BAB II LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Respirasi Gambar 2.1 Sistem respirasi manusia Pendahuluan Proses respirasi sangat penting untuk kelangsungan hidup karena berfungsi sebagai pemasok oksigen untuk metabolisme semua sel aktif dalam tubuh serta menyingkirkan CO 2 yang merupakan hasil proses metabolisme dari sel. Sistem respirasi terdiri berbagai struktur yang terlibat dalam proses pertukaran gas antara 1 8

2 9 darah dengan lingkungan eksternal paru-paru, sekelompok pembuluh darah yang menuju ke paru-paru selama bernafas. Sistem respirasi tidak dapat menjalankan keseluruhan proses respirasi sendiri, sistem ini hanya berperan pada ventilasi dan pertukaran O 2 dan CO 2 antara paru-paru dengan darah. Semua makhluk hidup pasti melakukan pernapasan atau respirasi. Pernapasan merupakan rangkaian proses sejak pengambilan gas/udara, penggunaannya untuk memecah zat, pengeluaran gas sisa pemecahan zat serta pemanfaatan energi yang dihasilkannya, yang berlangsung didalam tubuh makhluk hidup. Pengambilan gas dari lingkungannya berbeda-beda untuk setiap jenis makhluk hidup. Secara garis besarnya pengambilan gas oleh makhluk hidup dapat dibedakan menjadi dua, yaitu secara tidak langsung dan secara langsung. Pernapasan manusia termasuk pernapasan tidak langsung, artinya udara pernapasan yang diperlukan tubuh tidak dapat langsung masuk kedalam sel melalui permukaan tubuh, tetapi melalui selaput tipis yang terdapat didalam saluran pernapasan yaitu didalam gelembung paru-paru. Dengan demikian, pertukaran gas pada manusia dan vertebrata lainnya dilakukan melalui dua tahap, yakni : 1. Pertukaran gas dari udara luar/udara bebas kedalam sel-sel darah pada jaringan epitel selaput alveolus. Pertukaran gas ini dikenal dengan pernapasan luar atau respirasi eksternal. 2. Pertukaran gas dari sel-sel darah dalamd kapiler dengan sel-sel jaringan tubuh. Pertukaran gas ini dikenal dengan pertukaran dalam atau respirasi internal.

3 Mekanisme pernapasan manusia Pada hakikatnya bernapas adalah pengambilan udara pernapasan dari udara bebas untuk masuk kedalam tubuh atau paru-paru, serta mengeluarkan gas sisa ke udara bebas. Pengambilan udara pernapasan ini dikenal dengan inspirasi, sedangkan pengeluarannya dikenal dengan ekspirasi. Aliran udara dari udara bebas ke paru-paru dan sebaliknya ditentukan oleh perubahan tekanan udara dalam rongga paru-paru, rongga dada, dan rongga perut. Perubahan tekanan ini disebabkan oleh karena terjadinya perubahan volume setiap ruangan tersebut. Perubahan volume ruangan tersebut diatur oleh otot pernapasan, yang meliputi otot antar tulang rusuk, otot diafragma, dan otot dinding perut. Didalam tubuh, udara yang telah dihirup akan dipertahankan suhunya sesuai dengan suhu tubuh manusia yaitu sekitar 37 0 C. Berdasarkan otot yang berperan aktif, pernapasan manusia dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu pernapasan dada dan pernapasan perut Pernapasan dada Otot yang berperan aktif pada pernapasan dada adalah otot antartulang rusuk luar, yang berperan mengangkat tulang-tulang rusuk dan otot antartulang rusuk dalam yang berperan menurunkan tulang rusuk keposisi semula. Bila otot antartulang rusuk luar berkontraksi maka tulang rusuk terangkat sehingga volume dada bertambah besar. Karena rongga dada merupakan ruangan tertutup maka bertambahnya volume rongga dada akan menurunkan tekanan rongga dada, sehingga menjadi lebih kecil dari tekanan udara rongga paru-paru.

4 11 Hal ini akan mendorong paru-paru mengembang sehingga volumenya menjadi lebih besar, tekanannya menjadi lebih kecil dari tekanan udara bebas. Akibat dari semua itu maka terjadilah aliran udara dari udara luar ke dalam rongga paru-paru melalui rongga hidung, batang tenggorok, bronkus, dan alveolus atau gelembung paru-paru. Sebaliknya bila otot antar tulang rusuk dalam berkontraksi, maka tulang rusuk akan tertarik ke posisi semula, sehingga volume rongga dada akan mengecil, dan tekanannya membesar. Tekanan ini akan mendesak dinding paruparu, sehingga rongga paru-paru ikut mengecil yang meyebabkan tekanan udara dalam rongga paru-paru meningkat. Keadaan ini akan menyebabkan udara dalam rongga paru-paru terdorong keluar Pernapasan perut Otot yang berperan aktif dalam pernapasan perut adalah otot diafragma dan otot dinding rongga perut. Bila otot diafragma berkontraksi, maka posisi diafragma akan mendatar. Posisi ini menyebabkan bertambah besarnya volume rongga dada, sehingga tekanan udara dalam rongga dada mengecil. Penurunan tekanan udara dalam rongga dada akan diikuti mengembangnya paru-paru dan penurunan tekanan udara dalam paru-paru, sehingga tekanan udara dalam paruparu menjadi lebih kecil dari tekanan udara luar. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya aliran udara luar kedalam saluran pernapasan. Bila otot diafragma berelaksasi dan otot dinding perut berkontraksi, maka isi rongga perut akan terdesak kearah diafragma, sehingga posisi diafragma akan cekung ke arah rongga dada. Keadaan ini menyebabkan volume rongga dada

5 12 mengecil, dan tekanannya meningkat. Naiknya tekanan dalam rongga paru-paru akan menyebabkan isi rongga paru-paru terdorong ke luar, sehingga terjadilah ekspirasi Udara yang dipernapaskan Tekanan udara dalam paru-paru selalu berubah pada setiap gerakan pernapasan. Saat inspirasi dimulai, tekanan udara dalam paru-paru turun satu sampai dua mmhg lebih rendah dari tekanan udara luar. Sebaliknya pada saat ekspirasi baru dimulai, paru-paru memeras udara didalamnya sehingga tekanan udara dalam paru-paru tiga mmhg lebih tinggi dari tekanan udara luar. Seperti halnya tekanan udara dalam paru-paru, volume udara yang dipernapaskan oleh paru-paru juga bervariasi. Hal ini dapat terjadi karena pengaruh cara, kekuatan, dan posisi badan seseorang yang melakukan pernapasan. Secara garis besarnya udara yang dipernapaskan dapat dibedakan menjadi 6 macam, yaitu sebagai berikut : a. Udara Pernapasan (UP) Udara pernapasan merupakan udara yang masuk atau keluar paru-paru sebagai akibat pernapasan biasa. Udara pernapasan ini sering disebut sebagai tidal volume yang volumenya berkisar 500 cc. b. Udara Komplementer (UK) Udara komplementer merupakan udara yang masih dapat dimasukkan kedalam paru-paru secara maksimal setelah inspirasi normal. Volume udara ini lebih kurang cc

6 13 c. Udara Cadangan (UC) Udara cadangan merupakan udara yang masih dapat dikeluarkan secara maksimal setelah melakukan ekspirasi normal. Volume udara cadangan adalah lebih kurang cc d. Udara Residu (UR) Udara residu merupakan udara yang masih tersisa didalam paru-paru setelah melakukan ekspirasi maksimal. Volume udara ini sekitar cc e. Kapasitas Vital Paru-paru (KV) Kapasitas vital paru-paru merupakan udara yang dapat dihembuskan semaksimal mungkin setelah melakukan inspirasi secara maksimal. Bila dituliskan secara matematik, maka kapasitas vital paru-paru didefinisikan sebagai : KV = UP + UK + UC (2.1) Dimana, KV : Kapasitas vital paru - paru UP : Udara pernapasan UK : Udara komplementer UC : Udara cadangan

7 14 f. Volume Total Paru-paru Volume total paru-paru merupakan udara yang dapat tertampung secara maksimal didalam paru-paru. Jadi volume total paru-paru sama dengan kapasitas vital paru-paru (KV) ditambah volume udara residu (UR). Dalam keadaan biasa, sekali menghirup udara adalah sebanyak 500 cc. Dari sejumlah udara tersebut hanya 350 cc yang dapat sampai ke alveolus paruparu, sedangkan 150 cc lainnya mengisi ruangan sepanjang saluran pernapasan. 2.2 Gambaran Umum Humidifier Humidifier merupakan suatu alat yang difungsikan untuk menjaga tingkat kelembaban udara yang dihasilkan dari ventilator. Udara yang berasal dari ventilator tersebut berupa oksigen dan udara tekan yang keduanya di mix didalam ventilator tersebut. Tingkat kelembaban tersebut dijaga dengan cara melakukan pemanasan air didalam suatu chamber yang disinkronkan dengan berapa besar suhu yang diatur untuk melakukan pemanasan air didalam chamber tersebut. Gambar 2.2 Humidifier MR 730 Gambar 2.3 Humidifier MR 850

8 15 VENTILATOR Gambar 2.4 Analogi diagram alir humidifier Keterangan Gambar 2.4 : 1. Setting suhu 3. Heater wire 5. Sensor chamber 7. Sensor Heater 2. Tampilan display 4. Chamber 6. Chamber temperature 8. Water trap Adapun penjelasan dari analogi diagram alir humidifier adalah sebagai berikut : Ketika besarnya suhu telah disetting pada kontrol setting suhu (1), maka akan terjadi pemanasan air didalam chamber (4). Pemanasan ini dilakukan oleh suatu sistem pemanas yang terdapat didalam alat ini. Besarnya suhu yang diatur ditampilkan pada suatu sistem penampil (2) yang berupa seven segment. Meskipun didalam alat ini terdapat berbagai pemilihan besarnya suhu pada kontrol setting suhu, namun yang paling umum digunakan adalah setting suhu dengan besar suhu 37 0 C. Fungsi dari pemanasan air pada chamber dengan suhu yang telah disetting adalah agar oksigen dan udara tekan dari ventilator tetap terjaga tingkat kelembabannya. Kemudian besarnya panas yang terjadi didalam chamber dideteksi oleh suatu sensor (5) yang diletakkan pada tubing inspirasi. Agar uap-uap air yang telah terbentuk tetap terjaga suhunya sesuai suhu settingan,

9 16 maka didalam perjalanannya menuju hidung, didalam tubing tersebut digunakan heater wire (3). Dimana fungsi heater wire ini adalah menjaga agar uap air dengan suhu yang telah sesuai yang nantinya akan masuk dan dihirup oleh hidung tetap terjaga kestabilan suhunya. Adapun panasnya heater wire ini dideteksi oleh suatu sistem sensor (7) yang diletakkan kurang lebih 15 mm menuju hidung. Selain itu, dalam alat ini juga terdapat beberapa parameter yang saling mendukung. Diantaranya dalam alat ini terdapat sistem pendeteksi low water dan suhu lebih terhadap panas didalam chamber yang dideteksi oleh suatu sensor. 2.3 LM 35 sebagai Sensor Suhu LM 35 merupakan suatu sensor panas yang berfungsi untuk mendeteksi besarnya derajat panas/temperature. Dimana dalam aplikasinya LM 35 sangat presisi didalam mendeteksi besarnya derajat panas/temperature. Output yang dihasilkan oleh sensor ini sangat linier dan terkalibrasi pada satuan derajat celcius. Maksudnya setiap kenaikan 1 derajat celcius akan menghasilkan output pada sensor ini sebesar 10 mv. Pada LM 35 ini tidak dilengkapi dengan rangkaian luar/terminal kalibrasi. Ketelitian dalam mendeteksi panas pada sensor ini sampai ¼ derajat celcius. Sedangkan range atau jangkauan yang dapat dideteksi oleh LM 35 ini berkisar dari C sampai dengan C. +VCC LM35 Vout Gambar 2.5 Sensor suhu LM 35

10 17 Output pada LM 35 ini memiliki tingkat impedansi yang sangat rendah. Selain itu IC tersebut menggunakan arus sebesar 60μA dan panas yang ditimbulkan oleh IC tersebut sangat rendah yaitu kurang dari 0,1 0 C pada ruangan terbuka. IC ini juga dapat difungsikan dengan supply tunggal (+ dan ground) atau bisa juga difungsikan dengan supply (+ dan -). Untuk mengetahui lebih jelas tentang sensor ini, adapun spesifikasi dari IC LM 35 adalah : 1. Terkalibrasi pada satuan celcius 2. Perubahan linier 10 mv setiap 0 C 3. Kepekaannya ± 0,25 0 C 4. Dapat bekerja dengan sempurna pada tegangan 4V sampai dengan 30V 5. Impedansi output sangat rendah ± 0,1Ω pada beban 1mA 2.4 LM 741 sebagai Penguat Operasional Rangkaian penguat adalah suatu rangkaian yang memiliki feed back negative (umpan balik negative) sehingga pada rangkaian tersebut akan terjadinya suatu rangkaian tertutup atau yang biasa yang kita kenal dengan nama Amplifier close Loop (AcL). Dengan syarat dalam Amplifier close Loop ini harus kita beri suatu tahanan yang kita beri nama tahanan Rf. Selain itu rangkaian penguat juga dapat diartikan sebagai rangkaian yang menerima sebuah isyarat atau sinyal masukan pada salah satu inputnya dan akan mengeluarkan sebuah sinyal yang bentuknya tidak berubah yang mana keluarannya itu dapat menjadi lebih besar atau lebih kecil dari sinyal masukannya.

11 18 Sehingga dengan kata lain rangkaian penguat adalah suatu rangkaian yang outputnya atau keluarannya dapat diatur oleh kita. Op Amp banyak digunakan dalam sistem analog atau sistem analog computer. Sebab Op Amp dapat melaksanakan beberapa operasi aritmatik seperti penjumlahan, pengurangan, perkalian, integrasi, diferensiasi, dan lain-lain. Disamping itu Op Amp dapat juga digunakan sebagai penguat video, penguat audio, oscillator, detektor, dan lain-lain. Ada empat sifat dasar dalam operational amplifier ini. Adapun ke empat sifat dasar tersebut adalah : 1. Jika ada sebuah sinyal inputan masuk kedalam kaki inverting pada sebuah op amp maka output yang dihasilkan akan berlawanan fasa sebesar terhadap inputannya. + - IN - OUT Gambar 2.6 Analogi sifat dasar op-amp pertama 2. Jika ada sebuah sinyal inputan masuk kedalam kaki non inverting pada sebuah op amp maka output yang dihasilkan akan sefase terhadap sinyal inputannya. + - IN - + OUT + - Gambar 2.7 Analogi sifat dasar op-amp kedua

12 19 3. Jika ada dua buah sinyal inputan yang sama dan sefase masuk ke kedua inputan op amp tersebut baik ke kaki inverting maupun kaki non inverting, maka output yang akan dihasilkan adalah nol. + - IN + - IN - + OUT Gambar 2.8 Analogi sifat dasar op-amp ketiga 4. Jika ada dua buah sinyal yang sama tetapi berlawanan fasa masuk ke dalam sebuah inputan op amp baik itu ke kaki inverting maupun kaki non inverting, maka output yang dihasilkan adalah penguatan yang terjadi pada op-amp tersebut dikali dua kali sinyal inputan yang masuk. Atau dengan rumus matematik dapat ditulis : Vout = A X 2 Vin (2.2) IN IN - + OUT - Gambar 2.9 Analogi sifat dasar op-amp ke empat

13 Adapun bentuk fisik dari LM 741 itu sendiri adalah seperti pada Gambar 2.10 dibawah ini : LM Gambar 2.10 Konfigurasi pin IC LM 741 Keterangan Gambar 2.10 : 1. Zero Off Set 2. Terminal Masukan Inverting 3. Terminal Masukan Non Inverting 4. Terminal Catu Daya Negatif (-Vcc) 5. Zero Off Set 6. Terminal Keluaran (Output) 7. Terminal Catu Daya Positif (+Vcc) LM 741 sebagai penguat non inverting LM 741 yang difungsikan sebagai penguat non inverting memiliki karakteristik yang utama yaitu tegangan keluaran yang dihasilkan (V output) akan memiliki polaritas yang sama dengan tegangan inputannya (Ei). Penguat non inverting disebut juga sebagai penguat tak membalik. Selain itu impedansi input dari penguat non inverting

14 ini sangat tinggi. Hal ini dikarenakan sinyal inputan yang akan masuk pada kaki non inverting, tidak terbebani oleh adanya nilai Ri dan Rf. 21 Rf Ri Vcc Vcc Gambar 2.11 Op-amp sebagai penguat non inverting Adapun rumus-rumus aplikasi dalam pemanfaatan LM 741 yang difungsikan sebagai penguat non inverting adalah sebagai berikut : 1. Tegangan output yang akan dihasilkan oleh penguat tersebut didefinisikan : Dimana, Vout = (1 + Rf/Ri) X Ei (2.5) Vout = Tegangan keluaran (output) yang dihasilkan Ei = Sinyal inputan yang masuk 2. Faktor penguatan yang terjadi pada penguat non inverting didefiniskan : A = Vout/Ei (2.6) Vout/Ei = 1 + Rf/Ri (2.7)

15 22 Dimana, A = Faktor penguatan (Amplification close Loop) Vout = Tegangan keluaran (output) yang dihasilkan Ei = Sinyal inputan yang masuk LM 741 sebagai penguat penyangga (buffer) LM 741 yang difungsikan sebagai penguat penyangga (buffer) bisa juga disebut sebagai rangkaian pengikut tegangan (voltage follower). Disebut demikian karena besarnya sinyal output yang dihasilkan akan sama dengan besarnya sinyal input yang masuk pada rangkaian ini. Dimana tugas yang utama pada rangkaian buffer adalah menguatkan arus pada output buffer dengan penguatan tegangan yang sama. Selain itu rangkaian buffer juga berfungsi untuk mengubah impedansi input yang tinggi ke impedansi input yang rendah. +Vcc LM Vcc Gambar 2.12 Op amp sebagai buffer LM 741 sebagai komparator Rangkaian pembanding tegangan (voltage comparator) adalah suatu rangkaian yang berfungsi untuk membandingkan antara sinyal inputan yang satu dengan yang lainnya.

16 23 Rangkaian pembanding tegangan ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut : 1. Tidak mempunyai feed back negatif 2. Kadang-kadang memiliki feed back positif 3. Memiliki kedua input yang dibandingkan 4. Memiliki penguatan yang tak terhingga sehingga output yang akan dihasilkan hanya dua keadaan yaitu +SAT atau SAT. +Vcc Vcc Gambar 2.13 Op amp sebagai komparator Adapun rumus-rumus aplikasi dari sebuah komparator adalah sebagai berikut. Dimana, Vout = (E2-E1) X AoL (2.8) Vout = tegangan keluaran (output) komparator E2 = sinyal masukan non inverting E1 = sinyal masukan inverting. AoL = penguatan open loop terbuka (Amplification open Loop) AoL = X

17 Transistor sebagai Saklar Untuk merancang transistor yang fungsinya sebagai saklar maka hal yang harus kita lakukan adalah membuat perhitungannya. Maksudnya mengetahui pada saat apa transistor tersebut bekerja sebagai saklar. Transistor bekerja sebagai saklar diidentifikasikan dalam dua kondisi, yaitu: a. Pada saat kondisi 0/off (saklar tebuka) yakni pada saat transistor mengalami cut off/titik sumbat b. Pada saat kondisi on (saklar tertutup) yakni pada saat transistor mengalami saturasi. Kemudian untuk dapat membuat transistor bekerja maka terlebih dahulu kita harus mengetahui karakteristik dari sebuah transistor tersebut. Dengan contoh, pada transistor tipe NPN, transistor tersebut dapat bekerja apabila tegangan di basis(trigger basis) mempunyai harga lebih besar atau sama dengan 0,7 V. Karena fungsi basis disini adalah sebagai control sebuah transistor. Selain itu transistor dapat bekerja apabila ada pergerakan arus dari kaki basis ke kaki emitter. Kemudian juga terjadi pergerakan arus dari kaki kolektor menuju kaki emitter. Sehingga didapatkan nilai arus dari kolektor menuju emiter lebih besar daripada arus dari kaki basis menuju emiter. Berdasarkan hukum arus Kirchoff, maka dapat diketahui nilai arus, I E = Ic + I B (2.9)

18 Salah satu keunggulan dari transistor adalah, nilai arus yang terjadi pada kolektor 25 lebih besar dari arus yang terdapat pada basis, penguatan arus dc, merupakan penentu dari perbedaan dari kedua arus ini. βdc = Ic/I B (2.10) ini : Sifat-sifat dari transistor dapat diketahui setelah melihat Gambar 2.14 berikut V B B + - R B V C E R C + - V CC Gambar 2.14 Rangkaian common emiter Pada gambar dapat diketahui nilai arus basis berdasarkan hukum Ohm, I B = V BB - V BE (2.11) R B Dan dengan hukum tegangan Kirchoff dapat diketahui, V CE = V CC (I C.R C ) (2.12)

19 Untuk dapat mengetahui dimana daerah kerja transistor, maka dibuatlah garis beban yang memotong sumbu vertical I C dan sumbu horizontal V CE. 26 I C I C = V C C R C TITIK SATURASI V CUT OFF C C = VC E VC C Gambar 2.15 Garis beban daerah kerja transistor Garis beban yang mengenai kurva I B = I B (sat) dan V CE = 0V merupakan daerah saturasi transistor, sedangkan garis beban yang mengenai kurva I B = 0 dan V CE = V CC adalah daerah cut off transistor Transistor dalam keadaan saturasi Pada transistor jenis NPN, apabila dioda basis emitor mendapat forward bias dan dioda basis-kolektor juga mendapat forward bias, maka arus dapat mengalir dari kolektor menuju ke emitor. Pada keadaan ini transistor berada dalam daerah saturasi dan V CE atau tegangan antara kolektor dengan emitor dapat dianggap nol. Dalam kondisi ini transistor dianggap seperti sebuah saklar tertutup. Besarnya arus yang mengalir menuju kolektor saat saturasi didefinisikan : I C = V CC V CE (2.13) R C

20 27 Daerah ini ditandai dengan nilai I B yang maksimum. Hal ini berpengaruh terhadap harga V CE kecil sekali sehingga nilai V CE dapat dianggap nol. Untuk perhitungannya secara teori dapat digunakan rumus: I C (SAT) = V CC (2.14) R C +V +V C C C C +V R B B B R C R C Gambar 2.16 Transistor dalam keadaan saturasi Transistor dalam keadaan cut off Pada transistor jenis NPN, apabila basis lebih negatif dari emitor maka arus tidak akan mengalir dari kolektor menuju ke emitor. Pada keadaan ini transistor berada dalam daerah cut off dan dapat dianggap sebagai saklar terbuka. Pada saat transistor cut off, tidak ada arus bocor yang mengalir melalui beban R C kecuali arus bocor yang sangat kecil (I C 0), sehingga besarnya I C dapat diabaikan.daerah ini ditandai dengan minimumnya nilai I B. Minimumnya nilai arus basis mengakibatkan nilai arus kolektor juga minimum.

21 28 Sehingga apabila kita kalkulasikan terhadap rumus maka kita akan mendapatkan perhitungan tegangan cut off, yaitu: V CUT OFF = V CC = V CE (2.15) +V +V C C C C +V R B B B R C R C Gambar 2.17 Transistor dalam keadaan cut off 2.6 IC 4011 sebagai Gerbang NAND H G M L 1110 F E A B J K C D Gambar 2.18 Konfigurasi pin IC 4011 IC 4011 merupakan sebuah perangkat IC yang mempunyai dua buah masukan. IC 4011 difungsikan sebagai gerbang NAND. Dimana dalam aplikasinya output yang dihasilkan akan bernilai high atau 1 jika salah satu dari kedua inputan IC tersebut bernilai low atau 0. Adapun penjelasan secara matematisnya adalah sebagai berikut:

22 29 Tabel 2.1 Tabel kebenaran IC 4011 X Y Z X Y Z Gambar 2.19 Simbol NAND Keterangan : X : Input 1 Y : Input 2 Z : Output

23 IC sebagai Pencacah Maju dan Mundur Gambar 2.20 Konfigurasi pin IC IC merupakan suatu IC yang berfungsi sebagai pencacah maju ataupun mundur. Dimana IC ini akan mencacah maju atau mundur tergantung dari inputan yang diterimanya. IC ini tergolong IC dengan aktif low. Jadi, IC ini akan bekerja mencacah jika inputan yang masuk pada salah satu kakinya baik itu kaki 4 atau kaki 5 jika keadaan inputannya bernilai 0 (low). Dalam aplikasinya, IC ini akan mencacah maju jika inputan ke IC ini masuk ke kaki 5. Sebaliknya IC ini akan mencacah mundur jika inputan yang masuk ke IC ini masuk pada kaki 4. Kemudian inputan-inputan tersebut baik itu counter up atau counter down, akan dikeluarkan melalui kaki 2, 3, 6, dan 7 dalam bentuk bilangan biner. 2.8 IC 4028 sebagai Dekoder BCD Bilangan-bilangan biner yang sudah mengalami proses counterisasi, agar dapat terbaca di suatu sistem tampilan, maka harus didekoderisasi terlebih dahulu. IC 4028 merupakan salah satu IC yang berfungsi sebagai proses dekoder dari bilangan-bilangan biner menjadi desimal.

24 31 IC ini akan menerima inputan yang berupa bilangan-bilangan biner melalui kaki 10, 11, 12, dan 13. Kemudian setelah masuk melalui kaki-kaki tersebut, bilanganbilangan tersebut akan mengalami proses dekoderisasi untuk dirubah menjadi bilangan desimal. Gambar 2.21 Konfigurasi pin IC 4028 Adapun besarnya bilangan desimal yang terbentuk tergantung dari sinyal-sinyal inputan yang masuk. Setelah itu, bilangan-bilangan biner yang sudah dirubah menjadi bilangan decimal akan dikeluarkan untuk ditampilkan pada suatu sistem penampil melalui kaki 2, 3, 14, dan 15.

25 32 Adapun tabel kebenaran dari IC 4028 adalah sebagai berikut Tabel 2.2 Tabel kebenaran IC IC 4066 sebagai Saklar Mandiri IN/OUT SIGNAL A OUT/IN OUT/IN SIGNAL B IN/OUT CONTROL B CONTROL C VSS SW A SW D SW B SW C VDD CONTROL A CONTROL D IN/OUT SIGNAL D OUT/IN OUT/IN SIGNAL C IN/OUT Gambar 2.22 Konfigurasi pin IC 4066 IC 4066 merupakan IC CMOS yang berisi empat buah bilateral switch. Switch dapat dioperasikan dengan memberikan tegangan high pada masing- masing kontrol tiap switch. Apabila kontrol A mendapat tegangan high maka

26 33 switch A pada pin 1 dan pin 2 akan terhubung dan apabila kontrol A mendapat tegangan low maka switch A pada pin 1 dan pin 2 akan terputus. Begitu juga pada switch lainnya yang bekerja apabila kontrolnya diberikan tegangan high. IC 4066 ini juga dapat digunakan sebagai multiplekser dan demultiflekser. IC 4066 ini bila dihubungkan dengan IC counter atau dekoder dapat digunakan sebagai rangkaian ADC. IC tambahan tersebut dapat dihubungkan ke kontrol masing-masing switch IC CA 3162E sebagai Analog To Digital Converter 2(1) BCD OUTPUT 2(2) BCD OUTPUT NSD MSD LSD HOLD/BY PASS GND ZERO ADJUSMENT IC 3162 E (3) BCD OUTPUT 2(0) BCD OUTPUT V+ GAIN ADJUSMENT INTEGRATING CAP HIGH INPUT LOW INPUT ZERO ADJUSMENT Gambar 2.23 Konfigurasi pin IC 3162 E Pada waktu dilakukan pengukuran temperatur, tekanan udara, tegangan listrik atau besaran besaran fisis lainya secara analog, artinya alat ukur dari besaran besaran tersebut akan memberikan bentuk informasi dalam bentuk analog. Kita menentukan suatu besaran yang diukur dengan suatu petunjuk pada garis skala yang tertera pada meter alat tersebut. Suatu besaran analog tidak dapat langsung ditampilkan sebagai informasi digital, besaran ini harus terlebih dahulu dirubah atau dikonversikan yaitu perubahan dari kode kode biner ke desimal agar dapat ditampilkan menjadi

27 34 informasi digital. Pada alat rancangan ini panas yang dihasilkan terlebih dahulu dikonversikan oleh LM 35 menjadi tegangan listrik. Tegangan listrik yang masih dalam bentuk analog ini, kemudian dikonversikan lagi menjadi besaran besaran digital dan ditampilkan dalam bentuk informasi digital oleh rangkaian ADC. Jadi pada alat ini dilakukan dua kali proses konversi didalam memberikan informasi digital yaitu pengubahan panas menjadi tegangan-tegangan listrik (analog) dan pengubahan tegangan listrik menjadi informasi digital. Pada rangkaian ini, IC yang digunakan adalah IC CA3162E, tegangan analog yang merupakan input IC CA3162E terdiri dari tegangan 2 inputan, tegangan inputan yang pertama adalah tegangan yang berasal dari tegangan output rangkaian sensor temperatur, sehingga BCD (Binary Counter to Digital) outputnya ke dekoder merupakan BCD out dari sensor temperatur. Sedangkan tegangan input yang kedua adalah tegangan yang berasal dari tegangan setting, sehingga outnya ke dekoder merupakan BCD out dari tegangan setting. Pada IC CA 3162E ini pin yang digunakan untuk tegangan input analog ini di inputkan melalui pin 11 yang merupakan input tegangan analog high dari IC CA 3162E. Sedangkan input tegangan analog low input melalui pin 10. Pada pin 8 dan 9 dari IC CA 3162E yang dihubungkan ke R variabel dimana fungsinya untuk mengkalibrasi angka digital outputnya 0. Selanjutnya tegangan analog yang masuk ke IC ADC ini akan melewati angka 0 dari IC CA3162E serta penguatannya akan diatur yaitu pada pin 13.Keluaran dari IC ini adalah terletak pada pin 16,15,1 dan 2. Karena data BCD yang digitnya dari IC ini di outputkan ke dekoder IC CA3161E maka diperlukan rangkaian digit driver yang sinkron dengan output BCD.

28 35 Contoh: Pada saat BCD output memberikan data BCDnya ke input decoder IC 3161E yaitu pin inputannya pada pin 6,2,1 dan 7 untuk digit pertama (LSD) maka digit driver yang aktif adalah digit driver pada pin 5 dari IC CA 3162E sehingga TR1 akan hidup dengan demikian arus VCC akan mengalir ke emiter yang diteruskan menuju kolektor kemudian masuk ke common seven segment yang berfungsi untuk menghidupkan seven segment sementara dari anoda seven segment yang dihubungkan ke output dekoder (output IC CA3161E) IC CA 3161E sebagai Dekoder 2(1) BCD INPUT 2(2) BCD INPUT NC NC NC 2(3) BCD INPUT 2(0) BCD INPUT GND IC 3161 E V+ f g a b c d e Gambar 2.24 Konfigurasi pin IC 3161 E Dekoder adalah rangkaian gerbang-gerbang yang berguna menampilkan kode-kode biner menjadi tanda - tanda yang dapat ditanggapi secara visual. Dekoder merupakan rangkaian logika yang menggunakan n bit masukan biner menjadi m jalur keluaran sedemikian sedemikian sehingga setiap jalur keluaran dapat diaktifkan dengan salah satu kombinasi pada masukan. Secara ideal dekoder yang memiliki n buah input dapat menghasilkan jalur keluaran sebesar 2 n kombinasi. Untuk setiap kombinasi-kombinasi masukan ini akan salah satu dari

29 36 m jalur keluaran yang berlogika 1 (tinggi) sedangkan jalur logika yang lain akan berlogika 0 (rendah). Dalam perancangan ini, IC CA 3161 E penulis fungsikan sebagai dekoder, adapun pengertian dari pada dekoder yaitu suatu rangkaian logika yang berfungsi untuk merubah kode-kode biner menjadi tanda-tanda yang dapat ditandai secara visual. Keluaran suatu dekoder merupakan data yang diterima dalam bentuk kode biner. Setiap kombinasi pada masukan hanya mengaktifkan satu terminal keluaran salah satu tipe dari dekoder adalah BCD seven segment dekoder, dimana fungsi dari BCD tersebut adalah merubah kode biner menjadi kode desimal yang akan ditampilkan pada display. Masukan BCD mendapat masukan yang berasal dari counter. Dilihat dari jenisnya, BCD seven segment mempunyai dua jenis yaitu BCD seven segment aktif low dan aktif high. IC CA 3161E adalah salah satu dari jenis BCD seven segment dekoder yang aktif high. Output dari BCD merupakan inputan untuk dekoder (IC CA 3161E) dan inputan dekodernya terletak pada pin 6, 2,1 dan 7. Data biner yang masuk pada dekoder ini kemudian ditampilkan ke seven segment dekoder sebagai data input berupa desimal ke seven segment.

30 Adapun tabel kebenaran dari IC 3161E ini ditunjukkan pada tabel 2.3 dibawah ini 37 Tabel 2.3 Tabel kebenaran IC 3161E INPUT OUTPUT DECIMAL D C B A A b c d E f g

31 Seven Segment sebagai Display Display atau penampilan, merupakan sebuah indikator yang digunakan pada peralatan yang berbasis sistim digital. Beberapa macam indikator yang sering digunakan sebagai display : 1. Seven segment 2. Dot matriks Pada karya tulis ini digunakan seven segment sebagai display. Dimana seven segment tersebut terdiri dari tujuh buah led dan satu common dimana dioda tersebut akan menyala apabila diberikan beda potensial atau ada arus yang mengalir. Ada dua jenis seven segment yaitu : Common anoda Common anoda berarti pada setiap anoda dari masing-masing led digabungkan dan dihubungkan ke VCC, sedangkan pada katodanya diberikan taraf rendah atau berlogika nol (low) sesuai angka yang ingin kita tampilkan sehingga arus akan mengalir dari anoda ke katoda dan akan menyalakan led sesuai angka yang kita inginkan.

32 39 Untuk lebih jelas dapat kita lihat gambar dan tabel dibawah : Gambar 2.25 Bentuk fisik dan konfigurasi seven segment anoda Tabel 2.4 Seven segment common anoda Common katoda Common katoda merupakan kebalikan dari common anoda, jika pada common anoda, anoda pada led yang digabung dan dihubungkan ke VCC maka pada common katoda, katodanya yang digabung dan dihubungkan ke ground.

33 40 Untuk lebih jelas dapat kita lihat gambar dan tabel dibawah : Gambar 2.26 Bentuk fisik dan konfigurasi seven segment katoda Tabel 2.5 Seven segment common katoda 2.13 IC MOC 3020 sebagai PhotoTriac IC MOC 3020 merupakan komponen yang berfungsi sebagai photo triac. Photo triac adalah sebuah komponen penghubung yang bekerja berdasarkan picu cahaya optik. Photo triac terdiri dari dua bagian yaitu pemancar (transmitter) dan penerima (receiver). Pemancar biasanya dibangun dari sebuah led infra red, dan penerima dibangun dengan komponen Photo Triac, gatenya akan mendapat bias maju bila mendapat sinar dari LED sehingga triad terhubung singkat dengan kata lain Photo Triac digunakan sebagai optoisolator antara rangkaian input dan output. IC MOC ini dapat digunakan sebagai penggerak tegangan AC atau komponen elektronik pengganti relay.

34 Gambar 2.27 Konfigurasi pin MOC 3020 Keterangan pin MOC 3020 : Kaki 1 : Anoda Kaki 2 : Katoda Kaki 3 dan 5 : Normally Close Kaki 4 dan 6 : Input / Output Tegangan AC Gambar 2.28 Skematik MOC TRIODA AC (TRIAC) sebagai Switch Triac merupakan komponen tiga elektroda yang berfungsi sebagai saklar. Triac mempunyai elektroda kendali (gerbang) terpisah guna memungkinkan pemberian level tegangan yang akan memulai triac untuk berkondukasi. Triac banyak digunakan pada rangkaian-rangkaian pengendali, pensaklaran, ataupun pemicu. Prinsip kerja Triac sama dengan SCR (Silicon Control Rectifier) dan Triac sendiri dapat digambarkan sebagai penggabungan dua SCR yang dipasang

35 42 anti pararel dan diberi satu elektroda pintu. Triac banyak digunakan untuk beban yang mempunyai daya besar. Gambar dibawah ini merupakan lambang dari Triac, terminal utamanya adalah terminal satu dan dua yaitu untuk keluaran dan terminal bersama. Gerbang atau gate merupakan terminal masukan atau terminal kendali. A1 G A2 Gambar 2.29 Simbol triac Keterangan : A1 : Main Terminal 1 A2 : Main Terminal 2 G : Gate

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Hypothermia Hypothermia yaitu keadaan dimana suhu tubuh menurun dari keadaan suhu normal (37,5 C). Hypothermia bisa menyebabkan hipoglikemia (kadar gula yang rendah), asidosis

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PERANCANGAN DAN PEMBUATAN MODEL HUMIDIFIER

TUGAS AKHIR PERANCANGAN DAN PEMBUATAN MODEL HUMIDIFIER TUGAS AKHIR PERANCANGAN DAN PEMBUATAN MODEL HUMIDIFIER Diajukan guna melengkapi sebagian syarat dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu ( S1 ) Disusun Oleh : Nama : Heri Setiawan NIM : 41409110066 Program

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN. Pada bab ini akan dijelaskan langkah-langkah yang digunakan dalam

BAB III PERENCANAAN. Pada bab ini akan dijelaskan langkah-langkah yang digunakan dalam BAB III PERENCANAAN Pada bab ini akan dijelaskan langkah-langkah yang digunakan dalam merencanakan alat yang dibuat. Adapun pelaksanaannya adalah dengan menentukan spesifikasi dan mengimplementasikan dari

Lebih terperinci

BAB III. Perencanaan Alat

BAB III. Perencanaan Alat BAB III Perencanaan Alat Pada bab ini penulis merencanakan alat ini dengan beberapa blok rangkaian yang ingin dijelaskan mengenai prinsip kerja dari masing-masing rangkaian, untuk mempermudah dalam memahami

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN. bayi yang dilengkapi sistem telemetri dengan jaringan RS485. Secara umum, sistem. 2. Modul pemanas dan pengendali pemanas

BAB III PERANCANGAN. bayi yang dilengkapi sistem telemetri dengan jaringan RS485. Secara umum, sistem. 2. Modul pemanas dan pengendali pemanas BAB III PERANCANGAN 3.1. Gambaran Umum Sistem Sistem yang akan dirancang dan direalisasikan merupakan sebuah inkubator bayi yang dilengkapi sistem telemetri dengan jaringan RS485. Secara umum, sistem yang

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR Sistem Respirasi. Gambar 2.1 Sistem Respirasi Manusia

BAB II TEORI DASAR Sistem Respirasi. Gambar 2.1 Sistem Respirasi Manusia BAB II TEORI DASAR 2.1. Sistem Respirasi Gambar 2.1 Sistem Respirasi Manusia 5 2.1.1. Pendahuluan Proses respirasi sangat penting untuk kelangsungan hidup karena berfungsi sebagai pemasok oksigen untuk

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1. Blok diagram Dibawah ini adalah gambar blok diagram dari sistem audio wireless transmitter menggunakan laser yang akan di buat : Audio player Transmitter Speaker Receiver

Lebih terperinci

INSTRUMENTASI INDUSTRI (NEKA421) JOBSHEET 14 (DAC 0808)

INSTRUMENTASI INDUSTRI (NEKA421) JOBSHEET 14 (DAC 0808) INSTRUMENTASI INDUSTRI (NEKA421) JOBSHEET 14 (DAC 0808) I. TUJUAN 1. Mahasiswa dapat memahami karakteristik pengkondisi sinyal DAC 0808 2. Mahasiswa dapat merancang rangkaian pengkondisi sinyal DAC 0808

Lebih terperinci

BAB IV VOLTMETER DIGITAL DENGAN MENGGUNAKAN ICL7107

BAB IV VOLTMETER DIGITAL DENGAN MENGGUNAKAN ICL7107 BAB IV VOLTMETER DIGITAL DENGAN MENGGUNAKAN ICL7107 Berkaitan dengan pembuatan alat percobaan efek fotolistrik, diperlukan sebuah alat ukur yang bisa mengukur arus dan tegangan DC dengan polarisasi positif

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM BAB 3 PERACAGA SISTEM Pada bab ini penulis akan menjelaskan mengenai perencanaan modul pengatur mas pada mobile x-ray berbasis mikrokontroller atmega8535 yang meliputi perencanaan dan pembuatan rangkaian

Lebih terperinci

Bab III Pelaksanaan Penelitian. III.1 Alur Pelaksanaan Penelitian Secara umum alur pelaksanaan penelitian ini disajikan dalam diagram alir berikut

Bab III Pelaksanaan Penelitian. III.1 Alur Pelaksanaan Penelitian Secara umum alur pelaksanaan penelitian ini disajikan dalam diagram alir berikut Bab III Pelaksanaan Penelitian III.1 Alur Pelaksanaan Penelitian Secara umum alur pelaksanaan penelitian ini disajikan dalam diagram alir berikut Mulai Observasi dan studi pustaka Y Permasalahan Hipotesis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini akan dijelaskan langkah-langkah yang akan digunakan dalam menyelesaikan perangkat keras (hardware) yang berupa komponen fisik penunjang seperti IC AT89S52 dan perangkat

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI SISTEM

BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI SISTEM 42 BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI SISTEM Pada bab ini dijelaskan pembuatan alat yang dibuat dalam proyek tugas akhir dengan judul rancang bangun sistem kontrol suhu dan kelembaban berbasis mirkrokontroler

Lebih terperinci

Jurnal Skripsi. Mesin Mini Voting Digital

Jurnal Skripsi. Mesin Mini Voting Digital Jurnal Skripsi Alat mesin mini voting digital ini adalah alat yang digunakan untuk melakukan pemilihan suara, dikarenakan dalam pelaksanaanya banyaknya terjadi kecurangan dalam perhitungan jumlah hasil

Lebih terperinci

MODUL 08 OPERATIONAL AMPLIFIER

MODUL 08 OPERATIONAL AMPLIFIER MODUL 08 OPERATIONAL AMPLIFIER 1. Tujuan Memahami op-amp sebagai penguat inverting dan non-inverting Memahami op-amp sebagai differensiator dan integrator Memahami op-amp sebagai penguat jumlah 2. Alat

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI Water Bath. Water Bath merupakan peralatan yang berisi air yang bisa

BAB II DASAR TEORI Water Bath. Water Bath merupakan peralatan yang berisi air yang bisa 5 BAB II DASAR TEORI 2.1. Water Bath Water Bath merupakan peralatan yang berisi air yang bisa mempertahankan suhu air pada kondisi tertentu selama selang waktu yang ditentukan. Gambar 2.1 General Water

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 18. SISTEM PERNAPASANLATIHAN SOAL BAB 18

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 18. SISTEM PERNAPASANLATIHAN SOAL BAB 18 SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 18. SISTEM PERNAPASANLATIHAN SOAL BAB 18 1. Perhatikan gambar berikut! Image not found http://www.primemobile.co.id/assets/uploads/materi/bio9-18-01.png Bagian yang ditunjukkan

Lebih terperinci

1 DC SWITCH 1.1 TUJUAN

1 DC SWITCH 1.1 TUJUAN 1 DC SWITCH 1.1 TUJUAN 1.Praktikan dapat memahami prinsip dasar saklar elektronik menggunakan transistor. 2.Praktikan dapat memahami prinsip dasar saklar elektronik menggunakan MOSFET. 3.Praktikan dapat

Lebih terperinci

Bab III. Operational Amplifier

Bab III. Operational Amplifier Bab III Operational Amplifier 30 3.1. Masalah Interfacing Interfacing sebagai cara untuk menggabungkan antara setiap komponen sensor dengan pengontrol. Dalam diagram blok terlihat hanya berupa garis saja

Lebih terperinci

PENYEDIA VOLUME BENDA CAIR DENGAN STEP 150 ml ( WATER LEVEL )

PENYEDIA VOLUME BENDA CAIR DENGAN STEP 150 ml ( WATER LEVEL ) PENYEDIA VOLUME BENDA CAIR DENGAN STEP 150 ml ( WATER LEVEL ) Imam Chaerudin Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Gunadarma, Margonda Raya 100 Depok 16424 telp (021) 78881112,

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT. Dalam perancangan dan realisasi alat pengontrol lampu ini diharapkan

BAB III PERANCANGAN ALAT. Dalam perancangan dan realisasi alat pengontrol lampu ini diharapkan III-1 BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1. Perancangan Dalam perancangan dan realisasi alat pengontrol lampu ini diharapkan menghasilkan suatu sistem yang dapat mengontrol cahaya pada lampu pijar untuk pencahayaanya

Lebih terperinci

BAB III PEMBUATAN ALAT Tujuan Pembuatan Tujuan dari pembuatan alat ini yaitu untuk mewujudkan gagasan dan

BAB III PEMBUATAN ALAT Tujuan Pembuatan Tujuan dari pembuatan alat ini yaitu untuk mewujudkan gagasan dan BAB III PEMBUATAN ALAT 3.. Pembuatan Dalam pembuatan suatu alat atau produk perlu adanya sebuah rancangan yang menjadi acuan dalam proses pembuatanya, sehingga kesalahan yang mungkin timbul dapat ditekan

Lebih terperinci

I. Tujuan Praktikum. Mampu menganalisa rangkaian sederhana transistor bipolar.

I. Tujuan Praktikum. Mampu menganalisa rangkaian sederhana transistor bipolar. SRI SUPATMI,S.KOM I. Tujuan Praktikum Mengetahui cara menentukan kaki-kaki transistor menggunakan Ohmmeter Mengetahui karakteristik transistor bipolar. Mampu merancang rangkaian sederhana menggunakan transistor

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN PENGUKUR DAN PENGENDALI SUHU BERBASIS MIKROKONTROLER AT 89S51 DAN SENSOR SUHU LM 35

RANCANG BANGUN PENGUKUR DAN PENGENDALI SUHU BERBASIS MIKROKONTROLER AT 89S51 DAN SENSOR SUHU LM 35 POLITEKNOLOGI VOL. 9, NOMOR 2, MEI 2010 RANCANG BANGUN PENGUKUR DAN PENGENDALI SUHU BERBASIS MIKROKONTROLER AT 89S51 DAN SENSOR SUHU LM 35 Benny dan Nur Fauzi Soelaiman Jurusan Teknik Elektro, Politeknik

Lebih terperinci

Transistor Bipolar. III.1 Arus bias

Transistor Bipolar. III.1 Arus bias Transistor Bipolar Pada tulisan tentang semikonduktor telah dijelaskan bagaimana sambungan NPN maupun PNP menjadi sebuah transistor. Telah disinggung juga sedikit tentang arus bias yang memungkinkan elektron

Lebih terperinci

Transistor Bipolar. oleh aswan hamonangan

Transistor Bipolar. oleh aswan hamonangan Transistor Bipolar oleh aswan hamonangan Pada tulisan tentang semikonduktor telah dijelaskan bagaimana sambungan NPN maupun PNP menjadi sebuah transistor. Telah disinggung juga sedikit tentang arus bias

Lebih terperinci

Dalam pengukuran dan perhitungannya logika 1 bernilai 4,59 volt. dan logika 0 bernilai 0 volt. Masing-masing logika telah berada pada output

Dalam pengukuran dan perhitungannya logika 1 bernilai 4,59 volt. dan logika 0 bernilai 0 volt. Masing-masing logika telah berada pada output BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengukuran Alat Dalam pengukuran dan perhitungannya logika 1 bernilai 4,59 volt dan logika 0 bernilai 0 volt. Masing-masing logika telah berada pada output pin kaki masing-masing

Lebih terperinci

Prinsip kerja transistor adalah arus bias basis-emiter yang kecil mengatur besar arus kolektor-emiter.

Prinsip kerja transistor adalah arus bias basis-emiter yang kecil mengatur besar arus kolektor-emiter. TRANSISTOR Transistor adalah komponen elektronika yang tersusun dari dari bahan semi konduktor yang memiliki 3 kaki yaitu: basis (B), kolektor (C) dan emitor (E). Untuk membedakan transistor PNP dan NPN

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN. 3.1 Perencanaan kerja alat Secara Blok Diagram. Rangkaian Setting. Rangkaian Pengendali. Rangkaian Output. Elektroda. Gambar 3.

BAB III PERENCANAAN. 3.1 Perencanaan kerja alat Secara Blok Diagram. Rangkaian Setting. Rangkaian Pengendali. Rangkaian Output. Elektroda. Gambar 3. 27 BAB III PERENCANAAN 3.1 Perencanaan kerja alat Secara Blok Diagram Power Supply Rangkaian Setting Indikator (Led) Rangkaian Pengendali Rangkaian Output Line AC Elektroda Gambar 3.1 Blok Diagram Untuk

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 5. SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIALATIHAN SOAL

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 5. SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIALATIHAN SOAL 1. Perhatikan gambar berikut! SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 5. SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIALATIHAN SOAL Bagian yang ditunjukan nomor 2 dan 4 adalah... Bronkiolus dan alveolus Bronkus danalveolus Bronkus

Lebih terperinci

USER MANUAL TRAINER SAKLAR SUHU OTOMATIS MATA DIKLAT : PERAKITAN ALAT PENGENDALI

USER MANUAL TRAINER SAKLAR SUHU OTOMATIS MATA DIKLAT : PERAKITAN ALAT PENGENDALI USER MANUAL TRAINER SAKLAR SUHU OTOMATIS MATA DIKLAT : PERAKITAN ALAT PENGENDALI SISWA KELAS XII TEI2 JURUSAN TEKNIK ELEKTRONIKA INDUSTRI SMK NEGERI 3 BOYOLANGU CREW 2 CREW 11268/130.EI Suryo Hadi Sampurno

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PEMODELAN ALAT PATIENT WARMER BERBASIS DIGITAL

TUGAS AKHIR PEMODELAN ALAT PATIENT WARMER BERBASIS DIGITAL TUGAS AKHIR PEMODELAN ALAT PATIENT WARMER BERBASIS DIGITAL Diajukan guna melengkapi sebagian syarat dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu ( S1 ) Disusun Oleh : Nama : Fauzi Abdurahman NIM : 41409110080

Lebih terperinci

Dioda-dioda jenis lain

Dioda-dioda jenis lain Dioda-dioda jenis lain Dioda Zener : dioda yang dirancang untuk bekerja dalam daerah tegangan zener (tegangan rusak). Digunakan untuk menghasilkan tegangan keluaran yang stabil. Simbol : Karakteristik

Lebih terperinci

DIODA KHUSUS. Pertemuan V Program Studi S1 Informatika ST3 Telkom

DIODA KHUSUS. Pertemuan V Program Studi S1 Informatika ST3 Telkom DIODA KHUSUS Pertemuan V Program Studi S1 Informatika ST3 Telkom Tujuan Pembelajaran Setelah mengikuti kuliah ini, mahasiswa mampu: mengetahui, memahami dan menganalisis karakteristik dioda khusus Memahami

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM 25 BAB III PERANCANGAN SISTEM Sistem monitoring ini terdiri dari perangkat keras (hadware) dan perangkat lunak (software). Perangkat keras terdiri dari bagian blok pengirim (transmitter) dan blok penerima

Lebih terperinci

TRANSISTOR Oleh : Agus Sudarmanto, M.Si Tadris Fisika Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo

TRANSISTOR Oleh : Agus Sudarmanto, M.Si Tadris Fisika Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo TRANSISTOR Oleh : Agus Sudarmanto, M.Si Tadris Fisika Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Transistor adalah komponen elektronika yang tersusun dari dari bahan semi konduktor yang memiliki 3 kaki yaitu: basis

Lebih terperinci

LAB PTE - 05 (PTEL626) JOBSHEET 8 (ADC-ANALOG TO DIGITAL CONVERTER)

LAB PTE - 05 (PTEL626) JOBSHEET 8 (ADC-ANALOG TO DIGITAL CONVERTER) LAB PTE - 05 (PTEL626) JOBSHEET 8 (ADC-ANALOG TO DIGITAL CONVERTER) A. TUJUAN 1. Mahasiswa dapat mengetahui prinsip kerja dan karakteristik rangkaian ADC 8 Bit. 2. Mahasiswa dapat merancang rangkaian ADC

Lebih terperinci

PENGERTIAN THYRISTOR

PENGERTIAN THYRISTOR PENGERTIAN THYRISTOR Thyristor merupakan salah satu devais semikonduktor daya yang paling penting dan telah digunakan secara ekstensif pada rangkaian elektronika daya.thyristor biasanya digunakan sebagai

Lebih terperinci

MODUL I GERBANG LOGIKA

MODUL I GERBANG LOGIKA MODUL PRAKTIKUM ELEKTRONIKA DIGITAL 1 MODUL I GERBANG LOGIKA Dalam elektronika digital sering kita lihat gerbang-gerbang logika. Gerbang tersebut merupakan rangkaian dengan satu atau lebih dari satu sinyal

Lebih terperinci

Elektronika. Pertemuan 8

Elektronika. Pertemuan 8 Elektronika Pertemuan 8 OP-AMP Op-Amp adalah singkatan dari Operational Amplifier IC Op-Amp adalah piranti solid-state yang mampu mengindera dan memperkuat sinyal, baik sinyal DC maupun sinyal AC. Tiga

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN Bahan dan Peralatan

BAB III PERANCANGAN Bahan dan Peralatan BAB III PERANCANGAN 3.1 Pendahuluan Perancangan merupakan tahapan terpenting dari pelaksanaan penelitian ini. Pada tahap perancangan harus memahami sifat-sifat, karakteristik, spesifikasi dari komponen-komponen

Lebih terperinci

OPERASIONAL AMPLIFIER (OP-AMP) Oleh : Sri Supatmi

OPERASIONAL AMPLIFIER (OP-AMP) Oleh : Sri Supatmi 1 OPERASIONAL AMPLIFIER (OP-AMP) Oleh : Sri Supatmi Operasional Amplifier (OP-AMP) 2 Operasi Amplifier adalah suatu penguat linier dengan penguatan tinggi. Simbol 3 Terminal-terminal luar di samping power

Lebih terperinci

BAB III DESAIN DAN PERANCANGAN

BAB III DESAIN DAN PERANCANGAN 13 BAB III DESAIN DAN PERANCANGAN 3.1 Perancangan Sistem Aplikasi ini membahas tentang penggunaan IC AT89S51 untuk kontrol suhu pada peralatan bantal terapi listrik. Untuk mendeteksi suhu bantal terapi

Lebih terperinci

1. Perpotongan antara garis beban dan karakteristik dioda menggambarkan: A. Titik operasi dari sistem B. Karakteristik dioda dibias forward

1. Perpotongan antara garis beban dan karakteristik dioda menggambarkan: A. Titik operasi dari sistem B. Karakteristik dioda dibias forward 1. Perpotongan antara garis beban dan karakteristik dioda menggambarkan: A. Titik operasi dari sistem B. Karakteristik dioda dibias forward C. Karakteristik dioda dibias reverse D. Karakteristik dioda

Lebih terperinci

ROBOT LINE FOLLOWER ANALOG

ROBOT LINE FOLLOWER ANALOG ROBOT LINE FOLLOWER ANALOG ABSTRAK Dalam makalah ini akan dibahas mengenai robot Line Follower. Robot ini merupakan salah satu bentuk robot beroda yang memiliki komponen utama diantaranya, seperti resistor,

Lebih terperinci

Jobsheet Praktikum DECODER

Jobsheet Praktikum DECODER 1 DECODER A. Tujuan Kegiatan Praktikum 6 : Setelah mempraktekkan Topik ini, mahasiswa diharapkan dapat : 1) Merangkai rangkaian DECODER. 2) Mengetahui karakteristik rangkaian DECODER. B. Dasar Teori Kegiatan

Lebih terperinci

Jobsheet Praktikum ENCODER

Jobsheet Praktikum ENCODER 1 ENCODER A. Tujuan Kegiatan Praktikum 5 : Setelah mempraktekkan Topik ini, mahasiswa diharapkan dapat : 1) Merangkai rangkaian ENCODER. 2) Mengetahui karakteristik rangkaian ENCODER. B. Dasar Teori Kegiatan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENULISAN

BAB III METODOLOGI PENULISAN BAB III METODOLOGI PENULISAN 3.1 Blok Diagram Gambar 3.1 Blok Diagram Fungsi dari masing-masing blok diatas adalah sebagai berikut : 1. Finger Sensor Finger sensor berfungsi mendeteksi aliran darah yang

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. Tombol kuis dengan Pengatur dan Penampil Nilai diharapkan memiliki fiturfitur

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. Tombol kuis dengan Pengatur dan Penampil Nilai diharapkan memiliki fiturfitur 6 BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH A. Tombol Kuis dengan Pengatur dan Penampil Nilai Tombol kuis dengan Pengatur dan Penampil Nilai diharapkan memiliki fiturfitur sebagai berikut: 1. tombol pengolah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas dasar teori yang berhubungan dengan perancangan skripsi antara lain fungsi dari function generator, osilator, MAX038, rangkaian operasional amplifier, Mikrokontroler

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Umum Panel Inverter adalah peralatan untuk mengubah frekuensi dan tegangan untuk dapat mengontrol motor AC sangat diperlukan terutama oleh perusahaan yang banyak mempergunakan

Lebih terperinci

PRAKTIKUM 2 DECODER-ENCODER. JOBSHEET UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH Digital dan Mikroprosesor Yang dibina oleh Drs. Suwasono, M.T.

PRAKTIKUM 2 DECODER-ENCODER. JOBSHEET UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH Digital dan Mikroprosesor Yang dibina oleh Drs. Suwasono, M.T. PRAKTIKUM 2 DECODER-ENCODER JOBSHEET UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH Digital dan Mikroprosesor Yang dibina oleh Drs. Suwasono, M.T. Nama : Fachryzal Candra Trisnawan NIM : 160533611466 Prog. Studi - Off

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Adapun blok diagram modul baby incubator ditunjukkan pada Gambar 3.1.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Adapun blok diagram modul baby incubator ditunjukkan pada Gambar 3.1. 23 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Blok Diagram Modul Baby Incubator Adapun blok diagram modul baby incubator ditunjukkan pada Gambar 3.1. PLN THERMOSTAT POWER SUPPLY FAN HEATER DRIVER HEATER DISPLAY

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Pelaksanaan tugas akhir ini dilakukan di Laboratorium Terpadu Jurusan Teknik Elektro

III. METODE PENELITIAN. Pelaksanaan tugas akhir ini dilakukan di Laboratorium Terpadu Jurusan Teknik Elektro 22 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat. Pelaksanaan tugas akhir ini dilakukan di Laboratorium Terpadu Jurusan Teknik Elektro Fakultas Tekik, Universitas Lampung, yang dilaksanakan mulai bulan Oktober

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT. Gambar 3.1 Diagram Blok Pengukur Kecepatan

BAB III PERANCANGAN ALAT. Gambar 3.1 Diagram Blok Pengukur Kecepatan BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1 PERANCANGAN PERANGKAT KERAS Setelah mempelajari teori yang menunjang dalam pembuatan alat, maka langkah berikutnya adalah membuat suatu rancangan dengan tujuan untuk mempermudah

Lebih terperinci

Papan Pergantian Pemain Sepak Bola Berbasis Digital Menggunakan IC4072 dan IC7447

Papan Pergantian Pemain Sepak Bola Berbasis Digital Menggunakan IC4072 dan IC7447 Volume 10 No 1, April 2017 Hlm. 44-50 ISSN 0216-9495 (Print) ISSN 2502-5325 (Online) Papan Pergantian Pemain Sepak Bola Berbasis Digital Menggunakan IC4072 dan IC7447 Teguh Arifianto Program Studi Teknik

Lebih terperinci

INSTRUMENTASI INDUSTRI (NEKA421) JOBSHEET 2 (PENGUAT INVERTING)

INSTRUMENTASI INDUSTRI (NEKA421) JOBSHEET 2 (PENGUAT INVERTING) INSTRUMENTASI INDUSTRI (NEKA421) JOBSHEET 2 (PENGUAT INVERTING) I. TUJUAN Tujuan dari pembuatan modul Penguat Inverting ini adalah: 1. Mahasiswa mengetahui karakteristik rangkaian penguat inverting sebagai

Lebih terperinci

BAB IV CARA KERJA DAN PERANCANGAN SISTEM. Gambar 4.1 Blok Diagram Sistem. bau gas yang akan mempengaruhi nilai hambatan internal pada sensor gas

BAB IV CARA KERJA DAN PERANCANGAN SISTEM. Gambar 4.1 Blok Diagram Sistem. bau gas yang akan mempengaruhi nilai hambatan internal pada sensor gas BAB IV CARA KERJA DAN PERANCANGAN SISTEM 4.1 Blok Diagram Sistem Sensor Gas Komparator Osilator Penyangga/ Buffer Buzzer Multivibrator Bistabil Multivibrator Astabil Motor Servo Gambar 4.1 Blok Diagram

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI SISTEM

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI SISTEM BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI SISTEM Pada bab ini akan dijabarkan mengenai perancangan dan realisasi dari perangkat keras dan perangkat lunak dari setiap modul yang menjadi bagian dari sistem ini.

Lebih terperinci

OPERATIONAL AMPLIFIERS (OP-AMP)

OPERATIONAL AMPLIFIERS (OP-AMP) MODUL II Praktikum OPERATIONAL AMPLIFIERS (OP-AMP) 1. Memahami cara kerja operasi amplifiers (Op-Amp). 2. Memahami cara penghitungan pada operating amplifiers. 3. Mampu menggunakan IC Op-Amp pada rangkaian.

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA HASIL PENGUJIAN

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA HASIL PENGUJIAN BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA HASIL PENGUJIAN Pada bab ini dilakukan proses akhir dari pembuatan alat Tugas Akhir, yaitu pengujian alat yang telah selesai dirancang. Tujuan dari proses ini yaitu agar

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. MOSFET MOSFET atau Metal Oxyde Semiconductor Field Effect Transistor merupakan salah satu jenis transistor efek medan (FET). MOSFET memiliki tiga pin yaitu gerbang (gate), penguras

Lebih terperinci

Jurnal Teknik Elektro, Universitas Mercu Buana ISSN : PERANCANGAN KONTROL OTOMATIS TEMPERATUR RUMAH KACA BERBASIS MIKROKONTROLLER AT89S51

Jurnal Teknik Elektro, Universitas Mercu Buana ISSN : PERANCANGAN KONTROL OTOMATIS TEMPERATUR RUMAH KACA BERBASIS MIKROKONTROLLER AT89S51 PERANCANGAN KONTROL OTOMATIS TEMPERATUR RUMAH KACA BERBASIS MIKROKONTROLLER AT89S51 Yudhi Gunardi 1,Firmansyah 2 1,2 Jurusan Elektro, Universitas Mercu Buana Jl. Meruya Selatan, Kebun Jeruk - Jakarta Barat.

Lebih terperinci

ADC-DAC 28 IN-3 IN IN-4 IN IN-5 IN IN-6 ADD-A 5 24 IN-7 ADD-B 6 22 EOC ALE msb ENABLE CLOCK

ADC-DAC 28 IN-3 IN IN-4 IN IN-5 IN IN-6 ADD-A 5 24 IN-7 ADD-B 6 22 EOC ALE msb ENABLE CLOCK ADC-DAC A. Tujuan Kegiatan Praktikum - : Setelah mempraktekkan Topik ini, anda diharapkan dapat :. Mengetahui prinsip kerja ADC dan DAC.. Mengetahui toleransi kesalahan ADC dan ketelitian DAC.. Memahami

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN KERJA ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN KERJA ALAT BAB III PERANCANGAN DAN KERJA ALAT 3.1 DIAGRAM BLOK sensor optocoupler lantai 1 POWER SUPPLY sensor optocoupler lantai 2 sensor optocoupler lantai 3 Tombol lantai 1 Tbl 1 Tbl 2 Tbl 3 DRIVER ATMEGA 8535

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. DIAGRAM ALUR PENELITIAN Metode penelitian merupakan sebuah langkah yang tersusun secara sistematis dan menjadi pedoman untuk menyelesaikan masalah. Metode penelitian merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 1.1. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan pada rancang bangun pengukur kecepatan kendaraan menggunakan sensor GMR adalah metode deskriftif dan eksperimen. Melalui

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI PERANGKAT KERAS DAN PERANGKAT LUNAK SISTEM. Dari diagram sistem dapat diuraikan metode kerja sistem secara global.

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI PERANGKAT KERAS DAN PERANGKAT LUNAK SISTEM. Dari diagram sistem dapat diuraikan metode kerja sistem secara global. BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI PERANGKAT KERAS DAN PERANGKAT LUNAK SISTEM 3.1 Perancangan Perangkat Keras 3.1.1 Blok Diagram Dari diagram sistem dapat diuraikan metode kerja sistem secara global. Gambar

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT Flow Chart Perancangan dan Pembuatan Alat. Mulai. Tinjauan pustaka

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT Flow Chart Perancangan dan Pembuatan Alat. Mulai. Tinjauan pustaka 59 BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 3.1. Flow Chart Perancangan dan Pembuatan Alat Mulai Tinjauan pustaka Simulasi dan perancangan alat untuk pengendali kecepatan motor DC dengan kontroler PID analog

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 5. SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIALatihan Soal 5.1

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 5. SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIALatihan Soal 5.1 SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 5. SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIALatihan Soal 5.1 1. Urutan organ pernapasan yang benar dari dalam ke luar adalah... paru-paru, tenggororkan mulut paru-paru kerongkongan, hidung

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Bab ini menguraikan perancangan mekanik, perangkat elektronik dan perangkat lunak untuk membangun Pematrian komponen SMD dengan menggunakan conveyor untuk indutri kecil dengan

Lebih terperinci

Komponen Komponen elektronika DIODA Dioda Silikon Dan Germanium Dioda adalah komponen semiconductor yang paling sederhana, ia terdiri atas dua

Komponen Komponen elektronika DIODA Dioda Silikon Dan Germanium Dioda adalah komponen semiconductor yang paling sederhana, ia terdiri atas dua Komponen Komponen elektronika DIODA Dioda Silikon Dan Germanium Dioda adalah komponen semiconductor yang paling sederhana, ia terdiri atas dua elektroda yaitu katoda dan anoda. Ujung badan dioda biasanya

Lebih terperinci

Daerah Operasi Transistor

Daerah Operasi Transistor Daerah Operasi Transistor Sebuah Transistor memiliki empat daerah Operasi Transistor : 1. Daerah Aktif 2. Daerah CutOff 3. Daerah Saturasi 4. Daerah Breakdown Daerah Aktif Daerah kerja transistor yang

Lebih terperinci

TRANSISTOR SEBAGAI SAKLAR DAN SUMBER ARUS

TRANSISTOR SEBAGAI SAKLAR DAN SUMBER ARUS TRANSSTOR SEBAGA SAKLAR DAN SUMBER ARUS 1. TRANSSTOR SEBAGA SAKLAR Salah satu aplikasi yang paling mudah dari suatu transistor adalah transistor sebagai saklar. Yaitu dengan mengoperasikan transistor pada

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS RANGKAIAN ELEKTRONIK

BAB IV ANALISIS RANGKAIAN ELEKTRONIK BAB IV ANALISIS RANGKAIAN ELEKTRONIK 4.1 Rangkaian Pengontrol Bagian pengontrol sistem kontrol daya listrik, menggunakan mikrokontroler PIC18F4520 seperti yang ditunjukkan pada Gambar 30. Dengan osilator

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN CARA KERJA RANGKAIAN

BAB III PERANCANGAN DAN CARA KERJA RANGKAIAN BAB III PERANCANGAN DAN CARA KERJA RANGKAIAN 3.1 Diagram Blok Rangkaian Secara Detail Pada rangkaian yang penulis buat berdasarkan cara kerja rangkaian secara keseluruhan penulis membagi rangkaian menjadi

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN. Pada bab ini akan menjelaskan perancangan alat yang akan penulis buat.

BAB III PERANCANGAN. Pada bab ini akan menjelaskan perancangan alat yang akan penulis buat. BAB III PERANCANGAN Pada bab ini akan menjelaskan perancangan alat yang akan penulis buat. Perancangan tersebut mulai dari: blok diagram sampai dengan perancangan rangkaian elektronik, sebagai penunjang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. ketepatan masing-masing bagian komponen dari rangkaian modul tugas akhir

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. ketepatan masing-masing bagian komponen dari rangkaian modul tugas akhir BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengujian Dan Pengukuran Setelah pembuatan modul tugas akhir maka perlu diadakan pengujian dan pengukuran. Tujuan dari pengujian dan pengukuran adalah untuk mengetahui ketepatan

Lebih terperinci

Modul 05: Transistor

Modul 05: Transistor Modul 05: Transistor Penguat Common-Emitter Reza Rendian Septiawan April 2, 2015 Transistor merupakan komponen elektronik yang tergolong kedalam komponen aktif. Transistor banyak digunakan sebagai komponen

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI

BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI 3.1 Perancangan Blok Diaram Metode untuk pelaksanaan Program dimulai dengan mempelajari sistem pendeteksi kebocoran gas pada rumah yang akan digunakan. Dari sini dikembangkan

Lebih terperinci

TEKNIK KENDALI DIGITAL PERCOBAAN 2 PERANGKAT DISPLAY. DOSEN : DR. Satria Gunawan Zain, M.T TANGGAL KUMPUL PENDIDIKAN TEKNIK INFORMATIKA DAN KOMPUTER

TEKNIK KENDALI DIGITAL PERCOBAAN 2 PERANGKAT DISPLAY. DOSEN : DR. Satria Gunawan Zain, M.T TANGGAL KUMPUL PENDIDIKAN TEKNIK INFORMATIKA DAN KOMPUTER KELAS PTIK 05 2014 LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK KENDALI DIGITAL PERCOBAAN 2 PERANGKAT DISPLAY DOSEN : DR. Satria Gunawan Zain, M.T NAMA NIM TANGGAL KUMPUL TANDA TANGAN PRAKTIKAN ASISTEN ABD.MALIK RAUF 1429040053

Lebih terperinci

Pendahuluan. 1. Timer (IC NE 555)

Pendahuluan. 1. Timer (IC NE 555) Pada laporan ini akan menyajikan bagaimana efisien sebuah power supply untuk LED. Dengan menggunakan rangkaian buck converter diharapkan dapat memberikan tegangan dan arus pada beban akan menjadi stabil,

Lebih terperinci

PENGENALAN OPERATIONAL AMPLIFIER (OP-AMP)

PENGENALAN OPERATIONAL AMPLIFIER (OP-AMP) + PENGENALAN OPERATIONAL AMPLIFIER (OPAMP) Penguat operasional atau Operational Amplifier (OPAMP) yaitu sebuah penguat tegangan DC yang memiliki 2 masukan diferensial. OPAMP pada dasarnya merupakan sebuah

Lebih terperinci

Transistor Bipolar BJT Bipolar Junction Transistor

Transistor Bipolar BJT Bipolar Junction Transistor - 3 Transistor Bipolar BJT Bipolar Junction Transistor Missa Lamsani Hal 1 SAP bentuk fisik transistor NPN dan PNP injeksi mayoritas dari emiter, lebar daerah base, rekomendasi hole-elektron, efisiensi

Lebih terperinci

BAB VII SISTEM PERNAPASAN

BAB VII SISTEM PERNAPASAN BAB VII SISTEM PERNAPASAN PERNAPASAN / RESPIRASI PROSES PERTUKARAN GAS OKSIGEN DAN KARBON DIOKSIDA DALAM TUBUH ORGANISME FUNGSI Mensuplai oksigen ke dalam sel-sel jaringan tubuh dan mengeluarkan karbondioksida

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI MASALAH

BAB III DESKRIPSI MASALAH BAB III DESKRIPSI MASALAH 3.1 Perancangan Hardware Perancangan hardware ini meliputi keseluruhan perancangan, artinya dari masukan sampai keluaran dengan menghasilkan energi panas. Dibawah ini adalah diagram

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN RANGKAIAN

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN RANGKAIAN BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN RANGKAIAN 3.1. Blok Diagram Sistem Untuk mempermudah penjelasan dan cara kerja alat ini, maka dibuat blok diagram. Masing-masing blok diagram akan dijelaskan lebih rinci

Lebih terperinci

yaitu, rangkaian pemancar ultrasonik, rangkaian detektor, dan rangkaian kendali

yaitu, rangkaian pemancar ultrasonik, rangkaian detektor, dan rangkaian kendali BAB III PERANCANGAN 3.1. Blok Diagram Pada dasarnya rangkaian elektronik penggerak kamera ini menggunakan beberapa rangkaian analok yang terbagi menjadi beberapa blok rangkaian utama, yaitu, rangkaian

Lebih terperinci

5. Paru-paru dibungkus oleh dua selaput yang dinamakan... a. pleura b. bronkus c. alveolus d. trakea

5. Paru-paru dibungkus oleh dua selaput yang dinamakan... a. pleura b. bronkus c. alveolus d. trakea 1. Terjadinya inspirasi pada proses pernapasan manusia adalah karena diafragma.... a. melengkung, tulang rusuk dan dada terangkat b. melengkung, tulang rusuk dan dada turun c. mendatar, tulang rusuk dan

Lebih terperinci

BAB VII ANALISA DC PADA TRANSISTOR

BAB VII ANALISA DC PADA TRANSISTOR Bab V, Analisa DC pada Transistor Hal: 147 BAB V ANALSA DC PADA TRANSSTOR Transistor BJT (Bipolar Junction Transistor) adalah suatu devais nonlinear terbuat dari bahan semikonduktor dengan 3 terminal yaitu

Lebih terperinci

TUJUAN : Setelah mempelajari bab ini mahasiswa diharapkan mampu : Menjelaskan pengertian dasar dari DAC dan ADC secara prinsip

TUJUAN : Setelah mempelajari bab ini mahasiswa diharapkan mampu : Menjelaskan pengertian dasar dari DAC dan ADC secara prinsip 8 DAC - ADC TUJUAN : Setelah mempelajari bab ini mahasiswa diharapkan mampu : Menjelaskan pengertian dasar dari DAC dan ADC secara prinsip Menjelaskan rangkaian dasar DAC dengan menggunakan Op-Amp. Menjelaskan

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. diri (koma) ataupun organ pencernaan yang dimiliki pasien tidak. mampu/memungkinkan untuk bekerja sebagimana mestinya.

BAB II TEORI DASAR. diri (koma) ataupun organ pencernaan yang dimiliki pasien tidak. mampu/memungkinkan untuk bekerja sebagimana mestinya. 5 BAB II TEORI DASAR 2.1 SYRINGE PUMP Syringe pump adalah suatu peralatan medis yang berfungsi untuk membantu menginjeksikan makanan maupun obat kedalam pasien, hal ini dilakukan dikarenakan kondisi pasien

Lebih terperinci

Rancang Bangun Sistem Pengaturan Suhu Ruang Inkubator Bayi Berbasis Microcontroller AT89S51

Rancang Bangun Sistem Pengaturan Suhu Ruang Inkubator Bayi Berbasis Microcontroller AT89S51 Berkala Fisika ISSN : 1410 9662 Vol. 12, No. 2, April 2009, hal 55-62 Rancang Bangun Sistem Pengaturan Suhu Ruang Inkubator Bayi Berbasis Microcontroller AT89S51 Heri Sugito, Suryono Laboratorium Elektronika

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Catu Daya / power supply Power supply adalah rangkaian elektronika yang berfungsi untuk memberikan tegangan listrik yang dibutuhkan oleh suatu rangkaian elektronika. Dalam

Lebih terperinci

DAC - ADC Digital to Analog Converter Analog to Digital Converter

DAC - ADC Digital to Analog Converter Analog to Digital Converter DAC - ADC Digital to Analog Converter Analog to Digital Converter Missa Lamsani Hal 1 Konverter Alat bantu digital yang paling penting untuk teknologi kontrol proses adalah yang menerjemahkan informasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Bab ini membahas tentang teori atau hukum rangkaian elektronika dan teori komponen komponen yang digunakan sebagai alat bantu atau penunjang pada proses analisa Photodioda. Pembahasan

Lebih terperinci

BAB V PENGUJIAN DAN ANALISIS. pengukuran terhadap parameter-parameter dari setiap komponen per blok maupun

BAB V PENGUJIAN DAN ANALISIS. pengukuran terhadap parameter-parameter dari setiap komponen per blok maupun BAB V PENGUJIAN DAN ANALISIS Pada bab ini akan diuraikan tentang proses pengujian sistem yang meliputi pengukuran terhadap parameter-parameter dari setiap komponen per blok maupun secara keseluruhan, dan

Lebih terperinci

PERCOBAAN 3 RANGKAIAN OP AMP

PERCOBAAN 3 RANGKAIAN OP AMP PERCOBAAN 3 RANGKAIAN OP AMP TUJUAN Mempelajari penggunaan operational amplifier Mempelajari rangkaian rangkaian standar operational amplifier PERSIAPAN Pelajari keseluruhan petunjuk praktikum untuk modul

Lebih terperinci

JOBSHEET 2 PENGUAT INVERTING

JOBSHEET 2 PENGUAT INVERTING JOBSHEET 2 PENGUAT INVERTING A. TUJUAN Tujuan dari pembuatan modul Penguat Inverting ini adalah: 1. Mahasiswa mengetahui karakteristik rangkaian penguat inverting sebagai aplikasi dari rangkaian Op-Amp.

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT III.1. Diagram Blok Secara garis besar, diagram blok rangkaian pendeteksi kebakaran dapat ditunjukkan pada Gambar III.1 di bawah ini : Alarm Sensor Asap Mikrokontroler ATmega8535

Lebih terperinci