PENGARUH BEBAN KERJA, PENGALAMAN AUDIT DAN TIPE KEPRIBADIAN TERHADAP SKEPTISME PROFESIONAL DAN KEMAMPUAN AUDITOR DALAM MENDETEKSI KECURANGAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH BEBAN KERJA, PENGALAMAN AUDIT DAN TIPE KEPRIBADIAN TERHADAP SKEPTISME PROFESIONAL DAN KEMAMPUAN AUDITOR DALAM MENDETEKSI KECURANGAN"

Transkripsi

1 PENGARUH BEBAN KERJA, PENGALAMAN AUDIT DAN TIPE KEPRIBADIAN TERHADAP SKEPTISME PROFESIONAL DAN KEMAMPUAN AUDITOR DALAM MENDETEKSI KECURANGAN HAFIFAH NASUTION Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta FITRIANY Universitas Indonesia ABSTRACT This study was aimed to examine the effect of workload, audit experience and types of personality to professional skepticism and fraud detection ability of external auditors. The Hurtt, Eining, and Plumlee Model (HEP Model) is used to classify auditors as either high or low skeptics. Myers Briggs Type Indicator (MBTI) is used to classify auditors as ST (Sensing-Thinking) and NT (Intuitive-Thinking) personality or others. Respondent of this study was obtained from 87 auditors who work in Accounting Public Office in Jakarta. Data analysis for hypothesis test was done with Partial Least Square (PLS). This research indicates that auditors with higher workload are less skeptical and will not increase his/her detection ability when confronted with fraud symptoms. Auditors with more experience are more skeptical and will increase his/her detection ability when confronted with fraud symptoms. Auditors with higher skepticism will increase his/her detection ability when confronted with fraud symptoms. This research also indicates that auditors with ST (Sensing-Thinking) and NT (Intuitive-Thinking) types of personality are more skeptical than other types but have no difference increasing detection ability when confronted with fraud symptoms with other types. Keywords: workload, audit experience, types of personality, professional skepticism, and fraud detection ability 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banyaknya kasus-kasus manipulasi akuntansi yang melibatkan kantor-kantor akuntan publik ternama di dunia yang terjadi di beberapa negara termasuk di Indonesia telah membuat kepercayaan masyarakat khususnya para pemakai laporan auditor independen mulai menurun. Kasus manipulasi pembukuan yang terjadi pada Enron Corp. merupakan salah satu kasus yang melibatkan kantor akuntan publiknya. Laporan keuangan Enron dinyatakan wajar tanpa pengecualian oleh Kantor Akuntan Publik Arthur Anderson. Namun, publik kemudian dikejutkan oleh kabar kepailitan Enron Corp pada tanggal 2 Desember Salah satu 1

2 penyebab kepailitan tersebut adalah pihak Arthur Anderson yang memberikan dua jasa sekaligus, baik sebagai auditor maupun konsultan bisnis perusahaan. Kasus-kasus manipulasi keuangan yang melibatkan auditor eksternal juga telah terjadi di Indonesia, diantaranya adalah kasus mark up yang dilakukan PT. Kimia Farma dan kasus laporan keuangan ganda yang dimiliki oleh Bank Lippo. Kesalahan auditor dalam kedua kasus ini diduga adalah karena auditor terlambat menyadari dan melaporkan ketidakberesan yang telah dilakukan oleh pihak manajemen perusahaan. Kasus lain yang juga telah terjadi di Indonesia adalah kasus pada PT. Telkom, dimana laporan keuangan PT. Telkom yang telah diaudit oleh KAP Eddy Pianto dan Rekan tidak diakui oleh SEC dan pihak PT. Telkom diminta kembali untuk melakukan audit atas laporan keuangannya. Kasus-kasus manipulasi yang telah terjadi membuat profesi akuntan menjadi sorotan masyarakat dan para pembuat kebijakan. Masyarakat mulai mempertanyakan mengapa auditor terlibat pada kasus-kasus manipulasi tersebut. Sebagai pihak ketiga yang independen, seharusnya auditor bertanggung jawab untuk memberikan jaminan atas kehandalan dari laporan keuangan yang diaudit. Penelitian Beasley et al., (2001) yang didasarkan pada AAERs (Accounting and Auditing Releases) yang telah dikutip oleh Noviyanti (2008) menyatakan bahwa salah satu penyebab kegagalan auditor dalam mendeteksi kecurangan adalah rendahnya tingkat skeptisme profesional yang dimiliki oleh auditor. Pernyataan ini didukung oleh Carpenter, Durtschi dan Gaynor (2002) yang mengungkapkan bahwa jika auditor lebih skeptis, mereka akan mampu lebih menaksir keberadaan kecurangan pada tahap perencanaan audit, yang akhirnya akan mengarahkan auditor untuk meningkatkan pendeteksian kecurangan pada tahap-tahap audit berikutnya. Gusti dan Ali (2008) dalam penelitiannya menambahkan bahwa dengan sikap skeptisme profesional auditor ini, auditor seharusnya dapat melaksanakan 2

3 tugasnya sesuai standar yang telah ditetapkan, serta menjunjung tinggi kaidah dan norma agar kualitas audit tetap terjaga. Di pihak lain, skeptisme profesional dan kemampuan auditor dalam mendeteksi kecurangan juga sangat dipengaruhi oleh pengalaman audit yang telah dimiliki auditor. Tirta dan Sholihin (2004) menyatakan bahwa pengalaman yang dimiliki auditor akan membantu auditor dalam meningkatkan pengetahuannya mengenai kekeliruan dan kecurangan. Auditor yang berpengalaman adalah auditor yang mampu mendeteksi, memahami dan bahkan mencari penyebab dari munculnya kecurangan-kecurangan tersebut, sehingga kualitas audit yang dihasilkan akan lebih baik daripada auditor yang tidak berpengalaman (Bawono dan Singgih, 2011). Lopez dan Peters (2011) menyatakan bahwa ketika berada pada busy season yaitu pada periode kuartal pertama awal tahun, auditor diminta untuk menyelesaikan beberapa kasus pemeriksaan yang mengakibatkan auditor kelelahan dan menurunnya kemampuan auditor dalam mendeteksi kecurangan. Tekanan beban kerja yang sangat berat bagi auditor dapat menimbulkan dampak negatif bagi proses audit, antara lain auditor akan cenderung untuk mengurangi beberapa prosedur audit dan auditor akan dengan mudah menerima penjelasan yang diberikan oleh klien (DeZoort and Lord, 1997 dalam Lopez dan Peters, 2011). Fitriany (2011) menyatakan bahwa beban kerja auditor berhubungan negatif dengan kualitas audit, semakin banyak beban kerja auditor maka semakin rendah kualitas audit yang dihasilkan. Berdasarkan penelitian-penelitian tersebut, beban kerja diduga menjadi salah satu faktor yang menyebabkan kegagalan auditor dalam mendeteksi kecurangan. Noviyanti (2008) menyatakan bahwa tipe kepribadian seseorang menjadi salah satu faktor yang menentukan sikap yang dimiliki oleh individu tersebut, termasuk sikap skeptisme yang terdapat pada diri individu tersebut. Auditor yang memiliki sikap skeptis yang tinggi 3

4 biasanya memiliki ciri-ciri kepribadian yang selalu berpikiran logis dan membuat keputusan berdasarkan fakta-fakta yang ada. Penelitian ini merupakan hasil pengembangan dari penelitian-penelitian terdahulu, yaitu penelitian Fullerton dan Durstchi (2010) yang menguji pengaruh skeptisme profesional terhadap peningkatan kemampuan auditor dalam mendeteksi gejala-gejala kecurangan, penelitian Suraida (2005) dan Anugerah, Sari dan Frostiana (2011) yang menguji pengaruh pengalaman audit terhadap skeptisme professional, dan Noviyanti (2008) yang menguji pengaruh tipe kepribadian terhadap skeptisme profesional. Dalam penelitian ini, peneliti menambahkan variabel beban kerja, pengalaman audit, dan tipe kepribadian untuk menguji faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan kemampuan auditor dalam mendeteksi gejala-gejala kecurangan. Selain itu, peneliti juga menambahkan variabel beban kerja untuk menguji faktor-faktor yang mempengaruhi skeptisme profesional. Penambahan variabel ini didasarkan pada penelitian sebelumnya, yaitu Lopez dan Peters (2011) dan Fitriany (2011) yang menguji pengaruh beban kerja terhadap kualitas audit, Knap dan Knap (2001) dan Tirta dan Solihin (2004) yang menguji pengaruh pengalaman terhadap kinerja auditor dalam menaksir risiko kecurangan, dan Jaffar dkk., (2011) yang menguji pengaruh tipe kepribadian terhadap kemampuan mendeteksi kecurangan. Penelitian ini juga mengontrol variabel-variabel lain yang diduga berpengaruh terhadap skeptisme profesional dan kemampuan mendeteksi kecurangan yaitu gender, ukuran KAP dan posisi auditor. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan sebelumnya, maka perumusan masalah penelitian ini adalah: 1. Apakah beban kerja, pengalaman audit dan tipe kepribadian berpengaruh terhadap skeptisme profesional? 4

5 2. Apakah skeptisme profesional, beban kerja, pengalaman audit dan tipe kepribadian berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan auditor dalam mendeteksi kecurangan? 1.3 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat bagi berbagai pihak. Bagi Kantor Akuntan Publik, penelitian ini diharapkan dapat membantu Kantor Akuntan Publik untuk menentukan tindakan apa yang harus dilakukan dalam meningkatkan skeptisme profesional dan kemampuan mendeteksi kecurangan para auditornya. Bagi Auditor, penelitian ini dapat memberikan masukan mengenai hubungan antara skeptisme profesional dan kemampuan mendeteksi kecurangan. Bagi Akademisi dan Peneliti, penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai pengaruh beban kerja, pengalaman audit dan tipe kepribadian terhadap skeptisme profesional dan kemampuan auditor dalam mendeteksi kecurangan. Dengan demikian diharapkan dapat dijadikan referensi untuk penelitian selanjutnya. Bagi Regulator, penelitian ini dapat memberikan masukan dalam membuat kebijakan untuk meningkatkan skeptisme profesional dan kemampuan mendeteksi kecurangan para auditor. 2.1 Kecurangan (Fraud) 2. LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Istilah fraud (Inggris) atau fraude (Belanda) sering diterjemahkan sebagai kecurangan (Tuanakotta, 2007). Sudarmo dkk., (2008) mengartikan kecurangan (fraud) secara sederhana dengan ketidak-jujuran. Definisi kecurangan (fraud) berdasarkan Black s Law Dictionary yang terdapat dalam Karyana (2011) adalah: Fraud is (1) A knowing misrepresentation of the truth or concealment of a material fact to induce another to act to his or her detriment; is usual a tort, but in some cases (esp. when the conduct is willful) it may be a crime, (2) A misrepresentation made recklessly without belief in its truth to induce another person to act, (3) A tort arising from knowing misrepresentation, concealment of material fact, or reckless misrepresentation made to induce another to act to his or her detriment. 5

6 Dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa setidaknya ada tiga elemen fundamental dalam kecurangan (fraud), yaitu: (1) kecurangan dilakukan oleh seseorang dengan sengaja, (2) kecurangan adalah berbentuk penyembunyian fakta atau penipuan atau pemaksaan, dan (3) kecurangan bertujuan untuk memperoleh keuntungan pihak-pihak tertentu. Statements on Auditing Standards No. 99 AU section 316 menyebutkan bahwa terdapat tiga kondisi yang secara umum menyebabkan kecurangan (fraud) terjadi, yaitu: (1) adanya dorongan atau tekanan (incentive or pressure) yang menjadi motivasi bagi pelaku kecurangan (fraud) untuk melakukan kecurangan (fraud), (2) adanya peluang atau kesempatan (opportunity) yang mendukung pelaku untuk melakukan kecurangan (fraud), dan (3) adanya rasionalisasi (razionalization), yaitu pembenaran terhadap perilaku untuk berbuat kecurangan oleh pihak-pihak yang melakukan tindakan kecurangan tersebut. Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) mengkategorikan kecurangan (fraud) menjadi tiga kelompok, yaitu: a. Korupsi (Corruption) Black s Law Dictionary dalam Wells (2007) mendefinisikan corrupt sebagai spoiled; tainted; depraved; debased; morally degenerate. Skema korupsi (corruption schemes) dapat dipecah menjadi empat klasifikasi: (1) pertentangan kepentingan (conflict of interest), (2) suap (bribery), (3) pemberian ilegal (illegal gratuity), dan (4) pemerasan ekonomi (economic extortion). b. Penyalahgunaan Aset (Asset Misappropriation) Penyalahgunaan aset (asset misappropriation) terbagi menjadi dua kategori, yaitu: (1) penyalahgunaan kas (cash misappropriation) yang dapat dilakukan dalam bentuk skimming, larceny atau fraudulent disbursements, dan (2) penyalahgunaan non-kas 6

7 (non-cash misappropriation) yang dapat dilakukan dalam bentuk penyalahgunaan (misuse) atau pencurian (larceny) terhadap persediaan dan aset-aset lainnya. c. Kecurangan Laporan Keuangan (Fraudulent Financial Statement) Kecurangan laporan keuangan (fraudulent financial statement schemes) dapat dapat dilakukan melalui beberapa cara, yaitu dengan (1) mencatat pendapatan-pendapatan fiktif (fictitious revenues), (2) mencatatan pendapatan (revenue) dan/atau beban (expenses) dalam periode yang tidak tepat, (3) menyembunyikan kewajiban dan beban (concealed liabilities and expenses) yang bertujuan untuk mengecilkan jumlah kewajiban dan beban agar perusahaan tampak lebih menguntungkan, (4) menghilangan informasi atau mencantumkan informasi yang salah secara sengaja dari catatan atas laporan keuangan (improper disclosures), atau (5) menilai aset dengan tidak tepat (improper asset valuation). 2.2 Kemampuan Mendeteksi Kecurangan Kemampuan auditor dalam mendeteksi kecurangan adalah kualitas dari seorang auditor dalam menjelaskan kekurangwajaran laporang keuangan yang disajikan perusahaan dengan mengidentifikasi dan membuktikan kecurangan (fraud) tersebut (Sucipto,2007). Mui (2010) menyatakan bahwa tugas pendeteksian kecurangan merupakan tugas yang tidak terstuktur yang menghendaki auditor untuk menghasilkan metode-metode alternatif dan mencari informasi-informasi tambahan dari berbagai sumber. Dalam melakukan pendeteksian kecurangan auditor diharuskan memiliki beberapa kemampuan/keterampilan yang dapat mendukungnya dalam melakukan tugas pendeteksian, seperti (1) keterampilan teknis (technical skills) yang meliputi kompetensi audit, teknologi informasi dan keahlian investigasi, (2) keahlian/kemampuan untuk dapat bekerja dalam sebuah tim, auditor harus dapat menerima ide-ide, pengetahuan dan keahlian orang lain dengan komunikasi dan berpandangan terbuka, dan (3) kemampuan menasehati (mentoring skill), kemampuan ini 7

8 harus dapat dimiliki oleh auditor senior dimana seorang senior harus dapat menuntun para juniornya selama proses investigasi. 2.3 Skeptisme Profesional Oxford Advance Learner's Dictionary mendefinisikan sceptic sebagai person who usually doubts that a statement, claim, etc is true. Dalam literatur filsafat, Kurtz (1992) yang dikutip oleh Quadackers (2009) meringkaskan: skeptikos means to consider, examine ; skepsis means inquiry and doubt Skeptics always bid those overwhelmed by Absolute Truth or Special Virtue to pause. They ask, What do you mean? - seeking clarification and definition and Why do you believe what you do? demanding reasons, evidence, justification, or proof They say, Show me Skepticks wish to examine all sides of a question; and for every argument in favor of a thesis, they can usually find one or more arguments opposed to it. Standar Profesional Akuntan Publik SA Seksi 230 PSA No. 04 mendefinisikan skeptisme profesional sebagai sikap yang mencakup pikiran yang selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi secara kritis bukti audit. Auditor tidak boleh menganggap bahwa manajemen adalah tidak jujur, namun juga tidak boleh menganggap bahwa kejujuran manajemen tidak dipertanyakan lagi. Auditor juga tidak boleh merasa puas dengan buktibukti yang kurang persuasif karena keyakinannya atas kejujuran manajemen. International Standards on Auditing menjelaskan bahwa skeptisme profesional auditor adalah penting untuk penilaian yang kritis (critical assessment) terhadap bukti-bukti audit, yaitu auditor harus memiliki pikiran yang selalu mempertanyakan kehandalan dokumen-dokumen yang diperoleh dari pihak manajemen dan juga mempertimbangkan kecukupan dan kesesuaian bukti yang diperoleh. 2.4 Beban Kerja Beban kerja (workload) adalah jumlah pekerjaan yang harus dilakukan oleh seseorang. Fitriany (2011) menyebutkan bahwa beban kerja auditor dapat dilihat dari banyaknya jumlah klien yang harus ditangani oleh seorang auditor atau terbatasnya waktu auditor untuk melakukan proses audit. Beban kerja seorang auditor biasanya berhubungan 8

9 dengan busy season yang biasanya terjadi pada kuartal pertama awal tahun. Penyebab terjadinya busy season dari auditor adalah karena banyaknya perusahaan yang memiliki tahun fiskal yang berakhir pada bulan Desember. Kelebihan pekerjaan pada saat busy season akan mengakibatkan kelelahan dan ketatnya time budget bagi auditor sehingga akan menghasilkan kualitas audit yang rendah (Lopez dan Peters, 2011). 2.5 Pengalaman Audit Definisi pengalaman berdasarkan Webster s Ninth New Collegiate Dictionary dalam Sucipto (2007) adalah pengetahuan atau keahlian yang diperoleh dari suatu peristiwa melalui pengamatan langsung ataupun berpartisipasi dalam peristiwa tersebut. Christiawan (2002) menjelaskan bahwa semakin banyak dan kompleks tugas-tugas yang dilakukan seorang individu akan menyebabkan pengalaman individu tersebut semakin meningkat karena hal ini akan menambah dan memperluas wawasan yang dimiliki. Bawono dan Singgih (2011) menambahkan bahwa pekerjaan yang secara berulang-ulang dilakukan juga menjadi faktor yang dapat meningkatkan pengalaman dan membuatnya menjadi lebih cepat dan lebih baik dalam menyelesaikan tugas-tugas, serta individu tersebut lebih mengetahui hambatanhambatan yang mungkin dialaminya. Pengalaman menjadi indikator penting bagi kualifikasi profesional seorang auditor (AU Seksi 110 paragraf 04). Pengalaman audit adalah pengalaman yang diperoleh auditor selama melakukan proses audit laporan keuangan baik dari segi lamanya waktu maupun banyaknya penugasan yang pernah ditangani (Suraida, 2005). Auditor yang telah memiliki banyak pengalaman tidak hanya akan memiliki kemampuan untuk menemukan kekeliruan (error) atau kecurangan (fraud) yang tidak lazim yang terdapat dalam laporan keuangan tetapi juga auditor tersebut dapat memberikan penjelasan yang lebih akurat terhadap temuannya tersebut dibandingkan dengan auditor yang masih dengan sedikit pengalaman (Libby dan Frederick, 1990). 9

10 2.6 Kepribadian Dalam berbagai literatur psikologi, definisi klasik G.W. Allport mengenai arti kepribadian (personality) adalah yang paling sering digunakan. Allport menjelaskan bahwa: Personality is a dynamic organisation, inside the person, of psychophysical systems that create the person s characteristic patterns of behaviour, thoughts and feelings. Kepribadian seseorang dibentuk oleh dua faktor utama, yaitu (1) faktor keturunan atau faktor genetis adalah merupakan faktor dasar dari pembentuk kepribadian seseorang, dan (2) faktor lingkungan, yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian seseorang berdasarkan dimana seseorang tumbuh dan dibesarkan. Dalam penelitian ini, tipe kepribadian dikelompokkan berdasarkan Myers-Briggs Type Indicator (MBTI). Myers-Briggs Type Indicator (MBTI) dikembangkan oleh Katharine Cook Briggs dan putrinya yang bernama Isabel Briggs Myers berdasarkan teori kepribadian dari Carl Gustav Jung. Dalam MBTI, tipe kepribadian manusia dibedakan menjadi 4 pasang preferensi (ringkasan cara pengukuran tipe kepribadian Myers-Briggs dapat dilihat pada lampiran 1), yaitu: (1) preferensi Extraversion dan Introversion (E dan I), (2) preferensi Sensing dan Intuition (S dan N), (3) preferensi Thinking dan Feeling (T dan F), dan (4) preferensi Judging dan Perceiving (J dan P). 2.7 Pengembangan Hipotesis Pengaruh Beban Kerja Terhadap Skeptisme Profesional dan Peningkatan Kemampuan Mendeteksi Kecurangan Murtisari dan Ghozali (2006) menemukan bukti bahwa beratnya beban pekerjaan yang mengakibatkan kelebihan pekerjaan akan menurunkan kepuasan kerja dan kinerja auditor. Penelitian Lopez dan Peters (2011) yang didukung oleh penelitian Fitriany (2011) menemukan bahwa beban kerja auditor berpengaruh negatif terhadap kualitas audit. Beban kerja yang semakin meningkat akan menurunkan kemampuan auditor dalam mendeteksi 10

11 kekeliruan (error) atau kecurangan (fraud) sebuah perusahaan yang akan berakibat juga dengan kualitas audit yang dihasilkan menjadi lebih rendah (Fitriany, 2011). Berdasarkan konsep tersebut maka penulis menduga bahwa semakin banyak beban kerja yang dimiliki oleh auditor maka akan semakin menurunkan skeptisme profesionalnya. Selain itu, auditor dengan beban kerja yang semakin banyak diduga semakin tidak akan meningkatkan kemampuan mendeteksinya bila dihadapkan dengan gejala-gejala kecurangan. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: H 1 : Beban kerja berpengaruh negatif terhadap skeptisme profesional H 2 : Beban kerja berpengaruh negatif terhadap peningkatan kemampuan auditor dalam mendeteksi kecurangan Pengaruh Pengalaman Audit Terhadap Skeptisme Profesional dan Peningkatan Kemampuan Mendeteksi Kecurangan Skeptisme profesional adalah faktor penting yang harus dimiliki oleh seorang auditor dalam menilai secara kritis bukti-bukti audit. Suraida (2005) dan Anugerah, Sari dan Frostiana (2011) telah membuktikan dalam penelitiannya bahwa salah satu faktor yang dapat meningkatkan skeptisme profesional auditor adalah banyaknya pengalaman audit yang telah dimiliki. Penelitian Noviyani dan Bandi (2002) yang didukung oleh penelitian Tirta dan Sholihin (2004) dan Mui (2010) juga menyebutkan bahwa auditor yang berpengalaman akan memiliki pengetahuan tentang kekeliruan dan kecurangan yang lebih banyak sehingga akan menghasilkan kinerja yang lebih baik dalam mendeteksi kasus-kasus kecurangan dibandingkan dengan auditor yang tidak berpengalaman. Berdasarkan konsep di atas maka peneliti menduga bahwa semakin banyak pengalaman audit yang dimiliki auditor maka auditor akan semakin meningkatkan skeptisme profesionalnya. Selain itu, auditor yang telah berpengalaman diduga akan semakin meningkatkan kemampuan mendeteksinya bila dihadapkan dengan gejala-gejala kecurangan. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: H 3 : Pengalaman audit berpengaruh positif terhadap skeptisme profesional 11

12 H 4 : Pengalaman audit berpengaruh positif terhadap peningkatan kemampuan auditor dalam mendeteksi kecurangan Pengaruh Tipe Kepribadian Kombinasi ST dan NT Terhadap Peningkatan Skeptisme Profesional dan Kemampuan Mendeteksi Kecurangan Auditor dengan tipe kepribadiaan kombinasi ST dan NT berdasarkan teori Myers Briggs adalah auditor yang cenderung akan berpikir logis dalam membuat keputusan serta akan mempertimbangkan semua fakta-fakta yang ada untuk mendukung keputusannya tersebut. Penelitian Noviyanti (2008) telah membuktikan bahwa auditor dengan tipe kepribadian ST dan NT adalah auditor yang memiliki skeptisme profesional yang lebih tinggi dibandingkan dengan auditor dengan tipe kepribadian lainnya. Berdasarkan konsep di atas maka peneliti menduga bahwa auditor dengan tipe kepribadian kombinasi ST dan NT adalah auditor yang memiliki skeptisme profesional dan auditor yang akan semakin meningkatkan kemampuan mendeteksinya bila dihadapkan dengan gejala-gejala kecurangan dibandingkan dengan auditor dengan tipe kepribadian lainnya. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah: H 5 : H 6 : Auditor dengan tipe kepribadian kombinasi ST dan NT memiliki skeptisme profesional yang lebih tinggi dibandingkan dengan auditor dengan tipe kepribadian lainnya. Auditor dengan tipe kepribadian kombinasi ST dan NT akan lebih meningkatkan kemampuan mendeteksinya bila dihadapkan gejala-gejala kecurangan dibandingkan dengan auditor dengan tipe kepribadian lainnya Pengaruh Skeptisme Profesional Terhadap Peningkatan Kemampuan Mendeteksi Kecurangan Pendeteksian kecurangan mengharuskan auditor mengumpulkan bukti-bukti yang cukup dan relevan. Auditor harus berpikir kritis dalam pengumpulan dan pemahaman buktibukti audit. Fullerton dan Durtschi (2004) telah membuktikan dalam penelitiannya bahwa auditor dengan skeptisme yang tinggi akan meningkatkan kemampuan mendeteksinya dengan cara mengembangkan pencarian informasi-informasi tambahan bila dihadapkan dengan gejala-gejala kecurangan. 12

13 Berdasarkan konsep tersebut maka penulis menduga bahwa auditor dengan tingkat skeptisme profesional yang tinggi akan lebih meningkatkan kemampuan mendeteksinya bila dihadapkan dengan gejala-gejala kecurangan dibandingkan dengan auditor dengan tingkat skeptisme profesional yang rendah. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: H 7 : Skeptisme profesional berpengaruh positif terhadap peningkatan kemampuan mendeteksi kecurangan. 3.1 Rerangka dan Model Penelitian 3. METODOLOGI PENELITIAN Beban Kerja (WL) H 1 H 4 Pengalaman Audit (EXPR) H 2 Skeptisme Profesional H 6 (SKEP) H 3 H 7 H 5 Kemampuan Mendeteksi Kecurangan (ABILITY) Tipe Kepribadian (PERSON) Variabel Kontrol: Gender (GEND) Ukuran KAP (AUDIT_FIRM) Posisi Auditor (POSISITION) Model yang digunakan dalam penelitian ini merupakan hasil modifikasi dan penggabungan dari model-model penelitian sebelumnya yang melihat pengaruh beban kerja dan pengalaman audit terhadap skeptisme profesional dan kemampuan mendeteksi kecurangan dengan tipe kepribadian sebagai variabel moderasi. Penelitian ini menghasilkan dua model penelitian yang digunakan untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini, yaitu: Model 1 SKEP = γ 1 WL + γ 2 EXPR + γ 3 PERSON + γ 4 GEND + γ 5 AUDIT_FIRM + γ 6 POSITION + ζ 13

14 Model 2 ABILITY = γ 7 WL + γ 8 EXPR + γ 9 PERSON + γ 10 SKEP + γ 11 GEND + γ 12 AUDIT_FIRM + γ 12 POSITION + ζ Dimana: ABILITY SKEP WL EXPR PERSON GEND AUDIT_FIRM POSITION : Kemampuan Mendeteksi Kecurangan : Skeptisme Profesional : Work Load (beban Kerja) : Experience (Pengalaman) : Dummy variable tipe kepribadian, bernilai 1 apabila auditor bertipe kepribadian kombinasi ST dan NT : Dummy variable gender, bernilai 1 apabila auditor berjenis kelamin wanita dan bernilai 0 apabila laki-laki. : Dummy variable jenis KAP, benilai 1 apabila KAP afiliasi dan bernilai 0 apabila KAP non-afiliasi. : Dummy variable posisi auditor, benilai 1 apabila auditor berada pada posisi senior auditor, supervisor, manajer atau partner dan bernilai 0 apabila auditor berada pada posisi junior auditor. 3.2 Populasi dan Sampel Metode sampling yang digunakan adalah metode non probabilitas, yaitu pengambilan sampel yang mudah (convenience sampling). Sampel penelitian ini adalah auditor yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik di wilayah Jakarta. Pengumpulan data dilakukan dengan metode survei yaitu melalui kuesioner yang dikirimkan kepada responden. Kuesioner diberikan melalui tiga cara, yaitu: (1) diberikan secara langsung ke perusahaan tempat responden bekerja, (2) dikirimkan melalui jasa kantor pos, dan (3) dikirimkan melalui electronic mail ( ). 3.3 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Kemampuan Mendeteksi Kecurangan (ABILITY) Kemampuan mendeteksi kecurangan dalam penelitian ini diukur dari pernyataanpernyataan mengenai gejala-gejala kecurangan (fraud symptoms) yang dikembangkan oleh Fullerton dan Durtschi (2004) yang terdiri dari gejala kecurangan terkait dengan lingkungan perusahaan (corporate environment) dan gejala kecurangan terkait catatan keuangan dan 14

15 praktek akuntansi (financial records and accounting practice). Variabel kemampuan mendeteksi kecurangan merupakan confirmatory factor analysis (CFA) dari dua dimensi yaitu corporate environment yang diberi notasi ENVR dan financial records and accounting practice yang dinotasikan dengan FR_AP. Variabel corporate environment (ENVR) dalam penelitian ini memiliki 4 variabel teramati yaitu ABILITY1 sampai dengan ABILITY4. Variabel financial records and accounting practice (FR_AP) dalam penelitian ini memiliki 6 variabel teramati yaitu ABILITY5 sampai dengan ABILITY Skeptisme Profesional (SKEP) Variabel skeptisme profesional diukur dengan menggunakan model Hurtt, Eining, dan Plumlee (HEP) yang digunakan dalam penelitian Fullerton dan Durtschi (2004); Noviyanti (2008); dan Quadackers (2009). Model HEP mengukur skeptisme profesional berdasarkan enam karakteristik yaitu: questioning mind, suspension of judgment, search for knowledge, interpersonal understanding, self-confidence, dan self-determination. Dalam penelitian ini variabel skeptisme profesional (SKEP) merupakan confirmatory factor analysis (CFA) dari enam komponen yaitu questioning mind (QM) dengan 3 variabel teramati, suspension of judgment (SJ) dengan 2 variabel teramati, search for knowledge (SK) dengan 2 variabel teramati, interpersonal understanding (IU) dengan 3 variabel teramati, self confidence (SC) dengan 2 variabel teramati, dan self-determination (SD) dengan 3 variabel teramati Beban Kerja Beban kerja diukur melalui rata-rata jumlah penugasan audit yang dilakukan oleh auditor selama satu tahun. Semakin rendah skor variabel ini, menunjukkan bahwa semakin ringan beban kerja yang dimiliki auditor Pengalaman Audit (EXPR) 15

16 Pengalaman diukur melalui lamanya bekerja sebagai seorang auditor (Suraida, 2005). Semakin tinggi skor variabel ini, berarti semakin banyak pengalaman yang telah dimiliki auditor Tipe Kepribadian (PERSON) Noviyanti (2008) dalam penelitiannya mengklasfikasikan tipe kepribadian menjadi dua kelompok, yaitu tipe kepribadian ST (Sensing-Thinking) dan NT (Intuition-Thinking). Tipe kepribadian seseorang diukur dengan menggunakan Myers-Briggs Type Indicator. Auditor dengan tipe kepribadian ST (Sensing-Thinking) dan NT (Intuition-Thinking) diberi nilai 1 dan auditor dengan tipe kepribadian selain ST (Sensing-Thinking) dan NT (Intuition- Thinking) diberi nilai Variabel Kontrol Sebagai konteks, variabel-variabel lain yang berdasarkan penelitian terdahulu mempengaruhi skeptisme profesional dan kemampuan auditor dalam mendeteksi kecurangan selain variabel-variabel yang dihipotesiskan digunakan sebagai variabel kontrol dalam penelitian ini. 1. Gender (GEND) Dalam penelitian ini Gender terdiri dari dua jenis yaitu laki-laki dan wanita. Auditor dengan gender wanita diberi nilai 1 dan auditor dengan gender laki-laki diberi nilai 0. Diprediksi bahwa auditor wanita memiliki skeptisme profesional dan kemampuan mendeteksi kecurangan yang lebih tinggi daripada auditor laki-laki. 2. Ukuran KAP (AUDIT_FIRM) Dalam penelitian ini auditor yang bekerja pada KAP afiliasi diberi nilai 1 dan auditor yang bekerja di KAP non-afiliasi diberi nilai 0. Diprediksi bahwa auditor yang bekerja pada KAP afiliasi asing memiliki skeptisme profesional dan kemampuan 16

17 mendeteksi kecurangan yang lebih tinggi dibandingkan dengan auditor yang bekerja pada KAP non-afiliasi. 3. Posisi (POSITION) Auditor dengan posisi senior auditor, supervisor, manajer/asisstent manajer dan partner diberi nilai 1, sedangkan auditor pada posisi junior auditor diberi nilai 0. Diprediksi bahwa posisi junior auditor memiliki skeptisme profesional dan kemampuan mendeteksi kecurangan yang lebih rendah dibandingkan dengan posisi senior auditor, supervisor, manajer/assistant manajer maupun partner. 3.4 Metode Analisis Data Statistik deskriptif digunakan untuk memberikan informasi mengenai karakteristik variabel penelitian dengan demografi responden.. Untuk menguji hipótesis digunakan teknik Partial Least Square (PLS) dengan menggunakan SmartPLS 2.0 M3. Model PLS adalah model persamaan struktural (SEM) yang berbasis komponen atau variance (Ghozali, 2008). 4. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 Statistik Deskriptif Sampel Penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh melalui kuesioner. Dari 250 kuesioner yang dikirimkan kepada responden, jumlah kuesioner yang dapat diolah adalah sebanyak 87 kuesioner sebagaimana diuraikan dalam Tabel 1 pada lampiran. 4.2 Hasil Pengujian dengan Partial Least Square (PLS) Ghozali (2008) menyebutkan bahwa prosedur SEM dengan Partial Least Square secara umum mengandung tahapan-tahapan interpretasi model sebagai berikut: Ada tiga kriteria untuk melihat outer model, yaitu: Menilai Outer Model (Measurement Model) Ada tiga kriteria untuk melihat outer model, yaitu: 1. Convergent Validity (besarnya loading factor) 17

18 Berdasarkan hasil pada Gambar 2 dan Gambar 3 (dapat dilihat pada lampiran) dapat diketahui bahwa semua indikator ABILITY1 sampai dengan ABILITY10 telah memenuhi kriteria convergent validity. Selain itu, Gambar 2 juga membuktikan bahwa variabel ABILITY dapat dibentuk oleh dua dimensi lingkungan perusahaan (ENVR) dan catatan keuangan atau praktek akuntansi (FR_AP). Berdasarkan hasil pengujian convergent validity terhadap variabel SKEP ditemukan bahwa terdapat beberapa indikator yang tidak memenuhi kriteria convergent validity yaitu SKEP3, SKEP9 dan SKEP14, sehingga indikator-indikator tersebut dihapuskan dari model. Hasil respesifikasi model (Gambar 4 dan Gambar 5 pada lampiran) menunjukkan bahwa indikator-indikator SKEP telah memenuhi kriteria convergent validity. Selain itu, Gambar 5 juga membuktikan bahwa variabel SKEP terbukti dapat dibentuk oleh enam dimensi yaitu questioning mind, suspension of judgment, search for knowledge, interpersonal understanding, self confidence, dan selfdetermination. 2. Composite Reliability dan Cronbach Alpha Hasil Tabel 2 pada lampiran membuktikan bahwa nilai reliabilitas masingmasing second order maupun first order dari variabel ABILITY adalah sangat tinggi dan telah memenuhi kriteria composite reliability dan cronbach alpha. Hasil pada Tabel 3 menunjukkan bahwa nilai reliabilitas masing-masing second order maupun first order dari variabel SKEP adalah telah memenuhi kriteria composite reliability dan cronbach alpha. 3. Discriminant Validity Hasil pengujian discriminant validity terhadap variabel ABILITY yang dapat dilihat pada Tabel 4 di lampiran menunjukkan bahwa indikator ABILITY1 sampai dengan ABILITY10 adalah valid. Sedangkan hasil pengujian discriminant validity 18

19 terhadap variabel SKEP yang dapat dilihat pada Tabel 5 menunjukkan bahwa SKEP3, SKEP9 dan SKEP14 adalah tidak valid karena nilai korelasi indikatornya tidak lebih besar dibandingkan dengan nilai korelasi antara indikator dengan konstruk lainnya. Sehingga, indikator SKEP2, SKEP9 dan SKEP14 dihapuskan dari model Menilai Inner Model (Structural Model) Inner model bertujuan untuk melihat hubungan antar konstruk laten. Pengujian model struktural (inner model) dilakukan melalui: 1. Pengujian R-square Pada Tabel 6 yang terdapat di dalam lampiran dapat dilihat untuk nilai R-square dari model 1 adalah sebesar 0, berarti variabilitas variabel skeptisme profesional yang dapat dijelaskan oleh variabel beban kerja, pengalaman audit, tipe kepribadian, gender, jenis KAP dan posisi/jabatan auditor hanya sebesar 16,5%. Untuk model 2, nilai R-squarenya adalah sebesar 0, berarti variabilitas variabel kemampuan mendeksi kecurangan yang dapat dijelaskan oleh variabel beban kerja, pengalaman audit, tipe kepribadian, skeptisme profesional, gender, jenis KAP, dan posisi/jabatan auditor hanya sebesar 36,7%. 2. Pengujian Signifikansi Pada Tabel 7 yang terdapat pada lampiran dapat dilihat bahwa: (1) terdapat hubungan negatif antara beban kerja dan skeptisme profesional, (2) terdapat hubungan negatif antara beban kerja dan peningkatan kemampuan mendeteksi kecurangan, (3) terdapat hubungan positif antara pengalaman audit dan skeptisme profesional, (4) terdapat hubungan positif antara pengalaman audit dan peningkatan kemampuan mendeteksi kecurangan, (5) terdapat hubungan positif antara tipe kepribadian dan skeptisme profesional, (6) tidak terdapat hubungan antara tipe kepribadian dengan peningkatan kemampuan mendeteksi kecurangan, dan (7) terdapat hubungan positif antara skeptisme profesional dan peningkatan kemampuan mendeteksi kecurangan. 19

20 Hasil uji signifikansi variabel-variabel kontrol yang dapat dilihat juga pada Tabel 7 menunjukkan bahwa (1) tidak terdapat hubungan antara gender dan skeptisme profesional, (2) tidak terdapat hubungan antara ukuran KAP dan skeptisme profesional, (3) tidak terdapat hubungan antara posisi/jabatan auditor dengan skeptisme profesional, (4) terdapat hubungan negatif antara gender dan peningkatan kemampuan mendeteksi kecurangan, (5) tidak terdapat hubungan antara ukuran KAP dengan peningkatan kemampuan mendeteksi kecurangan; dan (6) terdapat hubungan positif antara posisi/jabatan auditor dan peningkatan kemampuan mendeteksi kecurangan. 4.3 Analisis Hasil Pengaruh Beban Kerja Terhadap Skeptisme Profesional dan Peningkatan Kemampuan Mendeteksi Kecurangan Berdasarkan hasil uji signifikansi disimpulkan bahwa H 1 dalam penelitian ini yang menyatakan bahwa beban kerja mempunyai pengaruh negatif terhadap skeptisme profesional dapat didukung. Hasil penelitian ini mendukung pernyataan Dezoort and Lord (1997) yang dikutip oleh Lopez dan Peters (2011) tentang dampak negatif dari beban kerja yang terlalu berat terhadap prosedur audit, yaitu auditor akan cenderung menghapuskan beberapa prosedur audit dan auditor akan lebih mudah untuk menerima penjelasan klien. Berdasarkan hasil uji signifikansi juga dapat disimpulkan bahwa H 2 dalam penelitian ini yang menyatakan bahwa beban kerja mempunyai pengaruh negatif terhadap peningkatan kemampuan mendeteksi kecurangan dapat didukung. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian lain oleh Murtisari dan Ghozali (2006), Lopez dan Peters (2011), dan Fitriany (2011) yang menemukan adanya hubungan negatif antara beban kerja dan kinerja kerja dan kualitas audit. Beban kerja yang semakin meningkat akan menurunkan kemampuan auditor dalam mendeteksi kekeliruan (error) atau kecurangan (fraud) sebuah perusahaan yang akan berakibat juga dengan kualitas audit yang dihasilkan menjadi lebih rendah (Lopez dan peters, 20

21 2011 dan Fitriany, 2011). Murtisari dan Ghozali (2006) juga menyatakan bahwa beratnya beban pekerjaan yang mengakibatkan kelebihan pekerjaan akan menurunkan kepuasan kerja dan kinerja auditor dalam melaksanakan proses audit Pengaruh Pengalaman Audit Terhadap Skeptisme Profesional dan Peningkatan Kemampuan Mendeteksi Kecurangan Berdasarkan hasil uji signifikansi dapat disimpulkan bahwa H 3 dalam penelitian ini yang menyatakan bahwa pengalaman audit mempunyai pengaruh positif terhadap skeptisme profesional dapat didukung. Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian lain oleh Suraida (2005), dan Anugerah, Sari dan Frostiana (2011) yang menemukan adanya hubungan positif antara pengalaman audit dan skeptisme profesional. Dalam penelitian Suraida (2005) dan Anugerah, Sari dan Frostiana (2011) dinyatakan bahwa semakin banyak pengalaman auditor maka akan semakin meningkatkan skeptisme profesional auditor tersebut. Selain itu, penelitian Shelton (2002) dan Herliansyah dan Ilyas (2006) menyatakan bahwa auditor yang berpengalaman juga terbukti lebih mampu untuk menyeleksi informasi-informasi atau buktibukti yang relevan dan tidak relevan dalam membuat keputusan. Hasil uji signifikansi terhadap H 4 dalam penelitian ini yang menyatakan bahwa pengalaman audit mempunyai pengaruh positif terhadap peningkatan kemampuan mendeteksi kecurangan dapat didukung. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian lain oleh Knap dan Knap (2001), Noviyani dan Bandi (2002), Tirta dan Sholihin (2004), Sucipto (2007) dan Mui (2010) yang menemukan adanya hubungan positif antara pengalaman audit dan pendeteksian kecurangan. Noviyani dan Bandi (2002) dan Tirta dan Sholihin (2004) menyatakan bahwa auditor yang berpengalaman akan memiliki pengetahuan tentang kekeliruan dan kecurangan yang lebih banyak sehingga dengan pengetahuannya tersebut auditor dapat menilai informasi-informasi atau bukti-bukti yang relevan untuk membantu auditor menyelesaikan tugas-tugasnya. 21

22 4.3.3 Pengaruh Tipe Kepribadian Terhadap Skeptisme Profesional dan Peningkatan Kemampuan Mendeteksi Kecurangan Berdasarkan hasil uji signifikasi terhadap H 5 dalam penelitian ini yang menyatakan bahwa auditor dengan tipe kepribadian kombinasi ST dan NT memiliki skeptisme profesional yang lebih tinggi dibandingkan dengan auditor dengan tipe kepribadian kombinasi lainnya adalah dapat didukung. Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian lain oleh Noviyanti (2008) yang menemukan bahwa auditor dengan tipe kepribadian kombinasi ST dan NT memiliki skeptisme profesional yang lebih tinggi dibandingkan dengan auditor dengan tipe kepribadian kombinasi lainnya. Berdasarkan karakteristik Myers Briggs Type Indicator, tipe kepribadian kombinasi ST dan NT adalah tipe kepribadian yang cenderung berpikiran logis dalam menganalisis sebuah masalah dan akan mempertimbangkan semua informasi sebelum membuat keputusan. Hasil uji signifikansi terhadap H 6 dalam penelitian ini yang menyatakan bahwa auditor dengan tipe kepribadian kombinasi ST dan NT akan lebih meningkatkan kemampuan mendeteksinya bila dihadapkan dengan gejala-gejala kecurangan adalah tidak dapat didukung. Hasil ini menunjukkan bahwa baik auditor dengan tipe kepribadian kombinasi ST dan NT dan auditor dengan tipe kepribadian kombinasi SF dan NF akan meningkatkan kemampuan mendeteksinya bila dihadapkan dengan gejala-gejala kecurangan Pengaruh Skeptisme Profesional Terhadap Peningkatan Kemampuan Mendeteksi Kecurangan Berdasarkan hasil uji signifikansi terhadap H 7 dalam penelitian ini yang menyatakan bahwa skeptisme profesional mempunyai pengaruh positif terhadap kemampuan mendeteksi kecurangan dapat didukung. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian lain oleh Fullerton dan Durtschi (2004) yang menemukan adanya hubungan positif antara skeptisme profesional dan kemampuan mendeteksi kecurangan. Fullerton dan Durtschi (2004) 22

23 menyatakan bahwa auditor dengan skeptisme yang tinggi akan meningkatkan kemampuan mendeteksinya dengan cara mengembangkan pencarian informasi-informasi tambahan bila dihadapkan dengan gejala-gejala kecurangan. Semakin banyak informasi tambahan yang diperoleh auditor maka akan semakin mampu auditor tersebut membuktikan benar atau tidaknya gejala-gejala kecurangan tersebut. 5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Hasil penelitian berdasarkan pengujian hipotesis dalam penelitian ini, dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Hasil pengujian menunjukkan bahwa beban kerja berpengaruh negatif pada skeptisme profesional, sedangkan pengalaman audit dan tipe kepribadian berpengaruh positif terhadap skeptisme profesional. 2. Hasil pengujian menunjukkan bahwa beban kerja berpengaruh negatif terhadap peningkatan kemampuan auditor dalam mendeteksi gejala-gejala kecurangan, sedangkan pengalaman audit dan skeptisme profesional terbukti berpengaruh positif terhadap peningkatan kemampuan auditor mendeteksi gejala-gejala kecurangan. Selain itu, hasil pengujian juga menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan dalam peningkatan kemampuan mendeteksi antara auditor dengan tipe kepribadian kombinasi ST dan NT dan auditor dengan tipe kepribadian lainnya. 3. Hasil pengujian menunjukkan bahwa gender, ukuran KAP dan posisi auditor terbukti tidak berpengaruh terhadapa skeptisme profesional auditor. 4. Hasil pengujian menunjukkan bahwa auditor laki-laki terbukti akan semakin meningkatkan kemampuan mendeteksinya bila dihadapkan dengan gejala-gejala kecurangan dibandingkan auditor wanita. Namun, hasil penelitian ini menunjukkan 23

24 bahwa ukuran KAP dan posisi auditor tidak berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan auditor dalam mendeteksi kecurangan. 5.2 Keterbatasan Penelitian dan Saran Keterbatasan Penelitian dan Saran untuk Penelitian Selanjutnya Penelitian ini dilakukan dengan tidak terlepas dari adanya beberapa keterbatasan. Oleh karena itu, diharapkan penelitian-penelitian sejenis yang berikutnya diharapkan mampu meminimalisir keterbatasan-keterbatasan yang ada. Berikut beberapa keterbatasan dan saran penelitian: 1. Penelitian ini hanya menggunakan sampel Auditor yang bekerja di Kantor Akuntan Publik wilayah Jakarta dan hanya terdiri dari kurang dari 30 Kantor Akuntan Publik saja, sehingga hasil dan kesimpulan penelitian ini tidak dapat digeneralisasi untuk seluruh auditor eksternal di Indonesia. Diharapkan untuk penelitian selanjutnya dapat memperbanyak jumlah Kantor Akuntan Publik yang menjadi sampel dan memperluas wilayah cakupan sampel yang tidak hanya di wilayah Jakarta saja, sehingga diperoleh hasil penelitian yang tingkat generalisasinya lebih tinggi. 2. Variabel-variabel yang mempengaruhi skeptisme profesional dan kemampuan mendeteksi kecurangan dalam penelitian ini hanya terbatas pada variabel beban kerja, pengalaman audit dan tipe kepribadian saja. Oleh karena itu peneliti mengharapkan partisipasi aktif peneliti berikutnya untuk menemukan faktor-faktor lain yang mempengaruhi skeptisme profesional dan kemampuan mendeteksi kecurangan. 3. Dalam melihat pengaruh ukuran KAP terhadap skeptisme profesional dan kemampuan mendeteksi kecurangan, peneliti hanya membandingkan antara KAP afiliasi dan KAP non-afiliasi, diharapkan penelitian berikutnya dapat membandingkan KAP big four dan KAP non big four, sehingga dapat terlihat jelas apakah ada 24

25 perbandingan skeptisme profesional dan kemampuan mendeteksi kecurangan pada tingkat jenis KAP. 4. Data dalam penelitian ini dihasilkan dari instrumen yang mendasarkan pada persepsi responden sebagai jawaban, sehingga akan menimbulkan masalah apabila responden tidak jujur maka jawaban akan berbeda dari kenyataan. Penelitian selanjutnya hendaknya menggunakan teknik wawancara langsung dengan auditor Saran bagi Auditor Penelitian ini menemukan bukti tentang pentingnya skeptisme profesional dan kemampuan mendeteksi kecurangan bagi seorang auditor. Oleh karena itu, tepat bagi para auditor untuk selalu menjaga dan meningkatkan skeptisme profesional dan kemampuannya agar menghasilkan kinerja yang lebih baik Saran bagi Kantor Akuntan Publik (KAP) Penelitian ini menemukan bukti bahwa beban kerja akan mempengaruhi skeptisme profesional dan kemampuan auditor dalam mendeteksi kecurangan. Oleh karena itu, tepat bagi KAP bila membatasi jumlah beban kerja para auditor sehingga auditor tidak akan berada pada kondisi kelebihan beban pekerjaan yang akan berdampak pada menurunnya skeptisme profesional dan kemampuan mendeteksi auditor Saran bagi Regulator Penelitian ini dapat menjadi masukan bagi para regulator dalam membuat kebijakan terkait dengan banyaknya klien yang dapat di audit oleh KAP. Semakin banyak klien yang di audit oleh KAP maka akan semakin banyak beban kerja yang dimiliki auditor dan akan berdampak pada semakin menurunnya skeptisme profesional dan kemampuan auditor. Penurunan kemampuan auditor dalam mendeteksi kecurangan akan berdampak pada makin meningkatnya kasus-kasus kecurangan yang terjadi. 25

26 DAFTAR REFERENSI Anugerah, Rita., Ria Nelly Sari., dan Rina Mona Frostiana. (2011). The Relationship between Ethics, Expertise, Audit Experience, Fraud Risk Assessment and Audit Situational Factors and Auditor Professional Skepticism. Carpenter, Tina., Durtschi Cindy and Lisa Milici Gaynor. (2002). The Role of Experience in Professional Skepticism, Knowledge Acquisition, and Fraud Detection. Fitriany. (2011). Analisis Komprehensif Pengaruh Kompetensi dan Independensi Akuntan Publik Terhadap Kualitas Audit. Disertasi Universitas Indonesia. Fullerton, Rosemary R., and Durtschi, Cindy. (2004). The Effect of Professional Skepticism on The Fraud Detection Skills of Internal Auditors. Working Paper Series. March 5, Ghozali, Imam Structural Equation Modeling Metode Alternatif dengan Partial Least Square PLS edisi 2. Semarang: Badan Penerbit Universitas Dipenogoro. Gusti, Maghfirah dan Syahril Ali. (2006). Hubungan Skeptisme Profesional Auditor dan Situasi Audit, Etika, Pengalaman serta Keahlian Audit dengan Ketepatan Pemberian Opini oleh Akuntan Publik. Jaffar, dkk. (2011). Fraud Risk Assessment and detection Fraud: The Moderating Effect of Personality. International Journal of Business and Management, Vol. 6, No. 7, Kepribadian. Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas. February 20, id.wikipedia.org Knapp, C.A., and Knap, M.C. (2001). The effects of experience and explicit fraud risk assessment in detecting fraud with analytical procedures. Accounting, Organizations and Society, 26, Koroy, Tri Ramaraya. (2009). Pendeteksian Kecurangan (Fraud) Laporan Keuangan oleh Auditor Eksternal. Februari, Lopez, Dennis M and Gary F. Peters. (2011). The Effect of Workload Compression on Audit Quality. Mudrika, Nafis. (2011). Membaca Kepribadian Menggunakan Tes MBTI (Myer Briggs Type Indicator). Maret, wordpress.com Mui, Grace Yanchi. (2010). Factors That Impact On Internal Auditors Fraud Detection Capabilities A Report For The Institute of Internal Auditors Australia. Center for Business Forensics HELP University Malaysia. Murtiasri, Eka dan Imam Ghozali. (2006). Anteseden dan Konsekuensi Burnout pada Auditor: Pengembangan Terhadap Role Stress Model. Simposium Nasional Akuntansi 9, Padang. 26

27 Myers-Briggs Type Indicator. Wikipedia, the free encyclopedia. February 20, Newman, James. (1981). Review of The Myers-Briggs Type Indicator Gifts Differing by Isabel Briggs. The San Francisco Jung Institute Library Journal, Vol. 3, No. 1. Noviyani, Putri., dan Bandi. (2002). Pengaruh Pengalaman dan Pelatihan Terhadap Struktur Pengetahuan Auditor Tentang Kekeliruan. April 1, Noviyanti, Suzy. (2008). Skeptisme Profesional Auditor dalam Mendeteksi Kecurangan. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Vol.5, No.1, Quadackers, Mathias Lucas. (2009). A Study of Auditors Skeptical Characteristics and Their Relationship to Skeptical Judgements and Decision. Dissertation of Amsterdam University. Sandjaja, B., dan Heriyanto, Albertus. (2011). Panduan Penelitian Edisi Revisi. Jakarta: Prestasi Pustakarya. Sanusi, Anwar. (2011). Metodologi Penelitian Bisnis. Jakarta: Salemba Empat. Soepardi, Eddy Mulyadi. (2007). Upaya Pencegahan Fraud dalam Pengelolaan Keuangan Negara. Economic Business & Accounting Review, Vol. II, No. 1, Sudarmo dkk., (2009). Fraud Auditing. Diklat Perjenjangan Auditor Ketua Tim, Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengawasan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan. Suraida, Ida. (2005). Pengaruh Etika, Kompetensi, Pengalaman Audit dan Risiko Audit Terhadap Skeptisisme Profesional Auditor dan Ketepatan Pemberian Opini Akuntan Publik. Sosiohumaniora, Vol.7, No.3, Tirta, Rio., dan Sholihin, Mahfud. (2004). The Efect of Experience and Task-Specific Knowledge on Auditors Performance in Assessing A Fraud Case. JAAI, Vol. 8, No.1, Tuanakotta, Theodorus M. (2007). Pengungkapan Fraud di Lembaga Negara (Tinjauan Teknik Audit). Economic Business & Accounting Review, Vol. II, No. 1, Wells, Joseph T. (2007). Corporate Fraud Handbook: Prevention and Detection Second Edition. United States of America: John Wiley & Sons, Inc. 27

28 LAMPIRAN Tabel 1 Penyebaran dan Pengumpulan Kuesioner No Keterangan Jumlah Persentase (%) (Eksemplar) 1 Kuesioner yang disebarkan Kueioner yang tidak kembali (157) (62,8) 3 Kuesioner yang kembali (93) (37,2) 4 Kuesioner yang tidak lengkap (6) (2,4) 5 Kuesioner yang lengkap 87 34,8 Tabel 2 Hasil Uji Composite Reliability dan Cronbach Alpha ABILITY Composite Reliability Cronbach Alpha Kesimpulan ABILITY 0, , Baik ENVR 0, , Baik FR_AP 0, , Baik Tabel 3 Hasil Uji Composite Reliability dan Cronbach Alpha SKEP Composite Reliability Cronbach Alpha Kesimpulan SKEP 0, , Baik QM 0, , Baik SJ 0, , Baik SK 0, , Baik IU 0, , Baik SC 0, , Baik SD 0, , Baik Tabel 4 Hasil Uji Discriminant Validity ABILITY ABILITY ENVR FR_AP Keterangan ABILITY1 0, , , Valid ABILITY2 0, , , Valid ABILITY3 0, , , Valid ABILITY4 0, , , Valid ABILITY5 0, , , Valid ABILITY6 0, , , Valid ABILITY7 0, , , Valid ABILITY8 0, , , Valid ABILITY9 0, , , Valid ABILITY10 0, , , Valid 28

29 Tabel 5 Hasil Uji Discriminant Validity SKEP SKEP QM SJ SK IU SC SD Ket SKEP1 0, , , , , , Valid SKEP2 0, , , , , , , Valid SKEP3-0, , , , , , , Tidak Valid SKEP4 0, , , , , , , Valid SKEP5 0, , , , , , , Valid SKEP6 0, , , , , , , Valid SKEP7 0, , , , , , , Valid SKEP8 0, , , , , , , Valid SKEP9-0, , , , , , Tidak Valid SKEP10 0, , , , , , , Valid SKEP11 0, , , , , , , Valid SKEP12 0, , , , , , , Valid SKEP13 0, , , , , , , Valid SKEP14-0, , , , , , , Tidak Valid SKEP15 0, , , , , , , Valid Tabel 6 Hasil Uji R-square R-square Model 1 SKEP = γ 1 WL + γ 2 EXPR + γ 3 PERSON + γ 4 GEND + γ 5 AUDIT_FIRM + γ 6 POSITION + ζ Model 2 ABILITY = γ 7 WL + γ 8 EXP + γ 9 PERSON + γ 10 SKEP + γ 11 GEND + γ 12 AUDIT_FIRM + γ 12 POSITION + ζ 0, ,

30 Tabel 7 Hasil Uji Signifikansi Hipotesis Path Expected Sign Estimasi Koefisien Nilai t-value Signifikansi Kesimpulan H 1 WL SKEP (-) -0,333 3,260 5% Diterima H 2 WL ABILITY (-) -0,274 2,346 5% Diterima H 3 EXPR SKEP (+) 0,286 1,995 5% Diterima H 4 EXPR ABILITY (+) 0,253 2,161 5% Diterima H 5 PERSON SKEP (+) 0,187 1,778 10% Diterima H 6 PERSON ABILITY (+) -0,167 1,526 Tidak Ditolak Signifikan H 7 SKEP ABILITY (+) 0,379 3,753 5% Diterima GEND SKEP (+) -0,014 0,109 Tidak Signifikan AUDIT_FIRM SKEP (+) 0,166 1,229 Tidak Signifikan POSITION SKEP (+) 0,139 1,080 Tidak Signifikan Ditolak Ditolak Ditolak GEND ABILITY (+) -0,167 2,561 5% Diterima AUDIT_FIRM ABILITY (+) -0,009 0,079 Tidak Signifikan Ditolak POSITION ABILITY (+) 0,248 2,513 5% Diterima 30

31 Gambar 2 Diagram Lintasan model CFA ABILITY standardized 31

32 Gambar 3 Diagram Lintasan model CFA ABILITY - t-value 32

33 Gambar 4 Diagram Lintasan model CFA SKEP standardized 33

34 Gambar 5 Diagram Lintasan model CFA SKEP t-value 34

35 Gambar 6 Path Diagram Model Struktural (Standardized) 35

36 Gambar 7 Path Diagram Model Struktural (t-value) 36

37 Lampiran 1 Pengukuran Tipe Kepribadian (PERSON) Pengukuran tipe kepribadian ini menggunakan test kepribadian dari Myers-Briggs yaitu Myers- Briggs Type Indicator (MBTI). Myers-Briggs Type Indicator adalah sebuah instrumen yang dirancang untuk menunjukkan preferensi dasar manusia. Dalam MBTI, tipe kepribadian manusia dibedakan menjadi 4 pasang preferensi yaitu: (a) Extraversion dan Introversion (E dan I), (b) Sensing dan Intuition (S dan N), (c) Thinking dan Feeling (T dan F), dan (d) Judging dan Perceiving (J dan P). Berdasarkan 4 pasang preferensi tersebut didapatkan 16 tipe kepribadian menurut Myers-Briggs Type Indicator, yaitu ESTJ, ESTP, ESFJ, ESFP, ENTJ, ENTP, ENFJ, ENFP, ISTJ, ISTP, ISFJ, ISFP, INTJ, INTP, INFJ, dan INFP. Tipe kepribadian dinotasikan dengan PERSON. Indikator untuk variabel tipe kepribadian terdiri dari 40 item pernyataan yang dikembangkan oleh Mudrika (2011). Dari 40 item pernyataan yang terdapat dalam kuesioner, 5 item pernyataan menggambarkan preferensi extraversion, 5 item pernyataan menggambarkan preferensi introversion, 5 item pernyataan menggambarkan preferensi sensing, 5 item pernyataan menggambarkan preferensi intuition, 5 pernyataan menggambarkan preferensi thinking, 5 pernyataan menggambarkan preferensi feeling, 5 item pernyataan menggambarkan preferensi judging, dan 5 item pernyataan menggambarkan preferensi perceiving. Auditor diminta untuk memilih salah satu dari dua pernyataan yang saling berlawanan antara 4 pasang preferensi yang sesuai dengan tipe kepribadian auditor. Total jawaban dari masing-masing responden dipersentasekan untuk masing-masing preferensi. Apabila persentase preferensi extraversion lebih besar dari persentase introversion maka auditor cenderung memiliki preferensi extraversion, namun apabila presentase extraversion lebih rendah daripada persentase introversion maka auditor cenderung memiliki preferensi introversion. Apabila persentase preferensi sensing lebih besar dari persentase feeling maka auditor cenderung memiliki preferensi sensing, namun apabila presentase sensing lebih rendah daripada persentase feeling maka auditor cenderung memiliki preferensi feeling. Apabila persentase preferensi thinking lebih besar dari persentase intuition maka auditor cenderung memiliki preferensi thinking, namun apabila presentase thinking lebih rendah daripada persentase intuition maka auditor cenderung memiliki preferensi intuition. Apabila persentase preferensi judging lebih besar dari persentase perceiving maka auditor cenderung memiliki preferensi judging, namun apabila presentase judging lebih rendah daripada persentase perceiving maka auditor cenderung memiliki preferensi perceiving. Dalam penelitian ini, tipe kepribadian dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu: a. Tipe kepribadian kombinasi ST dan NT yang terdiri dari: ESTJ (Extraversion, Sensing, Thinking and Judging), ESTP (Extraversion, Sensing, Thinking and Perceiving), ENTJ (Extraversion, Intuition, Thinking and Judging), ENTP (Extraversion, Intuition, Thinking and Perceiving), ISTJ (Introversion, Sensing, Thinking and Judging), ISTP (Introversion, Sensing, Thinking and Perceiving), INTJ (Introversion, Intuition, Thinking and Judging), INTP (Introversion, Intuition, Thinking and Perceiving). b. Tipe kepribadian kombinasi SF dan NF yang terdiri dari: ESFJ (Extraversion, Sensing, Feeling and Judging), ESFP (Extraversion, Sensing, Feeling and Perceiving), ENFJ (Extraversion, Intuition, Feeling and Judging), ENFP (Extraversion, Intuition, Feeling and Perceiving), ISFJ (Introversion, Sensing, Feeling and Judging), ISFP (Introversion, Sensing, Feeling and Perceiving), 37

38 INFJ (Introversion, Intuition, Feeling and Judging), INFP (Introversion, Intuition, Feeling and Perceiving). Dalam penelitian ini, tipe kepribadian kombinasi ST dan NT diduga memiliki skeptisme profesional dan kemampuan mendeteksi yang lebih tinggi dibandingkan dengan tipe kepribadian kombinasi SF dan NF. Tipe kepribadian ST dan NT adalah tipe kepribadian yang mengambil keputusan berdasarkan fakta yang diperolehnya dengan menggunakan analisis yang logis (Noviyanti, 2008). Tipe kepribadian ST dan NT diberi nilai 1 dan tipe kepribadian SF dan NF diberi nilai 0. Contoh penentuan tipe kepribadian auditor: Dalam kuesionernya auditor memberikan 2 pilihan untuk kolom preferensi extraversion, 3 pilihan untuk kolom preferensi introversion, 1 pilihan untuk kolom preferensi sensing, 4 pilihan untuk kolom intuition, 2 pilihan untuk kolom preferensi thinking, 3 pilihan untuk kolom preferensi feeling, 5 pilihan untuk kolom preferensi judging, dan tidak ada pilihan untuk kolom preferensi perceiving. Berdasarkan pilihan tersebut diperoleh: Extraversion = 2/5 x 100 = 40% Introversion = 3/5 x 100 = 60% Extraversion < Introversion, maka auditor cenderung memiliki preferensi introversion Sensing = 1/5 x 100 = 20% Intuition = 4/5 x 100 = 80% Sensing < Intuition, maka auditor cenderung memiliki preferensi intuition. Thinking = 2/5 x 100 = 40% Feeling = 3/5 x 100 = 60% Thinking < Feeling, maka auditor cenderung memiliki preferensi feeling. Judging = 5/5 x 100 = 100% Perceiving = 0 Judging > Perceiving, maka auditor cenderung memiliki preferensi judging Berdasarkan hasil perhitungan di atas, dapat disimpulkan bahwa auditor memiliki tipe kepribadian INFJ dan auditor dikelompokkan menjadi auditor dengan tipe kepribadian kombinasi SF dan NF (diberi nilai 0). Tabel 3.7. Indikator Tipe Kepribadian (PERSON) Referensi Dimensi Pernyataan Noviyanti (2008) dan Mudrika (2011) Extraversion (E) Introversion (I) Sensing (S) Spontan; Easy Going; Fleksibel Menemukan dan mengembangkan ide dengan berdiskusi Mengekspresikan semangat. Lebih suka komunikasi langsung (tatap muka). Membangun ide pada saat berbicara Berhati-hati; Penuh pertimbangan; Kaku Menemukan dan mengembangkan ide dengan merenung. Menyimpan semangat dalam hati Lebih suka komunikasi tidak langsung (telp, surat, ) Membangun ide dengan matang, baru membicarakannya Menggunakan pengalaman sebagai pedoman 38

39 Intuition (N) Thinking (T) Feeling (F) Judging (J) Perceiving (P) Sumber: Mudrika (2011) SOP sangat membantu Bertindak step by step dengan timeframe yang jelas Menarik kesimpulan dengan lama dan hati-hati Praktis Menggunakan imajinasi dan perenungan sebagai pedoman SOP sangat membosankan Bertindak dengan semangat tanpa menggunakan timeframe Menarik kesimpulan dengan cepat sesuai naluri Konseptual Objektif Yang penting tujuan tercapai Mengambil keputusan berdasar logika dan aturan main Menghargai seseorang karena skill dan faktor teknis Mementingkan sebab-akibat Subjektif Yang penting situasi harmonis terjaga Mengambil keputusan berdasar perasaan pribadi dan kondisi orang lain Menghargai seseorang karena sifat dan perilakunya Mementingkan nilai-nilai personal Terencana; Memiliki dedline jelas Aturan, jadwal dan target akan sangat membantu dan memperjelas tindakan Berpegang teguh pada pendirian Ketidakpastian membuat bingung dan meresahkan Situasi last minute sangat menyiksa, membuat stres dan merupakan kesalahan Spontan; Fleksibel; Tidak diikat waktu Aturan, jadwal dan target sangat mengikat dan membebani. Pendirian masih bisa berubah tergantung situasi nantinya. Ketidakpastian itu seru, menegangkan dan membuat hati lebih senang. Situasi last minute membuat bersemangat dan memunculkan potensi. IDENTITAS RESPONDEN 1. Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan 2. Pendidikan Terakhir : DIII S1 S2 S3 39

40 3. Jabatan/posisi dalam BPK sebagai : 4. Berada di jabatan/posisi terakhir selama bulan tahun. 5. Lamanya pengalaman sebagai auditor yang telah Saudara miliki: Lebih dari 15 tahun tahun 6 10 tahun 1 5 tahun 6. Rata-rata jumlah penugasan audit yang Saudara kerjakan dalam 1 tahun: Lebih dari 10 tugas 8 10 tugas 4 7 tugas 1 3 tugas No BAGIAN A: 1. Berikut ini adalah kondisi-kondisi yang janggal atau berbeda dengan keadaan normal yang memberikan petunjuk atau indikator akan adanya sesuatu yang tidak biasa dan memerlukan penyidikan lebih lanjut. 2. Nyatakanlah pendapat Anda dengan cara memberi tanda (x) pada salah satu jawaban dari empat alternatif berikut mengenai pada tingkatan manakah Anda akan mengembangkan pencarian informasi Anda jika mengamati kondisi-kondisi berikut ini. Dugaan-dugaan Kecurangan (Fraud Symptoms ) 1 Saya Sama Sekali Tidak Akan Mengembangkan Pencarian Informasi 2 Saya Akan Sedikit Mengembangkan Pencarian Informasi 3 Saya Akan Banyak Mengembangkan Pencarian Informasi 4 Saya Akan Sangat Banyak Mengembangkan Pencarian Informasi 1 Sering terjadinya perebutan

41 posisi/ jabatan pada departemen atau divisi tertentu. 2 Beberapa pegawai mengeluh adanya diskriminasi. 3 Perusahaan sering mengganti kantor hukumnya. 4 Pergantian kantor akuntan publik yang tidak diharapkan atau tidak disangka. 5 Controller membuat banyak jurnal penyesuaian seminggu sebelum auditor eksternal tiba. 6 Terdapat penyesuaian yang besar untuk memperbaiki akun persediaan setelah perhitungan fisik akhir tahun. 7 Terdapat jumlah yang tidak biasa dari piutang yang dihapuskan. 8 Beban administrasi rupa-rupa (miscellaneous administrative expense) meningkat sekitar 40 persen, bersamaan dengan penurunan penjualan. 9 Direktur pemasaran memiliki penjelasan yang lemah mengapa biaya iklan hampir dua kali lipat dalam satu tahun terakhir. 10 Gross margin pada kuartal terakhir menurun sekitar 20 persen BAGIAN B: Nyatakanlah pendapat Anda dengan cara memberi tanda (x) pada salah satu jawaban dari empat alternatif berikut sesuai dengan yang menggambarkan diri Anda. No Pernyataan 1 Sangat Tidak Setuju 1 Saya sering menolak informasi tertentu kecuali saya menemukan bukti bahwa informasi tersebut benar. 2 Teman-teman saya mengatakan bahwa saya sering mempertanyakan hal-hal yang saya lihat atau dengar. 3 Saya sering mempertanyakan hal-hal yang saya lihat atau dengar. 2 Tidak Setuju 3 Setuju 4 Sangat Setuju

42 4 Saya tidak suka membuat keputusan dengan cepat. 5 Saya akan mempertimbangkan seluruh informasi yang tersedia sebelum membuat keputusan. 6 Menemukan informasi-informasi baru adalah menyenangkan bagi saya. 7 Belajar sangat menyenangkan bagi saya. 8 Saya tertarik pada apa yang menyebabkan orang lain berperilaku dengan cara-cara yang mereka lakukan. 9 Saya suka memahami alasan perilaku orang lain. 10 Tindakan yang seseorang ambil dan alasan dari tindakan tersebut adalah menarik bagi saya. 11 Saya yakin pada kemampuan saya Saya adalah orang yang percaya diri Saya cenderung untuk segera menerima apa yang orang lain katakan pada saya 14 Saya sering menerima penjelasan orang lain tanpa berpikir lebih lanjut. 15 Sangat mudah bagi orang lain untuk meyakinkan saya BAGIAN C: Pilihlah salah satu kolom (kiri atau kanan) yang paling sesuai dan dominan dengan diri Anda dengan member tanda (x) yang sudah disediakan. No KOLOM KIRI PILIHAN (Kiri atau Kanan) KOLOM KANAN 1 Berhati-hati; penuh pertimbangan; I1 E1 Spontan; easy going; fleksibel kaku 2 Menemukan dan mengembangkan ide dengan berdiskusi. E2 I2 Menemukan dan mengembangkan ide dengan merenung. 3 Menyimpan semangat dalam hati. I3 E3 Mengekspresikan semangat. 4 Lebih suka komunikasi tidak langsung (telp, surat, ) I4 E4 Lebih suka komunikasi langsung (tatap muka). 5 Membangun ide dengan matang baru membicarakannya. I5 E5 Membangun ide pada saat berbicara. 6 Menggunakan pengalaman sebagai pedoman. S1 N1 Menggunakan imajinasi dan perenungan sebagai pedoman. 7 SOP sangat membosankan. N2 S2 SOP sangat membantu. 42

43 8 Bertindak step by step dengan timeframe yang jelas. S3 N3 Bertindak dengan semangat tanpa menggunakan timeframe. 9 Menarik kesimpulan dengan lama dan hati-hati. S4 N4 Menarik kesimpulan dengan cepat sesuai naluri. 10 Konseptual N5 S5 Praktis 11 Subjektif F1 T1 Objektif 12 Yang penting tujuan tercapai. T2 F2 Yang penting situasi harmonis terjaga. 13 Mengambil keputusan berdasar perasaan pribadi dan kondisi F3 T3 Mengambil keputusan berdasar logika dan aturan main. orang lain. 14 Menghargai seseorang karena skill dan faktor teknis. T4 F4 Menghargai seseorang karena sifat dan perilakunya. 15 Mementingkan nilai-nilai personal F4 T4 Mementingkan sebab-akibat. 16 Spontan; fleksibel; tidak diikat waktu P1 J1 Terencana; memiliki deadline jelas 17 Aturan, jadwal dan target akan sangat membantu dan J2 P2 Aturan, jadwal dan target sangat mengikat dan membebani. memperjelas tindakan. 18 Berpegang teguh pada pendirian. J3 P3 Pendirian masih bisa berubah tergantung situasi nantinya. 19 Ketidakpastian itu seru, menegangkan dan membuat hati lebih senang. P4 J4 Ketidakpastian membuat bingung dan meresahkan. 20 Situasi last minute sangat menyiksa, membuat stres dan merupakan kesalahan. J5 P5 Situasi last minute membuat bersemangat dan memunculkan potensi atau ide. 43

44 CURRICULUM VITAE I. PERSONAL DETAILS Name Nickname Gender : Hafifah Nasution : Fifah : Female Place and date of birth : Medan, March 5th, 1988 Religion : Islam Permanent address : Jalan Suluh No. 100 Medan, Sumatera Utara Current address : Pondok Jasmine II Contact number : Jl. Semanggi II No.2 Rt/Rw 002/03 Tangerang Selatan, Banten Marital status Nationality Hobby : hafifah_nasution@yahoo.com : Single : Indonesia : Reading 44

45 II. FORMAL EDUCATION Name of school Major GPA Year Program Pascasarjana Ilmu Akuntansi, Universitas Indonesia Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta Ilmu Akuntansi Akuntansi now SMA Negeri 1, Medan IPA SLTP Negeri 8, Medan SD Negeri , Medan SD Negeri Kampung Utan II, Ciputat, Tangerang TK Aisyiyah Busthanul Athfal, Kampung Utan, Ciputat III. NON-FORMAL EDUCATION Place Major Year Essential English Course English Course Primary Class (finished) - Elementary Class (finished) English Course - New English Course (finished) The Foundation for the Development of Indonesian-American Friendship Association, YPPIA-Medan Indonesia-America Institute, LIA-Jakarta English Course English Conversation 3 CEED UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tax Brevat A-B (finished)

46 IV. SEMINAR Name Place Year Training Sertifikasi ISO 9000:2008 Workshop Audit Investigatif Enhancement of Attitude and Ethics to Prevent and Avoid Fraudulent Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta V. WORKING EXPERIENCE Position Institution Duration Assistant Lecturer Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2011-now I declare the details above stated to be true. Sincerely yours, Hafifah Nasution 46

47 DAFTAR RIWAYAT HIDUP KETERANGAN PERORANGAN 1. Nama Lengkap Dr. Fitriany SE., Msi., Ak 2. NUP Pangkat dan Golongan Ruang Penata Muda Tk. I / III/b 4. Tanggal Lahir / Umur 24 November Tempat Lahir Jakarta 6. Jenis Kelamin Wanita 7. Agama Islam 8. Status Pernikahan Menikah 9. Alamat Rumah Jl.Komplek Timah Blok CC. V No.47 Tugu Cimanggis Depok 11. No. Telepon No. HP fitri_any@yahoo.com NO. NAMA PENDIDIKAN JURUSAN Tahun 1 FEUI Akuntansi MAKSI UI Auditing & Pelaporan Keuangan S-3 PIA FEUI Akuntansi PUBLIKASI PADA PROSIDING CONFERENCE No. Judul Peran (Jumlah Anggota) Tahun Keterangan 1 Signifikansi Perbedaan Tingkat Kelengkapan Pengungkapan Wajib Dan Sukarela Pada Laporan Keuangan Perusahaan Publik Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta: Perorangan (0) 2001 Dipresentasikan di SNA (Simposium Nasional Akuntansi) IV, Bandung, Agustus 2001 Peneliti Utama (0) 47

48 2 Persepsi mahasiswa Akuntansi terhadap etika penyusunan laporan : Fitriany (Bersama Yulianti) Anggota (1) 2005 Dipresentasikan di SNA (Simposium Nasional Akuntansi) VIII, Solo, Agustus Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat Mahasiswa Akuntansi Untuk Mengikuti PPAk (Bersama Riani Nurainah LiSNAsari): Anggota 2008 Dipresentasikan Di Accounting Conference II, FEUI, Jakarta, Nov 2008 Anggota (1) 5 Study Atas Pelaksanaan Metode PBL Dan Hubungannya Dengan Prestasi Belajar Mahasiswa (Bersama Dahlia Sari): Peneliti Utama 2008 Dipresentasikan Di SNA (Simposium Nasional Akuntansi) XI, Pontianak, Juli 2008 Peneliti Utama (0) 6 Analisa Pengaruh Krisis Global Financial Terhadap Jakarta Islamic Index (JII) Dan Index Harga Saham Gabungan (IHSG) Dengan Menggunakan Model VAR (Analysis Vector Autoregressive): Fitriany Perorangan 2009 Dipresentasikan Di Simposium Nasional IV Ekonomi Islami 8-9 Oktober 2009, Jogyakarta 7 Analisis Aturan Rotasi KAP Di Indonesia : Peran Corporate Governance Dalam Memoderasi Hubungan Antara Jangka Waktu Penugasan Audit & Kualitas Audit : Fitriany Bersama Hilda Rosietta Peneliti Utama 2009 Dipresentasikan Di Simposium Riset Ekonomi, ISEI Surabaya, 18 Feb Psak No. 5 (Revisi): Faktor Yang Mempengaruhi Pengungkapan Segmen Dan Dampaknya Terhadap Forward Earning Response Coefficient (FERC): Fitriany (Bersama Sandra Aulia) Peneliti Utama 2009 Di Presentasikan Di SNA (Simposium Nasional Akuntansi) XII, November 2009, Palembang 9 Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Job Satisfaction Auditor Dan Hubungannya Dengan Performance Dan Keinginan Berpindah Kerja Auditor. (Perbandingan Pada KAP Besar, KAP Menengah Dan KAP Kecil).: Fitriany, Lindawati Gani, Sylvia Veronica Siregar, Viska A, Aryawati Peneliti Utama 2010 Dipresentasikan Di Simposium Nasional Akuntansi XIII Purwokerto, Oktober Pengaruh Konservatisme Terhadap Asimetri Informasi Dengan Menggunakan Beberapa Model Pengukuran Konservatisme: Sri Haniati, Fitriany Anggota 2010 Dipresentasikan Di Simposium Nasional Akuntansi XIII Purwokerto,

49 Oktober Analysys Of Factors Influencing Interest Of Becoming Public Accountan: Fitriany, Dahlia, Arie Wibowo Peneliti Utama 2010 Dipresentasikan Di Asian Pacific Conference 22nd, Goldcoast Australia, 7-8 November A Study Of The Implementation Of PBL Of PBL Method And The Correlation With Soft Skills And Students Learning Achievement : A Case Study In Accounting Departement: Fitriany, Dahlia Sari Peneliti Utama 2010 Dipresentasikan Di Asian Pacific Conference 22nd, Goldcoast Australia, 7-8 November Audit Tenure, Audit Rotation, And Audit Quality: The Case Of Indonesia : Sylvia Veronica Siregar, Fitriany, Ary Wibowo, Viska Anggota 2010 Dipresentasikan Di Asian Pacific Conference 22nd, Goldcoast Australia, 7-8 November Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pergantian Kantor Akuntan Publik Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI): Rahman Soeryo Anindito, Fitriany Anggota 2010 Dipresentasikan Di The 3rd International Accounting Conference And The 2nd Doctoral Colloquium, Bali October The Impact Of Job Satisfaction On Turnover Intention: Comparison Between High And Low Performance Auditor: Fitriany, Agung Nugroho Soedibyo Dan Arywati Peneliti Utama 2010 Dipresentasikan Di The 3rd International Accounting Conference And The 2nd Doctoral Colloquium, Bali October 2010 Pengaruh Workload Dan Spesialisasi Auditor Terhadap 16 Kualitas Audit Dengan Komite Audit Sebagai Variabel Peneliti Anggota 2011 Dipresentasikan Di SNA XIV Aceh Pemoderasi: Liswan Setiawan dan Fitriany 17 The Impact Audit Firm Rotation To Audit Quality: Case Study Of Real And Quasi Rotation In Indonesia Peneliti Utama 2011 Dipresentasikan Di AAAA, Bali, nov

50 (Fitriany, Sidharta Utama, Dwi Martani, Hilda Rossieta) 18 Do Mandatory Audit Audit Firm And Audit Partner Rotation Really Improve Audit Quality? Comparison Between Pre And Post Regulation Periodin Indonesia Peneliti Utama 2011 Dipresentasikan Di TJAR Conference (The Japanese Accounting Review), Kobe University, Jepang, 22 Des 2011, (Fitriany, Sidharta Utama, Dwi Martani, Hilda Rossieta) 19 Analysis Factors Affecting the Accounting Students and Auditors Interest to join PPAk and Become a Public Accountant (bersama Alvi Syarifah, Aryawati, Arie Wibowo) Peneliti Utama 2012 Dipresentasikan Di Airlangga International Accounting Conference, Bali, 28 Juni 2012 Depok, Juni 2012 Fitriany 50

51 Jakarta, 29 Juni 2012 Perihal: Surat Pernyataan Dengan hormat, Saya, yang bertanda tangan di bawah ini, Nama : Hafifah Nasution Pekerjaan Institusi : Asisten Dosen : Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dengan ini menyatakan bahwa makalah/paper yang berjudul: PENGARUH BEBAN KERJA, PENGALAMAN AUDIT DAN TIPE KEPRIBADIAN TERHADAP SKEPTISME PROFESIONAL DAN KEMAMPUAN AUDITOR DALAM MENDETEKSI KECURANGAN tidak pernah dikirimkan ataupun dipublikasikan di jurnal lain. Hafifah Nasution 51

PENGARUH KOMPETENSI, INDEPENDENSI, TEKANAN WAKTU, DAN ETIKA AUDITOR TERHADAP KUALITAS AUDIT. Winda Kurnia Khomsiyah Sofie.

PENGARUH KOMPETENSI, INDEPENDENSI, TEKANAN WAKTU, DAN ETIKA AUDITOR TERHADAP KUALITAS AUDIT. Winda Kurnia Khomsiyah Sofie. e-journal Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti Hal. 49-67 ISSN : 2339-0832 PENGARUH KOMPETENSI, INDEPENDENSI, TEKANAN WAKTU, DAN ETIKA AUDITOR TERHADAP KUALITAS AUDIT Winda Kurnia Khomsiyah

Lebih terperinci

KOMPETENSI DAN INDEPENDENSI AKUNTAN PUBLIK : REFLEKSI HASIL PENELITIAN EMPIRIS

KOMPETENSI DAN INDEPENDENSI AKUNTAN PUBLIK : REFLEKSI HASIL PENELITIAN EMPIRIS KOMPETENSI DAN INDEPENDENSI AKUNTAN PUBLIK : REFLEKSI HASIL PENELITIAN EMPIRIS Yulius Jogi Christiawan Staf Pengajar Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Petra ABSTRAK Kualitas audit ditentukan oleh dua

Lebih terperinci

Universitas Tarumanagara. Abstract

Universitas Tarumanagara. Abstract MODEL KAUSALITAS CRITICAL SUCCESS FACTORS DALAM IMPLEMENTASI SISTEM ENTERPRISE RESOURCE PLANNING GUNA MEMBERIKAN NET BENEFIT BAGI PERUSAHAAN DENGAN MENGGUNAKAN PARTIAL LEAST SQUARE F.X. KURNIAWAN TJAKRAWALA

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EFEKTIVITAS PENGENDALIAN INTERN DI SEKTOR PEMERINTAHAN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EFEKTIVITAS PENGENDALIAN INTERN DI SEKTOR PEMERINTAHAN i FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EFEKTIVITAS PENGENDALIAN INTERN DI SEKTOR PEMERINTAHAN (Persepsi Pegawai Pada Dinas-Dinas Kota Semarang) SKRIPSI Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Pada Universitas

Lebih terperinci

BAB II KUALITAS AUDIT, BATASAN WAKTU AUDIT DAN DUE PROFESSIONAL CARE. dikatakan berkualitas, jika memenuhi ketentuan atau standar

BAB II KUALITAS AUDIT, BATASAN WAKTU AUDIT DAN DUE PROFESSIONAL CARE. dikatakan berkualitas, jika memenuhi ketentuan atau standar BAB II KUALITAS AUDIT, BATASAN WAKTU AUDIT DAN DUE PROFESSIONAL CARE 2.1. Kualitas Audit Kualitas audit dapat diartikan sebagai bagus tidaknya suatu pemeriksaan yang telah dilakukan oleh auditor. Berdasarkan

Lebih terperinci

PENGARUH PERAN DAN TANGGUNG JAWAB AUDITOR INTERNAL TERHADAP PENINGKATAN EFEKTIVITAS SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL

PENGARUH PERAN DAN TANGGUNG JAWAB AUDITOR INTERNAL TERHADAP PENINGKATAN EFEKTIVITAS SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL PENGARUH PERAN DAN TANGGUNG JAWAB AUDITOR INTERNAL TERHADAP PENINGKATAN EFEKTIVITAS SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Meraih

Lebih terperinci

DAMPAK PENERAPAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK TERHADAP KINERJA BANK UMUM SYARIAH. SRI WIDYASTUTI Fakultas Ekonomi Universitas Pancasila Jakarta

DAMPAK PENERAPAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK TERHADAP KINERJA BANK UMUM SYARIAH. SRI WIDYASTUTI Fakultas Ekonomi Universitas Pancasila Jakarta DAMPAK PENERAPAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK TERHADAP KINERJA BANK UMUM SYARIAH SRI WIDYASTUTI Fakultas Ekonomi Universitas Pancasila Jakarta ABSTRACT Implementation of Good Corporate Governance in

Lebih terperinci

Rini Handayani Staf Pengajar STIE Atma Bhakti Surakarta Email: candipram@yahoo.com ABSTRAK

Rini Handayani Staf Pengajar STIE Atma Bhakti Surakarta Email: candipram@yahoo.com ABSTRAK Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Pemanfaatan Sistem Informasi dan Penggunaan Sistem Informasi (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta) Rini Handayani Staf Pengajar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. beberapa peneliti sebelumnya. Maka peneliti juga diharuskan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. beberapa peneliti sebelumnya. Maka peneliti juga diharuskan untuk BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hasil-hasil Penelitian Terdahulu Penelitian ini juga pernah di angkat sebagai topik penelitian oleh beberapa peneliti sebelumnya. Maka peneliti juga diharuskan untuk mempelajari

Lebih terperinci

PENGARUH TEKANAN KETAATAN DAN TANGGUNG JAWAB PERSEPSIAN PADA PENCIPTAAN BUDGETARY SLACK. Evi Grediani Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

PENGARUH TEKANAN KETAATAN DAN TANGGUNG JAWAB PERSEPSIAN PADA PENCIPTAAN BUDGETARY SLACK. Evi Grediani Universitas Gadjah Mada Yogyakarta PENGARUH TEKANAN KETAATAN DAN TANGGUNG JAWAB PERSEPSIAN PADA PENCIPTAAN BUDGETARY SLACK Evi Grediani Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Slamet Sugiri Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Abstract This research

Lebih terperinci

SKRIPSI. Disusun oleh : Wahyu Rachmadi NIM. 12030110141177

SKRIPSI. Disusun oleh : Wahyu Rachmadi NIM. 12030110141177 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi Wajib Pajak Orang Pribadi Atas Perilaku Penggelapan Pajak (Studi Empiris Pada Wajib Pajak Terdaftar di KPP Pratama Semarang Candisari) SKRIPSI Diajukan sebagai

Lebih terperinci

: M. YUNIAR FIJRIANTORO NIM. F0305074

: M. YUNIAR FIJRIANTORO NIM. F0305074 ANALISIS PENGARUH UKURAN KAP, KONDISI KEUANGAN PERUSAHAAN, OPINI AUDIT TAHUN SEBELUMNYA, PERTUMBUHAN PERUSAHAAN DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP OPINI AUDIT GOING CONCERN (Studi kasus pada perusahaan manufaktur

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH KEBIJAKAN HARGA, PELAYANAN DAN FASILITAS PENDUKUNG TERHADAP KEPUASAN PELANGGAN PADA PT. SEMEN TONASA KABUPATEN PANGKEP

ANALISIS PENGARUH KEBIJAKAN HARGA, PELAYANAN DAN FASILITAS PENDUKUNG TERHADAP KEPUASAN PELANGGAN PADA PT. SEMEN TONASA KABUPATEN PANGKEP Rizki Dharma : Alumni Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin Makassar 1 ANALISIS PENGARUH KEBIJAKAN HARGA, PELAYANAN DAN FASILITAS PENDUKUNG TERHADAP KEPUASAN PELANGGAN PADA PT. SEMEN TONASA KABUPATEN

Lebih terperinci

PENGARUH PROMOSI, HARGA DAN INOVASI PRODUK TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PADA BATIK TULIS KARANGMLATI DEMAK SKRIPSI

PENGARUH PROMOSI, HARGA DAN INOVASI PRODUK TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PADA BATIK TULIS KARANGMLATI DEMAK SKRIPSI PENGARUH PROMOSI, HARGA DAN INOVASI PRODUK TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PADA BATIK TULIS KARANGMLATI DEMAK SKRIPSI Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Pada Universitas Negeri Semarang Oleh Agus Susanto

Lebih terperinci

FORENSIC AUDIT Oleh: Prof. Dr. Sukrisno Agoes, AK, MM, CPA Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Tarumanagara

FORENSIC AUDIT Oleh: Prof. Dr. Sukrisno Agoes, AK, MM, CPA Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Tarumanagara FORENSIC AUDIT Oleh: Prof. Dr. Sukrisno Agoes, AK, MM, CPA Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Tarumanagara Disajikan pada Kuliah Umum Fraud Auditing Universitas Multimedia Nusantara Jakarta, 22 Nopember

Lebih terperinci

Kata kunci: daya saing, diamond porter, partial least square

Kata kunci: daya saing, diamond porter, partial least square Faktor-Faktor YANG memengaruhi Peningkatan Daya Saing Klaster Mebel di Kabupaten Jepara Naniek Utami Handayani 1, Haryo Santoso 2, dan Adithya Ichwal Pratama 3 Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

Muhammad Titan Terzaghi Universitas Bina Darma Palembang. Abstract

Muhammad Titan Terzaghi Universitas Bina Darma Palembang. Abstract PENGARUH EARNING MANAGEMENT DAN MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP PENGUNGKAPAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA Muhammad Titan Terzaghi Universitas

Lebih terperinci

Fuji Rahmawati 1), Elsa Pudji Setiawati 2), Tetti Solehati 3) Universitas Padjadjaran ABSTRAK

Fuji Rahmawati 1), Elsa Pudji Setiawati 2), Tetti Solehati 3) Universitas Padjadjaran ABSTRAK PENGARUH DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP KUALITAS HIDUP PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2 THE EFFECT OF FAMILY SUPPORT ON QUALITY OF LIFE OF PATIENTS WITH TYPE 2 DIABETES MELLITUS Fuji Rahmawati 1), Elsa Pudji

Lebih terperinci

JSM (Jurnal Sains Manajemen) ISSN : 2302-1411 Program Magister Sains Manajemen UNPAR Volume II, Nomor 2, September 2013

JSM (Jurnal Sains Manajemen) ISSN : 2302-1411 Program Magister Sains Manajemen UNPAR Volume II, Nomor 2, September 2013 Pengaruh Tingkat Pendidikan, Pengalaman Kerja, Dan Gaya Kepemimpinan Terhadap Kinerja Melalui Disiplin Kerja Karyawan Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Kalimantan Tengah Juni Dwi Astono Email : Junidwiastono@yahoo.com

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE BALANCED SCORECARD SEBAGAI TOLOK UKUR PENILAIAN KINERJA PADA ORGANISASI NIRLABA

PENERAPAN METODE BALANCED SCORECARD SEBAGAI TOLOK UKUR PENILAIAN KINERJA PADA ORGANISASI NIRLABA PENERAPAN METODE BALANCED SCORECARD SEBAGAI TOLOK UKUR PENILAIAN KINERJA PADA ORGANISASI NIRLABA (Studi Kasus pada Rumah Sakit Bhayangkara Semarang) Wahyu Eko Yuzandra Pramadhany Shiddiq Nur Rahardjo,

Lebih terperinci

PENGARUH PELATIHAN DAN PEMBINAAN TERHADAP PENGEMBANGAN USAHA KECIL PADA PROGRAM KEMITRAAN BINA LINGKUNGAN. Abstract

PENGARUH PELATIHAN DAN PEMBINAAN TERHADAP PENGEMBANGAN USAHA KECIL PADA PROGRAM KEMITRAAN BINA LINGKUNGAN. Abstract Media 20 Riset P abisnis g e & Manajemen, Vol. 13, No. 1, April 2013 pp. 20-38 PENGARUH PELATIHAN DAN PEMBINAAN TERHADAP PENGEMBANGAN USAHA KECIL PADA PROGRAM KEMITRAAN BINA LINGKUNGAN Raden Rudi Alhempi*

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PERUSAHAAN DAN PENGUNGKAPAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL: STUDY EMPIRIS PADA PERUSAHAAN YANG TERCATAT DI BURSA EFEK JAKARTA

KARAKTERISTIK PERUSAHAAN DAN PENGUNGKAPAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL: STUDY EMPIRIS PADA PERUSAHAAN YANG TERCATAT DI BURSA EFEK JAKARTA KARAKTERISTIK PERUSAHAAN DAN PENGUNGKAPAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL: STUDY EMPIRIS PADA PERUSAHAAN YANG TERCATAT DI BURSA EFEK JAKARTA EDDY RISMANDA SEMBIRING Universitas Katolik St. Thomas Sumatera Utara

Lebih terperinci

PENGARUH KAPASITAS SUMBER DAYA MANUSIA,PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI, DAN

PENGARUH KAPASITAS SUMBER DAYA MANUSIA,PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI, DAN i PENGARUH KAPASITAS SUMBER DAYA MANUSIA,PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI, DAN PENGENDALIAN INTERN AKUNTANSI TERHADAP NILAI INFORMASI PELAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH : Studi Pada Pemerintah Kabupaten

Lebih terperinci

Helen Octavia H e r m i ABSTRACT

Helen Octavia H e r m i ABSTRACT PENGARUH TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN(STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERCATAT DI BURSA EFEK INDONESIA PADA TAHUN 2010 DAN 2011) Helen Octavia H e r m i ABSTRACT

Lebih terperinci

Muhammad Nuryatno Nazmel Nazir Ramaditya Adinugraha Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti ABSTRACT

Muhammad Nuryatno Nazmel Nazir Ramaditya Adinugraha Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti ABSTRACT JURNAL INFORMASI, PERPAJAKAN, AKUNTANSI DAN KEUANGAN PUBLIK Vol. 2, No. 2, Juli 2007 Hal. 117-136 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PEMILIHAN METODE DEPRESIASI UNTUK AKTIVA TETAP PADA PERUSAHAAN

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Sarjana (S1) pada Program Sarjana Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro

SKRIPSI. Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Sarjana (S1) pada Program Sarjana Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro PENGARUH KUALITAS AUDIT, KONDISI KEUANGAN PERUSAHAAN, OPINI AUDIT TAHUN SEBELUMNYA, PERTUMBUHAN PERUSAHAAN DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP KECENDERUNGAN PENERIMAAN OPINI AUDIT GOING CONCERN SKRIPSI Diajukan

Lebih terperinci

PENGARUH LIKUIDITAS SAHAM DAN RETURN ON EQUITY (ROE) PERUSAHAAN TERHADAP TINGKAT PENGEMBALIAN SAHAM

PENGARUH LIKUIDITAS SAHAM DAN RETURN ON EQUITY (ROE) PERUSAHAAN TERHADAP TINGKAT PENGEMBALIAN SAHAM PENGARUH LIKUIDITAS SAHAM DAN RETURN ON EQUITY (ROE) PERUSAHAAN TERHADAP TINGKAT PENGEMBALIAN SAHAM (Studi pada Perusahaan yang berada pada Index LQ45 di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2009-2011 )

Lebih terperinci

PENGARUH ASIMETRI INFORMASI DAN UKURAN PERUSAHAAN PADA PRAKTIK MANAJEMEN LABA DI PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

PENGARUH ASIMETRI INFORMASI DAN UKURAN PERUSAHAAN PADA PRAKTIK MANAJEMEN LABA DI PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TESIS PENGARUH ASIMETRI INFORMASI DAN UKURAN PERUSAHAAN PADA PRAKTIK MANAJEMEN LABA DI PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA NI KETUT MULIATI PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI AKUNTANSI

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: niat kewirausahaan, faktor internal, faktor sikap, faktor kontekstual ABSTRACT

ABSTRAK. Kata Kunci: niat kewirausahaan, faktor internal, faktor sikap, faktor kontekstual ABSTRACT Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Niat Kewirausahaan (Entrepreneurial Intention) (Studi Terhadap Mahasiswa Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga) Lieli Suharti dan Hani Sirine Fakultas Ekonomika

Lebih terperinci

TANGGUNG JAWAB LINGKUNGAN DAN INFORMASI BIAYA LINGKUNGAN DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN MANAJEMEN

TANGGUNG JAWAB LINGKUNGAN DAN INFORMASI BIAYA LINGKUNGAN DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN MANAJEMEN EKUITAS ISSN 1411-0393 Akreditasi No.49/DIKTI/Kep/2003 TANGGUNG JAWAB LINGKUNGAN DAN INFORMASI BIAYA LINGKUNGAN DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN MANAJEMEN Andayani, SE., M.Si Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia

Lebih terperinci