUMAH TANGGA ASOSIASI ANTROPOLOGI INDONESIA BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Nama Organisasi Asosiasi Antropologi Indonesia disingkat AAI selanjutnya disebut AAI. Pasal 2 Makna AAI adalah wadah tunggal

Lebih terperinci

PASAL I Nama dan Lokasi. PASAL II Tujuan

PASAL I Nama dan Lokasi. PASAL II Tujuan ANGGARAN RUMAH TANGGA BADAN SERTIFIKASI KONSULTAN LAKTASI INTERNASIONAL (INTERNATIONAL BOARD OF LACTATION CONSULTANT EXAMINERS) Disetujui 15 September 2017 Nama Perusahaan ini adalah: PASAL I Nama dan

Lebih terperinci

Panggilan untuk Usulan Badan Pelaksana Nasional Mekanisme Hibah Khusus untuk Masyarakat Adat dan Masyarakat Lokal Indonesia November 2014

Panggilan untuk Usulan Badan Pelaksana Nasional Mekanisme Hibah Khusus untuk Masyarakat Adat dan Masyarakat Lokal Indonesia November 2014 Panggilan untuk Usulan Badan Pelaksana Nasional Mekanisme Hibah Khusus untuk Masyarakat Adat dan Masyarakat Lokal Indonesia November 2014 A) Latar Belakang Mekanisme Hibah Khusus untuk Masyarakat Adat

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR FORUM ORANGUTAN INDONESIA

ANGGARAN DASAR FORUM ORANGUTAN INDONESIA ANGGARAN DASAR FORUM ORANGUTAN INDONESIA PEMBUKAAN Orangutan merupakan satu- satunya jenis kera besar yang saat ini hidup di Sumatera dan Kalimantan, sedangkan 3 jenis lainnya hidup di Afrika. Kelestarian

Lebih terperinci

ANGGARAN RUMAH TANGGA BADAN PERFILMAN INDONESIA BAB I UMUM. Pasal 1

ANGGARAN RUMAH TANGGA BADAN PERFILMAN INDONESIA BAB I UMUM. Pasal 1 ANGGARAN RUMAH TANGGA BADAN PERFILMAN INDONESIA BAB I UMUM Pasal 1 Anggaran Rumah Tangga ini disusun berdasarkan Pasal 28 Anggaran Dasar Badan Perfilman Indonesia, merupakan rincian atas hal-hal yang telah

Lebih terperinci

Rangkuman Pertemuan Antara Perwakilan GCF dan Entitas-Entitas Eropa Dalam Rangka Mendukung REDD+ Barcelona, Spanyol - 14 Pebruari 2012

Rangkuman Pertemuan Antara Perwakilan GCF dan Entitas-Entitas Eropa Dalam Rangka Mendukung REDD+ Barcelona, Spanyol - 14 Pebruari 2012 Rangkuman Pertemuan Antara Perwakilan GCF dan Entitas-Entitas Eropa Dalam Rangka Mendukung REDD+ Barcelona, Spanyol - 14 Pebruari 2012 Pusat Ilmu Pengetahuan Hutan Catalonia (Forest Sciences Center of

Lebih terperinci

PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN KELOMPOK KERJA AKREDITASI PNF PROVINSI SAMBUTAN KETUA BADAN AKREDITASI NASIONAL PENDIDIKAN NON FORMAL

PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN KELOMPOK KERJA AKREDITASI PNF PROVINSI SAMBUTAN KETUA BADAN AKREDITASI NASIONAL PENDIDIKAN NON FORMAL SAMBUTAN KETUA BADAN AKREDITASI NASIONAL PENDIDIKAN NON FORMAL PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN KELOMPOK KERJA AKREDITASI PNF PROVINSI BADAN AKREDITASI NASIONAL PENDIDIKAN NON FORMAL 2014 1 Pendidikan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kamis 2 Mei 2013, jam 9.00 s/d Kantor Sekretariat Pokja, Grand Kebon Sirih, Jakarta Pusat

Ringkasan Eksekutif Kamis 2 Mei 2013, jam 9.00 s/d Kantor Sekretariat Pokja, Grand Kebon Sirih, Jakarta Pusat Ringkasan Eksekutif Kamis 2 Mei 2013, jam 9.00 s/d 13.30 Kantor Sekretariat Pokja, Grand Kebon Sirih, Jakarta Pusat Pimpinan pertemuan: Pak Sujana Royat, Deputi Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. dijalankan oleh BPBD DIY ini, memakai lima asumsi pokok sebagai landasan

BAB VI PENUTUP. dijalankan oleh BPBD DIY ini, memakai lima asumsi pokok sebagai landasan BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai strategi komunikasi bencana yang dijalankan oleh BPBD DIY ini, memakai lima asumsi pokok sebagai landasan pengelolaan komunikasi bencana

Lebih terperinci

ANGGARAN RUMAH TANGGA. BAB I NAMA dan KEDUDUKAN

ANGGARAN RUMAH TANGGA. BAB I NAMA dan KEDUDUKAN ANGGARAN RUMAH TANGGA BAB I NAMA dan KEDUDUKAN Pasal 1 (1) Organisasi ini bernama Asosiasi Dewan Editor Indonesia yang disingkat ADEI (2) ADEI adalah organisasi non-pemerintah, non-partisan dan non-profit,

Lebih terperinci

MODUL 1: PENGANTAR TENTANG KETANGGUHAN TERHADAP PERUBAHAN IKLIM DAN PENGURANGAN RESIKO BENCANA. USAID Adapt Asia-Pacific

MODUL 1: PENGANTAR TENTANG KETANGGUHAN TERHADAP PERUBAHAN IKLIM DAN PENGURANGAN RESIKO BENCANA. USAID Adapt Asia-Pacific MODUL 1: PENGANTAR TENTANG KETANGGUHAN TERHADAP PERUBAHAN IKLIM DAN PENGURANGAN RESIKO BENCANA University of Hawaii at Manoa Institut Teknologi Bandung SELAMAT DATANG! Mengapa kita berada disini (tujuan

Lebih terperinci

Inisiatif Accountability Framework

Inisiatif Accountability Framework Inisiatif Accountability Framework Menyampaikan komitmen rantai pasokan yang etis Pengantar untuk periode konsultasi publik 10 Oktober 11 Desember, 2017 Selamat Datang! Terimakasih untuk perhatian anda

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 63 TAHUN 2016 TENTANG BADAN KOORDINASI SERTIFIKASI PROFESI ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR ACEH,

PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 63 TAHUN 2016 TENTANG BADAN KOORDINASI SERTIFIKASI PROFESI ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR ACEH, PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 63 TAHUN 2016 TENTANG BADAN KOORDINASI SERTIFIKASI PROFESI ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR ACEH, Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan mutu sumber daya

Lebih terperinci

K O M I S I I N F O R M A S I

K O M I S I I N F O R M A S I K O M I S I I N F O R M A S I PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN TATA TERTIB KOMISI INFORMASI PROVINSI KEPULAUAN RIAU BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam peraturan ini yang dimaksud dengan: 1. Komisi Informasi

Lebih terperinci

Anggaran Dasar. Konsil Lembaga Swadaya Masyarakat Indonesia [INDONESIAN NGO COUNCIL) MUKADIMAH

Anggaran Dasar. Konsil Lembaga Swadaya Masyarakat Indonesia [INDONESIAN NGO COUNCIL) MUKADIMAH Anggaran Dasar Konsil Lembaga Swadaya Masyarakat Indonesia [INDONESIAN NGO COUNCIL) MUKADIMAH Bahwa kebebasan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat adalah salah satu hak asasi manusia yang sangat

Lebih terperinci

WEBINAR GCFF. "Mendukung kepemimpinan subnasional, inovasi dan kemitraan guna mengurangi deforestasi hutan tropis dan memitigasi perubahan iklim.

WEBINAR GCFF. Mendukung kepemimpinan subnasional, inovasi dan kemitraan guna mengurangi deforestasi hutan tropis dan memitigasi perubahan iklim. WEBINAR GCFF "Mendukung kepemimpinan subnasional, inovasi dan kemitraan guna mengurangi deforestasi hutan tropis dan memitigasi perubahan iklim." BRAZIL Acre, Amapá, Amazonas, Maranhão, Mato Grosso, Pará,

Lebih terperinci

DANA INVESTASI IKLIM

DANA INVESTASI IKLIM DANA INVESTASI IKLIM 29 November 2011 USULAN RANCANG MEKANISME HIBAH TERDEDIKASI UNTUK WARGA PRIBUMI DAN MASYARAKAT LOKAL YANG AKAN DISUSUN BERDASARKAN PROGRAM INVESTASI HUTAN PENDAHULUAN 1. Dokumen Rancang

Lebih terperinci

Pohon berarti kehidupan bagi kami.

Pohon berarti kehidupan bagi kami. satuan tugas Satuan Tugas Hutan dan Iklim Gubernur Laporan Kegiatan GCF tahun 2010 Pohon berarti kehidupan bagi kami. Odigha Odigha Ketua Komisi Kehutanan, Cross River State, Nigeria Daftar Isi Latar Belakang

Lebih terperinci

6.5 KONDISI UNTUK HAK ISTIMEWA PSIKOLOG KLINIS 6.6 HAK ISTIMEWA SEMENTARA & MENGUNJUNGI KLINIK SEMENTARA

6.5 KONDISI UNTUK HAK ISTIMEWA PSIKOLOG KLINIS 6.6 HAK ISTIMEWA SEMENTARA & MENGUNJUNGI KLINIK SEMENTARA Semua pasien mengaku untuk perawatan di Rumah Sakit oleh seorang ahli penyakit kaki akan menerima penilaian medis dasar yang sama seperti pasien yang dirawat di layanan lain, dan anggota dokter, pada pengaturan

Lebih terperinci

PRISAI (Prinsip, Kriteria, Indikator, Safeguards Indonesia) Mei 2012

PRISAI (Prinsip, Kriteria, Indikator, Safeguards Indonesia) Mei 2012 PRISAI (Prinsip, Kriteria, Indikator, Safeguards Indonesia) Mei 2012 Apa saja prasyaarat agar REDD bisa berjalan Salah satu syarat utama adalah safeguards atau kerangka pengaman Apa itu Safeguards Safeguards

Lebih terperinci

PERSETUJUAN MENGENAI PEMBENTUKAN SEKRETARIAT REGIONAL PRAKARSA SEGITIGA KARANG UNTUK TERUMBU KARANG, PERIKANAN, DAN KETAHANAN PANGAN

PERSETUJUAN MENGENAI PEMBENTUKAN SEKRETARIAT REGIONAL PRAKARSA SEGITIGA KARANG UNTUK TERUMBU KARANG, PERIKANAN, DAN KETAHANAN PANGAN PERSETUJUAN MENGENAI PEMBENTUKAN SEKRETARIAT REGIONAL PRAKARSA SEGITIGA KARANG UNTUK TERUMBU KARANG, PERIKANAN, DAN KETAHANAN PANGAN Pemerintah Republik Indonesia, Malaysia, Papua Nugini, Republik Filipina,

Lebih terperinci

2013, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu mengesahkan Persetujuan tersebut dengan Peratura

2013, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu mengesahkan Persetujuan tersebut dengan Peratura No.119, 2013 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PENGESAHAN. Persetujuan. Pendirian Akademi Anti Korupsi Internasional. Organisasi Internasional. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2013

Lebih terperinci

Daftar Tanya Jawab Permintaan Pengajuan Konsep Proyek TFCA Kalimantan Siklus I 2013

Daftar Tanya Jawab Permintaan Pengajuan Konsep Proyek TFCA Kalimantan Siklus I 2013 Daftar Tanya Jawab Permintaan Pengajuan Konsep Proyek TFCA Kalimantan Siklus I 2013 1. Apakah TFCA Kalimantan? Tropical Forest Conservation Act (TFCA) merupakan program kerjasama antara Pemerintah Republik

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Peraturan Mediasi KLRCA

DAFTAR ISI Peraturan Mediasi KLRCA DAFTAR ISI Peraturan Mediasi KLRCA Bagian I PERATURAN MEDIASI KLRCA Bagian II SKEMA Bagian III UU MEDIASI 2012 Bagian IV PANDUAN PERATURAN MEDIASI KLRCA 2 Pusat untuk Arbitrase Regional Kuala Lumpur Peraturan

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS KEHUMASAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI DAN PEMERINTAH DAERAH DENGAN

Lebih terperinci

Buku Panduan Perlindungan Prosedural Pendidikan Khusus New Hampshire

Buku Panduan Perlindungan Prosedural Pendidikan Khusus New Hampshire Buku Panduan Perlindungan Prosedural Pendidikan Khusus New Hampshire Buku Panduan ini didasarkan pada Undang-Undang Pendidikan Penyandang Disabilitas tahun 2004 dan Peraturan NH tentang Pendidikan untuk

Lebih terperinci

KEPUTUSAN RUA No.05/CIVAS/RUA/XII/14. Tentang

KEPUTUSAN RUA No.05/CIVAS/RUA/XII/14. Tentang KEPUTUSAN RUA No.05/CIVAS/RUA/XII/14 Tentang ANGGARAN DASAR CENTER FOR INDONESIAN VETERINARY ANALYTICAL STUDIES (CIVAS) BAB I NAMA, TEMPAT KEDUDUKAN, WAKTU PENDIRIAN DAN WILAYAH KEGIATAN Pasal 1 Organisasi

Lebih terperinci

PERATURAN KOMISI INFORMASI PROVINSI SULAWESI BARAT NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG KELEMBAGAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN KOMISI INFORMASI PROVINSI SULAWESI BARAT NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG KELEMBAGAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DRAFT PERATURAN KOMISI INFORMASI PROVINSI SULAWESI BARAT NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG KELEMBAGAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA KOMISI INFORMASI PROVINSI SULAWESI BARAT, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 58 /POJK.04/2016 TENTANG DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS BURSA EFEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 58 /POJK.04/2016 TENTANG DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS BURSA EFEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA - 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 58 /POJK.04/2016 TENTANG DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS BURSA EFEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 59 /POJK.04/2016 TENTANG DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS LEMBAGA KLIRING DAN PENJAMINAN

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 59 /POJK.04/2016 TENTANG DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS LEMBAGA KLIRING DAN PENJAMINAN - 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 59 /POJK.04/2016 TENTANG DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS LEMBAGA KLIRING DAN PENJAMINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Pasal 1 Definisi. Untuk maksud-maksud Persetujuan ini, kecuali konteksnya mensyaratkan sebaliknya;

LAMPIRAN. Pasal 1 Definisi. Untuk maksud-maksud Persetujuan ini, kecuali konteksnya mensyaratkan sebaliknya; LAMPIRAN PERSETUJUAN MEKANISME PENYELESAIAN SENGKETA DALAM PERSETUJUAN KERANGKA KERJA MENGENAI KERJA SAMA EKONOMI MENYELURUH ANTAR PEMERINTAH NEGARA-NEGARA ANGGOTA PERHIMPUNAN BANGSA-BANGSA ASIA TENGGARA

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS KEHUMASAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI DAN PEMERINTAH DAERAH DENGAN

Lebih terperinci

DRAFT DISKUSI Saat ini Draft ini tidak mencerminkan posisi resmi mana pun dari GCF, anggotanya atau individu atau institusi mana pun

DRAFT DISKUSI Saat ini Draft ini tidak mencerminkan posisi resmi mana pun dari GCF, anggotanya atau individu atau institusi mana pun Saat ini Draft ini tidak mencerminkan posisi resmi mana pun dari GCF, anggotanya atau individu atau institusi mana pun Satgas Iklim dan Kehutanan Gubernur (GCF) LAPORAN TUGAS 1: Rekomendasi Rancangan GCF

Lebih terperinci

GUGUS TUGAS UNTUK MASALAH IKLIM & SEKTOR KEHUTANAN DI TINGKAT PARA GUBERNUR. RENCANA AKSI BERSAMA (2009-2010) August 2009

GUGUS TUGAS UNTUK MASALAH IKLIM & SEKTOR KEHUTANAN DI TINGKAT PARA GUBERNUR. RENCANA AKSI BERSAMA (2009-2010) August 2009 GUGUS TUGAS UNTUK MASALAH IKLIM & SEKTOR KEHUTANAN DI TINGKAT PARA GUBERNUR RENCANA AKSI BERSAMA (2009-2010) August 2009 Gugus Tugas Untuk Masalah Iklim & Sektor Kehutanan Di Tingkat Para Gubernur Aceh

Lebih terperinci

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG 1 PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG TATA KERJA DAN POLA HUBUNGAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM, PANITIA PENGAWAS PEMILIHAN UMUM PROVINSI, DAN PANITIA PENGAWAS PEMILIHAN

Lebih terperinci

BAB IV. LANDASAN SPESIFIK SRAP REDD+ PROVINSI PAPUA

BAB IV. LANDASAN SPESIFIK SRAP REDD+ PROVINSI PAPUA BAB IV. LANDASAN SPESIFIK SRAP REDD+ PROVINSI PAPUA 4.1. Landasan Berfikir Pengembangan SRAP REDD+ Provinsi Papua Landasan berpikir untuk pengembangan Strategi dan Rencana Aksi (SRAP) REDD+ di Provinsi

Lebih terperinci

9. Regulasi Cap-and-Trade

9. Regulasi Cap-and-Trade 9. Regulasi Cap-and-Trade Rencana Penjajakan (Scoping Plan) merekomendasikan pengembangan sebuah Program Cap-and-Trade California yang dikaitkan dengan program-program kemitraan Inisiatif Iklim Barat (Western

Lebih terperinci

DAFTAR ISI PERATURAN MEDIASI KLRCA SKEMA UU MEDIASI 2012 PANDUAN PERATURAN MEDIASI KLRCA. Peraturan Mediasi KLRCA. Bagian I. Bagian II.

DAFTAR ISI PERATURAN MEDIASI KLRCA SKEMA UU MEDIASI 2012 PANDUAN PERATURAN MEDIASI KLRCA. Peraturan Mediasi KLRCA. Bagian I. Bagian II. DAFTAR ISI Peraturan Mediasi KLRCA Bagian I PERATURAN MEDIASI KLRCA Bagian II SKEMA Bagian III UU MEDIASI 2012 Bagian IV PANDUAN PERATURAN MEDIASI KLRCA 2 Pusat untuk Arbitrase Regional Kuala Lumpur Bagian

Lebih terperinci

GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT

GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG TATA KERJA KOMISI INFORMASI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR NUSA TENGGARA

Lebih terperinci

Komite Advokasi Nasional & Daerah

Komite Advokasi Nasional & Daerah BUKU SAKU PANDUAN KEGIATAN Komite Advokasi Nasional & Daerah Pencegahan Korupsi di Sektor Swasta Direktorat Pendidikan & Pelayanan Masyarakat Kedeputian Pencegahan Komisi Pemberantasan Korupsi KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

Anggaran Dasar KONSIL Lembaga Swadaya Masyarakat INDONESIA (Konsil LSM Indonesia) [INDONESIAN NGO COUNSILINC) MUKADIMAH

Anggaran Dasar KONSIL Lembaga Swadaya Masyarakat INDONESIA (Konsil LSM Indonesia) [INDONESIAN NGO COUNSILINC) MUKADIMAH Anggaran Dasar KONSIL Lembaga Swadaya Masyarakat INDONESIA (Konsil LSM Indonesia) [INDONESIAN NGO COUNSILINC) MUKADIMAH Bahwa kebebasan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat adalah salah satu

Lebih terperinci

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 60 /POJK.04/2016 TENTANG DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS LEMBAGA PENYIMPANAN DAN PENYELESAIAN

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 60 /POJK.04/2016 TENTANG DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS LEMBAGA PENYIMPANAN DAN PENYELESAIAN OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 60 /POJK.04/2016 TENTANG DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS LEMBAGA PENYIMPANAN DAN PENYELESAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

Kerangka Acuan Call for Proposals : Voice Indonesia

Kerangka Acuan Call for Proposals : Voice Indonesia Kerangka Acuan Call for Proposals 2016-2017: Voice Indonesia Kita berjanji bahwa tidak akan ada yang ditinggalkan [dalam perjalanan kolektif untuk mengakhiri kemiskinan dan ketidaksetaraan]. Kita akan

Lebih terperinci

DESKRIPSI JABATAN. Dewan Legislatif Oregon BAGIAN 1. INFORMASI JABATAN. Tanggal Efektif September 2007

DESKRIPSI JABATAN. Dewan Legislatif Oregon BAGIAN 1. INFORMASI JABATAN. Tanggal Efektif September 2007 Dewan Legislatif Oregon DESKRIPSI JABATAN BAGIAN 1. INFORMASI JABATAN Tanggal Efektif September 2007 Tingkat Klasifikasi Nomor Klasifikasi CALA-4, (ini merupakan level keempat dari klasifikasi empat seri)

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA SELAKU KETUA KELOMPOK KERJA PENINGKATAN EKSPOR,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA SELAKU KETUA KELOMPOK KERJA PENINGKATAN EKSPOR, PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA SELAKU KETUA KELOMPOK KERJA PENINGKATAN EKSPOR NOMOR : 09/M-DAG/PER/4/2011 TENTANG TATA KERJA KELOMPOK KERJA PENINGKATAN EKSPOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

Australia Awards Indonesia

Australia Awards Indonesia Australia Awards Paket Aplikasi Studi Singkat Kepemimpinan Organisasi dan Praktek-praktek Manajemen untuk Organisasi Penyandang Disabilitas (OPD) Page 1 Maksud dan tujuan Australia Awards Australia Awards

Lebih terperinci

TINJAUAN DAN PEMBARUAN KEBIJAKAN PENGAMANAN BANK DUNIA RENCANA KONSULTASI

TINJAUAN DAN PEMBARUAN KEBIJAKAN PENGAMANAN BANK DUNIA RENCANA KONSULTASI TINJAUAN DAN PEMBARUAN KEBIJAKAN PENGAMANAN BANK DUNIA RENCANA KONSULTASI Bank Dunia memulai proses selama dua tahun untuk meninjau dan memperbaharui (update) kebijakan-kebijakan pengamanan (safeguard)

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 31 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN DEWAN PENYANTUN TAMAN PINTAR YOGYAKARTA

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 31 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN DEWAN PENYANTUN TAMAN PINTAR YOGYAKARTA WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 31 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN DEWAN PENYANTUN TAMAN PINTAR YOGYAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

K168. Konvensi Promosi Kesempatan Kerja dan Perlindungan terhadap Pengangguran, 1988 (No. 168)

K168. Konvensi Promosi Kesempatan Kerja dan Perlindungan terhadap Pengangguran, 1988 (No. 168) K168 Konvensi Promosi Kesempatan Kerja dan Perlindungan terhadap Pengangguran, 1988 (No. 168) K168 - Konvensi Promosi Kesempatan Kerja dan Perlindungan terhadap Pengangguran, 1988 (No. 168) 2 K168 Konvensi

Lebih terperinci

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 1 TAHUN 2010

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 1 TAHUN 2010 BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENGANGKATAN ANGGOTA PANITIA PENGAWAS PEMILIHAN UMUM PROVINSI, PANITIA PENGAWAS

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN SELAKU KETUA KOMITE KEBIJAKAN PERCEPATAN PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR NOMOR : PER- 01 /M.

PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN SELAKU KETUA KOMITE KEBIJAKAN PERCEPATAN PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR NOMOR : PER- 01 /M. PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN SELAKU KETUA KOMITE KEBIJAKAN PERCEPATAN PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR NOMOR : PER- 01 /M.EKON/05/2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KOMITE KEBIJAKAN PERCEPATAN

Lebih terperinci

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011.

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011. Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011. 1. Atas undangan Organisasi Kesehatan Dunia, kami, Kepala Pemerintahan, Menteri dan perwakilan pemerintah datang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA KEDIRI

PEMERINTAH KOTA KEDIRI PEMERINTAH KOTA KEDIRI PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG TRANSPARANSI DAN PARTISIPASI DALAM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KEDIRI, Menimbang

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KEGIATAN PENYUSUNAN RENCANA STRATEGIS ASOSIASI AUDITOR INTERN PEMERINTAH INDONESIA

KERANGKA ACUAN KEGIATAN PENYUSUNAN RENCANA STRATEGIS ASOSIASI AUDITOR INTERN PEMERINTAH INDONESIA KERANGKA ACUAN KEGIATAN PENYUSUNAN RENCANA STRATEGIS ASOSIASI AUDITOR INTERN PEMERINTAH INDONESIA I. LATAR BELAKANG Asosiasi Auditor Intern Pemerintah Indonesia (AAIPI) adalah organisasi profesi auditor

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.5/Menhut-II/2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.5/Menhut-II/2012 TENTANG PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.5/Menhut-II/2012 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS KEHUMASAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2015 TENTANG BADAN AKREDITASI NASIONAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DAN PENDIDIKAN NONFORMAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif. Laporan Kemajuan MDF Desember 2009 Ringkasan Eksekutif

Ringkasan Eksekutif. Laporan Kemajuan MDF Desember 2009 Ringkasan Eksekutif Laporan Kemajuan MDF Desember 2009 Ringkasan Eksekutif Ringkasan Eksekutif Proyek yang berfokus pada pemulihan masyarakat adalah yang paling awal dijalankan MDF dan pekerjaan di sektor ini kini sudah hampir

Lebih terperinci

PROTOKOL KYOTO ATAS KONVENSI KERANGKA KERJA PBB TENTANG PERUBAHAN IKLIM

PROTOKOL KYOTO ATAS KONVENSI KERANGKA KERJA PBB TENTANG PERUBAHAN IKLIM PROTOKOL KYOTO ATAS KONVENSI KERANGKA KERJA PBB TENTANG PERUBAHAN IKLIM Para Pihak pada Protokol ini, Menjadi para Pihak pada Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan Bangsa Bangsa tentang Perubahan Iklim,

Lebih terperinci

Persetujuan Pembentukan Kantor Kajian Ekonomi Makro ASEAN+3 ( AMRO ) PARA PIHAK,

Persetujuan Pembentukan Kantor Kajian Ekonomi Makro ASEAN+3 ( AMRO ) PARA PIHAK, Persetujuan Pembentukan Kantor Kajian Ekonomi Makro ASEAN+3 ( AMRO ) PARA PIHAK, Mengingat bahwa pembentukan Chiang Mai Initiative Multiliteralisation (selanjutnya disebut CMIM) adalah untuk menyusun pengaturan

Lebih terperinci

Australia Awards Indonesia. Paket Informasi Studi Singkat

Australia Awards Indonesia. Paket Informasi Studi Singkat Australia Awards Paket Informasi Studi Singkat Pencegahan dan Pengobatan Malaria untuk Bayi, Anak-Anak dan Wanita Hamil di Bagian Timur Page 2 Maksud dan tujuan Australia Awards Australia Awards adalah

Lebih terperinci

KODE PERILAKU ETIK APACMED DALAM INTERAKSI DENGAN TENAGA KESEHATAN PROFESIONAL

KODE PERILAKU ETIK APACMED DALAM INTERAKSI DENGAN TENAGA KESEHATAN PROFESIONAL KODE PERILAKU ETIK APACMED DALAM INTERAKSI DENGAN TENAGA KESEHATAN PROFESIONAL MISI APACMED: Misi kami adalah meningkatkan standar perawatan melalui kolaborasi inovatif di kalangan pemangku kepentingan

Lebih terperinci

PERATURAN BADAN AKREDITASI NASIONAL PERGURUAN TINGGI NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KELOLA BADAN AKREDITASI NASIONAL PERGURUAN TINGGI

PERATURAN BADAN AKREDITASI NASIONAL PERGURUAN TINGGI NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KELOLA BADAN AKREDITASI NASIONAL PERGURUAN TINGGI PERATURAN BADAN AKREDITASI NASIONAL PERGURUAN TINGGI NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KELOLA BADAN AKREDITASI NASIONAL PERGURUAN TINGGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MAJELIS AKREDITASI

Lebih terperinci

www.bphn.go.id www.bphn.go.id www.bphn.go.id Persetujuan Pembentukan Kantor Kajian Ekonomi Makro ASEAN+3 ( AMRO ) PARA PIHAK, Mengingat bahwa pembentukan Chiang Mai Initiative Multiliteralisation

Lebih terperinci

Terjemahan Tanggapan Surat dari AusAID, diterima pada tanggal 24 April 2011

Terjemahan Tanggapan Surat dari AusAID, diterima pada tanggal 24 April 2011 Terjemahan Tanggapan Surat dari AusAID, diterima pada tanggal 24 April 2011 Pak Muliadi S.E yang terhormat, Terima kasih atas surat Anda tertanggal 24 Februari 2011 mengenai Kalimantan Forests and Climate

Lebih terperinci

PIAGAM KOMITE AUDIT. CS L3 Rincian Administratif dari Kebijakan. Piagam Komite Audit CS L3. RAHASIA Hal 1/11

PIAGAM KOMITE AUDIT. CS L3 Rincian Administratif dari Kebijakan. Piagam Komite Audit CS L3. RAHASIA Hal 1/11 PIAGAM KOMITE AUDIT Rincian Administratif dari Kebijakan Nama Kebijakan Piagam Komite Audit Pemilik Kebijakan Fungsi Corporate Secretary Penyimpan Kebijakan - Fungsi Corporate Secretary - Enterprise Policy

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG AKREDITASI PROGRAM STUDI DAN PERGURUAN TINGGI

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG AKREDITASI PROGRAM STUDI DAN PERGURUAN TINGGI SALINAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG AKREDITASI PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

PEDOMAN TEKNIS TATA KERJA KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KEBUMEN SERTA PEMBENTUKAN DAN TATA KERJA PANITIA PEMILIHAN KECAMATAN, PANITIA

PEDOMAN TEKNIS TATA KERJA KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KEBUMEN SERTA PEMBENTUKAN DAN TATA KERJA PANITIA PEMILIHAN KECAMATAN, PANITIA Lampiran I KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 3/Kpts/KPU-Kab-012.329455/2015 TANGGAL : 18 APRIL 2015 TENTANG : PEDOMAN TEKNIS TATA KERJA KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KEBUMEN SERTA

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN,

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN, KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN NOMOR : 08 TAHUN 2000 TENTANG KETERLIBATAN MASYARAKAT DAN KETERBUKAAN INFORMASI DALAM PROSES ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP KEPALA BADAN

Lebih terperinci

2016, No Peraturan Menteri Ketenagakerjaan tentang Akreditasi Lembaga Pelatihan Kerja; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentan

2016, No Peraturan Menteri Ketenagakerjaan tentang Akreditasi Lembaga Pelatihan Kerja; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentan No.1799, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENAKER. LPK. Akreditasi. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2016 TENTANG AKREDITASI LEMBAGA PELATIHAN KERJA

Lebih terperinci

Pengorganisasian dan pengelolaan koperasi C ti

Pengorganisasian dan pengelolaan koperasi C ti Sesi Keenam Pengorganisasian dan pengelolaan koperasi C ti Handout Data harus berdasarkan negara KEKUASAAN, TUGAS-TUGAS, DAN TANGGUNGJAWAB ANGGOTA, PEJABAT, DAN STAF KOPERASI Pada sesi ini, pelatih wajib

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG PERCEPATAN REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI PASCABENCANA GEMPA BUMI DI KABUPATEN PIDIE, KABUPATEN PIDIE JAYA, DAN KABUPATEN BIREUEN PROVINSI

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 42/Permentan/SM.200/8/2016 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN SERTIFIKASI KOMPETENSI SUMBER DAYA MANUSIA SEKTOR PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

MEMBUKA DATA DARI BAWAH TUJUH LANGKAH UNTUK MEMBUKA DATA PEMERINTAH DENGAN SUKSES PANDUAN PELAKSANAAN JAKARTA

MEMBUKA DATA DARI BAWAH TUJUH LANGKAH UNTUK MEMBUKA DATA PEMERINTAH DENGAN SUKSES PANDUAN PELAKSANAAN JAKARTA MEMBUKA DATA DARI BAWAH TUJUH LANGKAH UNTUK MEMBUKA DATA PEMERINTAH DENGAN SUKSES PANDUAN PELAKSANAAN JAKARTA PANDUAN PELAKSANAAN: MEMBUKA DATA DARI BAWAH Tujuh Langkah untuk Membuka Data Pemerintah dengan

Lebih terperinci

Membuka Data. Tujuh Langkah untuk Membuka Data Pemerintah dengan Sukses. 25 Agustus 2015 JAKARTA

Membuka Data. Tujuh Langkah untuk Membuka Data Pemerintah dengan Sukses. 25 Agustus 2015 JAKARTA Membuka Data dari Bawah Tujuh Langkah untuk Membuka Data Pemerintah dengan Sukses Panduan Pelaksanaan 25 Agustus 2015 JAKARTA Panduan Pelaksanaan: Membuka Data dari Bawah Tujuh Langkah untuk Membuka Data

Lebih terperinci

1 Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

1 Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan hal terpenting dalam kehidupan. Semua orang berhak untuk mendapatkan pendidikan, karena dalam Undang-Undang Dasar tahun 1945 yang sudah

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 65 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 65 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 65 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA, Menimbang

Lebih terperinci

PIAGAM DEWAN KOMISARIS PT UNILEVER INDONESIA Tbk ( Piagam )

PIAGAM DEWAN KOMISARIS PT UNILEVER INDONESIA Tbk ( Piagam ) PIAGAM DEWAN KOMISARIS PT UNILEVER INDONESIA Tbk ( Piagam ) DAFTAR ISI I. DASAR HUKUM II. TUGAS, TANGGUNG JAWAB DAN WEWENANG III. ATURAN BISNIS IV. JAM KERJA V. RAPAT VI. LAPORAN DAN TANGGUNG JAWAB VII.

Lebih terperinci

PT. JABABEKA TBK Piagam Komite Audit

PT. JABABEKA TBK Piagam Komite Audit Tujuan Komite Audit adalah komite yang dibentuk oleh Komisaris. Fungsi utamanya adalah untuk membantu Komisaris dalam memenuhi tanggung jawab pengawasannya, yang meliputi penelaahan atas laporan tahunan

Lebih terperinci

LAMPIRAN : KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN NOMOR : 08 TAHUN 2000 TANGGAL : 17 PEBRUARI 2000

LAMPIRAN : KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN NOMOR : 08 TAHUN 2000 TANGGAL : 17 PEBRUARI 2000 LAMPIRAN : KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN NOMOR : 08 TAHUN 2000 TANGGAL : 17 PEBRUARI 2000 KETERLIBATAN MASYARAKAT DAN KETERBUKAAN INFORMASI DALAM PROSES ANALISIS MENGENAI DAMPAK

Lebih terperinci

DRAFT PEDOMAN MENGENAI HUBUNGAN AICHR DENGAN ORGANISASI MASYARAKAT MADANI

DRAFT PEDOMAN MENGENAI HUBUNGAN AICHR DENGAN ORGANISASI MASYARAKAT MADANI PEDOMAN MENGENAI HUBUNGAN AICHR DENGAN ORGANISASI MASYARAKAT MADANI As of 14 November 2013 I. Pendahuluan 1. Salah satu tujuan ASEAN seperti yang diatur dalam Piagam ASEAN adalah untuk memajukan ASEAN

Lebih terperinci

ANGGARAN RUMAH TANGGA KOMNAS PEREMPUAN PENGESAHAN: 25 MARET 2014

ANGGARAN RUMAH TANGGA KOMNAS PEREMPUAN PENGESAHAN: 25 MARET 2014 ANGGARAN RUMAH TANGGA KOMNAS PEREMPUAN PENGESAHAN: 25 MARET 2014 BAB I STRUKTUR ORGANISASI Pasal 1 Komisi Paripurna (1) Komisi Paripurna dipimpin oleh seorang Ketua dan 2 (dua) orang Wakil Ketua. (2) Sidang

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA PERHIMPUNAN EKONOMI PERTANIAN INDONESIA (PERHEPI)

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA PERHIMPUNAN EKONOMI PERTANIAN INDONESIA (PERHEPI) ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA PERHIMPUNAN EKONOMI PERTANIAN INDONESIA (PERHEPI) 2014 ANGGARAN DASAR PERHIMPUNAN EKONOMI PERTANIAN INDONESIA (PERHEPI) Mukadimah Didorong oleh hasrat untuk mengabdi

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2018 TENTANG BADAN AKREDITASI NASIONAL SEKOLAH/MADRASAH DAN BADAN AKREDITASI NASIONAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DAN

Lebih terperinci

ID No EQUIS Input Proses Output Predecessors. Membuat Visi. 3 N/A Membuat Misi 2

ID No EQUIS Input Proses Output Predecessors. Membuat Visi. 3 N/A Membuat Misi 2 ID No EQUIS Input Proses Output Predecessors 1 N/A Perencanaan Visi, Misi, Nilai 2 1.d.2 Daftar pemegang kepentingan, deskripsi organisasi induk, situasi industri tenaga kerja, dokumen hasil evaluasi visi

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 88 TAHUN 2014 TENTANG PEMBINAAN PENYELENGGARAAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 88 TAHUN 2014 TENTANG PEMBINAAN PENYELENGGARAAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 88 TAHUN 2014 TENTANG PEMBINAAN PENYELENGGARAAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

Lebih terperinci

RANGKUMAN PERTEMUAN TAHUNAN GCF 2011 Palangka Raya, Indonesia September 2011

RANGKUMAN PERTEMUAN TAHUNAN GCF 2011 Palangka Raya, Indonesia September 2011 RANGKUMAN PERTEMUAN TAHUNAN GCF 2011 Palangka Raya, Indonesia 20-22 September 2011 Satuan Tugas Iklim dan Hutan Gubernur (GCF) menyelenggarakan pertemuan paripurna ke-5 di Palangka Raya, Kalimantan Tengah,

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG GERAKAN NASIONAL PERCEPATAN PERBAIKAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG GERAKAN NASIONAL PERCEPATAN PERBAIKAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG GERAKAN NASIONAL PERCEPATAN PERBAIKAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa meningkatnya

Lebih terperinci

Australia Awards Indonesia. Paket Aplikasi Studi Singkat

Australia Awards Indonesia. Paket Aplikasi Studi Singkat Australia Awards Paket Aplikasi Studi Singkat Pencegahan dan Pengobatan Malaria untuk Bayi, Anak-Anak dan Wanita Hamil di Bagian Timur Page 1 Maksud dan tujuan Australia Awards Australia Awards adalah

Lebih terperinci

PEDOMAN DAN KODE ETIK DEWAN KOMISARIS A. LANDASAN HUKUM

PEDOMAN DAN KODE ETIK DEWAN KOMISARIS A. LANDASAN HUKUM PEDOMAN DAN KODE ETIK DEWAN KOMISARIS A. LANDASAN HUKUM Penyusunan Pedoman Dan Kode Etik merupakan amanat Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 33/POJK.04/2014 Tentang Direksi Dan Dewan Komisaris Emiten

Lebih terperinci