Persepsi Petani tentang Saluran Komunikasi Usahatani Padi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Persepsi Petani tentang Saluran Komunikasi Usahatani Padi"

Transkripsi

1 Jurnal Komunikasi Pembangunan ISSN Juli 2010, Vol. 08, No. 2 Persepsi Petani Saluran Komunikasi Usahatani Padi P. R. Pertiwi A. Saleh Mayor Komunikasi Pembangunan, Gedung Departemen KPM IPB Wing 1 Level 5, Jalan Kamper Kampus IPB Darmaga, Telp , Fax Abstrak Serang District is a one of four districts of Banten Province which resulted high production of paddy, at the west region of Java Island. This condition must be defended with introduced paddy farming innovation continuously, what submitted trough various of communication channel. The research objectives were: (1) to describe the innovativeness characteristics of paddy farmers, (2) to know the perception of paddy farmers on extension communication channel, (3) to analyze the relationship between the innovativeness characteristics of paddy farmers with their perception about extension communication channels. This research was conducted with the survey methods and observations in the three Serang subdistricts, including Ciruas, Carenang and Tirtayasa. The determination of the sample done in random sampling, with the number of samples of 136 people. The correlation analysis of variables is done through Spearman rank correlation test. Reasearch results were: the innovativeness characteristics of paddy farmers were classified, except on the level of risk, including category bad; perception of farmers about the communication channels was good on the financing aspect, both interpersonal and media; farmer innovativeness characteristics correlated significantly with the perception of interpersonal and media communication channels, except ownership of capital Key words: perception, communication channel, paddy 1. Pendahuluan Pembangunan pertanian di Indonesia tidak semata-mata hanya dilakukan untuk meningkatkan produktivitas hasil pertanian, namun juga diarahkan untuk meningkatkan kesejahteraan keluarganya. Peningkatan kesejahteraan merupakan salah satu tujuan penyuluhan pertanian, ditegaskan UU RI No.16 Tahun 2006 bahwa penyuluhan salah satunya ditujukan untuk memberdayakan pelaku utama pelaku usaha peningkatan kemampuan melalui penciptaan iklim usaha kondusif, penumbuhan motivasi, pengembangan potensi, pemberian peluang, peningkatan kesadaran pendampingan serta fasilitasi. Upaya pencapaian tujuan penyuluhan salah satunya dilakukan melalui pengembangan inovasi pertanian, penyebaran penumbuhan motivasi pada untuk menggunakan inovasi tersebut. Salah satu dampak penyebaran inovasi pada suatu masyarakat adalah terbentuknya karakteristik inovasi, dibedakan antara kelompok cenderung inovatif kurang inovatif. Rogers Shoemaker (1995) Rogers Shoemaker mengistilahkan hal tersebut sebagai karakteristik keinovatifan, dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu: (1) karakteristik sosial ekonomi, meliputi: status sosial, tingkat mobilitas/kekosmopolitan, luas lahan, modal, jenis pekerjaan, orientasi pada komersialisasi produk; (2) karakteristik individu diperlihatkan dengan: sikap empati, dogmatis, kemampuan abstraksi, rasionalitas, intelegensi, sikap terhadap perubahan, keberanian beresiko sikap futuristik; (3) karakteristik meliputi: tingkat partisipasi sosial, interpersonal, hubungan sosial dengan agen pembaharu, pemanfaatan media massa untuk mencari, serta tingkat kepemimpinan. Karakteristik sasaran termasuk salah satu faktor dipertimbangkan kegiatan penyuluhan agar mendukung efektivitas penyampaian pesan pembangunan. Beberapa hasil penelitian karakteristik keinovatifan antara lain dilakukan oleh

2 Persepsi Petani Saluran Komunikasi Usahatani Padi Subagiyo (2005), di mana karakteristik berkaitan dengan keinovatifan menerima inovasi antara lain umur, tingkat pendidikan pengalaman bekerja, motivasi, tingkat keterdedahan terhadap dari media, kekosmopolitan, serta keterlibatan organisasi. Adapun Pertiwi et al. (2007) menunjukkan bahwa tingkat keinovatifan -nelayan dilihat dari peubah karakteristik individu, sosial, menunjukkan kondisi sejalan dengan tingkatan kategori adopter. Artinya makin tinggi tingkatan kategori adopter, makin tinggi pula tingkat keinovatifannya. Di samping sebagai fungsi edukasi pemberdayaan masyarakat, penyuluhan juga berperan sebagai fungsi penyebarluasan membutuhkan proses penyuluhan. Henuk Levis (2005) menyebutkan bahwa penyuluhan berkaitan dengan bagaimana melakukan dengan kecil dengan segala keterbatasan mereka miliki, agar pesan disampaikan melalui penyuluhan dapat diterima dengan baik, diserap selanjutnya diterapkan usahatani mereka, sehingga kecil mampu meningkatkan kesejahteraannya atau bagaimana mereka dapat hidup sejahtera. Petani padi merupakan sasaran perlu dijamah oleh, mengingat padi merupakan pelaku utama penyediaan produksi beras. Informasi- aktual berupa inovasi usahatani padi semakin berkembang perlu sampai pada. Informasi- tersebut berupa sistem usahatani, mencakup teknik pengolahan lahan, penanaman, pemupukan, pengairan, pemeliharaan pemanenan. Berbagai dapat dimanfaatkan untuk menyebarluaskan ini, sehingga mempunyai keputusan untuk memilih apa sesuai dengan minat kebutuhannya. Keputusan untuk memilih awalnya terbentuk dari penilaian terhadap. Berlo (1960) mengungkapkan sasaran akan memilih sesuai dengan melihat: (1) apa tersedia, (2) berapa biaya dikeluarkan untuk memperoleh (3) apa dipilihkan oleh sumber. Dengan demikian, persepsi mengenai ketersediaan, pembiayaan, kemudahan mengakses serta ketepatan penggunaan sebagai pembawa merupakan hal cukup penting untuk dikaji terkait preferensi terhadap. Salah satu sentra produksi padi di wilayah Barat Pulau Jawa adalah Provinsi Banten. Berdasarkan data tersedia, sampai akhir tahun 2005 Provinsi Banten mengalami surplus beras sebanyak ton, bahkan menyumbang 24,75 persen persediaan beras bagi provinsi Banten (Khomsurizal 2008). Kabupaten Serang merupakan wilayah kedua memiliki produksi padi terbanyak di Provinsi Banten. Upaya penyediaan infomasi inovasi padi bagi padi di Serang makin giat digalakkan. Sebagai contoh, posko Prima Tani klinik pertanian dibangun untuk menyediakan bagi secara langsung di lokasi tempat tinggal mereka. Di samping itu juga disediakan pelayanan melalui peralatan elektronik media cetak (Deptan 2008). Dengan penyuluhan ditawarkan, diharapkan padi di wilayah Serang dapat meningkat pengetahuannya inovasi pertanian komoditas padi, sehingga 47

3 P. R. Pertiwi A. Saleh memacu mereka menggunakan caracara pertanian baru. Pada kenyataan di lapangan, padi masih menggunakan caracara lama mengelola usahataninya (seperti pola tanam serumpun satu lubang, pola pemupukan tidak sesuai dengan perkembangan usia tanam lainlain). Hal ini diduga karena kurang mengakses, sehingga masih belum menerima dengan baik inovasi sistem usahatani dari berbagai sumber relevan. Sistem penyuluhan berjenjang memungkinkan terjadinya hanya berhenti di tingkat sudah lebih maju, kurang dekat dengan lainnya. Upaya penyampaian inovasi padi cenderung sulit dijalankan mengingat umur rata-rata Indonesia cenderung tua, cukup berpengaruh pada penerimaan baru, karena berusia tua cenderung sangat konservatif menyikapi terhadap perubahan atau inovasi teknologi (Henuk & Levis 2005). Di samping itu diduga mereka juga kurang tanggap terhadap teknologi menganggapnya sebagai sesuatu rumit. Berdasarkan uraian di atas diperlukan suatu kajian untuk menjawab beberapa pertanyaan berikut: (1) seperti apakah karakteristik keinovatifan penerima pengelolaan usahatani padi? (2) bagaimanakah persepsi membawa pengelolaan usahatani padi di kalangan masyarakat? (3) sejauh mana hubungan karakteristik keinovatifan dengan persepsinya membawa pengelolaan usahatani padi? Metodologi Artikel ini ditulis berdasarkan hasil penelitian tahun 2009 menganalisis persepsi pemilihan terhadap mengenai pengelolaan usahatani padi, sebagai suatu kasus diambil dari para di Kabupaten Serang. Aspek karakteristik keinovatifan digunakan kajian ini aspek karakteristik keinovatifan dikemukakan oleh Rogers Shoemaker (1995). Variabel-variabel karakteristik keinovatifan dikaji antara lain status sosial, luas lahan kepemilikan modal (karakteristik sosial ekonomi), tingkat empati, tingkat keberanian beresiko tingkat futuristik (karakteristik individu) tingkat partisipasi sosial, tingkat aktivitas keterlibatan penyuluhan (karakteristik ). Karakteristik keinovatifan tersebut dihubungkan dengan persepsi penyuluhan terbagi menjadi interpersonal bermedia. Persepsi ini dilihat dari empat indikator, yaitu ketersediaan, pembiayaan, kemudahan mengakses ketepatan penggunaan. Adapun subjek melalui penyuluhan diamati adalah inovasi usahatani padi, mencakup teknik pemilihan bibit, pola tanam, teknik pemupukan, teknik pengendalian hama penyakit, teknik pengairan, teknik pemanenan, permodalan pemasaran. Informasi dibutuhkan penelitian digali melalui penyebaran kuesioner didukung

4 Persepsi Petani Saluran Komunikasi Usahatani Padi dengan wawancara men terhadap responden. Instrumen dikembangkan dua bentuk, yaitu instrumen berupa kuesioner bentuk penyataan pertanyaan (terbuka tertutup). Hasil uji reliabilitas instrumen penelitian diperoleh nilai koefisien reliabilitas untuk variabel karakteristik keinovatifan sebesar 0,802 untuk variabel persepsi penyuluhan sebesar 0,870. Berdasarkan kuesioner tertutup dihasilkan data kuantitatif selanjutnya di-coding di-entry dengan menggunakan SPSS. Data tersebut dianalisis menggunakan statistik deskriptif dengan menampilkan distribusi frekuensi, persentase, rataan skor total rataan skor; analisis statistik inferensial berupa uji korelasi rank Spearman (rs), untuk mengetahui hubungan antara karakteristik keinovatifan dengan persepsi penyuluhan. Adapun bentuk pernyataan atau jawaban dari pertanyaan terbuka menghasilkan data kualitatif digunakan untuk melengkapi dapat mempertajam analisis data kuantitatif. Populasi penelitian ini adalah semua padi menjadi anggota kelompok tani padi sawah di Kabupaten Serang. Penentuan lokasi kecamatan dilakukan secara purposive dengan memilih tiga kecamatan, dari 10 kecamatan memiliki kelompok tani dengan komoditas khusus padi sawah, yaitu kecamatan Ciruas, Tirtayasa Carenang. Dari jumlah populasi di tiga kecamatan tersebut, diambil sampel penelitian sebanyak 2,5 persen sehingga sampel penelitian berjumlah 136 orang. Sampel diambil secara acak sederhana (simple random sampling) dari gabungan kelompok tani (gapoktan) memiliki jumlah anggota kelompok tani terbanyak di setiap kecamatan sejumlah orang responden. Seluruh responden diwawancara berdasarkan kuesioner telah dibuat. 3. Gambaran Usahatani Kabupaten Serang Padi di Di Kabupaten Serang, kegiatan penanaman padi dilakukan sepanjang tahun. Umumnya penanaman padi dilakukan tiga kali musim setahun. Varietas padi biasa ditanam oleh antara lain Ciherang, Cigeulis IR 64. Varietas ini memiliki waktu tanam singkat hasil baik. Petani banyak menggunakan varietas ini karena cukup mudah mendapatkannya, baik melalui subsidi dari pemerintah, membeli dari lain ataupun dari kios pertanian setempat. Tahapan penanaman padi diawali dengan persiapan lahan umumnya dikerjakan oleh pemilik/penggarap dibantu oleh para buruh tani. Secara umum pengolahan tanah dilakukan dengan cara membajak, mencangkul atau dengan hand tractor menggunakan bahan bakar solar. Ditinjau dari pembuatan jarak tanam, terdapat dua sistem tanam padi dilakukan, yaitu sistem garit biasa sistem jajar legowo. Sistem jajar legowo ini merupakan salah satu inovasi padi sawah. Penyiangan lahan dilakukan pada saat padi berumur sekitar hari, untuk mencabut gulma tumbuh di sekitar tanaman, biasanya dilakukan bersamaan dengan penyemprotan tanaman. Pemupukan untuk tanaman padi masih banyak dilakukan dengan menggunakan pupuk kimia. Beberapa menggunakan pupuk organik sebagai pupuk sampingan. Inovasi pemupukan 49

5 P. R. Pertiwi A. Saleh terbaru, yaitu pemupukan dengan cara menggunakan Bagan Warna Daun (BWD) untuk pemupukan N, hampir belum dilakukan oleh responden. Pengairan sawah dilakukan umumnya masih menggunakan sistem pengairan tergenang, hanya sesekali disusutkan airnya, yaitu apabila akan melakukan pemupukan atau penyemprotan. Upaya penanggulangan HPT hampir seluruhnya dilakukan secara kimia, yaitu dengan melakukan penyemprotan. Umumnya tidak memperhatikan apakah ada gejala serangan hama atau tidak, tetapi menyemprot sesuai keinginannya. Panen padi dilakukan setelah padi menguning bulir penuh, yaitu sekitar 3,5 bulan. Cara pemanenan di setiap hamparan atau wilayah pertanian berbeda-beda, yaitu dengan cara melelang hasil panen ke tengkulak, memanen dengan menyewa buruh tani, memanen dengan sistem gebotan, di mana memanen adalah para ikut andil pada saat menanam. Petani menuturkan bahwa keuntungan panen dengan cara ini adalah keeratan hubungan antar dapat terjalin dengan kuat, serta tidak ada tidak memiliki padi di rumahnya sendiri. Selama cara panen ini dilakukan secara serentak dilakukan dengan cara beregu, cara ini tidak beran dengan inovasi pertanian. Hal lain di luar teknik bertani tak kalah penting adalah permodalan pemasaran. Secara umum, telah memiliki kemandirian melakukan permodalan bentuk uang. Banyak di antara menggunakan uang sendiri untuk biaya operasional penanaman. Namun demikian ada pula meminjam modal ke pihak lain, seperti ke kerabat, tengkulak atau kelompok 50 tani. Modal diperoleh dari kelompok tani umumnya berupa subsidi diberikan melalui kelompok, baik berupa bibit atau pupuk maupun sejumlah uang dialokasikan untuk pembelian bibit atau pupuk. Peminjaman ke lain umumnya bukan bentuk uang, tetapi bentuk sarana produksi atau alat-alat pertanian. Pembayaran dilakukan pada saat panen, umumnya dengan membayarkan sejumlah hasil panen sesuai kesepakatan. Pemasaran hasil panen dilakukan dengan dua cara, yaitu penjualan langsung sesaat sesudah panen, atau ditunda pada saat membutuhkan uang. Dengan cara panen lelang, hasil panen secara otomatis terjual secara langsung. Apabila hasil panen disimpan di rumah, kapan pun ingin menjual hasil panen, banyak pembeli datang mencari, atau menjual ke penggilingan (pabrik) sebagai penampung hasil panen utama di wilayah internal pertaniannya. 4. Saluran Komunikasi Penyuluhan di Kabupaten Serang Saluran penyuluhan di Kabupaten Serang terbagi menjadi dua bagian, yaitu langsung (interpersonal) tidak langsung (bermedia). Saluran langsung paling berperan adalah sesama lingkungannya. Petani berprestasi merupakan andalan bagi kegiatan penyuluhan, karena melalui tela, lain dapat langsung mencontoh cara usahatani baik. Tokoh masyarakat memegang peranan penting mengkan halhal terkait kegiatan sosial maupun nilainilai berpengaruh terhadap kehidupan usahatani. Penyuluh sendiri memfasilitasi -

6 Persepsi Petani Saluran Komunikasi Usahatani Padi terkini bagi. Untuk sarana produksi, pedagang saprotan merupakan cukup tepat. Adapun pengumpul merupakan cukup tepat bagi untuk memperoleh harga pemasaran. Dalam kaitannya dengan berbagai bermedia, di tiga kecamatan terpilih diungkapkan bahwa media penyuluhan masih tergolong relatif kurang. Stasiun TV lokal yaitu Cahaya Banten, belum memiliki siaran spesifik pertanian. Beberapa stasiun radio memiliki slot siaran untuk acara pertanian, yaitu Radio Megaswara Dimensi, namun dari hasil wawancara terhadap, minat terhadap siaran radio ternyata kurang. Mereka lebih mengharapkan siaran televisi untuk lebih banyak menakan siaran pertanian, karena sifatnya mudah dipahami mudah didengar dilihat. Surat kabar majalah pertanian menurut penyuluh dinilai mampu mewakili dibutuhkan. Majalah paling dikenal adalah trubus, segkan surat kabar adalah Sinar Tani (Sinta). Buku-buku mengemukakan topik budidaya pertanian, peternakan perikanan, sudah diakomodasikan di perpustakaan Prima Tani. Adapun selebaran-selebaran berupa leaflet atau poster dianggap penyuluh sebagai media jumlahnya paling mencukupi. Bagi sendiri, leaflet biasanya mereka peroleh dari pertemuan kelompok atau dari para formulator sarana produksi pertanian. Saluran merupakan bagian dari proses terjadi masyarakat. Ba Pengkajian Teknologi Pertanian (2006) menyebutkan bahwa proses kegiatan penyuluhan terintegritasi secara keseluruhan, mulai dari kegiatan pertemuan kelompok, pelatihan-pelatihan disertai dengan berbagai fasilitas media cetak seperti leaflet, brosur, poster, surat kabar majalah, serta noncetak umumnya berbentuk VCD teknik pertanian. Klinik pertanian pada Prima Tani pun dibuat salah satunya sebagai fungsi penyedia. Di perpustakaan klinik disediakan bahanbahan bacaan baik diproduksi oleh pemerintah maupun swasta, dengan harapan para datang untuk memanfaatkannya secara cuma-cuma. 5. Karakteristik Keinovatifan Petani Padi Karakteristik keinovatifan adalah ciri-ciri melekat pada diri kaitannya dengan penerimaan inovasi. Karakteristik keinovatifan diamati mengacu pada karakteristik keinovatifan seperti dikemukakan oleh Rogers Shoemaker (1995). Data-data dihimpun seputar deskripsi karakteristik keinovatifan disajikan bentuk rataan skor jawaban, ditunjukkan pada Tabel 1. Status sosial tergolong cukup baik (rataan skor 1,89). Gambaran status sosial ini ditunjukkan dari jabatan sosial diduduki di masyarakat tingkat kehidupan. Ditinjau dari jabatan sosial, status sosial sebenarnya cenderung rendah. Sebanyak 41,18 persen tergolong aktif organisasi kemasyarakatan, antara lain: kelompok tani, organisasi keagamaan (pengurus mushola, dewan mesjid), kepemudaan, koperasi, komite sekolah pemerintahan. Kategori cukup baik diperoleh dari tingkat kehidupan cenderung tinggi, dilihat dari 51

7 P. R. Pertiwi A. Saleh sejumlah 80,88 persen telah memiliki rumah sendiri, hampir seluruh bangunannya permanen. Sebanyak 69,12 persen telah memiliki kendaraan bermotor roda dua. Di samping itu kepemilikan alat mesin pertanian tergolong cukup baik, di mana sekitar 40 persen memiliki alat mesin pertanian lebih dari satu jenis. Dalam kegiatan penyuluhan, kondisi status sosial terlihat di lapangan memungkinkan untuk dapat lebih dimotivasi agar mau mengakses berbagai sebagai media penyampai inovasi. Tabel 1. Deskripsi karakteristik keinovatifan berdasarkan rataan skor Karakteristik Keinovatifan Petani Rataan skor* Status sosial 1,89 Luas lahan 1,88 Kepemilikan modal 2,22 Tingkat empati 2,00 Tingkat keberanian beresiko 1,58 Tingkat futuristik 1,97 Tingkat partisipasi sosial 2,09 Tingkat aktivitas 1,75 Keterlibatan penyuluhan 1,69 Total rataan skor 1,90 Keterangan: * 1,00-1,66 = buruk/sempit/rendah; 1,67-2,33 = cukup baik/cukup luas/seg; 2,34-3,00 = baik/luas/tinggi Luas lahan sawah digarap menunjukkan kategori cukup luas, dengan rataan skor 1,88. Luas lahan adalah antara m2, namun 63,24 persen tergolong cukup luas, yaitu antara m2. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kemampuan mengusahakan lahan dapat mencukupi kebutuhan hidup, bukan saja untuk konsumsi tapi juga mencukupi kebutuhan sekundernya. Menurut Rogers Shoemaker (1995), kepemilikan lahan berkaitan dengan keinovatifan seseorang. Petani memiliki lahan luas cenderung lebih tanggap terhadap inovasi. Dalam kegiatan penyuluhan, inovasi teknik-teknik diversifikasi untuk lahan sempit atau teknik ekstensifikasi untuk lahan luas merupakan salah satu program dapat dikan ditumbuhkan minatnya pada masyarakat. 52 Kepemilikan modal tergolong cukup baik, dengan rataan skor 2,22 (Tabel 1). Kenyataan ini didukung dengan sejumlah 54,41 persen memiliki lahan dengan status milik pribadi. Kepemilikan lahan secara pribadi cenderung dapat menjamin untuk berusahatani secara berkelanjutan. Jumlah modal dikeluarkan setiap musim tergolong seg, yaitu berkisar antara 1-2 juta rupiah. Adapun sumber modal dikeluarkan oleh 52,2 persen berasal dari sumber modal pribadi. Kondisi kepemilikan modal di lapangan mengindikasikan bahwa cenderung mampu mencari berbagai terkait dengan usahataninya. Dengan modal ada, telah mempertaruhkan resiko berusahatani, sehingga sebisa mungkin dapat mempertahankan

8 Persepsi Petani Saluran Komunikasi Usahatani Padi usahataninya agar tidak mengalami kegagalan. Tingkat empati tergolong cukup baik (rataan skor 2,00), ditunjukkan dengan empat indikator ditanyakan, ternyata sejumlah 41,91 persen menyatakan sering menghargai pendapat orang lain, 44,12 persen sering mendahulukan kepentingan orang lain, bahkan 80,15 persen menyatakan sering peduli terhadap kesulitan orang lain. Berbeda halnya dengan perilaku menggantikan tugas orang lain, nilai diperoleh cenderung rendah, karena lebih dari 40 persen menyatakan jarang mau menggantikan tugas orang lain. Alasan terhadap jawaban ini umumnya ketakutan melakukan kesalahan melakukan sesuatu bukan tugasnya. Secara idealis, orang memiliki empati kategori baik akan dihargai banyak orang, termasuk kemungkinan untuk dijadikan tempat bertanya bagi masyarakat sekitar. Untuk itu orang memiliki empati besar termotivasi berusaha memperkaya dirinya dengan berbagai ilmu pengetahuan baru. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa tingkat keberanian mengambil resiko tergolong buruk, yaitu memiliki rataan skor 1,58. Indikator keberanian beresiko diamati antara lain tindakan mencoba cara tanam baru, mencoba varietas baru, mengatasi masalah secara pribadi melakukan eksperimen atau penemuan-penemuan sederhana di big pertanian. Persentase jawaban terbesar berada pada jawaban jarang melakukan keempat indikator tersebut. Dalam kegiatan penyuluhan, kekurangberanian mengambil resiko bagi merupakan hambatan utama penyebaran inovasi. Penyuluh memiliki tugas membangkitkan motivasi agar mau mencoba halhal belum pernah dilakukannya. Hal tersebut perlu disertai dengan metode penyampaian teknik-teknik baru tepat seperti melakukan ujicoba di lahan percontohan dapat dilihat oleh semua orang. Tingkat futuristik adalah derajat kemampuan berorientasi ke masa depan. Petani memiliki tingkat futuristik tergolong cukup baik, yaitu memiliki rataan skor jawaban 1,97 (Tabel 1). Sejumlah 20,59 persen percaya bahwa kehidupan masa depan ditentukan oleh usahanya saat ini, segkan sejumlah 51,47 persen merasa yakin bahwa usahatani dijalankan akan tetap bertahan walaupun kondisi negara serba sulit mahal serta 46,32 persen sering merasa yakin bahwa kegiatan usahatani akan terus kesinambungan mampu menopang kebutuhan hidupnya sampai anak-anak mereka dewasa. Dalam kegiatan penyuluhan, pangan baik ke masa depan perlu ditumbuhkan bagi masyarakat. Dengan memiliki pangan positif, akan berusaha untuk mengupayakan usahataninya menjadi lebih baik, diharapkan terwujud melalui sikap proaktif terhadap inovasi. Tingkat partisipasi sosial merupakan salah satu ciri karakteristik berada kategori cukup baik, dengan rataan skor 2,09 (Tabel 1). Gambaran tingkat partisipasi sosial ini ditunjukkan dengan keterlibatan kehidupan bermasyarakat. Tingkat keterlibatan paling tinggi adalah kegiatan keagamaan (70,59% menyatakan selalu mengikuti kegiatan setiap bulan). Selanjutnya sejumlah 37,50% menyatakan selalu mengikuti kegiatan gotong-royong, sering memberi bantuan apabila ada 53

9 P. R. Pertiwi A. Saleh terkena musibah (46,32%) sering terlibat pengurusan tetangga meninggal (48,53%). Secara keseluruhan partisipasi kegiatan masyarakat tergolong cukup baik. Tingkat partisipasi seperti terlihat di lapangan dapat membantu kelancaran kegiatan penyuluhan, termasuk penyebaran inovasi. Tingkat Aktivitas dimaksud penelitian ini adalah tingkat aktif tidaknya memperoleh, baik kegiatan sosial maupun usahatani. Tabel 1 memperlihatkan kategori cukup baik untuk aktivitas, dengan rataan skor 1,75. Walaupun sejumlah 55,88 persen mengaku tidak pernah mencari kegiatan sosial secara aktif, namun untuk berkaitan dengan usahatani, sejumlah 31,62 persen reponden mengatakan selalu aktif mencari sendiri dibutuhkannya. Informasi paling sering dicari terutama berkaitan dengan aktivitas perencanaan usahatani proses produksi. Peubah terakhir dari karakteristik keinovatifan diamati adalah keterlibatan penyuluhan, memperoleh rataan skor sebesar 1,69. Walaupun masuk kategori cukup baik, namun keterlibatan penyuluhan cenderung ke arah kategori buruk. Sejumlah 36,03 persen memiliki tingkat kehadiran tinggi pertemuan kelompok, sejumlah 55,88 persen menyatakan pernah mengikuti pelatihan baik satu kali maupun lebih. Dalam kegiatan penyuluhan, sejumlah 33,09 persen 54 menyatakan terlibat identifikasi wilayah penyuluhan, yaitu melalui pengisian data-data terkait usahataninya. Sejumlah 8,82 persen menambahkan keterlibatannya perumusan tujuan selain identifikasi wilayah 13,24 persen ikut merumuskan masalah pemecahannya. Akan tetapi sejumlah 44,85 persen menyatakan tidak pernah terlibat sama sekali perencanaan program penyuluhan. Berdasarkan uraian di atas, terlihat bahwa keterlibatan penyuluhan masih perlu ditingkatkan. Pelibatan kegiatan penyuluhan perencanaan program penyuluhan dapat menumbuhkan interaksi antar interaksi antara penyuluh dengan lebih baik lagi. Semakin tinggi tingkat interaksi masyarakat, menjadikan semakin mudah pula proses difusi adopsi inovasi berlangsung. 6. Persepsi Petani Saluran Komunikasi Penyuluhan Persepsi penyuluhan dibagi menjadi empat kategori, yaitu buruk, cukup baik, baik baik sekali. Tabel 2 menunjukkan bahwa urutan tertinggi dari persepsi responden penyuluhan adalah pada aspek pembiayaan untuk mengakses. Berdasarkan kenyataan tersebut, terlihat bahwa tidak memiliki kekhawatiran terhadap biaya dikeluarkan untuk mengakses, sejauh dibutuhkan tersedia mudah diperoleh.

10 Persepsi Petani Saluran Komunikasi Usahatani Padi Tabel 2. Persepsi padi berdasarkan rataan skor Persepsi Saluran Komunikasi Ketersediaan Pembiayaan mengakses Kemudahan mengakses Ketepatan penggunaan Total rataan skor Rataan skor* Interpersonal Bermedia 2,35 2,23 2,89 2,58 2,50 2,14 2,49 2,51 2,56 2,37 Keterangan: * 1,00-1,75 = buruk; 1,76-2,50 = cukup baik; 2,51-3,25 = baik; 3,26-4,00 = baik sekali. Persepsi responden ketersediaan penyuluhan tergolong cukup baik, dengan rataan skor 2,35 untuk interpersonal 2,23 untuk bermedia. Saluran interpersonal merupakan pihak-pihak lebih sering ditemui oleh. Dalam kaitannya dengan pengelolaan usahatani padi, 50 persen responden berpersepsi bahwa lain selalu tersedia memberikan penanggulangan hama penyakit tanaman (HPT). Adapun penyuluh paling tinggi ketersediaannya menyediakan pemupukan (47,06%). Pedagang saprotan tertinggi ketersediaannya menyediakan penanggulangan HPT (41,91%), segkan pengumpul memiliki ketersediaan tertinggi pada pemasaran (38,97%). Saluran bermedia dirasa responden paling baik ketersediaannya adalah TV. Beberapa stasiun telesivi diketahui menyajikan acara pertanian, baik khusus acara pertanian, acara selingan, siaran berita maupun iklan. Menurut responden, ketersediaan tertinggi dicapai TV adalah penyajian penanggulangan HPT, pemupukan pemanenan. Poster/leaflet surat kabar/majalah pertanian dirasa cukup banyak tersedia, menyajikan banyak teknik usahatani padi. adapun selalu tersedia melalui poster/leaflet surat kabar/majalah pertanian adalah penanggulangan HPT. Radio menempati urutan terbawah sebagai dirasakan ketersediaannya oleh. Sepertinya posisi radio telah tergeser dengan aya televisi mampu memberikan lebih baik. Melalui televisi, siaran tidak saja dapat didengar tetapi juga dilihat. Tabel 2 memperlihatkan bahwa persepsi pembiayaan tergolong pada kategori baik (rataan skor 2,89 untuk interpersonal rataan skor 2,58 untuk bermedia). Berbeda halnya dengan ketersediaan, persepsi keterjangkauan biaya untuk mengakses penyuluh hampir merata untuk setiap teknik usahatani padi. Jawaban murah sangat murah dilontarkan oleh sekitar persen responden untuk penyuluh, lain. Segkan untuk pedagang saprotan pengumpul, persepsi responden umumnya murah. Kenyataan ini menunjukkan bahwa 55

11 P. R. Pertiwi A. Saleh masalah perolehan tidak terletak pada biaya harus dikeluarkan, tetapi pada ada tidaknya dapat diakses melalui interpersonal. Pada bermedia, sekitar 30 persen responden menganggap bahwa poster/leaflet bisa diakses dengan sangat murah, terutama mencari teknik usahatani padi. Petani dapat dengan mudah mengakses poster/leaflet di tempat pertemuan kelompok, klinik prima tani, kios saprotan bahkan dari formulator mendatangi, sehingga tidak perlu mengeluarkan banyak biaya. Selanjutnya sejumlah 8-11 persen responden menyatakan bahwa surat kabar/majalah pertanian sangat murah diakses untuk semua jenis teknik usahatani. Adapun TV radio dipersepsikan berada jawaban murah mahal oleh kebanyakan responden, untuk semua jenis. Namun demikian tingkat kemahalan TV lebih rendah daripada radio. Hal ini terjadi karena TV telah banyak dimiliki oleh hampir semua, segkan radio tidak. Dengan demikian menganggap harus mengeluarkan biaya lagi jika menjadikan radio sebagai penyedia pengelolaan usahatani padi pada saat ini. Tingkat kemudahan mengakses dipersepsikan baik oleh responden adalah lain penyuluh. Kemudahan mengakses lain ini memiliki nilai tertinggi pada pencarian pengadaan bibit unggul serta teknik pemilihannya, ditunjukkan dengan jawaban sangat mudah oleh 48,53 persen responden. Adapun kemudahan mengakses penyuluh terutama mencari penanggulangan HPT. Menurut, pedagang saprotan 56 tergolong mudah diakses mencari pemupukan, penanggulangan HPT. Adapun pedagang tergolong sulit diakses untuk mencari teknik usahatani padi. Saluran bermedia dipersepsikan paling mudah diakses adalah TV. Namun demikian tidak terlalu merasa mudah mengakses berbagai pertanian melalui TV, karena siaran untuk acara ini dirasa kurang. Selanjutnya, lain dianggap mudah diakses adalah poster/leaflet, surat kabar/majalah pertanian radio. Kemudahan mengakses poster/leaflet menurut adalah mencari pembibitan, pemupukan penanggulangan HPT. Kenyataan ini berbeda dengan kemudahan mengakses surat kabar/majalah pertanian, dimana jawaban sulit sangat sulit mengakses dari responden tergolong tinggi, yaitu mencapai 65 persen, baik untuk teknik usahatani, permodalan maupun pemasaran. Hal ini karena surat kabar/majalah pertanian tidak terlalu banyak jumlahnya. Kemudahan mengakses radio tergolong rendah, ditunjukkan dari kebanyakan responden menganggap sulit mengakses radio, untuk semua teknik usahatani padi. Persepsi responden ketepatan penggunaan penyuluhan berada pada kategori cukup baik untuk interpersonal (rataan skor 2,49), namun tergolong baik untuk bermedia (rataan skor 2,51). Ketepatan penggunaan ini sangat bergantung pada jenis disampaikan oleh.

12 Persepsi Petani Saluran Komunikasi Usahatani Padi Responden mempersepsikan bahwa paling tepat penggunaannya adalah lain terutama untuk penanggulangan HPT padi, pembibitan pemupukan. Hal ini menunjukkan bahwa selain sebagai pihak menjalankan proses produksi, juga menjalankan perannya sebagai penyebar dengan baik. Penyuluh termasuk berikutnya memiliki tingkat persepsi ketepatan penggunaan baik sebagai penyampai teknik usahatani permodalan, segkan kurang tepat untuk pemasaran. Pedagang saprotan dinilai tepat memberikan penanggulangan HPT pemupukan, segkan lain dinilai tidak tepat disampaikan melalui pedagang saprotan. Adapun 42,65 persen responden menyatakan bahwa pengumpul merupakan sangat tepat digunakan sebagai penyampai pemasaran, termasuk harga gabah seg berlaku saat ini. Saluran bermedia dinilai paling tepat penggunaannya menyampaikan pengelolaan usahatani padi adalah TV. Ketepatan penggunaan TV sebagai menyampaikan inovasi berkaitan dengan kepemilikan TV oleh masyarakat serta kejelasan disampaikan. Selanjutnya poster/leaflet menempati tempat kedua sebagai dianggap tepat oleh. Radio surat kabar/majalah memiliki kesamaan dengan TV hal ketepatan jenis disampaikan. Ketiganya dianggap tepat memberikan semua pengelolaan usahatani padi, mulai dari teknik pembibitan sampai pemasaran, walaupun ketepatan radio tergolong rendah. Lain halnya dengan poster/leaflet cenderung tepat jika digunakan sebagai media penyampai teknik usahatani saja. Pemanfaatan kegiatan penyuluhan dapat disesuaikan dengan kondisi masyarakat. Sebagai contoh, sikap enggan untuk datang ke posko penyuluh seperti klinik prima tani, dapat diatasi dengan membawa berbagai media penyuluhan pada saat menemui. Upaya penyuluhan perlu dilakukan peningkatan minat masyarakat terhadap berbagai media. Di samping itu penyuluh di tingkat atas mungkin dapat mengembangkan berbagai materi penyuluhan PTT padi dapat ditakan di TV atau radio daerah dengan acara lebih menarik, pencetakan surat kabar lokal, penyebaran media-media tercetak serta pelibatan menghimpun pertanian. 7. Hubungan Karakteristik Keinovatifan Petani Padi dengan Persepsi Petani Saluran Komunikasi Penyuluhan Tabel 3 menunjukkan beberapa unsur karakteristik keinovatifan berkorelasi dengan persepsi baik interpersonal maupun bermedia. 57

13 P. R. Pertiwi A. Saleh Tabel 3. Hubungan karakteristik keinovatifan padi dengan persepsinya penyuluhan Karakteristik Keinovatifan Status sosial Luas lahan Kepemilikan modal Tingkat empati Tingkat keberanian beresiko Tingkat futuristik Tingkat partisipasi sosial Tingkat aktivitas Keterlibatan penyuluhan Persepsi Saluran Komunikasi (rs) Interpersonal Bermedia 0,202* 0,170* 0,170* -0,005 0,095 0,083 0,337** 0,154 0,170* 0,036 0,231** 0,434** 0,310** 0,161 0,129 0,258** 0,268** 0,339** Keterangan: * Korelasi nyata (p<0,05) rs = koefisien korelasi rank Spearman **Korelasi sangat nyata (p<0,01) Berdasarkan Tabel 3, indikator status sosial berkorelasi nyata (p<0,05) dengan interpersonal bermedia. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi status sosial responden, semakin baik pula persepsinya membawa berbagai pengelolaan usahatani padi. Petani berstatus sosial tinggi merupakan orang aktif memiliki jabatan organisasi diikutinya, cenderung lebih berpendidikan, memiliki pemikiran lebih terbuka terhadap lingkungan karena membutuhkan banyak hubungan dengan pihak lain terkait kehidupan sosial ekonominya. Sifat tersebut menjadikan menghargai segala hal ada di hadapannya termasuk pada ada di lingkungannya. Dalam hubungannya dengan interpersonal, luas lahan memiliki korelasi nyata (p<0,05) namun memiliki korelasi negatif dengan bermedia. Hal ini mengindikasikan bahwa memiliki lahan luas cenderung mempersepsikan interpersonal dengan baik. 58 Petani memiliki luas lahan banyak melakukan dengan penyuluh, lain bahkan dengan pedagang saprotan serta pengumpul, karena menganggap pihak-pihak tersebut dapat memenuhi kebutuhan mengelola lahan luas dinilai cepat memberikan umpan balik. Sebaliknya, usahatani dari bermedia dinilai tidak nyata (p>0,05) negatif, artinya semakin luas lahan garapan, cenderung semakin kurang baik persepsinya bermedia. Petani menganggap bahwa media kurang memberikan respons cepat atas diinginkannya, sehingga menjadi enggan mengakses mengakibatkan pangannya terhadap kurang baik. Tingkat empati merupakan indikator karakteristik keinovatifan terlihat berkorelasi sangat nyata (p<0,01) dengan persepsi responden interpersonal. Hal ini dapat dipahami karena sikap empati muncul diri seseorang untuk berusaha menem-

14 Persepsi Petani Saluran Komunikasi Usahatani Padi patkan dirinya pada peran orang lain. Petani berempati tinggi cenderung banyak berhubungan dengan pihakpihak penyedia bersifat interpersonal. Dengan demikian berempati tinggi umumnya memiliki sikap positif baik terhadap orang lain lingkungannya, termasuk terhadap interpersonal. Beberapa responden menyatakan bahwa walaupun tidak mudah untuk mendapatkan, mereka sangat meyakini bahwa tersedia, murah untuk mengaksesnya tepat penggunaannya. Tingkat keberanian beresiko juga memiliki korelasi nyata (p<0,05) dengan interpersonal. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi tingkat keberanian untuk mengambil resiko, semakin baik pula persepsinya interpersonal. Kondisi ini sangat wajar, karena umumnya mau mengambil resiko setelah bertanya pada orang lain secara langsung atau melihat keberhasilan lain, sehingga memiliki pangan positif terhadap pembawa langsung. Adapun jika dilihat hubungannya dengan persepsi bermedia, tingkat keberanian beresiko tidak memiliki kaitan nyata (p>0,05), artinya faktor ini tidak secara nyata menentukan baik atau buruknya persepsi terhadap bermedia. Tabel 3 juga memperlihatkan bahwa tingkat futuristik memiliki korelasi sangat nyata (p<0,01) dengan persepsi, baik interpersonal maupun bermedia. Hal ini berarti semakin tinggi tingkat futuristik, semakin baik pula persepsinya. Petani memiliki sifat futuristik biasanya memiliki pemikiran sudah mengarah ke masa akan datang, selalu optimis mampu menghadapi segala kemungkinan. Untuk itu mereka cenderung lebih banyak menggali ilmu pengetahuan baru dianggapnya dapat meraih keberhasilan di masa depan. Petani lebih futuristik menganggap sebagai media membantu keberlangsungan hidupnya. Dengan demikian futuristik cenderung selalu membutuhkan, baik interpersonal maupun media ada, menghargai sebagai sarana mencapai keberhasilan. Hubungan lain terlihat sangat nyata (p<0,01) adalah antara tingkat partisipasi sosial dengan persepsi walaupun taraf sangat nyata ini hanya terlihat pada interpersonal. Partisipasi kegiatan sosial di lingkungannya menyebabkan terhubung dengan banyak orang, termasuk orang-orang membawa berbagai pengelolaan usahatani padi. Keterlibatan responden berbagai kegiatan seperti pengajian, gotong-royong, pertemuan warga, atau saling bantu kehidupan mereka, menumbuhkan keeratan antar warga diakui responden sebagai ajang untuk saling menghormati. Petani juga semakin terbuka pemikirannya terhadap pentingnya berhubungan baik, semakin penting untuk berpikir positif terhadap pihak-pihak terhubung dengannya. Dengan demikian semakin tinggi tingkat partisipasi, semakin baik pula persepsinya pihak-pihak menjadi baginya. 59

15 Pepi Rospina Pertiwi Amiruddin Saleh Selanjutnya hubungan sangat nyata (p<0,01) terlihat pula antara tingkat aktivitas dengan persepsinya bermedia. Hal ini mengindikasikan bahwa memiliki penerimaan cukup baik terhadap media membawakan pengelolaan usahatani padi. Sebagian besar responden mengemukakan bahwa terbaru kemungkinan akan segera disebarkan melalui berbagai media, karena akan lebih cepat menjangkau banyak orang. Petani aktif mencari, tidak terlalu mempermasalahkan biaya dikeluarkan untuk mengakses, karena merasa setiap media menyampaikan usahatani sesuai dengan kebutuhannya. Indikator terakhir berkorelasi sangat nyata (p<0,01) dengan persepsi adalah keterlibatannya kegiatan penyuluhan. Dengan demikian semakin tinggi keterlibatan kegiatan penyuluhan semakin baik pula persepsinya, terutama sering terlibat digunakan kegiatan penyuluhan pertanian. Hal ini ditunjukkan oleh pendapat responden, bahwa kegiatan penyuluhan atau pelatihan sering diberikan baru oleh penyuluh, atau membawa pihak lain seperti para formulator atau lain menyampaikan teknik-teknik bertani lebih baik. Di samping itu penyuluh memberikan fasilitas berupa poster, leaflet atau koran pertanian. Bahkan kegiatan pelatihan sering diberikan materi melalui film pertanian ditakan di televisi. Menurut, kegiatan penyuluhan pelatihan 60 banyak membawa manfaat bagi wawasan pengetahuan, membuka pikiran mereka banyaknya menyediakan usahatani dibutuhkannya. Hubungan tidak nyata (p>0,05) dengan persepsi adalah kepemilikan modal. Hal ini mengindikasikan modal dimiliki bukan menjadi faktor penentu membentuk persepsi. Berapapun modal dimiliki, tidak menumbuhkan persepi terhadap eksisnya. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa tidak ada perbedaan modal digunakan atas persepsinya mengenai kegiatan penyuluhan. 8. Simpulan Pangan baik dari terhadap penyuluhan perlu dibentuk terus dipupuk. Tujuannya adalah agar mampu berminat mengakses berbagai mencari atau mempelajari inovasi-inovasi pertanian seg merebak di lingkungannya. Upaya terlihat berhasil kegiatan penyuluhan di Kabupaten Serang adalah pelibatan tela atau tokoh penyampaian. Namun demikian, terobosan baru lebih diperlukan kegiatan penyuluhan, seperti melibatkan pihak pedagang saprotan perekomendasian pemupukan pengobatan HPT atau pelibatan para pengumpul untuk memperoleh harga varietas diminati konsumen. Terkait dengan penumbuhan minat terhadap bermedia, penyuluh

16 Persepsi Petani Saluran Komunikasi Usahatani Padi sebaiknya lebih giat menjalankan salah satu tupoksinya, yaitu menyiapkan materi penyuluhan baik secara langsung maupun melalui berbagai bentuk media. Penyuluh dapat merancang sendiri poster atau leaflet dengan bahasa lokal untuk disebarkan pada pada saat melakukan penyuluhan. Penyuluh juga dapat memanfaatkan tabloid lokal untuk menerbitkan tulisan-tulisan bermanfaat, atau mempublikasikan keberhasilan para tokoh di tingkat lokal. Satu hal mungkin dapat dihidupkan kembali, adalah dibuatnya kelompok pendengar siaran radio atau pemirsa acara TV, sehingga minat untuk mengakses media tersebut lebih meningkat. Inovasi mudah, murah sesuai dengan kebutuhan adalah pesan perlu disampaikan. Metode media penyuluhan baik dengan banyak pilihan penggunaan tepat adalah cara dapat dilakukan untuk menyampaikan inovasi tersebut, sehingga menjadikan mengadopsi inovasi digulirkan. Khomsurizal Banten Surplus Beras. / 2008/08/ banten [4 Agustus 2008]. Pertiwi PR, Noviyanti R, Farida I Karakteristik Kategori Adopter Tingkat Keinovatifan Masyarakat Nelayan. Jakarta: Universitas Terbuka. Rogers EM, Schoemaker FF Communication of Innovations: A Cross Cultural Approach. Revised Edition. New York: The Free Press. Subagiyo Kajian Faktor-faktor Berpengaruh Terhadap Inovasi Usaha Perikanan Laut Desa Pantai Selatan Kabupaten Bantul, DIY. publikasi.php. [9 September 2007]. Daftar Pustaka Berlo DK The Process of Communication: An Introduction to Theory and Practice. New York: Holt, Rinehart and Winston, Inc. Departemen Pertanian Penyelenggaraan Fungsi Informasi Komunikasi serta Diseminasi Hasil Pengkajian BPTP. d/fileupload/ files/publikasi/pros_05_7.pdf. [29 Oktober 2008]. Henuk YL, Levis LR Komunikasi Pertanian. Kupang: Lembaga Penelitian Universitas Nusa Cena. 61

PERSEPSI PETANI TENTANG SALURAN KOMUNIKASI USAHATANI PADI

PERSEPSI PETANI TENTANG SALURAN KOMUNIKASI USAHATANI PADI 247 PERSEPSI PETANI TENTANG SALURAN KOMUNIKASI USAHATANI PADI Pepi Rospina Pertiwi 1 dan Amiruddin Saleh 2 ABSTRACT Serang District is a one of four districts of Banten Province which resulted high production

Lebih terperinci

Pepi Rospina Pertiwi, Rinda Noviyanti, Dewi Juliah Ratnaningsih 1. ABSTRAK

Pepi Rospina Pertiwi, Rinda Noviyanti, Dewi Juliah Ratnaningsih 1. ABSTRAK PERSEPSI PETANI TENTANG DETERMINAN SELEKSI SALURAN KOMUNIKASI DALAM PENERIMAAN INFORMASI USAHATANI PADI (KASUS PETANI KABUPATEN SERANG PROVINSI BANTEN) Pepi Rospina Pertiwi, Rinda Noviyanti, Dewi Juliah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan pembangunan di Indonesia telah sejak lama mengedepankan peningkatan sektor pertanian. Demikian pula visi pembangunan pertanian tahun 2005 2009 didasarkan pada tujuan pembangunan

Lebih terperinci

Hubungan Karakteristik Petani dengan Jasa Pelayanan dan Efektivitas Komunikasi Klinik Agribisnis di Prima Tani Leuwi Sadeng Kabupaten Bogor

Hubungan Karakteristik Petani dengan Jasa Pelayanan dan Efektivitas Komunikasi Klinik Agribisnis di Prima Tani Leuwi Sadeng Kabupaten Bogor Jurnal Komunikasi Pembangunan ISSN 1693-3699 Juli 2009, Vol. 07, No. 2 Hubungan Karakteristik Petani dengan Jasa Pelayanan dan Efektivitas Komunikasi Klinik Agribisnis di Prima Tani Leuwi Sadeng Kabupaten

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PETANI PENERIMA METODE SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SLPTT) PADI DI KECAMATAN CIAWI BOGOR.

KARAKTERISTIK PETANI PENERIMA METODE SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SLPTT) PADI DI KECAMATAN CIAWI BOGOR. KARAKTERISTIK PETANI PENERIMA METODE SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SLPTT) PADI DI KECAMATAN CIAWI BOGOR Diarsi Eka Yani 1 Pepi Rospina Pertiwi 2 Program Studi Agribisnis, Fakultas MIPA, Universitas

Lebih terperinci

PERSEPSI DAN PEMILIHAN PETANI TERHADAP SALURAN KOMUNIKASI PENYULUHAN MENGENAI INFORMASI PENGELOLAAN USAHATANI PADI (Kasus Petani Kabupaten Serang)

PERSEPSI DAN PEMILIHAN PETANI TERHADAP SALURAN KOMUNIKASI PENYULUHAN MENGENAI INFORMASI PENGELOLAAN USAHATANI PADI (Kasus Petani Kabupaten Serang) PERSEPSI DAN PEMILIHAN PETANI TERHADAP SALURAN KOMUNIKASI PENYULUHAN MENGENAI INFORMASI PENGELOLAAN USAHATANI PADI (Kasus Petani Kabupaten Serang) PEPI ROSPINA PERTIWI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penyuluhan pertanian mempunyai peranan strategis dalam pengembangan kualitas sumber daya manusia (petani) sebagai pelaku utama usahatani. Hal ini ditegaskan dalam Undang-Undang

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS KOMUNIKASI KLINIK AGRIBISNIS PADA PRIMA TANI

EFEKTIVITAS KOMUNIKASI KLINIK AGRIBISNIS PADA PRIMA TANI EFEKTIVITAS KOMUNIKASI KLINIK AGRIBISNIS PADA PRIMA TANI Amiruddin Saleh 1, Nia Rachmawati 2, Sutisna Riyanto 16 ABSTRACT The objectives of this research are: (1) to understand the communication process

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 27 PENDAHULUAN Latar Belakang Paradigma baru pembangunan Indonesia lebih diorientasikan pada sektor pertanian sebagai sumber utama pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan kapasitas lokal. Salah satu fokus

Lebih terperinci

BAB VIII PENGAMBILAN KEPUTUSAN INOVASI PRIMA TANI OLEH PETANI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGANNYA

BAB VIII PENGAMBILAN KEPUTUSAN INOVASI PRIMA TANI OLEH PETANI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGANNYA 59 BAB VIII PENGAMBILAN KEPUTUSAN INOVASI PRIMA TANI OLEH PETANI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGANNYA 8.1 Pengambilan Keputusan Inovasi Prima Tani oleh Petani Pengambilan keputusan inovasi Prima

Lebih terperinci

ABSTRAK. Diarsi Eka Yani Pepi Rospina Pertiwi Argadatta Sigit Program Studi Agribisnis, Jurusan Biologi FMIPA-UT ABSTRACT

ABSTRAK. Diarsi Eka Yani Pepi Rospina Pertiwi Argadatta Sigit Program Studi Agribisnis, Jurusan Biologi FMIPA-UT ABSTRACT PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK TANI DALAM MENGANALISIS DATA KEADAAN PADA USAHATANI SAYURAN (Kelompok tani sayuran di Desa Margamekar, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung) Diarsi Eka Yani (diarsi@ut.ac.id)

Lebih terperinci

Pemanfaatan Media Komunikasi Prima Tani, Aksesibilitas Kelembagaan Tani, dan Persepsi Petani tentang Teknologi Agribisnis Industrial Pedesaan

Pemanfaatan Media Komunikasi Prima Tani, Aksesibilitas Kelembagaan Tani, dan Persepsi Petani tentang Teknologi Agribisnis Industrial Pedesaan Jurnal Komunikasi Pembangunan ISSN 1693-3699 Februari 2009, Vol. 07, No. 1 Pemanfaatan Media Komunikasi Prima Tani, Aksesibilitas Kelembagaan Tani, dan Persepsi Petani tentang Teknologi Agribisnis Industrial

Lebih terperinci

ABSTRAK

ABSTRAK HUBUNGAN KARAKTERISTIK WANITA TANI DENGAN PENGETAHUAN WANITA TANI PADA USAHATANI SAYURAN (Kasus Wanita Tani Sayuran di Desa Mekarbakti, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung) Diarsi Eka Yani 1, Pepi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar, Definisi Operasional dan Pengukuran. variabel- variabel yang digunakan dalam penelitian ini akan diukur dan

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar, Definisi Operasional dan Pengukuran. variabel- variabel yang digunakan dalam penelitian ini akan diukur dan 47 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar, Definisi Operasional dan Pengukuran Definisi opersional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai bagaimana variabel- variabel yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Pembangunan pertanian merupakan faktor penunjang ekonomi nasional. Program-program pembangunan yang dijalankan pada masa lalu bersifat linier dan cenderung bersifat

Lebih terperinci

KEMAMPUAN PETANI DALAM MELAKSANAKAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH DI KECAMATAN PAMARICAN KABUPATEN CIAMIS

KEMAMPUAN PETANI DALAM MELAKSANAKAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH DI KECAMATAN PAMARICAN KABUPATEN CIAMIS KEMAMPUAN PETANI DALAM MELAKSANAKAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH DI KECAMATAN PAMARICAN KABUPATEN CIAMIS Indra Gunawan, Wasrob Nasruddin, dan Rudi Hartono Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian

Lebih terperinci

program yang sedang digulirkan oleh Badan Litbang Pertanian adalah Program Rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian yang

program yang sedang digulirkan oleh Badan Litbang Pertanian adalah Program Rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian yang PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Pembangunan pertanian di Indonesia telah mengalami perubahan yang pesat. Berbagai terobosan yang inovatif di bidang pertanian telah dilakukan sebagai upaya untuk memenuhi

Lebih terperinci

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. Penelitian menyimpulkan sebagai berikut:

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. Penelitian menyimpulkan sebagai berikut: VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 8.1. Kesimpulan Penelitian menyimpulkan sebagai berikut: 1. Usahatani padi organik masih sangat sedikit dilakukan oleh petani, dimana usia petani padi organik 51

Lebih terperinci

TINGKAT ADOPSI INOVASI SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO DI KELOMPOK TANI SEDYO MUKTI DESA PENDOWOHARJO KECAMATAN SEWON KABUPATEN BANTUL

TINGKAT ADOPSI INOVASI SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO DI KELOMPOK TANI SEDYO MUKTI DESA PENDOWOHARJO KECAMATAN SEWON KABUPATEN BANTUL TINGKAT ADOPSI INOVASI SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO DI KELOMPOK TANI SEDYO MUKTI DESA PENDOWOHARJO KECAMATAN SEWON KABUPATEN BANTUL Saleh Afianto Nugroho/ 20130220124 Ir. Siti Yusi Rosimah, MS/ Dr.Ir.Indardi,

Lebih terperinci

METODELOGI PENELITIAN. sistematis, faktual dan akuran mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan

METODELOGI PENELITIAN. sistematis, faktual dan akuran mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan III. METODELOGI PENELITIAN A. Metode Dasar Metode penelitian adalah suatu cara yang harus di tempuh dalam suatu penelitian untuk mencapai tujuan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

Lebih terperinci

BAB VII FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KEINOVATIFAN PETANI DAN LAJU ADOPSI INOVASI

BAB VII FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KEINOVATIFAN PETANI DAN LAJU ADOPSI INOVASI BAB VII FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KEINOVATIFAN PETANI DAN LAJU ADOPSI INOVASI Sebagaimana telah dikemukakan di depan, fokus studi difusi ini adalah pada inovasi budidaya SRI yang diintroduksikan

Lebih terperinci

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG 7.1 Keragaan Usahatani Padi Varietas Ciherang Usahatani padi varietas ciherang yang dilakukan oleh petani di gapoktan Tani Bersama menurut hasil

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel Penelitian Populasi

METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel Penelitian Populasi METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Penelitian berbentuk survei deskriptif korelasional, yang bertujuan untuk mendeskripsikan hubungan antar gejala (peubah) serta menganalisis hubungan antara peubah

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PEMUKA PENDAPAT KELOMPOK TANI DALAM MENGGUNAKAN TEKNOLOGI USAHATANI PADI

EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PEMUKA PENDAPAT KELOMPOK TANI DALAM MENGGUNAKAN TEKNOLOGI USAHATANI PADI EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PEMUKA PENDAPAT KELOMPOK TANI DALAM MENGGUNAKAN TEKNOLOGI USAHATANI PADI (Kasus di Kecamatan Kupang Tengah Kabupaten Kupang NTT) IRIANUS REJEKI ROHI SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT

Lebih terperinci

DAMPAK PENERAPAN TEKNOLOGI PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SAWAH

DAMPAK PENERAPAN TEKNOLOGI PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SAWAH DAMPAK PENERAPAN TEKNOLOGI PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SAWAH (Studi Kasus : Desa Pematang Setrak, Kec Teluk Mengkudu, Kabupaten Serdang Bedagai) Ikram Anggita Nasution

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kementrian Pertanian (2013) menyebutkan bahwa pada tahun 2014 pertanian di Indonesia dihadapkan pada tantangan berat. Tantangan berat yang dihadapi menyangkut beberapa

Lebih terperinci

MOTIVASI PETANI DALAM MENGGUNAKAN BENIH PADI HIBRIDA PADA KECAMATAN NATAR DI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN. Oleh: Indah Listiana *) Abstrak

MOTIVASI PETANI DALAM MENGGUNAKAN BENIH PADI HIBRIDA PADA KECAMATAN NATAR DI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN. Oleh: Indah Listiana *) Abstrak MOTIVASI PETANI DALAM MENGGUNAKAN BENIH PADI HIBRIDA PADA KECAMATAN NATAR DI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN Oleh: Indah Listiana *) Abstrak Penelitian ini dilakukan pada petani padi yang menggunakan benih padi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel

METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel 26 METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan persepsi petani terhadap kompetensi penyuluh pertanian. Oleh karena itu, untuk mencapai tujuan tersebut rancangan

Lebih terperinci

KERAGAAN TINGKAT PENERAPAN METODE SLPTT PADI DI KECAMATAN CIAWI BOGOR

KERAGAAN TINGKAT PENERAPAN METODE SLPTT PADI DI KECAMATAN CIAWI BOGOR KERAGAAN TINGKAT PENERAPAN METODE SLPTT PADI DI KECAMATAN CIAWI BOGOR Pepi Rospina Pertiwi Diarsi Eka Yani Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Terbuka e-mail: diarsi@ut.ac.id ABSTRACT

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel METODE PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian didesain sebagai penelitian survei yang bersifat deskriptif korelasional. Menurut Singarimbun dan Effendi (2006) desain penelitian survei adalah penelitian

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERILAKU KOMUNIKASI IBU RUMAH TANGGA DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN INOVASI PENGGEMUKAN SAPI POTONG DI KECAMATAN DANAU TELUK KOTA JAMBI

HUBUNGAN PERILAKU KOMUNIKASI IBU RUMAH TANGGA DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN INOVASI PENGGEMUKAN SAPI POTONG DI KECAMATAN DANAU TELUK KOTA JAMBI Volume 11, Nomor 1, Hal. 31-37 ISSN 0852-8349 Januari - Juni 2009 HUBUNGAN PERILAKU KOMUNIKASI IBU RUMAH TANGGA DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN INOVASI PENGGEMUKAN SAPI POTONG DI KECAMATAN DANAU TELUK KOTA

Lebih terperinci

sosial yang menentukan keberhasilan pengelolaan usahatani.

sosial yang menentukan keberhasilan pengelolaan usahatani. 85 VI. KERAGAAN USAHATANI PETANI PADI DI DAERAH PENELITIAN 6.. Karakteristik Petani Contoh Petani respoden di desa Sui Itik yang adalah peserta program Prima Tani umumnya adalah petani yang mengikuti transmigrasi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi 4.1.1 Keadaan Geografis Desa Oluhuta Utara merupakan salah satu Desa yang berada di Kecamatan Kabila, Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo. Luas

Lebih terperinci

BAB 4 EVALUASI KEEFEKTIFAN PROGRAM DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI PADI SAWAH

BAB 4 EVALUASI KEEFEKTIFAN PROGRAM DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI PADI SAWAH 67 BAB 4 EVALUASI KEEFEKTIFAN PROGRAM DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI PADI SAWAH Bab ini akan membahas keefektifan Program Aksi Masyarakat Agribisnis Tanaman Pangan (Proksi Mantap) dalam mencapai sasaran-sasaran

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU IBU RUMAH TANGGA NELAYAN DALAM MENGGUNAKAN MEDIA MASSA SEBAGAI SUMBER INFORMASI

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU IBU RUMAH TANGGA NELAYAN DALAM MENGGUNAKAN MEDIA MASSA SEBAGAI SUMBER INFORMASI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU IBU RUMAH TANGGA NELAYAN DALAM MENGGUNAKAN MEDIA MASSA SEBAGAI SUMBER INFORMASI (Related Factors To Fisheries Housewife s Behavior In Using Mass Media As

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Penentuan Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel Data dan Instrumentasi

METODE PENELITIAN Penentuan Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel Data dan Instrumentasi 41 METODE PENELITIAN Penentuan Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian dipilih secara sengaja (purposive) yaitu Desa Ciaruteun Ilir, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor Jawa Barat. Pemilihan

Lebih terperinci

Hubungan Karateristik Sosial Ekonomi Padi Sawah dengan...(welson Marthen Wangke)

Hubungan Karateristik Sosial Ekonomi Padi Sawah dengan...(welson Marthen Wangke) Hubungan Karateristik Sosial Ekonomi Padi Sawah dengan...(welson Marthen Wangke) HUBUNGAN KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI PETANI PADI SAWAH DENGAN KEI- KUTSERTAAN DALAM PENYULUHAN PERTANIAN DI DESA KAMANGA

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT 7.1. Penerimaan Usahatani Padi Sehat Penerimaan usahatani padi sehat terdiri dari penerimaan tunai dan penerimaan diperhitungkan. Penerimaan tunai adalah penerimaan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain Penelitian 33 METODE PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang bersifat deskriptif dan korelasional. Pemilihan pendekatan kuantitatif digunakan untuk lebih memahami fakta

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan ini merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Padi adalah salah satu bahan makanan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori Teori Adopsi dan Difusi Inovasi

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori Teori Adopsi dan Difusi Inovasi II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori 2.1.1 Teori Adopsi dan Difusi Inovasi Inovasi menurut Rogers (1983) merupakan suatu ide, praktek atau obyek yang dianggap baru oleh individu atau kelompok pengadopsi.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Tanaman padi merupakan salah satu komoditas tanaman pangan yang penting dalam rangka ketahanan pangan penduduk Indonesia. Permintaan akan beras meningkat pesat seiring dengan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi. yang digunakan dalam penelitian ini untuk mendapatkan data yang

III. METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi. yang digunakan dalam penelitian ini untuk mendapatkan data yang III. METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi Definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabelvariabel yang digunakan dalam penelitian ini untuk mendapatkan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu METODE PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian didesain sebagai suatu penelitian deskriptif korelasional. Singarimbun dan Effendi (2006) menjelaskan bahwa penelitian deskriptif dimaksudkan untuk pengukuran

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi

III. METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi 45 III. METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi Berdasarkan hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini, secara operasional dapat diuraikan tentang definisi operasional,

Lebih terperinci

Karakteristik Adopter pada Masyarakat Nelayan Kampung Cipatuguran Palabuhanratu dalam Penerimaan Teknologi Baru

Karakteristik Adopter pada Masyarakat Nelayan Kampung Cipatuguran Palabuhanratu dalam Penerimaan Teknologi Baru Jurnal Penyuluhan, Maret 2011 Vol. 7 No. 1 Karakteristik Adopter pada Masyarakat Nelayan Kampung Cipatuguran Palabuhanratu dalam Penerimaan Teknologi Baru Characteristics of Adopters at Fishermen Society

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian. Gambar Peta Provinsi Banten

Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian. Gambar Peta Provinsi Banten LAMPIRAN 141 Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian Gambar Peta Provinsi Banten 142 Lampiran 2. Kuesioner penelitian PERSEPSI PENYULUH PERTANIAN LAPANG TENTANG PERANNYA DALAM PENYULUHANPERTANIAN PADI DI PROVINSI

Lebih terperinci

PEMANFAATAN MEDIA INTERNET SEBAGAI MEDIA INFORMASI DAN KOMUNIKASI DALAM PEMBERDAYAAN PETANI DI DESA PONCOKUSUMO KECAMATAN PONCOKUSUMO

PEMANFAATAN MEDIA INTERNET SEBAGAI MEDIA INFORMASI DAN KOMUNIKASI DALAM PEMBERDAYAAN PETANI DI DESA PONCOKUSUMO KECAMATAN PONCOKUSUMO PEMAFAATA MEDIA ITERET SEBAGAI MEDIA IFORMASI DA KOMUIKASI DALAM PEMBERDAYAA PETAI DI DESA POCOKUSUMO KECAMATA POCOKUSUMO Use Of The Internet As A Media Information And Communication In The Empowerment

Lebih terperinci

Syahirul Alim, Lilis Nurlina Fakultas Peternakan

Syahirul Alim, Lilis Nurlina Fakultas Peternakan Hubungan Antara Karakteristik dengan Persepsi Peternak Sapi Potong terhadap Inseminasi Buatan (The Relationship between Beef Cattle Farmer s Caracteristic and Its Perception toward Artificial Insemination)

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERANAN WANITA TANI DALAM BUDIDAYA PADI SAWAH DENGAN PENERAPAN TEKNOLOGI PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT)

HUBUNGAN PERANAN WANITA TANI DALAM BUDIDAYA PADI SAWAH DENGAN PENERAPAN TEKNOLOGI PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) HUBUNGAN PERANAN WANITA TANI DALAM BUDIDAYA PADI SAWAH DENGAN PENERAPAN TEKNOLOGI PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) (Suatu Kasus di Desa Wanareja Kecamatan Wanareja Kabupaten Cilacap) Oleh: Eni Edniyanti

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Komunikasi Penyuluhan

TINJAUAN PUSTAKA Komunikasi Penyuluhan TINJAUAN PUSTAKA Komunikasi Penyuluhan Komunikasi adalah salah satu aspek yang senantiasa mengiringi kehidupan manusia. Fenomena komunikasi terjadi di mana-mana, yang terjadi pada satu atau lebih individu.

Lebih terperinci

HUBUNGAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL DENGAN PERILAKU PETANI DALAM BERCOCOK TANAM PADI SAWAH DI DESA WAIMITAL KABUPATEN SERAM BAGIAN BARAT

HUBUNGAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL DENGAN PERILAKU PETANI DALAM BERCOCOK TANAM PADI SAWAH DI DESA WAIMITAL KABUPATEN SERAM BAGIAN BARAT HUBUNGAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL DENGAN PERILAKU PETANI DALAM BERCOCOK TANAM PADI SAWAH DI DESA WAIMITAL KABUPATEN SERAM BAGIAN BARAT Correlation of Interpersonal Communication to Farmers Behavior in

Lebih terperinci

DESKRIPSI KARAKTERISTIK PETANI, KETERDEDAHAN TERHADAP MEDIA KOMUNIKASI DAN PERILAKU KOMUNIKASI PETANI

DESKRIPSI KARAKTERISTIK PETANI, KETERDEDAHAN TERHADAP MEDIA KOMUNIKASI DAN PERILAKU KOMUNIKASI PETANI 29 DESKRIPSI KARAKTERISTIK PETANI, KETERDEDAHAN TERHADAP MEDIA KOMUNIKASI DAN PERILAKU KOMUNIKASI PETANI Deskripsi Karakteristik Individu Petani Berdasarkan Tabel 5, dapat dilihat bahwa umur petani anggota

Lebih terperinci

ISSN Februari 2009, Vol. 07, No. 1

ISSN Februari 2009, Vol. 07, No. 1 Jurnal Komunikasi Pembangunan ISSN 1693-3699 Februari 2009, Vol. 07, No. 1 Efektivitas Komunikasi Pemuka Pendapat Kelompok Tani dalam Menggunakan Teknologi Usahatani Padi (Kasus di Kecamatan Kupang Tengah

Lebih terperinci

III. RUMUSAN, BAHAN PERTIMBANGAN DAN ADVOKASI ARAH KEBIJAKAN PERTANIAN 3.3. PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN : ALTERNATIF PEMIKIRAN

III. RUMUSAN, BAHAN PERTIMBANGAN DAN ADVOKASI ARAH KEBIJAKAN PERTANIAN 3.3. PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN : ALTERNATIF PEMIKIRAN III. RUMUSAN, BAHAN PERTIMBANGAN DAN ADVOKASI ARAH KEBIJAKAN PERTANIAN Pada tahun 2009, Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian melakukan kegiatan analisis dan kajian secara spesifik tentang

Lebih terperinci

(PERFORMANCE ANALYSIS OF FARMER GROUP AND ITS RELATIONSHIP WITH HOUSEHOLD FOOD SECURITY LEVEL (CASE STUDY IN RASANAE TIMUR SUBDISTRICT BIMA CITY)

(PERFORMANCE ANALYSIS OF FARMER GROUP AND ITS RELATIONSHIP WITH HOUSEHOLD FOOD SECURITY LEVEL (CASE STUDY IN RASANAE TIMUR SUBDISTRICT BIMA CITY) AGRISE Volume XIV No. 2 Bulan Mei 2014 ISSN: 1412-1425 ANALISIS TINGKAT KINERJA KELOMPOK TANI SERTA HUBUNGANNYA DENGAN TINGKAT KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA PETANI (STUDI KASUS DI KECAMATAN RASANAE TIMUR

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA IMPLEMENTASI PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN (PUAP) DENGAN PENDAPATAN USAHATANI PADI SAWAH

HUBUNGAN ANTARA IMPLEMENTASI PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN (PUAP) DENGAN PENDAPATAN USAHATANI PADI SAWAH HUBUNGAN ANTARA IMPLEMENTASI PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN (PUAP) DENGAN PENDAPATAN USAHATANI PADI SAWAH (Suatu Kasus pada Gapoktan Tahan Jaya di Desa Buahdua Kecamatan Buahdua Kabupaten

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. bagi masyarakat peternak di Kabupaten Pandeglang. Usaha peternakan kerbau di

PENDAHULUAN. bagi masyarakat peternak di Kabupaten Pandeglang. Usaha peternakan kerbau di 1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kabupaten Pandeglang merupakan sentra populasi kerbau di Provinsi Banten dengan jumlah populasi kerbau sebesar 29.106 ekor pada tahun 2012 (Arfiani, 2016). Beternak

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian ini di desain sebagai suatu penelitian survai yang bersifat deskriptif korelasional. Menurut Singarimbun dan Effendi (2006) penelitian survai adalah penelitian

Lebih terperinci

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. seperti industri, jasa, pemasaran termasuk pertanian. Menurut Rogers (1983),

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. seperti industri, jasa, pemasaran termasuk pertanian. Menurut Rogers (1983), II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Landasan Teori 1. Penerapan Inovasi pertanian Inovasi merupakan istilah yang sering digunakan di berbagai bidang, seperti industri, jasa, pemasaran termasuk pertanian.

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS KOMUNIKASI KLINIK AGRIBISNIS PADA PRIMA TANI DI KECAMATAN LEUWI SADENG BOGOR NIA RACHMAWATI

EFEKTIVITAS KOMUNIKASI KLINIK AGRIBISNIS PADA PRIMA TANI DI KECAMATAN LEUWI SADENG BOGOR NIA RACHMAWATI EFEKTIVITAS KOMUNIKASI KLINIK AGRIBISNIS PADA PRIMA TANI DI KECAMATAN LEUWI SADENG BOGOR NIA RACHMAWATI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman pangan adalah segala jenis tanaman yang di dalamnya terdapat

I. PENDAHULUAN. Tanaman pangan adalah segala jenis tanaman yang di dalamnya terdapat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman pangan adalah segala jenis tanaman yang di dalamnya terdapat karbohidrat dan protein sebagai sumber energi. Tanaman pangan juga dapat dikatakan sebagai tanaman

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi Penelitian Rancangan Penelitian

METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi Penelitian Rancangan Penelitian METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni sampai Agustus 2008 di Desa Jono Oge dan Desa Tondo Kecamatan Sirenja Kabupaten Donggala Provinsi Sulawesi Tengah.

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS DAN TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP PROGRAM PENGENTASAN KEMISKINAN PERKOTAAN (P2KP) DI KOTA BANDAR LAMPUNG

EFEKTIVITAS DAN TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP PROGRAM PENGENTASAN KEMISKINAN PERKOTAAN (P2KP) DI KOTA BANDAR LAMPUNG EFEKTIVITAS DAN TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP PROGRAM PENGENTASAN KEMISKINAN PERKOTAAN (PKP) DI KOTA BANDAR LAMPUNG (EFFECTIVENESS AND PARTICIPATION SOCIETY AGAINST THE URBAN POVERTY ERADICATION

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian ini didesain sebagai penelitian survey yang bersifat deskriptif korelasional yaitu untuk mengetahui hubungan yang terjadi dari peubah-peubah yang diteliti

Lebih terperinci

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka pdf

Koleksi Perpustakaan Universitas terbuka pdf 40264.pdf 40264.pdf 40264.pdf 40264.pdf 40264.pdf 40264.pdf 40264.pdf 40264.pdf 40264.pdf 40264.pdf 40264.pdf 40264.pdf 40264.pdf 40264.pdf 40264.pdf 40264.pdf 40264.pdf 40264.pdf 40264.pdf 40264.pdf 40264.pdf

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. rumahtangga yang mengusahakan komoditas pertanian. Pendapatan rumahtangga

I. PENDAHULUAN. rumahtangga yang mengusahakan komoditas pertanian. Pendapatan rumahtangga I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendapatan rumahtangga petani adalah pendapatan yang diterima oleh rumahtangga yang mengusahakan komoditas pertanian. Pendapatan rumahtangga petani dapat berasal dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Hal ini seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk diiringi

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Hal ini seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk diiringi 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan beras di Indonesia pada masa yang akan datang akan meningkat. Hal ini seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk diiringi dengan besarnya konsumsi beras

Lebih terperinci

Sosio Ekonomika Bisnis ISSN :

Sosio Ekonomika Bisnis ISSN : KARAKTERISTIK KEINOVATIFAN PETANI PADI SAWAH DAN HUBUNGANNYA DENGAN TINGKAT PARTISIPASI DALAM KELOMPOK TANI ( Studi Kasus di Desa Sri Agung Kecamatan Batang Asam Kabupaten Tanjung Jabung Barat) Eko Setiawan

Lebih terperinci

Gambar 10. Sebaran Usia Petani Responden

Gambar 10. Sebaran Usia Petani Responden VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Profil Responden Karakteristik petani dalam penelitian ini diidentifikasi berdasarkan usia, jenis kelamin, statuss pernikahan, jumlah anggota keluarga, pendapatan diluar usahatani,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. definisi sempit dan pertanian organik dalam definisi luas. Dalam pengertian

TINJAUAN PUSTAKA. definisi sempit dan pertanian organik dalam definisi luas. Dalam pengertian 5 TINJAUAN PUSTAKA Pertanian organik Pertanian organik meliputi dua definisi, yaitu pertanian organik dalam definisi sempit dan pertanian organik dalam definisi luas. Dalam pengertian sempit, pertanian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dirasa baru oleh individu atau unit adopsi lain. Sifat dalam inovasi tidak hanya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dirasa baru oleh individu atau unit adopsi lain. Sifat dalam inovasi tidak hanya 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Inovasi Rogers (2003) mengartikan inovasi sebagai ide, praktik atau objek yang dirasa baru oleh individu atau unit adopsi lain. Sifat dalam inovasi tidak hanya pengetahuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar bagi sumberdaya manusia suatu bangsa. Untuk mencapai ketahanan pangan diperlukan ketersediaan pangan dalam jumlah dan kualitas

Lebih terperinci

BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI

BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI 7.1. Produktivitas Usahatani Produktivitas merupakan salah satu cara untuk mengetahui efisiensi dari penggunaan sumberdaya yang ada (lahan) untuk menghasilkan keluaran

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Kerangka Pemikiran

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Kerangka Pemikiran 31 KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS Kerangka Pemikiran Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) Padi merupakan salah satu program pemerintah (dalam hal ini Kementrian Pertanian) untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di dua Desa dengan pola hutan rakyat yang berbeda dimana, desa tersebut terletak di kecamatan yang berbeda juga, yaitu:

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian 33 METODE PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian ini dirancang sebagai penelitian survey yang bersifat explanatory research yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengevaluasi dengan menjelaskan hubungan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Rancangan Penelitian

METODE PENELITIAN. Rancangan Penelitian 41 METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian survei. Terdapat dua peubah yaitu peubah bebas (X) dan peubah tidak bebas (Y). Peubah bebas (independen) yaitu

Lebih terperinci

PERAN KEPEMIMPINAN KONTAK TANI DALAM PROSES DIFUSI INOVASI TEKNOLOGI PENGELOLAAN TANAMAN DAN SUMBERDAYA TERPADU PADI

PERAN KEPEMIMPINAN KONTAK TANI DALAM PROSES DIFUSI INOVASI TEKNOLOGI PENGELOLAAN TANAMAN DAN SUMBERDAYA TERPADU PADI PERAN KEPEMIMPINAN KONTAK TANI DALAM PROSES DIFUSI INOVASI TEKNOLOGI PENGELOLAAN TANAMAN DAN SUMBERDAYA TERPADU PADI Pepi Rospina Pertiwi (pepi@ut.ac.id) Hedi Heryadi Program Studi Agribisnis FMIPA Universitas

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Petani rumput laut yang kompeten merupakan petani yang mampu dan menguasai

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Petani rumput laut yang kompeten merupakan petani yang mampu dan menguasai PENDAHULUAN Latar Belakang Petani rumput laut yang kompeten merupakan petani yang mampu dan menguasai aspek teknik budidaya rumput laut dan aspek manajerial usaha tani rumput laut. teknik manajemen usahatani.

Lebih terperinci

Model Pengembangan Pertanian Perdesaan Melalui Inovasi (m-p3mi) Berbasis Padi Palawija

Model Pengembangan Pertanian Perdesaan Melalui Inovasi (m-p3mi) Berbasis Padi Palawija Model Pengembangan Pertanian Perdesaan Melalui Inovasi (m-p3mi) Berbasis Padi Palawija Badan Litbang Pertanian mulai tahun 2011 mencanangkan Model Pengembangan Pertanian Perdesaan Melalui Inovasi (M-P3MI)

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. profil Desa Sukanegara, Kecamatan Carita, Kabupaten Pandeglang tahun 2016.

HASIL DAN PEMBAHASAN. profil Desa Sukanegara, Kecamatan Carita, Kabupaten Pandeglang tahun 2016. 26 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Daerah Penelitian Keadaan umum daerah penelitian meliputi, keadaan administratif daerah, tata guna lahan, dan mata pencaharian penduduk. Keadaan umum didapat

Lebih terperinci

KAJIAN PENGGUNAAN VARIETAS UNGGUL PADI BERLABEL DI KECAMATAN CURUP SELATAN KABUPATEN REJANG LEBONG PROVINSI BENGKULU

KAJIAN PENGGUNAAN VARIETAS UNGGUL PADI BERLABEL DI KECAMATAN CURUP SELATAN KABUPATEN REJANG LEBONG PROVINSI BENGKULU KAJIAN PENGGUNAAN VARIETAS UNGGUL PADI BERLABEL DI KECAMATAN CURUP SELATAN KABUPATEN REJANG LEBONG PROVINSI BENGKULU Yartiwi dan Andi Ishak Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu Jalan Irian km

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KEMUNING MUDA KECAMATAN BUNGARAYA KABUPATEN SIAK

ANALISIS USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KEMUNING MUDA KECAMATAN BUNGARAYA KABUPATEN SIAK 1 ANALISIS USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KEMUNING MUDA KECAMATAN BUNGARAYA KABUPATEN SIAK FARMING ANALYSIS OF PADDY IN KEMUNINGMUDA VILLAGE BUNGARAYA SUB DISTRICT SIAK REGENCY Sopan Sujeri 1), Evy Maharani

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Otonomi daerah telah membawa perubahan pada sistem pemerintahan di Indonesia dari sentralistik menjadi desentralistik. Perubahan ini berdampak pada pembangunan. Kini pembangunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan pada sektor pertanian. Di Indonesia sektor pertanian memiliki peranan besar dalam menunjang

Lebih terperinci

pelaksanaan dalam penyaluran KKP di pedesaan. Penelitian ini melibatkan

pelaksanaan dalam penyaluran KKP di pedesaan. Penelitian ini melibatkan III. METODOLOGI PENELITIAN A. Kerangka Pemikiran Penelitian ini ingin mengetahui faktor yang mempengaruhi pola pelaksanaan dalam penyaluran KKP di pedesaan. Penelitian ini melibatkan karakteristik petani,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian yang berhasil dapat diartikan jika terjadi pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian yang berhasil dapat diartikan jika terjadi pertumbuhan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses yang berkelanjutan dan berkesinambungan. Pembangunan pertanian yang berhasil dapat diartikan jika terjadi pertumbuhan sektor pertanian

Lebih terperinci

BAB VI PROSES DIFUSI, KATEGORI ADOPTER DAN LAJU ADOPSI INOVASI SYSTEM OF RICE INTENSIFICATION (SRI) DI DUSUN MUHARA

BAB VI PROSES DIFUSI, KATEGORI ADOPTER DAN LAJU ADOPSI INOVASI SYSTEM OF RICE INTENSIFICATION (SRI) DI DUSUN MUHARA BAB VI PROSES DIFUSI, KATEGORI ADOPTER DAN LAJU ADOPSI INOVASI SYSTEM OF RICE INTENSIFICATION (SRI) DI DUSUN MUHARA Adanya komponen waktu dalam proses difusi, dapat mengukur tingkat keinovativan dan laju

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT ADOPSI PETANI DENGAN PENDEKATAN PTT PADI DI DESA BUNGARAYA KECAMATAN BUNGARAYA KABUPATEN SIAK ABSTRAK

ANALISIS TINGKAT ADOPSI PETANI DENGAN PENDEKATAN PTT PADI DI DESA BUNGARAYA KECAMATAN BUNGARAYA KABUPATEN SIAK ABSTRAK Jurnal Dinamika Pertanian Volume XXVIII Nomor 1 April 2013 (39-44) P: ISSN 0215-2525 E: ISSN 2549-7960 ANALISIS TINGKAT ADOPSI PETANI DENGAN PENDEKATAN PTT PADI DI DESA BUNGARAYA KECAMATAN BUNGARAYA KABUPATEN

Lebih terperinci

PERSEPSI ANGGOTA TERHADAP PERAN KELOMPOK TANI PADA PENERAPAN TEKNOLOGI USAHATANI BELIMBING

PERSEPSI ANGGOTA TERHADAP PERAN KELOMPOK TANI PADA PENERAPAN TEKNOLOGI USAHATANI BELIMBING PERSEPSI ANGGOTA TERHADAP PERAN KELOMPOK TANI PADA PENERAPAN TEKNOLOGI USAHATANI BELIMBING (Kasus Kelompok Tani Kelurahan Pasir Putih, Kecamatan Sawangan, Kota Depok) DIARSI EKA YANI SEKOLAH PASCASARJANA

Lebih terperinci

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN. penelitian, sedangkan pada bagian implikasi penelitian disajikan beberapa saran

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN. penelitian, sedangkan pada bagian implikasi penelitian disajikan beberapa saran 283 VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN Bagian ini menyajikan uraian kumpulan dan rekomendasi penelitian. Kesimpulan yang disajikan merupakan hasil kajian terhadap permasalahan penelitian, sedangkan

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG DI DESA LABUAN TOPOSO KECAMATAN LABUAN KABUPATEN DONGGALA

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG DI DESA LABUAN TOPOSO KECAMATAN LABUAN KABUPATEN DONGGALA e-j. Agrotekbis 4 (4) : 456-460, Agustus 2016 ISSN : 2338-3011 ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG DI DESA LABUAN TOPOSO KECAMATAN LABUAN KABUPATEN DONGGALA Income Analysis of Corn Farming Systemin Labuan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Padi merupakan salah satu komoditas strategis baik secara ekonomi, sosial

TINJAUAN PUSTAKA. Padi merupakan salah satu komoditas strategis baik secara ekonomi, sosial TINJAUAN PUSTAKA Padi merupakan salah satu komoditas strategis baik secara ekonomi, sosial maupun politik. Pada umumnya usahatani padi masih merupakan tulang punggung perekonomian keluarga tani dan perekonomian

Lebih terperinci

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 41 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Wilayah Penelitian Kecamatan Gandus terletak di Kota Palembang Provinsi Sumatera Selatan. Kecamatan Gandus merupakan salah satu kawasan agropolitan di mana

Lebih terperinci

Oleh : Choirotunnisa*, Ir. Sutarto**, Ir. Supanggyo, MP** ABSTRACT. This research aims to study the farmers social-economic

Oleh : Choirotunnisa*, Ir. Sutarto**, Ir. Supanggyo, MP** ABSTRACT. This research aims to study the farmers social-economic HUBUNGAN KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI PETANI DENGAN TINGKAT PENERAPAN MODEL PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU PADI SAWAH DI DESA JOHO KECAMATAN MOJOLABAN KABUPATEN SUKOHARJO Oleh : Choirotunnisa*, Ir. Sutarto**,

Lebih terperinci

Kuesioner EFEKTIVITAS MEDIA KOMUNIKASI BAGI PETANI PADI DI KECAMATAN GANDUS KOTA PALEMBANG (Kasus Program Ketahanan Pangan )

Kuesioner EFEKTIVITAS MEDIA KOMUNIKASI BAGI PETANI PADI DI KECAMATAN GANDUS KOTA PALEMBANG (Kasus Program Ketahanan Pangan ) 87 Kuesioner EFEKTIVITAS MEDIA KOMUNIKASI BAGI PETANI PADI DI KECAMATAN GANDUS KOTA PALEMBANG (Kasus Program Ketahanan Pangan ) No:. Faktor Internal Petani Padi 1. Nama responden :.. 2. Kelompok Tani :..

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain Penelitian 31 METODE PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian ini dirancang sebagai penelitian survai deskriptif dan korelasionel yang terkait dengan Program Ketahanan Pangan di Kecamatan Gandus. Menurut Singarimbun

Lebih terperinci

BAB VII PELAKSA AA MODEL PEMBERDAYAA PETA I SEKOLAH LAPA GA PE GELOLAA TA AMA TERPADU

BAB VII PELAKSA AA MODEL PEMBERDAYAA PETA I SEKOLAH LAPA GA PE GELOLAA TA AMA TERPADU BAB VII PELAKSA AA MODEL PEMBERDAYAA PETA I SEKOLAH LAPA GA PE GELOLAA TA AMA TERPADU Kegiatan SL-PTT di Gapoktan Sawargi telah berlangsung selama empat kali. SL-PTT yang dilaksanakan adalah SL-PTT padi.

Lebih terperinci