REKOMENDASI KEBIJAKAN MITIGASI DAMPAK ERUPSI GUNUNG SINABUNG TERHADAP SEKTOR PERTANIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "REKOMENDASI KEBIJAKAN MITIGASI DAMPAK ERUPSI GUNUNG SINABUNG TERHADAP SEKTOR PERTANIAN"

Transkripsi

1 REKOMENDASI KEBIJAKAN MITIGASI DAMPAK ERUPSI GUNUNG SINABUNG TERHADAP SEKTOR PERTANIAN BPTP Sumatera Utara Jalan AH Nasution 1-B, Medan Johor PENDAHULUAN Gunung Sinabung tidak pernah tercatat meletus sejak tahun tetapi mendadak aktif kembali dan meletus pada tanggal 27 Agustus 2010, gunung ini mengeluarkan asap dan abu vulkanis. Pada tanggal 29 Agustus 2010 dini hari sekitar pukul WIB, gunung Sinabung mengeluarkan lava. Status gunung ini dinaikkan menjadi "Awas". Dua belas ribu warga disekitarnya dievakuasi dan ditampung di 8 lokasi. Suara letusan ini terdengar sampai jarak 8 kilometer. Debu vulkanis ini tersembur hingga meter di udara. Abu Gunung Sinabung cenderung meluncur dari arah barat daya menuju timur laut. Sebagian Kota Medan juga terselimuti abu dari Gunung Sinabung. Bandar Udara Polonia di Kota Medan dilaporkan tidak mengalami gangguan perjalanan udara. Satu orang dilaporkan meninggal dunia karena gangguan pernapasan ketika mengungsi dari rumahnya. Pada tanggal 3 September 2010, terjadi 2 letusan. Letusan pertama terjadi sekitar pukul WIB sedangkan letusan kedua terjadi sekitar pukul WIB. Letusan pertama menyemburkan debu vuklkanis setinggi 3 kilometer. Letusan kedua terjadi bersamaan dengan gempa bumi vulkanis yang dapat terasa hingga 25 kilometer di sekitar gunung ini. Pada tanggal 7 September 2010, Gunung Sinabung kembali metelus. Ini merupakan letusan terbesar sejak gunung ini menjadi aktif. Pada tahun 2013, Gunung Sinabung meletus kembali, dalam bulan September 2013, telah terjadi 4 kali letusan. Letusan pertama terjadi ada tanggal 15 September 2013 dini hari, kemudian terjadi kembali pada sore harinya. Status gunung sinabung dari WASPADA (Level II) menjadi SIAGA (level III). Pada 17 September 2013, terjadi 2 letusan pada siang dan sore hari. Letusan ini melepaskan awan panas dan abu vulkanik. Tidak ada tanda-tanda sebelumnya akan peningkatan aktivitas sehingga tidak ada peringatan dini sebelumnya. Hujan abu mencapai kawasan Sibolangit dan Berastagi. Tidak ada korban jiwa dilaporkan, tetapi ribuan warga pemukiman sekitar terpaksa mengungsi ke kawasan aman. Abu vulkanis selain menutupi jalanan, rumah-rumah penduduk juga menutupi tanaman. Debu vulkanik berdampak pada 6 (enam) kecamatan di sekitar gunung Sinabung yaitu Kecamatan Namanteran, Kecamatan Simpang Empat, Kecamatan Merdeka, Kecamatan Dolat Rayat, Kecamatan Barusjahe, dan Kecamatan Berastagi. Letusan terkini terjadi pada tanggal 15 Oktober 2013 dan dilaporkan juga mengeluarkan lava. Kajian Tim BPTP Sumatera Utara telah dilakukan untuk mengevaluasi dampak erupsi Sinabung terhadap perkembangan sektor pertanian. METODOLOGI Pengamatan dilakukan di kabupaten Karo, yaitu di 3 titik berdasarkan jarak dari pusat erupsi gunung Sinabung, yaitu Desa Sukanalu, Kecamatan Namanteran (5 km), Desa Sada Perarih, Kecamatan Merdeka (10 km), dan Desa Dolat Rakyat, Kecamatan Dolat Rakyat (15 km). Observasi points sampling ini mengarah kearah Timur yang sesuai dengan arah sebaran debu volkanik. Kegiatan pengamatan dilaksanakan pada tanggal 3-12 Oktober 2013 yaitu sekitar 1 bulan setelah erupsi gunung Sinabung yang terjadi pada tanggal 17 September Pengamatan dilakukan menggunakan metode FGD dan RRA di 3 titik observasi yang telah ditetapkan. FGD dilaksanakan dengan peserta yang mewakili dusun-dusun yang ada di desa yang dikunjungi. Selain data primer yang dihasilkan FGD dan RRA, juga dikumpulkan data sekunder Kecamatan dan Desa. Tingkat kerusakan pada tanaman diukur melalui system 1

2 penilaian (scoring). Pada peternakan, diamati dinamika populasi sebelum dan sesudah erupsi serta kondisi keswan saat ini. Semua data ditabulasi dan dianalisis secara deskriptif. PERMASALAHAN DAN REKOMENDASI 1.1. Tanaman Pangan (Helmi, Loso Winarto, Sri Romaito, dan Vivi ariyati) Permasalahan Komoditas tanaman pangan yang diusahakan petani di kawasan gunung Sinabung antara lain adalah tanaman padi sawah, padi gogo, jagung dan ubi jalar Padi Gogo. Pada tanaman padi gogo, padi gogo yang ditanam petani baru berumur lebih kurang 1,5 bulan. Tingkat kerusakan hanya terlihat pada bagian daun dimana daun padi gogo semuanya ditutupi oleh abu vulkanis yang menyebabkan daun padi gogo pada ujungnya menjadi kuning dan akhirnya mengering. Kondisi pertanaman padi gogo belum mengeluarkan bunga dan buah pada saat ini tanaman masih berumur 1,5 bulan. Daun yang rusak hanya pada bagian daun saja, hal ini diperparah lagi akibat tidak ada hujan turun dilokasi, sehingga tanaman kelihatan kusam dan daun masih ditutupi abu vulkanis erupsi gunung sinabung. Jagung. Tanaman jagung yang ditanam petani berumur lebih kurang 2,5-3 bulan. Kondisi tanaman telah mengeluarkan tongkol. Luas pertanaman jagung di Desa ini tidak begitu luas. Tanaman jagung terlihat tidak merata hanya spot-spot, kebanyakan tanaman jagung ditanam sebagai tanaman pinggi/border dari tanaman cabe dan horti lainnya. Tingkat kerusakan tanaman jagung termasuk kategori ringan, dimana bagian tanaman yang rusak bagian daun dan bunga yang ditutupi oleh abu sedangkan buah dalam bentuk kelobot tidak terpengaruh walaupun ditutupi oleh abu. Ubi Jalar. Kondisi pertanaman ubi jalar di Desa ini, juga tidak begitu luas. Kebetulan ada petani yang telah memanen ubi jalar dan umbi dari ubi jalar tidak rusak oleh adanya erupsi gunung, namun daun tanaman kelihatan layu akibat tertutupnya oleh abu vulkanis Rekomendasi Pembenahan dampak erupsi gunung sinabung terhadap tanaman pangan dapat dilakukan melalui penerapan komponen-komponen teknologi yang mempunyai sifat yang bersinergisme terhadap peningkatan produktivitas. Komponen teknologi spesifik lokasi yang perlu diterapkan antara lain : 1). penggunaan varietas unggul yang adaptif sehingga mampu membuat titik ungkit dalam peningkatan produktivitas pada komoditas tanaman pangan. 2). Penerapan rekomendasi pemupukan berimbang sesuai dengan kebutuhan tanaman melalui PUTS atau PUTK aplikasi pemupukan sesuai fase kebutuhan tanaman terhadap hara yang dibutuhkan. 3). Pengelolaan Hama Terpadu (PHT) yaitu dengan terlebih dahulu memantau perkembangan hama/penyakit yang muncul akibat dampak erupsi gunung sinabung Hortikultura Sayuran (Besman Napitupulu, Sortha Simatupang, Dorkas Parhusip) Permasalahan Pada radius 5 km, pengamatan dilakukan di desa Sukanalu, dan Sigarang-garang, yang keduanya terletak dalam wilayah kec. Namanteran. Pada wilayah ini, komoditas sayuran mencakup kubis, kentang, cabai, tomat, sawi, dan jipang (ropa). Pengamatan pada radius 10 km dilakukan di desa Sada Perarih, dan desa Cinta Rakyat (Kec. Merdeka0. Di kedua desa ini ditemukan sayuran utama berupa kol bunga, kentang, cabai, tomat, dan wortel. Di desa Dolat Rakyat (kec. Dolat Rakyat) tidak dijumpai kenang, akan tetapi kubis, cabai, tomat, dan Brocoli diusahakan masyarakat setempat. Pada saat pengamatan di radius 5 km, kentang baru tanam (bertunas) mati terkena abu vulkanik (info dari petani). Kentang jenis Granola umur 2 bulan rusak mencapai > 70 %. Diperkirakan ada 100 KK menanam kentang. Sebagian buah yang sudah merah maupun 2

3 hijau jadi mengering dan susut. Sebelum erupsi Gunung Sinabung panen masih diperoleh 100 kg, adanya erupsi gunung Sinabung pada menjadi 50 kg. Harga cabai bersih (tidak ada abu) : Rp /kg, ada kotoran/abu Rp /kg. Tidak ada kerusakan pada tomat sudah berbuah (siap panen). Hanya rontok bunga (bagian ujung) diperkirakan 50 %. Tanaman sawi di pembibitan tidak rusak karena langsung disiram abu yang ada pada daun. Pada tanaman jipang (ropa) tidak dijumpai kerusakan. Di radius 10 km, tanaman kol bunga mengalami tingkat kerusakan 12,0% ditandai dengan daun yang mongering terkena abu vulkanik. Pada tanaman kentang terdeteksi 11,2% tanaman mengalami kerusakan yaitu terdapat daun dan batang yang mongering. Tingkat kerusakan yang cukup parah (34,66%) terlihat pada tanaman cabai umur 4 bulan. Tanaman cabai mengalami daun kriting dan tubuh yang relative kerdil. Tanaman tomat mengalami tingkat kerusakan 8% ditandai dengan menyusutnya buah matang dan ada yang berwarna agak kehitaman. Daun tomat 21,33% mengering. Pada tanaman wortel tidak dijumpai kerusakan akibat erupsi gunung. Di radius 15 km, dijumpai tingkat kerusakan pada sayuran yang semakin ringan. Tanaman kubis hanya mengalami kerusakan sekitar 4% dimana daun luar mongering, abu vukanik masuk ke celah 2-3 daun krop kubis. Pada tanaman cabai tidak dijumpai kerusakan. Kerusakan pada tingkat 10,66% berupa daun mongering terlihat pada tanaman tomat. Tanaman broccoli daunnya rusak sekitar 25% yaitu terjadi kering dan rontok, sementara pada kropnya terlihat ada warfna kehitaman (16,66%) Rekomendasi. Penanganan sayuran yang terkena dampak erupsi sinabung adalah sebagai berikut : a) Perlu penyediaan embung di daerah erupsi gunung Sinabung, karena tanaman sayuran yang terkena abu vulkanik perlu segera disiram air. b) Daun tanaman yang sudah tua terkena abu gunung Sinabung sebaiknya dipangkas/ dihilangkan 1.3. Hortikultura Buah-buahan (Palmarum Nainggolan, Rasiska, Susilawati) Permasalahan. Abu vulkanik letusan Gunung Sinabung menyelimuti pemukiman masyarakat di Kabupaten Tanah Karo, Sumatera Utara. Letusan gunung yang disertai dengan gempa itu membuat masyarakat dilanda kepanikan. Tidak ada korban jiwa, tetapi lebih dari jiwa penduduk yang bermukim di desa radius 5 km dari pusat erupsi mengungsi di 12 titik di Kota Kabanjahe dan Berastagi. Akibat letusan gunung berapi, beberapa material yang keluar dari kepundan gunung tersebut antara lain adalah awan panas, material pijar, hujan abu, kemungkinan gas beracun yang terlempar ke atmosfer. Semua material tersebut memiliki dampak yang berbeda beda terhadap lingkungan hidup, terdapat dampak negatif dan dampak positif. Gunung Sinabung mengeluarkan bahan material vulkanik seperti debu dan awan panas yang disemburkan ke udara saat terjadi suatu letusan dan jatuh wilayah hingga mencapai > 25 km dari kawah ke arah timur karena pengaruh hembusan angin. Di Beberapa desa mengalami dampak langsung antara lain bangunan/rumah, lahan, dan tanaman diselimuti oleh debu dan diperparah lagi selama 3 minggu pasca erupsi tidak ada turun hujan. Akibat debu dari erupsi Gunung Sinabung yang menyelimuti atap seng bangunan rumah penduduk terlihat berwarna kekuningan dijumpai pada desa Sukanalu (5 km), Sadaperarih (10 km) dan Dolatrayat (15 km) diperkirakan akan merusap atas bangunan rumah. Debu yang menyelimuti tanaman diduga hanya sedikit mengandung logam berat, hal ini didasarkan pada hasil penelitian kandungan abu pada saat erupsi Gunung Merapi di Jawa Tengah. Tanaman Buah-buahan. Erupsi Gunung Sinabung yang terjadi 15 September 2013 yang menyelimuti tanaman buah-buahan, belum sampai mengakibatkan matinya tanaman 3

4 tetapi berakibat terganggu proses fisiologi tanaman, baik pada radius 5 km hingga 15 km dari pusat erupsi. Tanaman Jeruk. Gejala kerusakan yang timbul pada tanaman jeruk setelah ± 3 minggu setelah erupsi adalah terlihat tunas/daun muda bercak coklat, menggulung, daun seperti terbakar lalu mengering. Saat fase tanaman keluar bunga atau proses pembuahan mengalami gangguan yang paling fatal, menyebabkan tidak terjadi pembuahan sempurna. Dengan demikian buah yang dihasilkan tanaman akan menurun untuk panen berikutnya. Perkembangan buah ukuran kelereng ke atas juga mengalami gangguan. Gejala yang terlihat adalah sebagian kulit buah berwarna kuning kecoklatan seperti terbakar dan bila tangkai buah juga terserang maka buah akan gugur. Gejala ini lebih banyak terdapat di Desa Sada Perarih dibanding desa Sukanalu dan Dolatrayat. Saat erupsi Gunung Sinabung fase dominan buah tanaman jeruk di Kabupaten Karo adalah berbuah sebesar kelereng hingga bola pimpong yang akan panen bulan Desember 2013 hingga Februari 2014, sehinga tidak banyak menurunkan jumlah buah, tetapi ukuran buah yang tidak maksimal. Keberadaan hama tanaman menurut informasi petani dan pengamatan lapang akibat erupsi menguntungkan oleh karena perkembangan hama utama, antara lain lalat buah (Bactrocera spp), kutu hitam (Toxoptera aurantii) dan kutu dompolan (Planococcus citri) menurun secara significant oleh karena debu yang mengandung sulfur yang menyebabkan hama tersebut mati oleh karena unsur kimia sulfur sebagai bahan baku pestisida. Tanaman Terung Belanda. Sama halnya pada jeruk tanaman terung belanda juga mengalami gangguan akibat debu yang menyelimuti tanaman. Gejala yang terlihat di lapangan yaitu tunas/daun muda bercak coklat, menggulung, daun muda seperti terbakar dan selanjutnya mengering. Fase tanaman keluar bunga atau saat proses pembuahan tidak mengalami gangguan separah tanaman buah lainnya oleh karena letak bunga berada tepat dibawah daun terung belanda. Daun tanaman ini lebih lebar, debu yang jatuh tertahan pada daun dan tidak sampai menyelimuti bunga tanaman. Perkembangan buah tidak banyak terganggu oleh karena bentuk buah memanjang ke bawah dan juga kulit buah lebih licin sehingga abu tidak lengket pada buah. Tanaman Strawberry. Sama halnya pada, tanaman strowberry juga mengalami gangguan akibat debu yang menyelimuti tanaman. Gejala yang terlihat yaitu tunas/daun bercak coklat, menggulung, daun seperti terbakar dan akhirnya mengering. Fase keluar bunga atau saat pembuahan mengalami gangguan yang paling fatal, menyebabkan tidak terjadi pembuahan sempurna, sehingga buah yang akan dihasilkan tanaman menjadi berkurang untuk panen berikutnya. Gejala yang terlihat adalah sebagian kulit buah berwarna kuning kecoklatan seperti terbakar. Gejala ini terdapat di Desa Dolatrayat sentra produksi strowberry di Kabupaten Karo. Buah yang menjelang panen debu lengket disekitar buah menyebabkan sebagian buah menjadi busuk dan pada buah yang siap panen abu yang melekat tidak laku dijual dan bila dicuci dengan air buah menjadi busuk Rekomendasi Teknologi yang dibutuhkan dan rekaya sosial untuk mencegah kerusakan tanaman buah-buahan antara lain : a) Bila kondisi cuaca atau curah hujan tidak ada tetapi abu melekat pada daun-daun tanaman, maka diupayakan penyemprotan tanaman menggunakan air sehingga keberadaan abu dan awan dapat dihilangkan. Dengan demikian abu yang melekat tidak sampai mengganggu aktifitas tanaman. b) Untuk mengatasi dampak dari kandungan kimia pada debu seperti belerang (sulfur), Aluminium (Al), dan besi (Fe) yang akan menyebabkan kondisi tanah menjadi asam (ph rendah) maka upaya yang dapat dilakukan antara lain pemberian kapur pertanian, sehingga ph tanah menjadi normal kembali dan efek negatif yang disebabkan kandungan S, Al, dan Fe dapat dikurangi. 4

5 c) Bila debu yang jatuh pada tanah dengan ketebalan lebih dari 5 mm menyebabkan air tidak dapat meresap ke dalam tanah, maka perlu dilakukan penggemburan tanah agar curah hujan yang jatuh dapat meresap ke dalam tanah selanjutnya dapat diserap oleh akar tanaman. d) Untuk mencegah berkembangnya hama tertentu akibat terbunuhnya predator atau berkembangnya hama tertentu akibat kondisi lingkungan yang memungkinkan hama menjadi berkembang cepat, maka perlu dilakukan pengamatan tanaman secara intensif. Bila hasil pengamatan diketahui terjadi peningkatan populasi atau melampaui ambang kendali, maka perlu dilakukan pengendalian dengan cara penyemprotan insektisida anjuran. e) Informasi perkembangan aktifitas gunung Sinabung dari pihak yang berkompeten perlu disampaikan secara benar kepada kepada masyarakat melalui Camat atau Kepala Desa. f) Diperlukan sosialisasi kepada masyarakat, khususnya dampak letusan terhadap kehidupan masyarakat dan mahluk hidup, terutama untuk pertanian. Serta dampak negatif terhadap kesehatan masyarakat. g) Diperlukan sosialisasi tentang upaya-upaya yang dapat dilakukan oleh masyarakat bila terjadi letusan berikutnya, seperti penggunaan masker dan sarana prasarana lainnya untuk mencegah dan mengurangi dampak terhadap kesehatan masyarakat. h) Diperlukan sosialisasi kepada masyarakat dan pedagang komoditas hortikultura, terutama konsumen bahwa kandungan abu yang melekat pada produk tidak mengandung unsur yang berbahaya bagi kesehatan, sehingga aktifitas perdagangan tidak sampai terganggu dan petani tidak juga dirugikan akibat tidak laku dijual ke pasaran Perkebunan (Loso Winarto, Helmi, Sri Romaito, dan Vivi ariyati) Permasalahan Tanaman perkebunan yang banyak dikembangkan petani di kawasan gunung sinabung ini hanya tanaman kopi. Jenis tanaman kopi yang ditanam, petani banyak menyebut dengan nama kopi Ateng. Kondisi tanaman kopi telah mulai berproduksi dengan kisaran umur antara 3 sampai 4 tahun. Dari hasil identifikasi di lapang, tingkat kerusakan yang disebabkan erupsi gunung sinabung terhadap pertanaman kopi di daerah ini termasuk kategori ringan. Gangguan erupsi gunung sinabung terhadap tanaman kopi terlihat pada bagian daun, bunga dan buah. Semua daun kopi ditutupi oleh abu, sehingga tanaman kelihatan tidak segar karena tertutup abu. Sedang tanaman kopi yang sedang berbunga jelas terlihat terganggu oleh pengaruh erupsi, dimana bunga-bunga kopi berguguran akibat pengaruh erupsi gunung sinabung. Sedangkan buah kopi yang ada, ditutupi oleh abu, terlihat buah kopi berwarna kusam dan tidak segar. Namun pengaruhnya tidak begitu jelek terhadap buah, dibandingkan dengan bunganya, semua bunga yang ada berguguran akibat pengaruh abu yang ada. Hampir semua hama yang ada pada tanaman perkebunan hilang akibat adanya abu yang disebabkan erupsi ini. Hama yang hilang seperti penggerek batang kopi, penggerek buah dan hama lainnya. Biasanya pada tanaman kopi banyak dijumpai semut, namun setelah terjadi erupsi ini semua semut hilang dan mati dari tanaman yang ada. Hal ini dikewatirkan kalau peredator hama juga ikut mati, maka ditakutkan nanti lonjakan hama akan muncul maka perlu diwaspadai perkembangan hama unntuk kedepan Rekomendasi Komponen teknologi spesifik lokasi yang perlu diterapkan antara lain : a). Pengelolaan Hama Terpadu (PHT) yaitu dengan terlebih dahulu memantau perkembangan hama/penyakit yang muncul akibat dampak erupsi gunung sinabung. b). Teknologi pemangkasan untuk tanaman perkebunan, dimana tanaman kopi terlihat kanopinya sangat padat dan perlu 5

6 dilakukan pemangkasan dalam upaya mengurangi tutupan abu yang masih ada pada tajuk tanaman Peternakan (Khairiah dan Tatang M. Ibrahim) Permasalahan. Erupsi Sinabung yang terjadi pada tahun 2010 mengakibatkan kepanikan dan bahkan meninggalnya 1 orang warga akibat gangguan pernafasan. Selanjutnya terjadi erupsi yang sifatnya relative kecil pada tahun 2013 namun tetap mengganggu kehidupan social ekonomi kecamatan di wilayah bencana Erupsi Sinabung dalam bentuk semburan debu vulkanik memang tidak sedahsyat erupsi Merapi yang secara langsung menimbulkan kematian pada ternak, namun berdampak langsung kepada pencemaran sumber air minum dan hijauan pakan ternak, yang selanjutnya mengakibatkan daya tahan tubuh ternak menurun sehingga mudah terkena serangan hama dan penyakit. Hal ini berdampak terhadap penurunan populasi sejalan dengan meningkatnya penjualan ternak, walaupun ternak dijual dengan harga dibawah semestinya. Mayoritas ternak yang dievakuasi tidak dikembalikan ke desa masing-masing karena masyarakat merasa waswas tidak mampu menyediakan pakan ternak yang cukup dan adanya potensi terjadinya serangan hama dan penyakit ternak. Hal ini secara langsung mengakibatkan gangguan terhadap ketahanan ekonomi masyarakat. Oleh karena itu, seperti halnya manusia, ternak juga mahluk hidup yang perlu mendapatkan pertolongan saat terkena dampak erupsi gunung Rekomendasi. Penanganan ternak yang terkena dampak erupsi Sinabung seharusnya merupakan tanggung jawab bersama dari masyarakat dan pemerintah. Hal ini sebaiknya juga diperkuat oleh pihak akademisi yang mencakup Perguruan Tinggi dan unit kerja pemerintahan. Pada saat bencana terjadi, belum terlihat adanya koordinasi yang rapi dari ketiganya, sehingga penanganan ternak masih bersifat individual. Oleh karena itu, perlu ditetapkan titik-titik evakuasi ternak, dimana pada titik tersebut kebutuhan ternak terhadap kandang, air minum, pakan dan pengendalian kesehatan dapat terpenuhi dengan baik (Gambar 8). Kandang - Memudahkan Koleksi Pukan Air Minum - Bebas Debu Vulkanik Manajemen Teknis Evakuasi Pakan - Bebas Debu Vulkanik Petugas Medis Peternakan Gambar 1. Model Titik Evakuasi Ternak Sumber air minum yang umumnya berupa sumur perlu dihindarkan dari cemaran debu vulkanik dengan jalan membuat tutup sumur secara permanen, dan air minum bagi ternak selanjutnya diperoleh melalui pompa air. Kandang dibuat secara koloni dengan rancangan yang memudahkan untuk mengoleksi kotoran sebagai bahan baku pupuk organic sebagai 6

7 bagian yang tidak terpisahkan dari system usaha tanaman hortikultura masyarakat Karo. Ketersediaan pakan dapat dipenuhi dengan mengupayakan adanya cadangan pakan. Hijauan pakan yang berlimpah dapat disimpan lama dengan teknologi silase, sedangkan hijauan berupa jerami (padi atau jagung) dapat disimpan dengan menggunakan teknologi fermentasi. Penyimpanan pakan tersebut dapat menggunakan silo yang tertutup rapat bagai pakan silase. Jerami fermentasi dapat disimpan dengan lebih mudah bila sebelumnya dibuat menjadi hay dengan mesin hay maker, dan dapat ditumpuk dengan mudah di saung pakan yang sederhana. Pada titik evakuasi disiapkan tenaga medis peternakan yang siap setiap saat melayani aspek kesehatan hewan. Jumlah titik evakuasi ternak disesuaikan dengan populasi ternak, domisili masyarakat pemilik ternak, dan kemampuan daya dukung pakan. Melalui model seperti ini, dapat diharapkan ternak yang dievakuasi akan hidup dengan cukup nyaman dan memberikan hasil sesuai harapan para pemiliknya. Pada setiap titik evakuasi ternak perlu ada yang berwenang untuk melakukan koordinasi pemeliharaan ternak, sehingga diharapkan pemeliharaan berjalan secara professional. Untuk itu perlu dibentuk Manajemen Teknis Evakuasi yang dipimpin oleh seorang manajer, dan dibantu oleh 2 orang asisten yaitu ternak/kandang, dan kesehatan hewan. Lama ternak ditempatkan di kandang evakuasi disesuaikan dengan kondisi di daerah asal yang diperkirakan aman dalam mendukung pemeliharaan ternak dengan baik. Musyawarah pembentukan manajemen teknis difasilitasi oleh pemerintah dalam hal ini Dinas Peternakan Kabupaten, dan dibantu oleh akademisi termasuk lembaga litbang peternakan yang ada. 7

8 Kondisi Tanaman Pangar (3-12 Oktober 2013). Daun padi gogo ditutupi oleh abu vulkanis- ujung daun kuning dan mengering. Daun dan bunga jagung ditutupi oleh abu sedangkan buah dalam bentuk kelobot tidak terpengaruh walaupun ditutupi oleh abu. Kondisi Tanaman Kopi (3-12 Oktober 2013) Gangguan erupsi gunung sinabung terhadap tanaman kopi terlihat pada bagian daun, bunga dan buah. Kondisi Tanaman Sayuran (3-12 Oktober 2013) Tidak ada kerusakan pada tomat yang berbuah, namun bunga rontok (50%) Krop agak kehitaman pada Broccoli 8

9 Kondisi Peternakan Dalam Gambar (3-12 Oktober 2013) : Kelinci di Dolat Rakyat Keguguran Ayam kampung di Dolat Rakyat sehat tapi produksi telur menurun Babi di Dolat Rakyat Cukup Sehat Kambing di Sada Perarih cukup sehat tapi pakan sangat kurang Sapi di Dolat Rakyat mata dan hidung leleran dugaan penumonia Sapi di Sukanalu gembala terbatas - cukup sehat walau pakan kurang 9

BAB I PENDAHULUAN. pertanian sebagai sumber mata pencaharian dari mayoritas penduduknya. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. pertanian sebagai sumber mata pencaharian dari mayoritas penduduknya. Dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan sektor pertanian sebagai sumber mata pencaharian dari mayoritas penduduknya. Dengan demikian, sebagian besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanah vulkanis merupakan tanah yang berasal dari letusan gunungapi, pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanah vulkanis merupakan tanah yang berasal dari letusan gunungapi, pada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah vulkanis merupakan tanah yang berasal dari letusan gunungapi, pada saat gunungapi meletus mengeluarkan tiga jenis bahan yaitu berupa padatan, cair, dan gas.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia meliputi subsektor tanaman, bahan makanan,

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia meliputi subsektor tanaman, bahan makanan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara yang mengandalkan sektor pertanian sebagai penopang pembangunan juga sebagi sumber mata pencaharian penduduknya. Sektor pertanian di

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Posisi Strategis Komoditas Sayuran Komoditas hortikultura, khususnya sayuran dan buah-buahan mempunyai beberapa peranan strategis, yaitu: (1) sumber bahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor pertanian merupakan sektor yang strategis dan berperan penting

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor pertanian merupakan sektor yang strategis dan berperan penting BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang strategis dan berperan penting dalam perekonomian nasional dan kelangsungan hidup masyarakat, terutama dalam sumbangannya terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam lingkaran gunung api (ring of fire). Posisi tersebut menyebabkan Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dalam lingkaran gunung api (ring of fire). Posisi tersebut menyebabkan Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya akan alamnya, tetapi merupakan salah satu Negara yang rawan bencana karena berada dipertemuan tiga lempeng yaitu lempeng Indo Australia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. api pasifik (the Pasific Ring Of Fire). Berada di kawasan cincin api ini

BAB I PENDAHULUAN. api pasifik (the Pasific Ring Of Fire). Berada di kawasan cincin api ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang berada pada lingkaran cincin api pasifik (the Pasific Ring Of Fire). Berada di kawasan cincin api ini menyebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan lahan (land use) diartikan sebagai setiap bentuk intervensi

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan lahan (land use) diartikan sebagai setiap bentuk intervensi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penggunaan lahan (land use) diartikan sebagai setiap bentuk intervensi (campur tangan) manusia terhadap lahan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik material

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan sektor pertanian

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan sektor pertanian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan sektor pertanian sebagai sumber mata pencaharian dari mayoritas penduduknya. Artinya sebagian besar penduduknya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki gunung merapi cukup banyak yang tersebar di seluruh penjuru nusantara meliputi Sumatera, Jawa, dan Irian Jaya. Di Sumatera

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dengan topografi berbukit dan bergelombang pada koordinat

I. PENDAHULUAN. dengan topografi berbukit dan bergelombang pada koordinat 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kabupaten Karo terletak pada jajaran Dataran Tinggi Bukit Barisan dengan topografi berbukit dan bergelombang pada koordinat 2 0 50 3 0 19 Lintang Utara dan 97 0 55-98

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia baik secara materi atau secara spiritual. Bencana sering terjadi

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia baik secara materi atau secara spiritual. Bencana sering terjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bencana alam merupakan peristiwa alam yang disebabkan oleh proses dan aktivitas alam, baik yang terjadi secara alami maupun karena sebelumnya ada tindakan atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional.hal ini dapat

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional.hal ini dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang diartikan pertanian memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional.hal ini dapat ditunjukkan dari banyaknya

Lebih terperinci

24 November 2013 : 2780/45/BGL.V/2013

24 November 2013 : 2780/45/BGL.V/2013 KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI JALAN DIPONEGORO NO. 57 BANDUNG 40122 JALAN JEND. GATOT SUBROTO KAV. 49 JAKARTA 12950 Telepon: 022-7212834, 5228424, 021-5228371

Lebih terperinci

Letusan Gunung Sinabung Tingkatkan Kesuburan Tanah

Letusan Gunung Sinabung Tingkatkan Kesuburan Tanah Letusan Gunung Sinabung Tingkatkan Kesuburan Tanah Sabtu, 25 Januari 2014 Dibaca 403 kali http://analisadaily.com/kota/news/letusan-gunung-sinabung-tingkatkan-kesuburantanah/1282/2014/01/25 Url Berita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara yang rawan bencana karena alam negeri kita ini berdiri di atas pertemuan

BAB I PENDAHULUAN. negara yang rawan bencana karena alam negeri kita ini berdiri di atas pertemuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara yang kaya akan alamnya, tetapi merupakan salah satu negara yang rawan bencana karena alam negeri kita ini berdiri di atas pertemuan lempeng-lempeng

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gunung Merapi merupakan gunung api tipe strato, dengan ketinggian 2.980 meter dari permukaan laut. Secara geografis terletak pada posisi 7 32 31 Lintang Selatan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. faktor alam dan non alam yang mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia,

BAB I PENDAHULUAN. faktor alam dan non alam yang mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bencana merupakan peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan oleh faktor alam dan non alam

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang secara geografis, geologis,

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang secara geografis, geologis, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang secara geografis, geologis, hidrologis, dan demografis, merupakan wilayah yang tergolong rawan bencana. Badan Nasional Penanggulangan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1046, 2014 KEMENPERA. Bencana Alam. Mitigasi. Perumahan. Pemukiman. Pedoman. PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN

Lebih terperinci

Bersama ini dengan hormat disampaikan tentang perkembangan kegiatan G. Sinabung di Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara.

Bersama ini dengan hormat disampaikan tentang perkembangan kegiatan G. Sinabung di Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara. KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI JALAN DIPONEGORO NO. 57 BANDUNG 40122 JALAN JEND. GATOT SUBROTO KAV. 49 JAKARTA 12950 Telepon: 022-7212834, 5228424, 021-5228371

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang terletak di ring of fire (Rokhis, 2014). Hal ini berpengaruh terhadap aspek geografis, geologis dan klimatologis. Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita, Hal ini berarti

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita, Hal ini berarti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita, Hal ini berarti bahwa setiap manusia berhak mendapat dan berharap untuk selalu berkembang dalam pendidikan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang berada di dalam wilayah Ring of Fire. Ring

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang berada di dalam wilayah Ring of Fire. Ring BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang berada di dalam wilayah Ring of Fire. Ring of Fire atau disebut juga dengan Cincin Api Pasifik atau Lingkaran Api Pasifik daerah yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan berada di jalur cincin api (ring of fire). Indonesia berada di kawasan dengan

I. PENDAHULUAN. dan berada di jalur cincin api (ring of fire). Indonesia berada di kawasan dengan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kawasan kepulauan Indonesia merupakan daerah pertemuan lempeng bumi dan berada di jalur cincin api (ring of fire). Indonesia berada di kawasan dengan curah hujan yang relatif

Lebih terperinci

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA 1. PERENCANAAN TANAM 1. Pemilihan lokasi tanam 2. Sistem tanam 3. Pola tanam 4. Waktu tanam 5. Pemilihan varietas Perencanaan Persyaratan Tumbuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. imbas dari kesalahan teknologi yang memicu respon dari masyarakat, komunitas,

BAB I PENDAHULUAN. imbas dari kesalahan teknologi yang memicu respon dari masyarakat, komunitas, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Parker (1992), bencana ialah sebuah kejadian yang tidak biasa terjadi disebabkan oleh alam maupun ulah manusia, termasuk pula di dalamnya merupakan imbas dari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. aspek fisik, psikis, dan psikososial (Dariyo, 2004). Jika dilihat dari

BAB 1 PENDAHULUAN. aspek fisik, psikis, dan psikososial (Dariyo, 2004). Jika dilihat dari BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Adolesen (remaja) adalah masa transisi/peralihan dari masa kanak kanak menuju masa dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan aspek fisik, psikis, dan psikososial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sayuran merupakan salah satu komoditas unggulan karena memiliki nilai

BAB I PENDAHULUAN. Sayuran merupakan salah satu komoditas unggulan karena memiliki nilai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sayuran merupakan salah satu komoditas unggulan karena memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Selain memiliki masa panen yang cukup pendek, permintaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya peningkatan produksi tanaman pangan khususnya pada lahan sawah melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang. Pertambahan jumlah penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan letak astronomis, Indonesia terletak diantara 6 LU - 11 LS

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan letak astronomis, Indonesia terletak diantara 6 LU - 11 LS BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, dan memiliki kurang lebih 17.504 buah pulau, 9.634 pulau belum diberi nama dan 6.000 pulau tidak berpenghuni

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Ringkasan Temuan Penahapan penanggulangan bencana erupsi Gunung Kelud terdapat lima tahap, yaitu tahap perencanaan penanggulangan bencana erupsi Gunung Kelud 2014, tahap

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. individu membutuhkannya. Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS,

BAB 1 PENDAHULUAN. individu membutuhkannya. Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS, 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi manusia dan setiap individu membutuhkannya. Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS, dijelaskan bahwa pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pada tahun 2010 hingga 2014 kabupaten tanah karo dilanda bencana meletusnya gunung sinabung yang mengakibatkan kerusakan sektor pertanian, permukiman warga, bahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bencana. Dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan

BAB I PENDAHULUAN. bencana. Dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semua daerah tidak pernah terhindar dari terjadinya suatu bencana. Bencana bisa terjadi kapan dan dimana saja pada waktu yang tidak diprediksi. Hal ini membuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Eva Tresnawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Eva Tresnawati, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kentang (Solanum tuberosum L) merupakan komoditas sayuran bernilai ekonomi yang banyak diusahakan petani setelah cabai dan bawang merah. Kentang selain digunakan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumberdaya air bersifat dinamis dalam kualitas dan kuantitas, serta dalam

BAB I PENDAHULUAN. Sumberdaya air bersifat dinamis dalam kualitas dan kuantitas, serta dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan sumber kehidupan yang sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia. Selain sebagai air minum, air juga dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan keperluan

Lebih terperinci

BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA 1. PERENCANAAN TANAM 1. Pemilihan lokasi tanam 2. Sistem tanam 3. Pola tanam 4. Waktu tanam 5. Pemilihan varietas Perencanaan Persyaratan

Lebih terperinci

Letusan Gunung Agung bisa menghasilkan tanah tersubur

Letusan Gunung Agung bisa menghasilkan tanah tersubur 1 of 5 10/7/2017, 5:35 AM Disiplin ilmiah, gaya jurnalistik Letusan Gunung Agung bisa menghasilkan tanah tersubur di dunia Oktober 5, 2017 4.02pm WIB Petani Bali dengan latar Gunung Agung. Wilayah dengan

Lebih terperinci

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh 45 4.2 Pembahasan Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan memperhatikan syarat tumbuh tanaman dan melakukan pemupukan dengan baik. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor terpenting dalam pembangunan Indonesia, terutama dalam pembangunan ekonomi. Keberhasilan pembangunan sektor pertanian dapat dijadikan sebagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa dekade terakhir, skala bencana semakin meningkat seiring dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa dekade terakhir, skala bencana semakin meningkat seiring dengan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beberapa dekade terakhir, skala bencana semakin meningkat seiring dengan peningkatan urbanisasi, deforestasi, dan degradasi lingkungan. Hal itu didukung oleh iklim

Lebih terperinci

Pengolahan Tanah Dosis Waktu Aplikasi Sebelum diolah beri pupuk organik dari limbah panen / limbah ternak ataupun sampah kota yang diolah dengan

Pengolahan Tanah Dosis Waktu Aplikasi Sebelum diolah beri pupuk organik dari limbah panen / limbah ternak ataupun sampah kota yang diolah dengan 1 Menggemburkan dan menyehatkan tanah 2 Meningkatkan aktivitas mikroorganisme yang positif di dalam tanah 3 Menyehatkan benih dan bibit tanaman Daun, bunga & buah tidak mudah rontok 4 Menekan hama & penyakit

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LIMBAH PASAR SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA SAPI DAN KAMBING DI DKI JAKARTA

PEMANFAATAN LIMBAH PASAR SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA SAPI DAN KAMBING DI DKI JAKARTA PEMANFAATAN LIMBAH PASAR SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA SAPI DAN KAMBING DI DKI JAKARTA DKI Jakarta merupakan wilayah terpadat penduduknya di Indonesia dengan kepadatan penduduk mencapai 13,7 ribu/km2 pada tahun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. peristiwa atau serangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu

BAB 1 PENDAHULUAN. peristiwa atau serangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar belakang Indonesia menjadi negara yang paling rawan terhadap bencana di duniakarena posisi geografis Indonesia terletak di ujung pergerakan tiga lempeng dunia yaitu Eurasia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Sumatera Utara, dengan luas 2.127,25 Km 2 atau 2,97% dari luas

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Sumatera Utara, dengan luas 2.127,25 Km 2 atau 2,97% dari luas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Karo merupakan salah satu kabupaten yang ada di Provinsi Sumatera Utara, dengan luas 2.127,25 Km 2 atau 2,97% dari luas Provinsi Sumatera Utara. 1 Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidrologis serta demografis. Dampak dari terjadinya suatu bencana akan

BAB I PENDAHULUAN. hidrologis serta demografis. Dampak dari terjadinya suatu bencana akan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Terjadinya bencana alam di suatu wilayah merupakan hal yang tidak dapat dihindarkan. Hal ini disebabkan karena bencana alam merupakan suatu gejala alam yang tidak

Lebih terperinci

PEMULSAAN ( MULCHING ) Pemulsaan (mulching) merupakan penambahan bahan organik mentah dipermukaan tanah. Dalam usaha konservasi air pemberian mulsa

PEMULSAAN ( MULCHING ) Pemulsaan (mulching) merupakan penambahan bahan organik mentah dipermukaan tanah. Dalam usaha konservasi air pemberian mulsa Apakah mulsa itu? Mulsa adalah sisa tanaman, lembaran plastik, atau susunan batu yang disebar di permukaan tanah. Mulsa berguna untuk melindungi permukaan tanah dari terpaan hujan, erosi, dan menjaga kelembaban,

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan, dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, kami yang bertandatangan di bawah ini : Nama : Ir. Bambang

Lebih terperinci

Telepon: , , Faksimili: ,

Telepon: , , Faksimili: , KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI JALAN DIPONEGORO NO. 57 BANDUNG 40122 JALAN JEND. GATOT SUBROTO KAV. 49 JAKARTA 12950 Telepon: 022-7212834, 5228424, 021-5228371

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. dicotyledoneae. Sistem perakaran kailan adalah jenis akar tunggang dengan

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. dicotyledoneae. Sistem perakaran kailan adalah jenis akar tunggang dengan 18 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tanaman kailan adalah salah satu jenis sayuran yang termasuk dalam kelas dicotyledoneae. Sistem perakaran kailan adalah jenis akar tunggang dengan cabang-cabang akar

Lebih terperinci

VI ANALISIS RISIKO PRODUKSI CAISIN

VI ANALISIS RISIKO PRODUKSI CAISIN VI ANALISIS RISIKO PRODUKSI CAISIN Penilaian risiko produksi pada caisin dianalisis melalui penggunaan input atau faktor-faktor produksi terhadap produktivitas caisin. Analisis risiko produksi menggunakan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Secara geografis, Kabupaten OKU Selatan terletak antara sampai

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Secara geografis, Kabupaten OKU Selatan terletak antara sampai 49 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Penelitian Secara geografis, Kabupaten OKU Selatan terletak antara 4 0 14 sampai 4 0 55 Lintang Selatan dan diantara 103 0 22 sampai 104

Lebih terperinci

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN 6.1. Analisis Budidaya Kedelai Edamame Budidaya kedelai edamame dilakukan oleh para petani mitra PT Saung Mirwan di lahan persawahan.

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Lahan pertanian milik masyarakat Jl. Swadaya. Desa Sidodadi, Kecamatan Batang Kuis, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatra

Lebih terperinci

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala Geografi Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala TANAH Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang

Lebih terperinci

BUDIDAYA TANAMAN DURIAN

BUDIDAYA TANAMAN DURIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA BUDIDAYA TANAMAN DURIAN Dosen Pengampu: Rohlan Rogomulyo Dhea Yolanda Maya Septavia S. Aura Dhamira Disusun Oleh: Marina Nurmalitasari Umi Hani Retno

Lebih terperinci

DAMPAK ERUPSI GUNUNG SINABUNG TERHADAP PRODUKSI DAN HARGA BUAH DAN SAYURAN DI KABUPATEN KARO

DAMPAK ERUPSI GUNUNG SINABUNG TERHADAP PRODUKSI DAN HARGA BUAH DAN SAYURAN DI KABUPATEN KARO DAMPAK ERUPSI GUNUNG SINABUNG TERHADAP PRODUKSI DAN HARGA BUAH DAN SAYURAN DI KABUPATEN KARO Bella Pebriyani Panjaitan*), Satia Negara Lubis **), Sinar Indra Kusuma ***) *) Alumni Program Studi Agribisnis

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN Sektor pertanian terdiri dari beberapa sub sektor, yaitu tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan, dimana keempat sub sektor tersebut mempunyai peranan

Lebih terperinci

Efektivitas Pupuk Organik Kotoran Sapi dan Ayam terhadap Hasil Jagung di Lahan Kering

Efektivitas Pupuk Organik Kotoran Sapi dan Ayam terhadap Hasil Jagung di Lahan Kering Efektivitas Pupuk Organik Kotoran Sapi dan Ayam terhadap Hasil Jagung di Lahan Kering Abstrak Sumanto 1) dan Suwardi 2) 1)BPTP Kalimantan Selatan, Jl. Panglima Batur Barat No. 4, Banjarbaru 2)Balai Penelitian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh membentuk rumpun dengan tinggi tanaman mencapai 15 40 cm. Perakarannya berupa akar

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. (brassicaceae) olek karena itu sifat morfologis tanamannya hampir sama, terutama

TINJAUAN PUSTAKA. (brassicaceae) olek karena itu sifat morfologis tanamannya hampir sama, terutama TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Sawi Tanaman sawi (Brassica juncea L.) masih satu keluarga dengan kubis-krop, kubis bunga, broccoli dan lobak atau rades, yakni famili cruciferae (brassicaceae) olek karena

Lebih terperinci

Cara Menanam Cabe di Polybag

Cara Menanam Cabe di Polybag Cabe merupakan buah dan tumbuhan berasal dari anggota genus Capsicum. Buahnya dapat digolongkan sebagai sayuran maupun bumbu, tergantung bagaimana digunakan. Sebagai bumbu, buah cabai yang pedas sangat

Lebih terperinci

PENGOLAHAN PUPUK PADAT DAN CAIR OLEH PUSAT INOVASI AGROTEKNOLOGI UNIVERSITAS GADJAH MADA

PENGOLAHAN PUPUK PADAT DAN CAIR OLEH PUSAT INOVASI AGROTEKNOLOGI UNIVERSITAS GADJAH MADA PENGOLAHAN PUPUK PADAT DAN CAIR OLEH PUSAT INOVASI AGROTEKNOLOGI UNIVERSITAS GADJAH MADA PENDAHULUAN Petani pakai pupuk kimia Tekstur & struktur tanah ( sulit diolah & asam) Mobilisasi unsur hara Suplai

Lebih terperinci

mencintai, melestarikan dan merawat alam untuk kualitas hidup lebih baik Talaud Lestari

mencintai, melestarikan dan merawat alam untuk kualitas hidup lebih baik Talaud Lestari mencintai, melestarikan dan merawat alam untuk kualitas hidup lebih baik Talaud Lestari Didukung oleh: Talaud Lestari Mencintai, melestarikan dan merawat alam untuk kualitas hidup lebih baik harus segera

Lebih terperinci

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR 13 BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir dilaksanakan di Dusun Kwojo Wetan, Desa Jembungan, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. B. Waktu Pelaksanaan

Lebih terperinci

Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah. Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat

Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah. Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah Oleh : Juwariyah BP3K garum 1. Syarat Tumbuh Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat tumbuh yang sesuai tanaman ini. Syarat tumbuh tanaman

Lebih terperinci

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang disajikan dalam bab ini adalah pengamatan selintas dan pengamatan utama. 1.1. Pengamatan Selintas Pengamatan selintas merupakan pengamatan yang hasilnya

Lebih terperinci

PENGARUH BERBAGAI JENIS BAHAN ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN CABAI (Capsicum annum L.)

PENGARUH BERBAGAI JENIS BAHAN ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN CABAI (Capsicum annum L.) PENGARUH BERBAGAI JENIS BAHAN ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN CABAI (Capsicum annum L.) OLEH M. ARIEF INDARTO 0810212111 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2013 DAFTAR ISI Halaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lempeng tektonik besar, yaitu lempeng Indo-Australia, Eurasia dan lempeng. menjadi negara yang rawan terhadap bencana alam.

BAB I PENDAHULUAN. lempeng tektonik besar, yaitu lempeng Indo-Australia, Eurasia dan lempeng. menjadi negara yang rawan terhadap bencana alam. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia terletak di garis khatulistiwa dan berada diantara benua Asia dan Australia serta antara Samudra Pasifik dan Samudera Hindia. Karena letaknya yang

Lebih terperinci

INOVASI TEKNOLOGI KOMPOS PRODUK SAMPING KELAPA SAWIT

INOVASI TEKNOLOGI KOMPOS PRODUK SAMPING KELAPA SAWIT INOVASI TEKNOLOGI KOMPOS PRODUK SAMPING KELAPA SAWIT Lembaga Riset Perkebunan Indonesia Teknologi kompos dari tandan kosong sawit INOVASI TEKNOLOGI Tandan kosong sawit (TKS) merupakan limbah pada pabrik

Lebih terperinci

Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat

Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat Syarat Tumbuh Tanaman Jahe 1. Iklim Curah hujan relatif tinggi, 2.500-4.000 mm/tahun. Memerlukan sinar matahari 2,5-7 bulan. (Penanaman di tempat yang terbuka shg

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Riau Desa Simpang Barn Kecamatan Tampan Kotamadya Pekanbaru Propinsi Riau dengan

Lebih terperinci

PENGENDALIAN TANAMAN TERPADU KEDELAI

PENGENDALIAN TANAMAN TERPADU KEDELAI PENGENDALIAN TANAMAN TERPADU KEDELAI PTT menerapkan komponen teknologi dasar dan pilihan. Bergantung kondisi daerah setempat, komponen teknologi pilihan dapat digunakan sebagai komponen teknologi : Varietas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara yang dilewai oleh jalur rangkaian api Indonesia atau disebut juga dengan jalur Cincin Api Pasifik (The Pasific Ring of Fire) dimana

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Hortikultura Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Hortikultura Fakultas Pertanian 19 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Hortikultura Fakultas Pertanian Universitas Lampung yang dimulai pada bulan November 2014 sampai April

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. anorganik terus meningkat. Akibat jangka panjang dari pemakaian pupuk

I. PENDAHULUAN. anorganik terus meningkat. Akibat jangka panjang dari pemakaian pupuk 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan usaha tani yang intensif telah mendorong pemakaian pupuk anorganik terus meningkat. Akibat jangka panjang dari pemakaian pupuk anorganik yang berlebihan adalah

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis Desa Karangsewu terletak di Kecamatan Galur, Kabupaten Kulon Progo, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Adapun batas wilayah Desa Karangsewu adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tomat (Lycopersicon esculentum L.) merupakan tanaman asli dari Amerika

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tomat (Lycopersicon esculentum L.) merupakan tanaman asli dari Amerika BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Tinjauan Agronomi Tomat (Lycopersicon esculentum L.) merupakan tanaman asli dari Amerika Tengah dan Selatan. Tanaman ini idealnya ditanam pada kisaran

Lebih terperinci

TEKNIK PASCAPANEN UNTUK MENEKAN KEHILANGAN HASIL DAN MEMPERTAHANKAN MUTU KEDELAI DITINGKAT PETANI. Oleh : Ir. Nur Asni, MS

TEKNIK PASCAPANEN UNTUK MENEKAN KEHILANGAN HASIL DAN MEMPERTAHANKAN MUTU KEDELAI DITINGKAT PETANI. Oleh : Ir. Nur Asni, MS TEKNIK PASCAPANEN UNTUK MENEKAN KEHILANGAN HASIL DAN MEMPERTAHANKAN MUTU KEDELAI DITINGKAT PETANI Oleh : Ir. Nur Asni, MS Peneliti Madya Kelompok Peneliti dan Pengkaji Mekanisasi dan Teknologi Hasil Pertanian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara geografis Indonesia terletak di daerah khatulistiwa dan melalui

BAB I PENDAHULUAN. Secara geografis Indonesia terletak di daerah khatulistiwa dan melalui BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara geografis Indonesia terletak di daerah khatulistiwa dan melalui garis astronomis 93⁰BT-141 0 BT dan 6 0 LU-11 0 LS. Dengan morfologi yang beragam dari

Lebih terperinci

Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial

Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial 8 (1) (2016): 1-15 Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial Available online http://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/jupiis Identifikasi Sifat Kimia Tanah Vulakanik Di Lereng

Lebih terperinci

TUGAS KARYA ILMIAH BISNIS KOPI. NAMA: PIPIT RAFNUR SASKORO NIM : Kelas : 11.S1.SI

TUGAS KARYA ILMIAH BISNIS KOPI. NAMA: PIPIT RAFNUR SASKORO NIM : Kelas : 11.S1.SI TUGAS KARYA ILMIAH BISNIS KOPI NAMA: PIPIT RAFNUR SASKORO NIM : 11.12.6119 Kelas : 11.S1.SI 1. PENDAHULUAN Tanaman Kopi merupakan tanaman yang sangat familiar di lahan pekarangan penduduk pedesaan di Indonesia

Lebih terperinci

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili Papilionaceae; genus Arachis; dan spesies Arachis hypogaea L. Kacang tanah

Lebih terperinci

LAPORAN HARIAN PUSDALOPS BNPB Selasa, 26 Mei 2009

LAPORAN HARIAN PUSDALOPS BNPB Selasa, 26 Mei 2009 P BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA ( B N P B ) JI. Ir. H. Juanda 36, Jakarta 1010 Indonesia Telepon : (01) 345 8400 Fax : (01) 345 8500 Email : posko@bnpb.go.id Website : http://www.bnpb.go.id LAPORAN

Lebih terperinci

S i s t e m M a s y a ra k a t y a n g B e r ke l a n j u t a n

S i s t e m M a s y a ra k a t y a n g B e r ke l a n j u t a n T E N T A N G P E R M A K U L T U R S i s t e m M a s y a ra k a t y a n g B e r ke l a n j u t a n A PA ITU P ERMAKULTUR? - MODUL 1 DESA P ERMAKULTUR Desa yang dirancang dengan Permakultur mencakup...

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. negeri maupun untuk ekspor. Komoditas sayuran dapat tumbuh dan berproduksi di

I. PENDAHULUAN. negeri maupun untuk ekspor. Komoditas sayuran dapat tumbuh dan berproduksi di I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman sayuran cukup penting di Indonesia, baik untuk konsumsi di dalam negeri maupun untuk ekspor. Komoditas sayuran dapat tumbuh dan berproduksi di dataran rendah sampai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemupukan pada Tanaman Tomat 2.1.1 Pengaruh Aplikasi Pupuk Kimia Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada tanaman tomat tertinggi terlihat pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai Maluku (Wimpy S. Tjetjep, 1996: iv). Berdasarkan letak. astronomis, Indonesia terletak di antara 6 LU - 11 LS dan 95 BT -

BAB I PENDAHULUAN. sampai Maluku (Wimpy S. Tjetjep, 1996: iv). Berdasarkan letak. astronomis, Indonesia terletak di antara 6 LU - 11 LS dan 95 BT - 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dikenal sebagai suatu negara kepulauan yang mempunyai banyak sekali gunungapi yang berderet sepanjang 7000 kilometer, mulai dari Sumatera, Jawa,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Budidaya Cabai Keriting Hibrida TM 999 secara Konvensional dan PHT

HASIL DAN PEMBAHASAN Budidaya Cabai Keriting Hibrida TM 999 secara Konvensional dan PHT HASIL DAN PEMBAHASAN Budidaya Cabai Keriting Hibrida TM 999 secara Konvensional dan PHT Budidaya konvensional merupakan budidaya cabai yang menggunakan pestisida kimia secara intensif dalam mengendalikan

Lebih terperinci

Teknologi Perbanyakan Benih Mangga melalui Sambung Pucuk

Teknologi Perbanyakan Benih Mangga melalui Sambung Pucuk Teknologi Perbanyakan Benih Mangga melalui Sambung Pucuk Berkebun buah-buahan yang perlu diperhatikan adalah mutu dan ketersediaan akan benih/ bibit tanaman. Pelaku usahatani/ pekebun bisa menyiapkan pembibitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komoditas hortikultura terutama jenis sayur-sayuran dan buah-buahan sangat diminati oleh konsumen. Sayuran diminati konsumen karena kandungan gizinya baik dan dapat

Lebih terperinci

Oleh : Koiman, SP, MMA (PP Madya BKPPP Bantul)

Oleh : Koiman, SP, MMA (PP Madya BKPPP Bantul) Oleh : Koiman, SP, MMA (PP Madya BKPPP Bantul) PENDAHULUAN Pengairan berselang atau disebut juga intermitten adalah pengaturan kondisi lahan dalam kondisi kering dan tergenang secara bergantian untuk:

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis 16 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Ada 2 tipe akar ubi jalar yaitu akar penyerap hara di dalam tanah dan akar lumbung atau umbi. Menurut Sonhaji (2007) akar penyerap hara berfungsi untuk menyerap unsur-unsur

Lebih terperinci

Lampiran 1. Peta Lokasi Kabupaten Simalungun

Lampiran 1. Peta Lokasi Kabupaten Simalungun Lampiran 1. Peta Lokasi Kabupaten Simalungun Lampiran 2. Analisis Data Umum Kuisioner Desa Dalig Raya KUISIONER I. Lokasi a. Kabupaten : Simalungun b. Kecamatan : Raya c. Desa : Dalig Raya d. Dusun : Tumbukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari sayuran.sayuran berperan penting karena mengandung berbagai

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari sayuran.sayuran berperan penting karena mengandung berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Salah satu sumber pemenuh makanan pangan dan peningkatan gizi manusia berasal dari sayuran.sayuran berperan penting karena mengandung berbagai sumber mineral, vitamin,

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. menggunakan pengalaman, wawasan, dan keterampilan yang dikuasainya.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. menggunakan pengalaman, wawasan, dan keterampilan yang dikuasainya. V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Petani Petani adalah pelaku usahatani yang mengatur segala faktor produksi untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Penelitian ini berangkat dari kejadian bencana alam yang terjadi di Kabupaten Karo

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Penelitian ini berangkat dari kejadian bencana alam yang terjadi di Kabupaten Karo BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penelitian ini berangkat dari kejadian bencana alam yang terjadi di Kabupaten Karo pada akhir September 2013 yang lalu. Bencana alam yang terjadi yaitu bencana

Lebih terperinci