DAFTAR ISI. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan B. Kunci Jawaban DAFTAR PUSTAKA... 41

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DAFTAR ISI. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan B. Kunci Jawaban DAFTAR PUSTAKA... 41"

Transkripsi

1 1

2 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Laar Belakang Penulisan... 1 B. Tujuan Penulisan Modul... C. Sasaran... D. Ruang Lingkup Penulisan... BAB II PEMBELAJARAN PENGUKURAN DI SD... 3 A. Kompeensi dan Indikaor... 3 B. Uraian Maeri Kegiaan Belajar 1. Pengukuran Panjang dan Keliling Kegiaan Belajar. Pengukuran Luas Bangun Daar dan Luas Permukaan Bangun Ruang Kegiaan Belajar 3. Pengukuran Volum Kegiaan Belajar 4. Pengukuran Jarak, Waku, dan Kecepaan Kegiaan Belajar 5. Pengukuran Sudu Kegiaan Belajar 6. Pengukuran Suhu Kegiaan Belajar 7. Pengukuran Skala... 3 C. Panduan Belajar D. Media Belajar E. Evaluasi Belajar BAB III PENUTUP A. Kesimpulan B. Kunci Jawaban DAFTAR PUSTAKA... 41

3 BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Pengukuran merupakan kajian ini yang harus dipelajari siswa SD (Sekolah Dasar)/MI (Madrasah Ibidaiyah) mulai kelas I sampai dengan kelas VI, beringka dari yang sederhana menuju ke kompleks. Maeri pengukuran yang dipelajari melipui pengukuran panjang dan keliling, luas dan volum, jarak, waku dan kecepaan, skala, sudu, dan suhu. Hasil invenarisasi masalah yang erekam pada saa pelaihan nasional yang dilaksanakan PPPPTK Maemaika unuk guru SD/MI dari seluruh Indonesia, menunjukkan suau kenyaaan bahwa pembelajaran pengukuran kurang memberikan kegiaan yang dapa meningkakan kreaivias dan kemampuan siswa dalam mempelajari konsep maeri ersebu. Kegiaan pembelajaran yang dilakukan hanya berlangsung sau arah, yaiu guru memberikan suau insruksi aau pengumuman yang menyebukan auran-auran, sifa-sifa, sera rumusrumus anpa memberikan kegiaan yang memberikan pemahaman uuh maeri yang dibicarakan. Selanjunya siswa diharapkan menghafalkan auran-auran, sifa-sifa, sera rumus-rumus ersebu unuk dapa digunakan dalam menyelesaikan soal-soal laihan. Dengan diberikan laihan soal yang erus menerus, diharapkan siswa akan menjadi erampil. Padahal menuru Mark (1988) hasil yang diharapkan dari pelajaran maemaika saa ini jauh lebih luas dari pada sekedar penguasaan secara mekanik saja. Tanggung jawab guru maemaika yang sanga pening adalah mendorong kreaivias dengan cara membanu siswa menemukan ide dasar, auran-auran, dan prinsip-prinsip maemaika. Berdasar kenyaaan di aas maka dipandang perlu memanfaakan kesempaan penulisan modul kali ini unuk mengkomunikasikan alernaif pembelajaran pengukuran dengan pendekaan PAIKEM (pembelajaran akif, inovaif, kreaif, efekif, dan menyenangkan). 3

4 B. Tujuan Penulisan Modul Seelah mempelajari maeri modul ini diharapkan guru SD/MI dapa: 1. Memperoleh ambahan wawasan dan pengeahuan yang bermanfaa unuk meningkakan kelancaran pelaksanaan ugas;. Lebih berhasil mengajarkan maeri-maeri dalam pengukuran. C. Sasaran Modul ini diperunukan bagi para guru SD/MI yang mengikui dikla pasca Uji Kompeensi (UK). D. Ruang Lingkup Isi Modul Modul ini erdiri dari 7 Kegiaan Belajar (KB), yaiu: 1. KB 1. Pengukuran Panjang dan Keliling a. Pengukuran Panjang b. Pengukuran Keliling. KB. Pengukuran Luas Bangun Daar dan Luas Permukaan Bangun Ruang 3. KB 3. Pengukuran Volum 4. KB 4. Pengukuran Jarak, Waku, dan Kecepaan 5. KB 5. Pengukuran Sudu 6. KB 6. Pengukuran Suhu 7. KB 7. Pengukuran Skala 4

5 BAB II PEMBELAJARAN PENGUKURAN DI SD A. Kompeensi dan Indikaor 1. Kompeensi Menguasai konsep dan prinsip dalam pengukuran.. Indikaor a. Menyelesaikan masalah yang berkaian dengan pengukuran panjang dan keliling. b. Menyelesaikan masalah yang berkaian dengan pengukuran luas bangun daar dan luas permukaan bangun ruang. c. Menyelesaikan masalah yang berkaian dengan pengukuran volum. d. Menyelesaikan masalah yang berkaian dengan pengukuran jarak, waku, dan kecepaan. e. Menyelesaikan masalah yang berkaian dengan pengukuran sudu. f. Menyelesaikan masalah yang berkaian dengan pengukuran suhu. g. Menyelesaikan masalah yang berkaian dengan pengukuran skala. B. Uraian Maeri Dalam bidang kehidupan, memahami pengukuran dan dapa mengukur dengan sauan ukuran yang epa adalah hal yang sanga pening. Unuk mempelajari pengukuran diperlukan pengalaman-pengalaman agar makna dari konsepnya dipahami. Menuru Mark (1988) ada beberapa cara efekif yang dapa dilakukan oleh guru unuk mempersiapkan kegiaan pengukuran, yaiu: 1. memilih kegiaan-kegiaan yang dapa mengungkap banyak pengalaman yang mendalam unuk mempelajari konsep-konsep pengukuran.. membanu menemukan sauan pengukuran yang epa dan sesuai. 3. membimbing unuk menyelidiki, memahami, menemukan, dan menggunakan rumus-rumus dalam pengukuran. 4. Memilih kegiaan-kegiaan yang dapa dilakukan dan memenuhi kebuuhan siswa sesuai dengan siuasi dan kondisi. 5

6 Diinjau dari obyek yang diukur ada kelompok pengukuran yaiu pengukuran yang bersifa independen dan pengukuran yang bersifa non independen. 1. Pengukuran independen ialah pengukuran yang didasarkan aas banyaknya sauan ukuran yang digunakan unuk menera obyek yang hendak diukur. Conoh: pengukuran panjang, pengukuran luas, pengukuran volum (isi), pengukuran bera, pengukuran waku, pengukuran sudu, pengukuran suhu, dan pengukuran jumlah (kapasias: lusin, gros, kodi).. Pengukuran non independen (ada keerganungan) ialah pengukuran yang didasarkan aas perbandingan anara besaran independen aau lebih. Conoh : pengukuran kecepaan, pengukuran skala, pengukuran nilai (phi). 1. Kegiaan Belajar 1. Pengukuran Panjang dan Keliling a. Pengukuran Panjang 1) Pengukuran panjang dengan sauan idak baku Ukuran panjang suau obyek adalah banyaknya sauan panjang yang digunakan unuk menyusun secara berjajar dan berkesinambungan dari ujung obyek yang sau ke ujung obyek yang lain. Pengalaman belajar siswa enang pengukuran panjang dimulai unuk mengukur panjang dengan menggunakan sauan idak baku. Sauan idak baku yang digunakan harus sesuai dengan benda yang diukur panjangnya. Conoh sauan idak baku jengkal digunakan unuk mengukur epi suau meja, klip digunakan unuk mengukur panjang suau pensil dan sebagainya. Pada kegiaan pengukuran panjang ini penekanan yang harus diperhaikan adalah: benda yang diukur. sauan ukuran idak baku yang epa unuk dipilih. cara mengukur. hasil dari pengukuran erganung sauan yang digunakan. Pada awal kegiaan unuk penanaman konsep ukuran panjang, yang perlu diperhaikan adalah: ersedianya sauan ukuran yang digunakan sesuai dengan panjang obyek. hasil pengukuran diunjukkan dengan banyaknya sauan ukuran yang berjejer pada obyek yang diukur. 6

7 Conoh Dua pensil yang sama panjang, apabila diukur dengan sauan panjang idak baku akan menghasilkan ukuran yang idak sama panjang. Panjang pensil = 6 Panjang pensil = 9 Pada ahap berikunya sauan yang digunakan unuk mengukur cukup 1 saja, yaiu dengan cara memberi anda seiap kali habis mengukur. Conoh Panjang pensil = 7 Pada akhir kegiaan siswa memperoleh pemahaman sebagai beriku. Suau benda diukur dengan menggunakan sauan ukuran yang berbeda akan diperoleh hasil yang berbeda. Oleh karena iu apabila kia menghendaki hasil pengukuran yang sama unuk suau obyek, maka sauan yang digunakan harus sama panjangnya. Hal ini akan menuju pada penggunaan sauan baku. Unuk seiap kali melakukan pengukuran, banyak sauan ukuran yang digunakan cukup 1 dan obyek yang diukur diberi anda. ) Pengukuran Panjang dengan Sauan Baku Penekanan yang harus diperhaikan adalah: benda yang diukur. sauan ukuran baku berupa penggaris aau meeran plasik. cara mengukur. hasil dari pengukuran. pembacaan/pengucapan sauan ukuran yang digunakan misalnya cm (senimeer), dm (desimeer) 7

8 panjang pensil = 6 senimeer = 6 cm. Pada langkah selanjunya, siswa diarahkan unuk menemukan hubungan anara m, dm, dan cm. seiap kia mengukur obyek yang panjangnya 10 cm disebu 1 dm aau 1 dm = 10 cm seiap kia mengukur obyek yang panjangnya 10 dm disebu 1 m aau 1 m = 10 dm Berdasarkan uraian di aas dapa disimpulkan sebagai beriku: Kesimpulan 1 m = 10 dm 1 dm = 10 cm 1 m = 10 dm = (10 10) cm = 100 cm dan seerusnya. Berdasarkan pengalaman siswa dalam melakukan pengukuran panjang, maka disajikan hubungan sebagai beriku. 1 dm = 10 cm (dikalikan 10) 1 1 cm = dm (dibagi 10) 10 1 m = 10 dm (dikalikan 10) 1 1 dm = m (dibagi 10) 10 Pada ahap selanjunya dikenalkan angga sauan panjang sebagai beriku. km hm dam m : dm cm mm 8

9 b. Pengukuran Keliling Pengukuran keliling dengan sauan idak baku, dan baku Keliling suau obyek adalah banyaknya sauan panjang yang digunakan unuk mengukur panjang dari obyek iu mulai iik awal pengukuran dengan menelusuri semua epian obyek hingga kembali keiik awal. Penekanan yang harus diperhaikan adalah: pemilihan sauan ukuran yang epa. cara mengukur sesuai dengan konsep dari keliling, yaiu banyaknya sauan ukuran yang digunakan unuk mengelilingi obyek ersebu. menemukan rumus keliling bangun daar yang eraur misal segiiga, persegipanjang, persegi dan lain-lain. Keliling = ( ) cm= cm 1 Keliling = = 11 cm iik awal dan iik akhir mengukur. Kegiaan Belajar. Pengukuran Luas Bangun Daar dan Luas Permukaan Bangun Ruang 9

10 a. Konsep luas Luas suau daerah adalah banyak sauan luas yang dapa digunakan unuk menuupi secara daerah iu. b. Pengukuran luas dengan sauan idak baku Sauan luas idak baku unuk mengukur luas suau daerah dapa berupa ubin: segienam berauran, segiiga samasisi, persegipanjang, dan lain-lain. Dengan demikian sauan luas idak baku yang dimaksud adalah sauan luas yang belum dibakukan. Sedangkan sauan luas baku adalah sauan luas yang sudah dibakukan secara inernasional. Misal: meer persegi (m ), hekomeer persegi (hm ) aau hekar (ha). Unuk mengukur panjang suau benda yang harus diperhaikan adalah: benda yang diukur, sauan luas yang epa unuk dipilih, cara mengukur, hasil dari pengukuran erganung sauan luas yang digunakan. Conoh Luas bangun = Luas bangun = Luas bangun = Berdasarkan conoh-conoh di aas, dapa disimpulkan bahwa dari suau obyek yang sama, diukur dengan sauan luas yang berbeda akan diperoleh hasil yang berbeda. Pada akhir kegiaan memberi pemahaman enang: 10

11 suau benda diukur dengan menggunakan sauan yang berbeda, akan diperoleh hasil berbeda. bila kia menginginkan memperoleh hasil yang sama unuk mengukur suau obyek maka diperlukan sauan luas yang sama. ubah ke sauan luas baku, misal cm yaiu suau persegi yang sisi-sisinya berukuran 1 cm. 1 cm 1 cm 1 cm Pada dasarnya dalam melakukan pengukuran, orang sering melakukan pembulaan, sebab kegiaan mengukur sebenarnya idak pernah epa. Isilah keepaan dalam pengukuran lebih diarikan sebagai keeliian dalam melakukan pengukuran. Pengukuran dengan sauan yang lebih kecil akan menghasilkan kesalahan yang lebih kecil pula. Sehingga unuk meningkakan keeliian dalam mengukur dilakukan dengan cara memperkecil sauan pengukurnya. Mulai kelas II siswa diajak mengukur luas bangun idak eraur dengan menggunakan sauan luas peak persegi. Kegiaan pembelajaran dari maeri ini dapa menggunakan lembar kerja siswa. Gunakan persegi sauan agak besar agar anak idak begiu suli dalam menghiung banyak sauan luas yang menuupi bangun yang diukur. Bangun-bangun yang diukur hendaknya sederhana dan menarik bagi siswa. Conoh Tenukan luas bangun gambar beriku. 11

12 Bimbinglah siswa unuk menghiung bagian-bagian yang uuh dengan cara memberi nomor. Sedangkan bagian-bagian yang idak uuh dapa digabungkan dengan cara memberi warna yang sama unuk bagian-bagian yang dianggap/diperkirakan luasnya mendekai uuh, kemudian diberi nomor. Jadi luas bangun gambar merupakan penjumlahan dari bagian yang uuh dan gabungan bagian-bagian yang idak uuh, yaiu sepuluh persegi sauan. c. Penemuan rumus luas bangun daar Alernaif penemuan rumus luas daerah suau bangun daar (persegi, segiiga, jajargenjang, rapesium, layang-layang, belah keupa, lingkaran) dapa diurunkan dari rumus luas persegipanjang. Bila alernaif ersebu yang dipilih maka rumus luas persegipanjang harus lebih dahulu diemukan siswa. 1) Penemuan rumus luas persegi panjang Rumus luas persegipanjang dapa diemukan siswa dengan menggunakan LKS (lembar kerja siswa) sebagai beriku. 1

13 Lembar Kerja Siswa enang luas persegipanjang. No. bangun luas (L) panjang (p) lebar ( ) Hubungan L, p dan = = = Amailah isian pada kolom erakhir pada abel ersebu di aas. Bagaimana hubungan anara luas (L), panjang (p) dan lebar ( ) unuk persegipanjang secara umum? Hubungan ersebu dinyaakan sebagai beriku. L = Kesimpulan: Hubungan anara Luas (L), panjang (p) dan lebar (l) unuk persegi panjang secara umum dapa diulis L = p l. 13

14 Seelah rumus luas persegipanjang dapa diemukan, maka unuk rumus luas bangun daar yang lain dapa diurunkan dari rumus luas persegipanjang. Alernaif uruan penemuan rumus luas bangun daar yang lain sebagai beriku. Luas lingkaran Luas persegipanjang Luas persegi Luasbelah keupa Luas segiiga siku-siku Luas jajargenjang Luas segiiga lancip Luas layang-layang Luas segiiga umpul Luas rapesium Bagan ersebu di aas hanya merupakan salah sau alernaif dari beberapa alernaif yang lain dari penemuan rumus luas bangun daar. ) Penemuan rumus luas segiiga Dalam hal penemuan rumus segiiga, guru dapa membimbing siswa unuk menemukan dua rumus segiiga yaiu segiiga siku-siku dan segiiga sembarang. Unuk menemukan rumus luas segiga siku-siku, sediakan dua persegipanjang yang mempunyai panjang = p, lebar =, dan luasnya sama. Persegipanjang ke-1 merupakan bangun sebelum dipoong. a Persegipanjang ke-1 Persegipanjang ke- dipoong menuru garis diagonal, maka persegipanjang menjadi sama luas dan salah sau segiiga diarsir 14

15 Luas dua segiiga = luas persegipanjang. Sehingga luas sau segiiga yang erjadi = 1 luas persegipanjang aau luas segiiga = 1 luas persegipanjang a = 1 p. Bila unsur-unsur segiiga adalah alasnya a dan ingginya maka 1 1 luas segiiga = alas inggi = a. Unuk menemukan rumus luas segiiga sembarang dapa dilakukan dengan langkah sebagai beriku. Sediakan dua persegipanjang yang mempunyai panjang = p, lebar =, dan luasnya sama. Persegipanjang ke-1 merupakan bangun sebelum dipoong. a Persegipanjang ke-1 Persegipanjang ke- dipoong mulai dari sudu pada sisi bawah sekehendak sampai ke sisi aas dari persegipanjang. Persegipanjang erpoong menjadi 3 bagian, dan yang bagian diarsir. a Luas dua segiiga yang erjadi sama dengan luas persegipanjang. Jadi luas segiiga = luas persegipanjang aau luas segiiga = p = a. a 3) Penemuan rumus luas jajargenjang Rumus jajargenjang sanga mudah diemukan. Sediakan dua persegipanjang yang mempunyai luas sama dengan panjang = p dan lebar =. 15

16 a Persegipanjang ke-1 Luas jajargenjang = luas persegipanjang, dengan demikian diperoleh luas jajargenjang = p = a. Persegipanjang ke- dipoong mulai dari sudu pada alas sekehendak sampai memoong sisi persegipanjang dan diarsir Geser poongan dan benuk menjadi jajargenjang dengan alas = p dan inggi = 4) Penemuan rumus luas segiiga umpul Sediakan dua segiiga umpul dengan alas = a, inggi = dan luasnya sama, ikui langkah-langkah beriku ini. a) Poong segiiga umpul dengah arah sejajar alas dan melalui iik engah inggi segiiga. b) Puar segiiga aas sejauh 180 o berlawanan arah jarum jam, lalu geser poongan segiiga aas dan kemudian leakkan di sebelah kiri segiiga bawah. a a a Langkah-langkah ersebu di aas apabila dibua gambarnya sebagai beriku Berdasarkan gambar ersebu di aas diperoleh hasil sebagai beriku: Luas segiiga = luas jajargenjang yang erjadi dengan alas a dan inggi 1. 16

17 Jadi, luas segiiga umpul = a 1 = 1 a. 5) Penemuan rumus luas rapesium Unuk menemukan rumus rapesium dilakukan pemoongan dan penggeseran dengan mengikui langkah-langkah beriku ini. a) Poong rapesium dengah arah sejajar alas dan melalui iik engah inggi rapesium. b) Puar rapesium aas sejauh 180 o searah jarum jam, lalu geser poongan rapesium aas dan kemudian leakkan di sebelah kanan rapesium bawah. b a 1 1 b a Langkah-langkah ersebu di aas apabila dibua gambarnya sebagai beriku. 1 a b Berdasarkan gambar di aas nampak bahwa rapesium berubah menjadi jajargenjang dengan alas a + b dan inggi 1. Oleh karena iu diperoleh luas rapesium = ( a + b ) 1 = 1 ( a + b ). 6) Penemuan rumus luas belahkeupa Unuk menemukan rumus belah keupa dilakukan pemoong dan penggeseran dengan mengikui langkah-langkah beriku. a) Poong belah keupa sepanjang diagonal mendaar (horisonal). b) Poong segiiga bawah hasil pemoongan pada langkah a) sepanjang diagonal egak (verikal). 17

18 c) Puar segiiga kiri bawah sejauh 180 o searah jarum jam, lalu geser poongan segiiga kiri bawah, dan kemudian leakkan di sebelah kiri segiiga aas. d) Puar segiiga kanan bawah sejauh 180 o berlawanan arah jarum jam, lalu geser poongan segiiga kanan bawah, dan kemudian leakkan di sebelah kanan segiiga aas. Langkah-langkah ersebu di aas apabila dibua gambarnya sebagai beriku. b b b a a a Berdasarkan gambar di aas nampak bahwa belah keupa berubah menjadi persegipanjang dengan panjang a dan lebar b. Oleh karena iu diperoleh luas belahkeupa = a b = 1 a b. 7) Penemuan rumus luas layang-layang Unuk menemukan rumus layang-layang dapa diemukan siswa dengan langkah-langkah yang hampir sama dengan cara menemukan luas belah b a a Layang-layang yang mempunyai diagonal panjang a dan diagonal pendek b. Dilipa menuru diagonal panjang, kemudian diguning. Geser sesuai anak panah 1 b 18

19 keupa (silahkan langkah-langkah ersebu dicoba diulis sendiri). 1 b 1 b Berdasarkan gambar di aas nampak bahwa poongan layang-layang berubah menjadi persegipanjang yang panjangnya = panjang diagonal a dan lebar = 1 diagonal b. Jadi luas layang-layang = a 1 b = 1 a b. 8) Penemuan rumus luas lingkaran Sebelum menemukan rumus luas lingkaran, siswa erlebih dahulu menemukan nilai (dibaca pi). Unuk menenukan nilai diperlukan pengalaman dalam mengukur beberapa obyek yang berbenuk lingkaran, misal piring plasik, uup kaleng susu, uup kaleng biskui dan sebagainya. Siswa secara berkelompok mengumpulkan obyek-obyek yang berbenuk lingkaran yang akan diukur. No. Obyek yang diukur Keliling (K) Diameer (d) Kaleng susu Kaleng biskui Piring plasik K d Hasil dari pengukuran K dan d kemudian digunakan unuk menenukan d K, yang ernyaa mendekai suau nilai yaiu 3,14 (dibaca iga koma sau empa). Nilai 3,14 ini disebu (pi). Archimedes (87 SM 1 SM) pernah menyelidiki besarnya nilai dengan membandingkan keliling dan luas segi 96 berauran dengan keliling dan luas lingkaran luar dan lingkaran dalamnya. Dari penalaran menunjukkan: luas lingkaran dalam < luas segi 96 berauran < luas lingkaran luar dan analisis lebih lanju akhirnya diperoleh nilai anara 10 3 dengan π 3. Karena selisih sanga kecil, maka dari benuk iu nilai pendekaan 71 19

20 = sudah dianggap paling layak sebagai pendekaan perhiungan dalam kehidupan sehari-hari. Kesimpulan yang diambil adalah dan d = diameer aau garis engah. K d 7 = 3,14 dengan K = keliling Berdasarkan hasil ersebu diperoleh rumus keliling lingkaran sebagai beriku. K = d = r, karena d = r Unuk mengukur luas lingkaran, siswa perlu diberikan pengalaman dengan mengguning lingkaran menjadi beberapa juring sebagai beriku. diaur menjadi 1 keliling lingkaran Bila lingkaran diguning menjadi beberapa juring yang lebih kecil dan diaur seperi di aas akan mendekai benuk persegipanjang dengan panjang 1 keliling lingkaran dan lebar r. 0

21 1 r 1 keliling lingkaran Kesimpulan: Luas lingkaran = r r r d 1 1 = r. 9) Pengukuran luas permukaan bangun ruang Pembelajaran enang pengukuran luas permukaan bangun ruang dapa dilaksanakan dengan menggunakan media jaring-jaring dari bangun ruang yang diukur. Hal ini dimaksudkan unuk lebih memahamkan konsep luas dari permukaan bangun ruang ersebu. a) Mengukur luas permukaan balok p P T W S U V R Q p W W T T P S R Q U U V V V W l

22 Sisi-sisi balok PQRS.TUVW ada 6 yang berbenuk persegipanjang dan dapa dikelompokkan menjadi 3. Masing-masing kelompok merupakan persegipanjang dengan luas yang sama. Luas permukaan balok merupakan hasil penjumlahan dari 6 sisi ersebu, oleh karena iu diperoleh: Luas permukaan balok = { (p ) + ( ) + ( p )} sauan b) Mengukur luas permukaan limas segiempa T T D C D C T s s T A B A B Mengukur luas permukaan limas segiempa berauran (dengan alas persegi). T Limas T.ABCD mempunyai 5 sisi erdiri dari alas yang berbenuk persegi dan 4 sisi yang berbenuk segiiga samakaki. Alas ABCD berbenuk persegi mempunyai luas = s s sauan luas. Masing-masing TAB, TBC, TDC, dan TAD berbenuk segiiga samakaki. Luas

23 TAB = Luas TBC = Luas TCD = Luas TAD = 1 s. Harus diperhaikan bahwa: s = panjang rusuk alas dan = inggi segiiga samakaki (garis inggi pada segiiga samakaki egak lurus alas dan memoong alas segiiga epa di engah-engah). Luas permukaan limas segiempa berauran = (s s) s sauan F F D C D a 1 a E A a B D E c) Mengukur luas permukaan prisma egak segiiga samasisi F D E C A 1 B 3

24 Prisma egak segiiga samasisi ABC.DEF mempunyai 5 sisi yang erpisah menjadi kelompok yaiu sisi berbenuk segiiga samasisi (alas dan uup) dan 3 sisi berbenuk persegipanjang. L ABC = L DEF = 1 a 1. Garis inggi pada segiiga samasisi egak lurus alas dan memoong alas segiiga epa di engah-engah. Luas permukaan prisma ABC.DEF = luas 1 a (a ) sauan d) Mengukur luas permukaan abung d K Tabung mempunyai alas dan uup yang berbenuk lingkaran dengan jarijari r aau garis engah = d. Luas alas abung = luas uup abung = luas lingkaran yang mempunyai jari-jari r yaiu r = r 7. Sedangkan selimu abung bila dibuka berbenuk persegipanjang dengan sisi-sisi sama dengan keliling lingkaran = K dan inggi abung =. K r Oleh karena iu diperoleh luas selimu abung: 4

25 L = K = d = r. Luas permukaan abung = luas alas + luas uup + luas selimu abung. Luas permukaan abung = r r d = r d sauan luas sauan luas 3. Kegiaan Belajar 3. Pengukuran Volum a. Pengukuran Volum Bangun Ruang No. Volume (isi) suau bejana (bangun ruang berongga) adalah banyaknya sauan volum (sauan akaran) yang dapa digunakan unuk mengisi hingga penuh bejana ersebu. Rumus-rumus volum bangun ruang: prisma, abung, kerucu, limas dapa diurunkan dari rumus volum balok. Oleh sebab iu rumus volum balok harus lebih dulu diemukan siswa melalui peragaan balok yang diisi kubus sauan yang dilengkapi dengan LKS. 1) Rumus volum balok Isikan jawaban Anda pada iik-iik di bawah ini. Volum (V) Panjang (p) Lebar (l) Tinggi () Hubungan V, p, l dan = =

26 Amailah isian pada kolom erakhir pada abel ersebu di aas. Bagaimana hubungan anara volum (V), panjang (p), lebar ( ) dan inggi () unuk persegipanjang secara umum? Hubungan ersebu dinyaakan sebagai beriku: V = Kesimpulan: Hubungan anara volum (V), panjang (p), lebar (l), dan inggi () pada balok secara umum adalah V = p l. Alernaif penurunan rumus-rumus volum bangun ruang adalah sebagai beriku: Balok Kubus Prisma egak segiiga siku-siku Prisma egak segiiga sembarang Prisma egak segi-n 6

27 Tabung Kerucu Bola Limas segi-n ) Volum prisma egak segiiga siku-siku p A A Prisma egak segiiga siku-siku diperoleh dari membelah balok menjadi bagian yang sama melalui salah sau bidang diagonal ruangnya. Berdasarkan proses ersebu diperoleh hasil sebagai beriku V prisma egak segiiga siku-siku = volum balok = p = ( p ) = A sauan volum dengan A = luas alas yang berupa segiiga siku-siku = inggi prisma F 1 F D Q 1 Q E A 1 C 1 A 1 C A A P 1 P 3) Volum prisma egak segiiga sembarang. B 7

28 F D Q E C A P B Prisma egak segiiga sembarang diperoleh dari merangkai prisma egak segiiga siku-siku AP 1 C 1.DQ 1 F 1 dengan P BC.Q EF. Hasilnya akan berupa prisma egak segiiga sembarang ABC.DEF. Jika A 1 dan A beruru-uru adalah luas alas prisma egak perama dan kedua, sedangkan inggi kedua prisma sama, maka volum prisma egak segiiga sembarang yang dibenuknya yaiu ABC.DEF, adalah: Jadi: V = V 1 + V = A 1 + A = (A 1 + A ) = A sauan volum. V prisma egak segiiga sembarang = A sauan volum A = luas alas prisma = inggi prisma 4) Volum prisma egak segi 6 8

29 Prisma egak segi enam dapa disusun (dirangkai) A 5 A 4 A 3 A 6 A A 1 dari 6 prisma egak segiiga sembarang (liha gambar). Jika A 1, A,, A 6 beruru-uru menyaakan luas alas dari masing-masing prisma egak segiiga yang dimaksud, sedangkan inggi masing-masing prisma iu sama yakni, maka volum prisma egak segienam ersebu adalah: V = A 1. + A. + + A 6. = (A 1 + A + + A 6 ) = A Dengan penalaran yang sama akan diperoleh: V prisma egak segi-n = A 1. + A. + + A n = (A 1 + A + + A n ) = A sauan Jadi: V prisma egak segi-n = A ; A = luas alas prisma dan = inggi prisma 5) Volum abung 9

30 Tabung dapa dipandang sebagai prisma egak segi-n berauran dengan n ak erhingga. Oleh sebab iu diperoleh: V abung = V prisma egak segi-n = A = r sauan volum Jadi: V abung = r sauan volum = 7 3,14 ; r = jari-jari dan = inggi abung 6) Volum kerucu r r Unuk menenukan rumus volum kerucu dilakukan melalui percobaan (melalui peragaan penakaran) dengan menggunakan ala akar berupa kerucu dan abung pasangannya. Yang dimaksud dengan abung pasangannya ialah abung yang luas alasnya sama dengan luas alas kerucu dan ingginya sama dengan inggi kerucu. 30

31 Proses percobaannya dilakukan sebagai beriku: isi kerucu dengan air aau pasir seelah kerucu penuh kemudian diuangkan ke dalam abung. Proses ini diulang hingga abung erisi penuh dengan air aau pasir. Berdasarkan percobaan ersebu, hasil penakaran ernyaa isi abung sama dengan 3 kali isi menakar dengan kerucu. Oleh karena iu diperoleh rumus sebagai beriku. V abung = 3 V kerucu aau V kerucu = 1 3 V abung = 1 3 r r = jari-jari lingkaran alas kerucu dan = inggi 7) Volum limas A A Unuk menenukan rumus volum limas dilakukan melalui percobaan (melalui peragaan penakaran) dengan menggunakan sebuah limas (sembarang limas) dan sebuah prisma pasangannya. Yang dimaksud prisma pasangannya adalah prisma yang alasnya sama dengan alas limas dan ingginya sama dengan inggi limas. Proses percobaannya dilakukan dengan cara sama seperi percobaan pada volum kerucu. Berdasarkan percobaan ersebu, hasil peragaan ernyaa isi prisma sama dengan iga kali isi limas. Oleh karena iu diperoleh: 31

32 V prisma = 3 V limas, aau V limas = 3 1 Vprisma = 3 1 A sauan volum. Jadi V limas = 3 1 A A = luas alas limas dan = inggi limas 8) Volum bola dan luas permukaan bola r r = r Unuk menenukan rumus volum bola dilakukan melalui percobaan (melalui peragaan penakaran). Ala akarnya seengah bola dan abung pasangannya. Yang dimaksud dengan abung pasangannya ialah abung yang dapa melingkupi bola secara uuh (menyinggung abung di bagian aas, bagian bawah, dan bagian samping). Dengan demikian jika jari-jari bola r maka jarijari dan inggi abung pasangannya secara beruru-uru adalah r dan r. Dari hasil percobaan ernyaa volum abung sama dengan iga volum seengah bola, sehingga diperoleh: Jadi: V abung = 3 V aau 1 bola 1 V = 1 Vabung bola 3 1 V = 1 r 1 = r r = r 3. bola V bola = 3 r 3 = 3 4 r 3 dengan r = jari-jari bola Unuk menunjukkan bahwa L = 4 r merupakan rumus luas permukaan dari sebuah bola yang berjari-jari r dilakukan seperi beriku: lilikan sumbu kompor sepanjang permukaan bola. Tandailah iik awal dan iik akhir dari 3

33 sumbu kompor yang dililikan iu. Lepaskan lilian sepanjang permukaan bola iu kemudian dililikan sepanjang selimu abung pasangannya. r r Hasil prakik menunjukkan bahwa panjang ali yang dililikan pada permukaaan bola, sama dengan panjang ali yang dililikan pada selimu abung. Hal ini berari bahwa luas permukaan bola sama dengan luas permukaan selimu abung pasangannya. Oleh karena iu diperoleh: L bola = L selimu abung = r. = r.r = 4 r 4. Kegiaan Belajar 4. Pengukuran Jarak, Waku, dan Kecepaan Konsep kecepaan Kecepaan dari benda yang bergerak ialah besaran yang merupakan hasil pembagian anara jarak empuh dalam perjalanan dengan waku yang digunakan unuk menempuh jarak yang dimaksud. Kaian anar jarak (s = space), kecepaan (v = velociy) dan waku ( = ime) dinyaakan dengan rumus beriku. Kecepaan = jarak empuh perjalanan waku perjalanan aau v = s Conoh. 33

34 Jarak Jakara ke Bandung adalah 00 km. Perjalanan dari Jakara ke Bandung dengan mobil diempuh dalam waku 4 jam. Berapa kecepaan raa-raa mobil iu? Jawab. Jarak empuh = s = 00 km, waku = = 4 jam Kecepaan raa-raanya: v = s = 00 km/jam = 50 km/jam. 4 Unuk memberikan penanaman konsep kecepaan kepada siswa dapa diberikan pengerian bahwa jika jenis kendaraan berangka dari empa yang sama dengan empa ujuan sama, sera rue perjalanan yang sama maka kendaraan yang mencapai ujuan lebih dahulu aau lebih cepa mencapai ujuan dikaakan mempunyai kecepaan yang lebih inggi. Unuk memberikan pemahaman lebih lanju kepada siswa, maka mereka dimina membayangkan saa naik bus, saa naik sepeda dan lain-lain. Di jalan yang lapang bus biasanya mencapai kecepaan anara 90 hingga 110 km/jam. Sebagai bahan perbandingan dapa pula diconohkan bahwa kecepaan bunyi = 35 m/deik dan kecepaan cahaya = km/deik = 300 jua m/deik. Beriku ini diberikan conoh soal kecepaan, jarak dan waku. Conoh Jarak koa A ke B adalah 300 km. Dhika dari koa A ke koa B mengendarai sepeda moor dengan kecepaan raa-raa 40 km/jam. Diar dari koa B ke koa A mengendarai mobil dengan kecepaan raa-raa 60 km/jam. Mereka berangka dalam waku sama yaiu pukul Bila mereka menempuh jalur yang sama, maka pukul berapa mereka berpapasan? Cara 1 40 km 40 km 40 km A Penyelesaian dengan gambar B 34

35 Dhika melakukan perjalanan 3 jam akan menempuh jarak 10 km dan Diar dalam waku 3 jam menempuh jarak 180 km. Jadi mereka berpapasan seelah menempuh perjalanan selama 3 jam yaiu pukul Cara Jumlah jarak yang diempuh oleh Dhika dan Diar adalah menempuh jarak 100km/jam. Karena jarak yang diempuh 300 km, maka waku yang diperlukan (300 : 100) jam = 3 jam. Jadi mereka berpapasan seelah menempuh perjalanan selama 3 jam yaiu pukul Kegiaan Belajar 5. Pengukuran Sudu a. Mengukur Sudu dengan Sauan Tidak Baku Besar sudu dapa diukur dengan menggunakan ala ukur idak baku yaiu sudu yang ukurannya lebih kecil. Cara mengukur besar sudu menggunakan sauan idak baku adalah sebagai beriku: Siapkan sudu besar (sudu yang akan diukur besarnya) dan beberapa sudu kecil yang kongruen (ukurannya sama besar) Himpikan iik sudu besar (sudu yang akan diukur besarnya) dengan iik sudu kecil perama (sudu yang digunakan sebagai sauan idak baku) dengan salah sau kaki kedua sudu iu dihimpikan. Ulangi langkah ersebu dengan cara menghimpikan iik sudu besar dengan iik sudu kecil kedua dengan salah sau kaki sudu kecil kedua dihimpikan dengan kaki sudu kecil perama. Ulangi langkah ersebu hingga sudu eruup sepenuhnya oleh sudu kecil. Besar sudu besar diunjukkan oleh banyaknya sudu kecil yang menuup sudu besar. Langkah-langkah ersebu di aas apabila dibua gambarnya sebagai beriku: 35

36 Berdasarkan uraian di aas diperoleh ukuran sudu besar = 3 ukuran sudu kecil. b. Mengukur sudu dengan busur deraja Besar sudu dapa diukur dengan menggunakan ala ukur baku yaiu busur deraja. Cara mengukur besar sudu menggunakan busur deraja adalah sebagai beriku. Leakkan iik pusa busur deraja pada iik sudu yang akan diukur. Garis penunjuk O pada busur deraja diimpikan pada salah sau kaki sudu. Besar sudu dapa dibaca pada skala yang diunjukkan busur deraja. Perhaikan gambar di bawah ini. D B A O C 36

37 Berdasarkan gambar ersebu diperoleh: AOB = 30 o COD = 60 o BOD = 10 o 30 o = 90 o AOC = 180 o c. Macam-macam sudu Sudu siku-siku, yaiu sudu yang besarnya sama dengan sudu sau puaran. Sehingga besar sudu siku-siku =.( x 360)o = 90 o Sudu lurus, yaiu sudu yang besarnya sama dengan sudu sau puaran, aau 180 o. Sudu lancip, yaiu sudu yang besarnya anara 0 0 dan 90 o Sudu umpul, yaiu sudu yang besarnya anara 90 o dan 180 o Komplemen suau sudu dikaakan komplemen dari jika dan hanya jika + = 90 o. Suplemen suau sudu merupakan suplemen dari, jika dan hanya jika + = 180 o. 37

38 Jika + = 360 o maka disebu verek dari. d. Sudu pada dua jarum jam Sudu anara jarum jam arinya sudu erkecil yang dibenuk oleh jarum jam saa jarum ersebu menunjukkan suau waku erenu. Perhaikan gambar di bawah ini. Jarum pendek pada jam (menunjukkan jam) berpuar sau puaran penuh selama 1 jam, dengan sudu puar yang dilewai besarnya 360 o. Dengan demikian pergeseran jarum pendek selama 1 jam besar sudu puarnya adalah o. 1 o Jarum panjang (menunjukkan meni) berpuar sau puaran penuh selama 60 meni, sehingga selama 1 meni jarum panjang sudu puarnya adalah o o

39 Conoh Tenukan sudu erkecil yang dibenuk oleh dua jarum pada pukul Penyelesaian Pukul Jarum pendek Pergeseran dari angka 1 adalah Karena seiap 1 jam bergeser 30 o, maka pergeseran Jarum panjang 30 5 jam = o o o 30 ( 5 30) = ( ) o = 165 o jam. 60 Pergeserannya dari angka 1 adalah 30 meni. karena seiap 1 meni bergeser 6 o, maka pergeseran 30 meni = (30 6) o = 180 o. Jadi sudu yang dibenuk oleh kedua jarum jam = yang besar dikurangi yang kecil = ( ) o = 15 o 6. Kegiaan Belajar 6. Pengukuran Suhu Konsep suhu 39

40 Suhu suau benda ialah ukuran ingka panas benda ersebu. Sauan unuk mengukur suhu disebu deraja dengan ala yang digunakan unuk mengukur yaiu ermomeer. Ada 3 macam ukuran suhu yaiu Celcius (C), Reamur (R), dan Fahrenhei (F). Hubungan dari keiganya adalah sebagai beriku. Tiik didih dalam Celcius adalah 100 o C dan iik beku air dalam Celcius adalah 0 o C. Tiik didih dalam Reamur adalah 80 o R dan iik beku air dalam Reamur adalah 0 o R. Tiik didih air dalam Fahrenhei adalah 1 o F dan beku air dalam Fahrenhei adalah 3 o F. Sehingga didapa perbandingan sebagai beriku. C : R : F = 100 : 80 : (1 3) = 100 : 80 : 180 aau 5 : 4 : 9 C : R : F = 5 : 4 : 9 Jika dikeahui suhu dalam deraja Celcius (C) 4 C : R = 5 : 4, maka suhu dalam Reamur = C 5 9 C : F = 5 : 9, maka suhu dalam Fahrenhei = C 3 5 Jika dikeahui suhu dalam deraja Reamur (R) 5 C : R = 5 : 4, maka suhu dalam Celcius = R 4 9 R : F = 4 : 9, maka suhu dalam Fahrenhei = R 3 4 Jika dikeahui suhu dalam deraja Fahrenhei (F) 5 C : F = 5 : 9, maka suhu dalam Celcius = (F 3) 9 4 R : F = 4 : 9, maka suhu dalam Reamur = (F 3) 9 Conoh. Seorang pekerja pembua jalan memanaskan aspal mencapai suhu 48 o F. Berapa deraja suhu ersebu dalam C dan R? Penyelesaian. 40

41 5 5 C = (48 3) Jadi suhu aspal dalam Celcius = 50 o C R = (F 3) Jadi suhu aspal dalam reamur = 00 o R Kegiaan Belajar 7. Pengukuran Skala a. Konsep skala Skala ialah nilai perbandingan anara ukuran pada gambar dengan ukuran panjang yang sebenarnya. b. Pembelajaran skala. Dimulai dari conoh menggambar obyek dengan menggunakan skala. Conoh Suau meja berbenuk persegi panjang berukuran panjang 10 cm dan lebarnya 75 cm. Permukaan meja iu dapa digambar di keras buku gambar dengan ukuran panjang 8 cm dan lebar 5 cm. Tenukan skalanya! Jawab. Agar lebih jelas digambar perbandingannya anara keadaan pada gambar dan keadaan yang sebenarnya. keadaan sebenarnya 75 cm keadaan pada gambar 5 cm 8 cm 10 cm Skala = ukuran gambar : ukuran sebenarnya = 8 cm : 10 cm = 1 : 15 (diinjau menuru ukuran panjang) aau Skala = 5 cm : 75 cm = 1 : 15 (diinjau menuru ukuran lebar) 41

42 Skala = 1 : 15 arinya 1 cm pada gambar mewakili 15 cm ukuran yang sebenarnya. Caaan. Pernyaaan skala harus sama (konsisen) anara injauan menuru ukuran panjang maupun injauan menuru ukuran lebar. Conoh. Kepada siswa diunjukkan sebuah pea wilayah propinsi seempa. Siswa di kabupaen Sragen enunya diunjukkan pea propinsi Jawa Tengah, sebagai conoh pada pea erulis skala 1 : Tanyakan ari skala yang dimaksud, dan bimbinglah siswa menuju jawaban yang komunikaif.. Suruhlah siswa mengukur jarak dari Yogyakara ke Semarang pada pea misal dari pusa koa ke pusa koa diperoleh ukuran 10,5 cm. Kemudian suruhlah siswa menghiung jarak sebenarnya dari kedua koa ersebu. Jawaban yang diharapkan Skala = 1 : arinya 1 cm mewakili cm aau = 10 km ukuran sebenarnya. Karena: 1 cm mewakili 10 km, maka 10,5 cm mewakili 10,5 10 km = 105 km. Sehingga jarak sebenarnya anara kedua koa iu adalah 105 km. C. Panduan Belajar Panduan belajar ini menggambarkan proses pelaihan yang akan dilaksanakan KONDISI AWAL PROSES Penanaman konsep enang opik pengukuran dengan melakukan: prakek/demonsrasi/simulasi /diskusi/anya jawab KONDISI AKHIR Pemahami opikopik pengukuran dan erampil dalam pembelajaran unuk mapel maemaika opik pengukuran. 4

43 Pada ahap proses pesera melakukan kegiaan yang memahamkan, misal menemukan rumus-rumus: luas bangun daar dan volume bangun ruang. D. Media Belajar Dalam pelaksanaan dikla opik pengukuran diperlukan media sebagai beriku. a. Bangun-bangun daar: persegi panjang, persegi, segiiga, jajargenjang, layang-layang, rapesium, belah keupa, dan lingkaran b. Bangun-bangun ruang: balok, kubus, prisma egak segiiga, prisma egak segi empa, abung, kerucu, limas segi empa. c. Papan berpeak unuk membenuk bangun-bangun daar d. Keras berpeak unuk menemukan rumus luas bangun daar e. Model jam unuk pengukuran sudu f. Termomeer unuk pengukuran suhu g. Busur deraja unuk pengukuran sudu E. Evaluasi Belajar Seelah proses dikla dilaksanakan maka pada akhir peremuan dilaksanakan evaluasi sebagai beriku. 1. Kebun pak Amir berbenuk persegipanjang dengan panjang dan lebar mempunyai perbandingan 5 : 3. Jika luas kebun ersebu 40 m, berapa meer panjang dan lebar dari kebun ersebu?. Adi mengendarai mobil menempuh jarak 70 km dan menghabiskan bensin 7 lier. Jika Adi elah menghabiskan bensin 1 lier, maka berapa km jarak yang elah diempuh Adi? 3. Andi naik sepeda dari Yogya ke Solo yang berjarak 65 km, dengan kecepaan raa-raa 30 km/jam. Sedangkan Beni juga bersepeda dari koa yang sama dengan kecepaan 5 km/jam. Mereka berangka dalam waku 43

44 bersamaan, dan seelah menempuh perjalanan jam Andi berisiraha sambil menunggu Beni. Berapa lama Andi menunggu Beni? 4. Pak Ahmad bepergian dari koa A ke koa B yang berjarak 360 km dengan kecepaan raa-raa 60 km/jam, dan berangka pada pukul WIB. Sedangkan Pak Dani bepergian dari koa B ke koa A dengan kecepaan raaraa 50 km/jam, yang berangka pada pukul wib. Pukul berapa kendaraan mereka berpapasan di engah jalan jika mereka menggunakan rue yang sama eapi berlawanan arah? 5. Tenukan sudu anara jarum jam pada: a. pukul b. pukul Seorang pekerja pembua jalan merebus aspal hingga mencapai suhu 48 o F. Berapa deraja suhu ersebu dalam C dan R? 44

45 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Pada Bab II elah disampaikan mengenai uraian maeri, meodologi, dan media pembelajaran yang membahas enang konsep-konsep pengukuran unuk jenjang SD/MI yang diserai dengan conoh-conoh peragaan yang dapa dicoba unuk diprakekkan. Ada beberapa caaan yang perlu diperhaikan guru dalam menyampaikan pembelajaran pengukuran anara lain sebagai beriku. 1. Uruan konsep harus diperhaikan arinya pembelajaran harus uru (idak melompa-lompa) karena konsep yang sau merupakan maeri prasyara dari konsep yang lain.. Media pembelajaran sanga pening arinya bagi siswa unuk mengkongkrekan maeri yang disampaikan. Oleh sebab iu guru harus berusaha unuk membua aau memfasiliasi media unuk siswa. Media yang dibua guru idak harus dari bahan-bahan yang mahal, eapi dapa dibua dari bahan-bahan aau keras bekas. 3. Pembelajaran dengan pendekaan PAIKEM harus diwujudkan agar pemahaman dan penalaran siswa menjadi lebih berkembang. B. Kunci Jawaban 1. Kebun pak Amir berbenuk persegipanjang dengan panjang dan lebar mempunyai perbandingan 5 : 3. Jika luas kebun ersebu 40 m, berapa meer panjang dan lebar dari kebun ersebu? Conoh jawaban 1 Luas kebun = 40 m Misal pembanding n maka panjang dan lebar kebun ersebu adalah 5n : 3n. L = 40 cm 3n 5n 45

46 Luas kebun = p l = 40 m Jadi 5n 3n = 40 15n = 40 15n : 15 = 40 : 15 n = 16 aau n = 16 = 4 Jadi panjang kebun = 5n = (5 4) m = 0 m, lebar = 3n = (3 4) m = 1 m Conoh jawaban Panjang dan lebar kebun digambar sebagai 5 ruas (5 sauan) dan 3 ruas (3 sauan). Selanjunya dibenuk peak-peak dari panjang dan lebarnya yang menggambarkan luasnya. Luas 40 m Lebar 3 ruas Panjang 5 ruas Luas erdiri dari 15 peak ( 15 persegi). Sehingga masing-masing peak (diwakili warna merah luasnya = ( ) m = 16 m. Sehingga sisi dari peak yang luasnya 16 m dapa dicari yaiu 16 = 4m aau 1 ruas = 4 m. Jadi panjang kebun = 5 ruas = (5 4) m = 0 m, lebar = 3n = (3 4) m = 1 m. Adi mengendarai mobil menempuh jarak 70 km dan menghabiskan bensin 7 lier. Jika Adi elah menghabiskan bensin 1 lier, maka berapa km jarak yang elah diempuh Adi? Conoh penyelesaian. Misalkan jarak yang elah diempuh = n km maka kia memperoleh perbandingan 70 : n = 7 : 1 aau 70 1 = n = 7n 70 n =

47 7n = 840 n = n = 10 Jadi jarak yang elah diempuh Adi = 10 km Soal di aas dapa pula dikerjakan sebagai beriku. Jarak empuh 70 km dengan menggunakan bensin 7 lier. Jadi 1 lier bensin digunakan unuk menempuh jarak (70 : 7) km = 10 km. Maka 1 lier bensin digunakan menempuh jarak (1 10) km = 10 km. 3. Andi naik sepeda dari Yogya ke Solo yang berjarak 65 km, dengan kecepaan raa-raa 30 km/jam. Sedangkan Beni juga bersepeda dari koa yang sama dengan kecepaan 5 km/jam. Mereka berangka dalam waku bersamaan, dan seelah menempuh perjalanan jam Andi berisiraha sambil menunggu Beni. Berapa lama Andi menunggu Beni? Alernaif jawaban Dalam jam Andi menempuh jarak = ( 30) km = 60 km Dalam jam Beni menempuh jarak = ( 5) km = 50 km Selisih jarak = (60 50) km = 10 km yang harus diempuh Beni dengan kecepaan 5 km/jam. Jadi waku yang diperlukan = (10 : 5) 60 meni = 4 meni. 4. Pak Ahmad bepergian dari koa A ke koa B yang berjarak 360 km dengan kecepaan raa-raa 60 km/jam, dan berangka pada pukul WIB. Sedangkan Pak Dani bepergian dari koa B ke koa A dengan kecepaan raa-raa 50 km/jam, yang berangka pada pukul wib. Pukul berapa kendaraan mereka berpapasan di engah jalan jika mereka menggunakan rue yang sama eapi berlawanan arah? Alernaif jawaban A 60km/jam 50km/jam B Pukul Pukul Pukul pak Ahmad sudah menempuh jarak 30 km. Sehingga jarak empuh inggal 330 km. Jarak 330 km dijalani orang dengan jumlah kecepaan 110 km. 47

48 Jadi waku yang dibuuhkan = ( 330 : 110 ) jam = 3 jam. Jadi mereka berpapasan pada pukul Tenukan sudu anara jarum jam pada: c. pukul d. pukul Alernaif jawaban a. Pukul b. Pukul Jarum pendek = = o o o 16 ( 8 30) = (40 + 8) o = 48 o Jarum panjang = (16 6) o = 96 o Sudu anara kedua jarum jam = (48 96) o = 16 o 8 Jarum pendek = = o o o 8 ( 9 30) = (70 + 4) o = 74 o Jarum panjang = (8 6) o = 48 o Sudu anara jarum jam = (74 48) o = 6 o. 6 o Karena sudu yang didapakan lebih dari 180 o, padahal sudu yang dimaksud adalah sudu yang erkecil, maka sudu yang dimaksud adalah = (360 6) o = 134 o. Sehingga sudu yang dibenuk anara jarum jam pada pukul adalah 134 o. 48

49 6. Seorang pekerja pembua jalan merebus aspal hingga mencapai suhu 48 o F. Berapa deraja suhu ersebu dalam C dan R? Alernaif penyelesaian. 5 5 C = (48 3) Jadi suhu aspal dalam Celcius = 50 o C 4 4 R = (F 3) Jadi suhu aspal dalam Reamur = 00 o R. 49

50 DAFTAR PUSTAKA D Augusine, Charks Teaching Elemenary School Mahemaics. New York: Harper Collins Plublishers. John, L.M Meode Pengajaran Maemaika unuk SD. Jakara: Penerbi Erlangga. Kennedy, Leonard Guiding Children s Learning of Mahemaics. California: Wadsworh Publishing Company. Raharjo, M Pengukuran (Konsep-konsep dan beberapa penurunan rumus). Pake Pembinaan Penaaran unuk Guru Maemaika SD. Yogyakara: PPPG Maemaika. Sukayai Kegiaan Belajar Mengajar Pengukuran Luas Bangun Ruang unuk siswa SD kelas VI. Pake Pembinaan Penaaran. Yogyakara: PPPG Maemaika. Sri Wardhani. 00. Pembelajaran Pengukuran di SD. Yogyakara: PPPG Maemaika. Trouman, Andria Mahemaics: A Good Beginning, Sraegies for Teaching Children. California: Brooks/Cole Publishing Company. 50

II. Penggunaan Alat Peraga. segitiga, kemudian guru bertanya Berapakah alasnya? (7) Berapakah tingginya? (2), Bagaimanakah cara mendapatkannya?

II. Penggunaan Alat Peraga. segitiga, kemudian guru bertanya Berapakah alasnya? (7) Berapakah tingginya? (2), Bagaimanakah cara mendapatkannya? rumus luas layang-layang dengan pendekaan luas segiiga 1. Memahami konsep luas segiiga 2. Memahami layang-layang dan unsur-unsurnya (pengerian layanglayang dan diagonal-diagonalnya) Langkah 1 Gb. 11.2

Lebih terperinci

BAB II PEMBELAJARAN LUAS DAERAH BANGUN DATAR DI SD

BAB II PEMBELAJARAN LUAS DAERAH BANGUN DATAR DI SD i DAFTAR ISI Halaman HALAMAN SAMPUL... i DAFTAR ISI.... ii BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Laar Belakang... 1 B. Tujuan... 2 C. Peunjuk Penggunaan Modul... 2 BAB II PEMBELAJARAN LUAS DAERAH BANGUN DATAR DI SD

Lebih terperinci

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan BAB 2 KINEMATIKA Tujuan Pembelajaran 1. Menjelaskan perbedaan jarak dengan perpindahan, dan kelajuan dengan kecepaan 2. Menyelidiki hubungan posisi, kecepaan, dan percepaan erhadap waku pada gerak lurus

Lebih terperinci

BAB X GERAK LURUS. Gerak dan Gaya. Buku Pelajaran IPA SMP Kelas VII 131

BAB X GERAK LURUS. Gerak dan Gaya. Buku Pelajaran IPA SMP Kelas VII 131 BAB X GERAK LURUS. Apa perbedaan anara jarak dan perpindahan? 2. Apa perbedaan anara laju dan kecepaan? 3. Apa yang dimaksud dengan percepaan? 4. Apa perbedaan anara gerak lurus berauran dan gerak lurus

Lebih terperinci

Faradina GERAK LURUS BERATURAN

Faradina GERAK LURUS BERATURAN GERAK LURUS BERATURAN Dalam kehidupan sehari-hari, sering kia jumpai perisiwa yang berkaian dengan gerak lurus berauran, misalnya orang yang berjalan kaki dengan langkah yang relaif konsan, mobil yang

Lebih terperinci

Ruang Lingkup Pengukuran di SD

Ruang Lingkup Pengukuran di SD PENGUKURAN DI SD Ruang Lingkup Pengukuran di SD Pengukuran tentang: 1. panjang dan keliling 2. luas 3. luas bangun gabungan 4. volum 5. volum bangun gabungan 6. sudut 7. suhu 8. waktu, jarak dan kecepatan

Lebih terperinci

PERSAMAAN GERAK VEKTOR SATUAN. / i / = / j / = / k / = 1

PERSAMAAN GERAK VEKTOR SATUAN. / i / = / j / = / k / = 1 PERSAMAAN GERAK Posisi iik maeri dapa dinyaakan dengan sebuah VEKTOR, baik pada suau bidang daar maupun dalam bidang ruang. Vekor yang dipergunakan unuk menenukan posisi disebu VEKTOR POSISI yang diulis

Lebih terperinci

MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA TERAPAN (2 sks)

MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA TERAPAN (2 sks) Polieknik Negeri Banjarmasin 4 MODUL PERTEMUAN KE 3 MATA KULIAH : ( sks) MATERI KULIAH: Jarak, Kecepaan dan Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Gerak Lurus Berubah Berauran

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Bab I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG . LTR ELKNG ab I PENHULUN Pecahan merupakan bagian maemaika yang era kaiannya dengan masalah yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Sama halnya dengan bilangan asli, cacah, dan bula, pecahan juga mulai

Lebih terperinci

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr.

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr. Pekan #1: Kinemaika Sau Dimensi 1 Posisi, perpindahan, jarak Tinjau suau benda yang bergerak lurus pada suau arah erenu. Misalnya, ada sebuah mobil yang dapa bergerak maju aau mundur pada suau jalan lurus.

Lebih terperinci

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Mercu Buana MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA DASAR (4 sks)

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Mercu Buana MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA DASAR (4 sks) MODUL PERTEMUAN KE 3 MATA KULIAH : (4 sks) MATERI KULIAH: Jarak, Kecepaan dan Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Gerak Lurus Berubah Berauran POKOK BAHASAN: GERAK LURUS 3-1

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN PENGUKURAN LUAS BANGUN DATAR DAN VOLUM BANGUN RUANG DI SD

PEMBELAJARAN PENGUKURAN LUAS BANGUN DATAR DAN VOLUM BANGUN RUANG DI SD PEMBELAJARAN PENGUKURAN LUAS BANGUN DATAR DAN VOLUM BANGUN RUANG DI SD Penulis: Pujiai Sigi TG Penilai: Ahmad Thalib Mulyai HP Edior: Jakim Wiyoo Lay ou: Eko Wasiso Adi Deparemen Pendidikan Nasional Direkora

Lebih terperinci

BAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR

BAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR BAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR Karakerisik gerak pada bidang melibakan analisis vekor dua dimensi, dimana vekor posisi, perpindahan, kecepaan, dan percepaan dinyaakan dalam suau vekor sauan i (sumbu

Lebih terperinci

MODUL 2. Gerak Berbagai Benda di Sekitar Kita

MODUL 2. Gerak Berbagai Benda di Sekitar Kita MODUL 2 MODUL 2 Gerak Berbagai Benda di Sekiar Kia i Kaa Penganar Dafar Isi Pendidikan kesearaan sebagai pendidikan alernaif memberikan layanan kepada mayaraka yang karena kondisi geografis, sosial budaya,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian dan Manfaa Peramalan Kegiaan unuk mempeirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang disebu peramalan (forecasing). Sedangkan ramalan adalah suau kondisi yang

Lebih terperinci

FISIKA. Kelas X GLB DAN GLBB K13 A. GERAK LURUS BERATURAN (GLB)

FISIKA. Kelas X GLB DAN GLBB K13 A. GERAK LURUS BERATURAN (GLB) K3 Kelas X FISIKA GLB DAN GLBB TUJUAN PEMBELAJARAN Seelah mempelajari maeri ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan beriku.. Memahami konsep gerak lurus berauran dan gerak lurus berubah berauran.. Menganalisis

Lebih terperinci

GERAK LURUS BESARAN-BESARAN FISIKA PADA GERAK KECEPATAN DAN KELAJUAN PERCEPATAN GLB DAN GLBB GERAK VERTIKAL

GERAK LURUS BESARAN-BESARAN FISIKA PADA GERAK KECEPATAN DAN KELAJUAN PERCEPATAN GLB DAN GLBB GERAK VERTIKAL Suau benda dikaakan bergerak manakalah kedudukan benda iu berubah erhadap benda lain yang dijadikan sebagai iik acuan. Benda dikaakan diam (idak bergerak) manakalah kedudukan benda iu idak berubah erhadap

Lebih terperinci

Bangun Datar. A. Segitiga Definisi Segitiga adalah bangun datar yang mempunyai tiga sudut dan tiga sisi.

Bangun Datar. A. Segitiga Definisi Segitiga adalah bangun datar yang mempunyai tiga sudut dan tiga sisi. angun aar. Segiiga efinisi Segiiga adalah bangun daar yang mempunyai iga sudu dan iga sisi. 1) erdasarkan Sudunya a) Segiiga Lancip Segiiga lancip adalah segiiga yang besar keiga sudunya < 90 0. b) Segiiga

Lebih terperinci

Sumber: Piston

Sumber:  Piston Sumber: www.aerofligh.com Pison Mungkin anpa sadar kia selalu deka dengan ilmu geomeri. Tahukah kalian, dimana leak kedekaan iu? Salah sau kedekaan ini adalah penggunaan geomeri unuk merancang mesin kendaraan.

Lebih terperinci

Matematika EBTANAS Tahun 1988

Matematika EBTANAS Tahun 1988 Maemaika EBTANAS Tahun 988 EBT-SMA-88- cos = EBT-SMA-88- Sisi sisi segiiga ABC : a = 6, b = dan c = 8 Nilai cos A 8 4 8 EBT-SMA-88- Layang-layang garis singgung OAPB, sudu APB = 6 dan panjang OP = cm.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan (forecasing) adalah suau kegiaan yang memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Meode peramalan merupakan cara unuk memperkirakan

Lebih terperinci

LIMIT FUNGSI. 0,9 2,9 0,95 2,95 0,99 2,99 1 Tidak terdefinisi 1,01 3,01 1,05 3,05 1,1 3,1 Gambar 1

LIMIT FUNGSI. 0,9 2,9 0,95 2,95 0,99 2,99 1 Tidak terdefinisi 1,01 3,01 1,05 3,05 1,1 3,1 Gambar 1 LIMIT FUNGSI. Limi f unuk c Tinjau sebuah fungsi f, apakah fungsi f ersebu sama dengan fungsi g -? Daerah asal dari fungsi g adalah semua bilangan real, sedangkan daerah asal fungsi f adalah bilangan real

Lebih terperinci

KINEMATIKA GERAK LURUS

KINEMATIKA GERAK LURUS Kinemaika Gerak Lurus 45 B A B B A B 3 KINEMATIKA GERAK LURUS Sumber : penerbi cv adi perkasa Maeri fisika sanga kenal sekali dengan gerak benda. Pada pokok bahasan enang gerak dapa imbul dua peranyaan

Lebih terperinci

Jawaban Soal Latihan

Jawaban Soal Latihan an Soal Laihan 1. Terangkanlah ari grafik-grafik di bawah ini. dan ulis persamaan geraknya. an: a. Merupakan grafik kecepaan erhadap waku, kecepaan eap. Persamaan v()=v b. Merupakan grafik jarak erhadap

Lebih terperinci

IR. STEVANUS ARIANTO 1

IR. STEVANUS ARIANTO 1 GERAK TRANSLASI GERAK PELURU GERAK ROTASI DEFINISI POSISI PERPINDAHAN MEMADU GERAK D E F I N I S I PANJANG LINTASAN KECEPATAN RATA-RATA KELAJUAN RATA-RATA KECEPATAN SESAAT KELAJUAN SESAAT PERCEPATAN RATA-RATA

Lebih terperinci

PERTEMUAN 2 KINEMATIKA SATU DIMENSI

PERTEMUAN 2 KINEMATIKA SATU DIMENSI PERTEMUAN KINEMATIKA SATU DIMENSI RABU 30 SEPTEMBER 05 OLEH: FERDINAND FASSA PERTANYAAN Pernahkah Anda meliha aau mengamai pesawa erbang yang mendara di landasannya? Berapakah jarak empuh hingga pesawa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah persediaan merupakan masalah yang sanga pening dalam perusahaan. Persediaan mempunyai pengaruh besar erhadap kegiaan produksi. Masalah persediaan dapa diaasi

Lebih terperinci

BAB III TITIK BERAT A. TITIK BERAT

BAB III TITIK BERAT A. TITIK BERAT BAB III TITIK BERAT A. TITIK BERAT Dua benda bermassa m dan m 2 dihubungkan dengan baang kecil yang massanya diabaikan (gambar 2). Gaya F diberikan deka dengan m. Ternyaa sisem berpuar erhadap suau iik

Lebih terperinci

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan BAB 2 URAIAN EORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan aau memprediksi apa yang erjadi pada waku yang akan daang, sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Produksi Produksi padi merupakan suau hasil bercocok anam yang dilakukan dengan penanaman bibi padi dan perawaan sera pemupukan secara eraur sehingga menghasilkan suau produksi

Lebih terperinci

KINEMATIKA GERAK DALAM SATU DIMENSI

KINEMATIKA GERAK DALAM SATU DIMENSI KINEMATIKA GERAK DALAM SATU DIMENSI PENDAHULUAN Kinemaika adalah bagian dari mekanika ang membahas enang gerak anpa memperhaikan penebab benda iu bergerak. Arina pembahasanna idak meninjau aau idak menghubungkan

Lebih terperinci

3. Kinematika satu dimensi. x 2. x 1. t 1 t 2. Gambar 3.1 : Kurva posisi terhadap waktu

3. Kinematika satu dimensi. x 2. x 1. t 1 t 2. Gambar 3.1 : Kurva posisi terhadap waktu daisipayung.com 3. Kinemaika sau dimensi Gerak benda sepanjang garis lurus disebu gerak sau dimensi. Kinemaika sau dimensi memiliki asumsi benda dipandang sebagai parikel aau benda iik arinya benuk dan

Lebih terperinci

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II 3.1 Pendahuluan Daa dere waku adalah daa yang dikumpulkan dari waku ke waku unuk menggambarkan perkembangan suau kegiaan (perkembangan produksi, harga, hasil penjualan,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 6 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Mobil Robo Mobil robo adalah robo yang memiliki kemampuan unuk berpindah empa mobiliy, mobil robo yang bergerak dari posisi awal ke posisi yang diinginkan, suau sisem

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH SISWA MELALUI PEMBELAJARAN PEMBERIAN TUGAS LEMBARAN KERJA SECARA KELOMPOK. Oleh: Yoyo Zakaria Ansori

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH SISWA MELALUI PEMBELAJARAN PEMBERIAN TUGAS LEMBARAN KERJA SECARA KELOMPOK. Oleh: Yoyo Zakaria Ansori MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH SISWA MELALUI PEMBELAJARAN PEMBERIAN TUGAS LEMBARAN KERJA SECARA KELOMPOK Oleh: Yoyo Zakaria Ansori Peneliian ini dilaarbelakangi rendahnya kemampuan memecahkan

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA. Jl. Jend. Gatot Subroto Kav Jakarta Selatan

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA. Jl. Jend. Gatot Subroto Kav Jakarta Selatan PEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA Jl. Jen Gao Subroo Kav. Jakara Selaan KOMPETISI MATEMATIKA KE MGMP MATEMATIKA DKI JAKARTA TEST PENYISIHAN KELAS : XII (DUA BELAS) HARI/TGL : MINGGU, NOVEMBER

Lebih terperinci

FIsika KTSP & K-13 KINEMATIKA. K e l a s A. VEKTOR POSISI

FIsika KTSP & K-13 KINEMATIKA. K e l a s A. VEKTOR POSISI KTSP & K-13 FIsika K e l a s XI KINEMATIKA Tujuan Pembelajaran Seelah mempelajari maeri ini, kamu diharapkan mampu menjelaskan hubungan anara vekor posisi, vekor kecepaan, dan vekor percepaan unuk gerak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A III METODE PEELITIA Salah sau komponen peneliian yang mempunyai ari pening dalam kaiannya dengan proses sudi secara komprehensif adalah komponen meode peneliian. Meode peneliian menjelaskan bagaimana

Lebih terperinci

KISI-KISI SOAL. : Gerak Pada Makhluk Hidup dan Benda. : 2 jam pelajaran

KISI-KISI SOAL. : Gerak Pada Makhluk Hidup dan Benda. : 2 jam pelajaran KISI-KISI SOAL Sauan Pendidikan Kelas Maa Pelajaran Maeri Waku : Sekolah Menengah Perama (SMP) : VIII C : IPA : Gerak Pada Makhluk Hidup dan Benda : 2 jam pelajaran No Kompeensi Dasar Indikaor Soal Nomor

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Sauan Pendidikan : SMA Kelas/Semeser Maa Pelajaran Topik Waku : X / Ganjil : Fisika (Wajib/Mina*) : Gerak Jauh Bebas : 4 45 meni A. Kompeensi Ini KI 1: Menghayai dan mengamalkan

Lebih terperinci

ROTASI (PUTARAN) Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah GEOMETRI TRANSFORMASI yang diampuh oleh Ekasatya Aldila A., M.Sc.

ROTASI (PUTARAN) Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah GEOMETRI TRANSFORMASI yang diampuh oleh Ekasatya Aldila A., M.Sc. ROTSI (UTRN) Diajukan unuk memenuhi ugas maa kuliah GEOMETRI TRNSFORMSI yang diampuh oleh Ekasaya ldila., M.Sc. Di susun oleh: NIM: SEKOLH TINGGI KEGURUN DN ILMU ENDIDIKN (STKI) GRUTJl. ahlawan No. 32

Lebih terperinci

MODUL 1 RANGKAIAN THEVENIN, PEMBEBANAN DAN ARUS TRANSIEN

MODUL 1 RANGKAIAN THEVENIN, PEMBEBANAN DAN ARUS TRANSIEN MODUL 1 FI 2104 ELEKTRONIKA 1 MODUL 1 RANGKAIAN THEVENIN, PEMBEBANAN DAN ARUS TRANSIEN 1. TUJUAN PRAKTIKUM Seelah melakukan prakikum, prakikan diharapkan elah memiliki kemampuan sebagai beriku : 1.1. Mampu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Pada dasarnya peramalan adalah merupakan suau dugaan aau perkiraan enang erjadinya suau keadaan di masa depan. Akan eapi dengan menggunakan meodemeode erenu peramalan

Lebih terperinci

PENGUJIAN HIPOTESIS. pernyataan atau dugaan mengenai satu atau lebih populasi.

PENGUJIAN HIPOTESIS. pernyataan atau dugaan mengenai satu atau lebih populasi. PENGUJIAN HIPOTESIS 1. PENDAHULUAN Hipoesis Saisik : pernyaaan aau dugaan mengenai sau aau lebih populasi. Pengujian hipoesis berhubungan dengan penerimaan aau penolakan suau hipoesis. Kebenaran (benar

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan BAB II LADASA TEORI 2.1 Pengerian peramalan (Forecasing) Peramalan (Forecasing) adalah suau kegiaan yang mengesimasi apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang dengan waku yang relaif lama (Assauri,

Lebih terperinci

=====O0O===== Gerak Vertikal Gerak vertikal dibagi menjadi 2 : 1. GJB 2. GVA. A. GERAK Gerak Lurus

=====O0O===== Gerak Vertikal Gerak vertikal dibagi menjadi 2 : 1. GJB 2. GVA. A. GERAK Gerak Lurus A. GERAK Gerak Lurus o a Secara umum gerak lurus dibagi menjadi 2 : 1. GLB 2. GLBB o 0 a < 0 a = konsan 1. GLB (Gerak Lurus Berauran) S a > 0 a < 0 Teori Singka : Perumusan gerak lurus berauran (GLB) Grafik

Lebih terperinci

B a b 1 I s y a r a t

B a b 1 I s y a r a t TKE 305 ISYARAT DAN SISTEM B a b I s y a r a Indah Susilawai, S.T., M.Eng. Program Sudi Teknik Elekro Fakulas Teknik dan Ilmu Kompuer Universias Mercu Buana Yogyakara 009 BAB I I S Y A R A T Tujuan Insruksional.

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun 43 BAB METODE PEMUUAN EKPONENA TRPE DAR WNTER Meode pemulusan eksponensial elah digunakan selama beberapa ahun sebagai suau meode yang sanga berguna pada begiu banyak siuasi peramalan Pada ahun 957 C C

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salad ke piring setelah dituang. Minyak goreng dari kelapa sawit juga memiliki sifat

BAB I PENDAHULUAN. salad ke piring setelah dituang. Minyak goreng dari kelapa sawit juga memiliki sifat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam kehidupan sehari hari kia biasa menjumpai produk makanan yang sifanya kenal. Sebagai conoh produk mayonaisse yang diambahkan pada salad. Viskosias (kekenalan)

Lebih terperinci

RANK DARI MATRIKS ATAS RING

RANK DARI MATRIKS ATAS RING Dela-Pi: Jurnal Maemaika dan Pendidikan Maemaika ISSN 089-855X ANK DAI MATIKS ATAS ING Ida Kurnia Waliyani Program Sudi Pendidikan Maemaika Jurusan Pendidikan Maemaika dan Ilmu Pengeahuan Alam FKIP Universias

Lebih terperinci

BAHAN AJAR GERAK LURUS KELAS X/ SEMESTER 1 OLEH : LIUS HERMANSYAH,

BAHAN AJAR GERAK LURUS KELAS X/ SEMESTER 1 OLEH : LIUS HERMANSYAH, BAHAN AJAR GERAK LURUS KELAS X/ SEMESTER 1 OLEH : LIUS HERMANSYAH, S.Si NIP. 198308202011011005 SMA NEGERI 9 BATANGHARI 2013 I. JUDUL MATERI : GERAK LURUS II. INDIKATOR : 1. Menganalisis besaran-besaran

Lebih terperinci

1.4 Persamaan Schrodinger Bergantung Waktu

1.4 Persamaan Schrodinger Bergantung Waktu .4 Persamaan Schrodinger Berganung Waku Mekanika klasik aau mekanika Newon sanga sukses dalam mendeskripsi gerak makroskopis, eapi gagal dalam mendeskripsi gerak mikroskopis. Gerak mikroskopis membuuhkan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 19 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waku dan Lokasi Peneliian Peneliian ini dilakukan pada bulan Juni hingga Juli 2011 yang berlokasi di areal kerja IUPHHK-HA PT. Mamberamo Alas Mandiri, Kabupaen Mamberamo

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Peneliian Jenis peneliian kuaniaif ini dengan pendekaan eksperimen, yaiu peneliian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi erhadap objek peneliian sera adanya konrol.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode 20 BAB 2 LADASA TEORI 2.1. Pengerian Peramalan Meode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Saisika. Salah sau meode peramalan adalah dere waku. Meode ini disebu sebagai meode peramalan dere waku karena

Lebih terperinci

J U R U S A N T E K N I K S I P I L UNIVERSITAS BRAWIJAYA. TKS-4101: Fisika GERAKAN SATU DIMENSI. Dosen: Tim Dosen Fisika Jurusan Teknik Sipil FT-UB

J U R U S A N T E K N I K S I P I L UNIVERSITAS BRAWIJAYA. TKS-4101: Fisika GERAKAN SATU DIMENSI. Dosen: Tim Dosen Fisika Jurusan Teknik Sipil FT-UB J U R U S A N T E K N I K S I P I L UNIVERSITAS BRAWIJAYA TKS-4101: Fisika GERAKAN SATU DIMENSI Dsen: Tim Dsen Fisika Jurusan Teknik Sipil FT-UB 1 Mekanika Kinemaika Mempelajari gerak maeri anpa melibakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang mempunyai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Propinsi Sumaera Uara merupakan salah sau propinsi yang mempunyai perkembangan yang pesa di bidang ransporasi, khususnya perkembangan kendaraan bermoor. Hal ini dapa

Lebih terperinci

1. Pengertian Digital

1. Pengertian Digital Kegiaan elajar. Pengerian Digial Tujuan Khusus Pembelajaran Pesera harus dapa: Menyebukan definisi besaran analog Menyebukan definisi besaran digial Menggambarkan keadaan logika Menyebukan perbedaan nilai

Lebih terperinci

Indikator Ketercapaian Kompetensi Merumuskan. Alokas i Waktu 8x45. Tingkat Ranah. Tingkat Ranah. Materi Pembelajaran

Indikator Ketercapaian Kompetensi Merumuskan. Alokas i Waktu 8x45. Tingkat Ranah. Tingkat Ranah. Materi Pembelajaran SILABUS Nama Sekolah : SMA N 78 JAKARTA Maa Pelajaran : MATEMATIKA LANJUTAN Beban Belajar : 2 sks STANDAR KOMPETENSI: 1. Menyusun lingkaran dan garis singgungnya. Dasar 1.1 Menyusun lingkaran yang memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Disparias pembangunan ekonomi anar daerah merupakan fenomena universal, disemua negara anpa memandang ukuran dan ingka pembangunannya. Disparias pembangunan merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekaan Peneliian Jenis peneliian yang digunakan dalam peneliian ini adalah peneliian evaluasi dan pendekaannya menggunakan pendekaan kualiaif non inerakif (non

Lebih terperinci

SUHU DAN KALOR PERAMBATAN KALOR

SUHU DAN KALOR PERAMBATAN KALOR SUHU DAN KALOR PERAMBATAN KALOR OLEH : Ir. ARIANTO PENGERTIAN SIFAT TERMAL ZAT PENGUKURAN SUHU MACAM TERMOMETER JENIS TERMOMETER PEMUAIAN PANJANG PEMUAIAN LUAS PEMUAIAN VOLUME ANOMALI AIR CONTOH SOAL 1

Lebih terperinci

BAB VI SUHU DAN KALOR

BAB VI SUHU DAN KALOR BAB VI SUHU DAN KALOR STANDAR KOMPETENSI : 5. Meneapkan konsep dan prinsip kalor, konservasi energi dan suber energi dengan berbagai perubahannya dala esin kalor. Kopeensi Dasar : 5.1 Melakukan percobaan

Lebih terperinci

Sekilas Pandang. Modul 1 PENDAHULUAN

Sekilas Pandang. Modul 1 PENDAHULUAN Modul 1 Sekilas Pandang Drs. Irlan Soelaeman, M.Ed. S PENDAHULUAN uau hari, saya dan keluarga berencana membawa mobil pergi ke Surabaya unuk mengunjungi salah seorang saudara. Sau hari sebelum keberangkaan,

Lebih terperinci

Integral dan Persamaan Diferensial

Integral dan Persamaan Diferensial Sudaryano Sudirham Sudi Mandiri Inegral dan Persamaan Diferensial ii Darpublic 4.1. Pengerian BAB 4 Persamaan Diferensial (Orde Sau) Persamaan diferensial adalah suau persamaan di mana erdapa sau aau lebih

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 35 BAB LANDASAN TEORI Meode Dekomposisi biasanya mencoba memisahkan iga komponen erpisah dari pola dasar yang cenderung mencirikan dere daa ekonomi dan bisnis. Komponen ersebu adalah fakor rend (kecendrungan),

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilakukan di Dafarm, yaiu uni usaha peernakan Darul Fallah yang erleak di Kecamaan Ciampea, Kabupaen Bogor, Jawa Bara. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

Xpedia Fisika. Mekanika 01

Xpedia Fisika. Mekanika 01 Xpedia Fisika Mekanika 01 Doc. Name: XPFI0101 Doc. ersion : 2012-07 halaman 1 01. Manakah pernyaaan di bawah ini yang benar? (A) Perpindahan adalah besaran skalar dan jarak adalah besaran vekor. (B) Perpindahaan

Lebih terperinci

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN GENIUS LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN GENIUS LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA ISSN 5-73X PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN GENIUS LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR ISIKA SISWA Henok Siagian dan Iran Susano Jurusan isika, MIPA Universias Negeri Medan Jl. Willem Iskandar, Psr V -Medan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 39 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Meode Peneliian Pada bab sebelumnya elah dibahas bahwa cadangan adalah sejumlah uang yang harus disediakan oleh pihak perusahaan asuransi dalam waku peranggungan

Lebih terperinci

PENJADWALAN PEMBUATAN BOX ALUMININUM UNTUK MEMINIMUMKAN MAKESPAN (Studi Kasus di Perusahaan Karoseri ASN)

PENJADWALAN PEMBUATAN BOX ALUMININUM UNTUK MEMINIMUMKAN MAKESPAN (Studi Kasus di Perusahaan Karoseri ASN) B PENJADWALAN PEMBUATAN BOX ALUMININUM UNTUK MEMINIMUMKAN MAKESPAN (Sudi Kasus di Perusahaan Karoseri ASN) Firiya Gemala Dewi, Bobby O.P. Soepangka, Nurhadi Siswano Program Pasca Sarjana Magiser Manajemen

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) D-108

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) D-108 JURNAL TEKNIK POMITS Vol., No., (013) ISSN: 337-3539 (301-971 Prin) D-108 Simulasi Peredaman Gearan Mesin Roasi Menggunakan Dynamic Vibraion Absorber () Yudhkarisma Firi, dan Yerri Susaio Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian Quasi Eksperimental Design dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian Quasi Eksperimental Design dengan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Desain Peneliian Peneliian ini adalah peneliian Quasi Eksperimenal Design dengan kelas eksperimen dan kelas conrol dengan desain Prees -Poses Conrol Group Design

Lebih terperinci

1 dz =... Materi XII. Tinjaulah integral

1 dz =... Materi XII. Tinjaulah integral Maeri XII Tujuan :. Mahasiswa dapa memahami menyelesiakan persamaan inegral yang lebih kompleks. Mahasiswa mampunyelesiakan persamaan yang lebih rumi 3. Mahasiswa mengimplemenasikan konsep inegral pada

Lebih terperinci

YAYASAN WIDYA BHAKTI SEKOLAH MENENGAH ATAS SANTA ANGELA TERAKREDITASI A

YAYASAN WIDYA BHAKTI SEKOLAH MENENGAH ATAS SANTA ANGELA TERAKREDITASI A YAYASAN WIDYA BHAKTI SEKOLAH MENENGAH ATAS SANTA ANGELA TERAKREDITASI A Jl. Merdeka N. 4 Bandung 0. 414714 Fax. 0. 4587 hp//: www.smasanaangela.sch.id, e-mail : smaangela@yah.c.id MODUL BAB 1 Page 1 f

Lebih terperinci

KINEMATIKA. gerak lurus berubah beraturan(glbb) gerak lurus berubah tidak beraturan

KINEMATIKA. gerak lurus berubah beraturan(glbb) gerak lurus berubah tidak beraturan KINEMATIKA Kinemaika adalah mempelajari mengenai gerak benda anpa memperhiungkan penyebab erjadi gerakan iu. Benda diasumsikan sebagai benda iik yaiu ukuran, benuk, roasi dan gearannya diabaikan eapi massanya

Lebih terperinci

Soal-Jawab Fisika OSN 2015

Soal-Jawab Fisika OSN 2015 Soal-Jawab Fisika OSN 5. ( poin) Tinjau sebuah bola salju yang sedang menggelinding. Seperi kia ahu, fenomena menggelindingnya bola salju diikui oleh perambahan massa bola ersebu. Biarpun massa berambah,

Lebih terperinci

Jurnal Bidang Teknik ENGINEERING, ISSN , Vol. 6 No. 1 April 2013 Fakultas Teknik Universitas Pancasakti Tegal

Jurnal Bidang Teknik ENGINEERING, ISSN , Vol. 6 No. 1 April 2013 Fakultas Teknik Universitas Pancasakti Tegal SISTEM PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA OMBAK LATERAL DAN TENAGA ANGIN PUTARAN RENDAH Soebyako, Ahmad Farid Dosen soebyako@yahoo.com, farield_s@yahoo.com Absrak Sisem pembangki lisrik enaga ombak laeral dan enaga

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoriis 3.1.1 Daya Dukung Lingkungan Carrying capaciy aau daya dukung lingkungan mengandung pengerian kemampuan suau empa dalam menunjang kehidupan mahluk hidup secara

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN EMBAHASAN 4.1 Karakerisik dan Obyek eneliian Secara garis besar profil daa merupakan daa sekunder di peroleh dari pusa daa saisik bursa efek Indonesia yang elah di publikasi, daa di

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa BAB 2 TINJAUAN TEORITI 2.1. Pengerian-pengerian Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. edangkan ramalan adalah suau siuasi aau kondisi yang diperkirakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam perencanaan pembangunan, daa kependudukan memegang peran yang pening. Makin lengkap dan akura daa kependudukan yang esedia makin mudah dan epa rencana pembangunan

Lebih terperinci

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi Bab II Dasar Teori Kelayakan Invesasi 2.1 Prinsip Analisis Biaya dan Manfaa (os and Benefi Analysis) Invesasi adalah penanaman modal yang digunakan dalam proses produksi unuk keunungan suau perusahaan.

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KONSEP FUNGSI CONVEX UNTUK MENENTUKAN SENSITIVITAS HARGA OBLIGASI

PENGGUNAAN KONSEP FUNGSI CONVEX UNTUK MENENTUKAN SENSITIVITAS HARGA OBLIGASI PENGGUNAAN ONSEP FUNGSI CONVEX UNU MENENUAN SENSIIVIAS HARGA OBLIGASI 1 Zelmi Widyanuara, 2 Ei urniai, Dra., M.Si., 3 Icih Sukarsih, S.Si., M.Si. Maemaika, Universias Islam Bandung, Jl. amansari No.1 Bandung

Lebih terperinci

Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Hukum Newton pada Siswa Kelas X SMA Negeri 4 Palu

Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Hukum Newton pada Siswa Kelas X SMA Negeri 4 Palu Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Hukum Newon pada Siswa X SMA Negeri 4 Palu Nursia, Darsikin, dan Syamsu Shiajung@yahoo.co.id Pend. Fisika, FKIP, Universias

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Dalam pelaksanaan pembangunan saa ini, ilmu saisik memegang peranan pening baik iu di dalam pekerjaan maupun pada kehidupan sehari-hari. Ilmu saisik sekarang elah melaju

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah Dalam sisem perekonomian suau perusahaan, ingka perumbuhan ekonomi sanga mempengaruhi kemajuan perusahaan pada masa yang akan daang. Pendapaan dan invesasi merupakan

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUSAHAAN MEBEL SINAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK.

PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUSAHAAN MEBEL SINAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK. PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL MOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUAHAAN MEBEL INAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK. ii Rukayah*), Achmad yaichu**) ABTRAK Peneliian ini berujuan unuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Air merupakan kebuuhan pokok bagi seiap makhluk hidup di dunia ini ermasuk manusia. Air juga merupakan komponen lingkungan hidup yang pening bagi kelangsungan hidup

Lebih terperinci

BAB 2 RESPONS FUNGSI STEP PADA RANGKAIAN RL DAN RC. Adapun bentuk yang sederhana dari suatu persamaan diferensial orde satu adalah: di dt

BAB 2 RESPONS FUNGSI STEP PADA RANGKAIAN RL DAN RC. Adapun bentuk yang sederhana dari suatu persamaan diferensial orde satu adalah: di dt BAB ESPONS FUNGSI STEP PADA ANGKAIAN DAN C. Persamaan Diferensial Orde Sau Adapun benuk yang sederhana dari suau persamaan ferensial orde sau adalah: 0 a.i a 0 (.) mana a o dan a konsana. Persamaan (.)

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang erjadi pada waku yang akan daang sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan pada waku yang

Lebih terperinci

Relasi LOGIK FUNGSI AND, FUNGSI OR, DAN FUNGSI NOT

Relasi LOGIK FUNGSI AND, FUNGSI OR, DAN FUNGSI NOT 2 Relasi LOGIK FUNGSI ND, FUNGSI OR, DN FUNGSI NOT Tujuan : Seelah mempelajari Relasi Logik diharapkan dapa,. Memahami auran-auran relasi logik unuk fungsi-fungsi dasar ND, OR dan fungsi dasar NOT 2. Memahami

Lebih terperinci

0,9 2,9 0,95 2,95 0,99 2,99 1 Tidak terdefinisi 1,01 3,01 1,05 3,05 1,1 3,1 Gambar 7.1

0,9 2,9 0,95 2,95 0,99 2,99 1 Tidak terdefinisi 1,01 3,01 1,05 3,05 1,1 3,1 Gambar 7.1 BAB 7 LIMIT FUNGSI Sandar Kompeensi Menggunakan konsep i fungsi dan urunan fungsi dalam pemecahan masalah Kompeensi Dasar. Menjelaskan secara inuiif ari i fungsi di suau iik dan di akhingga. Menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 11 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Salah sau masalah analisis persediaan adalah kesulian dalam menenukan reorder poin (iik pemesanan kembali). Reorder poin diperlukan unuk mencegah erjadinya kehabisan

Lebih terperinci

BAB I PERSAMAAN GERAK

BAB I PERSAMAAN GERAK BAB I PERSAMAAN GERAK. Seseorang mengendarai mobil menuju sebuah koa A ang berjarak 6 km dengan arah imur lau. Naakan ekor perpindahan r dalam noasi ekor sauan dengan menggunakan sisem koordina ke imur,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Suatu negara yang memutuskan untuk menempuh kebijakan hutang

BAB I PENDAHULUAN. Suatu negara yang memutuskan untuk menempuh kebijakan hutang BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Masalah Suau negara yang memuuskan unuk menempuh kebijakan huang luar negeri biasanya didasari oleh alasan-alasan yang dianggap rasional dan pening. Huang luar negeri

Lebih terperinci

Gerak Lurus. K ata Kunci. Tujuan Pembelajaran

Gerak Lurus. K ata Kunci. Tujuan Pembelajaran Bab II Tujuan Pembelajaran Anda dapa menganalisis besaran fisika pada gerak dengan kecepaan dan percepaan konsan. Sumber: Caalogue (GK) 1998 Pada peluncuran sebuah roke, roke akan menempuh linasan lurus

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya III. METODE PENELITIAN A. Meode Dasar Peneliian Meode yang digunakan dalam peneliian ini adalah meode kuaniaif, yang digunakan unuk mengeahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya usaha melipui biaya

Lebih terperinci

BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF

BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF Pada bab ini akan dibahas mengenai sifa-sifa dari model runun waku musiman muliplikaif dan pemakaian model ersebu menggunakan meode Box- Jenkins beberapa ahap

Lebih terperinci