JUFMP FASE 1. Laporan Tambahan Pengelolaan Lingkungan dan Sosial DRAFT JUNI 2011

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "JUFMP FASE 1. Laporan Tambahan Pengelolaan Lingkungan dan Sosial DRAFT JUNI 2011"

Transkripsi

1 Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Bantuan Teknis untuk Analisis Dampak Lingkungan dan Sosial (EIA / SIA) Proyek Pengendalian Banjir Jakarta (Jakarta Urgent Flood Mitigaton Project/JUFMP) Hibah TF# IND JUFMP FASE 1 Laporan Tambahan Pengelolaan Lingkungan dan Sosial DRAFT JUNI 2011

2 Daftar Isi Glosarium Pendahuluan Konteks Tujuan dan ruang lingkup Laporan Tambahan Alternatif-Alternatif Keputusan Tingkat Strategis Latar Belakang Pilihan "tidak melakukan apa pun" Pengelolaan banjir berdasarkan daerah tangkapan versus pengelolaan banjir setempat Pendekatan teknik versus pendekatan nonteknik Pemilihan lokasi-lokasi pengerukan Desain teknik Kapasitas desain aliran Teknologi pengerukan Sampah Pilihan-pilihan untuk pengangkutan Pilihan-pilihan pembuangan material hasil kerukan Pembuatan Kontrak Konstruksi dan Pengawasan Pendekatan Menyeluruh Integrasi isu-isu lingkungan dan sosial Pengaturan institusional dan kontrak Institusi-institusi utama Komite Pengarah PMU PIU Panel Tenaga Ahli Konsultan Pengawasan (Supervision Consultant/SC) Kontraktor BPLHD DKI Bank Dunia Pendekatan pembuatan kontrak Pelelangan Pendekatan menyeluruh Pendekatan terperinci terhadap pengelolaan lingkungan dan sosial Penyempurnaan desain teknik Informasi tambahan tentang lingkungan dan sosial Gambaran Umum Isu-isu sosial dan masyarakat Informasi rona lingkungan Kualitas sedimen Lalu lintas Kebisingan Kualitas udara Kualitas air Lingkungan hayati Kesimpulan Fase 1 penilaian lingkungan dan penanggulangan Periode prakonstruksi Jangka waktu konstruksi Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Sosial Persepsi dan interaksi masyarakat Lapangan kerja setempat Hidraulika i

3 6.2.5 Tumpahan material hasil kerukan Kualitas udara Kebisingan Lalu lintas Kualitas sedimen Sampah Periode Pascapembangunan Masyarakat Pengelolaan Sampah dan Pengerukan Lampiran 1 Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Sosial Kontraktor Lampiran 2 Matriks Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan JUFMP Fase Daftar Tabel Tabel 1-1 Uraian Kanal-Kanal Banjir, Kanal-Kanal, dan Kolam-Kolam Penampungan... 7 Tabel 4-1 Paket Kontrak JUFMP Fase 1 dan Fase Tabel 6-1 Pengujian kualitas sedimen untuk lokasi-lokasi JUFMP Fase Tabel A - 1 Matriks EMP JUFMP Tahap Daftar Gambar Gambar 3-1 Pengaturan Institusional dan Kontrak ii

4 Glosarium Nama-nama Institusi - Fungsional BBWS CC Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung-Cisadane BPLHD DKI Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Pemerintah DKI Jakarta DGCK Directorate General Human Settlements (Direktorat Jenderal Cipta Karya), Kementerian Pekerjaan Umum DGWR Directorate General Water Resources (Direktorat Jenderal Sumber Daya Air), Kementerian Pekerjaan Umum DKI Jakarta Daerah Khusus Ibukota Jakarta PMU Project Management Unit (Unit Pengelola Proyek) PIU Project Implementation Unit (Unit Pelaksana Proyek) Dokumen terkait lingkungan: AMDAL Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, yang mencakup ANDAL dan RKL/RPL ANDAL Analisis Dampak Lingkungan RKL Rencana Pengelolaan Lingkungan RPL Rencana Pemantauan Lingkungan Catatan: Berdasarkan Undang-Undang Indonesia, Rencana Permukiman Kembali (Resettlement Plan/RP) tidak merupakan bagian dari dokumen-dokumen AMDAL; Rencana Permukiman Kembali dibuat secara terpisah dan merupakan tanggung jawab pemerintah daerah. Untuk JUFMP, Rencana Permukiman Kembali merupakan tanggung jawab pemerintah DKI Jakarta. Istilah khusus proyek JUFMP Jakarta Urgent Flood Mitigation Project (Proyek Pengendalian Banjir Jakarta). [dalam berbagai dokumen proyek, digunakan dengan arti yang sama dengan istilah Jakarta Emergency Dredging Initiative (JEDI) Fase 1 Fase 2 Rangkaian Subproyek-subproyek untuk dilaksanakan pada tahap awal dari keseluruhan JUFMP. Lokasi Fase 1 dipilih karena nilai penting terkait dengan pemulihan banjir, dan juga karena tidak memelukan pemukiman kembali. Dokumen AMDAL telah disiapkan untuk rangkaian kegiatan-kegiatan Fase 1. Lokasi-lokasi proyek lainnya yang akan dikerjakan dalam JUFMP RPF Resettlement Policy Framework (Kerangka Kerja Kebijakan Pemukiman Kembali); sebuah dokumen kebijakan yang harus diikuti oleh JUFMP apabila terdapat kegiatan pemukiman kembali yang terkait dengan proyek tersebut. Pemukiman kembali tidak akan dilakukan pada proyek Fase 1. RPF disusun berdasarkan kebijakan/praktik Bank Dunia dan undang-undang Indonesia. Lokasi proyek Komponen-komponen tersendiri yang diidentifikasi dalam JUFMP; baik berupa sebuah saluran air/sungai/kanal banjir dengan panjang yang ditentukan, atau sebuah waduk dengan ukuran yang ditentukan. Desain-desain teknik telah dibuat berdasarkan masing-masing lokasi; 1

5 penyusunan AMDAL telah dilakukan atau akan dilakukan untuk lokasi proyek secara tersendiri. Istilah yang muncul dari aspek-aspek Kontrak dan pelaksanaan Kontraktor Kontraktor yang memiliki kontrak di bawah PIU yang akan melaksanakan pekerjaan pengerukan, pembuatan tanggul, pengangkutan material kerukan, dan kegiatankegiatan yang terkait JUFMP. ESMP Kontraktor yang Terperinci Sebuah Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Sosial (Environmental and Social Management Plan/ESMP) yang akan disusun oleh Kontraktor setelah diberikan Kontrak, dan praktik-praktik Pengelolaan Lingkungan dan Sosial (Environmental and Social Management/ESM) yang harus diikuti. Rencana tersebut harus dibuat berdasarkan syarat-syarat Kontrak, AMDAL, Laporan Tambahan, dan laporan lainnya yang disebutkan dalam dokumen tender. Rencana tersebut juga harus mematuhi semua peraturan terkait. Konsultasi dengan masyarakat wajib dilakukan sebelum ESMP diserahkan untuk mendapatkan persetujuan resmi. Rencana ESM Kontraktor Istilah umum yang digunakan untuk mencakup ESMP Kontraktor dan Rencana ESM Terperinci Kontraktor. ESMP Awal Kontraktor Rencana ESM yang harus disusun sebagai bagian dari Penawaran Teknis. Rencana tersebut harus memuat isi yang serupa dengan ESMP Kontraktor yang Terperinci, tetapi dengan tingkat perincian yang lebih rendah. Konsultasi dengan masyarakat disarankan untuk dilakukan sebagai bagian dari penyusunannya. ESM Environmental and Social Management/Pengelolaan Lingkungan dan Sosial (termasuk pemantauan lingkungan dan sosial) Konsultan Pengawasan Konsultan yang dikontrak untuk PMU. Konsultan Pengawasan akan melaksanakan pengawasan seharihari atas Kontrak-Kontrak konstruksi peran yang biasanya dikenali sebagai Ahli Teknik (sebagai perwakilan dari prinsipal). Konsultan Pengawasan juga memiliki peran yang substantif dalam pengelolaan dan pemantauan lingkungan dan sosial, dengan fokus utama pada ESM Kontraktor, tetapi juga mencakup tugas-tugas spesifik terkait dengan komunikasi/pengaduan masyarakat, pemukiman kembali (untuk beberapa kegiatan pada lokasi Fase 2), dan pemantuan serta pelaporan kepada BPLHD DKI atas nama para pengusul proyek (yakni, PIU). 2

6 3

7 Ringkasan AMDAL untuk lokasi Fase 1 Proyek Pengendalian Banjir Jakarta (Jakarta Urgent Flood Mitigation Project, selanjutnya disingkat dengan JUFMP ) dibuat pada akhir tahun 2009 dan telah disetujui oleh BPLHD DKI/Komisi AMDAL pada tanggal 30 Maret Tujuan dari laporan tambahan tentang pengelolaan lingkungan dan sosial untuk kegiatan-kegiatan dalam Fase 1 JUFMP ini adalah: (i) memutakhirkan AMDAL karena persiapan proyek telah berlangsung sejak AMDAL awal disetujui, dan (ii) setelah dilakukannya tinjauan Bank Dunia atas AMDAL yang awal, memastikan diperhatikannya kekhawatiran-kekhawatiran tambahan untuk mematuhi Penilaian Lingkungan OP 4.01 Bank Dunia. Pengaturan-pengaturan institusional dilakukan berdasarkan Unit Pengelola Proyek (Project Management Unit/PMU) yang mewakili kepentingan-kepentingan gabungan dari ketiga Unit Pelaksana Proyek (Project Implementation Unit/PIU) sebagai para pemilik /para pengelola Sungai/Kanal dan waduk-waduk JUFMP. Melalui PIU, kontrak-kontrak akan dibuat dengan Kontraktor pengerukan dan pengangkutan material kerukan JUFMP, pembangunan dan/atau rehabilitasi beberapa tanggul dan kegiatan terkait lainnya. Kontrak tambahan juga akan dibuat antara PMU dengan Konsultan Pengawas (Supervision Consultant/SC) yang akan memiliki peran terpadu sebagai Ahli Teknik yang mengawasi Kontraktor dan melaksanakan pengelolaan dan pemantauan lingkungan dan sosial atas nama PMU dan PIU-PIU. Suatu pendekatan untuk mengikuti standar-standar internasional tentang pembuatan kontrak konstruksi telah diterapkan. Standar internasional didasarkan pada Ketentuan-Ketentuan Kontrak Umum dan Khusus Bank Dunia, rancanganrancangan terperinci dalam menentukan pekerjaan-pekerjaan yang diperlukan, pembuatan Rencana-Rencana Kerja Pendahuluan Kontraktor oleh para peserta tender, kemudian Rencana Kerja Terperinci oleh kontraktor pemenang tender. Pengelolaan lingkungan dan sosial (ESM) yang wajib dilakukan oleh kontraktor harus mengikuti pendekatan ini, beserta Rencana-Rencana ESM Pendahuluan Kontraktor yang diperlukan dan kemudian Rencana-Rencana ESM Kontraktor yang Terperinci yang diserahkan dalam penawaran dan setelah diberikannya kontrak. Rencana-Rencana ESM Kontraktor diperlukan untuk mematuhi AMDAL, Laporan Tambahan ini, dokumen-dokumen ESM lainnya yang merupakan bagian dari paket tender, dan semua peraturan perundang-undangan yang berlaku. Rencana ESM Kontraktor yang Terperinci harus diinformasikan melalui konsultasi kontraktormasyarakat. Rencana-Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Sosial (ESMP) merupakan tambahan yang terintegrasi dengan Rencana Kerja. Konsultasi masyarakat tambahan dan studi-studi lapangan yang dilaksanakan sejak disetujuinya AMDAL Fase 1 menguatkan temuan-temuan dari kegiatan AMDAL Fase 1. Isu-isu lingkungan dan sosial berjalin erat dengan persepsi masyarakat dan interaksi mereka terhadap proyek tersebut. Beberapa syarat dasar yang berlaku (misalnya, kebisingan, kualitas udara dan air tertentu) telah berada di atas standarstandar setempat. Kemacetan lalu lintas telah sangat disadari di Jakarta, dan meskipun peraturan-peraturan daerah terkait dengan isu-isu lalu lintas telah dibuat, beberapa aspek, khususnya pembatasan transportasi berat untuk hanya dilakukan pada kegiatan malam hari dapat mengurangi kemacetan. 4

8 Terdapat dampak lanjutan yang nyata di tingkat masyarakat pada kegiatan pengerukan dan pengangkutan material ke truk berlangsung. Tetap terjadi kekhawatiran-kekhawatiran masyarakat tentang penerapan yang benar atas pengaman lingkungan dan sosial. Pemantauan kualitas sedimen terperinci tambahan di lokasi-lokasi Fase 2 menguatkan temuan sebelumnya bahwa material kerukan tidak ditemukan limbah berbahaya (limbah B3- Bahan Berbahaya dan Beracun). Menurut penilaian kesehatan tidak ditemukan adanya kekhawatiran material kerukan masih sesuai standar (dengan mempertimbangkan pengembangan yang diusulkan) di lokasi pembuangan di Fasilitas Pembuangan Tertutup (Confined Disposal Facility/CDF) Ancol. Jumlah sampah dari material kerukan yang akan diangkut ke Tempat Pengolahan Sampah Bantar Gebang, Bekasi sekitar m 3 (Fase 1 dan Fase 2) dari perkiraan total material kerukan sebesar 3,4 juta m 3 yang akan dikeruk dan diangkut ke CDF Ancol. Masyarakat berulang kali mengungkapkan perlunya pengurangan banjir melalui JUFMP dan mereka dapat menerima bahwa akan terjadi gangguan jangka pendek terhadap masyarakat untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut. Namun demikian, masyarakat juga meminta diadakan konsultasi-konsultasi agar kinerja proyek terkait dengan lingkungan dan sosial ditingkatkan di atas berbagai kinerja yang telah dialami dalam proyek-proyek sebelumnya. Berdasarkan penilaian ini, disusun Laporan Tambahan EMP. Untuk melengkapi melengkapi ANDAL, RKL dan RPL, dan terutama berfokus pada pengelolaan dan pemantauan isu-isu lingkungan dan sosial selama konstruksi. Tanggung jawabtanggung jawab disederhanakan dan disesuaikan dengan pengaturan-pengaturan institusional yang ada. Perhatian besar diberikan pada konsultasi masyakarat dan mengembangkan kesepakatan-kesepakatan antara Kontraktor dengan masyarakat pada isu-isu gangguan yang tidak dapat dihindari seperti kebisingan dan pengelolaan lalu lintas. Pada lokasi yang memerlukan tindakan penanggulangan seperti keselamatan, pencegahan tumpahan material kerukan dan debu sangat mungkin dilaksanakan, EMP dan dokumen kontrak lainnya mengharuskan tindakantindakan penanggulangan untuk diterapkan, dengan wewenangnya SC mewajibkan perbaikan segera dilakukan oleh Kontraktor atau melibatkan pihak ketiga. Sejalan dengan pendekatan pembuatan kontrak, banyak biaya yang masuk ke dalam harga satuan pengerukan dan pengangkutan material. Biaya-biaya tertentu telah diidentifikasi dan biaya-biaya yang mungkin timbul telah ditentukan untuk pos-pos utama berikut ini: 1) Rapat-rapat konsultasi kontraktor dengan masyarakat ($5.000); 2) Pemantauan kualitas sedimen oleh SC untuk memenuhi persyaratan BPLHD DKI ($ ditambah jumlah sementara untuk pengelolaan khusus apabila terdapat material berbahaya yang ditemukan kemudian); 3) Membangun dan mengoperasikan pusat informasi dan keluhan masyarakat di setiap lokasi proyek oleh SC ($ lebih). Biaya-biaya yang sebenarnya akan bergantung pada penawaran-penawaran yang diajukan dalam tender. 5

9 1 Pendahuluan 1.1 Konteks 1. JUFMP disiapkan setelah terjadi banjir besar yang merendam Jakarta pada Februari JUFMP mencakup pengerukan sedimen di 11 Sungai/Kanal dan 4 waduk utama di Jakarta dan pengangkutan material kerukan ke lokasi pembuangan yang telah disiapkan dan disetujui oleh AMDAL, yang disebut dengan CDF Ancol. 2. Serangkaian lokasi dipilih sebagai pekerjaan-pekerjaan pada Fase 1, pada satu sisi karena adanya kebutuhan yang mendesak untuk menanggulangi banjir dan disisi lain diupayakan untuk tidak terjadi pemukiman kembali. AMDAL Fase 1 diserahkan kepada BPLHD DKI pada Desember 2009, dimutakhirkan dan diserahkan kembali pada Februari 2010, dan persetujuannya telah sampaikan melalui surat BPLHD DKI Jakarta tanggal 30 Maret 2010 setelah ada pertimbangan dari Komisi AMDAL sesuai dengan persyaratan Pemerintah Indonesia. 3. Sejak Maret 2010, telah dilaksanakan kegiatan tambahan yang akan mempengaruhi rincian dari pengelolaan lingkungan dan sosial JUFMP Fase 1: Pengelolaan proyek dan pengaturan institusional JUFMP menjadi lebih jelas. Uraian proyek JUFMP Fase 1 lebih sempurna seiring dilaksanakannya DED. Berdasarkan kontrak terpisah dengan PMU JUFMP, konsultan (PPA) dengan masukan internasional sedang mengerjakan aspek-aspek lingkungan dan sosial di lokasi-lokasi Fase 2, dengan berfokus untuk menyelaraskan dan memadukan secara erat aspek-aspek tersebut dengan aspek-aspek Fase Tujuan dan ruang lingkup Laporan Tambahan 4. Laporan tambahan ini menunjukkan bagaimana kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan sejak disetujuinya AMDAL Fase 1 dapat mempengaruhi pengelolaan lingkungan dan sosial dari kegiatan-kegiatan proyek Fase 1 JUFMP. Secara khusus, laporan ini membahas: Berbagai alternatif yang dipertimbangkan dan alasan atas rangkaian alternatif yang diutamakan Pengaturan-pengaturan institusional dan kontrak Implikasi-implikasi desain terperinci Temuan-temuan dari kajian-kajian lingkungan yang dilakukan secara terusmenerus Penilaian dan pengelolaan lingkungan sebagaimana disajikan dalam AMDAL Fase 1, yang didasarkan pada intervensi-intervensi yang diusulkan, menentukan apakah setiap perubahan mungkin diperlukan. Yang diikuti dengan sebuah rencana pengelolaan dan pemantauan lingkungan tambahan untuk melengkapi AMDAL Fase 1 yang disajikan dalam Lampiran Penting untuk ditekankan bahwa meskipun terdapat beberapa perubahan kecil pada batas-batas fisik dari kegiatan-kegiatan proyek Fase 1 JUFMP, tidak memerlukan pemukiman kembali pada Fase 1. Kegiatan-kegiatan proyek Fase 1 dan Fase 2 tercantum dalam Tabel 1-1 di bawah ini. 6

10 Tabel 1-1 Uraian Kanal-Kanal Banjir, Kanal-Kanal, dan Kolam-Kolam Penampungan Tahap Paket Lokasi Perkiraan Pengerukan Pekerjaan (DKI) 2a (DGWR) 2b (DGWR) 3 (DGCK) 4 (DKI) 5 (DGCK) 6 (DGWR) 7 (DKI) Saluran Air Ciliwing- Gunung Sahari Waduk Melati (Kali Gresik & Cideng Hulu) Cengkareng Drain (termasuk tepi laut) Sungai Sunter Bawah Catatan 1 Kedalam Pengerukan (m) Volume Material Kerukan (m 3 ) Volume Limbah Padat (m 3 ) Tanggul (m) 1,90 ~ 2, ,20 ~ 3, ,50 ~ 3, ,60 ~ 2, Sungai Cideng Thamrin (saluran air Jalan Lingkar) 0,60 ~ 2, Sungai Sentiong- 0,50 ~ 2, Sunter (termasuk Kanal Ancol) Waduk Sunter Utara 1,30 ~ 2, (saluran air Pembuangan) Waduk Sunter Selatan 1,00 ~ 2, Waduk Sunter Timur III 0,70 ~ 3, Sungai Tanjungan 1,10 ~ 1, Sungai Angke Bawah 2,00 ~ 3, Banjir Kanal Barat (tepi 1,70 ~ 2, laut) Sungai Sunter Atas Catatan 1 1,80 ~ 3, Grogol Sekretaris 0,70 ~ 2, Sungai Pakin Kali 0,60 ~ 1, Besar Jelakeng Sungai Krukut Cideng Catatan 2 0,70 ~ 0, Sungai Krukut Lama Catatan 2 0,50 ~ 0, Catatan 1 Untuk tujuan pembuatan kontrak, Kanal Banjir Sunter telah dibagi menjadi dua subpaket Kanal Banjir Sunter Atas dan Kanal Banjir Sunter Bawah. Catatan 2 Untuk tujuan pembuatan kontrak, Saluran Air Krukut telah dibagi menjadi dua subpaket Saluran Air Krukut Cideng dan Saluran Air Krukut Lama 7

11 2 Alternatif-Alternatif 6. Bagian ini menggabungkan evaluasi terhadap alternatif-alternatif yang dilakukan di berbagai tahapan formulasi proyek yang berbeda. Keputusan tidak dibuat secara terpisah, karena terdapat banyak keterkaitan contohnya, pilihan metode pengerukan, pengangkutan material hasil kerukan, dan lokasi-lokasi pembuangan material, semuanya saling terkait. Sementara laporan tambahan ini fokus pada lokasi-lokasi pengerukan JUFMP, beberapa acuan kepada lokasi CDF Ancol karena keterkaitan-keterkaitan tersebut. 2.1 Keputusan Tingkat Strategis Latar Belakang 7. Banjir di Jakarta telah menjadi masalah pada beberapa dekade akibat dari gabungan luasnya dataran rendah, disertai dengan keadaan-keadaan yang memperparah seperti saluran-saluran drainase tersumbat sedimen, permukiman informal yang tumbuh di atas drainase, penurunan permukaan tanah, penggundulan daerah tangkapan air, dan meningkatnya intensitas pengembangan di berbagai wilayah. Banjir di Jakarta diakibatkan oleh: Curah hujan dengan daerah tangkapan air yang luas, dengan saluran air dibebani membawa arus deras dari daerah tangkapan air menengah-atas melalui wilayah Jakarta ke laut. Meluapnya sungai yang membanjiri Jakarta. Curah hujan terbatas dalam wilayah perkotaan, dengan banjir yang diakibatkan oleh tersumbatnya aliran air setempat ke saluran air yang dapat membawa air ke laut secara efisien, serta dikarenakan meluapnya saluransaluran air. Faktor daya tampung juga mempengaruhi. Intrusi air dari laut, dengan banyak bagian wilayah dengan ketinggian di bawah permukaan laut khususnya di Jakarta Utara. Seringkali dua buah faktor atau lebih muncul secara bersamaan. 8. Dampak-dampak banjir telah didokumentasikan dengan baik, termasuk dislokasi sosial secara signifikan, biaya ekonomi yang tinggi, dan terkadang kematian yang diakibatkan oleh banjir. Lingkungan-lingkungan yang kurang bersih dan kesehatan masyarakat yang buruk juga semakin diperparah oleh banjir. 9. Selama bertahun-tahun, berbagai kajian dan penyelidikan telah dilakukan, yang menyatakan diperlukannya paket terpadu yang terdiri atas tindakan-tindakan struktural (teknik) dan nonstruktural, termasuk pengelolaan daerah tangkapan air yang lebih baik, perbaikan penggunaan lahan yang mendukung pengelolaan banjir, pembangunan saluran-saluran pengalihan utama (seperti Kanal Banjir Timur yang baru-baru ini diselesaikan) dan waduk-waduk, penanganan air limbah dan sampah yang semakin baik, pengelolaan air tanah yang lebih baik dan yang paling penting, penguatan institusional dan peningkatan kegiatan-kegiatan operasional Pilihan "tidak melakukan apa pun" 10. Pada suatu tingkatan strategis, pilihan tidak melakukan apa pun adalah membiarkan banjir dan dampak-dampaknya yang merugikan tetap berlanjut dan memburuk. Hal tersebut jelas tidak dapat diterima. 11. Terkait dengan proyek JUFMP yang diusulkan, alternatif tidak melakukan apa pun pada dasarnya memperburuk situasi saluran-saluran drainase yang tersumbat dan dampak-dampak sosial-ekonomi dari banjir yang sering terjadi. Hal ini bukanlah situasi yang diinginkan oleh Pemerintah Indonesia, Pemerintah DKI 8

12 Jakarta, dan masyarakat yang terkena dampak. Sebagai tambahan, sedimen di jalan-jalan air akan terus terbawa secara tidak terkendali ke Teluk Jakarta Pengelolaan banjir berdasarkan daerah tangkapan versus pengelolaan banjir setempat 12. Untuk tujuan-tujuan dari subbagian pengelolaan banjir mengacu pada kegiatan yang sangat besar seperti pembangunan saluran-saluran pengalihan utama yang baru untuk mengurangi banjir di wilayah perkotaan yang diakibatkan oleh hujan di daerah tangkapan air menengah dan atas. Pengelolaan banjir setempat mengacu pada tindakan-tindakan yang dapat dilaksanakan pada tingkat daerah untuk memperbaiki penyaluran air hujan setempat secara efisien ke kanalkanal/saluran-saluran air setempat, dan kemudian ke laut. Meskipun mungkin terjadi perdebatan tentang prioritas relatif, terdapat kesepakatan bersama bahwa dua pilihan tersebut tidak saling terpisah, keduanya diperlukan sebagai bagian dari suatu paket terpadu. 13. JUFMP dibuat berdasarkan bagian yang lebih rendah pada daerah tangkapan air. Sementara proyek tersebut fokus pada pengelolaan banjir setempat, kegiatankegiatan proyek JUFMP akan meningkatkan kemampuan kanal-kanal banjir yang telah terbentuk tetapi kinerjanya belum sesuai harapan untuk lebih secara efisien menyalurkan banjir dari daerah tangkapan atas ke laut. Sebagai suatu proyek pengerukan darurat, JUFMP tidak dirancang untuk menangani perencanaan dan pelaksanaan yang sangat luas yang diperlukan Pendekatan teknik versus pendekatan nonteknik 14. Pekerjaan-pekerjaan teknik untuk tujuan-tujuan dari subbagian ini ditentukan sebagai proyek-proyek pembangunan teknik dan operasional biasa seperti peningkatan kapasitas penyaluran dari saluran-saluran air, pompa-pompa, bendungan-bendungan/dinding-dinding laut. Sebaliknya, pendekatan nonteknik menangani aspek-aspek seperti mengubah perilaku masyarakat (misalnya, mencegah menumpuknya sampah di saluran air) dan perencanaan penggunaan lahan serta pelaksanaannya untuk memindahkan masyarakat dari wilayah-wilayah rawan banjir. 15. JUFMP fokus pada pendekatan teknik yang segera menghasilkan manfaat. Namun akan mendukung pendekatan nonteknik yang jauh lebih luas dan kesempatan-kesempatan yang dilaksanakan melalui JUFMP untuk menyoroti isu-isu yang lebih luas. Sebagai contoh, pengelolaan sampah di lokasi-lokasi pengerukan dan di sekitar lokasi-lokasi pengerukan akan menunjukkan pengurangan sumbatan di saluran-saluran air dan manfaat lain dari pengelolaan yang tepat, dan dengan demikian memberikan contoh-contoh praktis tentang apa yang dapat dicapai Pemilihan lokasi-lokasi pengerukan 16. Kajian-kajian simulasi hidraulika JUFMP telah merekomendasikan rehabilitasi atas sistem pengelolaan banjir Jakarta sesuai kapasitas rancangan awal dan suatu sistem pemeliharaan rutin sebagai langkah pertama yang paling bermanfaat untuk penanggulangan banjir di Jakarta. Bagian-bagian dari sistem pengelolaan banjir Jakarta yang termasuk dalam proyek tersebut telah diidentifikasi oleh Pemerintah sangat membutuhkan rehabilitasi dan peningkatan kapasitas aliran secara mendesak. Penentuan prioritas dibuat berdasarkan kajian-kajian sebelumnya dalam Proyek Pengelolaan Lingkungan Bagian Barat Jawa (Western Java Environmental 9

13 Management Project/WJEMP) dan beragam kajian sebelumnya tentang pengendalian dan penanggulangan banjir di wilayah Jakarta. Pencakupan proyek tersebut juga mempertimbangkan disertakannya semua institusi yang bertanggungjawab untuk mendorong dan membangun sistem pemeliharaan rutin yang berkesinambungan secara jangka panjang. Proyek tersebut diharapkan memberikan dampak-dampak yang menguntungkan dalam hal koordinasi institusi awal, teknologi dan metode-metode pengerukan, pembuangan material kerukan, praktik-praktik lingkungan yang baik dan pemukiman kembali yang adil. Oleh karena itu, kompleksitas-kompleksitas teknis, lingkungan, dan sosial dari pekerjaanpekerjaan tersebut juga dipertimbangkan dalam pencakupan dan pentahapan pelaksanaan proyek untuk meningkatkan peluang keberhasilan. 2.2 Desain teknik 17. Rancangan pengerukan dan teknologi yang terkait yang diperlukan untuk proyek tersebut mengintegrasikan beberapa pertimbangan, khususnya batasanbatasan yang terdapat pada lokasi-lokasi itu Kapasitas desain aliran 18. Berada di dalam wilayah perkotaan yang padat, kegiatan pengerukan mau tidak mau akan menimbulkan gangguan terhadap penduduk setempat, dan dalam beberapa kejadian, terhadap pemukiman yang telah berkembang di tepian saluran air, dan bahkan di atas saluran air tersebut. Keputusan dibuat untuk meminimalkan dampak terhadap pemukiman-pemukiman yang sejalan dengan kebutuhan untuk meningkatkan aliran masuk dan kapasitas penampungan. Rancangan secara umum mempertimbangkan implikasi-implikasi yang terjadi sekali dalam seratus tahun pada kanal-kanal yang lebih besar, dan peristiwa yang terjadi sekali dalam 25 tahun untuk saluran air yang lebih kecil Teknologi pengerukan 19. Teknologi-teknologi pengerukan secara umum dapat dikelompokkan sebagai jenis backhoe/clamshell dan pengerukan dengan penyedotan (dengan atau tanpa kepala-kepala pemotong). Pengerukan dengan penyedotan tidak digunakan karena tidak cocok dengan besarnya limbah sampah dalam sedimen. Backhoe beralaskan ponton menjadi teknologi yang dipilih karena sebagian besar kegiatan pengerukan dapat dilakukan dari atas air, daripada harus mengganggu bidang lebar di sepanjang saluran air yang sedang dikeruk Sampah 20. Pemisahan sampah dari material kerukan dipertimbangkan untuk dilakukan, terkait dengan jumlah material yang akan dipisahkan, diperlukan penyortiran mekanis atau manual. Pemeriksaan atas penimbunan di area-area lain sebelumnya dengan material kerukan menunjukkan bahwa metode-metode pembuangan dan penggunaan lahan pascapenimbunan tidak akan terhambat dengan pemisahan benda-benda berukuran besar dari material kerukan. 21. Penyortiran di lokasi-lokasi pengerukan sendiri dipilih karena akan membatasi potensi kemacetan di lokasi CDF Ancol, dapat menciptakan potensi lapangan kerja sementara, dan terintegrasi dengan kegiatan-kegiatan lain untuk menjaga lokasi 10

14 pengerukan dan lingkungan sekitarnya bersih dan rapi selama dilaksanakan pengerukan. Pemisahan mekanik telah diuji, tetapi harus ditempatkan di lokasi CDF Ancol, dan sifat material, kebutuhan air tambahan dan kesulitan-kesulitan operasional tidak menunjukkan adanya keuntungan. 22. Dengan demikian, metode pemisahan secara manual yang diusulkan untuk benda-benda berukuran besar (dan kemungkinan pemisahan opsional atas bendabenda kecil yang dapat didaur ulang) di lokasi pengerukan telah diterapkan. Lahan penimbunan umum yang beroperasi yang telah ada milik Pemerintah DKI Jakarta di Bantar Gebang menawarkan satu-satunya lokasi pembuangan yang layak dan aman untuk sampah Pilihan-pilihan untuk pengangkutan 23. Pengangkutan mempertimbangkan tiga pilihan utama hidraulis (pemompaan), tongkang, dan truk, memadukan ketiganya dengan teknologiteknologi pengerukan serta dengan lokasi pembuangan yang dipilih. Pemompaan dianggap tidak sesuai karena jumlah sampah kemungkinan akan menyebabkan penyumbatan. Hal tersebut akan sangat mempengaruhi setiap program pengerukan. Pengangkutan dengan tongkang tidak akan dapat dilakukan di sebagian besar lokasi karena jembatan-jembatan dan jalur-jalur sempit di atas saluran-saluran air menghalangi akses ke laut; namun demikian, hal tersebut dapat menjadi suatu metode yang dipilih kontraktor untuk bagian-bagian rendah dari jalan-jalan air yang lebih besar. Pengangkutan dengan truk menjadi satu-satunya alternatif untuk sebagian besar lokasi sehingga metode inilah yang dipilih, dengan asumsi bahwa penggunaan metode tersebut di semua lokasi dapat menandakan potensi situasi kasus buruk terkait dengan dampak lalu lintas Pilihan-pilihan pembuangan material hasil kerukan 24. Untuk pembuangan sedimen yang dikeruk, beberapa pilihan dan alternatif telah dipertimbangkan berdasarkan hasil-hasil uji sedimen, pengalamanpengalaman di masa lalu, alasan-alasan teknis dan keuangan, serta peluang pekerjaan pengembangan proyek, sebagai bagian dari proses pembuatan keputusan yang mengarah pada pemilihan CDF Ancol sebagai tempat pembuangan akhir untuk material tidak berbahaya. Sebagai contoh, selama operasi pengerukan terdahulu, material galian biasanya dibuang di tanah kosong yang dimiliki oleh Pemerintah DKI Jakarta. Dalam beberapa kasus, sedimen-sedimen dibuang ke tanggul-tanggul dan tidak dibuang dengan cara lain, yang menyebabkan lumpur kembali masuk ke saluran air. JUFMP memberikan kesempatan pertama bagi Pemerintah DKI Jakarta dan Pemerintah Indonesia untuk mengkoordinasikan dan membuang hasil kerukan di sebuah area pembuangan yang ditentukan dan dikelola, serta untuk menggunakan prinsip-prinsip pengelolaan dengan praktik yang baik. 25. Pemerintah Indonesia telah melakukan penilaian atas beberapa lokasi pembuangan dan alternatif pengelolaan. Pada awalnya Pemerintah DKI Jakarta mengusulkan beberapa lokasi berbasis tanah yang tersedia, yang tersebar di seluruh penjuru kota. Lokasi-lokasi yang diusulkan tersebut ditolak karena kapasitas pembuangannya yang kecil, isu-isu pemukiman kembali, isu-isu estetika dan bau, serta kesulitan-kesulitan dalam hal pengawasan. Tiga lokasi pembuangan berbasis 11

15 laut juga dipertimbangkan, yaitu di Muara Kali Adem (MKA), Marunda, dan Ancol Barat, sebelum diambilnya keputusan dipilihnya Ancol. 26. Ancol secara strategis dipilih karena kesiapannya cepat, ukuran dan kapasitasnya (mampu menerima hampir tiga kali lipat volume material hasil kerukan dari proyek tersebut, atau kira-kira 12 juta m 3 ). Penting untuk dicatat bahwa Ancol juga mempunyai keuntungan karena merupakan suatu proyek reklamasi secara terus-menerus yang telah disetujui. Pemanfaatan Ancol dianggap sebagi suatu skenario yang sama-sama menguntungkan'. Dua lokasi berbasis laut lainnya dianggap akan harus dibangun terlebih dahulu, dengan biaya yang besar serta mengakibatkan penggeseran lebih banyak area dekat pantai dengan dampak lingkungan tambahan. Pada saat bersamaan, pemanfaatan material hasil kerukan yang tidak berbahaya untuk reklamasi Ancol akan mengurangi dampak negatif dari penggunaan material lainnya (pasir) yang diperoleh dari penggalian-penggalian. 2.3 Pembuatan Kontrak Konstruksi dan Pengawasan Pendekatan Menyeluruh 27. Pembuatan kontrak konstruksi harus dapat: Mencapai hasil teknik yang diinginkan. Memungkinkan pengalaman kontraktor konstruksi tercermin dalam rencanarencana kerja perinci dan pelaksanaannya. Memastikan bahwa kepentingan-kepentingan pokok diperhatikan. Untuk JUFMP, hal tersebut termasuk penerapan pengaman lingkungan dan sosial dengan benar. Menghasilkan tender-tender yang hemat biaya. Memungkinkan pengawasan dan audit kinerja secara efektif. 28. Dalam kerangka kerja ini, terdapat alternatif-alternatif yang bertentangan sebagai berikut: Menjelaskan kepada kontraktor bagaimana persisnya pekerjaan tersebut akan dilaksanakan. Sebagai contoh, peralatan teknologi apa yang harus digunakan, bagaimana cara menyiapkan lokasi dan melakukan pengaturanpengaturan mobilisasi, bagaimana cara dan di mana dapat mengakses lokasilokasi pekerjaan, serta jadwal yang tepat. Hal ini mau tidak mau mengalihkan banyak tanggung jawab kepada prinsipal dan biasanya menghasilkan tenderberbiaya tinggi serta lebih banyak kemungkinan klaim-klaim selanjutnya. Menentukan hasil teknik, dan mengizinkan kontraktor untuk menentukan bagaimana cara untuk mencapai hasil tersebut. Biaya-biaya tender umumnya lebih rendah dan lebih banyak tanggung jawab pada kontraktor. Namun demikian masih terdapat risiko bahwa beberapa kepentingan prinsipal mungkin terabaikan secara sebagian. 29. Terkait dengan JUFMP dan karena sangat lazim dalam pembuatan kontrak internasional, pendekatan kedua lebih disukai dan telah dipilih namun dengan pengaman-pengaman tertentu untuk memastikan bahwa kepentingan-kepentingan prinsipal telah diperhatikan dan dilaksanakan dengan sebagaimana mestinya. Sebagai hasilnya: 12

16 Dokumen kontrak keseluruhan dan pendekatan tender difokuskan pada pencapaian kelima hasil yang diinginkan sebagaimana disebutkan pada awal subbagian ini. Kontraktor akan memiliki fleksibilitas, dalam batasan-batasan yang dijelaskan dalam kontrak, untuk mengembangkan rencana-rencana kerja sehingga memperinci cara pelaksanaan pembangunan. Pengawasan secara ketat, termasuk prapersetujuan yang diperlukan atas rencana kerja sebelum pelaksanaan, dimasukkan ke dalam proses tersebut Integrasi isu-isu lingkungan dan sosial 30. Untuk aspek-aspek teknik, terdapat pembedaan yang mendasar antara: Menjelaskan kepada kontraktor secara persis bagaimana cara mencapai hasil-hasil lingkungan dan sosial yang diinginkan. Mewajibkan hasil-hasil yang diinginkan berdasarkan kontrak, di mana kontraktor memiliki beberapa fleksibilitas untuk menggunakan pengetahuan dan pengalaman untuk mencapai hasil-hasil tersebut. 31. Lebih lanjut, terdapat persyaratan hukum bahwa AMDAL yang disetujui harus diikuti. Pendekatan yang terakhirlah yang diambil, tetapi dengan disertakannya pengaman-pengaman yang sangat substansial untuk menjamin bahwa pengamanpengaman lingkungan dan sosial yang diinginkan/disyaratkan tersebut ditetapkan dan terintegrasi secara penuh dengan pendekatan pembuatan kontrak. Hal tersebut menghasilkan aspek-aspek penting berikut ini: Daripada menggunakan peran tradisional dari Ahli Teknik, proyek JUFMP akan mempunyai SC yang tanggung jawab teknik maupun lingkungan/sosial. Sementara titik-titik akses dan area-area lay down pembangunan sementara tidak akan ditentukan secara umum sampai dilaksanakannya tender dan secara terperinci sampai setelah diberikannya kontrak pembangunan, terdapat kewajiban mutlak bagi Kontraktor untuk berkonsultasi dengan masyarakat setempat untuk memastikan bahwa akan terdapat sekecil mungkin gangguan terhadap masyarakat. 3 Pengaturan institusional dan kontrak 32. Pengaturan institusional dan kontrak telah masuk ke fase di mana peranperan dan tanggung jawab-tanggung jawab atas pengelolaan lingkungan dan sosial untuk Fase 1 (dan kemudian untuk Fase 2) telah ditentukan dengan jelas. Pengaturan-pengaturan institusional dan pelaksanaan adalah sebagai berikut. 13

17 Bantuan Teknis Mengawasi Mengawasi Pemantauan dan Evaluasi Independen Bantuan Teknis Pemantauan dan Evaluasi Independen Mengawasi Pelaksana Proyek Gambar 3-1 Pengaturan Institusional dan Kontrak Kegiatan-Kegiatan Proyek Komite Pengarah Bersama BAPPENAS, Kementerian Keuangan, Kementerian Pekerjaan Umum, DKI PMU Kementerian Pekerjaan Umum (Biro Perencanaan dan Kerjasama Luar Negeri), DGWR, DGCK, DKI Melaksanakan Melaksanakan Konsultasi Pengawasan Panel Tenaga Ahli Tinjauan dan Rekomendasi- Rekomendasi Proyek Independen FMIS Sistem Informasi Pengelolaan Banjir Jakarta Konsultasi Pemantauan dan Evaluasi Independen PIU - DGWR Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung-Cisadane Melaksanakan Kontrak-Kontrak Pekerjaan 3 Kontrak/3 Lokasi PIU - DGCK Unit Kerja MSW Pengembangan Prasarana dan Sanitasi untuk Melaksanakan Kontrak-Kontrak Pekerjaan 2 Kontrak/3 Lokasi PIU DKI Dinas Pekerjaan Umum - DKI Melaksanakan Melaksanakan Kontrak-Kontrak Pekerjaan 2 Kontrak/9 Lokasi Pemukiman Kembali Proyek 7 Lokasi Melaksanakan Sistem Penanganan Pengaduan Proyek 3.1 Institusi-institusi utama Komite Pengarah 33. Sebuah komite penasihat tingkat tinggi, Komite Pengarah Bersama (Joint Steering Committee/JSC) telah dibentuk untuk mengawasi persiapan dan pelaksanaan proyek dan untuk memberikan dukungan koordinasi dan nasihat pada tingkat kebijakan. JSC dipimpin oleh Bappenas dan terdiri atas para perwakilan dari Kementerian Keuangan, Kementerian Pekerjaan Umum, dan Pemerintah DKI Jakarta. JSC bertemu secara rutin selama persiapan proyek dan telah terbukti berperan penting dalam memberikan dukungan nasihat dan sebagai sebuah forum untuk pembuatan keputusan tingkat tinggi. JSC akan terus melakukan pengawasan tingkat tinggi selama pelaksanaan proyek ini PMU 34. Proyek ini membutuhkan koordinasi yang erat di antara tiga lembaga pelaksana pada tingkat pemerintahan pusat maupun daerah: Direktorat Jenderal Sumber Daya Air (DGWR) dan Direktorat Jenderal Cipta Karya (DGCK) di Kementerian Pekerjaan Umum, serta Pemerintah DKI Jakarta. DGWR akan memainkan peran sebagai Badan Pelaksana. Sebuah Unit Pengelola Proyek (PMU) telah dibentuk oleh DGWR dengan tujuan untuk mempersiapkan dan mengawasi pelaksanaan proyek. PMU terdiri atas tiga orang staf dari DGWR, tiga orang staf dari DGCK, tiga orang staf dari Pemerintah DKI Jakarta, dan seorang staf dari Biro Perencaan dan Kerjasama Luar Negeri Kementerian Pekerjaan Umum. PMU didukung oleh suatu sekretariat yang terdiri dari lima orang staf dari DGWR. Selama pelaksanaan proyek, PMU akan mengawasi pelaksanaan proyek serta melaksanakan kegiatan-kegiatan bersama, khususnya konsultasi pengawasan pekerjaan menyeluruh dan Sistem Informasi Pengelolaan Banjir (Floods Management Information Systems/FMIS). PMU gabungan memberikan suatu 14

18 peluang untuk berevolusi menjadi sebuah grup operasi dan gabungan pengelolaan yang terkoordinasi di masa mendatang dalam sistem pengelolaan banjir Jakarta PIU 34. Proyek tersebut akan dilaksanakan melalui institusi-institusi yang sesuai, sejalan dengan tanggung jawab institusional serta kerangka kerja perundangundangan dari sektor tersebut. Proyek ini memiliki tiga PIU, terdiri atas DGWR (melalui Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung-Cisadane/BBWS-CC), DGCK, dan Pemerintah DKI Jakarta. Masing-masing akan bertanggungjawab untuk melaksanakan pengerukan dan rehabilitasi atas kanal-kanal banjir, kanal-kanal, dan waduk-waduk utama yang ditentukan yang berada dalam tanggung jawabnya Panel Tenaga Ahli 35. Sebuah Panel Tenaga Ahli yang terdiri atas tiga orang spesialis independen yang diakui secara internasional akan dimobilisasi untuk memberikan saran pada semua aspek proyek. Para spesialis tersebut diharapkan akan terdiri atas seorang ahli lingkungan, seorang ahli teknik yang berpengalaman dalam pengerukan dan pembuangan kerukan, dan seorang ahli pemukiman kembali perkotaan. Tanggung jawab-tanggung jawab utama dari Panel Tenaga Ahli tersebut termasuk memantau dan mengevaluasi persiapan dan pelaksanaan berbagai instrumen pengaman (Kerangka Kerja Kebijakan Pemukiman Kembali [Resettlement Policy Framework/RPF], Rencana-Rencana Pemukiman Kembali (Resettlement Plan/RP), EMP, dan prosedur-prosedur penanganan pengaduan), dan memberikan nasihat kepada PMU tentang tindakan-tindakan yang harus diambil untuk meningkatkan kepatuhan. Apabila perlu, Panel Tenaga Ahli dapat diperbesar secara sementara atau tetap dengan menambahkan para spesialis yang akan memberikan keahlian untuk isu-isu atau kebutuhan-kebutuhan yang spesifik, tidak terduga, atau kritis, yang mungkin muncul selama pelaksanaan proyek. Para tenaga ahli tambahan tersebut, apabila ada, dapat dimobilisasi dengan terms of reference yang disepakati antara PMU, Bank Dunia, dan ketiga orang tenaga ahli awal yang merupakan bagian dari Panel Tenaga Ahli. Panel Tenaga Ahli tersebut harus mengadakan pertemuan secara teratur untuk meninjau status perkembangan pekerjaan. Namun demikian, rapat-rapat luar biasa khusus juga dapat dilakukan untuk meninjau tahap-tahap kritis tertentu dalam kegiatan-kegiatan teknis, lingkungan, dan sosial Konsultan Pengawasan (Supervision Consultant/SC) 36. Ini adalah kontrak konsultasi yang akan berperan penting dalam mendukung pengelolaan, pengawasan, dan pemantauan proyek secara menyeluruh oleh PMU. Apabila terdapat kelemahan-kelemahan yang dinilai dalam kapasitas, khususnya dalam wilayah-wilayah pengawasan atas rencana-rencana lingkungan proyek, penerapan Rencana Pemukiman Kembali (RP) dan Sistem Penanganan Pengaduan (Grievance Redress System/GRS), SC telah ditugasi untuk menggunakan keahlian yang diperlukan untuk mendukung PMU selama pelaksanaan proyek. Ruang lingkup pelayanan bantuan teknis ini termasuk (i) mengawasi pelaksanaan berbagai kontrak pekerjaan pengerukan dan pembangunan dalam proyek tersebut termasuk di semua lokasi pembuangan (ii) mengawasi pelaksanaan RKL dan RPL oleh para kontraktor pekerjaan, (iii) mendukung PMU dan Pemerintah DKI Jakarta dalam pelaksanaan RP, dan (iv) mengembangkan serta mengimplementasikan mekanisme penanganan pengaduan/keluhan proyek tersebut dengan Pemerintah DKI Jakarta. Ringkasan 15

19 dari ruang lingkup yang terperinci dari kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut: Pengawasan Pekerjaan Pengerukan 1.1 Meninjau/memeriksa kontrak-kontrak akhir dengan para kontraktor. 1.2 Meninjau/memeriksa Desain-desain Teknik Terperinci dan gambar-gambar, pernyataan-pernyataan metode, spesifikasi-spesifikasi, dan jadwal-jadwal kegiatan, melaksanakan survei dan penyelidikan tambahan sebagaimana diperlukan, serta melakukan setiap revisi yang dianggap perlu dan memperoleh persetujuan dari PMU untuk revisi tersebut. 1.3 Menguji semua bagian dari setiap lokasi proyek untuk material berbahaya sebelum dilaksanakannya pekerjaan pengerukan. 1.4 Mengawasi pelaksanaan pekerjaan, termasuk (tetapi tidak terbatas pada): Pengerukan (termasuk pemisahan sampah dari material hasil kerukan, serta pengangkutan dan pembuangannya masing-masing di lahan penimbunan yang disetujui dan CDF Ancol), pembuatan tanggul dan rehabilitasi atas kanal-kanal, pompa-pompa, perbaikan dan perawatan saringan. Memberikan bantuan kepada PMU untuk proses permintaan pembayaran dari kontraktor. Menyimpan arsip-arsip lokasi dan menyusun laporan-laporan perkembangan bulanan secara perinci. Menyiapkan pekerjaan sebagaimana gambar-gambar dan arsip-arsip yang telah ditandatangani, serta buku-buku panduan operasional, dan menyerahterimakan pekerjaan-pekerjaan yang telah selesai kepada PMU. Menyusun sebuah Laporan Penyelesaian Praktis dan Cacat-Cacat yang Belum Diperbaiki untuk masing-masing kontrak pembangunan yang diawasi. Menyusun sebuah Laporan Penyelesaian Akhir dan Penyerahterimaan untuk masing-masing kontrak pembangunan yang diawasi. 1.5 Mengawasi dan memantau kegiatan-kegiatan pembangunan di lokasi CDF Ancol selama pelaksanaan proyek, dan di semua lokasi di luar lokasi proyek seperti lokasi-lokasi sumber pasir dan tanah laterit. 1.6 Memberikan bantuan teknis kepada PMU sebagaimana dibutuhkan dari waktu ke waktu, yang mungkin termasuk pemberian dukungan dan saran kepada PMU mengenai pelaksanaan pekerjaan-pekerjaan proyek, khususnya pada aspek-aspek teknis, perencanaan menyeluruh, dan pengadaan dalam proyek tersebut. Pengelolaan Lingkungan 1.7 Memantau (termasuk pembuatan laporan penerapan RKL/RPL triwulanan) dan mengawasi langkah-langkah perlindungan lingkungan yang dilaksanakan untuk menanggulangi kerusakan lingkungan akibat kegiatan-kegiatan pembangunan dan pembuangan, yang sejalan dengan RKL/RPL dari masing-masing lokasi pekerjaan yang termasuk semua lokasi pembuangan. Kerangka Kerja Pengelolaan Lingkungan dan Sosial (ESMF) dalam proyek tersebut. Rencana Pemukiman Kembali 1.8 Mengawasi dan mendukung pelaksanaan Rencana Pemukiman Kembali, 16

20 yang sejalan dengan Rencana Pemukiman Kembali dari masing-masing lokasi di mana pemukiman kembali diperlukan. RPF JUFMP. 1.9 Memberikan bantuan teknis dan administrasi dalam pembebasan lahan dan proses pemukiman kembali. Sistem Penanganan Pengaduan (GRS)/Mekanisme Penanganan Keluhan 1.10 Mengembangkan dan menjalankan GRS, yang akan termasuk tetapi tidak terbatas pada menangani keluhan-keluhan dari Warga Terkena Dampak Proyek secara sistematis setiap hari; 1.11 Memutakhirkan keluhan-keluhan di situs internet, memberitahu orangorang yang menyatakan keluhan tentang status keluhan mereka serta memberikan umpan balik atau tindakan-tindakan penindaklanjutan; 1.12 Membantu Pemerintah DKI Jakarta dalam mengambil tindakantindakan penindaklanjutan yang dapat diterima untuk keluhan-keluhan, memastikan bahwa keputusan-keputusan dibuat berdasarkan proses-proses yang transparan, adil, independen, dan dapat dipertanggungjawabkan melalui Penanganan Pengaduan atau Saran Penanganan Keluhan; 1.13 Memberikan rekomendasi-rekomendasi kepada para pihak yang berwenang di Pemerintah DKI Jakarta tentang status keluhan-keluhan, dari unit di lokasi melalui proses-proses tingkat provinsi. Lainnya 1.14 Memantau dan melaporkan setiap kegiatan di lokasi-lokasi proyek yang saling terhubung Merancang, mengembangkan, dan mengoperasikan suatu sistem komunikasi dan pelaporan proyek berbasis web Kontraktor 38. Kontraktor Konstruksi akan bertanggungjawab untuk pengerukan dan pengangkutan material hasil kerukan saluran air dan waduk dari lokasi-lokasi pengerukan ke CDF Ancol (material hasil kerukan yang tidak berbahaya), Lahan Penimbunan Bantar Gebang (sampah yang dipisahkan dari material hasil kerukan), serta lahan penimbunan yang aman milik PT. Prasadha Pamunah Limbah Industri (PPLi) (material berbahaya, apabila ditemukan) sesuai dengan kontrak-kontrak pembangunan, AMDAL yang disetujui untuk Fase 1, dan laporan tambahan ini. Kontrak-kontrak pekerjaan sipil akan termasuk persyaratan-persyaratan kontrak untuk pelaksanaan persyaratan lingkungan BPLHD DKI 39. BPLHD DKI adalah badan pengelolaan lingkungan Pemerintah DKI Jakarta dengan tanggung jawab untuk menyetujui dan memberlakukan AMDAL untuk semua proyek di kota (Jakarta). Selain itu, badan tersebut bertanggungjawab untuk memantau pelaksanaan rencana-rencana pengelolaan yang terkait. Dalam pelaksanaan AMDAL, BPLHD DKI juga didukung oleh badan-badan pengelolaan lingkungan tingkat kota (Walikota). BPLHD DKI telah menyetujui AMDAL untuk Fase 1 proyek ini dan AMDAL untuk CDF Ancol. BPLHD DKI telah mulai memantau pekerjaan pembangunan terus-menerus di CDF Ancol dan akan terus melakukan hal 17

21 tersebut. Pemantauan gabungan dengan Bank Dunia direncanakan untuk dilakukan selama pelaksanaan proyek JUFMP Bank Dunia 40. Bank Dunia akan mengawasi dan memantau penerapan proyek agar sejalan dengan kebijakan-kebijakan operasionalnya untuk semua aspek proyek, termasuk isu-isu lingkungan dan sosial. 3.2 Pendekatan pembuatan kontrak Pelelangan 41. Pendekatan ini telah dikembangkan oleh komite Pelelangan PMU/PIU Pendekatan menyeluruh 42. Kontrak-kontrak ditetapkan berdasarkan pengaturan-pengaturan tender kompetitif internasional terstandarisasi, dengan prakualifikasi, pembuatan short-list, dan kemudian pelaksanaan tender, penilaian penawaran, dan pemberian kontrak. Pendekatan tersebut sebagaimana diidentifikasi di bawah ini ditentukan berdasarkan pengalaman internasional dan setempat untuk memastikan bahwa: penawaran-penawaran dengan harga bersaing diperoleh pengusul proyek melalui SC melakukan pengendalian secara ketat atas cara pelaksanaan pembangunan tersebut, dan terdapat suatu audit yang ketat atas volume material yang dikeruk dan diangkut serta dibuang dengan sebagaimana mestinya ke CDF Ancol. 43. Persyaratan teknis ditentukan berdasarkan rancangan-rancangan terperinci dari para konsultan desain teknik yang diperoleh PMU (yakni, Konsultan Persiapan Proyek). Penting untuk diingat, dan hal ini mempengaruhi pengelolaan lingkungan, dokumen-dokumen penawaran harus menentukan rancangan, tetapi tidak boleh menentukan urutan pekerjaan atau metode pelaksanaan pekerjaan tersebut atau perlengkapan yang akan digunakan atau lokasi-lokasi akses. Para peserta tender diwajibkan untuk mengidentifikasi hal-hal tersebut dalam sebuah Rencana Pekerjaan Kontraktor Pendahuluan yang harus diserahkan pada waktu penawaran. Suatu penilaian tentang hal tersebut akan dilakukan selama negosiasi-negosiasi kontrak dengan penawar yang terpilih, dan dalam jangka waktu satu bulan sejak diberikannya kontrak, Kontraktor akan diwajibkan untuk menyerahkan sebuah Rencana Kerja Kontraktor yang terperinci. Rencana Kerja perlu diperiksa dan disetujui oleh SC Pendekatan terperinci terhadap pengelolaan lingkungan dan sosial 44. Aspek-aspek pengelolaan lingkungan dan sosial dalam Kontrak perlu diselaraskan dengan pendekatan menyeluruh. Aspek-aspek khusus termasuk: AMDAL dan persyaratan yang direkomendasikan oleh laporan saat ini akan membentuk bagian dari kontrak pembangunan bersama bagian-bagian yang terkait dengan Kontraktor yang akan menjadi persyaratan khusus yang harus dipenuhi oleh kontraktor. Hal-hal tertentu telah ditekankan secara lebih lanjut dengan menyertakan halhal tersebut dalam Ketentuan Khusus Kontrak. Secara khusus, sebagaimana dirincikan dalam laporan ini, sebagian besar dampak potensial 18

22 terkait dengan interaksi dengan masyarakat setempat, dan syarat-syarat yang sangat khusus disertakan terkait dengan jumlah minimum pertemuan dengan masyarakat yang disyaratkan oleh kontrak. Penentuan staf Kontraktor termasuk persyaratan untuk staf khusus dengan tanggung jawab pengelolaan lingkungan dan sosial. Kesadaran langkah-langkah pencegahan HIV/AIDS telah disertakan dalam Ketentuan Khusus Kontrak, meskipun langkah-langkah tersebut belum dicermati secara terperinci dalam proses AMDAL daerah. Sebagai bagian dari penawaran, Kontraktor diwajibkan untuk menyerahkan sebuah ESMP Kontraktor Pendahuluan sebagai tambahan untuk Rencana Kerja Kontraktor pendahuluan. ESMP Kontraktor Pendahuluan akan dinilai sebagai bagian dari evaluasi atas penawaran, keduanya dalam hal kepatuhan terhadap AMDAL/laporan saat ini dan kesesuaiannya. Dalam jangka waktu 1 bulan sejak diberikannya kontrak, Kontraktor akan diwajibkan untuk menyerahkan Rencana Kerja Kontraktor Terperinci dan ESMP Kontraktor terperinci yang terkait untuk memperoleh persetujuan. 45. Akan diketahui kemudian bahwa peraturan-peraturan daerah mensyaratkan langkah-langkah penanggulangan tertentu, langkah yang paling relevan untuk JUFMP adalah pembatasan jam pergerakan truk pengangkut, pengembangan rencana-rencana pengelolaan lalu lintas terperinci, dan pengujian serta sertifikasi atas truk-truk untuk keselamatan, emisi, dan lain-lain. Peraturan-peraturan telah dibuat oleh pemerintah daerah untuk menghadapi kondisi-kondisi sosial dan lingkungan yang ada di Jakarta. Kepatuhan terhadap peraturan-peraturan tersebut secara khusus diwajibkan melalui AMDAL, laporan ini, dan Ketentuan-Ketentuan Umum dan Khusus Kontrak, sesuai keadaan. 46. Penentuan biaya untuk penanggulangan lingkungan dan sosial juga diperlukan untuk menyelaraskan secara erat dengan pendekatan terhadap penentuan biaya yang digunakan untuk faktor-faktor pembangunan. Dengan beberapa pengecualian, semua biaya disusun ke dalam biaya-biaya satuan untuk pengerukan dan biaya-biaya satuan untuk pengangkutan, dengan penjabaran tambahan untuk jarak lokasi-lokasi pengerukan dari CDF Ancol. Biaya-biaya lingkungan dan sosial yang disusun ke dalam biaya-biaya satuan termasuk, tetapi tidak terbatas pada: Sanitasi tempat kerja Keselamatan Pengelolaan lalu lintas Pencegahan tumpahan material hasil kerukan di sekitar lokasi dan rute-rute pengangkutan Pengendalian emisi kendaraan Pengelolaan kebisingan; dan Konsultasi umum dengan masyarakat. 47. Pos-pos biaya khusus lingkungan dan sosial yang dapat diidentifikasi yang akan dimasukkan ke dalam kontrak termasuk serangkaian rapat konsultasi masyarakat. 4 Penyempurnaan desain teknik 19

Laporan Tambahan. Update RKL/RPL Ancol (Dokumen: Updating Pengembangan Kawasan Ancol Barat Bagian Timur seluas ± 119 ha) Public Disclosure Authorized

Laporan Tambahan. Update RKL/RPL Ancol (Dokumen: Updating Pengembangan Kawasan Ancol Barat Bagian Timur seluas ± 119 ha) Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Technical Assistance for Environmental dan Social Impact Assessment (EIA / SIA) Jakarta

Lebih terperinci

RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (RKL) KEGIATAN PENGERUKAN SUNGAI DAN WADUK DI DKI JAKARTA FASE 1 DALAM RANGKA JAKARTA URGENT FLOOD MITIGATION PROJECT / JAKARTA EMERGENCY DREDGING INITIATIVE PROJECT

Lebih terperinci

REPUBLIK INDONESIA Proyek Pengendalian Banjir Jakarta (JUFMP) Kerangka Pengelolaan Lingkungan dan Sosial Juni 2011

REPUBLIK INDONESIA Proyek Pengendalian Banjir Jakarta (JUFMP) Kerangka Pengelolaan Lingkungan dan Sosial Juni 2011 REPUBLIK INDONESIA Proyek Pengendalian Banjir Jakarta (JUFMP) Kerangka Pengelolaan Lingkungan dan Sosial Juni 2011 DAFTAR ISI 1 Pendahuluan... 1 1.1 Latar Belakang...1 1.2 Tujuan Pengembangan Proyek...1

Lebih terperinci

DRAFT PROYEK PENGENDALIAN BANJIR JAKARTA RINGKASAN TERPADU ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN

DRAFT PROYEK PENGENDALIAN BANJIR JAKARTA RINGKASAN TERPADU ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN DRAFT PROYEK PENGENDALIAN BANJIR JAKARTA RINGKASAN TERPADU ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN JUNI 2011 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR 1 DAFTAR ISI 1 Ringkasan Eksekutif...1 1.2

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jakarta merupakan ibukota Negara Indonesia dan pusat pemerintahan,

I. PENDAHULUAN. Jakarta merupakan ibukota Negara Indonesia dan pusat pemerintahan, I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jakarta merupakan ibukota Negara Indonesia dan pusat pemerintahan, dimana hampir semua aktifitas ekonomi dipusatkan di Jakarta. Hal ini secara tidak langsung menjadi

Lebih terperinci

PROYEK PENGENDALIAN BANJIR JAKARTA RINGKASAN TERPADU ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN

PROYEK PENGENDALIAN BANJIR JAKARTA RINGKASAN TERPADU ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized PROYEK PENGENDALIAN BANJIR JAKARTA RINGKASAN TERPADU ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN SEPTEMBER

Lebih terperinci

Program JEDI/JUFMP Tahap Awal Dimulai Hari Ini

Program JEDI/JUFMP Tahap Awal Dimulai Hari Ini Program JEDI/JUFMP Tahap Awal Dimulai Hari Ini page 1 / 18 Direktur Jenderal Sumber Daya Air (SDA) Kementerian Pekerjaan Umum (PU) Muhamad Hasan melakukan Ground Breaking Jakarta Urgent Flood Mitigation

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 /PRT/M/2014 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM DRAINASE PERKOTAAN

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 /PRT/M/2014 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM DRAINASE PERKOTAAN PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 /PRT/M/2014 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM DRAINASE PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SUNGAI DAN DRAINASE

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SUNGAI DAN DRAINASE LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR : 03 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SUNGAI DAN DRAINASE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG,

Lebih terperinci

DOKUMEN AMDAL : KA ANDAL DAN ANDAL (REVIEW)

DOKUMEN AMDAL : KA ANDAL DAN ANDAL (REVIEW) DOKUMEN AMDAL : KA ANDAL DAN ANDAL (REVIEW) DOKUMEN AMDAL Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan Hidup (KA-ANDAL) Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) Rencana

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

Standar Audit SA 300. Perencanaan Suatu Audit atas Laporan Keuangan

Standar Audit SA 300. Perencanaan Suatu Audit atas Laporan Keuangan SA 00 Perencanaan Suatu Audit atas Laporan Keuangan SA Paket 00.indb //0 ::0 AM STANDAR AUDIT 00 PERENCANAAN SUATU AUDIT ATAS LAPORAN KEUANGAN (Berlaku efektif untuk audit atas laporan keuangan untuk periode

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 09/PER/M/2008

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 09/PER/M/2008 MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 09/PER/M/2008 TENTANG PEDOMAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN UMUM DENGAN

Lebih terperinci

2 menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia tentang Rawa; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 t

2 menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia tentang Rawa; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 t BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.797, 2015 KEMEN PU-PR. Rawa. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

*14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

*14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Copyright (C) 2000 BPHN UU 7/2004, SUMBER DAYA AIR *14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYUSUNAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (ANDAL)

PEDOMAN PENYUSUNAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (ANDAL) Lampiran II Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 08 Tahun 2006 Tanggal : 30 Agustus 2006 PEDOMAN PENYUSUNAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (ANDAL) A. PENJELASAN UMUM 1. Pengertian Yang dimaksud

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/PRT/M/2015 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/PRT/M/2015 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/PRT/M/2015 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1991 Tentang : Rawa

Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1991 Tentang : Rawa Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1991 Tentang : Rawa Oleh : Presiden Republik Indonesia Nomor : 27 TAHUN 1991 (27/1991) Tanggal : 2 MEI 1991 (JAKARTA) Sumber : LN 1991/35; TLN NO. 3441 Presiden Republik

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 10, Pasal

Lebih terperinci

2 sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu membangun bendungan; d. bahwa untuk membangun bendungan sebagaimana dimaksud pada huruf c, yang

2 sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu membangun bendungan; d. bahwa untuk membangun bendungan sebagaimana dimaksud pada huruf c, yang No.771, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN PU-PR. Bendungan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/PRT/M/2015 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 10, Pasal

Lebih terperinci

PP 27/1991, RAWA... Bentuk: PERATURAN PEMERINTAH (PP) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 27 TAHUN 1991 (27/1991) Tanggal: 2 MEI 1991 (JAKARTA)

PP 27/1991, RAWA... Bentuk: PERATURAN PEMERINTAH (PP) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 27 TAHUN 1991 (27/1991) Tanggal: 2 MEI 1991 (JAKARTA) PP 27/1991, RAWA... Bentuk: PERATURAN PEMERINTAH (PP) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 27 TAHUN 1991 (27/1991) Tanggal: 2 MEI 1991 (JAKARTA) Sumber: LN 1991/35; TLN NO. 3441 Tentang: RAWA Indeks:

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk menyimpan air yang berlebih pada

Lebih terperinci

WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 69 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN LINGKUNGAN HIDUP

WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 69 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN LINGKUNGAN HIDUP WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 69 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PASURUAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 05 TAHUN 2014 TENTANG GARIS SEMPADAN SUNGAI, DAERAH MANFAAT SUNGAI, DAERAH PENGUASAAN SUNGAI DAN BEKAS SUNGAI DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk menyimpan air yang berlebih pada

Lebih terperinci

Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN (Berdasarkan PP 50 Tahun 2012) Nama : Alamat : Jabatan : Lama Bekerja : NO Isi pertanyaan Kel.

Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN (Berdasarkan PP 50 Tahun 2012) Nama : Alamat : Jabatan : Lama Bekerja : NO Isi pertanyaan Kel. Lampiran KUESIONER PENELITIAN (Berdasarkan PP 5 Tahun ) Nama : Alamat : Jabatan : Lama Bekerja : NO Isi pertanyaan Kel. Yang Pemenuhan Keterangan ditanya 3 Ya Tdk 4. PEMBANGUNAN DAN PEMELIHARAAN KOMITMEN..

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KAB UPATENCI LAC AP NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG IZIN LINGKUNGAN DAN IZIN PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. KLHS Raperda RTR Kawasan Strategis Pantai Utara Jakarta 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. KLHS Raperda RTR Kawasan Strategis Pantai Utara Jakarta 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Kawasan Pantai Utara Jakarta ditetapkan sebagai kawasan strategis Provinsi DKI Jakarta. Areal sepanjang pantai sekitar 32 km tersebut merupakan pintu gerbang dari

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 10 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 10 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 10 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI INDRAMAYU, Menimbang : a. bahwa pengelolaan limbah

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk menyimpan air yang berlebih pada

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI LUMAJANG NOMOR 68 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 10, Pasal

Lebih terperinci

STANDAR PERIKATAN AUDIT

STANDAR PERIKATAN AUDIT EXPOSURE DRAFT EXPOSURE DRAFT STANDAR PERIKATAN AUDIT ( SPA ) 300 PERENCANAAN SUATU AUDIT ATAS LAPORAN KEUANGAN Exposure draft ini diterbitkan oleh Dewan Standar Profesi Institut Akuntan Publik Indonesia

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG,

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG, PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG, Menimbang : a. bahwa dengan adanya pertambahan penduduk dan pola konsumsi

Lebih terperinci

2013, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Rawa adalah wadah air beserta air dan daya air yan

2013, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Rawa adalah wadah air beserta air dan daya air yan LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.180, 2013 SDA. Rawa. Pengelolaan. Pengawasan. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5460) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGAH NOMOR : 02 TAHUN 2009 TENTANG I R I G A S I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SULAWESI TENGAH,

PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGAH NOMOR : 02 TAHUN 2009 TENTANG I R I G A S I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SULAWESI TENGAH, PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGAH NOMOR : 02 TAHUN 2009 TENTANG I R I G A S I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SULAWESI TENGAH, Menimbang : a. bahwa air mempunyai fungsi sosial dalam

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN, UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN DAN UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 47,2012 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2012 TENTANG IZIN LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 116 TAHUN 2016 T E N T A N G

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 116 TAHUN 2016 T E N T A N G BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 116 TAHUN 2016 T E N T A N G KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BANTUL

Lebih terperinci

BUPATI CILACAP PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG IZIN LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP,

BUPATI CILACAP PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG IZIN LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP, BUPATI CILACAP PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG IZIN LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP, Menimbang : a. bahwa dalam rangka perlindungan dan pengelolaan lingkungan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2012 TENTANG IZIN LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2012 TENTANG IZIN LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2012 TENTANG IZIN LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 33,

Lebih terperinci

Translation of Document : Minimum Environmental & Community Requirements For PALYJA Projects PT PAM LYONNAISE JAYA -PALYJA-

Translation of Document : Minimum Environmental & Community Requirements For PALYJA Projects PT PAM LYONNAISE JAYA -PALYJA- Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Translation of Document : Minimum Environmental & Community Requirements For PALYJA Projects

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH 1 GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 26 TAHUN 2008 T E N T A N G TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1999 Tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1999 Tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1999 Tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 1999 ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN

Lebih terperinci

SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015

SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015 E. Kelembagaan 17.1. Profil BPLHD Provinsi DKI Jakarta Sesuai dengan Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta nomor 230 Tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengelola Lingkungan

Lebih terperinci

20. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 1991 tentang Sungai (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3445 Tahun 1991);

20. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 1991 tentang Sungai (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3445 Tahun 1991); RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR : 1 TAHUN 2002 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SIAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK Menimbang : a. bahwa untuk mengarahkan pembangunan

Lebih terperinci

WALIKOTA BANJARMASIN

WALIKOTA BANJARMASIN WALIKOTA BANJARMASIN PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR 31 TAHUN 2012 TENTANG PENETAPAN, PENGATURAN PEMANFAATAN SEMPADAN SUNGAI DAN BEKAS SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJARMASIN,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PAMEKASAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAMEKASAN NOMOR.TAHUN. TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

PEMERINTAH KABUPATEN PAMEKASAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAMEKASAN NOMOR.TAHUN. TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR PEMERINTAH KABUPATEN PAMEKASAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAMEKASAN NOMOR.TAHUN. TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PAMEKASAN Menimbang : a. bahwa sumber

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 1999 TENTANG ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 1999 TENTANG ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 1999 TENTANG ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka melaksanakan pembangunan berwawasan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BREBES Nomor : 21 Tahun : 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG I R I G A S I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BREBES, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI PENYEMPURNAAN RANCANGAN RTR KAWASAN STRATEGIS PANTURA JAKARTA

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI PENYEMPURNAAN RANCANGAN RTR KAWASAN STRATEGIS PANTURA JAKARTA BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI PENYEMPURNAAN RANCANGAN RTR KAWASAN STRATEGIS PANTURA JAKARTA 5.1. KESIMPULAN Kawasan Strategis Pantai Utara yang merupakan Kawasan Strategis Provinsi DKI Jakarta sesuai

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2008 NOMOR 28 SERI D PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 54 TAHUN 2008 WALIKOTA BOGOR,

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2008 NOMOR 28 SERI D PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 54 TAHUN 2008 WALIKOTA BOGOR, BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2008 NOMOR 28 SERI D PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 54 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, URAIAN TUGAS DAN TATA KERJA STAF AHLI WALIKOTA WALIKOTA BOGOR, Menimbang :

Lebih terperinci

KEPUTUSAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 62 TAHUN 2004 TENTANG

KEPUTUSAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 62 TAHUN 2004 TENTANG WALIKOTA TASIKMALAYA KEPUTUSAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 62 TAHUN 2004 TENTANG URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAN PELAYANAN KEBERSIHAN KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2012 TENTANG IZIN LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2012 TENTANG IZIN LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2012 TENTANG IZIN LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 33,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30/PRT/M/2015 TENTANG PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN SISTEM IRIGASI

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30/PRT/M/2015 TENTANG PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN SISTEM IRIGASI MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30/PRT/M/2015 TENTANG PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN SISTEM IRIGASI

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2012 TENTANG IZIN LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2012 TENTANG IZIN LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2012 TENTANG IZIN LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 33,

Lebih terperinci

ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1986 Tanggal 5 Juni Presiden Republik Indonesia,

ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1986 Tanggal 5 Juni Presiden Republik Indonesia, Menimbang : ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1986 Tanggal 5 Juni 1986 Presiden Republik Indonesia, a. bahwa dalam rangka melaksanakan pembangunan berwawasan lingkungan

Lebih terperinci

WALIKOTA TANGERANG SELATAN

WALIKOTA TANGERANG SELATAN SALINAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2012 TENTANG IZIN LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2012 TENTANG IZIN LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2012 TENTANG IZIN LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 33,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 /PRT/M/2011 TENTANG PEDOMAN PENETAPAN GARIS SEMPADAN JARINGAN IRIGASI

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 /PRT/M/2011 TENTANG PEDOMAN PENETAPAN GARIS SEMPADAN JARINGAN IRIGASI PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 /PRT/M/2011 TENTANG PEDOMAN PENETAPAN GARIS SEMPADAN JARINGAN IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 11 TAHUN 2009

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 11 TAHUN 2009 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 11 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG DOKUMEN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG IZIN LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG IZIN LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, SALINAN NOMOR 8/2015 PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG IZIN LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, Menimbang : a. bahwa kelestarian fungsi Lingkungan Hidup

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28/PRT/M/2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28/PRT/M/2015 TENTANG PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28/PRT/M/2015 TENTANG PENETAPAN GARIS SEMPADAN SUNGAI DAN GARIS SEMPADAN DANAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DALAM PELAKSANAAN KEGIATAN SUMBER DAYA AIR

PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DALAM PELAKSANAAN KEGIATAN SUMBER DAYA AIR PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DALAM PELAKSANAAN KEGIATAN SUMBER DAYA AIR KEGIATAN SUMBER DAYA AIR BIDANG JARINGAN SUMBER AIR. Perbaikan dan pengamanan sungai (termasuk muaranya). Pengamanan

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM MANAJEMEN FASILITAS DAN KEGIATAN PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM MANAJEMEN FASILITAS DAN KEGIATAN PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM MANAJEMEN FASILITAS DAN KEGIATAN PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Jakarta sebagai ibukota negara Indonesia memiliki peranan yang sangat penting sebagai pusat administrasi, pusat ekonomi dan pusat pemerintahan. Secara topografi, 40

Lebih terperinci

LATAR BELAKANG PESERTA JADWAL DAN LOKASI PELAKSANAAN. Lampiran Surat Nomor : Tanggal :

LATAR BELAKANG PESERTA JADWAL DAN LOKASI PELAKSANAAN. Lampiran Surat Nomor : Tanggal : Lampiran Surat Nomor : Tanggal : LATAR BELAKANG Sehubungan dengan pelaksanaan studi Master Plan Program NCICD (National Capital Integrated Coastal Development), salah satu aspek penting yang perlu dilakukan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 1991 TENTANG SUNGAI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 1991 TENTANG SUNGAI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 1991 TENTANG SUNGAI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa sungai sebagai sumber air sangat penting fungsinya dalam pemenuhan kebutuhan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 20 TAHUN 2009 TENTANG URUSAN PEMERINTAH DI BIDANG LINGKUNGAN HIDUP YANG DAPAT DIDEKONSENTRASIKAN

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 20 TAHUN 2009 TENTANG URUSAN PEMERINTAH DI BIDANG LINGKUNGAN HIDUP YANG DAPAT DIDEKONSENTRASIKAN SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 20 TAHUN 2009 TENTANG URUSAN PEMERINTAH DI BIDANG LINGKUNGAN HIDUP YANG DAPAT DIDEKONSENTRASIKAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang : a.

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 76 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 76 TAHUN 2016 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 76 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS LINGKUNGAN HIDUP PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 44, 1991 (PERHUBUNGAN. PERTANIAN. Perikanan. Prasarana. Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.533, 2015 KEMEN-PUPR. Garis Sempadan. Jaringan Irigasi. Penetapan. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8/PRT/M/2015 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 15 TAHUN 2009 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT.

PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 15 TAHUN 2009 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT. PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 15 TAHUN 2009 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTAWARINGIN BARAT, Menimbang

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II STUDI PUSTAKA 7 BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 TINJAUAN UMUM Pelaksanaan konstruksi merupakan rangkaian kegiatan atau bagian dari kegiatan dalam pekerjaan konstruksi mulai dari persiapan lapangan sampai dengan penyerahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN Uraian Umum

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN Uraian Umum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Uraian Umum Banjir besar yang terjadi hampir bersamaan di beberapa wilayah di Indonesia telah menelan korban jiwa dan harta benda. Kerugian mencapai trilyunan rupiah berupa rumah,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 1991 TENTANG S U N G A I PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 1991 TENTANG S U N G A I PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 1991 TENTANG S U N G A I PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : 1. Bahwa sungai sebagai sumber air sangat penting fungsi dalam pemenuhan kebutuhan

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 TATA CARA PENYUSUNAN SMK3 KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN UMUM

LAMPIRAN 1 TATA CARA PENYUSUNAN SMK3 KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN UMUM LAMPIRAN 1 TATA CARA PENYUSUNAN SMK3 KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN UMUM LAMPIRAN 1 TATA CARA PENYUSUNAN SMK3 KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN UMUM BAGI PENYEDIA JASA Elemen-elemen yang harus dilaksanakan oleh

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 11 TAHUN 2009

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 11 TAHUN 2009 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 11 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG DOKUMEN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bersifat unik, membutuhkan sumber daya (manpower, material, machine, money,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bersifat unik, membutuhkan sumber daya (manpower, material, machine, money, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Proyek Konstruksi Menurut Ervianto (2002), suatu proyek konstruksi merupakan suatu rangkaian kegiatan yang hanya satu kali dilaksanakan dan umumnya berjangka waktu pendek.

Lebih terperinci

TATA CARA PENILAIAN KETAATAN DAN PENILAIAN KINERJA LEBIH DARI KETAATAN

TATA CARA PENILAIAN KETAATAN DAN PENILAIAN KINERJA LEBIH DARI KETAATAN LAMPIRAN III PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PROGRAM PENILAIAN PERINGKAT KINERJA PERUSAHAAN DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP TATA CARA PENILAIAN KETAATAN

Lebih terperinci

Prosedur dan mekanisme AMDAL

Prosedur dan mekanisme AMDAL Prosedur dan mekanisme AMDAL Bagaimana prosedur AMDAL di Indonesia? Apakah kegiatan anda wajib menyusun AMDAL? Apa yang harus dilakukan bila wajib menyusun AMDAL? Apa itu revisi RKL dan RPL? Apa itu AMDAL?

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.662, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/BAPPENAS Kerjasama Pemerintah. Badan Usaha. Infrastruktur. Panduan Umum. PERATURAN MENTERI NEGARA PERENCANAAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1046, 2014 KEMENPERA. Bencana Alam. Mitigasi. Perumahan. Pemukiman. Pedoman. PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 77 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 77 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 77 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAN KEBERSIHAN KABUPATEN

Lebih terperinci

A. KRITERIA AUDIT SMK3

A. KRITERIA AUDIT SMK3 LAMPIRAN II PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN 2010 TENTANG SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PEDOMAN PENILAIAN PENERAPAN SMK3 A. KRITERIA AUDIT SMK3 1 PEMBANGUNAN DAN

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

PP 35/1991, SUNGAI... Bentuk: PERATURAN PEMERINTAH (PP) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 35 TAHUN 1991 (35/1991)

PP 35/1991, SUNGAI... Bentuk: PERATURAN PEMERINTAH (PP) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 35 TAHUN 1991 (35/1991) PP 35/1991, SUNGAI... Bentuk: PERATURAN PEMERINTAH (PP) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 35 TAHUN 1991 (35/1991) Tanggal: 14 JUNI 1991 (JAKARTA) Sumber: LN 1991/44; TLN NO. 3445 Tentang: SUNGAI

Lebih terperinci

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 63TAHUN 2008 TENTANG FUNGSI, RINCIAN TUGAS DAN TATA KERJA BADAN LINGKUNGAN HIDUP KOTA YOGYAKARTA WALIKOTA YOGYAKARTA, Menimbang :

Lebih terperinci

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 29 TAHUN 2010 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI BADAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BANYUMAS

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 29 TAHUN 2010 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI BADAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BANYUMAS BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 29 TAHUN 2010 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI BADAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI BANYUMAS, Menimbang

Lebih terperinci