A. SASARAN PEMBANGUNAN EKONOMI KABINET INDONESIA BERSATU

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "A. SASARAN PEMBANGUNAN EKONOMI KABINET INDONESIA BERSATU"

Transkripsi

1 BAB V VISI, MISI DAN STRATEGI KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM A. SASARAN PEMBANGUNAN EKONOMI KABINET INDONESIA BERSATU Kabinet Indonesia Bersatu yang dipimpin oleh Presiden Republik Indonesia Dr. Soesilo Bambang Yudhoyono dan Wakil Presiden M. Jusuf Kalla telah menetapkan sasaran pembangunan ekonomi untuk periode tahun , antara lain: 1. Meningkatnya aktivitas perekonomian yang ditandai oleh pertumbuhan ekonomi dari 4,1% pada tahun 2003 menjadi 7,6% pada tahun Meningkatnya kesempatan kerja yang ditandai oleh turunnya angka pengangguran terbuka dari 10,1% pada tahun 2003 menjadi 5,1% pada tahun Meningkatnya pendapatan masyarakat yang ditandai dengan meningkatnya pendapatan per kapita dari USD 968 pada tahun 2003 menjadi USD 1731 pada tahun Membaiknya perekonomian rakyat yang ditandai turunnya angka kemiskinan dari 17,4% pada tahun 2003 menjadi sekitar 8,2% pada tahun Membaiknya stabilitas perekonomian yang ditandai oleh laju inflasi yang rendah dan terkendali, nilai tukar rupiah yang stabil, dan suku bunga SBI yang menurun diikuti secara proporsional oleh suku bunga pinjaman sehingga mendorong sektor riil untuk bergerak. 6. Meningkatnya akses masyarakat terhadap pendidikan dan meningkatnya mutu pendidikan, yang antara lain ditandai oleh: (a) menurunnya jumlah penduduk yang buta huruf dari 10 persen pada tahun 2003 menjadi di bawah 5 persen pada tahun 2009, dan (b) meningkatnya secara nyata persentase penduduk yang dapat menyelesaikan program wajib belajar 9 tahun. 7. Meningkatnya akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang antara lain ditandai oleh meningkatnya angka harapan hidup, menurunnya tingkat kematian bayi dan kematian ibu melahirkan. 8. Meningkatnya ketahanan pangan rakyat, yang antara lain ditandai oleh: (a) perbaikan status gizi ibu dan anak pada golongan masyarakat yang rawan pangan, dan (b) membaiknya akses rumah tangga golongan miskin terhadap pangan. 29

2 9. Berkembangnya pendidikan vocational yang ditandai oleh meningkatnya jumlah tenaga terampil. 10. Membaiknya mutu lingkungan hidup dan pengelolaan sumberdaya alam di perkotaan dan di pedesaan. 11. Membaiknya kondisi infrastruktur yang ditunjukkan oleh meningkatnya kuantitas dan kualitas berbagai prasarana penunjang pembangunan. 12. Meningkatnya kesejahteraan dan kualitas masyarakat Indonesia yang ditandai oleh membaiknya indeks pembangunan manusia (IPM), yang saat ini berada pada peringkat 112 naik menjadi lebih baik daripada peringkat 91. Sasaran pembangunan ekonomi di atas hanya dapat dicapai jika pemberdayaan usaha mikro, kecil, menengah dan koperasi dapat diwujudkan secara berkelanjutan dan terstruktur, serta bersinergi dengan pembangunan sektor lainnya secara dinamis. Menyadari posisi strategis pemberdayaan KUMKM, maka Kementerian koperasi dan UKM sebagai bagian integral dari Kabinet Indonesia Bersatu berupaya mewujudkan pemberdayaan KUMKM sebagai bagian integral dari pembangunan nasional dalam kerangka mencapai sasaran pembangunan Kabinet Indonesia Bersatu. B. VISI KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM Mengacu pada Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 09/M/2005 tanggal 31 Januari 2005 bahwa kedudukan Kementerian Koperasi dan UKM adalah unsur pelaksana pemerintah dengan tugas membantu Presiden untuk mengkoordinasikan perumusan kebijakan dan koordinasi pelaksanaan kebijakan pemberdayaan Koperasi dan UMKM di Indonesia. Tugas Kementerian Koperasi dan UKM adalah merumuskan kebijakan dan mengkoordinasikan perencanaan, pelaksanaan, pemantauan serta pengendalian pemberdayaan koperasi dan UMKM di Indonesia. Sesuai dengan kedudukan, tugas dan fungsinya Kementerian Koperasi dan UKM telah menetapkan visi, yaitu : Menjadi Lembaga Pemerintah yang kredibel dan efektif untuk mendinamisasi pemberdayaan koperasi dan UMKM dalam rangka meningkatkan produktivitas, daya saing dan kemandirian. C. MISI KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM Rumusan misi Kementerian Koperasi dan UKM adalah: Memberikan kontribusi nyata dalam pembangunan nasional melalui perumusan kebijakan nasional; pengkoordinasian perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian 30

3 kebijakan pemberdayaan di bidang koperasi dan UMKM; serta peningkatan sinergi dan peran aktif masyarakat dan dunia usaha dalam rangka meningkatkan produktivitas, daya saing dan kemandirian koperasi dan UMKM secara sistimatis, berkelanjutan dan terintegrasi secara nasional D. TUJUAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM Tujuan Kementerian Koperasi dan UKM secara umum adalah menjadikan KUMKM sebagai pelaku ekonomi utama dalam perekonomian nasional yang berdaya saing. Tujuan Kementerian Koperasi dan UKM selama periode tahun dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Mewujudkan kondisi yang mampu menstimulan, mendinamisasi dan memfasilitasi tumbuh dan berkembangnya (tujuh puluh ribu) unit koperasi yang berkualitas usahanya dan (enam juta) unit usaha UMKM baru. 2. Menumbuhkan iklim usaha yang kondusif bagi pengembangan usaha koperasi dan UMKM pada berbagai tingkatan pemerintahan, 3. Meningkatkan produktivitas, daya saing dan kemandirian koperasi dan UMKM di pasar dalam dan luar negeri, 4. Mengembangkan sinergi dan peran serta masyarakat dan dunia usaha dalam pemberdayaan koperasi dan UMKM, 5. Memberikan pelayanan publik yang berkualitas, cepat, tepat, transparan dan akuntabel. E. NILAI-NILAI KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM Dalam rangka mencapai visi, misi dan tujuannya, Kementerian Koperasi dan UKM bertekad melaksanakan nilai-nilai sebagai berikut: tata pemerintahan yang baik, kebersamaan, efisiensi berkeadilan, kerakyatan, kemartabatan, kemandirian, keberlanjutan dan berwawasan lingkungan, serta semangat desentralisasi. Kedelapan nilai ini diharapkan menjadi semangat dari pimpinan dan pegawai Kementerian Koperasi dan UKM dalam memberdayakan KUMKM di Indonesia. Semangat tata pemerintahan yang baik, berarti seluruh jajaran Kementerian Koperasi dan UKM berupaya menerapkan tata pemerintahan yang baik dalam rangka memberikan layanan publik yang berkualitas, cepat, tepat, transparan dan akuntabel, serta menerapkan prinsip partisipasi, efesiensi dan efektivitas dalam pelaksanaan pemberdayaan Koperasi dan UMKM di Indonesia. 31

4 Semangat kebersamaan, berarti seluruh jajaran Kementerian Koperasi dan UKM mengupayakan agar pemberdayaan KUMKM mampu menciptakan sinergi dari pelaku ekonomi di Indonesia untuk mengembangkan potensi sumberdayanya dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan meningkatkan daya saing perekonomian nasional. Pemberdayaan KUMKM harus disusun sebagai usaha bersama dengan mengutamakan kemakmuran masyarakat yang berdasarkan pada sistem ekonomi kemitraan. Semangat efisiensi berkeadilan, berarti seluruh jajaran Kementerian Koperasi dan UKM mengupayakan agar pemberdayaan KUMKM harus dilaksanakan secara efisien dan adil yang mampu menciptakan kesejahteraan dan keadilan bagi masyarakat Indonesia serta memberikan kesempatan yang sama dalam berusaha dan bekerja. Pemberdayaan KUMKM harus mampu menjadikan KUMKM sebagai pelaku ekonomi yang menjunjung tinggi keadilan dan nilai-nilai moral, memiliki etika usaha dan etos kerja yang tinggi serta berdisiplin. Semangat kerakyatan, berarti seluruh jajaran Kementerian Koperasi dan UKM mengupayakan agar pemberdayaan KUMKM mampu mendorong dan sekaligus menampung partisipasi dan untuk kepentingan rakyat banyak. KUMKM yang merupakan bagian terbesar dalam perekonomian nasional harus diberikan peluang dan peran yang lebih besar agar menjadi tulang punggung perekonomian nasional. Semangat kemartabatan, berarti seluruh jajaran Kementerian Koperasi dan UKM mengupayakan agar kedaulatan ekonomi rakyat harus tetap dihormati dan tidak boleh dijadikan obyek belas kasihan, namun harus benar-benar ditempatkan sebagai pelaku dunia usaha yang unggul dan ditempatkan pada jalur utama dalam seluruh sendi kehidupan ekonomi nasional. Semangat kemandirian, berarti seluruh jajaran Kementerian Koperasi dan UKM mengupayakan agar koperasi dan UMKM menjadi pelaku ekonomi yang tangguh, mandiri, produktif, maju, berdaya saing dan berkesinambungan, sehingga mampu sebagai pelaku ekonomi yang utama dalam perekonomian nasional. Semangat berkelanjutan dan berwawasan lingkungan, berarti seluruh jajaran Kementerian Koperasi dan UKM mengupayakan agar pemberdayaan KUMKM harus berkesinambungan yang berfokus pada peningkatan kemampuan daya saing dan kemandirian KUMKM, serta mampu meningkatkan kualitas lingkungan hidup masyarakat, serta menjaga keseimbangan kemajuan dan persatuan nasional (UUD Tahun 1945). Semangat desentralisasi, yang berarti seluruh jajaran Kementerian Koperasi dan UKM mengupayakan agar perencanaan dan pelaksanaan pemberdayaan Koperasi dan UMKM sesuai dengan permasalahan dan kebutuhan yang dihadapi KUMKM di setiap daerah, serta mendorong pemerintah daerah dapat 32

5 mendukung pemberdayaan Koperasi dan UMKM di daerahnya secara optimal sesuai dengan semangat otonomi daerah. F. STRATEGI PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM Untuk menjembatani sasaran pembangunan ekonomi nasional, visi dan misi Kementerian Koperasi dan UKM dengan program-program pemberdayaan KUMKM yang akan dilaksanakan oleh Kementerian Koperasi dan UKM, maka perlu dijabarkan dalam bentuk strategi kebijakan sebagai berikut: 1. Strategi Pengembangan Lingkungan Usaha Yang Kondusif Penumbuhan lingkungan usaha yang kondusif bagi pemberdayaan KUMKM pada berbagai tingkatan pemerintahan dengan tujuan meningkatkan daya saing KUMKM di dalam dan luar negeri. Penumbuhan lingkungan usaha yang kondusif dilakukan melalui penyelenggaraan sistem ekonomi kerakyatan memerlukan serangkaian strategi kebijakan politik, hukum, ekonomi makro dan pembangunan daerah sebagai prasyaratnya, yaitu: a. Kebijakan Redistribusi Sumberdaya Produktif Kebijakan ini untuk mengoreksi berbagai ketimpangan dan ketidakmerataan penguasaan sumberdaya produktif melalui: peningkatan alokasi sumber-sumber penerimaan negara kepada pemerintah daerah (sharing revenue), pembatasan penguasaan dan redistribusi pemilikan lahan, penghapusan monopoli dan praktek persaingan yang tidak sehat, dan pengembangan sistem jaminan sosial. b. Kebijakan Penumbuhan Birokrasi Pemerintahan Yang Bersih dan Efektif Birokrasi yang bersih, efisien dan efektif merupakan prasyarat terwujudnya demokrasi ekonomi. Untuk itu, pengawasan dan perencanaan pembangunan perlu dilakukan secara sistimatis, berkelanjutan dan melibatkan peran serta masyarakat. Peningkatan disiplin pengelolaan anggaran negara perlu terus ditingkatkan. c. Kebijakan Ekonomi Makro Kebijakan ekonomi makro pada masa mendatang harus diarahkan pada upaya: (1) penciptaan mekanisme pasar yang berkeadilan dan pengurangan distorsi pasar; (2) upaya penciptaan lapangan usaha dan pekerjaan; (3) penyempurnaan kebijakan investasi, perdagangan dan perubahan kebijakan industri agar lebih berorientasi pada pertanian, industri pedesaan dan ekspor; (4) Pemberdayaan bank dan lembaga 33

6 keuangan dan/atau lembaga pembiayaan lainnya untuk membiayai KUMKM; (5) penyederhanaan perijinan; (6) pengoptimalan kebijakan fiskal dan moneter untuk pemberdayaan KUMKM; serta (7) peningkatan peran pemerintah daerah dalam melaksanakan pemberdayaan KUMKM dalam kerangka desentralisasi kebijakan dan otonomi daerah. d. Kebijakan Pembangunan Daerah Kebijakan pembanguan ekonomi daerah harus diupayakan pada pemberdayaan KUMKM sebagai motor pengerak roda perekonomian daerah melalui: (1) penyederhanaan perijinan, layanan publik dan insentif; (2) pemberdayaan DPRD, LSM dan asosiasi PKM untuk melaksanakan proses advokasi dan legislasi bagi usaha kecil, menengah dan koperasi; (3) peningkatan akses KUMKM pada berbagai bidang usaha termasuk sebagai rekanan kerja Pemerintah Daerah; dan (4) perumusan kebijakan iklim berusaha yang kondusif dan dukungan perkuatan bagi KUMKM di daerah yang bersangkutan. e. Kebijakan Pengembangan Kemitraan Usaha Nasional Kemitraan usaha merupakan kunci untuk mengembangkan daya saing ekonomi nasional terutama KUMKM. Sistem kemitraan usaha KUMKM dengan pelaku usaha lainnya akan mendorong perekonomian nasional berkembang secara efisien dengan prinsip kebersamaan dan asas kekeluargaan yang kokoh. Kemitraan usaha perlu dikembangkan sebagai gerakan nasional pada masa mendatang. 2. Strategi Peningkatan Akses KUMKM Ke Sumberdaya Produktif Rendahnya produktivitas KUMKM salah satunya akibat keterbatasan aksesnya kepada sumberdaya produktif. Untuk itu, pemerintah dan dunia usaha perlu mengembangkan sistem insentif agar KUMKM dapat mengakses sumberdaya produktif untuk mengembangkan usaha dan daya saingnya. Peningkatan akses KUMKM ke sumberdaya produktif ini bersifat selektif yang berfungsi sebagai stimulan bagi KUMKM dan berperan mengoreksi ketidaksempurnaan pasar sumberdaya produktif yang dihadapi KUMKM. Strategi kebijakan peningkatan daya saing ini terdiri dari: a. Kebijakan Peningkatan Akses KUMKM Untuk Pembiayaan Usaha Peningkatan akses KUMKM ke sumber-sumber pembiayaan dalam rangka pengembangan usaha dilakukan melalui pengembangan kelembagaan dan layanan lembaga keuangan mikro termasuk koperasi, lembaga keuangan dan perbankan serta lembaga pembiayaan lainnya sebagai sistem yang terintegrasi, yang mudah diakses oleh KUMKM serta membantu restrukturisasi modal usaha KUMKM. 34

7 b. Kebijakan Peningkatan Penguasaan Pasar Bagi KUMKM Penguasaan pasar merupakan prasyarat untuk meningkatkan daya saing KUMKM. Untuk itu, KUMKM perlu diberikan dukungan kemudahan untuk mengakses informasi usaha, melaksanakan promosi, pengembangan jaringan kerja, pencadangan lokasi usaha bagi KUMKM dan perlindungan dari persaingan yang tidak sehat. c. Kebijakan Peningkatan Penguasaan Teknologi Bagi KUMKM Penguasaan teknologi akan menentukan kesinambungan daya saing KUMKM dan sekaligus akan meningkatkan produktivitas dan kualitas produk/jasa yang dihasilkan. Untuk itu perlu dikembangkan sistem insentif bagi KUMKM untuk menerapkan teknologi tepat guna, sistem insentif untuk standarisasi dan sertifikasi produk KUMKM, mengembangkan pusat-pusat inovasi teknologi dan desain, serta meningkatkan kemitraan KUMKM dengan institusi penelitian untuk penerapan teknologi secara optimal. d. Kebijakan Pengembangan Sentra Bisnis KUMKM Pendekatan sentra terbukti efektif untuk mengembangkan daya saing KUMKM. Untuk itu, pendekatan sentra dijadikan salah satu program prioritas dalam pemberdayaan KUMKM di Indonesia. Pengembangan sentra menjadi klaster bisnis dilakukan melalui pemberian dukungan pembiayaan, dukungan BDS, dukungan informasi usaha dan dukungan peningkatan kualitas SDM, serta dukungan sarana dan infrastruktur dasar lainnya. e. Kebijakan Pengembangan Pasar Jasa Pengembangan Usaha (BDS) Pengembangan pasar BDS diharapkan akan mampu meningkatkan kapasitas dan daya saing KUMKM secara mandiri melalui dukungan BDS yang profesional. Untuk itu, pemerintah perlu mendorong berkembangnya pasar BDS melalui sistem voucher dan peningkatan kualitas SDM penyedia BDS. 3. Strategi Pengembangan Kewirausahaan dan Keunggulan Kompetitif UKM Kewirausahaan merupakan faktor produksi terpenting dalam rangka meningkatkan daya saing KUMKM dan daya saing ekonomi nasional. Strategi ini bertujuan mewujudkan 6 juta unit usaha UMKM baru selama periode tahun dan meningkatkan kewirausahaan dan daya saing KUMKM di Indonesia. Untuk itu, pemerintah perlu mengembangkan strategi pengembangan kewirausahaan di Indonesia pada masa mendatang, melalui kebijakan sebagai berikut: a. Kebijakan Pengembangan Unit usaha Baru Pengembangan unit usaha baru diharapkan akan mampu menjadi sumber pertumbuhan ekonomi dan penyedia lapangan kerja pada masa mendatang. Untuk menunjang pertumbuhan dan daya tahan ekonomi nasional, maka Indonesia memerlukan tambahan 20 juta orang wirausaha baru sampai dengan tahun Selama periode pemerintah mencanangkan 35

8 6 juta unit usaha UMKM baru yang berbasis pengetahuan dan teknologi. Untuk itu, gerakan memasyarakatkan dan membudayakan kewirausahaan perlu terus ditingkatkan. b. Kebijakan Sistem Insentif untuk Peningkatan Kewirausahaan KUMKM Pengembangan sistem insentif untuk meningkatkan kewirausahaan KUMKM melalui berbagai kegiatan pelatihan, penghargaan, dukungan pengembangan usaha dan sistem insentif lainnya. Peningkatan kompetensi dan kualitas SDM KUMKM diharapkan akan mampu meningkatkan daya saingnya secara berkelanjutan. Peningkatan SDM KUMKM ini ditempuh melalui pengembangan kapasitas dan akreditasi lembaga-lembaga pelatihan, voucher system, penerapan pendidikan nasional yang berbasis kompetensi dan program sertifikasi SDM KUMKM, serta kemitraan KUMKM dengan perguruan tinggi, pendidikan kejuruan dan lembaga swadaya masyarakat. c. Kebijakan Pemberdayaan KUMKM Yang Berkeunggulan Kompetitif Pemberdayaan KUMKM yang berkeunggulan kompetitif yang berbasis teknologi dan ekspor dilakukan melalui insentif perpajakan, kemudahan memperoleh paten dan HAKI, sistem voucher, dukungan komersialisasi hasil inovasi, dan fasilitasi kemitraan untuk pengembangan usahanya. 4. Strategi Pengembangan Kelembagaan Koperasi Sesuai Dengan Jatidiri Koperasi Pengembangan koperasi sejati merupakan salah satu wahana untuk mewujudkan adanya demokrasi ekonomi di Indonesia. Strategi ini bertujuan mewujudkan unit koperasi yang berkualitas sampai dengan tahun Untuk itu, perlu upaya menyempurnakan Undang-undang Perkoperasian, meningkatkan administrasi dan pengawasan badan hukum koperasi, pemberian bimbingan dan kemudahan kepada koperasi, serta perlindungan kepada koperasi, dan perlindungan publik terhadap kegiatan usaha koperasi. Strategi pengembangan kelembagaan koperasi terdiri dari: a. Kebijakan Peningkatan Administrasi dan Pengawasan Pemberian Badan Hukum (BH) Koperasi Kebijakan ini dilaksanakan dalam rangka meningkatkan ketertataan dan ketertiban administrasi pemberian badan hukum koperasi, serta pengawasan pemberian badan hukum koperasi oleh daerah melalui tugas perbantuan, dan pengawasan kegiatan koperasi untuk meningkatkan akuntabilitasnya. b. Kebijakan Peningkatan Penerapan Jatidiri Koperasi Penerapan jatidiri koperasi merupakan roh dari proses pengembangan koperasi sejati, yang dilakukan melalui: pengembangan organisasi dan manajemen koperasi, peningkatan kualitas keanggotaan koperasi, penyempurnaan AD/ART koperasi dan pemberdayaan gerakan koperasi agar mampu memperjuangkan kepentingan anggotanya. 36

9 c. Kebijakan Pengembangan Usaha Koperasi Pengembangan usaha koperasi dilakukan melalui upaya pemantapan identitas koperasi sebagai badan usaha yang berazaskan kekeluargaan, pengembangan kerjasama usaha, pengembangan usaha koperasi yang berbasis sumberdaya lokal dan peningkatan daya saing koperasi, serta klasifikasi koperasi. d. Kebijakan Perlindungan Kepada Koperasi Tugas pemerintah dalam pengembangan koperasi adalah menumbuhkan iklim dan kondisi yang mendorong pertumbuhan dan pemasyarakatan koperasi, memberikan perlindungan kepada koperasi melalui pemberian kemudahan dan bimbingan dalam berusaha, serta melindungi publik dari aktivitas koperasi yang merugikan masyarakat. Perlindungan kepada koperasi dan publik ini memerlukan peran serta masyarakat, sehingga diperlukan upaya meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap kewirakoperasian. 5. Strategi Pemberdayaan Usaha Mikro Usaha mikro merupakan kelompok pelaku usaha terbesar (92%) di Indonesia dengan karakteristik berpenghasilan rendah, bergerak di sektor informal dan sebagian besar termasuk dalam kelompok keluarga miskin. Bahkan dalam sebagian besar kasus, kelompok usaha mikro masih belum dapat memenuhi kebutuhan dasar untuk hidup, seperti: gizi, pendidikan, kesehatan dan lain-lain. Usaha mikro memiliki karakteristik yang unik dan belum tentu dapat diberdayakan secara optimal melalui mekanisme pasar yang bersaing. Untuk itu, pemberdayaan usaha mikro perlu ditetapkan sebagai suatu strategi yang tersendiri. Strategi pemberdayaan usaha mikro terdiri dari rangkaian kebijakan sebagai berikut: a. Kebijakan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Melalui Program Subsidi Nasional Negara berkewajiban untuk memenuhi kebutuhan dasar bagi rakyatnya, sehingga untuk kelompok ini dapat diberikan subsidi, baik untuk kebutuhan pangan, pendidikan dan kesehatannya. Program subsidi perlu dikelola secara sistimatis agar mampu memandirikan usaha mikro secara berkelanjutan. b. Kebijakan Perlindungan dan Kepastian Hukum Dalam Berusaha Usaha mikro umumnya berusaha di sektor informal terutama di sektor pertanian, perdagangan kaki lima, pengangkutan dan jasa lainnya. Untuk itu, perlu upaya memberikan perlindungan dan kepastian hukum dalam berusaha, pencadangan ruang publik untuk tempat berusaha bagi usaha mikro, dan penyelarasan tata ruang dan wilayah dengan pemberdayaan usaha mikro. c. Kebijakan Pengembangan Pranata Kelembagaan Usaha Mikro Dalam rangka meningkatkan daya tawar usaha mikro, maka usaha mikro perlu diorganisasikan dalam kelompok usaha bersama, yang terus dibina 37

10 menjadi pra koperasi dan selanjutnya dikembangkan dalam wadah koperasi. Pranata kelembagaan usaha mikro perlu memperoleh prioritas dalam upaya mengembangkan usaha mikro. d. Kebijakan Perluasan Akses Pembiayaan Bagi Usaha Mikro Perluasan akses pembiayaan bagi usaha mikro dapat dilakukan melalui pemberian dana bergulir bagi lembaga keuangan mikro dan koperasi, pengembangan pola tanggung renteng, dan penyelesaian kredit program pada masa lalu. e. Kebijakan Pendidikan dan Pelatihan Ketrampilan Kerja Pendidikan dan pelatihan ketrampilan kerja perlu diberikan kepada usaha mikro dalam rangka meningkatkan daya saingnya. Pengembangan sekolah kejuruan dan pendidikan berbasis kompetensi lokal perlu ditumbuhkembangkan pada sentra-sentra usaha mikro. f. Kebijakan Pengembangan Industri Pedesaan Pengembangan industri pedesaan diharapkan akan mampu mengalihkan usaha mikro yang bergerak di bidang pertanian ke sektor lain yang lebih produktif. Penataan kelembagaan dan penguatan sistem agribisnis serta pembangunan infrastruktur pertanian akan memperkuat posisi usaha mikro dan sekaligus mewujudkan ketahanan pangan. 6. Strategi Peningkatan Sinergi dan Partisipasi Masyarakat Sinergi dan peran serta masyarakat dalam pembangunan ekonomi merupakan perwujudan dari demokrasi ekonomi. Strategi peningkatan sinergi dan partisipasi masyarakat dilakukan dengan pendekatan: a. Kebijakan Peningkatan Partisipasi Masyarakat Dalam Perencanaan, Pelaksanaan dan Evaluasi Pemberdayaan KUMKM. Peningkatan partisipasi masyakat dapat dilakukan melalui pengembangan forum lintas pelaku pada setiap daerah, peningkatan prakarsa masyarakat dalam pengembangan sentra, dukungan penghargaan bagi masyarakat yang terlibat aktif dalam pemberdayaan KUMKM, serta pengembangan mekanisme pengaduan masyarakat yang mudah. b. Kebijakan Peningkatan Kapasitas Institusi Pembina dan Dunia Usaha Untuk Berpartisipasi Dalam pemberdayaan KUMKM. Pemberdayaan KUMKM akan lebih berhasil jika terjadi sinergi pembangunan antar instansi pembina. Untuk itu, perlu ditingkatkan koordinasi antar instansi pembina, peningkatan kapasitas institusi pembina di pusat dan daerah melaksanakan pemberdayaan KUMKM, meningkatkan anggaran pemberdayaan KUMKM di setiap unit kerja, dan meningkatkan kapasitas dunia usaha untuk memberdayakan KUMKM. c. Kebijakan pengembangan kelembagaan UMKM Kelembagaan UMKM berupa asosiasi atau serikat usaha UMKM serta organisasi profesi perlu terus ditumbuhkembangkan dalam rangka 38

11 meningkatkan partisipasi UMKM dalam advokasi perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian pemberdayaan UMKM. Peningkatan peran Kadin dan asosiasi PKM yang ada perlu terus ditingkatkan untuk mengadvokasi kepentingan KUMKM, serta memfasilitasi dan memberdayakan KUMKM anggotanya. 7. Strategi Peningkatan Pelayanan Publik a. Kebijakan Perencanaan Pembangunan Pengembangan perencanaan partisipatif dan peningkatan kualitas perencanaan pembangunan menjadi titik tolak pelaksanaan pemberdayaan koperasi dan UMKM yang sistimatis, berkelanjutan, partisipatif dan terintegrasi secara nasional b. Kebijakan Peningkatan Koordinasi Koordinasi yang baik diharapkan akan mampu meningkatkan sinergi potensi dan sumberdaya nasional untuk melaksanakan pemberdayaan koperasi dan UMKM di Indonesia. c. Kebijakan Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas Peningkatan pengawasan pemberdayaan koperasi dan UMKM akan meningkatkan efisiensi, efektivitas, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan pemberdayaan koperasi dan UMKM sesuai dengan tata pemerintahan yang baik. d. Kebijakan Pengembangan Sistem Informasi Pembangunan Pengembangan sistem informasi pemberdayaan KUMKM diharapkan akan meningkatkan perspektif yang benar dari masyarakat, dunia usaha dan instansi pemerintah lain dalam melaksanakan pemberdayaan koperasi dan UMKM. e. Kebijakan Pengembangan Riset KUMKM Pengembangan riset KUMKM diarahkan untuk mendukung perumusan dan mengevaluasi kebijakan agar kebijakan Kementerian Koperasi dan UKM sahih secara akademik, politik, ekonomi, sosial dan buaya. 8. Strategi Peningkatan Aparatur Kementerian Koperasi dan UKM a. Kebijakan Pengelolaan Aparatur Kementerian Koperasi dan UKM Pengelolaan aparatur yang baik akan meningkatkan disiplin, kompetensi, komitmen dan kinerja pegawai secara optimal. b. Kebijakan Peningkatan Tata Kelola Kementerian Koperasi dan UKM Tata kelola yang baik akan mendorong pembagian tugas yang lebih merata dan meningkatkan kinerja pegawai secara optimal. c. Kebijakan Peningkatan Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana kerja yang memadai menjadi kunci pelaksanaan tugas pegawai secara optimal. 39

12 BAB VI SASARAN, INISITIF STRATEJIK DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM A. SASARAN STRATEJIK Sasaran Stratejik yang ditetapkan Kementerian Koperasi dan UKM selama periode tahun disusun berdasarkan berbagai perspektif secara berimbang, yang mencakup: perspektif pembelajaran dan pertumbuhan, perspektif proses internal, perspektif analisis biaya dan manfaat. Perspektif analisis biaya dan manfaat ini dapat dibedakan dalam tiga perspektif, yaitu: perspektif biaya sosial yang rendah, perspektif manfaat pemberdayaan KUMKM yang optimal, dan perspektif politik dalam pembangunan nasional. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan Sumberdaya manusia menjadi kunci utama untuk mewujudkan visi, misi dan tujuan Kementerian Koperasi dan UKM, dan sekaligus mewujudkan Kementerian Koperasi dan UKM sebagai organisasi pembelajaran yang tumbuh dinamis. Peningkatan kompetensi dan komitmen pegawai Kementerian Koperasi dan UKM diyakini sebagai landasan untuk keberhasilan pemberdayaan koperasi dan UMKM di Indonesia. Untuk itu, sasaran stratejik yang ditetapkan berkaitan dengan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan adalah: Meningkatnya kompetensi dan komitmen jajaran Kementerian Koperasi dan UKM dalam memberikan layanan kepada masyarakat dalam rangka mendinamisasi pemberdayaan KUMKM di Indonesia. Perspektif Proses Internal Pembangunan nasional memerlukan kepekaan pemerintah untuk mengidentifikasi berbagai permasalahan yang dihadapi masyarakat khususnya KUMKM dan merumuskan kebijakan secara terintegrasi dan akuntabel, yang dapat diterima secara baik oleh masyarakat. Kementerian Koperasi dan UKM berupaya memiliki lima kapabilitas sebagai berikut: (1) kemampuan mengidentifikasi permasalahan KUMKM, (2) kemampuan merumuskan dan memasyarakatkan kebijakan pemberdayaan KUMKM, (3) kemampuan untuk bergerak cepat, responsif dan bertindak secara fleksibel, (4) kemampuan berkoordinasi dengan lintas pelaku, dan (5) kemampuan meningkatkan akuntabilitas dan pengawasan pemberdayaan KUMKM di Indonesia. 40

13 Sasaran Stratejik Kementerian Koperasi dan UKM selama periode tahun dalam perspektif proses intern adalah: 1. Meningkatnya efektivitas pengkajian untuk perumusan dan evaluasi kebijakan pemberdayaan KUMKM di Indonesia; 2. Meningkatnya efektivitas perencanaan, pemantauan, evaluasi, pengendalian dan pelaporan pemberdayaan KUMKM di Indonesia; 3. Meningkatnya efektivitas dan kualitas pelayanan publik Kementerian Koperasi dan UKM; 4. Meningkatnya efektivitas koordinasi perumusan kebijakan dan pelaksanaan kebijakan pemberdayaan di bidang koperasi dan UMKM; dan 5. Meningkatnya efektivitas pengawasan dan akuntabilitas pemberdayaan koperasi dan UMKM di Indonesia. Perspektif Biaya Sosial Spektrum pemberdayaan KUMKM bersifat sangat luas dan lintas sektoral dengan keterbatasan anggaran pemerintah, sehingga peran serta masyarakat menjadi kunci keberhasilan pemberdayaan KUMKM. Peran serta masyarakat yang tinggi akan menjamin pelaksanaan pemberdayaan KUMKM sesuai dengan kebutuhan masyarakat, dan memiliki dampak biaya sosial yang terendah, termasuk penggunaan anggaran belanja negara secara efisien. Untuk itu, Kementerian Koperasi dan UKM menetapkan sasaran stratejik selama periode tahun dalam perspektif biaya sosial adalah: 1. Meningkatnya sinergi dan peran aktif masyarakat, dunia usaha dan instansi pemerintah dalam pemberdayaan koperasi dan UMKM di Indonesia; dan 2. Meningkatnya efektivitas dan efisiensi penggunaan anggaran belanja negara untuk pemberdayaan koperasi dan UMKM di Indonesia. Perspektif Manfaat Pemberdayaan KUMKM Pemberdayaan KUMKM harus memberikan manfaat yang maksimal dan berkelanjutan untuk pengembangan usaha koperasi dan UMKM di Indonesia dengan fokus pada peningkatan produktivitas, daya saing dan kemandirian di pasar dalam dan luar negeri. Dalam rangka meningkatkan produktivitas, daya saing dan kemandirian KUMKM, maka Kementerian Koperasi dan UKM menetapkan sasaran stratejik selama periode tahun sebagai berikut: 1. Terwujudnya lingkungan usaha yang kondusif bagi pemberdayaan usaha koperasi dan UMKM pada berbagai tingkatan pemerintahan di Indonesia; 2. Meningkatnya produktivitas usaha mikro, kecil dan menengah di Indonesia; 3. Meningkatnya daya saing usaha mikro, kecil dan menengah di Indonesia; 41

14 4. Terwujudnya kondisi yang mampu menstimulan, mendinamisasi dan memfasilitasi berkembangnya unit koperasi yang berkualitas usahanya dengan klasifikasi A, B dan C. 5. Terwujudnya kondisi yang mampu menstimulan, mendinamisasi dan memfasilitasi tumbuhnya 6 (enam) juta unit usaha UMKM baru di Indonesia. Perspektif Politik Dalam Pembangunan Nasional Pembangunan nasional merupakan salah satu wujud memenuhi janji politik pemerintah kepada masyarakat pemilih untuk menyelesaikan berbagai permasalahan nasional, seperti: pengangguran, kemiskinan, ketimpangan sosial, pertumbuhan ekonomi nasional dan lain-lain. Mengingat pemberdayaan koperasi dan UMKM merupakan bagian integral dari pembangunan nasional, maka pemberdayaan KUMKM harus mampu memberikan kontribusi nyata untuk menyelesaikan berbagai permasalahan nasional dan sekaligus mewujudkan sasaran Kabinet Indonesia Bersatu. Untuk itu, Kementerian Koperasi dan UKM menetapkan sasaran stratejik selama periode tahun dalam persepektif politik pembangunan nasional sebagai berikut: 1. Meningkatnya kontribusi KUMKM dalam pembentukan pertumbuhan ekonomi nasional dan pembentukan ekspor nasional; 2. Meningkatnya kontribusi KUMKM dalam peningkatan daya saing dan daya tahan ekonomi nasional;; 3. Meningkatnya kontribusi KUMKM dalam penyediaan kesempatan kerja bagi lebih dari 10 juta orang; 4. Meningkatnya kontribusi KUMKM dalam penurunan angka kemiskinan; dan 5. Meningkatnya kontribusi KUMKM dalam peningkatan kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat. B. INISIATIF STRATEJIK Inisiatif Stratejik merupakan program aksi yang bersifat stratejik dan berkesinambungan untuk mewujudkan sasaran stratejik. Inisiatif stratejik terdiri dari beberapa program dan kegiatan yang dilaksanakan dalam beberapa periode tahun anggaran secara berkelanjutan. Sasaran stratejik yang terdapat dalam perspektif politik pembangunan nasional merupakan hasil perwujudan berbagai sasaran stratejik di perspektif manfaat, perspektif biaya sosial, perspektif proses internal dan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan. Oleh karena itu, dalam perencanaan stratejik hanya merumuskan inisiatif stratejik di empat perspektif: manfaat pemberdayaan KUMKM, biaya sosial, proses internal, serta pembelajaran dan pertumbuhan. 42

15 Inisiatif stratejik yang ditetapkan Kementerian Koperasi dan UKM selama periode tahun dapat diikuti pada tabel 6.1. Tabel 6.1 Sasaran dan Inisiatif Stratejik Kementerian koperasi dan UKM Periode Tahun Perspektif Sasaran Stratejik Inisiatif Stratejik Pembelajaran 1. Meningkatnya kompetensi jajaran 1. Pengembangan kapabilitas dan Kementerian Koperasi dan UKM dalam pejabat Eselon I, II, III dan IV Pertumbuhan memberikan layanan kepada 2. Pengembangan kapabilitas masyarakat dalam rangka pegawai mendinamisasi pemberdayaan 3. Penyediaan sarana kerja yang KUMKM di Indonesia. memadai 4. Penyediaan fasilitas informasi 2. Meningkatnya komitmen jajaran Kementerian Koperasi dan UKM dalam memberikan layanan kepada masyarakat. 1. Pengembangan mindset birokrasi yang efisien, efektif dan pelayanan publik. 2. Pelaksanaan internalisasi visi, misi, nilai, tujuan dan sasaran Kementerian KUKM kepada seluruh jajaran Kementerian KUKM. 3. Pengaturan penugasan dan tata kelola yang lebih adil dan merata serta berbasis kinerja. 4. Pengembangan evaluasi kinerja dan sistem penghargaan pegawai yang berbasis kinerja. 5. Pengembangan tim kerja yang dinamis 43

16 Lanjutan Tabel 6.1. Perspektif Sasaran Stratejik Inisiatif Stratejik Proses Internal 1. Meningkatnya efektivitas pengkajian 1. Peningkatan efektivitas untuk perumusan dan evaluasi pengkajian untuk perumusan kebijakan pemberdayaan KUMKM di kebijakan pemberdayaan Indonesia; KUMKM, 2. Peningkatan efektivitas pengkajian untuk evaluasi pelaksanaan pemberdayaan KUMKM. 2. Meningkatnya efektivitas perencanaan, pemantauan, evaluasi, pengendalian dan pelaporan pemberdayaan KUMKM di Indonesia; 3. Meningkatnya efektivitas dan kualitas pelayanan publik Kementerian Koperasi dan UKM; 4. Meningkatnya efektivitas koordinasi perumusan kebijakan dan pelaksanaan kebijakan pemberdayaan di bidang koperasi dan UMKM; 1. Pengembangan sistem perencanaan program pemberdayaan KUMKM yang terintegrasi, berkelanjutan dan partisipatif, 2. Pengembangan sistem pemantauan dan evaluasi (monev) yang efektif dan berkelanjutan, 3. Pengembangan sistem informasi pemberdayaan KUMKM yang mudah diakses publik, dan 4. Pengembangan database dan pelaporan pemberdayaan KUMKM 1. Pengembangan organisasi lintas fungsional 2. Pengembangan jejaring informasi 3. Pemanfaatan pengembangan teknologi 1. Pengembangan jejaring organisasi 2. Pengembangan forum koordinasi lintas pelaku 3. Pengembangan koordinasi dengan pemerintah daerah dan instansi pemerintah 4. Pengembangan sistem koordinasi perencanaan dan pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian Koperasi dan UKM. 44

17 Lanjutan Tabel 6.1. Perspektif Sasaran Stratejik Inisiatif Stratejik Proses Internal 5. Meningkatnya efektivitas pengawasan 1. Pengembangan sistem dan akuntabilitas pemberdayaan pengawasan pemberdayaan KUMKM. KUMKM 2. Pengembangan sistem akuntabilitas pelaksanaan pemberdayaan KUMKM 3. Pengembangan jejaring kerja dengan APIP di pusat dan daerah Biaya Sosial 1. Meningkatnya sinergi dan peran aktif masyarakat, dunia usaha dan instansi 1. Pengembangan perspektif yang benar mengenai pemberdayaan pemerintah dalam pemberdayaan KUMKM kepada instansi koperasi dan UMKM di Indonesia; pemerintah, dunia usaha dan masyarakat. 2. Peningkatan sinergi dan peran aktif masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pemberdayaan KUMKM 3. Pengembangan kelembagaan UMKM 2. Meningkatnya efektivitas dan efisiensi penggunaan anggaran belanja negara untuk pemberdayaan koperasi dan UMKM. 1. Peningkatan efisiensi dan efektivitas penggunaan anggaran sesuai ketentuan yang berlaku, dan 2. Peningkatan alokasi APBN/APBD untuk pemberdayaan KUMKM 45

18 Lanjutan Tabel 6.1. Perspektif Sasaran Stratejik Inisiatif Stratejik Manfaat 1. Terwujudnya lingkungan usaha 1. Penyempurnaan peraturan Pemberdayaan yang kondusif bagi perundang-undangan, KUMKM pemberdayaan usaha koperasi 2. Peningkatan kelancaran arus dan UMKM pada berbagai barang dan jasa antar daerah, tingkatan pemerintahan di 3. Pengembangan pelayanan Indonesia; perijinan yang mudah, murah dan cepat bagi KUMKM, 2. Meningkatnya produktivitas usaha mikro, kecil dan menengah di Indonesia; 1. Pemberdayaan usaha skala mikro, 2. Pengembangan sistem pendukung usaha bagi KUMKM 3. Meningkatnya daya saing usaha mikro, kecil dan menengah di Indonesia; 4. Terwujudnya kondisi yang mampu menstimulan, mendinamisasi dan memfasilitasi berkembangnya unit koperasi yang berkualitas usahanya dengan klasifikasi A, B dan C. 5. Terwujudnya kondisi yang mampu menstimulan, mendinamisasi dan memfasilitasi tumbuhnya 6 (enam) juta unit UMKM baru di Indonesia. 1. Pengembangan keunggulan kompetitif UKM, 2. Pengembangan sistem insentif untuk memacu UKM berbasis teknologi dan pengetahuan, 3. Pengembangan kemitraan usaha nasional 1. Peningkatan kualitas kelembagaan koperasi 2. Pemberdayaan usaha koperasi 3. Pengembangan sistem perlindungan kepada koperasi 1. Pengembangan kewirausahaan 2. Pengembangan sistem insentif untuk tumbuhnya wirausaha baru C. INDIKATOR KINERJA Sasaran stratejik dirumuskan untuk mewujudkan visi, misi dan tujuan Kementerian Koperasi dan UKM melalui berbagai inisiatif stratejik perlu ditetapkan ukuran pencapaiannya. Ada dua ukuran untuk mengukur keberhasilan pencapaian sasaran stratejik, yaitu: (1) ukuran hasil dan (2) ukuran pemacu kinerja. Ukuran hasil digunakan untuk mengukur hasil, manfaat dan dampak keberhasilan dari inisiatif stratejik dan program yang dilaksanakan untuk mencapai sasaran stratejik yang ditetapkan. Ukuran pemacu kinerja adalah ukuran yang menunjukkan penyebab dicapainya ukuran hasil, yang umumnya berupa indikator keluaran dari inisiatif stratejik dan program pembangunan yang dilaksanakan. 46 Indikator keberhasilan pencapaian sasaran stratejik yang ditetapkan Kementerian Koperasi dan UKM pada akhir tahun 2009 dapat diikuti pada tabel 6.2.

19 Sasaran Stratejik Sasaran Pembangunan Nasional Tabel 6.2. Tabel Indikator Kinerja Stratejik Indikator Kinerja Stratejik Indikator Hasil dan Indikator Keluaran Dampak Target Target RPJM : P1 Peningkatan kesejahteraan kualitas masyarakat dan hidup Indeks Pembangunan Manusia Menurunnya jumlah usaha mikro yang miskin Peringkat 91 dari peringkat 112 (2003) P2 Penurunan kemiskinan angka Menurunnya angka kemiskinan KUMKM menyerap tambahan 10 juta orang tenaga kerja Angka kemiskinan 8,2% P3 Penyediaan kesempatan kerja Menurunnya angka pengangguran terbuka. Meningkatnya investasi dan pembiayaan KUMKM Angka pengangguran terbuka 5,1% P4 Peningkatan daya saing dan daya tahan ekonomi nasional Meningkatnya pertumbuhan ekonomi nasional Meningkatnya stabilitas ekonomi makro: inflasi, nilai tukar, suku bunga,dan sektor riil dinamis. Meningkatnya kontribusi KUMKM dalam pertumbuhan PDB Meningkatnya investasi masyarakat/pnb Meningkatnya ekspor non migas Pertumbuhan ekonomi nasional 6,6% per tahun Investasi masyarakat/ PNB 24,4% Ekspor/PNB 8,7% Inflasi, nilai tukar dan suku bunga terkendali 7,6% atau 6% per tahun P5 Peningkatan kontribusi KUMKM dalam perekonomian nasional Laju pertumbuhan ekspor KUMKM lebih besar dari laju PDBnya Meningkatnya ekspor KUMKM nilai Laju ekspor KUMKM > laju PDB KUMKM 47

20 Lanjutan Tabel 6.2 Sasaran Stratejik Manfaat Pemberdayaan UMKM M1 Terwujudnya lingkungan usaha yang kondusif bagi KUMKM Indikator Kinerja Stratejik Indikator Hasil dan Indikator Keluaran Dampak Berkurangnya peraturan yang menghambat pemberdayaan usaha KUMKM pada berbagai tingkatan pemerintahan. Penyempurnaan UU tentang Koperasi, UU tentang UMKM, Evaluasi berbagai Perda dan pelaksanaannya. Menurunnya biaya transaksi UMKM Target Diundangkannya UU Koperasi, UU UMKM, Penyempurnaan peraturan yang menghambat pengembangan UMKM. Meningkatnya kelancaran arus barang dan jasa. Menurunnya berbagai pungutan biaya usaha bagi UMKM, baik sektoral dan daerah. Meningkatnya perdagangan UMKM antar daerah/ negara Meningkat dan meluasnya perijinan yang mudah, murah dan cepat, termasuk perijinan satu atap bagi KUMKM. Terbitnya kebijakan ekonomi dan kebijakan pemerintah daerah yang pro KUMKM. Meningkatnya sosialisasi, monev dan fasilitasi perijinan satu atap kepada pemerintah propinsi, kabupaten/ kota. Meningkatnya perspektif yang benar mengenai pembangunan KUMKM di instansi terkait. 100% Propinsi 75% Kab/Kota menerapkan perijinan satu atap. Jumlah UMKM formal tumbuh 5% per tahun. Investasi UMKM tumbuh 2% per tahun 48

21 Lanjutan Tabel 6.2 M2 Sasaran Stratejik Meningkatnya produktivitas usaha mikro, kecil dan menengah Indikator Kinerja Stratejik Indikator Hasil dan Dampak Indikator Keluaran Meningkatnya PDB Meningkatnya kapasitas per tenaga kerja dan kualitas layanan UMKM pembiayaan kepada Meningkatnya PDB usaha skala mikro. per Unit Usaha Meningkatnya akses UMKM UKM ke perbankan dan sumber pembiayaan formal lainnya. Meningkatnya akses UMKM ke pasar dalam dan luar negeri Meningkatnya akses UMKM ke sumber informasi bisnis. Meningkatnya akses UMKM ke sumberdaya alam. Meningkatnya pasar jasa pengembangan bisnis. Berkembangnya sentra UMKM menjadi klaster bisnis UMKM Target Meningkat 10% dibandingkan tahun 2004 (ADHK 2000). M3 Meningkatnya daya saing UMKM Meningkatnya ekspor UMKM Meningkatnya PDB UMKM Meningkatnya kemitraan usaha nasional Meningkatnya jumlah UMKM yang berbasis teknologi dan ekspor Tersedianya sistem insentif untuk memacu wirausaha berbasis teknologi dan pengetahuan Adanya forum fasilitasi kemitraan usaha antara UMKM dengan BUMN, usaha besar dan asing yang berbasis value chain. Ekspor UMKM tumbuh 5% per tahun PDB UMKM tumbuh di atas 6% per tahun. 20% usaha besar bermitra dengan KUMKM berbasis value chain sesuai rantai pasokannya unit KUMKM memiliki kualifikasi bermitra dengan usaha besar. 49

22 Lanjutan Tabel 6.2 Sasaran Stratejik M4 Terwujudnya kondisi yang mampu menstimulan, mendinamisasi dan memfasilitasi berkembang-nya unit koperasi yang berkualitas usahanya dengan klasifikasi A, B dan C. Indikator Kinerja Stratejik Indikator Hasil Indikator Keluaran dan Dampak Meningkatnya Tertatanya administrasi kualitas dan pengawasan kelembagaan pemberian badan dan usaha hukum koperasi. koperasi. Meningkatnya sosialisasi, monev dan fasilitasi bagi koperasi untuk penerapan jatidiri koperasi. Meningkatnya sosialisasi, monev dan fasilitasi pedoman pemberdayaan usaha koperasi. Fasilitasi pelatihan orang pengurus dan manajer koperasi Fasilitasi 100 Lapenkopda Meningkatnya Meningkatnya perlindungan pengawasan usaha kepada koperasi terutama koperasi dan kegiatan simpanpinjam perlindungan kepada anggota Meningkatnya sosialisasi dari praktik dan fasilitasi koperasi yang pengembangan merugikan kewirakoperasian masyarakat masyarakat (anggota koperasi). Target unit koperasi yang berkualitas usahanya dengan klasifikasi A, B dan C 100% Propinsi dan 80% Kabupaten/ Kota memiliki sistem perlindungan hukum bagi anggota koperasi. M5 Terwujudnya kondisi yang mampu menstimulan, mendinamisasi dan memfasilitasi tumbuhnya 6 (enam) juta unit UMKM baru di Indonesia. Tumbuhnya 6 juta UMKM baru Meningkatnya pelaksanaan pemasyarakatan kewirausahaan. Tersedianya sistem insentif untuk menumbuhkan wirausaha baru Terlatih dan berperannya motivator kewirausahaan Tersedianya inkubator bisnis, penyedia BDS dan LKM di setiap kabupaten/kota secara memadai. Tersedianya sistem insentif dan akreditasi untuk lembaga diklat kewirausahaan unit UKM jasa keuangan, jasa persewaan dan jasa perusahaan. 100 unit usaha menengah di industri pengolahan yang terkait dengan UKM agrobisnis, dan unit industri rumah tangga dan kecil. 50

23 Lanjutan Tabel 6.2 Sasaran Stratejik Minimalisasi Biaya Sosial BS1 Meningkatnya sinergi dan peran aktif masyarakat, dunia usaha dan instansi pemerintah dalam pemberdayaan koperasi dan UMKM di Indonesia BS2 Meningkatnya efektivitas dan efisiensi penggunaan anggaran belanja negara untuk pemberdayaan koperasi dan UMKM di Indonesia Indikator Kinerja Stratejik Indikator Hasil dan Indikator Keluaran Dampak Meningkatnya peran aktif dunia usaha, masyarakat dan instansi terkait untuk pemberdayaan KUMKM di Indonesia. Meningkatnya efisiensi dan efektivitas penggunaan APBN/APBD untuk pemberdayaan KUMKM. Meningkatnya perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi pemberdayaan UMKM yang bersifat partisipatif. Meningkatnya koordinasi dan fasilitasi dalam rangka peningkatan kapasitas kelembagaan instansi pembina dan dunia usaha untuk berpartisipasi dalam pembangunan. Fasilitasi forum lintas pelaku termasuk MTAP di pusat dan daerah. Menstimulan dan memfasilitasi berperannya kelembagaan UMKM (asosiasi, Kadin) untuk mengadvokasi kepentingan UMKM. Meningkatnya sosialisasi dan koordinasi untuk meningkatkan efektivitas alokasi APBN/APBD untuk pemberdayaan KUMKM. Mengembangkan sistem insentif alokasi dana dekonsentrasi yang lebih adil dan berbasis kinerja. Target Jumlah alokasi kredit perbankan untuk KUMKM dalam business plan meningkat 20% per tahun. 20% usaha besar memiliki keterkaitan usaha dengan KUMKM. 80% instansi pemerintah memiliki program yang mendukung pemberdayaan usaha KUMKM. Alokasi APBN/APBD meningkat 10% per tahun. Penyerapan APBN/APBD pemberdayaan KUMKM secara efisien dan efektif. 51

24 Lanjutan Tabel 6.2 Sasaran Stratejik Proses Internal PI1 Meningkatnya efektivitas pengkajian untuk perumusan dan evaluasi kebijakan pemberdayaan KUMKM di Indonesia. PI2 Meningkatnya efektivitas perencanaan, pemantauan, evaluasi dan pengendalian, serta pelaporan pembangu-nan KUMKM di Indonesia. Indikator Kinerja Stratejik Indikator Hasil Indikator Keluaran dan Dampak Meningkatnya kualitas peraturan perundangundangan dan kebijakan pemberdayaan KUMKM sesuai dengan dinamika kebutuhan KUMKM. Meningkatnya efektivitas perencanaan pemberdayaan KUMKM sesuai dengan dinamika kebutuhan KUMKM. Meningkatnya efektivitas sistem pemantauan, evaluasi dan pengendalian pemberdayaan KUMKM. 75% kebijakan Kementerian didasarkan pada hasil kajian. 50% hasil kajian dijadikan dasar untuk perumusan dan evaluasi kebijakan pemberdayaan KUMKM di berbagai tingkatan pemerintahan. Meningkatnya sosialisasi hasil kajian pemberdayaan KUMKM, dan mudah diakses oleh masyarakat. Tersedianya perencanaan program pemberdayaan KUMKM sistem yang responsif terhadap kebutuhan KUMKM dan potensi daerah. Tersedianya sistem pemantauan, evaluasi dan pengendalian, serta pelaporan program dekonsentrasi pemberdayaan KUMKM Target 50% kebijakan pemberdayaan KUMKM pada berbagai tingkatan pemerintahan didasarkan pada hasil kajian. 90% dari program Kementerian Koperasi dan UKM, serta 60% program pemberdayaan KUMKM yang strategis di tingkat propinsi, kabupaten/kota dapat diakses oleh masyarakat melalui internet. Meningkatnya kemudahan akses masyarakat terhadap informasi hasil pelaksanaan pembangu-nan KUMKM. Tersedianya sistem informasi pemberdayaan KUMKM yang mudah diakses masyarakat, yang didukung database yang mutakhir. 52

25 Lanjutan Tabel 6.2 Sasaran Stratejik Proses Internal PI3 Meningkatnya efektivitas dan kualitas pelayanan publik Kementerian Koperasi dan UKM. PI4 Meningkatnya efektivitas koordinasi perumusan kebijakan dan pelaksanaan kebijakan pemberdayaan di bidang KUMKM. PI5 Meningkatnya efektivitas pengawasan dan akuntabilitas pemberdayaan KUMKM. Indikator Kinerja Stratejik Indikator Hasil dan Indikator Keluaran Dampak Meningkatnya kualitas dan kecepatan pelayanan publik Kementerian Koperasi dan UKM. Meningkatnya koordinasi perumusan kebijakan nasional di bidang KUMKM. Meningkatnya sinergi pemberdayaan KUMKM pada setiap tingkatan pemerintahan Meningkatnya efektivitas pengawasan dan akuntabilitas pemberdayaan KUMKM Adanya struktur organisasi dan tata kerja yang berbasis organisasi lintas fungsional. Tersedianya jejaring informasi yang berbasis intranet di lingkungan Kementerian Koperasi dan UKM. Tersedianya teknologi sarana kerja yang mendukung pelaksanaan tugas jajaran Kementerian Koperasi dan UKM Efektifnya forum koordinasi lintas instansi dan lintas pelaku. Efektifnya sistem koordinasi perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian pembangu-nan KUMKM Efektifnya sistem pengawasan pemberdayaan KUMKM. Efektifnya pelaksanaan sistem akuntabilitas pemberdayaan KUMKM. Efektifnya jejaring kerja dengan APIP di pusat dan daerah. Target Pengaduan atau keluhan masyarakat direspon kurang dari 1 minggu. 90% Propinsi dan 80% Kabupaten/ Kota memiliki program pemberdayaan KUMKM yang sinkron dengan program Kementerian KUKM. 90% program pembangunan Kementerian KUKM bernilai sangat baik dalam sistem AKIP, dan 10% bernilai baik. 53

26 Lanjutan Tabel 6.2 Sasaran Stratejik Proses Pembelajaran dan Pertumbuhan PP1 Meningkatnya kompetensi jajaran Kementerian Koperasi dan UKM dalam memberikan layanan kepada masyarakat dalam rangka mendinamisasi pemberdayaan KUMKM di Indonesia PP2 Meningkatnya komitmen jajaran Kementerian koperasi dan UKM dalam memberikan layanan kepada masyarakat. Indikator Kinerja Stratejik Indikator Hasil dan Indikator Keluaran Dampak Meningkatnya produktivitas dan kinerja Kementerian Koperasi dan UKM Meningkatnya kepuasan kerja jajaran Kementerian Koperasi dan UKM Adanya diklat untuk pejabat eselon I, II, III dan IV. Adanya diklat untuk pegawai Kementerian KUKM. Tersedianya sarana kerja yang memadai. Tersedianya fasilitas untuk mengakses informasi dan data, seperti: internet, perpustakaan, database, dll Efektifnya pengembangan mindset Birokrasi yang efisien dan efektif dalam memberikan layanan publik. Terwujudnya internalisasi visi, misi, tujuan dan nilai-nilai Kementerian Koperasi dan UKM. Efektifnya pengaturan tugas dan tata kelola yang lebih adil dan merata serta berbasis kinerja, dengan mempertimbangkan kesejahteraan pegawai dalam tata pemerintahan yang baik. Efektifnya sistem evaluasi dan penghargaan pegawai yang berbasis kinerja. Terwujudnya pengembangan tim kerja yang dinamis dan kreatif. Target Meningkatnya kualitas pelayanan publik secara cepat, tepat, transparan dan akuntabel. Indeks survei kepuasan pegawai pada nilai

27 D. PROGRAM PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM Inisiatif stratejik perlu dijabarkan lebih lanjut dalam bentuk program pemberdayaan koperasi dan UMKM yang akan dilaksanakan oleh Kementerian Koperasi dan UKM selama periode tahun Keterkaitan sasaran stratejik, inisiatif stratejik dan program Kementerian Koperasi dan UKM selama periode tahun dapat diikuti pada tabel 6.3. Tabel 6.3 Sasaran Stratejik, Inisitif Stratejik dan Program Pemberdayaan KUMKM Kementerian Koperasi dan UKM Periode Tahun Sasaran Stratejik Pembelajaran dan Pertumbuhan PP1 Meningkatnya kompetensi jajaran Kementerian Koperasi dan UKM dalam memberikan layanan kepada masyarakat. PP2 Meningkatnya komitmen jajaran Kementerian Koperasi dan UKM dalam memberikan layanan kepada masyarakat. Inisiatif Stratejik 1. Pengembangan kapabilitas pejabat Eselon I, II, III dan IV 2. Pengembangan kapabilitas pegawai 3. Penyediaan sarana kerja yang memadai 4. Penyediaan fasilitas informasi 1. Pengembangan mindset PNS-Baru sesuai dengan dinamika birokrasi yang efisien, efektif dan pelayanan publik. 2. Pelaksanaan internalisasi visi, misi, nilai, tujuan dan sasaran Kementerian KUKM kepada seluruh jajaran Kementerian KUKM. 3. Pengaturan penugasan dan tata kelola yang lebih adil dan merata serta berbasis kinerja. 4. Pengembangan evaluasi kinerja dan sistem penghargaan pegawai yang berbasis kinerja. 5. Pengembangan tim kerja yang dinamis Program Kementerian Koperasi dan UKM 1. Program diklat peningkatan kapabilitas pejabat eselon I, II, III dan IV 2. Program diklat peningkatan kapabilitas pegawai 3. Program pengembangan sarana kerja 4. Program pendesainan kembali tempat kerja pegawai. 5. Program penyediaan fasilitas informasi, seperti: internet, database, perpustakaan, dll. 1. Program pengembangan mindset pegawai 2. Program pengembangan kebanggaan pegawai 3. Program penugasan dan tatakerja yang menjamin kesejahteraan pegawai dalam tata pemerintahan yang baik. 4. Program penghargaan berbasis kinerja 5. Program pengembangan tim kerja lintas deputi 55

BAB VI SASARAN, INISITIF STRATEJIK DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM

BAB VI SASARAN, INISITIF STRATEJIK DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM BAB VI SASARAN, INISITIF STRATEJIK DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM A. SASARAN STRATEJIK yang ditetapkan Koperasi dan UKM selama periode tahun 2005-2009 disusun berdasarkan berbagai

Lebih terperinci

Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia

Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia =============================================================================== Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia !" #$ %$#&%!!!# &%!! Tujuan nasional yang dinyatakan

Lebih terperinci

BAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM

BAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM BAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM Pancasila dan Undang-undang Dasar Tahun 1945 merupakan landasan ideologi dan konstitusional pembangunan nasional termasuk pemberdayaan koperasi dan usaha

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa masyarakat adil dan makmur

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS LINGKUNGAN STRATEGIS KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM

BAB III ANALISIS LINGKUNGAN STRATEGIS KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM BAB III ANALISIS LINGKUNGAN STRATEGIS KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM Kementerian Koperasi dan UKM telah melaksanakan pemberdayaan koperasi dan usaha mikro, kecil dan menengah (KUMKM) agar mampu menjadi pelaku

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH, Menimbang : a. bahwa Usaha Mikro,

Lebih terperinci

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA Ekonomi rakyat merupakan kelompok pelaku ekonomi terbesar dalam perekonomian Indonesia dan

Lebih terperinci

MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011

MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011 MATRIK 2.3 TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN KEMENTERIAN/LEMBAGA: KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM 1. Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Lainnya 2012 2013 2014 2012 2013 2014 305,2

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 47 TAHUN : 2010 SERI : E PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 63 TAHUN 2010 TENTANG PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA BANDUNG DINAS KOPERASI UKM DAN PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN

PEMERINTAH KOTA BANDUNG DINAS KOPERASI UKM DAN PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena rahmat dan hidayah- Nya kami dapat menyusun Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Tahun 2016 Dinas Koperasi UKM dan Perindag Kota Bandung Tahun

Lebih terperinci

WALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

WALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH WALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEMBATA, Menimbang : a. bahwa usaha mikro, kecil dan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA KEDIRI

PEMERINTAH KOTA KEDIRI PEMERINTAH KOTA KEDIRI SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PEMBERDAYAAN KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KEDIRI, Menimbang

Lebih terperinci

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) A. Visi dan Misi 1. Visi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Sleman 2010-2015 menetapkan

Lebih terperinci

BAB X PROGRAM PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN DAN SDM KUMKM

BAB X PROGRAM PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN DAN SDM KUMKM BAB X PROGRAM PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN DAN SDM KUMKM A. TUJUAN PROGRAM PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN DAN SDM Indonesia memerlukan tambahan sekitar 20 juta unit usaha baru di luar sektor pertanian dalam

Lebih terperinci

BAB 2 PERENCANAAN KINERJA. 2.1 RPJMD Kabupaten Bogor Tahun

BAB 2 PERENCANAAN KINERJA. 2.1 RPJMD Kabupaten Bogor Tahun BAB 2 PERENCANAAN KINERJA 2.1 RPJMD Kabupaten Bogor Tahun 2013-2018 Pemerintah Kabupaten Bogor telah menetapkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) berdasarkan amanat dari Peraturan Daerah

Lebih terperinci

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN. 3.1 Telaahan Terhadap Kebijakan Nasional

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN. 3.1 Telaahan Terhadap Kebijakan Nasional BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN 3.1 Telaahan Terhadap Kebijakan Nasional Berdasarkan Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2016 yang mempunyai tema Memperkuat perekonomian domestik bagi peningkatan

Lebih terperinci

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERDAYAAN KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERDAYAAN KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERDAYAAN KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MADIUN, Menimbang : a.

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG SALINAN PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG PEMBERDAYAAN KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH DI KABUPATEN LAMONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH

BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH A. KONDISI UMUM 1. PENCAPAIAN 2004 DAN PRAKIRAAN PENCAPAIAN 2005 Pencapaian kelompok Program Pengembangan Otonomi Daerah pada tahun 2004, yaitu

Lebih terperinci

Mendukung terciptanya kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Meningkatnya jumlah minat investor untuk melakukan investasi di Indonesia

Mendukung terciptanya kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Meningkatnya jumlah minat investor untuk melakukan investasi di Indonesia E. PAGU ANGGARAN BERDASARKAN PROGRAM No. Program Sasaran Program Pengembangan Kelembagaan Ekonomi dan Iklim Usaha Kondusif 1. Peningkatan Iklim Investasi dan Realisasi Investasi Mendukung terciptanya kesempatan

Lebih terperinci

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PENGEMBANGAN USAHA MIKRO

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PENGEMBANGAN USAHA MIKRO BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PENGEMBANGAN USAHA MIKRO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG, Menimbang

Lebih terperinci

NCA N LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 12 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG

NCA N LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 12 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG NCA N LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 12 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN SUMEDANG BAGIAN HUKUM SEKRETARIAT

Lebih terperinci

WALIKOTA KENDARI PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI

WALIKOTA KENDARI PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI WALIKOTA KENDARI PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANAMAN MODAL DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KENDARI Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

2.1 RPJMD Kabupaten Bogor Tahun

2.1 RPJMD Kabupaten Bogor Tahun BAB 2 PERENCANAAN KINERJA 2.1 RPJMD Kabupaten Bogor Tahun 2013-2018 Pemerintah Kabupaten Bogor telah menetapkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) berdasarkan amanat dari Peraturan Daerah

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa masyarakat

Lebih terperinci

BUPATI SUMBA BARAT DAYA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI SUMBA BARAT DAYA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI SUMBA BARAT DAYA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA TAHUN 2014

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rencana Kerja Satuan Perangkat Kerja Daerah (Renja SKPD) merupakan dokumen perencanaan resmi SKPD yang dipersyaratkan untuk mengarahkan pelayanan publik Satuan Kerja

Lebih terperinci

Menimbang: a. bahwa Koperasi dan Usaha Kecil memiliki peran dan

Menimbang: a. bahwa Koperasi dan Usaha Kecil memiliki peran dan GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BEUTUNG PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 13 TAHUN 2017 TENTANG PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KEPULAUAN

Lebih terperinci

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

BAPPEDA KAB. LAMONGAN BAB IV VISI DAN MISI DAERAH 4.1 Visi Berdasarkan kondisi Kabupaten Lamongan saat ini, tantangan yang dihadapi dalam dua puluh tahun mendatang, dan memperhitungkan modal dasar yang dimiliki, maka visi Kabupaten

Lebih terperinci

BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH

BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH A. KONDISI UMUM 1. PENCAPAIAN 2004 DAN PRAKIRAAN PENCAPAIAN 2005 Pencapaian kelompok

Lebih terperinci

BAB 20 PEMBERDAYAAN KOPERASI, DAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH

BAB 20 PEMBERDAYAAN KOPERASI, DAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH BAB 20 PEMBERDAYAAN KOPERASI, DAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH Perkembangan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) dan koperasi memiliki potensi yang besar dalam meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BAB XI PROGRAM PENGEMBANGAN SENTRA BISNIS UMKM A. TUJUAN PROGRAM PENGEMBANGAN SENTRA BISNIS UMKM

BAB XI PROGRAM PENGEMBANGAN SENTRA BISNIS UMKM A. TUJUAN PROGRAM PENGEMBANGAN SENTRA BISNIS UMKM BAB XI PROGRAM PENGEMBANGAN SENTRA BISNIS UMKM A. TUJUAN PROGRAM PENGEMBANGAN SENTRA BISNIS UMKM Jumlah usaha mikro dan kecil di Indonesia relatif sangat banyak (lebih dari 42 juta unit), sedang pada sisi

Lebih terperinci

I. UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH

I. UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH - 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH I. UMUM Penerapan otonomi daerah sejatinya diliputi semangat untuk mewujudkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator ekonomi antara lain dengan mengetahui pendapatan nasional, pendapatan per kapita, tingkat

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG. Nomor : 08 Tahun 2015

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG. Nomor : 08 Tahun 2015 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG Nomor : 08 Tahun 2015 Menimbang : Mengingat : PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG USAHA MIKRO DAN KECIL DI KABUPATEN SERANG DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Kondisi perekonomian Kota Ambon sepanjang Tahun 2012, turut dipengaruhi oleh kondisi perekenomian

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa masyarakat adil dan makmur

Lebih terperinci

TUJUAN 1. TERWUJUDNYA KOTA BOGOR SEBAGAI KOTA YANG CERDAS, BERDAYA SAING DAN BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI MELALUI SMART GOVERMENT DAN SMART PEOPLE

TUJUAN 1. TERWUJUDNYA KOTA BOGOR SEBAGAI KOTA YANG CERDAS, BERDAYA SAING DAN BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI MELALUI SMART GOVERMENT DAN SMART PEOPLE C. STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN PENCAPAIAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2015-2019 MISI 1. MEWUJUDKAN BOGOR KOTA YANG CERDAS DAN BERWAWASAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI TUJUAN 1. TERWUJUDNYA KOTA

Lebih terperinci

PEREKONOMIAN INDONESIA

PEREKONOMIAN INDONESIA PEREKONOMIAN INDONESIA Ekonomi kerakyatan, sebagaimana dikemukakan dalam Pasal 33 UUD 1945, adalah sebuah sistem perekonomian yang ditujukan untuk mewujudkan kedaulatan rakyat dalam bidang ekonomi. Sistem

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2012

PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2012 1 PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL, MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLITAR Menimbang

Lebih terperinci

6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan

6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan BAB - VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN 6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan Strategi adalah langkah-langkah berisikan program indikatif untuk mewujudkan visi dan misi, yang dirumuskan dengan kriterianya

Lebih terperinci

PROFIL BADAN KETAHANAN PANGAN

PROFIL BADAN KETAHANAN PANGAN A. Tugas Pokok dan Fungsi PROFIL BADAN KETAHANAN PANGAN pengkajian, penyiapan perumusan kebijakan, pengembangan, pemantauan, dan pemantapan ketersediaan pangan, serta pencegahan dan penanggulangan kerawanan

Lebih terperinci

NOMOR : 08 Tahun 2015 TANGGAL : 22 Juni 2015 TENTANG : RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA BOGOR TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

NOMOR : 08 Tahun 2015 TANGGAL : 22 Juni 2015 TENTANG : RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA BOGOR TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR : 08 Tahun 2015 TANGGAL : 22 Juni 2015 TENTANG : RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA BOGOR TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemerintah Kota

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERDAYAAN, PENGEMBANGAN DAN PERLINDUNGAN KOPERASI DAN USAHA KECIL

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERDAYAAN, PENGEMBANGAN DAN PERLINDUNGAN KOPERASI DAN USAHA KECIL PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERDAYAAN, PENGEMBANGAN DAN PERLINDUNGAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI Pada bagian perumusan isu strategi berdasarkan tugas dan fungsi Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perijinan mengemukakan beberapa isu strategis

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENANAMAN MODAL DI PROVINSI JAWA TENGAH

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENANAMAN MODAL DI PROVINSI JAWA TENGAH PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENANAMAN MODAL DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH, Menimbang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.4, 2014 EKONOMI. Pembangunan. Perindustrian. Perencanaan. Penyelenggaraan. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5492) UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA, Menimbang : a. bahwa Koperasi dan

Lebih terperinci

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN USAHA MIKRO

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN USAHA MIKRO SALINAN WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN USAHA MIKRO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PASURUAN, Menimbang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS IIV.1 Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Ngawi saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi lima tahun ke depan perlu mendapat

Lebih terperinci

-2- Mengingat : Pasal 20 dan Pasal 21 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REP

-2- Mengingat : Pasal 20 dan Pasal 21 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REP LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.11, 2017 PEMBANGUNAN. Konstruksi. Jasa. Pencabutan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6018) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Kinerja Keuangan Masa Lalu Sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2007 tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah,

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH. karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun dapat

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH. karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun dapat BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH Kondisi perekonomian Kabupaten Lamandau Tahun 2012 berikut karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun 2013-2014 dapat digambarkan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BLITAR SERI C PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2012

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BLITAR SERI C PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2012 4 Oktober 2012 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BLITAR SERI C 3/C PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL, MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH Menimbang : DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa masyarakat adil dan makmur

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA BAB 19 PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA BAB 19 PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH BAB 19 PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH BAB 19 PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN USAHA MII(RO" KECIL, DAN MENENGAH A. KONDISI UMUM Pemberdayaan koperasi dan usaha mikro, kecil dan menengah

Lebih terperinci

BAB 19 PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH

BAB 19 PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH BAB 19 PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH A. KONDISI UMUM Pemberdayaan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) dan koperasi merupakan langkah yang strategis dalam meningkatkan dan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN PURBALINGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN PURBALINGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN PURBALINGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA, Menimbang : a. bahwa penanaman modal merupakan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENDANAAN KEUANGAN DAERAH Oleh: Ahmad Muam

KEBIJAKAN PENDANAAN KEUANGAN DAERAH Oleh: Ahmad Muam KEBIJAKAN PENDANAAN KEUANGAN DAERAH Oleh: Ahmad Muam Pendahuluan Sejalan dengan semakin meningkatnya dana yang ditransfer ke Daerah, maka kebijakan terkait dengan anggaran dan penggunaannya akan lebih

Lebih terperinci

BAB III VISI, MISI, DAN ARAH PEMBANGUNAN DAERAH

BAB III VISI, MISI, DAN ARAH PEMBANGUNAN DAERAH BAB III VISI, MISI, DAN ARAH PEMBANGUNAN DAERAH 3.1. Visi Berdasarkan kondisi masyarakat dan modal dasar Kabupaten Solok saat ini, serta tantangan yang dihadapi dalam 20 (dua puluh) tahun mendatang, maka

Lebih terperinci

TABEL 6.1 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

TABEL 6.1 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN TABEL 6.1 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Visi : Terwujudnya pemerintahan yang baik dan bersih menuju maju dan sejahtera Misi I : Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang profesional, transparan, akuntabel

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKALAN

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKALAN PEMERINTAH KABUPATEN BANGKALAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKALAN NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH KABUPATEN BANGKALAN TAHUN 2005 2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

2013, No.40 2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENE

2013, No.40 2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENE LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.40, 2013 KOPERASI. Usaha Mikro. Kecil. Menengah. Pelaksanaan. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5404) PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.174, 2014 PENDIDIKAN. Pelatihan. Penyuluhan. Perikanan. Penyelenggaraan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5564) PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertama, Kedua, Ketiga, Keempat, Kelima, Keenam, Pertama, Kedua, Ketiga, Keempat, Kelima,

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertama, Kedua, Ketiga, Keempat, Kelima, Keenam, Pertama, Kedua, Ketiga, Keempat, Kelima, I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kebijakan Pemberdayaan Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (KUKM) dewasa ini telah diatur di dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia (Perpres) Nomor 7 Tahun

Lebih terperinci

QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 10 TAHUN 2004

QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 10 TAHUN 2004 QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 10 TAHUN 2004 T E N T A N G PEMBERDAYAAN SENTRA USAHA KECIL BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR PROVINSI NANGGIROE ACEH DARUSSALAM,

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 53 TAHUN 2014 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 53 TAHUN 2014 TAHUN 2014 TENTANG GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 53 TAHUN 2014 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38/PERMEN-KP/2013 TENTANG KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENYULUHAN PERIKANAN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38/PERMEN-KP/2013 TENTANG KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENYULUHAN PERIKANAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38/PERMEN-KP/2013 TENTANG KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENYULUHAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN

Lebih terperinci

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS PENILAIAN KEBERPIHAKAN BUPATI/WALIKOTA TERHADAP PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM DI JAWA TENGAH TAHUN 2015

PETUNJUK TEKNIS PENILAIAN KEBERPIHAKAN BUPATI/WALIKOTA TERHADAP PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM DI JAWA TENGAH TAHUN 2015 PETUNJUK TEKNIS PENILAIAN KEBERPIHAKAN BUPATI/WALIKOTA TERHADAP PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM DI JAWA TENGAH TAHUN 2015 A. DASAR PELAKSANAAN 1. Undang Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian.

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan masyarakat adil dan

Lebih terperinci

BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG PERENCANAAN, PELAKSANAAN PEMBANGUNAN DAN PEMANFAATAN SERTA PENDAYAGUNAAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN. Visi pembangunan daerah dalam RPJMD adalah visi Kepala daerah dan

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN. Visi pembangunan daerah dalam RPJMD adalah visi Kepala daerah dan BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. Visi Visi pembangunan daerah dalam RPJMD adalah visi Kepala daerah dan wakil kepala daerah terpilih yang disampaikan pada waktu pemilihan kepala daerah (pilkada).

Lebih terperinci

BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR... TAHUN...

BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR... TAHUN... BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERLINDUNGAN, PEMBERDAYAAN, DAN PEMBINAAN KOPERASI DAN USAHA MIKRO,

Lebih terperinci

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA SEMARANG

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA SEMARANG BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA SEMARANG Untuk memberikan arahan pada pelaksanaan pembangunan daerah, maka daerah memiliki visi, misi serta prioritas yang terjabarkan dalam dokumen perencanaannya. Bagi

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: Mengingat: a. bahwa pembangunan nasional bertujuan

Lebih terperinci

- 3 - Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN MOJOKERTO. dan BUPATI MOJOKERTO MEMUTUSKAN :

- 3 - Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN MOJOKERTO. dan BUPATI MOJOKERTO MEMUTUSKAN : PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO PERATURAN DAERAH KABUPATEN MOJOKERTO NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG PEMBERDAYAAN KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MOJOKERTO,

Lebih terperinci

PENJELASAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 10 TAHUN 2010 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PENGEMBANGAN KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

PENJELASAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 10 TAHUN 2010 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PENGEMBANGAN KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH PENJELASAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 10 TAHUN 2010 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PENGEMBANGAN KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH I. UMUM Pembangunan Daerah bertujuan untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BUPATI BONE BOLANGO PROVINSI GORONTALO PERATURAN DAERAH KABUPATEN KABUPATEN BONE BOLANGO NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BONE BOLANGO PROVINSI GORONTALO PERATURAN DAERAH KABUPATEN KABUPATEN BONE BOLANGO NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI BONE BOLANGO PROVINSI GORONTALO PERATURAN DAERAH KABUPATEN KABUPATEN BONE BOLANGO NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI WONOGIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN WONOGIRI

BUPATI WONOGIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN WONOGIRI 1 BUPATI WONOGIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN WONOGIRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI WONOGIRI, Menimbang : a. bahwa penanaman

Lebih terperinci

BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO

BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO PERATURAN DAERAH KABUPATEN GORONTALO NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PERENCANAAN, PELAKSANAAN PEMBANGUNAN, PEMANFAATAN, DAN PENDAYAGUNAAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

3.4 Penentuan Isu-isu Strategis

3.4 Penentuan Isu-isu Strategis Negeri atas tugas pokok dan fungsinya dengan memperhatikan visi, misi, dan arah kebijakan Pemerintah Republik Indonesia untuk lima tahun ke depan, serta kondisi obyektif dan dinamika lingkungan strategis,

Lebih terperinci

Agenda dan Prioritas Pembangunan Jawa Timur

Agenda dan Prioritas Pembangunan Jawa Timur IV Agenda dan Prioritas Pembangunan Jawa Timur IV.1 Agenda Pembangunan Berdasarkan visi, misi, dan strategi pembangunan, serta permasalahan pembangunan yang telah diuraikan sebelumnya, maka disusun sembilan

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa penanaman modal merupakan

Lebih terperinci

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANAMAN MODAL

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANAMAN MODAL SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

6. ANALISIS DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN Kebijakan di dalam pengembangan UKM

6. ANALISIS DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN Kebijakan di dalam pengembangan UKM 48 6. ANALISIS DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 6.1. Kebijakan di dalam pengembangan UKM Hasil analisis SWOT dan AHP di dalam penelitian ini menunjukan bahwa Pemerintah Daerah mempunyai peranan yang paling utama

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU ISU STRATEGIS 4.1 Permasalahan Pembangunan Capaian kinerja yang diperoleh, masih menyisakan permasalahan dan tantangan. Munculnya berbagai permasalahan daerah serta diikuti masih banyaknya

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2003 TENTANG PAKET KEBIJAKAN EKONOMI MENJELANG DAN SESUDAH BERAKHIRNYA PROGRAM KERJASAMA DENGAN INTERNATIONAL MONETARY FUND PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) 3.1. Asumsi Dasar yang Digunakan Dalam APBN Kebijakan-kebijakan yang mendasari APBN 2017 ditujukan

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI 1.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas Pokok dan Fungsi Pelayanan SKPD Dalam proses penyelenggaraan pemerintahan sampai sekarang ini

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENGEMBANGAN KOPERASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEMBATA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENGEMBANGAN KOPERASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEMBATA, PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENGEMBANGAN KOPERASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEMBATA, Menimbang : a. bahwa pembangunan koperasi merupakan tugas bersama antara

Lebih terperinci

LD NO.14 PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL I. UMUM

LD NO.14 PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL I. UMUM I. UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL 1. Pembangunan daerah merupakan bagian integral dari pembangunan nasional, sebagai upaya terus menerus

Lebih terperinci

penyerapan tenaga kerja, dan peningkatan pendapatan bagi kelompok masyarakat berpendapatan rendah.

penyerapan tenaga kerja, dan peningkatan pendapatan bagi kelompok masyarakat berpendapatan rendah. 4.1.15 URUSAN WAJIB KOPERASI DAN USAHA MIKRO KECIL MENENGAH 4.1.15.1 KONDISI UMUM Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah atau yang sering disebut UMKM, merupakan salah satu bentuk organisasi ekonomi rakyat

Lebih terperinci