Pengawasan Bank Indonesia terhadap tingkat kesehatan bank dalam rangka perlindungan kepentingan nasabah bank perkreditan rakyat di Surakarta
|
|
- Sukarno Sudjarwadi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Pengawasan Bank Indonesia terhadap tingkat kesehatan bank dalam rangka perlindungan kepentingan nasabah bank perkreditan rakyat di Surakarta Diah Agustina E UNIVERSITAS SEBELAS MARET BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Krisis ekonomi dan moneter yang melanda Indonesia di tahun 1998, memaksa pemerintah untuk meminta bantuan keuangan yang disertai dengan paket-paket pemulihan di sektor ekonomi dan keuangan kepada IMF. Salah satu agenda terpenting dalam program pemulihan ekonomi tersebut adalah program pemulihan dan rehabilitasi sektor industri perbankan yang saat itu mengalami kehancuran. Program pemulihan di sektor perbankan tersebut diikuti dengan penutupan beberapa bank nasional serta pengalihan secara besar-besaran kredit macet dari bank-bank ke Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) yang pendiriannya direkomendasikan oleh IMF khusus untuk merehabilitasi bank-bank yang sakit. Setelah program restrukturisasi perbankan berjalan selama lima tahun, program tersebut telah menampakkan hasil yang sangat bagus, walaupun dalam pelaksanaannya menyerap dana dan sosial cost yang sangat besar. Pada Tabel 1.1 dapat kita lihat bahwa setelah program restrukturisasi perbankan berjalan selama lima tahun, beberapa indikator perbankan telah menampakkan hasilnya. Tingkat permodalan bank-bank dalam bentuk CAR meningkat dari -15,7% pada tahun 1998 menjadi 23% pada akhir triwulan III/2003, yang berarti jauh diatas CAR 8% yang merupakan standar internasional, aset
2 perbankan juga meningkat seiring dengan adanya konsolidasi jumlah bank, dan non performing loans (NPLs) net menurun dari 35,1% pada tahun 1998 menjadi 1.1% pada periode yang sama, yang berarti jauh dibawah persyaratan maksimal 5%. Indikator-indikator tersebut membuktikan bahwa program restrukturisasi perbankan yang telah dilaksanakan selama lima tahun tersebut berjalan dengan baik dan berhasil, sehingga dunia perbankan Indonesia sudah memiliki pondasi perbankan yang lebih kuat. (Bank Indonesia : 2004) Tabel 1.1 Beberapa Indikator Kinerja Perbankan KETERANGAN Tw 1 Tw 2 Tw 3*) Aset (T Rp) DPK (T Rp) Kredit (T Rp) NII (T Rp) ROA (%) n.a n.a BOPO LDR (%) Kredit / AP (%) NPLs Gross (%) NPLs Net (%) CAR (%) *) Aug 2003 *) Sumber Bank Indonesia : 2004 Dengan adanya fondasi yang kuat tersebut perbankan nasional optimis akan tetap siap dalam melaksanakan dan meneruskan upaya-upaya restrukturisasi perbankan. Pemerintah bersama-sama dengan DPR memutuskan untuk mengakhiri program kerjasama di sektor ekonomi dengan IMF pada akhir tahun 2003, sesuai dengan Instruksi Presiden nomor 5/2003 tentang Paket Kebijakan Ekonomi Menjelang dan Sesudah Berakhirnya Program Kerja Sama dengan IMF. Berakhirnya kerjasama tersebut bukan berarti Indonesia keluar dari keanggotaan resmi IMF melainkan programprogram ekonomi Indonesia tidak lagi ditentukan dan disupervisi oleh IMF. Upaya pemerintah dalam mengakhiri kerjasama ekonomi dengan IMF merupakan suatu langkah yang progresif. Pemerintah sendiri telah menyusun suatu white paper yang berisikan tiga sasaran pokok yaitu : 1. Memelihara dan memantapkan stabilitas makro. 2. Meneruskan restrukturisasi dan reformasi di sektor keuangan.
3 3. Meningkatkan investasi, ekspor dan penciptaan lapangan kerja. (Agus Sugiarto: Sehingga setelah program kerjasama dengan IMF berakhir, pemerintah telah memiliki agenda ke depan yang jelas dan terencana sehingga tidak akan timbul suatu kekosongan program pasca IMF. Dari ketiga sasaran pokok tersebut, agenda reformasi di sektor perbankan masih terus dilanjutkan sehingga program reformasi di sektor perbankan yang selama ini disusun dengan bantuan IMF tidak akan berhenti. Selain itu, industri perbankan nasional saat ini telah memiliki Arsitektur Perbankan Indonesia (API) yang merupakan suatu blueprint mengenai arah dan tatanan perbankan nasional kedepan. Arsitektur Perbankan Indonesia yang disusun oleh Bank Indonesia tersebut merupakan policy direction dan policy recommendations untuk industri perbankan nasional dalam jangka panjang yaitu untuk jangka waktu sepuluh tahun kedepan. API juga merupakan banking architecture yang tidak hanya diperlukan bagi industri perbankan saja melainkan juga sektor keuangan secara keseluruhan untuk melihat gambaran atau peta perbankan di masa depan. Keberadaan API tersebut memiliki tujuan yang sangat fundamental yaitu terciptanya industri perbankan nasional yang sehat, kuat dan efisien guna menciptakan kestabilan sistem keuangan dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. (Agus Sugiarto: Dengan adanya API tersebut memungkinkan kita untuk memiliki industri perbankan yang kuat dalam jangka panjang sehingga internal maupun external shocks yang datang secara tiba-tiba seperti krisis moneter tahun 1998, dapat dicegah ataupun diatasi dengan baik. Bank-bank diharapkan akan memiliki fundamental yang kuat dalam jangka panjang sehingga perbankan nasional kita tidak hanya mampu beroperasi di pasar domestik saja, melainkan juga mampu melakukan penetrasi sampai di pasar internasional. Arah ke depan perbankan nasional tersebut telah tertuang di dalam Visi API Ke Depan (lihat tabel 1.2), sehingga setiap bank akan melihat kembali kemampuan dan sumber daya masing-masing, apakah mereka mempunyai tujuan jangka panjang untuk
4 menjadi bank internasional, bank nasional atau menjadi bank spesialis yang memiliki fokus kegiatan tertentu. Dengan kejelasan Visi tersebut, bank-bank mulai dari sekarang akan mempersiapkan diri sebaik mungkin sehingga dalam sepuluh sampai dengan lima belas tahun ke depan, diharapkan akan terdapat 2 sampai 3 bank dengan skala bank internasional, 3 sampai 5 bank nasional, 30 sampai 50 bank yang kegiatan usahanya terfokus pada segmen usaha tertentu dan Bank Perkreditan Rakyat serta bank dengan kegiatan usaha terbatas (Lihat Tabel 1.2). Permodalan Rp. Triliun Tabel 1.2 Visi Perbankan ke Depan 50 Bank Internasional Bank Nasional 10 Bank dengan fokus : Daerah Korporasi Ritel Lainnya 0.1 BPR Bank dengan kegiatan usaha terbatas Sumber : Untuk mencapai visi tersebut diperlukan kerja keras dan berbagai program serta kegiatan pendukung. Oleh sebab itu tahap-tahap pencapaiannya harus dilakukan secara bertahap dan dalam jangka waktu yang cukup panjang. Program kegiatan untuk mencapai visi yang dimaksud dilakukan secara komprehensif dan menyeluruh, yang kemudian dikelompokkan menjadi enam pilar API ( Lihat Gambar 1.1) yaitu :
5 1. Struktur perbankan yang sehat 2. Sistem pengaturan yang efektif 3. Sistem pengawasan yang independen dan efektif 4. Industri perbankan yang kuat 5. Infrastruktur pendukung yang mencukupi 6. Perlindungan nasabah Gambar 1.1 Enam Pilar Arsitektur Perbankan Indonesia Sist em perbankan yang sehat, kuat, dan ef isien guna mencipt akan kest abilan sist em keuangan dalam rangka membant u mendorong pert umbuhan ekonomi nasional St rukt ur Perbankan yang Sehat Sist em Pengawasan yang Independen dan Ef ekt if Inf rast rukt ur Pendukung yang Mencukupi Sist em Pengat uran yang Ef ekt if Indust ri Perbankan yang Kuat Perlindungan Nasabah Pilar 1 Pilar 2 Pilar 3 Pilar 4 Pilar 5 Pilar 6 Sumber : Sistem pengawasan yang independen dan efektif menjadi salah satu pilar Arsitektur Perbankan Indonesia, yaitu pilar nomor tiga. Hal ini menunjukkan bahwa sistem pengawasan merupakan salah satu point penting dalam memperkuat pondasi perbankan nasional. Pengawasan bank juga merupakan bidang yang memerlukan peningkatan dan penyempurnaan. Hal ini disebabkan karena masih terdapatnya beberapa prinsip-prinsip prudensial yang masih belum diterapkan secara baik, koordinasi pengawasan yang masih perlu ditingkatkan, kemampuan SDM pengawasan yang belum optimal, dan pelaksanaan law enforcement pengawasan yang belum efektif.
6 Secara keseluruhan, upaya peningkatan kapabilitas pengawasan ini sejalan dengan usaha Bank Indonesia untuk menerapkan 25 Basel Core Principles for Effective Banking Supervision, termasuk meningkatnya sarana teknologi pengawasan. Mengingat pengawasan bank merupakan bidang yang sangat dinamis dan luas cakupannya, maka peningkatan kualitas pengawasan merupakan upaya yang patut dilaksanakan secara terus menerus oleh Bank Indonesia. Upaya ini bertujuan untuk meningkatkan independensi dan efektivitas pengawasan perbankan yang dilakukan oleh Bank Indonesia. Hal ini dicapai dengan peningkatan kompetensi pemeriksa bank, peningkatan koordinasi antar lembaga pengawas, pengembangan pengawasan berbasis risiko, peningkatan efektivitas enforcement, dan konsolidasi organisasi sektor perbankan di Bank Indonesia. Dalam jangka waktu dua tahun ke depan diharapkan fungsi pengawasan bank yang dilakukan oleh Bank Indonesia akan lebih efektif dan sejajar dengan pengawasan yang dilakukan oleh otoritas pengawas di negara lain. Beberapa fokus pengawasan yang dilakukan oleh Bank Indonesia, antara lain sebagai berikut: 1 Ketentuan kehati-hatian 2 Giro wajib minimum, dan 3 Tingkat kesehatan bank. Khusus untuk BPR tidak dilakukan pengawasan terhadap Giro Wajib Minimum, karena BPR tidak ikut serta dalam lalu lintas pembayaran dan tidak menerima simpanan berupa giro. Jadi pengawasan yang dilakukan terhadap BPR hanya ketentuan kehati-hatian dan tingkat kesehatan bank saja. Tingkat kesehatan Bank Perkreditan Rakyat adalah tolok ukur untuk menilai kerja Bank Perkreditan Rakyat melalui aspek permodalan, kualitas aset, manajemen, rentabilitas dan likuiditas (CAMEL). Penilaian tingkat kesehatan Bank Perkreditan Rakyat terbagi dalam 4 kategori yaitu Sehat, Cukup Sehat, Kurang Sehat Dan Tidak Sehat. Pada Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, dalam rangka pembinan dan pengawasan bank telah dirumuskan sejumlah kewajiban
7 bank. Secara umum dalam menjalankan tugas kegiatanya, bank wajib berpedoman pada prinsip-prinsip perbankan yang sehat dan mematuhi ketentuan yang berlaku serta harus menghindari praktek atau kegiatan yang dapat membahayakan kelangsungan hidup bank atau merugikan kepentingan masyarakat (nasabah). Pasal 29 ayat 3 Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 disebutkan bahwa Bank berkewajiban untuk menempuh cara-cara yang tidak merugikan bank dan kepentingan nasabah yang mempercayakan dananya kepada bank dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah dan melakukan kegiatan usaha lainnya. Selanjutnya, pasal 29 ayat 4, mewajibkan bank menyediakan informasi mengenai kemungkinan timbulnya risiko kerugian sehubungan dengan transaksi nasabah yang dilalukan melalui bank untuk kepentingan nasabah. Penyediaan informasi mengenai kemungkinan timbulnya risiko kerugian nasabah dimaksudkan agar akses untuk memperoleh informasi perihal kerugian usaha dan kondisi bank menjadi lebih terbuka yang sekaligus menjamin adanya transparansi dalam dunia perbankan. Bahkan informasi tersebut perlu diberikan apabila bank bertindak sebagai perantara penempatan dana dari nasabah, atau pembelian/penjualan surat berharga untuk kepentingan dan atas perintah nasabahnya. Informasi dimaksud dapat memuat keadaan bank, termasuk kecukupan modal dan kualitas aset. Bank Indonesia berwenang mewajibkan seluruh bank untuk menyampaikan segala keterangan dan penjelasan mengenai usahanya menurut tata cara yang ditetapkan oleh Bank Indonesia berdasarkan pasal 30 Undangundang Nomor 10 Tahun 1998 dan pasal 8 Undang-undang Nomor 23 Tahun Tujuan penyampaian keterangan dan penjelasan oleh bank kepada Bank Indonesia disebutkan pada penjelasan pasal 30 Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan sebagai berikut : Kewajiban penyampaian keterangan dan penjelasan yang berkaitan dengan kegiatan usaha suatu bank kepada Bank Indonesia diperlukan mengingat keterangan tersebut dibutuhkan untuk memantau keadaan dari suatu bank. Pemantauan keadaan bank perlu dilakukan dalam rangka melindungi dana
8 masyarakat dan menjaga keberadaaan lembaga perbankan. Kepercayaan masyarakat terhadap lembaga perbankan hanya dapat ditumbuhkan apabila lembaga perbankan dalam kegiatan usahanya selalu berada dalam keadaan sehat. Menjaga kepercayaan masyarakat itu sendiri termasuk dalam upaya-upaya yang dilakukan bank dalam memberikan perlindungan terhadap nasabah. Pada masa sekarang ini, sering kita lihat di media massa, berita mengenai permasalahan nasabah terhadap bank yang dianggap merugikan nasabah atau memberikan pelayanan perbankan yang kurang memuaskan terhadap nasabah. Namun dari sekian banyak permasalahan itu, yang lebih banyak disorot adalah permasalahan mengenai nasabah bank umum Sedangkan permasalahan mengenai nasabah Bank Perkreditan Rakyat jarang dibicarakan. Padahal, selain Bank Umum, BPR juga turut memberikan andil dalam perekonomian dan sistem perbankan Indonesia. Nasabah Bank Perkreditan Rakyat juga berhak mendapatkan hak-hak, perlakuan, dan perlindungan yang sama seperti nasabah Bank Umum lainnya. Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat sendiri sangatlah pesat. Di Indonesia, hingga akhir Maret 2004 terdapat Bank Perkreditan Rakyat (diantaranya sebanyak 85 Bank Perkreditan Rakyat beroperasi berdasarkan prinsip syariah), 140 kantor cabang, dan kantor pelayanan kas. Khusus di wilayah Eks Karesidenan Surakarta atau di wilayah kerja KBI solo, perkembangan Bank Perkreditan Rakyat secara kelembagaan sampai dengan semester I 2003 sebagai berikut : jumlah kantor Bank Perkreditan Rakyat di 7 kabupaten/kota tercatat sebanyak 135 Kantor Bank Perkreditan Rakyat yang tersebar di masing-masing Kabupaten/Kota, yaitu Surakarta, 6 Bank Perkreditan Rakyat. Sukoharjo, 24 Bank Perkreditan Rakyat. Klaten, 19 Bank Perkreditan Rakyat. Wonogiri, 14 Bank Perkreditan Rakyat. Karanganyar, 26 Bank Perkreditan Rakyat. Boyolali, 26 Bank Perkreditan Rakyat dan di Sragen terdapat 20 Bank Perkreditan Rakyat. (Sumber : Kajian Ekonomi Regional Wilayah Eks Karesidenan Surakarta Semester I 2003).
9 Sampai dengan Maret 2005 jumlah Bank Perkreditan Rakyat sudah bertambah menjadi 139 BPR. (Sumber :Bank Indonesia 2005) Berdasarkan pada uraian yang telah penulis kemukakan, mendorong penulis untuk mengadakan penelitian tentang Pengawasan Bank Indonesia terhadap tingkat kesehatan Bank Perkreditan Rakyat, juga mengenai perlindungan nasabah Bank Perkreditan Rakyat. Kemudian penulis tuangkan dalam bentuk skripsi dengan judul sebagai berikut : PENGAWASAN BANK INDONESIA TERHADAP TINGKAT KESEHATAN BANK DALAM RANGKA PERLINDUNGAN KEPENTINGAN NASABAH BANK PERKREDITAN RAKYAT DI SURAKARTA. B. Perumusan Masalah Dalam penelitian ini, untuk mempermudah pelaksanaan penelitian dan supaya sasaran yang ingin dicapai menjadi jelas, tegas, terarah dan mencapai hasil yang diharapkan, maka penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimanakah pengawasan Bank Indonesia terhadap tingkat kesehatan Bank Perkreditan Rakyat di Surakarta? 2. Tindakan apa saja yang dilakukan Bank Indonesia dalam rangka perlindungan terhadap kepentingan nasabah? C. Tujuan Penelitian Suatu penelitian mempunyai tujuan yang hendak dicapai. Berdasarkan latar belakang masalah dan perumusan masalah di atas, maka penelitian ini mempunyai tujuan : 1. Tujuan Subyektif a. Untuk mengkaji tentang Pengawasan Bank Indonesia terhadap tingkat kesehatan bank dalam rangka perlindungan kepentingan nasabah Bank Perkreditan Rakyat. b. Untuk mengetahui upaya upaya yang dilakukan Bank Indonesia dalam rangka perlindungan terhadap kepentingan nasabah. 2. Tujuan Obyektif
10 Untuk memenuhi persyaratan wajib bagi setiap mahasiswa dalam meraih gelar kesarjanaan pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Adapun manfaat teoritis dalam penelitian yang dapat diambil oleh penulis adalah sebagai berikut : a. Mampu memberi manfaat yang dapat digunakan sebagai bahan dan sumbangan pikiran bagi pihak-pihak yang terkait dalam hal yang berkaitan dengan maksud dan tujuan penelitian ini. b. Dapat memperluas dan memperdalam pengetahuan penulis dalam hal Pengawasan Bank Indonesia terhadap tingkat kesehatan Bank Perkreditan Rakyat di Surakarta, beserta upaya upaya yang dilakukan Bank Indonesia dalam rangka perlindungan terhadap kepentingan nasabah. 2. Manfaat Praktis a. Menambah kepustakaan dalam bidang Hukum Perdata, khususnya hukum perbankan di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta. b. Dapat dijadikan sebagai bahan masukan dan referensi bagi penelitian berikutnya. E. Metode Penelitian Penelitian adalah merupakan kegiatan ilmiah guna menemukan, mengembangkan atau menguji kebenaran suatu ilmu pengetahuan yang dilakukan secara metodelogis berarti dengan menggunakan metode-metode yang bersifat ilmiah, sedangkan sistematis berarti sesuai aturan atau pedoman yang berlaku untuk suatu karya ilmiah. Sedangkan pengertian metode adalah cara atau jalan untuk memecahkan masalah yang ada pada masa sekarang
11 dengan cara mengumpulkan, menyusun, mengklarifikasi serta menginterpretasikan data-data yang ada (Winarno Surahmad, 1980 : 139). Berdasarkan hal di atas dapat disimpulkan pengetian metode penelitian adalah suatu cara atau jalan untuk memecahkan masalah yang ada dengan cara mengumpulkan, menyusun, serta menginterpretasikan data-data guna menemukan, mengembangkan, atau menguji kebenaran suatu pengetahuan. Metode penelitian sangat menentukan dalam suatu penelitian ilmiah sangat ditentukan oleh metode penelitiannya. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut : 1. Jenis Penelitian Sesuai dengan masalah yang diteliti, penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang memberikan gambaran secara sistematis terhadap obyek yang diteliti. Penelitian deskriptif ini biasanya ditempuh dengan cara memusatkan diri pada pemecahan masalah yang ada. Mula-mula data disusun dan dikumpulkan, dijelaskan kemudian dianalisis. Oleh sebab itu penelitian ini sering disebut metode analitik (Winarno Surahmad, 1994 : 10). 2. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian adalah lokasi yang dianggap dapat mewakili permasalahan mengenai Pengawasan Bank Indonesia terhadap Bank Perkreditan Rakyat di Surakarta. Lokasi tersebut adalah Bank Indonesia Surakarta, Jalan Jendral Sudirman Nomor 4 Surakarta. 3. Jenis dan Sumber Data Data adalah keterangan atau petunjuk tentang fakta dari obyek penelitian. ( Hilman Hadikusuma, 1995 : 64 ). Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah yang relevan dan menunjang dalam penelitian mengenai Pengawasan Bank Indonesia terhadap tingkat kesehatan Bank Perkreditan Rakyat dan perlindungan nasabah Bank Perkreditan Rakyat di Surakarta. a. Jenis data
12 Data yang digunakan dalam penelitian ini dapat dikelompokkan dalam dua jenis : 1) Data Primer Data Primer adalah data dasar, data asli yang diperoleh peneliti dari tangan pertama dari sumber asalnya yang pertama yang belum diolah dan diuraikan orang lain. ( Hilman Hadikusuma, 1995 : 65 ). Dalam hal ini data diperoleh dari Bank Indonesia Surakarta, dan informan di lokasi penelitian yaitu Wakil Kepala Seksi Tim Pemeriksa Bank dari KBI Solo, serta keterangan dari Beberapa direktur BPR di kota Surakarta. 2) Data Sekunder Data sekunder adalah data - data yang diperoleh peneliti dari penelitian kepustakaan dan dokumentasi, yang merupakan hasil penelitian dan pengolahan orang lain yang sudah tersedia dalam bentuk buku buku atau dokumentasi yang biasanya disediakan di perpustakaan atau milik pribadi peneliti. ( Hilman Hadikusuma, 1995 : 65 ). b. Sumber Data 2) Sumber Data Primer Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data primer adalah sejumlah data atau fakta yang diperoleh secara langsung di lokasi penelitian, yaitu keterangan Wakil Kepala Seksi Tim Pemeriksa Bank dari Kantor Bank Indonesia Surakarta, para pelaku kegiatan perbankan pada Bank Perkreditan Rakyat di Surakarta, serta beberapa informan yang mendukung penelitian ini. 3) Sumber Data Sekunder Sumber data sekunder adalah sumber data yang tidak secara langsung cara memperolehnya. Termasuk dalam sumber data ini adalah peraturan perundang-undangan, dokumen, literatur bacaan, surat kabar, dan Website yang terkait dengan penelitian ini 4. Teknik Pengumpulan Data
13 Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang penulis gunakan adalah sebagai berikut : a. Studi Lapangan Merupakan teknik pengumpulan data yang diperoleh dengan jalan : 1) Wawancara Wawancara adalah Tanya jawab dalam bentuk Komunikasi verbal (berhubungan dengan lisan), bertatap muka di antara interviewer (pewawancara) dengan para informan ; atau responden yang menjadi interviwi (interviewee), yaitu anggota masyarakat yang diwawancara. ( Hilman Hadikusuma, 1995 : 79 ). Dalam hal ini pewawancara adalah penulis; nara sumber / yang diwawancarai adalah Wakil Kepala Seksi Tim Pemeriksa Bank dari Kantor Bank Indonesia Surakarta, dan sebagai bahan cek silangnya adalah para Direktur Bank Perkreditan Rakyat di Surakarta serta beberapa Informan yang mendukung penelitian ini. 2) Kuisioner Pengamatan atau observasi ialah suatu proses untuk mengadakan pengamatan terhadap praktek yang dilakukan di lapangan baik langsung maupun tidak langsung, yang kemudian dicatat secara sistematis dari hasil penelitian tersebut. Dalam penelitian ini kuisioner dibagikan untuk diisi sebagai bahan cek silang kepada para Direktur BPR di Surakarta. 3) Observasi Yaitu sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden atau hal-hal lain yang ia ketahui. Pertanyaan yang terdapat didalamnya dibuat sedemikian rupa, agar sistematis, pasti, dan dapat mengarah pada penelitian ini. b. Studi dokumen atau kepustakaan Yaitu metode pengumpulan data dengan cara membaca buku literatur, hasil penelitian terdahulu serta membaca dokumen dan
14 mengumpulkan beberapa berita surat kabar yang berhubungan dengan obyek penelitian. 5. Teknik Pengumpulan Sampel Karena penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif, maka pengambilan sampel lebih selektif dan dengan menggunakan berbagai pertimbangan teoritis, keingintahuan pribadi, karakteristik empiris dan pertimbangan lain. Oleh karena itu cara penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan cara purposive sampling, dimana data dicari dengan bersumber pada orang-orang yang mengetahui permasalahannya. Dalam hal ini adalah pejabat Bank Indonesia. Kemudian dari informan utama tersebut dapat dilacak sumber-sumber lain yang lebih berkompeten, sehingga akan diperoleh data yang semakin banyak dan lengkap sesuai dengan keperluan penelitian. 6. Teknik Analisis Data Analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Dalam penelitian ini analisis data yang digunakan adalah data kualitatif yang dimaksudkan agar memperoleh gambaran khusus yang bersifat menyeluruh tentang apa yang tercakup dalam masalah yang diteliti yang dilakukan dilapangan pada waktu pengumpulan data. Menurut Milles dan Huberman (1992:16-20) ada tiga komponen pokok model yang saling terjalin atau yang disebut dengan model interaktif yaitu: a. Reduksi data, merupakan proses seleksi pemfokusan, penyederhanaan, dan abstraksi data kasar yang ada dalam bentuk field note (catatan hasil wawancara) yang dilaksanakan selama berlangsungnya proses penelitian. Atau dengan kata lain reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa hingga kesimpulannya dapat ditarik dan diverifikasi. Dalam hal ini peneliti mengelompokkan antara data primer dan data sekunder.
15 b. Penyajian data, merupakan kumpulan informasi yang tersusun dengan memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan mengambil tindakan penyajian data yang dapat digunakan untuk menganalisis tentang sesuatu yang terjadi selanjutnya. Setelah data terkumpul maka kemudian disusun dengan tabel-tabel menurut klasifikasinya masing-masing. c. Penarikan kesimpulan, dilakukan setelah data dikumpulkan, pencatatan peraturan, pola-pola, konfigurasi proposisi untuk mengerti apa arti halhal yang ditemui. Kegiatan ini dilakukan setelah berakhirnya pengumpulan data. Pada awal kesimpulan tersebut kurang jelas namun kemudian hari semakin meningkat secara eksplisir dan memiliki landasan yang kuat. Kesimpulan akhir tidak akan terjadi sampai proses pengumpulan data berakhir. Dalam proses analisisnya, ketiga proses tersebut aktivitasnya berbentuk interaksi dengan proses pengumpulan data berbagai proses siklus. Dalam penelitian ini peneliti tetap bergerak diantara ketiga komponen pengumpulan data dan pengambilan kesimpulan dengan menggunakan waktu yang tersisa dari penelitiannya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada skema model analisa interaktif berikut : Pengumpulan data Reduksi data Penyajian data Penarikan kesimpulan/verifikasi Gb.I.2 Skema model analisa interaktif (Milles dan Huberman)
16 F. Sistematika Skripsi Dalam skripsi yang berjudul PENGAWASAN BANK INDONESIA TERHADAP TINGKAT KESEHATAN BANK DALAM RANGKA PERLINDUNGAN KEPENTINGAN NASABAH BANK PERKREDITAN RAKYAT DI SURAKARTA, penulis menggunakan sistematika sebagai berikut : Skripsi ini terdiri dari empat Bab, yaitu : Bab I Pendahuluan, Bab II Tinjauan Pustaka, Bab III Hasil Penelitian dan Pembahasan, dan Bab empat atau bab terakhir yaitu Penutup. Pada Bab I, yaitu PENDAHULUAN, terdiri dari 6 Sub Bab yaitu Latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Metode Penelitian, dan Sistematika Skripsi. Sedangkan Bab Ke II, TINJAUAN PUSTAKA, terdiri dari 2 Sub Bab yaitu : Kerangka Teoritik dan Kerangka Pemikiran. Kerangka Teoritik terbagi lagi meanjadi beberapa pokok bahasan sebagai berikut: Tinjauan Umum Tentang Bank, Tinjauan Umum Tentang Pengawasan, Tinjauan Umum Tentang Bank Indonesia, Tinjauan Umum Tentang Arsitektur Perbankan Indonesia, Tinjauan Umum Tentang Tingkat Kesehatan Bank, Tinjauan Umum Tentang Bank Perkreditan Rakyat. Pada Bab III, yaitu HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN, akan menjawab tentang rumusan masalah yang diteliti yaitu tentang : Pengawasan Bank Indonesia terhadap Tingkat Kesehatan Bank dalam rangka perlindungan kepentingan nasabah Bank Perkreditan Rakyat di Surakarta dan Upaya upaya yang dilakukan Bank Indonesia dalam rangka perlindungan terhadap kepentingan nasabah. Pada Bab IV atau PENUTUP, yang merupakan Bab terakhir, terdiri dari dua Sub Bab yaitu Kesimpulan dan Saran. Selain empat Bab diatas, penulisan hukum ini juga dilengkapi dengan Daftar Pustaka serta lampiran-lampiran yang mendukung penelitian ini.
Bagaimana Nasib Perbankan Kita Setelah Ditinggal IMF 1
Bagaimana Nasib Perbankan Kita Setelah Ditinggal IMF 1 Dr. Agus Sugiarto 2 Pemerintah bersama-sama dengan DPR bertekad bulat bahwa pada akhir tahun 2003 nanti program kerjasama di sektor ekonomi dengan
Lebih terperinciMembangun Fundamental Perbankan yang Kuat 1
Membangun Fundamental Perbankan yang Kuat 1 Oleh : Dr. Agus Sugiarto 2 Industri perbankan nasional saat ini telah memiliki Arsitektur Perbankan Indonesia (API) yang merupakan suatu blueprint mengenai arah
Lebih terperinciGuna mewujudkan visi API dan sasaran yang ditetapkan,
Program Kegiatan API Guna mewujudkan visi API dan sasaran yang ditetapkan, serta mengacu kepada tantangan-tantangan yang dihadapi perbankan, maka ke-enam pilar API sebagaimana diuraikan di depan akan dilaksanakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Krisis moneter yang melanda Indonesia pada tahun 1997 telah melumpuhkan perekonomian Indonesia. Lemahnya sistem perbankan nasional merupakan salah satu penyebab
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN hingga tahun 2012 terlihat cukup mengesankan. Di tengah krisis keuangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kinerja perekonomian Indonesia dalam lima tahun terakhir, antara tahun 2008 hingga tahun 2012 terlihat cukup mengesankan. Di tengah krisis keuangan di Eropa dan Amerika,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari peranan pemerintah, lembaga lembaga di sektor keuangan, dan para pelaku usaha. Percepatan pembangunan
Lebih terperinciSISTEM DAN KEBIJAKAN PERBANKAN DI INDONESIA
SISTEM DAN KEBIJAKAN PERBANKAN DI INDONESIA 1 1 BANK INDONESIA Bank Sentral Republik Indonesia Menetapkan & Melaksanakan Kebijakan Moneter MENCAPAI & MEMELIHARA KESTABILAN NILAI RUPIAH Mengatur dan Menjaga
Lebih terperinciProgram implementasi API dilaksanakan secara bertahap
TAHAP-TAHAP IMPLEMENTASI API Program implementasi API dilaksanakan secara bertahap dan dimulai tahun dengan perincian sebagai berikut: 1. Program Penguatan Struktur Perbankan Nasional No Kegiatan (Pilar
Lebih terperinciBAB VI ARSITEKTUR PERBANKAN INDONESIA (API)
BAB VI ARSITEKTUR PERBANKAN INDONESIA (API) A. Latar Belakang Pertumbuhan jumlah bank swasta nasional yang sangat cepat mulai tahun 1980an Peran sektor perbankan dalam memobilisasikan dana masyarakat mengalami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 27 Oktober 1988 (PAKTO) yang mencakup bidang keuangan, moneter dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada pertengahan tahun 1980-an pemerintah mengeluarkan Paket Kebijakan 27 Oktober 1988 (PAKTO) yang mencakup bidang keuangan, moneter dan perbankan. Kebijakan
Lebih terperinciSEJARAH BANK INDONESIA : PERBANKAN Periode
SEJARAH BANK INDONESIA : PERBANKAN Periode 1999-2005 Cakupan : Halaman 1. Sekilas Sejarah Bank Indonesia di Bidang Perbankan Periode 2 1999-2005 2. Arah Kebijakan 1999-2005 4 3. Langkah-Langkah Strategis
Lebih terperinciANALISIS PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK PADA PD. BPR BKK WONOGIRI KOTA
ANALISIS PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK PADA PD. BPR BKK WONOGIRI KOTA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen Pada Fakultas Ekonomi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Perbankan memiliki kedudukan
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia No. 10 Tahun 1998 tentang perbankan bahwa bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. arah peningkatan taraf hidup masyarakat. sangat vital, seperti sebuah jantung dalam tubuh manusia.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ekonomi nasional dewasa ini menunjukkan arah yang semakin menyatu dengan ekonomi regional dan internasional yang dapat menunjang sekaligus berdampak kurang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perbankan Indonesia (API) untuk memperkuat fundamental industri perbankan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Arsitektur Perbankan Indonesia (API) Bank Indonesia mulai tahun 2004 berusaha menerapkan Arsitektur Perbankan Indonesia (API) untuk memperkuat fundamental
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kondisi perbankan yang tidak sehat diturunkan melalui Bank Indonesia sebagai Bank
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bank yang sehat adalah bank yang mampu menjadi penopang dalam perekonomian nasional. Dalam hal ini campur tangan pemerintah untuk mengatasi kondisi perbankan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Beberapa tahun terakhir ini banyak bank yang dilikuidasi oleh Lembaga
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beberapa tahun terakhir ini banyak bank yang dilikuidasi oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). Satria (2013), Direktur Penjaminan dan Manajemen risiko menyatakan bahwa
Lebih terperinciBab 6 MATERI SIP-6 1 LATAR BELAKANG ARSITEKTUR PERBANKAN INDONESIA (API) VISI API TUJUAN SASARAN API SISTEMATIKA API
LATAR BELAKANG Bab 6 ARSITEKTUR PERBANKAN INDONESIA (API) Pertumbuhan jumlah bank swasta nasional yang sangat cepat mulai tahun 980an Peran sektor dalam memobilisasikan dana masyarakat mengalami peningkatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melaksanakan pembangunan di berbagai bidang yang berpedoman pada Undangundang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara berkembang yang sekarang ini sedang melaksanakan pembangunan di berbagai bidang yang berpedoman pada Undangundang Dasar 1945 alinea 4
Lebih terperinciGARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN BANK & LEMBAGA KEUANGAN 1
GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN BANK & LEMBAGA KEUANGAN 1 IV. ARSITEKTUR PERBANKAN INDONESIA ( A P I ) A. Pendahuluan Arsitektur Perbankan Indonesia (API) merupakan suatu kerangka dasar sistem perbankan
Lebih terperinciIndonesia Menghadapi Globalisasi Kellangan
Indonesia Menghadapi Globalisasi Kellangan DAFTAR lsi DAFTAR 151 Sambutan Gubernur Bank Indonesia Sambutan Deputi Gubernur Bank Indonesia Pengantar Kepala Pusat Riset dan Edukasi Bank Sentral Daftar lsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terjadi perkembangan yang sangat pesat dari tahun-tahun sebelumnya. Hal
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kondisi perbankan di Indonesia saat ini memang sangat baik, dimana terjadi perkembangan yang sangat pesat dari tahun-tahun sebelumnya. Hal tersebut terlihat dari berkurangnya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pertumbuhan industri perbankan di masa mendatang diramalkan masih
I. PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Pertumbuhan industri perbankan di masa mendatang diramalkan masih akan membaik. Hal tersebut didukung oleh hasil positif program restrukturisasi perbankan yang telah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kinerja perekonomian suatu negara umumnya diukur oleh beberapa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kinerja perekonomian suatu negara umumnya diukur oleh beberapa indikator ekonomi yang bisa mencerminkan tingkat kegiatan ekonomi di masyarakat. Salah satu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam sistem keuangan di Indonesia. Pengertian bank menurut Undang-Undang
11 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perbankan adalah salah satu lembaga keuangan yang memiliki peranan dalam sistem keuangan di Indonesia. Pengertian bank menurut Undang-Undang No.7 tahun 1992 tentang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan perekonomian suatu negara. Di Indonesia sendiri, perkembangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Lembaga keuangan merupakan aset yang sangat penting dalam pembangunan perekonomian suatu negara. Di Indonesia sendiri, perkembangan perekonomian tidak bisa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk simpanan. Sedangkan lembaga keuangan non-bank lebih
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lembaga keuangan digolongkan ke dalam dua golongan besar menurut Kasmir (2012), yaitu lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan nonbank. Lembaga keuangan bank atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengalami kemerosotannya. Hal ini terlihat dari nilai tukar yang semakin melemah, inflasi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada awal tahun 1998 yakni pada awal masa orde baru perekonomian Indonesia mengalami kemerosotannya. Hal ini terlihat dari nilai tukar yang semakin melemah,
Lebih terperinciFAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT PERALIHAN HAK ATAS TANAH KARENA WARISAN ( STUDI KASUS DI KECAMATAN SELOGIRI KABUPATEN WONOGIRI )
FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT PERALIHAN HAK ATAS TANAH KARENA WARISAN ( STUDI KASUS DI KECAMATAN SELOGIRI KABUPATEN WONOGIRI ) SKRIPSI Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar
Lebih terperinciDeterminan simpanan masyarakat di perbankan wilayah Eks-Karesidenan F
Determinan simpanan masyarakat di perbankan wilayah Eks-Karesidenan Surakarta (suatu pendekatan ekonomi makro tahun 2000-2006) Oleh : Taufik Akbar F.0104092 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. turunnya daya beli masyarakat tetapi juga karena tingginya inflasi.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gejolak ekonomi yang terjadi baik di dunia maupun di Indonesia memaksa pemerintah untuk bekerja lebih keras dalam memantau pertumbuhan ekonomi guna mendorong
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. banknote. Kata bank berasal dari bahasa Italia banca berarti tempat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam perekonomian suatu negara saat ini Lembaga Perbankan memiliki peranan yang cukup penting, bahkan dalam kehidupan masyarakat modern sehari-hari sebagian besar melibatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bank adalah sebuah lembaga keuangan yang menjadi perantara untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bank adalah sebuah lembaga keuangan yang menjadi perantara untuk menghimpun dana dari masyarakat yang kelebihan dana dan menyalurkan kepada masyarakat yang kekurangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bank umum pada kredit likuiditas Bank Indonesia untuk mendorong
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Industri perbankan Indonesia pada mulanya berkembang dengan dikeluarkannya kebijakan di bidang moneter oleh pemerintah yang dikenal dengan Paket Kebijakan 1
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. semakin popular bukan hanya di negara-negara Islam tapi bahkan juga di negaranegara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sistem ekonomi syariah atau biasa disebut dengan Ekonomi Islam, semakin popular bukan hanya di negara-negara Islam tapi bahkan juga di negaranegara barat. Banyak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan krisis moneter terjadi pada tahun yang memberikan dampak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri perbankan tidak terlepas dari munculnya permasalahan yang dihadapi antara lain masalah pendanaan, kredit macet, kinerja keuangan buruk, dan krisis moneter
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Peranan bank dalam kegiatan perekonomian sangat fundamental, setiap
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Peranan bank dalam kegiatan perekonomian sangat fundamental, setiap aktivitas ekonomi memerlukan jasa perbankan untuk memudahkan transaksi keuangan. Di
Lebih terperinci2015 ANALISIS KINERJA KEUANGAN BANK SETELAH MERGER BERD ASARKAN FORMULA CAMEL
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan industri perbankan dalam memasuki era globalisasi, era pasar bebas dan persaingan usaha yang semakin luas, menuntut perusahaan harus berpikir
Lebih terperinci... BANK INDONESIA I N D O N E S I A B A N K
1 B A N K I N D O N E S I A KINERJA TRIWULAN I-2004 : EVALUASI KEBIJAKAN MONETER, PERBANKAN, DAN SISTEM PEMBAYARAN SERTA ARAH KEBIJAKAN MENDATANG Penyampaian penjelasan ini merupakan salah satu wujud dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pesat di Indonesia. Dalam Undang-Undang No.10 Tahun 1998, bank didefinisikan. dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Industri perbankan merupakan salah satu industri dengan pertumbuhan yang pesat di Indonesia. Dalam Undang-Undang No.10 Tahun 1998, bank didefinisikan sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perekonomian dunia terhadap struktur ekonomi dan moneter dalam negeri sebuah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap Negara menetapkan rencana pembangunan ekonomi yang bertujuan untuk mencapai dan mempertahankan kemakmuran bagi seluruh anggota masyarakatnya. Dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sejak krisis moneter pertengahan tahun 1997 perbankan nasional
1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penelitian Sejak krisis moneter pertengahan tahun 1997 perbankan nasional menghadapi masalah yang dapat membahayakan kelangsungan usaha perbankan serta merugikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut Taswan (2006:4), bank adalah lembaga keuangan atau
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Taswan (2006:4), bank adalah lembaga keuangan atau perusahaan yang aktivitasnya menghimpun dana berupa giro, deposito, tabungan dan simpanan lainnya dari pihak
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. atau melakukan penagihan. Bank merupakan lembaga keuangan yang kegiatan
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peranan perbankan dalam pertumbuhan perekonomian suatu negara sangatlah besar. Hampir semua sektor yang berhubungan dengan kegiatan keuangan atau perekonomian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. eksternal sehingga mampu bersaing pada tingkat global dengan lembaga
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lembaga keuangan perbankan mempunyai peran penting dalam menentukan tingkat pertumbuhan perekonomian suatu negara terutama di dalam era perdagangan bebas dewasa
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. perbankan yang telah dilaksanakan oleh pemerintah. Indikator perbankan nasional
I. PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Pertumbuhan industri perbankan di masa mendatang diramalkan masih akan membaik. Hal tersebut didukung oleh hasil positif program restrukturisasi perbankan yang telah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. yang menjadi sarana dalam pelaksanaan kebijakan pemerintah yaitu kebijakan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu penunjang perekonomian di Indonesia adalah lembaga perbankan (bank) yang memiliki peran besar dalam menjalankan kebijaksanaan perekonomian. Untuk mencapai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ekonomi masyarakat dapat berjalan dengan lancar. Dengan sistem pembayaran yang efisien,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kondisi perekonomian yang dinamis dan selalu mengalami perubahan dari waktu ke waktu pada umunya akan mempengaruhi operasional suatu industri. Salah satu industri yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bagian yang integral dalam upaya deregulasi pemerintah. Tujuan utama
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Berbagai kebijakan reformasi di bidang keuangan yang merupakan bagian yang integral dalam upaya deregulasi pemerintah. Tujuan utama deregulasi adalah mendorong
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Dunia perbankan Indonesia telah memberi peranan yang sangat berarti dalam meningkatkan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia perbankan Indonesia telah memberi peranan yang sangat berarti dalam meningkatkan kesejahteraan bangsa dan negara, baik peranan dalam kebijakan moneter, meningkatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bank diharapkan menjadi salah satu sektor yang berperan aktif dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada masa modern seperti sekarang ini, lembaga keuangan atau bank diharapkan menjadi salah satu sektor yang berperan aktif dalam menunjang kegiatan pembangunan nasional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keuangan di Indonesia. Keberadaan sektor perbankan memiliki peranan cukup penting,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perbankan merupakan lembaga keuangan yang memiliki peranan dalam sistem keuangan di Indonesia. Keberadaan sektor perbankan memiliki peranan cukup penting, dimana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan perusahaan pada umumnya ditandai dengan kemampuan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Keberhasilan perusahaan pada umumnya ditandai dengan kemampuan manajemen melihat kemungkinan dan kesempatan di masa yang akan datang, baik jangka pendek
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki era globalisasi, era pasar bebas dan persaingan usaha yang semakin ketat, menuntut perusahaan harus berpikir keras dalam mempertahankan dan mengembangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. triwulan I dan II 2012, dimana ekonomi tumbuh secara berturut turut sebesar
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Perekonomian Indonesia triwulan III 2012 tumbuh solid 6,17%. Pertumbuhan yang tetap berada pada kisaran 6% ini melanjutkan kinerja positif triwulan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan negara yang berdasarkan Pancasila dan UUD Tujuan pembangunan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional yang dilaksanakan selama ini merupakan upaya pembangunan berkesinambungan yang meliputi seluruh aspek kehidupan bangsa dan negara yang berdasarkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga keuangan terpenting dan sangat. bank bagi perkembangan dunia usaha juga dinilai cukup signifikan, dimana bank
I. PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Bank merupakan lembaga keuangan terpenting dan sangat mempengaruhi perekonomian baik secara mikro maupun secara makro. Peran bank bagi perkembangan dunia usaha juga dinilai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dewasa ini perkembangan dunia perbankan semakin pesat dan modern baik dari segi ragam produk, kualitas pelayanan, maupun teknologi yang dimiliki. Perbankan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keuangan dimana kegiatannya hanya menghimpun dana atau kembali
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lembaga keuangan merupakan perusahaan yang bergerak dibidang keuangan dimana kegiatannya hanya menghimpun dana atau kembali menyalurkannya kembali dalam bentuk kredit
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan ekonomi dunia kini menjadi salah satu isu utama dalam perkembangan dunia memasuki abad ke-21. Krisis ekonomi yang kembali melanda negara-negara di dunia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sektor perbankan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sektor perbankan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan ekonomi dalam sebuah negara. Bank memegang peranan penting dalam menyeimbangkan
Lebih terperinciANALISIS KINERJA KESEHATAN BANK SEBELUM DAN SETELAH ARSITEKTUR PERBANKKAN INDONESIA
ANALISIS KINERJA KESEHATAN BANK SEBELUM DAN SETELAH ARSITEKTUR PERBANKKAN INDONESIA Hesti Hastuti Dr. Imam Subaweh SE., Ak., MM Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma Jl. Margonda Raya
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 1999 TENTANG BANK INDONESIA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 1999 TENTANG BANK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi tahun 1997 yang kemudian berkembang menjadi krisis multi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis ekonomi tahun 1997 yang kemudian berkembang menjadi krisis multi dimensi membawa dampak kehancuran usaha perbankan di Indonesia. Hal ini meninggalkan kredit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. secara mikro maupun secara makro. Indonesia merupakan salah satu negara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan perekonomian suatu negara sangat bergantung pada perkembangan dan kontribusi nyata dari sektor perbankan. Bank merupakan lembaga keuangan terpenting
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia perbankan yang sangat pesat disertai dengan tingkat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia perbankan yang sangat pesat disertai dengan tingkat komplektisitas yang tinggi dapat mempengaruhi kinerja suatu bank. Komplektisitas yang tinggi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemampuan kerja serta kemampuan lainnya pada suatu perusahaan. Sama seperti
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kesehatan merupakan hal penting di dalam berbagai kehidupan, baik bagi manusia maupun perusahaan. Kondisi yang sehat akan meningkatkan kinerja dan kemampuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang (Riyadi : 2006) (Kasmir : 2011)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank merupakan salah satu lembaga keuangan atau perusahaan yang bergerak di bidang keuangan, bertugas menghimpun dana (Funding) dari masyarakat, menyalurkan dana (Lending)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bentuk simpanan dan menyalurkannya dalam berbagai alternatif investasi.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya dalam berbagai alternatif investasi. Sehubungan dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. rakyat banyak. Dana yang dikumpulkan oleh perbankan dalam bentuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sektor keuangan terutama industri perbankan merupakan elemen penting dalam pembangunan suatu negara. Undang-undang nomor 10 tahun 1998 pasal 1 angka 2 menyebutkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sistem perekonomian dan sebagai alat dalam pelaksanakan kebijakan moneter
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kestabilan perekonomian disuatu negara ditentukan oleh banyak faktor salah satunya adalah sektor perbankan sektor perbankan merupakan jantung dalam sistem perekonomian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah adalah karunia dari Tuhan Yang Maha Esa kepada umat manusia di muka bumi yang juga menjadi kebutuhan dasar manusia. Sejak lahir sampai meninggal dunia,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. investasi maupun modal kerja. Perkembangan yang pesat tersebut
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perekonomian suatu negara digerakkan antara lain oleh sektor riil dan jasa, dimana untuk berkembang dibutuhkan suntikan dana sebagai investasi maupun modal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. intermediaris atau perantara yang menghubungkan pihak pihak yang memiliki dana
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank merupakan perusahaan jasa yang menyediakan jasa keuangan bagi seluruh lapisan masyarakat. Oleh karena itu bank adalah suatu lembaga yang berperan sebagai intermediaris
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, kesinambungan dan. peningkatan pelaksanaan pembangunan nasional yang berasaskan
BAB I PENDAHULUAN V. Latar Belakang Masalah Dalam rangka mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, kesinambungan dan peningkatan pelaksanaan pembangunan nasional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pihak yang kelebihan dana (surplus spending unit), kemudian menempatkanya
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bank adalah sebuah lembaga atau perusahaan yang aktivitasnya menghimpun dana berupa giro, deposito tabungan dan simpanan yang lain dari pihak yang kelebihan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bermanfaat bagi individu dan masyarakat secara keseluruhan, tetapi juga berperan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberadaan suatu bank dalam perekonomian modern merupakan kebutuhan yang sulit dihindari karena bank telah menyentuh pada seluruh aspek kebutuhan masyarakat.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yogyakarta merupakan salah satu daerah otonom di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, selain Kabupaten
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yogyakarta merupakan salah satu daerah otonom di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, selain Kabupaten Sleman, Bantul, Gunung Kidul dan Kulon Progo. Kota Yogyakarta
Lebih terperinciKEBIJAKAN MONETER DAN DEREGULASI PERBANKAN INDONESIA
KEBIJAKAN MONETER DAN DEREGULASI PERBANKAN INDONESIA Garis Besar Kebijakan Moneter dan Deregulasi Perbankan Indonesia 1. PENDAHULUAN a. KEBIJAKAN EKONOMI MAKRO DAN SEKTOR KEUANGAN SEBELUM KRISMON 1997
Lebih terperinciUntuk mewujudkan perbankan Indonesia yang lebih
Tantangan Ke Depan Untuk mewujudkan perbankan Indonesia yang lebih kokoh, perbaikan harus dilakukan di berbagai bidang, terutama untuk menjawab tantangan-tantangan yang dihadapi perbankan dalam beberapa
Lebih terperinciANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran
ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran 1 ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Tim Penulis Laporan Triwulanan, Bank Indonesia I.1
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Uang sebagai sistem pembayaran tidak dapat dipisahkan dari fungsinya untuk
digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ekonomi di Indonesia mendorong masyarakat memperoleh segala sesuatu secara praktis dan aman dalam melakukan transaksi keuangan. Uang sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. satu lembaga keuangan tersebut yakni industri perbankan. untuk menjalankan industri perbankan agar tidak merusak tatanan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu indikator pembangunan suatu negara adalah peningkatan kinerja perekonomian yang terjadi setiap waktu. Peningkatan perekonomian tersebut tidak terlepas dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai penggerak roda perekonomian suatu negara, fungsi bank sebagai
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia perbankan memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat. Aktivitas yang dijalankan masyarakat selalu berhubungan dengan masyarakat untuk melakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebuah bank di Indonesia perlu diperhatikan oleh pemerintah agar tidak merugikan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor perbankan memiliki peranan yang sangat penting dalam kelancaran aktivitas perekonomian di Indonesia. Hal ini dapat dilihat ketika sektor ekonomi mengalami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di Indonesia pembangunan ekonomi tetap merupakan sentral dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Indonesia pembangunan ekonomi tetap merupakan sentral dari seluruh pembangunan yang diadakan pemerintah. Tujuan pembangunan secara umum adalah untuk meningkatkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dunia perbankan semakin ketat. Tantangan di dunia perbankan akan semakin sulit
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kondisi perekonomian yang semakin terbuka membuat persaingan dalam dunia perbankan semakin ketat. Tantangan di dunia perbankan akan semakin sulit dengan diterapkannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Saat ini Indonesia memiliki dua jenis lembaga perbankan, yaitu perbankan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini Indonesia memiliki dua jenis lembaga perbankan, yaitu perbankan yang bersifat konvensional dan bank yang bersifat syariah. Bank yang bersifat konvensional adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pelayanan dalam lalu lintas pembayaran, sehingga kinerja bank merupakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bank dikenal sebagai lembaga kepercayaan masyarakat yang mempunyai peranan strategis dalam perekonomian negara. Peranan bank sebagai lembaga intermediasi adalah memobilisasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sektor perbankan merupakan salah satu sektor yang sangat penting bagi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sektor perbankan merupakan salah satu sektor yang sangat penting bagi perekonomian negara, mengingat posisi bank sebagai lembaga intermediasi dan sarana penunjang
Lebih terperinciIMPLEMENTASI PERATURAN KLIRING DALAM PERHITUNGAN UTANG PIUTANG WARKAT BILYET GIRO DI BANK MANDIRI CABANG SURAKARTA
IMPLEMENTASI PERATURAN KLIRING DALAM PERHITUNGAN UTANG PIUTANG WARKAT BILYET GIRO DI BANK MANDIRI CABANG SURAKARTA SKRIPSI Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Syarat-syarat Guna Mencapai
Lebih terperinciARSITEKTUR PERBANKAN INDONESIA: SUATU KEBUTUHAN DAN TANTANGAN PERBANKAN KE DEPAN 1
ARSITEKTUR PERBANKAN INDONESIA: SUATU KEBUTUHAN DAN TANTANGAN PERBANKAN KE DEPAN 1 Oleh : Dr. Agus Sugiarto 2 Akhir-akhir ini banyak orang membicarakan tentang arsitektur perbankan nasional baik itu dari
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Waktu, Tempat dan Gambaran Umum Objek Penelitian
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu, Tempat dan Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Waktu dan Tempat Penelitian Waktu penelitian ini direncanakan selama enam bulan yang dimulai dari September 2012 sampai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengelompokkan unsur-unsur pendapatan dan biaya, akan dapat diperoleh hasil pengukuran
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laba atau rugi sering dimanfaatkan sebagai ukuran untuk menilai prestasi perusahaan. Unsur-unsur yang menjadi bagian pembentuk laba adalah pendapatan dan biaya.
Lebih terperinciPROSPEK DUNIA USAHA DAN PEMBIAYAANNYA OLEH PERBANKAN SAMBUTAN GUBERNUR BANK INDONESIA TGL. 7 J J U U N N II
PROSPEK DUNIA USAHA DAN PEMBIAYAANNYA OLLEH PERBANKAN SAMBUTTAN GUBERNUR BANK INDONESII IA TTGLL.. 77 JJUUNNI II 22000044 Pendahuluan 1. Pagi ini saya sangat berbahagia dapat berkumpul bersama untuk membuka
Lebih terperinciMENGAPA PERLU ARSITEKTUR PERBANKAN INDONESIA? Oleh: Tumpak Silalahi SE AK,MBA. Pada awal Januari 2004 ini, siaran pers Bank Indonesia secara resmi
MENGAPA PERLU ARSITEKTUR PERBANKAN INDONESIA? Oleh: Tumpak Silalahi SE AK,MBA Pada awal Januari 2004 ini, siaran pers Bank Indonesia secara resmi mengumumkan implementasi Arsitektur Perbankan Indonesia
Lebih terperinciBanking Weekly Hotlist (24 Juli 28 Juli 2017)
Banking Weekly Hotlist (24 Juli 28 Juli 2017) FINTECH DAN INOVASI DIGITAL Hadapi Fintech, Bank Kedepankan Inovasi Digital Di tengah pesatnya pertumbuhan industri financial technology (fintech) dianggap
Lebih terperinci: Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Dengan Metode RGEC Pada PT. Bank Mandiri (Persero), Tbk. : I Made Paramartha NIM :
Judul Nama : Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Dengan Metode RGEC Pada PT. Bank Mandiri (Persero), Tbk. : I Made Paramartha NIM : 1306205090 Abstrak Tingkat kepercayaan masyarakat merupakan hal yang mutlak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lembaga keuangan terbesar didunia asal Amerika Lehman Brother, kredit
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi perekonomian global pada tahun 2009 hingga saat ini menunjukkan kondisi yang penuh dengan ketidakpastian yang disebabkan oleh krisis ekonomi global. Krisis
Lebih terperinci2017, No Tahun 2008 Nomor 94, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4867); 3. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jas
No.64, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN OJK. Bank Sistemik. Recovery Plan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6038) PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR
Lebih terperinci