BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 PENDAHULUAN Rambut memiliki peranan yang sangat penting bagi manusia dan hewan (mamalia). Salah satu fungsi utama rambut adalah mempertahankan panas tubuh dan juga memberikan pertahanan terhadap masuknya zat zat asing ke dalam tubuh. Pada manusia rambut tidak hanya bersifat sebagai pelindung tetapi lebih kepada keserasian yang mengarah pada estetika. Jenis rambut, warna, ataupun ketebalan rambut pada manusia berbeda beda. Hal ini dipengaruhi oleh suhu lingkungan, hormon dan faktor usia. Dewasa ini, berbagai jenis penyakit yang menyebabkan kelainan pada rambut banyak terjadi. Salah satu kelainan yang banyak dialami manusia adalah kebotakan atau pertumbuhan rambut yang tidak normal. Kebotakan ini biasanya disebabkan oleh gangguan hormonal, efek samping obat, makanan yang dikonsumsi, dan stres. Sejak dahulu sampai sekarang, manusia selalu berusaha untuk mencari cara agar rambutnya terlihat sehat dan indah. Penggunaan produk produk perawatan rambut modern banyak menimbulkan efek yang merugikan bagi rambut itu sendiri, sehingga penggunaan bahan tradisional untuk merawat rambut sudah mulai diminati lagi. Indonesia merupakan negara yang kaya akan keanekaragaman hayati, sejak dulu nenek moyang kita sudah mengenal cara perawatan rambut dengan menggunakan tumbuhan. Menurut informasi, secara tradisional kucai (Allium shoenoprasum L.) digunakan sebagai penyubur rambut dan menurut penelitian sebelumnya daun kucai berkhasiat sebagai penyubur rambut (Rini Marliani, 2001). Tujuan penelitian ini adalah membuat sediaan larutan yang mengandung ekstrak air daun kucai (Allium shoenoprasum L.) dan menguji efeknya terhadap pertumbuhan dan kelebatan rambut serta melakukan uji iritasi kulit dan mata sediaan tersebut. Pengujian dilakukan pada kelinci albino galur New Zealand dengan cara mengukur panjang rambut dan jumlah rambut. Panjang rambut dapat digunakan sebagai parameter kecepatan pertumbuhan rambut sedangkan jumlah rambut dapat digunakan sebagai parameter kelebatan rambut. 1

2 BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Tinjauan tentang Rambut Ilmu tentang rambut (trikogi) membagi rambut manusia menjadi dua jenis, yaitu rambut terminal yang umumnya kasar, bermedula dan terpigmentasi, seperti pada rambut kepala, alis, ketiak, dan kelamin, serta rambut vellus yang berupa rambut halus, tidak bermedula, biasanya tidak mengandung pigmen, seperti pada pipi, kulit lengan, dan punggung. Adakalanya rambut vellus bisa menjadi rambut terminal, misalnya pada pria dewasa rambut vellus diatas bibir dan dagu menjadi kumis dan jenggot yang kasar. Sebaliknya, rambut terminal bisa menjadi rambut vellus, misalnya pada orang yang kepalanya botak yang semula rambut kepalanya panjang dan kasar lalu berganti dengan rambut rambut halus yang pendek (Ditjen POM, 1985) Anatomi Rambut Rambut tumbuh pada bagian epidermis kulit, terdistribusi merata pada tubuh. Komponen rambut terdiri dari keratin, asam nukleat, karbohidrat, sistin dan sistein, lemak, arginin dan sistrulin, dan enzim (Rook and Dawber, 1991). Rambut terdiri dari dua bagian yaitu akar rambut dan batang rambut (Gambar 1.1). Batang rambut terdiri dari 3 bagian utama. Bagian yang terdalam disebut medula, bagian tengah disebut korteks, dan bagian luar disebut kutikula. Pada bagian medula tersusun dari sel polihedral berjajar yang berisi keratotialin, butiran lemak dan udara. Bagian korteks membentuk bagian utama pada batang rambut, terdiri dari sel yang terelongasi yang berisi granul pigmen khususnya pada rambut warna gelap, tetapi pada rambut warna terang sebagian besar berisi udara. Bagian kutikula berisi lapisan tunggal sel tipis datar yang sebagian besar terkeratinisasi. Kutikula berfungsi sebagai pelindung terhadap kekeringan dan penetrasi benda asing (Tortora and Anagnostakos, 1990). Akar rambut merupakan bagian yang berada di bawah permukaan kulit hingga ke lapisan subkutan. Akar rambut tersusun dari 3 lapisan yaitu medula, korteks dan kutikula. Akar rambut dibungkus oleh kantung yang disebut folikel rambut. Dasar folikel rambut 2

3 3 berbentuk seperti bawang dan disebut bulb. Bagian dasar bulb yang berupa lekukan ke dalam bulb disebut papila dermal yang kaya akan pembuluh darah yang membawa makanan untuk pertumbuhan rambut dan serabut syaraf. Bagian atas papila dermal dikelilingi oleh sel matriks yang pembelahannya sangat cepat. Selain itu rambut berasosiasi dengan otot polos yang disebut arektor pili dan kelenjar sebaseus yang mensekresikan sebum. Arektor pili dipersyarafi oleh saraf simpatikus dan akan berkontraksi bila ada rangsang berupa emosi atau dingin menyebabkan rambut menjadi tegak. Kontraksi arektor pili dapat menekan kelenjar sebasea dan mendorong sekresi sebum ke folikel rambut dan ke permukaan kulit (Martini, 2001). Gambar 1.1 Anatomi rambut (Martini, 2001) Kulit Kepala Seperti halnya kulit pada umumnya, kulit kepala memiliki berbagai fungsi antara lain, mengatur kelembaban kulit, mengatur suhu tubuh, membentuk mantel asam dan pernapasan kulit. Pada kulit kepala terdapat sangat banyak kelenjar minyak yang tersebar di seluruh permukaan kulit kepala. Jika rambut disisir, minyak akan terekskresikan dan menyebar ke seluruh tangkai rambut, menyebabkan rambut tampak kemilau. Keratin kulit dapat memiliki daya tahan terhadap benturan mekanik dan zat kimia. Permukaan kulit diselubungi oleh mantel asam yang berupa cairan ph 4 6. Fungsi mantel asam ini terutama untuk menghambat pertumbuhan bakteri atau jamur (Ditjen POM, 1985).

4 4 Kulit memiliki permeabilitas air yang sangat terbatas. Kandungan air dari dan yang masuk ke tubuh menyebabkan perubahan kelembapan yang tidak segera nampak pada permukaan kulit, tetapi terjadi dibawah lapisan korneum yang disebut barier rein. Jaringan dibawah selaput ini dihubungkan dengan kapiler darah kulit, dengan aliran darah normal dan kelembapan antara 70 80% (Ditjen POM, 1985). Kesehatan kulit kepala erat kaitannya dengan kesehatan rambut. Penyebab gangguan pada kulit kepala antara lain, infeksi pada daerah kepala, infeksi sistemik yang parah seperti hepatitis, benturan mekanik, iritasi zat kimia, iritasi fisika dan keabnormalan sistem imun. Kerusakan karena benturan mekanik meliputi luka gores atau terparut oleh partikulat tajam, luka potong karena benda tajam, tertusuk, atau tergencet benda keras. Kerusakan karena iritasi zat kimia terutama disebabkan oleh keaktifan sifat fisikokimia zat kimia tertentu, seperti sifat kaustik, oksidasi, dan sitolitik. Faktor iritasi fisika dapat meliputi kondisi iklim ekstrim, terbakar, emisi sinar X, sinar UV, sinar inframerah, atau radioaktif termasuk juga sengatan listrik. Keabnormalan sistem imun dapat menyebabkan kulit individu menjadi peka terhadap sentuhan zat kimia tertentu yang biasa disebut alergi (Ditjen POM, 1985) Siklus Pertumbuhan Rambut Pada folikel yang tidak mengalami kerusakan, rambut baru membutuhkan waktu 3 minggu untuk mencapai permukaan kulit kepala. Kecepatan pertumbuhan rambut yang bergenerasi mencapai 2,8 mm perminggu pada masa aktif pertumbuhan. Pertumbuhan dan pergantian rambut mengikuti suatu siklus. Setiap folikel rambut mengalami siklus pertumbuhan yang berulang ulang. Faktor yang mempengaruhi siklus pertumbuhan rambut tidak diketahui dengan jelas (Sagarin, 1957). Siklus pertumbuhan rambut seseorang terjadi pada 3 tahap, yaitu : a. Fase Anagen Fase anagen merupakan awal pertumbuhan aktif, rambut yang terdapat pada fase ini pada kulit kepala normal dengan rambut sehat mencapai usia antara 2 6 tahun. Lebih kurang 85% keseluruhan rambut pada kulit kepala pada suatu saat akan terdapat pada fase ini (Ditjen POM, 1985). Pada fase ini terjadi beberapa tahap proses perkembangan. Tahap I-V disebut tahap pronagen dan tahap VI disebut tahap metanagen. Pada tahap I, sel sel dermal papila bertambah besar dan menunjukkan peningkatan sintesis RNA; secara stimulan sel sel

5 5 germinal pada dasar kantung menunjukkan aktivitas mitosis yang tinggi. Pada tahap II, bagian folikel berkembang ke bawah menutupi dermal papila. Pada tahap III, ketika folikel mencapai panjang maksimum, perkembangan sel sel matriks berakibat pada naiknya contong selubung akar internal. Pada tahap IV, melanosit yang melewati papila meningkatkan jumlah dendrit dan mulai membentuk melanin; pada fase ini rambut sudah terbentuk tetapi belum disertai contong selubung akar internal. Pada tahap V, ujung rambut telah muncul dari selubung akar internal. Tahap VI dimulai segera setelah rambut muncul pada permukaan kulit dan berlangsung hingga mencapai fase katagen. Kecepatan tumbuh dan lamanya fase ini menentukan panjang maksimum rambut. Berdasarkan variasi kedua ciri ini rambut seseorang dapat tumbuh lebih lebat atau lebih panjang dibandingkan dengan yang lain. Di samping itu fase ini tidak dipengaruhi oleh pemotongan rambut (Rook and Dawber, 1991). Gambar 1.2 Pertumbuhan Rambut pada Fase Anagen (Rook and Dawber, 1991) b. Fase Katagen Fase katagen merupakan fase perkembangan rambut yang kedua. Lebih kurang 1% keseluruhan rambut pada kulit kepala pada suatu saat akan terdapat dalam fase ini, yang merupakan fase transisi (Ditjen POM, 1985). Fase katagen diawali dengan berkurangnya mitosis pada matriks hingga berhenti yang terjadi dalam beberapa hari. Sejak proses mitosis berhenti, bagian yang terletak lebih rendah dari folikel memendek dan selubung jaringan penghubung terutama membran vitreous menjadi menebal dan mengerut. Selubung akar yang lebih dalam akan hancur dan menghilang. Sel sel pada selubung akar eksternal membentuk kantung pada dasar akar rambut yang berfungsi sebagai tempat sel sel benih folikel. Folikel sekarang memasuki fase telogen. Masih tidak diketahui dengan

6 6 jelas faktor faktor yang menginisiasi terjadinya fase katagen secara spontan (Rook and Dawber, 1991). Gambar 1.3 Pertumbuhan Rambut pada Fase Katagen (Rook and Dawber, 1991) c. Fase Telogen Fase telogen merupakan fase istirahat pada siklus rambut. Folikel rambut akan mengkerut dan rambut yang terbentuk akan tertahan di tempat oleh massa seperti tongkat hingga fase metanagen dibangun dengan baik pada siklus selanjutnya. Fase telogen berlangsung singkat atau lama tergantung pada kesehatan seseorang. Fase telogen dapat diinduksi untuk bekerja secara prematur sekali jika rambut bentuk batang yang beristirahat dicabut. Setelah periode istirahat pada fase ini, folikel rambut akan kembali tumbuh lagi ke bawah yang akhirnya mencapai panjang sebelumnya dan mendorong melintas melalui rambut yang tua (Rook and Dawber, 1991). Gambar 1.4 Pertumbuhan Rambut pada Fase Telogen (Rook and Dawber, 1991)

7 Faktor faktor yang Berperan pada Pertumbuhan Rambut Faktor yang sangat berperan pada pertumbuhan rambut antara lain: a. Faktor intrinsik Faktor-faktor intrinsik meliputi sirkulasi darah ke folikel dan hormon. Rambut tidak akan tumbuh tanpa adanya suplai darah yang cukup untuk mengisi folikel rambut dengan metabolit yang diperlukan. Folikel rambut yang berukuran besar akan lebih tervaskularisasi daripada folikel yang berukuran kecil, dan rambut yang terletak pada folikel yang lebih tervaskularisasi umumnya lebih tebal dan panjang. Banyak percobaan yang telah dilakukan untuk menstimulasi pertumbuhan rambut pada kulit kepala yang mengalami alopesia dengan cara meningkatkan aliran darah pada folikel dengan metode pemijatan. Metode ini biasanya disertai dengan penggunaan vasodilator topikal (Rook and Dawber, 1991). Hormon seksual mempunyai peran penting pada pertumbuhan, distribusi dan pigmentasi rambut manusia terutama masa pubertas hormon seksual memicu pertumbuhan rambut sekunder. Androgen dapat meningkatkan kecepatan pertumbuhan rambut dan juga ukuran diameter rambut. Akan tetapi pada kulit kepala yang mengalami alopesia androgenetik, androgen justru menurunkan diameter batang rambut, kecepatan pertumbuhan rambut, dan durasi fase anagen. Perubahan testosteron menjadi bentuk yang lebih aktif yaitu dihidrotestosteron (DHT), bergantung pada keberadaan enzim 5-α-reduktase tipe II. DHT bergabung dengan reseptor sitosol untuk membentuk kompleks yang masuk pada inti, dan bergabung dengan kromatin untuk menginisiasi sintesis protein. Metabolisme androgen pada sel dapat dirusak oleh penurunan perubahan testosteron menjadi DHT atau ketidakmampuan sel untuk mengakumulasi DHT karena hilangnya protein sitosol-reseptor. Walaupun DHT diperlukan untuk pertumbuhan rambut pada bagian tumbuh tertentu, kelebihan DHT menyebabkan kerontokan pada rambut kepala. DHT yang disekresi oleh kelenjar minyak akan masuk ke folikel rambut saat rambut gugur, kemudian terjadi reaksi kimia di dalam folikel tersebut, akibatnya akar rambut dan folikel mengecil. Rambut yang gugur mengalami pertumbuhan lagi, dan pada saat gugur DHT akan mengisi folikel kembali. Peritiwa ini berlangsung terus menerus sehingga ukuran akar rambut dan folikel menjadi tidak normal dan pertumbuhan rambut terganggu hingga terjadi kebotakan. Estrogen memperlambat pertumbuhan rambut selama fase anagen, tetapi memperpanjang durasi fase anagen. Sedangkan tirosin mempercepat aktivitas anagen, dan kortison justru memperlambat aktifitas anagen (Rook and Dawber, 1991).

8 8 b. Faktor ekstrinsik Faktor ekstrinsik meliputi kondisi lingkungan yang dapat mempengaruhi kulit kepala. Faktor lingkungan tersebut meliputi perubahan cuaca yang ekstrim, paparan ultraviolet, sinar-x, radioaktif, iritasi zat kimia atau penutupan dan penekanan rambut serta kulit kepala. Apabila faktor lingkungan ini terjadi terus menerus, maka kulit kepala dapat mengalami degenerasi kronik pada sel-sel epidermis yang menyebabkan kulit kepala menjadi kasar, terjadi depigmentasi, gangguan keratinisasi dan kerontokan rambut (Ditjen POM, 1985) Abnormalitas pada Pertumbuhan Rambut Abnormalitas yang terjadi pada rambut disebabkan antara lain oleh genetik, gangguan hormon, perubahan pola makan, penggunaan obat tertentu dan lain sebagainya. Kerontokan rambut yang terjadi sekitar helai perhari dapat dikatakan normal. Kelainan yang terjadi pada rambut antara lain: a. Alopesia Alopesia areata (AA) merupakan gangguan pertumbuhan rambut atau hilangnya rambut pada daerah tertentu yang mengakibatkan kebotakan dengan pola tertentu, biasanya berbentuk sirkular. Kadang kadang disertai dengan pemerahan pada kulit kepala yang mengalami kebotakan. Beberapa faktor yang dapat memicu terjadinya alopesia areata adalah faktor genetik, penyakit atropik, Down s syndrome, autoimunitas, hormon dan stres emosional. Alopesia areata yang diturunkan secara genetik antara lain disebabkan oleh abnormalitas folikel rambut sehingga pertumbuhan rambut terhambat. Pada penderita Down s syndrome yang disertai dengan AA, antibodi anti-tiroid muncul lebih banyak dibandingkan penderita Down s syndrome tanpa AA. Namun pengaruh Down s syndrome terhadap AA belum diteliti lebih lanjut. AA juga merupakan penyakit autoimunitas organ khusus. Berdasarkan studi antibodi monoklonal, pada penderita AA terakumulasi sel T disekitar folikel rambut. Sel T tersebut mengakibatkan penutupan dan kadang kadang terjadi juga penghancuran folikel rambut (Burton, 1979). Alopesia totalis adalah gangguan pada pertumbuhan rambut yang menyebabkan kebotakan pada seluruh bagian kulit kepala. Gangguan ini juga disebabkan oleh adanya gangguan pada folikel rambut seperti pada AA (Burton, 1979).

9 9 Alopesia universal adalah gangguan pada pertumbuhan rambut yang menyebabkan kehilangan rambut pada keseluruhan bagian tubuh yang dapat terjadi secara tiba tiba atau setelah mengalami kebotakan yang berkepanjangan (Burton, 1979). Alopesia androgenetik adalah alopesia pola laki laki ( male-pattern baldness ) yang bisa mengenai laki laki ataupun wanita, tetapi pada wanita jarang terjadi. Gejala ini terlihat pada umur akhir dua puluhan atau awal tiga puluhan dengan kehilangan rambut secara bertahap, terutama pada verteks dan frontal. Folikel rambut membentuk rambut yang semakin halus dan semakin pucat. Faktor faktor yang dapat memicu penyakit ini antara lain, peningkatan usia (terjadi pada wanita setelah masa monopose), sejarah kebotakan keluarga, stress emosional dan faktor endokrin (Burton, 1979). Puerperal alopecia adalah kebotakan yang terjadi akibat demam yang diderita setelah melahirkan. Gangguan ini terjadi setelah 3 bulan melahirkan. Pada gangguan ini tidak diperlukan pengobatan karena rambut akan tumbuh normal kembali (Burton, 1979). Scarred Alopecia merupakan kerusakan pada folikel rambut dapat disebabkan oleh luka pada kulit kepala. Kerusakan tersebut megakibatkan terjadinya kebotakan. Luka yang dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan rambut, antara lain luka bakar, luka akibat benturan, luka akibat infeksi pirogenik, dan radiasi (Burton, 1979). b. Perubahan morfologi rambut Pada kelainan ini, pertumbuhan rambut tetap berlangsung namun secara morfologi berbeda. Kelainan ini dapat menyebabkan kebotakan karena rambut yang tumbuh sangat pendek dan tipis. Hal ini dapat terjadi karena gangguan produksi hormon dan efek penggunaan kosmetik rambut yang kurang tepat. c. Gangguan kreatinisasi Gangguan kreatinisasi ditandai dengan pertumbuhan rambut yang kasar, mudah patah, dan pertumbuhan yang jarang. Gangguan kreatinisasi terjadi akibat kekurangan beberapa protein pembentuk rambut sehingga komposisi kimia pada rambut berubah. Biasanya disebabkan perubahan pola makan sehingga nutrisi yang dibutuhkan oleh rambut berkurang.

10 10 d. Atropi folikel Atropi folikel disebabkan oleh sel papila dermal pada dasar folikel rambut yang secara normal menginisiasi pertumbuhan rambut hilang. Atropi folikel dapat menyebabkan kebotakan yang irreversibel. Atropi folikel dapat terjadi akibat penggunaan sinar X dalam dosis besar atau radiasi atom. e. Hirsutisme Hirsutisme atau hipertrikosis menunjukkan pertumbuhan berlebihan rambut yang abnormal. Hirsutisme biasanya terdapat pada bibir atas, daerah janggut, dan sisi rahang. Umumnya hirsutisme terjadi pada wanita yang merupakan salah satu tanda virilisme yang meliputi pembesaran klitoris, pola rambut laki laki pada kulit kepala dan pubes, akne, suara menjadi kasar, dan atropi payudara Pengobatan Alopesia Berbagai macam obat untuk pengobatan alopesia telah diteliti. Obat modern terbagi atas beberapa kelompok berdasarkan perbedaan mekanisme kerja, walupun pada umumnya mekanisme karja obat untuk alopesia belum diketahui secara pasti. Beberapa obat untuk alopesia tersedia dalam bentuk topikal dan sebagian dapat dikonsumsi secara oral. a. Minoxidil Minoxidil adalah derivat piperidinopirimidin yang merupakan vasodilator untuk pengobatan hipertensi. Minoxidil digunakan secara topikal untuk mengembalikan pertumbuhan rambut pada alopesia areata, alopesia totalis, alopesia universal, dan alopesia androgenetik. Terapi topikal minoxidil efektif untuk menstimulasi pertumbuhan kembali rambut pada bagian verteks kepala. Mekanisme kerjanya belum diketahui, namun diduga dapat memperbaiki ukuran diameter dan proliferasi folikel rambut, memperpanjang durasi fase anagen, vasodilator untuk meningkatkan aliran darah ke folikel rambut, dan juga menurunkan produksi sel T, sehingga pertumbuhan rambut dapat kembali normal. Minoxidil dapat digunakan baik oleh pria maupun wanita. Dosis topikal yang digunakan adalah larutan 5% atau 2% setiap hari selama dua sampai empat bulan. Bila penggunaan dihentikan, maka rambut yang baru tumbuh akan gugur kembali. Efek samping yang ditimbulkan akibat penggunaan minoxidil secara topikal adalah alergi pada kulit, sakit kepala, vertigo, lemas, dan edema (McEvoy, 1999).

11 11 b. Finasterid Finasterid digunakan secara oral untuk menstimulasi pertumbuhan rambut pada pria yang mengalami alopecia androgenetik. Mekanisme kerjanya menekan kerja enzim 5α-reduktase tipe II yang mengubah testosteron menjadi bentuk aktifnya dihidrotestosteron (DHT). Produksi DHT yang berlebih dapat menyebabkan kebotakan. Dosis oral yang digunakan adalah 1 mg/hari selama 3 bulan atau lebih tergantung kebutuhan pemakaian. Finasterid hanya efektif digunakan oleh penderita alopesia androgenetik yang disebabkan oleh gangguan sistem hormonal. Finasterid tidak boleh digunakan pada wanita dan anak anak, karena dapat menyebabkan keracunan pada wanita selain itu juga pada wanita hamil dapat menyebabkan abnormalitas pada organ genital eksternal janin laki laki yang dikandung (McEvoy, 1999). c. Iritan non spesifik Senyawa iritan yang telah diuji secara klinis untuk pengobatan AA adalah ditranol. Ditranol merupakan senyawa antron yang mempunyai efek terhadap psoriasis. Mekanisme kerja ditranol terhadap pengobatan AA belum diketahui, namun berdasarkan penelitian ditranol memberikan respon positif pada 25% penderita AA. d. Inhibitor sistem imunitas Salah satu penyebab timbulnya AA adalah diproduksinya sistem imun yang berlebihan, sehingga menyebabkan terjadinya autoimunitas yang memicu terjadinya kerontokan rambut. Kortikosteroid merupakan obat imunosupresor dengan mekanisme kerja menghambat produksi interleukin 1, interleukin 2, dan interferon tipe gamma. Terdapat tiga jenis kortikosteroid untuk pengobatan AA yaitu kortikosteroid sistemik, topikal dan intra-lesional. Kortikosteroid sistemik akan mengembalikan pertumbuhan rambut secara normal pada berbagai kasus AA. Kortikosteroid sistemik yang biasa digunakan adalah kortison. Rambut akan mengalami repigmentasi dan penebalan batang rambut. Untuk mengurangi efek yang berbahaya dari penggunaan kortikosteroid sistemik, maka digunakan kombinasi dengan kortikosteroid topikal dan intra-lesional. Kortikosteroid topikal yang digunakan adalah fluosinolon dan halsinonid. Kortikosteroid intra-lesional telah terbukti lebih efektif dalam meningkatkan pertumbuhan rambut pada penderita AA dan juga dapat meningkatkan pertumbuhan rambut alis bagi penderita alopecia totalis. Atropi merupakan komplikasi yang dapat terjadi pada penggunaan kortikosteroid intralesional dan biasanya terjadi pada daerah injeksi (Rook and Dawber, 1991).

12 Uji Iritasi Iritasi kulit adalah inflamasi lokal yang tidak dimediasi oleh limfosit dan antibodi atau proses yang tidak melibatkan sistem imun. Penggunaan sediaan pada kulit dapat merusak jaringan secara langsung dan menghasilkan kerusakan kulit termasuk nekrosis pada tempat dimana sediaan digunakan. Oleh karena itu, sediaan sebelum digunakan pada kulit harus ditentukan terlebih dahulu keamanannya pada kulit dengan melakukan uji iritasi. Uji iritasi merupakan salah satu bagian dari uji toksisitas zat. Faktor faktor yang mempengaruhi toksisitas zat meliputi sifat fisikokimia zat, jumlah zat yang diberikan atau jumlah zat yang diserap, rute pemberian zat, frekuensi pemberian zat yaitu dosis tunggal atau dosis berulang, dan waktu yang dibutuhkan untuk menimbulkan kerusakan. Uji iritasi meliputi 3 aspek, antara lain penetapan indeks iritasi primer, penetapan iritasi okular, dan uji agresi pada permukaan kulit dengan pemberian berulang (Ditjen POM, 1986). Penetapan indeks iritasi primer dilakukan untuk menentukan kemampuan iritasi dari suatu bahan setelah pemberian hanya satu kali. Penetapan iritasi okular digunakan untuk menentukan secara objektif derajat iritasi okular yang disebabkan oleh zat, bahan atau sediaan bila zat, bahan, atau sediaan tersebut ditempatkan di mata. Uji agregasi pada permukaan kulit dengan pemberian berulang digunakan untuk menentukan efek terhadap kulit setelah pemberian zat, bahan, atau sediaan setiap hari selama 90 hari (Ditjen POM, 1986). Iritan adalah bahan yang menyebabkan radang atau iritasi. Iritan diklasifikasikan menjadi iritan primer dan iritan sekunder. Iritan primer adalah zat atau bahan yang dapat menimbulkan reaksi kulit segera setelah bahan kontak dengan kulit sedangkan iritan sekunder adalah zat atau bahan yang baru dapat menimbulkan reaksi kulit beberapa jam setelah bahan kontak dengan kulit. Iritasi kulit merupakan gejala awal dari triple respone yaitu dilatasi pembuluh vena yang menyebabkan pemerahan kulit (eritema), pembengkakan (edema) dan dilatasi pembuluh arteri yang menyebabkan inflamasi (Harry, 1957). 1.3 Tinjauan Botani Allium Schoenoprasum L. Allium schoenoprasum L. mempunyai sinonim Allium tenuifolium Salibs. Di Indonesia dikenal dengan nama kucai sedangkan nama daerahnya di Palembang dikenal dengan nama

13 13 ganda isi, di Jawa Tengah dikenal dengan nama langkio atau lokio, di Sunda dikenal dengan nama longkio. Tumbuhan ini secara tradisional daunnya digunakan sebagai penyubur rambut. Daun kucai juga memiliki aktivitas sebagai antioksidan 1. Cara penggunaan sebagai penyubur rambut yaitu dengan menumbuknya dengan air sampai lembut, kemudian dioleskan pada kepala. Daun kucai mengandung vitamin C, karoten, klorofil A dan B, sulfur, nitrat, dan nitrit (Kasahara, 1995). Ada 2 konstituen sulfur yang terkandung dalam daun kucai yaitu metil pentil disulfida dan pentil hidrodisulfida (Hiromu Kameoka et al.,1983). Allium Schoenoprasum L. merupakan herba dengan tinggi cm. Umbinya kecil, bulat telur hingga lonjong, berwarna putih diselimuti oleh kulit membran, umbi berimpit dalam jumlah banyak, panjang 1-3 cm, diameter 0,5-1,5 cm. Daunnya seperti rumput berwarna hijau, berlubang (berongga) dengan bentuk silindris atau semisilindris, mengkilap, panjang cm, tebal 0,1-0,15 cm. Di daerah Jawa tanaman ini tidak pernah berbunga. Kucai termasuk ke dalam divisi Spermatophyta, anak divisi Angiospermae, kelas Monocotyledonae, anak kelas Liliidae, bangsa Liliales, suku Liliaceae, marga Allium, dan jenis Allium Schoenoprasum L. 1.4 Tonik Rambut (Hair Tonic) Sediaan perangsang pertumbuhan rambut (hair tonic) adalah sediaan kosmetik yang digunakan untuk melebatkan pertumbuhan rambut atau merangsang pertumbuhan rambut pada kebotakan dan rambut rontok (Ditjen POM, 1985). Efek terapeutik dari tonik rambut meliputi pengobatan terhadap alopesia areata, alopesia androgenetik, menghilangkan ketombe, jamur dan bakteri yang tumbuh. Tonik ideal harus mempunyai komponen iritan untuk meningkatkan suplai darah ke papila dermal dan menstimulasi mekanisme suplai ke kulit kepala, vitamin atau asam amino yang dibutuhkan untuk biosintesis keratin, antiseptikum untuk mengontrol mikroorganisme dan kondisi lainnya yang dapat mengganggu pertumbuhan rambut (Harry, 1957). Bahan utama yang terdapat dalam sediaan tonik rambut ada dua, yaitu zat pelarut dan zat khasiat. Zat pelarut yang umum digunakan untuk sediaan bentuk larutan adalah air, alkohol dan gliserin. Kadar alkohol yang digunakan hendaknya serendah mungkin karena kadar 1 (9 Agustus 2007)

14 14 alkohol yang tinggi dapat melarutkan kompleks protein-asam lemak rambut, sehingga dapat menyebabkan terputusnya struktur protein (Ditjen POM, 1985). Zat khasiat yang digunakan untuk sediaan tonik rambut mempunyai efek antara lain, membersihkan, menghilangkan atau mencegah ketombe, memperbaiki sirkulasi darah kulit kepala, memperbaiki dan memulihkan sekresi kelenjar sebum, dan merangsang pertumbuhan rambut (Ditjen POM, 1985). Berdasarkan efeknya, zat khasiat diklasifikasikan menjadi : a. Kounteriritan Penggunaan kounteriritan dalam sediaan perangsang pertumbuhan rambut didasarkan atas azas bahwa, tubuh akan selalu berupaya dalam perlindungan dirinya untuk menghilangkan iritasi yang ditimbulkan oleh keaktifan kounteriritan dengan meningkatkan aktivitas faalnya pada jaringan yang teriritasi. Akibatnya sirkulasi darah pada daerah tersebut lancar, metabolisme menjadi lebih aktif, dan pembelahan sel dipercepat. Keaktifan kounteriritan yang diharapkan pada sediaan perangsang pertumbuhan rambut adalah keaktifan ringan, terutama dibatasi hingga efek hipertermia dan hiperplasia, hanya melecetkan sel epidermis. Kounteriritan yang lazim digunakan meliputi asam format, asam salisilat, histamin, kapsikum (tingtur cabe), kinina HCl, pirogalol dan resorsin. b. Vasodilator Vasodilator dapat melebarkan pembuluh darah, sehingga aliran darah meningkat dan faal tubuh menjadi lebih aktif, metabolisme meningkat dan pembelahan sel dapat dipercepat. Azas ini diharapkan akan terjadi jika vasodilator digunakan topikal pada kulit kepala, sehingga merangsang pertumbuhan rambut. Sediaan yang mengandung vasodilator tidak termasuk sediaan kosmetika. Vasodilator yang umum digunakan adalah pilokarpina. c. Stimulan kelenjar sebum Zat alam maupun zat sintetik, dengan aneka jenis dan efek farmakologi dalam kosmetika dinyatakan sebagai zat yang dapat mempengaruhi sekresi kelenjar sebum, dapat digunakan untuk merangsang pertumbuhan rambut. Kelompok zat ini meliputi asam salisilat, belerang, etanol, garam kinina, garam pilokarpina, kolesterol, lesitin, metil linoleat, resorsin, resorsin asetat, tingtur jaborandus, dan tingtur kina.

15 15 d. Zat kondisioner rambut Manfaat zat ini untuk memperbaiki kondisi rambut, merangsang pertumbuhan rambut, dan mencegah kerontokan rambut. Kelompok zat ini meliputi alantoin, asam pantotenat, azulen, biotin, kamomil, konfrei, minyak cambah, pantotenol, polipeptida, vitamin E, dan vitamin F. Vitamin F adalah campuran berbagai jenis asam poli tak jenuh, terutama asam linoleat, asam linolenat, dan asam arakidonat. e. Hormon Hormon kelamin dapat mempengaruhi aktivitas kelenjar sebum dan keratinisasi. Hormon pria akan merangsang kreatinisasi dan aktivitas kelenjar sebum, sedangkan hormon wanita (estrogen) menunjukkan efek menghambat. Hormon yang digunakan dalam sediaan perangsang pertumbuhan rambut, antara lain estradiol, stilbestrol, dan heksestrol. Namun di Indonesia penggunaan hormon dalam sediaan kosmetik dilarang. f. Antiseptik Antiseptik yang lazim digunakan dalam sediaan perangsang rambut adalah derivat fenol dan senyawa amonium kuarterner. Fenol sendiri tidak pernah digunakan karena terlalu toksik dan iritasi. Derivat fenol yang lazim digunakan meliputi p-amil fenol, asam salisilat, o-fenil fenol, o-kloro-o-fenil fenol, p-kloro-m-kresol, p-kloro-m-ksilenol, dan klorotimol. Senyawa amonium kuartener umumnya lebih baik dibandingkan derivat fenol, karena spektrum aktivitasnya lebih luas meliputi bakteri dan jamur. Senyawa amonium kuartener yang lazim digunakan meliputi alkildimetilbenzilamonium klorida, laurilisokuinolinium bromida, setilpiridinium klorida, setiltrimetilamonium bromida. Umumnya, antiseptik digunakan dengan batas kadar maksimum kurang dari 1% Preformulasi Bahan Pembantu Bahan pembantu pembuatan tonik rambut antara lain etanol, gliserin, propilenglikol, dan klorokresol. a. Etanol (C 2 H 5 OH) Etanol memiliki nama lain etil alkohol atau etil hidroksida. Merupakan cairan bening yang mudah menguap pada suhu rendah, jernih, memiliki bau yang khas, menyebabkan rasa terbakar pada lidah, dan mudah terbakar. Etanol dapat bercampur dengan gliserin dan air. Etanol dapat digunakan sebagai pelarut, antimikroba pada konsentrasi 10%, desinfektan pada konsentrasi 60-90% dan peningkat penetrasi. Larutan etanol inkompatibel dengan

16 16 wadah aluminium dan dapat berinteraksi dengan beberapa obat. Pada suasana asam, larutan etanol dapat bereaksi dengan zat pengoksidasi. Sediaan topikal yang menggunakan etanol lebih dari 50% dapat menimbulkan iritasi pada kulit. Penyimpanan sebaiknya pada wadah kedap udara, di tempat yang sejuk, dan jauh dari nyala api (Wade, 2003). b. Gliserin Gliserin memiliki nama lain gliserol atau gliserolum, merupakan cairan jernih kental, tak berbau dengan rasa manis 0,6 kali sukrosa dan dapat menyerap air. Gliserin dapat bercampur dengan etanol dan air, dan tidak larut dalam minyak. Gliserin biasa digunakan sebagai pengawet antimikroba pada konsentrasi 20%, pelembut ( konsentrasi 2 5%), humektan, pemanis, dan pelarut. Gliserin bersifat higroskopis, dapat mengalami dekomposisi dengan pemanasan. Campuran gliserin dengan air, etanol dan propilenglikol stabil secara kimiawi. Dapat terjadi diskolorisasi hitam dengan adanya cahaya dan kontak dengan seng oksida serta bismut nitrat. Sebaiknya disimpan di wadah kedap udara dan pada tempat sejuk (Wade, 2003). c. Propilenglikol Propilen glikol memiliki nama lain propilenglikolum, merupakan cairan jernih kental, tidak berwarna dan memiliki rasa manis. Propilenglikol dapat bercampur dengan aseton, etanol, gliserin dan air. Propilenglikol biasa digunakan sebagai pelarut (pada konsentrasi 5-80 % untuk sediaan topikal), humektan dan pengawet pada konsentrasi %. Propilenglikol bersifat higroskopis, dan sebaiknya disimpan pada tempat tertutup, sejuk, dan terlindung dari cahaya. Pada temperatur yang tinggi dan dalam keadaan terbuka, propilenglikol dapat teroksidasi. d. Klorokresol Klorokresol merupakan kristal tidak berwarna. Klorokresol biasa digunakan sebagai antimikroba dalam sediaan kosmetik dan sediaan farmasi. Konsentrasi klorokresol yang dianjurkan digunakan dalam sediaan kosmetik adalah 0,1 0,2%. Klorokresol efektif melawan bakteri gram positif, bakteri gram negatif, spora, jamur dan ragi. Aktivitas klorokresol lebih aktif pada ph asam dan tidak aktif pada ph diatas 9. Klorokresol akan terdekomposisi jika terjadi kontak dengan basa kuat. Pada konsentrasi yang tinggi klorokresol dapat berfungsi sebagai desinfektan.

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Tanaman yang digunakan pada penelitian ini adalah Allium shoenoprasum L. yang telah dinyatakan berdasarkan hasil determinasi di Herbarium Bandungense Sekolah Ilmu dan

Lebih terperinci

Hair Tonic Definisi dan Kegunaan Cara Penggunaan

Hair Tonic Definisi dan Kegunaan Cara Penggunaan Hair Tonic Perawatan rambut memerlukan berbagai kosmetik, mulai dari kosmetik pembersih rambut yang baik, hair conditioner, creambath, sampai hair tonic (Tranggono dan Latifah, 2007). Kosmetika perawatan

Lebih terperinci

Pertumbuhan rambut mengikuti suatu siklus yang terjadi dalam tiga tahap perkembangan yaitu: a. Fase anagenik b. Fase katagenik

Pertumbuhan rambut mengikuti suatu siklus yang terjadi dalam tiga tahap perkembangan yaitu: a. Fase anagenik b. Fase katagenik Sediaan Perangsang Pertumbuhan Rambut (Tonik Rambut) Mata kuliah : Kosmetologi Dra. Anayanti Arianto, M.Si. Tonik Rambut Sediaan perangsang pertumbuhan rambut adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2. Hasil Pengamatan pertumbuhan rambut pada kelinci Data Panjang rambut (mm) hari ke Perlakuan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2. Hasil Pengamatan pertumbuhan rambut pada kelinci Data Panjang rambut (mm) hari ke Perlakuan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Hasil Pengamatan Tabel 2. Hasil Pengamatan pertumbuhan rambut pada kelinci Data Panjang rambut (mm) hari ke Perlakuan 3 6 9 12 15 18 P1 1,2 1,6 1,9 2 2,3 2,6 P2 0,3 0,4

Lebih terperinci

2. STRUKTUR RAMBUT. Gambar 1.2 Struktur Rambut Sumber web :

2. STRUKTUR RAMBUT. Gambar 1.2 Struktur Rambut Sumber web : 1. PENGERTIAN RAMBUT Rambut merupakan salah satu adneksa kulit yang terdapat pada seluruh tubuh kecuali telapak tangan, telapak kaki, kuku dan bibir. Jenis rambut pada manusia pada garis besarnya dapat

Lebih terperinci

Struktur Kulit (Cutaneous Membran) EPIDERMIS DERMIS SUBCUTANEOUS/Hypodermis

Struktur Kulit (Cutaneous Membran) EPIDERMIS DERMIS SUBCUTANEOUS/Hypodermis KULIT MANUSIA FUNGSI KULIT Membantu mengontrol temperatur tubuh Melindungi tubuh dari kuman Melindungi struktur dan organ vital dari perlukaan Terlibat dalam proses pembuangan sampah sisa metabolisme tubuh

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB 5 HASIL PENELITIAN 0 BAB 5 HASIL PENELITIAN Berdasarkan pengamatan menggunakan mikroskop dengan pembesaran 4x dan 10x terhadap 60 preparat, terlihat adanya peradangan yang diakibatkan aplikasi H 2 O 2 10%, serta perubahan

Lebih terperinci

Luka dan Proses Penyembuhannya

Luka dan Proses Penyembuhannya Luka dan Proses Penyembuhannya Anatomi Kulit Epidermis Dermis Subkutan 1 Epidermis Merupakan lapisan kulit terluar, tidak terdapat serabut saraf maupun pembuluh darah Berupa sel-sel berlapis gepeng yang

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus L) tergolong dalam famili Iridaceae yang

I. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus L) tergolong dalam famili Iridaceae yang I. TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Botani Gladiol Gladiol (Gladiolus hybridus L) tergolong dalam famili Iridaceae yang mempunyai jenis 180 jenis. Tanaman gladiol ditemukan di Afrika, Mediterania, dan paling banyak

Lebih terperinci

1. Sklera Berfungsi untuk mempertahankan mata agar tetap lembab. 2. Kornea (selaput bening) Pada bagian depan sklera terdapat selaput yang transparan

1. Sklera Berfungsi untuk mempertahankan mata agar tetap lembab. 2. Kornea (selaput bening) Pada bagian depan sklera terdapat selaput yang transparan PANCA INDERA Pengelihatan 1. Sklera Berfungsi untuk mempertahankan mata agar tetap lembab. 2. Kornea (selaput bening) Pada bagian depan sklera terdapat selaput yang transparan (tembus cahaya) yang disebut

Lebih terperinci

Shampoo Shampoo basah Shampoo kering Bentuk : Bentuk : Jenis :

Shampoo Shampoo basah Shampoo kering Bentuk : Bentuk : Jenis : Kosmetika saat ini sudah menjadi kebutuhan dasar bagi semua orang, baik pria maupun wanita. Kosmetika sebagai kebutuhan dasar karena selalu dipakai berulang kali setiap hari. Berdasarkan kebutuhannya tersebut,

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 11. SISTEM EKSKRESI MANUSIAlatihan soal 11.2

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 11. SISTEM EKSKRESI MANUSIAlatihan soal 11.2 1. Berikut ini merupakan kandungan keringat, kecuali?? SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 11. SISTEM EKSKRESI MANUSIAlatihan soal 11.2 Air NaCl Urea Glukosa Kulit merupakan salah satu alat ekskresi. Kulit mengeluarkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Metode Baumann Metode Baumann adalah sebuah metode untuk menentukan tipe wajah berdasarkan kadar kandungan minyak pada wajah. Beberapa studi telah menunjukkan jika banyak pasien

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan daerah yang seringkali menjadi lokasi terjadinya luka bakar. Luka

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan daerah yang seringkali menjadi lokasi terjadinya luka bakar. Luka BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Luka bakar adalah suatu luka yang disebabkan oleh panas, arus listrik atau bahan kimia yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan lebih dalam. Mayoritas dari luka bakar

Lebih terperinci

BAB II. Penuaan Dini pada Wanita Jepang

BAB II. Penuaan Dini pada Wanita Jepang BAB II Penuaan Dini pada Wanita Jepang 2.1 Penuan Dini Banyak orang berfikir bahwa penuaan merupakan hal yang sangat biasa, bahkan bagi sebagian orang penuaan dianggap tidak terlalu penting untuk kesehatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sirup 2.1.1 Defenisi Sirup Sirup adalah larutan pekat dari gula yang ditambah obat dan merupakan larutan jernih berasa manis. Dapat ditambah gliserol, sorbitol atau polialkohol

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kasus luka pada mulut baik yang disebabkan oleh trauma fisik maupun kimia

BAB I PENDAHULUAN. Kasus luka pada mulut baik yang disebabkan oleh trauma fisik maupun kimia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kasus luka pada mulut baik yang disebabkan oleh trauma fisik maupun kimia sering terjadi di masyarakat indonesia. Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Evaluasi kestabilan dari formula Hair Tonic sari lidah buaya (Aloe vera L.) dengan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Evaluasi kestabilan dari formula Hair Tonic sari lidah buaya (Aloe vera L.) dengan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Evaluasi kestabilan dari formula Hair Tonic sari lidah buaya (Aloe vera L.) dengan berdasarkan variasi konsentrasi bahan peningkat viskositas memberikan

Lebih terperinci

Proses Menua Intrinsik Proses Menua Ekstrinsik

Proses Menua Intrinsik Proses Menua Ekstrinsik Perbedaan gel dan emulgel? Emulgel merupakan terdiri dari 2 fase yang dimana gabungan antara fase emulsi dan fase gel.sedangkan gel merupakan terdiri dari satu fase saja yaitu terdiri dari basis gel dan

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB 5 HASIL PENELITIAN 25 BAB 5 HASIL PENELITIAN Preparat jaringan yang telah dibuat, diamati dibawah mikroskop multinokuler dengan perbesaran 4x dan 10x. Semua preparat dapat dibaca berdasarkan tolok ukur skor tingkat peradangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kulit merupakan jaringan pelindung yang lentur dan elastis, yang

BAB I PENDAHULUAN. Kulit merupakan jaringan pelindung yang lentur dan elastis, yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kulit merupakan jaringan pelindung yang lentur dan elastis, yang menutupi permukaan tubuh. Fungsi kulit secara keseluruhan adalah antara lain kemampuannya sebagai penghadang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nyeri sering berfungsi untuk mengingatkan dan melindungi dan sering. memudahkan diagnosis, pasien merasakannya sebagai hal yang

BAB I PENDAHULUAN. nyeri sering berfungsi untuk mengingatkan dan melindungi dan sering. memudahkan diagnosis, pasien merasakannya sebagai hal yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nyeri adalah gejala penyakit atau kerusakan yang paling sering. Walaupun nyeri sering berfungsi untuk mengingatkan dan melindungi dan sering memudahkan diagnosis, pasien

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rambut terdapat hampir pada seluruh bagian tubuh dan memiliki

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rambut terdapat hampir pada seluruh bagian tubuh dan memiliki I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rambut terdapat hampir pada seluruh bagian tubuh dan memiliki berbagai fungsi, antara lain fungsi estetika bagi manusia. Rambut sering disebut sebagai mahkota bagi wanita,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. (Nurdiana dkk., 2008). Luka bakar merupakan cedera yang mengakibatkan

I. PENDAHULUAN. (Nurdiana dkk., 2008). Luka bakar merupakan cedera yang mengakibatkan I. PENDAHULUAN A.Latar Belakang Luka bakar merupakan salah satu insiden yang sering terjadi di masyarakat khususnya rumah tangga dan ditemukan terbayak adalah luka bakar derajat II (Nurdiana dkk., 2008).

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Pada tahap awal formulasi, dilakukan orientasi untuk mendapatkan formula krim yang baik. Orientasi diawali dengan mencari emulgator yang sesuai untuk membentuk krim air

Lebih terperinci

Kulit menyediakan proteksi terhadap tubuh dalam berbagai cara sebagai yaitu berikut:

Kulit menyediakan proteksi terhadap tubuh dalam berbagai cara sebagai yaitu berikut: Histologi kulit Kulit merupakan organ tubuh paling luar dan membatasi bagian dalam tubuh dari lingkungan luar. Luas kulit pada orang dewasa sekitar 1.5 m 2 dan beratnya sekitar 15% dari berat badan secara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bagian luar badan (kulit, rambut, kuku, bibir dan organ kelamin bagian luar), gigi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bagian luar badan (kulit, rambut, kuku, bibir dan organ kelamin bagian luar), gigi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kosmetik Kosmetik adalah sediaan atau paduan bahan yang untuk digunakan pada bagian luar badan (kulit, rambut, kuku, bibir dan organ kelamin bagian luar), gigi dan rongga mulut

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN 25 BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Ekstraksi simplisia segar buah duku dilakukan dengan cara dingin yaitu maserasi karena belum ada data tentang kestabilan komponen ekstrak buah duku terhadap panas.

Lebih terperinci

Banyak penyakit yang dihadapi para klinisi disebabkan karena respons inflamasi yang tidak terkendali. Kerusakan sendi pada arthritis rheumatoid,

Banyak penyakit yang dihadapi para klinisi disebabkan karena respons inflamasi yang tidak terkendali. Kerusakan sendi pada arthritis rheumatoid, BAB 1 PENDAHULUAN Inflamasi merupakan suatu respons protektif normal terhadap kerusakan jaringan yang disebabkan oleh trauma fisik, zat kimia yang merusak, atau zat-zat mikrobiologik. Inflamasi adalah

Lebih terperinci

Proses Pembuatan Madu

Proses Pembuatan Madu MADU PBA_MNH Madu cairan alami, umumnya berasa manis, dihasilkan oleh lebah madu dari sari bunga tanaman (floral nektar); atau bagian lain dari tanaman (ekstra floral nektar); atau ekskresi serangga cairan

Lebih terperinci

Manfaat Terapi Ozon Manfaat Terapi Ozon Pengobatan / Terapi alternatif / komplementer diabetes, kanker, stroke, dll

Manfaat Terapi Ozon Manfaat Terapi Ozon Pengobatan / Terapi alternatif / komplementer diabetes, kanker, stroke, dll Manfaat Terapi Ozon Sebagai Pengobatan / Terapi alternatif / komplementer untuk berbagai penyakit. Penyakit yang banyak diderita seperti diabetes, kanker, stroke, dll. Keterangan Rinci tentang manfaat

Lebih terperinci

Hidrokinon dalam Kosmetik

Hidrokinon dalam Kosmetik Hidrokinon dalam Kosmetik Kita ketahui bahwa kosmetik sangat beragam jenisnya, mulai dari kosmetik untuk wajah, kulit, rambut, hingga kuku. Namun diantara ragam jenis kosmetik tersebut, yang sering menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kosmetik memiliki sejarah panjang dalam kehidupan manusia. Berdasarkan hasil penggalian arkeologi, diketahui bahwa kosmetik telah

BAB I PENDAHULUAN. Kosmetik memiliki sejarah panjang dalam kehidupan manusia. Berdasarkan hasil penggalian arkeologi, diketahui bahwa kosmetik telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kosmetik memiliki sejarah panjang dalam kehidupan manusia. Berdasarkan hasil penggalian arkeologi, diketahui bahwa kosmetik telah digunakan oleh manusia yang hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Luka merupakan hal yang sering terjadi dan dapat mengenai semua orang di seluruh dunia, mulai dari anak-anak sampai orang dewasa. Luka adalah kerusakan fisik yang terjadi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pupuk dan Pemupukan

TINJAUAN PUSTAKA Pupuk dan Pemupukan 4 TINJAUAN PUSTAKA Pupuk dan Pemupukan Pupuk adalah bahan yang ditambahkan ke dalam tanah untuk menyediakan unsur-unsur esensial bagi pertumbuhan tanaman (Hadisuwito, 2008). Tindakan mempertahankan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi minuman ini. Secara nasional, prevalensi penduduk laki-laki yang

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi minuman ini. Secara nasional, prevalensi penduduk laki-laki yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Minuman beralkohol telah banyak dikenal oleh masyarakat di dunia, salah satunya Indonesia. Indonesia merupakan salah satu negara yang cukup tinggi angka konsumsi minuman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dermatitis alergika adalah suatu peradangan pada kulit yang didasari oleh reaksi alergi/reaksi hipersensitivitas tipe I. Penyakit yang berkaitan dengan reaksi hipersensitivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Penelitian. Luka merupakan keadaan yang sering dialami oleh setiap orang, baik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Penelitian. Luka merupakan keadaan yang sering dialami oleh setiap orang, baik BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penelitian Luka merupakan keadaan yang sering dialami oleh setiap orang, baik dengan tingkat keparahan ringan, sedang atau berat. Luka adalah hilangnya atau rusaknya

Lebih terperinci

Tips kesehatan, berikut ini 7 makanan yang menurunkan kadar kolesterol jahat dalam tubuh anda :

Tips kesehatan, berikut ini 7 makanan yang menurunkan kadar kolesterol jahat dalam tubuh anda : Tips Alami Turunkan Kolestrol Dengan Cepat Sahabat, tips kesehatan. Dalam keadaan normal atau stabil, kolesterol memang memiliki beberapa fungsi penting dalam tubuh manusia. Beberapa fungsi kolesterol

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Inflamasi atau yang lebih dikenal dengan sebutan radang yang merupakan respon perlindungan setempat yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Inflamasi atau yang lebih dikenal dengan sebutan radang yang merupakan respon perlindungan setempat yang BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Inflamasi atau yang lebih dikenal dengan sebutan radang yang merupakan respon perlindungan setempat yang ditimbulkan oleh cedera atau kerusakkan jaringan untuk menghancurkan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Telur merupakan salah satu sumber protein hewani yan memiliki rasa

BAB I PENDAHULUAN. Telur merupakan salah satu sumber protein hewani yan memiliki rasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Telur merupakan salah satu sumber protein hewani yan memiliki rasa lezat, mudah dicerna dan bergizi tinggi sehingga digemari banyak orang. Selain itu telur mudah diperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kulit merupakan organ terbesar pada tubuh, terhitung sekitar 16% dari berat badan manusia dewasa. Kulit memiliki banyak fungsi penting, termasuk sebagai sistem pertahanan

Lebih terperinci

DEFINISI Ketombe (juga disebut sindap dan kelemumur; dengan nama ilmiah Pityriasis capitis) adalah pengelupasan kulit mati berlebihan di kulit

DEFINISI Ketombe (juga disebut sindap dan kelemumur; dengan nama ilmiah Pityriasis capitis) adalah pengelupasan kulit mati berlebihan di kulit KETOMBE DEFINISI Ketombe (juga disebut sindap dan kelemumur; dengan nama ilmiah Pityriasis capitis) adalah pengelupasan kulit mati berlebihan di kulit kepala, akibat peradangan di kulit karena adanya gangguan

Lebih terperinci

Sistem Ekskresi Manusia

Sistem Ekskresi Manusia Sistem Ekskresi Manusia Sistem ekskresi merupakan sistem dalam tubuh kita yang berfungsi mengeluarkan zatzat yang tidak dibutuhkan lagi oleh tubuh dan zat yang keberadaannya dalam tubuh akan mengganggu

Lebih terperinci

KESEHATAN KULIT RAMBUT DAN KUKU

KESEHATAN KULIT RAMBUT DAN KUKU KESEHATAN KULIT RAMBUT DAN KUKU Oleh Erwin Setyo Kriswanto PENDIDIKAN OLAHRAGA FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA Makalah ini Disusun Oleh Sri Hastuti (10604227400) Siti Khotijah

Lebih terperinci

MARVIDA PUSPA INDAH

MARVIDA PUSPA INDAH MARVIDA PUSPA INDAH 10703023 UJI EFEK SEDIAAN LARUTAN PENYUBUR RAMBUT DAUN KUCAI (Allium schoenoprasum L.) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KELEBATAN RAMBUT SERTA UJI IRITASINYA PROGRAM STUDI SAINS DAN TEKNOLOGI

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 18 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil uji tantang virus AI H5N1 pada dosis 10 4.0 EID 50 /0,1 ml per ekor secara intranasal menunjukkan bahwa virus ini menyebabkan mortalitas pada ayam sebagai hewan coba

Lebih terperinci

Studi Biofarmasetik Sediaan melalui Kulit

Studi Biofarmasetik Sediaan melalui Kulit Studi Biofarmasetik Sediaan melalui Kulit Dewa Ayu Swastini ANATOMI FISIOLOGI KULIT FUNGSI KULIT : Pembatas terhadap serangan fisika kimia Termostat suhu tubuh Pelindung dari serangan mikroorganisme dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Yunani, melas yang berarti hitam. Melasma merupakan kelainan hiperpigmentasi didapat, berupa

BAB I PENDAHULUAN. Yunani, melas yang berarti hitam. Melasma merupakan kelainan hiperpigmentasi didapat, berupa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Melasma (juga dikenal sebagai chloasma atau topeng kehamilan) berasal dari bahasa Yunani, melas yang berarti hitam. Melasma merupakan kelainan hiperpigmentasi didapat,

Lebih terperinci

Penyakit diabetes mellitus digolongkan menjadi dua yaitu diabetes tipe I dan diabetes tipe II, yang mana pada dasarnya diabetes tipe I disebabkan

Penyakit diabetes mellitus digolongkan menjadi dua yaitu diabetes tipe I dan diabetes tipe II, yang mana pada dasarnya diabetes tipe I disebabkan BAB 1 PENDAHULUAN Diabetes mellitus (DM) merupakan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang ditandai dengan kondisi hiperglikemia (Sukandar et al., 2009). Diabetes menurut WHO (1999) adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lunak yang dapat larut dalam saluran cerna. Tergantung formulasinya kapsul terbagi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lunak yang dapat larut dalam saluran cerna. Tergantung formulasinya kapsul terbagi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapsul Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang dapat larut dalam saluran cerna. Tergantung formulasinya kapsul terbagi atas kapsul

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. merupakan cermin kesehatan dan kehidupan. Sebagai pelindung utama tubuh dari kerusakan fisika, kimia dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. merupakan cermin kesehatan dan kehidupan. Sebagai pelindung utama tubuh dari kerusakan fisika, kimia dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kulit Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari lingkungan hidup manusia. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta merupakan cermin

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi, karena memiliki protein yang

I. PENDAHULUAN. penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi, karena memiliki protein yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Daging ayam merupakan salah satu bahan pangan yang memegang peranan cukup penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi, karena memiliki protein yang berkualitas tinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Prevalensi cedera luka bakar di Indonesia sebesar 2,2% dimana prevalensi

BAB I PENDAHULUAN. Prevalensi cedera luka bakar di Indonesia sebesar 2,2% dimana prevalensi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Luka bakar merupakan cedera yang cukup sering dihadapi para dokter. Prevalensi cedera luka bakar di Indonesia sebesar 2,2% dimana prevalensi luka bakar tertinggi terdapat

Lebih terperinci

SISTEM IMUN (SISTEM PERTAHANAN TUBUH)

SISTEM IMUN (SISTEM PERTAHANAN TUBUH) SISTEM IMUN (SISTEM PERTAHANAN TUBUH) FUNGSI SISTEM IMUN: Melindungi tubuh dari invasi penyebab penyakit; menghancurkan & menghilangkan mikroorganisme atau substansi asing (bakteri, parasit, jamur, dan

Lebih terperinci

Dalam bidang farmasetika, kata larutan sering mengacu pada suatu larutan dengan pembawa air.

Dalam bidang farmasetika, kata larutan sering mengacu pada suatu larutan dengan pembawa air. Pendahuluan Dalam bidang farmasetika, kata larutan sering mengacu pada suatu larutan dengan pembawa air. Pelarut lain yang digunakan adalah etanol dan minyak. Selain digunakan secara oral, larutan juga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. golongan lipida. Orang menganggap kolesterol merupakan satu-satunya lemak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. golongan lipida. Orang menganggap kolesterol merupakan satu-satunya lemak BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kolesterol 1. Definisi kolesterol Kolesterol ditinjau dari sudut kimiawi dapat diklasifikasikan dalam golongan lipida. Orang menganggap kolesterol merupakan satu-satunya lemak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Luka bakar merupakan suatu bentuk trauma yang sering terjadi pada kulit

BAB 1 PENDAHULUAN. Luka bakar merupakan suatu bentuk trauma yang sering terjadi pada kulit BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Luka bakar merupakan suatu bentuk trauma yang sering terjadi pada kulit atau jaringan akibat adanya kontak dengan listrik, api, pajanan suhu yang tinggi dari matahari,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya

TINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya Botani Tanaman TINJAUAN PUSTAKA Bawang merah diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisio: Spermatophyta, Subdivisio: Angiospermae, Kelas: Monocotyledonae, Ordo: Liliales/ Liliflorae, Famili:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tubuh lain sehingga menimbulkan efek yang traumatis (Ismail 2009 cit Kozier

BAB I PENDAHULUAN. tubuh lain sehingga menimbulkan efek yang traumatis (Ismail 2009 cit Kozier BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Salah satu keadaan yang paling sering dialami oleh manusia adalah luka yang terjadi pada kulit dan menimbulkan trauma bagi penderitanya. Luka adalah kerusakan kontinuitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman alpukat berasal dari Amerika Tengah, tumbuh liar di hutanhutan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman alpukat berasal dari Amerika Tengah, tumbuh liar di hutanhutan, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Tumbuhan Tanaman alpukat berasal dari Amerika Tengah, tumbuh liar di hutanhutan, banyak juga ditanam di kebun dan di pekarangan yang lapisan tanahnya gembur dan subur

Lebih terperinci

Perawatan Kulit Wajah Manual Pada Kulit Berjerawat (Acne)

Perawatan Kulit Wajah Manual Pada Kulit Berjerawat (Acne) Modul Hybrid Learning PPG Tata Rias Dalam Jabatan Perawatan Kulit Wajah Manual Pada Kulit Berjerawat (Acne) DISUSUN OLEH : Nurul Hidayah, M.Pd 1 A. PENDAHULUAN Modul ini akan menjelaskan suatu pengetahuan

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN. SISTEM IMUNITAS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN. SISTEM IMUNITAS ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN. SISTEM IMUNITAS Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan Sistem Immunitas Niken Andalasari Sistem Imunitas Sistem imun atau sistem kekebalan tubuh

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA UJI STABILITAS FISIK DAN UJI AKTIVITAS PERTUMBUHAN RAMBUT TIKUS PUTIH JANTAN DARI SEDIAAN HAIR TONIC YANG MENGANDUNG EKSTRAK AIR BONGGOL PISANG KEPOK (Musa balbisiana) SKRIPSI VANY

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan bertambahnya usia kulit akan mengalami proses penuaan. Penuaan disebabkan oleh berbagai faktor

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan bertambahnya usia kulit akan mengalami proses penuaan. Penuaan disebabkan oleh berbagai faktor 1 2 2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan bertambahnya usia kulit akan mengalami proses penuaan. Penuaan disebabkan oleh berbagai faktor baik dari dalam (internal) maupun dari luar (eksternal)

Lebih terperinci

Sistem Eksresi> Kelas XI IPA 3 SMA Santa Maria Pekanbaru

Sistem Eksresi> Kelas XI IPA 3 SMA Santa Maria Pekanbaru Sistem Eksresi> Kelas XI IPA 3 SMA Santa Maria Pekanbaru O R G A N P E N Y U S U N S I S T E M E K S K R E S I K U L I T G I N J A L H A T I P A R U - P A R U kulit K ULIT K U L I T A D A L A H O R G A

Lebih terperinci

MENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS

MENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS MENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS KD 3.8. Menjelaskan mekanisme pertahanan tubuh terhadap benda

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. didefenisikan sebagai masa kehidupan pertama ekstrauterin sampai dengan usia 28

BAB 1 PENDAHULUAN. didefenisikan sebagai masa kehidupan pertama ekstrauterin sampai dengan usia 28 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Neonatus bearti baru saja dilahirkan. Dalam dunia kedokteran, neonatus didefenisikan sebagai masa kehidupan pertama ekstrauterin sampai dengan usia 28 hari atau 4 minggu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dialami oleh siapa saja dan dapat terjadi dimana saja baik dirumah, tempat

I. PENDAHULUAN. dialami oleh siapa saja dan dapat terjadi dimana saja baik dirumah, tempat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Luka bakar merupakan cedera yang cukup sering dihadapi oleh dokter, biaya yang dibutuhkan juga cukup mahal untuk penanganannya. Luka bakar dapat dialami oleh siapa saja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Uji toksisitas adalah uji untuk mendeteksi efek toksik suatu zat pada sistem biologi, dan untuk memperoleh data dosis-respon yang khas dari sediaan uji. Data yang diperoleh

Lebih terperinci

Menjelaskan struktur dan fungsi sistem ekskresi pada manusia dan penerapannya dalam menjaga kesehatan diri

Menjelaskan struktur dan fungsi sistem ekskresi pada manusia dan penerapannya dalam menjaga kesehatan diri Kompetensi Dasar : Menjelaskan struktur dan fungsi sistem ekskresi pada manusia dan penerapannya dalam menjaga kesehatan diri Indikator : 1. Menyebutkan organ-organ penyusun sistem ekskresi pada manusia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. iritan, dan mengatur perbaikan jaringan, sehingga menghasilkan eksudat yang

BAB I PENDAHULUAN. iritan, dan mengatur perbaikan jaringan, sehingga menghasilkan eksudat yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflamasi merupakan suatu respon protektif normal terhadap luka jaringan yang disebabkan oleh trauma fisik, zat kimia yang merusak atau zat-zat mikrobiologi. Inflamasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Luka merupakan sebuah cedera pada tubuh akibat penetrasi pada sebagian atau seluruh lapisan kulit dan meluas kedalam jaringan yang ada didasarnya. Luka seperti itu

Lebih terperinci

Awal Kanker Rongga Mulut; Jangan Sepelekan Sariawan

Awal Kanker Rongga Mulut; Jangan Sepelekan Sariawan Sariawan Neng...! Kata-kata itu sering kita dengar pada aneka iklan suplemen obat panas yang berseliweran di televisi. Sariawan, gangguan penyakit pada rongga mulut, ini kadang ditanggapi sepele oleh penderitanya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah Inflamasi adalah suatu respon jaringan terhadap rangsangan fisik atau kimiawi yang merusak. Rangsangan ini menyebabkan lepasnya mediator inflamasi seperti histamin,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... iii KATA PENGANTAR... ABSTRAK... ABSTRACT... vii. DAFTAR ISI... viii. DAFTAR TABEL...

DAFTAR ISI JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... iii KATA PENGANTAR... ABSTRAK... ABSTRACT... vii. DAFTAR ISI... viii. DAFTAR TABEL... DAFTAR ISI Halaman JUDUL..... i HALAMAN PENGESAHAN... iii KATA PENGANTAR... ABSTRAK... iv vi ABSTRACT... vii DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... xiii DAFTAR GAMBAR... xiv DAFTAR LAMPIRAN... xv BAB I PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rambut merupakan mahkota bagi setiap orang. Masalah kulit kepala sering

BAB I PENDAHULUAN. Rambut merupakan mahkota bagi setiap orang. Masalah kulit kepala sering 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Rambut merupakan mahkota bagi setiap orang. Masalah kulit kepala sering dianggap sebagai hal ringan, padahal bagi penderitanya dapat mengurangi penampilan atau daya

Lebih terperinci

ANATOMI KULIT Gambar 1. Anatomi Kulit Posisi Melintang Gambar 2. Gambar Penampang Kulit

ANATOMI KULIT Gambar 1. Anatomi Kulit Posisi Melintang Gambar 2. Gambar Penampang Kulit ANATOMI KULIT Gambar 1. Anatomi Kulit Posisi Melintang Gambar 2. Gambar Penampang Kulit FISIOLOGI KULIT Kulit menutupi dan melindungi permukaan tubuh, serta bersambung dengan selaput lendir yang melapisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Umumnya anti nyamuk digunakan sebagai salah satu upaya untuk mengatasi

BAB I PENDAHULUAN. Umumnya anti nyamuk digunakan sebagai salah satu upaya untuk mengatasi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anti nyamuk merupakan benda yang sudah tak asing lagi bagi kita. Umumnya anti nyamuk digunakan sebagai salah satu upaya untuk mengatasi gigitan nyamuk. Jenis formula

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kosmetik adalah sediaan atau panduan bahan yang siap untuk digunakan pada bagian luar badan (epidermis, rambut, kuku, bibir, organ kelamin bagian luar,

Lebih terperinci

Manfaat Minum Air Putih

Manfaat Minum Air Putih Manfaat Minum Air Putih "Teman-teman, mungkin banyak dari kita yang malas minum air putih...padahal manfaatnya banyak banget...yuks kita kupas manfaatnya!" Sekitar 80% tubuh manusia terdiri dari air. Otak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jerawat, atau dalam bahasa medisnya disebut akne, merupakan salah satu penyakit kulit yang banyak dijumpai secara global pada remaja dan dewasa muda (Yuindartanto,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Infertilitas adalah salah satu masalah kesehatan utama dalam hidup, dan

BAB I PENDAHULUAN. Infertilitas adalah salah satu masalah kesehatan utama dalam hidup, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Infertilitas adalah salah satu masalah kesehatan utama dalam hidup, dan sekitar 30% infertilitas disebabkan faktor laki-laki (Carlsen et al., 1992; Isidori

Lebih terperinci

DAYA TAHAN TUBUH & IMMUNOLOGI

DAYA TAHAN TUBUH & IMMUNOLOGI DAYA TAHAN TUBUH & IMMUNOLOGI Daya Tahan tubuh Adalah Kemampuan tubuh untuk melawan bibit penyakit agar terhindar dari penyakit 2 Jenis Daya Tahan Tubuh : 1. Daya tahan tubuh spesifik atau Immunitas 2.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Minyak canola (Brasicca napus L.) adalahminyak yang berasal dari biji

BAB I PENDAHULUAN. Minyak canola (Brasicca napus L.) adalahminyak yang berasal dari biji BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Minyak canola (Brasicca napus L.) adalahminyak yang berasal dari biji tumbuhan canola, yaitu tumbuhan asli Kanada Barat dengan bunga berwarna kuning. Popularitas dari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Luka adalah suatu cedera dimana kulit robek, terpotong, tertusuk, atau trauma benda tumpul yang menyebabkan kontusi. Luka dikategorikan dua jenis yaitu luka terbuka

Lebih terperinci

4 Telur biasanya juga mengandung semua vitamin yang sangat dibutuhkan kecuali vitamin C. Vitamin larut lemak (A, D, E, dan K), vitamin yang larut air

4 Telur biasanya juga mengandung semua vitamin yang sangat dibutuhkan kecuali vitamin C. Vitamin larut lemak (A, D, E, dan K), vitamin yang larut air TINJAUAN PUSTAKA Telur Telur merupakan bahan pangan asal hewan yang mempunyai daya pengawet alamiah yang paling baik, karena memiliki suatu pelindung kimia dan fisis terhadap infeksi mikroba. Mekanisme

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh. Keadaan ini disebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh. Keadaan ini disebabkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh. Keadaan ini disebabkan oleh trauma benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kosmetik merupakan sediaan yang digunakan di luar badan guna membersihkan, menambah daya tarik, dan memperbaiki bau badan tetapi tidak untuk mengobati penyakit (Tranggono

Lebih terperinci

MODUL NUTRITION FOR SKIN

MODUL NUTRITION FOR SKIN MODUL NUTRITION FOR SKIN EDISI 1, 14 DESEMBER 2015 POLTEKKES KEMENKES PALANGKA RAYA BY YETTI WIRA CITERAWATI SY, S.Gz, M.Pd NUTRITIONAL SKIN CARE Kulit manusia secara kontinyu terekspos pengaruh internal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kulit merupakan suatu organ yang berada pada seluruh permukaan luar

BAB I PENDAHULUAN. Kulit merupakan suatu organ yang berada pada seluruh permukaan luar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kulit merupakan suatu organ yang berada pada seluruh permukaan luar tubuh manusia. Kulit memiliki fungsi yang sangat penting untuk perlindungan organ tubuh

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Sebaran usia mahasiswi yang menggunakan kosmetik

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Sebaran usia mahasiswi yang menggunakan kosmetik Jumlah BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Sebaran usia mahasiswi yang menggunakan kosmetik Penelitian ini melibatkan 85 responden mahasiswi yang memenuhi kriteria inklusi penelitian. Responden tersebut

Lebih terperinci

DAFTAR LAMPIRAN. xvii

DAFTAR LAMPIRAN. xvii DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Ubi jalar ungu... 4 Gambar 2. Struktur DPPH... 8 Gambar 3. Reaksi penangkapan radikal DPPH oleh antioksidan... 10 Gambar 4. Formulasi lipstik ubi jalar ungu... 21 Gambar

Lebih terperinci

14 Cara Menghilangkan Komedo Secara Alami dan Terbukti Ampuh

14 Cara Menghilangkan Komedo Secara Alami dan Terbukti Ampuh 14 Cara Menghilangkan Komedo Secara Alami dan Terbukti Ampuh Written by Rosalia in Beauty Tips Sebelum membahas lebih lanjut mengenai berbagai cara menghilangkan komedo, terlebih dahulu kita harus tahu

Lebih terperinci

Sistem Saraf Tepi (perifer)

Sistem Saraf Tepi (perifer) SISTIM SYARAF TEPI Sistem Saraf Tepi (perifer) Sistem saraf tepi berfungsi menghubungkan sistem saraf pusat dengan organ-organ tubuh Berdasarkan arah impuls, saraf tepi terbagi menjadi: - Sistem saraf

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Luka bakar khususnya luka bakar di atas derajat 1, sampai saat ini masih

BAB I PENDAHULUAN. Luka bakar khususnya luka bakar di atas derajat 1, sampai saat ini masih BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Luka bakar khususnya luka bakar di atas derajat 1, sampai saat ini masih menjadi masalah besar bagi dunia kesehatan. Biaya perawatan yang mahal, angka kematian dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Taksonomi Dan Morfologi Tanaman Durian. Kingdom : Plantae ( tumbuh tumbuhan ) Divisi : Spermatophyta ( tumbuhan berbiji )

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Taksonomi Dan Morfologi Tanaman Durian. Kingdom : Plantae ( tumbuh tumbuhan ) Divisi : Spermatophyta ( tumbuhan berbiji ) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Durian 1. Taksonomi Dan Morfologi Tanaman Durian Menurut Rahmat Rukmana ( 1996 ) klasifikasi tanaman durian adalah sebagai berikut : Kingdom : Plantae ( tumbuh tumbuhan ) Divisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh berbagai faktor dengan gambaran klinis yang khas

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh berbagai faktor dengan gambaran klinis yang khas 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akne vulgaris merupakan suatu peradangan kronik dari folikel pilosebasea yang disebabkan oleh berbagai faktor dengan gambaran klinis yang khas (Siregar, 2013). Gambaran

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Total Fenolat Senyawa fenolat merupakan metabolit sekunder yang banyak ditemukan pada tumbuh-tumbuhan, termasuk pada rempah-rempah. Kandungan total fenolat dendeng sapi yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. tumbuhan, termasuk klasifikasi sebagai berikut; divisio : spermatophyta;

TINJAUAN PUSTAKA. tumbuhan, termasuk klasifikasi sebagai berikut; divisio : spermatophyta; 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kedudukan tanaman bawang merah dalam tata nama atau sistematika tumbuhan, termasuk klasifikasi sebagai berikut; divisio : spermatophyta; subdivisio : angiospermae; kelas

Lebih terperinci