BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dari etnis di Indonesia yang turut mendukung keberadaan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dari etnis di Indonesia yang turut mendukung keberadaan"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Indonesia terdiri dari berbagai ragam etnis (suku bangsa), bahasa, dan adat istiadat. Salah satu dari etnis di Indonesia yang turut mendukung keberadaan kebudayaan Indonesia adalah kebudayaan Melayu. Namun, satu hal kompleks bahwa etnis Melayu tidak hanya berada di Indonesia saja, melainkan meliputi berbagai negeri di kawasan Asia Tenggara. Etnis yang disebut Melayu, secara keseluruhan adalah salah satu suku bangsa yang mendiami wilayah Thailand bagian selatan (Pattani), Semenanjung Malaysia, Brunei Darussalam, dan Indonesia, yang mempergunakan adatistiadat Melayu. Bahasa nasional yang dipergunakan di Indonesia, Malaysia, dan Brunei Darussalam sebagian besar dipengaruhi oleh bahasa Melayu. Begitu juga dengan di Singapura, bahasa Melayu digunakan sebagai bahasa nasional kedua. Pada zaman sekarang, penutur bahasa Melayu ini sudah lebih dari 200 juta jiwa. Dengan demikian, sebenarnya kebudayaan Melayu adalah sebagai salah satu khazanah terbesar kuantitasnya di Asia Tenggara ini. Wilayah kebudayaan Melayu di Indonesia mencakup daerah Tamiang, pesisir Timur Sumatera Utara (lazim disebut dengan Sumatera Timur), Riau, Kalimantan, dan Jambi. Khusus di daerah Pesisir Timur Sumatera Utara, mereka berada di daerah Langkat, Deli Serdang, Asahan, dan Labuhan Batu. Kabupaten-kabupaten yang terdapat di dalam kawasan Timur Pesisir Sumatera Utara yang disebutkan di atas terdapat kesamaan dalam adat-istiadatnya. Seperti pada

2 upacara tepung tawar, khitanan, perkawinan, jamu laut, dan dalam kegiatan pertanian yang dalam kesempatan ini menjadi pokok pembahasan dalam tulisan ini. Dalam kegiatan pertanian, khususnya pertanian padi oleh masyarakat Melayu, pengunaan kesenian biasanya digunakan sebagai pengiring ketika bekerja dan berfungsi sebagai hiburan ketika bekerja. Salah satu kesenian tersebut adalah ahoi. Ahoi merupakan sebuah lagu yang dinyanyikan oleh para petani ketika mengirik padi (melepaskan gabah padi atau bertih padi dari tangkainya dengan cara menginjakinjaknya). Ahoi ini dinyanyikan oleh para petani ketika mengirik padi disaat musim panen tiba. Biasanya para petani atau pengirik berkumpul bersama-sama dengan berjumlah 12 sampai dengan 15 orang dan membentuk posisi lingkaran, kemudian mereka berkeliling secara bersama-sama menginjak-injak tangkai padi sampai bulirbulir padi terlepas dari batangnya sambil bernyanyi. Sehabis menyanyikan satu kuplet pantun secara solo, lalu di dalam refrein diikuti bersama oleh semua pengirik dengan kata-kata E..Wak..Ahoi, ahoi,...! Lagu-lagu yang dinyanyikan biasanya berupa pantun berisi tentang ajakanajakan atau seruan mengenai mengirik padi dan juga ucapan syukur atas hasil panen yang melimpah. Pantun yang dinyanyikan biasanya merupakan hasil kreatifitas dari si penyanyi dalam menciptakan pantun. Sama seperti kebanyakan lagu-lagu Melayu lainnya, melodi Ahoi ini juga bersifat berulang-ulang dengan teks yang berbeda-beda. Unsur teks lebih diutamakan daripada unsur melodinya atau dalam dunia etnomusikologi disebut dengan logogenik 1. Dalam perkembangannya sekarang ini, ahoi ini sudah sangat jarang ditemui lagi dan bahkan ada yang sudah tidak dilakukan lagi di beberapa daerah. Menurut Bapak 1 Jika lebih mengutamakan melodi daripada teksnya disebut dengan melogenik

3 Ruslan Nainggolan 2 (Salah seorang yang pernah melakukan kegiatan mengirik yang masih hidup), di daerah Batangkuis sendiri kegiatan mengirik padi secara tradisional ini sudah tidak dilakukan lagi semenjak tahun Salah satu faktor penyebab jarangnya kesenian ini adalah dikarenakan sudah masuknya teknologi mesin dalam pengerjaan proses mengirik padi sehingga tidak membutuhkan banyak orang dalam proses pengerjaannya. Ketika kegiatan mengirik padi secara manual tidak dilakukan lagi, maka secara otomatis kesenian ahoi atau ini pun terkena dampaknya dan tidak dinyanyikan lagi. Jika hal ini dibiarkan terus menerus, beberapa waktu ke depan kesenian ahoi ini lambat laun akan tinggal sejarah saja, tidak terkecuali juga nilai-nilai falsafah hidup ataupun kearifan lokal kebudayaan Melayu yang terkandung di dalam kegiatan tersebut akan ikut juga menjadi sejarah. Berdasarkan hal yang disebutkan di atas, maka penulis tertarik untuk mengangkat dan menulis tentang Lagu Mengirik Padi atau ahoi ini sebagai bahan referensi dan sebagai salah satu syarat khusus kelulusan dari Departemen Etnomusikologi Fakultas Ilmu Budaya USU dengan judul : Ahoi Mengirik Padi Pada Masyarakat Melayu Daerah Batang kuis, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara : Suatu Kajian Tekstual dan Musikal 1.2 Pokok Permasalahan Pokok permasalahan yang penulis bahas berdasar kepada pertanyaan: 1. Bagaimana penyajian kesenian ahoi di dalam kegiatan mengirik padi yang dilakukan oleh petani Batang Kuis? 2 Bapak Nainggolan merupakan salah seorang pengirik padi tradisional yang lahir bermukim di daerah Batang Kuis, sehingga penulis memilih beliau sebagai salah satu informan dalam penulisan ini.

4 2. Bagaimana unsur musik yang terkandung di dalam kesenian ahoi pada kegiatan mengirik padi pada masyarakat Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang? 3. Bagaimana makna yang terkandung di dalam teks kesenian ahoi pada kegiatan mengirik padi pada masyarakat Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang? 4. Bagaimana Fungsi kesenian ahoi dalam kegiatan mengirik padi pada masyarakat Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang? Pokok permasalahan ini akan dijawab dengan melakukan uraian dalam bentuk kajian penyajian ahoi yang dimaksud. Kemudian menganalisis jalannya kegiatan tersebut, dengan menotasikan musik, mentranskripsi teks-teks nyanyian, dan kemudian menuliskannya dalam bentuk skripsi. 1.3 Pembatasan Masalah Beberapa aspek dan masalah yang dapat dijumpai pada tradisi nyanyian ahoi ini, diantaranya adalah aspek musikologis, teks, konteks, fungsi dan kegunaan, dan lainnya. Melihat banyaknya masalah di atas, maka penulis lebih menitik beratkan pada aspek musikologis dan aspek tekstualnya. Dalam aspek musikologisnya, penulis akan membahas tentang analisis melodi dan transkripsi melodi ahoi, yang di dalamnya mencakup : tangga nada, jumlah nada, formula melodi, ritem, interval, perjalanan melodi (contour), dan wilayah nada. Dalam aspek tekstualnya, penulis akan membahas tentang struktur teks dari nyanyian ahoi, bentuk teks, serta unsur pantun pada teks ahoi dan makna teksnya.

5 1.4 Tujuan Penulisan Tujuan penulisan merupakan sasaran yang hendak dicapai oleh penulis sebelum melakukan penulisan. Tanpa adanya tujuan yang jelas, maka kegiatan yang dilakukan tidak akan terarah karena tidak tahu apa yang akan dicapai dalam kegiatan tersebut. Oleh karena itu, tujuan yang ingin dicapai penulis adalah sebagai berikut: 1. Mengkaji bagaimana struktur musik lagu mengirik padi yang mencakup melodi dan ritemnya. 2. Mengkaji struktur teks yang terdapat di dalam lagu mengirik padi. 3. Sebagai suatu bahan dokumentasi musik tradisional Melayu. 4. Untuk memenuhi salah satu syarat yang diwajibkan bagi penulis untuk menyelesaikan studi di Departemen Etnomusikologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara. 1.5 Manfaat Penulisan Selanjutnya, adapun manfaat dari penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut. 1. Untuk mengetahui bagaimana struktur musik dalam lagu mengirik padi atau ahoi. 2. Untuk mengetahui struktur teks di dalam lagu mengirik padi atau ahoi. 3. Sebagai bahan referensi masyarakat akan kesenian Melayu, khususnya lagu mengirik padi atau ahoi. 4. Membantu pemerintah dalam upaya mengembangkan pembangunan di bidang kebudayaan, khususnya kebudayaan Melayu. Kesenian ini dapat dibangkitkan kembali dengan cara merekonstruksinya dan di alih-fungsikan menjadi seni pertunjukan.

6 1.6 Konsep Untuk mendapatkan pengetahuan mendasar tentang objek penelitian dan menghindari penyimpangan, maka diperlukan pengertian atau definisi terhadap terminologi yang menjadi pokok bahasan. Definisi ini akan menjadi kerangka konsep yang mendasari batasan-batasan makna terhadap topik yang menjadi pokok penelitian. Konsep adalah kesatuan pengertian tentang sesuatu hal atau persoalan yang perlu di rumuskan (Mardalis 2003:46). Demikian juga halnya menurut Koentjaraningrat, yang dimaksud dengan konsep adalah gambaran abstrak. Ia bercerita sebagai berikut: Seorang individu dapat juga menggabung dan membandingkan bagian-bagian bagian-bagian dari suatu penggambaran dengan bagian-bagian dari berbagai penggambaran lain yang sejenis, berdasarkan asas-asas tertentu secara konsisten. Dengan proses akal itu individu mempunyai suatu kemampuan untuk membentuk suatu penggambaran baru yang abstrak yang sebenarnya dalam kenyataan tidak serupa dengan salah satu dari berbagai macam penggambaran yang menjadi bahan konkret dari penggambaran baru itu. Sehingga manusia dapat membuat penggambaran tentang tempat-tempat tertentu dimuka bumi ini, bahkan juga di luar bumi ini, padahal ia belum pernah berpengalaman melihat atau mempersepsikan tempat-tempat tadi. Itulah konsep (1980:118). Judul skripsi ini adalah Ahoi Mengirik Padi Pada Masyarakat Melayu Daerah Batang kuis, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara : Suatu Kajian Tekstual dan Musikal. Agar penulis dan pembaca memiliki pemahaman yang sama terhadap kata-kata yang terkandung di dalam judul tulisan ini, maka perlu diuraikan konsep dari kata-kata tersebut, yaitu sebagai berikut:

7 Ahoi memiliki pengertian sebagai seruan di antara orang Melayu. Namun dalam penulisan ini, konsep ahoi adalah sebuah seruan yang memiliki unsur musikal yang menjadi judul dalam lagu mengirik padi. Lagu merupakan gubahan seni nada atau suara dalam urutan, kombinasi, dan hubungan temporal (biasanya diiringi dengan alat musik) untuk menghasilkan gubahan musik yang mempunyai kesatuan dan kesinambungan (mengandung irama). Dan ragam nada atau suara yang berirama disebut juga dengan lagu (Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer:2002). Lagu yang saya maksud disini adalah nyanyian vokal yang dinyanyikan para pengirik padi pada masyarakat Batang Kuis. Mengirik berasal dari kata irik yang artinya pijak. Dengan demikian mengirik merupakan sebuah kegiatan memijak atau menebah agar terlepas dari tangkainya (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Pengertian masyarakat di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata masyarakat memiliki pengertian sejumlah manusia dalam arti seluas-luasnya dan terikat oleh suatu kebudayaan yg mereka anggap sama. Masyarakat yang penulis maksud dalam penulisan ini adalah sekumpulan orang yang menempati wilayah Batang Kuis dan terikat di dalam kebudayaan Melayu. Melayu adalah sebuah istilah antropologis dan budaya, yang memiliki berbagai pengertian. Istilah ini bisa bermakna dalam konteks yang luas yaitu ras, bisa juga identitas yang berkaitan dengan tata negara, atau etnik setempat, yang menghuni kawasan tertentu seperti provinsi atau kabupaten. Makna-makna yang bisa luas atau sempit ini umumnya tergantung dalam konteks apa istilah tersebut digunakan.

8 Berdasarkan pengertian ras, Melayu dapat digolongkan kepada kumpulan Melayu Polinesia atau ras berkulit coklat yang mendiami Gugusan Kepulauan Melayu, Polinesia, dan Madagaskar. Namun demikian pada masa pusat imperium Melayu berada di Malaka 1400 M dan Parameshwara menjadi Islam, maka sejak itu agama Islam disebarkan dari Malaka ke segenap penjuru di Nusantara. Penyebaran yang terjadi melalui proses dagang dan perkawinan ini, sekaligus membentuk budaya Melayu. Setelah itu, terbentuk definisi jati diri Melayu yang baru yang tidak lagi terikat pada faktor geneologis (hubungan darah) tetapi dipersatukan oleh faktor kultural yang sama, yaitu kesamaan agama Islam, bahasa Melayu, dan adat-istiadat Melayu. Definisi Melayu sejak abad ke 15 M dikemukakan oleh penguasa kolonial Belanda dan Inggris serta para sarjana asing bahwa seseorang dikatakan orang Melayu apabila ia beragama Islam, berbahasa Melayu sehari-hari, dan melakukan adat istiadat Melayu dalam kehidupannya sehari-hari. Sehingga sampai pada awal kemerdekaan Indonesia istilah masuk Melayu sama dengan masuk Islam (Luckman Sinar 1994:8-9). Menurut seorang ahli antropologi, Vivienne Wee (dalam Takari dan Dewi, 2008), terdapat perbedaan pengertian Melayu di Singapura, Malaysia, dan Indonesia yang secara langsung berkaitan erat dengan persepsi pemerintah masing-masing. Pemerintah Singapura memandang Melayu sebagai sebuah ras, sebuah kategori yang dihasilkan berdasarkan keturunan dalam sistem etnisitasnya. Bahkan di Singapura, seseorang yang rasnya Melayu, beragama Kristen, berbahasa Inggris, secara syah dianggap sebagai orang Melayu. Terdapat sejumlah kecil orang Melayu Kristen dan mereka dipandang sebagai suatu Asosiasi Kristen Melayu di Singapura. Sedangkan di Malaysia, Melayu secara konstitusional diikat identitasnya dengan agama Islam, maka jika seorang Melayu berpindah agama menjadi Kristen misalnya, dia tidak dipandang

9 lagi sebagai orang Melayu. Meskipun demikian, tidak berarti semua orang Islam di Malaysia dipandang sebagai orang Melayu. Konstitusi Malaysia menyatakan bahwa orang Melayu itu hanyalah orang Islam yang berbahasa Melayu, menuruti adat-istiadat Melayu, lahir di Malaysia atau lahir dari orang tua yang berkebangsaan Malaysia. Berbeda dengan Singapura dan Malaysia, pemerintah Indonesia tidak begitu berminat memberi pengertian secara legal terhadap Melayu. Pengertian Melayu di Indonesia adalah satu istilah yang mengandung makna identitas regional berdasarkan pengakuan penduduknya. Dengan demikian, menurut pandangan pemerintah Indonesia, seseorang dapat saja menyatakan diri sebagai oring Melayu ataupun bukan orang Melayu. Dia boleh menentukan identitas regionalnya. Karena pemerintah Indonesia tidak mencantumkan label etnik dalam kartu tanda penduduk (KTP), sedangkan Singapura dan Malaysia mencantumkannya. Selain itu, istilah Melayu bisa merujuk kepada salah satu etnik setempat di Sumatera Utara yang terdiri dari daerah-daerah kebudayaan yaitu Melayu Deli, Serdang, Langkat, Asahan, Batubara, dan Labuhan Batu. Namun demikian, tidak terdapat perbedaan yang sangat mendasar. Menurut Fadlin, perbedaan di antara ke enam kelompok Melayu ini hanya terdapat pada dialek atau pengucapan sesuatu, misalnya pada pengucapan kata kemana bisa berbeda pada akhir hurufnya di enam wilayah Melayu Sumatera Utara tersebut. Namun hal tersebut tidak membatasi mereka untuk berkomunikasi, mereka dapat saling mengerti dan dapat saling berkomunikasi dengan baik. Dalam penelitian ini, konsep Melayu yang penulis pergunakan merujuk kepada Melayu sebagai salah satu etnik setempat di Sumatera Utara yang terdiri dari daerahdaerah kebudayaan yang salah satunya merupakan daerah yang menjadi daerah objek penelitian ini, yaitu Batang Kuis.

10 Pengertian kaji menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia berarti penyelidikan, memeriksa, mempertimbangkan dan memikirkan (Poerwadarminta 1984:433). Dengan demikian yang dimaksud dengan kajian adalah suatu penyelidikan yang dilakukan dengan memakai metode-metode ilmiah. Menurut Echols dan shadily (1986:380), tekstual adalah sesuatu yang berkaitan dengan isi karangan. Kemudian Christine Ammer (1973:369) mengemukakan tentang musik vokal, yakni sebagai berikut : Text : In vocal music, the word. A text need not consist of whole words, it may consist f nonsense or other syllables (solmization, vocalization) also called lyrics. Artinya: Teks khususnya dalam musik vokal berarti kata-kata. Sebuah teks tidak hanya terdiri dari kata-kata dalam susunan keseluruhannya, ia dapat saja terdiri dari suku kata yang tidak punya arti atau suku-suku kata lain (seperti solmisasi, vokalisasi), teks juga disebut dengan lirik Selanjutnya Merriam (1964:187) mengemukakan tentang salah satu sumber yang paling jelas untuk mempelajari tata tingkah laku manusia dalam salah satu kebudayaan yang berkaitan dengan musik adalah teks nyanyian. Dengan demikian yang dimaksud dengan tekstual adalah suatu lirik atau kata-kata yang di dalamnya mempelajari tentang tata tingkah laku manusia yang berkaitan dengan musik. Musikal merupakan segala hal yang mengandung unsur musik. Dan dalam penulisan ini pengertian musikal adalah segala hal di dalam ahoi yang mengandung unsur musik.

11 1.7 Teori Teori merupakan asas-asas dan hukum-hukum umum yang menjadi dasar sesuatu kesenian atau ilmu pengetahuan. Teori juga merupakan pendapat-pendapat atau aturan-aturan untuk melakukan sesuatu (Kamus Umum Bahasa Indonesia, 1991: ). Dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa teori yang sesuai dengan topik yang akan penulis angkat. Untuk melihat ahoi tergolong ke dalam bagian nyanyian tradisional atau nyanyian rakyat yang bagaimana, penulis menngambil teori Brunvand. Ia membagi nyanyian rakyat menjadi tiga bagian, yakni: 1. Nyanyian rakyat yang berfungsi ( Functional folk song ) adalah nyanyian yang katakata dan lagunya memegang peranan yang sama penting dan cocok dengan irama di dalam aktivitas tertentu. 2. Nyanyian rakyat yang bersifat liris ( lirycal folk song ) adalah nyanyian rakyat yang teksnya bersifat liris, yang merupakan pencetusan rasa haru si penyanyi tanpa menceritakan kisah yang bersambung ( koheren ). 3. Nyanyian rakyat yang bersifat berkisah ( Narative folk song ) adalah nyanyian rakyat yang menceritakan suatu kisah. ( Danandjaya, 1984: ) Dari keterangan di atas, nyanyian ahoi merupakan nyanyian rakyat yang berfungsi dalam kebudayaannya, karena berhubungan langsung dengan kebudayaan masyarakat Melayu Batang Kuis. Untuk menganalisis melodi di dalam lagu mengirik padi ini, penulis menggunakan teori weighted scale oleh William P Malm. Teori weighted scale adalah sebuah teori yang mengkaji keberadaan melodi berdasarkan kepada delapan unsurnya. Kedelapan unsur melodi itu menurut Malm (1977:15), adalah: (1) tangga nada; (2) nada

12 pusat atau nada dasar; (3) wilayah nada); (4) jumlah nada; (5) penggunaan interval; (6) pola cadensa; (7) formula melodi; dan (8) kontur. Dalam menganalisis teks-teks yang dinyanyikan dalam lagu mengirik padi ini, penulis menggunakan teori William P. Malm. Ia menyatakan bahwa dalam musik vokal, hal yang sangat penting diperhatikan adalah hubungan antara musik dengan teksnya. Apabila setiap nada dipakai untuk setiap silabel atau suku kata, gaya ini disebut silabis. Sebaliknya, bila satu suku kata dinyanyikan dengan beberapa nada disebut melismatik. Studi tentang teks juga memberikan kesempatan untuk menemukanhubungan antara aksen dalam bahasa dengan aksen pada musik, serta sangat membantu melihat reaksi musikal bagi sebuah kata yang dianggap penting dan pewarnaan kata-kata dalam puisi (Malm dalam terjemahan Takari 1993:15) Teori selanjutnya yang penulis gunakan adalah teori penggunaan dan fungsi musik yang dikemukakan oleh Alan P. Merriam (1964 : ), yang menyatakan tentanng bagaimana sebuah musik digunakan dan apa fungsi musik tersebut digunakan. Merriam menawarkan sepuluh fungsi musik, namun ia tidak membatasinya. Mungkin ada lebih dari sepuluh. Dalam kaitannya dengan ahoi, penulis melihat penggunaannya adalah sebagai pengiring kerja. Sedangkan fungsinya antara lain adalah sebagai hiburan, penghayatan estetis, komunikasi, pengintegrasian masyarakat, kesinambungan kebudayaan, penghayatan nilai-nilai religi (khususnya yang berkaitan dengan pertanian), dan lainnya. Selain teori yang telah disebutkan di atas, penulis juga menggunakan pendekatan transkripsi yang mengacu pada Nettl yang mengatakan ada dua pendekatan utama untuk mendeskripsikan musik yaitu: (1) Kita dapat menganalisis dan mendeskripsikan apa yang kita dengar, dan

13 (2) Kita dapat dengan cara menuliskan apa yang kita dengar tersebut ke atas kertas lalu mendeskripsikan apa yang kita lihat. Dalam penelitian ini, untuk dapat mentranskripsikan atau menuliskan sebuah musik dalam bentuk simbol-simbol notasi membutuhkan pengetahuan tentang beberapa hal, diantaranya ritem (organisasi musik di dalam waktu) dan meter (skema waktu dalam musik). Cara-cara mentranskripsikan musik adalah sebagai berikut: (1) Belajar memainkan alat musik yang akan ditranskripsikan. (2) Kedua, peniruan bunyi dengan cara bernyanyi atau menirukan secara bernyanyi. 1.8 Metode Penelitian Metode peneletian adalah suatu prosedur atau urutan kerja yang akan dilaksanakan dalam rangka penyelidikan dari suatu bidang yang bertujuan untuk memperoleh fakta-fakta. Metode kerja yang penulis lakukan adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif, yaitu suatu rangkaian kegiatan atau proses menyaring data/informasi yang bersifat sewajarnya mengenai suatu masalah dalam bidang kehidupan tertentu pada objeknya (Bogdan dan Taylor 1975:176). Suatu penelitian kualitatif memungkinkan kita memahami masyarakat secara personal dan memandang mereka sendiri mengungkapkan pandangan dunianya (Bogdan 1975:4-5). Dalam hal metode penelitian, penulis memakai metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif, yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Di sini penulis mencari data dilapangan dengan cara wawancara secara langsung. Sebelum melakukan wawancara penulis hanya mempersiapkan garis-garis besar pertanyaan yang akan ditanyakan. Seluruh data yang diperoleh dari hasil

14 wawancara dengan setiap informan penulis kumpulkan untuk diolah dalam kerja laboratorium. Menurut Netll (1964:62-64) ada 2 hal yang esensial untuk melakukan aktifitas penelitian dalam disiplin etnomusikologi yaitu : kerja lapangan (field work) dan kerja laboratorium (desk work). Kerja lapangan meliputi pemilihan informan, pendekatan dan pengambilan data, pengumpulan dan perekaman data. Sedangkan kerja laboratorium meliputi pengolahan data, menganalisis dan membuat kesimpulan dari keseluruhan data-data yang diperoleh. Namun demikian, sebelum melakukan hal ini terlebih dahulu dilakukan studi kepustakaan yakni mendapatkan literatur atau sumber-sumber bacaan yang berkaitan dengan pokok permasalahan Pemilihan Lokasi Penelitian Dalam hal lokasi penelitian, penulis menetapkan di Desa Bintang Meriah Kecamatan Batang Kuis. Desa Bintang Meriah dipilih sebagai lokasi penelitian karena di daerah ini sampai saat ini masih terdapat oknum-oknum atau para pelaku kegiatan mengirik padi. Selain itu kegiatan rekonstruksi mengirik padi juga dilakukan oleh penduduk desa ini pada tahun 2010 dalam acara Pesona Kebudayaan melayu Teknik Pengumpulan Data Dalam pengumpulan data penulis menjalani dua tahapan, yakni: 1. Studi kepustakaan, 2. Penelitian lapangan Studi Kepustakaan Sebelum melakukan kerja lapangan, terlebih dahulu penulis membaca beberapa literatur yaitu berupa makalah, skripsi, buku-buku dan majalah yang berkaitan dengan objek yang diteliti. Kemudian mencari konsep-konsep dan teori yang dapat menjadi

15 sumber informasi bagi penulis untuk membahas tulisan ini. Untuk mencari teori, konsep dan juga informasi yang berhubungan dengan tulisan ini, yang dapat dijadikan landasan dalam penelitian, maka penulis terlebih dahulu melakukan studi kepustakaan untuk menemukan literatur atau sumber bacaan yang dibutuhkan dalam melakukan penelitian lapangan. Sumber bacaan yang dilakukan dapat berasal dari peneliti luar maupun peneliti dari Indonesia sendiri. Selain bacaan yang dapat berupa majalah atau Koran, bulletin, buku ilmiah, jurnal, skripsi sarjana, tesis, berita dan lain-lain, penulis juga menggunakan buku-buku yang cukup relevan dengan topik permasalahan dalam penelitian ini, terutama yang menyangkut nyanyian ahoi. Buku-buku tersebut antara lain ialah, Kebudayaan Melayu Sumatera Timur, tulisan Tuanku Luckman Sinar Basarsyah II. SH dan Wan Syaifuddin. M.A, The Anthropology of Music, tulisan Alan P. Merriam, 1964; Theory and Method in Ethnomusicology, karya Bruno Nettl, 1864; Pokok-pokok Antropologi Budaya, karya T.O. Ihromi, 1987; serta buku-buku pendukung lainnya yang dianggap relevan dengan topik penelitian ini Penelitian Lapangan Dalam penelitian lapangan penulis mengadakan observasi langsung dan wawancara langsung. Adapun observasi langsung ini dilakukan untuk mendapatkan secara langsung data-data yang dibutuhkan selama berlangsungnya kegiatan yang diamati tersebut. Selain mengamati kegiatan dari observasi langsung ini penulis dapat langsung menentukan orang-orang yang dianggap mampu menjadi narasumber dalam pengumpulan data-data yang dibutuhkan penulis. Pengamatan atau observasi dapat dilakukan dengan dua cara, yang kemudian digunakan untuk menyebut jenis observasi, yaitu :

16 a. Observasi non-sistematis, yang dilakukan oleh pengamat dengan tidak menggunakan instrumen pengamatan. b. Observasi sistematis, yang dilakukan oleh pengamat dengan menggunakan pedoman sebagai instrumen pengamatan. Dalam metode pengamatan setidaknya ada 3 (tiga) macam metode, yaitu : 1. Metode pengamatan bebas. Metode ini menggunakan teknik pengamatan yang mengharuskan si peneliti tidak boleh terlibat dalam hubunganhubungan emosi pelaku yang menjadi sasaran penelitiannya. Si peneliti dalam hal ini tidak ada hubungan apapun dengan para pelaku yang diamatinya. 2. Metode pengamatan terkendali. Dalam pengamatan terkendali, si peneliti juga tidak terlibat hubungan emosi dan perasaan dengan yang ditelitinya, seperti halnya dengan pengamatan biasa. Yang membedakannya adalah pada pengamatan terkendali para pelaku yang akan diamati diseleksi dan kondisikondisi yang ada dalam ruang atau tempat kegiatan pelaku itu diamati dan dikendalikan oleh si peneliti. 3. Metode pengamatan terlibat. Melalui metode pengamatan terlibat si peneliti mempunyai hubungan dengan para pelaku yang diamatinya dalam melakukan pengumpulan bahan-bahan yang diperlukan. Sasaran dalam metode pengamatan terlibat adalah orang atau pelaku. Dalam melakukan penelitian ini, penulis menggunakan metode pengamatan terlibat. Disini penulis bertindak sebagai pengamat total yang dapat masuk ke suatu tempat dan melakukan pengamatan sebagai seorang peneliti. Melalui pengamatan ini peneliti dalam mengumpulkan bahan keterangan yang diperlukan tidak perlu bersembunyi tapi juga tidak mengakibatkan perubahan oleh kehadirannya pada kegiatan

17 yang diamati. Dalam hal ini, peneliti harus berusaha memperoleh kepercayaan penuh dari orang-orang yang menjadi sasaran penelitiannya. Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan secara langsung oleh pewawancara, jawaban responden akan dicatat atau direkam dengan alat perekam (tape recorder) (Suhartono, 1995:67). Teknik wawancara yang dilakukan oleh penulis adalah seperti yang dikemukakan oleh Koentjaraningrat (1985: ) mengatakan bahwa wawancara dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu: 1. Wawancara berfokus : pertanyaan tidak mempunyai struktur tertentu dan selalu berpusat kepada satu pokok permasalahan 2. Wawancara bebas : pertanyaan yang diajukan tidak hanya berpusat pada pokok permasalahan tetapi beraneka ragam selama masih berkaitan dengan objek penelitian. 3. Wawancara sambil lalu : pertanyaan dalam hal ini diajukan kepada nara sumber dalam situasi yang tidak terkonsep ataupun tanpa persiapan. Dengan kata lain informan dijumpai secara kebetulan. Adapun wawancara yang penulis lakukan adalah wawancara bebas. Wawancara bebas adalah wawancara yang lebih santai dan fleksibel. Kendala yang penulis alami dalam wawancara hanya berkisar dari informan yang merasa terganggu dengan adanya alat rekam. Namun setelah penulis memberikan pengertian dari tujuan dari peralatan tersebut hal ini segera dapat diatasi. Sebelum wawancara secara terfokus penulis membuat kerangka pertanyaan, hal ini sengaja penulis lakukan agar disaat wawancara dapat melakukan wawancara sesuai dengan yang penulis inginkan dan hasilnya sesuai dengan yang diharapkan.

18 1.8.3 Pemilihan Informan Sebelum melakukan penelitian penulis terlebih dahulu menentukan informan pangkal 3 yang dapat membantu memberikan informasi untuk keperluan penelitian. Dalam hal ini penulis memilih Ibu Aisyah Tarmidzi menjadi informan pangkal. Dari informan pangkal inilah penulis mendapat informasi mengenai siapa orang yang banyak mengetahui tentang Ahoi. Setelah mendapat informasi dari informan pangkal selanjutnya penulis menentukan informan kunci 4. Dalam hal ini yang menjadi informan kunci adalah Bapak Amirudin atau lebih dikenal dengan nama Pak Ying. Dari informan kunci inilah penulis memperoleh data dan masukan mengenai permasalahan yang ada dalam tulisan ini, serta dibantu oleh tokoh-tokoh masyarakat yang dituakan oleh masyarakat di Desa Bintang Meriah Kecamatan Batang Kuis. Untuk kelengkapan data tentang permasalahan yang ada dalam tulisan ini terutama dalam hal perubahan musik, penulis mendapat informasi dari para personil pertunjukan lagu mengirik padi pada Pesona Budaya Melayu 2010 yaitu Bapak Ruslan Sinulingga Metode Penelusuran Data Online Perkembangan Internet yang sudah semakin maju pesat serta telah mampu menjawab berbagai kebutuhan masyarakat saat ini memungkinkan para akademisi mau ataupun tidak menjadikan media online seperti Internet sebagai salah satu medium atau ranah yang sangat bermanfaat bagi penelusuran berbagai informasi, mulai dari 3 Informan pangkal adalah orang yang memberikan informasi awal tentang Gondang Naposo 4 Informan kunci adalah orang yang memberikan informasi mendalam mengenai pokok permasalahan dalam tulisan ini.

19 informasi teoritis maupun data-data primer ataupun sekunder yang diinginkan oleh peneliti untuk kebutuhan penelitian. Pada mulanya banyak kalangan akademisi meragukan validitas data Online sehubungan apabila data atau informasi itu digunakan dalam karya-karya ilmiah, seperti penelitian, karya tulis, skripsi, tesis maupun disertasi. Namun ketika media Internet berkembang begitu pesat dengan sangat akurat, maka keraguan itu menjadi sirna kecuali bagi kalangan akademisi konvensional ortodoks yang kurang memahami perkembangan teknologi informasi sajalah yang masih mempersoalkan akurasi media online sebagai sumber data maupun sumber informasi teori. Hal ini disebabkan karena saat ini begitu banyak publikasi teoritis yang disimpan dalam bentuk online dan disebarkan melalui jaringan Internet. Begitu pula saat ini, berbagai institusi telah menyimpan data mereka pada server-server yang dapat dimanfaatkan secara Intranet maupun Internet. Dengan demikian polemic tentang keabsahan dan validitas data-informasi online menjadi sesuatu yang kuno, tergantung pada bagaimana peneliti dapat memilih sumber-sumber data online mana yang sangat kredibel dan dikenal banyak kalangan. Dengan demikian, Burhan Bungin menjelaskan bahwa metode penelusuran data online yang dimaksud adalah tata cara melakukan penelusuran data melalui media online seperti Internet atau media jaringan lainnya yang menyediakan fasilitas online sehingga memungkinkan peneliti dapat memanfaatkan data informasi online yang berupa data maupun informasi teori, secepat atau semudah mungkin, dan dapat dipertanggungjawabkan secara akademis.

20 1.8.5 Perekaman Ada dua jenis perekaman yang penulis lakukan yaitu perekaman audio dan perekaman video audio. Hal perekaman audio digunakan alat perekam dari handphone merk Nokia 5630 Expressmusic, dan menggunakan software Adobe Audition 1.5. Sedangkan untuk merekam video digunakan digunakan kamera video Casio 12.0 Megapixel Pemotretan Untuk mendapatkan dokumentasi dalam bentuk gambar maka penulis menggunakan kamera digital merk Casio, 12 megapixel. Data digital ini kemudian dipindahkan ke dalam bentuk data komputer dalam format bmp (bitmap picture graphics), yang kemudian diinsert ke tempat-tempat analisis yang memerlukan data visual ini Kerja Laboratorium Kerja laboratorium yang penulis lakukan adalah bertujuan mengolah data yang telah terkumpul dari pengamatan dan wawancara. Demua data diklasifikasikan sesuai dengan jenis yang dibutuhkan oleh penulis dengan melihat relevansi dari data tersebut. Pengklasifikasian bertujuan untuk menghindari data yang bertumpang tindih dan untuk mempermudah penulis untuk mengolah data tersebut. Rekaman musik juga dianalisa untuk melihat pola melodi yang terdapat dalam nyanyian ahoi. Data-data diolah sesuai materi permasalahan. Hasil dari data yang telah diolah tersebut penulis jadikan sebagi laporan dalam bentuk skripsi.

21 BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT MELAYU BATANG KUIS 2.1 Identifikasi Kecamatan Batang Kuis merupakan sebuah kecamatan yang termasuk ke dalam bagian kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Kecamatan Batang Kuis terdiri atas 11 Desa, dan 72 Dusun. Mayoritas penduduk di kecamatan ini adalah etnis Melayu. Menurut Tengku Lukman Sinar dalam bukunya Pengantar Etnomusikologi dan Tari Melayu mengatakan bahwa kebudayaan Melayu secara historis telah terbentuk sejak keberadaan ras Melayu yang berasal dari daratan benua Asia berabad-abad sebelum Masehi. Dalam pertumbuhan dan perkembangannya, kebudayaan Melayu mengalami perubahan dan penyesuaian akibat adanya pengaruh besar dari tata kehidupan manusia pada zamannya (1990 : 45). Sistem kehidupan masyarakat Melayu Batang Kuis menyerap semua nilai-nilai Islam yang bersumber dari agama Islam. Nilainilai Islam diwujudkan dalam segala aspek budaya Melayu Batang Kuis, mulai dari ideide, konsep, gagasan, sampai kepada aktifitas, dan perwujudannya. Berdasarkan administrasi pemerintahan, Kabupaten Batang Kuis mempunyai luas wilayah 40,34 Km² dengan batas-batas wilayah sebagai berikut: 1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Pantai Labu. 2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Tanjung Morawa. 3. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Beringin dan Pantai Labu. 4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Percut Sei Tuan.

22 Berdasarkan data yang di dapat dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Deli Serdang, Kecamatan Batang Kuis memiliki jumlah penduduk sebesar Jiwa dan Rumah Tangga yang tersebar di 11 Desa, dan 72 Dusun. Perincian jumlah rumah tangga dan jumlah penduduk di setiap desa dapat dilihat melalui tabel sebagai berikut : LUAS DESA JUMLAH JUMLAH NO NAMA DESA ( KM 2 ) R.TANGGA PENDUDUK 1. TANJUNG SARI 7, BATANG KUIS PEKAN 0, SENA 6, BARU 4, TUMPATAN NIBUNG 3, PAYA GAMBAR 3, BINTANG MERIAH 0, MESJID 2, SIDODADI 9, SUGIHARJO 1, BAKARAN BATU 0, Mata Pencaharian Hidup Deskripsi mengenai mata pencaharian masyarakat dibutuhkan dalam penulisan skripsi ini. hal ini terjadi karena skripsi ini sendiri memfokuskan kajian kepada eksistensi ahoi, yang meliputi tuga aspek utama yaitu dalam konteks kebudayaan, struktur musik, dan teksnya. Ahoi sendiri merupakan nyanyian yang dilakukan dalam kegiatan dari salah satu mata pencaharian masyarakat Melayu di Batang Kuis, yaitu bertani. Penduduk Kabupaten Batang Kuis kebanyakan hidup dari pekerjaan bertani, pegawai negeri, pegawai perusahaan, nelayan, dan juga wiraswasta.

23 Daerah Kecamatan Batang Kuis pada umumnya adalah dataran rendah yang subur. Tanahnya banyak mengandung zat-zat hara yang dibutuhkan oleh tumbuhtumbuhan yang khas dataran rendah seperti pohon kelapa, kelapa sawit, bakau, padi, dan lain-lain. Oleh karena itu, daerah ini sangat cocokdijadikan lahan pertanian (perkebunan). Oleh sebab itu, di Kecamatan Batang Kuis ini banyak dijumpai perkebunan yang bergerak di bidang agroindustri sawit dan coklat. Dilihat dari segi pengusahaannya, di Kecamatan Batang Kuis terdapat dua macam perkebunan yaitu: perkebunan rakyat/swasta dan perkebunan negara. Rakyat Batang Kuis pada umumnya berkebun kelapa sawit dan coklat. Teknologi pertanian, pada masa kini umumnya telah mengarah kepada pertanian modern. Pengertian modern di sini adalah sudah mempergunakan mesin-mesin meliputi mesin traktor untuk mengolah tanah, perontok hasil pertanian, pengolahan teknologi pasca panen seperti mesin giling padi, dan sejenisnya. Hal ini mengakibatkan pergeseran-pergeseran kepada keberadaan ahoi di kawasan ini sebagaimana yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya. 2.3 Sistem Perkawinan Dalam sistem perkawinan dalam adat-istiadat etnis Melayu di Batang Kuis, umumnya pencarian jodoh dilakukan oleh si pemuda atau orang tuanya dengan cara meminang anak pamannya. Namun, setelah masuknya agama Islam maka pencarian jodoh itu bukan lagi hanya semata-mata dengan cara endogami melainkan malah sering dengan cara exogami 5. 5 Endogami adalah istilah yang dipergunakan untuk menyebutkan kebiasaan atau adat untuk mencari isteri atau suami di kalangan sendiri. Sedangkan exogami ialah istilah yang diperrgunakan untuk menyebutkan kebiasaan atau adat untuk mencari isteri di luar lingkungan keluarga

24 Seorang laki-laki dapat melakukan poligami 6. Jika seorang perempuan kebetulan adalah anak tunggal maka mereka akan tinggal di rumah orang tua perempuan tersebut. Sebab-sebab terjadinya poligami antara lain tidak bertentangan dengan agama Islam, isteri pertama mandul, tidak ada keturunan anak laki-laki untuk meneruskan keturunan, dan adanya perselisihan dalam rumah tangga yang tidak dapat dipersatukan kembali antara suami dan isteri Tujuan Perkawinan Perkawinan bertujuan untuk mendapatkan kesinambungan keturunan, silsilah, dan penerus hak waris. Hal itu semakin lebih penting lagi terutama di kalangan bangsawan demi meneruskan kerajaan ataupun kesultanan Perkawinan itu adalah hal yang wajar dalam kehidupan ini, apalagi di daerah yang luas wilayahnya setiap keluarga menginginkan jumlah anak yang banyak. Sebaliknya pada daerah-daerah yang sempit arealnya dan padat penduduknya, setiap keluarga mengingini keluarga kecil tetapi sejahtera Jenis Perkawinan Jenis perkawinan di kalangan Etnis Melayu Batang Kuis tidak begitu banyak. Beberapa jenis perkawinan yang terdapat dalam kebudayaan Melayu di batang Kuis adalah perkawinan perawan, perkawinan janda, kawin lari, kawin ngaleh (ganti tikar), dan perkawinan lako mangani. 2.4 Sistem Kekerabatan Etnis Melayu di darah Batang Kuis menganut sistem kekerabatan yang bilateral, artinya seorang anak (laki-laki atau perempuan) langsung mengikuti garis keturunan ayah dan ibunya. 6 Poligami adalah sistem perkawinan bahwa seseorang lakii-laki mempunyai lebih dari seorang isteri. (Ensiklopedia Indonesia, 1986:80)

25 E F G F C D A B Keterangan: A = Anak Perempuan C = Ayah E dan F = Kakek dan Nenek (Pihak ayah) B = Anak Laki-laki D = Ibu G dan H = Kakek dan Nenek (Pihak ibu) 2.5 Sistem Religi dan Kepercayaan Masyarakat Melayui pada awalnya menganut kepercayaan animisme dan dinamisme. Kemudian setelah masuknya kepercayaan monotheisme (ahama Islam dan Kristen) maka sebagian besar anggota masyarakat sudah memeluk agama Islam Agama Sesuai dengan dasar falsafah negara dan dengan ketentuan pemerintah, setiap warga negara Indonesia bebas memilih agamanya. Religi yang dikategorikan sebagai agama di Indonesia ialah: Islam, Kristen Katolik, Kristen Protestan, Budha, Hindhu, dan Konghuchu. Selain itu religi yang dikategorikan pemerintah Indonesia sebagai aliran kepercayaan contohnya adalah: Parmalim, Sipelebegu, Kejawen, dan lain-lain. Mayoritas pemeluk agama di Batang Kuis merupakan agama pemeluk agama Islam, yakni kira-kira 80% dari jumlah penduduknya, sedangkan pemeluk agama

26 Kristen, Hindu dan Budha berkisar lebih kurang 20% dari jumlah penduduk di Batang Kuis. Masuknya agama Islam merupakan lebih dahulu dari agama lainnya yaitu sewaktu pedagang-pedagang Gujarat dan Semenanjung Malaysia datang ke Pesisir Sumatera bagian Timur. Demikian juga karena Sultan sebagai kepala pemerintahan di Batang Kuis memeluk agama Islam turut menambah cepatnya perkembangan agama Islam sampai ke pelosok-pelosok desa Upacara-upacara Tradisional Dalam kebudayaan Etnis Melayu di Batang Kuis terdapat berbagai upacara tradisional. Dalam pelaksanaannya masih terdapat perbedaan-perbedaan antara satu tempat dengan tempat lainnya pada upacara yang sejenis. Upacara tersebut masih ada yang dilaksanakan sampai saat ini dan konsep dasarnya telah disesuaikan dengan ajaran-ajaran agama Islam. Hal itu berlangsung dalam masyarakat karena upacara dari tradisi lama itu merupakan salah satu identitas kebudayaan mereka dan dapat disesuaikan konsep dasarnya dengan ajaran agama Islam dan dipergunakan untuk kemajuan kebudayaan mereka. Mereka meyakini adanya hari-hari baik dan buruk untuk pelaksanaan upacara tradisional. Upacara tersebut antara lain adalah upacara kelahiran, upacara perkawinan, upacara kematian, upacara turun ke sawah, upacara menjamu laut, dan sebagainya Upacara Kelahiran Semasa seorang hamil tujuh bulan dilakukan satu upacara yang disebut upacara kebo. Upacara ini adalah suatu pertanda syukur kepada Allah. Pelaksanaan upacara ini telah disesuaikan dengan agama Islam dengan membaca ayat-ayat Al-Qur an. Setelah

27 40 hari bayi lahir maka diadakanlah upacara turun ke sawah. Pelaksanaannya tergantung pula kepada kemampuan orang tua. Jika belum mampu waktunya dapat diundurkan. Kemudian barulah dilanjutkan dengan upacara penabalan anak dan menidurkan anak. Upacara ini juga sudah disesuaikan dengan agama Islam. Anak yang mau ditidurkan dengan cara diayun diiringi dengan nyanyian berupa nasyid yang isinya adalah nasehat-nasehat dan petuah dan juga ayat-ayat Al-Qur an oleh ibunya. Pel5aksanaannya tetap bergantung kepada kemampuan orang tua Upacara Perkawinan Setiap perkawinan yang dilaksanakan dengan baik akan terikat oleh janji tentang jumlah biaya yang ditanggung oleh pihak laki-laki. Sesuai dengan adat yang berlaku, biaya perkawinan tersebut disampaikan oleh pihak laki-laki kepada pihak perempuan, yang sering disebut dengan istilah mas kawin. Selain mas kawin ini, masih ada lagi apa yang disebut dengan : uang hangus, ikat tanda, pakaian, uang buka kipas dan sebagainya. Besarnya mas kawin itu tergantung pada kemampuan pihak laki-laki dan kesepakatan antara kedua belah pihak. Namun pada saat ini perkawinan yang membutuhkan biaya seperti di atas sudah semakin jarang terjadi, pelaksanaan perkawinan sudah semakin bebas dari ikatan biaya yang mahal. Kebiasaan perkawinan antar turuna bangsawan-bangsawan tidak begitu berlaku lagi, karena dasar utama perkawinan sekarang ini adalah saling mencintai dan suka sama suka Upacara Turun ke Sawah/Ladang Upacara ini dilaksanakan untuk menjamu sawah atau ladang sebagai ucapan permintaan kepada Tuhan agar hasil panen padi tetap membaik, serta pertanda syukur atas panen padi pada musim tanam sebelumnya yang berbuah baik.

28 Upacara dilakukan saat akan memulai musim tanam di atas lahan yang akan ditanam. Upacara ini dimulai dengan tepung tawar, yaitu merinjis-rinjiskan beras kunyit, dan daun-daunan di atas tanah itu Upacara Menjamu Laut Biasanya upacara ini berlangsung dan dilaksanakan oleh anggota masyarakat yang bertempat tinggal di tepi laut. Upacara menjamu laut ini biasanya diadakan sekali setahun. Bahan-bahan yang diperlukan untuk upacara ini adalah: pulut kuning, bertih, beras, tepung tawar (yang terdiri dari sedingin, pulut-pulut, dan buah-buahan). Semua bahan-bahan tersebut dimasukkan ke dalam sebuah wadah yang disebut talam. Bahanbahan inilah yang dibawa oleh pawang ke tepi laut atau kuala. Di tempat tersebut dibangun sebuah pancang bertiang empat. Talam yang berisi bahan-bahan tadi diletakkan di atas altar tersebut. Dengan dihadiri oleh anggota-anggota masyarakat yang ada, dukun atau pawang mengucapkan mantera yang berbunyi sebagai berikut : mambang diajid datuk setinggi yang menguasai laut, lindungilah kami anakanak nelayan dari segala marabahaya. Sehabis mengucapkan mantera di atas, maka ditaburkanlah bahan-bahan upacara tadi ke laut. Sehabis upacara tersebut maka seluruh anggota masyarakat desa pantai selama tiga hari tidak boleh turun ke laut. Sehabis upacara menaburkan bahan-bahan tadi maka sang dukun atau seorang pawang segera melepas sampan kecil ke lepas pantai lalu sampan tersebut bergerak ditiup angin. Bila acara menjamu laut itu berlangsung di lepas pantai, maka altar tempat talam tadi didirikan di atas sampan. Sampan itu diiringi oleh sampan lainnya yang berisi anggota masyarakat dibawah pimpinan datuk atau pawang. Pada puncak acara, datuk penghulu segera menaburkan bahan-bahan upacara tadi ke laut.

29 Kemudian mereka kembali ke darat dengan penuh harapan bahwa kehidupan mereka akan bertambah baik dari tahun-tahun sebelumnya.

30 BAB III AHOI DALAM KONTEKS KEBUDAYAAN ETNIS MELAYU DI BATANGKUIS 3.1 Pengertian Ahoi Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, ahoi adalah sebuah nyanyian tradisional Melayu Batangkuis yang dinyanyikan secara solo lalu pada setiap akhir dari sampiran dan isi pantun yang dinyanyikan disambut dengan teriakan e..wak ahoiii..ahoii..., oleh pengirik lain dan secara harafiah artinya menghimbau ataupun mengajak kaum kerabat untuk bekerja-sama seperti yang dijelaskan oleh Bapak Amirudin kepada penulis pada saat wawancara yang dilakukan pada tanggal 17 Juni 2012 bahwa ahoi artinya adalah berdendang atau bernyanyi untuk menghimbau masyarakat untuk mengirik padi bersama-sama. 3.2 Sejarah Ahoi Hingga saat ini penulis belum menemukan referensi yang menjelaskan kapan aktifitas mengirik dan menyanyikan ahoi pertama kali dilaksanakan masyarakat Melayu di Batang Kuis. Namun, menurut Amirudin terakhir kali dia melihat aktifitas ini sekitar tahun 70-an. Ada beberapa penyebab hilangnya aktifitas ini menurut Amirudin. Salah satu faktor penyebab tidak dilakukannya lagi kegiatan mengirik adalah dikarenakan pada tahun itu pemerintah mengambil alih lahan pertanian masyarakat, termasuk juga lahan pertanian padi untuk dialih fungsikan menjadi perkebunan coklat dan sawit.

31 Selain itu faktor utama yang menyebabkan masyarakat meninggalkan tradisi mengirik padi ini adalah masuknya teknologi kedalam sistem pertanian masyarakat pada umumnya dan tidak terkecuali pada masyarakat petani di Batang Kuis. Mengirik padi yang dahulunya dilakukan beramai-ramai, sudah dapat dilakukan oleh satu orang saja dengan bantuan mesin. 3.3 Penyajian Ahoi Dalam Kegiatan Mengirik Padi Selanjutnya dalam penyajian ahoi tersebut tidak terlepas hubunganya dengan kondisi musim panen padi di daerah Batang Kuis yang berlangsung sekitar bulan Oktober. Musim panen terjadi dalam sekali setahun dikarenakan jenis padi yang ditanam pada waktu itu adalah jenis padi yang berbuah setelah berumur 6 bulan. Proses pemanenan padi ini dilakukan oleh para penduduk secara bergotongroyong. Merupakan sebuah kebiasaan setiap panen berlangsung masyarakat di desa melakukannya secara bergotong royong dari satu lahan pertanian kelahan pertanian yang lain. Hasil panen biasanya disimpan selama lebih kurang 10 hari di dalam lumbung tempat penyimpanan padi. Hal ini dilakukan agar batang padi lebih kering, sehingga pada saat proses mengirik padi lebih mudah dipisahkan dari batangnya. Padi yang sudah dianggap kering dipindahkan ketempat mengirik. Disinilah pemilik padi mengundang para pemuda pemudi desa untuk bersama-sama bergotong royong mengirik padi. Selain para pemuda yang mengirik padi biasanya di ikuti juga oleh para gadisgadis yang tinggal di sekitar desa. Para gadis-gadis desa tersebut biasanya turut dalam aktifitas ini dengan mengemping padi yang masih muda. Padi yang dijadikan emping biasanya padi yang masih memiliki kandungan air yang tinggi sehingga lebih mudah di tumbuk didalam lesung untuk digongseng sehingga menjadi emping.

32 Disinilah nyanyian ahoi dilakukan, pada saat pemuda desa telah berkumpul. Biasanya warga yang datang berjumlah 15 sampai 20 warga yang terdiri dari pemuda, pemudi, dan orang tua. Selain mengirik menurut pak ying kegiatan ini juga dimanfaatkan oleh para pemuda dan pemudi sebagai ajang mencari jodoh. Kemudian tamu warga yang datang tersebut memberikan salam kepada tuan rumah dengan cara menyampaikan pantun, misalnya; Ku tutuh dali baru kutebang Ambil sebatang hamparan kain Assalamualaikum kami yang datang Apa gerangan hajat disini Pantun di atas melambangkan bahwa para undangan yang datang menyampaikan salam kepada tuan rumah dan mengatakan bahwa mereka sudah datang dan apa yang hendak dilakukan di rumah si tuan rumah. Pantun tersebut pun dibalas tuan rumah, misalnya: Bebirik batang bebirik Batang bayam sandaran dulang Mengirik kita mengirik Kokok ayam kita pe pulang Pantun tersebut menyatakan bahwa si tuan rumah mengharapkan bantuan para tamu untuk membantunya dalam mengirik padi hasil panen sawahnya. Dan setelah padi selesai di irik mereka pun bisa kembali ke rumah masing-masing. Setelah maksud dan tujuan kegiatan tersebut disampaikan, maka kegiatan mengirik padi pun dimulai. Tangkai padi yang telah kering tersebut pun dihamparkan di atas tikar yang luasnya kira kira 25 meter persegi. Jumlah padi yang diirik dalam sekali proses pengirikan adalah 4 sampai 5 karung goni tangkai padi.

33 Kegiatan mengirik ini dimulai pada pukul 7 malam dan berakhir pada waktu subuh tiba. Biasanya yang melakukan kegiatan mengirik adalah kaum pemuda, sedangkan kaum pemudi membantu mengemping padi untuk dijadikan makanan para pengirik. Sementara itu, para orang tua mengawasi anak-anak mereka sambil membuat lemang di luar. Sambil mengirik, mulailah salah seorang dari pengirik menyanyikan sebuah pantun yang isinya ajakan kepada para pengirik lainnya agar bersemangat. Contoh pantun yang dinyanyikan adalah sebagai berikut: Bukan batang sembarang batang Batang padi di atas pedang Sesudah yang bernyanyi selesai menyanyikan sampiran pantunnya, pengirik lainnya pun menyambut dengan meneriakkan E wak ahoi ahoi. Kemudian si pengirik pun mengulang bait kedua dari sampiran tersebut dan disambut lagi oleh pengirik lain dengan sambutan E wak ahoi ahoi. Kemudian dilanjutkan lagi oleh si pengirik yang pertama bernyanyi dengan menyanyikan isi dari pantunnya tersebut yang terdiri dari dua bait, yaitu: Maek kabar tuan yang datang Mari mengirik sambil berdendang Nyanyian tersebut pun disambut oleh pengirik lain dengan meneriakkan E wak ahoi ahoi. Kemudian bait kedua dari isi pantun pun dinyanyikan kembali oleh si pengirik yang pertama bernyanyi dan disambut lagi dengan teriakan E wak ahoi ahoi. Tidak jauh dari tempat para pemuda mengirik padi, para wanita yang datang menyiapkan penganan buat para pemuda yang mengirik dengan cara membuat emping. Padi yang masih muda mereka gongseng dan setelah itu ditumbuk di dalam lumpang. Hasil tumbukan itu mereka campur dengan gula dan santan. Sambil mengemping

BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT MELAYU BATANG KUIS. merupakan sebuah kecamatan yang termasuk ke dalam bagian Kabupaten Deli

BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT MELAYU BATANG KUIS. merupakan sebuah kecamatan yang termasuk ke dalam bagian Kabupaten Deli BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT MELAYU BATANG KUIS 2.1 Identifikasi Kecamatan Batang Kuis, termasuk di dalamnya Desa Bintang Meriah, merupakan sebuah kecamatan yang termasuk ke dalam bagian Kabupaten Deli

Lebih terperinci

menerjemahkan setiap konteks yang ada di dalam suatu karya sastra.

menerjemahkan setiap konteks yang ada di dalam suatu karya sastra. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah ungkapan pribadi manusia berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat keyakinan dalam suatu bentuk gambaran konkret yang membangkitkan pesona

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk yang berbudaya dan berperadaban. Budaya itu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk yang berbudaya dan berperadaban. Budaya itu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk yang berbudaya dan berperadaban. Budaya itu adalah sesuatu yang difikirkan, dilakukan, diciptakan oleh manusia. Manusia adalah makhluk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karo merupakan merupakan salah satu etnis di provinsi Sumatera Utara yang

BAB I PENDAHULUAN. Karo merupakan merupakan salah satu etnis di provinsi Sumatera Utara yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karo merupakan merupakan salah satu etnis di provinsi Sumatera Utara yang memiliki kebudayaan tersendiri. Salah satu unsur kebudayaan itu adalah musik 1. Musik di dalam

Lebih terperinci

BAB II. Deskripsi Lokasi Penelitian. Dalam bab ini akan disajikan deskripsi lokasi penelitian dan rincianrincian

BAB II. Deskripsi Lokasi Penelitian. Dalam bab ini akan disajikan deskripsi lokasi penelitian dan rincianrincian BAB II Deskripsi Lokasi Penelitian Dalam bab ini akan disajikan deskripsi lokasi penelitian dan rincianrincian di setiap bagian yang diperlukan dalam penelitian ini. Kita dapat mulai untuk meneliti apa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam sekelompok masyarakat. Masyarakat terbentuk oleh

BAB I PENDAHULUAN. dalam sekelompok masyarakat. Masyarakat terbentuk oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebudayaan merupakan suatu sistem yang membentuk tatanan kehidupan dalam sekelompok masyarakat. Masyarakat terbentuk oleh individu dengan individu lainnya atau antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman suku, agama, ras, budaya dan bahasa daerah. Indonesia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman suku, agama, ras, budaya dan bahasa daerah. Indonesia memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Budaya merupakan simbol peradaban. Apabila sebuah budaya luntur dan tidak lagi dipedulikan oleh sebuah bangsa, peradaban bangsa tersebut tinggal menunggu waktu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia lahir, hidup dan berinteraksi secara sosial-bekerja, berkarya,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia lahir, hidup dan berinteraksi secara sosial-bekerja, berkarya, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia lahir, hidup dan berinteraksi secara sosial-bekerja, berkarya, beribadah, dan dilatarbelakangi oleh lingkungan budaya di mana ia hidup. Budaya memiliki norma-norma

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga menjadikan Indonesia kaya akan kebudayaan. sangat erat dengan masyarakat. Salah satu masyarakat yang ada di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. sehingga menjadikan Indonesia kaya akan kebudayaan. sangat erat dengan masyarakat. Salah satu masyarakat yang ada di Indonesia BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Indonesia adalah Negara yang kaya akan kebudayaan yang beraneka ragam. Kekayaan akan budaya ini tumbuh karena banyaknya suku atau etnis yang ada di bumi Nusantara.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Musik merupakan elemen yang sangat melekat di dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Musik merupakan elemen yang sangat melekat di dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Musik merupakan elemen yang sangat melekat di dalam kehidupan masyarakat, yang juga merupakan ekspresi yang besifat universal seperti halnya bahasa. Bagaimana

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masyarakat Indonesia dikenal dengan keberagaman tradisinya, dari

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masyarakat Indonesia dikenal dengan keberagaman tradisinya, dari BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia dikenal dengan keberagaman tradisinya, dari Sabang sampai Merauke terdapat suku dan ragam tradisi, seperti tradisi yang ada pada suku Jawa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karo merupakan etnis yang berada di Sumatera Utara dan mendiami

BAB I PENDAHULUAN. Karo merupakan etnis yang berada di Sumatera Utara dan mendiami BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karo merupakan etnis yang berada di Sumatera Utara dan mendiami beberapa wilayah sebagai tempat bermukim. Wilayah permukiman suku Karo jauh lebih luas dari pada Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia dikenal dengan keberagaman tradisinya, dari

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia dikenal dengan keberagaman tradisinya, dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia dikenal dengan keberagaman tradisinya, dari Sabang sampai Merauke terdapat suku dan ragam tradisi, seperti tradisi yang ada pada suku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Propinsi Bangka-Belitung merupakan daerah kepulauan, terdiri dari Pulau

BAB I PENDAHULUAN. Propinsi Bangka-Belitung merupakan daerah kepulauan, terdiri dari Pulau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Propinsi Bangka-Belitung merupakan daerah kepulauan, terdiri dari Pulau Bangka dan Pulau Belitung serta Pulau kecil lainnya, di mana setiap Pulau terdiri dari

Lebih terperinci

ini. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda, salah satunya di

ini. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda, salah satunya di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara dengan beraneka ragam macam budaya. Kebudayaan daerah tercermin dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat di seluruh daerah di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lampau dimana kawasan Sumatera Utara masuk dalam wilayah Sumatera Timur

BAB I PENDAHULUAN. lampau dimana kawasan Sumatera Utara masuk dalam wilayah Sumatera Timur 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumatera Utara adalah suatu kawasan yang banyak menyimpan bentukbentuk kesenian tradisional Melayu. Hal ini berkaitan dengan sejarah masa lampau dimana kawasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Sumedang memang dikenal memiliki beraneka ragam kesenian tradisional berupa seni pertunjukan yang biasa dilaksanakan dalam upacara adat daerah, upacara selamatan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dan untuk mendapatkan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dan untuk mendapatkan BAB III METODE PENELITIAN 1. Desain Metode Penelitian Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dan untuk mendapatkan data peneliti menggunakan metode etnomusikologi, studi kasus dan performance studies.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada masyarakat Pesisir adalah pertunjukan kesenian Sikambang di Kelurahan

BAB I PENDAHULUAN. pada masyarakat Pesisir adalah pertunjukan kesenian Sikambang di Kelurahan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kabupaten Tapanuli Tengah dikenal dengan sebutan Negeri Wisata Sejuta Pesona. Julukan ini diberikan kepada Kabupaten Tapanuli Tengah dikarenakan dibeberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Riau adalah rumpun budaya melayu yang memiliki beragam

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Riau adalah rumpun budaya melayu yang memiliki beragam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Provinsi Riau adalah rumpun budaya melayu yang memiliki beragam suku, yang dapat di jumpai bermacam-macam adat istiadat, tradisi, dan kesenian yang ada dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Enim Sumatera Selatan. Antan Delapan merupakan satu kelompok pemain musik

BAB I PENDAHULUAN. Enim Sumatera Selatan. Antan Delapan merupakan satu kelompok pemain musik 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Antan Delapan adalah nama salah satu Kesenian di Kabupaten Muara Enim Sumatera Selatan. Antan Delapan merupakan satu kelompok pemain musik yang diiringi oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembentuknya, antara lain kuningan, logam, kayu, tanduk, bambu, dan lain

BAB I PENDAHULUAN. pembentuknya, antara lain kuningan, logam, kayu, tanduk, bambu, dan lain BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Secara umum pengertian musik tiup adalah alat musik yang bunyinya bersumber dari getaran udara atau aerofon dan cara memainkannya adalah dengan cara meniupnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sumatera Utara adalah salah satu provinsi di Pulau Sumatera yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sumatera Utara adalah salah satu provinsi di Pulau Sumatera yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumatera Utara adalah salah satu provinsi di Pulau Sumatera yang memiliki beberapa kabupaten dengan berbagai macam suku. Salah satu suku yang terdapat di Sumatera

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jubelando O Tambunan, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jubelando O Tambunan, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara kepulauan yang mempunyai ciri keanekaragaman budaya yang berbeda tetapi tetap satu. Indonesia juga memiliki keanekaragaman agama

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada dasarnya, dalam penelitian apa pun sangat diperlukan sebuah

BAB III METODE PENELITIAN. Pada dasarnya, dalam penelitian apa pun sangat diperlukan sebuah BAB III METODE PENELITIAN Pada dasarnya, dalam penelitian apa pun sangat diperlukan sebuah metode yang tepat guna mendapatkan berbagai data otentik dan akurat. Dikatakan demikian agar seluruh data yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini dapat dilihat dari kondisi sosio-kultural, agama maupun geografis yang

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini dapat dilihat dari kondisi sosio-kultural, agama maupun geografis yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan salah satu negara multikultural terbesar di dunia, terdiri dari banyak suku bangsa yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Cianjur merupakan suatu kabupaten yang luas wilayahnya +/ ,48

BAB I PENDAHULUAN. Cianjur merupakan suatu kabupaten yang luas wilayahnya +/ ,48 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Cianjur merupakan suatu kabupaten yang luas wilayahnya +/- 3.501,48 km 2, terbagi dengan ciri topografi sebagian besar berupa daerah pegunungan, berbukit-bukit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota

BAB I PENDAHULUAN. Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kota Kisaran adalah Ibu Kota dari Kabupaten Asahan, Provinsi Sumatera Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota Kisaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menurut Simon Kemoni yang dikutip oleh Esten (2001: 22) globalisasi dalam bentuk yang alami akan meninggikan berbagai budaya dan nilai-nilai budaya. Globalisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dilestarikan agar tidak hilang. Dalam kehidupan sehari-hari kebudayaan tercermin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dilestarikan agar tidak hilang. Dalam kehidupan sehari-hari kebudayaan tercermin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Budaya merupakan hal yang berharga sehingga perlu dijaga dan dilestarikan agar tidak hilang. Dalam kehidupan sehari-hari kebudayaan tercermin dalam berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan juga dikenal dengan berbagai suku, agama, dan ras serta budayanya.

BAB I PENDAHULUAN. dan juga dikenal dengan berbagai suku, agama, dan ras serta budayanya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan Negara yang terdiri dari beribu ribu pulau, dan juga dikenal dengan berbagai suku, agama, dan ras serta budayanya. Keberagaman budaya

Lebih terperinci

DATA INFORMAN. : Jln.Yosudarso, pelabuhan angin Gunungsitoli-Nias

DATA INFORMAN. : Jln.Yosudarso, pelabuhan angin Gunungsitoli-Nias DATA INFORMAN Lampiran 1. Nama : Ibu Dra. Adiria Zendratő, S.pd Umur Alamat Pekerjaan : 42 Tahun : Jln.Yosudarso, pelabuhan angin Gunungsitoli-Nias : Seorang Guru ( Pegawai Negeri Sipil), pelatih dan sebagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari berbagai suku

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari berbagai suku 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari berbagai suku bangsa, bahasa serta budaya. Keanekaragaman kebudayaan ini berasal dari kebudayaan-kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Panaek Gondang merupakan salah satu ritual yang menjadi bagian dari seluruh

BAB I PENDAHULUAN. Panaek Gondang merupakan salah satu ritual yang menjadi bagian dari seluruh BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Panaek Gondang merupakan salah satu ritual yang menjadi bagian dari seluruh rangkaian upacara adat perkawinan dalam masyarakat Mandailing,jika perkawinan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya keanekaragaman seni dan budaya.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya keanekaragaman seni dan budaya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya keanekaragaman seni dan budaya. Kebudayaan lokal sering disebut kebudayaan etnis atau folklor (budaya tradisi). Kebudayaan lokal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beberapa pulau, daerah di Indonesia tersebar dari sabang sampai merauke.

BAB I PENDAHULUAN. beberapa pulau, daerah di Indonesia tersebar dari sabang sampai merauke. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya akan berbagai macam sumber daya alam serta keberagaman suku dan budaya. Sebagai negara dengan beberapa pulau, daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia merupakan suatu masyarakat majemuk yang

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia merupakan suatu masyarakat majemuk yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia merupakan suatu masyarakat majemuk yang memiliki keanekaragaman di dalam berbagai aspek kehidupan. Bukti nyata adanya kemajemukan di dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia sering membicarakan kebudayaan. Budaya

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia sering membicarakan kebudayaan. Budaya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Dalam kehidupan sehari-hari manusia sering membicarakan kebudayaan. Budaya terbentuk dan berkembang sesuai dengan kebutuhan, situasi dan kondisi di suatu tempat. Kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Riau terdiri dari etnik - etnik yang memiliki kesenian

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Riau terdiri dari etnik - etnik yang memiliki kesenian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Provinsi Riau terdiri dari etnik - etnik yang memiliki kesenian yang sangat beragam. Salah satu diantaranya adalah Kabupaten Kuantan Singingi. Kabupaten ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuh unsur kebudayaan universal juga dilestarikan di dalam kegiatan suatu suku

BAB I PENDAHULUAN. Tujuh unsur kebudayaan universal juga dilestarikan di dalam kegiatan suatu suku BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap suku bangsa memiliki kekhasan pada budayanya masing-masing. Tujuh unsur kebudayaan universal juga dilestarikan di dalam kegiatan suatu suku bangsa. Unsur unsur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seni musik merupakan salah satu cabang didalamnya. Musik dapat menjadi sarana

BAB I PENDAHULUAN. seni musik merupakan salah satu cabang didalamnya. Musik dapat menjadi sarana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang dilatarbelakangi kebudayaan yang beranekaragam. Sebagai bangsa besar, Indonesia merupakan negara yang di kawasan nusantaranya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terletak diujung pulau Sumatera. Provinsi Aceh terbagi menjadi 18 wilayah

BAB I PENDAHULUAN. terletak diujung pulau Sumatera. Provinsi Aceh terbagi menjadi 18 wilayah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Provinsi Aceh merupakan salah satu provinsi yang ada di Indonesia yang terletak diujung pulau Sumatera. Provinsi Aceh terbagi menjadi 18 wilayah kabupaten dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disepakati oleh adat, tata nilai adat digunakan untuk mengatur kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. disepakati oleh adat, tata nilai adat digunakan untuk mengatur kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Budaya pantun dalam Dendang lahir secara adat di suku Serawai. Isi dan makna nilai-nilai keetnisan suku Serawai berkembang berdasarkan pola pikir yang disepakati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk berbudaya mengenal adat istiadat yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk berbudaya mengenal adat istiadat yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk berbudaya mengenal adat istiadat yang dipatuhi dalam kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan suatu acara adat perkawinan atau hajatan. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian adalah bagian dari budaya dan merupakan sarana untuk

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian adalah bagian dari budaya dan merupakan sarana untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesenian adalah bagian dari budaya dan merupakan sarana untuk mengekspresikan apa yang kita rasakan, dari dalam diri kita.kesenian dalam Suku Karo sangat beraneka

Lebih terperinci

D. Dinamika Kependudukan Indonesia

D. Dinamika Kependudukan Indonesia D. Dinamika Kependudukan Indonesia Indonesia adalah negara kepulauan dengan potensi sumber daya manusia yang sangat besar. Jumlah penduduk yang tinggal di Indonesia mencapai 256 juta jiwa (Worl Population

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing,

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan bangsa di dunia yang mendiami suatu daerah tertentu memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing, setiap bangsa memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Belitung Timur merupakan bagian dari wilayah Provinsi

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Belitung Timur merupakan bagian dari wilayah Provinsi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang merupakan bagian dari wilayah Provinsi Bangka Belitung. Dari data Badan Pusat Statistik, secara geografis terletak antara 107 45 BT sampai 108 18 BT dan 02 30 LS sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada sekitar 1.340 suku bangsa di Indonesia. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Musik merupakan suara yang disusun sedemikian rupa sehingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Musik merupakan suara yang disusun sedemikian rupa sehingga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Musik merupakan suara yang disusun sedemikian rupa sehingga mengandung unsur-unsur irama, melodi, dan tempo. Disamping itu, musik juga merupakan hasil dari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dengan cara mengumpulkan, menyusun dan menginterpretasikan data.

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dengan cara mengumpulkan, menyusun dan menginterpretasikan data. BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Agar mencapai hasil yang maksimal, perlu metode yang tepat untuk digunakan dalam penelitian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

Lebih terperinci

menghubungkan satu kebudayaan dengan kebudayaan lain.

menghubungkan satu kebudayaan dengan kebudayaan lain. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Budaya merupakan sebuah kebisaan yang lahir atas dasar perilaku seharihari yang dianggap berkaitan erat dengan kehidupan dan proses perilaku kebiasaan itu menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumedang merupakan kota yang kaya akan kebudayaan, khususnya dalam

BAB I PENDAHULUAN. Sumedang merupakan kota yang kaya akan kebudayaan, khususnya dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumedang merupakan kota yang kaya akan kebudayaan, khususnya dalam bidang kesenian daerah. Hampir dapat dipastikan bahwa setiap daerah di Sumedang memiliki ragam kesenian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sastra lisan merupakan bagian dari kebudayaan yang tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sastra lisan merupakan bagian dari kebudayaan yang tumbuh dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra lisan merupakan bagian dari kebudayaan yang tumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyarakat pemiliknya, sebagai milik bersama, yang isinya mengenai berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Awal kesenian musik tradisi Melayu berakar dari Qasidah yang berasal

BAB I PENDAHULUAN. Awal kesenian musik tradisi Melayu berakar dari Qasidah yang berasal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Awal kesenian musik tradisi Melayu berakar dari Qasidah yang berasal sebagai kedatangan dan penyebaran Agama Islam di Nusantara pada tahun 635-1600 dari Arab,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan berbagai macam bentuk perahu besar dan kecil. Sumatera Utara. Belawan berada pada ketinggan 1 meter dari permukaan laut,

BAB I PENDAHULUAN. dengan berbagai macam bentuk perahu besar dan kecil. Sumatera Utara. Belawan berada pada ketinggan 1 meter dari permukaan laut, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang terbukti dari ujung barat sampai ujung timur terdiri dari kepulauan besar dan kecil dan lebih banyak kawasan perairan,

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat.

I.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat. I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah Negara kepulauan, yang memiliki berbagai macam suku bangsa yang kaya akan kebudayaan serta adat istiadat, bahasa, kepercayaan, keyakinan dan kebiasaan

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH BERSAING

LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH BERSAING 682/Etnomusikologi LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH BERSAING Metode Pembelajaran Sampek Bagi Mahasiswa Jurusan Etnomusikologi Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia Yogyakarta Tahun ke 1 dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sesuai dengan fungsi dan tujuan yang diinginkan. Kesenian dapat

BAB I PENDAHULUAN. yang sesuai dengan fungsi dan tujuan yang diinginkan. Kesenian dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang kaya akan kebudayaan serta memiliki beraneka ragam budaya. Kekayaan budaya tersebut tumbuh karena banyaknya suku ataupun etnis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki nilai estetis (indah) yang disukai oleh manusia dan mengandung ide-ide

BAB I PENDAHULUAN. memiliki nilai estetis (indah) yang disukai oleh manusia dan mengandung ide-ide BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seni adalah salah satu unsur kebudayaan yang tumbuh dan berkembang sejajar dengan perkembangan manusia selaku penggubah dan penikmat seni. Seni memiliki nilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu Tujuan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu Tujuan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu Tujuan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam upaya ini pemerintah berupaya mencerdaskan anak bangsa melalui proses pendidikan di jalur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berada dari beberapa etnik yang ada di Sumatra Utara yaitu etnik Karo atau kalak

BAB I PENDAHULUAN. berada dari beberapa etnik yang ada di Sumatra Utara yaitu etnik Karo atau kalak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia atau disebut dengan Nusantara adalah sebuah Negara yang terdiri dari banyak Pulau dan sebuah Bangsa yang memiliki berbagai kebudayaan etnik, agama,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. suku bangsa yang ada di Indonesia memiliki ciri khas budaya tersendiri. Selain

BAB 1 PENDAHULUAN. suku bangsa yang ada di Indonesia memiliki ciri khas budaya tersendiri. Selain 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah sebuah negeri yang kaya dengan budayanya. Setiap suku bangsa yang ada di Indonesia memiliki ciri khas budaya tersendiri. Selain bahasa daerah,

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Blacking, John How Musical is Man? Seattle: University of Washington Press.

DAFTAR PUSTAKA. Blacking, John How Musical is Man? Seattle: University of Washington Press. DAFTAR PUSTAKA Aini, Syarifah. 2013. Tari Inai Dalam Konteks Upacara Perkawinan Adat Melayu di Batang Kuis: Deskripsi Gerak, Musik Iringan, Dan Fungsi. Sripsi Sarjana Etnomusikologi USU. Blacking, John.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri atas beribu-ribu pulau dan berbagai etnis, kaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri atas beribu-ribu pulau dan berbagai etnis, kaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia terdiri atas beribu-ribu pulau dan berbagai etnis, kaya dengan seni dan sastra seperti permainan rakyat, tarian rakyat, nyanyian rakyat, dongeng,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membentuk sebuah sub etnik, yaitu: Batak Toba, Karo, Simalungun, Pak-pak

BAB I PENDAHULUAN. membentuk sebuah sub etnik, yaitu: Batak Toba, Karo, Simalungun, Pak-pak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Provinsi Sumatera Utara memiliki beragam suku yang bertautan sehingga membentuk sebuah sub etnik, yaitu: Batak Toba, Karo, Simalungun, Pak-pak Dairi, Mandailing,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Fendra Pratama, 2014 Perkembangan Musik Campak Darat Dari Masa Ke Masa Di Kota Tanjung Pandan Belitung

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Fendra Pratama, 2014 Perkembangan Musik Campak Darat Dari Masa Ke Masa Di Kota Tanjung Pandan Belitung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Musik Melayu Indonesia lahir pada tahun 50an. Musik Melayu Indonesia sendiri adalah musik tradisional yang khas di daerah Pantai Timur Sumatera dan Semenanjung

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan data-data hasil penelitian dan pembahasan, sebagaimana telah

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan data-data hasil penelitian dan pembahasan, sebagaimana telah BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Berdasarkan data-data hasil penelitian dan pembahasan, sebagaimana telah diuraikan pada bagian terdahulu, maka pada bagian ini peneliti akan menarik beberapa kesimpulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Violeta Inayah Pama, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Violeta Inayah Pama, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia adalah bangsa yang memiliki berbagai kebudayaan. Kenyataan ini tidak dapat dipungkiri karena adanya bukti-bukti berupa tradisi dan peninggalan-peninggalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang luas di dunia, karena Indonesia tidak

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang luas di dunia, karena Indonesia tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu negara yang luas di dunia, karena Indonesia tidak hanya memiliki kekayaan alam yang subur, tetapi juga terdiri atas berbagai suku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan

BAB I PENDAHULUAN. Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Kalimantan Selatan merupakan salah satu dari lima provinsi yang ada di Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan keanekaragaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia adalah negara dengan penduduk yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia adalah negara dengan penduduk yang terdiri dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah negara dengan penduduk yang terdiri dari berbagai etnis, dan tersebar di berbagai wilayah kepulauan. Sumatera Utara sebagai bagian dari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. belakang sosiokultural seperti ras, suku bangsa, agama yang diwujudkan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. belakang sosiokultural seperti ras, suku bangsa, agama yang diwujudkan dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Struktur masyarakat Indonesia yang terdiri dari berbagai perbedaan latar belakang sosiokultural seperti ras, suku bangsa, agama yang diwujudkan dalam ciri-ciri fisik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap etnis menebar diseluruh pelosok Negeri. Masing masing etnis tersebut

BAB I PENDAHULUAN. setiap etnis menebar diseluruh pelosok Negeri. Masing masing etnis tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan Negara yang kaya akan etnis budaya, dimana setiap etnis menebar diseluruh pelosok Negeri. Masing masing etnis tersebut memiliki

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DESA TELUK BATIL KECAMATAN SUNGAI APIT KABUPATEN SIAK. Sungai Apit Kabupaten Siak yang memiliki luas daerah 300 Ha.

BAB II GAMBARAN UMUM DESA TELUK BATIL KECAMATAN SUNGAI APIT KABUPATEN SIAK. Sungai Apit Kabupaten Siak yang memiliki luas daerah 300 Ha. BAB II GAMBARAN UMUM DESA TELUK BATIL KECAMATAN SUNGAI APIT KABUPATEN SIAK A. Letak Geografis dan Demografis 1. Geografis Desa Teluk Batil merupakan salah satu Desa yang terletak di Kecamatan Sungai Apit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia merupakan Negara yang kaya akan kebudayaan dan

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia merupakan Negara yang kaya akan kebudayaan dan BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan Negara yang kaya akan kebudayaan dan memiliki aneka corak budaya yang beraneka ragam. Kekayaan budaya tersebut tumbuh karena banyaknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang merupakan bentuk ungkapan atau ekspresi keindahan. Setiap karya seni biasanya berawal dari ide atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah kehidupan manusia, kebudayaan selalu ada sebagai upaya dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah kehidupan manusia, kebudayaan selalu ada sebagai upaya dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam sejarah kehidupan manusia, kebudayaan selalu ada sebagai upaya dan kegiatan manusia untuk menguasai alam dan mengolahnya bagi pemenuhan kebutuhan manusia. Kebudayaan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Manusia dan kebudayaan adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Keberadaan

I PENDAHULUAN. Manusia dan kebudayaan adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Keberadaan 1 I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dan kebudayaan adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Keberadaan kebudayaan adalah hasil dari karya manusia. Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan nasional dan kebudayaan. daerah. Kebudayaan nasional Indonesia merupakan puncak puncak

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan nasional dan kebudayaan. daerah. Kebudayaan nasional Indonesia merupakan puncak puncak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepulauan Nusantara terdiri atas aneka warna kebudayaan dan bahasa. Keaneka ragaman kebudayaan dari berbagai suku bangsa yang ada di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khas dan beragam yang sering disebut dengan local culture (kebudayaan lokal)

BAB I PENDAHULUAN. khas dan beragam yang sering disebut dengan local culture (kebudayaan lokal) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan suatu negara kesatuan yang menganut paham demokrasi dan memiliki 33 provinsi. Terdapat lebih dari tiga ratus etnik atau suku bangsa di Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia penuh dengan keberagaman atau kemajemukan. Majemuk memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia penuh dengan keberagaman atau kemajemukan. Majemuk memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia penuh dengan keberagaman atau kemajemukan. Majemuk memiliki makna sesuatu yang beragam, sesuatu yang memilik banyak perbedaan begitupun dengan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia merupakan negara yang kaya akan kebudayaan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia merupakan negara yang kaya akan kebudayaan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan negara yang kaya akan kebudayaan dan memiliki aneka corak budaya yang beraneka ragam. Kekayaan budaya tersebut tumbuh karena banyaknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menentukan dan menetapkan masa depan masyarakat melalui pelaksana religinya.

BAB I PENDAHULUAN. menentukan dan menetapkan masa depan masyarakat melalui pelaksana religinya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Merayakan upacara-upacara yang terkait pada lingkaran kehidupan merupakan hal yang sangat penting bagi masyarakat Karo. Upacara atau perayaan berhubungan dengan

Lebih terperinci

BAB III PRAKTEK TRANSAKSI NYEGGET DEGHENG DI PASAR IKAN KEC. KETAPANG KAB. SAMPANG

BAB III PRAKTEK TRANSAKSI NYEGGET DEGHENG DI PASAR IKAN KEC. KETAPANG KAB. SAMPANG BAB III PRAKTEK TRANSAKSI NYEGGET DEGHENG DI PASAR IKAN KEC. KETAPANG KAB. SAMPANG A. Gambaran Umum tentang Lokasi Penelitian Pasar Ikan di Kec. Ketapang ini merupakan salah satu pasar yang berada di wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ragam etnik, seperti Batak Toba, Karo, Pakpak-Dairi, Simalungun, Mandailing,

BAB I PENDAHULUAN. ragam etnik, seperti Batak Toba, Karo, Pakpak-Dairi, Simalungun, Mandailing, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumatera Utara adalah sebuah Provinsi di Indonesia yang memiliki beraneka ragam etnik, seperti Batak Toba, Karo, Pakpak-Dairi, Simalungun, Mandailing, Melayu dan Nias.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumardjo (2001:1) seni adalah bagian dari kehidupan manusia dan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Sumardjo (2001:1) seni adalah bagian dari kehidupan manusia dan masyarakat. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seni merupakan sebuah kata yang semua orang pasti mengenalnya. Beragam jawaban dapat diberikan oleh para pengamat, dan pelaku seni. Menurut Sumardjo (2001:1)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pesisir pantai barat. Wilayah budaya pantai barat Sumatera, adalah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pesisir pantai barat. Wilayah budaya pantai barat Sumatera, adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat yang tinggal disepanjang pinggiran pantai, lazimnya disebut masyarakat pesisir. Masyarakat yang bermukim di sepanjang pantai barat disebut masyarakat

Lebih terperinci

TARI KREASI NANGGOK DI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SUMATERA SELATAN

TARI KREASI NANGGOK DI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SUMATERA SELATAN 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumatera Selatan merupakan salah satu provinsi yang terletak di bagian selatan pulau Sumatera, dengan ibukotanya adalah Palembang. Provinsi Sumatera Selatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mempunyai keinginan untuk hidup bersama dan membina rumah tangga yaitu. dengan melangsungkan pernikahan atau perkawinan.

I. PENDAHULUAN. mempunyai keinginan untuk hidup bersama dan membina rumah tangga yaitu. dengan melangsungkan pernikahan atau perkawinan. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia dalam perjalanan hidupnya mengalami tiga peristiwa penting, yaitu waktu dilahirkan, waktu menikah atau berkeluarga dan ketika meninggal dunia. Meskipun semuanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Sumber buku karangan Nirwabda Wow Building, 2014 : 88 2 Ibid : 88

BAB I PENDAHULUAN. 1 Sumber buku karangan Nirwabda Wow Building, 2014 : 88 2 Ibid : 88 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang teletak di bagian Asia tenggara yang dilalui garis khatulistiwa. Indonesia berada diantara benua Asia dan Australia serta diantara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan jangka panjang Indonesia mempunyai sasaran utama. terciptanya landasan yang kuat dari bangsa Indonesia untuk tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan jangka panjang Indonesia mempunyai sasaran utama. terciptanya landasan yang kuat dari bangsa Indonesia untuk tumbuh dan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan jangka panjang Indonesia mempunyai sasaran utama terciptanya landasan yang kuat dari bangsa Indonesia untuk tumbuh dan berkembang atas kekuatan

Lebih terperinci

Kerangka Materi, Narasi, dan Hasil Produk

Kerangka Materi, Narasi, dan Hasil Produk LAMPIRAN Kerangka Materi, Narasi, dan Hasil Produk 85 KERANGKA MATERI VIDEO PEMBELAJARAN MUSIK TRADISIONAL NUSANTARA Materi Pengertian Musik Tradisional Nusantara Lagu Tradisional Nusantara Penggolongan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. karakteristik populasi tertentu atau bidang tertentu secara faktual dan cermat.

BAB III METODE PENELITIAN. karakteristik populasi tertentu atau bidang tertentu secara faktual dan cermat. 25 BAB III METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif kualitatif. Isaac dan Michael menjelaskan penelitian deskriptif adalah melukiskan secara fakta atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terbentang sepanjang Selat Malaka dan Selat Karimata.

BAB I PENDAHULUAN. yang terbentang sepanjang Selat Malaka dan Selat Karimata. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki sekitar 500 kelompok etnis, tiap etnis memiliki warisan budaya yang berkembang selama berabad-abad, yang dipengaruhi oleh kebudayaan India,

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan. 1.1 Multimedia Interaktif Flash Flip Book Pakaian Adat Betawi

BAB I Pendahuluan. 1.1 Multimedia Interaktif Flash Flip Book Pakaian Adat Betawi 1 BAB I Pendahuluan 1.1 Multimedia Interaktif Flash Flip Book Pakaian Adat Betawi Republik Indonesia disingkat RI atau Indonesia adalah negara di Asia Tenggara, yang dilintasi garis khatulistiwa dan berada

Lebih terperinci

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Struktur masyarakat Indonesia yang majemuk menjadikan bangsa Indonesia memiliki keanekaragaman adat istiadat, budaya, suku, ras, bahasa dan agama. Kemajemukan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki makna yang sama. Salah satu fungsi dari bahasa adalah sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN. memiliki makna yang sama. Salah satu fungsi dari bahasa adalah sebagai alat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan cerminan dari suatu masyarakat penuturnya dan karya manusia yang hidup. Sebagai sesuatu yang hidup, ia mengalami perkembangan; yaitu mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. turun temurun. Kebiasaan tersebut terkait dengan kebudayaan yang terdapat dalam

BAB I PENDAHULUAN. turun temurun. Kebiasaan tersebut terkait dengan kebudayaan yang terdapat dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tradisi merupakan kebiasaan dalam suatu masyarakat yang diwariskan secara turun temurun. Kebiasaan tersebut terkait dengan kebudayaan yang terdapat dalam suatu masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anggota masyarakat yang berkembang sesuai dengan lingkungannya. Karya

BAB I PENDAHULUAN. anggota masyarakat yang berkembang sesuai dengan lingkungannya. Karya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan peradaban manusia tidak pernah terlepas dari apa yang disebut karya sastra. Karya sastra merupakan hasil ide atau pemikiran dari anggota masyarakat

Lebih terperinci