LIBERALISASI PERDAGANGAN. Pengembangan SDM Kompeten Menghadapi Pasar Global. Urip Sedyowidodo
|
|
- Fanny Setiawan
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 LIBERALISASI PERDAGANGAN JASA TENAGA KERJA Pengembangan SDM Kompeten Menghadapi Pasar Global Urip Sedyowidodo 1
2 ASEAN Mutual Recognition Arrangement Pada tgl.19 November 2007, negara-negara ASEAN menandatangani ASEAN Mutual Recognition Arrangement (MRA) on Architectural Services, yang merupakan bagian dari ASEAN Framework Agreement on Services (AFAS) yaitu program liberalisasi perdagangan dan jasa di tingkat ASEAN.
3 ASEAN ECONOMIC COMMUNITY 2015 (Single Market and Production Base) Free Flow of Goods Free Flow of Services Free Flow of Investment Free Flow of Capital Free Flow of Professionals and Skilled Labors
4 TARGETED MRA 2008 (Regulated Professions) Engineering (2007) Accountant Architecture Land Surveying Medical Practitioners Nursing (2007)
5 PRINSIP DASAR LIBERALISASI PERDAGANGAN JASA 1. Policy Objectives 2. Recognition 3. Most Favored Nation Treatment 4. National Treatment 5. Transparency 6. Increasing Participation of Developing Countries 7. Autonomous Liberalization 8. Progressive Liberalization 9. Emergency Safeguard Measures Vc Flexibility
6 RAMBU-RAMBU LEBERALISASI JASA TENAGA KERJA PROFESIONAL 1. Ketentuan Umum 2. Qualification Requirements 3. Qualification Procedures 7. Regulation Governing Entry and Stay of Natural Persons for Purpose of Supplying Professional Services 8. Professional Ethics 9. Appeal Mechanism and Dispute Resolution Procedures 4. Recognition 10. Contact Points Arrangements 5. Licensing Requirements 11. Additional Information 6. Licensing Procedures
7 1. Business Services; 8. Health Related and Social Services; 2. Communication Services; 9. Tourism and Travel Related Services; 3. Construction and Related Engineering Services; 4. Distribution Services; 10. Recreational, Cultural, and Sporting Services; 5. Educational Services; 6. Environmental Services; 7. Financial Services; 11. Transport Services; 12. Other Services not included elsewhere. 7
8 MODA TRANSAKSI DI BIDANG JASA (Mode of Supply) Mode of Supply Mode 1: Cross Border Trade Mode 2: Consumption Abroad Mode 3: Commercial Presence Mode 4: Movement of Natural Person Contoh Programmer komputer Negara A mengerjakan kontrak untuk perusahaan Negara B melalui internet Penduduk A belajar program komputer di Negara B Perusahaan komputer di Negara A membuka cabang usaha di Negara B Programmer Negara A bekerja di perusahaan Negara B Untuk masalah tenaga kerja terkait dengan mode 3 dan 4 8
9 POSISI NEGOSIASI KERJASAMA PASAR KERJA GLOBAL NEGARA MAJU 1. Membatasi diri untuk mode 4 hanya untuk profesional dan terkait dengan investasi (mode 3). 2. Offer lebih banyak hanya kepada mode 1, 2, Secara faktual mereka kekurangan tenaga kerja level lower skills - D3) 4. Mode 4 tetap merupakan issue sensitif bagi negara 4. Mode 4 tetap merupakan issue sensitif bagi negara maju, terutama untuk lower skills.
10 NEGARA BERKEMBANG 1. Over supply untuk tenaga kerja lower skills. 2. Kemampuan untuk memanfaatkan mode 3 kecil. 3. Kemampuan untuk supply tenaga ahli terbatas. INDONESIA 1. Belum memiliki Grand Strategy untuk memanfaatkan Kerjasama Global 2. Kondisi Infrastruktur produksi tenaga kompeten untuk tingkat ahli dan skill masih lemah 3. Kurangnya koordinasi dan sinergi dalam menghadapi kerjasama global
11 General Agreement on Trade in Services GATS Legal basis persetujuan perdagangan bidang jasa Merupakan persetujuan umum yang mengatur perdagangan bidang jasa multilateral/internasional Merupakan salah satu persetujuan dalam persetujuan pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia (World Trade Organization/WTO), ditandatangani oleh para menteri sebagai utusan dari negaranya masing-masing, di Marakesh dalam tahun 1994 dan entry into force 1 Januari 1995 Indonesia termasuk salah satu negara penandatangan dan telah meratifikasi persetujuan tersebut dengan UU Nomor 7 tahun 1994, sehingga segala hak dan kewajiban sudah mengikat. Menjadi acuan bagi persetujuan perdagangan bidang jasa dalam fora regioanl, FTA, bilateral 11
12 Tujuan GATS Tujuan untuk memberikan kontribusi pada ekspansi perdagangan melalui liberalisasi dan transparansi, untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Ekspansi perdagangan bukan tujuan akhir, tetapi sebagai sarana untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi Liberalisasi ditujukan untuk meningkatkan akses pasar dan perlakuan nasional bagi pemasok jasa asing Liberalisasi tidak termasuk deregulasi, meskipun diakui bahwa negara anggota masih diberi hak untuk mengatur dan mengeluarkan peraturan baru (yang tidak menghambat perdagangan bidang jasa) untuk mencapai tujuan kebijakan nasional. Persetujuan secara explisit mengakui hak masing-masing negara anggota untuk mengatur dan mengeluarkan peraturan baru ( the right to regulate ) 12
13 Pemahaman perdagangan bidang jasa Definisi Tidak ada definisi komprehensif mengenai perdagangan bidang jasa GATS Pasal 1 Perdagangan bidang jasa adalah pemasokan jasa : Dari wilayah satu negara ke wilayah negara lain (pemasokan jasa lintas batas) mode of suppply 1 (cross-border supply) Dalam wilayah satu negara untuk konsumen jasa dari negara lain (konsumen di luar negeri) mode of supply 2 (Consumption abroad) Oleh pemasok jasa suatu negara dengan mendirikan usaha di negara lain (kehadiran komersial) mode of supply 3 (commercial presence) Oleh pemasok jasa dari suatu negara di dalam wilayah negara lain (perpindahan natural person) mode of supply 4 (movement of natural person) 13
14 Liberalisasi (Pasal XIX GATS) Pemahaman lanjutan Arti Menghapus atau mengurangi hambatan perdagangan bidang jasa (trade barriers) Mengembangkan aturan-aturan domestik yang tidak menghambat perdagangan (domestic regulations) e.g. persyaratan mengenai standard, kualifikasi, lisensi Prinsip Liberalisasi bertahap (progressive liberalization) Memperhatikan tingkat pertumbuhan ekonomi nasional (level of economic development) Sesuai dengan tujuan kebijakan nasional (national policy objectives) Fleksibel (flexibility) Mengikat secara hukum (legally binding) Perlakuan Most-Favoured-Nation (MFN) terhadap seluruh sektor jasa dan kepada seluruh negara anggota Setiap negara anggota, harus memberikan perlakuan yang tidak boleh kurang dari yang diberikannya kepada produk jasa dan pemasok jasa dari suatu negara anggota, dibandingkan dengan produk jasa sejenis dan pemasok jasa yang diberikan kepada negara anggota lainnya 14
15 Liberalisasi Mode 4 15
16 Arti perdagangan internasional jasa tenaga kerja (mode 4) Perdagangan internasional jasa tenaga kerja tidak berarti perpindahan para pekerja otonom dalam mencari peluang kerja, tetapi lebih pada penyampaian para pemasok jasa tenaga kerja dari suatu negara, yang diminta oleh negara lain, jadi berarti masuk dan tinggal sementara natural person di negara lain untuk tujuan penyediaan jasa. GATS Art I menyatakan bahwa yang dimaksud dengan pemasokan jasa tenaga kerja (mode 4) adalah pemasokan jasa tenaga kerja yang dilakukan oleh individu pemasok jasa dari suatu negara anggota di dalam wilayah negara anggota lainnya. 16
17 Arti... lanjutan Perdagangan mode 4 tidak berlaku untuk kasus natural person yang mencari akses pasar tenaga kerja di negara lain (job seekers), disamping itu mode 4 juga tidak berlaku bagi pekerjaan sektor non jasa (pertanian, manufaktur). Migrasi besar-besaran tenaga kerja (eg. Indonesia) yang tidak melibatkan keterampilan tinggi, pelaku bisnis, dan profesional, dari negara yang surplus tenaga kerja sebagai respon terhadap kekurangan pekerja berketerampilan rendah dan menengah di negara yang berpendapatan lebih tinggi, tidak termasuk dalam pembahasan perdagangan internasional jasa tenaga kerja (mode 4). Jadi yang termasuk dalam pembahasan perdagangan internasional jasa tenaga kerja adalah pekerja migran sementara yang mempunyai pekerjaan di bidang jasa, dan yang dipekerjakan di negara lain dan terlibat dalam setiap kegiatan memproduksi barang dan jasa. 17
18 Pentingnya perdagangan internasional jasa tenaga kerja Perdagangan internasional jasa tenaga kerja adalah satu-satunya bidang dimana sebuah perjanjian internasional dan komitmen-komitmen yang terkait perpindahan lintas tenaga kerja melibatkan sebagain besar negara maju dan berkembang. Mode 4 menawarkan peluang yang sangat besar bagi tenaga kerja dari negara berkembang untuk mengakses pasar tenaga kerja di negara maju melalui perundingan dan perjanjian internasional. 18
19 Pentingnya perdagangan... lanjutan Jasa merupakan bidang yang mempunyai pertumbuhan tercepat di perdagangan dunia dan perkonomian secara umum di negara berkembang dan negara maju. Elastisitas pendapatan yang tinggi dari permintaan jasa di negara maju mempercepat pertumbuhan ini. Sektor jasa merupakan tiga perempat jumlah pekerjaan di negara berpenghasilan tinggi dan mempunyai pangsa yang lebih tinggi dari semua pekerjaan baru yang tercipta. Disamping itu pertumbuhan yang cepat dalam permintaan jasa tenaga kerja pada gilirannya akan menawarkan peningkatan jumlah kesempatan kerja baru bagi negara berkembang. Perluasan dan perdagangan jasa domestik melibatkan sebuah proporsi yang tinggi dari tenaga kerja berketerampilan tinggi baik ke dalam maupun ke luar, dan berpotensi memberikan kontribusi pada peningkatan produktivitas jasa, peningkatan basis modal sumber daya manusia dan kapasitas ekspor tenga kerja berketerampilan dan profesional ke dalam pasar dalam negeri, dan sebaliknya ke luar menghasilkan pendapatan yang lebih tinggi dan meningkatkan ilmu di luar negeri. 19
20 Pentingnya bagi Indonesia Perdagangan jasa tenaga kerja membantu mengurangi kemiskinan. Migrasi sementara dapat mengurangi pengangguran. Perdagangan jasa tenaga kerja memberikan kontribusi kepada pertumbuhan ekonomi. Transfer tenaga kerja memberikan remittance sebagai kunci cadangan devisa, yang memicu investasi yang berguna untuk membangun perekonomian. Migrasi sementara dapat mengurangi tekanan pengangguran. Surplus tenaga kerja karena pertambahan penduduk yang tinggi dapat mengisi kesenjangan pasar tenaga kerja di perekonomian lain yang membutuhkan. 20
21 Pentingnya... lanjutan Perdagangan jasa tenaga kerja dapat dipakai sebagaai salah satu cara untuk mengimpor keterampilan yang langka. Migrasi sementara para penyedia jasa berketerampilan tinggi dan profesional ke Indonesia dapat menambah stok modal sumber daya manusia, sehingga meningkatkan produktivitas dan pembangunan. Impor jasa terampil dapat menambah kapabilitas perekonomian untuk menghadapi perubahan struktural dan pertumbuhan dan membantu dalam pengembangan sektor-sektor kunci perekonomian jasa untuk meningkat ke standar internasional. 21
22 Kepentingan Indonesia 22
23 Apa kepentingan Indonesia dalam Perundingan Perdagangan Jasa? Kepentingan ekspor : Meningkatkan ekspor jasa RI ke negara tujuan (anggota ASEAN) Kepentingan impor : Mengelola impor jasa, diselaraskan dengan tujuan pembangunan nasional/sektor jasa 23
24 Posisi ekspor Indonesia saat ini Indonesia menyampaikan request kepada negara anggota untuk membuka mode 4 yaitu Contractual Service Supplier (CSS) dan Independent Professional (IP) Tujuannya meminta mitra dagang menghapus hambatan kepada penyedia jasa RI memasuki pasar CSS dan IP. Namun negara anggota biasanya lebih mengakomodir Mode 4 kategori ICT (Intra Corporate Transferee), karena menguntungkan mereka (ICT terkait Mode 3) 24
25 Studi tentang Ekspor Indonesia Indonesia punya keunggulan kompetitif pada sektor-sektor tertentu, khususnya Mode 4, yang perlu menjadi Request RI ke negara anggota. Keberhasilan ekspor jasa Mode 4 memberi remittance bagi pembangunan, mengurangi kemiskinan, dan membawa masuk skill baru ke ekonomi nasional. Perlu memperjuangkan pengiriman technical specialists (termasuk semi-skilled professional categories), karena 63.8% penganggur RI tamatan sekolah menengah, 30.8% SD, dan 5.3% perguruan tinggi. Target pasar utama adalah negara maju. 25
26 Kepentingan impor RI didasarkan pada Kebijakan sektor untuk meningkatkan investasi dan memenuhi sasaran pembangunan di bidang masing-masing Komitmen AFAS dibandingkan dengan DNI sektoral Menurunkan biaya usaha melalui peningkatan produktifitas kebijakan Permintaan mitra di ASEAN kepada Indonesia untuk meningkatkan offer, pada sektor yang telah maupun belum dikomitmenkan. 26
27 Tantangan dan Rekomendasi 27
28 Tantangan bagi Indonesia Menggunakan perdagangan internasional bidang jasa untuk mendukung tujuan sektor jasa dalam negeri agar tumbuh - Meningkatkan perdagangan untuk memberi manfaat bagi Indonesia Dalam mengembangkan kebijakan perdagangan internasional bidang jasa - Indonesia memiliki daya saing internasional dalam: Sektor tenaga kerja (Moda 4) khususnya Jasa Konstruksi dan Teknik Terkait, Jasa Terkait Kesehatan dan Sosial, Jasa Transportasi dan sejumlah Jasa Bisnis kunci Ekspor lintas batas (Moda 1). Potensi yang signifikan untuk meningkatkan ekspor jasa Indonesia. Sektor kunci adalah Jasa Bisnis, sebuah bidang yang memiliki keterkaitan yang erat dengan industri kreatif Indonesia. - Kepentingan Impor Utama Indonesia Seluruh sektor jasa akan memperoleh manfaat dari meningkatnya investasi asing sejalan dengan Prioritas Pembangunan Nasional. Hal ini dapat dilakukan dengan cara yang selektif untuk mendukung pengembangan para penyedia jasa dalam negeri. 28
29 Kesulitan yang dihadapi 1) Oposisi dari negara lain (baik negara maju maupun negara berkembang) terhadap liberalisasi jasa tenaga kerja. Komitmen internasional yang dibuat oleh negara anggota menunjukkan penolakan untuk membuat komitmen yang signifikan untuk meliberalisasikan jasa tenaga kerja. Komitmen mode 4 hanya terbatas pada tenaga kerja profesional dan berketerampilan, khususnya yang terkait dengan pemasokan mode 3 dan pendirian penanaman modal asing. 2) Kesulitan membuka mode 4 karena berkaitan dengan perlindungan terhadap tenaga kerja nasional. 29
30 Kesulitan yang dihadapi... lanjutan 3) Legal constraints, hambatan karena peraturan perundangan yang membatasi liberalisasi. Untuk kasus tenaga kerja peraturan-peraturan dapat ditemukan pada perizinan yang membebani dan berbagai persyaratan kualifikasi atau penerapan secara luas berbagai instrumen seperti tes kebutuhan ekonomi (Economic Need Test) dan professioal requirement, yang membatasi akses para pemasok jasa tenaga kerja asing yang berketerampilan. 4) Stakeholder coordination, kesulitan berkoordinasi dengan para stakeholders karena berkaitan dengan kepentingan nasional 30
31 Langkah-langkah yang perlu dilakukan Meningkatkan perhatian dan kesiapan yang sungguh-sungguh dari semua sektor jasa dalam negeri untuk memantapkan posisi sektor/subsektor dalam menghadapi perundingan-perundingan Koordinasi penanganan bidang jasa yang lebih intensif untuk mempersiapkan posisi perundingan Meningkatkan kemampuan industri jasa domestik dengan meningkatkan efisiensi dan daya saing 31
32 Langkah-langkah... lanjutan Regulatory adjustment - Inventarisasi peraturan perundangan yang tidak sesuai dengan prinsip liberalisasi - Menyesuaikan peraturan yang berlaku dengan perkembangan tingkat liberalisasi - Menyusun aturan-aturan mengenai kualifikasi, lisensi, dan standar bagi jasa profesi yang belum ada aturannya Sosialisasi kepada para pejabat pusat dan daerah, akademisi, asosiasi profesi/pelaku usaha mengenai perkembangan perundingan perdagangan bidang jasa terkini dan kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhi - Meningkatkan pemahaman liberalisasi - Mempersiapkan langkah-langkah untuk memperkuat para pelaku pasar - Menggalakkan penanganan perdagangan bidang jasa di masing-masing instansi 32
PERKEMBANGAN PROFESI AKUNTANSI & ASEAN ECONOMIC COMMUNITY 2015 PUSAT PEMBINAAN AKUNTAN DAN JASA PENILAI KEMENTERIAN KEUANGAN RI
PERKEMBANGAN PROFESI AKUNTANSI & ASEAN ECONOMIC COMMUNITY 2015 PUSAT PEMBINAAN AKUNTAN DAN JASA PENILAI KEMENTERIAN KEUANGAN RI Jakarta, 15 Mei 2013 AGENDA Perkembangan Profesi Akuntansi AEC 2015 2 Pertumbuhan
Lebih terperinciKESEMPATAN KERJA PERDAGANGAN. Rahma Iryanti Direktur Tenaga Kerja dan Pengembangan Kesempatan Kerja. Jakarta, 5 Juli 2013
KESEMPATAN KERJA MENGHADAPI LIBERALISASI PERDAGANGAN Rahma Iryanti Direktur Tenaga Kerja dan Pengembangan Kesempatan Kerja Jakarta, 5 Juli 2013 1 MATERI PEMAPARAN Sekilas mengenai Liberalisasi Perdagangan
Lebih terperinciPERAN PERDAGANGAN JASA DALAM MENDUKUNG PERTUMBUHAN EKONOMI NASIONAL
PERAN PERDAGANGAN JASA DALAM MENDUKUNG PERTUMBUHAN EKONOMI NASIONAL Indonesia Services Dialogue Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional 25 Februari 2015 TUJUAN EKONOMI INDONESIA TUJUAN
Lebih terperinciPengembangan MRA Sektor Perbankan Menyongsong MEA 2015 dan ABIF Ir. Sumarna F. Abdurahman M.Sc. Ketua BNSP
Pengembangan MRA Sektor Perbankan Menyongsong MEA 2015 dan ABIF 2020 Ir. Sumarna F. Abdurahman M.Sc. Ketua BNSP Implementasi MEA 2015 Pada Tahap Awal Di Prioritaskan Pada 12 Sektor Lima Aliran Bebas (Free
Lebih terperinciKESIAPAN TENAGA KERJA INDONESIA MENGHADAPI MEA PELUANG DAN TANTANGAN. Dasril Rangkuti. Wakil KOMITE TETAP PELATIHAN KETENAGAKERJAAN
KESIAPAN TENAGA KERJA INDONESIA MENGHADAPI MEA PELUANG DAN TANTANGAN Dasril Rangkuti Wakil KOMITE TETAP PELATIHAN KETENAGAKERJAAN The single integrated AEC/MEA kawasan bebas perdagangan barang, modal dan
Lebih terperinciSTRATEGI PENINGKATAN KOMPETENSI TENAGA KESEHATAN DALAM MENGHADAPI PASAR BEBAS ASEAN 2015
STRATEGI PENINGKATAN KOMPETENSI TENAGA KESEHATAN DALAM MENGHADAPI PASAR BEBAS ASEAN 2015 Disajikan oleh : Kepala Pusat Perencanaan &Pendayagunaan SDMK Pada RAKORNAS ISMKI 2014 Jakarta, 11 Oktober 2014
Lebih terperinciPROTOCOL TO IMPLEMENT THE SIXTH PACKAGE OF COMMITMENTS UNDER THE ASEAN FRAMEWORK AGREEMENT ON SERVICES
NASKAH PENJELASAN PROTOCOL TO IMPLEMENT THE SIXTH PACKAGE OF COMMITMENTS UNDER THE ASEAN FRAMEWORK AGREEMENT ON SERVICES (PROTOKOL UNTUK MELAKSANAKAN KOMITMEN PAKET KEENAM DALAM PERSETUJUAN KERANGKA KERJA
Lebih terperinciPERKEMBANGAN KERJA SAMA ASEAN PASCA IMPLEMENTASI AEC 2015
PERKEMBANGAN KERJA SAMA ASEAN PASCA IMPLEMENTASI AEC 2015 J.S. George Lantu Direktur Kerjasama Fungsional ASEAN/ Plt. Direktur Kerja Sama Ekonomi ASEAN Jakarta, 20 September 2016 KOMUNITAS ASEAN 2025 Masyarakat
Lebih terperinciBAHAN KULIAH HUKUM PERDAGANGAN JASA INTERNASIONAL SEKOLAH PASCASARJANA USU MEDAN 2008
BAHAN KULIAH HUKUM PERDAGANGAN JASA INTERNASIONAL Dr. Mahmul Siregar, SH.,M.Hum Staf Pengajar Fakultas Hukum USU Jl. BungaAsoka Gg. AndalasNo. 1 AsamKumbang, Medan Cellphone : 0813 62260213, 77729765 E-mail
Lebih terperinciPROFESI AKUNTANSI MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN 2015
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PROFESI AKUNTANSI MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN 2015 Pusat Pembinaan Profesi Keuangan Sekretariat Jenderal Kementerian Keuangan SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI
Lebih terperinciSTRATEGI DAN PROGRAM INDONESIA KOMPETEN DALAM MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN
STRATEGI DAN PROGRAM INDONESIA KOMPETEN DALAM MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN dipresentasikan oleh Prof. Richardus Eko Indrajit indrajit@post.harvard.edu SEKILAS TENTANG MEA 2015 MEA in a Glimpse Masyarakat
Lebih terperinciCROSS-CUTTING ISSUES ANTARA SERVICES CHAPTER DAN INVESTMENT CHAPTER DALAM PERJANJIAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL (FTA/EPA/CEPA)
CROSS-CUTTING ISSUES ANTARA SERVICES CHAPTER DAN INVESTMENT CHAPTER DALAM PERJANJIAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL (FTA/EPA/CEPA) HERLIZA DIREKTUR PERUNDINGAN PERDAGANGAN JASA DITJEN KERJA SAMA PERDAGANGAN
Lebih terperinciIna Hagniningtyas Krisnamurthi Direktur Kerja Sama Ekonomi ASEAN, Kementerian Luar Negeri Madura, 27 Oktober 2015
Ina Hagniningtyas Krisnamurthi Direktur Kerja Sama Ekonomi ASEAN, Kementerian Luar Negeri Madura, 27 Oktober 2015 TRANSFORMASI ASEAN 1976 Bali Concord 1999 Visi ASEAN 2020 2003 Bali Concord II 2007 Piagam
Lebih terperinciProfessional Veterinarian
Professional Veterinarian MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) 2015 : SIAPKAH PROFESI VETERINER INDONESIA? Bambang Pontjo Priosoeryanto, Ketua III Pengurus Besar Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia PENDAHULUAN
Lebih terperinciPERDAGANGAN INTERNASIONAL DAN INVESTASI
BAHAN KULIAH PERDAGANGAN INTERNASIONAL DAN INVESTASI Prof. Sanwani Nasution, SH Dr. Mahmul Siregar, SH.,M.Hum PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU HUKUM SEKOLAH PASCASARJANA USU MEDAN 2009 HUBUNGAN PERDAGANGAN
Lebih terperinciPENDAYAGUNAAN TENAGA KESEHATAN WARGA NEGARA ASING (TK-WNA) DI INDONESIA. Dr. Untung Suseno Sutardjo, M.Kes BADAN PPSDMK KEMENTERIAN KESEHATAN RI
PENDAYAGUNAAN TENAGA KESEHATAN WARGA NEGARA ASING (TK-WNA) DI INDONESIA Dr. Untung Suseno Sutardjo, M.Kes BADAN PPSDMK KEMENTERIAN KESEHATAN RI Pendahuluan Indonesia meliputi 17 504 pulau dengan 240 juta
Lebih terperinciSIARAN PERS Pusat HUMAS Departemen Perdagangan Jl. M.I. Ridwan Rais No. 5, Jakarta Phone/Fax:
DEPARTEMEN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA SIARAN PERS Pusat HUMAS Departemen Perdagangan Jl. M.I. Ridwan Rais No. 5, Jakarta 10110 Phone/Fax: 021-385-8213 www.depdag.go.id KTT ASEAN Ke-13: Penandatanganan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Globalisasi secara luas telah membuka perekonomian dunia dalam skala yang hampir
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Globalisasi secara luas telah membuka perekonomian dunia dalam skala yang hampir tidak terbatas. Globalisasi juga menuntut ASEAN menciptakan integrasi regional di Asia
Lebih terperinciPERANAN JASA DALAM MENINGKATKAN EFISIENSI SEKTOR ENERGY
PERANAN JASA DALAM MENINGKATKAN EFISIENSI SEKTOR ENERGY S O N D A N G A N G G R A I N I S T A F A H L I M E N D A G B I D A N G D I P L O M A S I K E M E N T E R I A N P E R D A G A N G A N OUTLINE PERAN
Lebih terperinciDIPONEGORO LAW JOURNAL Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016 Website :
AKUNTAN PUBLIK ASING DALAM KERANGKA GENERAL AGREEMENT ON TRADE IN SERVICES Chaerul Tri Rizki*, FX Joko Priyono Darminto Hartono P. Program Studi S1 Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Diponegoro E-mail
Lebih terperinciLAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013
LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013 I. PENDAHULUAN Kegiatan Sosialisasi Hasil dan Proses Diplomasi Perdagangan Internasional telah diselenggarakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jasa, aliran investasi dan modal, dan aliran tenaga kerja terampil.
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Setiap negara pasti memiliki hubungan interaksi dengan negara lain yang diwujudkan dengan kerja sama di suatu bidang tertentu. Salah satu diantaranya adalah
Lebih terperinciLatar Belakang dan Sejarah Terbentuknya. WORLD TRADE ORGANIZATION (WTO) Bagian Pertama. Fungsi WTO. Tujuan WTO 4/22/2015
WORLD TRADE ORGANIZATION (WTO) Bagian Pertama Hanif Nur Widhiyanti, S.H.,M.Hum. Latar Belakang dan Sejarah Terbentuknya TidakterlepasdarisejarahlahirnyaInternational Trade Organization (ITO) dangeneral
Lebih terperinciKondisi Tenaga Kesehatan RI memasuki ASEAN Community 2015
Kondisi Tenaga Kesehatan RI memasuki ASEAN Community 2015 Dr Hargianti Dini Iswandari, Drg,MM anggota Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia Semarang, 11 Oktober 2013 1 BENDERA NEGARA PENDUDUK
Lebih terperinciPELUANG TENAGA KERJA INDONESIA DALAM MENGHADAPI MEA Oleh: Tiesnawati Wahyuningsih, SH., MH (FISIP)
PELUANG TENAGA KERJA INDONESIA DALAM MENGHADAPI MEA 2015 Oleh: Tiesnawati Wahyuningsih, SH., MH (FISIP) (tesna@ut.ac.id) Abstrak MEA akan diberlakukan tanggal 31 Desember 2015, maka akan menyebabkan aliran
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata saat ini telah menjadi salah satu motor penggerak ekonomi dunia terutama dalam penerimaan devisa negara melalui konsumsi yang dilakukan turis asing terhadap
Lebih terperinciBAB III PENGARUH LIBERALISASI JASA ASEAN DI INDONESIA. 3.1 Sektor Jasa Prioritas yang Diliberalisasi ASEAN
77 BAB III PENGARUH LIBERALISASI JASA ASEAN DI INDONESIA 3.1 Sektor Jasa Prioritas yang Diliberalisasi ASEAN Dalam rangka mewujudkan AEC pada 2015, ASEAN telah menetapkan lima dari dua belas sektor prioritas
Lebih terperinciPERKEMBANGAN ASEAN FRAMEWORK AGREEMENT ON SERVICES (AFAS) DAN KES APAN INDONESIA. Komunitas Masyarakat Ekonomi ASEAN pada tahun 2015.
PERKEMBANGAN ASEAN FRAMEWORK AGREEMENT ON SERVICES (AFAS) DAN KES APAN INDONESIA Oleh: Silvi Ch. Sumantil A. LATAR BELAKANG Dalam rangka terciptanya Komunitas Ekonomi ASEAN melalui liberalisasi di perdagangan
Lebih terperinciARAH KEBIJAKAN NASIONAL DALAM PERJANJIAN INTERNASIONAL PERDAGANGAN JASA DAN INVESTASI
ARAH KEBIJAKAN NASIONAL DALAM PERJANJIAN INTERNASIONAL PERDAGANGAN JASA DAN INVESTASI FGD PEMBAHASAN CROSS-CUTTING ISSUES PADA INVESTMENT CHAPTER DALAM PERJANJIAN FTA Medan, 10 Desember 2015 Staf Ahli
Lebih terperinciASEAN CHINA FREE TRADE AREA
ASEAN CHINA FREE TRADE AREA A. PENDAHULUAN ASEAN-China Free Trade Area (ACFTA) merupakan kesepakatan antara negaranegara anggota ASEAN dengan China untuk mewujudkan kawasan perdagangan bebas dengan menghilangkan
Lebih terperinciDIPONEGORO LAW JOURNAL Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016 Website :
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP JASA PROFESIONAL ARSITEKTUR INDONESIA DI ERA MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) 2015 Atiqah Anugrah*, FX. Joko Priyono, Darminto Hartono Program Studi S1 Ilmu Hukum, Fakultas Hukum,
Lebih terperinciRenstra Pusat Akreditasi Lembaga Sertifikasi BSN Tahun RENSTRA PUSAT AKREDITASI LEMBAGA SERTIFIKASI TAHUN
RENSTRA PUSAT AKREDITASI LEMBAGA SERTIFIKASI TAHUN 2015-2019 BADAN STANDARDISASI NASIONAL 2015 Kata Pengantar Dalam rangka melaksanakan amanat Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri jasa konstruksi memiliki arti penting dan strategis dalam pembangunan nasional mengingat industri jasa konstruksi menghasilkan produk akhir berupa bangunan
Lebih terperinciSAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA KUNJUNGAN MISI EKONOMI FEDERASI EKONOMI KANSAI (KANKEIREN) JAKARTA, 08 MARET 2016
SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA KUNJUNGAN MISI EKONOMI FEDERASI EKONOMI KANSAI (KANKEIREN) JAKARTA, 08 MARET 2016 Yang terhormat Mr. Shosuke Mori, Chairman Kansai Economic Federation, Jepang; Rekan-rekan
Lebih terperinciBAB I P E N D A H U L U A N. lebih maju. Organisasi-organisasi internasional dan perjanjian-perjanjian
1 BAB I P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Dalam era globalisasi sekarang ini, perekonomian internasional merupakan salah satu pilar utama dalam proses pembangunan dunia yang lebih maju. Organisasi-organisasi
Lebih terperinciDAMPAK PERDAGANGAN BEBAS ASEAN CINA BAGI PEREKONOMIAN INDONESIA (Studi Kasus : Dampak pada Tekstil dan Produk Tekstil Indonesia (TPT))
DAMPAK PERDAGANGAN BEBAS ASEAN CINA BAGI PEREKONOMIAN INDONESIA (Studi Kasus : Dampak pada Tekstil dan Produk Tekstil Indonesia (TPT)) Resume Muhammad Akbar Budhi Prakoso 151040071 JURUSAN ILMU HUBUNGAN
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG PENGESAHAN PROTOCOL AMENDING THE MARRAKESH AGREEMENT ESTABLISHING THE WORLD TRADE ORGANIZATION (PROTOKOL PERUBAHAN PERSETUJUAN MARRAKESH MENGENAI
Lebih terperinciPERSIAPAN DAERAH dalam menghadapi
PERSIAPAN DAERAH dalam menghadapi Outline 1 Gambaran Umum Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 2 MEA dalam RKP 2014 3 Strategi Daerah dalam Menghadapi MEA 2015 MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) 2015 Masyarakat
Lebih terperinciTANTANGAN BANK NASIONAL MENJALANKAN BISNIS KONGLOMERASI DI INDONESIA. Susy Liestiowaty
TANTANGAN BANK NASIONAL MENJALANKAN BISNIS KONGLOMERASI DI INDONESIA Disampaikan oleh: Susy Liestiowaty Direktur Kepatuhan PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk Jakarta, 13 Januari 2016 1 Daftar Isi
Lebih terperinciABSTRAK. Kata kunci : WTO (World Trade Organization), Kebijakan Pertanian Indonesia, Kemudahan akses pasar, Liberalisasi, Rezim internasional.
ABSTRAK Indonesia telah menjalankan kesepakan WTO lewat implementasi kebijakan pertanian dalam negeri. Implementasi kebijakan tersebut tertuang dalam deregulasi (penyesuaian kebijakan) yang diterbitkan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
122 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN Berdasarkan pembahasan yang telah dikemukakan di dalam bab-bab sebelumnya mengenai pengaturan pengaturan technical barrier to trade sebagai salah satu perjanjian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN dalam Pemilu Presiden dan Wakil Presiden telah melahirkan. Royong, dengan misi : (1) Mewujudkan keamanan nansional yang mampu
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sukses Bangsa Indonesia menyelenggarakan Pesta Demokrasi Tahun 2014 dalam Pemilu Presiden dan Wakil Presiden telah melahirkan Kepemimpinan Nasional baru yang
Lebih terperinciPeningkatan Daya Saing Industri Manufaktur
XII Peningkatan Daya Saing Industri Manufaktur Globalisasi ekonomi menuntut produk Jawa Timur mampu bersaing dengan produk sejenis dari negara lain, baik di pasar lokal maupun pasar internasional. Kurang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era globalisasi menuntut adanya keterbukaan ekonomi yang semakin luas dari setiap negara di dunia, baik keterbukaan dalam perdagangan luar negeri (trade openness) maupun
Lebih terperinciAnalisis Pengembangan Ekspor Jasa Ritel Dalam ASEAN Framework Agreement in Services/AFAS (Suatu Upaya Pemanfaatan Peluang) Oleh Muhammad Fawaiq
Analisis Pengembangan Ekspor Jasa Ritel Dalam ASEAN Framework Agreement in Services/AFAS (Suatu Upaya Pemanfaatan Peluang) Oleh Muhammad Fawaiq Outline 1. Latar Belakang 2. Jasa dalam UU Perdagangan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perdagangan resiprokal antara dua mitra dagang atau lebih. RTA mencakup
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Regional Trade Agreements (RTA) didefinisikan sebagai kerjasama perdagangan resiprokal antara dua mitra dagang atau lebih. RTA mencakup free trade agreements (FTA),
Lebih terperincihambatan sehingga setiap komoditi dapat memiliki kesempatan bersaing yang sama. Pemberian akses pasar untuk produk-produk susu merupakan konsekuensi l
BAB V 5.1 Kesimpulan KESIMPULAN DAN SARAN Dalam kesepakatan AoA, syarat hegemoni yang merupakan hubungan timbal balik antara tiga aspek seperti form of state, social force, dan world order, seperti dikatakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) / ASEAN Economic Community (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini merupakan agenda utama negara
Lebih terperinci: Institute Of Southeast Asian Studies
BOOK REVIEW Judul : ASEAN: Life After the Charter Editor : S. Tiwari Penerbit : Institute Of Southeast Asian Studies Bahasa : Inggris Jumlah halaman : 186 halaman Tahun penerbitan : 2010 Pembuat resensi
Lebih terperinciKEDUDUKAN BILATERAL INVESTMENT TREATIES (BITs) DALAM PERKEMBANGAN HUKUM INVESTASI DI INDONESIA
KEDUDUKAN BILATERAL INVESTMENT TREATIES (BITs) DALAM PERKEMBANGAN HUKUM INVESTASI DI INDONESIA LATIF, BIRKAH Pembimbing : Prof. Dr. Muchammad Zaidun, SH., Msi INTERNATIONAL LAW ; INVESTMENT, FOREIGN KKB
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dicapai karena setiap negara menginginkan adanya proses perubahan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi negara merupakan hal yang sangat penting untuk dicapai karena setiap negara menginginkan adanya proses perubahan perekonomian yang lebih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membuat perubahan dalam segala hal, khususnya dalam hal perdagangan. Era
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sudah menjadi hal yang wajar apabila perkembangan peradaban manusia membuat perubahan dalam segala hal, khususnya dalam hal perdagangan. Era perdagangan global yang
Lebih terperinciANALISIS DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH INDONESIA TERHADAP PERSAINGAN PERDAGANGAN JASA DI BIDANG KONSTRUKSI DALAM RANGKA MASYARAKAT EKONOMI ASEAN
ANALISIS DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH INDONESIA TERHADAP PERSAINGAN PERDAGANGAN JASA DI BIDANG KONSTRUKSI DALAM RANGKA MASYARAKAT EKONOMI ASEAN Farida Nur Hidayah 1, Kholis Roisah 2 r_kholis@yahoo.com ABSTRAK
Lebih terperinciBAB III KEBIJAKAN DAFTAR NEGATIF INVESTASI DI INDONESIA. 1. Dasar Hukum Kebijakan Daftar Negatif Investasi (DNI)
BAB III KEBIJAKAN DAFTAR NEGATIF INVESTASI DI INDONESIA A. Dasar Hukum dan Perkembangan 1. Dasar Hukum Kebijakan Daftar Negatif Investasi (DNI) Adapun dasar hukum dari kebijakan Daftar Negatif Investasi
Lebih terperinci: : PANGKAT/ GOL
CURICULUM VITAE NAMA : dr. Ketut Suarjaya,MPPM NIP : 19620115 198710 1 001 PANGKAT/ GOL : Pembina Utama Muda, IV/c JABATAN : Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali INSTANSI : Dinas Kesehatan Provinsi Bali
Lebih terperinciMEMBANGUN & MEMELIHARA KOMPETENSI BIDAN DI ERA MEA. Yogyakarta, 20 Agustus 2016 DEFINISI BIDAN
MEMBANGUN & MEMELIHARA KOMPETENSI BIDAN DI ERA MEA Yogyakarta, 20 Agustus 2016 DEFINISI BIDAN Definisi bidan menurut International Confederation Of Midwives (ICM) melalui konggres ICM ke 27, pada bulan
Lebih terperinciKetentuan Pengaturan Jasa Dalam Percepatan Penerapan Asean Economic Community
Ketentuan Pengaturan Jasa Dalam Percepatan Penerapan Asean Economic Community Clara Ignatia Tobing Universitas Bhayangkara Jakarta Raya, clara.ignatia@ubharajaya.ac.id ABSTRAK - Percepatan penerapan Masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengaruhnya sangat besar dalam kehidupan sehari-hari masyarakat itu sendiri.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses gobalisasi sudah melanda hampir di semua negara di dunia,termasuk di Indonesia. Globalisasi berpengaruh besar terhadap perekonomian dunia dan juga negara-negara,tidak
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2008 TENTANG PENGESAHAN PERSETUJUAN KERANGKA KERJA ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK ISLAM PAKISTAN TENTANG KEMITRAAN EKONOMI
Lebih terperinciOLEH : TUNGGUL PRIYONO (Kepala Bidang Akademik, Kemahasiswaan dan Kelembagaan Kopertis Wil V DIY) Materi disampaikan dalam acara BIMTEK KERJASAMA PTS
OLEH : TUNGGUL PRIYONO (Kepala Bidang Akademik, Kemahasiswaan dan Kelembagaan Kopertis Wil V DIY) Materi disampaikan dalam acara BIMTEK KERJASAMA PTS 2017 Referensi/Bahan : 1. Undang-Undang No. 12 Tahun
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM Nomor : 31 / PRT / M /2006 TENTANG
PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM Nomor : 31 / PRT / M /2006 TENTANG MONITORING COMMITTEE DALAM RANGKA PELAKSANAAN ASEAN MUTUAL RECOGNITION ARRANGEMENT ON ENGINEERING SERVICES ( CPC 8672 ) MENTERI PEKERJAAN
Lebih terperinciVIII. KESIMPULAN, IMPLIKASI KEBIJAKAN DAN PENELITIAN LANJUTAN
VIII. KESIMPULAN, IMPLIKASI KEBIJAKAN DAN PENELITIAN LANJUTAN 8.1. Kesimpulan Hasil studi menunjukkan bahwa prioritas alokasi investasi ke sektor pertanian dan industri berbasis pertanian yang didukung
Lebih terperinciMenteri Perindustrian Republik Indonesia
Menteri Perindustrian Republik Indonesia KEYNOTE SPEECH MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA SEMINAR IKATAN ALUMNI UNIVERSITAS SRIWIJAYA (IKA UNSRI) DALAM RANGKA KESIAPAN INDONESIA MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan hal yang krusial. Oleh karena itu, menjadi negara maju adalah impian
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persaingan antar negara-negara di dunia dalam hal perekonomian merupakan hal yang krusial. Oleh karena itu, menjadi negara maju adalah impian dari setiap negara. Sebuah
Lebih terperinciLAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL KENDARI, 30 MEI 2013
LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL KENDARI, 30 MEI 2013 I. PENDAHULUAN Kegiatan Sosialisasi Hasil dan Proses Diplomasi Perdagangan Internasional telah diselenggarakan
Lebih terperinciKEYNOTE SPEECH MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA PERESMIAN PABRIK PT. INDO KORDSA, TBK JAKARTA, 06 JANUARI 2015
KEYNOTE SPEECH MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA PERESMIAN PABRIK PT. INDO KORDSA, TBK JAKARTA, 06 JANUARI 2015 Yang Mulia Duta Besar Turki; Yth. Menteri Perdagangan atau yang mewakili;
Lebih terperinciSAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA PENINJAUAN PEMBANGUNAN PABRIK BAHAN BAKU OBAT PT. KALBE FARMA Tbk CIKARANG, JAWA BARAT RABU, 27 JANUARI 2016
SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA PENINJAUAN PEMBANGUNAN PABRIK BAHAN BAKU OBAT PT. KALBE FARMA Tbk CIKARANG, JAWA BARAT RABU, 27 JANUARI 2016 Yang terhormat: Presiden Direktur PT. Kalbe Farma; CEO
Lebih terperinciPembangunan, Migrasi, dan Kebijakan
S.389 Seminar Pembangunan, Migrasi, dan Kebijakan Yogyakarta, 2 April 2015 Migrasi Pekerja Internasional dan Implikasi MEA Dr. Sukamdi, MSc Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan Universitas Gadjah Mada
Lebih terperinciVI. STRATEGI PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI AGRO INDONESIA
VI. STRATEGI PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI AGRO INDONESIA Penurunan daya saing sektor industri agro Indonesia pada tahun 1995-2000, khususnya dibandingkan dengan Thailand dan China, perlu diantisipasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Ekonomi ASEAN akan segera diberlakukan pada tahun 2015.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ASEAN Ecomonic Community (AEC) atau yang lebih dikenal dengan Masyarakat Ekonomi ASEAN akan segera diberlakukan pada tahun 2015. AEC merupakan realisasi dari tujuan
Lebih terperinciARAH PEMBANGUNAN HUKUM DALAM MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY 2015 Oleh: Akhmad Aulawi, S.H., M.H. *
ARAH PEMBANGUNAN HUKUM DALAM MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY 2015 Oleh: Akhmad Aulawi, S.H., M.H. * Era perdagangan bebas di negaranegara ASEAN tinggal menghitung waktu. Tidak kurang dari 2 tahun pelaksanaan
Lebih terperinciDr Erwidodo Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Badan Litbang Pertanian. Workshop Pra-Konferensi PERHEPI Bogor, 27 Agustus 2014
Dr Erwidodo Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Badan Litbang Pertanian Workshop Pra-Konferensi PERHEPI Bogor, 27 Agustus 2014 1 Multilateral (WTO) Plurilateral/Regional : APEC, ASEAN-FTA (AFTA),
Lebih terperinciINDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA: MASA DEPAN DAN TANTANGANNYA
Peringatan 25 Tahun Pendidikan di Indonesia INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA: MASA DEPAN DAN TANTANGANNYA Hari G. Soeparto 1, Bambang Trigunarsyah 2 ABSTRAK: Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, industri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mendorong perkembangan dan kemakmuran dunia industri modern Perdagangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini, perdagangan internasional merupakan inti dari ekonomi global dan mendorong perkembangan dan kemakmuran dunia industri modern Perdagangan Internasional dilakukan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Penerapan Skema CEPT-AFTA Dalam Kerjasama Perdagangan
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Penerapan Skema CEPT-AFTA Dalam Kerjasama Perdagangan Indonesia-Thailand Agreement On The Common Effective Preferential Tariff Scheme For The ASEAN Free Trade
Lebih terperinciANALISIS KEBIJAKAN PENDIDIKAN (1) GLOBALISASI DAN LIBERALISASI DALAM PENDIDIKAN. Perubahan2 dalam Masyarakat: 4/7/2012 DAYA SAING PENDIDIKAN INDONESIA
ANALISIS KEBIJAKAN PENDIDIKAN (1) GLOBALISASI DAN LIBERALISASI DALAM PENDIDIKAN DAYA SAING PENDIDIKAN INDONESIA World Competitiveness Year Book 1997-2007 Menurut hasil survei dari tahun 1997 sampai tahun
Lebih terperinciADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. menampung dan mewujudkan aspirasi tersebut.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka melakukan upaya pencegahan terhadap ancaman internal maupun eksternal terhadap kawasan Asia Tenggara di masa mendatang, menciptakan integrasi regional,
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasaran pembahasan yang telah dipaparkan pada bab-bab sebelumnya,
96 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasaran pembahasan yang telah dipaparkan pada bab-bab sebelumnya, terdapat beberapa poin yang bisa ditarik sebagai kesimpulan dan sekaligus akan menjawab rumusan masalah,
Lebih terperinciBAHAN KULIAH HUKUM PERNIAGAAN/PERDAGANGAN INTERNASIONAL MATCH DAY 7 WORLD TRADE ORGANIZATION (WTO)
BAHAN KULIAH HUKUM PERNIAGAAN/PERDAGANGAN INTERNASIONAL MATCH DAY 7 WORLD TRADE ORGANIZATION (WTO) A. Sejarah WTO World Trade Organization (WTO) adalah suatu organisasi perdagangan antarbangsabangsa dengan
Lebih terperinciNASKAH PENJELASAN PENGESAHAN
NASKAH PENJELASAN PENGESAHAN SECOND PROTOCOL TO AMEND THE AGREEMENT ON TRADE IN GOODS UNDER THE FRAMEWORK AGREEMENT ON COMPREHENSIVE ECONOMIC COOPERATION AMONG THE GOVERNMENTS OF THE MEMBER COUNTRIES OF
Lebih terperinciGLOBALISASI DAN LIBERALISASI DALAM PENDIDIKAN
AKP PERTEMUAN II GLOBALISASI DAN LIBERALISASI DALAM PENDIDIKAN Dyah Kumalasari DAYA SAING PENDIDIKAN INDONESIA World Competitiveness Year Book 1997-2007 Menurut hasil survei dari tahun 1997 sampai tahun
Lebih terperinciINSTRUMEN INTERNASIONAL DI BIDANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK
INSTRUMEN INTERNASIONAL DI BIDANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK Pada saat ini, ada beberapa organisasi internasional yang mencoba untuk mengatur teknologi informasi, diantaranya the United Nations
Lebih terperinciKERJASAMA PROGRAM PROFESI INSINYUR KEMENTERIAN PUPR DENGAN KEMENTERIAN RISTEK DIKTI. DIREKTUR JENDERAL BINA KONSTRUKSI Jakarta - Senin,10 Oktober 2016
KERJASAMA PROGRAM PROFESI INSINYUR KEMENTERIAN PUPR DENGAN KEMENTERIAN RISTEK DIKTI DIREKTUR JENDERAL BINA KONSTRUKSI Jakarta - Senin,10 Oktober 2016 ORGANISASI, TUGAS DAN PROGRAM DIREKTORAT JENDERAL BINA
Lebih terperinciASEAN FREE TRADE AREA (AFTA) Lola Liestiandi & Primadona Dutika B.
ASEAN FREE TRADE AREA (AFTA) Lola Liestiandi & Primadona Dutika B. Outline Sejarah dan Latar Belakang Pembentukan AFTA Tujuan Strategis AFTA Anggota & Administrasi AFTA Peranan & Manfaat ASEAN-AFTA The
Lebih terperinciSambutan oleh: Ibu Shinta Widjaja Kamdani Ketua Komite Tetap Kerjasama Perdagangan Internasional Kadin Indonesia
Sambutan oleh: Ibu Shinta Widjaja Kamdani Ketua Komite Tetap Kerjasama Perdagangan Internasional Kadin Indonesia Disampaikan Pada Forum Seminar WTO Tanggal 12 Agustus 2008 di Hotel Aryaduta, Jakarta Kepada
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Manajemen rantai pasok menurut Simchy-Levi dan Kaminsky (2003) adalah
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manajemen rantai pasok menurut Simchy-Levi dan Kaminsky (2003) adalah sebuah pendekatan yang digunakan secara efisien dalam mengintegrasikan pemasok, pabrik, gudang, dan
Lebih terperinciBAB 2 MUTUAL RECOGNITION ARRANGEMENT
22 BAB 2 MUTUAL RECOGNITION ARRANGEMENT Dalam Bab 2 ini penulis akan membahas sejarah mengenai Mutual Recognition Arrangement dan definisinya yang dikutip dari beberapa sumber. 2.1 Sejarah Kemunculan Mutual
Lebih terperinciBAB VI. KESIMPULAN. integrasi ekonomi ASEAN menghasilkan kesimpulan sebagai berikut: perdagangan di kawasan ASEAN dan negara anggotanya.
BAB VI. KESIMPULAN 6.1. Kesimpulan Hasil penelitian mengenai aliran perdagangan dan investasi pada kawasan integrasi ekonomi ASEAN menghasilkan kesimpulan sebagai berikut: 1. Integrasi ekonomi memberi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan dalam berbagai bidang, tak terkecuali dalam bidang ekonomi. Menurut Todaro dan Smith (2006), globalisasi
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Prinsip perluasan Uni Eropa adalah semua anggota harus memenuhi ketentuan yang dimiliki oleh Uni Eropa saat ini, antara lain menyangkut isu politik (kecuali bagi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut Tinbergen (1954), integrasi ekonomi merupakan penciptaan struktur
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Tinbergen (1954), integrasi ekonomi merupakan penciptaan struktur perekonomian internasional yang lebih bebas dengan jalan menghapuskan semua hambatanhambatan
Lebih terperinciREPUBLIK DEMOKRASI RAKYAT (RDR) LAOS. Komitmen Jadwal Spesifik. (Untuk Paket Komitmen Pertama)
PERSETUJUAN ASEAN-KOREA MENGENAI PERDAGANGAN JASA LAMPIRAN/SC1 REPUBLIK DEMOKRASI RAKYAT (RDR) LAOS Komitmen Jadwal Spesifik (Untuk Paket Komitmen Pertama) pkumham.go 1 LAOS- Jadwal Komitmen Spesifik Moda
Lebih terperinciLD NO.14 PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL I. UMUM
I. UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL 1. Pembangunan daerah merupakan bagian integral dari pembangunan nasional, sebagai upaya terus menerus
Lebih terperinciBAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR
BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR A. KONDISI UMUM Sebagai motor penggerak (prime mover) pertumbuhan ekonomi, sektor industri khususnya
Lebih terperinciEKONOMI KREATIF DALAM PERSPEKTIF PERDAGANGAN, HAMBATAN DAN PERAN PERGURUAN TINGGI
EKONOMI KREATIF DALAM PERSPEKTIF PERDAGANGAN, HAMBATAN DAN PERAN PERGURUAN TINGGI Dedi Budiman Hakim dan Muhammad Fazri, Bogor, 29 Desember 2015 Departemen Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut
Lebih terperinciSKRIPSI PENGARUH GENERAL AGREEMENT ON TRADE IN SERVICES (GATS) TERHADAP SEKTOR KETENAGAKERJAAN DI INDONESIA
SKRIPSI PENGARUH GENERAL AGREEMENT ON TRADE IN SERVICES (GATS) TERHADAP SEKTOR KETENAGAKERJAAN DI INDONESIA Diajukan oleh: RUSWANDIANA NPM : 060509312 Program Studi Program Kekhususan : Ilmu Hukum : Hukum
Lebih terperinci"Jalan Pintas Menuju AFTA
"Jalan Pintas Menuju AFTA Dari perspektif tenaga (medik) di Upaya dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Perorangan Amal C Sjaaf Pusat Kajian Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menghadapi Free Trade Area (AFTA) dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN. pada ASEAN Economic Community (AEC) yang mana merupakan pedoman
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Era globalisasi ini persaingan sangat ketat terutama dalam dunia bisnis. Budaya, teknologi dan pendidikan merupakan bagian dalam kehidupan manusia yang secara
Lebih terperinciTANTANGAN EKSTERNAL : Persiapan Negara Lain LAOS. Garment Factory. Automotive Parts
TANTANGAN EKSTERNAL : Persiapan Negara Lain LAOS Garment Factory Automotive Parts 1 Tantangan eksternal : persiapan Negara Lain VIETNAM 2 Pengelolaaan ekspor dan impor Peningkatan pengawasan produk ekspor
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. strategi rantai pasok tersebut umumnya terjadi trade off antara kecepatan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manajemen rantai pasok menurut Simchy-Levi dan Kaminsky (2003) adalah sebuah pendekatan yang digunakan secara efisien dalam mengintegrasikan pemasok, pabrik, gudang, dan
Lebih terperinci